Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS OBAT GOLONGAN HORMON DAN VITAMIN

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :
KELOMPOK II

1. ARBIAH RANGKUTI
2. EVI NURJANNAH SIREGAR
3. WIRA YUDHA

DOSEN PEMBIMBING :
ADHE HARINA R. NOVITA SARI, M.Pd

STIKes NAMIRA MADINA


2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sintesis dan sekresi hormon hipofisis anterior selain di control oleh hipotalamus,
dipengaruhi oleh banyak factor antara lain oleh obat yaitu hormon  alamiah, analog dan
antagonis hormon. Hubungan antara hipofisis anterior dengan jaringan perifer yang
dipengaruhi merupakan contoh sempurna mekanisme umpan balik. Hormon hipofisis
anterior mengatur sintesis dan sekrasi hormon dan zat-zat kimia di sel target: sebaliknya
hormon yang disekresi tersebut mengatur juga sekresi hipotalamus dan/atau hipofisis.
Konsep ini mendasari penggunaan hormon untuk diagnosis danterapi untuk kelainan
hormon di klinik. Interaksi berbagai hormon ini juga menjelaskan mekanisme terjadinya
efek samping beberapa jenis obat.
Hormon hipofisis anterior sangat esensial untuk pengaturan pertumbuhan dan
perkembangan, reproduksi, metabolism dan respons terhadap stres.
Vitamin merupakan zat yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang sangat kecil,
tetapi memiliki fungsi dan peran yang penting dalam tubuh. Vitamin tidak dapat disintesis
oleh sebagian besar hewan dan manusia sehingga vitamin diperoleh melalui makanan dan
minuman yang dikonsumsi. Vitamin banyak terdapat dalam buah-buahan, sayur-mayur,
dan suplemen makanan.

B. Rumusan Masalah
1.  Bagaimana mekanisme kerja dari hormon ?
2. Bagaimana farmakokinetik dari sebuah hormon ?
3.  Apa saja obat yang terbuat dari hormon ?
4.   Apa fungsi dari obat yang mengandung hormon ?
5.  Apa efek samping dari obat yang terbuat dari hormon ?
6. Bagaimana dengan indikasi obat yang terbuat dari hormon  dan indikasinya ?
7. Bagaimana jenis, manfaat, dan sumber vitamin, serta takaran yang dibutuhkan ?

C. Tujuan Penulisan
1.  Untuk mengetahui obat-obat yang terbuat dari hormon.
2.  Untuk mengetahui apa saja yang dapat digunakan dari suatu hormon beserta hal
lainnya yang penting untuk diketahui.
3. Untuk mengetahui jenis, manfaat, dan sumber vitamin, serta takaran yang dibutuhkan

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Hormon ialah zat aktif yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang masuk ke
dalam persedaran darah untuk mempengaruhi jaringan target secara spesifik. Jaringan
yang dipengaruhi umumnya terletak jauh dari tempat hormon tersebut dihasilkan,
misalnya hormon pemacu folikel (FSH, follicle stimulating hormone) yang dihasilkanoleh
kelenjar hipofisis anterior hanya merangsang jaringan tertentu di ovarium. Dalam hal
hormon pertumbuhan lebih dari satu organ menjadi target sebab hormon pertumbuhan
memperngaruhi berbagai jenis jaringan dalam badan. Jaringan target suatu hormon sangat
spesifik karena sel-selnya mempunyai reseptor untuk hormon tersebut.

B. Mekanisme/Cara Kerja Obat


Mekanisme kerja hormon pada taraf selular tergantung jenis hormonnya mengikuti
salah satu mekanisme di bawah ini.
1. Mekanisme Kerja Hormon Peptida
Reseptor hormone peptide terdapat pada membrane plasma sel target. Reseptor
ini bersifat spesifik untuk hormon peptide tertentu. Interaksi hormon dengan
reseptornya mengakibatkan perangsangan atau penghambatan enzim adenilsiklase
yang terikat pada reseptor tersebut. Interaksi hormon reseptor ini mengubah kecepatan
sintetis siklik AMP dan ATP. Selanjutnya siklik AMP berfungsi sebagai mediator
intra sel untuk hormone tersebut dan seluruh system ini berfungsi sebagai suatu
mekanisme spesifik, sehingga efek spesifik suatu hormon dapat terjadi.
Siklik AMP mempengaruhi berbagai proses dalam sel, dan efek akhirnya
bergantung pada kapasitas serta fungsi sel tersebut. Siklik AMP menyebabkan aktivasi
enzim-enzim protein kinase yang terlibat dalam proses fosforilasi pada sintetis
protein dalam sel. Siklik AMP mempengaruhi kecepatan proses ini. Metabolisme
siklik AMP menjadi 5’AMP, yang tidak dikatalis oleh enzim fosfodiesterase yang
spesifik. Dengan demikian zat-zat yang menghambat enzim fosfodiesterase ini
kadang-kadang dapat menyebabkan timbulnya efek mirip hormon.
Hormone yang bekerja dengan cara di atas ialah hormone tropic adenohiposis
misalnya gonadotropin, MSH (melanocyte stimulating hormone), beberapa releasing
hormones dari hipotalamus, glucagon, hormone paratiroid, dan kalsitonin.

