Kelompok : 1 (Satu)
Dosen : dr. Septi Handayani, M. Si
1.1 Tujuan
1.1.1 ENZIM
1) PENGARUH SUHU
Untuk mengetahui suhu ideal agar reaksi antara enzim dan substrat berjalan secara
optimal.
Untuk mengetahui suhu yang dapat membuat reaksi antara enzim dan substrat
mengalami inactive.
Untuk memgetahui suhu yang dapat membuat reaksi antara enzim dan substrat
mengalami denatures.
2) PENGARUH pH
Praktikum yang kami lakukan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi
substrat terhadap aktivitas enzim pepsin yang terdapat pada kasein (Susu).
1.1.2 PERAGIAN
Percobaan ini bertujuan untuk membuktikan bahwa di dalam sel ragi terjadi reaksi
oksidasi karbohidrat menjadi CO2 dan etanol dalam keadaan anaerob. Juga memperlihatkan
bahwa tidak semua karbohidrat dapat diragikan (galaktosa tidak dapat diragikan).
Percobaan ini bertujuan untuk membuktikan adanya enzim peroksidase di dalam susu
segar.
Percobaan ini bertujuan untuk memperlihatkan adanya enzim oksidase dalam kentang.
Pengaruh cara pemeraman yang berbeda terhadap kandungan vitamin C buah pisang
Raja
Adanya interaksi antara cara dan lama pemeraman terhadap kandungan vitamin C
buah pisang Raja.
LANDASAN TEORI
2.1.1 ENZIM
Berbagai ratusan reaksi kimia di dalam sel hidup dapat terjadi dengan cepat pada suhu
tubuh normal tanpa perlu pemanasan atau tekanan yang tinggi seperti layaknya reaksi
kimia dalam laboratorium. Hal tersebut dapat terjadi karena di dalam sel terdapat
berbagai macam enzim. Enzim adalah suatu molekul protein yang memiliki sifat katalitik
atau mampu mempercepat suatu reaksi kimia. Sejumlah energi yang disebut energi
aktivasi diperlukan agar suatu reaksi kimia dapat berjalan. Enzim dapat menurunkan
energi aktivasi yang dapat mempercepat reaksi kimia sehingga untuk memulai terjadinya
reaksi tidak memerlukan waktu yang lama atau suhu yang tinggi ataupun tekanan yang
tinggi.
Berikut gambar yang membedakan penurunan energi aktivasi dengan adanya enzim.
Enzim dapat melemahkan ikatan kovalen pada substrat atau mengikat substrat dalam
posisi sedemikian rupa sehingga substrat dapat segera bereaksi. Enzim merupakan molekul
protein sehingga sifat-sifatnya mengikuti sifat-sifat protein. Faktor-faktor yang dapat
mengubah struktur protein, maka dapat mengubah aktivitas katalitiknya, yaitu
Struktur protein terdiri dari deretan asam-asam amino yang mempunyai muatan tertentu
dan sifat keasaman atau kebasaan yang berbeda-beda pada kondisi pH larutan tertentu. Oleh
karena itu, pH larutan termasuk salah satu faktor yang dapat mengubah struktur protein.
2. Suhu
Ikatan kimia dalam protein bersifat tidak stabil terutama pada suhu tinggi. Pemaparan suhu
tinggi dapat mengakibatkan perubahan struktur protein.
Sebagai molekul protein, molekul enzim berukuran sangat besar apabila dibandingkan
dengan senyawa kimia lain. Pada bagian sisi enzim terdapat suatu tempat yang sangat penting
untuk melakukan aksinya dalam mempercepat suatu reaksi kimia yang disebut tempat aktif
atau sisi aktif. Apabila sisi aktif tersebut terganggu, maka kecepatan reaksi enzimatik akan
menurun. Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh senyawa yang strukturnya mirip dengan
substrat sehingga dapat menempel atau berikatan dengan enzim. Ikatan tersebut
menyebabkan penghambatan substrat asli dengan sisi aktif enzim sehingga kecepatan reaksi
enzim dapat menurun.
Senyawa yang mirip substrat disebut inhibitor kompetitif karena bersifat kompetittif
terhadap substrat aslinya. Berbagai bahan kimia dapat juga merusak struktur enzim, misalnya
pelarut organik karena dapat berinteraksi dengan rantai samping asam amino penyusun
protein. Reaksi umum enzim adalah sebagai berikut
VE-S (kecepatan pembentukan komplek E-S) akan semakin cepat kalau konsentrasi enzim
[E] ditingkatkan sehingga kecepatan reaksi juga akan semakin cepat.
1. Kecepatan reaksi enzimatik dapat ditetapkan dengan tiga macam cara, yaitu:
2. Menentukan jumlah produk yang terbentuk
3. Menentukan jumlah substrat yang bereaksi atau substrat yang tersisa
4. Menentukan enzim yang ikut bereaksi
Pepsin adalah suatu protease, yaitu protein yang memecah protein menjadi peptide.
Pepsin banyak terdapat pada lambung dan disekresi oleh sel parietal lambung. Enzim ini
dapat bekerja optimum di lingkungan asam pada konsentrasi HCl 0,1 N. Salah satu protein
dengan substrat pepsin adalah protein susu (kasein). Pemberian pepsin pada kasein akan
menyebabkan struktur kimia kasein akan terganggu dan berubah menjadi parakasein.
