Anda di halaman 1dari 49

◌ Adellia Alma Az Zahra (P24840418002)

◌ Arinda Ayu Wulandari (P24840418010)


◌ Azkiya Fikriyyah (P24840418014)
◌ Elvita Permata Putri (P24840418019)
◌ Fina Annisa Akmalita (P24840418023)
◌ Hafshah (P24840418026)
◌ Khairunnisa Ramadhanty (P24840418033)
Asma adalah suatu penyakit alergi yang bercirikan
peradangan steril kronis dari alat pernapasan, yang
khas ditandai oleh aktivitas mast cells, infiltrasi dari
eosinofil dan tidak Helper (Th2) limfosit. Asma
dikenal di Mesir Kuno dan diobati dengan meminum
ramuan dupa yang dikenal sebagai kifi.
• Tahun 1930-50an, asma dikenal sebagai salah
satu dari “tujuh besar” penyakit psikosomatik.
Penyebabnya dianggap sebagai psikologis dan
pengobatanya berdasarkan psikoanalisa dan
penyembuhan dengan bicara lain.
• Para psikoanalis ini menginterpretasikan
pengidap asma sebagai tangisan yang tertahan
dari anak yang mencari ibunya, mereka
menganggap pengobatan depresi khususnya
penting untuk individu yang menderita asma.

4
 Tahun 1872 : menyimpulkan bahwa asma bisa
disembuhkan dengan menggosok dada dengan obat
gosok kloroform.
 Tahun 1873 : salah satu makalah pertama pengobatan
modern dalam subjek ini mencoba menjelaskan
patofisiologi dari penyakit itu.
 Tahun 1880 : Perawatan medis termasuk penggunaan
intravena dari obat yang disebut pilokarpin.
5
Tahun 1886, F.H. Bosworth : berteori bahwa ada hubungan
antara asma dan rinitis alergi.
Tahun 1905 : Epinefrin pertama kali digunakan dalam
pengobatan asma
Tahun 1950an : Kortisteroid oral mulai digunakan untuk
kondisi ini.
Tahun 1960an : kortisteroid hirup dan agonis beta aksi
pendek pilihan mulai banyak digunakan.
6
Obstruksisaluranrespiratori

Hiperaktivitassaluranrespiratori

Ototpolossaluranrespiratori

Hipersekresimukus
1. Obstruksi saluran respiratori

Secara garis besar, semua gangguan fungsi pada asma ditimbulkan oleh
penyempitan saluran respiratori, yang mempengaruhi seluruh struktur pohon
trakeobronkial. Salah satu mekanisme adaptasi terhadap penyempitan saluran
nafas adalah kecenderungan untuk bernafas dengan hiperventilasi untuk
mendapatkan volume yang lebih besar, yang kemudian dapat menimbulkan
hiperinflasi toraks
• Perubahan ini meningkatkan kerja pernafasan agar tetap dapat mengalirkan udara
pernafasan melalui jalur yang sempit dengan rendahnya compliance pada kedua paru.
Inflasi toraks berlebihan mengakibatkan otot diafragma dan interkostal, secara mekanik,
mengalami kesulitan bekerja sehingga kerjanya menjadi tidak optimal. Peningkatan usaha
bernafas dan penurunan kerja otot menyebabkan timbulnya kelelahan dan gagal nafas