2. Mekanisme Kerja Hormon Steroid


Hormone steroid melewati membrane sel masuk ke dalam sitoplasma setiap sel,
baik sel target hormone steroid maupun sel lainnya. Tetapi reseptor hormone
steroid hanya terdapat di dalam sel target yaitu dalam sitoplasmanya. Bila hormone
steroid berikatan dengan reseptor sitoplasma maka kompleks hormone-reseptor
tersebut setelah mengalami modifikasi akan ditranslokasi ke tempat kerjanya (site of
action) di dalam inti sel yaitu pada kromatin. Selanjutnya terjadilah beberapa hal yang
berhubungan dengan peningkatan sintetis protein sesuai dengan fungsi masing-masing
sel target.
3. Mekanisme Kerja Lain
Hormone pertumbuhan mempunyai mekanisme kerja yang agak kompleks
karena  juga berikatan dengan beberapa zat lain.
4. Mekanisme Kerja Estrogen
Estrogen mempunyai 2 jenis reseptor, ERα dan ERβ yang berasal dari gen
berbeda. Dan berada di inti sel. ERα terdapat banyak di saluran reproduksi wanita
antara lain uterus, vagina, ovarium dan juga di kelenjar mammae, hipotalamus, sel-sel
endotel. Dan otot-otot polos vaskular, ERβ letaknya menyebar, terbanyak di prostat
dan ovarium dan dalam jumlah lebih sedikit di paru, otak, dan pembuluh darah.
Sekitar 40% sekuens asam amino kedua jenis reseptor ini identik serta mempunyai
struktur domain yang umum dimiliki oleh jenis reseptor steroid lain. Fungsi biologik
reseptor ini nampaknya berlainan dan dapat memberikan respon berlainan terhadap
berbagai senyawa estrogenic, misalnya ERα dan ERβ mengikat 17-β estradiol dengan
kekuatan yang sama sekitar 0,3 nM, sedangkan fitoestrogen genistein terikat ERβ
dengan afinitas 5 kali lebih tinggi dari ikatannya pada ERα.
Kedua ER merupakan ligand-activated transcription factors yang dapat
meningkatkan atau menurunkan sintetis mRNA dari gen target. Setelah masuk sel
melalui difusi pasif membrane plasma, hormon akan terikat ER di inti sel. ER yang
semula merupakan monomer akan mengalami perubahan konformasi, terjadi
dimerisasi sehingga afinitas dan kecepatan pengikatannya pada DNA meningkat.
5. Mekanisme Kerja Progesteron
Di dalam gen progesteron hanya mempunyai reseptor tunggal (PR) yang
memproduksi dua isoform, PR-A dan PR-B. Kedua isoform PR ini
mempunyai ligand-binding domain yang identik, tidak berbeda seperti yang dimiliki
isoform ER. Pada keadaan tanpa ligand, PR berada di inti dalam bentuk monomerik
terikat inaktif dengan heat-shock proteins (HSP-90, HSP-70 dan p59), apabila telah
terikat progesteron HSP terlepas (berdisosiasi) dan reseptor mengalami fosforilase dan
kemudian membentuk dimer (homo- dan heterodimer) yang terikat dengan selektivitas
tinggi pada progesteron response elements (PREs) pada gen target.

