DIURESIS
MODUL GINJAL DAN CAIRAN TUBUH
KELOMPOK PRAKTIKUM A
Ivo Afiani
I11112017
I1011131023
I1011141005
Erni
I1011141008
Hizki Ervando
I1011141018
I1011141020
I1011141023
I1011141033
I1011141049
Adityawarman
I1011141061
M. Hammam Faisal F.
I1011141066
I1011141074
Dwi Wahyuningsih
I1011131013
I1011131046
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
terdiri dari tiga proses dasar yang terlibat, yaitu filtrasi glomerulus, reabsorbsi
tubulus, dan sekresi tubulus.2
a Filtrasi glomelurus
Reabsorbsi tubulus
Sewaktu filtrat mengalir melalui tubulus, bahan-bahan yang bermanfaat bagi
tubuh dikembalikan ke plasma kapiler peritubulus. Perpindahan selektif bahanbahan dari bagian dalam tubulus (lumen tubulus) ke dalam darah ini disebut
reabsorpsi tubulus. Bahan-bahan yang direabsorpsi tidak keluar dari tubuh melalui
urin tetapi dibawa oleh kapiler peritubulus ke sistem vena dan kemudian ke
jantung untuk diresirkulasi. Dari 180 liter plasma yang disaring per hari, sekitar
178,5 liter direabsorpsi. Sisa 1,5 liter di tubulus mengalir ke dalam pelvis ginjal
untuk dikeluarkan sebagai urin. Secara umum, bahan-bahan yang perlu dihemat
oleh tubuh secara selektif direabsorpsi, sementara bahan-bahan yang tidak
dibutuhkan dan harus dikeluarkan melalui di urin.
c
Sekresi tubulus
Sekresi tubulus adalah proses pemindahan secara selektif bahan-bahan dari
kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus. Proses ini merupakan rute kedua bagi
masuknya bahan ke dalam tubulus ginjal dari darah, sedangkan yang pertama
adalah melalui filtrasi glomerulus. Hanya sekitar 20% dari plasma yang mengalir
melalui kapiler glomerulus difiltrasi ke dalam kapsul Bowman. Sedangkan sisa
80% mengalir melalui arteriol eferen ke dalam kapiler peritubulus untuk
2.
2.
melalui interstisium yang pekat, air akan berdifusi keluar duktus pengumpul dan
kembali ke dalam kapiler peritubulus. Hasilnya adalah penurunan ekskresi air dan
pemekatan urin. Pelepasan ADH dari hipofisis posterior meningkat sebagai
respons terhadap penurunan tekanan darah atau peningkatan osmolalitas ekstrasel
(penurunan konsentrasi air). ADH bekerja pada tubulus pengumpul untuk
meningkatkan permeabilitas air. Apabila tekanan darah rendah, atau osmolalitas
plasma tinggi, maka pengeluaran ADH akan terangsang dan air akan direasorbsi
ke dalam kapiler peritubulus sehingga volume dan tekanan darah naik dan
osmolalitas ekstrasel berkurang. Sebaliknya, apabila tekanan darah terlalu tinggi
atau cairan ekstrasel terlalu encer, maka pengeluaran ADH akan dihambat dan
akan lebih banyak air yang diekskresikan melalui urin sehingga volume dan
tekanan darah menurun dan osmolalitas ekstrasel meningkat.2,3,4
2.3.
plasma dan konsentrasi natrium, yang bekerja dengan cara mengubah ekskresi air
oleh ginjal, dan tidak bergantung pada kecepatan ekskresi zat terlarut. Pelaku
utama dari system uman balik ini adalah hormone antidiuretik (ADH), yang jga
disebut vasopressin.3
Bila osmolaritas cairan tubuh meningkat diatas normal (yaitu zat terlarut
dalam cairan tubuh menjadi terlalu pekat), kelenjar hiposfisis posterior akan
menyekresi lebih banyak ADH, yang meningkatkan permeabilitas tubulus distal
dan duktus koligentes terhadap air. Keadaan ini memungkinkan terjadinya
reabsorpsi air dalam dalam jumlah besar dan penurunan volume urin tetapi tidak
mengubah kecepatan ekstresi zat terlarut oleh ginjal secara nyata.3
Bila terdapat kelebihan air didalam tubuh dan osmolaritas cairan ekternal
menurun, sekresi ADH oleh hipofisis posterior akan menurun oleh sebab itu,
permeabilitas tubulus distal dan duktus kolegentes terhadap air akan menurun,
yang menghasilkan sejumlah besar urin encer. Jadi kecepatan sekresi ADH sangat
menentukan encer atau pekatnya urin yang akan dikeluarkan oleh ginjal.3
2.4.
