Anda di halaman 1dari 82

SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SANTRI


(Studi Kasus Di Pondok Pesantren An-nur Buntet Pesantren Cirebon)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:
Nama : IN’AM NIAZY
NIM : 0101151011
Program Studi : Pendidikan Agama Islam

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
CIREBON
2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Usulan Penelitian Oleh:

Nama : In’am Niazy

NIM : 0101151011

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Judul : Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Dalam

Meningkatkan Kualitas Belajar Santri Di Pondok

Pesantren An-nur Buntet Pesantren Cirebon

Telah disetujui dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam ujian

skripsi

Cirebon, 29 Agustus 2020

Pembimbing I

Sulaeman,M.Pd Tanda Tangan


NIDN.

Pembimbing II

Tuti Alawiyah,S.Sos.I.,M.Pd.I Tanda tangan


NIDN

Ketua Program Studi PAI

Tuti Alawiyah,S.Sos.I,M.Pd.I Tanda Tangan


NIDN

ii
ABSTRAK

Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan Hasil Belajar


Santri
(Studi Kasus Di Pondok Pesantren An-nur Buntet Pesantren Cirebon)

Oleh:
Nama : In’am Niazy
NIM : 0101151011
Dosen Pembimbing I : Sulaeman,M.Pd
Dosen pembimbing II : Tuti alawiyah,S.Sos.I,M.Pd.I

Pondok pesantren dinilai menjadi suatu lembaga pendidikan yang sangat


berpengaruh atas terciptanya SDM (Sumber Daya Manusia) yang bermartabat dan
dapat bersaing dalam hal intelektualitas,namun masih banyak pondok pesantren
yang menerapkan sistem pendidikan yang dinilai kurang mampu untuk
meningkatkan kualitas belajar dari para santri yang mengenyam pendidikan di
pondok pesantren.Oleh karena itu perlu diadakan penelitian tentang “sistem
pendidikan pondok pesantren dalam meningkatkan kualitas belajar santri di
pondok pesantren an-nur buntet pesantren cirebon”.
Yang menjadi focus penelitian ini adalah : (1) Bagaimana sistem
pendidikan di pondok pesantren an-nur buntet pesantren Cirebon dalam rangka
meningkatkan kualitas belajar santri; dan (2) Apa saja factor penghambat dan
pendukung sistem pendidikan di pondok pesantren an-nur buntet pesantren
Cirebon dalam rangka meningkatkan kualitas belajar santri.
Penelitian ini dilakukan di pondok pesantren an-nur buntet pesantren
Cirebon dengan menggunakan metode kualitatif.Tehnik pengumpulan data
dilakukan melalui : (1) Observasi; (2) Interview/wawancara; (3) Studi
Dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pondok pesantren an-nur
buntet pesantren cirebon

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Oleh:

Nama : In’am Niazy

NIM : 0101151011

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Judul : Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Dalam

Meningkatkan Hasil Belajar Santri (Studi Kasus Di

Pondok Pesantren An-nur Buntet Pesantren Cirebon)

Telah disidangkan dihadapan dewan penguji pada tanggal 10 Oktober 2020

Dewan Penguji:

1.Nama Lengkap Pembimbing I Tanda tangan


NIDN

2.Nama Lengkap Pembimbing II Tanda tangan


NIDN

3.Nama Lengkap Penguji I Tanda tangan


NIDN

4.Nama Lengkap Penguji II Tanda tangan


NIDN

Mengesahkan Mengetahui,

Dekan FAI Ketua Program Studi PAI

iv
Tosuerdi,SH.I,M.Pd.I Tuti Alawiyah,S,Sos.I,M.Pd.I
NIDN NIDN
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : In’am Niazy

Tempat/Tanggal Lahir : Cirebon, 13 Juli 1992

NIM : 0101151011

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Sistem

Pendidikan Pondok Pesantren Dalam meningkatkan Hasil Belajar Santri Di

Pondok Pesantren An-nur Buntet Pesantren Cirebon”

1. Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri (tidak hasil plagiasi/jiplakan)

2. Tidak didsarkan pada data palsu

Apabila pada kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya tidak benar, saya

bersedia menanggung resiko dan siap diperkarakan dengan aturan yang berlaku.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya

Cirebon, 29 Agustus 2020

Yang menyatakan,

Materai 6000

In’am Niazy
NIM. 0101151011

v
LEMBAR PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillahi Rabbil ‘aalamiin


Sembah baktiku sebagai rasa syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
yang telah dikaruniakan kepadaku.Sholawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada engkau baginda rasulullah Muhammad
SAW.Kupersembahkan karya ilmiah ini untuk :

Syaikhuna al-mukarrom Romo Yai KH.Ushfuri Anshor beserta


keluarga,KH.Farid wajdi dan seluruh ustadz di pondok pesantren an-nur buntet
pesantren.

Yang terkasih Bapak-ku Bpk.Murtadlo dan Ibuku,Ibu Umniyatul fuad yang tak
pernah berhenti mendoakan,berjuang dan berusaha demi keselamatan dan
kebahagiaan putra-putrinya baik dunia dan akhirat.

Seluruh keluargaku tercinta,serta murid-muridku tersayang semoga selalu diberi


dirahmati allah,terimakasi atas segala do’a dan dukungan yang selalu kalian
berikan.

Guru-guruku di subang,di sarang,di Cirebon dan semuanya dimana langkah kaki-


ku berpijak untuk menuntut ilmu.

vi
MOTTO

“If the world become harder,just change yourself become stronger”

Artinya :

Jika dunia berubah menjadi lebih keras,maka cukup rubahlah dirimu


sendiri menjadi lebih kuat

vii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur ke hadirat allah SWT,karena hanya dengan limpahan rahmat

dan karuniaNya-lah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan

judul “SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SANTRI” (Studi Kasus Di Pondok

Pesantren An-nur Buntet Pesantren Cirebon). Shalawat serta salam

senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW yang kita

nantikan syafa’atnya fii yaumil qiyamah.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini telah

banyak pihak yang membantu. Untuk itu iringan do’a serta ucapan terimakasih

yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada :

1. Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj. MA Selaku rektor Universitas

Nahdlatul Ulama Cirebon

2. Bapak Tosuerdi,S.H.I, M.Pd.I Selaku Dekan Fakultas Agama Islam

Universitas Nahdlatul Ulama Cirebon

3. Ibu Tutui Alawiyah,S.Sos, M.Pd.I selaku Ketua Program Studi

sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan

waktu dan sumbangan pemikiran guna memberi bimbingan dan

petunjuk dalam menyususn skripsi ini.

viii
4. Bapak Sulaeman,M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah banyak

membantu dan memberikan arahan serta saran dalam menyususn

skripsi ini.

5. Segenap dewan pengasuh, Asatidz dan dewan kepengurusan Pondok

Pesantren An-nur Buntet Pesantren Cirebon yang telah banyak

memberikan informasi dan data terkait penelitian di Pondok Pesantren

An-nur Buntet Pesantren Cirebon.

6. Ayah dan Ibuku, serta keluarga yang senantiasa mendukung dan

mendoakan dengan tulus dan memberikan motivasi sehingga penulisan

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

7. Sahabat-sahabatku PMII Universitas Nahdlatul Ulama Cirebn

8. Teman-temanku seperjuangan BTM Universitas Nahdlatul Ulama

Cirebon

9. Kawan seperjuangan PAI Angkatan 2015

10. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis cantumkan satu persatu yang

telah memberikan bantuan yang sangat berguna dalam penyusunan

skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa merahmati dan memberikan

ganjaran yang setimpal. Amiin

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh

dari kata sempurna,maka dari itu penulis mengharapkan adanya kritik

dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhirnya

penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para

pembaca.

ix
Wassalamualaikum Wr. Wb.

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi berfungsi untuk memudahkan penulis dalam memindahkan

bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Pedoman transliterasi harus konsisten

dari awal penulisan sebuah karya ilmiah sampai akhir.

Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam tesis ini disesuaikan dengan penulisan

transliterasi Arab-Latin mengacu kepada keputusan bersama Menteri Agama dan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI tahun 1987 Nomor: 158 tahun 1987 dan

Nomor: 0543b/u1987, sebagai berikut:

A. Penulisan Huruf

No Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama


Tidak Tidak
1 ‫ا‬ Alif
dilambangkan dilambangkan
2 ‫ب‬ Ba B Be
3 ‫ت‬ Ta T Te
Es (dengan titik
4 ‫ث‬ Sa Ś
di atas)
5 ‫ج‬ Jim J Je
Ha (dengan titik
6 ‫ح‬ Ha H
di bawah)
7 ‫خ‬ Kha Kh Ka dan ha
8 ‫د‬ Dal D De
9 ‫ذ‬ Dzal Z Zet
10 ‫ر‬ Ra R Er
11 ‫ز‬ Zai Z Zet
12 ‫س‬ Sin S Es
13 ‫ش‬ Syin Sy Es dan ye
14 ‫ص‬ Shad Sh Es dan ha
15 ‫ض‬ Dhad Dh De dan ha

x
16 ‫ط‬ Tha Th Te dan ha
17 ‫ظ‬ Zhaa Zh Zet dan hà
Koma terbalik di
18 ‫ع‬ ‘ain ‘
atas
19 ‫غ‬ Ghain Gh Ge dan ha
20 ‫ف‬ Fa F Ef
21 ‫ق‬ Qaf Q Ki
22 ‫ك‬ Kaf K Ka
23 ‫ل‬ Lam L El
24 ‫م‬ Min M Em
25 ‫ن‬ Nun N En
26 ‫و‬ Waw W We
27 ‫ه‬ Ha H Ha
28 ‫ء‬ Hamzah ‘ Apostref
29 ‫ي‬ Ya Y Ye

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 3 : Bukti Konsultasi

Lampiran 4 : Flowchart Sistem Pendidikan Pondok Pesantren An-nur Dalam

Meningkatkan Hasil Belajar santri

Lampiran 5 : Pedoman Wawancara

Lampiran 6 : Data Pondok Pesantren An-nur Buntet Pesantren Cirebon

Lampiran 7 : Dokumentasi Penelitian

Lampiran 8 : Biodata Peneliti

xii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul............................................................................................... i
Halaman Abstrak.............................................................................................. ii
Halaman Persetujuan........................................................................................ iii
Halaman Pengesahan........................................................................................ iv
Halaman Persembahan...................................................................................... v
Halaman Motto................................................................................................. vi
Halaman Pernyataan......................................................................................... vii
Kata Pengantar.................................................................................................. viii
Pedoman Transliterasi Arab Latin.................................................................... ix
Daftar Lampiran................................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1
B. Rumusan Masalah...........................................................................
C. Tujuan Penelitian............................................................................
D. Manfaat Penelitian..........................................................................
E. Penegasan Istilah............................................................................
F. Sistematika Pembahasan.................................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA..........................................................................


A. Sistem Pendidikan Pesantren..........................................................
1. Pengertian Sistem Pendidikan Pesantren..................................
2. Aspek-Aspek Sistem Pendidikan Pesantren.............................
B. Pondok Pesantren...........................................................................
1. Pengertian Pondok Pesantren...................................................
2. Sistem Pengajaran Pondok Pesantren.......................................
3. Karakteristik Pondok Pesantren................................................
4. Tujuan Pendidikan Pondok Pesantren......................................
5. Kurikulum Pondok Pesantren...................................................
6. Tipologi Pondok Pesantren.......................................................
C. Hasil Belajar...................................................................................
1. Pengertian Hasil Belajar...........................................................
2. Peningkatan Hasil Belajar........................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.....................................................


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.....................................................
B. Sumber Data...................................................................................
C. Kehadiran Peneliti..........................................................................
D. Lokasi Penelitian............................................................................

xiii
E. Teknik Pengumpulan Data.............................................................
F. Analisis Data...................................................................................
G. Tahap-Tahap Penelitian..................................................................

BAB IV HASIL PENELITIAN.....................................................................


A. Latar Belakang Objek Penelitian....................................................
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren An-nur Buntet Pesantren
Cirebon.....................................................................................
2. Profil Pondok Pesantren An-nur Buntet Pesantren Cirebon
B. Paparan Hasil Penelitian.................................................................
1. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren An-nur Dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Santri...................................................................
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Sistem Pendidikan Pondok
Pesantren An-nur Buntet Pesantren Cirebon Dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Santri...................................................................

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN.......................................................


A. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren An-nur Buntet Pesantren
Cirebon Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Santri.......................
B. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Sistem Pendidikan Pondok
Pesantren An-nur Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Santri........

BAB VI PENUTUP.........................................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................................
B. Saran...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN.............................................................................

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai salah satu negara dengan pemeluk agama Islam terbesar

di dunia tentunya mendapat perhatian besar dalam perkembangan Islam dalam

berbagai segi. Salah satunya adalah dalam segi perkembangan pendidikan Islam.

Jika menilik perkembangan pendidikan Islam di Indonesia, maka akan tertuju ke

lembaga pendidikan tersebut, dalam hal ini lembaga pendidikan Islam di

Indonesia yang berperan besar dalam mengembangkan pendidikan Islam di

Indonesia adalah Pesantren.

Mengapa Pesantren bisa survive sampai hari ini? Pertanyaan ini mungkin

kedengarannya mengada-ada. Tetapi sejak dilancarkannya perubahan atau

modernisasi pendidikan Islam di berbagai kawasan Dunia Muslim, tidak banyak

lembaga pendidikan tradisional Islam seperti Pesantren yang mampu bertahan.