C. Farmakokinetik
1. Transfor tiroid
Pada keadaan normal, yodium di sirkulasi terdapat dalam berbagai bentuk,
sekitar 95% sebagai yodium organic dan hampir 5% sebagai yodida. Sebagian besar
(90-95%) yodium organic berada dalam bentuk tiroksin, dan hanya sebagian kecil
(5%) berada di triyodotironin.
Dalam darah hormone tiroid terikat kuat pada berbagai protein plasma, dalam
bentuk ikatan non kovalen. Sebagian besar hormon ini terikat pada thyroxine-binding
globulin (TBG), T3 ikatannya sangat lemah dan mudah terlepas kembali, karenanya
T3 mula kerjanya lebih cepat dari T4, serta masa kerjanya T4. Tiroksin juga terikat
transtiretin (thyroxine-binding prealbumin), suatu retinol-binding protein, yang
kadarnya lebih tinggi dari TBG dan terutama mengikat tiroksin. Adanya ikatan
hormon tiroid dengan protein plasma, menyebabkan tidak mudahnya hormone ini di
metabolisme dan diekskresi, sehingga masa paruhnya cukup panjang.
      Hanya sedikit tiroksin yang terikat albumin dan hampir tidak mempunyai
peran fisiologik, keculai pada famial dysalbuminemic hyperthyroxinemia. Sindroma
ini merupakan kelainan autosomal yang dominan, ditandai dengan meningkatnya
afinitas albumin terhadap tiroksin akibat terjadinya mutasi gen albumin. 
2. Estrogen
Berbagai jenis estrogen dapat di berikan oral, parenteral, transdermal maupun
topical. Karena sifat lipofiliknya absorbs peroral baik. Ester estradiol dapat diberikan
IM, bervariasi mulai dari beberapa hari sekali sampai satu bulan sehari. Pemberian
transdermal yang diganti 1-2 kali seminggu umumnya berisi estradiol yang
absorpsinya terjadi secara kontinu melalui kulit.
Umumnya etinilestradol, conjugated estrogen, ester estron, dietilstilbestrol
diberikan oral. Estradol oral, absorpsi cepat dan lengkap, mengalami metabolism
lintas-pertama di hepar yang ekstensif, substitusi etinil pada atom C17 dapat
menghambat prose tersebut. Preparat oral lain, conjugated equen estrogen  (ester
sulfat dari estron), equilin, senyawa alami lain dihidrolisis oleh enzim di intestine
bagian bawah hingga gugus sulfat terlepas dan estrogen di absorpsi di intestine.
Karena adanya perbedaan dalam metabolism menyebabkan perbeadaan potensi
estrogeniknya, misalnya etinilestradol lebih poten dari conjugated estrogen. Beberapa
jenis bahan makanan dan produk asal tanaman, misalnya kacang kedelai yang
mengandung flavonoid genistein, dan kumestan diduga mempunyai efek estrogenik,
tetapi hal ini masih membutuhkan pembuktian klinik.
Transdermal estradiol patch. Penglepasan hormon berlangsung lambat, kontinu,
didstribusi sistemik, kadar dalam darah lebih konstan daripada per oral. Cara
pemberian ini juga tidak menyebabkan kadar tinggi dadlam darah yang dapat
mencapai sirkulasi portal, mungkin inilah yang menyenankan efeknya pada profil lipid
berbeda.
3. Progesterone
Progesterone oral akan cepat mengalami metabolisme lintas pertama di hepar,
karenanya bioavailabilitas oralnya rendah dan lebih banyak digunakan IM (dalam
larutan minyak) atau suppositoria vagina atau diberikan bersama alat kontrasepsi
dalam rahim atau intra uterin devices (AKDR/IUD). Kecuali itu dibuat analog 17 α-
hidroksi progesterone seperti misal medroksi progesterone asetat (MPA) dan 19-
norsteroid untuk digunakan oral. Progesterone micronized mengandung partikel kecil