Perubahan struktur kasein menyebabkan berkurangnya kelarutan protein tersebut dalam air
akibat terjadinya proses penggumpalan. Dalam pencernaan manusia, penggumpalan seperti
ini bertujuan agar parakasein dapat lebih lama berada di lambung sehingga proses pencernaan
oleh enzim-enzim lain di lambung lebih sempurna.
Proses mulainya penggumpalan susu tersebut pada praktikum ini digunakan sebagai titik
pengamatan terbentuknya produk. Dengan asumsi jumlah produk yang terbentuk pada tiap
reaksi, maka apabila kecepatan (V) adalah jumlah produk (P) yang terbentuk per waktu (t)
adalah sama, maka kecepatan reaksi V = 1/t. Untuk mendapatkan kurva hubungan antara
konsentrasi enzim/substrat dengan kecepatan reaksi enzim, maka pada akhir praktikum
mahasiswa diwajibkan untuk menggambarkan kurva hubungan antara konsterasi enzim
[E]/substrat [S] dengan kecepatan reaski enzim (V).
Enzim adalah substansi dengan dasar protein yang terdapat pada manusia, hewan,
maupun tumbuhan. Enzim membantu proses metabolisme didalam tubuh yang
memungkinkan proses kehidupan dapat berjalan. Enzim ini merupakan bagian integral
dari proses metabolisme tubuh. Enzim berguna untuk memecah makanan menjadi bagian
yang lebih kecil. Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme
dikatalis oleh enzim. Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi
metabolisme sel akan terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu.
Didalam sel terdapat banyak jenis enzim yang berlainan kekhasannya, artinya suatu
enzim hanya menjadi katalisator untuk reaksi tertentu saja. Ada enzim yang dapat
mengkatalisa suatu kelompok substrat saja, dan ada pula yang bersifat stereo spesifik
karena enzim mengkataliser reaksi-reaksi didalam sistem biologis, maka enzim juga
disebut sebagai biokatalisator. DIantara sejumlah enzim yang berpatisi didalam
metabolisme terdapat sekelompok khusus yang dikenal sebagai enzim pengatur yang
dapat mengenali berbagai isyarat yang dapat diterima. Melalui aktivitasnya sistem enzim
terkoordinasi dengan baik menghasilkan suatu hubungan diantara sejumlah aktivitas
metabolik yang diperlukan untuk menunjang kehidupan. Enzim di katakan aktif apabila zat
tersebut mempunyai kemampuan untuk melaksanakan aktivitas katalitiknya. Beberapa
enzim mempunyai aktivitas diantaranya spesifik untuk D dan L dan isomer. Enzim L-
asam amino oksidase hanya pada L-asam amino oksidase tidak bereaksi terhadap isomer D-
asam amino. Beberapa enzim memerlukan suatu ko-faktor yang bukan protein dan biasanya
agak longgar berikatan dengan enzim.
1. Enzim
Enzim merupakan golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel
hidup dan mempunyai fungsi penting sebagai biokatalisator pada reaksi-reaksi
biokimia. Semua enzim adalah protein dengan pengecualian pada beberapa RNA
(ribozim) yang mempunyai aktivitas katalitik. Enzim dikenal sebagai katalis yang
paling efisien. Aktivitas katalitik enzim tergantung pada keutuhan dari konformasi
protein nativenya. Jika enzim didenaturasi atau terpisah menjadi subunitnya, maka
aktivitas katalitiknya biasanya hilang. Jika enzim didegradasi menjadi asam amino,
aktivitas katalitiknya selalu hancur. Dengan demikian struktur primer, struktur
sekunder, tersier, dan quartener dari protein enzim adalah essensial untuk aktivitas
katalitiknya.
2. Enzim Pepsin
Enzim pepsin merupakan sebuah protein yang dikenal bertindak pada proses
pencernaan makanan, dari bahasa Yunani, pepsin “digestion” dan lyzozyme
dinamakan karena kesanggupannya mendegradasi dinding sel bakteri.
3. Kasein
Salah satu protein dengan substrat pepsin adalah protein susu (Kasein). Kasein
atau “Βcasein” merupakan jenis protein susu dengan sifat hidrofobik paling kuat
diantara jenis protein susu lainnya.
A. Faktor pH
B. Suhu
Seperti halnya pH, aktivitas kerja enzim juga dipengaruhi oleh temperatur
lingkungan dimana enzim bekerja. Sama seperti reaksi kimia biasa, suhu biasanya
dapat mempercepat proses reaksi, namun demikian pada titik suhu tertentu kecepatan
reaksi yang dikatalisis oleh enzim akan mulai menurun bahkan aktivitasnya tidak lagi
nampak. Kondisi suhu dimana enzim dapat menghasilkan aktivitas tertinggi
dinamakan suhu atau temperatur optimum. Oleh karena enzim berstruktur protein,
sebagaimana diketahui bahwa protein dapat dirusak oleh panas, sehingga pada suhu
tinggi tertentu aktivitas enzim mulai menurun dan bahkan aktivitasnya menghilang.
Hal ini sangat dimungkinkan karena terjadinya denaturasi atau kerusakan struktur
enzim yang dapat menyebabkan kerusakan enzim baik secara keseluruhan maupun
sebagian terutama sisi aktifnya.
C. Konsentrasi Substrat
D. Konsentrasi Enzim
Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim
tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat tertentu,
kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.
