PENDAHULUAN
Di dalam keluarga anak merupakan penerus iman yang Tuhan berikan kepada ayah
dan ibu. Bagi ayah dan ibu, anak-anak merupakan harta berharga yang dikaruniakan oleh
Tuhan.1 Dalam karya Allah di dunia ini, Dia memberikan mandat bagi ayah dan ibu sehingga
hadir anak-anak dalam satu keluarga yang menjadi komponen penting bagi karya Allah di
dunia ini. Anak adalah penerima warisan kekayaan bumi ini, menurut Wulandari.2 Karena hal
tersebut maka haruslah anak-anak dididik, dituntun, dan dibawa kepada pengenalan akan
Tuhan dalam proses pendidikan. Bersamaan dengan itu ayah dan ibu juga perlu untuk
menyiapkan diri, perlu mempunyai kemampuan menjadi penunjuk arah yang benar bagi
anak-anak, karena sesungguhnya dari dalam keluargalah anak-anak belajar dan bersosialisasi
untuk pertama kalinya dalam hidupnya. Hingga akhirnya dapat melaksanakan pendidikan
keluarga secara benar dan tepat sesuai kehendak Tuhan.
1
Hadi Siswoyo, “Sekolah Minggu Sebagai Sarana Dalam Membentuk Iman Dan Karakter Anak,” Sanctum
Domine: Jurnal Teologi 7, no. 1 (2020): 121–34, https://doi.org/10.46495/sdjt.v7i1.47
2
Arif Lulus Mutmainah Maratus Sholiehah Putri Aprilia Wulandari, Nabila Agata Amalia, “Pendidikan
Lingkungan Hidup Dan Pembelajaran Ips Di Sekolah Dasar Sebagai Alternatif Penanaman Kesadaran
Lingkungan,” FKIP E-PROCEEDING, 2018, Hal. 36.
3
Aprianto Wirawan, “Pendidikan Kristen Dalam Keluarga Sebagai Pendekatan Pembentukan Karakter Anak,”
Harati: Jurnal Pendidikan Kristen, 2021, https://ejournal.iaknpky.ac.id/index.php/ harati/article/view/29.
4
Y. Anting, “Tantangan Pendidikan Agama Kristen Dan Pembentukan Kerohanian Anak Usia Dini Pada Era
Abad Ke-21,” Inculco Journal of Christian Education 1, no. 1 (2021): 18, http://e-journal.
stakanakbangsa.ac.id/index.php/ijce/article/view/3.
Untuk mendapatkan anak yang berkualitas dengan perkembangan yang baik, maka ini
menjadi tugas dan tanggung jawab orang tua dari dalam lingkungan keluarga terlebih dahulu.
Mengasuh, membesarkan dan mendidik anak merupakan satu tugas mulia yang tidak lepas
dari berbagai halangan dan tantangan.6 Melihat pada keadaan saat ini banyak anak yang
dilahirkan dari orang tua pranikah. Gaya hidup dengan pergaulan yang bebas dan kehamilan
pranikah menjadi potret hidup remaja saat ini. Seks bebas (free sex) dan hamil pranikah
menjadi hal biasa di kalangan remaja saat-saat ini, bahkan merajalela di kalangan remaja. Hal
ini dipengaruhi oleh eksploitasi seksual dalam video klip, televisi dan film-film “orang
dewasa”. Tayangan dan tampilan seks yang mudah diakses membuat para remaja
beranggapan bahwa seks adalah suatu hal yang bebas dilakukan oleh siapa saja, kapan saja,
dan di mana saja sebagaimana video/film yang mereka tonton (KapanLagi.com).
Akibat dari gaya hidup remaja dengan pergaulan dan sex bebas (free sex) adalah
banyak terjadi kehamilan pranikah. Hingga akhirnya berujung kepada kelahiran tanpa orang
tua yang lengkap. Bagi pasangan remaja yang belum siap menikah dan hamil, kehamilannya
bisa mengakibatkan bayi stunting jika tidak ditangani dengan baik. Jika mentalnya belum
siap juga akan bisa memicu konflik rumah tangga yang berujung pada perceraian. Deputi
Bidang Pengendalian Penduduk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) Bonivasius Prasetya Ichtiarto mengatakan, di Indonesia antara tahun 2015 hingga
2019, angka kehamilan pranikah mencapai 40% (Kompas.id). Kehamilan dan kelahiran anak
pranikah ini selain membawa dampak buruk bagi sang ibu, tentu juga akan berdampak buruk
bagi perkembangan sang anak.
5
Dewi Asri Wulandari, Saefuddin Saefuddin, and Jajang Aisyul Muzakki, “Implementasi Pendekatan Metode
Montessori Dalam Membentuk Karakter Mandiri Pada Anak Usia Dini,” AWLADY : Jurnal Pendidikan Anak 4,
no. 2 (2018): 1, https://doi.org/ 10.24235/awlady.v4i2.3216.
6
Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa dkk, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,(Jakarta:BPK Gunung
Mulia:1986), Hal. 3
METODOLOGI PENELITIAN
PEMBAHASAN
KESIMPULAN & SARAN
DAFTAR PUSTAKA