9
2.Hiperaktivitas saluran respiratori

• Mekanisme terhadap reaktivitas yang berlebihan bronkus yang


menyebabkan penyempitan saluran napas berhubungan dengan
perubahan otot polos saluran nafas.
• Saluran respiratori dikatakan hiperreaktif atau hiperresponsif, jika
pada pemberian histamin dan metakolin dengan konsentrasi kurang
8µg% didapatkan penurunan Forced Expiration Volume (FEV1) 20%
yang merupakan kharakteristik asma.
• Stimulus seperti olahraga, udara dingin, ataupun adenosin, tidak
memiliki pengaruh langsung terhadap otot polos saluran nafas
(tidak seperti histamin dan metakolin).
• Stimulus tersebut akan merangsang sel mast, ujung serabut dan sel
lain yang terdapat disaluran nafas untuk mengeluarkan
mediatornya.
• Pada penderita asma ditemukan pemendekan dari panjang otot
bronkus yang disebabkan oleh perubahan pada aparatus kontraktil
pada bagian elastisitas jaringan otot polos atau pada matriks
ektraselularnya.
• Peningkatan kontraktilitas otot pada pasien asma berhubungan
dengan peningkatan kecepatan pemendekan otot.
• Peran dari pergerakan aliran udara pernafasan dapat
diketahui melalui hipotesis pertubed equilibrium,
mengatakan bahwa otot polos saluran nafas mengalami
kekakuan bila dalam waktu yang lama tidak direnggangkan
dan menyebabkan penyempitan saluran nafas yang
menetap atau persisten.
• Kekakuan timbul terhadap inflamasi saluran nafas,
kemudian menyebabkan timbulnya edema adventsial dan
lepasnya ikatan dari tekanan rekoil elastis.
• Mediator inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast,
seperti triptase dan protein kationik eosinofil, dapat
meningkatkan respon otot polos untuk berkontraksi.
• Mediator inflamasi yang lainnya seperti histamin.
Keadaan inflamasi ini dapat memberikan efek ke otot
polos secara langsung ataupun sekunder terhadap
geometri saluran nafas.
d.Hipersekresi mukus
• Obstruksi yang luas akibat penumpukan mukus saluran nafas hampir selalu
ditemukan pada asma dan menjadi penyebab ostruksi saluran nafas yang
persisiten
• Sekresi mukus pada saluran nafas pasien asma tidak hanya berupa
peningkatan volume saja tetapi juga perbedaan pada viskoelastisitas.
• Hipersekresi mukus merefleksikan dua mekanisme patofisiologi yaitu
mekanisme terhadap sekresi sel yang mengalami metaplasia dan hiperplasia
dan mekanisme patofisologi hingga terjadi sekresi sel granulasi.

15
1. Bronchodilator
• Agonis-β-adrenergik(β-mimetika)
• Antikolinergika
• Teofilin

2. Kortikosteroida (Anti Inflamasi)


• Glukokortikoid (inhalasi)
• Hidrokortison(injeksi)
• Prednison (tablet)

3. Anti Histamin
16
• Ketotifen
• Oksatomida
17
18
1. Mekanisme kerja Agonis-β-adrenergik
(β-mimetika)
2. Mekanisme kerja Teofilin

• Menonaktifkan atau memutuskan ikatan


fosfat sehingga CAMP akan terus meningkat
yang dimana dapat meningkatkan produksi
protein kinase A (PKA) dan akan terjadi
brokodilatasi.
3. Mekanisme Kerja Obat Kortikosteroida

• Kortikosteroid adalah pengobatan


jangka panjang yang paling efektif
untuk mengontrol asma. Obat-obat
ini mempunyai khasiat antiinflamasi
dan diindikasikan jika asma tidak
responsif terhadap terapi
bronkodilator.
• Mekanisme obat kortikosteroid yaitu dengan menghambat enzim
fospfolipase A2 sehingga tidak terbentuk asam arakidonat yang
dimana melewati jalur COX 1 atau 2 yang dapat menghasilkan
prostaglandin yang dapat menyebabkan radang.
• Contoh obatnya:
• Hidrokortison
• Prednison
• Deksametason
4. Mekanisme Kerja Obat Anti histaminika

• Obat-obat ini memblokir reseptor-histamin (H1-receptor blockers) dan dengan


demikian mencegah efek bronchokonstriksinya.
• Anti-histaminika sangat efektif terhadap sejumlah gejala rhinitis allergica
(hay fever) urticaria, kepekaan terhadap obat-obat (rash), pruritus dan
gigitan atau sengatan serangga.
• Namun, efeknya pada asma umumnya terbatas dan kurang memuaskan,
karena antihistaminika tidak melawan efek bronchokonstriksi dari mediator
lain yang dilepaskan mastcells.
• Allergen masuk, kemudian dapat mengaktifkan IL4 (interleukin) yg dpt
merangsang sel b yg dmn sel b itu dpt menghasilkan ige(imuglobin e).
• Peningkatan Ige akan menyebabkan degranulasi sel mast, kemudian akan
terbentuk histamin.
• Antihistamin bekerja pada reseptor histamin H1. Antihistamin dapat menstabilkan
reseptor dengan cara menonaktifkan atau memblokir reseptor H1. Ini akan
mengangkat efek histamin dan meredakan gejala alergi, seperti : gatal dan merah-
merah. Contoh obatnya: Ketorifen, Oksatomida.
D. PENGGOLONGAN OBAT ASMA

Berdasarkan mekanisme kerja:


1. Bronchodilator
− Agonis ß2
− Antikolinergik
− Metil Xantin
2. Anti-elergika
3. Kortikosteroid
― Agonis ß2 (salbutamol)
Efek samping. :Jantung berdebar-debar.Detak jantung yang cepat atau tak
teratur.,Gemetaran., Sakit perut. ,Nyeri dada., Batuk berdahak., Diare., Sulit
menelan., Sakit kepala, Menggigil., Demam., Mual.

Obat yang termasuk dalam golongan agonis ß2 antara lain: salbutamol, terbutalin,
fenoterol, prokaterol, dan klenbuterol, salmeterol, bambuterol dan formoterol.