E. Kofaktor
Sejumlah besar enzim membutuhkan suatu komponen lain untuk dapat
berfungsi sebagai katalis. Komponen ini secara umum disebut kofaktor. Kofaktor ini
dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu : gugus prostetik, koenzim dan aktivator.
Aktivator pada umumnya ialah ion-ion logam yang dapat terikat atau mudah terlepas
dari enzim. Contoh aktivator logam adalah K+ , Mn++, Mg++, Cu++ , atau Zn++.
F. Inhibitor
2.1.2 PERAGIAN
Karbohidrat seperti glukosa dan sukrosa dapat diuraikan dalam keadaan anaerob oleh
enzim-enzim dalam ragi menjadi CO2 dan etanol.
Hidrogen peroksida akan direduksi oleh peroksidase di dalam susu mejadi H2O.
Sebagai donor hidrogen digunakan guaikol yang teroksidasi akan berwarna biru.
PPO juga akan mengubah pirogalol menjadi purpurogalin yang berwarna coklat.
Senyawa fenol dalam pisang akan teroksidasi oleh oksigen dari udara menjadi
senyawa kinon yang berwarna coklat dan H2O2, sehingga pisang akan berwarna coklat bila
didiamkan pada udara terbuka. Tetapi pisang yang telah dicelupkan dalam larutan vitamin C
tidak berwarna coklat, karena vitamin C dioksidasi (sebagai antioksidan) oleh udara menjadi
vitamin C yang teroksidasi, sehingga pisang tetap segar/tidak teroksidasi.
Oksidasi asam lemak tidak jenuh jamak (Poly Unsaturated Fatty Acid/PUFA) pada
tahap awal menghasilkan dien terkonjugasi (conjugated diene), yaitu senyawa yang
mengandung susunan ikatan rangkap-tunggal-rangkap yang menyerap sinar ultraviolet pada
panjang gelombang 230-235 nm. Serapan pada panjang gelombang ultraviolet ini dapat
menggambarkan proses peroksidasi lipid murni maupun lipoprotein. Pemberian vitamin E
dapat menghambat proses peroksidasi lipid yang tampak pada penurunan serapan pada
panjang gelombang 230-235 nm.
BAB III
METODOLOGI
3.1 ALAT
3.1.1 ENZIM
• Tabung Reaksi
• Gelas Ukur
• Indikator Universal
• Pipet Tetes
• Stopwatch
• Kertas Label
• Penangas Air
3.1.2 PERAGIAN
• Gelas ukur
• Tabung reaksi dan rak tabung reaksi
• Penjepit
• Pembakar spiritus
TIDAK ADA
• Tabung Reaksi
• Pipet Pasteur 5 ml
• Spectrophotometer
• Kuvet
3.2 BAHAN
3.2.1 ENZIM
1. PENGARUH SUHU
• Susu Sapi
• Larutan Enzim Pepsin 0,5%
• Batu Es
2. PENGARUH pH
• Susu Sapi
• NaOH
• Pepsin 1%
• HCl
• Air
3. PENGARUH KADAR SUBSTRAT
• Susu sapi
• Akuades
• Enzim Pepsin 0,2%
4. PENGARUH KADAR ENZIM
• Susu Sapi
• Larutan Enzim : 0,2% ; 0,1% ; 0,05%
5. PENGARUH ANTISEPTIK TERHADAP KECEPATAN REAKSI ENZIM
• Susu Sapi
• Larutan Enzim 0,2% 2 ml
• Kloroform
• Fenol 5%
• Sublimat 5%
• Air
3.2.2 PERAGIAN
• Susu segar
• Susu pasteurisasi : panaskan susu segar pada suhu 50°C selama 10 menit, kemudian
pada suhu 60°C selama 10 menit
• Susu pasteurisasi bermerek
• Larutan biru 0,02%
• Larutan formaldehid 0,4%
• Susu segar
• Larutan guaiakol dalam alkohol
• Larutan H2O2 3%
• Ekstrak kentang
• Larutan fenol 1%
• Larutan pirogalol 1%
• Pisang ambon
• Larutan vitamin C
3.3.1 ENZIM
1. PENGARUH SUHU
1) Masukkan 5 ml susu masing-masing ke dalam 4 tabung reaksi
2) Keram semua tabung selama kira-kira 10 menit.
Tabung 1 pada suhu 00C (es),
Tabung 2 pada suhu kamar,
Tabung 3 pada suhu 370C,
Tabung 4 pada suhu 800C.
3) Masukkan 1 ml larutan enzim 0,5% kedalam masing-masing tabung
4) Campurkan baik-baik dan catat waktu pencampuran
5) Keram kembali pada suhu semula sambil diamati berapa lama waktu yang dibutuhkan
sampai campuran tersebut menggumpal
2. PENGARUH pH
1) Menyediakan 3 buah tabung reaksi yang mengandung larutan sebagai berikut:
1. - - 5,0 5,0
2) Menambahkan ke dalam setiap tabung 1,2, dan 3 NaOH/HCI, air, dan pepsin seperti
dalam tabel diatas, kemudian cek pH akhir dan lakukan pencatatan.
3) Menambahkan susu sebanyak 5 ml, letakkan diatas penangas air 37°C
4) Mencatat waktu yang diperlukan untuk penggumpalan susu
3. PENGARUH KADAR SUBSTRAT
1) Menandai 3 tabung reaksi masing-masing dengan menuliskan Tabung 1, Tabung 2,
dan Tabung 3 yangi ditulis pada kertas label.
