Anda di halaman 1dari 83

RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL

HAVIZ AL-MANSYURIYAH SUMBER SARI, KECAMATAN


TEBO TENGAH, KABUPATEN TEBO, PROVINSI JAMBI

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Stara Satu (S.1) Dalam Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir
Fakultas Ushuluddin Dan Studi Agama

Oleh:
DIANDA ULHAQ
UT. 160074

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020

i
H. Abdulah Firdaus, Lc.M.A.,Ph.D Jambi, 13 Mei 2020
Akbar Imanuddin S.TH.I.,M.Ud
Alamat : Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi
Kepada Yth.
Jl. Raya Jambi-Ma. Bulian Bapak Dekan
Simp. Sungai Duren Fak.Ushuluddin
Muaro Jambi dan StudiAgama UIN
STS Jambi di
Jambi

NOTA DINAS
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan
persyaratan yang berlaku di Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS
Jambi, maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara (Dianda Ulhaq) dengan
judul “Resepsi Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah
Sumber Sari, Kecamatan Tebo Tengah, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi”
telah dapat diajukan untuk di munaqasyahkan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Jurusan/Program Studi Ilmu Al-
Quran dan Tafsir (IAT) di Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS
Jambi.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan kepada bapak/ibu, semoga


bermanfaat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa.
Wassalam

Pembimbing I Pembimbing II

H. Abdulah Firdaus, Lc.M.A.,Ph.D Akbar Imanuddin S.Th.I.,M.Ud


NIP. 197012122005011011 NIP.

ii
iii
iv
MOTTO

‫ِ أ َ َّن‬
ِ ‫صا ِل ََحا‬ َ ‫ِإ َّن َٰ َهذَا ْالقُ ْرآنَ يَ ْهدِي ِللَّتِي ِه‬
َّ ‫ي أ َ ْق َو ُم َويُبَ ِش ُر ْال ُمؤْ ِمنِينَ الَّذِينَ يَ ْع َملُونَ ال‬
ً ‫لَ ُه ْم أ َ ْج ًرا َك ِب‬
‫يرا‬

“Sesungguhnya Al-Qura’n ini memberikan petunjuk kepada


(jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-
orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada
pahala yang besar.” (QS. Al-Isra’ Ayat: 9)

v
PERSEMBAHAN
Bismillāhirrahmānirrahīm
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
Bapak , Ibu dan keluarga tercinta yang selalu mendukung dan memberi doa dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Almamater Fakultas Ushuludin dan Studi Agama UIN
Sulthan Thaha Saifuddi Jambi
Teman - teman Jurusan Ilmu Al-quran dan Tafsir
Seperjuangan khususnya kelas A.
Abi, Umi serta seluruh Ustadz/Ustadzah dan
Santriwan/Santriwati Yayasan Pondok Pesantren
Darul Haviz Al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo.
Ucapan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua yang terlibat dalam
proses penyelesaian penulisan skripsi ini, semoga kita semuanya selalu dalam
bimbingan dan lindungan Allah swt.

vi
ABSTRAK
Penelitian living Qur’an dalam skripsi ini membahas tentang pembacaan
al-Qur’an surat-surat tertentu. Dalam hal ini adalah Pondok Pesantren Darul
Haviz Al-Mansuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo. Bagi seluruh santri Pondok
Pesantren Darul Haviz Al-Mansuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo diwajibkan untuk
mengikuti kegiatan pembacaan surat-surat tertentu yang dilaksanakan setiap rutin
hari pada waktu selesai shalat Ashar dan shalat Isya. Adapun surat-surat tertentu
yang dimaksud adalah surat al-Wāqi‘ah, dan surat al-Mulk.
Penelitian living Qur’an ini pembahsannya lebih difokuskan pada
bagaimana prosesi pembacaan al-Qur’an surat-surat tertentu di Pondok Pesantren
Darul Haviz Al-Mansuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo dan apa makna pembacaan
al-Qur’an surat-surat tertentu tersebut bagi para pelaku tindakan. Dalam hal ini,
sebagai para pelaku tindakan tersebut adalah para santri secara umum, para
ustadz, dan pengasuh Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansuriyah Sumber Sari,
Kab. Tebo. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adapun
teknik pengumpulan data yang penulis lakukan yaitu melalui observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam skripsi ini
yaitu menggunakan analisis eksplanasi, agar memudahkan penulis dalam
memaparkan isi pembahasan.
Adapun hasil penelitian dalam skripsi ini yaitu, pembacaan al-Qur’an
surat-surat tertentu ini dilaksanakan rutin setiap hari, untuk surat al-Wāqi’ah
dibaca setelah selesai shalat Maghrib dan surat al-Mulk dibaca setelah shalat
Ashar.
Maka ada tiga kategori makna yang diperoleh. Makna objektif suatu
kewajiban yang ditetapkan, makna ekspresif yang terbentuk sebagai pembelajaran
dan menunjukkan pada makna psikologi dan ketenangan jiwa serta makna
dokumenter adalah sebagai suatu kebudayaan.

vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah
SWT, yang telah memberikan nikmat dan karunianya berupa kesehatan,
kesempatan dan kekuatan lahir batin sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul, “Resepsi Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Darul Haviz
Al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kecamatan Tebo Tengah, Kabupaten Tebo,
Provinsi Jambi”.
Sholawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi dan Rosul
kita, yakni Nabi Muhammad SAW. Seorang manusia mulia sebagai rahmat untuk
sekalian alam.
Selanjutnya penulis menyadari dalam proses penyelesaian skripsi ini,
penulis telah dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
rasa terima kasih yang tak terhingga kepada beberapa pihak yang telah membantu
penulisan skripsi ini sampai selesai. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada orang tua dan keluarga yang telah menjaga,
mendidik, menyayangi dan senantiasa mensupport serta mendoakan penulis
sehingga karya ini dapat disesaikan.
Dan pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan rasa terima kasih
yang sebesar-besar kepada
1. Bapak H. Abdulah Firdaus, Lc. M.A., Ph. selaku pembimbing I yang telah
banyak memberikan kontribusi dan waktu demi terselesaikannya
Penulisan Skripsi ini.
2. Bapak Akbar Imanuddin S.TH.I.,M.Ud selaku pembimbing II yang telah
banyak memberikan saran dan waktu demi terselesaikannya Penulisan
Skripsi ini.
3. Bapak Bambang Husni Nugroho, S.Th.I.,M.H.I selaku ketua Prodi Ilmu
Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS
Jambi.
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Syukri S.S.,M.Ag selaku pembimbing akademik
yang senantiasa selalu memberi saran, semangat dan waktunya demi
terselesaikannya Skripsi ini.
5. Bapak Dr. Abdul Halim, S.Ag.,M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
dan Studi Agama UIN STS Jambi.
6. Bapak Dr. Masiyan M.Ag selaku Wakil dekan bidang Akademik Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.
7. Bapak Dr. Edy Kusnaidi, M. Fil.I. selaku Wakil dekan bidang
Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan Fakultas Ushuluddin dan
Studi Agama UIN STS Jambi.
8. Bapak Dr. M.Ied Al-Munir, M.Ag selaku Wakil dekan bidang
Kemahasiswaan dan bidang Kerjasama luar Fakultas Ushuluddin dan
Studi Agama UIN STS Jambi.

viii
ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


NOTA DINAS ................................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ORSINALITAS SKRIPSI ................................... iii
PENGESAHAN ................................................................................................iv
MOTTO ............................................................................................................ v
PERSEMBAHAN .............................................................................................vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
PEDOMANA TRANSLITERASI ................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1


A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 5
C. Batasan masalah ................................................................................. 5
D. Tujuan dan kegunaan penelitian ......................................................... 5
E. Kerangka Teori ................................................................................... 6
F. Metode penelitan ................................................................................ 9
G. Tinjauan pustaka ............................................................................... 10
H. Sistematika penulisan ....................................................................... 12

BAB II PROFIL PONDOK PESANTREN DARUL HAVIZ AL-


MANSYURIYAH SUMBER SARI, KAB. TEBO ....................................... 14
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah 14
B. Keadaan dan Aktivitas Santri Pondok Pesantren
Darul haviz Al-Mansyuriyah ............................................................ 17
C. Fasilitas Pendidikan di Pondok Pesantren Darul Haviz
Al-mansyuriyah ................................................................................ 20
D. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Darul Haviz
Al-Mansyuriyah ................................................................................ 22
BAB III RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DARUL
HAVIZ AL-MANSYURIYAH SUMBER SARI, KAB. TEBO .................. 24
A. Pengertian Resepsi Al-Qur’an .......................................................... 24
B. Pemilihan Surat-Surat yang di baca.................................................. 30
1. Surat Al-Wāqi‘ah .......................................................................... 31
2. Surat Al-Mulk ............................................................................... 38

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN............................... 44


A. Praktik Resepsi Pembacaan Surat-surat Pilihan ............................... 44
1. Makna Objektif ............................................................................ 47
2. Makna Ekspresif........................................................................... 50

x
3. Makna Dokumenter.......................................................................... 56

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 60


A. Kesimpulan ........................................................................................... 60
B. Rekomendasi Penelitian ....................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE

xi
PEDOMAN TRANSLITERASI

A. Alfabet
‫=أ‬ ‫ = خ‬kh ‫ = ش‬sh ‫ = غ‬gh ‫=ن‬n

‫ =ب‬b ‫=د‬d ‫=ص‬ṣ ‫=ف‬f ‫ =و‬w

‫ =ت‬t ‫ = ذ‬dh ‫=ض‬ḍ ‫=ق‬q ‫=ه‬h

‫ = ث‬th ‫=ر‬r ‫=ط‬ṭ ‫=ك‬k ‫’=ء‬

‫=ج‬j ‫ =ز‬z ‫= ظ‬ẓ ‫=ل‬l ‫=ي‬y

‫=ح‬ḥ ‫=س‬s ‫‘=ع‬ ‫ =م‬m

B. Vokal dan Harkat

Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia


َ‫ا‬ A َ‫ىا‬ Ā َ‫ا‬ Ī

َ‫ا‬ U ‫اى‬ Á ‫او‬ Aw


َ‫ا‬ I ‫او‬ Ū ‫اى‬ Ay

C. Syaddah atau Tasydid

Syaddah dilambangkan dengan tanda (-), dalam alih aksara ini


dilambangkan dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan
tetapi hal itu tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak
setelah huruf syamsiyyah.

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-Qur’an pada prinsipnya adalah wahyu yang bersifat progresif.1
Progresifitas al-Qur’an di tunjukkan dengan teks-teks yang senantiasa berdialog
dengan konteks masa lalu di saat al-Qur’an diturunkan, masa kini dan juga masa
yang akan datang. Sebagai kitab suci umat Islam yang menyatakan dirinya secara
fungsional sebagai hudā (petunjuk) bagi manusia, ia memiliki nama-nama yang
beragam. Nama-nama tersebut antara lain al-Kitāb, al-Mubīn, al-Karīm, al-
Kalām, al-Suhūf, dan nama-nama lainnya. Salah satu nama yang sering kali di
labelkan padanya adalah al-Qur’an.2 Ikhtiar labelisasi tersebut, salah satunya
menurut Imam as-Suyuti adalah sebagai oposisi biner terhadap logika dan tradisi
sastra Arab kala itu.3
Disamping sebagai oposisi biner, labelisasi tersebut juga sebagai alat
evaluasi untuk memproteksi orisinalitas, otentisitas, dan eternalitas al-Qur’an.
Hal tersebut diyakini oleh para pengkaji al-Qur’an sebagai perisai canggih untuk
menjaga dan merawat kitab suci tersebut. Sebagai kitab suci yang harus dibaca,
antar pembaca (masyarakat) memiliki praktik yang berbeda-beda sesuai dengan
motivasi dan hidden ideology yang di usungnya. Motivasi tersebut bisa berupa
ekspresi bacaan al-Qur’an yang bertujuan untuk mencari pahala, sebagai petunjuk
teknis dalam kehidupan, ataupun sebagai alat justifikasi terhadap suatu tindakan.4
Perbedaan praktik pembacaan al-Qur’an tersebut dianggap sebagai sesuatu
wajar dan legal. Hal ini di sebabkan karena al-Qur’an di peruntukkan bagi
manusia guna menjadi pedoman (huda). Oleh karena itu, tidak heran apabila Peter
Werenfels menandaskan bahwa dalam kitab suci ini (al-Qur’an), setiap orang
akan mencari sistem teologisnya, dan dalam waktu yang sama iajuga akan
1
M. Abduh Wahid, “Tafsir Liberatif Farid Esack”, dalam Tafsere Vol. 4. No. 2. Tahun
2016, 149.
2
Manshur Sirojuddin Iqbal, Pengantar Ilmu Tafsir¸ (Bandung: Angkasa, 1987), 15.
3
Jalaludin as-Suyuthi, al-Itqan fi Ulumil Al-Qur’an, (Kairo: Dar al-Fikr, t.th.), 141.
4
Ahmad Rofiq, “Pembacaan yang atomistik terhadap Al-Qur’an; Antara Penyimpangan
dan Fungsi,” dalam Jurnal Studi Al-Qur’an dan Hadis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Vol.4,
No. 1, Januari 2014, 3.

1
2

menemukan sistem tersebut dengan orientasi tertentu sesuai denganapa yang


dicarinya.5 Pola bacaan yang di ekspresikan dengan motivasi tersebut apabila
ditelusuri dan ditilik pada sejarah islam, embrional integralnya sudah pernah,
bahkan nyaris di praktikkan setiap harinya di era Nabi Saw. dan sahabat.6
Beberapa kisah yang dapat diangkat dalam konteks ini antara lain Nabi
Saw. pernah menyembuhkan penyakit dengan ruqyah lewat surat al-Fatihah, dan
menolak sihir dengan surat al-Mu’awwizatain.7 Dalam kisah yang lain juga
diriwayatkan bahwa sahabat Abdullah bin Mas’ud begitu intens dalam membaca
surat Al-Wāqi’ah, dengan harapan diberi kecukupan dan dijauhkan dari kefakiran.
Dari dua hal tersebut, kiranya dapat dijadikan sebuah indikator bahwa resepsi
fungsional praktikal terhadap ayat-ayat suci al-Qur’an di era sahabat telah
dilakukan secara massif. Praktik-praktik demikian terus dilestarikan oleh generasi
berikutnya secara kontinue, apalagi ketika al-Qur’an mulai merambah ke wilayah
baru yang memiliki perbedaan secara kultural dengan wilayah dimana al-Qur’an
tersebut diturunkan.8 Artinya, bagi “telinga dan lidah” ajamiyah yang tidak
memperlakukan al-Qur’an secara “khusus” menjadi jauh lebih besar dibandingkan
ketika al-Qur’an masih berada di dalam komunitasnya.9
Asumsi-asumsi tertentu terhadap al-Qur’an dari berbagai komunitas baru
inilah yang menjadi salah satu faktor pendukung munculnya praktik
memfungsikan al-Qur’an dalam kehidupan praksis. Fenomena diatas, dalam
kajian metodologi ilmu tafsir disebut al-Qur’an al-hay atau Studi Living Qur’an,10
yakni fenomena yang hidup di masyarakat sebagai respon atas interaksinya
dengan al-Qur’an.11

5
Ignaz Goldziher, Mazahib al-Tafsir al-Islami, (Beirut: Dar al- Iqra’, 1403), 3.
6
Abdul Mutaqim dkk., Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta:
TH-Press, 2007), Cet. I., 3.
7
Jalaludin Muhammad bin Ahmad Al-Mahalli dan Jalaluddin Abdurrahman bin Abi
Bakar as-Suyuthi, Tafsir Jalalain, (t.k: Al Haramain Jaya Indonesia, 2007), 274.
8
Muh. Asnawi, dkk, Sejarah Kebudayaan Islam 1; Mengurai Hikmah Peradaban Islam,
(Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2012), 61.
9
Abdul Mutaqim dkk., Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis:4.
10
M. Mansyur dkk, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta: TH
Press, 2007), 8.
11
Heddy Shri Ahimsa, “The Living Qur’an: Beberapa Perspektif Antropologi,” dalam
Jurnal Walisongo Vol. 20, No. 1, Mei 2012, 237.
3

Secara etimologi (kebahasaan) living Qur’an merupakan gabungan dari


dua kata yakni living yang dalam bahasa inggris berarti “hidup” dan kata Qur’an
yang berarti kitab suci umat Islam. Sedangkan secara istilah living Qur’an bisa
diartikan dengan “teks al-Qur’an yang hidup di masyarakat”.12
Disamping definisi tersebut, terdapat pula yang berpendapat bahwa Living
Qur’an berarti sambutan pembaca terhadap ayat-ayat suci al-Qur’an. Sambutan
tersebut bisaberupa cara masyarakat dalam menafsirkan pesan ayat-ayatnya, cara
masyarakat mengaplikasikan ajaran moralnya, serta cara masyarakat membaca
dan melantunkan ayat-ayatnya. Dengan demikian, pergaulan dan interaksi
pembaca dengan al-Qur’an merupakan konsentrasi dari kajian ini, sehingga
implikasi dari kajian tersebut, akan memberikan kontribusi tentang ciri khas dan
tipologi masyarakat dalam bergaul dengan al-Qur’an.13
Berangkat dari hal diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk mengkaji
living Qur’an yang ada di masyarakat, khususnya di pondok pesantren yang
berada di daerah Jambi, dalam hal ini Pondok Pesantren Darul haviz al-
Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo, Prov. Jambi. Pondok Pesantren Darul
haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo ini merupakan salah satu lembaga
pendidikan agama yang berada di Kabupaten Tebo Provinsi Jambi. Lembaga ini
di dirikan oleh Ustazah Amatul Hafiz dan Ustadz Ardhani Hasan.14
Dalam konteks memperlakukan al-Qur’an di dalam kehidupan praksis,
para santri memiliki ragam praktik yang berbeda-beda. Salah satu contoh yang
bisa diangkat adalah adanya tradisi pembiasaan pembacaan surat-surat pilihan
(surat al-Wāqi‘ah dan surat al-Mulk). Surat al-Wāqi’ah dan surah al-Mulk rutin
dibaca oleh santri setelah selesai melaksanakan shalat ashar dan Shalat maghrib
berjamaah, sedangkan surat Yāsīn rutin dibaca setiap malam jum’at. Di samping
itu ada juga santri yang merespon kehadiran al-Qur’an dengan cara

