Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

FILSAFAT TIMUR KUNO


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Dalam

Mata Kuliah Filsafat Umum

Oleh:
KELOMPOK II – PMTK B
Latifatul Rahmah 2422032

Anisa Novia Safitri 2422052

Dosen Pengampu : Afni Lindra, MA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SJECH M.DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, dengan mengucap syukur kepada Allah atas rahmat


dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan tepat
waktu sebagai tugas dari mata kuliah Filsafat Umum dengan judul “Filsafat Timur
Kuno”. Makalah ini diharapkan mampu membantu dalam memperdalam mata kuliah
Filsafat Umum dalam kegiatan belajar. Selain itu makalah ini diharapkan dapat
menjadi referensi para pembaca agar bisa mengetahui dan mendalami tentang
Filsafat Timur Tengah.

Dalam penulisan makalah ini, penulis mengalami banyak kesulitan dan hambatan,
namun berkat kerjasama yang baik dan bantuan dari berbagai pihak sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada ibu Afni Lindra,MA sebagai dosen pengampu mata kuliah Filsafat Umum.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu penulis mengharapkan kepada pembaca untuk senantiasa memberi
masukan, kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Dan penulis
mengharapkan semoga makalah ini dapat membantu dan berguna bagi pembaca
dalam menambah wawasan pengetahuan.

Bukittinggi, 26 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………….……… i

Daftar Isi…………………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………...…..….. 1

A. Latar Belakang…………………………………………………….…... 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………..……. 1
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………. 1

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………..…… 2

A. Filsafat Mesir Kuno…………………………………………….……… 2


B. Filsafat India Kuno…………………………………………….…….... 3
C. Filsafat Persia Kuno………………………………………….……….. 6
D. Filsafat Tiongkok Kuno…………………………………….………… 8

BAB III PENUTUP…………………………………………………….……….... 12

A. Kesimpulan……………………………………………….………….. 12
B. Saran………………………………………………………..………... 12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….………… 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat Timur adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia,
khususnya India, Tiongkok, dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi
budayanya. Sebuah ciri khas filsafat timur ialah dekatnya hubungan filsafat
dengan agama.
Filsafat Timur merupakan perintis dari Filsafat Yunani kuno, yang
memiliki sejarah lebih jauh daripada Filsafat Yunani Kuno sendiri. Pemikiran
filsafat timur sering dianggap sebagai pemikiran yang tidak rasional, tidak
sistematis, dan tidak kritis. Hal ini disebabkan pemikiran filsafat timur lebih
dianggap agama disbanding filsafat. Pemikiran tidak menampilkan
sistematika seperti dalam filsafat barat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, yang menjadi rumusan masalah
dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana sejarah Filsafat Mesir Kuno?
2. Bagaimana sejarah Filsafat India Kuno?
3. Bagaimana sejarah Filsafat Persia Kuno?
4. Bagaimana sejarah Filsafat Tiongkok Kuno?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, diharapkan dapat mengetahui tujuan
penulisan dari makalah ini. Adapun tujuan dari penulisan dari penulisan
makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan memahami sejarah dari Filsafat Mesir Kuno.
2. Untuk mengetahui dan memahami sejarah dari Filsafat India Kuno.
3. Untuk mengetahui dan memahami sejarah dari Filsafat Persia Kuno.
4. Untuk mengetahui dan memahami sejarah dari Filsafat Tiongkok Kuno.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Filsafat Mesir Kuno
Penduduk Mesir kuno mulai menempati kawasan lembah Nil
sekitar tahun 5000-525 SM, yaitu sejak orang Mesir primitif periode
perkembangan neolitik sampai pada perkembangan peradaban masa
kekuasaan para Fir’aun absolut.1
Maat adalah pandangan umum bahwa ‘orang Mesir tidak memiliki
filsafat’ dan filsafat itu dimulai oleh orang-orang Yunani kuno.
Namun, pendapat umum yang diyakini para sejarawan filsafat Timur
bahwa filsafat itu sebenarnya lahir dari dunia Timur. Karena
pemikiran agama tertuang dalam sejarah umat manusia lahir, tumbuh,
dan berkembang dari dunia Timur. Mereka meyakini bahwa, “diantara
corak pemikiran manusia adalah pengetahuan tentang wujud, awal dan
akhirnya yang mula-mula berjalin dan berdampingan dengan
keyakinan agama”.
Para filososf muslim meyakini legenda yang menceritakan bahwa
para filosof Yunani kuno mengambil kebijaksanaan mereka dari
Timur. Seperti Empedokles, ia telah belajar kepada Luqman yang
Bijak di Syra-Palestina yaitu pada masa Nabi Daud. Beberapa filsuf
besar Yunani, termasuk Thales, Pytagoras dan Plato, mengakui hutang
mereka yang besar kepada orang bijak di Mesir atas pengetahuan dan
gagasan mereka. Plato, ia menghabiskan 13 tahun belajar dengan para
imam Mesir di Heliopolis. Phytagoras dikabarkan pernah belajar fisika
dan metafisika kepada murid-murid Sulayman di Mesir, dan belajar

