Anda di halaman 1dari 64

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK

USIA DINI MELALUI MEDIA DIORAMA KELOMPOK B


DI RA NURUL FALAH BATURAJA

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Dalam Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Oleh :

DESSI LAILA
NPM : 1811070168

Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
RADEN INTAN LAMPUNG
1443 H / 2022 M

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK


USIA DINI MELALUI MEDIA DIORAMA KELOMPOK B DI RA NURUL
FALLAH BATURAJA
ii

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Dalam Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Oleh :

DESSI LAILA
NPM : 1811070168

Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Pembimbing I : Dr. Hj. Meriyati, M.Pd

Pembimbing II : Dr. H. Agus Jatmiko, M.Pd

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
RADEN INTAN LAMPUNG
1443 H / 2022 M
iii

ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi masalah rendahnya kemampuan motorik halus
pada anak kelompok B RA Nurul Falah Baturaja. Masalah yang akan diteliti yakni,
tentang kemampuan motorik halus anak melalui media diorama berbahan plastisin.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Classroom Action Research
atau penelitian tindakan kelas (PTK) menggunakan model Kemmis dan Mc Tanggart.
Penelitian ini terdiri dari dua siklus dimana dalam satu siklus nya terdiri dari empat
tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Setiap siklus nya terdiri
dari tiga pertemuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa
iv

MOTTO

‫ٓاِئما َي ۡح َذ ُر ٱأۡل ٓخ َِر َة َو َي ۡرجُو ْا َر ۡح َم َة َر ِّب ِهۦۗ قُ ۡل َه ۡل‬ ٌ ‫َأم َّۡن ه َُو ٰ َقن‬
ٗ ‫ِت َءا َنٓا َء ٱلَّ ۡي ِل َسا ِج ٗدا َو َق‬
٩ ‫ب‬ ِ ‫ُون ِإ َّن َما َي َت َذ َّك ُر ُأ ْولُو ْا ٱَأۡل ۡل ٰ َب‬
َ ۗ ‫ِين اَل َي ۡع َلم‬
َ ‫ُون َوٱلَّذ‬َ ‫ِين َي ۡع َلم‬َ ‫َي ۡس َت ِوي ٱلَّذ‬
Artinya : "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.
(Q.S. Az-zumar:9)1

1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2010), h. 459.
v

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan rasa syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT,


segala kerendahan hati rasa syukur dan tulus dari lubuk hati paling dalam saya
persembahkan sebagai tanda bakti, hormat, dan cinta serta terimakasih sebesar-besarnya
kepada orang yang telah memberikan makna dalam hidup saya, saya persembahkan
skripsi ini kepada:
1. Kedua orang tua saya ayahanda Mukroni dan ibunda Sumarni yang telah
berjuang keras dan tak patah semangat dalam memberikan dukungan cinta dan
kasih sayang yang senantiasa selalu mendoakan serta meridhoi setiap langkah
saya sehingga sampai ketitik dimana mencapai gelar sarjana ini, terimakasih
keberhasilan dan kebahagiaan ini penulis semua berikan kepada kedua orang tua
tercinta.
2. Kepada kakak kandung dan kakak ipar tersayang Yusmala Dewi, Sudirman,
Saipul Akbar, Susana, Nopriyani, Sepriandi, Dian Antoni, Deni Yulita Dan
Endang. Serta keponakan-keponakan tersayang Robi Apriansyah, Fardu Ihsan,
Aqila Eleanora, Wahyu Ade Saputra, Sazkha Alesha Putri, Kharin Asyaila
Rahma, Ahmad Rafif Alfatih yang selalu memberi semangat dan dukungan serta
mendoakan dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Teruntuk diriku sendiri, terimakasih telah berjuang dan tetap kuat dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Kepada sahabat-sahabat seperjuanganku Silvia Tesa Susanti, Revi Widya
Ningrum, Ninda Shaleha, Maya Hardiyanti terimakasih selalu ada dalam
setiap kesulitan dan selalu mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Almamater tercinta, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Raden Intan Lampung yang telah memberikan wadah untuk
mendidik dan membimbing saya sampai menyelesaikan gelar S. Pd.
vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Dessi Laila biasa disapa Desi. Dilahirkan di Baturaja
Kabupaten Ogan Komering Ulu pada tanggal 20 Desember 1999. Anak keenam dari
enam bersaudara. Penulis beralamatkan di Jalan Lintas Prabumulih Desa Banuayu,
RT/RW 007/003, Kecamatan Lubuk Batang, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Provinsi
Sumatera Selatan.

Penulis memulai pendidikan pertamanya di sekolah dasar SD Negeri 138 OKU


selesai pada tahun 2012, kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP
Negeri 09 OKU selesai pada tahun 2015, kemudian melanjutkan pendidikan sekolah
menengah atas di MAN 01 OKU selesai pada tahun 2018.

Kemudian pada tahun 2018 juga penulis melanjutkan studi di Universitas Islam
Negeri Raden Intan Lampung sebagai mahasiswa jurusan Pendidikan Islam Anak Usia
Dini (PIAUD) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Pada tahun 2021 penulis telah
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata- Dari Rumah (KKN-DR) di Tanjung Kemala
Kecamatan Baturaja Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu dan pada tahun 2021 juga
penulis melaksanakan praktik pengalaman lapangan (PPL) di TK Aisyiyah 2 Bandar
Lampung.
vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, ilmu
pengetahuan, kekuatan, dan petunjuk yang dijadikan pedoman serta memberikan ridho
kepada penulis untuk setiap langkah menyelesaikan penelitian yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Media Diorama Di
RA Nurul Falah Baturaja” Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
baginda Nabi Agung kita Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang
setia sampai akhir zaman.
Dalam penelitian skripsi ini, penulis menyadari betul akan kekurangan dan
keterbatasan ilmu pengetahuan, namun atas bimbingan dan berbagai pihak, sehingga
semua kesulitan dan hambatan bisa teratasi oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada yang terhormat Bapak/Ibu:
1. Prof. Dr. Hj. Nirva Diana, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Raden Intan Lampung.
2. Dr. H. Agus Jatmiko, M.Pd selaku Ketua Jurusan dan Yulan Puspita Rini, M.A
selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini UIN Raden Intan
Lampung.
3. Dr. Hj. Meriyati, M.Pd selaku Pembimbing I dan Dr. H. Agus Jatmiko, M.Pd
selaku Pembimbing II yang telah memberikan waktu untuk membimbing dan
mengarahkan serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak dan ibu dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan khususnya pada Jurusan
Pendidikan Islam Anak Usia Dini yang telah memberikan banyak ilmu
pengetahuan selama proses menuntut ilmu.
5. Sandra Yulita, S.Pd.I selaku Kepala Sekolah RA Nurul Falah Baturaja dan para
staf guru khususnya wali kelas kelompok B1 RA Nurul Falah terimakasih telah
mengizinkan dan membantu penulis dalam penelitian disekolah.
6. Kepada teman-teman terbaikku Silvia Tesa Susanti, Revi Widya Ningrum, Ninda
Shaleha, Maya Hardiyanti atas motivasi dan dukungan yang selalu diberikan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Penulis berharap semoga Allah SWT membalas semua kebaikan-kebaikan dari
semua pihak yang telah membantu dengan kebaikan yang banyak. Penulis juga
menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, dan penulis juga berharap
semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya
Robbal’Alamin.

Bandar Lampung, Agustus 2022

Dessi Laila
NPM. 181107016
viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul.................................................................................................1
B. Latar Belakang Masalah.....................................................................................2
C. Identifikasi Masalah...........................................................................................9
D. Batasan Penelitian..............................................................................................9
E. Rumusan Masalah..............................................................................................9
F. Tujuan Penelitian................................................................................................9
G. Manfaat Penelitian..............................................................................................10
H. Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan........................................................10
I. Sistematika Penulisan.........................................................................................11

BAB II LANDASAN TEORI


A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini.................................................13
a. Pengertian Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini.............................13
b. Tahap-Tahap Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini......................15
c. Manfaat Keterampilan Motorik Halus Anak Usia Dini................................16
d. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Halus Anak
Usia Dini......................................................................................................16
B. Media Pembelajaran Diorama........................................................................17
a. Pengertian Media Pembelajaran...................................................................17
b. Jenis-Jenis Media Pembelajaran...................................................................19
c. Manfaat Media Pembelajaran......................................................................20
d. Pengertian Media Diorama..........................................................................21
e. Tujuan Dan Fungsi Penggunaan Media Diorama.........................................22
f. Kelebihan Dan Kekurangan Media Diorama...............................................23
C. Model Tindakan...............................................................................................23
D. Hipotesis Tindakan..........................................................................................23

BAB III METODE PENELITIAN


A. Tempat Dan Waktu Penelitian............................................................................25
B. Metode Dan Rancangan Siklus Penelitian..........................................................25
C. Subjek Penelitian................................................................................................29
D. Peran Dan Posisi Peneliti....................................................................................29
E. Tahapan Intervensi Tindakan.............................................................................30
F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan......................................................30
G. Instrumen Pengumpulan Data............................................................................30
1. Definisi Konseptual.....................................................................................30
2. Definisi Operasional....................................................................................31
3. Kisi-Kisi Instrumen......................................................................................31
ix

4. Jenis Instrumen............................................................................................31
H. Tehnik Pengumpulan Data.................................................................................33
I. Keabsahan Data..................................................................................................34
J. Analisis Dan Interpretasi Data............................................................................35
K. Pengembangan Perencanaan Tindakan...............................................................36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya RA NuruL falah.....................................................................37
2. Identutas Sekolah..................................................................................................37
3. Visi Dan Misi Ra Nurul Falah..............................................................................37
4. Struktur Organisasi...............................................................................................38
5. Data Peserta Didik................................................................................................38
6. Keadaan Sarana Dan Prasarana............................................................................38
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................................50
B. Saran.....................................................................................................................50
s

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................37


x

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman


1.1 Indikator Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun 5
1.2 Data Hasil Pra Penelitian Perkembangan Motorik Halus Anak 6
Usia Dini 5-6 Tahun (Kelas B1) RA Nurul Falah Baturaja
1.3 Tabel Hasil Rekapitulasi Perkembangan kreativitas 7
menggambar Anak Usia 5-6 Tahun
3.1 Kisi-Kisi Instrumen 31
3.2 Kisi-Kisi Lembar Observasi 32
3.3 Kisi-Kisi Wawancara 33
xi

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

3.1 Siklus Penelitian Tindakan Model Kemmis 26


dan Mc. Tanggart

3.2 Grafik Hasil Perbandingan Perkembangan


Motorik Halus Pada Anak Usia 5-6 Tahun Pada
Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II Di RA Nurul
Falah Baturaja.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Agar tidak terjadi kesalah pahaman bagi pembaca, maka penulis akan
menjelaskan judul terlebih dahulu, judul yang dimaksud yaitu “Upaya
Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Media
Diorama Kelompok B Di RA Nurul Falah Baturaja“. Adapun istilah-istilah yang
perlu dijelaskan adalah sebagai berikut :
1. Upaya
Menurut Kamus Bahasa Indonesia pengertian upaya adalah usaha, ikhtiar untuk
mencapai suatu yang dimaksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar.
Upaya adalah salah satu usaha atau syarat untuk mencapaikan sesuatu maksud
tertentu, usaha, akal, ikhtiar boleh juga dikatakan suatu kegiatan dengan
mengarah tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai sesuatu yang dimaksud
tujuan.2

2. Kemampuan Motorik Halus


Kemampuan motorik halus adalah pembelajaran bagi anak prasekolah yang
berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil serta
koordinasi antara mata dengan tangan yang dikembangkan melalui kegiatan dan
rangsangan yang dilakukan secara rutin dan terus menerus seperti menulis,
meremas, menggambarm menyusun balok dan melipat kertas. 3

3. Media Diorama
Media yaitu sebuah salah satu sarana penunjang pembelajaran di dalam kelas
dimana dengan adanya media ini memudahkan anak dan guru dalam proses
pembelajaran di kelas. diorama ialah sebuah penyuguhan pemandangan indah 3
dimensi kecil yang dibuat untuk memberikan penggambaran asli dari sebuah
pemandangan yang seseungguhnya.4 Jadi media diorama adalah sebuah media
miniatur 3 dimensi yang dapat digunakan untuk memperagakan suatu keadaan
yang nyata dalam bentuk objek yang kecil, sehingga media diorama ini dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran anak dengan berbasis tema.

2
Zulkifli Zulkifli, “Upaya Guru Mengembangkan Media Visual Dalam Proses Pembelajaran
Fiqih Di MAN Kuok Bangkinang Kabupaten Kampar,” Al-Hikmah: Jurnal Agama Dan Ilmu Pengetahuan
14, no. 1 (2018): h. 18–37, https://doi.org/10.25299/al-hikmah:jaip.2017.vol14(1).1170.
3
I Nyoman Suarta Universitas Baik Nilawati Astini, Nurhasanah, Ika Rachmayani, “Identifikasi
Pemanfaatan Alat Permainan Edukatif (APE) Dalam Mengembangkan Motorik Halus Anak,” Journal of
Chemical Information and Modeling 53, no. 9 (2019): 1689–99.
4
Arkas Hasanah and Elise Muryanti, “Pengaruh Penggunaan Media Diorama Terhadap
Perkembangan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini,” Aulad : Journal on Early Childhood 2, no. 2
(2019): 1–7, https://doi.org/10.31004/aulad.v2i2.29.
2

4. Anak Usia Dini


Anak usia dini adalah anak usia 2-6 tahun yang masuk dalam kategori anak
prasekolah. anak usia dini merupakan individu yang unik dimana ia memiliki
pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif,
sosioemosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus yang sesuai
dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut.

Berdasarkan penegasan judul diatas dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud


judul penelitian diatas adalah sebuah penelitian yang bertujuan ingin mengetahui
bagaimana meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia dini melalui media
diorama kelompok B di RA Nurul Falah Baturaja.

B. Latar Belakang Masalah


Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dengan pendidikan. Pendidikan
merupakan hal pokok bagi setiap individu, keluarga maupun khalayak. Kehidupan
dan komunitas manusia dapat diperhatikan oleh aktivitas pendidikan di dalamnya.
Oleh karena itu pendidikan secara alami merupakan kebutuhan khusus manusia.
Pendidikan juga merupakan salah satu faktor penentu bangsa. Pendidikan adalah
suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk memberikan bimbingan atau
pengarahan terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak menuju kesempurnaan
dan kelengkapan arti kemanusiaan. Dengan kata lain menuju terbentuknya manusia
yang dewasa, memiliki keterampilan, keahlian yang sempurna dengan kepribadian
atau akhlak yang utama. Menurut Langeveled, Pendidikan adalah suatu bimbingan
yang diberikan orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai
tujuan yaitu kedewasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pendidikan
diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam berusaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan.5
Anak usia dini adalah sosok individu kecil yang tengah tumbuh dan
berkembang pesat baik secara fisik maupun psikologinya. Anak usia dini memiliki
batasan usia tertentu, karakteristik yang unik, dan berada pada suatu proses
perkembangan yang sangat pesat bagi kehidupan berikutnya. Masa usia dini
merupakan masa yang paling kaya, masa ini seyogyanya didayagunakan oleh
pendidik sebaik mungkin. Tugas pendidik adalah memanfaatkan tahun-tahun awal
kanak-kanak dengan kepedulian yang tinggi bukan menyia-nyiakan. Pendidikan
anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan kepada anak sejak lahir samapai usia 6
tahun atau masa golden age. Pada masa ini anak sangat membutuhkan rangsangan
berupa pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangannya baik
berupa jasmani maupun rohani. Dalam pendidikan anak usia dini ini melatih enam
aspek perkembangan diantaranya: aspek perkembangan nilai agama dan moral,
aspek perkembangan kognitif, aspek perkembangan fisik motorik, aspek
perkembangan bahasa, aspek perkembangan sosial emosional dan aspek
perkembangan seni dan kreativitas. Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan
5
Hasbi Siddiq, “Hakikat Pendidikan Islam,” Al-Riwayah: Jurnal Kependidikan 8, no. 1 (2016):
89–103, https://e-jurnal.iainsorong.ac.id/index.php/Al-Riwayah/article/download/109/104.
3

investasi yang amat besar bagi keluarga dan juga bagi bangsa. Betapa bahagianya
orangtua yang melihat anak-anaknya berhasil, baik dalam pendidikan, dalam
keluarga, dan masyarakat, maupun dalam karir. Pentingnya pendidikan anak usia
dini tiddak perlu diragukan lagi. Para ahli maupun masyarakat umum lazimnya
sudah mengakui betapa pentingnya pendidikan yang diberikan kepada anak-anak
sejak dini.6 Di dalam ajaran Islam juga didapati peryataan yang sesuai dengan
pentingnya pendidikan anak itu. Firman Allah SWT dalam surah At Tahrim ayat 6:
        
 
         

Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.

Dari ayat di atas memerintahkan kepada setiap orangtua untuk mendidik


anak-anaknya kearah yang baik dengan jalan membiasakan dan melatih mereka
untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, sehingga kelak ia menjadi manusia
yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.
Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 1 angka 14 tentang
sistem pendidikan nasional bahwa “pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. 7 Tujuan pendidikan bukan semata-mata
hanya untuk memperoleh ilmu pengetahuan kognitif saja, namun juga untuk
menggali kemampuan lain yang ada dalam diri anak. Guru sangat berperan penting
dalam mendidik dan juga sebagai fasilitator untuk membekali keterampilan anak
tersebut. Dari beberapa aspek pendidikan anak usia dini, aspek perkembangan
motorik halus yang perlu mendapat stimulus khusus dari PAUD. Salah satu
kemampuan anak yang sedang berkembang saat usia dini yaitu kemampuan motorik.
Pada anak-anak tertentu, latihan tidak selalu dapat membantu memperbaiki
kemampuan motoriknya. Sebab ada anak yang memiliki masalah pada susunan
syarafnya sehingga menghambatnya keterampilan motorik tertentu. Ada beberapa
penyebab yang mempengaruhi perkembangan motorik anak yaitu faktor genetik,
kekurangan gizi, pengasuhan serta latar belakang budaya.

