Anda di halaman 1dari 13

RENDAHNYA PENDIDIKAN DAN IMAN TERHADAP ANAK-ANAK DAN KAUM

PEREMPUAN DI HKBP SINGAI BANTAL DAN SDS SENDING HKBP PULAU


RUPAT

(Study Penelitian Sungai Bantal Resort Kacak pulau Rupat)

Oleh: Riahdo Safitri Sihotang

I. Pendahuluan

Pendidikan adalah sebuah keharusan. Sreenivasulu menjelaskan bahwa pendidikan


merupakan sesuatu yang penting untuk membangun pengetahuan dan keterampilan intelektual
bagi manusia. Dikatakan bahwa pendidikan sebagai ‘’essencial of human virtue’’ yang
bermakna bahwa Pendidikan merupakan kebijakan manusia yang paling esensial dan dasar
untuk berkehidupan yang baik dimasa depan. Pendidikan juga merupakan salah satu proses
transformasi pembangunan mendasar yang berperan penting dalam pergerakan pembangunan.
Oleh sebab itu pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap keadaan lingkungan dan
kehidupan sosial masyarakat itu sendiri yang dimana ditandai dengan adanya perubahan sikap,
pola pikir, yang dilakukan oleh setiap masyarakat tersebut dalam berkontribusi dibidang
pembangunan. Namun pada kenyataannya, pendidikan di Indonesia sekarang ini masih
menunjukkan kualitas yang rendah. Kenyataan yang justru terjadi dengan pendidikan di negara
yang begitu luas ini adalah pendidikan tidak merata ke seluruh penjuru nusantara, kesenjangan
pendidikan masih dirasakan oleh anak-anak di Sungai Bantal, Kec. Pulau Rupat Kab.
Bengkalis.
Seperti mana yang penulis amati pada masyarakat atau penduduk Sungai Bantal
kebanyakan anak-anak disana masih kurang perhatian dalam pendidikan dimana kurangnya
tenaga pendidik dan kurangnya kepedulian orangtua dalam mengajar anak-anaknya di rumah.
Tentunya hal ini berdampak terhadap tingkat kualitas dan kesejahteraan anak-anak di Sungai
Bantal dan akibat rendahnya kualitas pendidikan di Sungai Bantal menyebabkan sumber daya
manusia yang rendah pula sehingga membuat Desa tersebut menjadi sulit untuk berkembang
dan menjadikan Desa ini sebagai salah satu desa yang tertingal terutama dalam bidang
pendidikannya.

1
II. Pembahasan

2.1. Etimologi Pendidikan

Secara etimologi kata pendidikan dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin decure berarti
menuntun, mengarahkan dan memimpin dan awalan e berarti keluar. Maka berasalkan asal
kata, pendidikan berarti kegiatan “menuntun keluar” Lawrence Cremin mendefinisikan
pendidikan sebagai usaha sengaja, sistematis, dan terus menerus untuk menyampaikan,
menimbulkan atau memperoleh pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, atau kepekaan-kepekaan,
juga setiap akibat dari usaha tersebut. maka dalam pandangan ini, pendidikan selalu
mewajibkan kesengajaan. Alfred North Whitehead mengatakan bahwa pendidikan adalah
bimbingan bagi individu untuk memahami seni kehidupan. Whitehead menekankan bahwa
pendidikan mewajibkan pendekatan holistik terhadap manusia untuk memperhatikan seni
kehidupan.1

2.2. Pengertian Anak

Anak adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa harus dijaga, dibina
dengan baik dan penuh kasih sayang, karena anak juga memiliki harkat, martabat dan hak yang
harus junjung tinggi dan dilindungi, supaya dimasa mendatang anak tersebut dapat berguna dan
bermanfaat bagi sesama dan bagi bangsa. Anak memiliki kondisi emosional yang belum stabil
dan memiliki mental yang masih dalam tahap pencarian jati diri, sehingga anak harus
mendapatkan pengawasan dan bimbingan dalam setiap periode pertumbuhannya sehingga anak
tersebut dapat memiliki mental dan perilaku yang baik, namun jika anak dalam proses tumbuh
- kembangnya tidak dalam bimbingan dan pengawasan maka anak akan mudah terpengaruh
dengan berbagai macam perilaku-perilaku negatif seperti anak tersebut menjadi nakal, malas,
senang berkelahi, mabuk, dan berbagai kenakalan lainnya yang dapat merugikan diri sendiri
dan orang lain.2

