Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
Filsafat India merupakan filsafat yang berasal dari
timur dekat selatan, mengapa disebut sebagai filsafat India?
karena India sejak 2500 SM sudah mengenal yang namanya
kebijaksanaan, dalam segi kehidupan dan alam sekitar,
sehingga filsafat India adalah kebijaksanaan yang mengatur
kehidupan way of life untuk kesejahteraan kita hidup didunia
ini dengan lebih tenang dan damai. Filsafat India membagi
sejumlah zaman dalam penyebarannya ada empat zaman, yaitu
Zaman Veda, Zaman Epos, Zaman Sutra, dan Zaman
Scholastik. Dalam zaman filsafat India bukan hanya empat
zaman itu saja, tetapi masih terdapat sekte dan aliran yang
tersembunyi di masing-masing periode.
Filsafat India mengenalkan pada dunia modern saat ini
berupa sebuah ketaatan dalam beribadah kepada sang maha rsi
(kepercayaan hindu) untuk lebih menenangkan diri dari segala
kehidupan duniawi yang fana, filsafat India memiliki ciri yang
sangat khas untuk berkaitan dengan filsafatnya. Banyak tokoh-
tokoh besar yang mengaplikasikan filsafat India di zaman
kontemporer ini seperti, Mahatma Gandhi sebagai aktivis
kemanusiaan dan masih banyak lagi. Kebanyakan bagi para
filsuf India ia tak pernah mempunyai aplikasi untuk
menyampaikan risalah kehidupan filsafat untuk masyarakatnya
sehingga keterbatasan ini mengakibatkan filsafat India tidak
terkenal seperti filsafat yunani yang membawa perubahan
sampai saat ini.
Perbedaan yang sangat mendasar filsafat timur (India)
dengan filsafat barat, yaitu tentang pemikiran mereka yang
mana filsafat barat mengadopsi akal dan rasional sebagai satu-
satunya kebenaran yang memberikan perubahan pada
peradabannya, dan filsafat India mengadopsi pemikirannya dari
kepercayaan terhadap dewa mereka (rsi) yang dapat membuat
ketenangan dan kedamaian, saling memaafkan, saling tolong-
menolong, saling menjaga alam semesta ini agar tidak rusak.
BAB II
SEJARAH FILSAFAT INDIA
Sejarah Filsafat India menurut Dr. S. Radhakrishnan dibatasi
mulai dari 2000 SM sampai 1000 SM yang dibagi menjadi 4
periode :
A. Zaman Veda (1500 SM-600 SM)
Kedatangan bangsa arya ke India membawa peradaban
baru dan sebelumnya di India sudah ada peradaban lam yaitu
Drawida, penduduk asli India. Peradaban arya peradaban yang
berupa filsafat, pujia-pujian , dan nyanyian-nyanyian berbentuk
teks keagamaan, selanjutnya timbulah Kitab Brahmana dan
Kitab Upanisad. Zaman veda merupakan zaman yang dimana
para pemuka-pemuka agama timbul, disanalah mereka
membangun peradaban baru sebelumnya peradaban drawida itu
peradaban yang sangat kuno dan percaya terhadap hal-hal yang
berbau mitologi dan takhayul, Peradaban Drawida suku asli
India sama dengan peradaban yunani kuno yang percaya
terhadap takhayul yang beragam seperti, timbul raja naga yang
dapat membunuh manusia dengan sekali semburan api panas,
selain itu berbagai macam-macam sihir yang membuat orang
menjadi gila dan adanya bidadari dari kaum suci datang
mengampiri. Mitos-mitos yang berkembang pada zaman
sebelum arya datang sangat banyak, sehingga bangsa arya
datang sebagai penduduk baru dan sekaligus untuk
menyebarkan Kitab Brahmana dan Kitab Upanishad.
Kata Samhita artinya “kumpulan”, bahwa syair-syair
dari Rig-Veda dikumpulkan pada zaman bangsa Arya dan Non
Arya bertemu di India, (S. Radhakrishnan, Vol. I:1927:75).
Manusia pada zaman ini melakukan penyembahan-
penyembahan terhadap dewa-dewa. Dewa dari kata Div artinya
sinar, sehingga berarti kepercayaannya dewa itu terang,
dikaitkan dengan segala sesuatu yang bersifat terang seperti:
matahari, bulan, bintang dan lain-lain. Sehingga dewa-dewa
diibaratkan mempunyai kepribadian masing-masing.
Selanjutnya para dewa-dewa menikmati persembahan
dari korban-korban dan diundang mantar-mantra yang
diucapkan. Adapun dewanya diantaranya adalah “waruna,
indra. Dewa-dewa itu berfungsi sebagai menguasai tertib alam
semesta, termasuk tata kehidupan manusia. Tata tertib alam
semesta itu disebut Rta yang berarti hukum atau keadilan,
sehingga rta menjadi bapak dari segala sesuatu yang kemudian
berkembang menjadi Dharma.
Para dewa itu telah disembahnya untuk menjadikan ia
sebagai yang maha kuasa dan diberi korban-korban dan mantra
ajaib untuk berkomunikasi dengan roh halus, masyarakat hindu
pada saat itu masih percaya dengan ritual tidak berbeda dengan
masyarakat hindu pada zaman kontemporer. Adanya sesajen-
sesajen yang masih dilakukan di bali, kegiatan itu dikhususkan
untuk para dewa yang telah memberikan keselamatan dan
bermacam-macam alasannya. Dan itu bukti bahwa penyebaran
hindu di Indonesia sudah lama terjadi pada tahun < 500 M dan
sampai saat sekarang ini semakin eksis.
Ajaran tasawuf nya agama hindu antara lain, berusaha
dalam keyakinan hidup dan focus dalam beribadah semata
hanya karena sang mahadewa dan itu dalam filsafat Islam juga
ada ajaran bertasawuf, mungkin tasawuf berasal dari agama
hindhu sehingga filsafat Islam ada kesamaan tentang