12
Sahiron Syamsuddin, “Ranah-Ranah Penelitian dalam Studi Al-Qur’an dan Hadis”,
dalam M. Mansur dkk, Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis (Yogyakarta: TH Press,
2007), xiv.
13
Fathurrosyid, “Tipologi Ideologi Resepsi Al-Qur’an di Kalangan Masyarakat Sumenep
Madura”, dalam Jurnal el-Harakah Vol. 17, No. 2 Tahun 2015, 222.
14
Mahyati, Ustadzah Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara
dengan Penulis, 11 November 2019. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
4

menjadikannya kaligrafi. Kaligrafi tersebut diletakkan di berbagai tempat, seperti


asrama santri.
Dengan demikian, resepsi al-Qur’an dari satu generasi terdahulu sangat
mungkin untuk ditiru secara kreatif oleh generasi- generasi selanjutnya,
tergantung pada transmisi pengetahuan yang berlangsung serta model resepsinya
apakah melalui teks atau praktik15. Akhirnya, dalam sejarah resepsi al-Qur’an, al-
Qur’an bukan hanya menjadi jalan hidup (way of life) bagi muslim, tetapi
kehidupan (life of) muslim itu sendiri. Sebagai jalan hidup, al- Qur’an telah ada
dan membimbing dan mengarahkan muslim ke jalan tertentu, “jalan yang benar”,
sementara sebagai kehidupan, al- Qur’an masuk ke dalam perjalanan hidup sehari-
hari muslim disadari atau tidak.16
Terhadap beragamnya resepsi al-Qur’an yang ada di Pondok Pesantren
Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo tersebut, pendekatan yang
peneliti gunakan adalah pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi
yaitu proses penelitian yang menekankan “meaningfulness”, artinya peneliti tidak
hanya mendeskripsikan suatu fenomena yang n ampak, akan tetapi juga berusaha
memahami makna yang melakat di dalam fenomena tersebut. Peneliti akan
berusaha mengungkap kesadaran atas pengetahuan pelaku mengenai dunia tempat
mereka berada, serta kesadaran mereka mengenai perilaku-perilaku tersebut.17
Hal ini peneliti pandang sebagai sesuatu yang penting untuk dilakukan,
karena dengan memahami pandangan dunia ini lah kemudian peneliti akan dapat
memahami mengapa resepsi tersebut yang diwujudkan bukan yang lain. Maka
dari itu, judul yang peneliti buat dalam penelitian ini berjudul “Resepsi Al-Qur’an
di Pondok Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kecamatan Tebo
Tengah, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi”.

15
Ahmad Rafiq, “Sejarah Al-Qur’an dari Pewahyuan ke Resepsi” dalam Sahiron
Syamsuddin (ed.), Islam,Tradisi dan Peradaban, (Yogyakarta: Bina Mulia Press,2012), 75
16
Ibid. 81
17
Heddy Shri Ahimsa Putra, “The Living Qur’an: Beberapa Perspektif Antropologi,”
dalam Jurnal Walisongo, vol. 20, no. 1, Mei 2012, 256.
5

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, untuk mempermudah kajian dan agar
penelitian lebih terarah dan menghasilkan hasil akhir yang komprehensif, integral
dan menyeluruh sehingga relatif mudah untuk dipahami, maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa makna yang melekat dalam praktik resepsi al-Qur’an di Pondok
Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo tersebut?
2. Bagaimana praktik resepsi al-Qur’an di Pondok Pesantren Darul haviz al-
Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo?

C. Batasan Masalah
Untuk menghindari adanya perluasan masalah yang dibahas dan dapat
menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan rumusan masalah yang
penulis buat sebelumnya, maka peneliti memberikan batasan masalah ini hanya
membahas tentang resepsi al-Qur’an pada surat al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk di
Pondok Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan
Sejalan dengan perumusan permasalahan di atas, maka penelitian ini
memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui praktik resepsi al-Qur’an di Pondok Pesantren Darul
haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo
b. Untuk mengetahui makna yang melekat dalam praktik resepsi al-Qur’an di
Pondok Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang ingin di capai dalam penelitiaan ini adalah:
a. Memberikan informasi dan tambahan khazanah keilmuan kepada pembaca
mengenai ragam resepsi al-Qur’an yang ada di Pondok pesantaren Pondok
Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo serta
sebagai alat bantu bagi pembaca dalam memahami makna dan nilai-nilai
6

(meaning and values) yang terkandung dalam ragam praktik resepsi al-
Qur’an di Pondok Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab.
Tebo tersebut.
b. Memberikan sumbangan keilmuan dibidang al-Qur’an khususnya dalam
kajian Living Qur’an dan agar dapat menjadi salah satu referensi untuk
pengembangan penelitian selanjutnya.
E. Kerangka Teori

a. Resepsi

Yang dimaksud dengan resepsi adalah sebagai pengolahan teks, cara-cara


pemberian makna terhadap karya, sehingga dapat memberikan respon
terhadapnya. Respon yang dimaksud tidak dilakukan antara karya dengan seorang
pembaca, melainkan pembaca sebagai proses sejarah, pembaca dalam periode
tertentu.18

b. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah Kalām Allah Swt. yang bernilai mukjizat, yang


diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan malaikat
Jibril, diriwayatkan kepada kita dengan mutawatir, membaca terhitung sebagai
ibadah dan tidak akan tertolak kebenarannya.19

َّ ‫ص ٰلوة َوا ْنفق ْواَم َّماَرز ْق ٰنه ْم َس ًّر‬


َ‫اَوعَلنيةً ََيَّ ْرج ْون َتجارة ًَلَّ ْن‬ ‫ا َّن َالَّذيْن َيتْل ْون َك ٰتب ه‬
َّ ‫َاّٰلل َواقامواَال‬
َ ٠٣َ‫َم ْنَفضْل ٖۗهَانَّهٗ َغف ْو ٌرَشك ْو ٌر‬ ِّ ‫َليوفِّيه ْمَاج ْوره ْمَويزيْده ْم‬٩٢َ‫تب ْو َۙر‬
“Sungguh orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (al-Qur’an),
melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan
kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan
perdagangan yang tidak akan rugi. Agar Allah Swt menyempurnakan pahalanya

18
http://mwalidin.blogspot.com/200712/seksualitas-dalam-novel-indonesia.html
19
Ahsin W Al Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: Bumi Aksara,
2000),1.
7

dan menambah karunia-Nya kepada mereka. Sungguh, Allah Maha Pengampun,


Maha Mensyukuri.”(QS. Fathir: 29-30).20

Al-Qur’an merupakan kitab yang kemurniannya dijaga langsung oleh


Allah Swt.

َ ٢َ‫انَّاَنحْ نَن َّز ْلناَالذِّ ْكرَوانَّاَلهٗ َلحٰ فظ ْون‬


“Sesungguhnya kami-lah yang menurunkan al-Qur’an, dan sesungguhnya
kami benar-benar memeliharanya”. (QS. Al-Hijr: 9)21

sehingga tidak akan pernah diragukan lagi kebenaran kitab tersebut sampai
kapanpun. Bahkan, sekedar meniru keindahan susunan kalimatnya pun tidak ada
orang yang mampu melakukannya.Wahyu ini dijaga oleh Allah Swt, salah satunya
dengan keajaiban bisa dihafal oleh mereka yang sungguh-sungguh menghafal.22

Penulis menggunakan teori sosiologi pengetahuan Karl Mannheim, dengan


teori sosiologi pengetahuan maka menjadi menarik untuk diterapkan dan
diaplikasikan untuk menemukan dan menentukan saling keterkaitan antara pikiran
dan tindakan.23

Tindakan yang terjadi pada manusia dibentuk dari dua dimensi yaitu
perilaku (behaviour) dan makna (meaning). Sehingga, dalam memahami suatu
tindakan sosial seorang ilmuwan sosial harus mengkaji perilaku eksternal dan
makna perilaku. Mannheim mengklasifikasikan dan membedakan makna perilaku
dari suatu tindakan sosial menjadi tiga macam makna yaitu: 1) Makna obyektif ,
adalah makna yang ditentukan oleh konteks sosial dimana tindakan tersebut
berlangsung; 2) Makna ekspresif, adalah makna yang ditunjukkan oleh aktor
(pelaku tindakan); dan 3) Makna dokumenter, yaitu makna yang tersirat atau

20
Kemenag, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Adhi Aksara Abadi Indonesia, 2011),
621.
21
Tim penterjemah dan penafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta:
Departemen Agama RI, 1985), 262.
22
Muhammad Yusuf Bin Abdurrahman, Kisah-kisah Balita Penghafal Al-Qur’an,
(Yogyakarta: Laksana, 2018), 16.
23
Karl Mannheim, Ideologi dan Utopia, Menyingkap Kaitan Pikiran dan Politik, terj.
Arief Budiman, (Yogyakarta : Kanisius, 1991), 287.
8

tersembunyi, sehingga aktor (pelaku tindakan) tersebut tidak sepenuhnya


menyadari bahwa suatu aspek yang diekspresikan menunjukkan kepada
kebudayaan secara keseluruhan.24

Prinsip dasar yang pertama dari sosiologi pengetahuan Karl Mannheim


adalah tidak ada acara berpikir (mode of thought) yang dipahami jika asal-usul
sosialnya belum diklarifikasi. Ide-ide dibangkitkan sebagai perjuangan rakyat
dengan isu-isu tertentu dalam masyarakat mereka, dan makna serta sumber ide-ide
tersebut tidak bisa dipahami secara semestinya. Jika seseorang tidak mendapatkan
penjelasan tentang dasar sosial mereka, berarti hal ini harus dipahami dalam
hubungannya dengan masyarakat yang memproduk dan menyatakannya dalam
kehidupan. Adapun prinsip yang pertama, yakni ide dan cara berpikir,
sebagaimana entitas sosial, maknanya akan berubah seperti institusi-institusi
sosial tersebut mengalami perubahan historis yang signifikan. Ketika lembaga-
lembaga tertentu menggeser lokasi historisnya, maka pergeseran makna dan gaya
pemikiran yang berhubungan dengannya akan berubah juga.25

Dengan menggunakan teori sosiologi pengetahuan yang ditawarkan Karl


Mannheim tersebut, penulis menjadikannya sebagai acuan dasar dalam
pembahasan latar belakang dari tradisi pembacaan al-Qur’an surat-surat tertentu di
Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo.
Meliputi asal-usul kontekstual dan asal usul normatif, yaitu pemahaman terhadap
karakterisktik ayat-ayat yang terdapat pada surat-surat tertentu yang dibaca dan
pemahaman terhadap hadis-hadis tentang keutamaan membaca surat tertentu pada
waktu khusus.

24
Gregory Baum, Agama dalam Bayang-bayang Relativisme: Agama Kebenaran dan
Sosiologi Pengetahuan, terj. Ahmad Murtajib Chaeri dan Mashuri Arow, (Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya, 1998), 15-16.
25
Ibid. 18
9

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk menelitian lapangan (fieldresearch).


Selain itu, penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Merupakan sebuah penelitian yang berusaha untuk menuturkan masalah-
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek/obyek
penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Dalam jenis penelitian kualitatif ini, metode yang penulis gunakan adalah
wawancara, pengamatan/observasi, dan dokumentasi.
2. Subjek Penelitian
a. Guru tahfīz Pesantren Pondok Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah
Sumber Sari, Kab. Tebo Provinsi Jambi.Guru tahfīz merupakan orang
yang paling mengerti seluk-beluk tentang keadaan santri tahfiz dan
yang berkaitan dengannya.
b. Para huffaz di Pondok Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber
Sari, Kab. Tebo Provinsi Jambi.
3. Sumber dan Jenis Data
a. Sumber Data
Sumber data merupakan karya yang memiliki keterikatan dengan pokok
pembahasan dalam sebuah penelitian. Sumber data dalam penelitian ini
berupa wawancara dari beberapa sampel yang telah ditentukan dan
ditemukan atau peristiwa-peristiwa dilapangan.
b. Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Data Primer
Adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama. Data
primer juga sebagai data asli dan peneliti harus mengumpulkan
secara langsung melalui observasi atau wawancara di lapangan.
2) Data Sekunder
10

Adalah data yang diperoleh dari sumber kedua, berupa dokumentasi


atau peristiwa bersifat lisan dan tertulis.26
4. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode yang peneliti gunakan dalampengumpulan data adalah
sebagai berikut:
1. Wawancara (Interview)
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara mendalam melalui wawancara tersruktur dan tidak
tersrukturyang berfungsi untuk mendapatkan informasi mengenai
resepsi al-Qur’an di Pondok Pesantren Darul haviz al-
Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo
2. Pengamatan/observasi
Pengamatan di dalam observasi ini, peneliti mengadakan
pengamatan dan ikut serta dalam kegiatan santri.
3. Dokumentasi
Dokumentasiyang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
metode dokumenasi tertulis dan dokumentasi bentuk gambar, dan
audio.
4. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan teknik analisis
data deskriptif analitik (data yang berkaitan dengan tema yang
diteliti, dikumpulkan dan diklasifikasikan) yang kemudian
dilakukan deskripsi.
G. Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari terjadinya pengulangan dalam penelitian, makapenulis


melakukan kajian pustaka sebelumnya. Mengenai literatur yangmembahas tema
terkait dengan penelitian yang peneliti kaji adalah sebagaiberikut:
Penelitian Imas Lu’lu Jannah, yang berjudul Resepsi Estetik terhadap Al-
Qur’an pada Lukisan Kaligrafi Syaiful Adnan.27 Dalam penelitiannya, Imas

26
Mohd. Arifullah. Panduan Penelitian Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin
Iain Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. (Jambi:Fak Ushuluddin IAIN STS Jambi. 2016). 44.
11

menyingkap dan mengungkap bagaimana teks al-Qur’an diterima dan direspon


oleh seniman lukis muslim yang bernama Syaiful Adnan. Syaiful Adnan
menekuni dunia lukis dengan menempatkan kaligrafi al-Qur’an sebagai tema
sentral dalam lukisannya. Ayat al-Qur’an merupakan sumber inspirasi artistik
sekaligus estetik bagi Syaiful Adnan untuk melahirkan karya-karya masterpiece
nya. Teks al-Qur’an menawarkan sebuah ruang interpretasi yang dialogis kepada
pembaca. Interaksi antar keduanya merupakan proses reproduksi makna dimana
dalam proses ini, subjektifitas pembaca sangat mempengaruhi proses pembacaan.
Dari penelitian yang dilakukan, dia berkesimpulan bahwa makna (meaning) yang
diterima Syaiful Adnan dilokalisir dalam benak dan dikonkretisasi berdasarkan
aspek estetis yang dialaminya, kemudian diaktualisasikan dalam bentuk karya
lukis kaligrafi al-Qur’an.
Muhammad Mukhtar, dengan judul Resepsi Santri Lembaga Tahfidzul
Qur’an Pondok PesantrenWahid Hasyim Terhdap Al-Qur’an. Dalam skripsi
tersebut dia menjelaskan mengenai pola dan latar belakang resepsi santri Lembaga
Tahfidzul Qur’an Pondok Pesantren Wahid Hasyim terhadap al-Qur’an. Pada
penelitiannya tersebut, dia menitik beratkan pada pelacakan historis, metodologis,
serta relevansi dari resepsi santri Lembaga Tahfidzul Qur’an tersebut terhadap
kajian tafsir kontemporer. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut
adalah metode deskriptif analitik dengan pendekatan fenomenologi. Adapun hasil
dari penelitian tersebut adalah tradisi pembacaan santri terhadap bagian-bagian
tertentu dari al-Qur’an, khususnya QS. al-Mu’awwizatain, QS. Yāsīn, QS. ar-
Rahmān, QS. al- Wāqi’ah, dan ayat al-kursī termasuk dalam kategori pola resepsi
estetis, artinya fenomena tersebut merupakan pemaknaan di luar teks al-Qur’an.
Sedangkan latar belakang utama santri melakukan pembacaan surat-surat tersebut
berawal dari adanya anjuran orang tua dan ustadz-ustadznya, termasuk juga
pemahaman yang didapatkan santri dari berbagai kitab-kitab ataupun buku.28

27
Imas Lu’lu Jannah, “Resepsi Estetik Terhadap Al-Qur’an pada Lukisan Kaligrafi
Syaiful Adnan,” dalam Jurnal Nun, vol. 3, no. 1, Tahun 2017, 25.

