Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II

“KAJIAN RESEP DOKTER”

Kelompok 4

NAMA : NIM
1. Ivan Sari Murni {PO.71.3.1.18.016}
2. Mealdry Dwi Almira {PO.71.3.1.18.018}
3. Nabilah Putri Rizqi {PO.71.3.1.18.022}
4. Oka Selviana {PO.71.3.1.18.024}
5. Risma Nabila {PO.71.3.1.18.030}

Kelas : Reg. 2.A


Dosen Pembimbing : 1.Drs.Sonlimar Mangunsong,Apt,M.Kes
2. Ade Agustianingsih,S.Farm, Apt
3. Mamik Yunita S, AMF

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN D3 FARMASI
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
NILAI PARAF

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Dimana
makalah ini merupakan salah satu dari tugas mata kuliah praktikum Farmakologi II.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.

Palembang, Februari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI ............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................2
C. Alat dan bahan......................................................................................2
D. Prosedur percobaan...............................................................................3
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................4
A. Pembahasan resep 1 .........................................................................4
B. Pembahasan resep 2 .........................................................................7

BAB III
PENUTUP ................................................................................................11
A. Kesimpulan...........................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter
hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, kepada apoteker untuk menyiapkan dan atau membuat, meracik, serta
menyerahkan obat kepada pasien (Syamsuni, 2006)
Sekalipun suatu resep dapat ditulis pada selembar kertas apapun
(sepanjang terdapat elemen keabsahan yang tercantum padanya), lazimnya resep
membutuhkan bentuk tertentu.
Lembaran resep umumnya berbentuk empat persegi panjang, ukuran ideal
lebar 10-12 cm dan panjang 15-20 cm.
Dalam tatatan rumah sakit, obat diresepkan pada suatu halaman khusus
pada catatan rumah sakit sang pasien yang disebut lembar order/permintaan
dokter (POS=Physician’s Order Sheet) atau suatu chart order (kartu
permintaan). Isi resep telah dispesifikasi dalam aturan staf medis yang
ditentukan oleh panitia medis farmasi dan terapi rumah sakit yang bersangkutan.
Nama pasien diketik atau ditulis pada formulir; oleh karenanya, permintaan
terdiri dari nama dan takaran kekuatan medikasi, dosis, cara dan frekuensi
pemberian, tanggal, informasi lain yang terkait, dan tanda tangan dokter penulis
resep. Durasi terapi atau jumlah dosis sering kali tidak dispesifikasi : oleh sebab
itu, medikasi diteruskan hingga dokter penulis resep menghentikan permintaan
atau hingga diberhentikan karena kebijakan rutinitas (misalnya kebijakan
penghentian permintaan).
Penulisan resep bertujuan untuk memudahkan dokter dalam pelayanan
kesehatan di bidang farmasi sekaligus meminimalkan kesalahan dalam
pemberian obat. Resep menyangkut sebagian dari rahasia jabatan kedokteran
dan kefarmasian, oleh karena itu resep tersebut tidak boleh diberikan atau
diperlihatkan kepada siapapun yang tidak berhak.
Menurut Jas (2009), resep terdiri dari enam bagian :
1. Inscriptio, terdiri atas nama dokter, no.SIP, alamat/telepon/HP/kota/tempat,
tanggal penulisan resep. Untuk obat narkotika hanya berlaku untuk satu kota
provinsi. Sebagai identitas dokter penulis resep. Format inscriptio suatu
resep dari rumah sakit sedikit berbeda dengan resep pada praktik pribadi.

1
2. Invocatio, mencakup permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R/ -
resipe” artinya ambillah atau berikanlah, sebagai kata pembuka komunikasi
dengan apoteker di apotek.
3. Prescriptio/Ordonatio, merupakan nama obat dan jumlah serta bentuk
sediaan yang diinginkan.
4. Signatura, yaitu tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan
interval waktu pemberian harus jelas untuk keamanan penggunaan obat dan
keberhasilan terapi.
5. Subscriptio, yaitu tanda tangan/paraf dokter penulis resep, berguna sebagai
legalitas dan keabsahan resep tersebut.
6. Pro (diperuntukkan), artinya pencantuman nama dan umur pasien.
Teristimewa untuk obat narkotika, harus turut dicantumkan alamat pasien
(guna pelaporan ke Dinkes setempat).

