Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI VETERINER DAN SATWA AKUATIK I

NAMA : SUCI RAMDHANI

NIM : O 111 16 510

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2017
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Suci Ramdhani


NIM : O 111 16 510
Nama Asisten : Alya Amaliah
Waktu Asistensi

No. Jadwal Asistensi Saran Perbaikan Paraf Asisten

Makassar, 12 Desember 2017


Asisten Praktikan

Alya Amaliah Suci Ramdhani


JUDUL PRAKTIKUM
Sistem Endokrin dan Sistem Respirasi

TUJUAN PRAKTIKUM
1. Untuk melihat bagaimana pengaruh urin wanita hamil (dibawah 3 bulan) terhadap
semen katak dewasa
2. Untuk mengetahui pengaruh dari hormone HCG terhadap semen katak jantan
3. Untuk mengetahui frekuensi respirasi setelah melakukan aktivitas

RUANG LINGKUP PRAKTIKUM


1. Melihat pengaruh urin wanita hamil (dibawah 3 bulan) yang telah disuntikkan
terhadap produksi semen katak jantan. Kemudian diamati di bawah mikroskop.
2. Melihat frekuensi pernapasan dari tiga mahasiswa setelah melakukan aktivitas seperti
berlari, lompat dan beristirahat
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sistem Endokrin
Sistem endokrin dapat dijumpai pada semua golongan hewan, baik vertebrata
maupun invertebrate. Pada umumnya, sistem endokrin bekerja untuk mengendalikan
berbagai fungsi fisiologis tubuh, antara lain aktivitas metabolism, pertumbuhan,
reprodduksi, regulasi osmotik, dan regulasi ionik (Isnaeni, 2014).
Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang mengeluarkan hormone ke dalam aliran
darah dan bukan ke dalam saluran yang menuju ke luar tubuh atau ke dalam salah satu
organ internal seperti kelenjar eksokrin. Sebagai contoh adalah kelenjar paratiroid, tiroid,
pituitary, dan adrenal, yang hanya berfungsi dalam sekresi hormon. Oleh karena itu
kelenjar endokrin disebut juga “Kelenjar Buntu”. Sedangkan kelenjar eksokrin
mensekresikanzatnya melalui pembuluh seperti kelenjar ludah, kelenjar keringat,
kelenjar air mata, dan kelenjar pencernaan makanan (Sanjaya, 2012).
Kelenjar endokrin yang terdapat di seluruh tubuh merupakan suatu sistem dan sistem
ini disebut sistem endokrin. Pada sistem endokrin, ada tiga bagian, yaitu sel sekresi,
mekanisme transport dan sel sasaranyang masing-masing mempunyai ciri-ciri yang khas.
Sel sekresi yaitu sel-sel khusus yang mensintesa dan mensekresikan hormon. Mekanisme
transport hormon dilakukan dengan mengangkut hormone sebagai larutan atau terikat
pada suatu komponen protein serum. Dalm sel sasaran, hormon dikirim dan diikat oleh
reseptor khusus yang membentuk kombinasi dan khas dengan satu jenis hormon
(Sanjaya, 2012)
B. Mekanisme Sistem Hormon
Kelenjar dari sistem endokrin menerima sinyal dari rangsangan luar. Ketika kelenjar
tertentu menentukan saatnya untuk melepaskan hormon, itu sinyal kelenjar lain dan agen
penghasil hormon untuk juga melepaskan sinyal. Ini disebut sumbu (Maďa dan Fontana,
2016)
Setiap kelenjar dan organ bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan.
Misalnya, jika seseorang dirangsang dari beberapa bentuk kegembiraan, hipotalamus
mengirim sinyal ke kelenjar pituitari, yang pada gilirannya mengirimkan sinyal untuk
menghasilkan adrenalin di kelenjar adrenal. Hormon sekunder juga dilepaskan selama
proses ini yang berdampak pada sistem, pencernaan, dan pengeluaran energi kekebalan
tubuh (Maďa dan Fontana, 2016)
Tambahan jenis sinyal endokrin ada pada tingkat sel. Sementara ini masih bekerja
dengan hormon, tingkat produksi jauh lebih kecil dari sumbu sinyal. Sinyal autokrin
terjadi dalam sel itu sendiri, ketika hormon dilepaskan melalui pesan kimia yang
