Anda di halaman 1dari 8

HINDU BUDHA

Muncul sebagai perpaduan budaya bangsa Aria Muncul sebagai hasil pemikiran dan pencerahan yang
dan bangsa Dravida diperoleh Sidharta dalam rangka mencari jalan lain
menuju kesempurnaan(nirwana)
Kitab sucinya, WEDA Kitab Sucinya, TRIPITAKA
Mengakui 3 dewa tertinggi yang disebut Mengakui Sidharta Gautama sebagai guru besar/
Trimurti pemimpin agama Budha
Kehidupan masyarakat dikelompokkan menjadi Tidak diakui adanya kasta dan memandang kedudukan
4 golongan yang disebut Kasta (kedudukan seseorang dalam masyarakat adalah sama.
seseorang dalam masyarakat diterima secara
turun-temurun/didasarkan pada keturunan).
Adanya pembedaan harkat dan martabat/hak Tidak mengenal pembagian hak antara pria dan wanita
dan kewajiban seseorang
Agama Hindu hanya dapat dipelajari oleh kaum Agama Budha dapat dipelajari dan diterima oleh
pendeta/Brahmana dan disebarkan/ diajarkan semua orang tanpa memandang kasta
pada golongan tertentu sehingga sering disebut
agamanya kaum brahmana.
Agama Hindu hanya bisa dipelajari dengan Agama Budha disebarkan pada rakyat dengan
menggunakan bahasa Sansekerta menggunakan bahasa rakyat sehari-hari, seperti bahasa
Prakrit
Kesempurnaan (Nirwana) hanya dapat dicapai Setiap orang dapat mencapai kesempurnaan dengan
dengan bantuan/bimbingan pendeta usaha sendiri yaitu dengan meditasi
Seorang terlahir sebagai Hindu bukan menjadi Kehidupannya ditentukan oleh darma baik yang
Hindu sehingga kehidupan telah ditentukan berhasil dilakukan semasa hidup
sejak lahir.
Dibenarkan untuk mengadakan upacara korban Tidak dibenarkan mengadakan upacara korban
Fian Ilham P.

No. 11 / X MIA 6

Perbedaan agama Hindu dan Buddha


Perkembangan agama Hindu dan
Buddha di Indonesia
Agama Hindu

A. Munculnya Agama dan Kebudayaan Hindu di India


Pada sekitar tahun 1500 SM bangsa Arya memasuki India dibagian barat laut. Bangsa
Arya merupakan bagian dari ras Indo-Iran yang memiliki ciri-ciri fisik, badan tinggi berkulit
putih dan berhidung mancung. Sesampainya di Punjab (india) bangsa Arya berhasil
menaklukkan bangsa pendatang pertama yakni Bangsa Dravida yang mendiami India bagian
selatan. Bangsa Dravida memiliki ciri-ciri fisik badan pendek, kulit hitam dan berhidung
pesek. Untuk mempertahankan kedudukannya sebagai bangsa pendatang, bangsa Arya
mengenalkan dan mengembangkan sistem kepercayaan dan sistem kemasyarakatan yang
dimilikinya kepada bangsa Dravid. Disisi lain bangsa Arya menganggap renda bangsa
Dravida karena mereka beranggapan fisiknya lebih baik dari pada bangsa Dravida. Bahkan
mereka tidak mau mencampurkan ras mereka dengan bangsa Dravida, namun pada ahirnya
ras mereka tercampur juga melalui hasil pernikahan diantara ke duanya. Kedatangan bangsa
Arya merupakan titik awal perubahan social masyarakat India. Sejak kedatangannya, bangsa
Arya mulai memperkenalkan dan mewariskan peradaban baru yang disebut dengan Weda
yang bermakna pengetahuan. Weda merupakan dasar kepercayaan agama Hindu. Selain
mewariskan peradapan baru bangsa Arya juga mewariskan bahasa Sangsekerta. Bahasa
Sangsekerta menurut D.D. Kosambi termasuk dalam kategori bahasa Arya. Bahasa
Sangsekerta sendiri merupakn bahasa suci agam Hindu. Pada mulanya Agam Hindu tidak
bernama melainkan hanya berupa sebuah kepercayaan yang berpangkal dari alm pikiran yang
bersumber dalam kitab Weda. Dan Agama ini mulai bernam Hindu ketika muncul agama-
agama baru agar dapat membedakan dengan agama baru tersebut. Kata Hindu berasal ari kata
ind yang artinya air suci (Marutha, 2004:10). Agama Hindu adalh agama yang telah
melahirkan kebudayaan yang ssangat kompleks di bidang Astronomi, ilmu pertanian, ilmu
filsafat dan ilmu-ilmu lainnya.
B. Proses Perkembangan Agama dan Kebudayaan Hindu di India
Perkembangan agama Hindu di India berlangsung dalam kurun waktu yang lama.
Dengan di bagi menjadi empat priode yaitu:
1. Jaman Weda
Weda berasal darikata Vid yang Artinya mengetahui. Weda merupakan sastra tertua di
duniayang pengaruhnya sangat penting bagi perkembangan agama Hindu. Jama weda
meliputi jaman Weda Kuno, jaman Brahmana dan jaman Upanisad.
Jaman Weda Kuno -> priode zaman weda kuno bisa dikatakan pula sebagai awal
kedatangan bangsa Arya di Lemba Sungai Indus sekitar 1500 SM. Dalam masa pertama
priode ini system kepercayaan beraliran politeisme yakni sistemkepercayaan terhadap banyak
dewa. Di antaranya ialah:
a. Dewa Agni : Merupakan Dewa Api
b. Dewa Wayu : Merupakan Dewa Angin
c. Dewa Marut : Merupakan Dewa Angin Ribut
d. Dewa Surya : Merupakan Dewa Matahari
e. Dewa Candra : Merupakan Dewa Bulan
f. Dewa Waruna : Merupakan Dewa Angkasa
g. Dewa Parjanya : Merupakan Dewa Hujan
h. Dewa Indra : Merupakan Dewa Perang
i. Dewa Aswin : Merupakan Dewa Kembar/Kesehatan
j. Dewa Usa : Merupakan Dewa Fajar

