Anda di halaman 1dari 26

Luh Putu Febryana Larasanty,S,Farm.

,Apt
 Semua orang normal pasti pernah merasakan
nyeri
 Nyeri -> perasaan tidak menyenangkan, bersifat
individual dan merupakan suatu pengalaman
emosional yang berhubungan dengan adanya
suatu kerusakan jaringan.
 Nyeri dapat dibedakan menjadi 2 atas dasar
durasi serangannya :
1. Nyeri akut ( Nociceptive ) :
 Bisa somatik ataupun visceral
 Somatik :

1. nyeri dalaman (tulang, otot, jaringan ikat,


sendi )
2. nyeri permukaan (nyeri I dan nyeri II)
 Visceral : organ dalam
 Penghantaran nyeri
Rangsangan kimiawi, mekanis dan panas

Pelepasan bradikinin, K+, prostaglandin, histamine, leukotrien,


serotonin, atau subtance P

Nociceptor

Potensial aksi syaraf afferent

Spinal cord (noxious stimuli -> dorsal horn)

Thalamus sebagai relay station

SSP (korteks, otak kecil, sistem limbik)

SST -> refleks pertahanan


SSP -> reaksi pertahanan
2. Nyeri kronis ( Neuropathic ) :
 Terjadi karena pemrosesan abnormal dari
input sensori oleh SST atau SSP
 Sebab -> adanya kerusakan syaraf atau
rangsang nyeri yang menetap
 Contoh : diabetic neuropaty, gangguan tulang
belakang, nyeri kanker
 Sulit untuk diterapi
 Ada 4 sub tipe nyeri kronik :
1. nyeri yang muncul selama proses
penyembuhan normal pada injury akut
2. nyeri yang berhubungan dengan penyakit
kronis
3. nyeri tanpa penyebab organik yang jelas
4. nyeri akut dan kronis karena kanker
 Pada SSP terdapat reseptor opiat -> bila
berikatan dengan neurotransmitter dari sistem
opioid endogen akan terjadi penghambatan
impuls nyeri
 Terdapat 3 macam reseptor opioid
1. reseptor µ (mu) berperan dalam analgesia
supraspinal, depresi respirasi, euphoria,
ketergantungan.
2. reseptor к (kappa) berperan dalam analgesia
spinal, miosis dan sedasi
3. reseptor δ (delta) berperan dalam disforia,
halusinasi, stimulasi pusat vasomotor
 Nyeri akut : akut, terlokalisasi, jelas, dapat
ditangani dengan analgesik konvensional
1. Nyeri somatik : rasa tidak nyaman yang
terlokalisasi, rasa nyut – nyutan
2. Nyeri visceral : sda bila well localized

 Nyeri kronis : kronik, tidak jelas, , tidak bisa


diterapi hanya dengan analgesik konvensional
 Terdapat sensasi panas, perasaan geli, sensasi
kejut atau seperti tertembak, rasa sakit yang
berlebih
 Dapat muncul masalah psikologik,
ketergantungan atau toleransi pada analgetik,
kesulitan tidur, sensitif terhadap perubahan
lingkungan.
 Penilaian nyeri
1.VAS (Visual Analogical Scale)
px mengukur sendiri derajat nyeri yang
dirasakan. Nilai 1 – 10. makin besar angka makin
sakit
2. VRS (Verbal Rating Scale)
derajat nyeri dibedakan menjadi 4 yi, berat,
sedang, ringan, tidak terasa nyeri
 Sejarah kesehatan pasien
 Pemeriksaan fisik -> mengetahui penyakit
penyerta atau faktor pencetus nyeri
 Penilaian karakter nyeri
P : paliative factor -> what make the pain
better
provocative factor -> what make the pain
worse
Q : Quality -> describe the pain
R : Radiation -> where is the pain
S : Severity -> how does this pain compare
with other pain you have experienced
T : Temporal factor -> does the intensity of
the pain change with time ?
 Meminimalkan nyeri
 Memberikan rasa nyaman dengan
memberikan dosis efektif analgesik yang
paling rendah
 Nyeri kronis : rehabilitasi dan penyelesaian
masalah yang berkaitan dengan isu
psikososial
Terapi non farmakologi
1. terapi stimulasi
TENS : transcutaneous electrical nerve
stimulation
mengurangi nyeri pasca operasi dan trauma
2. intervensi psikologis
mengurangi tingkat stress px dan
meningkatkan pemahaman px akan nyeri
teknik lain : latihan relaksasi, imaginari,
hypnosis
 Terapi farmakologi
Agen non opioid
Digunakan untuk nyeri ringan – sedang.
Aksinya adalah dengan menghambat sistesis
mediator inflamasi yaitu prostaglandin
dengan jalan penghambatan enzim yang
terlibat yaitu enzim siklooksigenase.
Agen non opioid -> NSAID
Kemerahan Panas (kalor) Gangguan fungsi
(rubor) Nyeri
(function laesa) (dolor)
Kerusakan membran sel

