Anda di halaman 1dari 14

1. DASAR PENULISAN ILMIAH Kelompok : 10 Nama : 1. Ana Septiani 13312185 2.

Atiek
Fitriani Rasyid 13312303 3. Bella Angriani 13312294 4. Edhu Wiranatha 13312181 5.
Sangsang Egi Pamungkas 13312318 Kelas : TI A SP Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER PERGURUAN TINGGI
TEKNOKRAT BANDAR LAMPUNG 2013
2. KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke
Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas Dasar
Penulisan Ilmiah. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan
dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga
bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Bandar
Lampung, 11 Desember 2013 Penulis
3. DAFTAR ISI Kata
Pengantar .........................................................................
...........................................i Daftar
Isi................................................................................
..............................................ii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar
Belakang ..........................................................................
.............................1 1.2. Rumusan
Masalah............................................................................
......................2 1.3. Tujuan
Penulisan..........................................................................
..........................2 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Definisi Topik dan
judul .............................................................................
..........3 2.2. Definisi Tema dan
Tesis .............................................................................
..........4 2.3. Kerangka (Outline)
Karangan...........................................................................
....6 2.4. Bentuk Kerangka
Karangan...........................................................................
.......7 2.5. Pola Penyusunan Kerangka
Karangan ..................................................................10
2.5.1. Pola
Alamiah............................................................................
...................11 2.5.2. Pola
Logis .............................................................................
......................13 2.6. Pengertian Mengarang dan
Karangan...................................................................16 2.7.
Penggolongan Karangan Menurut Bobot
Isinya...................................................17 2.7.1. Karangan Ilmiah,
Semiilmiah, dan Nonilmiah ...........................................17 2.7.2. Ciri
Karangan Ilmiah dan
Semiilmiah ........................................................18 2.8.
Penggolongan Karangan menurut Cara Penyajian dan Tujuan
Penulisannya ......................................................................
..........................................19 2.8.1. Karangan
Deskripsi..........................................................................
...........20 2.8.2. Karangan
Narasi.............................................................................
.............22 2.8.3. Karangan Eksposisi
(Pemaparan) ..............................................................25 2.8.4.
Karangan Argumentasi
(Pembahasan).......................................................28 2.8.5.
Karangan Persuasi
(Pengajakan)................................................................30
2.8.5.1. Persuasi
Politik............................................................................
...30 2.8.5.2. Persuasi
Pendidikan........................................................................3
3 2.8.5.3. Persuasi
Advertensi/Iklan...............................................................34
2.8.5.4. Persuasi
Propaganda.......................................................................35
2.8.6. Karangan
Campuran ..........................................................................
.........37 BAB III PENUTUP 3.1.
Simpulan ..........................................................................
.....................................39 3.2.
Saran .............................................................................
........................................39 DAFTAR
PUSTAKA ...........................................................................
..............................40
4. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menulis pada hakekatnya dalah suatu
kegiatan yang dapat dengan mudah dilakukan oleh setiap orang terutama bagi yang
telah bebas B3, yaitu Buta Huruf, Buta Aksara dan Buta Pengetahuan Dasar. Namun
kenyataannya banyak orang yang mengaku tidak bisa atau tidak pandai menulis,
meskipun dia adalah seorang sarjana. Hal ini dapat dipahami sebab menulis bukan
semata-mata aktivitas untuk merangkaikan huruf menjadi kata, dan merangkaikan kata
menjadi kalimat. Lebih dari itu, menulis adalah upaya merangkaikan ide, gagasan dan
atau pemikiran kedalam kalimat secara permanen, sehingga dapat dimengerti/dipahami
oleh pihak lain, bahkan dapat digunakan untuk mempengaruhi ide, gagasan dan atau
pemikiran orang lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menulis merupakan suatu
aktivitas yang gampang-gampang susah. Artinya untuk sekedar memindahkan ide,
gagasan atau bahasa lisan kedalam bahasa tulisan adalah sesuatu yang cukup mudah.
Namun untuk mampu menyusun sistematika pemikiran, penggunaan ejaan dan tanda baca
yang baik serta kedalaman dan ketajaman materi adalah sesuatu yang sangat sulit.
Untuk itu keterampilan dan kemampuan menulis harus terus dibina/dilatih dengan
disertai pengetahuan dan kemampuan yang memadai dalam aspek-aspek yang terkait
dengan penulisan. Dalam hal ini menulis sebuah karya ilmiah tidaklah mudah karena
dibutuhkan ketekunan, ketelitian, kesabaran, usaha yang maksimal, kerja keras dan
kemauan dalam mencari berbagai sumber informasi yang sesuai sehingga dapat
menghasilkan sebuah tulisan yang baik dan bermanfaat untuk orang lain.
5. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam membuat suatu
kerangka karangan? 2. Bagaimana bentuk dan pola dari suatu karangan? 3.
Bagaimanakah cara menulis sebuah karangan? 4. Apa sajakah penggolongan dari suatu
karangan? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Mengetahui definisi dari Topik, Tema dan Kerangka
Karangan 2. Dapat membedakan bentuk dan pola karangan berdasarkan jenisnya 3.
Menjelaskan perbedaan mengarang dan karangan 4. Mengetahui penggolongan dari suatu
karangan beserta jenis dan contoh karangannya.
6. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Topik dan Judul Topik berarti pokok pembicaraan,
pokok permasalahan, atau masalah yang dibicarakan, sedangkan topik karangan adalah
suatu hal yang akan digarap menjadi karangan. Topik karangan merupakan jawaban atas
pertanyaan Masalah apa yang akan ditulis? atau Hendak menulis tentang apa? Sangat
banyak permasalahan disekitar kita yang dapat dijadika topik dalam menulis sebuah
karangan seperti: putus sekolah, pengangguran, kenaikan harga, keluarga berencana,
polusi, kenakalan ramaja, dan sebagainya. Ciri khas topik terletak pada
permasalahannya yang bersifat umum dan belum terurai. Perlu diketahui, topik
karangan ilmiah harus tentang sesuatu yang nyata, tidak boleh abstrak. Adapun judul
karangan pada dasarnya adalah perincian atau penjabaran dari topik. Judul lebih
spesifik bila dibandingkan dengan topik dan sering telah menyiratkan permasalahan
atau variabel yang akan dibahas. Dari uraian tersebut dapat diketahui persamaan dan
perbedaan antara topik dan judul. Topik dan judul dapat memiliki persamaan dalam
hal sama-sama dapat menjadi judul karangan. Namun, antara keduanya terdapat
perbedaan. Topik adalah “payung besar” yang bersifat umum dan belum menggambarkan
sudut pandang penulisnya, sedangkan judul lebih spesifik dan telah mengandung
permasalahan yang lebih jelas atau lebih terarah dan sering telah menggambarkan
sudut pandang penulisnya. Dalam penggarapan karangan ilmiah misalnya skripsi, judul
memang ditetapkan pada awal proses penulisan, yaitu pada waktu pengajuan outline.
Untuk diketahui, sebenarnya proses pembuatan judul itu tetap berawal dari pemilihan
7. topik. Dalam hal ini, disiplin ilmu, jurusan, bidang spesifikasi/kajian yag
diambil oleh mahasiswa penyusun skripsi itulah yang menjadi topik utama skripsinya.
