Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas selesainya
tugas dari mata kuliah Keterampilan Berbahasa Indonesia Tulis dengan makalah
yang berjudul “Membaca Intensif dan Membaca Ekstensif”. Maka penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
menyumbangkan pikiran dalam penyelesaian makalah ini
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.

Padangsidimpuan, Desember 2018


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Membaca Intensif .................................................................... 2
1. Membaca Telaah Isi .......................................................... 2
2. Membaca Telaah Bahasa .................................................. 5
B. Membaca Ekstensif ................................................................. 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 16
B. Saran ....................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekarang ini banyak orang memerlukan informasi sebanyak mungkin dalam waktu
yang singkat, sehingga segala perubahan yang sangat cepat dapat diketahui segera. Sebagai
contoh dapat dilihat dari krisis ekonomi yang sedang dialami sekarang ini, dari permsalahan
ini harga selalu berubah dengan cepat informasi semacam itu dapat segera diketahui baik dari
media elektronik, seperti televisi, radio, internet, atau media cetak seperti majalah, Koran,
dan sebagainya. Secara tidak langsung informasi tersebut dirasakan merupakan kebutuhan
utama. Salah satu penyampaian yang bertahan lama dan berjangkauan luas adalah melalui
bacaan. Oleh karena tu, kita dituntut untuk mempunyai kemampuan membaca dan
kemampuan-kemampuan penunjang lainnya, misalnya kemampuan berbahasa.
Berbagai ungkapan yang dikemukakan oleh para ahli tentang pentingnya membaca
antara lain, seperti yang dikemukakan oleh Tampubolon (1987 :34) yang dengan tegas
mengatakan bahwa dunia kita adalah dunia baca. Untuk mengetahui dari sebagian ilmu
pengetahuan dan informasi lainnya, maka diperlukan membaca. Karena membaca kita dapat
mengenal dunia baru disekitar kita, bangsa lain, dan sebagainya. Membaca salah satu
keterampilan dalam berbahasa yang perlu diperhatikan. Terampil membaca menjadikan
siswa memahami dengan baik semua materi pelajaran yang diajarkan. hal ini menandakan
bahwa pelajaran membaca pada bidang studi bahasa Indonesia harus mendapatkan perhatian
yang lebih besar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka dikemukakan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Jelaskan membaca intensif ?
2. Jelaskan membaca ekstensif ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami membaca intensif
2. Untuk mengetahui dan memahami membaca ekstensif.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Membaca Intensif
Yang dimaksud membaca intensif ataun intensive reading adalah studi seksma telaah
teliti dan penanganan terperinci yang dilaksanakan didalam kelas terhadap satu tugas yang
pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Kuesioner, latihan pola-pola kalimat,
latihan kosakata, telaah kata-kata, dikte dan diskusi umum merupakan bagian dan teknik
membaca intensif. Teks-teks bacaan yang benar haruslah dimiliki oleh guru, baik dari segi
bantuk maupun dari segi isinya.
Tujuan utama membaca intensif adalah untuk memperleh sukses dalam pemahaman
penuh terhadap argumen-argumen yang logis, untuk memperoleh ide-ide yang terdapat
dalam suatu bacaan, untuk mengetahui serta menelaah isi suatu bacaan secara mendalam,
mempebanyak kata-kata yang dimiliki, dan mengembangkan kosakata. Jenis-jenis membaca
intensif
1. Membaca Telaah Isi
a. Membaca Teliti
Jenis membaca teliti ini menuntut suatu pemutaran atau pembalikan pendidikan
yang menyeluruh. Membaca teliti membutuhkan sejumlah keterampilan antara lain:
survei yang cepat untuk memperhatikan ulang paragraf dan pendekatan umum,
membaca secara seksama dan membaca ulang paragraf untuk menemukan kalimat
judul dan perincian penting, penemuan hubungan setiap paragraf dengan keseluruhan
tulisan atau artikel.
1) Membaca paragraf dengan pengertian
Suatu paragraf yang tertulis rapi biasanya mengandung sebuah pikiran pokok.
Pokok pikiran tersebut biasanya diekspresikan dalam suatu kalimat judul pada
awal paragraf. Ada pula pokok pikiran dinyatakan dalam dua atau tiga kalimat.
Oleh sebab itu perlu kita latih mengenal pikiran pokok tersebut serta melihat
bagaimana caranya paragraf mengembangkan pikiran tersebut. Perlu diketahui
bahwa terdapat sejumlah cara untuk mengembangkan pikiran pokok sesuatu
paragraf, yaitu :
a) Dengan mengemukakan alasan-alasan
Yaitu pada pargraf ini dapat dilihat bahwa pikiran pokok itu dinyatakan
dengan jelas dalam suatu kalimat judul yang digarisbawahi. Penulis paragraf
tersebut membuat butir-butir idenya jelas, dengan sistem penomeran.
b) Dengan mengutarakan perincian-perincian
Yaitu jika pikiran pokok sesuatu paragraf atau keterangan maka penulis akan
mengutarakan perincian-perincian yang membuat keterangan yang jelas dan
lengkap.
c) Dengan mengetengahkan satu atau lebih contoh
Sebagai pengganti menerangkan makna kalimat judul, seorang penulis
mengetengahkan satu atau lebih contoh untuk menjelaskan apa yang dia
maksudkan.
d) Dengan memperbandingkan atau mempertentangkan

