Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemikiran filsafat pada umumnya sangat dipengaruhi oleh keadaan alam tempat
filsafat dilahirkan. India merupakan daerah damai yang dikelilingi oleh gunung-gunung,
merupakan kawasan terisolir sehingga relatif aman dari bangsa lain.

Filsafat India merupakan filsafat yang berasal dari timur dekat selatan, mengapa
disebut sebagai filsafat India. Karna India sejak 2000 SM sudah mengenal yang
namanya kebijaksanaan, dalam segi kehidupan dan alam sekitar, sehingga filsafat India
adalah kebijaksanaan yang mengatur kehidupan untuk kesejahteraan kita hidup didunia
ini dengan lebih tenang dan damai. Filsafat India membagi sejumlah zaman dalam
penyebarannya zaman, yaitu Zaman weda, Zaman Epos, Zaman Sutra. Dalam zaman
filsafat India bukan hanya empat zaman itu saja, tetapi masih terdapat sekte dan aliran
yang tersembunyi di masing-masing periode. Filsafat India mengenalkan pada dunia
modern saat ini berupa sebuah ketaatan dalam beribadah kepada sang maha rsi
(kepercayaan hindu) untuk lebih menenangkan diri dari segala kehidupan duniawi yang
fana, filsafat India memiliki ciri yang sangat khas untuk berkaitan dengan filsafatnya.
Banyak tokoh-tokoh besar yang mengaplikasikan filsafat India di zaman kontemporer ini
seperti, Mahatma Gandhi sebagai aktivis kemanusiaan dan masih banyak lagi.
Kebanyakan bagi para filsuf India ia tak pernah mempunyai aplikasi untuk
menyampaikan risalah kehidupan filsafat untuk masyarakatnya sehingga keterbatasan
ini mengakibatkan filsafat India tidak terkenal seperti filsafat yunani yang membawa
perubahan sampai saat ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa keterkaitan manusia dengan filsafat?
2. Apa itu filsafat India?
3. Bagaimana sejarah kemunculannya?
4. Bagaimana karakteristik filsafat India?
5. Siapa sajakah tokoh Filsafat India ?

E. Tujuan penulisan

1. Mengetahui dan memahami keterkaitan manusia dengan filsafat


2. Mengetahui dan memahami filsafat India
3. Mengetahui dan memahami sejarah kemunculannya filsafat di india
4. Mengetahui dan memahami karakteristik filsafat India
5. Mengetahui Siapa sajakah tokoh Filsafat India
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manusia dan filsafat


Untuk memberikan gambaran bagaimana hubungan filsafat dalam kehidupan
manusia maka terlebih dahulu diungkapkan kembali pengertian filsafat. Filsafat
berarti cinta akan kebijaksanaan. Jadi seorang filosof adalah orang yang mencintai
kebijaksanaan dan hikmat yang mendorong manusia itu sendiri untuk menjadi orang
yang bijaksana. Dalam arti lain, filsafat didifinisikan sebagai suatu pemikiran yang
radikal dalam arti mulai dari akarnya masalah samapai mencapai kebenaran melalui
tahapan pemikiran. Oleh karena itu seorang yang berfilsafat adalah orang yang
berfikir secara sadar dan bertanggung jawab dengan pertanggungjawaban pertama
adalah terhadap dirinya sendiri.
Filsafat dalam coraknya yang religius bukanlah berarti disamakan dengan agama
atau pengganti keduudkan agama, walaupun filsafat dapat menjawab segala
pertanyaan atau soal-soal yang diajukan. Kedudukan agama sebagai pengetahuan
adalah lebih tinggi daripada filsafat karena didalam agama masih ada pengetahuan
yang tak tercapai oleh budi biasa adan hanya dapat diketahui karena diwahyukan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keduudkan filsafat dalam kehidupan
manusia adalah:
1. Memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti
pengetahuan tentang kenyataan yang diberikan oleh filsafat.
2. Berdasarkan dasar-dasar hasil kenyataan itu, maka filsafat memberikan
pedoman hidup kepada manusia. Pedoman itu mengenai segala sesuatu
yang terdapat disekitar maunusia sendiri seperti kedudukan dalam
hubungannya dengan yang lainnya. Kita juga mengetahui bahwa alat-alat
kewajiban manusia meliputi akal, rasa dan kehendak. Dengan akal, filsafat
memberikan pedoman hidup untuk berfikir guna memperoleh pengetahuan.
Dengan rasa dan kehendak maka filsafat memberikan pedoman tentang
kesusilaan mengenai baik dan buruk.
Uraian mengenai filsafat sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya
kiranya akan banyak memberikan gambaran dan kemudian dalam memahami
lapangan pendidikan dan filsafat pendidikan kemudian. Dan munculnya filsafat
pendidikan sebagai suatu ilmu baru setelah tahun 1900-an tiada lain adalah sebagai
akibat adanya hubungan timbal-blik antara filsafat dan pendidikan, untuk
memecahkan dan memjawab persoalan-persoalan pendidikan secara filosofis.
Dan uraian mengenaifilsafat sebelumnya akan terasa lebih penting lagi karena
hubungan antara filsafat dan pendiidkan tidak hanya sekedar biasa melainkan
hubungan yang bersifat keharusan.

