Anda di halaman 1dari 109

PENGARUH KEGIATAN BERINFAQ TERHADAP KECERDASAN

SPIRITUAL PADA ANAK USIA DINI DI PAUD IT AULADUNA 2 KOTA


BENGKULU

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Tadris Institut Agama Islam


Negeri Bengkulu Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana (S.Pd) Dalam Bidang Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Oleh:

Syahfira Nur Insani


NIM: 1811250103

PRODI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
FATMAWATI SUKARNO (UINFAS) BENGKULU
TAHUN 2023
MOTTO

‫اَل َر َّبَنا اْك َتَسَبْت َم ا َو َع َلْيَه َك َسَبْت َم ا َلَها ُو ْس َعَها ِااَّل َنْفًسا ُهّٰللا ُيَك ِّلُف اَل‬

‫َاْخ َطْأَنا َاْو َّنِس ْيَنٓا ِاْن ُتَؤاِخ ْذ َنٓا‬


“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia
mendapat pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya."

(Q.S. Al-Baqarah: 286)

“Barang siapa keluar untuk mencari sebuah ilmu, maka ia akan berada di jalan
Allah hingga ia kembali.”

- HR Tirmidzi -
PERSEMBAHAN

Persembahan dalam dunia pendidikan akan terus berlangsung selama aku

hidup dimuka bumi ini, sebuah karya tulis ilmiah ini akau kerjakan dengan

sunggu-sungguh berharap ini menjadi berguna bagi pembacanya dan sekarang

tibalah disaat berbahagia, dengan kerendahan hati yang Allah limpahkan kepada

kita semua. Maka kupersembahkan karya tulisku kepada:

1. Terkhusus Ibundaku yang tersayang, dengan penuh ketulusan senantiasa

menyertai dan mengiringi langkah perjalanan hidupku dengan taburan kasih

sayang, selalu mendoakan untuk kesuksesan dan cita-cita anak mu ini.

2. Untuk adikku terimakasih sudah menemani ku setiap malam dalam

menyelesaikan skripsi ini

3. Untuk sanak family yang selalu mendoakanku dalam menyelesaikan skripsi ini

4. Untuk Dosen Pembimbingku Ibu Dr. Evi Selva Nirwana, M.Pd dan Ibu Fatrica

Syafri, M.Pd.I yang tidak pernah lelah membimbing dan memberikan arahan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Untuk Guru-guru sekolah PAUD IT Auladuna 2 Kota Bengkulu yang sudah

memberikan semangat dan doa kepadaku dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Sahabat seperjuangan selama dibangku perkuliahan UINFAS Bengkulu dari

awal sampai akhir Widian Winarti dan Dela Lijames yang telah memberikan

motivasi selama dibangku perkuliahan maupun dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Almamater kebanggaanku mulai dari Institusi Agama Islam Negeri (IAIN)

Bengkulu menjadi Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno (UINFAS)

Bengkulu
ABSTRAK

Syahfira Nur Insani, 2022, NIM 1811250103, Judul Skripsi. “Pengaruh


Kegiatan Berinfaq Terhadap Kecerdasan Spiritual Pada Anak Usia dini Di
PAUD IT Auladuna 2 Kota Bengkulu”. Skripsi : Program Studi Pendidikan
Islam Anak Usia DIni, Fakultas Tarbiyah Dan Tadris Universitas Islam Negeri
Fatmawati Sukarno Bengkulu. Pembimbing I: Dr. Evi Selva Nirwana, M.Pd,
Pembimbing II: Fatrica Syafri, M.Pd.I
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh pembiasaan
berinfaq terhadap Kecerdasan Spiritual (SQ). Penelitian ini menggunakan metode
eksprimen dengan rancangan faktorial 2x2, sampel besar yang digunakan dalam
penelitian sebanyak 13 anak kelas B1 dan 13 anak kelas B3 PAUD IT Auladuna 2
Kota Bengkulu jadi, total sampel sebanyak 26 anak tahun ajaran 2022/2023.
Pembiasaan berinfaq dapat mempengaruhi kemamapuan kecerdasan spiritual (SQ)
pada anak usia dini di PAUD IT Auladuna 2 Kota Bengkulu terlihat dari program
SPSS 25 bahwa harga Mean anak yang memiliki kesadaran berinfaq sebesar
19.2500; Standar Deviasi sebesar 1.33278, harga tersebut sudah menunjukkan
bahwa sebagian anak PAUD IT Auladuna 2 memiliki kesadaran berinfaq sudah
berkembang dengan baik dapat dilihat dari kelas eksprimen dan kelompok kelas
kontrol. Sehingga diperoleh sampelnya 13 orang kelas kontrol dan 13 orang kelas
eksprimen. Adapun hasil pengamatan peneliti Pada kelompok eksperimen
(posttest) mengalami peningkatan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
kontrol (pretest), kelompok eksperimen mengalami peningkatan 84,61% dari hasil
pretest sebelumya 50% dengan pemberian perlakuan kegiatan berinfaq mengalami
peningkatan 53,84%, sedangkan tidak mendapatkan perlakuan kegiatan berinfaq
mengalami penurunan 50%. Hal ini dibuktikan dengan perbedaan peningkatan
nlai rata-rata anak dan proporsi setiap pertemuan meingkat serta dibuktikan pula
dengan uji t adanya perbedaan yang sangat signifikan pada kecerdasan spiritual
sebesar α : 6,51 < taraf signifikan 0,05. Hasil yang dicapai dalam pembiasaan
berinfaq sangat berpengaruh terhadap kecerdasan spiritual pada Anak Usia Dini
Di PAUD IT Auladuna Kota Bengkulu.

Kata Kunci : Pembiasaan Berinfaq, Kecerdasan Spiritual


ABSTRACT

Syahfira Nur Insani, 2022, NIM 1811250103, Thesis Title. "The


Influence of Infaq Activities on Spiritual Intelligence in Early Childhood at
PAUD IT Auladuna 2 Bengkulu City". Thesis: Early Childhood Islamic
Education Study Program, Faculty of Tarbiyah and Tadris, Fatmawati Sukarno
State Islamic University, Bengkulu. Advisor I: Dr. Evi Selva Nirwana, M.Pd,
Supervisor II: Fatrica Syafri, M.Pd.I

The purpose of this study was to determine the effect of giving infaq
habituation on Spiritual Intelligence (SQ). This study used an experimental
method with a 2x2 factorial design, the large sample used in the study was 13
children in class B1 and 13 children in class B3 PAUD IT Auladuna 2 Bengkulu
City, so the total sample was 26 children in the 2022/2023 school year. The habit
of giving infaq can affect the ability of spiritual intelligence (SQ) in early
childhood at PAUD IT Auladuna 2 Bengkulu City, it can be seen from the SPSS
25 program that the mean price of children who have an awareness of giving infaq
is 19.2500; The standard deviation is 1.33278, this price already shows that some
of the children in PAUD IT Auladuna 2 have well-developed awareness of giving
and can be seen from the experimental class and the control group. So that the
sample obtained is 13 people from the control class and 13 people from the
experimental class. The results of the observations of researchers in the
experimental group (posttest) experienced a higher increase compared to the
control group (pretest). receiving the treatment of infaq activities decreased by
50%. This is evidenced by the difference in the increase in the average value of
children and the proportion of each meeting has increased and also proven by the t
test that there is a very significant difference in spiritual intelligence of α : 6.51 <
0.05 significant level. The results achieved in the habit of giving infaq greatly
influence spiritual intelligence in early childhood at PAUD IT Auladuna
Bengkulu City.

Keywords: The habit of spending, Spiritual Intelligence


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabil’alamin,
Puji syukur marilah kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan sebuah skripsi yang
berjudul “Pengaruh Kegiatan Berinfaq Terhadap Kecerdasan Spiritual Pada Anak
Usia dini Di PAUD IT Auladuna 2 Kota Bengkulu”. Allahumma shali’Ala
sayyida Muhammad wa ala; ali Muhammad. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada baginda nabi besar Muhammad SAW, karena perjuangan
beliaulah kita beranjak dari zaman Jahiliyah ke zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan saat ini.
Peneliti menyadari skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, motivasi dari
berbagai pihak ,untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. KH. Zulkarnain Dali, M.Pd selaku Rektor Universitas Islam Negri
Fatmawati Bengkulu
2. Dr. Mus Mulyadi, M.Pd selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Tadris
Universitas Islam Negri Fatmawati yang mendorong keberhasilan penulis.
3. Ibu Dr. Aziza Aryati, M.Pd, Selaku Ketua Jurusan Tarbiyah UIN Fatmawati
Sukarno Bengkulu yang telah mendukung penulisan skripsi ini.
4. Bapak Adi Saputra, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Tarbiyah dan Tadris
UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu yang telah mendukung penulisan skripsi
ini.
5. Ibu Dra. Aam Amaliyah,M.Pd. selaku kepala koordinator pendidikan islam
anak usia dini (PIAUD) yang senantiasa memberikan motivasi, dorongan, dan
dukungan dalam menyelesaikan studi.
6. Dr. Evi Selva Nirwana M.Pd selaku pembimbing 1 yang telah meluangkan
waktu dan memberikan bimbingan, nasehat, pengarahan dan memberikan
masukan yang berarti bagi peneliti dalam proses menyelesaikan studi.
7. Bunda Fatrica Syafri, M.Pd.I selalu pembimbing 2 yang telah meluangkan
waktu dan memberikan bimbingan, nasehat, pengarahan dan juga masukan-
masukan dalam penyelesaian studi.
8. Kepala perpustakaan (UIN FAS) Bengkulu yang telah mengizinkan penulis
untuk memperoleh referensi yang penulis butuhkan dalam mencari konsep-
konsep teoritis.
9. Terima Kasih kepada staf prodi (PIAUD) dari segi mengurus surat-surat
dalam melengkapi persyaratan penyelesaian skripsi ini.
10. Kepada Dosen Universitas Islam Negri Fatmawati Sukarno Bengkulu yang
telah banyak memberikan ilmu pengetahuan bagi peneliti sebagai bekal
pengabdian kepada masyarakat, agama, nusa, dan bangsa.
11. Terima Kasih kepada Kepala Sekolah dan Dewan Guru PAUD IT Auladuna
2 Kota Bengkulu yang telah memberi izin penulis untuk melakukan
penelitian.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta membalas
kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi peneliti dan khususnya bagi pembaca pada umumnya.
Walaikumsallam warahmatullahi wabarakatuh

Bengkulu, Juli 2023

Syahfira Nur Insani


NIM: 1811250103
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
MOTTO............................................................................................................. ii
PERSEMBAHAN.............................................................................................. iii
ABSTRAK......................................................................................................... iv
ABSTRACT....................................................................................................... v
KATA PENGANTAR....................................................................................... vi
DAFTAR ISI...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah................................................................................ 10
C. Pembatasan Masalah............................................................................... 11
D. Rumusan Masalah................................................................................... 11
E. Tujuan Penelitian.................................................................................... 11
F. Manfaat Penelitian.................................................................................. 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembiasaan Berinfaq............................................................................... 13
1. Pengertian Pembiasaan Berinfaq........................................................ 13
2. Dasar Hukum Infaq............................................................................ 15
3. Syarat-Syarat Berinfaq dalam Al-Quran............................................ 17
4. Hukum Infaq....................................................................................... 20
5. Tujuan dan Hikmah Infaq................................................................... 21
6. Keutamaan Berinfaq........................................................................... 22
7. Aspek-Aspek Berinfaq....................................................................... 23
8. Indikator Kegiatan Berinfaq............................................................... 24
B. Kecerdasan Spiritual (SQ)....................................................................... 25
1. Pengertian Kecerdasan Spiritual......................................................... 25
2. Aspek Keceradasan Spiritual.............................................................. 33
3. Fungsi Kecerdasan Spiritual............................................................... 36
4. Kiat-Kiat Kecerdasan Spiritual Anak................................................. 39
C. Penelitian yang Relevan.......................................................................... 39
D. Kerangka Berfikir.................................................................................... 41
E. Hipotesis Tindakan.................................................................................. 43
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian........................................................................................ 44
B. Desain Penelitian..................................................................................... 44
C. Tempat dan waktu................................................................................... 45
D. Populasi dan Sampel............................................................................... 45
E. Variabel Penelitian.................................................................................. 48
F. Teknik Pengumpulan Data...................................................................... 48
G. Instrumen Penelitian................................................................................ 50
H. Teknik Analisis Data............................................................................... 54
I. Teknik Validitas dan Reabilitas.............................................................. 55
J. Teknik Pengolahan Data......................................................................... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian....................................................................................... 61
B. Analisi Data............................................................................................. 74
C. Hasil Pembahasan................................................................................... 76
D. Keterbatasan Penelitian........................................................................... 79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................. 81
B. Saran........................................................................................................ 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kelas Eksperimen dan Kontrol .......................................................... 45


Tabel 3.2 Komposisi Anggota Sampel Berdasarkan Tempat Dan Jenis
Perlakuan............................................................................................ 47
Tabel 3.3 Kisi–Kisi Lembar Observasi Pembiasaan Berinfaq Terhadap
Kecerdasan Spiritual Anak Usia 5-6 Tahun di TKIT Auladuna 2
Kota Bengkulu.................................................................................... 51
Tabel 3.4 Instumen Kamapuan Kecerdasan Spiritual Pada PAUD IT
Auladuna 2 Kota Bengkulu................................................................ 53
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................ 57
Tabel 3.5 Uji Validitas Variabel Kecerdasan Spiritual Eksperimen................... 56
Tabel 4.1 Hasil Hari 1 Pre-test Eksperimen dan Kontrol.................................... 62
Tabel 4.2 Hari ke 1 Pretest Eksperimen dan Kontrol.......................................... 63
Tabel 4.3 Hari ke 2 Posttest Eksperimen dan Kontrol........................................ 64
Tabel 4.4 Hari ke 3 Posttest Eksperimen dan Kontrol........................................ 65
Tabel 4.5 Hasil Pretest dan Posttest Kegiatan Berinfaq Kelompok Eksperimen 66
Tabel 4.6 Hasil Pretest dan Prottest Kegiatan Berinfaq Kelompok Kontrol....... 66
Tabel 4.7 Hasil Skor Pree-Treatment Dan Post-Treatmeant Anak Kelas
Eksperimen......................................................................................... 67
Tabel 4.8 Hasil Skor Pree-Treatment Dan Post-Treatmeant Anak Kelas........... 68
Tabel 4.9 Distribusi Kecerdasan Spiritual siswa sebelum anak mengikuti infaq 68
Tabel 4.10 Distribusi Kecerdasan Spiritual siswa sesudah mengikuti anak
mengikuti infaq................................................................................... 69
Tabel 4.11 Pengaruh Kegiatan Berinfaq Terhadap Kecerdasan Spiritual Anak
Usia Dini di PAUD IT Auladuna 2 Kota Bengkulu......................... 70
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Test of Normality Kecerdasan Spiritual......... 73
Tabel 4.13 Test of Homogeneity Vaniance Kecerdasan spiritual....................... 73
Tabel 4.14 Data uji t-tes pertemuan I dan II Habituasi Berinfaq........................ 74
Tabel.4.15 Data uji t-tes pertemuan II dan III Habituasi Berinfaq..................... 75
Tabel 4.16 Uji T test Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini............................... 75

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir............................................................................ 42


Gambar 4.1 Data Pretest Dan Protest Kegiatan Berinfaq Pada Kelompok
Eksperimen.................................................................................... 66
Gambar 4.2 Data Pretest dan Prottest Kegiatan Berinfaq Kelompok Kontrol.... 67
Gambar 4.3 Histogram kecerdasan spiritual siswa sebelum anak melakukan
kegitan berinfaq............................................................................. 69
Gambar4.4 Histogram kecerdasan spiritual siswa sesudah anak mengikuti
infaq.................................................................................................. 70
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdasaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreaktif, mandiri dan

menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1

Dalam kehidupan beragam yang lemah, sikap dan perilaku seseorang

sering tidak memberi kontribusi positif dan tidak segan melakukan hal-hal

yang justru merugikan kehidupan banyak orang.Bahkan kehidupan yang

tidak/kurang bermoral merupakan akibat dari kehidupan beragama yang lemah

dari seseorang. Dilihat dalam kasus-kasus saat ini yang terjadi misalnya,

perbuatan korupsi, narkoba, penyalahgunaan jabatan utuk memperkaya diri,

criminal dan itu semua adalah perbuatan-perbuatan yang menunjuk pada

lemahnya moral dan nilai agama pada pejabat dan anggota masyarakat.moral

dan nilai agama yang kuat dalam diri seseorang membuat seseorang mampu

menciptakan kehidupan yang harmonis dalam kehidupan bersama, bertanggung


1
Peraturan Presiden Republik Indonesia, “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional” (Departemen Pendidikan Nasional, 2003).
jawab terhadap tugas yang dipercayakan kepadanya, peduli dan menghormati

hak-hak orang lain, taat aturan dan kaidah-kaidah yang berlaku dalam

kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.

Masa usia dini merupakan masa yang sangat berpengaruh bagi

perkembangan di masa yang akan datang, masalah yang dihadapi anak di

kemudian hari bukanlah merupakan masalah yang ringan, tetapi membutuhkan

berbagai kemampuan yang perlu dikuasai anak sebagai bekal di kemudian hari.

Ketidakmampuan anak menyelesaikan berbagai masalah di usia dini

menjadikan anak mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupannya. Oleh

karena itu, anak membutuhkan bimbingan dari orang dewasa dalam melalui

tahapan perkembangannya. Bimbingan membantu peserta didik di TK dalam

mencapai tugas-tugas perkembangan yang optimal sebagai makhluk Tuhan,

makhluk social dan pribadi, dan secara psikologis. Tugas-tugas perkembangan

tertentu yang seyogyanya dapat di tuntaskan. Tugas-tugas perkembangan ini

berkenaan dengan sikap, perilaku dan keterampilan yang dikuasai sesuai

dengan usia atau fase perkembangannya.

Prasekolah atau masa balita adalah awal yang paling tepat untuk

menanamkan nilai-nilai pada anak karena masa ini yang adalah masa yang

sangat berpengaruh terhadap potensi pertumbuhan fisik, perkembangan

intelektual, sosial, emosional, moral, agama, kepribadian, bahasa, kreatifitas,

dan sebagainya. Namun yang terjadi malah sebaliknya, anak lebih banyak

dipaksa untuk mengeksplorasi kecerdasan lainnya, khususnya kecerdasan

intelektual, sehingga anak sejak awal sudah ditekankan untuk saling bersaing
untuk menjadi yang terbaik. Sementara itu lingkungan keluarga dan lingkungan

masyarakat kurang memberikan dukungan terhadap kecerdasan spiritual pada

anak.

Anak perlu dibimbing yang berlandaskan pada nilai-nilai agama sebagai

alat pengontrol dan pengendali hidup anak, yakni bimbingan agama yang

menjadi pedoman dan petunjuk mengenai apa yang harus dilaksanakan

didalam menciptakan sikap dan prilaku yang baik sesuai dengan ajaran agama

Islam serta membimbing anak mempunyai akhlak yang mulia.

Upaya mendidik anak tersebut dapat dilakukan oleh orang tua dengan

membekali anaknya berbagai macam kecerdasan salah satunya kecerdasan

spiritual. Dalam menjalani kehidupan tidak cukup hanya dengan mengandalkan

kecerdasan akal atau pikiran, karena hal ini akan membuat anak merasa

kesepian dan tidak mempunyai arah serta tujuan yang jelas dalam hidupnya.

Kecerdasan spiritual dapat menghadirkan ketenangan hati yang tentu saja tidak

didapatkan melalui materi dan kepintaran semata. Kecerdasan spiritual akan

mengantarkan anak agar mengenali sang pencipta sehingga melalui kecerdasan

tersebut anak akan mengetahui di mana dirinya berasal, apa tujuan anak tersbut

hidup dan akan kemana anak tersebut selesai menjalani kehidupan.

Tujuan lain dari perkembangan kecerdasan spiritual agar anak mampu

menjadi manusia yang peka secara batin maupun jiwa baik terhadap dirinya

sendiri maupun terhadap orang lain. Melalui pendidikan spiritual anak dapat

mengenali dirinya, potensi yang dimiliki, kelebihan maupun kekurangan serta

mampu mengasahnya secara maksimal.


Perkembangan keagamaan atau religiusitas pada anak usia dini

mempunyai peran yang sangat penting, baik bagi perkembangan religiusitas

pada anak itu sendiri maupun usia selanjutnya. Penanaman nilai keagamaan

menyangkut konsep tentang ke Tuhanan, ibadah, nilai, moral, yang

berlangsung sejak dini mampu membentuk religiusitas anak mengakar secara

kuat dan mempunyai pengaruh sepanjang hidup. Hal ini dapat terjadi karena

pada usia tersebut dari anak belum mempunyai konsep-konsep dasar yang

dapat digunakan untuk menolak ataupun menyetujui segala yang masuk pada

dirinya.2

Pelaksanann bimbingan agama pada anak usia dini bertujuan untuk

memberikan kristalisasi moral dan norma kehidupan yang Islami yang akan

menjadi sikap hidup anak. Selain itu juga pelaksanaan bimbingan agama ini

dimaksudkan untuk membantu, mengarahkan energi seorang anak dalam

pembelajarannya, dan untuk memahami lingkungannya. Anak-anak diberi

kesempatan untuk berinteraksi secara positif dan membangun lingkungan yang

Islami, membantu anak memupuk perasaan mengharagai dan kepercayaan

terhadap diri sendiri, keluarga, dan agamanya.3

Dalam upaya mewujudkan manusia yang seutuhnya atau sumber daya

manusia yang berkualitas tersebut, diperlukan upaya-upaya konkrit secara

maksimal. Etika ini dapat dijadikan landasan etis-moral-spiritual dan menjadi


2
Sani Peradila and Siti Chodijah, “Bimbingan Agama Islam Dalam Mengembangkan
Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini,” WISDOM: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 1, no. 2
(2020): 133–157.
3
Ilham Putri Handayani and Deny Irawan, “Metode Pengembangan Kecerdasan Spiritual
Anak Usia Dini Telaah Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan,” Jurnal Ilmiah Ar-Risalah: Media Ke-
Islaman, Pendidikan dan Hukum Islam 20, no. 1 (2022): 113–132.
kecerdasan spiritual bagi pembinaan moralitas budi pekerti yang mulia dalam

hidup kita. Dengan demikian, kecerdasan spiritual mendahului seluruh nilai-

nilai spesifik dan budaya manapun. Memiliki kecerdasan spiritual kolektif yang

rendah, manusianya berada dalam budaya yang spiritualnya bodoh yang

ditandai oleh materialisme, kelayakan, egoisme dan yang sempit, kehidupan

agama dan komitmen.4

Pentingnya mengembangkan potensi kecerdasan spiritual anak sejak dini

“setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, orang tuanya yang

meyahudikannya, menasranikannya atau memajusikannya”.(Al-Hadist). Dalam

islam dipercayai bahwa setiap individu yang dilahirkan membawa fitrah. Anak

dilahirkan dengan kecerdasan spiritual yang tinggi, tetapi perilaku orangtua dan

lingkungan yang menyebabkan mereka kehilangan potensi spiritual

tersebut.Betapa jelas bunyi hadist diatas, bahwa karena tangan orangtuanyalah

anak dapat berubah arah, yang tadinya fitrah malah menyimpang. Padahal

pengembangan kecerdasan spiritual sejak dini akan memberi dasar bagi

terbentuknya kecerdasan intelektual dan emosional pada usia selanjutnya.

Disinilah pentingnya pembimbing dari orang tua, guru, dan pendidik lainnya

agar mereka menyadari dan menjadikan pendidikan dan pembimbingan pada

fase ini jangan sampai terabaikan, khususnya dalam upaya pengembangan

kecerdasan spiritual.Munculnya krisis akhlak yang menimpa Indonesia saat ini

berawal dari lemahnya penanaman nilai spiritualitas terhadap anak sejak dini.

Pembentukan akhlak terkait erat dengan kecerdasan emosi, sementara itu

kecerdasan itu tidak akan berarti tanpa ditopang oleh kecerdasan spiritual.
4
Danah Zohar and Ian Marshall, SQ-Kecerdasan Spiritual (Mizan Pustaka, 2007), h. 75
Prasekolah atau usia balita adalah awal yang paling tepat untuk menanamkan

nilai-nilai spiritual kepada anak.

Robert Coles menerbitkan salah satu karya yang komprehensif tentang

spiritualitas pada anak, bahwa spiritualias anak-anak muncul dari keinginan

mereka untuk ingin tahu, tidak hanya apa tapi mengapa. Selanjutnya, setiap

aspek kehidupan mereka menghubungkan dengan pemikiran spiritualnya.

Sehingga, sikap moral dan emosi, seperti rasa malu dan bersalah membentuk

dasar awal dari pemahaman spiritual.5

Mendidik anak untuk memperoleh kecerdasan spiritual adalah usaha

yang sangat penting karena banyak orang yang mempunyai kecerdasan

intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi tetapi tidak

mempunyai akhlak yang baik. Fenomena ini banyak ditemui disekitaran

masyarakat sekitar kita. Hal ini bisa dikurangi jika orangtua mendidik anaknya

dengan menekankan pembinaan kecerdasan spiritual dalam diri anak tanpa

meninggalkan (IQ) dan (EQ).6

Kecerdasan spiritual merupakan sesuatu yang berhubungan dengan hati

nurani dan nilai-nilai agama.Untuk melatih SQ seseorang harus dengan upaya

yang keras salah satunya dengan pembiasaan dan kesadaran dari diri seseorang

tersebut.Oleh karena itu, penting sekali bagi seseorang memperhatikan keadaan

jiwanya.Apakah sehat atau ada yang terganggu didalam jiwa.Jika jiwa kurang

sehat maka spiritual lah yang harus dibangun agar merasa nyaman, tentram dan

5
Handayani and Irawan, “Metode Pengembangan Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini
Telaah Pemikiran Abdullah Mashih Ulwan", hlm 27
6
Sonitra Sonitra and Sri Ekowati, “Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan
Emosional, Dan Spiritual Terhadap Kinerja Guru,” Jurnal Manajemen Modal Insani Dan Bisnis
(JMMIB) 1, no. 1 (2020): 1–10.
bahagia dan orang yang sudah memiliki spiritual yang baikpun harus mampu

mempertahankan spiritualnya dengan kegiatan-kegiatan yang mampu

mendekatkan diri kepada Tuhan-Nya.

Diantara seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual adalah seseorang

yang mampu bersikap jujur, amanah, dermawan, sederhana, berwawasan luas,

berjiwa besar, memiliki empati. Apabila dikaitakan dengan infaq, maka

kecerdasan spiritual akan mendorong seseorang untuk membelanjakan harta

yang dimilikinya rasa tanggung jawaban akan harta yang dimilikinya.

Dari hasil observasi di PAUD IT Auladuna 2 Kota Bengkulu diperoleh

informasi bahwa banyak kegiatan yang membangun spiritual anak di PAUD

tersebut seperti salat dhuha berjama’ah, hafalan surat dan juga melaksakan

pembiasaan berinfaq setiap satu minggu sekali pada hari jum’at. Sesudah

praktek sholat dhuha, setelah berdoa ibu guru memberitahukan kepada anak

didik bahwasanya sekarang waktunya berinfaq dan ibu guru juga bertanya

kepada anak didik apakah uang infaqnya sudah disiapkan atau belum, setelah

itu anak didik antri bersalaman sambil bersholawat dan guru yang berada

diakhir membawa kotak infaq yang sudah disiapkan dari sekolahan lalu anak

memasukkan uang tersebut kedalam lubang kotak itu, akan tetapi banyak anak

yang belum mengerti apa itu berinfaq dan untuk apa sehingga anak ada yang

tidak berinfaq.

Sejauh ini ada beberapa penelitian yang berhubungan dengan

perkembangan kecerdasan spiritual anak usia dini di sekolah. Pertama

penelitian yang dilakukan oleh Tri Octaviani, S. (2018). Dengan judul


Penerapan Kegatan Shalat Dhuha Dalam Mengembangkan Kecerdasan

Spiritual Anak Usia 5-6 Tahun Di Tk Islam Azkia Serang, penelitian ini

mejelaskan terdapat beberapa masalah diantaranya yaitu masih rendahnya

kecerdasan spiritual anak usia dini 5 - 6 tahun atau pada anak kelompok B,

anak-anak masih sering keluar dari dalam kelas dan berlari-lari ketika

dilaksanakan praktik shalat.7 Penelitian ini memiliki persamaan dengan

penelitian yang akan saya lakukan yakni pada kecerdasan spiritual.

Bahwasannya mengembangkan kecerdasan spiritual sejak dini itu harus

dilakukan agar anak dapat lebih mudah memahami semua yang berhubungan

spiritual dimasa mendatang kelak.

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Aulia Candra Sari dan Triani

Yulianawati dengan judul “Sedekah Sebagai Media Pendidikan Karakter untuk

Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini”. (2017) Peneliti ini

menjelaskan bahwa sedekah dapat meningkatkan kecerdasan spiritual anak usia

dini. Sedekah adalah pemberian kepada orang lain tanpa melihat apakah yang

diberi itu orang kaya ataupun orang fakir. Sedekah yang diajarkan kepada anak

usia dini bukan hanya yang bersifat materil saja tetapi juga meliputi sedekah

yang paling ringan yaitu tersenyum, berkata yang kecerdasan spiritual anak

meningkat dikarenakan otak rasional telah bekerja secara optimal dengan

panca indera. Otak rasional menerima pemahaman tentang sedekah dan panca

7
Selvi Tri Octaviani, “Penerapan Kegatan Shalat Dhuha Dalam Mengembangkan
Kecerdasan Spiritual Anak Usia 5-6 Tahun Di Tk Islam Azkia Serang” (Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa, 2018).
indera yang melakukan kegiatan sedekahbaik, memberi salam, dan

meminjamkan sesuatu kepada yang lain.8

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Irda Rafika, Yusuf Aziz,

Anizar Ahmad (2016) dengan judul Penggunaan Media Kartu Huruf Hijaiyah

Untuk Melejitkan Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini Pada Tk Islam Terpadu

Suloh Kota Banda Aceh. Penggunaan media kartu huruf hijaiyah adalah salah

satu media yang dapat melejitkan potensi kecerdasan spiritual anak usia

dini.Penelitian ini dilakukanpada TK Islam Terpadu Suloh Kota Banda Aceh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I, terdapat 4 orang anak

berkembang sesuai harapan dan 4 orang anak mulai berkembang. Pada siklus II

mengalami perkembangan terdapat 2 orang anak berkembang sangat baik, 5

orang anak berkembang sesuai harapan dan 1 orang anak mulai berkembang.

Hal ini menunjukkan bahwa hasil akhir mengenalkan Asmaul Husna melalui

pengenalan huruf-huruf hijaiyah dengan menggunakan media kartu dapat

melejitkan kecerdasan spiritual anak dari nilai ketauhidan dalam Asmaul

Husnatelah berhasil karena berdasarkan indikator keberhasilan. Kemudian

melihat respon anak pada siklus I yang merespon senang terdapat 7 orang anak

dan 1 orang anak merespon tidak senang sedangkan pada siklus II terdapat 8

orang anak merespon senang, tampak sangat baik respon anak, melihat anak

antusias, senang dan berpasrtisipasi pada saat kegiatan belangsung.9

8
Aulia Candra Sari and Triani Yulianawati, “Sedekah Sebagai Media Pendidikan Karakter
Untuk Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini,” Jurnal Thufula 5, no. 1
(2017).Hlm. 97-99
9
Irda Rafika, Yusuf Aziz, and Anizar Ahmad, “Penggunaan Media Kartu Huruf Hijaiyah
Untuk Melejitkan Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini Pada TK Islam Terpadu Suloh Kota Banda
Aceh,” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini 1, no. 3 (2016).
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Nuha, R. (2019). Dengan

judul Pengaruh Pembiasaan Berinfaq Terhadap Peningkatan Nilai Moral Anak

Usia 5-6 Tahun Di Raudhotul Athfal Falakiyyah II Jampet Kecamatan Ngasem

Kabupaten Bojonegoro. Permasalahan dalam penelitian ini adalah masih

kurangnya pemahaman pada anak tentang apa itu infaq dan untuk infaq

dilakukan. 10Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian saya yakni

sama-sama membahas tentang pengaruh pembiasaan berinfaq.

Dari latar belakang permasalahan tersebut, maka penelitian ingin

mencermati dan mengkaji secara lebih mendalam mengenai seberapa besar

pengaruh kebiasaan berinfaq terhadap kecerdasan spiritual.Berkaitan dengan

hal tersebut ada kebaharuan, maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul “ Pangaruh Berinfaq Terhadap Kecerdasan Spiritual

pada Anak Usia Dini di PAUD IT Auladuna 2 Kota Bengkulu”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti mengidentifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya merasakan kehadiran Allah Swt dalam diri anak

2. Kurangnya pemahaman anak tentang apa itu infaq dan untuk apa infaq

dilakukan

3. Kurangya rasa peduli, ikhlas, dan rendah hati dalam diri anak

4. Masih ada anak yang tidak mau berinfaq yang dilakukan setiap jum’at

10
Roimul nuha, “pengaruh pembiasaan berinfaq terhadap peningkatan nilai moral anak usia
5-6 tahun di raudhotul athfal falakiyyah ii jampet kecamatan ngasem kabupaten bojonegoro tahun
2018/2019” (institut agama islam sunan giri bojonegoro, 2019).
C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

disebutkan diatas maka adanya pembatasan masalah dengan semua

pembahasan dapat mencapai sasaran. Dalam penelitian ini membatasi masalah

pada Pengaruh Pembiasaan Berinfaq Terhadap Kecerdasan Spiritual Anak Usia

Dini.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti dapat merumuskan masalah

yaitu Apakah ada pengaruh pembiasaan berinfaq terhadap kecerdasan spiritual

anak usia dini di PAUD IT Auladuna 2 Kota Bengkulu?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk

Membuktikan Apakah ada pengaruh berinfaq terhadap pengembangan

kecerdasan spiritual anak usia dini di PAUD IT Auladuna 2 Kota Bengkulu.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis

maupun secara praktis.

1. Secara Teoritis

a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi semua tentang pengaruh

berinfaq terhadap kecerdasan spiritual

b. Untuk menambah khazanah keilmuan dan wawasan bagi peneliti dan

pembaca.
2. Secara Praktis

a. Untuk menambah wawasan mengenai pengaruh berinfaq terhadap

kecerdasan spiritual

b. Sebagai pengetahuan dan masukan bagi para asatid, mahasiswa, dan yang

berkecimpung dalam dunia pendidikan.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kegiatan Berinfaq

1. Pengertian Kegiatan Berinfaq

Kata infaq berasal dari kata anfaqa-yunfiqu, artinya membelanjakan

atau membiayai, arti infaq menjadi khusus ketika diakaitkan dengan uapaya

realisasi perintah-perintah Allah Swt. Allah Swt. Berfirman dalam Q.S Al-

Isra’:17:100.11

‫اِاْل ْنَس اُن َو َك اَن اِاْل ْنَفاِۗق َخ ْش َيَة َاَّلْمَس ْك ُتْم ِاًذ ا َر ِّبْٓي َر ْح َم ِة َخَز ۤا ِٕىَن َتْمِلُك ْو َن َاْنُتْم َّلْو ُقْل‬
‫َقُتْو ًرا‬
Artinya:
“Katakanlah: “Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-
perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan,
karena takut membelanjakannya dana adalah manusia itu sangat kikir”.
(Q.S Al-Isra’:17:100)

Sedangkan menurut terminologi syariat, infaq berarti mengelurkan

sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan

yang diperintahkan ajaran islam.12 Infaq adalah mengeluarkan harta secara

sukarela yang dilakukan seseorang dengan niat ikhlas. Allah memberi

kebebasan kepada pemiliknya untuk menentukan jenis harta, berapa jumlah

yang sebaiknya diserahkan, setiap kali ia memperoleh rezeki, sebanyak yang

ia kehendakinya.13

11
Sri Mulyani, Fiqih, (Surakarta: Putra Nugraha, 2019).hal. 10
12
Mardani, Hukum Islam: Zakat, Infaq, Sedekah, Dan Wakaf (Jakarta: PT Citra Aditya
Bakti, 2016).
13
Rosmini Rosmini, “Falsafah Infak Dalam Perspektif Alquran,” Madania: Jurnal Kajian
Keislaman 20, no. 1 (2016): 69–84.

13
Terkait dengan infaq ini dari Abu Huraira RA, Rasulullah SAW

bersabda:

“Siapa yang bersedekah dengan sebiji korma yang berasal dari

usahanya yang halal lagi baik (Allah tidak menerima kecuali dari yang halal

lagi baik), maka sesungguhnya Allah menerima sedekah tersebut dengan

tangan kanan-Nya kemudian Allah menjaga dan memeliharanya untuk

pemiliknya seperti seseorang diantara kalian yang menjaga dan memelihara

anak kudanya. Hingga sedekah tersebut menjadi sebesar gunung”.(HR

Bukhari, Muslim)

Menurut Rahmat Djatnika dalam buku Munhanif, infaq merupakan

amal ibadah kepada Allah dan amal sosial kemasyarakatan serta

kemanusiaan dalam wujud menyerahkan sebagian harta atau nilainya oleh

perorangan atau badan hukum diberikan kepada seseorang atau badan

hukum karena sesuatu kebutuhan.14

Sedangkan menurut mursyid, infaq merupakan asal kata dari nafaqa

yang artinya menafkahkan atau membelanjakan. Bagi orang yang memberi

keluarganya belanja sama dengan artinya memberi nafkah.

Dari beberapa pendapat ahli dan hadist diatas dapat disimpulkan

bahwa Infaq menjadi salah satu ibadah sosial yang utama, karena

mengandung pengertian bahwa selain berdampak nyata terhadap membantu

kesulitan saudara muslim/orang lain yang mengalami kesulitan ekonomi,

menafkahkan harta dijalan Allah tidak akan mengurangi harta teta-pi harta

14
Herry Munhanif, Tuntunan Praktis Zakat Dan Permasalahannya (Jakarta: PT. Variapop
Group, 2012).
yang kita miliki akan semakin bertambah. Besaran yang dikeluarkan untuk

berinfaq tidak ditentukan, sesuai dengan keikhlasan daris setiap orang yang

mengeluarkan infaq.

2. Dasar Hukum Infaq

Beberapa hadist dan ayat Al-Qur’an telah banyak menerangkan

mengenai infaq serta beberapa hadist juga telah memerintahkan kita untuk

menginfaqkan atau membelanjakan harta untuk diri sendiri. Bahwasannya

Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 254:

‫ُخ َّلٌة َو اَل ِفْيِه َبْيٌع اَّل َيْو ٌم َّيْأِتَي َاْن َقْبِل ِّم ْن َر َز ْقٰن ُك ْم ِمَّم ا َاْنِفُقْو ا ٰا َم ُنْٓو ا اَّلِذ ْيَن ٰٓيَاُّيَها‬
‫الّٰظ ِلُم ْو َن ُهُم َن ۗ َو اْلٰك ِفُرْو َش َفاَع ٌة َّو اَل‬
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Infaqlah sebagian dari rezeki yang
telah kami berikan kepadamu sebelum datang hari ketika tidak ada lagi jual
beli, tidak ada lagi persahabatan, dan tidak ada lagi syafaat. Orang-orang
kafir itulah orang yang zalim”. (QS. Al-Baqarah:254)15

Terdapat juga dalam QS. At-Taghabun:16 yakni:

‫ُش َّح ُّيْو َق َو َم ْن َاِّلْنُفِس ُك ْۗم َخْيًرا َو َاْنِفُقْو ا َو َاِط ْيُعْو ا َو اْس َم ُعْو ا اْسَتَطْع ُتْم َم ا َهّٰللا َفاَّتُقوا‬
‫ٰۤل‬
‫اْلُم ْفِلُحْو َن ُهُم َفُاو ِٕىَك َنْفِس ٖه‬
Artinya:
“Maka Bertawalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan
dengarlah serta taatlah; dan infakkanlah harta yan baik untuk dirimu. Dan
barang siapa dijaga dirinya dari kekikiran, mereka itulah orang-orang
yang beruntung”. (QS. At-Taghabun:16).

Dari kedua ayat tersebut dapat disimpulakn bahwasannya Allah Swt,

memerintahkan umatnya untuk membelanjakan hartanya dijalan Allah Swt

karena pada dasarnya harta yang kita miliki adalah pemberian dari Allah

Swt, dan orang yang terhindar dari sifat kikir maka akan beruntung karena

15
Mardani, Hukum Islam: Zakat, Infaq, Sedekah, Dan Wakaf.
harta yang dimiliki semua akan ada pertanggung jawaban diakhirat kelak.

Oleh karena itu, janganlah merasa bangga mempunyai harta yang dimiliki

karena semua itu hanya titipan dari-Nya dan sebagian pula milik orang lain

buka seutuhnya milik kita dan sebab itu berinfaqlah/bersedekahlah kalian

untuk meringankan beban orang-orang yang sedang membutuhkan.

Didalam berinfaq, harta yang dibelanjakan hendaklah harta yang baik,

yang paling dicintai. Allah menganjurkan kepada orang-orang yang beriman

untuk berinfaq dan bersedekah pada setiap jalan dan pintu kebaikan. Dan

Allah menjelaskan bahwa dialah yang memberikan untuk menginfaqkan

seluruh hartanya melainkan hanya sebagian dari hartanya. Ini sesuai dengan

Firman Allah Swt:

‫ُك ِّل ِفْي َس َناِبَل َس ْبَع َاْۢن َبَتْت َح َّبٍة َك َم َثِل ِهّٰللا َس ِبْيِل ِفْي َاْم َو اَلُهْم ُيْنِفُقْو َن اَّلِذ ْيَن َم َثُل‬
‫َع ِلْيٌم َو اِس ٌع َو ُهّٰللا َّيَش ۤا ُء ِلَم ْن ُيٰض ِع ُف َو ُهّٰللا َح َّبٍة ِّم اَئُة ُس ْۢن ُبَلٍة‬
Artinya:
“Perumpaan orang yang menginfakkan hartanya dijalan Allah seperti
sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada
seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan
Allah Mahaluas, Maha Mengetahui”. (Q.S. Al-baqarah: 261).

Dari ayat diatas dapat disimpulakan bahwa Allah akan membalas

berlipat ganda kepada orang-orang yang berinfaq dijalan Allah dengan tulus

dan penuh keikhlasan untuk ketaatan dan kebaikan, seperti keadaan seorang

petani yang menabur benih. Sebutir biji yang ditanam di tanah yang subur

menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji sehingga

jumlah keseluruhannya menjadi tujuh ratus. Bahkan Allah terus

melipatgandakan pahala kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat atau lebih

bagi siapa yang Dia kehendaki sesuai tingkat keimanan dan keikhlasan hati
yang berinfak. Dan jangan menduga Allah tidak mampu memberi sebanyak

mungkin, sebab Allah Mahaluas karunia-Nya. Dan jangan menduga Dia

tidak tahu siapa yang berinfak di jalan-Nya dengan tulus, sebab Dia Maha

Mengetahui siapa yang berhak menerima karunia tersebut, dan Maha

Mengetahui atas segala niat hamba-Nya.

3. Syarat-Syarat Beinfaq dalam Al-Qur’an

a. Berinfaq dengan tujuan mencari ridha Allah Swt.

‫َو َم ْن اٰاْل ِخ ِر ِباْلَيْو ِم َو اَل ِباِهّٰلل ُيْؤ ِم ُنْو َن َو اَل الَّناِس ِر َئۤا َء َاْم َو اَلُهْم ُيْنِفُقْو َن َو اَّلِذ ْيَن‬
‫ۤا‬
‫َقِر ْيًنا َفَس َء َقِر ْيًنا َلٗه الَّش ْيٰط ُن َّيُك ِن‬
Artinya:
“ dan (juga) orang-orang yang menginfaqkan hartanya karena riya
kepada orang lain (ingin dilihat dan dipuji), dan orang-orang yang tidak
beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barang siapa
menjadikan setan sebagai temannya, maka (ketahuilah) dia (setan itu)
adalah teman yang sangat jahat”. (Q.S. An-Nisa: 38)

Dapat disimpulkan bahwa jika ada seseorang yang berinfaq hanya

untuk dilihat oleh orang-orang karena dia mempunyai uang yang banyak

itu disebut dengan riya. Riya merupakan sifat yang tidak baik. Riya bisa

dikatakan termasuk orang-orang yang sombong dan membanggakan diri

sendiri karena meraka menginfaqkan hartanya hanya untuk dilihat dan

dipuji orang lain dan juga orang-orang yang tidak beriman kepada Allah

dan tidak beriman kepada hari kemudian. dan kesombongan adalah

temannya setan yang sangat jahat.


b. Berinfaq tanpa disertai celaan dan umpatan

‫َّلُهْم َاًذ ۙى َّو ٓاَل َم ًّنا َاْنَفُقْو ا َم ٓا ُيْتِبُعْو َن اَل ُثَّم ِهّٰللا َس ِبْيِل ِفْي َاْم َو اَلُهْم ُيْنِفُقْو َن َاَّلِذ ْيَن‬
‫َيْح َز ُنْو َن ُهْم َو اَل َع َلْيِهْم َخ ْو ٌف َو اَل َر ِّبِهْۚم ِع ْنَد َاْج ُر ُهْم‬
Artinya:
“Orang yang menginfaqkan hartanya dijalan Allah, kemudian tidak
mengiringi apa yang dia infaqkan itu dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti (perasaan penerima), mereka memperoleh pahala disisi Tuhan
mereka. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih
hati”. (Q.S.Al-Baqarah: 262)16
Disimpulkan bahwa Orang yang menginfakkan hartanya di jalan

Allah dalam bentuk aneka kebaikan, kemudian tidak mengiringi apa yang

dia infakkan itu dengan menyebut-nyebutnya di hadapan orang yang

diberi, tidak pula membanggakannya, dan tidak menyakiti perasaan

penerima dengan menyebut-nyebutnya di hadapan orang lain, mereka

memperoleh pahala berlipat di sisi Tuhan mereka, seperti dijelaskan pada

ayat terdahulu. Selain menerima ganjaran, tidak ada pula rasa takut pada

diri mereka. Mereka tidak merisaukan apa yang akan terjadi di masa

depan, seperti hilang dan berkurangnya harta di dunia, dan pahala serta

siksa di akhirat, dan mereka tidak pula bersedih hati, yaitu keresahan

akibat apa yang terjadi dan luput di masa lalu. Tidak jarang seseorang

yang bersedekah atau akan bersedekah mendapat bisikan dari dalam diri

atau dari orang lain agar tidak bersedekah atau tidak terlalu banyak demi

mengamankan harta yang akan menjadi jaminan bagi diri dan

keluarganya di masa depan.17

16
Mardani, Hukum Islam: Zakat, Infaq, Sedekah, Dan Wakaf.
17
Ahmad Anas, “Infaq Sebagai Teori Konsumsi Dalam Ekonomi Islam” (UIN Sunan
Ampel Surabaya, 2020). Hlm. 44-60
c. Berinfaq dengan harta sendiri, harta yang halal dan baik, dengan harta
yang disukai

‫اَاْلْر ِض ِّم َن َلُك ْم َاْخ َر ْج َنا َو ِمَّم ٓا َك َس ْبُتْم َم ا َطِّيٰب ِت ِم ْن َاْنِفُقْو ا ٰا َم ُنْٓو ا اَّلِذ ْيَن ٰٓيَاُّيَها‬
‫َو اْع َلُم ْٓو ا ِفْيِه ُتْغ ِم ُضْو ا َاْن ِآاَّل ِبٰا ِخِذ ْيِه َو َلْس ُتْم ُتْنِفُقْو َن ِم ْنُه اْلَخ ِبْيَث َتَيَّمُم وا َو اَل‬
‫َحِم ْيٌد َغ ِنٌّي َهّٰللا َاَّن‬
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Infaqkanlah sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan
dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu
keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya, melainkan
dengan memingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa
Allah Maha Kaya, Maha Terpuji”. (Q.S.Al-Baqarah: 267)

Dapat disimpulakan bahwa sebagian harta yang kita miliki dengan

hasil kita sendiri alangkah baiknya untuk diinfaqkan kepada orang yang

membutuhkan. Pilihlah yang baik-baik dari apa yang kamu nafkahkan

itu, walaupun tidak harus semuanya baik, tetapi janganlah kamu memilih

secara sengaja yang buruk untuk kamu keluarkan guna disedekahkan

kepada orang lain, padahal kamu sendiri kalau diberi yang buruk-buruk

seperti itu tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan

mata karena rasa enggan terhadapnya.18 ketahuilah dan yakinlah bahwa

Allah Mahakaya, tidak membutuhkan sedekah kamu, baik pemberian

untukNya maupun untuk makhluk-makhluk-Nya, sebab Dia bisa

memberi secara langsung. Sedekah itu justru untuk kemaslahatan orang

yang memberi. Dia juga Maha Terpuji, antara lain karena Dia memberi

ganjaran terhadap hamba-hamba-Nya yang bersedekah.


18
Agus Samsono, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Berinfaq: Studi
Kasus Anggota Infaq Da’wah Club Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Provinsi Jawa Tengah
Kantor Surakarta,” Jurnal Bina Ummat: Membina Dan Membentengi Ummat 1, No. 02 (2018):
15–55.
d. Berinfaq sesuai dengan kemampuan, tidak boros dan tidak kikir

‫َقَو اًم ا ٰذ ِلَك َبْيَن َو َك اَن َيْقُتُرْو ا َو َلْم ُيْس ِر ُفْو ا َلْم َاْنَفُقْو ا ِاَذ ٓا َو اَّلِذ ْيَن‬
Artinya:
“Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-
orang yang apabila menginfaqkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan
tidak (pula) kikir, diantara keduanya secara wajar”. (Q.S. Al-Furqan:67)

Disimpulkan bahwa dengan menafkahkan sesuatu yang buka

haknya dan dengan menahan atau tidak mengelurkan harta yang buka

haknya. Jadi, mengeluarkan nafkah hendaknya sesuaikan dengan

kemampuan, tidak merasa terbebani sedikitpun, baik itu beban moril

maupun beban materil. Harus jauh dari penimbunan atau kekikiran dan

pemborosan.

4. Hukum Infaq
Hukum asal memberikan kata infaq sama dengan hukum

memberikan shadaqah jariyah, yaitu sunah. Namun, dalam keadaan tertentu

hukumnya bisa menjadi wajib, makruh, bahkan haram.19

a. Sunah, apabila memliki kelibihan harta dan kita mampu menginfaqkan

harta tersebut.

b. Wajib, apabila orang yang menerimanya adalah mereka yang sangat

membutuhkannya.

c. Makruh, apabila harta yang diberikan tidak dimanfaatkan atau diberikan

kepada mereka yang mampu. Nabi Muhammad saw. Bersabda. “Tidak

boleh meminta-minta bagi orang kaya dan orang yang mempunyai

kekuatan sempurna (jasmani dan akal).” (HR. At-Tirmidzi)

19
Mansyur, Bina Fiqih (Jakarta: Erlangga, 2019). hal.14
d. Haram, apabila digunakan untuk perbuatan maksiat. Contohnya, orang

yang berinfaq dalam kemaksiatan dan tidak mengandung manfaat, seperti

pembangunan tempat maksiat.

5. Tujuan dan Hikmah Infaq


infaq merupakan sesuatu yang sangat bermanfaat, baik bagi yang

menerima maupun yang memberi.20

Tujuan infaq dalam islam adalah sebagai berikut.

a. Semata-mata mengaharapkan keridhaan Allah Swt.

b. Untuk menolong sesama di dalam masyarakat serta mewujudkan

solidaritas sosial.

c. Agar manusia menyadari tanggung jawabnya, baik terhadap dirinya

sendiri, keluarganya, maupun orang lain.

d. Untuk mengurangi beban Baitul Mal dalam menghidupi orang-orang

yang kurang mampu.

e. Membantu negara untuk memberantas kemiskinan.

Adapaun manfaat atau hikmah berinfaq adalah sebagi berikut:

a. Mendekatkan diri kepada Allah Swt.

b. Mendapatkan kebaikan dan kemanfaatan orang banyak.

c. Allah Swt. akan melipatgandakan pahala baginya.

d. Allah Swt akan melapangkan rezeki.

e. Meringankan kesulitan orang lain.

f. Mempersiapkan bekal di akhirat.

g. Meningkatkan syiar islam.

20
Mansyur, Bina Fiqih.hal.20
6. Keutamaan berinfaq

a. Orang yang berinfaq dijalan Allah akan diganti oleh-Nya dengan

penggantian yang berlipat ganda, yaitu sampai 700 kali lipat.

b. Orang yang berinfaq dijalan Allah disukai oleh Rasulullah, ini terbukti

dengan Rasulullah Saw. Mendoakan orang yang berinfaq fi sabilillah.

c. Orang yang berinfaq senantiasa didoakan oleh dua malaikat, agar Allah

mengganti harta yang telah diinfakkannya. 21

Selain itu, pengeluaran infaq merupakan bukti ketaqwaan seorang

muslim. Sebagaimana terdapat dalam (QS Al-Baqarah: 2)

‫ِّلْلُم َّتِقْيَۙن ُهًدى ِفْيِه َر ْيَب اَل اْلِكٰت ُب ٰذ ِلَك‬


Artinya:
“Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya : petunjuk bagi meraka
yang bertaqwa”. (Q.S Al-Baqarah: 2)
Berinfaq juga dapat mencegah terjadinya kecelakaan. Hal ini

sebagainmana terdapat dalam (QS Al-Baqarah: 195).

‫ُيِح ُّب َهّٰللا ِاَّن َو َاْح ِس ُنْو ا الَّتْهُلَك ِة ِاَلى ِبَاْيِد ْيُك ْم ُتْلُقْو ا َو اَل ِهّٰللا َس ِبْيِل ِفْي َو َاْنِفُقْو ا‬
‫اْلُم ْح ِسِنْيَن‬
Artinya:
”Dan belanjakanlah (harta bendamu) dijalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan, dan berbuat baiklah,
karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”.
dalam (Q.S Al-Baqarah: 195).
Turunnya ayat tersebut adalah untuk memberi penegasan bagi kaum

Anshar Madinah yang ragu berinfaq, dengan diwajibkannya berzakat pada

tahun 2 Hijriyah. Mereka mengira bahwa dengan telah berzakat, dibebaskan

oleh Allah untuk berinfaq membantu perjuagan Rasulullah Saw.

7. Aspek-Aspek Berinfaq
21
Mardani, Hukum Islam: Zakat, Infaq, Sedekah, Dan Wakaf.
Menurut Mardani ada beberapa aspek dalam melakukan kegiatan

berinfaq yakni:22

a. Sebagai pembuktian ketaqwaan kepada Allah Swt.

Berinfaq diajalan Allah, merupakan indikator beriman dan

ketaqwaan kepada Allah yang paling jelas. Karena banyak dijumpai

seseorang yang rajin beribadah jasadiah seperti salat dan puasa, namun

ketika diminta hartanya untuk dipakai dijalan Allah, mereka menahan

harta merka sehingga tidak mau berinfaq. Padahal itu semua hanyalah

titipan yang Allah berikan untuk kita dan bukan semuanya milik kita

melainkan milik orang lain juga.

b. Menumbuh solidaritas terhadap sesama

Manusia adalah makhluk sosial karena merupaka kumpulan dari

beberapa individu yang memiliki saling ketergantungan dan saling

membutuhkan antara yang satu dengan yang lain. Anjuran dan perintah

berinfaq dalam Al-Qur’an salah satu fungsinya untuk membantu manusia

menjalankan fungsi sosialnya.

c. Membentengi diri sendiri

d. Manfaat berinfaq yaitu kembali kepada diri kita sendiri, dengan berinfaq

agar mendapatkan perasaan yang baik didunia maupun akhirat.

8. Indikator Kegiatan Berinfaq

22
Mardani, Hukum Islam: Zakat, Infaq, Sedekah, Dan Wakaf.
Indikator kegitan infaq menurut Arina Manasikana yaitu dilakukan

dengan ikhlas, ungkapan rasa syukur, membantu orang yang membutuhkan,

melatih kepekaan sosial, dan mengeluarkan harta yang dimiliki karena dari

harta yang kita miliki ada hak orang lain.23

Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran.Sedangkan secara

istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah semata dalam beramal

sebagai wujud menjalankan ketaatan kepada Allah dalam kehidupan dalam

semua aspek.Ikhlas memiliki kedudukan yang sangat penting dalam setiap

amalan, baik amalan hati, lisan, maupun badan.Syukur adalah salah satu

refleksi dari sikap tawakal.Syukur ialah sesuatu yang menunjukkan

kebaikan dan penyebarannya. Sedangkan secara istilah, syukur ialah

memberikan pujian kepada Allah Swt. dengan cara taat kepada-Nya, tunduk

dan berserah diri hanya kepada Allah SWT. Tolong menolong dalam bahasa

Arabnya adalah Ta’awun.Sedangkan menurut istilah, pengertian Ta’awun

adalah sifat tolong menolong di antara sesama manusia dalam hal kebaikan

dan taqwa. Infaq bisa dikatakan juga sebagai sedekah yang bermakna

memberikan atau membelanjakan sesuatu yang menjadi hak orang lain.

Infaq merupakan sebuah ibadah yang sangat mulia dalam pandangan

Islam.Infaq berarti mengeluarkan sebagian uang atau rezeki yang kita miliki

kepada yang lebih membutuhkan.

B. Kecerdasan Spiritual

23
Ari Irawan, “Sikap Sosial Siswa Dalam Kegiatan Infaq,” Atthulab: Islamic Religion
Teaching and Learning Journal 4, no. 2 (2019): 225–235.
1. Pengertian Kecerdasan Spiritual (SQ)

Kecerdasan dalam bahasa inggris disebut sebagai intelligensi dan

dalam bahasa arab adalah az-Zaka artinya pemahaman, kecepatan dan

kesempurnaan sesuatu.. Kecerdasan sendiri diartikan sebagai perihal cerdas

yakni kesempurnaan perkembangan akal budi seperti kepandaian dan

ketajaman pikiran. Atau dapat dikatakan bahwa kecerdasan merupakan pola

pikir secara tauhid, integralistik, serta berprinsip hanya karena Allah.24

Menurut David Wechsler kecerdasan adalah kemampuan sempurna

(komprehensif) seseorang untuk berperilaku terarah, berpikir logis, dan

berinteraksi secara baik dengan lingkungannya. Kecerdasan adalah bagian

dari pikiran yang meliputi banyak kemampuan yang saling berhubungan.25

Kemampuan tersebut antara lain adalah kapasitas untuk mempertimbangkan

sesuatu, merencanakan, menyelesaikan masalah, berpikir secara abstrak,

memahami ide-ide, mempergunakan bahasa dan untuk belajar.26

Maksudnya adalah kecerdasan itu merupakan sesuatu yang

menggambarkan tingkah laku manusia secara kompleks meliputi hal-hal

yang berkaitan dengan usaha penyelesaian suatu kesulitan permasalahan

hidup dan situasi problematika hidup. Oleh karena itu, maksud atau tujuan

dari kecerdasan itu sendiri adalah mampu mengelola tentang makna-makna

24
Salma Rozana, Dwi Septi Anjas Wulan, and Rini Hayati, Pengembangan Kognitif Anak
Usia Dini (Teori Dan Praktik) (Edu Publisher, 2020).
25
Ovi Arieska, Fatrica Syafri, and Zubaedi Zubaedi, “Pengembangan Kecerdasan
Emosional (Emotional Quotient) Daniel Goleman Pada Anak Usia Dini Dalam Tinjauan
Pendidikan Islam,” Al Fitrah: Journal Of Early Childhood Islamic Education 1, no. 2 (2018):
103–116.
26
Nyoman Suadnyana Pasek, “Pengaruh Kecerdasan Intelektual Pada Pemahaman
Akuntansi Dengan Kecerdasan Emosi Dan Kecerdasan Spiritual Sebagai Variabel Pemoderasi,”
JIA (Jurnal Ilmiah Akuntansi) 1, no. 1 (2016).
peristiwa atau kejadian didalam lingkungan, hal-hal yang menjadi suatu

penemuan, ide atau gagasan dan percobaan yang ada. Bagi para ahli

psikologi kecerdasan atau intelegensi dapat dipandang sebagai kemampuan

memahami dunia, berpikir rasional, dan menggambarkan sumber-sumber

secara efektif pada saat dihadapkan dengan tantangan.27

Dari berbagai definisi diatas, maka dapatlah dikatakan secara

etimologis bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang berkaitan

dengan kesempurnaan perkembangan kejiwaan, rohani, batin dan mental

seseorang. Kecerdasan spiritual merupakan suatu kemampuan kita untuk

dapat mengenal dan memahami diri kita sepenuhnya sebagai makhluk

spiritual yang murni, suci, kebaikan dan memiliki sifat illahiyah serta

mampu memahami sebagai makhluk sosial.

Kecerdasan spiritual dapat diartikan sebagai kecerdasan untuk

menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai. Kecerdasan untuk

menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih

luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup

seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan

spiritual adalah kecerdasan dalam memandang makna atau hakikat

kehidupan ini sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang

Maha Esa yang berkewajiban menjalankan perintahnya dan menjauhi semua

larangannya.28

27
Novrita Dwi Kurnia, Umi Chotimah, and E El Faisal, “Pengaruh Pola Asuh Orangtua
Terhadap Kecerdasan Spiritual Siswa Smp Muhammadiyah 4 Palembang,” Jurnal Bhinneka
Tunggal Ika 4, no. 1 (2017): 49–59.
28
Saefullah, Psikologi Perkembangan Dan Pendidikan, ed. Beni Ahmad Saebani (CV
Pustaka Setia, 2018).
Kecerdasan spiritual merupakan potensi yang harus dimiliki oleh

setiap anak yang ada didunia, karena pengaruhnya sangatlah besar dalam

kehidupan anak kelak dimasa depan. Sangat disayang jika anak-anak

kurang dalam spritualnya. Banyak orangtua tanpa disadari mendorong anak

untuk mencapai kesuksesan materi, popularitas dan menyisihkan nilai-nilai

spiritualitas terhadap anak.29

Itulah sebab, kecerdasan spiritual memiliki keterkaitan yang sangat

erat dengan keimanan. Sementara itu, keimanan memiliki keterkaitan erat

dengan hati. Jadi orang yang cerdasa spiritual adalah orang yang hatinya.

Hati menjadi potensi yang ada pada diri manusia untuk mengenali

Tuhannya, memahami kehendak Tuhannya, serta melaksanakan kehendak

Tuhannya dengan penuh kerelaan. Orang yang cerdas hatinya akan dapat

mengendalikan kerja otaknya dan perbuatan. Ini berarti, orang yang cerdas

secara spiritual pasti cerdas juga secara intelektual dan emosional.

Kecerdasan spiritual ialah suatu kecerdasan di mana kita berusaha

menyelesaikan masalah-masalah hidup ini berdasarkan nilai-nilai spiritual

atau agama yang diyakini. Kecerdasan spiritual ialah suatu kecerdasan di

mana seseorang berusaha menempatkan tindakan-tindakan dan kehidupan

ke dalam suatu konteks yang lebih luas dan lebih kaya, serta lebih

bermakna. kecerdasan spiritual juga merupakan kecerdasan manusia yang

digunakan untuk berhubungan dengan Tuhannya.30

29
Handayani and Irawan, “Metode Pengembangan Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini
Telaah Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan.”
30
Komang Satya Permadi et al., “Pengembangan Kecerdasan Spiritual Anak Sekolah
Dasar,” Edukasi: Jurnal Pendidikan Dasar 1, no. 2 (2020): 179–196.
Menurut Danah Zohar, kecerdasan spiritual adalah untuk menghadapi

dan memecahkan persoalan makna dan nilai. Kecerdasan untuk

menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas

dan merupakan fondasi untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif.

Menekankan masalah makna dan nilai sebagai kunci untuk memahami SQ.

kecerdasan spiritual merupakan sarana untuk berhubungan dengan Tuhan

karena di dalamnya terdapat perbuatan-perbuatan sebagai pendakian

transcendental sehingga manusia akan merasa lebih dekat dengan Tuhan.31

Menurut Akhmad Muhaimin Azzet bahwasannya Kecerdasan spiritual

terletak didalam hati nurani yang selalu melampaui kemampuan akal

pikiran. Kehidupan bermakna tidak berkaitan dengan kecepatan atau

efisiensi dalam melaksanakan sesuatu, tetapi lebih dikaikatkan dengan

kemampuan seseorang menemukan makna dari hal-hal dialami atau

dilakukannya.32

Ary Ginanjar Agustian berpendapat bahwasanya kecerdasan spiritual

merupakan keahlian guna memberikan pemaknaan akan sebuah ibadah

kepada seluruh karakteristik maupun aktivitas, dengan dilaluinya akal yang

sifatnya itu fitrah, menjadi manusia yang sempurna, serta mempunyai

pemikiran yang tauhid, dan memiliki prinsip hanya karena Allah. 33

Berdasarkan definisi kecerdasan spiritual diatas, dapat diketahui

bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang dibangun dari dua

31
Zohar and Marshall, SQ-Kecerdasan Spiritual. hlm. 115.
32
Akhmad Muhaimin Azzet, “Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak,” Jogjakarta:
PT. Kata Hati (2013). hlm. 29-31
33
Ary Ginanjar Agustian, ESQ (Jakarta: Arga, 2016). hal 20
kecerdasan, yakni intelektual dan emosional. Orang yang memiliki

kecerdasan spiritual adalah orang yang bisa memecahkan permasalahan

tidak hanya menggunakan rasio dan emosi saja, namun mereka

menghubungkan dengan makna kehidupan secara spiritual.34 Kecerdasan

spiritual yang tumbuh sejak dini akan menjadi kekuatan untuk menjadikan

anak yang berani karena keyakinan kepada Tuhan (Allah SWT), optimis,

dan melakukan kebajikan secara terus menerus.

Fakta diatas telah menunjukkan betapa pentingnya kecerdasan

spiritual (hati) bagi seseorang. Dimana kecerdasan spiritual menjadi pondasi

bagi kecerdasan-kecerdasan lainnya. Bagaimana pemikiran dan perbuatan

yang ditampilkan oleh seseorang akan sangat dipengaruhi oleh kecerdasan

spiritualnya. Oleh sebab itu, kecerdasan spiritual pada seseorang harus

dioptimalkan sedari usia dini.

Pada anak usia dini kecerdasan spiritual merupakan suatu

keniscayaan, sebab potensi untuk memahami hakikat diri telah dibawa anak

sejak lahir didalam islam disebut Fitrah dan didalam psikologi disebut

dengan potensi spiritual. Pertanyaan yang selalu muncul dari anak antara

lain darimana manusia lahir dan kemana manusia jika mati. Sejak usia dini

anak-anak telah memiliki sifat yang unik antara lain unreflevtive (tidak

mendalam), egosentris, anthopomorphis, ritualis, imitatif, dan rasa heran.35

Pekembangan kecerdasan spiritual anak merupakan hal yang penting dalam

34
Zubaedi Zubaedi, “Strategi Taktis Pendidikan Karakter (Untuk Paud Dan Sekolah)”
(2018). hal 115
35
Kurnia, Chotimah, and Faisal, “Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Kecerdasan
Spiritual Siswa Smp Muhammadiyah 4 Palembang.”
menumbuhkan sisi religius dalam diri anak tersebut. Sesuai dengan

perkembangan agama anak maka pengembangan kecerdasan spiritual

mereka dapat dilakukan secara bertahap dengan latihan, pembiasaan, dan

pengenalan keimanan ke Allah Swt.

Anak usia dini yang tidak dikembangkan kecerdasan spiritualnya,

maka kelak dimasa dewasa akan menjadi orang yang relatif sulit dididik

untuk beragama. Kenakalan remaja yang terjadi pada masa sekarang ini

bukanlah suatu fenomena baru, tetapi suatu lanjutan dari pola perilaku

asosiasi yang dimulai pada masa kanak-kanak (usia dini). Kegagalan dalam

optimalisasi kecerdasan spiritual pada anak usia dini dapat mengakibatkan

kegagalan pada pembentukan karater pada masa dewasa kelak.36

Ada beberapa prinsip dan langkah-langkah yang dilakukan oleh orang

tua atau guru PAUD untuk mengoptimalkan kecerdasan spiritual pada anak,

yaitu:37

a. Memberi pemahaman pada anak bahwa Tuhannya memperhatikan atau

mengawasi perilaku anak. Seperti mengajak anak untuk berdoa,

menumbuhkan keyakinan pada anak akan keteguhan Tuhannya,

menumbuhkan kebiasaan spiritual sehari-hari.

b. Mengajarkan kepada anak bahwa semua perilaku hidupnya saling

berhubungan dan bertujuan. Seperti mengajak anak untuk berpartisipasi

36
Darmadi, Kecerdasan Spiritual (Anak Usia Dini Dalam Cakrawala Pendidikan Islam)
(Bogor: Guepedia, 2018).hal. 17-21
37
Novan Ardy Wiyani, “Optimalisasi Kecerdasan Spiritual Bagi Anak Usia Dini Menurut
Abdullah Nashih Ulwan,” ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal 4, no. 2
(2017): 77–98.
dalam gerakan amal, memfasilitasi anak untuk menjalin hubungan

dengan orang lain, mengajarkan anak untuk memberi maaf.

c. Mendengarkan apa yang dikatakan oleh anak tentang apa saja yang telah

dan akan dilakukannya. Seperti mendengarkan doa-doa untuk anak.

d. Menggunakan kata-kata dalam mendidik anak dengan hati-hati. Seperti

mengajarkan anak untuk mengekspresikan perasaannya melalui tulisan,

mengajarkan anak-anak perkataan yang mengandung doa, mengajarkan

anak untuk mempertanggungjawabkan setiap perkataannya

e. Memotivasi anak untuk memiliki dan mewujudkan impian dan harapan-

harapannya. Seperti mendorong daya imajinasi anak, mengajak anak

untuk menentukan tujuan dan membayangkan impiannya, membantu

anak memfokuskan pikirannya.

f. Membuat keajaiban-keajaiban dari hal-hal biasa dalam kehidupan anak.

Seperti menyampaikan kisah-kisah atau cerita-cerita.

g. Menciptakan hubungan yang luwes dengan anak. Seperti memberi waktu

anak untuk istirahat dari rutinitasnya, membantu anak dalam menentukan

pilihannya.

h. Menjadi cermin positif bagi anak. Seperti mengajarkan anak untuk

menerima perbedaan.

i. Menghindari mendidik anak dengan tekanan-tekanan. Seperti

melepaskan perasaan bersalah pada anak, mengajarkan anak untuk hidup

sederhana.
j. Menjadikan setiap hari sebagai suatu awal yang baru bagi anak. Seperti

memulai pagi dengan perilaku positif

Setidaknya ada tujuh ciri anak yang memiliki kecerdasan spiritual

yang optimal, antara lain:38

a. Memiliki kesadaran akan keberadaan dirinya dan Tuhannya.

b. Memiliki pandangan bahwa keberadaan dirinya memiliki hubungan

dengan keberadaan orang lain.

c. Bermoral tinggi serta memiliki bakat-bakat diwilayah etis dan estetis.

d. Memiliki pemahaman tentang tujuan hidupnya, dapat merasakan arah

nasibnya, serta mampu melihat berbagai kemungkinan secara positif.

e. Lebih mementingkan kepentingan orang lain (altruistis) atau keinginan

berkontribusi pada orang lain.

f. Memiliki gagasan-gagasan yang segar dan aneh, serta rasa rumor yang

tinggi

g. Mampu membuat pilihan-pilihan hidup yang sehat.

Pada tahap Mission Statement, guru atau orangtua mengajarkan

kepada anak tentang rukun iman dan rukun islam. Orangtua dan guru

menanamkan nilai-nilai keimanan kepada anak dengan langkah pertama

membaca secara berulang-ulang sehingga anak dapat dengan spontan

membaca syahadat, rukun iman, dan rukun islam. Pada tahap Character

Building guru atau orangtua mengajarkan anak utnuk memiliki nilai-nilai

38
Wiyani, “Optimalisasi Kecerdasan Spiritual Bagi Anak Usia Dini Menurut Abdullah
Nashih Ulwan.” hlm. 78
perilaku yang diajarkan islam.39 Misalnya membaca bismillah setiap

memulai pekerjaan dan membaca alhamdulillah setelah selesai mengerjakan

pekerjaan. Pada tahap Self Controling guru dan orangtua melatih anak-anak

menggunakan ajaran agama sebagai kontrol terhadap tingkah laku sehari-

hari. Misalnya ketika anak-anak ingin mengambil miliki orang lain, dia

ingat bahwa hal tersebut dilarang didalam islam, dan dilatih untuk

menghindarinya. Pendidikan sekolah bertanggung jawab mengembangkan

kecerdasan spiritual anak usia dini.

2. Aspek-Aspek Kecerdasan Spiritual

Orang yang memiliki kecerdasan spiritual, ketika menghadapi

persoalan dalam hidupnya, tidak hanya dihadapi dengan rasional dan

emosional saja, tapi ia akan menghubungkannya dengan makna secara

spiritual agar langkah-langkahnya lebih matang dan bermakna dalam

kehidupan. Beberapa tanda yang orang ang memiliki kecerdasan spiritual,

yaitu:40

a. Kemampuan untuk bersikap fleksibel.

Kemampuan individu dapat lebih mudah menyesuaikan diri dalam

berbagai macam situasi dan kondisi. Juga mampu menempatkan diri dan

dapat menerima pendapat orang lain secara terbuka.

b. Tingkat kesadaran yang tinggi.

39
Yuliatun Yuliatun, “Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Melalui Pendidikan
Agama,” ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal 1, no. 1 (2018): 153–172.
40
Darmadi, Kecerdasan Spiritual (Anak Usia Dini Dalam Cakrawala Pendidikan Islam).
hal.44
orang yang memiliki tingkat kesadaran yang tinggi berarti ia

mengenal dengan baik siapa dirinya. orang yang demikian lebih mudah

mengendalikan diri dalam berbagai situasi dan keadaan, termasuk dalam

mengendalikan emosi. berusaha untuk memperhatikan segala macam

kejadia dan peristiwa dengan berpegang teguh agama yang diyakininya.

c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.

Kemampuan seseorang mempunyai kesadaran bahwa penderitaan

ini terjadi sesungguhnya untuk membangun dirinya agar menajdi

manusia yang lebih kuat.

d. Kemampuan untuk menghadapi rasa takut.

Kemampuan seseorang dalam menghadapi dan mengelola rasa

takut itu dengan baik yakni dengan penuh kesabaran. Hal ini bisa terjadi

karena orang yang mempunyai kecerdasan spiritual juga mempunyai

sandaran yang kuat dalam keyakinan jiwanya.

e. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.

Kualitas hidup individu yang didasarkan pada tujuan hidup yang

pasti dan berpegang pada nilai-nilai yang mampu mendorong untuk

mencapai tujuan tersebut.

f. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu

Individu yang mempunyai kecerdasan spiritual tinggi mengetahui

bahwa ketika dia merugikan orang lain, maka berarti dia merugikan

dirinya sendiri sehingga mereka enggan untuk melakukan kerugian yang

tidak perlu.
g. Kecenderungan individu untuk melihat keterkaitan berbagai hal

Agar keputusan dan langkah yang diambil oleh seseorang dapat

mendekati keberhasilan, diperlukan kemampuan dalam melihat

keterkaitan antara berbagai hal dalam sebuah masalah. Inilah cara

pandang yang holistik.

h. Cenderung bertanya “Mengapa” atau “Bagaimana Jika”

Pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana jika” biasanya dilakukan

oleh seseorang untuk mencari jawaban yang mendasar. Inilah tanda bagi

orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi. Dengan

demikian, ia dapat memahami masalah dengan baik, baik secara parsial,

dan dapat mengambil keputusan dengan baik pula.

Ciri-ciri kecerdasan spiritual pada anak sebagai berikut:41

a. Anak mengetahui dan menyadari keberadaan sang pencipta.

b. Anak rajin beribadah tanpa harus disuruh-suruh atau dipaksa.

c. Anak menyukai kegiatan menambah ilmu yang bermanfaat.

d. Anak senang melakukan perbuatan baik.

e. Anak bersifat jujur.

f. Anak mudah memaafkan orang lain.

Berdasarkan ciri-ciri diatas dapat disimpulkan bahwa tanda

kecerdasan spiritual yaitu kemampuan bersikap fleksibel, kesadaran diri

yang tinggi, kemampuan menghadapi dan memanfaatkan penderitaan,

kemampuan menghadapi rasa takut, kualitas hidup yang diillhami dari visi
41
Dedek Pranto Pakpahan, Kecerdasan Spiritual (SQ) Dan Kecerdasan Intelektual (IQ)
DaLam Moralitas Berpacaran Upaya Mewujudkan Manusia Seutuhnya (Malang: CV. Multimedia
Edukasi, 2021). hal.35
dan nilai-nilai, keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu,

cenderung bertanya mengapa dan bagaimana jika, dan mempunyai rasa

penuh tanggung jawab.

3. Fungsi Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual memberikan banyak kesempatan atau kebebasan

kepada manusia untuk berbuat di sertai rasa cinta yang melahirkan rasa

tanggung jawab, dengan menempatkan rasa cinta kepada Allah sebagai

kebenaran yang tertinggi. Manusia yang memiliki spiritual yang baik akan

memiliki hubungan yang kuat dengan Allah, sehingga akan berdampak pula

kepada kepandaian diri dalam berinteraksi dengan manusia, karena dibantu

oleh Allah yaitu hati manusia dijadikan cenderung kepada-Nya.42 Beberapa

fungsi kecerdasan spiritual sebagi berikut:

a. Kecerdasan spiritual digunakan dalam masalah eksistensial, yaitu ketika

kita pribadi merasa terpuruk, terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran, dan

masalah masa lalu akibat penyakit dan kesedihan

b. Kecerdasan spiritual menjadikan kita sadar bahwa kita memiliki masalah

eksistensial dan membuat kita mampu mengatasinya, karena kecerdasan

spiritual memberi kita semua rasa yang menyangkut perjuangan hidup.

c. Kecerdasan spiritual membuat manusia mempunyai pemahaman tentang

siapa dirinya dan apa makna segala sesuatu dan bagaimana semua itu

memberikan tempat di dalam dunia kepada orang lain dan makna-makna

mereka.

42
Ahmad Rifai, “Peran Orang Tua Dalam Membina Kecerdasan Spiritual,” Al Amin: Jurnal
Kajian Ilmu dan Budaya Islam 1, no. 2 (2018): 257–291.
d. Kecerdasan spiritual sebagai landasan bagi seseorang untuk

memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Karena, kecerdasan spiritual

merupakan puncak kecerdasan manusia.

e. Kecerdasan spiritual menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam

konteks dan makna yang lebih luas dan kaya. Sehingga manusia menjadi

kreatif, luas, berwawasan luas, berani, optimis dan fleksibel. Karena ia

terkait langsung dengan problem-problem eksistensi yang selalu ada

dalam kehidupan

f. Kecerdasan spiritual dapat memberikan rasa moral, kemampuan

menyesuaikan aturan yang kaku di barengi dengan pemahaman sampai

batasnya. Akal akan mengantarkan manusia pada suatu pemahaman, dan

hati bertugas untuk meyakinkan/mengakui apa yang di dapatkan oleh

akal

g. Kecerdasan spiritual dapat menjadikan lebih cerdas secara spiritual

dalam beragama. Sehingga seseorang yang memilki kecerdasan spiritual

tinggi tidak berpikiran eksklusif, fanatik, dan berprasangka. Dari fungsi

di atas dapat disimpulkan, bahwa kecerdasan spiritual berfungsi untuk

menjadikan manusia sebagai pribadi yang utuh, yang dapat menjalani

hidupnya menjadi lebih baik dan sempurna.Semua masalah dalam

hidupnya dapat terselesaikan dengan baik dan lebih percaya diri dalam

menghadapi situasi dan kondisi apapun karna prinsip dan tujuannya jelas

dan terarah.
Kecerdasan spiritual merupakan pondasi utama dalam

mengembangkan kecerdasan lainnya, sehingga kecerdasan spiritual

sangat berpengaruh terhadap seseorang baik dalam pemikiran

maupun perbuatannya. Oleh karena itu, kecerdasan spiritual pada

anak usia dini perlu dioptimalkan sebaik mungkin. Anak usia dini yang

tidak dikembangkan kecerdasan spiritualnya, akan berdampak ketika

anak tersebut dewasa. Orang tua akan kesulitan untuk mengarahkan

anak dalam beribadah atau beragama. Tak hanya itu, pengembangan

kecerdasan yang gagal akan membuat anak memiliki karakter yang

buruk karena pada hakikatnya spiritual memiliki hubungan erat dengan

perkembangan karakter seorang anak. Anak yang tidak berkarakter dan

tidak memiliki moral ketika dewasa, dikarenakan orang tuanya gagal

dalam mengembangkan kecerdasan spiritual anak pada masa usia dini.

Untuk menimalisir kegagalan dalam mengembangkan kecerdasan

spiritual pada anak usia dini, maka orang tua sebaiknya memahami

bahwa pada hakikatnya anak usia dini telah memiliki sifat-sifat spiritual

yang telah dibawanya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Ketika

orang tua memahami akan sifat-sifat spiritual ini maka mereka

tidak akan kesusahan dalam mengarahkan kecerdasan spiritual pada

anak.

4. Kiat-kiat pengembangan kecerdasan spiritual anak


Menurut Jalaludin Rahmat, terdapat beberapa cara atau kiat-kiat untuk

meningkatkan kecerdasan spiritual anak, sebagai berikut:43

a. Menjadi teladan yang baik bagi anak. Sebagaimana diketahui bahwa

bagaimanapun teladan adalah yang cukup ampuh dalam melatih dan

membimbing anak-anak agar menjadi yang lebih baik, karena sifat anak-

anak cenderung mencontoh dan dipengaruhi oleh lingkungannya atau

pendidiknya.

b. Bantulah anak untuk merumuskan “misi” hidupnya.

c. Baca kitab suci bersama-sama dan jelaskan maknanya dalam kehidupan

sehari-hari.

d. Ceritakan kisah-kisah agung dari tokoh-tokoh spiritual

e. Diskusikan berbagai persoalan dengan perspektif ruhaniah.

f. Libatkan anak dalam kegiatan-kegiatan ritual keagamaan.

g. Bacakan puisi-puisi atau lagu-lagu yang spiritual dan inspirasional.

h. Bawa anak untuk menikmati keindahan alam.

i. Bawa anak ketempat orang-orang yang menderita.

j. Ikutsertakan anak dalam kegiatan-kegiatan sosial.

C. Penelitian yang Relevan

Telah banyak penelitian yang dilakukan berkenaan dengan pengaruh

pembiasaan berinfaq dan kecerdasan spiritual pada anak usia dini. Pertama,

penelitian yang dilakukan oleh Nuha, R. (2019), dengan judul Pengaruh

Pembiasaan Berinfaq Terhadap Peningkatan Nilai Moral Anak Usia 5-6 Tahun

43
Jalaluddin Rakhmat, SQ for Kids: Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Sejak
Dini (Mizan Pustaka, 2007).hlm. 68-69.
Di Raudhotul Athfal Falakiyyah Ii Jampet Kecamatan Ngasem Kabupaten

Bojonegoro. Permasalahan dalam penelitian ini adalah masih kurangnya

pemahaman pada anak tentang apa itu infaq dan untuk infaq dilakukan.
44
Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian saya yakni sama-sama

membahas tentang pengaruh pembiasaan berinfaq.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Aulia Candra Sari dan Triani

Yulianawati dengan judul “Sedekah Sebagai Media Pendidikan Karakter untuk

Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini”. (2017) Peneliti ini

menjelaskan bahwa sedekah dapat meningkatkan kecerdasan spiritual anak usia

dini. Sedekah adalah pemberian kepada orang lain tanpa melihat apakah yang

diberi itu orang kaya ataupun orang fakir. Sedekah dapat dijadikan sebagai

media pendidikan berkarakter untuk mencerdaskan otak spiritual anak.

Sedekah yang diajarkan kepada anak usia dini bukan hanya yang bersifat

materil saja tetapi juga meliputi sedekah yang paling ringan yaitu tersenyum,

berkata yang kecerdasan spiritual anak meningkat dikarenakan otak rasional

telah bekerja secara optimal dengan panca indera. Otak rasional menerima

pemahaman tentang sedekah dan panca indera yang melakukan kegiatan

sedekahbaik, memberi salam, dan meminjamkan sesuatu kepada yang lain.45

Ketiga, Penelitian yang dilakukan oleh Nuryati dengan judul

“Pengembangan Kecerdasan Spiritual Pada Anak Usia Dini Melalui Murottal

Bacaan Al Qur’an”.(2017) penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat

44
NUHA, “Pengaruh Pembiasaan Berinfaq Terhadap Peningkatan Nilai Moral Anak Usia 5-
6 Tahun Di Raudhotul Athfal Falakiyyah Ii Jampet Kecamatan Ngasem Kabupaten Bojonegoro
Tahun 2018/2019.”
45
Sari and Yulianawati, “Sedekah Sebagai Media Pendidikan Karakter Untuk
Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini.”Hlm. 97-99
hubungan dengan menamakan nilai-nilai agama dan moral melalui murottal

bacaan Al-Qur’an dalam mengembangkan kecerdasan spiritual. Kepala sekolah

RA Nurul Ikhlas membiasakan anak dengan mendengarkan lantunan ayat suci

Al-Qur’an melalui murottal yang diputar setiap pagi sebelum pembelajaran

berlangsung, agar dalam pengembangan kecerdasan spiritual yang diberikan

kepada anak melalui murottal bacaan Al-Qur’an dapat dipahami oleh anak dan

juga pemahaman tentang isi kandungan Al-Qur’an tersebut dimasukan kedalam

pembelajaran.46

Dari kegita penelitian diatas dapat dilihat persamaan dan perbedaan

dengan penelitian lain. Persamaan penelitian diatas yaitu sama-sama

membahas pembiasaan berinfaq dan kecerdasan spiritual anak usia dini.

Sedangkan perbedaan penelitian diatas yaitu baik dari segi lokasi penelitian,

judul penelitian dan juga metode penelitian. Sedangkan penelitian ini

membahas tentang pengaruh pembiasaan berinfaq terhadap kecerdasan

spiritual.

Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk

mendeskripsikan pengaruh pembiasaan berinfaq terhadap kecerdasan spiritual

pada anak usia dini di PAUD IT Auladuna 2 Kota Bengkulu.

D. Kerangka Berfikir

Berdasarkan observasi dan identifikasi masalah yang dilakukan oleh

peneliti di PAUD IT Auladuna 2 Kota Bengkulu, peneliti melihat bahwa

46
Nuryati Nuryati, “Pengembangan Kecerdasan Spiritual Pada Anak Usia Dini Melalui
Murottal Bacaan Al Qur’an,” As-Sibyan: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 2, no. 01 (2017): 17–
26.
tingkat keberhasilan dalam pencapaian tujuan suatu kegiatan tersebut.

Terutama dalam proses pendidikan yang mengajrkan anak untuk berinfaq.

Melakukan kegiatan berinfaq kepada anak usia dini penting untuk

dilakukan guna meningkatkan keagamaan dalam dirinya. Berinfaq yaitu

mengeluarkan sebagian dari rezeki yang dimiliki yang diberikan kepada orang

yang membutuhkan, dengan berinfaq membuat orang yang melakukannya

merasa kedamain dalam jiwanya. Dengan demikian, kegiatan berinfaq

berhungan erat dengan kecerdasan spiritual yang dapat mengahadapi dan

memecahkan persoalan nilai dan makna kehidupan.

Maka dari itu peneliti akan melakukan penelitian secara bertahap pada

fenomena yang terjadi dilapangan untuk mengetahui pengaruh kegiatan

berinfaq terhadap kecerdasan anak usia dini di PAUD IT Auladuna 2 Kota

Bengkulu.

Penelitian ini terdiri dari dua variabel, variabel bebas yaitu kegiatan

berinfaq dan variabel terikat yaitu kcerdasan spiritual, variabel-variabel yang

telah dikelompokkan pada kerangka konsep dibentuk menjadi suatu variabel

teoritis sebagai berikut:

Kegiatan Berinfaq Kegiatan Berinfaq

Pengaruh kegiatan
Melatih anak memberi
berinfaq terhadap
manfaat dalam
kecerdasan spiritual
kegiatan berinfaq
anak usia dini

Gambar 2.1. Kerangka Berfikir


E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari hipotesis kerja/alternatif (Ha)

dan hipotesis nihil (Ho). Hipotesis tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Ha : Ada pengaruh antara pembiasaan berinfaq terhadap kecerdasan spiritual

anak usia dini di PAUD IT Auladuna 2 Kota Bengkulu

Ho : Tidak Ada pengaruh antara pembiasaan berinfaq terhadap kecerdasan

spiritual anak usia dini di PAUD IT Auladuna 2 Kota Bengkulu


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dimana menjelaskan

adanya pengaruh dalam suatu fenomena dari sebuah objek penelitian. Untuk

mewujudkan tujuan penelitian tersebut, peneliti menggunakan metode dan

pendekatan yang disesuaikan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian

kuantitatif menggunakan metode penelitian eksperimen yang dapat diartikan

sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali.47 Jenis penelitian

mengenai Pengaruh Kegiatan Berinfaq Terhadap Kecerdasan Spiritual pada

Anak Usia Dini di PAUD IT Auladuna Kota Bengkulu menggunakan metode

penelitian quasi eksperimen, dengan desain eksperimen Pretest-Posttest Group

Design, randomisasi dan perbandingan kedua kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol.48

B. Desain Penelitian

Desain penelitian Kuasi Eksperimen yang dipakai dalam penelitian ini

adalah pretest-posttest control group design. dalam desain ini terdapat dua

kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk

mengetahui keadaan awal, adalah perbedaan antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol.

47
Emzir Emzir, “Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif Dan Kualitatif,” Jakarta:
Rajawali Pers (2013).hlm. 63
48
Saifuddin Azwar, “Metode Penelitian, Edisi I,” Pustaka Pelajar, Yogyakarta (2007).hlm.
118

44
Sebagai rambu-rambu agar penelitian tidak menyimpang dari tujuan yang

telah diterapkan maka penulis membuat desain penelitian.Desain ini

dikembangkan berdasarkan analisis permasalahan kedalam unit-unit penelitian

yang diorganisir secara sistematis sehingga dijadikan pedoman penelitian.

Adapun pola desain penelitiannya sebagai berikut :

Tabel 3.1 Kelas Eksperimen dan Kontrol

Kelompok Partisipasi/Anak Perlakuan


Pretest Posttest
Usia TK IT (Treatmeant)
Kelompok Eksperimen (B1) O1 X O2
Kelompok Kontrol (B3) O1 - O2

Keterangan :

O₁ : Pretest

O₂ : Postest

X : Perlakuan dengan kegiatan berinfaq

C. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD) IT Auladuna 2 Kota Bengkulu dimulai pada tanggal 24 September-24

Oktober 2022.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.49

Populasi dari penelitian ini yaitu anak kelompok B1 dan B3 PAUD IT


49
P D Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan (Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi, R\&d
Dan Penelitian Pendidikan),” Metode Penelitian Pendidikan 67 (2019). hlm. 32
Auladuna 2 Kota Bengkulu yang masing-masing kelas berjumlah 13 orang

anak.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut.50Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling.Purposive sampling adalah teknis

untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan

tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih

representative. Sampel pada penelitian ini adalah anak PAUD IT Auladuna

2 Kota Bengkulu pada kelompok B yaitu B1 berjumlah 13 orang anak dan

B3 berjumlaj 13 orang anak. Berdasarkan pengambilan sampel tersebut

kelompok B1 sebagai kelas eksperimen dan B3 sebagai kelas kontrol.

Dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu kelompok kelas eksprimen

dan kelompok kelas kontrol. Sehingga didapatkan sampelnya 13 orang

kelas control dan 13 orang kelas eksprimen.

Adapun prosedur pengambilan sampel adalah sebagai berikut: (1) dari

jumlah populasi 26 orang anak diberikan tes kecerdasan spiritual, (2)

kemudian dari hasil tersebut disusun berdasarkan data yang rangking, (3)

hasil peringkingan tersebut diberi batas atas 50 % kecerdasan spiritual

berkembang sangat baik (Tinggi) dan batas bawah 50 % kecerdasan

spiritual belum berkembang (rendah). Berdasarkan hasil rangking tersebut

maka masing-masing diambil secara random. Maka komposisi sampel pada

masing-masing kelas B1 dan B3 PAUD IT Auladuna 2 yang dijasikan kelas


50
Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan” (2014). hlm. 80
eksprimen dan control dengan jumlah anak, dapat dirincikan sebagai berikut

; kelas B1 (kelompok eksprimen 13 anak) adalah kelompok perlakuan 50 %

x 13 anak adalah kecerdasan spiritual berkembang sangat baik (Tinggi) 7

anak dan 6 anak kecerdasan spiritual beum berkembang (Rendah). Kelas

B3 (kelas kontrol 13 anak), 50 % x 13 adalah anak yang memiliki

kecerdasan spiritual berkembang sangat baik (Tinggi) 7 anak dan 6 anak

kecerdasan spiritual beum berkembang (Rendah). Berikut adalah komposisi

anggota sampel berdasarkan tempat dan jenis perlakuan dapat dilihat pada

tabel 3.1 dibawah ini.

Tabel. 3.2 Komposisi Anggota Sampel Berdasarkan Tempat Dan


Jenis Perlakuan
Tempat dan Jenis Kelas B1 Kelas B3 Total
Perlakuan Baris
Kecerdasan
Spiritual (BSH)

BSB /Tinggi 7 7 13
BB/Rendah 6 6 13
Total Kolom 13 13 26

E. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk

apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dari

pengertian tersebut, maka dalam penelitian ini variabel yang digunakan

tergolong menjadi dua jenis variabel yaitu:51

51
Dadan Suryana, MetodePenelitian Kualtitatif & Kuantitatif, A Psicanalise Dos Contos de
Fadas. Tradução Arlene Caetano, 2013.
1. Variabel Bebas (Independent Variabel) adalah variabel yang memberi

dampak pada variabel lanin. Simbol dari variabel ini adalah (X).

2. Variabel terikat (Dependent Variabel) adalah variabel yang diberi akibat

oleh variabel bebas. Dalam penelitian kuantitatif, variabel ini adalah

variabel yang menjadi fokus dalam topic penelitian. Simbol dari variabel ini

yaitu (Y).

Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas (X) adalah Berinfaq

2. Variabel Terikat (Y) adalah Kecerdasan Spiritual (SQ)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.52

Tanpa adanya pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan

data yang memenuhi standar data yang diterapkan. Teknik pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini yakni: observasi, wawancara, cheklis, dan

dokumentasi.

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukaan melalui

sesuatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap

keadaan atau prilaku objek sasaran. Menurut Sutrisno Hadi mengemukakan

bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses

52
Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan (Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi, R\&d Dan
Penelitian Pendidikan).” hlm. 124
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang

terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.53

Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi langsung,

maksudnya pengamatan menggunakan pedoman lembar observasi

kecerdasan spiritual dengan dua perbandingan hasil pretest dan posttest pada

anak usia dini di PAUD IT Auladuna 2 Kota Bengkulu.

2. Dokumentasi

Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian ini

menyelidiki benda-benda tertulis seperti profil tempat penelitian, daftar

nama siswa, dan foto-foto dokumentasi yang mendukung penelitian. Metode

ini digunakan peneliti dalam melengkapi data penelitian yang tidak bisa

digali dengan kuesioner (angket) yaitu seperti dokumen tertulis dari

deskripsi tempat penelitian, jumlah siswa akselerasi dan data-data

penunjang yang berkaitan dengan penelitian ini.

G. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian merupakan suatu yang terpenting dan strategi

kedudukan dalam pelaksanaan penelitian, instrument penelitian merupakan

komponen yang sangat penting dalam menjalankan sebiah penelitian dalam

usaha mendapatkan data.Beberapa instrument penelitian yang digunakan untuk

mengukur dan mengumpulkan data.Beberapa instrument penelitian yang

digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan data empiris sebagai variabel

53
Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan (Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi, R\&d Dan
Penelitian Pendidikan).” hlm. 223
yang diteliti. Oleh karena itu, instrument penelitian atau alat ukur penelitian

ada prinsip-prinsip yang harus dipakai dalam mengukur variabel yang diteliti.54

Dapat disimpulkan bahwa instrument merupakan alat bantu yang

digunakan oleh peneliti untuk mempermudah dalam memperoleh data

penelitian. Dalam penelitian ini, penelitian menggunakan instrument penelitian

berupa dua alat bantu untuk mengetahui pengaruh kegiatan berinfaq terhadap

kecerdasan spiritual, yaitu lembar observasi dengan menggunakan ceklis dan

dokumentasi. Dalam pengembangan instrumen kemampuan kecerdasan

spiritual Langkah-langkah yang dilalui adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan definisi konseptual

Kecerdasan konseptual adalah suatu kecerdasan di mana kita berusaha

menyelesaikan masalah-masalah hidup ini berdasarkan nilai-nilai spiritual

atau agama yang diyakini. Kecerdasan spiritual ialah suatu kecerdasan di

mana seseorang berusaha menempatkan tindakan-tindakan dan kehidupan

ke dalam suatu konteks yang lebih luas dan lebih kaya, serta lebih

bermakna. kecerdasan spiritual juga merupakan kecerdasan manusia yang

digunakan untuk berhubungan Tuhannya.55

2. Definisi oprasional

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang dibangun dari dua

kecerdasan, yakni intelektual dan emosional. Orang yang memiliki

kecerdasan spiritual adalah orang yang bisa memecahkan permasalahan

tidak hanya menggunakan rasio dan emosi saja, namun mereka

54
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2019). hal. 54
55
Permadi et al., “Pengembangan Kecerdasan Spiritual Anak Sekolah Dasar.”
menghubungkan dengan makna kehidupan secara spiritual. Kecerdasan

spiritual yang tumbuh sejak dini akan menjadi kekuatan untuk menjadikan

anak yang berani karena keyakinan kepada Tuhan (Allah SWT), optimis,

dan melakukan kebajikan secara terus menerus. Kecerdasan spiritual ini

sangat berpengaruh terhadap pembiasaan berinfaq sehingga dapat

menentukan kecerdasan spiritual berkembang sangat baik (tinggi) atau

belum berkembang (rendah) pada anak PAUD IT Auladuna 2 Kota

Bengkulu.

3. Kisi-kisi instrument (tes)

Kisi-kisi instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

Kegiatan Berinfaq. Data Kegiatan Berinfaq ini diperoleh melalui observasi

kegitan rutinitas berinfaq setiap hari jum’at yang dilakukan diluar kelas.

Lembar pengamatan aktivitas belajar diisi berdasarkan kondisi yang ada.

Pengisiannya dengan cara memberikan tanda ceklis (√ ) pada kolom yang

disediakan sperti tabel dibawah ini:

Tabel 3.3
Kisi–Kisi Lembar Observasi Pembiasaan Berinfaq
Terhadap Kecerdasan Spiritual Anak Usia 5-6
Tahun di TKIT Auladuna 2 Kota Bengkulu
Variabel No Jml
No Aspek Indikator
Penelitian Item Item
1 Kecerdasan Kemampuan Kemampuan anak 1,2 2
Spiritual Bersikap menyesuaikan diri
(SQ) Fleksibel Mengenali, 3,4 2
mengekspresikan
diri serta
membangun
hubungan sosial
secara sehat
2 Kemampuan Memiliki kesadaran 5 1
dalam Tingkat akan Tuhannya
Kesadaran Menahan diri dan 6,7,8,9, 5
yang Tinggi mengelola emosi 10
melakukan
pelanggaran
3 Kemampuan Ikhlas dalam 11 1
untuk menjalankan sesuatu
menghadapi
dan
memanfaatkan
penderitaan
Kesadaran 12,13 2
membangun dirinya
menjadi manusia
yang lebih kuat
4 Kemampuan Memiliki motivasi 14,15 2
untuk untuk mendapatkan
menghadapi kehidupan yang
dan melampaui lebih baik
rasa sakit.
5 Kemampuan Kemampuan untuk 16 1
yang diilhami melihat keterkaitan
oleh visi dan antar makhluk
nilai
6 Keengganan Kesadaran akan 17 1
yang tidak bergantung
menyebabkan dengan orang lain
kerugian
7 Kemampuan Melakukan 18,19 2
untuk melihat perbuatan atau
keterkaitan beramal tanpa
berbagai hal tergantung orang lain

8 Kecenderunga Kesadaran akan 20 1


n untuk Bertanya pada
bertanya guru/ustazd
mengapa dan
bagaimana
Tabel 3.4
Instumen Kamapuan Kecerdasan Spiritual
Pada PAUD IT Auladuna 2 Kota Bengkulu
Nama Anak: Kelas :
No Aspek Item Soal
1 Kemampuan Bersikap a. Anak mudah beradaptasi dengan
Fleksibel lingkungannya
b. Anak mudah berbaur dengan temannya
c. Anak dapat mengahargai pendapat
temanya sendiri
d. Anak berani tampil didepan guru dan
temannya
2 Tingkat kesadaran yang a. Anak mengenal akan Tuhannya
tinggi b. Anak saling berbagi kepada temannya
maupun orang lain
c. anak patuh pada aturan sekolah dan kelas
d. Anak muda memaafkan dan tidak saling
bertengkar dengan temannya
e. Anak menyimak apa yang disampaikan
oleh gurunya
f. Anak mengerjakan tugas sesuai dengan
arahan
3 Kemampuan menghadapi a. Anak berlatih ikhlas dalam melakukan
penderitaan atau mengerjakan sesuatu
b. Anak saling membantu temannya jika
ada kesulitan
c. Anak berani meminta maaf terlebih
dahulu jika ada salah
4 Kemampuan untuk a. Anak berdoa sebelum dan sesudah
menghadapi dan mengerjakan aktifitas
melampaui rasa sakit b. Anak mengerjakan salat duha setiap pagi
sebelum belajar
5 Kemampuan yang diilhami a. Anak berlatih sabar dalam melakukan
oleh visi dan nilai aktifitas kegiatan yang dilakukan
disekolah
6 Keengganan yang a. Anak mampu melakukan kegiatan yang
menyebabkan kerugian diajarkan oleh guru dengan mandiri
7 Kemampuan untuk melihat a. Anak melakukan pekerjaan sendiri tanpa
keterkaitan berbagai hal orang lain
b. anak memberikan apa dia miliki kepada
temannya
8 Kecenderungan untuk a. Anak bertanya kepada gurunya jika ada
bertanya mengapa dan yang tidak mengerti
bagaimana
Keterangan :

 4 : Berkembang Sangat Baik (BSB)

 3 : Berkembang Sesuai Harapan (BSH)

 2 : Mulai Bekembang (MB)

 1 : Belum Berkembang (BB)

H. Teknik Analisis Data

Analisis data diartika upaya data yang sudah tersedia kemudia diolah

dengan statistic dan dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah dalam

penelitian. Dengan demikian teknik analisis data dapat diartikan sebagai cara

melaksanakan analisis terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut

untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Rum Test. Jika jumlah sampel < 40 maka menggunakan

aturan table harga-harga kritis r dalam test run, α = 5% dan jika sampel > 40

maka menggunakan rumus z.

r−μᵣ
z=
σᵣ

µᵣ=
( 2nn +n₁ n₂₂ )−0 ,5
1

σᵣ=
√ 2 n ₁n ₂(2 n ₁ n ₂−n ₁−n₂)
(n₁+ n₂)²(n ₁+n ₂−1)

Keterangan :

𝑛1 = Setengah dari Jumlah Sampel (N).

𝑛2 = Setengah dari Jumlah Sampel (N).


µ𝑟 = Harga (Mean).

σ𝑟 = Simpangan Baku.

r = Jumlah Run.

I. Teknik Validitas dan Reabilitas

1. Uji Validitas Data

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

validitas atas kesahihan suatu instrumen.56 Sebelum mengukur validitas,

angket perlu diuji cobakan dan hasilnya dicari secara matematis dengan

menggunakan rumus korelasi product moment adalah sebagai berikut:57

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua

variabel yang dikorelasikan.

N = Jumlah responden

ƩXY = Jumlah perkalian X dan Y.

(Ʃx)2 = Kuadrat dari X.

(Ʃy)2 = Kuadrat dari Y.58

Langkah pengujian uji validitas dilakukan menggunakan SPSS 29

dengan melihat hasil output dari ujivaliditas dengan taraf signifikat 5%.

56
Permadi et al., “Pengembangan Kecerdasan Spiritual Anak Sekolah Dasar.”hlm.22
5726
Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik” (2013).hlm 162
58
Berdasarkan hasil uji coba, diperoleh hasil bahwa skala kecerdasan

spiritual bagian eksperimen yang terdiri dari 10 butir item, terdapat 8 butir

item yang valid sedangkan 2 butir item lainnya tidak valid. Item dinyatakn

valid dalam variabel kecerdasan spiritual anak usia dini koefisien validitas >

0,553 taraf siginifikasi 5% dengan ketentuan bila rₕ > rₜ maka item

dinyatakan valid. Hasil uji coba variabel karakter disiplin anak dilihat dala,

tabel:

Tabel 3.5
Uji Validitas Variabel Kecerdasan Spiritual Eksperimen
No rₕ rₜ Keterangan
1 0,675 0,388 Valid
2 0,442 0,388 Valid
3 0,217 0,388 Tidak Valid
4 0,601 0,388 Valid
5 0,614 0,388 Valid
6 0,658 0,388 Valid
7 0,556 0,388 Valid
8 0,548 0,388 Valid
9 0,127 0,388 Tidak Valid
10 0,088 0,388 Tidak Valid
11 0,349 0,388 Tidak Valid
12 0,312 0,388 Tidak Valid
13 0,698 0,388 Valid
14 0,793 0,388 Valid
15 0,660 0,388 Valid
16 0,760 0,388 Valid
17 0,349 0,388 Tidak Valid
18 0,353 0,388 Tidak Valid
19 0,276 0,388 Tidak Valid
20 0,027 0,388 Tidak Valid

Berdasarkan hasil uji coba, diperoleh hasil bahwa skala kecerdasan

spiritual yang terdiri dari 10 butir item, terdapat seluruh item valid. Item

dinyatakan valid dalam variable kecerdasan spiritual anak usia dini


koefisien validitas > 0,388 taraf signifikan 5% dengan ketentuan r>r maka

item dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrumen tersebut sudah baik. Apabila datanya memang benar sesuai

dengan kenyataannya, maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama.

Reliabel artinya dapat dipercaya/diandalkan. Setelah diketahui validitas

masing-masing item, maka dilanjutkan mencari tingkat reliabilitas suatu

angket dimana peneliti menggunakan perhitungan dengan metode belah dua,

yaitu dari seluruh jumlah item angket yang telah dinyatakan valid dibagi

dua, nomor item ganjil (X) dan item genap (Y). Sedangkan untuk mengukur

tingkat reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari

Spearman Brown (split half).

Untuk mencari reliabilitas angket, terlebih dahulu kita mencari

koefisien korelasi antara item kelompok ganjil (X) dengan item kelompok

genap (Y) yaitu dengan menggunakan rumus product moment. setelah itu

dicari hasil reliabilitasnya menggunakan rumus alpha.

Keterangan:

r 11 : Realiabilitas instrumen

k : Banyaknya soal
𝑏2 : Jumlah varians butir

𝑟2 : Varians total59

Langkah pengujian uji reliabilitas dilakukan menggunakan SPSS 25

dengan melihat hasil output dari uji reliabilitas dengan taraf signifikasi 5%.

Berdasarkan analisis menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan

bantuan SPSS versi 25 for Windows, diperoleh hasil untuk reliabilitas skala

Karakter kedisiplinan dengan koefisien sebesar 0,770.

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 26 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 26 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Berdasarkan asumsi dasar suatu konstruk atau variabel dikatakan

reliabilitas dinyatakan reabel jika memberikan nilai Cronbach Alpa> 0,600.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.761 20

J. Teknik Pengolahan Data

Uji persyaratan dapat dibedakan atas beberapa jenis, yaitu nomalitas data

dan uji homogenitas data. Adapun langkah statistik yang digunakan untuk

metode eksperimen dengan menggunakan pretest dan posttest adalah sebagai

berikut:

1. Mencari rata-rata nilai tes awal

2. Mencari rata-rata nilai akhir


59
Arikunto, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.” hlm. 173
Adapun analisis uji persyaratan yang dipakai dalam penelitian ini

meliputi uji normalitas dan uji homogenitas, yakni sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitaian

berdistribusi normal atau tidak. Data normal merupakan syarat mutlak

sebelum melakukan analisi statistic parametik (uji paired sampel T test dan

uji independent sampel T test. Dalam statistic parametik ada 2 macam uji

normalitas yang sering dipakai yakni uji Kolmogorov-smirnov dan uji

Shapiro-wilk.

2. Uji Homogentis

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu varians

(keberagaman) data dari dua atau kelompok bersifat homogen (sama) atau

heterogen (tidak sama). data yang homogen merupakan salah satu syarat

(bukan syarat mutlak dalam uji independen sampel t test. Dalam penelitian

ini uji homogeny digunakan untuk mengetahui apakah varians data Pasca-

Observasi kelas eksperimen (pengaruh pembiasaan berinfaq terhadap

kecerdasan spiritual) dan data Peska-Obervasi kelas kontrol (Konvesional)

bersifat homogen atau tidak.

3. Pengujian Hipotetis

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini penulis menggunakan

rumus t dalam program IBM SPSS Statistik 25. Adapun pengambilan

keputusan dalam uji t test ini adalah dengan melihat probabilitas ,0,005.

dasar pengambilan keputusan:


a. Jika nilai sig <0,05, atau t hitung > t tabel maka terdapat pengaruh yang

signifikan antara pembiasaan berinfaq terhadap kecerdasan spiritual

anak.

b. Jika nilai sig >0,05, atau t hitung < t tabel maka tidak terdapat pengaruh

yang signifikan antara pembiasaan berinfaq terhadap kecerdasan spiritual

anak
BAB IV

DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

A. Hasil Penelitian

Hasil data penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang

karakteristik data yang diperoleh. Data penelitian yang disajikan dalam bab ini

adalah berkaitan dengan variabel pembiasaan berinfaq dan terhadap kecerdasan

spiritual siswa. Penelitian ini menggunakan desain faktorial 2 x 2 dengan

Anava dua jalur, dengan variabel pembiasaan berinfaq dibatasi kecerdasan

spiritual. Setelah dilakukan penelitian mengenai kecerdasan spiritual anak usia

5-6 tahun di PAUD Auladuna 2 Kota Bengkulu. Melalui pembiasaan berinfaq.

Maka didapatkanlah hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu sebagai

berikut :

1. Hasil Pengolahan Data Kegiatan Berinfaq

Pada penelitian ini akan memaparkan hasil pengolahan data kegiatan

berinfaq pada kelompok eksperimen dan control. Berikut ini tabel pretest

dan posttest hasil dari kegiatan berinfaq antara kelompok eksperimen dan

kontrol dapat dilihat dari tabel berikut:

Keterangan:

B : Berinfaq

TB : Tidak Berinfaq

Jumlah run : jumlah keseluruhan nilai anak (kelas eksperimen dan

kontrol)

Run : jumlah bilangan run setelah diurutkan

61
N : jumlah anak

n₁ : jumlah anak kelas eksperime

n₂ : jumlah anak kelas kontrol

rₖ : harga krisis r dalam test run satu sampel untuk

rb : harga krisis r dalam test run dua sampel untuk

peluang B : hasil penjumlahan dari anak yang dinyatakan

peluang TB : hasil penjumlahan dari anak yang dikatakan tidak berinfaq

Tabel 4.1
Hasil Hari 1 Pre-test Eksperimen dan Kontrol

No Nama Siswa Eksperimen NO Nama Siswa Kontrol


1 Arkha TB 14 Faizan B
2 Atha TB 15 Arsha B
3 Afiya TB 16 Nasya TB
4 Aftar B 17 Adiba TB
5 Iim B 18 Chelsi TB
6 Jihan B 19 Hanna B
7 Arsa TB 20 Khayla B
8 Lala B 21 Gaza TB
9 Hanin B 22 Athar TB
10 Hanifah B 23 Umar TB
11 Razqa TB 24 Rafa TB
12 Fathan TB 25 Hanum B
13 Syakila B 26 Zahra B

Jumlah run = TB TB TB B B B TB B B B B TB B B B B B TB B B TB TB
TB TB B B
= 10
N = 26; n₁ = 13 n₂ = 13
rₖ = 5 rb= 25

Jumlah run 10 ternyata terikat pada angka 5 s/d 25 yaitu pada daerah

Ho. Jadi, Ho diterima dan Ha ditolak.


13
Peluang B = × 100 %=50 %
26

13
Peluang TB = × 100 %=50 %
26

Tabel 4.2
Hari ke 1 Posttest Eksperimen dan Kontrol

No Nama Siswa Eksperimen N Nama Siswa Kontrol


O
1 Arkha TB 14 Faizan TB
2 Atha B 15 Arsha TB
3 Afiya TB 16 Nasya B
4 aftar TB 17 Adiba B
5 Iim B 18 Chelsi TB
6 Jihan B 19 Hanna TB
7 Arsa TB 20 Khayla B
8 Lala B 21 Gaza B
9 Hanin B 22 Athar B
10 Hanifah B 23 Umar TB
11 Razqa B 24 Rafa TB
12 Fathan TB 25 Hanum B
13 Syakila TB 26 Zahra B

Jumlah run = TB B TB TB B B TB B B B B TB TB TB TB B B TB TB B B

B TB TB B B

= 12

N = 26; n₁ = 13 n₂ = 13

rₖ = 5 rb= 25

jumlah run 12 ternyata terikat pada angka 5 s/d 25 yaitu pada daerah Ho.

Jadi, Ho diterima dan Ha ditolak.

14
Peluang B = × 100 %=53 , 84 %
26
12
Peluang TB = × 100 %=46 , 15 %
26

Tabel 4.3
Hari ke 2 Posttest Eksperimen dan Kontrol

No21 Nama Siswa Eksperimen N Nama Siswa Kontrol


O
1 Arkha B 14 Faizan TB
2 Atha B 15 Arsha TB
3 Afiya B 16 Nasya B
4 Aftar TB 17 Adiba B
5 Iim TB 18 Chelsi TB
6 Jihan B 19 Hanna TB
7 Arsa B 20 Khayla B
8 Lala B 21 Gaza B
9 Hanin TB 22 Athar B
10 Hanifah B 23 Umar TB
11 Razqa B 24 Rafa TB
12 Fathan TB 25 Hanum B
13 Syakila TB 26 Zahra B

Jumlah run = B B B TB TB B B B TB B B TB TB TB TB B B TB TB B B

B TB TB B B

= 11

N = 26; n₁ = 13 n₂ = 13

rₖ = 5 rb= 25

Jumlah run 11 ternyata terikat pada angka 5 s/d 25 yaitu pada daerah Ho.

Jadi, Ho diterima dan Ha ditolak.

15
Peluang B = × 100 %=57 , 69 %
26

11
Peluang TB = × 100 %=42 , 30 %
26
Tabel 4.4
Hari ke 3 Posttest Eksperimen dan Kontrol

No21 Nama Siswa Eksperimen N Nama Siswa Kontrol


O
1 Arkha B Faizan B
2 Atha B Arsha B
3 Afiya B Nasya B
4 Aftar B Adiba B
5 Iim B Chelsi B
6 Jihan B Hanna B
7 Arsa B Khayla B
8 Lala B Gaza B
9 Hanin B Athar B
10 Hanifah B Umar B
11 Razqa TB Rafa TB
12 Fathan B Hanum TB
13 Syakila B Zahra TB

Jumlah run = B B B B B B B B B B TB B B B B B B B B B B B B TB TB

TB

=4

N = 26; n₁ = 13 n₂ = 13

rₖ = 5 rb= 25

Jumlah run 4 ternyata terikat pada angka 5 s/d 25 yaitu pada daerah Ha.

Jadi, Ha diterima dan Ho ditolak.

22
Peluang B = × 100 %=84 , 61 %
26
4
Peluang TB = × 100 %=15 ,38 %
26

Tabel 4.5
Hasil Pretest dan Posttest Kegiatan Berinfaq Kelompok Eksperimen

No Kegiatan Berinfaq Pretest Posttest Gain


1 Minggu ke 1 50 53,84 3,84
2 Minggu ke 2 50 57,69 7,69
3 Minggu ke 2 50 84,61 34,61

Dari data diatas diketahui bahwa hasil dari pretest dan protest
kegiatan berinfaq pada anak usia dini di PAUD IT Auladuna 2 Kota
Bengkulu pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan.

90
80
70
60
50
Pretest
40 Posttest
30 Gain
20
10
0
Minggu ke Minggu ke Minggu ke
1 2 3

Gambar 4.1
Data Pretest Dan Protest Kegiatan Berinfaq Pada Kelompok
Eksperimen

Tabel 4.6
Hasil Pretest dan Prottest Kegiatan Berinfaq Kelompok Kontrol

No Kegiatan Berinfaq Pretest Posttest Gain


1 Minggu ke 1 50 46,15 3,85
2 Minggu ke 2 50 42,30 7,7
3 Minggu ke 3 50 15,38 34,62

Dari data diatas diketahui bahwa hasil dari pretest dan protest kegiatan
berinfaq anak usia dini di PAUD IT Auladuna 2 Kota Bengkulu pada
kelompok kontrol mengalami penurunan.

60

50

40
Pretest
30
Posttest
20 Gain

10

0
Minggu ke 1 Minggu ke 2 Minggu ke 3

Gambar 4.1
Data Pretest Dan Protest Kegiatan Berinfaq Pada Kelompok Kontrol

2. Hasil Skor Pree-Treatment Dan Post-Treatment Anak Kelas


Eksperimen (Kelompok B1)
Tabel 4.7
Hasil Skor Pree-Treatment Dan Post-Treatment Anak Kelas
Eksperimen
Nilai Nilai
No. Nama
Pree-Treatment Post-Treatment
1 Arkha 34 36
2 Atha 28 38
3 Afiya 31 33
4 Aftar 31 44
5 Iim 28 49
6 Jihan 28 49
7 Arsa 32 46
8 Lala 24 44
9 Hanin 27 35
10 Hanifah 33 41
11 Razqa 31 45
12 Fathan 28 33
13 Syakila 30 40
Jumlah Skor 385 533

Mean Pree-Treatment : X =
∑ skor = 385 =29 , 6
N 13

Mean Post-Treatment : X =
∑ skor = 533 =41
N 13

3. Hasil Skor Pree-Treatment Dan Post-Treatment Anak Kelas Kontrol


(Kelompok B3)
Tabel. 4.8
Hasil Skor Pree-Treatment Dan Post-Treatment Anak Kelas Kontrol

Nilai Nilai
No. Nama
Pree-Treatment Post-Treatment
1 Faizan 30 34
2 Arsha 29 36
3 Nasya 24 33
4 Adiba 25 34
5 Chelsi 29 36
6 Hanna 29 38
7 Khayla 33 38
8 Gaza 26 41
9 Athar 29 41
10 Umar 33 44
11 Rafa 31 45
12 Hanum 28 33
13 Zahra 30 40
Jumlah Skor 376 493

Mean Pree-Treatment : X =
∑ skor = 376 =29
N 13

Mean Post-Treatment : X =
∑ skor = 493 =38
N 13
4. Deskripsi data kecerdasan spiritual siswa sebelum anak mengikuti
kegiatan berinfaq.
Tabel 4.9
Distribusi Kecerdasan Spiritual Siswa Sebelum Anak Mengikuti Infaq

Kegiatan Berinfaq N Mean Std. Deviation Std. Error Mean


Kecerdasan_Spiritual 13 18.9000 2.91818 .65253
7 20.5000 2.73861 1.11803

Hasil pengumpulan data kecerdasan spiritual siswa sebelum anak

mengikuti teknik debat menggunakan program SPSS 25 dilanjutkan dengan

perhitungan statistik diperoleh rentang nilai antara 7 sampai dengan 13,

harga Mean anak yang berinfaq sebesar 18.9000; Standar Deviasi sebesar

2.91818, harga tersebut belum menunjukkan bahwa sebagian anak TKIT

Auladuna 2 Kota Bengkulu memiliki kesadaran berinfaq belum berkembang

sesuai harapan untuk lebih jelas dapat dilihat dalam histogram seperti

berikut ini.

Gambar 4.3.
Histogram kecerdasan spiritual siswa sebelum anak melakukan kegitan
berinfaq
5. Deskripsi data kecerdasan spiritual siswa sesudah anak mengikuti
kegiatan berinfaq
Tabel 4.10
Distribusi kecerdasan spiritual siswa sesudah anak mengikuti kegiatan
berinfaq

Std. Std. Error


Kegiatan Berinfaq N Mean
Deviation Mean
20 19.2500 1.33278 .29802
Kecerdasan_Spiritual
8 20.8333 2.04124 .83333

Hasil pengumpulan data keterampilan berbicara siswa sesudah anak


mengikuti kegiatan berinfaq menggunakan program SPSS 25 dilanjutkan
dengan perhitungan statistik diperoleh rentang nilai antara 7 sampai dengan
13, harga Mean anak yang mengikuti teknik debat sebesar 19.2500; Standar
Deviasi sebesar 1.33278, harga tersebut sudah menunjukkan bahwa
sebagian anak TKIT Auladuna 2 memiliki kecerdasan spiritual sudah
berkembang sesuai harapan untuk lebih jelas dapat dilihat dalam histogram
seperti berikut ini:

Gambar4.4
Histogram kecerdasan spiritual siswa sesudah anak mengikuti infaq

6. Deskripsi data Pengaruh Kegiatan Berinfaq Terhadap Kecerdasan


Spiritual Anak Usia Dini di PAUD IT Auladuna 2 Kota Bengkulu
Tabel 4.11
Pengaruh Kegiatan Berinfaq Terhadap Kecerdasan Spiritual Anak
Usia Dini di PAUD IT Auladuna 2 Kota Bengkulu

X Y X² Y² XY x y
34 36 1156 1296 1224 4,4 -5
28 38 784 1444 1064 -1,6 -3
31 33 961 1089 1023 1,4 -8
31 44 961 1936 1364 1,4 3
28 49 784 2401 1372 -1,6 8
28 49 784 2401 1372 -1,6 8
32 46 1024 2116 1472 2,4 5
24 44 576 1936 1056 -5,6 3
27 35 729 1225 945 -2,6 -6
33 41 1089 1681 1353 3,4 0
31 45 961 2025 1395 1,4 4
28 33 784 1089 924 -1,6 -8
30 40 900 1600 1200 0,4 -1
385 533 11493 22239 15764 0,2 0

Berdasarkan tabel diatas, maka langkah selanjutnya adalah data tersebut

dimasukan kedalam rumus t-test. Adapun perhitungannya adalah:

1. Mean X dan Y

Mean Pree-Treatment : X =
∑ skor = 385 =29 , 6
N 13

Mean Post-Treatment : X =
∑ skor = 533 =41
N 13
2. Varian variabel S1² dan S2²
a. Mencari varian S1² yaitu simpangan baku nilai pree-treatmeant
S1² = S1 x S1
= 2,6 x 2,6 = 6,76
b. Mencari varian S2² yaitu simpangan baku nilai post-treatmean
S2² = S2 x S2
= 5,3 x 5,3 = 28,3
3. Uji Homogenitas
varian terbesar 28 , 3
F= = = 4,18
varian terkecil 6 ,76
4. Mencari interpretasi terhadap “r”
N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
rxy =r =
√¿¿¿
13.15764−( 385 ) .(533)
=
√(13.11493−(385)²)(13.22293−( 533 ) ) 2

204932−205205
=
√(149409−148225)(289068−284089)
204932−205205
=
√(1184)(4979)
−273
=
√5895136
−273
= = - 0,11
2472 ,9
5. Uji hipotesis data

Ha= Terdapat pengaruh kegiatan berinfaq terhadap kecerdasan spiritual

anak usia dini di PAUD IT Auladuna 2 Kota Bengkulu

Ho= Tidak terdapat pengaruh kegiatan berinfaq terhadap kecerdasan

spiritual anak usia dini di PAUD IT Auladuna 2 Kota Bengkulu

X 1− X 2
t=
√ S 1² S 2²
+
n1 n2
−2 r
( √SN11 )( √SN22 )
29 , 6−41
=
√ 6 , 76 28 , 3
13
+
13
−2.(−0 ,11)

−11, 4
2,6
√ 13( )( ) 5,3
√ 13

=
√ 6 , 76 28 , 3
13
+
13
−2.(−0 ,11)

−11 , 4
2,6
√ 13( )( √513, 3 )
=
√ 0 ,52+2 , 17−(−0 , 22) ( 23 ,, 66 )( 35 ,3,6 )
−11 , 4
=
√2 , 69− (−0 , 22 ) .(0 ,72.1 , 47)
−11, 4
=
√2 , 91.1,0584
−11, 4 −11, 4
= = = 6,51
√3,079944 1 ,75
Dapat dilihat tabel diatas bahwa Nilai t diatas selanjutnya dibandingkan

dengan dk = N1+N2 – 2 = 13 + 13 – 2 = 24 dengan dk 24, dan bila taraf

kesalahan di tetapkan sebesar 0,05% maka ttabel = 3,526 dengan demikian thitung

> ttabel (6,51 > 3,526) yang berarti hipotesis kerja (Ha) dalam penelitian ini

diterima, yaitu terdapat pengaruh kegiatan berinfaq terhadap kecerdasan

spiritual anak usia dini di PAUD IT Auladuna 2 Kota Bengkulu.

Berdasarkan data diatas, maka dapat dikategorikan kcerdasan spiritual

anak usia dini di PAUD IT Auladuna 2 Kota Bengkulu dapat dilihat pada data

tabel dibawah ini:

1. Hasil Normalitas

Tabel 4.12
Hasil Uji Normalitas
Test of Normality Kecerdasan Spiritual

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelas Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Perkembangan Pre test Kelas
.183 13 .200* .954 13 .663
Kecerdasan spiritual Eksperimen
Post-Test Kelas
.214 13 .106 .923 13 .277
Eksperimen
Pre-Test Kelas
.204 13 .144 .939 13 .449
Kontrol
Post-Test Kelas
.128 13 .200* .952 13 .628
Kontrol
Berdasarkan output diatas diketahui nilai signitifasi (Sig) untuk semua

data baik pada uji Kolmogorov-Smirnov maupun uji Shapiro-wilk >0,05,

maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian berdistribusi Normal.

2. Hasil Homogenitas

Tabel 4.13
Test of Homogeneity Vaniance Kecerdasan spiritual
Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Hasil Perkembangan Based on Mean .402 1 24 .532
Kecerdasan spiritual Based on Median .307 1 24 .585
Based on Median and
.307 1 23.318 .585
with adjusted df
Based on trimmed
.297 1 24 .591
mean

Berdasarkan output diatas diketahui nilai signitifasi (Sig) Based on

Mean adalah sebesar 0,532> 0,05 sehingga dapat disimpulakan bahwa

varians data Pasca-Observasi kelas eksperimen dan data Pasca-Observasi

kelas kontrol adalah sama atau Homogen.

B. Analisis Data

Untuk menganalisis hasil penelitian kecerdasan spiritual apakah

mengalami peningkatan yang signifikan atau tidak digunakan uji t-tes sebagai

berikut:

1. Data uji t-test I dan II Kecerdasan Spiritual


Tabel 4.14
Data uji t-tes pertemuan I dan II Kecerdasan Spiritual

HASIL
N 13
MD -7
T-test 5, 511
T-tabel 1,746

Dari hasil perhitungan uji t taraf signifikan 95 % dan derajat

kebiasaan (db) = 16 diperoleh T-test = 5, 511 dan T-tabel = 1,746 karena T-

test > T-tabel maka hipotesis nol (Ho) ditolak, dilain pihak hipotesis

alternatif (Ha) diterima. Berarti terdapat perbedaan habituasi berinfaq pada

pertemuan 1 dengan nilai-rata-rata dan pertemuan 2 dengan nilai 75.

Pembiasaan berinfaq dapat mempengaruhi kecerdasan spiritual di PAUD IT

Auladuna 2 Kota Bengkulu.

2. Data uji t-test pertemuan II dan III Kecerdasan Spiritual

Tabel 4.15
Data uji t-tes pertemuan II dan III Kecerdasan Spiritual

HASIL
N 13
MD -20
T-test 23,076
T-tabel 1,746

Dari hasil perhitungan uji t taraf signifikan 95 % dan derajat kebiasaan

(db) = 16 diperoleh T-test = 23, 076 dan T-tabel = 1,746 karena T-test > T-

tabel maka hipotesis nol (Ho) ditolak, dilain pihak hipotesis alternatif (Ha)

diterima. Berarti terdapat perbedaan habituasi berinfaq pada pertemuan II

dengan nilai-rata-rata dan pertemuan III dengan nilai 75. Pembiasaan

berinfaq dapat mempengaruhi kecerdasan spiritual di PAUD IT Auladuna 2

Kota Bengkulu.
Tabel 4.16
Uji T test Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Confidence
Sig. Std.
Interval of the
(2- Mean Error
Difference
taile Differen Differen
F Sig. t df d) ce ce Lower Upper
Hasil Equal
Kecerdas varianc
- ,26 -
an es ,402 ,532 24 -2,308 2,027 1,875
1,139 6 6,491
spiritual assume
d
Equal
varianc
- 23,1 ,26 -
es not -2,308 2,027 1,884
1,139 23 7 6,499
assume
d

Berdasarkan hasil perhitungan SPSS 22 dengan cara membandingkan

antara kecerdasan spiritual anak usia dini kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol dengan menggunakan Uji Independen Sampel t-test. Dari

tabel diatas diketahui bahwa nilai uji Independen Sampel t-test thitung sebesar

-1,139 dan ttabel sebesar 3,526. Karena nilai thitung> ttabel atau nilai p>0,05

maka dikatakan ada perbedaan rata-rata antara kecerdasan spiritual anak

usia dini kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Artinya ada

pengaruh kegiatan berinfaq terhadap kecerdasan spiritual anak usai dini di

PAUD IT Auladuna 2 Kota Bengkulu

C. Hasil Pembahasan
Pada pembahasan ini akan diuaraikan hasil penelitian yang berkaitan

dengan pengaruh kegiatan berinfaq terhadap kecerdasan spiritual anak dalam


mengenal amalan-amalan yang dikerjakan dalam islam dan memahami

beberapa perintah yang harus dikerjakan sesuai dengan ajaran Allah Swt sejak

dini.

Berinfaq termasuk amal saleh yang diajurkan dalam ajaran islam. Infaq

memilki banyak keutamaan dan manfaat. Infaq memudahkan umat muslim

menyelenggarakan suatu kegiatan keislaman dilingkungan sekitar ataupun

kepentingan dakwah. Infaq menunjukkan solidaritas sesama muslim.

Contohnya, berinfaq untuk pembangunan masjid atau madrasah. Infaq

termasuk perbuatan yang mulia. Oleh karena itu, setiap muslim diharapkan

memberikan yang terbaik dan ikhlas dalam beramal saleh.

Infaq adalah perintah Allah Swt. kepada hamba-Nya yang beriman agar

menyisihkan sebagian hartanya untuk kepentingan dan kemajuan dakwah.

Sewajarnya seorang hamba menaati segala perintah-Nya. Orang-orang yang

enggan menginfaqkan sebagian hartanya dijalan Allah Swt. akan mendapat

hukuman dari Allah Swt. sebab itulah mengajarkan anak berinfaq sejak dini

akan membuat anak terbiasa hingga dia besar untuk saling berbagi dengan

orang-orang yang kurang mampu dari kita.

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang dibangun dari dua

kecerdasan, yakni intelektual dan emosional. Orang yang memiliki kecerdasan

spiritual adalah orang yang bisa memecahkan permasalahan tidak hanya

menggunakan rasio dan emosi saja, namun mereka menghubungkan dengan

makna kehidupan secara spiritual. Kecerdasan spiritual yang tumbuh sejak dini
akan menjadi kekuatan untuk menjadikan anak yang berani karena keyakinan

kepada Tuhan (Allah SWT), optimis, dan melakukan kebajikan secara terus

menerus. Pada anak usia dini pengembangan kecerdasan spiritual merupakan

suatu keniscayaan, sebab potensi untuk memahami hakikat diri telah dibawa

anak sejak lahir didalam islam disebut Fitrah dan didalam psikologi disebut

dengan potensi spiritual.

Pembiasaan berinfaq sangat berpengaruh terhadap kecerdasan spiritual,

dimana kegiatan melakukan infaq akan mengembangkan potensi kehidupan

yang mendalam bagi anak dengan mempunyai jiwa yang selalu positif sesama

manusia juga untuk menemukan tujuan hidup melalui agama, orangtua dapat

membimbing kepada anak-anaknya agar mempunyai kesadaran agama yang

baik. Hal penting yang harus dilakukan orangtua adalah memperdalam

pemahaman terhadap ajaran agama. Bukan sekedar taat dalam beragama,

namun tanpan dibarengi kalau belum memahami ajaran agama dengan baik.

Dengan demikian dengan mengajarkan infaq sejak dini anak akan menemukan

tujuan hidup yang jelas dan akan terus berjuang dengan senang hati dalam

keyakinannya. Karena melakukan ini akan merasakan kebahagiaan yang cukup

mendalam bagi anak maupun yang lainnya.

Dari hasil penelitian diatas sesuai dengan data-data yang dikumpulkan

bahwa adanya pengaruh kegiatan berinfaq yang dilaksanakan setiap hari jum’at

terhadap kecerdasan spiritual dengan menghungkan kegiatan-kegiatan lain

sebelum berinfaq seperti shalat dhuha berjama’ah, solawatan, senam, lalu

melakukan pembiasaan berinfaq.


Adapun temuan-temuan penelitian dan analisis data dari pelaksnaan

intervensi tindakan lapangan, dan ternyata menunjukkan adanya peningkatan

yang signifikan terhadap kecerdasan spiritual melalui pembisaan berinfaq,

maka Langkah selanjutnya, peneliti mengadakan uji efektifitas lapangan

dengan pembiasaan berinfaq.

Deskripsi data pemberian treatment dilaksanakan di kelas B1 dan B3

dengan jumlah anak 26 orang, penelitian dibantu oleh guru kelas B1 dan B3

karena peneliti bertindak sebagai mahasiswa. Sedangkan untuk kelancaran

pelaksanaan treatment dibantu oleh kolaborator 1 dan 2 yaitu guru kelas B1

dan B3.

Pemberian treatmen dalam pembelajaran dengan menggunakan

pembisaan berinfaq setiap hari jum’at dengan pembisaan sholat, do’a,

sholawat, senam terlebih dahulu kemudian baru berinfaq. Pelaksanaan

pembelajaran selama treatmen direkam atau didukumntasikan dengan foto atau

video kegiatan.

D. Keterbatasan Penelitian

Berbagai upaya telah banyak dil+akukan untuk menjaga kemurnian

hasil penelitian ini, namun mengingat adanya keterbatasan biaya dan waktu

maka, terdapat faktor yang sulit dikendalikan pada saat melakukan

eksperimen. Adapun faktor tersebut adalah:

1. Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kuasi eksperimen yang

berbeda dengan penelitian eksperimen sesungguhnya (tru experiment)

variabel bebas tidak dapat dikontrol secara ketat sebagaimana halnya


penelitian eksperimen murni di laboratriom. Penelitian ini cendrung

berubah-ubah dan sangat terbuka terhadap pengaruh berbagai faktor

yang ada.

2. Penelitian dilakukan di PAUD IT Auladuna kelompok B1 dan B3

dengan menggunakan metode eksperimen dengan rancangan grup faktorial

2 x 2 dengan jumlah sampel 26 yang dijadikan kelas eksperimen dan

kontrol dengan jumlah dapat dirincikan sebagai berikut; (1) Kelpmpok B1

(kelompok eksperimen 13 anak) adalah kelompok perlakuan pembelajaran

berinfaq 50 % x 13 anak adalah 7 anak memiliki kemamapuan

kecerdasan spiritual tinggi dan 6 anak berintelegensi rendah. (2)

PAUD IT Auladuna 2 kelompok B3 (kelas kontrol 13 anak), menggunakan

pendekatan pembelajaran berbasis kelompok 50 % x 13 adalah anak yang

memiliki intelegensi tinggi 7 anak, anak dan yang memiliki intelegensi

rendah 6 anak, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi

kepada semua PAUD Kelompok B di segala kelompok.

3. Pada usia PAUD belum dapat diprediksi tingkat kesetabilan kecerdasan

spiritual maka pengukuran yang dilakukan dimungkinkan mengalami

keterbatasan bila dibandingkan pada peserta didik berusia dewasa.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan, analisis data, pengujian hepotesis, dan

pembahsan temuan penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:


1. Pembiasaan berinfaq dapat mempengaruhi kemamapuan kecerdasan

spiritual (SQ) pada anak usia dini di PAUD IT Auladuna 2 Kota Bengkulu

terlihat dari program SPSS 25 bahwa harga Mean anak yang memiliki

kesadaran berinfaq sebesar 19.2500; Standar Deviasi sebesar 1.33278, harga

tersebut sudah menunjukkan bahwa sebagian anak PAUD IT Auladuna 2

memiliki kesadaran berinfaq sudah berkembang dengan baik dapat dilihat

dari kelas eksprimen dan kelompok kelas kontrol. Sehingga didapatkan

sampelnya 13 orang kelas control dan 13 orang kelas eksprimen.

2. Hasil yang dicapai dalam pembiasaan berinfaq sangat berpengaruh terhadap

kecerdasan spiritual pada Anak Usia dini Di PAUD IT Auladuna Kota

Bengkulu. Hal ini dibuktikan dengan perbedaan peningkatan nilai rata-rata

anak dan persentase setiap pertemuan meingkat serta dibuktikan pula

dengan uji t adanya perbedaan yang sangat signifikan pada kecerdasan

spiritual sebesar α : -6,51 < taraf signifikan 0,05. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa bahwa Ha diterima dan Ho ditolak artinya pada

kecerdasan spiritual spiritual dimana T-test pertemuan I dan II = 5, 511 dan

pertemuan II dengan III = 23,076 lebih besar dari pada T-tabel = 1,746.

B. Saran
Dengan demikian berdasarkan hasil
80 penelitian dan pengolahan data yang

dibuktikan dengan data-data yang diperoleh, penggunaan metode kegiatan

berinfaq dapat meningkatkan kecerdasan spiritual anak usia dini di PAUD IT


Auladuna 2 Kota Bengkulu. Ada beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan

agar lebih baik untuk kedepannya antara lain:

1. Bagi guru di PAUD IT Auladuna 2 Kota Bengkulu, hendaklah selalu

melakukan perbaikan-perbaikan dalam kegiatan pembelajaran terutama pada

kegiatan pembuka agar anak bisa lebih mudah memahami materi bacaan

yang disampaikan oleh gurunya.

2. Bagi anak-anak di PAUD IT Auladuna 2 Kota Bengkulu, hendaklah selalu

memperhatikan yang disampaikan oleh guru dengan seksama dan

meningkatkan motivasi belajar ketika kegiatan pembelajaran yang

melibatkan anggota fisik. Agar anak dapat sehat jasmani dan rohani serta

dapat tumbuh dan berkembang dengan maksimal.

3. Bagi sekolah menjadi motor penggerak dalam perbaikan terhadap proses

pembelajaran untuk membisakan anak berinfaq sehingga kecerdasan

spiritual anak meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Ary Ginanjar. 2016. ESQ. Jakarta: Arga.

Anas, Ahmad. 2020. “Infaq Sebagai Teori Konsumsi Dalam Ekonomi Islam.”
UIN Sunan Ampel Surabaya.
Arieska, Ovi, Fatrica Syafri, and Zubaedi Zubaedi. 2018. “Pengembangan
Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient) Daniel Goleman Pada Anak
Usia Dini Dalam Tinjauan Pendidikan Islam.” Al Fitrah: Journal Of Early
Childhood Islamic Education 1, no. 2 : 103–116.

Arikunto, Suharsimi. 2013. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”


.
Azwar, Saifuddin.2013. “Metode Penelitian, Edisi I.” Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.

Azzet, Akhmad Muhaimin.2013.“Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak.”


Jogjakarta: PT. Kata Hati.

Darmadi.2018.Kecerdasan Spiritual (Anak Usia Dini Dalam Cakrawala


Pendidikan Islam). Bogor: Guepedia.

Emzir, Emzir.2013.“Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif Dan


Kualitatif.” Jakarta: Rajawali Pers.

Handayani, Ilham Putri, and Deny Irawan.2022.“Metode Pengembangan


Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini Telaah Pemikiran Abdullah Nashih
Ulwan.” Jurnal Ilmiah Ar-Risalah: Media Ke-Islaman, Pendidikan dan
Hukum Islam 20, no. 1: 113–132.

INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK.2003.“Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.”
Departemen Pendidikan Nasional.

Irawan, Ari. 2019.“Sikap Sosial Siswa Dalam Kegiatan Infaq.” Atthulab: Islamic
Religion Teaching and Learning Journal 4, no. 2 : 225–235.

Kurnia, Novrita Dwi, Umi Chotimah, and E El Faisal. 2017.“Pengaruh Pola Asuh
Orangtua Terhadap Kecerdasan Spiritual Siswa Smp Muhammadiyah 4
Palembang.” Jurnal Bhinneka Tunggal Ika 4, no. 1: 49–59.

Mansyur. 2019.Bina Fiqih. Jakarta: Erlangga.

Mardani. 2016. Hukum Islam: Zakat, Infaq, Sedekah, Dan Wakaf. Jakarta: PT
Citra Aditya Bakt.

Mulyani, Sri. 2019.“FIQIH.” Surakarta: Putra Nugraha.

Munhanif, Herry. 2012.Tuntunan Praktis Zakat Dan Permasalahannya. Jakarta:


PT. Variapop Group.
Nuha, Roimul.2019.“Pengaruh Pembiasaan Berinfaq Terhadap Peningkatan Nilai
Moral Anak Usia 5-6 Tahun Di Raudhotul Athfal Falakiyyah Ii Jampet
Kecamatan Ngasem Kabupaten Bojonegoro Tahun 2018/2019.” Institut
Agama Islam Sunan Giri Bojonegoro, 2019.

Nuryati, Nuryati.2017.“Pengembangan Kecerdasan Spiritual Pada Anak Usia Dini


Melalui Murottal Bacaan Al Qur’an.” As-Sibyan: Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini 2, no. 01: 17–26.

Pakpahan, Dedek Pranto. 2021. Kecerdasan Spiritual (SQ) Dan Kecerdasan


Intelektual (IQ) DaLam Moralitas Berpacaran Upaya Mewujudkan Manusia
Seutuhnya. Malang: CV. Multimedia Edukasi.

Pasek, Nyoman Suadnyana.2016.“Pengaruh Kecerdasan Intelektual Pada


Pemahaman Akuntansi Dengan Kecerdasan Emosi Dan Kecerdasan Spiritual
Sebagai Variabel Pemoderasi.” JIA (Jurnal Ilmiah Akuntansi) 1, no. 1 .

Permadi, Komang Satya, Putu Yulia Angga Dewi, Ketut Bali Sastrawan, and
Kadek Hengki Primayana. 2020.“Pengembangan Kecerdasan Spiritual Anak
Sekolah Dasar.” Edukasi: Jurnal Pendidikan Dasar 1, no. 2 : 179–196.

Rafika, Irda, Yusuf Aziz, and Anizar Ahmad. 2016.“Penggunaan Media Kartu
Huruf Hijaiyah Untuk Melejitkan Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini Pada
TK Islam Terpadu Suloh Kota Banda Aceh.” Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pendidikan Anak Usia Dini 1, no. 3 .

Rakhmat, Jalaluddin. 2007.SQ for Kids: Mengembangkan Kecerdasan Spiritual


Anak Sejak Dini. Mizan Pustaka.

Rifai, Ahmad.2018.“Peran Orang Tua Dalam Membina Kecerdasan Spiritual.” Al


Amin: Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam 1, no. 2 : 257–291.

Rosmini, Rosmini.2016.“Falsafah Infak Dalam Perspektif Alquran.” Madania:


Jurnal Kajian Keislaman 20, no. 1 : 69–84.

Rozana, Salma, Dwi Septi Anjas Wulan, and Rini Hayati. 2020.Pengembangan
Kognitif Anak Usia Dini (Teori Dan Praktik). Edu Publisher.

Saefullah.2018.Psikologi Perkembangan Dan Pendidikan. Edited by Beni Ahmad


Saebani. CV Pustaka Setia.

Samsono, Agus.2018.“ANALIsis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas


Berinfaq: Studi Kasus Anggota Infaq Da’wah Club Dewan Da’wah
Islamiyah Indonesia Provinsi Jawa Tengah Kantor Surakarta.” Jurnal Bina
Ummat: Membina dan Membentengi Ummat 1, no. 02 : 15–55.
Sani Peradila and Siti Chodijah.2020.“Bimbingan Agama Islam Dalam
Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini.” WISDOM: Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini 1, no. 2 : 133–157.

Sari, Aulia Candra, and Triani Yulianawati. 2017. “Sedekah Sebagai Media
Pendidikan Karakter Untuk Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak
Usia Dini.” Jurnal Thufula 5, no. 1.

Sonitra, Sonitra, and Sri Ekowati. 2020.“Pengaruh Kecerdasan Intelektual,


Kecerdasan Emosional, Dan Spiritual Terhadap Kinerja Guru.” Jurnal
Manajemen Modal Insani Dan Bisnis (JMMIB) 1, no. 1 : 1–10.

Sugiyono. 2014.“Metode Penelitian Pendidikan”.

Sugiyono, P D. 2019. “Metode Penelitian Pendidikan (Kuantitatif, Kualitatif,


Kombinasi, R\&d Dan Penelitian Pendidikan).” Metode Penelitian
Pendidikan.

Sukardi. 2019. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Suryana, Dadan. 2013. METOde Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif. A


Psicanalise Dos Contos de Fadas. Tradução Arlene Caetano.

Tri Octaviani, Selvi. 2018. “PEnerapan Kegatan Shalat Dhuha Dalam


Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Usia 5-6 Tahun Di Tk Islam
Azkia Serang.” Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Wiyani, Novan Ardy. 2017. “Optimalisasi Kecerdasan Spiritual Bagi Anak Usia
Dini Menurut Abdullah Nashih Ulwan.” ThufuLA: Jurnal Inovasi
Pendidikan Guru Raudhatul Athfal 4, no. 2 : 77–98.

Yuliatun, Yuliatun. 2018. “Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Melalui


Pendidikan Agama.” ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul
Athfal 1, no. 1 : 153–172.

Zohar, Danah, and Ian Marshall. 2007. SQ-Kecerdasan Spiritual. Mizan Pustaka.

Zubaedi, Zubaedi. 2018. “Strategi Taktis Pendidikan Karakter (Untuk Paud Dan
Sekolah)”.
L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 1
Instumen Kamapuan Kecerdasan Spiritual
Pada PAUD IT Auladuna 2 Kota Bengkulu
Nama Anak: Kelas :
No Aspek Item Soal
1 Kemampuan Bersikap a. Anak mudah beradaptasi dengan
Fleksibel lingkungannya
b. Anak mudah berbaur dengan temannya
c. Anak dapat mengahargai pendapat
temanya sendiri
d. Anak berani tampil didepan guru dan
temannya
2 Tingkat kesadaran yang a. Anak mengenal akan Tuhannya
tinggi b. Anak saling berbagi kepada temannya
maupun orang lain
c. anak patuh pada aturan sekolah dan kelas
d. Anak muda memaafkan dan tidak saling
bertengkar dengan temannya
e. Anak menyimak apa yang disampaikan
oleh gurunya
f. Anak mengerjakan tugas sesuai dengan
arahan
3 Kemampuan menghadapi a. Anak berlatih ikhlas dalam melakukan
penderitaan atau mengerjakan sesuatu
b. Anak saling membantu temannya jika ada
kesulitan
c. Anak berani meminta maaf terlebih
dahulu jika ada salah
4 Kemampuan untuk a. Anak berdoa sebelum dan sesudah
menghadapi dan mengerjakan aktifitas
melampaui rasa sakit b. Anak mengerjakan salat duha setiap pagi
sebelum belajar
5 Kemampuan yang a. Anak berlatih sabar dalam melakukan
diilhami oleh visi dan nilai aktifitas kegiatan yang dilakukan
disekolah
6 Keengganan yang a. Anak mampu melakukan kegiatan yang
menyebabkan kerugian diajarkan oleh guru dengan mandiri
7 Kemampuan untuk a. Anak melakukan pekerjaan sendiri tanpa
melihat keterkaitan orang lain
berbagai hal b. anak memberikan apa dia miliki kepada
temannya
8 Kecenderungan untuk a. Anak bertanya kepada gurunya jika ada
bertanya mengapa dan yang tidak mengerti
bagaimana

Keterangan :
 4 : Berkembang Sangat Baik (BSB)
 3 : Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
 2 : Mulai Bekembang (MB)
 1 : Belum Berkembang (BB)

Lampiran 2

Kerja uji beda habituasi pada pertmuan I dan II


No Nilai Nilai Xa- Xb D-MD d2
Pertemuan I Pertemuan (D) (d)
II
1. 59 76 -17 -6 36
2. 64 88 -24 -13 169
3. 64 82 -25 -7 49
4. 58 75 -15 -6 36
5. 58 70 -11 0 0
6. 62 61 1 12 144
7. 65 84 -19 -8 64
8. 62 65 -3 -1 1
9. 60 72 -12 8 64
10. 63 67 -4 -26 676
11. 67 65 2 -1 1
12. 66 69 -3 4 16
13. 67 92 -30 -6 36
N=13 1074 1268 -194 -36 1575
Simbol ∑ Xa ∑ Xb ∑D ∑d ∑ d2

HASIL
N 13
MD -7
T-test 5, 511
T-tabel 1,746

Lampiran 3
Kerja uji beda per pada pertemuan II dan III Habituasi Berinfaq

No Nilai Nilai Xa- Xb D-MD d2


Pertemuan I Pertemuan (D) (d)
II
1. 76 100 -24 -3 9
2. 88 100 -12 -9 81
3. 82 100 -25 -13 49
4. 75 100 -15 -6 169
5. 70 94 -11 0 0
6. 61 94 1 12 144
7. 84 100 -19 -8 64
8. 65 94 -3 -1 1
9. 72 93 -12 8 64
10. 67 100 -4 -26 676
11. 65 94 2 -1 1
12. 69 95 -3 4 16
13. 92 97 -30 -6 36
N=13 1268 1548 -361 -57 1062
Simbol ∑ Xa ∑ Xb ∑D ∑d ∑ d2

HASIL
N 13
MD -17
T-test 10,606
T-tabel 1,746

Lampiran 4
Kerja uji beda habituasi pada pertmuan I dan II

No Nilai Nilai Xa- Xb D-MD d2


Pertemuan I Pertemuan (D) (d)
II
14. 66 68 -2 -5 36
15. 64 66 -24 -13 169
16. 64 82 -5 -9 49
17. 58 75 -15 -6 36
18. 58 70 -11 0 0
19. 62 65 1 12 144
20. 65 84 -19 -8 64
21. 62 70 -3 -1 1
22. 60 72 -12 16 256
23. 63 67 -4 -26 676
24. 67 65 2 -1 1
25. 66 69 -3 23 529
26. 67 92 -30 -6 36
N=13 1019 1255 -235 -89 1753
Simbol ∑ Xa ∑ Xb ∑D ∑d ∑ d2

HASIL
N 13
MD -7
T-test 5, 511
T-tabel 1,746

Lampiran 5.
Kerja uji beda per pada pertemuan II dan III Habituasi Berinfaq
No Nilai Nilai Xa- Xb D-MD d2
Pertemuan I Pertemuan (D) (d)
II
14. 76 100 -24 -3 9
15. 88 100 -12 -9 81
16. 82 100 -25 -13 49
17. 75 100 -15 -6 169
18. 70 94 -11 0 0
19. 61 94 1 12 144
20. 84 100 -19 -8 64
21. 65 94 -3 -1 1
22. 72 93 -12 8 64
23. 67 100 -4 -26 676
24. 65 94 2 -1 1
25. 69 95 -3 4 16
26. 92 97 -30 -6 36
N=13 1268 1548 -361 -57 1062
Simbol ∑ Xa ∑ Xb ∑D ∑d ∑ d2

HASIL
N 17
MD -14
T-test 5, 511
T-tabel 1,746

Lampiran 6 :

Tabel T
d.f. TINGKAT SIGNIFIKANSI
Dua sisi 20% 10% 5% 2% 1% 0,2 % 0,1%
Satu sisi 10% 5% 2,5 % 1% 0,5% 0,1% 0,05%
1. 3,078 6,314 12,706 31,821 63, 657 318,309 636,619
2. 1,886 2,920 4,303 6,965 9,925 22,327 31,599
3. 1,638 2,353 3,182 4,541 5,841 10,215 12,925
4. 1,533 2,132 2,776 3,747 4,604 7,173 8,610
5. 1,476 2,015 2,571 3,365 4,032 5,893 6,869
6. 1,440 1,943 2,447 3,143 3,707 5,208 5,959
7. 1,415 1,895 2,365 2,998 3,499 4,785 5,408
8. 1,397 1,860 2,306 2,896 3,355 4,501 5,041
9. 1,383 1,833 2,622 2,821 3,250 4,297 4,781
10. 1,372 1,812 2,228 2,764 3,169 4,144 4,587
11. 1,363 1,796 2,201 2,718 3,106 4,025 4,437
12. 1,356 1,782 2,179 2,681 3,055 3,930 4,3181
13. 1,350 1,771 2, 160 2,650 3, 012 3,852 4,221
14. 1,345 1,761 2, 145 2,624 2,977 3,877 4,140
15. 1,341 1,753 2,131 2,602 2,947 3,733 4,073
16. 1,337 1,746 2,120 2,583 2,921 3,686 4,015
17. 1,319 1,174 2,069 2,500 2,807 3,485 3,768
18. 1,316 1,708 2,060 2,485 2,787 3, 450 3,725
19. 1,313 1, 701 2, 048 2,467 2,763 3,408 3,674
20. 1,309 1,196 2,037 2,449 2,738 3,365 3,622
21. 1,307 1,691 2,032 2,441 2,728 3,348 3, 601
22. 1,132 1,682 2,018 2,418 2,698 3,296 3,538
23. 1,302 1,681 2,017 2,416 2,695 3,291 3,532
24. 1,131 1,682 2,015 2,414 2,692 3,286 3,526
25. 1,031 1,679 2,014 2,412 2,690 3,281 3,520
26. 1,300 1,678 2,012 2,408 2,685 3,273 3,510
27. 1,294 1,668 1, 996 2,383 2,651 3,216 3,442
28. 1,294 1,668 1, 996 2,383 2,651 3,215 3,440
29. 1,294 1,668 1, 996 2,382 2,650 3,214 3,439
30. 1,294 1,668 1, 995 2,382 2,650 3,214 3,439
31. 1,294 1,668 1, 995 2,382 2,650 3,214 3,437
32. 1,294 1,667 1, 994 2,381 2,649 3,213 3,437
33. 1,294 1,667 1, 994 2,381 2,648 3,211 3,435
34. 1,294 1,667 1, 994 2,380 2,647 3,209 3,433
35. 1,293 1,666 1,993 2,379 2,646 3,207 3,431
36. 1,293 1,666 1.993 2,379 2,645 3,206 3,149

DOKUMENTASI
Gambar 1
Data Nama Anak kelas B1 dan B3
Gambar 2
Jum’at Berkah Shalat Fardu Berjamaah Dihalaman
Gambar 3
Mengisi Infaq Sekolah Taip Jum’at Setelah Selesai Shalat
Gambar 4
Mengisi Infaq Kelas Setelah Senam

Gambar 5
Tabungan Infaq Rumah

Anda mungkin juga menyukai