SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
Oleh
FAIZAH
NIM: UT 150197
i
Jambi, 20 Mei 2019
Drs. H.Zikwan M.Ag
Adi Iqbal, S.sos.I, M.Ud
Kepada Yth.
Alamat : Fak Ushuluddiin dan Studi Agama Bapak Dekan
UIN STS Jambi
Jl. Raya Jambi-Ma. Bulian Fak.Ushuludin dan
Studi Agama
Simp. Sungai Duren UIN STS Jambi
Muaro Jambi di-
JAMBI
NOTA DINAS
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Pembimbing I Pembimbing II
ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Nama : Faizah
Nim : UT 150197
Tempat/Tanggal Lahir : Rantau Limau Manis, 07 Desember 1996
Konsentrasi : Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir
Alamat : Rantau Limau Manis
Demikianlah Surat Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dapat
dipergunakan seperlunya.
Faizah
NIM.UT 150197
iii
iv
MOTTO
الر ِح ْيم
الر ْح َم ِن ه
َّ ّللا
ِ س ِم ه
ْ ِب
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tua,
ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun bersyukurlah kepadaku
dan kepada kedua orang tua ibu bapakmu, hanya kepadaku kembalimu”.( QS.
Lukman:14).
v iii
ABSTRAK
iv
vi
PERSEMBAHAN
الر ِح ْيم
الر ْح َم ِن ه
َّ ّللا
ِ س ِم ه
ْ ِب
v
vii
KATA PENGANTAR
الر ِح ْيم
الر ْح َم ِن ه
َّ ّللا
ِ س ِم ه
ْ ِب
pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. H. Zikwan M.Ag Selaku Pembimbing I, Dan Bapak Adi Iqbal
S.sos.I, M.Ud Selaku Pembimbing II.
2. Ibu Ermawati MA, Selaku Ketua Prodi Ilmu Al-Qur‟an Dan Tafsir UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Dr.H.Abdul Ghaffar, M.Ag Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Dan Studi Agama UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Dr. Masyan M.Syam,M.Ag, Bapak H.Abdullah Firdaus,Lc, MA, Ph
D dan bapak Dr. Pirhat Abbas, M.Ag Selaku Wakil Dekan I,II,III Fakultas
Ushuluddin Dan Studi Agama UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Dr.H. Hadri Hasan M.Ag Selaku Rektor UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
6. Bapak Prof.Dr.H.Su‟aidi Asy‟ari. MA Ph D,Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd
dan Ibu Dr.Hj. Fadilah, M.Pd Selaku Wakil Rektor I,II,III UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin Dan Studi Agama UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi, Semoga Ilmu yang diajarkan selama ini dapat diamalkan
dan diterima sebagaimana mestinya amin ya rabbal „alamin.
8. Kepala Bagian Tata usaha Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama, Ibu
Himatun Zakiyah,S.Ag.,M.Pd.I. Kasubag Akademik dan Kemahasiswaan,
Ibu Dra.Fatimah Rahmiati. Kasubag Umum dan Kepegawaian, Ibu Linda
vi
viii
Seswati,S.Ag., M.Pd.I. Dan Kasubag Perencanaan dan Akuntansi bapak
Mhd.Arfah,S.Ag,M.Pd.I.
9. Seluruh Karyawan Karyawati dilingkungan Akademik Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
10. Bapak Kepala Pusat Perpustakaan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
beserta staf-staf, terima kasih yang telah memberikan Pinjaman buku-buku
kepada penulis selama ini.
11. Seluruh Teman-teman Seperjuangan,Seangkatan 2015 Jurusan Ilmu Al-
Qur‟an dan Tafsir UIN STS Jambi.
Dan Akhirnya Penulis Hanya bisa berdo‟a, semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Semoga kebaikan dari semua pihak di catat oleh Allah SWT.Sebagai
amal Sholeh dan mendapatkan balasan yang baik, Amin ya Rabbal „Alamin.
Tidak ada yang sempurna di dunia melainkan Allah SWT yang maha sempurna
lagi maha pengasih dan maha penyayang. Oleh karena itu penulis mengharapkan
kepada seluruh pihak untuk memberikan kritikan atau saran dalam masalah
penulisan skripsi ini. Dan penulis sangat berharap semoga tulisan ini mempunyai
nilai guna, manfaat terutama penulis khususnya, dan para pembaca umumnya.
Faizah
NIM. UT 150197
vii
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
NOTA DINAS ................................................................................................ ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ iii
PENGESAHAN ............................................................................................. iv
MOTTO .......................................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Permasalahan ................................................................................... 5
C.Batasan Masalah ............................................................................... 6
D.Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 7
F. Kerangka Teori ................................................................................ 9
G. Metode Penelitian ............................................................................ 10
H. Sistematika Penulisan ...................................................................... 13
viiix
BAB III IMPLEMENTASI PEMBACAAN SURAH YUSUF DAN
MARYAM TRADISI ORANG HAMIL TUJUH BULAN DESA
RANTAU LIMAU MANIS
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………. 60
B. Rekomendasi…………………………………………………… 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
ix xi
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Alfabet
Arab Indonesia Arab Indonesia
ا „ ط
ب B ظ
ت T ع „
ث Ts غ Gh
ج J ف F
ح ق Q
خ Kh ك K
د D ل L
ذ Dz م M
ر R ن N
ز Z ه H
س S و W
ش Sy ء ,
ص ي Y
ض
x xii
xi
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an adalah sumber utama ajaran Islam dan merupakan pedoman
hidup bagi setiap Muslim. Al-Qur‟an bukan sekedar memuat petunjuk tentang
hubungan manusia dengan Allah,tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya (Hablum minAllah Wa Hablum minannas), bahkan hubungan manusia
dengan alam sekitarnya.Untuk memahami ajaran Islam secara sempurna (Kaffah),
maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah memahami kandungan isi Al-
Qur‟an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-
sungguh. Al-Qur‟an Sebagaimana diketahui,diturunkan dalam bahasa Arab,baik
lafal maupun uslubnya.Suatu bahasa yang kaya akan kosa kata dan sarat
kandungannya. 1
Al-Qur‟an dipandang dan diyakini sebagai kitab suci umat Islam, memiliki
pengaruh yang sangat besar dalam jiwa dan perilaku manusia. Kesucian dan
keagungannya Al-Qur‟an menjadikan masyarakat Muslim memperlakukannya
sebagai kitab suci dan meresepsi dengan banyak hal yang berkaitan dengannya
Al-Qur‟an merupakan suatu produk budaya, yakni teks yang muncul dalam
sebuah struktur budaya arab ketujuh selama lebih darin duapuluh tahun,dan ditulis
berpijak pada aturan-aturan budaya, yang didalamnya bahasa merupakan sistem
pemaknaan.Namun pada akhirnya, teks berubah menjadi produser budaya, yang
menciptakan budaya baru sesuai dengan dunianya, sebagai tercermin dalam
buadaya Islam sepanjang sejarahnya. 2
Agama Islam mengandung jalan hidup manusia yang paling sempurna
dan berisi ajaran yang membimbing umat manusia menuju kebahagiaan dan
kesejahteraan. Al-Qur‟an juga mengajak memikirkan penciptaan manusia sendiri
dan rahasia-rahasia yang terdapat dalam dirinya. Ayat-ayat Al-Qur‟an
mengarahkan manusia dengan tanda-tanda kekuasaan Allah, ayat Al-Qur‟an tiada
1
Choiruddin Hadhiri SP,Klafikasi Kandungan Al-Qur’an: (Jakarta: Gema Insani
Press,1993),25.
2
Lihat Sahiron Syamsuddin, Ranah-ranah Penelitian dalam studi Al-Qur’an dan Hadits,
Metodelogi Penelitian Living Qur’an(Yogyakarta:Teras,2007),11.
1
2
3
M.Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah Vol.1(Jakarta:Lentera Hati,2002) 87.
4
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, diterbitkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia
(Jakarta:Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktur Pembinaan Perguruan
Agama Islam.,1992),105.
3
5
Muhammad Yusuf,Pendekatan Sosiologi dalam penelitian Living Qur’an,dalam Metode
Living Qur’an dan Hadits,Syahiron Syamsuddin,36-37.
6
Muhammad Mansur,Living Qur’an dalam lintas sejarah Al-Qur’an oleh sahiron
syamsuddin Metodelogi Penelitian Living Qur’an dan Hadits, (Yogyakarta:TH Press,2007),5.
4
Fokus penelitian ini adalah respon atau perhatian masyarakat terhadap Al-
Qur‟an terkait resepsi terhadap teks tertentu atau hasil penafsiran tertentu,yang
ditemui dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan teks yang hidup ditengah
dimasyarakat. Pembacaan surah yusuf dan maryam pada sebuah tradisi maupun
kegiatan masyarakat terhadap Al-Qur‟an disebut dengan Living Qur‟an. Studi
mengenai living Qur‟an adalah mempelajari kehadiran Al-Qur‟an dalam
fenomena-fenomena yang tumbuh di dalam masyarakat. Perbedaan wilayah
geografis ataupun masa yang berbeda mempengaruhi cara pandang terhadap Al-
Qur‟an. 7
Sejarah Pelaksanaan Tradisi tujuh bulanan adalah salah satu selamatan
tujuh bulanan bayi yang ada dikandungan. Tradisi ini dimaksudkan untuk
mendoakan calon bayi agar kelak menjadi anak yang shalih atau shalihah dan
sang ibu agar saat persalinan diberi kelancaran dan kemudahan. Adapun dipilih
waktu tujuh bulanan, karena pada saat itu bayi sudah (menetap atau siap ), keluar
ke dunia. 8
Dalam tradisi ini, masyarakat Desa Rantau Limau Manis biasanya
membaca dua surah yaitu surah yusuf dan surah maryam yang akan dibacakan.