Perhatikan contoh topik dan judul berikut ini. Topik Judul 1. Pertandingan Sepak
Bola PSMS Melawan Persib a. PSMS dan Persib akan Menggoyang Stadion Senayan b. Ini
Dia, Dua Musuh Bebuyutan Adu Kekuatan di Senyan 2. Putus Sekolah a. Kiat Menekan
Tingginya Angka Putus Sekolah b. Masalah Angka Putus Sekolah, PR bagi Ahli
Pendidikan 2.2 Definisi Tema dan Tesis Tema berarti pokok pemikiran, ide, atau
gagasan tertentu yang akan dituangkan oleh penulis dalam karangannya. Tema adalah
sesuatu yang melatarbelakangi dan mendorong seseorang menuliskan karangannya. Ide
yang kita tangkap setelah membaca tulisan seseorang terlepas dari kita menyetujui
atau menolak pemikiran penulisnya, itulah yang disebut tema. Tema yang kita peroleh
serelah selesai membaca karangan seseorang disebut tema akhir. Dalam karya ilmiah
mahasiswa, tema harus dirumuskan sejak awal untuk diketahui oleh dosen pembimbing
karya tulis. Tema seperti itu disebut tema awal. Tesis adalah pernyataan singkat
tentang maksud dan tujuan penulis. Karena itu, tesis sering disebut pengungkapan
maksud. Dalam karangan ilmiah murni, tesis sering disebut dengan istilah hipotesis,
yaitu pernyataan yang masih rendah,
8. dan oleh karena itu perlu dibuktikan kebenarannya. Perhatikan contoh dibawah
ini. 1) Topik : Cara Mengemukakan Pendapat yang Efektif Tesis : Cara mengemukakan
pendapat secara logis dan sistematis dengan menggunakan bahasa yang tepat dan
cocok. 2) Topik : Dampak Buruk Aborsi Tesis : Dampak buruk aborsi ditinjau dari
sudut pandang kesehatan, moral, dan agama. 3) Topik : Kelangkaan BBM di beberapa
kota di Indonesia Tesis : Kelangkaan BBM di beberapa kota disebabkan oleh kelemahan
manajemen pertamina. Dalam contoh berikut ini tampak jelas kedudukan tema dalam
suatu kerangka karangan. Topik : Kemacetan Lalu-lintas Subtopik: Upaya Mengatasi
Kemacetan Lalu-lintas Judul : (dapat dirancang sesuai dengan selera asal relevan
dengan topik), misalnya 1. Macet Lagi, Macet Lagi, ... Pusing! 2. Lalu-lintas
Macet, Penyakit Modernisasi 3. Kemacetan Lalu-lintas Dapat Memicu Stres. Tema :
Upaya mengatasi kemacetan lalu-lintas bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab
aparat kepolisian, melainkan juag menjadi tanggungjawab seluruh warga masyarakat
pemakai jalan. Permasalahan lalu lintas tidak mungkin dipecahkan tanpa bantuan
semua pihak yang terkait. Dalam hal ini yang paling diperlukan adalah kesadaran
berlalu- lintas secara baik, teratur, sopan, dan bertanggungjawab.
9. Perumusan tema seperti contoh di atas pasti akan memudahkan penulis menyusun
kerangka karangan. Penyusunan pokok-pokok bahasan dalam kerangka karangan akan
lebih sulit dilakukan jika hanya berpatokan pada judul, apalagi pada topik, sebab
topik dan judul belum terurai. Tema yang dirumuskan itu bukanlah satu-satunya yang
dapat diketengahkan dari topik diatas. Masih banyak tema lain yang dapat dituangkan
sesuai dengan pokok pikiran dan tujuan yang hendak dicapai oleh penulis. Seperti
halnya topik, tema pun perlu dibatasi dan diarahkan pada fokus atau titik perhatian
tertentu. 2.3 Kerangka (Outline) Karangan Kerangka karangan adalah rencana teratur
tentang pembagan dan penyusunan gagasan. Fungsi utama kerangka karangan adalah
mengatur hubungan antara gagasan-gagasan. Melalui kerangka karangan pengarang dapat
melihat kekuatan dan kelemahan dalam perencanaan karangannya. Dengan cara ini
pengarang dapat mengadakan penyesuaian sebelum menulis (bandingkan dengan blue
print atau cetak biru pembangunan gedung). Kerangka karangan mengandung rencana
kerja menyusun karangan. Kerangka karangan akan mengarahkan penulis menggarap
karangan secara teratur. Kerangka juga akan membantu penulis membedakan mana ide
utama dan mana ide tambahan. Kerangka karangan dapat mengalami perubahan terus-
menerus untuk mencapai suatu bentuk yang lebih sempurna. Kerangka karangan dapat
berbentuk catatan-catatan sederhana, tetapi dapat juga mendetail. Kerangka karangan
yang
10. belum final disebut outline atau kerangka sementara, sedangkan kerangka yang
sudah tersusun rapi dan lengkap disebut outline final atau kerangka mantap. Dalam
proses penyusuna karanga ada tahapan yang harus dijalani, yaitu memilih topik dan
tema, mengumpulkan data/informasi, mengatur strategi penempatan gagasan, dan
menulis karangan itu sendiri. Pengaturan gagasan itulah yang dapat diumpamakan
sebagai kerangka. Di dalam kerangka karangan terdapat strategi penempatan ide dan
gagasan. Secara terinci kerangka karangan dapat membantu pengarang/penulis dalam
hal-hal sebagai berikut (Gorys Keraf, 1988:195-196). a) Kerangka karangan akan
mempermudah pengarang menuliskan karangannya dan dapat mencegah pengarang mengolah
suatu ide sampai dua kali, serta mencegah pengarah keluar dai sasaran yang sudah
ditetapkan. b) Kerangka karangan akan membantu pengarang mengatur atau menempatkan
klimaks yang berbeda-beda di dalam karangannya. c) Bila kerangka karangan telah
rapi tersusun, berarti separuh karangan sudal “selesai” karena semua ide sudah
dikumpul, dirinci, dan diruntun dengan teratur. Pengarang tinggal menyusun kalimat-
kalimatnya saja untuk “menyembunyikan” ide dan gagasannya. d) Kerangka karangan
merupakan miniatur dari keseluruhan karangan. Melalui kerangka karangan, pembaca
dapat melihat intisari ide serta struktur karangan secara menyeluruh. 2.4 Bentuk
Kerangka Karangan Kerangka karangan ada dua macam, (1) kerangka topik, (2) kerangka
kalimat.
11. Kerangka topik terdiri atas kata, frasa, dan klausa yang ditandai dengan kode
yang sudah lazim untuk menyatakan hubungan antargagasan. Tanda baca akhir (titik)
tidak diperlukan karena kalimat lengkap tidak dipakai dalam kerangka topik.
Kerangka kalimat lebih bersifat resmi dan unsur-unsurnya tampil berupa kalimat
lengkap. Pemakaian kalimat lengkap menunjukkan diperlukan pemikiran yang lebih luas
dan lebih rinci dari kerangka topik. Kerangka dibentuk dengan sistem tanda atau
kode tertentu. Hubungan di antara gagasan yang ditunjukkan oleh kerangka karangan
dinyatakan dengan serangkaian kode berupa huruf dan angka. Perhatikan pemakaian
kode kerangka karangan berikut ini. Gabungan Angka dan Huruf Angka Arab (digit)
I. ..................................................
A. ............................................
1. ...................................... a....................................
1) ..............................
I. ......................................................
A...................................................
B...................................................
1. ................................................
2..................................................
II. ......................................................
A....................................................
1...................................................
2...................................................
a. ................................................
b..................................................
B....................................................
1.............................................................
1.1..........................................................
1.1.1.......................................................
1.1.1.1....................................................
1.1.1.1.1.................................................
1.............................................................
1.1..........................................................
1.2..........................................................
1.2.1.......................................................
1.2.2.......................................................
2.............................................................
2.1..........................................................
2.1.1.......................................................
2.1.2.......................................................
2.1.2.1....................................................
2.1.2.2....................................................
2.2..........................................................
12. Agar karangan terstruktur rapi, pengarang harus membagi-bagi gagasan dan
menempatkannya sedemikian rupa dalam bab dan subbab. Kaidah pembagian yang perlu
diingat adalah segala sesuatu yang terdapat dibawah suatu tanda harus berhubungan
langsung dan takluk kepada yang membawakannya. Tanda-tanda yang dipakai (huruf atau
angka) harus ada pasangannya, minimal satu. Perhatikan contoh berikut ini. Benar
Salah I. ..........................................................
II. .........................................................
A. ..................................................
1. ............................................
2. ............................................
B. ..................................................
C. ..................................................
III. ........................................................
I........................................................
A. ...............................................*)
II......................................................
