PENDAHULUAN
Filsafat India merupakan filsafat yang berasal dari
timur dekat selatan, mengapa disebut sebagai filsafat India?
karena India sejak 2500 SM sudah mengenal yang namanya
kebijaksanaan, dalam segi kehidupan dan alam sekitar,
sehingga filsafat India adalah kebijaksanaan yang mengatur
kehidupan way of life untuk kesejahteraan kita hidup didunia
ini dengan lebih tenang dan damai. Filsafat India membagi
sejumlah zaman dalam penyebarannya ada empat zaman, yaitu
Zaman Veda, Zaman Epos, Zaman Sutra, dan Zaman
Scholastik. Dalam zaman filsafat India bukan hanya empat
zaman itu saja, tetapi masih terdapat sekte dan aliran yang
tersembunyi di masing-masing periode.
Filsafat India mengenalkan pada dunia modern saat ini
berupa sebuah ketaatan dalam beribadah kepada sang maha rsi
(kepercayaan hindu) untuk lebih menenangkan diri dari segala
kehidupan duniawi yang fana, filsafat India memiliki ciri yang
sangat khas untuk berkaitan dengan filsafatnya. Banyak tokoh-
tokoh besar yang mengaplikasikan filsafat India di zaman
kontemporer ini seperti, Mahatma Gandhi sebagai aktivis
kemanusiaan dan masih banyak lagi. Kebanyakan bagi para
filsuf India ia tak pernah mempunyai aplikasi untuk
menyampaikan risalah kehidupan filsafat untuk masyarakatnya
sehingga keterbatasan ini mengakibatkan filsafat India tidak
terkenal seperti filsafat yunani yang membawa perubahan
sampai saat ini.
Perbedaan yang sangat mendasar filsafat timur (India)
dengan filsafat barat, yaitu tentang pemikiran mereka yang
mana filsafat barat mengadopsi akal dan rasional sebagai satu-
satunya kebenaran yang memberikan perubahan pada
peradabannya, dan filsafat India mengadopsi pemikirannya dari
kepercayaan terhadap dewa mereka (rsi) yang dapat membuat
ketenangan dan kedamaian, saling memaafkan, saling tolong-
menolong, saling menjaga alam semesta ini agar tidak rusak.
BAB II
SEJARAH FILSAFAT INDIA
Sejarah Filsafat India menurut Dr. S. Radhakrishnan dibatasi
mulai dari 2000 SM sampai 1000 SM yang dibagi menjadi 4
periode :
A. Zaman Veda (1500 SM-600 SM)
Kedatangan bangsa arya ke India membawa peradaban
baru dan sebelumnya di India sudah ada peradaban lam yaitu
Drawida, penduduk asli India. Peradaban arya peradaban yang
berupa filsafat, pujia-pujian , dan nyanyian-nyanyian berbentuk
teks keagamaan, selanjutnya timbulah Kitab Brahmana dan
Kitab Upanisad. Zaman veda merupakan zaman yang dimana
para pemuka-pemuka agama timbul, disanalah mereka
membangun peradaban baru sebelumnya peradaban drawida itu
peradaban yang sangat kuno dan percaya terhadap hal-hal yang
berbau mitologi dan takhayul, Peradaban Drawida suku asli
India sama dengan peradaban yunani kuno yang percaya
terhadap takhayul yang beragam seperti, timbul raja naga yang
dapat membunuh manusia dengan sekali semburan api panas,
selain itu berbagai macam-macam sihir yang membuat orang
menjadi gila dan adanya bidadari dari kaum suci datang
mengampiri. Mitos-mitos yang berkembang pada zaman
sebelum arya datang sangat banyak, sehingga bangsa arya
datang sebagai penduduk baru dan sekaligus untuk
menyebarkan Kitab Brahmana dan Kitab Upanishad.
Kata Samhita artinya “kumpulan”, bahwa syair-syair
dari Rig-Veda dikumpulkan pada zaman bangsa Arya dan Non
Arya bertemu di India, (S. Radhakrishnan, Vol. I:1927:75).
Manusia pada zaman ini melakukan penyembahan-
penyembahan terhadap dewa-dewa. Dewa dari kata Div artinya
sinar, sehingga berarti kepercayaannya dewa itu terang,
dikaitkan dengan segala sesuatu yang bersifat terang seperti:
matahari, bulan, bintang dan lain-lain. Sehingga dewa-dewa
diibaratkan mempunyai kepribadian masing-masing.
