Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FILSAFAT SEJARAH TIMUR


Pandangan Tokoh tentang Filsafat Sejarah Timur: Al-Kindi, Ibnu Sina, dan Ar-Razi

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Sejarah

Dosen Pengampu:
Nuriyadin, M.FiI.I

Di Susun Oleh:

1. Larassiwi Rahma Ramadhani (03040221101)


2. M. Ardika Akbar Bestari (03040221103)

PROGRAM STUDI :

SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat
dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Filsafat Sejarah dengan Judul
“Pengertian Filsafat sejarah Timur”. Tidak lupa sholawat dan salam tetap tercurahkan
kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang telah memberikan kritik dan saran sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan yang
membangun dari berbagai pihak. Khususnya kepada bapak Nuriyadin, M.Fil.l selaku dosen
pengampu Filsafat Sejarah. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi seluruh pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, 22 Mei 2022


Hormat kami,

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
1. Pengertian Filsafat Sejarah Timur...................................................................................5
2. Awal mula Filsafat Sejarah Timur..................................................................................6
3. Pandangan Tokoh tentang Filsafat Timur.......................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................13
A. Kesimpulan...................................................................................................................13
B. Saran..............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berpandangan dan berpikir jernih bukan hanya kebiasaan yang dilakukan di
Yunani Kuno, wilayah asia seperti Cina, India dan Persia juga memiliki filsafat untuk
menentukan kebijaksanaan mereka sendiri. Mereka pula yang mengawali ilmu
kebijaksanaan tersebut walaupun istilah Filsafat sendiri bukan dari mereka, namun
bukan berarti eksistensi mereka dalam dunia pemikiran ini sedikit. Dalam hal ini
filsafat yang berkembang pun diistilahkan sebagai filsafat timur karena berasal dari
dunia bagian timur.
Empat Tradisi Besar yang berkembang di Asia yaitu Konfusianisme, Taoisme,
Buddhisme, dan Hinduisme merupakan buah pemikiran yang merangkap menjadi
agama yang berasal dari para filsuf Cina dan India. Agama Majusi atau
Zoroastrianisme adalah buah pikir juga yang dilakukan oleh seorang nabi dari Persia
serta Manikheisme juga lahir di sini dan menghilang pada abad ke-16. Dengan
peradaban filsafat kuno yang gemilang ini menyatakan bahwa filsafat kuno bukanlah
milik Yunani Kuno sendiri namun juga milik para perintis ilmu filosofi dari Timur
seperti Cina, India, dan Persia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat Sejarah Timur?
2. Bagaimana Filsafat Timur itu berawal?
3. Bagaimana pandangan Al-kindi, Ibnu Sina, dan Ar-Razi?

C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan pengertian dari Filsafat Sejarah Timur
2. Mengetahui awal mula terbentuknya
3. Mengetahui pandangan dari beberapa tokoh
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Filsafat Sejarah Timur


Filsafat Timur merupakan sebutan bagi para pemikir – pemikir filosofi yang
berasal dari dunia timur seperti Filsafat China, Filsafat India, Filsafat Jepang, Filsafat
Islam, Filsafat Buddhisme dan lain sebagainya. Masing-masing jenis filsafat tersebut
merupakan suatu sistem-sistem pemikiran yang luas dan plural. Selain itu Filsafat
Timur merupakan perintis dari Filsafat Yunani Kuno, yang memiliki sejarah lebih
jauh daripada Filsafat Yunani Kuno sendiri. Peradaban India memulai eksistensinya
di daratan Indus yang sekarang kita kenal dengan nama India sekitar tahun 1000-600
SM.1
Peradaban Cina yang hadir di panggung sejarah dalam pemerintahan dinasti ke
dinasti pada tahun 1027-506 SM. 2Sebelum Filsafat Cina, India dan lainnya muncul,
peradaban awal telah berkembang di Asia yakni Mesopotamia, Assyria, dan
Babilonia. Peradaban Sumeria di dataran Mesopotamia yang membentang dari Tigris
hingga Eufrat pada sekitar tahun 3000-2350 SM, mereka bermukim di dataran rawa
dan padang rumput berair yang terdapat di dalamnya negara-negara kota yang saling
hidup berdampingan selama lima atau enam abad pertama di sejarah peradaban
mereka.
Selain menjadi pemikiran-pemikiran kebijaksanaan, Filsafat Timur juga
berkembang menjadi agama-agama yang diajarkan di masing-masing wilayah. Empat
Tradisi Besar yang terkenal di Asia, yakni Hinduisme, Buddhisme, Taoisme, dan
Konfusianisme.
Filsafat Timur adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia,
khususnya di India, Republik Rakyat Cina dan daerah-daerah lain yang pernah
dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas Filsafat Timur ialah dekatnya hubungan
filsafat dengan agama. Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa dikatakan untuk
Filsafat Barat,terutama di Abad pertengahan. Akan tetapi di dunia barat filsafat ‘an
sich masih lebih menonjol daripada agama.

1
Arnold Toynbee, (Sejarah Umat Manusia Uraian Analisis, Kronologis, Naratif, dan Komparatif), Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2005, Cet II, Hal.189.
2
Ibid, Hal. 193
2. Awal mula Filsafat Sejarah Timur
Berawal dari pemikiran-pemikiran para filsuf yang mengembangkan ide-ide
mereka di Cina, India, dan Persia maka lambat-laun falsafah-falsafah mereka berubah
menjadi agama yang dianut oleh banyak orang. Pada kerajaan Persia, Zarathustra
mengembangkan pemikiran Zoroastrianisme atau agama Mazdayasna. Kekaisaran
Cina juga memiliki Kong Fuzi yang mendirikan Kebijaksanaan Konfusianisme, dan
Lao Zi yang memiliki jalan pemikiran sederhana yang disebut Taoisme.
Peradaban India sebenarnya telah memiliki filosofi yang sekaligus dibuat
sebagai lokal yang disebut Jainisme, namun baru dianggap ada saat Mahavira menjadi

Nabi ke-24 bagi agama ini, dan bersamaan zaman juga dengan Siddhartha Gautama
yang mendapatkan pencerahan dengan bertapa di bawah pohon Asatta yang kemudian
menjadi agama Buddha. Brahmanisme atau Hinduisme juga telah menjadi agama
yang berkembang di India selama puluhan tahun sejak zaman filsafat India bermula.
Kemudian agama-agama besar tersebut berkembang pesat hingga keluar dari negeri
asalnya, dan memiliki gelar agama kebumian karena bukan termasuk agama Samawi
yang juga berkembang bersama mereka.
Berikut beberapa Filsafat Sejarah Timur:
 Filsafat China
Filsafat Cina adalah salah satu dari filsafat tertua di dunia dan dipercaya
menjadi salah satu filsafat dasar dari tiga filsafat dasar yang mempengaruhi sejarah
perkembangan filsafat dunia, disamping filsafat India dan filsafat Barat. Filsafat Cina
sebagaimana filsafat lainnya dipengaruhi oleh kebudayaan yang berkembang dari
masa ke masa. Ada tiga tema pokok sepanjang sejarah filsafat Cina, yakni harmoni,
toleransi, dan perikemanusiaan. Selalu dicarikan keseimbangan, harmoni, suatu jalan
tengah antara dua ekstrem: antara manusia dan sesama, antara manusia dan alam,
antara manusia dan surga.
Pemikiran Cina lebih antroposentris daripada filsafat India dan filsafat Barat.
Manusia-lah yang selalu merupakan pusat filsafat Cina. Ketika kebudayaan Yunani
masih berpendapat bahwa manusia dan dewa-dewa semua dikuasai oleh suatu nasib
buta ("Moira"), dan ketika kebudayaan India masih mengajar bahwa kita di dunia ini
tertahan dalam roda reinkarnasi yang terus-menerus, maka di Cina sudah diajarkan
bahwa manusia sendiri dapat menentukan nasibnya dan tujuannya.
Namun juga memiliki kecenderungan bersifat pragmatis, seperti yang dapat
ditemukan d.alam pemikiran filsafat Confucius maupun Mo Tzu. yang mengarahkan
ajaran-ajarannya kepad:a perbaikan masyarakat dan negara. Pragmatisme sandiri,
dewasa ini merupakan tantangan kehidupan modem telah melanda sebagian besar
umat manusia, sehingga pengkajian ulang mendesak untuk dilakukan. Di satu pihak
sifat pragmatis akan menjadikan manusia itu hemat dan bertindak hati-hati.Namun
dilain pihak, manusia hanya akan mau melakukan sesuatu perbuatan jika tindakannya
akan mendatangkan keuntungan khususnya bagi dirinya sendiri, dan ada juga
kecenderungan untuk mengelak terhadap tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban yang
memerlukan pengorbanan khususnya pengorbanan materi. Oleh karena itu agar sifat
pragmatis ini dapat bermanfaat se· cara optimal maka ·sifat ini periu die kaitkan
dengan nilai-nilai kemanusiaan seperti yang dewasa ini sedang populer yaitu masalah
hak-hak asasi manusia

 Filsafat India

Filsafat india berkembang dan menjadi satu dengan agama sehingga pemikiran
filsafatnya bersifat religius dan tujuan akhirnya adalah menvari keselamatan akhirat.3
Menurut Rabindranath tagore (1861-1941) filsafat india berpangkal pada keyakinan
bahwa ada kesatuan fundamental antara manusia dan alam, harmoni individu dan
kosmos. Harmoni ini harus disadari supaya dunia tidak dialammi sebagai tempat
keterasingan sebagai penjara. Orang india bukan belajar menguasai dunia, tetapi
untuk berteman dengan dunia. Semua filsafat muncul dari pemikiran-pemikiran yang
semula bersifat keagamaan, baik itu filsafat yunani, filsafat china dan filsafat india.
Karena kurang puas akan keterangan-keterangan yang diberikan agama, atau karena
sebab-sebab lainnya akal manusia mulai dipakai untuk memberi jawaban atas segala
persoalan yang dihadapinya.
Di Barat, sekalipun semula filsafat tumbuh dari perkembangan agama, namun
lama-kelamaan filsafat memisahkan diri dari agama dan berdiri sendiri sebagai
kekuatan rohani, yang sering bahkan bertentangan dengan agama. Akan tetapi, tidak
demikian keadaan filsafat india. Filsafat itu tidak pernah berkembang sendiri dari
agama, serta menjadi suatu kekuatan yang berdiri sendiri. Di india, filsafat senantiasa
bersifat religius. Tujuan terakhir bagi filsafat adalah keselamatan manusia di akhirat.4

3
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, hal: 85
4
Surajiyo, Ilmu Filsafat, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012, hal:167
Pemikiran filsafat India selain memiliki persamaan dengan pemikiran filsafat
pada umumnya juga menunjukkan adanya kekhususan karakteristik. Dalam proses
perkembangan pemikiran fmafat India, temyata banyak dipengaruhi oleh akar budaya
India itu 8endiri, sehingga di India pemikiran filsafat berkaitan erat dengan tradisi,
kebudayaan, dan agama. Pemikirannya berciorak religius, sehingga meruapakan suatu
kekuatan rokhani yang memiliki peranan penting dan besar dalam mencapai
keselamatan hidup manusia. Filsafat dimaksudkan untuk mengarahkan dan
menunjukkan kepada manusia dalam usahanya mencapai tujuan hidup yaitu
kebahagiaan.
3. Pandangan Tokoh tentang Filsafat Timur
a. Al – kindi
Al – Kindi dikenal sebagai filsuf muslim pertama yang lahir dari
kalangan Islam, nasabnya sampai pada Qahthan berdarah Arab asli. Semasa
hidupnya, selain bisa berbahasa Arab, ia mahir berbahasa Yunani. Dia juga
salah seorang ilmuwan besar muslim dalam bidang kedokteran dan pemilik
salah satu pemikiran terbesar yang dikenal sepanjang peradaban manusia.
Dipanggil dengan nama Al-Kindi karena dihubungkan dengan kabilahnya,
yaitu kabilah Arab Kindah.
Semasa hidupnya, Al-Kindi menghabiskan masa kecilnya di Kufah
bersama kedua orang tuanya. Ketika Al-Kindi masih anak-anak, ayahnya
meninggal dunia. Keadaannya yang yatim tidak mengendorkan semangatnya.
Dia tetap terus mempelajari berbagai macam ilmu di Kufah, Basrah dan
Baghdad. Dia memulai belajarnya dari ilmu-ilmu agama, kemudian filsasat,
logika, matematika, musik, astronomi, fisika, kimia, geografi, dan, kedokteran.
Al-Kindi telah mempermudah akses terhadap filsafat dan ilmu Yunani
serta telah membangun fondasi filsafat dalam Islam dari sumber sumber yang
jarang dan sulit (sebagian di antaranya diteruskan dan dikembangkan oleh Al-
Farabi). Sumber pemikiran Al-Kindi diperoleh dari sumber-sumber Yunani
klasik, terutama Neoplatonis. Risalahnya, Risalah fi Al-Hudud Al-Asyya',
secara keseluruhan dapat dipandang sebagai basis atas pandangan-
pandangannya sendiri. Ia diduga meringkas definisi definisi dari literatur
Yunani dengan niat hendak memberikan ringkasan filsafat Yunani dalam
bentuk definisi. Kebanyakan definisi itu adalah definisi harfiah yang dipinjam
dari Aristoteles. Ketekunan Al-Kindi mengumpulkan definisi dari karya-karya
Aristoteles dan kesukaannya kepada Aristoteles tidak dapat diabaikan.
Bahkan, ketika ia meringkas dari sumber-sumber lain yang secara keliru, ia
menisbahkan pula kepada Aristoteles. Subjek dan susunannya sesuai dengan
sumber Neoplatonis.
Pandangannya terhadap Filsafat Timur dibagi menjadi 4 konsep yaitu :
 Konsep tentang talfiq (memadukan)
Al-Kindi mengungkapkan bahwa filsafat dan agama adalah 2 komponen yang
sangat berpengaruh karena dalam ilmu filsafat sendiri terdapat ilmu teologi
yang secara garis besar mendominasi ilmu filsafaat yang dimana ilmu teologi
sendiri hukumnya wajib dipelajari oleh seluruh kaum muslimin. Oleh karena
itu, Al-Kindi mengupayakan untuk memadukan disiplin ilmu tersebut yakni
anatara ilmu filsafat dan agama, sehingga akan menciptakan sebuah argumen-
argumen kebenaran yang sesuai sumber dari Al-Qur’an.

 Konsep tentang moral

Ia memaparkan bahwa filosof harus wajib mendalami wawasan tentang diri


manusia, dan harus menjalani hidup susila. Ia menuturkan bahwasannya
filsafat dapat bisa menentramkan, fokus untuk melatih dari rasa kekangan,
melatih rasa keseimbangan diri, dan keberanian hidup. Al-Kindi
menyanyangkan jika terdapat seorang filosof yang kurang meyakinkan syariat
sebagai bahan utama untuk menjadi perkembangan kepribadian yang
sesungguhnya.

 Konsep mengenai metafisika

Menurutnya, dunia itu ada yang menciptakan dan sebagai pencipta dunia, sifat
utama Tuhan adalah Esa yang berarti bahwa Tuhan adalah Dzat yang satu.
Jika kita merenungkan kekuasan Sang Pencipta maka kita akan dipenuhi
bercak kagum yang dibuat oleh-Nya. Allah tidak hanya membuat alam tetapi
Allah juga mengatur dan juga mengendalikan alam yang diciptakan-Nya. Al-
Kindi menilai tentang penciptaan tersebut untuk mengokohkan kekuatan
Tuhan sebagai hal yang sebenarnya karena untuk mennyisihkan hantaman-
hantaman yang digempur oleh kaum Materialis.

 Konsep mengenai jiwa


Hubungan antara roh dengan tuhan setara dengan hubungan antara cahaya dan
matahari, sedangkan jism bersifat pemarah dan berhawa nafsu. Ia
berpandangan bahwasannya jika jiwa memiliki makna yang sempurna,
penting, dan mulia. Ia membagi jiwa menjadi 3 daya yakni, daya berpikir,
daya bernafsu dan daya pemarah.

b. Ibnu Sina
Nama lengkapnya adalah Abu ‘Ali Husain bin Abdullah bin Hasan bin
Ali bin Sina. Ibnu Sina dilahirkan pada bulan Safar 370 H atau Agustus-
September 980 M di Afsyanah, sebuah kota kecil di wilayah Uzbekistan saat
ini. Di dunia Barat, ia dikenal dengan Avicenna dan dijuluki sebagai Pangeran
para dokter.
Menurut pemahaman Ibnu Sina, tujuan filsafat adalah penetapan
realitas terhadap sesuatu sepanjang hal itu mungkin bagi manusia. Ada dua
tipe filsafat, yaitu teoretis dan praktis. Filsafat teoretis adalah pengetahuan
tentang hal-hal yang ada bukan karena pilihan dan tindakan kita, bertujuan
untuk menyempurnakan jiwa melalui pengetahuan. Filsafat praktis adalah
pengetahuan tentang hal-hal yang ada berdasarkan pilihan dan tindakan kita
yang bertujuan untuk menyempurnakan jiwa melalui pengetahuan tentang apa
yang seharusnya dilakukan.

Pandangannya terhadap Filsafat Timur yaitu :

 Filsafat Emanasi atau Al-Faidh5

Ialah teori yang membahas tentang penciptaan alam yang diwujudkan atas
dasar limpahan dari yang Maha Esa. Ia memperoleh kesulitan dalam
memaparkan masalah ini karena bnayak terjadinya atau alam yang bersifat
materi yang berasal dari Allah dan imateri, didalam filsafat Yunani
menyebutkan bahwasannya Tuhan adalah sebagai penggerak yang pertama
bukan sebagai pencipta alam. Atas masalah ini, Ibnu Sina akhirnya memutar
balikkan idenya untuk membuat konsep atau teori emanasi yaitu wujud dari
Tuhan yang Esa.

 Filsafat Jiwa (Al-Nafs)

5
Herwansyah, “Pemikiran Filsafat Ibnu Sina,” El-Fikr, Vol. 1, No. 1 (2007), hlm. 57
Komponen terpenting dari filsafat Ibnu Sina adalah konsep tentang kejiwaan,
menilai setiap manusia memiliki 2 komponen yakni jiwa dan tubuh yang
memiliki ketidaksamaan. Tetapi jiwa dan tubuh memiliki hubungan yang
sangat bergantungan jika tidak ada jiwa tubuhpun tidak memiliki fungsi sama
sekali karena jiwa adalah alat penyongsong utama untuk sumber kehidupan
begitu pula sebaliknya tubuh pun mempunyai unsur yang sangat lekat dengan
jiwa jika tidak ada tubuh, maka tidak adanya jiwa.

 Filsafat Al-Wujud

Ia menitikberatkan dengan konsep-konsep “alam baharu” yang memiliki ciri


khas yang berbeda dengan jalan agama serta dalil dari para teologi, namun
sebenarnya Ibnu Sina mengikuti dalil otologi yang berasal dari Aristoteles dan
Al-Farabi yang membuatnya membagi Al-Wujud menjadi 2 yaitu wajib al-
wujud dan mumkin al-wujud. Wajib al-wujud adalah sesuatu yang ada (al-
maujud) yang jika diandaikan tidak ada, ia akan menjadi mustahil, dengan
kata lain ia mesti adanya. Sedangkan yang dimaksud mumkin al-wujud ialah
yang tidak diandaikan, tidak ada atau ada, ia tidak menjadi mustahil.

Ibnu Sina membagi wajib al-wujud menjadi 2 yakni:

1. Wajib al-wujud bi zatinin, wujudnya ada karena zatnya semata, sehingga


mustahill jika diandai-andaikan tetap tidak ada, karena adanya tidak butuh
sebab yang lain di luar dirinya.
2. Wajib al-wujud bi ghoirihi, wujudnya karena ada sesuatu yang lain di luar
zatnya.
c. Ar – Razi
Memiliki nama lengkap Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Al-Razi
yang dikenal di barat sebagai Rhazes. Dia adalah salah seorang Ilmuwan Iran
yang hidup pada 864-930. Al-Razi lahi di Rayy, Teheran, pada tanggal 28
Agustus 865. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut
terletak di lembah selatan jajaran Dataran Tinggi Alborz yang berada di dekat
Teheran, Iran.
Menurut Ar-Razi, Allah Maha Pencipta dan pengatur seluruh alam.
Alam diciptakan Allah bukan dari ketiadaan (creatio ex nihilo), tetapi dari
bahan yang telah ada. Oleh karena itu, menurutnya, alam semesta tidak qadun,
baharu, meskipun materi asalnya qadim. Hal ini disebabkan karena penciptaan
di sini dalam arti disusun dari bahan yang telah ada.
Secara umum, filsafat Ar-Razi dikenal dengan ajaran "Lima Kekal".
Menurut Al-Biruni, Muhammad Ibnu Zakaria Ar-Razi telah melaporkan
kekekalan lima hal dari Yunani kuno, yaitu Tuhan, roh universal, materi
pertama, ruang mutlak, dan waktu mutlak.
Ar-Razi berpandangan bahwa ajaran Islam tidak menentang
penyelidikan yang berbau filosofis, justru ajaran Islam itu selaras dengan
kegiatan berfilosofis yang menggunakan akal sebagai bahan utamanya agar
bisa memahami seluruh alam semesta serta asal muasalnya. Ia mengemukakan
bahwasannya tujuan dari filsafat adalah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan
dan berusaha mencapai hal yang baik di dalam hidupnya. Di dalam filsafat,
manusia di didik untuk berusaha menggapai keselarasan antara Tuhan dengan
dirinya sejauh mungkin dalam batas-batas ia sebagai makhluk yang diciptakan
oleh Tuhan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat Timur merupakan tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia,
khususnya di India, Republik Rakyat Cina dan daerah-daerah lain yang pernah
dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas Filsafat Timur ialah dekatnya hubungan
filsafat dengan agama. Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa dikatakan untuk
Filsafat Barat,terutama di Abad pertengahan. Akan tetapi di dunia barat filsafat ‘an
sich masih lebih menonjol daripada agama.
Terdiri dari beberapa filsafat yang berkembang dibelahan dunia bagian timur,
seperti Filsafat China, Filsafat India, Filsafat Persia dan lain sebagainya.

B. Saran
Dengan adanya pembahasan makalah ini, diharapkan pembaca memahami
tetang “Pengertian Filsafat Sejarah Timur”. Juga penulis menyadari bahwa penulisan
makalah diatas masih jauh dari kata sempurna, oleh karna itu menerima kritik yang
membangun untuk memperbaiki tulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Asmoro Achmadi, (2009) Filsafat Umum, Jakarta: Rajawali Pers.


Surajiyo,(2012) Ilmu Filsafat, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Arnold Toynbee,(2005) Sejarah Umat Manusia Uraian Analisis, Kronologis, Naratif, dan
Komparatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Herwansyah, (2007) “Pemikiran Filsafat Ibnu Sina,” El-Fikr, Vol. 1, No. 1

Anda mungkin juga menyukai