Anda di halaman 1dari 128

PENANAMAN NILAI-NILAI

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI


WACANA PLURALITAS KEBERAGAMAAN
DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO
KEC TUNTANG KAB SEMARANG
TAHUN 2014

SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

S A L A T IG ft

Oleh:
AULIA
y
ULFA DEWI
NIM 11110167

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2015
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721
Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail; administrasi@iainsalatiga.ac.id

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa

skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pemah

diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang

lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan

rujukan.

Apabila dikemudian hari temyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang

lain di luar referensi yang peneliti cantumkan maka peneliti sanggup

mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang

munaqasyah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dimaklumi.

Salatiga, 11 Februari2015

NIM: 111 10167


KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAM A ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721
Website : www.iainsalatiga.ac.id E -m ail: administrasi@iainsalatiga.ac.id
Dr. Mukti Ali,M.hWn
Dosen IAIN Salatiga
Persetuiuan Pembimbing
Lamp : 5 Eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
Saudara : Aulia Ulfa Dewi
Kepada:
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu alaikum Wr. Wb
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini,
Kami kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama : Aulia Ulfa Dewi
NIM : 11110167
Jurusan : PAI
Judul : PENANAMAN NILAI-NILAI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MELALUI WACANA PLURALITAS KEBEAGAMAAN
DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO GEDANGAN,
TUNTANG, KAB. SEMARANG TAHUN 2014
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera
dimunaqasyahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu 'alaikum Wr. Wb
Salatiga, 4 Maret 2015
Pembimbing
SKRIPSI
PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MELALUI WACANA PLURALITAS KEBEAGAMAAN
DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO GEDANGAN
KEC. TIJNTANG, KAB. SEMARANG TAHUN 2014

DISUSUN OLEH

AULIA ULFA DEWI

111 10 167

Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan


Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga, pada tanggal 31 Maret 2015 dan telah dinyatakan memenuhi
syarat guna memperoleh gelar sarjana SI Kependidikan Islam

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Drs. Abdul Syukur, M.Si

Sekretaris Penguji : Dr. Mukti Ali, M.Hum

Penguji I : Drs. Ulfah Susilawati, M.Si

Penguji II

v
M OTTO

o ./. o:
> 4 * * u 2j U U \jjJu j *>- ^ y j c. % y aji i i
s' s' s' s' fi s'

...S e s u n g g u h n y a A lla h t id a k m e ru b a h kcadaan s e s u a tu kaum

s e h in g g a m c re k a m e ru b a h keadaan yang ada pada d ir i m e re k a

s e n d i r i . . ( A r - R a 'a d 1 1 )

vi
PERSEMBAHAN

Kubingkiskan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan
kusayangi.

eZ Kedua orang tuaku Bapak Mahrur Fauzie &Ibu Isroiyah peneduh j iwaku yang
selalu memberikan dukungan, cinta kasih, sayang, dan do’a yang selalu
tercurah untuk penulis hingga tak mungkin dapat terbalas. Dengan karya ini
semoga memberikan sedikit kebahagiaan.
eZ Adik-adikku, Alfian Setyo Haryonodan M. Agung Wahibul Huda terima
kasih atas do’a kalian, tekunlah dalam menimba ilmu semoga kalian dapat
meraih cita-cita yang diimpikan.
eZ Seluruh keluarga besar Bani Trmudi Conciliatory’s Fam yang memberikan
dukungan pada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi, selalu ada
kehangatan dan kerukunan ketika berkumpul bersama.
eZ Bapak KH. Mahfud Ridwan, Lc dan Ibu Hj. Nafisah yang selalu
membimbing serta memberikan nasehatnya sehingga mampu memberikan
keteduhan dan kedamaian ketika penulis belajar untuk hidup mandiri.
Semoga Allah memanjangkan usia yang senantiasa dalam kesehatan dan
ketaqwaan.
eZ Dr. Mukti Ali, M.Hum selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
membimbing dan mengarahkan penulis, terimakasih telah membantu
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi. Semogaa ilmu yang
engkau berikan akan senantiasa bermanfaat.
e£ Keluarga besar Pondok Pesantren Edi Mancoro terkhusus santri putri yang
telah menemani hari-hari, mengukirkan cerita serta mengajarkan indahnya
kebersamaa dalam belajar mandiri.
eZ Teman-teman satu angkatan dan seluruh keluarga besar Racana Kusuma
Dilaga Woro Srikandhi dari sini penulis belajar untuk berorganisasi yang
telah memberi wama, pengalaman, kebahagiaan. keceriaan hingga mengerti
apa itu loyal itas.

V II
cZ Mbak Upla,, Mb Henni, Mb Aini, Ana, Zaty,Vita, Lilis, dan Aminah terima
kasih atas bingkaian kehangatan dan kebersamaan dalam canda tawa yang
telah mengajarkkan akan arti sebuah persahabatan dan kesetiakawanan. Tiada
hari yang indah tanpa kalian semua.
eZ Teman-teman angkatan 2010 terhususPAlE yang telah berbagi keceriaan,
melewati suka dan duka selama berada berada di IAIN SALATIGA.

viii
KATA PENGANTAR

£ ---------------------------

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

akhir skripsi dengan judul “Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam

Melalui Wacana Pluralitas Kebeagamaan Di Pondok Pesantren Edi Mancoro

Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang Tahun 2014”. Skripsi ini disusun untuk

memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan SI Jurusan

Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,

tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan

lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besamya kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga yang

telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Pondok Pesantren Edi

Mancoro

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam

IAIN Salatiga.

4. Bapak Dr. Mukti Ali, M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang telah

membimbing, memberikan nasehat, arahan, serta masukan-masukan yang

sangat membangun dalam penyelesaian tugas akhir ini.

IX
ABSTRAK

Dewi, Aulia Ulfa. 2015. Penamman Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam melalui
wacana pluralitas keberagamaan di Pondok Pesantren Edi Mancoro
Gedangan, Kec. Tunlang, Kab. Semarang 2014. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan llmu Keguruan.
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Mukti Ali, M.
Hum.

Kata Kunci: Pendidikan Agama Islam, Pluralitas

Penelitian ini membahas mengenai penanaman nilai-nilai Pendidikan


Agama Islam melalui wacana pluralitas keberagamaan di Pondok Pesantren Edi
Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang 2014. Fokus Penelitian yang
akan dikaji adalah: 1. Bagaimana bentuk penanaman nilai-nilai Pendidikan
Agama Islam yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro. 2. Bagaimana nilai-
nilai Pendidikan Agama Islam melalui wacana pluralitas keberagamaan yang ada
di Pondok Pesantren Edi Mancoro

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, maka


kehadiran peneliti di lapangan sangat penting. Peneliti bertindak langsung sebagai
instrument dan sebagai pengumpul data hasil observasi yang mendalam serta
terlibat aktif dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diperoleh dari para
informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen. Analisa data dilakukan
dengan cara menelaah data yang ada, lalu melakukan reduksi data, penyajian data
dan menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisa data ini mengadakan
keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamatan triangulasi.

Temuan penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa penanaman nilai-


nila Pendidikan Agama Islam di Edi Mancoro melalui wacana pluralitas
keberagamaan yang ada merupakan sebuah trobosan baru. Bentuk penanaman
yang ada dilaksanakan dengan melibatkan santri dengan adanya diskusi dan
kunjungan yang ada dari lembaga maupun orang yang non muslim. Dapat
disimpulkan dengan adanya kegiatan-kegiatan pluralis yang ada menanaman nilai
pada santri antara lain; l.Pengakuan adanya kemajemukan, 2.Menghargai
persamaan, 3.Sikap toleransi, 4.Rasa kemanusiaan.

XI
D A F T A R ISI

LEMBAR BERLOGO.............................................................................................................. i

JUDUL........................................................................................................................................ii

PERTANYAAN KEASLIAN SKRIPSI.................................................................................iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................................... iv

PENGESAHAN KELULUSA.N...............................................................................................v

MOTTO......................................................................................................................................vi

PERSEMBAHAN.....................................................................................................................vii

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ix

ABSTRAK..................................................................................................................................x

DAFTAR IS I............................................................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang M asalah............................................................................................... 1

B. Fokus Penelitian............................................................................................................. 6

xii
C. Tujuan Penelitian............................................................................................................ 6

D. Kegunaan Penelitian.......................................................................................................7

E. Penegasan Istilah............................................................................................................. 7

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian...............................................................................10

2. Kehadiran Peneliti..................................................................................................... 11

3. Lokasi Penelitian....................................................................................................... 11

4. Sumber D ata...............................................................................................................11

5. Prosedur Pengumpulan D ata.................................................................................... 12

6. Analisis D ata..............................................................................................................13

7. Pengecekan Keabsahan D ata.................................................................................... 14

8. Tahap-tahap Penelitian..............................................................................................15

G. Sistematika Penulisan..................................................................................................... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam........................................................................18

2. Dasar Pendidikan Agama Islam ...............................................................................23

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ............................................................................ 27

4. Metode Pendidikan Agama Islam.............................................................................28

xiii
B. Pluralitas

1. Pengertian Pluralitas Keberagamaan....................................................................... 33

2. Sejarah Pluralitas.......................................................................................................37

3. Islam dan Pluralitas Agama......................................................................................41

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Edi Mancoro

1. Letak Geografis.........................................................................................................49

2. Sejarah Pondok Pesantren Edi M ancoro.................................................................50

3. Profil Pondok Pesantren Edi M ancoro.................................................................... 54

4. Visi, Misi, Tujuan, dan garis perjuangan............................................................... 59

5. Unsur-unsur Pesantren...............................................................................................63

B. Model Pendidikan Pondok Pesantren Edi Mancoro

1. Kurikulum Pesantren.................................................................................................66

2. Sistem Pendidikan.....................................................................................................68

3. Pengajar atau U stad................... 73

C. Jenis Kegiatan Yang Berhubngan dengan Pluralisme................................................. 74

D. Temuan Hasil Penelitian................................................................................................. 78

X IV
BAB IV PEM B A H A SA N

A. Bentuk Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam...........................................85

B. Wacana Pluralitas yang ada di Pondok Pesantren Edi M ancoro................................ 86

C. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam melalui wacana pluralitas keberagamaan yang

ada di Pondok Pesantren Edi M ancoro......................................................................... 89

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................... 98

B. Saran................................................................................................................................ 99

DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP PENULIS

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xv
D A FTA R LA M P IRAN

1. Daftar Pustaka

2. Riwayat hidup penulis

3. Nota pembimbing skripsi

4. Surat pennohonan izin melakukan penelitian

5. Surat keterangan melakukan penelitian

6. Deskripsi wawancara

7. Lembar konsultasi

8. Foto Kegiatan

9. Surat Keterangan Kegiatan

XVI
D A FTA R G A M B A R

i. Diskusi dengan para calon room

ii. Kegiatan malam jum ’at

iii. Kunjungan dari ueu visiting

iv. Diskusi Lintas agama

v. Peserta diskusi lintas agama

vi. Sorogan kitab

vii. Kunjungan dari faster dari universitas sanata darma

viii. Ro’an Pondok

X V II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama merupakan sebuah landasan bagi seseorang dalam hidup di

dunia. Agama memberikan arahan pada manusia dalam berperilaku baik

dengan tuhannya, dirinya sendiri maupun dengan sesamanya. Pada

hakikatnya manusia hidup di dunia ini membutuhkan agama, sebab agama

manjadi pembimbing dan penunjuk arah/haluan. Meski kenyataan

dimasyarakat ada banyak pertentangan yang terjadi dengan agama akan

tetapi, agama tetap memberikan ketentraman bagi pemeluknya. Menurut

Komarudin Hidayat sepcrti yang dikutip oleh Syafaat (2008:171-172)

menyatakan betapa pentingnya agama meski kekuatan yang sinis dan anti

agama masih tetap hidup dan berkembang, tetapi temyata para rezim dan

beberapa ideologi anti agama tidak pernah memenagkan pertempuran.

Mungkin hal tersebut disebabkan amunisi mereka semakin lama semakin

menipis, sementara agama tetap hidup di muka bumi.

Pentingnya agama bagi kehidupan menjadikan agama perlu untuk

dikembangkan dan ditanamkan pada generasi muda. Penanaman nilai-nilai

yang ada dalam agama dapat dilakukan lewat pembinaan atau pengajaran

secara intensif. Melalui pendidikan keagamaan nilai-nilai yang ada dalam

masing-masing agama dapat tersalurkan dan tertanam bagi setiap pemeluk

agama tersebut.

1
Dewasa ini, pentingnya agama bagi kehidupan manusia bagaikan

pentingnya pendidikan terutama di Indonesia. Seseorang yang tidak

memiliki agama seakan ia tidak memiliki pegangan yang dapat

menjadikan dasar dalam kehidupan. Sehingga dalam bertindak ia tidak

memiliki rambu-rambu sebagai patokan hidup.

Pentingnya agama dalam hidup ini dapat dikembangkan bersama

melalui pendidikan. Lewat pendidikan penanaman nilai-nilai agama dapat

dilakukan lebih maksimal dengan menyertakanknya dalam proses

pembelajaran yang ada.

Agama yang ada di dunia ini sangatlah beragam. Ragam keyakinan

dan agama yang ada menuntut untuk dapat hidup berdampingan bagi

umatnya. Di Indonesia salah satunya, ragam budaya, suku dan agama yang

ada dituntun menjaga kerukunan dan ketentraman dengan sikap rasa saling

menghargai dengan adanya perbedaan yang ada. Sebagaimana Al-Qur’an

dalam surat Al-Hujurat ayat 13:

, ^
* a
*'**•*' s’ o f/* . o o
*
^00. s
os
Is . ^ jt 1 «<*'

by u s 'J L )\j £ $ \j[ \^ j\ b

^ aii oi ^ i i !ia ii alp f a ¥ \ oi i jstij

“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang


laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah

2
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
m engetahui lagi M aha M engenal” .

Allah telah menerangkan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk

yang berbeda-beda dan bersuku-suku bangsa, ini jelas bahwa Islam

mengajarkan untuk bisa menerima pluralisme. Nurcholish Madjid

menjelaskan sikap menerima pluralisme sebagaimana yang dikutip Siti

Nadroh (1999:35) “Islam mengajarkan pada kita agar pluralitas karena itu

adalah Sunnah Allah, Allah telah menciptakan segala sesuatu

b eranekaragam”.

Mengutip ajaran Kristiani yang dinyatakan dalam Kitab Perjanjian

Baru dan Perjanjian Lama, Bambang Ruseno seorang pendeta dari Malang

masih yakin bahwa hakikat agama yang benar adalah bukan manusia

untuk agama melainkan agama untuk manusia. Agama dikaruniakan Allah

untuk mensejahterakan manusia dan dunia (Zainuddin, 2010:190). Oleh

karena itu, keragaman agama yang ada sebagai sarana mencapai

kesejahteraan antara umat manusia di dunia.

Fakta pluralisme yang ada di Indonesia tidak dapat dipungkiri.

Seringkali perbedaan keyakinan dijadikan alasan terjadinya perseturuan

antar kelompok beda keyakinan. Atas dasar itu Indonesia tidak

menggambil bentuk “negara agama” yang berlandaskan pada agama

tertentu, dan tidak pula mengambil bentuk “negara sekuler”, yang

memisahkan agama dari urusan negara, melainkan memfonnat dirinya

sebagai “negara pancasila” (Saerozi, 2004:1). Dengan format ini negara

3
tidak identik dengan agama tertentu, tetapi negara juga tidak melepas

agama dari urusan negara (Sukarja, 1995:146).

Adanya pluralitas ini justru dapat digunakan untuk belajar, saling

bertukar informasi antar pemeluk agama yang berlainan. Adanya diskusi

yang terjadi akan menjadikan masing-masing pemeluk agama tidak tabu

lagi dengan salah satu agama terlebih jika dilakukan di pesantren. Selain

itu hal tersebut dapat menjawab semua pertanyaan yang mengepal dalam

pikiran karena selama ini pesantren dianggap lembaga pendidikan yang

bercorak “ekslusif ’ yang sulit untuk menerima perbedaan agama. Menjadi

salah satu hal yang berbeda jika diskusi antaragama ditemukan di pondok

pesantren. Tempat yang sangat identik dengan pembelajaran mendalam

mengenai agama Islam temyata juga dijadikan tempat bertukar informasi

dan kebiasaan antar pemeluk agama.

Saat ini adanya pengenalan budaya pluralisme dan multikulturalisme

juga mulai ada di beberapa pondok pesantren yang ada di Indonesia. Baik

di daerah yang sebagian terdapat masyarakat yang plural maupun yang

disekelilingnya kebanyakan kaum muslim. Tidak hanya di pesantren yang

bercorak modem tapi juga pesantren yang bercorak tradisonal.

Dari data yang penulis peroleh dari (http://ahmadalim.blogspot

.com/2010/02/agenda-liberalisasi-pesantren-di.html, diakses 14 Oktober

2014 pukul 08.20 wib), ada beberapa pondok pesantren yang terkenal

dengan pluralitas dan multikulturalnya antara lain. Dari Jawa Barat:

Pondok Pesantren Ciganjur atau sering dikenal orang dengan pesantren

4
GUSDUR terletak di Ciganjur Jawa Barat. Kemudian Pondok Pesantren

Darut Tauhid Cirebon asuhan KH. Husein Muhammad. Di Yogyakarta

yang terkenal yaitu, Pondok Pesantren Al-Qodir terletak di Tanjung

Wukirsari, Cangkringan, Sleman dan Pesantren Budaya Ilmu Giri atau

yang lebih dikenal dengan Pesantren KH. Nasruddin Anshoriy terletak di

Imogiri, Bantul. Sedangkan dari Jawa Timur ada Pondok Pesantren

Rodlotul Thalibin Rembang asuhan KH. Musthafa Bisri.

Salah satu pondok pesantren yang dijadikan tempat kunjungan dalam

bertukar informasi antar agama yaitu Pondaok Pesantren Edi Mancoro

yang terletak di Semarang, Jawa Tengah. Di pesantren ini sering ada

kunjungan yang dilakukan oleh tamu dari luar kota ataupun luar negeri

dari berbagai agama yang berbeda. Kedatangan para tamu yang datang

untuk berdiskusi menjadi hal yang berbeda bagi santri yang ada. Dengan

adanya diskusi ini menjadi nuansa yang tak lazim di temukan di pesantren.

Selain adanya kunjungan tersebut, di Pondok Pesantren Edi Mancoro

juga sering ada kajian diskusi lintas agama dengan mendatangkan tokoh-

tokoh dari agama lain beserta pemeluknya untuk berdiskusi dan saling

bertukar informasi. Dengan adanya diskusi yang dilakukan justru

memperkaya wawasan keagamaan santri dan pemeluk agama lain dengan

mengenal nilai-nilai religius yang ada dari masing-masing agama.

Berangkat dari paparan di atas, penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul "Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan

Agama Islam Melalui Wacana Pluralitas Keberagamaan di Pondok

5
Pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang tahun

2014”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan diatas, maka fokus

penelitian sebagi berikut:

1. Bagaimana bentuk penanaman nilai-nilai Pendidikan Agama Islam

yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang,

Kab. Semarang tahun 2014?

2. Bagaimana w acana'pluralitas yang ada di Pondok Pesantren Edi

Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang 2014?