2
Cara lain untuk mengembangkan pikiran pokok sesuatu paragraf adalah
dengan perbandingan atau pertentangan dengan komparasi atau kontras.
Pembaca hendaknya menyadari benar-benar bahwa butir-butir komparasi
tertentu sangat penting terutama sebagai suatu penjelasan terhadap pernyataan
umum kalimat judul.
2) Membaca pilihan yang lebih panjang
Jika kita sudah dapat membaca dengan tepat maka kita akan menghadapi
kesukaran untuk menghubungkan dengan bab atau atau artikel yang memuat
paragraf tersebut. Kemampuan untuk menghubung-hubungkan paragraf-paragraf
tunggal dan kelompok paragraf dengan penggalan keseluruhan tulisan adalah
sangat penting dalam membaca teliti. Begitu pula kemampuan untuk membeda-
bedakan, antara paragraf-paragraf yang memuat serta menyajikan ide ide pokok
atau ide ide utama dengan paragraf-paragraf yang semata-mata hanya
menguraikan atau menerangkan ide ide dalam paragraf yang terdahulu.
3) Membuat catatan
Para mahasiswa biasanya membuat catatan mengenai tugas-tugas bacanya.
Sebagai tambahan terhadap nilai catatan itu sendiri, maka proses aktual
pembuatan catatan tersebut akan membantu kita dalam 3 hal, yaitu :
a) Menolong kita untuk memahami apa yang kita baca atau kita dengar
b) Membuat kita terus-menerus mencari fakta-fakta dan ide yang penting
c) Membantu ingatan kita dan menanamkan kesan pada ingatan kita
4) Menelaah tugas
Agar pelajaran yang telah diberikan didalam kelas lebih mudah dipahami
maka guru sring memberikan tugas atau PR yang harus diselesaikan. Agar siswa
dapat menyelesaikan serta menelaah tugas itu, maka mereka telah dibiasakan
dengan cara studi SQ3R. Perlu dijelaskan bahwa SQ3R adalah suatu metode studi
yang mencakup 5 tahap : survei, question, read, recite, review.
a) Survey (penelitian pendahuluan)
Periksalah keseluruhan tugas yang diberikan kepada anda. Perhatikan
judul serta sub-judul bab utama. Perhatikanlah organisasi bab tersebut.
Bacalah secara sekilas paragraf pertama; mungkin merupakan suatu
pendahuluan yang bermafaat bagi tugas itu. Bacalah sekilas paragraf terkahir;
mungkin saja merupakan ringkasan atau rangkuman yang berharga. Lihat dan
perhatikanlah gambar, fotograf, lukisan para sniman, peta, grafik, diagram
yang ada; semuanya itu telah direncanakan untuk menolong pembaca
memahami bab tersebut.
b) Question (tanya)
Pengalaman telah menunjukan bahwa apabila kita membaca untuk
menjawab sejumlah pertanyaan maka kita membaca lebih hati-hati serta
seksama dan kita akan mengingat lebih baik apa yang kita baca. Dalam survei
yang kita lakukan terhadap tugas itu, kita mungkin talah menemui beberapa
butir yang telah membangkitkan rasa ingin tahu.

3
c) Read (baca)
Dengan membaca, kita mulai mengisi informasi ke dalam kerangka
pemikiran bab yang kita buat pada proses survei. Bacalah suatu subbab
dengan tuntas jangan pindah ke sub bab lain sebelum kita menyelesaikannya.
Pada saat membaca, kita mulai mencari jawaban pertanyaan yang kita buat
pada Question. Tuliskan jawaban yang kita peroleh dengan dengan kata-kata
sendiri di kertas yang pada 2/3 kolom yang disiapkan.
d) Recite (ceritakanlah kembali dengan kata-kata sendiri)
Pada umumnya kita cepat sekali lupa dengan bahan yang telah dibaca.
Dengan melakukan proses Recite ini kita bisa melatih pikiran untuk
berkonsentrasi dan mengingat bahan yang dibaca. Proses ini dilakukan setelah
kita menyelesaikan suatu subbab. Cara melakukan Recite adalah dengan
melihat pertanyaan-pertanyaan yang kita buat sebelum membaca subbab
tersebut dan cobalah jawab pada selembar kertas tanpa melihat buku.
e) Review (tinjau kembali)
Review membantu kita untuk meyempurnakan kerangka pemikiran
dalam suatu bab dan membangun daya ingat kita untuk bahan pada bab
tersebut. Proses ini dapat dilakukan dengan membaca ulang seluruh subbab,
melengkapi catatan atau berdiskusi dengan teman. Cara Review yang terbukti
efektif adalah dengan menjelaskan kepada orang lain.

b. Membaca pemahaman
Kegiatan membaca pemahaman merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mendapatkan informasi yang mendalam serta pemahaman tentang apa yang dibaca.
Definisi ini sangat menekankan pada dua hal yang pokok dalam membaca, yaitu
bahasa itu sendiri dan simbol grafik tulisan yang menyajikan informasi yang
berwujud bacaan. Membaca pemahaman yang dimaksudkan disini adalah sejenis
membaca yang bertujuan untuk memahami standar atau norma kesastraan, resensi
kritis, drama tulis, pola-pola fiksi.
Tujuan membaca pemahaman adalah untuk memperoleh sukses dalam
pemahaman penuh terhadap argumen-argumen yang logis, urutan-urutan etoris atau
pola-pola teks, pola-pola simbolisnya, nada-nada tambahan yang bersifat emosional
dan juga sarana-sarana linguistik yang dipergunakan untuk mencapai tujuan.