A. .................................................
B. .................................................
1. ........................................*)
C. .................................................
III.................................................... *) salah karena tidak ada
pasangannya Contoh pengodean (kodefikasi) kerangka topik 1. Gabungan Angka dan
Huruf I. SEBAB-SEBAB KERESAHAN BURUH A. Finansial 1. Gaji Pokok a. Buruh Terampil
b. Buruh Kasar 2. Perumahan a. Buruh yang Sudah Berkeluarga b. Buruh yang Belum
Berkeluarga 3. Pemeliharaan Kesehatan
13. a. Buruh Lelaki b. Buruh Perempuan B. Politik 1. Pengaruh Serikat Buruh
Perusahaan a. Pengaruh pada Buruh Terampil b. Pengaruh pada Buruh Kasar 2. Pengaruh
dari Luar Perusahaan a. Organisasi Politik b. Partai Politik 2. Angka Arab (digit)
II. SEBAB-SEBAB KERESAHAN BURUH 2.1 Finansial 2.1.1 Gaji Pokok 2.1.1.1 Buruh
Terampil 2.1.1.2 Buruh Kasar 2.1.2 Perumahan 2.1.2.1 Buruh yang Sudah Berkeluarga
2.1.2.2 Buruh yang Belum Berkeluarga 2.1.3 Pemeliharaan Kesehatan 2.1.3.1 Buruh
Lelaki 2.1.3.2 Buruh Perempuan 2.2 Politik 2.2.1 Pengaruh Serikat Buruh Perusahaan
2.2.1.1 Pengaruh pada Buruh Terampil 2.2.1.2 Pengaruh pada Buruh Kasar 2.2.2
Pengaruh dari Luar Perusahaan 2.2.2.1 Organisasi Politik 2.2.2.2 Partai Politik 2.5
Pola Penyusunan Kerangka Karangan Ada dua pola terpenting yang lazim dipakai untuk
menyusun kerangka karangan, yaitu (1) pola alamiah, dan (2) pola logis. Pola
pertama disebut alamiah karena penyusunan unit-unit bab dan subbabnya memakai
pendekatan alamiah
14. yang esensial, yaitu ruang (tempat) dan waktu. Pola kedua dianamakan pola logis
karena memakai pendekatan berdasarkan jalan pikiran atau cara berpikir manusia yang
selalu mengamati sesuatu berdasarkan logika (masuk akal atau tidak). 2.5.1 Pola
Alamiah Sejalan dengan uarain diatas, penyusunan kerangka karangan yang berpola
alamiah mengikuti keadaan alam yang berdimensi ruang dan waktu. Oleh karena itu,
urutan bab dan subbab dalam kerangka karangan berpola alamiah dapat dibagi dua
yaitu (1) urutan ruang, dan (2) urutan waktu. Yang dimaksud dengan urutan ruang
adalah pola penguraian yang menggambarkan keadaan suatu ruang; dari kiri ke kanan,
dari atas ke bawah, dan seterusnya; sedangkan urutan waktu adalah penguraian
berdasarkan urutan kejadian suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa secara
kronologis. a) Urutan Ruang Urutan ruang dipakai untuk mendeskripsikan suatu tempat
atau ruang, umpamanya kantor, gedung, stadion, lokasi/wilayah tertentu. Deskripsi
suatu gedung dapat dimulai dari lantai dasar sampai ke lantai tertinggi. Berikut
ini adalah contoh kerangka karangan dengan urutan ruang. Topik: Laporan Lokasi
Banjir di Indonesia I. Banjir di Pulau Jawa A. Banjir di Jawa Barat 1. Daerah
Ciamis 2. Daerah Garut B. Banjir di Jawa Tengah 1. Daerah Pekalongan 2. Daerah
Semarang II. Banjir di ...
15. b) Urutan Waktu Urutan waktu dipakai untuk menarasikan (menceritakan) kronologi
peristiwa/kejadian, baik yang berdiri sendiri maupun yang merupakan rangkaian
peristiwa. Perhatikan contoh kerangka karangan dengan urutan waktu dibawah ini.
Topik: Riwayat Hidup Rabindranath Tagore 1. Jatidiri Rabindranath Tagore 2.
Pendidikan Rabindranath Tagore 3. Karier Rabindranath Tagore 4. Akhir Hidup
Rabindranath Tagore Berdasarkan kerangka itu dapat dibuat karangan singkat yang
terdiri atas satu alinea; dapat diperluas menjadi empat alinea; bahkan dapat
diperluas menjadi satu buku yang terdiri dari empat bab. Begitulah pentingnya
membuat kerangka karangan sebelum mengarang. Perhatikan contoh karangan singkat
yang terdiri atas satu alinea yang disusun berdasarkan kerangka diatas.
Rabindranath Tagore, pujangga tanah Hindustan lahir pada tanggal 7 Mei 1861. Ia
putra keluarga brahmin, pecinta seni, taat beragama, pembaharu masyarakat, dan
kaya. Tahun 1877 ia belajar ilmu hukum ke Inggris, tetapi segera kembali ke India
untuk mengurusi tanah ayahnya serta terjun dalam pergerakan sosial di samping
menulis nyanyian, sajak, cerpen, dan drama. Tahun 1913 ia mendapat Hadiah Nobel di
bidang kesusasteraan atas karyanya yang terkenal, Gitanjali. Setelah usianya
mencapai delapan puluh tahun, tepatnya tanggal 7 Agustus 1941, Rabindranath Tagore
meninggal dunia.
16. 2.5.2 Pola Logis Pola logis memakai pendekatan berdasarkan cara berpikir
manusia. Cara berpikir manusia ada beberapa macam dan pendekatannya berbeda-beda
bergantung pada sudut pandang dan tanggapan penulis terhadap topik yang akan
ditulis. Itulah sebabnya dalam kerangka berpola logis timbul variasi penempatan
unit-unit. Adapun macam-macam urutan logis adalah klimaks-antiklimaks, sebab-
akibat, pemecahan masalah, dan umu-khusus. Amatilah contoh kerangka karangan
berikut ini. Contoh 1 (Urutan Klimaks) Topik: Kejatuhan Soeharto I. Praktik KKN
Merajalela II. Keresahan di Tengah Masyarakat III. Kerusuhan Sosial di Mana-mana
IV. Kejatuhan yang Tragis Contoh 2 (Urutan Sebab↔Akibat) Topik: Pemukiman Tanah
Tinggi Terbakar 1. Kebakaran di Tanah Tinggi 2. Penyebab Kebakaran 3. Kerugian yang
Diderita Masyarakat dan Pemerintah 4. Rencana Rehabilitasi Fisik Contoh 3 (Urutan
Pemecahan Masalah) Topik: Bahaya Ecstasy dan Upaya Mengatasinya 1. Apakah Ecstasy
2. Bahaya Ecstasy
17. 2.1 Pengaruh Ecstasy terhadap Syaraf Pemakainya 2.2 Pengaruh Ecstasy terhadap
Masyarakat 2.3 Gangguan Kesehatan Masyarakat 2.4 Gangguan Kriminalitas 3. Upaya
Mengatasi Bahaya Ecstasy 4. Simpulan dan Saran Contoh 4 (Urutan Umum↔Khusus) Topik:
Komunikasi Lisan I. Komunikasi dan Bahasa II. Komunikasi Lisan dan Perangkatnya A.
Kemampuan Kebahasaan 1. Olah Vokal 2. Volume dan Nada Suara B. Kemampuan Akting 1.
Mimik Muka 2. Gerakan Anggota Tubuh III. Praktik Komunikasi Lisan IV. ..... Sebagai
rangkuman uraian tentang topik, tema, dan kerangka karangan, di bawah ini dibuatkan
bagan langkah-langkah penulisan yang seyogianya ditempuh oleh para penulis dalam
upaya memproduksi sebuah karangan. Berikut adalah Langkah-Langkah Menulis Karangan.
18. Pemilihan Topik Pengumpulan Data Perumusan Tema Penulisan Draf Penyusunan
Outline Pilih pokok bahasan tertentu dan tentukan ruang lingkupnya Tetapkan sasaran
dan target, serta rumusan pokok pikiran Anda Sesuaikan bentuk dan jenis karangan
dengan metode penelitian Laksanakan penelitian kepustakaan dan atau penelitian
lapangan Klasifikasikan data; lalu susun menjadi wacana Penyuntingan Wacana
Suntinglah kaidah bahasa, diksi, kalimat, dan alinea PENULISAN AKHIR
19. 2.6 Pengertian Mengarang dan Karangan Sebelum merumuskan pengertian karangan,
perlu dipahami terlebih dahulu makna kata mengarang, sebab dari kegiatan yang
disebut mengarang itulah dihasilkan suatu karangan. Mengarang berarti menyusun atau
merangkai. Karangan bunga adalah hasil dari pekerjaan menyusun/merangkai bunga.
