Anda di halaman 1dari 90

IMPLEMENTASI PEMBACAAN SURAH YUSUF DAN

MARYAM TRADISI ORANG HAMIL TUJUH BULAN DESA


RANTAU LIMAU MANIS KECAMATAN TABIR ILIR
KABUPATEN MERANGIN

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

Oleh
FAIZAH
NIM: UT 150197

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019

i
Jambi, 20 Mei 2019
Drs. H.Zikwan M.Ag
Adi Iqbal, S.sos.I, M.Ud
Kepada Yth.
Alamat : Fak Ushuluddiin dan Studi Agama Bapak Dekan
UIN STS Jambi
Jl. Raya Jambi-Ma. Bulian Fak.Ushuludin dan
Studi Agama
Simp. Sungai Duren UIN STS Jambi
Muaro Jambi di-
JAMBI

NOTA DINAS

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan persyaratan


yang berlaku di Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi,maka
kami berpendapat bahwa Skripsi saudari (Faizah) dengan judul “Implementasi
pembacaan surah Yusuf dan Maryam Tradisi Orang Hamil Tujuh Bulan
Desa Rantau Limau Manis Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten Merangin’’telah
dapat diajukan untuk dimunaqasahkan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Jurusan Ilmu Al-Qur‟an Dan Tafsir
pada Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan kepada Bapak/Ibu,semoga


bermanfaat bagi kepentingan Agama,nusa dan bangsa.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Zikwan, M.Ag Adi Iqbal, S.Sos.I, M.Ud


NIP.196610151992031002 NIP.198001052014111002

ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Faizah
Nim : UT 150197
Tempat/Tanggal Lahir : Rantau Limau Manis, 07 Desember 1996
Konsentrasi : Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir
Alamat : Rantau Limau Manis

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang


berjudul’’Implementasi Pembacaan Surah Yusuf dan Maryam Tradisi
Orang Hamil Tujuh Bulan Desa Rantau Limau Manis, Kecamatan tabir
ilir, Kabupaten Merangin‟‟. Benar karya asli saya, kecuali kutipan-kutipan
yang telah disebutkan sumbernya. Apabila di dalamnya terdapat kesalahan dan
kekeliruan, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya sesuai dengan
ketentuan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.

Demikianlah Surat Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dapat
dipergunakan seperlunya.

Jambi, 20 Mei 2019


Penulis,

Faizah
NIM.UT 150197

iii
iv
MOTTO

‫الر ِح ْيم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬
َّ ‫ّللا‬
ِ ‫س ِم ه‬
ْ ِ‫ب‬

            

    

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tua,
ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun bersyukurlah kepadaku
dan kepada kedua orang tua ibu bapakmu, hanya kepadaku kembalimu”.( QS.
Lukman:14).

v iii
ABSTRAK

Skripsi ini membahas tentang Implementasi Pembacaan surah yusuf dan


maryam dalam tradisi tujuh bulanan: kajian living Qur‟an di desa Rantau Limau
kecamatan tabir ilir,Kabupaten Merangin. Berinteraksi dengan Al-Qur‟an
merupakan salah satu pengalaman yang sangat berharga bagi seorang muslimin.
Ungkapan melalui lisan, tulisan sampai yang berupa tindakan,baik berupa
pemikiran. resepsi Al-Qur‟an dalam sebuah tradisi budaya merupakan upaya
masyarakat dalam berinteraksi dengan Al-Qur‟an.Resepsi menjadikan masyarakat
sebagai bagian dalam menghidupkan Al-Qur‟an dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penelitian berbicara tentang dua masalah. Pertama, Bagaimana Prosesi
bacaan surah yusuf dan maryam dalam tradisi tujuh bulanan desa rantau limau
manis kecamatan tabir ilir kabupaten merangin? Kedua, Apa Fungsi pembacaan
surah Yusuf dan Maryam di desa rantau limau manis, kecamatan tabir ilir,
kabupaten merangin.
Jenis Penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan(Field
Research). Sumber utama penelitian ini adalah ayat-ayat Al-Qur‟an yang dibaca
dalam tradisi tujuh bulanan.Lokasi penelitian berada di desa rantau limau manis,
kecamatan tabir ilir,kabupaten merangin. Penelitian ini menggunakan observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
Selamatan kandungan yang berusia tujuh bulan di desa rantau limau manis
Dalam pelaksanaan dibaca surah yusuf dan maryam. Ada tiga fungsi yang
ditemukan dalam resepsi pembacaan surah pada acara tujuh bulan, yaitu Al-
Qur‟an dipandang sebagai kitab suci, sebagai obat dan sebagai sarana
perlindungan. Pembacaan surah dalam tradisi tujuh bulan merupakan praktek
masyarakat rantau limau manis sebagai bagian dalam kehidupan mereka.

iv
vi
PERSEMBAHAN
‫الر ِح ْيم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬
َّ ‫ّللا‬
ِ ‫س ِم ه‬
ْ ِ‫ب‬

Assalamu’alaikum Wr.Wb Segala puji dan syukur diucapkan kehadirat


Allah SWT, yang telah memberikan karunia dan Inayahnya. Shalawat dan salam
kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan risalah Islam
untuk sekalian alam.

Skripsi ini kupersembahkan kepada insyan yang kusayangi dan kucintai…

Kepada Ayahanda dan Ibunda Tercinta Ayahanda Ahmad Zuldi dan


Ibunda Fauziah, terimakasih yang tidak terhingga ananda ucapkan karena telah
memberi didikan dan membesarkan ananda dengan penuh kasih sayang,
senantiasa memberi dukungan, kata semangat dan do’a yang tidak putus untuk
ananda dikala ananda sedang mencari ilmu di Perantauan.

Kepada Keluarga Yang Di sayangi


Fardiansyah,Rina Susanti, Farin, Farisya, dan semua Keluarga,terimakasih atas
segala motivasi, do’a dan dukungan yang diberikan. Semoga ikatan kekeluargaan
senantiasa diberkati dan dirahmati oleh Allah SWT.

v
vii
KATA PENGANTAR

‫الر ِح ْيم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬
َّ ‫ّللا‬
ِ ‫س ِم ه‬
ْ ِ‫ب‬

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah


SWT, yang telah memberikan nikmat dan karunianya berupa kesehatan,
kesempatan, dan kekuatan lahir batin sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judu‟‟lmplementasi Pembacaan Surah Yusuf dan Maryam
Dalam Tradisi Tujuh Bulan, Masyarakat Rantau Limau Manis kecamatan Tabir
Ilir‟‟. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Yakni
Nabi Muhammad SAW, untuk seluruh keluarga, serta para sahabat beliau, yang
senantiasa istiqamah dalam perjuangan Agama Islam. Semoga kita menjadi
hamba-hamba pilihan seperti mereka Amin ya Rabbal A‟lamin.

Selanjutnya penulis menyadari dalam proses penyelesaian skripsi ini,


penulis telah di bantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan
rasa terima kasih yang tak terhingga kepada beberapa pihak yang telah membantu
penulisan skripsi ini hingga selesai. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada orang tua dan keluarga yang telah menjaga,
mendidik, menyayangi, dan senantiasa mengsupport serta mendo‟akan penulis
sehingga karya ini dapat diselesaikan.

pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. H. Zikwan M.Ag Selaku Pembimbing I, Dan Bapak Adi Iqbal
S.sos.I, M.Ud Selaku Pembimbing II.
2. Ibu Ermawati MA, Selaku Ketua Prodi Ilmu Al-Qur‟an Dan Tafsir UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Dr.H.Abdul Ghaffar, M.Ag Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Dan Studi Agama UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Dr. Masyan M.Syam,M.Ag, Bapak H.Abdullah Firdaus,Lc, MA, Ph
D dan bapak Dr. Pirhat Abbas, M.Ag Selaku Wakil Dekan I,II,III Fakultas
Ushuluddin Dan Studi Agama UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Dr.H. Hadri Hasan M.Ag Selaku Rektor UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
6. Bapak Prof.Dr.H.Su‟aidi Asy‟ari. MA Ph D,Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd
dan Ibu Dr.Hj. Fadilah, M.Pd Selaku Wakil Rektor I,II,III UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin Dan Studi Agama UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi, Semoga Ilmu yang diajarkan selama ini dapat diamalkan
dan diterima sebagaimana mestinya amin ya rabbal „alamin.
8. Kepala Bagian Tata usaha Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama, Ibu
Himatun Zakiyah,S.Ag.,M.Pd.I. Kasubag Akademik dan Kemahasiswaan,
Ibu Dra.Fatimah Rahmiati. Kasubag Umum dan Kepegawaian, Ibu Linda

vi
viii
Seswati,S.Ag., M.Pd.I. Dan Kasubag Perencanaan dan Akuntansi bapak
Mhd.Arfah,S.Ag,M.Pd.I.
9. Seluruh Karyawan Karyawati dilingkungan Akademik Fakultas
Ushuluddin dan Studi Agama UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
10. Bapak Kepala Pusat Perpustakaan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
beserta staf-staf, terima kasih yang telah memberikan Pinjaman buku-buku
kepada penulis selama ini.
11. Seluruh Teman-teman Seperjuangan,Seangkatan 2015 Jurusan Ilmu Al-
Qur‟an dan Tafsir UIN STS Jambi.

Dan Akhirnya Penulis Hanya bisa berdo‟a, semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Semoga kebaikan dari semua pihak di catat oleh Allah SWT.Sebagai
amal Sholeh dan mendapatkan balasan yang baik, Amin ya Rabbal „Alamin.
Tidak ada yang sempurna di dunia melainkan Allah SWT yang maha sempurna
lagi maha pengasih dan maha penyayang. Oleh karena itu penulis mengharapkan
kepada seluruh pihak untuk memberikan kritikan atau saran dalam masalah
penulisan skripsi ini. Dan penulis sangat berharap semoga tulisan ini mempunyai
nilai guna, manfaat terutama penulis khususnya, dan para pembaca umumnya.

Jambi, 20 Mei 2019


Penulis,

Faizah
NIM. UT 150197

vii
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
NOTA DINAS ................................................................................................ ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ iii
PENGESAHAN ............................................................................................. iv
MOTTO .......................................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Permasalahan ................................................................................... 5
C.Batasan Masalah ............................................................................... 6
D.Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 7
F. Kerangka Teori ................................................................................ 9
G. Metode Penelitian ............................................................................ 10
H. Sistematika Penulisan ...................................................................... 13

BAB II GAMBARAN UMUM DESA RANTAU LIMAU MANIS


A. Letak Geografis Desa Rantau Limau Manis .................................... 15
B. Demografis Desa Rantau Limau Manis ........................................... 18
1. Sistem Pemerintahan ................................................................. 19
2. Keadaan Masyarakat .................................................................. 23
3. Pekerjaan Masyarakat ................................................................ 27
4. Keadaan Pendidikan ................................................................... 29
5. Sistem Kepercayaan ................................................................... 32
6. Budaya Masyarakat .................................................................... 33

viiix
BAB III IMPLEMENTASI PEMBACAAN SURAH YUSUF DAN
MARYAM TRADISI ORANG HAMIL TUJUH BULAN DESA
RANTAU LIMAU MANIS

A. Prosesi Pelaksanaan Tujuh Bulanan............................................ 39


1. Waktu dan Tempat ................................................................ 40
2. Pemimpin Membaca Al-Qur‟an ............................................ 40
3. Prosesi Pembacaan Al-Qur‟an .............................................. 41
4. Bentuk Kegiatan .................................................................... 41

B. Motivasi Pelaksanaan Tujuh Bulanan dan Pembacaan Surah Yusuf


dan Maryam ................................................................................ 42
1. Memohon Berkah dan Keselamatan ..................................... 42
2. Sebagai Bentuk Rasa Syukur ............................................... 43
3. Menjaga Tradisi .................................................................... 43
4. Sebagai Bentuk Sosial Budaya Masyarakat .......................... 44

BAB IV FUNGSI MEMBACA SURAH YUSUF DAN MARYAM


TRADISI TUJUH BULAN MASYARAKAT DESA RANTAU
LIMAU MANIS, KECAMATAN TABIR ILIR, KABUPATEN
MERANGIN
A. Pandangan Para Ahli Tafsir Terhadap Surah Yusuf dan Maryam
................................................................................................... ...45
B. Pemaknaan Masyarakat Rantau Limau Manis terhadap surah Yusuf
dan Surah Maryam..................................................................... 49
C. Fungsi Pembacaan Surah Yusuf dan Maryam dalam Tradisi Tujuh
Bulan Masyarakat Rantau Limau Manis, Kecamatan Tabir Ilir
Kabupaten Merangin ................................................................. 52

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………. 60
B. Rekomendasi…………………………………………………… 62

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE

ix xi
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Alfabet
Arab Indonesia Arab Indonesia
‫ا‬ „ ‫ط‬
‫ب‬ B ‫ظ‬
‫ت‬ T ‫ع‬ „
‫ث‬ Ts ‫غ‬ Gh
‫ج‬ J ‫ف‬ F
‫ح‬ ‫ق‬ Q
‫خ‬ Kh ‫ك‬ K
‫د‬ D ‫ل‬ L
‫ذ‬ Dz ‫م‬ M
‫ر‬ R ‫ن‬ N
‫ز‬ Z ‫ه‬ H
‫س‬ S ‫و‬ W
‫ش‬ Sy ‫ء‬ ,
‫ص‬ ‫ي‬ Y
‫ض‬

B.Vokal dan Harakat


Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia

‫ا‬ A ‫ﺎ‬ Ā ‫اِى‬ ˉi

‫ا‬ U ‫اى‬ Á ‫او‬ Aw

ِ‫ا‬ I ‫او‬ Ū ‫اى‬ Ay

x xii
xi
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an adalah sumber utama ajaran Islam dan merupakan pedoman
hidup bagi setiap Muslim. Al-Qur‟an bukan sekedar memuat petunjuk tentang
hubungan manusia dengan Allah,tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya (Hablum minAllah Wa Hablum minannas), bahkan hubungan manusia
dengan alam sekitarnya.Untuk memahami ajaran Islam secara sempurna (Kaffah),
maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah memahami kandungan isi Al-
Qur‟an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-
sungguh. Al-Qur‟an Sebagaimana diketahui,diturunkan dalam bahasa Arab,baik
lafal maupun uslubnya.Suatu bahasa yang kaya akan kosa kata dan sarat
kandungannya. 1
Al-Qur‟an dipandang dan diyakini sebagai kitab suci umat Islam, memiliki
pengaruh yang sangat besar dalam jiwa dan perilaku manusia. Kesucian dan
keagungannya Al-Qur‟an menjadikan masyarakat Muslim memperlakukannya
sebagai kitab suci dan meresepsi dengan banyak hal yang berkaitan dengannya
Al-Qur‟an merupakan suatu produk budaya, yakni teks yang muncul dalam
sebuah struktur budaya arab ketujuh selama lebih darin duapuluh tahun,dan ditulis
berpijak pada aturan-aturan budaya, yang didalamnya bahasa merupakan sistem
pemaknaan.Namun pada akhirnya, teks berubah menjadi produser budaya, yang
menciptakan budaya baru sesuai dengan dunianya, sebagai tercermin dalam
buadaya Islam sepanjang sejarahnya. 2
Agama Islam mengandung jalan hidup manusia yang paling sempurna
dan berisi ajaran yang membimbing umat manusia menuju kebahagiaan dan
kesejahteraan. Al-Qur‟an juga mengajak memikirkan penciptaan manusia sendiri
dan rahasia-rahasia yang terdapat dalam dirinya. Ayat-ayat Al-Qur‟an
mengarahkan manusia dengan tanda-tanda kekuasaan Allah, ayat Al-Qur‟an tiada

1
Choiruddin Hadhiri SP,Klafikasi Kandungan Al-Qur’an: (Jakarta: Gema Insani
Press,1993),25.
2
Lihat Sahiron Syamsuddin, Ranah-ranah Penelitian dalam studi Al-Qur’an dan Hadits,
Metodelogi Penelitian Living Qur’an(Yogyakarta:Teras,2007),11.