3. Bagaimana nilai-nilai Pendidikan Agama Islam melalui wacana

pluralitas keberagamaan yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro

Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang tahun 2014?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian yang telah dirumuskan maka, penelitian

ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui bentuk penanaman nilai-nilai Pendidikan Agama

Islam yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan, Kec.

Tuntang, Kab. Semarang tahun 2014.

2. Untuk mengetahui wacana pluralitas yang ada di Pondok Pesantren Edi

Mancoro Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang 2014

6
3. Untuk mengetahui nilai-nilai Pendidikan Agama Islam melalui wacana

pluralitas keberagamaan yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro

Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang tahun 2014.

D. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan, penulis berharap nantinya akan

memberikan manfaat yaitu:

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat wawasan

untuk pengembangan ilmu pengetahun khususnya dalam bidang

Pendidikan Agama mengenai pluralitas beragama sehingga dapat

disesuaikan dengan kehidupan yang plural ini.

2. Secara Praktis

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat dan

kegunaan praktis yang bias dijadikan oleh para pembimbing khususnya

pengasuh pondok pesantren dalam membimbing Pendidikan Agama

Islam.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman, penulis akan

menjelaskan beberapa kata yang ada pada judul penelitian yaitu:

1. Nilai

Nilai dapat berarti sifat-sifat (hal-hal) yang peting atau berguna

bagi kemanusiaan (Poerwadarminta, 1999:667). Dalam garis besamya

nilai hanya ada tiga macam, yaitu nilai benar/salah, nilai baik/buruk,

7
dan nilai indah-tidak indah. Nilai benar salah menggunakan kriteria

benar atau salah dalam menetapkan nilai. Nilai ini digunakan dalam

ilmu(sains), semua filsafat kecuali etika madzab tertentu. Nilai baik

buruk menggunakan kriteria baik atau burak dalam menetapkan nilai.

Nilai ini digunakan hanya dalam etika. Adapun menetapkan nilai seni,

baik seni gerak, seni suara, seni lukis, maupu seni pahat(Ahmadi,

2010:50).

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa nilai adalah sifat-

sifat yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan

manusia yang dapat dijadikan petunjuk mengenai hal yang diangap

benar dan salah, baik dan buruk, serta sesuatu yang indah dan tidak

indah dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam menurut Sahilun A. Nasir seperti yang

dikutip oleh Syafaat(2008:15) adalah suatu usaha yang sistematis dan

pragmatis dalam membimbing anak didik yang beragama Islam

dengan cara yang sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran Islam itu

benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagi an yang integral dalam

dirinya. Sehingga ajaran Islam itu benar-benar dipahami, diyakini

kebenarannya, diamalkan menjadi pedoman hidupnya, menjadi

pengontrol terhadap perbuatan, pemikiran dan sikap mental. Jadi

Pendidikan Agama Islam adalah proses pengajaran, bimbingan dan

asuhan yang dilakukan sesuai dengan ajaran agama Islam.

8
3. Pluralisme

Pluralisme adalah kemajemukan yang di dasari oleh keutamaan

(keunikan) dan kekhasan (Imarah, 1999:9). Sedangkan menurut Ali

(2006:4) pluralisme adalah “realita fundamental yang bersifat jam ak”

selain itu ia juga mendefmisikan pluralisme sebagai sebuah faham

tentang keberagamaan cara pandang untuk mengatakn bahwa segala

sesuatunya adalah jam ak dan beragam. Sedangkan pluralisme agama

adalah suatu paham yang mengatakan bahwa semua agama itu sama

dan benar (Zainuddin, 2010: 4).

4. Pondok Pesantren

Pondok berasal dari bahasa arab fiinduq yang berarti hotel, asrama,

rumah, dan tempat tinggal sederhana. Sedangkan pesantren berasal

dari kata santri, dengan awalan pe dan akhiran an yang berarti tempat

tinggal para santri. Menurut Nurcholish Madjid santri adalah kelas

literary bagi orang Jawa yang berusaha mendalami agama melalui

kitab-kitab bertuliskan dan berbahasa Arab (Yasmadi, 2005:61-62). Di

Indonesia istilah pesantren lebih popular dengan sebutan pondok

pesantren. Jadi pondok pesantren adalah tempat tinggal bagi orang-

orang yang sedang mendalami agama khususnya Agama Islam.

9
F. Metode Penelitian

Metode penelitian dibagi menjadi tujuh tahap, yaitu:

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Untuk memperoleh data mengenai nilai-nilai Pendidikan

Agama Islam melalui wacana pluralitas keberagamaan di Pondok

Pesantren Edi Mancoro diperluhkan pengamatan yang mendalam.

Pada penelitian ini penulis mengunakan jenis pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif adalah jenis penelitian yang

menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dicapai (diperoleh)

dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-

cara lain dari kualifikasi (pengukuran) (Ghani, 1997:11). Sedang

menurut Taylor dalam Moleong (2002:3) penelitian kualitatif

adalah sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskripti berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati.

Dapat dipahami dari pendapat yang dikemukakan bahwa

penelitian kualitatif merupakan sebuah penelitian yang

menghasilkan data tertulis. Sedangkan jenis penelitian yang di

gunakan oleh penulis adalah diskripsi. Penelitian diskripsi menurut

Suryabrata(1998:19) adalah penelitian yang bermaksud untuk

membuat pencandraan (uraian, paparan) mengenai situasi kejadian-

kejadian. Sedangkan tujuan penelitian diskriptif adalah untuk

mengambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat

10
research dilakukan dan untuk memeriksa sebab-sebab dari suatu

gejala tertentu (Umar, 1999:29).

Berdasarkan dengan pengertian di atas pendekatan

kualitatif yang dimaksud yaitu pendekatan yang dilakukan untuk

mendiskripsikan atau menjelaskan kejdian yang ada pada saat

penelitian berlangsung.

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dilapangan sangat penting karena, disini

peneliti bertindak sebagai instrument langsung dan pengumpul data

dari hasil observasi yang dilakukan serta terlibat aktif dalam

penelitian.

3. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Edi

Mancoro Dusun Bandungan, Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang,

Kabupaten Semarang pada tahun 2014.

4. Sumber data

Menurut Lofland yang dikutip oleh Moleong(2000:l 12),

sumber data dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan

tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan

lain-lain. Data dalam penelitian ini adalah semua data yang

diipertoleh dari informan yang diangap penting dan juga dihasilkan

dari dokumentasi yang menunjang. Data yang penulis gali berasal

dari unsur-unsur yang terkait dengan judul yang diteliti.

11
Diantaranya pengasu, ketua yayasan, santri, dan ustadz di Pondok

Pesantren Edi Mancoro.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Agar sebuah kajian ilmiah dapat disajikan secara sistematis,

maka langkah yang perlu dilakukan adalah menentukan

seperangkat metode yang sesuai dengan objek dan karakteristik

matrial yang diangkat. Agar penelitian menjadi rasional dan terarah

maka peneliti mengunakan teknik-teknik pengumpulan data

seperti:

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara

sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.

Menurut Nawawi(1990:100) observasi dapat diartikan sebagai

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala

yang tampak pada objek penelitian. Metode ini digunakan

penulis sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data yang

diperoleh dari hasil observasi yang secara langsung ke Pondok

Pesantren Edi Mancoro. Metode ini juga di gunakan untuk

mengamati penanaman nilai-nilai Pendidikan Agama Islam

yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro melalui Pluralitas

Keberagamaan yang ada.

b. Wawancra atau Interview

12
Wawancara identik dengan pengumpulan data dengan

bertanya langsung pada narasumber. Menurut Nawawi

(1990:111) Interview adalah usaha mengumpulkan informasi

dengan mengajukan pertanyaan secara lisan, untuk dijawab

secara lisan pula. Ciri utama dari wawancara adalah kontak

langsung atau tatap muka antara penulis dengan narasumber

informasi.

c. Dokumen

Dokumen terdiri dari kata-kata dan gambar yang telah

direkam tanpa campur tangan pihak peneliti. Dokumen tersebut

tersedia dalam bentuk tulisan, catatan, suara, dan gambar

(Daymon, 2008: 3) metode ini digunakan untuk memperluas

pengamatan dan penggumpulan data.

6. Analisis data

Menurut Suprayogo(2001:192) kegiatan analisis data

selama pengumpulan data dapat dimulai setelah peneliti memahami

fenomena sosial yang sedang diteliti dan setelah mengumpulkan

data yang dapat dianalisis. Sedangkan menurut Muhadjir

(1994:104) menyatakan, analisis data merupakan upaya untuk

mencapai dan menata secara sistematis catatan hasil observasi,

wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman

penelitian tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai

13
temuan bagi orang lain. Kegiatan analisis selama penulis

mengumpulkan data meliputi:

a. Menetapkan fokus penelitian

b. Penyusunan temuan-temuan sementara berdasarkan data yang

telah terkumpul

c. Pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan

temuan-temuan pengumpulan data sebelumnya.

d. Pengembangan pertanyaan-pertanyaan analitik dalam rangka

pengumpulan data berikutnya

e. Penetapan sasaran-sasaran pengumpulan data berikutnya

Set el ah data terkumpul maka selanjutnya adalah tahap

menganalisis data. Teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data serta menarik

kesimpulan (verifikasi) (Milles, 1992:16-18).

Dengan demikian, penulis akan menunjukkan laporan

penelitian yang berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan

gambaran penyajian laporan tersebut. Data yang penulis sajikan

mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto,

dokumen pribadi, dan sebagainya.

7. Pengecekan keabsahan data

Untuk keabsahan data dalam penelitian ini ditentukan dalam

menggunakan kriteria kreadibilitas. Hal ini dimaksudkan untuk

membuktikan bahwa apa yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan

14
kenyataan yang ada dalam latar penelitian. Metode yang digunakan

dalam pengecekan keabsahan data yaitu:

a. Triangulasi sumber

Yaitu membandingkan dan mengecek balik deraj at

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda.

b. Triangulasi metode

Yaitu pengecekan deraj at kepercayaan penemuan basil

penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan

beberapa sumber data dengan metode yang sama

(Moleong, 2002:178).

8. Tahap-tahap penelitian

Menurut Moloeng (2002:84-105) tahap-tahap penelitian

yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut:

a. Tahap pra lapangan

1) Mengajukan judul penelitian

2) Menyusun proposal penelitian

3) Konsultasi penelitian kepada pembimbing

b. Tahap pekerjaan lapangan

1) Persiapan diri untuk memasuki lapangan

2) Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus

penelitian

3) Pencatatan data yang telah dikumpulkan

15
c. Tahap analisis data

1) Penemuan hal-hal yang penting dari data penelitian

2) Pengecekan keabsahan data

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengajukan pembahasan dari

beberapa bab yang berisi keterkaitan tentang studi kasus yang penulis

teliti. Penulis memberikan gambaran sebagai berikut:

BAB 1 berisi pendahuluan, yang memuat: latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah

dan metode penelitian. Metode penelitian berisi: pendekatan dan jenis

penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data,

analisi data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II berisi tentang kajian pustaka,merupakan bagian yang menjelaskan

landasan teori yang berhubungan dengan penelitian yang memuat

mengenai pengertian, dasar, tujuan, metode Pendidikan Agama Islam,

pengertian pluralitas keberagamaan, sejarah pluralitas, ialam dan pluralitas

agama.

BAB III berisi paparan data dan temuan peneliti menjelaskan tentang

gambaran umum pondok pesanteren edi mancoro (letak geograis, sejarah,

profil, visi, misi, tujuan, garis perjuangan, unsur pesantren, dan model

pendidikan. Serta melaporkan hasil temuan penelitian yang ada tentang

16
bentuk kegiatan plural yang ada di pesantren edi mancoro, serta nilai -nilai

Pendidikan Agama Islam yang ada.

BAB IV merupakan pembahasan hasil penelitian di lapangan yang

dipaparkan dalam bab III. Pembahasan dilakukan untuk menjawab

masalah penelitian yang diintegrasikan ke dalam kumpulan pengetahuan

yang sudah ada dengan jalan menjelaskan temuan penelitian dalam

konteks khasanah ilmu.

Bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari pembahasan

hasil penelitian dan saran-saran dari penulis sebagai sumbangan pemikiran

berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah diperoleh dan daftar

pustaka.

17
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam merupakan kata majemuk yang

terdiri dari kata pendidikan, agama dan Islam. Dalam Kamus

Lengkap Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata didik,

dengan diberi awalan "pe” dan akhiran “an”, yang bevarti proses

pengubahan sikap dalam mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan latihan. Sedangkan arti mendidik itu sendiri adalah

memelihara dan memberi latihan(ajaran) mengenai akhlak dan

kecerdasan pikiran. Pendidikan dipandang sebagai faktor penting

dalam menumbuhkan kesadaran nilai-nilai kehidupan.

Kata “Islam” dalam “Pendidikan Agama Islam”

menunjukkan suatu makna tersendiri yakni pendidikan yang

berdasarkan dengan Agama Islam. Menurut Hasan Langgulung

yang dikutip oleh Nata(2010:28) pendidikan adalah suatu proses

yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk

menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada anak-anak atau

orang yang sedang dididik. Sedangkan Menurut pendapatnya

Ahmad Tafsir deinisi pendidikan menurut Islam adalah

18
keseluruhan pengertian yang terkandung dalam istilah ta lim,

tarbiyah dan at-ta ’dib.

Menurut Abdurrahman Al-Nawawi yang dikutip Tafsir

(2008:29) merumuskan defmisi pendidikan justru dari kata at­

tar hiyah. Dari segi bahasa, menurut pendapatnya, kata at-tarbiyah

berasal dari tiga kata yaitu: pertama, kata rabba-yarbu-tarbiyatan

yang berarti bertambah, bertumbuh, seperti yang terdapat didalam

Al-Qur’an Surat Ar-Rum ayat 39. Maka kata At-Tarbiyah bias

berarti proses menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada

pada diri peserta didik baik secara fisik, sosial maupun spiritual;

kedua, kata rabaa-yarbi-tarbiyatan yang berarti tambah dan

menjadi besar atau dewasa. Dengan mengacu kata yang kedua itu

maka tarbiyah berarti usaha menumbuhkan dan mendewaskan

peserta didik baik secara fisik, sosial, maupun spiritual; ketiga, dari

kata rabba-yarubbu-tarbiyatan yang berarti memperbaiki,

menguasai umsan, menuntun, menjaga, mememlihara. Maka kata

tarbiyah berarti usaha memelihara, mengasuh, merawat,

memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta didik, agar dapat

survive lebih baik dalam hidupnya.

Sedang kata at-ta ’lim memiliki makna doktrinasi

pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, dan

penanaman amanah. A t-ta’lim merupakan tranmisi berbagai ilmu

pengetahuan pada jiwa individu tanpa ada batasan dan ketentuan

19
tertentu. Sehingga terjadi tazkiyah an-nafs (penyucian diri atau

pembersihan diri) diri manusia dari segala kotoran dan menjadikan

diri manusia itu berbeda dalam kondisi yang memungkinkan untuk

menerima al-hikmah serta mempelajari segala apa yang

bermanfaat baginya dan yang tidak diketauinya. Kata at-ta ’lim

dalam arti pengajaran banyak digunakan untuk kegiatan

pendidikan yang bersifat non formal. Pengertian tersebut

menunjukkan at-ta ’lim memiliki ruang lingkup yang lebih luas dari

pada kata at-tarbiyah.

Kata at-ta ’dib berasal dari kata addaba-yuaddibu-ta ’diban

yang dapat berarti beradab, bersopan santun, tata karma, budi

pekerti, adab, akhlak, moral dan etika. Melalui kata at-ta’dib

menjadikan pendidikan sebagai sarana transformasi nilai-nilai

akhlak mulia yang bersumber pada ajaran agama ke dalam diri

manusia, serta menjadi dasar bagi terjadinya proses Islamisasi ilmu

pengetahuan.

Dari pengertian tersebut sebenamya pengertian dari

pendidikan Islam sebenamya hanya berbeda dalam penekanan atau

keutamaannya saja. Kata at-tarbiyah mempunyai pengertiann

pendidikan yang mcmberikan penekanan di masa anak-anak dan

juga mencakup dalam hal pemeliharaannya, temtama pemeberian

nafkah, mencukupi kebutuhan hidupnya, dan lain-lain. Artinya

mensejahterakan kehidupan pada anak. Kemudian ta ’lim

20
merupakan pendidikan yang memfokuskan pada transfonnasi

keilmuan, baik berupa sains, teknologi, ilmu-ilmu sosial,

pengetahuan budaya ataupun ilmu-ilmu keagamaan. Sedangkan

pembentukan prilaku seseorang lebih ditekanakan pada pengertian

pendidikan yang diambil dari kata at-ta’dib. Dari penjabaran

Tafsir(2008:28) menyatakan bahwa Pendidikan adalah berbagai

usaha yang dilakukan oleh seseorang (pendidik) terhadap

seseorang (anak didik) agar tercapai perkembangan maksimal yang

positif.

Sementara itu, pengertian agama dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia adalah kepercayaan terhadap Tuhan (dewa dan

sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban

yang bertalian dengan kepercayaan itu. Agama adalah aturan

perilaku bagi umat manusia yang sudah ditentukan dan

dikomunikasikan oleh Allah melalui orang-orang pilihannya yang

dikenal sebagai utusan-utusan, rasul-rasul, atau nabi-nabi(Safaat,

2008:13). Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa agama

adalah suatu peraturan yang bersumber dari Allah yang berfungsi

untuk mengatur kehidupan manusia, baik hubungan manusia

dengan pencipta maupun manusia dengan sesamanya untuk

mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat dengan mengharap

keridaan dari-Nya.

21
Islam secara bahasa berasal dari kata aslama-yuslimu-

Islaman yang berarti damai, aman, dan sentosa. Sedangkan

pengertian Islam sebagai agama adalah agama yang diajarkan oleh

Nabi Muhammad, berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an yang

diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah (kamus besar bahasa

Indonesia). Pengertian Islam yang demikian sesuai dengan tujuan

ajaran Islam yaitu untuk mendorong manusia patuh dan tunduk

kepada Tuhan, sehingga terwujud keselamatan, kedamaian, aman

dan sentosa. Serta sejalan pula dengan misi ajaran Islam yaitu

menciptakan kedamaian di muka bumi dengan mengajak manusia

untuk patuh dan tunduk kepada Tuhan (Nata, 2010:32).

Dari penjabaran yang ada diatas Darajat( 1996:28)

menyebutkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa

bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar setelah selesai dari

pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama

Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way o f life).

Sedangkan menurut M. Arifin seperti yang dikutip oleh

Safaat(2008:16) mendefmisikan pendidikan Islam adalah proses

yang mengarahkan manusia terhadap kehidupan yang lebih baik

dan yang mengangkat deraj at kemanusiaannya, sesuai degan

kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarannya (pengaruh

dari luar).

22
Jadi dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam

adalah usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan

terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami,

menghayati, dan mengamalkan agama Islam, serta menjadikannya

sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan

masyarakat. Dalam Pendidikan Islam segala komponen dan aspek

yang ada didasarkan pada ajaran Islam.

