Abstract: It is undeniable that gender inequality still occurs especially in the developing world. This inequity
occurs in various fields of human life, among others in the fields of education, social, and economic. Gender
inequality that occurs mainly in the field of education is influenced by various factors: cultural factors, patriarchy,
sociology and psychology. The imbalance also affects the life of the nation and the state. To that end, this study
discusses the factors that cause the occurrence of gender inequality and the impact that would occur if gender
inequalities allowed to drag and solutions that are expected to be applied so that gender inequality can be reduced
or even eliminated.
Keyword: gender inequality, education, causes, impact
Abstrak: Tidak bisa dipungkiri bahwa ketidaksetaraan gender masih saja terjadi terutama di negara-negara yang
sedang berkembang. Ketidak setaraan ini terjadi di berbagai bidang kehidupan manusia, antara lain di bidang
pendidikan, sosial, dan ekonomi. Ketidaksetaraan gender yang terjadi terutama dibidang pendidikan dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor yaitu faktor budaya, patriaki, sosiologi dan psikologi. Ketidak seimbangan tersebut
juga berdampak terhadap kehidupan bangsa dan negara. Untuk itu, penelitian ini mendiskusikan tentang faktor-
faktor penyebab terjadinya ketidaksetaraan gender dan dampak yang akan terjadi jika ketidak setaraan gender
dibiarkan berlarut-larut serta solusi yang diharapkan dapat diaplikasikan sehingga ketidaksetaraan gender dapat
dikurangi atau bahkan dihapuskan.
Kata Kunci: Ketidaksetaraan gender, pendidikan, penyebab, dampak
53
marwah Vol. XII No. 1 Juni Th. 2013
Dr. John Dewey menyatakan Pendidikan Sehubungan dengan itu, jalur pendidikan
adalah suatu proses pengalaman. Karena yang diawali dari rumah menjadi sebuah
kehidupan adalah pertumbuhan, pendidikan starting level bagi seorang anak untuk menjadi
berarti membantu pertumbuhan batin tanpa berpotensi seperti ditargetkan oleh undang-
dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan ialah undang di atas. Oleh karenanya, seorang ibu
proses menyesuaikan pada tiap-tiap fase idealnya memiliki pendidikan yang memadai
serta menambahkan kecakapan di dalam demi berkembangnya kemampuan dan
perkembangan seseorang. Sedangkan Prof. keterampilan seorang anak. Maka, pendidikan
H. Mahmud Yunus berpendapat bahwa bagi perempuan adalah sebuah kemestian.
Pendidikan adalah usaha-usaha yang sengaja Pepatah lama mengatakan, keberhasilan
dipilih untuk memengaruhi dan membantu suatu bangsa tergantung kepada wanitanya.
anak dengan tujuan peningkatan keilmuan, Wanita-wanita yang cerdas tentu akan
jasmani dan akhlak sehingga secara bertahap melahirkan anak-anak penerus bangsa yang
dapat mengantarkan si anak kepada tujuannya cerdas pula. Bahwa pendidikan bagi seorang
yang paling tinggi. Agar si anak hidup bahagia, perempuan merupakan hal yang krusial demi
serta seluruh apa yang dilakukanya menjadi mewujudkan bangsa yang lebih baik.
bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. Sayangnya, P.Todaro3 menyatakan
Sedangkan menurut Undang-undang no bahwa di hampir setiap negara berkembang-
12 tahun 2012 menyatakan bahwa: Pendidikan termasuk Indonesia-anak perempuan
adalah usaha sadar dan terencana untuk menerima pendidikan yang jauh lebih sedikit
mewujudkan suasana belajar dan proses dibandingkan anak laki-laki. Tercatat di 66
pembelajaran agar peserta didik secara aktif dari 108 negara, jumlah anak perempuan
mengembangkan potensi dirinya untuk setidaknya berkisar 10 persen, dibandingkan
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, dengan jumlah anak laki-laki. Adanya istilah
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, educational gender gap atau kesenjangan
akhlak mulia serta keterampilan yang pendidikan antargender yang paling tinggi
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan ditemukan di negara-negara termiskin
negara.2 sedangkan secara regional tersebar di Timur
Dari pengertian yang dipaparkan diatas Tengah dan Afrika Utara. Lebih lanjut ia
jelas bahwa pendidikan diharapkan mampu mengemukakan bahwa kemampuan anak
mengubah seseorang menjadi perilaku yang perempuan dalam baca tulis lebih rendah
dapat melejitkan kemampuan dirinya di 29 persen dibandingkan dengan anak laki-
segala lini kehidupan. Dari sebuah pendidikan laki. Meski ada kemajuan, namun tetap
diharapkan manusia tersebut memiliki terjadi kesenjangan yang nyata antara anak
keahlian, keterampilan serta akhlak mulia perempuan dan anak laki-laki.