Kebanyakannya tergusur oleh ekspansi sistem pendidikan umum agar dapat

menyesuaikan diri dan sedikit banyak mengadopsi isi dan metododlogi

pendidikan umum.1

Hal ini membuktikan bahwa pesantren tidak bisa dikatakan sebagai

lembaga pendidikan yang bisa disepelekan. Untuk itu penerapan sistem

pendidikan yang baik akan menghasilkan proses pembelajaran yang baik,dan

proses pembelajaran yang baik akan menghasilkan hasil belajar yang baik pula.

1
Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren (Jakarta, Paramadina, 1997), hlm. 4

1
Namun demikian masih banyak yang beranggapan bahwa sistem

pendidikan yang diterapkan di pondok pesantren masih belum mampu bersaing

dengan pendidikan formal,salah satu faktor penyebab pesantren kurang diminati

oleh masyarakat adalah dikarenakan sistem pendidikan yang diterapkan oleh

pesantren-pesantren berbeda dengan sistem pendidikan di sekolah formal.

Modernisasi paling awal dari sistem pendidikan di Indonesia harus diakui

tidak bersumber dari kalangan kaum Muslim sendiri. Sistem pendidikan modern

pertama kali, yang pada gilirannya mempengaruhi sistem pendidikan islam, justru

diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Ini bermula dengan perluasan

kesempatan bagi pribumi dalam paruh abad ke-19 untuk mendapatkan pendidikan.

Namun Pesantren nyatanya masih bisa bertahan dengan sisi tradisionalnya, hal ini

dikarenakan Pesantren dapat menyesuaikan diri dengan perubahan dan tantangan

di sekelilingnya.2

Namun masih banyak Pondok Pesantren di Indonesia masih menutup diri

dari perkembangan sistem pendidikan modern, hal ini disebabkan oleh pengaruh

adat dan budaya setempat,namun tidak sedikit pula pesantren di Indonesia sudah

menganut sistem pendidikan modern dengan menerapkan berbagai metode

pembelajaran yang mampu meningkatkan daya saing santri di era globalisasi

seperti sekarang. Mulai dari penerapan pembelajaran bahasa asing,ekstrakulikuler

sampai praktek lapangan.

Hasil belajar merupakan suatu bukti nyata yang dapat menjadi acuan untuk

pengukuran kemampuan dan keterampilan yang telah dicapai oleh santri.

Meningkatkan hasil belajar santri adalah suatu kewajiban pesantren demi


2
Ibid, hlm. 6

2
menciptakan santri yang beradab dan terpelajar,akan tetapi Masih banyaknya

produk-produk pendidikan yang seringkali melecehkan kehidupan dan masyarakat

sekitar3. Hal ini terjadi karena pelajar lebih banyak berkutat oleh praktek

pendidikan model perkotaan dengan tipikal masyarakat industrial.

Santri sebagai pelajar diharuskan untuk dapat membuktikan kepada

masyarakat luas bahwa mereka dapat bersaing baik dalam hal akademik ataupun

keterampilan. Namun yang terjadi tidak demikian,santri cenderung

mengesampingkan mata pelajaran umum seperti matematika,bahasa

inggris,sejarah dll. Hal ini disebabkan oleh sistem pendidikan yang diterapkan

oleh pesantren tersebut tidak menekankan santrinya untuk unggul dalam mata

pelajaran umum,sehingga hasil belajar santri di mata pelajaran umum dibilang

cukup rendah. Jika hal seperti ini terus berlanjut,maka pesantren hanya akan

berfungsi sebagai lembaga yang mencetak kyai atau pemimpin keagamaan

saja,tanpa bisa mencetak tenaga professional karena minimnya kemampuan di

bidang akademik maupun keterampilan.

Sebagai lembaga pendidikan seharusnya pesantren tidak hanya mencetak

output yang hanya ahli di bidang keagamaan saja,tetapi juga harus bisa mencetak

pemimpin bangsa yang salih dan tenaga professional yang mensyaratkan nilai

akademik yang tinggi serta keterampilan khusus di bidang tertentu sebagaimana

yang dicita-citakan oleh pendidikan nasional. Dalam UUSPN No. 20 Tahun2003

Pasal 3 yang berbunyi sebagai berikut :

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya
3
Jusuf Amir Faisal, Reorientasi pendidikan islam. (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hlm.131

3
potensi peserta didik agar menjadi manuisa yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlaqul
mulia,sehat,berilmu,cakap,kreatif,mandiri, dan menjadi warga Negara
yang demokratis serta bertanggung jawab”.4

Sedangkan dalam mata pelajaran keagamaan seperti fiqih,aqidah

akhlak,nahwu,shorof saja masih banyak santri yang tidak mengerti atau gagal

mencapai suatu kefahaman yang ditargetkan ustadznya. Faktor seperti kemalasan

santri,kurang cakapnya seorang ustadz,sarana dan prasarana,sampai fasilitas yang

disediakan pesantren adalah faktor yang menentukan itu semua. Sebagai

contoh,santri yang sudah menginjak kelas 1 SMA masih banyak yang tidak hafal

do’a-do’a sholat padahal sudah satu tahun mengenyam pendidikan di pesantren.

Dalam kurun waktu satu tahun seharusnya seorang santri sudah hafal do’a-do’a

sholat atau bacaan-bacaan sholat.

Karena itulah dengan dikembangkannya sistem pendidikan pondok

pesantren yang modern santri dituntut untuk berkomitmen terhadap

profesionalisme dalam menjalankan tugasnya sebagai juru dakwah ajaran islam.

Seseorang dikatakan professional,bilamana pada dirinya melekat sikap dedikatif

yang tinggi terhadap tugasnya,sikap komitmen terhadap mutu proses dan hasil

kerja secara nyata dengan selalu memperbaiki dan memperbaharui model-model

atau cara kerjanya sesuai dengan masanya5.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa yang menjadi karakter santri

professional adalah yang mempunyai kompetensi di bidang ilmu pengetahuan.

Selain itu juga mempunyai kompetensi dalam bidang keimanan dan keagamaan

4
UU Sisdiknas, Citra umbara, Bandung, 2003, hlm. 7
5
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Jakarta : Rosdakarya, 1992) hlm 49

4
yang luhur. Santri yang professional adalah yang mempunyai keahlian di

bidangnya, serta cakap baik secara kognitif, afektif, dan psikomotorik.6

Untuk dapat menciptakan santri yang mempunyai kompetensi baik di

bidang ilmu pengetahuan maupun keagamaan, sebuah pondok pesantren haruslah

mempunyai dan menerapkan sistem pendidikan yang bisa meningkatkan hasil

belajar santri.

Sementara itu pengambilan lokasi penelitian di pondok pesantren An-nur

Buntet Pesantren Cirebon karena di lembaga tersebut memiliki relevansi dengan

perkembangan era-globalisasi dan memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh

lembaga atau pesantren lain, misalnya: Pertama, pondok pesantren An-nur

merupakan salah satu pondok pesantren besar di daerah buntet pesantren Cirebon.

Kedua, memiliki lokasi strategis yang berada di daerah buntet pesantren yang

sudah terkenal sebagai pusat pendidikan pesantren di Cirebon dan memiliki

lingkungan heterogen yang terdiri dari berbagai adat,suku,budaya dan bahasa

yang berbeda. Ketiga, santri yang mondok di pondok pesantren An-nur tidak

hanya nyantri tetapi juga dibarengi dengan melakukan kegiatan pendidikan formal

seperti sekolah dan kuliah sehingga khasanah keilmuan akan semakin luas dengan

saling bertukar ilmu dan informasi. Keempat, terobosan-terobosan dalam hal

pengelolaan sistem pendidikan yang sesuai dengan perkembangan zaman

sehingga bisa menciptakan santri yang mampu berkompetensi di era globalisasi

seperti sekarang. Hal inilah yang menjadi pertimbangan peneliti untuk meneliti di

pondok pesantren An-nur Buntet Pesantren Cirebon.

B. Rumusan Masalah
6
Ibid, hlm 110

5
Rumusan masalah atau fokus penelitian berisi rumusan permasalahan yang

hendak dijawab dalam penelitian agar pembahasan ini sesuai dengan kajian

penelitian, serta dapat menghasilkan data dan informasi yang baik, maka penulis

dsini merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem pendidikan Pondok Pesantren An-nur Buntet

Pesantren Cirebon dalam meningkatkan hasil belajar santri?

2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat sistem pendidikan

Pondok Pesantren An-nur dalama meningkatkan hasil belajar santri?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan penelitian di atas, penelitian ini memiliki tujuan:

1. Mengetahui sistem pendidikan di pondok pesantren An-nur Buntet

Pesantren Cirebon dalam meningkatkan hasil belajar santri.

2. Untuk menjelaskan apa saja faktor yang mendukung dan menghambat

sistem pendidikan di Pondok Pesantren An-nur Buntet Pesantren

Cirebon dalam meningkatkan hasil belajar santri.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujaun penelitan yang telah disebutkan sebelumnya,maka

penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Bagi Peneliti

Sebagai media belajar dalam mengaktualisasikan pengalaman belajar

untuk berlatih berfikir kritis dan untuk memperluas wawasan

pengetahuan serta meningkatkan analisis berpikir kritis tentang sistem

pendidikan pondok pesantren dalam meningkatkan hasil belajar santri,

6
serta menjadi bahan renungan untuk mengoreksi pemikiran dalam

berpikir kritis

2. Manfaat Bagi Pondok Pesantren An-nur Buntet Pesantren Cirebon

a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam proses

pengambilan kebijakan lebih lanjut, guna memperbaiki sistem

pendidikan Pondok Pesantren dalam meningkatkan hasil belajar

santri.

b. Sebagai bahan dokumentasi yang dapat menambah dan melengkapi

khasanah referensi dalam membenahi sistem pendidikan pondok

pesantren dalam meningkatkan hasil belajar santri.

3. Manfaat Bagi Santri

Dengan adanya penelitian ini diharapkan santri bisa lebih menyadari

betapa pentingnya untuk meningkatkan hasil belajar agar menjadi

manusia yang unggul dalam bidang ilmu pengetahuan umum maupun

ilmu keagamaan agar memiliki daya saing di tengah-tengah

masyarakat global di era globalisasi seperti sekarang.

E. Sistematika Pembahasan

Penulisan skripsi ini akan menguraikan secara sistematis penelitian tentang

sistem pendidikan Pondok Pesantren An-nur Buntet Pesantren Cirebon dalam

mewujudkan prestasi berdasarkan pemahaman penulis tentang fenomena-

fenomena yang terjadi di Pondok Pesantren An-nur Buntet Pesantren Cirebon.

Selanjutnya penulis mencoba memahami fenomena tersebut dengan metodologi

7
penelitian yang digunakan untuk menggambarkan keaadaan yang sebenarnya

secara obyektif.

Secara keseluruhan isi skripsi ini terdiri dari enam bab, yang masing-

masing disusun secara sitematis sebagai berikut:

BAB I, Merupakan bab pendahuluan, yang didalamnya mencakup beberapa sub

bab pembahasan,antara lain: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika penulisan.

BAB II, Berisi tentang Landasan teori yang di dalamnya terdiri dari: Pembahasan

tentang sistem pendidikan pondok pesantren, pembahsan tentang Pondok

Pesantren dan pembahasan tentang hasil belajar.

BAB III, Berisi tentang Metode penelitian yang digunakan di Pondok Pesantren

An-nur Buntet Pesantren Cirebon.

BAB IV, Berisi tentang sejarah berdirinya Pondok Pesantren An-nur Buntet

Pesantren Cirebon, dan paparan data hasil penelitian.

BAB V, Berisikan tentang pembahasan deskripsi dan analisis sistem pendidikan

Pondok Pesantren An-nur Buntet Pesantren Cirebon dalam meningkatkan hasil

belajar santri, kelebihan dan kekurangan sistem pendidikan Pondok Pesantren An-

nur Buntet Pesantren Cirebon serta faktor-faktor pendukung dan penghambat

sistem pendidikan Pondok Pesantren An-nur dalam meningkatkan hasil belajar

santri.

BAB VI, Merupakan penutup yang berisikan sebuah kesimpulan dari pembahasan

yang telah diuraikan dan kritik serta saran yang bersifat membangun dalam

penelitian.

8
Kemudian di akhiri dengan Daftar Pustaka serta Lampiran-lampiran yang

diperlukan untuk menyusun skripsi ini.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sistem Pendidikan Pesantren

1. Pengertian Sistem Pendidikan Pesantren

Sistem berasal dari bahasa Latin (systema) dan bahasa yunani

(sustema) adalah sekumpulan unsur/elemen yang saling berkaitan dan

saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai

suatu tujuan.7
7
A.K Ahmad Muda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta : Reality Publisher, 2006) hlm
45-50

9
Sedangkan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,bangsa dan

Negara.8

Jadi, interaksi antar elemen yang bekerja sama secara terpadu untuk

mewujudkan tujuan pendidikan yang telah dicita-citakan bersama, yaitu

berkembangnya potensi peserta didik secara keseluruhan.