c. Membaca kritis
Membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh
tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analisis. Membaca kritis berusaha
memahami makna tersirat sebuah bacaan. Dalam membaca kritis, pembaca mengolah
bahan bacaan secara kritis.
Tujuan membaca kritis adalah untuk mengetahui fakta-fakta yang terdapat dalam
bacaan kemudian memberikan penilaian terhadap fakta itu. Pembaca tidak hanya
sekedar menyerap masalah yang ada, tetapi ia bersama-sama penulis berpikir tentang
masalah yang dibahas. Membaca kritis berarti harus membaca secara analisis dan
dengan penilaian. Dalam membaca kritis tersebut pembaca dituntut untuk dapat

4
memahami maksud penulis, memahami organisasi dasar tulisan, dapat menilai
penyajian penulis, dapat menerapka prinsip kritis pada bacaan sehari-hari,
meningkatkan niat baca dan membaca majalah atau publikasi yang serius.

d. Membaca ide
Membaca ide atau reading for idea adalah sejenis kegiatan membaca yang
mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan. Ada
suatu prinsip yang harus selalu diingat, yaitu suatu sumber yang kaya akan ide
merupakan dasar bagi komunikasi dan kita cenderung berbicara dan menulis dengan
baik kalau mereka penuh dengan ide-ide. Pada umumnya membaca adalah untuk
memcari informasi dan untuk menikmati apa yang disajikan dalam bacaan tersebut.
Dalam menguasai kecepatan membaca, pembaca harus mengetahui beberapa hal,
antara lain:
1) Membaca sekilas untuk memproleh beberapa hal sebagai gambaran,
2) Membaca cepat untuk mencari hal tertentu yang dia inginkan,
3) Membaca demi kesenangan,
4) Membaca secara serius bahan-bahan yang penting tanpa menghilangkan satupun
hal yang penting dari bacaan.
Pembaca yang baik juga harus mengenal media cetak, yaitu :
1) Paperbacks (buku saku, buku berjilid tipis dan kulit kertas)
2) Media grafika (komik,kartun, poto, penyajian statistik, grafis, diagram dan peta)
3) Majalah
4) Surat kabar
Dalam bentuk-bentuk kontemporer media cetak tersebut terpendam ide-ide
kontemporer yang dapat kita manfaatkan demi kemajuan hidup kita, merupakan
sumber yang tidak kunjung kering dengan bahan yang selalu segar.

2. Membaca Telaah Bahasa


Pada hakekatnya segala sesuatu terlebih-lebih sesuatu yang kongkrit terdiri atas
bentuk dan isi, atau form and meaning, atau jamani dan rohani. Begitu pula dengan
bacaan, yang terdiri dari isi dan bahasa. Isi dianggap sebagai yang bersifat rohaniah,
sedangkan bahasa sebagai yang bersifat jasmaniah. Keserasian antara isi dan bahasa
sesuatau bahan bacaan mencerminkan keindahan. Membaca telaah bahasa ini mencakup:
a. Membaca Bahasa (Asing) atau (Foreign) Language Reading
Membaca bahasa asing pada tataran yang lebih rendah umumnya. Tujuan utama
membaca bahasa adalah
1) Memperbesar daya kata (increasing word power)
Dalam kegiatan membaca bahasa demi memperbear daya kata, maka ada
beberapa hal yang harus kita ketahui antara lain:
a) Ragam-ragam bahasa
Ragam-ragam bahasa dibedakan menjadi lima ragam bahasa, yaitu: bahasa
formal atau resmi, bahasa informal, bahasa percakapan, bahasa kasar, bahasa
slang, dan bahasa teknis.

