Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI I

PEMBERIAN OBAT SISTEM SARAF PUSAT PADA MENCIT

Disusun oleh:

Iman Sugesti (170801010)

Lutfiana Hani (170801011)

Riko Saomanggi (170801014)

Risti Linggar Mukti (170801015)

AKADEMI FARMASI MAHADHIKA


Jl. Suci No.9A Susukan Ciracas Jakarta Timur
Telp.(021)8400742, E-mail: akfarmhd@yahoo.co.id
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Allah SWT sebagai pencipta dan pengatur kehidupan di dunia,
karena hanya dengan berkat, rahmat, dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan laporan
ini Shalawat dan salam juga kami curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, junjungan
umat Islam, pembawa kebenaran di muka bumi.

Laporan praktikum ini merupakan sebuah tugas dalam mata kuliah Farmakologi I yang
dibuat oleh penulis guna menunjang proses belajar yang kini tengah dijalani oleh penulis.

Sekian dan terimakasih.


Contents
BAB I ....................................................................................Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN ...............................................................Error! Bookmark not defined.
A. Latar belakang ........................................................Error! Bookmark not defined.
B. Maksud dan tujuan percobaan ..............................Error! Bookmark not defined.
1. Maksud percoban................................................Error! Bookmark not defined.
2. Tujuan percobaan ...............................................Error! Bookmark not defined.
C. Manfaat percobaan .................................................Error! Bookmark not defined.
D. Prinsip percobaan ...................................................Error! Bookmark not defined.
BAB II ..................................................................................Error! Bookmark not defined.
A. Monografi Bahan ....................................................Error! Bookmark not defined.
1. Carboxy Metyl Cellulosium Natrium (CMC-Na)Error! Bookmark not defined.
2. Atropin Sulfat ......................................................Error! Bookmark not defined.
3. Efedrin HCl .............................................................Error! Bookmark not defined.
4. Propranolol HCl ......................................................Error! Bookmark not defined.
5. Pilokarpin HCl ....................................................Error! Bookmark not defined.
6. Aquadest ..............................................................Error! Bookmark not defined.
B. Uraian Hewan..........................................................Error! Bookmark not defined.
1. Karakteristik Hewan Coba ....................................Error! Bookmark not defined.
BAB III.................................................................................Error! Bookmark not defined.
A. Alat dan Bahan ........................................................Error! Bookmark not defined.
Alat : Bahan : .......................................................Error! Bookmark not defined.
B. Konversi Dosis .........................................................Error! Bookmark not defined.
C. Perhitungan Konversi Dosis ...................................Error! Bookmark not defined.
D. Cara Kerja ...............................................................Error! Bookmark not defined.
BAB IV .................................................................................Error! Bookmark not defined.
A. Hasil pengamatan penelitian ke II .........................Error! Bookmark not defined.
B. Pembahasan .............................................................Error! Bookmark not defined.
BAB V ..................................................................................Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan ..............................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sistem saraf pusat (SSP) merupakan sistem saraf yang dapat mengendalikan sistem
saraf lainnya didalam tubuh dimana bekerja dibawah kesadaran atau kemauan. SSP biasa
juga disebut sistem saraf sentral karena merupakan sentral atau pusat dari saraf lainnya.
Sistem saraf pusat ini dibagi menjadi dua yaitu otak (ensevalon) dan sumsum tulang
belakang (medula spinalis).

Sistem saraf pusat dapat ditekan seluruhnya oleh penekan saraf pusat yang tidak
spesifik misalnya hipnotik sedativ. Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat terbagi
menjadi obat depresan saraf pusat yaitu anastetik umum, hipnotik sedativ, psikotropik,
antikonvulsi, analgetik, antipiretik, inflamasi, perangsang susunan saraf pusat.

Dalam percobaan ini mahasiswa farmasi diharapkan mampu untuk mengetahui dan
memahami bagaimana efek farmakologi obat depresan saraf pusat dimana dalam percobaan
ini mahasiswa mengamati anastetik umum dan hipnotik sedativ yang diujikan pada hewan
coba mencit (Mus musculus). Obat yang digunakan untuk anastetik umum yaitu eter,
kloroform dan alkohol 96%, sedangkan untuk hipnotik sedativ digunakan diazepam dan
fenobarbital.