28
Muhammad Mukhtar, “Resepsi Santri Lembaga Tahfidzul Qur’an Pondok Pesantren
Wahid Hasyim Terhadap Al-Qur’an”. Skripsi Fakultas Ushuluddin Studi Agama dan Pemikiran
12

Ardi Putra, yang berjudul Resepsi Al-Qur’an dalam Pembelajaran Al-


Qur’an (Studi Perbandingan pada Pembelajaran Al-Qur’an Online dan
Pembelajaran Al-Qur’ān di TPA Al-MuhtadīnPerum Purwomartani Baru,
Kalasan, Sleman, Yogyakarta).29 Dalam penelitiannya, ia melakukan studi
komparatif antara salah satu situs pengajaran al-Qur’ān Online denganTaman
Pendidikan al-Qur’an (TPA) al-Muhtadīn yang berlokasi diPerum Purwomartani,
Sleman, Yogyakarta. Dengan menggunakan teoriresepsi estetis yang dicetuskan
oleh Wolfgang Iser, ia mencoba mengungkap resepsi al-Qur’an yang terdapat dari
kedua pola pembelajaran tersebut. Dari penelitian yang dilakukan, dia
mendapatkan hasil bahwa terdapat banyak perbedaan di dalam bagaimana kedua
objek kajian ini memanifestasikan resepsi al-Qur’an dalam praktik
pembelajarannya, misalnya pada tindakan aplikatif yang bersifat subjektif berupa
efisiensi waktu, tempat, hingga pentingnya seorang guru. Itulah terms yang tidak
terdapat pada praktik pembelajaran al-Qur’an online. Namun secara esensi
terhadap al-Qur’an, tidak ada perbedaan yang signifikan, ini dapat dilihat
berdasarkan manifestasi resepsi al-Qur’an yang diajarkan pada kedua pola
pembelajaran ini terdapat pada keyakinan yang sama, yaitu menunjukkan
pentingnya seorang muslim agar mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan
benar, karena selain sebagai pedoman hidup, membaca al-Qur’an juga dipandang
sebagai suatu amalan yang bernilai ibadah.
H. Sistematika Penulisan
Agar penelitian ini dapat dipaparkan secara runtut dan terarah maka
sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :
Bab pertama, adalah pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi
penelitian dan sistematika penulisan.

Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2007. Diakses dari http://digilib.uin-
suka.ac.id/36402/, pada Minggu, 17 November 2019.
29
Ardi Putra, “Resepsi Al-Qur’an dalam Pembelajaran Al-Qur’an: (Studi Perbandingan
pada Pembelajaran Al-Qur’an Online dan Pembelajaran Al-Qur’an di TPA Al-Muhtadin Perum
Purwomartani Baru, Kalasan, Sleman, Yogyakarta, dalam Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2016. Diakses dari http://digilib.uin-suka.ac.id/29506/, pada
Senin, 17 November 2019.
13

Bab kedua, gambaran umum tentang pengertian resepsi, respon santri


terhadap ayat-ayat pilihan yang di baca, dengan maksud untuk memberikan
informasi awal dan memberikan pemahaman terlebih dahulu perihal yang menjadi
pusat penelitian.,
Bab ketiga, profil pondok pesantren antara lain letak geografis pondok
pesantren, latar belakang berdiri dan perkembangan pondok pesantren. Kedua,
sumber dana pondok pesantren. Ketiga, visi dan misi pondok pesantren. Keempat,
kondisi umum pondok pesantren antara lain tata tertib, struktur organisasi, jumlah
dan kegiatan santri.
Bab keempat, Resepsi Al-Qur’an di pondok pesantrenDaarul Hafidz al-
Mansyuriyah Sumber Sari, Kecamatan Tebo Tengah, kabupaten Tebo, Provinsi
Jambi. Pertama, tata laksana pembacaan surah- surah pilihan dan respon santri
terhadap pemaknaan surah tersebut.
Bab kelima, atau bab yang terakhir adalah kesimpulan dari penelitian,
saran-saran dan penutup. Setelah penutup maka penulis akan menyajikan daftar
pustaka sebagai kejelasan dan pertanggung jawaban referensi.
BAB II

PROFIL PONDOK PESANTREN DARUL HAFIZ AL-


MANSYURIYAH
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darul Hafiz Al-Mansyuriyah

Pondok Pesantren Darul Havis Al-Mansyuriyah berdiri pada tanggal o8


Mei 2018. Pondok Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo
merupakan cabang dari Pondok pesantren Nurul Jalal Muara Tebo, Jambi
merupakan satu -satunya Pondok Pesantren yang terletak di jantung Kota Muara
Tebo. Sebagai salah satu studi Islam, pondok pesantren ini telah melalui sejarah
yang cukup panjang, dan memberi dampak posotif bagi perkembangan nilai-nilai
Islam, khususnya di Kabupaten Tebo Bahkan, pondok pesantren ini telah
mengalami beberapa fase dan sampai saat ini terus berkembang menuju pondok
pesantren modern dan mandiri sesuai dengan titahnya membentuk santriwan dan
santriwati yang berakhlakul karimah, yang mengusai ilmu pengetahuan dan
teknologi. Akan tetapi Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah yang
cabang dari Pondok pesantren Nurul Jalal Muara Tebo, Jambi. Hanya
mengkhususkan bagi santriwan dan santriwati yang ingin menghafal al-Qur’an.30

Pondok Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo


merupakan turunan dari Pondok Pesantren Nurul Jalal Muara Tebo. Jika
membicarakan sejarah berdirinya Pondok Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah
Sumber Sari, Kab. Tebo maka tidak terlepas dari sejarah Pondok Pesantren Nurul
Jalal Muara Tebo.31

Pondok pesantren Nurul Jalal Muara Tebo, Jambi merupakan satu –


satunya Pondok Pesantren yang terletak di jantung Kota Muara Tebo. Sebagai
salah satu studi Islam, pondok pesantren ini telah melalui sejarah yang cukup

30
Ardhani Hasan, Penasehat Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,
Wawancara dengan Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
31
Ardhani Hasan, Penasehat Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,
Wawancara dengan Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.

14
15

panjang, dan memberi dampak posotif bagi perkembangan nilai – nilai islam,
khususnya di Kabupaten Tebo. Jika ditinjau dari sudut sejarah, pondok pesantren
Nurul Jalal Muara Tebo telah melalui tiga fase kepemimpinan.Awal sejarah
ponpes Nurul Jalal didirikan oleh KH. Zahruddin Bin Ustman, beliau seorang
tokoh ulama kharismatik yang sangat berpengaruh ditengah – tengah umat Islam.
Beliau (KH Zahruddin) lahir pada tahun 1901 di Sungai Jawi – Jawi Balai
Asahan, Sumatera Utara. Dimasa masa kecilnya beliau habiskan memang untuk
belajar dan menuntut ilmu agama.

Dengan perjalanan panjang, KH Zahruddin sudah banyak belajar dari


berbagai guru, sehingga beberapa daerah sudah beliau masuk untuk menyebar
syiar agama. Bahkan beliau sebelumnya juga pernah belajar mengaji di perguruan
tinggi Islam Al-Azhar Cairo (Mesir) dan juga pernah mengajar mengaji di
Masjidil Haram Makkatul Musyarafah (Negeri Mekkah). Singkat cerita, pada
tahun 1943 sampai 1954 beliau mengabdi untuk mensyiarkan agama Islam di
Provinsi Jambi, dan mengajar beberapa madrasah di Desa di Jambi. Pada tahun
1954 beliau menetap di Desa Mangun Jayo Muara Tebo, sehingga beliau
mendirikan Pondok Pesantren yang diberi nama Pondok Pesantren Nurul Jalal.
Dengan perkembangan zaman, pesantren Nurul Jalal pun terus peningkatan
hingga saat ini.

Setelah wafat KH. Zahruddin, ponpes Nurul Jalal dilanjuti oleh KH.
Muhammad Mansyur Bin Hamzah yang merupakan menantunya KH. Zahruddin.
Dan pada saat ini, ponpes Nurul Jalal terus di kembangkan oleh H.M. Fauzi
Mansyur yang merupakan putra dari KH. Muhammad Mansyur. Yang
sebelumnya di Desa Mangun Jayo, saat ini Ponpes Nurul Jalal berada di pusat
kota Muara Tebo KM 02.

“Alhamdulillah perkembangan ponpes terus meningkat, sesuai dengan visi


Nurul Jalal Menjadikan santri yang berakhlaqul karimah, berakhlak mulia, yang
16

menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,” sebut H.M Fauzi Mansur saat
dijumpai dikediamannya.32

Seiring dengan perkembangan zaman maka berdirilah Pondok Pesantren


Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo yang terletak di samping
Pondok Pesantren Nurul Jalal Muara Tebo itu sendiri yang di dirikan oleh
ustazah Amatul Hafidz dan ustadz Ardhani Hasan pada tanggal 08 Mei 2018.33

Kegiatan di pondok ini adalah sebagaimana pesantren, kegiatan yang


menonjol adalah pengajian tahfiz yang di ajarkan tidak hanya itu ada juga
pengajian kitab-kitab dan madrasah untuk menunjang pembelajaran bagi para
santri. Materi dan cara pengajian tersebut adalah dikaji dengan hafalan. Santri-
santri yang berada di sini adalah dari pelajar MTs, jadi santri disini wajib
menjalankan rangkaian tiga kegiatan, yaitu mondok, menghafal, dan sekolah.34

Visi:
“Mencetak Santriwan dan santriwati yang bertauhid, hafiz, hafizoh,
sholih dan sholihah”
Misi:
1. Memahamkan aqidah yang benar dan menerapkannya dalam ibadah
sehari –hari
2. Menciptakan lingkungan yang Qurani
3. Menghidupkan kesadaran menghafal Al-quran, menjaganya,
memuroja’ahnya dan mengamalkannya melalui pembiasaan dalam
kehidupan sehari – hari

32
Ahmad Pudaili, “Keberadaan Ponpes Nurul Jalal Sangat Berdampak Positif Bagi
Masyarakat” Di akses melalui https://titikjambi.com/berita-selengkapnya/keberadaan-ponpes-
nurul-jalal-sangat-berdampak-positif-bagi-masyarakat/ tanggal 28 April 2020
33
Khairul Azhar, Pembimbing Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,
Wawancara dengan Penulis, 19 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo. Ponsel Recording.
34
Halima Tussa’diah, Ustadzah Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,
Wawancara dengan Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
17

4. Membiasakan adab – adab islami dalam kehidupan sehari – sehari


terhadap teman, guru dan seluruh civitas yang tinggal di dalam pondok
serta terhadap masyarakat di luar pondok
5. Menumbuhkan rasa cinta beribadah kepada Allah baik yang wajib
ataupun yang sunnah.
Tata Tertib santri Pondok Pesantren Darul haviz Al-Mansyuriyah Sumber
Sari, Kab. Tebo.
Kewajiban
a. Santri wajib menjunjung tinggi dan menjaga nama baik Pondok Pesantren
Darul haviz Al-Mansyuriyah.
b. Bersikap sopan santun dalam berhubungan dengan pengasuh dan sesama.
c. Wajib mengikuti kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan oleh pengasuh.
d. Wajib mengikuti sholat berjama’ah.
e. Mohon izin kepada pengasuh apabila akan meninggalkan Pondok
Pesantren Darul haviz Al-Mansyuriyah.
f. Menjaga kebersihan dan ketertiban lingkungan.
g. Sopan dalam pakaian dan bertutur kata.
h. Mentaati tata tertib
Larangan-larangan
a. Dilarang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan syara’.
b. Dilarang membawa ponsel35.
B. Keadaan dan Aktifitas Santri Pondok Pesantren Darul Hafidz Al-
Mansyuriyah
Santri yang belajar di Pondok Pesantren darul Haviz Al-Mansyuriyah
adalah santri dengan usia menjelang remaja, yaitu pada usia setelah lulus SD atau
MI kurang lebihnya seusia sebelas sampai lima belas tahun, jumlah tenaga
pendidik di Pondok pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriah keseluruhanya
berjumlah 7 orang, 2 ustadz dan 5 lainya ustadzah. Sedangkan jumlah santri pada

35
Halima tussa’diah, ustadzah Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,
Wawancara dengan Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
18

tahun ajaran 2019-2020 adalah berjumlah 35 orang, semuanya meliputi santri


laki-laki dan santri perempuan.
Adapun kegiatan rutin sehari-hari santri Pondok Pesantren Darul Haviz
Al-Mansyuriyah adalah dimulai pada pukul 03.30 WIB dengan pelaksanaan shalat
tahajud berjamaah kemudian dilanjutkan shalat subuh berjamaah, dan semua
kegiatan santri berakhir pada pukul 22.00 WIB. Pelaksanaan pendidikan umum
dilaksanakan pada waktu pagi hari sampai siang hari, sama dengan sekolah pada
umumnya, dan Madrasah Diniyah dimulai setelah jamaah Ashar sampai pukul
17.00 WIB.
Secara umum kegiatan santri pondok Pesantren Darul haviz Al-
Mansyuriyah ini sesuai dengan jadwal kegiatan yang sudah ditetapkan pihak
pengurus dan pengasuh, seluruh santri diharuskan taat dan patuh mengikuti jadwal
kegiatan tersebut dan ada sanksi bagi santri yang tidak mengikuti jadwal kegiatan,
terkecuali bagi yang sedang uzur, seperti pulang, sakit, dan lain-lain.
19

Jadwal Kegiatan Sehari-Hari Santri Pondok Pesantren Daarul Hafidz Al-


Mansyuriyah:

WAKTU KEGIATAN TEMPAT

03.30 Bangun Tidur Asrama


03.30 – 04.30 Tahajjud & Wirid Bersama Mushalla
04.30 – 05.00 Sholat Subuh Berjamaah Dan Tadarus Mushalla
Qur’an
05.00 – 05.30 Ilqa Mufradat Halaman
Mushalla
05.30 – 06.30 Hafalan Qur’an Mushalla
06.30 – 07.15 Sarapan Pagi Dan Persiapan Sekolah Matbah
07.15 – 12.00 Sekolah Kelas
12.00 – 12.30 Sholat Dzuhur Berjamaah Mushalla
12.30 – 13.30 Makan Siang Matbah
13.30 – 14-15 Sekolah Kelas
14.15 – 15.30 Pengajian Kitab-Kitab Kuning Mushalla
15.30 – 16.00 Sholat Ashar Berjamaah Mushalla
16.00 – 16.45 Pembacaan Surat Al- Mulk Mushalla
16.45 – 17.30 Ekstrakulikuler Lapangan
17.30 – 18.00 Istirahat & Persiapan Sholat Magrib Asrama
18.00 – 18.30 Sholat Magrib Berjamaah Mushalla
18.30 – 19.45 Pembacaan Surat Al-Alwāqi’ah Mushalla
19.45 – 20.00 Sholat Isya Berjamaah Mushalla
20.00 – 20.15 Makan Malam Matbah
21.00 – 22.00 Bimbingan Belajar Asrama
22.00 – 03.00 Istirahat Malam Asrama
20

C. Fasilitas, Sarana Prasarana Pendidikan di Pondok Pesantren Darul Haviz


Al-Mansyuriyah

Pondok Pesantren darul Haviz Al-Mansyuriyah merupakan pesantren yang


baru berdiri dua tahun lalu maka fasilitas dan sarana prasarana di pesantren ini
belum begitu memadai. Namun di samping itu sama halnya dengan pondok
pesantren lainnya yang dilengkapi dengan fasilitas yang mendukung kegiatan
belajar-mengajar. Seperti asrama santri, gedung madrasah, mushalla pondok,
lapangan olahraga, yang semua itu sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar
di pesantren.

NO NAMA BANGUNAN JUMLAH

1 RUANG TAMU 1
2 MUSHALLA 1
3 DAPUR 1
4 RUANG KESEHATAN 1
5 RUANG MAKAN 1
6 KAMAR MANDI PUTRA 1
7 KAMAR MANDI PUTRI 1
8 KAMAR MANDI PENGASUH 2
9 KAMAR TIDUR PUTRA 1
10 KAMAR TIDUR PUTRI 2
11 KELAS 2
12 KANTIN 1
21

Daftar Nama-Nama Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah.

NO NAMA SANTRI ASAL DAERAH


1 Andhika putra Tebo Tengah
2 Bimo Sakti Mangun Jayo
3 Muammar Khadafi Mangun Jayo
4 Muhammad Haikal Mangun Jayo
5 Hajarul Aswad Mangun Jayo
6 Muzammil Mangun Jayo
7 Khairia Mangun jayo
8 Renita Sepunggur
9 Raisya Khulwa Sungai Bengkal
10 Yunita Mangun Jayo
11 Dhea Monica Teluk Singkawang
12 Tara Amelia Mangun Jayo
13 Nur Hijatil Maula Mangun Jayo
14 Rika Amelia Mangun Jayo
15 Fania Rahmadani Mangun Jayo
16 Nadira Mangun Jayo
17 Elsa Olivia Mangun Jayo
18 Riza Nur Aulia Mangun Jayo
19 Zahratuddiniah Teriti
20 Rts. Melani Wulan Dari Teriti
21 Adelia Nofriza Az-Zahra Teluk Singkawang
22 Adelwis Cucu Mulani Dusun Tuo Sumai
23 Mustazilah Nurdin Teriti
24 Sari Atul Hikmah Teriti
25 Sumira Sepunggur
26 Saskia Prita Sepunggur
22

27 Mutia Reza Paula Sepunggur


28 Milsa Tri Wardani Jambi
29 Miatul Islamiah Tujuh Koto
30 Giani Fitri Mangun Jayo
31 Rts. Raudha Tus Salwa Dusun Tengah
32 Nofrianingsih Pulau Temiang
33 Nur Jannah Pulau temiang
34 Miftahul Jannah Mangun Jayo
35 Yulita Mangun Jayo

D. Stuktur Organisasi Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah

NO NAMA JABATAN/PENGAJAR

1 Amatul hafidz Pimpinan/Tahfidz


2 Ardhani hasan Penasehat/Tahfidz
3 Khairul Azhar Pembimbing/Tafsir Al-Qur’an
4 Mifta Hussa’adah Ketua Pondok/nahu dan sorof
5 Halima Tussa’diah Wakil Ketua/Bahasa Arab dan Tahfidz
6 Sindi Novita Sekretaris/Akhlaq dan tahsin
7 Witya Bendahara/tahfidz
23

PIMPINAN
AMATUL HAFIDZ

PENASEHAT
ARDHANI HASA
HASAN

PEMBIMBING
KHAIRUL
AZHAR

KETUA
PONDOK
MIFTAHUS
SA’ADAH

BENDAHARA WAKIL KETUA SEKRETARIS


WITYA HALIMATUS SINDY NOVITA
SA’DIAH
BAB III

RESEPSI AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN DAARUL


HAFIDZ AL-MANSYURIYAH
A. Pengertian Resepsi Al-Qur’an
Secara etimologis, kata “resepsi” berasal dari bahasa Latin yaitu
recipere yang diartikan sebagai penerimaan atau penyambutan pembaca.36
Sedangkan definisi resepsi secara terminologis yaitu sebagai ilmu keindahan
yang didasarkan pada respon pembaca terhadap karya sastra. 37 Dari definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa, resepsi merupakan disiplin ilmu yang
mengkaji peran pembaca dalam merespon, memberikan reaksi, dan
menyambut karya sastra.