mendekatkan diri kepada tuhan dengan cara merenungkan diri,
memahami hidup ini dan mengetahui ciptaan Tuhan yang
Maha Kuasa.
Percampuran hindu di Indonesia tidak lepas dari
bangsa-bangsa arya dan Kitab Veda, yang telah memberikan
ilmu agama ke sebagian penganutnya di Indonesia. Mengapa
hindu di Indonesia dapat menyesuaikan sejak abad ke 9 pada
cerita-cerita Ramayana dan Mahabharata yang masih-masing
punya keahlian peran dalam alur kepahlawan seperti, Pandawa
5 yaitu Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa yang
lawannya adalah Urawa.
Zaman Brahmana. Kata Brahmana berarti doa atau
ucapan-ucapan sakti yang diutarakan oleh para Brahmana.
Ucapan yang berbentuk mantra-mantra yang dapat
menimbulkan petuah jika para brahmana marah kepada para
pengikutnya maka ucapan itu akan jadi kenyataan, sehingga
para pengikutnya akan tunduk kepada apa yang di berintah
brahmana kepada para pengikutnya, tentunya dengan hal-hal
yang baik dan sopan. Pembagian masyarakat menjadi 4
(empat) warna (Bhagavad-gita) yaitu, Brahmana, Ksatria,
Waisya, dan Sudra
Brahmana yaitu, mereka yang berpengetahuan tinggi
atau juga disebut para ulama, pendeta, pastur, budha gotama,
dll. Sehingga dihormatilah kewibawaan sang Brahmana untuk
menjadi wakil dewa di dunia dalam menegakan keserasian
hidup lebih bertujuan dan lurus serta kemanfaatan hidup
manusia di dunia ini.
Ksatria yaitu, para pejabat atau juga administrator
pemerintahan, mereka yang mendapat julukan ksatria ini harus
bertanggung jawab layaknya pejabat dan pemimpin untuk
kesejahteraan rakyat dan umum, apapun segala resiko
berkembangnya negara di situlah ada para pemimpin dan juga
administrator pemerintahan yang menata sistem pemerintahan
untuk mensejahterahkan para sudra.
Waisya yaitu, para petani dan pedagang, mereka adalah
kaum menengah yang mempunyai penghasilan cukup dan
sudah taraf menengah dalam kehidupan kasta, sehingga tidak
mengalami penindasan lagi oleh kaum ksatria yang ingin
mengambil hak-hak para kaum sudra.
Sudra yaitu, para buruh pekerja kasar yang tugasnya
membantu para Brahmana, Ksatria, dan Waisya.
Mereka selalu menjadi tulang punggung dan membawa
beban yang sangat berat dalam kehidupan berkasta.
Mereka yang selalu bertanggung jawab atas kegagalan
dari tugas mereka, padahal mereka tidak mengetahui apa-
apa tentang tugas-tugas yang diberikan kepada kaum
sudra. Mereka hanya tahu tentang tugas kerja-kerja dan
kerja tidak tahu tentang rencana dibalik rencana itu.
Ia selalu menjadi sasaran kekesalan para pejabat-pejabat
yang tidak puas dengan hasil kerjanya, mereka selalu
menangis dan selalu meminta kesempatan satu kali lagi
agar kerjannya dapat dihargai lagi. Mereka meminta
bantuan para dewa agar hidupnya tak sia-sia lagi untuk
membantu para brahmana, ksatria, dan waisya, ia selalu
berdoa dan berdoa agar hidupnya tak mendapat masalah
lagi dan hidupnya lebih tenang, semoga doa mereka
terkabul dan selalu dapat perlindungan dari rsi.
Masyarakat bersifat ritualistik yang selalu melakukan
simbol-simbol dengan korban-korban, dan ritual penyembahan-
penyembahan. Pemikiran filsafat mulai dengan pemikiran-
pemikiran yang bersifat metafisis yaitu bersifat tidak terlihat
dan nol, abstrak tapi belum sistematis, karena pemikiran
filsafat masih tersebar disana-sini secara tidak teratur. Pada
dasarnya mulai mencari sebab-sebab yang pertama dari alam
semesta ini yang bernama Prajapati, yaitu tuhan Pencipta yang
kadang kala disebut Brahma. Brahma dari kata brh artinya
tumbuh atau berkembang, kemudian menjadi perkataan suci,
dan kodrati meliputi segala asas kekuasaan.
Hubungan alam dengan manusia seperti halnya sayur
tanpa garam, akan hambar rasanya dan kelezatannya, mereka
sebenarnya mempunyai harmonis karena alam menyediakan
tempat untuk bermukimnya manusia, tetapi ulah sekelompok
manusia yang mengikuti hawa nafsunya untuk memperkaya
diri dengan kekayaan-kekayaan alam yang ada dibumi ini, dan
mulai hidup keabadian dalam alam semesta yaitu atman,
manusia dilahirkan setelah kematian.
Manusia yang hidup dalam kesunyian takkan bisa hidup
dalam keramaian dan manusia yang hidup dalam
keramaian dapat hidup dalam kesunyian, begitu juga
hidup setengah jiwa dalam nirwana penuh teka-teki dalam
kenyataan, tak bisa ia menggapai setengah jiwa lagi karna
hidup satu dalam kekuatan jiwa. Alam raya berseri-seri
ketika makhluk manusia tidak lagi menjadi cakaran
baginya, tetapi ia telah menjadi sutra kehidupan alam.
Keyakinan bayang-bayang nafsu terbuai asmara alam
dengan manusia, sebelum cinta datang maka cinta datangi
dulu aku. Manusia memanggil jangan paksakan alam
untuk rusak, aku datang.
Zaman Upanisad, Upanisad berasal dari bahasa
sankerta yaitu Upa artinya “dekat”, ni berarti “di bawah” dan
Sad berarti “duduk”, Upanisad artinya, duduk berdekatan
dibawah kaki guru. Maksudnya adalah bahwa sikap siswa yang
duduk dihadapan guru untuk menerima ajaran yang bersifat