yang dapat menjadi bekal baginya dalam Sementara, fakta dari UNICEF menyatakan
meniti kehidupan. Kelak ketika ia menjadi bahwa data dari Departemen Pendidikan
panutan sebagai orang tua, mampu mendidik terdapat kesenjangan pendidikan antara
anak-anaknya sebagai penerus generasi anak laki-laki dan perempuan.4 Dari 10 anak
berikutnya. yang putus sekolah di tingkat Sekolah Dasar
terdapat enam anak perempuan dan empat
54
Harum Natasha: Ketidaksetaraan Gender Bidang Pendidikan: Faktor Penyebab, Dampak, dan Solusi
anak laki-laki. Sedangkan pada tingkat Sekolah memutus lingkaran setan kemiskinan serta
Menengah Pertama dari 10 anak yang putus pendidikan yang tidak memadai.
sekolah terdapat 7 anak perempuan dan 3 anak Fakta ini tentu merupakan realita yang
laki-laki.5 Data ini jelas membuktikan adanya menuntut penulis untuk lebih jauh mencari
ketidakseimbangan tingkat pendidikan antara tahu, apakah faktor-faktor penyebab terjadinya
anak perempuan dan anak laki-laki. ketidaksetaraan gender yang ada khususnya di
Sebuah rangkuman Bank Dunia tentang Indonesia? Apakah dampak yang akan terjadi
Pembangunan Berspektif Gender6 menyatakan jika ketidaksetaraan gender ini tidak segera
bahwa ketidaksetaraan gender di bidang dicari solusinya? Serta apakah solusi yang
pendidikan dan kesehatan banyak terjadi terbaik untuk setidaknya mengurangi angka
di kalangan masyarakat miskin. Di negara- ketertinggalan anak perempuan dibandingkan
negara berkembang yang berpenghasilan anak laki-laki di bidang pendidikan?
rendah, terjadi penurunan angka pendaftaran
ke sekolah-sekolah. Hal ini tentu sungguh METODE PENELITIAN
sangat disayangkan, karena akan memberikan Penelitian ini termasuk ke dalam
pengaruh yang tidak baik di negara-negara penelitian kualitatif. Metode kualitatif
yang sedang berkembang ini. melibatkan kumpulan analisis data non angka
Dipandang dari sudut ekonomis, yang didapatkan dari observasi, interview,
pendidikan untuk perempuan dianggap rekaman, dokumen, dan semacamnya.8 Gay
penting dikarenakan oleh empat alasan.7 menyatakan bahwa penelitian dengan metode
Pertama, tingkat pengembalian atau rate of kualitatif mendefenisikan masalah atau
return dari pendidikan kaum wanita lebih tinggi pertanyaan penelitian dengan melakukan
dari pada tingkat pengembalian pendidikan pendekatan interpretif untuk menarasikan
pria di kebanyakan negara berkembang. gambaran variabel dan konteksnya.
Kedua, adanya peningkatan pendidikan Sedangkan Cresswell9 menyatakan
pada kaum wanita menaikkan produktivitas bahwa metode penelitian kualitatif adalah
di lahan pertanian dan juga meningkatkan suatu proses penelitian dan pemahaman
partisipasi tenaga kerja, pernikahan yang yang berdasarkan pada metodologi yang
lebih lambat, fertilitas yang lebih rendah menyelidiki suatu fenomena sosial dan
dan juga perbaikan kesehatan dan gizi anak- masalah manusia. Pada penelitian ini, peneliti
anak. Ketiga, kesehatan dan gizi anak-anak membuat suatu gambaran kompleks, meneliti
yang lebih baik serta ibu yang lebih terdidik kata-kata, laporan terinci dari pandangan
akan memberikan dampak pengganda atau responden, dan melakukan studi pada situasi
multiplier effect terhadap kualitas anak bangsa yang dialami.
