Anda di halaman 1dari 67

MAKALAH BAHASA INDONESIA

“PEDOMAN UMUM EJAAN YANG DISEMPURNAKAN”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

Nama Kelompok/ NIM : 1. Khoirun Nisak {PO.71.39.1.18.017}


2. Ivan Sari Murni {PO.71.39.1.18.016}
3.Mealdry Dwie Almira{PO.71.39.1.18.018}
4. Melisyah Meliana {PO.71.39.1.18.019}
5. Monica {PO.71.39.1.18.020}
6. M.Aldino Putra {PO.71.39.1.18.021}
7. Nabilah Putri Rizqi {PO.71.39.1.18.022}

Kelas : Reguler II.A


Dosen Pembimbing : Drs Sarmadi, MM

POLITEKNIK KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN DIII FARMASI
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikumwarahmatullahi wabarakatuh.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan hidayah -Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat
pada waktunya.Dalam laporan penelitian ini kami membahas tentang Pedoman
Umum Ejaan.
Kami mengucapkan terimakasih banyak kepada pihak-pihak yang telah
memberi dukungan kepada kami dalam penyelesaian laporan penelitian ini.Kami
juga menyadari, bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan pada
laporan tersebut.
Oleh karena itu, kami senantiasa menanti kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak guna penyempurnaan laporan ini.kami berharap
laporan ini dapat memberi apresiasi kepada pembaca dan utamanya kepada
kelompok kami sendiri.Selain itu, semoga laporan penelitian ini dapat memberi
manfaat kepada pihak-pihak yang membutuhkan.
Wassalamualaikumwarahmatullahi wabarakatuh.

Palembang, Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB IPENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan......................................................................... 2
BAB II ISI .......................................................................................................... 3
2.1. Pemakaian Huruf...........................................................................3
2.2. Penulisan Kata................................................................................8
2.3. Pemakaian Tanda Baca..................................................................9
2.4. Penulisan Unsur Serapan..............................................................15
BAB III PENUTUP............................................................................................ 16
3.1. Simpulan...................................................................................... 16
3.2. Saran............................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang

Kemampuan berbahasa Indonesia adalah salah satu syarat yang harus


dipenuhi masyarakat Indonesia, tidak terkecuali murid sekolah dasar. Dalam
bidang pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar, bahasa Indonesia
merupakan mata pelajaran pokok. Pelajaran bahasa Indonesia diajarkan kepada
murid berdasarkan kurikulum yang berlaku, yang di dalamnya (kurikulum
pendidikan dasar) tercantum beberapa tujuan pembelajaran. Salah satu tujuan
pokoknya adalah murid mampu dan terampil berbahasa Indonesia dengan baik
dan benar setelah mengalami proses belajar mengajar di sekolah. Keterampilan
berbahasa itu tidak saja meliputi satu aspek, tetapi di dalamnya termasuk
kemampuan membaca, menulis, mendengarkan (menyimak), dan berbicara.
Dalam proses pemerolehan dan penggunaannya, keterampilan berbahasa
tersebut saling berkaitan.

Bahasa tulis mencakup sejumlah unsur-unsur bahasa, salah satunya adalah


mengenai ejaan yang mencakup macam-macam huruf, berbagai kata, dan aneka
tanda baca.

Ada beberapa hal yang perlu dikemukakan, khususnya berbagai persoalan


yang akan dibahas dalam bab ini. Hal-hal yang dimaksud adalah pemakaian
huruf, pemakaian huruf kapital dan pemakaian huruf miring pada bahasa tulis.

4
1.2. Rumusan Masalah

Penulis akan membahas tentang pemakaian huruf, penulisan kata,


pemakaian tanda baca dan penulisan unsur serapan dengan pembatasan
masalah sebagai berikut:

1.Bagaimana pemakaian huruf pada bahasa tulis ?

2.Bagaimana penulisan kata pada bahasa tulis ?

3.Bagaimana pemakaian tanda baca pada bahasa tulis ?

4.Bagaimana penulisan unsur serapan pada bahasa tulis ?

1.3. Tujuan Masalah

Pada makalah ini penulis menguraikan tentang bentuk tulisan dengan tujuan
sebagai berikut :

1.Untuk mengetahui bagaimana pemakaian huruf pada bahasa tulis.