2) Mengisi 3 tabung reaksi masing-masing dengan 5 ml susu, 4 ml susu, dan 3 ml susu.
3) Mengisi tabung reaksi 2 dan 3 dengan 1 ml akuades dan 2 ml akuades.
4) Meletakkan ketiga tabung pada penangas air 370C selama 10 menit.
5) Menambahkan ke dalam masing-masing tabung 1 ml larutan enzim 0,2%.
6) Mencatat waktu mulai pencampuran. Kemudian, melanjutkan pengeraman pada 370C
sambil mengamati berapa lama waktu yang dibutuhkan sampai terjadi penggumpalan
susu.
4. PENGARUH KADAR ENZIM
1) Mengisi 3 tabung reaksi masing-masing dengan 5 ml susu lalu letakkan ketiga tabung
pada penangas air 370C selama 10 menit.
2) Menambahkan pada tabung 1 sebanyak 1 ml larutan enzim 0,2%, tabung 2 sebanyak 1
ml enzim 0,1%, tabung 3 sebanyak 1 ml enzim 0,05%. Catat waktu mulai
pencampuran.
3) Melanjutkan pengeraman pada 370C sambil diamati berapa lama waktu yang
dibutuhkan sampai terjadi penggumpalan susu.
5. PENGARUH ANTISEPTIK TERHADAP KECEPATAN REAKSI ENZIM
1) Isilah 4 tabung reaksi masing-masing dengan 5 ml susu lalu letakkan ketiga
tabung pada penangas air 370C.
2) Tambahkan 5 tetes kloroform pada tabung 1; 5 tetes fenol 1% pada
tabung 2; 5 tetes sublimat 1% pada tabung 3; dan 5 tetes air pada tabung
4.
3) Tambahkan 2 ml larutan enzim 0,2% ke masing-masing tabung. Catat
waktu mulai pencampuran.
4) Lanjutkan pengeraman pada 370C sambil diamati berapa lama waktu
yang dibutuhkan sampai terjadi penggumpalan susu.
3.3.2 PERAGIAN
1) Menyiapkan tabung 1 dan 2 dan memberikan label pada setiap tabung reaksi.
2) Mengupas dan memarut kentang, kemudian mengambil airnya.
3) Memasukkan esktrak ke dalam tabung I, II, III diisikan aquades 5 ml.
4) Tabung I ditetesi dengan larutan fenol 1% sebanyak 10 tetes.
5) Tabung II ditetesi larutan pirogalol 1% sebanyak 10 tetes
6) Mengocok tabung dan memperhatikan warna yang terbentuk.
1) Menyediakan 3 tabung reaksi dan tandai dengan 1, 2, dan 3, kemudian mengisi pada
masing-masing tabung 5 ml minyak jagung,
2) Menambahkan 10 tetes H2O2 pada tabung ke- 2 dan ke-3 ,
3) Menambahkan 10 tetes larutan vitamin E pada tabung ke-3,
4) Mengukur serapan ketiga sampel minyak jagung pada panjang gelombang 380 nm
dengan spectrophotometer (Karena batas minimal spectrophotometer laboratorium
adalah 320 nm),
5) Mencatat hasil serapan ketiga sampel minyak jagung,
6) Membandingkan ketiga serapan sampel minyak jagung.
BAB IV
4. 1 Hasil pengamatan
3.3.1 ENZIM
1. PENGARUH SUHU
Berapa suhu ketika kecepatan reaksi enzim paling maksimal (suhu optimum enzim)?
6
5
4
3
2
1
0
0° C 28° C 37° C 80° C
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, data pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim
pepsin dengan susu pasteurisasi menunjukkan bahwa suhu berpengaruh terhadap aktivitas
enzim pepsin dengan susu pasteurisasi dengan nilai aktivitas enzim pepsin tertinggi pada
perlakuan suhu 37° C
2. PENGARUH pH
Pada praktikum yang telah dilakukan, berikut data nilai pH pada tabung reaksi 1,2,
dan 3 sebelum dimasukan kedalam penangas air :
Tabung pH
1 4
2 14
3 5
Dari Hasil praktikum, didapatkan data berupa nilai pH pada tabung Reaksi 1, 2, dan 3 dimana
ph larutan setelah diletakan pada inkubator selama 15 menit menghasilkan data sebagai
berikut :
Tabung pH
1 6
2 13
3 4
pH Waktu Menggumpal
13 0
4 15 menit 12 detik
’
• Tabung 3 (3 ml kasein + 2 ml akuades)
1. Terdapat 3 tabung yang masing-masing tabung berisi susu yang sudah dicampur
dengan konsentrasi enzim yang berbeda
2. Ketiga tabung tersebut dimasukan ke penangas air dengan suhu 37, lalu amati setiap
5 menit sampai ada yang menggumpal pada bagian bawah tabung
Kloroform 10 menit
Fenol 5% 16 menit
Sublimat 5% 10 menit
Air 17 menit
JAWAB
Sukrosa
Glukosa
Laktosa
Galaktosa ❌
• Sukrosa
Adanya CO2 :
• Glukosa
Adanya CO2 :
Isapan pada ibu jari ada (kuat) dan menggunakan tabung reaksi
• Galaktosa
Bau etanolnya ada namun tidak menyengat
Adanya CO2 :
Isapan pada ibu jari tidak ada dan menggunakan tabung peragian
Susu Pasteur Bermerk (A) Biru tua pekat Biru tua pekat
Susu Pasteur Bermerk (B) Biru tua pekat Biru tua pekat
Susu Pasteur Bermerk (C) Biru tua pekat Biru tua pekat
Control Biru tua (tapi lebih muda Biru tua (tapi lebih muda
dari susu ABC) dari susu ABC)
1. 3 buah tabung reaksi, tabung pertama 5 ml susu segar dan tabung kedua 5 ml susu
pasteurisasi, tabung ketiga 5 ml susu pasteurisasi bermerek.