1 Thomas Groome, Christian Religious Education, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2018), hlm. 5, 29-30.
2 M.Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), 1.
2
Anak adalah generasi penerus yang akan datang. Baik buruknya masa depan tergantung
pada baik buruknya kondisi anak saat ini. Berkaitan dengan hal itu, maka perlakuan terhadap
anak dengan cara yang baik adalah kewajiban bersama agar bisa tumbuh berkembang dengan

baik. Anak harus dididik secara baik karena anak merupakan individu yang belum matang, baik
secara fisik, mental maupun sosial. 3
2.3. Pengertian Perempuan

Kata wanita diyakini berasal dari bahasa Sansekerta, dengan kata dasar wan yang berarti
nafsu atau objek seks. Dan dalam bahasa Jawa (Jarwa dosok), kata wanita berarti wani ditata,
artinya berani diatur. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata wanita
berarti perempuan dewasa. 4Perempuan adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sederajat dengan
laki-laki, hanya saja tedapat perbedaan fisik dan kodratnya. Sebagai sesama manusia, laki-laki
dan perempuan berbeda dalam segi bidang kehidupan. Perempuan dalam pemikiran banyak
orang adalah makhluk yang lemah, harus dilindungi laki-laki, pekerajaan mereka hanya
dikasur, dapur dan sumur. Seringkali perempuan diasingkan dari kehidupan pendidikan umum,
politik bahkan dalam dunia pekerjaan. 5

2.4. Hambatan Penerapan Pendidikan Pada Perempuan dan Anak

Kesadaran terhadap pentingnya pendidikan terhadap perempuan dan anak masih


tergolong rendah, tak jarang hal tersebut terjadi pada perempuan dan anak itu sendiri.
Terkadang perempuan masih terjebak pada zona nyaman yang tak jauh dari dunia gemerlap,
terdapat faktor internal dan eksternal sehingga menyebabkan pemikiran yang rabun akan dunia
pendidikan. Salah satunya ialah faktor ekonomi yang mengharuskan perempuan tak dapat
merasakan senangnya hidup dalam dunia pendidikan yang lebih tinggi. Bila adanya intervensi
atau campur tangan antara urusan rumah tangga dan pendidikan, ketika perempuan ingin
melanjutkan studi yang lebih tinggi. Maka akan ada hambatan yang menjelaskan bahwa

3 Tim. M. Farid, Pengertian Konvensi Anak (Jakarta: Harapan Prima, 2003), 46.

4 Nugroho, Gender dan Strategi Pengarus-Utamaannya di Indonesia, (Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm.
7.
5 Soyomukti, Teori-teori Pendidikan: Tradisional, (Neo) Liberal, Marxis Sosialis, (Jogjakarta: AR-RUZZ

MEDIA, 2010), hlm. 23.


3
pernikahan menjadi urusan utama daripada studi, Dalam konteks budaya yang umumnya kita
jumpai di masyarakat Jawa, ada sebuah ungkapan seperti, lebih baik menikah di usia dini
daripada harus menjadi perawan tua karena mementingkan studi. Padahal jika diteliti, semangat
untuk berpendidikan makin lama kian pudar seiring dengan hambatan-hambatan yang terjadi.
Jikalau menikah dibarengi dengan studi, maka perempuan akan mengalami peran ganda dan
mengharuskan

