Anda di halaman 1dari 149

PERAN GURU DALAM MENSTIMULASI FISIK MOTORIK

HALUS ANAK PEMBELAJARAN DARING DI TK


LABBAIKA

SKRIPSI

Disusun Oleh:

ERDA WARSA PUTRI

1611305057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

JURUSAN PENDIDIKAN MADRASAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SAMARINDA

2020
PERAN GURU DALAM MENSTIMULASI FISIK MOTORIK
HALUS ANAK PEMBELAJARAN DARING DI TK
LABBAIKA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda Sebagai


Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Starta 1 (S1) Dalam
Ilmu Tarbiyah

Disusun Oleh:
ERDA WARSA PUTRI
1611305057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

JURUSAN PENDIDIKAN MADRASAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SAMARINDA

2020
iii

HALAMAN PERSETUJUAN

PERAN GURU DALAM MENSTIMULASI FISIK MOTORIK


HALUS ANAK PEMBELAJARAN DARING DI TK
LABBAIKA

NAMA : ERDA WARSA PUTRI


NIM : 161105057

Telah Dibimbing dan Disetujui untuk Diseminar hasilkan di Depan


Penguji Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Samarinda

Samarinda, 13 November 2020


Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hj. Robingatin, M.Ag Sunanik M.Pd


NIP: 1965061619922032001 NIDN: 2005068201

Mengetahui,
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Samarinda

Dr. Muhammad Eka Mahmud, M. Ag


NIP: 197408062002121003
iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan khusus kepada kedua orangtua saya, M.

Juliat Noor dan Asmawati yang telah banyak berkorban dan memanjatkan doa

sepanjang malam untuk saya. Membantu saya baik secara finansial dan

spiritual, yang tidak henti-hentinya memberikan yang terbaik bagi saya dalam

menyelasaikan skripsi ini dengan sebaik mungkin.

Skripsi ini juga penulis persembahkan kepada saudara saya Istiqomah

dan segenap keluarga besar H. Zam-Zam yang sekarang berada jauh di

provinsi Kalimantan Utara, yang telah memberikan motivasi serta semangat

yang disertai dengan kasih sayang yang luar biasa.

Terakhir skripsi ini penulis persembahkan kepada teman-teman saya Trie

Adelia Ambarwhaty, Siska Indriani, Yunita, Mar’atuss Sholihah, Dony

Apriansyah, Fifi Novia, dan Mba Widia yang telah memberikan support serta

saran yang membangun selama saya mengerjakan skripsi ini dari awal hingga

selesai.

Terimakasih atas doa dan juga dukungan kalian semua, semoga Allah swt

membalas semua kebaikan kalian serta melancarkan urusan kalian baik di

dunia maupun di akhirat. Aamiin yaa Robbal ‘Alamin.


v

MOTTO

“Bukan Tentang Tersenyu, Tapi Tentang Memahami dan Mengikhlaskan Apa


Yang Dipelajari”

Saya hanya berpikir bahwa hidup ini sangat menyulitkan. Kita tidak bisa
berjalan hanya mengikuti garis horizontal tapi kita juga harus bisa
melewati garis vertikal. Ditepi jurang, banyak orang-orang yang
membutuhkan pertolongan. Untuk memahami kenapa orang-orang
tersebut membutuhkan pertolongan, maka kita harus mencari jawaban atas
semua pertanyaan “kenapa, mengapa, dan bagaimana?” untuk berani
mengulurkan tangan. Tidak lupa semua itu bergantung pada keimanan kita
kepada sang pencipta (Allah swt), yang telah memberikan segalanya
kepada kita. Dengan begitu saya yakin apa yang kita pelajari akan berguna
untuk diri kita sendiri dan oranglain.
vi

ABSTRAK

Erda Warsa Putri, 2020. “Peran Guru Dalam Menstimulasi Fisik


Motorik Halus Anak Melalui Pembelajaran Daring di TK Labbaika”.
Penelitian ini dibimbing oleh ibu Dr. Hj. Robingatin, M.Ag selaku
pembimbing I dan ibu Sunanik M.Pd selaku pembimbing II.
Penelitian yang dilakukan dalam penyusunan skripsi ini dilatar belakangi
oleh kondisi yang terjadi saat ini, dimana keadaan saat ini mengharuskan guru
melakukan pembelajaran melalui pembelajaran daring. Hal ini, tidak lepas
karena kondisi pandemi akibat virus COVID-19 yang melanda hampir seluruh
bagian Negara yang ada di dunia saat ini. Sehingga disini perlu ada
penelusuran lebih lanjut bagaimana proses pembelajaran melalui daring ini
berlangsung, terutama dalam mengetahui bagaimana peran seorang guru
dalam menstimulasi fisik motorik halus anak usia dini melalui pembelajaran
daring. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran guru
dalam menstimulasi fisik motorik halus anak usia dini selama menjalani
pembelajaran melalui daring di TK Labbaika. Jenis penelitian ini adalah
kualitatif dengan pendekatan deksritif. Teknik pengumpulan data yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Dimana semua pengumpulan data dilakukan secara daring. Adapun teknik
analisis data yang digunakan yaitu data reduction (reduksi data), data Display
(penyajian data), Vertivikasi.
Hasil penelitian menunjukkan adapun peran guru dalam menstimulasi
fisik motorik halus anak melalui pembelajaran daring di TK Labbaika yaitu
dengan menggunakan metode variasi kegiatan dan penugasan kepada anak.
Adapun beberapa peran guru dalam proses menstimulasi fisik motorik halus
anak melalui pembelajaran daring di TK labbaika yaitu sebagai berikut:
(1) sebagai organisator, yaitu peran guru dalam merancang atau membuat
rencana pembelajaran seperti PROSEM, RPPM, SILABUS dan RPPH serta
jadwal mengajar pembelajaran daring; (2) sebagai fasilitator, yaitu peran guru
dalam membimbing anak mengikuti pembelajaran melalui bermacam-macam
media pembelajaran seperti media kertas origami, media playdough, media
manik-manik, media puzzle, media dakron dan kapas, dan media bahan alam;
(3) sebagai komunikator, yaitu peran guru dalam menyampaikan berbagai
macam informasi yang berkaitan dengan segala aktivitas belajar motorik halus
anak dan perkembangan motorik halus anak selama mengikuti pembelajaran
daring kepada orangtua; (4) sebagai motivator, yaitu peran guru dalam
memberikan motivasi kepada anak selama anak mengikuti proses stimulasi
motorik halus melalui pembelajaran daring di TK Labbaika: (5) sebagai
evaluator, yaitu peran guru dalam mengevaluasi setiap perkembangan motorik
halus anak yang dilakukan hanya satu kali setiap minggunya selama melakukan
melalui pembelajaran daring.
vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq dan hidayah-

Nya lah saya dapat menyelesaikan skripsi mengenai “Peran Guru Dalam

Menstimulasi Fisik Mootorik Halus Anak Melalui Pembelajaran Daring di

Tk Labbaika” hingga selesai.

Tidak lupa juga dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti menerima

begitu banyak bantuan, saran, motivasi, dari berbagai pihak, oleh karena itu

ucapan terimakasih ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Mukhamad Ilyasin, M.Pd selaku rektor Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda.

2. Bapak Dr. Much. Eka Mahmud, M. Ag selaku dekan Fakultas Tarbiyah

dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda.

3. Ibu Lina Revilla Malik, M, Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Madrasah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Samarinda.

4. Ibu Robingatin, M.Ag selaku pembimbing I yang memberikan

bimbingan, saran dan saran selama proses mengerjakan skripsi.

5. Ibu Sunanik M.Pd selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu

dalam mengarahkan serta membimbing saya dalam mengerjakan skripsi.

6. Bapak Dr. Syeh Hawib Hamzah, S.Ag, M.PdI selaku dosen penasehat

akademik yang selalu memberikan nasihatnya selama saya menempuh

pendidikan di IAIN Samarinda.


viii

7. Seluruh dosen dan staf akademik Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

atas ilmu yang telah diberikan.

Adapun ucapan terimakasih juga disampaikan kepada orang-orang

terdekat peneliti yang telah memberikan dukungan baik secara material

maupun secara spiritual selama saya menempuh pendidikan di Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda, terutama untuk:

1. Kedua orangtua yang saya sangat banggakan dan sangat saya sayangi,

Ayahanda M.Juliat Noor dan Ibunda Asmawati yang telah memberikan

saya kasih sayang penuh beserta dukungannya.

2. Kepada Alm. Kai saya H. Muhammad Zam-Zam as dan nenek saya

Rusmmiyati. A yang sewaktu kecil telah merawat saya.

3. Kepada saudara saya Istiqomah yang selalu memberikan semangat serta

doa kepada saya.

4. Segenap keluarga besar H. Muhammad Zam-Zam, acil-acil saya dan

paman-paman saya serta sepupu saya yang telah memberikan semangat

dan nasehat-nasehat kepada saya selama menjalani perkuliahan.

5. Sahabat saya Trie Adelia Ambarwaty, Siska Indriani, Yunita, dan Dony

Apriasnyah, Mar’atus Sholihah, Fifi Novia, dan Mba Widia untuk

persahabatan yang sangat erat ini serta dukungan dan semangat yang

selalu diberikan kepada saya.

6. Teman-teman seperjuangan Wiwin, Nur Risna R, Livita M.L, Clarissa

Arnais.L, Susan, Miftah Alfi Sunnah, Diyanah I.M, Astri.M, Angela

N.A, Dini Aulia.A, Nadia Salisah.R, Wahyuni Astaniah yang telah


ix

menemani saya selama berkuliah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Samarinda.

7. Pemilik kost azizah dan teman-teman yang berada dilingkungan kost

azizah yang selalu menyemangati saya.

8. Kepada guru-guru SD, SMP, dan SMA saya yang berada di Kalimantan

Utara yang telah memberikan ilmunya selama saya bersekolah ditingkat

starta Kabupaten Tana Tidung.

9. Dan kepada pihak-pihak lain yang tidak mungkin peneliti menuliskan

namanya satu persatu yang telah memberikan dorongan kepada saya

secara langsung ataupun tidak langsung dalam pengerjaan skripsi ini

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin


masih banyak kekurangan dalam penulisan ini. Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
memperbaiki isi dari draft proposal ini sendiri.

Samarinda, 01 November 2020

Penulis,
x

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i

HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv

MOTTO ...................................................................................................... v

ABSTRAK................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................... x

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv

RIWAYAT HIDUP PENULIS ................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian...................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 8

E. Penegasan Istilah ...................................................................... 10

F. Kajian Pustaka.......................................................................... 13

G. Sistematika Penulisan ............................................................... 16


xi

BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 17

A. Pengertian Peranan, Guru, dan Peranan Guru ........................... 17

B. Fisik Motorik Halus Anak Usia Dini ........................................ 36

C. Hakikat Anak Usia Dini ........................................................... 55

D. Pengertian Media Pembelajaran Daring (Online) ...................... 56

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 60

A. Jenis Penelitian ......................................................................... 60

B. Pendekatan Penelitian ............................................................... 60

C. Fokus Penelitian ....................................................................... 61

D. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 61

E. Keabsahan Data ........................................................................ 70

F. Teknik Analisis Data ................................................................ 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 72

A. Profil TK Labbaika Samarinda Seberang .................................. 73

B. Deksripsi Hasil Penelitian ......................................................... 80

C. Pembahasan.............................................................................. 104

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 109

A. Kesimpulan ............................................................................ 109

B. Saran ...................................................................................... 110

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
xii

DAFTAR TABEL

Halaman

TABEL I PERSAMAAN DAN PERBEDAAN DALAM


PENELITIAN...................................................................14

TABEL II TINGKAT PENCAPAIAN MOTORIK HALUS ANAK


BERDASARKAN USIA..................................................48

TABEL III LEMBAR OBSERVASI PERKEMBANGAN


MOTORIK HALUS ANAK SELAMA PROSES
PEMBELAJARAN DARING DI TK LABBAIKA
SAMARINDA SEBERANG............................................64

TABEL IV LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN PERAN GURU


DALAM MENGEMBANGKAN FISIK MOTORIK
HALUS ANAK USIA DINI DI TK LABBAIKA
MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN DARING......64

TABEL V LEMBAR WAWANCARA GURU DALAM


MENGEMBANGKAN FISIK MOTORIK HALUS
ANAK USIA DINI MELALUI MEDIA
PEMBELAJARAN DARING DI TK LABBAIKA
SAMARINDA SEBERANG ............................................68

TABEL VI LEMBAR WAWANCARA ORANGTUA TERKAIT


FISIK MOTORIK HALUS ANAK
SELAMABELAJAR DI
RUMAH............................................................................69

TABEL VII DATA TENAGA KEPENDIDIKAN TK LABBAIKA


SAMARINDA SEBERANG............................................77

TABEL VIII DATA ANAK SENTRA SENI (KELAS AL-FURQON)


TK LABBAIKA................................................................79
xiii

TABEL IX LEMBAR OBSERVASI PERKEMBANGAN


MOTORIK HALUS ANAK SELAMA PROSES
PEMBELAJARAN DARING DI TK LABBAIKA
SAMARINDA SEBERANG..........................................101

TABEL X HASIL PENILAIAN MOTORIK HALUS ANAK.....102


xiv

DAFTAR LAMPIRAN

GAMBAR I FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN MOTORIK

HALUS MELALUI PEMBELAJARAN DARNG

GAMBAR II LEMBAR PENILAIAN ANAK

GAMBAR III LEMBAR WAWANCARA GURU DALAM

MENGEMBANGKAN FISIK MOTORIK HALUS

ANAK USIA DINI MELALUI PEMBELAJARAN

DARING DI TK LABBAIKA,SAMARINDA

SEBERANG

GAMBAR IV LEMBAR WAWANCARA ORANGTUA TERKAIT

FISIK MOTORIK HALUS ANAK SELAMA

BELAJAR DI RUMAH

GAMBAR V LEMBAR RPPM TK LABBAIKA


xv

RIWAYAT HIDUP

Erda Warsa Putri sebagai penulis skripsi adalah anak pertama dari
bapak M. Juliat Noor dan Ibu Asmawati dari dua bersaudara. Penulis
dilahirkan di Kabupaten Tana Tidung, Desa Tideng Pale Provinsi Kalimantan
Utara pada tanggal 19 Juni 1998. Penulis menempuh jenjang pendidikan mulai
dari Taman Kanak-Kanak (TK) Kartini pada tahun 2004 di Kabupaten Tana
Tidung, kemudian penulis masuk Sekolah Dasar (SD) 001 Sesayap,
Kabupaten Tana Tidung pada tahun 2005 dan lulus pada tahun 2010,
kemudian penulis menempuh jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 1 Sesayap, Kabupaten Tana Tidung pada tahun 2011, pada
tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas
(SMA) 1 Sesayap, Kabupaten Tana Tidung, hingga pada akhirnya penulis
menempuh jenjang pendidikan Starta 1 (SI) di Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Samarinda yang ada di Kalimantan Timur dan mengambil Jurusan
Madrasah dengan program studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD).
Penulis pernah aktif diberbagai ekstrakulikuler dan organisasi selama
menempuh berbagai jenjang pendidikan. Seperti, Palang Merah Remaja
(PMR) sebagai ketua dari HUMAS dan Kesenjangan Kesehatan tingkat SMP
dan SMA, Anggota Olahraga Badminton di SMP Negeri 1 Sesayap,
Kabupaten Tana Tidung, Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) sebagai
anggota dari bidang Teknologi dan Informatika (TIK) di SMA Negeri 1
Sesayap, Kabupaten Tana Tidung, sebagai anggota atau kader dari Kesatuan
Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), serta pernah menjadi ketua
koordinasi Teknologi dan Informatika (TIK) di Himpunan Mahasiswa
Program Studi (HMPS) di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda
angkatan 2016. Saat ini penulis aktif mengikuti kursus, lomba menulis online,
dan seminar berbasis online maupun offline yang diadakan diberbagai wilayah
dan Universitas yang ada di Indonesia, serta penerima beasiswa berbasis
kursus via online.
Dengan motivasi dan dukungan dari keluarga serta sahabat penulis,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan pengerjaan tugas akhir yang telah
diberikan sebagai syarat dalam memperoleh kelulusan di Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Samarinda.
Akhir kata penulis tutup dengan pengambilan judul skripsi penulis yaitu
“Peran Guru Dalam Menstiulasi Fisik Motorik Halus Anak Melalui
Pembelajaran Daring di TK Labbaika”
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kajian literatur ilmu pendidikan adalah ilmu yang mempelajari

proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam

upaya mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan, proses, cara,

pembuatan mendidik. Selanjutnya dipahami bahwa ilmu pendidikan adalah

dua kata yang dipadukan yakni, ilmu dan pendidikan. 1

Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses

pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan dan mengasah keterampilan

yang diperoleh melalui suatu pelatihan dan pengajaran. Pendidikan juga dapat

diartikan sebagai suatu usaha sadar yang dilakukan secara sistematis untuk

mewujudkan proses pembelajaran bagi peserta didik dalam mengembangkan

potensi yang ada dalam dirinya. Jadi, secara singkat pendidikan dapat diarikan

sebagai sebagai suatu proses pembelajaran yang dilakukan kepada peserta

didik agar para peserta didik dapat memiliki pemahaman terhadap segala

sesuatu agar menjadi manusia yang kritis dalam berpikir.

Pendidikan non-formal merupakan salah satu dari sekian banyak istilah

yang muncul dalam studi kependidikan pada akhir tujuh puluhan. Konsep

pendidikan nonformal muncul atas dasar hasil obesrvasi dan pengalaman

langsung maupun tidak langsung. Hasil observasi dan pengalaman ini

kemudian dibentuk sehingga dapat diketahui persamaan dan perbedaan ciri-

1
Amos Neolaka dan Grace Amialia A. Neolaka, Landasan Pendidikan, (Depok: K E N
2

ciri antara pendidikan formal dan non-formal. Pendidikan non-formal

memiliki pengertian sistem, prinsip-prinsip dan paradigma tersendiri yang

relatif berbeda dengan apa yang digunakan dalam pendidikan formal. 2

Pendidikan non-formal bertujuan untuk menambah atau melengkapi

pendidikan formal, pendidikan non-formal biasanya diselenggarakan oleh

pemerintah berdasarkan standar nasional pendidikan. Dengan artian, bahwa

pendidikan non-formal tersebut berpedoman kepada standar nasional

pendidikan maka hasil daripada pendidikan non-formal ini setara dengan

pendidikan formal. Pendidikan non-formal juga biasanya dikenal dengan

pendidikan yang belajar mengajarnya dapat dilakukan di luar sekolah dengan

melihat kebutuhan apa yang peserta didik butuhkan seperti pengetahuan dari

berbagai informasi.

Salah satu pendidikan non-formal adalah Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD) yang merupakan jenjang terawal pendidikan formal. Inti Pendidikan

Anak Usia Dini (PAUD) adalah bermain sambil belajar. Dalam bermain itu

tepatlah bila disisipkan nyanyian sebagai salah satu sarana pendidikan. 3

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), merupakan salah satu bentuk pendidikan

anak usia dini yang menyediakan program pendidikan dini sekurang-kurangya

dari usia 0-6 tahun. Pendidikan pada masa ini disebut juga sebagai pendidikan

prasekolah yang bertujuan untuk membantu menstimulus dalam berbagai

aspek perkembangan yang dimiliki anak usia dini seperti sikap, pengetahuan

maupun keterampilan yang dimiliki oleh anak.

2
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Bandung: PT
IMTIMA, 2007), hlm 11-12.
3
Theo Sunu Widodo, Riang Berdendang, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), hlm 5.
3

Anak usia dini adalah anak yang berada dalam batas usia kronologis

individu. Dalam mendefinisikan dan membuat batasan tentang anak usia dini

misalnya, terdapat dua perbedaan. Di Indonesia, batasan umur anak usia dini

adalah 0-6 tahun, sehingga pada usia 7 tahun anak telah dikatakan siap

melaksanakan studi pada jenjang pendidikan dasar.4 Anak usia dini berada

dalam masa golden age dimana anak mengalami masa pertumbuhan dan

perkembangan yang begitu pesat sehingga memerlukan stimulasi yang tepat,

agar tumbuh dan berkembang secara maksimal. Pemberian stimulasi ini dapat

diberikan kepada anak melalui lingkungan keluarga, tempat penitipan anak

(TPA), kelompok bermain (KB), PAUD atau melalui jalur formal seperti TK

dan RA.

Telah disebutkan bahwa anak usia dini berada dalam masa golden age

(usia keemasan) dimana hal ini berkaitan dengan pertumbuhan dan

perkembangan pada anak usia dini. Pertumbuhan dan perkembangan anak usia

dini mencakup berbagai aspek. Secara umum pertumbuhan dan perkembangan

anak usia dini meliputi enam aspek yaitu perkembangan agama dan moral,

fisik motorik, sosial-emosi, bahasa, kognitif dan seni. 5

Pertumbuhan dan perkembangan memilki pengertian yang berbeda.

Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif atau

sesuatu yang dapat diukur dengan melihat adanya akibat dari luar atau terjadi

karena faktor lingkungan yang ditandai dengan kematangan organ-organ fisik

4
Nur Hamzah, Pengembangan Sosial Anak Usia Dini, (Pontianak: IAIN Pontianak
Press, 2015), hlm 1.
5
Masganti Sit, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, (Depok: Kencana, 2017), hlm
7-8
4

seperti bertambahnya tinggi badan, berat badan, dan bertambahnya

kesempurnaan susunan tulang dan syaraf. Sedangkan perkembangan dapat

diartikan sebagai suatu perubahan yang bersifat sistematis yang saling

berkesinambungan antara aspek fisik dan psikis seperti, anak yang awalnya

tidak bisa memegang alat tulis (misal pensil) menjadi bisa memegang pensil

yang dilakukan melalui rangsangan stimulus dalam pembelajaran.

Salah satu perkembangan anak usia dini adalah fisik motorik. Fisik

motorik anak usia dini merupakan suatu perkembangan dari unsur kematangan

berdasarkan pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik pada anak usia

dini dibedakan menjadi dua yaitu fisik motorik kasar dan fisik motorik halus.

Perkembangan pada fisik motorik kasar anak ini adalah perkembangan yang

melibatkan gerakan tubuh melalui otot-otot besar yang dipengaruhi oleh usia.

Sedangkan, perkembangan fisik motorik halus adalah kemampuan yang

berhubungan dengan fisik namun, melibatkan otot-otot kecil yang

memerlukan rangsangan secara rutin.

Oleh sebab itu, untuk menstimulasi kemampuan fisik motorik anak

terutama dalam fisik motorik halus anak sangat diperlukan stimulasi yang

tepat dari orangtua dan guru. Namun, jika anak berada dalam ruang lingkup

sekolah peran guru sangatlah penting dalam pembelajaran sehingga guru

dituntut memiliki kompetensi dalam mengajar terutama dalam menstimulasi

fisik motorik anak. Hal yang biasanya guru lakukan dalam menstimulasi fisik

motorik anak sangatlah berbeda dari model pembelajaran yang dilakukan oleh

guru, terutama dalam melatih fisik motorik halus anak.


5

Dalam menstimulasi fisik motorik halus anak ini guru harus dituntut agar

inovatif dalam melakukan pembelajaran agar dapat menghasilkan anak didik

yang berkualias. Maka, untuk mewujudkan perkembangan motorik halus anak

tergantung dengan bagaimana peran guru dalam melakukan perencanaan dan

pembelajaran itu sendiri.

Banyak cara dalam menstimulasi fisik motorik halus anak yang dapat

dilakukan oleh guru selama pembelajaran di sekolah. Namun, tidak hanya di

sekolah guru juga dapat menstimulasi motorik halus anak ini melalui media

pembelajaran daring yang dilakukan di rumah.

Pada tanggal 02 Maret 2020, sebuah virus yang melanda dunia di

beberapa Negara dan dibeberapa daerah membuat proses belajar mengajar di

sekolah harus dilakukan di rumah. Di Indonesia sendiri, pemerintah mulai

mengeluarkan kebijakan mengenai pembelajaran di rumah ini pada tanggal 09

April 2020, berdasarkan surat keputusan dari Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan (Kemendikbud) Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran

Covid-19. Dalam surat keterangan ini, bahwa tujuan pelaksanaan Belajar Dari

Rumah (BDR) adalah untuk memastikan peserta didik tetap mendapatkan

layanan pendidikan ditengah wabah Covid-19 dan mencegah terjadinya

penularan dikalangan masyarakat yang akan berdampak pada kesehatan dalam

satuan pendidikan.