1
Mustofa Umar, Mesopotamia dan Mesir Kuno: Awal Peradaban Dunia, Jurnal el-Harakah, Vol.11,
No.3, 2009, h.208.

2
Geometri dari orang-orang Mesir. Para filosof tersebut membawa
kebijaksanaan yang mereka serap dari Dunia Timur ke Yunani.2
B. Filsafat India Kuno
India adalah suatu wilayah yang diatasi pegunungan yang terjal.
Tidak ada jalan lain kecuali melalui lintasan Kaibar. Pada zaman kuno,
daerah India sulit dimasuki oleh musuh sehingga penduduknya dapat
menikmati kehidupan yang tenang dan banyak peluang untuk
memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan kerohanian.
Filsafat India berkembang dan menjadi satu dengan agama
sehingga pemikiran filsafatnya bersifat religius dan tujuan akhirnya
adalah mencari keselamatan akhirat.
Filsafat India terbagi menjadi lima zaman, yaitu Zaman Weda,
Zaman Wiracarita, Zaman Sastra Sutra, Zaman Kemunduran, dan
Zaman Pembaharuan.
1. Zaman Weda (1500-600 SM)
Dikatakan zaman Weda karena sumber benih pemikiran filsafat
berasal dari kitab-kitab Weda (Ring Weda, Sama Weda, Yajur
Weda, dan Atharwa Weda). Benih pemikiran filsafat tersebut
dalam mantera “Diatas air samudra mengapung telor dunia,
kemudian pecah menjadi wismakarman sebagai anak pertama alam
semesta.” “Dunia tersusun menjadi tiga bagian, yaitu surga, bumi,
dan langit, dimana ketiga bagian tersebut mempunyai dewa
sendiri-sendiri.” “Jiwa manusia tidak dapat mati.” “Mereka yang
masuk surga adalah orang-orang yang soleh dan hidup baik”
Dalam sastra Brahman disebutkan bahwa ketika bangsa Arya
telah menetap di lembah Gangga, benih filsafat berupa “korban”.