Sebagai contoh dilingkungan masyarakat Desa Rantau Limau Manis kecamatan
tabir ilir kabupaten merangin.Memilih Q.S Yusuf dan Q.S Maryam,adanya
perbedaan dalam penetapan surah yang lain dalam Al-Qur‟an dalam tradisi (tujuh
bulanan ) dikarenakan pemahaman akan makna dan keutamaan dari surah-surah
Al-Qur‟an semuanya memiliki keutamaan ditambah dengan pengalaman yang
lainnya. 9
Dalam masalah ini membahas tentang pembacaan surah yang dibacakan
pada masa tujuh bulanan.Karena didalam suatu tradisi mempunyai nilai
bagaimana manusia berhubungan dengan manusia lain atau satu kelompok
lain,bagaimana manusia bertindak terhadap lingkungannya dan bagaimana
manusia berperilaku terhadap alam yang lain.Tradisi pembacaan surah ini
7
Ali Sodiqin,Antropologi Model Dialektika wahyu dan budaya(Yogyakarta:Ar Ruzz
Media,2008),22-25.
8
Ibid.
9
Hadi,Risno.Metodelogi Research(Yogyakarta: Adi Otset,)1995.
5
10
Eseack,Farid. Menghidupkan Al-Qur’an dalam wacana dan perilaku,judul asli:Al-
Qur’an a short Introduction,Penterjemah: Norma Arbi‟a Juli Setiawan (Jakarta: Inisiasi
Press,)2006.
11
Ibid.
6
E. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan penelusuran dan pembacaan terhadap penelitian-penelitian
yang terdahulu, penulis menemukan beberapa buku, jurnal,dan skripsi yang terkait
judul yang diangkat oleh penulis, diantaranya yaitu Skripsiyang berjudul ”Nilai
Filosofi upacara daur hidup (tujuh bulanan) di dusun kedung 1,desa karang
tengah, kecamatan wonosari, kabupaten gunung kidul‟‟, Karya Benny Prabawa.
Menjelaskan rangkaian acara upacara tujuh bulanan di dusun kedung 1,desa
karangtengah, kecamatan wonosari, kabupaten gunung kidul,masyarakat jawa
menyakini peralihan dari tingkat sosial yang satu ketingkat sosial yang lain
merupakan saat-saat yang berbahaya.
Skripsi yang berjudul”Tradisi pembacaan surah pilihan dalam Ritual tujuh
bulanan”, karya Siti Mas‟ulah. Mengkaji fenomena dan resepsi masyarakat
terhadap kehadiran Al-Qur‟an dalam kehidupan praktis diantaranya adalah
Antropologi Al-Qur‟an model dialektika wahyu yang ditulis oleh Ali Shodiqin.
Buku ini merupakan disertasi beliau yang didalamnya menjelaskan tentang
bagaimana enkulturasi nilai-nilai Al-Qur‟an terhadap tradisi-tradisi yang berlaku
di masyarakat Arab. Karya tulis yang berupa skripsinya antara lain buah karya
Iwan Zuhri, memilih topik” nilai-nilain pendidikan Islam dalam tradisi mitoni di
padukuhan pati,kelurahan genjahan,kecamatan ponjong,kabupaten gunung kidul
(2009 ) Karya tersebut terfokus pada pembahasan terkait nilai-nilain ajaran Islam
yang diserap dalam tradisi mitoni di
padukuhan pati,kelurahan genjahan, kecamatan ponjong, kabupaten
gunung kidul. Jadi skripsi tersebut dijelaskan nilai-nilai pendidikan Islam yang
terangkum dalam ritual mitoni/tujuh bulanan antara lain: iman, Ihsan, takwa,
ikhlas, tawakkal, syukur, silaturrahim dan shadaqah.12
12
Muhammad Musthafa Azami,Metodelogi Kritik Hadis A.Yamin (Jakarta:Pustaka
Hidayah,1992),19.
8
13
Sahiron Syamsuddin,,Metodelogi Penelitian Living Qur’an dan Hadis.68.
9
dengan penulis, yakni dari segi kerangka teori yang digunakan dalam kajian ini,
selain itu tempat maupun lokasi penelitian juga berbeda.
F. Kerangka Teori
Kerangka Teori adalah landasan teoritis yang digunakan dalam melakukan
penelitian yang dibangun harus dapat mengarahkan penelitian pada pemikiran
yang baik dan benar sesuai dengan teori. Artinya kerangka teori tidak hanya
memuat teori ataupun konsep secara deskriptif. Namun dapat diterjemahkan ked
dalam bahasa operasional dapat digunakan sebagai torak ukur instrumen dari
berbagai masalah dalam penelitian tersebut.
Kajian living Qur‟an memberikan kontribusi yang signifikan bagi
pengembangan wilayah objek kajian Al-Qur‟an. Dalam lintasan sejarah
Islam,bahkan pada era yang sangat dini,praktek memperlukan Al-Qur‟an sehingga
bermakna dalam kehidupan umat pada dasarnya sudah terjadi. Ketika Nabi
Muhammad SAW masih hidup, sebuah masa yang paling baik bagi Islam, masa
dimana semua perilaku umat masih terbimbing wahyu lewat Nabi secara
langsung, praktek semacam ini konon dilakukan oleh Nabi sendiri. Dengan kata
lain, Living Qur‟an sebenarnya bermula dari fenomena Qur’an in Everyday life,
yakni makna dan fungsi Al-Qur‟an yang rill dipahami dan dialami masyarakat
muslim, belum menjadi obyek studi bagi Ilmu-ilmu Al-Qur‟an konvensional
(Klasik).
Praktek-praktek semacam ini dalam bentuknya yang paling sederhana
pada dasarnya sudah sama tuanya dengan usia Qur‟an itu sendiri. Namun, pada
periode yang cukup panjang praktek-praktek di atas belum menjadi obyek kajian
penelitian Qur‟an. Baru pada penggal terakhir sejarah studi Qur‟an kajian tentang
praktek-praktek ini dinisiasikan ke dalam wilayah studi Qur‟an oleh para
pemerhati studi Qur‟an.
Tradisi tujuh bulanan adalah salah satu tradisi selamatan tujuh bulanan
bayi yang ada dikandungan. Tradisi ini dimaksudkan untuk mendoakan calon bayi
agar kelak menjadi anak yang shalih atau shalihah dan sang ibu agar saat
10
persalinan diberi kelancaran dan kemudahan. Adapun dipilih waktu tujuh bulanan,
karena pada saat itu bayi sudah (menetap atau siap ), keluar ke dunia.
Penelitian ini di Desa Rantau Limau Manis membaca Ayat Suci Al-
Qur‟an yang dibaca dalam usia kandungan (tujuh bulan). Dalam tradisi tidak
semua ayat Al-Qur‟an dibaca dalam mengamalkan surah untuk kandungan
melainkan beberapa surah saja yang terbiasa dibaca. Fungsi-fungsinya yang lahir
sebagai sarana Perlindungan,sarana pengobatan,sarana mencari rizki dan sarana
pengetahuan.
G. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian living Qur‟an ini adalah metode
yang berkenaan dengan lapangan (field research) dengan lokasi di kecamatan
tabir ilir kabupaten merangin. Menggunakan metodelogi penelitian kualitatif.
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode yang digunakan dalam
metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,interview
(wawancara) dokumentasi. Metode dalam pengumpulan data. Pertama observasi
yang langsung terjun kelapangan. Kedua interview (wawancara) dengan beberapa
masyarakat yang menjadi informan mengenai surah dan ayat Al-Qur‟an yang
digunakan ibu hamil di kecamatan tabir ilir kabupaten merangin. Ketiga
dokumentasi untuk mendukung data yang diperoleh selama observasi dan
interview.
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian secara langsung. Yaitu penelitian
lapangan (field research ). Sumber utama penelitian ini adalah ayat-ayat Al-
Qur‟an yang dibaca oleh ibu hamil. Tujuannya adalah menggambarkan secara
tepat sifat-sifat individu, keadaan kelompok dengan masyarakat, kemudian data-
data tersebut akan dianalisis.14
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di Desa rantau limau manis, kecamatan tabir ilir,
kabupaten merangin, dari hasil observasi, data kelurahan dan wawancara dengan
14
Abdul Mustakim,Living Qur’an dalam lintas Sejarah Studi Al-Qur’an ,Metode
Penelitian Living Qur‟an.68.
11
tokoh masyarakat setempat peneliti mendapatkan data mengenai desa rantau limau
manis. Desa rantau limau manis terdiri dari 3 RW dan 5 RT. Lokasi desa ini
dibatasi dengan desa bukit jung, desa muara menelang, desa rantau palembang.
Hal ini terlihat dari masyarakat yang masih berpegang teguh pada budaya-budaya,
seperti sedekahan(Tujuh bulanan). Akan tetapi dengan adanya pendatang dari luar
dan menetap di desa rantau limau manis menambah pemahaman masyarakat
setempat dalam hal Agama. Tradisi tersebut terdapat bacaan surah dalam Al-
Qur‟an tanpa menghilangkan tradisi atau adat masyarakat setempat.15
Tradisi-tradisi inilah yang menjadikan desa rantau limau manis menarik
untuk ditelitikan. Disatu sisi, masyarakat masih kenal dengan budaya, disisi yang
lain adanya kesadaran dalam beragama yang mendorong mereka untuk
memberikan unsur-unsur Islam dalam tradisi tersebut.16
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian sebagai sumber data, yaitu informan non kunci yaitu
masyarakat setempat meliputi ketua RW, ketua RT, masyarakat desa rantau
limau manis yang pernah melakukan acara tradisi tersebut. Objek penelitian ini
adalah tradisi yang dilaksanakan di desa rantau limau manis. Sebagai peneliti
studi kasus, maka objek dan subjek penelitian(informan).17
4.Teknik Pengumpulan data
a.Observasi, merupakan salah satu metode utama dalam penelitian
keagamaan terutama sekali penelitian (Kualitatif). Ia merupakan metode
pengumpulan data yang paling alamiah dan paling banyak digunakan
tidak hanya dalam keilmiahan tetapi juga dalam berbagai sktivitas
kehidupan. Arti umum observasi adalah melakukan kegiatan terjun
kelapangan dalam rangka mengamati,mendengar dalam rangka
memahami.Terjun kelapangan merupakan proses mencari jawab dan
mencari bukti terhadap fenomena keagamaan yang terjadi di masyarakat.
15
Sauri,Pemuka Agama Desa Rantau Limau Manis,Wawancara dengan Penulis,19
April 2019,Kabupaten Merangin,Rekaman Audio.
16
Ibid.,185.
