Anda di halaman 1dari 135

Bimbingan Orang Tua Dengan Pendekatan Behavior Untuk

Meningkatkan Motivasi Menghafal Alqur’an Siswa Kelas 6 TAUD


(tahfidz usia dini) di SD Islam Nurus Sunnah Semarang
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Ujian Akhir
Program Sarjana Strata Satu (S1) Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Bimbingan Konseling Islam Pada Fakultas Da’wah
Institut Agama Islam Darullughah Wadda'wah
Bangil Pasuruan

SKRIPSI
OLEH:
AISYAH NUR SALSABILA
NIM: 2018.85.32.0018
NIMKO : 2018.4.085.0432.1.000217

Pembimbing:
1) Savvy Dian Faizzati, M.Hi
2) Elis Zubaidah, M.Pd

PROGRAM BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DA’WAH

INSTITUT AGAMA ISLAM DARULLUGHAH WADDA’WAH

BANGIL PASURUAN JAWA TIMUR


2023

i
ii

MOTTO

‫ان هللا مع الذين اتقوا و الذين هم محسنون‬

Artinya: Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan

orang-orang yang berbuat kebaikan

( Surat An-nahl-
ayat-128)

ii
NOTA PEMBIMBING
Hal : Persetujuan Munaqasyah Skripsi
Yth. Ketua Program Studi Bimbingan Dan Konseling
Islam
Di Tempat,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Berdasarkan penelaahan secara cermat, dan telah
diadakan perbaikan penyempurnaan sesuai dengan petunjuk
dan pengarahan kami, maka kami berpendapat bahwa skripsi
saudari
Nama : Aisyah Nur Salsabila
NIM/NIMKO : 2018.85.32.0018/2018.4.085.0432.1.000.217
Fakultas : Dakwah
Program Studi : BIMBINGAN KONSELING ISLAM
Judul Skripsi : Bimbingan Orang Tua dengan Pendekatan
Behavior untuk Meningkatkan Motivasi
Menghafal Al- Qur’an Siswa Kelas VI
TAUD (Tahfidz Usia Dini) di SD Islam
Nurus Sunnah

Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam agenda


munaqasyah skripsi Fakultas Dakwah Program Studi
BIMBINGAN KONSELING ISLAM. Maka dari itu kami
merekomendasikan agar skripsi ini diujikan.
Atas perhatiannya, kami ucapkan terima
kasih. Wassalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
Pembimbing I Pembimbimg II

Savvy Dian Faizzati, M.Hi Elis Zubaidah, M.Pd

Ketua Program Studi BKI

Mohamad Syafiq, S.Psi., M.Pd.

iii
iv

LEMBAR PERSETUJUAN

BIMBINGAN ORANG TUA DENGAN PENDEKATAN BEHAVIOR

UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI MENGHAFAL ALQUR’AN

SISWA KELAS 6 TAUD (TAHFIDZ USIA DINI) DI SD ISLAM

NURUS SUNNAH, SEMARANG

SKRIPSI

Oleh :

AISYAH NUR SALSABILA


NIM: 2018.85.32.0018

Telah disetujui
oleh :

Pembimbing I Pembimbimg II

Savvy Dian Faizzati, M.Hi Elis Zubaidah, M.Pd

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “BIMBINGAN ORANG TUA DENGAN

PENDEKATAN BEHAVIOR UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI

MENGHAFAL ALQUR’AN SISWA KELAS 6 TAUD (TAHFIDZ USIA

DINI) DI SD ISLAM NURUS SUNNAH, SEMARANG”

Ini telah diuji dan dipertahankan di depan sidang dewan penguji pada
tangga

v
vi

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN


Saya yang bertanda tangan di
bawah ini :
Nama : Aisyah Nur
Salsabila
NIM :
2018.85.32.0018
Program Studi : Bimbingan dan Konseling
Islam
Judul Penelitian : Bimbingan Orang Tua dengan Pendekatan
Behavior untuk Meningkatkan Motivasi
Menghafal Al- Qur’an Siswa Kelas VI
TAUD (Tahfidz Usia Dini) di SD Islam
Nurus Sunnah
Menyatakan dengan sepenuhnya bahwa skripsi yang tulis

adalah hasil karya saya sendiri. Dan juga tidak terdapat karya

atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain,

kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan

dalam rujukan. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan

sesungguhnya dan tanpa paksaan dari siapapun.

Bangil, 20 Desember 2022

Hormat saya

Aisyah Nur Salsabila


NIM. 2018.85.32.0018

vi
vii

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelasaikan skripsi dengan judul “BIMBINGAN

ORANG TUA DENGAN PENDEKATAN BEHAVIOR UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI MENGHAFAL ALQUR’AN

SISWA KELAS 6 TAUD (TAHFIDZ USIA DINI) DI SD ISLAM

NURUS SUNNAH, SEMARANG” sebagai syarat dalam

menyelesaiakan Program Sarjana (S1) dalam Program Sarjana

Fakultas Dakwah jurusan Bimbingan Konseling Islam. Sholawat

serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi nan Agung

Muhammad Saw sang revolusioner umat islam.

Penulis menyadari mengenai penulisan ini tidak bisa

terselesaikan tanpa pihak-pihak yang mendukung baik secara moral

dan juga material. Maka, penulis menyampaikan banyak-banyak

terima kasih kepada pihak- pihak yang membantu penulis dalam

penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Al-Marhum Abuya Al-Habib Hasan bin Al-Habib

Ahmad Baharun selaku pendiri pondok pesantren

Darullughah Wadda’wah.

vii
viii

2. Al-Mukarromah Al-Hubabah Khodijah Bintu Al-

Habib Muhammad Al- Hinduan selaku Mudirotul

Ma’had pondok pesantren Darullughah Wadda’wah putri

3. Abuya Al-Habib Zainal Abidin Bin Al-Habib Hasan

Baharun selaku Mudirul Ma’had pondok pesantren

Darullughah Wadda’wah.

4. Dr. Al-Habib Segaf Bin Al-Habib Hasan Baharun M.HI

selaku rektor Institut Agama Islam Darulllughah

Wadda’wah.

5. Kedua orang tua, bapak terhebat Bambang Irawanto

dan ibu tercinta Etiningsih yang memberikan dukungan

moral dan material serta doa yang dipanjatkan kepada

ALLAH SWT untuk penulis.

6. Ustadzah Savvy Dian Faizzati dan Ustadzah Elis

Zubaidah selaku dosen pembimbing yang sudah

berkenan memberikan ilmu dan juga solusi untuk setiap

permasalahan atau kesulitan dalam pembuatan dan

penulisan skripsi ini.

7. Seluruh dosen IAI Darullughah Wadda’wah yang sudah

berkenan memberikan pengetahuan yang sangat-sangat

bermanfaat selama masa perkuliahan.

8. Seluruh teman-teman angkatan Syifaul Ummah, terutama

untuk kelas Bimbingan Konseling Islam Angkatan 2018

viii
ix

yang telah memberikan dukungan, motivasi dan

semangat kepada penulis.

9. Maktabah Abuya Al-Habib Hasan Baharun dan Ma’had

pondok pesantren Darullughah Wadda’wah yang telah

memberikan fasilitas semaksimal mungkin untuk

membantu pengerjaan skripsi ini.

10. Seluruh keluarga Bani Soepoarto dan Bani Mas’ud yang

telah memberikan motivasi, dukungan, semangat, dan doa

yang telah dipanjatkan kepada Allah SWT untuk penulis.

11. Kepala Sekolah SD Islam Nurus Sunnah Bapak Bambang

Irawnto M.Pd yang telah mengizinkan dan membantu

penulis melakukan penelitian.

12. Seluruh asatidz di SD Islam Nurus Sunnah yang telah

membantu dan berkenan membagi ilmu kepada penulis.

13. Wali murid dan murid kelas 6 SD Islam Nurus Sunnah

yang telah memberikan bantuan, ilmu, pengalaman, dan

doa untuk penulis.

14. orang-orang baik yang telah membantu baik dengan

dukungan motivasi, semangat, doa dan semua bantuan

yang telah diberikan untuk penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi yang penulis buat ini

masih jauh dari sempurna hal ini karena terbatasnya pengetahuan

dan pengalaman yang dimiliki penulis, penulis hanya berusaha atas

ix
x

dasar kelebihan yang sangat kecil, penuh kesalahan dan rasa khilaf.

Kesempurnaan semua hanya milik Allah SWT. Oleh sebab itu,

penulis mengharapkan adanya saran dan masukan bahkan kritik

membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini bisa

bermanfaat bagi para pembaca.

x
xi

xi
xii

ABSTRAK
AISYAH NUR SALSABILA, NIM 2018.85.32.0018, 2022, Bimbingan
Orang Tua Dengan Pendekatan Behavior Untuk Meningkatkan Motivasi
Menghafal Alqur’an Siswa Kelas 6 TAUD (Tahfidz Usia Dini) di SD Islam Nurus
Sunnah, Semarang, Jawa Tengah. Pembimbing: 1. Savvy Dian Faizzati, M.Hi 2.)
Elis Zubaidah, M.Pd

Kata kunci: Bimbingan Orang Tua, Pendekatan Behavior, Motivasi


Menghafal Alqur’an
Anak usia 6-12 tahun berada masa proses perkembangan daya ingatnya
sehingga anak lebih mudah menerima pengaruh atau stimulasi dari orang lain dan
lingkungan sekitar. Oleh karena itu orang tua mempunyai peran penting dalam
membimbing, mendampingi anak, sehingga dapat memaksimalkan potensi anak.
Dalam proses membimbing anak, orang tua dapat menerapkan konsep pendekatan
behavior dalam meningkatkan motivasi menghafal Alqur’annya. Dimana orang
tua merubah perilaku negatif anak dalam proses menghafal Alqur’an dengan
metode pembiasaan atau pelatihan sehingga dapat terbentuk perilaku positif dalam
meningkatkan motivasi menghafal Alqur’an. Sehingga rumusan masalah yang
peneliti ajukan adalah “Bagaimana penerapan bimbingan orang tua dengan
pendekatan behavior untuk meningkatkan motivasi menghafal Alqur’an siswa
kelas 6 TAUD (tahfidz usia dini) di SD Islam Nurus Sunnah.”
Dalam analisis data menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
jenis deskriptif. Yaitu penelitian yang menekankan pada pemahaman tentang
fenomena yang dipahami oleh subjek penelitian dan menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari subjek penelitian. Pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang
digunakan dengan cara pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, kemudian
penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Hasil penelitian ini diperoleh bahwa Penerapan bimbingan orang tua
dengan pendekatan behavior untuk meningkatkan motivasi menghafal Alqur’an
siswa kelas 6 TAUD ( tahfidz usia dini) di SD Islam Nurus Sunnah adalah
pemberian hadiah (teknik reinforcement positif), penghilang rasa lelah dan bosan
dengan istirahat dan refreshing (teknik reinforcement negatif), hukuman dengan
mengambil handphone yang digunakan(teknik punishment positif), pemberian
apresiasi atas kesuksesan hafalan anak, dan support jika belum dapat maksimal
(teknik generalization ), mengingatkan pada penggunaan handphone(teknik
diskrimination), memberikan contoh kesuksesan penghafal Alqur’an(teknik
modelling). Selain itu peneliti menemukan bahwa terdapat faktor pendukung yaitu
adanya kerjasama dengan pihak sekolah, faktor penghambatnya adalah
ketidakstabilan kondisi anak, gangguan dari luar, kematian anggota keluarga.
Sedangkan kelebihan pendekatan behavior yang digunakan dalam bimbingan
orang tua adalah membiasakan orang tua untuk peka terhadap anak dan efektif
diterapkan pada anak yang memerlukan pengaruh orang tua. Dan kekurangannya
adalah anak dianggap pasif sehingga sangat perlu dorongan dari luar.

xii
xiii

DAFTAR ISI

MOTTO ............................................................................................................... ii
NOTA PEMBIMBING ...................................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ................................... vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................... xii
DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .............................................................................................................. 5
E. Definisi Istilah...................................................................................................................... 6
BAB II .................................................................................................................. 8
KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................... 8
A. Hasil penelitian Terdahulu ........................................................................ 8
B. Kajian Teoritik ......................................................................................... 11
1. Bimbingan Orang Tua.............................................................................................. 11
a. Pengertian Bimbingan Orang Tua .............................................................................. 11
b. Peran dan Fungsi Bimbingan Orang tua ..................................................................... 15
c. Tujuan Bimbingan Orang tua ..................................................................................... 17
d. Bentuk-Bentuk Bimbingan Orang tua ........................................................................ 17
2. Pendekatan Behavioral ............................................................................................. 19
a. Pengertian Pendekatan Behavioral ............................................................................. 19
b. Konsep Pendekatan Behavioral dan Asumsi Dasar .................................................... 20
c. Tujuan dan Kegunaan Pendekatan Behavioral ........................................................... 21
d. Teknik – Teknik Pendekatan Behavior ...................................................................... 23
3. Motivasi Menghafal Alqur’an .................................................................................. 28
a. Pengertian motivasi Menghafal Alqur’an ................................................................... 28

xiii
xiv

Motivasi berasal dari bahasa Latin “movere” yang berarti “menggerakkan” yaitu suatu
kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu yang member arah dan
ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. ............................................................ 28
b. Jenis-Jenis Motivasi Menghafal Alqur’an .................................................................. 33
c. Bentuk-Bentuk Motivasi Menghafal Alqur’an ........................................................... 40
d. Indikator Motivasi Menghafal Alqur’an ..................................................................... 42
e. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Menghafal Alqur’an ....................................... 43
f. Metode Menghafal Alqur’an ...................................................................................... 49
BAB III .............................................................................................................. 51
METODE PENELITIAN ................................................................................. 51
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................................ 51
B. Lokasi Penelitian ...................................................................................... 52
C. Kehadiran peneliti .................................................................................... 52
D. Sumber Data Penelitian ........................................................................... 53
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 55
F. Teknik Analisis Data .................................................................................... 57
BAB IV ............................................................................................................... 60
A. GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN ........................................ 60
1. Profil SD Islam Nurus Sunnah .................................................................................... 60
2. Visi Dan Misi SD ISLAM NURUS SUNNAH ............................................................... 62
3. Identitas SD Islam Nurus Sunnah................................................................................ 64
B. PENYAJIAN DATA .................................................................................... 68
1. Penerapan pada bimbingan orang tua dengan pendekatan behavior untuk meningkatkan
motivasi menghafal Alqu’an siswa kelas 6 TAUD (Tahfidz Usia Dini) di SD Islam Nurus
Sunnah..................................................................................................................................... 69
a.) Penerapan yang dilakukan oleh Orang Tua (Umi Dwi Agustin Handayani)
terhadap Anaknya (Azzahra Khairunnisa) ..................................................................... 71
b.) Penerapan yang dilakukan oleh orang tua (ummi Wiwiek Ade Oktaviani) terhadap
anaknya (Qonita cikal sholehah) ...................................................................................... 77
c.) Penerapan yang dilakukan oleh Orang Tua (Ummi Luluk Hanifah) terhadap
Anaknya (Ghina Nafisah Wicaksono Putri) .................................................................... 83
d.) Penerapan yang dilakukan oleh Orang Tua (Umi Erima Ashofa) terhadap
Anaknya (Muhammad Hanif Atho’illah) ........................................................................ 88
e.) Penerapan yang dilakukan oleh Orang Tua (Umi Giyanti) terhadap Anaknya
(Shofiyyah) ......................................................................................................................... 94
C. PEMBAHASAN ........................................................................................... 99
1. Penerapan Bimbingan Orang Tua Dengan Pendekatan Behavior Untuk Meningkatkan
Motivasi Menghafal Alqur’an Siswa Kelas 6 TAUD (Tahfidz Usia Dini) di SD Islam Nurus
Sunnah, Semarang ................................................................................................................... 99

xiv
xv

2. Temuan penelitian dalam bimbingan orang tua dengan pendekatan behavior untuk
meningkatkan motivasi menghafal Alqur’an siswa kelas 6 TAUD (tahfidz usia dini) di SD Islam
Nurus Sunnah. ....................................................................................................................... 115
BAB V .............................................................................................................. 118
PENUTUP ....................................................................................................... 118
A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 118
B. Saran................................................................................................................................. 119

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak adalah amanah dari Allah SWT yang diberikan kepada siapa saja

yang dikehendaki-Nya. Anak merupakan amanah yang cukup besar yang

memerlukan pemeliharaan, pendidikan, bimbingan, arahan, dan pengajaran

secara berkesinambungan. Oleh karena itu, setiap orang tua harus mengetahui

cara memberikan hak-hak anak yang sudah Allah SWT amanahkan kepada

mereka. Orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam

membimbing dan mendampingi anak dalam kehidupan sehari-hari. Sudah

menjadi kewajiban orang tua untuk menciptakan lingkungan yang kondusif,

sehingga dapat memaksimalkan potensi anak, kecerdasan, dan rasa percaya

diri pada anak. Amanah tersebut harus dijaga dan dipelihara dalam bentuk

bimbingan dan pengajaran yang benar terutama dalam mengajarkan Alqur’an

kepada anak-anak sebagai proses pengenalan anak terhadap agama Islam.

Islam berkembang dari masa ke masa ke masa, masyarakat muslim

yang bermula tidak berminat untuk mempelajari alqur’an dan

menghafalkannya serta lebih resah apabila anaknya tidak memahami

matematika atau pengetahuan umum lainnya daripada tidak memahami

Alqur’an. Dengan adanya cendekiawan yang sukses baik dalam

keilmuwannya ataupun kewirausahaannya dengan latar belakang hafal 30

juz dan tidak jarang sekolah yang memberikan beasiswa pendidikan bagi

penghafal Alqur’an.

1
2

Sehingga banyak dari keluarga muslim yang sadar bahwa memahami

Alqur’an bukan fardhu kifayah yang dibebankan kepada ulama, kyai

ataupun para ustadz. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh para sahabat

Rasulullah dalam membaca, memahami, menghafal dan mengamalkan

kandungan Alqur’an dilakukan sebagai kewajiban individual setiap kaum

muslimin. Oleh sebab itu banyak dari orang tua yang mendorong anaknya

untuk mempelajari, menghafal, Alqur’an dengan memberikan bimbingan

dan mengajarkan Alqur’an serta memasukkan anaknya ke Lembaga Agama

Islam.

Mengajarkan alqur’an kepada anak sedini mungkin merupakan

pondasi utama untuk mencetak anak-anak muslim yanng kokoh berpegang

pada kitab suci dan tumbuh sesuai fitrahnya. Sehingga terpancar cahaya-

cahaya terang dihati mereka, sebelum hawa nafsu menguasai serta

mengotori hati mereka. Mempelajari Alqur’an bermakna sebagai upaya

internal individu untuk melakukan perbaikan pribadi. Sedangkan

mengajarkan Alqur’an bermakna sebagai upaya perbaikan eksternal dan

memiliki nilai dakwah yang wajib dilakukan terhadap sesama muslim.

Dengan demikian, individu yang mempelajari Alqur’an diberikan banyak

keistimewaan sekaligus tanggung jawab untuk menyebarkan apa yang

dipelajari kepada orang lain melalui jalan dakwah. Diantara keutamaan

membaca dan menghafal Alqur’an adalah menjanjikan akan memberikan

orang tua yang anaknya menghafal Alqur’an sebuah mahkota yang bersinar

dan Alqur’an dapat memberi syafa’at bagi para pembacanya. Menghafal


3

Alqur’an bukanlah pekerjaan yang mudah, akan tetapi bukan pula sesuatu

yang tidak mungkin, walau demikian telah banyak orang yang menghafal

Alqur’an namun banyak pula yang tidak menghafal Alqur’an. 1

Pada usia 6-12 tahun ini, daya pikir anak berkembang ke arah pikir

konkrit, rasional dan obyektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga

anak benar-benar dalam stadium belajarnya. 2 Pada proses perkembangan

tersebut keinginan dan motivasi anak tidak dapat diperkirakan karena pada

usia tersebut anak akan cenderung senang bermain bersama teman, dan lelah

serta sibuk dengan ujian akhir sekolah yang menjadi tugas anak. Maka

dalam proses hafalan tersebut orang tua dan sangat berperan memberikan

bimbingan secara benar, pengawasan dalam pelaksanaannya, dan tidak

kalah penting motivasi ekstrinsik dari orang tua kepada anak sehingga dapat

meningkatkan motivasi instrinsiknya sehingga hafalan anak dapat stabil.

Dalam proses membimbing hafalan Alqur’an anak, orang tua dapat

menerapkan konsep pendekatan behavior dalam meningkatkan motivasi

hafalan Alqur’annya. Pendekatan behavior berupa perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari pengalaman dengan metode pelatihan atau pembiasaan

pada terbentuknya perilaku yang tampak dari hasil belajar. Dimana orang

tua mengubah perilaku negatif pada proses menghafal anak seperti

1
Marlina,T eori Behavior dalam Meningkatkan Motivasi Hafalan Surat Pendek Alqur’an.
(Bandung:UIN SUNAN GUNUNG JATI, 2014)
2
Af’ul Maulana, (Metode Pembiasaan Dalam Pendidikan Agama Islam Pada Anak Usia 6-12
Tahun (Studi Pemikiran Prof. Dr. Zakiah Daradjat). Skripsi Thesis, Unisnu Jepara. (Jepara: 2020),
hlm. 40
4

menghilangkan kebosanan dalam menghafal dengan mengubahnya dengan

perilaku untuk meningkatkan motivasi anak dan berperilaku positif lainnya.

Untuk mewujudkan generasi penghafal Alqur’an tidak akan

terwujud dengan peran orang tua saja, tetapi membutuhkan kerjasama antara

orang tua dan pihak lembaga pendidikan dimana tempat anak bersekolah

sebagai pengawas dan pembimbing di sekolah. Salah satunya SD Islam

Nurus Sunnah. SD Islam Nurus Sunnah berbeda dengan sekolah pada

umumnya karena mempunyai program unggulan sekolah berupa kelas

TAUD ( Tahfidz Usia Dini) yaitu kelas yang menjadi sarana bagi orang tua

dengan bekerjasama pihak sekolah dalam mencetak generasi penghafal

Alqur’an. Pada kelas TAUD ( Tahfidz Usia Dini ) ini berbeda dengan kelas

yang lainnya karena menekankan hafalan Alqur’an dalam kurikulum

pembelajarannya dengan memasukkan program tahfidz setiap hari dalam

proses belajar mengajar. Selain hafalan Alqur’an keunggulan sekolah ini

adalah penekanan pada pelaksanaan ibadah dengan memasukkan program

sholat berjama’ah dalam sholat wajib yaitu sholat dhuhur dan ashar serta

pelaksanaan sholat sunnah yaitu sholat dhuha. Selain itu, sekolah

mempunyai program unggulan dengan memadukan kurikulum nasional dan

kurikulum keagamaan.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan

mengetahui bimbingan orang tua untuk meningkatkan motivasi menghafal

Alqur’an siswa dalam pendekatan behavior. Hal inilah yang

melatarbelakangi untuk mengadakan penelitian dengan judul


5

“BIMBINGAN ORANG TUA DENGAN PENDEKATAN BEHAVIOR

UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI MENGHAFAL ALQUR’AN

SISWA KELAS 6 TAUD ( TAHFIDZ USIA DINI) SD ISLAM NURUS

SUNNAH SEMARANG”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan pada bimbingan orang tua dengan pendekatan

behavior untuk meningkatkan motivasi hafalan Alqur’an siswa kelas 6

TAUD (tahfidz usia dini) di SD ISLAM NURUS SUNNAH?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penerapan pada bimbingan orang tua dengan

pendekatan behavior untuk untuk meningkatkan motivasi hafalan Alqur’an

siswa kelas 6 TAUD (tahfidz usia dini) di SD ISLAM NURUS SUNNAH?

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini penulis harapkan bermanfaat baik secara teoritis

maupun praktis.

