Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II

“ANTI EMETIKA”

Kelompok 4

NAMA : NIM
1. Ivan Sari Murni {PO.71.3.1.18.016}
2. Mealdry Dwi Almira {PO.71.3.1.18.018}
3. Nabilah Putri Rizqi {PO.71.3.1.18.022}
4. Oka Selviana {PO.71.3.1.18.024}
5. Risma Nabila {PO.71.3.1.18.030}

Kelas : Reg. 2.A


Dosen Pembimbing : 1.Drs.Sonlimar Mangunsong,Apt,M.Kes
2. Ade Agustianingsih,S.Farm, Apt
3. Mamik Yunita S, AMF

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN D3 FARMASI
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
NILAI PARAF

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Dimana
makalah ini merupakan salah satu dari tugas mata kuliah praktikum Farmakologi II.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.

Palembang, Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR. .. ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1


A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
B. Tujuan .......................................................................................................................... 5
C. Alat dan bahan ........................................................................................................... 5
D. Prosedur percobaan .................................................................................................. 5

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 7

BAB III
PENUTUP .................................................................................................................. 10

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 10

B. Saran ........................................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................11


LAMPIRAN ..................................................................................................12

iii
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Muntah difenisikan sebagai keluarnya isi lambung sampai ke mulut
dengan paksa atau dengan kekuatan. Mual dan muntah merupakan gejala yang umum
dari gangguan fungsional saluran cerna, keduanya berfungsi sebagai perlindungan
melawan toksin yang tidak sengaja tertelan.
Muntah dapat merupakan usaha mengeluarkan racun dari saluran cerna
atas seperti halnya diare pada saluran cerna bawah (neurogastrenterologi). Mual
adalah suatu respon yang berasal dari respon penolakan yang dapat ditimbulkan oleh
rasa, cahaya, atau penciuman.
Anti emetika adalah obat-obat yang digunakan untuk mengurangi Atau
menghilangkan perasaan mual dan muntah. Karena muntah hanya suatu gejala,
maka yang penting dalam pengobatan adalah mencari penyebabnya. Muntah dapat
disebabkan antara lain:
1. Rangsangan dari asam lambung-usus ke pusat muntah karena adanya kerusakan
mukosa lambung-usus, makanan yang tidak cocok, hepatitis, dan lain – lain.
2. Rangsangan tidak langsung melalui chemo reseptor trigger one (CTZ) yaitu
suatu daerah yang letaknya berdekatan dengan pusat muntah. Rangsangan
disebabkan oleh obat-obatan (seperti tetrasiklin, digoksin, estrogen, morfin dll),
gangguan keseimbangan dalam labirin, gangguan metabolisme (seperti asidosis,
uremia, tidak stabilnya hormon estrogen pada wanita hamil)
3. Rangsangan melalui kulit korteks (cortex cerebri) dengan melihat, membau,
merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan.
Penggunaan antiemetik
Obat antiemetik diberikan kepada pasien dengan keluhan sebagai berikut:
1. Mabuk jalan (motion sickness) --- Disebabkan oleh pergerakan kendaraan darat,
laut maupun udara dengan akibat stimulasi berlebihan di labirin yang kemudian
merangsang pusat muntah melalui chemo reseptor trigger one (CTZ).
2. Mabuk kehamilan (morning sickness) --- Pada kasus ringan sebaiknya dihindari
agar tidak berakibat buruk pada janin, sedangkan pada kasus berat dapat dipakai
golongan antihistamin atau fenotiazin (prometazin) yang kadang dikombinasikan
dengan vitamin B6, penggunaannya sebaiknya dibawah pengawasan dokter.