Rangkaian bunga adalah hasil dari kegiatan merangkai bunga. Tanpa ada orang yang
merangkai melati, misalnya, tidak akan ada rangkaian melati. Sebenarnya mengarang
tidak hanya dan tidak harus tertulis. Seperti hanya berkomunikasi, kegiatan
mengarang yang juga menggunakan bahasa sebagai mediumnya dapat berlangsung secara
lisan. Seseorang yang berbicara, misalnya dalam sebuah diskusi atau berpidato
secara serta-merta (impromtu), otaknya terlebih dahulu harus mengarang sebelum
mulutnya berbicara. Pada saat berbicara, sang pembicara itu sebetulnya “bekerja
keras” mengorganisasikan isi pembicaraannya agar teratur, terarah/terfokus, sambil
memikir-mikirkan susunan kata, pilihan kata, sruktur kalimat; bahkan cara
penyajiannya (misalnya deduktif atau induktif; klimaks atau antiklimaks). Apa yang
didengar atau yang ditangkap orang dari penyajian lisan itu, itulah karangan lisan.
Akan tetapi, karena tujuan penguraian dalam bab ini terutama mengenai karangan
tertulis, pembicaraan tentang karangan lisan tidak dilanjutkan di dalam makalah
ini. Uraian singkat tentang mengarang secara lisan tadi dimaksudkan untuk membantu
pemahaman akan arti kata mengarang. Bertalian dengan uraian di atas penulis
berpendapat bahwa mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea
untuk menjabarkan dan atau mengulas topik dan tema tertentu guna memperoleh hasil
akhir berupa karangan (bandingkan dengan pekerjaan merangkai bunga dengan hasil
akhir berupa rangkain bunga). Untuk perbandingan, di sini dikutipkan pendapat
Widyamartaya dan Sudiarti (1997:77). Menurut keduanya, mengarang adalah
“keseluruhan
20. rangkaian kegiatan seseorang untuk mrngungkapkan gagasan dan menyampaikannya
melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.” Setiap karangan yang ideal
pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari alinea. 2.7
Penggolongan Karangan menurut Bobot Isinya 2.7.1 Karangan Ilmiah, Semiilmiah, dan
Nonilmiah Berdasarkan bobot isinya, karangan dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu
(1) karangan ilmiah (2) karangan semiilmiah atau ilmiah populer, dan (3) karangan
nonilmiah. Contoh karangan yang tergolong sebagai karangan ilmiah antara lain
disertai, makalah, skripsi, tesis; yang tergolong sebagai karangan semiilmiah
antara lain artikel, berita, editorial, feature, laporan, opini, tips; dan yang
tergolong sebagai karangan nonilmiah antara lain anekdot, cerpen, dongeng, hikayat,
naskah drama, novel, puisi. Ketiga jenis karangan tersebut memiliki karakteristik
yang berbeda. Karangan ilmiah memiliki aturan baku dan sejumlah persyaratan khusus
yang menyangkut metode dan penggunaan bahasa. Kebalikan dari karangan ilmiah adalah
karangan nonilmiah, yaitu karangan yang tidak terikat pada aturan baku tadi;
sedangkan karangan semiilmiah berada di antara keduanya. Karangan yang akan dibahas
dalam makalah ini hanya dua jenis, yaitu karangan ilmiah dan semiilmiah karena
kedua jenis inilah yang banyak diperlukan oleh mahasiswa. Beberapa karangan
semiilmiah seperti artikel, laporan, opini dapat menjadi karangan ilmiah bila
memenuhi kriteria karangan ilmiah. Berikut adalah tabel perbedaan karangan ilmiah,
semiilmiah, dan nonilmiah.
21. Perbedaan Karangan Ilmiah, Semiilmiah, Nonilmiah Karakteristik Karangan Ilmiah
Karangan Semiilmiah Karangan Nonilmiah sumber pengamatan, faktual pengamatan,
faktual nonfaktual (rekaan) sifat objektif objektif+subjektif subjektif alur
sistematis, metodis sistematis, kronologis, kilas balik (flashback) bebas bahasa
denotatif, ragam baku, istilah khusus (denotatif+konotatif) semiformal
denotatif/konotatif. semiformal/informal/ istilah umum/daerah bentuk argumentasi,
campuran eksposisi, persuasi, deskripsi, campuran narasi, deskripsi, campuran 2.7.2
Ciri Karangan Ilmiah dan Semiilmiah Sebelum merinci karangan ilmiah dan semiilmiah,
ada baiknya jika dipahami terlebih dahulu batasan kedua jenis karangan tersebut.
Karangan ilmiah adalah tulisan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan yang
dikomunikasikan lewat bahasa tulis yang formal dengan sistematis-metodis, dan
sistematis-analitis (Suriasumantri, 1995: 307). Adapun karangan semiilmiah adalah
tulisan yang berisi informasi faktual yang diungkapkan dengan bahasa semiformal,
namun tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah sintetis-analitis karena
sering”dibumbui” opini pengarang yang terkadang subjektif.
22. Ada tiga ciri karangan ilmiah. Pertama, karangan ilmiah harus merupakan
pembahasan suau hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif berarti
faktanya sesuai dengan objek yang diteliti. Kedua, tulisan ilmiah bersifat metodis
dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan digunakan metode atau cara tertentu
dengan langkah-langkah yang teratur (sistematis) dan terkontrol melalui proses
pengidentifikasian masalahdan penentuan strategi. Ketiga, dalam pembahasannya
tulisan ilmiah menggunakan laras ilmiah. Laras ilmiah harus baku dan formal. Selain
itu, laras ilmiah bersifat lugas agar tidak menimbulkan penafsiran dan makna ganda
(ambigu). Ciri lain laras ilmiah adalah menggunakan istilah spesifik yang berlaku
khusus dalam disiplin ilmu tertentu. 2.8 Penggolongan Karangan menurut Cara
Penyajian dan Tujuan Penulisannya Berdasarkan cara penyajian dan tujuan
penulisannya, karangan dapat dibedakan atas enam jenis, yaitu: 1) Deskripsi
(perian) 2) Narasi (kisahaan) 3) Eksposisi (paparan) 4) Argumentasi (bahasan) 5)
Persuasi (ajakan) 6) Campuran/kombinasi Dalam praktiknya, karangan murni yang dapat
berdiri sendiri sebagai karangan yang lengkap adalah narasi, eksposisi, dan
persuasi; sedangkan deskripsi dan argumentasi sering dipakai untuk melengkapi atau
menjadi bagian dari karangan lain. Contoh narasi yang bersiri sendiri adalah
hikayat atau kisah.
23. Contoh karangan eksposisi yang berdiri sendiri sangat banyak jumlahnya. Berita-
berita dalam surat kabar adalah contoh eksposisi. Adapun contoh karangan persuasi
yang utuh adalah iklan atau lembar promosi lainnya seperti leaflet, brosur, dan
advertorial. 2.8.1 Karangan Deskripsi Deskripsi diambil dari bahasa Inggris
description yang tentu saja berhubungan dengan kata kerja to describe (melukiskan
dengan bahasa). Karangan deskripsi merupakan karangan yang lebih menonjolkan aspek
pelukisan sebuah benda sebagaimana adanya. Penggambaran sesuatu dalam karangan
deskripsi memerlukan kecermatan, pengamatan, dan ketelitian. Seorang penulis
deskripsi harus memiliki kata yang tepat sesuai dengan penggambaran objek yang
sebenarnya sehingga melahirkan imajinasi yang hidup dan segar tentang ciri-ciri,
sifat-sifat, atau hakikat dari objek yng dideskripsikan itu. Berdasarkan uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan deskripsi adalah bentuk tulisan
yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan
melukiskan hakikat objek yang sebenarnya. Supaya karangan sesuai dengan tujuan
penulisnya, diperlukan suatu pendekatan. Pendekatan adalah cara penulis meneropong
atau melihat sesuatu yang akan dituliskan. Penulis perlu mengambil sikap tertentu
untuk dapat memperoleh gambaran tentang objek yang akan ditulis. Ada dua cara
pendekatan yang dimaksud, yaitu pendekatan realistis dan pendekatan impresionistis.
1) Pendekatan Realistis Dalam pendekatan realistis penulis dituntut memotret
hal/benda seobjektif mungkin sesuai dengan keadaan yang dilihatnya. Berikut adalah
kutipan sebagai contoh.