perempuan untuk bekerja keras untuk melakukan penyeimbangan, dalam konteks sosial yang
masih berlutut pada pemikiran gender konvensional. Seperti pemikiran yang mengungkapkan
bahwa suatu hal yang wajar jika laki-laki bekerja atau memperoleh segala impiannya, baik
melakukan pengembangan diri ataupun melanjutkan studi, bukan mengurusi perkara domestik.
Kondisi lain mengatakan masih banyaknya pelecehan terhadap perempuan pada dunia
pendidikan. Seperti yang dituliskan pada jurnal Psychology of Women Quarterly, dari
metaanalisis 71 studi, sebesar 58% perempuan pernah mengalami pelecehan pada ranah
akademis. 6 Maka perlu ditekankan jikalau kurang meratanya pendidikan pada anak dan
perempuan, tidak hanya diakibatkan oleh faktor ekonomi namun juga ada pengaruh dari
budaya. Padahal berpuluh-puluh tahun yang lalu Kartini mengajarkan pentingnya emansipasi
terhadap perempuan, minimal melalui pemberian akses pendidikan secara meluas. Namun
dalam praktiknya masih belum berjalan maksimal, sehingga anak dan perempuan masih
terkungkung dalam sangkar emas. 7
2.5. Pentingnya Pendidikan Bagi Anak-anak dan Perempuan

Anak-anak dan kaum Perempuan memiliki peranan yang sangat penting dalam hal
pendidikan, bahkan pendidikan pertama yang diberikan kepada anak ialah dari seorang ibu. Ibu
memiliki andil yang besar dalam melakukan pengembangan potensi anak. Bukan berati tugas
mendidik hanya diberikan kepada ibu semata, ayah juga berpengaruh terhadap proses
pendidikan anak, namun tidak seotentik seorang ibu. Karena ibu memiliki keterikatan batin
yang kuat dengan anak. Ada sebuah pepatah yang mengatakan “Jika perempuan cerdas akan
melahirkan anak-anak yang cerdas pula”. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa pendidikan akan
berpengaruh dalam pola pikir dalam berkeluarga, cara mendidik anak dan menerapkan

6Ibid, Kerikil Tajam Dunia Pendidikan.


7Ibid, Kerikil Tajam Dunia Pendidikan.
4
prinsipprinsip keadilan di keluarga. Pendidikan bukan hanya berkaitan soal mengasah akal dan
tingkat intelektual saja, namun juga memperhatikan kepribadian.

Firman Tuhan di dalam kitab Ulangan 6:1-9, 20-25 dan 11:18-20 mengatakan bahwa
melalui orangtualah anak-anak mendapat pendidikan yang paling utama, orangtua harus
mengajar dan mendidik anak-anaknya dimanapun dan kapanpun itu, dan mengisyaratkan
bahwa pendidikan harus terus terjadi di dalam keluarga. Ada perintah Tuhan agar orangtua
mendengar

Firman-Nya, mengesakan Dia di dalam kehidupan, mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa,
pikiran dan kekuatan. Dan melalui orangtua juga haruslah mengajarkan takut akan Tuhan
kepada anak-anaknya, di rumah maupun di luar rumah secara formal maupun non-formal. Oleh
sebab itu pentingnya pendidikan didapatkan oleh orangtua. Karena melalui orangtua terpanggil
untuk mendidik anak-anaknya, bukan saja dalam hal pengetahuan dan keterampilan akan tetapi
juga dalam perkara iman. 8
2.7. Rendahnya Pendidikan Terhadap Anak-Anak Dan Kaum Perempuan Di Hkbp
Singai Bantal Dan Sds Sending Hkbp Pulau Rupat

Faktor Penyebab Rendahnya Pendidikan Terhadap Anak-anak dan Kaum


Perempuan

Pendidikan memang sangat minim terhadap anak-anak di Sungai Bantal, padahal


pendidikan itu sangatlah penting, akan tetapi karena latarbelakang situasi dan kondisilah yang
menyebabkan minimnya pendidikan terhadap anak-anak dan perempuan di Sungai Bantal maka
berdasarkan hasil wawancara penulis, ada beberapa faktor yang menyebabkan minimnya
pendidikan terhadap anak-anak dan perempuan di Sungai Bantal ini yaitu:

• Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi merupakan salah satu faktor ketertinggalan anak-anak dan perempuan
untuk merasakan pendidikan. Kemiskinan merupakan hal yang paling mendasar terhadap
minimnya pendidikan yang di dapat oleh anak-anak dan perempuan di Sungai Bantal, untuk