B.Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengenal tulisan dokter,
mampu membacanya dengan benar, mengenal beberapa macam obat dengan nama
dagang (brand name) dan kemudian mengetahui indikasinya serta kandungannya.
Mahasiswa juga diharapkan dapat melakukan kajian peresepan berdasarkan indikator
WHO pada fasilitas pelayanan dasar.

C. Alat Dan Bahan


Alat :
 Buku praktikum/laporan sementara
 Iso ( berbagai volume) /Mims
 Alat tulis lengkap
 Buku (modul) penuntun praktikum
 Daftar DOEN

Bahan :
 Resep dokter beberapa buah

D. Prosedur Percobaan
1. Siapkan semua peralatan dan beberapa resep dokter
2. Kajilah resep dokter tersebut dengan memuat beberapa hal :
a. Nama dokter dan alamat
b. Tanggal penulisan resep
c. Nama obat dan sediaan obat serta kekuatan obat

2
d. Penulisan kadar obat dan jumlah obat
e. Membaca signatura
f. Membaca keterangan tambahan dalam resep
g. Nama dan alamat pasien
h. Jumlah obat ( ditulis dengan no.)
i. Sediaan obat dengan singkatan.

3. Carilah indikasi dari masing-masing obat beserta isinya dan dosis pada ISO/MIMS
4. Lakukan kajian menurut indikator WHO, antara lain :
a. Rata-rata jumlah obat perencounter
b. Persentase obat yang diresepkan dengan nama generik
c. Persentase penulisan antibiotik yang diresepkan
d. Persentase penulisan obat injeksi/suntikan
e. Persentase obat yang diresepkan dari daftar obat esensial Formularium Nasional.
f. Persentase obat racikan dalam resep

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

RESEP 1

3
A. Kelengkapan resep
1. Nama dokter dan alamat : Ada
2. Tanggal penulisan resep : Ada
3. Nama obat dan sediaan obat serta kekuatan (kadar) : Ada
4. Penulisan kadar obat dan jumlah obat : Ada
5. Membaca signatura : Ada
6. Membaca keterangan tambahan dalam resep :-
7. Jumlah obat (ditulis dengan No.) Numero : Ada
8. Sediaan obat (tertulis di resep) dengan singkatan : Ada
9. Nama dan alamat pasien (identitas) : Ada

Bentuk lembar kajian resep


Resep Dosis Indikasi
R/ ISDN 5 XC 1 hari : 3-4x 1-2 Obat jantung
S3ddI
tab 5 mg
R/ Ascardia 80 XXX 80-160 mg/hari Anti koagulan, Anti platelet
S1dd1/2
R/ Allopurinol 100 XXX 1 hari : 100 mg Anti rematik/asam urat
S1ddI
R/ Diovan 80 XV 1 hari : 80-160mg Anti hipertensi
S1dd1/2

B. Melakukan kajian resep menurut indikator WHO

4
1. Rata-rata jumlah obat per encounter (lembar resep)
4
= 1 =4

2. Persentase obat yang diresepkan dengan nama generik


2
= x 100% = 50%
4
3. Persentase penulisan antibiotik yang diresepkan
0
= x 100% = 0%
4
4. Persentase penulisan obat injeksi / suntikan diresepkan
0
= x 100% = 0%
4
5. Persentase yang diresepkan dari daftar obat esensial / formularium
2
= x 100% = 50%
4
6. Persentase obat racikan dalam resep
0
= x 100% = 0%
1

C. Dugaan
Berdasarkan kajian resep diatas, dapat disimpulkan bahwa resep obat tersebut di
indikasi untuk mengobati penyakit jantung, anti koagulan, anti rematik atau asam urat
dan anti hipertensi. Pasien harus mengkonsumsi obat-obat tersebut harus dengan teratur.