rahasia.
Duduk dibawah dekat dengan guru yang selalu
memberikan amalan-amalan yang bermanfaat, mereka
sangat patuh dengan mu wahai Guru, tengoklah
langkahmu kepada muridmu dengan tatapan kasih cinta,
dan ajarkan kebaikan-kebaikan dengan sebenar-benarnya
dan jangan biarkan orang lain mengetahuinya.
Pada zaman Upanishad pemikiran filsafat sudah
menyebar dan sudah mengetahui tetapi belum sistematis dan
terstruktur. Hal ini disebabkan karna pemikiran filsafat masih
tersebar luas dan merupakan karya-karya Guru-Guru dalam
pemikiran tentang beragama.
Wahai! Kau para pujangga tua, Guruku, kau membuat
suatu karya menawan dan energi dalam membuatku jatuh
dalam pemikiran agama yang kau sebarkan, jika engkau
tahu akan makna agama sebenarnya maka filsafatlah
kuncinya !!
Kitab Upanisad adalah pemikiran tentang agama, ajaran
yang terlihat dalam Upanisad adalah pemikiran yang mutlak
dan real. Maka Kitab ini adalah realitas yang tinggi, maka
Brahmanlah. Dalam Kitab Upanisad Brahmanlah yang
tertinggi, walaupun banyak dewa lain yang lebih rendah.
Taittirija Upanisad mengatakan bahwa hanya ada satu dewa
yaitu, Brahman. Dalam Katha Upanisad dikatakan bahwa
Brahman yang transeden berada di luar alam semesta, Brahman
ada dalam diri manusia dan alam semesta katanya.
Brahman itu bersifat Saccitananda, Sat artinya ada.
“Hanya Brahman yang memiliki keberadaan”, Cit berarti
kesadaran, bahwa Brahma bersifat rohani. Ananda artinya
damai atau bahagia. Bahwa Brahma meliputi meliputi dan
mempersatukan yang ada hanya merupakan kebahagiaan saja.
Kebahagiaan tidak bisa dibeli maupun dijual karna
hakikatnya manusia perlu kebahagiaan yang hakiki dan
immanen, yang Maha Kuasa lah yang dapat memberikan
kebahagiaan itu dengan mudah.
Upanisad juga mengatakan bahwa hakekat manusia
adalah atman, Keabadian yang disebutkan disini ialah adalah
Brahman yang mempunyai kekuatan keabadian menurut
kepercayaannya. Sehingga manusia yang mempunyai indera,
pencium, perasa, penglihatan, pendengaran, dan peraba.
“Hanya Brahman dan Atmaniah yang nyata” dan dunia ini
maya.
Pada Zaman Upanisad banyak sekali karma-karma yang
menyebar sehingga banyak manusia yang takut akan kesalahan
yang ia perbuat, siapa yang berbuat dosa atau kesalahan maka
ia akan mendapat karma dari yang Maha Kuasa. Manusia yang
seharusnya mengoreksi diri dan bertaubat meninggalkan
perbuatan yang salah dan khilaf.
Manusia ketika musnah akan lahir kembali dan menjadi
asal mula kembali dan ini yang disebut reinkarnasi,
samsara, punarbawa. Sehingga kehidupan berputar seperti jam
big-bang. Setiap manusia itu mempunyai sebuah kesalahan
dan kebenaran yang terus berputar searah jarum jam, maka
jika engkau sanggup memutar kembali arah jarum jam
dengan berlawanan, maka hidupmu akan kembali seperti
yang engkau mau. Tetapi kenyataan tidak bisa itu semua
sudah kodrat dari yang Maha Kuasa.
Jika engkau ingin dengan kemauan yang tidak tersampai,
maka pikirkan dan khayalkan dalam realitasmu sendiri
dan jangan anggap ini semua hanya omong kosong.
B. Zaman Epos (600 SM-200 M)
Zaman Epos ini adalah sebuah Zaman yang penuh
denga karya-karya klasik sebuah pementasan drama yang
selalu ditunggu oleh orang banyak, bukan hanya dalam
pemikirannya saja tetapi dalam karya-karya seninya yang
menjadi terkenal yaitu, kisah Ramayana dan Mahabharata, dan
ini memberikan sejumlah inspirasi kepada semua industri-
industri persenian yang di terjemahkan dalam masing-masing
bahasa, dan ini menjadi strategi dalam penyebaran filsafat
India di dunia.
Pesan-pesan seperti kepahlawanan dan ketuhanan serta
hubungan antara umat
Di dalam buku Ramayana (Vaisnawa Dharma, 1984,
yang ditulis oleh M Darma). Dikatakan bahwa, cerita ini ditulis
oleh Valmiki terdiri dari 24. 000 sloka, yang dibagi menjadi 7
kanda yaitu:
1. Bala Kanda: Menceritakan Raja dasaratha di Ayodya
memerintah dengan adil dan bijaksana. Dari ketiga
istrinya dilahirkan 4 orang putra. Dari Dewi Kausalya
lahir Rama, dari Saturagha. Rama dan Laksmana
membantu mengamankan asrama Visvamitra dari
amukan raksasa-raksasa, sampai Rama pulang dari
mengikuti sayembara do Mithila bersama istrinya Sita.
2. Ayodya Kanda :Rencana Dasaratha menyerahkan
kerajaan kepada Rama, tapi digagalkan oleh Dewi
Kekayi sampai Bharata gagal membujuk Rama untuk
kembali pulang ke Ayodya.
3. Aranyaka Kanda : Rama dan Laksmana membantu para
pertapa di hutan dari gangguan raksasa sampai bertemu
dengan jatayu yang gagal menyelamatkan Sita dari
tangan Ravana.
4. Kiskenda Kanda : Perjalanan Rama dan Laksmana,
kemudian menolong Sugriwa sampai dengan Sugriwa
megerahkan pasukan kera untuk mencari Sita.
5. Sundara Kanda : Hanuman ke Alengka menemui Sita,
kemudian ia membakar istana Alengka dan akhirnya
kembali menghadap Rama dengan berita tentang Sita
6. Yudha Kanda : Mulai dari pengerahan pasukan kera
sampai Rama menjadi raja di Ayodya.
7. Uttara Kanda : Menceritakan Kusa dan Lava putera dari
Rama