Selanjutnya para dewa-dewa menikmati persembahan
dari korban-korban dan diundang mantar-mantra yang
diucapkan. Adapun dewanya diantaranya adalah “waruna,
indra. Dewa-dewa itu berfungsi sebagai menguasai tertib alam
semesta, termasuk tata kehidupan manusia. Tata tertib alam
semesta itu disebut Rta yang berarti hukum atau keadilan,
sehingga rta menjadi bapak dari segala sesuatu yang kemudian
berkembang menjadi Dharma.
Para dewa itu telah disembahnya untuk menjadikan ia
sebagai yang maha kuasa dan diberi korban-korban dan mantra
ajaib untuk berkomunikasi dengan roh halus, masyarakat hindu
pada saat itu masih percaya dengan ritual tidak berbeda dengan
masyarakat hindu pada zaman kontemporer. Adanya sesajen-
sesajen yang masih dilakukan di bali, kegiatan itu dikhususkan
untuk para dewa yang telah memberikan keselamatan dan
bermacam-macam alasannya. Dan itu bukti bahwa penyebaran
hindu di Indonesia sudah lama terjadi pada tahun < 500 M dan
sampai saat sekarang ini semakin eksis.
Ajaran tasawuf nya agama hindu antara lain, berusaha
dalam keyakinan hidup dan focus dalam beribadah semata
hanya karena sang mahadewa dan itu dalam filsafat Islam juga
ada ajaran bertasawuf, mungkin tasawuf berasal dari agama
hindhu sehingga filsafat Islam ada kesamaan tentang
mendekatkan diri kepada tuhan dengan cara merenungkan diri,
memahami hidup ini dan mengetahui ciptaan Tuhan yang
Maha Kuasa.
Percampuran hindu di Indonesia tidak lepas dari
bangsa-bangsa arya dan Kitab Veda, yang telah memberikan
ilmu agama ke sebagian penganutnya di Indonesia. Mengapa
hindu di Indonesia dapat menyesuaikan sejak abad ke 9 pada
cerita-cerita Ramayana dan Mahabharata yang masih-masing
punya keahlian peran dalam alur kepahlawan seperti, Pandawa
5 yaitu Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa yang
lawannya adalah Urawa.
Zaman Brahmana. Kata Brahmana berarti doa atau
ucapan-ucapan sakti yang diutarakan oleh para Brahmana.
Ucapan yang berbentuk mantra-mantra yang dapat
menimbulkan petuah jika para brahmana marah kepada para
pengikutnya maka ucapan itu akan jadi kenyataan, sehingga
para pengikutnya akan tunduk kepada apa yang di berintah
brahmana kepada para pengikutnya, tentunya dengan hal-hal
yang baik dan sopan. Pembagian masyarakat menjadi 4
(empat) warna (Bhagavad-gita) yaitu, Brahmana, Ksatria,
Waisya, dan Sudra
Brahmana yaitu, mereka yang berpengetahuan tinggi
atau juga disebut para ulama, pendeta, pastur, budha gotama,
dll. Sehingga dihormatilah kewibawaan sang Brahmana untuk
menjadi wakil dewa di dunia dalam menegakan keserasian
hidup lebih bertujuan dan lurus serta kemanfaatan hidup
manusia di dunia ini.
Ksatria yaitu, para pejabat atau juga administrator
pemerintahan, mereka yang mendapat julukan ksatria ini harus
bertanggung jawab layaknya pejabat dan pemimpin untuk
kesejahteraan rakyat dan umum, apapun segala resiko
berkembangnya negara di situlah ada para pemimpin dan juga
administrator pemerintahan yang menata sistem pemerintahan
untuk mensejahterahkan para sudra.
Waisya yaitu, para petani dan pedagang, mereka adalah
kaum menengah yang mempunyai penghasilan cukup dan
sudah taraf menengah dalam kehidupan kasta, sehingga tidak
mengalami penindasan lagi oleh kaum ksatria yang ingin
mengambil hak-hak para kaum sudra.
Sudra yaitu, para buruh pekerja kasar yang tugasnya
membantu para Brahmana, Ksatria, dan Waisya.
Mereka selalu menjadi tulang punggung dan membawa
beban yang sangat berat dalam kehidupan berkasta.
Mereka yang selalu bertanggung jawab atas kegagalan
dari tugas mereka, padahal mereka tidak mengetahui apa-
apa tentang tugas-tugas yang diberikan kepada kaum
sudra. Mereka hanya tahu tentang tugas kerja-kerja dan
kerja tidak tahu tentang rencana dibalik rencana itu.