2. 3 tabung berisi susu dicampurkan dengan 1 ml larutan biru metilen dan 1 ml larutan
formaldehid 0,4% ke dalam tiap tabung.
3. Tabung kontrol juga ditambahkan 5 ml susu segar dan 1 ml biru metilen.
5. Semua tabung bereaksi setelah dimasukkan dalam penangas air hingga suhu 60°C selama
kurang lebih 10 menit.
BAHAN WARNA
Pisang Ambon yang terpapar udara secara Terdapat bintik-bintik kecoklatan dan warna
langsung memucat
Pisang Ambon yang telah dilarutkan dalam Pisang mengalami perubahan warna
vitamin C selama 20 menit menjadi kekuningan dan tidak muncul
bintik-bintik kecoklatan
3.3.1 ENZIM
1. PENGARUH SUHU
6
5
4
3
2
1
0
0° C 28° C 37° C 80° C
Kurva diatas menunjukkan bahwa pada suhu 0°C aktivitas enzim pepsin dengan susu
pasteurisasi membutuhkan waktu selama 5 menit 27 detik sedangkan pada suhu 28°C mengalami
peningkatan aktivitas enzim yaitu selama 3 menit. Kemudian, pada suhu 37°C aktivitas enzim pepsin
dengan susu pasteurisasi mengalami pereaksian tercepat yaitu selama 10 detik. Namun, pada suhu
80°C aktivitas enzim mengalami denaturasi dan pereaksiannya berlangsung selama 19 detik. Hal ini
menunjukkan bahwa suhu berperan sangat penting dalam reaksi enzimatik, karena enzim juga
merupakan suatu protein yang sangat rentan terhadap kondisi lingkungan. Adanya perubahan suhu
lingkungan akan mengakibatkan aktivitas enzim ikut mengalami perubahan.
Enzim bekerja dalam rentang suhu tertentu pada tiap jenis mikroorganisme. Sebagian besar
enzim memiliki aktivitas optimum pada suhu 20−50°C yang masuk dalam golongan mesozim (Volk
dan wheeler, 1984). Sedangkan menurut meryandini, (2009) enzim yang memiliki aktivitas optimum
diatas suhu 50°C sampai dengan 80°C masuk dalam golongan termozim (tahan panas) dan enzim
yang memiliki aktivitas optimum di atas 80°C disebut hipertermozim. Oleh karena itu pada penelitian
ini enzim pepsin yang direaksikan dengan susu pasteurisasi dalam golongan mesozim atau disebut
juga enzim yang stabil pada suhu sedang karena dapat bekerja optimum pada suhu 37°C.
Aplikasi enzim pada beberapa industri menghendaki enzim-enzim yang dalam beraktivitas
tahan terhadap panas (termostabil). Hal ini berkaitan dengan keuntungan yang akan diperoleh bila
proses produksi dilakukan pada suhu tinggi dapat menurunkan resiko kontaminasi, meningkatkan
kecepatan reaksi sehingga menghemat waktu, tenaga dan biaya, serta menurunkan viskositas
larutan fermentasi sehingga memudahkan proses produksi (Soeka et al, 2011).
2. PENGARUH pH
• Nilai pH
Dari Hasil praktikum, kami dapatkan data Berupa Nilai PH pada tabung
Reaksi 1 bernilai 6, tabung 2 bernilai 13, dan tabung 3 bernilai 4. Dimana setelah itu
ph semua larutan diletakan pada inkubator selama 15 menit menghasilkan sebuah
gumpalan. Tabung reaksi 1 menghasilkan gumpalan pada menit ke …, tabung 2
mengalami penggumpulan sebelum melakukan tahap memasukan larutan pada
penagangas air, dan tabung reaksi 3 mengalami penggumpulan pada menit 15. Karena
pepsin terdapat pada lambung yang memiliki sifat asam, maka nilai pH <7.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka pH yang bekerja paling baik
adalah tabug reaksi 3 saat pH 4.
• Kurva Hubungan Konsentrasi dengan Kecepatan Reaksi.
Untuk mendapatkan Kurva Hubungan antara Konsentrasi Enzim dengan Reaksi Enzim
didapatkan dengan perhitungan Sebagai berikut:
1
V=𝑡
1
V = 15
= 0,06 produk/menit
Maka dapat digambarkan kurva Hubungan antara Konsentrasi Enzim dengan
kecepatan Rx. Enzim Sebagai Berikut:
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Enzim Pepsin adalah enzim yang terdapat dalam perut yang akan mulai
mencerna protein dengan memecah protein menjadi bagian–bagian yang lebih kecil.
Enzim ini termasuk protease, pepsin disekresi dalam bentuk inaktif: pepsinogen, yang
akan diaktifkan oeh asam lambung. Enzim ini diproduksi oleh bagian mukosa dalam
perut yang berfungsi untuk mendegradasi protein. Enzim ini memiliki pH optimum 2-
4 dan akan inaktif pada pH diatas 6. Pepsin adalah salah satu dari 3 enzim yang
berfungsi untuk mendegradasi protein yang lain adalah kemotripsin dan tripsin.