Adapun dalam bidang farmasi pengetahuan tentang sistem saraf pusat perlu untuk
diketahui khususnya dalam bidang ilmu farmakologi toksikologi karena mahasiswa farmasi
dapat mengetahui obat-obat apa saja yang perlu atau bekerja pada sistem saraf pusat. Hal
inilah yang melatarbelakangi dilakukannya percobaan ini.

B. Maksud percobaan

Untuk mengetahui dan memahami efek farmakologi yang ditimbulkan oleh obat yang
bekerja pada sistem saraf pusat golongan anastetik dan barbiturat pada hewan coba mencit.
C. Tujuan percobaan
1. Untuk mengetahui dan memahami efek dari obat golongan barbiturat kerja panjang
yaitu fenobarbital pada hewan coba mencit.
2. Untuk mengetahui dan memahami efek yang ditimbulkan dari pemberian obat anastesi
umum yaitu eter, kloroform dan alkohol 96% pada hewan coba mencit.

D. Prinsip percobaan
1. Anastesi umum
Penentuan efek dari pemberian obat anastesi umum yaitu eter, kloroform dan
alkohol 96% dengan melihat onset dan durasi dari efek yang ditimbulkan.
2. Hipnotik sedatif
Penentuan efek dari pemberian obat hipnotik sedativ yaitu fenobarbital dengan
melihat onset dan durasi dari efek yang ditimbulkan yaitu lamanya waktu tidur.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan berkesinambungan serta
terutama terdiri dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan
stimulus eksternal dipantau dan diatur. Susunan saraf terdiri dari susunan saraf pusat dan
susunan saraf tepi. Susunan saraf pusat terdiri dari otak (ensevalon) dan medula spinalis
(sumsum tulang belakang).
Anestetik umum adalah senyawa obat yang dapat menimbulkan anestesi atau narkosa,
yakni suatu keadaan depresi umum yang bersifat reversible dari banyak pusat sistem saraf
pusat, dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan, agak mirip dengan pingsan.
Anestetik umum digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri dan memblok reaksi serta
menimbulkan relaksasi pada pembedahan. Tahap-tahap anestesi antara lain:
1. Analgesia. Kesadaran berkurang, rasa nyeri hilang, dan terjadi euphoria (rasa nyaman)
yang disertai impian-impian yang menyerupai halusinasi. Ester dan nitrogen monoksida
memberikan analgesia yang baik pada tahap ini sedangkan halotan dan thiopental tahap
berikutnya.
2. Eksitasi. Kesadaran hilang dan terjadi kegelisahan (tahap edukasi).
3. Anestesi. Pernapasan menjadi dangkal dan cepat, teratur seperti tidur (pernapasan
perut), gerakan bola mata dan reflex bola mata hilang, otot lemas.
4. Pelumpuhan sumsum tulang. Kerja jantung dan pernapasan berhenti. Tahap ini harus
dihindari.
Anestetik umum merupakan depresan sistem saraf pusat, dibedakan menjadi anestetik
inhalasi yaitu anestetik gas, anestetik menguap dan anestetik parenteral. Pada percobaan hewan
dalam farmakologi yang digunakan hanya anestetik menguap dan anestetik parenteral.
Efek anestetik ini pada mencit/tikus antara lain dapat dideteksi dengan Touch respon,
yaitu dengan menyentuh leher mencit atau tikus dengan suatu benda misalnya pensil. Jika
mencit tidak bereaksi maka mencit/tikus terpengaruh oleh anestetik. Selain itu pasivitas juga
dapat mengindikasikan pengaruh anestesi. Pasivitas yaitu mengukur respon mencit bila
diletakkan pada posisi yang tidak normal, misalnya mencit yang normal akan menggerakkan
kepala dan anggota badan lainnya dalam usaha melarikan diri, kemudian hal yang sama tetapi
dalam posisi berdiri, mencit normal akan meronta-ronta. Mencit yang diam kemungkinan
karena terpengaruh oleh senyawa anestetik. Uji neurologik yang lain berkaitan dengan
anestetik ialah uji ringhting refleks.
Mekanisme terjadinya anesthesia sampai sekarang belum jelas meskipun dalam bidang
fisiologi SSP dan susunan saraf perifer terdapat kemajuan hebat sehingga timbul berbagai teori
berdasarkan sifat obat anestetik,misalnya penurunan transmisi sinaps, penurunan konsumsi
oksigen dan penurunan aktivitas listrik SSP.
Hipnotik atau obat tidur (hypnos=tidur), adalah suatu senyawa yang bila diberikan pada
malam hari dalam dosis terapi, dapat mempertinggi keinginan fisiologis normal untuk tidur,
mempermudah dan menyebabkan tidur. Bila senyawa ini diberikan untuk dosis yang lebih
rendah pada siang hari dengan tujuan menenangkan, maka disebut sedativa (obat pereda).
Perbedaannya dengan psikotropika ialah hipnotik-sedativ pada dosis yang benar akan
menyebabkan pembiusan total sedangkan psikotropika tidak. Persamaannya yaitu
menyebabkan ketagihan.
Istilah anesthesia dikemukakan pertama kali oleh O.W. Holmes yang artinya tidak ada
rasa sakit. Anesthesia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Anesthesia lokal, yaitu hilangnya rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran;
2. Anesthesia umum, yaitu hilangnya rasa sakit disertai hilang kesadaran. Anesthesia yang
dilakukan dahulu oleh orang Mesir menggunakan narkotik, orang Cina menggunakan
Canabis indica, dan pemukulan kepala dengan tongkat kayu untuk menghilangkan
kesadaran.