mengikat dengan reseptor, menciptakan perubahan dalam sel. Pensinyalan Juxtacrine
terjadi antara sel-sel yang berdekatan dengan membran plasma dalam kontak dengan satu
sama lain. Hal ini menyebabkan tindakan dalam sel yang berdekatan atau dalam kedua
sel (Maďa dan Fontana, 2016).
C. Organ Endokrin dan Hormon yang dihasilkan
Menurut Wibowo (2005), kelenjar endokrin (endocrine gland) terdiri dari :
1. Kelenjar hipofise pituitary (hypophysis or pituitary gland) yang terletak didalam
rongga kepala dekat dasar otak
2. Kelenjar tiroid (thyroid gland) atau kelenjar gondok yang terletak di leher bagian
depan
3. Kelenjar paratiroid (parathyroid gland) dekat kelenjar tiroid
4. Kelenjar suprarenal (suprarenal gland) yang terletak di kutubu atas ginjal kiri –
kanan,
5. Pulau Langerhans (islets of langerhans) di dalam jaringan kelenjar pankreas,
6. Kelenjar kelamin (gonad) laki – laki di testis dan indung telur pada wanita. Plasenta
dapat juga dikategorikan sebagai kelenjar endokrin karena menghasilkan hormone,
Kelenjar endokrin yang terdapat diseluruh tubuh merupakan suatu sistem dan sistem
ini disebut sistem endokrin. Pada sistem endokrin, kita mengenal tiga bagian yaitu sel
sekresi, mekanisme transpor, dan sel – sel sasaran yang masing mempunyai ciri – ciri
khas. Sel sekresi yaitu sel – sel khusus yang menyintesis dan menyekresikan hormon.
Mekanisme transpor hormon dilakukan dengan mengangkut hormone sebagai larutan
atau terikat pada suatu komponen protein serum. Dalam sel sasaran, hormon dikirim dan
diikat oleh reseptor khusus yang membentuk kombinasi yang khas dengan satu jenis
hormon (Sanjaya, 2012).
1. Kelenjar hipofise atau pituitary
Kelenjar ini menghasilkan hormon pertumbuhan, hormon perangsang tiroid (TSH),
hormon perangsang gonad (FSH), dan lain – lain. Hormon pertumbuhan banyak
dihasilkan selama masa pertumbuhan, tetapi menurun setelah manusia mencapai usia
dewasa ( Arifin, 2013).
Kelenjar hipofise terdiri dari 2 lobus yaitu (Arifin, 2013) :
a. Lobus anterior (adenohipofise)
Lobus ini menghasilkan sejumlah hormon yang bekerja sebagai zat pengendali
produksi dari semua organ endokrin yang lain. Contoh hormon antara lain :
a. Hormon somatotropik, mengendalikan pertumbuhan tubuh
b. Hormon tirotropik, mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam menghasilkan
hormon tiroksin
c. Hormon ACTH (adrenokotikotropik), mengendalikan kelenjar suprarenal
2. Tiroid
Menurut (Hernawati, 2007) tiroid merupakan kelenjar yang terdiri dari folikel-folikel
dan terdapat di depan trakea.
a. Kelenjar yang terdapat di leher bagian depan di sebelah bawah jakun dan terdiri
dari dua buah lobus.
b. Kelenjar tiroid menghasilkan dua macam hormon yaitu tiroksin (T4) dan
Triiodontironin (T3).
c. Hormon ini dibuat di folikel jaringan tiroid dari asam amino (tiroksin) yang
mengandung yodium. Yodium secara aktif di akumulasi oleh kelenjar tiroid dari
darah. Oleh sebab itu kekurangan yodium dalam makanan dalam jangka waktu
yang lama mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok hingga 15 kali.
3. Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid menghasilkan parathormon yang turut mengatur kadar kalsium
darah (Arifin, 2013)
Fungsi umum dari kelenjar paratiroid adalah (Arifin, 2013) :
a. Mengatur metabolism fosfor
b. Mengatur kadar kalsium darah
4. Kelenjar Adrenal
Kelenjar ini berbentuk bola, atau topi yang menempel pada bagian atas ginjal. Pada
setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenalis dan dibagi atas dua bagian, yaitu
bagian luar (korteks) dan bagian tengah (medula) (Hernawati, 2007).
5. Kelenjar Suprarenal
Kelenjar suprarenal, bagian pinggir menghasilkan (cortex) dan tengah (medulla).