2. Dasar Pendidikan Agama Islam

Kata dasar dapat berarti sesuatu yang menjadi landasan,

pokok, atau penting. Kosa kata dasar sering digunakan dalam

berbagai kegiatan baik fisik maupun non fisik, yang intinya adalah

sesuatu yang berada di bawah yang selanjutnya menopang sebuah

kegiatan atau pekerjaan.

Dasar ideal Pendidikan Islam adalah identik dengan ajaran

Islam itu sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama, yaitu

Al-Qur’an dan Hadis. Kemudian dasar tadi dikembangkan dalam

pemahaman para ulama dalam bentuk :

a. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kalam Allah yang ditumnkan

kepada Nabi Muhammad sebagai peaoman hidup manusia,

bagi yang membaca merupakan suatu ibadah dan

mendapat pahala.

23
Pengertian Al-Qur’an dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman

Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan

perantara malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami dan

diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat

manusia.

Al-Qur’an merupakan firman Allah yang telah

diwahyukan kepada Nabi Muhammad untuk disampaikan

kepada umat manusia. Al-Qur’an merupakan sumber

pendidikan yang lengkap berupa pendidikan sosial, akhlak,

akidah, ibadah dan muamalah.

Al-Qur’an merupakan finnan Allah yang tidak ada

keraguan di dalamnya, yaitu sebagai petunjuk bagi orang-

orang yang bertakwa. Selain itu Al-Qur’an juga sebagai

penawar atau obai dari beberapa penyakit, dan sebagai

petunjuk arah ketika seorang hamba berada dalam

kesesatan.

b. Sunnah (Hadits)

Dasar yang kedua selain Al-Qur’an adalah sunnh

Rasulullah. Amalan yang dikerjakan Rasulullah saw dalam

proses perubahan hidup sehari-hari menjadi sumber utama

pendidikan Islam karena Allah swt menjadikan Muhammad

sebagai teladan bagi umatnya.

24
Sunnah adalah perkataan, perbuatan ataupun

pengakuan Rasulullah. Dimaksud dengan pengakuan itu

ialah kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui

Rasulullah dan beliau memberikan saja kejadian atau

perbuatan itu berjalan. Sunnah berisi petunjuk untuk

kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk

membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim

yang bertaqwa.

Sunnah mencerminkan prinsip manifestasi wahyu

dalam segala perbuatan, perkataan, dan taqrir nabi. Konsep

dasar pendidikan yang dicontohkan Nabi Muhammad saw

menurut Ramayulis sebagai berikut:

1) Disampaikan sebagai rahmatan lil’alamin (Qs. Al-

Anbiyak 107)

2) Disampaikan secara universal.

3) Apa yang disampaikan merupakan kebenaran mutlak

(Qs. Al-Hijer 9)

4) Kehadiran nabi sebagai evaluator atau segala aktivitas

pendidikan (Qs. As Syu ’ara 48)

5) Perilaku nabi sebagai figur identifikasi (uswatun

hasanah)

25
Antara Al-Qur’an dan sunah terdapat perbedaan yang

cukup prinsipal meskipun keduanya adalah saina-sama

sebagai sumber hukum Islam. Yaitu:

1) Al-Qur’an nilai kebenarannya adalah mutlak sedangkan

hadits adalah relatif, nisbi (zhanm) kecuali hadits-

hadits mutawatir.

2) Seluruh ayat Al-Qur’an mesti dijadikam sebagai

pedoman hidup, tetapi Tidak semua hadits mesti

dijadikan sebagai pedoman hidup. Sebab, hadits ada

yang sahih, dhaif (lemah) dan seterusnya.

3) Al-Qur’lan sudah pasti autentik lafal dan maknanya

sedang hadits tidak demikian.

4) Apabila Al-Qur’an bicara tentang masalah-masalah

akidah atau hal-hal yang gaib, maka setiap muslim

wajib mengimaninya. Tetapi tidak demikian apabila

masalah-masalah tersebut diungkapkan oleh hadits

(Safaat, 2008:23-25).

Menurut pendapat Nata(2010:99) dilihat dari sifat dan

sumbemya dasar pendidikan Islam terdiri dari dasar keagamaan,

filsafat dan ilmu pendidikan. Dasar keagamaan bersumber dari

ajaran agama (Al-Qur’an dan Hadits), dasar filsafat berasal dari

pemikiran filsafat, dan dasar ilmu pengetahuan berasal dari hasil

penelitian terhadap fenomena alam dan fenomena sosial.

26
Dasar keagamaan berfungsi memberian nilai keislaman dan

akhlak bagi kegiatan pendidikan. Dasar fdsafat memberikan dasar

dalam perumusan visi, misi, tujuan, dan berbagai aspek lainnya

tentang pendidikan. Adapun dasar ilmu pengetahuan memberikan

masukan bagi penyusunan berbagai komponen pendidikan. Dasar

ilmu penegetahuan ini terdiri dari ilmu psikologi, ilmu sosial, ilmu

budaya, ilmu ekonomi, ilmu politik, dan ilmu administrasi.

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan secara umum adalah mewujudkan


*

perubahan positif yang diharapkan ada pada peserta didik setelah

menjalani proses pendidikan, baik perubahan pada tingkah laku

individu dan kehidupan pribadinya maupun pada kehidupan

masyarakat dan alam sekitamya di mana subjek didik menjalani

kehidupan. Para ahli pendidikan telah memberikan defmisi

mengenai tujuan pendidikan Islam sebagaimana yang dikutip oleh

Roqib (2009:28-29) berikut ini:

a. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi menyatakan bahwa tujuan

pendidikan Islam adalah untuk membentuk akhlak mulia,

persiapan menghadapi kehidupan dunia akhirat, persiapan

untuk mencari rizki, menumbuhkan semngat ilmiah, dan

menyiapkan profesionalisme subjek didik.

b. Abd At-Rahman An-Nahlawi beipendapat bahwa tujuan

pendidikan Islam adalah mengembangkan pikiran manusia dan

27
mengatur tingkah laku serta perasaan mereka berdasarkan

Islam yang dalam proses akhimya bertujuan untuk

merealisasikan ketaatan dan kehambaan kepada Allah dalam

kehidupan manusia, baik individu maupun masyarakat.

c. Abdul Fatah Jalal menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam

adalah mewujudkan manusia yang mampu beribadah kepada

Allah, baik dengan pikiran, amal, maupun perasaan.

d. Umar Muhammad At-Taumi As-Syaibani mengemukakan

bahwa tujuan tertingi dari pendidikan Islam adalah persiapan


«
untuk kehidupan dunia dan akhirat. Menrutnya, tujuan

pendidikan adalah untuk memproses manusia yang siap untuk

berbuat dan memakai fasilitas dunia ini guna beribadah kepada

Allah, bukan manusia yang siap pakai dalam arti siap dipakai

oleh lembaga, pabrik atau yang lainnya.

Dari penjabaran diatas bisa disimpukan bahwa tujuan

Pendidikan Agama Islam adalah untuk membekali manusia

sehigga tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

4. Metode Pendidikan Agama Islam

Metode disini adalah cara yang digunakan oleh pendidik

untuk menyampaikan materi kepada anak didik. Dalam

pendidikan, semua aspek kelembagaan dan proses belajar

mengajamya hams menerapkan sistem dan metode yang tepat agar

tujuan dari pendidikan dapat tercapai. Menumt Abdullah Nashih

28
Ulwan dalam Safaat (2008:40-47) menyatakan bahwa teknik atau

metode Pendidikan Agama Islam ada lima macam, yaitu:

a. Pendidikan dengan keteladanan

Keteladanan dalam pendidikan adalah metode

influentif yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam

mepersiapkan dan membentuk anak di dalam moral,

spiritual dan social hal ini karena pendidik adalah contoh

yang paling terbaik dalam pandangan anak yang akan ditiru

dalam tindak tanduk baik disadari atau tidak. Allah telah

menunjukkan contoh keteladanan dari kehidupan nabi

Muhammad mengandung nilai pedagogis bagi manusia

(para pengikutnya). Seperti dalam Surat Al-Ahzab ayat 21:

<111 j y y j (jlS (jlol 4 ojjoi! <111 -^1 jjlS Jial

4U1

“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu


suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah”
Jelas dalam ayat ini diterangkan bahwa rasul menjadi

suri tauladan atau contoh bagi para pengikutnya yang ada

didunia.

b. Pendidikan dengan adat kebiasaan

Kebiasaan merupakan peran penting dalam

kehidupan manusia, karena menghemat banyak kekuatan

29
manusia. Sudah menjadi kebiasaan yang sudah melekat dan

spontan agar kekuatan itu dapat dipergunakan untuk

kegiatan-kegiatan dilapangan seperti untuk bekerja,

memproduksi, dan mencipta.

Islam mempergunakan kebiasaa itu sebagai salah

satu teknik pendidikan, dengan mengubah seluruh sifat-

sifat baik menjadi suatu kebiasaan, sehingga jiwa dapat

menunaikan kebiasaan baik tanpa banyak tenaga dan tanpa

banyak kesulitan.

c. Pendidikan dengan nasihat

Nasihat dapat membukakan mata pada hakekat

sesuatu, mendorongnya menuju situasi luar, menghiasinya

dengan akhlak yang mulia, dan membekalinya dengan

prinsip-prinsip Islam.

d. Pendidikan dengan memberi perhatian

Dimaksud dengan pendidikan dengan perhatian

adalah mencurahkan, memperhatikan dan senantiasa

mengikuti perkembangan anak daiam hal akidah dan moral,

persiapan spiritual dan sosial, disamping selalu bertanya

tentang situasi pendidikan jasmani dan daya hasil

ilmiahnya.

Metode pendidikan anak dengan cara memberikan

perhatian kepada anak akan memberikan dampak positif,

30
karena dengan metode ini si anak merasa dilindungi, diberi

kasih sayang karena ada tempat untuk mengadu baik suka

maupun duka. Sehingga anak tersebut menjadi anak yang

berani untuk mengutarakan isi hatinya atau permasalahan

yang hadapi kepada orang tuanya atau gurunya.

e. Pendidikan dengan niemberi hukuman

Pada dasamya, hukum-hukum syariat Islam yang

lurus dan adil, prinsip-prinsipnya yang universal, berkisar

di sekitar penjagaan berbagai keharuasan asasi yang tidak


«k

bisa di lepas oieh manusia. Manusia tak bisa hidup tanpa

hukum. Dalam hal ini, para imam mujtahid dan ulama’usul

fiqh membatasi pada lima perkara. Mereka

menamakannya sebagai al-kulliyat al-khamsah (lima

prinsip universal), yakni menjaga agma, menjaga jiwa,

menjaga kehormatan, menjaga akal, dan menjaga harta

benda.

Janganlah menghukum atau memukul anak sampai si

anak menjerit-jerit, melolong-lolong yang tentu saja amat

sakit. Karena, para ahli beipendapat bahwa hukuman yang

kejam akan membuat anak menjadi penakut, rendah diri,

dan akibat akibat lain yang negatif seperti sempit hati

pemalas, dan pembohong. Hukuman itu hams adil (sesuai

dengan kesalahan) anak hams mengetahui mengapa dia di

31
hukum selanjutnya hukuman itu hams membawa anak

kepada kesadaran atas kesalahannya.hukuman jangan

meninggalkan dendam pada anak.

Selain dalam Muhaimin (59-68) model pengembangan

Pendidikan Agama Islam yang dikemukan oleh para ahli adalah

sebagaai berikut:

a. Model Dikotomi

Model ini memandang kehidupan yang ada

dengan sangat sederhana. Segala hal hanya dipandang


*
dari dua sisi, seperti laki-laki dan perempuan, ada dan

tidak ada, pendidikan agama dan non agama dan lain

sebagainya. Model ini berkembang pada periode

pertengahan dalam sejarah pendidikan Islam.

b. Model Mekanisme

Model ini memamdang kehidupan dari berbagai

aspek, dan pendidikan dipandang sebagai penanaman

dan pengembangan seperangkat nilai-nilai kehidupan

yang terdiri atas nilai agama, nilai individu, nilai sosial,

nilai politik, nilai ekonomi dan nilai-nilai yang lain.

Model tersebut dikembangkan lembaga pendidikan

yang bukan berciri khas agama Islam, namun

mungajarkan mata pelajaran agama Islam.

c. Model Sistemik

32
Dalam konteks metode ini pendidikan Islam

dipandang sebagai aktifitas yang terdiri atas komponen-

komponen yang hidup bersama dan bekeija sama

dengan tujuan tertentu, yaitu terwujudnya hidup yang

religius. Model ini diterapkan oleh madrasah atau

sekolah swasta Islam unggulan.

B. PLURALALITAS

1. Pengertian P luralitas Keberagamaan

Pluralitas sesimgguhnya merupakan suatu hal yang tidak

dapat dihindari terlebih di Indonesia sendiri karena merupakan

Negara pluralistik dimana terdapat beragam etnik, kultur dan

agama yang beragam. Pluralitas juga menjadi suatu yang tidak

mungkin dipungkiri, yaitu suatu hakikat perbedaan dan keragaman

yang timbul semata karena memang adanya kekhususan dan

karakteristik yang diciptakan Allah swt (Thoha, 2005:207).

Sebagai mana dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Hud ayat 118-119

yang berbunyi:

jjjljj j <1*1 ilXij jjj

“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu dia menjadikan


manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih
pendapat”
aLJ i # ^ a i/, ^ a ir , dUJSj J j t Is

33
“ Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. dan
untuk Itulah Allah menciptakan mereka. kalimat Tuhanmu
(keputusan-Nya) Telah ditetapkan: Sesungguhnya Aku akan
memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang
durhaka) semuanya”

Kata pluralitas dan pluralisme sering kali digunakan

bersamaan akan tetapi makna dari kata ini berbeda. Pluralitas

artinya kemajemukan atau sifat kemajemukan. Kemajemukan

merupakan sifat dan realitas masyarakat Indonesia yang tumbuh

bersamaan dengan pertumbuhan bangsa Indonesia itu sendiri,

karena letak geografisnya yang berada di persimpangan jalan

antara Benua Asia dan Australia dan lautan Pasifik dan lautan

Hindia. Oleh karena itu, untuk hidup di tengah-tengah masyarakat

Indonesia haruslah umat beragama bersedia menerima realitas

kemajemukan tersebut. Keanekaragaman janganlah dipandang

sebagai laknat, melainkan kehendak tuhan untuk menjadi berkat

untuk saling kritis dan mengayakan antara satu dengan yang lain

demi kebaikan bersama (Zainuddin, 2010:193).

Ragam agama yang ada di Indonesia telah diakui sejak dulu

oleh masyarakat. Adapun agama yang diakui di Indonesia yaitu:

Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha. Akan tetapi pada masa

pemerintahan presiden Gus Dur agama Kong Hucu diakui menjadi

salah satu agama yang ada di Indonesia. Adanya pengakuan agama

ini menjadikan masyarakat Indonesia bebas dalam menentukan

agamanya masing-masing. Jaminan kebebasan untuk memeluk

34
agama tertuang di dalam UUD pada pasal-pasal berikut. Pasal 28E

Ayat (1) menegaskan bahwa setiap orang bebas memeluk agama

dan beribadat menurut agamanya. Hak kebebasan beragama juga

dijamin dalam Pasal 29 Ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan

“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk

memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut

agamanya dan kepercayaannya itu. Dengan adanya jaminan

kebebasan beragama tersebut maka masyarakat berhak

menentukan agamanya sesuai apa yang diyakini tanpa suatu

paksaan.

Yuli Agung seorang pendeta membedakan antara istilah

pluralism dan pluralitas. Menurutnya, pluralism agama adalah

paham dimana orang menentukan sikap dalam memahami agama-

agama. Bahwa agama-agama memang tumbuh dalam realitas yang

berbeda. Karena itulah dengan paham pluralism, orang mengakui

kebenaran dalam ajaran masing-masing agama. Sementara

pluralitas adalah realitas keberagamaan itu sendiri. Realitasnya

adalah bahwa keberagamaan agama itu tidak hanya diluar agama

tapi juga di dalam tubuh agama itu sendiri. Di sini dapat dikadakan

ada pluralitas ekstemal dan internal. Pluralitas ekstemal adalah

melihat agama-agama diluar agamanya sendiri, misalnya Islam,

Kristen, Budha, Hindu, dan seterusnya. Sedangkan pluralitas

internal adalah realitas keberagamaan yang ada di dalam tubuh

35
agama itu sendiri, misalnya di dalam Kristen ada banyak realitas

kelompok-kelompck Kristen yang berbeda aliran (Zainuddin,

2010:213).

Menurut Imarah (1997:9) pluraitas adalah kemajemukan

yang didasari oleh keutamaan (keunikan) dan kekhasan.

Sedangkan Pluralisme adalah kemajemukan yang didasari oleh

keutamaan (keunikan) dan kekhasan (Imarah, 1999:9). Sedangkan

menurut Ali (2006:4) pluralisme adalah “realita fundamental yang

bersifat jamak” selain itu ia juga mendefinisikan pluralisme

sebagai sebuah faham tentang keberagamaan cara pandang untuk

mengatakan bahwa segala sesuatunya adalah jamak dan beragam.

Sedangkan pluralisme agama adalah suatu paham yang

mengatakan bahwa semua agama itu sama dan benar (Zainuddin,

2010: 4).

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat penulis

simpulkan bahwa pluralitas adalah kemajemukan yang menjadi

sikap kenyataan hidup dimana setiap orang hams bemsaha untuk

sampai pada sikap saling menghargai dan meyakini keberadaan

agama-agama lain. Sedangkan pluralitas keberagamaan adalah

kemajemukan sikap setiap individu dalam menghargai ajaran

agama yang dianut oleh setiap orang.

36
2. Sejarah Pluralitas

Plutalitas tidak muncul dengan begitu saja, melainkan

didahului sejarah panjang yang mengiringginya. Berkaitan dengan

pluralitas agama, sejarah mengenai hal ini pada awalnya telah

terjadi pada masa Rasulullah saw ketika berdakwah ke Yashrib

atau Madinah. Di Madinah setidaknya ada tiga kelompok yang

hidup berdampingan bersama Rasulullah, yaitu sebagai berikut:

a. Orang-orang Musyrik
*

Orang-orang musyrik ini menetap di beberapa wilayah

di Madinah. Mereka tidak mampu berkuasa atas orang-orang

Muslim. Bahkan mereka juga tidak pemah berpikir untuk

memusui Islam dan orang-orang Muslim.

b. Orang-orang Yahudi

Orang-orang Yahudi masih membanggakan diri sebagai

orang israel dan mereka melecehkan bangsa Arab dengan

menyebut bangsa Arab sebagai ummiyyin yaitu orang-orang

yang jelang dan buas, buta humf, hina dan terbelakang.

c. Sahabat-sahabat nabi yang suci, baik dan mulia.

Mereka yang memebantu dakwah Islam dan

membangun kota Madinah. Saat itu kekuasaan mutlak berada

di tangan mereka dalam menentukan peradaban dan kemajuan

derta maslah kehidupan yang lain.

37
Dari ketiga kelompok tersebut tetangga yang paling dekat

dengan umat Islam adalah umat yahudi. Meskipun mereka

memendam kebencian kepada umat Islam, namun mereka tidak

berani menapakkannya. Sehingga Rasulullah menaruh perhatian

besar pada hal tersebut. Rasulullah mengadakan perjanjian pada

kaum Yahudi agar kesetabilan masyarakat terwujut. Perjanjian

yang menjamin kebebasan beragaman kaum yahudi yang disebut

konstitusi madinah (Yatim, 1999:26).