Dosis :
Oral :Dosis: 2-8 mg; 3-4 kali sehari
Inhaler : Dosis: 2 kali hirup; 10-15 menit sebelum berolahraga

Indikasi
bronkospasme pada semua jenis asma bronkial, bronkritis kronik, dan emfisema.
Struktur kimia

Contoh obat:
Struktur
kimia
― Antikolinergik

Obat golongan antikolinergik ini, yaitu: ipratropium bromida, tiotropium dan


deptropin
Dosis :
Dewasa (di atas 12 tahun) dan lansia, 250–500 mikrogram sebanyak 3-4 kali sehari,
tidak melebihi 2 mg. Pada kondisi bronkospasme akut dapat diberikan 500 mikrogram
Pada anak usia 6 hingga 12 tahun, diberikan dosis 250 mikrogram dengan total dosis
harian adalah 1 mg
Pada anak usia 0 hingga 5 tahun, obat ini diberikan hanya pada kasus asma akut.
Dosis yang dapat diberikan adalah 125–250 mikrogram dengan total dosis harian 1
mg. Pemberian kedua sebaiknya dilakukan tidak kurang dari 6 jam setelah pemberian
obat pertama[6,11

Nama dagang : Atrovent, Combivent


Efek samping:
• Sakit kepala, nyeri, influenza, hingga nyeri dada.
• Pada sistem gastrointestinal dapat menyebabkan timbulnya
mual dan penurunan nafsu makan, hingga konstipasi.
• Pada saluran napas atas, dapat menyebabkan timbulnya
infeksi saluran napas atas, seperti faringitis, sinusitis, hingga
rhinitis
• Pada saluran napas bawah, dapat menyebabkan timbulnya
bronkhitis, dispnea, batuk, pneumonia hingga
bronkospasme.
Contoh obat
Struktur kimia

33
• Indikasi obat ini adalah obstruksi jalan napas reversibel, asma
akut berat, sedangkan
• Efek sampingnya: gangguan sistem saraf pusat, sakit kepala,
insomnia, tersinggung
• Contohnya : teofilin, teobromin, dan kafein
• Dosis Dewasa dan anak-anak di atas 1 tahun:
5 mg/kgBB per hari.
• contoh obat : bronsolvan
Struktur kimia :
― Anti-elergika
• Zat-zat yang berkhasiat menstabilisasi mastcells , sehingga tidak pecah
dan mengakibatkann terlepasnya histamine dan mediator peradang lain
nya.
• Contohnya: Ketotifen dan oksatomida
• Dosis
Dewasa dan anak-anak (3 tahun ke atas) : 1 mg, 2 kali sehari,
dikonsumsi saat pagi dan malam hari.
Anak-anak (usia 6 bulan-3 tahun) : 0,05 mg/kgBB, 2 kali sehari,
dikonsumsi saat pagi dan malam hari.
• Efek samping
Pusing, Sakit kepala, Mulut kering, Cystitis (peradangan
kandung kemih), Mengantuk

Struktur kimia Contoh obat :

37
3. Kortikosteroid
• Kortikosteroid adalah salah satu obat
antiinflamasi yang poten dan banyak
digunakan dalam penatalaksanaan asma.
• Contoh obat: Prednisolon
• Indikasi prednisolon adalah untuk menekan
radang dan reaksi alergi.
• Dosis :
Dewasa: 40-60mg satu atau dua kali sehari selama 3-10 hari
atau lebih.Anak-anak usia 0-11 tahun: 1-2mg/kg per hari selama 3-
10 hari. Dosis maksimal per hari adalah 60mg.

• Efek samping
Sakit perut atau gangguan pencernaan., Mual., Infeksi jamur.,
Bingung.. Susah tidur., Berat badan bertambah., Merasa letih atau
lemah., Luka tidak cepat sembuh., Menstruasi tidak teratur.
Struktur kimia
Contoh obat:
E. IDENTIFIKASI

