Anda di halaman 1dari 21

SEJARAH FILSAFAT INDIA

BETTY TJIANDRA
India terletak antara 80 LU – 370 LU dan
67,50 BT – 980 BT, di Benua Asia bagian
Selatan. India merupakan semenanjung
besar yang berbentuk segitiga. Panjang
INDIA
wilayah dari Timur ke Barat sekitar 2.500
mil dari Utara ke Selatan 5.000 mil.
Perbatasan darat sepanjang 6.000 mil dan
5.000 mil perbatasan laut. Luas wilayah
secara keseluruhan 32.87.263 km2, dengan
batas-batas sebagai berikut:
 Sebelah Utara:
Nepal, Bhutan, dan China
 Sebelah Barat:
Pakistan dan Laut Arab
 Sebelah Selatan:
Sri Lanka dan Samudera Hindia
 Sebelah Timur:
Birma, Bangladesh, dan Teluk Benggala
A
R
Y
A
Bangsa Arya adalah salah satu bangsa tertua di dunia, berasal dari India Utara dan
Iran. Menurut Hitler, bangsa Arya adalah bangsa unggulan dan bangsa Jerman
merupakan keturunan langsung bangsa Arya, oleh karena itu Hitler memilih
Swastika (salah satu simbol milik Bangsa Arya) sebagai lambang Nazi.
Pada 1700-1400 SM, bangsa Arya (pengembara) datang ke India secara
bergelombang lewat pegunungan Hindu Kush di Utara dan menduduki lembah-
lembah subur di daerah percabangan sungai Indus.
Akibat kedatangan bangsa Arya maka penduduk asli menjadi golongan manusia
yang paling rendah, yaitu kasta Shudra. Pembagian kasta oleh bangsa Arya
dimaksudkan supaya tidak terjadi percampuran antara penduduk asli dan bangsa
Arya.
Susunan kasta di India sebagai berikut:
India’s Caste System • Brahmin yang disandang para
pemimpin agama.
• Khsatriya (warrior) untuk pemimpin
pemerintahan.
• Vaishya Waisya (petani dan
nelayan).
• Shudra (artis).
Sebenarnya masih ada satu lagi kasta
yang paling rendah. Begitu rendahnya
hingga tidak dimasukkan dalam group
kasta. Istilahnya “untouchable” alias  tak
tersentuh dan terbuang, yakni kelompok
Dalit. Mereka adalah pelayan,
pemungut  sampah, pembantu rumah
tangga, dan pekerjaan lainnya yang
dianggap rendah.
Filsafat Timur
 Pengertian filsafat
Filsafat merupakan kata serapan dari bahasa Arab “falsafa” (kata bendanya
falsafah dan orangnya disebut faylasuf) dan berasal dari bahasa Yunani
“philosophia”, dari kata “philien” (mencintai) atau “philos” (teman), dan
“shopos” (bijaksana) atau “shopia” (memiliki beberapa arti selain
kebijaksanaan/wisdom, yaitu: hikmat, kerajinan, kebenaran pertama,
pengetahuan yang luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat dan
kecerdikan). Jadi, filsafat berasal dari kata philosophos (orang yang
bijaksana), philosophien (merenungkan kebijaksanaan), atau philosophia
(kebijaksanaan, wisdom).
 Filsafat Timur dibedakan dalam 3 bagian, yaitu: filsafat India, filsafat Cina,
dan filsafat (negara-negara) Islam.
Dalam filsafat Timur, ada 5 aliran yang paling berpengaruh, yaitu:
Hinduisme, Buddhisme, Konfusianisme, Taoisme, dan Islam.
Hinduisme sangat berpengaruh pada perjalanan filsafat India,
walaupun Buddhisme dan Islam juga mempunyai andil yang
tidak kecil.
CIRI-CIRI FILSAFAT INDIA
 Motif spiritual;
 Sikap introspeksi dan pendekatan introspektif
terhadap realitas;
 Mengakui hubungan erat antara hidup dan
filsafat;
 Idealis;
 Memberikan peran sentral terhadap intuisi;
 Mengakui otoritas; dan
 Tendensi untuk mendekati berbagai aspek
pengalaman dan realitas dengan pendekatan
sintesis.
ALIRAN DALAM FILSAFAT INDIA

Astika (Menerima Weda)


 Waisesika.
 Purwa-Mimamsa.
 Samkya.
 Nyaya.
 Uttara-Mimamsa (Ynana/Vedanta).
 Yoga.
Nastika (Menolak Weda)
 Carvaka.
 Buddhisme.
 Jainisme.
ASTIKA
Astika muncul dalam wujud 6 mazhab:
 Waisesika (Atomisme).
Aliran ini mengupas tentang kebahagiaan dengan cara pembahasan jiwa
dari sifat-sifat yang mengekangnya. Selain itu, dibahas pula tentang
hubungan kausalitas dalam alam semesta dan manusia.
 Purwa-Mimamsa.
Pada mulanya Mimamsa bukan merupakan sistem filsafat melainkan
usaha untuk menjelaskan hakikat hukum, peraturan, atau kewajiban
(dharma), yang menurut sistem ini terdiri atas ketaatan terhadap
perintah Veda dan larangan-larangannya.
 Samkya.
Samkya dikenal sebagai aliran yang bersifat dualistis (bahkan
monodualistis) karena menyakini keberadaan materi (prakritri) dan jiwa
(purusha) sebagai satu kesatuan. Ada 4 ikatan antara prakritri dan
purusha, yang disebut guna, yaitu: halus dan terang; gerak dan pemarah;
gelap; dan berat.
ASTIKA

 Nyaya.
Aliran ini muncul sekitar tahun 225 oleh Gautama dengan bukunya berjudul “Nyaya-
sutra.” Di dalam buku ini diuraikan berbagai hal menyangkut esensi tubuh dan jiwa
manusia. Selain itu, juga disinggung tentang metode berdebat secara filsafat, yang kira-
kira dapat dibandingkan dengan retorika yang dikembangkan oleh para filsuf zaman
Yunani Kuno.
 Uttara-Mimamsa (Ynana/Vedanta).
Aliran ini diperkenalkan oleh Badarayana tahun 325. Aliran ini lebih bersifat teologis
daripada filsafati. Uttara-Mimamsa berpendapat bahwa dunia ini adalah maya atau
bayang-bayang. Manusia dapat lepas dari dunia semu ini apabila manusia memiliki
pengetahuan tertinggi yang membimbing manusia kepada kesatuan dengan Brahma.
 Yoga
Aliran Yoga dikembangkan oleh Patanjali dengan memuatnya dalam buku berjudul Yoga-
sutra sekitar tahun 425. Patanjali memahami Tuhan sebagai purusa khusus yang selalu
bebas dari penderitaan. Tuhan di luar dari hukum karma, karenanya Tuhan tidak
mengabulkan kebebasan. Tuhan lebih sebagai sarana untuk meningkatkan konsentrasi.
Tuhan hanya membantu menghilangkan halangan dan tidak melakukan apa-apa dalam
hal kebebasan purusa.
CARVAKA

BRHASPATI
Aliran ini mendasarkan diri pada materialisme, sehingga menolak
sama sekali pemikiran Weda yang metafisis. Etika aliran ini bersifat
hedonistis. Menurut aliran ini manusia boleh melakukan apa saja
karena tidak ada hukum yang mengikat.
Tidak ada kehidupan sesudah kematian, alasannya kehidupan di
dunia akhirat tak dapat diverifikasi apalagi belum ada seorangpun
yang menyaksikannya. Jadi aliran ini hanya mengakui eksistensi
duniawi dan menolak kebakaan jiwa.
BUDDHISME
Siddhartha Gautama (563-483 SM)
Ajaran Buddhisme berkisar pada pandangan 4 kebajikan kebenaran (aryasatyani), yaitu:
 Hidup adalah sengsara (duka).
Bahwa hakikat hidup di dunia adalah samsara atau penderitaan (dalam arti seluas-
luasnya).
 Penderitaan itu timbul karena keinginan (Samudaya).
Apabila manusia terlalu banyak memiliki keinginan (trisna), ia tidak tahu lagi akan
kebenaran (awidya).
 Duka nirodha.
Bahwa satu-satunya jalan untuk bebas dari penderitaan adalah dengan tahu akan
kebenaran, yakni dengan menghilangkan sikap mementingkan diri sendiri dan mengikuti
hawa nafsu itu.
 Mangga atau Patipada
Adalah jalan menghentikan penderitaan itu. Dalam hal ini diajarkan ada delapan jalan
utama (kebenaran) atau delapan jalan tengah, yakni: berpengertian benar, berpikir
benar, berkata benar, berbuat benar, berpenghidupan benar, berupaya benar,
berperhatian benar, dan memusatkan pikiran yang benar.
JAINISME
Mahavira atau Vardhamana (599-527 SM)