Fosfolipida

Asam arakidonat
NSAID

Siklooksigenase Lipooksigenase

Prostaglandin Tromboxane Prostasiklin Leukotrin


 COX 1
1. diekspresi dikebanyakan jaringan
2. memproteksi mukosa lambung
3. terdapat diplatelet
4. ada pada kondisi normal
5. aspirin, diklofenak, as. mefenamat
 COX 2
1. diekspresi di ginjal dan otak
2. tidak terdapat di platelet
3. disintesis jika ada kebutuhan prostaglandin
4. seleksosib
5. tidak meningkatkan sekresi asam lambung
 Aspirin merupakan standar ukuran bagi smua
agen anti inflamasi. ESO pada GI >>>
 Seleksosib digunakan terutama pada px dengan
riwayat gangguan GI karena kerjanya yang
selektif pada COX2
 Ibuprofen, memiliki aktivitas inflamasi yang
besar dibanding dengan aspirin
 Parasetamol, memiliki efek antipiretik yang baik,
namun efek antiinflamasinya sangan kecil/tidak
ada
 Pemilihan NSAID harus sesuai dengan tipe nyeri
dan riwayat px
Agen Opioid
1. Agonis opioid
 Menghasilkan efek analgesi dengan mengikat
reseptor opioid, t.u. Pada daerah otak dan
spinal kord yang terlibat dalam transmisi dan
modulasi nyeri
 Tidak mempunyai ceiling effect
 Efek pada SSP meliputi : analgesia, euforia,
sedasi, depresi nafas, penekan batuk, miosis,
rigiditas trunkal, mual dan muntah
 Efek perifer : sistem kardiovaskular,
konstipasi, kontraksi otot empedu,
antidiuretik, memperpanjang waktu kelahiran,
kulit memerah dan memanas
 Morfin merupakan first line agen untuk nyeri
sedang sampai berat
 Methadone biasanya digunakan untuk nyeri
kronik dan menekan efek withdrawal pada px
yang kecanduan heroin

2. Agonis-antagonis
 Bersifat agonis, agonis parsial, atau agonis
lemah pada satu reseptor dan/atau antagonis
pada reseptor yang lain
 Punya ceilling effect
 Potensi ketergantungan yang lebih kecil
 kodein
3. Antagonis opioid
 Senyawa dengan struktur mirip agonis,
secara berkompertisi dengan agonis untuk
berikatan dengan reseptor opioid
 Tidak menimbulkan efek analgesia
 Naloxone sebagai reserve efek toksik
 Tahap I => analgesik non opiat : AINS
 Tahap II => analgesik AINS + Adjuvant
 Tahap III => analgesik opiat lemah + AINS +
Adjuvant
 Tahap IV => analgesik opiat kuat + AINS +
Adjuvant

Adjuvant
Steroid : menghambat fosfolipase A2
Antagonis kolinergik – nikotinik : relaksan otot
Antibiotik : pada nyeri infeksi
 Terapi non farmakologi
1. Perawatan psikologik dan suportif
teknik psikologik : latihan relaksasi,
imaginari
terapi suportif di luar RS
 Intensitas nyeri, perbaikan rasa nyeri, ESO ->
tergantung tipe nyeri dan cara pemberian obat
 Penilaian tiap jam untuk nyeri postoperative
atau pada eksaserbasi akut nyeri kanker
 Penilaian harian pada nyeri kronik nonmalignant
 QOL tiap px
 Pencegahan konstipasi pada penggunaan
opioid : cairan dan serat yang cukup,
penggunaan laksatif bila perlu
 Jika nyeri akut tidak bisa ditangani dalam kurun
waktu 1 – 2 minggu, perlu investigasi penyebab
nyeri

Anda mungkin juga menyukai