B. Uraian Bahan
1. Aquadest (Dirjen POM. 1979:96)
Nama resmi: AQUA DESTILLATA
Nama lain: Air suling
Rumus molekul: H2O
Berat molekul: 18,02
Pemerian: Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan: Sebagai pelarut
2. Eter (Dirjen POM. 1979:66)
Nama resmi: AETHER ANAESTHETICUS
Nama lain: Eter anestesi/etoksietana
Rumus molekul: C4H100
Berat molekul: 74,12
Pemerian: Cairan transparan; tidak berwarna; bau khas; rasa manis dan membakar.
Sangat mudah menguap, sangat mudah terbakar; campuran uapnya dengan oksigen,
udara atau dinitrogenoksida pada kadar tertentu dapat meledak.
Kelarutan : Larut dalam 10 bagian air; dapat bercampur dengan etanol (95%) P, dengan
kloroform P, dengan minyak lemak dan dengan minyak atsiri.
Farmakodinamika: Eter melakukan kontraksi pada otot jantung, terapi iiin vivo ini
dilawan oleh meningginya aktivitas iisimpati sehingga curah jantung tidak berubah,
eter menyebabkan dilatasi pembuluh darah kulit
Farmakokinetik: Eter diabsorpsi dan diekskresi melalui paru-paru, sebagian diekskresi
urin, air susu, dan keringat
Efek samping: Iritasi saluran pernafasan, depresi nafas, mual, muntah, salivasi
Penyimpanan: Dalam wadah kering tertutup rapat, terlindung dariicahaya; di tempat
sejuk.
Khasiat: Anestesi umum
Mekanisme kerja: eter melakukan kontraksi pada otot jantung, terapi iiin vivo ini
dilawan oleh meningginya aktivitas iisimpati sehingga curah jantung tidak berubah,
eter iimenyebabkan dilatasi pembuluh darah kulit. Eter iidiabsorpsi dan diekskresi
melalui paru-paru, iisebagian kecil diekskresi urin, air susu, dan iikeringat.
3. Kloroform (Dirjen POM. 1979:151)
Nama resmi: CHLOROFORMUM
Nama lain: kloroform
Rumus molekul: CHCl3
Berat molekul: 119,38
Pemerian:iCairan, mudah menguap; tidak berwarna; bau khas; rasa manis dan
membakar
Kelarutan:iLarut dalam lebih kurang 200 bagian air; mudah larut dalam etanol mutlak
P, dalam eter P, dalam sebagian besar pelarut organik, dalam minyak atsiri dan dalam
minyak lemah
Farmakodinamik: Kloroform dapat menurunkan stabilitas kecepatan kontraksi obat,
gelisah
Farmakokinetik:idiabsopsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna, konsentarasi
tertinggi dalam plasma dicapai iidalm waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1-3
jam, obat ini tersebar keseluruh cairan tubuh. Metabolisme oleh enzim mikrosom hati.
Sebagian parasetamol dikonjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian kecil lainnya
dengan asam iisulfat.
Efek samping: Merusak hati dan bersifat karsinogenik
Penyimpanan:iDalam wadah tertutup baik bersumbat kaca, terlindung dari cahaya
Kegunaan: Anestesi umum
Mekanisme kerja: merusak sel hati melalui metabolik reaktif yaitu iiradikal
triklorometil. Radikal ini secara kovalen iimengikat protein dan lipid jenuh sehingga
terbentuk iiperoksidasi lipid pada membran sel yang akan menyebabkan kerusakan
yang dapat iimengakibatkan pecahnya membran sel peroksidasi iilipid yang
menyebabkan penekanan pompa Ca2+iimikrosom yang dapat menyebabkan gangguan
awal iihemostatik Ca2+ sel hati yang dapat menyebabkan iikematian sel.
4. Etanol
Nama resmi: AETHANOLUM
Nama lain: alkohol, etanol, alkohol absolut, alkohol mutlak
Rumus molekul: C2H6O
Berat molekul: 46,07
Pemerian:iCairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak; bau khas;
rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap
Kelarutan: Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P, dan dalam eter P
Farmakodinamika:iDepresi SSP, penggunaan pada saat tidur dapat mengurangi waktu
tidur. Merangsang sekresi asam lambung, dan salivasi
Farmakokinetik: Absorpsi dalam lambung dan usus halus dan kolon berlangsung
cepat,uap alkohol diabsorpsi lewat paru-paru dan menimbulkan keracunan
Efek samping: Kerusakan otot, gangguan tidur, gangguan mental
Penyimpanan:iDalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya; di tempat sejuk,
jauh dari nyala api
Kegunaan: Anestesi umum.
Mekanisme kerja: merangsang sekresi asam lambung dan salivasi.
5. Fenobarbital
Nama resmi: PHENOBARBITALUM
Nama lain:Luminal
Rumus molekul: C12H12N2O3
Berat molekul: 232,24
Pemerian: Hablur atau serbuk hablur; putih tidak berbau; rasa agak pahit
Kelarutan:iSangat sukar larut dalam air; larut dalam etanol (95%) P, dalam eter P,
dalam larutan alkali hidroksida dan dalam larutan alkali karbonat
Farmakodinamik:iEfek utama adalah depresi SSP, semua tingkat depresinya dapat
tercapai mulai dari sedatif, hipnotik, berbagai tingkat anestesi, koma
Farmakokionetik:iBentuk garam natrium lebih mudah diabsorpsi dari pada bentuk
asamnya, masa kerja bervariasi antara 10-60 menit tergantung pada zat dan
formulasinya
Indikasi:iDigunakan pada narkoakalisis dan narkoterapi di klinik psikistri dan sebagai
anestesi umum yang digunakan secara intravena
Efek samping: Hang over, eksitasi, paradoksal, rasa nyeri, alergi
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik
Khasiat: Hipnotikum, sedativum
Mekanisme kerja: Merangsang kontraksijantung menurun, terjadi pernapasan perut,
kecepatan nafas naik hingga tertidur menyebabkan terjadinya miosis, bronkokontriksi,
sirkulasi darah lambat, stimulasi peristaltik dan sekresi saluran cerna
6. Na CMC (Dirjen POM. 1979: 401)
Nama resmi: NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM
Nama lain: Natrium Karboksimetilselulosa
Rumus molekul: C23H46N2O6.H2SO4.H2O
Berat molekul: 694,85
Pemerian:iSerbuk atau butiran; putih atau putih kuning gading; tidak berbau atau
hampir tidak berbau; higroskopik
Kelarutan:Mudah mendispersi dalam air, membentuk suspensi koloidal; tidak larut
dalam etanol (95 %) P, dalam eter P dan dalam pelarut organik lain
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan: Sebagai pendispersi