1. Secara teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan

sumbangan pengetahuan tentang penerapan pendekatan behavior

untuk meningkatkan motivasi hafalan Alqur’an siswa

b. Dapat memberikan wawasan keilmuan tentang upaya bimbingan

orang tua dalam meningkatkan motivasi hafalan Alqur’an siswa

2. Secara praktis
6

a. Bagi siswa, agar dapat meningkatkan motivasi hafalan alqur’an

sehingga dapat fokus dan semangat dalam menghafal Alqur’an

b. Bagi orangtua, dapat mempermudah dalam memberikan bimbingan

dan motivasi kepada anak- anak yang menghafal Alqur’an

c. Bagi Akademik, sebagai tambahan informasi dan referensi bagi

pembaca yang akan melakukan penelitian mengenai pendekatan

behavior dalam bimbingan orang tua untuk meningkatkan motivasi

hafalan Alqur’an maupun sebagai wawasan keilmuan di bidang

tersebut.

d. Bagi SD ISLAM NURUS SUNNAH, sebagai tambahan informasi

dan pengambilan kebijakan oleh SD Islam Nurus Sunnah dalam

meningkatkan motivasi hafalan Alqur’an

E. Definisi Istilah

Untuk menghindari kesalahan pemahaman antara penulis dan pembaca

untuk pernyataan diatas, maka penulis memberikan keterangan tentang istilah

yang penulis gunakan dalam penulisan karya ilmiah ini :

1. Bimbingan Orang Tua

Suatu usaha yang dilakukan oleh orang tua dalam mendampingi anak

untuk membantu dan mengarahkan anak memahami dirinya sehingga

mampu menyesuaikan dengan lingkungan sekitar dan mengembangkan

potensi dalam dirinya menuju kesejahteraan anak.

2. Pendekatan Behavior
7

Behavior merupakan salah satu pendekatan layanan bimbingan dan

konseling dengan dasar teori belajar. Dimana berupa penerapan prinsip

belajar pada perubahan tingkah laku yang maladaptif kepada perilaku yang

adaptif

3. Motivasi Menghafal Alqur’an

Energi yang mendorong seseorang untuk meningkatkan kemauan dalam

menghafal seluruh ayat Alqur’an yang harus diingat secara sempurnadan

diharapkan ada pengingatan kembali secara tepat baik dari dalam dirinya

atau luar dirinya untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkannya.

Sehingga memberikan arahan dan semangat untuk berusaha.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil penelitian Terdahulu

1. Yocha ferani mutia, Pemberian reward untuk meningkatkan motivasi

menghafal Alqur’an di TK Islam Masjid Raya Lantai Batu

Batusangkar, (Batusangkar, Tarbiyah dan Ilmu keguruan, IAIN

Batusangkar, 2021). Hasil penelitian menunjukan bahwa perencanaan

dari pemberian reward untuk meningkatkan motivasi menghafal

Alqur’an di TK Islam Masjid Raya Lantai Batu Batusangkar terdapat

dua tahap, yaitu guru mengamati kemampuan anak dan anak dibagi

menjadi dua kelompok dengan persetujuan orang tua.3

a. Persamaan : penelitian yang dilakukan Yocha Ferani Mutia,

dengan penelitian yang dilakukan saat ini sama-sama bertujuan

untuk meningkatkan motivasi menghafal Alqur’an dan

menggunakan pendekatan behavior.

b. Perbedaan : meski keduanya sama-sama bertujuan untuk

meningkatkan motivasi menghafal Alqur’an, dan menggunakan

pendekatan behavior akan tetapi secara khusus karena mengambil

salah satu metode yang terdapat pada pendekatan behavior yaitu

pemberian reward. Selain itu Yocha Ferani Mutia membahas dari

segi peran guru dalam membimbing dan objek penelitian yaitu

3
Yocha ferani mutia, Skripsi Pemberian Reward untuk Meningkatkan Motivasi Menghafal
Alqur’an di TK Islam Masjid Raya Lantai Batu Batusangkar, Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia
Dini, Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan, IAIN Batusangkar,( Batusangkar, 2021).

8
9

siswa di TK Islam Masjid Raya Lantai Batu. Sedangkan penelitian

yang diteliti oleh peneliti sekarang menggunakan metode

pendekatan behavior secara umum dan objek penelitiannya adalah

siswa SD Islam Nurus Sunnah.

2. Sakina, Konsep Pendekatan Behavior dan Terapi Sholat Lima Waktu

dalam menangani perilaku indisipliner pada siswa korban perceraian.

(Lombok Barat, Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Mataram, 2019).

Hasil penelitian ini memaparkan beberapa konsep konseling di MTs At

Tahzaib yaitu, assasment, goal setting, implementation, dan

evaluation. Pengaruh terapi sholat lima waktu pada siswa korban

perceraian adalah mengurangi beban fikiran, menenangkan hati dan

fikiran, membentuk atau menimbulkan harapan baru. Faktor

penghambat dalam menangani perilaku indisipliner pada siswa korban

perceraian di MTs At-Tahzib yaitu terdapat faktor internal dan

eksternal. Dimana faktor internal itu dari siswa tersebut dan eksternal

dari luar siswa yang bisa mempengaruhi perilaku siswa.4

a. Persamaan : Penelitian yang dilakukan Sakina, dengan penelitian

yang dilakukan saat ini sama-sama menggunakan Konsep

Pendekatan Behavior.

b. Perbedaan : meski keduanya sama-sama menggunakan konsep

pendekatan behavior akan tetapi Sakina membahas tentang konsep

pendekatan behavior dan terapi sholat lima waktu serta bertujuan


4
Sakina, Skripsi Konsep Pendekatan Behavior dan Terapi Sholat Lima Waktu Dalam Menangani
Perilaku Indisipliner Pada Siswa Korban Perceraian, Jurusan Bimbingan Dan Konseling Islam,
Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, UIN Mataram Mataram, (Lombok Barat, 2019)
10

untuk menangani perilaku indisipliner pada siswa korban

perceraian, akan tetapi peneliti hanya meneliti pendekatan behavior

dalam bimbingan orangtua yang bertujuan untuk meningkatkan

motivasi menghafal Alqur’an siswa kelas 6 TAUD di SD Islam

Nurus Sunnah.

3. Isnaeni, Konseling behavioral berbasis kitab ta’lim al muta’allim

untuk meningkatkan motivasi belajar seorang santri di pondok

pesantren tafsir hadits shohihuddin 2. (Surabaya, Dakwah dan

Komunikasi, UIN Sunan Ampel, 2019).

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa proses konseling behavioral

berbasis kitab ta’lim al muta’allim untuk meningkatkan motivasi

belajar santri dengan menggunakan beberapa teknik dari konseling

behavioral berbasis kitab ta’lim muta’allim yaitu teknik desensitas

sistematik, latihan asertif, pengondisian operan, terapi aversi serta

aspek-aspek dalam kitab ta’lim muta’allim yaitu menerangkan hakekat

ilmu, hukum mencari ilmu dan keutamaanya, cara memilih guru,

teman, dan ketekunan, cara menghormati ilmu dan guru, kesungguhan

dalam mencari ilmu, istiqomah, dan cita-cita yang luhur. Beberapa

treatment yang telah dilakukan dalam proses konseling, bertujuan

untuk mengubah tingkah laku konseli agar meningkatkan motivasi

belajarnya, yakni lebih tekun, ulet, optimis, mandiri, ingin tahu, dan

minat. Proses konseling dilakukan konselor cukup berhasil dalam

meningkatkan motivasi belajar konseli. Hal ini dapat dilihat dari


11

wawancara terhadap konseli pasca konseling, observasi mengenai

keseharian konseli pasca konseling. Yaitu terlihat beberapa perubahan

dalam diri konseli, diantaranya mulai rajin, sering bertanya, dan

mengatur waktu. Konseli juga mmenyatakan bahwa dia bisa

mengontrol ketidak percaya dirinya serta lebih optimis.5

a. Persamaan : penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni dengan

penelitian yang dilakukan peneliti saat ini sama-sama meneliti

dengan metode behavior dan bertujuan meningkatkan motivasi.

b. Perbedaan : meskipun sama-sama meneliti dengan metode

behavior akan tetapi Isnaeni menggunakan konseling behavior

berbasis kitab ta’lim muta’allim dan bertujuan meningkatkan

motivasi belajar seorang santri di pondok pesantren sedangkan

penelitian ini menggunakan pendekatan behavior dengan bertujuan

meningkatkan motivasi menghafal Alqur’an siswa kelas 6 TAUD

di SD Islam Nurus Sunnah.

B. Kajian Teoritik

1. Bimbingan Orang Tua

a. Pengertian Bimbingan Orang Tua

Secara etimologi, kata “bimbingan” berasal dari kata

Guindance berasal dari kata to guide yang mempunyai ari

menunjukkan, membimbing, menuntun atau membantu. Sesuai

5
Isnaeni, Konseling Behavioral Berbasis Kitab Ta’lim Al Muta’allim Untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Seorang Santri Di Pondok Pesantren Tafsir Hadits Shohihuddin 2, Program
Studi Bimbingan Konseling Islam, Jurusan Dakwah Dan Komunikasi, UIN Sunan Ampel
Surabaya, (Surabaya, 2019).
12

dengan istilah secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu

bantuan atau tuntutan.6

Untuk memahami makna bimbingan beberapa ahli berpendapat

sebagai berikut :

Menurut Djumhur dan Moh. Surya, bimbingan adalah suatu

proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis kepada

individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar

tercapai kemampuan untuk menerima dirinya (self understanding),

kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan

untuk mengarahkan dirinya (self direction), dan kemampuan untuk

merealisasikan dirinya (self realizatiton) sesuai dengan potensi atau

kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan

lingkungan, baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat.7

Bimo Walgito, Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan

yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu-individu

dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam

hidupnya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu

dapat mencapai kesejahteraan hidupnya. 8

Berdasarkan definisi bimbingan yang telah dikemukakan para

ahli dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses

pemberian bantuan yang terus menerus dari seorang pembimbing

6
Hallen A, Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta : Ciputat Press, 2001), Cet 1, Hlm 3.
7
Hamdani, Bimbingan Dan Penyuluhan, (Bandung : Pustaka Setia, 2012), Hlm 80.
8
Elfi Muawanah Dan Rifa Hidayah, Bimbingan Dan Konseling Islamm Di Sekolah Dasar,
(Jakarta : Bumi Aksara, 2009), Hlm 53-54.
13

yang telah dipersiapkan kepada individu yang membutuhkannya

dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya

secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan

teknik bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif agar

tercapai kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi

dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya.9

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian orang

tua adalah ayah dan ibu kandung atau yang dianggap tua atau

dituakan (cerdik, pandai, ahli dan sebagainya) atau orang yang

dihormati dan disegani.10

Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak-

anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima

pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan

terdapat dalam kehidupan keluarga.11 Sedangkan yang dimaksud

dengan orang tua adalah ayah atau ibu seorang anak, baik melalui

hubungan biologis maupun sosial. Artinya orang tua memiliki

peran dalam membesarkan anak dan panggilan ibu atau ayah dapat

diberikan untuk perempuan atau laki-laki yang bukan orang tua

kandung (biologis) dari seseorang yang mengisi peran ini.12

9
Hallen A, Bimbingan Dan Konseling, )Jakarta : Ciputat Press, 2001(, Hlm 9
10
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai
Pustaka, 2002 ( , Hlm 756
11
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2008 ), Hlm 35
12
Julia Ismail Dkk, Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Bimbingan Orang Tua Di
Rumah, Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, Universitas Pasifik Morotai, (Maluku Utara: 2021),
Vol. 7, No. 1, Januari 2021, hlm. 249
14

Orang tua sebagai pendidik yang mampu menghayati dan

mengerti dunia anak akan lebih mudah menciptakan kasih sayang,

komunikasi yang baik, pola asuh yang baik, akan menciptakkan

keluarga yang harmonis. Dengan demikian anak melaksanakam

keinginan orang tua bukan karena ketakutan tetapi disebabkan oleh

kepatuhan terhadap mereka.13

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan

orang tua adalah bantuan dan usaha yang diberikan oleh orang tua

kepada anaknya secara moril dan materil. Secara moril berupa

nasehat, arahan, kasih sayang dan bantuan dalam menyelesaikan

tugas-tugas anaknya. Secara materil adalah berupa menyediakan

kebutuhan materi anak, seperti makan, minum, dan tempat tinggal.

Orang tua memberikan bimbingan, mengawasi

perkembangan anak dan menyediakan cukup waktu untuk

mengadakan percakapan dan menciptakan suasana santai dan

nyaman sehingga anak dapat belajar dengan tenang. Di samping

itu, penyediaan fasilitas atau kelengkapan belajar dan motivasi

yang selalu di berikan orang tua kepada ank-anaknya dalam meraih

motivasi yang tinggi. Dengan bimbingan yang penuh dari orang

tuanya maka anak akan semangat dan memperoleh prestasi yang

baik.

13
Moh. Sochib, Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Mengembangkan Disiplin Diri, (Jakarta :
Rineka Cipta, 1998(, Hlm 132
15

b. Peran dan Fungsi Bimbingan Orang tua

Seiring dengan fase perkembangan anak maka peran orang tua

juga mengalami perubahan. Peranan orang tua yang sesuai dengan

fase perkembangan anak, yaitu :

1.) Masa Bayi berperan sebagai perawat (caregiver)

2.) Masa Kanak- Kanak sebagai pelindung (protector)

3.) Masa Presekolah sebagai pengasuh (nurturer)

4.) Masa sekolah dasar sebagai pendorong (encourager)

5.) Masa Praremaja dan Remaja berperan sebagai konselor

(counselor).14

Fungsi bimbingan dilihat dari tujuan umum dan tujuan khusus dari

pemberian bimbingan yaitu sebagai berikut:

a.) Fungsi Preventif yaitu membantu individu menjaga atau

mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.

b.) Fungsi Kuratif atau korektif yaitu membantu individu

memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya

c.) Fungsi Preservatif yaitu membantu individu menjadi agar

situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah)

menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama (in

state of good)

d.) Fungsi Developmental atau pengembangan yaitu membantu

individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang

14
Syamsu Yusuf L.N dan Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, ( Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2014 ), hlm 24
16

telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak

memungkinnya menjadi sebab munculnya masalah baginya. 15

Dari bimbingan yang dilakukan orang tua akan menimbulkan segi

positif terhadap anak, seperti:

1) Anak dapat bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri

2) Anak menghormati orang tua dan menghargainya

3) Anak menjadi rajin di rumah

4) Anak menghormati waktu belajar sebaik mungkin

5) Anak mau melaksanakan perintah orang tua dan

menjauhi apa yang dilarang oleh orang tuanya 16

Orang tua merupakan pembimbing siswa menghafal

Alqur'an di rumah. Penanggung jawab utama siswa adalah orang

tuanya sendiri. Karena anak telah memasuki usia sekolah, orang

tua dituntut untuk memberikan pembelajaran kepada anak yaitu

pada tingkat sekolah, sehingga orang tua mencari sekolah yang

selaras dengan tujuan orang tua untuk mencetak generasi Qur’ani.

Oleh karena itu, orang tua bekerja sama dengan pihak sekolah

dalam membimbing anak untuk mencapai tujuan yang sama.

Ketika di rumah anak mendapat bimbingan dari orang tua

sedangkan di sekolah anak juga mendapat bimbingan dari pihak

sekolah seperti wali kelas dan guru-guru di sekolah.

15
Aunur Rahim, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jakarta: UII Pres, 2001) hlm. 37
16
Julia Ismail dkk, Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Bimbingan Orang Tua di
Rumah, Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, Universitas Pasifik Morotai, (Maluku utara: 2021), vol.
7, No. 1, januari 2021 hlm. 250
17

c. Tujuan Bimbingan Orang tua

Sasaran dari bimbingan adalah mengembangkan potensi yang

ada pada setiap diri individu secara optimal, dengan harapan agar ia

menjadi orang berguna bagi dirinya sendiri, lingkungan, dan pada

masyarakat pada umumnya.

Menurut Aunur bahwa tujuan umum dari bimbingan orang tua

adalah membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia

seutuhnya agar dapat bermanfaat dan mencapai kebahagiaan di

dunia dan di akhirat17.

Tujuan khusus bimbingan:

1.) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah

2.) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang

dihadapinya

3.) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi

dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau

menjadi lebih baik sehingga tidak akan menjadi sumber

masalah bagi dirinya dan orang lain.18

d. Bentuk-Bentuk Bimbingan Orang tua

Bimbingan yang dilakukan orang tua terhadap anak bukanlah

sesuatu yang mudah. Karena untuk membimbing dan mendidiknya

diperlukan sikap keterbukaan, kehangatan, penghargaan, perhatian

dan pengertian. Metode dalam membimbing dan mengarahkan

17
Aunur Rahim, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jakarta: UII Pres, 2001) hlm. 36
18
Aunur Rahim, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jakarta: UII Pres, 2001) hlm. 36
18

anak kepada perilaku yang baik akan mendorong keberhasilan

dalam upaya mengatasi kekeliruan yang diperbuat oleh anak, serta

mendorong anak untuk tidak mengulangi kesalahan dan kekeliruan

yang ia perbuat untuk kedua kalinya serta membantu orang tua

dalam bertindak dan menyikapi tuntutan seorang anak, diantara

bentuk bimbingan yang perlu diperhatikan orang tua adalah sebagai

berikut :

1.) Komunikasi, berkomunikasi dengan anak merupakan suatu cara

yang paling efektif untuk menghindari hal-hal yang tidak

diinginkan. Dengan melakukan komunikasi, orang tua dapat

mengetahui pandangan-pandangan dan kerangka berfikir anaknya,

dan sebaliknya anak-anak juga dapat mengetahui apa yang

diinginkan oleh orang tuanya.

2.) Kesempatan, orang tua sebaiknya memberikan kesempatan

kepada anaknya untuk membuktikan atau melaksanakan keputusan

yang telah diambilnya.

3.) Tanggung jawab, tanggung jawab orang tua di selenggarakan

dengan kewajiban mendidik. Secara umum membantu anak didik

di dalam perkembangan dari daya-dayanya dan di dalam penetapan

nilai-nilai.

4.) Konsistensi, konsistensi orang tua dalam menerapkan disiplin

dan menanamkan nilai-nilai sejak masa kanak-kanak dalam


19

keluarga akan menjadi panutan bagi anak untuk mengembangkan

kemandirian dan berpikir secara dewasa.19

Berdasarkan uraian diatas bahwa berhasil dan tidaknya anak

dalam mencapai tujuan dan target hafalan tergantung dari pandai

dan tidaknya orang tua membimbing anak. Orang tua yang

menginginkan anaknya menjadi orang yang sukses baik di dunia

dan di akhirat pasti akan mendidik dan membimbing anak dengan

ketulusan hati dan sungguh-sungguh

2. Pendekatan Behavioral

a. Pengertian Pendekatan Behavioral

Behavioral adalah suatu teori yang berorientasi dan berlandaskan

pada prinsip-prinsip belajar sosial.20 Behaviorisme adalah sebuah

teori pembelajaran yang memusatkan hanya pada perilaku yang

dapat diamati, tidak memperhitungkan pentingnya aktivitas mental

seperti berpikir, berhasrat, dan berharap.21

Behaviorisme menekankan respons terkondisi sebagai elemen

atau pembangun pelaku. Kondisi ini lingkungan eksternal yang hadir

di kehidupan. Behaviorisme juga menganggap bahwa perilaku

dipelajari sebagai konsekuensi dari pengaruh lingkungan. Oleh

karena itu, perilaku terbentuk karena dipelajari. Lingkungan terdiri

19
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan (Perkembangan Pesrta Didik), (Bandung: Pustaka
setia, 2010), hlm.147
20
Andi Mappiare, Kamus Istilah Konseling & Terapi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),
hlm. 38.
21
Laura A. King, Psikolgi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif, (Jakarta: PT. Salemba Humanika,
2012), hlm. 347
20

dari pengalaman baik di masa lalu maupun sekarang, secara fisik dan

social. Lingkungan akan memberikan contoh dan individu kemudian

belajar darinya.

Dari pengertian diatas dapat dismpulkan bahwa pendekatan

behavioral adalah suatu pandangan ilmiah yang membahas tentang

tingkah laku manusia yang dapat diamati dan dipelajari untuk

membantu individu mempelajari tingkah laku baru dalam

memecahkan masalahnya melalui teknik-teknik yang berorientasi

pada tindakan.

b. Konsep Pendekatan Behavioral dan Asumsi Dasar

Konsep pendekatan behavioral didasarkan pada penelitian yang

dilakukan oleh Pavlov yang terkenal dengan teorinya pengondisian

klasik (classical conditioning). Dalam tahap berikutnya

dikembangkan oleh John Watson, dan kemudian diperluas oleh

Skinner.22 Behaviorisme atau dikenal sebagai teori belajar adalah

aliran dalam psikologi popular, hingga saat ini digunakan dalam

berbagai upaya pengubahan tingkah laku, tyang termasuk dalam

kegiatan formal.

Konsep utama dalam konsep behaviorisme adalah perilaku yang

terlihat dan penyebab luar yang menstimulasinya. Tingkah laku yang

22
Sumardjono Padmomartono, Teori Kepribadian, (Yogyakarta: Ombak (Anggota IKAPI), 2016),
hlm. 65.
21

kompleks ini dapat dianalisis menjadi rangkaian “Unit” perangsang

dan reaksi (stimulus and response), yang disebut refleks.23

Behaviorisme menganalogikan manusia seperti mesin. Konsep

mengenai stimulus-respon seolah-olah menyatakan bahwa manusia

akan bergerak atau melakukan sesuatu apabila ada stimulus. Dia

sependapat dengan Watson, bahwa tidaklah produktif dan bodoh

untuk menjelaskan sesuatu dengan merujuk pada struktur yang tidak

dapat diamati secara langsung.

Skinner membuat tiga asumsi dasar. Pertama, perilaku itu terjadi

menurut hukum (behavior can be controlled). Kedua, Skinner

menekankan bahwa perilaku dan kepribadian manusia tidak dapat

dijelaskan dengan mekanisme psikis seperti Id dan Ego. Ketiga,

perilaku manusia tidak ditentukan oleh pilihan individual.24

Meskipun demikian, satu hal yang patut dicatat disini adalah,

Skinner tidak menolak adanya peranan faktor-faktor bawaan dan

turunan dalam perilaku.

c. Tujuan dan Kegunaan Pendekatan Behavioral

Tujuan pendekatan behavioral berorientasi pada pengubahan atau

modifikasi perilaku konseli, diantaranya untuk:

1) Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar.

2) Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif.

23
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm 267.
24
Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Cv. Pustaka Setia, 2013), hlm. 123
22

3) Memberi pengalaman belajar yang adaptif namun belum

dipelajari.

4) Membantu konseli membuang respons-respons yang lama yang

merusak diri atau maladaptif dan mempelajari respons-respons

yang baru yang lebih sehat dan sesuai (adjustive).

5) Konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang

maladaptif, memperkuat serta mempertahankan perilaku yang

diinginkan.

6) Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian

sasaran dilakukan bersama antara konseli dan konselor.25

Secara umum tujuan konseling perilaku adalah

menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Hal ini

mendasarkan pada asumsi bahwa segenap tingkah laku adalah

dipelajari (learned), termasuk tingkah laku maladaptif.26 Menurut

teori behaviorisme yang dicetuskan oleh Watson, tujuan utama

psikologi adalah membuat prediksi dan pengendalian terhadap

perilaku, bukan kesadaran27. Menurut teori ini, hal-hal yang dapat

dikaji oleh psikologi adalah benda-benda atau sesuatu yang dapat

diamati secara langsung, seperti rangsangan stimulus serta gerak

balas (respons). Atas dasar itulah Watson menganggap tidak ada

perbedaan proses pembelajaran antara manusia dan hewan. Jadi

dapat disimpulkan, bahwa teori behaviorisme hanya menganalisis


25
Gantina Komalasari, Teori dan Teknik Konseling, (Jakarta Barat: PT. Indeks, 2016), hlm. 156
26
Gerald Corey, Konseling & Psikoterapi, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2013), hlm. 152
27
Eka N Irawan, Pemikiran Tokoh-Tokoh Psikologi, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2015), hlm.119
23

perilaku yang tampak pada diri sesorang, yakni dapat diukur,

dilukiskan serta diramalkan.

Oleh sebab itu, pendekatan behavior bertujuan untuk

menghilangkan tingkah laku yang salah dan membentuk tingkah

laku baru. Pendekatan tingkah laku dapat digunakan dalam

menyembuhkan berbagai gangguan tingkah laku dari yang

sederhana hingga yang kompleks, baik individual maupun

kelompok.

d. Teknik – Teknik Pendekatan Behavior

Pada pendekatan behavior dalam menangani tingkah laku

manusia, terdapat teknik-teknik spesifik yang beragam dapat

digunakan secara sistematis dan hasil-hasilnya dapat dievaluasi.