1
2

hentinya menaburkan mutiara-mutiara Ilmu dan pengetahuan kepada seluruh


dunia.
Dialah Al-Quran mukjizat yang kekal dengan kekalnya manusia di atas
permukaan bumi dan menyingkap ufuk-ufuk ilmu dan pengetahuan kepada
manusia disetiap saat. Ditengah-tengah Lembaran Al-Quran terdapat isyarat yang
banyak memuat hakikat penciptaan manusia,alam semesta.Al-Quran merupakan
mukjizat yang terbesar diantara mukjizat yang pernah Allah SWT berikan kepada
Nabinya. Kualitas kebenarannya bersifat Ilmiah yang tidak dapat dilakukan oleh
siapapun sampai hari kiamat nanti.Sebagaimana Firman Allah SWT dalam QS.
Al-Isra‟,ayat 88:

            

      


“katakanlah Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk
membuat yang serupa Al-Qur‟an ini,niscaya mereka tidak akan dapat
membuat yang serupa dengan dia,sekalipun sebagian mereka menjadi
pembantu bagi sebagian yang lain‟‟(QS. Al-Isra‟: 88).3

Al-Quran diturunkan Oleh Allah SWT, Kepada Manusia untuk menjadi


petunjuk dan menjadi pemisah antara yang hak dan yang batil.Sesuai dengan
Firmannya dalam QS.Al-Baqarah,ayat 185:

       


“Al-Qur‟an diturunkan oleh Allah SWT, kepada manusia untuk menjadi
petunjuk pemisah antara yang hak dan yang batil. Sesuai dengan
Firmannya‟‟.( QS. Al-Baqarah: 185).4

Al-Quran di turunkan oleh Allah SWT. kepada manusia untuk menjadi


petunjuk dan menjadi pemisah antara yang hak dan yang batil. Mengkaji Al-
Quran, sampai detik ini,masih menjadi urutan terpenting dan pertama dalam
upaya mempelajari agama Islam.Tentunya model pengkajiannya pun sangat

3
M.Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah Vol.1(Jakarta:Lentera Hati,2002) 87.
4
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, diterbitkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia
(Jakarta:Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktur Pembinaan Perguruan
Agama Islam.,1992),105.
3

berperan didalam upaya mendapatkan hasil dan tujuan yang optimal.Seiring


perkembangan zaman,kajian mengenai Al-Quran dan Al-Hadis mengalami
pengembangan wilayah kajian. Dari kajian teks kepada kajian sosial-budaya, yang
menjadikan masyarakat agama sebagai objeknya. Kajian ini sering disebut dengan
istilah “living Qur’an” Secara sederhana,“living Qur’an” dapat dimaknai sebagai
gejala yang nampak di masyarakat berupa pola-pola prilaku maupun respons
sebagai pemaknaan terhadap nilai-nilai Quran.
Berinteraksi dengan Al-Quran menghasilkan pemahaman dan penghayatan
terhadap ayat Al-Quran Pemahaman dan penghayatan individual yang
diungkapkan dan dikomunikasi secara verbal maupun dalam bentuk tindakan
dapat mempengaruhi individu lain,sehingga membentuk kesadaran bersama.Pada
taraf tertentu, melahirkan tindakan-tindakan kolektif dan terorganisasi.
Pengalaman bergaul dengan Al-Quran itu meliputi bermacam-macam,bentuk
kegiatan,misalnya membaca Al-Quran memahami dan menafsirkan Al-Quran,
berobat dengan Al-Quran,mengusir makhluk halus dengan Al-Quran menerapkan
Ayat-ayat Al-Quran tertentu dalam kehidupan individual maupun dalam
kehidupan sosial Al-Quran juga menuntun manusia untuk menjalani segala aspek
kehidupan,jauh sebelum ilmu pengetahuan Al-Quran telah memberi penjelasan
tahapan penciptaan manusiaRangkaian perjalanan hidup manusia mulai dari
kelahiran hingga berakhir pada saat seseorang meninggal dunia. 5
Living Qur‟an adalah sebuah tren baru dalam dunia yang mana Al-Qur‟an
diinginkan untuk tidak hanya dimaknai sebagai sebuah kitab suci,tetapi juga
sebuah kitab yang isinya terwujud atau berusaha diwujudkan dalam kehidupan
sehari-hari.Studi Al-Qur‟an bukan hanya studi tentang ulum Al-Qur‟an dan tafsir.
Akan tetapi juga merealisasikan Ayat Al-Qur‟an dalam kehidupan yang nyata,
hubungan antara sesama manusia baik seagama ataupun bukan, dan hubungan
manusia dengan lingkungan alamnya.6

5
Muhammad Yusuf,Pendekatan Sosiologi dalam penelitian Living Qur’an,dalam Metode
Living Qur’an dan Hadits,Syahiron Syamsuddin,36-37.
6
Muhammad Mansur,Living Qur’an dalam lintas sejarah Al-Qur’an oleh sahiron
syamsuddin Metodelogi Penelitian Living Qur’an dan Hadits, (Yogyakarta:TH Press,2007),5.
4

Fokus penelitian ini adalah respon atau perhatian masyarakat terhadap Al-
Qur‟an terkait resepsi terhadap teks tertentu atau hasil penafsiran tertentu,yang
ditemui dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan teks yang hidup ditengah
dimasyarakat. Pembacaan surah yusuf dan maryam pada sebuah tradisi maupun
kegiatan masyarakat terhadap Al-Qur‟an disebut dengan Living Qur‟an. Studi
mengenai living Qur‟an adalah mempelajari kehadiran Al-Qur‟an dalam
fenomena-fenomena yang tumbuh di dalam masyarakat. Perbedaan wilayah
geografis ataupun masa yang berbeda mempengaruhi cara pandang terhadap Al-
Qur‟an. 7
Sejarah Pelaksanaan Tradisi tujuh bulanan adalah salah satu selamatan
tujuh bulanan bayi yang ada dikandungan. Tradisi ini dimaksudkan untuk
mendoakan calon bayi agar kelak menjadi anak yang shalih atau shalihah dan
sang ibu agar saat persalinan diberi kelancaran dan kemudahan. Adapun dipilih
waktu tujuh bulanan, karena pada saat itu bayi sudah (menetap atau siap ), keluar
ke dunia. 8
Dalam tradisi ini, masyarakat Desa Rantau Limau Manis biasanya
membaca dua surah yaitu surah yusuf dan surah maryam yang akan dibacakan.
Sebagai contoh dilingkungan masyarakat Desa Rantau Limau Manis kecamatan
tabir ilir kabupaten merangin.Memilih Q.S Yusuf dan Q.S Maryam,adanya
perbedaan dalam penetapan surah yang lain dalam Al-Qur‟an dalam tradisi (tujuh
bulanan ) dikarenakan pemahaman akan makna dan keutamaan dari surah-surah
Al-Qur‟an semuanya memiliki keutamaan ditambah dengan pengalaman yang
lainnya. 9
Dalam masalah ini membahas tentang pembacaan surah yang dibacakan
pada masa tujuh bulanan.Karena didalam suatu tradisi mempunyai nilai
bagaimana manusia berhubungan dengan manusia lain atau satu kelompok
lain,bagaimana manusia bertindak terhadap lingkungannya dan bagaimana
manusia berperilaku terhadap alam yang lain.Tradisi pembacaan surah ini

7
Ali Sodiqin,Antropologi Model Dialektika wahyu dan budaya(Yogyakarta:Ar Ruzz
Media,2008),22-25.
8
Ibid.
9
Hadi,Risno.Metodelogi Research(Yogyakarta: Adi Otset,)1995.
5

dilakukan dikalangan masyarakat Rantau Limau Manis,Kecamatan tabir


ilir,Kabupaten merangin, yakni sudah menjadi tradisi sebelum melahirkan.Sejarah
tersebut memberikan gambaran tentang tradisi yang merupakan tradisi dan
budaya.Berbagai macam ritual tujuh bulanan tersebut masih dilestarikan oleh
masyarakat Desa Rantau Limau Manis Pada masa tujuh bulanan.10
Pada umumnya dilakukan pada saat mengandung anak pertama dan
seterusnya. Hal tersebut memohon keselamatan untuk Ibu yang sedang
mengandung dan calon bayi yang akan dilahirkan.Disamping itu, juga sebagai
bentuk rasa syukur akan kehadiran calon penerus keluarga tersebut.Persepsi
masyarakat terhadap Al-Qur‟an yang masuk pada sebuah tradisi merupakan cara
pandang masyarakat dalam persepsi Al-Qur‟an dalam kehidupan mereka Kajian
ini menjadi penting untuk diteliti dalam rangka mengetahui masyarakat muslim
dengan Al-Qur‟an.Oleh karena itu, studi living Qur‟an dijadikan perangkat dalam
mengkaji pembacaan Al-Qur‟an dalam pelaksanaan acara tujuh bulanan Desa
Rantau Limau Manis sebagai budaya yang masih dilestarikan.11
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis bermaksud mengkaji
lebih jauh persoalan yang berjudul. “Implementasi Pembacaan Surah Yusuf
dan Maryam Dalam Tradisi Tujuh Bulan Masyarakat Desa Rantau Limau
Manis,Kecamatan Tabir Ilir,Kabupaten Merangin’’.
B. Permasalahan
Pokok Masalah yang diangkat dalam Penelitian ini adalah: Bagaimana
Implementasi Pembacaan Surah Yusuf dan Maryam dalam Tradisi Tujuh
Bulanan Masyarakat Desa Rantau Limau Manis, Kecamatan Tabir Ilir, Kabupaten
Merangin? Maka Penulis akan Merumuskan beberapa Pokok Permasalahan yang
akan dikaji dalam Penelitian ini Pokok Permasalahan dapat dirumuskan dalam
bentuk Pertanyaan sebagai berikut:

10
Eseack,Farid. Menghidupkan Al-Qur’an dalam wacana dan perilaku,judul asli:Al-
Qur’an a short Introduction,Penterjemah: Norma Arbi‟a Juli Setiawan (Jakarta: Inisiasi
Press,)2006.
11
Ibid.
6

1. Bagaimana Prosesi Pembacaan Surah Yusuf dan Maryam yang


dilakukan oleh masyarakat Desa Rantau Limau Manis, Kecamatan
Tabir Ilir,Kabupaten Merangin?
2. Apa Fungsi Pembacaan Surah Yusuf dan Maryam dalam Tradisi
Tujuh Bulan masyarakat Desa Rantau Limau Manis,Kecamatan
Tabir Ilir,Kabupaten Merangin?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang skripsi ini, mengingat bahwa banyaknya ayat
Al-Qur‟an yang membicarakan tentang pembacaan surah di dalam Al-Qur‟an
yang baik untuk dibacakan oleh orang yang hamil selama masa kehamilan adalah
surah yusuf dan maryam maka penulis membatasi pembahasan pada dua surah itu
saja.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuannya
a. Kajian ini dimaksudkan untuk menggambarkan prosesi tujuh bulanan
dengan membaca surah yusuf dan Maryam yang biasa dibaca oleh
masyarakat Desa Rantau Limau Manis, Kecamatan Tabir Ilir.
b. dalam kajian ini juga dimaksudkan untuk mengungkapkan makna dan
tujuan dari (Tujuh Bulanan) yang didalamnya terdapat pembacaan
Surah Yusuf dan Maryam bagi masyarakat Desa Rantau Limau
Manis, Kecamatan Tabir Ilir.
2. Kegunaan Penelitian
a. Manfaat teoritis Penelitian ini dapat memberikan wacana dalam dunia
dan dapat menambahkan bahan pustaka sekaligus memperkaya bentuk
tulisan dalam dunia Islam,terutama jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan
Tafsir.Agar menjadi salah satu referensi untuk penulisan mengenai
fenomena yang hidup ditengah masyarakat.
b. Manfaat Praktis Penulisan dimaksudkan untuk membantu
memperkenalkan salah satu bentuk keanekaragaman khasanah
masyarakat muslim, guna untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
7

terhadap pentingnya menjadikan Al-Qur‟an sebagai bagian dalam


hidup.

E. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan penelusuran dan pembacaan terhadap penelitian-penelitian
yang terdahulu, penulis menemukan beberapa buku, jurnal,dan skripsi yang terkait
judul yang diangkat oleh penulis, diantaranya yaitu Skripsiyang berjudul ”Nilai
Filosofi upacara daur hidup (tujuh bulanan) di dusun kedung 1,desa karang
tengah, kecamatan wonosari, kabupaten gunung kidul‟‟, Karya Benny Prabawa.
Menjelaskan rangkaian acara upacara tujuh bulanan di dusun kedung 1,desa
karangtengah, kecamatan wonosari, kabupaten gunung kidul,masyarakat jawa
menyakini peralihan dari tingkat sosial yang satu ketingkat sosial yang lain
merupakan saat-saat yang berbahaya.
Skripsi yang berjudul”Tradisi pembacaan surah pilihan dalam Ritual tujuh
bulanan”, karya Siti Mas‟ulah. Mengkaji fenomena dan resepsi masyarakat
terhadap kehadiran Al-Qur‟an dalam kehidupan praktis diantaranya adalah
Antropologi Al-Qur‟an model dialektika wahyu yang ditulis oleh Ali Shodiqin.
Buku ini merupakan disertasi beliau yang didalamnya menjelaskan tentang
bagaimana enkulturasi nilai-nilai Al-Qur‟an terhadap tradisi-tradisi yang berlaku
di masyarakat Arab. Karya tulis yang berupa skripsinya antara lain buah karya
Iwan Zuhri, memilih topik” nilai-nilain pendidikan Islam dalam tradisi mitoni di
padukuhan pati,kelurahan genjahan,kecamatan ponjong,kabupaten gunung kidul
(2009 ) Karya tersebut terfokus pada pembahasan terkait nilai-nilain ajaran Islam
yang diserap dalam tradisi mitoni di
padukuhan pati,kelurahan genjahan, kecamatan ponjong, kabupaten
gunung kidul. Jadi skripsi tersebut dijelaskan nilai-nilai pendidikan Islam yang
terangkum dalam ritual mitoni/tujuh bulanan antara lain: iman, Ihsan, takwa,
ikhlas, tawakkal, syukur, silaturrahim dan shadaqah.12

12
Muhammad Musthafa Azami,Metodelogi Kritik Hadis A.Yamin (Jakarta:Pustaka
Hidayah,1992),19.
8

Skripsinya Muchibbah sektioningsih yang berjudul, “Adopsi Ajaran Islam


dalam ritual mitoni di desa Nagagel kecamatan dukuhseti kabupaten pati, dalam
skripsinya dipaparkan mengenai rangkaian ritual mitoni yang dilakukan oleh
masyarakat Ngagel sangat kental dengan ajaran-ajaran Islam, meskipun ritual
tersebut dikemas dalam serangkaian kegiatan yang sarat dengan tradisi jawa.
Adapun ajaran Agama Islam yang diadopsi dalam ritual mitoni dalam surah Al-
A‟raf ayat 189 yang memerintahkan umat Islam untuk bersyukur dan berdo‟a
untuk keselamatan ibu dan calon bayi ketika bayi yang ada dalam kandungan
sudah mempunyai bentuk yang sempurna ( kandungan berusia tujuh bulan).
Selanjutnya ajaran yang lain yaitu pembacaan doa yang bersumber dari surah Al-
Maidah ayat 35 yaitu syukur, yang merupakan perintah Allah yang terdapat dalam
Al-Qur‟an dan hadis.13
Skripsinya Efa Nusantari yang berjudul,”Pandangan sarjana UIN Sunan
Kalijaga terhadap Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tradisi Tujuh Bulanan”.
Hasil Penulisan Efa menunjukkan bahwa adanya heterogenitas cara pandang para
sarjana UIN Sunan Kalijaga di Gadingsari terhadap pendidikan Islam yang
terdapat dalam tradisi mitoni. Tradisi mitoni yang masih berkembang dapat
dijadikan sarana pengenalan tidak langsung kepada lingkungan sosial setempat.
Skripsinya Rafi‟uddin yang berjudul, ” Pembacaan Ayat-ayat Al-Qur‟an
dalam upacara (Tujuh bulanan) peret kandung Desa poteran, Kecamatan talango,
Kabupaten sumenep madura”. Dalam tulisannya memfokuskan tentang fenomena
dan pemaknaan masyarakat terhadap pembacaan Al-Qur‟an dalam upacara peret
kandungan di desa Poteran, Kecamatan Talango, Kabupaten Sumenep Madura
Skripsinya Anisa Fitri yang berjudul,‟‟Amalan Ibu Hamil di Desa Tungkal‟‟.
Hasil Penulisan Anisa Fitri menunjukkan bahwa adanya cara Pandang amalan Ibu
hamil Desa Tungkal,sarjana UIN Sts Jambi.
Berdasarkan beberapa karya yang berupa buku, penulis tidak menemukan
pembahasan tentang tema yang akan diangkat oleh penulis, sedangkan karya yang
berupa skripsi, ada kemiripan dengan tema yang membahas tentang penelitian ini,
akan tetapi terdapat perbedaan dari karya-karya skripsi yang disebutkan diatas

13
Sahiron Syamsuddin,,Metodelogi Penelitian Living Qur’an dan Hadis.68.
9

dengan penulis, yakni dari segi kerangka teori yang digunakan dalam kajian ini,
selain itu tempat maupun lokasi penelitian juga berbeda.

F. Kerangka Teori
Kerangka Teori adalah landasan teoritis yang digunakan dalam melakukan
penelitian yang dibangun harus dapat mengarahkan penelitian pada pemikiran
yang baik dan benar sesuai dengan teori. Artinya kerangka teori tidak hanya
memuat teori ataupun konsep secara deskriptif. Namun dapat diterjemahkan ked
dalam bahasa operasional dapat digunakan sebagai torak ukur instrumen dari
berbagai masalah dalam penelitian tersebut.
Kajian living Qur‟an memberikan kontribusi yang signifikan bagi
pengembangan wilayah objek kajian Al-Qur‟an. Dalam lintasan sejarah
Islam,bahkan pada era yang sangat dini,praktek memperlukan Al-Qur‟an sehingga
bermakna dalam kehidupan umat pada dasarnya sudah terjadi. Ketika Nabi
Muhammad SAW masih hidup, sebuah masa yang paling baik bagi Islam, masa
dimana semua perilaku umat masih terbimbing wahyu lewat Nabi secara
langsung, praktek semacam ini konon dilakukan oleh Nabi sendiri. Dengan kata
lain, Living Qur‟an sebenarnya bermula dari fenomena Qur’an in Everyday life,
yakni makna dan fungsi Al-Qur‟an yang rill dipahami dan dialami masyarakat
muslim, belum menjadi obyek studi bagi Ilmu-ilmu Al-Qur‟an konvensional
(Klasik).
Praktek-praktek semacam ini dalam bentuknya yang paling sederhana
pada dasarnya sudah sama tuanya dengan usia Qur‟an itu sendiri. Namun, pada
periode yang cukup panjang praktek-praktek di atas belum menjadi obyek kajian
penelitian Qur‟an. Baru pada penggal terakhir sejarah studi Qur‟an kajian tentang
praktek-praktek ini dinisiasikan ke dalam wilayah studi Qur‟an oleh para
pemerhati studi Qur‟an.
Tradisi tujuh bulanan adalah salah satu tradisi selamatan tujuh bulanan
bayi yang ada dikandungan. Tradisi ini dimaksudkan untuk mendoakan calon bayi
agar kelak menjadi anak yang shalih atau shalihah dan sang ibu agar saat
10

persalinan diberi kelancaran dan kemudahan. Adapun dipilih waktu tujuh bulanan,
karena pada saat itu bayi sudah (menetap atau siap ), keluar ke dunia.
Penelitian ini di Desa Rantau Limau Manis membaca Ayat Suci Al-
Qur‟an yang dibaca dalam usia kandungan (tujuh bulan). Dalam tradisi tidak
semua ayat Al-Qur‟an dibaca dalam mengamalkan surah untuk kandungan
melainkan beberapa surah saja yang terbiasa dibaca. Fungsi-fungsinya yang lahir
sebagai sarana Perlindungan,sarana pengobatan,sarana mencari rizki dan sarana
pengetahuan.
G. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian living Qur‟an ini adalah metode
yang berkenaan dengan lapangan (field research) dengan lokasi di kecamatan
tabir ilir kabupaten merangin. Menggunakan metodelogi penelitian kualitatif.
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode yang digunakan dalam
metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,interview
(wawancara) dokumentasi. Metode dalam pengumpulan data. Pertama observasi
yang langsung terjun kelapangan. Kedua interview (wawancara) dengan beberapa
masyarakat yang menjadi informan mengenai surah dan ayat Al-Qur‟an yang
digunakan ibu hamil di kecamatan tabir ilir kabupaten merangin. Ketiga
dokumentasi untuk mendukung data yang diperoleh selama observasi dan
interview.
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian secara langsung. Yaitu penelitian
lapangan (field research ). Sumber utama penelitian ini adalah ayat-ayat Al-
Qur‟an yang dibaca oleh ibu hamil. Tujuannya adalah menggambarkan secara
tepat sifat-sifat individu, keadaan kelompok dengan masyarakat, kemudian data-
data tersebut akan dianalisis.14
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di Desa rantau limau manis, kecamatan tabir ilir,
kabupaten merangin, dari hasil observasi, data kelurahan dan wawancara dengan

14
Abdul Mustakim,Living Qur’an dalam lintas Sejarah Studi Al-Qur’an ,Metode
Penelitian Living Qur‟an.68.
11

tokoh masyarakat setempat peneliti mendapatkan data mengenai desa rantau limau
manis. Desa rantau limau manis terdiri dari 3 RW dan 5 RT. Lokasi desa ini
dibatasi dengan desa bukit jung, desa muara menelang, desa rantau palembang.
Hal ini terlihat dari masyarakat yang masih berpegang teguh pada budaya-budaya,
seperti sedekahan(Tujuh bulanan). Akan tetapi dengan adanya pendatang dari luar
dan menetap di desa rantau limau manis menambah pemahaman masyarakat
setempat dalam hal Agama. Tradisi tersebut terdapat bacaan surah dalam Al-
Qur‟an tanpa menghilangkan tradisi atau adat masyarakat setempat.15
Tradisi-tradisi inilah yang menjadikan desa rantau limau manis menarik
untuk ditelitikan. Disatu sisi, masyarakat masih kenal dengan budaya, disisi yang
lain adanya kesadaran dalam beragama yang mendorong mereka untuk
memberikan unsur-unsur Islam dalam tradisi tersebut.16
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian sebagai sumber data, yaitu informan non kunci yaitu
masyarakat setempat meliputi ketua RW, ketua RT, masyarakat desa rantau
limau manis yang pernah melakukan acara tradisi tersebut. Objek penelitian ini
adalah tradisi yang dilaksanakan di desa rantau limau manis. Sebagai peneliti
studi kasus, maka objek dan subjek penelitian(informan).17
4.Teknik Pengumpulan data
a.Observasi, merupakan salah satu metode utama dalam penelitian
keagamaan terutama sekali penelitian (Kualitatif). Ia merupakan metode
pengumpulan data yang paling alamiah dan paling banyak digunakan
tidak hanya dalam keilmiahan tetapi juga dalam berbagai sktivitas
kehidupan. Arti umum observasi adalah melakukan kegiatan terjun
kelapangan dalam rangka mengamati,mendengar dalam rangka
memahami.Terjun kelapangan merupakan proses mencari jawab dan
mencari bukti terhadap fenomena keagamaan yang terjadi di masyarakat.