6
Slamet Suyanto, “Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini,” (Yogyakarta:Hikayat), 2005, h.114.
7
Sri Utaminingsih, “Kebijakan Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD )
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Dalam Perspektif
Negara Hukum Kesejahteraan ( Studi Kasus Di Kota Tangerang Selatan ),” Proceedings Universitas
Pamulang 1(1), no. 4 (2010): 59–79, http://openjournal.unpam.ac.id/index.php/Proceedings/article/view/
2168.
4

Perkembangan motorik terbagi atas dua yaitu motorik kasar dan motorik
halus. Motorik kasar memerlukan koordinasi kelompok otot-otot anak yang tertentu
yang dapat membuat mereka melompat, memanjat, berlari, menaiki sepeda.
Sedangkan perkembangan motorik halus anak usia dini lebih ditekankan pada
koordinasi gerakan motorik halus dalam hal yang berkaitan dengan kegiatan
meletakkan atau memegang sesuatu objek dengan menggunakan jari tangan dimana
keterampilan motorik halus memerlukan koordinasi mata dan tangan, sehingga
gerakan tangan perlu dikembangkan dengan baik yang dapat berguna untuk
perkembangan selanjutnya. Perkembangan motorik berarti perkembangan
pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot
yang terkoordinasi, pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan
kegiatan masa yang ada pada waktu lahir dan sebelum waktu perkembangan itu
terjadi anak akan tetap tidak berdaya jadi perkembangan motorik halus adalah proses
tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak yang melibatkan gerak otot-otot
kecil pada tangan, antara lain meliputi mencoret, menulis, menggambar, meronce
manikmanik atau makan sendiri. Allah SWT. Berfirman dalam surat Al-Qiyamah
ayat 3-4 yang berbunyi :
          
 
Artinya :
3. Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan
(kembali) tulang belulangnya? 4.bukan demikian,sebenarnya Kami
Kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna.

Semakin baiknya gerakan motorik halus membuat anak dapat berkreasi,


seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus, menggambar gambar
sederhana dan mewarnai, menggunakan kilp untuk menyatukan dua lembar kertas,
menjahit, menganyam kertas serta menajamkan pensil dengan rautan pensil. Namun,
tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap
yang sama. Karakteristik pengembangan motorik halus anak lebih menekankan pada
gerakan-gerakan tubuh yang lebih spesifik seperti menulis, menggambar,
menggunting dan melipat, tidak hanya itu saja anak juga belajar untuk bisa terampil
menggerakkan anggota tubuh agar bisa terampil baik motorik kasar maupun motorik
halus. Pada perkembangan motorik halus, anak usia dini dapat melakukan
pengkoordinasi gerak tubuh yang melibatkan mata dan tangan untuk dapat
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan gerakan tangan. Keterampilan
motorik halus anak pada umumnya memerlukan jangka waktu yang cukup lama. Hal
ini merupakan suatu proses bagi anak untuk mencapainya. Maka diperlukan identitas
kegiatan untuk mengembangkan keterampilan motorik halus anak. Keterampilan
motorik halus anak berbeda-beda, ada yang berjalan dengan cepat, ada pula yang
sesuai dengan perkembangan tergantung pada kematangan anak.
Berikut ini adalah indikator perkembangan motorik halus anak usia 5-
6 tahun sesuai dengan Peraturan Pendidikan Dan Kebudayaan Nasional
Republik Indonesia No. 137 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional
Pendidikan Anak Usia Dini adalah sebagai berikut :
5

Tabel 1.1
Indikator Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun

Aspek perkembangan Indikator tingkat pencapaian perkembangan


motorik halus anak
1. Menggambar sesuai gagasannya
2. Meniru bentuk
3. Melakukan eksplorasi dengan berbagai
media dan kegiatan
Motorik Halus 4. Menggunakan alat tulis dan alat makan
dengan benar
5. Menggunting sesuai dengan pola
6. Menempel gambar dengan tepat
Sumber : peraturan menteri pendidikan nasional republik indonesia no. 137 tahun
2014 tentang standar pendidikan anak usia dini.8

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengembangkan motorik halus anak
usia dini, menurut susanto, motorik halus adalah gerakan halus yang melibatkan
bagian-bagian tertentu saja yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja, karena tidak
memerlukan tenaga. Namun, begitu gerakan yang halus ini memerlukan koordinasi
yang cermat.9 Berdasarkan hasil observasi pada anak RA Nurul Falah Baturaja
terdapat permasalahan kemampuan motorik halus anak masih tergolong rendah,
kesulitan membuat bentuk-bentuk dari plastisin dan mewarnai yang masih terlihat
corat-coret atau belum rapi serta kegiatan lainnya yang masih memerlukan
bimbingan dari lingkungan terutama kemampuan motorik halus yang mencakup
penggunaan koordinasi otot-otot halus. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan
perkembangan anak melalui media diorama merupakan suatu proses pembelajaran
yang dapat mengembangkan keterampilan motorik halus anak. Salah satu media
pembelajaran yang dijadikan media pembelajaran di RA Nurul Falah Baturaja yaitu
media diorama. Dengan media diorama ini dapat meningkatkan kemampuan motorik
halus anak dengan berbagai metode seperti membuat sebuah bentuk dari bahan
plastisin.
Mengacu pada indikator kemampuan motorik halus anak, berikut ini
hasil observasi pra penelitian terhadap perkembangan kemampuan motorik
halus anak kelompok B1 di RA Nurul Falah Baturaja tahun ajaran 2022/2023
yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 3 Februari 2022 yang berada di
kota Baturaja. Sehingga diperoleh data peserta didik usia 5-6 tahun. Selain itu
peneliti juga mendapatkan data perkembangan kemampuan motorik halus
anak.

8
“Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia no.137 Tahun 2014 Tentang
Standar Pendidikan Anak Usia Dini.” h.22.
9
Lolita Indraswari, “Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalaui
Kegiatan Mozaik Di Taman Kanak-Kanak Pembina Agam,” Jurnal Pesona PAUD Vol.1.No.1, h.2
6

Tabel 1.2
Data Hasil Pra Penelitian
Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini 5-6 Tahun (Kelas B1)
RA NURUL FALAH BATURAJA

Indikator Pencapaian Perkembangan


No Nama 1 2 3 4 5 6 Keterangan
1. Azizan N.A MB BSH BSH BSH BSH BSH BSH
2. Ahmad Z. MB BSH BSH BSH BSH BSH BSH
3. Meilah S. BB MB MB BB MB MB MB
4. Viola A. MB MB BB MB MB BB MB
5. Atika Z.R BS MB MB MB MB BM MB
H
6. Restu R. BB BB MB MB MB MB MB
7. Fahri A. BS MB BSH BSH BSH BSH BSH
H
8. Al Barru BB MB BB BB BB BB BB
9. Intan A.F. BB BB MB MB MB MB MB
10. Ulfa P.U. MB BSH BSH BSH MB BSH BSH
11. Nabila K. BS BB BB BB BB BB BB
H
12. Juna A. MB BB MB MB MB MB MB
Sumber : Hasil prapenelitian di RA Nurul Falah kelompok B1 10

Keterangan perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun :


1. Menggambar sesuai gagasannya
2. Meniru bentuk
3. Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan
4. Menggunakan alat tulis dan alat makan dengan benar
5. Menggunting sesuai dengan pola
6. Menempel gambar dengan tepat

Keterangan indikator pencapaian perkembangan :


• BB (Belum Berkembang) : bila anak melakukannya harus
denganbimbingan atau dicontohkan oleh guru.
• MB (Mulai Berkembang) : bila anak melakukannya masih harus
diingatkan atau dibantu oleh guru.
• BSH (Berkembang Sesuai Harapan) : bila anak sudah dapat melakukannya
secara mandiri dan konsisten tanpa harus diingatkan atau dicontohkan oleh
guru;

10
“Hasil prapenelitian di RA Nurul Falah kelompok B1 baturaja”
7

• BSB (Berkembang Sangat Baik) : bila anak sudah dapat melakukannya


secara mandiri dan sudah dapat membantu temannya yang belum
mencapai kemampuan sesuai dengan indikator yang diharapkan.11

Tabel 1.3
Tabel Hasil Rekapitulasi
Perkembangan kreativitas menggambar Anak Usia 5-6 Tahun

No Kriteria Jumlah Presentase


1 BB 2 16,6%
2 MB 6 50%
3 BSH 4 33,3%
4 BSB 0 0
Jumlah 12 100

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa anak yang belum berkembang
memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan anak yang mulai berkembang,
berkembang sesuai harapan dan berkembang sangat baik. Peranan guru haruslah
membuat anak didiknya aktif beraktivitas, pada usia dini perkembangan kemampuan
anak sedang mengalami perubahan. Masa kanak-kanak 5-6 tahun adalah masa yang
tepat dimana dalam tahap kehidupan, bagi setiap anak adalah tahap yang dapat
menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak di masa yang akan datang.

Media diorama adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia
untuk menyampaikan atau menyebarkan ide, ide, gagasan atau pendapat sehingga
apa yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju. Media diorama
menurut Munadi adalah pemandangan (scene) tiga dimensi dalam ukuran kecil untuk
memperagakan atau menjelaskan secara langsung dalam proses kegiatan belajar
mengajar yang akan disampaikan kepada anak sesuai dengan tema di buat oleh guru
di dalam media diorama tersebut.12 Di dalam diorama tersebut terdapat benda-benda
tiga dimensi yang berukuran kecil. Benda-benda kecil tersebut berupa orang-
orangan, pohon-pohonan, rumah-rumahan, dan lain-lain. Sehingga di dalam diorama
tersebut tampak seperti dunia sebenarnya dalam ukuran kecil. 13 Salah satu kelebihan
media diorama yaitu, penyajian secara konkret dan menghindari verbalisme, dapat
memperlihatkan struktur organisasi secara jelas, dan dapat menunjukan objek secara
utuh. Diorama adalah pemandangan sebuah dimensi mini, bertujuan untuk
menggambarkan pemandangan sebenarnya. Diorama biasanya menggambarkan
bentuk-bentuk sosok atau objek-objek ditempatkan di pentas yang berlatar belakang
lukisan yang disesuaikan dengan penyajian. Diorama sebagai media pengajaran
terutama berguna untuk mata pelajaran ilmu bumi, ilmu hayat, sejarah bahkan dapat
11
Enah Suminah et al, “Pedoman Penilaian Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini,” (Jakarta:
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, Kementrian Pendidikan Dan kebudayaan,2018), n.d., h.5.
12
Munadi, “Media Pembelajaran Diorama,” Media Pembelajaran, 2013, h. 109–10.
13
Maswiyah, “Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Media Diorama,” Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 2013, h. 109–10.
8

diusahakan pula untuk berbagai macam mata pelajaran. 14 Diorama dipilih sebagai
media pembelajaran agar dapat menarik minat belajar anak dengan media yang
dikemas dalam bentuk 3 dimensi. Motivasi yang diberikan guru kepada anak dalam
melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan motorik halus juga belum
maksimal. Anak akan dengan mudah mencapai kemampuan menggunting, menulis,
dan mewarnai jika kita menggunakan metode yang tepat dan cara-caranya sesuai
dengan tahap perkembangan anak, seperti melalui permainan, belajar langsung dari
alam dan sekitarnya, bernyanyi, demonstrasi (praktek langsung) dan menggunakan
media yang menarik. Proses-proses pembelajaran yang demikian akan menjadikan
anak menyenangi belajar dan berdampak pada hasil belajarnya. Media memiliki
kedudukan yang sangat penting dalam mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.
Sebagaimana dijelaskan dalam surah an-nahl ayat 89 dibawah ini :
           
  
         
 
Artinya :
Dan (ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat
seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan
kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan
Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri.

Sebagaimana keterangan pada ayat di atas bahwa, secara tidak langsung


Allah SWT. Mengajarkan kita untuk menggunakan sesuatu alat atau media untuk
menjelaskan sesuatu. Dan media juga harus menjelaskan sesuatu hal yang baik,
menyenangkan dan menumbuhkan rasa gembira serta ketertarikan bagi peserta didik
untuk mempelajari sesuatu.
Berdasarkan pengamatan yang peneliti temui dilapangan, tepatnya dalam
proses pembelajaran di RA. Nurul Falah Sukajadi OKU. Dalam pelaksanaan
kegiatan belajar belum berkembangnya motorik halus anak seperti memegang pensil,
menggunting dan melipat. Hal ini disebabkan kurangnya alat maupun media dalam
pengembangan motorik halus anak. Motivasi yang diberikan guru kepada anak
dalam melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan motorik halus juga belum
maksimal. Anak akan dengan mudah mencapai kemampuan menggunting, menulis,
dan mewarnai jika kita menggunakan metode yang tepat dan cara-caranya sesuai
dengan tahap perkembangan anak, seperti melalui permainan, belajar langsung dari
alam dan sekitarnya, bernyanyi, demonstrasi (praktek langsung) dan menggunakan
media yang menarik. Proses-proses pembelajaran yang demikian akan menjadikan
anak menyenangi belajar dan berdampak pada hasil belajarnya. Anak belum bisa
menangkap materi yang disampaikan secara abstrak, sehingga diperlukan objek

14
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, “Media Pengajaran,” (Bandung: Sinar Baru Algesindo), 2011,
hlm. 170.
9

nyata atau benda tiruan sebagai alat peraga salah satunya media pembelajaran yaitu
media diorama.
Dengan adanya permasalahan ini peneliti merasa sangat perlu membuat
adanya perbaikan dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Peneliti
memilih media pembelajaran yang menarik yaitu media diorama dalam
meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Upaya yang mestinya dilakukan
untuk meningkatkan dan mengembangkan motorik halus tentunya harus dilakukan
dan direncanakan secara baik agar berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan.
Sehingga penulis memilih untuk melanjutkan penelitian dengan judul : “ Upaya
Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Media
Diorama“.

C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar berlakang diatas identifikasi masalah pada
penelitian ini sebagai berikut:

1. Kurangnya keterampilan anak dalam menggunakan tangan kanan dan kiri, dan
melakukan koordinasi mata dan tangan
2. Anak kurang konsentrasi, kurang tepat dan rapi, serta kurang sabar dalam
mengerjakan kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan motorik halus
3. Kemampuan motorik halus anak berkembang kurang optimal
4. Media diorama dengan menggunakan plastisin yang belum pernah diterapkan
sebagai media belajar

D. Batasan Masalah
Permasalahan yang dikaji dalam penelitin ini dibatasi pada hal-hal sebagai
berikut:

1. Media pembelajaran dibatasi pada penerapan media diorama dengan


menggunakan satu tema.
2. Evaluasi hasil pembelajaran yaitu aspek perkembangan motorik halus pada anak
didik

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang dapat


penulis rumuskan adalah “Apakah motorik halus dapat ditingkatkan melalui media
diorama di RA Nurul Falah?”

F. Tujuan Masalah

Tujuan penelitian yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui Apakah media diorama dapat meningkatkan keterampilan motorik
halus anak-anak di RA Nurul Falah Baturaja.

G. Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :
10

1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, peneliti diharapkan dapat meningkatkan kemampuan motorik
halus anak melalui media diorama.
2. Manfaat praktis
a) Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman dan Menambah wawasan pribadi tentang
pendidikan anak usia dini melalui media diorama dalam mengembangkan
motorik halus anak.
b) Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini bisa dijadikan referensi apabila peneliti lain ingin meneliti
tentang permasalahan yang relevan dengan masalah yang sama.
c) Bagi Pendidik
Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih metode
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
d) Bagi Peserta Didik
Melalui media diorama ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
motorik halus anak jauh lebih baik lagi sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai.
e) Bagi Lembaga TK
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi kontribusi positif kepada lembaga
penyelenggara pendidikan, khususnya di RA Nurul Falah Baturaja dalam
rangka meningkatkan kemampuan motorik halus anak Taman Kanak-
Kanak melalui media diorama.

H. Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan


a. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Maswiyah, Lies Lestar,
Warananingtyas Palupi jurnal universitas sebelas maret dengan judul
“Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Media Diorama Pada Anak
Kelompok A Tk Marsudisiwi Laweyan Surakarta”. Tujuan penelitian ini adalah
untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Penelitian Tindakan
Kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri tahap perencanaan,
pelaksanaan dan observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan kondisi
awal persentase ketuntasan anak mencapai 23,1%, pada siklus I persentase
ketuntasan anak mencapai 38,5% pada siklus II persentase ketuntasan anak
mencapai 84,6%, dan dapat disimpulkan bahwa melalui penggunaan media
diorama dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak kelompok A
TK Marsudisiwi Laweyan Surakarta.
Persamaan penelitian maswiyah dkk. dengan peneliti yaitu sama-sama
menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus anak usia dini.
b. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Arkas Hasanah 2019, skripsi
pendidikan guru pendidikan anak usia dini fakultas ilmu pendidikan universitas
negeri padang dengan judul “Pengaruh Pembuatan Media Diorama Terhadap
Perkembangan Kemampuan Motorik Halus Anak Di TK Jannatal Ma’wa
Padang. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif yang berbentuk quasy
eksperiment. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata hasil tes kelas
11

eksperimen adalah 60,625 dan SD sebesar 11,42, sedangkan pada kelompok


kontrol yaitu 53,75 dan SD sebesar 10,70, pada pengujian hipotesis diperoleh
thitung sebesar 6 dan ttabel sebesar 1,83 pada taraf nyata x = 0,05 dan dk = 9. Maka
dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan dari pembuatan media
diorama terhadap perkembangan kemampuan motorik halus anak di TK
Jannatul Ma’wa Padang.15
Perbedaan penelitian Arkas Hasanah dengan penelitian yang peneliti lakukan
terletak pada metode penelitian dimana Arkas menggunakan penelitian
kuantitaf yang berbentuk quasy eksperiment sedangkan peneliti menggunakan
metode penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sama-sama menggunakan media
diorama untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia dini.
c. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Muasromatul Azizah, jurnal
pendidikan anak usia dini Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Pangeran
Dharma Kusuma Indramayu dengan judul “Pengembangan Media Diorama
Berbasis Tema Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia
Dini Di Ra Nurul Anshor Desa Kapringan Kecamatan Krangkeng Kabupaten
Indramayu.”Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dan pengembangan
(research and development) dengan prosedur penelitian menggunakan Model
borg&gall. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Media diorama berbasis tema
layak digunakan dengan presentase penilaian Komponen kelayakan media 96%.
Dari hasil hipotesi dapat dibuktikan Dengan nilai pree test dan post testyang
menunjukan hasil rerata posttest lebih besar dibandingkan dengan hasil rerata
pree_test dengan reratanya Sebesar 1,25 dan standar deviasinya 0.97sedangkan
pada hasil posttest Sebesar 2,54 dan standar deviasinya 1.57. Sedangkan pada
hasil posttest Sebesar 0,797 dengan signifikansi 0,03. Simpulan penelitian ini
adalah Media diorama berbasis tema efektif digunakan untuk meningkatkan
Kemampuan motorik halus anak usia dini.
Perbedaan penelitian muasromatul azizah dengan penelitian yang dilakukan
peneliti terletak pada metode penelitian dimana muasromatul azizah
menggunakan metode penelitian researh amd development (R&D). Sedangkan
peneliti menggunakan metode penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sama-sama
menggunakan media diorama untuk meningkatkan kemampuan motorik halus
anak usia dini.