17
Abdul Manap,Ketua Adat Rantau Limau Manis, Wawancara dengan Penulis,20 April
2019,Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
12
18
Ibid
13
BAB II
GAMBARAN UMUM DESA RANTAU LIMAU MANIS
19
Data Desa Rantau Limau Manis, Kecamatan Tabir Ilir,Kabupaten Merangin (Bangko:
2019),3-5.
15
16
termasuk kategori daerah terpencil, karena lokasinya yang jauh dari pusat kota,
baik dari ibu kota propinsi (Jambi) maupun ibu kota kabupaten (Bangko). 20
B. Demografis Desa Rantau Limau Manis
Untuk menjangkau desa yang dikelilingi oleh sejumlah areal perkebunan
ini, maka dapat memanfaatkan angkutan darat dari kota Jambi dengan jarak
tempuh sembilan jam untuk ukuran normal. Desa Rantau Limau Manis yang
menjadi lokasi penelitian ini terletak di pinggiran sungai Tabir yang bersumber
dari Danau Kerinci, Kabupaten Kerinci Jambi, dan bermuara di Sungai Batanghari
yang merupakan salah satu sungai terbesar di Sumatera. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa masyarakat desa ini, dan juga hampir sebagian besar desa yang
ada di Propinsi Jambi, merupakan masyarakat sungai, karena sejak dahulu
aktivitas masyarakatnya banyak menggunakan sarana sungai sebagaimana yang
umumnya juga banyak dijumpai di hampir sebagian besar wilayah pulau
Sumatera.
Desa Rantau Limau Manis dapat dikategorikan sebagai wilayah desa
dengan jumlah penduduk yang relatif besar jika dibandingkan dengan wilayah
lainnya yang ada dalam Kabupaten Merangin. Angka kelahiran dan kematian
berbanding terbalik yang berarti bahwa tingkat kelahiran sangat tinggi jika
dibandingkan angka kematian. Kenyataan ini makin dikuatkan dengan adanya
anggapan yang sudah mendarah daging di tengah masyarakat bahwa banyak anak
banyak rezeki. Hal ini berarti secara tidak langsung memotivasi masyarakat untuk
21
memiliki keturunan sebanyak-banyaknya. Dengan ini dapat dipastikan bahwa
setiap keluarga minimal memiliki tiga orang anak, padahal hampir setiap
datangnya lebaran haji akan ada minimal tiga pasang remaja yang melangsungkan
pernikahan.
1. Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan yang berlaku di wilayah ini adalah pemerintahan
desa yang dipegang oleh seorang kepala desa atau disini biasa disebut rio.Seorang
kepala desa dipilih secara langsung oleh masyarakat melalui sebuah pemilihan
20
Data Desa Rantau Limau Manis, Kecamatan Tabir Ilir,Kabupaten Merangin (Bangko :
2019),3-5.
21
Ibid
19
yang diadakan oleh suatu panitia yang dibentuk. Calon-calon yang dipilih
biasanya mengajukan diri secara pribadi dengan cara mendaftarkan diri pada
panitia pemilihan dengan melengkapi persyaratan-persyaratan yang mesti
dipenuhi. Bisa juga calon-calon walaupun tetap mengatasnamakan pribadi. Pada
masa lalu,terutama sebelum era reformasi bergulir, calon-calon yang akan maju
pada pemilihan kepala desa harus berasal dari kontestan pemilu yang dominan di
desa ini, walaupun hal ini tidak diisyaratkan secara tertulis. Meskipun demikian,
pernah juga ada calon kepala desa yang berasal dari partai politik yang tidak
dominan di desa ini dan berhasil memenangkan kursi kepala desa. Namun
demikian, hal sedemikian baru terjadi sekali dalam sejarah pemilihan kepala desa
yang hingga saat ini telah diadakan sebanyak sepuluh kali sejak era pemerintahan
orde baru. Calon-calon kepala desa yang akan maju dalam pemilihan haruslah
orang yang sudah dikenal segala kemampuannya oleh masyarakat, diutamakan
yang berpendidikan dan biasanya berasal dari keluarga atau keturunan pendiri
atau tokoh masyarakat desa ini.
Dalam sejarah desa ini, jabatan kepala desa selalu dipegang oleh dua
golongan yang ada di desa ini, yaitu kalangan ulama dan pemangku (birokrat)
yang secara bergantian memegang tampuk pemerintahan desa ini, walaupun
sebenarnya hal ini tanpa direncanakan sebelumnya. Dengan kategorisasi seperti
ini, seringkali terjadi gesekan yang berupa riak-riak kecil di tengah masyarakat
jika salah satu pihak tidak berhasil memenangkan pemilihan.Kondisi seperti ini
biasanya berujung pada timbulnya rasa ketidakpuasan di kalangan tertentu hingga
menghendaki pelengseran jabatan kepala desa. Bahkan,beberapa tahun sebelum
era reformasi bergulir di negeri ini, Desa Rantau Limau Manis telah beberapa kali
mengalami pergantian pucuk pimpinan yang bukan pada waktunya. Dalam
melakukan tugasnya sehari-hari, seorang kepala desa dibantu oleh seorang
Sekretaris Desa, Kepala-kepala Urusan (Pembangunan, Pemerintahan dan
Budaya), di samping lembaga-lembaga lain yang dibentuk untuk mengurusi
permasalahan khusus,seperti Lembaga Pengembangan Masyarakat (LPM) serta
Karang Taruna.Meskipun demikian, sekarang ini sedang dipersiapkan dan sudah
disahkan oleh DPRD Kabupaten Merangin untuk menjadi sebuah wilayah
20
22
Data Pembagian Wilayah Desa Rantau Limau Manis,Kecamatan Tabir Ilir, Kabupaten
Merangin (Bangko : 2008), 2-8.
21
saat sejarah awal yang menggembirakan bagi petani karet di desa ini karena saat
itu areal perkebunan karet yang diusahakan oleh masyarakat sudah sedemikian
luas. Tanaman karet tidak lagi menjadi hak monopoli kalangan tertentu dalam
masyarakat, tetapi hampir sebagian besar masyarakat telah memiliki perkebunan
karet sendiri. 23
Meskipun demikian, orang-orang kaya dan mampu tetap mendominasi
sektor ini dengan memiliki areal perkebunan yang lebih luas. Hal ini dapat
dimengerti karena untuk mengusahakan komoditas ekspor ini pasti membutuhkan
dana yang tidak sedikit,mulai dari membuka hutan untuk areal perkebunan,
memelihara dan menjaganya dari beragam hama yang mengancam
pertumbuhannya,menyadapnya hingga menjualnya.
Seiring dengan makin luasnya areal perkebunan karet yang membutuhkan
penanganan ekstra,sementara masyarakat yang ada tidak mampu menangani
karena jumlah mereka yang terbatas, di samping juga karena masing-masing sibuk
dengan tugasnya sendiri, maka masyarakat setempat berinisiatif untuk
mendatangkan pekerja dari wilayah lain yang masih dalam propinsi Jambi yaitu
dari Kerinci. Masyarakat Kerinci saat itu memang sangat membutuhkan pekerjaan
karena hasil yang mereka dapatkan dari mengusahakan tanaman kayu manis tidak
mencukupi hingga mereka menerima tawaran dari masyarakat Desa Rantau Limau
Manis Sejak saat itu, mulailah orang-orang dari luar daerah mengadu nasib di
desa ini dan diperkenalkan dengan tanaman karet serta dipekerjakan di sektor ini.
Setelah beberapa saat orang-orang Kerinci mendominasi pengelolaan perkebunan
karet di wilayah ini sebagai penyadap karet, maka pada tahun 1970-an secara
berangsur-angsur mereka mulai menarik diri dari pekerjaan ini. Hal ini terjadi
karena usaha perkebunan kayu manis yang mereka usahakan di Kerinci mulai
menampakkan hasil yang menggembirakan karena laku keras di pasaran dengan
harga yang tinggi. Di samping itu juga disebabkan banyaknya anggota keluarga
mereka yang diterima menjadi pegawai negeri dan menduduki beragam jabatan di
pemerintahan daerah dengan penghasilan yang cukup besar sehingga dapat
menjamin kehidupan mereka. Menyikapi kenyataan ini, para pengusaha karet di
23
Ibid.
22
desa ini cukup dibuat pusing juga sehingga akhirnya seorang pemilik perkebunan
karet terbesar di wilayah ini berinisiatif untuk mendatangkan orang-orang Jawa,
terutama dari Pati Jawa Tengah, yang telah lama dikenal sebagai pekerja yang ulet
untuk dipekerjakan di sektor perkebunan karet rakyat di desa ini. Tindakan serupa
diikuti oleh pemilik perkebunan karet lainnya sehingga jumlah pekerja yang
datang dari Pati di desa ini mencapai angka ribuan hingga saat ini.
Penguasaan perkebunan karet di desa ini sebagian besar dimiliki oleh
kalangan ulama dan pemangku yang merupakan golongan terpandang dan kaya
dalam struktur masyarakat tidak resmi yang ada desa ini. Kedua kalangan ini
diyakini dan dianggap merupakan keturunan dari para pendiri dan pemuka desa
ini. Perkebunan-perkebunan karet tersebut mereka usahakan sendiri sejak dahulu
dan ada juga yang merupakan warisan dari keluarga yang kemudian
dikembangkan sehingga mencapai areal yang luas untuk siap dilakukan
penyadapan. Orang-orang lain di luar kelompok ini sangat sulit untuk
mengusahakannya karena membutuhkan biaya yang besar, meskipun ada
beberapa yang mampu melakukannya tetapi dalam jumlah yang relatif sedikit dan
seadanya.
