Anda di halaman 1dari 127

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM TAHFIDZ AL-QUR’AN DALAM

MENINGKATKAN KEFASIHAN SISWA PADA KEGIATAN


PENGEMBANGAN DIRI DI MTS ABADIYAH KURYOKALANGAN
GABUS PATI

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh :
MUHAMMAD ZAINUDDIN
NIM : 111228

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


JURUSAN TARBIYAH/ PAI
2016
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
KUDUS

NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING

Kepada
Yth. Ketua STAIN Kudus
Cq Jurusan Tarbiyah
Di –
Kudus

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan hormat kami sampaikan, bahwasanya skripsi saudara :


Muhammad Zainuddin NIM : 111228, dengan Judul ”Analisis Pelaksanaan
Program Tahfidz Al-Qur’an dalam Meningkatkan Kefasihan Siswa Pada
Kegiatan Pengembangan Diri di MTs Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati”.
Setelah dikoreksi dan diteliti dalam proses pembimbingan, maka skripsi
dimaksud dapat disetujui. Oleh karena itu naskah skripsi tersebut dapat diajukan
dalam sidang munaqosah sesuai dengan jadwal yang direncanakan.

Demikian, atas perhatian saudara, kami sampaikan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Kudus, 1 Februari 2016


Hormat Kami,
Dosen Pembimbing

Ahmad Falah, M.Ag.


NIP. 19720822 200501 1 009

ii
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
KUDUS
PENGESAHAN SKRIPSI
Nama : Muhammad Zainuddin
NIM : 111228
Jurusan/Prodi : Tarbiyah/PAI
Judul Skripsi :”Analisis Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an
dalam Meningkatkan Kefasihan Siswa Pada
Kegiatan Pengembangan Diri di MTs Abadiyah
Kuryokalangan Gabus Pati”

Telah dimunaqosahkan oleh Tim Penguji Skripsi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Kudus pada tanggal :
04 Maret 2016
Selanjutnya dapat diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Tarbiyah.
Kudus, 14 Maret 2016
Ketua Sidang/Penguji I Penguji II

Dr. Mukhammad Saekan, S.Ag., M. Pd Dr. Sulthon, M.Ag., M.Pd


NIP. 19690624 199903 1 002 NIP. 19701103 200501 1 004

Pembimbing Skripsi Sekretaris Sidang

Ahmad Falah, M.Ag. Zaimatus Sa’diyah, Lc., M.A


NIP. 19720822 200501 1 009 NIP. 19780712 201101 2 007

iii
PERNYATAAN

Surat pernyataan yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Muhammad Zainuddin

Nim : 111228

Jurusan/Prodi : Tarbiyah/PAI

Judul Skripsi : Analisis Pelaksanaan Program Tahfidz Al-


Qur’an dalam Meningkatkan Kefasihan Siswa
Pada Kegiatan Pengembangan Diri di MTs
Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati

Menyatakan bahwa apa yang ditulis dalam skripsi ini benar-benar asli
karya sendiri, bukan jiplaan dari karya orang lain, baik sebagian maupun
seluruhnya. Pendapat atau teman orang lain yang terdapat atau temuan orang
lain yang terdapat skripsi ini, dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.

Kudus, 1 Februari 2016

Yang Membuat Pernyataan

Muhammad Zainuddin

NIM : 111228

iv
MOTTO:

)‫َخ ْي ُرُك ْم َم ْن تَ َعلَّ َم الْ ُق ْراَ َن َو َعلَّ َمهُ (رواه البخاري‬

Artinya: “Orang yang paling baik di antara kamu ialah


orang yang mempelajari Al-Qur’an dan
mengajarkannya.”HR. Bukhari.1

1
Imam An-Nawawi, RiyadhusShalihin, DarulHaditsQarirah, Jawa Tengah, 2015, hal. 488

v
PERSEMBAHAN

Dengan penuh perjuangan , diiringan kesabaran, do’a air mata dan


ketegaran, kulalui hari-hari yang terus berputar untuk menemukan setitik ilmu
pencerah kehidupan. Dengan segala usaha dan jerih payah, kupersembahkan
skripsi ini kepada :

 Ayah dan ibuku (Ghufron dan Siti Saidah) tercinta yang telah berjuang
dengan keras untuk mendidik dan membesarkanku serta mencurahkan
seluruh hidupnya, kasih syangnya, pengorbanannya, cintanya hanya
untuk keberhasilanku.
 Buat kakak-kakakku dan adikku tersayang (Siti Fatimatuz Zahroh, Siti
Mahsunnah, dan Siti Sholikhatun Nihayah) yang selalu menemaniku
dan memberikan motivasi, keceriaan dalam hidupku.
 Buat yang mengisi hatiku (Zulfa Rahmawati) yang selalu
menyemangati serta selalu memberi yang terbaik untukku.
 Semua sahabatku, terutama kepada seluruh teman-temanku senasib
seperjuangan yang selalu mengukir kenangan terindah selama bersama.
 Teman-teman KKN kelompok 50 dan keluarga PATRAM yang selalu
menunjukkan sifat kekompakan, kepedulian, dan kekeluargaan.
 Serta orang-orang yang selalu membantuku moril maupun materil yang
penulis tidak dapat sebutkan satu persatu, semoga pengorbanannya
diberkati dan diridloi oleh Allah SWT.

vi
KATA PENGANTAR

‫الرِح ْي ِم‬
َّ ‫الر ْْحَ ِن‬ ِ ‫بِس ِم‬
َّ ‫هللا‬ ْ
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT senantiasa peneliti panjatkan
kehadirat allah SWT yang telah menganugrahkan segala rahmat, taufiq serta
hidayah-Nya serta pertolongan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikaan
skripsi ini.
Sholawat serta salam selalu tercurahkan keharibaan baginda Rosullah
SAW, Nabi akhiruzzaman yang menjadi uswah khasanah bagi umat sepanjang
zaman. Semoga kita tetap mendapatkan syafaatnya ila yaumil qiyamah.
Berkat karunia-nya penulis dapat menyelesaikan penyusun skripsi
sebagai salah satu syarat berjudul: ”Analisis Pelaksanaan Program Tahfidz
Al-Qur’an dalam Meningkatkan Kefasihan Siswa Pada Kegiatan
Pengembangan Diri di MTs Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati”,
disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata 1
(S.1) pada Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak pihak-pihak yang terlibat,
baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam
memberikan dorongan moril maupun materil kepada peneliti. Dan juga
mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga
penyusunan skripsi ini bisa terselesaikan. Untuk itu semua, penulis hanya
mampu mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. H. Fathul Mufid, M.S.I selaku Ketua STAIN Kudus yang telah
memberikan izin penelitian sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.
2. Dr. H. Kisbiyanto, S.Ag, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah pada
STAIN Kudus yang telah memberikan bimbingan dan persetujuan tentang
penulisan skripsi.
3. Ahmad Falah, M.Ag selaku Pembimbing skripsi yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan,
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

vii
4. Hj. Azizah, S.Ag, MM, selaku Kepala Unit Perpustakaan STAIN Kudus
yang telah memberikan izin dan layanan perpustakaan yang diperlukan
dalam penyusunan skripsi ini.
5. Para dosen/staf pengajar yang telah memberikan berbagai informasi kepada
penulis.
6. Bapak Drs. Saiful Islam selaku pemimpin MTs Abadiyah beserta seluruh
dewan pengurus yang telah memberikan izin dan layanan data-data yang
yang diperlukan oleh peneliti dalam menyusun skripsi ini.
7. Ayahanda dan Ibunda, kakak-kakakku, dan adikku, yang selalu
menyayangi dan mengasihiku serta sabar dan ikhlas dalam mendidikku dan
memberi dukungan material maupun spriritual yang selalu ingin aku
menjadi yang terbaik, kalian adalah motivasi dalam hidup ini.
8. Untuk Zulfa Rahmawati, yang selalu menyemangati serta selalu memberiku
yang terbaik untukku.
9. Seluruh sahabatku, terutama teman-teman KKN yang telah memberikan
kenangan selama ini. Tiada sesuatu yang indah di dunia selain jalinan
persaudaraan.
Semoga amal baik beliau tersebut di atas dan juga semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan mendapatkan balasan pahala yang berlipat ganda
di sisi Allah SWT. Amin.
Akhirnya penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh
mencapai kesempurnaan dalam arti sebenarnya, namun penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca
pada umumnya.

Kudus, 1 Februari 2016

Penulis,

Muhammad Zainuddin
NIM: 111228

viii
ABSTRAK

Muhammad Zainuddin, NIM: 111228, ”Analisis Pelaksanaan Program


Tahfidz Al-Qur’an dalam Meningkatkan Kefasihan Siswa Pada Kegiatan
Pengembangan Diri di MTs Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati”, program
strata 1 (S.1) jurursan Pendidikan Agama Islam (PAI) STAIN Kudus 2016,
dengan pembimbing Bapak Ahamad Falah, M. Ag.
Tujuan Penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui: 1).
Bagaimana pelaksanaan program tahfidz dalam meningkatkan kefasihan siswa
di MTs Abadiyah Desa Kuryokalangan Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. 2).
Bagaimana pelaksanaan program tahfidz pada kegiatan pengembangan diri di
MTs Abadiyah Desa Kuryokalangan Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. 3).
Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program tahfidz
dalam meningkatkan kefasihan siswa pada kegiatan pengembangan diri di
MTs Abadiyah Desa Kuryokalangan Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.
Penelitian ini menggunakan metode field research (penelitian
lapangan) yang disajikan secara deskriptif kualitatif, kemudian data yang telah
terkumpul melalui observasi lapangan yakni dengan mengamati siswa dan
wawancara dengan sumber data (data primer) yaitu kepala sekolah, waka
kurikulum, guru pengampu, pengasuh pondok, siswa, dan santri serta data
sekunder yakni karyawan sekolah dan dokumentasi administrasi akan
dianalisa dengan pendekatan kualitatif deskriptif untuk mengetahui bagaimana
“Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an dalam Meningkatkan Kefasihan
Siswa Pada Kegiatan Pengembangan Diri di MTs Abadiyah Kuryokalangan
Gabus Pati”.
Dalam penelitian ini di ketahui bahwa : 1). Pelaksanaan program
tahfidz dalam meningkatkan kefasihan siswa di MTs Abadiyah sudah dapat
dikatakan terarah dan menuju langkah yang lebih baik. 2). Pelaksanaan
program tahfidz pada kegiatan pengembangan diri di MTs Abadiyah sangat
berjalan dengan baik. 3). Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
program tahfidz dalam meningkatkan kefasihan siswa pada kegiatan
pengembangan diri di MTs Abadiyah, faktor pendukungnya yaitu minat siwa,
orang tua, guru, masyarakat maupun lingkungan sekitar. Sedangkan faktor
penghambatnya yaitu diri siswa sendiri dan kemauan siswa dengan orang tua
yang tidak singkron.

Kata Kunci : Program Tahfidz dalam Meningkatkan Kefasihan Siswa


pada Kegiatan Pengembangan Diri

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………....................................... i

HALAMAN NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING.................. ii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………….. iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN........................................ iv

HALAMAN MOTO………………………………………………… v

HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………... vi

KATA PENGANTAR……………………………………….............. vii

HALAMAN ABSTRAK...................................................................... ix

DAFTAR ISI …………………………………………….................... x

DAFTAR TABEL……………………………………………............. xiii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………… xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………................... .. 1
B. Fokus Penelitian…………………………………............................... 5
C. Rumusan Masalah……………………………….............................. .. 5
D. Tujuan Penelitian………………………………….…........................ 6
E. ManfaatPenelitian…………………………………………................ 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Pustaka…….....……………………………………............ 8
1. Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an……………................... 8
a. Pengertian pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an………... . 8
b. Hukum menghafal Al-Qur’an………………………............. 10
c. Keutamaan dan faedah menghafal Al-Qur’an……………... . 11
d. Strategi menghafal Al-Qur’an…………………………….... 15

x
e. Syarat menghafal Al-Qur’an………………………............. . 16
f. Metode menghafal Al-Qur’an……………………..……….. 18
g. Etika orang yang menghafal Al-Qur’an……………..……. . 20
2. Meningkatkan Kefasihan Siswa…………………………..……. 21
a. Pengertian meningkatkan kefasihan siswa……………..….. 21
b. Tingkatan kefasihan…………………………………….…. 22
3. Pengembangan Diri…………………………………................. 25
a. Pengertian pengembangan diri………………………….... . 25
b. Hokum pengembangan diri…………………………….…. 28
c. Manfaat pengembangan diri…………………………….... . 29
B. Penelitian Terdahulu……………………………………….............. 30
C. Kerangka Berfikir………………………………………………..... 31

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian……………………………..……… 34


B. Sumber Data……………………………………………………..… ..35
C. Lokasi Penelitian…………………………………………………..... 35
D. Tehnik Pengumpulan Data………………………………..………... 35
E. Uji Keabsahan Data………………………………………..……..… 37
F. Tehnik Analisis Data………………………………………..…..….. 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum MTs Abadiyah………………………….….…… 40


1. Sejarah berdirinya MTs Abadiyah……………………….…..... 40
2. Letak geografis MTs Abadiyah………………………….……... 42
3. Identitas MTs Abadiyah………………………………….…...... 42
B. Penyajian Data……………………………………………….……. .. 54
1. Pelaksanaan program tahfidz dalam meningkatkan kefasihan
siswa di MTs Abadiyah………………………………….……... 54
2. Pelaksanaan program tahfidz pada kegiatan pengembangan
Diri di MTs Abadiyah…………………………………………. 58
3. Factor pendukung dan penghambat pelaksanaan program
Tahfidz dalam meningkatkan kefasihan siswa pada kegiatan
pengembangan diri di MTs Abadiyah………………………….. 60

xi
C. Analisis Data……………………………………………………...... 64
1. Pelaksanaan program tahfidz dalam meningkatkan kefasihan
siswa di MTs Abadiyah………………………………………… 64
2. Pelaksanaan program tahfidz pada kegiatan pengembangan
Diri di MTs Abadiyah………………………………………….. 68
3. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program
tahfidz dalam meningkatkan kefasihan siswa pada kegiatan
pengembangan diri di MTs Abadiyah………………………… . 71

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………………….…………………………………….... 76
B. Saran……………………………………………………....……….. 78
C. Penutup…………………………………………………………....... 78

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Stuktur Kurikulum MTs Abadiyah............................................... 45

Tabel 2 : Guru dan Karyawan...................................................................... 48

Tabel 3 : Data Siswa............................................……………………......... 52

Tabel 4 : Data Sarana dan Prasarana............................................................. 53

Tabel 5 : Peristiwa Internal Pembelajaran.................................................... 67

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Skema Kerangka Berfikir……………………………………... 33

Gambar 2: Struktur Organisasi MTs. Abadiyah……………………………….. 46

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan salah satu pedoman umat Islam yang berbeda
dengan kitab suci lainnya, karena di dalamnya terdapat berbagai macam versi
qira’ah (bacaan) dan hanya Al-Qur’an yang telah mendapatkan jaminan
keaslian dan keutuhannya dari Allah SWT. Seperti yang dijelaskan dalam
surat Al-Hijr ayat 9 yang berbunyi:

‫لذ ْك حر حواِ اَّنلحهُ حَلحِفظُْو حن‬


ِ ‫اِ اَّن حَْنن نح ازلْنحا اح‬
ُ
Artinya: “Sesungguhnya Kamilah (Allah) yang menurunkan Al-Qur’an dan
sesungguhnya kami (Allah) benar-benar memeliharanya”.1

Dengan jaminan Allah dalam ayat tersebut tidak berarti umat islam
terlepas dari tanggung jawab dan kewajiban untuk memelihara kemurniannya
dari tangan-tangan jahil dan musuh-musuh islam yang berhenti-hentinya
berusaha mengotori dan memalsukan ayat-ayat Al-Qur’an. Makna Al-Qur’an
yang begitu pentingnya dalam memberi pedoman bagi setiap umat manusia
yang ingin mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, yang ajaranya begitu
luas serta ditujukan kepada umat manusia dalam prikehidupan yang
bagaimanapun juga. Oleh karenanya sudah selayaknya orang tua
mengajarkan Al-Qur’an pada anak-anak sejak dini, sehingga sejak dini pula
anak-anak dapat menerima doktrin-doktrin Al-Qur’an, dan ketika anak
tumbuh dewasa kelak, mereka mencintai Al-Qur’an, selalu berpegang teguh
dengan cara konsisten melakukan perintah-perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.2
Oleh karena itu, bagi orang yang beriman, kecintaannya kepada Al-
Qur’an akan bertambah. Karena Al-Qur’an memiliki pengaruh besar pada

1
Departemen Agama RI, Al-Hidayah Al-Qur’an Tafsir Perkata Tajwid dan Kode Angka,
Kalim. Banten, 2011. hal. 263
2
Sumiyati, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Cakrawala Institut,
2014, hal. 251

1
2

manusia, ia dapat menggetarkan, memikat, dan menggerakkan lubuk jiwa


manusia. Semakin bersih jiwa seseorang akan semakin membekas Al-Qur’an
pada dirinya.3
Kata Al-Qur’an selanjutnya dipergunakan untuk menunjukkan kalam
Allah yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW (kalam Allah al-
munazzal ila nabi Muhammad SAW). Kalam Allah yang diwahyukan kepada
nabi-nabi selain nabi Muhammad SAW tidak dinamai Al-Qur’an, seperti
Taurat yang diturunkan kepada nabi Musa As., Zabur kepada nabi Daud As.,
dan Injil kepada nabi Isa As.4 Al-Qur’an merupakan kalam Allah SWT yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi orang yang
bertaqwa dan membacanya merupakan suatu ibadah. Pada ayat Al-Qur’an
yang pertama kali turun telah terdapat kata “bacalah”, yang terdapat didalam
QS. Al-Alaq ayat 1-5 yaitu:

ِ ِ ‫اِقْرأْ ِِبس ِم ربِ ح ا‬


‫) اق حْر ْاء حوحربُّ ح‬2( ‫سا حن ِم ْن حعلح ٍق‬
‫ك ْاْلح ْك حرُم‬ ِ
‫) حخلح حق ْاْلنْ ح‬1( ‫ك الذى حخلح حق‬ ‫ح ْ ح‬
ِ ‫ا‬ ِ ‫اِ ا‬
‫) حعل حم ْاْلنْ ح‬4( ‫) احلذى حعل حم ِبلْ حقلح ِم‬3(
)5( ‫سا حن حما حَلْ يح ْعلح ْم‬
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan
Tuhanmu lah yang maha Pemurah. Yang mengajar (manusia)
dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.” (Al-Alaq ayat: 1-5)5

Dalam membacanya tentunya tidak dilakukan dengan sembarangan,


akan tetapi ada tata tertib yang harus dilakukan. Tata tertib tersebut sudah
diatur dengan sangat baik sebagai penghormatan dan keagungan Al-Qur’an,
tiap-tiap orang harus berpedoman kepadanya dalam membacanya.
Diantaranya tata tertib atau adab membaca Al-Qur’an yang baik adalah
dengan tartil, yaitu membaca Al-Qur’an dengan perlahan-lahan tidak terburu-

3
Ibid, hal. 252
4
Atang Abdul Hakim & Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, PT. Remaja Rosda
Karya, Bandung, 1999, hal. 69
5
Departemen Agama RI, Op. Cit, hal. 598
3

buru dengan bacaan yang baik dan benar sesuai makhraj dan sifat-sifatnya
sebagaimana yang dijelaskan dalam ilmu tajwid. Makhraj al-huruf artinya
membaca huruf-hurufnya sesuai dengan tempat keluarnya seperti
ditenggorokan, di tengah lidah, antara dua bibir dan lain-lain.6 Sebagaimana
firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Muzammil ayat 4:

‫اح ْوِز ْد حعلحْي ِه حوحرتِ ِل الْ ُق ْرحءا حن تح ْرتِْي اًل‬


Artinya: “Atau lebih dari seperdua itu, dan bacalah Al-Qur’an itu dengan
bacaan perlahan-lahan”. (Qs. Al-Muzammil : 4)7

Kemerduan suara disunahkan dalam membaca Al-Qur’an tentunya


yang tidak berkelebihan sehingga tidak memanjangkan bacaan yang pendek
atau memendekkan bacaan yang seharusnya dibaca panjang. Kalau terjadi
demikian sehingga menambah satu huruf atau menguranginya, sekalipun satu
huruf hukumnya haram menurut pendapat para ulama’. Berbeda dengan
seorang yang baru belajar yang dilakukan tidak disengaja atau memang baru
sedikit kemampuannya maka dimaklumi.8
Para ulama’ dahulu dan sekarang menaruh perhatian besar terhadap
tilawah (cara membaca) Al-Qur’an, sehingga pengucapan lafadz-lafadz Al-
Qur’an menjadi baik dan benar. Cara membaca ini, di kalangan mereka
dikenal dengan Tajwidul Qur’an. Ilmu Tajwidul Qur’an ini telah dibahas oleh
segolongan ulama’ secara khusus dalam karya tersendiri, baik berupa nazam
maupun prosa. Kemudian mereka mendefinisikan tajwid sebagai
”memberikan kepada huruf akan hak-hak dan tertibnya, mengembalikan
huruf kepada mahroj dan asalnya, serta menghaluskan pengucapan dengan
cara yang sempurna tanpa berlebihan, kasar, tergesa-gesa, dan dipaksa-

6
Abdul Majid khon, Praktikum Qiro’at (Keanehan Bacaan al-Qur’an Qiraat Ashim dan
Hafash), Amzah, Jakarta, 2011, hal. 41
7
Departemen Agama RI, Op. Cit, hal 575
8
Abdul Majid khon, Op. Cit, hal. 44
4

paksakan”.9 Seperti hadist riwayat Hakim tentang anjuran agar membaikkan


suara dalam membaca Al-Qur’an, yaitu:

)‫ (رواه اَلكم‬.‫ص حواتِ ُك ْم‬


ْ ‫حزيِنُواالْ ُق ْرأح حن ِِبح‬
Artinya: “Hiasilah Al-Qur’an dengan suara kalian”. Riwayat Hakim.10

Maka sudah sepantasnya bagi kita untuk giat membaca, mempelajari,


dan mengamalkan Al-Qur’an. Di sisi lain hendaknya diusahakan untuk
menghatamkan Al-Qur’an sekaligus memperbaiki bacaannya dan juga
memelihara kemurniannya. Salah satu memeliharanya adalah dengan
menghafalkannya, Karena menghafalkan Al-Qur’an merupakan pekerjaan
yang sangat mulia dihadapan manusia dan dihadapan Allah SWT. Tidak ada
suatu kitabpun di dunia ini yang dihafal oleh banyak orang di dalam hati
mereka, kecuali hanya Al-Qur’an yang telah dimudahkan oleh Allah SWT
untuk diingat dan dihafal. Seperti yang tercantum dalam QS. Al-Qomar ayat
17 yang berbunyi:

‫لذ ْك ِر فح حه ْل ِم ْن ُم ادكِ ٍر‬


ِ ِ‫سرحَّن الْ ُقرءا حن ل‬
‫حولححق ْد يح ا ْ ْ ح‬
Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk
pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS.
Al-Qomar: 17)11

Namun yang diutamakan adalah hafalan yang mampu memahami


pengertian dan kesanggupan menjelaskan dan memilih ayat-ayat yang tepat
dengan perkembangan kemampuan kebanyakan siswa. Seperti pada tingkat
dasar dipilih surat-surat yang pendek dan mudah. Para pelajar hendaknya
mengetahui makna yang ayat yang dibaca itu. Al-Qur’an juga bukan hanya

9
Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Litera Antar Nusa, Bogor, 2006, hal.
265
10
Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, Syarah Mukhtaarul Ahaadiits (Hadis-hadis Pilihan berikut
Penjelasannya), Penerbit Sinar Baru Algensindo, Bandung, 1993, hal. 506
11
Departemen Agama RI, Op. Cit, hal. 530
5

pemberi petunjuk hafalan di luar kepala, akan tetapi mesti benar-benar


dipahami oleh pemeluknya dari isi Al-Qur’an yang dikandungnya.12
Seperti halnya di MTs Abadiyah, Desa Kuryokalangan, Kecamatan
Gabus, Kabupaten Pati. Dimana Madrasah ini mempunyai program
pendidikan yang tidak dimiliki oleh Madrasah lain. Karena adanya program
tahfidz dan siswanya terdiri dari laki-laki dan perempuan. Program yang baru
berjalan 2 tahun ini terbentuk karena adanya kerjasama antara Madrasah
dengan Pondok Pesantren. Meskipun program tersebut baru berjalan sekitar 2
tahun. Tapi antusias dari masyarakat sekitar sangat mendukung program yang
sudah berjalan itu. Karena dilihat dampak positifnya kepada anak yang fasih
dalam melafalkan Al-Qur’an.
Berdasarkan uraian di atas dan memperhatikan fenomena di
masyarakat, maka penulis terdorong untuk mengadakan penelitian lebih
lanjut tentang bagaimana pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an dalam
meningkatkan kefasihan siswa. Hal ini objek penelitiannya adalah siswa di
MTs Abadiyah, Desa Kuryokalangan, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati,
yang penelitian ini selanjutnya diberi judul: ”Analisis Pelaksanaan
Program Tahfidz Al-Qur’an dalam Meningkatkan Kefasihan Siswa
Pada Kegiatan Pengembangan Diri di MTs Abadiyah Kuryokalangan
Gabus Pati”

B. Fokus Penelitian
Fokus pada penelitian ini berkenaan dengan pelaksanaan program
tahfidz Al-Qur’an dalam meningkatkan kefasihan siswa pada kegiatan
pengembangan diri di MTs Abadiyah Desa Kuryokalangan Kecamatan Gabus
Kabupaten Pati.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka ada beberapa
permasalahan yang menjadi pokok kajian penelitian ini adalah:

12
Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran, Rineka
Cipta, Jakarta, 1990, hal.146
6

1. Bagaimana pelaksanaan program tahfidz dalam meningkatkan kefasihan


siswa di MTs Abadiyah Desa Kuryokalangan Kecamatan Gabus
Kabupaten Pati?
2. Bagaimana pelaksanaan program tahfidz pada kegiatan pengembangan diri
di MTs Abadiyah Desa Kuryokalangan Kecamatan Gabus Kabupaten
Pati?
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program tahfidz
dalam meningkatkan kefasihan siswa pada kegiatan pengembangan diri di
MTs Abadiyah Desa Kuryokalangan Kecamatan Gabus Kabupaten Pati?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yang ingin dicapai oleh penulis adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan program tahfidz dalam meningkatkan
kefasihan siswa di MTs Abadiyah Desa Kuryokalangan Kecamatan Gabus
Kabupaten Pati.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan program tahfidz pada kegiatan
pengembangan diri di MTs Abadiyah Desa Kuryokalangan Kecamatan
Gabus Kabupaten Pati.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
program tahfidz dalam meningkatkan kefasihan siswa pada kegiatan
pengembangan diri di MTs Abadiyah Desa Kuryokalangan Kecamatan
Gabus Kabupaten Pati.