B. Pengertian Filsafat India

India adalah suatu wilayah yang dibatasi pegunungan yang terjal. Tidak ada
jalan lain kecuali melalui lintasan Kaibar. Pada zaman kuno, india sulit dimasuki
musuh sehingga penduduknya dapat menikmati kehidupan dengan tenang dan
banyak peluang untuk memikirkan hal-hal yang bersifat kerohanian. Filsafat India
berkembang dan menjadi satu dengan agama sehingga pemikiran filsafatnya
bersifat religious dan tujuan akhirnya adalah mencari keselamatan akhirat.

C. Sejarah Kemunculan Filsafat India

Dibagi menjadi empat periode sebagai berikut

1. Periode Weda (1500 – 600 SM)

Periode ini ditandai dengan kedatangan bangsa Arya dan penyebarannya di


India. Bangsa Arya pada periode ini mulai menanamkan kekuasaannya di India,
demikian juga kebudayaan Arya mulai berkembang dan berpengaruh. Pada periode
Weda ini tercatat berdiri beberapa perguruan di hutan-hutan tempat idealisme yang
tinggi dari India mulai berkembang. Muncul berbagai aliran pikiran susul menyusul
dan mudah dikenal karena mantra-mantranya, para Brahmana, serta Upanisad.
Beragam pendapat yang dilontarkan pada periode ini memang belum dapat disebut
filosofis, tetapi asas-asas filsafat sudah terdapat pada Brahmana dan Upanisad
walaupun belum sistematis.

Sesungguhnya secara teknis zaman ini belum dapat disebut sebagai zaman
filsafat dalam arti yang sebenarnya. Periode ini adalah suatu periode di mana orang
masih meraba-raba dan mencari-cari, pikiran dan tahayul saling susul silih berganti.

Berbagai konsep religi masih boleh dikatakan bersifat mitologis. Tetapi untuk
memenuhi ketertiban dan urut-urutan dalam menguraikan pokok-pokok
pembicaraan ini, maka perlulah kiranya bagian ini mulai dengan membahas
berbagai pendapat yang termuat di dalam ragam nyanyian dan pujian di dalam
Weda, serta membicarakan tentang sudut pandang dan berbagai konsep yang
terdapat di dalam Upanisad-Upanisad. Dapat juga disebut di sini beberapa kitab
Weda yang dibagi menjadi empat bagian, yaitu: Rig-Veda, Sama-Veda, Atharva-
Veda, dan Yajur-Veda. Perlu disampaikan di sini bahwa tema yang menonjol dalam
Upanisad adalah ajaran tentang hubungan antara Atman dan Brahman. Atman
adalah segi subyektif dari kenyataan “diri” manusia, sedangkan Brahman adalah
segi obyektif “makrokosmos”, alam semesta. Upanisad mengajar bahwa Atman dan
Brahman memang sama dan bahwa manusia mencapai keselamatan (“moksa”,
“mukti”) kalau mau menyadari identitas Atman dan Brahman.