1
3. Mual atau muntah yang disebabkan penyakit tertentu, seperti pada pengobatan
dengan radiasi atau obat-obat sitostatika.
Jenis – jenis anti emetika
Obat-obatan anti emetik terdiri dari :
 Antagonis reseptor 5-HT3 - obat ini akan menghambat reseptor
serotonin pada sistem saraf pusat dan saluran pencernaan. Obat ini juga dapat
digunakan untuk mengobati mual dan muntah akibat pasca-operasi dan
sitotoksik obat.
o Dolasetron
o Granisetron
o Ondansetron
o Tropisetron
o Palonosetron (Aloxi, antagonis 5HT3 baru)
 Antagonis dopamin bekerja pada otak an digunakan untuk mengatasi rasa mual
dan muntah dan dihubungkan dengan penyakit neoplasma, pusing karena radiasi,
opioid, obat sitotoksik, dan anestetik uimum.
o Domperidon
o Droperidol, Haloperidol, Klorpromazin, Prometazin, Proklorperazin.
Beberapa obat ini terbatas kemampuannya karena terdapat efek samping pada
ekstra-piramidal saraf dan sedatif.
o Metoklopramid juga bekerja pada saluran cerna sebagai pro-kinetik. Buruk
pada penggunaan untuk sitotoksik dan muntah pasca-operasi.
o Alizaprid
 Antihistamin (antagonis reseptor histamin H1), efektif pada berbagai kondisi,
termasuk mabuk kendaraan dan mabuk pagi berat pada masa kehamilan.
o Siklizin
o Difenhidramin
o Dimenhidrinat
o Meklizin
o Prometazin (Pentazin, Fenergan, Promakot)
o Hidroksizin

2
 Kanabinoid digunakan pasien dengan kakeksia, mual sitotoksik, dan muntah
atau karena tidak responsif pada agen lainnya.
o Ganja (Marijuana). Ganja digunakan dengan pertimbangan
medis. CBD adalah kanabinoid yang tidak ada pada Marinol atau Cesamet.
o Dronabinol (Marinol). Sembilan puluh persen dari penjualannya digunakan
untuk pasien kanker dan AIDS. 10% lainnya digunakan untuk meredakan
rasa sakit, sklerosis multipelm dan penyakit Alzheimer
o Nabilon (Cesamet). Ditraik dari peredaran pada akhir 2006.
o Sativex adalah spray oral yang mengandung THC dan CBD. obat ini legal
pada Kanada dan beberapa negara di Eropa, tetapi tidak di Amerika Serikat.
 Benzodiazepin
o Midazolam, efektif seperti ondansetron. Perlu penelitian lebih lanjut.
o Lorazepam merupakan pengobatan ajuvan yang baik untuk mual dengan
pengobatan garis pertama seperti Komapzin atau Zofran.
 Antikolinergik
o Hyoskin (atauSkopolamin)
 Steroid
o Deksametason diberikan pada dosis rendah pada anestetik umum untuk
pembedahan sebagai antimuntah yang efektif. Mekanisme spesifiknya belum
sepenuhnya dipahami.
 Lainnya
o Trimetobenzamid; diperkirakan bekerja pada CTZ.
o Jahe
o Emetrol
o Propofol diberikan secara intravena (IV).
o Pepermin
o Muscimol
Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping
1. Sinarizin
Indikasi : Kelainan vestibuler seperti vertigo, tinnitus, mual dan
muntah.

3
Kontra indikasi : Kehamilan / menyusui, hipotensi, dan serangan asma.
Efek samping : Gejala ekstra piramidal, mengantuk, sakit kepala, dll.
Sediaan : Cinnarizine (generik) tablet 25 mg.

2. Dimenhidrinat
Indikasi : Mual, muntah, vertigo, mabuk perjalanan dan kelainan
labirin.
Kontra indikasi : Serangan asma akut, gagal jantung dan kehamilan.
Efek samping : Mengantuk dan gangguan psikomotor.
Sediaan : Generik.

3. Klorpromazin HCl
Indikasi : Mual dan muntah.
Kontra indikasi : Gangguan hati dan ginjal.
Efek samping : Mengantuk, gejala ekstra piramidal, dll.
Sediaan : Klorpromazin generik tablet 25, 100 mg.

