Anda di halaman 1dari 39

FARMAKOTERAPI SISTEM

NEUROLOGI
Obat Sistem Saraf Pusat

Dina Febrina, S.Farm., Apt.


STIKes Harapan Bangsa Purwokerto
2016

Sistem Saraf

Sistem saraf

merupakan salah
satu sistem koordinasi yang bertugas

rangsangan
dari reseptor untuk
dideteksi dan direspon
menyampaikan

oleh tubuh.

Sistem saraf memungkinkan


makhluk hidup tanggap
dengan cepat terhadap
perubahan - perubahan yang terjadi
di lingkungan luar maupun dalam.

Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus


dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:

Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls.


Pada tubuh kita yang bertindak sebagai reseptor adalah organ
indera.

Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri.


Saraf tersusun dari berkas serabut penghubung (akson). Pada
serabut penghubung terdapat sel - sel khusus yang memanjang
dan meluas. Sel saraf disebut neuron.

Efektor,

adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang


telah diantarkan oleh penghantar impuls. Efektor yang paling
penting pada manusia adalah otot dan kelenjar

Fungsi saraf

adalah sebagai berikut :

a)

Menerima rangsangan (oleh indera)

b)

Meneruskan impuls saraf ke sistem saraf pusat


(oleh saraf sensorik)

c)

Mengolah rangsangan untuk menentukan


tanggapan (oleh sistem saraf pusat)

d)

Meneruskan rangsangan dari sistem saraf pusat ke


efektor (oleh saraf motorik).

Sistem Saraf Pusat

SS
P
Sumsum
Tulang
Belakang

Otak

Otak
Berat total otak dewasa adalah sekitar

2%

dari total berat badannya atau

sekitar 1,4 kilogram dan mempunyai sekitar 12 miliar neuron.


Pengolahan informasi di otak dilakukan pada bagian - bagian khusus sesuai
dengan area penerjemahan neuron sensorik.
Para ahli mempercayai bahwa dalam
perkembangannya, otak vertebrata
terbagi menjadi tiga bagian yang
mempunyai fungsi khas.

Otak belakang berfungsi


dalam menjaga tingkah laku

Otak tengah berfungsi dalam


penglihatan

Otak depan berfungsi dalam


penciuman

(Campbell et al, 2006: 578)

Sumsum Tulang Belakang

Sumsum tulang belakang (medulla spinalis) merupakan


perpanjangan dari sistem saraf pusat.

Secara anatomis, sumsum tulang belakang merupakan kumpulan


sistem saraf yang dilindungi oleh ruas - ruas tulang belakang.
Sumsum tulang belakang merupakan kumpulan sistem saraf dari
dan ke otak.

Seperti halnya dengan sistem saraf pusat yang dilindungi oleh


tengkorak kepala yang keras, sumsum tulang belakang juga
dilindungi oleh ruas - ruas tulang belakang. Sumsum tulang
belakang memanjang dari pangkal leher, hingga ke selangkangan.

Bila sumsum tulang belakang ini mengalami cidera ditempat


tertentu, maka akan mempengaruhi sistem saraf disekitarnya,
bahkan bisa menyebabkan kelumpuhan di area bagian bawah
tubuh, seperti anggota gerak bawah (kaki)

Gangguan pada SSP

Alzheimers

Epilepsi

Parkinson

Meningitis

Alzheimers Disease

Penyakit alzheimer ditemukan


pertama kali pada tahun 1907 oleh
seorang ahli Psikiatri dan
neuropatologi yang bernama Alois
Alzheimer.

Ia mengobservasi seorang wanita


berumur 51 tahun, yang
mengalami gangguan intelektual
dan memori serta tidak
mengetahui cara kembali ketempat
tinggalnya, sedangkan wanita itu
tidak mengalami gangguan
anggota gerak,koordinasi dan
reflek.

