SISTEM PENCERNAAN
OLEH :
NAMA
: LUSIANA HERMAN
NIM
: 120210103017
KELAS
:A
KELOMPOK
:5
I.
JUDUL
Sistem Pencernaan
II.
TUJUAN
1. Praktikan memahami sstruktur anatomi organ-organ pada sistem
pencernaan
2. Praktikan mampu mendiagnosa kesehatan sistem pencernaan secara
sederhana melalui pemeriksaan feses secara makroskopis
III.
Sistem
DASAR TEORI
pencernaan
adalah
sistem
organ
yang
menerima
makanan,
mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut.
Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh manusia terjadi di
sepanjang saluran pencernaan dan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses
penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung. Selanjutnya
adalah proses penyerapan sari - sari makanan yang terjadi di dalam usus.
Kemudian proses pengeluaran sisa - sisa makanan melalui anus. Proses pencernaan pada
manusia dibedakan menjadi 2 yaitu: pencernaan mekanik dan pencernaan kimiawi. Alat
pencernaan pada manusia terdiri dari: mulut kerongkongan lambung hati
kelenjar pankreas usus halus usus besar anus (Handayana et al., 2011).
Sistem
pencernaan
makanan
berurusan
penerimaan
makanan
dan
ludah ialah mengeluarkan saliva, yang merupakan cairan pertama yang mencerna
makanan. Deras aliran saliva dirangsang oleh adanya makanan dalam mulut, melihat,
membaui dan memikirkan makanan (Pearce:1979:183).
Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang dapat mekar paling banyak.
Terletak terutama di daerah epigastrik, dan sebagian di sebelah kiri daerah
hipokhondriak dan umbilikal. Lambung terdiri darri bagian atas, yaitu fundus, batang
utama dan bagian bawah yang horisontal, yaitu antrum pilorik. Lambung berhubungan
dengan esofagus melalui orifisium atau kordia, dan dengan duodenum melalui orisium
pilorik. Lambung terletak di bawah diafgragma, di depan pankreas, dan limpa
menempel pada sebelah kiri fundus (Pearce:1979:185).
Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah meter panjang dalam
keadaan hidup. Angka yang biasa diberikan, enam meter adalah penemuan setelah mati
bila otot telah kehilangan tonusnya. Usus halus memanjang dari lambung sampai katup
ileo-kolika, tempat bersambung dengan usus besar. Usus halus terletak di daerah
umbilikus dan dikelilingi oleh usus besar (Pearce, 1979:185).
Usus halus merupakan organ utama untuk melakukan aktivitas pencernaan dan
penyerapan nutrien. Usus halus dapat bergerak karena adanya gerakan peristalsis.
Peristalsis berfungsi untuk menggerakkan isi usus (kimus) sepanjang usus dan
meningkatkan pergeseran isi usus dengan permukaan mukosa usus, sehingga isi usus
dapat dicerna dan nutrien dapat diabsorbsi (Hana et al., 2011).
Usus besar atau kolon yang kira-kira satu setengah meter panjangnya, adalah
sumbangan dari usus halus dan mulai di katup ileokolik atau ileosekal, yaitu tempat sisa
makanan lewat. Refleks gastrokolik terjadi ketika makanan masuk lambung dan
menimbulkan peristaltik di dalam usus besar. Refleks ini menyebabkan defekasi atau
pembuangan air besar. Rektum ialah yang sepuluh sentimeter terbawah dari usus besar,
dimulai pada kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran anal yang kira-kira 3 cm
panjangnya. Saluran ini berakhir ke dalam anus yang dijaga oleh otot internal dan
external (Pearce, 1979:193-195).
Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang mempunyai
kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membuang air besar pada kira-kira waktu
yang sama setiap hari. Hal ini disebabkan oleh refleks gastro-kolika, yang biasanya
bekerja sesudah makan pagi. Setelah makanan ini mencapai lambung dan setelah
pencernaan dimulai maka peristaltik di dalam usus terangsang, merambat ke kolon, dan
sisa makanan dari hari kemarinnya, yang waktu malam mencapai sekum, mulai
bergerak. Isi kolon pelvis masuk ke dalam rektum, serentak peristaltik keras terjadi di
dalam kolon dan terjadi perasaan di daerah perineum. Tekanan intra abdominal
bertambah dengan penutupan glotis dan kontraksi diafgragma dan otot abdominal,
sfinker anus mengendor, dan kerjanya berakhir. Susunan feses berisi sangat banyak
bakteri, kebanyakan mati, lepasan epitelium dari usus, jumlah kecil zat nitrogen,
terutama musin, juga garam, terutama kalsium fosfat, dan sedikit zat besi, selulose dan
sisa zat makanan lain yang tidak tercerna dan air (Pearce, 1979:196-197). Feses juga
dapat bermanfaat bagi kehidupan yakni feses dapat dijadikan sebagai bahan baku
pembuatan alternatif energi yang berkelanjutan. Dari Feses dapat dihasilkan gas CH4,
H2, methanol dll. Komposisi terbesar dari hasil fermentasi feses adalah gas CH4. Dari
gas CH4 dapat dilanjutkan proses nya untuk menghasilkan Hidrogen, Methanol dll
(Febrianto et al., 2012).
IV.
METODE PENELITIAN
IV.1
Alat
- Masker
- Alat tulis
- Handscooon
IV.2
Bahan
- Torso sistem pencernaan
- Feses
IV.3
Cara kerja
Kegiatan 1
Menyiapkan torso yang akan digunakan untuk pengamatan
Mengamati organ-organ pencernaan serta letaknya dalam sistem pencernaan
Menggambar sistem pencernaan tersebut secara utuh dan terpisah (per organ)
Mencatat semua hasil pengamatan
Kegiatan 2
Mencatat semua makanan yang dikonsumsi sehari sebelum hari pengmatan (H-1)
Melakukan pengamatan terhadap feses masing-masing sebelum berangkat
praktikum tepat pada hari pengamatan
Mengusahakan
pengamatan
feses
dilakukan
pada
pagi
mengkonsumsi apapun
Mencatat semua hasil pengamatan pada tabel
V.
HASIL PENGAMATAN
a. Pengamatan feses
Keterang
Aspek
No
Nama
Warna
Bentu
k
an
Posisi
Aroma
dalam
Tekstur
Kuning
Panja
Bau
air
Mengapu
kecoklat
ng
menyen
ng
Lutfiy
an
Kuning
pecah
Pecah
gat
Bau
Mengapu
14.00 wib
Halus dan Waktu
atul
kecoklat
tidak
ng
tidak keras
an
pecah
menyen
Sedan
gat
Bau
Firda
Elok
Coklat
Lunak
Waktu
BAB
BAB
05.00 wib
Tenggela
Sedikit
Waktu
hari
sebelum
kekuning g
tidak
an
tidak
menyen
pecah
gat
07.15 wib
Lusian
Kuning
pecah
Panja
kecoklat
ng
tidak
an
utuh
menyen
Coklat
Pecah
gat
Bau
Tenggela
Lembut/ha
kekuning -
tidak
an
menyen
Saltsa
pecah
Bau
Mengapu
Sedikit
Waktu
ng
kasar
BAB
07.30 wib
kasar
Waktu
05.00 wib
gat
Nama
Firda
Jenis makanan
Pepaya, kare, udang, nasi, sambal, rujak (pedes, kecambah,
Lutfiyatul
Elok
putih.
Nasi pecel (nasi putih, telur, tempe, kecambah, sawi hijau,
crepes, leker, batagor, cimol, mie sedap remes, roti goreng,
lalapan (tahu bacem, kubis rebus, kacang rebus, nasi, air
Lusiana
putih.
Nasi, tumis kacang, rambutan, bakso, es teh, soto,
kerupuk, air putih, ikan asin, tempe, manggis, es jeruk,
Saltsa
sambal, kecap.
Top, lemper, lontong, sate kambing, tumis buncis, bakso,
kentang kerupuk, es manado (jus sirsak, degan, jeli, kolang
VI.
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kai membahas mengenai sistem pencernaan pada manusia.
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah praktikan memahami struktur anatomi
organ-organ pada sistem pencernaan dan praktikan mampu mendiagnosa kesehatan
sistem pencernaan secara sederhana melalui pemeriksaan feses secara makrroskopis.