Dimana bagian cortex menghasilkan hormon pengatur keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh (adrenocorti cotrophic hormone, ACTH) sangat vital untuk
kehidupan. Bagian medulla menghasilkan adrenalin dan juga merupakan bagian dari
sistem simpatis ( Sansri, 2013).
6. Pulau Langerhans
Kelenjar ini terletak di dalam jaringan kelenjar pankreas. Kelenjar pankreas melalui
pulau – pulau langerhans yang tersebar di dalamnya menghasilkan hormon insulin dan
glukagon. Kedua hormon ini mengatur kadar dan penggunaan glukosa dalam darah
(Sansri, 2013).
7. Ovarium
Merupakan kelenjar kelamin wanita yang berfungsi menghasilkan sel telur, hormone
estrogen dan hormone progesterone. Sekresi estrogen dihasilkan oleh folikel de Graaf
dan dirangsang oleh FSH. Estrogen berfungsi menimbulkan dan mempertahankan
tanda – tanda kelamin sekunder pada wanita, misalnya perkembangan pinggul,
payudara, serta kulit menjadi halus. Progesteron dihasilkan oleh korpus luteum dan
dirangsang oleh LH. Progesteron berfungsi mempersiapkan dinding uterus agar dapat
menerima sel telur yang sudah dibuahi (Hernawati, 2007).
8. Testis
Testis pada mammalia terdiri dari tubulus yang dilapisi oleh sel – sel benih (sel
germinal), tubulus ini dikenal dengan tubulus seminiferus. Testis mensekresikan
hormon testosteron yang berfungsi merangsang pematangan sperma
(spermatogenesis) dan pembentukan tanda – tanda kelamin pria, misalnya
pertumbuhan kumis, janggut, bulu dada, jakun, dan membesarnya suara. Sekresi
hormon tersebut dirangsang oleh ICTH yang dihasilkan oleh hipofisis bagian anterior.
Sewaktu pubertas, hipofisis anterior memproduksi gonadotrofin, yaitu hormon FSH
dan LH. Sekresi kedua hormon ini dipengaruhi oleh GnRF (Gonadotropin Releasing
Factor) yang berasal dari hipotalamus (Hernawati, 2007).
9. Kelenjar Timus (Thymus gland)
Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar timus disebut timosin. Timosin ini berfungsi
merangsang proliferasi dan pematangan limfosit (Kusnadi, 2010).
10. Kelenjar Pineal (serebri epifis)
Mensekresikan melatonin untuk penghambatan fungsi reproduksi,seperti
spermatogenesis, oogenesis, dan pematangan seksual, sebagai antidioksidan di otak
(Herlina, 2013).
D. Pengertian Sistem Respirasi
Sistem pernafasan memiliki fungsi utama untuk menyuplai oksigen (O2) ke seluruh
tubuh dan mengeluarkan karbon dioksida (CO2) dari tubuh. Oksigen berfungsi pada
proses metabolisme dan pengatur konsentrasi ion hidrogen dalam cairan tubuh sehingga
proses metabolisme di dalam tubuh dapat berjalan baik. Pusat pernafasan diatur oleh
medulla oblongata dan pons. Medulla oblongata memiliki substansi retikularis berfungsi
sebagai pengaturan inspirasi dan ekspirasi dalam mengatur irama dasar pernafasan. Pons
berfungsi sebagai pusat pneumotaksik dan pusat apneumotaksik yang dapat
memengaruhi kecepatan dan irama pernafasan (Ihsan, 2013)
E. Mekanisme Respirasi
1. Mamalia
Inspirasi pada mamalia, seperti pada reptil, didukung oleh aspiration pump (isap).
Perluasan dada menurunkan tekanan antara paru-paru dan dinding dada, serta tekanan
di dalam paru-paru. Hal ini menyebabkan udara atmosfir mengalir ke paru-paru. Otot
utama inspirasi adalah diafragma dan otot interkostal eksternal. Diafragma adalah sel
otot domelike yang memisahkan rongga perut dan dada yang bergerak ke bawah saat
berkontraksi. Gerakan ke bawah memperbesar rongga dada dan menekan organ di
bawahnya. Sebagai otot koordinasi interkostal eksternal, rusuk memutar ke atas dan
lateral, meningkatkan lingkar dada. Selama latihan berat otot lain juga bisa digunakan.
Inspirasi berakhir dengan ditutupnya glottis (Burggren et al., 2016).
