Disusun oleh:
2022/2023
KATA PENGANTAR
َّ الر ْح َمن
الر ِح ْيم ِ ِب ْس ـ ـ ـ ـ ـ ـ ِـم
َّ هللا
ِ
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah yang maha kuasa atas segala limpahan
rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dalam
mata kuliah Studi Islam Indonesia yang diberikan oleh Dosen Nur Fajriyah, M.Pd. dengan tepat
waktu. Sholawat serta salam semoga selalu terlimpah kepada nabi Muhammad SAW. yang kita
nantikan syafaatnya di Yaumul Akhir nanti.
Adapun judul dari makalah ini adalah orientalisme dan oksidentalisme yang kami susun
untuk memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
orientalisme dan oksidentalisme dalam Islam. Kami berharap makalah ini dapat berguna untuk
pembaca dan menjadi pedoman untuk bahan pembelajaran baik untuk pelajar maupun
pembimbing.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen Studi Islam Indonesia dan semua orang
sekitar yang memberikan arahan untuk penyusunan makalah ini. Disamping itu kami juga
menyadari akan segala kekurangan dan ketidaksempurnaan, baik dari segi penulisan maupun
pernyataanya. Oleh karena itu, kami dengan senang hati menerima kritik dan saran demi
perbaikan makalah ini di masa yang akan mendatang.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi dari orientalisme dan oksidentalisme?
1.2.2 Bagaimana sejarah atau asal usul dari orientalisme dan oksidentalisme?
1.2.3 Apa tujuan dari orientalisme dan oksidentalisme?
1.2.4 Apa pengaruh orientalisme dan oksidentalisme terhadap studi Islam?
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Egi Sukma Baihaki, Jurnal Ilmu Ushuluddin (Orientalisme dan Penerjemahan Al-Qur’an) Volume 16
Nomor 1 Juni 2017, hlm. 22
2
Anastasia Pudjitriherwanti, dkk. Ilmu Budaya dari Strukturalisme Budaya Sampai Orientalisme
Kontemporer, (Jawa Tengah: CV. Rizquna, 2019), hlm. 191-192
3
Ridho Al-Hamdi. Epistemologi Oksidentalisme. (Yogyakarta: Samudra Biru, 2019) hlm. 47-48
3
Sedangkan oksidentalisme adalah cara untuk mengungkapkan ambiguitas sejarah
“umat Islam” (Ego) dan “tradisi Barat” (The Other).4
4
Hasani Ahmad, Mardiyah Nur Batubara, Widya Oktavia. Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Hadist
(Orientalisme dan Oksidentalisme: Kajian Keotentikan Al- Qur’an). Volume 5 Nomor 2 Juni 2022 hlm. 212, 214
5
Moh. Fudholi. Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam (Relasi Antagonistik Barat-Timur: Orientalisme
Vis a Vis Oksidentalisme) Volume 2 Nomor 2 Desember 2012 hlm. 391-392
6
Ibid. hlm. 393
4
Eropa yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin. Sehingga
terjadinya perbedaan pandangan yang sangat kontras antara pandangan
menghina Nabi Muhammad SAW dan praktik religius Islam. Salah satu hal
lainnya yang menjadi faktor adanya beda pandangan ini karena kesuksesan
militer dan diplomasi Ayyubiyah Salah al-Din al-Ayyubi pada perang salib,
sehingga ada pandangan yang menghormati dunia Islam karena kesuksesan
tersebut.7
b. Munculnya Masa Pencerahan di Eropa sampai Sekarang
Pada masa ini, hanya tulisan yang dibuat secara objektif saja yang akan
diterima, bukan tulisan yang mengada-ada. Maka mulai munculah tulisan
mengenai penghargaan terhadap Nabi Muhammad SAW dan Al-Qur’an
serta ajaran lainnya.
Setelah masa pencerahan, maka dimulailah masa kolonialisme, pada
masa ini orang Barat datang ke dunia Islam untuk berdagang, menyebarkan
Kristenisasi dan juga mencoba menakhlukan bangsa-bangsa Timur.
Sehingga pada masa ini, juga mulai bermunculan karya untuk memberikan
gambaran Islam secara lebih dekat. Seperti contohnya, tulisan William
Marsden yang berjudul “The History of Sumatra.” Yang memuat laporan
tentang pemerintahan hukum, adat, dan cara hidup penduduk asli. Pada
periode ini tulisan orientalis digunakan untuk mempelajari Islam seobjektif
mungkin agar dapat dipahami lebih mendalam.
Pada awal abad ke-20 mulai banyak munculnya para orientalis yang
berusaha menulis dunia Islam secara ilmiah dan objektif. Salah satunya
Frithof Schuon yang menulis buku yang berjudul Understanding Islam yang
disebut sebagai buku terbaik tentang Islam sebagai agama dan tuntutan
hidup oleh Sayyed Hossein Nasr yang merupakan seorang ahli sejarah dan
filsafat.8
2. Oksidentalisme
Oksidentalisme dimulai sejak adanya hubungan antara Barat dengan Timur.
Asal-mula oksidentalisme dapat kita lihat dalam relasi antara peradaban Islam
7
Moh. Fudholi. Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam (Relasi Antagonistik Barat-Timur: Orientalisme
Vis a Vis Oksidentalisme) Volume 2 Nomor 2 Desember 2012 hlm. 393-394
8
Ibid. hlm. 394-396
5
dengan peradaban Yunani. Pada saat peradaban Islam sebagai subyek pengkaji dan
peradaban Yunani sebagai obyek kajian. Kajian ini dimulai melalui beberapa
tahapan.
a. Penerjemahan tekstual.
Pada tahap ini dilakukan penerjemahan karya asli Yunani secara tekstual
tanpa merubah arti aslinya guna sebagai bentuk perhatian terhadap Bahasa
buku asli dan perhatian terhadap istilah-istilah filsafat.
b. Penerjemahan kontekstual
Pada tahap ini lebih memprioritaskan makna daripada teks sebagai perhatian
terhadap bahasa terjemahan yaitu Bahasa Arab.
c. Pemberian anotasi
Dengan memberikan catatan berupa penjelasan, uraian dan kritik agar lebih
mudah dipahami secara jelas.
d. Peringkasan
Mempelajari suatu tema dengan memfokuskan suatu kajian pada inti
tersebut.
e. Mengarang
Dengan melakukan kreativitas pemikiran pada berbagai bidang keilmuan
guna kata, makna dan tema kebudayaan Barat dapat dikurangi dan kita
mampu membuat tema secara sendiri dengan terpisah budaya Barat.
f. Kritik
Melakukan kritik terhadap karya orang lain guna mengembalikan
kebudayaan pendatang dan menjelaskan kesejarahannya.
g. Menolak
Pada saat mempelajari suatu tradisi asing maka ada satu titik dimana kita
akan menolak tradisi asing yang tidak sesuai. Pada dasarnya, Islam sendiri
tidak memerlukan tradisi asing karena pada ajaran Islam sendiri sudah
cukup tanpa harus mencari yang lain.9
9
Ridho Al-Hamdi. Epistemologi Oksidentalisme. (Yogyakarta: Samudra Biru, 2019) hlm. 43-47
6
orientalisme difokuskan untuk meneliti bangsa timur secara murni dan objektif untuk
diteliti dan dipelajari oleh bangsa Barat.10
Tujuan dari adanya oksidentalisme ini untuk mengakhiri mitos bahwa Barat sebagai
pusat kekuatan dan rujukan seluruh umat manusia. Karena selama ini sejarah dunia lebih
diidentikkan dengan sejarah Barat. Dengan adanya ilmu oksidentalsme ini dapat membantu
menghilangkan rasa takut bangsa Timur pada bangsa Barat setelah mengetahui
kebenarannya. Sehingga bangsa Barat tidak lagi dianggap menakutkan pada kreativitas
briliannya. 11
Hasan Hanafi selaku orang yang pertama kali memperkenalkan oksidentalisme
mengemukakan bahwa ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, yakni sebagai berikut:
a. Mengakhiri perang budaya dan mengembalikan kebudayaan dan peradaban
Barat ke wilayah geografisnya..
b. Menghilangkan rasa rendah diri yang dimiliki oleh bangsa non Barat ketika
berhadapan dengan bangsa Eropa.
c. Mengakhiri orientalisme dengan melakukan oksidentalisme dimana Timur
yang menjadi obyek kini menjadi subyek dan meluruskan hukum yang
diterapkan Barat pada saat Timur belum dapat meluruskannya.
d. Menciptakan oksidentalisme sebagai ilmu pengetahuan yang akurat.
e. Membangun sejarah tanah air dengan membentuk peneliti yang bertugas
untuk mempelajari peradaban dengan kacamatanya sendiri dan melakukan
pengkajian terhadap peradaban lain secara netral.
f. Untuk memulai membangun generasi pemikir baru atau biasa disebut
sebagai seorang filosuf.
g. Membebaskan “Ego” (umat Islam) dari kekuasaan “The Other” (bangsa
Barat) agar “Ego” dapat memposisikan atas dirinya sendiri pada tingkat
peradaban.12
10
Arina Haqan. Jurnal Keilmuan Tafsir Hadist: Orientalisme dan Islam dalam Pergulatan Sejarah
Volume 1 Nomor 2 Desember 2011 hal. 165
11
Ridho Al-Hamdi. Epistemologi Oksidentalisme. (Yogyakarta: Samudra Biru, 2019) hlm. 111-112
12
Yolies Yongky Nata. Jurnal: Oksidentalisme Fakultas Agama Islam (Universitas Islam Madura-UIM
Pamekasan) 20 Juni 2014 hlm. 4-6
7
untuk menjatuhkan atau mencari kelemahan yang ada dalam Islam dan digunakan untuk
kepentingan bangsa Barat sendiri. Kemudian, dengan seiring perkembangan zaman
selanjutnya studi Islam yang bersifat pragmatis kini menjadi akademis sehingga
keobyektivitas kajiannya mulai tampak lebih banyak.13
Menurut Carl W. Ernst dan Richard C. Martins, ada beberapa hal yang menjadi alasan
utama yang menjadi faktor pendorong meningkatnya studi Islam di dunia Barat.
1. Munculnya pemikir studi Islam dan sejarah seperti Charles J. Adam, Montgomery
Watt, Cantwell Smith dan para pemikir lainnya dengan karya yang menginspirasi
studi Islam lebih komprehensif.
2. Munculnya ketidakpuasan dari berbagai pihak ilmuwan Islam dan Islamis yang
berasal dari non-muslim dimana banyak kajian Islam yang menafikan sisi
obyektifitasnya.
3. Adanya kesadar dalam membuat suatu kajian Islam yang bersifat obyektif dan adil.
Dengan adanya pergeseran pradigma tersebut memberikan dampak positif terhadap
studi Islam. Sehingga dalam perkembangannya studi Islam menjadi salah satu kajian ilmu
pengetahuan yang dibuka pada beberapa perguruan tinggi terkenal di Barat seperti
Universitas McGill Kanada, Universitas Durham Inggris, universitas George Washington
Amerika serikat dan masih banyak lainnya. 14
13
Kamaruddin Mustamin. Jurnal Oksidentalisme Hasan Hanafi. Volume 17 Nomor 1 Januari 2021
hlm. 61
14
Ibid. hlm. 64
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat kami simpulkan bahwa orientalisme merupakan suatu ilmu yang mengkaji
kebudayaan, sejarah dan keagamaan yang berada pada bangsa Timur, dimana bangsa Timur
sebagai obyek kajian dan bangsa Barat sebagai subyek kajian. Sedangkan oksidentalisme
adalah sebuah ilmu yang dipopulerkan oleh Hasan Hanafi dimana ilmu tersebut mengkaji
peradaban Barat sekaligus meluruskan hasil studi dari orientalisme.
Tujuan terbentuknya orientalisme sendiri pada awalnya untuk menjajah dan menguasai
bangsa Timur, namun seiring dengan perkembangan zaman dan banyaknya penemu ilmuan
hebat dari Timur, maka difokuskanlah untuk mengkaji bangsa Timur secara obyektif.
Sedangkan oksidentalisme dibentuk untuk merebut kembali “Ego” Timur yang telah dibentuk
dan direbut Barat.
9
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Hasani, Mardiyah Nur Batubara dan Widya Oktavia. 2022. Jurnal Ilmu Al-Qur’an
Volume 5 Nomor 2.
Baihaki, Egi Sukma. 2017. Jurnal Ilmu Ushuluddin (Orientalisme dan Penerjemahan Al-
Fudholi, Moh. 2012. Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam (Relasi Antagonistik Barat-Timur:
Orientalisme Vis a Vis Oksidentalisme) Volume 2 Nomor 2.
Haqan, Arina . 2011. Jurnal Keilmuan Tafsir Hadist: Orientalisme dan Islam dalam
Pergulatan Sejarah Volume 1 Nomor 2
Nata, Yolies Yongky. 2014. Jurnal: Oksidentalisme Fakultas Agama Islam (Universitas Islam
Madura-UIM Pamekasan).
Pudjitriherwanti, Anastasia dkk. 2019. Ilmu Budaya dari Strukturalisme Budaya Sampau
10