8E.G. Homringhaussen, L.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2012), hlm. 2-
5.
5
memenuhi kehidupan sehari-hari saja sangat susah, di tambah lagi, kebutuhan keluarga yang
mewajibkan perempuan menjadi tulang punggung keluarga. Sebelum adanya sekolah di Sungai
Bantal, dahulu bilapun ingin bersekolah harus pergi keluar daerah. Dan jika ingin melanjutkan
pendidikan di tingkat SMP dan SMA mereka harus ke SMP dan SMA yang ada di Pangkalan
Nyiri atau ke Titi Akar karena di Sungai Bantal hanya ada Sekolah Dasar, apalagi jika mereka
ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi maka mereka harus keluar daerah agar bisa
mendapatkan pendidikan yang mereka inginkan. Maka apabila melanjutkan pendidikan, maka
perlu biaya yang sangat besar untuk itu, padahal keadaan ekonomi keluarga atau orangtua

sangat sulit. Oleh sebab itu sebagian dari anak-anak dan perempuan suku asli Akit yang tidak
bersekolah, dikarenakan latarbelakang perekonomian yang masih rendah. 9

• Faktor Keluarga

Faktor penyebab banyaknya kaum perempuan suku Akit yang tidak mengenyam
pendidikan di sebabkan oleh faktor dalam keluarga dan tempat tinggal kaum perempuan suku
Akit tersebut. Lingkungan keluarga dalam suku Akit terlihat juga masih minim dalam hal
pendidikan. Hal itu terlihat dari rendahnya pendidikan orangtua mereka secara turun-temurun.
Faktor lain yang menyebabkan rendahnya pendidikan anak-anak dan perempuan suku Akit di
Sungai Bantal juga dapat terlihat dari kehidupan perempuan suku Akit di lingkungan tempat
mereka tinggal.10

• Faktor Sosial

Salah satu hal yang menghambat akses pendidikan bagi perempuan juga adalah faktor sosial
masyarakat yang rendah. Di masa lalu, masyarakat cenderung memilih menghentikan
pendidikan anak-anaknya dan memilih untuk menyuruh anak-anak mereka untuk bekerja
karena menurut mereka tidak perlu sekolah yang penting bisa makan dan memenuhi kebutuhan
sehari-hari itu sudah cukup, bahkan dulu ada juga beberapa di antara mereka yang masih

9 Wawancara dengan S.N (PR, 33 Thn, Sintua, Jumat, 18 November, 2022, 16.20. WIB), Sungai Bantal.
10 Wawancara dengan S.T (PR, 38 Thn, Masyarakat, Senin, 21 November, 2022, 17.00. WIB), Sungai Bantal.

6
menganggap bahwa perempuan itu hanya akan kedapur dan mengurus anak, tidak akan bisa
bekerja dan sebagainya. Mereka masih memiliki Sistem Patriakhi yang sangat kuat,
mengakibatkan rendahnya pendidikan bagi kaum perempuan. pola pikir yang terbelakang,
menuntut keharusan bahwa sekolah itu tidaklah hal yang penting dan menanamkan di benak
mereka bahwa perempuan hanya akan berada di rumah untuk mengurus seluruh keluarga.
Karena pemikiran bahwa tugas perempuan hanya harus mengurus keluarga, hanya bekerja di
dapur dan di ranjang, melayani suami dan anak-anaknya, menyebabkan perempuan miskin
ilmu. Dan adanya anggapan dari masyarakat yang mengatakan usia perempuan bila sudah
berumur 17 tahun maka sudah bisa untuk berumah tangga, itulah yang terjadi dulu. Akan tetapi
hal yang demikian sudahlah berkurang, sudah banyak diantara mereka yang mau
menyekolahkan anak-anaknya dan memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka. Untuk

itu sangat perlu adanya dorongan yang lebih lagi terhadap kaum perempuan dan anak-anak agar
kaum perempuan dan anak-anak di sini diberikan akses seluas-luasnya dalam memperoleh
pendidikan dengan tidak mengurangi kewajibannya untuk mengurus keluarga. Sehingga,
perempuan dapat menguasai cara dalam melaksanakan perannya, tugasnya, serta fungsinya
masing.11

Dampak Rendahnya Pendidikan di Sungai Bantal


• Kemiskinan
Karena minimnya dan rendahnya pendidikan yang dirasakan oleh masyarakat di Sungai
Bantal, maka dari berbagai faktor yang terjadi yang menyebabkan minimnya pendidikan bagi
anak-anak dan perempuan, maka memiliki dampak dan pengaruh kepada kaum perempuan di
Sungai Bantal. Yaitu karena hanya tamat SMP, SD atau bahkan tidak Sekolah, tidak tahu
membaca dan buta huruf, tidak memiliki pendidikan, mengakibatkan masyarakat terjadi
kemiskinan. Perempuan suku asli Akit, sangat jarang keluar dari daerah Sungai Bantal untuk
merantau, dikarenakan dari segi pendidikan dan pengetahuan mereka sangat minim, sebagian
dari mereka takut untuk keluar dari daerah ini, karena mereka tidak memiliki bekal pendidikan
atau pengetahuan. Oleh sebab itu mereka hanya bekerja di daerah mereka saja, menjadi buruh

11 Wawancara dengan A.N (LK, 48 Thn, Masyarakat, Senin, 21 November, 2022, 18.00. WIB), Sungai Bantal.

7
harian dan sebagainya, dan menurut mereka, gaji dan pekerjaan kurang sesuai, padahal
kebutuhan hidup cukup tinggi di daerah ini. dan biaya hidup juga cukup tinggi.
• Pola Pikir Terbelakang
Dampak dari minimnya pendidikan bagi anak-anak dan perempuan suku Akit di Sungai
Bantal ini sudah pastinya pola pikir terbelakang. Karena pendidikan yang rendah, ada yang
tamat SMP atau bahkan tidak pernah bersekolah, mereka tidak mendapat pengetahuan secara
formal, tidak memiliki pengetahuan atau wawasan yang luas, sehingga pola pikir mereka masih
sangat tertutup terhadap pengetahuan. Apalagi zaman sekarang teknologi semakin canggih dan
peradaban manusia semakin tinggi, membuat manusia semakin bersaing dalam hal
pengetahuan dan wawasan. Namun bagaimana bagi masyarakat yang tinggal di pelosok, yang
sangat minimnya mendapatkan pendidikan atau bahkan yang tidak pernah sekolah. Oleh sebab
itu bagi masyarakat khususnya anak-anak dan perempuan suku asli di Desa Mungkal yang

tidak mendapatkan pendidikan, pola pikir mereka sulit berkembang atau sering disebut
pemikiran yang kolot, dan sulit untuk maju. 12

2.8. Peran Gereja HKBP Sungai Bantal Resort kacak Pulau Rupat

Gereja harus menjalankan Misi Allah di tengah-tengah dunia ini, kepada siapapun dan
di manapun itu. Gereja harus terus memberitakan Injil dan melakukan pelayanan sesuai dengan
konteks dan kebutuhan jemaat itu. Seperti halnya di Sungai Bantal. Gereja memang sudah
melakukan pelayanan semaksimal mungkin kepada seluruh jemaat yang ada di Sungai Bantal
ini, akan tetapi, berdasarkan program dan pelayanan yang sudah dilakukan, bahwa Sungai
Bantal tidak melakukan pelayanan secara khusus bagi anak-anak dan kaum perempuan yang
ada di Sungai Bantal ini. Dengan latar belakang pendidikan dan pengetahuan yang sangat
rendah. Akibatnya, begitu banyak anak-anak dan kaum perempuan suku Akit, yang tidak tahu
membaca, tidak bersekolah, menikah di bawah umur, dan lebih baik memilih bekerja. Sebagian
dari mereka buta huruf, tidak mengenal dan mengerti membaca dan menulis, bekerja dari mulai

12 Wawancara dengan K.R (PR, 56 Thn, Masyarakat, Kamis, 24 November, 2022, 16.15. WIB), Sungai Bantal.

8
pagi hingga sampai malam hari, mereka hanya mendapat upah sedikit yang tidak sesuai dengan
pekerjaan mereka. 13

