Anda di halaman 1dari 125

EFEKTIVITAS METODE MURAJAAH

UNTUK MENGATASI INTERFERENSI RETROAKTIF


DALAM MENGHAFAL AL-QUR’AN
DI PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN DARUSSYAFA’AH
SILIRAGUNG-BANYUWANGI

SKRIPSI

Diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Jember


untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Program Studi Agama Islam

Oleh:

NAILUS SYAFAAH
NIM. T20161167

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
SEPTEMBER 2020

i
EFEKTIVITAS METODE MURAJAAH
UNTUK MENGATASI INTERFERENSI RETROAKTIF
DALAM MENGHAFAL AL-QUR’AN
DI PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN DARUSSYAFA’AH
SILIRAGUNG-BANYUWANGI

SKRIPSI

Diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Jember


untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Program Studi Agama Islam

Oleh:
NAILUS SYAFAAH
NIM. T20161167

Disetujui Pembimbing

Dr. H. Matkur, S.Pd.I, M.Si


NIP. 198106022005011003

ii
EFEKTIVITAS METODE MURAJAAH
UNTUK MENGATASI INTERFERENSI RETROAKTIF
DALAM MENGHAFAL AL-QUR’AN
DI PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN DARUSSYAFA’AH
SILIRAGUNG-BANYUWANGI
SKRIPSI
Telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Program Studi Agama Islam

Hari : Selasa
Tanggal : 8 September 2020
Tim Penguji:

Ketua Sekretaris

Drs. H. D. Fajar Ahwa, M.Pd.I Rosita Fitrah Dewi, S.Pd., M.Si


NIP. 196502211991031003 NIP. 198703162019032005

Anggota:
1. Dr. H. Abd. Muhith, M.Pd.I ( )

2. Dr. H. Matkur, S.Pd., M.Si ( )

Menyetujui,
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd,I


NIP. 196405111999032001

iii
MOTTO

       

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami

benar-benar memeliharanya” (QS. Al-Hijr (15) : 9)

‫ إِ ْن‬،‫اْلبِ ِل الْ ُم َع َّقلَ ِة‬


ِْ ‫ب‬ ِ ‫آن َكمثَ ِل ص‬
ِ ‫اح‬ ِ ِ ‫قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم إِمِّنَا مثَل ص‬
ِ ‫اح‬
َ َ ‫ب الْ ُق ْر‬ َ ُ َ

ْ َ‫ َو إِ ْن أَطْلَ َق َها َذ َهب‬،‫عاه َدهاَ َعلَْي َها أ َْم َس َك َها‬


)‫ت (البخاري‬ َ

“Perumpamaan orang yang hafal al-Qur’an adalah seperti pemilik unta yang

terikat. Jika ia terus menjaganya, maka ia dapat terus memegangnya. Dan, jika ia

melepaskannya maka ia akan segera pergi” (HR. Bukhori)


Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Special for Waman (Bandung: Sygma
exagrafika, 2007), 262.

Abu Abdillah Muhammad al-Bukhari, Shahih al-Bukhari (Beirut: Dar Ibn Katsir, 1987), 1920.

iv
PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas karunia serta kemudahan yang Engkau

berikan. Dengan segala usaha, tekad dan iringan doa akhirnya skripsi ini dapat

terwujud. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada baginda

Rasulullah Saw. sebuah anugerah terindah ketika dapat mempersembahkan karya

ini kepada orang-orang terkasih.

1. Bapak Muhyidin dan Ibu Siti Muawanah

Untuk Abah dan Ibuk, kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda

baktiku, hormatku dan rasa terimakasihku tiada terkira. Berkat curahan

kasih sayang, doa yang tak pernah putus asa dan ikhtiarmu yang tak kenal

lelah, akhirnya putrimu dapat melewatinya. Semoga ini menjadi langkah

awal untuk membuat Abah dan Ibuk bahagia.

2. Adik-adikku Tercinta

Nur Maya Badriyatus Zamro dan Muh. Farisqi Maulana, tiada hari yang

paling mengharukan saat kita berkumpul bersama. Terimakasih atas doa-doa

dan dorongan sehingga aku bisa menjadi seperti sekarang ini. Semoga ilmu

yang didapat bisa bermanfaat dan Barokah.

3. Semua Sahabat

Terimakasih kepada yang selalu setia menemani, menasehati, memotivasi

dan mendoakan penuh. Tanpa semangat dan bantuan kalian semua tak akan

mungkin aku sampai disini.

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah Swt. yang telah melimpahkan

rahmat, taufiq dan hidayah-Nya. Akhirnya, penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini dengan baik walaupun didalamnya masih terdapat banyak

kesalahan dan kekurangan.

Shalawat, salam, rindu dan doa penulis haturkan kepada beliau baginda

Nabi Muhammad Saw. yang telah membawa risalah yang penuh dengan ilmu

pengetahuan, khusunya ilmu-ilmu keislaman, sehingga menjadi bekal hidup kita

baik didunia maupun diakhirat.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kata sempurna, hal ini disebabkan keterbatasan yang ada pada penulis. Ucapan

terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan

pengarahan, bimbingan dan bantuan apapun yag diberikan oleh berbagai pihak.

Ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis sampaikan

kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM. selaku Rektor IAIN Jember yang

telah memberikan kesempatan kepada saya untuk melakukan penelitian.

2. Dr. Hj. Mukniah, M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan yang senantiasa membimbing dan memberikan memotivasi.

3. Drs. H. D. Fajar Ahwa, M.Pd.I. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang senatiasa

memberi dukungan dan nasihat kepada peneliti.

vi
4. Dr. H. Matkur, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan

meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan

dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. KH. Ahmad Zakariya Al-Hafidz selaku pengasuh Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah yang telah bersedia memberi izin tempat

bagi penulis untuk melaksanakan penelitian.

6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberi

dukungan kepada penulis dalam bentuk doa atau apapun dalam proses

penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Pada mereka semua, penulis tidak dapat memberikan apa-apa selain

untaian rasa terimakasih yang tulus dengan diiringi doa-doa. Semoga Allah

Swt. membalas dan melipat gandakan kebaikan mereka semua dan

menjadikannya amalan yang dapat bermanfaat dihari perhitungan kelak.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai

kesempurnaan. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami

harapkan dan kami terima dengan tangan terbuka. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis dan khususnya bagi pembaca pada umumnya.

Aamiin..

Jember, 4 Juni 2020


Penulis,

Nailus Syafaah
NIM. T201161167

vii
ABSTRAK

Nailus Syafaah, 2020: Efektivitas Metode Murajaah Untuk Mengatasi


Interferensi Retroaktif Dalam Menghafal Al-Qur’an Di Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah Siliragung-Banyuwangi.
Kata kunci: Metode Murajaah, Interferensi Retroaktif dalam menghafal al-
Qur’an.
Menghafal al-Qur’an merupakan salah satu ibadah yang sangat mulia,
bahkan orang yang mampu menghafal hingga sempurna 30 Juz, 114 surat maka ia
termasuk orang-orang pilihan. Menghafal bukan suatu hal yang mudah. Terdapat
banyak sekali ayat al-Qur’an yang serupa didalamnya, menyebabkan sulitnya
mencari ayat hafalan yang sudah ada didalam memori, kondisi ini disebut
Interferensi Retroaktif. Problematika Interferensi Retroaktif ini dapat
mempengaruhi sulitnya seseorang untuk menambah hafalannya, untuk itu perlu
metode untuk mengatasinya yakni metode Murajaah.
Fokus masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah: (1) Bagaimana
penerapan metode Murajaah di PPTQ Darussyafa’ah Siliragung-Banyuwangi? (2)
Bagaimana problematika Interferensi Retroaktif dalam menghafal al-Qur’an di
PPTQ Darussyafa’ah Siliragung-Banyuwangi? (3) Bagaimana efektivitas metode
Murajaah untuk mengatasi Interferensi Retroaktif dalam menghafal al-Qur’an di
PPTQ Darussyafa’ah Siliragung-Banyuwangi?
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui penerapan metode
Murajaah di PPTQ Darussyafa’ah Siliragung-Banyuwangi, (2) Untuk mengetahui
problematika Interferensi Retroaktif dalam menghafal al-Qur’an di PPTQ
Darussyafa’ah Siliragung-Banyuwangi, (3) Untuk mengetahui efektivitas metode
Murajaah untuk mengatasi Interferensi Retroaktif dalam menghafal al-Qur’an di
PPTQ Darussyafa’ah Siliragung-Banyuwangi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, jenis
penelitiannya yaitu jenis penelitian lapangan. Tehnik penentuan subjek ini adalah
purposive. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif model Milles dan Huberman. Teknik pengujian keabsahan
data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik
Hasil penelitian ini adalah: (1) Penerapan metode Murajaah di PPTQ
Darussyafa’ah Siliragung-Banyuwangi dalam pelaksanaanya dilakukan secara
terbimbing, dan dalam penyetoran murajaah terbagi menjadi empat
pengelompokan, yakni Murajaah dihadapan pengasuh, ustadzah, bersama-sama,
dan sendiri. (2) Problematika Interferensi Retroaktif santri di PPTQ Darussyafa’ah
Siliragung-Banyuwangi menurut hasil penelitian, gangguan antar santri hampir
sama rata, yaitu karena tingkat kefokusan santri yang kurang, keterbatasan waktu,
kurangnya intensitas Murajaah, dan faktor malas. (3) Metode Murajaah dalam
mengatasi Interferensi Retroaktif dalam menghafal al-Qur’an santri di PPTQ
Siliragung-Banyuwangi menurut hasil penelitian, dikategorikan signifikan dan
efektif. Hal ini dapat dibuktikan dengan kemampuan menghafal yang dapat
menempuh waktu tiga tahun untuk mengkhatamkan al-Qur’an.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

MOTTO ......................................................................................................... iv

PERSEMBAHAN .......................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................... vi

ABSTRAK ..................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Konteks Penelitian ............................................................................ 1

B. Fokus Penelitian ................................................................................ 6

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8

E. Definisi Istilah ................................................................................... 9

F. Sistematika Pembahasan ................................................................... 10

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ............................................................ 12

A. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 12

B. Kajian Teori ...................................................................................... 17

1. Deskripsi Efektivitas .................................................................... 18

2. Metode Murajaah ......................................................................... 20

3. Interferensi Retroaktif .................................................................. 25

ix
4. Menghafal Al-Qur’an ................................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 48

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ....................................................... 48

B. Lokasi Penelitian ............................................................................... 49

C. Subyek Penelitian .............................................................................. 50

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 51

E. Analisis Data ..................................................................................... 54

F. Keabsahan Data ................................................................................ 56

G. Tahap-tahap Penelitian ...................................................................... 57

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ......................................... 59

A. Gambaran Obyek Penelitian ............................................................. 59

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an

Darussyafa’ah Siliragung-Banyuwangi ........................................ 59

2. Letak Geografis Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an

Darussyafa’ah Siliragung-Banyuwangi ........................................ 60

3. Visi Dan Misi Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an

Darussyafa’ah Siliragung-Banyuwangi ........................................ 61

4. Struktur Kepengurusan Santri (putri) Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah Siliragung-

Banyuwangi .................................................................................. 61

5. Kondisi Santri (putri) Pondok Pesantren Tahfidzul

Qur’an Darussyafa’ah Siliragung-Banyuwangi ........................... 63

x
6. Jadwal Pelaksanaan Murajaah Santri (putri) di Pondok

Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah Siliragung-

Banyuwangi .................................................................................. 64

7. Kegiatan Santri (putri) Pondok Pesantren Tahfidzul

Qur’an Darussyafa’ah Siliragung-Banyuwangi ........................... 64

8. Sarana Prasarana di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an

Darussyafa’ah Siliragung-Banyuwangi ........................................ 66

B. Penyajian Data dan Analisis ............................................................. 68

1. Penerapan metode Murajaah dalam menghafal al-Qur’an di

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah Siliragung-

Banyuwangi .................................................................................. 68

2. Problematika Interferensi Retroaktif dalam menghafal

al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an

Darussyafa’ah Siliragung-Banyuwangi ........................................ 77

3. Efektivitas metode Murajaah untuk mengatasi

Interferensi Retroaktif dalam menghafal al-Qur’an di

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah

Siliragung-Banyuwangi ................................................................ 83

C. Pembahasan Temuan ........................................................................ 87

1. Penerapan metode Murajaah dalam menghafal al-Qur’an di

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah Siliragung-

Banyuwangi ................................................................................... 90

xi
2. Problematika Interferensi Retroaktif dalam meghafal

Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an

Darussyafa’ah Siliragung-Banyuwangi ........................................ 92

3. Efektivitas metode Murajaah untuk mengatasi Interferensi

Retroaktif dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah Siliragung-Banyuwangi ........... 94

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 96

A. Kesimpulan ....................................................................................... 96

B. Saran ................................................................................................. 97

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 99

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 Pernyataan Keaslian Tulisan

Lampiran 2 Matrik Penelitian

Lampiran 3 Pedoman Penelitian

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian

Lampiran 5 Jurnal Penelitian

Lampiran 6 Surat Selesai Penelitian

Lampiran 7 Dokumentasi Foto Penelitian

Lampiran 8 Biodata Penulis

xii
DAFTAR TABEL

No. Uraian Hal

2.1 Persamaan dan Perbedaan Kajian Terdahulu ..................................... 15

4.1 Struktur Kepengurusan Santri Putri .................................................. 62

4.2 Jadwal Kegiatan Santri Putri .............................................................. 65

4.3 Sarana Prasarana Asrama Putri .......................................................... 67

4.4 Hasil Temuan Penelitian .................................................................... 88

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Bagi setiap muslim, al-Qur’an merupakan kitab suci yang diagung kan

karena didalamnya terdapat nilai-nilai yang penting untuk dijadikan pedoman

maupun sebagai suritauladan terhadap segala aspek kehidupan. Sehingga bagi

orang Islam apabila ingin mengharap kehidupan yang sejahtera, damai dan

bahagia maka semestinya berperilaku sesuai dengan semua hal yang sudah

tertera didalam al-Qur’an.

Al-Qur’an ialah kalam Allah yang bernilai mukjizat, yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad Saw. dengan perantara malaikat jibril, diriwayatkan

kepada kita secara mutawatir, dan yang membacanya dihitung sebagai ibadah

dan tidak akan tertolak kebenarannya.1 Al-Qur’an merupakan kemuliaan yang

paling tinggi, yang memberikan petunjuk kepada seluruh umat manusia agar

berada dijalan yang lurus dan keluar dari kegelapan menuju cahaya terang dan

tidak ada keburukan sedikit pun didalamnya.2 Karena al-Qur’an sebagai

petunjuk, maka kewajiban bagi manusia untuk mempelajari dan memahami

isinya serta menghafalkannya. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam al-

Qur’an surat al-Jatsiyah ayat 20 yang berbunyi:

1
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Bisa Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: Bumi Aksara,
2000), 1.
2
Wiwi Alwiyah Wahid, Panduan Menghafal Al-Qur’an Super Kilat. Step By Step dan
Berdasarkan Pengalaman ( Yogyakarta: DIVA Press, 2015), 143.

1
2

       

Artinya: “Al-Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat

bagi kaum yang meyakini”. (QS. Al-Jatsiyah (45) : 20)3

Sejak al-Qur’an diturunkan sampai sekarang, sudah terjadi banyak

peristiwa besar, seperti bencana alam, peperangan dan permusuhan antar

ummat manusia. Al-Qur’an juga melewati suatu masa dimana ummat Islam

sendiri seringkali terjadi perpecahan. Namun apapun yang terjadi, al-Qur’an

tetap utuh sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. sampai sekarang,

karena keaslian dan kemurniannya selalu dijaga oleh Allah Swt. hingga akhir

nanti. Sebagaimana telah ditegaskan dalam firman Allah Swt. dalam al-Qur’an

Surat Al-Hijr ayat 9 yang berbunyi:

       


Artinya: “Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan

sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya”. (QS. Al-hijr (15) :

9)4

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah Swt. akan senantiasa menjaga

keaslian dan kemurnian al-Qur’an baik dalam setiap ayatnya, kalimatnya,

hurufnya, serta segala isi yang terkandung didalamnya. Dengan demikian,

ummat Islam memiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk menjaga

kemurnian al-Qur’an dari tangan-tangan jahil dan musuh Islam yang tak pernah

lelah berusaha mengotori dan memalsukan ayat-ayat al-Qur’an.

3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Special for Waman (Bandung: Sygma
exagrafika, 2007), 500.
4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Special for Waman..., 262.
3

Salah satu usaha nyata seorang hamba dalam proses pemeliharaan al-

Qur’an adalah dengan cara menghafalkannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa

meghafal al-Qur’an adalah suatu hal yang luarbiasa, karena kita dapat

menemukan ribuan bahkan jutaan umat Islam yang hafal al-Qur’an. Padahal

kitab ini tergolong besar, surat-suratnya sangat banyak, dan banyak pula ayat-

ayat yang hampir mirip.

Untuk memahami isi serta menghafal al-Qur’an ini, pastilah tidak

didapat oleh manusia tanpa melalui proses yang panjang. Sudah dimaklumi

bersama bahwasanya menghafal al-Qur’an bukanlah tugas yang mudah,

sederhana, serta bisa dilakukan kebanyakan orang. Menghafal al-Qur’an

dibutuhkan kesiapan yang matang, niat yang sungguh-sungguh dan ikhlas,

konsentrasi penuh, serta keistiqomahan dalam menjalani prosesnya. Dan tidak

sedikit dari mereka yang mengeluh bahwa menghafal itu susah. Hal ini

disebabkan karena adanya gangguan-gangguan, baik kejiwaan maupun

lingkungan.5 Mereka juga mengeluh karena semula hafalannya baik dan lancar

akan tetapi pada suatu saat hafalan tersebut hilang dari ingatannya.

Terdapat sangat banyak sekali ayat al-Qur’an yang serupa didalamnya.

Terkadang satu ayat dalam sebuah surat hanya berbeda satu huruf atau satu

kata dengan satu ayat dalam satu surat. Terdapat pula ayat yang sama bisa

dijumpai dalam surat yang berbeda.

Berikut salah satu contoh keberadaan ayat-ayat yang serupa didalam

al-Qur’an:

5
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an Super Kilat. Step By Step dan
Berdasarkan Pengalaman ( Yogyakarta: DIVA Press, 2015), 43.
4

1. Firman Allah Swt. dalam surah al-Baqarah ayat 16:6

          



Serupa dengan firman Allah Swt. dalam surah al-Baqarah ayat 175 sebagai

berikut:7

          

 

2. Firman Allah Swt. dalam surah Ali Imran ayat 12:8

          

Serupa dengan firman Allah Swt. dalam surah al-Anfal ayat 38 sebagai

berikut:9

             

  

Salah satu ayat serupa diatas menjadi problem tersediri bagi para

penghafal al-Qur’an. Hal ini dikarenakan pada saat memperdengarkan ayat,

mereka dapat keliru dalam membedakan antara ayat satu dengan ayat lain yang

mirip, padahal terdapat pada surat yang berbeda. Ketika memperdengarkan

6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Special for Waman (Bandung: Sygma
exagrafika, 2007), 3.
7
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Special for Waman..., 26.
8
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Special for Waman..., 51.
9
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Special for Waman..., 181.
5

ayat berlangsung, mereka tidak sadar berpindah atau meyambung pada surat

yang kedua. Bahkan apabila terdapat banyak kemiripan, maka terkadang

pindah pada surat-surat lain.

Pada saat para penghafal al-Qur’an mengalami kekeliruan dalam


mengingat dan memproduksi hafalan lama karena adanya kemiripan
dan banyaknya ayat hafalan yang baru dihafal, menyebabkan sulitnya
mencari ayat hafalan yang sudah ada didalam memori, sehingga yang
keluar selalu bunyi ayat yang baru dihafal saja, maka kondisi ini
dalam istilah psikologi disebut Interferensi Retroaktif. Secara umum,
Interferensi Retroaktif sering kali terjadi karena bahan-bahan yang
dipelajari banyak persamaannya.10

Problem Interferensi Retroaktif (gangguan kelupaan) yang dapat

menghancurkan hafalan ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena hal ini

dapat mempengaruhi sulitnya seseorang untuk meningkatkan hafalannya.

Maka, yang telah dimiliki harus dicairkan dan berupaya untuk mencari

solusinya.

Salah satu faktor penting dalam mendukung kemudahan menghafal al-

Qur’an yaitu metode atau cara yang digunakan dalam menghafal. Metode juga

bertujuan untuk membatu hafalan tersimpan dalam gudang memori dengan

baik, serta tidak mudah lupa atau pudar hafalannya. Dalam memilih metode

hafalan pun diupayakan secara sungguh-sungguh, karena nantinya akan

diterapkan program Tahfidzul Qur’an yang mana nantinya peserta didik bisa

memelihara hafalannya.

Salah satu lembaga pondok pesantren yang khusus menerapkan

program Tahfidzul Qur’an yang akan diteliti oleh peneliti yaitu Pondok

Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah yang bertempat di desa Kesilir-

10
Syaiful Bahri Djaramah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 802.
6

Sumbersuko kecamatan Siliragung kabupaten Banyuwangi. Dimana pondok

pesantren ini menerapkan banyak cara atau metode untuk meningkatkan

hafalan al-Qur’an, salah satunya yaitu metode Murajaah. Metode ini

merupakan metode ampuh dalam memperlancar dan menjaga hafalan al-

Qur’an. Dengan metode ini akan mengurangi terjadinya Interferensi Retroaktif.

Metode Murajaah dapat dilakukan oleh semua penghafal al-Qur’an baik dalam

kondisi apapun, dimanapun dan kapanpun sehingga tidak mengganggu

kegiatan lain.

Kondisi santri yang menghafal al-Qur’an disana, selain menjadi santri

mereka juga menjadi siswa di sebuah lembaga formal. Tentunya perlu

perhatian khusus dalam menjaga hafalan al-Qur’annya. Selain aktivitas belajar,

mengerjakan tugas sekolah, mereka juga harus menghafal al-Qur’an dan

mengikuti seluruh kegiatan yang ada di pesantren. Hal ini cukup sulit untuk

membagi waktu antara hafalan dan tugas sekolah.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas Metode Murajaah Untuk

Mengatasi Interferensi Retroaktif dalam Menghafal Al-Qur’an di Pondok

Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah Siliragung-Banyuwangi.”

B. Fokus Penelitian

Bagian ini mencamtumkan semua rumusan masalah yang dicari

jawabannya melalui proses penelitian. Perumusan masalah harus disusun

secara singkat, jelas, tegas, spesifik dan operasional yang dituangkan dalam
7

kalimat tanya.11 Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat disimpulkan

fokus penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan metode Murajaah di Pondok Pesantren Tahfidzul

Qur’an Darussyafa’ah Siliragung-Banyuwangi?

2. Bagaimana problematika Interferensi Retroaktif dalam menghafal Al-

Qur’an di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah Siliragung-

Banyuwangi?