Namun Dalam memuja Dewa di anggap sebagai satu dewa saja yakni monotheisme
(percaya akan satu Tuhan) seakan tidak adanya pemujaan terhadap dewa yang lain oleh
karena itu di sebut Henotheisme. Jaman Weda Kuno kemudian dilanjutkan dengan Weda
Belakang yaitu zaman penulisan dan penghimpunan Wahyu Weda lainya, yaitu Sama Weda,
Yayur Weda dan Athara Weda.
Zaman Brahmana -> Di zaman ini merupakan perkembangan weda yang berpusat
pada kehidupan ke agamaan yang berupa ritual-ritual upacara atau persembaan
(sesaji) kepada keyakinan mereka. Di zaman ini kedudukan Brahmana sangat penting
karena tanpa adanya Brahmana maka upacara yang kebanyakan dengan persembahan
terhadap dewa tidak bisa dilaksanakan dan tanpa sesaji dewa tidak dapat hidup.
Karena perannya yang amat penting dalam ke agamaan maka Brahmana
berkedudukan dikasta tertinggi diantara kasta-kasta yang lain seperti kasta Ksatria,
Wesya dan Sudra. Ke empat kasta tersebut merupakan tingkat derajad di dalam
masyarakat waktu itu. Ke empat kasta ini disebut sebagai Catur Wana.Di zaman ini
penulisan Weda berkembang menjadi empat bagian yaitu:
1. Reg WEda
2. Sama Weda
3. Yajur Weda
4. Athara Weda
Zaman Upanisad -> di zaman di tandai dengan munculnya kitab Upanisad.
Dimana kehidupan agama di zaman ini berpangkal pada filosofi atau kerohanian. Di
zamanterdapat pengetahuan batin sehingga dapat membuka takbir alam ghaib.
Konsepsi terdapat keyakinan pada panca Sraddha yaitu Brahman, Atman, Karman,
Samsara dan Moksa. Demikian konsepsi tujuh hidup yang di sebut Parusartha yaitu
Dharma, Artha, Kama dan Moksa pada zaman ini di formulasi dengan Jelas. Karma
ialah perbuatan baik-buruk dari manusia ketika hidup di dunia yang menentukan
kehidupan berikutnya. Moksa ialah tingkatan hidup tertinggi yang terleas dari ikatan
keduniawian atau terbebas dari renkarnasi.

2. Zaman Wira Carita


Jaman ini meliputi masa perkembangn kitab-kitab Upanisad disertai munculnya kitab
Wira Carita Ramayana dan Mahabarata sebagai unsure contoh sikap yang baik dan
benar.