selama beberapa generasi ke depan. Keempat,
Seperti dijelaskan di atas, maka penelitian
karena kaum wanita memikul beban terbesar
ini menggunakan metode kualitatif dengan
dari kemiskinan dan kelangkaan lahan garapan
pendekatan kepustakaan yang akan
yang ada di masyarakat di negara berkembang,
membuat deskripsi atau gambaran tentang
maka perbaikan yang signifikan dalam peran
ketidaksetaraan pendidikan perempuan
dan status wanita melalui pendidikan akan
dengan laki-laki. Faktor-faktor penyebab
mempunyai dampak yang penting dalam
55
marwah Vol. XII No. 1 Juni Th. 2013
56
Harum Natasha: Ketidaksetaraan Gender Bidang Pendidikan: Faktor Penyebab, Dampak, dan Solusi
di sebagian daerah di Indonesia. Ini tentu rumah tangga sehingga sebaiknya tidak
merupakan suatu hal yang harus ditelaah dibebankan oleh pendidikan. 2) Walaupun
lebih jauh tentang faktor-faktor apa sajakah ada kesempatan namun jika terbentur masalah
yang menyebabkan hal ini terjadi. Perlu pula biaya, maka anak laki-laki harus didahulukan
diteliti lebih jauh dampak yang akan terjadi dalam mengecap pendidikan. 3) Jika telah
jika fakta ini dibiarkan berlarut-larut terjadi di menikah dan punya anak, maka si perempuan
negara kita serta solusi yang perlu diterapkan. harus menghentikan proses pendidikannya
dengan alasan kepentingan keluarga.
Faktor-faktor Penyebab terjadinya
Sementara wakil Ketua DPR RI-Melani
Kesenjangan Pendidikan pada Perempuan
Leimena-menyebutkan bahwa kaum wanita
Sebuah media online memberitakan bahwa perkotaan telah mendapatkan kesetaraan
Umiyatun Hayati Triastuti, seorang Staf Ahli gender diberbagai bidang, khususnya dibidang
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan pendidikan, namun wanita-wanita di pedesaan
Nasional/Kepala Bappenas, dalam sebuah masih banyak mengalami ketimpangan dalam
acara Talk Show di Bandung menyatakan bidang pendidikan yang memang disebabkan
bahwa penyebab terjadinya kesenjangan oleh tradisi daerah setempat-wanita sebagai
gender adalah adanya nilai sosial serta budaya pengurus rumah tangga.15 Sedangkan sebuah
patriakal.12 Selanjutnya ia juga menyatakan artikel dari media online lainnya menyatakan
bahwa sebagian masyarakat di Indonesia masih bahwa adanya seterotipe di dalam masyakarat
menganut pemahaman agama yang bersifat yang masih tertanam kuat tentang apa yang
parsial sehingga menyebabkan ketidakadilan patut dan tidak sepatutnya dilakukan oleh
dalam memperlakukan manusia menurut seorang wanita, juga menjadi faktor penyebab
gendernya. Hal ini didukung oleh Meutia terjadinya ketidaksetaraan antara pria dan
Hatta13 bahwa kuatnya budaya patriarki wanita.16 Pendapat ini menekankan perbedaan
menyebabkan pemikiran bahwa adalah kesia- antara pria dan wanita, bahwa ada hal-hal
siaan menyekolahkan anak perempuan ke yang seharusnya tidak dilakukan oleh wanita.
jenjang yang lebih tinggi. Beliau menuturkan Bahwa hal-hal tersebut hanya bisa dan boleh
bahwa setinggi-tinggi perempuan bersekolah, dilakukan oleh kaum pria. Wanita dianggap
akhirnya masuk dapur juga. Pemikiran seperti lemah, wanita dianggap tabu, dan wanita
ini tentu merupakan pemikiran yang sangat dianggap hanya pantas melakukan pekerjaan
picik di era yang sudah semakin berkembang rumah tangga hingga tidak memerlukan
di masa ini. Paham inilah yang akan tingkat pendidikan yang sama tingginya
menjadikan bangsa kita jalan ditempat atau dengan kaum pria.
yang lebih buruk adalah semakin terpuruk ke
Sedangkan Nursyam17 juga menyatakan
dalam ketertinggalan.