15
Sauri,Pemuka Agama Desa Rantau Limau Manis,Wawancara dengan Penulis,19
April 2019,Kabupaten Merangin,Rekaman Audio.
16
Ibid.,185.
17
Abdul Manap,Ketua Adat Rantau Limau Manis, Wawancara dengan Penulis,20 April
2019,Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
12

Dalam hal ini mencatat, memotret fenomena tersebut guna penemuan


data analisis.
b.Wawancara ini biasa digunakan oleh para peneliti lapangan,karena
dianggap sebagai salah satu dari penggalian data yang cukup efektif dan
efesien. Pekerjaan ini dilakukan dengan cara bertanya dan berdialog
dengan informan (tokoh-tokoh) yang ditentukan sebagai kunci pokok.
Tujuan ini untuk mendapatkan data-data yang terkait dengan objek yang
diteliti,yang berhubungan dengan tradisi ibu hamil.
c. Dokumentasi merupakan pengumpulan data dari sumber dokumen dari
objek yang akan diteliti. Data yang diambil adalah dokumentasi yang
berupa foto-foto yang berkaitan dengan objek yang diteliti.18
5. Teknik Pengolahan data
Penulis menggunakan tiga tahapan dalam mengolah data yang diperoleh
selama prengumpulan data. Pertama, reduksi data yang merupakan penyeleksian,
pemfokusan dan abstraksi data dari hasil catatan lapangan.Data yang diperoleh
dalam tradisi ibu hamil secara keseluruhan dikumpulkan kemudian
diklasifikasikan sesuai konsep penelitian yang telah dirancangkan sebelumnya.
Data yang diperolah terbagi menjadi kelompok-kelompok tertentu sesuai dengan
konsep yang sudah dibentukkan oleh peneliti, sehingga pada tahap ini data yang
diperoleh lebih fokus dan ringkas, dan sudah terbagi-bagi.
Kedua, display atau penyajian data, pada tahap ini penulis melakukan
organisasi data, mengkaitkan hubungan tertentu antara data yang satu dengan data
yang lainnya. Dalam hal ini misalnya mengenai ritual tujuh bulanan dan
bagaimana pembacaan Al-Qur‟an dalam tradisi tersebut. Pada proses ini penulis
menyajikan data yang lebih kongkret dari tahap sebelumnya,serta telah
diklafikasikan pada tema-tema yang sudah dirancangkan oleh peneliti tersebut.
Ketiga, verifikasi, pada tahap ini penulis melakukan penafsiran (interpretasi
terhadap data yang telah diperoleh dan melalui tahap reduksi dan display
(penyajian) sehingga data yang ada telah memiki makna. Dalam tahap
interprestasi dapat dilakukan dengan cara membandingkan, tema-tema dan pola-

18
Ibid
13

pola, pengelompokan, melihat kasus perkasus dan melakukan pengecekkan


terhadap hasil observasi serta melakukan wawancara dengan informan.Proses ini
juga menghasilkan sebuah hasil analisis yang telah dikaitkan dengan asumsi-
asumsi dari kerangka teoritis yang ada Selain itu penulis juga menyajikan jawaban
atau pemahaman terhadap rumusan masalah yang dicantumkan dibagian latar
belakang masalah penelitian.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini yaitu memberi gambaran yang
jelas dan komperhensif mengenai isi dan pembahasan dari tulisan,maka penulis
merumuskan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I merupakan bagian pendahuluan menguraikan latar belakang masalah
serta argumentasi seputar signifikasi dan alur penyelesaian dari penelitian.
Kemudian permasalahan, batasan Masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
Metode Penelitian, Kerangka Teori, Tinjauan Pustaka dan sistematika Penulisan .
Latar belakang menguraikan tentang alasan mengapa penulis mengangkat
topik yang diteliti. Rumusan masalah berisi poin-poin yang penting akan menjadi
pembahasan. Tujuan dan kegunaan penelitian memapar urgensi penelitian yang
hendak dilakukan mengenai topik yang hendak diangkat. Tinjauan pustaka
penelusuran dan pembacaan terhadap penelitian-penelitian yang terdahulu,
penulis menemukan beberapa buku, jurnal,dan skripsi yang terkait judul yang
diangkat oleh penulis, berisi beberapa literatur yang secara langsung maupun
tidak yang berkaitan dengan pokok permasalahan penelitian ini.
Adapun kerangka teori yang berisi teori dasar yang menjadi landasan
dalam penelitian ini. Metode penelitian menyebutkan metode-metode ataupun
langkah yang akan digunakan dalam penelitian ini didalam rangka memperoleh
data dan informasi mengenai pokok penelitian ini. Dan terakhir ada sistematika
penulisan yang berisi mengenai susunan penulisan dari hasil penelitian.
Bab II berisi gambaran lokasi penelitian Desa Rantau Limau manis,
kecamatan tabir ilir, kabupaten merangin.
Bab III yaitu memaparkan pelaksanaan tradisi yang dilaksanakan di desa
rantau limau manis, kecamatan tabir ilir kabupaten merangin. Beserta pentingnya
14

tradisi tersebut bagi masyarakat yang mengandung makna komplit untuk


keselamatan kandungannya.
Bab IV membahas fungsi membaca Surah Yusuf dan Surah Maryam yang
korelasinya terkait dengan Al-Qur‟an. Bab ini membahas bagaimana masyarakat
Desa Rantau Limau Manis mengenai fungsi pembacaan Surah Yusuf dan
Maryam serta pemaknaannya.
Bab V bab penutup Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran. Kedua
duanya perlu ditaruh setiap akhir dari pembahasan sebagai kesimpulan atau
ringkasan dari semua pembahasan. Dalam bab ini juga berisi saran agar
pembahasan yang disajikan mendapat saran bahkan kritikan supaya hasil
penelitiannya ini lebih baik.
15

BAB II
GAMBARAN UMUM DESA RANTAU LIMAU MANIS

A. Letak Geografis Desa Rantau Limau Manis


Sejarah Berdirinya Menurut penuturan beberapa pemuka masyarakat yang
terdiri dari Ketua adat setempat,desa ini telah terbentuk jauh sebelum kedatangan
penjajah Belanda. Pada awalnya, pemukiman penduduk desa ini berada di wilayah
Dusun Tunggul Bulin (Kini Desa Tunggul Bulin) yang merupakan cikal bakal
terbentuknya Desa Rantau Limau Manis. Bahkan pada awalnya, wilayah desa
mencakup beberapa wilayah desa sekitar yang ada sekarang. Para pemukimnya
pun terdiri dari satu keturunan atau masih bersaudara yang terikat satu dengan
yang lainnya.Baru kemudian setelah berdatangan para pendatang dari bermacam-
macam daerah yang kemudian membentuk komunitas sendiri dan akhirnya
membentuk wilayah tersendiri. 19
Desa Rantau Limau Manis ini terletak di pinggiran sungai tabir yang
bersumber dari danau kerinci, kabupaten kerinci jambi, dan bermuara di sungai
Batanghari yang merupakan salah satu sungai terbesar di sumatera. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa masyarakat desa ini, juga hampir sebagian besar
desa yang ada di propinsi jambi, merupakan masyarakat sungai karena sejak
dahulu aktifitas masyarakatnya banyak menggunakan sarana sungai sebagaimana
yang umumnya juga banyak dijumpai di hampir sebagian besar wilayah pulau
sumatera.Sungai juga dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan mencuci,
mandi dan buang hajat. Meskipun demikian, beberapa tahun belakangan ini hanya
sebagian kecil masyarakat saja yang masih melakukan hal serupa karena
dibeberapa rumah telah tersedia kamar mandi dan fasilitas mencuci yang modern.
Orang-orang yang datang dari belantara timur desa ini,tepatnya wilayah
peladangan Muara Teleh, kemudian membentuk pemukiman di bagian barat desa
ini hingga menjadi Desa Ulak Makam.

19
Data Desa Rantau Limau Manis, Kecamatan Tabir Ilir,Kabupaten Merangin (Bangko:
2019),3-5.

15
16

Sedangkan para pendatang membuka beragam pemukiman baru di sekitar


desa ini.Misalnya, komunitas transmigran yang sebagian besar berasal dari Pulau
Jawa atas prakarsa dan fasilitas pemerintah membuka pemukiman baru di wilayah
timur,utara dan selatan desa.Pemukiman-pemukiman baru ini kemudian
membentuk bermacam-macam unit transmigrasi yang selanjutnya menjelma
menjadi desa-desa baru yang berdiri sendiri.Adapun orang-orang yang berasal
dari Palembang, Padang, Kerinci dan Medan biasanya hanya pendatang musiman
yang hanya pada beberapa perkebunan yang ada di desa ini.Meskipun demikian,
terdapat beberapa orang di antara mereka yang kemudian menetap di desa ini
karena telah mendapatkan pekerjaan yang tetap atau menikah dengan penduduk
setempat.
Sistem Kepercayaan Seperti umumnya orang-orang Melayu yang
merupakan bagian terbesar penduduk desa ini,mayoritas masyarakat desa ini
adalah pemeluk Agama Islam. Beragam tradisi keislaman tak asing lagi bagi
mereka, karena telah ada sejak zaman nenek moyang mereka dahulu. Namun
pengajaran Agama Islam dimulai pada sekitar abad ke 18, dengan bukti pengajian
yang lebih besar dibuka pada masa itu oleh seorang ulama bernama Imam Mukoh.
Seperti masyarakat pemeluk Islam lainnya,beragam aktivitas keagamaan
senantiasa mereka jalani, seperti shalat lima waktu, shalat jumat, puasa Ramadhan
dan ibadah haji. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tatanan sosial
kemasyarakatan yang berlaku di desa ini adalah berlandaskan ajaran Islam,
meskipun juga diakui masih terdapat secuil kepercayaan animisme yang masih
melekat di tengah sebagian kecil masyarakat. Karena begitu kuatnya ajaran Islam
tertanam di tengah-tengah masyarakat, hampir dipastikan bahwa setiap warga di
desa ini dapat memahami ajaran Islam dan bisa membaca Al-Qur‟an.
Realitas ini karena sejak kecil mereka memang melakukannya sebagai
rutinitas. Pengajian-pengajian dan perlombaan-perlombaan keagamaan pun sering
dilakukan untuk lebih mendekatkan masyarakat akan ajaran Islam. Beragam
aktivitas yang dilaksanakan oleh masyarakat desa ini dipusatkan di masjid yang
cukup besar dan telah berumur puluhan tahun.
17

Segala kegiatan keagamaan yang berskala besar dilakukan di sini, seperti


ibadah shalat Jumat dan shalat Ied. Shalat Tharawih dan tadarusan pada bulan
Ramadhan juga dilaksanakan di masjid di samping juga di mushalla-mushalla
yang ada, sedangkan kegiatan keagamaan yang berskala kecil, seperti Yasinan
setiap malam Jumat, biasanya dilaksanakan di rumah-rumah penduduk secara
bergiliran pada masing-masing RT.Bahkan,dengan alasan efisiensi dan efektivitas,
penyuluhan dan pengumuman yang berkaitan dengan pemerintahan desa juga
dilaksanakan di masjid desa.
Keadaan Pendidikan Pada zaman dahulu sektor pendidikan menjadi
agenda yang tidak diutamakan bagi mayoritas masyarakat di desa ini. Hal ini
berdampak pada rendahnya jumlah masyarakat yang melanjutkan pendidikannya
ke jenjang yang lebih tinggi. Dari data statistik sebelum tahun 1990 yang terdapat
di balai desa terlihat bahwa mayoritas masyarakat hanya mengenyam pendidikan
Sekolah Dasar,bahkan lebih setengahnya tidak berhasil menamatkan
pendidikannya. Hanya segelintir di antara mereka yang kemudian melanjutkan ke
jenjang lanjutan, seperti SLTP dan SLTA. Lebih jauh lagi, data tersebut
mengungkapkan bahwa hanya lima puluh orang di antara mereka melanjutkan
pendidikan ke jenjang sarjana, tetapi hanya setengah di antara mereka yang
berhasil menggondol gelar sarjana dari berbagai perguruan tinggi.
Desa Rantau Limau Manis berada di Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten
Merangin Jambi. Desa ini terletak antara 10.20 – 10.40 BT dan antara 20 – 30 LS
dengan luas wilayah 4,3 Km2 dan ketinggiannya berkisar 150 m di atas
permukaan laut. Desa ini adalah ibu kota Kecamatan Tabir Ilir yang merupakan
pemekaran dari Kecamatan Tabir, hal ini menjadikan desa ini sebagai wilayah
yang sangat strategis, baik secara ekonomi, sosial, politik maupun budaya.
Adapun batas-batas wilayah desa ini yaitu: Utara berbatasan dengan Desa Kota
Raja Kecamatan Tabir Ilir Selatan berbatasan dengan Desa Simpang Limau
Manis Kecamatan Tabir Ilir dan Desa Bukit Subur Kecamatan Tabir Timur Barat
berbatasan dengan Desa Tunggul Bulin kecamatan Tabir Ilir Timur berbatasan
dengan Desa Sungai Limau Kecamatan Tabir Timur Desa Rantau Limau Manis
18

termasuk kategori daerah terpencil, karena lokasinya yang jauh dari pusat kota,
baik dari ibu kota propinsi (Jambi) maupun ibu kota kabupaten (Bangko). 20
B. Demografis Desa Rantau Limau Manis
Untuk menjangkau desa yang dikelilingi oleh sejumlah areal perkebunan
ini, maka dapat memanfaatkan angkutan darat dari kota Jambi dengan jarak
tempuh sembilan jam untuk ukuran normal. Desa Rantau Limau Manis yang
menjadi lokasi penelitian ini terletak di pinggiran sungai Tabir yang bersumber
dari Danau Kerinci, Kabupaten Kerinci Jambi, dan bermuara di Sungai Batanghari
yang merupakan salah satu sungai terbesar di Sumatera. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa masyarakat desa ini, dan juga hampir sebagian besar desa yang
ada di Propinsi Jambi, merupakan masyarakat sungai, karena sejak dahulu
aktivitas masyarakatnya banyak menggunakan sarana sungai sebagaimana yang
umumnya juga banyak dijumpai di hampir sebagian besar wilayah pulau
Sumatera.
Desa Rantau Limau Manis dapat dikategorikan sebagai wilayah desa
dengan jumlah penduduk yang relatif besar jika dibandingkan dengan wilayah
lainnya yang ada dalam Kabupaten Merangin. Angka kelahiran dan kematian
berbanding terbalik yang berarti bahwa tingkat kelahiran sangat tinggi jika
dibandingkan angka kematian. Kenyataan ini makin dikuatkan dengan adanya
anggapan yang sudah mendarah daging di tengah masyarakat bahwa banyak anak
banyak rezeki. Hal ini berarti secara tidak langsung memotivasi masyarakat untuk
21
memiliki keturunan sebanyak-banyaknya. Dengan ini dapat dipastikan bahwa
setiap keluarga minimal memiliki tiga orang anak, padahal hampir setiap
datangnya lebaran haji akan ada minimal tiga pasang remaja yang melangsungkan
pernikahan.
1. Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan yang berlaku di wilayah ini adalah pemerintahan
desa yang dipegang oleh seorang kepala desa atau disini biasa disebut rio.Seorang
kepala desa dipilih secara langsung oleh masyarakat melalui sebuah pemilihan
20
Data Desa Rantau Limau Manis, Kecamatan Tabir Ilir,Kabupaten Merangin (Bangko :
2019),3-5.
21
Ibid
19