3. Zaman Sutra
Zaman ini ditandai dengan munculnya kitab-kitab Sutra yang memuat penjelasan
uraian dan komentar terhadap Weda dan Mantra, seperti Kalpasutra (kitab penuntun
sesaji).

4. Zaman Scolastik
Zaman ini ditandai dengan lahirnya pemikiran-pemikiran besar seperti Sankara,
Ramanuja, Madhwa dan lain-lain.

Agama Hindu mengalami sebuah pasang surut dengan munculnya agama-


agama baru di India yakni Budha, Jaina dan Sikh. Namun berkat peranan Dinasti
Sunga dan Dinasti Gupta, agama Hindu kembali mendapat tempat pada masyarakat
India sampai saat ini. Di Zaman Gupta yakni pada masa Pemerintahan Samudragupta
dan Candragupta II. Ayah dananak ini merupakan dua di antara pemimpin-pemimpin
hebat bangsa Gupta. Dinasti tersebut menguasai hamper seluruh India Utara dari 320
sampai 497 M, meski pengaruh mereka tersebar lebih luas dan bertahan lebih lama.
Bahjan gua-gua utama utama di Ajanta dibuat oleh dinasti bernama Vakatajka, yang
mendominasi India sebelah selatan menjelang ahir dinasti Gupta dan yang mewarisi
banyak gaya budya Gupta.Bukti fisik menunjukkan bahwa kemakmuran berjalan
sejajar dengan keunggulan kesenian. Para Arsitek pada masa itu membangun
candi=candiyang Indah dan para pematung memahat wujud dewa-dewi Hindu.

Agama Budha
C. Munculnya Agama dan Kebudayaan Budha di India
Pada awalnya agama Budha ini bukan suatu agama melainkan satu paham baru
dalamagama Hindu yang lahir karena tidak menyukai kedudukan Istimewa kasta
Brahmana. Dengan adanya hak-hak istimewa tersebut dirasa telah menyulitkan dan
menghambat masyarakat awam untuk mencapai moksa. Olehkarena itu muncullah
ajaran praktis yang dapat dilaksanakan semua kalangan masyarakat yaitu Budhisme
yang disebar luaskan oleh Sidharta Gautama. Menurut tradisi Buddha, tokoh historis
Buddha Siddharta Gautama dilahirkan dari suku Sakya pada awal masa Magadha
546324 SM, di sebuah kota, selatan pegunungan Himalaya yang bernama Lumbini.
Sekarang kota ini terletak di Nepal sebelah selatan. Ia juga dikenal dengan nama
Sakyamuni (harafiah: orang bijak dari kaum Sakya"). Setelah kehidupan awalnya
yang penuh kemewahan di bawah perlindungan ayahnya, raja Kapilavastu (kemudian
hari digabungkan pada kerajaan Magadha), Siddharta melihat kenyataan kehidupan
sehari-hari dan menarik kesimpulan bahwa kehidupan nyata, pada hakekatnya adalah
kesengsaraan yang tak dapat dihindari. Siddharta kemudian meninggalkan kehidupan
mewahnya yang tak ada artinya lalu menjadi seorang pertapa. Kemudian ia
berpendapat bahwa bertapa juga tak ada artinya, dan lalu mencari jalan tengah
(majhima patipada ). Jalan tengah ini merupakan sebuah kompromis antara kehidupan
berfoya-foya yang terlalu memuaskan hawa nafsu dan kehidupan bertapa yang terlalu
menyiksa diri. Di bawah sebuah pohon bodhi, ia berkaul tidak akan pernah
meninggalkan posisinya sampai ia menemukan Kebenaran. Pada usia 35 tahun, ia
mencapai Pencerahan. Pada saat itu ia dikenal sebagai Gautama Buddha, atau hanya
"Buddha" saja, sebuah kata dalam Sanskerta yang berarti "ia yang sadar" (dari kata
budh+ta). Untuk 45 tahun selanjutnya, ia menelusuri dataran Gangga di tengah India
(daerah mengalirnya sungai Gangga dan anak-anak sungainya), sembari menyebarkan
ajarannya kepada sejumlah orang yang berbeda-beda. Keengganan Buddha untuk
mengangkat seorang penerus atau meresmikan ajarannya mengakibatkan munculnya
banyak aliran dalam waktu 400 tahun selanjutnya: pertama-tama aliran-aliran mazhab
Buddha Nikaya, yang sekarang hanya masih tersisa Theravada, dan kemudian
terbentuknya mazhab Mahayana, sebuah gerakan pan-Buddha yang didasarkan pada
penerimaan kitab-kitab baru.
Sidharta Gautama Mencari Pencerahan