Hamid Muhammad selaku Direktur Jendral Pendidikan Anak Usia Dini,

Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Pit. Dirjen PAUD Dikdasmen)


6

mengatakan bahwa kalender belajar dari rumah melalui media daring untuk

jenjang PAUD Dikdasmen ditentukan pada minggu ketiga di bulan Juli karena

mengingat bahwa kegiatan belajar mengajar pada tahun ajaran baru akan

dilakukan berbeda dari sebelumnya maka diperlukan waktu untuk mencari

metode yang tepat dalam pembelajaran sesuai dengan standar PAUD.

Oleh sebab itu, melalui surat edaran mengenai pedoman Belajar Dari

Rumah (BDR) membuat pemerintah mengeluarkan keputusan melalui surat

edaran terkait pedoman belajar yang dilakukan secara daring selama masa

penyebaran virus Covid-19. Dimana, secara spesifik tercantum dalam surat

edaran yang dikeluarkan Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Nomor

3692/MPK●A/HK/2020 yang berisikan bahwa surat edaran ini ditujukan

kelembaga-lembaga tertentu, salah satunya ke Seluruh Perguruan Tinggi

Negeri atau Swasta mengenai keputusan Pembelajaran Daring dan Bekerja

Dari Rumah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease

(Covid-19).

Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dilakukan melalui

pemberian informasi kepada murid (penerima informasi) tanpa bertemu atau

bertatap muka secara langsung. Melainkan, pembelajaran daring ini adalah

media pembelajaran yang membutuhkan koneksi internet atau dilakukan

secara online.

Dilansir dari Republika.co.id, Nadiem Makarim selaku Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan jika sekolah mengalami zona hijau

maka boleh melakukan pembelajaran secara bertatap muka, namun semua


7

keputusan diserahkan kepada anak dan orangtua. Nadiem Makarim juga

menegaskan bahwa sekolah yang berstatus zona merah, oranye, dan kuning

tidak diperbolehkan untuk dibuka dan akan secara berskala proses belajar akan

dilakukan secara daring dirumah.

Melihat dari keadaan yang ada, TK Labbaika merupakan salah satu fokus

utama bagi guru dalam menstimulasi fisik motorik halus anak ditahun ajaran

baru ini. Sebagian guru juga harus belajar beradaptasi pada situasi yang ada

saat ini, sehingga untuk membantu dalam mengembangkan aspek

perkembangan anak harus dirancang semaksimal mungkin melalui media yang

akan digunakan dalam proses belajar mengajar secara daring, terutama dalam

mengembangkan fisik motorik halus anak usia dini.

Oleh sebab itu, dalam penulisan skripsi kali ini peneliti mencoba mencari

tahu peran seperti apa yang guru lakukan dalam menstimulasi fisik motorik

halus anak usia dini melalui media pembelajaran daring, mengingat

pembelajaran yang dilakukan saat ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Dengan permasalahan yang ada di TK Labbaika tentang bagaimana peran

guru dalam menstimulasi fisik motorik halus anak di TK Labbaika melalui

pembelajaran daring. Karena, seperti yang kita ketahui bahwa pembelajaran

daring ini merupakan pembelajaran yang baru-baru saja diterapkan pemerintah

Indonesia sehingga akan terjadi banyak sekali perbedaan dalam penyampaian

pesan kepada peserta didik selama proses pembelajaran daring ini. Untuk itu,

perlu adanya tinjauan mengenai hal ini.


8

Berdasarkan uraian diatas dan ketertarikan peneliti mengenai hal ini,

maka peneliti ingin sekali melakukan penelitian tentang “Peran Guru Dalam

Menstimulasi Fisik Motorik Halus Anak Melalui Pembelajaran Daring Di TK

Labbaika”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana peran guru dalam menstimulasi fisik motorik

halus anak di TK Labbaika?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah peneliti cantumkan di atas

maka, tujuan penelitian dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

peran guru dalam menstimulasi fisik motorik halus anak di TK Labbaika

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka penelitian ini

diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung

maupun secara tidak langsung adapun manfaat dalam penelitian ini yaitu:

1. Secara Teoritis

Secara teoritis diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam

pemberian masukan dan bermanfaat sebagai referensi bagi pembaca dalam

memahami perkembangan motorik halus anak usia dini lebih tepatnya

dalam memahami peran guru dalam menstimulasi fisik motorik halus anak

usia dini melalui pembelajaran daring di salah satu lembaga sekolah yang

ada.
9

2. Secara Praktis

Adapun secara praktis yang dapat diperoleh dari hasil penelitian yang

dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Guru

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi

pendidik dalam membantu menstimulasi fisik motorik halus anak usia

dini dengan secara optimal pada pembelajaran yang dilakukan.

b. Peneliti

Bagi peneliti sendiri, diharapkan penelitian ini akan membantu peneliti

dalam memahami pentingnya cara atau peran seoramg guru dalam

membantu menstimulasi fisik motorik halus anak usia dini melalu

pembelajaran daring maupun tidak daring sebagai bekal dikala peneliti

kelak menjadi tenaga pendidik.

E. Penegasan Istilah

1. Peran Guru

Peran guru adalah sebagian tugas dari pendidik seperti mendidik,

mengajar, dan melatih siswa yang bertujuan untuk membantu siswa dalam

mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya. Adapun

indikator peran guru dalam penelitian ini meliputi:

Peran guru sebagai pembimbing, pada lembaga sekolah TK Labbaika

Samarinda Seberang peran guru sebagai pembimbing merujuk pada cara

guru dalam menjelaskan kegiatan pembelajaran melalui penggunanaan

media pembeajaran yang gunakan.


10

Peran guru sebagai fasilitator, pada lembaga sekolah TK Labbaika

peran guru sebagai fasilitator merujuk pada bagaimana guru memberikan

kenyamanan saat berinteraksi dengan anak dan memberikan fasilitas berupa

media pembelajaran yang dapat di gunakan anak saat melakukan kegiatan

pembelajaran.

Peran guru sebagai motivator, pada lembaga sekolah TK Labbaika

Samarinda Seberang, guru sebagai motivator merujuk pada bagaimana

seorang guru memberikan motivasi kepada anak melalui hail karya yang

telah anak kerjakan.

Peran guru sebagai evaluatot, pada lembaga sekolah TK Labbaika

Samarinda Seberang, guru sebagai evalutor melakukan evaluasi terhadap

perkembangan anak satu kali dalam satu minggu yang dilakukan setiap hari

sabtu dengan melihat hasil karya anak yang dikumpulkan secara daring ke

dalam group kelas masing-masing.

2. Motorik Halus

Motorik halus adalah kemampuan fisik yang berhubungan dengan otot-otot

kecil dan berhubungan dengan koordinasi mata dengan tangan yang dilatih

serta dikembangkan melalui pemberian kegiatan rangsangan secara rutin

Adapun indikator dalam motorik halus anak usia dini dalam penelitian ini

meliputi:

Anak dapat mengkoordinasikan tangan dengan mata selama kegiatan

pembelajaran, adapun beberapa kegiatan yang meliputi keterampilan

koordinasi antara tangan dan juga mata seperti menyusun puzzle, merangkai
11

manik-manik, mewarnai gambar, melukis, melipat, membentuk playdough

dan lain-lain.

Anak mampu menggunting sesuai dengan pola, yaitu kegiatan yang

diperuntukan untuk melatih perkembangan motorik halus anak. misalnya

menggunting kertas menggikuti pola yang membentuk huruf A.

Anak dapat menempel gambar dengan tepat, yaitu kemampuan anak

dalam melekatkan suatu objek ke objek lainnya misalnya merekatkan kertas

origami, biji-bijian, serbuk rautan pensil, dan lain-lain ke sebuah buku

gambar dengan mengunakan lem.

Anak mampu menggambar sesuai dengan gagasannya, misalnya

menggambar rumah, menggambar bunga, menggambar hewan,

menggambar gedung, dan lain sebagainya tanpa adanya aturan dari orang

sekitar.

Anak dapat menjiplak bentuk, misalnya menggambar, menirukan,

menebalkan tulisan yang telah tersedia sebelumnya dengan menempelkan

kertas yang masih kosong pada gambar atau tulisan yang akan ditiru,

misalnya menjiplak jarijari tangan, menjiplak bentuk daun, menjiplak abjad,

menjiplak bentuk benda dan lain-lain.

Anak dapat menggunakan berbagai macam media pembelajaran,

misalnya pensil yang digunakan untuk menulis, crayon atau pensil warna

yang digunakan untuk mewarnai, buku gambar yang digunakan untuk

menggambar dan lain sebagainya.


12

Anak dapat mewarnai dengan benar, misalnya mewarnai gambar bunga

tanpa keluar garis, mewarnai gambar buah sesuai dengan warna buah

tersebut dan lain sebagainya.

3. Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dilakukan melalui

pemberian informasi kepada murid (penerima informasi) tanpa bertemu atau

bertatap muka secara langsung. Melainkan pembelajaran daring ini adalah

media pembelajaran online dimana sistem pembelajaran ini membutuhkan

koneksi internet sebagai sarana dalam melakukan proses belajar mengajar.

Adapun yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peran guru dalam

menstimulasi fisik motorik halus anak melalui pembelajaran daring di TK

Labbaika.

F. Kajian Pustaka

Dalam melakukan penyusunan dari penelitian yang dilakukan. Peneliti

melakukan beberapa kajian pustaka yang relevan untuk menunjang ke validasi

terkait dengan judul penelitian dengan melihat persamaan dan perbedaan dalam

penelitian peran guru dalam mengembangkan motorik halus anak usia dini

yang dilakukan oleh penelitian terdahulu.

1. Skripsi karya Jayanti Firka Dewi, dengan judul “Peran Guru Mengajarkan

Motorik Halus Melalui Kegiatan Melipat Kertas Pada Kelompok B Di

Pendidikan Anak Usia Dini An-Nur Pontianak Barat”. Penelitian ini

merupakan penelitian yang bersifat deksritif dengan pendekatan kualitatif.

Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini yaitu bertujuan untuk


13

mengetahui perencanaan, pelaksanaan, dan pengevalusian terhadap peran

guru mengajarkan keterampilan motorik halus melalui kegiatan melipat

kertas. Adapun hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti adalah:

hasil penelitian menunjukkan peran guru mengajarkan keterampilan


motorik halus melalui kegiatan melipat kertas belum terlaksana
dengan baik, hal ini dapat dilihat dari kegiatan inti guru yang hanya
mencontohkan melipat kertas dan anak mempraktekkan tapi tidak
menjelaskan setiap bentuk lipatan kertas.6
2. Skripsi karya Maya Roekmanasari, dengan judul ”Peran Guru Terhadap

Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Kelompok A TK PKK

Kelijudan Surabaya”. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat

kualitatif. Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini yaitu bertujuan

untuk memaparkan peran guru dalam perkembangkan motorik halus anak

usia dini yang ada di TK PKK Kalijudan Surabaya secara luas dan

mendalam dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Adapun hasil

penelitian yang diperoleh oleh peneliti adalah:

hasil penelitian dalam skripsi ini menunjukkan bahwa:masih ada


sebagian guru yang kurang dalam memfasilitasikan keadaan anak di
dalam kelas. Serta hambatan guru dalam usaha yang dilakukan dalam
mengatasi kendala dalam pengembangan motorik halus anak dari segi
kemampuan mengelola dan mengekspresikan motorik halus secara
tepat.7
3. Jurnal karya Polina Resty, Muhamad Ali, dan Desi Yuniarni, dengan judul

“ Analisis Peran Guru Dalam Menstimulasi Motorik Halus Anak Di TK

Aisyiyah Bustanul Atfhal III”. Penelitian ini merupakan penelitian yang

6
Jayanti Firka Dewi, Peran Guru Mengajarkan Keterampilan Motorik Halus Melalui
Kegiatan Melipat Kertas Pada Kelompok B Di Pendidikan Anak Usia Dini AN-NUR
Pontianak Barat, Skripsi, Program Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Muhammadiyah
Pontianak, 2018
7
Maya Roekmanasari, Peran Guru Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Usia
Dini Di Kelompok A TK PKK Kalijudan Surabaya, Skripsi, Program Studi Pendiidkan Anak
Usia Dini Universitas Muhammadiyah, 2017
14

bersifat kualitatif. Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini yaitu

bertujuan untuk mengetahui peran guru dalam sebuah perencanaan,

pelaksanaan dalam pembelajaran, dan peran guru dalam memberikan

fasilitas untuk menstimulasi motorik halus anak di TK Aisyiyah Bustanul

Atfhal III. Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini secara

khusus yaitu: Adapun hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti adalah:

a. peran guru dalam perencanaan pembelajaran yang dilakukan yaitu


guru kurang baik dalam merencanakan pembelajaran karena dalam
RPPH masih terdapat beberapa indikator yang tidak dimasukkan. b.
peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan yaitu
guru kurang baik dalam pelaksanaan pembelajaran karena indikator
untuk menstimulasi motorik halus anak tidak dilakukan semuanya. c.
peran guru dalam memberikan fasilitas yang dilakukan yaitu guru
sudah memberikan fasilitas dengan baik karena guru sudah
mempersiapkan alat-alat dan bahan yang anka akan gunakan sebelum
belajar dimulai. 8

TABEL I

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN DALAM PENELITIAN

TERDAHULU DENGAN PENELITIAN YANG DILAKUKAN OLEH

PENELITI SAAT INI

no Nama Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan


Penelitian Penelitian

1 Jayanti Firka Peran Guru Sama-sama Penelitian yang ingin


Dewi Mengajarkan meneliti mengenai dilakukan tidak
Motorik Halus peran guru dalam menggunakan
Melalui Kegiatan mengembangkan metode melipat

8
Polina Resty, Muhamad Ali, dan Desi Yuniarni, Analisis Peran Guru Dalam
Menstimulasi Motorik Halus Anak Di TK Aisyiyah Bustanul Atfhal III, Skripsi, FKIP Untan
Pontianak, 2016
15

Melipat Kertas motorik halus bagi kertas


Pada Kelompok B anak usia dini
Di Pendidikan
Anak Usia Dini
An-Nur Pontianak
Barat

2 Maya Peran Guru Sama-sama Perbedaan dalam


Roekmanasari Terhadap menggunakan penelitian yang
Perkembangan metode penelitian peneliti lakukan
Motorik Halus kualitatif adalah terletak pada
Anak Usia Dini media pembelajaran
Kelompok A TK yang dilakukan. .
PKK Kelijudan
Surabaya

3 Polina Resty, Analisis Peran Sama-sama ingin Penelitian yang


Muhamad Ali, Guru Dalam melihat peran guru peneliti lakukan
dan Desi Menstimulasi dalam adalah penelitian
Yuniarni Motorik Halus mengembangkan yang hanya ingin
Anak Di TK motorik halus anak melihat peran guru
Aisyiyah usia dini dalam
Bustanul Atfhal mengembangkan
III motorik halus anak
melalui media
pembelajaran daring.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penulisan skripsi ini diuraikan dalam

bentuk yang berdiri sendiri namun saling berhubungan antar bab I

dengan bab lainnya dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan. Untuk itu lebih memudahkan dalam pemahaman tentang

masalah yang ada dalam laporan penelitian ini maka penulis mmebuat

sistematikanya sebagai berikut:


16

Bab I Pendahuluan: Latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, kajian pustaka, dan

sistematika penulisan.

Bab II Landasan teori: teori yang berisi menunjang dalam proses

penelitian.

Bab III Metode Penelitian: Jenis penelitian, pendekatan penelitian,

fokus penelitian, teknik pengumpulan data, keabsahan data, dan teknik

analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan: Memuat gambaran

umum lokasi peneltian, sejarah berdirinya TK Labbaika, visi dan misi

TK Labbaika, tujuan, keadaan peserta didik, darana dan prasarana,

deksripsi hasil penelitian, dan pembahasan.

Bab V Penutup: Kesimpulan hasil penelitian dan saran dalam

penelitian.

Bagian akhir: Daftar pustaka dan lampiran.


17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Peranan, Guru, dan Peranan Guru

1. Pengertian Peranan

Menurut Kamisa (dalam Agung Suharyanto 2013:294) peranan adalah:

sesuatu yang diperbuat dan besar pengaruhnya terhadap suatu


peristiwa. Sedangkan, Ahmadi mengatakan peranan adalah suatu
kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus
berbuat dan bersikap dalam situasi tertentu berdasarkan status dan
fungsi nasional.

Peranan (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan

(status). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban-

kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu

peranan.

Oleh karena itu, seseorang dikatakan menduduki suatu posisi dalam

masyarakat setelah menjalankan peranannya. Adap\un peranan tersebut

mencakup 3 hal yaitu:

a. Peranan adalah meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan

posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini

merupakan serangkaian peraturan-peraturan yang membimbing

seseorang dalam kehidupan.1

b. Peraturan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

1
Yasnedi Achmad, Sosiologi Politik, (Yogyakarta: Deepublish, 2019), hlm 79.
18

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting

bagi struktur sosial masyarakat.2

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa peranan

adalah suatu perbuatan yang menghasilkan pengaruh besar dalam diri

seseorang mencakup hal-hal yang diberikan pada perilaku seseorang.

2. Pengertian Guru

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru sebagaimana dijelaskan

Mujtahid dalam bukunya yang berjudul “Pengembangan Profesi Guru”

diartikan bahwa guru adalah orang yang pekerjaan, mata pencaharian, atau

profesinya mengajar.

Pengertian guru adalah seorang tenaga pendidik profesional yang

mendidik, mengajarkan suatu ilmu, membimbing, melatih, memberikan

penilaian, serta melakukan evaluasi kepada peserta didik. Definsi guru

adalah seseorang yang telah mengabdikan dirinya untuk mengajarkan

suatu ilmu, mendidik, mengarahkan, dan melatih muridnya agar

memahami ilmu pengetahuan yang diajarkannya tersebut.

Dalam hal ini guru tidak hanya mengajarkan pendidikan formal, tapi

juga pendidikan lainnya dan bisa menjadi sosok yang diteladani oleh para

muridnya. Dari penjelasan tersebut maka kita dapat memahami bahwa

peran guru sangat penting dalam proses menciptakan generasi penerus

yang berkualitas, baik secara intelektual ataupun akhlaknya. 3

2
Yasnedi Achmad, Sosiologi,,,,,, hlm 79.
3
Dewi Safitri, Menjadi Guru Profesional, (Riau: PT. Indragiri, 2019), hlm 5-6.
19

Guru adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi, dan profesi bagi

seseorang yang mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui

interaksi edukatif secara terpola, formal dan sistematis. Dalam UU Nomor

15 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Pasal 1) menyatakan bahwa:

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbinng, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta

didik pada jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar dan

pendidikan menengah.

Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang

memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Kemudian guru dalam

pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di

tempat-tempat tertentu, tidak harus di lembaga pendidikan formal, tetapi

bisa juga di masjid, di surau atau mushola, di rumah dan sebagainya. 4

Adapun guru yang profesional, adalah guru yang memiliki sifat-sifat

yang mencerminkan teladan bagi anak muridnya. Adapun guru Indonesia

yang profesional dipersyaratkan mempunyai:

a. Dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan terhadap masyarakat

teknologi dan masyarakat ilmu pengetahuan.

b. Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan,

yaitu ilmu pendidikan sebagai ilmu praktis bukan hanya merupakan

konsep-konsep belaka. Pendidikan merupakan proses yang terjadi

4
Dewi Safitri, Menjadi Guru Profesional...., hlm 5-6.
20

dilapangan dan bersifat ilmiah, serta riset pendidikan hendaknya

diarahkan pada praksis pendidikan masyarakat Indonesia.

c. Pengembangan kemampuan profesional berkesinambungan, profesi

guru merupakan profesi yang berkembang terus menerus dan

berkesinambungan antara LPTK dan praktek pendidikan. Kekerdilan

profesi guru dan ilmu pendidikan disebabkan terputusnya program

pre-service dan in-service karena pertimbangan birokratis yang kaku

atau manajemen pendidikan yang lemah. 5

Guru adalah model dan artis bagi siswa. Sebagai model, guru adalah

panutan siswa. Guru juga dapat diartikan sebagai inspirator dimana guru

harus mampu menginspirasi siswa untuk belajar lebih banyak dan lebih

baik tentunya. Ada banyak cara guru memberikan inspirasi. Pertama,

menampilkan dongeng-dongeng heroik yang mampu menanamkan sikap

kepahlawanan pada diri siswa. Kedua, menghadirkan tokoh-tokoh yang

mampu menggerakkan hati dan pikiran mereka untuk bisa menjadi yang

terbaik dalam segala hal. Oleh karena itu, menjadi guru berprestasi adalah

salah satu cara alternatif yang dapat dilakukan guru untuk memancing

siswanya berprestasi. 6

Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan

5
Iwan Wijaya, Professional Teacher, (Jawa Barat: CV Jejak, 2018), hlm 10.
6
Dian Marta Wijayanti, Guru Zaman Now, (Semarang: Formaci, 2017), hlm 34.
21

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 7 Sehingga guru

dalam proses pembelajaran disekolah berperan sebagai subyek pendidikan

dalam mencantumkan keberhasilan bagi peserta didiknya. Guru atau

pendidik adalah orang yang mempunyai banyak ilmu, mau mengamalkan

dengan sungguh-sungguh toleran dan menjadikan peserta didiknya lebih

baik dalam segala hal. 8 Guru menjadi sosok teladan, baik dari segi

pengetahuan maupun kepribadian bagi peserta didiknya. Oleh karena itu,

seorang guru harus berhati-hati dalam bertutur kata dan bertingkah laku.

Karena, tutur kata dan tingkah laku yang tidak tepat pada tempatnya akan

berakibat buruk pada tumbuh kembang peserta didik. Karena mereka bisa

saja meniru tutur kata dan tingkah laku guru tanpa memperhitungan benar

salahnya.9

Guru adalah seseorang yang mengajar di depan kelas, di surau, di

pesantren atau di padepokan yang memilki tugas dan tanggung jawab

untuk menjadikan muridnya pintar dan dapat membentuk karakter generasi

bangsa menjadi manusia yang berguna. Dalam Undang-Undang RI Nomor

14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 dijelaskan bahwa: Guru

adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

7
Jamil Suprihatiningrum, Guru Professional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi, dan
Kompetensi Guru, (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2016), hlm 24.
8
Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator, (Semarang: RaSAIL Media Group. 2017), hlm 1.
9
Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasinya Secara
Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi Dan Masyarakat, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2014), hlm 23.
22

dasar, dan pendidikan menengah. Menurut Zakiyah Darajat (dalam Dwi

Priyastuti 2019:78), menegaskan guru adalah: “pendidik professional

karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul

sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang

tua. Menurut Poerwadarminta (dalam Mulyana A.Z 2019:9):

guru adalah orang yang kerjanya mengajar. Lebih jelas ditekankan


oleh Supriyadi, ia mengatakan bahwa guru adalah orang yang berilmu,
berakhlak, jujur dan baik hati, disegani, serta menjadi teladan bagi
masyarakat.10

Guru merupakan seseorang yang sangat mendidik dalam menjalankan

proses pembelajaran, terutama dalam ruang lingkup pembelajaran di

Taman Kanak-Kanak. Pengertian guru Taman Kanak-Kanak tidak jauh

berbeda dengan pengertian guru secara umum. Adapun pengertian guru

Taman Kanak-Kanak sebagai pendidik peserta didik jalur pendidikan anak

usia dini, secara umum sama dengan pamong belajar, fasilitator, tutor dan

lain sebagainya yang diidentikkan memiliki ciri atau sifat-sifat yakni:

sebagai sosok yang memiliki kharisma, kemampuan merancang program

pembelajaran, mampu menata dan mengelola kelas dengan efektif, efesien,

sosok dewasa yang secara sadar dapat mendidik, mengajar, dan

membimbing, mengasuh serta menjadikan guru sebagai profesi yang

memerlukan keahlian khusus.

Guru di Taman Kanak-Kanak harus menyadari dalam meletakkan diri

sebagai stimulator untuk merangsang seluruh potensi yang dimiliki anak

karena, pada masa usia inilah yang sangat menentukan bagi pertumbuhan

10
Mulyana A.Z, Rahasia Menjadi Guru Hebat, (Jakarta: PT Grasindo, 2010), hlm 33.
23

dan perkembangan anak selanjutnya sebab merupakan masa peka dan

masa emas (golden age) dalam kehidupan anak.11

Pengertian guru secara etimologi disebut dengan pendidik. Sedangkan

dalam bahasa Arab, ada beberapa kata yang menunjukkan profesi ini

seperti muddaris, mu’allim dan mu’addib yang memiliki makna yang sama

namun memiliki karateristik yang berbeda-beda dalam mencakup tiga

pengertian yaitu tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Maka pengertian guru atau

pendidik mencakup murabbi, mu’allim dan mu’adib. Pengertian murrabi

mengisyaratkan bahwa guru adalah orang yang memilki sifat robbani,

artinya orang yang bijaksana, bertanggungjawab, berkasih sayang terhadap

siswa dan mempunyai pengetahuan tentang rabb. Dalam pengertian

mu’allim, mengandung arti bahwa guru adalah orang berilmu yang tidak

hanya menguasai ilmu secara teoritik tetapi mempunyai komitmen yang

tinggi dalam mengembangkan ilmu yang dimilikinya. Sedangkan, dalam

konsep ta,dib terkandung pengertian integritas antara ilmu dan amal

sekaligus. 12

Dengan pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa guru

merupakan tenaga kependidikan yang mempunyai berbagai tugas dan

peran dalam mendidik dan mengarahkan peserta didik dalam pembelajaran

yang dilakukan di sekolah agar peserta didik mampu mengembangkan

potensi dalam dirinya

11
Ratnawilis, Buku Panduan Administrasi Kelas Guru Taman Kanak-Kanak (TK),
(Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019), hlm 9.
12
Khusnul Wardan, Guru Sebagai Profesi, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2019), hlm
108.
24

3. Pengertian Peranan Guru Dan Peran Seorang Guru

Menurut Danijela Makovee (2018:34)), bahwa peran guru adalah:

The main findings of the study are that teachers with several years of
service experience feel better qualified to perform their duties (tasks
related to planning and teaching were rated the most higly) than
teachers with less work experience, and that techers with more work
experience evaluated the claim related to their educational activiry
statistically significantaly higher. An important finding is that teacher
define profesional identity and consequently, their role through their
personality traits, which shows that we must not ignore teachers.
personality traits, as they play inportant role in teachers professional
development and identity.13

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Danijela Mikovec, disini

peran guru dianggap sangat besar ketika guru itu memiliki pengalaman

dinas ke berbagai daerah dan lebih memenuhi syarat ketimbang guru yang

yang tidak berpengalaman dalam dinas karena dianggap bahwa tugas

mengajar guru sangat rendah. Danijela menegaskan juga dalam memahami

peran guru ini harus lebih signifikan, karena tidak menutup kemungkinan

juga guru yang berpengalaman akan memilki kualisifikasi yang rendah

dalam mengajar.

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas

dan kualitas pengajaran yang pada akhirnya berperan dalam meningkatkan

mutu pendidikan nasional. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar

mengajar, bertindak selaku efektif, mengembangkan bahan pelajaran

dengan baik dan meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menyimak

pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka

13
Danijela Makovec, 2018, The Teacher’s Role And Professional Development,
University Of Ljubljana Dapartement Of Educational Scienves, hlm 34.
25

capai. Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam pengornisasian kelas,

pengelolaan kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar

mengajar, maupun sikap dan karateristik guru dalam mengelola proses

belajar mengajar. Maka dalam hal ini guru sebagai agen perubahan

membekali dirinya dengan berbagai kemampuan baik kemampuan

pengetahuan, perilaku dan skill, sebagaimana yang tertuang dalam UU

Sisdiknas No. 14 tentang guru dan dosen, bab1 pasal 1 ayat 10 yang

menyatakan: Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan,

keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh

guru atau dosen dalam melaksanakan tugas profesional. 14 Sebagaimana

firman Allah SWT dalam

Q.S AL-Baqarah 2:124, yang berbunyi:

ِ ّ‫ت فَأَت َ َّم ُه َّن ۖ قا َل إِنّي جا ِعلُكَ ِللن‬


‫اس إِما ًما ۖ قا َل َو ِمن‬ ٍ ‫براهيم َربُّهُ بِ َك ِلما‬
َ ِ‫َلى إ‬
ٰ ‫َوإِ ِذ ابت‬

ۖ ‫ذ ُ ِ ّريَّتي‬

Terjemahan ayat:

Dan (ingatlah). Ketika Ibrhaim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat,

lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman,

“Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh

manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “Dan (juga) dari anak cucuku?” Allah

berfirman, “(Benar, tetapi) janji-ku tidak berlaku bagi orang-orang

zalim” (Q.S Al-Baqarah 2:124).15

14
Rofaah, Pentingnya Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran Dalam Perspektif Islam.
(Yogyakarta: Deepublish, 2016), hlm 5-6.
15
Kalam.sindonews.com/, (online), di akses pada 15 Juli 2020 pukul 22:00 WIB.
26

Berdasarkan firman Allah swt dalam (Q.S Al-Baqarah 2:124) maka,

peran guru sangat begitu penting dalam membimbing anak menjadi pribadi

dengan sauri teladan dan berakhlak karimah di lingkungan masyarakat.

Dalam ruang lingkkup PAUD, guru mempunyai peran penting dalam

menstimulus perkembangan anak.

Pendidik yang paling ideal adalah seorang yang memiliki kompetensi

profesional yang terdidik dan terlatih baik, serta memiliki pengalaman

yang kaya dibidangnya. Terdidik dan terlatih bukan hanya memperoleh

pendidikan formal, melainkan seorang yang memiliki kompetensi

pedagogik yaitu, menguasai strategi atau teknik mendidik, memiliki

pengetahuan tentang cara-cara mendidik, maupun membuat rancangan

kegiatan dan pengetahuan tentang kesehatan, mampu mengorganisasikan

kelas, ia memiliki kompetensi profesional, juga mengetahui bagaimana

cara menghadapi berbagai macam permasalahan anak, mulai dari

perkelahian antar anak sampai dengan menggiatkan kelompok belajar. 16

Sejatinya, seorang guru juga harus mampu melaksanakan tugasnya

dalam beberapa peran yang berbeda. Ia tidak saja menjadi pentransfer

ilmu, tetapi juga menjadi seorang pendidik bertangan dingin yang harus

memainkan berbagai peran. Selain sebagai pengajar, guru juga harus

mampu memerankan diri sebagai pemimpin kelas, pembimbing, pengatur

lingkungan, partisipan, ekspediator, perencanaan, supervisior, motivator,

penanya, evaluator, dan konselor.

16
Anggani Sudono, dkk, Pengembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Grasindo, 2009), hlm
3.
27

Dalam menyikapi tugas dan peran guru ini, guru pun diruntut untuk

menguasai kompetensi mereka sebagai seorang guru di samping sebagai

anggota masyarakat dan warga negara yang baik. Beberapa pendapat para

ahli tentang kompetensi, peran, dan bahkan harapan yang dapat dilakukan

guru. Meskipun sebagian kompetensi dan peran itu sulit dilakukan dan

sangat ideal, namun itulah harapan masyarakat tentang guru.

Watten, mengemukakan 14 peran yang dapat dilakukan guru yaitu,

sebagai berikut:

(1) tokoh terhormat dalam masyarakat, karena guru tampaik sebagai


seorang yang berwibawa, (2) penilai, karena memberi pemikiran, (3)
sumber, karena memberi ilmu pengetahuan, (4) pembantu, karena
membantu kesulitan siswa, (5) wasit, karena mempunyai hak
memutuskan sesuatu dalam proses pembelajaran, (6) detektif, karena
rasa ingin tahunya, (7) objek identifikasi, karena menjadi sosok yang
diperhatikan, (8) penyangga rasa takut, karena memberi ketenangan
pada peserta didiknya, (9) penolong, karena sering menolong peserta
didiknya, (10) pemimpin kelompok karena menjadi pemimpin di
kelas, (11) orangtua atau wali, karena menjadi pengganti orangtua
siswa, (12) pembina dan pemberi pelajaran, karena pembina moral
anak bangsa dan pemberi pelayanan terbaik pada siswa, (12) kawan
kerja, karena sama-sama bekerja, (14) pembawa rasa kasih
sayang,karena rasa sayangnya kepada peserta didik.

Lebih lanjut Olivia mengemukakan ada 10 peran guru, yaitu sebagai:

(1) penceramah, (2) narasumber, (3) fasilisator, (4) konselor, (5)


pemimpin kelompok, (6) tutor, (7) manajemen, (8) kepala
laboratorium, (9) perancang program, (10) manipulator, untuk
mengubah situasi pembelajaran menjadi lebih baik.17

Sementara itu, Pullias dan Young, mengemukakan bahwa guru itu

hendaknya dapat berperan sebagai:

17
Muhammad Anwar, Menjadi Guru Professional, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018),
hlm 34-35
28

(1) pembimbing, (2) guru, (3) medernis, perantara antargenerasi, (4)


model, (5) peneliti, (6) konselor, (7) pencipta, (8) empunya kekuasaan,
dalam ilmu pengetahuan, (9) pemberi inspirasi, (10) pekerja rutin, (11)
perantara, (12) pembawa acara, (13) aktor, (!4) pembuat desain
skenario, (15) pembina masyarakat, (16) peserta didik, (17) menerima
realitas, (18) pengikut, (19) pengevaluasi, (20) pengubah, (21) peraih
cita-ita atau puncak, (21) manusia biasa.18

Harmer, memberi peran kepada guru dengan sangat beraneka dan

multiguna. Guru menurutnya adalah:

controller, organizer, assesor, prompier, participant, resource, tutor,


dan observer. Sebagai controller seorang guru harus berlaku sebagai
pengontrol semua kegiatan belajar mengajar.dia yang mengontrol
siswa, keberhasilan siswa, keberhasilan dirinya sendiri, dan juga
keberhasilan program. Dia juga bertanggung jawab atas kelasnya dan
aktivitasnya. Hedge, menggaris bawahi peran guru yang multiganda
dari Harmer ini, mengemukakan bahwa dari semua peran ini terdapat
keseimbangan peran guru yang dia kategorisasikan menjadi empat
kategori, yaitu source of experience, management roles, source of
advise and facilitator of laerning. Dengan perkataan lain ada
keseimbangan peran guru sebagai narasumber berdasarkan
pengalaman yang dimilikinya, sebagai manajer, pemberi nasihat
dalam pemecahan masalah, dan sebagai fasilitator dalam
pembelajaran.

Dengan berdasar pada peran multiganda dari Harmer. yang

dikemukakan di atas, peran guru tersebut dapat dirinci sehingga dapat

diimplementasikan dalam proses belajar mengajar. Sebagai seorang

organizer, guru memiliki tanggung jawab dalam mengajar para siswanya

dalam melakukan berbagai kegiatan di kelasnya, secara aktif terlibat

proses belajar mengajar, memberi instruksi, membuat dan

mengorganisasikan umpan balik. Untuk mengontrol keberhasilan

pembelajaran, sebagai asessor. Guru harus senantiasa menyediakan umpan

balik kepada para siswanya, mengoreksi dan menilai kemajuan siswanya.

18
Muhammad Anwar, Menjadi Guru....., hlm 34-35.
29

Dengan perannya sebagai promter, seorang guru harus senantiasa

mengarahkan siswanya agar melakukan sesuatu yang berkaitan dengan

tanggung jawabnya dalam belajar. Membantu dan mendorong siswa untuk

bekerja secara kreatif tetapi tidak mendiktenya.

Peran lainnya yang diberikan kepada guru adalah sebagai tutor yang

selalu siap membantu dan membimbing para siswanya dengan hangat dan

dengan sikap yang ramah.

Peran guru memang sangatlah banyak dan syarat dengan tanggung

jawab. Guru harus menjadi pengamat para siswanya, pengamat materi

pembelajaran dalam artian kecocokan materi pembelajaran dengan usia

dini dan tingkat kemampuan kognitif para siswanya. Dia juga harus

berperan sebagai pengamat kegiatan proes belajar-mengajarnya. Guru juga

dituntut untuk bisa berperan sebagai performer atau aktor yang bisa

memainkan perannya sebagai bukan dirinya sendiri. Artinya, guru harus

bisa memainkan peran bagaikan aktor yang tidak membawa segala

persoalan pribadinya kedalam kelas.19

Guru memiliki peran penting dalam pendidikan, setelah memahami

apa saja tugas dan tanggungjawab seorang guru, maka kita akan mengerti

apa saja peran guru bagi para muridnya. Adapun peran guru adalah sebagai

berikut

a. Sebagai pengajar, yaitu orang yang mengajarkan suatu ilmu

pengetahuan kepada para anak didiknya.

19
Tim Pengembang Ilmu Penidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Bandung:
PT Imperial Bhakti Utama, 2007), hlm 81-82
30

b. Sebagai pendidik, yaitu orang yang mendidik muridnya agar memiliki

tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di

masyarakat.

c. Sebagai pembimbing, yaitu orang yang mengarahkan muridnya agar

tatap berada pada jalur yang tepat sesuai tujuan pendidikan.

d. Sebagai motivator, yaitu orang yang memberikan motivasi dan

semangat kepada muridnya dalam belajar.

e. Sebagai teladan, yaitu orang yang memberikan contoh dan teladan

yang baik kepada murid-muridnya.

f. Sebagai administrator, orang yang mencatat perkembangan para

muridnya.

g. Sebagai inspirator, orang yang mnginspirasi para muridnya sehingga

memiliki suatu tujuan dimasa depan.

h. Dan lainnya.

Sebenarnya ada banyak sekali peran seorang guru dalam dunia

pendidikan. Tidak hanya dalam mengajarkan ilmu pengetahuan, guru juga

seringkali menjadi panutan bagi anak didiknya. 20 Menurut Moh. Uzer

Usman, guru memiliki banyak tugas baik yang terkait oleh dinas maupun

luar dinas dalam bentuk pengabdian.

Apabila dikelompokkan terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas


dalam bidang profesi, tugas kemanusiaa, dan tugas dalam bisang
kemasyarakatan. Pertama, tugas guru sebagai profesi meliputi
mendidik, mengajar, dan melatih. Mengajar, berarti meneruskan dan
mengembangkan nilai-nilai hidup, sedangkan melatih berarti

20
Dewi Safitri, Menjadi Guru Professional, (Riau: PT. Indragiri Dot.Com, 2019), hlm
20-21
31

mengembangkan keterampilan-keterampilan peserta didik. Kedua,


tugas dalam bidang kemanusiaan bahwasannya hendaknya guru di
sekolah harus bisa menjadikan dirinya orang tua yang mampu menarik
simpati sehingga menjadi idola siswanya. Pelajaran apapun yang
diberikan hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam
belajar. Ketiga, tugas dalam bidang kemasyarakatan bahwasannya
seorang guru memiliki tugas dalam bidang kemasyarakatan atau
sosial. Di mana masyarakat menempatkan guru dalam lingkup yang
sangat terhormat di lingkungannya. Karena, dari seorang guru
diharapkan masyarakat mampu memperoleh ilmu pengetahuan21

Guru memiliki banyak peranan dalam laju pendidikan, menurut

Djamarah menjelaskan mengenai beberapa peranan guru sebagai berikut:

a. Sebagai motivator

Sebagai seorang motivator, guru hendaknya bisa mendorong anak

didiknya supaya semangat dan aktif dalam belajar. Dalam hal ini

sebaiknya seorang guru bisa menganalisis segala sesuatu yang

menyebabkan anak didiknya malas belajar.

b. Sebagai inspirator

Sebagai inspirator seorang guru hendaknya bisa memberikan inspirasi

atau ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Salah satunya,

adalah menemukan kesulitan anak dalam belajar.

c. Sebagai inisiator

Sebagai inisiator guru harus menvetuskan ide-ide dalam pendidikan.

Sebab, untuk meningkatkan kualitas pendidikan salah satunya dengan

cara memperbaiki proses edukasi yang ada sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

21
Ahmad Susanto, Manajemen Peningkatan Kinerja Guru, (Jakarta: Prenada Media,
2016), hlm 39-40.
32

d. Sebagai demonstrator

Sebagai demonstrator guru harus menyadari bahwa tidak semua materi

dapat dipahami oleh anak dengan mudah. Terlebih bagi anak didik

yang dengan kemampuan kognitif sedang, ia akan memahami suatu

materi lebih lama dibandingkan dengan temannya yang berkemampuan

kognitif lebih tinggi.

e. Sebagai mediator

Sebagai mediator, seorang guru harus mempunyai pengetahuan dan

pemhaaman yang memadai tentang segala bentuk dan jenis dari media

pendidikan.

f. Sebagai korektor

Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan antara nilai yang baik

dan buruk. Sebab, baik atau buruknya nilai-nilai yang berkembang

dalam keluarga dan masyarakat merupakan hal penting yang langsung

berhubungan dengan kehidupan anak didik. 22

g. Sebagai informator

Sebagai informator, guru harus mampu memberikan informasi

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebab, informasi yang

salah bisa menjadi racun bagi anak didik.

h. Sebagai organisator

Peranan guru sebagai organisator mengharapkan guru mempunyai

kegiatan pengelola kegiatan akademik, menyusun tata tertib ekolah,

22
Annisa Anita Dewi, Guru Mata Tombak Pendidikan, (Jawa Barat: CV Jejak, 2017),
hlm 11-15
33

merancang kalender pendidikan, dan berbagai kegiatan lain yang

melibatkan guru di dalamnya.

i. Sebagai fasilitator

Sebagai fasilitator guru diharapkan menyiapkan fasilitas yang

memungkinkan anak didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran

dengan mudah.

j. Pengelola kelas

Peranan guru sebagai pengelola kelas, dimana guru diharapkan untuk

bisa mengelola kelasnya dengan baik. Sebab, kelas yang dikelola

dengan baik akan memberi dampak positif yang bisa meningkatkan

hasil belajar siswa di sekolah. 23

k. Sebagai pembimbing

Sebagai pembimbing, guru haruslah menyadari peranannya ini karena

guru merupakan pembimbing bagi peserta didiknya agar mereka

menjadi manusia dewasa, susila yang cakap dan mandiri.

l. Sebagai supervisior

Sebagai supervisior, guru hendaknya ikut membnatu, memperbaiki,

dan mengkritisi segala sesuatu yang terjadi di sekolah.

23
Annisa Anita Dewi, Guru Mata Tombak....., hlm 11-15
34

m. Sebagai evaluator

Sebagai evaluator, guru hendaknya memberikan penilaian yang apa

adanya dan mencakup segala aspek yang terkait dengan peserta

didiknya.24

Disinyalir dan didukung oleh beberapa hasil penelitian bahwa

kebanyakan guru hanya menyampaikan bahan sesuai dengan urutan-urutan

ruang lingkup yang ada dalam buku teks dan ini yang harus diubah.

Adapun guru yang terampil dalam memainkan perannya sebagai pengajar

meliputi:

a. Guru sebagai peneliti

Guru adalah seorang pencari atau peneliti. Dia tidak tahu dan dia tahu

bahwa dia tidak tahu, oleh karena itu dia sendiri merupakan subjek

pembelajaran. Dengan kesadaran bahwa ia tidak mengetahui sesuatu

maka ia berusaha mencarinya melalui kebenaran, seperti seorang ahli

filsafat yang senantiasa mencari, menemukan, dan mengemukakan

kebenaran.

b. Guru sebagai pendorong kreativitas

Sebagai orang yang kreatif, guru menyadari bahwa kreativitas

merupakan yang universal dan karenanya semua kagiatannya ditopang,

dibimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu.

24
Annisa Anita Dewi, Guru Mata Tombak....., hlm 11-15
35

c. Guru sebagai pembangkit pandangan

Guru sebagai pembangkit pandangan, dalam artian bagaimana guru

akan mampu menanamkan pandangan yang positif terhadap martabat

manusia ke dalam pribadi peserta didik.

d. Guru sebagai pemindah kemah

Guru sebagai pemindah kemah, adalah guru yang berusaha keras untuk

mengetahui masalah peserta didik, kepercayaan dan kebiasaan yang

menghalangi kemajuan, serta membantu menjauhi dan

meninggalkannya untuk mendapatkan cara-cara baru yang lebih sesuai.

e. Guru sebagai pembawa cerita

Guru sebagai pembawa cerita, adalah guru yang tidak takut menjadi

alat untuk menyampaikan cerita-cerita tentang kehidupan, karena ia

tahu sepenuhnya bahwa cerita itu sangat bermanfaat bagi manusia, dan

ia berharap bisa menjadi pembawa cerita yang baik.25

f. Guru sebagai aktor

Guru sebagai aktor, adalah guru harus melakukan apa yang ada dalam

naskah yang telah disusun dengan mempertimbangkan pesan yang

akan disampaikan kepada peserta didiknya.

g. Guru sebagai emansifator

Guru sebagai emansiator, adalah guru yang mampu memahami ptensi

peserta didik, menghormati setiap insan dan menyadari bahwa setiap

insan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan.


25
Ahmad Izzan, Membangun Guru Berkarakter, (Jawa Barat: Humaniora, 2012), hlm 70-
81
36

h. Guru sebagai evaluator

Guru sebagai evalutor, adalah guru dituntut mampu melakukan proses

evaluasi. Tujuan dilakukannya evaluasi ini agar guru mengetahui

keberhasilannya siswanya dalam mengikuti proses pembelajaran. 26

B. Fisik Motorik Anak Usia Dini

1. Pengertian Fisik Motorik Halus Anak Usia Dini

Perkembangan fisik motorik diartikan sebagai perkembangan dari

unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Keterampilan motorik

kasar diawali dengan bermain yang merupakan gerakan kasar. Pada usia 3

tahun sesuai dengan tahap perkembangan, anak pada umumnya sudah

menguasai sebagian besar keterampilan motorik kasar. Sementara

keterampilan motorik halus baru mulai berkembang, yang diawali kegiatan

yang amat sederhana seperti memegang sendok, memegang pensil dan

mengaduk. Keterampilan motorik halus lebih lama pencapaiannya

daripada keterampilan motorik kasar karena keterampilan motorik halus

membutuhkan kemampuan yang lebih sulit dan memerlukan kehati-hatian.

Hurlock, mengemukakan bahwa cara umum mempelajari

keterampilan motorik adalah sebagai berikut:

a. Belajar coba dan ralat (trial dan error)


Tidak adanya bimbingan dan model untuk ditiru, menyebabkan anak
melakukan tindakan yang berbeda secara acak. Melalui latihan coba
dan ralat yang dilakukan berulang kali dapat meningkatkan
kemampuan motorik anak. Namun cara tersebut biasanya
menghasilkan keterampilan dibawah kemampuan anak.

26
Ahmad Izzan, Membangun Guru....., hlm 70-81
37

b. Meniru
Belajar keterampilan motorik dengan meniru atau imitasi melalui
suatu model yang dicontohkan akan menjadikan anak lebih cepat
untuk menguasai keterampilan tersebut, maka untuk mempelajari
suatu keterampilan dengan baik anak harus dapat mencontoh model
yang baik pula. 27

c. Pelatihan
Adanya latihan untuk meningkatkan kemampuan motorik sangat
penting dalam tahap awal belajar keterampilan motorik, dengan
latihan tersebut anak akan meniru gerakan yang dilakukan oleh
pembimbing dan supervisi. Bimbingan sangat diperlukan untuk
membentulkan suatu kesalahan sebelum kesalahan tersebut terlanjur
menjadi kebiasaan sehingga sulit untuk dibetulkan kembali. 28

Menurut Widodo, perkembangan motorik adalah:

gerakan yang menggunakan otot-otot halus yang berkoordinasikan


dengan otak dalam melakukan suatu kegiatan. Motorik merupakan
perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang
terkoordinir antara susunan saraf otor, otak, dan spinal cord. Motorik
halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian
anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk
belajar dan berlatih.29

Motorik halus yakni gerakan-gerakan yang merupakan hasil

koordinasi otot-otot yang menuntut adanya kemampuan mengontrol

gerakan-gerakan halus. Gerakan motorik halus pada anak berkaitan dengan

kegiatan meletakkan, atau memegang suatu objek dengan menggunakan

jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi motorik halus anak sangat

berkembang bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini

27
Ricard Decaprio, Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik Disekolah, (Yogjakarta: Diva
Press, 2013), hlm 23-27.
28
Ricard Decaprio, Aplikasi Teori,,,,, hlm 23-27.
29
Jumiah, Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Dengan Melipat Kertas Sederhana
Melalui Metode Demosntrasi di TK Jaya Lestari Desa Beliti Jaya, Skripsi, Program Sarjana
Ilmu Pendidikan Universita bengkulu, 2014, hlm 23.
38

masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu

bangunan. 30

Sedangkan Grissmer menyatakan, “motorik halus merupakan

kemampuan mengendalikan gerakan melalui kegiatan pusat syaraf, urat

syaraf, dan otot yang terkoordinasi seperti gerakan jari jemari”. 31

Adapun istilah yang digunakan dalam study perkembangan motorik,

yaitu:

1. Pertumbuhan (growth)

Pertumbuhan (growth), proses peningkatan yang ada pada diri

seseorang yang bersifat kuantitatif, atau peningkatan dalam hal

ukuran.peningkatan karena kesempurnaan dan bukan karena

penambahan bagian yang baru. Pada study perkembangan motorik

cenderung digunakan dalam kaitannya dengan peningkatan ukuran

fisik. Contoh pertumbuhan:

a. Bertambah tinggi badan.

b. Bertambahnya lebar panggul.

c. Bertambahnya ketebalan dada.

d. Bertambahnya berat badan.32

30
Mursid, Belajar dan Pembelajaran PAUD, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015),
hlm 11-12.
31
Grissme, David, Kevin J. Grimm, Sophie M. Aiyer, William M. Murrah, and Joel S.
Steel, Fine Motor Skills And Early Comprehension Of The World: Two New School Readiness
Indicators: Development Psychology, Vol. 46 No. 5 2010, hlm 8.
32
Encep Sudirjo dan Muhammad Nur Alif, Pertumbuhan dan Perkembangan Motorik,
(Jawa Barat: UPI Sumedang Press, 2018), hlm 1-7
39

2. Perkembangan (devolopment)

Perkembangan (devolopment) proses perubahan kapasitas fungsional

atau kemampuan kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan yang makin

teroganissi (bisa dikendalikan) dan terpesialisasi (sesuai kemauan

fungsinya masing-masing). Perkembangan bisa terjadi dalam bentuk

perubahan kuantitatif dan kualitatif. Perubahan kuantitaif adalah

perubahan yang bisa diukur. Perubahan kualitatif adalah perubahan

dalam bentuk semakin baik, semakin lancar, dan sebagainya yang pada

dasarnya tidak dapat diukur. “Perkembangan” dan “gerak” apabila

disatukan menjadi perkembangan gerak, berarti suatu proses sejalan

dengan bertambahnya usia dimana secara bertahap dan

berkesinambungan gerakan individu meningkatkan keadaan sederhana,

tidak teroganisasi, dan tidak terampil ke arah penampilan keterampilan

gerak yang kompleks dan teroganisir dengan baik dan pada akhirnya

menyertai terjadinya proses menua (menjadi tua) dalam kehidupan

normal. Contoh perkembangan:

a. Bayi belum bisa berjalan > berjalan tertatih-tatih 2-3langkah >

lancar sampai beberapa langkah.

b. Anak kecil mula-mula baru bisa pegang bola > memnatulkan

sekali dua kali ke atas menggunakan 2 atau 1 tangan berulang

kali. 33

33
Encep Sudirjo dan Muhammad Nur Alif, Pertumbuhan dan Perkembangan,,,,, hlm 1-7
40

3. Kematangan (mataration)

Kematangan adalah kemajuan yang bersifat kualitatif dalam

perkembangan biologis. Perkembangan biologis berkaitan dengan

kemajuan seluler, organ dan sistem tubuh. Kematangan merupakan

kemajuan yang bersifat instrinsik dan menggambarkan perubahan yang

berkembang dalam suatu urutan dengan bertambahnya usia. Besifat

instrinsik artinya ada di dalam suri individu atau semata-mata timbul

dari dalam diri sendiri, bukan rimbul karena faktor dari luar individu.

Contoh kematangan:

a. Bayi mendekati 1 tahun > berdiri (matang untuk berdiri).

b. Anak kecil berjalan > matang untuk berjalan.

c. Pada masa puber anak laki-laki> mimpi basah (matang organ

reproduksi).

4. Penuaan (aging)

Penuaan adalah proses penurunan kualitas organik karena

bertambahnya usia. Perubahan yang terjadi pada individu adalah

mencapai puncak kematangan atau puncak perkembangan. Penuaan

merupakan gejala yang menunjukkan merosotnya kemampuan fisik dan

gerak. Contoh penuaan persendian otot menjadi kaku dan tidak

fleksibel, kontrol tubuh menurun, dan integrasi fungsi organ-organ

menurun.34

34
Encep Sudirjo dan Muhammad Nur Alif, Pertumbuhan dan Perkembangan...., hlm 1-7
41

Komponen motorik sangat penting sejak bayi dan pada masa

pertumbuhan, yang ditunjukkan melalui reaksi dari berbagai rangsang

dengan gerakan refleks untuk melindungi dirinya dari cedera atau

membantu untuk mempertahankan hidup. Seiring makin dewasa

seseorang maka secara bertahap gerakan-gerakan yang dihasilkan juga

semakin kompleks35

Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat

penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa

pengaruh perkembangan motorik terhadap perkembangan individu

dipaparkan oleh Hurlock adalah sebagai berikut:

a. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan

memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan

memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar, dan

menangkap bola, atau memainkan alat-alat mainan.

b. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi

yang tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya

ke kondisi independen. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke

tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini

akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.

c. Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya

dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-

35
Satya Indra Wira, Membangun Kebugaran Jasmani Dan Kecerdasan Melalui Bermain,
(Jakarta: Departemen Pendidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, 2011), hlm 16
42

kelas awal sekolah dasar, anak sudah dapat dilatih menulis,

menggambar, melukis dan baris-berbaris.

d. Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak

dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan

yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul

dengan teman sebayanya, bahkan dia akan terkucilkan atau menjadi

anak yang fringer.

e. Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi

perkembangan kepribadian anak.36

Motorik halus yaitu suatu gerakan yang dilakukan oleh jari-jari

dengan susunan sel saraf pusat. Sedangkan menurut Sumantri

menyatakan bahwa motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan

sekolompok otot-otot kecil seperti jemari-jemari dan dengan tangan,

keterampilan yang mencakup pemanfaatan menggunakan alat-alat

untuk mengerjakan suatu objek.

Gerakan motorik halus mempunyai fungsi yang sangat penting,

motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian

tubuh tertentu yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja. Menurut Dini p

dan Daeng Sari, yaitu:

motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas


otot-otot kecil atau halus gerakan ini menuntut koordinasi mata dan
tangan serta pengendalian gerak yang baik yang memungkinnya
melakukan ketepatan dan kecermatan dalam gerak.

36
Herdina Indrijati, Psikologi Perkembangan Dan Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta:
Kencana, 2017), hlm 32-33
43

Yudha M. Saputra dan Rudyanto (dalam Achmad Afandi 2019:17),

menjelaskan bahwa:

motorik halus adalah kemampuan anak dalam beraktivitas dengan


menggunakan otot-otot hlaus (kecil) seperti menulis, meremas,
menggenggam, menggambar, menyusun balok, dan memasukkan
kelereng. 37
Berdasarkan penyampaian di atas, dapat disimpulkan bahwa

motorik halus merupakan salah satu kemampuan dari perkembangan

motorik dimana perkembangan ini melibatkan otot-otot kecil dalam

melakukan suatu pekerjaan dan memerlukan keseimbangan

(koordinasi) antara mata dan tangan.

Dalam setiap perkembangan, anak mampu mencapai tahap

perkembangan motorik halus yang optimal asalkan mendapat stimulus

yang tepat. Disetiap fase perkembangan akan membutuhkan rangsangan

untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya.

Semakin banyak dilihat dan didengar oleh anak semakin banyak juga

yang ingin diketahuinya. Jika anak kurang mendapatkan rangsangan

akan menjadi bosan, akan tetapi guru tidak bisa memaksakan anak.

Suatu tekanan atau hukuman akan menimbulkan rasa takut bagi anak

sehingga dapat menggangu usaha yang dilakukan anak. Berikut

perkembangan motorik halus anak berdasarkan tahap usianya:

37
Achmad Afandi, Buku Ajar Pendidikan dan Perkembangan Motorik, (Ponorogo: Uwais
Inspirasi Indnesia, 2019), hlm 17.
44

1. Anak usia 3 tahun

a. Menuang air, pasir, atau biji-bijian ke dalam tempat

penampungan (mangkok atau ember)

b. Memasukkan benda kecil ke dalam botol (kerikil kecil atau

biji-bijian)

c. Meronce manik-manik yang tidak terlalu kecil dengan benang

yang agak kaku38

2. Anak usia 4 tahun

a. Membuat garis vertikal, horizontal, lengkung kiri atau kanan,

miring kiri atau kanan, dan lingkaran

b. Menjiplak bentuk

c. Mengekspresikan diri dengan berkarya seni menggunakan

berbagai media.

d. Menyelesaikan puzzle 4 keping.

3. Anak usia 5 tahun

a. Meniru bentuk

b. Menempel gambar dengan tepat

c. Mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara

detail

d. Mengunakan alat tulis dengan benar 39

38
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009
Tentang Standar Pendidikan Nasional
39
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009
Tentang Standar Pendidikan Nasional
45

Adapun perkembangan motorik pada anak mengikuti 8 pola umum

adalah sebagai berikut:

a. Continuity (bersifat kontinyu), dimulai dari sederhana ke yang

lebih kompleks sejalan dengan bertambahnya usia anak.

b. Uniform sequence (memiliki tahapan yang sama), yaitu memiliki

pola tahapan yang sama untuk semua anak meskipun kecepatan

tiap anak untuk mencapai tahapan tersebut berbeda.

c. Maturity (kematangan), yaitu kematangan yang dipengaruhi oleh

perkembangan sel saraf umum ke khusus artinya dimulai dari

gerakan refleks bawaan kearah bawaan yang terkoordinasi.

d. Bersifat chepalo-caudal direction, artinya bagian yang mendekati

kepala berkembang lebih dahulu dari bagian yang mendekati ekor.

e. Bersifat proximo-distal artinya bahwa bagian yang mendekati

sumbu tubuh (tulang belakang) berkembang lebih dulu dari yang

lebih jauh.

f. Koordinasi biateral menuju crosslateral, artinya bahwa koordinasi

yang sama berkembang lebih dulu sebelum bisa melakukan

koordinasi organ bersilang. Sehingga dapat dikatakan bahwa

kompetensi dan hasil belajar yang ingin dicapai pada aspek

perkembangan fisik adalah kemampuan mengelola dan


46

keterampilan gerakan-gerakan yang mengontrol gerakan tubuh,

gerakan halus serta menerima rangsangan dari panca indra. 40

2. Standar Tingkat Pencapaian Motorik Halus Anak Usia Dini

Setiap manusia memiliki pertumbuhan dan perkembangan.

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan sesuatu yang berkaitan erat.

Pertumbuhan merupakan proses perkembangan fisik sebagai hasil proses

pematangan fungsi-fungsi fisik. Sebagaimana firman Allah swt dalam

surat:

Q.S Al-Mu’minun ayat 13-14:

َ َ‫ث ُ َّم َج َع ۡل ٰنهُ نُ ۡطفَةً فِ ۡى قَ َر ٍار َّم ِك ۡينث ُ َّم َخلَ ۡقنَا النُّ ۡطفَة‬
ۡ ‫علَقَةً فَ َخلَ ۡقنَا ا ۡل َعلَقَةَ ُم‬
‫ضغَةً فَ َخلَ ۡقنَا‬

َ ‫س ۡونَا ۡال ِع ٰظ َم لَ ۡح ًما ث ُ َّم ا َ ۡنش َۡا ٰنهُ خ َۡلقًا ٰاخ ََرؕ فَت َٰب‬
َ‫ـرك‬ َ ‫ضغَةَ ِع ٰظ ًم فَ َك‬
ۡ ‫ۡال ُم‬

ٍٍ ‫سنُ ۡال ٰخ ِل ِق ۡي‬


َ ‫ّٰللاُ ا َ ۡح‬
‫ه‬

Terjemahan ayat:

“Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam

tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan

segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging,

dan segumpal daging itu Kami jadikan tulamg belulang, lalu tulang

belulang itu Kami bungkus dengan daging, kemudian Kami jadikan Dia

makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Mahasuci Allah, Pencipta paling

baik”41

40
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005), hlm 24.
41
Kalam.sindonews.com/, (online), di akses pada 20 Juli 2020 pukul 23:00 WIB.
47

Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap anak memiliki tahapan dari

perubahan fisiknya. Dalam perkembangan motorik halus anak usia dini

dapat dilihat dari tahapan-tahapan usianya. Sebagaimana yang terdapat di

dalam peraturan menteri pendidikan nasional Republik Indonesia no 137

Tahun 2014 mengenai tingkat pencapaian perkembangan anak. 42

Standar tingkat pencapaian perkembangan motorik halus anak

merupakan kriteria yang sangat penting dalam melakukan penilaian terhadap

aspek perkembangan anak. Dalam mengenal atau mengetahui berbagai

tingkat pencapaian perkembangan anak ini, terutama dalam tingkat

pencapaian perkembangan motorik halus anak, perlu diketahui ada

beberapa standar dalam tingkat pencapaian perkembangan anak usia dini.

Seperti, agama dan moral dimana standar tingkat perkembangannya adalah

anak dapat melakukan kegiatan ibadah dan mengenal ciptaan Tuhan. Ada

juga perkembangan kognitif dimana standar tingkat pencapaian

perkembangan anak salah satunya adalah belajar dalam mengenal bentuk

pola dan memecahkan beberapa masalah dan ada juga standar tingkat

pencapaian perkembangan anak yang meliputi kemampuan berbahasanya

salah satunya mampu bertanya dan menjawab setiap pertanyaan yang

diajukan. Dimana standar tingkat pencapaian perkembangan anak ini,

disesuaikan dengan usia dan pola pertumbuhan anak, dimana masing-

masing standar tingkat pencapaian perkembangannya berbeda-beda.

42
Khadijah, Media Pembelajaran Anak Usia Dini, (Medan: Perdana Publishing, 2015),
hlm 50
48

Adapun secara umum tingkat pencapaian perkembangan motorik halus

anak, salah satunya adalah anak dapat menggunakan jari-jari tangan dan

dapat mengekplorasikan diri dalam berbagai bentuk. Dalam Peraturan

Menteri Pendidikan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 Tentang

Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini, standar tingkat pencapaian

motorik halus anak meliputi standar usia di bawah ini:

TABEL II

TINGKAT PENCAPAIAN MOTORIK HALUS BERDASARKAN USIA

Usia Anak Tingkat Pencpaian Perkembangan


Anak
3 bulan a. Memiliki refleks mengenggam
jari ketika telapak tangannya
disentuh
b. Memainkan jari tangan dan kaki
c. Memasukkan jari kedalam mulut
3-6 bulan a. Memegang benda dengan lima
jari
b. Memainkan benda dengan tangan
c. Meraih benda didepannya43
6-9 bulan a. Memengang benda dengan ibu
jari dan jari telunjuk (menjumput)
b. Meremas
c. Memindahkan benda dari satu
tangan ke tangan yang lain
9-12 bulan a. Memasukkan benda ke mulut
b. Menggaruk kepala
c. Memegang benda kecil atau tipis
(misal: potongan buah atau
biskuit)
d. Memindahkan benda dari satu
tangan ketangan yang lain
12-18 bulan a. Membuat coretan bebas
b. Menumpuk tiga kubus ke atas
c. Memegang gelas dengan dua

43
Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 Tentang
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini
49

tangan
d. Memasukkan benda-benda ke
dalam wadah
e. Menumpahkan benda-benda dari
wadah
18-24 bulan a. Membuat garis vertikal atau
horizontal
b. Membalik halaman buku
meskipun belum sempurna
c. Menyobek kertas44
2-3 tahun a. Meremas kertas atau kain
dengan menggerakkan lima jari
b. Melipat kertas atau kain
meskipun belum rapi atau lurus
c. Menggunting ketas tanpa pola
d. Koordinasi jari tangan cukup
baik untuk memegang benda
pipih45
3-4 tahun a. Menuang air, pasir, atau biji-
bijian ke dalam tempat
penampung (mangkuk, ember)
b. Memasukkan benda kecil ke
dalam botol (potongan lidi,
kerikil, biji-bijian)
c. Meronce benda yang cukup
besar
d. Menggunting kertas mengikuti
pola garis lurus
4-5 tahun a. Membuat garis vertikal,
horizontal, lengkung kiri atau
kanan, miring kiri atau kanan,
dan lingkaran
b. Menjiplak bentuk
c. Mengkoordinasikan mata dan
tangan untuk melakukan
getakan yang rumit
d. Melakukan gerakan manipulatif
untuk menghasilkan suatu
bentuk dengan menggunakan
berbagai media
e. Mengekpresikan diri dengan
bekarya seni dengam

44
Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 Tentang
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini
45
Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 Tentang
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini
50

menggunakan berbagai media


f. Mengontrol gerakan tangan
yang menggunakan otot halus
(menjumput, mengelus,
mencolek, mengepal,
memelintir, memilin, memeras)
5-6 tahun a. Menggambar sesuai gagasannya
b. Meniru bnntuk
c. Melakukan eksplorasi dengan
berbagai media dan kegiatan
d. Menggunakan alat tulis dan alat
amakan dengan benar
e. Menggunting sesuai dengan
pola
f. Menempel gambar dengan tepat
g. Mengekspresikan diri melalui
gerakan menggambar secara
rinci. 46

3. Fungsi Motorik Halus

Dari beberapa pengertian yang disampaikan di atas, dapat kita

simpulkan bahwa fungsi motorik halus anak sepenuhnya dapat menunjang

aspek perkembangan pada anak secara keseluruhan.

Selain itu fisik motorik halus berfungsi untuk melakukan kegiatan

yang berhubungan dengan gerakan tangan diantaranya melipat,

menggunting, menempel, menumpuk menulis, menggambar,

menggengam, dan lain-lain. 47

Menurut Samsudin, ada beberapa fungsi motorik halus yatu:

a. Mengambangkan kemandirian, seperti memakai baju sendiri,

mngancing baju, mengikat tali sepatu, dan lain-lan.

46
Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 Tentang
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini
47
Novan Ardy Wiyani, Konsep Dasar Paud, (Yogyakarta: Gava Media, 2016), hlm 112.
51

b. Sosialisasi, seperti ketika anak menggambarkan bersama temannya-

temannya.

c. Pengembangan konsep diri, seperti anak telah mandiri dalam

melakukan aktifitas tertentu.

d. Kebanggaan diri, anak yang mandiri akan merasa bangga terhadap

kemandirian yang dilakukannya.

e. Berguna bagi keterampilan dalam aktvitas sekolah misalnya

memegang pensil atau pulpen.48

Sedangkan berdasarkan acuan penyusunan kurikulum PAUD yang

ditetapkan oleh Dapartemen Pendidikan Nasional menyatakan bahwa ada

beberapa aspek perkembangan yang harus dicapai dalam pengembangan

motorik halus anak, yakni:

a. Melakukan kegiatan dengan satu lengan, seperti mencoret-mencoret

dengan alat tulis.

b. Membuka halaman buku berukuran besar satu persatu

c. Memakai dan melepas sepatu berperekat atau tanpa tali

d. Memakai dan melepas kaos kaki

e. Memutar pegangan pintu

f. Memutar tutup botol

g. Melepaskan kacing jepret

h. Mengancing atau membuka velcro dan resleting (misalnya pada tas)

i. Melepas celana dan baju sederhana

48
Samsudin, Pembelajaran Motorik di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Litera Pernada
Media Group, 2008), hlm 85.
52

j. Membangun menara 4-5 balok

k. Memegang pensil dan krayon besar

l. Mengaduk dengan sendok ke dalam cangkir

m. Menggunakan sendok dan garpu tanpa menumpahkan makanan

n. Menyikat gigi dan menyisir rambut sendiri

o. Memegang gunting dan mulai memotong kertasMengulung,

mengeluni, menekan, menarik adonan atau tanah liat.49

Dilihat dari fungsinya, maka motorik halus merupakan sebuah

keterampilan yang berhubungan dengan saraf dan otot. Oleh karenanya,

sekecil apapun gerakan yang dilakukan anak, merupakan sebuah hasil pola

interaksi dari sistem bagian tubuh yang dikontrol oleh otak dimana akan

menunjang perkembangan anak.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Anak

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pada perkembangan

motorik individu seseorang, faktor-faktor tersebut antara lain:

a. Perkembangan sistem saraf

Sistem saraf sangat berpengaruh dalam perkembangan motorik karena

sistem saraflah yang mengontrol aktivitas motorik pada tubuh

manusia.

b. Kondisi fisik

Karena perkembangan motorik sangat erat kaitannya dengan fisik,

maka kondisi fisik tentu saja snagat berpengaruh pada perkembangan

49
Kemendiknas, Acuan Penyusunan Kurikulum PAUD, (Jakarta: Depdiknas, 2019), hlm
14.
53

motorik seseorang. Seseorang yang normal biasanya perkembangan

motoriknya akan lebih baik dibandingkan dengan oranglain yang

memiliki kekurangan fisik.

c. Motivasi yang kuat

Seseorang yang mempunyai motivasi kuat untuk menguasai

keterampilan motorik tertentu biasanya telah punya modal besar untuk

meraih prestasi. Kemudian, seseorang mampu melakukan suatu

aktivitas motorik dengan baik, maka kemungkinan besar dia akan

termotivasi untuk menguasai keterampilan motorik yang lebih luas

dan lebih tinggi lagi.

d. Lingkungan yang kondusif

Perkembangan motorik seseorang individu kemungkinan berjalan

optimal jika lingkungan tempatnya beraktivitas mendukung dan

kondusif. Lingkungan disini bisa berarti fasilitas, peralatan, sarana,

dan prasarana. Bisa juga berarti lingkungan tempat beraktivitas dan

juga di sekitar tempat aktivitas yang baik dan kondusif. 50

e. Aspek psikologi

Hanya seseorang yang kondisi psikologisnya baik yang mampu

meraih keterampilan motorik yang baik pula. Meskipun memiliki fisik

yang mendukung, namun jika kondisi psikologis seseorang tidak

50
Heri Rahyubi, Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik, (Bandung: Nusa
Media, 2016), hlm 225-227.
54

mendukung maka sulitlah baginya untuk meraih keterampilan motorik

yang optimal dan memuaskan. 51

f. Usia

Usia sangat berpengaruh pada aktivitas motorik seseorang. Seorang

bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan tua tentu saja punya karateristik

keterampilan motorik yang berbeda pula.52

g. Jenis kelamin

Laki-laki tentu lebih cepat, terampil dan gesit daripada perempuan.

Contohnya dalam olahraga sepak bola, volly, tinju, karate, tenis dan

lain-lain.

h. Bakat dan potensi

Seorang anak dapat dengan mudah diarahkan pada suatu keterampilan

apabila anak tersebut memiliki bakat dan potensi dalam hal tersebut.

meskipun begitu, bakat dan potensi bukan satu-satunya faktor yang

bisa menjamin kesuksesan untuk meraih keterampilan motorik

tertentu. Masih banyak variabel lain yang mempengaruhi keterampilan

motorik, diantaranya harus ada kemauan, keuletan, kedispilinan, dan

usaha yang kuat untuk meraih keterampilan motorik yang

diinginkan.53.

51
Heri Rahyubi, Teori-teori Belajar dan AplikasI....., hlm 225-227.
52
Heri Rahyubi, Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran...., hlm 225-227.
53
Heri Rahyubi, Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran...., hlm 225-227.
55

C. Hakikat Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses

perkembangan dengan pesat dan fundamental. Anak usia dini berada pada

rentang usia 0-6 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan

dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang

perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan

yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki

setiap tahapan perkembangan anak.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia Dini tertulis pada

pasal 28 ayat 1 yang berbunyi “Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan

bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan merupakan

prasyarat untuk mengkuti pendidikan dasar”. Selanjutnya pada Bab 1 pasal 14

ditegaskan bahwa, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan

yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memliki

kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.54

Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk

menstimulus, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran

yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak. Pendidikan bagi

anak usia dini merupakan sebuah pendidikan yang dilakukan pada anak yang

54
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: PT
INDEKS, 2013). hlm 6-8.
56

baru lahir sampai dengan enam tahun. Pendidikan anak usia dini pada dasarnya

meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan

lingkungan, dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan

kesempatan kepada anak untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar

yang diperolehnya dari lingkungan melalui cara mengamati, meniru dan

berksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh

potensi dan kecerdasan anak. Karena, anak merupakan pribadi yang unik dan

melewati berbagai tahap perkembangan kepribadian, maka lingkungan yang

diupayakan oleh pendidik dan orangtua yang dapat memeberikan kesempatan

pada anak untuk mengeksplorasi berbagai pengalaman dengan berbagai

suasana hendaklah memperhatikan keunikan anak-anak disesuaikan dengan

tahap perkembangan kepribadian anak. 55

D. Pengertian Pembelajaran Daring (Online)

Pembelajaran menjadi alat menumbuhkan minat dan motivasi siswa dalam

belajar. Sehingga, materi disajikan secara lebih menarik, menjadikan

komunikasi guru dan siswa lebih interaktif, dan pembelajaran lebih efektif.

Media pembelajaran pada dunia pendidikan khususnya pendidikan anak usia

dini adalah “media belajar sambil bermain”. 56

Media pembelajaran dikelompokkan menjadi jadi dua. Pertama, media

pembelajaran dalam arti sempit. Dalam konteks ini media pembelajaran hanya

meliputi media yang dapat digunakan secara efektif dalam proses

pembelajaran yang terencana. Kedua, media pembelajaran dalam arti luas.


55
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan...... hlm 6-8.
56
Winarti Agustina, Media Pembelajaran Jumping Frog, (Jawa Barat: Edu Publisher,
2020), hlm 71.
57

Bahwa media pembelajaran tidak hanya meliputi media komunikasi elektronik

yang kompleks, tetapi juga bentuk sederhana, seperti slide, foto, diagram

buatan guru, obyek nyata, dan kunjungan keluar kelas. 57

Sebagai seorang guru, pembelajaran dibuat untuk menentukan kompetensi

inti dan kompetensi dasar yang akan kita buat. Biasanya hal itu tidak lepas

dari silabus yang telah ditentukan berdasar pada peraturan yang berlaku pada

setiap sekolah. Dari kompetensi dasar yang telah ditentukan maka guru dapat

memulai mencari ide bagaimana membuat media pembelajaran melalui buku,

internet, siswa, guru sebaya, dan lain sebagainya. 58

Berdasarkan apa yang telah disampaikan di atas dapat diartikan bahwa

pembelajaran merupakan salah satu media pembelajaran yang digunakan atau

dibuat untuk memenuhi proses belajar dalam pembelajaran demi

menyukseskan program belajar bagi pembelajaran itu sendiri.

Pembelajaran, memiliki banyak peranan dalam menunjang aktivitas belajar

seseorang. Dalam lingkungan pendidikan sekolah guru dituntut untuk bisa

lebih kreatif dalam menyiapkan media pembelajaran ini, agar siswa mudah

memahami materi yang disampaikan dan juga media pembelajaran ini dapat

berperan sebagai pengontrol kejenuhan siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran yang berlangsung.

Pembelajaran melalui daring merupakan proses pembelajaran yang

dilakukan secara online, melalui media digital, media internet, dan media siber

57
Trianto Ibnu Badar al-Tabany, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik, (Jakarta:
Kencana, 2011), hlm 178.
58
Atiko, Mudah Membuat Media Pembelajaran, (Gresik: Caremmedia Communication,
2018), hlm 2
58

(cyber media). Pengertian dari media online sendiri, semua jenis kanal

(channel) komunkasi yang ada di internet atau hanya bisa diakses dengan

koneksi internet disebut media daring.

Media sosial merupakan salah satu tempat untuk belajar secara daring,

dimana para penggunannya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan

menciptakan dunia virtual. Peran media sosial sangat berpengaruh besar dalam

kehidupan masyarakat di era sekarang, dimanapun dan kapan pun seluruh

masyarakat dapat menemukan informasi dari berbagai belahan dunia hanya

dengan waktu yang singkat. Seiring perkembangan teknologi yang begitu

cepat, terdapat dampak negatif dan postif yang mempengaruhi

pengggunanya. 59

Pembelajaran melalui daring merupakan saluran komunkasi yang

dilakukan secara online berbasis telekomunikasi melalu situs web di internet.

Menurut situs Business Dictionary, pengertian media online atau daring

adalah media digital yang mencakup teks, video, dan musik yang di

distribusikan melalui jaringan internet. Media online atau daring merupakan

penerbitan online yang digunakan untuk menyampaikan berbagai ide. Bagi

Ackerman, media online atau daring secara umum menggunakan komputer

dalam penulisan, pengeditan, atau percetakan. 60 Media sosial adalah media

online (daring) yang dimanfaatkan sebagai sarana pergaulan sosial secara

online di internet. Di media sosial, para penggunanya dapat saling

berkomunikasi, berinteraksi, berbagai, networking, dan berbagai kegiatan


59
Muhammad Nurin Fajarudin, Media Sosial dan Tantangannya, (Malang: Instrans
Publishing Group, 2020), hlm 146.
60
Mahyuddin, Sosionlogi Komunikasi, (Makassar: CV. Loe, 2019), hlm 32.
59

lainnya. Media sosial menggunakan teknologi berbasis website atau aplikasi

yang dapat mengubah suatu komunikasi kedalam bentuk dialog interaktif. 61

Dari pengertian-pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pembelajaran daring adalah proses pembelajaran yang dilakukan dengan

adanya bantuan koneksi internet sebagai sarana dalam pembelajaran online

atau pembelajaran yang dilakukan tanpa harus bertemu dengan pemberi

informasi. Dalam hal ini, pembelajaran daring juga dapat diartikan sebagai

pembelajaran yang dilakukan dari jarak jauh yang memerlukan koneksi

internet untuk mencari atau mendapatkan informasi dari berbagai sumber.

Media pembelajaran daring disini selain membutuhkan koneksi internet juga

membutuhkan alat atau sarana dalam memberikan informasi seperti

handphone, radio, surat kabar, maupun televisi. Dilansir dari Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikdu.2020), dalam

menginplementasikan pembelajaran yang dilakukan melalui daring ini ada dua

hal yang harus diperhatikan. Pertama, pembelajaran daring ini diusahakan

tidak menimbulkan stress bagi siswa yang memicu adanya bahaya untuk

menimbulkan kecemasan berlebih. Kedua, pembelajaran yang dilakukan guru

haruslah realitis dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

61
Mac Aditiarawan, dkk , Hoax dan Hate Speech Di Dunia Maya, (Lembaga Kajian Aset
Budaya Indonesia Tonggak Tuo: Jakarta, 2019), hlm 50.
60

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif, artinya pengumpulan data pada suatu latar alamiah dengan maksud

atau tujuan menafsirkan fenomena yang terjadi, dimana peneliti sebagai

instrumen kunci, pengambilan sampel dari sumber data yang dilakukan secara

porposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi dari data yang

bersifat indukatif yang lebih menekankan akna daripada generalisasi.

Penelitian kualitatif ini merupakan penelitian yang menekankan pada

pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan

kondisi realitis, kompleks, serta rinci. Penelitian kualitatif yang juga dapat

dkatakan sebagai penelitian yang berusaha mendapatkan sebuah pemahaman

terhadap suatu fenomena dari ekstrapolasi pada siatu yang sama.1

B. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu

pendekatan yang bersifat deksritif kualitatif, karena penelitian ini akan lebih

menekankan pada sebuah analisis yang berdasarkan pada kesimpulan yang

bersifat deduktif ataupun induktif serta analisis yang berhubungan dengan

sebuah fenomena dengan fenomena lainnya dengan menggunakan logika

ilmiah.

1
Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: CV Jejak,
2018). hlm 7-9.
61

Dalam penelitian digunakan peneliti menggunakan studi kasus. Alasan

digunakannya studi kasus ini adalah peneliti berusaha mendapatkan gambaran

yang detail mengenai aspek penting yang akan diteliti dengan menggunakan

mengumpulkan informasi yang didapat dan memahami bagaimana hal itu bisa

terjadi. 2

C. Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah inti dari sebuah masalah terkebih dahulu

agar tidak terjadi sebuah permasalahan yang meluas yang akan menyebabkan

ketidak sesuaian dalam penelitian ini. Maka, peneliti memfokuskan untuk

meneliti peran guru dalam mengembangkan fisik motorik halus anak usia dini

di TK Labbaika melalui media pembelajaran daring, Samarinda Seberang.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi ialah metode pengumpulan data yang menganalisis dan

mengadakan pencatatan secara sistematis dengan melihat atau mengamati

individu atau kelompok secara langsung. 3

Observasi juga dapat diartikan cara menghimpun bahan-bahan

keterangan atau data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan

pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang

2
Muri Yusuf, Metode Penelitian, (Jakarta: K E N C A N A, 2017). hlm. 339
3
Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017).
hal 17
62

dijadikan sasaran pengamatan.4 Didalam penelitian, ada beberapa jenis

observasi yaitu:

a. Observasi langsung dan tidak langsung

Obeservasi langsung adalah observasi yang dilakukan tanpa perantara

(secara langsung) terhadap objek yang diteliti. Sedangkan observasi

tidak langsung dilakukan terhadap obyek penelitian melalui perantara

suatu alat atau cara baik dalam situasi sebenarnya maupun buatan

(misalnya roleplaying, psychodrama).

b. Observasi partisipasi dan non partisipasi

Observasi partisipasi dilakukan dengan cara mengambil bagian

(melibatkan diri) dalam situasi obyek yang yang diteliti (observer tidak

mengambil jarak terhadap observer). Sedangkan observasi non

partisipasi dilakukan oleh observer dari luar situasi obyek yang diteliti

(observer mengambil jarak terhadap observer)

c. Observasi berstruktur dan tidak berstruktur

Observasi berstruktur (sistematik atau berkerangka), dilakukan

berdasarkan kerangka yang memuat faktor-faktor yang telah diatur

kategorissinya terlebih dahulu. Sedangkan, observasi tidak berstruktur

adalah observasi yang tidak menyiapkan kerangka observasi terlebih

dahulu.

4
Ajat Rukajat,Teknik Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: DEEPUBLISH, 2018). hlm
75-76
63

d. Observasi eksperimental dan non eksperimental

Observasi eksperimental dilakukan dengan cara mengadakan tindakan

(tretment atau prlakuan) untuk mengendalikan situsi kemudian

mengamati perubahan gejala atau fonomena yang diteliti. Sedangkan

observasi non eskperimental dilakukan tanpa mengadakan suatu

tindakan apapun terhadap obyek yang diteliti. 5

Dalam penelitian yang dilakukan peneliti, adalah jenis observasi

yang dilakukan secara tidak langsung. Dimana, peneliti mencatat hal-

hal yang tidak diobservasi dilokasi penelitian. Disini peneliti mencoba

untuk mencatat hal-hal yang ditemukan melalui unsur analisis,

dikarenakan untuk observasi secara langsung sangat sulit dilakukan

karena pembelajaran saat ini dilakukan secara online.

Dalam memudahkan peneliti dalam mengoservasi, disini peneliti

membuat tabel observasi yang digunakan untuk pengumpulan data

dalam penelitian yang dilakukan. Adapaun tabel obervasi penelitian,

adalah sebagai berikut:

5
Soebardhy, dkk, Kapita Selekta Metodelogi Penelitian, (Jawa Timur: Qiara Media,
2020), hlm 126.
64

TABEL. III

LEMBAR OBSERVASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS

ANAK SELAMA PROSES PEMBELAJARAN DARING DI TK

LABBAIKA SAMARINDA SEBERANG.

Indikator Ya TIdak

1. Anak dapat mengkoordinasikan tangan dengan mata


selama melakukan kegiatan pembelajaran.
2. Anak mampu menggunting sesuai dengan pola.
3. Anak dapat menempel gambar dengan tepat.
4. Anak mampu menggambar sesuai dengan gagasanya.
5. Anak dapat menjiplak bentuk.
6. Anak dapat meniru bentuk.
7. Anak dapat menggunakan berbagai macam media
dalam pemebelajaran.
8. Anak dapat membuat berbagai garis secara
horizontal maupun vertikal.
9. Anak dapat mewarnai dengan benar.

TABEL. IV

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN PERAN GURU DALAM

MENGEMBANGKAN FISIK MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI

DI TK LABBAIKA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN

DARING.

Variabel Indikator
1. Alokasi waktu observasi di TK a. Kegiatan awal.
Labbaika. b. Kegiatan inti.
c. Kegiatan akhir.

2. Langkah-langkah peran guru a. Guru membuat rencana


dalam mengembangkan fisik pembelajaran dengan beberapa
motorik halus anak usia dini indikator yang mencakup
melalui pembelajaran daring di perkembangan fisik motorik halus
TK Labbaika, Samarinda anak usia dini di TK Labbaika
Seberang. Samarinda Seberang.
65

b. Guru melakukan pelaksanaan


pembelajaran dalam
mengembangkan fisik motorik
halus anak melalui media
pembelajaran daring di TK
Labbaika Samarinda Seberang.
c. Guru menjelaskan kegiatan
pembelajaran yang akan
dilakukan secara daring.
d. Guru mengamati proses
pembelajaran yang dilakukan
anak secara daring.
e. Guru melakukan evaluasi
perkembangan motorik halus
anak selama melakukan
pembelajaran melalui media
pembelajaran daring.

3. Faktor penghambat peran guru


a. Faktor internal
dalam mengembangkan fisik
b. Faktor eksternal
motorik halus anak usia dini
melalui pembelajaran daring di
TK Labbaika, Samarinda
Seberang.

2. Wawancara

Wawancara dapat dikategorikan sebagai percakapan dengan maksud

terttentu. Percakapan ini ini dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu

pewawancara (interviewer) yaitu yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara yaitu orang yang memberikan jawaban dari atas pertanyaan-

pertanyaan. 6

Dalam melakukan wawancara agar lebih jelas dan sesuai dengan

tujuan penelitian maka harus memahami macam-macam dari wawancara

6
Mayang Sari Lubis, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: DEEPUBLISH, 2012). hlm
34
66

sebagai salah satu metode yang dilakukan. Adapun macam-macam

wawancara terdiri dari tiga macam, yaitu:

a. Wawancara terstruktur

Secara umum dalam wawancara terstruktur pewawancara

menentukan terlebih dahulu data yang diperlukan. Pewawancara juga

menyusun pertanyaan dengan cara-cara tertentu agar memunculkan

jawaban-jawaban yang berkorspondensi dengan kategori-kategori yang

sudah ditentukan pada aspek teori. Wawancara terstruktur lebih sering

digunakan dalam penelitian suvey, walaupun dalam beberapa situasi

juga dilakukan dalam penelitian kualitatif. Wawancara bentuk ini

sangat terkesan seperti interogasi karena sangat kaku dan pertanyaan

harus diajukan dengan format dan urutan yang betul-betul sama kepada

subjek.

b. Wawancara semi terstruktur

Pada wawancara semi terstruktur pewawancara menyusun

pertanyaan yang bertujuan untuk menuntun dan bukan mendikte

selama proses wawancara berlangsung. Dengan demikian wawancara

semi terstruktur berbeda dengan terstruktur yang kaku, tidak fleksibel,

dan membnagun jarak selama proses wawancara. Wawancara semi

terstruktur paling sering dan tepat dalam penelilitian kualitatif yang

lebih fokus pada masalah.


67

c. Wawancara tidak terstruktur

Jenis wawancara yang ketiga adalah wawancara tidak terstruktur.

Hampir mirip dengan wawancara semi terstruktur, hanya saja

wawancara tidak terstruktur memiliki kelonggaran dalam banyak hal

termasuk dalam hal pedoman wawancara. Menurut Arikunto, pedoman

tidak terstruktur yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis

besar yang akan ditanyakan.7

Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti menggunakan

wawancara semistruktur, alasan dari peneliti menggunakan wawancara

semistruktur ini adalah karena penggunaanya yang fleksibel dalam

bentuk penggembangan sebuah topik dari pertanyaan-pertanyaan yang

ada dipedoman wawancara dalam mengumpul sebuah informasi (data).

Berikut dibawah ini pedoman lembar wawancara semistruktur:

7
Fandi Rosi Sarwo Edi, Teori Wawancara Psikodiagnostik, (Yogyakarta: Leutikaprio,
2016), hlm 19-27.
68

TABEL. V

LEMBAR WAWANCARA GURU DALAM MENGEMBANGKAN

FISIK MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI

PEMBELAJARAN DARING DI TK LABBAIKA,SAMARINDA

SEBERANG

No Pertanyaan

1. Apa saja peran guru dalam membuat perencanaan pembelajaran


keterampilan motorik halus kepada anak usia dini di TK Labbaika
selama pembelajaran daring?
Pengenalan dasar apa yang biasa dilakukan ibu guru dalam
mengajarkan anak keterampilan motorik halus anak usia dini di
TK Labbaika melalui pembelajaran daring saat ini?
2. Bagaimana strategi ibu guru dalam melakukan atau mengajarkan
motorik halus kepada anak?
3 Bagaimana pelaksanaan yang dilakukan ibu guru dalam
mengajarkan anak keterampilan motorik halus di TK Labbaika,
Samarinda Seberang?
4 Apa saja langkah-langkah yang guru lakukan dalam mengajarkan
keterampilan motorik halus kepada anak melalui pembelajaran
daring yang dilakukan saat ini?
5 Kegiatan apa saja yang Ibu guru lakukan melatih atau
mengembangkan motorik harus anak usia dini selama
pembelajaran daring ini berlangsung?
6 Apa saja alat dan bahan yang digunakan guru dalam mengajarkan
keterampilan motorik halus ini kepada anak selama pembelajaran
daring?
7 Bagaimana cara guru dalam mengontrol anak selama
pembelajaran daring ini berlangsung, terutama dalam mengajarkan
motorik halus anak?
8 Bagaimanakah perkembangan motorik halus anak di TK Labbaika,
Samarinda Seberang selama pembelajaran daring ini berlangsung?
9 Sarana dan prasarana apa saja yang digunakan dalam
mengembangkan fisik motorik halus anak usia dini selama
pembelajaran daring ini berlangsung?
10 Apa saja penilaian yang dilakukan guru untuk mengetahui
bagaimana dalam mengembangkan fisik motorik halus anak
selama pembelajaran daring berlangsung?
.11 Menurut ibu guru apakah pembelajaran daring ini efektif
69

dilakukan, terutama dalam mengajarkan fisik motorik halus anak


ini?
12 Apakah ada kesulitan yang dialami oleh guru dalam melakukan
pembelajaran daring terutama, dalam mengembangkan fisik
motorik halus anak?
13 Apa saja hambatan dalam pembelajaran daring ini dalam
mengembangkan fisik motorik halus anak, selama pemeblajaran
daring berlangsung?
14 Bagaimana cara ibu guru menghadapi jika ada murid yang tidak
ingin melakukan kegiatan pembelajaran motorik halus yang
dilakukan melalui pembelajaran media daring?
15 Bagaimana mekanisme pembelajaran daring di TK Labbaika
Samarinda Seberang?
16 Bagaimana evaluasi pembelajaran motorik halus yang dilakukan
guru selama masa pandemi dan belajar di rumah saat ini melalui
media pembelajaran daring?

TABEL VI

LEMBAR WAWANCARA ORANGTUA TERKAIT FISIK MOTORIK

HALUS ANAK SELAMA BELAJAR DI RUMAH

No Pertanyaan

1 Bagaimanakah perkembangan motorik halus anak selama mengikuti


pembelajaran daring di rumah?
2 Bagaimanakah peran orangtua selama di rumah dalam menstimulasi
atau melatih perkembangan motorik halus anak melalui pembelajaran
daring”
3 Apa saja bentuk kegiatan motorik halus yang dilakukan anak anak
selama di rumah?
4 Bagaimana bentuk kerjasama orangtua dan guru dalam menstimulasi
perkembanan motorik halus anak?
5 Bagaimana cara orangtua dalam mengatasi hambatan kegiatan
motorik halus selama belajar di rumah melalui pembelajaran daring?
6 Apa saja faktor pendukung dalam perkembangan motorik halus anak
selama melakukan pembelajaran daring?
7 Apa saja hambatan yang dirasakan oleh orangtua selama
menstimulasi motorik halus anak?
8 Apakah kegiatan motorik halus ang dilakukan sudah sesuai dengan
RPPM yang telah diberikan oleh guru kepada orangtua?
70

9 Bagaimana cara orangtua untuk membuat anak antusias dalam


mengikuti pembelajaran motorik halus selama belajar di rumah
melalui pembelajaran daring?
10 Bagaimana cara orangtua mengajarkan anak dalam menstimulsi
motorik halus anak melalui kegiatan sederhana yang ada di rumah?

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data penelitian

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat,

koran, majalah, prasasti, notulen rapat, leger nilai, agenda dan lain-lain. 8

E. Keabsahan Data

Dalam pelaksanan penelitian, adapun menyangkut data yang terkumpul

tidaknya semuanya bersifat valid dan juga kredibel. Untuk itu perlu diadakan

seubuah pengujian mengenai tingkat kredibilatas dan keabsahan suatu data

dengan menggunakan teknik triangulasi data, yaitu sebuah cara untuk

mengecek data melalui berbagai cara.

Triangulasi teknik, untuk menguji sebuah kebsahan data dilakukan dengan

cara mengecek data dengan sumber yang sama namun menggunakan teknik

yang berbeda. Hal ini digunakan untum memastikan sebuah kebenaran suatu

data, bila data yang dihasilkan berbeda peneliti akan melakukan diskusi lebih

lanut dengan sumber data.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi

8
Johni Dimyati, Merodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: K E N C A N A, 2013).
hlm 100-102
71

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam

unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah

dipahami oleh diri sendiri maupun oranglain. Proses dari analisis data kualitatif

ini sendiri dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan

setelah selesai di lapangan. Adapun analisis data yang dilakukan dalam

penelitian ini yaitu:

1. Data reduction (reduksi data)

Reduksi data merupakan proses berfikir senditif yang memerlukan

kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan yang tinggi, bagi

peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat

mendiskusikan pada teman atau oranglain yang dipandang ahli. 9 Pada tahap

ini peneliti melakukan penyortiran terhadap data yang diperoleh dnegan

tujuan bahwa data tersebut menarik atau tidak. Sehingga peneliti dapat

memilah mana data yang penting data yang tidak penting sehingga harus

ditinggalkan.

2. Data Display (penyajian data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

Dengan mendisplay data, maka akan memudhkan kita memahami apa yang

9
Sugiyono, Metode Penellitian Pendidikan, (Bandung: Alfaveta, 2015). hlm 336.
72

terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

dipahami. 10

3. Vertivikasi

Langkah ketiga yaitu vertivikasi atau penarikan kesimpulan. Kesimpulan

dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan penemuan

baru yang sebelumnya belum pernah ada yang bersifat deksritif atau suatu

objek yang masih belum jelas yang bersifat hubungan kausal atau interaktif,

hipotesis atau teori.11

10
Sugiyono, Metode. . ., hlm. 338.
11
Sugiyono, Metode. . ., hlm. 341
73

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil TK Labbaika

1. Sejarah Singkat TK Labbaika Samarinda Seberang

Sebelum diambil oleh Yayasan Pendidikan Labbaika, Taman Kanak-

Kanak Labbaikan bernama Taman Kanak-Kanak ABA II (Aisiyah

Bastanul Atfal II) di bawah naungan yayasan Muhammadiyah yang pada

saat itu dipimpin oleh ibu Faridah Saleh di bantu ibu Hairani dan ibu

Herliani.

Pada tahun 1993 ibu Arpiah AR masuk menjadi tenaga pendidik

(guru) maka jumlah guru bertambah menjadi 4 orang. Dan pada tahun ajn

1993/1994 tampa kepimpinan ibu Faridah Saleh diserahkan kepada ibu

Aepiah AR, maka sejak tahun 1994 sampai dengan 1997 Kepala Sekolah

ABA II dipegang oleh ibu Arpiah AR.

Namun pada bulan September 1997 TK ABA II diambil alih oleh

Yayasan Pendidikan Labbaika dikarenakan selama dibawah naungan

Yayasan Muhammadiyah proses pembelajaran tidak efektif dan tidak

terlihat secara langsung oleh karenanya menggangu kelancaran proses

belajar mengajar, apalagi tanah dan bangunan adalah milik Yayasan

Pendidikan Labbaika. Seja saat itu TK ABA II berganti nama menjadi TK

Labbaika dan didukung oleh orangtua siswa dan para tokoh masyarakat

dilingkungan TK Labbaika. 81

81
Dokumen TK Labbaika
74

Namun, pada tahun 2019 pergantian kepala sekolah dialihkan kepada

Ibu Siah, dikarenakan Kepala Sekolah sebelumnya di pindah tugaskan ke

daerah Sambutan.

2. Kurikulum TK Labbaika Samarinda Seberang

Kurikulum adalah adalah seperangat dan pengaturan mengenai satuan

pendidikan isi, dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.

Untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal

36 ayat 2 ditegaaskan bahwa kurikulum pada satuan dan jenis pendidikan

dikembangkan dengan prinsip dasar pemikiran itu maka dikembangkan

apa yang dinamakan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan .

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional

yang dimana oleh dan dilaksanakand dimasing-masing satuan pendidikan.

Sesuai dengan amanat peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 19

tahun 2005, bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada jenjang

Taman Kanak-Kanak mengacu pada standar isi serta pedoman pada

panduan dari Badan Standart Nasional Pendidikan.82

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Taman Kanak-Kanak Labbaika

Kec Loajanan Ilir ini sebenarnya dikembangkan sebagai perwujudan dari

kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum ini di susun oleh

satu tim penyusun yang terdiri atas kepala sekolah dan guru-guru dengan

82
Dokumen TK Labbaika
75

pendampingan oleh tim pengembang kurikulum dibawah koordinasi dan

supervise dalam Pendidik Kec. Loa Janan Ilir.

Di dalam pengembangan dan penyusunan kurikulum ini didasarkan

pada beberapa prinsip, agar tujuan pendidikann dapat tercapai secara

efektif dan efisien. Prinsip=prinsip dalam pengembangan tersebut

diantaranya adalah:

a. Berorientasi pada prinsip-prinsip perembangan anak

b. Berorientai pada kebutuhan anak

c. Bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain

d. Menggunakan pendekatan tematik

e. Kreatif dan inovatif

f. Lingkungan kondusif

g. Mengembangkan kecakapan hidup,

3. Visi dan Misi TK Labbaika Samarinda Seberang

Adapun viii dan misi TK Labbaika yaitu:

a. Visi

Bertanggung jawab atas proses pendidikan anak ebagai penerus yang

berguna bagi Agama, Orangtua, dan Masyarakat.

b. Misi

Memberikan pendidikan agar menjadi anak terampil, berilmu, dan

berakhlaqul karimah. 83

83
Dokumen TK Labbaika
76

4. Alokasi Waktu Pembelajaran

Adapun alokasi waktu pembelajaran di TK Labbaika Samarinda

Seberang yaitu:

a. Kegiatan awal (08:00:08:30)

Sebelum melakukan kegiatan inti dalam pembelajaran, guru

melakukan kegiatan awal. Dimana dalam kegiatan awal ini sendiri

guru melakukan pembukaan kepada anak. Guru mengarahkan dan

mengajak anak berdoa terlebih dahulu sebelum belajar. Guru juga

menjelaskan kepada anak mengenai tema pada hari itu, menjelaskan

rincian pembelajaran sesuai dengan sub tema. Setelah dirasa cukup,

guru melanjutkan pada kegiatan inti pembelajaran.

b. Kegiatan inti (08:30-09:30)

Dalam kegiatan inti ini, guru menjelaskan mengenai sub tema pada

anak dan memberikan tugas kepada anak dan memberitahukan kepada

anak bagaimana cara mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

melalui media pembelajaran daring ini. 84

c. Kegiatan akhir (10-00-10:30)

Kegiatan akhir ini, terdiri dari penutup. Penutup pada kegiatan akhir

ini diakhiri dengan membaca doa sesudah belajar dan guru juga

mengajak anak untuk bermain tepuk atau bernyanyi sebelum

84
Dokumen TK Labbaika
77

mengakhiri pembelajaran. Tidak lupa juga, guru memberikan saran

kepada anak agar tetap bersemangat dalam belajar.

5. Keadaan Tenaga Kependidikan di TK Labbaika

TK Labbaika Samarinda Seberang, memiliki tenaga kependidikan

berjumlah 12 orang yang dapat membantu atau memberikan pelayanan

yang baik bagi seluruh peserta didiknya. Masing-masing sentra atau kelas

terdiri dari satu orang guru kelas dan satu guru pendamping.

Dalam menajalankan visi dan misi yang ada sekolah, TK Labbaika

Samarinda Seberang sangat didukung dengan tenaga pendidik yang sangat

baik. Adapun data kepndidikan yang ada di TK Labbaika Samarinda

Seberang terlampirkan pada tabel di bawah ini:

TABEL VII
DATA TENAGA KEPENDIDIKAN TK LABBAIKA SAMARINDA
SEBERANG
Tempat Ijazah Pangkat atau
No Nama/Nip Tanggal TMT Status Tahun Jabatan
Lahir Di
peroleh
Arpiah, Muara Badak, Pengurus TK
1 AR.S.Pd.AUD 12 Juli 1969 15 April 1993 PNS 2012 Labbaika/Guru
196907122007012036
Samarinda,
2 Salasiah, S.Pd 16 Mei 1983 21 Juli 2003 GTY 2012 Kepsek/Guru

Samarinda,
23 Juni
3 Nuril Syamsiah, S.Pd 17 Januari GTY - Guru
2008
1996
Samarinda, 20
4 Lisa Rustina, S.Pd 16 Maret Desember GTY - Guru
1982 2008
Samarinda, 13
5 Hairunnisa, S.Pd 29 Oktober September GTY 2016 Guru
1985 2010
6 Fitriani Afnor Samarinda, 28
78

01 Juni 1984 September GTY 2002 Guru


2009
Samarinda,
7 Siti Khadijah, A.Ma 12 03 GTY 2002 Guru
Desember September
1980 2009
8 Asnawati Balikpapan202
5 Juli 1979November GTY 2009 Guru
2012
9 Sri Hastuti, Samarinda, 02
20 Januari November GTY 2016 Guru
1995 2016

6. Keadaan Peserta Didik di TK Labbaika

Keadaan peserta didik di TK Labbaika atau kesiswaan di TK

Labbaika saat ini meliputi 40 orang. Adapun kelas yang digunakan dalam

pembelajaran siswa ini terdiri dari empat kelas atau empat sentra. Adapun

ke empat kelas atau ke empat sentra ini meliputi, Kelas An-Nur (sentra

Persiapan-Agama), kelas Al-Hakim (sentra Persiapan-Berhitung), kelas

Al-Furqon (sentra Persiapan-Seni/Bahan Alam), dan kelas Al-Huda (sentra

Persiapan-Bahasa). Adapun rincian dalam kegiatan kesiswaan sehari-hari

ini meliputi:

a. Penyambutan siswa sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai.

b. Baris-berbaris didepan kelas.

c. Salam, berdo’a, dan bernyanyi.

d. Bercakap-cakap.

e. Pemberian tugas.85

85
Dokumen TK Labbaika
79

Adapun kegiatan yang meliputi pembentukan enam aspek

perkembangan anak, yang biasa dilakukan di luar proses pembelajaran yang

berada di luar kelas, yaitu :

a. Melaksanakan pembiasaan beribadah khususnya sholat, yang

dilaksanakan di mushola terdekat, di lingkungan lambaga atau sekolah

TK Labbaika, yang dilaksanakan dua minggu sekali setiap hari jum’at.

Kunjungan kebeberapa tempat, sesuai dengan puncak tema di lembaga

atau sekolah TK Labbaika

Adapun kondisi peserta didik yang ada di sentra seni (kelas Al-

Furqon) dalam melatih atau mengembangkan fisik motorik halus anak

yaitu:

TABEL VIII
DATA ANAK SENTRA SENI (KELAS AL-FURQON) TK LABBAIKA

No Nama Siswa L/P Tempat Agama Orangtua Pekerjaan


Tanggal
Lahir
Al-zahirah Humaira Samarinda, 18
1 Khairunnisa P April 2015 Islam Hermasnyah Wiraswasta

2 Marsya Nor Talitha P Samarinda, Islam Muhammad Swasta


Putri 27 April Yusri
2015
Samarinda,
3 Shopi Salsabila P 21 Juni Islam Misrani Swasta
2014
Samarinda,
4 Aqilah Hemi P 06 Mei 2014 Islam Midiono Swasta
Dzakiyah Auliyah
Samarinda,
5 Aprilia Akhirunisa P 14 April Islam H. Mursalim Wiraswasta
2014
80

Samarinda,
6 Annisa Nur Jelita P 14 Oktober Islam Andrianur Pegawai
2015 Swasta

7 Aurora Princessa P Samarinda, Islam Aditya Fariz Karyawan


Ramadhani 01 Juli 2014 Mahendra Swasta

Samarinda,
8 Winda Scolastya P 29 Islam Hendra Swasta
Syaputri Desember Syaputra
2014
Samarinda,
9 Khalisa Maura Athifa P 31 Islam Syafril Swasta
Desember Pernanda
2014

10 Kartini Jailani (Nisa) P Samarinda, Islam Muhammad Swasta


21 April Jailani
2015

Samarinda, Islam Amiruddin Swasta


11 Fatma Amirah P 12 Oktober
2014

12 Amira Naila Samarinda, Islam Satria Nur Swasta


Syakirana Putri P 24 Juli 2014

B. Deksripsi Hasil Penelitian

1. Peran guru dalam mesntimulasi fisik motorik halus anak melalui

pembelajaran daring di TK Labbaika

Peran guru dalam menstimulasi fisik motorik halus anak merupakan

keterlibatan seorang guru dalam melatih keterampilan motorik halus anak

agar berkembang secara optimal dengan mengaplikasikan berbagai media

an metoe pembelajaran. Dalam menuliskan hasil deksripsi penelitian ini,


81

data yang diperoleh peneliti berdasarkan apa yang peneliti temukan selama

proses penelitian berlangsung.

Dalam memperoleh data penelitian di bawah ini peneliti menggunakan

teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi kemudian data ini akan lebih

jelas dideksripsikan secara kualitatif sesuai dengan metode penelitian yang

digunakan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di TK Labbaika mengenai

bagaimana peran guru dalam menstimulasi fisik motorik halus anak melalui

pembelajaran daring yaitu melalui penggunaan berbagai macam media

pembelajaran dengan mengaplikasikan berbagai kegiatan motorik halus

anak seperti menggambar, menjiplak, meronce, menempel, mewarnai,

bermain plastisin, membatik, melipat origami dan lain-lain.

Berdasarkan hasil penelitian guru menjelaskan dan memberikan contoh

terlebih dahulu kepada anak tentang bagaimana cara mengerjakan tugas

dalam kegiatan pembelajaran. Pemberian contoh dalam kegiatan motorik

halus anak ini dilakukan melalui video-video yang dibuat oleh guru, seperti

hasil wawancara di bawah ini:

“pelaksanaan dilakukan dengan cara anak-anak mengikuti contoh video

yang dibuat oleh guru kelas” 86

Sebelum mengaplikasikan berbagai macam media pembelajaran untuk

menstimulasi fisik motorik halus anak melalui pemebelajaran daring di TK

Labbaika, awalnya guru melakukan pengenalan dasar kepada anak seperti

86
Lisa Rustina, Wawancara, Guru Sentra Seni TK Labbaika, Samarinda Seberang.
82

tentang cara memegang dan menggunakan alat dan bahan yang benar dalam

proses pembelajaran dimana semuanya guru jelaskan melalui video call

yang dilakukan oleh guru dengan anak-anak dua kali dalam sebulan atau

melalui video yang dibuat oleh guru selama pembelajaran daring

berlangsung. Seperti hasil wawancara di bawah ini:

“biasanya pengenalan tentang cara memegang dan meggunakan alat

serta bahan yang benar dalam proses pembelajaran”87

Dalam menstimulasi fisik motorik halus anak melalui pembelajaran

daring di TK Labbaika ada beberapa langkah yang guru lakukan agar fsik

motorik halus anak terstimulasi dengan baik yaitu pertama mengenalkan

tentang hari, kedua pengenalan tema pembelajaran, dan ketiga pemberian

tugas secara daring melalui whatsapp group kelas. Dimana hasil penelitian

ini disesuaikan dengan hasil wawancara di bawah ini:

“ada beberapa langkah yang guru lakukan dalam mengajarkan


keterampilan motorik halus kepada anak yaitu pertama pengenalan
tentang hari, kedua pengenalan tentang tema, dan terakhir memberikan
tugas kepada anak dimana tugas ini kami berikan melalui via whatsapp”

Pemberian stimulasi untuk membantu anak dalam mengembangkan

fisik motorik halus anak sepenuhnya dilakukan secara virtual melalui

pengaplikasian media whatsapp dan zoom. Melalui whatsapp dan zoom

guru menjelaskan kepada anak tentang kegiatan pembelajaran motorik halus

seperti tugas apa yang harus anak kerjakan selama di rumah. Dalam

menstimulasi fisik motorik halus anak guru juga lebih banyak

87
Lisa Rustina, Wawancara, Guru Sentra Seni TK Labbaika, Samarinda Seberang.
83

mengaplikasikan berbagai macam kegiatan pembelajaran seperti

mengkolase, menempel, mewarnai, menjiplak dan lain-lain. Seperti hasil

wawancara di bawah ini:

“banyak sekali kegiatan motorik halus yang diajarkan kepada anak


seperti kolase bulu domba dari kapas atau dakron, kegiatan menempel
pola menjadi bentuk tugu, mewarnai gambar, dan lain-lain”88

Setelah menjelaskan kegiatan pembelajaran, guru kemudian

memberikan contoh dengan menampilkan atau memberikan video pada

whatsapp orangtua, tentang kegiatan pembelajaran belajar yang akan

dilakukan melalui whatsapp group. Kemudian setelah memberikan contoh,

dilanjutkan guru memberikan tugas kepada anak untuk dikerjakan di rumah.

Dalam menyikapi peran guru dalam menstimulasi fisik motorik halus

anak melalui pembelajaran daring di TK Labbaika, tidak luput dari bantuan

orangtua dalam mendampingi anak dalam pelaksanaan proses pembelajaran

dengan memanfaatkan whatsapp group sebagai media utama. Peran guru

dalam menstimulasi fisik motorik halus anak dengan metode praktek

langsung sangat diperlukan dalam menampilkan proses berkarya anak,

sehingga dalam proses stimulasi ini guru menggunakan atau

mempraktekkan gerakan-gerakan ssederhana dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun kegiatan sederhana yang guru ajarkan dalam menstimulasi fisik

motorik halus kepada anak seperti menggerakkan jari dalam menggambar

bentuk atau pola, mengajak anak untuk ikut dalam kegiatan meremas kertas

atau benda-benda yang ada di rumah, memberikan contoh menggunting pola

88
Lisa Rustina, Wawancara, Guru Sentra Seni TK Labbaika, Samarinda Seberang.
84

yang kemudian dapat dipraktekkan oleh anak selama di rumah,

mempraktekkan dalam membuat suatu karya seperti melipat kertas menjadi

bentuk benda yang disesuaikan dengan tema pembelajaran, memberikan

bentuk kegiatan motorik halus yang menarik kepada anak misalnya

membatik di atas kertas origami, dimana semua kegiatan tersebut akan

dikirimkan kepada guru melalui whatsapp group dalam bentuk gambar

maupun video.

Dalam menstimulasi fisik motorik halus anak melalui pembelajaran

daring di TK Labbaika guru menyiapkan metode penugasan, dengan cara

memberikan tugas mingguan kepada anak seperti menulis atau mewarnai

buku pembelajaran, memberikan tugas seperti membuat kolase yang proses

penugasan tersebut didokumentasikan oleh orangtua, dan menugaskan anak

setiap minggunya untuk mengirimkan gambar atau video gerakan-gerakan

sederhana motorik halus selama di rumah seperti menyapu.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai peran guru dalam mesntimulasi

fisik motorik halus anak melalui pembelajaran daring di TK Labbaika, lebih

fokus pada penugasan-penugasan yang hampir sama seperti parktek

langsung dengan mengaplikasikan berbagai media sederhana yang bisa anak

gunakan dalam mengembangkan fisik motorik halus anak selama mengikuti

pembelajaran daring, tidak hanya itu guru juga menyiapkan berbagai macam

kegiatan yang bervariasi serta melibatkan orangtua di rumah dalam

memberikan arahan kegiatan dalam bentuk gambar atau video yang sudah

disiapkan oleh guru, memanfaatkan benda-benda yang ada disekitar anak,


85

dimana semua kegiatan ini bisa dilakukan atau diprakekkan secara langsung

sesuai dengan arahan yang guru berikan. Adapun beberapa peran guru

dalam menstimulasi fisik motorik halus anak melalui pembelajaran daring di

TK Labbaika adalah sebagai berikut:

a. Peran Guru Sebagai Organisator

Sebelum melakukan pembelajaran stimulasi motorik halus, guru

membuat rencana pembelajaran terlebih dahulu dalam menstimulasi

fisik motorik halus anak, seperti program semester (PROSEM), Silabus

Pembelajaran, kemudian dilanjutkan membuat rencana perangkat

pembelajaran harian (RPPH) rencana perangkat pembelajaran

mingguan (RPPM) dan terakhir membuat lembar penilaian

perkembanagn anak, dimana semua perangkat pembelajaran tersebut

digunakan untuk memudahkan guru dalam melakukan kegiatan

mengajar serta penilaian pada anak. setelaj itu guru kemudian

menyiapkan media pembelajaran seperti alat dan bahan sebagai media

untuk mengembangkan fisik motorik halus anak melalui pembelajaran

daring.

Program semester (PROSEM) di TK Labbaika telah memuat

sepenuhnya aspek perkembangan anak, salah satunya fisik motorik

halus anak. Kemudian dalam rencana perangkat pembelajaran

mingguan (RPPM) sudah terisi dengan pembelajaran motorik halus

dalam satu minggu, dan terakhir rencana perangkat pembelajaran harian

(RPPH) sepenuhnya berisi tentang kegiatan pembelajaran bagi


86

perkembangan anak terutama pembelajaran dalam mengembangkan

motorik halus, dimana RPPH ini dibuat oleh guru kelas masing-masing

yang akan digunakan guru selama melakukan pembelajaran di dalam

kelas.

Selama melakukan kegiatan pembelajaran daring, pihak sekolah

membuat jadwal mengajar ulang terlebih dahulu. Untuk jadwal

pembelajaran motorik halus, dimulai setiap hari rabu dimana kegiatan

belajar ini akan dilakukan via zoom. Sedangkan, untuk membuat

rancangan pembelajaran atau jadwal piket membuat video yang

berisikan tugas-tugas anak dilakukan sesuai dengan jadwal piket guru

kelas, yaitu setiap hari selasa dan kamis. Dalam melakukan kegiatan

pembelajaran motorik halus via zoom dapat dilakukan di sekolah

maupun di rumah. Pembelajaran motorik halus via zoom dilakukan

dengan rentang waktu 30 menit yaitu, dari pukul 08:31-selesai (tidak

ada batasan waktu), setelah itu diakhiri dengan penutupan

pembelajaran. Pembuatan video kebanyakan dilakukan di rumah, dan

video akan dibagikan di hari sabtu melalui whatsapp group kelas

masing-masing. Dalam melakukan perencanaan pembelajaran motorik

halus melalui zoom dilakukan selama satu kali dalam dua bulan.

Sedangkan untuk pembelajaran yang dilakukan melalui video call

dilakukan selama dua kali dalam satu bulan.

Jadwal pembelajaran dilakukan hanya empat kali dalam seminggu

dan disesuaikan dengan jadwal mengajar masing-masing sentra, yaitu


87

dihari senin sampai dengan hari kamis. Untuk hari jumat guru

diliburkan, kemudian untuk di hari sabtu semua guru diwajibkan untuk

turun untuk membagikan tugas baru kepada anak dan melakukan

penilaian mingguan, termasuk penilaian pengembangan motorik halus

anak. Seperti hasil wawancara di bawah ini:

“Dalam membuat perencanaan pembelajaran daring ini, guru tidak


membuat RPPH, dikarenakan jadwal guru telah dibagi tidak seperti
sebelumnya ketika belum ada pandemi. Untuk membuat
pembelajaran lebih efisien guru hanya akan membuat RPPM yang
nantinya akan digunakan dalam penilaian aspek perkembangan
fisik motorik halus anak. Kemudian setelah membuat RPPM, guru
akan melakukan pembelajaran motorik halus melalui via zoom satu
kali dalam seminggu dan membuat video pembelajaran untuk
memudahkan guru dalam mengembangkan fisik motorik halus
anak. Untuk pembuatan video sendiri bisa dilakukan di sekolah dan
di rumah”.89

Penyusunan program semester (PROSEM) sendiri di TK Labbaika,

dilakukan oleh pihak sekolah dengan bantuan waka kurikulum TK

Labbaika dimana penyusunan program semester ini disesuaikan juga

dengan kebijakan pemerintah. Isi program semester ini berisi tentang

perencanaan pengembangan aspek perkembangan anak termasuk aspek

fisik motorik kasar dan motorik halus. Dalam kegiatan pembelajaran

melalui media daring, guru akan tetap melihat acuan dari segala aspek

perkembangan yang ada dalam program semester yang telah dibuat,

sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti:

“PROSEM ini dibuat oleh pihak TK Labbaika sendiri, namun


berdasarkan kebijakan pemerintah. Dalam pembelajaran daring,
PROSEM yang telah dibuat sebelumnya akan tetap dijadikan acuan

89
Lisa Rustina, Wawancara, Guru Sentra Seni TK Labbaika, Samarinda Seberang.
88

dalam melihat perkembangan fisik motorik anak selama proses


pembelajaran berlangsung”. 90
Di TK Labbaika terdiri dari empat sentra yaitu, sentra agama (kelas

An-Nur), sentra berhitung (kelas Al-Hakim), sentra seni (Al-Furqon),

dan sentra bahasa (kelas Al-Huda). Untuk pembelajaran motorik halus

anak cenderung dilakukan di sentra seni (kelas Al-Furqon).

Kegiatan belajar mengajar dilakukan secara rolling. Dalam

kegiatan belajar mengajar selama proses pembelajaran daring, rolling

kelas hanya dilakukan satu minggu sekali sesuai dengan jadwal

mengajar guru. Contoh, rolling kelas untuk sentra seni di hari rabu

yaitu, kelas Al-Furqon minggu berikutnya digantikan dengan kelas Al-

Huda. Rencana pembelajaran berbasis rolling ini, dimaksudkan agar

anak dapat menerima rangsangan stimulus yang baik dan juga anak

diharapkan mengenal guru-gurunya secara baik melalui nama maupun

wajah.

Di TK Labbaika pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas akan

dilakukan secara terpisah antara murid laki-laki dan murid perempuan.

Pembelajaran yang dilakukan secara terpisah ini juga akan disesuaikan

dengan jadwal guru mengajar satu kali dalam seminggu sesuai sentra

atau kelas masing-masing.

Dalam menyusun rencana pembelajaran motorik halus ini, pihak

sekolah dan guru kelas bekerjasama dengan orangtua. Guru dan

orangtua murid membangun kerjasama ini melalui program

90
Lisa Rustina, Wawancara, Guru Sentra Seni TK Labbaika, Samarinda Seberang.
89

pembelajaran yang dilakukan melalui via whatsapp dengan saling

berkomunikasi mengenai proses stimulasi fisik motorik halus anak

melalui pembelajaran daring, dengan begitu, proses pembelajaran yang

dilakukan guru akan lebih mudah. Disisi lain peneliti juga memperoleh

hasil wawancara terhadap kepala sekolah TK Labbaika mengenai

kerjasama yang dilakukan guru dengan orangtua yaitu:

“Pembelajaran yang dilakukan baik langsung maupun daring kami


akan senantiasa melibatkan orangtua. Tujuannya agar orangtua
anak juga mengerti bagaimana perkembangan anak. Tapi, kalau
dalam pembelajaran daring seperti ini kerjasama sekolah dan
orangtua lebih ditingkatkan. Makanya, kami disini memberikan
pengertian kepada orangtua, karena orangtua biasanya sibuk
dengan kerjaan/ Jadi ketika kami misalnya melakukan kegiatan
zoom, kemudian ada anak yang tidak ikut zoom. Kami akan
membuatkan video lagi tentang pembelajaran yang dilakukan,
gunanya agar anak yang tidak masuk zoom tadi akan tahu tugas
yang diberikan oleh guru dengan video yang disebarkan digroup
kelas guru melalui orangtuanya”. 91

Adapun bentuk kerjasama lain yang digunakan oleh guru dalam

membantu menstimulasi fisik motorik halus proses pembelajaran daring

ini adalah dengan adanya pemberian RPPM kepada orang tua murid.

Tujuannya agar orang tua juga mengetahui apa saja kegiatan yang akan

dilakukan selama proses pembelajaran daring ini berlangsung.

Adapun tugas guru dalam melakukan perencanaan pembelajaran

dalam menstimulasi fisik motorik halus anak melalui pembelajaran

daring, yaitu tugas yang diberikan kepada anak juga dikurangi, dimana

pada awalnya guru memberikan tugas kepada anak dengan tiga

kegiatan, namun selama pembelajaran daring guru hanya memberikan

91
Arfiah, Wawancara Kepala Sekolah, TK Labbaika Samarinda Seberang
90

dua tugas pada anak setiap kali mengajar selama satu minggu sekali

sesuai dengan jadwal mengajar di sentra masing-masing. Tidak lepas

juga bagaimana guru membuat RPPM dengan kegiatan yang menarik di

dalamnya yang bisa menimbulkan rasa senang bagi anak.

Dalam melakukan pembelajaran motorik halus melalui

pembelajaran daring guru juga berperan dalam membuat pengenalan

dasar terlebih dahulu kepada anak. Pengenalan dasar ini biasanya

meliputi berbagai hal tentang memegang dan cara menggunakan alat

serta bahan yang benar dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil

wawancara di bawah ini:

“Saya biasanya sebelum melakukan pembelajaran motorik halus,


saya melakukan perencanaan bersifat pengenalan dasar. Seperti
mengenalkan pada anak cara memegang dan menggunakan alat dan
bahan yang benar selama proses pembelajaran” 92

Selama proses pembelajaran stimulasi motorik halus anak melalui

daring ini, guru memiliki banyak tugas terutama dalam merancang atau

membuat strategi yang tepat dalam proses pembelajaran yang tidak

biasa dilakukan. Strategi atau perecanaan guru lebih ditingkatkan lagi,

banyak usaha yang dilakukan guru untuk tetap memastikan anak

berkembang secara baik. Berdasarkan apa yang diwawancarai oleh

peneliti, guru sebagai reponden memberikan jawaban terkait hal ini:

“Strategi yang kami lakukan itu bermacam-macam ya da, dari


kegiatan melalui video call sampai zoom. Namun, terkadang
strategi ada yang tidak tepat. Seperti awal-awal kami menggunakan
zoom hampir satu minggu sekali, namun ternyata tidak begitu
efisien. Makanya, pembelajaran via zoom kami lakukan hanya dua

92
Lisa Rustina, Wawancara, Guru Sentra Seni TK Labbaika, Samarinda Seberang.
91

bulan sekali. Strategi lain yang guru biasanya lakukan, terutama


saya yang mengajarkan fisik motorik halus ya, dengan
menggunakan media atau alat yang disukai anak misal seperti
plastisin atau dakron, pokoknya media yang digunakan umum saja,
tapi kegiatannya divariasikan. Kadang kami lihat youtube juga
untuk memperoleh hal-hal yang menarik, yang nantinya bisa
digunakan dalam pembelajaran daring yang kami lakukan” 93

Setelah membuat rencana pembelajaran untuk kegiatan belajar

motorik halus, guru kemudian menyusun dan menyiapkan media

pembelajaran yang akan digunakan selama proses belajar. Media yang

umum disediakan oleh guru dalam menstimulasi fisik motorik halus

anak usia dini, tidak berbeda dengan media pada umumnya. Media

pembelajaran yang digunakan dalam menstimulasi fisik motorik halus

anak yaitu pensil, crayon (pensil warna dan lain-lain), buku gambar,

pencucuk, alat meronce (benang dan manik manik), plastisin, kertas

origami, gunting, lem, dan kertas menempel.

b. Peran guru sebagai fasilitator

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara terkait dengan

bagaimana cara guru dalam membimbing anak dalam menstimulasi

fisik motorik halus, beliau menyatakan bahwa:

“Guru membimbing dan menfasilitator anak dengan cara


memberikan penjelasan kepada anak mengenai berbagai media
yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran sebelum guru
memberikan tugas atau kegiatan kepada anak dan bagaimana cara
menggunakan setiap media tersebut”94

93
Lisa Rustina, Wawancara, Guru Sentra Seni TK Labbaika, Samarinda Seberang.
94
Lisa Rustina, Wawancara, Guru Sentra Seni TK Labbaika, Samarinda Seberang.
.
92

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti

terhadap guru kelas bahwa peran guru sebagai pembimbing dan

fasilitator yaitu cara guru memberikan penjelasan kepada anak

mengenai berbagai media yang akan digunakan dalam melakukan

pembelajaran motorik halus dan bagaimana cara menggunakan berbagai

media tersebut.

Adapun peran guru sebagai fasilitator dalam menstimulasi fisik

motorik halus anak melalui media pembelajaran daring melalui

beberapa penggunaan media pembelajaran, meliputi:

1. Media kertas origami

Melalui media kertas origami, mulai dengan mengenalkan jenis

kertas yang digunakan dan warna apa saja yang ada pada kertas

origami tersebut dengan menyebutkan warna kertas origami

tersebut seperti merah, kuning,hijau, unggu, jingga, hitam, merah

muda, merah, dan lain-lain.

Guru juga menjelaskan kepada anak bahwa kertas origami

dapat dibentuk sesuai dengan yang kita inginkan, seperti dibentuk

menjadi menara, baju, celana, rumah atau bangunan, telepon,

berbagai bentuk binatang seperti ular, dan lain-lain. Guru juga

menjelaskan secara sederhana bagaimana cara melipat kertas

origami sesuai dengan bentuk yang diinginkan mulai dari

menjelaskan tepian kertas mana yang akan dilipat secara bertahap

agar kertas origami terlihat sesuai dengan yang diinginkan.


93

2. Media playdough

Melalui media playdough, guru membimbing anak mulai dari

mengenalkan kepada anak tekstur playdough dan menjelaskan

bahwa media playdough meiliki tekstur yang mudah di bentuk.

Kemudian guru juga mengenalkan warna playdough kepada anak,

bahwa playdough juga memiliki warna yang bermacam-macam

eperti merah, kuning, hijau, merah muda, ungu, orange, biru dan

lain-lain. Guru juga memberikan contoh kepada anak tahap demi

tahap bagamana cara membentuk playdough menjadi bentuk yang

kita inginkan.

3. Media manik-manik

Pada media manik-manik, guru membimbng anak dengan

menjelaskan bahwa media manik-manik akan digunakan dalam

kegiatan meronce. Guru menjelaskan bahwa manik-manik

memiliki ukuran yang kecil dan besar yang terdiri dari berbagai

warna. Guru juga menambahkan bahwa manik-manik bisa dibentuk

menjadi gelang maupun kalung dengan cara memasukkan manik-

manik kedalam sebuah benang secara berurutan sesuai dengan

keinginan anak.

4. Media puzzle

Melalui media puzzle, guru membimbing anak dalam

mengenalkan bentu puzzle kepada anak seperti puzzle binatang,

buah atau sayuran, benda dan lain-lain. Kemudian guru


94

menjelaskan kepada anak bagaimana menyatukan kepingan-

kepingan puzzle tersebut agar tersusun dengan benar berdasarkan

tata letak kepingan puzzle itu sendiri secara sederhana.

5. Media dakron dan kapas

Melalui media dakron dan kapas, guru membimbing anak

dengan cara mengenalkan kepada anak tekstur bahwa tekstur dari

dakron atau kapas itu halus. Kemudian guru menjelaskan kepada

anak bahwa dakron atau kapas bisa ditempel dibuku gambar atau

kesuatu pola seperti pola hewan, awan, benda-benda di sekitar

seperti bantal atau guling dan lain sebegainya.

6. Media bahan alam

Melalui media bahan alam, guru memimbing anak dengan cara

memperkenalkan kepada anak bahan alam seperti apa saja yang

dapat digunakan sebagai media pembelajaran seperti kayu,

daun,buah, bii-bijian dan lain sebagainya. Kemudian guru

mencontohkan kepada anak bagaimana cara menggunakan salah

satu media bahan alam tersebut. Misalnya dengan menggunakan

biji-bijian yang dapat digunakan sebagai bahan kolase suatu pola

atau bentuk gambar.

Berdasarkan pemaparan di atas, peran guru sebagai fasilitator

yaitu orang yang melakukan berbabagai variasi media

pembelajaran sebagai langkah awal guru dalam menstimulasi fisik

motorik halus anak dan orang yang berperan dalam memberikan


95

penjelasan dan bimbingan kepada anak bagaimana media tersebut

digunakan selama melakukan pembelajaran daring.

Sebagai seorang fasilitator sekaligus pembimbing dalam

menstimulasi fisik motorik halus anak, guru juga melibatkan

orangtua dalam membantu guru menstimulasi fisik motorik halus

anak selama di rumah dengan melibatkan berbagai kegiatan

sederhana yang ada disekitar anak, seperti hasil wawancara di

bawah ini:

“dalam mengajarkan anak dalam menggunakan media


sederhana yang ada di rumah seperti cara memegang sendok
atau memegang sapu untuk membantu anak dalam
menstimulus fisik motorik halusnya adalah dengan cara
memperagakan atau membuat contoh yang benar dengan
menggunakan gerakan lalu kemudian anak bisa melihat dan
mengikuti gerakan itu dengan baik dan benar” 95

Selama membantu guru dalam aktif menstimulasi fisik motorik

halus anak orangtua senantiasa melatih anak dalam mengajarkan

anak memanfaatkan segala aktifitas motorik halus yang disesuaikan

dengan arahan dari guru, misalnya mewarnai. Seperti hasil

wawancara di bawah ini:

“di rumah saya selalu mengusahakan dan membantu anak


dalam mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan fisik
motorik halus anak, misalnya mengajak anak untuk mewarnai
atau mengajari anak untuk menyapu”

Selama menstimulasi fisik motorik halus anak di rumah

melalui media sederhana yang ada di rumah, terkadang orangtua

juga mengalami hambatan seperti hasil wawancara di bawah ini:

95
Wawancara Orangtua Murid
96

“hambatan yang sering dialami yaitu ketika anak malas dan


ketika anak keasikkan main sehingga jadi lupa akan tugas
sekolah yang harus dikerjakan. Serta hambatan yang sering
saya alami sebagai orangtua adalah sulitnya membagi waktu
antara mengajar anak dan pekerjaan pribadi”96

Oleh sebab itu, untuk mengatasi hamabatan tersebut orangtua

di rumah lebih menggunakan metode membujuk anak untuk

melakukan tugas sekolah yang telah diberikan.

Dalam membantu guru menstimulasi fisik motorik halus anak

di rumah, orangtua juga terkadang mengajak anak melakukan hal-

hal yang di sukai seperti bermain plastisin, bermain pasir, atau

mengajak anak untuk membentuk suatu karya dari kertas origami

kemudian orangtua mendokumentasikan hasil karya anak tersebut

untuk diberikan kepada guru kelas.

c. Peran guru sebagai komunikator

Peran guru sebagai komunikator yaitu bagaimana seorang guru

berperan dalam menyampaikan pesan terkait dengan kegiatan

pembelajaran motorik halus anak kepada orang tua. Adapun hal-hal

yang disampaikan guru kepada orangua yaitu:

1. Penjelasan tentang proses pembelajaran

2. Penjelasan tema dan sub tema

3. Penjelasan tentang kegiatan pembelajaran melalui video

4. Pengumpulan tugas anak (hari, waktu dan tanggal)

96
Wawancara Orangtua Murid
97

Peran guru sebagai komunikator juga bertugas dalam

menyampaikan mekanisme pembelajaran daring di TK Labbaika

berdasarkan hasil yang meliputi:

1. Senin, jadwal sentra berhitung (kelas Al-Hakim). Disini anak

belajar cara berhitung.

2. Selasa, jadwal sentra agama (kelas An-Nur). Disini anak belajar

tentang tata cara sholat, hapalan-hapalan, tata cara berdoa, dan lain

sebagainya yang mencakup tentang pemahaman mengenai alam

semesta beserta ciptaan Allah swt.

3. Rabu, jadwal sentra seni (kelas Al-Furqon). Disini anak diajarkan

cara berkreasi yang mencakup aspek perkembangan motorik halus,

cara bergerak yang mencakup motorik kasar anak.

4. Kamis, sentra bahasa (kelas Al-Huda). Disini anak belajar tentang

pengenalan huruf, mengeja, menulis dan membedakan huruf kecil

dan besar, menebalkan huruf atau angka dan lain sebagainya yang

berkaitan dengan perkembangan bahasa anak.

5. Jumat, guru diliburkan. Namun, biasanya guru juga melakukan

senam secara daring.

6. Sabtu, pembagian tugas dan evaluasi.

Selain itu peran guru sebagai komunikator adalah menyampaikan

hasil perkembangan dan proses pembelajaran motorik halus anak

kepada orangtua selama mengikuti pembelajaran darng di TK Labbaika.

Guru sebagai komunikator juga berperan dalam mengajak orangtua


98

dalam bertukar informasi mengenai perkembangan motorik halus anak

selama belajar di rumah. seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh

orangtua di bawah ini:

“dengan cara selalu bertukar informasi mengenai perkembangan


anak terutama fisik motorik halus. RPPM selalu dibagikan kepada
kami sebagai orangtua, dengan RPPM tersebut kami juga sebagai
orangtua dapat mengetahui apa saja yang akan dilakukan dalam
menstimulasi fisik motorik halus anak” 97

Dengan begitu dapat dipahami bahwa peran guru sebagai

komunikator di TK Labbaika dalam menstimulasi fisik motorik halus

anak melalui pembelajaran daring yaitu menyampaikan berbagai

macam informasi yang berhubungan dengan perkembangan motorik

halus anak. Serta menyampaikan kegiatan pembelajaran motorik halus

anak kepada anak maupun orangtua.

d. Peran guru sebagai motivator

Motivasi merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh guru

untuk memberikan dorangan atau dukungan kepada peserta didiknya

selama melakukan aktivitas pembelajaran. Motivasi bisa berbentuk

apresiasi berupa tidakan maupun berbentuk verbal dimana tujuannya

adalah agar anak tetap memiliki semangat dalam aktivitas belajar.

berdasarkan hasil wawancara dengan guru sebagai motivator di TK

Labbaika Samarida Seberang adalah:

“Guru sebagai motivator berperan sebagai penyemangat bagi anak.


Selama melakukan pembelajaran motorik halus anak secara daring
saya selaku guru kelas selalu memberikan motivasi kepada anak
secara verbal. Salah satu bentuk motivasi yang saya berikan kepada

97
Wawancara Orangtua Murid
99

anak yaitu dengan memuji hasil karya anak dan menyemangati


mereka bahwa meskipun belajar di rumah harus tetap semangat dan
saya pun tidak membatasi anak dalam berkarya, asalkan anak tetap
mengerjakan tugasnya sesuai perintah yang guru berikan” 98

Guru sebagai motivator berperan sebagai penyemangat bagi anak

dan memberikan keluasaan kepada anak dalam berkarya selama tidak

bertolak belakang dengan tugas-tugas yang diberikan oleh guru kelas

mencakup pembelajaran motorik halus anak.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, bahwa peran guru sebagai

motivator di TK Labbaika Samarinda Seberang cenderung lebih kepada

pemberian motivasi secara verbal, hal ini tidak luput karena sistem

pembelajaran yang dilakukan melalui media pembelajaran daring.

e. Peran guru sebagai evaluator

Evaluasi merupakan salah satu kegiatan yang harus dilakukan

dalam kegiatan belajar mengajar tidak hanya kepada anak namun juga

ditujukan kepada guru sebagai sarana dalam menunjang keefektifan

dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi yang

dilakukan oleh peneliti bersama dengan Ibu Lisa selaku guru sentra seni

(kelas Al-Furqon), peneliti menemukan bahwa evaluasi yang dilakukan

oleh guru dalam mengembangkan fisik motorik halus anak melalui

media pembelajaran daring di TK Labbaika, dilakukan satu kali dalam

seminggu. Guru akan mengevaluasi anak setelah anak sudah

menggumpulkan tugasnya sehingga dari situlah guru dapat

98
Lisa Rustina, Wawancara, Guru Sentra Seni TK Labbaika, Samarinda Seberang.
100

menyimpulkan apakah motorik halus anak sudah terstimulasi dan

berkembang secara baik. Berdasarkan hasil wawancara guru sebagai

evalutor di TK Labbaika Samarinda Seberang adalah:

:Guru sebagai evaluator yaitu guru yang berperan dalam


memberikan penilaian kepada anak mengenai pencapaian
perkembangan anak selama mengikuti pembelajaran motorik halus
melalui media pembelajaran daring. Saya sebagai evalutor memberi
penilaian kepada anak setiap minggu sekali, sesuai dengan
indikator pencapaian perkembangan anak. Saya akan memberikan
penilaian dengan menyimpulkan apakah anak sudah BSH atau
BSB”99

Evaluasi stimulasi perkembangan fisik motorik halus melalui

pembelajaran daring tetap mengacu pada enam aspek perkembangan,

yang sesuai dengan indikator dalam RPPM dan juga standar penilaian

untuk persemesternya. Dalam melakukan evaluasi pembelajaran fisik

motorik halus anak, guru mengambil hasil penilaian dari tugas-tugas

yang dikirimkan melalui group kelas. Jika ada tugas anak yang tidak

sesuai, guru meminta anak untuk memperbaikinya setelah itu guru baru

akan menilai tugas anak tersebut..

Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti,

didapatkan hasil bahwa motorik halus anak selama pembelajaran daring

di TK Labbaika berkembang cukup baik dan maksimal. Anak sudah

dapat mengkoordinasi mata dan tangan secara keseluruhan,

menggunting sesuai dengan pola kertas, menempel dengan kertas, dan

indikator lainnya yang berhubungan dengan perkembangan motorik

halus anak.

99
Wawancara, Ibu Lisa Rustina, Sentra Seni.
101

Untuk lebih jelasnya peneliti telah membuat tabel yang memuat

tentang perkembangan fisik motorik halus anak yang berkembang di

TK Labbaika di bawah ini, dengan menggunakan teknik ceklis yaitu:

TABEL IX

LEMBAR OBSERVASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS

ANAK SELAMA PROSES PEMBELAJARAN DARING DI TK

LABBAIKA SAMARINDA SEBERANG

Indikator Ya Tidak
1. Anak dapat mengkoordinasikan tangan dengan mata √
selama melakukan kegiatan pembelajaran.
2. Anak mampu menggunting sesuai dengan pola. √
3. Anak dapat menempel gambar dengan tepat √
4. Anak mampu menggambar sesuai dengan gagasannya √
5. Anak dapat menjiplak bentuk. √
6. Anak dapat meniru bentuk. √
7. Anak dapat menggunakan berbagai macam media √
dalam pembelajaran.
8. Anak dapat membuat berbagai garis secara horizontal √
maupun vertikal.
9. Anak dapat mewarnai dengan benar. √

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, peran guru

dalam menstimulasi fisik motorik halus anak pembelajaran daring di

TK Labbaika, sudah mencakup BSH (Berkembang Sesuai Harapan)

dalam beberapa bulan terakhir..

Adapun hasil evaluasi yang dilakukan guru dalam mengembangkan

fisik motorik halus anak melalui pembelajaran daring, berdasarkan

kesimpulan yang dibuat peneliti yaitu:


102

TABEL X
HASIL PENILAIAN MOTORIK HALUS ANAK DI SENTRA SENI (KELAS AL-
FURQON) TK LABBAIKA

No Nama Siswa BB MB BSH BSB

Al-zahirah Humaira
1 Khairunnisa √

2 Marsya Nor Talitha √


Putri

3 Shopi Salsabila √

4 Aqilah H. Dzakiyah √
Auliyah

5 Aprilia Akhirunisa √

6 Annisa Nur Jelita √

7 Aurora √
Princessa Ramadhani

8 Winda √
Scolastya Syaputri

9 Khalisa Maura Athifa √

10 Kartini Jailani (Nisa) √


103


11 Fatma Amirah

12 Amira √
Naila Syakirana Putri

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti bahwa,

peran guru sebagai evaluator di TK Labbaika yaitu sebagai orang

berperan dalam mengevalusi setiap perkembangan anak salah satunya

yaitu perkembangan motorik halus anak. Hal ini pun sesuai dengan apa

yang ditemukan oleh peneliti, bahwasannya guru melakukan penilaian

setiap seminggu sekali sesuai dengan indikator yang ada di RPPM serta

guru juga berperan dalam merekap hasil penilaian selama satu bulan

sekali.

Jadi, dapat disimpukan bahwa peran gura dalam menstimulasi fisik

motorik halus anak melalui pembelajaran daring di TK Labbaika yaitu

dengan cara membuat perencanaan pembelajaran motorik halus terlebih

dahulu, setelah itu guru menfaatkan bermacam-macam media

pembelajaran yang dapat digunakan dalam membantu proses stimulasi

motorik halus anak, setelah itu guru menjelaskan bagaimana cara guru

dalam menggunakan media tersebut dengan mencotohkan gerakan-

gerakan melalui video call atau video yang dibuat dan dikirimkan oleh

guru ke whats group.


104

Adapun kegiatan yang guru ajarkan dalam menstimulasi fisik

motorik halus kepada anak seperti menggerakkan jari dalam

menggambar bentuk atau pola, mengajak anak untuk ikut dalam

kegiatan meremas kertas, dan memberikan contoh menggunting pola

yang kemudian dapat dipraktekkan oleh anak selama belajar daring.

C. Pembahasan

Motorik halus merupakan gerakan-gerakan yang merupakan hasil

koordinasi otot-otot yang menuntut adanya kemampuan mengontrol gerakan-

gerakan halus.100 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti,

perkembangan fisik motorik halus anak di TK Labbaika, telah berkembang

secara baik hal ini terlihat selama anak mengikuti pembelajaran motorik halus

melalui pembelajaran daring. Peran guru dalam menstimulasi fisik motorik

halus anak melalui pembelajaran daring di TK Labbaika yaitu dengan metode

ceramah dan penugasan. Selain itu guru menstimulasi motorik halus anak

melalui pembelajaran daring di TK Labbaika juga meanfaatkan berbagai

macam media ederhana dan variasi kegiatan dengan mencontohkan kepada

anak melalui pengaplikasian media whatsapp dalam membantu proses

pembelajaran motorik halus melalui pembelajaran daring.

Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik

pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

100
Mursid, Belajar dan Pembelajaran....., hlm 11-12.
105

pendidikan menengah.101 Guru dapat juga diartikan sebagai orang yang

mengejar di depan kelas dan memiliki peran penting dalam mengolah proses

pembelajaran. Menurut Danijela Makovee, bahwa peran guru adalah:

The main findings of the study are that teachers with several years of
service experience feel better qualified to perform their duties (tasks
related to planning and teaching were rated the most higly) than teachers
with less work experience, and that techers with more work experience
evaluated the claim related to their educational activiry statistically
significantaly higher. An important finding is that teacher define
profesional identity and consequently, their role through their personality
traits, which shows that we must not ignore teachers. personality traits, as
they play inportant role in teachers professional development and
identity.102

Yang mengartikan bahwa peran guru dianggap sangat besar ketika guru itu

memiliki pengalaman dinas ke berbagai daerah dan lebih memenuhi syarat

ketimbang guru yang yang tidak berpengalaman dalam dinas karena dianggap

bahwa tugas mengajar guru sangat rendah. Danijela menegaskan juga dalam

memahami peran guru ini harus lebih signifikan, karena tidak menutup

kemungkinan juga guru yang berpengalaman akan memilki kualisifikasi yang

rendah dalam mengajar.

Berdasarkan hasil pengamatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

secara online dengan menggunakan tmetode penelitian dan analisis data, bahwa

peran guru dalam menstimulasi fisik motorik halus anak di TK Labbaika

didapatkan hasil pembahasan seperti yang tercantum di bawah ini:

Dalam menstimulasi fisik motorik halus anak melalui pembelajaran

daring, pada dasarnya guru sentra terlebih dahulu menjelaskan kepada anak

101
Iwan Wijaya, Professional....., hlm 10.
102
Danijela Makovec, 2018, The Teacher’s Role And Professional....., hlm 34.
106

tentang alokasi pembelajaran motorik halus seperti hari, tanggal, bulan, tahun

dan juga tema yang akan dipelajari pada hari itu. Setelah itu guru kemudian

mengajak anak untuk mengikuti gerakan-gerakan sederhana seperti meremas

kertas atau menggeggam benda-benda yang ada disekitar anak seperi pensil,

buku, atau penghapus. Setelah itu guru kemudian memberikan tugas beserta

contoh dalam mengerjakan tersebut misalnya kegiatan membatik di atas kertas

origami dengan cara memperagakan kegiatan tersebut kepada anak melalui

video call atau video yang diberikan guru kepada whatsapp orangtua anak

(whatsapp group) agar anak dapat juga mempraktekkan kegiatan yang

diberikan sesuai dengan arahan yang diberikan oleh guru. Adapun beberapa

peran guru dalam menstimulasi fisik motorik halus anak melalui pembelajaran

daring di TK Labbaika, yaitu:

Peran guru sebagai organisator, yaitu peran guru dalam membuat berbagai

perencanaan pembelajaran seperti menyusun rencana pembelajaran harian,

jadwal kelas, silabus pembelajaran dan lain sebagainya Sebagai seorang

organisator, guru di TK Labbaika berperan dalam merancang berbagai program

pembelajaran seperti membuat PROSEM, RPPM, Silabus, dan RPPH serta

merancang dan menyiapkan berbagai macam kegiatan pembelajaran motorik

halus yang akan digunakan dalam proses pembelajaran daring.

Peran guru sebagai fasilitator. Guru sebagai fasilitator berperan dalam

menyiapkan dan membuat berbagai macama media pembelajaran bagi anak

untuk membantu guru dalam menjelaskan materi yang akan disampaikan. 103

103
Muhammad Anwar, Menjadi Guru..., hlm 34-35.
107

Guru sebagai fasilitator di TK Labbaika, berperan dalam menyiapkan berbagai

macam media pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu proses

menstimulasi fisik motorik halus anak dan memberikan bimbingan melalui

media-media pembelajaran yang telah disediakan tersebut.

Peran guru sebagai komunikator, adalah peran guru yang bepusat sebagai

orang yang menyampaikan suatu informasi kepada peserta didiknya mengenai

materi pembelajaan, tugas atau praktik, buku atau media yang akan dipakai

selama proses pembelajaran dan lain-lain. Sebagai seorang komunikator, guru

di TK Labbaika bertugas dalam menyampaikan berbagai materi pembelajaran

kepada anak melalui perantara orangtua yang disampaikan melalui whatsapp

group. Tidak hanya itu guru sebagai komunikator juga menyampaikan

bagaiman proses stimulasi motorik halus kepada orangtua dan memberikan

ruang bagi orangtua untuk bertukar informasi kepada guru mengenai

perkembangan motorik halus anak selama mengikuti pembelajaran daring di

rumah sesuai apa yang guru arahkan.

Peran guru sebagai motivator. Peran guru sebagai motivator, yaitu guru

memberikan motivasi atau dorongan kepada peserta didiknya selama proses

belajar.104 Peran guru sebagai motivator di TK Labbaika, memiliki peran

sebagai orang yang memberikan semangat kepada anak selama mengikuti

pembelajaran. Selama melakukan pembelajaran daring, motivasi yang

diberikan oleh guru hanya berbentuk verbal saja dikarenakan situasi pandemi.

Biasanya untuk menyemangati anak, guru akan memuji hasil karya anak

104
Annisa Anita Dewi, Guru Mata....., hlm 11.
108

seperti mengatakan karya anak sangat bagus dan memperbaiki sedikit jika ada

tugas anak yang tidak sesuai.

Peran guru sebagai evaluator. Peran guru sebagai evaluator yaitu guru

dituntut mampu melakukan proses evaluasi. Tujuan dilakukannya evaluasi ini

agar guru mengetahui keberhasilan siswanya dalam mengikuti proses

pembelajaran.105 Evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru dalam

menstimulasi fisik motorik anak, dilakukan setiap hari sabtu dalam seminggu.

Adapun cara guru dalam melakukan evaluasi motorik halus anak yaitu dengan

melihat hasil karya anak kemudian hasil penilaian yang dikumpulkan akan

direkap secara keseluruhan selama satu semester. Penilaian yang dilakukan

guru mencakup beberapa komptensi dasar (KD) yang dimiliki oleh anak,

sehingga penilaian yang diambil bukan hanya indikator dari fisik motorik halus

saja melainkan secara keseluruhan dari enam aspek perkembangan anak.

Menyikapi peran guru dalam menstimulasi motorik halus anak melalui

pembelajaran daring, guru juga meminta orangtua untuk memberitahukan

bentuk kegiatan motorik halus apa saja yang dilakukan oleh anak selama di

rumah agar guru yang berperan sebagai evaluator dapat menilai apakah

perkembangan motorik halus anak sudah berkembang secara baik.

Berdasarkan temuan dan juga hasil wawancara dalam penelitian, disini

peneliti juga menemukan bahwa selama proses stimulasi motorik halus anak

melalui pembelajaran daring komunikasi antar orangtua dan guru tidak terputus

dalam memberikan informasi terhadap tugas serta perkembangan motorik halus

105
Ahmad Izzan, dkk, Membangun Guru Berkarakter, (Jawa Barat: Humaniora, 2012),
hlm 39.
109

anak baik guru dalam menyampaikan kegiatan yang ada di sekolah maupun

orangtua yang menyampaikan informasi mengenai perkembangan motorik

halus anak selama berada di rumah. Dengan begitu bahwa proses stimulasi

motorik halus anak dapat berkembang secara baik sesuai dengan indikator yang

ada pada lembar RPPM.

Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan tiga metode dalam

penelitian, yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi dimana semua data

yang peneliti peroleh semuanya dilakukan secara daring. Pengambilan data

melalui teknik observasi dilakukan melalui analisis video yang dikirimkan oleh

oleh guru dimana dari video tersebut peneliti menarik kesimpulan dengan

menggunakan analisis data yang berupa keabsahan data. Adapun pengambilan

data melalui teknik wawancara, peneliti terlebih dahulu mengirimkan form

wawancara kepada guru kelas dan diisi oleh guru kelas kemudian hasil

wawancara yang telah diperoleh, peneliti cantumkan ke dalam hasil penelitian.

Dan yang terkahir, melalui teknik dokumentasi dimana peneliti mengambil

gambar penelitian berupa foto, penilaian, hasil wawancara, dan lain-lain

dengan cara menscrenshoot video-video yang dikirimkan oleh guru.

Dalam melakukan penelitian ada hambatan yang dialami guru, seperti

hambatan dimana kurangnya pengawasan terhadap anak selama melakukan

praktik pembelajaran melalui media daring. Guru juga kesulitan dalam

mengatur manajemen waktu dikarenakan kesibukkan orangtua serta pendapat

orangtua yang mengakibatkan komunikasi tidak searah. Sedangkan hambatan

yang dialami oleh peneliti, selama melakukan proses penelitian adalah


110

kesulitan dalam mengumpulkan data penelitian karena sistem tatap muka yang

ada di sekolah tidak bisa sepenuhnya dilakukan dan keterbatasan dalam

menyimpulkan hasil daripada perkembangan anak yang telah dicapai.


109

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh oleh peniliti mengenai “Peran

Guru Dalam Menstimulasi Fisik Motorik Halus Anak Pembelajaran Daring Di

TK Labbaika” mendapati hasil kesimpulan bahwa guru menstimulasi anak

melalui metode penugasan-penugasan yang hampir sama seperti parktek

langsung dengan mengaplikasikan berbagai media sederhana yang bisa anak

gunakan dalam mengembangkan fisik motorik halus anak selama mengikuti

pembelajaran daring, tidak hanya itu guru juga menyiapkan berbagai macam

kegiatan yang bervariasi serta melibatkan orangtua di rumah dalam

memberikan arahan kegiatan dalam bentuk gambar atau video yang sudah

disiapkan oleh guru, memanfaatkan benda-benda yang ada disekitar anak,

dimana semua kegiatan ini bisa dilakukan atau diprakekkan secara langsung

sesuai dengan arahan yang guru berikan

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh peneliti maka

peneliti ingin memberikan saran yang dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan bagi beberapa pihak yang berkepentingan mengenai perang guru

dalam mengembangkan fisik motorik halus anak usia dini di TK Labbaika

Samarinda Seberang.
110

1. Adapun saran yang diberikan kepada pihak sekolah dan guru kelas adalah

sebaiknya kegiatan pembelajaran betfokus pada indikator motorik saja,

kemudian untuk penyampaian materi yang diberikan oleh guru sebaiknya

diperluas lagi agar anak dapat menerima apa yang disampaikan oleh guru

secara baik.

2. Saran lain yang peneliti berikan kepada guru adalah tetaplah semangat

dalam menghadapi pembelajaran daring ini terutama dalam

mengembangkan fisik motorik halus anak, jangan pernah menyerah dan

tetaplah berusaha keras dalam mencapai tujuan pembelajaran secara

efiesien serta menyediakan fasilitas belajar yang menyenangkan bagi anak.


DAFTAR PUSTAKA
Jurnal

Jayanti Firka Dewi. Peran Guru Mengajarkan Keterampilan Motorik Halus


Melalui Kegiatan Melipat Kertas Pada Kelompok B Di Pendidikan Anak
Usia Dini AN-NUR Pontianak Barat. Skripsi Program Pendidikan Anak
Usia Dini Universitas Muhammadiyah Pontianak. 2018

Maya Roekmanasari. Peran Guru Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak


Usia Dini Di Kelompok A TK PKK Kalijudan Surabaya. Skripsi Program
Studi Pendiidkan Anak Usia Dini Universitas Muhammadiyah. 2017

Polina Resty. Muhamad Ali, dan Desi Yuniarni. Analisis Peran Guru Dalam
Menstimulasi Motorik Halus Anak Di TK Aisyiyah Bustanul Atfhal III.
Skripsi FKIP Untan Pontianak, 2016

Jumiah. Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Dengan Melipat Kertas


Sederhana Melalui Metode Demosntrasi di TK Jaya Lestari Desa Beliti
Jaya. Skripsi. Program Sarjana Ilmu Pendidikan Universita bengkulu,
2014

Grissme, David, Kevin J. Grimm, Sophie M. Aiyer, William M. Murrah, and Joel
S. Steel. Fine Motor Skills And Early Comprehension Of The World: Two
New School Readiness Indicators: Development Psychology. Vol. 46 No. 5
2010

Buku

Neolaka, Amos dan Grace Amialia A. Neolaka. Landasan Pendidikan. Depok: K


E N C A N A. 2017

Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung:


PT IMTIMA. 2007.

Widodo, Theo Sunu. Riang Berdendang. Yogyakarta: Kanisius. 1998

Hamzah, Nur. Pengembangan Sosial Anak Usia Dini. Pontianak: IAIN Pontianak
Press. 2015

Sit, Masganti Sit. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Depok: Kencana.
2017

Achmad, Yasnedi. Sosiologi Politik. Yogyakarta: Deepublish. 2019

Wijaya, Iwan. Professional Teacher.(Jawa Barat: CV Jejak. 2018


Wijayanti, Marta Wijayanti. Guru Zaman Now. Semarang: Formaci. 2017

Suprihatiningrum, Jamil. Guru Professional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi, dan


Kompetensi Guru, Jogjakarta:Ar-Ruzz Media. 2016

Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator. Semarang: RaSAIL Media Group. 2017

Kurniawan, Syamsul. Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasinya Secara


Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi Dan
Masyarakat. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2014

A.Z, Mulyana. Rahasia Menjadi Guru Hebat. Jakarta: PT Grasindo. 2010

Ratnawilis. Buku Panduan Administrasi Kelas Guru Taman Kanak-Kanak (TK).


Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia. 2019

Wardan, Khusnul. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: CV Budi Utama. 2019

Rofaah. Pentingnya Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran Dalam Perspektif


Islam. Yogyakarta: Deepublish. 2016

Sudono, Anggani Sudono, dkk. Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta:


Grasindo. 2009

Anwar, Muhammad. Menjadi Guru Professional. Jakarta: Prenadamedia Group.


2018

Safitri, Dewi Safitri. Menjadi Guru Professional. Riau: PT. Indragiri Dot.Com.
2019

Susanto, Ahmad. Manajemen Peningkatan Kinerja Guru. Jakarta: Prenada Media.


2016

Dacaprio, Ricard. Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik Disekolah. Yogjakarta:


Diva Press. 2013

Mursid. Belajar dan Pembelajaran PAUD. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


2015

Sudirjo, Encep dan Muhammad Nur Alif.Pertumbuhan dan Perkembangan


Motorik. Jawa Barat: UPI Sumedang Press. 2018

Wira, Satya Indra . Membangun Kebugaran Jasmani Dan Kecerdasan Melalui


Bermain. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Ketenagaan Perguruan
Tinggi. 2011
Indrijati, Herdina . Psikologi Perkembangan Dan Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Kencana. 2017

Afandi, Achmad. Buku Ajar Pendidikan dan Perkembangan Motorik. Ponorogo:


Uwais Inspirasi Indnesia. 2019

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun


2009 Tentang Standar Pendidikan Nasional

Mansur. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2005

Khadijah. Media Pembelajaran Anak Usia Dini. Medan: Perdana Publishing.


2015

Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014


Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini

Wiyani, Novan Ardy. Konsep Dasar Paud. Yogyakarta: Gava Media. 2016

Samsudin. Pembelajaran Motorik di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Litera


Pernada Media Group. 2008

Rahyubi, Heri. Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Bandung:


Nusa Media. 2016

Duludu, Ummysalam A.T.A Duludu. Kurikulum Bahan dan Media Pembelajaran


PLS. Yogyakarta: Deepublish. 2017

Susilana, Rudi dan Cepi Riyana. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana


Prima. 2009

Kustandi, Cecep dan Daddy Darmawan. Pengembangan Media Pembelajaran.


Jakarta: Kencana. 2020

Solichah, Imroatus. Alat Peraga Untuk Pelajar Tunarunggu. Jakarta: Media Guru.
2014

Agustina, Winarti. Media Pembelajaran Jumping Frog. Jawa Barat: Edu


Publisher. 2020

Ibnu Badar al-Tabany, Trianto. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik.


Jakarta: Kencana. 2011

Dewi, Putri Kumala dan Nia Budina. Media Pembelajaran Bahasa. Malang: UB
Press. 2018
Atiko, Mudah Membuat Media Pembelajaran. Gresik: Caremmedia
Communication. 2018

Zuhri, Syaifudin. dkk. Teori Komunikasi Massa dan Perubahan Masyarakat.


Malang: Instrans Publishing Group. 2020

Fajarudin, Muhammad Nurin. Media Sosial dan Tantangannya. Malang: Instrans


Publishing Group. 2020

Mahyuddin, Sosionlogi Komunikasi. Makassar: CV. Loe. 2019

Aditiarawan, Mac. Dkk. Hoax dan Hate Speech Di Dunia Maya. Lembaga Kajian
Aset Budaya Indonesia Tonggak Tuo: Jakarta. 2019

Anggito, Albi dan Johan Setiawan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: CV


Jejak. 2018

Yusuf, Muri. Metode Penelitian. Jakarta: K E N C A N A. 2017

Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.


2017

Rukayat, Ajat. Teknik Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: DEEPUBLISH. 2018

Soebardhy, dkk. Kapita Selekta Metodelogi Penelitian. Jawa Timur: Qiara Media.
2020

Lubis, Mayang Sari Lubis. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: DEEPUBLISH.


2012

Rosi Sarwo Edi, Fandi. Teori Wawancara Psikodiagnostik. Yogyakarta:


Leutikaprio. 2016

Dimyati, Johni. Merodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: K E N C A N A.


2013

Sugiyono. Metode Penellitian Pendidikan. Bandung: Alfaveta. 2015

Dewi, Annisa Anitai. Guru Mata Tombak Pnedidikan. Jawa Barat: CV Jejak.
2017

Izzan, Ahmad. dkk. Membangun Guru Berkarakter. Jawa Barat: Humaniora. 2012
Artikel

Danijela Makovec. 2018. The Teacher’s Role And Professional Development.


University Of Ljubljana Dapartement Of Educational Scienves.

Kalam.sindonews.com/. (online). di akses pada 15 Juli 2020 pukul 22:00 WIB

Kalam.sindonews.com/. (online). di akses pada 20 Juli 2020 pukul 23:00 WIB


LAMPIRAN

GAMBAR I FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN MOTORIK HALUS


MELALUI PEMBELAJARAN DARNG
GAMBAR II LEMBAR PENILAIAN ANAK
GAMBAR III LEMBAR WAWANCARA GURU DALAM

MENGEMBANGKAN FISIK MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI

MELALUI PEMBELAJARAN DARING DI TK

LABBAIKA,SAMARINDA SEBERANG

No Pertanyaan

1. Apa saja peran guru dalam membuat perencanaan pembelajaran


keterampilan motorik halus kepada anak usia dini di TK Labbaika
selama pembelajaran daring?
Jawaban:
Peran guru dalam mmebuat perencanaan pembelajaran motorik
halus anak tentunya dimulai dari membuat jadwal mengajar kelas,
kemudian PROSEM, RPPM, SILABUS dan juga RPPH.

2. Pengenalan dasar apa yang biasa dilakukan ibu guru dalam


mengajarkan anak keterampilan motorik halus anak usia dini di
TK Labbaika melalui pembelajaran daring saat ini?
Jawaban:
Biasanya pengenalan tentang cara memegang dan menggunakan
alat dan bahan yang benar dalam pross pembelajaran.

3 Bagaimana strategi ibu guru dalam melakukan atau mengajarkan


motorik halus kepada anak?
Jawaban:
Biasanya strategi yang saya gunakan disesuaikan dengan alat
bermain yang digunakan dan disukai anak seperti plastisin,
pewarna, kertas origami dan lain-lain.

4 Bagaimana pelaksanaan yang dilakukan Ibu guru dalam


mengajarkan anak keterampilan motorik halus di TK Labbaika,
Samarinda Seberang?
Jawaban:
Pelaksanaan dilakukan dngan cara anak-anak mengikuti contoh
video yang dibuat oleh guru kelas.

5 Apa saja langkah-langkah yang guru lakukan dalam mengajarkan


keterampilan motorik halus kepada anak melalui pembelajaran
daring yang dilakukan saat ini?
Jawaban:
Ada beberapa langkah yang guru lakukan dalam mengajarkan
keterampilan motorik halus kepada anak yaitu pertama pengenalan
tentang hari, kedua pengenalan tema pembelajaran, pengenalan
kegiatan pembelajaran melalui video, dan terakhir memberikan
tugas kepada anak dimana tugas ini kami berikan melalui via
whatsapp.

6 Kegiatan apa saja yang Ibu guru lakukan melatih atau


mengembangkan motorik harus anak usia dini selama
pembelajaran daring ini berlangsung?
Jawaban:
Banyak sekali kegiatan motorik halus yang diajarkan kepada anak
seperti kolase bulu domba dari kapas atau dakron, kegiatan
menempel pola menjadi bentuk tugu, mewarnai gambar, dan lain-
lain.

7 Apa saja alat dan bahan yang digunakan guru dalam mengajarkan
keterampilan motorik halus ini kepada anak selama pembelajaran
daring?
Jawaban:
Pensil, buku tulis, buku paket, lem, gunting, kertas origami dan
buku gambar.

8 Bagaimana cara guru dalam mengontrol anak selama


pembelajaran daring ini berlangsung, terutama dalam mengajarkan
motorik halus anak?
Jawaban:
Dengan cara memberikan motivasi kepada anak dengan cara
memuji hasil karya anak, serta melakukan observasi kepada anak
dengan cara meminta anak untu memperbaiki hasil karya yang
terkaang tidak sesuai dengan apa yang ditugaskan oleh guru.

9 Bagaimanakah perkembangan motorik halus anak di TK Labbaika,


Samarinda Seberang selama pembelajaran daring ini berlangsung?
Serta sarana dan prasarana apa saja yang digunakan dalam
mengembangkan fisik motorik halus anak usia dini selama
pembelajaran daring ini berlangsung?
Jawaban:
Allhamdullilah setelah melakukan berbagai obesrvasi kepada anak,
fisik motorik halus anak sudah berkembang cukup baik meskipun
belum sepenuhnya. Oleh sebab itu, kami selalu berusaha mencari
ide-ide baru untuk lebih bisa menstimulasi fisik motorik halus
anak. Untuk sarana dan prasarana yang kami gunakan yaitu
dengan menafaatkan berbagai macam media yang ada di sekolah.

10 Apa saja penilaian yang dilakukan guru untuk mengetahui


bagaimana dalam mengembangkan fisik motorik halus anak
selama pembelajaran daring berlangsung?
Jawaban:
Penilaian yang dilakukan tetap berpusat kepada enam aspek
perkembangan anak, dengan cara guru menevaluasi satu persatu
perkembangan anak tersebut.

.11 Menurut Ibu guru apakah pembelajaran daring ini efektif


dilakukan, terutama dalam mengajarkan fisik motorik halus anak
ini?
Jawaban:
Kalau menurut saya kurang efektif untuk pembelajaran motorik
halusnya melalui pembelajaran daring ini ya, namun disini saya
sebagai guru harus semaksimal mungkin membuat pelajaran
motorik halus ini sefektif mungkin.

12 Apakah ada kesulitan yang dialami oleh guru dalam melakukan


pembelajaran daring terutama, dalam mengembang- kan fisik
motorik halus anak?
Jawaban:
Banyak sekali kesulitan yang kami hadapi ya, terutama
keterbatasan bertatap muka dengan anak serta kesulitan dalam
melihat bagaimana anak mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru.

13 Apa saja hambatan dalam pembelajaran daring ini dalam


mengembangkan fisik motorik halus anak, selama pembelajaran
daring berlangsung?
Jawaban:
Hambatannya terletak pada proses pemberian tugas atau kegiatan,
yang biasanya kami memberikan tugas dengan tiga kegiatan saat
ini hanya kami bisa berikan satu atau dua kegiatan saja untuk
menghindari kebosanan dan kejenuhan yang sekiranya dapat
terjadi pada anak.

14 Bagaimana cara Ibu guru menghadapi jika ada murid yang tidak
ingin melakukan kegiatan pembelajaran motorik halus yang
dilakukan melalui pembelajaran daring?
Jawaban:
Jika ada anak yang tidak mau mengerjakan tugasnya, saya sebagai
guru biasanya memberikan jeda kepada anak dalam
mengumpulkan tugasnya tidak dihari itu juga.

15 Bagaimana mekanisme pembelajaran daring di TK Labbaika


Samarinda Seberang?
Jawaban:
Senin belajar cara berhitung
Slasa belajar agama
Rabu belajar motorik halus
Kamis bahasa
Jumat libu atau melakukan kegiatan motorik kasar misalnya
senam.

16 Bagaimana evaluasi pembelajaran motorik halus yang dilakukan


guru selama masa pandemi dan belajar di rumah saat ini melalui
media pembelajaran daring?
Jawaban:
Kita lakukan setiap seminggu sekali dengan melihat hasil karya
yang anak kumpulkan ke dalam group kelas masing-masing.
GAMBAR IV LEMBAR WAWANCARA ORANGTUA TERKAIT FISIK

MOTORIK HALUS ANAK SELAMA BELAJAR DI RUMAH

No Pertanyaan

1 Bagaimanakah perkembangan motorik halus anak selama mengikuti


pembelajaran daring di rumah?
Jawaban:
Alhamdulllilah kalau menurut saya perkembangan motorik halus
anak sudah bagus sekalipun pembelajaran tersebut dilakukan di
rumah melalui pembelajaran daring meskipun belum sempurna.

2 Bagaimanakah peran orangtua selama di rumah dalam menstimulasi


atau melatih perkembangan motorik halus anak melalui pembelajaran
daring”
Jawaban:
Di rumah saya selalu mengusahakan dan membantu anak dalam
mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan fisik motorik halus
anak, misalnya mengajak anak untuk mewarnai atau mengajari anak
untuk menyapu.

3 Apa saja bentuk kegiatan motorik halus yang dilakukan anak selama
di rumah?
Jawaban:
Menyapu, membereskan tempat tidur, melipat pakaian, bermain
pasir, mewarnai gambar, menulias dan lain-lain.

4 Bagaimana bentuk kerjasama orangtua dan guru dalam mesntimulasi


perkembangan motorik halus anak?
Jawaban:
Dengan cara saling bertukar informasi mengenai perkembangan anak
terutama fisik motorik halus anak. RPPM selalu dibagikan kepada
kami sebagai orangtua, dengan RPPM tersebut kami juga sebagai
orangtua dapat mengetahui apa saja kegiatan yang akan dilakukan
dalam menstimulasi perkembangan fisik motorik anak

5 Bagaimana cara orangtua dalam mengatasi hambatan kegiatan


motorik halus selama belajar di rumah melalui pembelajaran daring?
Jawaban:
Dengan cara membujuk atau merayu anak agar mau melakukan
belajar daring.
6 Apa saja faktor pendukung dalam perkembangan motorik halus anak
selama melakukan pembelajaran daring?
Jawaban:
Banyak sekali ya kalau menurut saya pribadi itu lebih cenderung
kepada faktor genetik, motivasi dari orangtua, serta pengetahuan
orangtua mengenai setiap perkembangan anak dan cara yang baik
dalam menstimulasi perkembangan motorik halus anak selama
belajar daring ini.

7 Apa saja hambatan yang dirasakan oleh orangtua selama


menstimulasi motorik halus anak?
Jawaban:
Hambatan yang sering dialami yaitu ketika anak malas dan ketika
anak keasikan main sehingga jadi lupa akan tugas sekolah yang harus
dikerjakan. Serta hambatan yang sering dirasakan saya sebagai
orangtua adalah kurangnya pembagian waktu antara membantu anak
dan juga pekerjaan yang saya lakukan.

8 Apakah keiatan motorik halus ang dilakukan sudah sesuai dengan


RPPM yang telah diberikan oleh guru kepada orangtua?
Jawaban:
Alhamdullilah menurut saya sudah sesuai.

9 Bagaimana cara orangtua untuk membuat anak antusias dalam


mengikuti pembelajaran motorik halus selama belajar di rumah
melalui pembelajaran daring?
Jawaban:
Sebelum melakukan pembelajaran, terlebih dahulu orangtua
mengajak anak melakukan hal-hal yang anak sukai atau senangi
seperti melakukan permainan plastisin dan sebagainya.

10 Bagaimana cara orangtua mengajarkan anak dalam menstimulsi


motorik halus anak melalui kegiatan sederhana yang ada di rumah?
Jawaban:
Dengan cara memperagakan atau membuat contoh yang benar
melalui sebuah gerakan tersebut lalu kemudian anak bisa melihat dan
mengikuti gerakan tersebut dengan baik dan benar.
GAMBAR V LEMBAR RPPM TK LABAIKA

Anda mungkin juga menyukai