Pada awalnya, resepsi memang merupakan disiplin ilmu yang


mengkaji tentang peran pembaca terhadap suatu karya. Hal ini dikarenakan
karya sastra ditujukan kepada kepentingan pembaca sebagai penikmat dan
konsumen karya sastra. Dalam aktivitas mengkonsumsi tersebut, pembaca
menentukan makna dan nilai dari karya sastra, sehingga karya sastra
mempunyai nilai karena ada pembaca yang memberikan nilai. Dengan
demikian, teori resepsi ini membicarakan peranan pembaca dalam menyambut
suatu karya. Dalam memandang suatu karya, faktor pembaca sangat
menentukan karena makna teks, antara lain, ditentukan oleh peran pembaca.
Makna teks bergantung pada situasi historis pembaca, dan sebuah teks hanya
dapat mempunyai makna setelah teks itu dibaca.38

Dari definisi di atas, jika dikombinasikan menjadi resepsi al-Qur’an,


maka definisi secara terminologis berarti kajian tentang sambutan pembaca
terhadap ayat-ayat suci al-Qur’an. Sambutan tersebut bisa berupa cara

36
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar). 22
37
Pradopo, Rachmat Djoko. 2007. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan
Penerapannya. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar). 7
38
Kaelan, Filsafat Bahasa: Masalah dan Perkembangannya (Yogyakarta:
Paradigma, 2002). 274

24
25

masyarakat dalam menafsirkan pesan ayat-ayatnya, cara masyarakat


mengaplikasikan ajaran moralnya serta cara masyarakat membaca dan
melantunkan ayat-ayatnya. Dengan demikian, pergaulan dan interaksi
pembaca dengan al-Qur’an merupakan konsentrasi dari kajian resepsi ini,
sehingga implikasi dari kajian tersebutakan memberikan kontribusi tentang
ciri khas dan tipologi masyarakat dalam bergaul dengan al-Qur’an.

Mushaf Al-Qur’an adalah sesuatu yang diapit dua sampul dan tak bisa
berkata-kata sendiri, maka ia membutuhkan pembicara yakni manusia, di
dalamnya terkandung ilmu tentang apa yang akan terjadi, tentang apa yang
sudah berlalu, penawar bagi duka, dan neraca bagi kehidupan bersosial.”
Kalau ditilik dari sisi lingkupannya, kajian Kitab Suci terbagi dalam tiga
ranah;
1. Origin (Asal-usul), yakni kajian tentang asal-usul kitab suci, semisal
sejarah dan manuskrip.
2. Form (Bentuk), yaitu kajian tentang bentuk kandungan yang ada di
dalam kitab suci, semisal kajian tafsir dan pemaknaan.
3. Function (Fungsi), adalah kajian tentang kegunaan dan penggunaan
kitab suci.
Adapun kajian tentang resepsi tergolong dalam kajian Fungsi.
Bagaimana fungsi Al-Qur’an di dalam kajian ilmiah? Ada dua macam: Fungsi
Informatif, yakni ranah kajian kitab suci sebagai sesuatu yang dibaca,
dipahami, dan diamalkan. Fungsi Performatif, yaitu ranah kajian kitab suci
sebagai sesuatu yang ‘diperlakukan’. Misalnya sebagai wirid untuk nderes
atau bacaan-bacaan suwuk (ruqyah). Ada pesantren tertentu yang
memfungsikan Al-Qur’an lebih cenderung secara performatif dibandingkan
informatif. Di sana, kitab tafsir dibaca dari awal hingga khatam, namun tak
begitu penting apakah santri paham atau tidak. Justru yang dipentingkan
adalah disiplin pembacaan ayat-ayat al-Qur’an tersebut secara rutin (resitasi).
Lalu apakah fungsi informatif dan performatif ini saling bertentangan? Tentu
tidak. Karena sejak zaman Rasulullah pun dua fungsi ini sudah ada dan saling
26

berdampingan. Di dalam al-Quran sendiri, disebutkan bahwa fungsinya adalah


sebagai petunjuk (huda), dan untuk mendapatkan petunjuk tentu harus
dipahami dan ditelaah, maka konsep ‘huda’ ini menjadi konsep fungsi
informatif al-Qur’an.
Di sisi lain, Rasulullah bersabda bahwa membaca al-Qur’an adalah
ibadah, setiap huruf yang dibaca mengandung pahala (ajrun). Maka konsep
‘ajrun’ ini menjadi konsep fungsi performatif al-Qur’an. Belum lagi berbagai
hadits tentang penggunaan ayat-ayat tertentu di dalam al-Qur’an semisal al-
Mu’awwidzatain maupun Ayat al-Kursiy. Dalam kaitannya dengan fungsi al-
Qur’an, kajian resepsi termasuk ke dalam ranah fungsi performatif. Yakni
tentang bagaimana respon umat terhadap al-Qur’an, bagaimana umat
menerima dan memaknai teks dalam ruang sosial budayanya. Sebagai obyek
resepsi, ada tiga sisi al-Qur’an yang diresepsi. Yakni tulisannya, bacaannya,
dan sistem bahasanya. Tradisi Yasinan adalah salah satu contoh kongkrit
praktek resepsi komunal dan reguler. Begitu pula dengan tradisi Khataman Al-
Qur’an di pesantren-pesantren dengan beragam variasi dan kreasi caranya,
sebagai praktek komunal dan insidental.

Mengapa bisa muncul resepsi-resepsi sedemikian rupa yang kemudian


melahirkan tradisi-tradisi? Hal ini tentu disebabkan adanya dua alur
pemahaman dalam tradisi Al-Qur’an, yakni transmisi dan transformasi.
Transmisi berarti pengalihan pengetahuan dan praktek dari generasi ke
generasi, sedangkan Transformasi adalah perubahan bentuk pengetahuan dan
praktek sesuai kondisi masing-masing generasi.
Contohnya tentang khasiat surah al-Fatihah. Sebagaimana
diriwayatkan Abu Sa’id al-Khudry, Rasulullah mengabarkan tentang kegunaan
surah al-Fatihah. Pengetahuan ini di transmisikan melalui rantaian sanad
hadits dan tercantum dalam Shahih Bukhari. Kemudian informasi ini di
transmisikan lagi dari generasi ke generasi, hingga tercantum dalam at-Tibyan
fi Adab Hamalati al-Qur’an karya An-Nawawi di dalam bab tentang bacaan
27

bagi orang sakit. Lalu muncul lagi dalam Khazinatu al-Asrar dengan tata baca
yang berbeda, namun idenya tetap sama; khasiat Al-Fatihah.39
Menurut Muhammad yusuf, respon umat Islam sangat besar terhadap
al-Qur’an, dari generasi ke generasi dan berbagai kalangan kelompok
keagamaan di semua tingkatan usia dan etnis. Fenomena yang retlihat jelas
adalah sebagai berikut:
1. Al-Qur’an dibaca secara rutin dan diajarkan di tempat-tempat ibadah
(Masjid dan Surau/Langgar/Mushalla), bahkan di rumah-rumah,
sehingga menjadi acara rutin everyday apalagi di pesantren-pesantren
menjadi bacaan wajib.
2. Al-Qur’an senantiasa dihafalkan, baik secara utuh maupun sebagianya
(1 juz hingga 30 juz), meski ada juga yang menghafal ayat-ayat dan
surat-surat tertentu dalam juz ‘Amma untuk kepentingan bacaan dalam
shalat dan acara-acara tertentu.
3. Menjadikan potongan-potongan ayat satu ayat ataupun beberapa ayat
tertentu dikutip dan dijadikan hiasan dinding rumah, masjid, makam,
bahkan kain kiswah Ka’bah (biasanya ayat Kursi, al-Ikhlash, al-
Fatihah dsb.) Dalam bentuk kaligrafi dan sekarang tertulis dalam
bentuk ukir-ukiran kayu, kulit binatang , logam (kuningan, perak dan
tembaga) sampai pada mozaik keramik masing-masing memiliki
karakteristik estetika masing-masing.
4. Ayat-ayat al-qur’an di baca oleh para qari’ (pembaca professional)
dalam acara-acara khusus yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa
tertentu, khususnya dalam acara ahajatan (pesta perkawinan, khitan,
aqiqah) atau peringatan-peringatan hari besar islam.
5. Potongan ayat-ayat al-Qur’an di kutip dan dicetak sebagai assesoris
dalam bentuk stiker, kartu ucapan, gantungan kunci, undangan resepsi
pernikahan sesuai tema konteks masing-masing.

39
Ahmad Rofiq “Tradisi Resepsi Al-Qur’an di Indonesia” di akses melalui
http://sarbinidamai.blogspot.com/2015/06/tradisi-resepsi-al-quran-di-indonesia.html 13 Juni
2020
28

6. Al-Qur’an senantiasa juga dibaca dalam acara-acara kematian


seseorang, bahkan pasca kematian dalam tradisi Yasinan dan Tahlilan
selama 7 hari dan peringatan 40 hari, 100 hari, 1000 hari dst.
7. Al-Qur’an dilombakan dalam bentuk Tilawah dan Tahfidz al-Qur’an
dalam even-even incidental maupun rutin berskala local, nasional
bahkan internasional.
8. Sebagian umat islam menjadikan al-Qur’an sebagai “jampi-jampi”
terapi jiwa sebagai pelipur duka dan lara, untuk mendo’akan pasien
yang sakit bahkan untuk mengobati penyakit-penyakit tertentu dengan
cara membakar dan abu-abunya diminum.
9. Potongan ayat-ayat tertentu dijadikan jimat yang dibawa kemana saja
pergi oleh pemiliknya sebagai perisai/tameng, ‘tolak balak’ atau
menangkis serangan musuh dan usur jahat lainya.
10. Bagi para muballigh atau da’i, ayat-ayat al-Qur’an dijadikan dalil dan
hujjah (argumentasi) dalam rangka memantapkan isi kuliah tujuh menit
(kultum) atau dalam khutbah jum’at dan pengajianya di tengah-tengah
masyarakat.
11. Terlihat juga Fenomena dalam politik, menjadikan ayat-ayat al-Qur’an
sebagai bahasa agama dijadikan media justifikasi, slogan untuk agar
memiliki daya Tarik politis, terutama bagi parpol-parpol yang berbau
dan berasaskan keislaman40
Selanjutnya adalah peran pembaca sebagai tindakan terstruktur
(structuredact), yang akan menjelaskan bagaimana komposisi dari
pemahaman seseorang sehingga melakukan tindakan. Kemudian teori ini akan
mengidentifikasi bagaimana seorang pembaca teks yang sebelumnya telah
memiliki karakter, pengetahuan, dan situasi historisnya sendiri dalam

40
Muhammad Yusuf, “Pendekatan sosiologi dalam penelitian Living Qur’an”, dalam
Metodologi penelitian Living Qur’an dan Hadis, Syahiron Syamsuddin (ed.) (Yogyakarta):
TH Press, 2007), 43-45
29

keadaannya yang telah melewati tahap sebagai tindakan tekstual dan tindakan
terstruktur tersebut.41

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, resepsi berarti: pertemuan


(perjamuan) yang diadakan untuk menerima tamu. Dalam sastra, “resepsi”
adalah teori yang mementingkan tanggapan pembaca terhadap karya sastra.
Sedangkan di dalam Studi al-Qur’an, teori resepsi ini membahas tentang
bagaimana al-Quran diterima oleh masyarakat muslim, dan bagaimana mereka
memberikan reaksi terhadap al-Qur’an.42

Ada beberapa bentuk pembelajaran (studi) al-Qur’an menurut


penempatannya terhadap al-Qur’an, yakni;

1. Pembelajaran yang menempatkan teks al-Quran sebagai objek


pembelajaran, atau dengan istilah Amin al-Khuli dalam Manahij
Tajdid: “Dirasah ma fi al-Qur’an”. Misalnya: tafsir maudhu’i
(tematik) dan ma’ani al-Quran.
2. Pembelajaran yang menempatkan hal-hal di luar teks al-Qur’an, namun
berkaitan erat dengan “kemunculannya” sebagai objek pembelajaran.
Amin al-Khuli menyebutnya sebagai dirasah ma haula al-Qur’an.
Misalnya: sejarah al-Qur’an, asbab an-nuzul, sirah nabawiyyah.
3. Pembelajaran yang menjadikan pemahaman terhadap teks al-Qur’an
sebagai objek pembelajaran. Seperti studi kitab tafsir dan mazahib
tafsir.
4. Pembelajaran yang memberikan perhatian pada respon dan resepsi
masyarakat terhadap teks al-Qur’an maupun penafsirannya. Atau
istilahnya; “The living Qur’an”, al-Qur’an yang hidup di masyarakat.
Pembelajaran semacam ini menggabungkan antar cabang ilmu al-
Quran dan ilmu sosial.

Ardi putra, “Resepsi Al-Qur’an Dalam Pembelajaran Al-Qur’an”,Skripsi


41

(Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016), 13-14.


42
Abdul Jalil Muhammad (2015) Etika Terhadap Al-Qur’an. Di akses melalui alamat
Http:///E:/sarbinidamai. tanggal 27 februari 2020
30

B. Pemilihan Surat-surat yang Dibaca

Pembacaan al-Qur’an surat-surat tertentu yang dilakukan oleh para


santri Pondok Pesantren darul Haviz Al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo
merupakan kegiatan yang telah menjadi kebiasaan yang istiqomah sejak awal
berdirinya pondok pesantren tahun 2018 M hingga saat ini. Kegiatan itu
dimulai pertama kali oleh perintah dari pengasuh Pondok Pesantren darul
Haviz Al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo sebagai kegiatan yang harus
dijalankan oleh seluruh santrinya. Sebagaimana para santri tidak hanya
sekolah formal, tetapi juga diajarkan untuk menghidupkan al-Qur’an setiap
hari. Salah satu contohnya yaitu membaca al-Qur’an surat-surat tertentu pada
saat setelah shalat Ashar dan setelah shalat Maghrib secara bersama-sama.43

Setelah mengetahui sejarah pembacaan al-Qur’an surat-surat tertentu


setelah shalat Ashar dan shalat Maghrib di Ponpes Daarul Hafidz Al-
Mansyuriyah di bawah ini penulis akan menjelaskan mengenai mengapa
surat-surat tertentu yang dibaca.

Berkaitan dengan al-Qur’an yang menjelaskan tentang perintah dan


keutamaan membaca al-Qur’an adalah surat, al-Ankabut ayat 45 dan surat al-
Ahzab ayat 34 yang berbunyi:

ْ ‫ص ٰلوة َت ْنهٰ ىَعن‬


َ‫َالفحْ ش ۤاء َو ْالم ْنكرَٖۗولذ َْكر‬ ٖۗ ‫ص ٰل‬
َّ ‫وة َا َّن َال‬ ْ ‫اتْل َما َٓا ْوحي َاليْك َمن‬
َّ ‫َالك ٰتب َواقم َال‬
َ ٥٤َ‫صنع ْون‬ ‫اّٰللَا ْكبرَٖۗو ه‬
ْ ‫اّٰللَي ْعلمَماَت‬ ‫ه‬
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al
Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”(QS. al-Ankabut: 45).44

43
Ardhani Hasan, Penasehat Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,
Wawancara dengan Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
44
Kemenag, al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Adhi Aksara Abadi Indonesia,
2011). 621.
31

‫َاّٰللَو ْالح ْكم ٖۗةَا َّن ه‬


َ ٠٥ََࣖ‫َاّٰللَكانَلط ْيَفًاَخبي ًْرا‬ ‫وا ْذك ْرنَماَيتْ ٰلىَف ْيَبي ْوتك َّنَم ْن َٰا ٰيت ه‬
“Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah
dan hikmah (sunnah nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi
Maha Mengetahui”(QS. al-Ahzab: 34).45

Pemilihan dan penetapan dua surat dalam pembacaan al-Qur’an surat-


surat tertentu dilakukan oleh para santri-santri Pondok Pesantren Darul haviz
al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo didasari oleh pertimbangan banyak
fadhilah dari surat-surat tertentu tersebut dan juga pembacaan surah tertentu di
Pondok Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo ini
juga sudah menjadi amalan pokok bagi para santri. Disisi lain apabila sering
membacanya maka akan menjadikan kebiasaan para santri untuk lancar
membaca surat-surat tertentu. Jadi, apabila surat-surat tertentu akan dihafal
oleh para santri maka akan menjadikannya mudah dihafal, dikarenakan surat-
surat tertentu sudah terbiasa dibacanya.