D. Proses Perkembangan Agama dan Kebudayaan Budha di India


1. Tahap awal
Sebelum disebarkan di bawah perlindungan maharaja Asoka pada abad ke-3 SM,
agama Buddha kelihatannya hanya sebuah fenomena kecil saja, dan sejarah peristiwa-
peristiwa yang membentuk agama ini tidaklah banyak tercatat. Dua konsili (sidang umum)
pembentukan dikatakan pernah terjadi, meski pengetahuan kita akan ini berdasarkan catatan-
catatan dari kemudian hari. Konsili-konsili (juga disebut pasamuhan agung) ini berusaha
membahas formalisasi doktrin-doktrin Buddhis, dan beberapa perpecahan dalam gerakan
Buddha.
2. Abad ke-5 SM
Konsili pertama Buddha diadakan tidak lama setelah Buddha wafat di bawah
perlindungan raja Ajatasattu dari Kekaisaran Magadha, dan dikepalai oleh seorang rahib
bernama Mahakassapa di Rajagaha(sekarang disebut Rajgir). Tujuan konsili ini adalah untuk
menetapkan kutipan-kutipan Buddha (sutta (Buddha)) dan mengkodifikasikan hukum-hukum
monastik (vinaya): Ananda, salah seorang murid utama Buddha dan saudara sepupunya,
diundang untuk meresitasikan ajaran-ajaran Buddha, dan Upali, seorang murid lainnya,
meresitasikan hukum-hukum vinaya. Ini kemudian menjadi dasar kanon Pali, yang telah
menjadi teks rujukan dasar pada seluruh masa sejarah agama Buddha.
3. Tahunf383fSM
Konsili kedua Buddha diadakan oleh raja Kalasoka di Vaisali, mengikuti konflik-
konflik antara mazhab tradisionalis dan gerakan-gerakan yang lebih liberal dan menyebut diri
mereka sendiri kaum Mahasanghika. Mazhab-mazhab tradisional menganggap Buddha
adalah seorang manusia biasa yang mencapai pencerahan, yang juga bisa dicapai oleh para
bhiksu yang mentaati peraturan monastik dan mempraktekkan ajaran Buddha demi mengatasi
samsara dan mencapai arhat. Namun kaum Mahasanghika yang ingin memisahkan diri,
menganggap ini terlalu individualistis dan egois. Mereka menganggap bahwa tujuan untuk
menjadi arhat tidak cukup, dan menyatakan bahwa tujuan yang sejati adalah mencapai status
Buddha penuh, dalam arti membuka jalan paham Mahayana yang kelak muncul. Mereka
menjadi pendukung peraturan monastik yang lebih longgar dan lebih menarik bagi sebagian
besar kaum rohaniwan dan kaum awam (itulah makanya nama mereka berarti kumpulan
"besar" atau "mayoritas"). Konsili ini berakhir dengan penolakan ajaran kaum Mahasanghika.
Mereka meninggalkan sidang dan bertahan selama beberapa abad di Indian barat laut dan
Asia Tengah menurut prasasti-prasasti Kharoshti yang ditemukan dekat Oxus dan bertarikh
abad pertama.
4. Dakwa Asoka (+/- 260 SM)
Maharaja Asoka dari Kekaisaran Maurya (273232 SM) masuk agama Buddha
setelah menaklukkan wilayah Kalingga (sekarang Orissa) di India timur secara berdarah.
Karena menyesali perbuatannya yang keji, sang maharaja ini lalu memutuskan untuk
meninggalkan kekerasan dan menyebarkan ajaran Buddha dengan membangun stupa-stupa
dan pilar-pilar di mana ia menghimbau untuk menghormati segala makhluk hidup dan
mengajak orang-orang untuk mentaati Dharma. Asoka juga membangun jalan-jalan dan
rumah sakit-rumah sakit di seluruh negeri. Periode ini menandai penyebaran agama Buddha
di luar India. Menurut prasasti dan pilar yang ditinggalkan Asoka (piagam-piagam Asoka),
utusan dikirimkan ke pelbagai negara untuk menyebarkan agama Buddha, sampai sejauh
kerajaan-kerajaan Yunani di barat dan terutama di kerajaan Baktria-Yunani yang merupakan
wilayah tetangga. Kemungkinan besar mereka juga sampai di daerah Laut Tengah menurut
prasasti-prasasti Asoka.
Perkembangan Hindu dan Buddha di
Indonesia
Pada permulaan tarikh masehi, di Benua Asia terdapat dua negeri besar yang tingkat
peradabannya dianggap sudah tinggi, yaitu India dan Cina. Kedua negeri ini menjalin
hubungan ekonomi dan perdagangan yang baik. Arus lalu lintas perdagangan dan pelayaran
berlangsung melalui jalan darat dan laut. Salah satu jalur lalu lintas laut yang dilewati India-
Cina adalah Selat Malaka. Indonesia yang terletak di jalur posisi silang dua benua dan dua
samudera, serta berada di dekat Selat Malaka memiliki keuntungan, yaitu:

1. Sering dikunjungi bangsa-bangsa asing, seperti India, Cina, Arab, dan Persia,

2. Kesempatan melakukan hubungan perdagangan internasional terbuka lebar,

3. Pergaulan dengan bangsa-bangsa lain semakin luas, dan

4. Pengaruh asing masuk ke Indonesia, seperti Hindu-Budha.

Keterlibatan bangsa Indonesia dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran internasional


menyebabkan timbulnya percampuran budaya. India merupakan negara pertama yang
memberikan pengaruh kepada Indonesia, yaitu dalam bentuk budaya Hindu. Ada beberapa
hipotesis yang dikemukakan para ahli tentang proses masuknya budaya Hindu-Buddha ke
Indonesia.

1. Hipotesis Brahmana

Hipotesis ini mengungkapkan bahwa kaum brahmana amat berperan dalam upaya penyebaran
budaya Hindu di Indonesia. Para brahmana mendapat undangan dari penguasa Indonesia
untuk menobatkan raja dan memimpin upacara-upacara keagamaan. Pendukung hipotesis ini
adalah Van Leur.

2. Hipotesis Ksatria

Pada hipotesis ksatria, peranan penyebaran agama dan budaya Hindu dilakukan oleh kaum
ksatria. Menurut hipotesis ini, di masa lampau di India sering terjadi peperangan
antargolongan di dalam masyarakat. Para prajurit yang kalah atau jenuh menghadapi perang,
lantas meninggalkan India. Rupanya, diantara mereka ada pula yang sampai ke wilayah
Indonesia. Mereka inilah yang kemudian berusaha mendirikan koloni-koloni baru sebagai
tempat tinggalnya. Di tempat itu pula terjadi proses penyebaran agama dan budaya Hindu.
F.D.K. Bosch adalah salah seorang pendukung hipotesis ksatria.

3. Hipotesis Waisya

Menurut para pendukung hipotesis waisya, kaum waisya yang berasal dari kelompok
pedagang telah berperan dalam menyebarkan budaya Hindu ke Nusantara. Para pedagang
banyak berhubungan dengan para penguasa beserta rakyatnya. Jalinan hubungan itu telah
membuka peluang bagi terjadinya proses penyebaran budaya Hindu. N.J. Krom adalah salah
satu pendukung dari hipotesis waisya.
4. Hipotesis Sudra

Von van Faber mengungkapkan bahwa peperangan yang tejadi di India telah menyebabkan
golongan sudra menjadi orang buangan. Mereka kemudian meninggalkan India dengan
mengikuti kaum waisya. Dengan jumlah yang besar, diduga golongan sudralah yang memberi
andil dalam penyebaran budaya Hindu ke Nusantara.

Selain pendapat di atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia yang belajar
agama Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan organisasi yang
disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali untuk
menyebarkannya. Pendapat semacam ini disebut Teori Arus Balik.

Pada umumnya para ahli cenderung kepada pendapat yang menyatakan bahwa masuknya
budaya Hindu ke Indonesia itu dibawa dan disebarluaskan oleh orang-orang Indonesia
sendiri. Bukti tertua pengaruh budaya India di Indonesia adalah penemuan arca perunggu
Buddha di daerah Sempaga (Sulawesi Selatan). Dilihat dari bentuknya, arca ini mempunyai
langgam yang sama dengan arca yang dibuat di Amarawati (India). Para ahli memperkirakan,
arca Buddha tersebut merupakan barang dagangan atau barang persembahan untuk bangunan
suci agama Buddha. Selain itu, banyak pula ditemukan prasasti tertua dalam bahasa Sanskerta
dan Malayu kuno. Berita yang disampaikan prasasti-prasasti itu memberi petunjuk bahwa
budaya Hindu menyebar di Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi.

Anda mungkin juga menyukai