24. Predikat IDT (Inpres Desa Tertinggi) bagi Desa Tunggulturus, Tulungagung,
hampir lenyap sama sekali. Rumah warga yang dahulunya berdinding anyaman bambu,
kini hanya berjumlah hitungan jari. Yang ada kini rumah tembok bercorak modern,
bertiang beton berukir dan berjendela kaca riben. Di atas genting berwarna-warni
terpancang antena televisi, bahkan perabola. Rumah-rumah di sana rata-rata
berlantai keramik dan kamar mandinya pun tak lagi beratapan langit. (Disunting dari
“Potret Desa Pemasok TKI di Tulungagung”, Arif Purbadi, Media Indonesia, 12 Agustus
2002) 2) Pendekatan Impresionistis Impresionistis adalah pendekatan yang berusaha
menggambarkan sesuatu secara subjektif sesuai dengan impresi penulis. Isi tulisan
tetap harus memberikan sesuatu, namun cara pengungkapannya boleh dengan gaya atau
cara pandang pribadi penulisnya. Dengan pendekatan ini dimaksudkan agar setiap
penulis bebas dalam memberi pandangan dan interpretasi terhadap bagian-bagian yang
dilihat, dirasakan, atau dinikmatinya. Simaklah contoh dibawah ini. “Lampu-lampu
jalanan mengakhiri aktivitasnya. Sinar-sinarnya mulai menghilang dari pandangan
mata. Sayup-sayup suara unggas mulai memecah kesunyian. Riang gembira kicaunya
memanggil sang surya. Di sela-sela dahan sang surya mulai menampakkan sinarnya.
Kehangatan sinarnya mencairkan embun di pucuk-pucuk dedaunan. Persada tampak ceria
secerah sang penantang pagi yang menggantungkan harapannya.” Tulisan ini
menggambarkan betapa penulis merasakan cerahnya pagi. Penulis berusaha
mengekspresikan keindahan yang dirasakannya dengan melukiskan matahari terbit.
25. 2.8.2 Karangan Narasi Karangan narasi (berasal dari narration = bercerita)
adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan
tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa kronologis atau yang
berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Dari segi sifatnya karangan narasi dapat
dibedakan atas dua macam: (1) narasi ekspositoris/ narasi faktual dan (2) narasi
sugestif/ narasi berplot. Narasi yang hanya bertujuan untuk memberi informasi
kepada pembaca agar pengetahuannya bertambah luas disebut narasi narasi
ekspositoris, sedangkan narasi yang mampu menyimpulkan daya khayal mpembaca, mampu
menyampaikan makna kepada para pembaca melalui daya khayal disebut narasi sugestif.
Contoh narasi sugestif adalah novel dan cerpen. Sedangkan contoh narasi
ekspositoris adalah kisah perjalanan, otobiografi, kisah perampokan, dan cerita
tentang peristiwa pembunuhan. Kutipan di bawah ini adalah contoh karangan narasi
ekspositoris atau narasi faktual. KHALIL GIBRAN Khalil Gibran lahir di kota Bsharre
yang dibanggakan sebagai pengawal Hutan Cedar Suci Lebanon, tempat Raja Sulaeman
mengambil kayu untuk membangun kuil di Yerussalem. Ia lahir dari keluarga petani
miskin. Ayaknya bernama Khalil bin Gibran dan ibunya bernama Kamila. Ketika lahir,
orang tuanya memberi nama Gibran, sama seperti nama kakek dari ayahnya. Hal ini
merupakan kebiasaan orang-orang Libanon pada masa itu. Maka lengkaplah namanya
menjadi Gibran Khalil Gibran, yang kemudian lebih dikenal denal dengan Khalil
Gibran. Atas anjuran para gurunya di Amerika yang mengagumi kejeniusannya nama yang
sekarang sekaligus mengubah letak huruf h dari nama yang diberikan orang tuanya.
26. Kahlil Gibran yang lahir pada 6 Januari 1883, dikenal sangat dekat dengan
ibunya. Bahkan guru Gibran yang pertama adalah ibunya sendiri. Dari janda Hanna
Abdel Salam inilah mula-mula Gibran mengenal kisahkisah terkenal Arabia dari jaman
kalifah Harun Al-Rasyid: Seribu Satu Malam dan Nyanyian- Nyaian Perburuan Abu
Nawas. Ibunya ini pulalah yang menanamkan andil besar dalam membentuk Gibran
sebagai penulis dan pelukis dunia. Sejak Gibran kecil, Kamila, sang ibu sudah
berusaha menciptakan lingkungan yang membangkitkan perhatian Gibran pada kegiatan
menulis dan melukis dengan memberinya buku-buku cerita serta satu jilid buku
kumpulan reproduksi lukisan Leonardo da Vinci. Hal ini boleh jadi karena ibunya
seorang yang terpelajar yang menguasai beberapa bahasa Suryani seperti bahasa
Perancis dan bahasa Inggris. Karena himpitan ekonomi yang tak tertahankan, maka
pada tahun 1895, Gibran dibawa keluarganya ke Boston, Amerika Serikat. Selama dua
setengah tahun Gibran memasuki sekolah negeri di Boston yang dikhususkan bagi anak
laki-laki. Selanjutnya ia pindah ke sekolah malam selama setahun untuk memperdalam
pengetahuan umumnya. Untuk biaya pendidikan di sana, saudara tirinya Peter dan
ibunya berjuang keras untuk itu. Atas permintaannya sendiri, Gibran dikirim kembali
oleh ibunya ke Lebanon untuk mengembangkan bahasa Ibunya. Ia lantas masuk Madrasah
al- Hikmat (sekolah filsafat) dari tahun 1898 hingga 1901. Di sekolah ini ia
mengikutyi berbagai kuliah antara lain, hukum internasional, musik, kedokteran, dan
sejarah agama. Gibran menamatkan pendidikannya di Madrasah al-Hikmat pada tahun
1901 dalam usia delapan belas tahun dengan mendapat pujian (cumlaode).
27. Sebelumnya yaitu pada tahun 1900, Gibran tercatat sebagai redaktur majalah
sastra dan filsafat Al-Hakikat (kebenaran). Masa kepenyairan Gibran dibagi daalam
dua tahap, yaitu tahap pertama dimulai tahun 1905 dengan karya-karya antara lain:
Sekilas tentang Seni Musik (Nubdzahfi Fann al-Musiqa, 1905), Puteri-puteri Lembah
(Arais al- Muruj, 1906), Jiwa-jiwa Yang Memberontak (Al-Arwah Al-Muttamarridah,
1908), Sayap-sayap Patah (Al-Ajniha’l Muttakassirah, 1910), Air Mata dan Senyum
(Dam’ahwa ‘ibtisamah, 1914). Tahap ini disebut tahap kepenyairan Gibran dalam
bahasa Arab. Adapun tahap kedua dari tahap kepenyairan dimulai pada tahun 1918 dan
disebut sebagai tahap kepenyairan dalam bahasa Inggris. Karya- karyanya antara
lain: Si Gila (The Madman, 1918), Sang Nabi (The Prophet, 1923), Pasir dan Buih
(Sand and Foam, 1926) dan masih banyak lagi. Pada akhirnya ia memang tercatat pula
berhasil dalam bidang seni lukis.Malah seorang sahabatnya yaitu Henry de Boufort,
memberi komentar atas kemampuannya dalam seni lukis dengan berkata “Dunia pasti
mengharap banyak dari penyair, pelukis Lebanon ini, yang sekarang telah menjadi
William Blake abad ke-20. Hari-hari terakhir Gibran dihabiskannya dengan kegiatan
menulis dan melukis di sebuah studio “pertapaannya” di New York. Di sini ia hanya
ditemani oleh saudara perempuannya yang masih hidup, Mariana. Gibran meninggal
dunia pada tanggal 10 April 1931 karena sakit lever dan paru-paru. Jasad bekunya
dibawa pulang ke Lebanon dan dimakamkan di lembah Kadisya. (Disunting dari “Kahlil
Gibran Pantas Dikenang”, tulisan Kamser Silitonga, Kompas, 10 April 1993).
28. 2.8.3 Karangan Eksposisi (pemaparan) Kata eksposisi diambil dari kata bahasa
Inggris exposition sebenarnya berasal dari bahasa Latin yang berarti „membuka atau
memulai‟. Memang karangan eksposisi merupakan wacana yang bertujuan untuk memberi
tahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu. Dalam karangan eksposisi,
masalah yang dikomunikasikan terutama adalah pemberitahuan atau informasi.
Informasi seperti ini dapat kita baca sehari-hari dalam media masa, berita di ex-
pose atau dipaparkan kepada pembaca dengan tujuan memperluas panmdangan atau
pengetahuan pembaca. Pembaca tidak dipaksa untuk menerima pendapat penulis, tetapi
setiap pembaca sekedar diberi tahu bahwa ada orang yang berpendapat demikian.