1. Surat Al-Wāqi’ah

a. Pengertian surat al-Wāqi’ah

Surat al-Wāqi’ah tergolong surat Makkiyah, yang terdiri dari 96


ayat. Nama al-Wāqi’ah yang berarti “hari kiamat” yang diambil
dari kata pada ayat pertama. Dalam al-Qur’an, surat al-Wāqi’ah
menempati posisi ke-56 setelah surat ar-Rahmān. Namun
dijelaskan dalam asbabun nuzul, surat al-Wāqi’ah diturunkan
setelah surat Thāhā. Dinamakan dengan al-Wāqi’ah karena di
dalamnya banyak memberitakan tentang kiamat. Adapun pokok-
pokok isinya menjelaskan tentang terjadinya hari kiamat, gambaran
tentang surga dan neraka, tentang orang yang sudah banyak berlaku
zhalim, inkar, juga tentang orang-orang yang beriman.46

45
Ibid, 597
46
Muhammad Makhdlori, Bacalah Surat Al-waqi’ah, Maka Engkau Akan Kaya,
(Jogjakarta: DIVA Press, 2011), 42.
32

Dalam tema akidah, surat ini berbicara tentang suasana hari


kiamat dan masalah-masalah-masalah yang terjadi pasca-peristiwa
ini, seperti terbaginya manusia menjadi 3 golongan, yaitu golongan
orang yang bersegera berbuat kebajikan, golongan kanan, dan
golongan kiri. Surat ini juga menjelaskan adanya hisab di akhirat,
gambaran tentang surga dan neraka, serta bantahan atas para
pengingkar Tuhan. Pokok-pokok isinya adalah waktu ditegakkan
hisab manusia terbagi atas tiga golongan, yaitu golongan yang
bersegera melakukan kebaikan, golongan kanan, dan golongan
yang celaka serta balasan yang diperoleh oleh masing-masing
golongan; bantahan Allah terhadap keingkaran orang-orang yang
mengingkari adanya Tuhan; al-Qur’an berasal dari Lauh Al-
Mahfuz; dan gambaran kenikmatan surga.47

Terdapat hubungan erat antara surat ini dengan surat


sebelumnya, ar-Rahmān. Keduanya sama-sama menerangkan
keadaan akhirat, surga dan neraka. Bila surat ar-Rahmān
menjelaskan azab bagi orang berdosa dan nikmat bagi mereka
yang bertaqwa, surat al-Wāqi’ah menerangkan kenikmatan yang
dikaruniakan kepada kelompok kanan dan neraka bagi kelompok
kiri.48

Menurut al-Biqa’i dalam surat itu ada uraian menyangkut


tiga kelompok: Pertama, orang-rang yang dekat kepada ar-Rahmān
yang tampil mendahului orang-orang taat yang lain. Kedua, adalah
uraian tentang orang-orang taat selain mereka dan kelompok
ketiga, adalah mereka yang secara terang-terangan melakukan
kedurhakaan dan bersikap munafik baik dari kelompok manusia
maupun jin. Maksud al-Biqa’i di sini adalah bahwa pada surat ar-
Rahmān disebut dua tingkat surga, yang pertama akan dihuni oleh

47
Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-qur’an, (Jakarta: AMZAH, 2012), 307.
48
Tim Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, Tafsir Ringkas jilid 2, (Jakarta: LPMA,
2016), 721.
33

mereka yang tampil mendahului orang-orang taat dan yang dalam


surat ini dinamai as - Sābiqun , surga kedua dihuni oleh Ash-hab
al-Yamin. Dan para pendurhaka akan menerima balasan neraka
yang di sini dinamai Ash-hab al-Masy’amah dan yang dalaam surat
ar-Rahmān diperingatkan dengan aneka siksa Illahi.49

b. Asbab an-Nuzul Surat Al-Wāqi’ah

Dalam suatu riwayat diterangkan bahwa ketika turun hujan


pada masa Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Diantara manusia
ada yang syukur dan ada yang kafir karena turun hujan”. Salah satu
di antara yang hadir ada yang berkata, “Ini adalah rahmat yang
diberikan Allah.” Sedang yang lainnya berkata, “Sungguh tepat
benar ramalan si Anu.”

Dari kisah ini maka turunlah ayat lain dalam surat al-
Wāqi’ah yang berbunyi:

َ‫ َانَّهٗ َلق ْر ٰا ٌن َكر ْي َۙ ٌم‬٥٧َ ‫ َوانَّهٗ َلقس ٌم َلَّ ْو َت ْعلم ْون َعظ ْي َۙ ٌم‬٥٤َ ‫َل َا ْقسم َبم ٰوقع َالنُّج ْوم‬ ٓ ‫ف‬
ٍ ‫َف ْيَك ٰت‬٥٥
َ ٥٧َ‫بَ َّم ْكن ْو َۙ ٍن‬
“Lalu Aku Bersumpah dengan tempat beredarnya bintang
bintang. Dan sesungguhnya itu benar-benar sumpah yang besar
sekiranya kamu mengetahui, dan (ini) sesungguhnya al-Quran
yang sangat mulia.” (Q.S al- Wāqi’ah: 75-78).50

Ayat di atas tidak lain untuk mengingatkan kaum yang


sesat, bahwa semua yang terjadi itu atas kehendak Allah. Manusia
sama sekali tidak akan berdaya dengan segala kehendak yang

49
M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an Vol
13, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), 541-542.
50
Tim penterjemah dan penafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta:
Departemen Agama RI, 1985), 484
34

terjadi, baik sekarang maupun yang akan datang, diriwayatkan


oleh Muslim yang bersumber dari Ibnu Abbas.51

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ayat 75-82 dalam


surat al-Wāqi’ah turun berkenaan dengan serombongan kaum
Anshar di waktu perang Tabuk yang beristirahat di Hijr
(peninggalan kaum Nabi Saleh) dan mereka dilarang
menggunakan air yang ada di situ. Kemudian mereka berpindah
tempat lain, tapi mereka tidak mendapatkan air sama sekali.
Akhirnya mereka mengadu kepada Nabi SAW. Rasulullah
kemudian shalat dua rakaat lalu berdoa. Maka serta-merta langit
berawan yang lalu turun hujan atas perintah dan karunia Allah,
sehingga mereka dapat minum sepuas-puasnya. Orang Anshar
berkata kepada yang dituduh munafiq, “Bagaimana pendapatmu
setelah Nabi SAW berdoa yang lalu turun hujan untuk
kepentingan kita?”. Orang itu menjawab, “Kita diberi hujan tidak
lain karena ramalan seseorang.” Ayat diatas turun untuk
mengingatkan umat Islam bahwa segala sesuatu yang
terjadiadalah atas ketetapan Allah SWT. (Diriwayatkan oleh Ibnu
Abi Hatim yang bersumber dari Abi Hazrah).52

Kemudian dalam surat al-Wāqi’ah tepatnya dalam ayat 27-


29:

َ ‫ َ َّوط ْل‬٩٧َ ‫ي َسد ٍَْر َ َّم ْخض ْو ٍََۙد‬


ٍَ‫ح‬ َٖۗ ‫صحٰ بَ َ ْاليمي‬
َْ ‫ َف‬٩٥َ ‫ْن‬ ْ ‫صحٰ بَ َ ْاليميْنَ َەَۙ َمَا ٓ َا‬ ْ ‫وا‬
َ ٩٢َ‫َّم ْنض ْو ٍََۙد‬
“Dan golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan
itu. (Mereka) berada di antara pohon bidara yang tidak berduri,

51
Asrifin An Nakhrawie, Ringkasan Asbabun Nuzul, (Surabaya: Ikhtiar Surabaya,
2011), 159.
52
Ibid. 160
35

dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya).”(Q.S al-


Wāqi’ah: 27-29).53

Ayat tersebut diriwayatkan, setelah Rasulullah


membolehkan orang-orang Thaif untuk menguasai lembah indah
yang bersarang madu. Mereka mendapat kabar bahwa disurga
tempatnya seperti lembah itu, sehingga sebagian dari mereka
berangan-angan ingin mendapatkan surga untuk dijadikan tempat
abadinya. Maka dari sinilah kemudian turun ayat 27-29 yang
melukiskan kehidupan di surga na’im yang disediakan bagi
golongan kanan.

Dalam riwayat lain juga dijelaskan bahwa orang-orang


kagum melihat lembah yang teduh yang dinaungi pohon-pohon
yang rindang dan indah. Ayat tersebut melukiskan kehidupan
disurga yang serba indah dan menyenangkan, diriwayatkan oleh
al-Baihaqi dengan sanad yang lain, yang bersumber dari
Mujahid.54

c. Keutamaan Surat al-Wāqi’ah

Dalam suatu riwayat diterangkan bahwa ketika turun hujan


pada masa Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Diantara manusia
ada yang syukur dan ada yang kafir karena turun hujan.” Salah satu
di antara yang hadir ada yang berkata, “Ini adalah rahmat yang
diberikan Allah”. Sedang yang lainnya berkata, “Sungguh tepat
benar ramalan si Anu” maka turunlah ayat di atas untuk

53
Tim penterjemah dan penafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta:
Departemen Agama RI, 1985), 482
54
Muhammad Makhdlori, Bacalah Surat Al-waqi’ah, Maka Engkau Akan Kaya,
(Jogjakarta: DIVA Press, 2011), 32-33.
36

mengingatkan bahwa semua kejadian itu adalah ketetapan Allah.


(Diriwayatkan oleh Muslim yang bersumber dari Ibnu Abbas).55

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ayat di atas


berkenaan dengan serombongan kaum Anshar di waktu perang
Tabuk yang beristirahat di Hijr (peninggalan kaum Nabi Saleh) dan
mereka dilarang menggunakan air yang ada di situ. Kemudian
mereka berpindah tempat lain, tapi mereka tidak mendapatkan air
sama sekali. Akhirnya mereka mengadu kepada Nabi SAW.
Rasulullah kemudian shalat dua rakaat lalu berdoa. Maka serta-
merta langit berawan yang lalu turun hujan atas perintah dan
karunia Allah, sehingga mereka dapat minum sepuas-puasnya.

Orang Anshar berkata kepada yang dituduh munafiq,


“Bagaimana pendapatmu setelah Nabi SAW berdoa yang lalu turun
hujan untuk kepentingan kita?”. Orang itu menjawab, “Kita diberi
hujan tidak lain karena ramalan seseorang”. Ayat diatas turun
untuk mengingatkan umat Islam bahwa segala sesuatu yang terjadi
adalah atas ketetapan Allah SWT. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi
Hatim yang bersumber dari Abi Hazrah).56

Energi batin ayat-ayat dalam surat al-Wāqi’ah seperti yang


sudah diketahui dalam pembahasan sebelumnya banyak yang
mempercayai bahwa Surat al-Wāqi’ah adalah surat untuk
menghindarkan diri dari kefakiran, kemiskinan,dan kesulitan
sekaligus dapat memudahkan dalam mencari rezeki. Jika demikian
ada energi apadalam Surat al-Wāqi’ah sehingga kebanyakan para
ulama menganjurkan untuk membaca Surat al-Wāqi’ah. Apabila
seseorang dapat memahami tentang makna spiritual, terkadang
akan memunculkan gejolak jiwa yang dapat membuka atau

55
Asrifin An Nakhrawie, Ringkasan Asbabun Nuzul, (Surabaya: Ikhtiar Surabaya,
2011), 159
56
Ibid, 160
37

tersingkapnya suatu pengetahuan melalui hati sang hamba dengan


sang pencipta kebesaran-Nya dalam penyingkapan, seseorang
menemukan Allah SWT dalam kesadaran batinnya.57

Sama halnya apabila seorang hamba yang tengah membaca


al-Qur’an secara khusyuk (dilakukan secara rutin) maka nilai
spiritual akan muncul menghiasi diri dengan sebuah pancaran aura
keberuntungan. Hal ini tidak terbatas pada satu surat ataupun dua
surat dalam al-Qur’an, namun secara keseluruhan (semua surat
dalam al-Qur‟an) jika dibaca secara berulang-ulang maka akan
terbuka keajaibannya tanpa kita sadari. Sebab, di dalam semua
huruf dalam aya-ayat al-Qur’an tersimpan energi dahsyat, namun
juga halus dan bisa difungsikan bagi jiwa-jiwa yang disucikan.58

Demikian pula energi dahsyat yang tersimpan dalam surat


al-Wāqi’ah, sungguh besar. Karena dalam ayat-ayat surat al-
Wāqi’ah terkandung do’a, kabar gembira dan sejarah yang apabila
dipahami nilai dari makna ayat-ayat tersebut, menjadikan hati ini
terbuka akan nilai kebesaran dan kekuasaan-Nya. Hal ini
dikarenakan banyak pelajaran dan hikmah dari ayat-ayat surat al-
Wāqi’ah yang menjelaskan tentang dahsyatnya hari kiamat,
pedihnya orang yang masuk golongan kiri, dan sebaliknya betapa
bahagianya mereka yang masuk dalam golongan kanan.59

d. Pandangan Mufassir

Surat al-Wāqi’ah diketahui banyak sekali mengandung


fadhilah yang sangat berguna bagi yang menyakininya. Salah satu
KH. A. Mustofa Bisri mengomentari “Apabila Surat al-Wāqi’ah
dibaca sambil memikirkan artinya, insya Allah surat al-Wāqi’ah

57
Muhammad Makhdlori, Bacalah Surat Al-waqi’ah, Maka Engkau Akan Kaya,
(Jogjakarta: DIVA Press, 2011), 141
58
Ibid, 142-143
59
Ibid, 144
38

ini benar-benar mujarab untuk “menolak kemiskinan”. Selebihnya


tinggal bagaimana pembaca surat al-Wāqi’ah bisa mengambil
hikmah dari keistimewaan tersebut. Dengan kata lain bagaimana
pembaca bisa menggunakan sekaligus menghayatinya. Karena itu
benar apabila KH. A. Mustofa Bisri mengomentari surat al-
Wāqi’ah, “surat al-Wāqi’ah jika dibaca dengan penuh takzim
(khusyuk) penuh penghayatan, maka kita akan merasakan getaran
aura mukjizat yang luar biasa besarnya.60

2. Surat al-Mulk

a. Pengertian Surat al-Mulk

Surat al-Mulk tergolong surat Makkiyah, yang terdiri dari 30


ayat. Nama al-Mulk terdapat pada ayat pertama surat ini yang
artinya “kerajaan” atau “kekuasaan”. Surat ini juga dinamakan
Tabārak, al-Man’iah, al-Munjiyah. Surat al-Mulk tergolong surat
makkiyah. Al-Mulk menduduki urutan ke 67 dalam mushaf al-
Qur’an yang diturunkan setelah surat at-Thuur. Surat al-Mulk
merupakan salah satu surat yang menjelaskan bahwa Allah-lah
yang memiliki kekuasaan tunggal ataupun suatu kerajaan. Tidak
ada satu makhluk manapun yang dapat mengimbangi keadilan dan
peraturan Allah SWT.

Diantara isinya adalah hidup dan mati merupakan ujian bagi


manusia, Allah menciptakan langit berlapis-lapis dan semua
ciptaan-Nya mempunyai keseimbangan; perintah Allah untuk
memperhatikan isi alam semesta, azab yang diancamkan terhadap
orang-orang kafir; dan janji Allah kepada orang-orang beriman,

60
Ibid, 24-25
39

Allah menjadikan bumi sedemikian rupa hingga mudah bagi


manusia untuk mencari rezeki.61

Surat al-Mulk menegaskan kebesaran Allah SWT dan


kekuasaannya untuk menghidupkan mematikan, mengemukakan
berbagai dalil yang menunjukkan keesaan Rabb semesta alam,
menjelaskan hukuman bagi orang-orang yang mendustakan hari
kebangkitan.62 Surat ini juga menegaskan akan besarnya karunia
Allah kepada umatmanusia. Allah lah yang telah memberikan
segala kebutuhan manusia di bumi ini,agar manusia pandai
bersyukur kepada-Nya. Surat ini pun memerintahkan manusia
untuk beriman dan bertawakkal kepada-Nya.

Secara garis besar isi kandungan surat ini meliputi beberapa


hal antara lain, pertama, mati dan hidup adalah ujian bagi
manusia. Kedua, Allah menciptakan alam semesta dengan
keseimbangan yang sempurna. Ketiga, ancaman azab bagi yang
durhaka serta balasan nikmat atas kaum yang beriman.63

b. Asbab an-Nuzul surat al-Mulk

Sebelumnya harus diketahui bahwasanya tidak semua ayat


dan surat dalam al-Qur’an memiliki asbabun nuzul atau sebab
turunnya ayat atau surat. Begitu pula dengan surat al-Mulk yang
tidak memiliki asbabun nuzul. Hubungan surat al-Mulk dengan
surat sebelumnya atau surat at-Tahrim diterangkan bahwa Allah
mengetahui segala rahasia, sedang pada surat al-Mulk ditegaskan
lagi bahwa Allah mengetahui segala rahasia karena Allah
menguasai seluruh alam. Pada akhir surat al-Mulk, Allah

61
Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-qur’an, (Jakarta: AMZAH, 2012), 194
62
M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an Vol
13, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), 195-196
63
Tim Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, Tafsir Ringkas jilid 2, (Jakarta: LPMA,
2016), 815
40

mengancam orang yang tidak bersyukur kepada nikmat Allah


dengan mengeringkan bumi atas mereka.

Firman Allah SWT :

ُّ ‫واس ُّر ْواَق ْولك ْمَاوَاجْ هر ْواَب ٖۗهَانَّهٗ َعَل ْي ٌمَۢبذاتَال‬


٣٠َ‫صد ْور‬
“Dan rahasiakanlah perkataanmu ataunyatakanlah.Sungguh,
Dia Maha Mengetahui segala isi hati”. (QS. Al-Mulk: 13)64

c. Keutamaan surat al-Mulk

Keutamaan membaca surat al-Mulk yakni dapat menjadi


penghalang dari siksa kubur dan Nabi akan memberi syafaat
kepada orang yang membacanya sampai Allah mengampuni
dosanya.