(<10 µm) dalam larutan minyak dikemas dalam kapsul gelatin. Meski bioavailabilitas
absolute preparat ini rendah, kadar plasma yang efektif dapat dicapai.
Derivate progestin, MPA dan megestrol asetat dapat diberikan oral, karena
metabolism hepar lebih sedikit dari progesterone alami, masa kerja lebih panjang, 7-24
jam karenanya cukup diberikan 1 x sehari. Hidroksiprogesteron kaproat dan MPA
diberikan IM. Ekskresi semua sediaan melalui urin.

D. Farmakodinamika
1. Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan terutama mempengaruhi metabolisme karbohidrat dan
lemak, dengan mekanisme kerja belum jelas. Hormon lain yaitu insulin, glukagon juga
berpengaruh terhadap pengaturan zat- zat ini. Pengaruh hormon ini terhadap
metabolisme karbohidrat saling berkaitan sehingga sukar dirinci satu per satu. Hormon
pertumbuhan memperlihatkan efek antiinsukin yaitu meninggikan kadar gula darah,
tetapi disamping itu juga berefek seperti insulin yaitu menghambat penglepasan asam
lemak dan merangsang ambilan asam amino oleh sel. Efek ini sebagian besar mungkin
diperantarai oleh somatomedin C atau disebut juga IGF-1 (insulin like growth factor
1) dan sebagian kecil oleh insulin like growth factor 2 (IGF-2).

2. Tiroid dan Anti Tiroid


Hormon tiroid bekerja melalui reseptornya diinti sel. Efek hormon tiroid timbul
melalui regulasi transkripsi DNA yang merangsang sintesis protein, dan selanjutnya
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Karenanya hormon ini
penting untuk proses pertumbuhan normal. Efek hormon ini pada sintesis protein dan
aktivitas enzim tidak terbatas hanya pada otak saja tetapi, sebagian besar jaringan
tubuh juga dapat dipengaruhi , ini terlihat dari gejala yang timbul pada hipertiroidisme
ataupun hipotiroidisme. Sedangkan anti tiroid, berefek dalam menghambat sintesis
hormon tiroid baik secara langsung ataupun memblok mekanisme transfor yodida
sedangkan yang lain dapat mengurangi sintesis dan pengeluaran hormon dari
kelenjarnya, dan ada pula yang merusak kelenjar dengan radiasi ionisasi. Juga ada
beberapa obat yang tidak berefek pada hormon dikelenjar, tapi diganakan sebagai
terapi ajuvan, bermanfaat untuk megatasi gejala tirotoksikosis.
3. Estrogen dan Progesteron
1) Estrogen
Pada organ non endokrin (tulang, endothelium vascular, hepar, SSP, jantung)
terdapat reseptor estrogen (ER), karenanya banyak efek metaboliknya terjadi secara
langsung pada reseptor yang bersangkutan. Efek estrogen pada masa tulang
menguntungkan karena mengurangi proses resorpsi kalsium tulang.
Efek utama estrogen antara lain menurunkan jumlah dan aktivitas osteoklas,
menyebabkan pertumbuhan tulang dan penutupan epifisis pada wanita dan pria.
2) Progesteron
Progesteron dapat meningkatkan insulin basal atau setelah makan karbohidrat,
tetapi tidak menyebabkan perubahan toleransi glukosa, kecuali penggunaan jangka
panjang progestin yang poten (norgestrel). Hormon ini dapat merangsang aktivitas
enzim lipoprotein lipase dan nampaknya menambah deposit lemak.
Progesteron dan analognya (MPA) dapat menyebabkan peningkatan LDL dan
menurunan HDL (sedang) atau tidak ada perubahan. Progesteron juga mungkin dapat
mengurangi efek aldosteron pada reabsorpsi Na ditubuli renalis dan menyebabkan
peningkatan sekresi mineralokortikoid korteks adrenal.