Berbeda halnya dengan kondisi yang terjadi di tempat lain, kepemilikan
tanah oleh masyarakat Desa Rantau Limau Manis dilakukan dengan tanpa adanya
sertifikat yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang. Model kepemilikan
tanah yang berlaku di tempat ini hanya diakui oleh pemiliknya dengan disaksikan
oleh beberapa orang saksi yang dianggap mengetahuinya. Batas-batas antara satu
areal tanah dengan yang lainnya hanya dibuat seadanya dan alami, bahkan
seringkali berdasarkan kondisi yang ada di lapangan seperti bukit, sungai, danau
dan pohon besar. Beberapa orang memang ada yang memiliki surat yang
menerangkan kepemilikan tanah atau lahan tersebut, tetapi hanya dibuat oleh
kepala desa setempat dengan mencantumkan saksi-saksi yang mengetahui hal itu
Adanya surat semacam ini dilakukan oleh masyarakat dengan tujuan agar ketika
dilakukan jual beli maka tidak perlu repot-repot lagi menghubungi orang-orang
yang dianggap mengetahui keberadaan tanah atau lahan tersebut. Hal ini dapat
terjadi karena memang tanah-tanah dan lahan-lahan tersebut pada awalnya
23
memang berupa hutan belantara yang digarap sesuka hati masyarakat. Dengan
telah digarapnya lahan tersebut, maka otomatis telah menjadi miliknya yang sah
menurut adat yang berlaku dalam masyarakat desa ini dan orang lain tidak berhak
mengklaimnya kecuali setelah dilakukan proses jual beli.
2. Keadaan Masyarakat
Desa Rantau Limau Manis dapat dikategorikan sebagai wilayah desa
dengan jumlah penduduk yang relatif besar jika dibandingkan dengan wilayah
lainnya yang ada dalam propinsi Jambi. Angka kelahiran dan kematian
berbanding sangat kontradiktif yang berarti bahwa tingkat kelahiran sangat tinggi
jika dibandingkan angka kematian. 24
Kenyataan ini makin dikuatkan dengan adanya anggapan yang sudah
mendarah daging di tengah masyarakat bahwa banyak anak banyak rezeki. Hal ini
berarti secara tidak langsung memotivasi masyarakat untuk memiliki keturunan
sebanyak-banyaknya. Dengan ini dapat dipastikan bahwa setiap keluarga minimal
memiliki tiga orang anak, padahal hampir setiap datangnya lebaran haji akan ada
minimal tiga pasang remaja yang melangsungkan pernikahan.
Realitas demikian bukan lantas mengindikasikan bahwa program
pembatasan kelahiran ( KB atau Keluarga Berencana) yang dulu pernah menjadi
program utama pemerintah tidak menyentuh lapisan masyarakat ini. Program
semacam ini tetap berjalan sebagaimana mestinya di tengah masyarakat, tetapi
yang mampu memahami dan melaksanakan hanya segelintir orang saja. Hal ini
terbukti dengan terus gencarnya penyuluhan program ini di tengah masyarakat,
tetapi di sisi lain sebagian besar mereka tetap hidup dengan „dogma‟ yang telah
mereka ketahui sejak nenek moyang mereka dahulu. Kalaupun da yang benar-
benar melaksanakan anjuran pemerintah tersebut, itupun hanya segelintir
tersadarkan akan pentingnya program ini bagi mereka dan anak-anak mereka.
Bahkan tidak jarang terjadi konflik di tengah masyarakat dalam menyikapi
program ini.Satu pihak menganggap bahwa program ini sangat penting untuk
mempersiapkan keturunan yang benar-benar berkualitas. Sementara di pihak lain
menganggap bahwa program ini tidak lebih sebagai penyelewengan terhadap
24
Ibid.
24
ajaran Islam, bukankah Allah telah menjamin rezeki setiap manusia, demikian
menurut mereka ajaran Islam yang dimaksudkan. Data statistik hingga Agustus
2005 yang ada di kantor desa setempat mengungkapkan bahwa jumlah penduduk
Desa Rantau Limau Manis saat ini adalah 5.700 jiwa.
Jumlah ini diyakini akan terus bertambah seiring dengan terus
berlangsungnya pernikahan di tengah masyarakat sejalan dengan terus
meningkatnya angka kesiapan usia pernikahan dikalangan remaja. Realitas ini
mungkin akan bertambah lagi dengan kian banyaknya pendatang yang menetap
dan menjadi warga desa setiap waktu seiring dengan meningkatnya jumlah
lapangan kerja yang tersedia.
Secara sosial, masyarakat desa ini dikenal ramah dan sangat santun dalam
bersikap.Hal ini misalnya minimal terlihat dari penilaian-penilaian yang
dilontarkan oleh beberapa pendatang musiman maupun yang telah menetap lama
di wilayah ini. Ketika berjumpa bahkan tidak segan-segan mereka menyapa satu
sama lainnya, bahkan terhadap orang asing sekalipun. Hal ini mungkin
disebabkan oleh budaya mereka yang sangat menjunjung tinggi persaudaraan dan
silaturrahmi dengan sesama. Lebih jauh, silahkan perhatikan kata-kata seorang
penyadap karet asal Pati, Jawa Tengah mengungkapkan pandangannya berikut ini:
Dulu, saat pertama kali ada tawaran untuk bekerja sebagai penyadap karet di
Sumatera, aku sempat ragu. Karena, menurut anggapan orang Jawa, terutama di
daerahku, orang Sumatera itu keras-keras dan sulit menerima orang lain yang
bukan dari kalangan mereka, apalagi untuk kerjasama. Tapi, kemudian aku
berhasil diyakinkan oleh beberapa temanku hingga sekarang aku telah tinggal di
sini selama hampir dua puluh tahun. Ternyata, orang-orang di sini sangat ramah
bahkan terhadap kami yang bukan dari kalangan mereka sekalipun. Aku sangat
betah dan nyaman tinggal dan bekerja di sini.
Meskipun berpredikat sebagai penduduk mayoritas muslim, masyarakat
desa ini sangat menjunjung tinggi toleransi beragama. Menurut pendapat
masyarakat desa ini, setiap orang berhak untuk dihormati dan menghormati tanpa
memandang latar belakang agama yang dianutnya. Hal ini terlihat dengan
keramahan yang mereka tunjukkan terhadap orang-orang yang dari kalangan non-
25
muslim. Kalangan seperti ini biasanya terdiri dari tenaga pengajar di sekolah-
sekolah, tenaga kesehatan, penyuluh pertanian serta para pekerja di berbagai
lapangan pekerjaan yang ada di desa ini. Sampai saat ini terbukti tidak pernah
terjadi gesekan yang berujung pada perselisihan berlatar belakang agama, karena
masing-masing pihak menghormati haknya diwaktu sore hari, banyak di antara
mereka yang memilih untuk bersantai di balai-balai yang berada di pinggiran
sungai atau di depan toko-toko. Di sini terlihat bagaimana keakraban dan
kebersamaan di antara mereka tetap terjaga. Topik-topik obrolan mereka pun
beragam, ada yang seputar pekerjaan mereka, rumah tangga, masyarakat, bahkan
persoalan politik dan ekonomi saat ini. Realitas demikian ini wajar terjadi karena
dengan keuntungan penjualan karet yang mereka miliki, masyarakat desa ini dapat
mengakses beragam informasi melalui sarana radio dan televisi.
Sebagian besar rumah di desa ini telah memiliki perangkat parabola,
karena memang jaringan televisi tidak dapat diakses secara langsung di sini, untuk
menangkap siaran televisi dalam maupun luar negeri yang tentunya makin
menambah wawasan mereka tentang beragam hal yang terjadi di berbagai belahan
dunia. Sarana telekomunikasi, terutama handphone, mulai menjamur dan tidak
lagi menjadi barang langka di desa ini karena hampir sebagian orang, terutama
para remajanya,telah memiliki perangkat komunikasi yang satu ini.
Dari aspek politik,masyarakat desa ini adalah warga negara yang baik,
terutama terindikasi dari tingginya tingkat partisipasi masyarakat untuk mengikuti
beragam pemilihan umum yang diselenggarakan di negeri ini. Masyarakat dengan
sukarela dan tanpa intimidasi dapat memilih partai politik yang menjadi
pilihannya. Beragam partai politik dapat membuka diri di desa ini, meskipun
demikian tetap saja partai politik yang sudah mengakar kuat di tengah masyarakat
yang muncul sebagai pemenang. Pada pemilu-pemilu sebelum era reformasi 1998,
Partai Golkar (kala itu bernama Golkar saja) menjadi pemenang mutlak di desa ini
yang berarti partai ini sangat kuat pengaruhnya dalam setiap lubuk hati
masyarakat desa ini.
Sebagian kecil masyarakat juga memilih Partai Persatuan Pembangunan
(PPP) sebagai pilihannya sebagai manifestasi keIslaman yang merupakan agama
26
mayoritas di desa ini, dan tidak ada satu pun yang memilih partai peserta selain
keduanya, yaitu Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Namun demikian, apa yang
mengemuka kemudian di era pasca reformasi justru terjadi perubahan yang
signifikan, meskipun Partai Golkar tetap mendominasi perolehan suara di desa ini.
Pasca terjungkalnya Orde Baru yang dipahami sebagai masa keterbukaan, pilihan
masyarakat menjadi beragam bahkan terhadap parpol yang selama ini dikenal
dengan nasionalis dan non-muslim sekalipun. Pada Pemilu 1999 dan 2004, Partai
Golkar tidak lagi menjadi pemain tunggal yang menjadi pihan masyarakat dalam
pesta demokrasi lima tahunan tersebut. Warga masyarakat yang mempunyai hak
pilih banyak yang beralih kepada partai-partai lain, terutama yang terasosiasi
dengan Islam, seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa
(PKB), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sekalipun, meskipun jumlah perolehan
suaranya belum mampu menggeser dominasi Partai Golkar.
Namun demikian, dari dua kali penyelenggaraan pemilu pasca reformasi
mencuatkan suatu kenyataan bahwa parpol lama, terutama Partai Golkar, ternyata
lebih banyak dipilih oleh kalangan orang tua atau yang dulu mengalami masa
keemasan parpol ini. Sedangkan kalangan anak muda yang berumur di bawah
empat puluh tahunan lebih banyak menetapkan pilihannya kepada partai-partai
baru yang memang banyak bermunculan setelah era multi partai jilid II ini. Hal ini
berarti bahwa dalam sebuah keluarga terdapat kedua orang tua yang menjadi
pemilih Partai Golkar yang setia dan anak-anaknya yang berseberangan dengan
kedua orang tuanya karena memilih partai-partai lainnya. Meskipun demikian,
perbedaan pilihan partai sejauh ini tidak terlalu menjadi hambatan dan memecah
persatuan masyarakat desa ini. Konflik kecil-kecilan tetap terjadi, tetapi biasanya
hanya mengemuka menjelang pemilu atau pilkada. Setelah event-event tersebut
berlalu, maka perselisihan tersebut pun hilang dengan sendirinya. Hal ini dapat
dimengerti karena masyarakat desa ini merupakan sebuah keluarga besar, di mana
antara satu dengan yang lain jika ditelusuri measih memiliki hubungan darah alias
bersaudara.