Konstitusi ini menjadi sebuah bukti adanya pemaliaman dan

penghayatan terhadap keragaman atau pluralitas agama. Dari

pemahaman dan penghayatan ini akan muncul kesdaran antar umat

beragama dan sikap menghargai yang terceraiin dalam pengakuan

akan kebebasan dalam keyakinan. Rasulullah pemimpin yang telah

menjadikan perbedaan sebagai alat pemersatu, bahwa dengan

adanya pluralitas agama dapat terwujud kehidupan masyarakat

yang damai dan tolerir.

Sedangkan di Indonesia sendiri, pluralitas agama juga telah

terjadi sebelum kedatangan Islam. Masyarakat telah menganut

beberapa kepercayaan seperti Hindu, Budha, dan kepercayaan

nenek moyang seperti animisme dan dinamisme. Semenjak masa

munculnya kerajaan-kerajaan, bahwasanya pada awlanya hanya

agama Hindu dan Budha yang berkembang, tetapi selanjutnya

38
mulai muncul agama-agama lain seperti; Islam, Kristen, dan

Katolik.

Penyebaran agama Islam di Indonesia menurut Mansur

(2004:113-114) yaitu melalui beberapa jalur yaitu:

1) Perdagangan

Wilayah barat Indonesia dan sekitar malaka

sejak dulu merupakan tempat yang sangat strategis

sehingga menjadi titik pusat perhatian terutama karena

hasil bumi yang melimpah. Kesibukan lalu lintas

perdagangan pada abad ke 7 hingga 16 M menjadi

kesempatan yang digunakan oleh para pedagang

muslim untuk menyebarkan agama Islam di Indonesia.

Menurut Uka Tjandrasasmita seperti yang dikutup

Yatim (1999:201) menyebutkan bahwa para pedagang

Muslim banyak yang bermukim di pesisir laut jawa

yang ketika iiu penduduknya masih kafir, mereka

berhasil mendirikan masjid-masjid dan mendatangkan

ulama dari luar sehingga jumlah mereka semakin

banyak.

2) Perkawinan

Dilihat dari segi ekonomi, para pedagang

muslim memiliki status ekonomi yang lebih baik dari

penduduk pribumi, sehingga para putri bangsawan

39
tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar tersebut.

Sebelum menikah para putri bangsawan tersebut hams

diisalamkan terlebih dahulu. Setelah mereka memiliki

ketumnan, lingkungan mereka akan semakin meluas

sehingga berdirilah kampung-kampung muslim dan

kerajaan-kerajaan Islam.

3) Tasawuf

Para pengajar tasawuf atau sufi mengajaran

teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah


»

dikenal luas oleh amsyarakat Indonesia. Mereka

mengajarkan kepada penduduk pribumi bentuk

peribadaan yang memiliki kesamaan dengan ajaran-

ajaran Hindu-Budha yang sebelumnya sudah dianut

sehingga penduduk lebih mudah dalam menerima

ajaran Islam tersebut.

4) Pendidikan

Islamisasi dengan jalan ini dilaksanakan di

pondok pesantren maupun sekolah. Para santri terlebih

dahulu dibekali dengan ilmu-ilmu keislaman.

Selanjutnya setelah mereka keluar dari lembaga-

lembaga pendidikan, mereka dapat berdakwah dan

mengajarkan ilmu yang mereka peroleh ke kampung

halaman dimana mereka tinggal.

40
5) Kesenian

Seperti yang dilakukan oleh sunan kalijaga

menyisipkan kisah-kisah Islam dalam tokoh kesenian

wayang kulit.

6) Politik

Banyak penduduk pribumi yang masuk Islam

setelah raja mereka masuk Islam, maka kerajaan Islam

berusaha menguasai kerajaan non Islam, karena secara

politis kekuasan raja berpengaruh dalam penyebaran


ft

Islam.

Dari sejarah munculnya pluralisme agama di atas, dapat

diambil hikmah bahwa penghayatan terhadap adanya pluralisme

agama telah terjadi sejak zaman dulu semenjak zaman Rasulullah.

Begitu pula di Indonesia pluralitas agama sudah diajarkan sejak

dulu kala. Ajaran tersebut dapat ditemukan dari semboyan

“Bhineka Tunggal Ika” secara tersirat semboyan tersebut

mengajarkan untuk saling menghargai dan menghormati

keragaman yang ada di Indonesia. Maka sebagai generasi penerus

bangsa, hendaknya setiap umat beragama selalu mengembangkan

sikap toleransi serta menjaga kerukunan antara umat beragama.

3. Islam dan Pluralitas Agama

Islam merupakan agama yang mengajarkan kedamaian.

Menurut Ashgar Ali Engineer seorang pemikir India seperti yang

41
dikutip oleh Humaydy Abdussami dan Tahir (2005:) menyebutkan

bahwa Islam hadir untuk menyelamatkan, membela dan

menghidupkan kedamaian. Kenyataan demikian dapat dilihat dari

banyaknya ayat al Qur’an yang memerintahkan umat Muslim

untuk berbuat damai, menebarkan perdamaian, dan menentang

kedzaliman yang akan merusak kedamaian.

Tidak berbeda jauh dari pendapat yang telah diatas menumt

(Fazlurrahman) sebagaimana yang dikutip oleh Abdussami Dan

Tahir menjelaskan bahwa kata Islam berasal dari kata salama yang

berarti aman (to be safe), keseluruhan (whole), dan menyeluruh

(integral).

Islam sebagai sebuah agama tentu memiliki sebuah

pegangan yang menjadi pedoman dalam kehidupan umatnya.

Berkaitan dengkan pluralitas atau keragaman Al-Qur’an banyak

mengulang dalam beberapa ayatnya bahwa Allah SWT

menghendaki pluralitas dalam agama dengan keragaman yang ada.

Tidak hanya menjelaskan pluralitas agama secara umum, tetapi

juga menanamkan kaidah-kaidah yang dapat memperkuat

pluralitas agama. Menurut Al-Banna (2006:14-21) Kaidah-kaidah

yang menopang pluralitas agama dalam Al-Qur’an yaitu:

a. Nash-nash yang menegaskan bahwa Allah menciptakan

segala sesuatu berpasangan. Sehingga membuktikan tidak

adanya ketunggalan dalam masyarakat dan membuktikan

42
adanya pluralism yang dimulai dari satu pasnagan. Seperti

dalam surat Adz Zariyat 49;

“Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan


supaya kamu mengingat kebesaran Allah.”
b. Adanya ketetapan prinsip berderajat yang mengandalkan

adanya jarak. Al-Qur’an menggunakan kata derajat untuk

membedakan kelompok yang ada di kalangan kaum

muslimin. Allah berfirman dalam Qs. Al-An 'am 156;

& dr of, UD 'jf j* U&\ Jjrf Q of

(Kami turunkan Al-Quran itu) agar kamu (tidak)

mengatakan: "Bahwa Kitab itu Hanya diturunkan kepada

dua golongansaja sebelum kami, dan Sesungguhnya kami

tidak memperhatikan apa yang mereka baca”

c. Prinsip berlomba-lomba dalam kebajikan seperti dalam

surat Al-M aidah ayat 48;

o
j ly * ajJj liJ li.u/aA oJLJl lU^jlj

^ di- JJdiyd y "Vj dsi Jj!f Ili


df dii lid , d * * j £ j ^ J i
s# ^

dii J p i^ J i ijd d ii ^
“Dan kami Telah turunkan kepadamu A1 Quran dengan
membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya,
yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu
ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah
perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang Telah datang kepadamu.
untuk tiap-tiap umat diantara kamukami berikan aturan dan
jalan yang terang. sekiranya Allah menghendaki, niscaya
kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak
menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada
Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya
kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu”
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa:

1) Agama itu berbeda-beda dari segi aturan dan

pandangan hidupnya. Oleh karena pluralitas sama

sekali tidak mengangap semua agama itu sama.

2) Allah SWT telah menghendaki keragaman agama yang

ada. Kemudian keragaman agama yang ada dimaksud

untuk menguji manusia mengenai keimanan mereka

kepada Sang Maha Pencipta.

3) Semua agama yang ada akan kembali kepada Allah

SWT. Maka manusia di anjurkan untuk berlomba dalam

berbuat kebaikan.

d. Prinsip berkeyakinan. Prinsip ini menyentuh sesuatu yang

paling mendasar pluralitas. Karena keyakinan menjadi

44
sesuatu yang penting bagi setiap agama. Banyak ayat Al-

Qur’an yang menjelaskan prinsipini begitu tegas seperti

dalam surat Al-Baqarah ayat 256;

^ xi?j\ 'jZ j i '/f \ v

dJlj l$J V jJl p i dJb j

‘t *

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);


Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan
yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia
Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang
tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui”

Berdasarkan ayat tersebut Allah SWT telah melarang

dengan jelas melakukan pemaksaan untuk memeluk suatu

agama. Hal ini diperkuat lagi dengan fiman Allah SWT

dalam Surat Yunus ayat 9;

(t-fcj 'j i p j cy.^

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan


mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh
Tuhan mereka Karena keimanannya, di bawah mereka
mengalir sungai-sungai di dalam syurga yang penuh
kenikmatan”

45
e. Adanya pengakuan keberadaan agama-agama lain dan

larangan menghujat agama atau kelompok lain, seperti

yang dijelaskan dalam Qs. Al-An 'am ayat 108;

jM \j JS- iU l I dJl j j l y* o JJ JJl I Vj

iy k iI j y j J \ J; j£ J lijj dJJiT

o /J j

“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang


mereka sembah selain Allah, Karena mereka nanti akan
memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.
Demikianlah kami jadikan setiap umat menganggap baik
pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah
kembali mereka, lalu dia memberitakan kepada mereka apa
yang dahulu mereka keijakan”

Dari ayat tersebut dijelaskan bahwasanya Islam

memerintahkan manusia untuk menghormati agama lain dan dapat

hidup berdampingan dengan penganut agama lain. Islam sama

sekali tidak melarang umatnnya untuk bekeija sama ataupun saling

membantu kepada penganut agama lain, selama tidak memusuhi

dan melecehkan simbol-simbol keagamaan.

Pada dasamya pendidikan agama dipandang sebagai faktor

penting dalam menumbuhkan kesadaran akan nilai-nilai

kehidupan. Wacana pluralitas yang ada dalam pendidikan agama

membantu siswa untuk mengerti, menerima, dan menghargai orang

dari suku, budaya, nilai, dan agama berbeda. Dengan kata lain,

46
siswa diajak untuk menghargai bahkan menjunjung tinggi

pluralitas dan heterogenitas. Paradigma adanya wacana pluralitas

pendidikan mengisyaratkan bahwa siswa belajar bersama dengan

individu lain dalam suasana saling menghormati, saling toleransi

dan saling memahami.dapat menyembuhkan pluralisme serta

mampu menggali sisi perdamaian dan toleransi. Menurut Ma’arif

(104-106) pembelajaran pendidikan agama berbasis pluralisme

seperti ini perlu di perhatikan adanya beberapa pendekatan yang

dapat di gunakan antara lain:

a. Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan

sikap dan perilaku yang baik, terutama sekali yang

berhubungan dengan nilai seperti: tenggang rasa, toleransi,

saling mengasihi, tolong menolong dll.

b. Rasional, pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik,

sehingga isi dan nilai yang di tanamkan mudah di pahami

dengan penalaran. Disisi lain pendekatan akademis eenderung

menempatkan proses pendidikan agama pada orientasi objektif.

c. Emosional, upaya menggugah perasaan peserta didik dalam

memahami realitas keanekaragaman budaya dan agama dalam

masyarakat. Sehingga lebih terkesan dalam jiw a peserta didik

untuk selalu menampilkan sikap tenggang rasa dan saling

menghormati antara agama satu dengan yang lainnya.

47
d. Fungsional, memfungsikan ajaran masing-masing agama

(termasuk agama Islam) terutama tentang pentingnya

menghargai perbedaan dengan menekankan segi manfaat dan

hikmahnya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari

dengan tingkat perkembangannya

48
BAB III

PAPARAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Pondok Pesanteren Edi Mancoro

1. Letak Geograis

Pondok pesantren Edi Mancoro yang lebih terkenal dengan

istilah Wisma Santri Edi Mancoro terletak di Provinsi Jawa

Tengah, tepatnya di Dusun Bandungan, Desa Gedangan Rt 02 Rw

01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Dusun Gedangan

memiliki wilayah cukup luas yang kemudian dibagi menjadi 7

dusun dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Batas

wilayah desa Gedangan yaitu:

Timur : Sraten

Selatan : Rowosari

Barat : Beji

Utara : Sraten

Gedangan merupakan daerah yang cukup potensial secara

ekonmis, karena penghasilan warganya disamping bersumber dari

hasil pertanian padi juga bersumber dari asil pertanian kering. Desa

ini cukup terkenal sebagai penghasil buah-buahan seperti buah

salak, duku, langsep, kokosan dan lain-lain. Maka tak heran bila

masuk dalam klasifikasi desa swasembada.

49
Walaupun termasuk di kawasan Kabupaten Semarang

Pondok Pesantren Edi Mancoro ini lebih akrab dengan daerah

Salatiga, karena secara geograifis letaknya lebih dekat dengan

pusat kota salatiga. Hanya berjarak 4 km di barat Kota Salatiga

membuat Pondok Pesantren Edi Mancoro ini mudah dijangkau.

Apalagi letaknya tak jauh dari jalan raya Ambarawa-Salatiga.

Kondisi wilayah yang tidak seramai dengan daerah di

sekitamya, menjadikan tempat strategis untuk pendidikasn seperti

pendidikan Agama atau Pesantren. Selain itu jarak yang tidak

terlalu jauh dengan pusat Kota Salatiga yang merupakan pusat

sentra pendidikan formal, mendorong bertambahnya jumlah santri

yang ingin mendalami ilmu agama di pesantren. Sebab santri yang

menetap di pesantren ini kebanyakan masih belajar di lembaga-

lembaga formal baik dari kalangan mahasiswa ataupun pelajar.

Kondisi yang ada seperti ini tentunya mempengaruhi proses belajar

yang ada di pesantren ini, lebih jelasnya dapat dilihat dari

pendidian dan pengajaran yang ada.

2. Sejarah Pondok Pesantren Edi Mancoro

Bila mengacu pada sebuah pendapat tentang elemen dasar

pesantren salaf Pondok Pesantren Edi Mancoro termasuk tipe

pesantren salafiyah. Elemen itu adalah kyai atau guru yang

mengajar, asrama sebagai tempat pemondokan santri, disamping

santri sebagai peserta didik, kitab kuning sebagai kurikulum

50
pesndidikannya, Masjid sebagai sarana pengajian, dan peribadatan

santri.

Munculnya pesantren sendiri tidak terlepas dari kondisi

obyektif masyarakat pada waktu itu, dimana masyarakat setempat

pada waktu itu masih alergi dengan beragam aktifitas religius,

sebaliknya mereka sangat akrab dengan kebiasaan-kebiasaan buruk

yang berkembang di masyarakat. Hal inilah yang mendorong tokoh

setempat untuk mendirikan pondok pesantren sebagai lembaga

pendidikan keagamaan (tafaqutifi ad-din) sebagai peredam yang

bisa mengendalikan kebiasaan-kebiasaan buruk masyarakat

setempat.

Di bawah prakarsa Bapak KH. Sholeh tokoh pendatang dari

Desa Pulutan telah berhasil mendirikan sebuah masjid yang diberi

nama Darussalam dengan sebuah bangunan kecil sebagai tempat

pemondokan bagi para santri yang akan belajar kepadanya. Masjid

ini didirikan di pinggiran desa, seakan terpisah dari pemukiman

warga pada waktu itu, walaupun sekarang sudah menyatu dengan

masyarakatnya, dan pendidikan yang diselenggaakanyapun masih

sederhana, belum sampai terbentuk semacam lembaga pendidikan

tetapi terkesan natural. Pendidikan keagamaan yang berpusat di

masjid Darussalam dan ditangani oleh Bapak Kyai Sholeh hanya

berlangsung hinggan tahun 70-an, sebab setelah beliau meninggal

tidak ada keturunanya langsung yang man meneruskan

51
perjuangannya dan tidak ada tokoh lokal yang meneruskan misi

dan perjuangannya.

Setelah itu maka proses pendidikan di Darussalam agak

tersendat, dalam masa kevakuman ini selang beberapa waktu,

munculah kiai Sukemi yang merupakan tokoh lokal yang diminta

oleh masyarakat setempat dan diharapkan mampu untuk

meneruskan misi dan perjuangan pendidikan ini , dan pendidikan

pesantren ini dapat berjalan kembali seperti kepemimpinan kiai

Sholeh. Kemudian munculah KH. Mahfudz Ridwan, tokoh dari

pulutan yang merupakan alumni dari beberapa pesantren temama

sekaligus alumni dari Universitas di Baghdad. Setelah Kyai

Sukemi meninggal, maka pendidikan Darussalam diteruskan oleh

KH. Mahfudz Ridwan.

Pada tahun 1984 KH.Mahfiidz Ridwan bersama beberapa

tokoh lokal lainya seperti Matori Abdul Jalil mendirikan yayasan

yang bemama Yayasan Desaku Maju dengan catatan notaris nomor

14/1984. Yayasan ini merupakan yayasan yang bergerak di bidang

sosial yang mengamban misi dan tujuan membantu pemerintah

untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan

dan mengembangkan swadaya serta sumber daya manusia

khususnya masyarakat pedesaan. Yayasan ini cukup familiar bagi

warga Salatiga, karena merupakan satu-satunya yayasan Islam

yang bergerak di bidang kemasyarakatan.

52
Pada akhir tahun 1989 tepatnya pada tanggal 26 Desember

1989, KH. Mahfiid Ridwan mendirikan pesantren yang kebih

akrab disebut Wisma Santri Edi Mancoro dibawah “Yayasan

Desaku Maju” sebagai pusat pendidikan masyarakat khususnya

bagi masyarakat setempat sekaligus sebagai basecamp berbagai

kegiatan.

Sejak saat itu keadaan pesantren terns berkembang. Karena

yayasan ini dikenal sangat luas karena program-programnya yang

telah berhasil membuat perubahan yang sangat signifikan di

Salatiga dan Kabupaten Semarang khususnya memecahkan

permasalahan antar umat beragama, kemudian karakter pesantren

yang pluralis dan terbuka untuk siapa saja termasuk untuk orang

non Islam oleh karena itu nama pesantren ini sangat terkenal

hingga luar negeri hingga banyak kunjungan dari luar negeri dari

berbagai negara hingga saat ini. Pada akhir tahun 2007 nama

Pondok Pesantren Edi Mancoro telah resmi menggantikan nama

W isma Santri Edi Mancoro karena aktifitas kemasyarakatan yang

sudah mulai melemah dan menjadi pesantren yang normatif tetapi

masih tetap menjaga prinsip pluralisme dan keterbukaan dengan

orang non Islam sebagai bentuk terciptanya konsep Islam

Rahmatan lil 'alamin.