Ibnu Abbas bercerita, “Pernah suatu ketika para sahabat


berkemah di atas kuburan. Mereka sebenarnya tidak menyangka
bahwa tempat itu adalah kuburan. Setelah beberapa saat ketika
berada di dalam kemah, mereka tiba-tiba mendengar suara orang
membaca surat al-Mulk dari awal hingga akhir ayat. Suara itu
datang dari dalam tanah. Setelah itu diketahuinya oleh mereka
bahwa sedang berkemah di atas kuburan. Kemudian hal itu
diberitahukan kepada Rasulullah SAW dan beliau berkata, “Surat
al-Mulk adalah surat pelepasan karena ia dapat menghindarkan
pembacanya dari azab kubur.”65

Berawal dari sinilah penulis tertarik untuk menyusuri lebih


lanjut fenomena dibalik tradisi atau pembiasaan membaca surat al-
Mulk ini. Keutamaan yang terdapat dalam hadist sebagai berikut:

64
Tim penterjemah dan penafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta:
Departemen Agama RI, 1985), 507
65
Muhammad Isa bin Surah at-Tirmidzi, Terjemah Sunan at-Tirmidzi, terj. Moh.
Zuhri dkk, Juz IV, (Semarang: Asy-Syifa, 1992). 488.
41

َ:َ ‫ىَاّٰلل َعليْه َوسلَّم‬


‫َاّٰلل َصلَّ ه‬
‫َقال َرس ْول ه‬:‫َاّٰلل َع ْنه َقال‬
‫عن َابْن َمسْع ْو ٍد َرضي ه‬
ْ
"َ‫َالمانعةَم ْنَعذابَالقبْر‬ْ ‫"س ْورةَتباركَهي‬

“Dari Ibnu Mas’ud R.A berkata: Rasulullah SAW


bersabda: Surat tabarak adalah Al-Mani'(penghalang/pelindung)
dari siksa kubur” (HR Abu Syeikh dalam kitab Thabaqat Al-
Muhadditsin, hasan).66

َ:َ ‫َاّٰلل َعليْه َوسلَّم َقال‬


‫َاّٰلل َصلَّى ه‬
‫َاّٰلل َع ْنه َأ َّن َرس ْول ه‬
‫ع ْن َأب ْي َهريْرة َرضي ه‬
َ‫(تبارك‬:َ ‫َو َهي‬،‫ت ََلرج ٍل َحتَّىَغفر َله‬ ْ ‫"من‬
ْ ‫َالق ْرآن َس ْورة ٌَثَلث ْون َآيَةً َشفع‬
")‫َالم ْلك‬
ْ ‫يَبيده‬ ْ ‫الَّذ‬

“Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah SAW.


bersabda “ Di dalam al-Qur’an ada sebuah ayat yang berisi tiga
puluh ayat yang dapat memberi syafa’at kepada seseorang
sehingga ia diampuni, yaitu surat Tabarakal-ladzii bi yadihil-
mulku”. (Riwayat Abu Daud dan At Turmudzi).67

d. Pandangan Mufassir

Surat ini dibuka dengan kata tabāraka yang mengandung


makna melimpahnya anugerah Allah swt. Menurut al-Biqa’i surat
al-Mulk ini menguraikan kuasa Allah serta limpahan anugerah-
Nya. Di samping uraian tentang betapa harmonisnya alam raya.
Salah satu anugerah Allah yang terbesar bahkan yang menjadi
sumber kehidupan makhluk dan yang darinya segala sesuatu dapat
hidup adalah air.68

66
Ibrahim „Ali as-Sayyid „Ali, Fadha’il suwar Al-Qur’an al-Karim Terj. Abdul
Hamid, Keutamaan surah-surah Al-Qur’an, (Jakarta : SAHARA publishers, 2010). 343.
67
Muslich Shabir, Terjemah Riyadhus Shalihin II, (Semarang: PT. Karya Toha Putra
Semarang, TT), hlm. 61.
68
M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an Vol
13, (Jakarta: Lentera Hati, 2000),370
42

Surat al-Mulk membicarakan pembentukan tashawwur


(pandangan, pemikiran) baru terhadap alam dan hubungannya
dengan Pencipta alam ini. Surat ini mengusik dan menggerakkan
jiwa bahwa kematian dan kehidupan adalah dua hal yang biasa
terjadi berulang-ulang, sehingga surat ini menggerakkan hati
untuk merenungkan apa yang ada di balik kematian dan kehidupan
ini. Juga untuk memikirkan dan merenungkan qadar (takdir) dan
cobaan Allah, hikmah serta pengaturan-Nya.69

Allah menginformasikan bahwa Dia-lah yang menciptakan


planet bumi yang berbagai sudut dan ruangnya sangat mudah
untuk dijangkau, dan manusia dipersilahkan melakukan
penelusuran di berbagai ruang yang ada di bumi, seraya
dipersilahkan juga untuk memakan (menikmati) rezeki yang Allah
siapkan. Akan tetapi lalu diingatkan bahwa kehidupan di dunia
hanya sementara dan karenanya manusia itu diingatkan bahwa
dirinya akansegera kembali menghadap Allah. Allah yang Maha
Kuasa, tentu dengan mudah mampu mengguncangkan bumi,
lantaran itu apakah manusia akan tetap merasa aman dari semua
peristiwa yang sangat dahsyat itu.70

Berikut jadwal pembacaan al-Qur’an surat-surat tertentu di


Pondok Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab.
Tebo.

69
As’ad Yasin, Terj. Tafsir fi zhilalil-Qur’an jilid 22, (Jakarta: GEMA INSANI,
2004), hlm. 220-221.
70
Muhammad Amin Suma, Tafsir Ayat Ekonomi (Teks, Terjemah, dan Tafsir),
(Jakarta: AMZAH, 2013), hlm. 75.
43

Jadwal Pembacaan al-Qur’an Surat-Surat Tertentu Pondok


Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo.

1 Ba‘da Ashar  Pembacaan Surat al- Mulk


 Mushala Semua Santri
2 Ba‘da  Pembacaan Asma’ul Husna dan Surat
Maghrib al-Wāqi’ah
 Mushala Semua Santri
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Praktik Resepsi Pembacaan al-Qur’an Surat-Surat Pilihan

Resepsi yang dimaksud di sini adalah bagaimana al-Qur’an sebagai teks


diresepsi atau diterima oleh generasi pertama muslim, dan bagaimana mereka
memberikan reaksi terhadap al-Qur’an. Yang dimaksud dengan resepsi atau
penerimaan adalah bagaimana seseorang menerima dan bereaksi terhadap sesuatu.
Jadi, resepsi al- Qur’an adalah uraian bagaimana orang menerima dan bereaksi
terhadap al-Qur’an dengan cara menerima, merespon, memanfaatkan, atau
menggunakannya baik sebagai teks yang memuat susunan sintaksis atau sebagai
mushaf yang dibukukan yang memiliki maknanya sendiri atau sekumpulan lepas
kata-kata yang mempunyai makna tertentu.71

Resepsi masyarakat terhadap ayat-ayat al-Qur’an banyak macamnya salah


satunya yaitu seperti resepsi di pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah
diwujudkan dalam bentuk resepsi fungsional yaitu dengan membaca dan
memfungsikan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan
mengaharapkan barokah dari pembacaan ayat tersebut. Yang diyakini dapat
memperlancar rezeki dan dijauhkan dari azab kubur. Berdasarkan hasil penelitian
lapangan penulis melalui wawancara dan observasi, pada dasarnya santri mampu
mengamalkannya dengan baik dan meyakini adanya barokah dari pembacaan
surat al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk ini. Hal ini disebabkan karena para santri
membuktikan sendiri barokah dari amalan tersebut, dan juga karena ketaan para
santri kepada pengasuh untuk melakukan sebuah amalan tersebut. Karena pada
dasarnya al-Qur’an itu mampu memberi hidayah bagi pembaca maupun
pendengarnya.

Aksi resepsi terhadap al-Qur’an sejatinya merupakan interaksi antara


pendengar (dalam hal ini al-Qur’an). Resepsi teks tersebut bukanlah reproduksi

Ahmad Rafiq, “Sejarah Al-Qur’an dari Pewahyuan ke Resepsi” dalam Sahiron


71

Syamsuddin (ed.), Islam,Tradisi dan Peradaban, (Yogyakarta: Bina Mulia Press,2012), 73

44
45

arti secara monologis, akan tetapi lebih merupakan proses reproduksi makna yang
amat dinamis antara pendengar (pembaca) dengan teks. Dalam khazanah kritik
sastra, proses resepsi ini merupakan pengejawantahan dari kesadaran intelektual.
Kesadaran ini muncul dari perenungan, interaksi, serta proses penerjemahan dan
pemahaman pembaca. Apa yang telah diterima oleh pembaca, lalu dilokalisir dan
dikonkretkan dalam benak. Anggapan yang telah terkonstruk tersebut membentuk
semacam ruang penangkapan (wahmehmungsraum) yang didalamnya materi-
materi yang didapatkan tersebut menjadi semacam kontur bagi dunia yang
individual. Dengan kata lain, kesadaran sebagai kerangka dan tempat konkretisasi,
membentuk semacam rangkaian yang dapat menghubungkan jejak-jejak kognitif,
sehingga pemahaman dan resepsi menjadi sangat memungkinkan.72

Pembacaan al-Qur’an surat-surat tertentu di Pondok Pesantren Darul haviz


al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo dilakukan setiap hari, tepatnya setelah
shalat Ashar dan setelah shalat Maghrib di mushala pesantren dan dipimpin oleh
ustadz dan ustadzah yang shalat berjamaah dan juga didampingi oleh para ustadz
dan ustadzah yang lain untuk mengondisikan santri. Sebelum mulai pembacaan
al-Qur’an surat tertentu yaitu suart al-Wāqi‘ah dan surat al-Mulk, antara waktu
setelah shalat berjamaah Ashar dan setelah shalat Maghrib ada perbedaan sedikit,
yaitu ketika sedang mulai pembacaan surat tertentu setelah Maghrib setelah
membaca wirid sebelum dimulainya surat yang akan dibaca, para santri
memulainya dengan pembacaan Asma‘ al-Husna terlebih dahulu, berbeda dengan
pembacaan surat tertentu setelah shalat Ashar, tidak ada pembacaan Asma’ al-
Husna, jadi setelah shalat Ashar berjamaah, terlebih dahulu melakukan wiridan
dan dilanjut dengan pembacaan surat al-Wāqi‘ah.73

Alquran itu agung dan mulia. Ia adalah kalam Allah Swt dan mukjizat
Nabi-Nya yang termulia. Ayat-ayatnya merupakan jaminan hidayah bagi
manusia dalam segala urusan dan di setiap keadaan serta jaminan bagi mereka

72
M. Nur Kholis Setiawan, Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar, (Yogyakarta:
eLSAQPress,2006), 68
73
Halima tussa’diah, ustadzah Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,
Wawancara dengan Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
46

untuk memperoleh cita-cita tertinggi dan kebahagiaan terbesar di dunia maupun


di akhirat.74 Sebagaimana Allah Swt berfirman:
ٍ ‫َف ْيَك ٰت‬٥٥َ‫انَّهٗ َلق ْر ٰا ٌنَكر ْي َۙ ٌم‬
َ ٥٧َ‫بَ َّم ْكن ْو َۙ ٍن‬
“Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia. Pada kitab
yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh).” (Q.S. al-Waqi’ah 77-78)75

Orang mukmin memandang bahwa kehidupan adalah kesempatan untuk


beribadah kepada Allah Swt. Salah satu bentuk ibadah kepada Allah adalah
dengan cara membaca al-Qur’an. Telah datang perintah Ilahi, untuk membaca al-
Qur’an di banyak ayat dalam kitab-Nya.76

Di antaranya firman Allah Swt dalam surat al-Kahfi ayat 27, yang
berbunyi:

َ ٩٥َ‫واتْلَمآَا ْوحيَاليْكَم ْنَكتابَرَبِّ ٖۗكََلَمبدِّلَلكلمٰ ت ٖۗهَول ْنَتجدَم ْنَد ْونهَم ْلتحدًا‬


“Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, Yaitu kitab Tuhanmu
(Al-Quran). tidak ada (seorangpun) yang dapat merobah kalimat-kalimat-Nya. dan
kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari padanya.”(Q.S.
Al-Kahfi:27)77

Surat-surat pilihan yang di baca di Pondok Pesantren Darul haviz al-


Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo ini terdapat 2 surat, yakni : surat al-Mulk,
surat al-Wāqi’ah, Agar pembacaan surat-surat pilihan tersebut kondusif, maka
mereka membuat jadwal terkait pembacaan surat-surat tersebut. Adapun jadwal

74
Haidar Ahmad Al A’raji, Fadhilah & Khasiat Surah-surah Alquran, (Jakarta: Zahra
Publishing House, 2007), 22.
75
Tim penterjemah dan penafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta:
Departemen Agama RI, 1985), 484
76
M.Quraish Shihab, Lentera Alquran (kisah & hikmah kehidupan), (Bandung: Mizan,
2008), 28.
77
Tim penterjemah dan penafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta:
Departemen Agama RI, 1985), 268
47

bacaannya, surat al-Mulk setelah shalat Ashar, dan surat al-Wāqi’ah setelah
Maghrib.78

Pemahaman tentang keistimewaan atau keutamaan membaca surat-surat


pilihan diperkuat oleh pendapat-pendapat ulama diantaranya: Wahbah az-Zuhaily
dalam kitab tafsirnya (al-Tafsīr al-Munīr), Syekh Aḥmad ad-Dajali dalam kitab
Mujarat ad-Dairaby al-Kabir dan yang lainnya. Setelah seseorang membaca al-
Qur’an dengan di ikuti pemahaman yang benar, maka diharapkan akan semakin
tumbuh keyakinan akan kebenaran al-Qur’an, sehingga akan mendapatkan
limpahan rahmat.79

1. Makna Objektif

Makna Objektif adalah makna yang ditemukan oleh konteks


sosial dimana tindakan tersebut berlangsung. Dalam hal ini digunakan
untuk memandang praktik tradisi pembacaan al-Qur’an surat al-
Wāqi’ah dan surat al-Mulk sebagai suatu kewajiban dan rutinitas yang
harus dilaksanakan. Kegiatan pembacaan al-Qur’an surat al-Wāqi’ah
dan surat al-Mulk merupakan suatu bentuk ibadah yang dilaksanakan
secara rutin di Pondok Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber
Sari, Kab. Tebo guna melatih santri dalam hal riyadhah atau usaha
dalam do’a.

Sebagai bentuk olah bathiniyah santri sehingga dalam diri santri


terdapat pribadi yang berpegang teguh pada al-Qur’an serta
mempunyai tujuan hidup yang sesuai dengan tuntunan al-Qur’an.
Selain itu tradisi pembacaan al-Qur’an surat al- al-Wāqi’ah dan surat
al-Mulk merupakan suatu tradisi yang harus dijaga kelestariannya oleh
para santri juga merupakan bentuk apresiasi kepatuhan santri terhadap
peraturan yang berlaku. Sebenarnya bukan hanya sekedar menjaga
tradisi serta bentuk kepatuhan santri terhadap peraturan, namun juga

78
Ardhani Hasan, Penasehat Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,
Wawancara dengan Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
79
M. Syamsul Ulum, Menangkap cahaya al-Qur’an , (Malang: UIN Malang,2007). 126
48

tradisi tersebut sudah menjadi amalan khas dan dianggap mempunyai


banyak fadhilah serta keberkahan terhadap pembacanya.

Para dzurriyyah sepakat untuk mewajibkan membaca surat al-


Wāqi’ah dan surat al-Mulk setiap harinya, sebab setiap lembaga
pendidikan mempunyai cara masing-masing untuk bisa mencetak
santri atau murid-muridnya menjadi orang yang ālim (berilmu).
Diantara cara untuk mencerdaskan santrinya, selain kurikulum
pesantren dibarengi dengan riyādhah (usaha). Dalam aktivitas
pengamatan, penulis menyimpulkan bahwa yang lebih berperan adalah
pengurus sebagaimana hasil wawancara dengan ustadz Ardhani
Hasan;

Tradisi ini diamalkan sebagai bentuk ikhtiar dan zikir kepada


Allah, mengharap hikmah dan syafa’at dari membaca al-Qur’an juga
merupakan wirid, agar dimudahkan segala sesuatunya , dimudahkan
dalam mencari ilmu, mudah dalam hal rezeki ataupun yang lainnya.
Sehingga tradisi pembacaan al-Qur’an surat al- al-Wāqi’ah dan surat
al-Mulk di Pondok Pesantren Darul haviz al-Mansyuriyah Sumber
Sari, Kab. Tebo ini harus senantiasa di laksanakan. Oleh karenanya
pemberdayaan tradisi ini tidak lepas peran dari pengurus, tanpa adanya
peraturan ataupun kebijakan Pesantren tersebut mungkin para santri
tidak begitu semangat dalam mengerjakannya.80

Begitu pentingnya peran pengurus agar terlaksananya tradisi ini,


menuntut mereka untuk senantiasa memberikan motivasi serta
meningkatkan semangat santri dalam mengamalkan tradisi ini.
Karenanya, membutuhkan kesadaran tinggi untuk santri dalam
mengamalkan tradisi tanpa bimbingan para pengasuh pesantren.
Harapan pengasuh dalam mewajibkan pembacaan surat al-Wāqi’ah
dan surat al-Mulk ini semata-mata untuk ibadah, membiasakan santri

80
Ardhani Hasan, Penasehat Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,
Wawancara dengan Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
49

selalu berinteraksi dengan al-Qur’an, membiasakan santri disetiap


usahanya maka dibarengi dengan do’a juga. Dengan harapan-harapan
itulah, maka pengasuh senantiasa menjaga tradisi ini dari tahun ke
tahun, agar para santri mendapatkan fadhilah atau keberkahan dari apa
yang sudah di lakukan setiap harinya.

Hasil wawancara menyebutkan bahwa salah satu santri setelah


melakukan tradisi tersebut, ia merasakan manfaat atau keberkahan.
Diantaranya; hasil wawancara dengan salah satu santri yang sudah
bermukim kurang lebih 1 tahun yang bernama Muzzammil.