27
3. Pekerjaan Masyarakat
Sebagaimana orang-orang pada umumnya yang mengandalkan kekayaan
alam yang berlimpah, sebagian besar masyarakat desa ini memilih pertanian
sebagai usaha untuk menghidupi keluarga dan mencukupi kebutuhan sehari-hari.25
Pertanian dimaksud mencakup juga di dalamnya perkebunan yang terdiri
dari beragam komoditas.Usaha perkebunan yang memiliki skala besar,-baik dalam
kuantitas lahan maupun kualitas hasilnya bagi masyarakat, yang dipilih oleh
masyarakat desa ini adalah perkebunan karet yang memang telah menjadi
komoditas utama yang diusahakan oleh masyarakat desa ini. Usaha ini dipilih
karena di samping pengerjaannya relatif gampang, menurut tata cara mereka, juga
karena lahan garapan yang tersedia sangat luas dan tidak dimiliki oleh siapapun
yang berarti tidak perlu membeli serta hasil produksinya akan senantiasa ada
setiap saat dan akan pasti menjamin masa depan yang lebih baik. Jika melihat apa
yang ada di lapangan memang sangat realistis dan sekaligus juga fantastis.Lahan
perkebunan karet yang diusahakan masyarakat desa ini memang berada tidak jauh
dari lokasi pemukiman mereka. Dahulu, desa ini dikelilingi oleh hutan belantara
yang masih perawan dan di sanalah masyarakat mengusahakan tanaman ini.
Masyarakat tinggal datang ke hutan dan membuat batasan-batasannya dengan
yang lain, kemudian dibakar dan ditanami karet di sela-sela padi yang juga turut
ditanam. Luas arealnya pun terserah penggarapnya, sebatas kemampuan yang
dimilikinya dan jika sudah demikian maka sudah sah lahan tersebut menjadi milik
mereka.Maka tak mengherankan jika hampir sebagian sebagian masyarakat desa
ini memiliki areal perkebunan karet yang menjadi tumpuan hidupnya. walaupun
ada di antara mereka yang saat ini tidak memiliki lahan perkebunan, maka hal itu
karena kekurangsabaran mereka menunggu saatnya diproduksi, akibatnya lahan
tersebut mereka jual kepada orang lain. Bahkan data di pemerintahan desa
menyebutkan angka 200.000 hektar perkebunan karet yang dimiliki oleh
masyarakat desa ini. Jumlah sebesar ini tersebar di wilayah sekitar desa dan desa-
desa tetangga, bahkan hingga melampaui batas teritorial Kabupaten Merangin.
25
Fahrudin Hm, warga Desa Rantau Limau Manis, Wawancara dengan Penulis,13 Maret
2019, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio .
28
Tanpa waktu yang relatif lama, karena hanya berkisar sekitar 10-15 tahun,
maka pohon karet yang ditanam sudah dapat diproduksi getahnya untuk kemudian
dijual. Satu hektar lahan dapat ditanami seribuan bibit pohon karet yang jika kelak
saatnya diproduksi akan menghasilkan puluhan liter getah yang setelah
dipadatkan akan menjadi puluhan kilogram karet. Jika dijual, maka hasil produksi
yang sudah dipadatkan tersebut dapat terjual sekitar Rp. 9.000,-an per
kilogramnya saat ini. Tidak mengherankan jika komoditas karet menjadi pilihan
utama masyarakat desa ini untuk lebih meningkatkan taraf hidup mereka agar
menjadi lebih baik.
Komoditas perkebunan lainnya yang juga diusahakan oleh masyarakat
desa ini adalah kelapa sawit. Jenis usaha ini datang belakangan dalam masyarakat
ini seiring dengan datangnya para transmigran dari Pulau Jawa yang banyak
mengusahan komoditas ini. Meskipun demikian, perkebunan kelapa sawit masih
menjadi komoditas „kelas dua‟ yang diusahakan masyarakat desa ini.
Ada beberapa alasan kiranya yang menjadi penyebab kurang berminatnya
masyarakat mengusahan tanaman produksi jenis ini. Salah satunya adalah
menyangkut permasalahan dana dan tenaga penggarap. Berbeda dengan karet,
kelapa sawit membutuhkan dana yang besar untuk keperluan pengadaan bibit
yang jauh lebih mahal dibandingkan karet, belum lagi biaya pupuk dan
pemeliharaan oleh tenaga khusus. Persoalan lainnya adalah masalah pemasaran
yang sangat sulit karena penjualannya mesti ke pabrik pengolahan secara
langsung yang jaraknya sangat jauh dari lokasi penanaman komoditas di sektor
ini. Namun demikian, belakangan ini beberapa persoalan di atas sudah mulai
dapat terpecahkan satu persatu. Pengadaan bibit tidak lagi membutuhkan biaya
besar karena sudah banyak penjualan bibit di sekitar wilayah desa, demikian juga
dengan pupuk serta perawatan yang sudah dapat ditangani sendiri.
Pemasaran juga sudah dapat terpecahkan seiring dengan banyaknya berdiri
pabrik-pabrik di sekitar desa yang memang mulai getol melakukan pengusahaan
perkebunan kelapa sawit melalui beragam perusahaan. Meskipun demikian, tetap
saja komoditas kelapa sawit tidak dapat menggeser keberadaan karet dalam
masyarakat desa karena, sebagaimana yang banyak diakui oleh masyarakat,
29
bahwa hasil yang didapatkan kelapa sawit secara finansial tidak akan sebanding
dengan karet. Sekali lagi hal ini menyangkut uang, di mana hasil yang didapatkan
masyarakat dari penjualan karet jauh lebih besar berkali-kali lipat dibandingkan
hasil penjualan kelapa sawit. Untuk itu, sampai saat ini masyarakat Desa Rantau
Limau Manis tetap menjadikan karetsebagai komoditas utama di atas tanaman
produksi lainnya, bahkan kelapa sawit dengan beragam keunggulannya
sekalipun26.
4. Keadaan Pendidikan
Secara subyektif tentunya kita akan menilai bahwa dengan kondisi
perekonomian yang relatif sangat baik karena keuntungan yang didapatkan dari
hasil perjualan karet, tentu masyarakat desa ini akan dengan mudah memilih
pendidikan yang baik bagi anak-anaknya. Hal ini karena keuntungan finansial dari
penjualan karet dapat dialokasikan oleh masing-masing keluarga untuk
membiayai pendidikan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Namun
demikian, kondisi obyektif yang terjadi ternyata berkata lain karena pendidikan di
desa ini bukan menjadi prioritas utama bagi setiap keluarga.27
Sektor pendidikan menjadi agenda yang tak diutamakan bagi mayoritas
masyarakat di desa ini. Hal ini berdampak pada rendahnya jumlah masyarakat
yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Dari data statistik
sebelum tahun 1990 yang terdapat di balai desa terlihat bahwa mayoritas
masyarakat hanya mengenyam pendidikan Sekolah Dasar, bahkan lebih
setengahnya tidak berhasil menamatkan pendidikannya. Hanya segelintir di antara
mereka yang kemudian melanjutkan ke jenjang lanjutan, seperti SLTP dan SLTA.
Lebih jauh lagi, data tersebut mengungkapkan bahwa hanya lima puluh orang di
antara mereka yang melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana, tetapi hanya
setengah di antara mereka yang berhasil menggondol gelar sarjana dari berbagai
perguruan tinggi.Bagi masyarakat desa ini, pendidikan dalam pemahaman mereka
hanya terbatas bagaimana bisa membaca, menulis dan berhitung. Atau, paling
26
Salman Sayuti, Warga Desa Rantau Limau Manis,Wawancara dengan Penulis,15 Maret
2019, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio .
27
Data Keadaan Pendidikan,Desa Rantau Limau Manis, Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten
Merangin (Bangko: 2019 ),30.
30
tidak jika dikaitkan dengan jenjang pendidikan, maka bagi mereka pendidikan
cukup hanya sampai Sekolah Dasar (SD). Setelah itu, anak-anak yang laki-laki
dipersilahkan bekerja sendiri, atau bagi yang berasal dari kalangan mampu maka
difasilitasi untuk mencukupi kebutuhannya.
Realitas ini terjadi bukan disebabkan minimnya sarana pendidikan yang
ada di desa ini, karena sudah sejak lama sekolah-sekolah telah didirikan. Sarana-
sarana pendidikan tersebut ada yang berdiri atas prakarsa masyarakat sendiri dan
ada yang sudah berstatus negeri. Secara khusus diketahui memang sarana-sarana
pendidikan yang ada di desa ini masih terbatas pada tingkat dasar. Meskipun
demikian, sejak enam tahun yang lalu pemerintah telah mendirikan sarana
pendidikan lanjutan (SLTP) di desa tetangga (Desa Ulak Makam) yang berjarak
sekitar dua kilo meter dari desa ini. Begitu juga dengan sarana-sarana pendidikan
yang banyak tersebar di sekitar desa ini, seperti di kecamatan dan kabupaten.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor finansial dan sarana
pendidikan bukan menjadi kendala minimnya anak-anak yang menempuh
pendidikan yang lebih tinggi di desa ini. Minimnya pemahaman masyarakat akan
pendidikan menjadi faktor dominan sehingga membuat sektor krusial ini tidak
menjadi sesuatu yang diprioritaskan. Hal ini terbukti dengan banyaknya anak-
anak usia sekolah yang tidak melanjutkan pendidikannya, padahal mereka berasal
dari kalangan orang kaya dan memiliki kemampuan studi layaknya anak-anak di
daerah lainnya.
Meskipun demikian, kadang-kadang timbul juga kesadaran sebagian orang
tua untuk menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi di beragam
tempat.Hal ini pada awalnya berhasil membuat anak-anaknya mengenyam
pendidikan lanjut, tetapi tak bertahan lama karena rasa rindu akan fasilitas di
rumah dengan segala kemewahannya membuat mereka tak betah hingga akhirnya
berhenti. Kenyataan seperti ini seringkali disiasati oleh orang tua dengan
memindahkan sekolah anak-anaknya menjadi lebih dekat dengan rumahnya.