Maha Bharata terdiri dari 18 Parwa yang terdiri dari


100. 000 seloka yang ditulis oleh Kresna Dvipayana Vyasa
dalam waktu 3 tahun lamanya. (V. Dharma 1984 Penerbit: Jaya
M Dharma).
Dalam buku (Mahabharata, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta 2003, tulisan Nyoman S Pendit). Dikatakan bahwa:
Dalam Aswalayana Strautasutra dikatakan bahwa Mahabharata
edisi awal terdiri dari 24. 000 sloka :
1. Adi Parwa : Memuat asal usul dan sejarah keturunan
keluarga Kaurawa dan Pandawa, kelahiran, watak, dan
sifat Dritarasta, dan Pandu juga anak-anak mereka;
timbulnya permusuhan dan pertentangan diantara dua
saudara sepupu, yaitu Kaurawa dan Pandawa
memenangkan Dewi Drupadi, putrid kerajaan Panchala,
dalam suatu sayembara.
2. Sabha Parwa : Upacara Rajasuya Yudistira, Sri Kresna
yang mendapatkan penghormatan yang tertinggi untuk
dicuci kakinya oleh Yudistira. Permain dadu dan
penelajangan Drupadi oleh Dursasana.
3. Aranyaka/Wana Parwa : Kehidupan Pandawa di hutan
Kamyaka sebagai masa pembuangan karena kalah judi.
Buku ini adalah bukun terpanjang; antara lain memuat
episode kisah Nala dan Damayanti dan pokok-pokok
cerita Ramayana.
4. Virata Parwa : penyamaran Pancawa Pandawa ke
kerajaan Virata yang dipimpin oleh Prabu Matsyapati
ditahun yang ketiga belas dari pembuangannya.
Perkawinan Uttari dan Abimanyu anak Arjuna.
5. Udyoga Parwa : Persiapan perang besar dimana Arjuna
dan Duryudana secara bersamaan pergi meminta
kesediaan Kresna untuk membantunya dalam perang
Bharata Yuda. Pandawa mendapatkan Sri Kresna dan
Duryudana mendapatkan semua pasukan Kresna. Usaha
damai gagal. Perang tak dapat dihindari
6. Bhisma Parwa : Arjuna ragu-ragu dan bimbang untk
berperang, Dharma Ksatrya harus dilaksanakan oleh
Arjuna sebagai kewajiban. Nasehat Sri kresna (Bhagava
Gita) kepada Arjuna. Penghormatan seorang siswa
kepada Guru, walaupun Guru ada dipihak musuh.
Kematian Mahasenapati Bhisma karena bertempur
melawan Srikandi yang dibantu Arjuna
7. Drona Parwa : Kehebatan Drona sebagai Mahasenopati
dengan berbagai macam taktik dan strategi perang
melawan Pandawa sampai ia akhirnya ia gugur oleh
Drstadyuma
8. Karna Parwa : Karna menjadi Mahasenopati sampai
akhirnya ia gugur dipanah oleh Arjuna.
9. Salya Parwa : Salya menjadi Mahasenapati terakhir
yang kemudian gugur dipanah oleh Yudistira. Istrinya
Satyawati bunuh diri disamping mayat suaminya.
Duryudana luka berat dan akhirnya gugur.
10. Saupthika Parwa : Perbuatan tidak terpuji Aswatama
pada malam hari membunuh putra Pandawa dan
Srikandi. Akhirnya Aswatama dikalahkan oleh Arjuna.
11. Stri Parwa : Para istri menangisi para suami mereka
yang gugur dalam pertempuran melaksanakan Pitra
Yadnya.
12. Shanti Parwa : Bhisma memberikan wejangan moral
dan kewajiban seorang raja kepada yudistira dengan
berbaring di atas panah yang menembus seluruh
badanya, agar ia mendapatkan ketenangan jiwa dalam
menghadapi kemusnahan bangsanya.
13. Asmaweda (Upacara Asmaweda Buku). Upacara
Asmaweda, dan penobatan Yudistiran sebagai Maharaja
di Astina.
14. Anusasasana Parwa (Buku Ajaran) : Merupakan
lanjutan dari ajaran-ajaran Bima kepada Yudistira dan
berpulangnya Bima ke Sorgaloka.
15. Asramawasa Parwa (Buku Pertapaan) : Drestarasta
tetap menjadi raja dilayani oleh Pandawa. Akhirnya
bersama Ganandrini istrinya serta Kunti da n Sanjaya
pergi kehutan untuk bertapa sampai ia meninggal.
Bhagavan Vyasa memberikan pelajaran mengenai
Dharma kepada Yudistira.
16. Maussala Parwa (Buku Senjata Ganda) : Setelah 36
tahun selesainya perang Bharatayudha. Anak Parikesit
Janamejaya bertanya pada Rsi Vaisampayana mengenai
sebab habisnya keluarga Yadu yang bermula dari saling
mengejek dalam keadaan mabuk dan berakhir dengan
bunuh-membunuh d engan menggunakan senjata gada
ajaib.
17. Mahaprasthanikaparwa (Buku Perjalanan Suci)
mendaki gunung Himalaya. Satu persatu Pandawa
meninggal dalam perjalanan menaiki gunung itu dan
tinggal Yudistira dengan seekor anjingnya sampai
kepuncak
18. Svargarohana Parwa (Buku Naik Ke surga) :
Bagaimana Pandawa sampai ke pintu gerbang surge
dan ujian terakhir yudistira sebelum masuk surga.