41
1. DEKSAMETASON
• Pemerian hablur atau serbuk hablur ; putih atau hamper putih ; tidak berbau; rasa
agak pahit
• Kelarutan praktis tidak larut dalam air ; larut dalam 42 bagian etanol (95%) P dan
dalam 165 bagian kloroform
• Identifikasi Panaskan 0,5 mL campuran kromat – asam sulfat P dalam tabung kimia
kecil dalam tangas air selama 5 menit; larutan membasahi dinding tabung dan tidak
berlemak. Tambahkan 2 mg atau 3 mg zat uji, panaskan dalam tangas air selama 5
menit; larutan tidak membasahi dinding tabung dan sukar dituang  reaksi
backman
• Khasiat adrenoglukokortikoidum 42
2.PREDNISOLON
• Pemerian serbuk hablur ; putih atau hamper putih; tidak berbau; rasa pahit
• Kelarutan sangat sukar larut dalam air; agak sukar larut dlam etanol (95%)
P dan dalam aseton P; sukar larut dalam kloroform P; larut dalam methanol P
dan dalam dioksan P
• Identifikasi lebih kurang 2 mg larutkan dalam 2 ml asam sulfat P, biarkan
5 menit, terjadi warna merah anggur intensif tidak berfluorosensi. Encerkan
dengan 10 ml air; warna hilang dan terbentuk endapan warna kelabu
• Khasiat adrenoglukokortikoidum
43
3. TEOFILLIN
• Pemerian serbuk hablur ; putih ; tidak berbau ;
pahit ; mantap di udara
• Kelarutan larut dalam lebih kurang 180 bagian
air; lebih mudah larut dalam air panas; larut
dalam lebih kurang 120 bagian etanol (96%) P,
mudah larut dalam larutan alkali hidroksida
dan dalam ammonia encer P
44
• Identifikasi
a. larut dalam lebih kurang 10 mg dalam cawan porselen ,
tambahkan 1 ml asam klorida P dan 10 tetes larutan
hidrogenperoksida P, apkan diatas tangas air hingga
kering: jika ditempatkan di atas wadah yang berisi
beberapa tetes ammonia encer P, sisa warna ungu, yang
hilang dengan penambahan larutan alkali  reaksi
murexid
b. larutan jenuh dingin membentuk endapan putih dengan
larutan asam tanat P yang larut dalam larutan asam tanat
P berlebih
• Khasiat spasmolitikum bronkial
4. AMINOFILLIN
• Pemerian butir atau serbuk ; putih atau agak kekuningan ; bau lemah
mirip amoniak ; rasa pahit
• Kelarutan laarut dalam lebih kurang 5 bagian air, jika dibiarkan
mungkin menjadi keruh ; praktis tidak larut dalam etanol (95%) P
dan dalam eter P
• Identifikasi larutkan lebih kurang 1 g dalam 10 mL air, netralkan
dengan asam klorida encer P; terbentuk endapan putih. Sarig cuci
endapan dengan air . keringkan pada suhu 105o; suhu lebur endapan
lebih kurang 272o dan memenuhi idenntifikasi A dan B yan tertera
pada theophyllinum
• Khasiat bronkodilator
47
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto A. 2012. Patofisiologi Asma Pada Anak [skripsi]. Jakarta(ID): Universitas Trisakti
Bertram G. Katzung . 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik buku 1 ., bagian farmakologi
fakultas kedokteran universitas Airlangga .jakarta. Salemba Medika.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia edisi 3.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Tania Savitri . 2017. Salbutamol di https://hellosehat.com/obat/salbutamol/ ( akses 20
april 2019 )
dr.Tania Savitri . 2017. Theophylline di https://hellosehat.com/obat/theophylline-2/ ( akses 20
april 2019)
TAN HOAN TJAY & DRS.KIRANA RAHARDJA . 2015 . Obat-obat penting . Jakarta. PT Alex
Media Komputindo
ENI DIAN ASTUTIK . 2009 . Kajian Penggunaan Obat Golongan Kortikosteroid Pada Pasien
Asma Pediatri DI Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang BOYOLALI TAHUN 2008 [ Skripsi ]
.Surakarta . Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
DAFTAR PUSTAKA

Staf pengajar laboratorium farmakologi Fakultas kedokteran Universitas Sriwijaya . 1994. Buku
Bantu Farmakologi . Jakarta. Buku Kedokteran EGC
Thay, Tan Hoan dan Rahardja. Kirana Kirana. 2015. Obat-obat penting. Jakarta : PT Alex Media
Komputindo
Triyani . 2010. Evaluasi Penggunaan Obat Asma Pada Pasien Asma di Instalasi Rawat Inap
RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2009 [ Skripsi ] . Surakarta . Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Rozaliyani, Anna dkk. 2011. Mekanise Resistens Korikosteroid pada Asma, Jakarata: Pulmonologi dan
ilmu kedokteran respirasi FKHU_RS Persahabatan
https://www.google.com/url?sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwjV3OPK3vfhAhUi63MBHTzFDWIQjhx6
BAgBEAI&url=http%3A%2F%2Fwww.cdkjournal.com%2Findex.php%2FCDK%2Farticle%2Fdownload%2F97%2F
92&psig=AOvVaw21snPMLDZR3ds0RxjirOkE&ust=1556710722048905
https://www.pharmawiki.ch/wiki/index.php?wiki=antihistaminika

Anda mungkin juga menyukai