Jainisme menganggap jiwa sebagai mahkluk kecil seukuran ibu jari yang
bersemanyam di dalam hati. Tubuh adalah pakaian dan sel
kehidupanlah yang menggerakkan tubuh.  Kebebasan jiwa bisa
ditempuh dengan menaklukkan ketamakan dan keinginan dan karma.
Sel kehidupan terkotori oleh karma. Proses pembersihan terjadi
dengan disiplin yang keras, menyiksa diri, hingga tidak membedakan
antara kesenangan, kesakitan, menjijikkan bahkan membahagiakan.
Pertapaan yang keras membakar benih-benih karma yang membuat sel
kehidupan menjadi semakin murni. Jainisme mengenal 7 titik tolak
dalam memandang realitas, yakni: ada; tiada; tak dapat dilukiskan;
tiada dan tak dapat dilukiskan; ada dan tiada; ada, tiada, dan tidak
dapat dilukiskan.
PERIODISASI FILSAFAT INDIA
Zaman Weda (2000-600 SM)

Zaman Skeptisisme (600 SM-300 M)

Zaman Puranis (300-1200)

Zaman Muslim (1200-1757)

Zaman Modern (Setelah 1757)


ZAMAN WEDA
Weda adalah tradisi sastra yang merupakan hasil perjumpaan antara kebudayaan
bangsa Arya yang berbahasa Indo-Eropa dan kebudayaan Dravida. Weda yang
diperkenalkan oleh suku ini pada dasarnya berisi 4 bagian, yaitu:
 Samhita.
Memuat berbagai pujian, mantra atau doa yang digunakan dalam upacara-
upacara pengorbanan untuk menghormati para dewa. Jumlah dewa yang
dihormati itu sangat banyak, yang masing-masing melambangkan suatu kekuatan
alam, seperti: api, air, angin, dan matahari.

Samhita ini terdiri dari 4 (empat) pokok bahasan, yaitu:


 Rigweda (Rg Veda) berisi gambaran ketergantungan manusia
terhadap para dewa, sebagian besar menyerap dari tata cara
masyarakat ‘Ash” sebelum kedatangan suku Aryan disertai
dengan segala puji-pujian terhadap para dewa itu.
 Samaweda memuat himne-himne ligurtis dalam bentuk
nyanyian.
 Yajurweda adalah mantra-mantra dalam bentuk prosa untuk
upacara pengorbanan.
 Antarweda adalah doa-doa yang wajib dikuasai oleh pemimpin
upacara yang menjadi penghubung dengan para dewa.
 Brahmana.
Kelompok masyarakat yang diberi kepercayaan sebagai penghubung
dengan para dewa penguasa alam itu adalah kasta Brahmana.
 Aranyaka, yakni naskah-naskah esoteris yang merupakan hasil refleksi
kaum Vanaprastha (penghuni hutan). Kitab ini menekankan arti
batiniah dan simbolis dari kurban.
 Upanishad ditulis sekitar 1700 SM.
Upanishad berisi hasil renungan
filosofis. Tema pokok Upanisad
adalah hakikat keakuan dan
hubungannya dengan kesadaran.
Dalam Upanisad dilukiskan sebagai
penguasa batin yang tidak dapat
mati atau sebagai benang yang
melewati segala benda dan
mengikat mereka bersama.
ZAMAN SKEPTISISME
Pada kurun waktu itu struktur masyarakat lama mengalami
keguncangan. Muncul sejumlah kerajaan kecil. Ada semacam rasa
pesimisme di bidang kebudayaan dan keagamaan. Masih ada perbedaan
pandangan di kalangan ahli tentang latar belakang ketidakpuasan dan
disintegrasi dalam masyarakat. Tapi salah satu alasannya adalah
meluasnya ajaran tentang inkranasi sehingga orang ingin melepaskan diri
dari lingkaran kelahiran kembali.
Muncul reaksi terhadap ajaran-ajaran Weda karena dalam Weda
terkandung beraneka unsur kepercayaan yang hanya mampu ditafsirkan
para rohaniawan.
Muncul Jainisme dan Buddhisme yang memberikan ajaran dan
aturan baru untuk mencapai keselamatan. Pendiri Buddhisme adalah
Sidharta Gautama (558-478). Berasal dari keluarga Shakya. Kitab suci
atau kanon Buddhisme dinamakan Tripitaka yang terdiri atas sutra
(kumpulan khotbah Buddha), Vinaya (Undang-undang untuk para Muni
dan Upasaka), dan Abhidharma (metafisik dan psikologi).
ZAMAN PURANIS
Setelah tahun 300 M, Buddhisme mulai lenyap dari India,
tetapi tetap menjadi agama yang dominan di negara-negara
tetangga, seperti: Nepal, Thailand, dan Kamboja.
Pemikiran india dalam abad pertengahannya dikuasai oleh
spekulasi teologis, terutama mengenai inkarnasi dewa-dewa.
Banyak contoh cerita tentang inkarnasi dewa-dewa terdapat
dalam 2 epos besar, yaitu: Mahabrata dan Ramayana.
ZAMAN MUSLIM
Zaman ini ditandai dengan berkembangnya agama Islam di India, yang datang
dengan fanatisme dan kebenciannya terhadap patung-patung. Islam menolak
asimilasi dengan Hinduisme, bahkan melawannya secara fisik. Islam juga
menentang sistem kasta. Hasilnya muncul Virasaivisme (Saivisme militan)
di Selatan, sekte Sthanakavasi di antara penganut Jainisme di India
Barat, dan Sikh di Utara. Ketiganya menghapus sistem kasta dan penyembahan
berhala.
Kabir (1440-1518), berupaya membersihkan noda-noda
agama Hindu dalam rangka mengimbangi pengaruh agama
Islam. Pembersihan tersebut dengan cara menghilangkan
pemujaan terhadap patung-patung dan perbedaan kasta.

