Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BAHASA INDONESIA

“KARANGAN”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

Nama Kelompok/ NIM : 1. Khoirun Nisak {PO.71.39.1.18.017}


2. Ivan Sari Murni {PO.71.39.1.18.016}
3. Mealdry Dwie Almira{PO.71.39.1.18.018}
4. Melisyah Meliana {PO.71.39.1.18.019}
5. Monica {PO.71.39.1.18.020}
6. M.Aldino Putra {PO.71.39.1.18.021}
7. Nabilah Putri Rizqi {PO.71.39.1.18.022}

Kelas : Reguler II.A


Dosen Pembimbing : Drs Sarmadi, MM

POLITEKNIK KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN DIII FARMASI
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikumwarahmatullahi wabarakatuh.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan hidayah -Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada
waktunya.Dalam laporan penelitian ini kami membahas tentang Pedoman Umum Ejaan.
Kami mengucapkan terimakasih banyak kepada pihak-pihak yang telah memberi
dukungan kepada kami dalam penyelesaian makalah ini.Kami juga menyadari, bahwa
masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan pada laporan tersebut.
Oleh karena itu, kami senantiasa menanti kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini.kami berharap makalah
ini dapat memberi apresiasi kepada pembaca dan utamanya kepada kelompok kami
sendiri.Selain itu, semoga laporan penelitian ini dapat memberi manfaat kepada pihak-
pihak yang membutuhkan.
Wassalamualaikumwarahmatullahi wabarakatuh.

Palembang, April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 2
2.1. Pengertian karangan......................................................................2
2.2. Penentuan topik karangan..............................................................2
2.3. Penyusunan kerangka karangan.....................................................3
2.4. Bentuk-bentuk karangan................................................................6
2.5. Syarat-syarat karangan yang baik................................................12
BAB III PENUTUP............................................................................................ 16
3.1. Kesimpulan.................................................................................. 13
3.2. Saran............................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Sebagai bagian dari kegiatan berbahasa, menulis berkaitan erat dengan aktivitas
berpikir. Keduanya saling melengkapi. Menurut Syafie’ie, secara psikologis menulis
memerlukan kerja otak, kesabaran pikiran, kehalusan perasan, kemauan yang keras.
Menulis dan berpikir merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara bersama dan
berulang-ulang. Dengan kata lain, tulisan adalah wadah yang sekaligus merupakan hasil
pemikiran. Melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengkomunikasikan pikirannya.
Melalui kegiatan berpikir, penulis dapat meningkatkan kemampuannya dalam menulis.
Mengemukakan gagasan secara tertulis tidaklah mudah. di samping dituntut
kemampuan berpikir yang memadai, juga dituntut berbagai aspek terkait lainnya,
misalnya penguasaan materi tulisan, pengetahuan bahasa tulis, dan motivasi yang kuat.
Untuk menghasilkan tulisan yang baik, setiap penulis hendaknya memiliki tiga
keterampilan dasar dalam menulis, yaitu keterampilan berbahasa, keterampilan
penyajian, dan keterampilan pewajahan. Ketiga keterampilan ini harus saling
menunjang atau isi-mengisi. Kegagalan dalam salah satu komponen dapat
mengakibatkan gangguan dalam menuangkan ide secara tertulis.
Karangan adalah suatu karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk
mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca
untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah
narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa itu karangan?
b. Apa saja syarat-syarat membuat karangan?
c. Apa Penentuan topik karangan
d. Penyusunan kerangka karangan
e. Bentuk-bentuk karangan

1.3 Tujuan Penulisan


a. Menjelaskan tentang apa itu karangan.
b. Mendeskripsikan syarat-syarat menulis karangan.
c. Menjelaskan cara penentuan topik karangan
d. Menjabarkan cara penyusunan kerangka karangan
e. Menjabarkan bentuk-bentuk karangan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.       Pengertian Karangan
Karangan adalah karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk
mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca
untuk dipahami. Untuk dapat mengarang suatu tulisan perlu terlebih dahulu mengerti
dan memahami beberapa pengertian yang menyangkut kegiatan itu : 
1. Mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan
gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca
untuk dipahami.
2. Karangan adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang
dapat dibaca dan dimengerti oleh masyarakat pembaca.
3. Pengarang adalah seseprang yang karena kegemarannya atau berdasarkan bidang
kerjanya melakukan kegiatan mengarang.
4. Karang-mengarang adalah kegiatan atau pekerjaan.