Ia selalu menjadi sasaran kekesalan para pejabat-pejabat
yang tidak puas dengan hasil kerjanya, mereka selalu
menangis dan selalu meminta kesempatan satu kali lagi
agar kerjannya dapat dihargai lagi. Mereka meminta
bantuan para dewa agar hidupnya tak sia-sia lagi untuk
membantu para brahmana, ksatria, dan waisya, ia selalu
berdoa dan berdoa agar hidupnya tak mendapat masalah
lagi dan hidupnya lebih tenang, semoga doa mereka
terkabul dan selalu dapat perlindungan dari rsi.
Masyarakat bersifat ritualistik yang selalu melakukan
simbol-simbol dengan korban-korban, dan ritual penyembahan-
penyembahan. Pemikiran filsafat mulai dengan pemikiran-
pemikiran yang bersifat metafisis yaitu bersifat tidak terlihat
dan nol, abstrak tapi belum sistematis, karena pemikiran
filsafat masih tersebar disana-sini secara tidak teratur. Pada
dasarnya mulai mencari sebab-sebab yang pertama dari alam
semesta ini yang bernama Prajapati, yaitu tuhan Pencipta yang
kadang kala disebut Brahma. Brahma dari kata brh artinya
tumbuh atau berkembang, kemudian menjadi perkataan suci,
dan kodrati meliputi segala asas kekuasaan.
Hubungan alam dengan manusia seperti halnya sayur
tanpa garam, akan hambar rasanya dan kelezatannya, mereka
sebenarnya mempunyai harmonis karena alam menyediakan
tempat untuk bermukimnya manusia, tetapi ulah sekelompok
manusia yang mengikuti hawa nafsunya untuk memperkaya
diri dengan kekayaan-kekayaan alam yang ada dibumi ini, dan
mulai hidup keabadian dalam alam semesta yaitu atman,
manusia dilahirkan setelah kematian.
Manusia yang hidup dalam kesunyian takkan bisa hidup
dalam keramaian dan manusia yang hidup dalam
keramaian dapat hidup dalam kesunyian, begitu juga
hidup setengah jiwa dalam nirwana penuh teka-teki dalam
kenyataan, tak bisa ia menggapai setengah jiwa lagi karna
hidup satu dalam kekuatan jiwa. Alam raya berseri-seri
ketika makhluk manusia tidak lagi menjadi cakaran
baginya, tetapi ia telah menjadi sutra kehidupan alam.
Keyakinan bayang-bayang nafsu terbuai asmara alam
dengan manusia, sebelum cinta datang maka cinta datangi
dulu aku. Manusia memanggil jangan paksakan alam
untuk rusak, aku datang.
Zaman Upanisad, Upanisad berasal dari bahasa
sankerta yaitu Upa artinya “dekat”, ni berarti “di bawah” dan
Sad berarti “duduk”, Upanisad artinya, duduk berdekatan
dibawah kaki guru. Maksudnya adalah bahwa sikap siswa yang
duduk dihadapan guru untuk menerima ajaran yang bersifat
rahasia.
Duduk dibawah dekat dengan guru yang selalu
memberikan amalan-amalan yang bermanfaat, mereka
sangat patuh dengan mu wahai Guru, tengoklah
langkahmu kepada muridmu dengan tatapan kasih cinta,
dan ajarkan kebaikan-kebaikan dengan sebenar-benarnya
dan jangan biarkan orang lain mengetahuinya.
Pada zaman Upanishad pemikiran filsafat sudah
menyebar dan sudah mengetahui tetapi belum sistematis dan
terstruktur. Hal ini disebabkan karna pemikiran filsafat masih
tersebar luas dan merupakan karya-karya Guru-Guru dalam
pemikiran tentang beragama.
Wahai! Kau para pujangga tua, Guruku, kau membuat
suatu karya menawan dan energi dalam membuatku jatuh
dalam pemikiran agama yang kau sebarkan, jika engkau
tahu akan makna agama sebenarnya maka filsafatlah
kuncinya !!
Kitab Upanisad adalah pemikiran tentang agama, ajaran
yang terlihat dalam Upanisad adalah pemikiran yang mutlak
dan real. Maka Kitab ini adalah realitas yang tinggi, maka
Brahmanlah. Dalam Kitab Upanisad Brahmanlah yang
tertinggi, walaupun banyak dewa lain yang lebih rendah.
Taittirija Upanisad mengatakan bahwa hanya ada satu dewa
yaitu, Brahman. Dalam Katha Upanisad dikatakan bahwa
Brahman yang transeden berada di luar alam semesta, Brahman
ada dalam diri manusia dan alam semesta katanya.
Brahman itu bersifat Saccitananda, Sat artinya ada.