Saat ekspirasi, glotis terbuka, dan otot inspirasi relaksasi; Energi yang tersimpan
di dinding dada dan paru-paru menghasilkan kekuatan motif untuk ekspirasi. Selama
latihan atau saat respirasi bekerja, otot interkostal internal dan otot perut diaktifkan.
Interkostal internal menghasilkan depresi pada tulang rusuk dan penurunan lingkar
dada (Burggren et al., 2016).
2. Aves
Burung bisa bernafas melalui mulut atau lubang hidung (nares). Udara yang
memasuki bukaan ini (selama inspirasi) melewati faring & lalu masuk ke trakea (atau
tenggorokan). Trakea umumnya sepanjang leher. Namun, beberapa burung, seperti
crane, memiliki trakea yang sangat panjang (sampai 1,5 m) yang digulung dalam
lekukan tulang dada (Pandey et al., 2015).
Burung memiliki paru-paru, tapi mereka juga memiliki kantung udara.
Bergantung pada spesiesnya, burung tersebut memiliki tujuh atau sembilan kantung
udara. Kantung udara menurut Pandey et al (2015) meliputi:
a) Dua toraks posterior
b) Dua perut
c) Dua toraks anterior
d) Dua serviks (ini tidak ada pada beberapa spesies)
e) Satu interclavicular
Burung tidak memiliki diafragma; Sebagai gantinya, udara dipindahkan masuk
dan keluar dari sistem pernapasan melalui perubahan tekanan di kantung udara.
Burung bergantung pada otot leher cervix, otot torak dan perut untuk mendapatkan
inspirasi dan ekspirasi, yang keduanya merupakan proses aktif yang membutuhkan
aktivitas otot (Pandey et al., 2015).
3. Amphibi
Sebagian besar amfibi memiliki sirkulasi ganda - pulmoner dan sistemik - yang
terdiri dari atrium kanan dan kiri dan ventrikel tak terbagi. Pola distribusi aliran darah
serupa ada pada reptil dan pernapasan tertentu. Pernapasan kulit, atau kutaneous,
pertukaran gas adalah jalur respirasi penting di banyak vertebrata akuatik atau semi-
metalik, dan sangat berkembang dengan baik pada amfibi. Kulit amfibi mengandung
vaskulatur unik yang memfasilitasi pengambilan oksigen oksigen (O2) dan ekskresi
karbon dioksida (CO2). Pertukaran gas Kutaneous dapat secara rutin 0% sampai
100% serapan O 2 dan 20% sampai 100% ekskresi CO2 . Amfibi Mereka memiliki
epidermis yang relatif tipis dan, seperti juga,terlihat seperti kekurangan air. Dengan
demikian, amfibi sebagian besar terikat pada kehidupan akuatik atau semiaquatic.
Selain itu, tidak seperti paru-paru atau insang, kulit tidak memiliki pompa ventilasi
khusus dan oleh karena itu, dianggap sebagai organ pernapasan yang tidak diatur
dengan baik, dengan sedikit ruang untuk bertukar (Tattersal, 2014).
4. Reptil
Di paru-paru semua buaya dan banyak kadal dan kura-kura, luas permukaan
meningkat dengan perkembangan partisi yang pada gilirannya memiliki alveoli.
Karena pertukaran gas pernapasan terjadi di permukaan, peningkatan rasio luas
permukaan terhadap volume menyebabkan peningkatan efisiensi pernapasan. Dalam
hal ini paru-paru ular tidak seefektif paru-paru buaya. Kebanyakan reptil bernafas
dengan mengubah volume rongga tubuh. Dengan kontraksi otot yang menggerakkan
tulang rusuk, volume rongga tubuh meningkat, menciptakan tekanan negatif, yang
dipulihkan ke tingkat atmosfer melalui udara yang mengalir ke paru-paru. Dengan
kontraksi otot tubuh, volume rongga tubuh berkurang, memaksa udara keluar dari
paru-paru (Dowling dan Zug, 2017).
5. Pisces
Ikan hanya dapat hidup di air dan mempunyai alat pernapasan yang khusus. Ikan
bernapas dengan insang yang terdapat pada sisi kanan dan kiri kepala Insang
berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian
terluar dari insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan
erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dare sepasang filamen,
dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat
pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan OZ berdifusi
masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup
insang yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak
ditutupi oleh operculum (Erdiansyah,2011).
Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi
sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan
osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke
atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga
tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan 02 sehingga ikan tahan pada
kondisi yang kekurangan 02. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah: ikan gabus
dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan 02, selain dengan labirin, ikan mempunyai
gelembung renang yang terletak di dekat punggung (Erdiansyah, 2011).
F. Macam-macam pernapasan :
1. Abdominal
Pernapasan perut terjadi karena gerakan otot diafragma (sekat rongga badan yang
membatasi rongga dada dan rongga perut). Respirasi / Pernapasan Perut: Otot difragma pada
perut mengalami kontraksi, Diafragma datar, Volume rongga dada itu sebagai generasi
tambahan (Mappanyukki, 2011).
2. Thoracalis
Pernapasan dada terjadi karena gerakan tulang-tulang rusuk oleh otot-otot antar rusuk
(interkostal). Inspirasi terjadi jika otot-otot antar rusuk berkontraksi sehingga tulang-tulang
rusuk terangkat keatas, demikian pula tulang dada ikut terangkat keatas, sehingga rongga
dada membesar, sebaliknya ekspirasi terjadi jika otot-otot antar rusuk relaksasi.
(Mappanyukki, 2011).
Respirasi/Pernapasan Dada: Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut,
Tulang rusuk terangkat ke atas, Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara
dalam dada kecil sehingga udara masuk ke dalam badan. (Mappanyukki, 2011).
3. Thoracoabdominal
Pernapasan thoracoabdominalis merupakan gabungan antara pernapasan
abdomen dan pernapasan thorax yang dimana mekanisme inspirasi dalam pernapasan
tersebut diawali oleh relaksasi otot diafragma yang membesar. Pembesaran otot
diafragma ini membuat tekanan di rongga dada lebih kecil dibanding tekanan udara
luar, sehingga membuat oksigen masuk ke dalam paru-paru dengan mudah.
Kembalinya ukuran diafragma ke ukuran semula membuat tulang rusuk turun
sehingga menyebabkan rongga dada mengecil. Tekanan udara di dalam rongga dada
meningkat dan membuat udara dari dalam paru-paru keluar kembali (Muttaqin, 2008).
G. Macam-macam volume pernapasan
Menurut (Rifa’i et al., 2013) ada beberapa volume pernapasan, yakni :
1. Kapasitas tidal adalah jumlah udara yang keluar masuk paru-paru pada pernapasan
normal. Kegiatan inspirasi dan ekspirasi atau menghirup dan menghembuskan udara
dalam bernapas hanya menggunakan sekitar 500 cc volume udara pernapasan
(kapasitas tidal = ± 500 cc). Saat keadaan normal volume paru-paru manusia
mencapai 4500 cc, yang disebut sebagai kapasitas total udara pernapasan manusia.
2. Kapasitas vital udara yang digunakan dalam proses bernapas mencapai 3500 cc, yang
1000 cc merupakan sisa udara yang tidak dapat digunakan tetapi senantiasa mengisi
bagian paru-paru sebagai residu atau udara sisa. Kapasitas vital adalah jumlah udara
maksimun yang dapat dikeluarkan seseorang setelah mengisi paru-parunya secara
maksimum.
H. Frekuensi pernapasan normal pada :
Menurut Reece (2015) frekuensi pernapasan normal beberapa hewan, yaitu :
MATERI DAN METODE
3.1 Materi
3.1.1 Alat
1. Mikroskop
2. Objek Glass
3. Cover Glass
4. Pipet
5. Spuit 3 Cc
6. Stopwatch
3.1.2 Bahan
1. Katak bufo (jantan dewasa)
2. Urin wanita hamil
3. Probandus