Karena jenis karangan eksaposisi hanya bersifat memaparkan sesuatu, eksposisi juga
dapat disebut karangan paparan. Sebagai contoh marilah kita simak isi kutipan
karangan di bawah ini. Contoh 1 Karangan Eksposisi RASA TAKUT Pernahkan Anda
menghadapi situasi tertentu dengan perasaan takut ? Bagaimana cara mengatasinya ?
Rasa Takut adalah rasa dimana seseorang merasa bahwa dirinya sedang mengalami
situasi atau suasana yang menghilangkan rasa percaya diri mereka akan sesuatu. Di
bawah ini ada lima jurus untuk mengatasi rasa takut tersebut. Pertama, persipakan
diri Anda sebaik-baiknya bila menghadapi situasi atau suasana tertentu. Dengan
memperiapkan diri saat menghadapi situasi atau
29. suasana tertentu Anda akan merasa siap bahkan merasa bahwa Anda telah melewati
situasi dan suasana tersebut. Kedua, pelajari sebaik-baiknya bila menghadapi
situasi tersebut. Anda harus mempelajari baik-baik situasi apa yang sedang Anda
hadapi baik ditempat sepi maupun dikeramaian. Karena Anda akan merasa siap dengan
segala suasana dan situasi yang telah Anda pelajari. Ketiga, pupuk dan binalah rasa
percaya diri.kepercaya dirian merupakan kunci utama anda dalam mengatasi rasa
takut. Dengan percaya diri Anda merasa bahwa Anda mampu melewati situasi dan
suasana yang akan Anda lalui tanpa terhalang oleh rasa takut. Keempat, setelah
timbul rasa percaya diri, pertebal keyakinan Anda. Keyakinan Anda dalam mengadapi
rasa takut harus dipertebal agar Anda mapu dan yakin bahwa rasa takut iu akan
hilangdengan kepercayaan diri yang kuat dan keyakinan yang tinggi Kelima, untuk
menambah rasa percaya diri, kita harus menambah kecakapan atau keahlian melalui
latihan atau belajar sungguh-sungguh. Anda juga haarus memiliki keahlian dan
kecakaapan dalam suatu bidang, agar rasa percaya diri anda kuat dan menghilangkan
rasa takut yang melanda Anda. Contoh 2 Karangan Eksposisi MEMELIHARA IKAN Ikan
merupakan salah satu binatang yang biasa dipelihara oleh manusia. Ikan sangat
beragam mulai dari warna, jenis juga harganya. Dengan memelihara ikan, akan
memberikan ketenangan,kesegaran bagi pemiliknya begitu juga orang melihatnya. Dalam
memelihara ikan kita harus berhati-hati, karena jika
30. perawatannya tidak sesuai maka ikan air tawar, jenis dan warna ikan air laut
juga lebih beragam. Untuk memelihara ikan, hal pertama yang harus disiapkan yaitu
akuarium. Akuarium harus ditata seindah mungkin dan sesuai dengan keadaan
sebenarnya, dengan begitu ikan-ikan akan merasa betah. Setelah akuarium diisi
dengan air, selanjutnya ikan dimasukan ke akuarium tersebut. Dalam memilih ikan
sebaiknya yang masih segar, dan kondisinya baik tanpa ada cacat ataupun goresan.
Dalam memberi makan ikan harus teratur,jangan terlalu banyak karena akan membuat
air keruh, oleh dan ikan akan mati. Memberi makanikan sebaiknya dilakukan tiga atau
sampai empat kali sehari, pilihlah makanan ikan yang sesuai dan bergizi. Air untuk
ikan air tawar makin lama makin keruh, oleh karena itu harus diganti minimal sekali
dalam seminggu. Ketika mengganti air akuarium, ikan-ikan harus dipindahkan terlebih
dahulu ke dalam ember yang berisi air bersih. Hati-hati dalam memilih jenis ikan,
jangan sampai ikan yang besar disatukan dengan ikan kecil, bisa-bisa ikan besar
tersebut memangsa ikan kecil. Akuarium juga dapat diletakan diruang tamu, hal ini
dapat memberikan nilai tambahyaitu membuat asri suasana dan juga memberikan
kesegaran bagi orang yang melihatnya. Kesegaran yang diberikan oleh pemandangan di
akuarium dapat membuat orang yang stress menjadibugar,dan bersemangat kembali.tak
heranlah banyak orang yang mempunyai hobi memelihara ikan, baik ikan air tawar
maupun ikan air laut.
31. 2.8.4 Karangan Argumentasi (pembahasan) Tujuan utama karangan argumentasi
adalah untuk meyakinkan pembacan agar menerima atau mengambil suatu doktrin, sikap,
dan tingkah laku tertentu. Syarat utama untuk menulis karangan argumentasi adalah
penulisnya harus terampil dalam bernalar dan menyusun ide yang logis. Karangan
argumentasi memiliki ciri: 1. Mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa
dengantujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya. 2. Mengusahakan
pemecahan suatu masalah. 3. Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai
suatu penyelesaian. Contoh Karangan Argumentasi ADOPSI ANAK INDONESIA OLEH ORANG
ASING, MENGAPA TIDAK ? Sebuah survey dan studi perlu dilakukan untuk meneliti
dampak sosial, budaya, dan psikologis dari praktek adopsiini sebelum orang-orang
keburu menilai yang jelek-jeknya saja. Oleh karena itu, kalau kita memang ingin
konsekuen menjadi bangsa yang berkepribadian yangmandiri, mungkin praktek- praktek
seperti pinjaman dari luar negeri, penanaman modal asing, studi keluar negeri dan
segala bentuk hubungan serta „produk‟yang berbau luar negeri lebih baik dijauhkan.
Hal ini tentu saja mustahil. kalau kita mau jujur tentang keberadan bangsa dan
negara kita, kita ini sebenarnya masih jauh sekali dari impian mejadi negara yang
mandiri, yang sejahtera dan mampu tampil sebagai negara yang menetukan di dalam
percaturan dunia.
32. Prosedur pengangkatan anak yang benar dan bertanggung jawab akan diulai dengan
mendeteksi keberadaan calon orang tua angkat, untuk memperolehdata mengenai
kemungkinan jaminan kehidupan dan tunjangan pendidikan yang layak bagi anak yang
akan diadopsi itu. Keinginan dan kerinduan untuk memelihara dan menyayangi anak itu
sendiri pun dapat pula dipakai sebagai pegangan bahwa anak itu tidak akan
ditelantarkan, apa lagi jika kita lihat kegigihan calon orang tua memperjuangkan
„anak‟ mereka selama ini. dengan kata lain, hari depan yang lebih cerah diajanjikan
disana, dibandingkan jika anak- anak itu tetap tinggal disini. tentunya ini tidak
berlaku bagi keluarga-keluarga yang mapan. Tetapi bagaimana dengan keluarga yang
tidak mampu, yang broken home, anak-anak diluar nikah, serta ribuan anak lain yang
tidak mempunyai jaminan masa depan yang cerah dinegeri sendiri? salahkah jika ada
pihak asing yang denan tulus bersedia mengasuh mereka? Adopsi anak Indonesia oleh
orang asing seperti ini bukanlah pelarian tanggung jawab sosial di negara kita. Hal
ini sebaiknya dipandang sebagai salah satualternatif pemecahan-pemecahan masalah-
masalah besar yang kita hadapi, seperti peledakan jumlah penduduk, peningkatan
kesejahteraan keluarga yang tidak mampu, serta perluasan kesempatanbagi sebagian
anak untuk hidup lebih baik. Dari hal-hal yang yang diuraikan diatas, agaknya
dapatlah ditarikkesimpulan bahwa sebaiknya kita kita tidak terburu-buru menilai
adopsi anak Indonesia oleh orang asing itu merupakan tindakan yang memalukan
seluruh bangsa,dan oleh karena itu harus dicegah. perlulahkita mengadakan berbagai
penelitian dan pemikiran kembali, karena sebenarnya dalam hal itu masih banyak
terdapat hal-hal positif, yang justru membantu kita menyelesaikan beberapa masalah
yang mendesak. ini, kalau kita mau sedikit jujur pada diri kita sendiri.