Sistem pencernaan makanan merupakan system organ yang bertugas menerima,
memproses, dan menyerap makanan agar dapat dimanfaatkan oleh tubuh guna proses
metabolisme. Proses ini terjadi karena makanan yang kita makan tidak akan mungkin
bisa diserap langsung oleh tubuh, sehingga makanan tersebut harus dipecah terlebih
dahulu dari ukuran yang besar menjadi ukuran yang lebih kecil. Bahkan dari senyawasenyawa kompleks menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana sampai bisa diserap
oleh tubuh.
Adapun langkah pertama yang kami lakukan adalah melakukan pengamatan
antaomi dari sistem pencernaan yang meliputi organ-organ pencernaan serta letaknya
dalam sistem pencernaan melalui torso seta mekanismenya. Proses pencernaan makanan
pada manusia berlangsung dengan dua cara yakni secara mekanik dan secara
kimiawi. Pencernaan secara mekanis berarti proses pencernaan makanan yang terjadi
secara fisik atau tanpa dengan adanya bantuan enzim, sedang pencernaan kimiawi
berarti proses pencernaan makanan dengan bantuan enzim.
Panjang dari Saluran pencernaan manusia sekitar 9,5 meter, yaitu dari mulut hingga
anus. Saluran pencernaan meliputi alat-alat pencernaan dan organ-organ penghasil
getah pencernaan. Alat-alat pencernaan makanan manusia terdiri atas mulut, esofagus,
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sementara organ-organ penghasil
getah pencernaan atau sering disebut sebagai kelenjar pencernaan terdiri dari pankreas
dan hati.
Proses Pencernaan makanan dimulai masukkannya makanan ke dalam rongga
mulut. Di dalam mulut akan terjadi proses pencernaan baik secara fisik maupun kimia.
Mulut dilengkapi dengan organ-organ pencernaan yaitu gigi, lidah, dan bibir. Gigi
berfungsi untuk menghancurkan makanan secara mekanis dengan proses pengunyahan.
Manusia hanya memiliki dua susunan gigi selama hidupnya. Susunan gigi yang
pertama disebut gigi susu yang terdiri stas 20 gigi. Gigi susu pertama kali tumbuh pada
bayi berumur sekitar 6-8 bulan dan menjadi lengkap setelah umur 2 tahun. Gigi susu
mulai tanggal dan di gantikan oleh gigi tetap pada anak berumur sekitar 6-7
tahun. Susunan gigi tetap terdiri atas 32 gigi yang terdiri dari 12 gigi geraham
belakang(Molar), 8 gigi geraham depan(Premolar), 8 gigi seri(Insisivus), dan 4 gigi
taring(Caninus). Sedangkan pada anak-anak belum terdapat gigi geraham.
Didalam mulut terdapat gigi. Lidah dan kelenjar salifa. Struktur gigi tersusun atas
dua bagian yaitu mahkota, dan akar. Mahkota gigi dilapisi oleh email. Di bawah email
terdapat dentin yang sekeras tulang. Di bawah dentin terdapat rongga gigi yang berisi
pembuluh darah dan saraf.
Lidah berfungsi, untuk merasakan rasa makanan, untuk mencampur makanan yang
sedang dikunyah serta untuk membantu proses penelanan. Pada permukaan lidah yang
kasar terdapat ribuan kuncup pengecap yang membuat kita dapat merasakan manisnya
gula atau asinnya garam. Kuncup pengecap itu terdapat pada ujung papila lidah. Bibir
berfungsi untuk menahan makanan dalam mulut agar tidak tumpah.
Dalam rongga mulut juga terdapat 3 pasang kelenjar saliva atau ludah yaitu kelenjar
parotis(di bawah telinga), kelenjar sublingua(di bawah lidah), dan kelenjar sub
mandibular(di bawah rahang bawah). Fungsi saliva adalah untuk membasahi makanan
sehingga mudah dicerna. Di dalam saliva juga terdapat enzim ptialin atau enzim
amilase yang berfungsi memecah amilum menjadi maltosa. Selain itu, di dalam saliva
juga terdapat imunoglobulin A yang berfungsi menahan jumlah bakteri yang masuk ke
mulut. Sekresi saliva dapat dirangsang oleh penglihatan, bau atau bahkan pikiran
tentang makanan.
Setelah makanan dikunyah dalam mulut, dan bercampur dengan saliva, makanan itu
disebut bolus. Selanjutnya bolus akan ditelan dan berjalan menuju esofagus atau
kerongkongan. Di dalam kerongkongan tidak terjadi proses pencernaan, kalaupun ada
sifatnya hanya meneruskan pencernaan enzimatis yang terjadi di mulut. Di dalam
kerongkongan bolus didorong masuk ke lambung dengan gerak peristaltik.
Lambung berbentuk huruf j, yang merupakan suatu kantong penyimpanan
makanan . Pada perbatasan essofagus dengan lambung terdapat otot spinkter yang
berfungsi membuka dan menutup mulut lambung. Saat makanan telah memasuki
lambung, otot ini berkontraksi menutup lubang spinkter sehingga makanan tidak
kembali.
Lambung terbagi atas tiga bagian, berturut-turut dari bagian terdepan yaitu kardiak,
fundus, dan pylorus. Dinding lambung tersusun atas otot yang kuat. Otot tersebut
mengaduk dan mencampur bolus dengan getah lambung yang disekresi oleh sel-sel
kelenjar di dinding lambung. Getah lambung, berperan dalam pencernaan secara kimia
dan terdiri atas asam klorida (HCl), enzim pepsin serta enzim renin.
Asam klorida merupakan asam kuat yang berperan mengubah pepsinigen menjadi
pepsin. Pepsinogen adalah bentuk enzim pepsin yang belum aktif. Selain itu, asam
klorida juga dapat membunuh kuman yang masuk bersama makanan. Asam klorida
menyebabkan pH lambung menjadi rendah (Asam) sehingga dalam lambung tidak
terjafdi pencernaan karbohidrat.
Pepsin merupakan enzim yang bekerja mencerna protein menjadi polipeptida
pendek. Adapun fungsi renin yaitu mengendapkan protein susu(kasein) dari susu. Tanpa
adanya renin, kasein tidak dapat dicerna sehingga lewat begitu saja.
Pencernaan kimia di lambung juga dibantu oleh gerakan peristaltik lambung yang
berperan
dalam
mencampur
makanan
sehingga
pencernaan
menjadi
lebih
Dari lambung, makanan dalam bentuk kim akan diteruskan ke dalam usus
halus. Masuknya kim ke usus halus diatur oleh otot spinkter pylorus. Panjang usus
halus pada orang dewasa adalah sekitar 5,5-7 meter dengan diameter sekitar 2,5 cm.
Usus halus terdiri atas 3 bagian yaitu usus 12 jari(duodenum), usus kosong(jejenum)
dan usus penyerapan(ileum). Di ddalam usus halus terjadi sebagian pencernaan secara
kimia karena dari dindingnya disekresi getah-getajh pencernaan. Getah-getah tersebut
berasal dari pankreas dan hati.
Hati berperan penting dalam proses pencernaan makanan. Peranan hati antara lain
menghasilkan cairan empedu (bilus) untuk mengemulsikan lemak, mengubah kelebihan
glukosa menjadi glikogen dan menyimpannya sebagai cadangan energi, mengubah
kelebihan asam amino menjadi urea, menyimpan zat besi dan vitamin tertentu serta
menawarkan racun zat lain yang berbahaya bagi tubuh. bilus adalah cairan berwarna
hijau kekuning-kuningan yang mengandung air, garam-garam empedu, zat warna
empedu (bilirubin dan biliverdin), kolesterol dan elektrolit-elektrolit.
Duodenum bermuara getah-getah pencernaan yang berasal dari pankreas dan hati.
Di dalam duodenum lemak akan diemulsikan oleh cairan empedu yang berasal dari hati,
kemudian dicerna oleh enzim lipase yang dihasilkan oleh pankreas. Hasil pencernaan
lemak adalah asam lemak dan gliserol. Asam lemak dan gliserol akan diserap oleh
pembuluh limfa atau pembuluh kil didalam usus halus.
Pankreas menghasilkan enzim amilase, tripsin dan kimotripsin. Amilase akan
memecah polisakarida menjadi disakarida. Tripsin dan kimotripsin akan mencerna
polipeptida menjadi di-peptida. Pankreas juga mengahasilkan natrium bikarbonat yang
berfungsi untuk menetralkan kim dari lambung yang bersifat asam.
Jejenum terjadi pencernaan enzimatis yang merupakan kelanjutan kerja pencernaan
usus 12 jari yang belum tuntas. Enzim-enzim yang dihasilkan dalam usus ini antara lain
disakaridase, aminopeptidase, dipeptidase, dan enterokinase. Disakaridase mengubah
disakarida menjadi monosakarida. Dipeptidase dan aminopeptidase akan memecah
dipeptida asam amino. Adapun enterokinase berfungsi untuk mengaktifkan tripsinogen
menjadi tripsin.
Di dalam Ileum terjadi penyerapan zat-zat makanan. Zat-zat makanan yang diserap
adalah yang sudah berupa monomer atau molekul sederhana misalnya glukosa, asam
amino, vitamin dan beberapa mineral. Semua zat makanan ini diserap oleh kapiler
darah, sementara asam lemak dan gliserol diangkut oleh pembuluh limfa.
Sisa-sisa pencernaan makanan yang tidak diserap oleh usus halus akan diteruskan ke
usus besar. Usus besar terdiri dari 3 bagian yaitu bagian yang naik (ascenden), mendatar
(transfersum), dan menurun (descenden). Pada pertemuan antara usus halus dan usus
besar terdapat usus buntu (sekum) dan umbai cacing (apendiks). Peranan usus besar
cukup penting yaitu untuk memproses sisa-sisa makanan agar mudah dikeluarkan. Di
dalam usus besar terdapat banyak sekali bakteri pembusuk yang akan membusukkan
sisa-sisa makanan menjadi feses yang lunak dan mudah dikeluarkan. Beberapa bakteri
ini diketahui dapat menghasilkan vitamin K dan asam amino tertentu yang dapat diserap
oleh dinding usus untuk digunakan oleh tubuh. selain itu, jika tubuh kekurangan air
maka akan terjadi reabsorbsi air pada usus ini.
Rektum merupakan bagian akhir dari usus besar. Di dalam rektum sudah tidak
terjadi penyerapan apapun. Rektum merupakan tempat penampungan sementara sisa
pencernaan sebelum dikeluarkan melalui lubang pengeluaran yang disebut anus. Antara
rektum dan anus terdapat dua otot sfingter yang 1 bersifat sadar yang lainnya bersifat
tidak sadar. Kontraksi kuat dari usus besar akan menciptakan dorongan untuk
membuang feses (defekasi).
Anus merupakan lubang pengeluaran/pembuangan sisa-sisa makanan yang tidak
tercerna yang disebut feses. Bagian dalam usus tersusun atas sel-sel yang bekerja secara
otomatis, sedangkan otot bagian luar berupa otot sfingter (otot melingkar).
Langkah selanjutnya yakni melakukan pengamatan feses yang dilakukan sendiri
pagi hari sebelum praktikum. Langkah pertama mencatat semua makanan yang
dikonsumsi sehari sebelum hari pengamatan hal ini bertujuan untuk mengetahui
keterkaitan antara warna, bentuk, aroma, posisi dalam air, serta tekstur dari feses.
Dengan mengetahui makanan apa saja yang kita makan maka kita akan tahu penyebab
feses memiliki warna, bentuk, aroma, serta tekstur seperti yang diamati. Langkah
berikutnya yakni melakukan pengamatan feses yang meliputi aspek warna, bentuk,
aroma, posisi dalam air, dan tekstur hal ini bertujuan untuk mengetahui keehatan dari
sistem pencernaan kita. Pengamatan ini dilakukan pada pagi hari sebelum
mengkonsumsi apapun agar didapatkan data yang valid dari proses pencernaan yang
dilakukan sehari sebelumnya.
Hasil pengamatan feses dari kelompok kami yakni pertama Firda yang melakukan
pengamatan pada jam 14.00 wib mengkonsumsi makanan pepaya, kare, udang, nasi,
sambal, rujak (pedes, kecambah, kangkung, cingur), ayam, kacang, kerupuk, jelly, air
putih. Dan fesesnya berwarna kuning kecoklatan, memiliki bentuk panjang pecah, bau
menyengat, posisis dalam air mengapung, dan memiliki tekstur lunak. Kedua Lutfiyatul
yang melakukan pengamatan pada jam 05,00 wib mengkonsumsi makanan biskuit roma
sandwich, nasi putih, terong, sawi putih, tempe, telur (nasi campur), nasi lalapan (tempe
bacem, kacang panjang, kubis putih, sambal, roti krim keju, air putih. Dan fesesnya
memiliki warna kuning kecoklatan, bentuk pecah-pecah, bau tidak menyengat, posisi
dalam air mengapung, tekstur halus dan tidak keras. Ketiga Elok yang melakukan
pengamatan pada jam 07.15 wib mengkonsumsi makanan nasi pecel (nasi putih, telur,
tempe, kecambah, sawi hijau, crepes, leker, batagor, cimol, mie sedap remes, roti
goreng, lalapan (tahu bacem, kubis rebus, kacang rebus, nasi, air putih. Dan fesesnya
berwarna coklat kekuningan, sedang tidak pecah-pecah bau tidak menyengat, posisi
dalam air tenggelam, tekstur sedikitt kasar ada serat. Keempat Lusiana yang melakukan
pengamatan pada jam 07.30 wib menkonsumsi makananan nasi, tumis kacang,
rambutan, bakso, es teh, soto, kerupuk, air putih, ikan asin, tempe, manggis, es jeruk,
sambal, kecap. Dan fesesnya berwarna kuning kecoklatan, bentuk panjang utuh, bau
tidak menyengat, posisi dalam air mengapung, dan memiliki tekstur sedikit kasar. Yang
terakhir yakni Saltsa yang melakukan penganatan pada jam 05.00 wib mengkonsumsi
makanan Top, lemper, lontong, sate kambing, tumis buncis, bakso, kentang kerupuk, es
manado (jus sirsak, degan, jeli, kolang kaling, semangka), nasi ayam bakar, lalapan
sayur, kue sus, kue tok, kue teratai, pia, pentol, kecap, sambel, air putih. Dan fesesnya
berwarna coklat kekuningan, bentuk pecah-pecah, bau tidak menyengat, posisi dalam
iar tenggelam, memiliki tekstur lembut/halus sedikit kasar.
Berdasarkan literatur warna feses yang sehat atau normal yakni pada orang dewasa
berwrna coklat sedangkan pada bayi berwarna kuning yang diakibatkan cairan empedu
yang diproduksi oleh hati. Jika selain warna tersebut berarti feses tidak normal seperti
feses berwarna pekat/putih Adanya pigmen empedu, pemeriksaan diagnostik
menggunakan barium. Feses berwarna hitam disebabkan perdarahan bagian atas GI
seperti paada lambing dan tenggorokan hal ini dikarenakan darah akan mengalami
proses oksidasi ketika melewati cairan asam lambung dan berwarna kehitaman. Feses
yang
lembut
atau
panjang
utuh
sesuai
atau
mengikuti
bentuk
rektum, permukaan yang halus, dan cukup mudah untuk dikeluarkan. Adapun bentuk
feses yang tidak normal yakni berbentuk bulat-bulat kecilseperti kacang, sangat keras,
dan sangat sulit untuk dikeluarkan. Biasanya ini adalah bentuk tinja penderita konstipasi
kronis. berbentuk sosis, permukaanyamenonjol-nonjol dan tidak rata, dan terlihat seperti
akan terbelah menjadi berkeping-keping. Biasanya tinja jenis ini dapat menyumbat WC,
dapat menyebabkan ambeien, dan merupakan tinja penderita konstipasi yang mendekati
kronis. Berbentuk sosis, dengan permukaan yang kurang rata, dan ada sedikit retakan.
Tinja seperti iniadalah tinja penderita konstipasi ringan. berbentuk seperti sosis atau
ular. Tinja ini adalah bentuk tinja penderita gejala awal konstipasi. permukaannya
sangat halus,mudah mencair, dan biasanya sangat mudah untuk dikeluarkan.Biasanya
ini adalah bentuk tinja penderita diare. berbentuk sangat cair (sudahmenyerupai air) dan
tidak terlihat ada bagiannya yang padat. Inimerupakan tinja penderita diare kronis. Dari
hasil pengamatan yang kami lakukan, dari semua probandus dinyatakan normal.
Aroma feses yang normal atau sehat berdasarkan literatur adalah tidak menyengat.
Bau menyengat pada feses disebabkan berasal dari senyawa indole, skatol, hydrogen
sulfide dan amine, diproduksi oleh pembusukan protein oleh bakteri perusak atau
pembusuk. Bau menusuk hidung tanda terjadinya peningkatan kegiatan bacteria yang
tidak kita kehendaki. Dari hasil pengamatan yang kami lakukan, semua probandus
normal kecuali Firda yang fesesnya memiliki aroma menyengat hal ini dikarenakan
jenis makanan dan waktu defekasi pada siang hari sehingga kegiatan bakteria terlalu
berlebihan dan mengakibatkan bau menyengat pada feses.