I. Sistematika Penulisan
Mengaju pada sistematika penulisan pada karya ilmiah ini terdiri dari 5 bab
yaitu peneliti menetapkan gambaran yang jelas dalam penulisan karya ilmiah ini,
sebagai berikut :
Bagian awal terdiri dari halaman/cover depan, halaman judul, halaman
persetujun, halaman pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi,
daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran dan abstrak.

Bab I Pendahuluan ini membahas tentang : penegasan judul, latar belakang


masalah, identifikasi area dan fokus penelitian, batasan penelitia, rumusan masalah,

15
Arkas Hasanah, “Pengaruh Pembuatan Media Diorama Terhadap Perkembangan Kemampuan
Motorik Halus Anak Di TK Jannatul Ma’wa Padang,” universitas negeri padang,(2019), h.4
12

tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian penelitian terdahulu yang relevan,


sistematika penulisan.

Bab II Landasan teori membahas mengenai : teori yang digunakan, model


tindakan dan hipotesis tindakan. Pada bab ini membahas mengenai landasan teori
dan kerangka berfikir yang dimana pada bab ini menjelaskan tentang deskripsi
teoritis tentang objek/masalah yang diteliti. Landasan teoritis diperoleh dari berbagai
referensi yang berisi tentang kajian meningkatkan kreativitas menggambar anak
melalui metode ekspresi bebas di TK Aisyiyah 1 Labuhan Ratu Bandar Lampung.

Bab III Metode penelitian berisi tentang : tempat dan waktu penelitian,
metode dan rancangan siklus penelitian, subjek penelitian, peran dan posisi
penelitian, tahapan interverensi tindakan yang diharapkan, instrumen pengumpulan
data (definisi konseptual, definisi operasional, kisi-kisi instrumen, jenis instrument),
teknik pengumpulan data, keabsaan data (telaah model tindakan dan validasi data),
analisis dan interpretasi data dan pengembangan perencanaan tindakan.

Bab IV Menjelaskan tentang paparan data dan hasil penelitian. Yang


dimana didalamnya berisi mengenai uraian deskripsi data yang berkaitan dengan
variabel penelitian atau data-data yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah
dan juga menjelaskan hasil penelitian yang dialakukan peneliti. hasil penelitian dan
pembahasan yang terdiri dari : deskripsi data hasil penelitian, analisis data dan
pembahasan. Pada bab ini juga menjelaskan tentang profil TK Aisyiyah 1 Labuhan
Ratu Bandar Lampung.

Bab V Penutup yang terdiri dari : simpulan dan rekomen dari Kesimpulan
di bab ini berisi mengenai uraian kata dan inti dari penelitian. Sedangkan saran pada
bab ini berisi mengenai tentang pendapat,ide ataupun kritik yang membangun dan
mendidik.

Bagian akhir skripsi terdiri dari daftar rujukan, lampiran-lampiran yang


diperlukan untuk melakukan validitas isi skripsi.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini
a. Pengertian Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini
Kemampuan adalah suatu kapasitas seorang individu untuk melakukan
beragam tugas dalam suatu pekerjaan. 16 Kemampuan dapat dibedakan menjadi 2
faktor yaitu :
1. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk
melakukan berbagai aktivitas mental berpikir, menalar, dan memecahkan
masalah.
2. Kemampuan fisik adalah kemampuan tugas-tugas yang menuntut stamina,
keterampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa.
Salah satu kemampuan anak yang sedang berkembang saat usia dini
yaitu kemampuan motorik. Pada anak-anak tertentu, latihan tidak selalu dapat
membantu memperbaiki kemampuan motoriknya. Sebab ada anak yang
memiliki masalah pada susunan syarafnya sehingga menghambatnya
keterampilan motorik tertentu. Ada beberapa penyebab yang mempengaruhi
perkembangan motorik anak yaitu faktor genetik, kekurangan gizi, pengasuhan
serta latar belakang budaya. Perkembangan motorik meliputi perkembangan
motorik kasar dan motorik halus. Keterampilan/kemampuan motorik kasar,
yaitu gerakan yang dihasilkan dari kemampuan mengontrol otot-otot besar,
contohnya adalah berjalan, berlari, melompat, berguling. Sedangkan
perkembangan keterampilan motorik halus yaitu gerakan terbatas dari bagian-
bagian yang meliputi otot kecil, terutama gerakan pada bagian-bagian jari-jari
tangan. Contohnya menulis, menggambar, memegang sesuatu.
Beberapa ahli psikologi mendefinisikan kemampuan motorik halus
dengan berbagai peristilahan diantaranya, Menurut Santrock, mengemukakan
bahwa keterampilan motorik halus yaitu melibatkan gerakan yang diatur secara
halus. Menggenggam mainan, mengancingkan baju, atau melakukan apa pun
yang memerlukan keterampilan tangan menunjukkan keterampilan motorik
halus. Sumantri mengungkapkan bahwa yang menyatakan bahwa keterampilan
motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil,
seperti jari-jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan
koordinasi mata dan tangan. 17 Menurut Susanto motorik halus adalah gerakan
halus yang melibatkan bagian-bagian tertentu saja yang dilakukan oleh otot-
otot kecil saja, karena tidak memerlukan tenaga. Namun begitu gerakan yang
halus ini memerlukan koordinasi yang cermat. Sedangkan menurut Suyanto
mengatakan bahwa karakteristik pengembangan motorik halus anak lebih
ditekankan pada gerakan-gerakan tubuh yang lebih spesifik seperti menulis,
menggambar, menggunting dan melipat.18 Menurut Yuniati motorik halus
merupakan kegiatan melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
16
Robbins, Robbins A timothy, judge, p. stephen, “Upaya Meningkatkan Bahasa Ekspresif
Melalui Media Diorama Kelompok TK A Di TK Al-Pankuli Bandung,” 2008, 56–66. buku 1. Jakarta: (2008).
h. 56-66
17
Nurlaili, “Modul Pengembangan Motorik Halus Anak Usia Dini,” Modul, (2019), h. 4.
18
Lolita Indraswari, “Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalaui
Kegiatan Mozaik Di Taman Kanak-Kanak Pembina Agam,” Jurnal Pesona PAUD Vol.1.No.1(2012). h. 2-3.
14

tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat, misalnya kemampuan untuk menggambar dan memegang sesuatu
benda.19
Menurut Suyadi Wiyani mengungkapkan bahwa “gerak motorik halus
adalah meningkatkannya pengordinasian gerak tubuh yang melibatkan
kelompok otot dan saraf kecil lainnya”.20 Perkembangan motorik halus atau
yang dikenal dengan istilah fine motor skill merupakan bagian dari
perkembangan motorik yang dimaknai sebagai gerak terbatas pada anak usia
dini. Perkembangan motorik halus menurut menurut Hurlock, merupakan
pengendalian koordinasi yang lebih baik yang melibatkan kelompok otot yang
lebih untuk digunakan menggenggam, melempar, menggambar, menangkap
bola, menggunting, dan sebagainya.21 Lebih spesifik menurut Abessa et al,
mengungkapkan bahwa motorik halus merupakan gerak koordinasi mata-
tangan dan gerak manipulasi terhadap objek-objek kecil. Pandangan ini
meyakini bahwa motorik halus merupakan kemampuan mengkoordinasikan
mata dan tangan dalam memanipulasi objek-objek kecil. Artinya koordinasi
mata dan tangan dalam motorik halus ini terbatas pada gerakan yang dilakukan
oleh jari-jemari dan pergelangan tangan. Motorik halus dan komponen visual
dalam konsep visual-motor koordinasi dideskripsikan sebagai kemampuan
yang meliputi ketangkasan jari, pengurutan gerak, dan kecepatan serta akurasi
motorik halus. Keterampilan ini ditangkap oleh berbagai tugas sensorimotor
seperti melacak, mengetuk jari, dan gerakan tangan imitatif. 22 Artinya motorik
halus merupakan bagian dari kegiatan sensorimotor yang melibatkan
kemampuan koordinasi mata-tangan dalam melakukan gerakan yang berurutan,
tepat, cepat, imitatif, dan gerakan-gerakan sejenis melacak. Saputra &
Rudyanto, menjelaskan bahwa motorik halus adalah kemampuan anak dalam
beraktivitas dengan menggunakan otot-otot halus (kecil) sepertimenulis,
meremas, menggenggam, menyusun balok dan memantulkan kelereng. 23
Menurut Melyloelha terdapat 2 dimensi dalam perkembangan motorik halus
yang diuraikan oleh Gesell, yaitu : (1) kemampuan memegang dan
memanipulasi benda-benda dan (2) kemampuan dalam koordinasi mata dan
tangan.24
Pada Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional
Pendidikan Anak Usia Dini Pasal 10 dijelaskan bahwa motorik halus
mencakup kemampuan dan kelenturan menggunakan jari dan alat untuk
19
Anita Syarifah, Mengembangkan Motorik Halus Anak Prasekolah Dengan Pa, 2022.per Toys
20
Gusti Agung Oka Negara Purnamasari, “Penerapan Metode Demonstrasi Melalui Kegiatan
Melipat Kertas ( Origami ) Untuk Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus Anak,” E-Journal PG-PAUD
2, no. 1 (2014): h. 1–10.
21
Kadek Hengki Primayana, “Meningkatkan KeteLolita Indraswari, “Peningkatan Perkembangan
Motorik Halus Anak Usia Dini Melalaui Kegiatan Mozaik Di Taman Kanak-Kanak Pembina Agam,” Jurnal
Pesona PAUD Vol.1.No.1(2012). h. 2-3..
22
Octavian Dwi Tanto and Aulia Humaimah Sufyana, “Stimulasi Perkembangan Motorik Halus
Anak Usia Dini Dalam Seni Tradisional Tatah Sungging,” Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
4, no. 2 (2020): h. 577.
23
Neneng Hasanah, Andi Musda Mappapoleonro, and Chrisnaji Banindra Yudha, “Upaya
Meningkatkan Motorik Halus Melalui Media Kolase,” 2019, 1–6.
24
M.Pd. Dr. Khadijah, M.Ag. dan Nurul Amelia, Perkembangan FISIK MOTORIK Anak Usia
Dini, 2020.
15

mengeksplorasi dan mengekspresikan diri dalam berbagai bentuk. 25 Setiap


gerak motorik halus yang dilakukan oleh anak, melibatkan komponen organ
dan bagian anggota tubuh yang saling berkontribusi. Tangan dan jari jemari
merupakan bagian tubuh yang berkontribusi terhadap terciptanya gerak
motorik halus, sedangkan otot halus merupakan komponen organ tubuh yang
mendorong jari dan tangan dalam melakukan gerakan-gerakan manipulatif.
Keterampilan motorik halus anak berbeda-beda, ada yang berjalan dengan
cepat ada pula yang sesuai dengan perkembangan tergantung pada kematangan
anak. Menurut Novikasari ada beberapa cara yang dilakukan untuk
mengembangkan motorik halus anak usia dini diantaranya yaitu: melipat,
menggambar dengan krayon, membentuk atau memanipulasi dari tanah liat/
lilin/ adonan, melukis dengan cat air, bermain kolase, menggunting, merangkai
benda dengan tali/benang (meronce). Aktivitas pengembangan motorik halus
tersebut bertujuan untuk melatih keterampilan koordinasi motorik anak
diantaranya koordinasi antara tangan dan mata yang dapat dikembangkan
melalui kegiatan bermain.26
b. Tahap-Tahap Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini
Meraih dan menggenggam menandai perkembangan awal mula
perkembangan motorik halus bayi. Selama dua tahun pertama kehidupan, bayi
memperhalus tindakan meraih dan menggenggam. Sistem menggenggam bayi
sangat fleksibel. Bayi membedakan genggamannya pada objek tergantung pada
ukuran dan bentuk objek dan ukuran tangan mereka sendiri. Bayi
menggenggam objek kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk atau jari tengah,
sedangkan objek yang besar dengan seluruh jari pada satu atau dua tangan.
Menurut Suyadi Tahap-tahap perkembangan motorik halus yaitu: usia
1 tahun kemampuan dalam meremas kertas, menyobek, dan mencoret
sembarang. Usia 1-2 tahun anak mampu melipat kertas, menyobek, menempel,
menggunting dan melempar dekat. Usia 2-3 tahun anak mampu memindahkan
benda, meletakkan barang, melipat kain, mengenakan sepatu dan pakaian.
Usia 2-4 tahun anak mampu melepas dan mengancingkan baju, makan sendiri,
menggunakan gunting, dan menggambar wajah. Usia 4-5 tahun anak bisa
menggunakan garpu dengan baik, menggunting mengikuti garis, dan
menirukan gambar segitiga. Usia 5-6 tahun anak mampu menggunakan pisau
untuk memotong makanan-makanan lunak, mengikat tali sepatu, bisa
menggambar orang dengan enam titik tubuh, dan bisa menirukan sejumlah
angka dan kata sederhana. Menurut Lara Fridani, tahap-tahap perkembangan
motorik Halus Anak Usia Dini yang meliputi perkembangan gerakan dan
perkembangan koordinasi mata-tangan pada anak usia dini, di mulai dari masa
bayi(0-1 tahun),masa batita (1-3 tahun),dan masa balita/ pra sekolah (3-5
tahun) serta masa sekolah awal (6-8 tahun).27

25
Nurlaili, “Modul Pengembangan Motorik Halus Anak Usia Dini.”
26
Yan Yan Nurjani, “Upaya Mengembangkan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Kegiatan
Menggunting,” Journal of SPORT (Sport, Physical Education, Organization, Recreation, and Training) 3, no.
2 (2019): 85–92, https://doi.org/10.37058/sport.v3i2.1026.
27
Ratna Dwi Kumalasari, “Upaya Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini
Melalui Metode Proyek Membuat Mobil-Mobilan Menggunakan Media Kardus Bekas.,” Pendidikan Anak
Usia Dini, 2014, h. 8.
16

Bayi 4 bulan sangat bergantung pada sentuhan untuk menentukan


bagaimana mereka akan menggenggam sebuah objek, sedangkan bayi 8 bulan
lebih mungkin menggunakan penglihatan sebagai tuntunan. Perubahan
perkembangan ini terjadi karena penglihatan memungkinkan bayi untuk
menyesuaikan bentuk tangan sebelum meraih dan menggenggam suatu objek.
Anak usia tiga tahun telah mampu membangun menara balok yang tinggi,
setiap balok ditempatkan dengan susunan yang bagus, tetapi sering
ketinggiannya itu masih miring. Ketika anak usia tiga tahun bermain dengan
gambar-gambar yang perlu dipasangkan (puzzle), mereka cenderung masih
gegabah dalam meletakkan potongan-potongan gambar tersebut. Pada usia 4
tahun anak dapat merangkai manik-manik jadi kalung (meronce), mewarnai,
melukis, menyobek dan melipat kertas, sudah mampu memasukkan kancing
baju lewat lubang kancing, memegang gunting dengan benar, meronce dan
latihan memegang pensil untuk menulis. Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik
halus anak terus meningkat. Tangan, lengan dan jari semua bergerakdi bawah
perintah mata. Menara sederhana tidak lagi menarik minat anak, mereka
sekarang ingin membangun sebuah rumah atau tempat ibadah lengkap dengan
menaranya. Pada usia 6 tahun, anak sudah dapat memalu, mengelem, mengikat
tali sepatu dan merapikan baju. Pada usia ini perkembangan motorik halus
anak terus meningkat.28

c. Manfaat Keterampilan Motorik Halus Anak Usia Dini


Menurut Hurlock manfaat keterampilan motorik halus anak dibagi
menjadi 4 kategori yaitu :
a. Keterampilan bantu diri
Anak mampu melakukan segala sesuatu bagi diri mereka sendiri, meliputi
keterampilan berpakaian, merawat diri, makan dan mandi.
b. Keterampilan bantu sosial
Untuk dapat diterima dalam lingkungan keluarga, sekolah, diperlukan
keterampilan tertentu seperti membantu pekerjaan rumah atau pekerjaan
sekolah.
c. Keterampilan bermain
Untuk dapat bermain dengan teman sebaya anak memerlukan
keterampilan seperti keterampilan bermain bola, melukis dan
menggambar.
d. Keterampilan sekolah
Pada awal sekolah sebagian besar pekerjaan melibatkan keterampilan
motorik seperti melukis, menulis, dan menggambar. Semakin baik
keterampilan yang dimiliki semakin baik juga penyesuaian sosial serta
prestasi akademik dan non akademik anak. Aktivitas pengembangan
keterampilan motorik halus anak bertujuan untuk melatihkan kemampuan
koordinasi motorik anak.29

d. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Halus Anak Usia


28
ibid, “Ibid,” Ibid, n.d., h. 5–6.
29
Hurlock B Elizabeth, “Perkembangan Anak,” (Jakarta: Erlangga), n.d., h. 156.
17

