Muncul sebagai perpaduan budaya bangsa Aria Muncul sebagai hasil pemikiran dan pencerahan yang
dan bangsa Dravida diperoleh Sidharta dalam rangka mencari jalan lain
menuju kesempurnaan(nirwana)
Kitab sucinya, WEDA Kitab Sucinya, TRIPITAKA
Mengakui 3 dewa tertinggi yang disebut Mengakui Sidharta Gautama sebagai guru besar/
Trimurti pemimpin agama Budha
Kehidupan masyarakat dikelompokkan menjadi Tidak diakui adanya kasta dan memandang kedudukan
4 golongan yang disebut Kasta (kedudukan seseorang dalam masyarakat adalah sama.
seseorang dalam masyarakat diterima secara
turun-temurun/didasarkan pada keturunan).
Adanya pembedaan harkat dan martabat/hak Tidak mengenal pembagian hak antara pria dan wanita
dan kewajiban seseorang
Agama Hindu hanya dapat dipelajari oleh kaum Agama Budha dapat dipelajari dan diterima oleh
pendeta/Brahmana dan disebarkan/ diajarkan semua orang tanpa memandang kasta
pada golongan tertentu sehingga sering disebut
agamanya kaum brahmana.
Agama Hindu hanya bisa dipelajari dengan Agama Budha disebarkan pada rakyat dengan
menggunakan bahasa Sansekerta menggunakan bahasa rakyat sehari-hari, seperti bahasa
Prakrit
Kesempurnaan (Nirwana) hanya dapat dicapai Setiap orang dapat mencapai kesempurnaan dengan
dengan bantuan/bimbingan pendeta usaha sendiri yaitu dengan meditasi
Seorang terlahir sebagai Hindu bukan menjadi Kehidupannya ditentukan oleh darma baik yang
Hindu sehingga kehidupan telah ditentukan berhasil dilakukan semasa hidup
sejak lahir.
Dibenarkan untuk mengadakan upacara korban Tidak dibenarkan mengadakan upacara korban
Fian Ilham P.
No. 11 / X MIA 6
Namun Dalam memuja Dewa di anggap sebagai satu dewa saja yakni monotheisme
(percaya akan satu Tuhan) seakan tidak adanya pemujaan terhadap dewa yang lain oleh
karena itu di sebut Henotheisme. Jaman Weda Kuno kemudian dilanjutkan dengan Weda
Belakang yaitu zaman penulisan dan penghimpunan Wahyu Weda lainya, yaitu Sama Weda,
Yayur Weda dan Athara Weda.
Zaman Brahmana -> Di zaman ini merupakan perkembangan weda yang berpusat
pada kehidupan ke agamaan yang berupa ritual-ritual upacara atau persembaan
(sesaji) kepada keyakinan mereka. Di zaman ini kedudukan Brahmana sangat penting
karena tanpa adanya Brahmana maka upacara yang kebanyakan dengan persembahan
terhadap dewa tidak bisa dilaksanakan dan tanpa sesaji dewa tidak dapat hidup.
Karena perannya yang amat penting dalam ke agamaan maka Brahmana
berkedudukan dikasta tertinggi diantara kasta-kasta yang lain seperti kasta Ksatria,
Wesya dan Sudra. Ke empat kasta tersebut merupakan tingkat derajad di dalam
masyarakat waktu itu. Ke empat kasta ini disebut sebagai Catur Wana.Di zaman ini
penulisan Weda berkembang menjadi empat bagian yaitu:
1. Reg WEda
2. Sama Weda
3. Yajur Weda
4. Athara Weda
Zaman Upanisad -> di zaman di tandai dengan munculnya kitab Upanisad.
Dimana kehidupan agama di zaman ini berpangkal pada filosofi atau kerohanian. Di
zamanterdapat pengetahuan batin sehingga dapat membuka takbir alam ghaib.
Konsepsi terdapat keyakinan pada panca Sraddha yaitu Brahman, Atman, Karman,
Samsara dan Moksa. Demikian konsepsi tujuh hidup yang di sebut Parusartha yaitu
Dharma, Artha, Kama dan Moksa pada zaman ini di formulasi dengan Jelas. Karma
ialah perbuatan baik-buruk dari manusia ketika hidup di dunia yang menentukan
kehidupan berikutnya. Moksa ialah tingkatan hidup tertinggi yang terleas dari ikatan
keduniawian atau terbebas dari renkarnasi.
3. Zaman Sutra
Zaman ini ditandai dengan munculnya kitab-kitab Sutra yang memuat penjelasan
uraian dan komentar terhadap Weda dan Mantra, seperti Kalpasutra (kitab penuntun
sesaji).
4. Zaman Scolastik
Zaman ini ditandai dengan lahirnya pemikiran-pemikiran besar seperti Sankara,
Ramanuja, Madhwa dan lain-lain.