2
Azizah Aryati, Filsafat Di Dunia Timur: Pemikiran Al-Kindi Dan Al-Farabi, Jurnal El-Afkar, Vol.4, No.1,
2015, h.49.

3
Korban ini dianggap penting dalam kehidupan manusia, yang
dipersembahkan kepada imam.
Pada tahun 700 SM benih pemikiran filsafat pembahasannya
lebih mendalam lagi, bersumber pada sastra Upanishad. Namun,
pada ajaran Upanishad terdapat penyelewengan yang memicu
pemberontakan kaum Ksatria.
2. Zaman Wiracitra (600 SM – 200 M)
Latar belakang zaman ini adalah krisis politik, kemerosotan moral
atau percaya terhadap dewa, akibat dari kaum penjajah. Kemudian
banyak orang mencari ketenangan, dan muncullah ahli pikir untuk
menuangkan pemikirannya. Timbullah aliran yang bertuhan
(Baghawadgita), aliran yang tidak bertuhan (Jainisme dan
Buddhisme), juga aliran yang spekulatif (Saddarcana).
3. Zaman Sastra Sustra (200 SM – 1400 M)
Zaman ini disebut juga zaman Skolastik. Kitab yang muncul
pertama kali adalah kitab Wedangga yang uraiannya berbentuk
prosa, disusun secara singkat agar mudah dihafal atau diamalkan.
Juga timbul sutra-sutra yang bertentangan dengan Weda, dan sutra
tersebut dijadikan sumber pemikiran filsafat.
Sistem pemikiran filsafat India terbagi menjadi enam sistem,
yaitu:
a) Nyala, yaitu membicarakan bagian umum dan metode yang
dipakai dalam penyelidikan, yaitu metode kritis.
b) Waisesika, yaitu kitab yang bersumber pada Waisesika Sutra.
Ajaran pokoknya membicarakan tentang dharma, yaitu uraian
tentang kesejahteraan dunia dan memberikan pelepasan. Ajaran
pokok lainnya adalah tentang padharta, yaitu membicarakan
kategori yang ada: substansi, kualitas, aktivitas, sifat umum,

4
sifat perorangan, pelekatan, dan ketidakadaan. Penulisnya
adalah Khanada.
c) Sakha, artinya pemantulan. Aliran ini mengemukakan bahwa
untuk merealisasikan kenyataan akhir filsafat, diperlukan
pengetahuan. Pokok ajarannya, terdapat dua zat asasi yang
bersama-sama membentuk realitas dunia, yaitu roh dan benda
(purusa dan prakerti). Pendirinya adalah Sakha Kapila.
d) Yoga, yaitu suatu cara untuk mengawasi pikiran, agar
kesadaran yang biasa menjadi luar biasa. Pendirinya Patanjali.
e) Purwa Wimansa, yaitu sistem inilah yang benar-benar
berdasarkan pada kitab Weda. Pokok ajarannya, menegakkan
wibawa kitab Weda dan menunjukkan bahwa kitab Weda
berisi upacara ritual.
f) Wedanta, yaitu suatu sistem yang membicarakan bagian kitab
Weda (yang terakhir). Kitab ini merupakan suatu kesimpulan
kitab Weda.
4. Zaman Kemunduran (1400 – 1800 M)
Zaman ini diisi oleh pemikiran filsafat yang mandul karena para
ahli piker hanya menirukan filsafat yang lampau. Timbulnya
keadaan ini disebabkan oleh pertemuan antara kebudayaan barat
dengan pemikiran India, sehingga menimbulkan reaksi hebat dari
para pemikir India.
5. Zaman Pembaharuan (1800 – 1950 M)
Zaman diisi oleh kebangkitan pemikiran filsafat India.
Pelopornya adalah Ram Mohan Ray, seorang pembaru yang
mendapatkan pendidikan di Barat. Gerakannya disebut Brahma
Samaj, yang mempunyai sifat keras terhadap Kristen.
Tahun 1875 muncul gerakan pembaru filsafat India, yaitu Arya
Samaj sebagai pendirinya Awami D. Saraswati. Pembaru lainnya

5
adalah Sri Ramakresna yang merupakan seorang imam di kuil
Calcutta.
Selanjutnya muncul pembaru lain yaitu Mahatma Gandhi.
Ajarannya, untuk mencari kemenangan harus dengan Satyagraha
(kekuatan kebenaran).3

Sifat-sifat khusus yang membedakan filsafat India dari filsafat


Yunani adalah sebagai berikut:

1. Suasana dan bakat orang India yang berlainan dengan bakat orang
Yunani.
2. Seluruh pengetahuan dan filsafat diabdikan kepada usaha
pembebasan atau penebusan.
3. Berpangkal pada buku-buku kuno (Veda) yang kekuasaannya tak
dapat diganggu-gugat, hanya dapat ditafsirkan dan diterangkan
lebih lanjut.
4. Perumusan-perumusan umumnya kurang tajam, tidak tegas
membeda-bedakan.
5. Berhubung dengan itu nampak juga kekuatan asimilasi yang sangat
besar, hingga unsur-unsur yang bertentangan satu sama lain
dimasukkan dalam satu sistem: “syncretisme”.
6. Dalam semua sistem ditemukan sejumlah pengertian yang tidak
timbul dari pandangan filsafat, melainkan yang merupakan warisan
dari zaman kuno dan yang memegang peranan penting dalam
semua sistem-sistem yang ada.4
C. Filsafat Persia Kuno
Dalam sejarahnya, Persia (Iran) dikenal sebagai wilayah tempat
lahirnya filosof, sufi, saintis dan penyair terkenal. Iran dapat

3
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h.85.
4
Drs. Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.207.