5
Bahasa formal adalah bahasa yang dipakai saat-saat resmi oleh orang-
orang yang dianggap mempergunakan bahasa yang terbaik. Misalnya: pidato
kenegaraan, kuliah di perguruan tinggi.
Bahasa informal adalah bahasa yang dipakai pada situasi-situasi yang
tidak resmi. Lebih banyak dipakai secara lisan daripada secara tulusan.
Misalnya: bahasa yang dipakai dalam linkunagan keluarga, bercakap-cakap
dengan teman-teman, bahasa surat-surat antara orang-orang yang berkenalan
baik, dalam buku harian.
Bahasa percakapan adalah bahasa yang umum dipakai dalam
percakapan, bahasa yang telah biasa kita pakai semanjak kecil. Oleh karena
itu merupakan bahasa lisan maka banyak kalimatnya yang singkat-singkat,
beberapa diantaranya bersifat fragmant secara keterbahasaan tidak lengkap.
Bahasa kasar disebut juga bahasa yang tidak baku atau bahasa orang
yang buta huruf, bahasa orang yang tidak berpendidikan, memang jelas serta
mempunyai cara sendri, tetapi tidak dipergunakan oleh orang-orang yang
telah mempelajari bentuk-bentuk baku.
Bahasa slang adalah bahasa yang ditujukan pada kelompok-kelompok
khusus serta terbatas dan oleh Karena itu jarang atau tidak pernah secara
efektif dalam tulisan ditujukan pada pembaca umum. Bahasa slang beersifat
kesementaraan, hari ini bermakna suatu hal, besok lusa tidak lagi.
Bahasa teknis adalah bahasa yang dipakai pada profesi-profesi tertentu
(dokter, hakim, insinyur, dll) yang telah mengembangkan kosa kata sendiri
b) Mempelajari makna kata dari konteks
Untuk memiliki suatu kosa kata yang efektif, maka kita harus membuat
suatu upaya tertentu untuk memperoleh kata-kata baru untuk menempati
wadah kata-kata yang cenderung kita buang atau kita hindari itu. Yaitu
dengan cara melalui pengalaman dan melalui bacaan.
Melalui pengalaman, semakin banyak pengalaman yang kita miliki
maka semkin kaya pula kosa kata kita. Subjek-subjek baru kita telaah, tempat-
tempat baru kita kunjungi, tugas-tugas baru, kawan serta teman baru kita
peroleh, semua ini membantu memperluas, memperkaya kosa kata.
Melalui bacaan, salah satu cara yang terbaik untuk memperoleh kata-
kata baru adalah melalui bacaan kita. Sadar atau tidak sadar, kita praktis
membaca sepanjang waktu. Kita membaca novel, majalah, tanda-tanda dan
iklan dalam bus, dan aneka ragam hal yang terjadi sehari-hari.

Cara konteks mencerminkan makna suatu katayaitu dengan beberapa


diantaranya:
1. Konteks dapat membatasi kata
Kita sering menemui definisi-definisi dalam buku, majalah, dan bacaan
lainnya. Setiap penulis yang seksama akan berusaha membatasi istilah-istilah
yang dipakainnya.
Contoh: Dari karyanya dapat disimpulkan bahwa pengarang menganut paham
realism yaitu suatu cara menulis yang hanya memperhatikannya materi dan

6
yang kelihatan dari luar, dari penghidupan, hannya memperhatikan gejala,
menulis apa yang dilihat, hanya menulis kenyataan yang kelihatan. Tidak
boleh lebih maupun kurang.
2. Konteks dapat memasukkan sutu perbandingan atau pertentangan, suatu
komparasi atau konteks, yang dapat menolong kita memahami makna
kata.
Contoh: Jelas, sistem pendidikan kolonial tidak sesuai lagi pada masa kini.
Yang harus kita kembangkan adalah suatu sitem pendidikan nasional yang
harus bersifat “multifungsi” yang harus ditentukan berdasarkan keluaran yang
diinginkan.
3. Suasana (mood atau sence) sebagai suatu keseluruhan yang dapat
mencerminkan makna kata.
Contoh: Hasil observasi serta pemilihan data yang obyektif yang bersifat luas
atau ekstensif berdasarkan data nyata.
c) Bagian-bagian kata
Sebagai tambahan terhadap penggunaan petunjuk-petunjuk konteks
untuk menentukan makna sesuatu kata baru, tetapi tidak semua kata yang
terdiri atas bagian seperti berikut: Prefiks (awalan), Root (akar atau dasar
kata), Suffiks (akhiran), dan Infiks (sisipan).
Contoh : ber-( awalan ), ke-an ( awalan + akhiran ), in ( prefiks )
d) Menggunakan kamus
Kamus adalah rekaman kata-kata yang membangun sesuatu bahasa.
Bahasa adalah sesuatu yang hidup, tumbuh, berkembang, dan berubah. Dan
seperti juga halnya bahasa berubah maka kamus pun harus berubah, karena
kamus tidaklah mendikte, memerintah pemakaian kata-kata, tetapi justru
sebaliknya kamus harus mengikuti. Kamus akan mengatakan secara tegas
apakah sesuatu kata benar atau tidak. Dari kamus kita dapat belajar bentuk,
jenis, dan kekerabatan kata-kata.
e) Makna-makna varian
Kita harus memiliki kebiasaan memperhatikan makna-makna yang
berbeda-beda yang dikandung oleh sesuatu kata. Kita harus paham akan
homonim yaitu kata-kata yang sama bentuknya namun berlainan maknanya.
Misalnya:
Kukur I “ alat parut”
Kukur II “bunyi balam atau burung tekukur”
Tanjung I “sejenis bunga”
Tanjung II “tanah yang menjorok kelaut”
Jelas bahwa penggunaan kata yang tepat, kata yang benar-benar sesuai
dalam kalimat, menuntut kecermatan yang bijaksana dari pembaca.
f) Idiom ( Pengungkapan )
Idiom adalah sebagai tambahan terhadap makna-makna harfiah kata-
kata individual, maka kita kerap kali menemui kelompok-kelompok kata yang
menuntut perlakuan khusus. Idiom tidak dapat dimengerti dari makna