“Hanya Brahman yang memiliki keberadaan”, Cit berarti
kesadaran, bahwa Brahma bersifat rohani. Ananda artinya
damai atau bahagia. Bahwa Brahma meliputi meliputi dan
mempersatukan yang ada hanya merupakan kebahagiaan saja.
Kebahagiaan tidak bisa dibeli maupun dijual karna
hakikatnya manusia perlu kebahagiaan yang hakiki dan
immanen, yang Maha Kuasa lah yang dapat memberikan
kebahagiaan itu dengan mudah.
Upanisad juga mengatakan bahwa hakekat manusia
adalah atman, Keabadian yang disebutkan disini ialah adalah
Brahman yang mempunyai kekuatan keabadian menurut
kepercayaannya. Sehingga manusia yang mempunyai indera,
pencium, perasa, penglihatan, pendengaran, dan peraba.
“Hanya Brahman dan Atmaniah yang nyata” dan dunia ini
maya.
Pada Zaman Upanisad banyak sekali karma-karma yang
menyebar sehingga banyak manusia yang takut akan kesalahan
yang ia perbuat, siapa yang berbuat dosa atau kesalahan maka
ia akan mendapat karma dari yang Maha Kuasa. Manusia yang
seharusnya mengoreksi diri dan bertaubat meninggalkan
perbuatan yang salah dan khilaf.
Manusia ketika musnah akan lahir kembali dan menjadi
asal mula kembali dan ini yang disebut reinkarnasi,
samsara, punarbawa. Sehingga kehidupan berputar seperti jam
big-bang. Setiap manusia itu mempunyai sebuah kesalahan
dan kebenaran yang terus berputar searah jarum jam, maka
jika engkau sanggup memutar kembali arah jarum jam
dengan berlawanan, maka hidupmu akan kembali seperti
yang engkau mau. Tetapi kenyataan tidak bisa itu semua
sudah kodrat dari yang Maha Kuasa.
Jika engkau ingin dengan kemauan yang tidak tersampai,
maka pikirkan dan khayalkan dalam realitasmu sendiri
dan jangan anggap ini semua hanya omong kosong.
B. Zaman Epos (600 SM-200 M)
Zaman Epos ini adalah sebuah Zaman yang penuh
denga karya-karya klasik sebuah pementasan drama yang
selalu ditunggu oleh orang banyak, bukan hanya dalam
pemikirannya saja tetapi dalam karya-karya seninya yang
menjadi terkenal yaitu, kisah Ramayana dan Mahabharata, dan
ini memberikan sejumlah inspirasi kepada semua industri-
industri persenian yang di terjemahkan dalam masing-masing
bahasa, dan ini menjadi strategi dalam penyebaran filsafat
India di dunia.
Pesan-pesan seperti kepahlawanan dan ketuhanan serta
hubungan antara umat
Di dalam buku Ramayana (Vaisnawa Dharma, 1984,
yang ditulis oleh M Darma). Dikatakan bahwa, cerita ini ditulis
oleh Valmiki terdiri dari 24. 000 sloka, yang dibagi menjadi 7
kanda yaitu:
1. Bala Kanda: Menceritakan Raja dasaratha di Ayodya
memerintah dengan adil dan bijaksana. Dari ketiga
istrinya dilahirkan 4 orang putra. Dari Dewi Kausalya
lahir Rama, dari Saturagha. Rama dan Laksmana
membantu mengamankan asrama Visvamitra dari
amukan raksasa-raksasa, sampai Rama pulang dari
mengikuti sayembara do Mithila bersama istrinya Sita.
2. Ayodya Kanda :Rencana Dasaratha menyerahkan
kerajaan kepada Rama, tapi digagalkan oleh Dewi
Kekayi sampai Bharata gagal membujuk Rama untuk
kembali pulang ke Ayodya.
3. Aranyaka Kanda : Rama dan Laksmana membantu para
pertapa di hutan dari gangguan raksasa sampai bertemu
dengan jatayu yang gagal menyelamatkan Sita dari
tangan Ravana.
4. Kiskenda Kanda : Perjalanan Rama dan Laksmana,
kemudian menolong Sugriwa sampai dengan Sugriwa
megerahkan pasukan kera untuk mencari Sita.
5. Sundara Kanda : Hanuman ke Alengka menemui Sita,
kemudian ia membakar istana Alengka dan akhirnya
kembali menghadap Rama dengan berita tentang Sita
6. Yudha Kanda : Mulai dari pengerahan pasukan kera
sampai Rama menjadi raja di Ayodya.
7. Uttara Kanda : Menceritakan Kusa dan Lava putera dari
Rama
9
3