33. 2.8.5 Karangan Persuasi (pengajakan) Dalam bahasa Inggris kata to persuade
berarti „membujuk‟ atau „meyakinkan.‟ Bentuk nominanya adalah „persuation‟ yang
kemudian menjadi kata pungut bahasa Indonesia: persuasi. Karangan persuasi adalah
karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal
yang dikomunikasikan yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu
pendapat/gagasan ataupun perasaan seseorang. Dalam karangan persuasi, fakta-fakta
yang relevan dan jelas harus diuraikan sedemikian rupa sehingga kesimpulannya dapat
diterima secara meyakinkan. Di Samping itu, dalam menulis karangan persuasi harus
pula diperhatikan penggunaan diksi yang berpengaruh kuat terhadap emosi atau
perasan pembaca. Dalam uraian dibawah ini disajikan macam-macam persuasi ditinjau
dari segi medan pemakainya. Dari segi pemakainya karangan persuasi digolongkan
menjadi empat macam, yaitu (1) persuasi politik, (2) persuasi pendidikan, (3)
persuasi advertensi, (4) persuasi propaganda. 2.8.5.1 Persuasi Politik Sesuai
dengan namanya, persuasi politik dipakai dalam bidang politik oleh orang-orang yang
berkecimpung dalam bidang politik dan kenegaraan. Para ahli politik dan kenegaraan
sering menggunakan pesuasi jenis ini untuk keperluan politik dan negaranya. Kita
akan bisa memahami persuasi politik lebih baik lagi, bila kutipan berikut ini kita
kaji dengan teliti. Naskah persuasi politik berikut ini berkombinasi dengan
eksposisi.
34. BILA SIDANG ISTIMEWA MPR HANYA BAGI-BAGI KEKUASAAN RENDRA DAN EEP SERUKAN
PEMBANGKANGAN Setiap orang Indonesia yang sadar hak-haknya haruslah siap melakukan
gerakan Indonesia pembanggkangan warga negara. Itu perlu, terutama bila agenda
nasional berupa Sidang Istimewa (SI) MPR mendatang ini akhirnya hanya merupakan
forum konstitusional bagi para elit politik untuk berbagi kekuasaan antar mereka
hingga melupakan kepentingan umum masyarakat. Dramawan W.S. Rendra bersama pengamat
politik Eep Saefullah Fatah disertai sejumlah praktisi ekonomi dan seniman dengan
lantang menyerukan itu dalam sebuah konfrensi pers di Kantor Dewan Kesenian Jakarta
Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis(19/7) siang. Seruan agar masyarakat melakukan
pembanggkangan warga negara ini, kata Eep dan Rendra, diungkap sebagai wujud
keprihatinan mereka sebagai warga negara atas terjadinya arus utama politik dan
ekonomi yang terus menerus menempatkan rakyat sebagai korbannya. Pembangkangan
warga negara diperlukan, demikian argumen Eep terutama bila proses transisi ke arah
demokrasi sudah menjadi makin elitis dan mengarah pada pembajakan demokrasi oleh
kekuatan maupun pikiran yang berpihak pada otoritarianisme. Menurut Eep, hal inilah
yang kini membayangi proses transisi yang tengah bergulir di negara ini, terutama
jika menyaksikan si MPR yang kini telah dipersiapkan tak lebih sebagai arena
pertaruhan politik kanak-kanak. Perhelatan mahal ini dibuat demi upaya bisa
melakukan pergantian kekuaasan. “Sementara agenda mendasar yang perlu dikerjakan
bisa membuat rakyat bisa keluar dari
35. krisis ekonomi yang mencekik dan krisis politik yang memuakkan, justru
diabaikan”, jelas Eep. Lebih menyedihkan lagi,tambahnya,ketika arus politik dan
ekonomi yang telah menempatkan rakyat sebagai korbannya ini seolah-olah hanya
dilawan oleh pembangkangan militer dan polisi. Citra yang terbangun oleh
pemberitaan pers bahkan telah menempatkan parlemen-parlemen seolah-olah sebagai
pahlawan yang ingin melawan arus itu.”Padahal, sesungguhnya jutru DPR-lah yang
telah ikut mengalirkannya,” ujar mahasiswa Ohaio State University AS ini. W.S
Rendra menambahkan, gerakan ini jauh dari sikap anarkis. Gerakan ini ibarat sebuah
obat mujarap yang mampu mengobati kelesuan jiwa agar mampu merebut masa depan yang
baik. Karena itu, ia berpendapat perlu dibangun konsolidasi antar sesama warga
negara dan aturan-aturan main yang demokratis. “Dari perspektif kebudayaan, situasi
sekarang ini menjadi tidak menentu akibat tidak adanya aturan-aturan yang benar.
Apalagi rakyat sering dianggap sebagai massa bukan lagi insan manusia yang juga
warga negara”, jelas tokoh pendiri Bengkel Teater ini berapi-api. Penggiat seni,
Edi Haryono, yang membaca naskah “Seruan bagi Gerakan Pembangkitan Warga Negara”,
menyebutkan, proses sosial, ekonomi, dan politik sekarang ini berjalan ditengah
ketiadaan aturan main bernegara yang demokratis telah membiarkan tatanan hidup
bernegara dikelola dipolitika dan ekonomi telah membiarkan tatanan hidup bernegara
dikelola di atas aturan main yang compang- camping, tidak utuh dan belum
demokratis. (Kompas, 26 Juli 2001)
36. 2.8.5.2 Persuasi Pendidikan Persuasi pendidikan dipakai oleh orang-orang yang
berkecimpung dalam bidang pendidikan dan digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan
pendidikan. Seorang guru, misalnya, bisa menggunakan persuasi ini untuk
mempengaruhi anak supaya mereka giat berlajar, senang membaca dan lain-lain.
Seorang motivator atau inovator pendidikan bisa memanfaatkan persuasi pendidikan
dengan menampilkan konsep-konsep baru pendidikan untuk bisa dilaksanakan oleh
pelaksana pendidikan. Kutipan artikel berita ini dapat dijadikan bahan menelaah
karangan persuasi pendidikan. KERAPIAN BERBAHASA BERKORELASI DENGAN KECERMATAN
PENALARAN Keterampilan berbahasa perlu diposisikan berbanding sejajar dengan
kerapian berbahasa. Artinya, kepiawaian berbahasa seseorang harus didukung bahkan
ditentukan oleh kerapian atau keapikan bahasa yang digunakannya. “Mengenai hal ini
ada pandangan yang menyebutkan bahwa kerapian berbahasa sangat berkorelasi dengan
kecermatan penalaran,” kata Dr. Hasan Alwi, mantan kepala pusat bahasa, di sela-
sela seminar nasional XI Bahasa dan Sastra indonesia, di Denpasar (Bali) yang
berlangsung 10-12 juli 2001. Menurut Hasan Alwi, pemakaian bahasa yang rapi dan
dilandasi oleh penalaran yang cermat merupakan syarat mutlak dalam keterampilan
berbahasa. Dua hal ini sekaligus akan sangat membantu kemudahan dan kelancaran
dalam berkomunikasi. Akan tetapi, kenyataan menunjukkan perpaduan ideal itu masih
jauh dari harapan. Hal ini terlihat dari penggunaan bahasa indonesia-baik tulis
maupun lisan- dikalangan masyarakat indonesia yang masih terkesan sembrono, serta
mengabaikan prinsip-prinsip dasar bahasa indonesia yang baik dan benar.
37. “Jika ditinjau dari segi kerapian bahasa dan kecermatan bernalar, mutu
pemakaian bahasa indonesia yang dihasilkan itu sering sekali membuat para pakar dan
pengamat bahasa berkecil hati,” kata Hasan Alwi. (Kompas, 10 Juli 2001) 2.8.5.3
Persuasi Advertensi/Iklan Persuasi iklan dimanfaatkan terutama dalam dunia usaha
untuk memperkenalkan suatu barang atau bentuk jasa tertentu. Lewat persuasi iklan
ini diharapkan pembaca atau pendengar menjadi kenal, senang, ingin memiliki,
berusaha untuk memiliki barang atau memakai jasa yang ditawarkan. Karena itu,
advertensi diberi predikat jalur komunikasi antara pabrik dan penyalur, pemilik
barang dan publik sebagai konsumen. Iklan itu beraneka ragam, ada yang sangat
pendek, ada pula yang panjang. Persuasi iklan yang baik adalah persuasi yang mampu
dan berhasil merangsang konsumen membeli barang yang ditawarkan. Sebaliknya,
persuasi iklan itu tergolong sebagai persuasi yang kurang baik apabila tidak
berhasil merangsang konsumen untuk membeli barang yang diiklankan. Berikut adalah
contoh dari karangan persuasi iklan. PALMER DAN ROLEX, HAKIKAT DARI SUKSES Arnold
Palmer dewasa ini menggebrak dunia usaha dengan kehebatan yang sama dalam permainan
golf. Ia penuh keyakinan, gigih dan berani dalam mengambil resiko. Namun dengan
perhitungan yang matang.