Pada dasarnya pendidikan pondok pesantren disebut sistem pendidikan

produk Indonesia. Atau dengan istilah indigenous (pendidikan asli

Indonesia).9

Pendidikan pondok pesantren memfokuskan pendidikan islam

(keagamaan) tanpa mengabaikan pendidikan umum (formal). Pendidikan

islam adalah proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan

pribadi,masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai

suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi diantara profesi-profesi asasi

dalam masyarakat.10

Pengertian tersebut memfokuskan perubahan tingkah laku manusia

yang konotasinya pada pendidikan etika, Selain itu pengertian tersebut

menekankan pada aspek-aspek produktivitas dan kreativitas manusia

8
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1
9
M.Naquib Al-attas, Modernisasi pesantren, (Jakarta : Ciputat Press, 2002) hlm 5
10
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Amzah, 2010) hlm 26-27

10
dalam peran dan profesinya dalam kehidupan, dalam masyarakat dan alam

semesta.11

Kemudian pondok pesantren juga adalah sistem pendidikan yang

melakukan kegiatan sepanjang hari. Santri tinggal di asrama dalam satu

kawasan bersama guru, kyai dan senior mereka. Oleh karena itu hubungan

yang terjalin antara guru-santri-kyai dalam proses pendidikan berjalan

intensif, tidak sekedar hubungan formal ustadz-santri di dalam kelas.

Dengan demikian kegiatan pendidikan berlangsung sepanjang hari, dari

pagi himgga malam hari.12

Pesantren sebagai lembaga pendidikan merupakan sistem yang

memiliki beberapa sub sistem, setiap sub sistem memiliki beberapa sub-

sub sistem dan seterusnya, setiap sub sistem juga saling mempengaruhi

satu sama lain sehingga tidak dapat dipisahkan. Sub sistem dari sistem

pendidikan pesantren antara lain :

a. Aktor atau pelaku : Kyai; Ustadz; Santri dan Pengurus

b. Sarana perangkat keras : Masjid; rumah kyai; rumah dan asrama

ustadz; pondok dan asrama santri; gedung sekolah atau madrasah

dan lain-lain.

c. Sarana perangkat lunak : Tujuan; kurikulum; kitab; penilaian; tata

tertib; keterampilan dan lain-lain.13

11
Ibid, hlm 27
12
Arief Subhan, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20 : Pergumulanantara Antara
Modernisasi dan Identitas, (Jakarta : Kencana, 2012) hlm. 36
13
Ahmad Syahid, Pesantren Dan Pengembangan Ekonomi Umat, (Depag dan INCIS, 2002) hlm.
30-31

11
Setiap pesantren sebagai institusi pendidikan harus memiliki ke-3 sub

sistem ini, apabila kehilangan salah satunya maka belum dapat dikatakan

sebagai sistem pendidikan pesantren.

Sistem pendidikan ini membawa banyak keuntungan, antara lain :

Keuntungan pertama adalah, pengasuh mampu melakukan pemantauan

secara leluasa hamper setiap saat terdaat perilaku santri baik yang terkait

dengan upaya pengembangan intelektualnya maupun kepribadiannya.

Keuntungan kedua adalah proses belajar dengan frekwensi tinggi dapat

memperkokoh pengetahuan yang diterima. Keuntungan ketiga adalah

adanya proses pembiasaan akibat interaksi yang dilakukan baik antara

sesame santri, santri dengan kyai maupun santri dengan ustadz. 14Hal

seperti ini merupakan kesempatan yang baik misalnya untuk

mentradisikan percakapan menggunakan bahsa asing semisal percakapan

menggunakan bahasa arab atau bahasa inggris.

Berdasarkan pembagian sub sistem pendidikan pondok pesantren dapat

ditegaskan bahwa sistem pendidikan pesantren harus meliputi infrastruktur

maupun suprastruktur penunjang, infrastruktur dapat meliputi perangkat

lunak, seperti kurikulum, metode pembelajaran, dan perangkat keras,

seperti bangunan pondok, masjid, sarana dan prasarana belajar. Sedangkan

suprastruktur pondok pesantren meliputi yayasan, kyai, ustadz, pengasuh,

serta pembantu kyai atau ustadz.15

2. Pengertian Pondok Pesantren


14
Mujammil Qomar, Pesantren (Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi Institusi),
(Jakarta : Erlangga, 2003) hlm. 64
15
Ibid, hlm. 27

12
Dalam penggunaan kata sehari-hari pesantren bisa disebut dengan

pondok saja atau pesantren saja, atau bisa juga disebut dengan

menggabungkan kedua kata ini sehingga menjadi pondok pesantren.

Istilah pondok berasal dari pengertian asrama-asrama para santri yang

disebut pondok, kata pondok sendiri berasal dari bahasa arab funduq yang

berarti asrama atau hotel16.

Sedangkan pesantren secara etimologis berasal dari kata santri yang

mendapat awalan pe- dan akhiran –an, sehingga menjadi pe-santri-an yang

bermakna kata shastri yang artinya murid. Sedangkan menurut C.C. Berg

berpendapat bahwa istilah pesantren berasal dari kata shastri yang dalam

bahasa india berarti orang yang mengetahui buku-buku suci agama hindu,

atau seorang sarjana ahli kitab-kitab suci hindu. Kata shastri berasal dari

kata shastra yang berarti buku-buku suci atau buku-buku suci agama

ataubuku-buku tentang ilmu pengetahuan.17

Dari pengertian tersebut berarti antara pondok dan pesantren memiliki

arti yang identik (memiliki kesamaan arti), yakni asrama tempat santri atau

tempat murid/santri mengaji.

Gambaran umum pondok pesantren adalah lembaga pendidikan islam

dengan sistem asrama, kyai sebagai sentral figurnya, masjid sebagai pusat

yang menjiwainya.18

16
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kiai, (Jakarta :
LP3ES, 1994) hlm. 18
17
Yasmadi, Modernisasi Pesantren, Kritik Nurcholis Mdjid Terhadap Pendidikan Tradisional,
(Jakarta : Ciputat Press, 2002) hlm. 61
18
Sekretariat Pondok Modern Darussalam Gontor, Serba Serbi Singkat Tentang Pondok Modern
Darussalam Gontor, (Ponorogo, Percetakan Darussalam, 1997) hlm. 1-2

13
Pesantren juga dapat diartikan sebagai lembaga pendidikan islam

untuk mempelajari, memahami, mendalami, dan mengamalkan ajaran

islamdengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman

kehidupan sehari-hari.19

Pondok pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan agama islam

yang tumbuh dan diakui oleh masyarakat sekitar, dengan sistem asrama

atau komplek dimana para santri menerima pendidikan agama melalui

sistem pengajian madrasah atau sekolah yang sepenuhnya berkedaulatan

dibawah kepemimpinan seorang atau beberapa kyai dengan ciri khas yang

bersifat kharismatik dan independen dalam segala hal.20

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian

pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan dan keagamaan yang

berusaha mengajarkan, menyebarkan dan melestarikan ajaran islam yang

dimana para santri belajar pada seorang kyai ataau ustadz untuk

memperdalam atau memperoleh ilmu, utamanya ilmu-ilmu agama yang

diharapkan nantinya menjadi bekal bagi santri dalam menghadapi

permasalahan dunia maupun akhirat.

3. Aspek-Aspek Sistem Pendidikan Pondok Pesantren

Ada beberapa aspek sistem pendidikan pondok pesantren yang dikaji

dalam skripsi ini antara lain :

a. Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren

19
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren Suatu Kajian Tentang Unsur Dan Nilai Sistem
Pendidikan Pesantren, (Jakarta : INIS, 1994) hlm. 55
20
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam Dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 1993) hlm.
240

14
Pesantren sebagai lembaga pendidikan (informal) dan bagian

dari sistem pendidikan nasional yang memiliki tanggung jawab

sama dengan lembaga pendidikan lain (formal) dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai cita-cita yang tertera dalam

pembukaan UUD 1945. Untuk itu, semua unsur pesantren

menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan

pondok pesantren melalui manajemen yang sesuai dengan

karakteristiknya.

Manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata manus

yang berarti tangan, dan agere yang berate melakukan. Kata-kata

itu digabung menjadi kata kerja managere yang artinya menangani.

Managere diterjemahkan ke dalam bahsa inggris dalam bentuk

katak kerja to manage, dengan kata benda management dan

manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen.

Akhirnya, management diterjemahkan ke bahasa Indonesia

menjadi manajemen atau pengelolaan.21

Manajemen dalam arti luas adalah perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya

organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Sedangkan manajemen dalam arti sempit adalah manajemen

sekolah atau madrasah yang meliputi: perencanaan program

sekolah atau madrasah, pelaksanaan program sekolah atau

21
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta, Bumi Aksara, 2009)
hlm. 5

15
madrasah, kepemimpinan kepala sekolah atau madrasah,

pengawas/evaluasi, dan sistem informasi sekolah atau madrasah.22

Dalam pelaksanaannya ,manajemen yang dilakukan oleh setaip

pesantren tidak sama. Pesantren menurut hasan basri sekurang-

kurangnya dibedakan menjadi tiga corak, yaitu: pesantren

tradisional,pesantren transisional dan pesantren modern.23

Pertama, pesantren tradisional adalah pesantren yang masih

mempertahankan nilai-nilai tradisionalnya, dalam arti tidak

mengalami transformasi yang berarti dalam sistem pendidikannya,

manajemen pendidikannya masih sepenuhnya dikelola oleh

seorang kyai, dan kyai sebagai satu-satunya sumber belajar dan

pemimpin tunggal serta menjadi otoritas tertinggi di lingkungan

pesantrennya.24

Kedua, pesantren transisisonal adalah pesantren yang ditandai

dengan adanya porsi adaptasi pada nilai-nilai baru (sistem

pendidikan modern). Dalam manajemen dan administrasi sudah

mulai ditata secara modern meskipun sistem tradisionalnya masih

dipertahankan seperti pimpinan masih berporos pada keturunan,

wewenang dan kebijakan dipegang oleh kyai kharismatik. Dari segi

kelembagaan sudah ada yang mengelola atau mengurus melalui

kesepakatan bersama dan kyai sudah membebaskan santri untuk


22
Ibid.
23
Hasan Basri, “Pesantren: Karakteristik Dan Unsur-Unsur Kelembagaan”, Dalam Abuddin
Nata, Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Di
Indonesia, (Jakarta, Grasindo, 2001), hlm. 124
24
Imam Barnawi, Tradisionalisme Dalam Pendidikan Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hlm.
108

16
memberi pendapat. Pada umumnya pesantren ini tidak terdapat

perencanaan-perencanaan yang tepat dan tidak mempunyai rencana

induk pengembangan pesantren untuk jangka pendek maupun

jangka panjang.25

Ketiga, pesantren modern, pesantren telah mengalami

transformasi yang sangat signifikan baik dalam sistem

pendidikannya maupun unsur-unsur kelembagaannya. Pesantren ini

telah dikelola dengan manajemen dan administrasi yang sangat

rapid an sistem pengajarannya dilaksanakan dengan proses yang

sama antara pendidikan agama dan pendidikan umum, dan

pengasaan bahasa inggris dan bahasa arab. Sejak pertengahan

tahun 1970-an pesantren telah berkembang dan memiliki

pendidikan formal yang merupakan bagian dari pesantren tersebut,

mulai dari pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi, dan

pesantren telah menerapkan prinsip-prinsip manajemen.26

b. Elemen-Elemen Pondok Pesantren

Setiap pondok pesantren pada umumnya terdapat beberapa sub

sistem dari sistem pendidikan yang diterapkan oleh sebuah pondok

pesantren yaitu: kyai, santri, pondok, masjid, dan pengajaran kitab-

kitab klasik atau yang sering disebut dengan kitab kuning.27

a. Kyai

25
Mastuhu, Op.Cit hlm. 146
26
Iik Arifin Mansurnoor, Islam In An Indonesian World Ulama Of Madura, (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 1990), hlm. 293
27
HM. Amin Haedari dan Abdullah Hanif, Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas
Dan Tantangan Komplesitas Global,(Jakarta: IRD Press, 2004), hlm. 28

17
Kyai atau pengasuh pondok merupakan elemen yang sangat

esensial bagi sebuah pondok pesantren. Kyai mempunyai

pengertian para pemimpin agama islam atau pondok pesantren

dan mengajarkan berbagai jenis kitab-kitab klasik (kitab

kuning) pada santrinya28.

b. Santri

Santri merupakan peserta didik atau objek pendidikan,

tetapi di beberapa pesantren, santri yang memiliki potensi

intelektual (santri senior) sekaligus merangkap sebagai tenaga

pengajar bagi santri junior.29

Santri pada umumnyaterbagi menjadi dua kategori.