Teknik-teknik ini dapat digunakan jika saatnya tepat untuk

menggunakannya dan banyak di antaranya yang bisa dimasukkan ke

dalam proses konseling tingkah laku yang berlandaskan model-

model lain.

1) Teknik Reinforcement

Reinforcement (penguatan) berarti proses yang memperkuat

perilaku28, yakni memperbesar kesempatan perilaku tersebut

terjadi lagi. Hal ini ada dua katagori umum penguatan, yaitu

positif dan negatif.

28
Calvin S. Hall Dan Gardner Lindzey, Teori-Teori Sifat Dan Behavioristic, Jilid 3 (Yogyakarta:
Kanisisus, 1993) Hlm. 331.
24

Penguatan positif adalah suatu metode memperkuat perilaku

dengan menyertakan stimulus menyenangkan.penguat positif

seperti makanan, minuman dan meliputi materi uang,

persahabatan dan lain-lain.29 Pada penguatan positif ini dapat

memperkuat perilaku seseorang baik yang diinginkan maupun

tidak. Seperti orang tua akan menambah uang jajan anak apabila

anak menambah hafalannya lebih dari hari biasanya.

Penguatan negatif merupakan metode penguatan perilaku

melalui cara menghilangkan stimulus yang tidak

menyenangkan.30 Misalnya, Orang tua akan mengajak anak

jalan-jalan keluar rumah untuk menghilangkan rasa bosan atau

mencoba metode baru kepada anak.

2) Punishment dan Reward

Punishment (hukuman) berkaitan dengan penguatan.31

Apabila pengutan menetapkan perilaku justru memperlemah,

yaitu mengurangi peluang terjadi lagi di masa depan. Ada dua

macam hukuman, yakni positif dan negatif.

Hukuman positif adalah mengurangi perilaku dengan

memberikan stimulus tidak menyenangkan jika perbuatan itu

29
Eka Nova Irawan, Buku Pintar Pemikiran Tokoh-Tohoh Psikologi Dari Klasik Sampai Modern,
(Yogyakarta: Ircisod, 2015) Hlm. 197
30
Eka Nova Irawan, Buku Pintar Pemikiran Tokoh-Tohoh Psikologi Dari Klasik Sampai Modern,
(Yogyakarta: Ircisod, 2015) Hlm. 197
31
Calvin S. Hall Dan Gardner Lindzey, Teori-Teori Sifat Dan Behavioristik, Jilid 3 (Yogyakarta:
Kanisisus, 1993) Hlm. 334
25

terjadi32. Misalnya, orang tua menggunakan hukuman berupa

mengambil hp yang sedang digunakan anak karena anak

bermain HP (handphone) di waktu menghafal Alqur'an.

Hukuman negatif adalah mengurangi perilaku dengan

menghilangkan stimulus yang menyenangkan jika perbuatan

dilakukan.33 Seperti orang tua menghilangkan hak istimewa

anak berupa mengurangi jam bermain HP (handphone) karena

anak bermain HP (handphone) di waktu menghafal Alqur'an.

Reward (penghargaan) adalah respon suatu perilaku

yang dapat meningkatkan kemungkinan terulang kembali

perilaku tersebut. Reward dapat dilakukan secara verbal

maupun nonverbal dengan prinsip kehangatan, keantusiasan

dan kebermaknaan34. Maksudnya adalah suatu cara yang

digunakan oleh seseorang untuk memberikan suatu

penghargaan kepada seseorang karena sudah mengerjakan

suatu hal yang benar, sehingga seseorang itu bisa semangat lagi

dalam mengerjakan tugas tersebut.

3) Shaping

Shaping (pembentukan) merupakan teknik penguatan yang

digunakan untuk memberikan pengajaran pada perilaku

32
Eka Nova Irawan, Buku Pintar Pemikiran Tokoh-Tohoh Psikologi Dari Klasik Sampai Modern,
(Yogyakarta: Ircisod, 2015) Hlm. 198
33
Eka Nova Irawan, Buku Pintar Pemikiran Tokoh-Tohoh Psikologi Dari Klasik Sampai Modern,
(Yogyakarta: Ircisod, 2015) Hlm. 198
34
Mulyasa, E.Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2011), hlm. 77
26

manusia yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. 35

Dalam cara ini pembimbing terus mengadakan penguatan

kembali terhadap respons yang dapat dilakukan. Misalnya,

orang tua mengajarkan anak yang pertama kali menghafal

Alqur'an dengan menyuruh anak untuk menirukan bacaan

orang tuanya atau orang tua mendengarkan anak bacaan Surat

Alqur'an dari qori sebagai upaya membentuk bacaan anak

secara baik dan benar.

4) Generalization

Generalization (generalisasi) adalah perilaku yang telah

dipelajari oleh individu dalam suatu situasi. Artinya perilaku

tersebut dilakukan oleh individu dalam berbagai kesempatan

lain, tetapi situasinya sama. Sebagai contoh, seorang anak diberi

hadiah karena berhasil menghafal ayat Alqur'an lebih banyak

dari hari biasanya, maka ia akan bersemangat menghafal ayat

Alqur'an lebih banyak dari biasanya lagi di hari lain.

5) Discrimination

Discrimination (diskriminasi) adalah proses belajar bahwa

perilaku tertentu akan diperkuat dalam situasi, tetapi tidak

demikian pada situasi lain.36 Seorang anak akan belajar bahwa

menonton televisi, bermain HP (handphone) di waktu

35
Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, teori-teori sifat dan behavioristik, jilid 3 (Yogyakarta:
kanisisus, 1993) hlm. 360
36
Eka Nova Irawan, Buku Pintar Pemikiran Tokoh-Tohoh Psikologi Dari Klasik Sampai Modern,
(Yogyakarta: Ircisod, 2015) Hlm. 200
27

menghafal Alqur'an tidak akan bermanfaat. Diskriminasi

mengingatkan seorang anak bahwa perilaku semacam itu

adalah negatif. Ia akan belajar menonton televisi selain di

waktu menghafal Alqur'an atau diwaktu santai (stimulus

diskriminatif). Belajar mengenai perilakunya akan diperkuat

atau tidak merupakan bagian penting dari pengondisian operan.

6) Modelling

Modelling (penokohan) merupakan teknik dengan

mengamati seseorang yang dijadikan modelnya untuk

berperilaku kemudian diperkuat dengan mencontoh tingkah laku

sang model.37 Peniruan (imitation) menunjukkan bahwa perilaku

orang lain yang diamati, yang ditiru, lebih merupakan peniruan

terhadap apa yang dilihat dan diamati. Proses belajar melalui

pengamatan menunjukkan terjadinya proses belajar setelah

mengamati perilaku orang lain. Seperti pada proses meghafal

orang tua memberi motivasi dengan cara memceritakan tentang

tokoh-tokoh penghafal alqur’an yang berhasil meraih

kesuksesan.

7) Drive

Drive (dorongan) adalah suatu keinginan dari dalam diri

individu untuk memenuhi kebutuhan yang sedang dirasakannya.

Unsur drive ada pada setiap orang, tetapi kadarnya tidak sama.

37
Namora Lumongga, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan Praktik, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm.174.
28

Ada orang yang dorongan yang sangat kuat dan menggebu-

gebu. Akan tetapi ada juga orang yang tidak terlalu peduli

kebutuhannya akan terpengaruhi atau tidak.

3. Motivasi Menghafal Alqur’an

a. Pengertian motivasi Menghafal Alqur’an

Motivasi berasal dari bahasa Latin “movere” yang berarti

“menggerakkan” yaitu suatu kondisi yang menyebabkan atau

menimbulkan perilaku tertentu yang member arah dan ketahanan

(persistence) pada tingkah laku tersebut.38

Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong

untuk melakukan sesuatu, bahkan motif dapat diartikan sebagai

kondisi intern (kesiap-siagaan), berawal dari kata motif, maka kata

motif itu diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif,

motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan

untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.39

Arthur S.Reber dan Emily mengatakan bahwa motivasi

(motivation) merupakan sebuah pemberi energi perilaku.40 Istilah

motivasi dapat didefinisikan sebagai keadaan internal individu yang

melahirkan kekuatan, kegairahan, dinamika dan tingkah laku pada

tujuan. Atau dalam pengertian lain, motivasi merupakan istilah yang

38
Prasetya Irawan Dkk, Teori Belajar, Motivasi Dan Ketrampilan Mengajar, (Jakarta: PAU-PPAI,
1996), Hlm. 42.
39
Sardiman A.M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), Hlm.
73
40
Arthur S.Reber dan Emily S.Reber, Kamus Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm.
596
29

digunakan untuk menunjuk sejumlah dorongan, keinginan,

kebutuhan dan kekuatan.41

Dari beberapa definisi diatas, penulis dapat mengemukakan

bahwa motivasi adalah energi yang mendorong ataupun

meningkatkan tingkat kemauan dalam melaksanakan suatu kegiatan,

baik yang berasal dari dalam diri maupun dari luar untuk mencapai

suatu tujuan yang diinginkan, sehingga memberikan arah dan

semangat untuk berusaha.

Tahfidz berasal dari bahasa Arab (‫تحفيظا‬-‫يحفظ‬-‫ )حفظ‬yang

mempunyai arti menghafalkan.42 Sedangkan kata “menghafal”

berasal dari kata “hafal” yang memiliki dua arti : (1) telah masuk

dalam ingatan (tentang pelajaran), dan (2) dapat mengucapkan di

luar kepala (tanpa melihat buku atau catatan lain). Adapun arti

“menghafal” adalah berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar

selalu ingat.43

Adapun “Tahfizh” secara terminologi yaitu menerima,

mengingat, menyimpan dan memproduksi, kembali tanggapan-

tanggapan yang diperolehnya melalui pengamatan baik dengan cara

mendengarkan, menulis, maupun membacanya44.

Secara sederhana makna menghafal adalah suatu usaha

menggunakan ingatan untuk menyimpan data atau memori dalam

41
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet. II, hlm. 107.
42
Muhammad Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1990), hlm. 105
43
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Duta Rakyat, 2002) hlm. 381
44
Munjahid, Strategi Menghafal Al-Qur’an 10 Bulan Khatam: Kiat-Kiat Sukses Menghafal Al-
Qur’an, (Yogyakarta: Idea Press, 2007, hlm. 73.
30

otak melalui Indra kemudian diucapkan kembali tanpa melihat buku

atau subjek hafalan.

Al-Qur’an merupakan bentuk masdar dari kata “Qara’a-

Qira’atau Qur’anan” yang bermakna bacaan atau sesuatu yang

dibaca berulang-ulang.45 Adapun pengertian “al-Qur’an” menurut

Dr. Subhi ash-Shalih yang mendefinisikan Al-Qur’an sebagai firman

Allah SWT yang mengandung mu’jizat, diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW. Melalui perantara malaikat Jibril As., tertulis

dalam mushaf, dinukilkan pada kita secara mutawatir dan yang

membacanya merupakan ibadah.46

Menurut istilah, yang dimaksud dengan hifzdhil Al-Qur'an

adalah menghafal Al-Qur'an sesuai dengan urutan yang terdapat

dalam mushaf utsmani mulai dari al fatihah hingga surat an-nas

dengan maksud beribadah, menjaga dan memelihara kalam Allah

SWT yang merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril yang di tulis

dalam beberapa mushaf yang di nukil (dikutip) kepada kita dengan

jalan mutawattir (riwayat yang disampaikan oleh banyak orang yang

dinilai tidak mungkin semua orang itu sepakat untuk berbohong). 47

45
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia Terlengkap Edisi Kedua,
Pustaka Progresif, Surabaya, 1997, hlm. 1101.
46
Subhi ash-Shalih dalam Tri Maya Yulianingsih dan M. Yusuf Abdurrahman, Bocah Ajaib
Pengislam Ribuan Orang, (Yogyakarta: sabil, 2013, hlm. 22.
47
Munjahid, Strategi Menghafal Al-Qur’an 10 Bulan Khatam: Kiat-Kiat Sukses Menghafal Al-
Qur’an, (Yogyakarta: Idea Press, 2007, hlm. 74.
31

Tahfidzhul Al-Qur'an terdiri dari dua kata yaitu tahfidzh dan

Al-Qur'an. Kata tahfidzh secara etimologi berasal dari kata Haffazah

yang berarti menghafal, yang dalam bahasa Indonesia berarti kata

hafalan yang berarti termasuk ingatan, dapat mengungkapkan di luar

kepala, sehingga berarti berusaha meresap kedalam pikiran agar

selalu ingat. Sedangkan menurut Suryadi Suryabrata, mengingat

berarti aktivitas mencamkan dengan sengaja dan dikehendaki dengan

sadar dan sungguh-sungguh48

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi

menghafal Alqur’an adalah energi yang mendorong seseorang untuk

meningkatkan kemauan dalam menghafal seluruh ayat Alqur’an

yang harus diingat secara sempurna dan diharapkan ada pengingatan

kembali secara tepat, baik dari dalam dirinya atau luar dirinya untuk

mencapai suatu tujuan yang diinginkannya. Sehingga memberikan

arahan dan semangat untuk berusaha.

Menghafal adalah dasar dari pembelajaran Al-Qur'an. Al-

Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur selama berbulan-bulan

dan berhari-hari antara satu atau dua ayat dalam masa lebih dari dua

puluh tahun. Hal ini ditunjukkan agar orang-orang yang memiliki

tingkat kecerdasan yang rendah dan yang tinggi, yang sibuk dan

yang punya waktu luang memiliki kesempatan yang sama untuk

menghafalkanya.49 Al-Qur'an adalah sumber pembelajaran bagi

48
Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm 89
49
Ahmad Salim, Cara Mudah Bisa Menghafal Al-Qur'an, (Jogjakarta: Bening, 2010), hlm. 13
32

semua umat Islam. Alquran merupakan regulasi dan sumber rujukan

bagi Umat Islam.

Menghafal Al-Qur'an karena alasan mengikuti Sunnah Nabi

Muhammad SAW Menghafal Al-Qur'an mengandung sikap

meneladani Nabi Muhammad SAW.Lantaran beliau sendiri hafal Al-

Qur'an dan senangtiasa membacanya.50

Menghafal Al-Qur'an merupakan ciri khas umat Islam

menghafal Al-Qur'an merupakan simbol umat Islam. Menurut James

Mansiz dalam bukunya Ahmad Salim Badwilan mengatakan bahwa

“boleh jadi, Al-Qur'an adalah kitab suci yang paling sering dibaca

diseluruh dunia”. Tanpa diragukan lagi, Al-Qur'an merupakan kitab

suci yang paling mudah dihafal.51 Menghafal Al-Qur’an hukumnya

adalah “fardhu kifayah”. Apabila sebagian orang melakukannya,

maka gugurlah dosa dari yang lain.52 Artinya apabila ada sejumlah

orang yang menghafalkan Al Qur’an maka gugurlah kewajiban

tersebut dari yang lainnya.

Rasulullah saw adalah seorang hafidz pertama, imam para ahli

qiro’ah, dan suri tauladan orang-orang Muslim. Oleh karena

Rasulullah memberikan contoh dalam sikap beliau dengan wujud

menghafalkan al-Qur’an, maka menghafalkan al-Qur’an yang

dilakukan oleh umat rasulullah baik sejak beliau masih hidup

50
Ahmad Salim, Cara Mudah Bisa Menghafal Al-Qur'an, (Jogjakarta: Bening, 2010), hlm. 16-17
51
Ahmad Salim, Cara Mudah Bisa Menghafal Al-Qur'an, (Jogjakarta: Bening, 2010), hlm. 18
52
Ahmad Salim Badwilan, Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an, (Jogjakarta: Diva Press, 2009),
hlm. 23
33

maupun sampai sekarang, juga merupakan Sunnah yang beliau.

Sebagaimana yang telah dilakukan para sahabat Rasulullah yang

mengikuti Rasulullah dalam menghafal Alqur’an dan mempelajari

Alqur’an guna meneruskan ajaran agama Islam dan menjaga

Alqur’an dari segala perubahan. Sehingga orang-orang dapat

mempelajari, membaca, atau menghafal Al-Qur'an dan juga mereka

merupakan orang-orang pilihan yang memang di pilih oleh Allah

SWT untuk menerima warisan kitab suci Al-Qur'an.

b. Jenis-Jenis Motivasi Menghafal Alqur’an

Jenis motivasi atau macam motivasi dapat dilihat dari beragai

sudut pandang, diantaranya:

Menurut Muhibin syah, motivasi terbagi atas dua macam, yaitu:

1.) Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal

dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya

melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik

siswa adalah menyenangi materi dan kebutuhanya terhadap

materi tersebut.53

Apabila seseorang memiliki motivasi tersebut dalam

dirinya maka ia akan sadar akan melakukan suatu kegiatan yang

tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam menghafal

Al-Qur’an, motivasi intrinsik sangat diperlukan terutama untuk

53
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru (Bandung: Rosda Karya, 2002),
hlm. 136- 137
34

mendisiplinkan dirinya dalam menghafal ataupun mengulang

hafalannya sendiri.

Jadi seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit

sekali melakukan aktivitas belajar terus-menerus. Karena

seseorang yang memiliki motivasi tersebut selalu ingin maju

dalam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran

yang positif, bahwa materi yang dipelajari sekarang akan

dibutuhkan dan berguna kini dan dimasa yang akan datang.54

Diantara hal-hal yang termasuk motivasi intrinsik adalah

alasan, minat, kemauan perhatian, dan sikap.

a.) Alasan adalah yang menjadi pendorong (untuk berbuat).55

Alasan juga disebut sebagai kondisi psikologis seseorang yang

mendorong untuk melakukan suatu pekerjaan. Jadi alasan

dalam menghafal Alqur’an adalah kondisi psikologis seseorang

yang mendorong untuk melakukan aktivitas menghafal.

Semakin kuat alasan positif atau dorongan menghafal Alqur;an

maka akan semkain besar peluang kesuksesan yang akan

didapatkan.

b.) Minat atau kemauan adalah rasa lebih suka dan rasa

ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang

menyuruh.56 Minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang

54
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm.150
55
Tim Penyusun kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2005), Cet.III, hlm.27.
56
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet. II, hlm. 654.
35

terhadap suatu hal, karena ia merasa mempunyai kepentingan

atau hubungan dengan hal tersebut. Seperti halnya menghafal

Alqur’an tidak akan berhasil jika tidak disertai dengan minat.

Hadist Nabi Muhammad SAW:

‫ب بن نفيل بن عبد العزي بن رياح‬ َّ ‫ع َم َر ب ِْن ْال َخ‬


ِ ‫طا‬ ٍ ‫َع ْن أ َ ِمي ِْر ْال ُمؤْ ِمنِيْنَ أ َ ِب ْي َح ْف‬
ُ ‫ص‬

‫بن عبد هللا بن قرط بن رزاح بن عدي بن كعب بن لؤي بن غا لب بن القرشي‬

‫ إِنَّ َما‬:ُ‫س ْو َل هللاِ صلى هللا عليه وسلم يَقُ ْول‬


ُ ‫ َس ِم ْعتُ َر‬:‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬
ِ ‫العدوي َر‬

ُ ‫َت ِهج َْرتُهُ إِلَى هللاِ َو َر‬


‫س ْو ِل ِه‬ ِ ‫اْأل َ ْع َما ُل بِالنِيَّا‬
ٍ ‫ت َوإِنَّ َما ِل ُك ِل ا ْم ِر‬
ْ ‫ فَ َم ْن كَان‬.‫ئ َما ن ََوى‬

‫ُص ْيب ُ َها أ َ ْو ا ْم َرأَةٍ يَ ْن ِك ُح َها‬


ِ ‫َت ِهج َْرتُهُ ِلد ُ ْنيَا ي‬ ُ ‫فَ ِهج َْرتُهُ إِلَى هللاِ َو َر‬
ْ ‫ َو َم ْن كَان‬،‫س ْو ِل ِه‬

‫فَ ِهج َْرتُهُ إِلَى َما هَا َج َر إِلَ ْي ِه‬

“Dari Amirul Mukminin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab bin

Nufail bin Abdul uzza bin Ribah bin Abdullah bin Qurthin

bin Razah bin Adiy bin Ka’ab bin Lu’aiy bin Ghalib Al

Quraisyi Al Adawi Radhiallahuanhu, dia berkata, saya

mendengar Rasulullah shallahu’alaiki wa sallam bersabda:

sesungguhnya setiap orang akan dibalas berdasarkan apa

yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena ingin

mendapat keridhaan Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya

kepada Allah dan RAsul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya

karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau

karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya akan

bernilai sebagaimana yang dia niatkan.57

57
Imam Nawawi, Terjemahan Riyadhus Shalihin, (Pasuruan: Mutiara Ilmu Agency, 2016), hlm. 2
36

Niat dalam hadits diatas tidak dapat disamakan

dengan motivasi dalam kajian psikologi. Niat adalah bagian

dari perlaku atau permulaan dari perilaku. Sedangkan

motivasi adalah kebutuhan yang timbul sebagai bentuk

implikasi dari adanya niat, yang menuntut pada pemikiran

atas suatu pekerjaan dan merealisasikannya 58.

Dengan adanya niat maka motivasi dalam menghafal

Alqur’an akan muncul, karena niat sudah tertanam dalam hati

siswa. Jika minat itu ada dalam diri siswa kemungkinan besar

dalam proses menghafal Alqur’an akan berhasil. Akan tetapi

jika sebaliknya jika minat itu tidak ada maka kemungkinan

keberhasilan akan kecil. Karena dalam menghafal Alqur’an

diperlukan minat yang besar untuk mencapai tujuan yang

diinginkan.

c.) Perhatian menuntut Sumadi Suryabrata adalah pemusatan

psikis yang tertuju pada objek.59 Berdasarkan pengertian

tersebut bahwa pengertian adalah pemusatan suatu aktivitas

jiwa seseorang yang disertai kesadaran dan perasaan tertarik

terhadap suatu objek, sehingga setiap melakukan usaha

diperlukan adanya perhatian, supaya usaha tersebut dapat

berjalan dengan baik.

58
Muhammad Utsman Najati, “Al-Qur’an Wa Ilm Nafsi”, terj. Amirussodiq dkk, Psikologi
Qur’ani, (Surakarta: Aulia Pres Solo, 2008), hlm. 54
59
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm.14
37

d.) Sikap adalah suatu kesiapan mental atau emosional dalam

beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat.60 Sikap akan

memberikan pengaruh yang penting terhadap diri seseorang

sebagai penyebab atau hasil dari kelakuan.

Sikap belajar yang positif akan menimbulkan intensitas

kegiatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sikap

negatif. Sikap belajar positif ditandai dengan adanya

ketertarikan diri siswa dalam menghafal Alqur’an. Sikap

belajar negatif ditunjukkan dengan malas menghafal dan

mengulang hafalannya. Siakp merupakan kemampuan

internal yang berperan sekali dalam mengambil tindakan

terutama apabila ada kesempatan untuk bertindak.

Definisi tersebut dapat diambil pengertian bahwa

motivasi instrinsik merupakan motivasi yang datang dari diri

sendiri dan bukan datang dari orang lain atau faktor lain. Jadi

motivasi ini bersifat alami dari diri seseorang dan sering

juga disebut motivasi murni dan bersifat riil, berguna dalam

situasi belajar yang fungsional.

2.) Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan

berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.61 Motivasi

ekstrinsik pada dasarnya merupakan tingkah laku yang

60
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), Cet. II, hlm. 114
61
Sardiman A. M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011) hlm.
90-91
38

digerakkan oleh kekuatan eksternal individu.62 Untuk

mencapai tujuan yang diinginkan motivasi ekstrinsik sebagai

daya penggerak yang dapat menambah kekuatan dalam

menghafal Alqur’an. Motivasi ekstrinsik meliputi:

a.) Orang tua

Keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama.