Seiring dengan perputaran waktu yang silih berganti, belakangan banyak
masyarakat desa ini kian tersadarkan akan arti penting pendidikan bagi anak-anak
mereka. Kesadaran ini tumbuh seiring dengan terbukanya wawasan dan
31
28
Sarana Pendidikan dan Pengajaran,Desa Rantau Limau Manis,Kecamatan Tabir
Ilir,Kabupaten Merangin (Bangko: 2005), 25.
32
29
Ibid.
33
30
Fahrudin Hm, Ditulis dalam Budaya Sosial Budaya Masyarakat (Jambi: Melayu Tabir
Ilir, 2005), 35.
34
bergelar haji atau memiliki pengetahuan agama yang lebih baik dibandingkan
masyarakat kebanyakan yang ada di desa ini. Kelompok ini memegang jabatan
imam masjid, guru mengaji dan beragam jabatan yang berkaitan dengan
keagamaan yang ada di desa ini. Sedangkan kelompok pemangku adalah orang-
orang yang memegang jabatan struktural atau pemerintahan di Desa Rantau
Limau Manis, baik kepala desa; kepala dusun; ketua RT dan lain sebagainya.
Kedua kelompok yang dianggap keturunan pendiri desa ini merupakan orang-
orang terpandang dan memiliki kekayaan melebihi apa yang dimiliki oleh
kelompok lainnya. Adapun orang biasa adalah masyarakat desa yang bukan
termasuk dua kelompok sebelumnya, tetapi merupakan penduduk asli desa ini
sedangkan pendatang adalah orang-orang yang datang dari luar desa yang
kemudian menetap karena berbagai keperluan, bekerja sebagai penyadap karet
misalnya.
Dua golongan yang disebutkan pertama merupakan kalangan terpandang
dalam masyarakat karena merekalah penggerak pemerintahan dan segala sistem
yang berlaku di desa ini. Segala titah dan perintah yang biasanya mewujud dalam
aturan dan adat desa menjadi tuntunan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam konteks pengelolaan perkebunan karet rakyat di desa ini, kedua kelompok
ini memainkan peranan yang signifikan karena mereka memiliki mayoritas
perkebunan karet yang ada di desa ini. Dengan posisinya sebagai kalangan „darah
biru‟ dalam masyarakat ditambah lagi dengan faktor ekonomi yang di atas
masyarakat kebanyakan, maka kelompok ulama dan pemangku berperan layaknya
tuan kepada para pengikutnya. Masing-masing orang dalam kedua kelompok ini
memiliki bawahan yang berposisi layaknya „anak buah‟, baik perannya sebagai
kalangan ningrat desa maupun dalam pengelolaan perkebunan karet. Para
bawahan yang bekerja dengan mereka tersebut melaksanakan segala titah yang
diperintahkan oleh kedua kalangan ningrat tersebut.
Peranan vital yang dimainkan oleh kedua kelompok keturunan (darah
biru) ini memungkinkan dapat terjadi di samping karena faktor ekonomi yang
mereka miliki, juga yang terpenting adalah budaya setempat yang menempatkan
mereka dalam posisi teratas. Menurut budaya yang berlaku dan diyakini oleh
35
masyarakat desa ini, kedua kalangan ini adalah keturunan langsung para pemuka
atau para pendiri desa ini dahulu kala. Dengan demikian, segala hal yang
berkaitan dengan desa ini dimainkan secara signifikan oleh kedua kalangan ini,
sedangkan dua golongan lainnya sebagai pengikut atau pihak yang menjalankan
dan tunduk pada kedua golongan di atas mereka. Realitas seperti ini bukan hanya
terbatas pada aspek sosial dan budaya saja, tetapi lambat laun merambah aspek
lainnya, seperti ekonomi dan bahkan politik. Secara ekonomi, misalnya, kalangan
rakyat biasa dan apalagi pendatang selalu diposisikan sebagai (anak buah) yang
bekerja dan mendapat perlindungan dari kalangan ulama dan pemangku sebagai
pemilik lahan perkebunan karet tempat mereka bekerja. Kondisi seperti ini juga
berlaku pada aspek politik, di mana banyak dijumpai kalangan rakyat biasa dan
pendatang yang (berafiliasi ) politik tertentu sama dengan kalangan (ningrat)
tempat mereka mengabdi sebagai pekerja penyadap karet.
Menurut penuturan beberapa tokoh masyarakat di desa ini, jauh sebelum
dibangunnya jalan yang menghubungkan wilayah desa ini dengan wilayah-
wilayah lain sekitarnya dan juga ke perkotaan, masyarakat desa memanfaatkan
sarana sungai untuk bepergian. Ke kota Jambi, misalnya, untuk keperluan menjual
beragam hasil bumi maka masyarakat menggunakan perahu atau kapal untuk
kemudian dijual ke ibu kota propinsi yang terletak di pinggiran sungai Batang
Hari tersebut. Jika maka angkutan sungai memang memakan waktu lebih lama.
Saat ini, dapat dikatakan bahwa tidak ada lagi masyarakat yang menggunakan
sarana sungai untuk bepergian, terutama ke perkotaan, karena sarana darat sudah
cukup tersedia. Meskipun demikian, sungai beserta sarananya masih dimanfaatkan
masyarakat untuk mengangkut beberapa hasil perkebunan yang tidak dapat
dilakukan dengan sarana darat, seperti jalan yang belum tersedia.
Perubahan bahan bangunan yang digunakan oleh masyarakat desa ini
dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagaimana yang disebutkan di atas. Namun
demikian, faktor lainnya adalah semakin sulitnya mendapatkan kayu yang
berkualitas untuk dijadikan bahan bangunan sebagaimana yang dahulu digunakan.
Adapun jenis kayu yang biasa digunakan untuk bahan bangunan di desa ini adalah
Kayu Bulin, Tembesu, Merantih, Marsawa dan lain sebagainya yang dikenal oleh
36
masyarakat setempat sebagai jenis-jenis kayu yang kuat, kokoh dan tahan lama.
Hal ini terjadi karena semakin menipisnya hutan yang ada di sekitar desa ini di
mana dahulu menjadi sumber utama didapatkannya kayu-kayu yang berkualitas
tersebut. Areal hutan yang luas tersebut kini telah menjelma menjadi lahan
perkebunan karet dan kelapa sawit serta sebagian yang lainnya berupa belukar
yang dibiarkan tidak terawat. Meskipun ada segelintir rumah warga yang masih
menggunakan kayu, itu pun merupakan sisa peninggalan masa lalu yang biasa
menjadi rumah kuno yang tidak jarang malah menjadi menakutkan bagi sebagian
masyarakat karena bentuknya yang menyeramkan tidak terawat.
Meskipun demikian, setelah menjadi ibukota kecamatan yang baru maka
tentu desa ini akan segera berubah menjadi kelurahan layaknya yang ada di
wilayah lainnya. Sebagaimana diketahui bahwa dengan berubah menjadi
kelurahan, maka keistimewaan yang dimiliki desa seperti pemilihan kepala desa
secara langsung menjadi hilang berganti dengan lurah yang ditunjuk oleh
pemerintah. Hanya saja, hingga saat ini status yang ada pada desa ini masih
seperti yang ada sebelum dan belum mengalami perubahan.
Lebaran haji atau idul adha adalah waktu yang tepat untuk melangsungkan
pernikahan menurut anggapan yang telah lama dianut oleh masyarakat desa ini.
Meskipun demikian, pada waktu-waktu lainnya tetap ada yang melangsungkan
pernikahan, tetapi tidak lebih banyak jumlahnya jika dengan ketika sehabis
lebaran haji. Waktu pelaksanaan lain yang juga banyak dipilih adalah setelah
lebaran idul fitri, dimana sebagian besar anggota keluarga berkumpul.
Ada suatu pemahaman yang berkembang di dalam masyarakat ini bahwa
setiap anak laki-laki ketika telah mencapai usia baligh (17 tahun) dan telah
mampu mencari pekerjaan sendiri maka orang tuanya akan merasa malu kepada
tetangga atau keluarganya jika belum menikah. Maka biasanya sang ibu berusaha
mencari pasangan yang cocok buat anaknya atau si anak sendiri yang umur
minimal untuk melangsungkan pernikahan. Maka tak jarang beberapa anak
perempuan di dusun tertentu yang telah melangsungkan pernikahan padahal ia
baru saja menamatkan sekolah dasar.
37
BAB III
IMPLEMENTASI PEMBACAAN SURAH YUSUF DAN MARYAM
TRADISI TUJUH BULANAN
A. Prosesi Pelaksanaan Tujuh Bulanan
Al-Qur‟an ialah mu‟jizat yang terbesar,kekal abadi. Mukjizat yang
pernah diberikan Allah SWT kepada Rasul-rasulnya,semenjak Nabi Adam as.
Sampai Nabi Muhammad SAW Umat Islam dan umat lainnya dapat
memegang, membaca,menghayati, memahami,mengamalkan isinya untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan keselamatan di akhirat nanti Al-Qur‟an
mencakup seluruhwahyu yang baik berupa petunjuk, perbaikan, pendidikan,
pengajaran keseluruhan budi pekerti dan undang-undangnya.31
Setiap daerah mempunyai kekhasan dalam Pelaksanaan tujuh bulanan
bagi wanita yang sedang hamil. Tidak terkecuali bagi desa rantau limau
manis yang mempunyai cara tersendiri dalam pelaksanaan tujuh bulanan.
Prosesi tujuh bulanan di desa rantau limau manis memerlukan tenaga, pikiran,
maupun materi baik dalam persiapan maupun pada hari pelaksanaannya.
Semua tahap-tahap tersebut diyakini oleh masyarakat rantau limau manis
untuk dilalui. Mulai dari Pemilihan hari dan tanggal yang tepat.Prosesi acara
ini diselenggarakan untuk kehamilan anak pertama dari pasangan suami istri,
ketika kehamilannya sudah mencapai tujuh bulan. Acara ini, masyarakat
rantau limau manis bukan sekedar acara ritual yang hanya mengikuti leluhur
saja, melainkan sebagai bentuk rasa syukur atas karunia yang diberikan Allah
SWT kepadanya. Selain itu juga, sebagai pengharapan maupun Do‟a agar ibu
dan calon bayi yang dikandung tetap sehat. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Mustafa Bisri, acara tujuh bulanan yang dilakukan hanya sebagai
peranara memohon kepada Allah untuk ibu yang sedang mengandung.