Pertama, santri mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari

daerah yang jauh dan menetap di pesantrennya. Kedua, santri

kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa sekitar

pesantren. Mereka bolak-balik dari rumahnya sendiri. Para

santri kalong berangkat ke pesantren ketika ada tugas belajar

dan aktifitas lainnya.30

c. Pondok

Pondok atau asrama merupakan tempat tinggal para santri

menjadi ciri khas tradisi pesantren yang membedakannya

dengan sistem pendidikan islam yang berkembang di Negara-

negara lain. Dengan sistem pondok, santri dapat konsentrasi


28
Ibid, hlm. 29-30
29
Mujammil Qomar, Op.Cit, hlm. 16
30
HM. Amin Haedari dan Abdullah Hanif, Op.Cit, hlm. 35

18
belajar sepanjang hari. Kehidupan dengan model pondok juga

sangat mendukung bagi pembentukan kepribadian santri baik

dalam tata cara bergaul dan bermasyarakat dengan santri

lainnya. Pelajaran yang diperoleh di kelas, dapat

diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan

pesantren.31

d. Masjid

Pada umumnya masjid menjadi tempat untuk shalat. Akan

tetapi masjid dalam pesantren bukan hanya berfungsi sebagai

tempat shalat saja, melainkan sebagai tempat i’tikaf,

melaksanakan latihan-latihan (riyadhah) atau suluh dan dzikir

maupun amalan-amalan lainnya dalam kehidupan thariqat dan

sufi.32

e. Pengajian Kitab Kuning

Elemen lain yang turut menjadi ciri khas pesantren adalah

pengajian kitab kuning yang dikarang oleh ulama-ulama besar

terdahulu tentang berbagai ilmu pengetahuan. Keseluruhan

kitab-kitab klasik (kitab kuning) yang diajarkan di pondok

pesantren dapat digolongkan menjadi delapan kelompok yaitu:

1) Nahwu dan Shorof. 2) Fiqih. 3) Ushul Fiqih. 4) Hadist. 5)

Tafsir. 6) Tauhid. 7) Tasawwuf. 8) Cabang-cabang lain seperti

31
Ahmad Supeno dkk. Pembelajaran Pesantren: Suatu kajian Komparatif Dalam HM. Amin Dan
Abdullah Hanif, Masa Depan Pesantren, (Jakarta: IRD Press, 2004), hlm. 32
32
HM. Amin Haedari, Op.Cit. hlm. 29-30

19
tarikh atau balaghah. Kesemuanya itu dapat digolongkan

menjadi kitab-kitab dasar, menengah, dan kitab-kitab besar.33

c. Tujuan Pendidikan Pondok Pesantren

Berbeda dengan lembaga pendidikan yang lain, yang pada

umumnya menyatakan tujuan pendidikannya dengan jelas seperti

yang telah dirumuskan dalam anggaran dasar, maka pondok

pesantren tidak merumuskan tujuan pendidikannya secara eksplisit

terutama pada pondok pesantren tradisional. Hal ini terpengaruh

oleh sifat kesederhanaan pondok pesantren yang sesuai dengan

motivasi berdirinya, dimana kyainya mengajar dan santrinya

belajar atas dasar untuk ibadah dan tidak dihubungkan dengan

tujuan tertentu.

Hiroko Horikoshi berpendapat dalam buku pesantren karya

Mujammil Qomar bahwa tujuan pesantren dari segi otonominya,

adalah untuk melatih para santri memiliki kemampuan mandiri.

Sedangkan menurutManfred Ziemek, tujuan pesantren dilihat dari

segi keterpaduan aspek prilaku dan intelektual adalah untuk

membentuk kepribadian, memantapkan akhlak, serta dilengkapi

dengan ilmu pengetahuan.34

d. Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren.

Kurikulum merupakan sebuah aspek dalam sistem pendidikan

pondok pesantren. Kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan

33
Zamakhsyari Dhofier, Op.Cit. hlm.50-51
34
Mujammil Qomar, Op.Cit., hlm. 4

20
pendidikan yaitu pembentukan manusia yang sesuai dengan

falsafah hidup bangsa yang memegang peran penting dalam suatu

sistem pendidikan.35

Pondok pesantren mempunyai tujuan keagamaan sesuai

dengan pribadi sang kyai. Sedangkan metode pengajaran dan

materi kitab yang diajarkan kepada santri ditentukan oleh sejauh

mana kedalaman ilmu sang kyai dan yang dipraktekkan sehari-

hari.36

Jadi pada dasarnya kurikulum yang diterapkan oleh pondok

pesantren berbeda antara satu dengan yang lainnya. Namun ada

beberapa hal yang dapat menjadi acuan dalam menentukan kitab

apa yang diajarkan kepada santri, seperti tingkatan santri,

kedalaman ilmu pengajar, dan lain-lain.

Dalam sebuah kurikulum tidak lepas dari materi pelajaran.

Pondok pesantren ketika masih berlangsung di surau atau masjid,

kurikulum pengajian masih dalam bentuk sederhana, yakni berupa

inti ajaran islam yang mendasar. Rangkaian trio komponen ajaran

islam yang berupa iman, islam dan ihsan telah menjadi perhatian

kyai perintis pesantren sebagai isi kurikulum yang diajarkan

kepada santrinya.37

35
Muhammad Joko Susilo, Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan: Manajemen Pelaksanaan Dan
Kesiapan Sekolah Menyongsongnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 9-10
36
HM. Amin Haedari, Op.Cit., hlm. 39
37
Mujammil Qomar, Op.Cit., hlm. 109

21
Kurikulum pondok pesantren telah berkembang menjadi

bertambah luas dengan penambahan ilmu-ilmu yang masih

merupakan elemen dari materi pelajaran yang diajarkan pada masa

awal pertumbuhannya. Pengembangan kurikulum tersebut lebih

bersifat rincian materi pelajaran yang sudah ada dari pada

penambahan disiplin ilmu yang baru sama sekali. Beberapa laporan

mengenai materi pelajaran tersebut dapat disimpulkan: Al-Qur’an

beserta tajwid dan tafsirnya, aqoid dan ilmu kalam, fiqih dengan

ushul fiqih, dan lain-lain.38

Dalam aspek kurikulum terlihat bahwa pelajaran agama masih

lebih dominan di lingkungan pesantren, sehingga minimnya

pengetahuan umum yang dilaksanakan secara setengah-setengah

mengakibatkan santri kurang mendapat pengakuan dari masyarakat

umum.39

e. Metode Pengajaran Pondok Pesantren.

Pondok pesantren pada umumnya terdapat dua macam

pengajaran, yaitu weton dan sorogan.40

Weton adalah istilah yang berasal dari bahasa jawa yang

diartikan berkala atau berwaktu. Pengajian tidak dilaksanakan rutin

harian, tetapi dilakukan secara berkala dalam waktu tertentu.

Sedangkan sorogan adalah istilah yang berasal dari bahasa jawa

38
Ibid, hlm. 111
39
Yasmadi, Op.Cit., hlm. 78
40
Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Pramadina, 1997),
hlm. 28

22
yang berarti sodoran atau yang disodorkan. Maksudnya suatu

sistem belajar secara individual dimana seorang santri berhadapan

dengan seorang guru, terjadi interaksi saling mengenal diantara

keduanya. Seorang guru atau kyai menghadapi santri secara

bergantian.41

Namun pada beberapa pondok pesantren juga telah diterapkan

metode pembelajaran lainnya seperti hafalan, penerapan

percakapan menggunakan bahasa inggris atau bahasa arab, dan

musyawarah.42

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil belajar

Belajar merupakan proses perubahan prilaku, berkat interaksi

dengan lingkungannya. Perubahan prilaku mencakup tiga aspek utama

dari hasil belajar yaitu, aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Adapun yang dimaksud lingkungan mencakup keluarga,

sekolah/madrasah, dan masyarakat, dimana peserta didik berada.43

Ditinjau dari segi-segi yang diharapkan dari suatu pengajaran atau

instruksi, kemampuan itu perlu dibedakan karena kemampuan itu

memungkinkan berbagai macam penampilan manusia dan juga karena

kondisi-kondisi untuk memperoleh berbagai kemampuan itu berbeda.44

41
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 50-51
42
Yasmadi, Op.Cit., hlm. 79
43
Nanang Hanafiah Dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: Refika
Aditama, 2009), hlm. 6
44
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm. 118

23
Ada lima kemampuan yang dapat menjadi acuan sebagai hasil

belajar yaitu:

a. Keterampilan Intelektual

Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang

berinteraksi dengan lingkungannyadengan penggunaan simbol-

simbol atau gagasan-gagasan. Aktivitas belajar keterampilan

intelektual ini sudah dimulai sejak tingkat dasar dan dilanjutkan

sesuai dengan perhatian dan kemampuan intelektual seseorang.

b. Strategi kognitif

Adalah suatu macam keterampilan intelektual khusus yang

mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar dan berpikir. Dalam

teori belajar modern, suatu strategi kognitif merupakan suatu

proses kontrol, yaitu suatu proses internal yang digunakan siswa

(orang yang belajar) untuk memilih dan mengubah cara-cara

memberikan perhatian, belajar, dan mengingat.45

c. Informasi Verbal

Informasi verbal juga disebut pengetahuan verbal,

pengetahuan verbal ini disimpan sebagai jaringan proposisi-

proposisi. Nama lain untuk pengetahuan verbal adalah

pengetahuan deklaratif. Informasi verbal diperoleh sebagai hasil

belajar di sekolah/madrasah, dan juga dari kata-kata yang

diucapkan orang, mendengar dari radio, melihat televisi atau

media lainnya.
45
Ibid, hlm. 122

24
d. Sikap

Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat

mempengaruhi prilaku seseorang terhadap benda, kejadian-

kejadian, atau makhluk hidup lainnya. Sekelompok sikap yang

penting ialah sikap kita terhadap orang lain.

Ada pula sikap-sikap yang sangat umum sifatnya, yang

biasanya disebut nilai-nilai. Sikap-sikap ini ditujukan pada prilaku

social seperti kejujuran, dermawan, dan istilah yang lebih umum

moralitas.46

e. Keterampilan Motorik

Keterampilan motorik tidak hanya mencapuk kegiatan fisik,

melainkan juga kegiatan motoric yang digabung dengan

keterampilan intelektual, misalnya membaca, menulis, dan

memainkan instrumen musik.47

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai peserta didik dipengaruhi oleh dua

faktor utama, yaitu faktor kemampuan peserta didik dan faktor

lingkungan. Faktor-faktor tersebut secara global dapat diuraikan dalam

dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.48

a. Faktor Internal

46
Ibid, hlm. 123
47
Ibid, hlm. 124
48
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
hlm. 54

25
Adalah faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik. Yang

termasuk kedalam faktor ini adalah:

1. Faktor Jasmani

Yaitu meliputi:

a. Faktor Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan

beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit.

Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan

peserta didik berpengaruh terhadap belajarnya. Proses

belajar peserta didik akan tergaggu apabila kesehatannya

terganggu,selain itu ia juga akan cepat lelah, dan kurang

bersemangat.

b. Cacat Tubuh

Yaitu sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau

kurang sempurna mengenai tubuh/badan.

2. Faktor Psikologis

Yaitu meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,

kematangan dan kesiapan peserta didik.

a. Intelegensi

Adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis.

Pertama, kecakapan untuk menghadapi dan

menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat

dan efektif. Kedua, kecakapan untuk

26
mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak

secara efektif. Ketiga, kecakapan untuk mengetahui

relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

b. Perhatian

Menurut Gazali, adalah keaktifan jiwa yang

dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu

objek atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin

hasil belajar yang baik, maka peserta didik harus

mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya,

jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka

timbullah kebosanan, sehingga ia tidak suka lagi belajar.

c. Minat

Adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat

besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bilah bahan

pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat

peserta didik, peserta didik tidak akan belajar dengan

sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik bagi dirinya.

d. Bakat

Adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu

baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata

setelah belajar dan berlatih. Jadi jelaslahbahwa bakat itu

mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang

27
dipelajari peserta didik sesuai dengan bakatnya, maka

hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan

pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajar.

e. Motif

Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang

akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat

disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan

tersebut perlu berbuat, sedangkan berbuat adalah motif itu

sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.

f. Kematangan

Adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan

seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk

melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum

berarti peserta didik dapat melaksanakan kegiatan secara

terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan

pelajaran.

g. Kesiapan

Adalah kesediaan untuk memberi respon atau reaksi.

Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga

berhubungan dengan kematangan, karena kematangan

berarti kesiapan untuk melaksanakan suatu kecakapan.

Kesiapan itu perlu diperhatikan dalam proses belajar,

28
karena jika peserta didik belajar dan pada dirinya sudah

ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

3. Faktor Kelelahan

Faktor ini meliputi kelelahan jasmani mauppun rohani.

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh

dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh.

Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya

kelesuan dan kebosanan, sehingga berakibat hilangnya

dorongan untuk belajar atau menghasilkan sesuatu.

b. Faktor Eksternal

Yaitu faktor yang berasal dari luar peserta didik, yang

termasuk kedalam faktor eksternal adalah:

1. Faktor Keluarga

Peserta didik yang belajar akan menerima pengaruh dari

keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota

keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi

keluarga.

2. Faktor Sekolah/Madrasah

Faktor sekolah yang mempengaruhi hasil belajar ini

meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan

peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik lainnya,

disiplin sekolah/madrasah, waktu sekolah/madrasah, standar

pelajaran dan keadaan gedung, dan metode belajar.

29
3. Faktor Masyarakat

Masyarakat sangat berpengaruh terhadap proses belajar

peserta didik karena keberadaan peserta didik dalam

masyarakat, seperti kegiatan peserta didik dalam masyarakat,

media masyarakat, teman bergaul peserta didik dan kehidupan

masyarakat itu sendiri.49

C. Kajian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dikemukakan

beberapa hasil penelitian terdahulu sehingga dapat menjadi bahan untuk

memperkaya bahan kajian dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari

penelitian terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul

yang samaseperti judul penelitian penulis. Namun penulis mengangkat

beberapa penelitian sebagai bahan referensi dalam memperkaya bahan

kajian pada penelitian penulis. Berikut merupakan beberapa penelitian

terdahulu yang terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis:

Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian


Musyrif Kamal Sistem Pendidikan Upaya Pondok pesantren
Jaaul Haq Pondok Pesantren Anwarul huda dalam
(2015) Dalam meningkatkan Life Skills santri
Meningkatkan Life adalah dengan menerapkan model
Skills Santri (Studi pendidikan Pesantren yang
Kasus Di Pondok mengintegrasikan sistemnya
Pesantren Anwarul dengan berbagai model
Huda Karang Besuki kecakapan hidup dan mencoba
Malang) meningkatkannya dengan
melaksanakan program yang
mendukung peningkatan Life
skills santri, baik secara
personal,akademik,social maupun
49
https://www.asikbelajar.com/faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar (diakses pada 9
september 2020, pukul 14:20).