4. Perfenazin
Indikasi : Mual dan muntah berat.
Kontra indikasi : Gangguan hati dan ginjal.
Efek samping : Mengantuk, gejala ekstra piramidal, dll.
Sediaan : Perfenazin generik tablet 2, 4, 8 mg.

5. Proklorperazin
Indikasi : Mual dan muntah akibat gangguan pada labirin.
Kontra indikasi : Gangguan hati dan ginjal.
Efek samping : Mengantuk, gejala ekstra piramidal, dll.
Sediaan : Generik.

6. Trifluoperazin
Indikasi : Mual dan muntah berat.

4
Kontra indikasi : Gangguan hati dan ginjal.
Efek samping : Mengantuk, gejala ekstra piramidal, dll.
Sediaan : Trifluoperazin HCl generik tablet 1,5 mg.

B.Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk memahami efek bahan uji sebagai anti emetika
terhadap hewan coba yang diinduksi dengan kupri sulfat.

C. Alat Dan Bahan


Alat :
1. Sarung tangan
2. Handscoon
3. Sendok spatula

Bahan :
1. Agent emetika (CuSO4. 5H2O)
2. Kodok hijau
3. Tablet antimo / dimenhidrinat (anti emetika)
4. Cacing tanah
5. Test sampel (crude extract, pure natural product or synthetic compound)

D. Prosedur Percobaan
1. Hewan coba masing-masing ditimbang.
2. Dibagi ke dalam 3 kelompok dan masing-masing terdiri atas 6.
3. Tiap kodok diberi makan cacing tanah 3 jam sebelum percobaan. (Buat 15
menit).
4. Suspensikan sampel tablet antimo diberi dosis oral 10-1000 mg/kgBB
5. Ada kelompok kontrol yang hanya diberikan kupri sulfat (10 mg / 20 mg).
6. Ada kelompok hanya diberikan antimo solution.
7. Ada kelompok diberi antimo solution dan kupri sulfat.
8. Kondisikan kodok selama 30 menit. (10 menit).

5
9. Bahan copper sulphate pentahydrate (emetic agent) diberi oral dan diamati
emesis pertama, kedua dan seterusnya selama 90 menit.
10. Buat table pengamatan 15, 30, 45, dan 60 menit.
11. Hasil antiemesisnya ditentukan dari lamanya efek menahan emetika.
12. Bandingkan efek pemberian obat sample dengan kontrol.
13. Data dapat dihitung secara satitistika. (Kawai et al., 1994).

6
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pembuatan larutan cupri sulfas 10 mg/ml dibuat sebanyak 50 ml


Perhitungan bahan
A. Cupri sulfas 10 mg/ml × 50 ml = 500 mg
a. Aquadest ad 50 ml
Cara pembuatan
a. Timbang cupri sulfas, larutkan dengan aquadest secukupnya
 Kocok hingga homogen, lalu ad dengan aquadest

2. Pembuatan antimo suspensi dosis 10 mg/ml dibuat sebanyak 50 ml


Dosis = 50 mg/kgBB
Perhitungan bahan
 Antimo 50 mg = 10 mg/ml × 50 ml = 500 mg
Diambil antimo tab 50 mg = 500/50 = 10 tab
a. Na CMC 1% = 1/100 × 50 mg = 0,5 gr = 500 mg
Digerus dengan aquadest panas untuk CMC (20 × 500 mg = 10 ml)
1. Aquadest ad 50 ml
Pembuatan
 Ambil antimo tab @ 10 tab, gerus sampai homogen, larutkan dengan air
secukupnya
 Timbang Na CMC, taburkan diatas air panas hingga mengembang, lalu
gerus homogen
 Gerus tuang dengan antimo yang telah dilarutkan tadi
 Gerus homogen, lalu ad dengan aquadest