Akan tetapi, melalui kehadiran atau kedatangan kami ke tempat ini, menambah
perubahan yang baik bagi masyarakat terlebih kepada anak-anak Sungai Bantal ini, dimana
selama kami disini kami melakukan pembinaan kepada anak-anak yang ada di Sungai Bantal
terkhusus di SDS sending HKBP dengan ikut serta dalam mengajar di SDS sending HKBP dan
melakukan les membaca kepada mereka, terlebih kepada anak-anak yang duduk di kelas 4 yang
masih belum bisa membaca, kami lakuakan pengajaran dan perhatian lebih terhadap mereka.
Maka dengan kedatangan kami dalam melakukan Praktik Lapangan di HKBP Sungai Bantal
bisa membuka wawasan dan menambah pengetahuan bagi mereka. 14

III. Analisa Teologi Misi

Pendidikan merupakan sebuah keharusan dan kewajiban yang boleh didapatkan oleh
semua pihak. Setiap orang memiliki hak untuk menikmati pendidikan, terlepas dari mana ia

berasal dan jenis kelaminnya. Laki-laki atau perempuan sama-sama memiliki hak dalam
pendidikan, terutama pendidikan sekolah. Akan tetapi pada kenyataannya, di dalam kehidupan
masyarakat masih ada saja terdapat diskriminasi dalam pendidikan terhadap perempuan, seperti
yang terjadi di Sungai Bantal. Selain itu juga bila ada anak perempuan yang usianya sudah usia
sekolah menengah atas, mereka disuruh menikah, mereka beranggapan bahwa tidak perlu
kuliah karena lebih mengutamakan bagaimana caranya agar bisa makan dan memenuhi
kebutuhan hidup itu sudah cukup. Bila kita lihat di dalam UUD RI 1945, dicantumkan tujuan
negara, yaitu untuk mencerdaskan bangsa. Sama seperti pepatah mengatakan “Tuntutlah
Ilmumu sampai ke negeri Cina. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar untuk
mengembangkan kemampuan yang dimiliki seseorang agar mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Oleh sebab itu melalui pendidikan mampu menjembatani permasalahan yang
dihadapi perempuan.

13 Wawancara dengan D.M (LK, 44 Thn, Masyarakat, Kamis, 24 November, 2022, 17.10. WIB), Sungai Bantal.
14 Hasil Pengamatan Di Sungai Bantal.
9
Perempuan merupakan salah satu sumber produksi, sudah seharusnya perempuan
ditingkatkan pendidikannya agar pembangunan menjadi lebih efektif dan berkembang.
Menurut saya, setelah saya melakukan penelitian bahwa diskiriminasi terhadap kaum
perempuan suku asli anak rawa dalam pendidikan terjadi dengan berbagai alasan. Kaum
perempuan dianggap tidak rasional dan akan menimbulkan kesulitan. Di dalam pekerjaan,
perempuan sering mengalami diskriminasi, karena pendidikan mereka yang sangat rendah
dibandingkan dengan laki-laki. Diskiriminasi tersebut juga disebabkan oleh adanya pemikiran
dengan sistem patriakhi yang cukup kuat di tengah-tengah masyarakat. Angkapan bahwa
perempuan di Sungai Bantal tidak perlu mengenyam pendidikan atau bahkan mendapatkan
pendidikan setinggi-tingginya, karena pada akhirnya pekerjaan mereka hanya sebagai ibu
rumah tangga, yang hanya bekerja di dapur dan mengurus anak atau keluarga. Ditambah lsagi
dengan situasi dan kondisi keadaan ekonomi yang sangat rendah, menyebabkan kaum
perempuan suku Akit tidak merasakan pendidikan secara formal. Rendahnya pendidikan
sekolah perempuan akan berdampak buruk pada kehidupannya sendiri. dengan pendidikan
yang rendah, kaum perempuan hanya mampu mengerjakan hal-hal yang minim saja, seperti
pekerjaan rumah yang sudah dianggap menjadi pekerjaan wajibnya. Pekerjaan rumah tidak
dapat menghasilkan uang untuk melanjutkan hidupnya, sehingga dengan kemampuan dan
pengetahuan yang terbatas, mereka akan menjadi miskin.