C. Uraian Hewan
Mencit (Mus musculus) adalah hewan pengerat yang cepat berkembang biak, mudah
dipelihara dalam jumlah banyak. Mencit dapat hidup dalam berbagai iklim baik dalam kandang
maupun secara bebas sebagai hewan liar,oleh karena itu Mencit banyak digunakan di
laboratorium. Kehadiran manusia akan menghambat aktivitas Mencit. Mencit bila
diperlakukan dengan halus akan mudah dikendalikan tetapi sebaliknya bila diperlakukan
dengan kasar akan menjadi agresif bahkan menggigit. Bila ada Mencit jantan baru dicampurkan
ke dalam kelompok yang sudah stabil susunannya, maka mereka akan berkelahi untuk
menentukan pemimpin kelompok tersebut. Mencit betina yang sedang menyusui akan
mempertahankan sarangnya dan bila anaknya dipegang oleh tangan kotor induknya akan
menggigit dan memakan anaknya. Mencit dapat mencapai umur 2 – 3 tahun. Lama kehamilan
19- 21 hari, mulai dikawinkan untuk jantan 30 hari dan betina 50 – 60 hari.
Masa pubertas : 35 hari
Masa beranak : Sepanjang tahun
Masa hamil : 19-20 hari
Jumlah sekali lahir : 4-12 ekor
Masa tumbuh : 6 bulan
Masa menyusui : 21 hari
Frekuensi kelahiran : 4 tiap tahun
Suhu tubuh : 37,9oC-39,2oC
Laju respirasi : 136-216 per menit
Tekanan darah : 147 per 106 mmHg
Volume darah : 7,3 % berat badan
Luas permukaan : 92 K3g3 dimana,
K = 11,4 dan g = berat badan.