Para puisi-puisi dan Prosa-prosa diangkat menjadi


sebuah kisah yang menggambarkan kepahlawan
sekelompok orang yang menamakan dirinya Pandawa dan
Kaurawa, dalam suka duka peperangan yang melanda
jiwa-jiwa suci penuh dengan hikmat dan martabat dengan
memperjuangkan kerajaan tercinta dengan dayang-
dayangnya. Cinta pada putri istana memberikan semangat
untuk berperang dalam kehausan nafsu cinta pada sang
putri indah dan menawan, putri telah menunggu untuk
pulang kerumah sayang, maka tabahkanlah dirimu untuk
ini semua. Kurasakan hati putri yang penuh gelisah dan
gundah menunggu seorang pahlawan cinta untuk dirinya.
Putri berdoa kepada dewa, agar selamat sampai putri
bercumbu dengan sang pangeran, dalam hatinya kepada
sang pangeran “Kakang sayangku, semoga kakang dalam
kemenangan untuk bertemu aku lagi di kamar.
Teringat ketika kakang mencium keningku sambil berkata
“Aku akan segera pulang putriku, semoga kamu tidak
gelisah menungguku
Ketika sang pangeran berdoa dalam hatinya “Semoga
putriku tidak kesepian karnaku, aku akan selalu ingin
menemuimu setiap aku teringat itu”, hanya itu yang bisa
aku ucapkan sayangku, aku rindu padamu.
Sang pangeran pun sangat gigih dalam berperang untuk
bisa bertemu dengan sang putri, akhirnya perang pun
berakhir dan sang pangeran teringat janji-janjinya untuk
bertemu dengan sang putri. Akhirnya mereka bertemu
untuk melepaskan rindu-rindu, bagai awan yang
mendayu- dayu akan segera hujan, mereka saling
berpegangan dan berpelukan serta berterima kasih
kepada dewa, karna telah mempertemukan kembali.
Buku ini menjelaskan tentang pertentangan, perang,
percintaan, strategi dan moral. Inspirasi tentang Ramayana
mengandung, puisi, seloka, nyanyian, drama, pola hidup
manusia.
Dalam teori Ramayana ini mengandung banyak segi
kepahlawanan, tetapi banyak sekali keganjilan dalam cerita ini,
apa yang di ceritakan tidak adil dan mereka mengikuti hawa
nafsu mereka untuk menjadi seorang ksatria.
C. Zaman Sutra (200 M)
Weda di zaman ini sangat kuno, sehingga
membutuhkan ilmu untuk menerjemahkan dan mengetahui
isinya, disamping itu menggunakan bahasa sansakerta dengan
ditulis huruf Dewanagari, sehingga harus di terjemahkan ke
dalam bahasa yang mudah dipahami, dengan itu filsafat
menciptakan sutranya sendiri-sendiri.
Sutra dalam bentuk tulisan-tulisan filosofi yang singkat
sebagai suatu kesimpulan sehingga sutra ini sulit ditangkap
tanpa adanya komentar-komentar, yang pada akhirnya justru
komentar-komentar, dan muncul pemikiran-pemikiran filsafat
yang kritis dalam memecahkan problem-problem filsafat yang
ada. Munculnya, enam pikiran filsafat yang disebut sebagai
Sad Dharsana (Nyaya, Vaisesika, Yoga, Purwa Mimamsa, dan
Wedanta), Ini saling mempengaruhi, Yoga menerima
Samkhaya, Vaisesika memperkenalkan Nyaya dan Vaisesika,
Sebaliknya Nyaya mengacu Vedanta dan Samkhaya serta
Purwa Mimansa secara langsung atau secara tidak langsung.
Prof Garbe menganggap Nyaya adalah yang tertua. (S.
Radhakrsnan, Vol. II: 1927: 58).
Zaman Sutra merupakan zaman yang penuh dengan
bingkai-bingkai filsafat penuh dengan pemikiran praktis
keagamaan kritis, dan penuh dengan karya-karya indah
Brahman dalam menuliskan secercak kata-kata yang
menempel di buku itu. Vaiseska telah mengajarkan tentang
kebebasan dalam kehidupan dan Vaiseska juga
merupakan bapak-bapak filsafat India yang penuh wibawa
dan sederhana, dan juga ada samkhaya yang memolak
teori- teori evolusi yang ingin hidup serba berkembang,
dia Yoga Olen Patanyali mengajarkan tentang jiwa-
jiwa
bersih, alam yang indah, serta kehidupan kosmologi, dan
tuhanlah tujuannya.
Dia Nyaya penuh dengan teka-teki pikirannya serta ajaran
logikanya yang berpangkalan pada penafsiran dan
penyelidikan, indra salah satu keajaiban manusia yang
mempunyai banyak kelebihan tradisi atau kewibawaan
dalam penalaran yang selalu menunjukan eksistensialism
manusia itu sudah cukup mampu dikembangkan.
Vurpa Mimamsa ia yang mengajukan tentang teks kurban
dan upacara-upacara saat akan melakukan ritual kepada
sang dewa
Ia juga sangat berjasa terselenggaranya upacara umat
hindu yang ada di seluruh dunia
Vedanda adalah sebuah karya klasik dari abad ini untuk
menyebarkan ajaran keagamaan bersumber dari sang
Brahman. Sebuah intuisi murni dewa yang melekat pada
ajaran ini berupa sikap-sikap suci indah nirwana,
keindahan hidup merupakan harga diri yang tak pernah
dapat tergantikan oleh apapun, siapapun itu.
Ketatalakuan memaknai cinta akan diri sendiri, sungai-
sungai Brahman dalam doa-doa indah
Karika dan Sankara, dengan menggunaka akal-akal rasio
mereka dengan melambangkan Budhanisme, melanjutkan
dan memperbaharui ajaran-ajaran Gaupada. Dalam
karya-karya klasik filsafat India banyaklah akan itu
sastrawan dan pujangga-pujangga untuk mengembalikan
makna Brahman dalam anutannya. Banyak keragaman
didunia ini dengan berbagai cara untuk kita dapat
menghirupnya.
Yamuna, “Aku mengerti, dan aku paham maka jadikan
aku seorang manusia” Manusia yang dapat memahami
keindahan alam ini dengan hati yang damai. Syair dan
melodi-melodi menggelora dihati akan arti kepahaman
cintawi.