Daalam keluarga anak akan diasuh dan dibesarkan sehingga

mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

perkembangannya. Tingkat pendidikan orang tua juga

berpengaruh terhadap perkembangan rohaniah anak

terutama kepribadian dan kemajuan pendidikan.63

Anak yang dibesarkan dalam lingkungan orang tua

yang paham dengan pendidikan agama dapat

mempengaruhi anak dalam bidang tersebut, seperti

memberikan arahan untuk mempelajari tentang Alqur’an

ataupun mempelajari tentang Alqur’an sesuai dengan

keinginan orang tua.

b.) Guru

Guru memiliki peranan yang komplek dalam proses

belajar mengajar di sekolah dalam mengantarkan siswa

kepada taraf yang dicita-citakan. Oleh sebab itu, setiap

rencana kegiatan guru harus dapat dibenarkan semata-mata


62
M. Ghufron dan Rini Risnawati S, Teori-Teori Psikologi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010),
hlm 84
63
M.Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm.13
39

demi kepentingan peserta didik, sesuai profesi dan

tanggungjawabnya.64 Selain itu guru juga yang memberikan

arahan dan bimbingan sebagai motivator siswa untuk

menghafalkan Alqur’an.

c.) Teman atau sahabat

Teman merupakan partner dalam belajar.

Keberadaannya diperlukan untuk menumbuhkan dan

membangkitkan motivasi. Seperti pada kompeisi yang sehat

dan baik, karena kompetisi dapat digunakan sebagai alat

motivasi untuk mendorong seseorang lebih maju. Baik

persaingan secara individual ataupun kelompok dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa.65

Bahkan terkadang seorang siswa akan lebih termotivasi

untuk melakukan suatu kegiatan seperti menghafal Alqur’an

karena meniru ataupun menginginkan seperti apa yang

dilakukan temannya.

d.) Masyarakat.

Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak.

Mereka termasuk teman-teman diluar sekolah, ataupun

saudara kandung dirumahnya. Disamping kondisi orang-

64
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2011),
hlm.123.
65
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), hlm
92
40

orang desa atau Kota tempat ia tinggal juga mempengaruhi

perkembangan jiwanya.66

c. Bentuk-Bentuk Motivasi Menghafal Alqur’an

Motivasi merupakan suatu kondisi yang terbentuk dari berbagai

tenaga pendorong yng berupa desakan, motif, kebutuhan dan

keinginan. Untuk menyederhanakan pembahasan keempat macam

tenaga pendorong tersebut akan disebut dengan satu istilah umum

yaitu motif.67 Kebutuhan menyebabkan adanya dorongan dalam diri

seseorang untuk melakukan sesuatu menuju kearah tercapainya suatu

tujuan. Ketika seseorang memiliki kebutuhan dan dorongan kuat

untuk mencapai suatu tujuan, maka keberhasilan mencapai tujuan

yang dapat memuaskan kebutuhannya.

Dalam mengahafal Alqur’an, para siswa menganggap bahwa

menghafal Alqur’an merupaka kebutuhan untuk dirinya sendiri yang

dapat bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Kebutuhan tersebut berasal dari iming-iming pahala yang akan

didapat bagi orang yang menghafalkan Alqur’an dan mengharap

rahmat dari Allah. Sehingga mereka termotivasi untuk menghafalkan

Alqur’an. Sesuai dengan permasalahan motivasi siswa dalam

menghafal Alqur’an. Berikut adalah motif yang berkaitan dengan hal

tersebut:

1.) Motif Prestasi (Need Of Achievement)


66
M.Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm 131
67
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologis Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), Cet.V ,hlm.64
41

Motif prestasi adalah motif berkompetisi baik dirinya atau

degan orang lain dalam mencapai prestasi yang tertinggi. 68

Motif berprestasi dalam menghafal Alqur’an dapat terbentuk

melalui belajar dari lingkungannya. Seperti lingkungan

keluarga, lingkungan Kultur tempat seseorang dibesarkan.

Lingkungan tersebut dijadikan sebagai acuan bagi seorang

siswa dalam menghafal Alqur’an.

2.) Motif Penghargaan (Motif Harga Diri)

Motif ini berfungsi untuk mendapat pengenalan,

pengakuan, penghargaan, dan penghormatan dari orang lain.69

Maksudnya adalah dalam proses perkembangan dan

pendidikan individu mendapatkan penghargaan dari orang lain

dan diterima dalam lingkungannya sehingga ia dapat bersaing

dan melakukan sesuatu dengan professional. Dalam menghafal

Alqur’an akan sangat baik jika siswa melakukan hal tersebut

untuk memperoleh ridho Allah meskipun disisi lain juga

berimplikasi pada penghargaan, pujian, penghormatan atas

dirinya terhadap sesama.

3.) Motif Aktualisasi Diri

68
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologis Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), Cet.V ,hlm 70
69
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologis Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), Cet.V ,hlm 68
42

Dalam Hierarki Maslow, kebutuuhan ini ditempatkan

paling atas dan berkaitan dengan keinginan pemenuhan diri.70

Ketika semua kebutuhan lain sudah dipuaskan, seseorang ingin

mencapai secara penuh potensinya. Potensi yang dimiliki

seseorang perlu diaktualisasikan dalam berbagai sifat,

kemampuan, dan kecakapan nyata. Melalui upaya belajar dan

pengalamaan individu berusaha mengaktualisasikan semua

potensi yang dimiliki.

Sejak lahir manusia memiliki potensi yang dapat

diaktualisasikan pada lingkungan yang kondusif. Seperti

seorang anak yang memiliki potensi yang unggul dalam

menghafal dan mengembangkan kemampuannya dengan

diarahkan untuk menghafal Alqur’an bahkan dapat termotivasi

untuk mempelajari Alqur’an pada taraf yang lebih tinggi dan

menghafal berbagai jenis kitab agama Islam yang lainya.

d. Indikator Motivasi Menghafal Alqur’an

Motivasi yang ada dalam diri setiap orang memiliki berbagai ciri-

ciri, diantaranya:

1.) Kuatnya kemauan untuk menghafal Alqur’an.

2.) Tekun (istiqomah) dalam menghafal.

3.) Ulet dalam menghadapi hambatan.

70
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: PT bumi Aksara, 2008), Cet.IV,
hlm 42
43

4.) Kerelaan meninggalkan tugas yang tidak mendukung dalam

menghafal.

5.) Ketekunan dalam mengulang (memuraja’ah) hafalannya.

6.) Tidak mudah melepas hal yang diyakini itu.71

e. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Menghafal Alqur’an

Motivasi bagi siswa dapat mengembangkan aktifitas dan

inisiatif, dapat mengarahkan akan memelihara ketekunan dalam

melakukan kegiatan belajar. Dalam kaitannya dengan itu perlu

diketahui ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi,

yaitu:

1.) Kematangan. Dalam pemberian motivasi, faktor kematangan

fisik, sosial dan psikis haruslah diperhatikan, karena hal itu

dapat mempengaruhi motivasi. Seandainya dalam pemberian

motivasi itu tidak memperhatikan kematangn, maka akan

mengakibatkan frustasi dan mengakibatkan hasil belajar tidak

optimal.

2.) Usaha yang bertujuan. Setiap usaha yang dilakukan mempunyai

tujuan yang ingin dicapai. Semakin jelas tujuan yang ingin

dicapai, akan semakin kuat dorongan untuk belajar.

3.) Pengetahuan mengenai hasil dalam motivasi. Dengan

mengetahui hasil belajar, siswa terdorong untuk lebih giat

belajar. Apabila hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa

71
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), hal 83
44

akan berusaha untuk mempertahankan atau meningkat intensitas

belajarnya untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik di

kemudian hari. Prestasi yang rendah menjadikan siswa giat

belajar guna memperbaikinya

4.) Partisipasi. Dalam kegiatan mengajar perlu diberikan

kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi dalam seluruh

kegiatan belajar. Dengan demikian kebutuhan siswa akan kasih

sayang dan kebersamaan dapat diketahui, karena siswa merasa

dibutuhkan dalam kegiatan belajar itu.

5.) Penghargaan dan hukuman. Pemberian penghargaan itu dapat

membangkitkan siswa untuk mempelajari atau mengerjakan

sesuatu.Tujuan pemberian penghargaan berperan untuk

membuat pendahuluan saja. Pengharagaan adalah alat, bukan

tujuan. Hendaknya diperhatikan agar penghargaan ini menjadi

tujuan. Tujuan pemberian penghargaan dalam belajar adalah

bahwa setelah seseorang menerima pengharagaan karena telah

melakukan kegiatan belajar yang baik, ia akan melanjutkan

kegiatan belajarnya sendiri di luar kelas. Sedangkan hukuman

sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara

tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.72

Dorongan atau motivasi memiliki makna yang sangat besar

dalam belajar. Apabila terdapat motivasi yang kuat untuk mencapai


72
Mulyadi, Psikologi Pendidikan. (Malang: Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel
Malang, 1991). hlm: 92-93
45

tujuan tertentu dan kondisi memungkinkan, orang akan berusaha

sekuat tenaga untuk mempelajari cara-cara yang tepat untuk

mencapai tujuan tersebut.

Menghafal Al-Qur’an pun banyak ditentukan oleh motivasi,

makin tepat motivasi yang diberikan akan semakin berhasil

pembelajaran tersebut. Karena motivasi menentukan intensitas

usaha seseorang dalam menghafal al-Qur’an. Dengan kata lain

seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam menghafal al-

Qur’an, tidak mungkin melakukan aktifitas al-Qur’an dengan baik.

Diantara motivasi dalam menghafal Alqur’an terdapat

faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menghafal Alqur’an,

yaitu:

1.) Faktor pendukung dalam menghafal Alqur’an, yaitu:

a.) Inteligensi (Kecerdasan)

Intelegensi merupakan bawaan sejak lahir dan berbeda-

beda bagi setiap orang. Semakin tinggi tingkat kecerdasan

seseorang semakin mudah untuk menghafal Al-Qur’an. Namun

hal tersebut bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi

dalam menghafal Al-Qur’an. Karena dalam menghafalkan al-

Qur’an juga dibutuhkan kesungguhan bagi orang yang

menghafal.

b.) Usia
46

Kemampuan menghafal seorang manusia sangat beragam

dan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Umur

menjadi hal yang sering dibicarakan bagi orang yang akan

menghafal al-Qur’an. Semakin tinggi usia seseorang maka

akan semakin menurun daya kemampuannya dalam

menghafal. Sedangkan usia emas bagi penghafal al-Qur’an

adalah pada usia memasuki jenjang sekolah dasar. Pada usia

tersebut kemampuan menghafal al-Qur’an lebih mudah. Akan

tetapi selain hal tersebut yang lebih penting adalah motivasi

seseorang dalam menghafal al-Qur’an.

c.) Lingkungan

Sebagai manusia salah satunya adalah merupakan

makhluk sosial. Kita tidak bisa memungkiri bahwa lingkungan

mempunyai peranan penting dalam pembentukan kebiasaan

dan kepribadian seseorang. Dalam hal menghafal al-Qur’an

pun hal tersebut patut menjadi perhatian. Supaya seseorang

dapat membuat lingkungan menjadi kondusif, baik untuk

menghafal ataupun muraja’ah al-Qur’an.73 Seperti halnya

seseorang yang berada dalam lingkungan penghafal Alqur’an

maka ia akan termotivasi untuk menghafal Alqur’an bahkan ia

dapat bersaing secara sehat dalam menghafal Alqur’an.

d.) Sima’an

73
Zaki Zamani dan M. Syukron Maksum, Menghafal Al-Qur’an itu gampang, (Yogyakarta:
Mutiara Madia, 2009), hlm. 58-67
47

Simaan yang dimaksud disini adalah saling

memperdengarkan dan memperdengarkan bacaan antara dua

orang atau lebih. Jika yang lain membaca (memperdengarkan)

maka yang lainnya akan mendengarkan dan ini bergantian

seterusnya hingga setiap orang mendapat kesempatan

membaca. Dengan proses sima’an ini berguna untuk

menambah ketajaman hafalan dan membantu mengoreksi

apabila ada ketidaksempurnaan dan kesalahan dalam hafalan

Alqur’an.

e.) Bahasa arab

Bahasa Arab merupakan bahasa al-Qur’an. Tentunya

pemahaman terhadap bahasa Arab tersebut sangat membantu

dalam menghafal yaitu dengan pemahaman arti ayat yang

dibaca. Namun hal ini baru merupakan anjuran karena tidak

semua orang dapat memahami semua ayat-ayat yang dibaca

atau dihafal.

2.) Faktor penghambat dalam menghafal Alqur’an meliputi:

a.) Malas, tidak sabar, dan putus asa.

Malas adalah sesuatu yang sering terjadi. Tidak

terkecuali dalam menghafal al-Qur’an. Karena setiap hari

harus bergelut dengan rutinitas yang sama, tidak aneh jika

suatu ketika seseorang dilanda kebosanan. Malas juga dapat

timbul dari energi positif yang tidak disalurkan dengan baik.


48

Energi tersebut adalah izzah atau keinginan dalam hati.

Karena tidak dikelola dengan baik izzah tersebut menjadi

sifat terburu-buru dan tidak sabar. Seperti seseorang yang

ingin menghafal banyak ayat dengan waktu yang terlalu

singkat sehingga hasilnya tidak maksimal.

b.) Tidak bisa mengatur waktu

Dalam sehari terdapat dua puluh empat jam yang

berlaku bagi setiap orang. Kaitan dengan menghafal

Alqur’an, waktu yang telah ditentukan tersebut harus

optimal. Seorang penghafal alQur’an dituntut untuk lebih

pandai mengatur waktu dalam menggunakannya, baik untuk

urusan dunia terlebih hafalannya. Meskipun terdapat banyak

kesibukan, akan tetapi yang terpenting adalah keahliannya

dalam mengatur waktu bagi hafalannya. Apabila hal

tersebut tidak dapat dilaksanakan, orang tersebut akan

melalaikan kewajibannya dalam menghafal AlQur’an.

c.) Sering lupa

Sebagian orang penghafal al-Qur’an mengatakan

bahwa hafalan yang telah dihafal cepat hilang. Lupa dalam

hafalan bukan sesuatu yang mengherankan. Akan tetapi

yang lebih penting adalah bagaimana kita terus berusaha

menjaga hafalan yang diperoleh dengan cara muraja’ah,


49

metode yang tepat bagi masing-masing penghafal dan

mencurahkan segala kemampuan untuk menghafal.74

f. Metode Menghafal Alqur’an

Ada beberapa syarat sebelum menghafal Al-Qur'an. Menurut

Ahsin W. alhafidzh dalam bukunya bimbingan praktis menghafal

Al-Qur'an, ada beberapa syarat yang harus terpenuhi sebelum

seseorang memasuki periode mengahafal Al-Qur'an yaitu:

1.) Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran-pikiran dan

teori-teori atau permasalahan-permasalahan yang sekiranya

akan menganggunya.

2.) Niat yang ikhlas.

3.) Memiliki keteguhan dan kesabaran.

4.) Istigomah.

5.) Menjauhkan dari dari maksiat dan segala sifat tercela.

6.) Izin orang tua, wali atau suami.75

Dalam proses menghafal ada dua sistematika, pertama:

mengafal Al-Qur'an program khusus yaitu mengkonsentrasikan

menghafal secara khusus dan tidak mempelajari ilmu yang lain.

Kedua: program mengahafal diikuti program studi lain secara

berjenjang dari tiga tahun sampai empat tahun. Materi hafalan yang

telah dihafal sangatlah rawan untuk lupa dan hilang, untuk itu

74
Zaki Zamani dan M. Syukron Maksum, Menghafal Al-Qur’an itu gampang, (Yogyakarta: Mutiara
Madia, 2009), hlm. 69-72
75
Ahsin W, Al-Hafidz, Bimbingan Praktis menghafal Al-Qur'an, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994),
hlm 48-54
50

dibutuhkan waktu yang cukup disiplin untuk mengulang ulang juz-

juz yang sudah dihafal. Usaha untuk mempertahankan hafalan bisa

dilakukan dengan Muraja’ah dan doa.


BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan

dengan jenis penelitian deskriptif. Yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-

kata, gambar, dab bukan berupa angka-angka.76 Terdapat beberapa macam

pendapat menurut beberapa ahli mengenai pengertian dari penelitian kualitatif.

Diantaranya menurut bogdan dan Taylor dalam Moleong, penelitian kualitatif

adalah penelitian yang menghasilkan data deskripstif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.77

Menurut Moleong, penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud

untuk memahami fenomena tentang apa yang dipahami oleh subyek penelitian,

seperti perilaku persepsi, tindakan, motivasi, secara holistik dan dengan cara

deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.78 Secara sederhana,

dapat diartikan sebagai penelitian yang lebih cocok digunakan untuk meneliti

kondisi atau situasi objek penelitian.

Dalam penelitian ini tidak ada perlakuan yang ditambah atau dikurangi

dalam perolehan data di lapangan, penelitian ini menggambarkan tentang suatu

76
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif Rancangan Metodologi, Presentasi, dan Publikasi
Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Penelitian Pemula Bidang Ilmu Sosial, Pendidikan, dan
Humaniora, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. I, Hlm. 51
77
Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis, (Yogyakarta: teras, 2011), hal. 64
78
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hal.
6

51
52

gejala, kondisi dan sifat situasi yang terjadi secara apa adanya tanpa adanya

manupulasi pada waktu penelitian lapangan dilakukan.

Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan variable atau kondisi objek

yang diamati secara apa adanya tanpa adanya manipulasi. Dalam penyusunan

skripsi ini, peneliti menggunakan jenis dan pendekatan deskriptif kualitatif

dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran secara sitematis, faktual,

akurat mengenai faktor-faktor serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. 79

B. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah siswa kelas 6

TAUD (Tahfidz Usia Dini). Peneliti mengambil objek penelitian di Sekolah

Dasar Nurus Sunnah Semarang Jawa Tengah untuk mengetahui bagaimana

pendekatan behavior untuk meningkatkan motivasi menghafal Alqur’an.

Pengambilan lokasi tersebut berada di Sekolah Dasar Nurus Sunnah

Semarang Jawa Tengah. Lebih tepatnya di Jalan Bulusan Utara Raya Kelurahan

Bulusan, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah. Sekolah

tersebut terdapat siswa yang sebenarnya kuat hafalannya akan tetapi kurang

mempunyai motivasi yang kuat dalam menghafal Alqur’an sehingga

mempengarungi banyaknya hafalan yang didapat dan dilatarbelakangi berbagai

jenis bimbingan yang dilakukan orang tua yang kurang selama anak di rumah.

C. Kehadiran peneliti

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, dalam penelitian ini

peneliti bertindak sebagai observasi untuk mengamati dengan cermat atau


79
Moh Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), Hlm.54.
53

objek yang diteliti, disamping itu peneliti mengadakan wawancara (interview)

dengan responden untuk mendapatkan keterangan-keterangan yang memadai

mengenai Bimbingan Orang Tua Dengan Pendekatan Behavior Untuk

Meningkatkan Motivasi Menghafal Alqur’an Siswa Kelas 6 Taud ( Tahfidz

Usia Dini ) SD Islam Nurus Sunnah Semarang

Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif sangat diperlukan, karena

peneliti berperan sebagai instrument kunci yang berlangsung melibatkan diri

dalam kehidupan subjek pada waktu penelitian, maka peneliti dapat melihat

secara langsung fenomena di lapangan. Peneliti juga merupakan perencana,

pelaksanaan, pengumpulan data, analisis, penafsiran data dan pelapor hasil

penelitiannya.80

D. Sumber Data Penelitian

Sumber data adalah semua informasi baik yang merupakan benda

nyata, sesuatu yang abstrak, peristiwa baik secara kualitatif maupun

kuantitatif.81 Sumber data ini merupakan asal informasi yang diperoleh dalam

suatu penelitian, sumber data yang bersifat kualitatif dalam penelitian ini

bersifat subjektif. Sumber utama dalam deskriptif-kualitatif adalah kata-kata

dan tindakan. Selebihnya merupakan data tambahan seperti dokumen dan data

yang lain. Jadi, sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata yang

diperoleh dari informasi dan dokumen yang merupakan data tambahan.

80
Lexy j. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remja Rosdakarya, 2010),
Hlm. 121
81
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2008), Hlm. 53
54

Sumber data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiono dapat

menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder.

1) Sumber data primer adalah daya yang peneliti peroleh secara langsung di

lapangan dari objek atau pelaku, dan sumber yang berhubungan serta

berkaitan dengan Bimbingan Orang Tua Dengan Pendekatan Behavior

Untuk Meningkatkan Motivasi Menghafal Alqur’an Siswa Kelas 6 Taud (

Tahfidz Usia Dini ) SD Islam Nurus Sunnah Semarang, melalui proses

wawancara, observasi ataupun dokumentasi secara langsung terhadap

informasi yang dianggap dapat dipercaya untuk menjadi sumber data.

Data primer dalam penelitian ini adalah 3 siswa Kelas 6 Taud ( Tahfidz

Usia Dini ) SD Islam Nurus Sunnah Semarang, 3 orang tua ( wali murid

dari siswa Kelas 6 Taud ( Tahfidz Usia Dini ) SD Islam Nurus Sunnah

Semarang), dan wali kelas dari Kelas 6 Taud ( Tahfidz Usia Dini ) SD

Islam Nurus Sunnah Semarang.

2) Sumber data sekunder yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data seperti dokumen, arsip dan lain sebagainya.82

Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang

tersedia. Dalam penelitian ini sumber data sekunder adalah beberapa

dokumen atau data laporan dari sekolah, dan buku-buku ataupun literature

lain yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti.

82
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Alfabeta, (Bandung, 2008) hlm.3
55

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam setiap penelitian diperlukan alat pengumpul data. Alat

pengumpul data terdiri dari berbagai macam jenisnya. Dalam penelitian ini

alat pengumpul data yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Terdapat berbagai pendapat mengenai teori observasi. Observasi biasa

diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis atas

fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam istilah lain, yaitu suatu cara

yang digunakan oleh peneliti dalam rangka mencari dan mengumpulkan

data dengan jalan pengamatan dan pencatatan unsur-unsur yang diteliti

secara sistematis saat di lapangan. Metode observasi digunakan peneliti

untuk mendapatkan data primer dan data sekunder. Dalam penelitian ini

peneliti melakukan pengamatan dari dekat aktivitas dan proses bimbingan

orang tua kepada anaknya yang berstatus sebagai pelajar di kelas 6 TAUD

(Tahfidz Usia Dini). Ada beberapa hal yang diamati, yaitu teknik pada

pendekatan behavior yang digunakan orang tua untuk meningkatkan

motivasi menghafal Alqur’an selama dirumah.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengambilan data dimana peneliti

langsung berdialog dengan responden untuk menggali informasi dari

responden.83 Pada jenis wawancara terbagi menjadi dua jenis, yaitu

wawancara terstruktur dan wawancara bebas tidak terstruktur. Wawancara

83
Suliyanto, Metode Riset Bisnis, (Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2006), Hlm. 137
56

terstruktur adalah jenis wawancara yang disusun secara terperinci.

Wawancara tidak terstruktur adalah jenis wawancara yang hanya memuat

garis besar yang akan ditanyakan.84

Penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur, berupa tatap

muka dengan responden dengan data yang telah disiapkan sebelumnya

seperti instrumen wawancara melalui serangkaian pertanyaan. Peneliti

akan melakukan wawancara kepada siswa Kelas 6 Taud ( Tahfidz Usia

Dini ) SD Islam Nurus Sunnah Semarang, orang tua ( wali murid dari

siswa Kelas 6 Taud ( Tahfidz Usia Dini ) SD Islam Nurus Sunnah

Semarang), dan wali kelas dari Kelas 6 Taud ( Tahfidz Usia Dini ) SD

Islam Nurus Sunnah Semarang. Tujuan wawancara ini untuk

mengumpulkan data yang tidak diperoleh dari observasi dan apabila

terdapat data-data yang masih belum jelas.

1. Dokumentasi

Metode pengumpulan data melalui dokumentasi berupa data

tertulis atau tercetak tentang fakta-fakta yang disajikan sebagia bukti fisik

penelitian. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.85

Teknik ini peneliti gunakan untuk mengumpulkan data sekunder, data

tertulis yang memberikan keterangan yang dibutuhkan oleh peneliti yakni

mengenai data lokasi penelitian, data keadaan, dan lain-lain.

84
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Putra,
2006), Hlm. 227
85
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Alfabeta, (Bandung, 2008) hlm.329
57

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses pencarian dan pengaturan secara

sistematik hasil wawancara, catatan-catatan, dan bahan-bahan yang

dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap semua hal yang

dikumpulkan dan memungkinkan menyajikan apa yang ditemukan86.