Oleh karena itu, berdasarkan analisa penulis, anak-anak dan perempuan harus memiliki
keinginan yang kuat untuk memperoleh dan memperjuangkan haknya untuk mencapai taraf
hidup yang lebih baik. Dan berdasarkan analisa penulis, sesungguhnya peran gereja terhadap
pendidikan harus lebih di tingkatkan lagi, karena sudah ada sejak lama, sejak para misionaris
hadir dan memberitakan Injil dan dengan mendirikan gereja selalu melakukan pelayanan
pendidikan bahkan pendirian dalam lembaga pendidikan. Gereja mestinya harus melaksanakan
amanat Agung Tuhan seperti yang tertulis dalam “Matius 28: 19-20 ”Karena itu pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak dan
Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan
kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”.
Melalui nats tersebut gereja harus terus sampai kapanpun melaksanakan misi Allah, gereja
harus mampu menjadi perpanjangan tangan Allah di dunia. Khususnya dalam membantu
mencapai tujuan pendidikan Nasional, yaitu mencerdasakan masyarakat Indonesia yang
berbudi pekerti luhur dan seterusnya.

10
IV. Kesimpulan

Pendidikan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya. Pendidikan akan membawa perubahan sikap, perilaku, nilai-nilai pada
individu, kelompok dan masyarakat. Perubahan tersebut membuat orang lebih berpikir maju
dan berwawasan tinggi. Pendidikan juga mampu membuat pemikiran untuk lebih berkembang
sesuai kebutuhan yang ingin dicapai. Oleh sebab itu anak-anak dan Perempuan memiliki
peranan yang sangat penting dalam hal pendidikan, bahkan pendidikan pertama yang diberikan
kepada anak ialah dari seorang ibu. Ibu memiliki andil yang besar dalam melakukan
pengembangan potensi anak. Bukan berati tugas mendidik hanya diberikan kepada ibu semata,
ayah juga berpengaruh terhadap proses pendidikan anak, namun tidak seotentik seorang ibu.
Karena ibu memiliki keterikatan batin yang kuat dengan anak. Ada sebuah pepatah yang
mengatakan “Jika perempuan cerdas akan melahirkan anak-anak yang cerdas pula”. Hal
tersebut dapat dimaknai bahwa pendidikan akan berpengaruh dalam pola pikir dalam
berkeluarga, cara mendidik anak dan menerapkan prinsip-prinsip keadilan di keluarga.

11
Daftar Pustaka

Buku

Groome. Thomas. 2018. Christian Religious Education. Jakarta: BPK-Gunung Mulia. M.


Farid. Tim. 2003. Pengertian Konvensi Anak. Jakarta: Harapan Prima..

Djamil, M.Nasir. 2013. Anak Bukan Untuk Dihukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Homringhaussen G. E L. Enklaar. H. 2012. Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: BPK-Gunung
Mulia.

Irawan. Aguk. 2016. Kartini: Kisah yang Tersembunyi. Banten: Javanica.

Joesoef. Soelaiman. 2008. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah.


Nugroho. 2008. Gender dan Strategi Pengarus-Utamaannya di Indonesia. Yokyakarta:
Pustaka Pelajar. Soekarno. 2010. Pendidikan.Yogyakarta: Media Pressindo dan Yayasan Bung Karno.
Soyomukti. 2010. Teori-teori Pendidikan: Tradisional, (Neo) Liberal, Marxis Sosialis.
Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA. Wawancara

Wawancara dengan S.N (PR, 33 Thn, Sintua, Jumat, 18 November, 2022, 16.20 WIB, Sungai
Bantal.
Wawancara dengan S.T (PR, 38 Thn, Masyarakat, Senin, 21 November, 2022, 17.00. WIB,
Sungai Bantal.
Wawancara dengan A.N (LK, 48 Thn, Masyarakat, Senin, 21 November, 2022, 18.00. WIB,
Sungai Bantal.
Wawancara dengan K.R (LK, 56 Thn, Masyarakat, Kamis, 24 November, 2022, 16.15. WIB,
Sungai Bantal.
Wawancara dengan D.M (LK, 44 Thn, Masyarakat, Kamis, 24 November, 2022, 17.10. WIB),
Sungai Bantal.

12
Bukti Dokumentasi

13

Anda mungkin juga menyukai