2.Untuk mengetahui bagaimana cara penulisan kata dalam bahasa tulis.

3.Untuk mengetahui bagaimana pemakaian tanda baca pada bahasa tulis.

4.Untuk mengetahui bagaimana cara penulisan unsure serapan dalam bahasa tulis.

5
BAB II
ISI

2.1. PEMAKAIAN HURUF

Penggunaan huruf pada kata berkaitan dengan fonologi (ilmu yang


mempelajari tentang bunyi). Dalam bahasa Indonesia, jumlah abjad yang
diketahui terdapat 26 huruf, yang terdiri dari 5 huruf vokal (a,i,u,o,e) dan 21
huruf konsonan (b,c,d,f,g,h,j,k,l,m,n,p,q,r,s,t,u,v,w,x,y,z). Selain huruf-huruf
tersebut, adapun kaitannya dengan ilmu fonologi, bunyi-bunyi yang
ditimbulkan berdasarkan huruf-huruf itu dapat bermacam-macam.

Dari bunyi konsonan tak bersuara (p,t,k,f,c,s,x,y,h), konsonan bersuara


(b,d,g,j) sampai dengan huruf nasal (n,m). Jadi pada bagian ini akan dijelaskan
berbagai jenis huruf berdasarkan pola bunyi dan penggunaannya.

A. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf
yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di sebelahnya.

Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama


Aa a Jj je Ss Es
Bb be Kk ka Tt te
Cc ce Ll El Uu u
Dd de Mm em Vv Fe
Ee e Nn En Ww we
Ff ef Oo O Xx eks
Gg ge Pp pe Yy ye
Hh ha Qq Ki Zz zet
Ii i Rr Er

B. Huruf Vokal

6
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf a, e, i, o, dan u.

Huruf Contoh Pemakaian dalam Kata


Vokal Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir

a api padi lusa


e* enak petak sore
emas kena tipe
i itu simpan murni
o oleh kota radio
u ulang bumi ibu

Keterangan:

*Untuk keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen (') dapat
digunakan jika ejaan kata menimbulkan keraguan.

C. Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas


huruf huruf b, c,d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

Huruf Contoh Pemakaian dalam Kata


Konsonan Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir

b bahasa sebut adab


c cakap kaca -
d dua ada Abad
f fakir kafan maaf
g guna tiga gudeg
h hari saham tuah
j jalan manja mikraj
k kami paksa politik
7
- rakyat* bapak*
l lekas alas akal
m maka kami diam
n nama tanah daun
p pasang apa siap
q** Quran status quo Taufiq
r raih bara putar
s sampai asli tangkas
t tali mata rapat
v varia lava -
w wanita hawa -
x** xerox - sinar-x
y yakin payung -
z zeni lazim juz

Keterangan:

* Huruf k melambangkan bunyi hamzah.

* Huruf q dan x khusus dipakai untuk nama diri


* (seperti Taufiq dan Xerox) dan keperluan ilmu (seperti status
quo dan sinar x).

D. Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan


dengan ai, au, dan oi.

Huru Contoh Pemakaian dalam Kata


f
Difto Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
ng

ai ain malaikat pandai

8
au aula saudara harimau
oi - boikot amboi

E. Gabungan Huruf Konsonan

Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing masing


melambangkan satu bunyi konsonan.

Gabungan Contoh Pemakaian dalam Kata


Huruf
Konsonan Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir

kh khusus akhir tarikh


ng ngilu bangun senang
ny nyata banyak -
sy syarat isyarat arasy

F. Huruf Kapital

1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada a
kalimat.

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan y
berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti un
Tuhan.

4. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehorma


keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehorma

9
keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.

5. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang dii
nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan seba
pengganti nama orang tertentu.

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama insta
yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.

c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pang
yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tem
tertentu.

6. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama orang.

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang y


digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang diguna
sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

7. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
bahasa.

b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku,
bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.

8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan
raya.

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama perist
sejarah.

10
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah y
tidak digunakan sebagai nama.

9. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama diri geogra

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama geografi y
diikuti nama diri geografi.

c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama
geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya

d. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang ti
diikuti oleh nama diri geografi.

e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi y
digunakan sebagai penjelas nama jenis.

10. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi neg
lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen res
kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk.

b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama re
negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokum
resmi.

G. Huruf Miring

1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah,
surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhusus


huruf, bagian kata, atau kelompok kata.

11
3. a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungka
yang bukan bahasa Indonesia.

b. Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisan


diperlakukan sebagai kata Indonesia.

H. Huruf Tebal

1. Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bag
bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampir

2. Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhusus
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu diguna
huruf miring.

3. Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan suble
serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.

2.2. Penulisan Kata

A. Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Saya pergi kesekolah.

B. Kata Berimbuhan

1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabunganawalan


dan akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
berjalan
Catatan:

12
13
14
15
Misalnya:

sukuisme

2. Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengi- kutinya.

Misalnya:

16
17
Catatan:

Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal


kapital atau singkatan yang berupa huruf ka- pital
dirangkaikan dengan tanda hubung(-).
Misalnya:

non-Indonesia

3. Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang meng- acu


pada nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf
awal kapital.
Misalnya:

Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengam-


pun.

4. Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu


kepada nama atau sifat Tuhan, kecuali kata esa, di-
tulisserangkai.
Misalnya:

Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup


kita.

C. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di

antara unsur-unsurnya.

Misalnya:

hati-hati kupu-kupu

Catatan:

18
Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur
pertama.
Misalnya:

19
20
D. Gabungan Kata
1. Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk
istilah khusus, ditulisterpisah.
Misalnya:

dutabesar

2. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian


ditulis dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara
unsur-unsurnya.
Misalnya:

anak-istri pejabat
Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap
ditulis terpisah jika mendapat awalan atau
akhiran.
Misalnya:

bertepuk tangan

3. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran seka- ligus


ditulisserangkai.
Misalnya:

dilipatgandakan

4. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.


Misalnya:

21
E. Pemenggalan Kata
1. Jika di
tengah
kata
terdapat
huruf
vokal
yang

22
berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf
vokal itu.
Misalnya:

bu-ah

Huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal.


Misalnya:

23
24
2. Jika ditengah kata dasar terdapat huruf konsonan (terma- suk
gabungan huruf konsonan) diantara dua huruf vokal,
pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonanitu.
Misalnya:

ba-pak la

3. Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang


berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf
konsonanitu.
Misalnya:

Ap-ril

4. Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau


lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi,
pemenggalannya dilakukan di antara huruf kon-
sonanyangpertamadanhurufkonsonanyangkedua.
Misalnya:

ul-tra

Catatan:

Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi


tidak dipenggal.
Misalnya:

bang-krut

5. Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di


antara bentuk dasar dan unsurpembentuknya.
Misalnya:

ber-jalan mem-pertanggungjawabkan

Catatan:

Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasar- nya


mengalami perubahan dilakukan seperti pada katadasar.

25
Misalnya:

me-nu-tup

Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada


katadasar.
Misalnya:

ge-lem-bung

Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya


satuhurufdiawalatauakhirbaristidakdilakukan.
Misalnya:

Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau

mengambil makanan itu.

Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu
unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain,
pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap unsur
gabungan itu dipenggal seperti pada katadasar.
Misalnya:

26
27
Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris
dipenggal di antaraunsur-unsurnya.
Misalnya:

Lagu “Indonesia Raya” digubah oleh Wage Rudolf


Supratman.

Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih
tidak dipenggal.
Misalnya:

Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng.


Rangga Warsita.

Catatan:

Penulisan berikut dihindari.

Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R. Ng. Rangga

Warsita.

F. Kata Depan

Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata

yang mengikutinya.

Misalnya:

28
29
G. Partikel

1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata


yangmendahuluinya.
Misalnya:

30
31
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:

32
33
sinya dengan bijaksana.

Catatan:

Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung

ditulis serangkai.

Misalnya:

Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat

pada waktunya.

3. Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah
dari kata yangmengikutinya.
Misalnya:

Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu.