Pengaruh konsentrasi substrat terhadap kerja enzim adalah ketika sisi aktif
enzim belum bekerja seluruhnya, penambahan konsentrasi substrat dapat
mempercepat laju reaksi. Namun, jika semua sisi aktif enzim sudah bekerja, maka
penambahan konsentrasi substrat tidak akan mempercepat laju reaksi. Pengaruh
konsesntrasi dapat dilihat dengan terbentuknya endapan. Konsentrasi substrat
berbanding lurus dengan kecepatan reaksi (Vrx) sampai pada batas maksimal yang
tetap (Vmax) (Sari, P. 2015)
Praktikum yang dilakukan kali ini yaitu tentang enzim. Lebih spesifiknya
yaitu menganalisis tentang enzim pepsin yang terdapat pada kasein (susu). Enzim
adalah protein yang berperan sebagai katalis dalam metabolism mahluk hidup. Enzim
berperan untuk mempercepat reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh mahluk hidup,
tetapi enzim itu sendiri tidak ikut bereaksi. Enzim pepsin adalah salah satu jenis
enzim pencernaan. Enzim yang terdapat di lambung ini memiliki peran yang sangat
penting dalam proses pencernaan dan penyerapan protein dalam makanan. Enzim ini
diproduksi di lambung, pankreas, dan usus halus. Sebagai salah satu enzim
pencernaan yang penting, fungsi enzim pepsin adalah memastikan penyerapan protein
berlangsung optimal. Berkat enzim pepsin, struktur protein dari setiap makanan bisa
dipecah menjadi asam amino. Ketika protein dipecah menjadi asam amino, maka
penyerapan nutrisi dalam usus menjadi lebih mudah (Samaranayaka A. G. P., 2012).
Agar reaksi betjalan optimum, maka perbandingan jumlah antara enzim dan substrat
harus sesuai. Jika enzim terlalu sedikit dan substrat terlalu banyak reaksi akan
berjalan lambat bahkan ada substrat yang tidak terkatalisasi. Semakin banyak enzim,
reaksi akan semakin cepat. Hasil praktikum menunjukkan bahwa dengan konsentrasi
enzim yang tetap, maka pertambahan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan
reaksi. Untuk dapat terjadi kompleks enzim substrat, diperlukan adanya kontak antara
enzim dengan substrat. Kontak ini terjadi pada suatu tempat atau bagian enzim yang
disebut bagian aktif. Pada konsentrasi substrat rendah, bagian aktif enzim ini hanya
menampung sedikit substrat. Bila konsentrasi substrat diperbesar, makin banyak
substrat yang dapat berhubungan dengan enzim pada bagian aktif tersebut. Dengan
demikian, konsentrasi kompleks enzim substrat makin besar dan hal ini menyebabkan
makin besarnya kecepatan reaksi. (Tim Dosen Praktikum Biokimia Dasar, 2015).
Pada percobaan ini, tabung yang mempunyai konsentrasi substrat yang optimum yaitu
tabung reaksi yang berisi 5 ml kasein (susu) dan 1 ml enzim pepsin 0,2 %.
4. PENGARUH KADAR ENZIM
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan didapati lama yang dibutuhkan sampai
terjadi penggumpalan suhu pada larutan enzim 0,2% selama 24 menit 57 detik, pada larutan
enzim 0,1% selama 23 menit 57 detik dan pada larutan enzim 0,05% selama 7 menit 36 detik.
Sehingga dapat kami simpulkan bahwa semakin tinggi kadar enzim maka semakin lama
waktu yang dibutuhkan untuk terjadi penggumpalan pada susu dan semakin rendah kadar
enzim maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk terjadi penggumpalan pada susu.
Hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi enzim ternyata berbanding lurus.
Jadi, semakin besar konsentrasi enzim, maka makin cepat laju reaksi. Kadang-kadang terjadi
penyimpangan dari persamaan ini, sehingga diperoleh garis agak melengkung. Semakin
banyak enzim yang berikatan dengan substrat, kecepatan reaksi semakin meningkat dan
semakin banyak kompleks enzim-substrat yang terbentuk. Maka produk yang terbentuk pun
semakin banyak.
3.3.2 PERAGIAN
Untuk mempercepat waktu pengamatan, reaksi dilakukan ditabung yang berbeda yaitu
tabung peragian dan tabung reaksi biasa. Penggunaan tabung yang berbeda diketahui tidak
mempengaruhi hasil reaksi, hanya saja terlihat.
Pada percobaan ini kami melakukan uji coba mekanisme kerja enzim schardinger
pada 4 tabung reaksi yang berisi susu pasteur bermerek A, susu pasteur bermerek B, susu
pasteur bermerek C dan kontrol.
Tabung 2 berisi susu pasteur bermerek B yang dicampurkan dengan 1 ml biru metilen
dan 1 ml formaldehid 0,4%. Sebelum dipanaskan warna nya biru tua pekat, kemudian setelah
dimasukkan dalam penangas air pada 60-65°C selama 34 menit warna nya tetap biru tua
pekat atau tidak berubah..