7
terpisah, makna sendiri-sendiri setiap kata dalam kelompok itu. Kata-kata itu
harus diperlakukan sebagai suatu keseluruhan.
Buah baju “kancing”
Buah tangan “oleh-oleh”
Buah hati ”kekasih”
g) Sinonim dan antonim
Untuk memperoleh hasil yang lebih baik dalam peningkatan daya kata,
maka kita pun perlu mengetaui bagaimana cara mempergunakan sinonim dan
antonim dalam berbicara dan menulis, serta memahaminya dalam kegiatan
membaca. Sinonim adalah kata-kata yang mempunyai makna umum yang
sama atau persamaan, tetapi berbeda daam konotasi atau nilai kata.
Contoh:
mati ’’meninggal dunia”
’’menghembuskan nafas terakhir”
’’wafat’’
’’mampus”
Antonim adalah kata-kata yang berlawanan makna.
Contoh: kaya-miskin
cantik-jelek
kurus-gendut
h) Konotasi dan denotasi
Konotasi memiliki makna kata yang lebih daripada yang dikatakan,
konotasi atau nilai kata ini cenderung menyentuh hati secara mendalam dan
membangkitkan arus-arus dalam yang terpendam yang kadang-kadang
mempesona kita dengan kejutan. Kata ibu misalnya, seringkali dihubungkan
dengan kasih-sayang, kelembutan, pengorbanan dan asuhan. Sedangkan
denotasi mengacu pada batasan harfiah sesuatu kata, kepada makna yang
disepakati oleh kebanyakan orang.
i) Derivasi kata
Telaah mengenai asal usul kata atau derivasi kata. Kalau kita ingin
memperoleh kosa kata kita serta meningkatkan daya kata maka pengetahuan
mengenai derivasi atau asal usul kata sangat penting. Dalam perbendaharan
sering kali kita menemui banyak kata asing yang turut memperkaya kosa kata
bahasa kita. Kata-kata asng tersebut berasal dari bahasa-bahasa Arab,
Belanda, Sansekerta, Cina, Portugis,dan Persia.
2) Mengembangkan kosa kata kritik (developing vocabulary)
Setiap orang mempunyai dua jenis umum daya kata. Yang satu dipergunakan
dalam berbicara dan menulis. Ini merupakan daya memilih serta mempergunakan
kata-kata yang mengekspresikan makna serta jelas dan tepat. Yang satu lagi
adalah daya kata yang dipergunakan dalam membaca dan menyimak. Ini adalah
daya untuk menghadapi serta menggarap kata-kata baru dan yang belum lazim,
memperoleh makna cukup dari kata-kata tersebut, sehingga bagian tempatnya
muncul dan dapat dimengerti. Upaya memperbesar daya kata hanya dapat berhasil

8
dengan baik bila diikuti oleh upaya mengembangkan serta memperkaya kosa kata,
terlebih-lebih kosa kata yang ada kaitannya dengan kritis.
Dalam upaya mengembangkan kosa kata ini, perlu kita ketahui beberapa hal,
antara lain:
a) Bahasa kritik sastra
Beberapa dari pendapat orang, makna-makna itu tidak datang dari suatu
kamus, melainkan berada dari dalam pikiran dan ingatan orang. Orang mencoba
menurunkan makna-makna tersebut dalam tulisan, dan makna-makna itu
dipindahkan seseorang ke pikiran orang lain. Dua hal penting mengenai fakta
kata-kata yaitu kebanyakan kata dalam pemakaian umum mengandung lebih dari
satu makna dan kita tidak akan pernah memperoleh segala makna dari sesuatu
kata dalam setiap pertemuan dengannya.
Kritik adalah mencari kesalahan atau menyensur kata. Namun kata itu juga
dipergunakan untuk menamai kegiatan menganalisis serta membuat penilaian-
penilaian ( pertimbangan-pertimbangan ). Kata-kata penilaian dari kritik yang
mengutarakan informasi khusus kepada orang lain. Misalnya : apa yang dapat
dikatakan mengenai pribadi, gaya, inteligensi, atau karakter.
Pribadi Gaya Inteligensi Karakter
hangat kasar cepat egois
menyendiri luwes lincah tidak egois
menyelok penjilat lambat egosentris
menakutkan rendah hati siap sedia terpercaya
Ada kata-kata yang mengekspresikan kemurahan hati ketidaksetujuan,
ketidakacuhan, ketidakpastian dengan tepat dan jelas. Semua itu merupakan alat
atau sarana berpikir jelas dan tepat. Mempelajari kata-kata tersebut dengan
maksud agar kita dapat mempergunakannnya secara tepat berarti membuka semua
dunia baru tepat intelegensi kita dapat beroperasi. Dan ini semua modal yang
sangat berharga untuk memahami bahan bacaan.

b) Memetik makna dari konteks


Dalam mempergunakan petunjuk-petunjuk konteks itu, hendaklah selalu
diingat bahwa kita tidaklah bermaksud mencoba memperoleh makna secukupnya
agar dapat meneruskan bacaan, agar dapat memahami bagian tersebut sebagai
suatu kebulatan.
Contoh:
(a) Anak itu semenjak lahir sudah bisu. (bisi ”tidak dapat bicara”).
(b) Waktu ditannya oleh polisi, pencuri itu bisu seribu kata (bisu “diam”).
(c) Lebih baik membisukan diri daripada mengucapkan kata-kata makian.
(membisukan diri “menahan diri, berdiam diri”)
Ketiga makna “bisu” dalam ketiga bagian atau kalimat di atas
mengilustrasikan kenyataan bahwa ragam-ragam makna dalam suatu kata tidak
pernah mencerminkan dalam suatu bagian tertentu.
Makna denotatif adalah suatu kata yang sering kita sebut yang dapat kita
terapi oleh kata tersebut. Makna denotatif ini juga disebut makna ekstensional