beberapa point penting senada yang menjadi
Lebih jauh Mutia14 menyatakan beberapa penyebab utama terjadi ketidaksetaraan
faktor lainnya yang mengakibatkan seorang gender di bidang pendidikan. Pertama, adanya
anak perempuan memiliki pendidikan yang pandangan secara agama bahwa kaum wanita
lebih rendah dibandingkan anak laki-laki merupakan bagian dari kaum pria. Hal ini
adalah sebagai berikut: 1)Adanya tradisi bahwa berarti bahwa pria dikatakan menjadi seorang
seorang anak perempuan adalah pengurus yang superior sedangkan wanita adalah
57
marwah Vol. XII No. 1 Juni Th. 2013
kaum inferior yang berpjak kepada kaum dari kaum perempuan masih sangat
pria adalah pemimpin bagi kaum wanita. menjunjung kultur patriarki. Kultur
Kedua, berdasarkan pandangan sosiologis inilah, yang membuat perempuan
yang menyatakan bahwa seorang wanita di dinomorduakan untuk memasuki akses
segala hal ditempatkan di rumah. Sehingga pendidikan. Sangat disayangkan, bahwa
fakta ini tidak mendukung wanita untuk kultur ini diikuti dan diterima masyarakat
perlu berpendidikan tinggi. Ketiga, adanya luas sebagai hal yang pantas, bahkan bagi
pandangan psikologis mengenai kedudukan perempuan itu pribadi.
wanita sebagai istri yang mendampingi 2. Sistem struktur sekolah kurang
suami tanpa membutuhkan pendidikan yang memberikan kesempatan bagi perempuan
lebih. Hal ini didukung oleh pandangan
baheula bahwa kawin muda lebih terhormat Momok tentang pendapat masyarakat
dibandingkan menjadi seorang perawan tua. bahwa perempuan tidak perlu sekolah
Adanya semacam ketakutan bagi para orang tinggi-tinggi bahkan ironisnya Pendapat
tua jika anak perempuannya lama mendapat yang mengatakan perempuan tak perlu
jodoh, yang jauh berbeda perlakuannya sekolah tinggi menjadi virus yang masih
terhadap anak pria. Keempat, pandangan menyebar di sekolah, dalam sistem
budaya masyarakat yang menganut paham struktur sekolah, lanjut Arief.
bahwa perempuan bukanlah sosokmanusia 3. Lemahnya kesetaraan gender
yang memerlukan pendidikan yang lebih.
Istilah Kesetaraan gender ternyata belum
Bahkan buruknya, perempuan dianggap
didukung oleh kebijakan-kebijakan
sebagai pelengkap pria saja. Kelima, menurut
yang tercantum pada kelembagaan
pandangan ekonomi, ada banyak perempuan
negara. Lemahnya kesetaraan gender
yang tidak melanjutkan pendidikan
ini memerlukan resolusi politik yang
disebabkan oleh ketidakmampuan ekonomi.
menopang dan mengusung ke-equal-an
Sehingga ketika ada anak pria dan wanita
gender yang termaktub dalam kebijakan
maka, didahulukanlah anak pria untuk
kelembagaan negara. Peraturan di daerah
melanjutkan pendidikan ke tingkat yang
misalnya, masih banyak yang belum
lebih tinggi. Sedangkan perempuan segera
mengusung kesetaraan dan keadilan
dinikahkan untuk melepas beban ekonomi
gender dari segi gaji perempuan dan lelaki.
keluarga.
Cuti kepada lelaki saat istri melahirkan
Prof. Dr. Arief Rahman, M.Pd.-Ketua juga belum diusung dalam peraturan
harian Komisi Nasional Indonesia untuk daerah, padahal peran ayah dibutuhkan
UNESCO juga mengemukan lima faktor pada masa melahirkan, kata Arief.
yang menjadi penyebab terhambatnya kaum
4. Manajemen rumah tangga belum
perempuan untuk melanjutkan pendidikan18:
seimbang, perempuan lebih mengalah
1. Kultur yang menomorduakan perempuan
Perempuan cenderung bersifat mengalah
Arief menyatakan, perempuan Indonesia demi mengurus anak serta keluarga.