30
vokasional.
Perbedaan: Penelitian yang dilakukan oleh Musyrif Kamal Jaaul Haq
membahas tentang Life Skills sedangkan penulis membahas tentang hasil
belajar, kemudian waktu penelitiannya juga berbeda.
Sumber: hasil kajian penulis, 2020.

Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian


M. Faizud Sistem Pendidikan Sistem Pendidikan di Pondok
Darroni (2018) Pondok Pesantren Pesantren MAS dalam
Dalam Membentuk membentuk karakter kemandirian
Karakter santri adalah dengan menciptakan
Kemandirian Santri model pendidikan pesantren
Di Pondok Pesantren dengan menggunakan sistem
MAS Dungduro yang terpadu dan terencana yang
Taman Sidoarjo menuntut semua komponen
Pondok Pesantren.
Perbedaan: Penelitian yang dilakukan oleh M. Faizud Darroni pada Tahun
2018, membahas tentang pembentukan karakter dan kemandirian,
sedangkan penulis membahas tentang hasil belajar, dan waktu
penelitiannya juga berbeda.
Sumber: hasil kajian penulis

Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian


Nofiyani Upaya Hasil belajar siswa kelas VII MTs
(2017) Meningkatkan Hasil Al-hasanah Medan masih rendah
Belajar siswa sebelum diterapkannya model
Dengan Model pembelajaran kooperatif tipe
Pembelajaran investigasi kelompok. Respon
Kooperatif Tipe siswa setelah menggunakan
Investigasi model pembelajaran kooperatif
Kelompok Pada tipe investigasi kelompok yaitu
Mata Pelajaran Fiqih anak sudah mampu
Materi Pokok Shalat menginvestigasi atau mencari
Jum’at Di Kelas VII tahu masalah yang ada dalam
Di MTs Al-hasanah materi dan mencari jawaban atas
Medan. materi yang telah diberikan.
Perbedaan: Nofiyani melakukan penelitian yang titik fokusnya adalah
model pembelajaran sekolah (MTs. Al-hasanah, Medan), sedangkan
penulis lebih memfokuskan sistem pendidikan pondok pesantren.
Sumber: Hasil kajian penulis

D. Kerangka Berfikir

Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia

memiliki banyak kekurangan yang mengakibatkan ketertinggalan

31
pengetahuan baik secara akademik ataupun output yang dihasilkan oleh

pondok pesantren.

Minat masyarakat terhadap pondok pesantren kian bertambah, namun

apabila tidak diiringi oleh kemajuan dalam hal sistem pendidikan yang

dapat menjadi acuan untuk berkembangnya peserta didik di sebuah

Pondok Pesantren, maka akan muncul keraguan akan kredibiltas Pondok

Pesantren tersebut.

Oleh karena itu dibutuhkan sebuah sistem pendidikan yang dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik, guna menunjang keberhasilan

peserta didik dalam bersaing di era globalisasi seperti sekarang.

E. Hiposkripsi Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dapat diambil sebuah hipotesis bahwa

pentingnya menerapkan sebuah sistem pendidikan yang baik guna

meningkatkan hasil belajar di sebuah Pondok Pesantren.

32
BAB III

METODE PENELITIAN

1. Objek Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Pondok Pesantren An-nur Buntet

Pesantren Cirebon yang berada di desa Munjul, Blok Buntet pesantren,

Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat,

Indonesia.

Kabupaten Cirebon sendiri terletak di wilayah pantura, berbatasan

langsung dengan Jawa Tengah, yang pusat pemerintahannya di Kecamatan

Sumber. Luas wilayah Kabupaten Cirebon sendiri yakni 990,36 km2.

Dengan jumlah penduduknya sekitar 2.162.179 jiwa.50

2. Metode Penelitian

Pada dasarnya metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal

50
id.m.wikipedia.org/wiki/kabupaten Cirebon (diakses pada pukul 09:11, 27 september 2020)

33
tersebut terdapat empat kata kunci yang harus diperhatikan yaitu, cara

ilmiah, data, tujuan dan kegunaan.51

3. Metode Penelitian Kualitatif

Dalam skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif

yang dirasa lebih efisien dalam meneliti sistem pendidikan pondok

pesantren dalam meningkatkan hasil belajar santri di Pondok Pesantren

An-nur Buntet Pesantren Cirebon.

Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller dalam bukunya

Moleong, menyatakan bahwa pada mulanya bersumber pada sebuah

pengamatan kualitatif.52

Penelitian kualitatif (Qualitative Research) bertolak dari filsafat

kontruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak,

interaktif dan suatu pertukaran pengalaman social a shared social

experience yang diinterpretasikan oleh individu-individu.53

Sementara itu menurut Sugiono, Metode penelitian kualitatif adalah

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post positivisme,

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana

peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber dan

data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data

dilakukan dengan triangulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif

51
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2009) hlm. 2
52
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi,(Bandung: Rosdakarya, 2013) hlm.
2-4
53
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2001) hlm.
94

34
atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada

makna daripada generalisasi.54

Adapun ciri-ciri penelitian kualitatif adalah :

a. Mempunyai latar alami (the natural setting)sebagai sumber

data langsung dan peneliti merupakan instrument kunci.

b. Bersifat deskriptif, yaitu memberikan situasi tertentu dan

pandangan tentang dunia secara deskriptif.

c. Lebih memperhatikan proses daripada hasil atau produk

semata.

d. Cenderung menganalisa data secara induktif.

e. Makna merupakan esensial.55

Sebagaimana dikemukakan dalam penelitian kualitatif instrumennya

adalah orang atau peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi Instrumen,

maka peneliti harus memiliki bekal berupa teori dan wawasan yang luas,

sehingga mampu bertanya, menganalisis dan mengktontruksi situasi social

yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.

4. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan paradigma naturalistik, dengan cara

mengumpulkan data yang dilakukan oleh peneliti sendiri dengan

memasuki lapangan. Peneliti menjadi instrument utama yang terjun ke

lokasi serta berusaha sendiri mengumpulkan informasi melalui observasi

dan wawan cara.56


54
Sugiono, Op. Cit. hlm. 15
55
Noeng muhajir, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996) hlm. 27
56
Nasution, Penelitian Naturalistik (Bandung: Rineka Cipta, 1996) hlm. 17

35
Pada penelitian ini data yang terkumpul utamanya dalam bentuk kata-

kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan

lain-lain. Data tersebut diperoleh melalu kegiatan mengamati dan

interview serta pencatatan.57

Jenis data yang terkumpul berupa dokumentasi buku pedoman santri,

yang berisi profil, sejarah, visi dan misi Pondok Pesantren. Dokumentasi

yang lain terdapat pula arsip kegiatan Pondok Pesantren, dokumentasi

wawancara dan interview dengan pengasuh Pondok Pesantren, santri

Pondok Pesantren, dan pengurus Pondok Pesantren.

5. Unit Analisis

Unit analisis merupakan salah satu komponen dari penelitian kualitatif.

Secara fundamental, unit analisis berkaitan dengan masalah penentuan apa

yang dimaksud dengan kasus dalam penelitian. Dalam studi kasus klasik,

kasus mungkin bisa berkenaan dengan seseorang atau kelompok, sehingga

perorangan atau kelompok merupakan kasus yang akan dikaji dan individu

atau kelompok tersebut unit analisis primernya.58

Berdasarkan unit analisis di atas dapat disimpulkan bahwa unit analisis

adalah subjek yang akan diteliti kasusnya. Dengan demikian unit analisis

dalam penelitian ini adalah Pondok Pesantren An-nur Buntet Pesantren

Cirebon.

6. Teknik Pengumpulan Data

57
Lexy J. Moleong, Op. Cit. hlm. 157
58
Robert K Yin, Studi Kasus Desain & Metode, (Depok: Rajagrafindo Persada, 2014), hlm. 30

36
Untuk memperoleh data yang dikehendaki sesuai dengan permasalahan

dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan metode-metode sebagai

berikut:

1. Metode Observasi

Observasi disebut juga sebgai pengamatan, yang meliputi kegiatan

pemantauan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan

seluruh alat indera.59

Terdapat dua prinsip pokok yang mencirikan teknik observasi

dalam tradisi kualitatif. Pertama, observer kualitatif tidak boleh

mencampuri urusan subjek penelitian. Kedua, observer kualitatif harus

menjaga sisi alamiah dari subjek penelitian.60

Persoalan yang masih mengganjal di seputar observasi adalah

menyangkut validitas temuan, karena dalam pemaparan temuan

observasi biasanya terdapat bias interpretasi periset. Untuk mengurangi

hal ini dapat ditempuh dengan beberapa cara. Cara yang lazim ialah

memperpanjang tempo pengamatan. Cara lainnya missal tidak

menggunakan observer tunggal, tetapi observer jamak. Ada juga cara

lain, yakni memberikan pemaparan laporan penemuan studi dengan

menggunakan verisimilitude yakni gaya tulisan yang mendekatkan

pembaca kepada subjek yang ditulis. Untuk menghindari bias

59
Suharsini Ari Kunto, Metode Penelitian: Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 156
60
Agus Salim, Teori Dan Paradigma Penelitian Sosial: Buku Sumber Untuk Penelitian Kualitatif,
Edisi Kedua, (Yogyakarta: Tiara wacana, 2006), hlm. 14

37
interpretasi periset, laporan harus ditulis dalam gaya deskriptif dan

bukan interpretatif.61

Metode ini digunakan untuk mengetahui lokasi dan aktifitas

Pondok Pesantren sehingga kegiatan penelitian ini berjalan dengan

baik, kemudian Pondok Pesantren juga mendukung dan tidak merasa

terganggu dengan adanya acara penelitian ini.

2. Metode Interview (Wawancara)

Metode interview yang disebut dengan wawancara atau kuisioner

lisan, adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk

memperoleh informasi dari terwawancara.62

Karena data dalam penelitian kualitatif lebih berupa kata-kata,

maka wawancara menjadi perangkat yang sedemikian rupa pentingnya.

Setidaknya ada dua jenis wawancara, yakni wawancara terstruktur dan

wawancara tak terstruktur. Dalam wawancara terstruktur, bahan-bahan

wawancara disiapkan secara ketat. Sebaliknya, wawancara tak

terstruktur menghindari ketatnya struktur bahan. Belakangan muncul

pula model wawancara kelompok (grup interview), yang kemudian

melahirkan model pengambilan data dengan teknik focus faktor

pengganggu sehingga apabila terjadi hal yang sedemikian ia pasti

dapat menyadarinya serta dapat mengatasinya.63

3. Metode Dokumentasi

61
Ibid,hlm. 15
62
Suharsini Ari Kunto, Op. Cit, hlm. 155
63
Moleong, Op. Cit, hlm. 9

38
Dokumenter berasal dari kata dokumen yang berarti barang-barang

tertulis. Dimana dalam melaksanakan teknik dokumenter, penelitian

menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,

dokumen, peraturan-peraturan notulen rapat, catatan harian dan

sebagainya.64

Metode dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan

menyelidiki, bagan, struktur organisasi, grafik, arsip-arsip dan lain-

lain. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang jumlah

tenaga kependidikan, jumlah santri dan santriwati.65

Jadi, metode dokumentasi adalah metode yang mengumpulkan

data-data tertulis yang terdapat dilapangan, dengan tujuan untuk

mengetahui keadaan objek baik yang telah lalu, sekarang dan prediksi

yang akan datang.

7. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisa data yang telah diperoleh melalui observasi,

wawancara dan dokumentasi, maka penulis menggunakan teknik analisis

deskriptif kualitatif, yaitu pengumpulan data berupa kata-kata, bukan

angka-angka.

Dalam penelitian ini untuk menganalisis data yang sudah diperoleh

adalah cara deskriptif (non-statistik) yaitu penelitian dilakukan dengan

menggambarkan data yang diperoleh dengan kata-kata atau kalimat yang

dipisahkan untuk kategori untuk memperoleh kesimpulan yang dimaksud

64
Suharsini Ari Kunto, Op. Cit, hlm. 13
65
M. Amir, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Grafindo Persada, 1995), hlm. 94

39
untuk mengetahui keadaan sesuatu mengenai apa dan bagaimana, berapa

banyak, sejauh mana dan sebagaimana.66

Menurut bodgan dan biklen analisis data kualitatif merupakan upaya

yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data,

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensisnya,

mencari dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.67

Mendeskripsikan data kualitatif adalah dengan cara menyusun dan

mengelompokkan data yang ada, sehingga memberikan gambaran nyata

terhadap responden. Metode penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti

berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau metode statistik.68

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, peneliti menggunakan model

analisis interaksi atau interactive analysys models dengan langkah-langkah

yang ditempuh yaitu sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data

Dilaksanakan dengan cara pencarian data yang diperlukan terhadap

berbagai jenis data dan bentuk data yang ada dilapangan, kemudian

melaksanakan pencatatan data dilapangan.

2. Reduksi Data

Apabila data sudah terkumpul langkah selanjutnya adalah

mereduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal

66
Ibid, hlm. 30
67
Lexy J Moleong, Op. Cit, hlm. 248
68
Dedy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu komunikasi Dan Ilmu
Sosial Lainnya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 150

40
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya serta membuang yang tidak perlu.69Dengan demikian data

yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya dan mencarinya apabila diperlukan. Maka dalam penelitian

ini data yang diperoleh dari informasi kunci, yaitu pengasuh Pondok

Pesantren An-nur Buntet Pesantren Cirebon, Pengurus Pondok

Pesantren, Dewan Asatidz serta para santri, secara sistematis agar

memperoleh gambaran yang sesuai dengan tujuan penelitian.

3. Penyajian Data

Dalam hal ini miles dan huberman (1984) mengatakan yang paling

sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif

adalah dengan teks yang bersifat naratif.70Sedangkan data yang sudah

direduksi dan di klasifikasikan berdasarkan kelompok masalah yang

diteliti, sehingga memungkinkan adanya penarikan kesimpulan atau

verifikasi terhadap sistem pendidikan Pondok Pesantren dalam

meningkatkan hasil belajar santri (studi kasus di Pondok Pesantren An-

nur Buntet Pesantren Cirebon).

4. Verifikasi

Setelah dilakukan penyajian data, maka langkah selanjutnya adalah

penarikan kesimpulan yang didasarkan pada reduksi data yang

merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian.

69
Sugiono, Op. Cit, hlm. 338
70
Ibid, hlm. 95

41
Verifikasi merupakan rangkaian analisis data puncak. Meskipun

begitu, kesimpulan juga membutuhkan verifikasi selama penelitian

berlangsung. Verifikasi dimaksudkan untuk menghasilkan kesimpulan

yang valid. Oleh karena itu, ada baiknya sebuah kesimpulan ditinjau

ulang dengan cara memverifikasi kembali catatan-catatan selama

penelitian dan mencari pola, tema, model, hubungan dan persamaan

untuk diambil sebuah kesimpulan.71

71
Nasution, Op. Cit, hlm. 130

42
BAB IV

HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren An-nur

Pondok Pesantren An-nur didirikan pada tahun 1960, pendirinya

adalah KH. Nuruddin. Pada masa awal berdirinya Pondok Pesantren

An-nur sebenarnya dikarenakan kesibukan yang dialami oleh KH.

Achyad sebagai pedagang sekaligus pengasuh Pondok Pesantren

Hidayatul Mubtadiien Buntet Pesantren Corebon, sehingga tugas

kepengurusan dan pengajaran santri diserahkan kepada adiknya yaitu

KH. Nuruddin, kemudian dikarenakan semakin banyaknya santri yang

mengaji kepada KH. Nuruddin, maka KH. Nuruddin memutuskan

untuk mendirikan pondok sendiri dengan nama An-nur. Di Buntet

Pesantren sendiri terdapat banyak Pondok Pesantren yang awal proses

terbentuknya seperti ini.

Setelah wafatnya KH. Nuruddin, kemudian kepemimpinan Pondok,

diserahkan terhadap putranya yang bernama KH. Turmudzi Nuruddin.

43
Pada masa kepemimpinan beliau, jumlah santri terbilang masih sedikit

karena pengaruh KH. Turmudzi tidak sekuat ayahnya yaitu KH.

Nuruddin, namun masih tetap bertahan sehingga perlahan charisma

KH. Turmudzi dapat menyaingi ayahnya sehingga jumlah santri terus

meningkat.

Kepemimpinan Pondok Pesantren An-nur selanjutnya di dampuk

oleh KH. Farid Wajdi selaku menantu dari KH. Turmudzi,

kepemimpinan Pondok Pesantren biasanya diserahkan kepada putra

pengasuh itu sendiri, namun berbeda dengan yang terjadi di Pondok

Pesantren An-nur. Hal ini disebabkan putra dari KH. Turmudzi

dianggap belum matang baik dalam hal kepemimpinan, keilmuan, tata

organisasi ataupun kecakapan sosial, dikarenakan putra dari KH.

Turmudzi masih muda, maka KH. Farid Wajdi selaku menantu yang di

pasrahkan oleh KH.Turmudzi untuk melanjutkan kepemimpinan yang

dirasa lebih matang untuk menjadi sosok pemimpin.

Dibawah kepemimpinan KH. Farid Wajdi, Pondok Pesantren An-

nur berkembang pesat sehingga sampai sekarang banyak terjadi

perubahan yang signifikan terkain sistem pendidikan yang diterapkan,

tenaga pengajar yang kompeten serta fasilitas yang cukup memadai

walaupun belum bisa dikatakan sempurna.

Menurut KH. Farid Wajdi, nama An-nur sendiri dipilih karena

“ngalap berkah” terhadap sang pendiri yaitu KH. Nuruddin. Beliau

juga mengatakan bahwa nama An-nur berarti cahaya, yang memiliki

44
sebauh makna do’a terhadap santrinya yang diharapkan dapat menjadi

penenrang bagi masyarakat, bangsa, dan agama.72

2. Profil Pondok Pesantren

1. Latar belakang

Tantangan bangsa Indonesia semakin lama semakin berat, baik

tantangan ekstern maupun intern. Sebagai bangsa yang

mengutamakan kebersamaan dan persatuan, maka tentunya

tantangan tersebut bukan hanya tugas pemerintah saja, tetapi juga

harus dipikul dan di pecahkan oleh semua unsur bangsa termasuk

para ulama dan kelompok keagamaan lainnya.

Keberagaman dan keterpaduan itu penting, sebab dalam

kancah Negara-negara di dunia, Indonesia memang harus

menghadapi tantangan persaingan global dalam segala lini, baik

itu industry, ideology, politik, sosial budaya dan sector ekonomi

nasional. Untuk itu diperlukan sumber daya manusia yang dapat

menjawab permasalahan tersebut, dan tentu saja sumber daya

manusia tersebut haruslah memiliki dasar keimanan yang kuat

agar tidak menyalahgunakan kekuatan intelektualnya.

Secara intern bangsa kita juga memounyai tantanganyang tidak

kalah berat, perubahan sikap dan orientasi masyarakat di bidang

politik, ekonomi, sosial dan budaya perlu mendapat perhatian

khusus dari seluruh unsur bangsa. Kegagalan dalam

mengakomodir inisiatif dan aspirasi masyarakat akan menjadi


72
Interview dengan Pengasuh Pondok Pesantren An-nur pada tanggal 29 september 2020

45
ancaman serius bagi integrasi bangsa dan sebaliknya akan

mengakibatkan adanya friksi dan instabilitas nasional, akibatnya

pembangunan akan berjalan tersendat, bahkan akan terancam

gagal.

Kebersamaan dari berbagai pihak itu merupakan salah satu

cara yang harus dilakukan dalam mempersiapkan calon pemimpin

bangsa di masa mendatang, yaitu mempersiapkan para generasi

muda. Mencetak generasi muda berarti menyiapkan masa depan,

baik secara moril maupun materil. Secara moril, lembaga-lembaga

keagamaan yang secara intensif membimbing mental para pemuda

yang cukup banyak bertebaran di nusantara. Salah satu lembaga

penyiapan generasi muda itu adalah Pondok Pesantren.

Pondok Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam

milik swasta (ummat Islam) khususnya di Indonesia umumnya

didirikan oleh para jamaah ummat Islam dengan prakarsai

sekaligus dipimpin oleh seorang ulama/kyai. Sebagaiman

lembaga-lembaga pendidikan yang lain di Indonesia maka Pondok

Pesantren juga berperan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

sebagaimana amanat UUD 1945 dengan falsafah Pancasila.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka adanya sebuah lembaga

pendidikan yang multi dimensi (Pondok Pesantren) bagi generasi

muda Indonesia, mutlak diperlukan. Yaitu, lembaga yang secara

simultan menggarap kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak,

46
kecerdasan serta keterampilan bagi generasi muda. Karena

kesemuanya itu, pada hakikatnya merupakan hak para generasi

(anak) dan sekaligus merupakan kewajiban bagi generasi

pendahulu (orang tua).

Maka berdasarkan niatan yang luhur dan mulia itulah, pada

Tahun 1960, Pondok Pesantren An-nur didirikan di Buntet

pesatren Cirebon, dengan maksud untuk memanfaatkan

sumberdaya intelektual yang terdapat di Buntet pesantren Cirebon

yang dikenal sebagai tempat pendidikan bahkan sejak sebelum

kemerdekaan Indonesia.

2. Visi

Terbentuknya santri yang berilmu, beriman, berakhlakul karimah

dan terampil.

3. Misi

1) Mendidik nilai-nilai keimanan kepada Allah SWT.

2) Menanamkan nilai-nilai spiritual, intelektual, emosional untuk

menjadi santri yang terampil, inovatif dan kreatif.

3) Mewujudkan penguasaan sains, teknologi informatika,

teknologi komunikasi untuk kemaslahatan ummat.

4) Menanamkan Pendidikan yang berorientasi pada kemaslahatan

yang seluas-luasnya bagi lingkungan dan masyarakat.

5) Mewujudkan suasana belajar yang berlandaskan paham

ahlussunnah wal jama’ah an-nahdliyah.

47
4. Dasar Pendirian

1) Perintah Allah SWT, dalam Al-qur’an khususnya dalam surat

At-taubah ayat 122 yang mewajibkan jihad fiisabilillah.

2) Sabda Rasulullah SAW. Yang membahas tentang hak-hak

anak yang merupakan kewajiban orang tua.

3) Undang-undang tentang Pendidikan Nasional dan GBHN yang

menyangkut prinsip-prinsip Pendidikan.

5. Tujuan

1) Menjadikan Pondok Pesantren An-nur sebagai pusat

pembelajaran, pelatihan dan pengembangan diri.

2) Menjadikan Pondok Pesantren An-nur sebagai penerapan

ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari.

3) Menjadikan santri yang berakhlakul karimah.

4) Menjadikan santri yang mampu berkomunikasi dengan bahasa

asing.

5) Membentuk santri yang mempunyai jiwa kepemimpinan.

6) Menumbuhkan kepercayaan terhadap Pondok Pesantren An-

nur.

3. Sasaran

1. Para generasi muda, terdiri dari para pelajar, mahasiswa atau para

remaja islam.

2. Masyarakat umum dari kaum muslimin dan muslimat yang ingin

mendalami agama Islam dan meningkatkan ketakwaan.

48
4. Proyeksi Dan Orientasi Program

Pondok Pesantren An-nur di proyeksikan untuk Pondok Pesantren

berdimensi ganda. Dari sisi Pendidikan keagamaan, Pondok Pesantren

An-nur tetap menggunakan sistem salafiah. Di sisi lain, Pondok

Pesantren An-nur diproyeksikan bereperan pula sebagai pusat kajian

Pesantren serta pengembangan keterampilan santri dan masyarakat

umum. Diharapkan Pondok Pesantren An-nur dapat berperan sebagai

lembaga pemberdayaan kehidupan masyarakat sebagaimana

diharapkan oleh Bangsa dan Agama.

Beberapa paket program dan workshop yang menurut rencana akan

menjadi agenda kegiatan Pondok Pesantren An-nur adalah

keterampilan jurnalistik, pembinaan usaha kecil, kesenian,

kewiraswastaan dan keterampilan lainnya.

5. Kegiatan

1) Pendidikan agama dan pengembangan Islam :

a. Msdrasah Diniyah (Dirosah) dari tingkatan awaliyah sampai

aliyah.

b. Majelis Ta’lim untuk masyarakat umum (remaja Islam).

c. Kajian berbagai masalah islam dengan sistem musyawarah dan

bahtsul masail.

2) Gerakan amal shalih dan kegiatan sosial

a. Gerakan Zakat, Infaq dan Shodaqoh.

49
b. Pendayagunaan dana ummat untuk kegiatan sosial dan

ekonomi.

c. Gerakan santunan untuk anak yatim, fakir miskin dan kaum

dhuafa.

3) Latihan dan keterampilan

a. Kursus bahasa arab, bahasa inggris, matematika dan

keterampilan komputer dan jurnalistik.

b. Pendidikan dan pelatihan manajemen dan keterampilan kerja.

c. Pelatihan praktik ubudiyah seperti pelatihan manasik haji,

praktik mengurus jenazah dan sebagainya.

4) Kegiatan sosial dan ekonomi

a. Memebentuk koperasi Pondok Pesantren.

b. Kerjasama dengan berbagai pengusaha baik pemerintah

ataupun swasta.

B. Paparan Hasil Penelitian

1. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren An-nur Buntet Pesantren

Cirebon Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Santri

Pondok Pesantren An-nur merupakan lembaga Pendidikan Islam

yang diasuh oleh KH. Farid Wajdi ini menjadi salah satu Pondok

Pesantren yang diperhitungkan di daerah Cirebon khususnya di Buntet

pesantren yang kental akan sejarah kependidikan bahkan sejak

sebelum Indonesia merdeka. Dengan sejarah kependidikan yang begitu

erat dengan buntet pesantren, maka tentu saja Pondok Pesantren An-

50
nur menjadi magnet bagi para santri dari berbagi daerah untuk

menimba ilmu di Pondok Pesantren An-nur.

Fenomena di atas menunjukkan kepercayaan masyarakat luas

terhadap pendidikan Pondok Pesantren sangat tinggi. Hal ini ditunjang

dengan lokasi yang asri dan strategis, Pondok Pesantren An-nur juga

menawarkan kebersihan sebagai suatu keunggulan, dimana biasanya

Pondok Pesantren mendapat label “jorok”. Hal-hal inovatif terus

dilakukan oleh Pondok Pesantren An-nur guna memberikan

kenyamanan, keamanan dan ketertiban agar santri dapat fokus dalam

proses belajar sehingga mendapatkan hasil belajar yang optimal.

Pondok pesantren An-nur juga berusaha membekali para santrinya

dengan kecakapan dalam bidang keagamaan, sosial, budaya dan

akademik.

Sistem pendidikan yang diterapkan oleh Pondok Pesantren An-nur

secara langsung telah terintegrasi dengan berbagai usaha pencapaian

hasil belajar yang optimal untuk santri, yang terbagi dalam beberapa

ranah, yaitu ranah afektif, kognitif dan psikomotorik.

Dari sistem pendidikan yang ada di Pondok Pesantren An-nur,

maka sistem yang ada di Pondok Pesantren An-nur dapat

diaktualisasikan sebagai berikut :

a. Aktualisasi Pondok Pesantren An-nur dalam meningkatkan hasil

belajar santri dalam ranah afektif

51
Hasil belajar afektif berarti hasil belajar yang berupa sikap atau

prilaku santri. Dalam hal ini Pondok Pesantren An-nur menanamkan

rasa tanggung jawab, kedisiplinan serta kemuliaan akhlak terhadap

santrinya dengan cara mengajarkan kitab-kitab klasik yang

menerangkan tentang pendidikan akhlak dan tauhid seperti akhlaqul

banin, tijan darori,aqidatul awam, fathul majid,minaahussaniyah

dan lain sebagainya.

Pondok Pesantren An-nur juga mengadakan pengajian rutin

yang disebut dirosah, guna memberikan pengetahuan secara

mendalam kepada para santri khususnya dalam hal pengetahuan

agama. Dirosah terbagi menjadi tiga tingkatan yang diberlakukan

oleh Pondok Pesantren An-nur, yaitu tingkat satu (ibtida), tingkat

dua (wustho) dan tingkat tiga (aliyah), dengan masing-masing satu

mustahiq (wali kelas) di setiap tingkatan.

Tata tertib yang diberlakukan oleh Pondok Pesantren An-nur

juga dapat menanamkan rasa tanggung jawab dan disiplin kepada

para santri, dengan adanya sanksi yang sepadan apabila melanggar

peraturan tersebut. Misalnya, santri yang masih dibawah umur tidak

diperbolehkan merokok, dan apabila melanggar maka akan dicukur

rambutnya sampai habis atau dalam istilah santri dikenal dengan

“dibotak”.

“aku ning kene wis rong taun kang,lamon ana santri sing
nglanggar aturan pondok ya ana hukumane, supaya santrine kapok,
lamon santri kuen nglanggar aturan sing pada ya hukumane
tambah abot,misale ana bocah mts sing ngudud, kan dibotak, trus

52
ngudud maning, ngkoe di denda, dendae kongkon tuku wipol siji,
terus kongkon berseni kolah”73

Yang artinya “saya disini sudah dua tahun mas,kalau ada santri
yang melanggar peraturan Pondok, dia akan dikenakan sanksi agar
memberikan efek jera, kalau santri tersebut melanggar peraturan
yang sama, maka akan dikenakan sanksi yang lebih berat, misalnya
ada siswa yang masih duduk di bangku madrasah tsanawiyah (MTs)
merokok, kemudian disanksi dengan cara “dibotak”, kemudian
santri tadi kembali merokok (melanggar peraturan yang sama, yaitu
dilarang merokok bagi anak dibawah umur), sanksinya ditambah
denda berupa harus membeli wipol ( salah satu merk deterjen
pembersih lantai) sebanyak satu buah kemudian dia juga harus
membersihkan kamar mandi”.

b. Aktualisasi Pondok Pesantren An-nur dalam menigkatkan hasil

belajar santri dalam ranah kognitif.

Pondok Pesantren An-nur sebagai lembaga Pendidikan tentu

saja menginginkan santrinya untuk dapat unggul dalam bidang

keilmuan.

Dalam hal ini Pondok Pesantren An-nur menerapkan beberapa

metode pengajaran, diantaranya :

1) Sorogan

Sebagaimana telah diungkapkan pada BAB II (Landasan

Teori) metode sorogan adalah metode yang umum diterapkan di

Pondok Pesantren khususnya Pondok Pesantren salafiyyah.

Kyai atau ustadz menjadi poros utama dalam metode ini,

sedangkan santri sebagai peserta didik akan dipanggil satu-

persatu untuk mengaji di depan sang kyai atau ustadz tersebut.

73
Interview dengan pengurus Pondok Pesantren An-nur Ahmad syarifuddin pada tanggal 1
oktober 2020.

53
Dalam sebuah wawancara dengan salah satu santri tingkat

dua dikatakan bahwasanya mereka menikmati metode sorogan

tersebut, karena mereka merasa diperhatikan khusus oleh

ustadznya, dan apabila ada kesalahan ketika mengaji, maka sang

ustadz bisa langsung untuk membenarkannya atau

mengarahkannya. Berikut ini wawancaranya :

“jare isun sih sorogan iku efektif, sebabe isun maune bli bisa
ngaji-ngaji acan, terus isun mondok ning kene dadie alon-alon
bisa ngaji, pas sorogan, isun ngrasa diperhatiaken ning
ustadze, terus lamon isun salah bisa langsung dibeneri ning
ustadze, dadi isun weruh apa sing salah apa sing bener.”74

Yang artinya : “menurut saya, sorogan itu efektif, dikarenakan


saya yang dahulunya tidak bisa mengaji samasekali perlahan
bisa mengaji, ketika sorogan saya merasa diperhatikan oleh
ustadznya, kemudian bila saya salah, maka sang ustadz bisa
langsung membenarkan kesalahan saya, sehingga saya dapat
mengetahui bagian mana yang salah dan bagian mana yang
benar.”

2) Weton

Wetonan adalah istilah yang biasa digunakan dalam Pondok

Pesantren untuk jenis pengajian yang berkala (dilakukan dalam

waktu tertentu). Wetonan adalah metode pengajian dimana

kyai atau ustadz mengkaji suatu kitab klasik dan para peserta

didik yang terdiri dari santri dan remaja muslim di sekitar

Pondok Pesantren An-nur bertugas mencerna pelajaran dari kyai

atau ustadz dengan cara “maknain”. Dan peserta didik berhak

mengajukan beberapa pertanyaan terkait pelajaran yang dikaji.

74
Interview dengan santri Pondok Pesantren An-nur Ghina sharapova pada tanggal 04 oktober
2020

54
Maknain adalah cara memaknai kitab dengan menulis huruf

arab dengan ejaan bahasa jawa (pegon).

Pondok Pesantren An-nur dalam meningkatkan hasil belajar

santri juga menerapkan metode pengajaran wetonan yang

dilakukan pada hari senin,kamis dan sabtu. Hari senin diisi

dengan pengajian kitab fathul majid, hari kamis kitab fathul

qorib, dan hari kamis diisi dengan pengajian kitab

minaahutssaniyyah.

c. Aktualisasi Pondok pesantren An-nur dalam meningkatkan hasil

belajar santri dalam ranah psikomotorik.

Pondok Pesantren An-nur mengadakan beberapa program untuk

meningkatkan hasil belajar santri pada segi psikomotorik. Yaitu :

1) Musyawarah

Pada setiap awal bulan, Pondok Pesantren An-nur

mengadakan musyawarah yang diikuti oleh seluruh santri guna

meningkatkan kecakapan dalam berbicara di depan umum serta

memberikan pengalaman nyata bagaimana memecahkan suatu

masalah yang terjadi di masyarakat, khususnya dalam masalah

keagamaan.

Sistem musyawarah yang diterapkan di Pondok Pesantren

An-nur tidak jauh beda dengan sistem musyawarah pada

umumnya, yakni ada moderator, notulen dan penyampaian

materi serta tim perumus yang bertugas untuk menengahi antar

55
musyawirin agar tidak terjadi debat kusir. Setiap bulannya

petugas musyawarah akan bergantian antar kelas, sehingga para

santri mendapatkan pengalaman secara merata.

Musyawarah terbukti efektif untuk meningkatkan mental

santri agar dapat mengemukakan pendapatnya secara bebas

namun tetap berada dalam etika yang baik. Ghina sharapova

adalah salah satu santri putri yang mondok di Pondok Pesantren

An-nur mengatakan :

“Bengen, isun bli wanih-wanih acan angkat tangan baka ana

soal sing guru, padahal isun weruh jawabane, tapi isin.”75

Yang berarti : “Dahulu, saya samasekali tidak berani untuk

mengangkat tangan kalau ada soal yang diberikan guru, padahal

saya mengetahui jawabannya, tetapi saya malu.”

2) Praktek Ibadah

Praktek ibadah ditujukan untuk mengetahui hasil belajar

santri secara nyata, agar dapat menyesuaikan materi yang bisa

diajarkan kepada para santri. Artinya seorang santri diwajibkan

untuk bisa melakukan ibadah secara nyata, bukan hanya sekedar

teorinya saja.

Pondok Pesantren An-nur mengajarkan para santrinya untuk

bisa melakukan ibadah yang biasa dilakukan oleh ummat islam

pada umumnya, seperti sholat lima waktu, sholat jum’at, sholat

75
Interview dengan santri Pondok Pesantren An-nur : Ghina sharapova pada tanggal 04 oktober
2020

56
jenazah, manasik haji dan lain sebagainya. Dan juga santri An-

nur diwajibkan untuk bisa melakukan ibadah yang sedikit dari

kalangan umum ummat islam yang bisa melakukannya, seperti

khutbah jum’at, praktek memimpin tahlil, mengurus jenazah dari

mulai mensholati, mengkafani, memandikan dan mengubur

jenazah. Hal ini dilakukan agar santri An-nur bisa menjadi

teladan dan unggul dalam hal keagamaan di masyarakat umum

nanti.

3) Olahraga dan Kesenian

Untuk menyalurkan bakat santri, Pondok Pesantren An-nur

juga mengadakan kegiatan olahraga seperti senam yang

dilakukan setiap hari jum’at pagi, dan mengikuti turnamen

olahraga antar pondok.

Kesenian juga tidak luput dari perhatian Pondok Pesantren

An-nur dalam meningkatkan hasil belajar santrinya dalam ranah

psikomotorik. Pondok pesantren An-nur mempunyai tim hadroh

sebagai bentuk apresiasi Pondok kepada santri yang gemar akan

kesenian.

Dengan diadakannya olahraga (senam) dan hadroh

(kesenian), santri An-nur diharapkan dapat menuangkan

kreativitasnya dalam segi olahraga dan kesenian secara lebih

mendalam.

4) Qiro’ah

57
Sistem Pendidikan yang diterapkan oleh Pondok Pesantren

An-nur dalam upaya untuk meningkatkan hasil belajar santri

secara psikomotorik juga memasukkan kegiatan qiro’ah yang

ditujukan untuk mengeluarkan potensi penuh dari para santri

agar dapat menjadi personal yang serba bisa, dan juga ahli dalam

hal baca tulis Al-Qur’an.

Pelatihan qiro’ah dilakukan setiap hari jum’at seusai shalat

jum’at agar tidak mengganggu kegiatan lainnya, karena hari

jum’at adalah hari libur yang diberlakukan oleh Pondok

Pesantren An-nur.

2. Faktor Pendukung Dan Penghambat Sistem Pendidikan Pondok

Pesantren An-nur Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Santri.

Pondok Pesantren dalam meningkatkan hasil belajar santrinya tidak

lepas dari faktor-faktor yang mendukung dan menghambat akan

adanya pembaharuan tersebut. Berikut ini akan dijelaskan bebebrapa

faktor yang menjadi pendukung dan penghambat sistem Pendidikan

Pondok Pesantren An-nur Buntet Pesantren Cirebon.

a. Faktor Pendukung

Faktor yang menjadi pendukung Pondok Pesantren An-nur

dalam meningkatkan hasil belajar santri diantaranya adalah :

1. Kemampuan Pengasuh

Kemampuan pengasuh dalam menjalin hubungan dengan

pihak luar pesantren, baik teman-teman beliau, pejabat maupun

58
keluarga menjadikan mudah dalam merealisasikan program-

program kerja dari sector finansial maupun sector SDM nya, dan

dengan adanya dukungan tersebut maka faktor yang menjadi

penghambat akan segera bisa diatasi. Menurut pengamatan

penulis, pengasuh Pondok Pesantren An-nur (KH. Farid Wajdi)

benar-benar mampu menjalin hubungan dengan banyak pihak.

Seperti NU, masjid jami’ Buntet Pesantren, kerjasama dengan

Bank Mandiri, Baznaz dan lain-lain. Ini salah satu bukti bahwa

pengasuh Pondok Pesantren An-nur benar-benar mempunyai

kemampuan untuk menjalin hubungan dengan pihak luar.76

2. Pemimpin yang kuat dan bervisi

Kepemimpinan merupakan salah satu faktor penting yang

mempengaruhi berhasil atau tidaknya sebuah organisasi.