Adapun model analisi data dalam penelitian ini digunakan model

analisis kualitatif melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Tahapan pertama

Pengumpulan data adalah peneliti melakukan pengumpulan data

informasi yang penting dan terkait dengan masalah penelitian,

dengan menggabungkan data-data ynag diperoleh dari observasi,

dokumentasi dan wawancara dari narasumber terkait dengan

bimbingan orang tua dengan pendekatan behavior untuk

meningkatkan motivasi menghafal alqur’an siswa kelas 6 taud

(tahfidz usia dini).

2. Tahapan kedua

Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang menajamkan,

mengorganisasi data dengan cara yang sedemikian rupa, sehingga

kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Dengan kata

lain, peneliti memlilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, kemudian mencari tema dan polanya.

86
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015),
Hlm. 210
58

Reduksi data yang dimaksudkan untuk menentukan data ulang

sesuai dengan permasalahan yang akan penulis teliti. Adapun data

tersebut mengenai bimbingan orang tua dengan pendekatan

behavior untuk meningkatkan motivasi menghafal alqur’an siswa

kelas 6 taud (tahfidz usia dini), baik dari hasil wawancara,

observasi dan dokumentasi kemudian dibuat rangkuman.

3. Tahapan ketiga

Pada tahap ini peneliti menyajikan data yaitu peneliti

mengelompokkan data yang sudah direduksi yang asalnya data

tersebut disajikan secara terpisah antara tahapan satu dengan yang

lain dalam bentuk narasi. Kemudian dirangkum secara jelas dan

ditarik kesimpukan serta pengambilan tindakan dengan melihat

sajian data. Peneliti akan dapat memahami apa yang sedang terjadi

dan apa yang harus dilakukan dan memungkinkan untuk

menganalisis dan mengambil tindakan lain berdasarkan pemahaman.

Dalam hal ini berkaitan dengan bimbingan orang tua dengan

pendekatan behavior untuk meningkatkan motivasi menghafal

alqur’an siswa kelas 6 taud (tahfidz usia dini).

4. Tahapan keempat

Langkah selanjutnya adalah tahapan penarikan kesimpulan dan

verifikasi. Dalam tahapan ini data yang terkumpul dengan baik

kemudian diedit dan dipilah-pilah, kemudian diverifikasi dengan

pemerikasaan ulang tentang kebenaran data dari narasumber dan


59

bukti-bukti tentang data yang diperoleh ketika penelitian di

lapangan, agar tidak terjadi kesalahan dalam penentuan data akhir

dari keseluruhan proses tahap analisis, sehingga keseluruhan

permasalahan mengenai bimbingan orang tua dengan pendekatan

behavior untuk meningkatkan motivasi menghafal alqur’an siswa

kelas 6 taud ( tahfidz usia dini ) sesuai dengan katagori data dan

permasalahan yang diteliti.


BAB IV
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

1. Profil SD Islam Nurus Sunnah

Yayasan Islam Nurus Sunnah Semarang mendirikan Kelompok

Bermain (KB), Taman Kanak-Kanak (TK), Tahfidz Anak Usia Dini

(TAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),

dan Madrasah Aliyah (MA) untuk menggali dan mengembangkan

potensi serta membekali anak dengan pendidikan mental dan

intelektual yang terbaik dengan menerapkan metode yang mendorong

anak untuk belajar aktif, kreatif, inovatif, dapat mengembangkan ide

dan kemampuan, dalam suasana yang menyenangkan agar fitrah anak

terpelihara, potensi alami terasah dan terbentuk pribadi yang mandiri

serta berakhlakul karimah.87

Sekolah Islam Nurus Sunnah memiliki dua program pendidikan

yaitu reguler dan tahfidz. Keduanya menjalankan kurikulum diknas

dan kurikulum plus atau kelas TAUD (tahfidz usia dini). Pada

program kurikulus DIKNAS atau regular berupa pendidikan formal

sekolah dasar 6 tahun dengan ijazah DIKNAS, dimana siswa

mendapatkan pelajaran tambahan diniyyah, bahasa arab dan tahfidz

dengan target TK 1 Juz, SD-SMA masing-masing 3 Juz. Adapun

program kurikulum plus atau kelas TAUD ( tahfidz usia dini) berupa

87
Web SD Islam Nurus sunnah

60
61

pembelajaran tahfidz Qur’an sejak dini selama 6 tahun, dimana

menitik beratkan pada pembelajaran diniyyah dan tahfidz dengan

target TK 3 Juz, SD 12 Juz, SMP-SMA menyelesaikan 30 Juz dan

beberapa mutun ilmiyyah bersanad.Kurikulum plus SD Islam Nurus

Sunnah berupa Aqidah, Akhlak, Al-Quran, Hadits, Fiqh Ibadah,

Bahasa Arab, dan Tarikh. Serta dilengkapi dengan berbagai kegiatan

ekstrakulikuler seperti Tahfidz Al Quran, Dokter Cilik, Perbengkelan,

Elektronika, Keputrian, Pencak Silat, Komputer, dan Jurnalistik.88

SD Islam Nurus Sunnah mendapatkan Prestasi Nilai Akredatasi A.

Diantara keunggulan lainnya adalah SD Islam Nurus Sunnah telah

meraih berbagai penghargaan, yaitu Juara Hafalan Qur’an Tingkat

Nasional Jawa Tengah & DIY, Juara Bahasa Inggris, Olah Raga

Panahan, Pencak Silat, Penghargaan Juara Pemilihan Da’i Cilik,

Penghargaan Juara Anak dalam Pidato Khutbah dengan Bahasa Arab,

dan Penghargaan Juara Pengetahuan Anak tentang Agama Islam.89

Selain itu,Sekolah Islam Nurus Sunnah telah mendapatkan

juga Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari Dinas Pendidikan

Kota Semarang, yang dengan ini maka telah diakui secara

Pendidikan Nasional, dan bekerjasama dengan pihak Yayasan

Islam lain, diantaranya adalah Stasiun TV Dakwah seperti

PULDAPII TV, Wesal TV, Rodja TV, juga simpanan BMT

88
Web SD Islam Nurus Sunnah
89
Web SD Islam Nurus Sunnah
62

Amanah, Biro Umrah dan Haji dan Radio Dakwah Islam Mutiara

Qur’an AM 1476 kHz sehingga dapat membantu

tersampaikannya Visi dan Misi Sekolah serta Dakwah.90

2. Visi Dan Misi SD ISLAM NURUS SUNNAH

a. Visi Sekolah

“Terwujudnya sekolah unggul dalam menghasilkan generasi yang

berprestasi, berwawasan lingkungan dan berakhlaq mulia

berdasarkan Alqur’an dan As-sunnah.”91

b. Misi Sekolah

1) Menyelenggarakan pendidikan dengan membangun multiple

intelligences berbasis pada nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan

kepada Allah Ta’ala dengan mengoptimalkan sumber daya yang

dimiliki.

2) Mewujudkan sikap dan perilaku religius didalam dan luar

sekolah.

3) Mewujudkan budayajujur, disiplin, gemar membaca, rasa ingin

tahu, bekerja sama, saling menghargai, kerja keras, kreatif,

mandiri dan bertanggung jawab.

4) Mewujudkan lingkungan sekolah yang rapi, bersih, indah,aman,

dan nyaman.

5) Mewujudkan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif,

menyenangkan, dan menantang.


90
Web SD Islam Nurur Sunnah
91
Web SD Islam Nurus Sunnah
63

6) Menanamkan kepedulian sosial dan lingkungan, cinta damai,

berwawasan kebangsaan, dan demokratis.

7) Menciptakan suasana akademis di sekolah.92

c. Tujuan Sekolah

1) Mengoptimalkan proses pembelajaran dengan pendekatan yang

berpusat pada siswa (student centered learning), antara lain

CTL, Pakem, serta layanan Bimbingan dan Konseling.

2) Menjadikan siswa siswi sekolah dasar Islam Nurus Sunnah

Berkepribadian unggul, religius, jujur, amanah, bekerja keras,

disiplin, mandiri dan berprestasi, berfikir logis, kritis, kreatif,

inovatif, dan inspiratif

3) Menjadikan siswa siswi Sekolah Dasar Islam Nurus Sunnah

memiliki kecerdasan emosional, mampu berinteraksi dan

berkomunikasi dengan baik serta terampil, berpengetahuan dan

berwawasan luas dan semangat nasional kebangsaan.

4) Memperoleh kejuaraan lomba siswa berprestasi mata pelajaran,

olympiade sains, festival kreatifitas siswa baik di tingkat

kecamatan, kabupaten, propinsi, maupun nasional.

5) Menciptakan lulusan berkualitas yang berwawasan Nasional dan

Internasional.

92
Web SD Islam Nurus Sunnah
64

6) Membekali anak didik dengan dasar IPTEK, penguasaan

teknologi informasi secara benar, dan memiliki kemampuan

berkomunikasi

7) Menciptakan generasi muda yang kompetitif, kreatif, inovatif,

aktif di lingkup nasional maupun Internasional yang mampu

bersaing secara global.

8) Menumbuhkembangkan penghayatan terhadap rasa cinta,

estetika di lingkungan sekolah dan masyarakat sehingga

terwujud generasi yang peduli dan berbudaya lingkungan serta

berakhlaqul karimah menjunjung tinggi nilai agama dan budaya

yang Islami.

9) Menjadi sekolah adiwiyata mandiri.

10) Siap untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 93

3. Identitas SD Islam Nurus Sunnah

Nama sekolah : SD Islam Nurus Sunnah

N.I.S / N.S.S : 102030107041

Alamat : Jalan Bulusan Utara Raya

Kelurahan : Bulusan

Kecamatan : Tembalang

Otonomi : Kota Semarang

Provinsi : Jawa Tengah

Status Sekolah : Swasta

93
Website sekolah SD Islam Nurus Sunnah
65

Nama Kepala Sekolah: Bambang Irawan S.Pd.I

Kode POS : 5027

Telepon : (024) 70797019

Faksimle : (024) 76928498

Daerah : Perkotaan

Kelompok Sekolah : Inti

Akreditasi : A tahun 2015

Surat Keputusan / SK : Nomor 8.507/2859 , Tanggal : 5 Juni 2000

Penerbit SK : Drs. H. Sri Santoso

Tahun Berdiri : Tahun 2002

Kegiatan Belajar/Mengajar : Pagi

Bangunan Sekolah : Milik Sendiri

Luas Bangunan : L : 1489 m2 P : 524 m2

Lokasi Sekolah : Jalan Bulusan Utara Raya, Bulusan,

Tembalang

Jarak ke Pusat Kecamatan : 0.5 KM

Jarak ke Pusat Otoda : 10 KM

Terletak Pada Lintasan : Kabupaten / Kota

Organisasi Penyelenggara : Yayasan. 94

1. Susunan Pengurus Komite Sekolah

Kepala Sekolah : Bambang Irawan, S. Pd.I

Ketua Komite : Agung Yudi Peyho, S.Si

94
Dokumen SD Islam Nurus Sunnah
66

Waka. Komite sekolah : riswanto

Sekertaris : Dwi s. hayati

Bendahara : Winda sulistiani

Anggota :

1. Waka Ortu Kelas 1 : Suci Sadiayana

2. Wakil Ortu Kelas 2 : Eismawati

3. Wakil Ortu Kelas 3 : Erni Purrawati

4. Wakil Ortu Kelas 4 : Harti

5. Wakil Ortu Kelas 5 : Dwi Setyorini

6. Wakil Ortu Kelas 6 : Rif’ah.95

2. Struktur Organisasi Sekolah

Kepala Sekolah : Bambang Irawan, S. Pd.I

B. Komite Sekolah : Anam Surya Nindito, SH

Perpustakaan : Miftah Nurul Aini

Tata Usaha : Saniyyah Salsabila

Bendahara : Wiwik Sudaiyati, S.Pd

Penjaga : Duladi

Kelompok Jabatan Fungsional :

 Guru kelas 1 : Esri Styorini, S.H dan Sri Rahayu S.Pd

 Guru kelas 2 : Dei Rintani S.Pd dan Agus Supriyanto

 Guru kelas 3 : Tetty Apriyani, S.T dan Ari Dewi Lestari, S.Pd

95
Dokumen Sekolah SD Islam Nurus Sunnah
67

 Guru kelas 4 : M. Rondhi, S.Pd.I dan Dwi

Prasoetyaningsih,S.Pd

 Guru kelas5: Apit Riana, SKM,M.Kes dan Devi

Susilowati,S.Pd

 Guru kelas 6 : Nor Ruji Astuti, S.Pa dan Wiwik Sudaryati, S.Pa

 Guru Agama : M.Nursidin S,Pd.I M.Pd.I dan Viki Iffah, S.Pd.I

 Guru penjaskes : Arif Rohman M. S.Pd

 Guru bahasa Arab : Nissa Hatiib Astono

 Guru Bahasa Inggris : Pinky Tiffany, S.Pd

 Guru Tahfidz : Abdullah Harish Dan Khaullah

 Operator Web : Saniyyah Salsabila

 Petugas Kebersihan : Ahmad Imam.M

 Tukang Kebun : Jureni

 Sarpras : Atmani

Siswa Sekolah Dan Masyarakat.96

3. Subjek Penelitian

Tabel 4.1 Data Subjek Penelitian

No. Keluarga I Keluarga Keluarga Keluarga Keluarga

II III IV V

1. Nama Alm. Eko Pujo Raden Agus Olehilman

Ayah Herman Wicaksono Prayitno R

96
Dokumen Sekolah SD Islam Nurus Sunnah
68

Susilo

2. Pekerjaan Karyawan Wiraswasta PNS Karyawan

Ayah -

3. Nama Ibu Dwi Wiwiek Luluk Erima Giyanti

Agustin Ade Hanifah Ashofa

Handayani Oktaviani

4. Pekerjaan Ibu Rumah Ibu Ibu Rumah Ibu Rumah Ibu

Ibu Tangga Rumah Tangga Tangga Rumah

Tangga Tangga

5. Nama Azzahra Qonita Ghina Muhammad Shofiyyah

Anak Khairunnisa Cikal Nafisah Hanif

Sholehah Wicaksono Atho’illah

Putri

6. Usia 11 tahun97 11 tahun98 11 tahun99 12 tahun100 11

tahun101

B. PENYAJIAN DATA

Penyajian data yang dihasilkan berasal dari hasil wawancara dan

observasi yang telah dilakukan oleh peneliti sendiri dari awal hingga akhir

penelitian, kecuali berupa data-data yang bersifat administratif yang

97
Wawacara dengan ummi Dwi Agustin Handayani, 20 Oktober 2022, Jam 13.00 WIB
98
Wawancara dengan ummi Wiwi Ade Oktaviani, 9 November 2022, Jam 10.30 WIB
99
Wawancara dengan ummi Luluk Hanifah, 20 Oktober 2022, Jam 10.00 WIB
100
Wawancara dengan ummi Erima Ashofa, 21 Oktober 2022, Jam 10.00 WIB
101
Wawancara dengan ummi Giyanti, 8 November 2022, Jam 18.00 WIB
69

diperoleh oleh kepala sekolah SD Islam Nurus Sunnah. Wawancara

dimulai dengan tujuan adanya Bimbingan Orang Tua dengan Pendekatan

Behavior dalam Meningkatkn Motivasi Menghafal Alqur’an siswa kelas 6

TAUD (tahfidz usia dini) di sekolah tersebut.

Pada bagian ini ada beberapa pokok pembahasan yang akan

dilaporkan dari wawancara terhadap bimbingan orang tua dengan

pendekatan behavior dalam meningkatkan motivasi menghafal Alqur’an

siswa kelas 6 TAUD di sekolah tersebut. Seluruh data yag terkumpul akan

disajikan dalam bentuk deskriptif yaitu dengan mengemukakan data yang

diperoleh ke dalam penjelasan melalui uraian kata sehingga menjadi

kalimat yang mudah dipahami.

Dalam penelitian ini peneliti mengadakan observasi dan wawancara

kepada subjek yang ditentukan dalam penlitian, maka dapat dikemukakan

data mengenai bimbingan orang tua dengan pendekatan behavior untuk

meningkatkan motivasi menghafal Alqur’an sisa kelas 6 TAUD di SD

Islam Nurus Sunnah, Semarang, Jawa Tengah. Untuk lebih jelasnya

mengenai penyajian data ini dapat dilihat pada uraian berikut :

1. Penerapan pada bimbingan orang tua dengan pendekatan behavior

untuk meningkatkan motivasi menghafal Alqu’an siswa kelas 6

TAUD (Tahfidz Usia Dini) di SD Islam Nurus Sunnah


70

Sebelum adanya bimbingan orang tua tentunya terdapat beberapa

masalah yang dialami oleh siswa kelas 6 TAUD (Tahfidz Usia Dini)

terkait motivasi menghafal Alqur’an sehingga terciptalah Bimbingan

Orang Tua.

Adapun permasalahan yang dialami siswa kelas 6 TAUD (

Tahfidz Usia Dini) diantaranya adalah rasa malas, capek, penat,

bosan dalam menghafal Alqur’an sehingga beberapa tugas rumah

yang diberikan dari pihak sekolah terbengkalai target hafalan yang

tidak tercapai, dan target muroja’ah yang tidak terpenuhi. Dengan

adanya bimbingan orang tua dengan pendekatan behavior ini

bertujuan untuk meningkatkan motivasi menghafal Alqur’an di

sekolah tersebut.

Proses bimbingan orang tua dengan pendekatan behavior

merupakan suatu bantuan atau salah satu cara yang diberikan kepada

siswa kelas 6 TAUD (Tahfidz Usia Dini) bertujuan untuk mengatasi

permasalahan yang dialami. Bimbingan orang tua dilakukan dalam

menangani permasalahan yang dialami siswa bertujuan untuk

membantu siswa mengatur pribadinya agar motivasi siswa tetap

stabil sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan target

hafalannya dapat tercapai.

Diantara bentuk bimbingan orang tua dengan pendekatan

behavior dalam meningkatkan motivasi menghafal Alqur’an adalah

seperti pada penggunaan teknik reinforcement positif yang diberikan


71

orang tua terhadap anaknya dengan bentuk perilaku berupa

pemberian hadiah kepada anak ketika anak dapat mencapai target

hafalannya. Dengan pemberian hadiah tersebut dapat mengubah

perilaku anak yang awalnya kurang bersemangat menjadi

bersemangat menghafal Alqur’an dan ia akan senang untuk

mengulang perilakunya yaitu menghafal Alqur’an sesuai target.

Bentuk penerapan bimbingan orang tua dengan pendekatan

behavior untuk meningkatkan motivasi menghafal Alqur’an siswa

kelas 6 TAUD ( Tahfidz Usia Dini) di SD Islam Nurus Sunnah

terdapat berbagai macam jenis, berikut ini adalah uraian dari hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti :

a.) Penerapan yang dilakukan oleh Orang Tua (Umi Dwi

Agustin Handayani) terhadap Anaknya (Azzahra

Khairunnisa)

Bentuk penerapan yang dilakukan umi Dwin Agustin

Handayani terdapat beberapa cara. Dimulai dari bimbingan

orang tua dalam proses menghafal Alqur’an anak selama di

rumah yaitu dengan bimbingan dengan pengawasan, perhatian

pada muroja’ah dan ziyadah anak, pemberian beberapa cara

yang agak berbeda dalam proses menyimak muroja’ah anak.

Sebagaimana penjelasan dari umi Agustin :

“Dalam proses menghafal Alqur’an umi mentalqin zahra


kemudian ia akan menghafalkan sendiri dan di setor ke umi.
Untuk muroja’ahnya, ketika zahra menperdengarkan
72

muroja’ahnya umi membantunya dengan dipancing dengan ilmu


tajwid,nahwu,shorof dan bahasa arabnya ketika ia lupa.102

“Target hafalan yang diberikan umi yaitu sepertiga halaman


Alqur’an karena umi melihat kemampuannya, tetapi zahra
pernah berhasil setengah halaman. Dan pada kondisi tertentu
seperti capek maka umi memberi kelonggaran ke zahra.”103

Pada proses bimbingan orang tua ini umi Dwi Agustin

Handayani telah melakukan beberapa teknik pada pendekatan

behavior dalam meningkatkan motivasi menghafal Alqur’an

anak. Diantara teknik yang telah digunakan adalah teknik

reinforcement positif dan negatif, teknik punishment positif,

teknik shaping, teknik generalization, teknik modelling. Salah

satu perilaku yang dilakukan pada teknik-teknik tersebut adalah

pemberian motivasi, menjelaskan faedah yang didapat oleh

penghafal Alqur’an, pemberian apresiasi atas usaha yang telah

dilakukan anak. Hal ini sesuai dengan hasil observasi dan

penjelasan dari wawancara dengan umi Agustin yaitu :

“Teknik yang digunakan adalah umi akan membuatkannya


jelly atau jajanan rumah apabila ia naik juz.(teknik
reinforcement positif). Kalau zahra capek dan letih umi
memberikannya waktu istirahat. Kalau zahra bosan umi nyuruh
dia keliling kompleksatau mengajak makan diluar.(teknik
reinforcement negative).Ketika zahra di waktu tahfidz maen
handphone maka umi mengambil dan menyimpannya, dan umi
pernah nyuruh zahra lari keliling komples (teknik punishment
positif).104

“Pada pertama kali zahra menghafal alqur’an umi


mentalqinnya kemudian jika sudah hafal maka umi akan
menyimak hafalannya. Serta memfasilitasi murotal dari bacaan
102
Wawancara dengan ummi Dwi Agustin Handayani, 20 Oktober 2022, Jam 13.00 WIB
103
Wawancara dengan Ummi Dwi Agustin Handayani, 20 Oktober 2022, Jam 13.00 WIB
104
Wawancara dengan Ummi Dwi Agustin Handayani, 20 Oktober 2022, Jam 13.00 WIB
73

qori(teknik shaping). Umi memberikan apresiasi pujian setiap


zahra berhasil menyelesaikan setoran hafalan dengan baik, dan
jika belum maksimal umi akan menerimanya, memberikan
pengertiaan dan penyemangat dan menyuruhnya untuk tidak
cepat putus asa(teknik generalization).”105

“Umi melihat bahwa zahra dapat belajar bahwa


menggunakan handphone, laptop, menonton televise dan
bermain diwaktu santai bukan diwaktu menghafal
Alqur’an.(teknik discrimination) serta umi menceritakan tentang
penghafal Alqur’an memiliki kekurangan (cacat pada tubuh)
dapat sukses seperti yang contohkan pada anak-anak yang
mengikuti kegiatan hafidz qur’an di siaran televisi. (teknik
modelling).”106

Dari beberapa teknik yang telah umi lakukan terdapat teknik

yang efektif dan yang kurang efektif dalam meningkatkan

motivasi menghafal alqur’an zahra. Teknik yang efektif

digunakan adalah dengan pemberian motivasi dengan nasehat

dan faedah yang didapat oleh penghafal Alqur’an. Sedangkan

yang tidak efektif adalah ketika umi Dwi Agustin Handayani

mengomelinya dan ketika ia tidak dapat fokus disebabkan

pikirannya tertuju pada game serta sifat malasnya. Hal ini sesuai

dengan hasil wawancara dengan ummi Agustin:

“Efektif dengan diberikan nasehat dan faedah-faedah


penghafal Alqur’an, apalagi faedah yang akan didapat oleh
abahnya yang sudah wafat dengan di ceritakan begitu dia
langsung semangat bahkan dia tiba-tiba mau atau disimak
hafalannya. Sedangkan yang paling susah kalau diomelin umi
dan dia sedang tidak fokus pikirannya karena ingin maen game
di handphonenya kadang juga kalau sedang malas.”107

105
Wawancara dengan Ummi Dwi Agustin Handayani, 20 Oktober 2022, Jam 13.00 WIB
106
Wawancara dengan Ummi Dwi Agustin Handayani, 20 Oktober 2022, Jam 13.00 WIB
107
Wawancara dengan Ummi Dwi Agustin Handayani, 20 Oktober 2022, Jam 13.00 WIB
74

Dari proses membimbing zahra terdapat beberapa kondisi

dimana anak mengalami ketidakstabilan motivasinya. Kondisi

motivasinya tidak stabil paling parah adalah setelah wafat

abinya. Hal ini sesuai dengan paparan dari hasil wawancara

dengan ummiAgustin :

“Yang paling tidak stabil ketika dia sedang down yaitu pas
ujian kenaikan kelas 4 abahnya meninggal, setelah kenaikan
kelas dia mengalami lupa 90% dari surat yang sudah dihafal.
Pikirannya buyar atau tidak dapat fokus dan selama liburan
karena sedang masa berduka umi juga tidak sempat
memperhatikan hafalannya (tidak membaca Alqur’an sama
sekali apalagi muroja’ah hafalannya). ”108

Dari bimbingan yang telah dilakukan orang tua umi zahra

mengalami beberapa kendala baik yang ia alami ataupun

anaknya. Kendala yang dialami ummi agustin adalah pada

pembagian waktu ditengah kesibukkan antara pekerjaan rumah,

pemberian perhatian untuk zahra dan adiknya, dan ketika

moodswing. Sedangkan kendala yang dialami zahra adalah

ketika ia putus asa hingga menangis sehingga membutuhkan

waktu untuk menenangkan dan memotivasinya kembali serta ia

tidak dapat fokus di sebabkan capek dengan kegiatan sekolah

ataupun ketika ia terlena dengan game yang menjadi tranding

dikalangan teman sekelasnya. Hal ini sesuai dengan yang

dipaparkan dari hasil wawancara dengan ummi Agustin :

“Untuk kendala yang umi alami yaitu pada kesibukan yang


lain di rumah, moodswing, capek dengan kerjaan di rumah.

108
Wawancara dengan Ummi Dwi Agustin Handayani, 20 Oktober 2022, Jam 13.00 WIB
75

Sedangkan kendala pada zahra yaitu ketika ia sedang putus asa,


dan ketika anak terlena dengan game di handphone yang
sedang tranding dikalangan teman-temannya sehingga ia tidak
dapat fokus. Serta beberapa kesibukkan di sekolah yang
menyebabkan anak capek dan lelah.”109

Dalam melakukan bimbingan agar dapat dapat lebih

maksimal orang tua melakukan kerja sama dengan pihak

sekolah. Diantanya bentuk kerjasamanya adalah buku

monitoring yang diadakan pihak sekolah, sharing dengan guru

tahfidz baik secara langsung atau melalui media whatshapp dan

reward dari sekolah. Hal ini berdasarkan pada penjelasan dari

hasil wawancara dengan ummi Agustin:

“Untuk bentuk kerjasama yang dilakukan orang tua dan


pihak sekolah dalam meningkatkan motivasi menghafal
Alqur’an adalah dengan diadakannya buku monitoring, yaitu
buku pengawasan hafalan anak dengan keterangan
perkembangan anak sehingga pihak orang tua dapat
mengetahuinya. pihak orang tua pun juga dapat melakukan
sharing tentang kemampuan anak dengan guru tahfidz seperti
dengan bertanya langsung atau melalui media whatshapp. Dulu
juga pernah waktu kelas 4 pihak sekolah mengadakan hadiah
dari bentuk apresiasi atau reward terhadap pencapaian target
anak.”110

Dari penjelasan umi Dwi Agustin Handayani dapat diketahui

bahwa bimbingan orang tua dengan pendekatan behavior dapat

dilakukan dalam meningkatkan motivasi menghafal Alqur’an

zahra.

Berikut ini adalah beberapa penjelasan dari pada hasil

bimbingan orang tua terhadap sang anak yaitu zahra :

109
Wawancara dengan Ummi Dwi Agustin Handayani, 20 Oktober 2022, Jam 13.00 WIB
110
Wawancara dengan ummi Dwi Agustin Handayani, 20 Oktober 2022, Jam 13.00 WIB
76

“Awal aku mau menghafal Alqur’an ya karena disuruh umi.


Umi juga cerita kalau penghafal Alqur’an dapat memberikan
mahkota untuk orang tua di akherat, jadi aku mau ngasih
mahkota yang yaling bagus buat orang tuaku jadi aku mau
menghafal alqur’an dengan baik.”111

Dari hasil wawancara dengan zahra dapat diketahui bahwa

minat menghafal Alqur’annya berasal dari orang tuanya

kemudian timbul keinginannya untuk menghafal Alqur’an dari

nasehat dan faedah – faedah yang diberikan oleh orang tuanya.

Pada proses hafalan Alqur’an ini orang tua zahra memberikan

dukungan dengan beberapa cara yang dilakukan dalam

membimbing sang anak dalam meningkatkan motivasi

menghafal Alqur’an. Salah satunya adalah dengan selalu

mendukung dengan pemberian motivasi dan nasehat serta

apresiasi terhadap usaha yang telah dilakukan zahra. Hal ini

sesuai dengan hasil waawancara dengan zahra:

“Umi dan abi mendukungku dengan cara membimbingku


dalam menghafal Alqur’an. Umi sering memberi motivasi
dengan nasehat dan cerita bahwa kalau orang tuaku dikasih
mahkota yang paling bagus berarti hafalanku bagus. Dimulai
dengan membaca iqro, diajarin cara membacanya, kalau sudah
bisa aku baca sendiri dan menghafalkan trus disetor ke umi.
Umi ngasih hadiah aku dengan ucapan selamat, di peluk dan
dicium. Jadi aku tambah semangat dan berusaha lebih lagi.”112

“Pernah diajak jalan makan di luar atau jalan-jalan kalau


aku lagi bosen. Dan kalau aku lagi banyak tugas individu atau
kelompok dari sekolah biasanya umi ngasih keringanan ke aku
dengan mengurangi target hafalan ziyadah. Jadi dengan itu
semua tugas dapat terlaksana dengan baik. Selain itu aku juga

111
Wawancara dengan Azzahra Khairunnisa, 19 Oktober 2022, Jam 08.30 WIB
112
Wawancara dengan Azzahra Khairunnisa, 19 Oktober 2022, Jam 08.30 WIB
77

pernah diajakin umi nonton hafidz qur’an, dicritain kisah-kisah


sukses penghafal Alqur’an yang kurang fisiknya tapi mampu
khatam Alqur’an, disetelin murotal supaya mudah ngafalin,
pernah juga umi ambil dan nyimpen handphone atau laptop
karena pas jam tahfidz aku pake maen.”113

Diantara metode-metode yang dilakukan umi Agustin dalam

meningkatkan motivasinya terdapat metode yang disukai dan

yang tidak disukai. Metode yang ia sukai adalah dengan

diberikan apresiasi dengan bentuk pujian, pelukan, ciuman, dan

diajak jalan-jalan oleh ummi Agustin. Sedangkan hal yang tidak

ia sukai adalah ketika ia dihukum push up dan keliling

kompleks. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari hasil

wawancara dengan zahra:

“Cara yang paling aku sukai itu pas dipuji, dipeluk, di cium
dan diajak jalan-jalan sama umi. Kalau aku nggak suka pas
dihukum push up dan lari keliling kompleks karena aku malu
sama tetangga aku lari sambil nangis sebab zahra nggak bisa
fokus dan banyak lupa ayatnya.”114

Dari penjelasan zahra tersebut dapat diketahui bahwa adanya

peningkatan motivasi dan menghilangkan hal-hal yang dapat

menurunkan motivasi anak yang dialami zahra selama

dibimbing orang tuanya.

b.) Penerapan yang dilakukan oleh orang tua (ummi Wiwiek

Ade Oktaviani) terhadap anaknya (Qonita cikal sholehah)

Bentuk penerapan yang dilakukan umi wiwiek terdapat

berbagai macam cara. Dimulai dari bimbingan orang tua dalam

113
Wawancara dengan Azzahra Khairunnisa, 19 Oktober 2022, Jam 08.30 WIB
114
Wawancara dengan Azzahra Khairunnisa, 19 Oktober 2022, Jam 08.30 WIB
78

proses menghafal Alqur’an anak selama di rumah yaitu dengan

bimbingan dengan pengawasan dan perhatian pada muroja’ah

anak, seperti ketika qonita membaca Alqur’an untuk persiapan

setoran muroja’ah umi wiwi mengawasi qonita dan meluangkan

waktunya untuk menyimak anak ketika anak sudah siap untuk

disimak muroja’ahnya. Sebagaimana penjelasan dari umi wiwi :

“Proses menghafal Alqur’an lebih focus kepada


muroja’ahnya dari setelah magrib sampai sebelum tidur,
dimulai dengan qonita membaca sendiri setelah ia siap
menyetorkan muroja’ahnya kepada ibu. Target yang ummi
berikan ikut target yang diberikan pihak sekolah. Sedangkan
kemampuan qonita dalam sehari 4 – 6 baris dalam 1 halaman di
Alqur’an dan muroja’ahnya minimal 5 halaman setiap
harinya.”115

Pada proses bimbingan orang tua ini umi wiwi telah

melakukan beberapa teknik pada pendekatan behavior dalam

meningkatkan motivasi menghafal Alqur’an anak, yaitu teknik

reinforcement positif dan negatif, teknik shaping, teknik

generalization, teknik discrimination, dan teknik modelling.

Salah satu contoh teknik yang digunakan ummi wiwi adalah

pemberian hadiah kepada qonita sebab dia telah mencapai target

hafalannya pada bulan tersebut. Sebagaimana dari hasil

observasi dan wawancara dengan ummi wiwiek yaitu :

“Teknik yang digunakan adalah umi menjanjikan qonita jika


qonita mencapai target hafalannya, umi membelikannya baju
baru (teknik reinforcement positif), ketika qonita capek dan letih
umi memberikan waktu istirahat dan ketika qonita bosan ummi
mengizinkannya bermain kerumah temannya pada hari libur

115
Wawancara dengan Ummi Wiwiek Ade Oktaviani, 9 November 2022, Jam 10.30 WIB
79

(teknik reinforcement negative). pertama kali qonita menghafal


alqur’an umi memperbaiki bacaan yang salah, dan umi
memperdengarkan qonita bacaan Alqur’an dari qori, mengajak
qonita menonton televise pada siaran (hafidz Qur’an) dengan
pemberian nasehat yang umi selipkan (teknik shaping).”116

“Umi juga selalu memberikan aprresiasi berupa pujian


kepada qonita setiap kali qonita selesai setoran hafalan jika
qonita dapat menyelesaikannya dengan baik, akan tetapi jika
belum maksimal umi akan menerimanya, memberikan
pengertiaan dan penyemangat(teknik generalization). Selain itu
umi mengingatkan qonita penggunaan handphone dan
menonton televise diwaktu santai bukan diwaktu menghafal
Alqur’an (teknik discrimination), umi menceritakan tokoh-tokoh
penghafal Alqur’an yang telah sukses baik dunia dan
akheratnya dengan mencontoh pada anak-anak yang mengikuti
kegiatan hafidz qur’an di televise ( teknik modelling).”117

Dari beberapa teknik yang telah ibu wiwiek lakukan terdapat

perilaku/ teknik yang efektif yaitu dengan memberikannya

hadiah ketika qonita telah mencapai target hafalannya dan yang

kurang efektif dalam meningkatkan motivasi menghafal

alqur’an qonita, yaitu ketika qonita dalam kondisi capek dan

bosan. Hal tersebut sesuai pada hasil observasi dan penjelasan

dari wawancara dengan umi wiwi :

“Efektif yaitu ketika umi memberikannya hadiah kepada


qonita. Sedangkan yang idak efektif itu pas qonita lagi capek
setelah pulang sekolah dan bosan dimana kondisi badannya
mempengaruhi konsentrasinya sehingga mau gak mau umi
memberikan waktu istirahat (tidur) untuk menghilangkan rasa
capeknya dan bosannya.”118

116
Wawancara dengan Ummi Wiwiek Ade Oktaviani, 9 November 2022, Jam 10.30 WIB
117
Wawancara dengan Ummi Wiwiek Ade Oktaviani, 9 November 2022, Jam 10.30 WIB
118
Wawancara dengan Ummi Wiwiek Ade Oktaviani, 9 November 2022, Jam 10.30 WIB
80

Dari proses membimbing qonita terdapat beberapa kondisi

dimana anak mengalami ketidakstabilan motivasinya yaitu pada

saat pulang sekolah dimana ia mengalami kelelahan dan ketika

guru memerikan tugas individu yang cukup banyak ataupun

tugas kelompok. Hal ini sesuai pada paparan dari hasil

wawancara dengan umi wiwi:

“Kondisi qonita pada saat tidak stabil yaitu ketika qonita


memiliki tugas yang banyak dari sekolah seperti tugas mandiri
apalagi tugas kelompok yang membutuhkan waktu dan tenaga
yang lebih untuk mengerjakannya sehingga anak capek,dan
ketika qonita bosan.”119

Dari bimbingan yang telah dilakukan orang tua terdapat

beberapa kendala. Kendala yang terjadi pada orang tua qonita

berasal dari pembagian waktu antara mengurus pekerjaan

rumah, dan mengurus keluarga. Sedangkan kendala yang

dialami qonita terletak pada kurang dapat berkonsentrasi dengan

baik apabila mendapat tugas lebih dari pihak sekolah. Hal ini

sesuai dengan hasil observasi dan wawancara dengan umi

wiwiek yaitu:

“Kendala yang dihadapi umi dan abi qonita adalah


kesibukan masing-masing seperti umi yang harus membagi
pekerjaan rumah dan mengurus keluarga. Sehingga umi dan abi
tetap meluangkan waktu untuk membimbing qonita dalam
menghafal alqur’an. Sedangkan kendala yang dihadapi qonita
sendiri, umi melihat bahwa qonita kurang berkonsentrasi jika
banyak tugas yang diberikan dari pihak sekolah kepada
anak.”120

119
Wawancara dengan Ummi Wiwiek Ade Oktaviani, 9 November 2022, Jam 10.30 WIB
120
Wawancara dengan Ummi Wiwiek Ade Oktaviani, 9 November 2022, Jam 10.30 WIB
81

Untuk mengatasi beberapa kendala dan melakukan

bimbingan agar dapat tetap maksimal terdapat beberapa bentuk

kerjasama yang dilakukan antara orang tua dan pihak sekolah,

yaitu dengan diadakannya buku monitoring, waktu sharing

dengan guru ketika pembagian raport dan sewaktu-waktu

dengan melalui media whatshapp. Hal ini sesuai dengan hasil

wawancara yang dilakukan dengan umi wiwiek :

“Untuk bentuk kerjasama yang dilakukan orang tua dan


pihak sekolah dalam meningkatkan motivasi menghafal
Alqur’an adalah dengan diadakannya buku monitoring, waktu
sharing yang diberikan pihak sekolah ketika pembagian raport
dan apabila sewaktu-waktu orang tua ingin melakukan sharing
kepada guru dapat juga melalui media whatshapp.”121

Dari penjelasan umi wiwiek dapat diketahui bahwa

bimbingan orang tua dengan pendekatan behavior dapat

dilakukan dalam meningkatkan motivasi menghafal Alqur’an

sang anak yaitu qonita. Dengan tanda bahwa setelah

dilakukannya bimbingan dengan beberapa teknik pada

pendekatan behavior qonita merasa semangat dan terus

menghafal sehingga target dapat tercapai dengan lebih cepat.

Berikut ini adalah beberapa penjelasan dari Qonita Cikal

Sholehah pada hasil bimbingan orang tua terhadap sang anak :

“Awal aku ingin menghafal Alqur’an karena aku masuk


sekolah Nurus Sunnah kelas TAUD (tahfidz usia dini) disuruh
oleh guru dan orang tua tapi lama-lama qonita ikut tertarik

121
Wawancara dengan Ummi Wiwiek Ade Oktaviani, 9 November 2022, Jam 10.30 WIB
82

menghafal Alqur’an karena dikasih tau kalau pas kelas 6 akan


dapat sertifikat, jadi aku mau menghafal Alqur’an.”122

Dari hasil wawancara yang telah dijelaskan qonita dapat

diketahui bahwa minat menghafal Alqur’an qonita berasal dari

guru dan orang tua. Namun, seiring berjalannya waktu

tumbuhlah motivasi dalam dirinya.

Orang tua memberikan dukungan kepada qoita dengan

pemberian bimbingan untuk meningkatkan motivasi menghafal

Alqur’an berbagai macam metode seperti ketika ummi wiwiek

memberikan hadiah kepada qonita karena qonita dapat naik juz

dan hal tersebut adalah yang paling disukai oleh qonita. Serta

beberapa metode lainnya seperti pada penjelasan qonita:

“Aku pernah pas lagi ngafalin Alqur’an dijanjiin kalau naik


juz ntar dibeliin baju baru, jadi aku semangat ngafalin lagi.
Selain itu aku juga pernah diajakin umi nonton hafidz qur’an,
dicritain kisah-kisah sukses penghafal Alqur’an, disetelin
murotal supaya mudah ngafalin, diingetin kalau maen
handphone pas jam tahfidz, nyuruh istirahat kalu aku lagi capek
dan kadang kalau aku lagi bosan mau ngafalin gak masuk-
masuk jadi sama umi gak disuruh ngapa-ngapain besoknya abis
sholat subuh aku langsung setoran ke umi. Tapi, cara paling
suka kalau aku di kasih baju baru soalnya aku jadi lebih
semangat untuk ngafalin alqur’an.”123

Dari penjelasan qonita tersebut dapat diketahui bahwa adanya

peningkatan yang dialami qonita selama dibimbing orang

tuanya.

122
Wawancara dengan Qonita Cikal Sholehah, 19 Oktober 2022, Jam 11.30 WIB
123
Wawancara dengan Qonita Cikal Sholehah, 19 Oktober 2022, Jam 11.30 WIB
83

c.) Penerapan yang dilakukan oleh Orang Tua (Ummi Luluk

Hanifah) terhadap Anaknya (Ghina Nafisah Wicaksono Putri)

Bentuk penerapan yang dilakukan ummi luluk terdapat

berbagai macam cara. Dimulai dari bimbingan orang tua dalam

proses menghafal Alqur’an anak selama di rumah yaitu dengan

bimbingan dengan pengawasan, perhatian pada muroja’ah dan

ziyadah anak, serta selalu memberikan dukungan baik dalam

kondisi stabil dan tidak stabilnya anak. Sebagaimana penjelasan

dari observasi dan wawancara dengan Ummi Lulu :

“Untuk proses bimbingan yang umi dan abi lebih fokus


kepada setoran hafalan anak, jadi setelah mahgrib hingga isya’
ghina setoran muroja’ahnya, sebelum tidur ghina dengerin
murotal trus baca Alqur’annya jadi setelah sholat subuh gina
setoran hafalan ziyadahnya dan pas perjalanan ke sekolah umi
juga nyuruh ghina mengulang-ngulang hafalan ziyadahnya.
Pada proses menghafal Alqur’an umi tidak memberikan target
khusus pada ghina, umi hanya ikut target yang diberikan pihak
sekolah. Kalau melihat kemampuan ghina, ia biasanya mampu
menghafal dalam sehari 4 – 6 baris dalam 1 halaman di
Alqur’an sedangkan untuk muroja’ahnya minimal 4 halaman
setiap harinya.”124

Pada proses bimbingan orang tua ini ummi lulu telah

melakukan beberapa teknik pada pendekatan behavior dalam

meningkatkan motivasi menghafal Alqur’an ghina, yaitu dengan

teknik reinforcement positif dan negatif, teknik punishment

positif dan negatif, teknik shaping, teknik generalization, teknik

discrmination dan teknik modelling. Salah satunya seperti pada

perilaku pemberian nasehat dan motivasi kepada anak dengan

124
Wawancara dengan ummi Luluk Hanifah, 20 Oktober 2022, Jam 10.00 WIB
84

selalu mengingatkan anak tentang hak dan kewajiaban. Hal

tersebut telah sesuai dengan hasil observasi dan wawancara

sebagaimana pada penjelasan dari umi lulu yaitu :

“Teknik yang digunakan ummi adalah jika ia dapat mencapai


target dan umi dapat rezeki umi akan memberikannya hadiah
sesuai yang ia mau dengan menyuruhnya menulis pada papan
mading di kamarnya keinginan. (teknik reinforcement positif)
Kalau ghina capek setelah pulang sekolah atau pada hari
tertentu setelah pulang karate, umi memberikannya waktu
istirahat. Kalau umi lihat ghina bosan kadang umi ngajak dia
makan di luar,menyuruhnya main, atau jalan-jalan di sekitar
rumah, kalau ia badmood umi akan ngajak ghina cerita supaya
tau sebabnya dan memberinya beberapa nasehat.( teknik
reinforcement negative)”125

“Kalau hukuman, umi cukup membuat ekspresi khusus atau


menaikan suara karena ghina sudah tau.(teknik punishment
positif ) Pertama kali ghina menghafal alqur’an umi mulai
dengan mengajarinya membaca Alqur’an, hingga ketika dia
sudah lancar membaca Alqur’an umi akan menyimak
hafalannya.Selain itu umi juga memberikan fasilitas murotal
kepadanya.(teknik shaping). Umi mengapresiasi berupa pujian
setiap ghina dapat menyelesaikan setoran hafalan dengan baik,
tetapi jika belum maksimal umi akan menerimanya, memberikan
pengertiaan dan penyemangat dan memberi kebiasan baik yang
umi dan abinya lakukan selama di rumah(teknik
generalization).”126

“Umi juga selalu mengingatkan ghina tentang penggunaan


handphone dan menonton televise diwaktu santai bukan diwaktu
menghafal Alqur’an dan mengingatkan hak dan
kewajiban.(teknik discrimination) serta umi menceritakan tokoh
penghafal Alqur’an yang telah sukses baik dunia dan
akheratnya dengan mencontoh pada anak-anak yang mengikuti
kegiatan hafidz qur’an di televise ( teknik modelling).”127

Diantara teknik yang telah digunakan terdapat teknik yang

efektif digunakan umi luluk yaitu pemberian hadiah kepada

125
Wawancara dengan ummi Luluk Hanifah, 20 Oktober 2022, Jam 10.00 WIB
126
Wawancara dengan ummi Luluk Hanifah, 20 Oktober 2022, Jam 10.00 WIB
127
Wawancara dengan ummi Luluk Hanifah, 20 Oktober 2022, Jam 10.00 WIB
85

anak setelah anak dapat mencapai target dan disesuaikan dengan

keinginan dan kondisi keuangan orang tua. Sedangkan teknik

yang sulit digunakan tidak ada. Hal ni sesuai dengan hasil

observasi dan wawancara seperti pada penjelasan ummi luluk :

“Yang efektif yaitu ketika anak mencapai target hafalannya


dan umi dapat rezeki jadi anak mendapat hadiah sesuai yang
diinginkannya saat itu ia jadi semangat untuk menghafal
alqur’an, perilaku baik yang dicontohkan oleh umi dan abinya,
serta selalu mensupport anak. kalau cara yang susah kayaknya
nggak ada sih kak.”128

Dari proses membimbing ghina terdapat beberapa kondisi

dimana anak mengalami stabil dan tidak stabil motivasinya.

Cara mengetahui kondisi tidak stabilnya dengan berdiskusi

dengan anak dan stabil motivasinya dapat ditandai dengan

lancarnya muroja’ah yang disetorkan. Hal ini dapat diketahui

dari hasil wawancara dengan penjelasan dari ummi luluk:

“Kondisi stabil diketahui ketika bacaan muroja’ah yang di


setorkan lancar dan ia dapat mudah menambah hafalannya.
Sedangkan ketidakstabilan motivasinya dengan mengajak anak
bercerita jadi kita mengetahui kondisi anak yang moivasinya
sedang turun ataupun naik. Jika ghina dalam kondisi
motivasinya menurun dalam kondisi tertentu umi mengajaknya
challenge, dan lebih diingatkan dari segi manfaat aja ke
anaknya..”129

Dari bimbingan yang telah dilakukan orang tua, umi lulu

tidak merasa ada kendala baik yang ia alami ataupun anaknya,

sebagaimana yang dipaparkan oleh umi lulu yaitu:

128
Wawancara dengan ummi Luluk Hanifah, 20 Oktober 2022, Jam 10.00 WIB
129
Wawancara dengan Ummi Luluk Hanifah, 20 Oktober 2022, Jam 10.00 WIB
86

“Umi tidak merasa kesulitan dalam membimbing anak


karena umi merasa mudah dan anak patuh dengan orang tua.
Begitu halnya anak saya, umi melihat dia enjoy dan menikmati
semua prosesnya.”130

Dalam melakukan bimbingan agar dapat dapat lebih

maksimal orang tua melakukan kerja sama dengan pihak

sekolah, dan diantanya bentuk kerjasamanya adalah dengan

diadakannya buku monitoring, dan orang tua dapat juga

langsung bertanya kepada guru tahfidznya melalui media

whatshapp. Hal ini berdasarkan pada hasil wawancara dari

penjelasan oleh umi lulu :

“Untuk bentuk kerjasama yang dilakukan orang tua dan


pihak sekolah adalah dengan diadakannya buku monitoring.
Terkadang kita juga dapat langsung bertanya kepada pihak
sekolah melalui whatshapp untuk mengetahui perkembangan
hafalan anak dan mengawasi motivasi hafalan anak.”131

Dari penjelasan umi luluk dapat diketahui bahwa bimbingan

orang tua dengan pendekatan behavior dapat dilakukan dalam

meningkatkan motivasi menghafal Alqur’an sang anak yaitu

ghina.

Berikut ini adalah beberapa penjelasan dari Ghina Nafisah

Wicaksono Putri pada hasil bimbingan orang tua terhadap sang

anak :

“Awal aku mau menghafal Alqur’an karena aku punya


saudara yang sekolah di madinah sebab hafalan Alqur’annya.
Karena aku pengen kesana juga jadi harus semangat untuk
ngafalin Alqur’an selain itu, aku juga bisa bersaing dalam

130
Wawancara dengan Ummi Luluk Hanifah, 20 Oktober 2022, Jam 10.00 WIB
131
Wawancara dengan Ummi Luluk Hanifah, 20 Oktober 2022, Jam 10.00 WIB
87

hafalannya juga. Temen-temenku tenyata juga banyak yang


menghafal Alqur’an dan orang tua sangat mendukung dalam
hal ini.”132

Dari hasil wawancara dengan ghina dapat diketahui bahwa

minat menghafal Alqur’nnya berasal dari saudaranya yang

bersekolah di madinah yang menghafal Alqur’an juga sehingga

ia tertarik untuk dapat seperti saudaranya dan lingkungan teman-

teman yang juga menghafal Alqur’an. Serta orang tua yang

selalu mendukung dirinya.

Pada proses hafalan Alqur’an ini orang tua ghina

memberikan dukungan dengan beberapa cara yang dilakukan

dalam membimbing sang anak dalam meningkatkan motivasi

menghafal Alqur’an, diantaranya dengan memberikan motivasi

dan memperdengarkan murotal Alqur’an. Hal ini sesuai dengan

hasil wawancara dari perkataan ghina :

“Selama di rumah umi dan abi selalu mengawasi ku dalam


menghafal Alqur’an,dimotivasi, untuk muroja’ah biasanya sama
abi tapi kadang juga sama umi, kalau ghina naik juz maka aku
bisa minta yang aku mau dengan cara aku nulis di papan
mading kamar, dan kalau orang tua dapat rezeki, kadang
pernah juga diajak jalan-jalan, makan diluar.”133

“Kalau aku lagi bosen atau malas pun umi ngizinin maen
game tapi tetap dikasih batas waktu. Dan kalau aku ada banyak
tugas dari sekolah biasanya umi ngasih keringanan dengan
mengurangi target hafalan ziyadah. Selain itu aku juga pernah
diajakin umi nonton hafidz qur’an, dicritain kisah-kisah sukses

132
Wawancara dengan Ghina Nafisah Wicaksono Putri, 19 Oktober 2022, Jam 08.00 WIB
133
Wawancara dengan Ghina Nafisah Wicaksono Putri, 19 Oktober 2022, Jam 08.00 WIB
88

penghafal Alqur’an, disetelin murotal supaya mudah ngafalin,


diingetin untuk tidak maen handphone pas jam tahfidz.”134

Diantara metode-metode yang dilakukan umi ghina dalam

meningkatkan motivasinya terdapat metode yang disukai, yaitu

ketika ghina mendapat hadiah dari orang tua sebab ia dapat naik

juz dan diajak berjalan-jalan oleh orang tuanya. Sedangkan hal

yang tidak disukai adalah ketika ghina dimarahi dan dipaksa

oleh uminya dan dihukum sebab ia tidak ingin muroja’ah dan

lupa waktu jika bermain. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara

dari penjelasan ghina :

“Cara yang aku sukai kalau dikasih hadiah, diajak jalan-


jalan ke mall jadi aku tambah semangat, dan aku nggak suka
kalau aku lagi dihukum sebab ku nggak mau muroja’ah, maen
trus, apalagi kalau di paksa dan umi marah-marah.”135

Dari penjelasan ghina tersebut dapat diketahui bahwa adanya

peningkatan motivasi dan menghilangkan hal-hal yang dapat

menurunkan motivasi anak yang dialami ghina selama

dibimbing orang tuanya.

d.) Penerapan yang dilakukan oleh Orang Tua (Umi Erima

Ashofa) terhadap Anaknya (Muhammad Hanif Atho’illah)

Bentuk penerapan yang dilakukan ummi Erima terdapat

berbagai macam cara. Dimulai dari bimbingan orang tua dalam

proses menghafal Alqur’an anak selama di rumah yaitu dengan

134
Wawancara dengan Ghina Nafisah Wicaksono Putri, 19 Oktober 2022, Jam 08.00 WIB
135
Wawancara dengan Ghina Nafisah Wicaksono Putri, 19 Oktober 2022, Jam 08.00 WIB
89

bimbingan dengan pengawasan dan perhatian pada muroja’ah

dan ziyadah anak. Sebagaimana penjelasan dari ummi Erima :

“Untuk proses menghafal alqur’an anak selama di rumah,


hanif lebih nyaman untuk membaca sendiri, umi yang
mengawasi dengan menyimak bacaannya, terkadang juga umi
mengajak hanif untuk sambung ayat. Untuk pembagian
waktunya, waktu untuk muroja’ah itu setelah isya’dan
ziyadahnya habis subuh.”136

“Target hafalan yang diberikan umi yaitu 1 halaman


Alqur’an, kalau melihat kemampuan hanif, rata-rata ia mampu
menghafal dalam sehari 3 -5 ayat atau 1 halaman Alqur’an
sedangkan untuk muroja’ahnya minimal 5 halaman setiap
harinya.”137

Pada proses bimbingan orang tua ini umierima telah

melakukan beberapa teknik pada pendekatan behavior dalam

meningkatkan motivasi menghafal Alqur’an anak, yaitu teknik

reinforcement positif dan negatif, teknik punishment positif dan

negatif, teknik shaping, teknik generalization, teknik

diskrimination, dan teknik modelling. Salah satu perilaku yang

dilakukan pada beberapa teknik tersebut adalah

memperdengarkan murotal dari bacaan qori, mengajak

silaturrahmi ketika bosan dan membelikannya hadiah ketika ia

berhasil mencapai target. Hal ini sesuai dengan hasil observasi

dan wawancara dari ummi Erima yaitu :

“Teknik yang digunakan yaitu jika ia dapat mencapai target


hafalannya maka umi akan membelikan sesuai
keinginannya.(teknik reinforcement positif) Kalau hanif capek
umi memberikannya waktu istirahat atau terkadang dia minta

136
Wawancara dengan ummi Erima Ashofa, 21 Oktober 2022, jam 10.00 WIB
137
Wawancara dengan ummi Erima Ashofa, 21 Oktober 2022, jam 10.00 WIB
90

dipijat badannya. Kalau hanif bosan kadang umi nyuruh dia


maen, jalan-jalan sekitar rumah, atau ngajak silaturrahmi ke
saudara.(teknik reinforcement negative) Pernah, waktu tahfidz
dia maen handphone atau laptop maka umi ambil dan
simpan.(teknik punishment positif). Pertama kali hanif
menghafal alqur’an umi mulai dengan mengajarinya membaca
Alqur’an, ketika dia sudah lancar membaca Alqur’an umi hanya
menyimak bacaannya. Selain itu umi juga memfasilitasi murotal
dan memberinya nasehat dan motivasi kepadanya.(teknik
shaping)”138

“umi memberikan aprresiasi berupa pujian setiap hanif


sukses menyelesaikan setorannya, dan jika belum maksimal umi
akan menerimanya, memberikan pengertiaan dan
semangat.(teknik generalization) Umi mengingatkan
penggunaan handphone, laptop, menonton televise dan bermain
diwaktu santai bukan diwaktu menghafal Alqur’an.(teknik
discrimination) serta umi menceritakan kesuksesan tokoh
penghafal Alqur’an dengan mencontoh pada anak yang
mengikuti kegiatan hafidz qur’an di televise.( teknik
modelling).”139

Dari beberapa teknik yang telah umi lakukan terdapat teknik

yang efektif adalah ketika umi mengajak hanif silaturrahmi ke

saudara, jalan-jalan ke gramedia untuk menghilangkan bosan

dan penat. Serta mengajaknya sharing dengan anak sebelum

tidur. Sedangkan hal yang kurang efektif dalam meningkatkan

motivasi menghafal alqur’an hanif yaitu ketika ia capek karena

pulang dari kegiatan sekolah atau karena ia maen terlalu jauh

dari rumah dan ketika ia terlalu asyik bermain handphone dan

laptopnya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara pada

penjelasan umi erima:

138
Wawancara dengan Ummi Erima Ashofa , 21 Oktober 2022, jam 10.00 WIB
139
Wawancara dengan Ummi Erima Ashofa, 21 Oktober 2022, am 10.00 WIB
91

“Yang efektif yaitu dengan mengajak hanif silaturrahmi ke


saudara, jalan-jalan ke gramedia dan mengajak sharing dengan
anak sebelum tidur. Kalau yang susah digunakan ketika hanif
maen terlalu asyik maen handphone dan pulang dari maen jauh
dari rumah karena ia akan pulang dalam keadaan capek dan
letih.”140

Dari proses membimbing hanif terdapat beberapa kondisi

dimana anak mengalami stabil yaitu ketika telah cukup istirahat

atau ia tidak terlalu merasa lelah maka ia akan dapat fokus

konsentrasi dalam menghafal Alqur’an. Sedangkan

ketidakstabilan motivasinya ketika ia merasa capek dan lelah.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan ummi erima :

“Motivasinya tidak stabil ketika kondisinya lelah dan capek


sehingga umi memberinya waktu untuk istirahat dan jika masih
belum fokus maka umi mengajak berdiskusi dengan anak dan
memotivasinya. Jika ia masih belum dapat ziyadah hafalannya
maka umi memberikan dispensasi untuk tidak ziyadah dan tetap
menyuruhnya setoran muroja’ahnya saja.Jika motivasiya sudah
stabil maka anak akan mudah dan lebih fokus untuk menghafal
Alqur’an.”141

Dari bimbingan yang telah dilakukan orang tua umi erina

mengalami kendala begitu halnya hanif, yaitu kendala dari

tetangga yang menyalakan lagu dangdut setiap hari walaupun

sudah mendapat teguran dari warga sekitar. Hal ini sesuai

dengan hasil wawancara dengan ummi erina yaitu:

“Untuk kendala, umi lebih pada luar rumah ya kak, karena


ada tetangga yang menyalakan lagu dangdut dengan keras
setiap hari walupun sudah ditegur warga sekitar sehingga

140
Wawancara dengan Ummi Erima Ashofa, 21 Oktober 2022, Jam 10.00 WIB
141
Wawancara dengan Ummi Erima Ashofa, 21 Oktober 2022, Jam 10.00 WIB
92

mengganggu konsentrasi hanif. Jadi umi sering kasihan melihat


kondisi itu.”142

Dalam melakukan bimbingan agar dapat dapat lebih

maksimal orang tua melakukan kerja sama dengan pihak

sekolah, dan diantanya bentuk kerjasamanya yaitu dengan buku

monitoring dan sharing dengan guru tahfidz melalui media

whatshapp. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan

ummi Erima :

“Untuk bentuk kerjasama yang dilakukan orang tua dan


pihak sekolah adalah dengan diadakannya buku monitoring,
dan melakukan sharing tentang kemampuan anak bersama
pihak sekolah seperti bertanya langsung atau melalui media
whatshapp.”143

Dari penjelasan umi erima dapat diketahui bahwa bimbingan

orang tua dengan pendekatan behavior dapat dilakukan dalam

meningkatkan motivasi menghafal Alqur’an sang anak yaitu

hanif.

Berikut ini adalah beberapa penjelasan dari Muhammad

Hanif Atho’illah pada hasil bimbingan orang tua terhadap sang

anak :

“Awal aku mau menghafal Alqur’an karena lihat temen-


temen yang menghafal alqur’an dan aku juga pengen kayak
mereka, selain itu juga sering diceritakan tentang faedah yang
didapatkan oleh penghafal Alqur’an.”144

Dari hasil wawancara dengan hanif dapat diketahui bahwa

minat menghafal Alqur’an hanif berasal dari lingkungan teman-


142
Wawancara dengan Ummi Erima Ashofa, 21 Oktober 2022, Jam 10.00 WIB
143
Wawancara dengan Ummi Erima Ashofa, 21 Oktober 2022, Jam 10.00 WIB
144
Wawancara dengan Ummi Erima Ashofa, 21 Oktober 2022, Jam 10.00 WIB
93

teman hanif yang menghafal Alqur’an dan dari motivasi yang

diberikan orang tua nya dengan diberikan faedah-faedah yang

didapatkan oleh penghafal Alqur’an.

Pada proses hafalan Alqur’an ini orang tua hanif memberikan

dukungan dengan beberapa cara yang dilakukan dalam

membimbing sang anak dalam meningkatkan motivasi

menghafal Alqur’an, seperti dengan menyimak hafalan hanif,

memberi hadiah saat ia dapat mencapai target,dan lain

sebagainya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan hanif

“Selama di rumah umi dan abi selalu mengawasi ku dalam


menghafal Alqur’an dengan menyimak hafalanku, dinasehatin
dari hati ke hati,umi pernah ngasih hadiah ke hanif pas hanif
naik juz. Kalau aku bosen atau malas kadang diajak
silaturrahmi ke saudara. Kalau aku lagi banyak tugas dari
sekolah biasanya umi ngasih keringanan ke aku dengan
mengurangi target hafalan ziyadah. pernah juga umi ambil dan
nyimpen handphone atau laptop karena pas jam tahfidz aku
pake maen. Selain itu aku juga pernah diajakin umi nonton
hafidz qur’an, dicritain kisah-kisah sukses penghafal Alqur’an,
disetelin murotal,.”145

Diantara metode-metode yang dilakukan umi erima dalam

meningkatkan motivasinya terdapat metode yang disukai yaitu

membaca sendiri dan mendengarkan murotal sebelum

menghafal Alqur’an, diajak jalan- jalan ke gramedia, dan pas

dikasih hadiah. Sedangkan metode yang tidak ia sukai atau ia

145
Wawancara dengan Muhammad Hanif Atho’illah, 8 November 2022, Jam 16.30 WIB
94

merasa kesulitan tidak ada. Hal ini sesuai dengan hasil

wawancara dari penjelasan hanif :

“Kalau dalam menghafal Alqur’an lebih suka baca sendiri


dan dengerin murotal sebelum menghafal Alqur’an, dikasih
hadiah, diajak jalan-jalan ke gramedia, jadi aku tambah
semangat, kalau yang nggak disukai nggak ada.”146

Dari penjelasan hanif tersebut dapat diketahui bahwa adanya

peningkatan motivasi dan menghilangkan hal-hal yang dapat

menurunkan motivasi anak yang dialami hanif selama dibimbing

orang tuanya.

e.) Penerapan yang dilakukan oleh Orang Tua (Umi Giyanti)

terhadap Anaknya (Shofiyyah)

Bentuk penerapan yang dilakukan umi yanti terdapat

berbagai macam cara. Dimulai dari bimbingan orang tua dalam

proses menghafal Alqur’an anak selama di rumah yaitu dengan

bimbingan dengan pengawasan dan perhatian pada muroja’ah

dan ziyadah anak. Sebagaimana penjelasan dari ummi Giyanti :

“Dalam proses menghafal alqur’an anak selama di rumah,


shofi lebih nyaman untuk membaca sendiri, dengan umi
mengawasi pada setoran muroja’ahnya. Untuk waktu untuk
muroja’ah itu setelah isya’dan ziyadahnya habis subuh. Target
hafalan yang diberikan umi yaitu 7 baris atau setengah
halaman Alqur’an, sedangkan kemampuan shofi, rata-rata ia
mampu menghafal dalam setengah halaman Alqur’an setiap
harinya dan untuk muroja’ahnya minimal 5 halaman setiap
harinya.”147

146
Wawancara dengan Muhammad Hanif Atho’illah, 8 November 2022, Jam 16.30 WIB
147
Wawancara dengan Ummi Giyanti, 8 November 2022, Jam 18.00 WIB
95

Pada proses bimbingan orang tua ini ummi Giyanti telah

melakukan beberapa teknik pada pendekatan behavior dalam

meningkatkan motivasi menghafal Alqur’an anak, yaitu teknik

reinforcement negatif, teknik shaping, teknik generalization,

dan teknik modelling. Salah satu perilaku pada tenik tersebut

adalah seperti dengan memberikan apresiasi berupa pujian

ketika ia dapat berhasil setoran dengan baik, dan tetap

memberikan semangat dan pengertian apabila ia belum dapat

maksimal. Hal ini sesuai dengan hasil observasi dan wawancara

dari ummi Giyanti :

“Teknik yang digunakan yaitu ketika shofi merasa capek dan


letih umi memberikannya waktu istirahat. Kalau shofi bosan
maka umi nasehatin dengan mengingatkan akan tujuan shofi
menghafal Alqur’an atau umi akan memberi waktu sebentar
untuk refreshing jika sudah kembali menghafal Alqur’an.(teknik
reinforcement negative). Pertama kali shofi menghafal alqur’an
umi mulai dengan mengajarinya membaca Alqur’an, dan ketika
dia sudah lancar membaca Alqur’an umi akan menyimak
bacaannya. Selain itu umi juga memfasilitasi murotal dan
memberinya nasehat dan motivasi kepadanya(teknik
shaping).”148

“Umi juga selalu memberikan apresiasi berupa pujian setiap


shofi dapat menyelesaikan setoran hafalan dengan baik, dan
jika belum maksimal umi akan menerimanya, memberikan
pengertiaan dan semangat.(teknik generalization) Umi
memberikan motivasi kepada shofi dengan menceritakan tokoh
penghafal Alqur’an yang telah sukses baik dunia dan
akheratnya, kadang umi juga menceritakan teman-temannya
yang lebih banyak hafalannya kalau mereka bisa kenapa shofi
tidak dan diingatkan dalam segi faedah yang di dapat.( teknik
modelling).”149

148
Wawancara dengan ummi Giyanti, 8 November 2022, Jam 18.00 WIB
149
Wawancara dengan ummi Giyanti, 8 November 2022, Jam 18.00 WIB
96

Dari beberapa teknik yang telah ummi lakukan terdapat

teknik yang efektif digunakan adalah pemberian motivasi

dengan mengingatkan pada tujuan shofi menghafal tanpa

menekannya. Sedangkan yang paling tidak efektif adalah ketika

ia sedang merasa malas. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara

dengan ummi Giyanti :

“Yang efektif yaitu memotivasinya dengan mengingatkan


tujuan dia menghafal Alqur’an dan ummi memujinya ketika ia
dapat mencapai target. Yang susah kalau datang sifat malas
menghafalnya.”150

Dari proses membimbing shofi terdapat beberapa kondisi

dimana anak mengalami ketidakstabilan pada motivasiya yaitu

pada saat ia merasa badmood, malas dan ketika capek dari

kegiatan sekolahnya. Sedangkan kondisi stabilnya dapat

diketahui dengan adanya inisiatif dari shofi untuk menghafal

Alqur’an secara mandiri dan ia akan tiba-tiba setoran

hafalannya. Hal ini sesuai dengan paparan dari hasil wawancara

denganumiyanti:

“Motivasinya tidak stabil ketika pulang sekolah pada kondisi


capek dan ketika bosan dan badmood. Dan kondisi stabilnya
ketika ia tiba-tiba setoran hafalannya karena ia sudah
muroja’ah atau menghafal Alqur’an secara mandiri.”151

Dari bimbingan yang telah dilakukan orang tua umi Giyanti

mengalami beberapa kendala. Kendala tersebut dilebih banyak

150
Wawancara dengan ummi Giyanti, 8 November 2022, Jam 18.00 WIB
151
Wawancara dengan ummi Giyanti, 8 November 2022, Jam 18.00 WIB
97

terjadi pada shofi, yaitu ketika shofi sedang badmood, capek dan

bosan. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari hasil wawancara

dengan umi yanti yaitu:

“Umi tidak merasa ada kendala sih kak, kendala lebih


kepada anaknya yang kadang badmood, capek dan bosan.”152

Dalam melakukan bimbingan agar dapat dapat lebih

maksimal orang tua melakukan kerja sama dengan pihak

sekolah. Diantanya bentuk kerjasamanya yaitu dengan

diadakannya buku monitoring. Hal ini sesuai pada penjelasan

dari hasil wawancara dengan umi yanti :

“Untuk bentuk kerjasama yang dilakukan orang tua dan


pihak sekolah dalam meningkatkan motivasi menghafal
Alqur’an adalah dengan diadakannya buku monitoring.”153

Dari penjelasan umi Giyanti dapat diketahui bahwa

bimbingan orang tua dengan pendekatan behavior dapat

dilakukan dalam meningkatkan motivasi menghafal Alqur’an

shofiyyah.

Berikut ini adalah beberapa penjelasan dari shofiyyah pada

hasil bimbingan orang tua terhadap sang anak :

“Awal aku mau menghafal Alqur’an karena mau aja dan aku
mau lebih baik dari kakak-kakakku yang sudah menghafal
alqur’an lebih dulu. aku pengen lebih dahulu khatam alqur’an
dari pad kakak-kakakku.”154

Dari hasil wawancara dengan shofiyah dapat diketahui bahwa

minat menghafal Alqur’an shofi berasal dari kakaknya yang


152
Wawancara dengan ummi Giyanti, 8 November 2022, Jam 18.00 WIB
153
Wawancara dengan ummi Giyanti, 8 November 2022, Jam 18.00 WIB
154
Wawancara dengan Shofiyyah, 19 Oktober 2022, Jam 12.00 WIB
98

telah lebih dahulu menghafal Alqur’an sehingga ia termotivasi

untuk dapat seperti mereka bahkan lebih baik dari mereka.

Pada proses hafalan Alqur’an ini orang tua shofi memberikan

dukungan dengan beberapa cara yang dilakukan dalam

membimbing sang anak dalam meningkatkan motivasi

menghafal Alqur’an. Salah satu cara yang dilakukan adalah

dengan pengawasan, pemberian motivasi dan diajak jalan-jalan

untuk menghilangkan rasa bosan. Hal ini sesuai hasil wawancara

dengan shofi :

“Kalau di rumah umi dan abi selalu mengawasi ku dalam


menghafal Alqur’an dengan menyimak hafalanku, kalau salah
dibenerin, diberi motivasi, dinasehatin dengan menceritakan
faedah yang didapat penghafal Alqur’an. Kalau aku lagi bosen
atau malas aku disuruh refreshing dulu terserah aku kadang
baca buku atau maen handphone. Dan kalau aku lagi banyak
tugas dari sekolah biasanya umi ngasih waktu untuk istirahat.
Kalau bosen umi ngajak jalan-jalan (refreshing), pernah juga
sih dihukum dicubit karena aku malas menghafal Alqur’an. Tapi
kalau lagi menurun motivasiku ya dikasih motivasi. Sering juga
di puji karena berhasil mencapai target.”155

Metode yang disukai dalam meningkan motivasinya adalah

dengan pujian yang berikan oleh orang tua nya jika ia berhasil

naik juz. Sedangkan yang tidak ia sukai adalah ketika ia

dihukum karena ia malas. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari

hasil wawancara dengan shofi :

“Paling suka sih kalau di puji pas berhasil mencapai target


atau naik juz, yang nggak suka sih kalau dihukum yaitu dicubit
umi karena aku males.”156

155
Wawancara dengan Shofiyyah, 19 Oktober 2022, Jam 12.00 WIB
156
Wawancara dengan Shofiyyah, 19 Oktober 2022, Jam 12.00 WIB
99

Dari penjelasan shofi tersebut dapat diketahui bahwa adanya

peningkatan motivasi dan menghilangkan hal-hal yang dapat

menurunkan motivasi anak yang dialami shofi selama dibimbing

orang tuanya

C. PEMBAHASAN

Berdasarkan penyajian data dari hasil wawancara yang telah peneliti

peroleh setelah melakukan penelitian dan pengumpulan data-data yang

diperlukan sesuai dengan rumusan masalah yang peneliti angkat, setelah

mengadakan pengolahan data maka data-data yang peneliti temukan akan

dibahas pada bab ini.

1. Penerapan Bimbingan Orang Tua Dengan Pendekatan Behavior

Untuk Meningkatkan Motivasi Menghafal Alqur’an Siswa Kelas 6

TAUD (Tahfidz Usia Dini) di SD Islam Nurus Sunnah, Semarang

Dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh

peneliti, peneliti menemukan bahwa penerapan bimbingan orang tua

dengan pendekatan behavior terhadap siswa kelas 6 TAUD (tahfidz

usia dini) di SD Islam Nurus Sunnah dapat meningkatkan motivasi

menghafal Alqur’an mereka, sebagaimana hasil dari respon yang

didapatkan dari masing-masing anak.

Tabel 4.2
100

Penerapan Bimbingan Orang Tua Dengan Pendekatan Behavior Kepada

Anak

No. Orang tua Jenis teknik Perilaku orang tua Respon anak

1. Dwi Reinforcement Umi akan memberi jelly Semangat dan anak ingin

Agustin positif atau jajanan rumah apabila mengulangi perilakunya.

Handayani ia naik juz.

Reinforcement 1. Ketika zahra capek dan 1.Badan terasa segar,

negatif letih umi memberi waktu semangat dan lebih mudah

istirahat. untuk berkonsentrasi

2. Ketika zahra bosan umi 2. senang, rasa bosan hilang,

nyuruh dia keliling pikiran lebih jernih dan

kompleks atau mengajak dapat kembali fokus.

makan diluar

Punishment 1. Ketika zahra di waktu 1. Zahra tidak ingin

positif tahfidz maen handphone mengulangi perbuatannya.

maka umi mengambil dan 2. zahra malu karena lari

menyimpannya, sambil menangis

2. umi pernah nyuruh zahra

lari keliling komples.

Shaping Pada pertama kali zahra Zahra senang dengan cara

menghafal alqur’an umi ditalqin umi, dan lebih

mentalqinnya kemudian efektif dengan ditalqin


101

jika sudah hafal maka umi uminya dari pada

akan menyimak mendengar murotal

hafalannya. Serta

memfasilitasi murotal dari

bacaan qori

Generalization 1. Umi memberikan 1. Zahra sangat senang

apresiasi pujian dengan sekali dan bersemangat

mengucapkan selamat, untuk mengulangi

mencium dan memeluknya perbuatannya dan ia ingin

setiap zahra berhasil cepat mencapai targetnya.

menyelesaikan setoran 2. zahra menerima,

hafalan dengan baik berlapang dada, lebih tenang

2. jika belum maksimal dan berjanji pada diri sendiri

umi akan menerimanya, akan berusaha lebih baik

memberikan pengertiaan lagi.

dan penyemangat dan

menyuruhnya untuk tidak

cepat putus asa.

Discrimination Umi mengingatkan zahra Zahra mantaati perintah

tentang penggunaan uminya dengan tidak

handphone, laptop, melanggar perintah

menonton televise dan umminya.

bermain diwaktu santai


102

bukan diwaktu menghafal

Alqur’an.

Modelling umi menceritakan tentang Zahra memahami maksud

penghafal Alqur’an yang umi, ia bersemangat untuk

cacat pada tubuh dapat bisa sukses, dan bertekad

sukses, dan mencontohkan akan berusaha maksimal.

pada anak-anak yang

mengikuti kegiatan hafidz

qur’an di siaran televisi.

2. Wiwiek Reinforcement umi menjanjikan qonita Semangat dan anak ingin

Ade positif akan membelikan baju mengulangi perilakunya.

Oktaviani baru jika qonita mencapai

target hafalannya

Reinforcement 1.ketika qonita capek dan 1. Badan terasa segar,

negatif letih umi memberikan semangat dan lebih mudah

waktu istirahat untuk berkonsentrasi

2. ketika qonita bosan 2. senang, rasa bosan hilang,

ummi mengizinkannya pikiran lebih jernih dan

bermain kerumah dapat kembali fokus.

temannya pada hari libur

Shaping 1. pertama kali qonita 1. qonita semangat karena

menghafal alqur’an umi mencoba hal baru baginya

memperbaiki bacaan yang 2. senang karena


103

salah, memudahkannya menghafal

2.umi memberikan fasilitas 3. tambah semangat dan

murotal bertekad untuk berusaha

3. mengajak qonita lebih baik lagi.

menonton televise pada

siaran (hafidz Qur’an)

dengan pemberian nasehat

yang umi selipkan.

Generalization 1. Umi juga selalu 1. Qonita sangat senang

memberikan aprresiasi sekali dan bersemangat

berupa pujian kepada untuk mengulangi

qonita setiap selesai perbuatannya dan ia ingin

setoran hafalan jika qonita cepat mencapai targetnya.

dapat menyelesaikannya 2. qonita menerima,

dengan baik, berlapang dada, dan

2.jika belum maksimal umi berusaha lebih baik lagi.

akan menerimanya,

memberikan pengertiaan

dan penyemangat

discrimination Umi mengingatkan qonita qonita mantaati perintah

tentang penggunaan uminya dengan tidak

handphone, menonton melanggar perintah

televise dan bermain


104

diwaktu santai bukan umminya.

diwaktu menghafal

Alqur’an.

modelling umi menceritakan tokoh Qonita memahami maksud

penghafal Alqur’an yang umi, ia bertekad untuk bisa

sukses baik dunia dan sukses seperti yang

akheratnya dengan dicontohkan, dan berjanji

mencontoh pada anak-anak akan berusaha maksimal.

yang mengikuti kegiatan

hafidz Qur’an di televise

3. Luluk Reinforcement Apabila ia mencapai target Senang,tambah semangat

Hanifah positif dan dapat rezeki, umi akan dan anak ingin mengulangi

memberikannya hadiah perilakunya.

sesuai yang ia mau dengan

menyuruhnya menulis pada

papan mading di kamarnya

keinginan.

Reinforcement 1. Jika ghina capek setelah 1.Badan terasa segar,

negatif pulang sekolah atau pada semangat dan lebih mudah

hari tertentu setelah pulang untuk berkonsentrasi

karate, umi 2. senang, rasa bosan hilang,

memberikannya waktu pikiran lebih jernih dan

istirahat. dapat kembali fokus.


105

2. Jika ghina bosan kadang 3. ghina akan bercerita,

umi ngajak dia makan di mengeluarkan keluh

luar,menyuruhnya main, kesahnya, dan hati akan

atau jalan-jalan di sekitar merasa lebih lega, senang

rumah, dan pikiran lebih jernih

3. Jika ghina badmood umi

akan ngajak ghina cerita

Punishment umi cukup membuat Jika ghina sedang

positif ekspresi khusus atau menggunakan handphone

menaikan suara. maka akan takut dan ia

langsung meletakkannya

kemudian kembali murojaah

Shaping 1. Pertama kali ghina 1. ghina semangat

menghafal alqur’an umi menghafal karena hal baru

mulai dengan baginya

mengajarinya membaca 2. senang, relax dan lebih

Alqur’an, hingga ketika dia tenang

sudah lancar membaca

Alqur’an umi akan

menyimak hafalannya.

2. umi juga memberikan

fasilitas murotal kepadanya


106

Generalization 1. Umi mengapresiasi 1. Ghina sangat senang

berupa pujian setiap ghina sekali dan bersemangat

dapat menyelesaikan untuk mengulangi

setoran hafalan dengan perbuatannya dan ia ingin

baik, cepat mencapai targetnya.

2.jika belum maksimal umi 2. ghina menerima,

akan menerimanya, berlapang dada, lebih tenang

memberikan pengertiaan dan berjanji pada diri sendiri

dan penyemangat dan akan berusaha lebih baik

memberi kebiasan baik lagi.

yang umi dan abinya

lakukan selama di rumah

Discrimination 1. Umi juga selalu Ghina mentaati perintah

mengingatkan ghina uminya dengan tidak

tentang penggunaan melanggar perintah

handphone dan menonton umminya.

televise diwaktu santai

bukan diwaktu menghafal

Alqur’an dan

mengingatkan hak dan

kewajiban

Modelling umi menceritakan tokoh Ghina memahami maksud

penghafal Alqur’an yang umi, ia bersemangat untuk


107

telah sukses baik dunia dan bisa sukses, dan bertekad

akheratnya dengan akan berusaha maksimal.

mencontoh pada anak-anak

yang mengikuti kegiatan

hafidz qur’an di televise

4. Erima Reinforcement Apabila hanif mencapai Senang, tambah semangat

Ashofa positif target dan dapat rezeki, dan anak ingin mengulangi

umi akan memberikannya perilakunya.

hadiah sesuai yang ia mau

seperti buku dan komik

islami

Reinforcement 1. Kalau hanif capek dan 1.Badan terasa segar,

negatif letih umi memberikannya semangat dan lebih mudah

waktu istirahat atau untuk berkonsentrasi

terkadang dia minta dipijat 2. senang, rasa bosan hilang,

badannya. pikiran lebih jernih dan

2. Kalau hanif bosan maka dapat kembali fokus.

umi nyuruh dia maen,

jalan-jalan sekitar rumah,

atau ngajak silaturrahmi ke

saudara.

Punishment Mengambil dan Hanif akan taat dan kembali

positif menyimpan handphone


108

atau laptop yang murojaah

digunakannya di waktu

tahfiz.

Shaping 1. Pertama kali hanif 1. semangat menghafal

menghafal alqur’an umi karena hal baru baginya

mulai dengan 2. senang, relax dan lebih

mengajarinya membaca tenang

Alqur’an, hingga ketika dia 3. memahami, bertekat dan

sudah lancar membaca berusaha maksimal

Alqur’an umi akan

menyimak hafalannya.

2. umi juga memberikan

fasilitas murotal kepadanya

3. memberi nasehat dan

motivasi

Generalization 1. Umi mengapresiasi 1. hanif sangat senang sekali

berupa pujian setiap hanif dan bersemangat untuk

dapat menyelesaikan mengulangi perbuatannya

setoran hafalan dengan dan ia ingin cepat mencapai

baik, targetnya.

2.jika belum maksimal umi 2. hanif menerima,

akan menerimanya, berlapang dada, lebih tenang

memberikan pengertiaan dan berjanji pada diri sendiri


109

dan penyemangat. akan berusaha lebih baik

lagi.

Discrimination 1. Umi juga selalu Hanif mentaati perintah

mengingatkan hanif uminya dengan tidak

tentang penggunaan berusaha melanggar

handphone dan menonton perintah umminya.

televise diwaktu santai

bukan diwaktu menghafal

Alqur’an

Modelling umi menceritakan tokoh Hanif memahami maksud

penghafal Alqur’an yang umi, ia bersemangat untuk

telah sukses baik dunia dan bisa sukses, dan bertekad

akheratnya dengan akan berusaha maksimal.

mencontoh pada anak-anak

yang mengikuti kegiatan

hafidz qur’an di televise

5. Giyanti Reinforcement 1. jika shofi merasa capek 1. Badan terasa segar,

negatif dan letih umi semangat dan lebih mudah

memberikannya waktu untuk berkonsentrasi

istirahat. 2. senang, rasa bosan hilang,

2. Kalau shofi bosan maka pikiran lebih jernih dan

umi nasehatin dengan dapat kembali fokus.


110

mengingatkan akan tujuan

shofi menghafal Alqur’an

atau umi akan memberi

waktu sebentar untuk

refreshing jika sudah

kembali menghafal

Alqur’an.

Shaping 1. Pertama kali shofi 1. semangat menghafal

menghafal alqur’an umi karena hal baru baginya

mulai dengan 2. senang, relax dan lebih

mengajarinya membaca tenang

Alqur’an, hingga ketika dia 3. memahami, bertekat dan

sudah lancar membaca berusaha maksimal

Alqur’an umi akan

menyimak hafalannya.

2. umi juga memberikan

fasilitas murotal kepadanya

3. memberi nasehat dan

motivasi

Generalization 1. Umi mengapresiasi 1. shofi sangat senang sekali

berupa pujian setiap shofi dan bersemangat untuk

dapat menyelesaikan mengulangi perbuatannya

setoran hafalan dengan dan ia ingin cepat mencapai


111

baik, targetnya.

2.jika belum maksimal umi 2. shofi menerima,

akan menerimanya, berlapang dada, lebih tenang

memberikan pengertiaan dan berjanji pada diri sendiri

dan penyemangat. akan berusaha lebih baik

lagi.

Modelling Umi memberikan motivasi Shofi memahami maksud

kepada shofi dengan umi, ia bersemangat untuk

menceritakan tokoh bisa sukses, dan bertekad

penghafal Alqur’an yang bisa mendapat lebih banyak

telah sukses baik dunia dan dari temannya.

akheratnya, kadang umi

juga menceritakan

temannya yang lebih

banyak hafalannya kalau

mereka bisa kenapa shofi

tidak dan diingatkan dalam

segi faedah yang di dapat.

a.) Bimbingan orang tua pada proses menghafal Alqur’an anak selama

di rumah adalah dengan bimbingan dalam bentuk pemberian

pengawasan, perhatian pada muroja’ah dan ziyadah (hafalan baru)


112

sang anak dengan memperhatikan setiap perkembangan hafalan

anak, mendengarkan atau menyimak hafalan muroja’ah anak.

Sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang tua qonita,

hanif, shofi, zahra dan ghina. Namun pada orang tua zahra sedikit

ada tambahan yang berbeda yaitu dengan memancingnya dengan

nahwu, shorof dan tajwid saat menyimak hafalan muroja’ah anak.

Dan orang tua ghina ada tambahan yang berbeda yaitu dengan

pemberian kebiasaan baik yang orang tua lakukan.

b.) Teknik- teknik dalam pendekatan behavior yang digunakan orang

tua siswa kelas 6 TAUD di SD Islam Nurus Sunnah dalam

membimbing anak untuk meningkatkan motivasi menghafal

Alqur’an anak.

1.) Teknik reinforcement positif yaitu ketika anak dapat mencapai

target hafalannya atau naik juz maka orang tua akan

memberikan hadiah.

Sebagaimana yang dilakukan ummi Agustin

membuatkannya jelly atau jajanan rumah, ummi Wiwi

membelikannya baju baru, ummi Erima membelikan ikan

cupang, buku bacaan, komik islami, maenan lego sesuai

dengan permintaan hanif.

Berbeda sedikit dengan ummi Luluk yaitu Jika ia dapat

mencapai target dan umi dapat rezeki lebih maka umi akan

membelikannya sehingga anak dapat mengetahui kondisi


113

ekonomi keluarga dan ia tidak dibiasakan untuk harus

menuruti semua keinginannya.

2.) Teknik reinforcement negatif yaitu ketika anak merasa capek

dan letih setelah pulang sekolah maka orang tua akan

memberikan waktu istirahat. Sebagaimana yang dilakukan

orang tua zahra, qonita, shofi, dan ghina, sedangkan orang tua

hanif hampir sama dan terkadang hanif meminta umminya

untuk dipijat badannya.

Dan ketika anak bosan maka ummi Agustin dan ummi

Luluk menyuruhnya jalan-jalan keliling komplek rumahnya

atau mengajaknya makan di luar. Ummi Wiwiek

mengizinkannya bermain ke rumah temannya pada hari libur.

umi erima menyuruhnya bermain atau jalan-jalan di sekitar

rumah atau terkadang umi erima mengajaknya silaturrahmi

ke saudara. ummi Giyanti akan mengingatkan tujuan awal

menghafal Alqur’an atau terkadang memberikannya waktu

sebentar untuk refreshing.

Sedangkan apabila ghina sedang badmood umi akan

mengajak cerita supaya dapat mengetahui penyebabnya dan

memberikannya beberapa nasehat.

3.) Teknik punishment positif yaitu orang tua menggunakan

hukuman baik dengan menjewer, memarahi anak karena

bermain handphone atau laptop di waktu tahfidz. Sebagaima


114

yang dilakukan oleh Ummi lulu cukup dengan membuat

ekspresi khusus atau menaikkkan suara, Ummi erima dan

ummi Agustin akan mengambil handphone atau laptop yang

digunakan hanif dan zahra, Ummi yanti pernah mencubit shofi

ketika ia malas menghafal Alqur’an ( pada pernyataan shofiyah

pada hasil wawancara). Ummi agustin menghukum anak

keliling kompleks.

4.) Teknik shaping yaitu orang tua mengajarkan anak pertama kali

menghafal Alqur’an baik dengan cara talqin, dan memperbaiki

bacaannya yang salah. Dan memberikan fasilitas murotal untuk

mendengar bacaan Alqur’an dari Qori. Serta pemberian

beberapa nasehat, motivasi dan faedah yang akan didapatkan

Sebagaimana yang dilakukan ummi orang tua zahra, ghina,

qonita, hanif, dan shofi.

5.) Teknik generalization yaitu pemberian apresiasi berupa pujian

dengan mengucapkan selamat, atau ciuman, atau pelukan

setiap akali anak berhasil menyelesaikan setoran hafalannya

dengan baik, akan tetapi apabila anak belum dapat maksimal

dalam setoran hafalannya maka orang tua akan menerimanya,

memberikan pengertiaan dan penyemangat serta menyuruhnya

untuk tidak cepat putus asa. Sebagaimana yang dilakukan oleh

orang tua zahra, qonita, ghina, hanif, dan shofi.


115

6.) Teknik Discrimination yaitu orang tua akan mengingakan anak

bahwa menggunakan handphone, laptop, televisi bahkan

bermain di waktu tahfidz adalah negatif sehingga anak akan

belajar menggunakan barang tersebut dan bermain di waktu

santai. Sebagaimana yang dilakukan oleh ummi Wiwi, ummi

Agustin, dan ummi Erima. Ummi Lulu juga melakukan hal

demikian dengan tambahan dengan mengingatkan anak tentang

hak dan kewajiban anak.

7.) Teknik Modelling yaitu pemberian motivasi dengan

menceritakan tokoh penghafal Alqur’an yang telah sukses,

seperti dengan memberikan contoh pada anak-anak yang

mengikuti kegiatan “Hafidz Qur’an” di siaran televisi.

Sebagaimana yang dilakukan oleh ummi Wiwi, ummi Lulu,

ummi Erima, ummi Yanti dan ummi Agustin.

Dan sedikit berbeda cara yang dilakukan ummi agustin

yaitu dengan menceritakan beberapa penghafal Alqur’an

memiliki kekurangan (cacat pada tubuh) namun dapat berhasil

khatam Alqur’an. Serta ummi Yanti dengan menceritakan

teman-temannya yag lebih banyak hafalannya bahwa mereka

mampu kenapa shofi tidak.

2. Temuan penelitian dalam bimbingan orang tua dengan pendekatan

behavior untuk meningkatkan motivasi menghafal Alqur’an siswa

kelas 6 TAUD (tahfidz usia dini) di SD Islam Nurus Sunnah.


116

Dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh

peneliti dalam penelitian bimbingan orang tua dengan pendekatan

behavior untuk meningkatkan motivasi menghafal Alqur’an siswa

kelas 6 TAUD (tahfidz usia dini), peneliti menemukan bahwa terdapat

beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan

bimbingan orang tua dengan pendekatan behavior untuk meningkatkan

motivasi menghafal Alqur’an siswa tersebut. Serta menemukan

adanya kelebihan dan kekurangan dalam penelitian bimbingan orang

tua dengan pendekatan behavior, diantaranya adalah :

a.) Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam bimbingan

orang tua dengan pendekatan behavior untuk meningkatkan

motivasi menghafal Alqur’an siswa kelas 6 TAUD ( tahfidz usia

dini ) di SD Islam Nurus Sunnah.

1.) Faktor pendukungnya adalah adanya kerja sama yang

dilakukan orang tua dengan pihak sekolah yaitu dengan

diadakannya buku monitoring, sharing dengan guru tahfidz

baik secara langsung atau ketika pembagian raport, serta jika

dibutuhkan dapat melalui media whatshapp, kondisi anak

yang stabil, dan teknik yang disenangi anak.

2.) Faktor penghambatnya adalah ketidakstabilan pada kondisi

anak, banyaknya tugas yang diberikan pihak sekolah yang

menyita waktu dan tenaga, gangguan dari pihak luar,


117

kematian salah satu anggota keluarga, cara yang tidak disukai

anak,serta kendala yang dialami orang tua maupun anak.

b.) Kelebihan dan kekurangan pendekatan behavior dalam

bimbingan orang tua untuk meningkatkan motivasi menghafal

Alqur’an siswa kelas 6 TAUD (tahfidz usia dini) di SD Islam

Nurus Sunnah

1.) Kelebihan adalah membiasakan orang tua supaya dapat

bersikap lebih teliti dan peka terhadap kondisi anak,

mampu merubah stimulus yang satu dengan stimulus lain

dan seterusnya sampai respon yang diharapkan tampak,

sangat tepat diterapkan kepada anak yang memerlukan

pengaruh dari orang tua.

2.) Kekurangan adalah anak dianggap pasif sehingga

memerlukan dorongan dari luar, penguatan yang diberikan

orang tua sangat berpengaruh walaupun orang tua sering

menyatakan persetujuan kepada tujuan anak, akan tetapi

pemilihan tujuan lebih sering di tentukan oleh orang tua.


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian dan analisis terhadap bimbingan orang

tua dengan pendekatan behavior untuk meningkatkan motivasi menghafal

Alqur’an siswa kelas 6 TAUD ( tahfidz usia dini) di SD Islam Nurus

Sunnah, peneliti menulis rumusan masalah sebagai berikut :

1. Penerapan bimbingan orang tua dengan pendekatan behavior untuk

meningkatkan motivasi menghafal Alqur’an siswa kelas 6 TAUD (

tahfidz usia dini) di SD Islam Nurus Sunnah adalah dengan

pemberian hadiah kepada anak ( teknik reinforcement positif),

mengajak jalan-jalan, menasehati ketika anak mengalami

kebosanan, memberi waktu istirahat ketika anak mengalami capek

dan letih (teknik reinforcement negatif), menghukum dengan

mengambil handphone anak yang melanggar peraturan pada waktu

tahfidz ( teknik punishment positif), pemberian apresiasi dengan

pujian setelah anak dapat menyelesaikan hafalannya dengan baik

dan memberi semangat jika belum dapat maksimal ( teknik

generalization ), selalu mengingatkan anak tentang penggunaan

waktu santai dan waktu tahfidz atau antara hak dan kewajian anak

(teknik diskrimination), pemberian motivasi dengan memberikan

gambaran sebagai contoh tentang penghafal Alqur’an yang telah

sukses dan menceritakan faedah yang didapat.( teknik modelling).

118
119

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa saran yang dapat

dikemukakan menyangkut bimbingan orang tua dengan pendekatan

behaviour unutk meningkatkan motivasi menghafal Alqur’an :

1. Untuk orang tua diharapkan untuk lebih memperhatikan kondisi

anak sehingga dapat mengetahui cara-cara yang harus dilakukan

dalam membimbing dan menghadapi permasalahan anak teutama

pada motivasi menghafal anak sehingga anak dapat menghafal dalam

kondisi yang kondusif dan efisien. Serta memberikan contoh yang

baik dalam kehidupan sehari-hari, seperti dengan rajin membaca

Alqur’an di rumah sehingga anak dapat lebih semangat lagi dalam

menghafal Alqur’an.

2. Untuk anak, diharapkan dapat lebih mentaati orang tua karena orang

tua pasti menginginkan kebaikan bagi anaknya.

3. Untuk peneliti pribadi, semoga dengan diadakannya penelitian ini

dapat bermanfa’at serta dapat menambah wawasan yang lebih luas

dan menjadi bahan pengajaran kelak setelah menjadi ibu.


DAFTAR PUSTAKA

TANPA HALAMAN, TINGGAL LANJUT KEBAWAH, GAK USAH DI OTAK ATIK

Anda mungkin juga menyukai