E. Hormon Pertumbuhan
1. FAAL
Pertumbuhan. Fungsi fisiologi hormon pertumbuhan yang paling jelas adalah
terhadap pertumbuhan. Defisiensi hormon ini menyebabkan kekerdilan (dwarfisme),
sedang kelebihan hormon ini menyebabkan gigantisme pada anak dan akromegali
pada orang dewasa. Disamping hormon lain juga dalam berperan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan normal yaitu tiroid, insulin, androgen dan estrogen.
Pemberian hormon pertumbuhan pada pasien hipopituitarisme menyebabkan
pertumbuhan normal apabila pengobatan dimulai cukup dini. Pematangan alat kelamin
tidak terjadi tanpa pemberian hormon kelamin atau gonadotropin. Gigantisme dan
akromegali tidak pernah dilaporkan terjadi akibat terapi dengan hormon ini.
2. Efek Terhadap Metabolisme
Hormon pertumbuhan terutama mempengaruhi metabolisme karbohidrat dan
lemak, dengan mekanisme kerja belum jelas. Hormon lain yaitu insulin, glukagon juga
berpengaruh terhadap pengaturan zat- zat ini. Pengaruh hormon ini terhadap
metabolisme karbohidrat saling berkaitan sehingga sukar dirinci satu per satu. Hormon
pertumbuhan memperlihatkan efek antiinsukin yaitu meninggikan kadar gula darah,
tetapi disamping itu juga berefek seperti insulin yaitu menghambat penglepasan asam
lemak dan merangsang ambilan asam amino oleh sel. Efek ini sebagian besar mungkin
diperantarai oleh somatomedin C atau disebut juga IGF-1 (insulin like growth factor
1) dan sebagian kecil oleh insulin like growth factor 2 (IGF-2).
Hormon pertumbuhan terbukti berpengaruh pada penyakit diabetes melitus.
Pasien diabetes sangat sensitif terhadap terjadinya hiperglikemia oleh hormon
pertumbuhan. Pada pasien bukan diabetes melitus hormon ini dapat diberikan dalam
dosis besar tanpa menyebabkan hiperglikemia, bahkan sebaliknya kadang- kadang
dapat menyebabkan hipoglikemia pada pada pemberian akut karena mempermudah
glikogenesis.
Pada keadaan lapar hormon pertumbuhan menyebabkan mobilisasi lemak dari
depot lamak untuk masuk keperedaran darah. Hormon ini agaknya mengalihkan
sumber energi dari karbohidrat ke lemak.
Hormon pertumbuhan memperlihatkan keseimbangan positif untuk N, P, Na, K,
Ca dan Cl, unsur- unsur terpenting untuk membangun jaringan baru. Nitrogen
terutama terdapat dalam asam amino yang dibawa kedalam jaringan untuk ebentuk
protein meningkat, sehingga kadar N dalam darah (urea) menurun, sesuai dengan efek
anaboliknya.
Efek GH terhadap pertumbuhan terutama terjadi melalui peningkatan produksi
IGF-1, terutama dibentuk dalam hepar. Selain itu GH juga terangsang produksi IGF-1
ditulang, tulang rawan, otot dan ginjal. GH merangsang pertumbuhan longitodinal
tulang sampai epifisis menutup, hapir saat akhir pubertas.
Baik pada anak- anak maupun dewasa GH mempunyai efek anabolik pada otot
dan katabolik pada sel- sel lemak sehingga terjdi peningkatan assa otot dan
pengurangan jaringan lemak terutama di daerah pinggang. Terhadap metabolise
karbohidrat GH dan IGF-1 mepunyai efek yang berlawanan pada sensivitas terhadap
insulin.
3. Indikasi
Selama ini indikasi hormon pertumbuhan hanya dibatasi untuk mengatasi
kekerdilan. Akibat hipopituitarisme. Dengan ditemukannya cara rekayasa genetika
untuk memproduksi hormon ini secara mudah dalam jumlah besar, ada kemungkinan
penggunaanya untuk mengatasi gangguan pertumbuhan akan lebih luas. Efektivitas
hormon ini pada difisiensi partial dan anak pendek yang normal hanya tampak diawal
terapi. Untuk indikasi ini sulit ditentukan siapa yang perlu diobati, kapan pengobatan
dimulai dan kapan berakhir. Juga perlu disertai penanganan psikologis, yang akan
sangat penting artinya bila terapi gagal.
Berbagai usulan bermunculan dalam 10 tahun terakhir ini, antara lain anjuran
penggunaan pada anak pendek yang tingginya dibawah 10 % populasi dan berespon
terhadap terapi hormon pertumbuhan yang dicobakan dulu selama 6 bulan, bagaimana
pun penggunaan hormon ini pada kasus tanpa difisiensi hormon berhadapan dengan
pertimbangan etis. Perlu pertimbangan manfaat risiko efek samping serius misalnya
akromegali, gangguan kardiovaskular, gangguan metabolisme glukosa yang terjadi
pada kelebihan hormon endogen, tetapi jugs risiko kejiwaan pada hormon endogen,
tetapi juga risiko kejiwaan pada kegagalan terapi (perubahan persepsi pendek normal
menjadi abnormal).
Dengan dibuatnya hormon ini secara rekayasa genetik keterbatasan pengadaan
tidak akan menjadi masalah lagi. Kalau faktor biaya juga  tidak menjadi masalah,
perlu dipikirkan adanya batasan yang jelas mengenai indikasi.saat ini telah ada laporan
