Tugas
Diajukan untuk melaksanakan syarat-syarat ujian akhir semester
Guna memperoleh nilai semester yang baik dalam mata kuliah
Bimbingan konseling anak dan remaja
Oleh:
NPM: 2011080156
Tugas
Diajukan untuk melaksanakan syarat-syarat ujian akhir semester
Guna memperoleh nilai semester yang baik dalam mata kuliah
Bimbingan konseling anak dan remaja
Oleh:
NPM: 2011080156
2
ABSTRAK
Oleh:
3
MOTO
Artinya: “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”1 (Q.S Al-
Insyirah : 5)
1
Departemen Agama RI, Al-qur'an dan Terjemahan (Jakarta: Darus Sunnah,2002), h.531
4
PERSEMBAHAN
5
RIWAYAT HIDUP
6
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah SWT yang maha pengasih dan maha penyayang,
segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat dan
salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa kita
nantikan safaatnya di yaumul qiyamah nanti. Ucapan terimakasih yang tak
terhingga penulis ucapkan kepada kedua orang tua, bapak Suwandi dan Ibu
Afriyanti yang tidak pernah berhenti mendo’akan agar penulis selalu diberikan
kemudahan serta kebahagiaan, memberikan semangat serta telah banyak
berkorban untuk penulis selama menimba ilmu, terimakasih untuk semua yang
telah diberikan.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,
Khususnya dijurusan Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam. Terimkasih
telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis selama proses
pembelajaran dan menuntut ilmu.
2. Para sahabat-sahabat yang terkasih kelas C Bimbingan dan Konseling, yang
telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis selamaproses
perkuliahan dan juga terimakasih atas semangat dan motivasinya selama ini.
3. Sahabat-sahabat angkatan 2020 program studi Bimbingan dan Konseling
Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, terimkasih
atas kebersamaannya selama ini.
4. Almamaterku tercinta. Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak
yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan semoga skripsi
ini bermanfaat.
7
Bandar Lmpung, Juni 2022-06-03
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................2
ABSTRAK..............................................................................................3
MOTTO..................................................................................................4
PERSEMBAHAN..................................................................................5
RIWAYAT HIDUP...............................................................................6
KATA PENGANTAR...........................................................................7
DAFTAR ISI..........................................................................................9
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..................................................................11
B. Identitas Masalah.............................................................................18
C. Batasan Masalah...............................................................................18
D. Rumusan Masalah............................................................................18
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian......................................................19
F. Ruang Lingkup Penelitian...............................................................19
B. Teknik Flooding
1. Pengertian Teknik Flooding.............................................................30
2. Teknik Dasar Flooding Dalam Modifikasi Prilaku........................31
3. Tujuan Dari Teknik Flooding .........................................................32
4. Langkah-langkah Penerapan Teknik Flooding..............................33
9
5. Prosedur Terapi Dengan Teknik Flooding.....................................33
6. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Flooding................................34
C. Kecemasan Sosial.............................................................................35
1. Pengertian Kecemasan Sosial...........................................................35
2. Faktor yang Menpengaruhi Kecemasan Sosial..............................38
3. Aspek-aspek Kecemasan Sosial........................................................39
D. Penelitian Relevan............................................................................40
E. Kerangka Berpikir...........................................................................42
10
BAB I
PEMBAHASAN
2
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Mekar, Surabaya, 2004, h. 904
11
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara".3
3
Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
12
tergantung pada sejauhmana kita dapat mengendalikannya.4 Selanjutnya
Sigmund Freud menggambarkan dan mendefinisikan kecemasan sosial
sebagai perasaan tidak menyenangkan, yang diikuti oleh reaksi fisiologis
tertentu seperti perubahan detak jantung dan pernafasan. Menurut Freud,
kecemasan sosial melibatkan persepsi tentang perasaan yang tidak
menyenangkan dan reaksi fisiologis, dengan kata lain kecemasan sosial
adalah reaksi atas situasi yang dianggapberbahaya.
Pada dasarnya kecemasan sosial yang dialami siswa dapat
menimbulkan permasalahan dalam menjalani hidupnya apabila tidak
terkondisikan dengan baik. Begitu pentingnya menyampaikan pendapat di
depan umum sampai ada UU yang mengatur tentang hal tersebut.
Menyampaikan pendapat di depan umum juga menjadi salah satu bagian
yang membentuk atau melatih peserta didik untuk mengemukakan
pendapat di depan umum. Namun yang terjadi di lapangan adalah peserta
didik mengalami kecemasan sosial dalam menyampaikan pendapatnya. Hal
ini akan menjadi masalah yang semakin membesar jika terus dibiarkan
saja. Munculnya sikap acuh, pasrah dan menerima apa adanya tanpa ada
usaha untuk membangun diri dan berusaha mencari yang lebih atas apa
yang siswa dapatkan dikelas.
Adapun ayat yang membahas tentang mengemukan pendapat yaitu
dalam surat Asy-Syura ayat 38 berbunyi:
4
Dede Rahmat Hidayat, Bimbingan Konseling Kesehatan Mental di Sekolah (Bandung :
PT Rosdakarya, 2013), hlm. 103
5
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Mekar, Surabaya, 2004, h. 699
13
Seperti yang dilansir oleh halaman okezone.com bahwa salah satu
program sekolah yang harus dilaksanakan di awal semester adalah dengan
mengadakan pelatihan-pelatihan sehingga siswa tidak mengalami minder
bahkan sampai mengalami kecemasan sosial dalam berbicara khususya di
depan umum. Hal ini akan menjadikan sifat bawaan sampai dengan siswa
lulus dan akan sangat sulit untuk dihilangkan khususnya pada siswa yang
mengalami defabilitas.6
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan sosial yaitu
faktor dari dalam diri siswa (internal) dan faktor dari luar diri siswa
(eksternal). Faktor yang berasal dari dalam diri yaitu siswa
mempersepsikan apa yang akan dihadapinya tersebut dirasa kurang bisa
untuk menyelesaikanya, dan dirasa sulit. Hal ini bisa terjadi pada siswa
yang merasa kurang paham terhadap materi pembelajaran sehingga siswa
dituntut untuk menyampaikan pendapat atau pertanyaan, takut
ditertawakan teman jika salah bicara, dianggap bodoh jika ingin bertanya,
dan alasan lain yang memicu kecemasan sosial pada siswa.
Sedangkan faktor dari luar diri siswa seperti perlakuan guru yang
tidak bersahabat, guru galak, dan guru yang tidak pernah senyum saat
mengajar sehingga siswa cemas untuk menyampaikan pendapat atau
pertanyaan pada materi yang belum dimengerti. Faktor lain yang
mempengaruhi kecemasan sosial ditinjau dari faktor lingkungan dapat
berupa, target kurikulum yang terlalu tinggi, iklim pembelajaran yang
selalu kompetitif, pemberian tugas yang sangat padat, serta penialaian yang
ketat merupakan faktor penyebab timbulnya kecemasan sosial yang
bersumber dari faktorkurikulum.
Kecemasan sosial yang dialami oleh siswa di sekolah
dapatmengganggunya dalam menjalani proses belajar. Kecemasan sosial
yang dialami saat menyampaikan pendapat di depan umum akan dapat
menghambat proses berlangsungnya kegiatan belajar mengajar sehingga
6
http://news.okezone.com/read/2015/11/30/65/1258426/siswa-difabel-dilarang-minder ,
diaksespadatanggal 19 januari 2020 pada pukul 20:00WIB.
14
memungkinkan prestasi belajarnya menjadirendah. Hal seperti ini harus
segera diturunkan agar proses beajar mengajar menjadi lebih optimal salah
satunya dengan menerapka teknik flooding. Model konseling individu
dengan teknik flooding berupaya mengkondisikan individu dari yang tidak
nyaman menjadi lebih tenang dan rileks dalam proses pembelajaran
sehingga model konseling tersebutdiprediksikan mampu meminimalisasi
tingkat kecemasan sosial siswa dalam menyampaikan pendapat. Teknik
flooding merupakan teknik konseling behavioral yang memfokuskan
bantuan untuk menenangkan siswa dari ketegangan yang dialami dengan
cara mengajarkan siswa untuk rileks. Esensi teknik ini adalah
menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan
menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan
dihilangkan.7
Dipilihnya teknik flooding karena teknik ini umum digunakan
untukmenghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan
menyertakan pemunculan tingkah laku atau respon yang berlawanan
dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan itu, Teknik flooding
diarahkan kepada siswa yang mengalami kecemasan sosial dalam
menyampaikan pendapat di depan umum. SMA Negeri 1 Tulang Bawang
Tengah yang menjadi objek penelitian ini secara garis besar dapat
diidentifikasi beberapa permasalahan yang bersifat komplek terkait dalam
proses pembelajaran, diantaranya yaitu; kesulitan belajar, perilaku
menyimpang serta kecemasan sosial siswa dalam menyampaikan pendapat
di depan umum. Dalam penelitian ini, peneliti akan mencoba untuk
mengungkap pengaruh dari teknik flooding untuk meminimalisasi masalah
kecemasan sosial siswa dalam menyampaikan pendapat di depan umum.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK SMA Negeri 1
Tulang Bawang Tengah pada tanggal 22 Januari 2020 dengan Ibu Wahyu
7
Gerald Corey. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (Bandung:
RefikaAditama.1999). Hlm. 212.
15
Suci Lestari, S.pd., mengemukakan hasil sebagai berikut : “Peserta didik
mempunyai sikap yang berbeda-beda ketika kegiatan belajar mengajar
berlangsung, ada yang aktif dan juga ada yang pasif. Hal ini dikarenakan
setiap peserta didik mempunyai karakter yang berbeda-beda, misalkan ada
peserta didik yang harus di panggil terlebih dahulu namanya agar mau
mengemukakan pendapatnya. Banyak faktor yang mempengaruhi
keberanian mengemukakan pendapat pada peserta didik, salah satunya
yaitu takut di soraki oleh temannya yang lain ketika sedang menyampaikan
pendapat.8
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu peserta didik kelas
XI sebagai berikut: “Saya (AP), merasa sulit untuk mengemukakan
pendapat dikelas karena merasa kurang percaya diri untukmenyampaikan
ide yang saya miliki terlebih jika teman-teman menertawakan saya.9
Dari hasil pra penelitian yang dilakukan penulis di SMA Negeri 1
Tulang Bawang Tengah, didapatkan data awal peserta didik yang
mengalami kecemasan sosial menurut teori La Greca dan Lopez, sebagai
berikut:
Tabel 1
Hasil Pra Penelitian Kecemasan Sosial Peserta Didik di SMA Negeri 1
Tulang Bawang Tengah
8
Wahyu Suci Lestari, S.pd., Guru BK SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah,
wawancara guru BK ,tanggal 22 Januari 2020
9
Peserta didik kelas, kelas XI SMA Negeri 1 Tulang Bawang
Tengah, wawancara peserta didik, Tanggal 22 Januari 2020
16
Indikator Kecemasan Sosial Peserta Didik Kriteria
Nama Tertekan
Ketakutan Penghindar Tertekan dalam
No Peserta dalam
akan evaluasi an situasi situasi yang sudah
Didik situasi
negatif sosial dikenal
yang baru
1 RA Rendah
2 DS Rendah
3 CSB Rendah
4 RE Rendah
5 DP Rendah
6 MH Sedang
7 IB Rendah
8 AP √ √ √ Rendah
17
oleh guru BK yaitu dengan mengadakan layanan informasi kesetiap kelas
kepada peserta didik karena keterbatasan waktu.
Dengan demikian perlu adanya tindakan untuk menurunkan
kecemasan sosial.Salah satu upaya yang dapat dilakukakan oleh penulis
adalah dengan melakukan konseling individu dengan teknik flooding agar
kecemasan sosial pada peserta didik dapat menurun. Berdasarkan uraian di
atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“EKSPERIMENTASIKONSELING INDIVIDU MENGGUNAKAN TEKNIK
FLOODING UNTUK MENURUNKAN KECEMASAN SOSIAL PESERTA DIDIK
DI SMA NEGERI 1 TULANG BAWANG TENGAH”
B. IdentifikasiMasalah
C. BatasanMasalah
18
b. Tujuan Khusus penelitian ini adalah mengetahui permasalahan
kecemasan sosial pada peserta didik, serta mengetahui apakah
kecemasan sosial dapat diturunkan.
2. Manfaat Penelitian
a. KegunaanTeoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memiliki kontribusi dalam
menurunkan kecemasan sosial pada peserta didik.
b. KegunaanPraktis
1) Bagi Peserta didik, Mampu menurunkan kecemasan sosial.
2) Pihak Sekolah, Pihak sekolah dapat mengetahui permasalahan-
permasalahan yang dihadapi oleh peserta didiknya, sehingga
pihak sekolah dapat mengambil langkah yang tepat untuk
mengatasi permasalahantersebut.
3) Pihak Guru Pembimbing, Dapat menambah pengetahuan guru
pembimbing dalam melaksanakan konseling individu disekolah
terkait dengan kecemasan sosial.
4) Pihak Peneliti, Mengaplikasikan teori yang sudah diperoleh
pada lingkungan kerja nyata. Membantu menyelesaikan
permasalahan yang dialami pesertadidik.
F. Ruang LingkupPenelitian
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konseling Individual
1. Pengertian Konseling Individual
20
Konseling adalah suatu proses yang terjadi dalam hubungan
seseorang dengan seseorang yaitu individu yang mengalami masalah yang
tak dapat diatasinya, dengan seorang petugas profesional yang telah
memperoleh latihan dan pengalaman untuk membantu agar klien
memecahkan kesulitanya.10
Konseling individual yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik atau konseli mendapatkan layanan langsung
tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka
pembahasan pengentasan masalah pribadi yang di derita konseli.11
Konseling individual adalah proses pemberian bantuan yang
dialakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor)
kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (klien) yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.12 Konseling
merupakan “ jantung hatinya” pelayanan bimbingan secara menyeluruh.
Hal ini berarti apabila layanan konseling telah memberikan jasanya, maka
masalah konseli akan teratasi secara efektif dan upaya- upaya bimbingan
lainya tinggal mengikuti atau berperan sebagai pendamping. Implikasi lain
pengertian “ jantung hati” aialah apabila seorang konselor telah menguasai
dengan sebaik-baiknya apa, mengapa, dan bagaimana konselingitu.
Konseling individual adalah kunci semua kegiatan bimbingan dan
konseling. Karena jika menguasai teknik konseling individual berarti akan
mudah menjalankan proses konseling yang lain. Proses konseling individu
berpengaruh besar terhadap peningkatan klien karena pada konseling
individu konselor berusaha meningkatkan sikap siswa dengan cara
berinteraksi selama jangka waktu tertentu dengan cara beratatap muka
10
Willis S. Sofyan, Konseling Individual Teori dan Praktek ( Bandung,CV Alfabeta,
2007)hal :18
11
Hellen, Bimbingan Dan Konseling (Jakarta, Quantum Teaching, 2005) hal : 84
12
Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling (Jakarta, Rineka Cipta,
1994) hal : 105
21
secara langsung untuk menghasilkan peningkatan- peningkatan pada diri
klien, baik cara berpikir, berperasaan, sikap, dan perilaku.13
Dasar dari pelaksanaan konseling di sekolah tidak dapat terlepas
dari dasar pendidikan pada umumnya dan pendidikan di sekolah pada
khususnya dan dasar dari pendidikan itu berbeda, dasar dari pendidikan
dan pengajaran di indonesia dapat dilihat sebagaimana dalam UU. No.
12/1945 Bab III pasal 4 “pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas asas-
asas yang termaktub dalam pasal UUD Negara Republik Indonesia dan
atas kebudayaan Indonesia”.14
13
Holipah, The Using Of Individual Counseling Service to Improve Student’s Learning
Atitude And Habit At The Second Grade Student of SMP PGRI 6 Bandar Lampung (Journal
Counseling, 2011)
14
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta, Andi
Offset,1989) hal: 24-25
15
Prayitno, Konseling Perorangan (Padang, Universitas Negeri Padang, 2005) hal : 52
16
hibana Rahman S, Bimbingan dan Konseling Pola (Jakarta, Rineka Cipta, 2003) hal :
85
22
yang akan terjadi pada proses tersebut (seperti perkembangan
kehidupan sosial, pribadi,emosional, kognitif, fisik,
dansebagainya).
b. Tujuan pencegahan yakni konselor membantu klien menghindari
hasil-hasil yang tidakdiinginkan.
c. Tujuan perbaikan yakni konseli dibantu mengatasi dan
menghilangkan perkembangan yang tidak diinginkan.
d. Tujuan penyelidikan yakni menguji kelayakan tujuan untuk
memeriksa pilihan-pilihan, pengetesan keterampilan, dan mencoba
aktivitas baru dan sebagainya.
e. Tujuan penguatan yakni membantu konseli untuk menyadari apa
yang dilakukan, difikirkan, dan dirasakn sudahbaik
f. Tujuan kognitif yakni menghasilkan fondasi dasar pembelajaran
dan keterampilankognitif
g. Tujuan fisiologis yakni menghasilkan pemahaman dasar dan
kebiasaan untuk hidupsehat.
h. Tujuan psikologis yakni membantu mengembangkan keterampilan
sosial yang baik, belajar mengontrol emosi, dan mengembangkan
konsep diri positif dan sebagainya.
17
Willis S. Sofyan, Konseling Individual Teori dan Praktek ( Bandung,CV Alfabeta,
2007)hal : 50
23
oleh peserta konseling (konselor klien) sebagai hal yang menjemukan.
Akibatnya keterlibatan mereka dalam proses konseling sejak awal hingga
akhir dirasakan sangat bermakna dan berguna.Secara umum proses
konseling individu dibagi atas tiga tahapan : 18
a. Tahap awalkonseling
Tahap ini terjadi sejak klien menemui konselor hingga berjalan
proses konseling sampai konselor dan klien menemukan definisi
masalah klien atas dasar isu, kepedulian, atau masalah klien.
Adapun proses konseling tahap awal sebagai berikut:
1) Membangun hubungan konseling yang melibatkanklien
Hubungan konseling bermakna ialah jika klien terlibat
berdiskusi dengan konselor. Hubungan tersebut dinamakan a
working realitionship, yakni hubungan yang berfungsi,
bermakna,dan berguna. Keberhasilan proses konseling individu
amat ditentukan oleh keberhasilan pada tahap awal ini. Kunci
keberhasilan terletak pada : (pertama) keterbukaan konselor.
(kedua) keterbukaan klien, artinya dia dengan jujur
mengungkapkan isi hati, perasaan, harapan, dan sebagainya.
Namun, keterbukaan ditentukan oleh faktor konselor yakni
dapat dipercayai klien karena dia tidak berpura-pura, akan tetapi
jujur, asli, mengerti, dan menghargai. (ketiga) konselor mampu
melibatkan klien terus menerus dalam proses konseling. Karena
dengan demikian, maka proses konseling individu akan lancar
dan segera dapat mencapai tujuan konseling individu.
2) Memperjelas dan mendefinisikanmasalah
Jika hubungan konseling telah terjalin dengan baik dimana
klien telah melibatkan diri, berarti kerjasama antara konselor
dengan klien akan dapat mengangkat isu, kepedulian, atau
masalah yang ada pada klien. Sering klien tidak begitu mudah
menjelaskan masalahnya, walaupun mungkin dia hanya
18
Ibid., 51
24
mengetahui gejala-gejala yang dialaminya. Karena itu amatlah
penting peran konselor untuk membantu memperjelas masalah
klien. Demikian pula klien tidak memahami potensi apa yang
dimilikinya., maka tugas konselor lah untuk membantu
mengembangkan potensi, memperjelas masalah, dan membantu
mendefinisikan masalahnya bersama-sama.
3) Membuat penafsiran danpenjajakan
Konselor berusaha menjajaki atau menaksir kemunkinan
mengembangkan isu atau masalah, dan merancang bantuan
yang mungkin dilakukan, yaitu dengan membangkitkan semua
potensi klien, dan dia prosemenentukan berbagai alternatif yang
sesuai bagi antisipasimasalah.
4) Menegosiasikankontrak
Kontrak artinya perjanjian antara konselor dengan klien. Hal itu
berisi : (1) kontrak waktu, artinya berapa lama diinginkan
waktu pertemuan oleh klien dan apakah konselor tidak
keberatan. (2) Kontrak tugas, artinya konselor apa tugasnya,
dan klien apa pula. (3) kontrak kerjasama dalam proses
konseling. Kontrak menggariskan kegiatan konseling, termasuk
kegiatan klien dankonselor. Artinya mengandung makna bahwa
konseling adalah urusan yang saling ditunjak, dan bukan
pekerjaan konselor sebagai ahli. Disamping itu juga
mengandung makna tanggung jawab klien, dan ajakan untuk
kerja sama dalam proses konseling.
b. Tahap Pertengahan (Tahap Kerja)
Berangkat dari definisi masalah klien yang disepakati pada
tahap awal, kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan pada : (1)
penjelajahan masalah klien; (2) bantuan apa yang akan diberikan
berdasarkan penilaian kembali apa-apa yang telah dijelajah tentang
msalah klien.
25
Menilai kembali masalah klien akan membantu klien
memperolah prespektif baru, alternatif baru, yang mungkin berbeda
dari sebelumnya, dalam rangka mengambil keputusan dan tindakan.
Dengan adanya prespektif baru, berarti ada dinamika pada diri klien
menuju perubahan. Tanpa prespektif maka klien
26
konseling. Karena itu konselor dan klien agar selalu menjaga
perjanjian dan selalu mengingat dalam pikiranya. Pada tahap
pertengahan konseling ada lagi beberapa strategi yang perlu
digunakan konselor yaitu : pertama, mengkomunikasikan
nilai-nilai inti, yakni agar klien selalu jujur dan terbuka, dan
menggali lebih dalam masalahnya. Karena kondisi sudah amat
kondusif, maka klien sudah merasa aman, dekat, terundang
dan tertantang untuk memecahkan masalahnya. Kedua,
menantang klien sehingga dia mempunyai strategi baru dan
rencana baru, melalui pilihan dari beberapa alternatif, untuk
meningkatkan dirinya.
27
yang ada pada diri dan di luar diri. Saat ini dia sudah berpikir
realistik dan dia tahu keputusan yang mungkin dapat dilaksanakan
sesuai tujuan utama yang iainginkan.
c. Melaksanakan perubahanperilaku
d. Mengakhiri hubungankonseling
28
5. Kegiatan Pendukung Konseling Individu
19
Tohirin,BimbingandanKonselingdiSekolahdanMadrasah,
(Jakarta,PTRajagravindoPersada,2007)hal:164
29
masalah klien. Kunjungan rumah juga bisa dilaksanakan sebelum dan
sesudah layanan konseling individu.
Kelima, alih tangan kasus. Tidak semua msalah yang dialami
individu menjadi kewenangan konselor.
B. Teknik Flooding
1. Pengertian Teknik Flooding
20
Komalasari Gantina, DKK. Teori Dan Teknik Konseling, Jakarta Barat: PT.indeks
30
sehingga manusia bukan sesuatu yang menetap secara tetap dan
tidak melakukan pergerakan.
c. Mandapatkan perilaku baru
Manusia mampu melakukan hal baru untuk merubah perilaku yang
ada pada dirinya yang dipengaruhi oleh rangsangan tertentu baik itu
dari dalam dirinya sendiri maupun dari lingkungan luarnya,
perilaku baru tersebut dilakukan secara bertahap baik itu perilaku
yang membawa kepada kemajuan maupun pada kemunduran.
d. Manusia mampu menpengaruhi orang lain
Mempengaruhi dan dipengaruhi adalah hal yang umum pada
manusia, manusia adalah makhluk sosial yang tetap akan
terpengaruh dengan sekitarnya sehingga manusia mudah untuk
berubah sesuai dengan pandangannya, teknik flooding dilakukan
dengan memperngaruhi seseorang untuk mencapai perubahan
perilaku yang diharapkan.
31
Dikembangan dengan fenomena kejiwaan yang abstrak seperti ego
dan ilusi yang kemungkinan bias timbul karena perilaku manusia yang
keliru tersebutlah yang menjadi dasar untuk teknik merubah atau
memperbaiki apa yang menjadi kekurangan sesuai dengan tipe kepribadian
yang diperkirakan.
21
http://digilib.uin.suka.ac.id Di akses 20 Februari 2020
32
dengan cara mengajak konseli keruang lantai 1 hingga lantai 10
scara bertahap dan mengamati bagaimana rasa takut yang akan
muncul pada dirinya dan perubahan perilaku apa yang telah terjadi.
Perilaku tersebut diamati dari awal, mulai dari lantai 1, perilaku
kecemasan diamati dan diperhatikan hingga ia mampu melanjutkan
hingga lantai 10 dan terjadi perubahan perilaku yakni mampu
menghilangkan rasa takut akan ketinggian yang biasa ia alami, dan
mampu menghilangkan trauma yang dimiliki.
b. Imajeri
Ialah stimulus yang menakutkan yang dihardirkan dengan cara
membuat situasi yang semakin meningkatkan rasa takut atau
kecemasan yang membuat konseli membayangkan akibat yang
dahsyat yang dapat menurunkan rasa takutnya hingga ia siap
mengahadpi situasi yang sebenernya, juga dilakukan dengan
pengawasan langsung dari konselor dengan tahapan yang lebih
pelan.
33
b. Menaksir bagaimana gejala-gejala berkaitan dan bagaimana gejala-
gejala membentu perilaku peserta didik.
c. Meminta peserta didik membayangkan sejelas-jelasmya apa yang
dijabarkan tanpa disertai celaan atas kepantasan situasi yang
dihadapi.
d. Bergerak semakin dekat pada ketakutan palig kuat yang dialami
peserta didik dan meminta peserta didik untuk membayangkan apa
yang paling ingin dihindarinya.
e. Mengulang prosedur tersebut sampai kecemasan tiak muncul lagi
dalam diri konseli.23
23
Gerald Corey, Teori dan praktek konseling dan psikoterapi (Bandung: PT Refika
Aditama), h.213
24
Lubis, Lumongga Namora. (2011) .Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori
Dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
34
C. Kecemasan Sosial
1. Pengertian Kecemasan Sosial
35
Brecht dalam Nainggolan menjelaskan bahwa kecemasan sosial
merupakan rasa takut dan khawatir yang berlebihan jika berada bersama
dengan orang lain dan merasa cemas pada situasi sosial karena
kekhawatiran akan mendapat penilaian atau bahkan evaluasi dari orang
lain, tetapi akan merasa baik ketika sedangsendirian.29
Kecemasan sosial adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keadaan kecemasan yang ditandai dengan
ketidaknyamanan emisonal, ketakutan, kekhawatiran dan perilaku
maladaftif yang berkaitan dengan situasi sosial. Hal ini menjadi masalah
signifikan mengingat hakikat hubungan sosial manusia dan fungsional
tidak dapat dihindari dalam kehidupan manusia (McNeil & Randall dalam
Hofmann 2014).
Gangguan kecemasan sosial melibatkan ketakutan yang nyata dan
evaluasi negatif yang terus menerus dalam situasi dan / atau kinerja sosial
(DSM-5; American Psychiatric Association, 2013). Hofmann (2014)
mengatakan bahwa individu yang gelisah secara sosial cenderung pemalu
dan menarik diri serta tidak efektif dalam interaksi sosial, hal ini
dimungkinkan karena mereka mempersepsikan reaksi negatif. Definisi
yang lebih sederhana dari kecemasan sosial adalah perasaan malu yang
dinilai atau diperhatikan oleh orang lain karena prasangka yang dinilai
negatif oleh orang lain terhadap mereka.Orang yang mengalami ketakutan
dalam berinteraksi sosial akan menarik diri dari pergaulan, berusaha
seminimal mungkin.30
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan
sosial merupakan suatu keadaan dimana adanya ketakutan ataupun
kekhawatiran yang berlebihan terhadap situasi sosial sehingga membuat
individu tersebut merasa cemas pada situasi sosial karena khawatir akan
29
Nainggolan. T. (2011). Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan Sosial
Pada Pengguna Napza. Sosiokonsepsia. 16 (2), 161
30
Andi Thahir dan S Psi, “CINEMATHERAPY DAN THOUGHT-STOPPING
TECHNIQUES TO,” 2018, h. 2.
36
mendapat penilaian negatif dari orang lain yang membuat individu tersebut
cenderung menghindari kegiatan sosial.
Artinya: ”Ya Tuhanku, aku berlindung pada-Mu dari rasa takut, sedih
serta duka cita ataupun kecemasan, dari rasa lemah serta kemalasan, dari
kebakhilan serta sifat pengecut, dan beban hutang serta tekanan orang-
orang jahat”.
37
a. Seorang dapat mewarisi kerentanan biologis menyeluruh untuk
mengembangkan kecemasan atau kecenderungan biologis untuk
menjadi sangat terhambat secara sosial. Eksistensi kerentanan
psikologis menyeluruh seperti tercermin pada perasaan atas
berbagai peristiwa, khususnya peristiwa yang sangat menimbulkan
stres, mungkin tidak dapat dikontrol dan dengan demikian akan
mempertinggi kerentananindividu.
b. Ketika dalam keadaan stres, seseorang mungkin mengalami
serangan panik yang tak terduga pada sebuah situasi sosial yang
selanjutnya akan dikaitkan (dikondisikan) dengan stimulus-
stimulus sosial. Individu kemudian akan menjadi sangat cemas
tentang kemungkinan untukmengalami alarm (serangan panik) lain
(yang dipelajari) ketika berada dalam situasi-situasi sosial yang
sama ataumirip.
c. Seseorang mungkin mengalami sebuah trauma sosial riil yang
menimbulkan alarm aktual. Kecemasan lalu berkembang
(terkondisi) di dalam situasi-situasi sosial yang sama atau mirip.
Pengalaman sosial yang traumatik mungkin juga meluas kembali
ke masa-masa sulit di masa kanak-kanak. Pengalaman ini dapat
menghasilkan kecemasan dan panik yang direproduksi di dalam
situasi-situasi sosial di masa mendatang.
Thalis dalam Mayestika terdapa beberapa faktor yang
menimbulkan kecemasan sosial, yaitu:34
a. Faktor individu yang meliputi rasa kurang percaya diri pada
individu, merasa memiliki masa depan tanpa tujuan,dan perasaan
tidak mampu bekerja.
b. Faktor lingkungan yang berkaitan dengan dukungan emosional
yang rendah dari orang lain sehingga individu merasa tidak dicintai
34
Mayestika, T. (2009). Kecemasan Sosial Facebooker Ditinjau Dari Harga Diri. Skripsi
(Tidak Diterbitkan). Fakultas Psikologi: Universitas Kristen Soegipranata Semarang.
38
orang lain, tidak memiliki kasih sayang,tidak memiliki dukungan
dan motivasi.
39
maupun situasi baru, penghindaran sosial dan rasa tertekan yang dialami
secara umum ataupun dengan orang yang dikenal.
D. Penelitian Relevan
Berdasarkan telaah pustaka dan kajian penulis, ditemukan penelitian
yang relevan yaitu :
40
novel 'SHINDERERA TIISU' karya Sakaki Tsukasa" teknik flooding
dalam penyembuhan fobia pada tokoh utama dalam novel 'Shinderera
Tiisu' menggunakan teknik flooding dengan cara invivo, karena sang
tokoh dipaparkan langsung pada stimulus atau sumber ketakutan yang
sebenarnya atau situasi yang nyata secara intens hingga akhirnya fobia
sang tokoh dapat sembuh.39
E. Kerangka Berpikir
Menurut Sugiyono, kerangka berpikir merupakan sintesa tentang
hubungan antara variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah
dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut,
selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga tentang
hubungan variabel tersebut, selanjutya digunakan untuk merumuskan
hipotesis.40 Berdasarkan indikator kecemasan sosial diketahui bahwa
terdapat peserta didik yang mengalami kecemasan sosial, dari berbagai
faktor apakah teknik flooding dapat menurunkan kecemasan sosial peserta
didik.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah bahwa konseling
individu dengan teknik flooding diharapkan dapat menurunkan kecemasan
sosial peserta didik.
39
Imas Lindawati, Pitri Haryanti, dan Fenny Febrianty, “TEKNIK FLOODING DALAM
PENYEMBUHAN FOBIA PADA TOKOH UTAMA DALAM NOVEL’SHINDERERA TIISU’ KARYA SAKAKI
TSUKASA,” t.t., h.6.
40
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta, 2013,
h.60
41
Berikut ini digambarkan alur kerangka pikir dalam penelitianini:
Gambar 1
Kerangka Berpikir
1. Baseline A1 untuk
Konseling individu
mengetahui tingkat
dengan teknik flooding kecemasan sosial peserta
didik.
2. Intervensi dengan teknik
flooding.
3. Baseline A2 untuk melihat
hasil setelah pemberian
intervensi dengan teknik
Penurunan kecemasan flooding.
sosial
42
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini menggunakan Single Subject
Research(SSR). Menurut Juang Sunanto (dalam Ayu Mustika Sari) Single
Subject Research (SSR) merupakan penelitian subjek tunggal yang dimana
prosedur penelitian menggunakan desain eksperimen dengan tujuan untuk
melihatpengaruh perlakuan terhadap perubahan target perilaku.41 Menurut
Juang Sunanto (dalam Alfiatun Fitriani Ulfah, Rully Charitas Indra
Prahmana) desain penelitian subjek tunggal pengukuran dilakukan dengan
periode waktu tertentu misalnya perhari, perminggu atau perjam,
perbandingan penelitian ini tidak dilakukan antar individu akan tetapi
dibandingkan pada subjek yang sama dalam kondisi berbeda.42
B. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah A-B-A.
menurut Juang Sunanto desain A-B-A merupakan desain penelitian
yang menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel terikat
dengan variabel bebas yang kuat. Menurut Sunanto, dkk, desain A-B-A
memiliki prosedur penelitian sebagai berikut: “Mula-mula target
behavior diukur secara kontinyu pada kondisi baseline (A1) dengan
periode waktu tertentu kemudian pada kondisi intervensi (B), kemudian
setelah pengukuran pada kondisi intervensi (B) pengukuran pada
kondisi baseline kedua (A2) diberikan. Penambahan kondisi baseline
kedua (A2) dimaksudkan sebagau control untuk fase intervensi sehingga
41
Ayu Mustika Sari, Peningkatan Kemampuan Membaca Kata Pada Anak Tunagharta
Ringan Melalui Metode P2R, Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus, Vol-3 No.1 Januari 2014, h. 50
42
Alfiatun Fitriani Ulfah, Rully Charitas Indra Prahmana, Single Subject Research:
Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Pemahaman Matematis Siswa, Jurnal
Elemen, Vol. 4 No. 1, Januari 2018, h. 107.
memungkinkan untuk menarik kesimpulan dengan adanya hubungan
fungsional antara variable bebas dan terikat.”43
Target
Baseline 1 (A1) Intervensi (B) Baseline 2 (A2)
Behavior
Sesi
Gambar 2
Gambar . Desain penelitian Single Subject Research Desain A1-B-A2
Keterangan:
(A1) :Baseline-1 untuk mengetahui perilaku awal anak
(B) :Pemberian intervensi
(A2) :Baseline-2, tahap evaluasi untuk mengetahuihasil setelah
pemberian intervensi.44
Pelaksanaan dalam penelitaian ini menggunkan single subject
research (SSR) dengan penelitian A1-B-A2, adalah sebagai berikut:
1. Baseline-1 (A1)
Baseline-1 didalam penelitian ini adalah munculnya perilaku
kecemasan sosial peserta didik saat pembelajaran berlangsung
dilakukan dengan 3 sesi pertemuan.
2. Intervensi (B)
43
Juang Sunanto, Koji Takeuchi, Hideo Nakata. Pengantar Penelitian Dengan Subjek
Tunggal. Center for Research on International Cooperation in Educational Development
(CRICED). 2005. University of
Tsukuba.http://earchive.criced.tsukuba.ac.jp/data/doc/pdf/2005/10/TEXT.685.pdf
44
Juang Sunanto, Koji Takeuchi, Hideo Nakata, Ibid, h. 59
45
Saat pelaksanaan intervensi peneliti menggunakan teknikFlooding
yang dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan sosial saat
pembelajaran berlangsung, fase intervesi ini dilakukan selama 6 kali
pertemuan.
3. Baseline-2 (A2)
Baselin-2 merupakan kegiatan pengulangan dari baseline-1 yang
dimaksudkan sebagai evaluasi untuk melihat pengaruh pemberian
intervensi untuk mengurangi kecemasan sosial saat pembelajaran
dalam fase ini lakukan selama 3 sesi pertemuan.
C. Variabel Dan Definisi Operasional
Pengertian kata variabel sendiri merupakan gejala yang dapat
diubah-ubah.45 Sedangkan kata “penelitian” didefinisikan sebagai suatu
kegiatan dalam mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai
menyusun laporanya.46 Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian
merupakan segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti dalam melakukan
kegiatan untuk, mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis data
sesuai dengan apa yang telah dilakukan hingga mendapatkan hasil akhir.
Dalam penelitian ini, menurut hubungan antara satu variabel dengan
variabel lainya, dapat dibedakan menjadi beberapa variabel penelitian,
yaitu:
1. Variabel Independen
Kata “variabel independen” atau biasa disebut dengan variabel
bebas adalah variabel yang menjadikan sebab timbulnya variabel
dependen (Terikat).47 Dalam penelitian ini, variabel independen yang
digunakan disimbolkan dengan huruf (X), dan variabel (X) dalam
45
Anas Sujuono. Pengantar Statistic Pendidikan. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015),
h. 36
46
Narbuko Cholid, Achmadi Abu. Metodologi Penelitian. (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),
h. 1
47
Pedoman penulisan skripsi. (Bandar Lampung: UIN Raden Intan, 2018), h. 35
46
penelitian ini adalah layanan konseling individu dengan teknik
Flooding.
2. Variabel Dependen
Kata “variabel dependen” atau bisa disebut dengan variabel terikat
adalah variabel yang menjadi akibat adanya variabel bebas.48 Dalam
penelitian ini variabel terikat disimbolkan dengan huruf (Y), dan
variabel (Y) dalam penelitian ini adalah kecemasan sosial peserta didik
.
Tabel 2
48
Ibid
47
Definisi Operasional
Jenis variabel Definisi Indikator Instrument
Konseling Sebuah teknik Modul teknik Observasi
individu dengan modifikasi flooding
teknikflooding perilaku
(X)
Kecemasan Merupakan 1. Ketakutan Observasi
sosial pada perilaku yang akan
peserta didik tidak evaluasi
(Y) menunjang negatif.
proses kegiatan 2. Peghindaran
belajar didalam situasi sosial.
kelas dengan 3. Tertekan
baik. dalam situasi
yang baru.
4. Tertekan
dalam situasi
yang sudah
dikenal.
48
b. Belum adanya penanganan khusus untuk peserta didik yang
mengalami kecemasan sosial.
c. Belum digunakanya teknik flooding.
2. Waktu Penelitian
Peneltian ini dilaksanakan selama 12 kali pertemuan, 3 kali
pertemuan untuk mengetahui munculnya perilaku kecemasan sosial, 6
kali pertemuan untuk pemberian intervensi dengan teknik flooding,
kemudian 3 kali pertemuan setelah pemberian teknik flooding untuk
mengevaluasi hasil dari intervensi yang sudah diterapkan.
3. Setting Penelitian
Dibutuhkan setting penelitian untuk melakukan suatu penelitian.
Untuk penelitian ini tempat yang digunakan adalah didalam kelas,
dipilih karena proses pembelajaran dilakukan didalam kelas. Tidak
memerlukan perubahan proses pembelajaran dalam penelitian ini, guru
tetap melaksanakan proses pembelajaranya menyampaikan materi,
memberikan tugas, hal-hal yang dilakukan dalam pembelajaran. Pada
saat dikelas peneliti mengobservasi perilaku-perilaku kecemasan sosial
yang muncul saat pembelajaran berlangsung.
E. Subjek Penelitian
Dalam menentukan subjek yang akan diteliti, penelitian ini
menggunakan teknik purposive yaitu penetapan responden sebagai sampel
karena adanya tujuan tertentu, bukan berdasar atas random dan sastra.49
Subjek yang diambil dalam penelitian ini adalah salah satu peserta didik
kelas di SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengahberdasarkan pengamatan
peneliti, diperoleh data bahwa subjek selalu memunculkan perilaku
kecemasan sosialpada saat pembelajaran seperti selalu malu saat disuruh
maju kedepan kelas, seringberkeringat dingin jika disuruh maju ke depan
kelas yang mengakibatkan terjadinya kecemasan sosial pada
49
Yuberti. Ibid, h. 118
49
dirinya.Adapun penetapan subjek dalam penelitian ini didasarkan atas
beberapa penentuan subjek penelitian, yakni:
Nama : AP
Kelas : XI-IPA 2
Agama : Islam
Tempat/Tanggal lahir : Panaragan Jaya/23-Februari-2003
Jenis Kelamin : Laki-laki
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, berikut beberapa metode pengumpulan data
yang digunakan oleh penleiti, yaitu:
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan mengamati
secara langsung maupun tidak langsung mengenai hal yang sedang
diamati dan mencatat di lembar observasi.50 Adapun prosedur yang
dilakukan yaitu mencatat perilaku yang muncul. Pencatatan dilakukan
untuk mengetahui berapa banyak perilaku kecemasan sosial yang
sering muncul saat pembelajaran.Obsevasi dilakukan oleh peneliti
selama berlangsungnya penelitian, baik dalam baseline A1, Intervensi
B, dan baseline A2, dengan menggunakan lembar pengamatan. Sasaran
obsevasi ini adalah peserta didik yang berperilaku kecemasan sosial
saat pembelajaran diSMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah.
Pemusatan observasi yaitu pada munculnya perilaku kecemasan sosial.
Lebih rinci observasi dalam penelitian ini digunakan untuk:
a. Mencatat perilaku yang muncul. Pengamatan yang dilakukan
dalam penelitian ini yaitu ketika proses pembelajaran didalam
kelas berlangsung. Pencacatan perilaku digunakan pada saat
memunculkan perilaku sasaran. Pengamatan dilakukan agar
memperoleh data basiline dan guna memperoleh data intervensi
yang dilakukan saat pembelajaran.
50
Yuberti & antomi S. Ibid, h. 132
50
b. Kemudian setelah mendapatkan data baseline A1 yang dilakukan
selama 3 hari, dilanjutkan dengan fase intervensi selama 6 hari
yang didalamnya dilakukan fase intervesi dan evaluasi.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan
mengumpulkan catatan peristiwa yang telah terjadi. 51Dalam penelitian
ini teknik dokumentasi digunakan peneliti untuk memperoleh bukti
atau catatan selama kegiatan proses penelitian.
G. Instrumen Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Instrumen menjadi alat bantu yang disusun untuk mempermudah
peneliti dalam memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan
dengan menggabungkan aspek kognitif dengan item butir pertanyaan
sebagai perangsang.
Selain itu instrumen penelitian merupakan alat ukur. Hal ini sejalan
dengan pendapat Ibnu Hadjar berpendapat bahwa instrumen
merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi
kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif.52
51
Sugiyono, (2018), Ibid, h. 329
52
Ibnu Hadjar. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Kwantitatifdalam Pedidikan, 1996
Jakarta: RajaGrafindo Persada
51
Tabel 3
Kisi-kisi Instrumen Kecemasan Sosial
Variabel Sub Deskripsi Indikator
Variabel
Penurunan Kecemasan Kecemasan 1. Ketakutan
kecemasan sosial sosial adalah akan evaluasi
sosial istilah yang negatif.
digunakan untuk 2. Penghindaran
menggambarkan situasi-situasi
keadaan yang sosial.
ditandai dengan 3. Rasa tertekan
ketidaknyamanan dengan orang
emosional, yang dikenal.
ketakutan, 4. Rasa tertekan
kekhawatiran, dengan orang
dan perilaku yang baru.
maladatif.
52
d. Mengumpulkan dan mengukur data kondisi intervensi (B) dengan
periode waktu tertentu sampai data menjadi stabil
e. Mengulang kondisi baseline (A2) setelah kecenderungan arah dan
level pada fase intervensi (B).53
2.Pemilihan Partisipan Peneliti
Memilih partisipasi membantu peneliti untuk melakukan observasi
kecemasan sosial di SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah sehingga
peneliti berkolaborasi dengan partisipan dalam melakukan penelitian.
Berikut biodata observer lain:
Nama : Rizqi Amaliyyah
TTL : Jember, 01 September 2002
NPM : 2011080140
Prodi : BKPI
Alamat : Sukarame
H. Teknik dan Pengolahan Analisis Data
Analisis datahasil penelitian dilakukan melalui 2 tahap utama yaitu
pengolahan data dan analisis data.
1. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini mengunakan
beberapa yaitu observasi, dan dokumentasi. Metode observasi yaitu
dengan cara mengamati setiap aspek yang menjadi sasaran dalam
penelitian ini, pengamatan dilakukan sebelum dan selama
intervensi dilaksanakan. Untuk baseline pengumpulan data
dilakukan dengan cara mencatat setiap perubahan peserta didik
yang mengalami kecemasan sosial. Sedangkan, dalam fase
intervensi, pengumpulan data dilakukan dengan memberikan
penilaian berupa skor pada setiap penurunan kecemasan sosial
peserta didik. Dimana dalam penelitian ini terdapat 2 observer.
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan
pengukuran persentase yang merupakan suatu pengukuran variabel
53
Juang Sunanto dkk, Ibid, h. 60
53
terikat yang biasa digunakan peneliti dan guru untuk mengukur
perilaku dalam bidang akademik maupun sosial.
2. Teknik Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif, pada penelitian subjek tunggal penggunaan statistic yang
kompleks tidak dilakukan akan tetapi lebih kepada statistic
deskriptif yang lebih sederhana yaitu analisis visual, meliputi
analisis dalam kondisi dan antar kondisi.54
Pada penelitian ini penyajian data terdapat dalam grafik
setelah sebelumnya melalui perhitungan secara persentase. Hal ini
guna menunjukkan skor rata-rata data pada fase baseline dan fase
intervensi. Juang Susanto, dkkmengatakan bahwa kegiatan analisis
penelitian single subject reaserch atau subjek tunggal ini terdapat
beberapa komponen penting yang haru dianalisis seperti, yakni (a)
stabilitas data; (kecenderungan data; (c) tingkat perubahan data; (d)
rata-rata untuk setiap kondisi, (e) dan data overlapping.55
Dari hasil keseluruhan data yang diperoleh diberi skor,
kemedian semua skor baseline A1-B-A2 dijumlahkan dan diubah
menjadi persentase menggunakan rumus:
Ob1+Ob 2
X 100
2
Ob : Observer 1
Ob : Observer 2
2 : Jumlah Observer
100 : Persentase
54
Anita Rahmawati, Keefektifan Metode Drill Terhadap Kemampuan Artikulasi Anak
Autis disekolah, (Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta,2014), hlm26. Diakses
melalui scholar.google.co.id pada Februari 2020
55
Juang Susanto, dkk. Op.Cit. hlm 93
54
Perlu diketahui bahwa perhitungan ini dilakukan dengan menganalisis
data setiap kondisi dan antar kondisi sebagai berikut:
1. Analisis Dalam Kondisi
a. Panjang Kondisi
Panjang kondisi dapat dilihat dari banyak poin atau skor pada setiap
kondisi.
b. Estimasi Kecenderungan Arah
Pentingnya kecenderungan arah data pada suatu grafik yaitu untuk
memberikan gambaran perilaku subjek yang sedang diteliti.
Terdapat tiga macam kecenderungan arah grafik yaitu menurun,
meningkat dan mendatar.
c. Jejak Data
Menentukan jejak data sama halnya dengan kecenderungan arah
jadi data yang dimasukan sama seperti kecenderungan arah.
d. Menentukan Level Stabilitas Rentang
Pada level ini tedapat kemungkinan yaitu variabel stabil dan tidak
satabil.56
e. Menetukan Level Perubahan dengan cara sebagai berikut:
1) menentukan berapa besar data point (skor) pertama dan terakhir
pada suatu kondisi atau fase, (2) kurangi data yang besar
dengan data yang kecil, (3) menentukan apakah selisihnya
menentukan arah yang membaik atau memburuk sesuai dengan
tujuan intervensi.57
2. Analisis Antar Kondisi
a. Jumlah Variabel yang akan diubah
Penentuan jumlah variabel yang akan diubah dari kondisi baseline
ke intervensi.
56
Juang Sunanto dkk, Ibid, h. 108-112
57
Siti Dina Effendi, Efektivitas Game Edukatif Terhadap Kemampuan Menulis
Permulaan Anak Autis Di Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan Khusus, (2017), h. 8
55
b. Perubahan Kecenderungan dan Efeknya
Dengan membandingkan arah grafik pada kondisi baseline dengan
intervensi akan diketahui grafik kearah membaik (kecenderungan
positif) atau kearah memburuk (kecenderungan negatif).
c. Perubahan Kecenderungan Stabilitas
Menetukankecenderungan stabilitas dengan melihat kecenderungan
stabilitas dengan kondiisi yang dibandingkan.
d. Perubahan Level
Tentukan data point pada kondisi baseline A1 dengan A2 dengan
menghitung selisih antara keduanya.58
e. Data Overlap (tumpang tindih)
1) Melihat kembali batas bawah dan batas atas pada kondisi
baseline A1
2) Menghitung jumlah data point pada kondisi intervensi B yang
berada pada rentang kondisi baseline A1
3) Perolehan angka pada langkah (b) dibagi dengan banyaknya
data point dalam kondisi B kemudian dikalikan 100%.59
58
Juang Sunanto dkk, Ibid, 113-115
59
Siti Dina Effendi, Ibid, h. 9
56
57