9
yaitu segala sesuatu dalam dunia pengalaman yang dapat dilukiskan atau diwakili
oleh suatu lambing. Contohnya adalah kucing ( kucing saya yang belang )
Makna designatif adalah jumlah karakteristik yang harus dimiliki oleh benda
tertentu yang diterapkan padanya.
Makna konotatif adalah segala sesuatu yang disarankan, yang dianjurkan oleh
kata itu, segala sesuatu yang teringat atau yang diingatkan jika kita memikirkan
sesuatu yang dinamai oleh kata itu.
c) Petunjuk-petunjuk konteks
Suatu kata yang belum lazim dalam konteks, bagian tempat kata tersebut
muncul. Kadang-kadang petunjuk ini memang jelas dan nyata. Sedangkan pada
saat-saat lain, petunjuk itu hanya memberikan makna yang cukup membuat
bagian tersebut dapat dimengerti. Pengetahuan mengenai aneka petunjuk konteks
dan bagaimana caranya berorientasi, akan memberi bantuan yang sangat berharga
dalam membaca dan menyimak secara matang segala sesuatu yang disodorkan
kepada kita.
Secara garis besar, terdapat lima cara konteks mencerminkan makna, yaitu:
(a) Definisi atau batasan
Metode yang paling jelas dan langsung mencerminkan makna adalah dengan
batasan atau definisi pada saat itu juga. Setiap penulis yang baik yang ingin
membuat dirinya dimengerti akan berusaha sekuat daya membatasi istilah-
istilah yang dipergunakannya.
Contoh:
Sekarang dia sedang memperdalam pengetehuannya mengenai
psikolinguistik, “suatu pendekatan gabungan antara psikologi dan linguistik
terhadap telaah belajar bahasa-bahasa dalam pemakaian perubahan, dan hal-
hal yang berhubungan yang kurang begitu dapat dicapai terhadap salah satu
ilmu itu secara terpisah”. (Lado, 1976 : 220).
(b) Contoh
Kadang-kadang seorang penulis mengemukakan satu atau lebih contoh untuk
memperlihatkan makna apa yang hendak dimaksudkannya bagi kata itu.
Kerapkali contoh-contoh diperkenakan dengan kata-kata syarat seperti:
khususnya, seperti, terutama sekali, misalnya. Kata-kata isyarat dapat
menunjukan suatu contoh yang dapat mencerminkan makna kata baru.

Contoh:
Dalam bahasa simalungun kita menjumpai sejumlah prefiks pembentuk kata
kerja seperti man, per, pa, tar, (tarigan 1977:35)
(c) Uraian baru (atau restatement) kadang-kadang seseorang penulis menjelaskan
suatu istilah atau frase dengan jalan menerangkannya dengan cara lain.
Contoh:
Deskripsi (pemerian) fonem-fonem yaitu kesatuan terkecil yang membedakan
arti dalam bahasa simalungun barulah memndapat perhatian pada masa akhir
ini.

10
(d) Mempergunakan pengubah (modivier) ada pula dalam suatu frase pengubah,
seorang penulis memperkenalkan makna sesuatu istilah.
(e) Mempergunakan kontras suatu pertentangan yang memudahkan pembaca
menguraikan makna kata baru.

b. Membaca Sastra (Literary Reading)


Membaca sastra adalah keindahan suatu karya sastra tercermin dari keserasian,
keharmonisan, antara keindahan bentuk dan keindahaan isi. Dengan kata lain suatu
karya sastra dikatakan indah kalau baik bentuknya maupun isinya sama-sama indah,
terdapat keserasian, keharmonisan antara keduanya. Penggunaan bahasa dalam karya
sastra:
1) Bahasa ilmiah dan bahasa sastra
Memperbincangkan perbedaan penggunaan bahasa dalam karya ilmiah dan
karya sastra. Memperbincangkan masalah konotasi dan denotasi dalam kegiatan
menulis laporan-laporan penelitian dalam bidang kimia dan fisika hampir
seluruhnya tertulis dalam kata-kata denotatif, walaupun dalam penulisannya orang
harus berhati-hati untuk menghindarkan kata-kata yang mengandung kontasi-
konotasi yang tersembunyi. Sebaliknya kali kita menulis cerita pendek, puisi, atau
pidato untuk umum, maka biasanya kita mepergunakan kata-kata konotatif karena
tulisan-tulisan seperti itu kerap kali menganggap hal-hal yang berhubungan
dengan emosi dan nilai-nilai.

2) Gaya bahasa
Dalam kekonotatifan bahasa satra, yang melibatkan emosi dan nilai, maka
dalam membaca sesuatu karya sastra harus lah terlebih dahulu di bekali dengan
pengetahuan mengenai gaya bahasa. Dengan mengenal serta pemahaman
sejumlah gaya bahasa maka kita akan lebih meantap lagi menikmati keindahan
karya sastra tersebut.
Hal-hal mengenai gaya bahasa:
(a) Perbandingan, yang mencakup metafora, kesamaan, dan analogi.
a. Metafora adalah sejenis gaya bahasa perbandingan yang paling singkat,
padat, tersusun rapi.
Contoh:
“Nani adalah gadis ramah tetapi sukar di dekati, sukar di tebak isi
hatinya”.
b. Kesamaan berbeda dari metafora.
Dalam hal:
Kalau metafora menyatakan secara tidak langsung adanya kesamaan
anatara dua hal, maka gaya bahasa kesamaan atau menyatakan kesamaan
serta menugaskan bahwa yang satu sama dengan yang lain.
Contoh:
Para gembala sardini adalah orang-orang asli pendek, konvensional,
pendiam: mereka terlihat bak batu-batu negeri mereka yang tandus, seperti
batu-batu besar yang agak perasa di kikis masa.

