Anda di halaman 1dari 15

ENTEROBIUS VERMICULARIS

Lynda Rossyanti,dr.,M.Ked.Trop
Departemen Parasitologi
FK UNAIR
Pendahuluan
• Nama lain : Oxyuris vermicularis, Pinworm, Seatworm,
Threadworm
• Luckart (1865)  deskripsi siklus hidup lengkap parasit
• Distribusi : worldwide  “World’s most common parasite”
• Banyak ditemukan di daerah yang dingin dan bersifat
kosmopolitan

(Pubmed, 2011)
Taksonomi
• Kingdom : Animalia Makroskopis cacing
dewasa E.vermicularis
• Phylum : Nematoda
• Class : Secernentea
• Subclass : Spiruria
• Ordo : Oxyurida
• Family : Oxyuridae
• Genus : Enterobius
• Spesies : Enterobius www.medicscientis.com

vermicularis
• Berwarna putih, fusiform
Morfologi • Ujung posterior lancip
• Bagian mulut terdapat pelebaran
CACING DEWASA kutikula (cervical alae)
• Esofagus terdapat bulbus

JANTAN
• Ukuran : 2-5 mm x 0,1-0,2 mm
• 1/3 bagian ujung posterior
melengkung ke ventral dan terdapat
spikula

BETINA
• Ukuran : 8-13 mm x 0,3-0,5 mm
• Ujung posterior langsing dan runcing
(pin-like tail)
• Vulva : 1/3 tengah bagian ventral
tubuh
• Vagina, sepasang uterus, oviduk dan
Bogitsh, 2005 ovarium
• Gravid : uterus membesar dan berisi
ribuan telur
• Warna : jernih transparan
• Bentuk : asimetris, satu sisi
Morfologi datar dan satu sisi cembung
(planoconvex)
TELUR • Ukuran : 50-60 μm x 20-30 μm
• Dinding 2 lapis, lapisan hyalin
tebal dan jernih (non-bile
stained)
• Lapisan albuminoid (terluar) 
telur saling berlekatan,
menempel pada benda lain
(baju, sprei)
http://www.tropicalmed.eu/Page/WebObj
• Telur infektif berisi larva
ects/PageTropE.woa/wa/displayPage?n
ame=PlayEggNemIntPopup • 1 cacing betina mampu
menghasilkan 5,000 – 17,000
telur
• Dapat bertahan di lingkungan
http://www.k-
lembab selama 3 minggu, 18
state.edu/parasitology/546tutorials/NemQ
uery03 jam dalam suhu dingin, tidak
tahan terhadap panas
Siklus Hidup
• Host natural : manusia
• Habitat : sekum , kolon
• Manusia terinfeksi karena
tertelan telur cacing yang
infektif, melalui tangan yang
terkontaminasi, retroinfeksi dan
inhalasi
• Larva menetas dalam usus halus
kemudian menjadi cacing
dewasa di sekum
• Waktu yang diperlukan mulai
dari telur masuk sampai cacing
betina menjadi gravid dan
meletakkan telurnya adalah 2
minggu sampai 2 bulan
(CDC, 2013)
Siklus Hidup
• Cacing dewasa betina bermigrasi dari kolon menuju
rektum dan meletakkan telurnya di daerah lipatan kulit
perianal pada malam hari
• Cacing betina dapat pula meletakkan telurnya di daerah
vulva, vagina dan terkadang di uterus serta peritoneum.
• Setelah semua telur diletakkan di perianal, cacing
dewasa betina akan mati
• Cacing dewasa jantan tidak bermigrasi dan mati setelah
kopulasi.
• Telur sangat jarang ditemukan di feses
Transmisi
• Saat penderita menggaruk daerah perianal → telur dapat
berada di jari atau bawah kuku tangan penderita →
autoinfeksi
• Telur menetas di daerah perianal dan berkembang
menjadi larva infektif (larva stadium III) → migrasi
melalui anus dan berkembang di kolon menjadi cacing
dewasa → retroinfeksi
• Telur dapat berterbangan sehingga masuk kedalam
mulut atau hidung penderita → inhalasi
• Kontak langsung dengan barang-barang yang
terkontaminasi telur E. vermicularis
Epidemiologi
• Enterobiasis banyak terjadi pada anak usia sekolah
• Insiden enterobiasis di dunia : 61% di India, 50% di
Inggris, 39% di Thailand, 37% di Sweden, dan 29% di
Denmark (Burkhart, 2005).
• Di Indonesia : insiden bervariasi 2-60%
• Di Kenjeran tahun 2009 → insiden enterobiasis mencapai
45,7%
• Penularan relatif mudah sehingga diperlukan diagnosis
yang cepat dan pengobatan secara masal.
Patogenesis dan Gejala Klinis

Cacing betina meletakkan telur didaerah perianal


pada malam hari

iritasi dan gatal di daerah mengganggu tidur


tersebut (pruritus ani)

anak mengompol
garukan dan ekskoriasi di malam hari
pada kulit sekitar anus (nocturnal enuresis), nafsu
makan ↓,BB ↓, gangguan
perilaku
Patogenesis dan Gejala Klinis
• Migrasi cacing betina di vulva dan vagina → iritasi dan
keluar lendir pada vagina.
• Migrasi cacing betina di uterus, tuba fallopii atau
peritoneum → salpingitis kronis, servisitis, peritonitis dan
infeksi saluran kemih berulang.
• Appendisitis → jarang terjadi
• Anemia dan eosinofilia → tidak patognomonis
Diagnosis Laboratorium
• Pemeriksaan feses dengan metode direct smear →
cacing dewasa, telur (5-10%)
• Pemeriksaan anal swab → dilakukan pagi hari sebelum
penderita mandi dan BAB
• Pemeriksaan parasit
di bawah kuku

Cara melakukan anal swab


Pengobatan
• Albendazole 400 mg dosis tunggal (drug of choice)
• Pyrantel pamoat 11 mg/kg dosis tunggal
• Mebendazole 100 mg dosis tunggal

Bila perlu terapi diulang 2 minggu kemudian.


Pengobatan dilakukan terhadap seluruh anggota keluarga
penderita dan komunitas penderita.
Pencegahan
• Melakukan pengobatan massal di rumah dan sekolah
penderita
• Melakukan perbaikan higiene dan sanitasi (mencuci tangan
dengan sabun saat sebelum makan, setelah BAB, setelah
mengganti popok bayi, sebelum mengolah makanan,
menggunting kuku secara berkala)
• Mencuci pakaian, handuk, alas tidur (sprei) menggunakan
air hangat dan dijemur dibawah sinar matahari langsung.
• Penderita mandi menggunakan air hangat dan lebih baik
menggunakan shower
Referensi
• Bogitsh J.Burton, Carter E.Clint, Oeltmann N.T, 2005. Human
Parasitology, 3rd ed, United States, Elsevier.

• Brooker J.Simond, Bundy P.A Donald, 2014. Manson’s tropical


Diseases, 23rd ed, China, Elsevier.

• Craig, Faust’s, 1970. Clinical Parasitology, 8th edition,


Philadelphia, Lea & Febiger.

• Paniker Jayaram CK, 2013. Medical Parasitology, 7th edition,


India, Jaypee Brother Medical Pub.

Anda mungkin juga menyukai