2.2.      Penentuan Topik Karangan


1.      Pengertian Topik
Topik adalah berasal dari bahasa Yunani “topoi” yang berarti tempat, dalam tulis
menulis bebarti pokok pembicaraan atau sesuatu yang menjadi landasan penulisan suatu
artikel.Istilah topik dapat diberi batasan atau pengertian sebagai hal pokok yang
dibicarakan.Topik karangan atau tulisan dapat diartikan sebagai hal pokok yang
dituliskan ataudiungkapkan dalam karangan.
Topik karangan berbeda dengan tema karangan. Tema karangan adalah gagasan
dasaryang mendasari sebuaah karangan. Dalam proses penulisan karangan, tema
merupakangagasan dasar yang menjadi tumpuan topik karangan.
Topik karangan juga tidak sama dengan judul karangan. Kalau topik karangan
adalah hal pokok yang diungkapkan dalam karangan, judul karangan adalah nama
sebuah karangan. Judul-judul yang berbeda itu disebabkan oleh cara pandang pengarang
terhadap topic karangan dan pertimbangan kemenarikan karangan yang ada pada
pengarang.
2.      Cara Membatasi Sebuah Topik Karangan
a. Tetapkanlah topik yang akan digarap dalam kedudukan sentral.
b. Mengajukan pertanyaan, apakah topik yang berada dalam kedudukan sentral
itu masih dapat dirinci lebih lanjut? Bila dapat, tempatkanlah rincian itu
sekitar lingkaran topik pertama tadi.
c. Tetapkanlah dari rincian tadi mana yang akan dipilih.

2
d. Mengajukan pertanyaan apakah sektor tadi masih dapat dirinci lebih lanjut
atau tidak.
e. Topik karangan merupakan jawaban atas pertanyaan “Masalah apa yang akan
ditulis? dan hendak menulis tentang apa?”
3.      Pertimbangan Dalam Menulis Sebuah Topik Karangan
a. Kemanfaatan, kemanfaatan berhubungan dengan kebutuhan pembaca. Suatu
topik dirasakan  bermanfaat jika topic memenuhi kebutuhan pembaca. Suatu
topik merupakan salah satu daya tarik suatu topik karena orang akan tertarik
terhadap suatu tulisan karena ada manfaat yang diperolehnya.
b. Kemenarikan, topik perlu diusahakan dalam kiat membuat judul tulisan.
c. Judul tulisan adalah nama karangan.Judul karangan yang baik hendaknya
memenuhi persyaratan berikut:
1)      Judul karangan harus bertalian dengan dan mencerminkan isi karangan.
2)      Judul karangan dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat merangsang
keinginan pembaca untuk memahami dan mengetahui isi karangan.
3)      Judul karangan disajikan secara singkat dalam bentuk frasa. Dapat diberi
penjalasan bahwa judul sebuah karangan dirumuskan dengan prinsip “sesingkat
mungkin sepanjang perlu”.
d.    Fisibilitas, adalah kelayakan yang dapat dikerjakan.Fisibilitas ditentukan
oleh kemampuan penulis.kriteria- kriteria berikut dapat anda terapkan.
1)      Pertama, topik yang anda pilih adalah yang betul-betul anda kenal dan
anda ketahui.
2)      Kedua, topik yang fisibel adalah topik yang cakupannya layak dalam
pengertian tidak terlalu luas.

2.3.       Penyusunan Kerangka Karangan


Kerangka karangan (outline) rencana penulisan yang memuat garis-garis besar
dari suatu karangan yang akan digarap (dikerjakan), dan merupakan rangakaian ide-ide
atau isi pikirannya yang disusun secara sistematis,logis, jelas, terstruktur dan teratur.
Kerangka karangan menjamin suatu penyusun yang logis dan teratur, serta penulis dapat
membedakan mana yang gagasan utama dan mana yang termasuk gagasan tambahan,
kerangka karangan dapat membentuk catatan-catatan sederhana, tetapi dapat juga
berbentuk pendektail dan kerja dengan sangat cermat.
Tujuan dari pembuatan ouline atau kerangka karangan adalah agar kita dapat
membuat kerangka karangan yang baik, benar dan logis, kita dapat membedakan mana
yang gagasan utama dan mana yang termasuk gagasan tambahan dan kita juga
menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih.
1.         Manfaat dari penulisan kerangka karangan
a. Untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.