yang diadakan oleh suatu panitia yang dibentuk. Calon-calon yang dipilih
biasanya mengajukan diri secara pribadi dengan cara mendaftarkan diri pada
panitia pemilihan dengan melengkapi persyaratan-persyaratan yang mesti
dipenuhi. Bisa juga calon-calon walaupun tetap mengatasnamakan pribadi. Pada
masa lalu,terutama sebelum era reformasi bergulir, calon-calon yang akan maju
pada pemilihan kepala desa harus berasal dari kontestan pemilu yang dominan di
desa ini, walaupun hal ini tidak diisyaratkan secara tertulis. Meskipun demikian,
pernah juga ada calon kepala desa yang berasal dari partai politik yang tidak
dominan di desa ini dan berhasil memenangkan kursi kepala desa. Namun
demikian, hal sedemikian baru terjadi sekali dalam sejarah pemilihan kepala desa
yang hingga saat ini telah diadakan sebanyak sepuluh kali sejak era pemerintahan
orde baru. Calon-calon kepala desa yang akan maju dalam pemilihan haruslah
orang yang sudah dikenal segala kemampuannya oleh masyarakat, diutamakan
yang berpendidikan dan biasanya berasal dari keluarga atau keturunan pendiri
atau tokoh masyarakat desa ini.
Dalam sejarah desa ini, jabatan kepala desa selalu dipegang oleh dua
golongan yang ada di desa ini, yaitu kalangan ulama dan pemangku (birokrat)
yang secara bergantian memegang tampuk pemerintahan desa ini, walaupun
sebenarnya hal ini tanpa direncanakan sebelumnya. Dengan kategorisasi seperti
ini, seringkali terjadi gesekan yang berupa riak-riak kecil di tengah masyarakat
jika salah satu pihak tidak berhasil memenangkan pemilihan.Kondisi seperti ini
biasanya berujung pada timbulnya rasa ketidakpuasan di kalangan tertentu hingga
menghendaki pelengseran jabatan kepala desa. Bahkan,beberapa tahun sebelum
era reformasi bergulir di negeri ini, Desa Rantau Limau Manis telah beberapa kali
mengalami pergantian pucuk pimpinan yang bukan pada waktunya. Dalam
melakukan tugasnya sehari-hari, seorang kepala desa dibantu oleh seorang
Sekretaris Desa, Kepala-kepala Urusan (Pembangunan, Pemerintahan dan
Budaya), di samping lembaga-lembaga lain yang dibentuk untuk mengurusi
permasalahan khusus,seperti Lembaga Pengembangan Masyarakat (LPM) serta
Karang Taruna.Meskipun demikian, sekarang ini sedang dipersiapkan dan sudah
disahkan oleh DPRD Kabupaten Merangin untuk menjadi sebuah wilayah
20

kelurahan yang merupakan pusat kota kecamatan atas pemekaran wilayah


administrasi Kecamatan Tabir menjadi Kecamatan Tabir Ilir.22
Tabel 1
Pembagian Wilayah Desa Rantau Limau Manis
No Nama Pedusunan Cakupan Wilayah
1 Dusun Bukit Jung RT 01 dan RT 04
2 Dusun Muaro Mendelang RT 05 – RT 07
3 Dusun Rantau Palembang RT 08 – RT 10
Sumber: Buku Profil Desa Rantau Limau Manis, 2008
Desa ini terbagi menjadi tiga wilayah pedusunan dan terdiri dari sepuluh
Rukun Tetangga (RT) yang masing-masing wilayah pedusunan dipimpin oleh
seorang kepala dusun yang disini lazim disebut dengan Palimo atau Panglima dan
ketua RT. Meskipun demikian, sebagaimana lazimnya yang ada di pemerintahan
desa pada umumnya, Desa Rantau Limau Manis tidak mengenal apa yang
dinamakan Rukun Warga (RW). Satu-satunya fakta yang dapat dijadikan bukti
adalah beberapa areal perkebunan karet yang sudah tua dan berumur hampir
seabad yang diyakini merupakan karet tertua yang ada di wilayah ini. Areal ini
diyakini sebagai tempat penanaman karet pertama yang dilakukan nenek moyang
masyarakat desa ini.
Bibit-bibit karet tersebut mereka dapatkan dari Singapura sekitar tahun
1890-an dengan cara dimasukkan ke dalam peti yang terbuat dari kayu dan
terkunci rapat, kemudian dibawa berlayar ke desa ini dengan menggunakan
perahu. Pada saat itu, mereka karet saja dengan pertimbangan ketatnya blokade
yang dilakukan pemerintah kolonial Belanda.Sejak saat itulah masyarakat wilayah
ini mulai berkenalan dan bersentuhan dengan tanaman langka yang bernama karet
tersebut. Hal ini kiranya sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Padmo yang
menyebutkan bahwa beberapa orang dari Nusantara dikirim untuk mengunjungi
beberapa perkebunan karet yang ada di semenanjung Malaka dan membeli
bibitnya di sana serta mengusahakannya di tanah air. Tahun 1930-an merupakan

22
Data Pembagian Wilayah Desa Rantau Limau Manis,Kecamatan Tabir Ilir, Kabupaten
Merangin (Bangko : 2008), 2-8.
21

saat sejarah awal yang menggembirakan bagi petani karet di desa ini karena saat
itu areal perkebunan karet yang diusahakan oleh masyarakat sudah sedemikian
luas. Tanaman karet tidak lagi menjadi hak monopoli kalangan tertentu dalam
masyarakat, tetapi hampir sebagian besar masyarakat telah memiliki perkebunan
karet sendiri. 23
Meskipun demikian, orang-orang kaya dan mampu tetap mendominasi
sektor ini dengan memiliki areal perkebunan yang lebih luas. Hal ini dapat
dimengerti karena untuk mengusahakan komoditas ekspor ini pasti membutuhkan
dana yang tidak sedikit,mulai dari membuka hutan untuk areal perkebunan,
memelihara dan menjaganya dari beragam hama yang mengancam
pertumbuhannya,menyadapnya hingga menjualnya.
Seiring dengan makin luasnya areal perkebunan karet yang membutuhkan
penanganan ekstra,sementara masyarakat yang ada tidak mampu menangani
karena jumlah mereka yang terbatas, di samping juga karena masing-masing sibuk
dengan tugasnya sendiri, maka masyarakat setempat berinisiatif untuk
mendatangkan pekerja dari wilayah lain yang masih dalam propinsi Jambi yaitu
dari Kerinci. Masyarakat Kerinci saat itu memang sangat membutuhkan pekerjaan
karena hasil yang mereka dapatkan dari mengusahakan tanaman kayu manis tidak
mencukupi hingga mereka menerima tawaran dari masyarakat Desa Rantau Limau
Manis Sejak saat itu, mulailah orang-orang dari luar daerah mengadu nasib di
desa ini dan diperkenalkan dengan tanaman karet serta dipekerjakan di sektor ini.
Setelah beberapa saat orang-orang Kerinci mendominasi pengelolaan perkebunan
karet di wilayah ini sebagai penyadap karet, maka pada tahun 1970-an secara
berangsur-angsur mereka mulai menarik diri dari pekerjaan ini. Hal ini terjadi
karena usaha perkebunan kayu manis yang mereka usahakan di Kerinci mulai
menampakkan hasil yang menggembirakan karena laku keras di pasaran dengan
harga yang tinggi. Di samping itu juga disebabkan banyaknya anggota keluarga
mereka yang diterima menjadi pegawai negeri dan menduduki beragam jabatan di
pemerintahan daerah dengan penghasilan yang cukup besar sehingga dapat
menjamin kehidupan mereka. Menyikapi kenyataan ini, para pengusaha karet di

23
Ibid.
22

desa ini cukup dibuat pusing juga sehingga akhirnya seorang pemilik perkebunan
karet terbesar di wilayah ini berinisiatif untuk mendatangkan orang-orang Jawa,
terutama dari Pati Jawa Tengah, yang telah lama dikenal sebagai pekerja yang ulet
untuk dipekerjakan di sektor perkebunan karet rakyat di desa ini. Tindakan serupa
diikuti oleh pemilik perkebunan karet lainnya sehingga jumlah pekerja yang
datang dari Pati di desa ini mencapai angka ribuan hingga saat ini.
Penguasaan perkebunan karet di desa ini sebagian besar dimiliki oleh
kalangan ulama dan pemangku yang merupakan golongan terpandang dan kaya
dalam struktur masyarakat tidak resmi yang ada desa ini. Kedua kalangan ini
diyakini dan dianggap merupakan keturunan dari para pendiri dan pemuka desa
ini. Perkebunan-perkebunan karet tersebut mereka usahakan sendiri sejak dahulu
dan ada juga yang merupakan warisan dari keluarga yang kemudian
dikembangkan sehingga mencapai areal yang luas untuk siap dilakukan
penyadapan. Orang-orang lain di luar kelompok ini sangat sulit untuk
mengusahakannya karena membutuhkan biaya yang besar, meskipun ada
beberapa yang mampu melakukannya tetapi dalam jumlah yang relatif sedikit dan
seadanya.
Berbeda halnya dengan kondisi yang terjadi di tempat lain, kepemilikan
tanah oleh masyarakat Desa Rantau Limau Manis dilakukan dengan tanpa adanya
sertifikat yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang. Model kepemilikan
tanah yang berlaku di tempat ini hanya diakui oleh pemiliknya dengan disaksikan
oleh beberapa orang saksi yang dianggap mengetahuinya. Batas-batas antara satu
areal tanah dengan yang lainnya hanya dibuat seadanya dan alami, bahkan
seringkali berdasarkan kondisi yang ada di lapangan seperti bukit, sungai, danau
dan pohon besar. Beberapa orang memang ada yang memiliki surat yang
menerangkan kepemilikan tanah atau lahan tersebut, tetapi hanya dibuat oleh
kepala desa setempat dengan mencantumkan saksi-saksi yang mengetahui hal itu
Adanya surat semacam ini dilakukan oleh masyarakat dengan tujuan agar ketika
dilakukan jual beli maka tidak perlu repot-repot lagi menghubungi orang-orang
yang dianggap mengetahui keberadaan tanah atau lahan tersebut. Hal ini dapat
terjadi karena memang tanah-tanah dan lahan-lahan tersebut pada awalnya
23

memang berupa hutan belantara yang digarap sesuka hati masyarakat. Dengan
telah digarapnya lahan tersebut, maka otomatis telah menjadi miliknya yang sah
menurut adat yang berlaku dalam masyarakat desa ini dan orang lain tidak berhak
mengklaimnya kecuali setelah dilakukan proses jual beli.
2. Keadaan Masyarakat
Desa Rantau Limau Manis dapat dikategorikan sebagai wilayah desa
dengan jumlah penduduk yang relatif besar jika dibandingkan dengan wilayah
lainnya yang ada dalam propinsi Jambi. Angka kelahiran dan kematian
berbanding sangat kontradiktif yang berarti bahwa tingkat kelahiran sangat tinggi
jika dibandingkan angka kematian. 24
Kenyataan ini makin dikuatkan dengan adanya anggapan yang sudah
mendarah daging di tengah masyarakat bahwa banyak anak banyak rezeki. Hal ini
berarti secara tidak langsung memotivasi masyarakat untuk memiliki keturunan
sebanyak-banyaknya. Dengan ini dapat dipastikan bahwa setiap keluarga minimal
memiliki tiga orang anak, padahal hampir setiap datangnya lebaran haji akan ada
minimal tiga pasang remaja yang melangsungkan pernikahan.
Realitas demikian bukan lantas mengindikasikan bahwa program
pembatasan kelahiran ( KB atau Keluarga Berencana) yang dulu pernah menjadi
program utama pemerintah tidak menyentuh lapisan masyarakat ini. Program
semacam ini tetap berjalan sebagaimana mestinya di tengah masyarakat, tetapi
yang mampu memahami dan melaksanakan hanya segelintir orang saja. Hal ini
terbukti dengan terus gencarnya penyuluhan program ini di tengah masyarakat,
tetapi di sisi lain sebagian besar mereka tetap hidup dengan „dogma‟ yang telah
mereka ketahui sejak nenek moyang mereka dahulu. Kalaupun da yang benar-
benar melaksanakan anjuran pemerintah tersebut, itupun hanya segelintir
tersadarkan akan pentingnya program ini bagi mereka dan anak-anak mereka.
Bahkan tidak jarang terjadi konflik di tengah masyarakat dalam menyikapi
program ini.Satu pihak menganggap bahwa program ini sangat penting untuk
mempersiapkan keturunan yang benar-benar berkualitas. Sementara di pihak lain
menganggap bahwa program ini tidak lebih sebagai penyelewengan terhadap

24
Ibid.
24

ajaran Islam, bukankah Allah telah menjamin rezeki setiap manusia, demikian
menurut mereka ajaran Islam yang dimaksudkan. Data statistik hingga Agustus
2005 yang ada di kantor desa setempat mengungkapkan bahwa jumlah penduduk
Desa Rantau Limau Manis saat ini adalah 5.700 jiwa.
Jumlah ini diyakini akan terus bertambah seiring dengan terus
berlangsungnya pernikahan di tengah masyarakat sejalan dengan terus
meningkatnya angka kesiapan usia pernikahan dikalangan remaja. Realitas ini
mungkin akan bertambah lagi dengan kian banyaknya pendatang yang menetap
dan menjadi warga desa setiap waktu seiring dengan meningkatnya jumlah
lapangan kerja yang tersedia.
Secara sosial, masyarakat desa ini dikenal ramah dan sangat santun dalam
bersikap.Hal ini misalnya minimal terlihat dari penilaian-penilaian yang
dilontarkan oleh beberapa pendatang musiman maupun yang telah menetap lama
di wilayah ini. Ketika berjumpa bahkan tidak segan-segan mereka menyapa satu
sama lainnya, bahkan terhadap orang asing sekalipun. Hal ini mungkin
disebabkan oleh budaya mereka yang sangat menjunjung tinggi persaudaraan dan
silaturrahmi dengan sesama. Lebih jauh, silahkan perhatikan kata-kata seorang
penyadap karet asal Pati, Jawa Tengah mengungkapkan pandangannya berikut ini:
Dulu, saat pertama kali ada tawaran untuk bekerja sebagai penyadap karet di
Sumatera, aku sempat ragu. Karena, menurut anggapan orang Jawa, terutama di
daerahku, orang Sumatera itu keras-keras dan sulit menerima orang lain yang
bukan dari kalangan mereka, apalagi untuk kerjasama. Tapi, kemudian aku
berhasil diyakinkan oleh beberapa temanku hingga sekarang aku telah tinggal di
sini selama hampir dua puluh tahun. Ternyata, orang-orang di sini sangat ramah
bahkan terhadap kami yang bukan dari kalangan mereka sekalipun. Aku sangat
betah dan nyaman tinggal dan bekerja di sini.
Meskipun berpredikat sebagai penduduk mayoritas muslim, masyarakat
desa ini sangat menjunjung tinggi toleransi beragama. Menurut pendapat
masyarakat desa ini, setiap orang berhak untuk dihormati dan menghormati tanpa
memandang latar belakang agama yang dianutnya. Hal ini terlihat dengan
keramahan yang mereka tunjukkan terhadap orang-orang yang dari kalangan non-
25

muslim. Kalangan seperti ini biasanya terdiri dari tenaga pengajar di sekolah-
sekolah, tenaga kesehatan, penyuluh pertanian serta para pekerja di berbagai
lapangan pekerjaan yang ada di desa ini. Sampai saat ini terbukti tidak pernah
terjadi gesekan yang berujung pada perselisihan berlatar belakang agama, karena
masing-masing pihak menghormati haknya diwaktu sore hari, banyak di antara
mereka yang memilih untuk bersantai di balai-balai yang berada di pinggiran
sungai atau di depan toko-toko. Di sini terlihat bagaimana keakraban dan
kebersamaan di antara mereka tetap terjaga. Topik-topik obrolan mereka pun
beragam, ada yang seputar pekerjaan mereka, rumah tangga, masyarakat, bahkan
persoalan politik dan ekonomi saat ini. Realitas demikian ini wajar terjadi karena
dengan keuntungan penjualan karet yang mereka miliki, masyarakat desa ini dapat
mengakses beragam informasi melalui sarana radio dan televisi.
Sebagian besar rumah di desa ini telah memiliki perangkat parabola,
karena memang jaringan televisi tidak dapat diakses secara langsung di sini, untuk
menangkap siaran televisi dalam maupun luar negeri yang tentunya makin
menambah wawasan mereka tentang beragam hal yang terjadi di berbagai belahan
dunia. Sarana telekomunikasi, terutama handphone, mulai menjamur dan tidak
lagi menjadi barang langka di desa ini karena hampir sebagian orang, terutama
para remajanya,telah memiliki perangkat komunikasi yang satu ini.
Dari aspek politik,masyarakat desa ini adalah warga negara yang baik,
terutama terindikasi dari tingginya tingkat partisipasi masyarakat untuk mengikuti
beragam pemilihan umum yang diselenggarakan di negeri ini. Masyarakat dengan
sukarela dan tanpa intimidasi dapat memilih partai politik yang menjadi
pilihannya. Beragam partai politik dapat membuka diri di desa ini, meskipun
demikian tetap saja partai politik yang sudah mengakar kuat di tengah masyarakat
yang muncul sebagai pemenang. Pada pemilu-pemilu sebelum era reformasi 1998,
Partai Golkar (kala itu bernama Golkar saja) menjadi pemenang mutlak di desa ini
yang berarti partai ini sangat kuat pengaruhnya dalam setiap lubuk hati
masyarakat desa ini.
Sebagian kecil masyarakat juga memilih Partai Persatuan Pembangunan
(PPP) sebagai pilihannya sebagai manifestasi keIslaman yang merupakan agama
26

mayoritas di desa ini, dan tidak ada satu pun yang memilih partai peserta selain
keduanya, yaitu Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Namun demikian, apa yang
mengemuka kemudian di era pasca reformasi justru terjadi perubahan yang
signifikan, meskipun Partai Golkar tetap mendominasi perolehan suara di desa ini.
Pasca terjungkalnya Orde Baru yang dipahami sebagai masa keterbukaan, pilihan
masyarakat menjadi beragam bahkan terhadap parpol yang selama ini dikenal
dengan nasionalis dan non-muslim sekalipun. Pada Pemilu 1999 dan 2004, Partai
Golkar tidak lagi menjadi pemain tunggal yang menjadi pihan masyarakat dalam
pesta demokrasi lima tahunan tersebut. Warga masyarakat yang mempunyai hak
pilih banyak yang beralih kepada partai-partai lain, terutama yang terasosiasi
dengan Islam, seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa
(PKB), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sekalipun, meskipun jumlah perolehan
suaranya belum mampu menggeser dominasi Partai Golkar.
Namun demikian, dari dua kali penyelenggaraan pemilu pasca reformasi
mencuatkan suatu kenyataan bahwa parpol lama, terutama Partai Golkar, ternyata
lebih banyak dipilih oleh kalangan orang tua atau yang dulu mengalami masa
keemasan parpol ini. Sedangkan kalangan anak muda yang berumur di bawah
empat puluh tahunan lebih banyak menetapkan pilihannya kepada partai-partai
baru yang memang banyak bermunculan setelah era multi partai jilid II ini. Hal ini
berarti bahwa dalam sebuah keluarga terdapat kedua orang tua yang menjadi
pemilih Partai Golkar yang setia dan anak-anaknya yang berseberangan dengan
kedua orang tuanya karena memilih partai-partai lainnya. Meskipun demikian,
perbedaan pilihan partai sejauh ini tidak terlalu menjadi hambatan dan memecah
persatuan masyarakat desa ini. Konflik kecil-kecilan tetap terjadi, tetapi biasanya
hanya mengemuka menjelang pemilu atau pilkada. Setelah event-event tersebut
berlalu, maka perselisihan tersebut pun hilang dengan sendirinya. Hal ini dapat
dimengerti karena masyarakat desa ini merupakan sebuah keluarga besar, di mana
antara satu dengan yang lain jika ditelusuri measih memiliki hubungan darah alias
bersaudara.
27