Ada sebuah pertanyaan yang menarik sering ditanyakan

oleh siapapun yang berkunjung ke pesantren ini. Kenapa pesantren

53
diberi nama EDI MANCORO? Yang merupakan sebuah nama

yang meggunakan Bahasa Jawa. Dimana jika melihat nama-nama

pesantren lainnya menggunakan bahasa Arab atau istilah-istilah

Islam.

Menurut penuturan KH.Mahfiid Ridwan (Pengasuh Pondok

Pesantren Edi Mancoro), “nama Edi Mancoro itu sebenamya nama

yang diusulkan untuk nama anak saya, jika suatu saat nanti saya

punya anak laki-laki lagi. Akan tetapi beliau tidak punya anak laki-

laki lagi maka menjadi nama pesantren ini. Edi Mancoro artinya

Edi adalah bagus atau elok dan Mancoro kira-kira berarti bersinar.

Diharapkan kelak pesantren ini menjadi pondok pesantren yang

bagus dan bersinar di seluruh penjuru dunia.

3. Profil Pondok Pesantren Edi Mancoro

Pondok Pesantren Edi Mancoro merupakan sebuah institusi

pendidikan keagamaan, yang berusaha membekali santri-santrinya

dengan keterampilan-keterampilan. Sehingga Pondok Pesantren

Edi Mancoro terdapat beberapa UPT (Unit Pelaksana Teknis) guna

peningkatan sumber daya santrinya. Adapun secara statistik profil

Edi Mancoro adalah sebagai b erik u t:

a. Nama • Pondok Pesantren Edi Mancoro


b. Alamat Dsn. Bandungan, 02/01 Ds.
Gedangan, Kec. Tuntang, Kab.
Semarang, Jawa Tengah 50773
Telepon (0298)

54
313329/08139239383
c. Email ; nnedimancorolS). email.com
d. Blog www.nnedimancoro.wordpress.com
e. Pimpinan KH. Mahfudz Ridwan, Lc
f. Ketua Yayasan Muhammad Hanif. SS, M.Hum

g- Pengasuh Santri Rosyidah, Lc


Tahfidz
h. Tahun berdiri 1989 M/1410 H
i. Status Tanah W akaf

j- Surat kepemilikan W akaf Pondok Pesantren Edi


* tanah Mancoro
k. Luas tanah 2448 m
E Status Bangunan Milik Pondok Pesantren
1. Luas 1365 m
Bangunan
2. Lapangan 550 m
Olah Raga
3. Kebun : 108 m
4. Dipakai 535 m
lainnya
m. Jumlah santri 120 orang
Putra 24 orang
Putri 96 orang
Lembaga-lembaga Pondok Pesantren Edi Mancoro

1. Organisasi Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro

2. Koperasi Pondok Pesantren Edi Mancoro

3. Kulliyyatud Dirosah Al-Islamiyyah Wal Ijtima’iyyah (KDII)

4. Madrasah Tahfidz

5. Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) A1 Qiro

55
STRUKTUR PENGURUS

ORGANISASI SANTRI PONDOK PESANTREN EDI

MANCORO

MASA KHIDMAT 2014-2015M/ 1435-1436 H

Pengasuh PP Edi Mancoro


Pelindung ;
Ketua Yayasan PP Edi Mancoro

Ust. Sumamo, S.Ag


Penasehat
Ust. Budi Santoso, S.Pd.I

Pembina Ustdzh. Imma Dahliyani, S.Pd.I

BADAN PENGURUS HARIAN

Ketua Umum * Taufiq Ashari

Sekretaris Nurul Innayah

Bendahara Iis Sholihah

Rayon Putra * Akrom Musabbihin

Rayon Putri Stri Ana Farhana


:

BIRO-BIRO

Biro Pendidikan * Umi Arifah

Biro Litbang • Alfiatu Rahmah

Biro PU • M. Sulkhan & Putri Rifa Anggraini

UNIT PENGELOLA TEKNIK (UPT)

TBB • Chusnul Wardati

Perpustakaan • Siti M u’asyaroh

56
Komputer • Tyas Kristi ana

Pers : Ajeng Virga

Bahasa Naimatus Tsaniyah

PROGRAM KERJA PENGURUS PONDOK PESANTREN

EDI MANCORO

BIDANG PROGRAM KERJA


BPH Rapat Kerja (RAKER)
Penyusunan RAP BP
Forum bersama (FORBER)
Rapat Koordinasi Pengurus
Asramanisasi Ramadhan
HARLAH (hari lahir pondok)
Khataman Al-Qur’an dan Ahirussanah
MUSTRI (musyawarah santri)
Diskusi Lintas Agama
- PHBI dan PHBN
Rapat Koordinasi Bulanan
Recovering Bank Data
Pembuatan Papan Struktur Organisasi
Pondok Pesantren Edi Mancoro
Penerimaan santri baru (PSB)
Pembuatan kartu tanda santri (KTS)
Hubungan Masyarakat
Bisyaroh Asatid
Dana Sosial
Ziarah
Studi Banding

57
- Halal Bihalal
- Kita beda kita sama (KBKS) forum lintas
iman anak-anak
Rayon Putra Rapat interen masing-massing rayon setiap
dan Putri bulan
- Penertiban kamar
- Pengkondisian tata tertib
Kebersihan lingkungan
- Penggalangan dana tak terduga
Jama’ah shalat maghrib dan subuh
Ziarah ke makam masayikh
- Mujahadah/qiamul lail
- Piket syawalan
Biro Tiqroran
Pendidikan Simaan dan khatamanAl-Qur’an
- Muthalaah kitab Riyadus shalihin
Sorogan kitab
Bahtsul masail atau diskusi kubro
Biro Litbang Khitobiah
Barjanji
Sholat tasbih
Istighosah
- Pelatihan kewirausahaan
- Pelatihan khot, qiro’, dan rebana
Biro PU Lebelisasi perlengkapan
- Perbaikan sarana prasarana
Plangisassi
Baksampah

UPT TBB - Malam pengakraban santri (mapesa)

58
Rikhlah
Kegiatan belajar mengajar
Pertemuan wali santri
- Outbond
- Koordinasi interen
UPT Sweping buku
Perpustakaan Lelbelisasi
- Penambahan buku
Pelayanan perpustakaan
Pengklipingan Koran
Perbaikan dan perawatan Koran
UPT Penataan computer
Komputer Jasa prin dan internet
Perbaikan komputer
- Pelatihan komputer
- Pembuatan aplikasi data santri
UPT Pers Madding
- Buletin
- Pelatihan jumalistik
UPT Bahasa - Hafalan kosa kata
Kampung bahasa
- Pelatihan khitobiah

4. Visi, misi, tujuan, dan garis perjuangan Pondok Pesantren Edi

Mancoro

a. Visi, misi

Adapun visi dari Pondok Pesantren Edi Mancoro adalah

menyiapkan santri sebagai pendamping umat yang

sesungguhnya. Sedangkan misi Pondok Pesantren Edi Mancoro

59
adalah dengan membentuk santri yang mempunyai wawasan

keagamaan mendalam, berwawasan kebangsaan, dan

kemasyarakatan dalam konteks ke-Indonesiaan yang plural.

Serta membentuk santri yang peduli dan berkemampuan

meiakukan pendampingan masyarakat secara luas. Dengan sifat

terbuka, non-profit, independen, serta mandiri dalam

menentukan kebijakan dan garis perjuangan sampai saat ini

pesantren Edi Mancoro tetap kukuh berdiri mengayomi

masyarakat.

Lalu menurut KH.Mahfudz Ridwan (pengasuh) sendiri

mengenai Edi Mancoro “Edi Mancoro memang mempunyai

visi dan misi sudah jelas agak berbeda dengan pesantren-

pesantren lain, sebab visinya untuk mengembangkan pesantren

ini lewat kegiatan-kegiatan masyarakat, bukannya di dalamnya

pesantrennya itu sendiri tapi diluar pesantren ini, akarnya

yang disebut ilmu untuk amali bukan hanya sekedar menuntut

ilmunya dan di pesantren sendirikan mengajarkan ilmu agama

bukan sekedar membaca tekstualnya saja tetapi pengasuh

memberikan secara konstektual, harapan saya sebagai

pengasuh supaya sekaligus dapat mengembangkan dan

memberdayakan kemasyarakatan, maka pesantren sangat

penting dalam mengemban amanat pemberdayaan masyarakat

itu sendiri”. W /MH/P/25-11-2014/10.25 WIB

60
Ini menunjukkan bahwa KH.Mahfudz Ridwan ialah

seorang yang mendengarkan tuntutan dan kebutuhan

masyarakat dan yang juga menghayati kepentingan pendidikan

pada masa kini di Indonesia,

b. Tujuan

Tujuan Pondok Pesantren Edi Mancoro adalah untuk

membina santri memiliki keilmuan baik keagamaan maupun

keilmuan kebangsaan dan kemasyarakatan. KH. Mahfudz

Ridwan, Lc saat acara Hari Lahir Pondok Pesantren Edi

Mancoro ke 20 memberikan pengarahan kepada santri agar

santri dapat hidup mandiri dalam segala hal dalam arti secara

keorganisasian di berikan secara penuh kepada santri, santri

dituntut untuk sadar dalam segala kebutuhan dan kewajiban

yang seharusnya di lakukan. Para santri diberitahu bahwa

“orang yang pintar adalah orang yang tahu dan mengerti

dengan bahasa isyarat” hal ini menjadi hal yang sangat di

tekankan oleh pengasuh terhadap pesantren, sehingga pesantren

di tuntut untuk mandiri dalam segala hal, baik itu dalam

kehidupannya, pengelolaannya dan sebagainya itu diserahkan

oleh santri secara menyeluruh.

Hal ini dipeluk sepenuhnya oleh para santri dalam hidupnya

sendiri dan juga dalam hidupnya sebagai anggota masyarakat

pondok pesantren. Mereka harus sanggup menyelenggarakan

61
sendiri kegiatan-kegiatannya dengan meminta pendapat dari

pengasuh. Contohnya dengan Organisasi Santri Pondok

Pesantren Edi Mancoro (PPEM), santri menyelenggarakan

sendiri aktivitas seperti kebersihan lingkungan, pengembangan

minat dan bakat santri. Selain itu Pondok Pesantren Edi

Mancoro bertujuan membina manusia yang beriman, berilmu

dan bertaqwa kepada Allah. Pesantren ini juga membentuk

santri sebagai pendamping masyarakat.

c. Garis Perjuangan

Untuk melihat sejauh mana kiprah Pesantren Edi Mancoro

baik tingkat lokal maupun nasional, kita dapat melihat dari

sejumlah program yang telah disusun dan menjadi misi

bersama antara kyai dan para santrinya. Secara umurn untuk

meningkatkan pemahaman terhadap kelslaman, Pondok

Pesantren Edi Mancoro berusaha melakukan program secara

intensif dan berkesinambungan seperti diskusi-diskusi ilmiah,

dialog lintas agama, seminar, diklat, kursus-kursus dan lain

sebagainya. Sedangkan untuk kontek jaringan, pesantren Edi

Mancoro telah banyak melakukan kerja sama baik antara

pesantren, Perguruan Tinggi, maupun dengan institusi

pemerintah atau institusi kemasyarakatan lainnya, seperti

depnaker, BI, PERCIK dan lain-lain.

62
Adapun gerak perjuangan yang ada Pesantren Edi Mancoro

tetap mengedepankan pada gerakan Islam yang plural. Karena

ini diakui sangat efektif, apalagi di era modem seperti sekarang

ini, umat Islam khususnya pesantren hams berani tampil,

membuka diri dan menerima kemajuan zaman.

5. Unsur-Unsur Pesantren

a. Kyai

Pola pangasuhan kyai di Edi Mancoro lebih bersifat

demoratis terhadap santri' misalnya dalam berikir dan

beraktiitas santeri di beri kebebasan dengan melaksanakan

aktivitas apapun asal dalam koridor baik dan positi.

Pembelajaran di Edi Mancoro tidak jauh berbeda dengan

pesantren lain. Hanya bedanya pada pesantren Edi Mancoro

dalem (rumah) kyai berada terpisah dengan santri, meski

demikian santri diperbolehkan berkonsultasi secara bebas baik

dalam kajian maupun diluar kajian, ini bias berdamak pada

kondisi psikologis santri. Selain itu kyai dianggap sebagai

bapaknya sendiri dalam kehidupan pesantren Edi Mancoro.

Dalam pembelajaran KH.Mahfud Ridwan memunyai istilah

al aqlu yahdi bil isyaroh (orang berakal cukup mengerti dengan

isyarat), nah ini yang menjadi ciri khas kiyai Mahfud dalam

membimbing santri.Santri di tuntut untuk cerdas dalam

berfikir, karena kyai hanya memberi isyaratsantri hams tahu

63
apakah isyarat itu adalah ajakan, larangan ataukah suruhan

untuk melakukan sesuatu yang baik atau isyarat tidak boleh

bagi yang buruk.

b. Santri

1) Santri Muqim

Santri muqim merupakan santri yang menetap atau

tinggal di Fesantren. Jumlah santri yang muqim yaitu 120

orang terdiri dari 20 santri putra dan 100 santri putri.

Kondisi santri yang berasal dari bermacam-macam daerah

serta latar belakang yang ada haras menyesuaikan dan

mentaati aturan yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro

yang telah disepakati bersama.

2) Santri Non Muqim

Santri non muqim yaitu santri yang belajar di

pesantren tapi tidak menetap di pondok.Hanya mengikuti

pembelajaran yang ada tetapi tidak tinggal dan menetap di

pesantren berjumlah 6 orang.

3) Santri Lintas Agama

Santri lintas agama biasanya santri yang tidak lama

tetapi berjenjang. Seperti dengan adanya kunjungan dari

institusi lintas agama yang ingin belajar dan menyerap ilmu

dari pesantren soal keislaman. Dari tahun ketahun berbeda-

beda santri lintas agama yang datang.

64
c. Asrama

Asrama yang dimiliki Pondok Pesantren Edi Mancoro

yaitu, Asrama Putra, Asrama Putri, Gedung Serbaguna, Aula,

Kantor Pengurus, Perpustakaan, dan Ruang Komputer. Gedung

serbaguna ini dahulunya sering digunakan disewa untuk

berbagai kegiatan besar dan pertemuan, akan tetapi sekarang

beralih fungsi menjadi asrama putri dan aula utama.

d. Masjid

Lokasi masjid yang juga menawarkan pemandangan yang

indah karena terlihat pemandangan persawahan juga

Pegununggan Merbabu dan pegunungan lainnya terlihat jelas.

Disampingnya juga terdapat kolam renang yang digunakan

untuk keperluan masyarakat dan santri secara bersama seperti

tempat mandi untuk khusus putra, mencuci, bermain bagi anak-

anak dan sebagainya. Keberadaan masjid dengan asrama santri

berjarak tidak terlalu jauh tetapi dipisahkan oleh ndalem

(rumah) KH. Mahfud Ridwan. Meskipun demikian masjid

menjadi satu kesatuan yang berkaitan dengan pesantren

walaupun digunakan bersama-sama dengan masyarakat dusun

bandungan.

65
B. Model Pendidikan Pondok Pesantren Edi Mancoro

1. Kurikulum Pesantren

Sebagai lembaga pendidikan keagamaan, pondok pesantren

Edi Mancoro menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran

keagamaan disamping mata kajian yang bersifat umum. Pesantren

ini mempunyai spesifikasi khusus untuk mendalami ilmu-ilmu

agama dengan dititik beratkan pada kemampuan membaca dan

menulis bahasa Arab dengan baik dan benar, maka pelajaran

nahwu, shorof dan halaqhoh mendapat perhatian prioritas.

Disamping itu mata pelajaran umum, ketrampilan menjadi kegiatan

ektra yang terjadwal oleh pengurus dengan menyesuaikan bakat

dan minat santri.

a. Intra : Kajian Kitab Kuning, Tahfidz Al-Qur’an,

Tarbiyatul Banin Wal Banat

b. Ekstra : Pelatihan life skill, pengembangan Bahasa Arab

dan Bahasa Inggris, Jumalistik, Rebana.

Adapun kegiatan harian yang dilakukan santri Pondok

Pesantren Edi Mancoro dalam tabel di bawah i n i :

DAFTAR KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

PONDOK PESANTREN EDI MANCORO

Waktu Jenis Kegiatan Tempat Keterangan

04.30- Shalat Jama’ah Shubuh Aula Utama Semua Santri


05.00 dilanjutkan membaca
surat Yasiin.

66
05.00- Ngaji A1 Qur’an Aula atas Semua Santri
06.00 dan aula
putra
07.00- Wajib belajar fonnal Bagi santri
16.00 yang masih
bersekolah
ataupun
kuliah
16.00- Membaca Surat A1 Ndalem Semua santri
17.30 Waqiah dilanjutkan Kyai
Kajian Kitab Tafsir
Jalalain atau Fathul
M u’in
18.00- Jaina’ali Shalat Masjid Semua santri
18.15 Maghrib Darussalam
18.15- membaca Surat A1 Aula Putra Semua santri
18.30 Mulk kecuali malam
Jumat.
18.30- Pembacaan Asmaul Kelas Semua santri
19.30 Husna dilanjutkan masing-
Kajian malam masing
19.30- Shalat Isya’ aula atas Semua santri
19.45 dan ustadz
yang
mengajar
atau piket
19.45- Kajian malam Kelas Semua santri
20.45 masing- sesuai jadwal
masing
20.45- Kegiatan malam sesuai aula atas Semua santri

67
22.00 jadwal yang ditentukan atau aula
biro pendidikan serta putra
bahasa

2. Sistem pendidikan

Sistem Pendidikan yang berada di Pondok Pesantren Edi

Mancoro selalu mengalami perubahan dari tahun ke tahun, ini

dilakukan dalam rangka untuk menuju tatanan yang lebih

baik.Santri diwajibkan mengikuti semua kajian yang jadwalnya

sudah dibuat oleh pengurus KDII.

Dalam kajian kitab kuning sistem yang diterapkan adalah

bandongan, serta ada mata pelajaran tertentu yang dikaji dengan

carasorogan. Namun yang lebih banyak digunakan adalah sistem

bandongan. Hal ini berkaitan dengan keadaan santri yang nyantridi

pondok pesantren ini adalah para pelajar dan mahasiswa yang

rnasih belajar di lembaga formal. Sehingga waktu yang digunakan

akan lebih efektif ketika menggunakan sistem bandongan.

Dalam pembelajarannya santri diwajibkan untuk mengikuti

setiap mata pelajaran yang dikaji sebagai mana jadwal yang telah

ditentukan. Jadwal ini di buat sesuai tingkatan kelas yang

ada.Untuk menjembatani problem santri baru agar dapat

menyesuaikan dengan kelas yang ada maka, dilakukan tes

penempatan bagi santri yang baru masuk di pesantren. Sehingga

diharapkan para santri dapat segera menyesuaikan dengan

68
pelajarab yang ada. Adapun mata pelajaran yang menjadi kajian

wajib bagi santri adalah:

a. Kelas I’daad

1) Fiqh Wadhih: kitab ini merupakan kitab Fiqh yang

berisi mengenai kaidah-kaidah dalam Islam.

2) Sifaul Jinan: merupakan kitab tajwid yaitu kitab yang

menjelaskan mengenai kaidah hokum bacaan dalam

Al-Qur’an.