Dini
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kualitas
kemampuan motorik halus anak ditentukan oleh :
a) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari individu itu sendiri
yang meliputi pembawaan, potensi, psikologis, semangat belajar serta
kemampuan khusus.
b) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar
diri anak baik yang berupa pengalaman teman sebaya, kesehatan dan
lingkungan.
Menurut Hurlock ada bermacam-macam faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan motorik halus anak usia dini diantaranya :
a) Perkembangan sistem saraf.
Sistem saraf sangat berpengaruh dalam perkembangan motorik, karena
sistem saraf merupakan sistem pengontrol gerak motorik pada tubuh
manusia.
b) Kemampuan fisik yang memungkinkan untuk bergerak.
Karena perkembangan motorik sangat erat kaitannya dengan fisik, maka
kemampuan fisik seseorang akan sangat berpengaruh pada perkembangan
motorik seseorang. Anak yang normal perkembangan motoriknya akan
lebih baik dibandingkan anak yang memiliki kekurangan fisik.
c) Keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak.
Ketika anak mampu melakukan suatu gerakan motorik, maka akan
termotivasi untuk bergerak kepada motorik yang lebih luas lagi. Hal
tersebut dikarenakan semakin dilatih kemampuan motorik anak akan
semakin meningkat.
d) Lingkungan yang mendukung.
Perkembangan motorik anak akan lebih teroptimalkan jika lingkungan
tempat tumbuh kembang anak mendukung mereka untuk bergerak bebas.
Kegiatan di luar ruangan bisa menjadi pilihan yang terbaik karena dapat
menstimulasi perkembangan otak.
e) Aspek psikologis anak.
Untuk menghasilkan kemampuan motorik yang baik pada anak
diperlukan kondisi psikologis yang baik pula, agar mereka dapat
mengembangkan gerakan motoriknya.
f) Umur.
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupan dan pada masa remaja.
g) Jenis kelamin.
Setelah melewati pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat
dibanding anak perempuan.
h) Genetik.
Genetik adalah bawaan anak, yaitu potensial anak yang akan menjadi ciri
khasnya, antara lain bentuk tubuh (cacat fisik) dan kecerdasan. Kelainan
genetik akan mempengaruhi proses tumbuh kembang anak.
18

i) Kelainan kromosom.
Pada umunya kelainan kromosom akan disertai dengan kegagalan
pertumbuhan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak sebagai


berikut:
a) Faktor hereditas (warisan sejak lahir atau bawaan)
b) Faktor lingkungan yang menguntungkan atau merugikan kematangan
fungsifungsi organis dan fungsi psikis
c) Aktivitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, kemampuan, punya
emosi serta mempunyai usaha untuk membangun diri sendiri. 30

B. Media Pembelajaran Diorama


a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah
berarti “tengah, perantara, atau pengantar”. 31 Batasan mengenai pengertian
media sangat luas, sehingga penulis hanya membatasi pada media
pembelajaran saja yakni media yang digunakan sebagai alat dan bahan
kegiatan pembelajaran. Gerlach & Ely, mengatakan bahwa media apabila
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan atau sikap.32 Sementara itu, menurut Gagne menyatakan bahwa
media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari antara lain buku, tape
recorder, kaset, video camera, video recorder, gambar bingkai, foto, gambar,
grafik, televisi dan komputer. Sedangkan briggs, menyatakan bahwa media
adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi
instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk
belajar.33 Menurut Syaiful Bahri Djamarah, media adalah alat bantu apa saja
yang dapat disajikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan. Media
pada dasarnya dapat dimaknai sebagai sesuatu yang membawa pesan dan
informasi antara pengirim dan penerima. Penggunaan media dalam aktivitas
pembelajaran dapat sangat mendukung karena setiap jenis media memiliki
kemampuan dan karakteristik atau fitur spesifik yang dapat digunakan untuk
keperluan yang spesifik pula. Assosiasi pendidikan dan teknologi komunikasi
(Association of education and communication technology : AECT) media
adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan
atau informasi. Sedangkan Latuhera menyatakan bahwa media adalah semua
bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau
menyebarkan ide, gagasan atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat
30
Kartono, “Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini,” 2010,
h. 9.
31
Azhar Arsyad, “Media Pembelajaran,” (Jakarta : Rajawali Pers,), 2013, h. 3.
32
D.P. Gearlach, V.G dan Ely, “Teaching and Media.A Systematic Aproach. Englewood Cliffs,”
Prentice-Hall, Inc, 1971, h.3.
33
Mohamad Syarif S, “Strategi Pembelajaran Teori Praktik Di Tingkat Pendidikan Dasar,” (Pt
RajaGrafindo Persada, Jakarta), 2016, h. 303.
19

yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.


Dari beberapa pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan atau informasi dalam proses belajar mengajar sehingga
dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar. Penggolongan
media pembelajaran menurut Gerlach dan Ely yaitu34 :
a. Gambar diam, baik dalam bentuk teks, bulletin, papan display, slide,
film strip,atau overhead proyektor.
b. Gambar gerak, baik hitam putih, berwarna, baik yang bersuara
maupun yang tidak bersuara.
c. Rekaman bersuara bai dalam kaset maupun piringan hitam
d. Televisi
e. Benda–benda hidup (simulasi maupun model)
f. Intruksional berprogram atau CAI (Computer Assisten Instruction).
Tiga kelebihan kemampuan media (Garlach & Ely dalam
Ibrahim) adalah :
a. Kemampuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan
menampilkan kembali suatu objek atau kejadian seperti pada aslinya.
b. Kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kemb ali
obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi)
sesuai keperluan, misalnya diubah ukuran, kecepatan, warna, serta dapat
diulang- ulang penyajiannya
c. Kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang
besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secra serempak.
Media pembelajaran memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
1) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman
yang dimiliki oleh para peserta didik. Setiap peserta didik memiliki
pegalaman yang berbeda-beda. Jika peserta didik tidak mungkin
dibawa ke objek langsung yang dipelajari, maka objeknyalah yang
dibawa ke peserta didik. Objek dimaksud bisa dalam bentuk nyata,
miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat
disajikan secara audio visual
2) Memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik
dengan lingkungannya
3) Media menghasilkan keseragaman pengamatan
4) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan
realistis.
5) Media membangkitkan keinginan dan minat peserta didik.

b. Jenis-Jenis Media Pembelajaran


Ada berbagai jenis media pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru
dalam proses belajar mengajar. Guru harus dapat memilih jenis media
pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam mengajar sesuai dengan
kebutuhan belajar siswa.Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, ada beberapa
34
D.P. Ibid, mengutip Gearlach, V.G dan Ely, “Teaching and Media.A Systematic Aproach.
Englewood Cliffs,” Prentice-Hall, Inc, 1997, h. 8.
20

jenis media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran,


yaitu35 :
1) Media grafis
Disebut juga media dua dimensi yaitu media yang mempunyai ukuran
panjang dan lebar seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster,
kartun, komik.
2) Media tiga dimensi
Dalam bentuk model seperti model padat, model penampang, model susun,
model kerja, diorama.
3) Media proyeksi
Seperti slide, film strips, film.
4) Penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran.
Menurut Nana Sudana dan Ahmad Rivai, media pembelajaran dapat
diklarifikasikan menjadi beberapa, yaitu36 :
1) Dilihat dari sifatnya, media dibagi ke dalam tiga sebagai berikut :
a) Media auditif, yaitu media yang hanya di dengar saja.
b) Media Visual, yaitu media yang hanya dilihat saja.
c) Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur
suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat.
2) Dilihat dari kemampuan jangkauannya media dapat di bagi ke dalam
beberapa jenis yaitu :
a) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radio
dan televisi.
b) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan
waktu seperti film slide, film, video.
3) Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dibagi ke dalam :
a) Media yang di proyeksikan seperti film, slide, film strip, transparansi.
b) Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan, radio.
Dari pendapat para ahli di atas maka, secara umum dapat
mengelompokan media menjadi :
a) Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan
suara saja, seperti tape recorder.
b) Media Audio, yang mengandalkan kemampuan suara seperti radio,
kaset dan sebagainya.
c) Media visual yaitu media yang menampilkan gambar diam seperti ,
foto, lukisan dan sebagainya.
d) Media audiovisual, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar
seperti film, video.

c. Manfaat Media Pembelajaran

35
Nana dan Ahmad Rivai Sudjana, “Media Pengajaran,” (Bandung: Sinar Baru Algensindo),
2011, h. 3–4.
36
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai, “Media Pengajaran,” (Bandung: Sinar Baru Algensindo),
2011, h. 2.
21

Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi maka


guru dalam memberikan materi pelajaran harus mengikuti kemajuan tersebut.
Guru harus dapat menggunakan media pembelajaran yang menarik,
menyenangkan dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Sehingga siswa
dapat dengan mudah menerima pelajaran yang di berikan oleh guru. Menurut
Nasution, manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses
pembelajaran adalah sebagai berikut :
a) Pengajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar.
b) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih di
pahami siswa, serta memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran
dengan baik.
c) Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-semata hanya komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, siswa tidak bosan, dan
pengajar tidak kehabisan tenaga.
d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan penjelasa dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang
dilakukan seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-
lainnya.37

Sedangkan Azhar Arsyad memberikan kesimpulan dari penggunaan


media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut :

a) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi


sehingga memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
b) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak
sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih
langsung antara siswa dan lingkungan.
c) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan
waktu. Objek yang terlalu besar untuk ditampilkan di ruang kelas dapat
diganti dengan foto, slide, film. Sedangkan objek yang terlalu kecil dapat
disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide, gambar. Begitu pula
kejadian yang langka yang terjadi di masa lalu dapat ditampilkan melalui
rekaman video, film, foto, slide.
d) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada
siswa tentang peristiwa di lingkungan mereka.38

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan ada beberapa


manfaat dari media pembelajaran, yaitu:

a) Manfaat media pembelajaran bagi guru, yaitu: dapat memberikan pedoman


bagi guru untuk mencapai tujuan pembelajaran sehingga dapat menjelaskan
materi pembelajaran dengan urutan yang sistematis dan membantu dalam
penyajian materi yang menarik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

37
Nasution, “Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar,” (Jakarta: PT. Bumi Aksara),
2013, h. 2.
38
Arsyad, Azhar, “Media Pembelajaran,” (Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada), 2013, h. 29–30.
22

b) Manfaat media pembelajaran bagi siswa, yaitu: dapat meningkatkan


motivasi dan minat belajara siswa sehingga siswa dapat berpikir dan
menganalisis materi pelajaran yang diberikan oleh guru dengan baik
dengan situasi belajar yang menyenangkan dan siswa dapat memahami
materi pelajaran dengan mudah.

d. Pengertian Media Diorama


Menurut Yudhi, mengatakan bahwa diorama merupakan pemandangan
tiga dimensi dalam ukuran kecil untuk memperagakan atau menjelaskan suatu
keadaan atau fenomena yang menunjukan aktivitas. Menurut Munandi media
diorama merupakan pemandangan (scine) tiga dimensi yang dibuat dalam
ukuran kecil untuk memperagakan atau menjelaskan suatu kejadian atau
fenomena yang menunjukkan suatu aktivitas. Cecep Kustandi dan Bambang
Sutjipta berpendapat bahwa diorama adalah gambaran kejadian baik yang
mempunyai nilai sejarah atau tidak yang disajikan dalam bentuk mini atau
kecil.39 Dalam diorama terdapat benda-benda yang berukuran kecil. Benda kecil
tersebut dapat berupa orang-orangan, pohon-pohonan, rumah-rumahan dan lain-
lain, sehingga tampak seperti dunia yang sebenarnya dalam ukuran mini.
Selanjutnya Griffith, dalam buku nya Ship Dioramas Bringing Your Models to
Life mengemukakan bahwa diorama mencakup hal-hal seperti: terdiri lebih dari
satu model, berada di selain dasar polos, dan menceritakan sebuah kisah atau
mengilustrasikan tema. Kemudian Griffith juga menjelaskan sedikit tentang
karakteristik yang harus di tunjukkan dalam membuat sebuah diorama agar
terlihat baik, diantaranya yaitu:
a. Diorama harus secara visual menyenangkan dan memuaskan mental.
b. Dioarama seharusnya tidak membosankan.
c. Diorama harus memiliki titik fokus.
d. Diorama harus memiliki cukup ‘barang’ didalamnya, tetapi tidak terlalu
banyak.
e. Diorama harus menceritakan sebuah kisah atau menceritakan sebuah
tema.40
Menurut Sudjana, diorama adalah pemandangan 3 dimensi mini
bertujuan untuk menggambarkan pemandangan sebenarnya. Lebih lanjut
Prastowo, menjelaskan diorama adalah jenis model berupa sebuah
pemandangan tiga dimensi mini untuk menggambaran pemandangan yang
sebenarnya.41 Menurut Jalinus & Ambiyar diorama adalah suatu penyajian tiga
dimensi yang menyambungkan bermacam-macam bahan, baik simbolis maupun
nyata seperti gambar-gambar spesimen dan pada umumnya menggunakan
cahaya pantulan sehingga menunjukkan pengaruh pemandangan yang
naturalistik. media tiga dimensi itu sendiri yaitu media yang tampilannya dapat

39
Rahmawati Matondang, RAGAM MEDIA PEMBELAJARAN DI SD/MI UNTUK
PEMBELAJARAN PPKn, 2021.
40
Lisa Andriani Saragih dan Zulkifli, “Analisis Kerajinan Souvenir Diorama Berbahan Limbah
Pada Pengrajin Dikraf Berdasarkan Prinsip-Prinsip Desain Abstrak,” Gorga Jurnal Seni Rupa 08 (2019): h..
273.
41
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, “Media Pengajaran,” (Bandung: Sinar Baru Algesindo), 2011,
h. 170.
23

diamati dari arah pandang mana saja dan mempunyai dimensi panjang, lebar,
dan tinggi atau tebal (Anwar, Sudjimat, & Suhartadi).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa diorama merupakan
gabungan antara model dengan gambar perspektif dalam suatu penampilan utuh
yang menggambarkan suasana sebenarnya.
e. Tujuan Dan Fungsi Penggunaan Media Diorama
Tujuan penggunaan media tiga dimensi (benda tiruan) menurut
Daryanto antara lain42:
a. Mengatasi kesulitan yang muncul ketika mempelajari objek yang terlalu
besar
b. Untuk mempelajari objek yang telah menjadi sejarah dimasa lampau
c. Untuk mempelajari objek yang tak terjangkau secara fisik
d. Untuk mempelajari objek yang mudah dijangkau yang tidak memberikan
keterangan yang memadai (misalnya: mata manusia, telinga)
e. Untuk memperlihatkan proses dari objek yang luas
Diorama sebagai media pembelajaran dijelaskan oleh Hujair AH
Sanaky, berfungsi untuk mata pelajaran ilmu bumi (IPA), ilmu hayat, sejarah,
bahkan diusahakan untuk berbagai mata pelajaran lainnya. 43 Sehingga menurut
saya media diorama ini dapat digunakan untuk hampir semua mata pelajaran.
f. Kelebihan Dan Kekurangan Media Diorama
Media diorama adalah salah satu media tiga dimensi, Muedjiono dalam
Daryanto mengungkapkan bahwa ada kelebihan media tiga dimensi
diantaranya44 :
a. Memberikan pengalaman secara langsung
b. Penyajian konkret dan menghindari verbalisme
c. Dapat menunjukkan objek secara utuh baik kontruksi maupun cara
kerjanya
d. Dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas
e. Dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas
Kelebihan yang dimiliki media tiga dimensi tentunya dimiliki oleh
diorama. Selain kelebihan yang telah disebutkan di atas, Cecep Kustandi dan
Bambang Sutjipta menambahkan bahwa media diorama lebih menekankan
kepada isi pesan dari gambaran visual dan lebih hidup dibandingkan maket. 45
Sedangkan kelemahan media diorama adalah tidak bisa menjangkau sasaran
dalam jumlah yang besar, penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan
perawatannya yang rumit. Namun kekurangan tersebut dapat diatasi dengan
membuat diorama dalam ukuran yang besar sehingga dapat diamati seisi kelas.
Untuk perawatannya yang rumit, diorama dapat dibuat model tertutup sehingga
tidak mudah kotor. Ukuran komponen pada diorama juga sulit untuk dibuat
proporsional apabila diorama dibuat sendiri oleh guru karena keterbatasan bahan
pembuatan. Pembuatan diorama juga membutuhkan waktu dan biaya yang besar.
42
Daryanto, “Media Pembelajaran,” (Yogyakarta: Garva Media), 2010, h. 30–31.
43
AH Sanaky Hujair, “Media Pembelajaran Interatif-Inovatif,” (Yogyakarta: Kcaukaba
Dipantara,), 2013, h.133.
44
Daryanto, “Media Pembelajaran,” (Yogyakarta: Gava Media,), 2010, h. 29.
45
Kustandi Cecep dan Bambang Sutjipta, “Media Pembelajaran,” (Jakarta: Ghalia Indonesia,),
2013, h. 50.
24

C. Model Tindakan
Model tindakan yang digunakan pada penelitian ini adalah model tindakan
yang dikemukakan oleh Kemmis Dan M.C Tagart yaitu menggunakan dua siklus
yang di mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Di katakan sementara
karena jawaban yang diberikan baru di dasarkan pada teori yang relevan, belum di
dasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpula data. Jadi,
hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban yang empiris dengan data.
Dapat disimpukan bahwa pengertian hipotesis adalah jawaban sementara dari
suatu penelitian. Maka hipotesis tindakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah
sebagai berikut :
“Dengan penerapan atau implementasi media diorama dapat mempengaruhi
peningkatan kemampuan motorik halus anak”.
Hal ini dapat dilihat dari indikator ketercapaian keberhasilan perkembangan anak
dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui media diorama akan
berhasil dilihat daripada kemampuan anak dalam memenuhi indikator perkembangan
motorik halus seperti :
1. Menggambar sesuai gagasannya
2. Meniru bentuk
3. Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan
4. Menggunakan alat tulis dan alat makan dengan benar
5. Menggunting sesuai dengan pola
6. Menempel gambar dengan tepat

Sehingga peneliti mengharapkan pada penelitian yang dilakukan mencapai


ketuntasan dalam peningkatan kemampuan motorik halus anak sebesar 75%
berkembangan sesuai harapan (BSH) dari seluruh anak yang ada, dengan demikian
penelitian ini dapat dikatakan selesai atau berhasil
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini menggunakan subyek penelitian. Subyek penelitian merupakan
subyek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Adapun tempat dan waktu penelitian
sebagai berikut :
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RA Nurul Falah Baturaja
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada semester II tahun 2022 di RA Nurul
Falah Baturaja.