H. Singkatan dan Akronim

1. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pang- kat


diikuti dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan itu.
Misalnya:

34
35
a. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, lembaga pen- didikan,
badan atau organisasi, serta nama dokumen
resmiditulisdenganhurufkapitaltanpatandatitik.
Misalnya:

NKRI Negara Kesatuan RepublikIndonesia

b. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang


bukan nama diri ditulis dengan huruf kapital tanpa tan-
da titik.
Misalnya:

PT perseroanterbatas

2. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan
tandatitik.
Misalnya:

hlm. halaman

3. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam
surat-menyurat masing-masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:

a.n. atasnama

4. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, tim-


bangan,danmatauangtidakdiikutitandatitik.
Misalnya:

Cu kuprum

5. Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata
ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:

36
37
6. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal
kapital.
Misalnya:

38
39
40
7. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan
suku kata atau gabungan suku kata ditulis dengan hurufkecil.
Misalnya:

41
42
I. Angka dan Bilangan

1. Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai


lambang bilangan atau nomor.

AngkaArab :0,1,2,3,4,5,6,7,8,9

Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50),

2. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai se- cara berurutan
seperti dalamperincian.
Misalnya:

Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.

a. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Misalnya:

43
44
45
Catatan:

Penulisan berikut dihindari.

50 siswa teladan mendapat beasiswa dari peme-

rintah daerah.

b. Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinya-


takan dengan satu atau dua kata, susunan kalimatnya
diubah.
Misalnya:

Panitia mengundang 250 orang peserta.

Catatan: Penulisan berikut dihindari.

46
47
3. Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis se- bagian
dengan huruf supaya lebih mudahdibaca.
Misalnya:

Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk

mengembangkan usahanya.

4. Angka dipakai untuk menyatakan (a)ukuranpanjang,

berat,luas, isi, dan waktu serta (b) nilai uang.

Misalnya:

0,5 sentimeter

5. Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, ru- mah,


apartemen, ataukamar.
Misalnya:

Jalan Tanah Abang I No. 15 atau Jalan Tanah Abang I/15

6. Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat


kitabsuci.
Misalnya:

Bab X, Pasal 5, halaman 252

7. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai beri- kut.

a. BilanganUtuh
Misalnya:

duabelas (12)

48
b. Bilangan Pecahan
Misalnya:
setengahatauseperdua (½)

8. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.

49
Misalnya:
abad
XX

50
51
52
9. Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan
caraberikut.
Misalnya:

53
54
10. Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan
dalam peraturan perundang-undangan, akta, dankuitansi.
Misalnya:

Setiap orang yang menyebarkan atau mengedar-


kan rupiah tiruan, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling
banyakRp200.000.000,00(duaratusjutarupiah).

11. Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti


huruf dilakukan sepertiberikut.

55
Misalnya:

1
2
3
12. Bilanganyangdigunakansebagaiunsurnamageografi
ditulis dengan huruf.

Misalnya:

Kelapadua

J. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan–nya

Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, sedangkan -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai
dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:

Rumah itu telah kujual.

K. Kata Sandang si dansang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.


Misalnya:
Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.

Catatan:

Huruf awal sang ditulis dengan huruf kapital jika sang me-

rupakan unsur nama Tuhan.

Misalnya:

Kita harus berserah diri kepada Sang Pencipta.

2.3. PEMAKAIAN TANDA BACA

A. Tanda Titik (.)

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar,
atau daftar.

3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu.

4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu.

5. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan
yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.

4
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.

7. Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan (Lihat Bab II, Huruf H.)

B. Tanda Koma (,)

1. Tanda koma dipakai di antara unsur unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.

2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului dengan kata
seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali.

3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika
anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.

4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat


yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan
demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.

5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh,


dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik,
atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.

6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab III, Huruf J dan K.)

7. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru.

8. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian bagian alamat, (c)
tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.

9. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka.

10. Tanda koma dipakai di antara bagian bagian dalam catatan kaki atau catatan
akhir.

11. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.

12. Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang

5
dinyatakan dengan angka.

13. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab III, Huruf F.)

14. Tanda koma dapat dipakai–untuk menghindari salah baca/salah pengertian–di


belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.

C. Tanda Titik Koma (;)

1. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.

2. Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam


kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum
perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan.

3. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih
apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.

D. Tanda Titik Dua (:)

1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti
rangkaian atau pemerian.

2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.

4. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan
ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama
kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.

E. Tanda Hubung (-)

1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris.

2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau

6
akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris.

3. Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.

4. Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf


dalam kata yang dieja satu-satu.

5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian


kata atau ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata.