Guru Nanak (1469-1538), menyerasikan antara Islam dan


Hindu. Upaya ini terutama ditentang oleh kalangan Islam,
sehingga muncul konflik segitiga antara Hindu, Islam, dan Sikh,
yang sampai sekarang merupakan isu sangat sensitif di Anak
Benua India.
ZAMAN MODERN
Zaman modern di India diawali dengan masuknya agama
Kristen, sekaligus dengan kehadiran Inggris di India pada tahun
1757. Kedatangan Inggris ini membawa pengaruh yang besar
terhadap perkembangan ilmu dan humanisme. Kendati agama
Kristen sendiri waktu itu dipertentangkan dengan ilmu dan
humanisme rasionalistik, agama Kristen mengkritik Islam dan
Hinduisme justru pada dua hal itu. Sebagai hasilnya adalah
reformasi di antara pengikut Hinduisme, seperti Bramasamaj
dan Aryasamaj yang menerima perkembangan ilmu dan filsafat
untuk menafsirkan secara baru sumber inspirasi mereka, yaitu:
Weda. Terhadap pengaruh Barat ini, muncul reaksi yang
bermacam-macam, baik yang menolak (ingin kembali ke Weda)
maupun yang menerima dengan tetap memperhatikan tradisi
lama India.
TOKOH-TOKOH BERPENGARUH DI INDIA PADA ZAMAN MODERN

Raja Ram Mohan Roy (1772-1833).


Mengajarkan monoteisme berdasarkan Upanisad dan suatu
moral berdasarkan Khotbah di Bukit dari Injil.

Swami Vevikenanda (1863-1902).


Weda adalah satu-satunya wahyu Tuhan (tiada kitab lain yang sepadan
dengan Weda), Weda adalah sumber pokok bagi ilmu agama segala
manusia.
Mahatma Gandhi (1869-1948).
o Ahimsa. Menyerukan kepada seluruh umat manusia untuk menjunjung tinggi semangat non violence dalam setiap
laku kehidupannya.
o Satyagraha. Suatu pencarian kebenaran dengan tidak mengenal lelah.
o Swadesi. Cinta tanah air sendiri, cara mengabdi kepada masyarakat yang sebaik-baiknya kepada lingkungannya
sendiri lebih dahulu.
o Hartal. Pemogokan nasional, toko-toko ditutup sebagai protes politik dan para pekerja melakukan pemogokan
massal.

Rabindranat Tagore (1861-1941).


Filsafat India berpangkal pada keyakinan bahwa ada kesatuan fundamental
antara manusia dan alam, harmoni antara individu dan kosmos.
c t,
f a .”
o f nk
n g th i
n i o
a r dt
l e in
t he e m in ~
o t t h te
s n of ins
i g tE
i o n i n er
a t ain lb
u c tr ~ A
E d he
AT “ t t
S AF bu
FI KUM
L
HU

Anda mungkin juga menyukai