B. Metode Dan Rancangan Siklus Penelitian


1. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) yaitu penelitian yang
dilakukan di kelas. Penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu suatu pencermatan
terhadap kegiatan-kegiatan yang sengaja dimunculkan dalam pembelajaran dan
terjadi dalam sebuah kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) juga dapat
menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan. Hal ini terjadi
karena kegiatan tersebut dilaksanakan sendiri, di kelas sendiri dengan melibatkan
siswa sendiri, melalui sebuah tindakan yang direncanakan, dilaksanakan,
evaluasi, dan refleksi.
Penelitian tindakan kelas adalah suatu proses perbaikan pembelajaran
melalui tindakan seorang guru dalam mengajar, diadakan tindakan karena
prestasi belajar pada kegiatan pembelajaran sebelumnya belum memuaskan.
Menyatakan bahwa penelitian tindakan (action research) dikembangkan dengan
tujuan untuk mencari penyelesaian terhadap masalah sosial. Dave Ebbutt,
sebagaimana dikutip (Hopkins) menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah
kajian sistematik tentang upaya meningkatkan mutu praktik pendidikan oleh
sekelompok masyarakat melalui tindakan praktis yang mereka lakukan dan
melalui refleksi atas hasil tindakan tersebut. 46 Menurut Suharsimi Arikunto,
penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat
atau sekelompok sasaran dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat
yang bersangkutan. Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan
adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota
kelompok sasaran.47 Penelitian ini diarahkan untuk memecahkan masalah atau
perbaikan yang berhubungan dengan masalah-masalah dikelas. Penelitian ini
difokuskan kepada perbaikan proses maupun peningkatan hasil kegiatan. Kemmis
mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan upaya mengujicobakan
46
Sarwiji Suwandi, “Modul Pendidikan Dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) Penelitian Tindakan
Kelas,” Modul, 2013, h. 36.
47
Meutiana Meutiana, “Meningkatkan Prestasi Dan Motivasi Belajar Siswa Dengan Pengajaran
Berbasis Inkuiri Pada Siswa Kelas VII.3 SMP Negeri 2 Peusangan Bireuen,” CIRCUIT: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Teknik Elektro 1, no. 1 (2015): 20–28, https://doi.org/10.22373/crc.v1i1.307.
26

ide-ide ke dalam praktik untuk memperbaiki atau mengubah sesuatu agar


memperoleh dampak nyata dari situasi.48
Dari beberapa paparan diatas dapat peneliti simpulkan penelitian
tindakan kelas adalah kegiatan pembelajaran yang didalamnya terdapat siswa
sebagai objek yang dilakukan oleh guru langsung menerapkan perlakuan secara
hati-hati, seraya mengikuti proses serta hasil dari perlakuan yang telah dilakukan.

2. Rancangan Siklus Penelitian


Metode penelitian tindakan ini menggunakan metode yang
dikembangkan oleh Kemmis Dan M.C Tagart dimana menurut kemmis penelitian
tindakan adalah suatu bentuk penelitian dengan prinsip aksi-refleksi yang akan
dilakukan peneliti dalam situasi tertentu guna memperbaiki suatu pembelajaran
Secara umum langkah-langkah penelitian yang dilakukan terdiri dari empat
tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Dari
siklus ini diharapkan dapat diperoleh data yang dikumpulkan sebagai jawaban
dari permasalahan penelitian.

Gambar 3.1
Siklus Penelitian Tindakan Model Kemmis dan Mc. Tanggart.49

Sumber : Siklus Penelitian Tindakan Model Kemmis Dan Mc. Tanggart

Proses pelaksanaan tindakan berdasarkan tindakan siklus diatas dapat dirinci


sebagai berikut :
a. Siklus I
1. Perencanaan
Sebelum melakukan tindakan maka peneliti akan melakukan
48
D. Kurniawati, M. Masykuri, and S. Saputro, “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Dilengkapi Lks Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Prestasi Belajar Pada
Materi Pokok Hukum Dasar Kimia Siswa Kelas X Mia 4 Sma N 1 Karanganyar Tahun Pelajaran 2014/2015,”
Jurnal Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret 5, no. 1 (2016): 88–95.
49
“Siklus Penelitian Tindakan Model Kemmis Dan Mc. Tanggart,” n.d.
27

perencaan terlebih dahulu, oleh karena itu persiapan yang akan


dilakukan pada tahapan ini yaitu, sebagai berikut :
Peneliti akan bekerja sama atau berkolaborasi dengan guru untuk
membahas tentang beberapa hal yang akan dilakukan diantaranya
yaitu:
1) Membuat perencanaan pembelajaran yaitu RPPH dalam
penelitian meningkatkan kemampuan motorik halus anak
usia dini.
2) Mempersiapkan alat-alat atau media pendukung yang
diperlukan.
3) Membuat format observasi dan metode pembelajaran atau
pengamatan yang dilakukan sesuai dengan indikator dalam
aspek perkembangan motorik halus anak usia dini.
4) Mendesain alat evalusai berupa pertanyaan dan tanya jawab.
2. Pelaksanaan Tindakan
Tahap kedua dari penelitian tindakan, dimana tindakan yang
akan dilakukan dalam dua siklus, dalam satu siklus akan dilakukan
tiga kali pertemuan di RA Nurul Falah Baturaja. Tindakan
pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi
rancangan, yaitu menerapkan tindakan kelas. Tahap ini pelaksanaan
pendidik harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah
dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus tetap berlaku wajar dan
tidak dibuat- buat.
Tindakan yang dilakukan peneliti meliputi :
1) Membuat suasana belajar sebaik mungkin.
2) Memberikan semangat dan memotivasi siswa untuk belajar.
3) Melaksanakan kegiatan inti sesuai dengan yang telah dipersiapkan
dalam perencanaan pembelajaran.
4) Melakukan evaluasi.
5) Menganalisis hasil evalusi.
6) Merefleksikan pelaksanaan tindakan untuk menentukan perbaikan
pada siklus berikutnya.
3. Observasi (Pengamatan) Tindakan
Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mencermati
kegiatan dalam proses pembelajaran yang berlangsung terhadap
peserta didik yang dilakukan aktivitas dikelas dan memperhatikan
tingkah laku anak sesuai dengan rencana pembelajaran yang sudah
dibuat dan yang sudah ditentukan peneliti.

4. Refleksi (Reflection)
Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh.
Hasil analisis data yang telah ada dipergunakan untuk melakukan
evaluasi terhadap proses atau data yang dicapai. Sehingga dari data
yang telah diperoleh baik dari aktivitas siswa maupun hasil belajar,
akan dianalisis dengan menggunakan perhitungan data penilaian
pada masing-masing siklus. Refleksi dimaksudkan sebagai upaya
28

untuk mengkaji apa yang telah atau belum terjadi, apa yang
dihasilkan, kenapa hal ini terjadi dan apa yang perlu dilakukan
selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan pada siklus
selanjutnya.
b. Siklus II
1. Perencanaan
Sebelum melakukan tindakan maka peneliti akan melakukan
terlebih dahulu, oleh karena itu persiapan yang akan dilakukan pada
tahapan ini yaitu, sebagai berikut :
Peneliti akan bekerja sama atau berkolaborasi dengan guru
untuk membahas tentang beberapa hal yang akan dilakukan
diantaranya yaitu:
1) Membuat perencanaan pembelajaran yaitu RPPH dalam
penelitian meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia
dini
2) Mempersiapkan alat-alat atau media pendukung yang diperlukan.
3) Mebuat format observasi dan metode pembelajaran atau
pengamatan yang dilakukan sesuai dengan indikator dalam aspek
perkembangan kemampuan mototik halus anak usia dini.
4) Mendesain alat evalusai berupa pertanyaan dan tanya jawab.
5) Membuat alat peraga edukatif sesuai dengan tema gambar yang
disampaikan.
2. Pelaksanaan Tindakan
Tahap kedua dari penelitian tindakan, dimana tindakan yang
akan dilakukan dalam dua siklus, dalam satu siklus akan dilakukan
tiga kali pertemuan di RA Nurul Falah Baturaja. Tindakan
pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi
rancangan, yaitu menerapkan tindakan kelas. Tahap ini pelaksanaan
pendidik harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah
dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus tetap berlaku wajar dan
tidak dibuat- buat.
Tindakan yang dilakukan peneliti meliputi :
1) Membuat suasana belajar sebaik mungkin.
2) Memberikan semangat dan memotivasi siswa untuk belajar.
3) Melaksanakan kegitaan inti sesuai dengan yang telah
dipersiapkan dalam perencanaan pembelajaran.
4) Melakukan evaluasi.
5) Menganalisis hasil evalusi.
6) Merefleksikan pelaksanaan tindakan untuk menentukan
perbaikan pada siklus berikutnya.
3. Observasi (Pengamatan) Tindakan
Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mencermati
kegiatan dalam proses pembelajaran yang berlangsung terhadap
peserta didik yang dilakukan aktivitas dikelas dan memperhatikan
tingkah laku anak sesuai dengan perenccanaan pembelajaran yang
sudah dibuat dan yang sudah ditentukan peneliti. Hasil observasi
29

digunakan untuk menentukan jenis tindakan perbaikan apakah siklus


ini berhasil atau tidak.
4. Refleksi (Reflection)
Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh.
Hasil analisis data yang telah ada dipergunakan untuk melakukan
evaluasi terhadap proses atau data yang dicapai. Sehingga dari data
yang telah diperoleh baik dari aktivitas siswa maupun hasil belajar,
akan dianalisis dengan menggunakan perhitungan data penilaian pada
masing-masing siklus. Refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengkaji apa yang telah atau belum terjadi, apa yang dihasilkan,
kenapa hal ini terjadi dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya dalam
upaya untuk menghasilkan perbaikan pada siklus selanjutnya.

C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yaitu subjek yang ditinjau untuk diteliti oleh peneliti. Dalam
penelititan ini yang menjadi subjek peneliti adalah informasi yang didapat
memberikan informasi masalah yang diteliti, dalam penelitian tindakan kelas yang
menjadi subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik RA Nurul Falah Baturaja
kelompok B1 yang berjumlah 12 orang anak yang terdiri dari 6 orang anak
perempuan dan 6 orang anak laki-laki. Peneliti memilih kelompok B dikarenakan
kelompok B merupakan kelompok yang usianya akan memasuki sekolah dasar yaitu
pada usia 5-6 tahun.

D. Peran Dan Posisi Peneliti


Dalam penelitian ini, penulis atau peneliti adalah sebagai perancang,
pelaksana sekaligus sebagai pengamat dalam kegiatan ini. Peneliti membuat
rancangan tindakan atau kegiatan apa yang akan di lakukan, melaksanakan kegiatan
tersebut, melakuakan pengamatan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta
melaporkan hasil penelitian sesuai dengan rancangan kegiatan harian (RKH yang
sudah ada) yang telah disusun. Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh satu guru
kelas yang berperan sebagai fasilitator dan kolaburator.

E. Tahapan Intervensi Tindakan


Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan sebanyak dua siklus, masing-masing
siklus tiga pertemuan. Hal ini dimaksud untuk melihat peningkatan kemampuan
motorik halus anak pada setiap siklus setelah diberikannya tindakan. Bila pada siklus
pertama terdapat perkembangan maka kegiatan penelitian pada siklus kedua lebih
banyak diarahkan pada perbaikan dan penyempurnaan terhadap hal-hal yang
dianggap kurang pada siklus pertama. Penelitian yang dilakukan ini mengacu pada
model penelitian Kemmis Dan M.C Tagart menggunakan siklus sistem spiral refleksi
diri yang dimulai dengan rencana, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Perencanaan
merupakan dasar untuk suatu persiapan dalam pemecahan masalah. Pengamatan
dilakukan pada saat tindakan sedang dilakukan.

F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan


30

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan ini, dilakukan suatu perubahan


terhadap peserta didik. Jika peserta didik telah mencapai tingkat perkembangan 75%,
maka kategori dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak sudah baik atau
disebut berkembang sangat baik (BSB) sebagaimana yang diungkapkan Mulyasa:
bahwa kualitas pembelajaran dari segi hasil maupun proses diketahui berhasil
apabila seluruhnya sebagian besar 75% peserta didik terlibat secara aktif baik
ditunjukkan dengan gairah belajar yang tinggi. Sedangkan dari segi hasil dikatakan
berhasil apabila terjadi perubahan seperti anak sudah bisa melakukan kegiatan secara
mandiri serta menunjukkan sikap antusias dalam mencoba hal-hal baru dan dari
perilaku peserta didik setidaknya mencapai 75%. Oleh karena itu, proses tindakan
selesai dilakukan karena sudah mencapai tingkat pencapaian sesuai target yang telah
ditentukan oleh peneliti.

G. Instrumen Pengumpulan Data


1. Definisi Konseptual
Definisi konseptual adalah salah satu unsur penelitian yang menjelaskan
masalah yang hendak diteliti.
a. Media diorama
Media diorama merupakan suatu kotak yang di dalamnya berisi
dengan tiruan pemandangan atau suatu benda yang lengkap dengan sesuatu
yang berada di sekitarnya. Kesemuanya tersebut dibuat lebih kecil daripada
keadaan aslinya. Diorama biasanya digunakan dalam menggambarkan
kejadian atau suatu proses supaya yang melihatnya tertarik untuk memahami
isi tersebut.50
b. Kemampuan motorik halus
Kemampuan motorik halus anak usia dini adalah kemampuan yang
berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan
koordinasi mata-tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan
dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang kontinu secara rutin.
Dapat disimpulkan dari uraian di atas yaitu bahwa melalui media diorama
merupakan media pembelajaran yang dapat meningkatkan motorik halus anak
usia dini.

2. Definisi Operasional
a. Media diorama
Media diorama ini dibuat dengan bahan-bahan yang mudah didapatkan,
aman untuk anak-anak dibuat semenarik mungkin dengan menggunakan
plastisin yang biasa digunakan anak untuk bermain. Anak diajarkan untuk
membuat sesuatu bentuk yang ada di dalam media diorama dengan
menggunakan plastisin.
b. Kemampuan motorik halus
Kemampuan motorik halus merupakan kemampuan yang berhubungan
dengan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata dan tangan.

3. Kisi-Kisi Instrumen
50
A timothy, judge, p. stephen, “Upaya Meningkatkan Bahasa Ekspresif Melalui Media Diorama
Kelompok TK A Di TK Al-Pankuli Bandung.”
31

Judul penelitian :
Upaya meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia dini melalui media
diorama kelompok B di RA Nurul Falah Baturaja

Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Motorik Halus Anak
Variabel Indikator Sub Indikator Item
Perkembanga a. Koordinasi 1. Dapat menggambar 3
n motorik 2. Dapat menyelaraskan
halus anak antara mata dan tangan
usia 5-6 tahun 3. Terampil menggunakan
tangan kanan dan kiri
b. Memegang 1. Memegang alat tulis 2
dengan benar
2. Memegang plastisin
dengan berani
c. Membentuk 1. Dapat membentuk dari 2
lilin/plastisin
2. Dapat membentuk
lilin/plastisin dengan
kreatif menggunakan
tangan
d. Memperagakan 1. Dapat menirukan gambar 2
2. Dapat menggambar sesuai
dengan yang ada dimedia
diorama
e. Kecermatan 1. Teliti dalam mewarnai 2
gambar
2. Dapat membedakan warna
lilin/plastisin
11

4. Jenis Instrumen
Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah instrumen non tes,
yang akan menghasilkan data kulitatif dan kuantitatif. Instrumen non tes yang
digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi merupakan suatu pengamatan yang sengaja dan sistematis tentang
fenomena-fenomena sosial dengan gejala psikis dengan jalan pengamatan
dan pencatatan. Observasi merupakan pengamatan langsung terhadap
fenomena-fenomena objek yang diteliti secara objektif dan hasilnya akan
32

dicatat secara sistematis agar diperoleh gambaran yang lebih konkrit tentang
kondisi di lapangan.51
Maka dari itu observasi adalah sebagai pengamatan dana pencatatan dengan
sistematik fenomena-fenomena yang diselidik.