penggunaan diluar indikasi yang telah jelas, misalnya penyalahgunaan obat atlet untuk
mencapai tinggi dan bentuk badan tertentu dan mencapai tinggi dan bentuk badan
tertentu dan pada orang lanjut usia untuk menghambat proses penuaan.
1) SOMATREM
Hormon pertumbuhan yang dihasilkan dengan cara rekayasa genetik ini
memiliki satu gugus metionin tambahan pada terminal-N. Hal ini mungkin
menjadi penyebab timbulnya antibodi dalam kadar rendah terhadap sediaan ini
pada ± 30% pasien, adanya antibodi ini tedak mempengaruhi perangsangan
pertumbuhan oleh hormon. Efek biologisnya sama dengan somatropin. 1 mg
somatrem setara dengan 2.6 IU hormon pertumbuhan.
a. Kegunaan klinik: Diindikasikan untuk difesiensi hormon pertumbuhan pada
anak. Penggunaann pada difisiensi parsial dan anak pendek normal masih
harus diteliti. Suntikan lepas lambat yang melepas obat perlahan-lahan dapat
diberikan subcutan sebulan sekali. Ada pula preparat yang diberikan 3-6 kali
perminggu. Kadar puncak dicapai dalam 2-4 jam dan kadar terapi bertahan 36
jam.Bila terapi tidak berhasil, setelah 6 bulan obat harus dihentikan
b.    Dosis. Harus disesuaikan kebutuhan perorangan, dan diberikan oleh spesialis.
Dosis total seminggu dapat juga dibagi dalam 6-7 kali pemberian, beberapa
penelitian menunjukkan bahwa respons lebih baik bila obat diberikan tiap
hari.pengobatan diberikan sampai diberikan epifisis atau bila tidak ada lagi
respons.
c.  Efek samping. Hiperglikemia dan ketosis (diabeto genic)bisa terjadi pada
pasien dengan riwayat diabetes mellitus.
2) SOMATROPIN
Secara kimia identik dengan hormon pertumbuhan manusia tetapi dibuat
dengan rekayasa ginetik, efek geologik sama tetapi tidak ada resiko kontaminasi
virus penyebab penyakit Creutzfeldt-Zacob 1 ml gram obat ini setara 2,6 IU
hormon pertumbuhan.
a. Kegunaan klinik. Sama dengan somatrem.
b. Efek samping dan interaksi obat.  Pembentukan antibodi hanya 2% pasien.
Antibodi ini juga tidak menghambat efek perangsangan pertumbuhan .
Glukokortikoid diduga dapat menghambat perangsangsn pertumbuhan oleh
hormon ini.
c. Cara pemberian. IM dan SC seperti somatrem, begitu pula lama pengobatan.
Dosis maksimum dibagi 3 kali pemberian dalam seminggu. Atau 6-7 kali
pemberian dalam seminggu. Ada juga yang menggunakan dosis yang sama
dengan somatrem. Telah diketahui bahwa umumnya pengobatan dengan
hormon pertumbuhan menunjukkan respons yang makin lama makin
menurun. Suatu penelitian menunjukkan bahwa menaikkan dosis pada saat
respon menurun dapat kembali meningkatkan respon, tanpa efek samping
pada metabolisme karbohidrat maupun lipid. Penurunan respons mungkin juga
disebabkan oleh penutupan epifisis atau ada masalah lain, misal malnutrisi
atau hipotiroidisme. Saat penyuntikan mungkin mempengaruhi hasil.
Penyuntikan pada malam hari kurang mempengaruhi pola metabolisme (asam
lemak rantai medium, serum alanin, laktat) dibandingkan pada pagi hari.
3) SOMATOMEDIN C (IGF-1).
Somatomedin ialah sekelompok mediator faktor pertumbuhan yang mula-
mula ditemukan dalam serum tikus normal. In vitro, somatodedin meningkatkan
inkorporasi sulfat ke dalam jaringan tulang rawan, karena itu zat ini dulu
disebut sulfation factor. Kemudian ternyata masih banyak efek lain yang dapat
ditimbulkannya sehingga zat ini disebut somatomedin.
Somatomedin juga terdapat dalam serum manusia, zat inni bertambah pada
akromegali dam menghilang pada hipopituitarisme, in vitro, zat ini juga
merangsang sintesis DNA, RNA, dan protein oleh kondrosit. Ternyata efek
somatomedin sangat luas, mencakup berbagai efek hormon pertumbuhan.
Meskipun demikian, telah terbukti bahwatidak semua efek hormon pertumbuhan
diperantai oleh somatomedin.
4) MEKASERMIN
Diindikasikan untuk kasus difisiensi IGF-1 yang tidak responsif terhadap
GH karena terjadi mutasi pada reseptor dan terbentuknya antibodi yang mnetralisir
GH. Mekasremin adalah kompleks rhlGF-1 dan recombinanthiman IGF- binding
protein 3 (rhIGFBP-3).
a.  Efek sampingnya, yang utama hipoglikemia, untuk mencegah efek samping
ini harus makan dulu 20 menit sebelum atau sesudah pemberian mekasermin
subkutan. Beberapa pasien menderita peningkatan tekanan intrakranial dan
peningkatan enzim hepar. ANTAGONIS GH. Adenoma hipofisis dapat
menyebabkan gigantisme dan akromegali. Oktreotid adalah analog
somastotatin yang potensinya 45 kali lebih dalam menghambat GH,tetapi
hanya 2 kali dalam penurunan insulin. Bromokriptin menurunkan produksi
GH. Pegvisoman menghambat kerja GH di reseptor dan dipakai untuk kasus
akromegali.