3. Bagaimana efektivitas metode Murajaah untuk mengatasi Interferensi

Retroaktif dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfidzul

Qur’an Darussyafa’ah Siliragung-Banyuwangi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan dituju

dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian harus mengacu kepada

masalah-masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.12 Berdasarkan fokus

penelitian diatas maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan metode Murajaah di Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah Siliragung-Banyuwangi.

2. Untuk mengetahui problematika Interferensi Retroaktif dalam menghafal

Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah Siliragung-

Banyuwangi.

11
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: IAIN Jember Press, 2018), 72.
12
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah..., 73.
8

3. Untuk mengetahui efektivitas metode Murajaah untuk mengatasi

Interferensi Retroaktif dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah Siliragung-Banyuwangi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian berisi tentang konstribusi apa yang akan diberikan

setelah melakukan penelitian. Kegunaan dapat berupa kegunaan yang bersifat

teoritis dan kegunaan yang bersifat praktis, seperti kegunaan bagi penulis,

instansi, dan masyarakat secara keseluruhan. Kegunaan penelitian harus

realistis.13 Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian adalah:

1. Manfaat Teoritis

Sebagai konstribusi sumbangsih pemikiran guna memperkaya

khazanah keilmuan dalam bidang psikologi dan keagamaan terutama terkait

dengan Efektivitas metode Murajaah untuk mengatasi Interferensi

Retroaktif dalam menghafal al-Qur’an.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

1) Memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pedidikan

pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan di IAIN Jember

2) Memberikan pengalaman dan pengetahuan dalam menulis karya

ilmiah yang lebih baik, juga sebagai latihan dalam melakukan sebuah

penelitian, walaupun cuma sekedar gambaran akan tetapi hal ini

sangat penting mengingat disiplin ilmu yang ditekuni.

13
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: IAIN Jember Press, 2018), 73.
9

b. Bagi Pondok Pesantren

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam

meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an.

c. Bagi IAIN

Hasil penelitian ini diharakan dapat menambah wawasan kepustakaan

yang ada diperpustakaan IAIN Jember serta dapat dijadikan referensi

bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian terkait dengan

metode menghafal al-Qur’an.

E. Definisi Istilah

Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang

menjadi titik perhatian didalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak terjadi

kesalah pahaman terhadap makna istilah sebagaimana yang dimaksud oleh

peneliti.14 Adapun hal-hal yang didefinisikan sebagai berikut:

1. Efektivitas Metode Murajaah

Efektivitas adalah suatu tingkat keberhasilan yang dihasilkan oleh

seseorang dengan cara tertentu yang sesuai denga tujuan yang hendak

dicapai.

Murajaah adalah mengulang-ulang hafalan yang sudah pernah

dihafalkan kepada seorang guru, dengan maksud agar hafalan yang pernah

dihafal tetap terjaga dengan baik serta memperlacar hafalan sehingga tidak

mudah lupa.

14
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: IAIN Jember Press, 2018),73.
10

2. Interferensi Retroaktif dalam Menghafal Al-Qur’an

Interferensi Retroaktif adalah suatu gangguan atau hambatan untuk

aktif kembali. Teori Interferensi ini merupakan sebuah teori yang

menyatakan manusia lupa bukan karena kehilangan memori, akan tetapi

karena adanya informasi lain (baru) yang mengganggu. Penyebabnya yaitu

informasi lain (baru) memiliki kesamaan atau kemiripan dengan informasi

lama sehingga sulit dalam membedakan.

Jadi, Interferensi Retroaktif dalam menghafal al-Qur’an adalah suatu

problem dimana seseorang tidak mampu memunculkan kembali hafalan al-

Qur’an sebelumnya yang telah diperoleh atau ketidak mampuan mengingat

hafalan yang sebelumnya pernah dihafal yang mana dikarenakan adanya

kemiripan bunyi ayat dengan hafalan baru.

Adapun maksud dari skripsi “Efektivitas Metode Murajaah Untuk

Mengatasi Interferensi Retroaktif dalam menghafal Al-Qur’an Di Pondok

Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah Siliragung-Banyuwangi” ini

adalah lebih difokuskan pada sejauhmana penggunaan metode Murajaah dalam

memecahkan persoalan Interferensi Retroaktif atau gangguan kelupaan yaitu

suatu kondisi dimana para penghafal al-Qur’an mengalami kekeliruan dalam

mengingat hafalan yang sebelumnya, dikarenakan adanya kemiripan bunyi ayat

dengan hafalan baru, sehingga hafalan tidak bisa meningkat.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan ini berisi tentang deskripsi alur pembahasan

skripsi yang dimulai dari bab pendahuluan hingga bab penutup. Format
11

penulisan sistematika pembahasan ditulis dalam bentuk deskriptif naratif,

bukan seperti daftar isi.15 Adapun sistematika dari pembahasan ini adalah:

Bab Satu, Pendahuluan. Pada bagian ini terdiri daru sub-sub bab

yaitu latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian manfaat

penelitian, definisi istilah, dan metode penelitian serta sistematika pembahasan.

Bab Dua, Kajian Kepustakaan. Bab ini berisi tentang kajian

kepustakaan yang mencangkup penelitian terdahulu dan kajian teori.

Bab Tiga, Metode Penelitian. Dalam bab ini membahas tentang

metode penelitian yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi

penelitian, sumber data, metode pengumpulan data dan keabsahan data.

Bab Empat, Hasil Penelitian. Pada bagian ini berisi tentang atau

hasil penelitian yang memiliki latar belakang, objek penelitian, penajian data,

analisis dan pembahasan temuan.

Bab Lima, Kesimpulan. Merupakan bab penutup yang berisi

kesimpulan dan saran. Kesimpulan sebagai sub bab terkait jawaban dari

rumusan masalah yang telah ditentukan pada bab pertama. Sedangkan saran

diberikan sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya.

15
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: IAIN Jember Press, 2018), 73.
BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Penelitian Terdahulu

Pada penelitian ini, peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian

terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan kemudian

membuat ringkasan, baik penelitian yang sudah dipublikasikan atau belum

dipublikasikan. Dengan melakukan langkah ini, maka akan dilihat sampai

sejauh mana orisionalitas dan posisi penelitian yang hendak dilakukan.16

Beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini antara lain sebagai

berikut:

1. Lida Husniah, “Implementasi Metode Hatam Dalam Mengatasi Interferensi

Retroaktif Ditaman Pendidikan al-Qur’an Al-barokah Way Halim Bandar

Lampung”. (Skripsi mahasiswa Universitas Islam Negeri Raden Intan

Lampung, 2018).17

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi

metode HATAM (Hafal Tanpa Menghafalkan) dalam mengatasi Interferensi

Retroaktif di Taman Pendidikan al-Qur’an (TPA) Al-Barokah Way Halim

Bandar Lampung. Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini

yaitu metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang di lakukan

melalui wawancara kemudian observasi dan dokumentasi. Sumber data di

peroleh dari ustadz, ustadzah dan para santri sebagai informan pendukung.

16
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: IAIN Jember Press, 2018),74.
17
Lida Husniah, “Implementasi Metode Hatam Dalam Mengatasi Interferensi Retroaktif Ditaman
Pendidikan Al-Qur’an Al-barokah Way Halim Bandar Lampung” (Skripsi, UIN Raden Intan
Lampung, 2018), ii.

12
13

Hasil penelitian sebagai berikut: 1) Metode HATAM di Taman Pendidikan

al-Qur’an (TPA) Al-Barokah Way Halim Bandar Lampung menurut hasil

penelitian dikategorikan efektif. Selain itu metode HATAM diterima dengan

baik oleh para santri, karena dirasa mudah dan membuat ingatan dapat

bertahan lebih lama. 2) Interferensi Retroaktif santri di Taman Pendidikan

al-Qur’an (TPA) AlBarokah Way Halim Bandar Lampung menurut hasil

penelitian dikategorikan berkurang dan lebih baik. Hal tersebut dapat

dibuktikan dari banyaknya santri yang sudah mampu melafalkan ayat al-

Qur’an yang sebelumnya pernah dihafalkan dengan lancar tanpa adanya

kekeliruan antara ayat satu dengan ayat yang lainnya.

2. Mei Ilmayati, “Upaya Mengatasi Interferensi Retroaktif Dalam Menghafal

Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Tahafadzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan

Semarang”. (Skripsi mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Walisongo

Semarang, 2018).18

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif lapangan dengan teknik

pengumpulan data yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis

data dalam penelitian berupa teknik analisis deskriptif, yaitu analisis data

yang diwujudkan bukan dalam bentuk angka melainkan dalam bentuk

laporan dan uraian deskriptif dengan cara berpikir induktif.

Dari hasil penelitian dapat diketahui dua hal sebagai berikut. Pertama,

Interferensi retroaktif dalam menghafal al-Qur'an dialami oleh semua santri

yang menghafalkan al-Qur'an di Pondok Pesantren Tahafuzul Qur’an


18
Mei Ilmayati, “Upaya Mengatasi Interferensi Retroaktif Dalam Menghafal Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Tahafadzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan Semarang”. (Skripsi IAIN Walisongo
Semarang, 2018), vi.
14

Purwoyoso Ngaliyan Semarang. Problem interferensi retroaktif dalam

menghafal al-Qur'an lebih sering dialami santri PPTQ ketika memurojaah

sendiri hafalannya. Ada santri yang mengalaminya pada saat mentashih di

hadapan pembimbing dan ada juga yang mengalami pada saat simaan.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya intereferensi retrokatif

dalam menghafal al-Qur'an di PPTQ adalah (1) Faktor dari al-Qur'an itu

sendiri, (2) Faktor dari santri yang menghafal al-Qur'an, dan (3) Faktor

lingkungan. Kedua, upaya santri Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an

Purwoyoso mengatasi interferensi retroaktif dalam menghafal al-Qur'an

yakni melakukan pengulangan terhadap ayat-ayat yang mirip, mengingat-

ingat letak maupun posisi ayat-ayat yang mirip dengan menggaris bawahi,

memperdengarkan hafalan ataupun mendengarkan bacaan santri lain, saling

simak-menyimak secara tartil, mendengarkan kaset-kaset murotal sambil

menirukan.

3. Muhammad Fatkhurrohman, “Penerapan Metode Muraja’ah Dalam

Meningkatkan Kwalitas Hafalan Al-Qur’an Siswa Kelas VII di SMP Al-

Muayyad Surakarta Tahun Ajaran 2018/2019”. (Skripsi mahasiswa Institut

Agama Islam Negeri Surakarta, 2019)19

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan

studi kasus. Dilaksanakan di SMP Al Muayyad Surakarta, pada bulan

November 2018- Februari 2019. Subjek penelitian adalah guru penghafal al-

Qur‟an, sedangkan informan penelitian adalah kepala sekolah, guru


19
Muhammad Fatkhurrohman, “Penerapan Metode Muraja’ah Dalam Meningkatkan Kwalitas
Hafalan Al-Qur’an Siswa Kelas VII di SMP Al-Muayyad Surakarta Tahun Ajaran 2018/2019”.
(Skripsi, IAIN Surakarta, 2019), xii.
15

penghafal al-Qur’an dan Siswa kelas VIIA di SMP Al Muayyad Surakarta.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara,

dan dokumentasi. Sedangkan teknik keabsahan data menggunakan

Triangulasi data, teknik analisis data yang digunakan adalah pendekatan

deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pelaksanaan metode

muroja’ah dalam menghafal al-Qur’an di SMP Al Muayyad Tahun Ajaran

2018/2019 adalah sebagai berikut: metode muroja’ah dapat digunakan

untuk menghafal al-Qur’an dan hal ini merupakan suatu temuan yang baru,

karena biasanya metode muroja’ah ini hanya digunakan oleh penghafal al-

Qur’an sebagai cara tambahan, namun dalam penelitian ini metode

muroja’ah ini menggunakan evaluasi-evaluasi yang menjadikan keunikan

dari penelitian ini. Adapun evaluasi yang digunakan dalam hafalan al-

Qur’an ini antara lain: evaluasi harian, evaluasi mingguan, evaluai tengah

semester dan evaluasi akhir semester.

Tabel 2.1
Persamaan dan Perbedaan
Kajian Terdahulu dengan Kajian Sekarang

Nama, Judul
No Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
dan Tahun
1 2 3 4 5
1. Lida Husniah, Sama-sama Penelitian Hasil penelitian sebagai
Implementasi yang diteliti ini metode berikut: 1) Metode
Metode Hatam adalah cara yang HATAM di Taman
Dalam mengatasi digunakan Pendidikan al-Qur’an
Mengatasi Interferensi dalam (TPA) Al-Barokah Way
Interferensi Retroaktif, mengatasi Halim Bandar Lampung
Retroaktif sama-sama Interferensi dikategorikan efektif. 2)
Ditaman menggunak Retroaktif Interferensi Retroaktif
Pendidikan al- an metode adalah santri di
16

1 2 3 4 5
Qur’an Al- penelitian metode Taman Pendidikan al-
barokah Way kualitatif. hatam, Qur’an (TPA) AlBarokah
Halim Bandar sedangkan Way Halim Bandar
Lampung. peneliti Lampung dikategorikan
(2018) menguunak berkurang dan lebih baik.
an metode
murajaah.
2. Mei Ilmayati, Sama-sama Penelitian Pertama, Interferensi
Upaya yang diatasi ini retroaktif dalam
Mengatasi yaitu cara menggunak menghafal al-Qur'an
Interferensi Mengatasi an banyak dialami oleh semua santri
Retroaktif Interferensi cara/ upaya yang menghafalkan al-
Dalam Retroaktif dalam Qur'an di Pondok
Menghafal Al- dalam mengatasi Pesantren Tahfidzul
Qur’an Di menghafal Interferensi Qur’an Purwoyoso
Pondok al-Qur’an, Retroaktif, Ngaliyan Semarang. Hal
Pesantren sama-sama sedangkan ini dapat terlihat ketika
Tahafadzul menggunak peneliti santri membaca hafalan
Qur’an an metode (mengguna al-Qur'an sering
Purwoyoso penelitian ka) mengalami kekeliruan
Ngaliyan kualitatif. mengfokus membaca antara ayat satu
Semarang. kan satu dengan ayat lain yang
(2008) metode mirip. Kedua, upaya santri
yakni Pondok Pesantren
metode Tahfidzul Qur’an
murajaah. Purwoyoso mengatasi
interferensi retroaktif
dalam menghafal al-
Qur'an yani melakukan
pengulangan terhadap
ayat-ayat yang mirip,
mengelompokkan ayat-
ayat yang mirip,
Mengingat-ingat letak
maupun posisi ayat-ayat
yang mirip dengan
menggarisbawahi,
Memperdengarkan hafalan
ataupun mendengarkan
bacaan santri lain, saling
simak-menyimak,
mendengarkan murotal
sambil menirukan.
17

1 2 3 4 5
3. Muhammad Sama-sama Penelitian Pelaksanaan metode
Fatkhurrohma menggunak ini muroja’ah dalam
n, an metode menggunak menghafal al-Qur’an di
Penerapan murajaah, a metode SMP Al Muayyad Tahun
Metode sama-sama murajaah Ajaran 2018/2019 adalah
Muraja’ah menggunak untuk sebagai berikut: metode
Dalam an metode Meningkatk muroja’ah dapat
Meningkatkan penelitian an Kwalitas digunakan untuk
Kwalitas kualitatif. Hafalan al- menghafal al-Qur’an dan
Hafalan Al- Qur’an, hal ini merupakan suatu
Qur’an Siswa sedangkan temuan yang baru, karena
Kelas VII di peniliti biasanya metode
SMP Al- meggunaka muroja’ah ini hanya
Muayyad n metode digunakan oleh penghafal
Surakarta murajaah al-Qur’an sebagai cara
Tahun Ajaran untuk tambahan, namun dalam
2018/2019 mengatasi penelitian ini metode
(2019) problem muroja’ah ini
Interferensi menggunakan evaluasi-
Retroaktif evaluasi yang menjadikan
dalam keunikan dari penelitian
menghafal ini.
al-Qur’an.

B. Kajian Teori

Pada bagian ini berisi pembahasan tentang teori yang dijadikan

sebagai perspektif dalam penelitian. Pembahasan teori yang terkait dengan

penelitian secara lebih luas dan mendalam akan semakin memperdalam

wawasan peneliti dalam mengkaji permasalahn yang hendak dipecahkan sesuai

dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.20 Dalam penelitian ini terdapat

beberapa pembahasan teori antara lain sebagai berikut:

20
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: IAIN Jember Press, 2018),74.
18

1. Deskripsi Efektivitas

a. Pengertian Efektivitas

Efektifitas berasal dari bahasa Inggris, yakni effect yang artinya

satu kejadian atau gejala yang mengikuti kejadian lain dalam satu relasi

kausal (sebab-akibat), atau hasil satu keadaan yang memuaskan atau

tidak memuaskan pada satu pertalian atau koneksi yang dipelajari.21

Efektivitas adalah sarana dan prasarana yang harus dipenuhi untuk

pencapaian suatu hal. Efektivitas merupakan rangkaian input, proses dan

output dalam memandang suatu hal tertentu.22

Keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah

pelaksanaan proses belajar-mengajar. Pembelajaran yang efektif menurut

H. Udin Syaefudin Sa’ud dalam buku “Strategi Pembelajaran Menuju

Efektifitas Pembelajaran di Abad Global” karya Mulyono, bahwa apabila

kegiatan mengajar dapat mencapai tujuan, yaitu peserta didik belajar

meraih target sesuai dengan kriteria target pada perencanaan awal.23

Adapun masalah efektivitas biasanya berkaitan erat dengan

perbandingan antara tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang

telah disusun sebelumnya, atau perbandingan hasil nyata dengan hasil

yang direncanakan. Jadi kriteria efektifitas harus mencerminkan

keseluruhan siklus input, proses dan output. Berdasarkan pengertian

diatas dapat dikemukakan bahwa efektivitas berkaitan dengan

21
James P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 158.
22
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), 89.
23
Mulyono, Strategi Pembelajaran Menuju Efektifitas Pembelajaran di Abad Global (Malang:
UIN Maliki Press, 2012), vii.
19

terlaksananya semua tugsas pokok, pencapaian tujuan, ketepatan waktu

dan partisipasi aktif.

b. Kriteria Pengukuran Efektivitas

Efektivitas dapat dijadikan birometer kriteria pengukuran

keberhasilan pendidikan yang mencerminkan sejauhmana tingkat

keberhasilan tersebut telah dicapai peserta didik dalam pencapaian tujuan

pendidikan yang telah ditentukan.

Suatu pengajaran yang baik adalah apabila didalam proses

pengajaran itu menggunakan waktu yang cukup sekaligus dapat

membuahkan hasil secara lebih tepat. Menurut Suharsimi, spesifikasi

jumlah dapat dinyatakan melalui presentase. Mengenai berapa besarnya

presentase itu tergantung pada standar keberhasilan yang sudah

ditentukan oleh pengajaran yang bersangkutan.24

Kriteria untuk dapat menetapkan apakah berhasil tidaknya suatu

pengajaran secara umum dapat dilihat dari dua segi, yaitu kriteria ditinjau

dari sudut proses pengajaran itu sendiri atau kriteria yang ditinjau dari

hasil atau produk belajar yang dicapai peserta didik.

Dari proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas

apabila seluruhnya atau sedikit-sedikitnya sebagian besar (75%)

pesertadidik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam

proses pembelajaran. Disamping menunjukkan kagairahan yang tinggi,

semangat belajar dan rasa percaya diri. Sedang dari segi hasil, proses

24
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Penidikan (Jakarta: Bima Aksara, 2009), 236.
20

pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang

positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian

besar (75%).25

Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika peserta didik dapat

menyerap materi pelajaran dan mempraktekkannya sehingga

memperoleh kompetensi dan keterampilan terbaiknya. Pembelajaran

yang efektif berarti guru dapat meggunakan waktu yang singkat dengan

hasil yang setinggi-tingginya. Jadi, mengajar yang efektif apabila guru

dapat menerapkan strategi dan metode pembelajaran yang efektif.26

Lebih lanjut proses pembelajaran dikatakan berhasil dan

berkualitas apabila proses pembelajaran tersebut bertujuan dan

memerlukan adanya evaluasi. Dengan kata lain evaluasi dalam

pembelajaran Tahfidzul Qur’an meliputi aspek kelancaran, makhraj,

harakat dan tajwid.

2. Metode Murajaah

a. Pengertian Metode Murajaah

Metode berasal dari bahasa Yunani Methodos yang berarti cara

atau jalan yang ditempuh. Dalam kamus besar bahasa Indonesia metode

berarti cara yang teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu

pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki.27

25
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006),131.
26
Mulyono, Strategi Pembelajaran Menuju Efektifitas Pembelajaran di Abad Global (Malang:
UIN Maliki Press, 2012),vii.
27
Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 740.
21

Sedang Murajaah berasal dari bahasa Arab Raja’a-Yarji’u yang

artinya kembali. Sedangkan menurut istilah ialah mengulang kembali

atau mengingat kembali suatu hal yang telah dihafalnya.28 Murajaah

yaitu mengulang hafalan yang sudah diperdengarkan kepada guru atau

Kyai. Hafalan yang sudah diperdengarkan kehadapan guru atau Kyai

yang semula sudah dihafal dengan baik dan lancar, kadangkala masih

terjadi kelupaan, bahkan kadang-kadang menjadi hilang sama sekali.

Oleh karena itu perlu diadakan Murajaah atau mengulang kembali

hafalan yang telah diperdengarkan kepada guru atau Kyai.

Kegiatan Murajaah merupakan salah satu metode untuk tetap

memelihara hafalan supaya tetap terjaga. Sebagaimana firman Allah Swt.

dalam al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 238 yang berbunyi:

        

Artinya:“Peliharalah semua shalatmu, dan peliharalah shalat wustha.

Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu.” (Q.S

Al-Baqarah (2): 238)29

Ayat diatas menjelaskan bahwa salah satu cara didalam

melancarkan hafalan al-Qur’an adalah dengan cara megulang hafalannya

didalam shalat, dengan cara tersebut shalat kita akan terjaga dengan baik

karena dipastikan seseorang yang sudah hafal al-Qur’an dan sudah

28
Alpiyanto, Menjadi Juara dan Berkarakter (Bekasi: PT. Tujuh Samudra, 2013), 184.
29
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Special for Waman (Bandung: Sygma
exagrafika, 2007), 39.
22

disetorkan kepada seorang guru atau Kyai maka dijamin kebenarannya

baik dari segi tajwid maupun makhrajnya.

Mengahafal al-Qur’an berbeda dengan meghafal hadits atau sya’ir,

karena al-Qur’an lebih cepat terlupakan dari ingatan. Sebagaimana sabda

Rasulullah Saw.