6
dipandang sebagai tempat yang mempresentasikan kontinuitas
perkembangan pemikiran keagamaan, khususnya filsafat selama fase
akhir sejarah Islam.
Filsafat Islam memiliki kehidupan yang lebih panjang di bagian
Timur dibandingkan di bagian Barat dunia Islam. Iran tidak hanya
memiliki tanah yang filsafatnya tetap bertahan sampai sekarang, tetapi
ia juga secara definitif menjadi arena utama aktivitas dalam filsafat
Islam. Sekurang-kurangnya, ada dua faktor pendukung
berkembangnya pemikiran filsafat di Iran: Pertama, faktor geografis-
historis, Kedua, tradisi keagamaan Syiah.
Pada tahun 1499 M, berdirilah kerajaan Safawi yang bertahan
sampai sekitar 200 tahun. Pada periode Safawi inilah berkembang
berbagai aliran pemikiran dalam matrik Syi’isme. Salah satu
pemikiran yang berkembang pesat adalah bidang filsafat. Filsafat tetap
diajarkan dan merupaka tradisi yang hidup sepanjang zaman di
sekolah-sekolah Syiah yang didirikan dinasti Safawi. Melalui sekolah
Syiah itulah para tokoh filsafat Iran terkenal bermunculan. Bahkan,
Iran menjadi pusat utama ilmu-ilmu intelektual, khususnya filsafat
bagi dunia Islam yang didatangi oleh orang Islam dari seluruh penjuru
dunia. Perkembangan pemikiran pada zaman dinasti Safawi
mempunyai karakteristik khas sebagai mazhab Isfahan. Mazhab ini
menampung perkembangan pemikiran mazhab Masya’i, Isyraqi, Irfani
dan Kalam.
1. Mazhab Masya’i (peripatetik), didirikan oleh Ibnu Sina dan sangat
berpengaruh di Iran. Karya-karya Ibnu Sina mendapat kritikan dan
serangan tajam dari kaum Sufi dan Teolog. Aliran ini akhirnya
mati di dunia Islam. Baru pada abad ke enam, Nashir al-Din al-
Thusi menghidupkan kembali mazhab peripatetic Ibnu Sina.

7
Sementara itu, dari abad delapan dan seterusnya, Syiraz dan
sekitarnya menjadi markas filsafat.
2. Mazhab Isyraqi, didirikan oleh Syihab al-Din Suhrawadi. Meski
hanya hidup selama 38 tahun, dia telah menegakkan perspektif
intelektual baru dan berpengaruh pada dunia islam Iran.
Suhrawardi menciptakan teosofi berdasarkan iluminasi dan intuisi
mistik. Mazhab yang didirikannya segera memperoleh pengikut
dan penafsir yang pintar.
3. Mazhab Irfan dan Kalam, mencapai puncak keemasan pada abad
ke tujuh. Mazhab ini telah berkembang dalam dunia Syiah sebelum
Thabathabai. Demikian pula pemikiran kalam. Pada zaman inilah
keempat pemikiran tersebut di atas merasuki pemikiran Syiah, satu
fenomena penting yang meratakan jalan bagi kebangkitan Safawi
dengan warna khas Syiah.5
D. Filsafat Tiongkok Kuno
Filsafat Tiongkok atau Cina erat hubungannya dengan keadaan
alam dan masyarakat. Filsafat Cina mempunyai ciri jhusus, yaitu yang
menjadi tema dari filsafat dan kebudayaan adalah perikemanusiaan
atau ‘jen’. Menurut Confusius, ‘jen’ itu mempunyai dua segi, yaitu:
1. Segi positif : Chung
Dalam ajaran ini Confusius mengatakan : ‘Apa yang kau suka dari
orang lain berbuat kepadamu, berbuatlah hal itu kepadanya’.
2. Segi negative : Shu
Dalam ajaran ini Confusius mengatakan : ‘Apa yang tidak kau
suka dari orang lain berbuat kepadamu, janganlah kau berbuat hal
itu kepadanya’.