D. Zaman Scholastik (200 M)


Zaman Scholastik sangat sulit untuk dipisahkan dengan
zaman sutra karena tahun dan zamannya sama. Scholastik
adalah zaman sekolah-sekolah pemikiran yang dalam bahasa
Sanskerta disebut Archarya. Pemikiran Buddha dan
perkembangnya menginspirasikan pada periode Scholastik,
para pemikir didasari oleh veda yang enentang dogmatism dan
tradisi dengan menjelaskan ulang kebiasaan yang
menggunakan akal dan logika. Pertentangan tidak jadi masalah
untuk para filsuf dalam menuangkan pemikirannya. (S.
Radhakrishnan, Vol. II 1927:17).
Para pemikir yang selalu mengkritisi juga muncul pada
zaman ini dan Sad Darsana, seperti Nyaya dari Gautama,
Walsesika dari kanada, Samkya dari kapila, Yoga dari
Patanyali, Mimansa dari Jaimini, dan Vedanta dari Badarayana
semua sistem Brahmana diambil dari Veda. (S. Radhakrishnan,
Vol. II: 1927:19). Sehingga aliran filsafat terbagi menjadi 2
kelompok besar yaitu, Astika (Ortodoks), dan Nastika
(Heterodoks). Kelompok Astika ialah kelompok yang
mengakui otoritas Veda. Sad Darsana masuk dalam kelompok
ini dan kelompok Nastika kelompok termasuk tidak mengakui
otoritas Veda seperti, Biddhisme, Jainisme, dan Carwaka.
Sehingga Agama Budha terlahir dari tidak mengakui terhadap
otoritas Veda.
Perkembangan pemikiran Filsafat Vedanta
dikembangkan ke perguruan atau Acharya seperti : Sankara,
Ramanuja, Madhva adalah tiga tokoh besar periode ini untuk
menspasialkan ulang ajaran-ajaran kuno, sehingga membuat
ide-ide baru dalam pemikiran di India. Banyak sekali ide-ide
yang ditimbulkan dari pembaharuan ini untuk me-rasionalkan
pemikirannya untuk dapat dimengerti oleh seluruh murid-
murid di perguruan tinggi tersebut, perguruan tinggi itu adalah
Sankaracharya, Ramanujacharya, Madhavacharya, Sri
chaitanya dan lain-lain. Acharya memiliki seorang guru, dan
ada anak muridnya yang lebih tinggi ilmunya maka diangkatlah
menjadi guru, yang disebut Parampara.
Anak muridnya yang sudah terlihat keahliannya, maka
dapat dijadikan sebagai guru, sama dengan halnya di barat juga
sistem pendidikan yang maju merupakan sistem yang
menganut sistem demokrasi murid dan gurunya.
Di abad 19 sampai 20 filsafat Vedanta dan Yoga sudah
menyebar kebagian benua Eropa dan benua Amerika yang
dibawa oleh ilmuwan India yang belajar di Eropa dan Amerika,
dan mereka menyebarkan paham tentang mencintai alam dan
kosmologi serta mencintai kehidupan dan cara memperbaiki
diri, tokoh-tokoh seperti Ramakresna, Swami Vivekanda,
Aurobindo, Sarvepali, Radhakrishnan, Prabhuphada, dan
bahkan orang Amerika dan Eropa pun sangat mengaggumi
pemikiran orang-orang India, sehingga mungkin pemikiran
filsafat India diserap dan diamalkan hingga sekarang, bahkan
Filsafat Barat dan Filsafat India harus dipadukan antara
rasioanalnya hubungan manusia dengan alam dan bagaimana
cara untuk mengakalkan jiwa manusia dengan hubungan alam.
Pemikiran India selalu berpengaruh terhadap manusia
untuk berbuat lebih arif dan bijaksana, sehingga manusia
jangan sampai berbuat serakah dan sombong, karna semua itu
milik Yang Maha Kuasa. Makanya mereka terus
mengembangan pemikirannya sampai tingkat tinggi.
Batas-batas umur untuk membuat periode dalam filsafat
India, kehidupan manusia dalam empat periode yaitu
Brahmacari yaitu para pemegangnya harus hidup membujang
dalam periode ini, Grhasta yaitu periode hidup berkeluarga
dimana tujuannya untuk memperoleh keturunan Wanaprasta
yaitu periode seseorang mengakhiri hidupnya Grhasta untuk
masuk ke dalam dunia rohani diperdalam karena sudah mampu
memasuki ranah Wanaprasta, dan yang terakhir adalah Biksuka
yaitu periode dimana sesorang membebaskan diri dari
keterikatan duniawi ialah Moksa, akhir dari segalanya tujuan
dari Moksa ini.
Menurut, Huston, Smith, 1985 terj, 42-71), yaitu jalan-
jalan yang dapat ditempuh oleh manusia untuk menuju ke
tujuan akhir manusia berupa pembebasan atau moksa. Hal ini
juga mengandaikan bahwa kemampuan manusia terbatas dan
disamping terbatas juga memiliki kecenderungan-
kecenderungan spesialisasi pada bidang-bidang aktifitas
tertentu yang menurutnya cocok.
Kelemahan jiwa bukan segalanya, jangan takut karna
tuhan bersama jiwa-jiwa yang lemah. Tujuan manusia
bukanlah keduniawi tetapi akhir pembebasan dari jeruji
ujian duniawi, selalu merasa lemah dan lemah karna
manusia memang lemah, bebaskan semua paksaan hati
duniawi, menarilah di nirwana tersenyumlah dan
bergeraklah menuju pembebasan.
Tertawakan dunia yang hina selalu dalam karunia
tuhanmu, kembalikan cinta duniamu dalam moksa.
Pagi matahari bersinar, tujuan manusia dalam
pembebasan adalah menjadi guru yang bijak, untuk
mengajarkan murid-muridnya dalam ilmunya, setelah
menjadi pengabdi yang baik buat Brahman, sekarang
waktunya menjadi guru yang teladan dan bijak, tatapan
sang guru memberikan keyakinan akan pembebasan
ilmuku, terima kasih kepada guruku telah mengajarkan
pembebasan ini dalam hidup mereka semua.
Ngantri-ngantri ke Nirwana untuk bertemu Sang Hyang
Ismaya, mereka para biksu segera dan segera untuk
mengantri dalam pembebasan. Bhakti kasih biksu unruk
para murid hindu, menyerahkan setulusnya pada Tuhan
Yang Maha Kuasa.
Tidak ada yang lebih tinggi kecuali Tuhan Yang Maha
Kuasa
Pemikiran filsafat India ialah berbasis klasik dan kuno,
bertepatan dengan filsafat yunani dan filsafat cina pada abad 4
dan 5 M. Pemikiran Filsafat India sampai sekarang masih
dikenal dan berkembang dalam dunia lingkungan dan alam,
contoh aktivis lingkungan mengatasnamakan filsafat India,
untuk saling menjaga alam ini dengan rasa tanggung jawab dan
kepedulian. Kebebasan dalam kebudayaan dalam menanggapi
pentingnya kemanusiaan lahir dari moksa yang mana inti dari
kebebasan itu ialah kebebasan secara maknawiyah, jika dalam
periode Scholastik “Moksa” itu pebebasan dari duniawi, secara
tidak langsung itu memberikan pernyataan bahwa manusia
memang bersifat sombong dan perusak, sehingga dalam
“Moksa” inilah manusia harus terbebas dari kesombongan dan
perusak alam sekitar. Jika di alihkan pada zaman kontemporer
ini “Moksa” dapat diibaratkan kebebasan beragama dan
kebebasan dalam menyatakan demokrasi, dengan demikian
pemikiran-pemikiran filsafat India masih bertahan hingga kini
dan tetap stagnant.