ِ ِ ‫ َكمثَ ِل ص‬،‫آن‬
ِ ‫ب ال ُقر‬ ِ ‫مَّنَا مثَل ص‬
َ ‫ إِ ْن َع‬،‫ب ا ِإلبِ ِل املَُع مقلَة‬
‫ َوإِ ْن‬،‫اه َد َعلَْي َها أ َْم َس َك َها‬ ِ ‫اح‬ َ َ ْ
ِ ‫اح‬ َ ُ َ

ْ َ‫أَطْلَ َق َها َذ َهب‬


‫ت‬

Artinya:“Sesungguhnya perumpamaan penghafal Al-Qur’an, seperti

pemilik unta yang diikat.jika ia dijaga dan dipelihara, maka ia

akan diam dan jinak. Dan jika ia dibiarkan terlantar, maka akan

pergi lepas dari ikatannya.” (HR. Imam Bukhari)

Hadits diatas mejelaskan bahwasanya, apabila al-Qur’an yang

dihafalkan tidak diberi perhatian yang optimal terhadap ayat yang telah

dihafalkan seperti tidak menjaga hafalannya dan menelantarkannya,

maka menurunlah daya ingat kita. Untuk itu, diperlukan pemantauan dan

kerja keras yang terus menerus.

Jadi, seseorang yang memiliki hafalan al-Qur’an dituntut untuk

selalu menjaga hafalannya dengan meluangkan waktu untuk Murajaah

dan konsisten. Konsisten dalam Murajaah adalah sebuah keharusan bagi

penghafal al-Qur’an.
23

b. Bentuk Metode Murajaah (Menjaga Hafalan Al-Qur’an)

Manusia tidak dapat dipisahkan dengan sifat lupa, karena lupa

merupakan identitas yang selalu melekat dalam diri manusia. Dengan

pertimbangan inilah agar setiap hafalan yang telah dihafalkan tidak

mudah hilang, maka ulangi hafalan secara teratur. Ada dua macam

metode manjaga hafalan al-Qur’an yaitu:

1) Murajaah Bin-Nadhor

Cara ini tidak memerlukan konsentrasi yang menguras otak.

Kompensasinya hanya harus siap membaca sebanyak-banyaknya.

Keuntungan Murajaah seperti ini dapat membuat otak kita merekam

letak-letak setiap kata yang kita baca sehingga memudahkan dalam

mengingat.30

Murajaah dengan melihat buku atau tulisan (Bin-Nadhor) tidak

harus sambil membaca. Perhatikan awal-awal ayat dan setiap ayat

utuh, serta fokus akhir-akhir ayat. Sehingga melatih penguasaan posisi

ayat, halaman maupun dalam proses menghafal nomor ayat.31

2) Murajaah Bil-Ghaib

Cara ini cukup menguras tenaga otak, sehingga cepat lelah.

Oleh karena itu, wajar jika hanya dapat dilakukan sekali atau setiap

hari dengan jumlah hafalan yang sedikit. Cara ini dapat dilakukan

30
Abdul Aziz dan Abdur Rauf Al-Hafiz, Anda Pun Bisa Jadi Hafiz Al-Qur’an (Jakarta: Markas
Al-Qur’an, 2009), 125.
31
Herman Syam El-Hafiezh, Siapa Bilang Menghafal Al-Qur’an Itu Sulit? (Yogyakarta: Pro-U
Media, 2015), 152.
24

dengan sendiri atau dengan teman.32 Jadi, Murajaah dengan cara ini

berguna untuk melatih kebiasaan pandangan kita, jika terus menerus

melihat atau melirik maka akan sulit untuk menghafalkannya.

Murajaah hafalan mempunyai fungsi sebagai proses

pembiasaan bagi indera lisan atau bibir dan telinga. Apabila bibir atau

lisan sudah biasa membaca maka pada suatu saat membaca lafadz

yang tidak bisa diingat atau lupa akan bisa menggunakan sistem reflek

yaitu dengan mengikuti gerak bibir sebagaimana mengingat-ingat

hafalan.

Seharusnya al-Qur’an yang telah dihafalkannya tidak boleh

lupa dan melupakannya. Jika itu terjadi maka sia-sialah proses

menghafal. Namun pada kenyataannya, ada orang yang dulunya hafal

dengan lancar, kini tidak lagi, atau banyak hafalannya yang hilang.

Apabila ingin menambah hafalan baru, sebaiknya selalu

memperhatikan hafalan yang lama, dan sebelum menambah hafalan

baru, kita juga harus mengulang (murajaah) hafalan yang lama.33

c. Langkah-langkah Murajaah Hafalan

Ada tiga langkah yang harus dilakukan oleh penghafal al-Qur’an

kapan dan dimana saja berada sebagai sarana pendukung keberhasilan

dalam menghafal.34 Tiga langkah tersebut adalah:

32
Herman Syam El-Hafiezh, Siapa Bilang Menghafal Al-Qur’an Itu Sulit?..., 127.
33
Mahbub Junaidi Al-Hafiz, Menghafal Al-Qur’a Itu Mudah (Lamongan: CV Angkasa, 2006).
146.
34
Mahbub Junaidi Al-Hafiz, Menghafal Al-Qur’an Itu Mudah..., 155.
25

1) Persiapan.

Kewajiban utama santri adalah ia harus menghafalkan setiap

harinya minimal satu halaman dengan mempersiapkan waktu yang

tepat untuk menghafal.

2) Menyetorkan hafalannya.

Setelah dilakukan persiapan secara matang dengan selalu

mengingat-ingat satu halaman tersebut, berikutnya setorkan

hafalannya kepada guru atau kyai.

3) Pengulangan/penjagaan.

Setelah setor jangan langsung meninggalkan tempat (majlis),

sebelum pulang ulangi hafalan yang telah disetorkan beberapa kali

terlebih dahulu.

3. Interferensi Retroaktif

a. Pengertian Interferensi Retroaktif

Interferensi Retrokatif merupakan fenomena psikologis, yang

mana hal ini berkaitan dengan mental manusia. Berbicara tentang

Interferensi Retrokatif, maka ada hubungannya dengan “Lupa”.

Interferensi Retrokatif adalah informasi yang baru dipelajari

menyebabkan kesulitan mengingat informasi yang lama.35 Seorang siswa

yang mengalami gangguan Retroaktif apabila materi pelajaran baru

membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi

pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal

35
Nyanyu Khodijah, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 127.
26

permanen siswa tersebut.36 Dalam hal ini, materi pelajaran lama akan

sangat sulit diingat atau diproduksi kembali. Dengan kata lain siswa

tersebut lupa akan materi pelajaran yang lama itu.

Ahmad Rofi’ Usmani, mengemukakan bahwa Interferensi

Retroaktif adalah peristiwa melemahnya ingatan kita akan materi-materi

yang telah kita pelajari sebelumnya dikarenakan kita belajar materi-

materi yang baru, di mana materi yang lama telah kita pelajari tedapat

kesamaan dengan materi yang baru.37

Dalam al-Qur’an sendiri, jenis lupa ini (Interferensi Retroaktatif)

diisyaratkan dengan firman Allah Swt. dalam Qur’an Surat Al-A’la ayat

6 yang berbunyi:

   

Artinya: “Kami akan membacakan (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad)

maka kamu tidak akan lupa.” (QS. Al-A’la (87) : 6)38

Jadi, kesimpulannya Interferensi Retroaktif merupakan gangguan

ingatan yang mengganggu otak dalam mengingat pelajaran yang dulu.

Ingatan menjadi melemah sehingga dalam mengingat materi yang lalu

menjadi sulit. Sedangkan Interferensi Retroaktif dalam hafalan al-Qur’an

yaitu suatu problem dimana seseorang tidak mampu memunculkan

36
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),
171.
37
Ahmad Rofi’ Usmani, Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa (Bandung: Pustaka, 2000), 229.
38
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Special for Waman (Bandung: Sygma
exagrafika, 2007), 591.
27

kembali atau mengingat kembali hafalan al-Qur’an yang telah dihafalkan

sebelumnya.

b. Faktor Penyebab Interferensi Retrokatif

Adapun faktor penyebab terjadinya Interferensi Retroaktif dari teori

Wasty Soemanto,39 adalah sebagai berikut:

1) Kesan kesan yang dicamkan tidak dibantu dengan penyuaraan

2) Pikiran subjek tidak terkonsentrasi kepada kesan-kesan itu

3) Tehnik menghafal yang dipakai oleh subjek tidak efektif

4) Subjek tidak menggunakan titian ingatan dalam menghafal

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, faktor penyebab terjadinya

Interferensi Retroaktif yaitu bisa karena adanya ketidaksadaran di saat

menghafal. Hal ini dikarenakan kondisi lelah dan jenuh dalam

menghafal.40 Kurangnya kadar pengulangan juga menjadi penyebabab

terjadinya Interferensi Retroaktif.41 Oleh karena itu, terjadinya

Interferensi Retroaktif dalam menghafal tergatung pada:

1) Apa yang diamati

2) Bagaimana situasi dan proses pengamatan

3) Apakah yang terjadi dalam jangka waktu berselang itu, dan

4) Bagaimana situasi ketika berlangsungnya ingatan itu

39
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Rieneka Cipta, 2012), 24.
40
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004), 166.
41
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), 111.
28

c. Ingatan

Ingatan disebut juga memori. Secara sederhana ingatan dapat

dimengerti sebagai kamampuan untuk menyimpan informasi sehingga

dapat digunakan lagi dimasa yang akan datang. Ingatan (memori)

merupakan kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan, dan

memproduksikan kesan-kesan. Jadi, ada 3 unsur dalam perbuatan

ingatan, yakni menerima kesan-kesan, menyimpan dan memproduksikan.

Orang yang dapat mengingat suatu kejadian berarti ia pernah

mengalami, atau dengan kata lain kejadian itu telah dimasukkan ke dalam

jiwanya, kemudian disimpan dan pada suatu waktu kejadian itu

ditimbulkan kembali dalam kesadaran.42

Adapun ingatan memiliki dua jenis berdasarkan asumsi

pemrosesan informasi, diantaranya adalah:

1) Ingatan jangka pendek (Short term memory)

Merupakan suatu proses penyimpanan memori sementara.

Memori jangka pendek memiiki kapasitas yang kecil, namun sangat

besar peranannya dalam proses memori, yang merupakan tempat

dimana kita memproses stimulus yang berasal dari lingkungan kita.43

Memori jangka pendek ini juga disebut working memory,

karena informasi yang disimpan hanya dipertahankan selama

informasi itu masih di butuhkan.

42
Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Andi offset, 2004), 145.
43
Magda Bninnety, “Struktur dan Proses memory”, Vol. 16 No. 2 Fakultas Psikologi UGM hal 76.
29

2) Ingatan jangka panjang (Long term memory)

Merupakan suatu proses penyimpanan informasi yang relatif

permanen. Sistem memori jangka panjang memungkinkan kita untuk

seolah-olah dalam dua dunia, yakni dunia masalalu dan saat sekarang

ini, serta memungkinkan kita untuk memahami mengalirnya tanpa

henti dari pengalaman langsung. Memori jangka panjang memiliki

kapasitas yang tidak terbatas dan durasinya yang seolah-olah tak

pernah berakhir.44

Informasi-informasi dalam sistem memori jangka panjang

tersimpan secara terorganisir dalam berbagai cara. Informasi baru

yang masuk ke memori jangka panjang tidak memerlukan pembuatan

suatu jaringan baru, namun disimpan dalam organisasi yang telah ada.

Kapasitas dan durasi memori jangka panjang secara umum tidak

terbatas, namun terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan

kelupaan atau ketidak berhasilan untuk memunculkan informasi yang

telah tersimpan di memori jangka panjang.

4. Menghafal Al-Qur’an

a. Pengertian Menghafal Al-Qur’an

Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal

di dalam ingatan. Sehingga nantinya dapat diproduksi (diingat) kembali

secara harfiah, sesuai dengan meteri yang asli. Menghafal merupakan

proses mental untuk mencamkan dan menyimpan kesan-kesan yang

44
Megda Bninnety, “Struktur dan Proses memory”..., 85
30

nantinya suatu waktu bisa diperlukan dan dapat diingat kembali kealam

sadar.45

Al-Qur’an adalah masdar yang di artikan dengan arti isim maf’ul,

yaitu maqru’, yang artinya di baca. Menurut Shubhi As-Shalih, pendapat

ini lebih kuat dan lebih tepat, karena dalam bahasa Arab lafal al-Qur’an

adalah bentuk masdar yang Maknanya sinonim dengan qiro’ah, yakni

bacaan.46

Penghafal al-Qur’an biasanya disebut dengan sebutan haafidz

(bagi laki-laki) dan haafidzah (bagi perempuan). Kata ini berasal dari

kata haffadza yang artinya menghafal, berarti sebutan ini ditujukan

kepada orang-orang yang sudah menghafalkan al-Qur’an.47

Menghafal al-Qur’an merupakan suatu keutamaan yang besar, dan

posisi itu selalu didambakan oleh semua orang dan merupakan suatu cita-

cita yang mulia, serta berharap pada kenikmatan duniawi dan ukhrawi

agar manusia nanti menjadi warga Allah yang di hormati dengan

penghormatan yang sempurna.

Mu’adz bin Anas ra. Menyebutkan bahwa Rosulullah Saw.

bersabda:

‫اجا يَ ْوَم الْ ِقيَ َام ِة‬ ِ ِ‫ أُلْب‬،‫من قَرأَ الْ ُقرآ َن وع ِمل ِِبا فِ ِيه‬
ً َ‫س َوال َداهُ ت‬
َ َ َ ََ ْ َ َْ

45
Syaiful Bahri Djaramah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 29.
46
Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at: keanehan bacaan Al-Qur’an Qira’at Ashim dari Hafash
(Banten: AMZAH, 2013), 41.
47
Lisya Chairini, M.A Subandi, Psikologi Santri Penghafal Al-Qu’an (Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2010), 38.
31

Artinya:“Barangsiapa yang menghafal al-Qur’an dan mengamalkan


isinya, maka akan dipakaikan kepada kedua orang tuanya
mahkota pada hari kiamat.” (HR. Mu’adz bin Anas ra) 48

Adapun maksud dari hadits tersebut adalah, al-Qur’an dapat

mengangkat derajat seseorang dan dapat memperbaiki keadaan jika ia

mengamalkannya. Sebaliknya, jika al-Qur’an dijadikan bahan tertawaan

dan disepelekan, maka akan menyebabkan ia disiksa dengan azab yang

pedih diakhirat kelak. Dengan al-Qur’an, Allah Swt. akan mengangkat

derajad para penghafal Al-Qur’an serta memakaikan kepada orangtuanya

mahkota yang sinarnya lebih terang dari pada sinar matahari.

Menghafal (tahfizh) al-Qur’an adalah suatu pekerjaan yang mulia

disisi Allah SWT. Seperti yang telah dijelaskan bahwa orang-orang yang

selalu menghafal al-Qur’an dan mengamalkan isi kandungannya adalah

orang-orang yang mempunyai keutamaan dan pahala yang berlipat ganda

dari Allah SWT.49

1) Dasar Menghafal Al-Qur’an

Menghafal al-Qur’an merupakan suatu sikap dan aktifitas yang

mulia, dengan menggabungkan al-Qur’an dalam bentuk menjaga serta

melestarikan semua keaslian al-Qur’an baik dari tulisan maupun pada

bacaan dan pengucapan atau teknik melafalkannya.

Para ulama sepakat bahwa hukum menghafal al-Qur’an adalah

fardhu kifayah. Apabila diantara anggota masyarakat ada yang sudah

melaksankannya maka bebaslah beban anggota masyarakat yang


48
Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi (Al-hafidz), Revolusi Menghafal Al-Qur’an (Surakarta: Insan
kamil, 2010), 26.
49
Sa’dulloh, Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), 25.
32

lainnya, tetapi jika tidak ada sama sekali maka berdosalah semuanya.

Prinsip fardhu kifayah ini dimaksudkan untuk menjaga al-Qur’an dari

pemalsuan, perubahan, dan pergatian seperti yang pernah terjadi

terhadap kitab-kitab yang lain pada masa lalu.50

Pada sisi lain, Rasulullah SAW merupakan hafidz (penghafal)

al-Qur’an pertama kali, dan merupakan contoh paling baik bagi para

sahabat dalam menghafalnya. Oleh karena Rasulullah Saw.

memberikan contoh dalam sikap beliau dengan wujud menghafalkan

al-Qur’an, maka tindakan menghafal al-Qur’an yang dilakukan oleh

umat Rasulullah SAW baik sejak beliau masih hidup maupun sampai

sekarang, juga merupakan sunnah yang diikuti dari beliau.

2) Keistimewaan Menghafal Al-Qur’an

Tidak diragukan lagi bahwa seorang penghafal al-Qur’an,

mengamalkannya, berperilaku dengan akhlaknya, bersopan santun

dengannya diwaktu malam dan siang adalah merupakan orang-orang

pilihan terbaik.51 Begitu mulianya penghafal al-Qur’an sebagaimana

mulianya al-Qur’an. Dia akan mendapat kemuliaan yang tinggi hingga

akan naik derajadnya disurga. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad

Saw. sebagai berikut:

‫خيركم من تعلم القرآن وعلمه‬


Artinya: “Sebaik-baik orang Islam adalah orang yang belajar al-

Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhori)

50
Sa’dulloh, Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), 19.
51
Sa’dulloh, Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), 23.
33

Adapun diantara keistimewaan bagi penghafal al-Qur’an menurut

Abdurrab Nawabudin adalah: 52

a) Mendapatkan kemenangan didunia dan diakhirat, jika disertai

dengan amal shaleh dan menghafalnya

b) Tajam ingatannya dan cemerlang pemikirannya

c) Bahtera ilmu

d) Memiliki identitas yang baik dan berperilaku yang jujur

e) Fasih berbicara, ucapanya benar dan dapat mengeluarkan fonetik

Arab dari landasannya secara tabi’in (alami)

Demikianlah keistimewaan orang yang suka membaca dan

menghafal al-Qur’an, mengingat para penghafal ini sangat besar

peranannya dalam pemeliharaan keaslian al-Qur’an, maka Allah Swt.

menetapkan atau mensejajarkan dengan para Nabi dan para Rosul.

b. Persiapan Menghafal Al-Qur’an

Menghafal al-Qur’an adalah suatu bentuk proses menjaga dan

melestarikan kemurnian kitab suci yang diturunkan kepada Rosulullah di

luar kepala agar tidak menjadi perubahan dan pemalsuan serta dapat

menjaga kelupaan, baik secara keseluruhan maupun sebagiannya.53

Setiap orang yang ingin menghafal al-Qur’an harus memiliki

kesiapan yang matang, agar dalam proses menghafal nantinya bisa

52
Abdurrab Nawabudin dan Ma’arif, Teknik Menghafal Al-Qur’an (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, ), 21.
53
Wiwi Alwiyah wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur’an (Jogjakarta: Diva Press, 2007),
74.
34

berjalan lancar dan hasilnya maksimal. Berikut beberapa hal yang harus

dilakukan dalam persiapan menghafal yaitu:

1) Niat ikhlas semata-mata karena Allah Swt.

Niat adalah kunci pertama yang harus dimiliki oleh seorang calon

penghafal. Dalam menghafal al-Qur’an hendaknya ikhlas hanya

karena Allah Swt. dan mengharapkan balasan dan pahala dari-Nya.

Karena Allah tidak akan menerima suatu amalan pun, kecuali sesuatu

yang dikerjakan dengan ikhlas karena mengharap Ridha-Nya.

Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-

Khattab radhiyallahu‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar

Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda:

ِِ ِ ِ َ‫ات وإِمَّنَا لِ ُكل ام ِر ٍئ ما نَوى فَمن َكان‬


ِ ِ ُ ‫إِمَّنَا اْألَعم‬
ُ‫ت ه ْج َرتُهُ إِ ََل اهلل َوَر ُس ْوله فَ ِه ْج َرتُه‬
ْ ْ َ َ َ ْ ِّ َ ‫ال بالنِّ يم‬ َْ
ِ ِ ٍ ِ ِ ِ َ‫ ومن َكان‬،‫إِ ََل اهللِ ورسولِ ِه‬
َ ‫ت ه ْج َرتُهُ ل ُدنْيَا يُص ْيبُ َها أ َْو ْام َرأَة يَنْك ُح َها فَ ِه ْج َرتُهُ إ ََل َما َه‬
‫اجر‬ ْ ْ َ َ ْ ُ ََ

ِ‫إِلَْيه‬
Artinya:“Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niat, dan
sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan
yang ia niatkan. Barangsiapa yang berhijrah karena Allah
dan Rasul-Nya maka ia akan mendapat pahala hijrah menuju
Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena
dunia yang ingin diperolehnya atau karena wanita yang
ingin dinikahinya, maka ia mendapatkan hal sesuai dengan
apa yang ia niatkan.” (HR. Al-Bukhori)54

Dari hadits di atas diketahui bahwa niat merupakan titik tolak

permulaan dalam segala amal. Niat yang ikhlas mempunyai peranan

yang sangat penting dalam menghafal al-Qur’an. Adapun orang yang


54
https://rumaysho.com/16311-hadits-arbain-01-setiap-amalan-tergantung-pada-niat.html (Diakses
pada Tgl. 6-6-2020, 16.44).
35

menghafal al-Qur’an hanya untuk membanggakan diri, atau supaya

mendapat hadiah atau imbalan, maka dia dapat meghafalnya tetapi

kemudian dia akan lupa dan Allah tidak akan menerima amalan

darinya.

2) Izin Orangtua/Wali (Suami bagi yang sudah menikah)

Semua anak yang hendak mencari ilmu atau menghafal al-

Qur’an sebaiknya terlebih dahulu meminta izin kepada orangtua/wali.

Sebab hal ini juga ikut dalam keberhasilan dalam meraih cita-cita

untuk menghafal al-Qur’an. Dengan izin mereka, maka sang

penghafal akan dapat dengan leluasa memanfaatkan waktunya untuk

menghafal al-Qur’an.55

Apabila orang tua atau suami sudah memberi izin terhadap

anak atau istrinya untuk menghafal al-Qur’an, berarti dia sudah

mendapat kebebasan menggunakan waktu dan dia rela waktunya tidak

untuk kepentingan lain kecuali hanya untuk menghafal al-Qur’an

semata.

Ketidak relaan orangtua/wali ini akan membawa pengaruh

batin kepada calon penghafal, sehingga menjadi bimbang dan kacau

pikirannya yang akhirnya mengakibatkan sulit untuk menghafal.

3) Menjalakan Kewajiban dan Menjauhi Perbuatan Maksiat

Tunaikanlah segala bentuk amalan fardhu pada waktunya yang

telah ditetapkan, serta menjauhkan diri dari segala maksiat yang

55
Ilham Agus Sugianto, Kiat Praktis Menghafal Al-Qur’an (Bandung: Mujahid, 2004) 53.
36

dimurkai Allah. Apabila kita terjerumus kedalam kemaksiatan,

segeralah bertaubat kepada Allah. Karena sesungguhnya al-Qur’an itu

tidak pernah dikaruniakan kepada para pelaku maksiat.56

Allah berfirman dalam Qur’an Surat Al-Mujadilah ayat 19

yang berbunyi:

          

      

Artinya:“Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka

lupa mengingat Allah; mereka Itulah golongan syaitan.

ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan Itulah

golongan yang merugi” (Q.S Al-Mujadalah (58) : 19)57

Hati yang dipenuhi oleh kemaksiatan dan disibukkan dengan

kerakusan nafsu syahwat tidak akan ada tempat untuk cahaya al-

Qur’an. Kemaksiatan akan menghalangi hafalan al-Qur’an, sedangkan

bisikan syetan akan menjauhkan dari mengingat Allah.

4) Memiliki Keteguhan yang Kuat dan Kesabaran

Keteguhan dan kesabaran merupakan faktor-faktor yang sangat

penting bagi orang yang sedang menghafal al-Qur’an. Menghafal al-

Qur’an sebanyak tiga puluh juz, seratus empat belas surah dan kurang

enam ribu enam ratus puluh enam ayat bukanlah pekerjaan yang

56
Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi (Al-hafidz), Revolusi Menghafal Al-Qur’an (Surakarta: Insan
kamil, 2010), 47.
57
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah Special for Waman (Bandung: Sygma
exagrafika, 2007), 544.
37

mudah. Oleh karena itu, diperlukan kemauan yang kuat dan kesabaran

yang tinggi agar cita-cita menjadi seorang hafidz bisa tercapai.58

Dalam proses menghafal al-Qur’an juga akan banyak sekali

ditemui berbagai macam kendala, mungkin jenuh, mungkin gangguan

lingkungan karena bising atau gaduh, mungkin gangguan batin atau

mungkin karena menghadapi ayat-ayat tertentu yang dirasakan sulit

menghafalnya.59

5) Menghafal Al-Qur’an dari Mushaf Satu Cetakan (Mushaf milik

Sendiri)60

Salah satu sebab yang bisa memperkuat hafalan adalah

hendaknya para penghafal al-Qur’an dalam menghafal harus

menggunakan mushaf dalam satu cetakan, dan tidak mengganti-ganti

bentuk mushaf al-Qur’an yang dihafalkan.

Jika tetap konsisten dengan satu bentuk mushaf al-Qur’an,

maka bentuk dan posisi ayat dalam mushaf akan terekam dengan baik.

Karena para penghafal al-Qur’an menghafal dengan penglihatan

seperti juga halnya pendengaran. Akan tetapi, jika penghafal

mengganti-ganti cetakan mushaf maka posisi-posisi ayatnya juga akan

berubah-ubah. Hal ini bisa membuyarkan pikiran dan mempersulit

hafalan.

58
Sa’dulloh, Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), 30.
59
Wiwi Alwiyah wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur’an (Jogjakarta: Diva Press, 2007),
30.
60
Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi (Al-hafidz), Revolusi Menghafal Al-Qur’an (Surakarta: Insan
kamil, 2010), 53.
38

6) Lancar Membaca Al-Qur’an dengan Baik dan Benar

Sebelum seorang penghafal melangkah pada periode

menghafal, seharusnya ia terlebih dahulu meluruskan dan

memperlancar bacaannya.61 Di dalam menghafal al-Qur’an,

diutamakan memiliki kemampuan baca yang benar dan baik. Sebagian

Ulama’ bahkan tidak memperkenankan anak didiknya untuk

menghafal al-Qur’an sebelum terlebih dahulu ia menghatamkan al-

Qur’an Binnadhor (dengan membaca). Hal tersebut dimaksudkan agar

calon penghafal al-Qur’an dapat:

a) Meluruskan bacaannya sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid,

ilmu nahwu, sharaf da kaidah-kaidah I’rab.62

b) Memperlancar bacaannya.

c) Membiasakan lisan dengan fonetik Arab.63

7) Istiqomah

Yang dimaksud dengan istiqomah yaitu konsisten, yakni tetap

menjaga keajegan dalam proses menghafal al-Qur’an.64 Menghafal al-

Qur’an disini haruslah Istiqomah. Istiqomah disini berarti disiplin

segala-galanya, termasuk disiplin waktu, tempat dan termasuk disiplin

materi-materi yang dihafalkannya. Sang penghafal hendaknya tak

merasa bosan dalam mengulang-ulang hafalannya.

61
Ahsin W Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000),
54.
62
Wiwi Alwiyah wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur’an (Jogjakarta: Diva Press, 2007),
53.
63
Ahsin W Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an..., 55.
64
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000),
51.
39

Selain itu, para penghafal juga harus sanggup mengorbankan

waktu. Apabila penghafal sudah menetapkan waktu tertentu untuk

menghafal materi baru, maka waktu tersebut tidak boleh diganggu

kepentingan lain.65

c. Faktor Pendukung Menghafal Al-Qur’an

Ada dua faktor dalam proses menghafal al-Qur’an yakni secara

Internal dan Eksternal.

Faktor Internal adalah faktor yang asalnya dari dalam diri

seseorang atau individu itu sendiri. Adapun Faktor Internal tersebut

meliputi:

1) Bakat

Bakat adalah suatu komponen potensial seseorang untuk

mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.66 Dalam hal ini,

siswa yang memiliki bakat akan lebih tertarik dan berminat serta lebih

mudah dalam meghafal al-Qur’an. Seseorang yang memiliki minat

untuk menghafal Al-Qur’an dian akan bersungguh-sungguh berusaha

menghafal sebelum ia diperintah oleh guru atau Kyainya. Minat yang

kuat akan mempercepat keberhasilan dalam meghafal al-Qur’an.

2) Kesehatan

Faktor kesehatan merupakan hal yang penting bagi mereka

yang penghafal al-Qur’an. Bila keadaan tubuh sehat maka akan lebih

65
Mahbub Junaidi, Menghafal Al-Qur’a Itu Mudah (Lamongan: CV Angkasa, 2006) 154.
66
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Jakarta: Rajawali Pers,
2013),135.
40

mudah dan cepat dalam prosesnya, namun bila tubuh tidak sehat maka

akan sangat menghambat ketika menghafal.

Kesehatan yang diperlukan seseorang dalam menghafal al-

Qur’an tidak hanya dari segi kesehatan lahiriyah saja, tetapi juga dari

psikologisnya. Sebab, jika dari psikologisnya terganggu maka juga

akan sangat menghambat proses menghafal. Seseorang dalam

menghafal al-Qur’an itu sangat membutuhkan ketenangan jiwa, baik

dari segi fikiran maupun hati. Apabila banyak sesuatu yang difikirkan,

proses menghafal pun akan menjadi tidak tenang, bahkan tidak lancar.

Akibatnya banyak ayat yang sulit dihafalkan. Oleh sebab itu, jika

seseorang penghafal megalami gangguan psikologi, hendaknya

perbanyaklah berdzikir, melakukan kegiatan yang positif atau

berkonsultasi kepada psikiater.67

3) Motivasi siswa

Pengertian dasar motivasi ialah suatu keadaan internal

organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu.68 Motivasi adalah

suatu yang penting bagi manusia. Tanpa motivasi, manusia akan

kehilangan kreativitas dan cita-cita semangat hidup.69

Seseorang dalam menghafal al-Qur’an dituntut untuk

bersungguh-sungguh. Untuk itulah motivasi untuk diri sendiri

sangatlah penting dalam rangka mencapai keberhasilan menghafal al-

67
Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur’an (Jogjakarta: Diva Press, 2007),
139.
68
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),
136.
69
Imam Malik, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Kalimedia, 2016), 93.
41

Qur’an 30 juz dalam waktu tertentu. Selain motivasi dari diri sendiri,

seseorang dalam menghafal al-Qur’an juga butuh motivasi dari orang

lain, orang terdekat utamanya dari kedua orang tua, keluarga dan

sanak kerabat. Dengan adanya motivasi, ia akan lebih bersemangat

dalam menghafal al-Qur’an, dan hasilnya akan berbeda jika motivasi

yang didapatkan itu kurang.

4) Kecerdasan

Kecerdasan menurut bahasa adalah suatu pemahaman,

kecepatan dan kesempurnaan sesuatu, dalam arti memahami sesuatu

secara cepat dan sempurna.70 Kecerdasan dalam menghafal al-Qur’an

merupakan faktor yang sangat penting. Setiap individu memiliki

kecerdasan yang berbeda-beda. Sehingga cukup mempegaruhi

terhadap proses hafalan yang dijalani. Meski demikian, bukan berarti

kurangnya kecerdasan menjadi alasan untuk tidak bersemangat dalam

proses menghafal al-Qu’an.

5) Usia yang cocok

Usia emas untuk menghafal al-Qur’an yaitu dimulai dari umur

lima tahun sampai umur dua puluh tiga tahun. Penelitian

membuktikan, bahwa ingatan pada usia anak-anak lebih kuat

dibandingkan dengan usia dewasa. Pada usia muda otak manusia

masih sangat segar dan jernih, bisa lebih fokus, dan tidak terlalu

banyak kesibukan, serta masih belum banyak memiliki problem.

70
Imam Malik, Pengantar Psikologi Umum..., 102.
42

Sehingga menghafalkan sesuatu apapun pada masa usia di atas, lebih

cepat ingat dan lebih lama lupa, dan sebaliknya di atas usia itu lebih

lama ingat dan lebih cepat lupa.

Untuk itu, jika menghafal al-Qur’an, sebaiknya dimulai pada

usia-usia yang masih produktif supaya tidak mengalami berbagai

kesulitan.71

Adapun faktor pendukung menghafal al-Qur’an yang kedua yaitu

faktor Eksternal. Faktor Eksternal adalah kondisi atau keadaan di

lingkungan sekitar.72 Hal ini berarti faktor-faktor yang berasal dari luar

diri seseorang atau individu yang bisa menunjang keberhasilan dalam

menghafal al-Qur’an. Adapun faktor Eksternal tersebut meliputi:

1) Adanya guru atau Kyai tahfidz (Instruktur/ pembimbing)

Kyai adalah seorang tokoh yang mempunyai posisi strategis

dan sentral dalam masyarakat. Terkait erat dengan kedudukannya

sebagai seorang pendidik dan terpandang di tengah-tengah masyarakat

dan memberikan pendidikan atau pengetahuan Islam para penduduk

desa dan para santri-santrinya.73 Selain itu, peran Kyai juga sebagai

guru dan pendidik yang tidak hanya mengajar tetapi juga

membimbing dan mengarahkan santri-santrinya agar dapat

berkembang dengan baik.

71
Wiwi Alawiyah wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur’an, Jogjakarta: Diva Press, 2007),
142.
72
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pengantar Baru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013)
132.
73
Binti Maunah, Tradisi Intelektual Santri (Yogjakarta: Teras 2009), 29.
43

2) Faktor lingkungan

Untuk mencapai keberhasilan dalam menghafal al-Qur’an, para

penghafal perlu memperhatikan keadaan lingkungan, karena baik

buruknya keadaan lingkungan sangat mempengaruhi konsentrasi

dalam menghafal al-Qur’an.

d. Kriteria Peningkatan Hafalan Al-Qur’an

Seseorang dapat dikatakan berhasil dan dikategorikan dapat

menghafal al-Qur’an dengan baik, apabila ia telah mampu meningkatkan

hafalannya, sehigga ia bisa melanjutkan hafalan ayat berikutnya. Selain

itu, ia yang juga berhasil memenuhi kriteria peningkatan hafalan al-

Qur’an yang meliputi:

1) Penguasaan Ilmu Tajwid

Mempelajari Ilmu tajwid merupakan hal yang sangat penting

bagi orang yang ingin mahir membaca al-Qur’an. Sebab membaca al-

Qur’an mempunyai kaidah-kaidah tertentu, tatacara yang khusus, serta

hanya di praktek kan terhadap kitab Allah Swt.

Seseorang yang ketika dalam proses menghafal al-Qur’an tidak

menguasai ilmu tajwid, maka akan kesulitan dalam menghafal dan

akan benar-benar terasa masa menghafal akan semakin lama. Tanpa

menguasai tajwid bacaan akan menjadi kaku, tidak lancar dan banyak

yang salah.74

74
Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur’an, Jogjakarta: Diva Press, 2007),
114.
44

Adapun ruang lingkup ilmu tajwid Menurut Ummul Habibah

dalam karya bukunya yang berjudul 20 Hari Hafal 1 Juz, menjelaskan

bahwa ruang lingkup pembahasan ilmu tajwid meliputi Makhorijul

huruf, Shifatul huruf, Ahkamul huruf, Ahkamul Maddi Wal Qasr,

Ahkamul Waqf Wal Ibtida’, Al-khat dan Al-usmani.75 Dengan

penjelasan sebagai berikut:

a) Makhorijul huruf.

Adalah suatu nama tempat untuk huruf untuk pelafalan huruf

hijaiyah. Setiap huruf hijaiyah harus dilafalkan sesuai dengan

makhrojnya. Kesalahan dalam pengucapan huruf hijaiyah akan

menimbulkan perbedaan makna. Apalagi huruf hijaiyah banyak

yang mirip dan berdekatan dalam pengucapannya.

b) Shifatul huruf.

Adalah sesuatu yang datang ketika huruf diucapakan dari

makhrojnya.

c) Ahkamul huruf.

Membahas hubungan antar huruf seperti ketika alif lam ta’rif

menghadapi huruf hijaiyah, maka ada yang dibaca idzhar ada pula

yang diidghomkan.

75
Ummu Habibah, 20 Hari Hafal 1 Juz (Yogyakarta: Diva Press, 2015), 38.
45

d) Ahkamul Maddi Wal Qasr

Membahas hukum memanjangkan dan memendekkan bacaan.

Ketika membaca al-Qur’an ada kaidah mad yang harus dibaca

panjang mulai 2 harkat sampai 6 harkat.

e) Ahkamul Waqf Wal Ibtida’

Artinya menghentikan dan memulai bacaan. Salah satu aturan

ketika membaca al-Qur’an adalah tidak boleh mengambil nafas di

tengah bacaan. Apabila sudah habis nafas, maka harus berhenti

pula bacaannya tapi tidak boleh disembarangan kata untuk

berhenti. Untuk itu, kita harus mengetahui cara berhenti dan

memulai bacaan.

f) Al-khat dan Al-usmani

Biasa disebut penulisan atau metode penulisan. Rosm Utsmani atau

disebut juga Rosmul Qur'an adalah tata cara penulisan al-Qur'an

berdasarkan kaidah tertentu yang tetapkan pada masa Kholifah

Utsman bin Affan.

Mempelajari ilmu tajwid sangat dianjurkan bagi semua umat

Islam supaya dapat membaca al-Qur’an dengan lancar, baik dan benar.

Sebab membaca al-Qur’an bukan sekedar membaca saja, melainkan

membacanya harus benar sesuai dengan kaidah yang ditetapkan. Oleh

karena itu, supaya dapat mengetahui tata cara membaca al-Qur’an


46

yang benar maka harus terlebih dahulu menguasai pokok-pokok

pembahasan hukum bacaan yang ada di dalam ilmu tajwid.76

2) Kefasihan dalam Menghafal Al-Qur’an

Fasih berasal dari bahasa Arab ‫ فصخ‬yang berbicara dengan

terang, fasih, atau petah lidah.77 Fasih berarti terang atau jelas baik

dalam pelafalan maupun pengucapan lisan. Sedangkan fasih dalam

menghafal al-Qur’an maksudnya yaitu kelancaran seseorang dalam

mengucapkan/melafalkan ayat al-Qur’an atau lebih dikenal makhorijul

huruf yang baik dan benar sesuai kaidahnya.

Kefasihan itu terletak pada pengucapan individu terhadap suatu

kata. Keafasihan antara individu satu dengan individu lainnya itu

berbeda. Adapun tingkat kefasihan individu dalam pelafalan al-Qur’an

meliputi:

a) Tartil

Tingkat kefasihan dalam membaca al-Qur’an itu didalamnya

terdapat tartil. Makna tartil dalam bacaan ialah pelan-pelan dan

perlahan-lahan, memperjelas huruf dan harakatnya, menyerupai

permukaan gigi-gigi yang rata dan yang tertata rapi.78

76
Wiwi Alawiyah Wahid, Panduan Menghafal al-Quran Super Kilat, (Yogyakarta: Diva Press,
2015), 52.
77
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Ciputat: PT Mahmud Yunus, 2010), 317.
78
Yusuf Qaradhawi, Bagaimana Berinteraksi Dengan Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Alkautsar,
2000), 166.
47

b) Hadr

Hadr adalah membaca dengan cepat tetapi tetap memperhatikan

syarat-syarat yang benar.79 Pada tingkatan ini adalah kemampuan

membaca al-Qur’an dengan cepat, ringan dan pendek suara

(mendengung tidak sampai hilang) namun tetap menegakkan awal

dan akhir kalimat serta meluruskannya.

c) Tadwir

Bacaan dengan Tadwir adalah menggunakan ukuran pertengahan

antara tartil dan hadr. Maksudnya yaitu, bacaan al-Qur’an yang

memakai kecepata pertengahan diantara ketentuan yang ada.

3) Kelancaran dalam Menghafal Al-Qur’an

Kelancaran dalam kamus besar Bahasa Indonesia berasal dari

kata dasar lancar, yang memiliki makna tidak tersagkut-sangkut, tidak

terputus-putus, fasih tidak tertunda-tunda.80 Sedangkan kelancaran

dalam menghafal al-Qur’an adalah suatu keadaan seseorang dapat

membaca al-Qur’an dengan fasih, tidak tersangkut-sangkut, dan tidak

terputus-putus, yaitu yang membacanya sesuai dengan tajwid dan

makhorijul huruf yang benar dan disertai dengan tartil.

Untuk bisa membaca al-Qur’an dengan lancar maka diperlukan

latihan-latihan yang bersifat konsisten. Karena dengan membaca

secara konsisten maka akan membuat lidah terbiasa membaca dengan

baik dan benar.


79
Mukhlisosh Zawawi, P-M3 Al-Qur’an Pedoman Membaca, Menghafal dan Mendengar Al-
Qur’an (Solo: Tinta Media, 2011), 43.
80
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 633.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu mekanisme kerja penelitian yang

mengandalkan uraian deskriptif kata atau kalimat yang disusun secara cermat

dan sistematis mulai dari menghimpun data hingga menafsirkan dan

melaporkan hasil penelitian.81 Pada penelitian ini, peneliti menggunakan

penelitian kualitatif deskriptif, dimana peneliti berusaha mendeskripsikan lebih

dalam mengenai Efektifitas metode murajaah untuk mengatasi Interferensi

Retroaktif dalam menghafal al-Qur’an. Alasan peniliti menggunakan

pendekatan ini karena data yang akan terkumpul berbentuk kata-kata atau

gambar, sehingga tidak menekankan pada angka-angka. Data yang terkumpul

setelah dianalisis selanjutnya dideskripsikan sehingga mudah dipahami oleh

orang lain.

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam pendekatan

kualitatif ini adalah menggunakan jenis penelitian lapangan (Field Research).

Penelitian lapangan merupakan studi terhadap realitas sosial masyarakat secara

langsung.82 Ide pentingnya adalah bahwa peneliti berangkat kelapangan untuk

mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan ilmiah.

81
Ibrahim, Metodologi Penelitian Kualitatif (Pontianak: ALFABET, 2015), 55.
82
Muhammad Tolchah Hasan, Metodologi Penelitian Kualitatif (Malang: Visi Press, 2002)

48
49

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat yang akan dijadikan sebagai

lapangan penelitian atau tempat dimana penelitian tersebut hendak dilakukan.

Wilayah penelitian biasanya berisi tentang lokasi (desa, organisasi, peristiwa,

teks dan sebagainya).83

Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an

Darussyafa’ah di desa Kesilir, kecamatan Siliragung kabupaten Banyuwangi

provinsi Jawa Timur.

Alasan peniliti menetapkan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an

Darussyafa’ah Kesilir-Banyuwangi sebagai lokasi penelitian karena petama

pondok pesantren ini merupakan pondok pesantren khusus Tahfidzul Qur’an.

Dipesantren ini, para santri di diajarkan banyak metode dalam mempermudah

menghafal al-Qur’an. Salah satunya yaitu metode Murajaah. Metode Murajaah

adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengulang hafalan agar tidak mudah

hilang dari memori (ingatan). Metode ini sangat cocok untuk mengatasi

masalah Interferensi Retroaktif.

Disamping itu, latar belakang dari santri penghafal al-Qur’an disana

banyak yang masih menempuh sekolah formal yaitu tingkat SD, SMP, SMA

dan Mahasiswa. Sehingga tidak sedikit dari mereka yang mengalami

Interferensi Retroaktif dalam menghafal.

83
Tim Penyusun, Pedoman Karya Ilmiah (Jember: IAIN Jember, 2018), 74.
50

C. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, teknik dalam pengambilan sampel yang digunakan

adalah sampel bertujuan (purposive sampling). Yaitu teknik penentuan ini ialah

dengan pertimbangan tertentu.84 Misalnya, orang tersebut dianggap yang paling

tahu tentang apa yang kita harapkan, sehingga akan mempermudah peneliti

menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.

Subyek yang peneliti tetapkan dalam penelitian ini adalah pihak yang

terdiri dari informan. Hal itu dilakukan karena para informan dapat

memberikan informasi atas keterangan yang berkaitan dengan kebutuhan

peneliti. Adapun informan yang telah ditentukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafaah, yakni KH.

Ahmad Zakariya Al-Hafidz

2. Pengurus Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafaah, yakni Nabila

Yurita Zahro

3. Ustadzah Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafaah, yakni:

a. Anik Mukarromah

b. Elok Rofiqoh

4. Santri Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafaah, yakni:

a. Lailia Nur Hamidah

b. Tri Ayu Hernita

c. Nihayutun Ni’mah

84
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Penerbit Alfabeta), 85.
51

D. Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.85

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian yang

telah dilakukan sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. 86 Jika

wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka

observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang

lain.87

Dalam penelitian ini, peneliti meggunakan observasi langsung yaitu

tehnik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara

langsung terhadap gejala-gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang

sebenarnya.

Data yang diperoleh melalui observasi ini adalah mengenai:

a. Penerapan metode Murajaah dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok

Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah Siliragung-Banyuwangi

85
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D..., 224.
86
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta),158.
87
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Penerbit Alfabeta),
145.
52

b. Probematika Interferensi Retroaktif dalam menghafal Al-Qur’an di

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah Siliragung-

Banyuwangi

c. Efektivitas metode Murajaah untuk mengatasi Interferensi Retroaktif

dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an

Darussyafa’ah Siliragung-Banyuwangi

2. Wawancara

Wawancara adalah salah satu bentuk instrumen jenis non tes yang

dilakukan untuk mendapatkan informasi melalui percakapan dan tanya

jawab baik secara langsung dan tidak langsung.88 Wawancara merupakan

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,

sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Pada penelitian ini digunakan metode wawancara tidak terstruktur.