5
Aina Salsabila, Kajian Islam Filosofis: Al-Hikmah Al-Muta’aliyah Karya Mulla Shadra, Jurnal Sarwah,
Vol.15, No.2, 2016, h.89.

8
Jika dibandingkan dengan filsafat Barat dan India, filsafat Cina lebih
antroposentris dan pragmatis. Antroposentris karena memang dalam
sejarah Cina fokusnya masalah manusia, pragmatis dalam arti
bagaimana manusia itu ada keseimbangan antara dunia dan surge
dapat tercapai.6
Yang menjadi pusat perhatian dalam filsafat Cina yaitu kelakuan
manusia, sikapnya terhadap dunia yang mengelilinginya dan sesama
manusia. Maka yang ditinjau oleh filsuf-filsuf Cina adalah
bagaimanakah sikap orang terhadap dunia, terhadap sesamanya
manusia dan terhadap ‘surga` agar manusia tetap dalam hubungan
yang harmonis dengan dunia, manusia dan ‘Surga’.
Cita-cita mereka yang tak lain menjadi “the inner Sage” artinya
orang yang telah membentuk kebajikan dalam sendiri yang
“bijaksana” betul-betul maka yang dititikberat ialah :
1. Etika, bukanlah Logika atau Metafisika.
2. Sistem-sistem filsafat dalam arti normal hampir-hampir taka da,
akan tetapi ini tak berarti bahwa de facto tidak ada system-sistem
dalam arti “organic unity of ideas” (seperti halnya pada Socrates
dan juga Plato).
3. Walaupun nampaknya dalam filsafat Cina hampir taka da
kemajuan dan perkembangan akan tetapi para “penafsir” juga
mengemukakan buah-buah pikirannya sendiri, hingga apa yang
dulu-dulunya masih terkandung dalam sistem-sistem lama berupa
“benih”, lama kelamaan menjadi lebih nampak.7

6
Drs.Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.164.
7
Drs.H.Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.217.

9
Filsafat Cina pada zaman kuno ditandai dengan munculnya aliran-
aliran filsafat klasik, antara lain sebagai berikut:

1. Konfusianisme – Ju Chia
Yaitu suatu aliran yang terdiri atas orang-orang terpelajar yang
mempunyai keahliah di bidang kitab-kitab klasik. Titik berat ajaran
aliran ini di bidang etika. Etika Konfusianisme didasarkan pada
kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan akan kebahagiaan hidup.
2. Taoisme: Tao te Chia
Yaitu suatu mazhab yang terdiri atas orang-orang terpelajar dan
mengalami kekecewaan karena keadaan Negara pada waktu itu
mengalami kemunduran. Tokoh yang terbesar dari aliran ini adalah
Lao Tzu dan Chuang Tzu. Berbahagia menurut aliran ini adalah
mereka yang hidup dekat dengan alam, mereka ialah petani,
nelayan, dan para biarawan.
3. Mazhab Yin Yang
Yaitu suatu mazhab yang dipelajari oleh orang-orang yang pada
mulanya mempunyai kedudukan penting dalam istana. Mereka
adalah ahli nujum dan ilmu perbintangan, kemudian mereka
menawarkan keahliannya kepada masyarakat. Menurut pandangan
orang Cina, Yin dan Yang merupakan dua prinsip pokok di alam
semesta. Yin: prinsip betina seperti bumi, bulan, air, hitam,
kepasifan, dan sebagainya. Yang: prinsip jantan seperti surge
matahari api putih, keaktifan, dan sebagainya. Antara Yin dan
Yang jika digabungkan akan memberikan pengaruh yang timbal
balik dan akan terjadilah semua peristiwa yang terdapat di alam
semesta.