3
b. Untuk menyusun karangan secara teratur. Kerangka karangan membantu penulis
untuk melihat gagasan-gagasan sehingga dapat dipastikan apakah hubungan dari
gagasan-gagasan tersebut sudah tepat dan apakah penyajian gagasan tersebut
sudah baik.
c. Memudahkan penulis untuk menciptakan klimaks yang berbeda- agar pembaca
dapat terpikat secara terus menerus maka penyusuna klimaksnya harus diatur
sedemikian rupa sehingga tercapai klimaks yang berbeda-beda dan pembaca pun
semakin berminat membaca tulisan tersebut.
d. Menghindari penulisan topik ganda (dua kali atau lebih). Penulisan topic dua
kali atau lebih membawa pengaruh yang kurang baik.Selain membuang waktu,
tenaga dan materi, juga dapat membuat pembaca bosan. Untuk itu apabila tidak
dapat dihindari, maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topic akan
diuraikan, sedangkan di bagian lainnya hanya ditambahkan unsure-unsur
tambahannya saja.
a. Memudahkan penulis mencari materi pembantu. Dengan menggunakan rincian-
rincian dari kerangka karangan, penulis dapat dengan mudah mencari data-data
untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya.
Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototype dari sebuah karangan.
Dalam bentuk miniatur ini, kerangka karangan dapat diteliti, dianalisisdan
dipertimbangakan secara menyeluruh, bukan terlepas-lepas.
Suatu kerangka yang baik tidak sekali dibuat. Penulisan dalam menyusun
kerangka karangan selalu berusaha menyempurnakan bentuk yang pertama.
Langkah ini tidak mutlak harus di ikuti oleh penulis-penulis yang sudah mahir,
orang yang mahir menulis tulisan-tulisan yang kompleks atau dengan mudah
menyusun kerangka karangan.
2.      Langkah-langkah untuk menyusun kerangka karangan
a. Rumusan Tema / masalah yang jelas berdasarkan suatu topik dan tujuan yang
akan dicapai melalui topik tersebut. tema yang dirumuskan untuk kepentingan
suatu kerangka karangan haruslah berbentuk tesis atau pengungkapan maksud.
b. Langkah yang kedua adalah melakukan inventarisasi atau mengumpulkan topik-
topik bawahannya yang dianggap merupakan perincian dari tesis atau
pengungkapan maksud tadi. Dalam hal ini penulisan boleh mencatat sebanyak-
banyaknya tipik-topik yang terlintas dalam pikirannya, dengan tidak perlu
langsung mengadakan evaluasi terhadap topik-topik tadi.
c. Langkah yang ketiga adalah penulis berusaha mengadakan evaluasi pada semua
topik yang telah dicatat pada langkah kedua diatas.
d. Untuk mendapatkan kerangka karangan yang sangat rinci maka langkah kedua
dan ketiga hendaknya dilakukan berulang-ulang untuk menyusun topic yang
lebih rendah tingkatannya.

4
e. Apabila semuanya sudah dilaksanakan maka ada satu langkah terakhir yang
harus dilakukan, yaitu menentukan pola susunan yang paling sesuai untuk
mengurutkan semua rincian dari tesis yang telah diperoleh dengan menggunakan
semua langkah diatas. Dengan pola susunan tersebut maka akan diperoleh
susunan kerangka karangan yang baik.
3.       Tipe-tipe Susunan Kerangka Karangan
Untuk memperoleh suatu susunan kerangka karangan yang baik dan teratur
biasanya digunakan beberapa tipe susunan, yaitu tipe pola alamiah dan pola
logis.    
a. Pola Alamiah
Susunan atau pola alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan
sesuai  dengan keadaan yang nyata di alam, sebab itu susunan alamiah itu
didasarkan pada ketiga atau keempat dimensi dalam kehidupan manusia : atas –
bawah, melintang – menyebrang, sekarang – nanti, ,dulu - sekarang, timur –
barat, dan sebagainya. Oleh sebab itu susunan alamiah dapat dibagi menjadi tiga
bagian utama yaitu :
1) Urutan waktu atau urutan kronologis
2) Urutan ruang (sposial)
3) Topik yang ada
b. Pola Logis
a. Manusia mempunyai suatu kesanggupan dimana manusia lebih sempurna dari
makhluk yang lain, yaitu sanggup menghadapi segala sesuatu yang berada di
sekitarnya dengan kemampuan akal budinya. Urutan logis sama sekali tidak ada
hubungannya dengan suatu ciri yang intern dalam materinya, tetapi kiat dengan
tanggapan penulis. Macam-macam, urutan logis yang dikenal adalah :
1) Urutan klimaks dan anti klimaks
2) Urutan kausal
3) Urutan pemisahan masalah
4) Urutan umum – khusus
5) Urutan familitas
6) Urutan akseptabilitas
c. Syarat-syarat penulisan kerangka karangan
a. Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas. Pilihlah topik yang khas atau unik,
kemudian tentukan tujuan yang jelas.Lalu buatlah tesis atau pengungkapan
maksud.
b. Tiap unsur dalam kerangka karanga hanya mengandung satu gagasan. Bila satu
unit terdapat lebih dari satu gagasan, maka gagasan tersebut harus dirinci supaya
dapat terlihat perbedaanya.
c. Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis, sehingga
idea tau pikiran yang dimaksud dapat tergambar secara jelas.