E. Ajaran-ajaran Filsafat India


Aliran-Aliran dalam filsafat India bermacam-macam
dan masing-masing mempunyai maksud dari nas tersebut,
sehingga disini akan menjelaskan bagaimana pemikiran itu bisa
tersampaikan disini. Aliran itu ibaratkan selang-selang yang
dilewati oleh air yang keluar dari sumbernya, maka masing-
masing selang berbeda kualitas air dan semburannya, begitu
juga dengan aliran-aliran dalam filsafat India masing- masing
berbeda pemahaman dan penyebarannya tetapi dalam sumber
yang sama yaitu Veda.
Menurut, Drs, Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar,
(2005:169), Bab XI, Ajaran- Ajaran dalam filsafat India ada 4,
yaitu:
1. Ajaran tentang Kenyataan yang Tertinggi
Dalam spekulatif ini dasar-dasar ajaran yang berkaitan
dengan kenyataan yang tinggi ialah Zat yang mutlak, dalam arti
filsafati, ialah bahwa kenyataan tertinggi itu bebas dari segala
sebutan (tidak dapat dikatakan bagaimana), dan bebas dari
segala hubungan (tidak memiliki hubungan dengan siapa pun,
karena memang tidak ada yang lain). Maksud dari pernyataan
tersebut ialah Yang Maha Kuasa, tidak dapat dikatakan
bagaimana, dan tidak ada hubungan nya dengan siapapun).
Akal manusia memang tidak dapat menembus kenyataan ini,
dengan demikian manusia tidak sanggup menjelaskan apa itu
Yang Maha Kuasa. Sebab, maknanya luas sekali jika di
definisikan. Kenyataan yang timbul dari penglihatan itu nyata,
tetapi Kenyataan yang tertinggi itu tidak terlihat oleh
penginderaan, dengan demikian, realitas dihubungkan dengan
Kenyataan, Sebenarnya Kenyataan itu adalah Rasionalitas.
Bila mungkin kau melihat Rasionalitas itu berwujud
Kenyataan, maka harus dibagi menjadi 3 Kenyataan, yaitu
RasionalitasKonkret, Rasionalitas Abstrak, dan Rasionalitas
Nihil.
Dengan itu dapat mengetahui Kenyataan yang
berbentuk Rasionalitas.

2. Ajaran tentang Jiwa


Ajaran tentang jiwa semuanya mengakui adanya tuhan,
dan dapat dikatakan juga bahwa Jiwa itu mempunyai sikap
meyakini dan perasa terhadap kepercayaan kepada Yang Maha
Kuasa. Jiwa yang mutlak adalah jiwa yang abadi, yang
memancarkan suatu sinar kebaikan dari tuhan, jiwa juga
banyak berbagai sebutan contoh, Atman, Purusa atau jiwa,
Jiwa merupakan hak mutlak manusia, bagian yang suci dari
segala noda dan dosa, dan berada disamping naluri manusia.
Hati yang bersih mereka yang selalu menjauhkan dari sikap
kesombongan dan keserakahan, dengan demikina ajaran jiwa
dalam filsafat Farabi dan Arazi yaitu tentang jiwa, jiwa ialah
sesuatu yang kekal dan abadi, dan menurut Plotinus, jiwa juga
termasuk dalam immanen, dan berbagai filsuf yang lain.
Jiwa yang bersifat suci ialah yang terhindar dari
kejahatan pada hati-hati mereka dengan menggunakan akal
sebagai stimulant dan jiwa sebagai pengontrol, maka jiwa yang
bersih ialah jiwa yang kekal dari godaan-godaan duniawi.
Jiwa dan akal saling melengkapi, ketika akal merespon
dari keinderaan maka dari situ hatilah yang mengontrol dan
memberikan sejumlah seruan untuk memilih yang lebih baik
atau juga sebaliknya.

3. Ajaran tentang Karma


Filsafat India mengajarkan jika berbuat salah mereka
akan menanggung berbuatan itu juga dengan setimpal, dengan
demikian timbulah sistem Karma dalam ajaran filsafat India.
Apa yang menyebabkan manusia berbuat dalam kejahatan dan
kebaikan, mereka semua sebenarnya punya tujuan untuk
melakukan itu, dan bukan semata-mata karna kesenangan datau
kesusahan, tetapi mereka mempunyai hasrat ingin memiliki
sesuatu namun jalannya masing-masing, ada yang berbuat
kejahatan dan kebaikan. Mereka akan mendapat balasan dari
Karma itu, jika berbuat baik, maka akan baik juga, tetapi jika
berbuat kejahatan, maka akan jahat juga. Di dalam Islam
berbuat kebaikan itu wajib hukumnya dan perbuatan jahat
haram hukumnya, namun jika Islam, manusia yang berbuat
baik itu mendapat balasannya 2 kali lipat, maka jika perbuatan
buruk akan mendapat balasan 1 kali, betapa baiknya agama
Islam dalam menanggapi ini.
Manusia juga dipandang sebagai Samsara, yaitu
perputaran jantera hidup, makannya dunia banyak sekali
perbedaan, ada yang berbuat baik, setengah baik, dan berbuat
jahat, setengah jahat. Filsafat memberikan pencerahannya
bahwa kebaikan dan keburukan itu relative jika dilihat dari
aspek manfaatnya.