Penyakit Alzheimers

Ganggguan sistem saraf progresif yang


menyebabkan kehilangan :

Fungsi kognitif

Penilaian

Kemampuan beralasan

Koordinasi gerakan

Pengenalan pola

Merupakan bentuk umum dari dementia (gangguan


kerusakan sel saraf yang mengakibatkan kerusakan
kognitif dan fungsi perilaku)

Penyebab Penyakit Alzheimers

Asetilkolin yang rendah dalam otak

Stimulasi yang berlebihan pada reseptor N-methyl d-aspartat (NMDA)


oleh glutamat dapat menyebabkan masuknya ion Ca secara berlebihan
ke dalam sel saraf yang kemudian memicu peristiwa biokimia yang
menyebabkan kematian sel saraf yang disebut eksitotoksisitas

Deposisi beta amyloid

Beta-amyloid mengelompok menjadi plak amiloid dalam pembuluh


darah dan diluar permukaan sel-sel saraf kerusakan sel saraf.

Stres oksidatif

Akibat radikal bebas kerusakan jaringan inflamasi

Inflamasi

Inflamasi terjadi pada daerah tertentu di otak mediator inflamasi


meningkat pembentukan plak amiloid

Tahap Penyakit Alzheimers


Gejala
Ringan

Gejala
moderat

Gejala
parah

Terlihat sehat tetapi gangguan


ingatan dan kebingungan
mulai terjadi

Kerusakan otak meluas ke


daerah yang mengatur bahasa,
beralasan, proses sensorik dan
pemikiran

Kerusakan otak sudah sampai


ke sel-sel saraf otak

Sulit belajar dan menerima


informasi baru

Dapat melakukan aktivitas


seperti biasa tapi sering
tersesat ditempat yang
biasa dituju

Kesulitan berjalan
Lupa tentang fakta masa lalu
mengarang cerita

Kesulitan melakukan aktivitas


tertentu (belanja, makan
minum teratur, dll)

Suka berteriak, menceracau,


atau berbicara ngawur
Apraksia (kesulitan
melakukan pekerjaan fisik)
dan afasia (kesulitan
berbicara dan menulis)

Terapi Penyakit Alzheimers

(Dipiro 9th ed, 2015)

(Dipiro 9th ed, 2015)

(Dipiro 9th ed, 2015)

Epilepsi
Epilepsi adalah
sindroma otak

kronis
dengan berbagai macam etiologi
dengan ciri-ciri timbulnya

serangan paroksismal
dan berkala akibat lepas
muatan listrik neuron-neuron
otaksecara berlebihan dengan
berbagai manifestasi klinik dan
laboratorik.

Patofisiologi Epilepsi

Sejumlah kecil neuron abnormal konduktasi membran yang normal


dan arus sinaptik penghambatan kemudian memecah menyebarkan
rangsangan lokal (parsial) atau lebih luas (kejang umum)

Mekanisme terjadinya epilepsi ditandai dengan gangguan paroksimal


akibat penghambatan neuron yang tidak normal atau
ketidakseimbangan antara neurotransmiter eksitatori dan inhibitori.
Defisiensi neurotransmiter inhibitori seperti Gamma Amino Butyric
Acid (GABA) atau peningkatan neurotransmiter eksitatori seperti
glutamat menyebabkan aktivitas neuron tidak normal.

Serangan kejang juga diakibatkan oleh abnormalitas konduksi kalium,


kerusakan kanal ion, dan defisiensi ATPase yang berkaitan dengan
transport ion, dapat menyebabkan ketidak stabilan membran neuron

Aktivitas glutamat pada reseptornya (AMPA) dan (NMDA) dapat


memicu pembukaan kanal Na+. Pembukaan kanal Na ini diikuti
oleh pembukaan kanal Ca2+, sehingga ion-ion Na+ dan Ca2+
banyak masuk ke intrasel. Akibatnya, terjadi pengurangan
perbedaan polaritas pada membran sel atau yang disebut juga
dengan depolarisasi. Depolarisasi ini penting dalam penerusan
potensial aksi sepanjang sel syaraf. Depolarisasi
berkepanjangan akibat peningkatan glutamat pada pasien
epilepsi menyebabkan terjadinya potensial aksi yang terus
menerus dan memicu aktivitas sel-sel syaraf.