Tabung 3 berisi susu pasteur bermerek C yang dicampurkan dengan 1 ml biru metilen
dan 1 ml formaldehid 0,4%. Sebelum dipanaskan warna nya biru tua pekat, kemudian setelah
dimasukkan dalam penangas air pada suhu 60-65°C selama 34 menit warna nya tetap biru tua
pekat atau tidak berubah.
Tabung 4 sebagai kontrol berisi susu pasteur bermerek yang kemudian dicampurkan
dengan 1 ml biru metilen dan tanpa menggunakan formaldehid 0,4%. Sebelum dipanaskan
berwarna biru tua (tapi lebih muda dari susu ABC), setelah dimasukkan dalam penangas air
pada suhu 60-65°C selama kurang lebih 34 menit warna nya tetap biru tua (tapi lebih muda
dari susu ABC).
Setelah semua larutan dicampur dan ditunggu beberapa menit menghasilkan, susu
segar mengalami pengendapan, sedangkan susu yang dipanaskan tidak mengalami
pengendapan. Susu segar mengalami penggumpalan sedangkan Susu yang dipanaskan tidak
mengalami penggumpalan. Susu segar terpisah antara bagian atas dan bawah sehingga
berwarna bening di bagian atas, tetapi berwarna putih pada bagian bawah atau Pengendapan,
Sedangkan susu yang dipanaskan tidak mengalami Perubahan warna, yaitu tetap warna putih.
Sehingga disimpulkan susu segar mengalami reaksi Perubahan warna pada, bagian atas
berwarna bening dan putih pada bagian, terjadi penggumpalan, dan pengendapan. Sedangkan
susu yang dipanaskan tidak mengalami reaksi Perubahan. Jadi, untuk perubahan warna pada
kedua larutan ini tidak terjadi perubahan warna yang sangat berbeda/signifikan.
Pembahasan (Jurnal) :
Hal ini terjadi karena tabung yang dipanaskan akan mendenaturasi semua enzim
didalamnya termasuk enzim peroksidase, dan pemanasan ini biasa disebut sebagai proses
pasteurisasi sehingga enzim didalamnya menjadi rusak.
Enzim - Enzim peroksidase yang terdenaturasi tidak akan mereduksi hidrogen peroksida yang
berakibat tidak adanya gas O2 yang dihasilkan, sehingga penambahan larutan guaiak tidak
akan menimbulkan perubahan warna sampel susu menjadi merah atau jingga.
Pada saat larutan kentang yang telah diparut dan setelah didiamkan beberapa saat
terjadi pengendapan pada dasar tabung reaksi .
Setelah dicampur dengan larutan aquades sebanyak 5 ml, pada kedua tabung tersebut
terjadi perubahan warna menjadi lebih pucat dari sebelumnya.
Pada tabung reaksi fenol, setelah dicampurkan dengan larutan fenol 1% atau 10 tetes
lalu didiamkan beberapa saat, warnanya berubah menjadi coklat terang dan menghasilkan
gelembung.
Pada tabung reaksi pirogalol, setelah dicampurkan dengan larutan pirogalol 1% atau
sekitar 10 tetes, lalu didiamkan beberapa saat, warnanya berubah menjadi coklat gelap dan
menghasilkan gelembung.
Pada uji oksidase kedua (tabung reaksi 2) dimasukkan 5 ml ekstrak kentang dan 10
tetes larutan pirogalol 1%. Terjadi perubahan warna menjadi coklat tua. Fungsi penambahan
pirogalol 1%yaitu untuk mempercepat terjadinya reaksi oksidasi pirogalol oleh enzim PPO
kentang. Secara teori perubahan warna (ekstrak kentang+larutan fenol 10%) menjadi
kecoklatan menunjukkan adanya reaksi oksidasi senyawa fenol oleh enzim yang dimiliki
kentang yakni enzim PPO.
Fenol diubah menjadi katekol oleh enzim PPO, kemudian menjadi kinon.
Terbentuknya warna coklat pada reaksi tersebut dikarenakan proses kondensasi. Begitu pula
reaksi yang terjadi pada larutan ekstrak kentang yang ditambahkan larutan pirogalol 10%
terjadi perubahan warna pada ekstrak kentang menjadi warna coklat pekat.
Pada uji efek anti oksidan bertujuan untuk memperlihatkan efek antioksidan dari
vitamin C atau asam askorbat. Bahan yang digunakan yaituasam askorbat(Img/ml) dan
potongan pisang setelah20 menit amatiperubahan yang terjadi.
Pada tabung pertama (tabung 1) diberikan potongan pisang dan air sampai pisang
tersebut terendam. Setelah 20 menit amati perubahan yang terjadi. Pisang mengalami
perubahan dengan memcatnya pisang dan timbul warna kecoklatan (memucat)
Pada tabung kedua (tabung 2) di berikan pula potongan pisang danditambahkan asam
askorbat hingga pisang tersebut terendam. Pisang tidak mengalami perubahan.
Setelah 20 menit amati perubahan yang terjadi. secara teori adanya asam askorbat
akanmengalihkan kerja PPO dengan mengoksidasi asam askorbat menjadi
asamdehidroaskorbat dan H2O2. Akibatnya fenol yang ada dalam buah pisangterlindungi
dari oksidasi suhingga warna cokelat tidak terbentuk.Senyawa kimia dan reaksi yang dapat
menghasilkan spesies oksigen yang potensial bersifat toksik dapat dinamakan pro-oksidan.