5
d. Harus mempergunakan pasangan simbul yang konsisten.
e. Setiap penulisan suatu karangan maka kita memerlukan penyusunan kerangka
karangan. Tujuannya agar mempermudah dalam pembuatan karangan yang
teratur, logis dan sistematis. Setiap membuat kerangka karangan harus melalui
tahap atau langkah-langkah agar rencana pembuatannya bisa teratur dan mudah
sehingga memudahkan penulis untuk membuat kerangka karangan tersebut.
Kerangka karangan secara garis besar suatu rencana yang memuat garis-garis
besar dan suatu karangan yang akan dikerjakan. Agar dalam pembuatan tidak
terjadi penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih sehingga kita perlu
mengevaluasi setiap topik yang akan kita kerjakan.
       2.4 Bentuk-bentuk Karangan
Dibawah ini terdapat beberapa bentuk karangan beserta contohnya sebagai
berikut :
1.         Karangan Narasi (Cerita)
Karangan narasi adalah karangan yang menceritakan satu atau beberapa
kejadian dan bagaimana berlangsungnya peristiwa-peristiwa tersebut. Rangkaian
kejadian atau peristiwa ini biasanya disusun menurut urutan waktu (secara
kronologis).
Isi karangan narasi boleh tentang fakta yang benar-benar terjadi boleh
pula tentang sesuatu yang khayali. Otobiografi atau biografi seorang tokoh
terkenal sering dapat digolongkan dalam jenis karangan narasi. Dan isi karangan
itu memang benar-benar nyata atau berdasar fakta sejarah yang tidak dibuat-
buat. Tetapi cerpen, novel, hikayat, drama, dongeng, dan lain-lain seringkali
hanyalah hasil kreasi daya khayal seorang pengarang, yang sebenarnya cerita itu
sendiri tak pernah terjadi. Namun karangan ini juga termasuk dalam jenis
karangan narasi.
Dalam karangan narasi acapkali terlihat ada dialog tokoh-tokoh
ceritanya, disamping uraian biasa. Dengan dialog, cerita memang terasa lebih
hidup dan menarik sehingga lebih dapat mengasyikkan bagi pembaca. Lukisan
watak pribadi, kecerdasan, sikap atau tingkat pendidikan tokoh dalam cerita
yang disuguhkan acapkali dapat lebih tepat dan mengena apabila ditampilkan
lewat dialog-dialog. Tokoh yang kejam, bukan lebih hidup bila diceritakan
dalam bentuk percakapan, di bandingkan dengan kalau diceritakan dengan
uraian biasa. Karna lukisan yang hidup inilah karangan narasi yang dibumbui
dengan dialog dialog pelakunya dapat lebih menarik.
Contoh karangan narasi :
Tiba-Tiba Ia Tertegun
Di sana, sayup-sayup dari jauh, di arah seberang kali sebelah timur,
terdengar suara jeritan orang. Tapi selintas saja, jeritan diputuskan oleh sebuah
letusan yang sangat hebat… kemudian hening seketika, desingan yang

6
banyak mulai reda, tinggal satu-satu letusan disini. Warsiah menegakan kepala,
amtanya mulai liar, badannya dihadapkan ke timur, ke arah tempat jeritan
datang, kemudian membalik menghadap ke barat, tegak bertoalak pinggang, lalu
lari, lari menurutkan jalan rel, lari kencang sambil mulutnya berkomat-kamit.
Dari kamit mulutnya keluar lagi perkataan seperti biasa, tiada berujung tiada
berpangkal: ... si bengis lagi, si ganas lagi ... dan ia lari terus, lari lepas sebagai
melancar saja, tiada kaku-kakunya. Dan ketika ia sampai di jalan pertemuan
antara jalan kereta dan jalan raya, ia berhenti sebentar, seolah-olah
berpikir, kemudian ia membelok menurutkan jalan raya. Dari jauh dalam
pandangan kabursambil berlari, ia melihat benda bergerak, berderet sepanjang
jalan, tetapi sebelum ia tahu benar apa yang dilihatnya, sebuah peluru datang
menyongsong, tepat  menembus tulang dadanya. Warsiah terpelating, jatuh
tersungkur di tengah jalan. Sebentar berontak merentak-rentak, mengerang,
menyumpah-nyumpah, terhambur pula dalam sumpah serapahnya perkataan: si
bengis lagi, si ganas lagi, hitam, kejam …rupanya dalam ia bergulat
mempertahankan hidupnya dengan Sakaratulmaut, kebencian kepada si
hitamkejamnya, si bengis-ganasnya, masih sanggup mengatasi renggutan tangan
Malaikat pengambil nyawanya yang akan menceraikan rohnya dengan badan
kasarnaya. Warsiah lama merontak-rontak, merantang kesana kemari, kemudian
lemah tak berdaya …Warsiah yang sebentar ini menjadi kerangka hidup, kini
sudah benar-benar menjadi kerangka mati. Mati terhantar ditengah jalan, tiada
dihiraukan orang, tiada ada yang menangis meratapi. Ia meninggal tidak sebagai
pahlawan yang dapat dibanggakan oleh bangsa, tidak sebagai korban pembela
kemerdekaan. Ia mati hanya sebagai korban kebuasan, salah satu korban dari
yang sekian banyaknya. Ia mati karena nasibnya, demikian sudah menurut
suratan tangan, ya, ia mati karena kehendak ialahi.

2.      Karangan Deskripsi ( Lukisan )


Karangan deskripsi selalu berusaha melukiskan dan mengemukakan sifat,
tingkah laku seseorang, suasana dan keadaan suatu tempat atau sesuatu yang lain.
Misalnya, suasana kampung yang begitu damai, tenteram dan saling menolong,
dapat dilukiskan dalam karangan deskripsi. Juga suasana hiruk-pikuk ketika
terjadi kebakaran, dapat pula dibuat karangan deskripsi. Dan masih banyak contoh
lain lagi.
Lukisan dalam karangan deskripsi harus diusahakan sedemikian rupa, agar
pembaca seolah-olah melihat sendiri apa yang kita lukiskan tersebut. Sudah tentu,
membuat karangan deskripsi ini membutuhkan keterlibatan emosi (perasaan)
pengarang. Dalam karangan deskripsi, agar menjadi hidup, perlu dilukiskan
bagian-bagian yang dianggab penting sedetail mungkin. Kalau melukiskan betapa
ngeri tersesat dihutan, maka situasi hutan yang dapat menimbulkan kengerian itu

7
harus dilukiskan selengkap-lengkapnya, sehingga pembaca dapat membayangkan
bagaimana jika dia sendiri yang tersesat disitu.
Selain detai-detail, urutan waktu dan urutan ruang dalam karangan
deskripsi harus pula diperhatikan secara baik. Karena urutan waktu dan urutan
ruang tidak dilukiskan secara nyata, dapat membawa akibat kesatuan lukisan tidak
terjamin. Dan ini akan membingungkan pembaca.

Contoh karangan deskripsi :


Lasi selesai mengisi kain bahasa, ketika hendak masuk ke matanya
bersitatap dengan suaminya. Entah mengapa Lasi terkejut meski ia tidak merasa
asing dengan 103 cara Darsa menatap dirinya. Ia pun kadang-kadang mencuri
pandang, memperhatikan tubuh suaminya dari belakang; sebentuk tubuh muda
dengan perototan yang kuat dan seimbang, khas tubuh seorang penyedap yang
setiap hari dua kali naik-turun belasan atau bahkan puluhan pohon kelapa.
Dalam gerakan naik-turun pada tatar-tatar batang kelapa, seluruh perosotan
seorang penyedap digiatkan, terutama otot-otot tangkai, tangan, dan
punggung. Hasilnya adalah sebentuk tubuh ramping dengan otot liat dan
seimbang. Bila harus dicatat kekurangan pada bentuk tubuh seorang penyadap,
itu adalah pundaknya yang agak melengkung ke depan karena ia harus selalu
memeluk batang kelapa ketika memanjat maupun turun.