2. Periode Wiracarita (600 SM – 200 M)

Lasiyo dan Yuwono sering menyebut periode ini dengan periode epic, atau
periode Hikayat cerita-cerita kepahlawanan. Periode ini meliputi berkembangnya
Upanisad-Upanisad yang tertua dan sistem-sistem filsafat (Darsyana). Hikayat
Ramayana dan Mahabarata menjadi pemancar amanat baru yang datang dari
hubungan antara sifat kepahlawanan dan sifat ke-Tuhan-an di dalam diri manusia.

Dalam periode ini juga dijumpai “pendemokrasian” secara massive berbagai


Upanisad ke dalam Budhisme dan ke dalam Bhagavadgita. Berbagai sistem dari
Budhisme, Jainisme, Syivaism, dan Vishnuism termasuk periode ini. Perkembangan
pikiran-pikiran abstrak, yang mencapai puncaknya pada berbagai aliran atau
mazhab filsafat India dalam bentuk darsyana juga termasuk dalam periode ini.
Dalam pada itu Radhakrishnan mengungkapkan bahwa kebanyakan di
antara berbagai sistem itu mulai timbul bersamaan dengan ajaran Budhisme yang
semakin meluas, dan berkembang dari abad ke abad secara berdampingan. Hanya
saja memang harus diakui bahwa buah karya yang disusun secara sistematis oleh
aliran-aliran tersebut baru tampak selesai dan baru dapat disaksikan pada periode
berikutnya.

3. Periode Sutra-sutra (200 Masehi – sekarang)

Pada jaman Wiracarita orang sudah mulai merasa bahwa untuk


menerangkan mantra-mantra daripada kitab-kitab Weda yang kuno, formula-formula
serta peraturan-peraturan itu, diperlutkan alat-alat pengetahuan, misalnya ilmu
fonetik, tatabahasa dan lain-lainnya. Demikianlah timbul kitab-kitab yang disebut
Wedangga. Pengetahuan Wedangga ini mula-mula diuraikan dalam bentuk sutra-
sutra, yaitu uraian prosa yang disusun dengan singkat, dengan maksud supaya
mudah dihafalkan dan mudah dipergunakaan sebagai buku pegangan.

D. Karakteristik Filsafat India

Filsafat India zaman kuno lebih mengedepankan nilai-nilai kebenaran dan


kebijaksanaan. Kebenaran inilah yang harus diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga orang yang biasa berprilaku buruk biasa menjadi pribadi yang
lebih baik.

Filsafat India sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan seperti sifat


budiman, mencari kedamaian, ketenangan hidup serta intelektualitas. Sehingga
dalam prakteknya, hasil akhir yang ingin dicari dari filsafat ini bukanlah perolehan
secara fisik, namun kekuatan jiwa sebagai pusat dari kesadaran diri akan kekayaan
hati dan jiwa.

E. Tokoh-tokoh Filsafat India


1. Brihaspati
Brihaspati mendirikan filsafat carvaka. Cirinya materialistis dan hedonistis.
Aliran ini tidak menerima kehidupan setelah kematian. Alasannya kehidupan di
dunia akhirat tak dapat diverifikasi apalagi belum ada seorangpun yang
menyaksikannya. Jadi aliran ini hanya mengakui eksistensi duniawi dan
kebakaan jiwa.

Etika aliran ini bersifat hedonitis. Menurut aliran ini manusia boleh melakukan
apa saja karena tidak ada hukum yang mengikat. Jadi mereka menolak konsep
hukum karma yang terdapat dalam filsafat india lainnya. Aliran ini hanya menerima
pengetahuan berdasarkan persepsi langsung. Mereka menolak deduksi, karena
menurut mereka kebenaran telah terkandung dalam premisnya. Mereka juga
menolak kesaksian verbal karena potensial terhadap misinterpretasi penyimpangan
dan kebohongan.

