Anda di halaman 1dari 4

Regulasi Enzim

Regulasi adalah aturan sistem yang ada di dalam tubuh


makhluk hidup untuk dapat hidup seimbang,
mempertahankan keadaan teratur, konservasi energi, dan
sebagai respon terhadap perubahan lingkungan.

Regulasi enzim terdapat dalam 2 bentuk, yaitu regulasi non-kovalen (noncovalent


bonding) dan regulasi modifikasi kovalen (covalent modification). Regulasi non-
kovalen adalah terikatnya efektor oleh (biasanya) produk pada daerah alosterik
(allosteric effector) secara nonkovalen (Gambar 1.1). Regulasi modifikasi kovalen
adalah menempelnya gugus kimia (misalnya fosfat atau nukleotida) pada enzim.
Regulasi enzim pada metabolisme tersebut sangat kompleks. oleh karena itu,
regulasi enzim dapat dicapai dengan mengubah konsentrasi dan aktifitas enzimatik
melalui :

1. Kontrol genetika
Pada proses kontrol genetika, terdapat beberapa proses, yaitu Represi dan induksi
enzim. Represi enzim merupakan salah satu bentuk dari kontrol negatif pada
transkripsi bakteri. Proses tersebut, begitu pun dengan induksi enzim, disebut
sebagai kontrol negatif karena protein regulatornya akan menyebabkan inhibisi atau
penghambatan dari sintesis mRNA sehingga akan menyebabkan penurunan proses
sintesis enzim-enzim.

Sekalipun inhibisi balik akan menghentikan sintesis dari produk akhir dari
suatu pathway, proses ini masih memungkin terbuangnya energi dan karbon karena
pembentukkan enzim yang tidak diperlukan (karena sudah diinhibisi) masih
dilanjutkan. Proses represi enzim bertujuan untuk mencegah sintesis enzim yang
turut terlibat dalam pembentukan suatu produk akhir. Pada kasus biosintesis
triptofan (gambar 3), produk akhir dari pathway, triptofan, berperan sebagai sebuah
molekul efektor yang dapat menghentikan sintesis dari Enzim a, b, c, d, dan e yang
turut terlibat pada biosintesis triptofan. Dengan demikian maka akan menghemat
banyak molekul ATP yang seharusnya dikeluarkan selama proses sintesis protein,
dan menjaga prekusor asam amino untuk sintesis protein lain. Proses ini
berlangsung lambat dibandingkan dengan inhibisi balik (yang bekerja sesegera
mungkin) karena enzim-enzim yang sudah ada harus dikurangi jumlahnya sebagai
hasil dari pembelahan sel sebelum efeknya benar-benar terlihat.

2. Modifikasi Kovalen
Meskipun sebagian besar enzim diregulasi secara non-kovalen, tetapi terdapat
beberapa enzim atau protein yang diregulasi secara modifikasi kovalen. Modifikasi
kovalen pada enzim atau protein biasanya dilakukan oleh gugus asetil, fosfat, metil,
adenil, dan uridil. Modifikasi kovalen biasanya merupakan perlekatan dapat pulih
(tidak permanen).

Enzim Modifikasi

Glutamin sintetase E.
coliIsositrat liase E.
coliIsositrat
dehidrogenase E. coliHistidin
protein kinase sebagian AdenilisasiFosforilasiFosforilasiFosforilasi
besar bakteri
Fosforilasi
Protein regulator
fosforilasi sebagian besar Asetilasi
bakteri
Metilasi
Sitrat liase
pada Rhodopseudomonas

Protein kemotaksis E. coli

Tabel 2.1 Enzim yang diregulasi secara modifikasi kovalen

3. Enzim Allosterik
Enzim allosterik merupakan enzim regulator yang memiliki dua sisi katalik. Salah
satu sisi ikatannya untuk substrat dan yang satunya sisi regulator yang berfungsi
untuk memodulasi aktivitas enzim. Sisi allosterik memiliki ikatan nonkovalen pada
dan interaksinya bersifat reversible. Sisi allosterik ini akan mengikat senyawa
pengatur yang disebut efektor atau modulator. Enzim allosterik ini dapat dipacu atau
dihambat oleh modulatornya. Sebagai contoh mekanisme penghambatan balik pada
pengubahan L-teronin menjadi L-isoleusin yang menggunakan lima macam enzim.
Enzim yang pertama adalah dehidratase treonin (E1) akan dihambat oleh L-isoleusin
yang merupakan produk akhir dari reaksi multienzim tersebut (Lehninger, 2004).

Gambar 3.1 Aktivasi Allosterik

Berdasarkan modulasinya, enzim allosterik dibedakan menjadi dua kelompok yakni


enzim allosterik homotropik dan enzim allosterik heterotropik. Pada enzim allosterik
homotropik substrat berperan sebagai modulator. Hal ini dikarenakan subtrat identik
dengan modulator. Sementara pada enzim allosterik heterotropik, modulasinya tidak
dipengaruhi oleh substratnya sendiri.

4. Kompartementasi
Gambar 4.1 Kompartmentasi dari biosintesis NAD(P) dan Mayor NAD(P)
pada sel eukaryotik

Kompartementasi enzim akan meningkatkan efisiensi banyak proses yang


berlangsung didalam sel, karena:

1) Reaktan tersedia pada tempat dimana enzim tersedia

2) Senyawa yang akan dikonversi dikirim kearah enzim yang akan berperan
untuk menghasilkan produk sesuai yang dikehendakidan tidak disimpangkan pada
lintasan yang lain.

Hasil suatu tahap reaksi akan dibebaskan pada tempat dimana hasil ini dapat
segera dikonservasi oleh enzim berikutnya. Proses ini berlangsung terus – menerus
sampai dihasilkan produk akhirnya.

Daftar Pustaka
 Kid, 2011. Regulasi Allosterik pada Enzim.[Online]. Tesedia
: http://kid.blogspot.com/2011/12/regulasi-alosterik-pada-enzim.html
 Lehninger, Albert L.1982. Dasar-Dasar Biokimia. Erlangga: Jakarta
 Mardjono, Mahar. 2007. Farmakologi dan Terapi, Jakarta; Universitas Indonesia
Press

Anda mungkin juga menyukai