Pada awalnya mengikuti kegiatan ini juga dengan rasa terpaksa


setiap harinya, namun semakin hari semakin terbiasa, sehingga jika
tidak membacanya sehari pun rasanya ada yang kurang (mengganjal)
dalam hati. Kalau untuk fadhilahnya lebih ke kiriman dari rumah,
setiap bulan semakin banyak, mungkin rezeki orang tua semakin
lancar, untuk pembacaan surat al-Mulk sendiri manfaatnya lebih ke
diri saya sendiri, menjadi hati lebih tentram.81

Namun tidak sedikit pula dari sebagian besar santri, mereka


kurang memahami pembacaan al-Qur’an surat al-Wāqi’ah dan surat al-
Mulk, artinya mereka belum mengetahui keseluruhan tradisi tersebut.
Meskipun mereka tidak mengetahui tradisi pembacaan al-Qur’an surat
al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk, tetapi semangat dan antusias santri
dalam mengikuti kegiatan sangat tinggi.

Sebagaimana hasil wawancara dengan santri bernama Andika;

Dengan membiasakan membaca surat al-Wāqi’ah dan surat al-


Mulk, menurut saya semakin lama menjadi hafal surat tersebut dengan
sendirinya, sehingga mempermudah saya ketika ada hafalan surat

81
Muzammil, Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara dengan
Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
50

tersebut disekolah, saya tidak pusing- pusing untuk menghafal karena


saya sudah hafal, sebab setiap hari membacanya.82

2. Makna Ekspresif

Makna ekspresif adalah makna yang ditunjukkan oleh faktor


(pelaku tindakan). Makna ekspresifnya, tentu ada beberapa perbedaan
yang beragam. Karena, bagi sebagian besar santri pembacaan surat-
surat tersebut adalah bisa membuat hati menjadi tenang, sebagai
motivasi untuk hidup dikala sedang dalam masalah terutama masalah
rezeki, serta merasa bahwa diri kita terlalu banyak dosa.

Makna ekspresif tersebut dapat diklasifikasi menjadi beberapa


poin penting yaitu bahwa dengan tradisi pembacaan surat-surat
tersebut ada makna yang menunjukkan makna praktis sebagai bentuk
pembelajaran, seperti dapat melancarkan bacaan, maupun sebagai
bentuk upaya atau riyadhah para santri membantu orang tua dalam
mencari rezeki lewat amalan atau wirid yang dilaksanakan setiap hari
di Pesantren. Menunjukkan makna ketundukan dan rasa patuh kepada
guru maupun terhadap peraturan Pesantren.

Dalam makna ekspresif terbagi menjadi tiga bagian yaitu;

a.) Makna ekpresif menurut santri

Dari hasil wawancara terhadap santri dihubungkan dengan


teori makna ekspresif bisa dinyatakan, bahwa sebagian
besar santri melakukan tradisi pembacaan al-Qur’an surat
al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk dengan keterpaksaan
mentaati peraturan yang dibuat oleh pengurus.

Dari hasil wawancara santri Pondok Pesantren


Darul Havis Al-Mansyuriah, Sumber Sari Kab. Tebo tidak

82
Andika, Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara dengan
Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
51

sedikit dari mereka yang mengamalkan surat al- al-Wāqi’ah


dan surat al-Mulk hanya sebagai rutinitas untuk
menggugurkan kewajibannya. Mereka belum memahami
bagaimana mengamalkan tradisi pembacaan al-Qur’an surat
al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk tersebut sebagai suatu bentuk
pembelajaran yang banyak manfaatnya. Sebagaimana
wawancara peneliti dengan santri bernama Bima;

Pembacaan surat al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk


memang diwajibkan kepada seluruh santri, sehingga
awalnya memang terpaksa melakukan hanya untuk
menggugurkan kewajiban sampai saat ini belum merasakan
perubahan apapun juga setelah membacanya.83

Mekipun demikian, semangat atau niatan santri


dalam melakukan tradisi pembacaan al-Qur’an surat al-
Wāqi’ah dan surat al-Mulk perlu dicontoh untuk umum.
Sebab berawal dari keterpaksaan menjadi pembisaan,
menjadikan mereka mempunyai rasa tanggung jawab agar
selalu merutinkan membaca al-Qur’an khususnya surat al-
Wāqi’ah dan surat al-Mulk. Seperti halnya yang dikatakan
santri bernama Ilham;

Membaca surat al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk setiap


hari merupakan satu kewajiban di Pesantren ini, jadi ya
hanya ikut saja peraturan yang sudah dibuat di sini.84

Selain itu, santri melakukan tradisi tersebut untuk


mengharapkan ridho Allah SWT dalam bentuk apapun dan

83
Bima, Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara dengan
Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
84
Ilham, Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara dengan
Penulis, 17 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
52

juga mengharap keberkahan kepada pengasuh. Seperti hasil


wawancara dengan santri bernama Muammar Khadafi;

Menurut saya melakukan tradisi pembacaan al-


Qur’an surat al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk adalah bentuk
ta’dzim (ngalap barakah) terhadap pengurus dan pengasuh
khususnya, sebab dengan mentaati perintah guru yang
dinamakan dengan barakah itu pasti ada.85

Hasil wawancara dengan santri bernama Fatma;

Rutinitas membaca al-Qur’an menurut saya


memang sesuatu hal yang diharuskan bagi umat muslim,
disini diwajibkan membaca setiap hari khususnya surat al-
Wāqi’ah dan al-Mulk menurut saya tidak perlu mengetahui
apa manfaat atau fadilah apa yang di dapatkan setelah
membaca surat tersebut, yang penting menaati peraturan
sudah pasti ada manfaatnya sendiri.86

Namun tidak sedikit pula santri yang meyakini


dengan sepenuh hati kebenaran keutamaan serta berkah
surat al-Wāqi’ah yang berasal dari Allah. Keyakinan ini
diikuti dengan melakukan wirid dengan selalu membaca
surat al-Wāqi’ah. Seperti hasil wawancara dengan salah
satu santri putra yang bernama Muhammad Haikal;

85
Muammar Khadafi, Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,
Wawancara dengan Penulis, 17 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
86
Fatma, Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara dengan
Penulis, 17 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
53

Bukan hanya materi yang di lancarkan, tapi juga


ketenangan bathin yang saya dapatkan setiap selesai
membaca surat tersebut.87

Wawancara dengan santri bernama, Kairul Aswad;

Menurut saya, kegiatan rutin membaca surat al-


Wāqi’ah setelah shalat ashar sangat bermanfaat bagi saya,
bukan karena fadilahnya yang banyak, tapi bisa membuat
saya sibuk dengan kegiatan rutin membaca surat, sebab jika
waktu surup saya nganggur pasti ada hal-hal yang
mengganggu saya”.88

Tanpa disadari kebiasan mereka dalam melakukan


tradisi pembacaan al-Qur’an surat al-Wāqi’ah dan surat al-
Mulk mendapatkan timbal balik yang dirasakan. Seperti
hasil wawancara dengan santri yang bernama Bimo Sakti;

Amalan membaca surat al-Wāqi’ah dan surat al-


Mulk memang diwajibkan sehingga pertama memang
terpaksa merutinkan membaca al-Wāqi’ah, namun semakin
hari semakin merasakan manfaat setelah merutinkan
membaca surat al- al-Wāqi’ah tersebut, salah satunya; tiap
kali minta kiriman uang saku dari rumah berapapun, pasti
ada. Kalau surat al-Mulk fadhilahnya lebih ke akhirat, jadi
saat ini ya belum merasakan apa-apa.89

Penulis menyimpulkan bahwa sebenarnya tradisi


pembacaan al-Qur’an surat al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk

87
Muhammad Haikal , Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,
Wawancara dengan Penulis, 17 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
88
Khairul Aswad , Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara
dengan Penulis, 17 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
89
Bimo Sakti, Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara
dengan Penulis, 17 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
54

memiliki keutamaan tersendiri bagi pembacanya, terutama


untuk mereka yang istiqamah mengamalkannya. Ada
keistimewaan yang berbeda setelah santri membacanya.

Para santri merasa bukan hanya ketenangan dan


ketentraman batin saja, melainkan ada rasa lain yang
tersirat didalam batin santri, yang mereka pun tidak bisa
mengungkapkannya. Akan tetapi tidak semua santri
merasakan keutamaan yang terkandung dalam kedua surat
tersebut. Sesungguhnya jika semua santri melakukan
kegiatan ini dengan sungguh-sungguh maka keberkahan
yang diperolehnya. Melatih santri untuk belajar disiplin
melalui keistiqamahan dalam mengamalkan membaca surat
al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk di Pondok Pesantren Darul
Havis Al-Mansyuriyah, Sumber Sari, Kab. Tebo.

b.) Makna ekspresif menurut pengurus


Dalam wawancara pengurus menjelaskan susahnya
mengatur santri melakukan tradisi pembacaan al-Qur’an
surat al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk setiap hari. Meskipun
demikian, para pengurus tidak kurang-kurang dalam
menasehati para santri agar mereka lebih merasa punya
tanggung jawab dan kesadaran diri bahwa dari surat yang
akan santri baca nantinya santri sendirilah yang akan
merasakan fadhilahnya. Makna ekpresif sebenarnya lebih
memfokuskan bagaimana memotivasi santri dalam
melakukan tradisi pembacaan surat al-Wāqi’ah dan surat al-
Mulk di Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,
Sumber Sari, Kab. Tebo.
Tradisi pembacaan surat al-Wāqi’ah dan surat al-
Mulk dalam mengamalkannya diperlukan keistiqomahan
santri, agar dalam diri santri sendiri merasakan adanya
55

perubahan dari apa yang diamalkan setiap harinya.


Sesungguhnya berubah tidaknya santri tergantung kepada
mereka sendiri, karena semakin niat kita dalam
mengamalkan dan mengerjakan tradisi pembacaan surat al-
Wāqi’ah dan surat al-Mulk maka hajat yang kita inginkan
segera dipermudah oleh Allah Swt dan tentunya tidak
terlepas dari peran pengurus mendampingi kegiatan
tersebut.
Selain karena memang mempunyai banyak fadhilah,
membaca al-Qur’an memang sangat dianjurkan bagi umat
muslim, sebagai pedoman dalam hidup dalam sehari-hari.
Seperti halnya yang di katakan atau hasil wawancara
dengan salah satu pengurus, Ustadzah Miftah;
Mengistiqomahkan membaca surat tersebut, bagi
saya bukan hanya sebagai bentuk kewajiban dari pesantren,
namun sebagai keharusan bahwa kita umat muslim sudah
sepatutnya membaca atau menghafal sebagian surat-surat
yang ada di dalam al-Qur’an dan tak perlu memikirkan
manfaat apa yang akan didapatkan setelah membaca surat
tersebut, karena Allah pasti akan memberi imbalan sesuai
dengan perilaku kita.90
Penulis menyimpulkan melalui makna ekspresifnya
dalam tradisi pembacaan al-Qur’an surat al-Wāqi’ah dan
surat al-Mulk ini adalah mengubah perasaan santri dan
pengurus selepas melakukan tradisi tersebut menjadi bentuk
keyakinan, dengan wujud ikhtiyar santri berupa ibadah
membaca al-Qur’an harapannya bahwa segala sesuatu yang
menjadi beban atau pikiran mereka secara perlahan akan
dimudahkan oleh Allah dalam menyelesaikannya, seperti

90
Miftah, Ustadzah Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara dengan
Penulis, 17 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
56

halnya kelancaran rezeki atau merasa terlalu banyak dosa,


sehingga mereka mendapatkan ketentraman jiwa dengan
senantiasa mengharap Ridho dari Allah.

3. Makna Dokumenter

Makna dokumenter, yaitu makna yang tersirat atau tersembunyi,


sehingga aktor (pelaku tindakan) tersebut tidak sepenuhnya menyadari
bahwa suatu aspek yang diekspresikan menunjukkan kepada budaya
secara keseluruhan. Makna dokumenter dari tradisi pembacaan al-
Qur’an surat al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk ini sesungguhnya dapat
diketahui jika diteliti secara mendalam, karena makna dokumenter
adalah makna yang tersirat dan tersembunyi, yang secara tidak disadari
bahwa dari satu praktik pembacaan al-Qur’an surat al-Wāqi’ah dan
surat al-Mulk ini bisa menjadi suatu kebudayaan yang menyeluruh.

Tradisi pembacaan al-Qur’an surat al-Wāqi’ah dan surat al-


Mulk menimbulkan tiga resepsi terhadap santri : Pertama, sebagai
kegiatan atau keadaan dimana santri hanya menganggap bahwa tradisi
tersebut merupakan wujud tradisi yang telah ada dan dilakukan.
Kedua, tradisi religius atau praktik keberagamaan, yaitu santri
menerima suatu keadaan yang telah mereka lakukan sebagai bentuk
praktik umat beragama terlebih kehidupan di pesantren dengan
mengambil manfaat dari tradisi tersebut. Ketiga, tradisi simbolis, yaitu
santri menganggap bahwa apa yang mereka lakukan maknayang sesuai
dengan fokus yang melingkupnya.

Hemat penulis bahwa tradisi pembacaan al-Qur’an surat al-


Wāqi’ah dan surat al-Mulk memiliki keutamaan tersendiri terutama
untuk mereka yang istiqamah mengamalkannya. Dalam tradisi
pembacaan al-Qur’an surat al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk menurut
makna dokumenter ialah bagaimana memposisikan kebiasaan menjadi
sebuah kebudayaan yang wajib dikerjakan. Makna dokumenter
57

merupakan gabungan antara makna-makna sebelumnya. Maka tradisi


pembacaan al-Qur’an surat al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk merupakan
wujud akhir karena telah menjadikannya sebagai kebudayaan bagi
santri untuk senantiasa mengamalkannya.

Tujuan utama pengasuh menjadikan tradisi pembacaan al-


Qur’an surat al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk di pondok pesantren ialah
membudayakan serta mengamalkan surat dalam al-Qur’an untuk
senantiasa dibaca dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Inilah yang disebut dengan fadhilah dari surat-surat di dalam al-


Qur’an yang dijadikan sebuah tradisi. Sebaik-baiknya amal adalah
mereka yang mau membacanya dan mengamalkannya, mungkin itu
yang menyebabkan pengurus maupun pengasuh untuk terus mengajak
santrinya membudayakan tradisi tersebut.

Pengasuh berharap para santri agar selalu mengamalkan ijazah


yang didapatkan sewaktu mondok sebagai pegangan dalam
kehidupannya kelak ketika sudah di rumahnya masing-masing dengan
harapan agar para santri yang senantiasa merutinkan membaca salah
satu surat dari al-Qur’an, disamping merupakan ibadah juga
mengharap ridho Allah serta dijauhkan dari musibah lahir maupun
musibah batin, dimudahkan rezekinya dan dijauhkan dari kefakiran,
agar diberi rezeki yang tiadak disangka-sangka dari mana datangnya,
ditinggikan derajatnya, dimudahkan rezekinya dan kita akan
mengetahui tentang sesuatu yang gaib seperti adanya kenikmatan
surga, seperti penjelasan makna surat al-Wāqiʽah ayat 88-89.

Tujuan lain adalah sebagai zikir kepada Allah, mengharap


hikmah dan syafa’at dari membaca al-Qur’an juga merupakan wirid,
karena dalam sebuah kamus menjelaskan, bahwa wirid adalah
potongan-potongan ayat al-Qur’an atau hadis yang dibaca dengan baik,
terutama dibaca setelah shalat. Dengan wirid, berdoa dan aktifitas
58

keagamaan merupakan usaha batin yang berdimensi vertikal yaitu


permohonan kepada Allah, supaya kemudahan atau kelancaran rezeki.

Berikut penulis cantumkan tabel hasil penelitian:

Makna Objektif dari tradisi pelaksanaan pembacaan surat al-Waāqi’ah dan


surat al-Mulk, sebagai berikut:

Santri Pengurus Pengasuh


Pelaksanaan Sebagai bentuk olah Surat al-Wāqi’ah dan surat al-
pembacaan surat al- bathiniyah santri Mulk merupakan kegiatan
Wāqi’ah dan surat Sebagai bentuk yang wajib diikuti sehingga
al-Mulk merupakan motivasi bagi pribadi berawal dari peraturan menjadi
kegiatan yang wajib santri, sehingga kebiasaan yang setiap harinya
diikuti sehingga mendapat keberkahan dilaksanakan para santri
berawal dari dari apa yang mereka Sebagai bentuk olah bathiniyah
peraturan menjadi amalkan dan sebagai santri Sebagai bentuk motivasi
kebiasaan yang bentuk ikhtiar santri bagi pribadi santri, sehingga
setiap harinya mendoakan kedua mendapat keberkahan dari apa
dilaksanakan para orang tuanya. yang mereka amalkan dan
santri sebagai bentuk ikhtiar santri
mendoakan kedua orang
tuanya. Para dzurriyyah
sepakat untuk mewajibkan
membaca surat al- al-Wāqi’ah
dan surat al- Mulk setiap
harinya, sebab setiap lembaga
pendidikan mempunyai cara
masing-masing untuk bisa
mencetak santri atau murid-
muridnya menjadi orang yang
ālim (berilmu).
59

Makna Ekspresif dari tradisi pembacaan surat al-Waāqi’ah dan surat al-Mulk
menurut santri, pengurus maupun pengasuh:

Santri Pengurus Pengasuh


 Hati menjadi tentram  Menjadi bentuk  Keberhasilan menjaga
 Menjadi motivasi diri keyakinan tradisi tersebut lewat
sendiri disaat dankekuatan ketika pengurus dan para
mempunyai masalah, mengalami beban santri.
terutama masalah pikiran atau sesuatu
rezeki. yang lain, secara
 Melancarkan bacaan, perlahan akan
sehingga menjadi dimudahkan oleh
hafal.
 Mendoakan kedua
orang tua yang
sedang bekerja.
 Mempunyai rasa
tanggung jawab untuk
selalu mengikuti
kegiatan tersebut.
 Mengharap barakah
dari pengasuh serta
keluarga dilancarkan
rezekinya.

Makna dokumenter hasil pengamatan peneliti,

Dokumenter
Tradisi pembacaan surat al-Wāqi’ah dan surat al-Mulk di Pondok Pesantren
merupakan kegiatan dimana seluruh santri putra maupun putri diwajibkan
mengikuti amaliyah tersebut, hemat penulis tradisi tersebut berawal dari
peraturan menjadi kegiatan yang tidak disadari oleh para santri jika kegiatan
tersebut sudah mendarah daging dalam diri santri, sehingga dari keterpaksaan
menaati peraturan menjadi kebiasaan hingga menjadikan santri lebih disiplin
dengan sendirinya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, resepsi berarti: pertemuan


(perjamuan) yang diadakan untuk menerima tamu. Dalam sastra, “resepsi” adalah
teori yang mementingkan tanggapan pembaca terhadap karya sastra. Sedangkan di
dalam Studi al-Qur’an, teori resepsi ini membahas tentang bagaimana al-Quran
diterima oleh masyarakat muslim, dan bagaimana mereka memberikan reaksi
terhadap al-Qur’an.

Resepsi al-Qur’an adalah kajian tentang sambutan pembaca terhadap ayat-


ayat suci al-Qur’an. Sambutan tersebut bisa berupa cara masyarakat dalam
menafsirkan pesan ayat-ayatnya, cara masyarakat mengaplikasikan ajaran
moralnya serta cara masyarakat membaca dan melantunkan ayat-ayatnya. Dengan
demikian, pergaulan dan interaksi pembaca dengan al-Qur’an merupakan
konsentrasi dari kajian resepsi ini, sehingga implikasi dari kajian tersebutakan
memberikan kontribusi tentang ciri khas dan tipologi masyarakat dalam bergaul
dengan al-Qur’an.

Pembacaan al-Qur’an surat-surat tertentu yang dilakukan oleh para santri


Pondok Pesantren darul Haviz Al-Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo
merupakan kegiatan yang telah menjadi kebiasaan yang istiqomah sejak awal
berdirinya pondok pesantren tahun 2018 M hingga saat ini. Kegiatan itu dimulai
pertama kali oleh perintah dari pengasuh Pondok Pesantren darul Haviz Al-
Mansyuriyah Sumber Sari, Kab. Tebo sebagai kegiatan yang harus dijalankan
oleh seluruh santrinya. Sebagaimana para santri tidak hanya sekolah formal, tetapi
juga diajarkan untuk menghidupkan al-Qur’an setiap hari. Salah satu contohnya
yaitu membaca al-Qur’an surat-surat tertentu pada saat setelah shalat Ashar dan
setelah shalat Maghrib secara bersama-sama.

60
61

Setelah melakukan kajian living Qur’an di Pondok Pesantren Darul Haviz


Al-Mansyuriyah Sumber sari, Kab. Tebo terhadap pembacaan al-Qur’an surat-
surat tertentu, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

Secara garis besar pembacaan al-Qur’an surat-surat tertentu di Pondok


Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah Sumber sari, Kab. Tebo adalah praktek
pembacaan surat yang dapat direspon oleh santri-santri untuk dijadikan amalan
setiap hari. Selain itu, cara mempraktekkannya adalah membaca dengan cara yang
tartil, dan pembacaan surat ini bertujuan sebagai perantara agar rahmat Allah Swt
turun kepada yang membaca surat tertentu.

Makna berdasarkan penelitian meliputi tiga kategori makna yaitu:

1. makna objektif, secara umum pembacaan al-Qur’an surat-surat tertentu


tersebut merupakan praktek pembacaan al-Qur’an yang harus ditaati dan
dipatuhi oleh semua santri.
2. Makna ekspresif yang ditangkap oleh peneliti adalah mengajarkan amalan
kepada santri agar kelak terbiasa atau istiqamah dalam mengamalkannya.
Sedangkan makna.
3. dokumenter tanpa disadari bahwa dari pembacaan al-Qur’an surat-surat
tertentu ini adalah sebagai kebudayaan.

B. Rekomendasi Penelitian

1. Setelah penulis melakukan penelitian tentang kajian living Qur’an yang


terkait pembacaan al-Qur’an surat-surat tertentu bagi santri Darul Haviz Al-
Mansyuriyah Sumber sari, Kab. Tebo, tentu masih banyak objek penelitian
living Qur’an lainnya yang belum dikaji. Dalam penelitian ini, penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan.

2. Semoga dalam penelitian ini bermanfaat bagi penulis dan segenap pembaca,
serta dapat memberi kontribusi dalam khazanah studi al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Al A’raji, Haidar Ahmad. Fadhilah & Khasiat Surah-surah Alquran, (Jakarta:
Zahra Publishing House, 2007)
Al Hafidz, Ahsin W. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: Bumi
Aksara, 2000).
An Nakhrawie, Asrifin. Ringkasan Asbabun Nuzul, (Surabaya: Ikhtiar Surabaya,
2011), 159.
Arifullah, Mohd. Panduan Penelitian Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas
Ushuluddin Iain Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. (Jambi:Fak Ushuluddin
IAIN STS Jambi. 2016).
Asnawi Muh., dkk, Sejarah Kebudayaan Islam 1; Mengurai Hikmah Peradaban
Islam, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2012).
as-Sayyid, Ibrahim Ali. „Ali, Fadha’il suwar Al-Qur’an al-Karim Terj. Abdul
Hamid, Keutamaan surah-surah Al-Qur’an, (Jakarta : SAHARA
publishers, 2010)
As-Suyuthi Jalaludin, al-Itqan fi Ulumil Al-Qur’an, (Kairo: Dar al-Fikr, t.th.)
Baum, Gregory Agama dalam Bayang-bayang Relativisme: Agama Kebenaran dan
Sosiologi Pengetahuan, terj. Ahmad Murtajib Chaeri dan Mashuri Arow,
(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1998),
Djoko, Pradopo, Rachmat. 2007. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan
Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar).
Goldziher, Ignaz. Mazahib al-Tafsir al-Islami, Beirut: Dar al- Iqra’, 1403
Isa, Muhammad. bin Surah at-Tirmidzi, Terjemah Sunan at-Tirmidzi, terj. Moh.
Zuhri dkk, Juz IV, (Semarang: Asy-Syifa, 1992).
Iqbal, Manshur Sirojuddin. Pengantar Ilmu Tafsir¸ (Bandung: Angkasa, 1987)
Kaelan, Filsafat Bahasa: Masalah dan Perkembangannya (Yogyakarta:
Paradigma, 2002).
Kuth, Ratna, Nyoman. 2009. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar).
Makhdlori, Muhammad. Bacalah Surat Al-waqi’ah, Maka Engkau Akan Kaya,
(Jogjakarta: DIVA Press, 2011)
Mansyur, M. dkk, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta:
TH Press, 2007)
Mannheim, Karl Ideologi dan Utopia, Menyingkap Kaitan Pikiran dan Politik,
terj. Arief Budiman, (Yogyakarta : Kanisius, 1991)
Muhammad, Jalaluddin. bin Ahmad Al-Mahalli dan Jalaluddin Abdurrahman bin
Abi Bakar as-Suyuthi, Tafsir Jalalain, (t.k: Al Haramain Jaya Indonesia,
2007)
Mutaqim Abdul dkk., Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis,
3(Yogyakarta: TH-Press, 2007).
Rafiq, Ahmad “Sejarah Al-Qur’an dari Pewahyuan ke Resepsi” dalam Sahiron
Syamsuddin (ed.), Islam,Tradisi dan Peradaban, (Yogyakarta: Bina Mulia
Press,2012),
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an Vol 13,
(Jakarta: Lentera Hati, 2000)
Shabir, Muslich. Terjemah Riyadhus Shalihin II, (Semarang: PT. Karya Toha Putra
Semarang, TT)
Setiawan, M. Nur Kholis Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar, (Yogyakarta: eLSAQ
Press,2006)
Suma, Muhammad Amin. Tafsir Ayat Ekonomi (Teks, Terjemah, dan Tafsir), (Jakarta:
AMZAH, 2013)
Syamsuddin, sahiron. “Ranah-Ranah Penelitian dalam Studi Al-Qur’an dan Hadis”,
dalam M. Mansur dkk, Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis (Yogyakarta:
TH Press, 2007)
Ulum, M. syamsul. Menangkap cahaya al-Qur’an , (Malang: UIN Malang,2007).
Yasin, As’ad. Terj. Tafsir fi zhilalil-Qur’an jilid 22, (Jakarta: GEMA INSANI,
2004)
Yusuf Muhammad Bin Abdurrahman, Kisah-kisah Balita Penghafal Al-Qur’an,
(Yogyakarta:Laksana, 2018).
Yusuf, Muhammad “Pendekatan sosiologi dalam penelitian Living Qur’an”,
dalam Metodologi penelitian Living Qur’an dan Hadis, Syahiron
Syamsuddin (ed.)(Yogyakarta): TH Press, 2007)

Jurnal
Fathurrosyid, “Tipologi Ideologi Resepsi Al-Qur’an di Kalangan Masyarakat
Sumenep Madura”, dalam Jurnal el-Harakah Vol. 17, No. 2 Tahun 2015.
Jannah Imas Lu’lu, “Resepsi Estetik Terhadap Al-Qur’an pada Lukisan Kaligrafi
Putra Heddy Shri Ahimsa, “The Living Qur’an: Beberapa Perspektif
Antropologi,” dalam Jurnal Walisongo, vol. 20, no. 1, Mei 2012.
Rofiq Ahmad, “Pembacaan yang atomistik terhadap Al-Qur’an; Antara
Penyimpangandan Fungsi,” dalam Jurnal Studi Al-Qur’an dan Hadis, UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, Vol.4, No. 1, Januari 2014.
Wahid M. Abduh, “Tafsir Liberatif Farid Esack”, dalam Tafsere Vol. 4. No. 2.
Tahun 2016

Web-site
Jalil, Abdul Muhammad (2015) Etika Terhadap Al-Qur’an. Di akses melalui
alamat Http:///E:/sarbinidamai. tanggal 27 februari 2020
Mukhtar, Muhammad “Resepsi Santri Lembaga Tahfidzul Qur’an Pondok
Pesantren Wahid Hasyim Terhadap Al-Qur’an”. Skripsi Fakultas
Ushuluddin Studi Agama dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta Tahun 2007. Diakses dari http://digilib.uin-suka.ac.id/36402/,
pada Minggu, 17 November 2019.
Pudaili, Ahmad “Keberadaan Ponpes Nurul Jalal Sangat Berdampak Positif Bagi
Masyarakat” Di akses melalui https://titikjambi.com/berita-
selengkapnya/keberadaan-ponpes-nurul-jalal-sangat-berdampak-positif-
bagi-masyarakat/ tanggal 28 April 2020
Putra, Ardi “Resepsi Al-Qur’an dalam Pembelajaran Al-Qur’an: (Studi
Perbandingan pada Pembelajaran Al-Qur’an Online dan Pembelajaran
Al-Qur’an di TPA Al-Muhtadin Perum Purwomartani Baru, Kalasan,
Sleman, Yogyakarta, dalam Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta Tahun 2016. Diakses dari http://digilib.uin-
suka.ac.id/29506/, pada Senin, 17 November 2019.

Wawancara

Andika, Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara


dengan Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
Ardhani Hasan, Penasehat Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,
Wawancara dengan Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
Bima, Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara dengan
Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
Bimo Sakti, Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara
dengan Penulis, 17 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
Fatma, Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara
dengan Penulis, 17 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
Halima Tussa’diah, Ustadzah Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,
Wawancara dengan Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
Ilham, Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara dengan
Penulis, 17 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
Khairul Aswad , Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,
Wawancara dengan Penulis, 17 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
Khairul Azhar, Pembimbing Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,
Wawancara dengan Penulis, 19 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
Ponsel Recording.
Mahyati. Ustadzah Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara
dengan Penulis, 11 November 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
Miftah, Ustadzah Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara
dengan Penulis, 17 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
Muammar Khadafi, Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,
Wawancara dengan Penulis, 17 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
Muhammad Haikal , Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah,
Wawancara dengan Penulis, 17 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
Muzammil, Santri Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah, Wawancara dengan
Penulis, 09 Maret 2020. Sumber Sari, Kabupaten tebo.
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Resepsi Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah
Sumber Sari, Kab. Tebo, Provinsi Jambi
NO JENIS SDATA METODE SUMBER DATA
1. Letak Geografis  Observasi  Setting Penelitian
Pondok Pesantren  Dokumentas  Dokumentasi Geografis
Darul Haviz Al-  Wawancara  Ustadz
Mansyuriyah
Sumber sari, Kab.
Tebo
2. Proses  Wawancara  Ustadz
Berdirinya  Dokumentasi  Dokumentasi
Pondok Pesantren
Darul Haviz Al-
Mansyuriyah
Sumber sari, Kab.
Tebo
3. Struktur  Dokumentasi  Bagan Struktur Organisasi
Organisasi  Nama-Nama Pengurus Resepsi
Pondok Pesantren Al-Qur’an Di Pondok
Darul Haviz Al- Pesantren Darul Haviz Al-
Mansyuriyah Mansyuriyah Sumber sari,
Sumber sari, Kab. Kab. Tebo
Tebo
4. Pelaksanaan  Wawancara  Santri
Resepsi Al-  Dokumentasi
Qur’an Pondok
Pesantren Darul
Haviz Al-
Mansyuriyah
Sumber sari, Kab.
Tebo
A. Panduan Observasi
NO JENIS DATA OBJEK OBSERVASI
1 1. letak Geografis Pondok Pesantren  Keadaan Dan Letak Geografis
Darul Haviz Al-Mansyuriyah
Sumber sari, Kab. Tebo
22 2. Sarana Dan Fasilitas Pondok  Sarana dan Prasarana Yang
Pesantren Darul Haviz Al- Tersedia Di Pondok Pesantren
Mansyuriyah Sumber sari, Kab. Darul Haviz Al-Mansyuriyah
Tebo Sumber sari, Kab. Tebo Seperti :
Ruangan Tempat Belajar, Alat-
Alat Atau Media Yang
Digunakan Untuk Belajar
33 Praktek Pelaksanaan Resepsi Al-  Metode Yang Di Terapkan
3. Qur’an Di Pondok Pesantren Darul Dalam Praktek
Haviz Al-Mansyuriyah Sumber sari,  Alokasi Waktu Yang Di
Kab. Tebo Butuhkan Dalam Proses Praktik
Resepsi

B. Panduan Dokumentasi
NO Jenis Data Data Dokumenter
1 1. Sejarah Pondok Pesantren Darul  Data dokumentasi tentang sejarah
Haviz Al-Mansyuriyah Sumber sari, berdirinya Pondok Pesantren
Kab. Tebo Darul Haviz Al-Mansyuriyah
Sumber sari, Kab. Tebo
22 2. Struktur Organisasi Pondok  Data dokumentasi tentang
Pesantren Darul Haviz Al- struktur organisasi Pondok
Mansyuriyah Sumber sari, Kab. Pesantren Darul Haviz Al-
Tebo Mansyuriyah Sumber sari, Kab.
Tebo
C. Butir-Butir Wawancara
NO Jenis Data Data Dokumenter
1 1. Proses berdirinya Pondok Pesantren Pimpinan Pondok Pesantren
Darul Haviz Al-Mansyuriyah Darul Haviz Al-Mansyuriyah
Sumber sari, Kab. Tebo Sumber sari, Kab. Tebo:
 Bagaimana proses berdirinya
Pondok Pesantren Darul Haviz
Al-Mansyuriyah Sumber sari,
Kab. Tebo?
 Kapan dan oleh siapa Pondok
Pesantren Darul Haviz Al-
Mansyuriyah Sumber sari, Kab.
Tebo didirikan?
 Bagaimana perkembangan
hingga saat ini?
22 2. Sarana/fasilitas Pondok Pesantren  Apa saja sarana yang dimiliki
Pondok Pesantren Darul Haviz Al- Pondok Pesantren Darul Haviz
Mansyuriyah Sumber sari, Kab. Al-Mansyuriyah Sumber sari,
Tebo Kab. Tebo?

D. Time Line
No Kegiatan Maret April Mei
2 Bulan Ke
11 122 233 3 4 1 2 3 4 1 2 344 4
1. Observasi, Wawancara x x x
2. Dokumentasi x x x
3. Wawancara x x x
44 4. Pengolahan Data x x x x
5 5. Falidasi Data x x x x
Lampiran-Lampiran
Pondok Pesantren Darul Haviz Al-Mansyuriyah

Pendiri sekaligus Penasehat Pondok Pesantren Darul Haviz Al-


Mansyuriyah
Sholat Berjamaah Santri dan Santri Wati Pondok Pesantren darul Haviz
Al-Mansyuriyah

Wawancara Bersama ustadzah pondok Pesantren Darul Haviz Al-


Mansyuriyah
Latihan Hadroh

Foto Bersama
CURRICULUM VITAE
A. Identitas Diri
Nama : Dianda Ulhaq
Nim : UT160074
Tempat, tanggal lahir : Tebo, 23 Agustus 1998
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat asal : Tebo
Pekerjaan : Mahasiswa
Jurusan : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Nomor hp : 082278868786

B. Riwayat Pendidikan
No Jenjang Pendidikan Tempat Tahun
1 SDN 101/VIII Tebo 2005-2011
2 MTS Baabussalam Tebo 2011-2013
3 MA Baabussalam Tebo 2013-2016
4 UIN Sts Jambi Jambi 2016 s/d Sekarang

C. Pengalaman Organisasi

No Jenis Pengalaman Jabatan Tahun


1 HMI Anggota 2016 s/d Sekarang
2 HIMASTE Sekretaris Keagamaan 2018 s/d 2019

Anda mungkin juga menyukai