2. Sindharta Gautama

Budhisme didirikan oleh Sindharta Gautama. Ia berasal dari keluarga


Shakya. Kitab suci bhudisme adalah Tripitaka yang terdiri atas sutra (kumpulan
khotbah budha), vinaya (undang-undang untuk para muni dan upasaka), dan
abhidarma (metafisik dan psikologi).

Salahsatu ciri khas budhisme adalah pesimisme. Inti ajarannya ialah bahwa
segalanya duka. Penderitaan karena samsara adalah suatu yang riil dan oleh sebab
itu manusia harus berusaha melepaskan diri dari kesengsaraan. Tapi bukan berarti
bahwa bhudisme mengajarkan keputusasaan. Budha mengajarkan empat
kebenaran utama yakni :

 Hidup adalah sengsara


 Penderitaan itu muncul karena keinginan.
 Penderitaan dapat diakhiri dan dicapai nirvana dimana segala kehidupan
berakhir
3. Adi Shankara

Ajaran dari sankara adalah Brahman Satyam Jagan Mithiya. Jiwo Brahmaiwa
Na Aparah. Brahman mutlak sajalah yang nyata: dunia ini tidak nyata dan roh
pribadi tidak berbeda dengan Brahman.

4. Ramanuja
Ramanuja berpendapat “memang benar Brahman berbeda dengan jiwa dan
berbeda dengan dunia” tetapi juga mengatakan “memang benar brahman sama
dengan jiwa dan dunia, ketiganya tidak dapat dipisahkan

5. Kabir

Satu tang terkenal dari Kabir : (dalam masa kesusahan, Tuhan diingat banyak
orang tetapi ketika damai dan bahagia tiada manusia yang mengingatnya. Jika
Tuhan diingat ketika bahagia mengapa masalah harus terjadi?)

6. Guru Nanak

Ia mencari jalan untuk mengatasi perbedaan antara islam dan hinduisme dengan
mempersatukan penganut hindu dan muslim atas dasar-dasar kebenaran spiritual
utama yang menjadi milik kedua agama ini.

7. Ram Mohan Ray

Ia memiliki ide tentang adanya satu agama yang bersifat semesta yang suatu
saat nanti akan diterima oleh seluruh umat manusia. Agama ini haruslah agama
yang diterima oleh seluruh manusia dan ajarannya juga harus merupakan milik
bersama dengan meniadakan segi-segi yang bersifat memecah. Ia berkeyakinan
bahwa “tuhan” yang benar adalah bagian dari milik agama yang dimaksud.

8. Mahatma Gandhi

Dasar-dasar ajaran perjuangan Mahatma Gandhi adalah:

a. Ahimsa : Asas anti peperangan dan menganjurkan perdamaian yang berarti


gerakan melawan inggris tanpa kekerasan.

b. Hartal : Aksi tidak berbuat apapun untuk kepentingan kolonial inggris.

c. Satyagraha : asas tidak bersedia bekerjasama dengan kolonial inggris.

d. asas dengan tidak memakai bahan-bahan inggris dan mengutamakan bahan


buatan sendiri.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kenyataan Filsafat India mewariskan ajaran tentang tentang Dewa-dewa Alam


yang berkuasa. Buddha mengajarkan kekosongan sebagai kenyataan akhir yang
mendasari kehidupan. Selainitu, Filsafat India juga mengajarkan bahwa alam sebagai
tempat hidup manusia yang menyatu dan pada dasarnya sama dengan manusia .
Karena itu, mengenalkan kita pada hukum karma sebagai hasil dari suatu suatu
pekerjaan yang kita lakukan. Menurut Filsafat India, manusia dan alam menyatu namun
masing-masing mempunyai hukum sendiri. Buddhisme mengajarkan manusia tentang
penyelamatan diri dengan kekuatan dirinya sendiri. Namun Buddha pun
memperingatkan bahaya ego yang bisa berkuasa dan lupa diri.
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro.1994. Filsafat Umum. Semarang. PT Rajagrafindo Persada

http://lia17april.blogspot.co.id/2015/01/filsafat-india.html

Shanker Srivastava, Rama. Contemporary Indian Philosophy.

http://muhfadlihdahlan.blogspot.com/2015/07/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Anda mungkin juga menyukai