3.      Karangan Eksposisi (Paparan)


Karangan eksposisi adalah karangan yang berusaha menerangkan suatu
hal atau suatu gagasan. Dalam memaparkan sesuatu, kita dapat menjelaskan dan
memberi keterangan belaka, atau dapat pula mengembangkan sebuah gagasan
sehingga menjadi luas dan gampang dimengerti.
Banyak pekerjaan mengarang masuk dalam jenis karangan eksposisi. Misalnya :
a.    Menguraikan taktik gerilya bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan ;
sebab-sebab timbulnya kemarahan bangsa Indonesia kepada penjajah, dan
jalannya perang,
b.   Menjelaskan tujuan atau ide didirikannya sebuah perguruan tinggi,
c.   Menguraikan kesulitan yang bakal dihadapi jika KB gagal,
d.   Memberikan petunjuk bagaimana proses jalannya sebuah mesin,
e.   Memberikan penjelasan tentang apa yang disebut republik, demokrasi, pancasila,
keadilan, kemakmuran, hak asasi, dan seterusnya,
f.    Membuat laporan tentang rapat darmawisata atau kegiatan lainnya,
g.    Menguraikan perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia,
Salah satu bentuk karangan eksposisi adalah uraian tentang proses. Jika
kita memaparkan sebuah proses, misalnya proses terjadinya surat kabar, atau
bagaimana cara kerja otak kita, maka baik sekali kita bagi proses itu ke dalam

8
beberapa langkah. Tiap langkah diuraikan menurut urutan waktu. Yang dahulu,
didahulukan, yang kemudian, dikemudiankan. Tiap langkah itu dijelaskan
sejelas-jelasnya sehingga pembaca dapat mengerti.  Supaya paparan bertambah
jelas, acapkali dipergunakan contoh-contoh, ilustrasi, gambar-gambar, tabel,
diagram, peta, denah, dan sebagainya, dalam uraian.
Contoh karangan eksposisi :
Keseimbangan Oksigen - Karbon Dioksida
Hampir semua bentuk kehidupan di dunia ini memerlukan keseimbangan
yang tepat antara gas oksigen dengan gas karbon dioksida. Dan bila
keseimbangan itu terganggu akan kacaulah kehidupan semua bentuk. Dunia
tumbuhan tiap tahunnya menghasilkan 94 miliar ton oksigen; sementara itu
jasad,renik,hewan, dan manusia menghisap oksigen itu dan menghembuskan
karbon dioksida ketika bernafas.
Gas yang disebutkan terakhir itu, dimanfaatkan tumbuhan sebagai bahan
baku, pembuatan gula, zat pati, selulosa, asam amino, dan lemak; semuanya
merupakan hasil - hasil bumi yang ikut menunjang kehidupan manusia dan
segala keperluannya. Kita tahu bahwa di dalam udara yang kita hirup itu
kadar oksigennya 21 persen, kadar yang selama ini tetap terpelihara. Tetapi
dunia industri menghabiskan 41 persen oksigen, yang dihasilkan tumbuhan tiap
tahun untuk menggerakkan roda perindustrian itu. Kalau dituliskan di dalam
bilangan nyata industri tersebut menghabiskan 400 ton oksigen tiap menit yang
diambilnya dari udara tanpa pengembalian. Meskipun bilangan itu besar, tetapi
memang belum sampai membuat kita sesak nafas. Hal itu disebabkan kekayaan
oksigen bumi sekitar 1,2 juta miliar ton sehingga kehilangan 400 setiap menit
yang diambil industri belumlah ada artinya. Namun, harus diingat bahwa
bersamaan dengan penyusutan oksigen itu, udara bumi mendapat tambahan gas
karbon dioksida. Karbon dioksida yang kadarnya di dalam udara selalu
ditingkatkan oleh cerobong pabrik industri, lambat – lambat tetapi pasti akan
menghangatkan udara di atas bumi sehingga ada perkiraan bahwa dalam jangka
waktu satu abad dari sekarang daerah - daerah kutub akan dipanasi dan naik
sepuluh derajat celcius. Selain hawa akan terasa makin panas, permukaan laut
akan naik puluhan meter karena mencairya es kutub. Industri harus
diperingatkan karena pengambilan oksigen dan penambahan karbon dioksida
kenyataannya telah mengganggu keseimbangan yang sudah ada, meskipun
pengaruh itu terasa masih sangat kecil. Industri menyemburkan juga debu - debu
industri bersama asapnya. Di daerah industri, sejumlah besar debu partikel ibarat
disemprotkan ke atmosfer bumi. Partikel debu yang besar atau yang agak besar
dalam waktu yang tak lama akan turun ke bumi atau terbawa hujan.
Namun, partikel yang ringan akan akan tetap melayang - melayang di
udara,membentuk semacam selimut yang menghambat pancaran panas (radiasi)

9
dari permukaan bumi. Akhirnya, sama saja bumi terasa makin panas, keadaan ini
mudah dirasakan di daerah - daerah industri.