antidiuretik
dikeluarkan
oleh
kelenjar
sara
hipofisis
sehingga
Hormon insulin
Hormon insulin adalah hormon yang dikeluarkan oleh pulau Langerhans
insulin berfungsi
(diabetes
melitus)
mengatur
gila
dalam darah.
memiliki
konsentrasi hormon
insulin yang rendah, sehingga kadar gula dalam darah akan tinggi. Akibat
dari keadaan tersebut adalah terjadi gangguan reabsorpsi di dalam tubulus
distal, sehingga dalam urin masih terdapat glukosa.
c
Karakteristik Urine
Normal
1200 -1500 mL
Abnormal
Kurang dari 1200 mL
Asupan cairan dalam jumlah
besar
Kuning tua
Keruh
Warna kejernihan
Bau
Sedikit beraroma
Menyengat
Sterilitas
Ada mikroorganisme
Lebih dari 8
pH
4,5 8
Kurang dari 4,5
Lebih dari 1,025
Berat jenis
1,010 1,025
Kurang dari 1,010
Glukosa
Tidak ada
Ada
Badan keton
Tidak ada
Ada
Darah
Tidak ada
Samar (mikroskopik)
Merah terang
Warna urine normal adalah kuning terang karena adanya pigmen urochrome.
Namun demikian, warna urine tergantung pada intake cairan,keadaan dehidrasi
konsentrasinya menjadi lebih pekat dan kecoklatan.penggunaan obat-obat tertentu
seperti multivitamin dan preparat besi maka urine akan berubah menjadi
kemerahan sampai kehitaman. Bau urine normal adalah bau khas amoniak yang
merupakan hasil pemecahan urea oleh bakteri. Pemberian pengobatan akan
mempengaruhi bau urine. Jumlah urine yang dikeluarkan tergantung pada
usia,intake cairan,dan ststus kesehatan. Pada orang dewasa sekitar 1.200 sampai
1.500 ml per hari atau 150 sampai 600 ml per sekali miksi.6
2.6.
Urinalisis
Urinalisis adalah analisis kimia, makroskopis dan mikroskopis terhadap
urin. Urinalisis berguna untuk mendiagnosis penyakit ginjal atau infeksi traktus
urinarius dan untuk mendeteksi adanya penyakit metabolik yang tidak
berhubungan dengan ginjal. Berbagai uji urinalisis rutin dilakukan di tempat
praktik pemberi layanan kesehatan dan juga rumah sakit atau laboratorium
swasta.7
1. Pemeriksaan Makroskopis Urin
Pemeriksaan makroskopis adalah pemeriksaan yang dilakukan langsung
dengan mata tanpa penambahan reagen atau zat kimia tertentu. Pemeriksaan
makroskopis ini meliputi pemeriksaan volume, warna, kejernihan, bau. Untuk
pemeriksaan derajat keasaman (pH) dan berat jenis dilakukan dengan tes cepat
multistick.
a
Volume Urin
Mengukur volume urin bermanfaat untuk ikut menentukan adanya
gangguan faal ginjal , kelainan dalam kesetimbangan cairan badan dan
berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif dan semi
kuantitatif urin. Volume urin dewasa normal daerah tropis untuk urin 24 jam
berkisar antara 750 ml dan 1250 ml. Faktor yang mempengaruhi jumlah urin
Warna Urin
Warna urin yang dikeluarkan tergantung dari konsentrasi dan sifat
bahan yang larut dalam urin. Warna urin dapat berubah oleh karena : obat
obatan, makanan, serta penyakit yang diderita. Warna urin normal: Putih
jernih, kuning muda atau kuning. Warna urin berhubungan dengan derasnya
diuresis ( banyak kencing ), lebih besar diuresis lebih condong putih jernih.