Tabel 3.2
Kisi-Kisi Lembar Observasi
Penilaian kemampuan
No Item motorik halus Ket
BB MB BSB BSH
Anak dapat menggambar foto ayah dan
1.
ibunya
2. Anak dapat menyelaraskan antara mata
dan tangan
3. Anak dapat terampil menggunakan
tangan kanan dan kiri
4. Anak dapat memegang alat tulis
dengan benar
5. Anak dapat memegang plastisin dengan
berani
6. Anak dapat membentuk plastisin
dengan rapi
7. Anak dapat membentuk plastisin
menggunakan tangan dengan kreatif
Anak dapat menirukan gambar yang
8.
ada di media diorama untuk digambar
kembali sesuai imajinasi anak
Anak dapat menggambar dan mewarnai
9. sesuai dengan yang ada dimedia
diorama
Anak sangat teliti dalam mewarnai
10. gambaran hasil anak melihat dari media
diorama
Anak dapat membedakan warna
11.
lilin/plastisin

b. Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan utama dalam pengumpulan data dan
informasi. Karena, pertama dengan menggunakan wawancara peneliti dapat
51
Sutrisno Hadi, “Metodelogi Research,” (Yogyakarrta: Yayasan Penerbit FB UGM, 1990), n.d.,
h.286.
33

menggali tidak saja apa yang diketahui dan dialami subyek. Tetapi juga apa
yang tersembunyi jauh di dalam diri subjek penelitian. Kedua, apa yang
ditanyakan kepada informan (Anak Didik dan Guru, Kepala sekolah) untuk
meningkatkan motorik halus anak usia dini di kelas B RA Nurul Falah
Baturaja.
Berikut Kerangka wawancara tentang meningkatkan Motorik Halus Anak
Usia Dini di RA Nurul Falah Baturaja dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 3.3
Kisi-Kisi Wawancara

No Wawancara
1 Apa cara yang ditempuh oleh guru dalam meningkatkan motorik halus anak usia
dini di RA Nurul Falah Baturaja ?
2 Apakah media diorama sudah pernah diterapkan di RA Nurul Falah Baturaja ?
3 Mengapa media diorama jarang dipergunakan dalam kegiatan di RA Nurul Falah
Baturaja ?
4 Bagaimana sikap anak saat diberikan kegiatan membuat suatu bentuk anggota
tubuh dari bahan plastisin saat diberikan di RA Nurul Falah Baturaja ?
5 Bagaimana pelaksanaan kegiatan membuat bentuk anggota tubuh dari bahan
plastisin yang dikenalkan oleh peneliti dalam meningkatkan motorik halus anak
usia dini di RA Nurul Falah Baturaja ?

c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara untuk mengumpulkan data melalui
dokumentasi yang tersedia. Teknik ini untuk menggali data tentang RA
Nurul Falah Baturaja, metode ini digunakan untuk mendapatkan dan
mengenai hal-hal yang berkenaan dengan kondisi objektif di RA Nurul Falah
Baturaja seperti sejarah berdirinya, struktur organisasi, keadaan guru,
keadaan peserta didik, keadaan sarana dan prasarana dan lain-lain.

H. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mengumpulkan data yang diinginkan dan diperlukan serta dapat
dipertanggung jawabkan, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Teknik Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati
setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi
tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti.52
Peneliti akan mengamati secara langsung kegiatan membuat bentuk
binatang dari plastisin untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Alat
yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah lembar instrumen observasi.
Dalam PTK, observasi menjadi instrumen utama yang digunakan untuk

52
wina Sanjaya, “Penelitian Tindakan Kelas,” (Jakarta : Kencana, 2009), n.d., h.86.
34

mengumpulkan data. Hal ini disebabkan observasi sebagai proses pengamatan


langsung, merupaka instrumen yang cocok untuk memantau kegiatan
pembelajaran baik perilaku guru maupun perilaku siswa.
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang perilaku
anak dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu, Observasi juga dapat
digunakan untuk mendapatkan informasi atau data tentang keadaan atau kondisi
tertentu. Seperti kondisi ruangan kelas dan kantor.

2. Teknik Wawancara
Wawancara adalah situasi berhadap-hadapan antara pewawancara dan
responden yang dimaksudkan untuk menggali informasi yang diharapkan, dan
bertujuan mendapatkan data tentang responden dengan minimum bias dan
maksimum efisiensi.
Sementara Steward & Cash mendefinisikan wawancara sebagai sebuah
proses komunikasi dyad (interpersonal), dengan ujuan yang telah ditentukan
sebelumnya, bersifat serius, yang dirancang agar tercipta interaksi yang
melibatkan aktivitas bertanya dan menjawab pertanyaan.53
Disimpulkan bahwa metode wawancara ini digunakan untuk menggali
informasi dari guru serta kegiatan pembelajaran berikut kendala-kendala yang
dihadapi siswa pada saat pembelajaran.

3. Teknik Dokumentasi
Selain observasi, informasi juga dapat diperoleh melalui fakta yang
tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, jurnal
kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumentasi seperti ini bisa dipakai untuk
menggali informasi yang terjadi dimasa silam.
Teknik dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah
berlalu.Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah
kehidupan, biografi, peraturan, dan kebijakan. Sedangkan dokumen yang
berbentuk gambar misalnya foto-foto kegiatan anak. 54

I. Keabsahan Data
Agar hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan maka dikembangkan
tata cara untuk mempertanggungjawabkan keabsahan hasil penelitian. Karna tidak
mungkin melakukan pengecekan terhadap instrumen penelitian yang diperankan
peneliti itu sendiri. Maka yang diperiksa adalah keabsahan data.
Untuk menguji keabsahan data, peneliti menggunakan cara triangulasi, yaitu
pengecekan kebenaran data atau informasi tentang pelaksanaan tindakan denga cara
menginformasikan kebenaran data, yaitu upaya mendapatkan informasi dari sumber-
sumber lain mengenai kebenaran data penelitian. Kegiatan ini dilakukan dengan
jalan membandingkaan hasil pengamatan waktu orientasi dengan hasil wawancara

53
Lukman Nul Hakim, “Ulasan Metodologi Kualitatif: Wawancara Terhadap Elit,” Aspirasi:
Jurnal Masalah-Masalah Sosial 4, no.2, n.d., h.167.
54
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D,” (Bandung: Alfabeta, 2015),
n.d., h.240.
35

kepada kepala sekolah, guru, mitra, dan siswa. Data yang didapatkan dari hasil
pengamatan digunakan untuk memeriksa kembali tindakan yang telah dilaksanakan
sudah sesuai dengan rencana tindakan dan pencapaian yang ditentukan.

J. Anaslisis Dan Interpretasi Data


1. Reduksi data
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemustaan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung terus menerus selama
penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul sebagaimana
terlihat dari kerangka konseptual penelitian, permasalahan studi, dan pendekatan
pengumpulan data yang dipilih peneliti. Reduksi data meliputi: (1) meringkas
data, (2) mengkode, (3) menelusur tema, (4) membuat gugus-gugus. Caranya:
seleksi ketat atas data, ringkasan atau uraian singkat, dan menggolongkannya ke
dalam pola yang lebih luas.

Sehingga dapat diartikan juga Mereduksi data berarti merangkum,


memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
tema, dan polanya. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya. Reduksi data ini merupakan salah satu bentuk analisis data
sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dari penelitian dapat dibuat dan
diverifikasi. Dalam hal ini peneliti memperoses secara sistematis data-data akurat
yang diperoleh terkait dengen kegiatan media diorama dalam meningkatkan
kemampuan motorik halus anak.

2. Penyajian data
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun,
sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data dapat berupa teks naratif berbentuk
catatan lapangan, matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Bentuk-bentuk ini
menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan
mudah diraih, sehingga memudahkan untuk melihat apa yang sedang terjadi,
apakah kesimpulan sudah tepat atau sebaliknya melakukan analisis kembali.

3. Verifikasi atau penarikan kesimpulan


Langkah ketiga dalam penarikan kesimpulan/verifikasi adalah
kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung pada tahap pengumpulan
data data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap
awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten pada peneliti kembali
kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang kredibel.

Selanjutnya untuk mengetahui berhasil atau tidaknya tindakan yang


dilakukan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak dilakukan
analisis persentase dengan rumus berikut:
36

P¿
FN x 100%

Keterangan:

P = Angka presentase

F = Frekuensi yang sedang dicari presentasenya

N = Number of Cases.55

Dalam hal ini diartikan bahwa kesimpulan yang didapatkan merupakan


temuan mengenai penggunaan media diorama yang dapat meningkatkan kemampuan
motorik halus anak usia dini di RA Nurul Falah Baturaja yang telah diperoleh dari
data penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Kesimpulan yang diambil sekiranya
masih terdapat kekurangan maka akan ditambahkan.

K. Pengembangan Perencanaan Tindakan


Ketercapaian penelitian dikatakan berhasil jika sebagian besar peserta didik
mampu menunjukkan peningkatan kemampuan motorik halus mereka melalui media
diorama yang kegiatannya membuat bentuk binatang dari bahan plastisin dan mampu
mencapai indikator yang telah ditetapkan yaitu sebanyak 75%, jika anak mampu
melakukan kegiatan tersebut dengan rapi dan sesuai harapan maka dapat dikatakan
terjadi peningkatan terhadap motorik halus anak kelompok B di RA Nurul Falah
Baturaja.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

55
Anas Sudijono, “Pengantar Statistik Pendidikan,” (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010),
n.d., h.45.
37

A. Gambaran umum lokasi penelitian

1. Sejarah singkat berdirinya RA Nurul Falah Baturaja


RA Nurul Falah Baturaja berada di Jln. Ir. Ibrahim Zahir Sukajadi,
Kecamatan Baturaja Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan.
berdiri sejak tahun 1998 sampai dengan sekarang yang dikelolah oleh kepala
sekolah bernama ibu Sandra Yulita, S.Pd.I dengan NPSN 69731297. Yang
terletak dipemukiman penduduk berada tepat bersebelahan dengan masjid nurul
falah kelurahan sukajadi, RA Nurul Falah Baturaja terdiri dari dua kelas yaitu
kelompok A dan kelompok B.

2. Identitas sekolah
Bentuk pendidikan : Raudatul Athfal (RA)
Nama sekolah : RA Nurul Falah
Berdiri Tahun : 1998
Status : Swasta
Penyelenggara : Perorangan
Luas Tanah : 456
SK Pendirian Sekolah : NSM/RA/0102/2017
Tgl/Bln/Thn SK Izin Operasional : 01/02/2017
No. Statistik Madrasah : 101216010002
NPSN : 69731297
Nilai Akreditasi/ Thn :B
Alamat Madrasah : Jln. Ir. Ibrahim Zahir Sukajadi,
Kecamatan Baturaja Timur,
Kabupaten Ogan Komering Ulu,
Sumatera Selatan.

3. Visi dan Misi RA Nurul Falah Baturaja


1) Visi
Mempersiapkan generasi yang beriman dan bertaqwa serta kemampuan,
cerdas dan mandiri.
2) Misi
a) Menyelenggarakan pendidikan untuk membentuk kepribadian murid
yang bermoral.
b) Menyelenggarakan pembelajaran yang efektif, kreatif, edukatif dan
inovatif.
c) Memfasilitasi pengembangan seluruh potensi anak untuk kemampuan
diri.
d) Menyelenggarakan pendidikan anak yang berkemampuan dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi.

4. Struktur Organisasi
Tabel 3.4
Data Guru RA Nurul Falah Baturaja
No Nama Guru Tugas Jabatan NUPTK
38

Mengajar

1. Sandra Yulita, S.Pd.I - Kepala Sekolah 1647757660300002

2. Era Okfita, S.Pd.I A Guru 5545761663300002

3. Erni Faryanti, S.Pd.I B Guru 5334760662300003

4. Okta Vitriyanti, S.Pd.I B Guru 48436110171088

5. Emilia, S.Pd A Guru 4942620009039

5. Data Peserta Didik


Tabel 3.5
Data Peserta Didik RA Nurul Falah Baturaja
Kelas Jumlah Peserta Didik
No Usia Jumlah
(kelompok) Laki-laki Perempuan
1. A 4-5 Tahun 7 8 15
2. B 5-6 Tahun 7 5 12
Jumlah 14 13 27

6. Keadaan Sarana Dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan salah satu penduukung pelaksanaan


pembelajaran pada suatu lembaga pendidikan (KBM). Keadaan sarana dan
prasarana yang di gunakan dalam proses pembelajaran di RA Nurul Falah
Baturaja yaitu pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.6
Sarana Dan Prasarana RA Nurul Falah Baturaja
No Bangunan/ Ruang Jumlah Ukuran Kondisi
1. Ruang Kelas 2 6x7 M Layak
2. Ruang Kantor 1 4x6 M Layak
3. Toilet 1 2x2 M Layak
4. Teras 1 4x5 M Layak
5. Gudang 1 2x1,5 M Layak
6. Area Bermain 1 7x7 M Layak

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian


1. Deskripsi Penelitian Pra Siklus
Sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas ini, peneliti melakukan
pengamatan pada motorik halus anak di RA Nurul Falah Baturaja sebagai langkah
39

awal. Hasil yang diperoleh dari pengamatan peneliti tentang kemampuan motorik
halus anak di RA Nurul Falah Baturaja akan dibandingkan dengan hasil setelah
tindakan melalui kegiatan diorama Perbandingan ini mempunyai tujuan untuk
mengetahui perkembangan motorik halus anak sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan. Pada observasi pra siklus yang dilakukan pada tanggal 3 februaari 2022,
pada saat tema pembelajaran tentang diri sendiri dengan sub tema anggota tubuh.
Pada tahap ini peneliti dan guru berkolaborasi melakukan bimbingan dan stimulasi
pada anak di RA Nurul Falah Baturaja untuk mengetahui perkembangan dan
mengoptimalkan keterampilan motorik halus anak di RA Nurul Falah Baturaja.
Berikut adalah hasil kemampuan pra siklus pada tanggal 3 februari 2022 dengan
menggunakan lembar ceklis observasi:
Tabel 3.7 Perkembangan Motorik Halus Anak Pra Siklus di RA Nurul Falah
Baturaja
Indikator Pencapaian Motorik
Nama Nama Jenis JML
Halus Anak Kriteria
Siswa Siswa Kelamin SKOR
a b c d e f g h
Azizan
1 Laki-Laki 1 1 2 BB
N.A
2 Ahmad Z Laki-Laki 1 1 1 3 MB
3 Meilah S Perempuan 1 1 BB
4 Viola A Perempuan 1 1 BB
5 Atika Z.R Perempuan 1 1 BB
6 Restu R. Perempuan 1 1 1 3 MB
7 Fahri A Laki-Laki 1 1 BB
8 Intan A.F. Perempuan 1 1 BB
9 Al Barru Laki-Laki 1 1 1 3 MB
10 Ulfa P.U. Perempuan 1 1 1 3 MB
11 Nabila K. Perempuan 1 1 BB
12 Juna A. Laki-Laki 1 1 2 BB

Keterangan:
a. Menggambar sesuai dengan gagasan
b. Menirukan bentuk
c. Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan
d. Menggunting sesuai pola
e. Mengunakan alat tulis dan alat makan yang benar
f. Menempel gambar dengan tepat

BB : Belum Berkembang
MB : Mulai Berkembang
BSH : Berkembang Sesuai Harapan
BSB : Berkembang Sangat Baik
40

Jadi dari hasil pra siklus ini, yang diujikan pada delapan indikator pada anak di RA
Nurul Falah Baturaja, dapat diambil sebuah data dimana, tahapan pada perkembangan
motorik halus anak di RA Nurul Falah yaitu 8 anak masuk dalam kategori BB (Belum
Berkembang) dan 4 anak masuk dalam kategori MB (Mulai Berkembang). Dengan
demikian dapat diketahui bahwa keterampilan motorik halus pada anak belum
berkembang dengan maksimal di RA Nurul Falah Baturaja. Maka dari itu, perlu
dilakukan penelitian tindakan kelas untuk mengembangkan kemampuan motorik halus
pada anak usia 5-6 tahun melalui kegiatan bermain diorama di RA Nurul Falah
Baturaja.
2. Deskripsi Penelitian Siklus I
a. Perencanaan Tindakan Siklus I
Pada tahapan perencanaan tindakan kelas I ini, peneliti akan melakukan
perencana dalam rangka untuk mengembangkan kemampuan motorik halus pada
anak usia 5-6 tahun di RA Nurul Falah Baturaja, sebagai berikut:
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH), yang
mencangkup kompetensi dasar, hasil belajar, indikator, tujuan pembelajaran,
materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah pembelajaran, alat dan
sumber atau bahan dan penilaian.
2) Mempersiapkan lembar observasi yang digunakan untuk mengamati
perkembangan motorik halus pada anak usia 5-6 tahun melalui kegiatan
bermain diorama di RA Nurul Falah Baturaja.
3) Menyiapkan media yang dibutuhkan dalam kegiatan bermain diorama yaitu lem
fox, karton, plastisin, dan bahan lainnya.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan pada siklus I ini terdiri dari 2 kali pertemuan, kegiatan ini dimulai
dari tanggal 4-5 juli 2022 mulai pukul 07.30-10.00 WIB. Pada pertemuan pertama
dilaksanakan pada hari Senin 4 juli 2022, pertemuan kedua pada tanggal 5 juli
2022 dengan tema diri sendiri sub tema anggota tubuh.
Pada pertemuan pertama hari Senin 4 juni 2022 pembelajaran dimulai pukul
07.30-10.00 WIB. Sebelum pembelajaran dimulai peneliti mempersiapkan segala
sesuatu yang dibutuhkan dalam penelitian baik media yang akan digunakan dalam
kegiatan bermain diorama yaitu lem fox. Kertas karton tebal, gunting, plastisin.
Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan berbaris di depan kelas sebelum
masuk. Kemudian berdoa bersama, lalu guru melakukan apresiasi tentang tema
pembelajaran hari itu. Anak-anak dikondisikan untuk mendengarkan penjelasan
Ibu guru dan Peneliti. Sebelum masuk pada materi pembelajaran tema diri sendiri
sub tema anggota tubuh, guru melakukan absensi kehadiran anak-anak, lalu anak-
anak diajak membaca dan menghafal surat-surat pendek Al Quran.
Pada tahapan selanjutnya kegiatan ini, peneliti dan guru menjelaskan tentang
tema pembelajaran yaitu tema diri sendiri dengan sub tema anggota tubuh. Lalu Ibu
guru dan Peneliti menjelaskan seluruh anggota tubuh yang ada di diri kita.
Selanjutnya, peneliti dan ibu guru menjelaskan cara bermain plastisin membentuk
anggota tubuh misal hidung. Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung,
peneliti dan guru memberikan bimbingan dan memotivasi anak-anak yang
mengalami kesulitan dalam mengikuti langkah-langkah nya. Setelah selesai anak-
anak diajak untuk mencuci tangan sampai bersih. Pada kegiatan akhir, peneliti dan
41