11
c. Analogi
Analogi berlainan dengan metafora dan analogi, biasanya melihat
beberapa titik kesamaan, buian hanya satu saja. Analogi yang sugestif
sering kali menekankan suatu ide.
(b) Hubungan, yang mencakup metoninia, dan sinekdohe.
Sinekdohe dan metonimia termasuk gaya bahasa hubungan keduanya
menggantikan nama sesuatu dengan yang lainnya, yang ada hubunganya.
Contoh: Berjuta-juta mulut harus diberi makan oleh pemerintah. Tangan-
tangan lunglai menengadah memohom rahmat dan karunia Tuhan. Abri
menerima calon-calon polisi baru.
Metominia adalah penggunaan satu kata bagi yang lainnya yang di maksud:
a. Materi bagi obyek yang terbuat dari padanya:
Karet bagi penghapus pensil yang terbuat dari karet.
b. Pencipta atau sumber sesuatu:
Shakespeare buat drama-drama karya shakerpeare:
Jawa bagi kopi jawa
c. Sesuatu kata yang ada hubunganya erat dengan obyek:
Tribun bagi penonton .
Pernyataan.
Dari segi tarafnya, pernyataan ini terbagi atas tiga jenis yaitu:
a. Pernyataan yang berlebih-lebihan (hiperbola)
b. Pernyataan yang di kecil-kecilkan (litotes)
c. Ironi
(c) Taraf pernyataan, yang mencakup hipperbola, litotes dan ironi.
Hiperbola adalah jenis gaya bahsa yang mengandung pernyataan yang
berlebih-lebihan dengan maksud memberi penekanan dalam suatu pernyataan
atau situasi, untuk memperhebat, meningkatkan pesan dan pengaruhnya.
Contoh: sempurna sekali, tiada kekurangan suatu apapun buat pengganti,
baik atau cantik.
Litotes, kebalikan dari hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang
mengandung pernyataan yang dikecil-kecilkan.
Contoh:
Mohamad Ali bukan petinju yang jelek.
Ironi (ejekan) adalah sejenis gaya bahasa yang mengimplikasikan
(menyatakan secara tidak langsung) sesuatu yang nyata berbeda.
Contoh:
Suatu revolusi senantiasa dibedakan oleh ketidaksopan santunan, barangkali
yang karena penguasa tidak mau bersusah-susah dalam hal yang baik untuk
mengajar orang-orang sikap yang terpuji.

12
B. Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Luas berarti (1) bahan bacaan
beraneka dan banyak ragamnya; (2) waktu yang digunakan cepat dan singkat. Pada kondisi
tertentu misalnya ujian, kita dituntut untuk dapat mengerti isi paragraf serta menemukan ide
pokok dari paragraf tersebut. Dalam waktu yang amat terbatas, tentu membaca per kata
bukanlah pilihan yang tepat, oleh karena itu kita dapat membaca secara luas, melihat dari
poin ke poin objek bacaannya. 
Tujuan membaca ekstensif adalah untuk memahami isi yang penting dengan cepat,
dengan demikian membaca efektif dapat terlaksana, untuk memahami isi buku secara cepat
atau garis besarnya saja, untuk memperoleh kesan umum dari suatu buku atau artikel, dan
untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran.
Secara umum, membaca ekstensif dilakukan dengan langkah-langkah :
1. Mensurvei halaman judul, kata pengantar, daftar isi, dan indeks dari teks yang
bersangkutan
2. Men-skrim halaman demi halaman teks dengan cepat untuk menemukan gagasan pokok
dari halaman-halaman teks
3. Melirik setiap halaman teks untuk menemukan kata atau keterangan tertentu yang
diinginkann.

Membaca Ekstensif juga meliputi :


1. Membaca Survei (Survey Reading)
Sebelum kita mulai membaca maka biasanya kita meneliti terlebih dahulu apa-apa yang
akan kita telaah. Kita mensurvei bahan bacaan yang akan dipelajari, yang akan ditelaah,
dengan cara :
a. Memeriksa, meneliti indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam buku-buku
b. Melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam buku-buku
yang bersangkutan
c. Memeriksa, meneliti bagan, skema, outline buku yang bersangkutan. Kecepatan serta
ketepatan dalam mensurvei bahan bacaan ini sangat penting: hal ini turut menentukan
berhasil atau tidaknya seseorang dalam studinya. Latar belakang pandangan serta
ilmu pengetahuan seseorang turut menentukan cepat atau tidaknya, cepat atau
lambatnya mensurvei bahan bacaan yang diinginkan. Memang ada benarnya ucapan
orang-orang tua yang mengatakan bahwa permulaan yang baik sudah merupakan
setengah dari hasil yang hendak dicapai.
2. Membaca Sekilas (Skimming)
Membaca sekilas atau skimming adalah sejenis membaca yang membuat mata kita
bergerak dengan cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mencari serta
mendapatkan informasi, penerangan. Ada tiga tujuan utama dalam membaca sekilas ini,
yaitu :
a. Untuk memperoleh suatu kesan umum dari suatu buku atau artikel dari suatu bacaan.
Untuk memperoleh suatu kesan umum dari suatu buku non fiksi (sejarah, biografi,
ilmu pengetahuan, dan seni) dengan cepat maka dapat melakukannya dengan meneliti
halaman judul, kata pengantar, daftar isi, dan indeks. Untuk memperoleh suatu
pandangan yang lebih baik sebaiknya mengikuti langkah dengan membuka-buka