F. HORMON TIROID
1. Biosintetis
Kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid, yang akan disimpan sebagai residu
asam amino dari tiroglobulin. Tiroglibulin merupakan glikoprotein yang menempati
sebagian besar folikel koloid kelenjar tiroid.
Secara garis besar, sintesis, penyimpanan, sekresi, dan konversi hormon tiroid,
terdiri dari beberapa tahap:
1.  Ambilan (uptake) ion yududa (I’) oleh kelenjar
2.  Oksidasi yodida dan yodinasi gugus tirosil pada tirogobulin
3.  Penggabungan residu yodotirosin a.i. menghasilkan yodotironin
4.  Resopsi koloid tiroglibulin dari lumen kedalam sel
5.  Proteolisis tiroglibulin dan pengeluaran atau sekresi tiroksin (T4) dan tryodotironin
(T3) ke aliran darah
6. Recycling yodium di antara sel- sel tiroid melalui deyodinasi dari mono- dan
diyodotirosin dan penggunaan kembali ion yudida (I’) dan
7.  Konversi T4 menjadi T3 di jaringan perifer dan dalam kelenjar tiroid
2. Estrogen
a. Pendahuluan
Estrogen dan progestin merupakan hormone steroid kelamin endogen yang
diproduksi oleh ovarium , korteks adrenal ,testis dan placenta pada masa
kehamilan.Kedua jenis hormone ini derivate sintetiknya mempunyai peranan
penting pada wanita dalam perkembangan tubuh, proses ovulasi, fertilisasi,
implantasidan dapat mempengaruhi metabolisme lipid ,karbohidrat, protein dan
mineral : juga berperan penting pada pertumbuhan tulang ,spermatogenesis dan
behavior.
b. Khasiat/indikasi
Estrogen sangat penting peranannya pada perubahan bentuk dan perubahan
bentuk dan fungsi tubuh masa pubertas anak perempuan menjadi bentuk tubuh
yang karakteristik untuk wanita dewasa. Efek langsungnya pada pertumbuhan dan
perkembangan vagina ,uterus dan tuba falopii.Bersama hormone lain merangsang
pertumbuhan duktuli,stroma dan akumulasi lemak dan kelenjar mammae.
Sebagai kontrasepsi ,ERT atau HRT  ( hormon replacement therapy ) pada
wanita pasca menopause .
c. Efek Samping
Reaksi yang sering terjadi antara lain ganguan siklus haid ,mual, atau bahkan
muntah ,rasa kembung ,edema, berat badan bertambah. Yang lebih serius pusing,
migraine, klosma terutama pada kulit muka, peningkatan tekanan darah,
thrombosis ,proliferasi endometrium atau varises.
d. Kontra Indikasi
Wanita hamil atau menyusui ,gangguan fungsi hepar ,riwayat thrombosis
atau emboli hipertensi ,penyakit jantung, perdarahan vagina yang belum jelas
penyebabnya, adenoma mamma atau adanya tumor pada alat reproduksi.
e. Sediaan dan dosis
Estriol ,tablet 1 dan 2 mg ,dosis 2 – 4 tablet sehari.
Estradiol valerat tablet 2 mg, dosis 1 tablet sehari
17 – ß estradiol patch 100 µg/hari
Etinilestradiol tablet 50 µg, masa kerja lebih panjang ,dosis 1/2  - 1 tablet sehari.
Estropipat (Na -  estron sulfat ) 0,625 mg,dosis 1 atau 2 tablet sehari
Semua ini digunakan pada efisiensi estrogen, osteoporosis pasaca menopause.
3. Progesterone
a. Pendahuluan
Progesteron merupakan hormone steroid kelamin alamiah yang diproduksi di
tempat yang sama dengan estrogen.
b. Khasiat /indikasi
- Pada keadaan normal, efek estrogen akan mendahului dan menyertai
progesterone  dalam hal efeknya pada endometrium dan hal ini penting untuk
timbulnya siklus haid yang normal.
- Selama masa kehamilan dan fase luteal siklus haid, progesterone dan estrogen
menyebabkan proliferasi asini kelenjar mammae.Pada akhir masa kehamilan
asini kelenjar terisi sekret dan vaskularisasi bertambah, sesudah partus dimana
estrogen dan progesterone sangat menurun ,baru akan terjadi laktasi.
- Progesterone dapat menimbulkan rasa katuk ,mungkin akibat efek depresaan
dan hypnosis pada SSP .Karena dapat dianjurkan penggunaannya pada malam
hari sebelum tidur yang pada beberapa wanita dapat membantu mudah tertidur.
- Kontrasepsi , wanita pasca menopause, kombinasi dengan estrogen, abortus
iminiens/ancaman abortus, ancaman lahir premature, abortus habitualis, kanker
endometrium, perdarahan fungsional endometrium.
c. Dosis
Jenis preparat untuk kontrasepsi ,kontrasepsi hormonal tablet nerostiston 5 mg.
MPA 5 mg, allilestrenol 5 mg.
4. Kontrsepsi hormonal
a. Pendahuluan
Kontrasepsi adalah tindakan untuk mencegah konsepsi atau mencegah kehamilan.
b. Jenis kontrasepsi hormonal
Dikenal 3 cara pemberian kontrasepsi wanita yaitu:
- Oral
Preparat kombinasi ,berisi dervat estrogen da progestin,yang hanya berisi
progestin (linestrenol 0,5 mg ), minipil .
- Suntikan
DMPA (Depo- medroksiprogesteron asetat ) berisi MPA 150 mg diberikan 12
minggu sekali, cyclofem ( MPA 50 mg & estradiol sipionat 10 mg )
disuntikkan setiap 30 hari.
- Implant subkutan
Satu implant nonbiodegradable yang berisi 68 mg etonogestrel (3-
ketodesogestrel). Untuk selama 3 tahun ( implanon) dan implant yang total
berisi 6 x 36 mg levonorgestrel digunakan selama 5 tahun (norplant).
c. Efek samping
Gangguan haid ,mual mungkin timbul pada awal penggunaan ,peningkatan
tekanan darah ,rasa sakit di kelenjar mammae ,gangguan toleransi glukosa pada
diabetes mellitus ,tromboemboli.Komponen progesterone dapat menyebabkan
sakit kepala .Gangguan kardiovaskular umumnya lebih sering terjadi pada wanita
lebih 35 tahun ,perokok atau mempunyai factor resiko kurang baik atau hipertensi.
d. Kontra Indikasi
Kehamilan, wanita usia > 40 tahun, thrombosis atau emboli ,penyakit
kardiovaskular dan serebrosvaskular,hipertensi ,gangguan fungsi hepar ,ikterus
kolestatik, hyperplasia endometrium ,porfiria,hiperpoprotenemia,perdarahan
vagina yang tidak diketahui sebabnya,varises, sering menderita migraine.