Ibu guru melakukan evaluasi, dengan tanya jawab tentang kegiatan hari ini, dan
memberikan motivasi serta berdoa untuk pulang dan salam.
Pertemuan kedua pembelajaran dilakukan pada tanggal 5 juni 2022 dimulai dari
pukul 07.30 WIB. Sebelum pembelajaran dimulai seperti biasa peneliti
mempersiapkan bahan-bahan dan media yang akan digunakan dalam penelitian dan
kegiatan pembelajaran. Media yang digunakan dalam kegiatan melukis dengan
tangan ini menggunakan media yang akan digunakan untuk bermain diorama
seperti lem fox dan kertas karton, gunting.
Pada kegiatan awal pembelajaran, dimulai dengan anak-anak berbaris di depan
kelas dan berdoa sebelum masuk kelas setelah itu bernyanyi lagu semangat
kesukaan anak-anak. Guru dan peneliti membimbing anak-anak untuk masuk kelas
dan duduk dengan tertib dan rapi pada bangku masing-masing. Lalu guru dan
peneliti, mengajak anak-anak untuk menghafal surat-surat pendek Al Quran dan
menghafal nama-nama malaikat serta menghafal huruf hijaiyah. Lalu guru
mengabsen kehadiran anak-anak, dan peneliti mempersiapkan media yang akan
digunakan pada pembelajaran. Kemudian guru dan peneliti menjelaskan tema
pembelajaran. Anak-anak dikondisikan untuk menyimak dan mendengarkan
penjelasan guru dan peneliti tentang materi yang disampaikan.
Kegiatan selanjutnya, adalah guru dan peneliti menjelaskan tata cara membuat
bentuk anggota tubuh dengan plastisin yang sudah tersedia di meja masing-masing
anak-anak. Kemudian anak-anak diberikan kebebasan untuk membentuk sesuai
pola dengan mengekspresikan sesuai keinginan anak-anak. Guru dan peneliti
melakukan bimbingan kepada anak-anak yang mengalami kesulitan dalam kegiatan
pembelajaran. Selanjutnya setelah selesai kegiatan, guru dan peneliti mengajak
anak-anak untuk mencuci tangan sampai bersih. Pada kegiatan akhir, peneliti dan
guru melakukan evaluasi, tanya jawab tentang macam-macam buah lalu persiapan
untuk pulang berdoa dan salam.
c. Observasi I
Hasil pengamatan pertemuan pertama tanggal 4 juli 2022 pada kegiatan
bermain membuat bentuk anggota tubuh pada tema diri sendiri di RA Nurul Falah
Baturaja.
Tabel 3.8 Perkembangan Motorik Halus Anak Siklus I Pertemuan I
di RA Nurul Falah Baturaja
Indikator Pencapaian Motorik
Nama Jenis JML
No Halus Anak Kriteria
Siswa Kelamin SKOR
a b c d e f g h
Azizan
1 Laki-Laki 1 1 2 BB
N.A
2 Ahmad Z Laki-Laki 1 1 1 1 1 5 BSH
3 Meilah S Laki-Laki 1 1 1 3 MB
4 Viola A Perempuan 1 1 1 3 MB
5 Atika Z.R Perempuan 1 1 2 BB
6 Restu R. Perempuan 1 1 1 1 4 MB
7 Fahri A Laki-Laki 1 1 2 BB
8 Intan A.F. Perempuan 1 1 2 BB
42

Indikator Pencapaian Motorik


Nama Jenis JML
No Halus Anak Kriteria
Siswa Kelamin SKOR
a b c d e f g h
9 Al Barru Laki-Laki 1 1 1 3 MB
10 Ulfa P.U. Perempuan 1 1 1 1 1 5 BSH
11 Nabila K. Perempuan 1 1 2 BB
12 Juna A. Laki-Laki 1 1 2 BB

Berdasarkan data diatas dari enam indikator yang peneliti amati pada kegiatan
siklus I pertemuan pertama pada tanggal 4 juni 2022 dalam upaya meningkatkan
kemampuan motorik halus anak dengan dengan media diorama, yang peneliti catat
pada lembar observasi bahwa perkembangan motorik halus pada anak usia 5-6
tahun di RA Nurul Falah Baturaja masih belum berkembang dengan baik, hal ini
dapatkan pada hasil pengamatan yaitu 6 anak dalam tahapan belum berkembang
(BB), 4 anak pada tahan mulai berkembang (MB), 2 anak berkembang seperti
harapan (BSH)
Dari hasil pengamatan pada Siklus I pertemuan kedua pada tangga 5 juni 2022
pada kegiatan dalam upaya meningkatkan kemampuan motorik halus anak dengan
dengan media diorama, yang peneliti catat pada lembar observasi bahwa
perkembangan motorik halus pada anak usia 5-6 tahun di RA Nurul Falah Baturaja
sebagai berikut :
Tabel 3.9 Perkembangan Motorik Halus Anak Siklus I Pertemuan II
di RA Nurul Falah Baturaja.
Indikator Pencapaian Motorik
Nama Jenis JML
No Halus Anak Kriteria
Siswa Kelamin SKOR
a b c d E f g h
Azizan
1 Laki-Laki 1 1 1 1 4 MB
N.A
2 Ahmad Z Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 7 BSB
3 Meilah S Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 6 BSH
4 Viola A Perempuan 1 1 1 1 1 1 6 BSH
5 Atika Z.R Perempuan 1 1 1 1 4 MB
6 Restu R. Perempuan 1 1 1 1 4 MB
7 Fahri A Laki-Laki 1 1 2 BB
8 Intan A.F. Perempuan 1 1 1 1 4 MB
9 Al Barru Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 6 BSH
10 Ulfa P.U. Perempuan 1 1 1 1 1 5 BSH
11 Nabila K. Perempuan 1 1 1 1 4 MB
12 Juna A. Laki-Laki 1 1 1 1 1 5 BSH

Dari hasil pengamatan siklus I pada pertemuan kedua tanggal 2 Nopember


2021, dengan menggunakan lembar observasi pada delapan indikator yang diamati
pada kegiatan melukis dengan jari dengan tema apel pada perkembangan motorik
halus anak usia 5-6 tahun di RA Nurul Falah Baturaja. Bahwa perkembangan
motorik halus anak usia 5-6 tahun di RA Nurul Falah Baturaja yaitu 1 anak belum
43

berkembang (BB), 5 anak mulai berkembang (MB), 5 anak berkembang sesuai


harapan (BSH), 1 anak (BSB).
Berdasarkan hasil tindakan dan pengamatan motorik halus pada siklus I dari
pertemuan pertama dan kedua pada setiap pertemuan mengalami perkembangan
menuju baik. Akan tetapi, hasil ini belum dikatakan berhasil apabila 12 anak
mampu mencapai kriteria perkembangan berkembang sesuai harapan (BSH).
d. Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil tindakan pada penelitian siklus I, dapat diketahui bahwa
perkembangan motorik halus anak melalui media diorama masih kurang
berkembang. Hal ini dikarenakan jari-jari anak belum terbiasa dan lentur dalam
kegiatan dengan tangan. Maka dari itu peneliti melakukan refleksi terhadap
kegiatan pada siklus I yang hasilnya diperoleh sebagai berikut:
1) Beberapa anak masih mengalami kesulitan dalaam membentuk anggota tubuh
dengan plastisin.
2) Masih ditemukan beberapa anak yang menacapkan stik nya di beraturan
3) Masih ditemukan anak-anak yang belum bisa mengembangkan imajinasi kreasi
dalam kegiatan bermain diorama.
4) Beberapa anak masih belum bisa memotong sesuai dengan pola yang teratur.
5) Beberapa anak masih belum bisa mengekspresikan kemampuan dalamnya.
6) Peneliti harus memperhatikan dan memberikan motivasi anak serta memberikan
komunikasi yang baik bagi anak yang membutuhkan.
Dari hasil tindakan dalam penelitian siklus I belum memuaskan dan belum
mencapai tujuan perkembangan yang diharapkan, maka peneliti melanjutkan
tindakan pada siklus II dengan tujuan agar motorik halus anak usia 5-6 tahun di RA
Nurul Falah Baturaja dapat berkembang dengan baik dan maksimal, melalui
kegiatan bermain diorama.

3. Deskripsi Penelitian Siklus II


a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan pada siklus II ini akan dilakukan sebanyak 2 kali
pertemuan. Kegiatan bermain diorama akan dilaksanakan pada tanggal 11-12 juli
dari pukul 07.30-10.00 wib di RA Nurul Falah Baturaja. Tindakan siklus II ini
diharapkan dapat memberikan perkembangan yang lebih baik dalam
mengembangkan motorik halus pada anak usia 4-5 tahun di RA Nurul Falah
Baturaja. Maka dari itu perlu adanya, perbaikan dalam pelaksanaan tindakan siklus
II, adapun langkah yang direncanakan dalam perbaikan siklus II ini adalah:
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) sebagai pedoman
dalam kegiatan penelitian yang akan dilakukan.
2) Mempersiapkan instrument penelitian berupa lembar observasi.
3) Menyiapkan bahan-bahan dan media yang digunakan dalam kegiatan
4) Meja belajar agar anak-anak tidak kesulitan pada saat kegiatan berlangsung.

b. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan tindakan siklus II ini, pada kegiatan membuat diorama
pada anak-anak usia 5 tahun di RA Nurul Falah Baturaja dalam mengembangkan
44

motorik halus akan dilakukan dalam dua sesi pertemuan yaitu mulai tanggal 11-12
juli 2022 dari pukul 07.30-10.00 WIB. Pada pertemuan sesi pertama dilaksanakan
pada hari Senin 11 juli 2022 dan pertemuan sesi kedua dilaksanakan pada hari
Selasa 12 juli 2022 dengan tema diriku dan sub tema anggota tubuh. Semua
kegiatan pada siklus II ini akan diamati dan dicatat oleh peneliti dalam lembar
observasi.
Pada siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 11 juli
2022, kegiatan ini dimulai dari pukul 07.30-10.00 wib. Sebelum kegiatan ini
dilakukan oleh peneliti dan guru. Peneliti dan guru mempersiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan dalam kegiatan tindakan ini. Media yang digunakan dalam
meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia 5-6 tahun di RA Nurul Falah
Baturaja.
Kegiatan awal pembelajaran diawali dengan anak-anak berbaris di halaman
kelas lalu berdoa dan mengucap salam. Kemudian guru mengajak anak-anak untuk
menghafal surat-surat pendek. Setelah itu peneliti, melakukan apersepsi tentang
pembelajaran yang akan dilakukan dengan tema tanaman pada sub tema pohon
pada hari itu. Kemudian guru mengkondisikan anak-anak untuk duduk dan
menyimak dengan khidmat penjelasan dari peneliti.
Sebelum kegiatan dimulai yang bertema diriku dan sub tema anggota tubuhku.
Peneliti bertanya pada anak-anak, apa saja anggota yang ada ditubuh kita. Pada
kegiatan ini peneliti menjelaskan tentang tema diriku dengan mencontohkan dahulu
yang sudah ada pada gambar di lembar kerja. Kemudian dengan mengambil bahan
yang telah disiapkan Kemudian dilanjutkan dengan membuat garis-gari
melengkung pada pola yang sudah ada. Selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, peneliti membimbing dan memotivasi anak dalam mengikuti langkah-
langkah membuat diorama.
Setelah anak mengikuti langkah-langkah melukis pohon dengan jari jemari,
anak-anak diberikan kebebasan untuk mengekspresikan dan imajinasi anak-anak
dalam mengkombinasikan warna. Kemudian anak-anak memotong pola pohon
untuk ditempelkan pada pola yang sudah ada pada kertas yang sudah disediakan
oleh peneliti.
Setelah kegiatan itu, anak-anak diajak untuk cuci tangan dengan sabun dan
mengelap dengan serbet yang kering sampai bersih. Kemudian peneliti melakukan
evaluasi pada hasil yang dikerjakan oleh anak-anak. Setelah melakukan evaluasi
pada hasil karya anak-anak dengan membuat media diorama, peneliti melakukan
tanya jawab pada kegiatan hari itu, lalu bersiap-siap untuk berdoa sebelum pulang
dan salam.
Pada tanggal 11 Juli 2022, tindakan siklus II pada pertemuan kedua
dilaksanakan dimulai dari pukul 07.30-10.00 WIB. Sebelum kegiatan dilaksanakan
seperti biasa anak-anak berbaris di halaman kelas dan melakukan berdoa bersama,
kemudian guru mengabsen kehadiran anak-anak. Setelah itu, peneliti membimbing
anak-anak untuk berhitung angka mulai dari 1 sampai 50 angka dan menghafal
bentuk-bentuk anggota tubuh.
Kemudian peneliti mengkondisikan anak untuk duduk di bangku masing-
masing. Lalu, peneliti menerangkan materi tema pohon pada anak-anak yang akan
dilakukan pada kegiatan melukis dengan jari bersama-sama dalam pembelajaran.
45

Langkah selanjutnya adalah peneliti menjelaskan bagaimana langkah-langkah


membuat diorama dengan bahan yang telah disiapkan sebelum nya. Selama proses
kegiatan ini, peneliti membimbing dan mengarahkan anak-anak cara membuat
medai diorama dengan bahan yang ada. Anak-anak diberikan kebebasan untuk
mengkombinasikan membuat bentuk anggota tubuh dengan imajinasi mereka
masing-masing. Setelah kegiatan selesai anak-anak menempelkan satu persati di
steropom yang telah disiapkan sebelumnya. Setelah itu, guru melakukan evaluasi
dari hasil karya anak-anak pada kegiatan membuat diorama, Sebelum kegiatan
berakhir, guru bertanya jawab kepada anak-anak tentang kegiatan yang telah
dilakukan hari ini, persiapan pulang ke rumah masing-masing anak-anak diajak
berdoa dan salam.
c. Pengamatan
Hasil pengamatan pada siklus II ini terdiri dari pengambilan observasi pada
tanggal 11-12 juli 202 pada pertemuan pertama dan kedua yang dimulai kegiatan
dari pukul 07.30-10.00 WIB. Berdasarkan hasil pengamatan pada anak usia 5-6
tahun pada kegiatan membuat media diorama di RA Nurul Falah Baturajapada
tanggal 12 juli 2022 pada tindakan siklus II kegiatan pertemuan pertama
didapatkan bahwa keterampilan motorik halus anak usia 5-6 tahun di RA Nurul
Falah Baturaja yaitu: 2 anak masuk mulai berkembang (MB), 7 anak berkembang
sesuai harapan (BSH) dan 3 anak berkembang sangat baik (BSB). Berikut adalah
hasil observasi pada tanggal 11 juli 2022:

Tabel 3.10 Perkembangan Motorik Halus Anak Siklus II Pertemuan I


di RA Nurul Falah Baturaja.
Indikator Pencapaian Motorik
Nama Jenis JML
No Halus Anak Kriteria
Siswa Kelamin SKOR
a b c d e f g h
Azizan
1 Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 6 BSH
N.A
2 Ahmad Z Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 7 BSB
3 Meilah S Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 7 BSB
4 Viola A Perempuan 1 1 1 1 1 5 BSH
5 Atika Z.R Perempuan 1 1 1 1 1 1 6 BSH
6 Restu R. Perempuan 1 1 1 1 4 MB
7 Fahri A Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 6 BSH
8 Intan A.F. Perempuan 1 1 1 1 1 1 6 BSH
9 Al Barru Laki-Laki 1 1 1 1 4 MB
10 Ulfa P.U. Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 7 BSB
11 Nabila K. Perempuan 1 1 1 1 1 5 BSH
12 Juna A. Laki-Laki 1 1 1 1 1 5 BSH

Berdasarkan hasil pengamatan pada tindakan siklus II pada pertemuan kedua


pada tanggal 12 juli 2022 yang dimulai dari pukul 07.30-10.00 WIB di RA Nurul
Falah Baturaja, pada motorik halus anak usia 5-6 tahun didapatkan data sebagai
berikut:
46

Tabel 3.11 Perkembangan Motorik Halus Anak Siklus II Pertemuan II


di RA Nurul Falah Baturaja.
Indikator Pencapaian Motorik
Nama Jenis JML
No Halus Anak Kriteria
Siswa Kelamin SKOR
a b C d e f g h
Azizan
1 Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 7 BSB
N.A
2 Ahmad Z Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 8 BSB
3 Meilah S Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 7 BSB
4 Viola A Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 7 BSB
5 Atika Z.R Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 7 BSB
6 Restu R. Perempuan 1 1 1 1 1 1 6 BSH
7 Fahri A Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 7 BSB
8 Intan A.F. Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 7 BSB
9 Al Barru Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 7 BSB
10 Ulfa P.U. Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 7 BSB
11 Nabila K. Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 8 BSB
12 Juna A. Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 6 BSH

Data diatas dapat dipahami yaitu: terdapat 2 anak masuk dalam kategori
berkembang sesuai harapan (BSH) dan 10 anak berkembang sangat baik (BSB).
Hal ini menunjukkan perkembangan motorik halus pada anak usia 5-6 tahun di RA
Nurul Falah Baturaja berkembang dengan sangat baik.

d. Refleksi
Berdasarkan hasil tindakan dan pengamatan pada siklus II selama dua hari
pertemuan pada tanggal 11-12 juli 2022 yang dimulai dari pukul 07.30-10.00 WIB
di RA Nurul Falah Baturaja dalam kegiatan membuat diorama guna
mengembangkan motorik halus pada anak usia 5-6 tahun mengalami
perkembangan yang signifikan dan baik. Hal ini dilihat dari hasil siklus II pada
pertemuan pertama dan kedua mengalami perkembangan yang sangat bagus dan
baik. Jadi tindakan penelitian selanjut tidak diperlukan, karena penelitian tindakan
melukis dengan jari pada anak usia 5-6 tahun di RA Nurul Falah Baturaja sudah
mencapai kriteria perkembangan berkembang sesuai harapan (BSH) dan
berkembangan sangat baik (BSB).
2. Analisis Data
Hasil dari tindakan penelitian mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II bahwa
perkembangan motorik halus pada anak usia 5-6 tahun di RA Nurul Falah Baturaja,
mengalami perkembangan yang baik pada setiap pertemuan. Hal diperkuat dengan
analisis data yang didapatkan dari hasil tindakan penelitian dan pengamatan pada
upaya meningkatkan motorik halus melalui media diorama dibawah ini:

Gambar 3. 2 Grafik Hasil Perbandingan Perkembangan Motorik Halus Pada


Anak Usia 5-6 Tahun Pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II Di RA Nurul Falah
Baturaja.
47

Keterangan:
PRA: Pra Siklus
SKI.1: Siklus I Pertemuan I
SKI.2: Siklus I Pertemuan II
SKII.1: Siklus II Pertemuan I
SKII.2: Siklus II Pertemuan II

Berdasarkan data diatas, dari hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan dari
pra siklus hingga selesai siklus II menunjukkan bahwa adanya perkembangan yang
baik pada motorik halus anak pada usia 5-6 tahun dalam kegiatan membuat diorama.
Hal ini membuktikan bahwa adanya dampak positif dari kegiatan tersebut. Berikut
adalah data tabel rincian hasil penelitian dari pra siklus, siklus I dan siklus II:

Tebel 3.12 Data Tabel Perkembangan Motorik Halus


Pada Anak Usia 5-6 Tahun melalui media diorama
di RA Nurul Falah Baturaja
Jenis Tindakan BB MB BSH BSB TTL
Pra Siklus 8 4 2 0 12
Siklus I Pertemuan I 6 4 2 0 12
Siklus I Pertemuan II 1 5 5 1 12
Siklus II Pertemuan I 0 2 7 3 12
Siklus II Pertemuan II 0 0 10 2 12

Total Skor 15 15 26 5 60

Berdasarkan data pada tabel 3.12 tersebut, dapat kita ketahui adanya perkembangan
yang baik dari setiap sesi tindakan perkembangan motorik halus pada anak usia 5-6
tahun di RA Nurul Falah Baturaja, dimana pada tindakan pra siklus didapatkan 8 anak
dalam kategori belum berkembang, kemudian pada siklus I pertemuan I terdapat
penurun yaitu 6 anak masuk dalam tahapan belum berkembang. Sedangkan pada tahap
siklus I pada pertemuan II terdapat 1 anak yang masih belum berkembang. Lalu
dilanjutkan penelitian pada tindakan siklus II pada pertemuan kedua tidak ditemukan
anak pada tahapan belum berkembang, pada tahapan akhir ini anak sudah bisa
48

berkembang dengan baik dan benar dalam meningkatkan motorik halus anak melalui
media diorama ini..
Berdasarkan data pada tabel 3.12, dapat diketahui bahwa dimana semakin
berkembangnya motorik halus pada anak usia 5-6 tahun di RA Nurul Falah Baturaja
melalui media diorama. Dengan kata lain, indikator kinerja pada penelitian ini dapat
tercapai pada siklus II pada pertemuan II, dengan menunjukkan perkembangan yang
sangat baik. Sehingga penelitian meningkatkan kemampuan motorik halus melalui
media diorama di RA Nurul Falah Baturaja berkembang sangat baik.