Warna kuning urin normal disebabkan antara lain oleh urocrom dan
urobilin. Pada keadaan dehidrasi atau demam, warna urin lebih kuning dan
pekat dari biasa ginjal normal.4
Adanya infeksi traktus uranius urin akan berwarna putih seperti susu
yang disebabkan oleh bakteri, lemak dan adanya silinder. Warna urin
patologis lain adalah :7
1) Warna kuning coklat ( seperti teh ) penyebabnya adalah bilirubin.
2) Warna merah coklat penyebabnya hemoglobinuria dan porpyrin.
3) Warna merah dengan kabut coklat penyebabnya darah dengan
pigmen pigmen darah.
4) Warna coklat hitam penyebabnya melanin dan warna hitam
disebabkan oleh pengaruh obat obatan1.
Kekeruhan
Urin yang baru dikemihkan biasanya jernih. Kekeruhan yang timbul
bila urin didiamkan beberapa jam disebabkan oleh berkembangnya kuman
Kekeruhan ringan bisa disebabkan oleh nubecula. Pada infeksi traktus
urinarius, urin akan keruh sejak dikemihkan yang disebabkan lendir, sel
sel epitel dan lekosit lama lama mengendap.4
Bau Urin
Biasanya spesifik normal baunya tidak keras. Bau khusus pada urin
dapat disebabkan oleh makanan misalnya : jengkol, pete, durian dan yang
disebabkan obat obatan, misalnya : mentol, terpentin. Pada karsinoma
10
saluran kemih, urin akan berbau amoniak karena adanya kuman yang
menguraikan ureum dalam urin.4
e
11
12
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
a. Gelas untuk menampung urin
b. Gelas ukur
c. Multistix
13
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
3.1.2.
a.
b.
c.
d.
Jam
Timbangan berat badan
Sphygmomanometer raksa
Stetoskop
Tisu
Sarung tangan
Ergometer sepeda
Stopwatch
Alat monitor denyut jantung
Pakaian latihan dan sepatu
Bahan
Air putih 1 liter
Air teh 300 cc
Larutan gula (75 g dalam 300 cc)
Air putih 300 cc
14
15
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Kelompok Kontrol
Nama Subjek: Bambang A.R
U-Pre
U-0
Waktu
Volume
Durasi
Laju
pengumpulan
Urin
Pengumpulan
Produksi Urin
urin
08.15
09.15
(ml)
144
215
(menit)
60
180
195
98
-
30
30
30
-
U-30
09.45
U-60
10.15
U-90
10.45
U-120
Volume urin total
Berat
Warna
Jenis
(ml/menit)
1,005
Kuning bening
3,583
1,005
Kuning bening
Perlakuan : minum air putih 300 ml
6
1,010
Kuning bening
6,5
1,010
Kuning bening
3,268
1,010
Kuning bening
-
Berat
Tekanan
badan
Darah
56
56
110/80
110/90
56
56
56
-
110/80
110/80
100/80
-
pH
Glukosa
6
6
6
6
6
-
832
dalam 90 menit
4.1.2. Kelompok Konsumsi Air 1 Liter
Nama Subjek: Meiza
Waktu
Volume
Durasi
Laju
Berat
pengumpulan
Urin
Pengumpulan
Produksi Urin
Jenis
Warna
pH
Glukosa
Berat
Tekanan
badan
Darah
17
U-Pre
urin
08.14
(ml)
29
(menit)
-
(ml/menit)
-
1,025
Kuning pekat
U-0
09.14
21
60
0,35
1,015
Kuning pekat
26
53
27
-
30
30
30
-
U-30
09.44
U-60
10.14
U-90
10.44
U-120
Volume urin total
6
6,
5
6
6
6
-
75
110/90
75
110/90
77
77
77
-
100/80
120/90
120/90
-
156
dalam 90 menit
U-Pre
Waktu
Volume
Durasi
Laju
pengumpulan
Urin
Pengumpulan
Produksi Urin
urin
08.14
(ml)
246
(menit)
-
(ml/menit)
-
Berat
Jenis
1,010
Warna
Kuning bening
p
H
6
Glukosa
-
Berat
Tekanan
badan
Darah
63
110/80
18
U-0
09.14
U-30
09.44
U-60
10.14
U-90
10.44
U-120
Volume urin total
175
60
47
154
69
-
30
30
30
-
2,95
1,010
Kuning bening
Perlakuan: minum air teh 300 ml
1,53
1,010
Kuning bening
5,13
1,010
Kuning bening
2,3
1,010
Kuning bening
