TUJUAN PRAKTIKUM
1. Untuk melihat bagaimana pengaruh urin wanita hamil (dibawah 3 bulan) terhadap
semen katak dewasa
2. Untuk mengetahui pengaruh dari hormone HCG terhadap semen katak jantan
3. Untuk mengetahui frekuensi respirasi setelah melakukan aktivitas
3.2 Metode
A. Sistem endokrin
Disuntikkan urin wanita hamil secara SC pada katak.
Ditunggi selama 1- 1,5jam.
Digunakan pipet untuk koleksi semen pada cloaca katak.
Diletakkan semen pada object glass, ditutup dengan cover glass dan diamati di
bawah mikroskop.
Interpretasi : apabila urin yang digunakan adalah urin wanita hamil (bawah 3 bulan),
maka semen katak akan teramati di bawah mikroskop.
B. Sistem respirasi
Disiapkan 3 orang mahasiswa.
Pelaku pertama diistirahatkan selam 5 menit dan dhitung respirasinya.
Pelaku kedua melakukan aktivitas lari-lari kecil dan dihitung respirasinya.
Pelaku ketiga melakukan kegiatan berlari dan melompat dan dihutung respirasinya.
Hasilnya dicatat dan dibandingkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1. Sistem Endokrin
Gambar 1.1. Penyuntikan urin terhadap katak Gambar 1.2. Penarikan semen katak
2. Sistem Respirasi
Gambar 2.1. Probandus pelaku kedua Gambar 2.2. Probandus pelaku ketiga
4.2 Pembahasan
A. Sistem endokrin
Pada percobaan mengenai sistem endokrin, urin ibu hamil disuntikan di daerah cloaca
katak jantan kemUdian di biarkan selama 1,5 jam. Pada saat penarikan semen dari cloaca
katak jantan, hanya sedikit semen yang didapatkan. Akan tetapi pada saat pemeriksaan di
bawah mikroskop tidak ada hasil yang yang didapatkan, mungkin karena ada beberapat
faktor seperti pengambilan urin wanita hamil lebih dari tiga jam pada saat ingin dipakai,
urin wanita hamil yang lebih dari 3 bulan, mikroskop yang kurang bagus, dan lain lain.
B. Sistem Respirasi
Pada percobaan sistem respirasi, 3 probandus akan melakukan perlakuan yang
berbeda. Probandus pertama akan duduk istirahat selama 5 menit dan kemudian dihitung
respirasinya. Probandus kedua akan berlari-lari kecil selama 5 menit dan dihitung
respirasinya dan probandus ketiga akan berlari an melompat selama 5 menit dan
kemudian dihitung respirasinya. Dari ketiga perlakuan tersebut menghasilkan data yang
berbeda. Untuk pobandus memiliki frekuensi pernapasan 21/ menit. Untuk probandus
kedua memiliki frekuensi pernapasan 58/menit dan probandus ketiga memiliki frekuensi
pernapsan 64/menit. Hal tersebut dikarenakan Pada saat latihan yang intensif konsumsi
oksigen akan meningkat. Seorang atlet yang latihan teratur mempunyai kapasitas paru
yang lebih besar dibandingkan dengan individu yang tidak pernah berlatih. pada saat
latihan yang intesif laju respirasi meningkat 35-45 kali/menit. Pada seorang atlet yang
terlatih laju respirasi dapat mencapai 60-70 kali/menit selama latihan maksimal
(Hernawati, 2010).
RANGKUMAN
1. Pada saat penarikan semen dari cloaca katak jantan, hanya sedikit yang keluar. Dan tidak
ditemukannya hasil pada saat pengujian di bawah mikroskop karena adanya beberapa
faktor
2. Dari ketiga perlakuan tersebut menghasilkan data yang berbeda. Untuk pobandus
memiliki frekuensi pernapasan 21/ menit. Untuk probandus kedua memiliki frekuensi
pernapasan 58/menit dan probandus ketiga memiliki frekuensi pernapsan 64/menit. Hal
tersebut dikarenakan pada saat latihan yang intensif konsumsi oksigen akan meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 2013. Sistem Endokrin. Bandung : Sekolah Tinggi Farmasi Press.
Burggren, Warren W., Alfred P. Fishman., dan Fred N. White. 2016. Respiratory system
[artikel]., diakses pada https://www.britannica.com/science/respiratory-system., pada
tanggal 10 Desember 2017, pukul 18.06 Wita.
Dowling, Herndon G., dan George R. Zug. 2017. Reptile [artikel]., diakses pada
https://www.britannica.com/animal/reptile, pada tanggal 10 Desember 2017, pukul
18.44 Wita.
Erdiansyah. 2011. Sistem respirasi pada ikan. [Karya Tulis Ilmiah]. Diakses pada
http://karyatulisilmiah.com/ pada tanggal 10 Desember 2017 pada pukul 19.28 WITA.
Herlina. 2013. Sistem Endokrin. Malang: Universitas Brawijaya Press.
Hernawati . 2010. Sistem Pernapasan Manusia Pada Kondisi Latihan Dan Perbedaan
Ketinggian.Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.
Ihsan, K.2013. Kondisi Fisiologis (Hematologi, Denyut Jantung, Frekuensi Respirasi, Dan
Suhu Tubuh) Sapi Perah Kering Kandang Di KPBS Pangalengan.[Skripsi]. Bogor :
Institut Pertanian Bogor.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius
Kusnadi. 2010. Sistem Endokrin. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Press.
Mad’a, Patrick dan Josef Fontana. 2016. General mechanism of the endocrine regulation
[Artikel]. Diakses pada http://fblt.cz/en/skripta/xi-regulacni-mechanismy-1-endokrinni-
regulace/2-obecne-principy-endokrinni-regulace/ pada tanggal 10 Desember 2017
pukul 19.55 WITA.
Mappanyukki, A. A. 2011. Komsumsi Oksigen dalam Latihan. Jurnal Ilara, Volume I I,
Nomor 1, Juni 2011, Hlm. 1 – 9.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta : Salemba.
Pandey, A. K., P.K. Praveen, S. Ganguly, P. A. Para, R. Wakchaure, Saroj and T. Mahajan.
2015 .Avian respiratory anatomy and physiology with it interspecies variation : a
review. World Journal Of Pharmaceutical And Life Sciences. wjpls, 2015, Vol. 1,
Issue 3, 137-148.
Reece, William O. 2015. Duke’s Physiology of Domestic Animals. Amerika Serikat : Wiley-
Blackwell.
Rifa’i, A, S. S. Edi , Sunarno.2013. Aplikasi Sensor Tekanan Gas Mpx5100 Dalam Alat
Ukur Kapasitas Vital Paru-Paru. Unnes Physics Journal. UPJ 2 (1) (2013).
Sanjaya. Herry. 2012. Dasar Fisiolgi Ternak. Makassar : Universitas Hasanuddin
Sansri, Diah KD. 2013. Anatomi Fisiologi Sistem Endokrin. Bandung : Poltekkes Bandung
Press.
Tattersall, G. J. 2014. Skin Breathing in Amphibians. Department of Biological Sciences
Brock University.
Wibowo, Daniel S. 2005. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta : Grasindo.