D. Rasionalitas obat
1. Tepat pasien
Tidak dapat diketahui secara tepat pengobatan dikarenakan tidak diketahui
identitas dan latar belakang penyakit pasien, jadi tidak dapat menilai secara pasti
kondisi pasiennya.
2. Tepat indikasi
Dari resep tersebut dilihat bahwa pasien tersebut diindikasikan untuk pasien
yang mempunyai penyakit jantung dan antirematik. Jadi, obat yang diberikan tepat
sesuai dengan indikasi dan sesuai dengan diagnosa dokter untuk penggunaan obat
tersebut.
3. Tepat obat
Berdasarkan obat yang diberikan/ diresepkan untuk pasien tersebut dan juga
sudah berdasarkan diagnosis dokter, dapat dikatakan obat yang diresepkan sudah
tepat baik obat dan bentuk sediaannya dan juga mudah didapatkan.
4. Tepat dosis

5
Berdasarkan buku ISO/informasi obat dosis pada resep tersebut telah trpat
sesuai dengan dosis yang biasa digunakan pada umumnya yang tertera di ISO
tersebut. Dan pilihan dosisnya sudah sesuai memasuki range dosis untuk permasing-
masing obat.
5. Waspada efek samping
Informasi yang diberikan oleh dokter telah diterima dengan baik oleh pasien
ialah meliputi efek samping, informasi mengenai aturan pakai obat. Informasi yang
diberikan jelas, upaya yang dilakukan jika terdapat efek samping atau keadaan makin
memburuk, jadi untuk mencegah resiko terjadinya hal-hal tersebut dan informasi
efek samping harus jelas dan dapat diatasi.

RESEP 2

A. Kelengkapan resep
1. Nama dokter dan alamat : Ada
2. Tanggal penulisan resep : Ada
3. Nama obat dan sediaan obat serta kekuatan (kadar) : Ada

6
4. Penulisan kadar obat dan jumlah obat : Ada
5. Membaca signatura : Ada
6. Membaca keterangan tambahan dalam resep :-
7. Jumlah obat (ditulis dengan No.) Numero : Ada
8. Sediaan obat (tertulis di resep) dengan singkatan : Ada
9. Nama dan alamat pasien (identitas) : Ada

Bentuk lembar kajian resep


Resep Indikasi
R/ Erysanbechewable 150 mg Antibiotik
Paratusin 1/4 tab Mukolitik dan Ekspektoran
Dexametason 1/2 tab Kortikosteroid
Lasal 4 mg 2/15 tab Anti Asma
Cerini 2/15 tab Anti alergi
Theophyllin 20 mg Anti Asma
Equal qs Zat tambahan / pemanis
mf pulv dtd No XV
S3dd pulv I

B. Melakukan kajian resep menurut indikator WHO

1. Rata-rata jumlah obat per encounter (lembar resep)


7
= =1
1

2. Persentase obat yang diresepkan dengan nama generic


2
= x 100% = 28,57%
7

3. Persentase penulisan antibiotik yang diresepkan


1
= x 100% = 14,28%
7

4. Persentase penulisan obat injeksi / suntikan diresepkan


0
= x 100% = 0%
7

5. Persentase yang diresepkan dari daftar obat esensial / formularium


1
= x 100% = 14,28%
7

6. Persentase obat racikan dalam resep

7
1
= x 100% = 100%
1

Indikator WHO untuk seluruh resep

Rata-rata jumlah obat per encounter (lembar resep)


47
= = 5,875
8
C. Dugaan
Berdasarkan kajian resep diatas, dapat disimpulkan bahwa resep obat racikan tersebut di
indikasi untuk mengobati demam,batuk berdahak, asma, dan alergi. Sedangkan
antibiotik yang terdapat dalam resep racikan tersebut untuk membunuh kuman dan
bakteri pada batuk. Adapun efek samping diresep adalah mengantuk karena terdapat
CTM di dalam paratusin tablet.