4.      Karangan Argumentasi
Karangan argumentasi ini adalah karangan yang paling sukar bila
dibandingkan dengan karangan-karangan yang telah diuraikan di muka. Tetapi hal
itu tidak berarti bahwa karangan argumentasi ini lebih penting dan lebih berharga
dari pada karangan narasi, deskripsi, atau eksposisi. Karangan argumentasi lebih
sukar oleh karena disini pengarang mengemukakan argumentasi (alasan), bukti
atau contoh yang dapat meyakinkan, sehingga pembaca terpengaruh dan
membenarkan gagasan, pendapat, sikap dan keyakinannya.
Dan agar dapat mengajukan argumentasi, pengarang sudah pasti harus
memiliki pengetahuan dan pandangan yang cukup luas tentang hal yang
diperbincangkan. Kelogisan berpikir, keterbukaan sikap dan keluasan pandangan
terhadap masalah yang diperbincangkan, akan banyak sekali peranannya untuk
mempengaruhi orang lain.
Contoh karangan argumentasi :
Bahasa Indonesia dan Pembakuannya (Suatu Tinjauan Sosiolinguistik)
Perubahan sosial budaya dalam masyarakat membawa serta
perubahan bahasa. Sebagai alat perhubungan antara warga dan sebagai sarana
penerus ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa Indonesia kian hari kian
bertambah lincah, sesuai dengan tuntutan kehidupan masyarakat yang modern.
Mengingat pula peranan yang dimainkan oleh bahasa Indonesia di Asia
Tenggara sebagai alat komunikasi antarbangsa di belahan bumi kita ini, sudah
sepantasnyalah dilakukan penelitian bahasa dan penginventarisan yang
cermat.           
Hasil penyelidikan itu akan merupakan bahan yang berharga dalam
usaha kodifikasi bahasa Indonesia yang modern. Dengan kodifikasi bahasa
diartikan penyusunan suatu sistem asas dan kaidah pemakaian bahasa. Hasil
kodifikasi bahasa ini ialah bahasa baku atau bahasa standar, yakni suatu ragam
bahasa yang berkekuatan sangsi sosial, dan yang diterima oleh masyarakat
bahasa sebagai acuan atau model.
Masalah pembakuan bahasa itu mengenal telaah dalam, yang
menyangkut sistem bahasa itu sendiri, misalnya di bidang ejaan, tata bahasa, tata
nama, tata istilah, serta perkamusan. Telaah ini termasuk bidang lingustik
deskriptif. Disamping itu, pembakuan bahasa itu juga mengenal telaah luar yang
menyangkut fungsi bahasa baku dalam suatu masyarakat dan sikap masyarakat
itu terhadap bahasa yang baku. Telaah terakhir ini termasuk bidang
sosiolinguistik atau linguistik sosial. Dari sudut tersebut di atas, karangan ini
terutama meninjau masalah pembakuan bahasa Indonesia.

10
5.      Karangan Persuasi
Persuasi ialah bentuk wacana yang tujuannya adalah meyakinkan, mengajak
atau membangkitkan suatu tindakan dengan mengemukakan alasan-alasan yang
kadang-kadang agak emosional. Jika argumentasi berusaha membuktikan
kebenaran atau pernyataan melalui proses penalaran yang sehat, persuasi berusaha
merebut perhatian dan membangkitkan tindakan terhadap pembacanya.
Karena identitas yang berbeda seperti terurai di atas, maka ada implikasi
tertentu pada pembaca dalam menyikapi keduanya. Penyikapan terhadap ide yang
terdapat dalam karangan argumentasi adalah penyikapan logika, sedangkan
penyikapan terhadap ide yang terdapat dalam persuasi di samping penyikapan
logika, juga penyikapan emosional. Karangan persuasi ini biasanya dipakai dalam
dunia politik, pendidikan, advertensi, dan dunia propaganda.
Contoh karangan persuasi :
Pesona Pulau Paling Eksotis
Christmas Island tampak mungil di peta, namun pada kenyataannya
adalah pulau karang yang kokoh di Samudra India. Alam tropis Christmas
Island menghadirkan pesona eksotis yang menakjubkan dan tak dimiliki oleh
pulaulainnya.
Christmas Island Resort, sebuah resort berbintang 5 dengan
kemewahan eksklusifnya, menambah suasana liburan Anda di Christmas
Island lebih menyenangkan dan bergairah. Hanya 45 menit dari Jakarta, berarti
kurang dari satu jam Anda sudah berada di Christmas Island melalui jadwal
penerbangan 5 kali seminggu bersama SempatiAir.
Aneka pertualangan rekreatif dapat Anda lakukan sendiri seperti,
melakukan kegiatan yang menantang keberanian Anda: memancing di laut lepas
(game fishig), berolahraga bukit karang sekaligus menikmati keindahan
pemandangan dilaut, menyelam ke dasar Samudra India untuk mengagumi
pesona karang dankekayaan lain miliknya (scuba diving), atau bersantai dalam
kemewahan resor eksklusif bertaraf internasional. Hanya dengan mengeluarkan
biaya mulai dari Rp. 950.000,00. Anda sudah dapat menikmati kemudahan
berupa returnairfares dari Jakarta berikut biaya akomodasi 2 malam untuk 2
orang, penawaran ini hanya berlaku untuk waktu yang terbatas. Keterangan
lengkap mengenai aneka paket liburaan ChristmasIsland dapat Anda peroleh
dari travel agent berikut ini: Buana Travel Service,Wita Tour, Setia Tour &
Travel, PT. Dwi Daya Worldwide Travel, Smailing Tour, Akpindo (Rabbit
Tour), Fajar Tour, Mulindo Tour, Vaya Tour, Ramantha Travel, atau hubungi
biro perjalanan lokal Anda.