G. Jenis, Manfaat, dan Sumber Vitamin, serta Takaran Yang Dibutuhkan


1. Vitamin A
Vitamin A berfungsi untuk menjaga kesehatan mata. Vitamin ini membantu
mata untuk melihat dalam cahaya yang redup dan membedakan warna benda. Selain
itu, vitamin A juga berperan dalam menjaga kesehatan kulit dan membantu sistem
imun melawan infeksi.
Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan penyakit rabun senja yang membuat
penderitanya sulit melihat ketika malam hari atau dalam cahaya yang redup. Selain itu,
kekurangan vitamin A juga bisa menyebabkan keratomalasia, yaitu kekeringan pada
kornea mata.
2. Vitamin B
Ada 8 jenis vitamin B dengan fungsi yang berbeda-beda, yaitu:
 Vitamin B1 yang berfungsi untuk membantu tubuh mengubah makanan menjadi
energi, serta menjaga kesehatan kulit.
 Vitamin B2 yang berfungsi untuk membantu tubuh menghasilkan energi dari
makanan, serta membantu sel tubuh membakar lemak dan menjaga kesehatan
kulit.
 Vitamin B3 (niacin) yang berfungsi untuk membantu sel-sel tubuh mengubah
makanan menjadi energi, serta menjaga kesehatan kulit.
 Vitamin B5 (pantothenic acid) yang berfungsi untuk membantu sel tubuh
memproduksi asam lemak dan hormon.
 Vitamin B6 yang berfungsi untuk membantu tubuh dalam menggunakan dan
memproses cadangan gula menjadi energi, serta membantu produksi sel darah
merah.
 Vitamin B7 (biotin) yang berfungsi untuk membantu produksi asam lemak dan
asam amino ketika dibutuhkan oleh tubuh.
 Vitamin B9 (asam folat) yang berperan penting dalam proses pembelahan sel,
terutama pada ibu hamil, sehingga dapat meminimalkan risiko terjadinya kelainan
bawaan pada janin.
 Vitamin B12 yang berfungsi untuk membantu pembentukan sel darah merah, serta
memelihara fungsi saraf.
Kekurangan vitamin B dapat menyebabkan terganggunya berbagai proses
metabolisme. Selain itu, penyakit yang dapat timbul akibat kekurangan vitamin ini
adalah beriberi, dermatitis, diare, dan anemia.
3. Vitamin C
Vitamin C atau ascorbic acid dibutuhkan tubuh untuk memproduksi kolagen.
Kolagen sendiri merupakan salah satu serat protein yang berperan dalam menjaga
kekenyalan kulit, membantu penyembuhan luka, serta memperkuat pembuluh darah.
Selain itu, vitamin ini juga berperan dalam produksi norepinefrin dan
serotonin, yaitu zat kimia otak (neurotransmitter) yang berfungsi untuk mengirim
sinyal antar saraf.
Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan Anda mengalami anemia, gusi
berdarah, gangguan sistem saraf, dan penurunan massa otot, serta membuat luka Anda
sulit sembuh dan rentan terinfeksi.
4. Vitamin D
Vitamin D berfungsi untuk membantu penyerapan kalsium guna pertumbuhan
tulang, terutama pada anak-anak. Selain itu, vitamin ini juga membantu sistem imun
dalam melawan infeksi. Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan Anda mengalami
pelunakan tulang (osteomalacia), rakitis, dan rentan terkena infeksi.
5. Vitamin E
Vitamin E adalah antioksidan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melindungi sel-
sel dari kerusakan. Selain itu, vitamin E juga memiliki fungsi untuk memperkuat
sistem kekebalan tubuh, membantu pembentukan sel darah merah, memperlambat
penuaan, serta mengurangi risiko penyakit katarak dan radang sendi. Meski jarang
terjadi, kekurangan vitamin E dapat menyebabkan anemia hemolitik.
6. Vitamin K
Vitamin K merupakan vitamin yang berperan penting dalam proses pembekuan
darah, dan menjaga kekuatan tulang. Kekurangan vitamin K dapat membuat Anda
berisiko mengalami perdarahan dan patah tulang.

Takaran Vitamin yang Dibutuhkan dan Sumbernya


Berikut ini adalah jumlah kebutuhan macam-macam vitamin sesuai dengan angka
kecukupan gizi (AKG) yang disarankan, serta makanan yang menjadi sumbernya:
1. Vitamin A
Anda membutuhkan vitamin A sekitar 0,5-0,6 mg per hari. Untuk memenuhinya,
Anda dapat mengonsumsi hati, wortel, minyak ikan kod, kentang, bayam, telur, dan
keju.
2. Vitamin B
Sesuai dengan jenisnya, jumlah vitamin B yang Anda butuhkan setiap hari berbeda-
beda. Rinciannya adalah sebagai berikut:
 Vitamin B1: 1,1-1,5 mg
 Vitamin B2: 1,0-1,6 mg
 Vitamin B3: 10-15 mg
 Vitamin B5: 5-6 mg
 Vitamin B6: 1,2-1,7 mg
 Vitamin B7: 0,02-0,03 mg
 Vitamin B9: 0,4-0,6 mg
 Vitamin B12: 1,8-2,4 mcg
Beragam makanan yang dapat Anda konsumsi untuk memenuhi kebutuhan vitamin B
adalah:
 Biji-bijian, seperti kacang, gandum, dan sereal.
 Nasi merah.
 Susu dan yogurt.
 Sayuran, seperti okra, asparagus, dan brokoli.
 Daging, hati, dan telur.
 Ikan dan kerang.
 Buah kurma, alpukat, dan pisang.

3. Vitamin C
Kebutuhan vitamin C setiap harinya adalah 50-90 mg. Untuk memenuhinya, Anda
dapat memakan berbagai buah dan sayur sumber vitamin C, seperti jeruk, kentang,
tomat,  brokoli, bayam dan stroberi.
4. Vitamin D
Anda membutuhkan vitamin D sebanyak 15-20 mikrogram setiap harinya. Vitamin ini
dapat diproduksi oleh kulit ketika terpapar sinar matahari. Meski demikian, Anda tetap
disarankan untuk memperoleh asupan vitamin D dari makanan, dengan cara
mengonsumsi minyak ikan, telur, jamur, dan hati sapi.
5. Vitamin E
Vitamin E yang dibutuhkan oleh tubuh adalah 11-15 mikrogram per hari. Untuk
memenuhinya, Anda dapat mengonsumsi beragam makanan sumber vitamin E, seperti
buah kiwi, alpukat, telur, susu, dan kacang-kacangan.
6. Vitamin K
Anda membutuhkan vitamin K sebanyak 35-65 mikrogram setiap harinya. Vitamin ini
dihasilkan oleh bakteri Escherichia coli yang terdapat di dalam usus. Meski demikian,
Anda bisa memakan sayuran berdaun hijau, alpukat, dan kiwi untuk menjaga
kecukupan asupan vitamin K, terutama jika Anda sedang menggunakan obat
pengencer darah.
Namun, penting diingat bahwa kadar kebutuhan vitamin pada tiap orang berbeda-beda,
semua bergantung pada usia, jenis kelamin, kondisi kesehatan tubuh, serta kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai