Skripsi
Oleh :
DESSI LAILA
NPM : 1811070168
Skripsi
Oleh :
DESSI LAILA
NPM : 1811070168
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi masalah rendahnya kemampuan motorik halus
pada anak kelompok B RA Nurul Falah Baturaja. Masalah yang akan diteliti yakni,
tentang kemampuan motorik halus anak melalui media diorama berbahan plastisin.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Classroom Action Research
atau penelitian tindakan kelas (PTK) menggunakan model Kemmis dan Mc Tanggart.
Penelitian ini terdiri dari dua siklus dimana dalam satu siklus nya terdiri dari empat
tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Setiap siklus nya terdiri
dari tiga pertemuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa
iv
MOTTO
ٓاِئما َي ۡح َذ ُر ٱأۡل ٓخ َِر َة َو َي ۡرجُو ْا َر ۡح َم َة َر ِّب ِهۦۗ قُ ۡل َه ۡل ٌ َأم َّۡن ه َُو ٰ َقن
ٗ ِت َءا َنٓا َء ٱلَّ ۡي ِل َسا ِج ٗدا َو َق
٩ ب ِ ُون ِإ َّن َما َي َت َذ َّك ُر ُأ ْولُو ْا ٱَأۡل ۡل ٰ َب
َ ۗ ِين اَل َي ۡع َلم
َ ُون َوٱلَّذَ ِين َي ۡع َلمَ َي ۡس َت ِوي ٱلَّذ
Artinya : "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.
(Q.S. Az-zumar:9)1
1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2010), h. 459.
v
PERSEMBAHAN
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Dessi Laila biasa disapa Desi. Dilahirkan di Baturaja
Kabupaten Ogan Komering Ulu pada tanggal 20 Desember 1999. Anak keenam dari
enam bersaudara. Penulis beralamatkan di Jalan Lintas Prabumulih Desa Banuayu,
RT/RW 007/003, Kecamatan Lubuk Batang, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Provinsi
Sumatera Selatan.
Kemudian pada tahun 2018 juga penulis melanjutkan studi di Universitas Islam
Negeri Raden Intan Lampung sebagai mahasiswa jurusan Pendidikan Islam Anak Usia
Dini (PIAUD) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Pada tahun 2021 penulis telah
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata- Dari Rumah (KKN-DR) di Tanjung Kemala
Kecamatan Baturaja Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu dan pada tahun 2021 juga
penulis melaksanakan praktik pengalaman lapangan (PPL) di TK Aisyiyah 2 Bandar
Lampung.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, ilmu
pengetahuan, kekuatan, dan petunjuk yang dijadikan pedoman serta memberikan ridho
kepada penulis untuk setiap langkah menyelesaikan penelitian yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Media Diorama Di
RA Nurul Falah Baturaja” Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
baginda Nabi Agung kita Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang
setia sampai akhir zaman.
Dalam penelitian skripsi ini, penulis menyadari betul akan kekurangan dan
keterbatasan ilmu pengetahuan, namun atas bimbingan dan berbagai pihak, sehingga
semua kesulitan dan hambatan bisa teratasi oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada yang terhormat Bapak/Ibu:
1. Prof. Dr. Hj. Nirva Diana, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Raden Intan Lampung.
2. Dr. H. Agus Jatmiko, M.Pd selaku Ketua Jurusan dan Yulan Puspita Rini, M.A
selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini UIN Raden Intan
Lampung.
3. Dr. Hj. Meriyati, M.Pd selaku Pembimbing I dan Dr. H. Agus Jatmiko, M.Pd
selaku Pembimbing II yang telah memberikan waktu untuk membimbing dan
mengarahkan serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak dan ibu dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan khususnya pada Jurusan
Pendidikan Islam Anak Usia Dini yang telah memberikan banyak ilmu
pengetahuan selama proses menuntut ilmu.
5. Sandra Yulita, S.Pd.I selaku Kepala Sekolah RA Nurul Falah Baturaja dan para
staf guru khususnya wali kelas kelompok B1 RA Nurul Falah terimakasih telah
mengizinkan dan membantu penulis dalam penelitian disekolah.
6. Kepada teman-teman terbaikku Silvia Tesa Susanti, Revi Widya Ningrum, Ninda
Shaleha, Maya Hardiyanti atas motivasi dan dukungan yang selalu diberikan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Penulis berharap semoga Allah SWT membalas semua kebaikan-kebaikan dari
semua pihak yang telah membantu dengan kebaikan yang banyak. Penulis juga
menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, dan penulis juga berharap
semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya
Robbal’Alamin.
Dessi Laila
NPM. 181107016
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul.................................................................................................1
B. Latar Belakang Masalah.....................................................................................2
C. Identifikasi Masalah...........................................................................................9
D. Batasan Penelitian..............................................................................................9
E. Rumusan Masalah..............................................................................................9
F. Tujuan Penelitian................................................................................................9
G. Manfaat Penelitian..............................................................................................10
H. Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan........................................................10
I. Sistematika Penulisan.........................................................................................11
4. Jenis Instrumen............................................................................................31
H. Tehnik Pengumpulan Data.................................................................................33
I. Keabsahan Data..................................................................................................34
J. Analisis Dan Interpretasi Data............................................................................35
K. Pengembangan Perencanaan Tindakan...............................................................36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya RA NuruL falah.....................................................................37
2. Identutas Sekolah..................................................................................................37
3. Visi Dan Misi Ra Nurul Falah..............................................................................37
4. Struktur Organisasi...............................................................................................38
5. Data Peserta Didik................................................................................................38
6. Keadaan Sarana Dan Prasarana............................................................................38
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................................50
B. Saran.....................................................................................................................50
s
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
3. Media Diorama
Media yaitu sebuah salah satu sarana penunjang pembelajaran di dalam kelas
dimana dengan adanya media ini memudahkan anak dan guru dalam proses
pembelajaran di kelas. diorama ialah sebuah penyuguhan pemandangan indah 3
dimensi kecil yang dibuat untuk memberikan penggambaran asli dari sebuah
pemandangan yang seseungguhnya.4 Jadi media diorama adalah sebuah media
miniatur 3 dimensi yang dapat digunakan untuk memperagakan suatu keadaan
yang nyata dalam bentuk objek yang kecil, sehingga media diorama ini dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran anak dengan berbasis tema.
2
Zulkifli Zulkifli, “Upaya Guru Mengembangkan Media Visual Dalam Proses Pembelajaran
Fiqih Di MAN Kuok Bangkinang Kabupaten Kampar,” Al-Hikmah: Jurnal Agama Dan Ilmu Pengetahuan
14, no. 1 (2018): h. 18–37, https://doi.org/10.25299/al-hikmah:jaip.2017.vol14(1).1170.
3
I Nyoman Suarta Universitas Baik Nilawati Astini, Nurhasanah, Ika Rachmayani, “Identifikasi
Pemanfaatan Alat Permainan Edukatif (APE) Dalam Mengembangkan Motorik Halus Anak,” Journal of
Chemical Information and Modeling 53, no. 9 (2019): 1689–99.
4
Arkas Hasanah and Elise Muryanti, “Pengaruh Penggunaan Media Diorama Terhadap
Perkembangan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini,” Aulad : Journal on Early Childhood 2, no. 2
(2019): 1–7, https://doi.org/10.31004/aulad.v2i2.29.
2
investasi yang amat besar bagi keluarga dan juga bagi bangsa. Betapa bahagianya
orangtua yang melihat anak-anaknya berhasil, baik dalam pendidikan, dalam
keluarga, dan masyarakat, maupun dalam karir. Pentingnya pendidikan anak usia
dini tiddak perlu diragukan lagi. Para ahli maupun masyarakat umum lazimnya
sudah mengakui betapa pentingnya pendidikan yang diberikan kepada anak-anak
sejak dini.6 Di dalam ajaran Islam juga didapati peryataan yang sesuai dengan
pentingnya pendidikan anak itu. Firman Allah SWT dalam surah At Tahrim ayat 6:
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.
6
Slamet Suyanto, “Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini,” (Yogyakarta:Hikayat), 2005, h.114.
7
Sri Utaminingsih, “Kebijakan Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD )
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Dalam Perspektif
Negara Hukum Kesejahteraan ( Studi Kasus Di Kota Tangerang Selatan ),” Proceedings Universitas
Pamulang 1(1), no. 4 (2010): 59–79, http://openjournal.unpam.ac.id/index.php/Proceedings/article/view/
2168.
4
Perkembangan motorik terbagi atas dua yaitu motorik kasar dan motorik
halus. Motorik kasar memerlukan koordinasi kelompok otot-otot anak yang tertentu
yang dapat membuat mereka melompat, memanjat, berlari, menaiki sepeda.
Sedangkan perkembangan motorik halus anak usia dini lebih ditekankan pada
koordinasi gerakan motorik halus dalam hal yang berkaitan dengan kegiatan
meletakkan atau memegang sesuatu objek dengan menggunakan jari tangan dimana
keterampilan motorik halus memerlukan koordinasi mata dan tangan, sehingga
gerakan tangan perlu dikembangkan dengan baik yang dapat berguna untuk
perkembangan selanjutnya. Perkembangan motorik berarti perkembangan
pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot
yang terkoordinasi, pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan
kegiatan masa yang ada pada waktu lahir dan sebelum waktu perkembangan itu
terjadi anak akan tetap tidak berdaya jadi perkembangan motorik halus adalah proses
tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak yang melibatkan gerak otot-otot
kecil pada tangan, antara lain meliputi mencoret, menulis, menggambar, meronce
manikmanik atau makan sendiri. Allah SWT. Berfirman dalam surat Al-Qiyamah
ayat 3-4 yang berbunyi :
Artinya :
3. Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan
(kembali) tulang belulangnya? 4.bukan demikian,sebenarnya Kami
Kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna.
Tabel 1.1
Indikator Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengembangkan motorik halus anak
usia dini, menurut susanto, motorik halus adalah gerakan halus yang melibatkan
bagian-bagian tertentu saja yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja, karena tidak
memerlukan tenaga. Namun, begitu gerakan yang halus ini memerlukan koordinasi
yang cermat.9 Berdasarkan hasil observasi pada anak RA Nurul Falah Baturaja
terdapat permasalahan kemampuan motorik halus anak masih tergolong rendah,
kesulitan membuat bentuk-bentuk dari plastisin dan mewarnai yang masih terlihat
corat-coret atau belum rapi serta kegiatan lainnya yang masih memerlukan
bimbingan dari lingkungan terutama kemampuan motorik halus yang mencakup
penggunaan koordinasi otot-otot halus. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan
perkembangan anak melalui media diorama merupakan suatu proses pembelajaran
yang dapat mengembangkan keterampilan motorik halus anak. Salah satu media
pembelajaran yang dijadikan media pembelajaran di RA Nurul Falah Baturaja yaitu
media diorama. Dengan media diorama ini dapat meningkatkan kemampuan motorik
halus anak dengan berbagai metode seperti membuat sebuah bentuk dari bahan
plastisin.
Mengacu pada indikator kemampuan motorik halus anak, berikut ini
hasil observasi pra penelitian terhadap perkembangan kemampuan motorik
halus anak kelompok B1 di RA Nurul Falah Baturaja tahun ajaran 2022/2023
yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 3 Februari 2022 yang berada di
kota Baturaja. Sehingga diperoleh data peserta didik usia 5-6 tahun. Selain itu
peneliti juga mendapatkan data perkembangan kemampuan motorik halus
anak.
8
“Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia no.137 Tahun 2014 Tentang
Standar Pendidikan Anak Usia Dini.” h.22.
9
Lolita Indraswari, “Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalaui
Kegiatan Mozaik Di Taman Kanak-Kanak Pembina Agam,” Jurnal Pesona PAUD Vol.1.No.1, h.2
6
Tabel 1.2
Data Hasil Pra Penelitian
Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini 5-6 Tahun (Kelas B1)
RA NURUL FALAH BATURAJA
10
“Hasil prapenelitian di RA Nurul Falah kelompok B1 baturaja”
7
Tabel 1.3
Tabel Hasil Rekapitulasi
Perkembangan kreativitas menggambar Anak Usia 5-6 Tahun
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa anak yang belum berkembang
memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan anak yang mulai berkembang,
berkembang sesuai harapan dan berkembang sangat baik. Peranan guru haruslah
membuat anak didiknya aktif beraktivitas, pada usia dini perkembangan kemampuan
anak sedang mengalami perubahan. Masa kanak-kanak 5-6 tahun adalah masa yang
tepat dimana dalam tahap kehidupan, bagi setiap anak adalah tahap yang dapat
menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak di masa yang akan datang.
Media diorama adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia
untuk menyampaikan atau menyebarkan ide, ide, gagasan atau pendapat sehingga
apa yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju. Media diorama
menurut Munadi adalah pemandangan (scene) tiga dimensi dalam ukuran kecil untuk
memperagakan atau menjelaskan secara langsung dalam proses kegiatan belajar
mengajar yang akan disampaikan kepada anak sesuai dengan tema di buat oleh guru
di dalam media diorama tersebut.12 Di dalam diorama tersebut terdapat benda-benda
tiga dimensi yang berukuran kecil. Benda-benda kecil tersebut berupa orang-
orangan, pohon-pohonan, rumah-rumahan, dan lain-lain. Sehingga di dalam diorama
tersebut tampak seperti dunia sebenarnya dalam ukuran kecil. 13 Salah satu kelebihan
media diorama yaitu, penyajian secara konkret dan menghindari verbalisme, dapat
memperlihatkan struktur organisasi secara jelas, dan dapat menunjukan objek secara
utuh. Diorama adalah pemandangan sebuah dimensi mini, bertujuan untuk
menggambarkan pemandangan sebenarnya. Diorama biasanya menggambarkan
bentuk-bentuk sosok atau objek-objek ditempatkan di pentas yang berlatar belakang
lukisan yang disesuaikan dengan penyajian. Diorama sebagai media pengajaran
terutama berguna untuk mata pelajaran ilmu bumi, ilmu hayat, sejarah bahkan dapat
11
Enah Suminah et al, “Pedoman Penilaian Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini,” (Jakarta:
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, Kementrian Pendidikan Dan kebudayaan,2018), n.d., h.5.
12
Munadi, “Media Pembelajaran Diorama,” Media Pembelajaran, 2013, h. 109–10.
13
Maswiyah, “Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Media Diorama,” Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 2013, h. 109–10.
8
diusahakan pula untuk berbagai macam mata pelajaran. 14 Diorama dipilih sebagai
media pembelajaran agar dapat menarik minat belajar anak dengan media yang
dikemas dalam bentuk 3 dimensi. Motivasi yang diberikan guru kepada anak dalam
melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan motorik halus juga belum
maksimal. Anak akan dengan mudah mencapai kemampuan menggunting, menulis,
dan mewarnai jika kita menggunakan metode yang tepat dan cara-caranya sesuai
dengan tahap perkembangan anak, seperti melalui permainan, belajar langsung dari
alam dan sekitarnya, bernyanyi, demonstrasi (praktek langsung) dan menggunakan
media yang menarik. Proses-proses pembelajaran yang demikian akan menjadikan
anak menyenangi belajar dan berdampak pada hasil belajarnya. Media memiliki
kedudukan yang sangat penting dalam mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.
Sebagaimana dijelaskan dalam surah an-nahl ayat 89 dibawah ini :
Artinya :
Dan (ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat
seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan
kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan
Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri.
14
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, “Media Pengajaran,” (Bandung: Sinar Baru Algesindo), 2011,
hlm. 170.
9
nyata atau benda tiruan sebagai alat peraga salah satunya media pembelajaran yaitu
media diorama.
Dengan adanya permasalahan ini peneliti merasa sangat perlu membuat
adanya perbaikan dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Peneliti
memilih media pembelajaran yang menarik yaitu media diorama dalam
meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Upaya yang mestinya dilakukan
untuk meningkatkan dan mengembangkan motorik halus tentunya harus dilakukan
dan direncanakan secara baik agar berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan.
Sehingga penulis memilih untuk melanjutkan penelitian dengan judul : “ Upaya
Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Media
Diorama“.
C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar berlakang diatas identifikasi masalah pada
penelitian ini sebagai berikut:
1. Kurangnya keterampilan anak dalam menggunakan tangan kanan dan kiri, dan
melakukan koordinasi mata dan tangan
2. Anak kurang konsentrasi, kurang tepat dan rapi, serta kurang sabar dalam
mengerjakan kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan motorik halus
3. Kemampuan motorik halus anak berkembang kurang optimal
4. Media diorama dengan menggunakan plastisin yang belum pernah diterapkan
sebagai media belajar
D. Batasan Masalah
Permasalahan yang dikaji dalam penelitin ini dibatasi pada hal-hal sebagai
berikut:
E. Rumusan Masalah
F. Tujuan Masalah
Tujuan penelitian yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui Apakah media diorama dapat meningkatkan keterampilan motorik
halus anak-anak di RA Nurul Falah Baturaja.
G. Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :
10
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, peneliti diharapkan dapat meningkatkan kemampuan motorik
halus anak melalui media diorama.
2. Manfaat praktis
a) Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman dan Menambah wawasan pribadi tentang
pendidikan anak usia dini melalui media diorama dalam mengembangkan
motorik halus anak.
b) Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini bisa dijadikan referensi apabila peneliti lain ingin meneliti
tentang permasalahan yang relevan dengan masalah yang sama.
c) Bagi Pendidik
Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih metode
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
d) Bagi Peserta Didik
Melalui media diorama ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
motorik halus anak jauh lebih baik lagi sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai.
e) Bagi Lembaga TK
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi kontribusi positif kepada lembaga
penyelenggara pendidikan, khususnya di RA Nurul Falah Baturaja dalam
rangka meningkatkan kemampuan motorik halus anak Taman Kanak-
Kanak melalui media diorama.
I. Sistematika Penulisan
Mengaju pada sistematika penulisan pada karya ilmiah ini terdiri dari 5 bab
yaitu peneliti menetapkan gambaran yang jelas dalam penulisan karya ilmiah ini,
sebagai berikut :
Bagian awal terdiri dari halaman/cover depan, halaman judul, halaman
persetujun, halaman pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi,
daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran dan abstrak.
15
Arkas Hasanah, “Pengaruh Pembuatan Media Diorama Terhadap Perkembangan Kemampuan
Motorik Halus Anak Di TK Jannatul Ma’wa Padang,” universitas negeri padang,(2019), h.4
12
Bab III Metode penelitian berisi tentang : tempat dan waktu penelitian,
metode dan rancangan siklus penelitian, subjek penelitian, peran dan posisi
penelitian, tahapan interverensi tindakan yang diharapkan, instrumen pengumpulan
data (definisi konseptual, definisi operasional, kisi-kisi instrumen, jenis instrument),
teknik pengumpulan data, keabsaan data (telaah model tindakan dan validasi data),
analisis dan interpretasi data dan pengembangan perencanaan tindakan.
Bab V Penutup yang terdiri dari : simpulan dan rekomen dari Kesimpulan
di bab ini berisi mengenai uraian kata dan inti dari penelitian. Sedangkan saran pada
bab ini berisi mengenai tentang pendapat,ide ataupun kritik yang membangun dan
mendidik.
tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat, misalnya kemampuan untuk menggambar dan memegang sesuatu
benda.19
Menurut Suyadi Wiyani mengungkapkan bahwa “gerak motorik halus
adalah meningkatkannya pengordinasian gerak tubuh yang melibatkan
kelompok otot dan saraf kecil lainnya”.20 Perkembangan motorik halus atau
yang dikenal dengan istilah fine motor skill merupakan bagian dari
perkembangan motorik yang dimaknai sebagai gerak terbatas pada anak usia
dini. Perkembangan motorik halus menurut menurut Hurlock, merupakan
pengendalian koordinasi yang lebih baik yang melibatkan kelompok otot yang
lebih untuk digunakan menggenggam, melempar, menggambar, menangkap
bola, menggunting, dan sebagainya.21 Lebih spesifik menurut Abessa et al,
mengungkapkan bahwa motorik halus merupakan gerak koordinasi mata-
tangan dan gerak manipulasi terhadap objek-objek kecil. Pandangan ini
meyakini bahwa motorik halus merupakan kemampuan mengkoordinasikan
mata dan tangan dalam memanipulasi objek-objek kecil. Artinya koordinasi
mata dan tangan dalam motorik halus ini terbatas pada gerakan yang dilakukan
oleh jari-jemari dan pergelangan tangan. Motorik halus dan komponen visual
dalam konsep visual-motor koordinasi dideskripsikan sebagai kemampuan
yang meliputi ketangkasan jari, pengurutan gerak, dan kecepatan serta akurasi
motorik halus. Keterampilan ini ditangkap oleh berbagai tugas sensorimotor
seperti melacak, mengetuk jari, dan gerakan tangan imitatif. 22 Artinya motorik
halus merupakan bagian dari kegiatan sensorimotor yang melibatkan
kemampuan koordinasi mata-tangan dalam melakukan gerakan yang berurutan,
tepat, cepat, imitatif, dan gerakan-gerakan sejenis melacak. Saputra &
Rudyanto, menjelaskan bahwa motorik halus adalah kemampuan anak dalam
beraktivitas dengan menggunakan otot-otot halus (kecil) sepertimenulis,
meremas, menggenggam, menyusun balok dan memantulkan kelereng. 23
Menurut Melyloelha terdapat 2 dimensi dalam perkembangan motorik halus
yang diuraikan oleh Gesell, yaitu : (1) kemampuan memegang dan
memanipulasi benda-benda dan (2) kemampuan dalam koordinasi mata dan
tangan.24
Pada Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional
Pendidikan Anak Usia Dini Pasal 10 dijelaskan bahwa motorik halus
mencakup kemampuan dan kelenturan menggunakan jari dan alat untuk
19
Anita Syarifah, Mengembangkan Motorik Halus Anak Prasekolah Dengan Pa, 2022.per Toys
20
Gusti Agung Oka Negara Purnamasari, “Penerapan Metode Demonstrasi Melalui Kegiatan
Melipat Kertas ( Origami ) Untuk Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus Anak,” E-Journal PG-PAUD
2, no. 1 (2014): h. 1–10.
21
Kadek Hengki Primayana, “Meningkatkan KeteLolita Indraswari, “Peningkatan Perkembangan
Motorik Halus Anak Usia Dini Melalaui Kegiatan Mozaik Di Taman Kanak-Kanak Pembina Agam,” Jurnal
Pesona PAUD Vol.1.No.1(2012). h. 2-3..
22
Octavian Dwi Tanto and Aulia Humaimah Sufyana, “Stimulasi Perkembangan Motorik Halus
Anak Usia Dini Dalam Seni Tradisional Tatah Sungging,” Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
4, no. 2 (2020): h. 577.
23
Neneng Hasanah, Andi Musda Mappapoleonro, and Chrisnaji Banindra Yudha, “Upaya
Meningkatkan Motorik Halus Melalui Media Kolase,” 2019, 1–6.
24
M.Pd. Dr. Khadijah, M.Ag. dan Nurul Amelia, Perkembangan FISIK MOTORIK Anak Usia
Dini, 2020.
15
25
Nurlaili, “Modul Pengembangan Motorik Halus Anak Usia Dini.”
26
Yan Yan Nurjani, “Upaya Mengembangkan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Kegiatan
Menggunting,” Journal of SPORT (Sport, Physical Education, Organization, Recreation, and Training) 3, no.
2 (2019): 85–92, https://doi.org/10.37058/sport.v3i2.1026.
27
Ratna Dwi Kumalasari, “Upaya Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini
Melalui Metode Proyek Membuat Mobil-Mobilan Menggunakan Media Kardus Bekas.,” Pendidikan Anak
Usia Dini, 2014, h. 8.
16
Dini
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kualitas
kemampuan motorik halus anak ditentukan oleh :
a) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari individu itu sendiri
yang meliputi pembawaan, potensi, psikologis, semangat belajar serta
kemampuan khusus.
b) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar
diri anak baik yang berupa pengalaman teman sebaya, kesehatan dan
lingkungan.
Menurut Hurlock ada bermacam-macam faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan motorik halus anak usia dini diantaranya :
a) Perkembangan sistem saraf.
Sistem saraf sangat berpengaruh dalam perkembangan motorik, karena
sistem saraf merupakan sistem pengontrol gerak motorik pada tubuh
manusia.
b) Kemampuan fisik yang memungkinkan untuk bergerak.
Karena perkembangan motorik sangat erat kaitannya dengan fisik, maka
kemampuan fisik seseorang akan sangat berpengaruh pada perkembangan
motorik seseorang. Anak yang normal perkembangan motoriknya akan
lebih baik dibandingkan anak yang memiliki kekurangan fisik.
c) Keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak.
Ketika anak mampu melakukan suatu gerakan motorik, maka akan
termotivasi untuk bergerak kepada motorik yang lebih luas lagi. Hal
tersebut dikarenakan semakin dilatih kemampuan motorik anak akan
semakin meningkat.
d) Lingkungan yang mendukung.
Perkembangan motorik anak akan lebih teroptimalkan jika lingkungan
tempat tumbuh kembang anak mendukung mereka untuk bergerak bebas.
Kegiatan di luar ruangan bisa menjadi pilihan yang terbaik karena dapat
menstimulasi perkembangan otak.
e) Aspek psikologis anak.
Untuk menghasilkan kemampuan motorik yang baik pada anak
diperlukan kondisi psikologis yang baik pula, agar mereka dapat
mengembangkan gerakan motoriknya.
f) Umur.
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupan dan pada masa remaja.
g) Jenis kelamin.
Setelah melewati pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat
dibanding anak perempuan.
h) Genetik.
Genetik adalah bawaan anak, yaitu potensial anak yang akan menjadi ciri
khasnya, antara lain bentuk tubuh (cacat fisik) dan kecerdasan. Kelainan
genetik akan mempengaruhi proses tumbuh kembang anak.
18
i) Kelainan kromosom.
Pada umunya kelainan kromosom akan disertai dengan kegagalan
pertumbuhan.
35
Nana dan Ahmad Rivai Sudjana, “Media Pengajaran,” (Bandung: Sinar Baru Algensindo),
2011, h. 3–4.
36
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai, “Media Pengajaran,” (Bandung: Sinar Baru Algensindo),
2011, h. 2.
21
37
Nasution, “Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar,” (Jakarta: PT. Bumi Aksara),
2013, h. 2.
38
Arsyad, Azhar, “Media Pembelajaran,” (Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada), 2013, h. 29–30.
22
39
Rahmawati Matondang, RAGAM MEDIA PEMBELAJARAN DI SD/MI UNTUK
PEMBELAJARAN PPKn, 2021.
40
Lisa Andriani Saragih dan Zulkifli, “Analisis Kerajinan Souvenir Diorama Berbahan Limbah
Pada Pengrajin Dikraf Berdasarkan Prinsip-Prinsip Desain Abstrak,” Gorga Jurnal Seni Rupa 08 (2019): h..
273.
41
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, “Media Pengajaran,” (Bandung: Sinar Baru Algesindo), 2011,
h. 170.
23
diamati dari arah pandang mana saja dan mempunyai dimensi panjang, lebar,
dan tinggi atau tebal (Anwar, Sudjimat, & Suhartadi).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa diorama merupakan
gabungan antara model dengan gambar perspektif dalam suatu penampilan utuh
yang menggambarkan suasana sebenarnya.
e. Tujuan Dan Fungsi Penggunaan Media Diorama
Tujuan penggunaan media tiga dimensi (benda tiruan) menurut
Daryanto antara lain42:
a. Mengatasi kesulitan yang muncul ketika mempelajari objek yang terlalu
besar
b. Untuk mempelajari objek yang telah menjadi sejarah dimasa lampau
c. Untuk mempelajari objek yang tak terjangkau secara fisik
d. Untuk mempelajari objek yang mudah dijangkau yang tidak memberikan
keterangan yang memadai (misalnya: mata manusia, telinga)
e. Untuk memperlihatkan proses dari objek yang luas
Diorama sebagai media pembelajaran dijelaskan oleh Hujair AH
Sanaky, berfungsi untuk mata pelajaran ilmu bumi (IPA), ilmu hayat, sejarah,
bahkan diusahakan untuk berbagai mata pelajaran lainnya. 43 Sehingga menurut
saya media diorama ini dapat digunakan untuk hampir semua mata pelajaran.
f. Kelebihan Dan Kekurangan Media Diorama
Media diorama adalah salah satu media tiga dimensi, Muedjiono dalam
Daryanto mengungkapkan bahwa ada kelebihan media tiga dimensi
diantaranya44 :
a. Memberikan pengalaman secara langsung
b. Penyajian konkret dan menghindari verbalisme
c. Dapat menunjukkan objek secara utuh baik kontruksi maupun cara
kerjanya
d. Dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas
e. Dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas
Kelebihan yang dimiliki media tiga dimensi tentunya dimiliki oleh
diorama. Selain kelebihan yang telah disebutkan di atas, Cecep Kustandi dan
Bambang Sutjipta menambahkan bahwa media diorama lebih menekankan
kepada isi pesan dari gambaran visual dan lebih hidup dibandingkan maket. 45
Sedangkan kelemahan media diorama adalah tidak bisa menjangkau sasaran
dalam jumlah yang besar, penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan
perawatannya yang rumit. Namun kekurangan tersebut dapat diatasi dengan
membuat diorama dalam ukuran yang besar sehingga dapat diamati seisi kelas.
Untuk perawatannya yang rumit, diorama dapat dibuat model tertutup sehingga
tidak mudah kotor. Ukuran komponen pada diorama juga sulit untuk dibuat
proporsional apabila diorama dibuat sendiri oleh guru karena keterbatasan bahan
pembuatan. Pembuatan diorama juga membutuhkan waktu dan biaya yang besar.
42
Daryanto, “Media Pembelajaran,” (Yogyakarta: Garva Media), 2010, h. 30–31.
43
AH Sanaky Hujair, “Media Pembelajaran Interatif-Inovatif,” (Yogyakarta: Kcaukaba
Dipantara,), 2013, h.133.
44
Daryanto, “Media Pembelajaran,” (Yogyakarta: Gava Media,), 2010, h. 29.
45
Kustandi Cecep dan Bambang Sutjipta, “Media Pembelajaran,” (Jakarta: Ghalia Indonesia,),
2013, h. 50.
24
C. Model Tindakan
Model tindakan yang digunakan pada penelitian ini adalah model tindakan
yang dikemukakan oleh Kemmis Dan M.C Tagart yaitu menggunakan dua siklus
yang di mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Di katakan sementara
karena jawaban yang diberikan baru di dasarkan pada teori yang relevan, belum di
dasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpula data. Jadi,
hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban yang empiris dengan data.
Dapat disimpukan bahwa pengertian hipotesis adalah jawaban sementara dari
suatu penelitian. Maka hipotesis tindakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah
sebagai berikut :
“Dengan penerapan atau implementasi media diorama dapat mempengaruhi
peningkatan kemampuan motorik halus anak”.
Hal ini dapat dilihat dari indikator ketercapaian keberhasilan perkembangan anak
dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui media diorama akan
berhasil dilihat daripada kemampuan anak dalam memenuhi indikator perkembangan
motorik halus seperti :
1. Menggambar sesuai gagasannya
2. Meniru bentuk
3. Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan
4. Menggunakan alat tulis dan alat makan dengan benar
5. Menggunting sesuai dengan pola
6. Menempel gambar dengan tepat
Gambar 3.1
Siklus Penelitian Tindakan Model Kemmis dan Mc. Tanggart.49
4. Refleksi (Reflection)
Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh.
Hasil analisis data yang telah ada dipergunakan untuk melakukan
evaluasi terhadap proses atau data yang dicapai. Sehingga dari data
yang telah diperoleh baik dari aktivitas siswa maupun hasil belajar,
akan dianalisis dengan menggunakan perhitungan data penilaian
pada masing-masing siklus. Refleksi dimaksudkan sebagai upaya
28
untuk mengkaji apa yang telah atau belum terjadi, apa yang
dihasilkan, kenapa hal ini terjadi dan apa yang perlu dilakukan
selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan pada siklus
selanjutnya.
b. Siklus II
1. Perencanaan
Sebelum melakukan tindakan maka peneliti akan melakukan
terlebih dahulu, oleh karena itu persiapan yang akan dilakukan pada
tahapan ini yaitu, sebagai berikut :
Peneliti akan bekerja sama atau berkolaborasi dengan guru
untuk membahas tentang beberapa hal yang akan dilakukan
diantaranya yaitu:
1) Membuat perencanaan pembelajaran yaitu RPPH dalam
penelitian meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia
dini
2) Mempersiapkan alat-alat atau media pendukung yang diperlukan.
3) Mebuat format observasi dan metode pembelajaran atau
pengamatan yang dilakukan sesuai dengan indikator dalam aspek
perkembangan kemampuan mototik halus anak usia dini.
4) Mendesain alat evalusai berupa pertanyaan dan tanya jawab.
5) Membuat alat peraga edukatif sesuai dengan tema gambar yang
disampaikan.
2. Pelaksanaan Tindakan
Tahap kedua dari penelitian tindakan, dimana tindakan yang
akan dilakukan dalam dua siklus, dalam satu siklus akan dilakukan
tiga kali pertemuan di RA Nurul Falah Baturaja. Tindakan
pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi
rancangan, yaitu menerapkan tindakan kelas. Tahap ini pelaksanaan
pendidik harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah
dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus tetap berlaku wajar dan
tidak dibuat- buat.
Tindakan yang dilakukan peneliti meliputi :
1) Membuat suasana belajar sebaik mungkin.
2) Memberikan semangat dan memotivasi siswa untuk belajar.
3) Melaksanakan kegitaan inti sesuai dengan yang telah
dipersiapkan dalam perencanaan pembelajaran.
4) Melakukan evaluasi.
5) Menganalisis hasil evalusi.
6) Merefleksikan pelaksanaan tindakan untuk menentukan
perbaikan pada siklus berikutnya.
3. Observasi (Pengamatan) Tindakan
Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mencermati
kegiatan dalam proses pembelajaran yang berlangsung terhadap
peserta didik yang dilakukan aktivitas dikelas dan memperhatikan
tingkah laku anak sesuai dengan perenccanaan pembelajaran yang
sudah dibuat dan yang sudah ditentukan peneliti. Hasil observasi
29
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yaitu subjek yang ditinjau untuk diteliti oleh peneliti. Dalam
penelititan ini yang menjadi subjek peneliti adalah informasi yang didapat
memberikan informasi masalah yang diteliti, dalam penelitian tindakan kelas yang
menjadi subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik RA Nurul Falah Baturaja
kelompok B1 yang berjumlah 12 orang anak yang terdiri dari 6 orang anak
perempuan dan 6 orang anak laki-laki. Peneliti memilih kelompok B dikarenakan
kelompok B merupakan kelompok yang usianya akan memasuki sekolah dasar yaitu
pada usia 5-6 tahun.
2. Definisi Operasional
a. Media diorama
Media diorama ini dibuat dengan bahan-bahan yang mudah didapatkan,
aman untuk anak-anak dibuat semenarik mungkin dengan menggunakan
plastisin yang biasa digunakan anak untuk bermain. Anak diajarkan untuk
membuat sesuatu bentuk yang ada di dalam media diorama dengan
menggunakan plastisin.
b. Kemampuan motorik halus
Kemampuan motorik halus merupakan kemampuan yang berhubungan
dengan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata dan tangan.
3. Kisi-Kisi Instrumen
50
A timothy, judge, p. stephen, “Upaya Meningkatkan Bahasa Ekspresif Melalui Media Diorama
Kelompok TK A Di TK Al-Pankuli Bandung.”
31
Judul penelitian :
Upaya meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia dini melalui media
diorama kelompok B di RA Nurul Falah Baturaja
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Motorik Halus Anak
Variabel Indikator Sub Indikator Item
Perkembanga a. Koordinasi 1. Dapat menggambar 3
n motorik 2. Dapat menyelaraskan
halus anak antara mata dan tangan
usia 5-6 tahun 3. Terampil menggunakan
tangan kanan dan kiri
b. Memegang 1. Memegang alat tulis 2
dengan benar
2. Memegang plastisin
dengan berani
c. Membentuk 1. Dapat membentuk dari 2
lilin/plastisin
2. Dapat membentuk
lilin/plastisin dengan
kreatif menggunakan
tangan
d. Memperagakan 1. Dapat menirukan gambar 2
2. Dapat menggambar sesuai
dengan yang ada dimedia
diorama
e. Kecermatan 1. Teliti dalam mewarnai 2
gambar
2. Dapat membedakan warna
lilin/plastisin
11
4. Jenis Instrumen
Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah instrumen non tes,
yang akan menghasilkan data kulitatif dan kuantitatif. Instrumen non tes yang
digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi merupakan suatu pengamatan yang sengaja dan sistematis tentang
fenomena-fenomena sosial dengan gejala psikis dengan jalan pengamatan
dan pencatatan. Observasi merupakan pengamatan langsung terhadap
fenomena-fenomena objek yang diteliti secara objektif dan hasilnya akan
32
dicatat secara sistematis agar diperoleh gambaran yang lebih konkrit tentang
kondisi di lapangan.51
Maka dari itu observasi adalah sebagai pengamatan dana pencatatan dengan
sistematik fenomena-fenomena yang diselidik.
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Lembar Observasi
Penilaian kemampuan
No Item motorik halus Ket
BB MB BSB BSH
Anak dapat menggambar foto ayah dan
1.
ibunya
2. Anak dapat menyelaraskan antara mata
dan tangan
3. Anak dapat terampil menggunakan
tangan kanan dan kiri
4. Anak dapat memegang alat tulis
dengan benar
5. Anak dapat memegang plastisin dengan
berani
6. Anak dapat membentuk plastisin
dengan rapi
7. Anak dapat membentuk plastisin
menggunakan tangan dengan kreatif
Anak dapat menirukan gambar yang
8.
ada di media diorama untuk digambar
kembali sesuai imajinasi anak
Anak dapat menggambar dan mewarnai
9. sesuai dengan yang ada dimedia
diorama
Anak sangat teliti dalam mewarnai
10. gambaran hasil anak melihat dari media
diorama
Anak dapat membedakan warna
11.
lilin/plastisin
b. Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan utama dalam pengumpulan data dan
informasi. Karena, pertama dengan menggunakan wawancara peneliti dapat
51
Sutrisno Hadi, “Metodelogi Research,” (Yogyakarrta: Yayasan Penerbit FB UGM, 1990), n.d.,
h.286.
33
menggali tidak saja apa yang diketahui dan dialami subyek. Tetapi juga apa
yang tersembunyi jauh di dalam diri subjek penelitian. Kedua, apa yang
ditanyakan kepada informan (Anak Didik dan Guru, Kepala sekolah) untuk
meningkatkan motorik halus anak usia dini di kelas B RA Nurul Falah
Baturaja.
Berikut Kerangka wawancara tentang meningkatkan Motorik Halus Anak
Usia Dini di RA Nurul Falah Baturaja dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Wawancara
No Wawancara
1 Apa cara yang ditempuh oleh guru dalam meningkatkan motorik halus anak usia
dini di RA Nurul Falah Baturaja ?
2 Apakah media diorama sudah pernah diterapkan di RA Nurul Falah Baturaja ?
3 Mengapa media diorama jarang dipergunakan dalam kegiatan di RA Nurul Falah
Baturaja ?
4 Bagaimana sikap anak saat diberikan kegiatan membuat suatu bentuk anggota
tubuh dari bahan plastisin saat diberikan di RA Nurul Falah Baturaja ?
5 Bagaimana pelaksanaan kegiatan membuat bentuk anggota tubuh dari bahan
plastisin yang dikenalkan oleh peneliti dalam meningkatkan motorik halus anak
usia dini di RA Nurul Falah Baturaja ?
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara untuk mengumpulkan data melalui
dokumentasi yang tersedia. Teknik ini untuk menggali data tentang RA
Nurul Falah Baturaja, metode ini digunakan untuk mendapatkan dan
mengenai hal-hal yang berkenaan dengan kondisi objektif di RA Nurul Falah
Baturaja seperti sejarah berdirinya, struktur organisasi, keadaan guru,
keadaan peserta didik, keadaan sarana dan prasarana dan lain-lain.
52
wina Sanjaya, “Penelitian Tindakan Kelas,” (Jakarta : Kencana, 2009), n.d., h.86.
34
2. Teknik Wawancara
Wawancara adalah situasi berhadap-hadapan antara pewawancara dan
responden yang dimaksudkan untuk menggali informasi yang diharapkan, dan
bertujuan mendapatkan data tentang responden dengan minimum bias dan
maksimum efisiensi.
Sementara Steward & Cash mendefinisikan wawancara sebagai sebuah
proses komunikasi dyad (interpersonal), dengan ujuan yang telah ditentukan
sebelumnya, bersifat serius, yang dirancang agar tercipta interaksi yang
melibatkan aktivitas bertanya dan menjawab pertanyaan.53
Disimpulkan bahwa metode wawancara ini digunakan untuk menggali
informasi dari guru serta kegiatan pembelajaran berikut kendala-kendala yang
dihadapi siswa pada saat pembelajaran.
3. Teknik Dokumentasi
Selain observasi, informasi juga dapat diperoleh melalui fakta yang
tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, jurnal
kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumentasi seperti ini bisa dipakai untuk
menggali informasi yang terjadi dimasa silam.
Teknik dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah
berlalu.Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah
kehidupan, biografi, peraturan, dan kebijakan. Sedangkan dokumen yang
berbentuk gambar misalnya foto-foto kegiatan anak. 54
I. Keabsahan Data
Agar hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan maka dikembangkan
tata cara untuk mempertanggungjawabkan keabsahan hasil penelitian. Karna tidak
mungkin melakukan pengecekan terhadap instrumen penelitian yang diperankan
peneliti itu sendiri. Maka yang diperiksa adalah keabsahan data.
Untuk menguji keabsahan data, peneliti menggunakan cara triangulasi, yaitu
pengecekan kebenaran data atau informasi tentang pelaksanaan tindakan denga cara
menginformasikan kebenaran data, yaitu upaya mendapatkan informasi dari sumber-
sumber lain mengenai kebenaran data penelitian. Kegiatan ini dilakukan dengan
jalan membandingkaan hasil pengamatan waktu orientasi dengan hasil wawancara
53
Lukman Nul Hakim, “Ulasan Metodologi Kualitatif: Wawancara Terhadap Elit,” Aspirasi:
Jurnal Masalah-Masalah Sosial 4, no.2, n.d., h.167.
54
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D,” (Bandung: Alfabeta, 2015),
n.d., h.240.
35
kepada kepala sekolah, guru, mitra, dan siswa. Data yang didapatkan dari hasil
pengamatan digunakan untuk memeriksa kembali tindakan yang telah dilaksanakan
sudah sesuai dengan rencana tindakan dan pencapaian yang ditentukan.
2. Penyajian data
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun,
sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data dapat berupa teks naratif berbentuk
catatan lapangan, matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Bentuk-bentuk ini
menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan
mudah diraih, sehingga memudahkan untuk melihat apa yang sedang terjadi,
apakah kesimpulan sudah tepat atau sebaliknya melakukan analisis kembali.
P¿
FN x 100%
❑
Keterangan:
P = Angka presentase
N = Number of Cases.55
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
55
Anas Sudijono, “Pengantar Statistik Pendidikan,” (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010),
n.d., h.45.
37
2. Identitas sekolah
Bentuk pendidikan : Raudatul Athfal (RA)
Nama sekolah : RA Nurul Falah
Berdiri Tahun : 1998
Status : Swasta
Penyelenggara : Perorangan
Luas Tanah : 456
SK Pendirian Sekolah : NSM/RA/0102/2017
Tgl/Bln/Thn SK Izin Operasional : 01/02/2017
No. Statistik Madrasah : 101216010002
NPSN : 69731297
Nilai Akreditasi/ Thn :B
Alamat Madrasah : Jln. Ir. Ibrahim Zahir Sukajadi,
Kecamatan Baturaja Timur,
Kabupaten Ogan Komering Ulu,
Sumatera Selatan.
4. Struktur Organisasi
Tabel 3.4
Data Guru RA Nurul Falah Baturaja
No Nama Guru Tugas Jabatan NUPTK
38
Mengajar
Tabel 3.6
Sarana Dan Prasarana RA Nurul Falah Baturaja
No Bangunan/ Ruang Jumlah Ukuran Kondisi
1. Ruang Kelas 2 6x7 M Layak
2. Ruang Kantor 1 4x6 M Layak
3. Toilet 1 2x2 M Layak
4. Teras 1 4x5 M Layak
5. Gudang 1 2x1,5 M Layak
6. Area Bermain 1 7x7 M Layak
awal. Hasil yang diperoleh dari pengamatan peneliti tentang kemampuan motorik
halus anak di RA Nurul Falah Baturaja akan dibandingkan dengan hasil setelah
tindakan melalui kegiatan diorama Perbandingan ini mempunyai tujuan untuk
mengetahui perkembangan motorik halus anak sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan. Pada observasi pra siklus yang dilakukan pada tanggal 3 februaari 2022,
pada saat tema pembelajaran tentang diri sendiri dengan sub tema anggota tubuh.
Pada tahap ini peneliti dan guru berkolaborasi melakukan bimbingan dan stimulasi
pada anak di RA Nurul Falah Baturaja untuk mengetahui perkembangan dan
mengoptimalkan keterampilan motorik halus anak di RA Nurul Falah Baturaja.
Berikut adalah hasil kemampuan pra siklus pada tanggal 3 februari 2022 dengan
menggunakan lembar ceklis observasi:
Tabel 3.7 Perkembangan Motorik Halus Anak Pra Siklus di RA Nurul Falah
Baturaja
Indikator Pencapaian Motorik
Nama Nama Jenis JML
Halus Anak Kriteria
Siswa Siswa Kelamin SKOR
a b c d e f g h
Azizan
1 Laki-Laki 1 1 2 BB
N.A
2 Ahmad Z Laki-Laki 1 1 1 3 MB
3 Meilah S Perempuan 1 1 BB
4 Viola A Perempuan 1 1 BB
5 Atika Z.R Perempuan 1 1 BB
6 Restu R. Perempuan 1 1 1 3 MB
7 Fahri A Laki-Laki 1 1 BB
8 Intan A.F. Perempuan 1 1 BB
9 Al Barru Laki-Laki 1 1 1 3 MB
10 Ulfa P.U. Perempuan 1 1 1 3 MB
11 Nabila K. Perempuan 1 1 BB
12 Juna A. Laki-Laki 1 1 2 BB
Keterangan:
a. Menggambar sesuai dengan gagasan
b. Menirukan bentuk
c. Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan
d. Menggunting sesuai pola
e. Mengunakan alat tulis dan alat makan yang benar
f. Menempel gambar dengan tepat
BB : Belum Berkembang
MB : Mulai Berkembang
BSH : Berkembang Sesuai Harapan
BSB : Berkembang Sangat Baik
40
Jadi dari hasil pra siklus ini, yang diujikan pada delapan indikator pada anak di RA
Nurul Falah Baturaja, dapat diambil sebuah data dimana, tahapan pada perkembangan
motorik halus anak di RA Nurul Falah yaitu 8 anak masuk dalam kategori BB (Belum
Berkembang) dan 4 anak masuk dalam kategori MB (Mulai Berkembang). Dengan
demikian dapat diketahui bahwa keterampilan motorik halus pada anak belum
berkembang dengan maksimal di RA Nurul Falah Baturaja. Maka dari itu, perlu
dilakukan penelitian tindakan kelas untuk mengembangkan kemampuan motorik halus
pada anak usia 5-6 tahun melalui kegiatan bermain diorama di RA Nurul Falah
Baturaja.
2. Deskripsi Penelitian Siklus I
a. Perencanaan Tindakan Siklus I
Pada tahapan perencanaan tindakan kelas I ini, peneliti akan melakukan
perencana dalam rangka untuk mengembangkan kemampuan motorik halus pada
anak usia 5-6 tahun di RA Nurul Falah Baturaja, sebagai berikut:
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH), yang
mencangkup kompetensi dasar, hasil belajar, indikator, tujuan pembelajaran,
materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah pembelajaran, alat dan
sumber atau bahan dan penilaian.
2) Mempersiapkan lembar observasi yang digunakan untuk mengamati
perkembangan motorik halus pada anak usia 5-6 tahun melalui kegiatan
bermain diorama di RA Nurul Falah Baturaja.
3) Menyiapkan media yang dibutuhkan dalam kegiatan bermain diorama yaitu lem
fox, karton, plastisin, dan bahan lainnya.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan pada siklus I ini terdiri dari 2 kali pertemuan, kegiatan ini dimulai
dari tanggal 4-5 juli 2022 mulai pukul 07.30-10.00 WIB. Pada pertemuan pertama
dilaksanakan pada hari Senin 4 juli 2022, pertemuan kedua pada tanggal 5 juli
2022 dengan tema diri sendiri sub tema anggota tubuh.
Pada pertemuan pertama hari Senin 4 juni 2022 pembelajaran dimulai pukul
07.30-10.00 WIB. Sebelum pembelajaran dimulai peneliti mempersiapkan segala
sesuatu yang dibutuhkan dalam penelitian baik media yang akan digunakan dalam
kegiatan bermain diorama yaitu lem fox. Kertas karton tebal, gunting, plastisin.
Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan berbaris di depan kelas sebelum
masuk. Kemudian berdoa bersama, lalu guru melakukan apresiasi tentang tema
pembelajaran hari itu. Anak-anak dikondisikan untuk mendengarkan penjelasan
Ibu guru dan Peneliti. Sebelum masuk pada materi pembelajaran tema diri sendiri
sub tema anggota tubuh, guru melakukan absensi kehadiran anak-anak, lalu anak-
anak diajak membaca dan menghafal surat-surat pendek Al Quran.
Pada tahapan selanjutnya kegiatan ini, peneliti dan guru menjelaskan tentang
tema pembelajaran yaitu tema diri sendiri dengan sub tema anggota tubuh. Lalu Ibu
guru dan Peneliti menjelaskan seluruh anggota tubuh yang ada di diri kita.
Selanjutnya, peneliti dan ibu guru menjelaskan cara bermain plastisin membentuk
anggota tubuh misal hidung. Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung,
peneliti dan guru memberikan bimbingan dan memotivasi anak-anak yang
mengalami kesulitan dalam mengikuti langkah-langkah nya. Setelah selesai anak-
anak diajak untuk mencuci tangan sampai bersih. Pada kegiatan akhir, peneliti dan
41
Ibu guru melakukan evaluasi, dengan tanya jawab tentang kegiatan hari ini, dan
memberikan motivasi serta berdoa untuk pulang dan salam.
Pertemuan kedua pembelajaran dilakukan pada tanggal 5 juni 2022 dimulai dari
pukul 07.30 WIB. Sebelum pembelajaran dimulai seperti biasa peneliti
mempersiapkan bahan-bahan dan media yang akan digunakan dalam penelitian dan
kegiatan pembelajaran. Media yang digunakan dalam kegiatan melukis dengan
tangan ini menggunakan media yang akan digunakan untuk bermain diorama
seperti lem fox dan kertas karton, gunting.
Pada kegiatan awal pembelajaran, dimulai dengan anak-anak berbaris di depan
kelas dan berdoa sebelum masuk kelas setelah itu bernyanyi lagu semangat
kesukaan anak-anak. Guru dan peneliti membimbing anak-anak untuk masuk kelas
dan duduk dengan tertib dan rapi pada bangku masing-masing. Lalu guru dan
peneliti, mengajak anak-anak untuk menghafal surat-surat pendek Al Quran dan
menghafal nama-nama malaikat serta menghafal huruf hijaiyah. Lalu guru
mengabsen kehadiran anak-anak, dan peneliti mempersiapkan media yang akan
digunakan pada pembelajaran. Kemudian guru dan peneliti menjelaskan tema
pembelajaran. Anak-anak dikondisikan untuk menyimak dan mendengarkan
penjelasan guru dan peneliti tentang materi yang disampaikan.
Kegiatan selanjutnya, adalah guru dan peneliti menjelaskan tata cara membuat
bentuk anggota tubuh dengan plastisin yang sudah tersedia di meja masing-masing
anak-anak. Kemudian anak-anak diberikan kebebasan untuk membentuk sesuai
pola dengan mengekspresikan sesuai keinginan anak-anak. Guru dan peneliti
melakukan bimbingan kepada anak-anak yang mengalami kesulitan dalam kegiatan
pembelajaran. Selanjutnya setelah selesai kegiatan, guru dan peneliti mengajak
anak-anak untuk mencuci tangan sampai bersih. Pada kegiatan akhir, peneliti dan
guru melakukan evaluasi, tanya jawab tentang macam-macam buah lalu persiapan
untuk pulang berdoa dan salam.
c. Observasi I
Hasil pengamatan pertemuan pertama tanggal 4 juli 2022 pada kegiatan
bermain membuat bentuk anggota tubuh pada tema diri sendiri di RA Nurul Falah
Baturaja.
Tabel 3.8 Perkembangan Motorik Halus Anak Siklus I Pertemuan I
di RA Nurul Falah Baturaja
Indikator Pencapaian Motorik
Nama Jenis JML
No Halus Anak Kriteria
Siswa Kelamin SKOR
a b c d e f g h
Azizan
1 Laki-Laki 1 1 2 BB
N.A
2 Ahmad Z Laki-Laki 1 1 1 1 1 5 BSH
3 Meilah S Laki-Laki 1 1 1 3 MB
4 Viola A Perempuan 1 1 1 3 MB
5 Atika Z.R Perempuan 1 1 2 BB
6 Restu R. Perempuan 1 1 1 1 4 MB
7 Fahri A Laki-Laki 1 1 2 BB
8 Intan A.F. Perempuan 1 1 2 BB
42
Berdasarkan data diatas dari enam indikator yang peneliti amati pada kegiatan
siklus I pertemuan pertama pada tanggal 4 juni 2022 dalam upaya meningkatkan
kemampuan motorik halus anak dengan dengan media diorama, yang peneliti catat
pada lembar observasi bahwa perkembangan motorik halus pada anak usia 5-6
tahun di RA Nurul Falah Baturaja masih belum berkembang dengan baik, hal ini
dapatkan pada hasil pengamatan yaitu 6 anak dalam tahapan belum berkembang
(BB), 4 anak pada tahan mulai berkembang (MB), 2 anak berkembang seperti
harapan (BSH)
Dari hasil pengamatan pada Siklus I pertemuan kedua pada tangga 5 juni 2022
pada kegiatan dalam upaya meningkatkan kemampuan motorik halus anak dengan
dengan media diorama, yang peneliti catat pada lembar observasi bahwa
perkembangan motorik halus pada anak usia 5-6 tahun di RA Nurul Falah Baturaja
sebagai berikut :
Tabel 3.9 Perkembangan Motorik Halus Anak Siklus I Pertemuan II
di RA Nurul Falah Baturaja.
Indikator Pencapaian Motorik
Nama Jenis JML
No Halus Anak Kriteria
Siswa Kelamin SKOR
a b c d E f g h
Azizan
1 Laki-Laki 1 1 1 1 4 MB
N.A
2 Ahmad Z Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 7 BSB
3 Meilah S Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 6 BSH
4 Viola A Perempuan 1 1 1 1 1 1 6 BSH
5 Atika Z.R Perempuan 1 1 1 1 4 MB
6 Restu R. Perempuan 1 1 1 1 4 MB
7 Fahri A Laki-Laki 1 1 2 BB
8 Intan A.F. Perempuan 1 1 1 1 4 MB
9 Al Barru Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 6 BSH
10 Ulfa P.U. Perempuan 1 1 1 1 1 5 BSH
11 Nabila K. Perempuan 1 1 1 1 4 MB
12 Juna A. Laki-Laki 1 1 1 1 1 5 BSH
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan tindakan siklus II ini, pada kegiatan membuat diorama
pada anak-anak usia 5 tahun di RA Nurul Falah Baturaja dalam mengembangkan
44
motorik halus akan dilakukan dalam dua sesi pertemuan yaitu mulai tanggal 11-12
juli 2022 dari pukul 07.30-10.00 WIB. Pada pertemuan sesi pertama dilaksanakan
pada hari Senin 11 juli 2022 dan pertemuan sesi kedua dilaksanakan pada hari
Selasa 12 juli 2022 dengan tema diriku dan sub tema anggota tubuh. Semua
kegiatan pada siklus II ini akan diamati dan dicatat oleh peneliti dalam lembar
observasi.
Pada siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 11 juli
2022, kegiatan ini dimulai dari pukul 07.30-10.00 wib. Sebelum kegiatan ini
dilakukan oleh peneliti dan guru. Peneliti dan guru mempersiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan dalam kegiatan tindakan ini. Media yang digunakan dalam
meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia 5-6 tahun di RA Nurul Falah
Baturaja.
Kegiatan awal pembelajaran diawali dengan anak-anak berbaris di halaman
kelas lalu berdoa dan mengucap salam. Kemudian guru mengajak anak-anak untuk
menghafal surat-surat pendek. Setelah itu peneliti, melakukan apersepsi tentang
pembelajaran yang akan dilakukan dengan tema tanaman pada sub tema pohon
pada hari itu. Kemudian guru mengkondisikan anak-anak untuk duduk dan
menyimak dengan khidmat penjelasan dari peneliti.
Sebelum kegiatan dimulai yang bertema diriku dan sub tema anggota tubuhku.
Peneliti bertanya pada anak-anak, apa saja anggota yang ada ditubuh kita. Pada
kegiatan ini peneliti menjelaskan tentang tema diriku dengan mencontohkan dahulu
yang sudah ada pada gambar di lembar kerja. Kemudian dengan mengambil bahan
yang telah disiapkan Kemudian dilanjutkan dengan membuat garis-gari
melengkung pada pola yang sudah ada. Selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, peneliti membimbing dan memotivasi anak dalam mengikuti langkah-
langkah membuat diorama.
Setelah anak mengikuti langkah-langkah melukis pohon dengan jari jemari,
anak-anak diberikan kebebasan untuk mengekspresikan dan imajinasi anak-anak
dalam mengkombinasikan warna. Kemudian anak-anak memotong pola pohon
untuk ditempelkan pada pola yang sudah ada pada kertas yang sudah disediakan
oleh peneliti.
Setelah kegiatan itu, anak-anak diajak untuk cuci tangan dengan sabun dan
mengelap dengan serbet yang kering sampai bersih. Kemudian peneliti melakukan
evaluasi pada hasil yang dikerjakan oleh anak-anak. Setelah melakukan evaluasi
pada hasil karya anak-anak dengan membuat media diorama, peneliti melakukan
tanya jawab pada kegiatan hari itu, lalu bersiap-siap untuk berdoa sebelum pulang
dan salam.
Pada tanggal 11 Juli 2022, tindakan siklus II pada pertemuan kedua
dilaksanakan dimulai dari pukul 07.30-10.00 WIB. Sebelum kegiatan dilaksanakan
seperti biasa anak-anak berbaris di halaman kelas dan melakukan berdoa bersama,
kemudian guru mengabsen kehadiran anak-anak. Setelah itu, peneliti membimbing
anak-anak untuk berhitung angka mulai dari 1 sampai 50 angka dan menghafal
bentuk-bentuk anggota tubuh.
Kemudian peneliti mengkondisikan anak untuk duduk di bangku masing-
masing. Lalu, peneliti menerangkan materi tema pohon pada anak-anak yang akan
dilakukan pada kegiatan melukis dengan jari bersama-sama dalam pembelajaran.
45
Data diatas dapat dipahami yaitu: terdapat 2 anak masuk dalam kategori
berkembang sesuai harapan (BSH) dan 10 anak berkembang sangat baik (BSB).
Hal ini menunjukkan perkembangan motorik halus pada anak usia 5-6 tahun di RA
Nurul Falah Baturaja berkembang dengan sangat baik.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil tindakan dan pengamatan pada siklus II selama dua hari
pertemuan pada tanggal 11-12 juli 2022 yang dimulai dari pukul 07.30-10.00 WIB
di RA Nurul Falah Baturaja dalam kegiatan membuat diorama guna
mengembangkan motorik halus pada anak usia 5-6 tahun mengalami
perkembangan yang signifikan dan baik. Hal ini dilihat dari hasil siklus II pada
pertemuan pertama dan kedua mengalami perkembangan yang sangat bagus dan
baik. Jadi tindakan penelitian selanjut tidak diperlukan, karena penelitian tindakan
melukis dengan jari pada anak usia 5-6 tahun di RA Nurul Falah Baturaja sudah
mencapai kriteria perkembangan berkembang sesuai harapan (BSH) dan
berkembangan sangat baik (BSB).
2. Analisis Data
Hasil dari tindakan penelitian mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II bahwa
perkembangan motorik halus pada anak usia 5-6 tahun di RA Nurul Falah Baturaja,
mengalami perkembangan yang baik pada setiap pertemuan. Hal diperkuat dengan
analisis data yang didapatkan dari hasil tindakan penelitian dan pengamatan pada
upaya meningkatkan motorik halus melalui media diorama dibawah ini:
Keterangan:
PRA: Pra Siklus
SKI.1: Siklus I Pertemuan I
SKI.2: Siklus I Pertemuan II
SKII.1: Siklus II Pertemuan I
SKII.2: Siklus II Pertemuan II
Berdasarkan data diatas, dari hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan dari
pra siklus hingga selesai siklus II menunjukkan bahwa adanya perkembangan yang
baik pada motorik halus anak pada usia 5-6 tahun dalam kegiatan membuat diorama.
Hal ini membuktikan bahwa adanya dampak positif dari kegiatan tersebut. Berikut
adalah data tabel rincian hasil penelitian dari pra siklus, siklus I dan siklus II:
Total Skor 15 15 26 5 60
Berdasarkan data pada tabel 3.12 tersebut, dapat kita ketahui adanya perkembangan
yang baik dari setiap sesi tindakan perkembangan motorik halus pada anak usia 5-6
tahun di RA Nurul Falah Baturaja, dimana pada tindakan pra siklus didapatkan 8 anak
dalam kategori belum berkembang, kemudian pada siklus I pertemuan I terdapat
penurun yaitu 6 anak masuk dalam tahapan belum berkembang. Sedangkan pada tahap
siklus I pada pertemuan II terdapat 1 anak yang masih belum berkembang. Lalu
dilanjutkan penelitian pada tindakan siklus II pada pertemuan kedua tidak ditemukan
anak pada tahapan belum berkembang, pada tahapan akhir ini anak sudah bisa
48
berkembang dengan baik dan benar dalam meningkatkan motorik halus anak melalui
media diorama ini..
Berdasarkan data pada tabel 3.12, dapat diketahui bahwa dimana semakin
berkembangnya motorik halus pada anak usia 5-6 tahun di RA Nurul Falah Baturaja
melalui media diorama. Dengan kata lain, indikator kinerja pada penelitian ini dapat
tercapai pada siklus II pada pertemuan II, dengan menunjukkan perkembangan yang
sangat baik. Sehingga penelitian meningkatkan kemampuan motorik halus melalui
media diorama di RA Nurul Falah Baturaja berkembang sangat baik.
3. Pembahasan
Hasil penelitian tindakan kelas dalam rangka mengembangkan motorik halus pada
anak usia 5-6 tahun di RA Nurul Falah Baturaja melalui media diorama dapat
dilakukan pembahasan sebagai berikut:
1. Perkembangan keterampilan motorik halus akan bertambah dan berkembang
seiring dengan bertambah usia anak. Namun pada perkembangan motorik halus
pada anak sangat tergantung pada stimulasi yang diberikan pada anak. Karena
perkembangan adalah proses perubahan dari kapasitas fungsional atau kemampuan
kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan yang terorganisasi dan terspesialisasi. 56
Maka dari itu anak-anak harus diberikan sebuah stimulasi untuk bisa mengembang
motorik halus ini. Untuk mendapatkan perkembangan yang optimal maka
diperlukan stimulasi yang secara insentif diberikan kepada anak. Pada usia 5-6
tahun ini koordinasi mata dan tangan anak akan semakin membaik. Anak sudah
dapat menggunakan kemampuannya untuk melatih diri dengan bantuan orang
dewasa, salah satu kegiatan yang bisa mengembangkan motorik halus adalah
kegiatan membuat diorama dengan plastisin, anak bisa belajar membentuk bagian-
bagian tubuh mereka dan mengekspresikan imajinasi dalam bentuk kreasi tubuh
mereka seperti hidung, tangan seperti yang dicontohkan sebelumnya. Karena pada
dasarnya perkembangan motorik ini sangat penting dalam perkembangan individu
secara keseluruhan. Hurlock menjelaskan fungsi dari perkembangan motorik bagi
anak adalah dapat menghibur dan perasaan senang pada anak melalui
perkembangan keterampilan, memberikan rasa percaya diri pada anak, dan melalui
perkembangan motorik halus ini anak akan belajar menyesuaikan dengan
lingkungan sekolah pada usia pra sekolah atau persiapan untuk usia kelas awal SD
sudah dapat dilatih membentuk, menggambar, melukis, baris dan persiapan
menulis.57
2. Kegiatan anak dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai positif
dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran dengan memanfaatkan sumber belajar
untuk menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan efektif. Dengan kata lain,
kualitas pembelajaran sama dengan pembelajaran yang efektif. Bahwa salah satu
fungsi media pembelajaran adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan
kualitas pembelajaran.58 Salah satu media pembelajaran yang bisa diterapkan dan
56
Sumantri, Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini, ( Jakarta:
Kementerian Pendidikan Tinggi, 2015), hlm.99.
57
Elizabeth Hurlock B., Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 2016), hlm. 145.
58
Badru Zaman dkk, Media dan Sumber Belajar TK, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2015), hlm. 45.
49
dilaksanakan pada anak usia 45-6 tahun dalam rangka mengembangkan motorik
halus di RA Nurul Falah Baturaja adalah melalui media diorama. Melalui media
melukis, anak-anak akan lebih bebas mengekspresikan dirinya dalam menafsirkan
objek yang dilukis sesuai persepsi dan daya imajinasi dari perasaan anak. Kegiatan
ini pada anak-anak usia 5-6 tahun dalam rangka mengembangkan motorik halus di
RA Nurul Falah Baturaja, merupakan sebuah tindakan penelitian mulai dari pra
siklus sampai dengan siklus II. Kegiatan ini dapat memberikan melatih
keterampilan tangan, kelenturan tangan, kerapian dan keindahan dari setiap
goresan tangan pada kanvas kertas. Menurut Sumanto bahwa dalam kegiatan
melukis dengan jari dapat membantu anak untuk berlatih gerakan tubuh. 59 Dalam
hal ini, peneliti mengamati dan mencatat hasil dari kegiatan yang dilakukan anak
usia 5-6 tahun di RA Nurul Falah Baturaja. baik itu kelenturan jari tangan anak-
anak dalam kegiatan melukis dengan jari. Dalam kegiatan ini yang dilakukan anak-
anak usia 5-6 tahun di RA Nurul Falah Baruraja adalah membentuk plastisin
bermacam-macam pada pola gambar yang sudah tersedia. Untuk dapat memenuhi
pola pada gambar, maka dibutuhkan sebuah kelenturan tangan dari anak-anak
dengan tepat dan rapi agar hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Kegiatan ini, dapat mengembangkan dan melatih motorik halus anak
yang melibatkan otot-otot tangan atau jari, melatih koordinasi otot dan mata,
mengekspresikan perasaan melalui goresan-goresan serta mengembangkan ekspresi
melalui melukis dengan gerakan tangan. Hal ini juga diperkuat oleh Slamet
Suyanto, yang menyatakan bahwa kegiatan ini dapat mengembangkan dan melatih
motorik halus dala bidang seni dengan kegiatan melukis dengan jari pada anak-
anak.60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
59
Sumanto, Seni Keterampilan Anak, (Jakarta: CV Medina Data, 2016), hlm. 132.
60
Slamet Suryanto, Konsep Dasar PAUD, (Jakarta: CV Meida Literasi, 2016), hlm. 231.
50
B. SARAN
Berdasarkan penjelasan judul diatas maka dapat disimpulkan yang
dimaksud dengan judul penelitian ini adalah proses mengembangkan kemampuan
otot-otot kecil berupa gerakan jari jemari tangan pada anak usia 4-5 tahun dengan
kegiatan melukis dengan jari jemari di PAUD Latansa Kabupaten Tanggamus.
1. Mengembangkan kemampuan motorik halus adalah proses kemampuan
menggerakkan otot-otot yang kecil untuk menghasilkan tindakan gerak berupa
jari jemari tangan untuk terorganisasi yang digunakan untuk menulis,
menggambar, dan melukis.
2. Anak usia 4-5 tahun adalah usia peserta didik antara 4-5 tahun pada PAUD
Lantasa Kabupaten Tanggamus yang akan menjadi objek penelitian.
3. Melukis dengan jari adalah jenis kegiatan menggambar dengan cara
menggoreskan adonan warna pada bidang kanvas gambar secara langsung
dengan jari jemari secara bebas.
DAFTAR PUSTAKA
51