3) Akhlaqul Banin I: merupakan kitab yang berisi

mengenai Akhlak atau tatakrama dari seorang anak

dalam kehidupan sehari-hari.

4) Fasholatan: merupakan kitab yang berisi mengenai

tatacara dalam pelaksanaan sholat baik saolat fardhu

maupun shalat sunnah.

b. Kelas Khos

1) Fasholatan: merupakan kitab yang berisi mengenai

tatacara dalam pelaksanaan sholat baik saolat fardhu

maupun shalat sunnah.

2) Bahasa Arab

3) Safinah: kitab ini merupakan kitab Fiqh yang berisi

mengenai kaidah-kaidah dalam Islam.

4) Imla ’: merupakan pelajaran mengenai kaidah tatacara

menulis dalam bahasa arab.

69
5) Akhlaqul Banin II: merupakan kitab yang berisi

mengenai Akhlak atau tatakrama dari seorang anak

dalam kehidupan sehari-hari.

6) Khulashoh I: merupakan kitab yang berisi mengenai

sejarah Islam.

7) Aqidatul Awam: merupakan kitab yang berisi

mengenai ajaran ketauhidan (keesaan) Allah swt

8) Sifaul Jinan: merupakan kitab tajwid yaitu kitab

yang menjelaskan mengenai kaidah hokum bacaan

dalam Al-Qur’an.

9) Arbain Nawawi: merupakan kitab yang berisi

mengenai Hadits.

c. Keias Awaliyah

1) Qiroatur Rosyidah: kitab yang berisi mengenai bacaan

Bahasa Arab yang menyiratkan pesan-pesan dalam

kehidupan.

2) Arbain Nawawi: merupakan kitab yang berisi

mengenai Hadits.

3) Amtsilatut Tasrifiyah: merupakan kitab alat yang berisi

kaidah-kaidah bahasa arab.

4) Imrith: merupakan kitab alat sebagai dasar dalam

merangkai bahasa arab.

70
5) Jawahirul Kalamiyah: merupakan kitab yang berisi

mengenai ajaran ketauhidan (keesaan) Allah swt

6) Fathul Qorib: kitab ini merupakan kitab Fiqh yang

berisi mengenai kaidah-kaidah dalam Islam.

7) Khulashoh II: merupakan kitab yang berisi mengenai

sejarah Islam.

8) Akhlaqul Banin III: merupakan kitab yang berisi

mengenai Akhlak atau tatakrama dari seorang anak

dalam kehidupan sehari-hari.

9) Tuhfatul Athfal: merupakan kitab tajwid yaitu kitab

yang menjelaskan mengenai kaidah hokum bacaan

dalam Al-Qur’an.

d. Kelas Wustho

1) Alfiyah: merupakan kitab alat sebagai dasar dalam

merangkai bahasa arab atau biasa dikenal dengan kitab

nahwu

2) T a ’limul M u ta ’alim: merupakan kitab yang berisi

mengenai Akhlak atau tatakrama seorang yang sedang

menuntut ilmu.

3) Mustholahatul Hadits: merupakan kitab yang berisi

penjelasanmengenai deraj at keskahihan, kehasanan

serta kedaifan dalam suatu hadits.

71
4) Qiroatur Rosyidah: kitab yang berisi mengenai bacaan

Bahasa Arab yang menyiratkan pesan-pesan dalam

kehidupan

5) Bulughul Maram: merupakan kitab yang berisi

mengenai Hadits.

6) Fathul Qarib: kitab ini merupakan kitab Fiqh yang

berisi mengenai kaidah-kaidah dalam Islam.

7) Tauhid: Kifayatul Awam

e. Kelas Ulya

1) Bidayatul Hidayah: merupakan kitab yang berisi

mengenai Akhlak atau tatakrama seorang dalam

kehidupan sehari-hari.

2) Alfiyah: merupakan kitab alat sebagai dasar dalam

merangkai bahasa arab atau biasa dikenal dengan kitab

nahwu.

3) Mustholahatul Hadits: merupakan kitab yang berisi

penjelasanmengenai derajat keskahihan, kehasanan

serta kedaifan dalam suatu hadits.

4) Qiroatur Rosyidah: kitab yang berisi mengenai bacaan

Bahasa Arab yang menyiratkan pesan-pesan dalam

kehidupan.

5) Bulughul Maram: merupakan kitab yang berisi

mengenai Hadits.

72
6) Mabadiul Awaliyah: kitab yang mempelajari mengenai

kaidah-kaidah, teori-teori, dan sumber-sumber dalam

menghasilkan hukum Islam.

7) Fathul Q arib: kitab ini merupakan kitab Fiqh yang

berisi mengenai kaidah-kaidah dalam Islam.

3. Pengajar/Ustadz

Selain KrI. Mahfudz Ridwan ada juga para ustadz yang

terlibat dalam proses pembelajaran di Pondok Pesantren Edi

Mancoro. Pengajar atau ustadz di Pondok Pesantren Edi Mancoro

berjumlah 25, yang tergabung dalam dewan asatidz yang

mempunyai spesialisasi sendiri-sendiri dalam proses pembelajaran

di pesantren. Baik berasal dari masyarakat sekitar yang pemah

menimba ilmu di pondok pesantren lain ataupun alumni yang

mempunyai kepedulian terhadap perkembangan pesantren serta

para santri yang teiah lulus dan telah dianggap mampu untuk

mengajar serta berkompeten pada disiplin ilmu yang telah dikuasai.

Adapun latar belakang ustadz Pondok Pesantren Edi Mancoro

adalah sebagai berikut:

a. Alumni Pesantren di Indonesia (API Salafiyah

Tegalrejo, PP A1 Fakah Ploso Kediri, PM Gontor

Ponorogo, PP Roudlotut Tholibin Rembang, PP

Maslakul Huda Kajen Pati, PP Termas Pacitan dll.

73
b. Alumni dari Universitas dalam dan luar negeri

(Universitas Baghdad Irak, Universitas A1 Ahgaf

Yaman, UIN Yogyakarta, STAIN Salatiga dll.

C. Jenis Kegiatan Yang Berhubngan Dengan Pluralisme

Di Edi Mancoro ini ada beberapa kegiatan yang berbeda dengan

pesantren lain:

1. Diskusi Lintas Agama

Kegiatan ini dilaksanakan setiap tahun yang merupakan

salah satu dari program pengurus. Bias dilaksanakan dalam

rangka penutupan kegiatan “Asramanisasi Ramadhan” yang

diadakan di Pondok Pesantren Edi Mancoro. Dalam diskusi ini

dihadiri oleh para pemuda dari berbagai agama dan

mendatangkan beberapa pembicara dari tokoh-tokoh agama

diantaranya tokoh agama Islam, Hindu, Budha, dan Kristen.

Acara ini di dimulai sekitar pukul 16.00 dan di akhiri dengan

acara buka bersama.

Pembahasan yang dilakukan dalam kegiatan ini yaitu

mengkaji suatu permasalahan yang ada dilihar dari sisi pandang

suatu agama, sebagai tambahan informasi dan wawasan.

Diskusi ini diadakan dengan harapan adanya keterbukaan antar

peserta diskusi terhadap agama lain. Sehingga kedepannya

tidak menjadi hal tabu lagi jika kelak hidup berdampingan

antar agama.

74
2. Dialog Antar Pemuda

Kegiatan ini sebenamya hanyalah tukar wacana,

informasi, dan pengalaman keagamaan yang di wadahi dalam

Forum Lintas Iman Muda yang di fasilitasi oleh Pcrcik dan

Pondok Pesantren Edi Mancoro. Seperti yang dilaksanakan

pada tanggal 23 Januari 2014 dengan pembahasan mengenai

kebudayaan dari persepekti agama-agama.

3. Life In Pesantren

Merupakan kegiatan yang di lakukan oleh berbagai

instansi yang tujuan untuk berdiskusi mengenai Islam dengan

cara tinggal serta mengikuti kegiatan yang ada di Pesantren Edi

Mancoro. Beberapa tamu yang pemah life in pesantren ini

diantaranya yaitu:

a) Kunjungan mahasiswa teologi Universitas Satya Wacana

pada tahun 2010 mengadakan diskusi dan mengenai

budaya-budaya yang ada di lingkungan pesantren

b) Tahun 2010 kunjungan siswa dari Australia sebanyak 20

orang selama satu malam dengan mengadakan diskusi.

c) Tahun 2013 dari Interfaith Youth o f Pilgrimage (IYP)

berjumlah 30 memperoleh pengalama keagamaan yang

diperoleh dengan hidup bersama pemeluk agama lain.

75
d) Tahun 2013 dari EU Visitng berjumlah sekitar 15 orang,

mengadakan diskusi baik mengenai agama dan hal-hal yang

sifatnya umum.

e) Tahun 2014 kunjungan dari siswa Loyola sebanyak 10

orang selama 3 hari untuk saling berdiskusi dan mengetahui

kehidupan yang ada di pesantren.

f) Tahun 2014 mahasiswa asing dari Universitas Satya

Wacana Salatiga sebanyak 20 oramg untuk mengetahui

bagaimana kehidupan yang ada di pesantren.

g) Tahun 2014 kunjungan dari mahaisiswa teologi Universitas

Sanata Dhanna Yogyakarta sebanyak 8 orang dilakukan

selama 3 hari untuk saling bertukar pengetahuan dan

pengalaman masalah agama, serta untuk mengetahui

kehidupan yang ada di pesantren.

4. Forum Gedangan (FORGED)

Kehadiran forum gedangan bennula dari sebuah acara

silaturrahmi SARA (suku-agama-ras-antargolongan) di wisma

santri Edi Mancoro, Salatiga.Wisma santri ini lazimnya

dipandang sebagai sebuah pesantren yang menempatkan

KH.Mahfud Ridwan penggagas acara ini, sebagai

pengasuhnya. Pesantren Edi Mancoro terletak di Desa

Gedangan, Kec. Tuntang, Kab. Semarang. Silaturrahmi digelar

di tengah situasi politik dan ekonomi di Tanah Air yang tak

76
menentu pada tahun 1998. Cekaman krisis ekonomi yang

sangat rendah. Di penghujung acara pertemuan, rupanya bukan

sekedar menorehkan silaturahmi biasa, oleh karena forum

temyata berpuncuk pada keberhasilan merumuskan pandangan

dan agenda kerja bersama dalam rangka mengantisipasi

perkembangan situasi sosial, politik, ekonomi di tanah air yang

semakin memburuk pada waktu.

Pada acara yang dihadiri puluhan aktivis dan pentolan

dialog lintas iman di wilayah Salatiga dan sekitamya itu juga

dihadiri pengusaha Etnis Tionghoa, Tjandra Prasadja dan

aktivis NGO Dr. Pradjarta dan pendeta Dr. Th. Sumarta (aim).

Nama lembaga ini diambil dari tempat diman forum ini

di gelar: Forum Gedangan (ForGed). Dalam pertemua awal itu

juga sekalian diidentifikasi seluruh segi krisis yang terjadi

secara global, nasional, bahkan lokal dan bagaimana

menentukan pijakan perencanaan aksi (Action Planning)

bersama. Dalam pertemuan selanjutnya yang diadakan pada 27

Februari 1998, forum gedangan kemudian merumuskan agenda

keijanya secara tersetruktur. Forged juga memutuskan

penjelasan misi dan posisi, dengan memperjelas jati dirinya

sebagai omop.

Untuk menangani program jangka panjang dan pendek,

ForGed membentuk kepanitiaan yang sifatnya ad hoc, di

77
samping tetap sebagai pengawal berbagai omap, pemda, dan

stiekeholders lainnya. Pertemuan itu juga memperjelas mitra

jaringan dan prioritas program menuju civilsociety.

Ada tiga program yang akan dilakukan yakni,

menggerakkan aksi solidaritas dalam rangka mengatasi

Kesulitan ekonomi bagi masyarakat marjinal, menggerakkan

aksi solidaritas dalam rangka memperkuat rasa kebangsaan

yang setara (baik antar suku, agama, atau golongan) dan dalam

rangka otonomi daerah, dalam pemberdayaan masyarakat.

(http://www.mocinpak.blogspot.com/2008/10/forum-gedangan-

forged.html diakses pada tanggal 15 November 2015 pada

pukul 09.37 wib)

D. Temuan Hasil Penelitian

1. Qentuk penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam di Pondok

Pesantren Edi Mancoro

Pondok Pesantren Edi Mancoro menamkan nilai-nilai

Pendidikan Agama Islam melalui berbagai kegiatan. Untuk

mengetahui lebih jauh peneliti menanyakan bagaimana

pembelajaran yang dilakukan:

“Santri diwajibkan mengikuti semua kajian yang jadwalnya

sudah dibuat oleh pengurus KD II mulai ja m 18.45-20.00 w ib”

W/KA/P/ 25-11-2014/21.25 WIB

78
Pembelajaran yang berlangsung formal yaitu di diadakan di

KDII. Berlangsung setiap malam mulai jam 18.45 sampai 20.00

wib.setelah dirasa cukup kemudian peneliti mencari tahu mengenai

materi yang diajarkan:

"Materi yang diajarkan yaitu mengenai Fiqih, Bahasa

Arab, Ilmu Alat (Nahwu SoroJ), Tajwid, Akhlak, dan Tarikh

(sejarah). ” W/KA/P/ 25-11-2014/21.25 WIB

Selain materi tersebut dari hasil pengamatan yang

ditemukan temyata pembelajaran yang dilakukan di pesantren ini

tidak terbatas hanya pada itu. Akan tetapi ada pembelajaran

bennasyarakat yang secara tidak langsung santri peroleh karena

tinggal di tengah-tengah masyarakat dan seringnya bersinggungan

dengan berbagai kegiatan kemasyarakatan.

2. Wacana Pluralitas yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro

Temuan penelitian yang ada menunjukkan adanya beberapa

kegiatan yang berbentuk plurali. Banyak juga dikalangan luar jika

mendengar kata Pesantren Edi Mancoro maka akan langsung

tertuju dengan sikap pluralnya. Seperti yang disampaikan oleh M.

Hanif.

“ pesantren itu tergantung dengan corak pemikiran dari kyainya,

ketika kyai banyak beraktivitas dengan kegiatan kemasyarakatan

maka pesantren yang dipimpin pastilah akan berbaur dengan

masyarakat disekitarnya, nah kebetulan bapak merupakan salah

79
scorang yang mengagas adanya Forum Gedangan, kcmudicin juga

menjadi inisiator lintas iman sobat sehingga pesantren edi

mancoro terkenal dengan konsep pluralnya" W /M H/P/25-11-

2014/21.25 WIB

Sedangkan menurut salah seorang santri menyatakan bahwa:

“disini sering ada kunjungan berbagai lembaga yang berbeda

kepercayaan dan suku bangsa, kemudian mengadakan diskusi

dengan santri, selain itu juga ada program pengurus teniang

diskusi lintas agam a” W/RR/S/26-11-2014/10.15 WIB'

Kegiatan yang telah didesain pengurus merupakan rangkaian

kegiatan yang akan dilaksanakan oleh seluruh santri. Rangkaian

kegiatan yang telah terprogram melibatkan kepanitiaan dari santri

dalam mendesain dan merancang kegiatan dengan detail. Akan

tetapi ada juga kegiatan yang sifatnya insidental dimana santri

hanya sebagai partisipan dalam kegiatan tersebut.

Menurut gus hanif “dalam kurikulum pembelajaran yang ada

di Kddi tidak di desain mengenai sikap plural, akan tetapi memang

benar ada beberapa kegiatan dari santri dengan konsep pluraF

W/KA/P/ 25-11-2014/21.25 WIB

Setelah dirasa cukup mengenai adanya kegiatan yang

melibatkan agama lain maka peneliti memperdalam lagi mengenai

bentuk kegiatannya apa saja:

80
“seperti ada forum gedangan, kemudian ada life in pesantren,

diskusi lintas agama, dan ada juga lintas iman sobat muda

W /MH/P/25-11-2014/21.25 WIB

Sstelah dirasa cukup peneliti memperdalam lagi mengenai

kerjasama yang dilakukan pesantren:

“seperti dengan Percik, GKJ Sinode Salatiga, dan Uskup Agung

Semarang” W/MH/P/25-11-2014/21.25 WIB

Dari informasi yang didapatkan maka dapat disimpulkan

bahwa wacana plur'alitas keberagamaan yang ada di Pondok

Pesantren Edi Mancoro yaitu dengan diadakan berbagai kegiatan

diskusi baik dari program kerja yang telah ditentukan maupun

kegiatan insidental yang sifatnya hanya partisipan bagi santri.

3. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam melalui wacana pluralitas

keberagamaan yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro

Dari pengamatan yang telah dilakukan ada sesuatu yang

berbeda di Pondok Pesantren Edi Mancoro di banding dengan

pondok pesantren lain. Perbedaan tersebut terdapat pada sistem dan

kegaitan yang diterapkan. Beberapa hal yang membedakan dengan

pesantren-pesantren seperti yang disampaikan oleh salah seorang

santri

“emmh kalo saya nyantri disini itu selain memperdalam

agama Islam khususnya, selain itu ju g a belajar mengenai ilmu-

ilmu umum yang berkaitan dengan realita yang ada di masyarakat

81
yang majemuk. Bagaimana berkumpul dengan orang dengan

berbagai golongan terutma dengan agama lain, bagaimana

bersikap dalam memahami perbedaan yang ada diantara

m asyarakat” W /RR/S/27-11-2014/09.47 WIB

a. Adanya Pengakuan Keberagaman {plural)

Sebuah hal yang menarik dimana santri yang ada di pesantren

ini diajarkan mengenai sebuah keberagaman. Dengan adanya

berbagai kegiatan yang secara langsung melibatkan santri seperti

adanya diskusi lintas agama, dan kunjungan dari berberapa

pemeluk agama lain. Para santri dapat menjadi pengabdi terbaik

(fastabiqul al khairat) kepada Allah di dunia yang plural ini. Selain

itu dapat menjadi pengembangan ilmu pengetahuan dan saling

memahami sesama ciptaan-Nya. Sebagai mana pendapat salah

seorang santri.

b. Menghargai Kesetaraan atau Persamaan

Pesantren Edi Mancoro selain mengajarkan tentang adanya

perbedaan dan keberagaman juga memberikan sebuah pemaparan

akan pentingnya sebuah persamaan. Dalam persamaan inilah santri

diberitahu mengenai tugasnya di pesantren ini yaitu untuk

menuntut ilmu {tholabid ilmi) dan mentaati sebuah peraturan yang

sudah menjadi kesepakatan bersama. Selain itu fasilitas yang di

berikan kepada santri sama sehingga tidak ada perbedaan antara

82
satu sama lain, karena, manusi diciptakan di dunia sama-sama

sebagai khalifah fil ardhi (pemimpin).

“disini semua yang nyantri diberlakukan sama baik kaya,

mis kin, tua dan muda tidak ada perlakuan khusus, wong ngaji dan

tidur alasnya sama, peraturan jaga berlaku sama'’' W /RR/S/27-11-

2014/09.47 WIB

c. Toleransi

Dengan melihat realita yang ada dipesantren ini bahwa titik

tekan yang ada sebagai pembeda dengan pesantren lain yaitu

adanya kebebasan (toleransi) kepada semua santri untuk aktif dan

kreatif dalam mengekspesikan dirinya dengan berbagai bentuk

aktifitas dalam mempelajari ilmu pengetahuan baik organisasi yang

ada di kampus maupun organisasi yang ada diluar kampus. Selain

itu pesantren ini juga memberikan kebebasan (keterbukaan) kepada

semua golongan, kelompok, dan komunitas baik dari muslim

maupun non muslim untuk belajar di Pesantren Edi Mancoro

meskipun hanya sesaat. Seperti halnya disampaikan oleh salah

seorang santri bahwa

“disini enak kok meskipun di pondok kita masih bisa aktif

mengikuti kegiatan yang ada dikampus, soalnya diberi ijin 2 kali

dalam sebulan yaitu ijin pulang dan ijin kegiatan, jadi meskipun di

pondok bisa menimba ilmu juga di kegiatan lu a r” W/PR/S/26-11-

2014/10.25 WIB

83
d. Rasa Kemanusiaan

Dalam menanamkan rasa kemanusiaan pesantren ini juga

memberikan pengajaran akan pentingnya ras kemanusiaan. yang

mejadi titik tekan disini yaitu mencetak seorang santri yang

nantinya akan menjadi pendamping umat (khadimil umat).

Sehingga dapat membantu semua orang yang membutuhkan

bantuan dalam menghadapi permasalaan yang ailiadapi. Dengan

adanya kegiatan yang ber’n ubungan dengan masyarakat seperti

yang diungkapkan oleh salah seorang santri “bahwa dipcsantren

ini sering mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan

masyarakat meskipun kegiatan-kegiatan kecil seperti membantu

masyarakat yang sedang mengadakan walimah, ta ’z iyah ketika

ada yang meninggal, berjanjen, PHBI, perlombaan-perlombaan

hari kemerdekaan dan lain-lain ” W /PR/26-11-2014/10.25 WIB

Dari informasi yang didapat dapat disimpulkan bahwa nilai-

nilai Pendididkan Agama Islam yang berwawasan pluralisat

keberagamaan di Pondok Pesantren Edi Mancoro antara lain,

adanya pengakuan keberagaman (plural), sikap toleransi, rasa

kemanusiaan, dan menghargai persamaan.

84
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Bentuk Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam

Dalam sebuah lembaga pendidikan sistem merupakan salah satu

hal yang akan mendukung ketercapaian suatu pembelajaran. Tak kenal

dimanapun lembaga pendidikan itu pastiiah memiliki sistem yang telah

dirancang secara matang yang akan menentukan kearah kesuksesan suatu

lembaga pendidikan. Sistem yang dimiliki antara satu lembega pendidikan

dengan lembaga pendidikan lain pastiiah berbeda. Karena sebuah sistem

diterapkan pastiiah sudah mempertimbangkan segala aspek yang ada di

sekitar lembaga pendidikan tersebut.

Menurut Rahardjo dalam Rahman (2011:162) menyatakan bahwa

sistem pendidikan pesantren melahirkan jiw a yang menjadi karakteristik

yang belum pernah dibangun oleh sistem pendidikan manapun. Setidaknya

karakteristik tersebut terimplikasi dalam jiwa pesantren, yaitu :

Persaudaraan, Tolong-menolong, Persatuan, Keikhlasan, Kesederhanaan ,

Kemandirian, Kebebasan, dan Pluralitas.

Sama juga dalam Pondok Pesantren Edi Mancoro juga ada sistem

yang dilaksanakan menjadi bekal mencapai tujuan pembelajaran. Selain

itu dalam sebuah sistem juga digunakan untuk memberikan pengalaman

dan tambahan materi sebagai pendukung dalam mencapai tujuan yang ada.

85
Sistem pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro

tidaklah hanya terpaku pada pengkajian kitab-kitab kuning, akan tetapi ada

juga pengajaran yang tidak hanya mengacu pada khasanah keilmuan

dalam hal ini kitab dan buku semata melainkan pembelajaran yang

langsung dapat dirasakan yaitu belajar bennasyarakat. Karena dalam

pembelajaran bermasyarakat santri mendapatkan pembelajaran dari hasil

pengamatan dari sebuah kejadian yang ada di sekitamya yang kemudian

akan disaring dan kemudian akan dijadikan sebuah teladan.

Selain itu di dalam bennasyarakat santri akan menjadi lebih peka

terhadap sebuah permasalah yang ada di masyarakat. Seperti dengan

banyaknya kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat dan juga

melibatkan masyarakat. Dengan barlatih hidup bermasyarakat akan

menjadikan santri sosok yang peduli terhadap lingkungan sekitar dan

dapat menerapkannya ketika sudah kembali ke daerah masing-masing.

B. Wacana Pluralitas yang ada di Pondok Pesantren Edi Mancoro

Pesantren Pesantren Edi Mancoro sejak awal berdiri sudah banyak

bersinggungan dengan kegiatan-kegiatan yang berbau plural. Akan tetapi

walaupun demikian lembaga pendidikan ini masih memegang sebuah

prinsip metodologis yaitu memelihara tradisi-tradisi lama yang baik dan

tidak meninggalkan tradisi baru yang lebih baik. Dengan prinsip yang ada

santri dituntut untuk lebih berfikir kritis dan berwawasan lusa untuk dapat

menjaga tradisi yang sudah ada dan mengembangkannya kearah yang

lebih baik tentunya. Selain itu juga harus dapat menyikapi permasalahan-

86
permasalahan yang berkembang disekitamya mengikuti perkembangan

zaman yang terjadi sanggat pesat.

Keterbukaan Pondok Pesantren Edi Mancoro dalam menerima

sebuah kenyataan bahwa banyak agama non musim yang tertarik untuk

mendalami atau hanya untuk mengetahui ajaran-ajaran Islam di pondok

pesantren. Hal ini memberikan gambaran bagai mana pesantren ini akan

tetap memegang prinsip metodologis yang ada. Banyaknya kunjunggan

dari berbagai agama dan kebudayaan ini dikarenakan terkenalnya pondok

‘pesantren ini dengan pondok yang plural. Artinya banyak orang-orang di

luar sana yang ketika mendengar nama Edi Mancoro makan akan langsung

tertuju pada satu argument yaitu pondok yang mengakui adanya

keanekararagaman atau plural.

Kunjungan-kunjungan yang ada tidak lepas dari adanya kerjasama

yang ada di pondok ini. Seperti penuturan Gus H anif yang menyataka

bahwa di pondok ini menjalin kerja sama dengan beberapa lembaga

keagamaan lain seperti GKJ Sinode, Uskub Agung Semarang, dan juga

kejasama dengan Percik.

Dari adanya kerjasama itu sehingga banyak kegiatan-kegiatan

lintas iman ataupun lintas agama yang di bertempat di Pondok Pesantren

Edi Mancoro. Meskipun santri hanya sebagai partisipan dari kegiatan

diskusi yang ada akan tetapi juga ada sebuah kegiatan lintas iman yang

telah di rancang dan diadakan oleh pengurus pondok. Kegiatan yang ada

hubungannya dengan adanya kerjasma ini yaitu adanya diskusi yang

87
diadakan oleh teman-teman dari sobat muda, teman-teman dari berbagai

lembaga, maupun teman-teman dari pengurus pondok sendiri yang

mendatangkan tamu dari berbagai lintas agama.

Dengan adanya kegiatan-kegiatan yang melibatkan santri dengan

berintreaksi kepada orang yang non muslim yang berasal dari berbagai

wilayah dapat lebih membuka wawasan santri agar dapat berdampingan

dengan realita kemajemukan yang akan dijumpai di kehidupan yang

sebenamya.

Kegiatan-kegiatan yang pluralis yang ada di Edi Mancoro seperti

adanya diskusi lintas iman, life in pesantren, dan adanya kunjungan dari

berbagai lembaga agama. Kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk

kegiatan dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan agama.

Dari realita yang ada Pondok Pesantren Edi Mancoro menerapkan

konsep pembelajaran berwawasan pluralitas keberagamaan. Jika

menengok kembali visi, misi dan tujuan pesantren ini didirikan yaitu:

Visi: untuk menyiapkan santri menjadi pendamping umat atau

masyarakat. Misi: membentuk santri yang memiliki wawasan keagamaan

mendalam, berwawasan kebangsaan, dankemasyarakatan dalam konteks

ke-Indonesaan yang plural. Serta membentuk santri yang peduli dan

berkem am puan melakukan pendampingan masyarakat secara luas, untuk

menyiapkan santrinya menjadi pendamping masyarakat yang berwawasan

kebangsaan yang plural. Tujuan: untuk membina santri memiliki keilmuan

baik keagamaan maupun keilmuan kebangsaan dan kemasyarakatan.

88
D aftar Pustaka

Ahmadi, Tafsir. 2010. Filsafat Pendidikan Islam Integrasi Jasman Rohani dan Kalbu
Memamtsiakan Manusia. Bandung: Remaja Rosdakarya.

A1 Bana, Gema. 2006. Doktrin Pluralism Dalam Al-Q ur’an. Jakarta: Menara.

Ali, Mukti. 2006. Pluralism Agama di Persimpangan Menuju Tuhan. Salatiga:


STAIN Salatiga Press.

Anshori. 2010. Transformasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gaung Persaada Perss.

Aswil Rony, 1999, Alat Ibadah Muslim Koleksi Museum Adhityawarman, Padang:
Bagian Proyek Pembinaan Pennuseuman Sumatera Barat.

Darajat, Zakiyah. 2011. limit Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara

Daymon, Cristine. 2002. Metode Riset Kualitatif Dalam Public Relations dan
Marketing Communication. Jakarta: Benteng Pustaka.

Dhofer, Zamakhsyuri. 1984. Tradisi Pesantren ;Studi Tentang Pandangan Hidup


Kyai. Jakarta: LP3S.

Effendi, Djohan, 2009. Islam dan Pluralism Agama (Kumpulan Tulisan).


Yogyakarta: Insist Press

Ghani, Djuanidi. 1997. Dasar-Dasar Pendidikan Kualitatif, Prosedur, Tehnik, dan


Teori. Surabaya: PT. Bila Ilmu .

Hamzah Ya’qub, 1996, Etika Islam, Bandung: CV. Diponegoro

http://ahmadalim.blogspot.coin/2010/02/agenda-liberalisasi-pesantren-di.html.

http://www.mocinpak.blogspot.com/2008/10/forum-gedangan-forged.html

Kristiawan, Muhammad. 2007. Islam According to Nurcholish Madjid. Its


Implication Toward Islamic Education. STAIN Salatiga.

M a’arif, Samsyul. 2011. The Baeuty o f Islam “Dalam Cinta dan Pendidikan
Pluralisme. Semarang: Need’s Press.

Ma’arif, Syamsul. 2005. Pendidikan Pluralism di Indonesia. Yogyakarta: Logung


Pustaka
Mansur. 2004. Peradaban Islam Dalam Lintas Sejarah. Yogyakarta: Global Pustaka
Utama

Milles, Mattew B. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: PT UI Perss.

Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Muhadjir, Nceng. 1994. Metodologi Penelitian Kualitatoif Yokyakarta: Reka


Sarasin.

Muhaimin. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nadroh, Siti. 1990. Wacana Keagamaan dan Politik Nurcholish Madjid. Jakarta: PT
.Raja Grafindo Persada

Nata, Abuddin. 2010. limit Pendidikan Islam. Jakarta: Pranata Media Group.

Nawawi, Hadari. 1990. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada
University Perss.

Poerwodarminto, WJS. 1999. Kama Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rahman, Musthafa. 2011. Humamisasi Pendidikan Islam Plus Minus Sistem


Pendidikan Pesantren. Semarang : Walisongo Press.

Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Intregatif di


Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat. Yogyakarta: LKIS

Saerozi, M. 2004. Politik Pendidikan Agama Dalam Era Pluralism: Telaah Historis
Atas Kebijakan Pendidikan Agama Konfensional di Indonesia. Yogyakarta:
Tiarawacana.

Sukarja, Ahmad. 1995. Piagam Madinah Dan Undang-Undang Dasar 1945: Kajian
Perbandinga Tentang Dasar-Dasar Hidup Bersama Dalam Masyarakat.
Jakarta: UI Press

Suprayogo, Imam danTabroni. 2001. Metodologi Sosial Agama.

Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Syafaat, H. TB.Aat. 2008. Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah


Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquency). Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Tafsir, Ahmad. 2008. limit Pendidikan Islam Dalam Persepektif Islam, Bandung: PT
Remaja Rosda Karya

Thoha, Anis Malik. 2005. Tren Pluralism Agama: Tinjauan Kritis. Jakarta:
Persspektif

Umar, Husain. 1999. Metodologi Penelitian Aplikasi dalam Pemasaran. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Yasmadi, Dra. 2005. Modernisasi Pesantren Kritik Nurcholish Madjid terhadap


Pendidikan Islam Tradisional. Ciputat: Quantum Teaching.

Yatim, Badri. 1999. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT
Raja Grafmdo Persada

Zainuddin, H. M. 2010. Pluralism Agama Pergulatan Dialok Islam-Kristen di


Indonesia. Malang: UIN-Mlik Perss.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS DIRI
Nama Aulia Ulfa Dewi

Umur 22 tahun

Jenis Kelamin Perempuan

Tempat/tanggal lahir Temanggung, 6 Januari 1993

Agama Islam

Alamat Blimbing, 01/03 Morobongo, Kec. Jumo, Kab.

Temanggung

B. PENDIDIKAN
1. SD Negeri Morobongo lulus tahun 2004
2. SMP Islam Ngadirejo lulus tahun 2007
3. SMA Takhassus Al-Qur’an Wonosobo lulus tahun 2010
4. STAIN Salatiga jurusan tarbiyah (Pendidikan Agama Islam)

Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benamya.

Salatiga, 11 Februari 2015

NIM 111 10167


K E M EN T E R IA N AG AM A
SE K O L A H T IN G G I AG A M A ISLAM N EG ER I (STA IN ) SALATIG A
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp.(0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiaa.ac.id E-mail : administrasi@stainsalatiga.ac.id

Nomor: Sti.24/K-1/PP.00.9/I-1.1.138/2014 1 September 2014


Lamp. : Proposal Skripsi
Hal : Pem bim bing dan Asisten
Pembimbing Skripsi

Ylh. Dr. Mukti Ali, M.Hum.

Assalamucilaikumw.w.
Dalam rangka penulisan Skripsi Mahasiswa Program Sarjana (S.l). Saudara ditunjuk
sebagai Dosen Pembimbing Pembimbing Skripsi mahasiswa:

Nama : Aulia Ulfa Dewi


NIM : 11110167
Jurusan : Tarbiyah
JuduL skripsi:
PENGARUH INTERAKSI SOS1AL TERHADAP PENANAMAN
NILAI-NILAI PLURAL1SME SANTRI PONDOK PESANTREN EDI
MANCORO GEDANGAN KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN
SEMARANG TAHUN 2014

Apabila dipandang perlu Saudara diminta mengoreksi tema skripsi di atas.

Demikian untuk diketahui dan dilaksanakan.

Wassalamualaikumw.w.

:mbusan :1. Ketua STAIN Salatiga (sebagai laporan)


2. Mahasiswa yang bersangkutan
KEMENTERIAN AG AM A
SEKOLAH T1NGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pclajar 02 Telp.(0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721
Website : ww\ \ .siainsalatiua.ac.id E-mail : administrasi@stainsalatiga.ac.id

Nomor : Sti.24/K-1/1 L.00/?>ier| /2 0 14 Salatiga, 14 November 2014


Lamp : Proposal Penelitian.
Hal : Pcrmolinnnn I/.in Penelitian

Kepada
Vlh. Pengasuh Pondok Pesantren lkli Maneom
di Uedangan, Kcc. TuiUang. Kali. Semarang

Assalamualaiktimiv.iv.
Yang bertanda tangan di bavvah ini, kaini menerangkan bahvva :

Nama Aulia U1la Dcwi


NIM 11110167
Mahasiswa Sckolali Tinggi Agama Islam Negcri (STAIN) Salatiga
Jurusan Tarbiyah
Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)

Dalam rangka penydesaian studi Program S.l di STAIN Salatiga, diwajibkan memenuhi salah
satu persyaratan yang berupa pembuatan SKRIPS1.

Adapun judul sUripsinya adalah :

PLNANAMAN NI LA I-NI LA I PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MLLALU1 WAC'ANA


PLURAUTAS K EBDRAG A MA AN DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO
GEDANGAN KEGAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAIIIJN 2014

Dengan Pembimbing : Dr. Mukti Ali, M.I-Ium.

Untuk penyelesaian Skripsi tersebut. kami mohon Bapak/Ibu memberi izin kepada mahasiswa
tersebut untuk mengadakan penelitian guna memperoleh data atau keterangan dan bahan yang
diperlukan di Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan Kec. Tunlang kab. Semarang, mulai
tanggal 17 November 2014 s.d selesai.
Kemudian atas pemberian izin Bapak/Ibu, karni sampaikan terima kasih.

Wdssitlmnualuiliiimm.u>.

a.n. Ketua
.....Wakil Ketua
■ Biadang Akademik dan Pengembangan Lembaga
f(*‘

4c.'NIP..! 9750211 200003 1 001

Tembusan :1. Ketua STAIN Salatiga (sebagai laporan)


2. Mahasiswa yang bersangkutan
i l l * l\

Y A W S A N K1)I M A N C O R O
O ’K M )
Alumai : (icdiinguin 02 (II I iiniang Kah. Scmarang Jaw a I cngah 50772 lelp : (020X)242000X. e-mail : ppcdimancoro a yahoo.com

SURAT KETERANGAN
N o m o r : O O S/Y P iM /A -k t/X 11/2014

id
Dengan ini kami s d a k u Pengurus Marian Yayasan I i M ancoro. setelah menerim a
sural dari Sekolali Tinggi A gam a Islam Negeri Salatiga dengan nom or : Sti.24/K-
1/T L .01/3164/2014 tanggal 17 N ovem ber 2014 leniang Perm ohona Izin Peneltian,
m enerangkan bahwa :

Nam a Aulia l dl’a Dew i


N1M I I I 10 167
Malvasiswa SPA IN Salatiga
Jurusan Iarbiyah
Program Sludi Pendidikan Agam a Islam (PA1)

Benar-benar telah m elakukan penelilian di Pondok Pesantrcn Pdi M ancoro Gedangan


l untang Kah Sem arang untuk penulisan skripsi dengan judul :

" P E N A N A M A N Nil A l-N lLA I PEN D ID IK A N A G A M A ISLAM M ELA LUI


W A C A N A P L U R A L IT A S K E B E R A G A M A A N DI P O N D O K P E S A N T R E N EDI
M A N C O R O DESA G E D A N G A N K E C A M A T A N TU N FANG KABLJPATEN
S E M A R A N G TA H U N 2014 "

Demikian sural kami boat dan kami keluarkan serta dapal digim akan sebaik-baiknya.
D E S K R IP S I W A W A N C A R A

Pada hari Selasa, 25 November 2014 pukul 20.30 wib tepatnya setelah
kegiatan Tikroran, Ketua Yayasan yaitu Gus Hanif sedang berada di aula atas.
Lalu peneliti menemui beliau untuk mewawancarai mengenai sejarah berdirinya
Pondok Pesantren Edi Mancoro. Sebelum peneliti melakukan wawancara, peneliti
memperkenalkan identitas dan memberikan surat izin penelitian kepada beliau.
Beliau menyambut peneliti dengan baik dan akhimya peneliti melanjutkan apa
yang menjadi tujuan:

Peneliti : Kapan berdirinya Pondok Pesantren Edi Mancoro ?