3.2 Metode
A. Sistem endokrin
 Disuntikkan urin wanita hamil secara SC pada katak.
 Ditunggi selama 1- 1,5jam.
 Digunakan pipet untuk koleksi semen pada cloaca katak.
 Diletakkan semen pada object glass, ditutup dengan cover glass dan diamati di
bawah mikroskop.
 Interpretasi : apabila urin yang digunakan adalah urin wanita hamil (bawah 3 bulan),
maka semen katak akan teramati di bawah mikroskop.
B. Sistem respirasi
 Disiapkan 3 orang mahasiswa.
 Pelaku pertama diistirahatkan selam 5 menit dan dhitung respirasinya.
 Pelaku kedua melakukan aktivitas lari-lari kecil dan dihitung respirasinya.
 Pelaku ketiga melakukan kegiatan berlari dan melompat dan dihutung respirasinya.
 Hasilnya dicatat dan dibandingkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1. Sistem Endokrin

Gambar 1.1. Penyuntikan urin terhadap katak Gambar 1.2. Penarikan semen katak

2. Sistem Respirasi

Gambar 2.1. Probandus pelaku kedua Gambar 2.2. Probandus pelaku ketiga

Gambar 2.3. Probandus pelaku utama

4.2 Pembahasan
A. Sistem endokrin
Pada percobaan mengenai sistem endokrin, urin ibu hamil disuntikan di daerah cloaca
katak jantan kemUdian di biarkan selama 1,5 jam. Pada saat penarikan semen dari cloaca
katak jantan, hanya sedikit semen yang didapatkan. Akan tetapi pada saat pemeriksaan di
bawah mikroskop tidak ada hasil yang yang didapatkan, mungkin karena ada beberapat
faktor seperti pengambilan urin wanita hamil lebih dari tiga jam pada saat ingin dipakai,
urin wanita hamil yang lebih dari 3 bulan, mikroskop yang kurang bagus, dan lain lain.
B. Sistem Respirasi
Pada percobaan sistem respirasi, 3 probandus akan melakukan perlakuan yang
berbeda. Probandus pertama akan duduk istirahat selama 5 menit dan kemudian dihitung
respirasinya. Probandus kedua akan berlari-lari kecil selama 5 menit dan dihitung
respirasinya dan probandus ketiga akan berlari an melompat selama 5 menit dan
kemudian dihitung respirasinya. Dari ketiga perlakuan tersebut menghasilkan data yang
berbeda. Untuk pobandus memiliki frekuensi pernapasan 21/ menit. Untuk probandus
kedua memiliki frekuensi pernapasan 58/menit dan probandus ketiga memiliki frekuensi
pernapsan 64/menit. Hal tersebut dikarenakan Pada saat latihan yang intensif konsumsi
oksigen akan meningkat. Seorang atlet yang latihan teratur mempunyai kapasitas paru
yang lebih besar dibandingkan dengan individu yang tidak pernah berlatih. pada saat
latihan yang intesif laju respirasi meningkat 35-45 kali/menit. Pada seorang atlet yang
terlatih laju respirasi dapat mencapai 60-70 kali/menit selama latihan maksimal
(Hernawati, 2010).
RANGKUMAN
1. Pada saat penarikan semen dari cloaca katak jantan, hanya sedikit yang keluar. Dan tidak
ditemukannya hasil pada saat pengujian di bawah mikroskop karena adanya beberapa
faktor
2. Dari ketiga perlakuan tersebut menghasilkan data yang berbeda. Untuk pobandus