38. Palmer melibatkan diri dalam belasan kegiatan usaha di seluruh dunia, yang
membuatnya seringkali terbang untuk berbagai pertemuan dan mengemudikan sendiri
pesawat jet pribadinya. Satu dari kegiatan-kegiatan yang paling penting adalah
merancang desain dan lanskap padang-padang golf. The Chun Shan yang menjadi padang
golf baru pertama di cina sejak tahun 1930-an adalah salah satu contoh yang luar
biasa. Di samping itu, nama Arnold Palmer pada pakaian golf, golf clubs, jasa
carter angkutan udara, pembangunan real estate, dan banyak lagi. Di balik senyum
yang telah menjadikannya tokoh televisi. Palmer merupakan seorang pengusaha sukses
yang selalu memberikan perhatian sampai ke detail. Palmer tetap merupakan nama yang
diperhitungkan di padang golf yang mampu mempesona penonton maupun pemain handal
yang dihadapinya. Menjaga ketetapan waktu jelas merupakan tugas yang amat penting.
Ia mempercayakan pada jam tangan emas Rolex Oyster Day-date.”Bagi saya golf sudah
merupakan bagian dari jiwa. Perasaan yang sama kuatnya juga saya alami dengan
Rolex, Rolex menjalankan tugasnya dengan sempurna!” Suatu pujian yang berharga dari
orang yang sangat menghargai ketepatan waktu. (Intisari) 2.8.5.4 Persuasi
Propaganda Objek yang disampaikan dalam persuasi propaganda adalah informasi.
Persuasi propaganda sering dipakai dalam kegiatan kampanye. Isi kampanye biasanya
berupa informasi dan ajakan. Tujuan akhir dari kampanye adalah agar
39. pembaca atau pendengar menuruti isi ajakan kampanye tersebut. Pembuatan
informasi tentang seseorang yang mengidap penyakit jantung yang disertai dengan
ajakan pengumpulan dana untuk pengobatannya, atau selebaran yang berisi informasi
tentang situasi tertentu yang disertai ajakan berbuat sesuatu adalah contoh
persuasi propaganda. Perhatikan kutipan karangan persuasi propaganda dibawah ini.
PERILAKU MENYAMPAH Di kota-kota besar, setiap orang mencari kemudahan dalam hidup.
Kebiasaan makan, misalnya, di kota besar, restoran fast food cenderung menggunakan
kemasan yang terbuat dari plastik atau stirofoam yang sekali pakai langsung buang.
Kemasan kue dahulu menggunakan daun pisang yang bisa membusuk, sekarang cenderung
menggunakan plastik. Semua itu kebiasaan impor yang bukan budaya indonesia. Budaya
indonesia menggunakan kemasan daun pisang atau daun jati. Sebenarnya volume sampah
bisa dikurangi drastis bukan hanya dengan menangani sampah plastik dengan sebaik-
baikna atau dengan daur ulang tetapi bagaimana menghindari seminim mungkin perilaku
menyampah. Hanya kekuatan konsumen yang bisa menekan produsen mengurangi bahan-
bahan yang makin menambah volume sampah. Semaksimal mungkin semua orang harus
mengurangi penggunaan kemasan- kemasan yang kemudian akan menjadi sampah yang tidak
bisa hancur. Misalnya, menghindari membeli makanan dan minuman yang menggunakan
kemasan plastik, stirofoam, atau kalaupun terpaksa membeli,ambil saja makanannya,
kemasannya dikembalikan lagi kepada penjualnya. Rasanya tidak menggunakan kemasan
plastik tidak akan mengurangi kenyamanan hidup ini.
40. 2.8.6 Karangan Campuran Selain merupakan karangan murni misalnya eksposisi atau
persuasi, sering ditemukan karangan campuran atau kombinasi. Isinya dapat merupakan
gabungan eksposisi dengan deskripsi, atau eksposisi dengan argumentasi. Dalam
wacana yang lain sering kita temukan narasi berperan sebagai ilustrasi bagi
karangan eksposisi atau persuasi. Untuk lebih jelasnya, bacalah contoh karangan
berikut ini. Berbagai cara menurunkan berat badan saya coba tanpa hasil, hingga
pada akhirnya saya membaca iklan Impression di harian Kompas, Minggu 7 November
1993. Saya seperti mendapat firasat inilah program yang tepat. (karangan narasi)
Dalam kurung waktu dari sebulan, berat badan saya telah berkurang k kg. Waktu hal
ini saya kabarkan pada puteri saya, Maya, yang sekolah di New York, anak saya
mengatakan, “Ya, program itulah yang saya maksudkan, Mama, di sini (maksudnya
Amerika) juga banyak pengikut program tersebut yang berhasil”. (karangan eksposisi)
Selama mengikuti Program Impression, saya tidak mengalami kesulitan, tidak merasa
lapar, tidak ada suntikan, tidak ada efek samping, sangat mudah dan menyenangkan.
(karangan persuasi) Bagi saya, saat ini terasa begitu ceria, muka berseri, tubuh
enteng, baju-baju lama dapat dipakai kembali, bahkan banyak teman-teman yang jadi
pangling akan penampilan saya. (karangan persuasi) Tetapi, penampilan bukan tujuan
utama saya dalam usia hampir setengah abad ini. Program Impression ternyata
memulihkan kesehatan saya, tekanan darah menjadi normal, kembali rata-rata 120/80,
kadar gula dan kolesterol normal, pokoknya semua terasa segar dan ringan. (karangan
persuasi)
41. Ny. Lusia Sutanto, seorang figur tokoh pendidikan dan wiraswasta yang sukses,
ibu dari tiga orang putra-putri, pembimbing sekitar 10.000 siswa dari bimbingan
belajar, pendidikan komputer & akuntansi, bahasa Inggris, sekretaris, program
pendidikan Magister Management (M.M.), mendapat predikat sebagai Kharisma Puteri
Kebaya Kartini ‟94 dan Citra Eksekutif Indonesia 1994 setelah mengikuti program
Impression. (Iklan Intisari, Juni 1994)
42. BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Secara keseluruhan cara penulisan karya ilmiah
yang baik sudah ditentukan, yaitu sesuai dengan tata bahasa (EYD) dan tata tulis
yang disepakati oleh masyarakat akademik. Adapun yang masuk kedalam penelitian
meliputi masalah penelitian, tujuan, metode, kajian teori, objek data variabel dan
hasil penelitian. Kemudian cara – cara penulisan karya ilmiah yang baik adalah: -
Objektif - Pola berfikir deduktif – induktif - Sistematika Tata cara penulisan
karya ilmiah mencakup : penulisan kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka. Adapun
bentuk – bentuk karya ilmiah meliputi : - Karya tulis - Makalah - Skripsi - Thesis
- Disertasi - Laporan hasil peneliti 3.2 Saran Kami membuat makalah ini untuk
pembelajaran bersama. Kami mengambil dari berbagai sumber, jadi apabila pembaca
menemukan kesalahan dan kekurangan, maka kami sarankan untuk mencari referensi yang
lebih baik. Apabila pembaca merasa ada kekurangan dapat membaca buku yang menjadi
referensi secara lengkap.
43. DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul, 2011, Ragam Bahasa Ilmiah, Jakarta: Rineka Cipta.
Keraf, Gorys, 2004, Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, Ende: Nusa Indah,
Cetakan XIII. Rumaningsih, Endang, 2011, Mahir Berbahasa Indonesia, Semarang: Ra-
SAIL (Ranah Ilmu-ilmu Sosial Agama dan Interdisipliner), Cetakan III. Wasito,
Hermawan, 1997, Pengantar Metodologi Penelitian: Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. Winarto, Yunita T., Totok Suhardiyanto, dan Ezra M. Choesin
(eds.), 2004, Karya Tulis Ilmu Sosial: Menyiapkan, Menulis, dan Mencermatinya,
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Edisi 1.

Anda mungkin juga menyukai