6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai: 

a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital,

b. ke- dengan angka,

c. angka dengan -an,

d. kata atau imbuhan dengan singkatan berhuruf kapital,

e. kata ganti yang berbentuk imbuhan, dan

f. gabungan kata yang merupakan kesatuan.

7. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing.

F. Tanda Pisah (–)

1. Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberi penjelasan di luar bangun utama kalimat.

2. Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau


keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti
'sampai dengan' atau 'sampai ke'.

G. Tanda Tanya (?)

1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.

2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

7
H. Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.

I. Tanda Elipsis (...)

1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.

2. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau
naskah ada bagian yang dihilangkan.

J. Tanda Petik (" ")

1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.

2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat.

3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata
yang mempunyai arti khusus.

K. Tanda Petik Tunggal (' ')

1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam
petikan lain.

2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.

3. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa
daerah atau bahasa asing (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab III, Huruf M)

L. Tanda Kurung (( ))

1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian utama kalimat.

3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di
dalam teks dapat dihilangkan.

4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan

8
keterangan.

M. Tanda Kurung Siku ([ ])

1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis
orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang
terdapat di dalam naskah asli.

2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas
yang sudah bertanda kurung.

N. Tanda Garis Miring (/)

1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun
ajaran.

2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.

O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (')

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.

Dia 'kan sudah kusurati. ('kan = bukan)

Malam 'lah tiba. ('lah = telah)

1 Januari '08 ('08 = 1988)

2.4. Penulisan Unsur Serapan

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa,


baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sanskerta, Arab, Portugis,
Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa
Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar.

Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia,
seperti reshuffle, shuttle cock, dan de l'homme par l'homme. Unsur-unsur itu dipakai dalam
konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara
asing. Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah
bahasa Indonesia.Dalam hal itu, diusahakan ejaannya disesuaikan dengan Pedoman Umum

9
Pembentukan Istilah Edisi Ketiga agar bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan
dengan bentuk asalnya.

Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, di bawah ini
didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa
Indonesia.Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh.Kata
seperti standardisasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping
kata standar, efek, dan implemen.

10
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pemakaian huruf diantaranya mengenai huruf abjad, huruf vokal, huruf konsonan,
gabungan huruf konsonan, huruf capital, huruf miring dan huruf table.

Penulisan kata diantaranya meliputi kata dasar, kata turunan, bentuk ulang,
gabungan kata, kata gantiku,kau,mu dannya, kata depan di,ke,da dari, partikel dan tanda
petik.

Pemakaian tanda baca diantaranya adalah tanda titik, tanda koma, tanda titik koma,
tanda titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda tanya, tanda seru, tanda ellipsis, tanda
petik, tanda petik tunggal, tanda kurung, tanda kurung siku, tanda garis miring, dan tanda
peningkatan atau apostrof.

Sedangkan penulisan unsur serapan berdasarkan perkembangannya meliputi


pelbagai bahasa baik dari bahasa daerah maupun bahasa asing, seperti Sanskerta, Arab,
Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris. Sehingga berdasarkan taraf integrasinya, unsur
serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu unsur
asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia dan unsur asing yang
penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.

3.1. Saran

Adapun saran yang dapat penyusun sampaikan yaitu kita sebagai calon pendidik, harus
selalu menggali potensi yang ada pada diri kita. Cara menggali potensi dapat dilakukan
salah satunya dengan cara mempelajari makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita ke depannya.Aamiin.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://belajarbahasa-bahasaindonesia.blogspot.co.id/2012/05/penggunaan-huruf.html

Pemakaian Tanda Baca sesuai EYD | Belajar Bahasa dan Sastra http://berbahasa-


bersastra.blogspot.com/2012/06/pemakaian-tanda-baca-sesuai-eyd.html#ixzz4t2tjjDu9

http://www.mondayflashfiction.com/2013/05/penulisan-kata-kata-dasar-kata-turunan.html

Penulisan Unsur Serapan sesuai EYD | Belajar Bahasa dan Sastra http://berbahasa-
bersastra.blogspot.com/2012/06/penulisan-unsur-serapan-sesuai-eyd.html#ixzz4t2ueIfmV

Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) Drs. Tata
Iryanto

12

Anda mungkin juga menyukai