Mekanisme yang mungkin akan menyebabkan hiperksibilitass sinkron


meliputi :

Perubahan dari saluran ion dalam membran neuron

Modifikasi biokimia reseptor

Modulasi sistem pesan kedua dan ekpresi gen

Perubahan dalam konsentrasi ion ekstraseluler

Perubahan dalam neurotransmiter serapan dan melabolisme dalam sel


glial

Modifikasi dalam rasio dan fungsi lintasan penghambatan

Ketidakseimbangan lokal antara neurotransmiter utama (glutamat, asam


-aminobutyric [GABA]) dan neuromodulator (misalnya, asetilkolin,
norepinefrin, dan serotonin)

(Dipiro 9th ed, 2015)

(Dipiro 9th ed, 2015)

Penyakit Parkinson

Penyakit Parkinson

Gangguan pergerakan yang bersifat kronis


progresif

Terjadi apabila sekelompok sel yang


menghasilkan dopamin di daerah subtantia
nigra pada otak menjadi malfungsi dan
akhirnya mati kesulitan mengontrol gerakan

Penyebab lain : viral ensefalitis, penyakit


degeneratif, gangguan struktur otak, luka
kepala, obat dan toksin

Pengobatan meningkatkan jumlah dopamin


pada otak dan sinaps, merangsang reseptor
dopamin dengan agonis reseptor dopamin
atau menghalangi metabolisme dan
pemecahan dopamin

Gejala penyakit parkinson

Gejala utama
o

Tremor

Otot kaku

Bradikinesia (gerak lambat)

Ketidakstabilan postur badan

Gejala sekunder
o

Disebabkan kekakuan otot (kehilangan ekspresi wajah,


perubahan cara bicara, kesulitan menelan)

Emosional : linglung, gangguan tidur, anxiety dan


depresi

Terapi Penyakit Parkinson

(Dipiro 9th ed, 2015)

Efek Samping

(Dipiro 9th ed, 2015)

Meningitis

Meningitis

Meningitis

Meningitis adalah peradangan pada

adalah radang pada


meningen (membran yang mengelilingi
otak dan medula spinalis) dan disebabkan
oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur
(Smeltzer, 2001)
merupakan infeksi akut
dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh
salah satu dari mikroorganisme
pneumokok, Meningokok, Stafilokok,
Streptokok, Hemophilus influenza dan
bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
selaput meningen, cairan serebrospinal
dan spinal column yang menyebabkan
proses infeksi pada sistem saraf pusat
(Suriadi & Rita, 2001).

Etiologi

Bakteri : Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae


(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.

Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.

Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering


dibandingkan dengan wanita.

Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada


minggu terakhir kehamilan.

Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi


imunoglobulin.

Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang


berhubungan dengan sistem persarafan.

Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan


yang terjadi pada cairan otak, yaitu :

Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang
disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah
Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus,
Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.

Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi
otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain :
Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis
(meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus
aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.

Patofisiologi

Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi


radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat
menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral.
Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat
meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat
menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga
menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri
dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri
dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak
(barier oak), edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial.

Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum


terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan
kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan
meluasnya hemoragi

Pemeriksaan
1.

Analisis CSS dari fungsi lumbal :

Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih
dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.

Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus
biasanya dengan prosedur khusus.

2.

Glukosa serum : meningkat (meningitis)

3.

LDH serum : meningkat (meningitis bakteri)

4.

Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri)

5.

Elektrolit darah : Abnormal.

6.

Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat


infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.

7.

MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak


ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.

8.

Rontgen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.

Terapi

(Dipiro 9th ed, 2015)

Anda mungkin juga menyukai