Tujuannya supaya selamat, sehat dan ketika melahikan diberikan kelancaran
tanpa ada halangan. 32
31
Ibid,287.
32
Ibid. 39
40
33
Leti Lestari, Warga Desa Rantau Limau Manis, Wawancara dengan Penulis,23 Februari
2019, Kecamatan Tabir Ilir, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
41
34
Hasil Observasi Pelaksanaanya dirumah Leti Lestari, Rantau Limau Manis, Kecamatan
Tabir Ilir,Kabupaten Merangin (Bangko: 2019), 7.
35
Rahayu Putri,Warga Desa Ulak Makam, Wawancara dengan Penulis,25 Februari
2019,Kecamatan Tabir Ilir, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
42
36
Muhammad Abd Al-Azim Al-Zarkani, Fi Ulum Al-Qur’an, (Mesir: Isa Al-Halibi,)256.
37
Ibid.
38
M. Quraish Shihab, Al-Quran dan maknanya,(Lentera Hati 2013), 256.
43
39
Penterjemahan dan penafsiran Al-Qur‟an,Al-Qur’an dan Terjemahnya(Jakarta:
Departemen Agama RI.,1985), 26.
44
40
Rahayu Putri,Warga Desa Ulak Makam,Wawancara dengan Penulis, 26 Februari 2019,
Kecamatan Tabir Ilir, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
41
Leti Lestari, Warga Desa Rantau Limau Manis,Wawancara dengan Penulis, 23 Februari
2019, Kecamatan Tabir Ilir, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
45
BAB IV
FUNGSI PEMBACAAN SURAH YUSUF DAN MARYAM DALAM
TRADISI TUJUH BULANAN DESA RANTAU LIMAU MANIS
KECAMATAN TABIR ILIR
Kaaf haa yaa‟ain shaad. (Qs.19:1 ) yang dibacakan ini adalah penjelasan tentang
rahmat rabbmu kepada hambanya, zakaria,( Qs.19:2) yaitu ketika dia berdo‟a
kepada rabbnya dengan suara yang lembut. (Qs.19:3 ) dan zakaria berkata, “ya
rabbku,sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku
belum pernah kecewa dalam berdo‟a kepadamu, (Qs.19: ) dan sesungguhnya aku
khawatir terhadap mewaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang
mandul, maka anugrahilah aku dari sisi engkau seorang putra, (Qs.19:5) yang
42
Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Pengesahan Hadits berdasarkan kitab-kitab Syaikh Muhammad
Nashiruddin al-bani dan ulama Ahli Hadits lainnya disertai pembahasan yang rinci dan mudah
difahami:(Jakarta : cetakan ke empat belas,2000),610.
45
46
akan mewarisi aku dan mewarisi dari keluarga ya‟qub, dan jadikanlah dia, ya
rabbku seorang yang diridhai.‟‟(Qs.19:6). 43
Shahih Tafsir Ibnu Katsir surah Yusuf surah Makkiyah surah yang ke 12, 111
Ayat Yusuf, ayat 1-3
43
Shahih Tafsir Ibnu Katsir. “Pengesahan Hadits berdasarkan kitab-kitab Syaikh Muhammad
Nashiruddin Al-Abani‟‟. Jilid 5, ( 2018 ) 552.
47
“(Ingatlah ),ketika yusuf berkata kepada ayahnya, “wahai ayahku, sesungguhnya
aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan: kulihat semuanya
sujud kepadaku‟‟. (QS. Yusuf : 4).
44
Choiruddin Hadhiri,SP,Klafikasi Kandungan Al-Qur’an,(Jakarta:Gema Insani
Press,1993),25.
45
M.Quraish Shihab, Al-Qur’an dan maknanya,(Lentera Hati 2013,.2.
48
46
Ibid.
49
mencapai tujuh bulan. Pertama, surah yusuf. Pembacaan surah ini dihubungkan
dengan figur Nabi yusuf yang tampan dan shaleh.47
Dengan membaca surah yusuf, masyarakat memaknainya supaya anak
yang lahir dapat mencontohkan prilakunya. Nabi yusuf yang dikisahkan oleh
Allah dalam Q.S yusuf ayat 3:
47
Ibid.
48
Ibid.
51
selamat tanpa bantuan orang lain. Masyarakat sekedar tahu siti Maryam, bahwa ia
salah satu perempuan yang taat kepada Allah.Sebagaimana firman Allah QS.
Maryam ayat 22-26 yang berbunyi:
“ Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada
pangkal pohon kurma, Dia berkata: "Aduhai, Alangkah baiknya aku mati
sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan".(
QS.Maryam:23).
“Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu
bersedih hati, Sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di
bawahmu‟‟.( QS.Maryam:24)
“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu
akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu‟‟.(QS. Maryam:
25).
C. Fungsi Pembacaan Surah Yusuf dan Surah Maryam Tradisi Tujuh Bulan
Masyarakat Rantau Limau Manis,Kecamatan Tabir Ilir,Kabupaten
Merangin
Kata Al-Qur‟an berarti bacaan atau yang dibaca.Menurut ahli bahasa, Al-
Lihyani (wafat 215 H), lafal Al-Qur‟an adalah isim mashdar dengan arti isim
maf‟ul, yaitu dibaca, karena bukan saja Al-Qur‟an harus dibaca oleh manusia,
terutama oleh penganutnya, tetapi juga karena kitab ini dalam kenyataannya selalu
dibaca oleh yang mencintainya,baik waktu shalat maupun diluar shalat.49
1. Sebagai kitab suci
a. Kitab Suci
Al-Qur‟an kitab suci dalam umat Islam, kedudukannya sebagai kitab suci,
maka masyarakat menjadikannya sebagai kehidupan sehari-hari.Firman Allah
berupa bacaan dalam lembaran-lembaran yang bertuliskan ayat-ayat atau firman-
firman Allah, kemudian dikumpulkan menjadi satu. Sebagai kitab suci,Al-Qur‟an
merupakan kitab suci yang paling baik dibaca dikalangan umat Islam. Termasuk
di masyarakat rantau limau manis yang mayoritasnya umat Islam. Al-Qur‟an
sebagai kitab suci umat Islam dan menjadi rujukan maupun pedoman hidup,
terbukti dalam acara apapun selalu dibuka dengan ayat-ayat suci Al-Qur‟an. Ini
berarti sebagai kitab suci, tanpa disadari tidak terlepas dalam kehidupan sehari-
hari dalam masyarakat, karena Al-Qur‟an selalu hadir dalam berbagai kegiatan
masyarakat muslim,termasuk membaca surah dalam Al-Qur‟an pada saat acara
tujuh bulanan.50
Perlakuan masyarakat terhadap Al-Qur‟an dalam segala hal, memberikan
gambaran bahwa Al-Qur‟an berfungsi sebagai kitab yang suci,yang selalu
disakralkan oleh masyarakat Rantau Limau Manis yang beragama Islam.
b. Bacaan yang dimuliakan
Kedudukan Al-Qur‟an sebagai kitab suci umat Nabi Muhammad SAW, ia
memiliki keistimewaan yang terkandung didalamnya sangat banyak, dan belum
semuanya berhasil diketahui oleh manusia. Al-Qur‟an yang sangat mulia bagi
49
Ibid.
50
Ibid.
53
berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu
ia berbuka),Maka(wajiblah baginya berpuasa),sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu,pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya
kamu bersyukur‟‟.( QS.Al-Baqarah:185).
Ayat ini dengan jelas dan tegas mengatakan Al-Qur‟an adalah kitab yang
berisi petunjuk,petunjuk adalah segala sesuatu yang dapat membawa manusia
kepada sesuatu yang baik atau yang membuat seorang individu sampai pada suatu
keadaan yang baik dan benar. Kalau dia tidak membawa manusia pada keadaan
tersebut maka dikatakan sebagai penyesat atau yang menyesatkan, yaitu segala
seuatu yang membuat seseorang tidak sampai pada keadaan yang dianggap baik
dan benar, atau yang diinginkan.Masyarakat menyakini bahwa Allah memberikan
petunjuk melalui Al-Qur‟an ketika mereka menghadapi berbagai hal dalam
kehidupan mereka. Dengan mengikuti petunjuk-petujuk ini mereka kemudian
akan dapat mengatasi masalah-masalah tersebut.
Al-Qur‟an dijadikan petunjuk dalam berbagai hal yang menyangkut
kehidupan.Termasuk penggunaan Al-Qur‟an dalam tradisi tujuh bulan.
Pembacaan surah dalam tradisi tujuh bulan merupakan cara masyarakat
menghidupkan Al- Qur‟an dalam kehidupan. Surah yang dibaca, oleh masyarakat
rantau limau manis dijadikan sebagai petunjuk. Karena dalam surah tersebut
mempunyai makna bagi masyarakat.52
Surah yang dibaca lebih banyak menguraikan tentang kisah-kisah para
Nabi maupun hambanya yang shaleh. Dari kisah-kisah tersebut masyarakat rantau
limau manis menjadikan sebagai petunjuk, bahwa mereka adalah orang-orang
yang shaleh yang diteladani. Dari kisah-kisah yang terdapat dalam surah-surah
tersebut, memberikan gambaran tentang cara pandang masyarakat dalam
memfungsikan Al-Qur‟an sebagai petunjuk.
52
Ibid.
55
d. Sebagai obat
Dalam Lintas Sejarah Islam, praktik memperlakukan Al-Qur‟an tertentu
dari Al-Qur‟an sehingga bermakna dalam kehidupan, pada dasarnya sudah terjadi
ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup. Sebuah masa yang paling baik bagi
umat Islam.