-
63
110/80
6
6
6
-
63
63
62
-
110/80
110/80
110/80
-
690
dalam 90 menit
Waktu
Volume
Durasi
Laju
pengumpulan
Urin
Pengumpulan
Produksi Urin
U-Pre
U-0
urin
08.20
09.20
(ml)
128
210
(menit)
60
U-30
09.50
168
30
Berat
Warna
Jenis
(ml/menit)
1,005
Kuning bening
3,5
1,010
Kuning bening
Perlakuan: minum air gula
5,6
1,005
Kuning bening
Berat
Tekanan
badan
Darah
89
88
120/100
110/80
87
130/80
pH
Glukosa
6
6
6,
19
U-60
10.20
70
30
2,33
1,015
Kuning bening
U-90
10.50
45
30
1,5
1,010
Kuning bening
U-120
Volume urin total
5
6,
5
6,
5
-
87
130/100
87
140/80
621
dalam 90 menit
Waktu
Volume
Durasi
Laju
pengumpulan
Urin
Pengumpulan
Produksi Urin
U-Pre
U-0
urin
08.20
09.20
(ml)
250
243
(menit)
60
U-30
09.50
41
30
Berat
Warna
Jenis
(ml/menit)
1,010 Kuning keemasan
4,05
1,010 Kuning keemasan
Perlakuan: Melakukan aerobik
1,37
1,010 Kuning keemasan
Berat
Tekanan
badan
Darah
62
62
110/70
110/80
62
120/60
pH
Glukosa
6
6
6
20
U-60
10.20
U-90
10.50
U-120
Volume urin total
dalam 90 menit
25
38
-
30
30
0,833
1,23
-
1,010
1,010
-
Kuning keemasan
Kuning keemasan
597
6
6
-
62
62
-
110/80
100/70
21
4.2. Pembahasan
4.2.1. Kelompok Kontrol
Pada praktikum kali ini di lihat perbandingan antara sampel 1 (Kontrol) dan
sampel perlakuan yang akan dilihat produksi urin dalam waktu 0 menit,30 menit
(kontrol minum air putih sebanyak 300mL),60 menit,dan 90 menit. Pada sampel
yang mendapatkan perlakuan ada yang meminum air teh sebanyak 300mL,air gula
sebanyak 300mL,air putih sebanyak 1 liter,dan sampel yang melakukan gerakan
aerobic. Sampel kontrol menghasilkan urine pre-percobaan sebanyak 144mL,tidak
ditemukan glukosa,pH urin yaitu 6,berat jeni urin 1,005 dan warna urin kuning
bening,dimana urin ini dihasilkan dari konsumsi air sebelum melakukan
percobaan. Kemudian pada 15 menit kemudian sampel kontrol menghasilkan urin
sebanyak 215 mL,laju produksi urin 3,583mL/menit,berat jenis 1,005,pH yaitu
6,tidak ditemukan glukosa,dan warna urin uning bening. Pada keadaan ini terjadi
proses pengaturan keseimbangan cairan tubuh yang sebagian besar dipertahankan
oleh ginjal. Namun, sesuai dengan fisiologi pengaturan keseimbangan cairan
tubuh, ginjal hanya dapat mengurangi pengeluaran cairan tubuh bukan
menggantikan cairan tersebut.3
Pada menit ke 30 didapatkan hasil antara lain urin sebanyak 180mL,laju
produksi urin 6mL/menit,berat jenis 1,010,pH yaitu 6,tidak ditemukan
glukosa,dan warna urin uning bening. Terjadi peningkatan laju produksi urin
hampir 2 kali lipat dari waktu yang sebelumnya hal ini dapat terjadi karena sampel
diberikan minum air putih sebanyak 300mL,perubahan yang terjadi dalam jumlah
filtrat yang direabsorpsi dapat menyebabkan perubahan besar dalam volume urin
yang terbentuk, osmolaritas akan menurun pada ekstraseluler yang menyebabkan
cairan akan lebih encer.2,3
Pada menit ke 60 didapatkan hasil antara lain urin sebanyak 195mL,laju
produksi urin 6,5mL/menit,berat jenis 1,010,pH yaitu 6,tidak ditemukan
glukosa,dan warna urin uning bening. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyebutkan dalam waktu 60 menit volume urin yang dikeluarkan setelah minum
berkisar 2-4 kali normal.1 Pada menit ke-60 ini kecepatan produksi urin mencapai
angka paling tinggi setelah minum air yaitu sebesar 6,5ml/menit.