Gus Hanif : Pada tahun 1970, seorang tokoh pendatang dari Desa Pulutan,
yaitu K.H.Muh Sholeh mendirikan sebuah masjid yang diberi nama
“Darussalam” yang kemudian dijadikan tempat kegiatan-kegiatan
keagamaan. setelah beliau meninggal dilanjutkan oleh kyai
Sukemi, seseorang yang dipercaya oleh masyarakatnya untuk
melanjutkan perjuangan Bapak K.H Sholeh hingga beliau
meninggal tahun 1984.

Peneliti : Setelah Kyai Sukemi meninggal siapa yang melanjutkannya lagi ?

Gus Hanif :Yang melanjutkan seorang tokoh pendatang dari pulutan yaitu
Bapak KH.Mahfudz Ridwan Lc bersama tokoh lokal yaitu Muh
Sholeh, Matori Abdul Jalil, Zainal Arifm, dan Ali Tahsisudin pada
tahun 1984.

Peneliti : Apakah dalam peijuangannya masih meneruskan perjuangan K.H.


Sholeh dan Kyai Sukemi ?

Gus Hanif : “ya” dengan mendirikan Yayasan Desaku Maju yang bergerak
dalam bidang sosial dengan visi dan misi membantu pemerintah
dalam meningkatkan kesejahteraan dan pengembangan swadaya
masyarakat desa.

Peneliti : Dalam hal apa yayasan desaku maju dalam menyejahterakan


masyarakat desa pada waktu itu ?

Gus Hanif : Melalui kelompok mandiri di masyarakat, terdapat 63 kelompok


diantaranya koperasi usaha, kelompok KUB sejahtera, tukang
perah susu, penderes kelapa. Serta melalui pendirian sebuah
lembaga pendidikan Agama Islam yaitu Pondok Pesantren Edi
Mancoro. Dan pada tahunl989 tepatnya pada tanggal 26 Desember
yang diberi nama Wisma Santri Edi Mancoro”, pada akhir tahun
2006 tepatnya pada 31 Desember berganti nama menjadi “Pondok
Pesantren Edi Mancoro” di bawah naungan yayasan “Pondok
Pesantren Edi Mancoro”.

Peneliti : Mengapa nama pondok ini Pondok Pesantren Edi Mancoro ?

Gus Hanif : Edi Mancoro adalah nama dalam bahasa jawa. Edi adalah bagus
atau elok dan Mancoro kira-kira berarti bersinar. Yang
substansinya menyinari serta identik dengan rahmatan lil ‘alamin.

Setelah selesai menanyakan bagaimana proses sejarah berdirinya Pondok


Pesantren Edi Mancoro, peneliti langsung melanjutkan pertanyaan lain yang
berkaitan dengan visi, misi, tujuan serta garis perjuangan.

Peneliti : Apa visi dari Pondok Pesantren Edi Mancoro ?

Gus Hanif : Mencetak kader umat sebagai pendamping masyarakat.

Peneliti : Apa misi dari Pondok Pesantren Edi Mancoro ?

Gus Hanif : Membentuk santri yang memiliki wawasan keagamaan


mendalam, berwawasan kebangsaan, dan kemasyarakatan dalam
kontek keindonesiaan yang plural, Memberikan dakwah islam
disamping pendidikan dan pengajaran.
Setelah selesai menanyakan bagaimana visi, misi Pondok Pesantren Edi
Mancoro, maka peneliti selanjutnya melanjutkan pertanyaan mengenai hubungan
santri dengan keturunan kyai dan dengan masyarakat sekitamya.

Peneliti : Bagaimana hubungan yang terjalin antara santri dengan


keturunan kyai serta dengan masyarakat sekitar ?

Gus Hanif : Hubungan yang terjalin antara kyai dengan santri tidak ada
sekat, juga sangat dekat. Ketika ada masalah mereka sowan ke
ndhalem. Sedangkan dengan masyarakat sekitar, juga terjalin
baik terbukti dengan santri yang dalam setiap acara pondok
pesantren mereka ikut terlibat.

Peneliti : mengapa pesantren ini terkenal dengan ke pluralannya?

Gus hanif : karena disini banyak kegiatan-kegiatan yang melibatkan


beberapa peineluk agama lain dan juga sering adanya kunjungan
dari berbagai lembaga-lembaga keagamaan yang dating kemari
untuk belajar islam.

Peneliti : mengapa demikian?

Gus hanif : sebuah lembaga pendidikan dalam hal ini pesantren sangat
tergantung dengan corak berikir kyainya, ketika kyai banyak
beraktivitas dengan kegiatan lintas agama maka pesantren itu
akan terkenal dengan corak pluralnya. Disini bapak merupakan
salah seorang inisiator lintas iman sobat, dan pengagas forum
gedangan.

Peneliti : adakah kerjasama yang dilakukan oleh pesantre dengan


lembaga keagamaan?

Gus hanif : ada, seperti dengan percik, GKJ sinode salatiga, dan uskup
agung semarang
Setelah selesai melakukan wawancara dengan ketua yayasan, peneliti
melanjutkan wawancara kepada direktur K D II: Khoerul Afifah.

Peneliti : Bagaimana sistem pendidikan yang ada di Pondok Pesantren


Edi Mancoro ?

Khoir : santri diwajibkan mengikuti semua kajian yang jadwalnya


sudah dibuat oleh pengurus KDII. Serta ketika dalam tahun
ajaran baru ataupun sudah mulai kajian jika ada santri baru
yang masuk maka santri diharuskan mengisi formulir
pendaftaran dan melakukan administrasi pembayaran, setelah
itudilakukan tes untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
yang dimiliki. Hal itu lalu berlanjut dengan penempatan kelas
agar dapat mengikuti sesuai kemampuannya. Semua kajian
KDII berlangsung kecuali hari Jumat. Dalam kurikulum
pembelajaran yang ada di KDDI tidak di desain mengenai sikap
plural, akan tetapi memang benar ada beberapa kegiatan dari
santri dengan konsep plural. Dalam kajian kitab kuning sistem
yang diterapkan adalah bandongan, serta ada mata pelajaran
tertentu yang dikaji dengan cara sorogan. Namun yang lebih
banyak digunakan adalah sistem bandongan. Hal ini berkaitan
dengan keadaan santri yang nyantri di pondok pesantren ini
adalah para pelajar dan mahasiswa yang masih belajar di
lembaga formal. Sehingga waktu yang digunakan akan lebih
efektif ketika menggunakan sistem bandongan.

Lalu peneliti melanjutkan pertanyaan mengenai alasan mengapa memilih


tinggal di pondok pesantren dan hubungan yang terjalin antara santri dengan
masyarakat.

Peneliti : Mengapa anda memilih tinggal di pondok pesantren ?

Putri Rifa : Saya memilih tinggal di pondok pesantren karena saya ingin
hidup mandiri, mencari ilmu untuk bekal di rumah dan di
masyarakat nanti. Disini pula saya bisa belajar ilmu-ilmu agama
lebih dalam lagi. Selain itu disini enak kok meskipun di pondok
kita masih bisa aktif mengikuti kegiatan yang ada dikampus,
soalnya diberi ijin 2 kali dalam sebulan yaitu ijin pulang dan ijin
kegiatan, jadi meskipun di pondok bisa menimba ilmu juga di
kegiatan luar

Roro risa : disini semua yang nyantri diberlakukan sama baik kaya,
miskin, tua dan muda tidak ada perlakuan khusus, wong ngaji
dan tidur alasnya sama, peraturan juga berlaku sama. saya
nyantri disini itu selain memperdalam agama islam khususnya,
selain itu juga belajar mengenai ilmu-ilmu umum yang berkaitan
dengan realita yang ada di masyarakat yang majemuk.
Bagaimana berkumpul dengan orang dengan berbagai golongan
terutma dengan agama lain, bagaimana bersikap dalam
memahami perbedaan yang ada diantara masyarakat”

Peneliti : apakah ada kegiatan yang melibatkan masyarakat si sekitar?

Putri Rifa : ada meskipun kegiatan-kegiatan kecil seperti membantu


masyarakat yang sedang mengadakan waliinah, ta’ziyah ketika
ada yang meninggal, berjanjen, PHBI, perlombaan-perlombaan
hari kemerdekaan dan lain-lain

Roro Risa : disini sering ada kuniungan berbagai lembaga yang berbeda
kepercayaan dan suku bangsa, kemudian mengadakan diskusi
dengan santri, selain itu juga ada program pengurus tentang
diskusi lintas agama.
LEM BAR KONSULTASI SK RIPSI

Nama Mahasiswa : A \ A $ Q > . ...V


NIM : . M Q . S h j ...............
Dosen Pembimbing :•& :...^ UTvn
judul . ^Poromr\ .. tel**?.

iS c \y v jji^ Mc\v\Coro ^ c b n q a n / Taripfem iSb-i& w qtw vcj


"' TaViurv AO\M ............................ ^ ...................... .............................. J
NO. TANGGAL ISI K O N S U L T A S I C A T A T A N P E M B IM B IN G PARAF

\- 3 cM :W
H i
t- V*> %£& l u% s Vte A r p & w K
/
{£ak b u W

I p e J v o S g o J ’v •
(
'Wl
i>. t \ &k~\- f\Cc~ ( Ls^ k ^ tW ^ i / )
W b < ; e W (] ^ a
?s*\
fa h A jd t {p/y)
\ ( o vO oU C M 2-
a 1
u u s^ ^ zru y C jjJ
Cbteu&L. S ^k^ATZ^

i
, I

%-({ y
: i
i
i
i i
i i
C ' \b Xfes T o v q
'3 o S {Wte2.
j
t^ow %oQ> 3 .
!> W i %&
fe -tu M r v j ^

oil-
■> v% )
CATAT.AN: i .......
SETIAP KONSULTASI LEMBAR INI HARUS DIBAW A
LEM BAR KONSULTASI SKRIPSI
i. Diskusi dengan para calon romo

ii. Kegiatanmalamjum'at
iii. Kunjungan dari ueu visiting
v. peserta diskusi lintas agama

vi. Sorogankitab
viii. Ro'anPondok
SURAT KETERANGAN KEG1ATAN

Nama : Aulia Ulfa Dewi Program Studi : Pendidikan Agama Islam

NIM : 111 10 167 Dosen PA : Dra. Hj. Maryatin

Jurusan : Tarhiyah

No Nama Kcgiatan Pelaksanaan Kcterangan Nilai


1 Orientasi Pengenalan Akademik 25-27 Agustus Peserta 3
dan Kemahasiswaan (Opak) oleh 2010
Devvan Mahasiswa (DEMA)
STAIN Salatiga
2 User Education (Pendidikan 20-25 September Peserta 3
Pemakai) UPT perpustakaan 2010
STAIN Salatiga
3 ■ Pendidikan dan Latilian Calon 8-11 Oktober Peserta 3
Pramuka Pandcga ke-20(PLCPP 2010
XX) oleh Racana Kusuma
Dilaga-Woro Srikandhi STAIN
Salatiga
4 Seminar Nasional Pendidikan 6 November Peserta 6
"Membudayakan sebuah 2010
Pendidikan Berkarakter Ke-
Indonesia-an dalam Pendidikan
Fonnal” (Potret Sekolah
Alternatif) oleh HMJ Tarbiyah
5 Masa Penerimaan Anggota Baru 12-14 November Peserta 3
(MAPABA) oleh Pergerakan 2010
Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII) Komisariat Djoko
Tingkir Salatiga
6 Geladi Wira Brigsus ke-17 26-29 November Peserta 3
(GWB XVII) Brigade Khusus 2010
Racana Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi STAIN Salatiga
7 National Workshop o f 19 Desember Peserta 6
Enterpreneurship and Basic 2010
Cooperation 2010 Olch Kopma
Fatawa
8 Pembrivctan dan Pclantikan 25-26 Desember Peserta 3
Brigade Khusus Racana Kusuma 2010
Dilaga-Woro Srikandhi STAIN
Salatiga
9 Bedah novel “ BUMI CINTA” 30 Januari 2011 Peserta 2
Bersama Ust.Habiburrahman El
Shera/.y,Lc olch FS SKI Kota
Salatiga
10 SK Pcngangkatan Reka Kerja 7 Februari 2011 Sie 3
Musyawarah R acana- Perlengkapan
Musyawarah Brigade Khusus
(MUSRAC-MUSSUS) ke 22 &
12 Tahun 2011 Racana Kusuma
dilaga-Woro Srikandhi
11 Temu Prestasi Penggalang dan 18-20 Februari Panitia 3
Penegak oleh Racana Kusuma 2011
Dilaga-Woro Srikandhi
12 Latihan Gabungan (LATGAB) 25-27 Februari Peserta 3
Brigsus Nogo Sosro Sabuk Inten 2011
Racana STAIN Kudus dan
Brigsus Racana Kusuma Dilaga-
Woro Srikandhi STAIN Salatiga
13 Gladi Tangguh Brigsus ke-6 30 A pril-1 Mei Peserta 3
(GTB XI) Brigade Kluisus 201 1
Racana Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi STAIN Salatiga
14 Galang Tangkas se-Eks 7-8 Mei 2011 Juri 4
Kariscdcnan Surakarta Oleh
Racana Universitas
Muhammadiah Surakarta
15 Penyuluhan Peraturan Kawasan 11-12 Mei 2011 Peserta 3
Kampus Bebas Tanpa Rokok
oleh STAIN Salatiga
16 Seminar Nasional Pendidikan 20 Juni 2011 Peserta 6
“ Realisasi Pendidikan Karakter
Bangsa dalam Kurikulum
Pendidikan Nasional” Oleh MMJ
Tarhiyah
17 PUBLIC HEARING 25 Juni 2011 Peserta 3
“ Meningkatkan Tatanan
Birokrasi Kampus yang Berbasis
Pada Prinsip-Prinsip Integritas”
oleh Senat Mahasiswa (Serna)
STAIN Salatiga
18 Akhirussanah Ma’ad STAIN 16 Juli 2011 Panitia 2
Salatiga 2011 oleh m a’had
STAIN Salatiga
19 Program Mahad Mahasiswa 17 Juli 2011 Peserta 2
selama Satu Tahun
20 Praktikum Kepramukaan 22-27 Juli 2011 Peserta 3
Jurusan Tarbiyah STAIN
Salatiga
21 Amalan Ramadhan Racana ke- 13-17 Agustus Panitia 2
13 (ARR XIII) oleh Racana 2011
Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi
STAIN Salatiga
22 Pcndidikan dan Latihan Calon 30 September-3 Panitia 3
Pramuka Pandega kc-21(PLCPP Oktober 2011
XXI) olch Racana Kusuma
Dilaga-Woro Srikandhi STAIN
Salatiga
23 Seminar Regional oleh IPNU 30 November Peserta 4
Kab. Semarang dan PMII Kota 2011
Salatiga
24 Pcmbrivetan dan Pelantikan 10-11 Desember Panitia 3
Brigade Khusus Racana Kusuma 2011
Dilaga-Woro Srikandhi STAIN
Salatiga
25 SK Pengangkatan Dewan 25 Januari 2012 Danka PP 3 '
Brigade Khusus Nagasandhi
Racana Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi STAIN Salatiga
26 Praktikum Mata Kuliah Etika 10 Februari 2012 Peserta 2
Profesi Keguruan oleh STAIN
Salatiga
27 Praktikum Mata Kuliah 14-15 Februari Pcscrta 2
Koniputer Multimedia oleh 2011
STAIN Salatiga
28 Gladi Tangguh Brigsus ke-7 25-26 Februari Panitia 3
(GTB XII) Brigade Khusus 2012
Racana Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi STAIN Salatiga
29 Latihan Gabungan (LATGAB) 5-7 April 2012 Panitia 3
Brigade Khusus Racana Kusuma
Dilaga-Woro Srikandhi STAIN
Salatiga dan Brigade Khusus
Nogo Sosro Sabuk Inten Racana
STAIN Kudus
30 Pendidikan dan Latihan Dasar 30 April-6 Mei Peserta 3
Korp Sukarela PMI Kota 2012
Salatiga Angkatan ke-4 oleh
PMI Kota Salatiga
31 Pelatihan Asatidz oleh Unit 10 Juni 20112 Peserta 3
Pelaksana Teknis Tarbiyatul
Banin Wal Banat (UPT TBB)
Pondok Pesantren Edi Mancoro
32 Musyawaroh Pondok Pesantren 15-17 J u n i2012 Panitia 2
Edi Mancoro Tahun 2012
33 Perkenuihan wirakarya Nasional 2-8 Juli 2012 Peserta 6
Perguruan tinggo agama islam
XI tahun 2 0 12
34 Amalan Ramadhan Racana ke- 3-7 Agustus 2012 Panitia 2
14 (ARR XIV) Racana Kusuma
Dilaga-Woro Srikandhi STAIN
Salatiga
35 Oricntasi Pcngcnalan Akademik 5-7 September Panitia 3
dan Kemahasiswaan (OPAK) 2012
oleh DEMA STAIN Salatiga
2012
36 Praktikum Mata Kuliah FIQIH ‘ 17 September Peserta 2
Perawatan Jenazah’oleh STAIN 2012
Salatiga
37 Pendidikan dan Latihan Calon 12-15 Oktober Panitia 3
Prumuka Pandega ke-22 (PLCPP 2012
XXII) oleh Racana Kusuma
Dilaga-Woro Srikandhi STAIN
Salatiga
38 Gladi Wira Brigsus ke-19 (GTB 30 November- Panitia 3
XIX) Brigade Khusus Naga 3 Oktober 2012
Sandhi Racana Kusuma Dilaga-
Woro Srikandhi STAIN Salatiga
39 Pembrivetan dan Pelantikan 9-10 Februari Panitia 3
Brigade Khusus Naga Sandhi 2013
Racana Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi STAIN Salatiga
40 Kursus Pembina Pramuka Mahir 27 Maret-1 April Panitia 3
Tingkat Dasar (KMD) Racana 2013
Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi
STAIN Salatiga
41 Amalan Ramadhan Racana ke- 25-28 Juli 2013 Panitia 2
15 (ARR XV) Racana Kusuma
Dilaga-Woro Srikandhi STAIN
Salatiga
42 Pendidikan dan latihan Calon 20-23 September Panitia 3
Pramuka Pandega ke-23 (PLCPP 2013
XXIII) Racana Kusuma Dilaga-
Woro Srikandhi STAIN Salatiga
43 Tcmu Prestasi Pcnggalang dan 5-6 Oktober 2013 Panitia 3
Penegak 2 (TPPP II) se-salatiga
dan sekitarnya oleh Racana
Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi
STAIN Salatiga
44 Sosialisasi 4 Pilar Pancasila, 24 Oktober 2013 Peserta 4
Undang-Undang Dasar Negara
republik Indonesia Tahun 1945,
Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Bhinneka Tunggal
Ika oleh Majelis
Permusyawaratan
RakyatRepublik Indonesia

Ju m lah 137

Salatiga, 9 Februari 2015

Anda mungkin juga menyukai