Disamping itu,adanya anggapan tertentu terhadap Al-Qur‟an dari berbagai
komunitas Islam, berupa praktik untuk menfungsikan Al-Qur‟an dalam
kehidupan,seperti salah satu fungsi Al-Qur‟an sebagai obat (syifa) atau penawar
segala macam jenis penyakit,baik itu penyakit rohani maupun jasmani. Pengertian
Al-Qur‟an sebagai obat tidak hanya sebagai obat lahiriah tetapi juga secara
batiniah. Al-Qur‟an yang dijadikan sebagai obat oleh masyarakat rantau limau
manis, tidak terlepas dari ayat QS.Al-Isra‟,ayat 82:
“Dan kami turunkan Al-Qur‟anQur‟a suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur‟an itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. Dilihat dari
ayat di atas memberikan petunjuk bahwa Al-Qur‟an yang dibaca
berfungsi sebagai obat penawar‟‟.(QS. Al-Isra‟:82).
1. Obat Hati
Suatu hal yang menjadi keyakinan tiap muslim bahwa Al-Qur‟an
diturunkan Allah SWT. Untuk memberi petunjuk kepada tiap manusia dan
menyembuhkan dari berbagai penyakit hati. Al-Qur‟an yang dijadikan obat hati
dengan cara membacanya. Keyakinan yang tumbuh dalam masyarakat rantau
limau manis, bahwa Al-Qur‟an yang dibaca bisa memberikan ketenangan dalam
hati. Dalam tradisi tujuh bulan, adanya keyakinan yang kuat terhadap pembacaan
surah masyarakat rantau limau manis, yakni harapan dengan membaca ayat suci
Al-Qur‟an bayi dan ibu yang mengandungnya bisa mendapatkan ketenangan
batin.53
53
Ibid.
56
2. Obat Jasmani
Al-Qur‟an menjadikan obat jasmani dari berbagai macam penyakit, tata
cara digunakan bukan dengan tata cara yang lazim digunakan dalam
menggunakan obat untuk penyakit jasmani. Cara yang muncul dalam masyarakat
seperti terapi dengan bacaan ayat suci Al-Qur‟an. Ayat suci Al-Qur‟an juga
digunakan sebagai obat jasmani seperti rukyah, pengobatan ini menggunakan
bacaan ayat-ayat. Dalam tradisi pembacaan surah tersebut berfungsi sebagai obat
jiwa, hal tersebut,agar mendapat ketenangan terhadap ibu yang mengandung
sehingga berdampak kepada kesehatan fisik.54
Bacaan surah dalam acara tujuh bulanan, masyarakat rantau limau manis
dijadikan sebagai obat bagi ibu yang mengandung. Kekuatan dan keyakinan
terhadap Al-Qur‟an dibaca oleh masyarakat rantau limau manis merupakan
resepsi terhadap Al-Qur‟an sebagai obat. Secara tidak langsung mereka telah
memfungsikan Al-Qur‟an sebagai obat.
3. Sarana Perlindungan
Al-Qur‟an dalam pandangan masyarakat mempunyai fungsi sebagai
sarana perlindungan atau memohon keselamatan. Membaca Al-Qur‟an adanya
keyakinan untuk mendapatkan perlindungan atau keselamatan dari Allah baik di
dunia maupun akhirat.Perlindungan tersebut diantaranya:
a. Bahaya Siksa Neraka
Al-Qur‟an adalah kitab suci yang memberikan petunjuk tentang
kehidupan di dunia dan di akhirat, termasuk juga tentang gambaran siksa
neraka.Membaca Al- Qur‟an bagi orang Muslim adalah Ibadah. Karena Al-Qur‟an
akan menjadi syafa‟at pada hari kiamat bagi orang yang membacanya. Ungkapan
dari wawancara leti lestari adalah keyakinan terhadap Al-Qur‟an bahwa Al-
Qur‟an bisa memberi kita pertolongan bagi orang yang selalu membacanya.
Sebagaimana sarana perlindungan terhadap siksa neraka. Maka masyarakat
Rantau Limau Manis meresepsi Al-Qur‟an dalam berbagai kegiatan, termasuk
acara (tujuh bulan). Pembacaan Surah dalam Al-Qur‟an merupakan sarana
perlindungan siksa neraka, Tujuan Pembacaan surah dalam acara tujuh bulan
54
Ibid.
57
55
Imam Abi Al-Husain Muslim Al-Hajj Al-Qusayri An-Naisaburi,Sahih Muslim,Juz
1(Beirut :Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah,1991),553.
58
56
Tim Penterjemah dan Penafsiran Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta :
Departemen Agama RI., 1958), 28.
57
Ibid.,30.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah Melaksanakan proses penelitian dari observasi,wawancara,
dokumentasi,berikut proses analisis data-data yang diperoleh, maka peneliti
mengambil beberapa kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah
penelitian sebagaimana berikut:
Bagaimana Prosesi pelaksanaan Pembacaan Surah Yusuf dan Maryam
yang dilakukan oleh masyarakat Desa Rantau Limau Manis,Kecamatan Tabir
Ilir,Kabupaten Merangin. Al-Qur‟an ialah mu‟jizat yang terbesar,kekal abadi.
Mukjizat yang pernah diberikan Allah SWT kepada Rasul-rasulnya,semenjak
Nabi Adam as. Sampai Nabi Muhammad SAW Umat Islam dan umat lainnya
dapat memegang, membaca,menghayati,memahami,mengamalkan isinya untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan keselamatan di akhirat nanti Al-Qur‟an
mencakup seluruh wahyu yang baik berupa petunjuk, perbaikan, pendidikan,
pengajaran keseluruhan budi pekerti dan undang-undangnya.
Setiap daerah mempunyai kekhasan dalam Pelaksanaan tujuh bulanan bagi
wanita yang sedang hamil. Tidak terkecuali bagi desa rantau limau manis yang
mempunyai cara tersendiri dalam pelaksanaan tujuh bulanan. Prosesi tujuh
bulanan di desa rantau limau manis memerlukan tenaga, pikiran, maupun materi
baik dalam persiapan maupun pada hari pelaksanaannya. Semua tahap-tahap
tersebut diyakini oleh masyarakat rantau limau manis untuk dilalui. Mulai dari
Pemilihan hari dan tanggal yang tepat.Prosesi acara ini diselenggarakan untuk
kehamilan anak pertama dari pasangan suami istri, ketika kehamilannya sudah
mencapai tujuh bulan. Acara ini, masyarakat rantau limau manis bukan sekedar
acara ritual yang hanya mengikuti leluhur saja, melainkan sebagai bentuk rasa
syukur atas karunia yang diberikan Allah SWT kepadanya. Selain itu juga,
sebagai pengharapan maupun Do‟a agar ibu dan calon bayi yang dikandung tetap
sehat.
60
61
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Departemen Agama RI, Tafsir Ilmu Tafsir, Madrasah Aliyah Negeri Bangko,
Derektorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam 1992-1993.
Buku
Shihab, M.Quraish dkk. Sejarah dan Ulum al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus,
2001.
Shahih Tafsir Ibnu Katsir. Pengesahan Hadits Berdasarkan Kitab-kitab Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al-Albani dan ulama Ahli Hadits lainnya disertai
Pembahasan yang Rinci dan Mudah difahami. Jakarta : Jilid 5, Januari
2018.
Syamsuddin. Kata Pengantar Metodologi Penelitian Living Qur’an dan hadis,
Ranah-ranah Penelitian dalam Studi al-Qur’an dan Hadis. Yogyakarta:
TH Press, 2007.
Winarno, Surakhmad. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar dan Metode Teknik.
Bandung: Tarsio,1990.
Yusuf, Muhammad. Living Qur’an dan Hadis. Yogyakarta: TERAS, 2007.
Hasil Wawancara
Internet
Agus Suntoyo, “Atlas Walisongo‟‟, diakses melalui alamat http://www.youtobe
.com/2011/03 Atlas Walisongo.html, tanggal 30 agustus 2012.
Suryadilaga, “Living Qur‟an‟‟, diakses melalui alamat http:// Islamlib.com/2013/
Living Qur’an. Html, tanggal 19 November 2014.
Jurnal
Imam Baihaqi, “ Karakteristik Tradisi Tujuh Bulanan di jawa Tengah‟‟. Jurnal
Arkhais.08,No.2 (2017),27-29.
65
JADWAL PENELITIAN
Penelitian ini direncanakan berlangsung selama tiga bulan, adapun tentang tahapan dan rentang waktu penelitian dapat
dilihat di bagan berikut:
Konsultasi dg Ka.
2 Jur/Prodi dan lainnya utk
fokus penelitian X X
4
Proses Seminar Proposal x x
Revisi Draf Proposal
5
Setelah Seminar X X
Konsultasi dgn
6
Pembimbing X X
7 Koleksi Data X X X
Perlu dijelaskan bahwa jadwal ini tidak bersifat mengikat karena boleh jadi salah satu tahapan berlangsung lebih cepat atau
lebih lama.Selain itu, boleh jadi pula ada tahapan yang berlangsung bersamaan dengan tahapan lain, artinya penjadwalan kan
berlangsung secara kondisional.
67
A. Panduan Observasi
B. Panduan Dokumentasi
C. Butir-butir Wawancara
DOKUMENTASI
Gambar. 1 Foto Leti Lestari Ibu Hamil Tujuh Bulan Desa Rantau Limau Manis
Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten Merangin.
Gambar 2. Foto Rahayu Putri Ibu Hamil Tujuh Bulan Desa Rantau Limau Manis
Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten Merangin.
72
Gambar 3.Wawancara Foto Bersama Leti Lestari dan Asih Safitri Desa Rantau
Rantau Limau Manis Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten Merangin.
Gambar 4.Warga Mengikuti acara Tujuh Bulanan Desa Rantau Limau Manis
Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten Merangin.
73
Gambar 5. Wawancara dan Foto bersama Ibu Hamil Desa Rantau Limau Manis
Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten Merangin
74
Gambar 8. Ramah Tamah Masyarakat Rantau Limau Manis Kecamatan Tabir Ilir
Kabupaten Merangin.
76
77
CURRICULUM VITAE
A. Informasi Diri
Nama : Faizah
Tempat & Tgl.Lahir : Rantau Limau Manis, 07-12-1996
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Rantau Limau Manis, RT 10, Kecamatan
Tabir Ilir,Kabupaten Merangin.
B. Riwayat Pendidikan
1. S1 Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada Tahun
2019
2. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Merangin Pada Tahun 2015
3. Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN)1 Merangin Pada Tahun 2012
4. Sekolah Dasar Negeri (SDN) No 223/VI Rantau Limau Manis Pada Tahun
2009.