Anda di halaman 1dari 26

Neuro anatomi Nyeri

Definisi Nyeri
Berdasarkan panduan konsil International
Association for the Study of Pain (IASP) tahun
2008 definisi nyeri adalah
“Suatu pengalaman sensoris dan emotional
yang tidak nyaman yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau potensial
atau digambarkan sebagai adanya suatu
kerusakan”

Nyeri adalah pengalaman subyektif dan


bukan obyektif.

Pengalaman nyeri terjadi di otak bukan pada


tempat terjadinya cedera
Peran Otak
 Pada saat sinyal dari serabut nosiseptif sampai di otak, talamus akan
melanjutkan pesan secara simultan ke tiga bagian khusus otak.
 Daerah sensasi fisik yang berfungsi mengenali & melokalisasi nyeri
 Daerah perasa emosional yang menentukan derajat nyeri (sistem limbik)
 Daerah asosiatif yang menentukan arti nyeri (korteks frontalis)

 Otak secara simultan memodulasi sinyal nyeri yang datang dengan


mengirimkan sinyal balasan dari korteks serebral, diensefalon, otak
tengah, pons dan medulla.
Tujuan adanya Nyeri

 Untuk memperingatkan tubuh terhadap adanya perasaan


terbakar, robekan, tumbukan, fraktur, keracunan

 Untuk memicu penarikan secara refleks dari rangsang nyeri

 Untuk mencegah kerusakan lebih lanjut

Apa yang terjadi jika nyeri tidak hilang?


Jika nyeri masih terasa meski cedera telah sembuh maka hal ini
disebut dengan “Nyeri Kronik”.
Siklus Nyeri
Muscle atrophy &
weakness
Weight loss/gain

Pain Disability

Negative self-talk
Poor sleep
Missing work
Less active
Distress Decreased motivation
Increased isolation
Nyeri: Tanda Vital ke 5

• Nadi

• Tekanan Darah

• Temperatur Nyeri:
• Respirasi
Tanda Vital ke 5
Dampak Fisiologis Nyeri

 Respon stress umum / neuroendokrin


 Sistem Respirasi
 Sistem Kardiovaskular
 Sistem Gastrointestinal
 Sistem Genitourinaria
 Sistem Muskuloskeletal

Bonica JJ. The Management of Pain. 2nd ed. Vol. 1; 1990.


Klasifikasi Nyeri

Berdasarkan awitan (onset), maka nyeri


dapat di-kelompokkan dalam:
 Nyeri akut

 Nyeri kronik

 Breakthrough pain (Peningkatan intensitas nyeri pada kondisi nyeri


kronik).
Nyeri Patologis

• Nyeri nosiseptif (nyeri inflamasi)

• Nyeri neuropatik

• Nyeri idiopatik / nyeri psikologik


Klasifikasi Nyeri

Nyeri

Nyeri Nosiseptif Nyeri Non-nosiseptif

Nyeri Nyeri Nyeri


Nyeri
Neuropatik
Somatik Viseral Fungsional

N. Neuropatik N. Neuropatik
Perifer Central
Nyeri Nosiseptif (Nyeri Inflamasi)

Nyeri yang diakibatkan oleh kerusakan


jaringan yang secara langsung berkaitan
dengan nosiseptor
 Jika kerusakan menjadi sembuh  Bebas nyeri
 Disebut juga Adaptive Pain
Nosiseptor

 Nosiseptor merupakan ujung dari saraf yang tersebar di


seluruh tubuh dan terutama pada jaringan tubuh
 Nosiseptor mentransmisikan sinyal terkait dengan adanya
cedera, penyakit, pergerakan atau stress
 Ujung saraf khusus ini dirangsang dengan pengeluaran
senyawa nosiseptif (penyebab nyeri) yang muncul dari
pembuluh darah lokal, sel jaringan ikat yang disebut
fibroblast dan sel darah khusus di jaringan yang disebut
makrofag.
 Sewaktu bagian ujung saraf ini terangsang oleh senyawa
kimia ini maka akan mulai memicu saraf yang terhubung
dengannya untuk mengirimkan sinyal ke sumsum tulang
belakang dan otak sehingga akan muncul perasaan
nyeri.
Patofisiologi Nyeri

Nyeri Nosiseptif / Nyeri Inflamasi


 Nyeri yang ditimbulkan oleh sistem
nosiseptif akibat adanya kerusakan
jaringan / proses inflamasi
 Sensasi yang dirasakan : rasa seperti
tertusuk, robekan, rasa remuk.
 Terjadi akibat hasil aktivasi sistem sensorik
(nosiseptor) oleh rangsangan noksius
(mekanik, kimia, termal)
 Proses tersebut meliputi :
 Transduksi
 Transmisi
 Modulasi
 Persepsi
PERCEPTION
PAIN