memiliki frekuensi pernapasan 21/ menit. Untuk probandus kedua memiliki frekuensi
pernapasan 58/menit dan probandus ketiga memiliki frekuensi pernapsan 64/menit. Hal
tersebut dikarenakan pada saat latihan yang intensif konsumsi oksigen akan meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 2013. Sistem Endokrin. Bandung : Sekolah Tinggi Farmasi Press.
Burggren, Warren W., Alfred P. Fishman., dan Fred N. White. 2016. Respiratory system
[artikel]., diakses pada https://www.britannica.com/science/respiratory-system., pada
tanggal 10 Desember 2017, pukul 18.06 Wita.
Dowling, Herndon G., dan George R. Zug. 2017. Reptile [artikel]., diakses pada
https://www.britannica.com/animal/reptile, pada tanggal 10 Desember 2017, pukul
18.44 Wita.
Erdiansyah. 2011. Sistem respirasi pada ikan. [Karya Tulis Ilmiah]. Diakses pada
http://karyatulisilmiah.com/ pada tanggal 10 Desember 2017 pada pukul 19.28 WITA.
Herlina. 2013. Sistem Endokrin. Malang: Universitas Brawijaya Press.
Hernawati . 2010. Sistem Pernapasan Manusia Pada Kondisi Latihan Dan Perbedaan
Ketinggian.Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.
Ihsan, K.2013. Kondisi Fisiologis (Hematologi, Denyut Jantung, Frekuensi Respirasi, Dan
Suhu Tubuh) Sapi Perah Kering Kandang Di KPBS Pangalengan.[Skripsi]. Bogor :
Institut Pertanian Bogor.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius
Kusnadi. 2010. Sistem Endokrin. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Press.
Mad’a, Patrick dan Josef Fontana. 2016. General mechanism of the endocrine regulation
[Artikel]. Diakses pada http://fblt.cz/en/skripta/xi-regulacni-mechanismy-1-endokrinni-
regulace/2-obecne-principy-endokrinni-regulace/ pada tanggal 10 Desember 2017
pukul 19.55 WITA.
Mappanyukki, A. A. 2011. Komsumsi Oksigen dalam Latihan. Jurnal Ilara, Volume I I,
Nomor 1, Juni 2011, Hlm. 1 – 9.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta : Salemba.
Pandey, A. K., P.K. Praveen, S. Ganguly, P. A. Para, R. Wakchaure, Saroj and T. Mahajan.
2015 .Avian respiratory anatomy and physiology with it interspecies variation : a
review. World Journal Of Pharmaceutical And Life Sciences. wjpls, 2015, Vol. 1,
Issue 3, 137-148.
Reece, William O. 2015. Duke’s Physiology of Domestic Animals. Amerika Serikat : Wiley-
Blackwell.
Rifa’i, A, S. S. Edi , Sunarno.2013. Aplikasi Sensor Tekanan Gas Mpx5100 Dalam Alat
Ukur Kapasitas Vital Paru-Paru. Unnes Physics Journal. UPJ 2 (1) (2013).
Sanjaya. Herry. 2012. Dasar Fisiolgi Ternak. Makassar : Universitas Hasanuddin
Sansri, Diah KD. 2013. Anatomi Fisiologi Sistem Endokrin. Bandung : Poltekkes Bandung
Press.
Tattersall, G. J. 2014. Skin Breathing in Amphibians. Department of Biological Sciences
Brock University.
Wibowo, Daniel S. 2005. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta : Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai