RINGKSAN MATERI
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Farmakologi
Oleh:
KEMENTERIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
DIII KEPERAWATAN MALANG
JUNI 2017
OBAT YANG BEKERJA PADA SISTEM ENDOKRIN
Sistem saraf pusat dan sistem endokrin bekerja sama untuk mempertahankan
homeostasis internal dan mengintegrasikan respons tubuh terhadap linkungan eksternal.
Aktivitas dan fungsi keduanya terkait erat sehingga akan lebih tepat jika menyebutnya sistem
endokrin. Hormon tertentu yang memepengaruhi fungsi tubuh tidak disekresikan oleh
kelenjar endokrin. Sebagai contoh, hormon jaringan,seperti prostaglandin diproduksi di
berbagai jaringan dan memiliki efek pada daerah lokalnya. Neurotransmitter seperti
norepinefrin dan dopamin juga diklasifikasikan sebagai hormon karena keduanya
disekresikan langsung ke aliran darah untuk disebarkan ke seluruh tubuh. Ada juga hormon
gastrointestinal (GI) yang diproduksi di sel GI dan bekerja secara lokal.
1. Hormon
Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan di dalam tubuh dan yang memenuhi kriteria
spesifik.Beriut ini adalah karakteristik hormon:
Hormon dapat bereaksi dengan tempat reseptor spesifik pada membran sel untuk
menstimulasi monofosfat adenosin siklik (Cyclic adenosine monophosphate, cAMP)
nukleotida di dalam sel untuk menimbulkan suatu efek.
2.Hipotalamus
Hipotalamus adalah pusat koordinasi respons saraf dan endokrin terhadap stimulus
internal dan eksternal. Hipotalamus secara konstan memantau homeostatis tubuh dengan
menganalisis masukan dari sitem saraf pusat (SPP) dan perifer serta mengkordinasi sistem
tersebut melalui sistem otonom, endokrin, dan sistem saraf. Pada praktiknya hipotalamus
menjadi “kelenjar utama” dari sistem neuroendokrin. Kelenjar ini membantu pengaturan
sistem saraf pusat dan otonom serta sistem endokrin untuk memepertahankan homeostatis.
3.Hipofifis
Kelenjar hipofisis terdapat di sela tursika bertulang yang berada di bawah lapisan dura
meter. Kelenajar ini terbagi menjadi tiga lobus: lobus anterior, lobus posterior, dan lobus
intermediat.
Hipofisis posterior menyimpan dua hormon yang diproduksi oleh hipotalamus dan
ditempatkan dalam lobus posterior melalui akson saraf tempat keduanya diproduksi. Kedua
hormon tersebut adalah hormon ADH, disebut juga sebagai vasopresin, dan oksitosin. ADH
dilepaskan secara langsung sebagai respons terhadap peningkatan psmolaritas plasma atau
penurunan volume darah (yang sering menyebablan peningkatan osmolaritas). Osmoreseptor
pada hipotalamus menstimulasi pelepasan ADH. Oksitosin menstimulasi kontraksi otot polos
uterus pada fase akhir kehamilan dan juga menyebabkan pelepasan ASI wanita yang
menyusui.
4.Kontrol
4.1 Aksi Hipotalamus-Hipofisis
Karena posisinya di dalam otak, hipotalamus distimulasi oleh berbagai hal, seperti
cahay, emosi, aktivitas korteks serebri, dan berbagai stimulus kimia dan hormonal. Secara
bersama-sama, hipotalamus dan hipofisis menjalankan funsinya secara erat untuk
memepertahankan aktivitas endokrin di sepanjang aksi hipotalamus-hipofisis (HPA). Aksi
ini berfungsi melalui serangkaian umpan balik negatif.
Berikut ini adalah cara kerja sistem umpan balik negatif. Pada saat hipotalamus
merasakan perlunya hormon tertentu, sebagai contoh hormon tiroid, hipotalamus akan
melepaskan faktor pelepas (TRH) secara langsung ke hipofisis anterior. Sebagai respons
terhadap TRH, hipofisis anterior mensekresikan TSH, yang akan menstimulasi kelenjar tiroid
untuk memproduksi hormon tiroid. Pada saat hipotalamus merasakan adanya peningkatan
kadar hormon tiroid, ia akan berhenti mensekresi TRH, menyebabkan penurunan produksi
TSH dan selanjutnya menurunkan kadar hormon tiroid. Hipotalamus yang merasakan adanya
penurunan hormon kadar hormon tiroid akan mensekresikan kembali TRH. Sistem umpan
balik negatif akan terus berlangsung dengan cara ini sehingga mempertahankan kadar
hormon tiroid dalam rentang normal yang relatif sempit.
Hipotalamus kemungkina juga dapat merasakan kadar TRH dan TSH dan mengatur
sekresi dalam rentang yang sempit, sekalipun jika hormon tiroid tidak diproduksi. Hipofisis
anterior dapat juga sensitif terhadap kadar TSH dan hormon tiroid sehingga dapat mengatur
hormon TSH-nya sendiri.Sistem ini menyediakan kendali dan pengaturan cadangan jika salah
satu bagian HPA mengalami kagagalan.Selain itu juga dapat menimbulkan komplikasi,
terutama jika terdapat kebutuhan untuk menolak atau berinteraksi dengan sistem total, seperti
pada kasus terapi sulih atau pengibatan gangguan endokrin.
Hormon lain dilepaskan sebagai respons terhadap stimulus yang bukan dari hormon
penstimulasi. Seperti pada reaksi pankreas endokrin
Semakin banyak hal yang dipelajari tentang interaksi sistem saraf dan endokrin, ide-
ide baru terbentuk tentang bagaimana tubuh mengendalikan homeostatisnya yang rumit.
Ketika memberikan obat yang mempengaruhi endokrin atau sistem saraf, penting bagi
perawat untuk mengingat bagaimana eratnya kaitan semua aktivitas tersebut. Efek merugikan
yang diperkirakan atau tidak diperkirakan yang melibatkan area-area endokrin dan sistem
saraf juga sering terjadi.
Berikut beberapa obat yang bekerja sebagai faktor pelepas hipotalamik, antara laim:
2.2 Farmakokinetik
Obat-obat ini diijeksikan dan mencapai kadar puncak dalam 7 jam. Obat tersebut
disebarluaskan ke seluruah tubuh dan dilokalisasi dalam jaringan yang perfusinya sangat
tinggi, terutama di hati dan ginjal. Ekskresi terjadi melalui urine dan feses. Pasien yang
menderita disfungsi ginjal atau hati dapat mengalami penurunan bersihan dan peningkatan
konsentrasi obat. Obat ini harus dihindari selama kehamilan dan laktasi karena berpotensi
menimbulkan efek merugikan pada janin dan neonatus.
Obat-obat ini dikontaindikasikan pada pasien yang alergi terhadap obat ini atau
komponen yang terkandung di dalamnya. Obat ini juga dikontraindikasikan jika terdapat
penutupan epifisis atau lesi kranial.
Efek merugikan yang palin sering terjadi pada penggunaan GH adalah pembentukan
antibodi terhadap GH dan kemudian tanda-tanda inflamasi serta reaksi jenis autoimun;
pembengkakan dan nyeri sendi; dan reaksi endokrin pada hipotirodisime serta resistensi
insulin.
Somatostatin adalah faktor penghambat yang dilepaskan dari hipotalamus. Obat ini
tidak
digunakan untuk mengurangi kadar GH, meskipun obat ini dapat melakukannya secar efektif.
Karena obat ini dapat menimbulkan beberapa efek pada banyak sistem sekretori, dan
memiliki durasi kerja yang singkat, obat ini tidak dianjurkan sebagai agens terapeutik.
Analog somatostatin, oktreotid asetat, dianggap lebih kuat dalam menghambat pelepasan GI
dengan efek inhibisi yang lebih sedikit terhadap pelepasan insulin. Oleh karena itu, oktreotid
asetat lebih dipilih daripada somatostatin.
3.2 Farmakokinetik
Oktreotid diabsorpsi dengan cepat dan didistribusikan secara luas ke seluruh tubuh.
Obat ini dimetabolisme di jaringan, kira-kira 30% diekskresikan melalui urine tanpa
perubhan. Pasien yang menderita disfungsi ginjal dapat mengalami akumulasi kadar obt yang
lebih tinggi. Tidak ada penelitian yang adekuat tentang efek obat ini pada kehamilan dan
laktasi, dan hanya digunakan jika manfaatnya pada ibu jauh lebih besar daripada resiko
potensialnya pada janin atau neonatus.
Okteotrid menyebabkan berbagai keluhan GI. Konstipasi atau diare, flatulensi, dan
mual merupakan hal yang biasa terjadi. Okteotrid juga menyebabkan kolesistitis akut, ikterus
kolestatik, obstruksisaluran biliaris, dan pankreatitis. Hal lainnya yang sering terjadi yaitu
sakit kepala, sinus bradikardia, atau aritmia jantung, dan penurunan toleransi glukosa.
Okteotrid harus diberikan secara subkutan, dan dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan
atau inflamasi pada tempat injeksi.
3.5 Interaksi Obat-Obat yang Penting Secara Klinis
Peningkatan kadar bromokotropin dalam serum dan peningatan toksisitas terjadi jika
obat ini dikombinasikan dengan eritromisin. Kombinasi ini harus dihindari.Selain itu efek
obat akan menurun jika dikombinasikan dengan fenotiazin, jikalau digunaka pasien harus
diperhatikan secar cermat.
4. Hormon Hipofisis Posterior
Hipofisis posterior menyimpan dua hormon yang diproduksi di hipotalamus yaitu
ADH dan Oksitosin. ADH bersifat antidiuretik, hemostatik dan vasopresor.
4.1 Cara Kera Obat dan Indikasi Terapeutik
ADH dilepaskan sebagai respons terhadap peningkatan osmolaritas plasma atau
penurunan volume darah. ADH menghasilkan aktivitas antidiuretik pada ginjal,
menyebabkan bagian kortikal dan medula duktus pengumpul menjadi permabel terhadap air
sehingga meningkatkan reabsorpsi air dan mengurangi pembentukan urine. Aktivitas ini
mengurangi osmolaritas plasma dan meningkatkan volume darah.
4.2 Farmakokinetik
Obat ini diabsorpsi dan dimetabolisme dengan cepat; obat ini diekskresikan melalui
hati dan ginjal. Obat ini tidak boleh digunakan selama kehamilan karena adanya risiko
kontraksi uterus yang dapat membahayakan janin. Efek obat ini selama laktasi tidak jelas
sehingga harus digunakan secara hati-hati pada ibu yang menyusui.
4.3 Kontraindikasi dan Peringatan
Preparat ADH dikontraindikasikan jika terdapat alergi terhadap obat ini dan
komponen-komponennya atau ada disfungsi ginjal yang berat. Obat ini harys digunakan
secara hati-hati jika terdapat penyakit vaskular; epilepsi; asma; dan kehamilan atau laktasi.
4.4 Efek Merugikan
Efek merugikan dari penggunaan preparat ADH meliputi intoksikasi air, akibat
perpindahan cairan sama retensi cairan; tremor, berkeringat, vertigo, dan sakit kepala, akibat
retensi cairan; kram abdomen, flatulensi,mual, dan muntah, akibat stimulasi motilitas GI; dan
iritasi lokal pada hidung, akibat pemberian obat melalui hidung. Reaksi hipersensitivitas juga
pernah diaporkan, berkisar dari ruam sampai konstriksi bronkus.
C. Agens Adrenokortikal
Agens adrenokortikal banyak digunaka mensupresi sistem imun dan benar-benar
membantu orang untuk merasa lebih baik. Akan tetapi, obat ini tidak menyembuhkan
gangguan inflamasi sehingga hanya boleh digunakan dalam jangka waktu yang pendek.
1. Kelenjar Adrenal
Dua kelenjar adrenal merupakan bagian pipih yang terdapat di atas masing-masing
ginjal. Setiap kelenjar terdiri dari inti dalam atau medula adrenal dan bagian yang disebut
korteks adrenal. Medula Adrenal merupaka bagian yang sebenarnya dari sistem saraf pusat
(SSP). Kelenjar adrenal menghasilkan hormon yang disenut kortikosteroid, yang memiliki
tiga jenis yaitu androgen, glukokortikoid, dan mineralokortikoid.
Androgen, hormon ini dapat mempertahankan kadar stimulasi seluler tertentu dan
dapat berperan dalam pertumbuhan sensitif-sel pada beberapa jenis kanker, terutama
anker prostat, payudara, dan ovarium.
Glukokortikoid, disebut demikian karena menstimulasi peningkatan kadar glukosa
untuk energi.
Mineralokortikoid, mempengaruhi kadar elektroli dan homeostatis.
1.1 Kontrol
Korteks adrenal berespon terhadap hormon ACTH, yang mengaktivasi stres melalui
SSP .Kerja yang dilakukan hormon tersebut meliputi:
Meningkatkan volume darah (efek aldosteron)
Menyebabkan pelepasan glukosa yang menhasilkan energi
Memperlambat laju pertumbihan protein
Menghambat aktivitas inflamasi dan sistem imun
1.2 Infusiensi Adrena
Beberapa pasien mengalami kekurangan hormon adrenokortikal dan mengalami
tanda-tanda infusiensi adrenal. Kondisi ini terjadi jika pasien tidak memproduksi ACTH
dalam jumlah yang cukup, kelenjar adrenal tidak mampu berespons terhadap ACTH, kelenjar
adrenal rusak dan tidak dapat memproduksi horom yang cukup, atau sekunder aibat
pengangkatan kelenjar melalui operasi. Hal yang palin sering menyebabkan infusiensi
adrenal adalah penggunaan jangka panjang kortikosteroid.
1.3 Krisis Adrenal
Pasien yang mengalami infusiensi adrenal dapat memiliki kondisi yang cukup baik
sampai mereka mengalami periode stress ekterm, seperti kecelakaan kendaraan bermotor,
prosedur bedah, atau infeksi masif. Pasien yang mengalami infusiensi adrenal diobati dengan
infus masif berisi steroid pengganti, pemantauan yang konstan, dan prosedur penunjang
kehidupan.
2. Glukokortikoid
Beberapa glukokortikoid tersedia untuk pengobatan farmakologis. Glukokortikoid
tersebut berbeda dalam hal rute pemberian dan durasi kerjanya.
Beklometason (Beclovent) tersedia sebagai inhalan pernafasan dan semprotan hidung.
Betametason (celestone, dll) adalah steroid kerja lama. Tersedia untuk penggunaan
sistemik parental, oral dan juga topikal.
Budesonid (Rhinocort, Entocort EC) alah steroid tang relatif baru untuk penggunaan
intranasal.
Kortison (Cortone Asetat) merupakan salah satu obat obat kortikosteroid pertama.
Digunakan secara oral dan parental.
Deksametason (Decardon, dll) merupakan obat yang banyak digunakan dan tersedia
dalam berbagai bentuk dengan berbagai ragam penggunaan.
Flunisolid (Aero-Bid, Nasalide) terbukti berhasil sebagai inhalan pernafasan.
Hidrokortison (Cortef, dll) adalah kortikosteroid yang sangat kuat yang memiliki sifat
glukokortikoid dan mineralokortikoid. Banyak dipilih seagai agens topikal dan
oftalmik.
Metilprednisolon (Medrol) memiliki aktivitas mineralokortikoid yang sedikit pada
dosis terapeutik. Tersedia dalam berbagaibentuk oral, parental, intra-artikular, dan
preparat enema retensi.
Prednisolon (Delta Cortef, dll) adalahh kortikosteroid kerja-sedang dengan efek hanya
berlangsung selama satu hari. Digunakan untuk injeksi intralesi dan intra-artikular,
juga tersedia dalam bentuk oral dan topikal.
Triamsinolon (Aristocort, Kenaject, dll) tersedia dalam berbagai bentuk.
2.1 Cara Kerja Obat dan Indikasi Terapeutik
Glukokortikoid memasuki sel terget dan berikatan dengan reseptor sitoplasmik,
menimbulkan berbagai reaksi kompleks yang menyebabkan efek anti-inflamasi dan imuno
supresif. Glukokortikoid diindikasikan untuk pengobatan jangka pendek berbgai gangguan
inflamasi, meredakan ketidaknyamanan dan memberi kesempatan pada tubuh untuk pulih
dari berbgai efek inflamasi..
2.2 Farmakokinetik
Obat-obat ini diabsorpsi dengan baik dari berbagai tempat. Obat ini dimetabolisme
oleh sistem alami, terutama di hati, dan diekskresikan melalui urine. Glukokortikoid
diketahui menembus plasenta dan masuk ke ASI.
2.3 Kontaindikasi dan Peringatan
Obat ini dikontraindikasikan jika ada alergi terhadap preparat steroid; pada kondisi
infeksi akut; dan pada laktasi. Obat ini harus digunakan dengan hati-hati pada pasien yang
menderita diabetes, ulkus peptik akut, gangguan endokrin lainnya, atau kehamilan.
2.4 Efek Merugikan
Efek merugikan dari penggunaan glukokortikodi berkaitan dengan rute pemberian
yang digunakan. Seperti penggunaan sitemik yang akan akan mengakibtakan gangguan
endokrin, dan penggunaan lokal yang dapat menimbulkan inflamasi lokal dan infeksi.
2.5 Interksi Obat-Obat yang Penting Secara Klinis
Terdapat peningkatan efek terapiutik dan efek toksik jika kortikosteroid diberikan
bersama eritromisin, ketokonazol, atau troleandomisin. Terdapat risiko peningkatan kadar
serum dan penurunan efektivitas jika kortikosteroid dikombinasikan dengan salisilat,
barbiturat, fenitoin, atau rifampin.
3. Mineralokortikoid
Mineralokortikoid klasik adalah aldosteron. Aldosteron menahan natrium-dan disertai
air-di dalam tubuh dan mengekskresi kalium. Aldeosteron tidak lagi tersedia dalam
penggunaan farmakologis. Jika digunakan dalam dosis tinggi, kortison glukokortikoid dan
hidrokortison memiliki efek mineralokortikoid. Akan tetapi, efek ini biasanya tidak cukup
untuk mempertahankan keseimbanagan elektrolit pada insufisiensi adrenal. Fludrokortison
(Florinef) adalah mineralokortikoid yang lebih kuat dan diunakan untuk terapi sulih, dalam
konmbinasi dengan glukokortikoid.
3.1 Cara Kerja Obat dan Indikasi Terapeutik
Mineralokortikoid meningkatkan reabsorpsi natrium dalam tubulus ginjal dan
meningkatkan ekskresi kalium dan hidrogen, menyebabkan retensi air dan natrium. Obat-obat
ini diindikasikan, dalam kombinasi dengan glukokortikoid, untuk terapi sulih pada
insufisiensi adrenal primer dan sekunder. Obat ini juga diindikasikan untuk pengobatan
sindrom adronogenital boros garam jika diminum dengan glukokortikoid yang tepat.
Fludrokortison sedang dicoba untuk pengobatan hipotensi ortostatik yang berat karena efek
retensi air dan natrium yang dimilikinya dapat meneybabkan peningkatan tekanan darah.
3.2 Farmakokinetik
Obat ini diabsorbsi secara lambat dan didistribusikan ke seluruh tubuh. Obat ini
mengalami metabolisme di hati menjadi bentuk tidak aktif. Mineralokorikoid diketahui dapat
menembus plasenta dan masuk ke ASI.
2.1 Hipotiroidisme
Hipotirodisme adalah kurangnya kadar hormon tiroid yang dibutuhkan untuk
mempertahankan metabolisme normal. Kondisi ini terjadi pada beberapa keadaan
patofisiologis berikut ini:
Tidak adanya kelenjar tiroid
Kurangnya iodin di dalam diet untuk memproduksi kadar hormon tiroid yang
dibutuhkan
Kurangnya jaringan tiroid yang berfungsi dengan baik akibat tumor atau gangguan
autoimun
Kurangnya TSH akibat penyakit hipofisis
Kurangnya TRH akibat tumor atau gangguan hipotalamus
2.2 Hipertiroidisme
Hipertiroidisme terjadi ketika terlalu banyak hormon tiroid yang diproduksi dan
dilepaskan ke sirkulasi. Penyakit Graves (masalah autoimun) adalah kondisi yang paling
sering menyebabkan hipertiroidisme.
3. Hormon Tiroid
Beberapa produk hormon pengganti tersedia untuk mengobati hipotiroidisme. Produk-
produk ini mengandung hormon tiroid alami maupun sintetis. Hormon pengganti bekerja
dengan menggantikan kadar hormon tiroid yang rendah atau tidak ada mensupresi TSH yang
diproduksi secara berlebihan oleh hipofisis.
3.2 Farmakokinetik
Obat ini diabsorpsi dengan baik dari saluran GI dan berikatan dengan protein serum.
Deiodinasi obat terjadi di beberapa tempat, termasuk hati, ginjal dan jaringan tubuh lainnya.
Eliminasi terjadi terutama di empedu. Hormon tiroid tidak menembus plasenta dan tampak
tidak menimbulkan efek pada janin.
Jika dosis yang digunakan untuk terapi sulih sudah benar, hanya sedikit efek
merugikan yang berhubungan dengan obat tersebut. Reaksi pada kulit dan kerontokan rambut
terkadang terjadi,terutama selama bulan-bulan pertama pengobatan pada anak-anak. Gejala
hipertiroidisme dapat terjadi pada saat pengaturan dosis. Beberapa efek yang kurang dapat
diperkirakan berkaitan denga stimulasi jantung dan efek pada SSP.
Penurunan absorpsi hormon tiroid terjadi jika obat tersebut diminum bersamaan
dengan kolesteramin. Efektivitas antikoagulan oral akan meningkat jika dikombinasikann
dengan tiroid. Penurunan efektivitas glikosida digitalis dapat terjadi jika kedua obat tersebut
dikombinasikan. Klirens teofilin akan menurun pada keadaan hipotiroid.
4. Agens Antitiroid
Obat yang digunakan untuk menghambat produksi hormon tiroid dan mengobati
hipertiroidisme antara lain tiomida dan larutan iodin.
4.1 Tiomida
Propiltiourasil (PTU) adalah tiomida yang paling sering digukan. Tiomida lain yang
tersedia adalah metimazol (Tapazole).
Tioamid mencegah pembentukan hormon tiroid di dalam sel tiroid, menurunkan kadar
hormon tiroid di dalam serum. Obat ini juga menghambat sebagian konversi T4 menjadi T3
tinkat sel.
4.1.2 Farmakokinetik
Obat ini diabsorpsi dengan baik dari saluran GI dan kemudian dikonsentrasikan dalam
kelenjar tiroid. Beberapa ekskresi dapat dideteksi di dalam tiroid. Metimazol menembus
plasenta dan ditemukan dalam jumlah besar di dalam ASI. PTU memiliki kemampuan yang
rendah untuk menembus plasenta dan masuk ke dalam ASI.
Tiomida dikontraindikasikan jika terdapat alergi terhadap obat antitiroid dan selama
kehamilan. Obat ini harus digunakan secara hati-hati selama laktasi karena adanya risiko
antitiroid pada bayi.
Efek merugikan yang banyak terjadi pada penggunaan obat ini adalah efek supresi
tiroid. Propilturasil dihubungkan dengan mual, muntah, dan keluhan pada GI. Metimazol juga
dihubungkan dengan supresi sumsum tulang.
Iodin dosis rendah diperlukan tubuh untuk pembentukan hormon tiroid. Akan tetapi,
iodin dosis tinggi akan menghambat fungsi tiroid. Oleh sebab itu, preparat iodin terkadang
digunakan untuk mengobati hipertiroidisme dan sebgai agens diagnostik atau untuk
menghancurkan jaringan tiroid pada kasus penyakit Grave yang berat.
Obat-obat ini menyebabkan sel tiroid menjadi sangat jenuh dengan iodin dan berhenti
menghasilkan hormon tiroid. Larutan iodin digunakan untuk mensupresi kelenjar tiroid
prabedah, mengobati tirotoksikosis akut sampai kadar tioamida dapat berpengaruh, atau
menghambat tiroid selama radiasi. Larutan iodin juga digunakan untuk menghambat fungsi
tiroid pada kedaruratan raiasi.
4.2.2 Farmakokinetik
Obat ini diabsorpsi dengan cepat dengan cepat di saluran GI dan didistribusikan
secara luas ke seluruh cairan tubuh. Ekskresi terjadi melalui urine. Iodin radioaktif dapat
masuk ke ASI karena dapat menembus plasenta, obat ini dapat menimbulkan hipertiroidisme
serta goiter pada janin atau bayi baru lahir jika dikonsumsi saat fase kehamilan.
Efek merugikan yang paling banyak terjadi pada penggunaan obat ini adalah
hipotiroidisme, iodisme, noda pada gigi, ruam kulit, dan terjadinya goiter.
Karena penggunaan obat yang menghancurkan fungsi tiroid dapat mengubah kondisi
pasien dari hipertiroidisme menjadi hipotiroidisme, pasien yang meminum obat pada kondisi
yang dimetabolisme secara berbeda pada kondisi hipotiroidisme dan hipertiroidisme, atau
obat yang memiliki rentang aman sempit yang dapat berubah akibat perubahan fungsi tiroid,
harus dipantau dengan ketat. Obat-obat ini meliputi antikoagulan, teofilin, digoksin,
metropolol, dan propranolol.
5. Kelenjar paratiroid
Kelenjar paratiroid adalah empat kelompok jaringa kelenjar yang sangat kecil yang
terletak di belakang kelenjar tiroid. Sel-sel ini menhasilkan hormon paratiroid (PTH) atau
parathormon. PTH adalah regualator kadar kalsium serum yang paling penting di dalam
tubuh dengan berrbgai fungsi yang dimilikinya.
5.2 Kontrol
Kalsium adalah elektrolit yang digunakan dalam berbagai proses metabolisme tubuh.
Proses ini termasuk sistem transpor membran, konduksi impuls sarafm kontraksi otot, dan
pembentukan darah. Untuk mecapai semua eek ini, kadar kalsium harus dipertahankan antara
9 dan 11 mg/dl. Hal ini dicapai melalui pengaturan kalsium serum oleh dua hormon, PTH dan
kalsitonin.
7. Agens Antihipokalsemik
Senyawa vitamin D mengatur absorpsi kalsium dan fosfat dari usus halus, resorpsi
mineral di dalam tulang, dan reabsorpsi fosfat dari tubulus ginjal. Bekerja sama dengan PTH
dan kalsitonin untuk mengatur homeostatis kalsium. Penggunaan agens ini diindikasikan
untuk penatalaksanaan hipokalsemia pada pasien yang menjalani dialisis ginjal kronis dan
untuk pengobatan hipoparatiroidisme.
7.2 Farmakokinetik
Obat ini diabsorpsi dengan baik dari saluran GI dan didistribusikan secara luas ke
seluruh tubuh. Obat ini disimpan di hati,lemak, otot, kulit, dan tulang. Setelah dimetabolisme
di hati, obat ini terutama diekskresikan melalui urinr.
Obat ini tidak boleh digunakan jika diketahui terdapat alergi terhadap vitamin D,
hiperkalsemia, toksisitas vitamin D, atau kehamilan. Obat ini harus digunakan dengan hati-
hati jika terdapat riwayat batu ginjal atau selama laktasi.
Efek merugikan yang paling sering terjadi pada penggunaan obat ini berhubungan
dengan GI dan juga efek pada SSP.
Terdapat peningkatan hipermagnesemia jika obat ini digunakan bersama antasid yang
mengandung magnesium. Absorpsi obat ini akan berkutang jika diminum bersama
kolestiramin atau minyak mineral.
8. Agens Antihiperkalsemik
Obat yang digunakan untuk mengobati kelebihan hormon paratiroid atau kadar
kalsium serum serum yang tinggi antara bisfofonat, kalsitonin, dan galium. Obat ini bekerja
pada kabar kalsium dalam serum dan tidak secara langsung pada kelenjar paratiroid atau
hormon paratiroid.
8.1 Bisfosfonat
8.1.2 Farmakokinetik
Obat ini diabsorpsi dengan baik dari usus halus dan tidak mengalami metabolisme.
Obat ini diekskresikan relatif tanpa perubahan melalui urine.
Obat ini tidak boleh digunakan pada kondisi hipokalsemia, selama kehamilan atau
laktasi, atau jika ada riwayat alergi terhadap bisfosfonat. Obat ini harus digunakan dengan
hati-hati pada pasien yang menderita disfungsi ginjal, penyakit GI bagian atas.
Efek merugikan yang paling banyak terjadi pada penggunaan bisfosfonat adalah
adalah sakit kepala, mual, dan diare. Terdapat juga peningkatan nyeri tulang pada pasien
yang menderita penyakit Paget.
Absorpsi bisfosfonat oral menurun jika diminum bersama antasid, produk kalsium, zat
besi, atau multivitamin. Terdapat juga peningkatan distres GI jika bisfosfonat dikombinasikan
dengan aspirin.
8.2 Kalsitonin
Kalsitonin adalah hormon yang disekresi oleh kelenjar tiroid untuk menyeimbangkan
efek hormon paratiroid.
Hormon ini menghambat responsi tulang, dan meningkatkan ekskresi fosfat, kalsium,
dan natrium dari ginjal.
8.2.2 Farmakokinetik
Obat ini dimetabolisme dalam jaringan tubuh menjadi fragmen yang tidak aktif, yang
dieksresikan oleh ginjal. Obat ini menembus plasenta.
8.2.3 Kontraindikasi dan Peringatan
Obat ini tidak boleh digunakan selama laktasi. Kalsitonin salmon tidak boleh jika ada
alergi terhadap salmon atau produk ikan.
Efek merugikan yang paling banyak terjadi pada penggunaan obat ini adalah flushing
pada wajah dan tangan, ruam kulit, mual dan muntah, sering berkemih, dan inflamasi lokal di
tempat injeksi.
9. Agens Antihiperkalsemik
Galium (Ganite) adalah obat lain yang digunakan sebagai agens antihiperkalsemik.
9.2 Farmakokinetik
Galium mencapai kadar puncak dengan lambat. Obat ini diperkirakan tidak
mengalami metabolisme, dan diekskresikan mealui urine. Obat ini dapat menembus plasenta.
Galium dikontraindikasikan jika terdapat disfungsi ginjal yang berat atau laktasi. Obat
ini harus digunakan dengan hati-hati pada pasien yang mengalami hipokalsemia ringan atau
yang sedang hamil.
Karena adanya resiko gagal ginjal, kewaspadaan yang ekstrem harus diterapkan jika
obat nefrotoksik lain digunakan secara bersama, termasuk aminoglikosida dan amfoterisin B.
E. Agens Antidiabetik
Diabetes militus adalah gangguan metabolik yang paling banyak terjadi. Diabetes
adalah gangguan rumit yang memengaruhi berbagai organ akhir dan menyebabkan berbagai
komplikasi klinis.
1. Regulasi Glukosa
Glukosa adalah sumber energi utama tubuh manusia. Kontrol kadar glukosa
merupakan fungsi ginjal.