memiliki semangat tinggi untuk meraih Akhirnya, keinginan untuk meraih gelar
pendidikan tinggi, namun sebagian S2 atau S3, misalnya, tertunda atau bahkan
58
Harum Natasha: Ketidaksetaraan Gender Bidang Pendidikan: Faktor Penyebab, Dampak, dan Solusi
dibatalkan demi peran sebagai ibu. Arief kaum yang lemah yang harus manut dan turut
menegaskan, dengan adanya manajemen apa kata suami. Kaum perempuan tempatnya
rumah tangga yang lebih baik, perempuan adalah dirumah serta tidak memerlukan
dan lelaki memiliki kesempatan yang pendidikan yang tinggi demi kelangsungan
sama. Baik dalam mengurus rumah tangga hidup berumah tangga.
maupun dalam mengembangkan dirinya. Kebudayaan dan kepercayaan tentang
5. Kesepakatan pasangan yang melemahkan anak perempuan yang harus mengalah
perempuan dibandingkan anak laki-laki masih tertanam
Saat masih berpasangan, pada kasus kuat di pemahaman masyarakat kita. Seperti
tertentu, kata Arief, masih terdapat yang dituliskan oleh Ike Herdiana19 bahwa
perempuan yang terbatasi untuk ketimpangan gender disebabkan oleh adanya
mengembangkan diri. Misalnya, pria konstruksi sosial dan buadaya. Ditengah
akan menikahinya, dengan memberi modernisasi yang semakin kuat, masyarakat
kita masih saja memegang teguh mitos-mitos
syarat ia harus mengurus rumah tangga
saja. Kesepakatan pasangan yang dibuat lama yang menyatakan kekuatan pria dan
sebelum menikah, bahkan menjadi syarat kelemahan wanita. Bahwa pekerjaan wanita
menikah, lantas membuat perempuan tidak sepatutnya dikerjakan oleh pria, begitu
terbatasi geraknya. Masalah semacam juga sebaliknya. Paham-paham lama yang
ini tidak lantas terjadi pada setiap orang, seperti inilah yang membuat ketidaksetaraan
dan sifatnya berbeda setiap kasus. gender semakinj mengakar kuat di lingkungan
Prinsipnya, ada kesepakatan tertentu masyarakat kita.
yang dibuat untuk perempuan yang
Dampak Ketidaksetaraan Gender di Bidang
kemudian membatasi ruang gerak dan
Pendidikan antara Kaum Perempuan dan
kemandiriannya untuk berkembang.
Kaum Laki-laki
Persoalan kesetaraan gender perlu diatasi
tidak hanya dari sisi kultural, namun juga Adanya kesenjangan yang terjadi
perlu ada kebijakan yang tertuang dalam antara kaum perempuan dan kaum laki-
struktur, jelas Arief. laki khususnya dibidang pendidikan akan
menimbulkan dampak yang sangat beragam.
Faktor-faktor yang menyebabkan
Berkaitan dengan perempuan sebagai sekolah
ketidaksetaraan gender khususnya dibidang pertama bagi anak-anak generasi penerus
pendidikan yang terjadi di kalangan
bangsa tentu menjadi sebuah warning bagi kita
masyarakat kita saat ini sungguh merupakan semua. Hal ini mengingatkan kembali kepada
sebuah rahasia umum. Hal ini tidak filosofi bahwa jika wanita pada suatu tatanan
dipungkiri lagi bahwa pemahaman dan sosial itu tidak baik maka tidak baik pula
pemikiran di atas masih mewabah terutama anggota-anggota dari tatanan sosial tersebut.
dikalangan masyarakat ortodok yang masih Berangkat dari filosofi ini perlu diketahui
sangat menjunjung tinggi budaya-budaya dampak apa sajakah yang dapat terjadi
yang mendekati kepercayaan leluhur lama. ketika kaum perempuan tidak terpenuhi
Masyarakat yang masih menganut paham kebutuhannya akan pendidikan.
patriakat, dimana kaum perempuan adalah
59
marwah Vol. XII No. 1 Juni Th. 2013
60
Harum Natasha: Ketidaksetaraan Gender Bidang Pendidikan: Faktor Penyebab, Dampak, dan Solusi
61
marwah Vol. XII No. 1 Juni Th. 2013
62
Harum Natasha: Ketidaksetaraan Gender Bidang Pendidikan: Faktor Penyebab, Dampak, dan Solusi
63
marwah Vol. XII No. 1 Juni Th. 2013
64