D. Rasionalitas Obat
1. Tepat Pasien
Tidak dapat diketahui secara tepa dan jelas mengenai latar belakang
penyakit tersebut tapi diresep tersebut tertera bahwa racikan tersebut ditujukan
untuk anak-anak umur 10 bulan. Dan pada umumnya obat yang diresepkan dokter
untuk anak-anak berupa racikan. Jadi, resep tersebut tepat diberikan untuk pasien
tersebut dari segi sediaan obatnya.
2. Tepat Indikasi
Dari resep tersebut dilihat bahwa resep diindikasikan untuk pasien yang
mempunyai penyakit batuk pilek disertai asma. Jadi obat yang diberikan tepat
sesuai dengan indikasi dan sesuai dengan diagnosa dokter untuk penggunaan obat
tersebut.
3. Tepat Obat
Berdasarkan obat yang diberika untuk pasien tersebut dan juga sudah
berdasarkan diagnosa dokter dan sudah tepat, tetapi pemberian dexamethason
menurut kami kurang tepat penggunaannya pada bayi 10 bulan, karena biasanya
diberikan kepada orang dewasa, dan juga di dalam resep telah terdapat Cerini
sebagai anti alergi.

4. Tepat Dosis
Berdasarkan obat yang terdapat di resep tersebut dosis sudah tepat untuk
pasien berusia 10 bulan dan obat tersebut harus dihabiskan karena mengandung
antibiotik. Demi mencegah terjadinya resistensi bakteri jadi pemakaian obat
racikan tersebut harus dihabiskan.

8
5. Waspada Efek Samping
Informasi yang diberikan harus jelas mengenai aturan pakai obat, efek
samping, kontra indikasi dan lainnya. Jadi untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan biasanya sebelumnya dokter telah memnginformasikan mengenai efek
samping dan lainnya yang perlu diberitahu kepada pasien.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah mengamati dan membahas resep obat dapat disimpulkan bahwa


resep yang diamati memiliki semua kelengkapan yang harus ada didalam resep,
seperti nama dokter dan alamat, tanggal penulisan resep, nama obat dan sediaan
obat serta kekuatannya, nama dan umur pasien, dll.
Dalam mengartikan suatu resep obat dibutuhkan ketelitian dan kemampuan
ketika menerjemahkan tulisan dokter. Karena jika terjadi kesalahan dalam
pemberian obat kepada pasien, hal ini akan merugikan dan membahayakan
pasien. Oleh karena itu sebagai tenaga kefarmasian dituntun ketelitian dalam
mengambil keputusan dan jika ada keraguan dalam membaca suatu resep

9
hendaknya ditanyakan kepada dokter yang bersangkutan, sehingga dapat
meminimalisir kesalahan dalam membaca resep.
Berdasarkan indikator WHO telah diketahui persentasi obat generik yang
diresepkan, nama obat dari daftar obat esensial, obat injeksi, jumlah obat per
lembar resep, dan jumlah obat antibiotik. Selain itu, dari hasil praktikum ini
juga telah diketahui rasionalitas penggunaan obat sesuai dengan pedoman 4T +
W.

B. SARAN
Dalam penulisan Resep harus jelas dan lengkap agar mudah dibaca oleh
petugas kefarmasian dalam pelayanan Resep dan semua keterangan yang ada di
dalam resep tersebut haruslah jelas agar terhindar dari kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA

ISO Indonesia Volume 49, 2014 s/d 2015; 26; 55; 108; 304.

ISO Indonesia Volume 47, 2012 s/d 2013; 545.

Info Obat Indonesia Edisi 1, Juni 2007; 374; 478.

Bertram G.Katzung. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 8, 2004; 611.

10
11

Anda mungkin juga menyukai