E. Manfaat Penelitian
Adanya manfaat penelitian yang penulis lakukan ini, diharapkan dapat
memberi manfaaat bagi para penulis sendiri ataupun pihak-pihak yang terkait,
baik secara teoretis maupun praktis, sebagai berikut:
1. Secara Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan secara


teori khususnya tentang pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an dalam
7

meningkatkan kefasihan siswa pada pengembagan diri di MTs Abadiyah,


Desa Kuryokalangan, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati, sehingga dengan
adanya pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an dapat berpengaruh positif
dalam meningkatkan kefasihan dalam membaca Al-Qur’an pada siswa
pada kegiatan pengembangan diri di MTs Abadiyah, Desa Kuryokalangan,
Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati.
2. Secara Praktis
a. Madrasah
Bagi MTs Abadiyah, Desa Kuryokalangan, Kecamatan Gabus,
Kabupaten Patistudi kasus ini bermanfaat untuk mendapatkan
informasi tentang sejauh mana tentang kefasihan membaca Al-Qur’an
pada siswa pada kegiatan pengembangan diri ini
b. Guru atau ustadz
Bagi Guru atau ustadz, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan
wawasan dalam membimbing siswa agar dapat membaca Al-Qur’an
dengan fasih
c. Masyarakat
Bagi masyarakat bermanfaat sebagai bahan masukan bahwa
pentingnya memperhatikan kualitas membaca Al-Qur’an siswa.
d. Siswa
Bagi siswa bermanfaat untuk lebih fasih dan terampil dalam membaca
Al-Qur’an terutama pada siswa tahfidz.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Pustaka
Untuk memperoleh gambaran yang jelas serta menghindari
kemungkinan berbagai interpretasi dan salah tafsir, maka di bawah ini peneliti
akan menjelaskan pengertian dari rangkaian kata-kata yang terkandung dalam
judul penelitian ini, sebagaimana berikut:
1. Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an
a. Pengertian Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an
Pelaksanaan adalah suatu proses, cara, perbuatan melaksanakan
(rancangan, keputusan dan sebagainya).1 Pelaksanaan merupakan suatu
tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun
secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan stelah
perencanaan sudah dianggap siap.
Majone dan Wildavsky mengemukakan pelaksanaan sebagai
evaluasi. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa pelaksanaan
adalah perluasan aktifitas yang saling menyesuaikan.2
Menurut beberapa ahli mengartikan kata program sebagai
berikut:3
1. Menurut Sukrisnoprogram adalah kata, ekspresi, atau
pernyataan yang disusun dan dirangkai menjadi satu
kesatuan prosedur, yang berupa urutan langkah, untuk
menyelesaikan masalah yang diimplementasikan dengan
menggunakan bahasa pemrograman sehingga dapat
dieksesuksi oleh komputer.
2. Menurut Sunarto, S.KOM program adalah sekumpulan
instruksi yang diwujudkan dalam bentuk bahasa, kode
skema, ataupun bentuk lain, yang apabila digabungkan

1
http://kamusbahasaindonesia.org/pelaksanaan, dikutip hari kamis, 24 september 2015,
jam 15.35 WIB
2
Nurdin Usman, Kontek Implementasi Berbasis Kurikulum, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, hal. 70
3
http://www.lepank.com/2012/08/pengertian-program-menurut-beberapa-ahli.htmldikutip
pada hari rabu, 21/10/2015, jam 20.45

8
9

dengan media yang dapat dibaca dengan komputer akan


mampu membuat komputer bekerja untuk melakukan
fungsi-fungsi khusus atau untuk mwncPi hasil yang khusus,
termasuk persiapan dalam merancang instruksi-instruksi
tersebut
3. Menurut Sindhunata program adalah kelompok pernyataan
yang persis dan berurutan yang gunanya adalah utuk
memberi tahu komputer bagaimana melaksanakan sesuatu
pekerjaan.

Sedangkan Tahfidz Qur’an terdiri dari dua suku kata, yaitu


Tahfidz dan Qur’an, yang mana keduanya mempunyai arti yang
berbeda. Yaitu Tahfidz yang berarti menghafal dari kata dasar hafal
yang dari bahasa arab Hafidza-yahfadzu-hifdzan, yaitu lawan dari lupa,
yaitu selalu ingat dan sedikit lupa.4 Qur’an menurut bahasa adalah
“bacaan”, sedangakan menurt istilah ialah kalam Allah SWT yang
merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
untuk disiarkan kepada umat manusia dan bagi yang membacanya
merupakan ibadah.5 Tahfidz Al-Qur’an adalah proses untuk
memelihara, menjaga dan melestarikan kemurnian Al-Qur’an yang
diturunkan kepada Rasulullah saw di luar kepala agar tidak terjadi
perubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga dari kelupaan baik
secara keseluruhan maupun sebagiannya. Seperti sabda Rasulullah
SAW tentang perintah menjaga (hafalan) Al-Qur’an:

ِ ْ َ‫شدُّ تَفَلُّتًا ِمن‬


‫اْل ِب ِل ِف ْي‬ ُ ‫ت َ َعا َهد ُْوا َهذَا ْالقُ ْرأ َ ُن فَ َوالَّذِي نَ ْف‬
َ َ ‫س ُم َح َّم ٍد ِب َي ِد ِه لَ ُه َو أ‬
)‫ (متفق عليه‬.‫عقُ ِل َها‬ ُ

Artinya: “jagalah Al-Qur’an ini, demi jiwa Muhammad yang ada pada
tangan-Nya, ia lebih sangat mudah terlepas dari pada
(terlepasnya) unta dari ikatannya. (Mutafaqun ‘alaih).6

4
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Hidakarya, Jakarta, 1990, hal. 105
5
M. Hafidz Ubaidillah, Ikhtisar Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Pontren As-Syafi’iyah, Pati,
hal. 2
6
Imam An-Nawawi, Riyadhus Shalihin, Darul Hadits Qarirah, Jawa Tengah, 2015, hal.
491
10

Seorang yang telah hafal Al-Qur’an secara keseluruhan di luar


kepala, biasa disebut dengan jumma’Al-Qur’an dan huffazhul Al-
Qur’an.
Pengumpulan Al-Qur’an dengan cara menghafal ini dilakukan
pada masa awal penyiaran agama islam, karena Al-Qur’an
pada waktu itu diturunkan melalui metode pendengaran.
Pelestarian Al-Qur’an melalui hafalan ini sangat tepat dan
dapat dipertanggung jawabkan, mengingat Rasulullah SAW
tergolong orang yang ummi. Sementara itu beliaupun juga
diutus oleh Allah SWT kepada kaum yang ummi pula.7

b. Hukum Menghafal Al-Qur’an


Al-Qur’an mengenalkan diri dengan berbagai ciri sifatnya.
Salah satunya ialah bahwa ia merupakan salah satu kitabsuci yang
dijamin kemurniannyaoleh Allah SWT. sejak diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW hingga sekarang bahkan sampai hari kemudian.8
Hukum menghafal Al-Qur’an adalah fardu kifayah. Sebagaimana
pendapat Imam Abdul Abbas pada kitabnya As-Syafi’. Jika kewajiban
ini tidak terpenuhi maka seluruh umat islam akan menanggung
dosanya. Oleh karena itu meghafal al-Qur’an (Tahfizhul Qur’an)
menjadi bagian penting dalam islam.9
Dalam kitab Al-Burhan fi Ulumil Qur’an, juz 1 halaman 539,
Imam Badruddin bin Muhammad bin Abdullah Az-Zarkasi
mengatakan bahwa “menghafal Al-Qur’an adalah fardu kifayah.”
Sedangkan dalam Nihayah Qaulul Mufid, Syeh Muhammad Makki
Nashr mengatakan:

‫ض كِ َفايٍَة‬ َ ‫اِ َّن ِح ْف‬


ٍ ‫ظ الْ ُق ْراَ ِن َع ْن ظَ ْه ِر قَ ل‬
ُ ‫ْب فَ ْر‬

7
Muhammad Nor Ichwan, Belajar Al-Qur’an (Menyingkap Khazanah Ilmu-ilmu Al-
Qur’an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis), Rasail, Semarang, 2005, hal. 97-98
8
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Bumi Aksara, Jakarta,
2000, hal. 21
9
Gus Arifn & Suhendri Abu Faqih, Al-Qur’an Sang Mahqota Cahaya Ajak dan Ajari
Anak-Anak Kita Mencintai, Membaca, dan Menghafal Al-Qur’an, Elex Media Komputindo,
Jakarta, 2010, hal. 86
11

Artinya:“Sesungguhnya menghafal Al-Qur’an diluar kepala hukumnya


fardu kifayah.”10
Demikian pula mengajarkannya, mengajarkan membaca Al-Qur’an
adalah fardu kifayah dan merupakan ibadah yang utama. Rasulullah
SAW bersabda:

َِّ ‫ال رسو ُل‬


‫ َخ ْي ُرُك ْم َم ْن تَ َعلَّ َم الْ ُق ْراَ َن َو َعلَّ َمهُ (رواه‬:‫اَّلل صلى هللا عليه وسلم‬ ْ ُ َ َ َ‫ق‬

) ‫البخاري‬

Artinya: Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang paling baik di


antara kamu ialah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan
mengajarkannya.” HR. Bukhari.11

c. Keutamaan dan Faedah Menghafal Al-Qur’an


Menghafal Al-Qur’an merupakan suatu perbuatan yang sangat
terpuji dan mulia. Banyak sekali hadis-hadis Rasulullah SAW yang
mengungkapkan keagungan orang yang belajar membaca, atau
menghafal Al-Qur’an. Orang-orang yang mempelajari, membaca, atau
menghafal Al-Qur’an merupakan orang-orang pilihan yang memang
dipilih Allah SWT unut menerima warisan kitab suci Al-Qur’an.
Seperti firman Allah SWT dalam QS. Fathir ayat 32:

‫اصطََفْي نَا ِم ْن ِعبَ ِاد ََن ل َف ِمْن مه ْم ظَ ِاِلٌ لِنَ ْف ِس ِه َوِمْن مه ْم‬ ِ
ْ ‫اب الَّذيْ َن‬
ِ
َ َ‫مُثَّ اَْوَرثْنَاالْكت‬
ِ ِ ِ ‫ص ٌد وِمْن هم سابِق ِِب ْْلي ر‬
‫ض مل الْ َكبِْي مر‬ َ ‫ات ِِبِ ْذ ِن هللا َذل‬
ْ ‫ك مه َو الْ َف‬ َ َْ ٌ َ ْ ‫ُّم ْقتَ َ م‬
ِ

Artinya: “Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-oarang


yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di
antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri,
dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara
meraka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan

10
Ahsin W. Al-Hafidz, Op. Cit, hal. 24
11
Imam An-Nawawi, Op, Cit, hal. 488
12

dengan izin Allah, yang demikian itu adalah karunia yang


amat besar. (QS. Fathit: 32)12

Bagi orang yang menghafalkan Al-Qur’an mempunyai


beberapa kemuliaan tersendiri, diantaranya yaitu:13
1. Penghafal Al-Qur’an adalah Ahlullah (Keluarga Allah)
Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar Assuyuti dalam
kitabnya Jami’us Shoghir, pada bab Keutamaan Belajar dan
Mengajar Al-Qur’an, menyampaikan hadis dari Anas bin
Malik, yaitu:
َِّ ‫َّاس اَ ْهل الْ ُقراَ ِن اَ ْهل‬ ِِ ِ
ِ ِ‫َّلل تَع َال اَ ْهل‬
ُ‫اصتُه‬
َّ ‫اَّلل َو َخ‬ ُ ْ ُ ِ ‫ْي م َن الن‬ َْ َ َّ ‫ا َّن‬
)‫(رواه امحد والنسائ وابن ماجه واحلاكم‬
Artinya: “Sesunggguhnya Allah SWT. mempunyai ahli
(Keluarga) dari kalangan manusia, Ahli Qur’an
adalah Kekasih Allah yang diistimewakan.(HR.
Ahmad, Nasa’i, Ibnu Majah, Al-Hakim.)14
2. Penghafal Al-Qur’an akan mempersembahkan mahkota
cahaya kepada kedua orang tuanya.
Abi Zakaria yahya bin Syarifuddin An-Nawawi Assyafi’i
dalam kitabnya Tibyan Fi Adabi Khamalatil Qur’ani, pada
bab fadillah membaca Al-Qur’an, menjelaskan:
ُ‫ض ْوُؤه‬َ ‫س َوالِ َديْ ِه ََت ًجا يَ ْو َم ال ِْقيَ َام ِة‬ ِ ِِ ِ ِ
َ ‫قراَ الْ ُق ْراَ َن َو َعم َل ِبَا ف ْيه اُلْب‬
َ ‫َم ْن‬
‫الدنْيَا فَ َما ظَنُّ ُك ْم ِِبلَّ ِذي َع َم َل‬
ُّ ‫ت‬ ِ ‫س ِِف ب ي و‬
ْ ُُ ِ ‫الش ْم‬ َّ ‫ض ْوِء‬َ ‫س ُن ِم ْن‬ َ ‫اَ ْح‬
‫ (رواه‬.‫ِِبَ َذا‬
)‫ابوداود‬
Artinya:“Barangsiapa yang telah hafal Al-Qur’an dan
mengamalkan hafalannya itu, niscaya kedua orang
tuanya akan diberi mahkota yang bersinar pada
hari kiamat, lebih bagus dari sinar matahari pada
kehidupan dunia. Maka orang tua berharap akan
pengamalan ini.”(HR. Abu Dawud.)15

12
Departemen Agama RI, Op. Cit, hal 439
13
Gus Arifn & Suhendri Abu Faqih, Op. Cit, hal. 68
14
Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar Assuyuti, Jami’us Shoghir, Al-Hidayah,
Surabaya, hal. 95
15
Abi Zakaria yahya bin Syarifuddin An-Nawawi Assyafi’i, Tibyan Fi Adabi Khamalatil
Qur’ani, Al-Haramain, hal. 16
13

Dalam menghafalkan Al-Qur’an yang mempunyai keutamaan


yang mulia dan juga ada keutamaan bagi penghafal. Di samping itu
juga ada faedah terpenting dari menghafalkan Al-Qur’an. Banyak
sekali faedah yang muncul dari kesibukan menghafal Al-Qur’an.
Faedah-faedah itu telah banyak diungkapkan oleh nabi Muhammad
SAW dalam beberapa buah hadisnya, antara lain:16
1. Kebahagiaan di Dunia dan di Akhirat
Rasulullah SAW bersabda:
َّ ‫ يَ ُق ْو ُل‬:‫ِب (ص) قَّاَ َل‬ ِِ
ُ‫ب ُس ْب َحانَه‬ ُّ ‫الر‬ ّ ِّ‫ َع ِن الن‬: ‫ي‬ ّ ‫َع ْن اَ ِىب َسع ْيد اٌخلُ ْد ِر‬
‫ض َل َمااُ ْع ِط َى‬ ِ
ْ َِ‫ َم ْن َشغَلَهُ الْ ُق ْرا ُن َوذ ْك ِر ْى َع ْن َم ْسأَل‬:‫َوتَ َع َال‬
َ ْ‫ِت اَ ْعطَْي تُهُ اَف‬
ِ ‫ض ِل‬ ْ ‫هللا ُس ْب َحانَهُ َوتَ َع َال َعلَى َسائِ ِر الْ َك ََلِم َك َف‬ ِ ‫ضل َك ََلِم‬ ِ َّ
‫هللا‬ ُ ْ َ‫ْي َوف‬َ ْ ‫السائِل‬
)‫ (رواه الرترمذى‬.‫تَ َع َال َعلَى َخل ِْق ِه‬
Artinya:“Barangsiapa yang membaca Al-Qur’an dan dzikir
kepada-Ku sehingga ia tidak sempat memohon
apa-apa kepada-Ku, maka ia akan kuberi
anugerah yang paling baik, yang diberikan kepada
orang-orang yang memohon kepada-Ku. Dan
Allah SWT berfirman bahwa lebih utama untuk
berdiam diri seperti kebesaran Allah SWT bagi
ciptaan-Nya.”(HR. Tirmidzi.)17
2. Sakinah (Tenteram Jiwanya)
Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah bersabda:
‫هللا َويَتَ َد َار ُس ْونَهُ اَِّّل‬
ِ ‫هللا ي ْت لُو َن كِتاب‬ ِ ِ ِ ٍ
َ َ ْ َ ‫ااجتَ َم َع قَ ْوٌم ِ ِْف بَ ْيت م ْن بُيُ ْوت‬ ْ ‫َوَم‬
ِ َّ ‫الس ِك ْي نَةُ َوغَ ِشيَ ْت ُه ُم‬
ُ‫الر ْمحَةُ َو َح َّف ْت ُه ُم ال َْم ََلئ َكةُ َوذ َك َرُه ُم هللا‬ َّ ‫ت َعلَْي ِه ُم‬ْ َ‫نَ َزل‬
)‫فِ ْي َم ْن ِع ْن َدهُ (رواه مسلم‬
Artinya: “Tidak ada orang yang berkumpul dalam satu
rumah Allah (Masjid) lalu mereka membaca dan
mempelajarinya diantara mereka melainkan akan
diturunkan ketenangan bagi mereka, dan diliputi
oleh para malaikat, serta Allah sebut mereka di
antara orang-orang yang ada bersama-
Nya.”(HR. Muslim)18

16
Ahsin W. Al-Hafidz, Op. Cit, hal. 35-40
17
Abi Zakaria yahya bin Syarifuddin An-Nawawi Assyafi’i,Op, Cit, hal. 14
18
Imam An-Nawawi, Op, Cit,hal. 498
14

Suatu ketika ada seorang laki-laki yang bercerita kepada


Nabi, bahwa suatu ketika ia sedang membaca surat Al-
Kahfi, sementara kudanya berada di sampingnyaterikat
dengan dua tali, lalu ia tak sadarkan diri karena kabut yang
mengelilinginya. Kabut itu semakin mendekatkepadanya
dan kudanya kabur. Setelah waktu pagi orang itu datang
kepada Nabi dan menceritakan hal tersebut. Lalu Nabi
SAW bersabda:

)‫ت لِ ْل ُق ْراَ ِن (رواه البخارى ومسلم‬


ْ َ‫الس ِك ْي نَةُ تَنَ َّزل‬
َّ ‫ك‬َ ‫تِْل‬
Artinya: “Itulah sakinah (ketenangan), yang turun karena
Al-Qur’an.” (HR. Bukhari-Muslim)19
3. Tajam Ingatan dan Bersih Intuisinya
Ketajaman ingatan dan kebersihan intuisinya itu muncul
karena seorang penghafal Al-Qur’an selalu berupaya
mencocokkan ayat-ayat yang dihafalnya dan
membandingkan ayat-ayat tersebut ke porosnya, baik dari
segi lafadz (teks ayat) maupun dari segi pengertiannya.
Sedangkan bersihnya intuisi itu muncul karena seorang
penghafal Al-Qur’an senantiasa berada dalam lingkungan
dzikrullah dan selalu dalam kondisi keinsafan yang selalu
meningkat, karena karena ia selalu mendapat peringatan
dari ayat-ayat yang dibacanya.
4. Bahtera Ilmu
Khasanah Ulumul-Qur’an (ilmu-ilmu Al-Quran) dan
kandungannya akan banyak sekali terekam dan melekat
dengan kuat ke dalam benak orang yang menghafalkannya.
Dengan demikian nilai-nilai Al-Qur’an yang terkandung di
dalamnya akan menjadi motivator terhadap kreatifitas
pengembangan ilmu yang di kuasainya.
5. Memiliki Identitas yang Baik dan Berperilaku Jujur
Seorang yang hafal Al-Qur’an sudah selayaknya bahkan
menjadi suatu kewajiban untuk berperilaku jujur dan
berjiwa Qur’ani. Identitas demikian akan selalu terpelihara
karena jiwanya selalu mendapat peringatan dan teguran dari
ayat-ayat Al-Qur’an yang selalu di bacanya. Betapa indah
identitas yang diberikan oleh Rasulullah SAW kepada para
penghafal Al-Qur’an.
6. Fasih dalam Berbicara
Orang yang banyak membaca, atau menghafal Al-Qur’an
akan membentuk ucapannya tepat dan dapat megeluarkan
fenotik arab pada landasannya ecara alami.Allah berfirman
dalan QS. As-Syu’ara ayat 194-195, sebagai berikut:

19
Ibid, hal. 490
15

ٍ ِِ
ٍ ْ ِ‫ان َعرٍِب ُّمب‬
)195( ‫ْي‬ ِِ ِ ِ ِ‫علَى قَ ْلب‬
َ ‫) بل َس‬194( ‫ك لتَ مك ْو من م َن الْ ممْنذريْ َن‬
َ َ

Artinya: “Kedalam hatimu (Muhammad) agar kamu


menjadi salah seorang diantara orang-orang
yang member peringatan, dengan bahasa arab
yang jelas.” (QS. As-Syu’ara ayat: 194-195).20
7. Memiliki Do’a yang Mustajab
Orang yang hafal Al-Qur’an yang selalu konsekuen dengan
predikatnya sebagai Hamalatul-Qur’an merupakan orang
yang di kasihi Allah SWT. Dari Anas r.a. Rasulullah SAW
bersabda:
‫ب الْ ُق ْراَ ِن ِع ْن َد ُك ِّل َخ ْت َم ٍة َد ْع َو ًة ُم ْستَ َجابَ ًة و َش َج َرًة ِىف ا ْْلَن َِّة‬ ِ ‫اِ َّن لِص‬
ِ ‫اح‬ َ
‫صلِ َها ََلْ يَ ْن تَ ِهى اِلَى َف ْر ِع َها َح ََّّت يُ ْد ِرُكهُ ا ْْلََرُم (رواه‬ ِ
ْ َ‫لَ ْواَ َّن غُ َر ًاِب طَ َار م ْن ا‬
)‫اخلطيبالبغدادى‬
Artinya: “ Sesenggguhnya orang yang hafal Al-Qur’an itu
setiap khatam Al-Qur’an mempunyai do’a yang
mustajab, dan sebuah pohon di surge.
Seandainya ada burung gagak terbang dari
pangkal pohon itu menuju cabangnya, maka
hingga pikun ia tidak akan sampai ke tempat
yang dituju.” (HR. Al-Khatib, Al-Baghdadi)21

d. Strategi Menghafal Al-Qur’an


Menghafal Al-Qur’an dengan nuansa yang indah tentu
dambaan setiap muslim, namun keindahan itu tentu tak akan sempurna
(atau bahkan dosa) bila al-Qur’an sendiri dilantunan tidak sesuai
kaidah bacaannya yang erat kaitannya dengan ilmu dan adab
membacaal-Qur’an yang disebut ilmu tajwid. Untuk membantu
membentuk kesan dalam ingatan terhadap ayat-ayat yang dihafal,
maka diperlukan strategi menghafal yang baik. Strategi itu antara lain
adalah sebagai berikut:22
1) Strategi pengulangan ganda; 2) Tidak beralih pada ayat
berikutnya sebelum ayat yang sedang dihafal benar-benar

20
Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar Assuyuti, Op. Cit, hal. 96
21
Ahsin W. Al-Hafidz, Op. Cit, hal. 35-40
22
Ibid, hal. 62-72
16

hafal; 3) Menghafal urutan-urutan ayat yang di hafalnya dalam


satu kesatuan jumlah setelah benar-benar hafal ayat-ayatnya;
3) Menggunakan satu jenis mushaf; 4) Memahami (pengertian)
ayat-ayat yang di hafalnya; 5) Memperhatikan ayat-ayat yang
serupa; 6) Disetorkan kepada seorang pengampu.

e. Syarat menghafal Al-Qur’an

Menghafal Al-Qur’an adalah pekerjaan yang sangat mulia.


Akan tetapi menghafal Al-Qur’an tidaklah mudah seperti membalikan
telapak tangan, oleh karena itu ada hal-hal yang perlu dipersiapkan
sebelum menghafal agar dalam proses menghafal tidak begitu berat.
Persoalan lain yang sering mengganggu kelancaran hafalan adalah
sulitnya mengingat permulaan ayat di setiap awal halaman mushaf al-
Qur’ân sebagai akibat dari hasil hafalan yang lazim dilakukan halaman
perhalaman setiap hari dengan menggunakan mushaf al-Qur’ân khusus
bagi para penghafal, yaitu yang dikenal dengan istilah Al-Qur’an
pojok.

Diantara beberapa hal yang harus terpenuhi sebelum seseorang


memasuki periode menghafal Al-Qur’an ialah :23
1. Niat yang ikhlas
Niat adalah syarat yang paling penting dan paling utama
dalam masalah hafalan Al-Qur’an. Sebab, apabila seseorang
melaukan sebuah perbuatan tanpa dasar mencari keridhaan
Allah semata, maka amalannya hanya akan sia-sia belaka.
2. Izin dari orang tua atau suami
Semua anak yang hendak mencari ilmu atau menghafalkan
Al-Qur’an, sebaiknya terlebih dahulu meminta izin kepada
kedua orang tua dan kepada suami (bagi wanita yang sudah
menikah). Sebab, hal itu akan menentukan dan membantu
keberhasilan dalam meraih cita-cita untuk menghafalkan
Al-Qur’an.
3. Mempunyai tekad yang besar dan kuat
Tekad yang kuat dan sungguh-sungguh akan mengantar
seseorang ke tempat tujuan, dan akan membentengi atau
menjadi perisai terhadap kendala-kendala yang mungkin

23
Wiwi Alawiyah Wahid,Cara Cepat Bisa Menghafal al-Qur’an, Diva Press, Jogjakarta,
2014, hal. 28-41
17

akan datang merintanginya. Sebagaimana firman Allah


SWT dalam QS. Al-Israa’ ayat 19 sebagai berikut:

َ ِ‫َوَم ْن اََر َاد ْاْلَ ِخَرَة َو َس َعى ََلَا َس ْعيَ َها َومه َو مم ْؤِم ٌن فَأ ْمولئ‬
‫ك َكا َن‬

‫َس ْعيم مه ْم َّم ْش مك ْوًرا‬

Artinya: “Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan


akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-
sungguh sedang ia adalah mukmin, Maka mereka
itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi
dengan baik.” (QS. Al-Israa’: 19)24
4. Sabar
Keteguhan dan kesabaran merupakan faktor-faktor yang
sangat penting bagi orang yang sedang dalam proses
menghafal Al-Qur’an. Hal ini disebabkan karena dalam
proses menghafal Al-Qur’an akan banyak sekali ditemui
berbagai macam kendala.
5. Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran-pikiran dan
teori-teori, ataupermasalahan-permasalahanyangsekiranya
akan mengganggunya
Mengosongkan pikiran lain yang sekiranya mengganggu
dalam proses menghafal merupakan hal yang penting.
Dengan kondisi yang seperti ini akan memepermudah
dalam proses menghafal Al-Qur’an karena benar-benar
fokus pada hafalan Al-Qur’an.25
6. Istiqomah
Yang dimaksud dengan istiqamah adalah konsisten, yaitu
tetap menjaga keajekan dalam menghafal Al-Qur’an.
Dengan perkataan lain penghafal harus senantiasa menjaga
kontinuitas dan efisiensi terhadap waktu untuk menghafal
Al-Qur’an.
7. Menjauhkan diri dari maksiat dan perbuatan tercela
Perbuatan maksiat dan perbuatan tercela merupakan sesuatu
perbuatan yang harus dijauhi bukan saja oleh orang yang
sedang menghafal Al-Qur’an, tetapi semua kaum muslim
umumnya. Karena keduanya mempengaruhi terhadap
perkembangan jiwa dan mengusik ketenangan hati,
sehingga akan menghancurkan istiqamah dan konseantrasi
yang telah terbina dan terlatih sedemikian bagus.
8. Mampu membaca dengan baik

24
Departemen Agama RI, Op. Cit, hal 285
25
Ahsin W. Al-Hafidz, Op. Cit, hal. 48
18

Sebelum penghafal Al-Qur’an memulai hafalannya,


hendaknya penghafal mampu membaca Al-Qur’an dengan
baik dan benar, baik dalam Tajwid maupun makharij al-
hurufnya, karena hal ini akan mempermudah penghafal
untukmelafadzkannya dan menghafalkannya.
9. Berdo’a agar sukses menghafal Al-Qur’an.
Berdo’a adalah permintaan atau permohonan seorang
hamba kepada sang Khaliq.

f. Metode Menghafal Al-Qur’an

Hafalan itu tentu saja tidak bisa dikelola di dalam memori lalu
diungkapkan dengan redaksi berbeda. Belum lagi masalah kesamaan
dan kemiripan sejumlah ayat tertentu di berbagai tempat berbeda. Ada
sejumlah ayat yang berulang pada surah yang sama ataupun berbeda.
Demikian juga sejumlah ayat yang mirip, misalnya pangkal ayat
berbeda tetapi ujungnya sama ataupun sebaliknya. Kondisi seperti ini
sangat memungkinkan kesalahan dalam menyambung ayat berikutnya,
sehingga diperlukan berbagai cara dan metode untuk menghindari
kesalahan. Dengan memahami metode menghafal Al-Qur’an yang
efektif, pasti kekurangan-kekurangan yang ada akan bisa diatasi. Ada
beberapa metode menghafal Al-Qur’an yang sering dilakukan oleh
para penghafal, diantaranya adalah sebagai berikut:26
1. Metode Wahdah, Yang dimaksud metode ini, yaitu
menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak
dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat dapat
dibaca sebanyak sepuluh kali atau dua puluh kali atau lebih,
sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam
bayangannya.
2. Metode Kitabah, Kitabah artinya menulis. Metode ini
memberikan alternatif lain dari pada metode yang pertama.
Pada metode ini penulis terlebih dahulu menulis ayat-ayat
yang akan dihafalnya pada secarik kertas yang telah
disediakan untuk dihafal. Kemudian ayat tersebut dibaca
sampai lancar dan benar, kemudian dihafalkannya.
3. Metode Sima’i, Sima’i artinya mendengar. Yang dimaksud
metode ini adalah mendengarkan sesuatu bacaan untuk
26
Ibid, hal. 63-66
19

dihafalkannya. Metode ini akan Sangat efektif bagi


penghafal yang mempunyai daya ingat extra, terutama bagi
penghafal yang tuna netra atau anak-anak yang masíh
dibawah umur yang belum mengenal baca tulis Al-Qur’an.
Cara ini bisa mendengar dari guru atau mendengar melalui
kaset.
4. Metode Gabungan. Metode ini merupakan gabungan antara
metode wahdah dan kitabah. Hanya saja kitabah disini lebih
mempunyai fungsional sebagai uji coba terhadap ayat-ayat
yang telah dihafalnya. Prakteknya yaitu setelah menghafal
kemudian ayat yang telah dihafal ditulis, sehingga hafalan
akan mudah diingat.
5. Metode Jama’, Cara ini dilakukan dengan kolektif, yakni
ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif, atau bersama-
sama, dipimpin oleh instruktur. Pertama si instruktur
membacakan ayatnya kemudian siswa atau siswa
menirukannya secara bersama-sama.
Sedangkan menurut Sa’dulloh macam-macam metode
menghafal adalah sebagai berikut27:

1. Bi al-Nadzar, Yaitu membaca dengan cermat ayat-ayat Al-


Qur’an yang akan dihafal dengan melihat mushaf secara
berulang-ulang.
2. Tahfidz, Yaitu menghafal sedikit demi sedikit Al-Qur’an
yang telah dibaca secara berulang-ulang tersebut.
3. Talaqqi, Yaitu menyetorkan atau mendengarkan hafalan
yang baru dihafal kepada seorang guru.
4. Takrir, Yaitu mengulang hafalan atau menyima’kan hafalan
yang pernah dihafalkan/sudah disima’kan kepada guru.
5. Tasmi’, Yaitu mendengarkan hafalan kepada orang lain baik
kepada perseorangan maupun kepada jamaah.
Pada prinsipnya semua metode di atas baik semua untuk
dijadikan pedoman menghafal Al-Qur’an, baik salah satu diantaranya,
atau dipakai semua sebagai alternatif atau selingan dari mengerjakan
suatu pekerjaan yang terkesan monoton, sehingga dengan demikian
akan menghilangkan kejenuhan dalam proses menghafal Al-Qur’an.
Serta akan mewujudkan kuatnya hafalan yang akan diperoleh anak

Sa’dullah, S. Q., 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an, Gema Insani, Jakarta, 2008, hal.
27

52-54
20

didik disertai cepatnya waktu yang ditempuh untuk mengkhatamkan


al-Quran.

g. Etika Orang yang Menghafal Al-Qur’an

Sebagaimana telah diuraikan dalam pembahasan-pembahasan


terdahulu bahwa menghafalkan merupakan proses yang rumit dan
membutuhkan konsentrasi yang mendalam, sehingga hafalan al-Qur’an
berbeda dengan menghafal materi pelajaran yang dapat dihafalkan
dalam jangka waktu yang relatif pendek. Betapa besar dan tinggi
kedudukan orang yang menghafal Al-Qur’an disisi Allah, maka karena
itu mereka pun dituntut untuk bersikap konsekuen terhadap kedudukan
danpredikatnya yang tinggi itu. Di antara etikanya sebagai penyandang
hafidz Al-Qur’an antara lain:28
1) Harus bertingkah laku terpuji dan mulia (berakhlak Al-
Qur’an); 2) Melepaskan jiwanya dari segala yang
merendahkan dirinya terhadap orang-orang ahli keduniaan; 3)
Khusyu’, sakinah dan waqar; 4) Memperbanyak sholat malam;
5) Memperbanyak membaca Al-Qur’an pada malam hari,
sebagaimana banyak dilakukan oleh para sahabat Rasulullah
SAW.
Hal ini terkait erat dengan menghafal al-Qur’an merupakan
proses yang lebih mengandalkan kemampuan dan kapasitas memori
dan membutuhkan waktu yang cukup panjang. Oleh sebab itu di
butuhkan keheningan, kekhusyukan waktu malam yang dapat
meningkatkan nilai spiritual yang seakan membekas dalam hati.29
Seperti firman Allah SWT dalam QS. Ath-Thuur ayat: 49, yaitu:

‫ُّج ْوِم‬ ِ ِ
‫َوم َن الَّْي ِل فَ َسبِ ْحهم َوا ْدبََر الن م‬

28
Ahsin W. Al-Hafidz, Op. Cit, hal. 93-96
29
Muhammad Makhdlori, Keajaiban Membaca Al-Qur’an, Diva Press, Jogjakarta, 2007,
hal. 112
21

Artinya: “Dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di


malam hari dan di waktu terbenam bintang-bintang (di waktu
fajar).” QS. Ath-Thuur : 49.30

2. Meningkatkan Kefasihan Siswa


a. Pengertian Meningkatkan Kefasihan Siswa
Secara umum meningkatkan merupakan upaya untuk
menambah derajat, tingkat, dan kualitas maupun
kuantitas.Meningkatkan juga dapat berarti menambah ketrampilan dan
kemampuan agar menjadi lebih baik. Kata meningkatkan biasanya
digunakan untuk arti yang positif. Meningkatkan dalam KBBI berarti
menaikkan (derajat, taraf, dsb), mempertinggi, memperhebat (produksi
dsb).31
Fasih berasal dari bahasa arab ‫فصا حة‬-‫يفصح‬-‫ فصح‬artinya berbicara

dengan terang, fasih, petah lidah.32 Fasih berarti lancar, bersih dan baik
lafalnya (tata berbahasa, bercakap-cakap, mengaji, dan sebagainya)
sedangkan kefasihan berarti perihal fasih (dalam berbahasa, berbicara).
Kefasihan merupakan pengucapan yang jelas dengan menggunakan
tatacara yang benar maupun trampil. Aspek ini melibatkan aspek-aspek
berfikir seperti mengingat, memeahami, membedakan, menemukan,
membandingkan dan menganalisis yang pada akhirnya menerapkan
apa-apa yang terkandung dalam bacaan.
Dalam meningkatkan kefasihan siswa dalam membaca Al-
Qur’an perlu adanya program tarjet Tahsin Tilawah (upaya
memperbaiki dan membaguskan bacaan Al-Qur’an). Maka perlu di
pahami tarjet atau sasaran Tahsin yang harus dicapai adalah:33

30
Departemen Agama RI, Op. Cit, hal. 526
31
http://kamusbahasaindonesia.org/meningkatkan/miripKamusBahasaIndonesia.orgdikuti
p pada hari, Senin, 29/09/2015, jam 12:17
32
Mahmud Yunus, Op, Cit, hal. 317
33
H. Ahmad Annuri, Panduan Tahsin, Tilawah Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid, Pustaka Al-
Kautsar, Jakarta Timur, 2010, hal. 6
22

1. Terciptanya kemampuan melafalkan huruf-huruf dengan


baik dan benar, sesuai dengan makhraj dan sifatnya.
2. Terciptanya kemampuan membaca ayat-ayat Al-Qur’an
sesuai dengan hukum-hukum tajwid.
3. Terciptanya kemampuan membaca ayat-ayat Al-Qur’an
dengan lancar, dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah
tajwid, sehingga mampu melaksanakan anjuran Rasulullah
SAW membaca 30 juz dalam waktu sebulan.
4. Terciptanya kemampuan menghafal, minimal 1 juz dengan
melafalkan yang baik dan benar.
5. Terciptanya kemampuan menguasai keidah-kaidah ilmu
tajwid, karena bagi pembaca Al-Qur’an (Qori’) yang
memahami dan menguasai kaidah-kaidah tajwid, kecil
kemungkinannya melakukan kesalahan saat membaca Al-
Qur’an, di sisi lain ia juga mampu mengajarkan kepada
keluarga dan masyarakat.

b. Tingkatan Kefasihan

Tingkatan dalam membaca Al-Qur’an menurut para ulama’


qurra’ (ahli qiro’at), bahwasanya tingkatan membaca Al-Qur’an itu
ada 4 tingkatan, yaitu:34

1. At-Tahqiq )‫(التحقيق‬
ِ
ُ ‫َو ُه َوِمثْ ُل الت َّْرت ْي ِل إِّلَّ أَنَّهُ أَ ْكثَ ُرِم ْنهُ اط ِْم ْئ نَ نً َاو ُه َوال َْمأ‬
‫ْخ ْوذُبِه ِِف َم َق ِام‬
‫َّع ِل ْي ِم‬
ْ ‫الت‬
“Bacaan seperti tartil tetapi lebih tenang dan perlahan-
lahan, cara seperti ini lazim digunakan untuk mengajar
Al-Qur’an dengan sempurna”

Tahqiq adalah tempo bacaan yang paling lambat. Menurut


ulama’ tajwid, tempo bacaan ini diperdengarkan atau
diberlakukan sebagai metode dalam proses belajar
mengajar, sehingga diharapkan murid dapat melihat dan
mendengarkan cara guru membaca huruf demi huruf
menurut semestinya sesuai dengan makhrajnya dan
sifatnya serta hukum-hukum, seperti panjang, samar,
sengau, dan lain sebagainya.
2. At-Tartil )‫(الترتيل‬

34
Ibid, hal. 29-30
23

ِ ِ ٍ ٍ َ‫و ُهوال ِْقراءةُ بِتُ َؤ َدةٍ واط ِْم ْئ ن‬


ُ‫اج ُك ِّل َح ْرف م ْن ََمَْرِج ِه َم َع إِ ْعطَاع ِه َح َّقه‬
ٍ ‫ان َوإِ ْخ َر‬ َ ََ َ َ
َّ
ُ‫َوُم ْستَ َحقه‬
“Bacaan yang perlahan-lahan dan jelas, mengeluarkan
setiap huruf dan makhrajnya dan menerapkan sifat-
sifatnya, serta mentadabburi maknanya.”
Tingkatan bacaan ini adalah yang paling bagus karena
dengan bacaan itulah Al-Qur’an diturunkan. Allah SWT
berfirman dalam QS. Al-Furqon ayat 32 yaitu:

‫َوَرتِْلنَهم تَ ْرتِْي ًل‬


Artinya: “Dan Kami membacanya secar tartil (teratur dan
benar). QS. Al-Furqon: 32.35
3. Al-Hadr)‫(ال َحد ُْر‬
ِ ‫اعا‬
‫ت ْاّلَ ْح َك ِام‬ ِ ‫وهو ْاّلَسرع ِِف ال ِْقر‬
َ ‫اءة َم َع ُم َر‬
ََ ُ َْ َُ َ
“Bacaan cepat dengan tetap menjaga hukum tajwidnya.”
4. At-Tadwir)‫(التَّدْ ِوي ُْر‬
‫ْي الت َّْرتِْي ِل َوا ْحلَ ْد ِر‬ ِ
َْ َ‫َو ُه َوُم َرتَّبَةٌ ُمتَ َو ّسطَةٌ ب‬
“Bacaan yang sedang tidak terlalu cepat atau tidak erlalu
lambat, pertengahan antara al-hadr dan at-tartil.”

Berlebihan didalam tajwid sampai kelewat batas dan terjadi


pemaksaan tidak lebih kecil bahayanya dari lahn, sebab hal itu
merupakan penambahan huruf-huruf yang bukan pada tempatnya,
misalnya seperti dilakukan orang-orang yang membaca Al-Qur’an
dewasa ini dengan irama melankolis dan suara yang diulang-ulang
seperti halnya nyanyian yang diiringi alunan musik dan petikan alat-
alat hiburan. Para ulama telah mensinyalir perbuatan tersebut sebagai
suatu bid’ah dan menyebutkan dengan “tar’id, tarqis, tatrib, tahzin
atau tardid”.
Hal ini sebagaimana telah dinukil oleh as-Suyuti dalam al-
Itqan dan diungkapkan kembali oleh Ar-Rafi’i dalam I’jazul Qur’an
dengan mengatakan: “Diantara perbuatan bid’ah dalam qiro’at dan
ada’ adalah talhin, atau melagukan bacaan yang hingga sekarang ini
masih ada dan disebar luaskan oleh orang-orang yang hatinya telah

35
Departemen Agama RI, Op. Cit, hal. 363
24

terpikat dan terlanjur mengagumi. Mereka membaca Al-Qur’an


sedemikian rupa layaknya sebuah irama atau nyanyian. Dan diantara
macam-macam talhin yang mereka kemukakan sesuai dengan
pembagian irama lagu adalah:36
1) Tar’id, yaitu bila qori’ menggeletarkan suaranya, laksana
suara yang menggeletar karena kedinginan atau kesakitan.
2) Tarqis, yaitu sengaja berhenti pada huruf mati namun
kemudian dihentakkannya secara tiba-tiba disertai gerakan
tubuh, seakan-akan sedang melompat atau berjalan cepat
3) Tathrib, yaitu mendendangkan dan melagukan Al-Qur’an
sehingga membaca panjang (mad) bukan pada tempatnya
atau menambahnya bila kebetulan tepat pada tempatnya
4) Tahzim, yaitu membaca Al-Qur’an dengan nada memelas
seperti orang yang bersedih sampai hampir menangis
disertai kekhusyukan dan suara secara lembut
5) Tardad, yaitu bila sekelompok orang yang menirukan
seorang qori’ pada akhirnya bacaan dengan satu gaya dari
cara-cara di atas.
Qira’at itu sebenarnya ada beberapa sifat, yaitu:37

1) Tahqiq, yaitu dengan cara memberikan kepada setiap huruf


akan haknya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
para ulama’ dan disertai tartil (dengan bacaan yang pelan-pelan
dan tenang serta suara lembut); 2) Hadar, yaitu membaca cepat
dengan memperhatikan syarat-syarat pengucapan yang benar;
3) Tadwir, yaitu membaca dengan pertengahan antara tahqiq
dan hadar.
Pada hakikatnya bagi orang yang membaca Al-Quran untuk
mencapai kefasihan yang sempurna, maka harus memperhatikan adab
membaca Al-Qur’an sebagai berikut:38
1. Membaca Al-Qur’an sesudah berwudlu, karna termasuk
dikrullah yang paling utama. Rasuluallah SAW bersabda.
)‫ادةِ قِ َرأَةُالْ ُق ْراَ ِن (رواه البيهقي‬
َ َ‫ض ُل الْ ِعب‬
َ ْ‫اَف‬
Artinya: “yang paling utama dari ibadah adalah membaca
Al-Quran”(HR-Baihaqi)39

36
Manna Khalil al-Qattan, Op. Cit, hal. 266-267
37
Ibid, hal. 267
38
Ahsin W. Al-Hafidz, Op. Cit, hal. 32-34
39
Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar Assuyuti, Op, Cit, hal. 50
25

2. Membacanya ditempat yang suci dan bersih. Ini


dimaksutkan untuk menjaga keagungan Al-Quran. Sebagai
seorang muslim harus insaf bahwa Al-Quran merupakan
suatu kitap yang didalamnya berisi firman Allah maka
sudah selayaknya membacanya pun harus ditempay yang
suci dan bersih.
3. Membacanya dengan khusuk, tenang dan penuh hikamah.
Membaca seperti ini akan mewujudkan keindahan dan
penghayatan makna yang baik.
4. Bersiwak (membersihkan mulut sebelum membaca Al-
Qur’an). Mulut yang bersih mencerminkan penghormatan
ketika membaca Al-Qur’an.
5. Membaca ta’awudz sebelum membaca ayat Al-Qur’an.
Allah berfirman pada QS. An-Nahl ayat 98, yaitu:

‫الرِجْي ِم‬ ِ َ‫فَاِ َذا قَرأْت الْ مقرءا َن فَاستَعِ ْذ ِِبهللِ ِمن الشَّيط‬
َّ ‫ان‬ ْ َ ْ َْ َ َ
Artinya: “apabila kamu membaca alqur’an hendaknya
kamu minta perlindungan kepada Allah dari
syetan yang terkutuk. (QS. An-Nahl: 98).40
6. Membaca basmalah disetiap permulaan surah,kecuali
permulaan surat at-taubah.
7. Membaca dengan tartil.
8. Tadabur / memikir terhadap ayat-ayat yang dibacanya.
9. Membacanya dengan jahr, karena membacanya dengan jahr
yakni dengan suara keras lebih utama. Seperti sabda
Rasulllah SAW.:
‫َن ََْي َه ُر بِ ِه‬
ِ ‫ت ي تَ غَ ََّّن ِِبلْ ُقرأ‬
ِ َّ ‫َِّب حس ِن‬ ِ ِ َ ِ‫َما أ َِذ َن هللاُ ل‬
ْ َ ‫الص ْو‬ َ َ ٍّ ِ‫ش ْي ٍئ َما أَذ َن لن‬
)‫(متفق عليه‬
Artinya: “Allah tidak pernah mendengarkan sesuatu seperti
mendengarkan Nabi yang indah suaranya
melantunkan Al-Qur’an dan megeraskannya.
(Mutafaqun ‘alaih).41
10. Membaguskan bacaannya dengan lagu yang merdu.

3. Pengembangan Diri
a. Pengertian Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar
mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah.

40
Departemen Agama RI, Op. Cit, hal. 279
41
Imam An-Nawawi, Op. Cit, hal. 491
26

Menurut Lisya Chairani dan M.A. Subandi (2010) menyebut


pengembangan diri dengan istilah regulasi diri, yang artinya kapasitas
internal seseorang untuk dapat mengarahkan perilaku, afeksi dan
atensinya untuk memunculkan respon yang sesuai dengan tuntutan dari
dalam dirinya dan lingkungan, menggunakan berbagai strategi dalam
rangka mencapai tujuan.42
Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan
watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui
kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah
pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan
pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler. Untuk
satuan pendidikan kejuruan, kegiatan pengembangan diri,
khususnya pelayanan konseling ditujukan guna pengembangan
kreativitas dan karir. Untuk satuan pendidikan khusus,
pelayanan konseling menekankan peningkatan kecakapan
hidup sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.
Pelayanan bantuan untuk siswa baik individu/kelompok agar
berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi, sosial,
belajar, dan karir, melalui proses pembiasaan, pemahaman diri
dan lingkungan serta pemanfaatannya untuk mencapai
kesempurnaan perkembangan diri.43

Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada


siswa untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan siswa,
dengan memperhatikan kondisi sekolah. Adanya pengembangan diri
bertujuan dengan adanya pengembangan kesehatan jiwa.
Dalam Islam pengembangan kesehatan jiwa terintregasi dalam
pengembangan pribadi pada umumnya, dalam arti kondisi kejiwaan
yang sehat merupakan hasil sampingan (by product) dari kondisi yang
matang secara emosional, intelektual, dan social. Terutama matang
keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Dengan demikian,
dalam islam betapa pentingnya pengembangan pribadi untuk meraih

42
Lisya Chairani & M.A. Subandi, Psikologi Santri Penghafal Al-Qur’an Peranan
Regulasi Diri, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hal. 15
43
http://ariska67.blogspot.co.id/2012/02/beberapa-pengertian-pengembangan-diri.html
dikutip hari rabu, 21/10/2015, jam 20.45 WIB
27

kualitas insan paripurna yang dalam otaknya sarat dengan ilmu


pengetahuan, bersemayam dalam kalbunya iman dan taqwa kepada
Allah SWT, sikap dan perilakunya merealisasikan nilai-nilai keislaman
yang mantap dan teguh, wataknya terpuji, semangat kerja tinggi,
kedamain dan kasih sayang.44
Dalam pengembangan diri yang berpengaruh pada kesehatan
jiwa akan mewujudkan kondisi mental yang tenang dan tentram. Ada 3
bentuk kondisi mental yang tenang dan tentram, yaitu:45
1. Adanya kemampuan individu dalam menghadapi perubahan
dan persoalan zaman. Misalnya, jika terkena musibah, ia
menyerahkan musibah itu dan mengembalikannya kepada
Allah SWT. Seperti dalam QS. Al-Baqarah ayat 156, yaitu:
‫َّّلِلِ َواِ ََّن اَلَْي ِه َر ِاجعم ْو َن‬
َِّ‫صْي بَةم قَالمْوا اَِن‬
ِ ‫اَلِ ِذين اِذَااَصب هم ُّم‬
ْ ‫ْ َ ََ م‬
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa
musibah, mereka berkata “inna lillahi wa inna
ilaihi raji’un” (sesungguhnya kami milik Allah
dan kepada-Nya kami kembali). QS. Al-Baqarah
: 156.46
2. Kemampuan individu dalam bersabar menghadapi
persoalan-persoalan hidup yang berat. Misalnya, cobaan
akan ketakutan dan kemiskinan. Seperti dalam QS. Al-
Baqarah ayat 155, yaitu:
ِْ ‫ص ِمن ْاْلَمو ِال و‬
ِ ‫اْلنْ مف‬ ِ ْ ‫ولَنَ ب لمونَّ مكم بِشي ٍء ِمن‬
‫س‬ َ َ ْ َ ٍ ‫اْلَْوف َونَ ْق‬ َ ْ ْ َْ َ
ِ ‫والثَّمر‬
َّ ‫ات َوبَ ِش ِر‬
‫الصِ ِِبيْ َن‬ ََ َ
Artinya: “Dan kami pasti akan menguji kamu dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar
gembira pada orang-orang yang sabar”. QS. Al-
Baqarah: 155.47

44
K.H. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV. Pustaka Setia, Jawa
Barat, 2012, hal. 100
45
Ibid, hal. 101
46
Departemen Agama RI, Op. Cit, hal. 25
47
Ibid, hal. 25
28

3. Kemampuan individu untuk optimis dan menganggap baik


dalam menempuh kehidupan, sebab setiap ada kesulitan
pasti akan datang kemudahan. Seperti dalam QS. Al-
Insyiqaq ayat 6, yaitu:

‫ك َك ْد ًحا فَ مملَ ِقْي ِه‬ ِ ِ ِ ِْ ‫َيَيُّها‬


َ ِ‫َّك َكاد ٌح ا ََل َرب‬
َ ‫اْلنْ َسا من ان‬ َ َ
Artinya: “Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah
bekerjakeras menuju Tuhanmu, maka kamu
akan menemui-Nya.” QS. Al-Insyiqaq: 6.48

b. Hukum Pengembangan Diri


Hukum ini berpandangan bahwa sesungguhnya setiap individu
memiliki dorongan alamiah untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Dorongan untuk mengembangkan diri wujudnya berlainan
antara individu satu dengan lainnya. Misalnya pada remaja ada rasa
ingin selalu bersaing dengan orang lain, perasaan kurang puas terhadap
hasil yang telah dicapai, keinginan untuk mengetahui segala sesuatu,
semua ini merupakan dorongan untuk mengembangkan diri.49
Beberapa perspektif mencoba melihat terbentuknya regulasi
diri terkait dengan hokum perkembangan diri individu, yaitu:50
1. Perspektif perilaku operan
Berusaha mencari penguat bagi perilaku mereka untuk
meningkatkan frekuensi dan intensitas penguat.Dan juga
membuka peluang individu untuk belajar menunda,
menerima penguatan (reinforcement) yang menyenangkan
dalam upaya mengontrol perilakunya.
2. Persektif teori belajar social
Anak menginternalisasikan standar performansi yang
diamati melalui orang lain.
3. Perspektif psikoanalisis
Adanya perjuangan untuk mengendalikan dorongan-
dorongan dan keinginan pribadi agar tetap terkontrol,
sebagai usaha untuk menghadapi dunia luar.

48
Ibid, hal. 590
49
Mohammad Ali & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik,
Bumi Aksara, Jakarta, 2005, hal. 16
50
Lisya Chairani & M.A. Subandi,Op. Cit, hal. 22-24
29

4. Perspektif kognitif piaget


Suatu perkembangan kognitif dalam proses akomodasi dan
asimilasi, karena seorang anak termotivasi secara instrinsik
untuk memahami dunia, menciptakan pengaruh bagi
lingkungannya dan mampu menyelesaikan masalah.
5. Perspektif vigotsky
Keinginan seseorang untuk memahami dan melakukan
control sebagai bawaan dan sesuatu yang
terinternalisasikan.
6. Perspektif pemrosesan informasi
Pengggunaan konsep dan metafora ilmu computer yang
berupa pengaturan, perencanaan dan strategi (pengetahuan
prosedural) yang membuat individu mampu memanipulasi
informasi (pengetahuan deklarasi) dan mengatur perilaku
yang sedang berlangsung.

c. Manfaat pengembangan diri


Dari sini anak didik yang dipandang memilki kemampuan atau
potensi haruslah diarahkan sehingga anak didik yang memiliki
kemampuan haruslah dikembangkan dan ditingkatkan. Ketika anak didik
semakin remaja atau dewasa, pertahanan diri terhadap rasa takut, sakit,
maupun yang lainnya dapat menjadikan system keseimbangan untuk
perkembangan kehidupannya. Adanya peningkatan kreativitas dalam
pengembangan diri mempunyai beberapa manfaat, antara lain:51
1) Sebagai persiapan untuk menghadapi masa depan; 2)
Penyempurnaan secara kontinyu dan melakukan
pengembangan secara total dengan melibatkan semua unsur
dan potensi yang ada; 3) Upaya untuk selalu mengembangkan
dan menyempurnakan kemampuan, prestasi, dan produktivitas
spiritual, intelektual, fisik maupun material secar kaffah (total).

Jadi dapat di simpulkan bahwa bahwa difinisi di atas adalah


bahwa manfaat perkembangan tidak terbatas pada pengertian
pertumbuhan yang semakin membesar, melainkan di dalamnya juga
terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus-
menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniyah

51
http://ariska67.blogspot.co.id/2012/02/manfaat-pengembangan-diri.html dikutip hari
rabu, 21/10/2015,jam 21.25 WIB
30

yang dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui


pertumbuhan, pematangan, dan belajar.

B. Penelitian Terdahulu
Pada dasarnya suatu peneliti tidak beranjak dari secara murni, akan
tetapi telah ada acuan yang mendasari atas penelitian sejenis. Oleh karena itu
perlu menegenali penelitian yang terdahulu yang relevan dengan penelitian
yang peneliti lakukan.
1. Skripsi karya Mardiyah tahun 2008 dengan judul “Pengaruh Peran Guru
yang Sudah Ditashih dalam Lembaga Pendidikan Al-Qur’an Metode
Qiro’ati Terhadap Kefasihan Anak dalam Membaca Al-Qur’an di TPQ Al-
Mustaqim Bungu Mayong Jepara Tahun Ajaran 2008/2009”. Isi dari
skripsi ini adalah peran guru yang sudah ditashih dalam lembaga
pendidikan Al-Qur’an metode Qira’ati adalah tergolong baik, karena
cukup berpengaruh tinggi terhadap tingkat kefasihan anak dalam membaca
Al-Qur’an.52
2. Skripsi karya Ani Rosida tahun 2006 dengan judul “Pengaruh
Pembelajaran Tajwid Terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an di
Madrasah Tanwirul Miqbas Pragu Sulang Rembang Tahun Ajaran
2006/2007”. Isi dari skripsi ini adalahtingkat pembelajaran Tajwid
tergolong baik karena termasuk dalam kategori interval yaitu antara 30-34
dengan nilai rata-rata sekitar 30,869. Juga terdapat hubungan yang positif
antara pembelajaran Tajwid terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an.53
3. Skripsi karya Ulin Nafi’ahtahun 2010 dengan judul “Kefasihan Membaca
dalam Mata Pelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Siswa yang sekolah dengan
yang Tidak Sekolah TPQ Kelas III di MI NU Miftahul Huda 1 Lau Dawe

52
Jurusan Tarbiyah, Mardiyah, Pengaruh Peran Guru yang Sudah Ditashih dalam
Lembaga Pendidikan Al-Qur’an Metode Qiro’ati Terhadap Kefasihan Anak dalam Membaca Al-
Qur’an di TPQ Al-Mustaqim Bungu Mayong Jepara Tahun Ajaran 2008/2009, 2008
53
Jurusan Tarbiyah, Ani Rosida, Pengaruh Pembelajaran Tajwid Terhadap Kemampuan
Membaca Al-Qur’an di Madrasah Tanwirul Miqbas Pragu Sulang Rembang Tahun Ajaran
2006/2007, 2006
31

Kudus Tahun Pelajaran 2009/2010”. Isi dari skripsi ini adalahsiswa yang
sekolah di TPQ mendapatkan tambahan ilmu terutama mengenai cara
membaca Al-Qur’an yang lebih fasih dan juga sering belajar. Sedangkan
siswa yang tidak sekolah TPQ hanya mengandalkan proses pembelajaran
di MI saja tanpa adanya keinginan untuk meningkatkan kefasihan
membaca.
Dari acuan ketiga penilitian tersebut ada perbedaan yang akan di kaji,
yaitu dari segi program di Madrasah yang tidak ada di Madrasah lain, maupun
pencapaian dalam pengembangan diri siswa untuk menghafal Al-Qur’an
dengan baik dan fasih. Peningkatan program-program Madrasah untuk
membangun citra yang baik, sehingga Madrasah mampu menumbuhkan kesan
yang positif pada Masyarakat.

C. Kerangka Berfikir
Proses membaca Al-Qur’an yang fasih dan tartil perlu adanya
pembelajaran terlebih dahulu, dalam membaca Al-Qur’an perlu diperhatikan
kaidah-kaidah dalam membacanya juga makhorijul hurufnya agar
membacanya tidak keliru dan membuat dosa pada diri kita sendiri.
Proses membaca Al-qur’an merupakan proses awal dalam memahami
kandunagn ilmu-ilmu Al-Qur’an. Para pembaca disamping mengetahui
kandungan-kandungan Al-Qur’an terlebih dahulu ia juga harus mempelajari
kaidah ilmu tajwid, supaya mencapai tingkat kefasihan dalam membaca Al-
Qur’an. Adanya kaidah-kaidah tersebut adalah untuk mendapatkan kefasihan
yang tinngi atau sempurna.
Maka sudah sepantasnya bagi kita untuk giat membaca, mempelajari,
dan mengamalkan Al-Qur’an. Di sisi lain hendaknya diusahakan untuk
menghatamkan Al-Qur’an sekaligus memperbaiki bacaannya dan juga
memelihara kemurniannya. Salah satu memeliharanya adalah dengan
menghafalkannya, karena menghafalkan Al-Qur’an merupakan pekerjaan
yang sangat mulia dihadapan manusia dan dihadapan Allah SWT. Hafalan
yang mampu memahami pengertian dan kesanggupan menjelaskan dan
32

memilih ayat-ayat yang tepat dengan perkembangan kemampuan mayoritas


siswalah yang lebih diutamakan.Seperti pada tingkat dasar dipilih surat-surat
yang pendek dan mudah.
Sistem pembalajaran siswa yang baik seharusnya dapat membantu
siswa mengembangkan diri secara optimal serta mampu mencapai tujuan-
tujuan belajarnya. Meskipun proses pembelajaran tidak dapat sepenuhnya
berpusat pada siswa. Dengan demikian, pusat pembelajaran perlu berorientasi
pada kebutuhan dan kemampuan siswa dalam mencapai kefasihan menghafal
Al-Qur’an. Kegiatan-kegiatan yang didapatkan siswa sewaktu di Pondok
Pesantren harus dapat memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan
dan berguna baginya di Madrasah.
Untuk mempermudah pemahaman di atas dapat dibuat skema sebagai
berikut :

GURU TAHFIDZ

PROGRAM PENGEMBANGAN
TAHFIDZ DIRI

Langkah-langkah Metode Faktor penghambat


pembelajaran pembelajaran dan pendukung
Tahfidz Tahfidz pembelajran Tahfidz

KEFASIHAN MEMBACA AL-QUR’AN

Gambar 1. Skema kerangka berfikir


33

Penjelasan : guru tahfidz sebagai subyek dan salah satu pelaku utama
dalam suatu pembelajaran menerapkan progam tahfidz. Di dalam program
tahfidz tersebut terdapat langkah-langkah pembelajaran tahfidz, metode
pembelajaran tahfidz, faktor penghambat dan pendukung pembelajaran tahfidz
yang dilakukan sebagai bahan pengembangan diri siswa. Setelah menerapkan
program tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kefasihan membaca Al-
Quran siswa dan menjadi inti dari pengembangan diri siswa di MTs. Abadiyah
Kuryokalangan Gabus Pati.
BAB III
METODE PENELITIAN

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah, untuk


mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Karena penelitian ini
adalah penelitian pendidikan, maka metode penelitian di sini dimaksudkan
sebagai metode penelitian pendidikan, yaitu cara ilmiah untuk mendapatkan data
yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dapat dibuktikan
suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk
memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.1
Penelitian skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian


Penelitian yang peneliti lakukan adalah berupa penelitian lapangan.
Penelitian lapangan merupakan penelitian yang dilakukan di lapangan untuk
memperoleh data atau informasi secara langsung dengan mendatangi informan
yang berada di lokasi yang telah ditentukan.2
Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Istilah kualitatif dimasukkan sebagai jenis penelitian
yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk
hitungan lainnya. Adapun data-data yang akan diperoleh adalah data-data
yang bersifat deskriptif. Metode ini mencoba meneliti status kelompok
manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun kelas
peristiwa pada masa sekarang. Jadi, pendekatan kualitatif ini dapat dipandang
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis alau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati.3

1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Alfabeta, Bandung, 2013, hal. 6
2
Rosady Ruslan, Metodologi Penelitian Public Relation dan Komunikasi, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2004, hal. 32
3
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung,
2009, hal. 4

34
35

B. Sumber Data

Berdasarkan jenis-jenis data yang diperlukan maka dalam penelitian


ini sumber data yang diperlukan melalui dua cara yaitu:

1. Data Primer
Yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data (peneliti).4 Data yang dimaksud disini adalah dari wawancara dengan
informan, yaitu kepala sekolah, guru, pengasuh pondok, pengurus pondok,
dan siswa di MTs Abadiyah Desa Kuryokalangan Kecamatan Gabus
Kabupaten Pati.
2. Data Sekunder
Yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data (peneliti), misalnya lewat orang lain dan lewat dokumen.
Data sekunder ini bersifat penunjang dan melengkapi data primer,5 dalam
hal ini berasal dari jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini,
buku, dan beberapa kitab, seperti kitab Tajwid.
C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang peneliti lakukan berada di MTs Abadiyah Desa


Kuryokalangan Kecamatan Gabus Kabupaten Pati dengan alasan bahwa
madrasah tersebut menggunakan sistem pengelompokan satu kelas khusus
siswa tahfidz Al-Qur’an dalam mendidik siswa yang proses menghafal untuk
membaca Al-Qur’an dengan fasih.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama


dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam

4
Sugiyono, Op. Cit, hal. 308
5
Ibid hal. 309
36

penelitian ini menggunakan beberapa tehnik dalam pengumpulan data sebagai


berikut:

1. Tehnik kepustakaan yakni mengkaji buku atau literatur yang sesuai dengan
tema penelitian.
2. Tehnik observasi yakni pengamatan, penelitian belajar tentang perilaku,
dan makna dari perilaku tersebut. Adapun observasi yang dilakukan
peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati
atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan
pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber
data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini,
maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai
mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.6
3. Tehnik wawancara (interview), wawancara merupakan pertemuan dua
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga
dapat dikotruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam penelitian
ini data tersebut digunakan sebagai media pokok untuk mendapatkan data
primer dari kepala sekolah, guru, pengasuh pondok, pengurus pondok, dan
siswa. Interview yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
interview berstruktur yang dilakukan berdasarkan daftar pertanyaan
dengan maksud dapat mengontrol dan mengatur berbagai dimensi
wawancara itu antara lain pertanyaan yang diajukan telah ditentukan
demikian lingkup masalah, sehingga benar-benar dibatasi.7 Melalui
wawancara ini diharapkan mendapatkan data atau informasi seputar
penerapan pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an dalam meningkatkan
kefasihan siswa pada kegiatan pengembangan diri.
4. Tehnik dokumentasi, yakni mengumpulkan data-data tertulis. Tehnik ini
untuk mendapatkan data dengan cara penelusuran terhadap data-data
verbal, yang berupa buku absensi siswa, perpustakaan, program kerja
sekolah maupun data lain yang berkaitan dengan penelitian. Dari asal

6
Ibid hal. 310
7
Nasution, Metode Research, Bumi Aksara, Jakarta, 2003, hal. 117
37

katanya, dokumentasi, barang-barang tertulis, maka disini penulis dalam


melaksanakan tehnik dokumentasi yaitu dengan cara menyelidiki benda-
benda tertulis seperti buku-buku, dokumen dan sebagainya.8 Tehnik ini
digunakan untuk memperoleh data mengenai penerapan pelaksanaan
program tahfidz Al-Qur’an dalam meningkatkan kefasihan siswa pada
kegiatan pengembangan diri di Madrasah tersebut serta gambaran umum
tentang MTs Abadiyah Desa Kuryokalangan Kecamatan Gabus Kabupaten
Pati. Baik berupa sejarah, struktur organisasi, dan para siswa dan data
tentang sarana prasarana di sekolah tersebut.

E. Uji Keabsahan Data

Dalam proses pengecekan data, peneliti menggunakan uji kredibilitas


data dengan menggunakan teknik perpanjangan pengamatan, triangulasi, dan
analisis kasus negatif.9

1. Perpanjangan Pengamatan
Peneliti terjun langsung ke lapangan penelitian dan ikut serta
dalam kegiatan-kegiatan subyek penelitian. Perpanjangan pengamatan
tersebut penulis lakukan dengan maksud mengetahui secara mendalam
kejadian-kejadian yang terjadi di lapangan. Dengan perpanjangan
pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan nara sumber akan
semakin terbentuk raport, semakin akrab, semakin terbuka, saling
mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Bila
telah terbentuk raport, maka telah terjadi kewajaran dalam penelitian, di
mana kehadiran peneliti tidak lagi mengganggu perilaku yang dipelajari.
2. Triangulasi
Dalam pengumpulan data, triangulasi dapat diartikan dengan
pengecekan data dari berbagai sumber, cara dan waktu. Triangulasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber. Triangulasi

8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta,
Jakarta, 2002, hal. 135
9
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, 2008, hal. 121
38

sumber ini digunakan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan


dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber.
Dalam penelitian ini untuk menguji kredibilitas data tentang penerapan
pelaksanaan tahfidz Al-Qur’an dalam meningkatkan kefasihan siswa,
maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dapat
dikonfirmasikan kepada kepala sekolah.
3. Mengadakan member check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh
peneliti kepada pemberi sumber data. Dengan tujuan untuk mengetahui
informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan
sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.10

F. Tehnik Analisis Data


Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung dan setelah periode tertentu. Bogdan
menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sitematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang
lain.11 Aktivitas dalam analisis data, yaitu12 data reduction, data display dan
conclusion drawing/verification.
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
10
Suharsimi, Op. Cit, hal. 375
11
Sugiyono, Op. Cit, hal. 334
12
Suharsimi, Op. Cit hal. 341-345
39

melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencarinya bila


diperlukan.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian ini, penulis menyajikan data dalam
bentuk uraian atau cerita rinci para informan sesuai dengan ungkapan atau
pandangan mereka apa adanya (termasuk hasil observasi), tanpa ada
komentar, evaluasi dan interpretasi. Dalam penelitian kualitatif, penyajian
data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori dan sejenisnya. Dengan mendisplay data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.
Dalam prakteknya tidak semudah ilustrasi yang diberikan, karena
fenomena sosial bersifat kompleks, dan dinamis, sehingga apa yang
ditemukan pada saat memasuki lapangan dan setelah berlangsung agak
lama di lapangan akan mengalami perkembangan data. Untuk itu maka
peneliti harus selalu menguji apa yang telah ditemukan pada saat
memasuki lapangan yang masih bersifat hipotetik itu berkembang atau
tidak.13
3. Conclusion Drawing (Verifikasi)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal,
tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa
masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

13
Sugiyono, Op. Cit, hal. 342
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab empat ini, merupakan hasil akhir dalam penentuan penelitian,
sehingga dapat kita peroleh pemahaman tentang kajian pustaka dengan realita data
yang diperoleh. Hal ini menjadi penting sekali bahwa suatu penelitian harus dapat
menguraikan apa adanya yang telah disimpulkan meskipun antara realita data
dengan kajian pustaka tidak sesuai. Ini menjadi catatan bahwa terkadang realita
data ini menyesuaikan dengan keadaan yang berlangsung, walaupun diinginkan
akan idealnya data tersebut.
A. Gambaran Umum MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati
1. Sejarah berdirinya MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Abadiyah Kuryokalangan, Gabus
Pati adalah bagian dari pendidikan umum yang dikelola oleh Yayasan
Abadiyah Kuryokalangan (YAK) Desa Kuryokalangan, Kec. Gabus, Kab.
Pati. YAK sendiri merupakan perpindahan nama dari Yayasan Pendidikan
Islam Abadiyah (YPIA) periode 1983-2006 dan Badan Pelaksana
Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (BPPMNU) periode 2006-2008.
MTs Abadiyah berdiri pada tanggal 20 Agustus 1983. Sejak tahun 1983
MTs Abadiyah menggunakan kurikulum salaf (75% Ilmu-Ilmu Agama
dan 25% Ilmu-Ilmu Umum).
Proses penerimaan siswa di MTs Abadiyah pada periode awal
tidak dibatasi oleh usia calon peserta didik yang hendak mengikuti
kegiatan pembelajaran di MTs Abadiyah. Jumlah siswa periode awal
mampu mencapai 196 siswa, meskipun pada masa tersebut MTs
Abadiyah belum mempunyai gedung sendiri. Sesuai dengan kondisi
tersebut, para kyai dan pemuka agama bermaksud mendirikan gedung
tempat pelaksanaan pembelajaran sendiri. Hal tersebut mendapat respon
positif dari masyarakat, sehingga penyelenggaraan pendidikan di MTs
Abadiyah bias representatif dan memadai.

40
41

Sampai saat ini (tahun 2015) Yayasan Abadiyah Kuryokalangan


telah mempunyai 20 ruang belajar, yang terdiri dari 6 ruang kelas untuk
Madrasah Aliyah (MA) Abadiyah dan 18 ruang kelas untuk Madrasah
Tsanawiyah Abadiyah.
Adapun tokoh-tokoh sebagai pendiri Madrasah Abadiyah adalah:
a. KH. Abdul Kholiq, sebagai Penasehat.
b. KH. Mohammad Asyrof, sebagai Ketua Umum Yayasan Abadiyah
merangkap Guru Aswaja.
c. KH. Abu Thoyyib, sebagai Ketua I Yayasan Abadiyah. Merangkap
guru Alquran Hadis
d. H. Ridlwan, S.Ag, Sebagai Ketua II Yayasan Abadiyah merangkap
Guru Biologi.
e. Saifullah, S.Ag sebagai Sekretaris I Yayasan Abadiyah dan
merangkap Guru IPS.
f. H. Mahmud Ghozali, sebagai Sekretaris II Yayasan merangkap Guru
Aqidah Ahlak.
g. H. Hasan Bisri, sebagai Bendahara I Yayasan Abadiyah.
h. KH. Nur Salim, sebagai Bendahara II Yayasan Abadiyah.
i. Kyai Ali Marhum, sebagai Kepala Madrasah Tsanawiyah Abadiyah
merangkap Guru Tareh (sejarah).
j. Kyai Maswan, sebagai anggota Yayasan Abadiyah merangkap Guru
Nahwu.
k. KH. Ali, sebagai Anggota Yayasan Abadiyah dan penyandang dana
Yayasan.
l. Bapak Qosim, sebagai anggota Yayasan Abadiyah merangkap Guru
Al Qur’an/Hadist dan Tata Usaha.
m. H. Abdul Ghofur, sebagai Anggota Yayasan Abadiyah merangkap
seksi pembangunan.
42

n. Kyai Basari, sebagai Anggota Yayasan Abadiyah merangkap seksi


penggalian Dana.1

2. Letak Geografis MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati


MTs. Abadiyah Kuryokalangan, Gabus, Pati terletak pada tempat
yang sangat strategis, artinya tidak begitu dekat dengan jalan raya,
pabrik, pasar dan tempat hiburan, sehingga proses belajar mengajar tidak
bising oleh suara mobil yang lewat, suara pabrik, serta ramainya pasar
dan tempat hiburan. MTs. Abadiyah Kuryokalangan terletak di Jl.
Gabus-Tlogoayu Km.02 masuk ke dalam sekitar 100 meter di Desa
Kuryokalangan RT.2 RW.1, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati. MTs.
Abadiyah menempati areal tanah seluas 2401 m2 dengan Nomor sertifikat
sebagai berikut:
a. Nomor sertifikat: Sertifikat/Akte/11.11.11.05.00001
b. Nomor sertifikat: Sertifikat/Akte/11.11.11.05.9.00002
c. Nomor sertifikat: Sertifikat/Akte/11.11.11.05.9.00003 2

3. Identitas MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati


a. Nama Madrasah : MTs Abadiyah
No. Statistik Madrasah : 212331811033
Akreditasi Madrasah : Terakreditasi A
Alamat Lengkap Madrasah :
Jalan : Jl. Gabus – Tlogoayu Km. 02
Desa/ Kecamatan : Kuryokalangan – Gabus
Kab/ Kota : Pati
Provinsi : Jawa Tengah
No. Telp. / HP : 081225626857

1
Data Dokumen Sejarah berdirinya Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati, Dikutip pada
tanggal 16 Januari 2016
2
Data Dokumen Letak Geografis MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati, Dikutip
pada tanggal 16 Januari 2016
43

NPWP Madrasah : 00.504.165.2-507.000


Nama Kepala Madrasah : Drs. Saiful Islam
No. Tlp/ HP : 081325510284
Nama Yayasan : Yayasan Abadiyah Kuryokalangan
( YAK )
Alamat Yayasan : Jl. Gabus – Tlogoayu Km. 02
Kuryokalangan
No. Tlp Yayasan : 081325694415
No. Akte Pendirian Yayasan : AHU-499.AH.01.04 Tahun 2009
Kepemilikan Tanah : Yayasan
StatusTanah : ( Sertakan copy-nya )
Luas Tanah : 2401 m
Status Bangunan : Yayasan
Luas Bangunan : 1968 m3

b. Identitas Kepala
Nama : Drs. Saiful Islam
NIP : -
Pangkat Golongan : -
Jabatan : Kepala MTs. Abadiyah Kuryokalangan
Gabus Pati
Alamat Rumah : Ds. Sambirejo Kec. Gabus Kab. Pati Jawa
Tengah.4

c. Visi Dan Misi MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati


Dalam pelaksanaannya MTs. Abadiyah mempunyai visi sebagai
berikut: ILMU DIDAPAT, TAQWA MELEKAT, MENUJU
MANUSIA BERMARTABAT.

3
Data Dokumen Identitas MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati, Dikutip pada
tanggal 16 Januari 2016
4
Hasil Wawancara langsung dengan kepala MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati
Pada tanggal 16 Januari 2016
44

Adapun misi MTs. Abadiyah adalah sebagai berikut :


1) Menciptakan terlaksananya proses belajar mengajar yang tertib,
efektif dan efisien sehingga tercapai hasil yang optimal, sesuai
dengan potensi yang dimiliki.
2) Mendorong dan membantu warga madrasah untuk mengenali
potensi yang dimiliki, yang terwujud dalam bentuk tindakan
nyata.
3) Menerapkan manajemen partisipatif dan menumbuhkan semangat
kebersamaan sehingga tercapai suasana kerja yang harmonis.
4) Menumbuhkan penghayatan dan mengamalkan ajaran agama
Islam, sebagi sumber inspirasi dalam hidup berbudaya dan
berbangsa sehingga mampu bersikap arif dalam bertindak pada
kehidupan masyarakat.
5) Menumbuhkan sikap mental yang peduli terhadap diri sendiri,
madrasah dan lingkungannya.
6) Meningkatkan kwalitas pelaksanaan kegiatan kesegaran jasmani
dan rohani yang serasi, selaras, dan seimbang.
7) Menumbuhkan semangat keilmuan dan kedisiplinan kepada
seluruh warga sekolah.5

d. Kurikulum MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati


Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar MTs. Abadiyah
mengacu pada kurikulum standar nasional yang telah ditentukan
Departemen Agama dengan memakai Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) untuk kelas VIII dan IX. Dan untuk kelas VII
sudah memakai kurikulum 2013 Di samping itu masih ditambah
kurikulum muatan lokal.

5
Data Dokumen Visi Dan Misi MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati, Dikutip
pada tanggal 16 Januari 2016
45

Mata pelajaran yang terdapat di MTs. Abadiyah terbagi menjadi


dua muatan kurikulum, yakni Kurikulum Nasional dan Kurikulum
Lokal yang telah disesuaikan berdasar pembagian kelas dan alokasi
waktu pembelajaran. Mata pelajaran tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Struktur Kurikulum MTs. Abadiyah
Tahun Pelajaran 2015/20166
MATA PELAJARAN Kelas dan Alokasi Waktu
NO
KURIKULUM NASIONAL VII VIII IX
1 Al Qur’an Hadist 2 2 2
2 Aqidah Ahlaq 2 2 2
3 Fiqih 2 2 2
4 SKI 1 1 2
5 Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2
6 Bahasa Indonesia 4 4 4
7 Bahasa Arab 3 3 3
8 Bahasa Inggris 4 4 4
9 Matematika 4 4 4
10 Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4
11 Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4
12 Seni Budaya 1 1 1
13 Penjaskes 2 2 2
14 TIK 2 2 2
PELAJARAN MUATAN LOKAL
15 Praktek Ibadah 2 2 2
16 Tahfidz 2 2 -
17 Bahasa Jawa 1 1 1
18 Tauhid 1 1 -
19 Akhlak 1 1 1

6
Hasil Wawancara peneliti dengan Bapak Imam Ali Gufron selaku Waka Kurikulum
MTs. Abdiyah Pada Tanggal 16 Januari 2016
46

20 Tafsir 2 2 2
21 Hadist 1 1 1
22 Fiqih 2 2 2
23 Faroidh - - 2
24 Nahwu 2 2 2
25 Shorof 2 2 -
26 Aswaja 1 1 1
Jumlah Jam Pelajaran 54 54 52

e. Struktur Organisasi MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati


MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati, mempunyai
struktur organisasi yang meliputi unsur dari atasan sampai bawahan
yang terdiri dari: Yayasan, Kepala Tsanawiyah, Kepala Tata Usaha,
Waka Kesiswaan, Waka Kurikulum, Waka Humas, Waka Sarana
Prasarana, Guru-Guru, dan Siswa.
Komite Sekolah Kepala Sekolah
H. A. Syaerodzi Drs. Saiful Islam

Kepala Tata Usaha


Aris Muhtarom S.Hi
Waka Kesiswaan
Kastomo, S.Pd Waka Sarpras
Irham syaifuddin S. Pd.I
Waka Kurikulum
Imam Ali Gufron, Waka Humas
S.Ag Mahmudi S. Pd.I
GURU

SISWA

Gambar 2. Struktur Organisasi MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus


Pati Tahun Ajaran 2015/20157

7
Data Dokumen Struktur Organisasi MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati,
Dikutip pada tanggal 16 Januari 2016
47

Keterangan:
Garis Komando
Garis Koordinasi
Garis Intruksi

WALI KELAS VII A : Ahmad Yusuf


WALI KELAS VII B : Mahmudi S. Pd.I
WALI KELAS VII C : Ismawati S. Ag
WALI KELAS VII D : Rofi’atus Sholihah
WALI KELAS VII E : A. Choiril S. Pd
WALI KELAS VII F : Anis Nurul Jannah S. Pd
WALI KELAS VIII A : Agus Salim S. Pd
WALI KELAS VIII B : Syafi’i Ahmad
WALI KELAS VIII C : M. Nur Kholis S. Pd, A.Hf
WALI KELAS VIII D : Hayyin Nu’man
WALI KELAS VIII E : Nur Aftikah S. Pd.I
WALI KELAS VIII F : Ihwan Nurrozi, S. Pd
WALI KELAS IX A : Abdul Ghofur S. Pd.I
WALI KELAS IX B : Nur Irhamah S. Ag
WALI KELAS IX C : Ulfatin Khoiriyah S. Pd
WALI KELAS IX D : Ngatini S. Pd
WALI KELAS IX E : Wahyu Prastyastanti S. Hut
WALI KELAS IX F : Aspiyah S. Pd.I

f. Data Guru dan Karyawan MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus


Keberhasilan proses belajar mengajar dalam sebuah lembaga
pendidikan ditentukan oleh beberapa faktor yang saling terkait, dan
salah satu di antara faktor penentu keberhasilan tersebut adalah
tenaga edukatif (guru). Pada tahun 2015/2016, jumlah tenaga
pendidik (guru) dan karyawan MTs. Abadiyah Kuryokalangan
Kecamatan Gabus berjumlah 38 orang dengan latar belakang yang
48

berbeda. Nama-nama guru dan karyawan MTs. Abadiyah


Kuryokalangan Gabus beserta latar belakang pendidikan dan mata
pelajaran yang diajarkan dapat dilihat pada tabel :
Tabel 2. Guru Dan Karyawan
MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati
Tahun Pelajaran 2015/2016 8
Tempat
No Nama L/P Tanggal Lahir Pendidikan Tugas/Jabatan
Lahir

04 Oktober
1 Drs.Saiful Islam L Pati S1 Guru/Kamad
1967

08 Agustus Guru/Waka
2 Aly Marhum L Pati SLTA
1956 Kesiswaan

3 Asnawi L Pati 01 Mei 1959 SLTA Guru

H. Mahmud 01 Desember Guru/Waka


4 L Pati SLTA
Ghozali 1958 Sarpras

5 H. Ridwan, M.Ag. L Pati 05 Maret 1962 S2 Guru

Guru/Waka
6 Moh Rubai L Pati 05 Juli 1963 SLTA
Humas

09 Februari
7 Ali Badruddin L Pati SLTA Guru
1967

H. Muhamad Nur
8 L Pati 03 Januari 1971 S1 Guru
Kholis, S.Pd.I

9 Nur Aftikah, S.Pd.I P Pati 06 Mei 1968 S1 Guru

8
Data Dokumen Data Guru Dan Karyawan MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati,
Dikutip pada tanggal 16 Januari 2016
49

10 Nur Irhamah,S.Ag. P Pati 19 April 1968 S1 Guru

11 Ismawati,S.Ag. P Pati 10 Mei 1974 S1 Guru

Hayyin
12 L Pati 26 Januari 1976 S1 Guru
Nu`man.,S.H.

Imam Ali 27 September


13 L Pati S1 Guru
Gufron,S.Ag 1975

07 Agustus
14 Mahmudi,S.Pd.I L Pati S1 Guru
1975

Moh Abdul Gafur, 19 Agustus


15 L Pati S1 Guru
S.Pd.I 1977

16 Aspiyah, S.Pd.I P Pati 03 Juli 1970 S1 Guru

01 Agustus
17 Kastomo,S.Pd L Pati S1 Guru
1982

11 Agustus
18 Ngatini,S.Pd P Pati S1 Guru
1968

Wahju 08 Agustus
19 P Pati S1 Guru
Prasetyastanti,S.Hut 1977

Irham 11 September
20 L Pati S1 Guru
Syaifuddin.,S.Pd.I 1984

Ulfatin 28 Oktober
21 P Pati S1 Guru
Khoiriyah.,S.Pd. 1986

Rofi'atush
22 P Pati 08 Juli 1984 S1 Guru
Sholihah, S.Si
50

23 Ahmad Yusuf L Pati 18 Maret 1975 SLTA Guru

24 Syafi'i Ahmad L Pati 14 Juni 1972 SLTA Guru

Umi Guru/Ka.
25 P Pati 04 Maret 1984 S1
Muryani,S.Pd.I Perpustakaan

A. Choiril 09 September
26 L Rembang S1 Guru
Anwar,S.Pd. 1985

12 Agustus
27 Agus Salim,S.Ag L Pati S1 Guru
1972

Anis Nurul 31 Desember


28 P Pati S1 Guru
Jannah.,S.Pd. 1989

Aris Muchtarom, 02 Nopember Bendahara/Ka.


29 L Pati S1
S.H.I 1982 TU

Sulton Agung,
30 L Pati 03 Mei 1966 S1 Guru
S.Pd.

31 Yakin Pamungkas L Pati 12 Maret 1992 SLTA Tata Usaha

19 Agustus Tata Usaha/Ka


32 Sachroni, S.Pd.I L Pati S1
1987 Lab Kom

Ihwan Nurrozi,
33 L Pati 23 Mei 1990 S1 Guru
S.Pd

Nurur Roihah, 23 September Guru/Ka.


34 P Pati S1
S.TH.I 1987 Koperasi

09 Agustus
35 Andif Prasetyo L Pati SLTA Guru
1991
51

36 Misbahul Munir L Pati 08 Mei 1985 SLTA Guru

37 Ali Syarifudin, S.Pd L Pati 11 Maret 1990 S1 Guru

38 Ahmad Nur L Pati 18 Januari 1988 SLTA Tata Usaha

Anik Setyowati, S.
39 P Pati 13 Juli 1992 S1 Guru
Pd

Keterangan
No Jumlah
Pendidik
1 Guru PNS diperbantukan tetap 1
2 Guru tetap Yayasan 36
3 Guru Honorer -
4 Guru Tidak Tetap -
Tenaga Kependidikan
1 Tata Usaha 4
2 Pustakawan 1
3 Laboran 1
4 Penjaga 2

g. Data Siswa MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati


Keadaan siswa-siswi di MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus
Pati pada tahun ajaran 2015/2016 secara keseluruhan berjumlah 685
siswa, yang terbagi ke dalam 18 kelas, yaitu 6 kelas untuk kelas VII,
6 kelas untuk kelas VIII dan 6 kelas untuk kelas IX
52

Tabel 3. Data Siswa MTs. Abadiyah

Tahun Pelajaran 2015/20169

Jumlah Siswa
No Kelas
L P Jumlah
1. VII A 6 21 27
2. VII B 14 24 38
3. VII C 20 20 40
4. VII D 24 16 40
5. VII E 27 15 42
6. VII F 21 18 39
7. VIII A 6 33 39
8. VIII B 20 21 41
9. VIII C 17 24 41
10. VIII D 20 18 38
11. VIII E 22 18 40
12. VIII F 22 17 39
13. IX A 12 27 39
14. IX B 15 23 38
15. IX C 22 15 37
16. IX D 20 15 35
17. IX E 21 13 34
18. IX F 21 17 38
Jumlah 330 355 685

9
Dokumen Data Siswa MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati, Dikutip pada
tanggal 16 Januari 2016
53

h. Data Sarana dan Prasarana MTs Abadiyah Kuryokalangan Gabus


Pati
Sarana dan prasarana atau fasilitas merupakan unsur yang
sangat penting untuk tercapainya tujuan proses belajar mengajar
dalam sebuah lembaga pendidikan. Berdasarkan data dari observasi
yang peneliti lakukan, keadaan sarana prasarana di MTs. Abadiyah
cukup memadai sebagai penunjang pelaksanaan proses belajar
mengajar dengan baik. Sarana dan prasarana yang digunakan di
MTs. Abadiyah berupa sarana fisik yang hak kepemilikannya
dimiliki Yayasan Pendidikan Islam Abadiyah, tetapi wewenang
penggunaannya telah diberikan sepenuhnya kepada MTs. Abadiyah.
Tabel 4. Data Sarana Dan Prasarana
MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati
Tahun Pelajaran 2015/201610
Jumlah Jumlah Kategori kerusakan
Jumlah Ruang Ruang
No Jenis Prasarana Rusak Rusak Rusak
Ruang Kondisi Kondisi
ringan sedang berat
Baik Rusak
1 Ruang kelas 18 10 8 2 - 6
2 Perpustakaan 1 1 - - - -
3 R. lab. IPA - - - - - -
4 R. Lab. Biologi - - - - - -
5 R. Lab. Fisika - - - - - -
6 R.Lab. Kimia - - - - - -
7 R. Lab. Komputer 1 - 1 1 - -
8 R.Lab. Bahasa - - - - - -
9 R. pimpinan 1 1 - - - -

10
Data Dokumen Sarana Prasarana MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati,
Dikutip pada tanggal 16 Januari 2016
54

10 R. Guru 1 - 1 1 - -
11 R. Tata Usaha 1 1 - - - -
12 R. Konseling 1 1 - - - -
13 Tempat ibadah 2 2 - - - -
14 R. UKS 1 - 1 1 - -
15 Jamban 4 2 2 1 1
16 Gudang 2 1 1 1
17 R. Sirkulasi - - - - - -
18 Tempat Olah Raga 1 1 - - - -
R. Organisasi
19 1 1 - - - -
Kesiswaan
20 R. Lainnya - - - - - -

B. Penyajian Data
1. Pelaksanaan Program Tahfidz dalam Meningkatkan Kefasihan Siswa
di MTs Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati
Pelaksanaan merupakan suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah
rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi
biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap. Dalam
program pendidikan Islam unsur-unsur yang harus diperhatikan diantaranya
adalah: kurikulum, materi dan metode dalam proses belajar mengajar.
Ketiga unsur tersebut masuk dalam komponen pendidikan yang sangat
mempengaruhi dalam proses pembelajaran di lembaga pendidikan karena
ketiganya sangat urgent dalam mempengaruhi pendidikan.
Ketika pendidikan menjadi maju dan berkembang maka yang perlu
diperhatikan adalah ketiga hal tersebut. Karena kurikulum adalah
seperangkat perencanaan dan media untuk mengantar lembaga pendidikan
dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang hendak diinginkan. Materi
adalah suatu mata pelajaran yang diajarkan di sebuah lembaga pendidikan
55

sesuai dengan target yang ditentukan, materi ini harus disesuaikan dengan
materi lokal dan nasional sehingga dalam penyajiannya tidak hanya
monoton materi lokal saja. Sedangkan metode mengajar adalah salah satu
cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pengajaran agar tercapai
tujuan pengajaran.
Penerapan program tahfidz ini, merupakan suatu aplikasi atau
kegiatan yang menyangkut pembinaan siswa ataupun pengembangan diri
siswa. Program ini mengajarkan mengenai tata cara menghafal supaya siswa
lebih banyak mengetahuinya, lebih memahami, berfikir objektif, serta
terampil dalam menghafalkan Al-Qur’an, misalnya terampil membaca,
melafalkan, menghafal dan lain-lain.
Menghafalkan Al-Qur’an merupakan proses yang rumit dan
membutuhkan konsentrasi yang mendalam, sehingga hafalan al-Qur’an
berbeda dengan menghafal materi pelajaran yang dapat dihafalkan dalam
jangka waktu yang relatif pendek. Oleh karena itu, program hafalan Al-
Qur’an di MTs Abadiyah dilakukan dengan mengadakan kelas tahfidz.
Hasil wawancara dengan bapak Saiful Islam selaku kepala sekolah
menjelaskan tentang pelaksanaan program tahfidz dalam meningkatkan
kefasihan siswa, sebagai berikut:
” Untuk pelaksanaannya kita membuat jam khusus agar anak lebih
focus dalam menghafalkan al-qur’an, yaitu jam pertama dan kedua. Karena
apa kok di taruh pada esok hari, karena pada esok hari anak masih dalam
keadaan fresh. Jadi mereka mudah untuk focus.”11

Sedangkan hasil wawancara dengan bapak Imam Ali Ghufron


selaku waka kurikulum, menjelaskannya sebagai berikut:
”Pelaksanaan program tahfidz dalam kelas sangat praktis untuk
meningkatkan kefasihan siswa dalam melafalkan al-qur’an. Sehingga
program kelas tahfidz ini banyak diterima dari berbagai kalangan
masyarakat. Diantara keunggulan program ini yaitu menitik beratkan
keterampilan membaca dan melafalkan hafalan yang fasih. Prinsip dasar
yang harus dimiliki bagi guru diantaranya: a) Tidak boleh menuntun, yakni
dalam mengajar saat program tahfidz berlangsung, guru tidak

11
Hasil Wawancara peneliti dengan Bapak Saiful Islam selaku Kepala Sekolah MTs.
Abdiyah Pada Tanggal 16 Januari 2016
56

diperbolehkan menuntun namun hanya sebagai pembimbing. b) Teliti,


Waspada dan Tegas, yakni dalam mengajar ilmu baca Al-Quran sangatlah
dibutuhkan ketelitian dan kewaspadaan seorang guru. Sebab akan sangat
berpengaruh atas kefasihan dan kebenaran murid dalam menyetorkan
hafalannya”12

Sedangkan meurut bapak Irham Syaifuddin selaku pengasuh pondok


pesantren Bahrul Ulum dan juga menjadi guru pengampu pada program
tahfidz di madrasah mejelaskan tentang tingkat kefasihan santri di pondok
dengan atas kerjasamanya dengan madrasah dengan program tahfidz sebagai
berikut:
”Kefasihan santri dalam membaca al-Qur’an ini tergolong
memuaskan, karena dari adanya program tahfidz di madrasah sangat
membantu santri untuk meningkatkan kefasihan hafalannya di pondok. Dan
juga mampu menerapkan dan memahami macam-macam bacaan tajwid
yang diajarkan di pondok maupun di madrasah.“13

Selain itu, untuk mencapai hafalan yang baik dan tartil ada metode
yang di gunakan oleh pengasuh, yaitu:
“Dalam setoran hafalan dilakukan secara bergantian, karena
metode yang digunakan yaitu metode face to face untuk mengetahui santri-
santri dalam menghafal makhroj (olah vocal).”14

Dalam pelaksanaan program tahfidz, bapak Irham Syaifuddin juga


menjelaskan tentang proses mengajar pada program tahfidz, yaitu:
“Dalam program ini, terdapat belajar mengajar secara Talaqqi dan
Musyafahah. Talaqqi artinya belajar secara langsung dari seorang guru
yang sanadnya sampai kepada Rasulullah SAW. Musyafahah artinya proses
belajar mengajar dengan cara berhadap- hadapan antara guru dan murid,
murid melihat langsung contoh bacaan dari seorang guru dan guru melihat
pelafalan murid apakah sudah benar atau belum. Jadi dengan belajar
mengajar secara Talaqqi dan Musyafahah bacaan Al-Quran dapat terjaga
dan terjamin kebenarannya. Sehingga bacaan Al-Quran sesuai dengan
bacaan Al-Quran Nabi Muhammad SAW.”15

12
Hasil Wawancara peneliti dengan Bapak Imam Ali Gufron selaku Waka Kurikulum
MTs. Abdiyah Pada Tanggal 14 Januari 2016
13
Hasil Wawancara peneliti dengan Bapak Irham Syaifuddin selaku Pengasuh Pondok
Pesantren Bahrul Ulum, Pada Tanggal 18 Januari 2016
14
Ibid, Pada Tanggal 18 Januari 2016
15
Hasil Wawancara peneliti dengan Bapak Irham Syaifuddin selaku guru pengampu
Tahfidz di MTs Abadiyah Pada Tanggal 17 Januari 2016
57

Karena menghafal al- Qur’an merupakan proses yang lebih


mengandalkan kemampuan dan kapasitas memori dan membutuhkan waktu
yang cukup panjang, maka waktu tersebut sebenarnya cukup membantu
siswa untuk menghafalkan al-Qur’an dengan sebaik-baiknya. Dari pendapat
beberapa pendidik tentang program tahfidz dalam meningkatkan kefasihan,
seorang siswa juga mempunyai strategi tersendiri dalam meningkatkan
kefasihan hafalannya. Seperti hasil wawancara peneliti dengan Erlina Nur
Safa’ah siswi kelas VII mengungkapkan cara agar fasih dalam menghafal,
yaitu:
“Saya membaca dengan mengeluarkan suara dulu, dan diulang-
ulang kepada orang yang fasih dalam melafalkan al-qur’an, dibacanya
dengan pela-pelan dan jangan cepet-cepet. Lebih baik lagi secara tartil dan
tajwidnya juga pas. Selalu nderes terus biar tambah lancar, fasih, dan tidak
lupa.”16

Sedangkan hasil wawancara peneliti dengan Nurul Latifatus Sa’adah


siswi kelas VII menjelaskannya sebagai berikut:
“Membaca terus, belajar tentang tajwid agar tambah tau mahrojnya
dan mengenal hokum-hukum bacaan tajwid.”17

Dari penjelasan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa


pelaksanaan program tahfidz dalam meningkatkan kefasihan siswa di MTs
Abadiyah sangatlah baik. Karena mewujudkan sekolahan yang mempunyai
program seperti halnya yang ada di pondok tahfidz. Adanya guru yang
mempunyai prinsip dasar tentang sebagai pembimbing yang tidak menuntun
saat setoran hafalan membuat siswa lebih fokus untuk melancarkan
hafalannya agar lebih fasih dan tidak terlalu santai saat akan menyetorkan
hafalan yang dikuasai.
Dan juga adanya guru yang teliti, tegas, dan waspada dalam
mengawasi siswa dalam menghafal. Ketelitian seorang guru dalam
menyimak membuat siswa akan lebih berhati-hati dalam menyetorkan

16
Hasil Wawancara peneliti dengan Erlina Nur Safa’ah siswa Kelas VII, Pada Tanggal 18
Januari 2016
17
Hasil Wawancara peneliti dengan Nurul Latifatus Sa’adah siswi Kelas VII, Pada
Tanggal 18 Januari 2016
58

hafalannya. Dengan berhati-hati, siswa akan lebih fasih dalam melafalkan


bacaan yang dikuasai.
Pengguanaan metode face to face sangat efektif dalam penyetoran,
sehingga guru akan lebih mudah mengetahui seberapa fasih dan lancarnya
siswa dalam hafalannya.

2. Pelaksanaan Program Tahfidz pada Kegiatan Pengembangan Diri di


MTs Abadiyah Desa Kuryokalangan Kecamatan Gabus Kabupaten
Pati
Program pendidikan Islam adalah suatu perencanaan pendidikan
untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam
pendidikan Islam. Program tahfidz yang sudah berjalan di MTs Abadiyah
ini telah menunjang anak didiknya untuk mengembangkan dirinya dalam
menimba ilmu. Masing-masing siswa memiliki pengalaman yang beragam
dan latar belakang yang variatif. Kegiatan pengembangan diri akan
menumbuhkan minat yang kuat untuk siswa, karena pada kegiatan ini tidak
menuntut siswa untuk mau masuk dalam program tahfidz yang ada di
madrasah. Proses pelaksanaan program tahfidz tidak hanya dari dalam
kegiatan saja. Seorang siswa juga harus aktif untuk mengembangkan
hafalannya.
Hasil wawancara peneliti dengan bapak Saiful Islam selaku kepala
sekolah menjelaskan tentang program tahfidz dalam kegiatan
pengembangan diri, yaitu:
“Sebenarnya ya mas, dalam program ini untuk pengembangan diri
anak itu kita menggunakan beasiswa agar mereka termotivasi untuk
berkembang. Dengan mentarjet hafalan 5 juz dalam 1 tahun akan
mendapatkan beasiswa penuh dari sekolahan. Dari sini anak akan
berlomba-lomba dan mengembangkan hafalannya.”18

Selain pengembangan diri yang menggunakan strategi pemberian


beasiswa, juga menggunakan pemangkasan muatan lokal seperti hasil

18
Hasil Wawancara peneliti dengan Bapak Saiful Islam selaku Kepala Sekolah MTs
Abadiyah, pada tanggal 16 Januari 2016
59

wawancara peneliti dengan bapak Imam Ali Ghufron selaku Waka


Kurikulum menjelaskannya sebagai berikut:
“Membuat struktur kurikulum yang berbeda dengan kelas yang lain,
untuk kelas tahfidz ini juga sama dari Kemenag tapi ditambahkan dengan
mata pelajaran tahfidz. Cuma di kelas tahfidz tidak ada muatan lokal
tentang kitab-kitab. Jadi siswa tidak terbebani banyak pelajaran dan akan
lebih fokus mengembangkan dirinya di hafalan al-qur’an.“19

Sedangkan hasil wawancara peneliti dengan bapak Irham Syaifuddin


selaku guru pengampu Tahfidz menjelaskannya sebagai berikut:
“ Dengan bimbingan guru waktu di sekolah dan di pondok mereka
bisa berkembang. Dan untuk anak yang ikut program tahfidz tidak
diperbolehkan ikut extrakurikuler, karena agar anak focus pada tahfidz.
Serta adanya motivasi dari orang-orang sekitar menjadikan mereka tekun
mengulang-ulang hafalannya.”20

Pada pengembanga diri siswa dalam menghafalkan al-qur’an mereka


mempunyai beberapa hambatan yaitu dari dalam diriya sendiri yang
mencakup kondisi kesehatan maupun suasana hati (perasaan sedih, marah,
sebel, jenuh, dll) dan juga dari lingkungan sosial (hubungan pertemanan,
kondisis fisik lingkungan, dll). Hasil wawancara dengan Nurul Latifatus
Sa’adah siswi kelas VII menceritakan bahwa hambatan terbesar yang
dirasakannya sangat berpengaruh dalam pengembangan diri untuk
menghafal bersumber dari dirinya, yaitu:
”1) Televisi, karena saya di rumah maka saya masih tergoda dengan
acara-acaranya. 2) Ngantuk, penyakit kalau lagi menghafal (diganggu
setan) kalau kelelahan terus ngantuk dech. 3) Waktu yang terbatas, karena
belum efektif dalam membagi waktu (antara belajar, menghafal, tidur,
nonton TV, dan makan)”21

Sedangkan hasil wawancara dengan Hadlroh Nur Muazzaroh


santriwati pondok pesantren Bahrul Ulum menjelaskan beberapa cara

19
Hasil Wawancara peneliti dengan Bapak Imam Ali Ghufron selaku Waka Kurikulum
MTs Abadiyah, pada tanggal 14 Januari 2016
20
Hasil Wawancara peneliti dengan Bapak Irham Syaifuddin selaku Guru Tahfidz MTs
Abadiyah, pada tanggal 17 Januari 2016
21
Hasil Wawancara peneliti dengan Nurul Latifatus Sa’adah siswi Kelas VII, Pada
Tanggal 18 Januari 2016
60

mengatasi hambatan tersebut yaitu dengan melandaskan kekuatan pada sifat


sabar, yakni:
”Kuncinya kita dalam menghafal harus sabar, rajin nderes kalu
udah gitu insya’allah ngafalinnya jadi cepet. Disamping usaha juga
berdo’a, minta sama Allah biar dimudahkan dalam menghafalkan al-
qur’an, dan juga minta ijin kepada orang tua agar di do’akan juga.”22

Dari berbagai pemaparan diatas dapat di simpulkan bahwa


pelaksanaan program tahfidz dalam kegiatan pengembangan diri siswa
sangatlah membantu siswa dalam berkembangan. Dari yang melalui
pemberian beasiswa yang bermaksud agar siswa lebih semangat menghafal,
pemangkasan muatan lokal agar siswa bisa fokus dalam menghafal juga
tidak terbebani dengan banyaknya pelajaran, dan bimbingan guru ketika di
sekolah maupun di pondok serta tidak diperbolehkannya ikut extrakurikuler
sekaligus adanya motivasi anak dari orang-orang sekitar mereka.
Seorang siswa dalam menghafal ternyata juga mempunyai banyak
hambatan yang tidak lain dari dalam dirinya sendiri jug faktor dari
lingkungan. Akan tetapi setiap siswa yang memang berniat menghafal
mereka mempunyai strategi tersendiri untuk menghadapi hambatan yang di
hadapi yaitu dengan bersabardan minta do’a orang tua. Dengan do’a orang
apapun yang di jalani pasti akan terkabulkan.

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Program Tahfidz


dalam Meningkatkan Kefasihan Siswa pada Kegiatan Pengembangan
Diri di MTs Abadiyah Desa Kuryokalangan Kecamatan Gabus
Kabupaten Pati
Guru adalah sebuah profesi yang menuntut kualifikasi-kualifikasi
yang tidak setiap orang bisa masuk kedalamnya, diantara kualifikasi-
kualifikasi tersebut bahwa ia harus mempunyai pengetahuan sesuai dengan
bidang studi yang dipegang melebihi murid-muridnya. Ilmu pengetahuan
atau kemampuan ini tidak akan ada pada diri seseorang begitu saja, ia harus

22
Hasil Wawancara peneliti dengan Hadlroh Nur Muazzaroh santriwati pondok pesantren
Bahrul Ulum, Pada Tanggal 18 Januari 2016
61

usahakan salah satu jalan untuk memperoleh pengetahuan tersebut melalui


pendidikan formal. Dalam hal ini adalah melalui pendidikan keguruan
seorang guru idak hanya mempelajari tentang hal hal yang berkaitan dengan
proses belajar mengajar, termasuk didalamnya adalah penyampaian materi,
pengelolaan kelas, pengetahuan tentang tingkah laku manusia, cara
mengevaluasi hasil belajar dan lain sebagainya. Sehingga dengan
pengetahuan yang mantap tersebut seorang guru diharapkan mampu bekerja
yang baik dan mampu mengelola pembelajaran demi terciptanya tujuan
belajar.
Peran guru dalam pembelajaran merupakan faktor pendukung utama
untuk membimbing dan mengarahkan siswa dalam belajarnya. Dan juga
sebagai penggerak dalam menghantarkan siswa untuk mencapai tujuan.
Sehingga guru memiliki tanggungjawab yang besar dalam memberi
motivasi, menggerakan, serta membentuk pribadi anak didik menuju pribadi
muslim yang sempurna.
Hasil wawancara peneliti dengan bapak Saiful Islam selaku kepala
sekolah menjelaskan factor pendukung adanya program tahfidz, yaitu:
“a) Minat anak, karena dengan minat anak program ini bisa
berjalan. b) Orang tua, karena dari dukungan orang tua anaknya mau
masuk dalam program ini dan orang tua merasa senang, c) Masyarakat
sekitar, karena mereka senang adanya program ini sebab anak karakternya
terbentuk. d) Adanya guru tahfidz yang berkompeten. e) Pondok sekitar
yang juga mempunyai program tahfidz.“23

Sedangkan hasil wawancara peneliti dengan bapak Imam Ali Gufron


selaku Waka Kurikulum menegaskan tentang factor pendukung program
tahfidz, sebagai berikut:
“Untuk pendukung adanya program kelas tahfidz ini itu terutama
dari wali murid dan pondok mas. Karena wali murid menjadi support bagi
siswa untuk masuk di kelas tahfidz dan mendukung dengan program tahfidz
ini. Dan sebagian pengasuh pondok pesantren sekitar sini itu mengajar di
sini juga. Jadi bisa bekerjasama saling mengontrol siswa.”24

23
Hasil Wawancara peneliti dengan Bapak Saiful Islam selaku Kepala Sekolah MTs
Abadiyah, pada tanggal 16 Januari 2016
24
Hasil Wawancara peneliti dengan Bapak Imam Ali Gufron selaku Waka Kurikulum
MTs. Abdiyah Pada Tanggal 14 Januari 2016
62

Factor pendukung pelaksanaan program tahfidz dalam meningkatkan


kefasihan siswa pada umumnya memicu dari keaktifan juga keseriusan
seorang guru dalam mendidik atau memotivasi anak didiknya. Selain itu
siswa juga dituntut untuk mengkondisikan keadaan saat waktu setoran.
Hasil wawancara peneliti dengan bapak Irham Syaifuddin yang mengampu
program tahfidz, yaitu:
“Kekuatan anak untuk memantapkan hati dalam menghafal al-
qur’an dari mulai niat, tujuan, sumber motivasi, karakter pribadi, dan
ketersediaan sumber dukungan. Setelah anak bisa memantapkan hatinya
untuk itu semua, maka dalam proses pelaksanaan program ini anak akan
mengerti bagaimana caranya membuat keadaan menjadi tenang dan teman
yang lain tidak terganggu. Dari situlah pelaksanaan program ini berjalan
dengan lancar dan kondusip. Dan juga factor lain yaitu 1. Banyaknya
pondok sekitar yang memfokuskan untuk hafalan. 2. Adanya jam khusus
tahfidz. 3. Adanya banyak guru yang hafal al-qur’an..”25

Siswa yang mempunyai niat yang ikhlas akan mudah menghafalkan


dan tidak akan berlaku sombong. Keadaan kondusif yang menjadikan siswa
untuk konsentrasi dalam menghafalkan. Seperti hasil wawancara peneliti
dengan Erlina Nur Safa’ah siswi kelas VII meceritakan apa yang telah
dilakukan, yaitu:
“Sebelum setoran kepada guru, saya nderes dulu agar lancar. Tapi
saat nderespun saya tidak berani bersuara karena takut menggangu teman
yang lain, dan juga takut dibilang gaya. Saya sendiri pun merasa terganggu
kalau ada teman yang nderesnya dengan bersuara.”26
Disamping adanya wali murid, guru, maupun siswa yang menjadi
pendorong pelaksanaan program tahfidz, juga ada faktor penghambat dalam
pelakaksanaan program tahfidz yang ada di MTs Abadiyah, yaitu: faktor
dari lingkungan social siswa atau minat siswa, hubungan siswa dengan
orang tuanya. Seperti hasil wawancara peneliti dengan bapak Saiful Islam
selaku kepala sekolah yang menjelaskan bahwa:
“Penghambat dari diri anak sendiri, yang terkadang muncul rasa
malas, minat melemah, dll. Orang tua yang kurang bisa mengajarkan saat

25
Hasil Wawancara peneliti dengan Bapak Irham Syaifuddin selaku Guru Tahfidz MTs
Abadiyah Pada Tanggal 17 Januari 2016
26
Hasil Wawancara peneliti dengan Erlina Nur Safa’ah siswi Kelas VII, Pada tanggal 18
Januari 2016
63

di rumah. Dan yang dipondok terombang-ambing terpengaruh dengan


temannya.“27

Sedangkan hasil wawancara peneliti dengan bapak Imam Ali Gufron


selaku Waka Kurikulum, menjelaskan bahwa:
”Penghambatannya itu variatif mas. Ada karena kemauan anak
dengan orang tua yang tidak singkron, karena jarak tempuh siswa yang
mengharuskan dirinya agar mondok tapi kalau tidak kuat kan pindah. Lalu
kita tidak bisa mentarjetnya dengan ketat karena tidak bisa mengawasinya
24 jam. Karena belum adanya asrama sendiri di Madrasah. Dan juga
terkadang melatih anak untuk membaca al-qur’an agar lancar dahulu.”28

Sedangkan hasil wawancara peneliti dengan bapak Irham Syaifuddin


selaku guru pengampu tahfidz menjelaskan, bahwa:
“Kurangnya peran orang tua waktu anak di rumah, menjadikan
anak timbul rasa malas.”29

Seorang siswa yang ikut dalam pelaksanaan program ini juga


mempunyai hambatan saat menghafalkan al-qur’an, seperti hasil wawancara
peneliti dengan Nurul Latifatus Sa’adah siswi kelas VII menceritakan
hambatan yang dihadapi, yaitu:
“ 1. Televisi, karena saya di rumah maka saya masih tergoda dengan acara-
acaranya.
2. Ngantuk, penyakit kalau lagi menghafal (diganggu setan) kalau
kelelahan terus ngantuk dech.
3. Waktu yang terbatas, karena belum efektif dalam membagi waktu
(antara belajar, menghafal, tidur, nonton TV, dan makan).”30

Dari banyaknya faktor pendukung maupun penghambat pelaksanaan


program tahfidz dalam meningkatkan kefasihan pada kegiatan
pengembangan diri siswa yang telah ada sesuai dengan penjelasan berbagai
guru dapat disimpulkan bahwa semua itu terkait dari diri siswa sendiri,

27
Hasil Wawancara peneliti dengan Bapak Saiful Islam selaku Kepala Sekolah MTs
Abadiyah, pada tanggal 16 Januari 2016
28
Hasil Wawancara peneliti dengan Bapak Imam Ali Gufron selaku Waka Kurikulum
MTs. Abdiyah Pada Tanggal 14 Januari 2016
29
Hasil Wawancara peneliti dengan Bapak Irham Syaifuddin selaku Guru Tahfidz MTs
Abadiyah Pada Tanggal 17 Januari 2016
30
Hasil Wawancara peneliti dengan Nurul Latifatus Sa’adah siswi kelas VII, Pada
tanggal 18 Januari 2016
64

orang tua, guru, maupun pondok sekitar. Kegiatan yang berpengaruh dalam
ingatan ini sangatlah berat jika dipaksakan tidak sesuai dengan kecerdasan
anak. Program seperti ini mebutuhkan dukungan penuh dari orang tua, guru,
pondok dan masyarakat sekitar. Dengan dukungan itu semua siswa akan
termotivasi lebih giat belajar untuk fasih dalam melafalkan hafalannya dan
berkembang.
Penghambat yang menjadikan program tahfidz ini terkadang
menurun tidak lain dari lingkungan sosial. Peran orang tua yang tidak
singkron dengan anaknya menjadikan pengaruh terhambatnya pelaksanaan
kegiatan. Banyaknya tugas, kedaan perasaan, maupun faktor lingkungan
menjadikan anak terhambat hafalannya sampai mereka bingung mengatur
waktu dan menghambatnya untuk berkembang.
C. Analisis Data
1. Pelaksanaan Program Tahfidz dalam Meningkatkan Kefasihan Siswa
di MTs Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati
Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses saling mempengaruhi
antara guru dan siswa. Di antara keduanya terdapat hubungan atau
komunikasi interaksi. Keduanya menunjukkan aktivitas yang seimbang
hanya berbeda peranannya saja. Proses pengajaran itu berlangsung dalam
situasi pengajaran, di mana di dalamnya terdapat komponen-komponen atau
faktor-faktor, yakni: tujuan mengajar, siswa yang belajar, guru yang
mengajar, metode mengajar, alat bantu mengajar, penilaian dan situasi
pengajaran.
Hasil data penelitian wawancara dengan bapak Saiful Islam
menjelaskan program tahfidz dalam meningkatkan kefasihan yaitu:
mengadakannya jam khusus di pagi hari selama 2 jam pelajaran. Adanya
jam khusus menjadikan siswa akan lebih fokus dalam mencapai kefasihan
siswa.
Sedangkan hasil data penelitian melalui wawancara dengan bapak
Imam Ali Gufron menjelaskan bahwa seorang guru harus memiliki prinsip
65

dasar dalam program tahfidz, agar bisa meningkatkan kefasihan siswa,


yaitu:
a. Tidak Boleh Menuntun, yakni dalam mengajar saat program tahfidz
berlangsung, guru tidak diperbolehkan menuntun namun hanya sebagai
pembimbing.
b. Teliti- Waspada dan Tegas, yakni dalam mengajar ilmu baca Al-Quran
sangatlah dibutuhkan ketelitian dan kewaspadaan seorang guru.
Seorang guru yang sudah mempunyai prinsip seperti itu, harus bisa
memanfaatkan waktu sebaiknya. Seperti yang telah dilakukan oleh bapak
Irham Syaifuddin dalam proses mengajar yaitu mengajar secara Talaqqi dan
Musyafahah. Talaqqi artinya belajar secara langsung dari seorang guru yang
sanadnya sampai kepada Rasulullah SAW. Musyafahah artinya proses
belajar mengajar dengan cara berhadap- hadapan antara guru dan murid,
murid melihat langsung contoh bacaan dari seorang guru dan guru melihat
pelafalan murid apakah sudah benar atau belum.
Proses mengajar yang seperti ini sangat berpengaruh dalam
meningkatkan kefasihan siswa. Karena belajar yang secara langsung dengan
gurunya dan berhadapan langsung saat menghafal. Jadi ketika pelafalan
siswa ada yang kurang benar seorang guru mengevaluasi atau mengarahkan
yang lebih benar. Selain itu, adanya kerjasama dengan pondok sekitar
menjadikan siswa terkontrol. Dan pembelajaran tentang tajwid yang lebih
mendalam di pondok dapat memudahkan siswa untuk meningkatkan
kefasihannya di sekolahan. Seperti yang telah di ungkapkan oleh K. Irham
Syaifuddin yaitu adanya program tahfidz di madrasah sangat membantu
santri untuk meningkatkan kefasihan hafalannya di pondok. Dan juga
mampu menerapkan dan memahami macam-macam bacaan tajwid yang
diajarkan di pondok maupun di madrasah.
Pelaksanaan tahfidz di pondok juga memakai metode yang tidak
beda jauh dengan yang metode yang ada di sekolah, seperti yang telah di
ungkapkan oleh K. Irham Syaifuddin yaitu dalam setoran hafalan dilakukan
66

secara bergantian, karena metode yang digunakan yaitu metode face to face
untuk mengetahui santri-santri dalam menghafal makhroj (olah vocal).
Dalam meningkatkan kefasihan seorang siswa pun memiliki cara
tersendiri seperti yang di lakukan Erlina Nur Safa’ah yaitu dengan membaca
dengan mengeluarkan suara dulu, dan diulang-ulang kepada orang yang
fasih dalam melafalkan al-qur’an, dibacanya dengan pela-pelan dan jangan
cepet-cepet. Lebih baik lagi secara tartil dan tajwidnya juga pas. Selalu
nderes terus biar tambah lancar, fasih, dan tidak lupa. Selain Erlina juga ada
siswa yang mempunyai cara tersendiri dalam meningkatkan kefasihannya,
yaitu Nurul Latifatus Sa’adah yang dilakukannya dengan cara membaca
terus, belajar tentang tajwid agar tambah tahu mahrojnya dan mengenal
hokum-hukum bacaan tajwid.
Sebelum seorang penghafal melangkah pada periode menghafal, ia
terlebih dahulu meluruskan dan memperlancar bacaannya. Sebagian besar
ulama’ bahkan tidak memperkenankan anak didik yang diampunya untuk
menghafal al-qur’an sebelum terlebih dahulu ia menghatamkan al-qur’an
bin nadzar (dengan membaca) ini dimaksutkan agar calon penghafal benar-
benar lurus dan lancar membacanya, serta fasih (ringan lisannya) untuk
mengucaokan fonetik arab. Dalam hal ini, seorang yang hendak menghafal
menghafal al-qur’an terlebih dahulu untuk melakukan hal berikut:31
a. Meluruskan bacaannya sesuai kaidah-kaidah ilmu tajwid.
b. Memperlancar bacaannya.
c. Membiasakan lisan dengan fonetik arab.
d. Memahami bahasa dan tata bahasa arab.
Untuk mencapai kefasihan dalam mengucapkan lafadz Al-Qur’an
siswa wajib mengetahui hokum bacaan yang dalam ilmu tajwid. Selain itu
juga wajib untuk mengetahui mahroj ( tempat keluarnya huruf). Adapun

31
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Bumi Aksara, Jakarta,
2000 , hal. 54-55
67

tempat keluarnya huruf menurut Syaih Sa’idz bin Sa’idz Fabham dalam
kitabnya Syifaul Janan yaitu: 32
1. Huruf ‫ م‬- ‫ ب‬- ‫ و‬yang keluar dari antaranya dua bibir.
2. Huruf ‫ ف‬yang keluar dari antaranya lapisan hidung dengan gigi yang
depan.
3. Huruf ‫ ك‬yang keluar dari pangkal lidah.
4. Huruf ‫ ق‬yang keluar dari pangkal lidah yang bawah.
5. Huruf ‫ ض‬yang keluar dari salah satu tepi ilat yang kanan maupun kiri
serta gigi rahang yang atas.
6. Huruf ‫ ل – ن – ر‬yang keluar dari antara keduanya tepi lidah kanan dan
kiri serta semua gigi rahang yang depan.
7. Huruf ‫ ج – ش – ي‬yang keluar dari antara tengah-tengahnya lidah dan
cetok yang atas (langit-langit).
8. Huruf ‫ ط – د – ت‬yang keluar dari antara ujung lidah dan dua gigi taring
yang atas yang depan.
9. Huruf ‫ ظ – ذ – ث‬yang keluar dari antara ujung lidah serta ujung gigi
depan yang atas dan terbuka.
10. Huruf ‫ ص – ز – س‬yang keluar dari antara ujung lidah serta ujung gigi
depan yang atas dan bawah.
11. Huruf ‫ خ – غ‬yang keluar dari ujung tenggorokan.
12. Huruf ‫ ح – ع‬yang keluar dari tengah-tengah tenggorokan.
13. Huruf ‫ ه – ء‬yang keluar dari pangkal tenggorokan yang dekat dengan
dada.
Dari bahasan mengenai pelaksanaan program tahfidz dalam
meningkatkan kefasihan, kita bisa mencatat bagaimana masing-masing
pendapat berkaitan dengan proses pembelajaran internal.

Tabel 5 (Peristiwa internal pembelajaran)33

32
Syaih Sa’idz bin Sa’idz Fabham, Syifaul Janan, Almaktabatul ‘Asriyah, Surabaya, hal.
29
33
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hal. 58
68

No. Peristiwa Pengajaran Hubungan dengan Proses Belajar


1 Mendapatkan perhatian Penerimaan pola infuls/rangsangan
saraf
2 Menginformasikan tujuan Mengaktifkan proses kontrol
kepada siswa
3 Merangsang mengingat Mengulang kembali pembelajaran
kembali sebelum belajar sebelumnya agar ingatan bekerja
4 Menyajikan materi Menekankan ciri-ciri untuk persepsi
selektif
5 Memberikan bimbingan Pengkodean semantik (isyarat untuk
belajar mengulan kembali)
6 Memunculkan kinerja Mengaktifkan pengorganisasian respons
7 Memberikan umpan balik Membangun reinforcement/penguatan
mengenai perbaikan kinerja
8 Menilai kerja Mengaktifkan retrieval (memungkinkan
penggunaan penguatan
9 Meningkatkan retensi dan Memberikan isyarat dan strategi untuk
transfer retrieval.

2. Pelaksanaan Program Tahfidz pada Kegiatan Pengembangan Diri di


MTs Abadiyah Desa Kuryokalangan Kecamatan Gabus Kabupaten
Pati
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu
membawa siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi yang
diharapkan. Pembelajaran perlu diciptakan menjadi peristiwa yang menarik
agar mampu meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Untuk itu,
seorang guru harus dituntut untuk lebih inovatif dan kreatif dalam memilih
dan menerapkan metode pembelajaran yang mereka gunakan untuk
menyampaikan materi pembelajaran terutama pada program tahfidz.
Guru merupakan pembimbing siswa yang memiliki sikap positif,
selalu memanfaatkan waktu dengan baik, berpikir bahwa mengajar adalah
69

sebuah tugas mulia, membuat siswanya selalu percaya diri yang seimbang
dengan prestasinya, menciptakan kesadaran pada siswa bahwa perjalanan
mencapai kompetensi masih panjang dan membuat mereka terus berusaha
menambah pengalaman keilmuannya, pandai terhadap evaluasi yang
diberikan siswanya mendengarkan pernyataan-pernyataan siswanya.
Pelaksanaan program tahfidz pada pengembangan diri siswa yang
berada di MTs Abadiyah pihak sekolah mempunyai strategi agar siswanya
bisa mengembangkan dirinya dalam menghafal al-qur’an. Seperti hasil data
penjelasan bapak Saiful Islam yaitu memberikan beasiswa kepada siswa
yang hafal 5 juz dalam 1 tahun agar mereka termotivasi. Pada umumnya
motivasi terbesar anak itu didasari oleh keyakinan akan adanya jaminan bagi
penghafal al-qur’an bahwa Allah akan menjaga hidupnya. Selain itu juga
mereka termotivasi oleh keutamaan menghafal al-qur’an karena menjadi
penyelamat keluarganya di hari kiamat.
Selain cara pemberian beasiswa juga ada cara lain yang dilakukan
oleh bapak Imam Ali Ghufron yaitu dengan pemangkasan materi muatan
lokal. Cara seperti ini dimaksutkan agar siswa tidak terbebani banyaknya
mata pelajaran yang menjadikan siswa kurang fokus dalam mengembangkan
hafalannya. Sedangkan menurut bapak Irham Syaifuddin pengembangan diri
siswa dipengaruhi oleh bimbingan guru maupun dapatnya motivasi dari
orang-orang disekitarnya. Dan setiap siswa yang mengikuti program ini
tidak diperbolehkannya mengikuti extrakurikuler guna memfokuskan pada
hafalannya dan mempunyai banyak waktu untuk mengembangkan dirinya.
Dalam studi-studi ilmu pendidikan modern menetapkan bahwa
terdapat sifat-sifat individu yang khusus untuk berperan aktif dalam proses
pencapaian sagala hal. Sifat tersebut yaitu minat, menelaah, dan perhatian.
Ketiga sifat merupakan rangkaian keterkaitan yang saling mendukung antara
satu dengan yang lain. Untuk menumbuhkan minat meghafal al-qur’an
70

dapat diupayakan melalui beberapa pendekatan agar siswa bisa


megembangkan diriya dalam menghafal, yaitu:34
1. Menanamkan sedalam-dalamnya tentang nilai keagungan al-qur’an
dalam jiwa anak didik yang menjadi asuhan.
2. Memahami keutamaan membaca, mempelajari, dan menghafal al-qur’an.
Hal ini dilakukan dengan berbagai kajian yang berkaitan dengan ke-Al-
Qur’an-an.
3. Menciptakan kondisi lingkungan yang benar-benar ke-Al-Qur’an-an.
4. Megembangkan objek perlunya menghafal al-qur’an atau
mempromosikan idealisme suatu lembaga pendidikan yang bercirikan al-
qur’an, sehingga animo untuk menghafal al-qur’an akan selalu muncul
dengan perspektif baru.
5. Mengadakan atraksi-atraksi, atau haflah mudarasatil-Qur’an, atau
semaan umum bil-ghaib (hafalan), atau dengan mengadakan musabaqah-
musabaqah hafalan Al-qur’an.
6. Mengadakan studi banding dengan mengundang atau mengunjungi
lembaga-lembaga pendidikan, atau pondok pesantren yang bercirikan al-
qur’an yang memungkinkan dapat memberikan masukan-masukan baru
untuk menyegarkan kembali minat menghafal al-qur’an, sehingga
program yang sedang dilakukan tidak berhenti ditengah jalan.
7. Mengembagkan metode-metode menghafal yang bervariasi untuk
menghilangkan kejenuhan dari suatu metode atau sistem yang berkesan
monoton.
Meskipun banyaknya strategi yang telah dilakukan pihak sekolahan
agar siswa bisa mudah berkembang pada hafalannya, mereka masih
mempunyai hambatan dalam mengembangkan diri. Seperti yang dirasakan
oleh Nurul Latifatus Sa’adah yaitu hambatan terpengaruh oleh program
televisi, lelah, maupun terbatasnya waktu sehingga tidak bisa mengatur
waktunya. Namun ada siswa yang mempunyai strategi untuk menghadapi
hal seperti itu agar bisa mengembangkan dirinya yaitu Hadlroh Nur

34
Ahsin W. Al-Hafidz, Op. Cit, hal. 42
71

Muazzaroh dengan cara sabar, rajin nderes, minta ijin kepada orang tuanya,
dan berdo’a. Karena do’a orang yang menghafalkan al-qur’an itu memiliki
do’a yang mustajab.
Program tahfidz ini menitik beratkan pada akal pikiran terutama
ingatan. Dengan daya ingat yang kuat siswa akan mudah mengembangkan
dirinya dengan menambah dan memperlancar hafalannya. Dalam diri siswa
terdapat karakter psikologi yang mempengaruhi perkembangan dirinya yaitu
bakat, minat, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif.
Semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan program tahfidz pada
kegiatan pengembangan diri ini, harus meyadari bahwa kerjanya
diperuntukkan bagi kepentingan pemenuhan kebutuhan siswa. Karena siswa
adalah harapan utama yang harus dibantu untuk mewujudkan pelaksanaan
program tahfidz sebagai siswa yang bermartabat.

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Program Tahfidz


dalam Meningkatkan Kefasihan Siswa pada Kegiatan Pengembangan
Diri di MTs Abadiyah Desa Kuryokalangan Kecamatan Gabus
Kabupaten Pati
Peserta didik memiliki berbagai potensi yang siap untuk
berkembang, misalnya kebutuhan, minat, tujuan, intelegensi, emosi, dan
lain-lain. Tiap individu siswa mampu berkembang menurut pola dan
caranya sendiri. Mereka dapat melakukan berbagai aktivitas dan
mengadakan interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan pendidik
merupakan faktor penggerak dalam menghantarkan siswa untuk mencapai
tujuan. Sehingga pendidik besar sekali tanggung jawabnya dalam memberi
motivasi, menggerakkan, serta membentuk pribadi siswa menuju pribadi
muslim yang sempurna.
Dari hasil data wawancara dengan bapak Saiful Islam mejelaskan
factor pendukung adanya program tahfidz yaitu minat anak, orang tua,
masyarakat sekitar, guru, dan lingkungan sekitar. Dukungan dari semua itu
mempengaruhi terlaksananya program tahfidz untuk meningkatkan
72

kefasihan siswa. Sedangkan bapak Imam Ali Ghufron menjelaskan faktor


pendukungnya itu ialah wali murid dan pondok sekitar. Adanya pondok
sekitar juga mempengaruhi pelaksanaan kegiatan kerena bisa saling
bekerjasama untuk mengontrol siswa. Ada juga faktor yang mendukung
terlaksananya program ini dari dalam jiwa siswa sendiri, seperti yang
dijelaskan bapak Irham Syaifuddin, yaitu kekuatan anak untuk
memantapkan hati dalam menghafal al-qur’an dari mulai niat, tujuan,
sumber motivasi, karakter pribadi, dan ketersediaan sumber dukungan. Dari
pribadi anak yang tekatnya kuat seperti semua itu akan berpengaruh baik
dalam kegiatan tersebut.
Melalui penjelasan tersebut, dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan khususya dalam program tahfidz tidak lepas dari faktor-faktor
yang dapat mendorong dalam pelaksanaan program tersebut, yaitu:
a. Peserta didik/ siswa
Peserta didik atau siswa dalam pendidikan merupakan salah satu
faktor yang terpenting. Pendidikan tidak dapat dilaksanakan tanpa
adanya peserta didik yang tidak dapat digantikan oleh faktor lainnya.
Untuk itu didalam proses belajar mengajar peserta didik merupakan
obyek yang utama didalam mencapai tujuan pendidikan secara optimal.
Bila input yang diterima adalah baik, maka hasil atau outputnya juga
akan baik, begitu pula sebaliknya. Dengan demikian, jelaslah peserta
didik merupakan faktor terpenting dalam pelaksanaan program ini.
b. Guru
Aspek guru sebagai Educatif, merupakan hal yang sangat penting
dalam proses belajar mengajar karena peran penting seorang guru dalam
pelaksanaan program tahfidz harus membawa siswa pada tujuan yang
diinginkan dan dicapainya. Dengan ini diharapkan seorang guru
memiliki wawasan yang luas tentang ilmu pengetahuan serta
73

kewibawaannya. Kegiatan seorang guru sebagai tenaga pengajar dalam


pelaksanaan program tahfidz yaitu:35
1. Harus mengetahui terlebih dahulu apa yang harus dikerjakan
kedudukannya sebagai pendidik mengharuskan ia mempelajarai atau
mendapat informasi tentang materi apa yang akan diajarkan.
2. Harus mengerti secara keseluruhan apa yang diberikan pada anak
didik
3. Harus mempunyai kemampuan menganalisa materi yang diajarkan
dan menghubungkan konteks komponen-komponen pendidikan
secara keseluruhan
4. Harus mengamalkan terlebih dahulu informasi yang lebih didapat
5. Harus dapat mengevaluasi proses dan hasil pendidikan yang sedang
atau yang sudah dilakukakan
6. Harus dapat memberikan hadiah dan hukuman sesuai dengan usaha
dan motivasi di dalam proses belajar mengajar
c. Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor pendidikan yang pasti ada
siswa tidak dapat hidup sendirinya tanpa adanya lingkungan. Demikian
pula pelaksanaan program tahfidz tidak dapat berlangsung tanpa adanya
lingkungan yang merupakan wahana dari pada pendidikan.
d. Orang tua
Orang tua mempunyai peran penting dalam mendorong
pelaksanaan program kegiatan di sekolah. Hubungan anak dengan orang
tua yang singkron akan mempengaruhi kesuksesan belajar anaknya.
Orang tua adalah motivator anak untuk semangat dan bersungguh-
sungguh dalam mengembangkan dirinya untuk meningkatkan kefasihan.

Terlaksananya program tahfidz ini tidak terlepas dari berbagai


kemungkinan adanya hambatan yang dihadapi dari siswa maupun
lingkungan. Dari hasil data wawancara dengan bapak Saiful Islam

35
Dimyati mujiyono, Belajar dan Pembelajaran, Rineka cipta, Jakarta, 1999, hal. 45
74

menjelaskan faktor penghambat pelaksanaan program tahfidz itu dari dari


dalam diri siswa sendiri yang menyangkut kedaan batin seperti rasa malas,
menurunnya minat, dll. Selain itu juga dari faktor perhatian orang tua yang
kurang berperan aktif dalam memotivasi maupun mendukung anak.
Sedangkan dari hasil data wawancara dengan bapak Imam Ali
Ghufron selaku waka kurikulum menjelaskan mengenai faktor penghambat
pelaksanaan program tahfidz yaitu: dari adanya kemauan anak dengan orang
tua yang tidak singkron dan jarak tempuh. Menurut bapak Irham Syaifuddn
juga tidak jauh berbeda dengan yang telah disebutkan oleh yang lain, yaitu
kurangnya peran orang tua saat siswa sedang di rumah.
Dari beberapa data tentang faktor yang menghambat pelaksanaan
program tahfidz tersebut tidak lain menyangkut diri siswa maupun orang
tua. Orang tua memang sangat mempengaruhi seberapa besar tingkat belajar
siswa, karena siswa akan terus maju kalau adanya motivasi yang tidak
pernah lelah dari perhatian orang tua. Peran orang tua saat anaknya berada
di rumah harus bisa untuk selalu mengontrol anaknya agar tetap semangat,
yaitu dengan cara:36
1. Memenejemen waktu
Para psikologi mengatakan bahwa menejemen waktu yang baik akan
berpengaruh besar terhadap pelekatan materi. Dengan menejemen
waktu seorang anak akan bisa megatur waktu sedemikian rupa untuk
menghafal dan untuk kegiatan lainnya. Adapun waktu-waktu yang
dianggap sesuai dan baik untuk menghafal dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Waktu sebelum terbit fajar
b. Setelah fajar seehingga terbit matahari
c. Setelah bangun dari tidur siang
d. Setelah sholat
e. Waktu diantara magrib dan isya’

36
Ahsin W. Al-Hafidz, Op. Cit, hal.58-61
75

2. Tempat menghafal
Situasi dan kondisi suatu tempat ikut mendukung tercapainya program
menghafal al-qur’an. Suasana yang bising, kondisi lingkungan yang tak
sedap dipandang, penerangan yang tidak sempurna dan polusi udara
yang tidak nyaman akan menjadikan kendala berat terciptanya
konsentrasi. Dapat disimpulkan bahwa tempat yang ideal untuk
menghafal itu sebagai berikut:
a. Jauh dari kebisingan
b. Bersih dan suci dari kotoran dan najis
c. Cukup ventilasi untuk terjaminnya pergantian udara
d. Tidak terlalu sempit
e. Cukup penerangan
f. Mempunyai temperatur yang sesuai dengan kebutuhan
g. Tidak memungkinkan timbulnya gangguan-gangguan, yakn jauh dari
telepon, ruang tamu, tempat itu bukan tempat yang biasa untuk
ngobrol.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan uraian pembahasan tentang skripsi yang berjudul
”Analisis Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an dalam Meningkatkan
Kefasihan Siswa Pada Kegiatan Pengembangan Diri di MTs Abadiyah
Kuryokalangan Gabus Pati”, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan program tahfidz dalam meningkatkan kefasihan siswa di
MTs Abadiyah sudah dapat dikatakan terarah dan menuju langkah yang
lebih baik. Karena adanya jam khusus untuk melaksanakan kegiatan
tersebut, selain itu juga guru pengampu ditekankan untuk bisa
membimbing siswanya dengan teliti waspada dan tegas. Dalam proses
mengajarnya mengunakan beberapa cara seperti talaqqi (belajar secara
langsung kepada guru) dan musyafahah (berhadap-hadapan). Cara seperti
ini akan menjadikan siswa untuk lebih hati-hati atau teliti dalam
menyetorkan hafalannya agar tetap lancar dan fasih. Apalagi adanya
kerjasama dengan pondok memudahkan siswa terkontrol, sedangkan
pondok mempunyai kerjasama pun mempunyai cara yang hampir sama
yang ada di sekolahan yaitu dengan metode face to face. Metode ini
dimaksudkan untuk megetahui tingkat kefasihan santri dalam melafalkan
Al-Qur’an. Karena sebelum mereka menginjak untuk menghafalkan Al-
Qur’an, mereka terlebih dahulu melancarkan bacaannya sesuai dengan
kaidah ilmu tajwid. Adapun dalam meningkatkan kefasihan, siswa juga
tidak jauh dari yang namanya hambatan. Namun, mereka mempunyai
cara tersendiri untuk menghadapi hambatan tersebut.
2. Pelaksanaan program tahfidz pada kegiatan pengembangan diri di MTs
Abadiyah memang sangat berjalan dengan baik. Dari berbagai cara untuk
menarik minat siswa untuk masuk dalam program tahfidz, memotifasi
siswa lewat beasiswa, membuat kurikulum yang berbeda dengan yang
lain, pemangkasan mata pelajaran, maupun ketidak bolehan siswa untuk

76
77

ikut extrakurikuler. Cara tersebut membuat siswa lebih fokus dalam


mengembangkan dirinya untuk menghafalkan Al-Qur’an. Akan tetapi,
berbagai cara yang sudah berjalan itu masih ada hal lain yang membuat
siswa terkadang menurun minatnya untuk berkembang. Hal tersebut
datang dari dirinya sendiri. Dalam proses mengembangkan hafalannya
satu kunci yang selalu dipakai para siswa, yaitu dengan cara sabar.
3. Faktor pendukung pelaksanaan program tahfidz dalam meningkatkan
kefasihan siswa pada kegiatan pengembangan diri di MTs Abadiyah tidak
lain dari minat siswa, orang tua, guru, masyarakat maupun lingkungan
sekitar. Minat siswa sangatlah berpengaruh besar dalam terlaksananya
program tersebut, karena tanpa adanya siswa program tersebut tidak akan
berjalan. Selain siswa juga ada orang tua, peran orang tua sangat penting
untuk pelaksanaan program tersebut, karena adanya peran orang tua bisa
memeberikan perhatian penuh untuk anaknya. Selanjutnya yaitu guru,
dalam kegiatan tahfidz tersebut perlu adanya guru yang ahli dalam
bidangnya agar program tersebut lancar. Setiap kegiatan pasti ada yang
namanya lingkungan maupun masyarakat sekitar. Dari lingkungan yang
adanya pondok dapat mendukung untuk bekerjasama agar bisa ikut
mengontrol berjalannya program tahfidz tersebut.
Ada juga faktor yang menghambat pelaksanaan program tahfidz
dalam meningkatkan kefasihan siswa pada kegiatan pengembangan diri di
MTs Abadiyah yaitu juga dari dalam diri siswa sendiri yang
menimbulkan rasa malas, menurunnya minat dan sebagainya. Lalu faktor
yang lain yaitu dari kemauan siswa dengan orang tua yang tidak singkron.
Untuk mencegah hambatan tersebut orang tua harus berperan aktif untuk
memberikan arahan, motivasi, dukungan, dan perhatian. Anak akan tetap
semangat karena dapat perhatian penuh dari orang tua dengan mengontrol
perkembangan hafalan anaknya dengan cara memenejemen waktu dan
memberikan tempat untuk menghafal yang nyaman.
78

B. Saran
Dari penelitian yang penulis laksanakan, maka penulis memiliki
beberapa saran yang kiranya dapat meningkatkan dan memiliki dampak
positif dalam pelaksanaan program tahfidz tersebut.
1. Bagi pihak sekolah
Hendaknya lebih memperhatikan perkembangan mengenai
pelaksanaan program tahfidz yang ada di Madrasah, seperti kurikulum,
metode atau strategi, tujuan, subyek dan obyek pendidikan, karena hal
tersebut akan menentukan mutu atau kualitas Madrasah terutama dalam
program Tahfidz.
2. Bagi pendidik
Hendaknya menggunakan model strategi pembelajaran yang tepat
yang sesuai dengan kondisi maupun karakter siswa dalam pelaksanaan
program tahfidz tersebut, sehingga tercapai tujuan yang sesuai dengan
kurikulum.
3. Bagi siswa
Dengan adanya program tahfidz ini, hendaknya para siswa lebih
tekun dan dapat memanfaatkan waktu untuk mempelajari, membaca dan
menghafal al-Qur’an, karena mengasah kemampuan dalam memahami dan
mempelajari al-Qur’an.
4. Bagi orang tua
Diharapkan mampu memberikan perhatian penuh pada anaknya
sehingga anak akan merasa diperhatikan dan termotivasi dalam
menghafalkan al-Qur’an.

C. Penutup
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Sholawat serta salam selalu menyanjung keagungan Nabi Muhammad
SAW yang telah memberikan teladan bagi kita semua untuk menjadi seorang
79

pendidik yang baik yang diridhoi Allah SWT. Semoga kita bisa menjadi umat
yang hakiki dan senantiasa mengikuti jejak beliau. Amin.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan memberikan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS PELAKSANAAN
PROGRAM TAHFIDZ AL-QUR’AN DALAM MENINGKATKAN
KEFASIHAN SISWA PADA KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI DI
MTS ABADIYAH KURYOKALANGAN GABUS PATI”. Dengan
selesainya skripsi ini, penulis menyadari bahwa dalam penyusunannya tidak
terlepas dari kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan dari
pembaca yang budiman saran dan kritiknya yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT. penulis memohon petunjuk,
taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini
dengan keadaan sehat wal afiat. Tidak mungkin karya tulis ini dapat selesai
tanpa belas kasih dari pertolongan Allah SWT. Semoga skripsi yang
sederhana ini mendapat Ridlo dari Allah SWT dan semoga pula bermanfaat
bagi lembaga pendidikan dan generasi anak bangsa.
Amin Ya Robbal ‘Alamin.

َّّ ‫اَ حْلم ُد‬


َ ‫ب ال َحعلَ ّم ح‬
‫ي‬ ّ ‫لِل َر‬ ‫َح‬
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid khon, Praktikum Qiro’at (Keanehan Bacaan al-Qur’an


Qiraat Ashim dan Hafash), Jakarta, Amzah, 2011
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013
Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-
Quran, Jakarta, Rineka Cipta, 1990
Abi Zakaria yahya bin Syarifuddin An-Nawawi Assyafi’i, Tibyan Fi Adabi
Khamalatil Qur’ani, Al-Haramain
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Jakarta,
Bumi Aksara, 2000
Atang Abdul Hakim, Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Bandung,
PT. Remaja Rosda Karya, 1999
Departemen Agama RI, Al-Hidayah Al-Qur’an Tafsir Perkata Tajwid dan
Kode Angka, Banten, Kalim, 2011
Dimyati mujiyono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Rineka cipta, 1999
Dudung Abdurrahman, Pengantar Metode Penelitian, Yogyakarta,
Galang Press, 2000
Gus Arifn, Suhendri Abu Faqih, Al-Qur’an Sang Mahqota Cahaya Ajak
dan Ajari Anak-Anak Kita Mencintai, Membaca, dan Menghafal
Al-Qur’an, Jakarta, Elex Media Komputindo, 2010
H. Ahmad Annuri, Panduan Tahsin, Tilawah Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid,
Jakarta Timur, Pustaka Al-Kautsar, 2010
http://ariska67.blogspot.co.id/2012/02/beberapa-pengertian-
pengembangan-diri.html
http://ariska67.blogspot.co.id/2012/02/manfaat-pengembangan-diri.html
http://kamusbahasaindonesia.org/meningkatkan/miripKamusBahasaIndone
sia.org
http://kamusbahasaindonesia.org/pelaksanaan,
http://www.lepank.com/2012/08/pengertian-program-menurut-beberapa-
ahli.html
Imam An-Nawawi, Riyadhus Shalihin, Jawa Tengah, Darul Hadits
Qarirah, 2015
Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar Assuyuti, Jami’us Shoghir,
Surabaya, Al-Hidayah
K.H. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, Jawa Barat,
CV. Pustaka Setia, 2012
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2009
Lisya Chairani & M.A. Subandi, Psikologi Santri Penghafal Al-Qur’an
Peranan Regulasi Diri, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2010
M. Hafidz Ubaidillah, Ikhtisar Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Pati, Pontren
As-Syafi’iyah
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta, Hidakarya, 1990
Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Bogor, Litera Antar
Nusa, 2006
Mohammad Ali, Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan
Peserta Didik, Jakarta, Bumi Aksara, 2005
Muhammad Makhdlori, Keajaiban Membaca Al-Qur’an, Jogjakarta,
Diva Press, 2007
Muhammad Nor Ichwan, Belajar Al-Qur’an (Menyingkap Khazanah Ilmu-
ilmu Al-Qur’an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis),
Semarang, Rasail, 2005
Nurdin Usman, Kontek Implementasi Berbasis Kurikulum, Jakarta, PT.
Raja Grafindo Persada
Rosady Ruslan, Metodologi Penelitian Public Relation dan Komunikasi,
Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004
Sa’dulloh, S. Q., 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an, Jakarta, Gema
Insani, 2008
Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, Syarah Mukhtaarul Ahaadiits (Hadis-hadis
Pilihan berikut Penjelasannya), Bandung, Sinar Baru
Algensindo, 1993
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung, Alfabeta, 2008
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, Bandung, Alfabeta, 2013
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta, Rineka Cipta, 2002
Sumiyati, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam,
Cakrawala Institut, 2014
Syaih Sa’idz bin Sa’idz Fabham, Syifaul Janan, Surabaya, Almaktabatul
‘Asriyah
Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal al-Qur’an,
Jogjakarta, Diva Press, 2014
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Muhammad Zainuddin

Tempat Tanggal Lahir : Pati, 1 Agustus 1992

NIM : 111228

Alamat : Talun Rt. 03/Rw. 02, Kayen, Pati

Pendidikan :

1. SDN Talun 01, Lulus Tahun 2005


2. MTs. As-Syafi’iyyah Talun, Lulus
Tahun 2008
3. MA NU Nurul Ulum Jekula Kudus,
Lulus Tahun 2011
4. S1, STAIN Kudus Jurusan Tarbiyah,
Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI),
Angkatan 2011

Demikian riwayat pendidikan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Pati, 1 Februari 2016

Penulis

Muhammad Zainuddin
YAYASAN ABADIYAH KURYOKALANGAN
NOMOR : AHU-499.AH.01.04 Tahun 2009
MADRASAH TSANAWIYAH ABADIYAH
STATUS : TERAKREDITASI A
Jl. Gabus-Tloagoayu Km. 2,5 Kuryokalangan-Gabus-Pati
081325510284 59173

SURAT KETERANGAN
No : MTs.K/B.624/PP.00.05/027/VIII/2015

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Drs. Saiful Islam
Jabatan : Kepala Madrasah Tsanawiyah Abadiyah
Alamat : Sambirejo Gabus

Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa:


Nama : Muhammad Zainuddin
NIM : 111228
Jurusan : Pendidikan Agama Islam STAIN Kudus
Alamat : Ds. Talun Kec. Kaayen Kab. Pati

Nama tersebut diatas adalah benar-benar telah melakukan penelitian skripsi di MTs.
Abadiyah dengan judul skripsi: ”Analisis Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an dalam
Meningkatkan Kefasihan Siswa Pada Kegiatan Pengembangan Diri di MTs Abadiyah
Kuryokalangan Gabus Pati”
Demikian surat keterangan ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Kuryokalangan, 31 Januari 2016


Kepala Madrasah

Drs. Saiful Islam


INSTRUMEN PENELITIAN

A. Pedoman Observasi
Dalam melaksanakan observasi atau pengamatan diamati baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap pelaksanaan program tahfidz Al-
Qur’an dalam meningkatkan kefasihan siswa pada kegiatan pengembangan
diri di MTs Abadiyah Desa Kuryokalangan Kecamatan Gabus Kabupaten Pati.
Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang valid dengan lengkap sehingga
keabsahannya dapat dipertanggungjawabkan. Adapun pelaksanaan observasi
sebagai berikut:
1. Mengamati letak geografis dan kondisi umum MTs. Abadiyah
Kuryokalangan Gabus Pati.
2. Mengamati ruang belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran di
MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati.
3. Mengamati sarana dan prasarana yang tersedia dan pemanfaatannya dalam
proses belajar mengajar di MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati.
4. Mengamati media yang digunakan dalam proses belajar mengajar di MTs.
Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati.
5. Mengamati fasilitas lain yang mendukung proses pembelajaran di MTs.
Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati.

B. Pedoman Wawancara
Dalam melaksanakan wawancara digunakan pertanyaan-pertanyaan yang
telah disusun secara terarah dan sistematis sebagai upaya memperoleh
informasi dan data yang obyektif. Dilakukan wawancara kepada Kepala
Sekolah, Waka Kurikulum, Guru, Siswa, Santri, dan Pengasuh Pondok.
tentang permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan program tahfidz
Al-Qur’an dalam meningkatkan kefasihan siswa pada kegiatan
pengembangan diri di MTs Abadiyah Desa Kuryokalangan Kecamatan Gabus
Kabupaten Pati.
Adapun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam wawancara sebagai
berikut:
1) Wawancara Untuk Kepala Sekolah
1. Bagaimana sejarah adanya program kelas tahfidz itu?
2. Bagaimana cara pelaksanaan tahfidz itu agar siswa meningkatkan
kefasihannya?
3. Bagaimana langkah untuk pengembangan diri siswa dalam
program tahfidz?
4. Apa saja factor pendukung program kelas tahfidz di madrasah?
5. Apa saja factor penghambat program kelas tahfidz di madrasah?
6. Pandangan masyarakat dengan adanya program tahfidz ini
bagaimana?
7. Program tahfidz ini keterkaitan dengan visi misi madrasah
bagaimana?
2) Wawancara Untuk Waka Kurikulum
1. Bagaimana pendapat bapak mengenai pendidikan agama islam
terutama pada program tahfidz di madrasah?
2. Program kelas tahfidz itu ada berapa kelas?
3. Berapa banyak guru yang bertanggung jawab dalam program
tahfidz?
4. Program tahfidz sendiri dalam meningkatkan kefasihan siswa itu
seperti apa?
5. Bagaimana keterkaitan program tahfidz tersebut dengan visi misi
madrasah itu?
6. Bagaimana pelaksanaan program tahfidz tersebut dalam proses
pengembangan diri?
7. Apa pendukung adanya program kelas tahfidz tersebut?
8. Apa penghambat adanya program kelas tahfidz tersebut?
9. Apakah ada jam tersendiri pada program tahfidz tersebut
10. Bagaimana tingkat kefasihan siswa tersebut?
3) Wawancara untuk Guru pengampu tahfidz
1. Bagaimana pelaksanaan program tahfidz di madrasah?
2. Bagaimana cara pelaksanaan tahfidz dalam meningkatkan
kefasihan siswa itu?
3. Proses mengajarnya itu seperti apa?
4. Apakah ada batasan dalam setoran hafalan itu?
5. Bagaimana strategi pembelajaran yang efektif ketika pelaksanaan
program tahfidz tersebut?
6. Bagaimana aktivitas siswa ketika pelaksanaan tahfidz berlangsung?
7. Bagaimana tingkat kemampuan siswa dalam pelaksanaan tahfidz?
8. Bagaimanakah tingkat kemampuan siswa antara yang berada di
pondok dengan siswa yang tidak di pondok?
9. Apakah adanya program tahfidz ini, siswa masih tetap aktif pada
mata pelajaran lain?
10. Bagaimana program tahfidz yang dalam program pengembangan
diri siswa tersebut?
11. Apa saja factor pendukung program tahfidz di Madrasah?
12. Apa saja factor penghambat program tahfidz di Madrasah?
4) Wawancara untuk Pengasuh
1. Apakah di pondok banyak yang menghafalkan Al-Qur’an?
2. Bagaimana kerjasama pondok dengan adanya program kelas
tahfidz di Madrasah?
3. Metode apakah yang efektif dalam pembelajaran tahfidz di
pondok?
4. Bagaimana kefasihan santri dalam menghafal?
5. Apakah ada jadwal tersendiri buat santri yang menghafal?
6. Apa saja penghambat santri dalam menghafal?
5) Wawancara untuk Santri
1. Apa bener adek sambil mondok?
2. Bagaimana keadaan menghafal di pondok?
3. Apakah di pondok juga ada waktu setoran hafalan?
4. Lebih konsentrasi setoran hafalan di pondok apa di Sekolah?
5. Bagaimana hambatan menghafal di pondok?
6. Bagaimana cara adek dalam mengatasi hambatan seperti itu?
7. Bagaimana adek saat mengembangkan hafalan agar tetap fasih?
6) Wawancara untuk Siswa
1. Bagaimana pelaksanaan program tahfidz di kelas?
2. Apa niat pertama adek untuk menghafalkan al-qur’an?
3. Bagaimana keadaan saat menghafal?
4. Bagaimana cara menjaga hafalan yang sudah hafal agar tetap
ingat?
5. Bagaimana cara yang dilakukan dalam meningkatkan kefasihan?
6. Bagaimana pengembangan diri adek dalam menghafal?
7. Apakah penghambat yang adek alami dalam menghafal?

C. Pedoman Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa dokumentasi.
Bentuk data tersebut dapat berupa: RKH, RKM, buku harian, atau dokumen
lainnya. Dalam prosedur pengumpulan data ini memanfaatkan tiga tahap:
1. Tahap orientasi atau penjajagan yang bersifat menyeluruh. Pada tahap ini
diperoleh informasi secara umum mengenai setting-setting penelitian yang
ditentukan peneliti mengenai keadaan lokasi penelitian. Kemudian
dilanjutkan dengan menggali informasi umum mengenai masalah
penelitian.
2. Tahap pencarian data secara terfokus pada permasalahan penelitian. Pada
tahap ini diperoleh sejumlah informasi secara lebih rinci sesuai dengan
fokus yang ditetapkan peneliti.
3. Tahap pengecekan dan keabsahan data dan mengonfirmasi hasil temuan
dari peneliti di lapangan dengan subyek yang berhasil diwawancarai.
Dokumen-dokumen yang dibutuhkan:
a) Berkaitan dengan madrasah
a. Sejarah dan letak geografis madrasah
b. Struktur organisasi madrasah
c. Keadaan guru dan staf
d. Kurikulum madrasah
e. Profil madrasah
f. Data sarana dan prasarana
b) Foto saat wawancara dengan Kepala Sekolah, waka kurikulum, guru,
siswa, pengasuh pondok, dan santri.
c) Foto saat proses pembelajaran
TRANSKRIP WAWANCARA I

Narasumber : Drs. Saiful Islam


Jabatan : Kepala Sekolah MTs Abadiyah
Tanggal Wawancara : 16 Januari 2016
Waktu Wawancara : 09.45 WIB – 10.30 WIB
Tempat : Kantor kepala MTs Abadiyah
Hasil wawancara :
Peneliti Assalamu’alaikum.....
Saiful Wa’alaikum salam warahmatullah...
Islam
Peneliti Maaf pak, boleh minta waktunya sebentar, mengenai tentang
penelitian yang kemarin.
Saiful Oh iya, silahkan mas.
Islam
Peneliti Terimakasih... Langsung saja ya pak.
Begini pak, bagaimana sejarah adanya program kelas tahfidz itu pak?
Saiful Sejarah adanya program ini itu dulunya berasal dari inspirasi K.H.
Islam Abdul Kholiq yang dalam biografinya itu “senantiasa tidur di atas
mushaf al-qur’an“ yaitu ketika yai sedang mengaji al-qur’an itu
sampe tertidur dan keningnya berada di atas al-qur’an yang ada di
hadapan beliau. Dari situ di buat program tahfidz itu, yang di awali
pada tahun ajaran 2010/2011 dan saat itu saya dengan para guru
mengecek siswa yang ingin menghafal al-qur’an. Setelah itu karena
adanya pondok sekitar yang mempunyai program tahfidz dan adanya
para hafidz, kita terinspirasi untuk membuat program tahfidz ini
menjadikan 1 kelompok dalam kelas. Meskipun begitu, awalnya hanya
ada anak 5-7 yang minat untuk menghafalkan al-qur’an. Dari
program ini dari sekolahan memberikan beasiswa yang menghafalkan
al-qur’an. Setelah beberapa tahun berjalan, tahun ajaran baru
2014/2015 waktu pendaftaran kita mengevaluasi untuk anak yang nilai
agamanya bagus kita memanggil orang tuanya untuk meminta izin
anaknya agar masuk kelas program tahfidz. Jadi seperti itu
sejarahnya mas.
Peneliti Ohh, gitu ya pak. Lalu bagaimana cara pelaksanaan tahfidz itu agar
siswa meningkatkan kefasihannya pak?
Saiful Untuk pelaksanaannya kita membuat jam khusus agar anak lebih
Islam focus dalam menghafalkan al-qur’an, yaitu jam pertama dan kedua.
Karena apa kok di taruh pada esok hari, karena pada esok hari anak
masih dalam keadaan fresh. Jadi mereka mudah untuk focus.
Peneliti Seperti itu pak, setelah itu bagaimana langkah untuk pengembangan
diri siswa dalam program tahfidz pak?

Saiful Sebenarnya ya mas, dalam program ini untuk pengembangan diri


Islam anak itu kita menggunakan beasiswa agar mereka termotivasi untuk
berkembang. Dengan mentarjet hafalan 5 juz dalam 1 tahun akan
mendapatkan beasiswa penuh dari sekolahan. Dari sini anak akan
berlomba-lomba dan mengembangkan hafalannya.
Peneliti Lalu apa saja factor pendukung program kelas tahfidz di Madrasah
pak?
Saiful  Minat anak, karena dengan minat anak program ini bisa berjalan.
Islam  Orang tua, karena dari dukungan orang tua anaknya mau masuk
dalam program ini dan orang tua merasa senang.
 Masyarakat sekitar, karena mereka senang adanya program ini
sebab anak karakternya terbentuk.
 Adanya guru tahfidz yang berkompeten.
 Pondok sekitar yang juga mempunyai program tahfidz.
Peneliti Setelah itu apa saja factor penghambat program kelas tahfidz di
Madrasah pak?
Saiful  Penghambat dari diri anak sendiri, yang terkadang muncul rasa
Islam malas, minat melemah, dll.
 Orang tua yang kurang bisa mengajarkan saat di rumah.
 Yang dipondok terombang-ambing terpengaruh dengan temannya.
Peneliti Untuk pandangan masyarakat dengan adanya program tahfidz ini
bagaimana pak?
Saiful Untuk pandangan masyarakat ya positif, karena adanya program ini
Islam orang tua tidak perlu jauh-jauh untuk menjadikan anaknya sebagai
hafidz dan orang tua bisa mengontrol anaknya.
Peneliti Dalam program tahfidz ini keterkaitan dengan visi misi madrasah
bagaimana pak?
Saiful Program ini ya selaras dengan visi misi madrasah, karena dalam
Islam seperti visinya kan ILMU DIDAPAT, TAQWA MELEKAT, MENUJU
MANUSIA BERMARTABAT. Dalam program ini kan anak bisa
menghafal, jadi dapat ilmu. Lalu anak yang menghafal kan pasti jiwa
ketaqwaannya bertambah. Setiap hafidz juga akan bermartabat
dihadapan Allah SWT maupun ditengah-tengah masyarakat.
Peneliti Ohhh, gitu ya pak. Kiranya cukup atas iformasinya pak. Terimakasih
pak...! Maaf mengganggu waktu bapak.
Saiful Tidak apa-apa mas.
Islam
Peneliti Terimakasih banyak atas penjelasan bapak.
Assalamu‘alaikum..
Saiful Walaikumsalam warahmatullah...
Islam

Pati, 16 Januari 2016


Narasumber

Drs. Saiful Islam


TRANSKRIP WAWANCARA II

Narasumber : Imam Ali Ghufron, S. Ag


Jabatan : Waka Kurikulum MTs Abadiyah
Tanggal Wawancara : 14 Januari 2016
Waktu Wawancara : 09.40 WIB – 10.15 WIB
Tempat : Kantor MTs Abadiyah
Hasil wawancara :
Peneliti Assalamu’alaikum.....
Imam Ali Wa’alaikum salam warahmatullah...
Ghufron
Peneliti Maaf pak, boleh minta waktunya sebentar, mengenai tentang
penelitian yang kemarin.
Imam Ali Oh iya, silahkan mas.
Ghufron
Peneliti Terimakasih... Langsung saja ya pak.
Bagaimana pendapat bapak mengenai pendidikan agama islam
terutama pada program tahfidz di madrasah ini?
Imam Ali Secara umum ya, semua madrasah sebenarnya berada di bawah
Ghufron naungan kemenag. Yaitu mencakup mata pelajaran Al-qur’an Hadist,
Fiqih, SKI, Aqidah Akhlak, dan Bahasa Arab. Dengan demikian waktu
pembelajarannya berbeda dengan sekolah SMP. Karena di SMP mata
pelajaran PAI itu hanya ada 2 jam pelajaran, sedangkan di Madrasah
minimal 10 jam pelajaran itupun kalau setiap mata pelajarannya 2
jam. Lalu mengenai program tahfidz di Madrasah ini, itu berawal dari
adanya model Pesantren yang di tambahkan dalam muatan lokal
kajian kitab, seperti: Tafsir, Hadist, Tauhid, dan lain sebagainya.
Adanya banyak pondok sekitar yang menunjang untuk menumbuhkan
program kelas tahfidz.
Peneliti Lalu pada program kelas tahfidz itu ada berapa kelas pak?
Imam Ali Ada 2 kelas mas, yang 1 kelas VII dan yang 1 kelas VIII
Ghufron
Peneliti Ohh... lalu, berapa banyak guru yang bertanggung jawab dalam
program tahfidz tersebut?

Imam Ali Ada 4 guru yang bertanggung jawab dengan adanya kelas Tahfidz.
Ghufron Karena untuk 1 kelas itu di masuki 2 guru dan setiap pertemuan
dibagi menjadi 2.
Peneliti Emm, setelah itu lalu untuk program tahfidz sendiri dalam
meningkatkan kefasihan siswa itu seperti apa pak?
Imam Ali Program tahfidz dalam kelas sangat praktis untuk meningkatkan
Ghufron kefasihan siswa dalam melafalkan al-qur’an. Sehingga program kelas
tahfidz ini banyak diterima dari berbagai kalangan masyarakat.
Diantara keunggulan program ini yaitu menitik beratkan
keterampilan membaca dan melafalkan hafalan yang fasih. Prinsip
dasar yang harus dimiliki bagi guru diantaranya: a) Tidak boleh
menuntun, yakni dalam mengajar saat program tahfidz berlangsung,
guru tidak diperbolehkan menuntun namun hanya sebagai
pembimbing. b) Teliti, Waspada dan Tegas, yakni dalam mengajar
ilmu baca Al-Quran sangatlah dibutuhkan ketelitian dan
kewaspadaan seorang guru. Sebab akan sangat berpengaruh atas
kefasihan dan kebenaran murid dalam menyetorkan hafalannya.
Peneliti Berarti begitu ya pak.. Lalu keterkaitan program tahfidz tersebut
dengan visi misi Madrasah itu bagaimana pak?
Imam Ali Begini ya mas, pada misi madrasah kan ada kata ”Potensi yang
Ghufron dimiliki“ dari situlah kami memasukkan program tahfidz ini di
Madrasah. Karena dari potensi yang dimiliki anak ada yang
mempunyai minat menghafal.
Peneliti Emmm... lalu bagaimana pelaksanaan program tahfidz tersebut dalam
proses pengembangan diri pak?
Imam Ali Membuat struktur kurikulum yang berbeda dengan kelas yang lain,
Ghufron untuk kelas tahfidz ini juga sama dari Kemenag tapi ditambahkan
dengan mata pelajaran tahfidz. Cuma di kelas tahfidz tidak ada
muatan lokal tentang kitab-kitab. Jadi siswa tidak terbebani banyak
pelajaran dan akan lebih fokus mengembangkan dirinya di hafalan al-
qur’an.
Peneliti Oh begitu pak,... lalu apa pendukung adanya program kelas tahfidz
tersebut pak?
Imam Ali Untuk pendukung adanya program kelas tahfidz ini itu terutama dari
Ghufron wali murid dan pondok mas. Karena wali murid menjadi support bagi
siswa untuk masuk di kelas tahfidz dan mendukung dengan program
tahfidz ini. Dan sebagian pengasuh pondok pesantren sekitar sini itu
mengajar di sini juga. Jadi bisa bekerjasama saling mengontrol siswa.
Peneliti Kemudian, apa penghambat adanya program kelas tahfidz tersebut
pak?
Imam Ali Penghambatannya itu variatif mas. Ada karena kemauan anak dengan
Ghufron orang tua yang tidak singkron, karena jarak tempuh siswa yang
mengharuskan dirinya agar mondok tapi kalau tidak kuat kan pindah.
Lalu kita tidak bisa mentarjetnya dengan ketat karena tidak bisa
mengawasinya 24 jam. Karena belum adanya asrama sendiri di
Madrasah. Dan juga terkadang melatih anak untuk membaca al-
qur’an agar lancar dahulu.
Peneliti Ohhh... Lalu apakah ada jam tersendiri pada program tahfidz tersebut
pak?
Imam Ali Ada mas, yaitu 2 jam awal setiap pagi.
Ghufron
Peneliti Setelah adanya program kelas tahfidz, bagaimana tingkat kefasihan
siswa tersebut pak?
Imam Ali Setelah adanya program tersebut ya tingkat kefasihan siswa
Ghufron meningkat pesat dan antusias masyarakat juga wali murid lebih baik
dengan adanya program tersebut.
Peneliti Ohhh, gitu ya pak. Kiranya cukup atas iformasinya pak. Terimakasih
pak...! Maaf mengganggu waktu bapak.
Imam Ali Iya, enggak apa-apa kok mas.
Ghufron
Peneliti Terimakasih banyak atas penjelasan bapak.
Assalamu‘alaikum..
Imam Ali Walaikumsalam warahmatullah...
Ghufron

Pati, 14 Januari 2016


Narasumber

Imam Ali Ghufron, S. Ag


TRANSKRIP WAWANCARA III

Narasumber : Irham Syaifuddin, S. Pd.i


Jabatan : Guru pengampu tahfidz
Tanggal Wawancara : 17 Januari 2016
Waktu Wawancara : 09.25 WIB – 10.10 WIB
Tempat : Kantor MTs Abadiyah
Hasil wawancara :
Peneliti Assalamu’alaikum.....
Irham Wa’alaikum salam warahmatullah...
Syaifuddin
Peneliti Maaf pak, boleh minta waktunya sebentar, mengenai tentang
penelitian yang kemarin.
Irham Oh iya, silahkan mas.
Syaifuddin
Peneliti Terimakasih... Langsung saja ya pak.
Bagaimana pelaksanaan program tahfidz di madrasah ini pak?
Irham Dalam pelaksanaan program tahfidz yaitu melalui jalur kelas khusus
Syaifuddin tahfidz, jadi dalam 1 kelas ini semuanya tahfidz semua yang terdiri
dari siswa/i yang berjumlah 27 anak. Kegiatan tahfidz dilaksanakan
setiap pagi, selama 2 jam pelajaran kurang lebihnya 80 menit.
Peneliti Lalu bagaimana cara pelaksanaan tahfidz dalam meningkatkan
kefasihan siswa itu pak?
Irham Sebelum setoran hafalan, anak-anak diajak untuk membaca
Syaifuddin bersama-sama dahulu setelah itu mereka setoran hafalannya satu
persatu.
Peneliti Setelah itu proses mengajarnya itu seperti apa pak?
Irham Dalam program ini, terdapat belajar mengajar secara Talaqqi dan
Syaifuddin Musyafahah. Talaqqi artinya belajar secara langsung dari seorang
guru yang sanadnya sampai kepada Rasulullah SAW. Musyafahah
artinya proses belajar mengajar dengan cara berhadap- hadapan
antara guru dan murid, murid melihat langsung contoh bacaan dari
seorang guru dan guru melihat pelafalan murid apakah sudah benar
atau belum. Jadi dengan belajar mengajar secara Talaqqi dan
Musyafahah bacaan Al-Quran dapat terjaga dan terjamin
kebenarannya. Sehingga bacaan Al-Quran sesuai dengan bacaan
Al-Quran Nabi Muhammad SAW.
Peneliti Ohhhh…. Terus apakah ada batasan dalam setoran hafalan itu pak?

Irham Tidak ada, itu sesuai kemampuan anak. Akan tetapi sekolahan
Syaifuddin menyediakan beasiswa bagi anak yang mampu mendapatkan
hafalan 5 juz dalam 1 tahun.
Peneliti Bagaimana strategi pembelajaran yang efektif ketika pelaksanaan
program tahfidz tersebut pak?
Irham Anak dikasih tarjet hafalan di rumah atau di pondok dan
Syaifuddin mengulang-ulangnya agar lancar. Tarjet ini di tujukan agar anak
bisa terarah dalam hafalannya.
Peneliti Lalu bagaimana aktivitas siswa ketika pelaksanaan tahfidz
berlangsung pak?
Irham Alhamdulillah mereka saat pelaksanaan berlangsung mereka pada
Syaifuddin khusu‘. Mereka juga saling menyimak dengan temannya dan
mengulang-ulangnya.
Peneliti Setelah itu bagaimana tingkat kemampuan siswa dalam pelaksanaan
tahfidz pak?
Irham Berbeda-beda, tergantung dasar atau kemampuan awal anak. Tapi
Syaifuddin dengan ketekunan dan kesungguhan mereka akhirnya saling
berlomba-lomba memperbanyak hafalan
Peneliti Bagaimanaka tingkat kemampuan siswa antara yang berada di
pondok dengan siswa yang tidak di pondok pak?
Irham Untuk soal itu relative, ketika di pondok anak tekun insya’allah
Syaifuddin kemampuannya lebih baik dari pada yang di rumah. Tetapi ketika
anak yang di rumah dibimbing orang tua yang ahli qur’an,
kemampuan anak bisa setara dengan yang mondok. Akan tetapi ada
1 atau 2 anak yang tidak mondok itu melebihi anak yang mondok.
Peneliti Lalu apakah adanya program tahfidz ini, siswa masih tetap aktif pada
mata pelajaran lain pak?
Irham Jelas masih, malahan memudahkan buat mereka untuk aktif
Syaifuddin khususnya dalam pelajaran PAI, dan mempertajam hafalan dalam
pelajaran lain.

Peneliti Ohhh, lalu bagaimana program tahfidz yang dalam program


pengembangan diri siswa tersebut pak?

Irham Dengan bimbingan guru waktu di sekolah dan di pondok mereka


Syaifuddin bisa berkembang. Dan untuk anak yang ikut program tahfidz tidak
diperbolehkan ikut extrakurikuler, karena agar anak focus pada
tahfidz. Serta adanya motivasi dari orang-orang sekitar menjadikan
mereka tekun mengulang-ulang hafalannya.
Peneliti Apa saja factor pendukung program tahfidz di Madrasah pak?

Irham Kekuatan anak untuk memantapkan hati dalam menghafal al-qur’an


Syaifuddin dari mulai niat, tujuan, sumber motivasi, karakter pribadi, dan
ketersediaan sumber dukungan. Setelah anak bisa memantapkan
hatinya untuk itu semua, maka dalam proses pelaksanaan program
ini anak akan mengerti bagaimana caranya membuat keadaan
menjadi tenang dan teman yang lain tidak terganggu. Dari situlah
pelaksanaan program ini berjalan dengan lancar dan kondusip. Dan
juga factor lain yaitu 1. Banyaknya pondok sekitar yang
memfokuskan untuk hafalan. 2. Adanya jam khusus tahfidz. 3.
Adanya banyak guru yang hafal al-qur’an.
Peneliti Lalu apa saja factor penghambat program tahfidz di Madrasah itu
pak?

Irham Kurangnya peran orang tua waktu anak di rumah, menjadikan anak
Syaifuddin timbul rasa malas.

Peneliti Ohhh, gitu ya pak. Kiranya cukup atas iformasinya pak. Terimakasih
pak...! Maaf mengganggu waktu bapak.
Irham Iya, enggak apa-apa kok mas.
Syaifuddin
Peneliti Terimakasih banyak atas penjelasan bapak.
Assalamu‘alaikum..
Irham Walaikumsalam warahmatullah...
Syaifuddin

Pati, 17 Januari 2016


Narasumber

Irham Syaifuddin, S. Pd.i


TRANSKRIP WAWANCARA IV

Narasumber : Irham Syaifuddin, S. Pd.i


Jabatan : Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum
Tanggal Wawancara : 18 Januari 2016
Waktu Wawancara : 10.15 WIB – 10.45 WIB
Tempat : Kantor MTs Abadiyah
Hasil wawancara :
Peneliti Assalamu’alaikum.....
Irham Wa’alaikum salam warahmatullah...
Syaifuddin
Peneliti Maaf pak, boleh minta waktunya sebentar, mengenai penelitian di
Madrasah dan saya ingin bertanya sedikit tentang tahfidz pak.
Irham Oh iya, silahkan mas.
Syaifuddin
Peneliti Terimakasih... Langsung saja ya pak.
Apakah di pondok banyak yang menghafalkan Al-Qur’an?
Irham Ya tidak banyak, karena ya gak khusus pondok tahfidz. Cuma
Syaifuddin membuka untuk anak yang ingin menghafalkan al-qur’an.
Peneliti Bagaimana kerjasama pondok dengan adanya program kelas tahfidz
di Madrasah pak?
Irham Untuk kerjasamanya pondok dengan program tahfidz di Madrasah
Syaifuddin sangat setuju, kan bisa saling mengontrol anak yang menghafalkan
al-qur’an.
Peneliti Metode apakah yang efektif dalam pembelajaran tahfidz di pondok
pak?
Irham Dalam setoran hafalan dilakukan secara bergantian, karena metode
Syaifuddin yang digunakan yaitu metode face to face untuk mengetahui santri-
santri dalam menghafal makhroj (olah vocal).
Peneliti Lalu bagaimana kefasihan santri dalam menghafal pak?
Irham Kefasihan santri dalam membaca al-Qur’an ini tergolong
Syaifuddin memuaskan, karena dari adanya program tahfidz di madrasah
sangat membantu santri untuk meningkatkan kefasihan hafalannya
di pondok. Dan juga mampu menerapkan dan memahami macam-
macam bacaan tajwid yang diajarkan di pondok maupun di
madrasah.
Peneliti Apakah ada jadwal tersendiri buat santri yang menghafal pak?
Irham Untuk santri yang menghafalkan al-qur’an setorannya itu setelah
Syaifuddin isya‘, karena untuk setelah magrib itu ngaji untuk yang tidak
menghafal. Jadi saat setelah magrib santri yang menghafalkan al-
qur’an itu bisa nderes hafalannya sambil menunggu waktu isya‘ dan
tidak terganggu oleh santri yang lain.
Peneliti Lalu apa saja penghambat santri dalam menghafal?
Irham Untuk hambatan santri itu terpengaruh dengan teman, kadang juga
Syaifuddin saat mereka kangen dengan orang tua.
Peneliti Ohhh, gitu ya pak. Kiranya cukup atas iformasinya pak. Terimakasih
pak...! Maaf mengganggu waktu bapak.
Irham Iya, enggak apa-apa kok mas.
Syaifuddin
Peneliti Terimakasih banyak atas penjelasan bapak.
Assalamu‘alaikum..
Irham Walaikumsalam warahmatullah...
Syaifuddin

Pati, 18 Januari 2016


Narasumber

Irham Syaifuddin, S. Pd.i


TRANSKRIP WAWANCARA V

Narasumber : Hadlroh Nur Muazzaroh


Kelas : Santriwati pondok pesantren Bahrul Ulum
Tanggal Wawancara : 18 Januari 2016
Waktu Wawancara : 09.25 WIB – 09.40 WIB
Tempat : Ruang Kelas VII
Hasil wawancara :
Peneliti Assalamu’alaikum.....
Hadlroh Nur M. Wa’alaikum salam warahmatullah...
Peneliti Maaf dek, boleh minta waktunya sebentar?
Hadlroh Nur M. Ada apa ya mas?
Peneliti Ini dek, saya mau wawancara sedikit dengan adek tentang
program tahfidz.
Hadlroh Nur M. Ohh… iya silahkan mas.
Peneliti Apa bener adek sambil mondok?

Hadlroh Nur M. Iya mas.

Peneliti Ngomong-ngomong bagaimana keadaan menghafal di pondok


dek?
Hadlroh Nur M. Keadaannya baik, biasanya yang tahfidz itu menghafalnya
setelah magrib, dikarenakan kalau setelah magrib, anak-anak
kitab itu ngaji di Musholla. Jadinya di kamar itu sepi dan
bagus buat konsentrasi.
Peneliti Lalu, apakah di pondok juga ada waktu setoran hafalan?
Hadlroh Nur M. Ada mas, sesudah isya‘
Peneliti Lebih konsentrasi setoran hafalan di pondok apa di Sekolah
dek?
Hadlroh Nur M. Di Pondok
Peneliti Oh.. lalu bagaimana hambatan menghafal di pondok?
Hadlroh Nur M. Kendala di pondok yaitu: benyak teman di pondok dan biasanya
mereka ramai sehingga mengganggu konsentrasi. Biasanya
kangen sama keluarga, males, bosen, dll.
Peneliti Yang sabar ya dek, pasti ada hikmahnya kok. Lalu bagaimaa
cara adek dalam mengatasi hambatan seperti itu?
Hadlroh Nur M. Kuncinya kita dalam menghafal harus sabar, rajin nderes kalu
udah gitu insya’allah ngafalinnya jadi cepet. Disamping usaha
juga berdo’a, minta sama Allah biar dimudahkan dalam
menghafalkan al-qur’an, dan juga minta ijin kepada orang tua
agar di do’akan juga.
Peneliti Setelah itu bagaimana adek saat mengembangkan hafalan agar
tetap fasih?
Hadlroh Nur M. Dengan menderesnya setiap hari atau mengulang-ulang
kembali bacaannya.
Peneliti Ohhh, gitu ya dek. Ya sudah kalau begitu. Terimakasih ya
dek...! Maaf mengganggu waktu istirahatnya.
Hadlroh Nur M. Enggak apa-apa kok mas.
Peneliti Assalamu‘alaikum..
Hadlroh Nur M. Walaikumsalam warahmatullah...

Pati, 18 Januari 2016


Narasumber

Hadlroh Nur Muazzaroh


TRANSKRIP WAWANCARA VI

Narasumber : Erlina Nur Safa’ah


Kelas : VII
Tanggal Wawancara : 18 Januari 2016
Waktu Wawancara : 09.40 WIB – 09.55 WIB
Tempat : Ruang Kelas VII
Hasil wawancara :
Peneliti Assalamu’alaikum.....
Erlina Nur S. Wa’alaikum salam warahmatullah...
Peneliti Maaf dek, boleh minta waktunya sebentar?
Erlina Nur S. Ada apa ya mas?
Peneliti Ini dek, saya mau wawancara sedikit dengan adek tentang program
tahfidz.
Erlina Nur S. Ohh… iya silahkan mas.
Peneliti Bagaimana pelaksanaan program tahfidz di kelas dek?

Erlina Nur S. Pelaksanaan program kelas tahfidz di sekolah ini sangat bagus.

Peneliti Lalu, apa niat pertama adek untuk menghafalkan al-qur’an?


Erlina Nur S. Niat pertama unutk masuk kelas tahfidz untuk menjadi penghafal
al-qur’an dan bisa memberi manfa’at untuk orang tua dihari
kiamat.
Peneliti Super sekali... terus bagaimana keadaan saat menghafal?
Erlina Nur S. Sebelum setoran kepada guru, saya nderes dulu agar lancar. Tapi
saat nderespun saya tidak berani bersuara karena takut
menggangu teman yang lain, dan juga takut dibilang gaya. Saya
sendiri pun merasa terganggu kalau ada teman yang nderesnya
dengan bersuara.
Peneliti Ohh, bagaimana cara menjaga hafalan yang sudah hafal agar tetap
ingat?
Erlina Nur S. Untuk menjaga hafalan saya semakan lagi dengan orang tua atau
teman dan dideres atau diulang-ulang.
Peneliti Bagaimana cara yang adek lakukan dalam meningkatkan
kefasihan?
Erlina Nur S. Saya membaca dengan mengeluarkan suara dulu, dan diulang-
ulang kepada orang yang fasih dalam melafalkan al-qur’an,
dibacanya dengan pela-pelan dan jangan cepet-cepet. Lebih baik
lagi secara tartil dan tajwidnya juga pas. Selalu nderes terus biar
tambah lancar, fasih, dan tidak lupa.
Peneliti Bagaimana pengembangan diri adek dalam menghafal?
Erlina Nur S. Saya cuma minta dido’akan sama orang tua agar giat dan lancar
menghafalkannya. Karena dukungan mereka saya semangat, dan
selalu nderes agar lancar. Lebih suka semakan sama orang tua
dan teman-teman agar lebih bertambah hafalanku.
Peneliti Lalu, apakah penghambat yang adek alami dalam menghafal?
Erlina Nur S. Penghambat dalam menghafal bagi saya itu, televisi, bermain
yang sampe lupa waktu, dan tugas yang berlebihan.
Peneliti Ohhh, gitu ya dek. Ya sudah kalau begitu. Terimakasih ya dek...!
Maaf mengganggu waktu istirahatnya.
Erlina Nur S. Enggak apa-apa kok mas.
Peneliti Assalamu‘alaikum..
Erlina Nur S. Walaikumsalam warahmatullah...

Pati, 18 Januari 2016


Narasumber

Erlina Nur Safa’ah


TRANSKRIP WAWANCARA VII

Narasumber : Nurul Latifatus Sa’adah


Kelas : VII
Tanggal Wawancara : 18 Januari 2016
Waktu Wawancara : 09.00 WIB – 09.15 WIB
Tempat : Ruang Kelas VII
Hasil wawancara :
Peneliti Assalamu’alaikum.....
Nurul L. S. Wa’alaikum salam warahmatullah...
Peneliti Maaf dek, boleh minta waktunya sebentar?
Nurul L. S. Ada apa ya mas?
Peneliti Ini dek, saya mau wawancara sedikit dengan adek tentang program
tahfidz.
Nurul L. S. Ohh… iya silahkan mas.
Peneliti Menurut adek bagaimana pelaksanaan program tahfidz di kelas?

Nurul L. S. Programnya baik dan sangat menantang, karena programnya 1


tahun harus mendapat 5 juz agar dapat memenuhi syarat
mendapatkan beasiswa dari sekolahan.
Peneliti Lha terus apa niat pertama untuk menghafalkan al-qur’an?
Nurul L. S. Menghafalkan al-qur’an untuk orang tua, agar mereka bangga dan
membahagiakan mereka kelak di akhirat. Masuk kelas tahfidz
adalah salah satu keinginan terbesar orang tuaku, jadi saya
berusaha mewujudkannya.
Peneliti Lalu, bagaimana kondisi saat menghafal?
Nurul L. S. Kadang semangat, kadang juga malas, karena setan selalu
mengganggu saat lagi menghafal, tapi selalu ingat akan tarjet 5 juz
buat orang tua.
Peneliti Terus bagaimana cara adek menjaga hafalan yang sudah hafal agar
tetap ingat?
Nurul L. S. Dengan muroja’ah setiap ada waktu tenggang, mengulanginya lagi
saat selesai setoran.
Peneliti Bagaimana cara yang adek lakukan dalam meningkatkan kefasihan?
Nurul L. S. Membaca terus, belajar tentang tajwid agar tambah tau mahrojnya
dan mengenal hokum-hukum bacaan tajwid.
Peneliti Ohhhh.... lalu bagaimana untuk pengembangan diri dalam
menghafal?
Nurul L. S. Menggunakan lagu-lagu bersama-sama dengan teman, tadarus
bersama setiap pagi sebelum setoran hafalan.
Peneliti Lalu apakah penghambat adek dalam menghafal?
Nurul L. S. 1. Televisi, karena saya di rumah maka saya masih tergoda
dengan acara-acaranya.
2. Ngantuk, penyakit kalau lagi menghafal (diganggu setan) kalau
kelelahan terus ngantuk dech.
3. Waktu yang terbatas, karena belum efektif dalam membagi
waktu (antara belajar, menghafal, tidur, nonton TV, dan makan)
Peneliti Ohhh, gitu ya dek. Ya sudah kalau begitu. Terimakasih ya dek...!
Tetap semangat, semoga sukses.
Nurul L. S. Amin, makasih mas.
Peneliti Sama-sama dek.
Assalamu‘alaikum..
Nurul L. S. Walaikumsalam warahmatullah...

Pati, 18 Januari 2016


Narasumber

Nurul Latifatus Sa’adah


DOKUMENTASI FOTO

Wawancara dengan Kepala Sekolah MTs Abadiyah

Wawancara dengan Waka Kurikulum MTs Abadiyah


Wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum dan juga Guru
Pengampu Tahfidz

Wawancara dengan Nurul Latifatus Sa’adah siswi kelas VII


Wawancara dengan Erlina Nur Safa’ah siswi kelas VII

Wawancara dengan Hadlroh Nur Muazzaroh santriwati pondok Bahrul Ulum


Pelaksanaan Program Tahfidz (Setoran Hafalan)

Pelaksanaan Program Tahfidz (Setoran Hafalan)


Proses sebelum Setoran (Nderes dengan Semaan)

Proses sebelum Setoran (Nderes dengan Semaan)

Anda mungkin juga menyukai