4. Mahoisme atau Mo Chia

10
Yaitu suatu aliran yang terdiri atas kelompok kaum ksatria yang
telah kehilangan kedudukannya, mereka menawarkan keahliannya
di bidang peperangan kepada penguasa baru. Tokohnya MoTzu
(479-381 SM).
5. Dialektisisme: Ming Chia
Aliran dialektisi dikenal juga dengan sebutan mazhab nama-
nama. Aliran ini dipelopori oleh orang-orang yang ahli dalam
bidang debat dan pidato. Mereka menyalurkan kepandaiannya
kepada rakyat. Ajarannya dimaksudkan untukmempengaruhi
pandangan agar orang dapat dengan mudah memberikan nama
pada suatu objek.
6. Legalisme: Fa Chia
Yaitu suatu aliran yang dipelopori oleh orang-orang yang ahli di
dalam bidang pemerintahan, mereka menawarkan kepandaiannya
kepada penguasa diberbagai daerah. Fa Chia mengajarkan bahwa
pemerintahan yang baik harus didasarkan pada kitab undang-
undang yang tetap dan tidak didasarkan pada pendapat orang-
orang berilmu, baik dalam bidang pemerintahan maupun moral.
Menurut pandangannya bahwa setiap manusia itu jahat, oleh
karena itu harus diperlakukan dengan kekerasan dan hokum yang
ketat agar tidak melakukan pelanggaran. Tokoh yang terkenal
adalah Han Fei Tzu dan Li Sse.8

BAB III
PENUTUP
8
Drs.Surajiyo, Op.cit, h.165.

11
A. Kesimpulan
Filosof Yunani kuno mengambil kebijaksanaan mereka dari Timur.
Beberapa filsuf besar Yunani, termasuk Thales, Pytagoras dan Plato,
mengakui hutang mereka yang besar kepada orang bijak di Mesir atas
pengetahuan dan gagasan mereka. Filsafat India berkembang dan menjadi satu
dengan agama, sehingga pemikiran filsafatnya bersifat religius dan tujuan
akhirnya adalah mencari keselamatan akhirat. Persia (Iran) menjadi pusat
utama ilmu-ilmu intelektual, khususnya filsafat bagi dunia Islam yang
didatangi oleh orang Islam dari seluruh penjuru dunia. Filsafat Tiongkok atau
Cina erat hubungannya dengan keadaan alam dan masyarakat. Filsafat Cina
mempunyai ciri jhusus, yaitu yang menjadi tema dari filsafat dan kebudayaan
adalah perikemanusiaan atau ‘jen’.
Filsafat Islam digolongkan ke dalam filsafat Timur karena lebih dominan
sifatnya yang menunjukkan idealisme seperti umumnya filsafat-filsafat yang
muncul di dunia Timur Kuno, seperti Mesir, India, Cina, dan Persia. Filsafat
Timur Kuno ini memiliki aliran idealisme, yang bersifat spiritual, esensinya
adalah dengan berfikir.
B. Saran
Demikianlah makalah berjudul “Filsafat Timur Kuno” ini kami buat
berdasarkan sumber-sumber yang ada. Sehingga perlulah bagi kami, dari para
kelompok untuk memberikan masukan dan saran agar makalah ini bisa
menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

12
Achmadi, A. (2013). Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Pers.

Aryati, A. (2015). Filsafat Di Dunia Timur: Pemikiran Al-Kindi Dan Alfarabi. Jurnal
El-Afkar, Vol.4, No.1, h.49.

Salam, D. B. (2013). Pengantar Filsafat. 2012: Bumi Aksara.

Salsabila, A. (2016). Kajian Islam Filosofis: Al-Hikmah Al-Muta'aliyah Karya Mulla


Shadra. Jurnal Sarwah, Vol.15, h.89.

Surajiyo, D. (2005). Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.

Umar, M. (2009). Mesopotania Dan Mesir Kuno: Awal Peradaban Dunia. Jurnal el-
Harakah, Vol.11, No.3, h.208.

13

Anda mungkin juga menyukai