Demikian juga Pondok Pesantren, keberadaan seorang kyai

merupakan salah satu elemen penting dalam menggerakkan

aktivitas di Pondok Pesantren tersebut.77

Dalam kemajuan di dunia Pesantren, Pesantren sangat

membutuhkan sosok pemimpin yang kuat sehingga dapat

membawa Pesantren tersebut untuk melakukan perubahan ke-a

rah yang baik.. Pemimpin Pondok Pesantren An-nur ini adalah

pemimpin yang kuat dan bervisi. Kuat dalam artian memiliki

76
Interview dengan sekretaris yayasan Pondok Pesantren An-nur : Fia Nurul alfiyah pada tanggal
06 oktober 2020
77
Interview dengan Pengasuh Pondok Pesantren An-nur : KH. Farid Wajdi pada tanggal 07
oktober 2020

59
pendirian yang kuat dan memiliki visi yang jelas untuk gambaran

membawa Pondok Pesantren An-nur ke masa depan yang jelas

dan terencana.

3. Sarana dan prasarana

Kebutuhan sarana dan prasarana sangat penting bagi

peningkatan profesionalisme santri guna untuk meningkatkan

hasil belajar santri. Oleh karena itu Pondok Pesantren An-nur

selalu berusaha untuk menambah ataupun mengembangkan

sarana dan prasarana pendidikan dan fasilitas lainnya guna

meningkatkan hasil belajar santri sehingga tujuan yang hendak

dicapai lebih mudah terwujud.

Sarana dan prasarana Pendidikan yang tersedia di Pondok

Pesantren An-nur adalah :

1) Ruang belajar (gedung madrasah diniyah)

2) Asrama putra-putri

3) Ruang perpustakaan

4) Musholla

5) Gedung aula

6) Dapur umum santri

7) Kantin

8) Koperasi pesantren

9) Lapangan badminton

10) Perlengkapan hadroh

60
Sebagaimana yang disampaikan oleh ketua pengurus putra

Pondok Pesantren An-nur Muhammad Iqbal kepada penulis :

“kami ingin meningkatkan hasil belajar para santri, sarana


dan prasarana jelas dibutuhkan dalam hal ini. Adanya sarana
dan prasarana yang tersedia di Pondok ini sangat mendukung
untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Selain itu kami
juga ingin para santri dapat mengembangkan bakatnya secara
optimal di segala bidang, makanya kami mengadakan
beberapa kegiatan yang mendukung untuk para santri dapat
mengembangkan bakatnya, seperti qiro’ah atau kesenian
hadroh.”78

Kegiatan yang mendukung agar sarana dan prasarana dapat

digunakan secara optimal dalam meningkatkan hasil belajar

santri juga merupakan keunggulan dari sistem pendidikan yang

diterapkan oleh Pondok Pesantren An-nur.

4. Kurikulum

Dalam program pengembangan kurikulum Pendidikan ini

selalu ada perubahan setiap tahunnya agar dapat menyesuaikan

dengan trend yang ada di masyarakat.

“untuk periode depan, kami sudah mencanangkan program


ziaroh walisongo yang akan diikuti oleh seluruh santri guna
meningkatkan kedekatan santri secara spiritual dengan Allah
SWT, dan agar para santri dapat mendapat penyegaran secara
spiritual mengingat pandemi covid -19 yang sangat
meresahkan sehingga menyurutkan minat belajar santri.”79

Pondok Pesantren An-nur selalu progresif dalam

mengembangkan kurikulum pendidikannya dengan terus

mengikuti perkembangan IPTEK yang ada saat ini. Pondok

78
Interview dengan ketua santri Pondok Pesantren An-nur : Muhammad Iqbal pada tanggal 12
oktober 2020
79
Interview dengan salah satu dari dewan Asatidz Pondok Pesantren An-nur : Ust. Ahmad Faiz
pada tanggal 11 oktober 2020

61
Pesantren An-nur juga selalu berusaha melihat peluang

pendidikan yang sedang diminati oleh masyarakat sekarang,

sehingga dapat menghasilkan hasil belajar yg terus membaik

secara signifikan.

Selain inovasi berupa wisata religi, Pondok Pesantren An-nur

juga mengadakan kursus-kursus agar para santri dapat unggul

dalam bidang akademik baik di madrasah diniyah ataupun di

sekolah. Untuk pelaksananya yakni kursus matematika pada hari

senin, kursus bahsa inggris pada hari kamis dan kursus bahasa

arab pada hari sabtu.

5. Faktor lingkungan dan masyarakat

Faktor lingkungan dan masyarakat di sekitar Pondok

Pesantren An-nur bisa sangat berpengaruh bagi keberlangsungan

sistem pendidikan di Pondok Pesantren.

“selain faktor internal seperti pengasuh dan kyai,peran


masyarakat tentu sangat penting, karena menengok sejarah
Buntet Pesantren sendiri yaitu sebagai salah satu pusat
pendidikan Islam di Cirebon bahkan jauh sebelum Indonesia
merdeka, tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi para santri
yang ingin menimba ilmu keagamaan disini.”80

Berdasarkan hasil wawancara di atas, Pondok Pesantren An-

nur tidak lepas tonggak sejarah Buntet Pesantren itu sendiri,

sehingga peserta didik (santri) tidak ragu akan kualitas

pendidikan di Pondok Pesantren An-nur yang memicu semangat

belajar yang tinggi agar mendapatkan hasil belajar yang optimal,


80
Interview dengan Pengasuh Pondok Pesantren An-nur : KH. Farid Wajdi pada tanggal 07
oktober 2020

62
serta Pondok Pesantren An-nur juga telah mendapat dukungan

penuh dari masyarakat sekitar.

b. Faktor Penghambat

Ada beberapa faktor penghambat dalam sistem pendidikan di

Pondok Pesantren An-nur dalam meningkatkan hasil belajar santri,

antara lain :

1) Faktor tenaga pengajar

Tenaga pengajar mempunyai pengaruh yang besar terhadap

hasil belajar santri, sebab hasil belajar santri tidak akan

meningkat jika profesionalisme tenaga pengajar juga tidak

ditingkatkan.

“kalau di sini (Pondok Pesantren An-nur) itu sebenarnya


kekurangan tenaga pengajar,jadi kami kesulitan memecah
kelas menjadi lebih kecil, kan biasanya di pondok lain itu
ada 6 tingkatan, sedangkan kalau disini Cuma ada 3
tingkatan.”81

Masalah kekurangan tenaga pengajar sebenarnya dapat

disiasati dengan mendatangkan pengajar dari luar, namun itu

sangat diminimalisir oleh pihak Pondok, dikarenakan untuk

menghindari perbedaan paham dan aliran.

2) Faktor santri

Santri yang menetap di Pondok Pesantren An-nur mayoritas

masih remaja yang masih dalam tahap pemberontakan,

akibatnya banyak santri yang sering keluar masuk tanpa izin,

81
Interview dengan ketu Pondok Pesantren An-nur : Muhammad Iqbal pada tanggal 12 oktober
2020

63
dengan berbagai alasan, atau merokok, walau sudah diberikan

hukuman yang setimpal, namun masih ada saja santri yang

melanggarnya. Keadaan seperti ini sangat berpengaruh sekali

terhadap proses peningkatan hasil belajar, sebab dengan

kebiasaan mereka untuk melanggar peraturan Pondok,

tentunya mereka akan semakin berani untuk melakukan

tindakan yang bisa menyebabkan kemrosotan hasil belajar.

Misalnya, dengan kebiasaan keluar masuk tanpa izin, otomatis

mereka sering tidak mengikuti pengajian.

“sangat susah untuk mengontrol santri yang masih remaja,


keinginannya untuk bermain di luar lingkungan pondok
sangat besar, karena remaja cenderung masih dalam masa
pemebrontakan,mereka merasa tidak peduli dengan
kegiatan pondok, sudah berulang kali diperingatkan, namun
masih saja banyak yang melanggar.”82

Keadaan ini disiasati oleh pihak Pondok Pesantren dengan

melakukan patrol yang dilakukan oleh pengurus secara

bergantian setiap malam, khususnya ketika jam belajar.

3) Faktor wali santri

Sebagian wali santri kurang memperhatikan

perkembangan anaknya dalam belajar. Akibatnya santri kurang

mendapatkan motivasi dalam belajar. Hal ini menyebabkan

cenderung belajar dengan kurang sungguh-sungguh. Berbeda

dengan wali santri yang memperhatikan perkembangan

82
Interview dengan santri Pondok Pesantren An-nur : Tubagus Ahmad Firdaus pada tanggal 13
oktober 2020

64
anaknya dalam belajar sehingga santri menjadi lebih

termotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh.

“saya selalu belajar dengan giat, karena setiap saya pulang


kerumah, saya pasti di tes oleh ayah tentang seberapa jauh
pengetahuan saya, khususnya kemampuan untuk membaca
kitab kuning, karena saya mengetahui bahwa ayah saya
sangat mengharapkan saya untuk bisa membaca kitab
kuning, soalnya ayah saya mondok Cuma 2 tahun,
sehingga beliau belum bisa membaca kitab kuning.”83

Sangat berbeda bila santri kurang diperhatikan proses

belajarnya oleh orang tuanya.

“orang tua saya tidak pernah menanyakan hasil belajar


saya, karena orang tua saya hanya berpesan kepada saya
bahwa saya yang penting diam di pondok dan mengikuti
dirosah, jadi kalau orang tua saya tidak menuntut untuk
saya bisa mengaji, buat apa saya belajar dengan sungguh-
sungguh? Kan yang penting saya diam di pondok, dan
tidak kemana-mana”84

Oleh karena itu pihak Pondok Pesantren berusaha untuk

menjalin kerjasama dengan para wali santri dalam upaya

meningkatkan profesionalisme santri.salah satunya dengan

memberikan surat peringatan kepada wali santri bagi santri

yang dinilai kurang memenuhi standar hasil belajar, baik

dalam hal moral atau nilai akademik.

83
Interview dengan santri Pondok Pesantren An-nur : Muhammad Azhari pada tanggal 14 oktober
2020
84
Interview dengan santri Pondok Pesantren An-nur : Muhammad Jaelani pada tanggal 14 oktober
2020

65
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, ditemukan data baik dari hasil

observasi, interview dan dokumentasi. Pada uraian ini akan saya sajikan uraian

analisis data sesuai dengan rumusan masalah peneliti dan tujuan penelitian. Pada

analisis ini, peneliti akan mengintegrasikan temuan yang kemudian

memadukannya dengan teori yang ada dan kemudian membangun teori yang

baru serta menjelaskan hasil dari penelitian. Yakni sebagai berikut :

66
1. Sistem pendidikan yang ada di Pondok Pesantren An-nur dalam

meningkatkan hasil belajar santri adalah menciptakan model Pendidikan

Pesantren yang mengintegrasikan sistemnya dengan berbagai hasil belajar

dan mencoba meningkatkannya , baik itu secara afektif, kognitif maupun

psikomotorik. Sistem pendidikan Pondok Pesantren An-nur dalam

meningkatkan hasil belajar santri dalam ranah afektif yaitu melalui pengajian

kitab klasik yang membahas tentang akhlak dan tauhid, pengajian dirosah

dan penerapan tata tertib yang berfungsi sebagai pembatas norma dan nilai

santri. Dalam ranah kognitif Pondok Pesantren An-nur menerapkan dua

metode pengajian, yakni metode sorogan dan metode wetonan. Sorogan

adalah metode belajar dimana kyai atau ustadz menjadi poros utama,

kemudian santri akan dipanggil satu persatu untuk mengaji di depan kyai

atau ustadz secara langsung. Sedangkan wetonan adalah metode belajar yang

dilakukan secara berkala (dilakukan dalam waktu tertentu) dengan kyai atau

ustadz membaca dan menjelaskan suatu kitab kemudian disambung dengan

beberapa pertanyaan dari peserta didik. Sedangkan dalam ranah

psikomotorik Pondok Pesantren An-nur menerapkan beberapa kegiatan

yakni musyawarah, praktek ibadah, olahraga dan kesenian serta pengajian

qiro’ah.

2. Terdapat lima faktor pendukung sistem Pendidikan Pondok Pesantren AN-

nur dalam meningkatkan hasil belajar santri, yaitu : kemampuan pengasuh,

pemimpin yang kuat dan bervisi, kurikulum, sarana dan prasarana serta

lingkungan masyarakat. Dan ada tiga faktor penghambat sistem Pendidikan

67
Pondok Pesantren An-nur dalam meningkatkan hasil belajar santri, yaitu :

faktor tenaga pengajar, faktor santri dan faktor wali santri.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis mengemukakan beberapa saran

yaitu :

1. Untuk Pondok pesantren : hendaknya untuk segera meningkatkan dan

melaksanakan program-program yang dipersiapkan untuk meningkatkan

hasil belajar santri seperti mengadakan tahfidz qur’an, dan tahfidz

alfiyyah, membentuk forum diskusi dengan masyarakat, mengadakan

seminar keilmuan dan meningkatkan fasilitas belajar mengajar agar

santri bisa melakukan proses belajar dengan lebih nyaman.

2. Untuk santri : hendaknya untuk mengikuti semua program yang telah

dicanangkan oleh pihak Pondok Pesantren An-nur dan memanfaatkan

fasilitas yang telah tersedia secara baik dan benar. Serta hendaknya

mentaati segala peraturan atau tata tertib yang diberlakukan oleh Pondok

Pesantren An-nur. Tidak hanya mengikuti kegiatan Pesantren saja, tetapi

juga menghayati dan mengamalkan setiap ilmu yang telah dipelajari

dalam kehidupan sehari-hari agar dapat membawa nama baik

alamamater Pondok Pesantren An-nur ketika sudah keluar dari

Pesantren nanti.

68

Anda mungkin juga menyukai