13
halaman buku, melihat pada bab dan anak bab, gambar, peta, skema, dan diagram.
Untuk menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan.
Salah satu membaca sekilas untuk mendapatkan fakta atau hal tertentu seperti:
nomor pemain pujaan pada permainan sepak bola, dari mangkatnya seorang
pahlawan, dan jumlah angka kematian lalu lintas. Petunjuk-petunjuk untuk
mendapatkan informasi yang tepat dengan cepat :
1) Tentukan dengan jelas hal atau fakta apa yang hendak dicari atau sediakan
pertanyaan yang akan dijawab.
2) Siapkan atau ingat kata yang paling tepat dipakai untuk menunjuk hal tersebut.
3) Bila mencari informasi dalam suatu buku baiklah kita melihat kata tersebut
tercantum dalam indeks. Kalaupun tidak ada carilah dibawah subjek yang lebih
luas yang mungkin mencakup bahan atau subjek tersebut.
4) Liriklah setiap halaman dengan cepat, hanya untuk mencari kata atau detail yang
diinginkan.
b. Untuk menemukan/menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan.
Dalam pencarian bahan yang diperlukan diperpustakaan, kitapun membaca
sekilas kartu katalog untuk mendapatkan buku-buku yang sesuai. Kita membaca
sekilas melalui pembimbing pembaca untuk menemukan artikel majalah.
3. Membaca dangkal (superficial reading)
Membaca dangkal adalah salah satu jenis yang bertujuan untuk memperoleh
pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahan
bacaan. Membaca superficial ini biasanya dilakukan bila kita membaca demi kesenangan,
membaca bacaan ringan yang mendatangkan kebahagiaan di waktu senggang, misalnya
cerita pendek, novel ringan, dan sebagainya. Dalam membaca seperti ini tidak dituntut
pemikiran yang mendalam seperti membaca karya-karya ilmiah.

Teknik Membaca Ekstensif


a. Teknik baca-pilih (selecting) adalah membaca bahan bacaan atau bagian-bagian
bacaan yang dianggap mengandung informasi dibutuhkan. Dalam hal ini, pembaca
hanya memilih dan membaca bagian-bagian bacaan yang diperlukan saja.
b. Teknik baca-lompat (skipping) adalah membaca dengan melakukan lompatan-
lompatan membaca. Maksudnya, bagian-bagian bacaan yang dianggap tidak sesuai
dengan keperluan atau sudah dipahami tidak dihiraukan.
c. Teknik baca-layap (skimming) adalah membaca dengan cepat (sekilas) untuk
memperoleh gambaran umum isi buku atau bacaan lainnya secara menyeluruh.
Teknik ini digunakan untuk (1) mengenali topik bacaan; (2) mengetahui pendapat
orang (opini); (3) mengetahui bagian penting tanpa harus membaca seluruh bacaan.
d. Teknik baca-tatap (scanning) adalah suatu teknik pembacaan sekilas cepat, tetapi
teliti. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi khusus dari bacaan.
Misalnya, untuk mencari nomor telepon, mencari makna kata dalam kamus, mencari
keterangan tentang istilah dalam ensiklopedi, mencari acara siaran televisi, dan
mengetahui daftar perjalanan.

14
Hambatan-hambatan yang dapat mengurangi kecepatan membaca
a. Vokalisasi atau berguman ketika membaca
b. Membaca dengan menggerakan bibir tetapi tidak bersuara
c. Kepala bergerak searah tulisan yang dibaca
d. Subvokalisasi: suara yang biasa ikut membaca di dalam pikiran kita
e. Jari tangan selalu menunjuk tulisa yang sedang kita baca
f. Gerakan mata kembali pada kata-kata sebelumnya

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Membaca intensif adalah studi skema telaah teliti dan penanganan terperinci yang
dilaksanakan didalam kelas terhadap satu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat
halaman setiap hari. Membaca intensif dibagi menjadi dua yaitu membaca telaah isi, dan
membaca telaah bahasa. Sedangkan membaca ekstensif berarti membaca secara luas.
Obyeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin.
Membaca ektensif ini meliputi membaca survei (survey reading), membaca sekilas
(skimming), dan membaca dangkal (superficial reading).

B. Saran
Demikian makalah ini kami buat dengan segala kekurangan maka dari itu kami
mohon kritik dan saran pembaca demi sempurnanya makalah ini. Dan semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi para penulis dan pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dalman. 2013. Keterampilan Membaca. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.


Tarigan, Henry Guntur. 1979. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
http://www.kelasindonesia.com/2015/06/pengertian-membaca-ekstensif dan-Penjelasan-
Lengkap.html

17

Anda mungkin juga menyukai