3. Pembahasan
Hasil penelitian tindakan kelas dalam rangka mengembangkan motorik halus pada
anak usia 5-6 tahun di RA Nurul Falah Baturaja melalui media diorama dapat
dilakukan pembahasan sebagai berikut:
1. Perkembangan keterampilan motorik halus akan bertambah dan berkembang
seiring dengan bertambah usia anak. Namun pada perkembangan motorik halus
pada anak sangat tergantung pada stimulasi yang diberikan pada anak. Karena
perkembangan adalah proses perubahan dari kapasitas fungsional atau kemampuan
kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan yang terorganisasi dan terspesialisasi. 56
Maka dari itu anak-anak harus diberikan sebuah stimulasi untuk bisa mengembang
motorik halus ini. Untuk mendapatkan perkembangan yang optimal maka
diperlukan stimulasi yang secara insentif diberikan kepada anak. Pada usia 5-6
tahun ini koordinasi mata dan tangan anak akan semakin membaik. Anak sudah
dapat menggunakan kemampuannya untuk melatih diri dengan bantuan orang
dewasa, salah satu kegiatan yang bisa mengembangkan motorik halus adalah
kegiatan membuat diorama dengan plastisin, anak bisa belajar membentuk bagian-
bagian tubuh mereka dan mengekspresikan imajinasi dalam bentuk kreasi tubuh
mereka seperti hidung, tangan seperti yang dicontohkan sebelumnya. Karena pada
dasarnya perkembangan motorik ini sangat penting dalam perkembangan individu
secara keseluruhan. Hurlock menjelaskan fungsi dari perkembangan motorik bagi
anak adalah dapat menghibur dan perasaan senang pada anak melalui
perkembangan keterampilan, memberikan rasa percaya diri pada anak, dan melalui
perkembangan motorik halus ini anak akan belajar menyesuaikan dengan
lingkungan sekolah pada usia pra sekolah atau persiapan untuk usia kelas awal SD
sudah dapat dilatih membentuk, menggambar, melukis, baris dan persiapan
menulis.57
2. Kegiatan anak dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai positif
dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran dengan memanfaatkan sumber belajar
untuk menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan efektif. Dengan kata lain,
kualitas pembelajaran sama dengan pembelajaran yang efektif. Bahwa salah satu
fungsi media pembelajaran adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan
kualitas pembelajaran.58 Salah satu media pembelajaran yang bisa diterapkan dan

56
Sumantri, Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini, ( Jakarta:
Kementerian Pendidikan Tinggi, 2015), hlm.99.
57
Elizabeth Hurlock B., Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 2016), hlm. 145.
58
Badru Zaman dkk, Media dan Sumber Belajar TK, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2015), hlm. 45.
49

dilaksanakan pada anak usia 45-6 tahun dalam rangka mengembangkan motorik
halus di RA Nurul Falah Baturaja adalah melalui media diorama. Melalui media
melukis, anak-anak akan lebih bebas mengekspresikan dirinya dalam menafsirkan
objek yang dilukis sesuai persepsi dan daya imajinasi dari perasaan anak. Kegiatan
ini pada anak-anak usia 5-6 tahun dalam rangka mengembangkan motorik halus di
RA Nurul Falah Baturaja, merupakan sebuah tindakan penelitian mulai dari pra
siklus sampai dengan siklus II. Kegiatan ini dapat memberikan melatih
keterampilan tangan, kelenturan tangan, kerapian dan keindahan dari setiap
goresan tangan pada kanvas kertas. Menurut Sumanto bahwa dalam kegiatan
melukis dengan jari dapat membantu anak untuk berlatih gerakan tubuh. 59 Dalam
hal ini, peneliti mengamati dan mencatat hasil dari kegiatan yang dilakukan anak
usia 5-6 tahun di RA Nurul Falah Baturaja. baik itu kelenturan jari tangan anak-
anak dalam kegiatan melukis dengan jari. Dalam kegiatan ini yang dilakukan anak-
anak usia 5-6 tahun di RA Nurul Falah Baruraja adalah membentuk plastisin
bermacam-macam pada pola gambar yang sudah tersedia. Untuk dapat memenuhi
pola pada gambar, maka dibutuhkan sebuah kelenturan tangan dari anak-anak
dengan tepat dan rapi agar hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Kegiatan ini, dapat mengembangkan dan melatih motorik halus anak
yang melibatkan otot-otot tangan atau jari, melatih koordinasi otot dan mata,
mengekspresikan perasaan melalui goresan-goresan serta mengembangkan ekspresi
melalui melukis dengan gerakan tangan. Hal ini juga diperkuat oleh Slamet
Suyanto, yang menyatakan bahwa kegiatan ini dapat mengembangkan dan melatih
motorik halus dala bidang seni dengan kegiatan melukis dengan jari pada anak-
anak.60

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

59
Sumanto, Seni Keterampilan Anak, (Jakarta: CV Medina Data, 2016), hlm. 132.
60
Slamet Suryanto, Konsep Dasar PAUD, (Jakarta: CV Meida Literasi, 2016), hlm. 231.
50

Penelitian tindakan kelas ini menyimpulkan bahwa Meningkatkan


Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Media Diorama Kelompok
B Di RA Nurul Falah Baturaja. perkembangan anak usia dini pada umur 5-6
tahun adalah adanya gerakan otot yang teratur berkoordinasi dengan baik mata
dan tangan jari jemari dengan baik sehingga dapat melakukan kegiatan seperti
menggegam, menulis, melukis, mengguting dan merangkai bentuk-bentuk.

B. SARAN
Berdasarkan penjelasan judul diatas maka dapat disimpulkan yang
dimaksud dengan judul penelitian ini adalah proses mengembangkan kemampuan
otot-otot kecil berupa gerakan jari jemari tangan pada anak usia 4-5 tahun dengan
kegiatan melukis dengan jari jemari di PAUD Latansa Kabupaten Tanggamus.
1. Mengembangkan kemampuan motorik halus adalah proses kemampuan
menggerakkan otot-otot yang kecil untuk menghasilkan tindakan gerak berupa
jari jemari tangan untuk terorganisasi yang digunakan untuk menulis,
menggambar, dan melukis.
2. Anak usia 4-5 tahun adalah usia peserta didik antara 4-5 tahun pada PAUD
Lantasa Kabupaten Tanggamus yang akan menjadi objek penelitian.
3. Melukis dengan jari adalah jenis kegiatan menggambar dengan cara
menggoreskan adonan warna pada bidang kanvas gambar secara langsung
dengan jari jemari secara bebas.

DAFTAR PUSTAKA
51

A timothy, judge, p. stephen, Robbins. “Upaya Meningkatkan Bahasa Ekspresif


Melalui Media Diorama Kelompok TK A Di TK Al-Pankuli Bandung,”
2008, 56–66.
AH Sanaky Hujair. “Media Pembelajaran Interatif-Inovatif.” (Yogyakarta:
Kcaukaba Dipantara,), 2013, hlm.133.
Anas Sudijono. “Pengantar Statistik Pendidikan.” (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2010), n.d., h.45.
Anita Syarifah. Mengembangkan Motorik Halus Anak Prasekolah Dengan Paper
Toys, 2022.
Arsyad, Azhar. “Media Pembelajaran.” (Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada),
2013, hlm. 29–30.
Azhar Arsyad. “Media Pembelajaran.” (Jakarta : Rajawali Pers,), 2013, hlm. 3.
B Elizabeth, Hurlock. “Perkembangan Anak.” (Jakarta: Erlangga), n.d., hlm 156.
Baik Nilawati Astini, Nurhasanah, Ika Rachmayani, I Nyoman Suarta Universitas.
“Identifikasi Pemanfaatan Alat Permainan Edukatif (APE) Dalam
Mengembangkan Motorik Halus Anak.” Journal of Chemical Information
and Modeling 53, no. 9 (2019): 1689–99.
Daryanto. “Media Pembelajaran.” (Yogyakarta: Garva Media), 2010, hlm. 30–31.
———. “Media Pembelajaran.” (Yogyakarta: Gava Media,), 2010, hlm.29.
Dr. Khadijah, M.Ag. dan Nurul Amelia, M.Pd. Perkembangan FISIK MOTORIK
Anak Usia Dini, 2020.
Enah Suminah et al. “Pedoman Penilaian Pembelajaran Pendidikan Anak Usia
Dini.” (Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini,
Kementrian Pendidikan Dan kebudayaan,2018), n.d., h.5.
Gearlach, V.G dan Ely, D.P. “Teaching and Media.A Systematic Aproach.
Englewood Cliffs.” Prentice-Hall, Inc, 1971, h.3.
Hasanah, Arkas. “Pengaruh Pembuatan Media Diorama Terhadap Perkembangan
Kemampuan Motorik Halus Anak Di TK Jannatul Ma’wa Padang,” 2019.
Hasanah, Arkas, and Elise Muryanti. “Pengaruh Penggunaan Media Diorama
Terhadap Perkembangan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini.”
Aulad : Journal on Early Childhood 2, no. 2 (2019): 1–7.
https://doi.org/10.31004/aulad.v2i2.29.
Hasanah, Neneng, Andi Musda Mappapoleonro, and Chrisnaji Banindra Yudha.
“Upaya Meningkatkan Motorik Halus Melalui Media Kolase,” 2019, 1–6.
ibid. “Ibid.” Ibid, n.d., hlm. 5–6.
Ibid, mengutip Gearlach, V.G dan Ely, D.P. “Teaching and Media.A Systematic
Aproach. Englewood Cliffs.” Prentice-Hall, Inc, 1997, h. 8.
Indraswari, Lolita. “Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini
Melalaui Kegiatan Mozaik Di Taman Kanak-Kanak Pembina Agam.” Jurnal
Pesona PAUD Vol.1.No.1 1, no. 2 (n.d.): 1.
Kartono. “Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Halus Anak Usia
Dini,” 2010, 9.
52

Kumalasari, Ratna Dwi. “Upaya Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus


Anak Usia Dini Melalui Metode Proyek Membuat Mobil-Mobilan
Menggunakan Media Kardus Bekas.” Pendidikan Anak Usia Dini, 2014, 8.
Kurniawati, D., M. Masykuri, and S. Saputro. “Penerapan Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Dilengkapi Lks Untuk Meningkatkan Keterampilan
Proses Sains Dan Prestasi Belajar Pada Materi Pokok Hukum Dasar Kimia
Siswa Kelas X Mia 4 Sma N 1 Karanganyar Tahun Pelajaran 2014/2015.”
Jurnal Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret 5, no. 1 (2016): 88–95.
Kustandi Cecep dan Bambang Sutjipta. “Media Pembelajaran.” (Jakarta: Ghalia
Indonesia,), 2013, hlm. 50.
Lukman Nul Hakim. “Ulasan Metodologi Kualitatif: Wawancara Terhadap Elit,.”
Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial 4, no.2, n.d., h.167.
maswiyah. “Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Media Diorama.”
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2013, hlm. 109–10.
Meutiana, Meutiana. “Meningkatkan Prestasi Dan Motivasi Belajar Siswa Dengan
Pengajaran Berbasis Inkuiri Pada Siswa Kelas VII.3 SMP Negeri 2
Peusangan Bireuen.” CIRCUIT: Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro 1,
no. 1 (2015): 20–28. https://doi.org/10.22373/crc.v1i1.307.
Mohamad Syarif S. “Strategi Pembelajaran Teori Praktik Di Tingkat Pendidikan
Dasar,.” (Pt RajaGrafindo Persada, Jakarta), 2016, hlm. 303.
Munadi. “Media Pembelajaran Diorama.” Media Pembelajaran, 2013, h. 109–10.
Nasution. “Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar.” (Jakarta: PT.
Bumi Aksara), 2013, hlm.2.
Nurjani, Yan Yan. “Upaya Mengembangkan Motorik Halus Anak Usia Dini
Melalui Kegiatan Menggunting.” Journal of SPORT (Sport, Physical
Education, Organization, Recreation, and Training) 3, no. 2 (2019): 85–92.
https://doi.org/10.37058/sport.v3i2.1026.
Nurlaili. “Modul Pengembangan Motorik Halus Anak Usia Dini.” Modul, 2019, 4.
“Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia no.137 Tahun 2014
Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.,” n.d., h.22.
Primayana, Kadek Hengki. “Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus
Berbantuan Media Kolase Pada Anak Usia Dini.” Purwadita: Jurnal Agama
Dan Budaya 4, no. 1 (2020): 91–100.
http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/Purwadita.
Purnamasari, Ni Kadek Novia, I Gusti Agung Oka Negara, and I Made Suara.
“Penerapan Metode Demonstrasi Melalui Kegiatan Melipat Kertas
( Origami ) Untuk Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus Anak.” E-
Journal PG-PAUD 2, no. 1 (2014): 1–10.
Rahmawati Matondang. RAGAM MEDIA PEMBELAJARAN DI SD/MI UNTUK
PEMBELAJARAN PPKn, 2021.
Rivai, Nana Sudjana dan Ahmad. “Media Pengajaran.” (Bandung: Sinar Baru
Algesindo), 2011, hlm. 170.
53

Siddiq, Hasbi. “Hakikat Pendidikan Islam.” Al-Riwayah: Jurnal Kependidikan 8,


no. 1 (2016): 89–103. https://e-jurnal.iainsorong.ac.id/index.php/Al-
Riwayah/article/download/109/104.
“Siklus Penelitian Tindakan Model Kemmis Dan Mc. Tanggart,” n.d.
Slamet Suyanto. “Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.”
(Yogyakarta:Hikayat), 2005, hlm.114.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. “Media Pengajaran.” (Bandung: Sinar Baru
Algensindo), 2011, hlm.2.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. “Media Pengajaran.” (Bandung: Sinar Baru
Algensindo), 2011, hlm.3–4.
Sugiyono. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D,.” (Bandung:
Alfabeta, 2015), n.d., h.240.
Sutrisno Hadi. “Metodelogi Research,.” (Yogyakarrta: Yayasan Penerbit FB
UGM, 1990), n.d., h.286.
Suwandi, Sarwiji. “Modul Pendidikan Dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG)
Penelitian Tindakan Kelas.” Modul, 2013, 36.
Tanto, Octavian Dwi, and Aulia Humaimah Sufyana. “Stimulasi Perkembangan
Motorik Halus Anak Usia Dini Dalam Seni Tradisional Tatah Sungging.”
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 4, no. 2 (2020): 575.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v4i2.421.
Utaminingsih, Sri. “Kebijakan Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini
( PAUD ) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional Dalam Perspektif Negara Hukum Kesejahteraan
( Studi Kasus Di Kota Tangerang Selatan ).” Proceedings Universitas
Pamulang 1(1), no. 4 (2010): 59–79.
http://openjournal.unpam.ac.id/index.php/Proceedings/article/view/2168.
wina sanjaya. “Penelitian Tindakan Kelas.” (Jakarta : Kencana, 2009), n.d., h.86.
Zulkifli, Lisa Andriani Saragih dan. “ANALISIS KERAJINAN SOUVENIR
DIORAMA BERBAHAN LIMBAH PADA PENGRAJIN DIKRAF
BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP DESAIN Abstrak.” Gorga Jurnal
Seni Rupa 08 (2019): 273.
Zulkifli, Zulkifli. “Upaya Guru Mengembangkan Media Visual Dalam Proses
Pembelajaran Fiqih Di MAN Kuok Bangkinang Kabupaten Kampar.” Al-
Hikmah: Jurnal Agama Dan Ilmu Pengetahuan 14, no. 1 (2018): 18–37.
https://doi.org/10.25299/al-hikmah:jaip.2017.vol14(1).1170.

Anda mungkin juga menyukai