BAB III

METODELOGI

3.1 Alat dan Bahan


1. Lima ekor mencit yang telah ditandai
2. Larutan Na CMC
3. Larutan Phenobarbital
4. Eter
5. Klorofom
6. Alkohol 96%
7. Jarum suntik
8. Jarum oral (Sonde)
9. Stopwatch

3.2 Konversi Dosis


3.3 Perhitungan Konversi Dosis

Mencit Berat Mencit Perhitungan


1. 12 gram 0,4 𝑚𝑙
(Na CMC)
2. 11 gram  Perhitungan konversi dosis manusia ke mencit
(Phenobarbital) 11
× 0,0026 = 0,00143
20

Yang diberikan untuk 20 gram = 0,67 ml


 20 g x µ = 11 x 0,67 ml
20 g x µ = 7,37 ml
7,27
µ= 20

µ = 0,37 ml ~ 0,4 ml
3. 13 gram (Eter) Secukupnya
4. 10 gram (Klorofom) Secukupnya
5. 11gram (Alkohol96%) Secukupnya

3.4 Cara Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Timbang mencit, tandai masing-masing mencit
3. Hitung dosis mencit yang dikonversi dengan dosis manusia.
4. Pisahkan mencit yang akan diberi perlakuan
5. Suntikan Phenobarbital pada mencit secara per oral, kemudian catat waktu mulai
tidur dan lama tidur (A. Hipnotik sedative)
6. Letakan mencit pada toples, kemudian masukan kapas yang telah diberi masing-
masing klorofom, eter dan alkohol 96%
7. Kemudian toples ditutup dan tunggu sampai beberapa menit kemudian tutup toples
dibuka.
8. Catat onset dan durasinya serta amati gejala yang timbul sebelum mencit
ternanastesi
9. Mencit dikeluarkan dari toples, dan ditest hilangnya rasa sakit dengan menjepit ekor
mencit dengan pinset

BAB IV

PEMBAHASAN

Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan berkesinambungan serta
terutama terdiri dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan
stimulus eksternal dipantau dan diatur .