7
Hasil
 Tabel Pengamatan ( Kontrol Negatif )
Menit Ke- Kodok I Kodok II
15 - -
30 - -
45 - -
60 Muntah
Dosis cupri sulfas :
@ 1 ml

6. Tabel Pengamatan ( Kontrol Positif )


Menit Ke- Kodok I Kodok II
15 - -
30 - -
45 - -
60 -

Perhitungan dosis Antimo :


Kodok I : 64 gram
( 64 gram ) = 50/1000 × 64 gram = 3,2 gram
= 3,2/10 = 0,32 ml
Kodok II : 53 gram
( 53 gram ) =50/1000 × 53 gram = 2,65 gram
= 2,65/10 = 0,265 ml

 Tabel Pengamatan ( Kontrol Perlakuan )


Menit Ke- Kodok I Kodok II
15 - -
30 - -
45 - -
60 -

Perhitungan dosis Antimo :


Kodok I : 64 gram

8
( 38 gram ) = 50/1000 × 38 gram = 1,9 gram
= 1,9/10 = 0,19 ml
Kodok II : 53 gram
( 38 gram ) =50/1000 × 38 gram = 1,9 gram
= 1,9/10 = 0,19 ml

Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan, kodok diberi makan cacing sebanyak
2 gram. Setelah itu didiamkan sampai cacing tertelan sempurna oleh kodok, lalu kodok
dibagi menjadi 3 kelompok, kelompok pertama kontrol negatif diberi cupri sulfas lalu
kelompok kedua sebagai kontrol positif diberi antimo suspensi (agent anti emetik) dan
kelompok tiga yaitu kelompok perlakuan diberi antimo suspensi dan cupri sulfas.
Kemudian diamati dengan waktu yang telah ditentukan yaitu pada menit 15, 30, 45, 60,
lalu setelah di amati beberapa saat kelompok pertama kontrol negatif 1 ekor kodok
mengalami muntah pada menit ke 60. Sementara untuk kelompok kontrol positif dan
perlakuan tidak mengalami muntah.
Hal ini dikarenakan kelompok positif dan perlakuan diberi antimo yang berisi
dimenhidrinat. Dimenhidrinat berfungsi sebagai obat anti muntah, maka dari itu kodok
tidak mengalami muntah. Namun dimenhidrinat sebagai anti mabuk hanya dapat
bertahan selama 4 sampai 5 jam saja.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dimenhidrinat adalah golongan obat antiemetika golongan antikolinergik yang bekerja
berdasarkan sifat antikolinergisnya dan mungkkin juga karena blockade reseptor H1.
Dimenhdrinat mampu diresorpsi dengan baik, bekerja cepat dan efeknya bertahan
selama 4-6 jam. Dimenhidrinat ini sangat ampuh untuk mabuk perjalanan. Pada
praktikum ini kodok yang diberi dimenhidrinat mampu menahan muntahnya. Dosis
dimenhidrinat yang biasa diberikan adalah 50 – 100 mg dan pada praktikum ini hanya
diberikan dosis antimo/dimenhidrinat berdasarkan masing-masing berat kodok.

B. SARAN
Dalam mengatasi mabuk perjalanan kita dapat menggunakan antimo/dimenhdrinat
sebagai agent anti mabuk/anti emetik, namun dimenhidrinat hanya mampu menahan
muntah untuk perjalanan selama 4-5 jam saja. Dan juga dalam menggunakan obat
apapun kita harus mengonsumsinya berdasarkan dosis yang telah di tetapkan, Supaya
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

10
ISO Indonesia Volume 49, 2014 s/d 2015; 26; 55; 108; 304.

Info Obat Indonesia Edisi 1, Juni 2007; 374; 478.

Bertram G.Katzung. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 8, 2004; 611.

Tjay, Hoan, Tan, dkk 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek
sampingnya. Jakarta : PT Elex Media Kmputindo : Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Staf Pengajar Departemen Farmakologi. 2004. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta

11
LAMPIRAN

12

Anda mungkin juga menyukai