22
sebanding dengan asupan cairan yang dikonsumsi oleh probandus sehingga pada
23
saat U-90 volume urin cukup tinggi. Sehingga pada saat di akumulasikan antara
U-30, U-60, dan U-90 volume urin yang dikeluarkan yaitu sebanyak 156ml yang
tidak sebanding dengan air yang dikonsumsi oleh probandus.8
Pada praktikum didapatkan bahwa sebelum probandus meminum air putih
sebanyak 1 liter urin yang dihasilkan berwarna kuning dan pekat, namun setelah
meminum air putih 1 liter urin yang dihasilkan menjadi bening dan sangat encer.
Ginjal normal memiliki kemampuan yang besar dalam membentuk berbagai
proporsi zat terlarut dan air dalam urin sebagai respon terhadap berbagai
perubahan. Bila terdapat kelebihan air dalam tubuh dan osmolaritas cairan tubuh
menurun, ginjal akan mengeluarkan urin dengan osmolaritas 50mOsm/L (1/6 dari
Osmolaritas CES normal). Ginjal mereabsorpsi zat terlarut terus menerus dan
pada saat yang sama tidak terjadi proses reabsorbsi sejumlah besar air di
tubulus kontortus distal dan duktus kolektifus. Sehingga volume urin yang
dikeluarkan
semakin
meningkat
dan
osmolaritas
urin
menurun,
yang
menyebabkan ekskresi urin yang encer dalam volume yang besar. Tetapi,
jumlah total zat terlarut yang diekskresi ginjal tetap relatif konstan. Respon
ginjal tersebut mencegah penurunan drastis osmolaritas plasma selama meminum
air dalam jumlah yang berlebihan. Oleh karena itu, setelah meminum air putih
sebanyak 1 liter urin yang dihasilkan menjadi bening, encer dan dengan volume
besar.1
Berat jenis adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan
dengan suatu volume yang sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai
standar. Berat jenis urin tergantung dari jumlah zat yang larut di dalam urin atau
terbawa di dalam urin. Berat jenis plasma (tanpa protein) adalah 1001-1035. Bila
ginjal mengencerkan urin (misalnya sesudah meminum air), maka berat jenisnya
rendah. Bila ginjal memekatkan urin maka berat jenis urin akan naik. Pada hasil
praktikum didapatkan bahwa berat jenis urin U-pre dan U-0 adalah sebanyak
1.025 dan 1,015. Namun pada saat probandus meminum air putih sebanyak 1 liter
terjadi penurunan berat jenis urin hingga 1.110. Konsumsi air dalam jumlah besar
akan mengakibatkan kelebihan air harus dikeluarkan dari tubuh tanpa
mengeluarkan solut di dalamnya yang penting untuk menjaga homeostasis
24
tubuh. Sehingga ginjal harus megeluarkan air, namun partikel solut tidak
dikeluarkan dalam jumlah besar yang menyebabkan pengeluaran urin yang
encer. Hal tersebut dibuktikan bahwa setelah probandus meminum air putih
sebanyak 1 liter, ginjal mengencerkan urin sehingga berat jenis yang dihasilkan
akan rendah.
4.2.3. Kelompok Konsumsi Air teh
Pengeluaran urin terbagi menjadi beberapa waktu yaitu U-pre, U-0, U-30,
U-60 dan U-90. Pembuangan urin yang pertama dilakukan untuk mengosongkan
vesica urinaria terlebih dahulu. Pembuangan urin di masukan ke dalam gelas ukur
didapatkan pengukuran sebesar 246 ml. Volume urin tersebut cukup banyak
karena sebelum pratikum prabandus terlebih dahulu meminum air. Setelah itu
sebelum probandus diberikan
kandung kemih dan didapatkan volume urin 128 ml. Kemudian setelah proses
25
menurunkan volume urin yang mengakibatkan turunnya laju produksi urin. Hal
ini sesuai dengan teori menyatakan dengan mengkonsumsi air gula maka kadar
glukosa dalam darah juga meningkat dan osmolaritas juga bertambah, yang
selanjutnya akan dideteksi oleh osmoreseptor di hipotalamus sehingga memicu
keluarnya hormon ADH. Sehingga, terjadi peningkatan reasorbsi air di tubulus
koligens untuk mencegah air keluar.