4. Ajaran tentang Kelepasan


Ajaran tentang Kelepasan ini merupakan doktrin-
doktrin yang bersifat optimis kepada masa depan manusia.
Ajaran memberikan keyakinan dan semangat untuk menjalani
hidup ini dengan damai dan bahagia, dengan demikian setelah
manusia melepaskan diri dari perbuatan yang tidak bermanfaat
(kejahatan), maka manusia harus bertobatdan jangan
melakukan lagi kesalahan lagi, dan jangan berputus asa untuk
masa depan yang lebih baik. Dengan melepaskan semua
keburukan yang telah ia perbuat denga emosi, maka raihlah
kebaikan dengan emosi juga dengan segala kemauan dan
keinginan dalam merealisasikan diri lebih tinggi
kedudukannya, sehingga manusia menjadi insan Tuhan yang
bermanfaat dan berhasil.
BAB V
KESIMPULAN
Zaman-zaman ini merupakan zaman filsafat India yang
menuju perubahan sehingga masing-masing zaman mempunyai
perubahan sendiri, seperti zaman brahmana, yaitu datang
bangsa arya menuju ras drawida yang notabenenya, ras orang-
orang asli India yang masih berbudaya lama sehingga, bangsa
arya meluas ajaran dengan, nyanyian dan puji-pujian terhadap
dewa, sehingga ras drawida lenyap dengan mengganti sistem
dogma bangsa arya.
Selanjutnya pada Zaman Epos ini timbulah sesuatu
sastra tentang pergelaran Ramayana, dan tentang pahlawan
yang digambarkan pahlawan membela yang benar, sehingga
sastra ini ada sampai saat ini selalu menjadi utama para
penyair.
Dan Zaman selanjutnya yaitu sutra berupa zaman yang
timbul aliran filsafat dan aliran mempertanyai sesuatu yang
belum dianggap benar, pada zaman ini semua aliran filsafat
dari mulai carvaca, nyaya yainisime, dll, aliran
mempertentangkan dan tidak menerima veda sebagai yang
utama, ak hirnya terjadi perpecahan aliran dan masing-
masing merebut kekuasaan dan pengaruh pemikirannya.
Zaman Scholastic adalah lanjutan dari zaman Epos,
namun pada zaman ini lebih modern pemikirannya dan para
filsuf dapat belajar di Eropa dan Amerika, orang barat juga
mengaggumi pemikiran para filsuf India karna pemikiran
mereka bersifat merakyat dan bebas, sehingga filsafat ini
terdapat di berbagai penjuru dunia.
Sistem filsafat India mengandung cara bagaimana
manusia hidup damai dan tenang, dan dapat saling tolong
menolong sesama manusia, dan juga sistem pembebasan
manusia dari sikap serakah dan sombong.
Perbuatan manusia akan mendapat (karma) yaitu
pembalasan tentang apa yang diperbuatan manusia selama
didunia, jika berbuat kebaikan balasanya pun akan serupa,
tetapi jika buruk maka serupa pula pembalasannya.
Hakikat manusia adalah Roh atau Atman merupakan
percikan dari Brahman setiap manusia adalah bersaudara, dan
itu merupakan Atman, sehingga manusia benar adalah
mencintai sesama manusia.
Manusia untuk mencapai sebuah pembebasan (Moksa),
harus melalui Karma terbebas dari keserakahan dan
kesombong didalam diri manusia, sehingga dapat hidup sesuai
tuntuan Veda.
Masalah Tuhan saat ini lebih membuat para manusia
lebih binggung dengan keadaan ini, bukan hanya masalah
akidah tetapi masalah perbedaan pendapat, menurut konsep
Veda, siapa saja tuhannya yaitu sah-sah saja, dan tidak ada
yang lebih tinggi tingkat spiritualismnya dan yang paling
benar. Masing-masing agama mempunyai tuhannya masing-
masing sehingga mereka percaya dengan tuhannya masing-
masing, sehingga harus saling menghargai satu sama lain.
Filsafat India adalah filsafat yang membicara tentang
kemanusiaan dalam seutuhnya dan dapat di jadikan pedoman
hidup manusia untuk lebih bijak. Dan manusia yang jauh dari
pembebasan itu, tidak pernah akan sampai terhadap Nirwana
setelah manusia hidup kembali setelah reinkarnasi, di dalam
veda, manusia yang baik adalah manusia baik dengan
Karmanya.
Dan apa yang telah diterima oleh kaum Brahman
tentang puji- pujian, dan syair-syair tentang Moksa dan Karma,
itu selalu di ulang-ulang dalam penyampaiannya, agar manusia
selalu mengingkari, dan sifat pelupa, maka kaum Brahman
lebih sabar dalam menyebarkan ajaran-ajaran Veda.
Dan dalam buku ini juga terdapat Sastra-sastra modern
tentang kehidupan manusia pada umunya, dan penjelasan
tentang manfaat filsafat dengan metode pendukung lainnya.
Semoga dalam buku ini memberikan inspirasi kepada
kita semua dalam menghadapi dunia yang jahat ini. Salam
Kebijaksanaan (Filsafat Indonesia).
DAFTAR PUSTAKA

Surajiyo. Drs, 2005, Ilmu Filsafat Sebuah Pengantar, Jakarta:


Bumi Aksara

Riyanto, 2015, STAH Dharma Nusantara, Sejarah Filsafat


India, Jakarta

Prabhupada, 1983, A. C Bhaktivedanta Swami, “Kempurnaan


Yoga” Jakarta, PT. Pustaka Bhaktivedanta.

Radhakrshnan, Sarvepalli, 1927, ”Indian Philophy”, Vol. 1


London, George Allen & Unwin Ltd.

Radhakrshnan, Sarvepalli, 1927, ”Indian Philophy”, Vol. II


London, George Allen & Unwin Ltd.

Ach. Dhofir Zuhry, 2013, ”Filsafat Timur, Sebuah Pergulatan


Menuju Manusia Paripurna, Malang, Madani.

Prof. Dr. Koentjaraningrat, 1975, ”Manusia Dan Kebudayaan


Di Indonesia, Jakarta, Penerbit Djambatan.
BIODATA

Nama : Rizky Rahmatullah Hariri


Panggilan : Rizky/Kiki/Hariri/Hari
Tempat/Tgl : Karawang, 22 juni 1998

Penulis merupakan anak pertama dari nihil bersaudara, dia


memiliki cita-cita untuk menjadi seorang Pegawai apa aja,
Selain itu dia ingin menjadi seseorang yang berguna dan
menjadi orang yang dijadikan andalan, ia sangat menyukai
tentang keindahan alam dan manusia. Pepatah yang rizky
sampaikan pada teman-teman adalah, ”Apa yang kalian
rindukan dan inginkan, denganmu khayalkan setinggi mungkin
dan dengan cara itu kamu akan mendapatkan itu dalam
mimpimu.

9
3

Anda mungkin juga menyukai