Pankreas adalah kelenjar endokrin, yang menghasilkan hormon, dan juga kelenjar
ensokrin, yang melepaskan natrium bikarbonat serta emzim pankreatik secara langsung ke
dalam duktus empedu kemudian dilepaskan ke usus halus, tempat menetralisir kimus asam
dari lambung dan membantu pencernaan
1.2 Insulin
Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh sel beta dalam islet langerhens. Insulin
bertugas untuk menstimulasi transpor glukosa ke dalam sel dan menstimulasi sintesis
glikogen.
2. Diabetes Melitus
2.1 Hiperglikemia
Hiperglikemia, atau gula darah tinggi, terjadi jika terdapat insufisinsi insulin yang
berkaitan dengan glukosa yang ada dalam sistem.
2.1 Hipoglikemia
Hipoglikemia atau konsentrasi gula darah kurang dari 40 mg/dl. Terjadi pada
beberapa situasi klinis, termasuk kelaparan,dan jika pengobatan hiperglikemia insulin atau
agens oral menurunkan kadar glukosa darah terlalu randah.
3. Insulin Pengganti
Insulin pengganti digunakan untuk mengobati diabetes melitus pada orang dewasa
yang tidak berespons terhadap diet, latihan fisik, dan agens oral, serta untuk diabetes tipe 1
yang membutuhkan insulin pengganti.
Insulin bekerja dengan bereaksi terhadap sisi reseptor spesifik pada sel. Insulin
pengganti digunakan untuk mengobati diabetes melitus dengan indikasi insulin tidak dapat
bekerja dengan baik karena terdapat gangguan fungsional. Preparat insulin tersedia untuk
penggunaan jangka pendek dan jangka pnjang.
3.2 Farmakokinetik
Berbagai insulin yang tersedia di pasaran diproses di dalam tubuh seperti insulin
endogen. Kadar puncak, awitan, dan durasi dari berbagai preparat tersebut bervariasi sesuai
jenis insulin. Insulin tidak menembus plasenta dan masuk ke ASI.
Efek merugikan yang paling banyak terjadi pada penggunaan insulin adalah
hipoglikemia dan ketoasidosis, bisa dikontrol dengan dosis yang tepat dan tempat injeksi.
Perawat harus berhati-hati ketika memberikan obat lain yang dapat menurunkan kadar
glukosa darah kepada pasien yang menggunakan insulin untuk menstabilkan kondisinya.
Penyesuaian dosis diperlukan jika salah satu obat ini digunakan atau dihentikan.
4. Agens Antidiabetik Oral
Sulfonilurea dalah obat pertama yang dikenalkan, obat ini menstimulasi pankreas
untuk melepaskan urine.Agens lainnya yaitu nonsulfonilurea, bekerja untuk mengurangi
resistensi insulin atau mengubah absorpsi dan ambilan glukosa. Sering dikombinasikan
bersama Sulfonilurea untuk meningkatkan efektivitas.
Sulfonilurea menstimulasi pelepasan insulin dari sel beta pankreas. Obat ini
memperbaiki ikatan insulin dan dapat benar-benar meningkatkan sejumlah reseptor insulin..
4.2 Farmakokinetik
Obat ini diabsorpsi dengan cepat dari saluran GI dan dimetabolisme di hati serta
diekskresikan melalui urine.
Efek merugikan yang paling sering terjadi terkait dengan penggunaan sulfolinurea
adalah hipoglikemia dan distres GI. Reaksi kulit alergi dilaporkan pada penggunaan beberapa
obat dan, terdapat peningkatan risiko mortalitas kardiovaskuler, terutama pada penggunaan
agens generasi pertama.
Obat ini harus hati-hati digunakan bersama penyakit-β, yang dapat menyamarkan
tanda hipoglikemia, dan bersama alkohol, yang dapat mengubah kadar glukosa.
Agens ini meningkatkan kadar glukosa darah dengan mengurangi pelepasan insulin
dan mempercepat pemecahan glikogen di hati untuk melepaskan glukosa. Obat ini
diindikasikan untuk pengobatan reaksi hipoglikemik yang berhubungan dengan kanker
pankreas atau kanker lainnya; dan pengobatan jangka pendek hipoglikemia akut akibat
disfungsi hipofisis anterior.
5.2 Farmakokinetik
Glukagon dan diazoksid diabsorpsi dengan cepat dan didistribusikan secara luas ke
seluruh tubuh serta diekskresikan malalui urine.
Glukagon berhubunga dengan rasa tidak nyaman pada GI, mual, dan muntah.
Diazoksid dikaitkan dengan efek vaskuler, reaksi ini berhubugan dengan kemampuan
dizoksid untuk merealisasikan otot polos arteriolar.