Sebaliknya, senyawa dan reaksi yang mengeluarkan spesies oksigen tersebut, menekan
pembentukannya atau melawan kerjanya disebut antioksidan. Dalam sebuah sel normal
terdapat keseimbangan oksidan dan antioksidan yang tepat. Meskipun demikian,
keseimbangan ini dapat bergeser ke arah pro-oksidan ketika produksi spesies oksigen tersebut
sangat meningkat atau ketika kadar antioksidan menurun.Pertahanan sel terhadap toksisitas
oksigen masuk dalam kategori enzim antioksidan untuk mengeluarkan spesies oksigen
reaktif, vitamin dan scavenger (penyapu, pencari) radikal bebas antioksidan,
kompartementasi sel dan perbaikan. Enzim penyapu yang bersifat antioksidan mengeluarkan
atau menyingkirkan superoksidan dan hidrogen peroksida. Vitamin E, vitamin C, dan
mungkin karoteinoid, biasanya disebut sebagai vitamin antioksidan, dapat menghentikan
reaksi rantai radikal bebas.
3.3.7 UJI ANTIOKSIDAN VITAMIN E
Pada tabung pertama yang berisi minyak tidak jenuh sebanyak 5 ml setelah
dimasukkan ke dalam spectrophotometer didapatkan hasil serapan 0,478 nm.
Pada tabung kedua yang berisi minyak tidak jenuh sebanyak 5 ml dan H2O2 sebanyak
10 tetes pipet setelah dimasukkan ke dalam spectrophotometer didapatkan hasil serapan 0,604
nm.
Pada tabung ketiga yang berisi minyak tidak jenuh sebanyak 5 ml, H2O2 sebanyak 10
tetes pipet, dan vitamin E sebanyak 10 tetes pipet didapatkan hasil serapan 0,598 nm.
PENUTUP
5. 1 Kesimpulan
3.3.1 ENZIM
1. PENGARUH SUHU
Suhu 37 derajat adalh suhu yang paling optimum untuk digunakan saat melakukan
reaksi antara enzim dan substrat, dalam hal ini enzim yang digunakn adalah pepsin 0,5% 1 ml
dan substrat yang digunakan adalah susu pasteorisasi 5
2. PENGARUH pH
Dari pengamatan yang telah dilakukan, kita dapat mengetahui enzim adalah
biokatalisator dalam tubuh kita. Kerja enzim ditentukan oleh lingkungan. Pada enzim yang
berada pada lingkungan yang optimal seperti pH yang tepat, maka enzim akan bekerja
dengan sangat baik. Misalnya pada pepsin,dengan pH optimum maka akan bekerja optimal,
sedangkan pada keadaan basa, enzim ini tidak aktif. Begitu pula pada enzim yang telah
terdenaturasi oleh panas, maka enzim tidak dapat bekerja. Setiap tabung enzim berbeda-beda
konsentrasi dan jumlah penggumpalannya tergantung dari pH dari setiap enzimnya.
• Enzim merupakan biokatalisator. Enzim juga berperan mempercepat reaksi tanpa ikut
bereaksi.
• Semakin besar konsentrasi enzim pepsin, maka semakin banyak molekul substrat
yang dapat dipecahkan.
• Semakin besar konsentrasi kasein (substrat), maka laju reaksi enzimatis semakin
cepat.
• Penambahan akuades pada konsentrasi kasein (substrat) akan memperlambat reaksi
penggumpalan.
4. PENGARUH KADAR ENZIM
3.3.2 PERAGIAN
Dapat disimpulkan bahwa dari 4 tabung yang telah kita uji coba bahwa susu
pasteurisasi ini mengalami kerusakan atau denaturasi enzim walaupun sudah ditambah
larutan biru metilen dan larutan formaldehid 0,4% tidak ditemukan perubahan pada susu
tersebut dan juga dikarenakan didiamkan di suhu yang cukup tinggi yaitu 60°-65°C selama
34 menit.
Pisang yang didiamkan pada udara terbuka akan berubah kecoklatan sedangkan
pisang yang dicelupkan vitamin C tidak berwarna coklat, karena vitamin C dioksida (sebagai
antioksidan) oleh udara menjadi vitamin C yang teroksidasi, sehingga pisang tetap segar /
tidak teroksidasi.
Azhar, Minda. 2016. Biomolekul Sel : Karbohidrat, Protein dan Enzim. UNP Press. Padang.
E Arif Rahmad Fauzi A.P, dkk. (2019). LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM
SCHARDINGER.
Faizah, Mamluatul. 2017. Pengaruh Suhu dan pH Terhadap Aktivitas Enzim Protease
Bacillus Subtilis Dari Daun Kenikir (Cosmos Sulphuerus) Yang di Tumbuhkan dalam Media
Campuran Limbah Cair Tahu dan Bedak. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitan Islam Negri Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Naufal, Ahmad. (2016). Biokimia Uji Sifat Enzim Pepsin. Jurnal Biologi dan Teknologi UPI.
Bandung)
Putri, Yunita S. 2012. Skrining dan Uji Aktivitas Enzim Protease Bakteri dari Limbah Rumah
Pemotongan Hewan. ADLN – Perpustakaan Universita Airlangga.
Tim Dosen Praktikum Biokimia Dasar. 2015. Penuntun Praktikum Biokimia, Laboratorium
Biokimia FMIPA Universitas Negeri Manado.
Enzim
1) Pengaruh Suhu
2) Pengaruh pH
Uji Peroksidase