11
2.5 Syarat-syarat Karangan yang Baik

Pada dasarnya, karangan memiliki ciri-ciri yang bisa mengidentifikasikan bahwa


karangan tersebut dapat dikatakan baik. Darmadi (1996:24) mengungkapkan bahwa
beberapa ciri karangan yang baik adalah : signifikan, jelas, memiliki kesatuan dan
mengorganisasikan yang baik ekonomis, mempunyai pengembangan yang memadai,
menggunakan bahasa yang dapat diterima dan mempunyai kekuatan. Berdasarkan
pendapat di atas, terdapat beberapa persamaan ciri karangan yang baik yaitu, sebagai
berikut. 

1. Jelas 

Aspek kejelasan dalam suatu karangan sangat diperlukan agar karangan tersebut
lebih mudah dipahami dan jelas untuk dibaca oleh pembacanya. 

2. Kesatuan dan Organisasi 

Aspek kesatuan yang baik tampak pada setiap kalimat penjelas yang logis dan
mendukung ide utama paragraf, sedangkan aspek organisasi yang baik tampak dari
posisi kalimat yang tepat pada tempatnya dengan kata lain kalimat tersebut tersusun
dengan urut dan logis. 

3. Ekonomis 

Ciri ekonomis berkaitan erat dengan soal keefisienan, baik waktu maupun
tenaga. Kedua keefisienan itu sangat diperlukan oleh pembaca di dalam menangkap isi
yang terkandung dalam sebuah karangan.

4. Pemakaian Bahasa yang Dapat Diterima 

Pemakaian bahasa yang dapat diterima akan sangat mempengaruhi tingkat


kejelasan karangan. Pemakaian bahasa ini menyangkut banyak aspek. Pemakaian
bahasa dalam suatu karangan harus mengikuti kaidah bahasa yang ada, baik
menyangkut kaidah pembentukan kalimat (sintaksis), kaidah pembentukan kata
(morfologi), kaidah ejaan yang berlaku, kaidah peristilahan maupun kaidah-kaidah yang
lain yang relevan.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari penyusunan makalah ini dapat kita ambil kesimpulan:
1.      Topik adalah hal pokok yang diungkapkan dalam sebuah karangan
2.      Langkah-langkah menyusun kerangka karangan
a.       Rumusan Tema / masalah yang jelas berdasarkan suatu topik dan tujuan
yang    akan dicapai melalui topik tersebut.
b.      Mlakukan inventarisasi atau mengumpulkan topik-topik bawahannya yang
dianggap merupakan perincian dari tesis atau pengungkapan maksud tadi.
c.       penulis berusaha mengadakan evaluasi pada semua topik yang telah
dicatat pada langkah kedua diatas.
d.      hendaknya dilakukan berulang-ulang untuk menyusun topic yang lebih
rendah tingkatannya.
e.       menentukan pola susunan yang paling sesuai untuk mengurutkan semua
rincian dari tesis yang telah diperoleh dengan menggunakan semua langkah
diatas.

3.2 Saran
Dalam pembuatan karangan haruslah di buat suatu kerangka karangan agar
mendapatkan suatu hasil karangan yang sistematis, logis, jelas, terstruktur dan teratur
tentunya akan menghasilkan suatu karangan yang berkualitas. 
 
 
 

13
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Lukman dkk, Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia.Jakarta: Pusat Pembinaan dan


Pengembangan Bahasa,  1991.
Amran S. Tasai, E Zaenal  Arifin. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta : Akademika Pressindo, 2002.
Finoza, Lamuddin. Komposisi Bahasa Indonesia.Jakarta: Insan Mulia, 2002.
Yus Rusyana, Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Larang, 1982.

14

Anda mungkin juga menyukai