Sistem saraf dibedakan menjadi 2 divisi anatomi yaitu sistem saraf pusat (SSP)
yang terdiri dari otak dan medula spinalis, serta sistem saraf tepi yang merupakan sel-sel saraf
yang terletak di luar otak dan medula spinalis yaitu saraf-saraf yang masuk dan keluar SSP.
Sistem saraf tepi selanjutnya dibagi dalam divisi eferen yaitu neuron yang membawa sinyal
dari otak dan medula spinalis ke jaringan tepi, serta divisi aferen yang membawa informasi
dari perifer ke SSP .
Pada percobaan pertama, menggunakan seekor mencit. Mencit diberikan NaCMC
sebanyak 0,4ml secara oral kemudian catat hasilnya. Dan dari percobaan ini diperoleh hasil
dari pemberian NaCMC dengan berat mencit 12g yaitu mencit mulai grooming di menit awal
dan gatal-gatal. Mencit terus grooming sampai menit ke 4
Pada percobaan kedua, menggunakan mencit yang disuntikan Luminal sebanyak 0,4ml
secara oral kemudian catat waktu mulai tidur dan lama tidurnya. Dari percobaan ini diperoleh
hasil dari pemberian Luminal dengan berat mencit 11g yaitu pada menit 1 grooming dan mata
mulai sayup. Mulai mengantuk pada menit ke 2 dan tertidur pada menit ke 4:36. Kemudian
mencit kembali grooming di menit ke 6, bangun kembali di menit ke 8 dan bergerak seperti
biasa di menit ke 9.
Pada percobaan ketiga, menggunakan mencit yang beratnya 13g. Caranya ambil kapas
dan teteskan eter pada kapas tsb secukupnya. Masukan kapas ke dalam toples, lalu masukan
juga mencitnya. Tutup toples dengan rapat dan catat mulai tidur dan lama tidurnya. Dari
percobaan ini diperoleh hasil yaitu pada menit-menit awal mencit mulai gelisah dan loncat-
loncat, sempoyongan dan terus gelisah. Pada menit ke 3 mencit mulai melemah + kejang, lalu
pingsan. Detak jantung makin cepat dan melemah di menit ke 9. Pada akhirnya mati di menit
ke 11. Eter memang biasanya bisa menyebabkan mencit mati pada saat uji percobaan.
Pada percobaan ke empat, menggunakan mencit yang beratnya 10g. Caranya sama
seperti percobaan menggunakan eter diatas. Hanya bedanya ini menggunakan kloroform.
Dari percobaan ini diperoleh hasil yaitu pada menit awal mata mencit mulai sayup dan
pingsan di detik 45. Tidak lama kemudian mencit mulai grooming. Lalu pingsan di menit ke 1.
Tanpa kejang, mencit mati di menit ke 2:35 . Sama hal nya seperti eter, kloroform pun bisa
menyebabkan mencit mati pada saat uji percobaan.
Pada percobaan ke lima, menggunakan mencit yang beratnya 11g. Cara nya pun sama
seperti percobaan eter dan kloroform. Hanya saja percobaan ini menggunakan alkohol 96%.
Dari percobaan ini diperoleh hasil yaitu pada menit awal mencit mulai grooming, dan di menit
1:32 mencit mulai gelisah. Grooming kembali di menit ke 2:45. Terus grooming dan gelisah di
menit ke 6. Mencit seperti cegukan pada menit ke 7 dan kembali gelisah di menit ke 8.
Begitupun seterusnya hingga menit ke 16. Lalu mencit menjadi lincah di menit ke 18 dan
mengalami vasokontriksi di menit 20, kemudian loncat2 dan kembali menjadi seperti
biasanya.

BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Fenobarbital termasuk golongan barbiturat. Barbiturat ini mempunyai efek hipnotik
sedative dan golongan barbiturat efektif sebagai obat antikonvulsi,(Syarif, et all, 2008).
Anti konvulsan adalah suatu kelompok obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati
bangkitan epilepsi (epiletic seizure) dan bangkitan non-epilepsi. AntiKonvulsi merupakan golongan
obat yang identik dan sering hanya digunakan pada kasus-kasus kejang karena Epileptik. Oleh karena
itu, anti konvulsi berhubungan erat dengan kasus epilepsi.
Pada penderita epilepsi, terkadang sinyal-sinyal untuk menyampaikan rangsangan tidak
beraktivitas sebagaimana mestinya.

Dari hasil praktikum diatas bahwa eter dan kloroform bisa membuat mencit mati. Dan
pemberian Luminal pada dosis tertentu kepada mencit membuat mencit tertidur. Dan pemberian
NaCMC menyebabkan mencit lebih sering grooming.

DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI:
Jakarta.
Dirjen POM, 2010. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI:
Jakarta.
Modul Farmakologi I. Akademi Farmasi Mahadhika: Jakarta.
Sastradipradja D, 2003. Penggunaan Hewan Coba Dalam Penelitian. Lartude
Pertanian: Bogor.

Anda mungkin juga menyukai