MODULATION

TRANSMISSION

TRANSDUCTION
Jalur Nyeri
Sensory Perception
cortex

Transmission

Dorsal horn Modulation


Dorsal root
ganglia

Transduction
Pain stimulus
Peripheral nociceptors

Adapted with permission from Nicholson BD. J Am Acad Nurse Pract. 2003;15(12 suppl):3-9.
Nyeri Nosiseptif / Inflamasi
 Jaringan yang rusak akibat trauma
mengaktivasi nosiseptor yang
merupakan saraf aferen primer yang
memiliki diameter serabut yang
relatif kecil (Serabut A-delta dan C),
terdapat pada kulit, otot, sendi dan
beberapa jaringan viseral.
 Serabut A-delta dan C memiliki
reseptor spesifik yang bertanggung
jawab terhadap rangsang noksius
(mekanik, kimia, termal)
 Rangsang noksius pada serabut A-
delta dan C menyebabkan
depolarisasi pada serabut saraf
aferen.
 Pada saat terjadi depolarisasi
melibatkan reaksi dari senyawa
neurokimia yang sangat kompleks
Nyeri Nosiseptif / Inflamasi

 Aktivasi
nosiseptor
serabut saraf
aferen akan akan
mengaktifkan ion
kalsium sehingga
menyebabkan
depolarisasi pada
ujung akson
bagian distal
sehingga ion
natrium akan
masuk ke dalam
sel dan terjadi
potensial aksi
yang akan
menghantarkan
rangsang saraf ke
kornu posterior
medulla spinalis.
Nyeri Nosiseptif / Inflamasi

 Pada saat terjadinya


depolarisasi melibatkan reaksi
dari senyawa neurokimia yang
sangat kompleks
 Rangsang noksius akan
merangsang high threshold
nociceptors (serabut saraf
dengan mielin yang tipis)
 Aktivasi high threshold
nociceptors ini disebabkan
oleh senyawa kimia yang
dilepaskan akibat :
 Kerusakan jaringan
 Proses peradangan
 Saraf eferen simpatis
Nyeri Nosiseptif / Inflamasi

 Pada trauma terdapat kerusakan  Trauma akan mengaktifkan respon


jaringan. Jaringan yang rusak akan saraf eferen dengan mengeluarkan
mengeluarkan senyawa kimia : :
 Ion hidrogen  Serotonin (5-HT)
 Norepineprin  Neuropeptida (substansi P,
CGRP)
 Bradikinin
 Leukotrien
 Akibat trauma juga akan terjadi
proses inflamasi yang mengaktivasi
sel mast dan pengeluaran
mediator inflamasi :
 Histamin
 Ion Kalium
 Prostaglandin “Sensitizing Soup”
 Interleukin (IL)
 Tumor Necrosis Factor (TNF)
Peran Mediator Inflamasi
 Akibat trauma akan terjadi kerusakan sel yang menyebabkan
pengeluaran ion hidrogen dan kalium, asam arakidonat dan
bradikinin
 Ion hidrogen dan kalium akan mengaktivasi nosiseptor yang akan
menginisiasi reaksi inflamasi.
 Peningkatan kadar asam arakidonat akan mengaktivasi dan meng
”up-regulasi” enzim siklooksigenase (COX-1 dan COX-2) dan 5-
lipooksigenase
 Aktivasi enzim COX akan mengubah asam arakidonat menjadi
metabolit aktif : Prostaglandin E2 (PGE2), Prostaglandin G2 (PGG2)
dan Prostaglandin H2 (PGH2) dan Thromboxane A2 (TXA2)
 Pembentukan prostaglandin akan menyebabkan vasodilatasi dan
ekstravasasi plasma ke jaringan sekitar sehingga menyebabkan
pembengkakan dan mensensitisasi neuron aferen primer yang
menimbulkan rasa nyeri
Mekanisme nyeri nosiseptif pada otot
Peran Mediator Inflamasi
 Aktivasi enzim 5-Lipooksigenase akan mengubah asam
arakidonat menjadi Leukotrien (LTB4) dan Cystein
Leukotrien (Cys LT) yang akan mengaktifkan Sitokin
(makrofag dan sel mast)
 Aktivasi sel mast akan mengeluaran histamin yang
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga
terjadi ekstravasasi plasma ke jaringan sekitar yang
mengakibatkan pembengkakan. Sedangkan aktivasi
makrofag akan menghasilkan Interleukin dan TNF alfa
yang akan menyebabkan regulasi faktor kekebalan dan
reaksi inflamasi.
 Peran bradikinin dalam proses inflamasi adalah mirip
dengan histamin dan meningkatkan senstivitas
terhadap rasa nyeri.
Peran Mediator Inflamasi
Contoh Nyeri Nosiseptif
 Nyeri miofasial, merupakan kondisi kronik yang
mempengaruhi jaringan penghubung yang meliputi
otot (fascia)
 Spasme otot atau kram. Kontraksi otot yang nyeri ini
biasanya terjadinya mendadak namun akan hilang
dengan cepat
 Kaku leher (disebut juga tortikolis atau tortikolis
spasmodik), merupakan bentuk yang paling sering
dari “distonia fokal”, suatu keadaan tonus otot
abnormal (berlebihan atau kekurangan)
 Peradangan jaringan
 Nyeri otot
Pengobatan Nyeri Nosiseptif

 Nyeri nosiseptif cenderung untuk hilang


bila cedera sembuh, namun demikian
dapat diobati dengan analgesik, NSAID
atau opiat.
Sendi Normal & Arthritis

Anda mungkin juga menyukai