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas, dimana peneliti

tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara

sistematis dan lengkap, melainkan hanya beberapa garis-garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan.89

Adapun informasi yang ingin diperoleh dari wawancara adalah

mengenai berbagai hal terkait kegiatan menghafal al-Qur’an. Sedangkan

informan yang akan diwawancarai dalam penelitian ini yaitu: Pengasuh,

88
Moh Sahlan, Evaluasi Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik
(Jember: STAIN Jember Press, 2013), 127.
89
Moh Sahlan, Evaluasi Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik
(Jember: STAIN Jember Press, 2013), 140.
53

pengurus, ustadzah dan santri di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an

Darussyafaah.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan suatu kejadian yang sudah lalu.90

Dokumen biasa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya menumental dari

seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya, catatan harian,

sejarah kehidupan (life stories), cerita, biografi, peraturan, kabijakan.

Adapun data yang diperoleh dari dokumentasi dalam penelitian ini

adalah:

a. Identitas Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah

b. Letak geografis Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah

c. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah

d. Struktur kepengurusan santri (putri) Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an

Darussyafa’ah

e. Kondisi Santri (putri) Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah

f. Jadwal pelaksanaan Muraja’ah santri (putri) di Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah

g. Kegiatan santri (putri) Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an

Darussyafa’ah

h. Sarana prasarana di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah

90
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Penerbit Alfabeta),
329.
54

E. Analisi Data

Dalam peneitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan

meggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam, dan dilakukan

dengan terus-menerus sampai datanya jenuh.91 Dalam penelitian ini, peneliti

meggunakan analisis data menurut Milles dan Huberman. Adapun langkah-

langkahnya sebagai berikut:

1. Kondensasi Data

Kondensasi data adalah proses menyeleksi, memfokuskan,

menyederhanakan dan mentransformasikan data yang mendekati

keseluruhan bagian dari catatan-catatan lapangan secara tertulis, transkip,

wawancara, dokumentasi serta materi empiris lainnya. Kondensasi data ada

lima tahapan sebagai berikut:

a. Selecting

Menurut Milles dan Huberman, peneliti harus selektif dalam

menyeleksi data. Hubungan mana yang mungkin lebih penting dan

sebagai konsekuensinya informan apa yang dapat dikumpulkan dan

dianalisis. Informasi-informasi yang berhubungan dengan Efektivitas

Metode Murajaah Untuk Mengatasi Interferensi Retroaktif Dalam

Menghafal al-Qur’an dikumpulkan pada tahap ini. Peneliti

mengumpulkan informasi tersebut untuk memperkuat penelitian.

91
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Penerbit Alfabeta),
129.
55

b. Focusing

Tahap ini merupakan kelanjutan dari seleksi data. Peneliti hanya

membatasi data yang berdasarkan rumusan masalah. Fokus data pada

fokus penelitian pertama yaitu penerapan metode Murajaah di Pondok

Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah Banyuwangi, kedua

problematika Interferensi Retroaktif dalam menghafal Al-Qur’an di

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah Banyuwangi, ketiga

efektivitas metode Murajaah untuk mengatasi Interferensi Retroaktif

dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an

Darussyafa’ah Banyuwangi.

c. Abstracting

Pada tahap ini data yang telah terkumpul dievaluasi, dipilih yang

berkaitan dengan kualitas data dan kecakupan data. Apabila data yang

berkaitan dengan Efektivitas Metode Murajaah Untuk Mengatasi

Interferensi Retroaktif Dalam Menghafal Al-Qur’an dirasa sudah cukup,

maka data tersebut digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti.

d. Simplying

Setelah data dievaluasi kemudian di sederhanakan.

e. Transforming

Data di transformasikan dalam berbagai cara, yakni melalui

seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat menggolongkan

data dalam satu pola yang lebih luas.


56

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah meyajikan data yang sudah dikondensasikan

sebagai sekumpulan informasi yang tersusun. Melalui penyajian data dapat

dipahami apa yag sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan

temuan baru yang sebenarnya belum pernah ada. Temuan yang berupa

deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih belum jelas

sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulan dalam penelitian

kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan

sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah

dalam penelitian kualitatif hanyalah bersifat sementara dan akan

berkembang setelah peneliti berada di lapangan.92

F. Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data sangat perlu dilakukan agar data yang

dihasilkan dapat dipercaya dan dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Adapun

keabsahan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi

sumber dan trianguasi tehnik.

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah

diperoleh melalui beberapa sumber. Jika pada sumber data peneliti tidak

menemukan informasi yang sesuai, maka peneliti akan melakukan pencarian

92
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Penerbit Alfabeta),
253.
57

data dengan sumber lain.93 Hal ini dikarenakan agar data yang diperoleh dapat

dipertanggung jawabkan dan dipercaya oleh semua orang. Triangulasi tersebut

bermakna apabila dalam melakukan pengumpulan data dari pihak Pengasuh

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah dirasa kurang, maka

peneliti mencari data informasi kepada sumber lain. Hal tersebut bisa melalui

pengurus atau santri serta pihak lain yang berperan dilokasi tersebut.

Kedua yaitu menggunakan triangulasi tehnik untuk menguji kredibilitas

data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan

tehnik yang berbeda.94 Dalam hal ini, ketika sudah diperoleh data dari

wawancara kepada beberapa pihak maka selanjutnya kebenarannya akan dicek

melalui kegiatan observasi dan dokumentasi di lapangan.

G. Tahap-tahap Penelitian

Bagian ini menguraikan rencana pelaksanaan penelitian yang dilakukan

oleh peneliti, mulai dari penelitian pendahuluan, pengembangan desain,

penelitian sebenarnya dan sampai pada penulisan laporan.95

Dalam penelitian kualitatif ini, penulis menggunakan tiga tahap

penelitian yakni sebagai berikut:

1. Tahap Pra Penelitian Lapangan

Pada tahap ini ada beberapa langkah yang dilakukan oleh peniliti,

diantaranya:

a. Menemukan masalah dilokasi penelitian

b. Menyusun rencana penelitian


93
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: ALFABETA, 2017), 92.
94
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif...,127.
95
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Jember: IAIN Jember, 2018), 76.
58

c. Mengurus surat ijin penelitian

d. Menyiapkan perlengkapan penelitian

2. Tahap Penelitian Lapangan

Dalam kegiatan penelitian terdapat langkah-langkah sebagai berikut:

a. Memahami latar belakang dan tujuan penenlitian

b. Memasuki lokasi penelitian

c. Mencari sumber data yang telah ditentukan objek penelitian

d. Menganalisa data dengan menggunakan prosedur penelitian yang telah

ditetapkan

3. Tahap Akhir Penelitian

Pada tahap akhir penelitian, yang perlu dilakukan peneliti adalah

sebagai berikut:

a. Penarikan kesimpulan

b. Menyusun data yang telah ditetapkan

c. Kritik dan saran


BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

A. Gambaran Obyek Penelitian

1. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah

KH. Ahmad Zakariya Al-hafidz merupakan pengasuh sekaligus

pendiri pertama Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah.

Dulunya, Beliau merupakan Alumni santri Pondok Pesantren gede

Darussalam Blokagung yang menghafal Al-Qur’an (tahfidz) pertama kali.

Kemudian menikah dengan Ny. H. Qibtiatun Nurul Aini.

“Awale aku iki santri Blokagung, terus rabi oleh kene. Setelah rabi
oleh ibukmu kui, mulai aku duduk neng kene diikuti santri-santri
blokagung. Awal-awale biyen tiap poso santri blokagung banyak
yang posoan disini, akhirnya di kenal lingkugan kemudian pada
banyak yang mondok disini. Terus dibarengi santri kanan kiri
lingkungan, saudara-saudara, tetangga terus akhirnya berlanjut sampe
tambah tambah. Kemudian selama 11 tahun masih menempat di
lingkungan orangtua/ mertua. Karena tempatnya sempit, tidak
mungkin ditempati banyak orang, karena waktu iku wes onok santri
25-30 santri putra karo putri dan lingkungan sempit, akhirnya
memutuskan pindah nang kene ki, mulai 95. Terus lagi diiringi ada
pendidikan formal MAN negeri sebelah, akhirnya banyak siswa siswi
sekolah banyak yang bertempat di pondok sini, terutama siswa aliyah
yang jauh jauh. Terus sampek saiki santriku wes ono 300 lebih.”96

Menurut penuturan KH. Ahmad Zakariya Al-hafidz, menjelaskan

bahwa awalnya mulanya dulu ini bukan pondok pesantren namun tempat

deresan oleh santri-santri blokagung, awal-awalnya santri blokagung

banyak yang posoan disini. yang mana saat itu masih menempat

dilingkungan orang tua. Saat itu, setiap seminggu 3 kali santri Blokagung

mengaji deresan kepada Abah Zakariya, kemudian banyak dikenal dan

96
KH. Ahmad Zakariya Al-hafidz, wawancara, Banyuwangi, 15 Juni 2020.

59
60

diikuti dari kanan kiri lingkungan, saudara-saudara, tetangga akhirnya

berlanjut ada anak baru dari berbagai kota hingga terus berlanjut sampai

bertambah-tambah. Selama 11 tahun masih menempat di lingkungan

mertua/orang tua, karena tempatnya sempit dan tidak memugkinan untuk

ditempati orang banyak yang mana pada waktu itu santrinya sekitar 25-30an

yang terdiri dari santri putra/putri, maka abah Zakariya memutuskan untuk

pindah.

Sekitar tahun 1995an, akhirnya memutuskan untuk pindah ke tanah

pondok yang sekarang ini (ditempati). Tanah yang ditempati sekarang

merupakan tanah wakaf dari saudara. Kemudian mendirikan pondok

pesantren yang diberi nama awalnya Pondok Pesantren Darussyafa’ah,

kemudian berubah menjadi Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an

Darussyafa’ah.

2. Letak geografis Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah

Berdasarkan observasi peneliti, secara geografis Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah berlokasi di daerah kota Banyuwangi

bagian selatan, yakni terletak di Jl. H. Ichsan di sebelah timur sekolah

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Banyuwangi, tepatnya didusun

Sumbersuko RT 01 RW 05 didesa Kesilir kecamatan Siliragung kabupaten

Banyuwangi, yang dibawah asuhan K.H Ahmad Zakariya Al-Hafidz dan

Ny. H. Qibtiatun Nurul Aini.97

97
Observasi PPTQ Darussyafa’ah, Banyuwangi, 06 April 2020.
61

3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah

Dalam pelaksanaannya, Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an

Darussyafa’ah memiliki Visi dan Misi yang ingin dicapai untuk masa yang

akan datang.

a. Visi

Mencetak generasi Tahfidz dan berakhlak Qur’ani berlandaskan Al-

Qur’an Ahlus Sunnah wal Jamaah.

b. Misi

1) Memberi bekal ilmu Agama yang kuat

2) Mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas dalam Agama

3) Memberikan bekal dengan keterampilan keagamaan dan

kemasyarakatan.98

4. Struktur kepengurusan santri (putri) Pondok Pesantren Tahfidzul

Qur’an Darussyafa’ah

Untuk mencapai tujuan bersama, pengurus Pesantren terus

meningkatkan kinerjanya untuk meningkatkan pembelajaran di Pondok

Pesantren agar terus menjadi lebih baik. Peranan pengurus pesantren

sangatlah penting untuk suatu hubungan personalia dalam kaitannya dengan

tugas dan tanggung jawab. Adapun lebih jelasnya untuk susunan struktur

kepengurusan di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah bagian

putri akan peneliti sajikan di lampiran:99

98
Dokumentasi PTTQ Darussyafa’ah, Banyuwangi, 18 Juni 2020.
99
Dokumentasi PTTQ Darussyafa’ah, Banyuwangi, 18 Juni 2020.
62

Tabel 4.1
Struktur Kepengurusan Santri Putri Masa Abdi 2019-2020
Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafaah
PENGASUH
KH. Ahmad Zakariya Al-hafidz
Ny. Hj. Qibtiyatun Nurul Aini

KETUA UMUM
Gus Abdul Kholiq Mahfudz S.Kom.I

PENASEHAT
Ning Khilda Isnia Fitriana

KETUA
Ustdz. Dewi Muhimmatul Qowimah

WAKIL
Ustdz. Anik Mukaromah

SEKRETARIS BENDAHARA
Ustdz. Aqidatul Izza Ustdz. Nurun Mala Niken
Ustdz. Nabila Yurita Zahro Ustdz. Elok Rofiqoh

SIE-SIE

SIE KEAMANAN SIE PENDIDIKAN


Di Koordinasi Oleh: Di Koordinasi Oleh:
Ustdz. Nurul Avivah Ustdz. Miftakhul Jannah

SIE UBUDIYAH SIE KEBERSIHAN


Di Koordinasi Oleh: Di Koordinasi Oleh:
Ustdz. Umi Toyyibah Ustdz. Fafis Ramdhan Sari

SIE KOPERASI SIE KESEHATAN


Di Koordinasi Oleh: Di Koordinasi Oleh:
Ustdz. Fitrika Khanifatu Zaro' Ustdz. Urbach Fina Fadliliya
63

5. Kondisi Santri (putri) Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an

Darussyafa’ah

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah merupakan

pondok pesantren khusus untuk penghafal Al-Qur’an. Namun ada juga

santri yang tidak menghafal, hanya bin nadhar saja. Kondisi santri yang

belajar di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an disana selain menjadi santri,

mereka juga banyak yang menempu sekolah formal, yakni dari berbagai

macam jenjang pendidikan, ada yang sudah Mahasiswa, siswa MAN, siswa

MTs dan yang tidak sekolah hanya mondok saja. Selain itu, ada juga santri

yang hanya mengabdi di Ndalem, yaitu membantu pekerjaan ibu Nyai di

ndalem. Santri Ndalem disana tidak diberatkan untuk menghafal Al-Qur’an.

Santri yang belajar di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an pada tahun

2020 keseluruhan berjumlah 267 santri, yakni 124 santri putra dan 143

santri putri. Adapun santri putri sendiri ada 143 santri, dengan rincian 89

santri yang tahfidz dan yang 54 santri bin nadhar.

Dipondok pesantren dalam kesehariannya dibiasakan untuk hidup

mandiri dan tidak selalu menjadi beban orang lain, termasuk orang tua.

Mereka juga dibiasakan untuk senantiasa mau berkorban, saling tolong

menolong, memiliki kepedulian terhadap lingkungan serta peka terhadap

kondisi umat.
64

6. Jadwal pelaksanaan Muraja’ah santri (putri) di Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur’an Darus Syafaah

Jadwal setor Hafalan Al-Qur’an bil ghaib yaitu dilaksanakan setelah

subuh mulai dari Juz 1-30, disetorkan ke Abah Kyai (KH. Ahmad Zakariya

Al-hafidz).

Untuk setor Murajaah Al-Qur’an bil ghaib mulai dari Juz 1-6 yaitu

dilaksanakan setelah Maghrib ke Ustadzah. Sedangkan untuk setor

Murajaah bil ghaib mulai dari Juz 7-30 yaitu dilaksanakan setelah Ashar.

Untuk bin Nadhar setelah Maghrib ke Ustadzah.

Setelah dhuhur ada jadwalnya juga yaitu deresan bersama santri

tahfidz putra/putri mulai dari juz 1-30. Tujuannya yaitu Murajaah bersama-

sama.

7. Kegiatan santri (putri) Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darus

Syafaah

Para santri di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darus Syafaah

telah memiliki jadwal kegiatan mereka sehari-hari yang harus dilaksanakan

dan dipatuhi selama mereka berada di pondok. Adapun daftar jadwal

kegiatan tersbut adalah sebagai berikut:100

100
Observasi di lingkungan PPTQ Darussyafa’ah, Banyuwangi, 17 Juni 2020.
65

Tabel 4.2
Jadwal Kegiatan Santri Putri
Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darus Syafaah

Hari Waktu Kegiatan


Subuh Sholat Subuh Berjamaah
Ba’da Subuh Sema’an Abah (Tafsir Al-Qur’an)
06.00 Kumpul ke belakang Cek in sandal (ghosop-an)
06.30 Ro’an (Bersih-bersih Pondok)
08.00 Sholat Dhuha Bersama
Dhuhur Sholat Dhuhur Berjamaah
Ba’dha dhuhur Deresan bil ghaib santri putra/putri
Ahad Ashar Sholat Ashar Berjamaah
Ba’da Ashar Setoran Murajaah bil ghaib Juz 7-30 (ke Abah
Kyai)
Maghrib Sholat Maghrib Berjamaah
Ba’da Maghrib Murajaah bil ghaib Juz 1-6 (ke Ustadzah)
Tartilan bagi Bin Nadhar
18.00 Mengaji kitab Sulamun Najah dan Tajwid
Isya’ Sholat Isya’ Berjamaah
Ba’da Isya’ Tafsir Al-Jalalain dan Kitab Ta’lim Muta’allim
20.30 Sekolah Diniyyah
03.00 Sholat Tahajud
Subuh Sholat Subuh Berjamaah
Ba’da Subuh -Setoran Hafalan bagi bil ghaib (ke Abah Kyai)
-Membaca waqiah, yasin dan mulk
06.45 -Sekolah formal (bagi siswa yang sekolah formal
SMA/SMP)
-Murajaah hafalan Al-Qur’an (bagi santri yang
sudah/tidak sekolah formal)
Dhuhur Sholat Dhuhur Berjamaah
Senin, Ba’da dhuhur Deresan bagi bil ghaib santri putra/putri
Selasa, Ashar Sholat Ashar Berjamaah
Rabu, Ba’dha Ashar Setoran Muraja’ah bagi bil ghaib Juz 7-30 (ke
Sabtu Abah Kyai)
Maghrib Sholat Maghrib Berjamaah
Ba’da Maghrib Murajaah bil ghaib Juz 1-6 (ke Ustadzah)
Tartilan bagi Bin Nadhar (ke Ustadzah)
18.00 Mengaji kitab Sulamun Najah dan Tajwid
Isya’ Sholat Isya’ Berjamaah
Ba’da Isya’ Tafsir Al-Jalalain dan Kitab Ta’lim Muta’allim
20.30 Sekolah Diniyyah
03.00 Sholat Tahajud
Subuh Sholat Subuh Berjamaah
Ba’da Subuh -Setoran Hafalan bagi bil ghaib (ke Abah Kyai)
66

-Membaca waqiah, yasin dan mulk


06.45 -Sekolah formal (bagi siswa yang sekolah formal
SMA/SMP)
-Murajaah hafalan Al-Qur’an (bagi santri yang
sudah/tidak sekolah formal)
Dhuhur Sholat Dhuhur Berjamaah
Ba’da dhuhur Deresan bagi bil ghaib santri putra/putri
Ashar Sholat Ashar Berjamaah
Ba’dha Ashar Setoran Muraja’ah bagi bil ghaib Juz 7-30 (ke
Kamis Abah Kyai)
Maghrib Sholat Maghrib Berjamaah
Ba’da Maghrib Tahlilan, Manaqiban dan Dzikru Ghofilin
Isya’ Sholat Isya’ berjamaah
Ba’da Isya’ Kegiatan pondok
-20.00-Sampai (Sholawat, Dibaiyyah, Khitobah, Ubudiyyah)
selesai
03.00 Sholat Tahajud
Subuh Sholat Subuh Berjamaah
Ba’da Subuh Membaca Surah Kahfi
06.00 Tahlilan di Maqom (depan)
06.45 -Sekolah formal (bagi siswa yang sekolah formal
SMA/SMP)
-Murajaah hafalan Al-Qur’an (bagi santri yang
sudah/tidak sekolah formal)
Dhuhur Sholat Dhuhur Berjamaah
Ba’da dhuhur Istirahat
Jum’at Ashar Sholat Ashar Berjamaah
Ba’dha Ashar Tahlilan di Maqam belakang (Mbah Uti)
Maghrib Sholat Maghrib Berjamaah
Ba’da Maghrib Murajaah bil ghaib Juz 1-6 (ke Ustadzah)
Tartilan bagi Bin Nadhar (ke Ustadzah)
Isya’ Sholat Isya’ berjamaah
Ba’da Isya’ Sholat Isya’ Berjamaah
20.30 Tafsir Al-Jalalain dan Kitab Ta’lim Muta’allim
03.00 Sholat Tahajud

8. Sarana prasarana di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darus

Syafaah

Berjalan tidaknya suatu program suatu lembaga tidak luput dari

penyediaan sarana dan prasarana pendukung sesuatu kegiatan. Sama halnya


67

dengan di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah, untuk

mendukung kegiatan santri pengelola juga menyediakan fasilitas yang

memadai demi kenyamanan santri itu sendiri. Meski sudah berdiri lama,

namun Pondok Pesantren ini terus memperbaiki sarana prasarana nya agar

terus menjadi lebih baik. Untuk sekarang, pondok pesantren proses

perencanaan gedung sekolah formal, yaitu MTs Al-Furqon. MTs ini sudah

berjalan 2 tahun. Berikut adalah sarana prasarana yang ada di Pondok

Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah.101

Tabel 4.3
Sarana Prasarana Asrama Putri
Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah

No. Sarana Prasarana Jumlah


1. Musholla 1
2. Gedung Asrama 3
3. Kamar santri 15
4. Kamar Mandi 9
5. Kantor 2
6. Koperasi 1
7. Warung 1
8. Gudang 1
9. Gazebo 1
10. Tempat Pengiriman 3
11. Gedung Sekolah 1
12. Kelas TPQ 4
13. Madrasah Diniyyah 8
14. Wifi 2
15. Mesin Printer 2
16. Laptop 3
17. Hp 4
18. Sound 2

101
Observasi di lingkungan PPTQ Darussyafa’ah Banyuwangi, 17 Juni 2020.
68

B. Penyajian Data dan Analisis

Penggunaan metode penelitian berupa observasi, wawancara dan

dokumentasi menghasilkan beberapa data. Setelah pengumpulan data selesai,

kemudian dilajut kepada analisis data yang dilakukan secara interaktif.

Penyajian data beserta analisis data, peneliti dapatkan dari hasil

penelitian di lingkungan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah.

Data diperoleh berdasarkan hasil dari observasi dilingkungan pondok,

wawancara terhadap pengasuh, pengurus dan santri di Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah tentang sesuatu yang terdapat dalam fokus

penelitian skripsi ini, dan melalui dokumen-dokumen dari Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur’an Darus Syafaah.

1. Penerapan Metode Murajaah dalam menghafal al-Qur’an di Pondok

Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah Banyuwangi

Program Tahfidzul Qur’an merupakan suatu program khusus yang

ada di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah. Metode yang

diterapkan di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah ini tidak

jauh berbeda degan model pembelajaran yang diterapkan di pondok

pesantren lainnya. Beberapa diantara nya adalah sorogan (santri

menyetorkan hafalan kepada Kyai) yang mana dilaksanakan setiap pagi

untuk menambah hafalan baru, dan untuk muraja’ah (mengulang) dilakukan

setiap ba’da dhuhur dan ashar yang dilakukan secara terbimbing serta

dilaksanakan setiap ba’da maghrib yaitu untuk murajaah sendiri. Seperti


69

yang dijelaskan oleh Nabila Yurita Zahro selaku Ustadzah di Pondok

Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah mengatakan bahwa:

“Murajaah teng ngriki niku di bagi dados tigo mbak, yoiku murajaah
teng ngajeng Abah, murajaah tg ngajenge ustadzah, murajaah sareng-
sareng kale murajaah kyambak. Lajeng, wekdale murajaah nggeh
benten-benten.”102
(Murajaah disini itu dibagi menjadi 3 mbak, yaitu murajaah didepan
Abah, didepan Ustadzah, bersama-sama, dan murajaah sendiri.
Sehingga, waktunya pun berbeda-beda)

Setelah didapatinya wawancara diatas, kemudian peneliti melakukan

observasi mengenai kegiatan pelaksanaan murajaah yang dilakukan di Pondok

Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah. Adapun dalam pelaksanaannya

dikelompokkan menjadi 4, sebagai berikut:

a. Murajaah dihadapan pengasuh

Seluruh santri Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah

telah ditetapkannya jadwal murajaah, salah satunya yaitu murajaah

dihadapan pengasuh (Abah Kyai) langsung, dilakukan setiap hari ba’dha

subuh untuk menyetorkan hafalan secara keseluruhan, dan ba’dha Ashar

untuk menyetorkan murajaah. Ini lakukan setiap hari, kecuali hari jum’at.

Namun pelaksanaan jadwal murajaah di ba’dha ashar ini di khusus kan

untuk santri yang sudah Juz 7-30 dan yang sudah khatam, sekurangnya di

murajaah kan di Ustad/ustadzah. Jadi, dalam hal ini kegiatan murajaah

terbimbing langsung oleh sang Kyai. Sebagaimana yang dijelaskan oleh

KH. Ahmad Zakariya Al-hafidz:

“Santri-santri sing apalane mulai Juz 7 sampe 30 iku setor


murajaah langsung nang aku. Sebab, apalan mulai munggah Juz

102
Nabila Yurita Zahro, wawancara, Banyuwangi, 18 Juni 2020.
70

akeh iku wes angel ngreksone. Tur santri-santri sing wes khatam
panggah tetep wajib setor murajaah, supoyo apalane tetep
terjaga”103
(Santri-santri yang hafalannya mulai juz 7 sampai 30 itu setor
murajaahnya langsung ke saya. Sebab, hafalan yang sudah dapat
banyak itu sulit menjaganya. Serta santri-santri yang sudah hatam
pun juga tetap wajib setor murajaah, supaya hafalannya tetap
terjaga).
Gambar 4.1
Dokumentasi Pelaksanaan Murajaah
Dihadapan Pengasuh

Adapun jumlah hafalan yang disetorkan oleh santri tidak

ditentukan oleh Abah Kyai, namun santri diberikan kesempatan untuk

menyetorkan hafalan minimal satu lembar dalam sehari, yang penting

istiqomah dalam menyetorkan hafalan. Seperti yang dikatakan oleh Lailia

Nur Hamidah:

“Inggih mbak, lak setor hafalan langsung teng Abahe kok sampe
mboten munggah apalane, mbak-mbak niku isin mbak. Dadose
santri-santri niku tau diri, merasa sungkan”.104
(Iya mbak, kalau setor hafalan ke abah dan tidak sampai naik
hafalanya, mbak-mbak santri itu malu mbak. Jadi santri merasa
sungkan sendiri)

b. Murajaah dihadapan Ustadzah

Bentuk murajaah dihadapan Ustadzah ini sebenarnya sama saja,

yang membedakan yaitu waktu pelaksanaan murajaah dan pembagian Juz


103
KH. Ahmad Zakariya Al-hafidz, wawancara, Banyuwangi, 15 Juni 2020.
104
Lailia Nur Hamidah, , wawancara, Banyuwangi, 16 Juni 2020.
71

nya. Kalau murajaah di hadapan Ustadzah yaitu dilaksanakan ba’dha

maghrib setiap hari kecuali hari kamis malam jum’at, yakni untuk santri

penghafal mulai Juz 1-6 dan juz 30 (khusus pemula). Adapun jumlah

murajaah di hadapan pengasuh ini di tentukan yakni sebanyak tiga

halaman dalam setiap harinya. Hafalan yang di murajaah kan ini

merupakan hafalan lama yang sudah di setorkan kepada Abah Kyai.

Sedangkan untuk pemula (juz 30) murajaah yang disetorkan hanya

sebanyak 1 surah.

Gambar 4.2
Dokumentasi Pelaksanaan Murajaah
Dihadapan Ustadzah

c. Murajaah bersama-sama

Bentuk murjaah disini dilakukan secara serentak, bersama-sama

antara santri putra dan putri beserta Abah Kyai. Murajaah bersama-sama

ini dilakukan setiap hari ba’dha dhuhur didalam masjid. Adapun

banyaknya murajaah yang harus dibaca yaitu sebanyak tiga juz.

Dalam murajaah disini santri diajarkan tentang cara pelafalan

yang baik dan benar. Jadi, disamping santri membaca kyai juga

memperhatikan dan menyimak bacaan santri, terkait dari gerak mulut

atau bibir, kemudian makhorijul hurunya, tajwidnya beserta gharibnya.


72

Kyai memberi contoh dan mempraktekkan bacaan yang benar, kemudian

santri disuruh menirukan. Seperti yang dikatakan pengasuh kepada

peneliti:

“Kalo ada kesalahan nanti ya diberi keterangan. Misale karo


makhorijul hurufe, masalah tajwid. Kalo masalah mulut yang sulit
untuk mengucapkan huruf, itu ya terus di ulang-ulang mana yag
disulitkan itu diulang-ulang sampek bener. Umpane membunyikan
huruf ‫ ض‬dan ‫ ظ‬iku di bolan-baleni sampe bener dalam
pengucapan. Apalagi masalah bacaan-bacaan yang ghorib, seperti
bacaan majreha, bacaan imala, isymam, bacaan saktah iku
disamping diterangkan yo di contohkan atau dipraktekkan, dan
disuruh menirukan sampek benar.”105
(Kalau ada kesalahan nanti ya diberi keterangan. Misalnya tentang
makhorijul huruf, tajwid. Kalau masalah mulut yang sulit untuk
melafalkan, caranya ya harus di ulang-ulang sampai benar.
Misalnya mengucapkan huruf ‫ ض‬dan ‫ ظ‬itu di ulang-ulang.
Apalagi masalah bacaan-bacaan yang ghorib, majreha, imala,
isymam, dan saktah disamping menyimak juga di praktekkan dan
menirukan)
Gambar 4.3
Dokumentasi Pelaksanaan Murajaah Bersama-sama

Dari pemaparan wawancara dan dokumentasi diatas bahwasanya,

Pengasuh juga menjelaskan:

“Kesulitan kui kadang-kadang memang jenis lisannya angel


mengucapkan yang baik dan benar. Kadang-kadang memang
urung paham. Mangkane wong belajar al-Qur’an sing paling
penting iku kan memberi contoh kepada yang di belajari.
Disamping belajar juga memberi contoh bacaan. Sampek
105
KH. Ahmad Zakariya Al-hafidz, wawancara, Banyuwangi, 15 Juni 2020.
73

berulang-ulang. Kadang-kadang kesulitan kui tergantung teko


kemampuan masing-masing anak seperti kesulitan masalah
apalan, masalah kelancaran itu kadang kurang mampu pikiranya
yo iso.”106
(Kesuitan itu banyak jenisnya, terkadang lisannya sulit dalam
mengucapkan, terkadang juga memang belum faham. Makanya,
orang belajar al-Qur’an yang paling penting itu memberi contoh
kepada yang daiajarinya. Disamping belajar juga memberi contoh
bacaa sampi berulang-ulang. Terkadang juga kesulitan itu
tergantung dari kemampuan masing-masing anak)

d. Murajaah sendiri

Bentuk murajaah sendiri itu sebelumnya membuat deresan atau

hafalan baru kemudian digabungkan dengan hafalan lama yang pernah

dihafal.

Murajaah sendiri itu bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja,

tujuannya agar tidak mudah hilang dan selalu ingat hafalannya, meski di

waktu-waktu sibuk mereka menyempatkan murajaah di waktu senggang.

Seperti yang dikatakan oleh Tri Ayu Hernita kepada peneliti:

“Kulo lak pas sekolah ngoten murajaah e nggeh teng pundi-pundi


mbak, biasa teng perpus, teng gazebo, bahkan teng kelas.
Murajaah piyambak niku kadose nggeh penting mbak, soale
Qur’ane lak mboten di murajaah nggeh saged klendran.”107
(Saya kalau pas sekolah gitu nurajaahnya ya dimana-mana mbak.
Dierpustakaan sekolah, gazebo sekolah, bahkan juga dikelas.
Murajaah sediri itu juga penting mbak, jika tidak maka hafalanya
bisa terbengkalai)

Hal senada dikatakan oleh Nihayatun Ni’mah selaku santri dan

juga siswa:

“Inggih mbak, kulo pas sekolah murajaah nggeh sak nggon-


nggon. Kadang teng kelas kale ngentosi guru masuk, kadang
disela-sela istirahat ekstrakurikuler.”

106
KH. Ahmad Zakariya Al-hafidz, wawancara, Banyuwangi, 15 Juni 2020.
107
Tri Ayu Hernita, wawancara, Banyuwangi, 18 Juni 2020.
74

(Iya mbak, kalau pas sekolah ya dimanapun berada. Terkadang ya


dikelas sambil menunggu guru masuk kelas, terkadang juga di
sela-sela istirahat ekstrakurikuler)

Pada waktu pelaksaaan murajaah, santri dibimbing oleh Kyai.

Kyai akan menyimak hafalan santri dan menegur apabila bacaan yang

dibaca oleh santri tersebut ada kasalahan baik dalam pelafalan maupun

kesalahan dalam makhorijul hurufnya. Setelah dirasa sudah baik, maka

Kyai akan menaikkan hafalannya dan santri akan menghafal ke ayat

berikutnya.

Adapun tujuan murajaah al-Qur’an itu sendiri untuk memudahkan

santri dalam menghafal juga memudahkan dalam mengingat hafalan, ini

adalah bentuk usaha santri dalam mejaga hafalan. Sebagaimana hasil

wawancara yang disampaikan oleh KH. Ahmad Zakariya Al-hafidz

kepada peneliti yakni:

“Langkah murajaah iku sing pertama nduweni apalan disik, sak


larik rong larik oleh, di woco dibolan-baleni nganti 7-10 ambalan,
terus dicermati ayat-ayate karo di deres secara kontinyu sampek
lancar. Gawe apalan iku gak perlu akeh-akeh nduk, mampune sak
rai, ya iku disik dicermati sampek lanyah, nah lak uwes lanyah
terus gae apalan baru terus di gabung utowo disembung karo
apalane sing sak durunge, setelah itu setorkan, setelah disetorkan
yo woco maneh di deres maneh, nah iku jenenge murajaah
dewe”.108
(langkah petama murajaah yaitu pertama harus mempunyai
hafalan terlebih dahulu, di ulag-ulang sampai 7-10 kali, terus
dicermati ayatnya sambil di deres (murajaah sendiri) berulang-
ulang sampai lancar. Membuat hafalan itu tidak perlu banyak-
banyak sesuai kemampuannya saja, di ulang-ulag sampai lancar,
setelah ancar disetorka kepada saya, setelah disetorkan di
murajaah lagi sendiri dan digabungkan dengan hafalan yang lama)

108
KH. Ahmad Zakariya Al-hafidz, wawancara, Banyuwangi, 15 Juni 2020.
75

Hal senada diungkapkan oleh Anik Mukarrommah selaku

ustadzah di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah kepada

peneliti:

“Ndamel apalan niku mboten kedah katah-katah mbak, kedik-


kedik asal kualitas bacaane sae, enak dimirengne. Ndamel katah-
katah tetapi apalane mboten kejagi nggeh sami mawon.
Makhorijul hurufe mboten digatekne, tajwidnya keteteran malah
angsal dosa karena saged merubah makna”109
(Membuat hafalan itu tidak harus banyak-banyak mbak, sedikit-
sedikit asal kualitas bacaannya bagus. Membuat hafalan banyak-
banyak tetapi hafalannya tidak terjaga sama saja, mkhorijul
hurufnya tidak diperhatikan tajwidnya salah, malah mendapat
dosa karena bisa merubah makna)

Dari kutipan wawancara diatas, telah dikemukakan bahwa untuk

murajaah suatu hafalan yaitu sebelumnya harus membuat hafalan dulu,

tidak perlu langsung membuat hafalan yang banyak namun sesuai

kemampuan santri saja. Jika kemampuan santri membuat hafalan hanya

setengah kaca (lembar), maka hafalan setengah kaca (lembar) itu

dicermati dulu kemudian jika sudah lancar maka boleh menambah

(membuat) hafalan baru. Setelah itu, hafalan lama dan hafalan baru

digabungkan dan dan disetorkan kepada Kyai. Setelah disetorkan jangan

langsung ditutp dulu, lebih baiknya dimurajaah secara berulan-ulang dan

terus menerus, supaya hafalan tidak mudah hilang.

Pembelajaran di pondok tersebut terdapat dua pembelajaran yakni

pembelajaran formal dan non formal (pesantren). Jadi, santri disana selain

menjadi santri mereka juga menjadi seorang siswa, ada yang dari

Mahasiswa, siswa Aliyah, siswa Tsanawiyah dan bahkan siswa sekolah

109
Anik Mukaromah, wawancara, Banyuwangi, pada tanggal 18 Juni 2020.
76

Dasar. Sehingga membuat tanggung jawab mereka menjadi doble yakni

antara pekerjaan disekolah dengan dipesantren. Maka dari itu, metode

murajaah ini sangat tepat sekali untuk diterapkan. Karena dengan ini, santri

bisa memurajaah sendiri hafalannya dimana pun dan kapan pun.

Metode menghafalnya dan cara membacanya di Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah ini dibuat lagu yang khas yang dibuat

sendiri oleh Kyai nya, yakni KH. Ahmad Zakariya Al-hafidz. Sehingga

santri tidak mudah jenuh dengan proses menghafalnya, karena apabila

menghafal Al-Qur’an tidak ada upaya dari pembimbingnya (Kyai) maka

dalam proses pengembangannya tidak akan membawa hasil yang maksimal

bagi para calon huffadz. Seperti yang diungkapkan KH. Ahmad Zakariya

Al-hafidz:

“Menghafal al-Qur’an kui kepenak kalau hati kita nyaman dan


tenang. Caraku ngatasi santri-santri supoyo ora gampang jenuh
anggone apalan yoiku aku nguwehne contoh lagu moco Al-Qur’an
sing kepenak dirungokne, kemudian santri ngembangno dewe sesuai
kemampuane”110
(Menghafal al-Qur’an itu enak kalau hati kita dalam keadaan nyaman
dan tenang. Cara saya supaya santri-santri supaya tidak gampang
jenuh dalam menghafal yaitu memberi contoh lagu dalam membaca
al-Qur’an yang enak didengar, kemudian santri mengembangkan
sendiri)

Baik Kyai maupun ustadz atau ustadzah memiliki peranan penting

yang menjadi dasar penentu keberhasilan santrinya. Berhasil tidaknya santri

tergantung pada pegajaran Kyai maupun ustadz atau ustadzahnya. Di

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah ini, yang mengampu

tahfidz merupakan seorang yang hafidz dan hafidzah langsung, sanadnya

110
KH. Ahmad Zakariya Al-hafidz, wawancara, Banyuwangi, 15 Juni 2020.
77

jelas dan insyaAllah terjamin kualitasnya baik dari segi mendidik

kelancaran Hafalan Al-Qur’an maupun mendidik ilmu tajwidnya.

Proses menghafal Al-Qur’an dengan menggunakan atau menerapkan

metode murajaah akan menghasilkan penguasaan ilmu tajwid, kefasihan

dalam meghafal, dan kelancaran dalam menghafal Al-Qur’an dalam 30 juz.

Hal ini dikarenakan metode murajaah merupakan metode yang berorientasi

kepada santri, metode yang menciptakan proses menghafal Al-Qur’an

secara aktif. Seperti yang di ungkapkan oleh KH. Ahmad Zakariya Al-

hafidz kepada peneliti demikian:

“Murajaah kui merupakan metode pengulangan hasil hafalan sing


wes arek-arek (santri) gae secara kontinyu secara terus menerus,
sehinggo arek-arek (santri) iku bener-bener lancar lak ngapalne.
Mulo, santri sing memurajaah apalane secara terus menerus mongko
biso nguasai ilmu tajwid, karena santri akan sangat mencermati
bacaan sing diapal ne sing digae iku mau, selain itu santri juga akan
faseh lak mocone.”111
(Murajaah merupakan metode pengulangan hasil hafalan yang
pernah santri buat secara terus menerus, sehingga santri itu bisa
bener-bener lancar dalam menghafal. Santri yang murajaah
hafalannya secara terus menerus maka akan bisa nguasai ilmu tajwid,
karena santri akan sangat mencermati bacaan yang dihafal tersebut,
selain itu santri juga akan fasih dalam melafalkan)

2. Problematika Interferensi Retroaktif dalam meghafal Al-Qur’an di

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah Banyuwangi

Kita ketahui bahwa Interferensi Retroaktif ini merupakan sebuah

problem tersendiri dalam menghafal al-Qur’an. Interferensi Retroaktif pada

dasarnya adalah sebuah peristiwa terdesaknya materi yang terdahulu karena

terhambat oleh adanya materi yang baru.

111
KH. Ahmad Zakariya Al-hafidz, wawancara, Banyuwangi, 15 Juni 2020.
78

Interferensi Retroaktif dalam al-Qur’an mengakibatkan hafalan Al-

Qur’an yang semula baik dan lancar tetapi pada saat hafalan, hafalan

tersebut hilang dari ingatannya. Hal ini terlihat ketika seseorang menghafal

al-Qur’an mereka sering keliru antara ayat satu dengan ayat lain yang

memiliki kemiripan bunyi ayat, padahal terdapat pada surat yang berbeda.

Seketika mereka tidak sadar berpindah atau menyambung pada surat yang

lain. Hal ini bisa disebabkan karena banyaknya ayat-ayat yang serupa di

dalam al-Qur’an.

Menghafal al-Qur’an bukanlah suatu proses yang mudah, karena

penghafal al-Qur’an selain menghafal mereka juga diwajibkan untuk

menjaga hafalannya. Dilihat dari prosesnya, menghafal al-Qur’an

membutuhkan banyak waktu, pikiran dan juga tenaga yang ekstra. Sehingga

tidak sedikit dari mereka para penghafal al-Qur’an yang mengeluh bahwa

menghafal al-Qur’an itu susah dan melelahkan. Seringkali para menghafal

al-Qur’an dihadapkan dengan berbagai kedala, salah satunya yaitu tentang

Interferensi Retroaktif atau gangguan kelupaan dalam menghafal.

Seperti yang di ungkapkan oleh KH. Ahmad Zakariya Al-hafidz

kepada peneliti mengenai Interferensi Retroaktif yakni:

“Aku ga ngerti opo iku Interferensi Retroaktif nduk, ngeng sing tak
ngerti yoiku gangguan santri amergo ilang apalane. Santri ora iso
ngeling apalane sing tau diapalke, mergo ora tau di deres akhire
ndadekne apalane ilang alias lali”112
(Saya tidak tahu persis apa itu yang namanya Interferensi Retroaktif,
namun yang saya tahu itu seperti gangguan karena santri kehilangan
hafalan al-Qur’an yang sudah pernah dihafal, disebabkan karena
tidak pernah di deres atau murajaah sendiri)

112
KH. Ahmad Zakariya Al-hafidz, wawancara, Banyuwangi, 15 Juni 2020.
79

Dari hasi wawancara diatas diketahui bahwa, pengasuh (KH. Ahmad

Zakariya Al-hafidz) tidak tahu persis dengan pengertian Interferensi

Retroaktif, akan tetapi yang beliau tahu gangguan tentang menghafal al-

Qur’an, dimana santri tidak mampu mengingat apa yang pernah di

hafalkannya. Ini disebabkan karena hafalan al-Qur’annya tidak pernah di

deres atau kurangnya murajaah sehingga mengakibatkan lupa akan hafalan

yang dulu.

Pendapat lain yang dikatakan oleh Ayu Tri selaku santri dan siswa

sekolah, menyatakan bahwa:

“Interferensi Retroaktif niku sing kulo ngertos di terangaken teng


sekolah seperti gangguan lupa ngoten mbak. Nggeh dadose supe
kaleh hafalane al-Qur’an”.113
(Interferensi Retroaktif yang saya tau ketika diterangkan di sekolah
itu seperti gangguan kelupaan seperti itu, jadi lupa terhadap hafalan
al-Qur’annya)

Adapun yang dimaksud Interferensi Retroaktif dalam menghafal al-

Qur’an oleh peneliti disini yaitu suatu kondisi dimana para penghafal al-

Qur’an mengalami kekeliruan dalam mengingat dan memproduksi hafalan

lama, karena adanya kemiripan bunyi ayat dengan hafala baru, sehingga

yang keluar selalu bunyi ayat yang baru di hafal. Pendek kata “salah ucap”.

Berikut beberapa wawancara mengenai Interferensi Retroaktif dalam

menghafal al-Qur’an yang dialami oleh beberapa santri salah satunya adalah

Nihayun Ni’mah mengatakan:

“Kulo merasa angel ngapalne niku pas nganu mbak, pas wonten
potongan ayat sing sami, ngajenge sami tapi wingkinge benten mbak.
Kulo ngatasi niki biasae al-Qur’ane niku kulo paringi garis, terus

113
Ayu Tri Hernita, wawancara, Banyuwangi, 18 Juni 2020
80

kulo bunderi, terus kulo paringi nomer. Nggeh mantun niku kulo
apalne, kulo murajaah kyambak bolak-balik”114
(Saya merasa kesulitan itu ketika ada potongan ayat yang sama,
depannya mirip belakangnya tidak. Saya biasa atasi sendiri dengan
cara memberi garis, kemudian di beri nomer pada ayat yang memiliki
kesamaan. Selanjutnya saya murajaah sendiri secara berulang-ulang)

Gangguan yang dialami Nihaya merupakan gejala dari Interferensi

Retroaktif. Hal ini menunjukkan bahwa Nihaya sedang mengalami

Interferensi Retroaktif terlihat ketika dia menghafal potongan ayat yang

sama depannya, tetapi beda belakangnya. Selain dia sudah berusaha

mengingat berulang-ulang, tetapi dia juga memiliki cara lain yaitu dengan

memberi garis pada ayat al-Qur’an yang memiliki kesamaan, kemudian

memberikan nomer kepada ayat yang sama. Setelah itu, ia melakukan

murajaah sendiri secara berulang-ulang.

Ayu Tri Hernitasari juga menceritakan tentang masalah Interferensi

Retroaktif yang di alaminya kepada peneliti:

“Enggeh mbak, sering supe pas maos ayat sing nate kulo apalne
mbak. Padahal sebelume kulo nggeh nyetor apalan niku mpun
nggluenggeng, mbasan ketekan apalan baru kulo supe maleh.
Contohe niku pas surat al-Baqarah ayat 57 kale al-A’raf ayat 160.
Niku disebabkan karena kulo jarang murajaah seh mbak. Pas tepak
sareng kegiatan sekolah nggeh katah, sareng kegiatan pondok
pindah. Dadose keteteran apalane”.115
(Iya mbak. Sering lupa dengan ayat yang pernah saya hafal. Padahal
sebelumnya telah saya hafal dengan lancar, tapi setelah mendapat
hafalan baru saya lupa lagi. Contohnya pada surat al-Baqarah ayat
57 kale al-A’raf ayat 160. Itu sebabnya memang saya kurag
murajaah, karena pas bareng-bareng dengan tugas-tugas sekolah,
sehinggan hafalan saya jadi keteteran)

114
Nihayatun Ni’mah, wawancara, Banyuwangi, 19 Juni 2020.
115
Ayu Tri Hernita, wawancara, Banyuwangi, 18 Juni 2020.
81

Hal senada diungkapkan oleh Elok Rofiqoh kepada peneliti

mengenai Interferensi Retroaktif yang di alaminya:

“Nate kulo ngalami Interferensi Retroaktif riyen niku pas awal-awal


mulai hafalan, kan niku ken ngapalne Juz 30 riyen to, riye kulo nate
ngapalne ayat moro-moro klintu ga sadar ngapale ayat lain, dadose
kulo sampe di tegur abahe. Sering kulo ngoteniku mbak. Misale pas
maos surat al-kafirun, niku kan ayat-ayate mirip-mirip dados kulo
namung muter-muter mawon.”116
(Pernah saya mengalami Interferensi Retroaktif itu dulu waktu
pertama kali menghafal al-Qur’an tiba-tiba tidak sadar berpindah
ayat lain. Sering saya seperti itu mbak, sampai saya ditegur Abah.
Misal saya ketika membaca surat al-kafirun, itu kan terdapat ayat-
ayat yang mirip, jadi saya hanya muter-muter saja)

Dari wawancara dengan beberapa pernyataan santri diatas

bahwasanya, Interferensi Retroaktif yang dialami disana rata-rata banyak

yang serupa. Tingkat kefokusan santri yang kurang dalam menghafal yang

menjadi kendala mereka untuk memaksimalkan hafalan. Adapun mereka

juga mempunyai cara tersendiri untuk mengatasinya yang menurut cara

mereka masing-masing.

KH. Ahmad Zakariya Al-hafidz menambahkan bahwasanya:

“Interferensi iku memang kudu cermat kepada ayat-ayat sing


nduweni kemiripan, awale podo belakange tidak podo. Kadang sing
podo neng tengah-tengah kadang dibelakang tidak mesti. La ikuu
perlu adanya kecermatan, dicermati bacaan-bacaan yang serupa.
Diatas opo dibelakang harus memahami secera cermat. Dititeni.”117
(Interferensi itu memang harus cermat kepada ayat-ayat yang
memiliki kemiripan, awalnya sama belakangnya berbeda. Nah itu
perlu kecermatan, dicermati bacaan-bacaan yang serupa)

Diketahui bahwa selain menjadi santri di PPTQ Darussyafa’ah

banyak dari mereka yang menempuh pendidikan formal, yakni disekolah

116
Elok Rofiqoh, wawancara, Banyuwangi, 19 Juni 2020
117
KH. Ahmad Zakariya Al-hafidz, wawancara, Banyuwangi, 15 Juni 2020.
82

Aliyah dan Tsanawiyah. Sehingga dengan waktu yang demikian bisa

dikatakan waktu menghafal masih kurang. Sehingga mau tidak mau santri

harus menggunakan waktu luangnya saat istirahat untuk menambah hafalan

dan memurajaah.

Namun tidak semua santri memiliki kesadaran yang demikian, hanya

beberapa anak saja. Selebihnya masih suka menghabiskan waktu istirahat

dan luangnya untuk keperluan lainnya. Hal ini dibenarkan oleh Nabila

Yurita Zahro selaku pengurus juga Ustadzah:

“Lare-lare niku sebenere gadah waktu istirahat cukup panjang mbak,


tapi nggeh enten mawon lare sing mboten purun manfaatne waktune
damel nderes, nopo murajaah apalane”.118
(Santri-santri itu sebenarnya punya waktu istirahat yang panjang
mbak, tapi ada juga yang tidak mau memanfaatkan waktunya untuk
murajaah sendiri)

Ustadzah Anik Mukarromah juga menambahkan:

“Pancen maos al-Qur’an iku perlu kesadaran kyambak-kyambak, lak


mboten enten niat nggeh susah wes. Mboten enten kesadaran diri,
mbote enten niat sekalipun surat-surat pendek nggeh susah diapalne.
Tapi nggeh mboten sedanten santri ngoteniku mbak”.119
(Memang membaca al-Qur’an itu harus memiiki kesadaran diri.
Kalau tidak ada niat maka ya akan kesusahan dan kesulitan dalam
proses menghafal al-Qur’an.

Murajaah merupakan kunci bagi seorang yang meghafal al-Qur’an

agar supaya tidak mudah lupa. Dengan sering membaca maka akan adanya

yang namanya proses recording atau perekaman yang nantinya akan

merekam apa yang kita baca. Sehingga memori akan menampung apa yang

kita masuk kan.

118
Nabila Yurita Zahro, wawancara, Banyuwangi, 17 Juni 2020.
119
Anik Mukarromah, wawancara, Banyuwangi, 18 Juni 2020.
83

3. Efektivitas metode murajaah dalam mengatasi Interferensi Retroaktif

untuk meningkatkan hafalan al-Qur’an di Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah Banyuwangi

Adanya guru atau Kyai dalam dunia Hifdzul Qur’an sangatlah

penting. Fungsi yang paling pokok bagi seorang guru atau Kyai adalah

mengontrol hafalan. Penghafal yang tanpa guru atau Kyai dapat dipastikan

banyak mengalami kesalahan dalam menghafal, dan kemungkinan besar

mutu hafalan hasilnya akan kurang berkualitas. Untuk itu harus

menyetorkan hafalan kepada seorang guru atau Kyai. Bagaimana pun

tingginya kemampuan seseorang untuk otodidak, namun tanpa guru atau

Kyai maka kemungkinan besar akan gagal ditengah jalan.

Program Tahfidzul Qur’an merupakan suatu program khusus yang

ada di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah. Dimana, santri

yang mondok disana diwajibkan untuk menghafal al-Qur’an. Dalam

menghafal al-Qur’an santri di wajibkan untuk hafal juz 30 dulu. Kemudian

bagi santri yang belum bisa menghafal disuruh untuk bin nadhar (membaca

al-Qur’an dengan melihat mushaf) terlebih dahulu sampai khatam. Sehingga

kalau sudah khatam kemudian diwajibkan untuk menghafal al-Qur’an.

Seperi yang dijelaskan oleh KH. Ahmad Zakariya Al-hafidz:

“Proses pembelajaran Tahfidz pertama kali kanggo anak sing


kepingin menghafal al-Qur’an, sebelumnya kudu iso moco al-Qur’an
disik dengan lancar. Maksud e sebelum menghafal harus mengaji
binnadhor. Lak memang binnadhor dilihat dan dirasakan wes layak
baru iso neruske menghafal al-Qur’an.”120

120
KH. Ahmad Zakariya Al-hafidz, wawancara, Banyuwangi, 15 Juni 2020.
84

(Proses pembelajaran Tahfidz pertama kali untuk anak yang hanya


ingin menghafal al-Qur’an, adapun sebelum menghafal harus bisa
membaca al-Qur’an dulu sampai lancar, yakni ngaji binnadhor. Jika
sudah terlihat bagus dan dirasakan sudah layak maka bisa
meneruskan menghafal al-Qur’an)

Menghafal al-Qur’an dengan metode murajaah dan menambah

hafalan satu hari satu halaman, maka hafalan santri akan tetap terjaga dan

selalu istiqomah dalam murajaah baik hafalan baru maupu lama. Sehingga

murajaah sangat efektif untuk diterakan dalam menghafal al-Qur’an. Seperti

yang dijelaskan oleh KH. Ahmad Zakariya Al-hafidz:

“Setiap hari arek-arek menghafal al-Qur’an ikuu roto-roto nambah


sak rai. Sedino sewengi ngaji dua kali, sing isuk untuk nambah sing
sore untuk murajaah atau mengulang yang sudah dihafal.”121
(Seiap hari santri itu dalm menghafal al-Qur’an menambah satu
halaman. Sehari semalam mengaji dua kali , yang pagi untuk
menambah dan sore untuk murajaah)

Beliau juga menambahkan:

“Ketika menambah kok urung lancar, yo kudu mengulangi. Begitu


juga murajaah kok urung lancar, maksute kok mbaleni urung lancar
yoiku supaya di baleni. Karena tujuannya menghafal ya harus
menghafal yang sudah dihafalkan harus betul-betul hafal, lancar.
Supaya lancar ya harus di ulang-ulang.”122
(Ketika menambah kok belum lancar, maka harus mengulangi,
begitu juga saat murajaah. Karena menghafal itu harus betul-betul
hafal yang sudah dihafalkan dengan lancar. Supaya lancar ya harus di
ulang-ulang)

Dengan berbagai macam karakter dan kemampuan santri yang

berbeda-beda membuat biak Kyai ataupun Ustadzah harus jeli dalam

menyikai hal ini. Santri yang memiliki kemampuan yang kurang dalam

menghafal, maka Ustadzah harus memberikan pendamping ekstra.

121
KH. Ahmad Zakariya Al-hafidz, wawancara, Banyuwangi, 15 Juni 2020.
122
KH. Ahmad Zakariya Al-hafidz, wawancara, Banyuwangi, 15 Juni 2020.
85

Pendamping itu berupa berupa waktu, bisa saat menghafal, maupun diluar

jam hafalan. Hal ini bisa dilihat dari pernyataan Ustadzah Anik

Mukarromah kepada peneliti:

“Kemampuane masing-masing anak niku benten-benten mbak, enten


kalane lare-lare murajaah niku ping setunggal mpun lancar, kadang
wonten juga 2-3 kali dereng lancar, nggeh tergantung kemampuane
kyambak-kyambak”123
(Kemampuan masing-masing anak itu berbeda-beda mbak, ada
kalanya santri murajaah satu kali sudah lancar, ada juga yang dua
sampai tiga kali belum lancar, itu semua tergantung kemampuan
individu)

Pernyataan ini diperkuat juga oleh pengasuh yakni KH. Ahmad

Zakariya Al-hafidz:

“Onok suwijene arek iku sekali maju, sekali murajaah wes lancar, ora
ono sing salah ora ono sing kliru. Ono kalane wes dua kepindo ketelu
tapi sik akeh kesalahan ae, berarti memang kemampuane arek e
dewe-dewe.”124
(Ada anak sekalinya sekali maju sudah lancar murajaah, tidak ada
yang salah. Ada juga yang maju dua sampai tiga kali tapi masih
banyak kesalahan. Berarti memang kemampuan setiap anak itu
berbeda-beda)

Maka dari itu baik Kyai ataupun Ustad/ustadzah harus jeli dalam

menyikapi setiap perbedaan itu.

Dilihat dari beberapa kegiatan murajaah yang dilaksanakan di

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah, bahwasanya hafalan

santri bisa tetap terjaga, lancar, baik, benar dari segi makhroj dan tajwidnya,

serta santri dapat menyetor murajaah dengan semangat. Sehingga hal ini

bisa dikatakan efektif.

123
Anik Mukarromah, wawancara, Banyuwangi, 15 Juni 2020.
124
KH. Ahmad Zakariya Al-hafidz, wawancara, Banyuwangi, 15 Juni 2020.
86

Bagi Kyai atau Ustadzah dapat megetahui sejauhmana kefektifan

metode murajaah yang telah diterapkan dan pada prakteknya dalam kegiatan

murajaah dinilai efektif karena dapat dilihat dari hasil hafalan santri. Hal

tersebut dapat dilihat dari waktu yang ditempuh selama waktu tiga tahun

dalam proses menghafal, dalam jangka waktu tiga tahun rata-rata sanrti

mampu meghatamkan al-Qur’an. Sebagaimana yang dijelaskan KH. Ahmad

Zakariya Al-hafidz kepada peneliti:

“Rata-rata disini 3 tahun. Jika tabah, justru ketabahane iku mau


mendatangkan keberkahan, wong sing suwe kangelane rekoso, susah
ngapalne tapi de’e tahan uji, ora putus asa, akhire dewek e oleh
barokah. Barokahe al-Qur’an. Dan kepenak urepe kedepane, misale
dewek e lak wes ndue putro, putrone apalan pisan tur iso ngapalne 6
bulan khatam, mergo biyen suwe tau wes dirasakke wong tua ne
jaman berjuang ngapalne qur’an suwe suwe taun, dadi anake iso
diparingi cerdas, iso ngalahke 6 bulan khatam”.125
(Rata-rata penghafal al-Qur’an disini 3 tahun sudah hatam. Jika
tabah, jika ada orang yang mau kesulitan, kesusahan menghafal
tetapi dia tahan uji, tidak putus asa maka orang tersebut akan
mendatangkan keberkahan al-Qur’an)

Beliau juga menjelaskan bahwa tidak semua santri dalam proses

menghafal al-Qur’an sanggup menghatamkan selama 3 tahun, banyak juga

yang lebih. Menurut beliau, justru orang yang memiliki ketabahann dalam

menghafal al-Qur’an maka hal itu akan mendatangkan keberkahan. Orang

yang sulit menghafalkan tetapi dia tahan uji, tidak putus asa dan terus

berusaha menghafal maka keberkahan al-Qur’an akan dirasakan nantinya

setelah ia sudah berkeluarga.

“Ada niat pasti ada jalan”, begitulah pepatah bilang. Setaip niat

apapun bisa dilalui prosesnya, setiap proses tentunya tidak lepas dari

125
KH. Ahmad Zakariya Al-hafidz, wawancara, Banyuwangi, 15 Juni 2020.
87

rintangan yang dilalui, sama halnya dengan menghafal al-Qur’an. Tentunya

lebih panjang proses dan banyak rintangan yang dilalui. Niat yang ikhlas

dan tulus dapat mengalahkan segala rintangan yang meghadang. Jika niat

hafidz karena Allah Swt. maka Allah Swt. akan memberikan jalan dan ridha

bagi calon hafidz. Menghafal al-Qur’an haruslah istiqomah dan sabar baik

dalam proses menghafal maupun murajaah. Sebagaimana KH. Ahmad

Zakariya Al-hafidz mengatakan kepada peneliti:

“Ngapalke iku kudu kontinyu, kudu terus menerus, mbutuhke


kesungguhan, kudu nduwe niat apalan temenanan, kudu istiqomah,
kudu nglakoni sholatul lail”.126
(menghafal al-Qur’an itu harus membutuhkan kesungguhan. Harus
mempunyai niat lillahita’ala, harus istiqomah, dan memperbanyak
ibadah sholat malam)

KH. Ahmad Zakariya Al-hafidz juga menambahkan kunci dan tips

sukses dalam menghafal al-Qur’an adalah:

“Sedikit makan, sedikit tidur, perlune waktu di curahke kanggo al-


Qur’an dan tidak maksiat. Serta memperbanyak mengamalkan
ibadah-ibadah Sunnah seperti Shalat dan Puasa”.127
(Sedikit makan, sedikit tidur dan tidak maksiat. Waktunya hanya
dicurahkan untuk menghafal al-Qur’an)

C. Pembahasan Temuan

Temuan merupakan gagasan peneliti, keterkaitan antara kategori-

kategori dan dimensi-dimensi, potensi temuan dengan temuan-temuan

sebelumnya, serta penafsiran dan penjelasan dari temuan yang diungkap dari

lapangan.128

126
KH. Ahmad Zakariya Al-hafidz, wawancara, Banyuwangi, 15 Juni 2020.
127
KH. Ahmad Zakariya Al-hafidz, wawancara, Banyuwangi, 15 Juni 2020.
128
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah..., 77.
88

Setelah hasil penelitian disajikan dan dianalisis dengan teori-teori yang

sesuai dengan feomena-fenomena yang terjadi dilapangan penelitian, maka

pada bagian ini akan dibahas temuan-temuan penelitian tentang Efektivitas

metode Murajaah untuk mengatasi Interferensi Retroaktif dalam menghafal Al-

Qur’an di pondok pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah yang mecangkup

beberapa hal yaitu, proses metode Murajaah dalam meningkatkan hafalan Al-

Qur’an, Interferensi Retroaktif dalam menghafal Al-Qur’an dan Efektivitas

metode murajaah untuk mengatasi Interferensi Retroaktif dalam meningkatkan

hafalan Al-Qur’an.

Tabel 4.4
Hasil Temuan Penelitian

No. Fokus Penelitian Hasil Temuan Penelitian


1. Bagaimana proses metode Sesuai hasil temuan dan analisis data
Murajaah di Pondok yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan
Pesantren Tahfidzul Qur’an wawancara, observasidan dokumentasi,
Darus Syafa’ah bahwasanya proses metode murajaah di
Banyuwangi? Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an
Darus Syafa’ah Banyuwangi dalam
pelaksanaan nya yaitu dilakukan secara
terbimbing. Yakni dimulai dari pagi
(ba’dha subuh), siang (ba’dha dhuhur),
sore (ba’dha asar), dan malam (ba’dha
maghrib). Adapun kegiatan pelaksanaan
murajaah yang dilakukan di Pondok
Pesantren Tahfidzul Qur’an
Darussyafa’ah dikelompokkan sebagai
berikut:
a. Murajaah di depan pengasuh
b. Murajaah di depan Ustadzah
c. Murajaah di bersama-sama
d. dan Murajaah sendiri
2. Bagaimana Interferensi Sesuai hasil temuan dan analisis data
Retroaktif dalam meghafal yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan
89

Al-Qur’an di Pondok wawancara, observasidan dokumentasi,


Pesantren Tahfidzul Qur’an bahwasanya Interferensi Retroaktif
Darus Syafa’ah dalam meghafal Al-Qur’an yang dialami
Banyuwangi? oleh santri di Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Darus Syafa’ah
Banyuwangi rata-rata banyak yang
serupa. Tingkat kefokusan santri yang
kurang dalam menghafal yang menjadi
kendala mereka untuk memaksimalkan
hafalan. Selain itu, juga karena
keterbatasan waktu, kurangnya intensitas
murajaah, dan faktor malas.
3. Bagaimana efektivitas Sesuai hasil temuan dan analisis data
metode murajaah untuk yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan
mengatasi Interferensi wawancara, observasidan dokumentasi,
Retroaktif dalam menghafal bahwasanya efektivitas metode murajaah
Al-Qur’an di Pondok untuk mengatasi Interferensi Retroaktif
Pesantren Tahfidzul Qur’an dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok
Darus Syafa’ah Pesantren Tahfidzul Qur’an
Banyuwangi? Darussyafa’ah Banyuwangi bahwasanya
hafalan santri bisa tetap terjaga, lancar,
baik, benar dari segi makhroj dan
tajwidnya, serta santri dapat menyetor
murajaah dengan semangat. Sehingga
hal ini bisa dikatakan efektif. Diketahui
sejauhmana kefektifan metode murajaah
yang telah diterapkan dan pada
prakteknya dalam kegiatan murajaah
dinilai efektif karena dapat dilihat dari
hasil hafalan santri. Hal tersebut dapat
dilihat dari waktu yang ditempuh selama
waktu tiga tahun dalam proses
menghafal, dalam jangka waktu tiga
tahun rata-rata sanrti mampu
meghatamkan al-Qur’an.
90

1. Penerapan Metode Murajaah dalam menghafal al-Qur’an di Pondok

Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah Banyuwangi

Menghafal al-Qur’an merupakan suatu ibadah yang sangat mulia,

terlebih jika menghafal al-Qur’an yang disertai dengan niat karena Allah

Swt. Dalam menghafal al-Qur’an diperlukan persiapan yang sangat matang,

seperti niat yang ikhlas semat-mata karena Allah Swt., tekad yang kuat,

lancar membaca al-Qur’an, sabar dan Istiqomah.

Metode murajaah di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an

Darussyafa’ah Banyuwangi sudah berlangsung baik dan sangat membantu

menunjang program Tahfidzul Qur’an. Kegiatan murajaah yang

berlangsung dapat dijadikan sebagai upaya menjaga hafalan para santri

tahfidz. Dalam pelaksanaan murajaah disana dilakukan secara terbimbing,

adapun waktunya juga terbagi yakni dari pagi (ba’dha subuh), siang (ba’dha

dhuhur), sore (ba’dha asar), dan malam (ba’dha maghrib). Adapun kegiatan

pelaksanaan murajaah yang dilakukan di Pondok Pesantren Tahfidzul

Qur’an Darussyafa’ah dikelompokkan menjadi 4, yakni sebagai berikut:

a. Murajaah di depan pengasuh

b. Murajaah di depan Ustadzah

c. Murajaah di bersama-sama

d. dan Murajaah sendiri

Ada langkah-langkah yang harus dilakukan oleh santri di Pondok

Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah Banyuwangi. Langkah-langkah

tersebut adalah:
91

a. Persiapan.

Sebelum melakukan murajaah, setiap santri diwajibkan untuk

mempersipakan hafalannya. Maksudnya yaitu harus memiliki hafalan

lebih dulu. Persiapan ini dilakukan oleh santri supaya tingkat

kematangan hafalan yang dimurajaahkan bisa lebih kuat lagi dan lancar.

b. Menyetorkan hafalannya.

Setelah dilakukan persiapan secara matang, berikutnya

menyetorkan hafalannya kepada Kyai atau Ustadzah. Dalam proses

setoran tidak boleh melihat mushaf, jika sedikit lupa boleh sesekali

melihat mushaf atau langsung dibenarkan oleh pembimbing (Kyai atau

Ustadzah).

Biasanya para santri ketika mendapat kesalahan dalam

memurajaah yaitu memberikan garis sebagai tanda kesalahannya. Serta

mengulang lagi hafalannya keesokan harinya, dan tidak diperkenankan

untuk menambah hafalan baru terlebih dahulu sampai benar-benar

hafalannya sudah baik dan lancar. Kyai lebih menekankan kepada

menjaga hafalan dari pada menambah hafalan, karena menjaga hafalan

jauh lebih utama dari pada menambah hafalan, karena menjaga hafalan

adalah wajib seumur hidup.

c. Pengulangan.

Setelah setor murajaah kepada Kyai atau ustadzah jangan

langsung meninggalkan tempat, sebelum pulang murajaah (ulangi) lagi

hafalannya yang telah disetorkan tadi secara individu.


92

Pelaksanaan metode murajaah di Pondok Pesantren Tahfidzul

Qur’an Darussyafa’ah Banyuwangi merupakan serangkaian kegiatan

mengulang hafalan yang sudah pernah disetoka kepada Kyai atau

ustadzah, dengan tujuan untuk menjaga hafalan dari kelupaan.

2. Problematika Interferensi Retroaktif dalam meghafal Al-Qur’an di

Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah Banyuwangi

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa Interferensi

Retroaktif adalah informasi yang baru dipelajari menyebabkan kesulitan


129
mengingat informasi yang lama. Hal ini terjadi apabila hafalan yang

sudah lama dihafal menjadi pengganggu terhadap hafalan yang baru

dipelajari.

Interferensi Retroaktif menghafal al-Qur’an bisa diartikan sebagai

suatu problem dimana seseorang tidak mampu memunculkan kembali

hafalan Al-Qur’an sebelumnya yang telah diperoleh atau ketidak mampuan

mengingat hafalan yang sebelumnya pernah dihafal yang mana dikarenakan

adanya kemiripan bunyi ayat dengan hafalan baru.

Permasalahan yang peneliti temukan di Pondok Pesantren Tahfidzul

Qur’an Darussyafa’ah Banyuwangi mengenai Interferensi Retroaktif yang

dialami oleh santri disana hampir sama rata, yaitu karena tingkat kefokusan

santri yang kurang, keterbatasan waktu, kurangnya intensitas murajaah, dan

faktor malas hingga membuat mereka mengalami kesulitan untuk

menambah dan menjaga hafalannya. Masalah Interferensi Retroaktif sendiri

129
Nyanyu Khodijah, Psikologi Pendidikan..., 128.
93

muncul ketika santri melafalkan ayat al-Qur’an, mereka sering keliru antara

ayat yang satu dengan ayat yang lainnya, terkadang mereka tidak sadar ayat

yang dilafalkannya itu berpindah ke ayat yang lain.

Seperti yang dijelaskan oleh Nana Syaodih Sukmadinata, mengenai

faktor penyebab terjadinya Interferensi Retroaktif yaitu bisa karena adanya

ketidaksadaran di saat menghafal. Hal ini dikarenakan kondisi lelah dan

jenuh dalam menghafal.130 Kurangnya kadar pengulangan juga menjadi

penyebabab terjadinya Interferensi Retroaktif. Berdasarkan pernyataan ini

dapat dianalisa mengenai Interferensi Retroaktif dalam menghafal al-Qur’an

di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah Banyuwangi memang

benar, permasalahan diatas sesuai antara teori dengan realita yang terjadi.

Manajemen waktu yang baik sangat diperlu diperhatikan betul-betul

oleh santri agar supaya mereka dapat menyediakan waktu untuk

memperbanyak interaksi dengan al-Qur’an, baik itu untuk membaca,

menghafal dan memurajaah.

Sebagai makhuk ciptaan Allah yang dikaruniai akal, manusia tidap

dapat dipisahkan dari penyakit lupa. Penyakit lupa bisa terjadi pada siapa

saja. Kebanyakan orang beranggapan bahwa lupa terjadi karena disebabkan

oleh lamanya tenggang waktu antara saat terjadinya proses belajar dengan

saat pengungkapannya. Namun ternyata hal itu tidak dibenarkan, karena

lupa bisa terjadi karena hal apa saja. Orang mampu mengingat informasi

yang didapat namun juga dapat lupa apa yang telah didapati tadi. Misalnya

130
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan...,166.
94

saja, seseorang sudah lupa nama-nama gurus SD nya dulu ketika dia telah

menjadi mahasiswa, seseorang lupa menaruh kunci sepeda motornya,

seseorang lupa akan janjinya hari ini, dan lain sebagainya. Menurut Marnio

Pudjiono ada tiga teori yang dapat menjelaskan gejala kelupaan yaitu (1)

Teori Pemudaran, (2). Teori Interferensi dan (3) Teori Ketergantungan pada

tanda.131 Oleh karena itu Kelupaan merupakan bagian dalam proses memori

manusia yang penting untuk diperhatikan.

Pada intinya, manajemen waktu menjadi hal yang sangat penting

untuk diperhatikan santri untuk meminimalisir tumpang tindih waktu untuk

belajar, untuk menghafal dan untuk aktifitas lainnya. Sehingga dengan

memanejemen waktu yang baik santri dapat mengurangi masalah terjadinya

Interferensi Retroaktif dalam menghafal al-Qur’an.

3. Efektivitas metode murajaah dalam mengatasi Interferensi Retroaktif

untuk meningkatkan hafalan al-Qur’an di Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah Banyuwangi

Dari kegiatan murajaah yang dilakukan di Pondok Pesantren

Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah Banyuwangi berpengaruh baik terhadap

gangguan kelupaan (Interferensi Retroaktif) serta terjaganya hafalan-hafalan

yang sudah pernah dihafalakan. Sehingga dapat meningkatan hafalan itu

sendiri, peningkatan hafalan tersebut baik dari segi penguasaan tajwidnya,

kefasihan dalam pelafalan dan lancar dalam menghafal.

131
Marnio Pudjono. “Teori-teori Kelupaan” Vol. 16 No. 2 Fakultas Psikologi UGM Hal. 89
95

Pembimbing (Kyai atau ustadzah) dapat mengukur sejauh mana

efektivitas murajaah yang sudah diterapkan dan dapat dinilai dari metode

tersebut dengan melihat hasil hafalan santri yang sesuai dengan tujuan

meghafal al-Qur’an itu sendiri. Dalam prakteknya, santri mampu menempuh

waktu tiga tahun untuk mengkhatamkan al-Qur’an. Selain itu, dapat dilihat

dari tes murajaah sewaktu-waktu oleh Kyai atau ustadzah, yang mana

dengan cara membacakan ayat al-Qur’an kemudian santri melanjutkan ayat

tersebut, dan hasilnya menunjukkan bahwa hafalan santri tersebut bagus dan

baik.

Adapun indikator dari efektivitas adalah sesuatu yang dapat memberi

petunjuk dan keterangan seberapa besar tingkat keberhasilan yang telah

dicapai dengan target yang telah ditentukan. Indikator pembelajaran efektif

meliputi pengorganisasian materi yang baik, komunikasi yang efektif,

penguasaan dan antusias terhadap pelajaran, sika positif terhadap siswa,

pemberian nilai, keluwesan dalam pendekatan pembelajaran dan hasil

belajar siswa yang baik. Dalam penelitian ini keefektivan penerapan metode

murajaah di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah

Banyuwangi dapat dikatakan efektif karena para santri telah memenuhi

indikator standar keberhasilan dalam penerapan metode murajaah.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian di bab-bab sebelumnya dari

hasil analisis yang dilakukan mengenai Efektivitas metode murajaah untuk

mengatasi Interferensi Retroaktif dalam menghafal al-Qur’an di Pondok

Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah Banyuwangi, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan metode murajaah di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an

Darussyafa’ah Banyuwangi dilaksanakan menjadi tiga tahap yaitu,

persiapan, menyetoran dan pengulangan. Adapun metode murajaah dalam

pelaksanaanya dilakukan secara terbimbing, dan dalam penyetoran murajaah

terbagi menjadi pengelompokan, yakni murajaah dihadapan pengasuh,

dihadapan ustdzah, murajaah bersama-sama, dan murajaah sendiri. Metode

murajaah di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah

Banyuwangi menurut hasil penelitian dikategorikan efektif. Karena dirasa

mudah untuk dilakukan dimana saja dan kapan saja, serta membuat hafalan

menjadi lebih terjaga.

2. Problematika Interferensi Retroaktif santri di Pondok Pesantren Tahfidzul

Qur’an Darussyafa’ah Banyuwangi menurut hasil penelitian gangguan antar

santri hampir sama rata, yaitu karena tingkat kefokusan santri yang kurang,

keterbatasan waktu, kurangnya intensitas murajaah, dan faktor malas hingga

membuat mereka mengalami kesulitan untuk menambah dan menjaga

96
97

hafalannya. Masalah Interferensi Retroaktif sendiri muncul ketika santri

melafalkan ayat al-Qur’an, mereka sering keliru antara ayat yang satu

dengan ayat yang lainnya, terkadang mereka tidak sadar ayat yang

dilafalkannya itu berpindah ke ayat yang lain.

3. Metode murajaah dalam mengatasi Interferensi Retroaktif dalam menghafal

Al-Qur’an santri di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah

Banyuwangi menurut hasil penelitian, dikategorikan signifikan dan efektif.

Hal ini dapat dibuktikan dengan kemampuan yang dapat menempuh waktu

tiga tahun untuk mengkhatamkan al-Qur’an. Selain itu, dapat dilihat dari tes

murajaah sewaktu-waktu oleh Kyai atau ustadzah, yang mana dengan cara

membacakan ayat al-Qur’an kemudian santri melanjutkan ayat tersebut, dan

hasilnya menunjukkan bahwa hafalan santri tersebut bagus dan baik.

B. Saran

Setelah peneliti melakukan penelitian yang mendalam sampai

selesainya skripsi ini, maka peneliti akan memberikan saran yakni sebagai

berikut:

1. Kepada Pengasuh dan para ustadz dan ustadzah

Program menghafal Al-Qur’an melalui metode murajaah dalam

mengatasi Interferensi Retroaktif (gangguan kelupaan) yang dialami santri

sudah bagus, akan tetapi alangkah baiknya lebih dikembangkan dan

ditingkatkan volume murajaah lagi agar supaya kualitas hafalannya baik,

lancar dan dari segi bacaannya pun baik.


98

2. Kepada Santri

Hendaknya para santri perlu memanfaatkan waktu dan pengaturan

waktu dengan sebaik mugkin. Walaupun hafalannya sudah baik dan lancar

dalam menghafal, akan tetapi alangkah baiknya untuk mengantisipasi

kelupaan tetaplah berusaha menjaga hafalan yang telah diperoleh, jangan

sampai hafalannya terlupakan.


99

DAFTAR PUSTAKA

Ahsin, W. Al-hafidz. 2000. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an. Jakarta:


Bumi Aksara.

Andi, Ahmad Yasin. 2010. Ilmu Tajwid Pedoman Membaca Al-Qur’an. Jombang:
Pelita Offset.

Alpiyanto. 2013. Menjadi Juara dan Berkarakter. Bekasi: PT. Tujuh Samudra.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Aziz, Abdul dan Abdur Rauf Al-hafidz. 2009. Anda Pun Bisa Jadi Hafidz Al-
Qur’an. Jakarta: Markas Al-Qur’an.

Az-zawawi, Yahya Abdul Fatah. 2010. Revolusi Menghafal Al-Qur’an. Surakarta:


Insan Kamil.

Bhinnety, Megda. Jurnal Struktur dan Proses Memori. Vol. 16 No. 2 Fakultas
Psikologi Univertas Gadjah Mada.

Chaplin, James. 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Press.

Departemen Agama RI. 2015. Al-Hikmah Al-Qur’an dan Terjemah. Bandung: CV


Penerbit Diponegoro.

Departemen Pendidikan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka.

Djaramah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

E. Mulyasa. 2005. Implementasi Kurikulum. Bandung: Rosdakarya.

Habibah, Ummu. 2015. 20 Hari Hafal 1 Juz. Yogyakrta: Diva Press.

Hasan, Muhammad Tolchah. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Malang:


Visi Press.

Https://rumaysho.com/16311-hadits-arbain-01-setiap-amalan-tergantung-pada-
niat html. (Diakses Pada Tgl. 6-6-2020 Pukul 16:44).

Junaidi, Mahbub. 2006. Menghafal Al-Qur’an Itu Mudah. Lamongan: CV


Angkasa.

Khadijah, Nyanyu. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.


100

Khairini, Lisya dan MA Subandi. 2010. Psikologi Santri Penghafal Al-Qur’an.


Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Khon, Abdul Majid. 2013. Praktikum Qiraat:Keanehan Bacaan Al-Qur’an.


Qira’ati dan Hafash. Banten: Amzah.

Malik, Imam. 2016. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Kalimedia.

Margono. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Maunah, Binti. 2009. Tradisi Intelektual Santri. Yogyakarta: Teras.

Moh. Sahlan. 2013. Evaluasi Pembelajaran:Panduan Praktis Bagi Pendidik dan


Calon Pendidik. Jember: STAIN Jember Pers.

Ibrahim. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Pontianak: Alfabet.

Mulyono. 2012. Strategi Pembelajaran Menuju Efektivitas Pembelajaran di Abad


Global. Malang: UIN Maliki Pers.

Nawabudin, Abdurrab dan Maarif. 1991. Tehnik Menghafal Al-Qur’an. Bandung:


Sinar Baru Algesindo.

Pudjono, Marnio. Teori-teori Kelupaan. Vol. 16 No. 2 Fakultas Psikologi


Univertas Gadjah Mada.

Purwanto, Ngalim. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Qaradhawi, Yusuf. 2000. Bagaimana Berinteraksi Dengan Al-Qur’an. Jakarta:


Pustaka Al-Kautsar.

Sa’dullah. 2010. Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Soemanto, Wasty. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sugianto, Ilham Agus. 2004. Kiat Praktis Menghafal Al-Qur’an. Bandung:


Mujahid.

Sugiono. 2017. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitaf dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Saodih. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Supriyadi. 2015. Iktisar Tajwid Praktis. Paiton: Tim Prediksi.


101

Syah, Muhibin. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendidikan Baru. Jakarta:


Rajawali Pers.

Syam, Herman El-hafiezh. 2015. Siapa Bilang Menghafal Al-Qur’an itu Sulit?.
Yogyakarta: Pro-U Media.

Tim Penyusun. 2018. Pedoman Karya Imiah. Jember: IAIN Jember.

Utsman. Ahmad Rofi’i. 2000. Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, Bandung: Pustaka.

Wahid, Wiwi Alawiyah. 2007. Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an. Yogyakarta:


Diva Press.

Wahid, Wiwi Alawiyah. 2015. Panduan Menghafal Al-Qur’an Super Kilat. Step
By Step & Berdasarkan Pengalaman. Yogyakarta: Diva Press.

Walgito. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rieneka Cipta.

Yunus, Mahmud. 2010. Kamus Arab Indonesia. Ciputat: PT Mahmud Yunus.

Zawawi, Mukhlisoh. 2011. PM-3 Al-Qur’an Pedoma Membaca, Menghafal, dan


Mendengar Al-Qur’an. Solo: Tinta Media.

Zen, Muhaimin. 1985. Problematika Menghafal Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Al-


Husna.
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nailus Syafaah

NIM : T20161167

Prodi/Jurusan : Pendidikan Agama Islam/Pendidikan Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Institusi : IAIN Jember

Menyatakan dengan ini sebenarnya bahwa dalam hasil penelitian ini tidak

terdapat unsur-unsur menjiplakan karya penelitian atau karya ilmiah yang pernah

dilakukan atau dibuat orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah

ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari ternyata hasil penelitian ini terbukti terdapat

unsur-unsur penjiplakan dan ada klaim dari pihak lain, maka saya bersedia untuk

diproses sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan tanpa

paksaan dari siapapun.

Jember, 6 Juli 2020


Saya yang menyatakan

Nailus Syafaah
NIM. T20161167
MATRIK PENELITIAN

JUDUL VARIABEL SUB INDIKATOR SUMBER DATA MEDOTE FOKUS PENELITIAN


VARIABEL PENELITIAN
Efektivitas A. Efektivitas 1. Deskripsi a. Pengertian Efektivitas 1. Informan 1. Pendekatan dan 1. Bagaimana penerapan
Metode Murajaah Metode Efektivitas b. Kriteria Efektivitas a. Pengasuh jenis penelitian: metode Murajaah di Pondok
untuk Mengatasi Murajaah Ponpes Pendekatan Pesantren Tahfidzul Qur’an
Interferensi 2. Metode a. Pengertian Metode Murajaah Tahfidzul Kualitatif dan Darus Syafa’ah
Retroaktif dalam Murajaah b. Konsep Metode Murajaah Qur’an Deskriptif Banyuwangi?
Menghafal Al- c. Langkah-langkah Murajaah Darus
Qur’an Di Pondok Hafalan Syafaah 2. Tehnik 2. Bagaimana problematika
Pesantren b. Pengurus pengumpulan data: Interferensi Retroaktif
Tahfidzul Qur’an B. Interferensi 1. Deskripsi a. Pengertian Interferensi Retroaktif Ponpes a. Observasi dalam meghafal Al-Qur’an
Darus Syafa’ah Retroaktif Interferensi b. Faktor penyebab terjadinya Tahfidzul b. Wawancara di Pondok Pesantren
Siliragung- dalam Retroaktif Interferensi Retroaktif Qur’an c. Dokumentasi Tahfidzul Qur’an Darus
Banyuwangi. Menghafal al- c. Proses terjadinya Interferensi Darus Syafa’ah Banyuwangi?
Qur’an Retroaktif Syafaah 3. Tehnik Analisis
c. Santri data: 3. Bagaimana efektivitas
2. Menghafal a. Pengertian menghafal Al-Qur’an Ponpes a. Pengumpulan metode murajaah untuk
Al-Qur’an b. Persiapan menghafal Al-Qur’an Tahfidzul data mengatasi Interferensi
c. Faktor pendukung menghafal Al- Qur’an b. Kondensasi Retroaktif dalam menghafal
Qur’an Darus c. Penyajian data Al-Qur’an di Pondok
d. Kriteria Peningkatan hafalan al- Syafaah d. Kesimpulan Pesantren Tahfidzul Qur’an
Qur’an Darus Syafa’ah
2. Dokumentasi 4. Keabsahan Data: Banyuwangi?
a. Triangulasi
3. Kepustakaan tehnik
b. Triangulasi
sumber
PEDOMAN PENELITIAN

A. Instrumen Observasi
1. Letak Geografis Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah
2. Data santri putri Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah
3. Jadwal Murajaah santri Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah
4. Kegiatan santri putri Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah
5. Keadaan sarana dan prasarana Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an
Darussyafa’ah
B. Instrumen Wawancara
1. Pengasuh
a. Bagaimana sejarah Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah?
b. Bagaimana pembelajaran Tahfidz yang diterapkan di Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah?
c. Apa saja metode menghafal Al-Qur’an yang diterapkan di Pondok
Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah?
d. Bagaimana penerapan metode murajaah di Pondok Pesantren Tahfidzul
Qur’an Darussyafa’ah?
e. Bagaimana problematika Interferensi Retroaktif di Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah?
f. Apa yang menyebabkan terjadinya Interferensi Retroaktif di Pondok
Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah?
g. Mengapa memilih metode Murajaah untuk mengatasi Interferensi
Retroaktif di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah?
h. Sejauh mana efektivitas metode Murajaah untuk mengatasi Interferensi
Retroaktif dalam menghafal al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfidzul
Qur’an Darussyafa’ah?
2. Ustadzah
a. Bagaimana langkah-langkah penerapan metode Murajaah di Pondok
Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah?
b. Dilakukan berapa kali penerapan Murajaah di Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah?
c. Dilaksanakan kapan saja waktu untuk Murajaah di Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah?
d. Peningkatan apa yang diperoleh santri setelah murajaah di Pondok
Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah?
e. Apa saja problematika Interferensi Retroaktif yang dialami santri di
Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah?
f. Bagaimana mengatasi Interferensi Retroaktif yang dialami santri di
Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah?
3. Santri
a. Apa yang kamu ketahui tentang Interferensi Retroaktif dalam menghafal
al-Qur’an?
b. Problematika Interferensi Retroaktif yang seperti apa yang pernah kamu
alami?
c. Apa penyebab terjadinya Interferensi Retroaktif yang kamu alami?
d. Bagaimana cara kamu mengatasi Interferensi Retroaktif dalam menghafal
al-Qur’an?
e. Peningkatan apa yang kamu peroleh setelah murajaah hafalan?
C. Instrumen Dokumentasi
1. Dokumentasi Visi dan Misi Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an
Darussyafa’ah
2. Dokumentasi struktur kepengurusan santri Pondok Pesantren Tahfidzul
Qur’an Darussyafa’ah
3. Dokumentasi foto pembelajaran Tahfidz di Pondok Pesantren Tahfidzul
Qur’an Darussyafa’ah
4. Dokumentasi foto setoran Murajaah santri kepada Pengasuh di Pondok
Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah
5. Dokumentasi foto di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jl. Mataram No.1 Mangli, Telp. (0331) 487550 Fax. (0331) 472005, Kode Pos : 68136
Website : www.http://ftik.iain-jember.ac.id e-mail : tarbiyah.iainjember@gmail.com

Nomor : B. 0217/In.20/3.a/PP.00.9/06/2020 09 Juni 2020


Sifat : Biasa
Lampiran :-
Hal : Permohonan Izin Penelitian

Yth. Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an Darussyafa’ah


Jl. H. Ichsan Sumbersuko-Kesilir-Siliragung-Banyuwangi
Assalamualaikum Wr Wb.

Dalam rangka menyelesaikan tugas Skripsi pada Fakultas Tarbiyah


dan Ilmu Keguruan, maka mohon diijinkan mahasiswa berikut :
Nama : Nailus Syafaah
NIM : T20161167
Semester : VIII (Delapan)
Jurusan : Pendidikan Islam
Prodi : Pendidikan Agama Islam
untuk mengadakan Penelitian/Riset mengenai Efektivitas Metode Murajaah
untuk mengatasi Interferensi Retroaktif dalam menghafal Al-Qur’an di PPTQ
Darussyafa’ah di lingkungan lembaga wewenang Bapak.

Adapun pihak-pihak yang dituju adalah sebagai berikut:


1. Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah
2. Pengurus Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah
3. Ustadzah Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah
4. Santri Putri Tahfidz Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an
Darussyafa’ah
Demikian, atas perkenan dan kerjasamanya disampaikan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr Wb

a.n. Dekan
Wakil Dekan Bidang Akademik

Mashudi
DOKUMENTASI PENELITIAN

Struktur Kepengurusan Santri Putri


Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Darussyafa’ah

Rutinan Khataman Al-Qur’an Setiap Malam Jum’at Legi


Dengan sistem Halaqoh (sambung ayat)
Satu orang membaca Al-Qur’an yang lainnya menyimak.
Setoran Murajaah santri kepada Pengasuh

Setoran Murajaah santri kepada Ustadzah

Murajaah santri secara Bersama-sama


Santri Murajaah sendiri hafalannya setelah setoran kepada pengasuh

Wawancara kepada KH. Ahmad Zakariya Al-hafidz


(Selaku Pengasuh PPTQ Darussyafa’ah)
Dan santri putri PPTQ Darussyafa’ah
BIODATA PENULIS

A. Identitas Diri

Nama Lengkap : Nailus Syafaah

NIM : T20161167

Tempat, Tgl. Lahir : Banyuwangi, 17 Februari 1998

Alamat Rumah : Dsn. Sukorejo Rt/Rw: 02/06, Ds. Sukorejo, Kec.

Bangorejo, Kab. Banyuwangi, Prov. Jawa Timur

No. Hp : +682231496860

Email : nailuss28@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan

1. TK Dewi Sartika (Lulus tahun 2004)

2. MI Al-Hikmah (Lulus tahun 2010)

3. MTs Al-Huda (Lulus tahun 2013)

4. MAN 4 Banyuwangi (Lulus tahun 2016)

5. IAIN Jember (Tahun Masuk 2016)

Anda mungkin juga menyukai