Posisi dalam air feses ada yang menapung dan ada yang tenggelam hal ini
tergantung dari apa yang Anda makan. Pola makan yang baik menyebabkan feses
tenggelam di dasar kloset. Artinya, Anda mengonsumsi cukup banyak serat dan nutrisi
lainnya. Sedangkan kotoran akan mengapung bila Anda mengonsumsi terlalu banyak
lemak. Peningkatan kadar nutrisi dalam tinja yang disediakan untuk bakteri normal yang
hidup di saluran pencernaan, akan menghasilkan lebih banyak gas. Bila gas itu tak
punya kesempatan untuk keluar (sebagai kentut), akibatnya tinja yang mengandung gas
itu mengapung. Dari hasil pengamatan yang kami lakukan, firda, lutfiya, dan lusiana
dinyatakan tidak normal karena fesesnya mengapung, hal ini dikarenakan kurang
makanan berserat. Sedangkan elok dan saltsa dinyatakan normal karena fesesnya
tenggelam artinya mereka mengkonsumsi makanan yang mengandung cukup serat.
Tekstur yang normal atau sehat pada feses berdasarkan literatur yakni tidak terlalu
keras dan tidak terlalu lembek atau lunak dan lembek dan juga basah. Apabila terlalu
keras dikarenakan dehidrasi, penurunan motilitas usus akibat kurangnya serat, kurang
latihan, gangguan emosi dan laksantif abuse yang menyebaabkan konstipasi. Apabila
terlalu lebek atau cair dikarenakan Peningkatan motilitas usus (mis. akibat iritasi kolon
oleh bakteri) mengakibatkan diare, kekurangan absorpsi. Dari hasil pengamatan yang
kami lakukan, dari semua probandus dinyatakan normal.
Warna, bentuk, aroma, posisi dalam air, dan juga tekstru dari feses tergantung
dengan makanan yang kita konsumsi apakah makanan tersebut banyak mengandung
serat atau tidak dll. Dan juga tergantung dari kesehatan sistem pencernaan kita. Dari
hasil pengamatan feses yang kami lakukan dibandingkan dengan literatur menegnai
kesehatan sistem pencernaan rata-rata normal atau sehat dan sesuai dilihat dari aspek
warna, bentuk, aroma, posisi dalam air, dan juga tekstur feses. Apabila warna, bentuk,
aroma, posisi dalam air, dan juga tekstur tidak sesuai dengan literatur hal ini disebabkan
kurang teliti dalam mengamati.
VII.
PENUTUP
VII.1
Kesimpulan
1. Struktur anatomi organ pencernaan terdiri dari mulut, esofagus,
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.
2. Feses yang normal atau sehat yakni memiliki warna coklat, bentuk
bulatan-bulatan lembut atau panjang utuh sesuai atau mengikuti
bentuk rektum, aroma tidak menyengat, posisi dalam air tenggelam,
tekstur lunak.
VII.2
Saran
Sebaiknya praktikan benar-benar mengamati dengan teliti terkait dengan
warna, bentuk, aroma, posisi daalam air, dan tekstur agar data yang
didapat sesuai dengan literatur.
DAFTAR PUSTAKA
Febrianto, Erfin Y., Priyono, Slamet. 2012. Studi Pemanfaatan Feses (Kotoran Manusia)
sebagai Bahan Baku Alternatif Energi Terbarukan. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi. Volume 30 (1): 19-24.
Ganong, Wiliam F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Hana, A., Mangkoewidjojo, S., Salasia, Siti Isrina O., Kusindarta Dwi L. 2011.
Respons Peristalsis dan Neuron Mienterik Nitrergik Usus Halus Kelinci yang
Diinfeksi Eimeria magna. Jurnal Veteriner. Vol. 12 (2): 83-90.
Handaya, Wilfridus Bambang T., Yohanna, M. 2011. Alat Bantu Ajar Sistem Pencernaan
dan Sistem Pernafasan pada Manusia Berbasis Web. Jurnal Informatika. Vol. 7
(2): 201-211.
Pearce, Evelin C. 1979. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
.