Saat meminum air gula, maka kadar glukosa di dalam darah akan
meningkat. Glukosa akan mengalami proses reabsorpsi di Tubulus Kontortus
Proksimal.Hal ini bersifat transpor aktif sekunder saat berada di ultrafiltrat.
Transport glukosa ini difasilitasi oleh carrier SGLT yang dibantu oleh pompa
Na+K+. Glukosa akan ditranspor memasuki sel tubulus bersama dengan ion Na +.
Pompa Na+K+ ini berfungsi untuk memompa ion Na+ keluar dari sel menuju cairan
interstisial agar ion Na+tidak menumpuk di dalam sel. Selanjutnya, glukosa
mengikuti gradient konsentrasi, berpindah menuju kapiler peritubular dan kembali
ke peredaran darah. Penyerapan glukosa bersifat obligat, artinya yaitu pada
kondisi normal, glukosa akan direabsorpsi seluruhnya sehingga di urin tidak akan
ditemukan di urin.
26
Namun, Terdapat suatu keadaan tertentu di mana kadar glukosa terlalu tinggi
sehingga gagal direabsorpsi seluruhnya sehingga menyebabkan terdapat glukosa
di dalam urin. Hal ini bisa terjadi karena terbatasnya carrier glukosa yang ada.
Batasan reabsorpsi ini disebut dengan Tm (transport maximum). Tm glukosa
berkisar pada leve; 3755 mg/min atau kisaran 300 mg / 100 mL. Hal ini menjawab
mengapa glukosa di urin negatif di periode waktu berbeda pada ginjal normal, hal
ini menunjukkan bahwa glukosa yang dikonsumsi masih berada di bawah Tm
sehingga tidak terjadi bocor gula.
Mengenai warna urin dan berat jenis, menurut teori bahwa berat jenis urin
berhubungan dengan molekul-molekul yang terdapat dalam urin. Urin yang pekat
maka berat jenisnya pun besar. Hal ini dikarenakan molekul limbah meningkat
dalam urin seperti urea, kreatinin dan fenol. Secara fisiologis, warna urin berasal
dari pemecahan bilirubin di hati yang akan dieksresi melalui urin, bilirubin ini
akan memberikan warna kuning pada urin. Namun kepekatan warna urin
tergantung dari komposisi urin. Jika kandungan air dalam urin semakin banyak
dan zat terlarut yang dihasilkan sedikit, maka warna urin cenderung pudar,
sedangkan jika urin yang dikeluarkan memiliki kandungan air yang tinggi dan zat
terlarut yang banyak, maka warna urin akan menjadi kuning pekat.
Perihal pH urin, ini berhubungan dengan sekresi ion H+ yang berperan dalam
memelihara keseimbangan asam-basa dalam tubuh. Ion H+ menjadikan pH urin
menjadi asam. Tingkat sekresi ion H+ bergantung pada keasaman cairan tubuh.
Pada pengukuran berat badan didapatkan nilai yang relatif konstan karena proses
pembuangan cairan tubuh melalui urin tidak mempengaruhi berat badan dan tubuh
akan menjaga berat badan untuk tetap stabil terhadap berbagai perubahan yang
ada. Pada probandus didapatkan pH berkisar 6-6,5.
Menjawab tekanan darah, didapatkan nilai sebagai berikut U-Pre 120/100,
U-0 110/80, U-30 130/80, U-60 130/100, U-90 140/80. Secara fisologis, tekanan
darah sangat dipengaruhi oleh volume cairan ekstrasel pada sirkulasi darah dan
kadar ion natrium dalam tubuh Secara fisiologis dijelaskan bahwa ketika volume
cairan tubuh meningkat maka tekanan darah meningkat, hal ini sesuai dengan
tahanan Na+, diamana air akan juga mengikuti sehingga sedikit air dalam urin
27
atau sederhananya dikatakan volume urin menurun porsinya, ini berarti akan
berelasi dengan peningkatan tekanan darah sesuai pada percobaan dimana tiap
periode waktu jam terjadi peningkatan darah. Secara garis besar dapat
dimpulkan
berkaitan
dengan
mekanisme
rangsangan
Renin-Angiotensin-
Aldosteron.1,2,3
4.2.5. Kelompok Konsumsi Air dan Latihan Anaerobik
Pada percobaan ini, dilakukan enam kali pengukuran urin. Hasilnya
pengukuran pertama adalah volumenya 250 ml, berat jenis 1,010, warna kuning
muda, pH 6,0, glukosa negatif, BB 62 kg dan TD 110/70 mmHg.
Kemudian, dilakukan kembali pengukuran U-0. Volume urin berkurang
menjadi 243 ml, pH 6,5, sedangkan warna, berat jenis (BJ), dan glukosa urin tidak
mengalami perubahan TD 110/80 mmHg. OP kemudian melakukan latihan
anaerobic setelah meminum 300cc air. Terjadi penurunan volume Urin yang
dihasilkan oleh OP U-30 menjadi 41 ml.. BJ dan pH Urin OP dalam rentang
normal.
Faktor yang mempengaruhi volume urin adalah asupan cairan, sekresi
hormon antidiuretik (ADH), dan kebutuhan ekskresi zat terlarut seperti glukosa
atau garam. Selain itu, aktivitas fisik dan iklim dapat mempengaruhi volume
pengeluaran urin. Contohnya berolahraga dan cuaca panas dapat mengurangi
pengeluaran urin sebesar 20-60%, sedangkan pada saat dingin dan hipoksia akan
menambah volume pengeluaran urin. Hal ini disebabkan pada saat panas ataupun
pada saat seseorang selesai berolahraga, tubuh akan kehilangan cairan melalui
keringat.2
Pada saat melakukan olahraga berat tanpa asupan air yang adekuat, tubuh
akan merespon dengan mengaktifkan Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron untuk
menghemat air. Renin akan mengubah angiotensinogen dalam plasma menjadi
angiotensin I dan dengan bantuan ACE yang terdapat banyak pada kapiler paru
akan mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II akan memicu
sekresi hormon Vasopressin yang dapat meningkatkan reabsorpsi H2O ditubulus
ginjal, juga menstimulasi pembentukan hormon Aldosteron pada korteks adrenal
28
29
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
a. Perbedaan urin setelah dan sebelum meminum air putih 1 liter adalah warna
berubah menjadi bening setelah minum air putih 1 liter dan berat jenis
menjadi turun karena ginjal mengencerkan urin sehingga berat urin turun.
b. Pada teh mengandung Kafein. kafein dalam tubuh bekerja mengambil alih
reseptor adenosin dalam sel saraf akan memeacu produksi hormone
adrenalin
dan
menyebabkan
peningkatan
tekanan
darah
sehingga
DAFTAR PUSTAKA
30
1. Tortora GJ. Principles of anatomy and physiology. Australia: John Wiley &
Sons Australia, Ltd; 2016.
2. Sherwood L. Introduction to human physiology. 8 th edition. Brooks/Cole;
2013.
3. Guyton AC. Text Book Of medical physiology 11th Ed.Philadelphia:
Elsevier Inc. 2006.
4. Gandasoebrata, R. Penuntun laboratorium klinik.Cetakan ketigabelas.
Jakarta: Dian Rakyat.2007.
5. Kenneth S. Anatomy & Physiology: The unity of form and function. 6th
Edition. New York: Mc GrawHill; 2012.
6. Brunner & Suddarth.Medical Surgical Nursing,Vol.2. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.2008.
7. Kee, Joyce LeFever. Pedoman pemeriksaan laboraturium & diagnostik.
Edisi 6. Jakarta : EGC. 2007.
8. Pearce, Everlyn C. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta:
Gramedia Pustaka. 2008.
9. Uliyah, musrifatul. kete.rampilan dasar praktek klinik. Jakarta: salemba
medika. 2008.