Agama Budha
C. Munculnya Agama dan Kebudayaan Budha di India
Pada awalnya agama Budha ini bukan suatu agama melainkan satu paham baru
dalamagama Hindu yang lahir karena tidak menyukai kedudukan Istimewa kasta
Brahmana. Dengan adanya hak-hak istimewa tersebut dirasa telah menyulitkan dan
menghambat masyarakat awam untuk mencapai moksa. Olehkarena itu muncullah
ajaran praktis yang dapat dilaksanakan semua kalangan masyarakat yaitu Budhisme
yang disebar luaskan oleh Sidharta Gautama. Menurut tradisi Buddha, tokoh historis
Buddha Siddharta Gautama dilahirkan dari suku Sakya pada awal masa Magadha
546324 SM, di sebuah kota, selatan pegunungan Himalaya yang bernama Lumbini.
Sekarang kota ini terletak di Nepal sebelah selatan. Ia juga dikenal dengan nama
Sakyamuni (harafiah: orang bijak dari kaum Sakya"). Setelah kehidupan awalnya
yang penuh kemewahan di bawah perlindungan ayahnya, raja Kapilavastu (kemudian
hari digabungkan pada kerajaan Magadha), Siddharta melihat kenyataan kehidupan
sehari-hari dan menarik kesimpulan bahwa kehidupan nyata, pada hakekatnya adalah
kesengsaraan yang tak dapat dihindari. Siddharta kemudian meninggalkan kehidupan
mewahnya yang tak ada artinya lalu menjadi seorang pertapa. Kemudian ia
berpendapat bahwa bertapa juga tak ada artinya, dan lalu mencari jalan tengah
(majhima patipada ). Jalan tengah ini merupakan sebuah kompromis antara kehidupan
berfoya-foya yang terlalu memuaskan hawa nafsu dan kehidupan bertapa yang terlalu
menyiksa diri. Di bawah sebuah pohon bodhi, ia berkaul tidak akan pernah
meninggalkan posisinya sampai ia menemukan Kebenaran. Pada usia 35 tahun, ia
mencapai Pencerahan. Pada saat itu ia dikenal sebagai Gautama Buddha, atau hanya
"Buddha" saja, sebuah kata dalam Sanskerta yang berarti "ia yang sadar" (dari kata
budh+ta). Untuk 45 tahun selanjutnya, ia menelusuri dataran Gangga di tengah India
(daerah mengalirnya sungai Gangga dan anak-anak sungainya), sembari menyebarkan
ajarannya kepada sejumlah orang yang berbeda-beda. Keengganan Buddha untuk
mengangkat seorang penerus atau meresmikan ajarannya mengakibatkan munculnya
banyak aliran dalam waktu 400 tahun selanjutnya: pertama-tama aliran-aliran mazhab
Buddha Nikaya, yang sekarang hanya masih tersisa Theravada, dan kemudian
terbentuknya mazhab Mahayana, sebuah gerakan pan-Buddha yang didasarkan pada
penerimaan kitab-kitab baru.
Sidharta Gautama Mencari Pencerahan
1. Sering dikunjungi bangsa-bangsa asing, seperti India, Cina, Arab, dan Persia,
1. Hipotesis Brahmana
Hipotesis ini mengungkapkan bahwa kaum brahmana amat berperan dalam upaya penyebaran
budaya Hindu di Indonesia. Para brahmana mendapat undangan dari penguasa Indonesia
untuk menobatkan raja dan memimpin upacara-upacara keagamaan. Pendukung hipotesis ini
adalah Van Leur.
2. Hipotesis Ksatria
Pada hipotesis ksatria, peranan penyebaran agama dan budaya Hindu dilakukan oleh kaum
ksatria. Menurut hipotesis ini, di masa lampau di India sering terjadi peperangan
antargolongan di dalam masyarakat. Para prajurit yang kalah atau jenuh menghadapi perang,
lantas meninggalkan India. Rupanya, diantara mereka ada pula yang sampai ke wilayah
Indonesia. Mereka inilah yang kemudian berusaha mendirikan koloni-koloni baru sebagai
tempat tinggalnya. Di tempat itu pula terjadi proses penyebaran agama dan budaya Hindu.
F.D.K. Bosch adalah salah seorang pendukung hipotesis ksatria.
3. Hipotesis Waisya
Menurut para pendukung hipotesis waisya, kaum waisya yang berasal dari kelompok
pedagang telah berperan dalam menyebarkan budaya Hindu ke Nusantara. Para pedagang
banyak berhubungan dengan para penguasa beserta rakyatnya. Jalinan hubungan itu telah
membuka peluang bagi terjadinya proses penyebaran budaya Hindu. N.J. Krom adalah salah
satu pendukung dari hipotesis waisya.
4. Hipotesis Sudra
Von van Faber mengungkapkan bahwa peperangan yang tejadi di India telah menyebabkan
golongan sudra menjadi orang buangan. Mereka kemudian meninggalkan India dengan
mengikuti kaum waisya. Dengan jumlah yang besar, diduga golongan sudralah yang memberi
andil dalam penyebaran budaya Hindu ke Nusantara.
Selain pendapat di atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia yang belajar
agama Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan organisasi yang
disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali untuk
menyebarkannya. Pendapat semacam ini disebut Teori Arus Balik.
Pada umumnya para ahli cenderung kepada pendapat yang menyatakan bahwa masuknya
budaya Hindu ke Indonesia itu dibawa dan disebarluaskan oleh orang-orang Indonesia
sendiri. Bukti tertua pengaruh budaya India di Indonesia adalah penemuan arca perunggu
Buddha di daerah Sempaga (Sulawesi Selatan). Dilihat dari bentuknya, arca ini mempunyai
langgam yang sama dengan arca yang dibuat di Amarawati (India). Para ahli memperkirakan,
arca Buddha tersebut merupakan barang dagangan atau barang persembahan untuk bangunan
suci agama Buddha. Selain itu, banyak pula ditemukan prasasti tertua dalam bahasa Sanskerta
dan Malayu kuno. Berita yang disampaikan prasasti-prasasti itu memberi petunjuk bahwa
budaya Hindu menyebar di Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi.