Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH METODOLOGI STUDI ISLAM

“Pandangan Orientalisme Terhadap Islam”

Dosen Pengampu:
Dr. Asep Suryaman, S.Ag,.M.Pd

Disusun Oleh:
KELOMPOK 9
1. Cici Presillia (2223320079)
2. Testa Kumala Sari (2223320074)
3. Rahma Novita (2223320084)

ROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
TAHUN 2024

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr, Wb.


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas makalah yang berjudul “Pandangan Orientalisme Terhadap Islam”. Selain
itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan kepada pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Asep Suryaman,
S.Ag.,M.Pd yang telah membimbing penulis sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan tugas makalah ini. Penulis menyadari, makalah
yang penulis buat ini masih jauh dari kata sempurana. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum, Wr, Wb.

Bengkulu, Maret 2024

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan Makalah................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Orientalisme................................................................... 3
B. Sejarah Lahirnya Kajian Orientalisme............................................. 4
C. Orientalisme dalam Timbangan....................................................... 6
D. Motivasi Orientalisme...................................................................... 8
E. Metode Kajian Orientalis Terhadap Islam....................................... 9
F. Usaha-Usaha Orientalis dalam Menghancurkan Umat Islam.......... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Istilah orientalis bukan suatu hal yang tabu lagi dikalangan akademisi,
Membahas tentang orientalis berarti membaca kembali sejarah yang pernah
terukir antara Timur dengan Barat, serta perkembangannya yang terjadi dari
masa ke masa yang sampai hari ini masih tetap berlanjut. Kajian orientalis
sendiri memang beragam, mereka tidak sama, dan memiliki sudut pandang
yang berbeda serta hasil yang berbeda-beda dari hasil telaah mereka terhadap
dunia Timur.
Hubungan Timur (khususnya Islam) dan Barat merupakan suatu hal yang
tak pernah lepas dari kajian orientalisme. Dan pada dasarnya dapat dikatakan
bahwa kalangan orientalis (yang dianggap pihak Barat) memahami Timur
(mayoritas adalah Islam) sebagai suatu pemahaman dan analisa yang tidak
berimbang, cenderung menyudutkan pihak yang kedua. Politik penjajahan yang
dilakukan Barat sangat berpengaruh kuat dalam membentuk citra Barat tentang
dunia Timur, khususnya Islam, dan analitis mereka tentang masyarakat-
masyarakat ketimuran atau oriental society, maka dapat dikatakan dengan jelas
sekali bahwa orientalisme mengungkapkan ciri-ciri progresif Barat dan
menunjukkan kemandekan sosial masyarakat Timur khususnya Bangsa Arab.
Pada intinya, Orientalisme merupakan suatu kajian yang dilakukan oleh
para ilmuan Barat yang menitikberatkan pada ambisi geografis pada dunia
Timur dan secara tradisional mereka menyibukkan diri dengan mempelajari
hal-hal yang berbau dunia ketimuran. Latar belakang pengkajian orientalisme
sangatlah kompleks.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian orientalisme?
2. Bagaimana sejarah lahirnya kajian orientalisme?
3. Jelaskan orientalisme dalam timbangan?
4. Sebutkan motivasi orientalisme??

1
5. Sebutkan metode kajian orientalis terhadap Islam?
6. Apa saja usaha-usaha orientalis dalam menghancurkan umat Islam?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian orientalisme.
2. Untuk mengetahui sejarah lahirnya kajian orientalisme.
3. Untuk mengetahui orientalisme dalam timbangan.
4. Untuk mengetahui motivasi orientalisme.
5. Untuk mengetahui metode kajian orientalis terhadap Islam.
6. Untuk mengetahui usaha-usaha orientalis dalam menghancurkan umat
Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Orientalisme
Kata orientalisme berasal dari kata “orient” yang sederhananya berarti
timur. Kata lainnya yang sering dinisbatkan kepada orientalisme adalah
“oriental” yang memiliki arti berkaitan atau terletak di timur. Timur dalam
artian letak geografis yang meliputi Asia dari Himalaya dan Semenanjung
Malaya di sebelah barat wallace.1 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), orientalisme dimaknai sebagai sebuah ilmu pengetahuan
tentang ketimuran atau tentang budaya ketimuran.2
Adapun kata ism (inggris) berarti paham. Dan jika dipadukan antara
kedua kata ini, maka kata orientalisme berarti suatu aliran atau mazhab
akademik yang mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan dunia ketimuran.
Orientalisme juga kadang diartikan dengan ajaran atau paham tentang dunia
Timur yang dibentuk oleh opini Barat.3
Sarjana dari Turki, Abdul Haq Adnan Adviar memberikan penjelasna
lebih luas tentang devinisi kata Orientalisme: “Orientalism is an organic whole
which is composed of the knowledge, derived from the original source
concerningthe language, religion, culture, history, geography, ethnography,
literature and Aert of the Orient”; yang artinya orientalisme adalah suatau
pengertian yang lengkap di mana dikumpulkan pengetahuan yang berasal dari
sumbernya yang asli yang berkenaan dengan bahasa, agama, kebudayaan,
sejarah, ilmu bumi, ethnografi, kesusteraan dan kesenian yang berada di
Timur.4 Secara lebih singkat dalam buku Orientalisme dan Misionarisme karya

1
Muhammad Bahar Akkase, “Orientalis dan Orientalisme Dalam Perspektif Sejarah”,
Jurnal Ilmu Budaya Vol.4 No.1 (2016), h.51.
2
Lukman Ali dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Kedua, (Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pustaka, 1993), 70.
3
A. Hanafi, Orientalisme Ditinjau Menurut Kacamata Agama (Qur’an dan Hadits)
(Jakarta: Pustaka Al Husna, 1981), h. 9
4
Rohanda dan Dian Nuurachman, “Orientalisme vs Oksidentalisme: Benturan dan
Dialogisme Budaya Global”, Jurnal Lektur Keagamaan Vol.15 No.2 (2017), h.380.

3
Hasan Abdul Rauf M. el Badawiy dan Abdurrahman Ghirah dijelaskan bahwa
orientalisme adalah suatu disiplin ilmu yang membahas tentang ketimuran.5
Dari definisi-definisi di atas dapat dipahami bahwa orientalisme adalah
gagasan pemikiran yang mencerminkan berbagai kajian tentang negara-negara
timur Islam. Objek kajian orientalisme mencakup peradaban, agama, seni,
sastera, bahasa dan kebudayaannya. Gagasan pemikiran ini telah memberikan
kesan yang besar dalam membentuk persepsi Barat terhadap Islam dan dunia
Islam. Caranya ialah dengan menyebarkan kemunduran cara berfikir dunia
Islam dalam pertarungan peradaban antara Timur (Islam) dengan Barat. Orang-
orang yang menekuni dunia ketimuran ini disebut orientalis. Mereka adalah
sekelompok orang atau golongan yang berasal dari negara-negara dan ras yang
berbeda-beda, yang mengkonsentrasikan diri dalam berbagai kajian ketimuran.
Dalam perkembangan selanjutnya, kata ini identik ditunjukkan kepada orang-
orang non-muslim, Kristen, yang sangat berkeinginan untuk melakukan studi
terhadap Islam dan Bahasa Arab.
B. Sejarah Lahirnya Kajian Orientalisme
Pada awal kemunculan orientalisme secara lembaga dan organisasi yang
diperkirakan muncul pada abad 18 M orientasi kajian keilmuannya berkisar
pada kajian filologi atau kajian teks-teks terhadap dunia Timur, mengkaji
secara. Secara umum dapat dikatakan bahwa awal kemunculan orientalisme
terkait dengan kajian-kajian dan studi tentang dunia Timur tanpa dibarengi
dengan motivasi dan kepentingan-kepentingan negatif.
Para ahli tidak memberikan batasan istilah orientalisme. Oleh karena
istilah orientalisme dapat saja diistilahkan terhadap kajian-kajian terhadap
dunia Timur, meskipun dilakukan oleh orang yang bukan pakar di bidang
kajian keislaman. Di sisi lain istilah itu dapat diistilahkan terhadap kelompok
yang mengkaji Islam dan dunia Timur dengan metode ilmiah sebagaimana
yang dikenal Barat melalui konsentrasi pada lembaga perguruan Tinggi. Istilah
orientalisme juga dapat diistilahkan terhadap para diplomatik yang mungkin

5
Hasan Abdul Rauf M. el Badawiy dan Abdurrahman Ghirah Orientalisme dan
Misionarisme, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 3

4
secara kualifikasi tidak memiliki kompotensi dan keahlian bahasa Arab dan
pengetahuan budaya tentang dunia Timur.
Menurut Edward W. Said, orientalisme adalah suatu cara untuk
memahami dunia Timur berdasarkan tempatnya yang khusus dalam
pengalaman manusia Eropa. Dalam pengertian yang lebih umum lagi, Said
menyatakan bahwa orientalisme adalah suatu gaya berfikir yang berdasar pada
pembedaan ontologism dan epistemologis yang dibuat antara “Timur” dan
“Barat”. Para pemikir itu terdiri dari para penyair, novelis, filosof, politikus,
ekonom, dan para administrator Negara. Kajian mereka berlandaskan pada
teori-teori yang dibangun melalui pemahaman yang mendalam tentang
pembedaan antara Timur dan Barat.6
Berangkat dari hal di atas, pengertian dan bidang kajian tentang
orientalisme dapat dibatasi dalam empat point penting:7
1. Pada Abad ke- 18 M istilah orientalisme ditujukan terhadap kajian-kajian
kritis filologis terhadap teks-teks dunia Timur yang masih bersifat seporadis
dan belum melembaga dan terorganisir secara sistematis.
2. Pada Abad ke-19 M kajian orientalis mengarah kepada kajian yang lebih
luas dan telah terorganisir dan sistematik, meliputi kajian teks, seni, dan
sastra. Nama seperti Silvestre de Sacy (1758-1838). Serta lembaga Ecole
merupakan bukti pencapaian kajian orientalisme kearah yang lebih
sistimatik.
3. Pada Abad ke-20 M kajian orientalisme mengambil peran penting dalam
menjustifikasi imperealisme Barat atas dunia Timur, sehingga
kajiankajiannya ditunggangi oleh kepentingan politik.9 Pada Abad itu
bermunculan sekolah-sekolah dan universitas yang melahirkan sarjana-
sarjana yang ahli tentang ketimuran. Seperti sekolah School of Oriental and
African Studies 1917 di Inggris dan pendirian jabatan akademis, serta
penerbitan jurnal baru di Prancis. Hal yang sama juga terjadi di Jerman,
Rusia, dan Italia.
6
Susmihara, “Sejarah Perkembangan Orientalis”, Jurnal Rihlah Vol.5 No.1 (2017), h.44.
7
Rahman Ambo Masse, “Kajian Hukum Islam Perspektif Orientalisme”, Ushuluna: Jurnal
Ilmu Ushuluddin Vol.4 No.2 (2018), h.98-99

5
4. Kajian orientalisme yang bersentuhan dengan bidang ke Islaman mulai
diperkenalkan pada tahun 1927 dengan penerbitan jurnal Revue des etudes
Islamiques karya Louis Massignon (1883-1962), diteruskan oleh karya
Ignacz Goldziher (1850- 1921), dan Christiaan Snouck Hurgronje (1857-
1936)
C. Orientalisme dalam Timbangan
Orientalisme pada mulanya berkembang untuk menopang kolonialisasi
Barat terhadap bangsa-bangsa di belahan timur. Untuk memperkokoh
kekuasaan mereka dan meredam gejolak serta konflik, para akademisi atau
orientalis dikerahkan untuk mempelajari dan mendalami seluk beluk bangsa-
bangsa Asia dan Timur Tengah. Mereka mempelajari adat istiadat, budaya,
tradisi, norma, karya seni, prilaku, agama, ras, bahkan hingga geografinya.
Dari sini banyak tokoh Muslim yang mencurigai orientalisme sebagai produk
Barat untuk menghancurkan Islam. orientalis hadir sebagai sebuah studi yang
penuh dengan “dendam” dan kebencian terhadap bangsa Timur, khususnya
Islam. Kekalahan Barat terhadap Islam dalam Perang Salib, dianggap sebagai
awal mula lahirnya gerakan kolonialisasi atau penjajahan yang bersamaan
dengan lahirnya orientalisme. Banyaknya teori-teori yang dikemukakan oleh
para orientalis cenderung negatif dan berlawanan dengan keyakinan umat
Islam, ini yang membuat umat Islam semakin mencurigai dan menuduh
orientalis dan orientalisme sebagai upaya untuk merusak Islam
Pandangan bahwa orientalisme adalah suatu ilmu konspirasi yang
bermuatan negatif banyak dianut oleh akademisi Muslim baik luar dan dalam
negeri, Sayyid Qutb, Dr. Muhammad al-Bahy, dan Abdul Majid Abdussalam
Al-Muhasib penulis buku Ittijāhāt at-Tafsīr Fī al-Aṣri ar-Rahin yng
mengatakan bahwa kemunduran Islam dan kekhalifahan Turki karena
masuknya pengaruh barat. Di Indonesia, tokoh Muslim yang paling gencar
menolak orientalisme salah satunya adalah Adian Husaini yang rajin menulis
tentang penolakan terhadap ide orientalisme dan Islam liberal.8

8
Al Makin, Antara Barat dan Timur: Batasan, Dominasi, Relasi, dan Globalisasi, (Jakarta:
Serambi, 2015), h.62.

6
Namun karena orientalisme mendasari studi mereka deengan catatan
kritis juga menolak segala macam kemapanan yang bersifat dogmatis, kadang
pendapat dan teori yang dikemukakan oleh orientalis dalam kajian studi Islam,
cenderung ganjil dan bertentangan dengan lazimnya yang dipercaya oleh umat
Islam pada umumnya. Salah satu pendapat kontroversial adalah mengenai
Islam awal atau Islam klasik. Pembahasan mengenai Islam awal berarti
membahas asal usul Islam dari sudut pandang ilmu sejarah dan kajian filologi
klasik, orientalis masih menggunakan sumber-sumber primer Islam dalam
beberapa hal, namun mereka berusaha mengelaborasi dengan catatan historis
dan juga kajian kesejarahan yang tidak berlandaskan pada dogma Islam.9
Pandangan kaum orientalis dalam ranah studi Islam cukup menarik,
mereka menawarkan cara pandang yang berbeda dalam mengkaji soal Al-
Quran, Hadits, sejarah Islam, dan teologi Islam. Tak jarang para akademisi
Barat tersebut cenderung kritis dan skeptis pada referensi yang diakui oleh
umat Islam. Corpus yang berada di tangan umat Islam, dianggap oleh mereka
bukan sebagai literatur sejarah, namun sebagai literatur teologi dan ritual
agama. Mun’im Sirry menjelaskan keberatan-keberatan orientalis terhadap
sumbersumber Islam klasik disebabkan adanya jarak yang cukup jauh antara
teks sejarah dengan kehidupan Muhammad sang nabi.10
Salah satu orang yang secara radikal menolak sumber-sumber Islam
adalah Patricia Crone. Crone dengan tegas menolak sumber-sumber teks yang
dihasilkan oleh sarjana Islam, bagi Crone teks-teks Islam hanyalah berisi
dogma dan sakralisasi Muhammad, sedangkan secara historis tidak mampu
dipertanggungjawabkan. Crone mengatakan bahwa sumber-sumber Islam
terkadang tidak konsisten, contohnya kisah tentang Amr bin Ash yang datang
ke Etiopia, ada riwayat yang menyebutkan Amr pergi ke Etiopia untuk
berdagang, ada yang mengatakan ia datang dengan pakaian perang untuk
mengeksekusi kaum Muslim yang hijrah ke Etiopia, tapi ada riwayat lain yang

9
Idris, “Pandangan Orientalis tentang Hadis sebagai Sumber Hukum Islam”, Jurnal al-
Thiqah Vol.1 No.1 (2018), h.25
10
Mun’im Sirry, Kontroversi Islam Awal: antara Mazhab Tradisionalis dan Revisionis,
(Jakarta: Mizan, 2015), h.37.

7
menyebut ia kesana untuk mengungsi. Anehnya, meski riwayat-riwayat itu
berbeda-beda, namun penulisnya menjelaskan dengan begitu detail. Crone
berkata: “apa yang bisa ditawarkan oleh kitab sejarah yang menerangkan
begitu detail tetapi tidak ada yang akurat?”. Ini yang kemudian membuatnya
melihat Islam secara keseluruhan melalui teks-teks Suryani yang sezaman
dengan kehidupan Muhammad. Kitab-kitab sejarah dan tarikh karya Muslim
yang menceritakan tentang Islam awal biasanya adalah berisi dalā’il nubuwah,
dalil-dalil kenabian yang berfungsi untuk kepentingan dogma dan teologi
Islam, guna melawan tuduhan orang-orang Kristen dan Yahudi.
D. Motivasi Orientalisme
Pada Abad pertengahan yang dimulai pada tahun 1000-an atau abad ke
11 M, masa itu dikenal dengan masa pencerahan, periode ini merupakan
kebangkitan Barat terhadap bidang ilmu pengetahuan setelah memiliki
keyakinan kuat akan kekuatan nalar dan kemampuan fikir manusia. Kesadaran
ini lahir dilatarbelakangi oleh optimisme yang kuat terhadap sejumlah bidang
yang berkaitan dengan politik, filsafat, sosial, budaya, dan keagamaan.
Optimisme itu membentuk dan mengarahkan kesadaran diri dan aktifitas
sebagian besar orang Barat. Kemajuan Barat atas berbagai bidang
mendorongnya untuk mengkaji kebudayaan Timur yang dianggap memiliki
nilai eksotis untuk diekplorasi secara ilmiah, baik yang berkaitan dengan teks,
atau kajian filologi, hukum Islam maupun orientasi untuk mengenal lebih dekat
kebudayaan Timur dan Islam.11
Ada beberapa motivasi yang membuat orientalis tertarik untuk mengkaji
dan mendalami ketimuran dan Islam secara khusus:12
1. Motivasi Keagamaan.
Motivasi keagamaan lahir bertujuan untuk kegiatan misionaris dimana
para orientalis berusaha menggambarkan image negative terhadap Islam
dengan menulis hal-hal yang mendistorsi ajaran-ajaran Islam

11
Barza Setiawan dan Mahmud Muhsinin, “Studi Kritis Tentang Orientalisme”, AL-
Hikmah: Jurnal Studi Agama-Agama Vol.2 No.2 (2016), h.4.
12
Syukri Alfauzi Harlis, “Studi Orientalis Terhadap Islam , Dorongan dan Tujuan”, Jurnal
Al-Aqidah Vol.11 No.1 (2019), h.70.

8
2. Motivasi Imprealisme dan Politik
Motivasi ini timbul akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
yang dicapai oleh dunia Barat. Ekspedisi Napoleon Bonaparte telah
mengispirasi mereka untuk melalukan ekspedisi selanjutnya. Tujuannya
untuk memandulkan vitalitas berfikir ulama dan para pakar Islam dalam
membendung Imprealisme Barat. Setiap kajian dan tulisan yang mencoba
mengobarkan semangat patriotism dan mencoba mendiskreditkan penjajah,
maka akan dipenjara dan dipanjung atau kalau tidak diasingkan.
3. Motivasi Ilmiah
Motivasi ini timbul karena dorongan keingintahuan Barat tentang
dunia Timur dan ajaran Islam dengan cara sistematis dan metodologis.
Orientalisme yang melakukan langkah ini adalah orientalisme yang berasal
dari Jerman. Sebagian peneliti menganggap bahwa para orientalis Jerman
cenderung mengkaji Timur dan Islam secara obyektif, mereka mengkaji
kebudayaan, adat istiadat, dan bahasa Arab.
E. Metode Kajian Orientalis Terhadap Islam
Kajian paham orientalis terhadap islam menggunakan beberapa
pendekatan, sebagai berikut:13
1. Pendekatan Filologi dan Teks
Salah satu pendekatan yang sering digunakan oleh orientalis dalam
mengkaji alquran dan sunah adalah pendekatan filologi dan teks-historis.
Pendekatan ini juga sering digunakan oleh pemikir Barat ketika mengkaji
Bibel.
Metode itu digunakan untuk menemukan makna sejati teks untuk
melihat keotentikan Bibel. Metode ini kemudian digunakan juga dalam
mengkaji alquran, seperti karya Jeffery “Materials for the History of the
Text of the Qur’an” dalam karya itu, Jeffery menegaskan bahwa naskah
alquran belum final, oleh karenanya perlu melahirkan alquran edisi kritis.
Juga karya Luxenberg “Die syroaramaische Lesart des Koran”, dia
berasumsi bahwa untuk memahami alquran secara utuh, maka harus

13
Rahman Ambo Masse, “Kajian Hukum Islam Perspektif Orientalisme…”, h.102-103.

9
didekati atau dibaca dengan bahasa Syro-aramaik yang konon merupakan
lingua franca pada masa itu.
2. Pendekatan Historical Criticism (Kritik Sejarah)
Pendekatan historis (sejarah agama) merupakan usaha untuk
menelusuri asalusul dan pertumbuhan ide, dan institusi keagamaan melalui
periode perkembangan sejarahnya dan menilai peranan kekuatan yang
dihadapi oleh agama sepanjang periode itu. Metode kritik sejarah bertujuan
untuk memilih dan membedakan antara sejarah dan legenda, antara fiksi dan
fakta, antara mitos dan realitas pendekatan ini digunakan oleh orientalis
dalam mengkaji alquran, seperti yang dilakukan oleh Richard Bell yang
berpandangan bahwa ada pengaruh Kristen dalam alquran, yaitu adanya
suatu ayat yang menolak penyaliban Yesus Kristus, dalam versi alquran Isa
as, itu tidak disalib, tapi diangkat oleh Allah ke atas langit
Pendekatan ini banyak mewarnai tulisan sarjana Barat tentang Islam,
bahkan sampai sekarang pendekatan historis itu masih tetap digunakan,
meskipun volumenya dan tingkat keotentikannya semakin baik. Kelemahan
pendekatan ini adalah ketika sumber dan bahan referensi tidak lengkap atau
bias, sehingga kesimpulan yang dihasilkan dari pembacaan akan sumber-
sumber itu menjadi invalid.
F. Usaha-Usaha Orientalis dalam Menghancurkan Umat Islam
Ada berbagai usaha yang dilakukan oleh para paham orientalis dalam
menghancurkan umat islam, diantaranya yaitu:14
1. Ketidakadilan Intelektual Orientalis
Secara umum, ketidakadilan intelektual para orientalis ukurannya
berdasarkan pada pegangan serta neraca ilmiah pihak orientalis yang secara
jelas mereka mencoba untuk mengkocar-kacirkan pemikiran umat Islam.
Segala aspek mengenai Islam, al-Qur‟an, hadits, yang mereka kaji dengan
sangat bersahaja. Dalam konteks kajian Islam, yang paling fatal dari
metodologi orientalis ialah menempatkan Islam, (khususnya alQur‟an dan
hadits) sebagai objek kajian yang disejajarkan kedudukannya dengan teori-
14
Saifullah, “Orientalisme dan Implikasi Kepada Dunia Islam”, Jurnal Mudarrisun Vol.10
No.2 (2020), h.182-187.

10
teori produk manusia yang masih perlu diuji kebenarannya. Jika hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti ternyata bertentangandengan konsep
kitab suci, maka ketentuan wahyu dapat saja ditolak dan dapat diragukan
kebenarannya.
Ada beberapa aspek dasar ketidakadilan pihak orientalis adalah
sebagai berikut:
a. Menimbulkan keraguan terhadap benarnya kerasulan dan kenabian
Muhammad Saw, dengan cara menjelek-jelekkan pribadi serta
merendahkan martabat nabi Muhammad Saw.
b. Mempersoalkan serta meragukan tentang kesahihan hadits-hadits Nabi
Saw, terutama sekali hadits-hadits yang telah terkumpul di dalam
kumpulan hadits-hadits sahih. Hadits-hadits ini dituduh telah dibuat-buat
oleh orang Islam pada tiga abad pertama Islam.
c. Alasan klasik yang mengira bahwa al-Qur‟an adalah ciptaan Nabi
Muhammad Saw, hal ini seperti telah bergema sejak zaman nabi masih
hidup.
d. Sistem perundang-undangan Islam dalam pandangan para orientalis
dihasilkan dari sistem perundangan Romawi ataupun percaampuran atau
terjadi akulturasi dengan sumber-sumber lain.
e. Merendah-rendahkan bahasa Arab, mempertikai kebudayaan, peradaban
dan tamaddun Islam serta menonjolkan tema-tema modernisasi,
westernisasi, nasionalisme Arab dan faham-faham lain yang bertentangan
dengan Islam.
2. Penyimpangan Pemahaman Orientalis Tentang Hadits
Secara umum, penolakan para orientalis terhadap hadits adalah
berkisar disekitar persoalan keaslian hadits, direkayasa, kemudian beralih
kepada nilai-nilai keaslian dan sejarah pengumpulan hadits yang lebih
spesifikasi seperti isnadnya, cara pengumpulan dan masapengumpulannya,
faktor-faktor timbulnya sesuatu hadits serta istilahistilah yang berkaitan
dengan ‘Ulumul Hadits dan ‘Ilm Mustalah al-Hadits.

11
para orientalis bertujuan untuk membuktikan bahwa al-sunnah
ataupun hadits tidak langsung mempunyai kepentingan dan fungsinya
sebagai sumber perundangan Islam yang kedua. Fungsinya sebagai pengurai
dan penafsir ayat-ayat alQur‟an yang tidak beralasan, malahan hadits
dianggap sebagai pembantu di dalam menerangkan fakta-fakta sejarah Islam
silam.
3. Pandangan terhadap al-Qur’an
Pandangan utama orientalis terhadap al-Qur’an adalah al-Qur’an itu
percampuran unsur-unsur perjanjian lama (old testament), perjanjian baru
(new testament) dan berbagai sumber-sumber lain termasuklah pengaruh
agama Yahudi. Al-Qur’an juga biasanya dituduh sebagai bukan wahyu
Tuhan, malahan ia adalah karangan nabi Muhammad Saw, ini adalah
dakwaan klasik yang telah terdengar sejak zaman nabi Muhammad Saw.
4. Menggunakan Mass Media
Orientalis selalu bersama kolonialis dalam menyerang (memerangi
Islam). Di negeri-negeri Islam sendiri, seluruh mass media modern selalu
bekerjasama dengan Orientalis dalam memerangi Islam dan menggerogoti
Dakwahnya. Maka ummat Islam menghadapi perang pena, mass media yang
membawa kebinasaan yang disampaikan mereka dalam surat-surat kabar,
majalah-majalah, radio, televisi, film atau theater dan lain-lain.
5. Mengenai tamaddun Islam
Ide menganai teori dan keagungan tamaddun Islam telah dipelopori
oleh seorang ahli antropologi dan sosiologi Islam yang masyhur, Ibn
Khaldun. Keintelektualannya diakui sebagai sosok yang paling cemerlang
yang pernah muncul di bagian dunia, dahulu hingga saat ini.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kata orientalisme berasal dari kata “orient” yang sederhananya berarti
timur. Kata lainnya yang sering dinisbatkan kepada orientalisme adalah
“oriental” yang memiliki arti berkaitan atau terletak di timur. Timur dalam
artian letak geografis yang meliputi Asia dari Himalaya dan Semenanjung
Malaya di sebelah barat Wallace. Orientalisme adalah gagasan pemikiran yang
mencerminkan berbagai kajian tentang negara-negara timur Islam. Objek
kajian orientalisme mencakup peradaban, agama, seni, sastera, bahasa dan
kebudayaannya.
Pada awal kemunculan orientalisme secara lembaga dan organisasi yang
diperkirakan muncul pada abad 18 M orientasi kajian keilmuannya berkisar
pada kajian filologi atau kajian teks-teks terhadap dunia Timur, mengkaji
secara. Secara umum dapat dikatakan bahwa awal kemunculan orientalisme
terkait dengan kajian-kajian dan studi tentang dunia Timur tanpa dibarengi
dengan motivasi dan kepentingan-kepentingan negatif.
Ada beberapa motivasi yang membuat orientalis tertarik untuk mengkaji
dan mendalami ketimuran dan Islam secara khusus:
1. Motivasi Keagamaan.
2. Motivasi Imprealisme dan Politik
3. Motivasi Ilmiah
Kajian paham orientalis terhadap islam menggunakan beberapa
pendekatan, sebagai berikut:
1. Pendekatan Filologi dan Teks
2. Pendekatan Historical Criticism (Kritik Sejarah)
Ada berbagai usaha yang dilakukan oleh para paham orientalis dalam
menghancurkan umat islam, diantaranya yaitu:

13
1. Ketidakadilan Intelektual Orientalis
2. Penyimpangan Pemahaman Orientalis Tentang Hadits
3. Pandangan terhadap al-Qur’an
4. Menggunakan Mass Media
5. Mengenai tamaddun Islam

14
DAFTAR PUSTAKA

Akkase, Muhammad Bahar. 2016. “Orientalis dan Orientalisme Dalam Perspektif


Sejarah”, Jurnal Ilmu Budaya 4(1): 51.
Al Makin. 2015. Antara Barat dan Timur: Batasan, Dominasi, Relasi, dan
Globalisasi. : Serambi.
Ali Lukman, dkk. 1993.Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Kedua.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pustaka.
El Badawiy, Hasan Abdul Rauf M. dan Abdurrahman Ghirah. 2007. Orientalisme
dan Misionarisme. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hanafi, A. 1981. Orientalisme Ditinjau Menurut Kacamata Agama (Qur’an dan
Hadits). Jakarta: Pustaka Al Husna.
Harlis, Syukri Alfauzi. 2019. “Studi Orientalis Terhadap Islam, Dorongan dan
Tujuan”, Jurnal Al-Aqidah 11(1): 70.
Idris. 2018. “Pandangan Orientalis tentang Hadis sebagai Sumber Hukum Islam”,
Jurnal al-Thiqah 1(1): 25
Masse, Rahman Ambo. 2018. “Kajian Hukum Islam Perspektif Orientalisme”,
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin 4(2): 98-99
Rohanda dan Dian Nuurachman. 2017. “Orientalisme vs Oksidentalisme:
Benturan dan Dialogisme Budaya Global”, Jurnal Lektur Keagamaan 15(2):
380.
Saifullah. 2020. “Orientalisme dan Implikasi Kepada Dunia Islam”, Jurnal
Mudarrisun 10(2): 182-187.
Setiawan, Barza dan Mahmud Muhsinin. 2016. “Studi Kritis Tentang
Orientalisme”, AL-Hikmah: Jurnal Studi Agama-Agama 2(2): 4.
Sirry, Mun’im. 2015. Kontroversi Islam Awal: antara Mazhab Tradisionalis dan
Revisionis. Jakarta: Mizan.
Susmihara. 2017. “Sejarah Perkembangan Orientalis”, Jurnal Rihlah 5(1): 44.

15

Anda mungkin juga menyukai