3. Pekerjaan Masyarakat
Sebagaimana orang-orang pada umumnya yang mengandalkan kekayaan
alam yang berlimpah, sebagian besar masyarakat desa ini memilih pertanian
sebagai usaha untuk menghidupi keluarga dan mencukupi kebutuhan sehari-hari.25
Pertanian dimaksud mencakup juga di dalamnya perkebunan yang terdiri
dari beragam komoditas.Usaha perkebunan yang memiliki skala besar,-baik dalam
kuantitas lahan maupun kualitas hasilnya bagi masyarakat, yang dipilih oleh
masyarakat desa ini adalah perkebunan karet yang memang telah menjadi
komoditas utama yang diusahakan oleh masyarakat desa ini. Usaha ini dipilih
karena di samping pengerjaannya relatif gampang, menurut tata cara mereka, juga
karena lahan garapan yang tersedia sangat luas dan tidak dimiliki oleh siapapun
yang berarti tidak perlu membeli serta hasil produksinya akan senantiasa ada
setiap saat dan akan pasti menjamin masa depan yang lebih baik. Jika melihat apa
yang ada di lapangan memang sangat realistis dan sekaligus juga fantastis.Lahan
perkebunan karet yang diusahakan masyarakat desa ini memang berada tidak jauh
dari lokasi pemukiman mereka. Dahulu, desa ini dikelilingi oleh hutan belantara
yang masih perawan dan di sanalah masyarakat mengusahakan tanaman ini.
Masyarakat tinggal datang ke hutan dan membuat batasan-batasannya dengan
yang lain, kemudian dibakar dan ditanami karet di sela-sela padi yang juga turut
ditanam. Luas arealnya pun terserah penggarapnya, sebatas kemampuan yang
dimilikinya dan jika sudah demikian maka sudah sah lahan tersebut menjadi milik
mereka.Maka tak mengherankan jika hampir sebagian sebagian masyarakat desa
ini memiliki areal perkebunan karet yang menjadi tumpuan hidupnya. walaupun
ada di antara mereka yang saat ini tidak memiliki lahan perkebunan, maka hal itu
karena kekurangsabaran mereka menunggu saatnya diproduksi, akibatnya lahan
tersebut mereka jual kepada orang lain. Bahkan data di pemerintahan desa
menyebutkan angka 200.000 hektar perkebunan karet yang dimiliki oleh
masyarakat desa ini. Jumlah sebesar ini tersebar di wilayah sekitar desa dan desa-
desa tetangga, bahkan hingga melampaui batas teritorial Kabupaten Merangin.

25
Fahrudin Hm, warga Desa Rantau Limau Manis, Wawancara dengan Penulis,13 Maret
2019, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio .
28

Tanpa waktu yang relatif lama, karena hanya berkisar sekitar 10-15 tahun,
maka pohon karet yang ditanam sudah dapat diproduksi getahnya untuk kemudian
dijual. Satu hektar lahan dapat ditanami seribuan bibit pohon karet yang jika kelak
saatnya diproduksi akan menghasilkan puluhan liter getah yang setelah
dipadatkan akan menjadi puluhan kilogram karet. Jika dijual, maka hasil produksi
yang sudah dipadatkan tersebut dapat terjual sekitar Rp. 9.000,-an per
kilogramnya saat ini. Tidak mengherankan jika komoditas karet menjadi pilihan
utama masyarakat desa ini untuk lebih meningkatkan taraf hidup mereka agar
menjadi lebih baik.
Komoditas perkebunan lainnya yang juga diusahakan oleh masyarakat
desa ini adalah kelapa sawit. Jenis usaha ini datang belakangan dalam masyarakat
ini seiring dengan datangnya para transmigran dari Pulau Jawa yang banyak
mengusahan komoditas ini. Meskipun demikian, perkebunan kelapa sawit masih
menjadi komoditas „kelas dua‟ yang diusahakan masyarakat desa ini.
Ada beberapa alasan kiranya yang menjadi penyebab kurang berminatnya
masyarakat mengusahan tanaman produksi jenis ini. Salah satunya adalah
menyangkut permasalahan dana dan tenaga penggarap. Berbeda dengan karet,
kelapa sawit membutuhkan dana yang besar untuk keperluan pengadaan bibit
yang jauh lebih mahal dibandingkan karet, belum lagi biaya pupuk dan
pemeliharaan oleh tenaga khusus. Persoalan lainnya adalah masalah pemasaran
yang sangat sulit karena penjualannya mesti ke pabrik pengolahan secara
langsung yang jaraknya sangat jauh dari lokasi penanaman komoditas di sektor
ini. Namun demikian, belakangan ini beberapa persoalan di atas sudah mulai
dapat terpecahkan satu persatu. Pengadaan bibit tidak lagi membutuhkan biaya
besar karena sudah banyak penjualan bibit di sekitar wilayah desa, demikian juga
dengan pupuk serta perawatan yang sudah dapat ditangani sendiri.
Pemasaran juga sudah dapat terpecahkan seiring dengan banyaknya berdiri
pabrik-pabrik di sekitar desa yang memang mulai getol melakukan pengusahaan
perkebunan kelapa sawit melalui beragam perusahaan. Meskipun demikian, tetap
saja komoditas kelapa sawit tidak dapat menggeser keberadaan karet dalam
masyarakat desa karena, sebagaimana yang banyak diakui oleh masyarakat,
29

bahwa hasil yang didapatkan kelapa sawit secara finansial tidak akan sebanding
dengan karet. Sekali lagi hal ini menyangkut uang, di mana hasil yang didapatkan
masyarakat dari penjualan karet jauh lebih besar berkali-kali lipat dibandingkan
hasil penjualan kelapa sawit. Untuk itu, sampai saat ini masyarakat Desa Rantau
Limau Manis tetap menjadikan karetsebagai komoditas utama di atas tanaman
produksi lainnya, bahkan kelapa sawit dengan beragam keunggulannya
sekalipun26.
4. Keadaan Pendidikan
Secara subyektif tentunya kita akan menilai bahwa dengan kondisi
perekonomian yang relatif sangat baik karena keuntungan yang didapatkan dari
hasil perjualan karet, tentu masyarakat desa ini akan dengan mudah memilih
pendidikan yang baik bagi anak-anaknya. Hal ini karena keuntungan finansial dari
penjualan karet dapat dialokasikan oleh masing-masing keluarga untuk
membiayai pendidikan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Namun
demikian, kondisi obyektif yang terjadi ternyata berkata lain karena pendidikan di
desa ini bukan menjadi prioritas utama bagi setiap keluarga.27
Sektor pendidikan menjadi agenda yang tak diutamakan bagi mayoritas
masyarakat di desa ini. Hal ini berdampak pada rendahnya jumlah masyarakat
yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Dari data statistik
sebelum tahun 1990 yang terdapat di balai desa terlihat bahwa mayoritas
masyarakat hanya mengenyam pendidikan Sekolah Dasar, bahkan lebih
setengahnya tidak berhasil menamatkan pendidikannya. Hanya segelintir di antara
mereka yang kemudian melanjutkan ke jenjang lanjutan, seperti SLTP dan SLTA.
Lebih jauh lagi, data tersebut mengungkapkan bahwa hanya lima puluh orang di
antara mereka yang melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana, tetapi hanya
setengah di antara mereka yang berhasil menggondol gelar sarjana dari berbagai
perguruan tinggi.Bagi masyarakat desa ini, pendidikan dalam pemahaman mereka
hanya terbatas bagaimana bisa membaca, menulis dan berhitung. Atau, paling

26
Salman Sayuti, Warga Desa Rantau Limau Manis,Wawancara dengan Penulis,15 Maret
2019, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio .
27
Data Keadaan Pendidikan,Desa Rantau Limau Manis, Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten
Merangin (Bangko: 2019 ),30.
30

tidak jika dikaitkan dengan jenjang pendidikan, maka bagi mereka pendidikan
cukup hanya sampai Sekolah Dasar (SD). Setelah itu, anak-anak yang laki-laki
dipersilahkan bekerja sendiri, atau bagi yang berasal dari kalangan mampu maka
difasilitasi untuk mencukupi kebutuhannya.
Realitas ini terjadi bukan disebabkan minimnya sarana pendidikan yang
ada di desa ini, karena sudah sejak lama sekolah-sekolah telah didirikan. Sarana-
sarana pendidikan tersebut ada yang berdiri atas prakarsa masyarakat sendiri dan
ada yang sudah berstatus negeri. Secara khusus diketahui memang sarana-sarana
pendidikan yang ada di desa ini masih terbatas pada tingkat dasar. Meskipun
demikian, sejak enam tahun yang lalu pemerintah telah mendirikan sarana
pendidikan lanjutan (SLTP) di desa tetangga (Desa Ulak Makam) yang berjarak
sekitar dua kilo meter dari desa ini. Begitu juga dengan sarana-sarana pendidikan
yang banyak tersebar di sekitar desa ini, seperti di kecamatan dan kabupaten.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor finansial dan sarana
pendidikan bukan menjadi kendala minimnya anak-anak yang menempuh
pendidikan yang lebih tinggi di desa ini. Minimnya pemahaman masyarakat akan
pendidikan menjadi faktor dominan sehingga membuat sektor krusial ini tidak
menjadi sesuatu yang diprioritaskan. Hal ini terbukti dengan banyaknya anak-
anak usia sekolah yang tidak melanjutkan pendidikannya, padahal mereka berasal
dari kalangan orang kaya dan memiliki kemampuan studi layaknya anak-anak di
daerah lainnya.
Meskipun demikian, kadang-kadang timbul juga kesadaran sebagian orang
tua untuk menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi di beragam
tempat.Hal ini pada awalnya berhasil membuat anak-anaknya mengenyam
pendidikan lanjut, tetapi tak bertahan lama karena rasa rindu akan fasilitas di
rumah dengan segala kemewahannya membuat mereka tak betah hingga akhirnya
berhenti. Kenyataan seperti ini seringkali disiasati oleh orang tua dengan
memindahkan sekolah anak-anaknya menjadi lebih dekat dengan rumahnya.
Seiring dengan perputaran waktu yang silih berganti, belakangan banyak
masyarakat desa ini kian tersadarkan akan arti penting pendidikan bagi anak-anak
mereka. Kesadaran ini tumbuh seiring dengan terbukanya wawasan dan
31

pengetahuan mereka mengenai dampak negatif bagi anak-anak mereka di tengah


dunia yang makin kompetitif ini. Mereka sadar bahwa di masa depan anak-anak
tidak hanya cukup bermodalkan kekayaan saja, karena pendidikan sangat
diperlukan.
Tabel 2
Sarana Pendidikan di Desa Rantau Limau Manis dan Sekitarnya
No Sarana Pendidikan Status Tahun Berdiri
1 Madrasah Diniyyah Sekolah Swasta 1970-an
2 Sekolah Dasar (SD) I Sekolah Negeri 1980
3 Sekolah Dasar (SD) II Sekolah Negeri 1970-an
4 SLTP Hitam Ulu Sekolah Negeri 1990
5 SLTP 8 Tabir Sekolah Negeri 2000
Sumber: Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kecamatan Tabir, 2005
Setiap pagi dapat dijumpai anak-anak yang berangkat ke sekolah, baik ke
Sekolah Dasar maupun ke sekolah lanjutan. Di siang hari, sehabis sekolah umum,
kegiatan pendidikan dilanjutkan di sekolah agama, dalam hal ini adalah Madrasah
Diniyyah yang terletak berdampingan dengan masjid yang ada di desa ini. Secara
kuantitas, angka masyarakat yang melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya
mengalami peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Data statistik desa tahun
1995 mengungkapkan bahwa sebagian besar anak-anak usia sekolah telah
menyenyam bangku pendidikan, bahkan mereka juga melanjutkan pendidikannya
ke jenjang yang lebih tinggi setelah tamat. Sekolah lanjutan juga diserbu sehingga
bangku-bangku sekolah tersebut tidak pernah kosong pada setiap tahunnya.
Khusus sekolah lanjutan, di samping SLTP yang banyak diminati, juga terdapat
pondok pesantren yang juga diserbu para lulusan Sekolah Dasar.28
Pesantren-pesantren yang dipilih tersebut berada di beragam tempat,
umumnya yang berada dekat desa, tetapi ada juga yang sangat jauh, seperti di
berbagai kabupaten di Propinsi Jambi, Sumatera Selatan dan Sumatera Barat.
Demikian pula halnya dengan jumlah keberlanjutan pendidikan ke perguruan

28
Sarana Pendidikan dan Pengajaran,Desa Rantau Limau Manis,Kecamatan Tabir
Ilir,Kabupaten Merangin (Bangko: 2005), 25.
32

tinggi yang secara kuantitas juga mengalami peningkatan. Hampir dipastikan


bahwa setiap tahun terdapat generasi muda desa yang melanjutkan pendidikan
tinggi di berbagai perguruan tinggi yang ada di Jambi, Sumatera Selatan dan
Sumatera Barat, bahkan hingga ke Pulau Jawa.
5. Sistem Kepercayaan
Seperti umumnya orang-orang Melayu yang merupakan bagian terbesar
penduduk desa ini, mayoritas masyarakat desa ini adalah pemeluk agama Islam.
Beragam tradisi keislaman tidak asing lagi bagi mereka, karena telah ada sejak
zaman nenek moyang mereka dahulu.Seperti masyarakat pemeluk Islam lainnya,
beragam aktivitas keagamaan senantiasa mereka jalani, seperti shalat lima waktu,
shalat jumat,puasa Ramadhan dan ibadah haji. Khusus ibadah haji, ada keunikan
tersendiri karena sebagian besar para pemuka masyarakat di sini bergelar haji,
baik yang sekali bahkan ada yang sudah berkali-kali. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa tatanan sosial-kemasyarakatan yang berlaku di desa ini adalah
berlandaskan ajaran Islam,meskipun juga diakui masih terdapat secuil
kepercayaan animisme yang masih melekat di tengah sebagian kecil masyarakat29.
Karena begitu kuatnya ajaran Islam tertanam di tengah-tengah masyarakat,
hampir dipastikan bahwa setiap warga di desa ini dapat memahami ajaran Islam
dan bisa membaca Al-Qur‟an. Realitas ini terjadi karena sejak kecil mereka
memang telah terbiasa belajar mengaji sehingga berfungsi sebagai rutinitas
keseharian. Pengajian-pengajian dan perlombaan-perlombaan keagamaan pun
sering lakukan untuk lebih mendekatkan masyarakat akan ajaran agamanya.
Beragam aktivitas peribadatan yang dilaksanakan oleh masyarakat desa ini
dipusatkan di masjid yang cukup besar dan telah berumur puluhan tahun. Segala
kegiatan keagamaan yang berskala besar dilakukan di sini, mulai dari ibadah
shalat Jumat, shalat Ied, shalat Tarawih dan lain sebagainya. Sedangkan kegiatan
keagamaan yang berskala kecil, seperti Yasinan setiap malam Jumat, biasanya
dilaksanakan di mushalla-mushalla yang banyak tersebar di hampir setiap wilayah
pedusunan. Bahkan, dengan alasan efisiensi dan efektivitas, penyuluhan dan

29
Ibid.
33

pengumuman yang berkaitan dengan pemerintahan desa juga dilaksanakan di


masjid ini.
6. Budaya Masyarakat
Meskipun berpredikat sebagai orang-orang Islam, tetapi masyarakat Desa
Rantau Limau Manis tetap menjunjung tinggi adat istiadat yang memang telah
mendarah daging dalam kehidupan sehari-hari mereka. Kondisi seperti ini tampak
mengemuka dengan adanya adagium yang sangat terkenal dalam masyarakat desa
ini, yaitu adat bersendi syara’, syara’ bersendi kitabullah. ini berarti bahwa
segala aspek kehidupan sehari-hari masyarakat diatur oleh adat yang diwarisi dari
nenek moyang mereka, di mana adat tersebut dibuat berdasarkan ajaran Islam
yang mereka anut. Walaupun demikian, dalam implementasi yang terjadi di
lapangan tidak sepenuhnya begitu, karena beberapa adat istiadat tidak sepenuhnya
sejalan dengan ajaran Islam yang sebenarnya. Hal ini seperti terlihat dalam
penerapan hukum waris yang menempatkan laki-laki dan perempuan mempunyai
hak yang sama, padahal dalam ajaran Islam laki-laki mendapatkan dua kali lebih
besar dari perempuan. Demikian pula dengan hukum pembunuhan yang harus
dibayarkan dengan seekor kerbau sebagai pampasan, padahal dalam Islam
dilakukan hukum bunuh (qishas). Masih banyak lagi budaya dan adat yang
berlaku di desa ini yang diyakini tidak sejalan dengan adagium yang menjadi
pedoman masyarakat dalam bertindak sehari-hari.30
Secara resmi masyarakat Desa Rantau Limau Manis, bahkan Propinsi
Jambi pada umumnya, tidak mengenal adanya strata atau sturuktur sosial yang
membedakan antara satu individu dengan individu lainnya. Meskipun demikian,
dalam kehidupan sehari-hari struktur sosial tersebut terlihat dan mengemuka
dalam masyarakat. Berdasarkan pengamatan dan pemahaman peneliti di lapangan,
struktur sosial yang berlaku dalam masyarakat desa ini terdiri dari empat bagian,
yaitu: ulama, pemangku,rakyat biasa dan pendatang.
Golongan ulama adalah orang-orang yang merupakan ahli agama yang
memang telah dikenal dalam masyarakat sejak dahulu kala. Golongan ini rata-rata

30
Fahrudin Hm, Ditulis dalam Budaya Sosial Budaya Masyarakat (Jambi: Melayu Tabir
Ilir, 2005), 35.
34

bergelar haji atau memiliki pengetahuan agama yang lebih baik dibandingkan
masyarakat kebanyakan yang ada di desa ini. Kelompok ini memegang jabatan
imam masjid, guru mengaji dan beragam jabatan yang berkaitan dengan
keagamaan yang ada di desa ini. Sedangkan kelompok pemangku adalah orang-
orang yang memegang jabatan struktural atau pemerintahan di Desa Rantau
Limau Manis, baik kepala desa; kepala dusun; ketua RT dan lain sebagainya.
Kedua kelompok yang dianggap keturunan pendiri desa ini merupakan orang-
orang terpandang dan memiliki kekayaan melebihi apa yang dimiliki oleh
kelompok lainnya. Adapun orang biasa adalah masyarakat desa yang bukan
termasuk dua kelompok sebelumnya, tetapi merupakan penduduk asli desa ini
sedangkan pendatang adalah orang-orang yang datang dari luar desa yang
kemudian menetap karena berbagai keperluan, bekerja sebagai penyadap karet
misalnya.
Dua golongan yang disebutkan pertama merupakan kalangan terpandang
dalam masyarakat karena merekalah penggerak pemerintahan dan segala sistem
yang berlaku di desa ini. Segala titah dan perintah yang biasanya mewujud dalam
aturan dan adat desa menjadi tuntunan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam konteks pengelolaan perkebunan karet rakyat di desa ini, kedua kelompok
ini memainkan peranan yang signifikan karena mereka memiliki mayoritas
perkebunan karet yang ada di desa ini. Dengan posisinya sebagai kalangan „darah
biru‟ dalam masyarakat ditambah lagi dengan faktor ekonomi yang di atas
masyarakat kebanyakan, maka kelompok ulama dan pemangku berperan layaknya
tuan kepada para pengikutnya. Masing-masing orang dalam kedua kelompok ini
memiliki bawahan yang berposisi layaknya „anak buah‟, baik perannya sebagai
kalangan ningrat desa maupun dalam pengelolaan perkebunan karet. Para
bawahan yang bekerja dengan mereka tersebut melaksanakan segala titah yang
diperintahkan oleh kedua kalangan ningrat tersebut.
Peranan vital yang dimainkan oleh kedua kelompok keturunan (darah
biru) ini memungkinkan dapat terjadi di samping karena faktor ekonomi yang
mereka miliki, juga yang terpenting adalah budaya setempat yang menempatkan
mereka dalam posisi teratas. Menurut budaya yang berlaku dan diyakini oleh
35

masyarakat desa ini, kedua kalangan ini adalah keturunan langsung para pemuka
atau para pendiri desa ini dahulu kala. Dengan demikian, segala hal yang
berkaitan dengan desa ini dimainkan secara signifikan oleh kedua kalangan ini,
sedangkan dua golongan lainnya sebagai pengikut atau pihak yang menjalankan
dan tunduk pada kedua golongan di atas mereka. Realitas seperti ini bukan hanya
terbatas pada aspek sosial dan budaya saja, tetapi lambat laun merambah aspek
lainnya, seperti ekonomi dan bahkan politik. Secara ekonomi, misalnya, kalangan
rakyat biasa dan apalagi pendatang selalu diposisikan sebagai (anak buah) yang
bekerja dan mendapat perlindungan dari kalangan ulama dan pemangku sebagai
pemilik lahan perkebunan karet tempat mereka bekerja. Kondisi seperti ini juga
berlaku pada aspek politik, di mana banyak dijumpai kalangan rakyat biasa dan
pendatang yang (berafiliasi ) politik tertentu sama dengan kalangan (ningrat)
tempat mereka mengabdi sebagai pekerja penyadap karet.
Menurut penuturan beberapa tokoh masyarakat di desa ini, jauh sebelum
dibangunnya jalan yang menghubungkan wilayah desa ini dengan wilayah-
wilayah lain sekitarnya dan juga ke perkotaan, masyarakat desa memanfaatkan
sarana sungai untuk bepergian. Ke kota Jambi, misalnya, untuk keperluan menjual
beragam hasil bumi maka masyarakat menggunakan perahu atau kapal untuk
kemudian dijual ke ibu kota propinsi yang terletak di pinggiran sungai Batang
Hari tersebut. Jika maka angkutan sungai memang memakan waktu lebih lama.
Saat ini, dapat dikatakan bahwa tidak ada lagi masyarakat yang menggunakan
sarana sungai untuk bepergian, terutama ke perkotaan, karena sarana darat sudah
cukup tersedia. Meskipun demikian, sungai beserta sarananya masih dimanfaatkan
masyarakat untuk mengangkut beberapa hasil perkebunan yang tidak dapat
dilakukan dengan sarana darat, seperti jalan yang belum tersedia.
Perubahan bahan bangunan yang digunakan oleh masyarakat desa ini
dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagaimana yang disebutkan di atas. Namun
demikian, faktor lainnya adalah semakin sulitnya mendapatkan kayu yang
berkualitas untuk dijadikan bahan bangunan sebagaimana yang dahulu digunakan.
Adapun jenis kayu yang biasa digunakan untuk bahan bangunan di desa ini adalah
Kayu Bulin, Tembesu, Merantih, Marsawa dan lain sebagainya yang dikenal oleh
36

masyarakat setempat sebagai jenis-jenis kayu yang kuat, kokoh dan tahan lama.
Hal ini terjadi karena semakin menipisnya hutan yang ada di sekitar desa ini di
mana dahulu menjadi sumber utama didapatkannya kayu-kayu yang berkualitas
tersebut. Areal hutan yang luas tersebut kini telah menjelma menjadi lahan
perkebunan karet dan kelapa sawit serta sebagian yang lainnya berupa belukar
yang dibiarkan tidak terawat. Meskipun ada segelintir rumah warga yang masih
menggunakan kayu, itu pun merupakan sisa peninggalan masa lalu yang biasa
menjadi rumah kuno yang tidak jarang malah menjadi menakutkan bagi sebagian
masyarakat karena bentuknya yang menyeramkan tidak terawat.
Meskipun demikian, setelah menjadi ibukota kecamatan yang baru maka
tentu desa ini akan segera berubah menjadi kelurahan layaknya yang ada di
wilayah lainnya. Sebagaimana diketahui bahwa dengan berubah menjadi
kelurahan, maka keistimewaan yang dimiliki desa seperti pemilihan kepala desa
secara langsung menjadi hilang berganti dengan lurah yang ditunjuk oleh
pemerintah. Hanya saja, hingga saat ini status yang ada pada desa ini masih
seperti yang ada sebelum dan belum mengalami perubahan.
Lebaran haji atau idul adha adalah waktu yang tepat untuk melangsungkan
pernikahan menurut anggapan yang telah lama dianut oleh masyarakat desa ini.
Meskipun demikian, pada waktu-waktu lainnya tetap ada yang melangsungkan
pernikahan, tetapi tidak lebih banyak jumlahnya jika dengan ketika sehabis
lebaran haji. Waktu pelaksanaan lain yang juga banyak dipilih adalah setelah
lebaran idul fitri, dimana sebagian besar anggota keluarga berkumpul.
Ada suatu pemahaman yang berkembang di dalam masyarakat ini bahwa
setiap anak laki-laki ketika telah mencapai usia baligh (17 tahun) dan telah
mampu mencari pekerjaan sendiri maka orang tuanya akan merasa malu kepada
tetangga atau keluarganya jika belum menikah. Maka biasanya sang ibu berusaha
mencari pasangan yang cocok buat anaknya atau si anak sendiri yang umur
minimal untuk melangsungkan pernikahan. Maka tak jarang beberapa anak
perempuan di dusun tertentu yang telah melangsungkan pernikahan padahal ia
baru saja menamatkan sekolah dasar.
37

Bagi anak-anak yang dianggap telah dewasa dan tidak melanjutkan


pendidikannya, maka beberapa orang tua yang kaya memfasilitasi anak-anak
mereka tersebut dengan beberapa cara, yaitu: menyerahkan pengelolaan
perkebunan karet untuk jangka waktu tertentu dengan tujuan agar memiliki modal
untuk berusaha sendiri di kemudian hari, membelikan beberapa lahan perkebunan,
baik yang sudah siap diproduksi maupun yang belum, sebagai modal dasar, dan
membuka usaha lain di luar perkebunan karet yang biasa dilakukan oleh orang
tuanya, seperti berdagang dan lain sebagainya. Sedangkan bagi anak-anak yang
berasal dari keluarga kurang mampu, bahkan miskin maka untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya ia bekerja di beberapa pemilik perkebunan karet sebagai
penyadap bersaing dengan para penyadap yang datang dari Pulau Jawa.
Budaya konsumerisme sebagaimana yang dikemukakan oleh Baudrillard
(2006) nampaknya telah lama menjangkiti masyarakat desa ini karena dengan
beragam keuntungan dari penjualan karet maka dengan mudahnya mereka
membeli beragam peralatan dan perlengkapan modern yang mahal dengan tanpa
melihat manfaat sebenarnya dari barang-barang tersebut. Aneka ragam barang
yang tidak lebih dari gaya hidup dan pencitraan tersebut, terutama sepeda motor
dan mobil, tidak jarang diperuntukkan bagi anak-anak mereka yang masih dalam
usia sekolah. Masalahnya, ketika anak-anak tersebut bersekolah yang sebagian
besar berada di wilayah Propinsi Jambi, maka yang ada dalam pikirannya adalah
motor atau mobil dan beragam fasilitas ada di rumah. Maka tidak jarang anak-
anak tersebut gagal menyelesaikan studinya karena lebih banyak berada di rumah
dengan menikmati fasilitas yang serba komplit tersebut, sementara apa yang
mereka temukan di sekolahnya sangat kontradiktif. Meskipun belakangan ini
minat belajar cukup menggeliat, tetapi tetap saja budaya konsumerisme yang tidak
propersional ini terus diketengahkan oleh para orang tua di hadapan anak-
anaknya sehingga membuat mereka tidak betah bersekolah.
Beberapa kepercayaan yang dapat dikategorikan sebagai sisa-sisa
animisme, sekaligus juga sebagai kearifan lokal dari perspektif lainnya, di desa
ini adalah adanya anggapan yang masih melekat di masyarakat bahwa tempat-
tempat tertentu memiliki penunggu berupa makhluk halus. Realitas semacam ini
38

misalnya tampak pada diadakannya seperti upacara selamatan sebelum membuka


lahan perkebunan yang berupa hutan untuk meminta izin penunggunya. Perilaku
lainnya yang juga dapat dikategorikan dalam aspek ini adalah digunakannya
semacam dupa yang terus mengepulkan asap kemenyan setiap kali diadakan doa
di setiap acara selamatan, baik yasinan setiap malam Jum‟at, kematian, kelahiran
dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan oleh masyarakat sebagai perantara doa
yang mereka panjatkan, meskipun tata cara selamatan yang dilakukan tersebut
menggunakan cara-cara yang lazim dikerjakan dalam Islam. Di samping itu,
beberapa tempat di sekitar desa masih dianggap keramat, seperti kota tua Koto
Rayo yang terletak di bagian timur desa dan beberapa kubur tua yang diyakini
sebagai tempat bersemayamnya para pembuka desa ini dahulunya, salah satunya
Puyang Sungkai yang sekarang diyakini masyarakat mewujudkan diri menjadi
seekor harimau yang masih sering menampakkan dirinya kepada masyarakat.
Beberapa perlombaan keagamaan yang biasa diadakan di desa ini adalah
Musabah Tilawatil Qur‟an (MTQ) yang terdiri dari lomba membaca Al-Qur‟an
dan lomba adzan. Kegiatan yang dipusatkan di depan masjid desa ini biasanya
dilaksanakan setelah lebaran atau bersamaan dengan perayaan idul fitri. Peserta
yang mengikuti acara ini biasanya merupakan utusan dari setiap RT yang ada di
desa ini untuk memperebutkan piala bergilir Kepala Desa, piagam penghargaan
dan uang pembinaan dari para donatur. Disamping itu, penyelenggaraan
perlombaan ini juga sekaligus sebagai pemuas rasa bangga bagi para pemenang di
ajang ini karena berhasil menunjukkan dominasi mereka atas RT-RT yang
lainnya.
Efisiensi dan efektivitas maksudnya ialah karena di saat shalat Jumat dan
salat Ied adalah waktu di mana banyak orang yang hadir dan berkumpul.
Sebagaimana diakui oleh perangkat desa setempat bahwa karena kesibukan
masyarakat dalam bekerja di berbagai usaha, sangat sulit mengumpulkan mereka
di balai desa sebagaimana umumnya yang dilakukan di berbagai tempat di tanah
air. Untuk menyiasati kondisi ini, maka para tetua desa mengambil inisiatif untuk
melaksanakannya setelah pelaksanaan salat Jumat atau salat Ied, karena pada
kedua momen ini adalah hari libur bagi masyarakat Desa Rantau Limau Manis.
39

BAB III
IMPLEMENTASI PEMBACAAN SURAH YUSUF DAN MARYAM
TRADISI TUJUH BULANAN
A. Prosesi Pelaksanaan Tujuh Bulanan
Al-Qur‟an ialah mu‟jizat yang terbesar,kekal abadi. Mukjizat yang
pernah diberikan Allah SWT kepada Rasul-rasulnya,semenjak Nabi Adam as.
Sampai Nabi Muhammad SAW Umat Islam dan umat lainnya dapat
memegang, membaca,menghayati, memahami,mengamalkan isinya untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan keselamatan di akhirat nanti Al-Qur‟an
mencakup seluruhwahyu yang baik berupa petunjuk, perbaikan, pendidikan,
pengajaran keseluruhan budi pekerti dan undang-undangnya.31
Setiap daerah mempunyai kekhasan dalam Pelaksanaan tujuh bulanan
bagi wanita yang sedang hamil. Tidak terkecuali bagi desa rantau limau
manis yang mempunyai cara tersendiri dalam pelaksanaan tujuh bulanan.
Prosesi tujuh bulanan di desa rantau limau manis memerlukan tenaga, pikiran,
maupun materi baik dalam persiapan maupun pada hari pelaksanaannya.
Semua tahap-tahap tersebut diyakini oleh masyarakat rantau limau manis
untuk dilalui. Mulai dari Pemilihan hari dan tanggal yang tepat.Prosesi acara
ini diselenggarakan untuk kehamilan anak pertama dari pasangan suami istri,
ketika kehamilannya sudah mencapai tujuh bulan. Acara ini, masyarakat
rantau limau manis bukan sekedar acara ritual yang hanya mengikuti leluhur
saja, melainkan sebagai bentuk rasa syukur atas karunia yang diberikan Allah
SWT kepadanya. Selain itu juga, sebagai pengharapan maupun Do‟a agar ibu
dan calon bayi yang dikandung tetap sehat. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Mustafa Bisri, acara tujuh bulanan yang dilakukan hanya sebagai
peranara memohon kepada Allah untuk ibu yang sedang mengandung.
Tujuannya supaya selamat, sehat dan ketika melahikan diberikan kelancaran
tanpa ada halangan. 32

31
Ibid,287.
32
Ibid. 39
40

Prosesi di desa Rantau Limau Manis terdapat perbedaan. Perbedaan ini


dilihat dari segi urutan acara maupun tata cara pelaksanaannya,tergantung dari
pelaksana ataupun yang memimpin. Ada yang hanya menggunakan tradisi rantau
limau manis sekaligus bacaan surah yang ada dalam Al-Qur‟an. Pembacaan dalam
acara tujuh bulanan rangkaian acara pada prosesi tujuh bulanan adalah pembacaan
surah yusuf dan Maryam. Tata cara pembacaannya diantaranya:
1. Waktu dan Tempat
Waktu Pembacaan dalam Al-Qur‟an masyarakat rantau limau manis tidak
ditetapkan secara khusus. Pembacaannya mengikuti waktu pelaksanaan,dan
menyesuaikan dengan susunan acara. kebiasaan yang sudah dilakukan setelah
shalat isya‟.Para pembaca ini biasanya masyarakat setempat. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh leti lestari yang melaksanakan tujuh bulanan pada tanggal 23
Februari 2019 dengan membaca Al-Qur‟an. Begitu juga dengan apa yang
diungkapkan oleh Rahayu putri salah satu warga rantau limau manis yang pernah
melaksanakan acara tujuh bulanan dengan bacaan Al-Qur‟an yakni: Wawancara di
atas memberikan gambaran bahwa pembacaan dilaksanakan setelah isya‟ sampai
selesai. Mengenai tempat untuk membaca surah tersebut dilakukan di tempat yang
mempunyai hajat. Dalam hal ini yang membaca adalah masyarakat setempat, dan
hanya dua surah saja yang dibaca yakni surah yusuf dan maryam 33.
2. Pemimpin membaca Al-Qur’an
Pemimpin setiap acara selamatan pembacaan Al-Qur‟an dalam acara tujuh
bulanan adalah ustadz yang bisa menjadi pemimpin mendapat kepercayaan di
masyarakat serta dianggap mempunyai pengetahuan dalam bidang Agama.
memimpin pembacaan ayat suci Al- Qur‟an desa rantau limau manis ialah ustadz
disamping itu, juga mempunyai pengetahuan dibidang Agama dan ditengah-
tengah masyarakat setelah mereka pulang dari pondok pesantren yang sangat
diharapkan oleh masyarakat.

33
Leti Lestari, Warga Desa Rantau Limau Manis, Wawancara dengan Penulis,23 Februari
2019, Kecamatan Tabir Ilir, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
41

3. Prosesi Pembacaan Al-Qur’an


Prosesi Pembacaan Al-Qur‟an tahap pertama yang akan dilakukan setelah
para undangan semua datang. Dalam pembacaan Al-Qur‟an terlebih dahulu
dibuka dengan mukoddimah pembuka oleh Imam atau Pemimpin menjelaskan
secara singkat tentang tujuh bulanan bagi orang yang hamil.34
Dalam mukoddimahnya juga menjelaskan tentang Al-Qur‟an dengan
tujuh bulanan. Setelah itu, baru dimulai dengan pembagian surah-surah oleh
pemimpin acara kepada para partisipan pembaca. Ragam surah yang dibaca dalam
acara tujuh bulanan adalah surah yusuf dan maryam. kemudian pemimpin acara
memulai dengan membaca wasilah.Wasilah pertama kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarga dan para saihabatnya,kedua para Nabi, Rasul, Syuhada‟, orang-
orang shaleh, dan seterusnya. kepada wanita yang sedang hamil dan janinnya.
Setelah itu kemudian ustadz Sanadi menegaskan bacaan. Setelah acara Do‟a
selesai, dilanjutkan lagi istirahat. Penyelenggaraan mengeluarkan makanan yang
berupa minuman teh dan beberapa aneka makanan yang disiapkan. Kemudian
dilanjutkan dengan acara yang lain sampai pada acara penutupan.
4. Bentuk kegiatan
Yakni pembaca yang diundang langsung oleh penyelenggara. Pakaian
yang dikenakan pada bentuk kegiatan pembaca adalah pakaian yang biasa dipakai
dalam hajatan keagamaan, yakni baju yang sopan santun bagi warga yang ikut
membaca. Kehadiran merupakan sesuatu yang biasa dimasyarakat Rantau Limau
Manis,Sebagaimana ungkapan oleh salah satu warga, kedatangan para tetangga
dalam acara tujuh bulan menjadi hal yang biasa. Para tetangga ikut membantu
sedikit tidak ikut mendo‟akan dan mencari berkah dari bacaan ayat suci Al-
Qur‟an. 35

34
Hasil Observasi Pelaksanaanya dirumah Leti Lestari, Rantau Limau Manis, Kecamatan
Tabir Ilir,Kabupaten Merangin (Bangko: 2019), 7.
35
Rahayu Putri,Warga Desa Ulak Makam, Wawancara dengan Penulis,25 Februari
2019,Kecamatan Tabir Ilir, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
42

B. Motivasi Pelaksanaan Tujuh Bulanan dan Pembacaan Surah


Salah satu yang sangat dibanggakan umat Islam dari dahulu hingga saat ini
adalah keontetikan Al-Qur‟an yang merupakan warisan intelektual Islam
terpenting dan paling berharga. Meskipun mushaf yang kita kenal sekarang ini
berdasarkan atas Rasm Usman bin Affan (al-mushaf ‘ala al-rasmal-Utsman),akan
tetapi sebenarnya ia tidak begitu muncul sebagai sebuah karya besar yang hampa
dari proses panjang yang telah dilaluinya pada masa-masa sebelumya.Proses itu
dimulai pada masa Rasulullah SAW. Setiap kali menerima wahyu Al-Qur‟an
langsung mengingat, menghafalnya,dan memberitahukan serta membacakannya
kepada para sahabat,agar mereka mengingat dan menghafalnya pula. 36
1. Memohon Berkah dan Keselamatan
Al-Qur‟an yang berfungsi sebagai petunjuk memohon keselamatan
terhadap Allah melalui Al-Qur‟an sebagai firmannya, hal ini yang menjadi faktor
pendorong dan sekaligus sebagai upaya untuk menghidupkan Al-Qur‟an serta
menjadikannya bagian dalam kehidupan sehari-hari masyarakat umat Islam
termasuk desa rantau limau manis. Harapan yang pertama yang akan menjadi
tujuan pokok dari masyarakat yakni keselamatan,dengan tujuan yang utama ini
sehingga umat Islam tetap kokoh berada dalam ajaran Islam. Yang kedua
pemilihan surah baik atau mendapat berkah yang sudah diceritakan di dalam Al-
Qur‟an seperti: Yusuf, Maryam. Inilah harapan masyarakat untuk mendapatkan
keselamatan dan keberkahan37.
2. Sebagai bentuk rasa syukur
Islam memberikan petunjuk kepada pemeluknya untuk bersyukur terhadap
karunia yang diberikan Allah kepadanya, karena semakin banyak bersyukur maka
Allah akan menambahkan nikmat yang dia berikan,tetapi jika dia mengingkari
nikmat Allah maka azab Allah akan menimpanya, Sebagaimana Firman Allah
QS.Ibrahim,ayat 7: 38

36
Muhammad Abd Al-Azim Al-Zarkani, Fi Ulum Al-Qur’an, (Mesir: Isa Al-Halibi,)256.
37
Ibid.
38
M. Quraish Shihab, Al-Quran dan maknanya,(Lentera Hati 2013), 256.
43

           



“Dan(Ingatlah juga),tatkala Tuhanmu memaklumkan,‟‟Sesungguhnya jika


kamu bersyukur,pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmatku), maka sesungguhnya azabku sangat
pedih.‟‟( QS.Ibrahim:7).39

Ayat tersebut memberikan pandangan bagi masyarakat Desa Rantau


Limau Manis mengenai bersyukur, hal ini menjadikan mereka ketika mendapat
nikmat yang berupa datangnya bayi yang menjadikan penerus keturunan mereka
melakukan tujuh bulanan sebagai bentuk rasa syukur atas karunia nikmat yang
telah diberikan oleh Allah SWT.
3. Menjaga Tradisi
Salah satu dibacakan Surah tertentu di dalam Al-Qur‟an pada acara
tujuh bulan adalah mengikuti tradisi. Tradisi ini dilaksanakan oleh para pendahulu
sebelumnya.Kemudian diteruskan selanjutnya kebiasaan yang dilakukan di
masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menjaga tradisi di masyarakat agar tetap
lestari.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bunyamin sebagai ketua desa
masyarakat Rantau Limau Manis Tradisi tujuh bulanan ini sudah menjadi tradisi
yang ada di desa ini. Dan mengikuti apa yang pernah dilaksanakan pada acara
tujuh bulan,tergantung dari yang melaksanakannya, adakalanya dibaca nya surah
Yusuf dan Maryam, namun yang sering dilaksanakan adalah membaca (Surah
Yusuf,Surah Maryam).Surah ini dipilih tergantung dari orang yang memimpinkan
acara tersebut.Ungkapan yang disampaikan oleh Bunyamin warga Rantau Limau
Manis,bahwa tradisi (Tujuh Bulanan) adalah upaya yang dilakukan oleh

39
Penterjemahan dan penafsiran Al-Qur‟an,Al-Qur’an dan Terjemahnya(Jakarta:
Departemen Agama RI.,1985), 26.
44

masyarakat dengan menjaga dan melaksanakannya sebagai bentuk menjaga


tradisi.40
4. Sebagai Bentuk Sosial budaya Masyarakat
Motivasi Sosial Masyarakat yang terkandung dalam tradisi ini adalah
adanya kesadaran dari masyarakat Desa Rantau Limau Manis sebagai bagian dari
41
masyarakat tersebut. Ketika Al-Qur‟an adalah kitab suci yang paling banyak
dibaca,upaya pembumiannya selalu dilakukan oleh cendekiawan dalam rangka
mengaktualiasikan Al-Qur‟an dengan budaya lokal yang salah satunya adalah
tradisi tujuh bulanan dimana dalam acara tersebut dibacakan surat pilihan dalam
Al-Qur‟an yaitu: Maryam, Yusuf, meskipun terdapat versi yang lain tergantung
pemimpin acara. Istilah Al-Qur‟an dalam kehidupan masyarakat sering disebut
(living Qur’an) yang mana masyarakat menempatkan Al-Qur‟an sebagai bacaan
dan pedoman tertinggi untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat
(living Qur’an) adalah sebuah tren baru dalam dunia akademisi yang mana Al-
Qur‟an diinginkan untuk tidak hanya dimaknai sebagai sebuah kitab suci,tetapi
juga sebuah kitab yang isinya terwujud atau berusaha diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari. Studi Al-Qur‟an bukan hanya studi tentang ulum Qur’an
dan tafsir akan tetapi juga merealisasikan ayat Al-Qur‟an dalam kehidupan nyata,
hubungan antara sesama manusia baik seagama ataupun bukan, dan hubungan
manusia dengan ligkungan alamnya.

40
Rahayu Putri,Warga Desa Ulak Makam,Wawancara dengan Penulis, 26 Februari 2019,
Kecamatan Tabir Ilir, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
41
Leti Lestari, Warga Desa Rantau Limau Manis,Wawancara dengan Penulis, 23 Februari
2019, Kecamatan Tabir Ilir, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
45

BAB IV
FUNGSI PEMBACAAN SURAH YUSUF DAN MARYAM DALAM
TRADISI TUJUH BULANAN DESA RANTAU LIMAU MANIS
KECAMATAN TABIR ILIR

A. pandangan Ahli Tafsir Terhadap Surah Yusuf dan Surah Maryam


Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surah Maryam Surah yang ke 19,98 Ayat
Muhammad bin Ishaq meriwayatkan dalam kitab Sirahnya dari hadits Ummu
Salamah. Juga Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dari Ibnu Mas‟ud
mengenai kisah hijrah dari makkah ke negeri Habasyah. Didalamnya disebutkan
bahwa Ja‟far bin Ali Thalib R.a membaca permulaan surah ini kepadanya An-
Najasy(raja negeri Habasyah) dan sahabat-sahabatnya.42
Maryam Ayat 1-6

           

            

            

             

Kaaf haa yaa‟ain shaad. (Qs.19:1 ) yang dibacakan ini adalah penjelasan tentang
rahmat rabbmu kepada hambanya, zakaria,( Qs.19:2) yaitu ketika dia berdo‟a
kepada rabbnya dengan suara yang lembut. (Qs.19:3 ) dan zakaria berkata, “ya
rabbku,sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku
belum pernah kecewa dalam berdo‟a kepadamu, (Qs.19: ) dan sesungguhnya aku
khawatir terhadap mewaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang
mandul, maka anugrahilah aku dari sisi engkau seorang putra, (Qs.19:5) yang

42
Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Pengesahan Hadits berdasarkan kitab-kitab Syaikh Muhammad
Nashiruddin al-bani dan ulama Ahli Hadits lainnya disertai pembahasan yang rinci dan mudah
difahami:(Jakarta : cetakan ke empat belas,2000),610.

45
46

akan mewarisi aku dan mewarisi dari keluarga ya‟qub, dan jadikanlah dia, ya
rabbku seorang yang diridhai.‟‟(Qs.19:6). 43
Shahih Tafsir Ibnu Katsir surah Yusuf surah Makkiyah surah yang ke 12, 111
Ayat Yusuf, ayat 1-3

             

           

    


Alif laam raa. Ini adalah ayat-ayat kitab (Al-Qur‟an ) yang nyata dari Allah, (Qs.
12:1)sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al-Qur‟an dengan berbahasa
arab, agar kamu memahaminya.( Qs.12:2) kami ceritakan kepadamu kisah yang
paling baik dengan mewahyukan Al-Qur‟an ini kepadamu, dan sesungguhnya
kamu sebelum (kami mewahyukan) adalah termasuk orang-orang yang belum
mengetahui.( Qs.12:3).
Sifat-sifat Al-Qur‟an
Adapun pembicaraan mengenai huruf-huruf hijayyah yang yang terpisah-
pisah, maka telah dibahas di awal surah Al-Baqarah. Firman Allah SWT “ ini
adalah ayat-ayat al-kitab.”maksudnya,mengungkapkan tentang hal-hal yang
samar, dan menafsirkan serta menjelaskan.
Allah berfirman “sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al-Qur‟an
dengan berbahasa Arab adalah bahasa yang paling fasih, paling jelas, paling luas
dan paling banyak mengungkapkan makna-makna yang terdapat dalam jiwa. Oleh
karena itu diturunkanlah kitab yang muia ini melalui bahasa yang paling mulia,
kepada rasul yang mulia, dengan perantaraan malaikat yang mulia.
Sebab turunnya ayat ini
Mengenai sebab turunnya ayat ini, Ibnu Jarir meriwayatkan hadits dari
Ibnu‟Abbas r.a, ia mengatakan mereka(para sahabat) berkata “wahai Rasulullah,
sekiranya engkau ceritakan kisah-kisah kepada kami.‟‟ Lalu turunlah ayat:

43
Shahih Tafsir Ibnu Katsir. “Pengesahan Hadits berdasarkan kitab-kitab Syaikh Muhammad
Nashiruddin Al-Abani‟‟. Jilid 5, ( 2018 ) 552.
47

             

 
“(Ingatlah ),ketika yusuf berkata kepada ayahnya, “wahai ayahku, sesungguhnya
aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan: kulihat semuanya
sujud kepadaku‟‟. (QS. Yusuf : 4).

Al-Qur‟an adalah sumber utama ajaran Islam dan merupakan pedoman


hidup bagi umat Islam.Al-Qur‟an bukan sekedar memuat petunjuk tentang
hubungan manusia dengan tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan manusia
dengan sesamanya (Hablum MinAllah Wa Hablum Minannas). Bahkan hubungan
manusia dengan Alam sekitarnya. Untuk memahami ajaran Islam secara sempurna
(Kaffah), maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah memahami
kandungan isi Al-Qur‟an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
secara sungguh-sungguh dan Konsisten.44
Al-Qur‟an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW merupakan
kitab pedoman yang lebih sempurna dari kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya,
sehingga Al-Qur‟an diakui kebenarannya. Al-Qur‟an yang selalu tumbuh dan
hidup dalam kehidupan sehari-hari umat Islam diberbagai aktivitas yang komplek
tanpa disadari itu adalah bagian dari menghidupkan Al-Qur‟an. Seperti kegiatan
kebudayaan,selamatan, pernikahan dan berbagai kegiatan lainnya.Masyarakat
desa rantau limau manis menyakini dan memahami Al-Qur‟an tidak lebih dari
firman Allah yang merupakan kitab suci bagi umat Islam. 45
Al-Qur‟an adalah kitab suci yang paling banyak dibaca dan dikaji oleh
umat muslim, hal ini karena selain Al-Qur‟an tidak terdapat keraguan di dalamnya
juga sebagai petunjuk bagi orang yang bertaqwa. Al-Qur‟an dalam kehidupan
masyarakat (Living Qur’an) sering dijumpai atau terdapat pada tradisi atau budaya
masyarakat.Al-Quran adalah sebuah masyarakat yang ditopang atau didukung
oleh keimanan yang kokoh kepada Allah Swt. diaktualisasikan dengan

44
Choiruddin Hadhiri,SP,Klafikasi Kandungan Al-Qur’an,(Jakarta:Gema Insani
Press,1993),25.
45
M.Quraish Shihab, Al-Qur’an dan maknanya,(Lentera Hati 2013,.2.
48

menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.Hal


tersebut sebagaimana dalam QS.Ali Imran,ayat 110:

        

            

    

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,


menyuruh kepada yang ma‟ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah”.( QS.Ali Imran:110).46

Di dalam kitab suci tersebut terkandung ajaran-ajaran sebagai pedoman


hidup manusia sepanjang masa.Kitab suci diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW,serta menjadikan petunjuk yang bukan hanya untuk Islam saja akan tetapi
lebih luasnya bagi umat manusia sebagaimana dalam QS.Al-baqarah,ayat 2:

         

“Inilah Al-Kitab(Al-Qur‟an) tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi


orang-orang yang bertakwa‟‟.( QS. Al-Baqarah:2).

Selain Al-Qur‟an sebagai kitab suci yang diturunkan kepada Nabi


Muhammad SAW, juga sebagai petunjuk bagi umat manusia dalam mengarungi
kehidupan di dunia dan upaya mencari bekal untuk hidup di akhirat. Karena di
dalam Al- Qur‟an sudah diatur tata cara kehidupan, bagaimana mengabdi dengan
Allah,berhubungan dengan sesama manusia, hingga sesama makhluk.Upaya untuk
mendekatkan diri dan menghidupkan Al-Qur‟an selalu dilakukan oleh umat Islam.
Hal ini terlihat dari berbagai macam aspek kegiatan keagamaan masyarakat rantau
limau manis. Apa yang dilakukannya menjadi bagian dalam menghidupkan Al-
Qur‟an dikehidupan sehari-hari. Bagi mereka Al-Qur‟an adalah sesuatu yang
sangat mulia yang harus dihormati dan dimuliakan. Al-Qur‟an hadir dalam
berbagai kegiatan,termasuk tradisi tujuh bulanan yang merupakan pengaruh dari
resepsi masyarakat rantau limau manis. Dari resepsi yang kuat tersebut maka

46
Ibid.
49

masyarakat rantau limau manis dalam memperlakukan Al-Qur‟an pun menjadi


sangat terhormat dan mulia. Ketika meletakkan tidak sembarangan tempat
melainkan di tempat yang tinggi seperti rak buku dan lemari,dan diletakkan di
atas buku-buku yang lain. Begitu juga ketika hendak menyentuh maupun
membawanya atau sekedar memindahkan, ia harus dalam keadaan suci dari hadas.
Al-Qur‟an sebagai bagian dalam kehidupan masyarakat rantau limau
manis juga tampak dalam kegiatan keagamaan seperti sedekahan, selamatan.
Sampai kegiatan yang berhubungan dengan pernikahan, kelahiran maupun
kematian Al-Qur‟an hadir dalam kegiatan tersebut. Ketika salah satu anggota
masyarakat ada yang meninggal dunia maka diadakan pembacaan surah yasin dan
tahlilan.
B. Pemaknaan Masyarakat rantau limau manis Terhadap surah Yusuf dan
Surah Maryam dalam tradisi tujuh bulan
Al-Qur‟an sebagaimana diketahui,diturunkan dalam bahasa Arab, baik lafal
maupun uslubnya, suatu bahasa yang kaya kosa kata dan sarat kandungannya.
Kendati Al-Qur‟an berbahasa Arab, tidak berarti bahwa semua orang Arab atau
yang mahir dalam bahasa Arab,dapat memahami Al-Qur‟an secara rinci. Bahkan
menurut Ahmad Amin,para sahabat sendiri tidak sanggup memahami kandungan
Al-Qur‟an dengan hanya sekedar mendengarkannya dari Rasulullah SAW, karena
untuk memahami Al-Qur‟an tidak cukup hanya dengan kemampuan dan
menguasai bahasa Arab saja, tetapi juga berbagai ilmu pengetahuan. Hasbi As-
Shiddiqi menyatakan bahwa untuk dapat memahami Al-Qur‟an dengan sempurna,
bahkan untuk menterjemahkannya diperlukan sejumlah ilmu pengetahuan yang
disebut ulum Qur’an.
Makna-makna surah yang dibaca dalam tujuh bulanan oleh masyarakat rantau
limau manis berkaitan dengan pemaknaan terhadap perlengkapan selamatan atas
wanita yang mengandung. Sebagaimana mempunyai makna demi keselamatan
kandungan setelah anak tersebut lahir. Begitu juga dengan pemaknaan masyarakat
terhadap surah yusuf dan surah maryam yang dibaca pada saat usia kandungan
50

mencapai tujuh bulan. Pertama, surah yusuf. Pembacaan surah ini dihubungkan
dengan figur Nabi yusuf yang tampan dan shaleh.47
Dengan membaca surah yusuf, masyarakat memaknainya supaya anak
yang lahir dapat mencontohkan prilakunya. Nabi yusuf yang dikisahkan oleh
Allah dalam Q.S yusuf ayat 3:

         

      

“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan


mewahyukan Al-Qur‟an ini kepadamu,dan sesungguhnya kamu
sebelum(Kami mewahyukannya)adalah termasuk orang-orang yang belum
mengetahui‟‟.( Q.S yusuf:3).

Ayat diatas relevan dengan pemaknaan masyarakat terhadap surah yusuf


ketika dibaca pada acara tujuh bulan. Pembacaan surah yusuf ini, sebenarnya
sebagai tafa‟ul terhadap Nabi Yusuf. Ketampanan menurut masyarakat desa
rantau limau manis bukan sekedar rupawan melainkan lahir tanpa cacat. Membaca
surah yusuf sebenarnya memohon kepada Allah supaya anaknya lahir dengan
sempurna. Sebagaimana yang diungkap oleh masyarakat dibacakan surah yusuf
dengan harapan agar anak yang dilahirkan sehat dan sempurna tanpa ada cacat
didalam fisiknya.48
Kedua, Surah Maryam Masyarakat bukan hanya berharap agar anaknya
lahir dengan sempurna, rupawan dan mempunyai perilaku baik. Akan tetapi juga
lahir dengan mudah. Oleh karena itu, membaca surah maryam pada saat tujuh
bulan agar anak yang dikandung lahir dengan mudah.Siti Maryam adalah salah
satu dari perempuan yang taat kepada Allah, seluruh hidupnya diabadikan kepada
Allah, sehingga ia diberikan kemulian menjadi perempuan yang suci. Selama
hidupnya tidak pernah bersentuhan dengan seorang laki-laki,tetapi dengan
kekuasaan Allah ia dapat mengandung anak yang kemudian menjadi rasul,yakni
nabi Isa. Dengan kekuasaannya, siti maryam melahirkan dengan mudah dan

47
Ibid.
48
Ibid.
51

selamat tanpa bantuan orang lain. Masyarakat sekedar tahu siti Maryam, bahwa ia
salah satu perempuan yang taat kepada Allah.Sebagaimana firman Allah QS.
Maryam ayat 22-26 yang berbunyi:

     


“Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan
kandungannya itu ke t empat yang jauh‟‟.( QS.Maryam: 22).

          



 
“ Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada
pangkal pohon kurma, Dia berkata: "Aduhai, Alangkah baiknya aku mati
sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan".(
QS.Maryam:23).

          
“Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu
bersedih hati, Sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di
bawahmu‟‟.( QS.Maryam:24)

        

“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu
akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu‟‟.(QS. Maryam:
25).

             

      


“ Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat
seorang manusia, Maka Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar
berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, Maka aku tidak akan
berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini".( QS. Maryam:26).
52

C. Fungsi Pembacaan Surah Yusuf dan Surah Maryam Tradisi Tujuh Bulan
Masyarakat Rantau Limau Manis,Kecamatan Tabir Ilir,Kabupaten
Merangin
Kata Al-Qur‟an berarti bacaan atau yang dibaca.Menurut ahli bahasa, Al-
Lihyani (wafat 215 H), lafal Al-Qur‟an adalah isim mashdar dengan arti isim
maf‟ul, yaitu dibaca, karena bukan saja Al-Qur‟an harus dibaca oleh manusia,
terutama oleh penganutnya, tetapi juga karena kitab ini dalam kenyataannya selalu
dibaca oleh yang mencintainya,baik waktu shalat maupun diluar shalat.49
1. Sebagai kitab suci
a. Kitab Suci
Al-Qur‟an kitab suci dalam umat Islam, kedudukannya sebagai kitab suci,
maka masyarakat menjadikannya sebagai kehidupan sehari-hari.Firman Allah
berupa bacaan dalam lembaran-lembaran yang bertuliskan ayat-ayat atau firman-
firman Allah, kemudian dikumpulkan menjadi satu. Sebagai kitab suci,Al-Qur‟an
merupakan kitab suci yang paling baik dibaca dikalangan umat Islam. Termasuk
di masyarakat rantau limau manis yang mayoritasnya umat Islam. Al-Qur‟an
sebagai kitab suci umat Islam dan menjadi rujukan maupun pedoman hidup,
terbukti dalam acara apapun selalu dibuka dengan ayat-ayat suci Al-Qur‟an. Ini
berarti sebagai kitab suci, tanpa disadari tidak terlepas dalam kehidupan sehari-
hari dalam masyarakat, karena Al-Qur‟an selalu hadir dalam berbagai kegiatan
masyarakat muslim,termasuk membaca surah dalam Al-Qur‟an pada saat acara
tujuh bulanan.50
Perlakuan masyarakat terhadap Al-Qur‟an dalam segala hal, memberikan
gambaran bahwa Al-Qur‟an berfungsi sebagai kitab yang suci,yang selalu
disakralkan oleh masyarakat Rantau Limau Manis yang beragama Islam.
b. Bacaan yang dimuliakan
Kedudukan Al-Qur‟an sebagai kitab suci umat Nabi Muhammad SAW, ia
memiliki keistimewaan yang terkandung didalamnya sangat banyak, dan belum
semuanya berhasil diketahui oleh manusia. Al-Qur‟an yang sangat mulia bagi

49
Ibid.
50
Ibid.
53

umat Islam, maka Al-Qur‟an diperlakukan begitu istimewa. Keistimewaan Al-


Qur‟an ini tergambar dalam masyarakat bahwa setiap acara paing tidak dibuka
dengan ayat-ayat. Termasuk dalam acara tujuh bulan, perlakuan masyarakat
terhadap Al-Qur‟an,bukan hanya dilihat dari mereka memposisikan Al-Qur‟an
dalam suatu acara, akan tetapi lebih dari itu, bagaimana cara membawa maupun
tempat menaruhnya berbeda dengan kitab-kitab atau buku-buku yang lain.51
Dari gambaran perlakuan masyarakat rantau limau manis terhadap Al-
Qur‟an di atas, bahwa Al-Qur‟an berkedudukan sebagai kitab suci sangat
dimuliakan. Berbagai cara masyarakat memberikan kemuliaan penghormatan
dalam segi menempatkan Al-Qur‟an pada tempat yang lebih tinggi. Hal ini
dikarenakan keyakinan dalam umat Islam terutama masyarakat rantau limau
manis bahwa Al-Qur‟an akan bisa memberikan keberkahan baik di dunia maupun
di akhirat.
c. Sarana Petunjuk
Sebagai Petunjuk Al-Qur‟an selalu dikaji oleh umat Islam,guna menggali
yang terkandung di dalam Firman Allah SWT. Al-Qur‟an yang menyimpan
berbagai hal, baik dalam urusan dunia sampai urusan Akhirat. Di dalamnya
terdapat petunjuk bagi umat Islam khususnya umat Islam. Sebagaimana dalam
QS.Al-Baqarah ayat 185:

           

               

            

      


“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu
hadir(di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia
51
Rahayu Putri, Warga Desa Rantau Limau Manis,Wawancara dengan Penulis,25
Februari 2019, Kecamatan Tabir Ilir, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
54

berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu
ia berbuka),Maka(wajiblah baginya berpuasa),sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu,pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya
kamu bersyukur‟‟.( QS.Al-Baqarah:185).

Ayat ini dengan jelas dan tegas mengatakan Al-Qur‟an adalah kitab yang
berisi petunjuk,petunjuk adalah segala sesuatu yang dapat membawa manusia
kepada sesuatu yang baik atau yang membuat seorang individu sampai pada suatu
keadaan yang baik dan benar. Kalau dia tidak membawa manusia pada keadaan
tersebut maka dikatakan sebagai penyesat atau yang menyesatkan, yaitu segala
seuatu yang membuat seseorang tidak sampai pada keadaan yang dianggap baik
dan benar, atau yang diinginkan.Masyarakat menyakini bahwa Allah memberikan
petunjuk melalui Al-Qur‟an ketika mereka menghadapi berbagai hal dalam
kehidupan mereka. Dengan mengikuti petunjuk-petujuk ini mereka kemudian
akan dapat mengatasi masalah-masalah tersebut.
Al-Qur‟an dijadikan petunjuk dalam berbagai hal yang menyangkut
kehidupan.Termasuk penggunaan Al-Qur‟an dalam tradisi tujuh bulan.
Pembacaan surah dalam tradisi tujuh bulan merupakan cara masyarakat
menghidupkan Al- Qur‟an dalam kehidupan. Surah yang dibaca, oleh masyarakat
rantau limau manis dijadikan sebagai petunjuk. Karena dalam surah tersebut
mempunyai makna bagi masyarakat.52
Surah yang dibaca lebih banyak menguraikan tentang kisah-kisah para
Nabi maupun hambanya yang shaleh. Dari kisah-kisah tersebut masyarakat rantau
limau manis menjadikan sebagai petunjuk, bahwa mereka adalah orang-orang
yang shaleh yang diteladani. Dari kisah-kisah yang terdapat dalam surah-surah
tersebut, memberikan gambaran tentang cara pandang masyarakat dalam
memfungsikan Al-Qur‟an sebagai petunjuk.

52
Ibid.
55

d. Sebagai obat
Dalam Lintas Sejarah Islam, praktik memperlakukan Al-Qur‟an tertentu
dari Al-Qur‟an sehingga bermakna dalam kehidupan, pada dasarnya sudah terjadi
ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup. Sebuah masa yang paling baik bagi
umat Islam.
Disamping itu,adanya anggapan tertentu terhadap Al-Qur‟an dari berbagai
komunitas Islam, berupa praktik untuk menfungsikan Al-Qur‟an dalam
kehidupan,seperti salah satu fungsi Al-Qur‟an sebagai obat (syifa) atau penawar
segala macam jenis penyakit,baik itu penyakit rohani maupun jasmani. Pengertian
Al-Qur‟an sebagai obat tidak hanya sebagai obat lahiriah tetapi juga secara
batiniah. Al-Qur‟an yang dijadikan sebagai obat oleh masyarakat rantau limau
manis, tidak terlepas dari ayat QS.Al-Isra‟,ayat 82:

             


“Dan kami turunkan Al-Qur‟anQur‟a suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur‟an itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. Dilihat dari
ayat di atas memberikan petunjuk bahwa Al-Qur‟an yang dibaca
berfungsi sebagai obat penawar‟‟.(QS. Al-Isra‟:82).

1. Obat Hati
Suatu hal yang menjadi keyakinan tiap muslim bahwa Al-Qur‟an
diturunkan Allah SWT. Untuk memberi petunjuk kepada tiap manusia dan
menyembuhkan dari berbagai penyakit hati. Al-Qur‟an yang dijadikan obat hati
dengan cara membacanya. Keyakinan yang tumbuh dalam masyarakat rantau
limau manis, bahwa Al-Qur‟an yang dibaca bisa memberikan ketenangan dalam
hati. Dalam tradisi tujuh bulan, adanya keyakinan yang kuat terhadap pembacaan
surah masyarakat rantau limau manis, yakni harapan dengan membaca ayat suci
Al-Qur‟an bayi dan ibu yang mengandungnya bisa mendapatkan ketenangan
batin.53

53
Ibid.
56

2. Obat Jasmani
Al-Qur‟an menjadikan obat jasmani dari berbagai macam penyakit, tata
cara digunakan bukan dengan tata cara yang lazim digunakan dalam
menggunakan obat untuk penyakit jasmani. Cara yang muncul dalam masyarakat
seperti terapi dengan bacaan ayat suci Al-Qur‟an. Ayat suci Al-Qur‟an juga
digunakan sebagai obat jasmani seperti rukyah, pengobatan ini menggunakan
bacaan ayat-ayat. Dalam tradisi pembacaan surah tersebut berfungsi sebagai obat
jiwa, hal tersebut,agar mendapat ketenangan terhadap ibu yang mengandung
sehingga berdampak kepada kesehatan fisik.54
Bacaan surah dalam acara tujuh bulanan, masyarakat rantau limau manis
dijadikan sebagai obat bagi ibu yang mengandung. Kekuatan dan keyakinan
terhadap Al-Qur‟an dibaca oleh masyarakat rantau limau manis merupakan
resepsi terhadap Al-Qur‟an sebagai obat. Secara tidak langsung mereka telah
memfungsikan Al-Qur‟an sebagai obat.
3. Sarana Perlindungan
Al-Qur‟an dalam pandangan masyarakat mempunyai fungsi sebagai
sarana perlindungan atau memohon keselamatan. Membaca Al-Qur‟an adanya
keyakinan untuk mendapatkan perlindungan atau keselamatan dari Allah baik di
dunia maupun akhirat.Perlindungan tersebut diantaranya:
a. Bahaya Siksa Neraka
Al-Qur‟an adalah kitab suci yang memberikan petunjuk tentang
kehidupan di dunia dan di akhirat, termasuk juga tentang gambaran siksa
neraka.Membaca Al- Qur‟an bagi orang Muslim adalah Ibadah. Karena Al-Qur‟an
akan menjadi syafa‟at pada hari kiamat bagi orang yang membacanya. Ungkapan
dari wawancara leti lestari adalah keyakinan terhadap Al-Qur‟an bahwa Al-
Qur‟an bisa memberi kita pertolongan bagi orang yang selalu membacanya.
Sebagaimana sarana perlindungan terhadap siksa neraka. Maka masyarakat
Rantau Limau Manis meresepsi Al-Qur‟an dalam berbagai kegiatan, termasuk
acara (tujuh bulan). Pembacaan Surah dalam Al-Qur‟an merupakan sarana
perlindungan siksa neraka, Tujuan Pembacaan surah dalam acara tujuh bulan
54
Ibid.
57

sebagai bentuk pengenalan terhadap bayi yang dikandungkan. Harapannya agar


bayi menjadi ahli Al-Qur‟an setelah ia lahir. Sehingga nantinya mendapat syafa‟at
dan terhindar dari siksa neraka.
Al-Qur‟an yang dibaca pada saat tujuh bulan dengan tujuan dan harapan
sebagaimana yang telah disebutkan, merupakan fungsi dari Al-Qur‟an sebagai
sarana perlindungan. Dengan mendengarkan bacaan ayat suci kepada bayi yang
dikandung, merupakan cara pandang masyarakat untuk mengenalkan Al-Qur‟an
terhadap bayi. Hal tersebut tanpa kita sadari Al-Qur‟an sebagai kitab petunjuk
berfungsi juga sebagai sarana perlindungan terhadap siksa api neraka.
b. Bahaya Makhluk Halus
Memohon Perlindungan bagi Masyarakat Rantau Limau Manis merupakan
sesuatu harus upayakan. Dalam memohon perlindungan atau memohon
keselamatan masyarakat membaca surah yasin sebagai bacaan utama dalam setiap
selamatan. Bacaansurah-surah dalam acara tujuh bulan, baik bagi bayi maupun
ibu yang sedang mengandung. 55
Tujuan pembacaan surah agar ibu dan bayi yang dikandungnya tetap
dalam lindungan Allah SWT, rasa aman karena berlindung melalui bacaan Ay
suci Al-Qur‟an yang dibacakan,bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Pembacaan surah dengan tujuan sebagaimana yangdisebutkan di atas,
sebagai bentuk keyakinan masyarakat Rantau Limau Manis terhadap Al-qur‟an
yang dibaca pada saat acara tujuh bulanan. Walaupun surah yang dibaca tidak
berkaitan dengan rezeki.Mempermudah rezeki sebagai salah satu tujuan membaca
surah pada saat acara merupakan bentuk dari penerapan fungsi dari Al-Qur‟an.
Surah dalam Tradisi Tujuh Bulan Masyarakat Rantau Limau Manis,Kecamatan
Tabir Ilir,Kabupaten Merangin.
QS. Maryam adalah surah yang ke 19 yang terdiri atas 98 ayat, termasuk
golongan surah makiyah. Karena hampir seluruh ayatnya diturunkan sebelum
Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Bahkan sebelum sahabat-sahabat
beliau hijrah ke negeri Habsyi. Dinamakan Maryam karena sebagian besar

55
Imam Abi Al-Husain Muslim Al-Hajj Al-Qusayri An-Naisaburi,Sahih Muslim,Juz
1(Beirut :Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah,1991),553.
58

menceritakan tentang Maryam. Pujian Allah kepadanya terdapat dalam QS.Al-


Maidah ayat 75:

             

           

 

“Al-masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang Sesungguhnya


telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat
benar, Kedua-duanya biasa memakan makanan perhatikan bagaimana
Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan
(Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari
memperhatikan ayat-ayat Kami itu)‟‟.( QS.Al-Maidah ayat :75).

Maryam adalah seorang wanita yang selalu menjaga kehormatannya dari


laki-laki, sehingga ia selalu menjauhkan diri dari keluarganya. Ia selalu memakai
(hijab) dalam berhubungan dengan orang-orang, kemudian Allah mengirimkan
Jibril kepadanya.Di karenakan Maryam tidak pernah berhadapan dengan laki-
laki,ia berkata: ”Sesungguhnya aku berlindung dari padamu tuhan Allah yang
maha pemurah,jika kamu seorang yang bertakwa, lalu jibril
berkata:”Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Allah, untuk memberimu
seorang anak laki-laki yang suci.” Maryam berkata: “Bagaimana akan ada bagiku
seorang anak laki-laki, sedangkan tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku
dan aku bukan seorang penzina.” Jibril berkata: „‟Demikianlah‟‟. Allah berfirman:
„‟Hal itu adalah mudah bagiku dan agar dapat kami menjadikannya suatu tanda
bagi manusia dan sebagai rahmat dari kami, dan hal itu adalah suatu perkara yang
sudah diputuskan.Cerita Maryam di atas menjadi salah satu tujuan dalam
bertabarruk khususnya bagi orang tua yang sedang menunggu kelahiran anaknya.
Tidak berlebihan jika seorang calon ibu ingin mempunyai seorang anak
59

perempuan yang selalu menjaga kehormatannya sebagaimana Maryam atau


sering disebut al-muhsanat, sebagaimana diungkapkan oleh Siti Nur Rahmah.56
Fenomena ini juga terjadi di masyarakat, mereka mengamalkan Al-Qur‟an
yang senantiasa dibaca saat hamil. Tentang ayat-ayat dibaca atau digunakan ketika
hamil diantaranya adalah surah yusuf dan Maryam dengan berbagai motivasi dan
tujuan ibu hamil dalam mengamalkannya.Setiap orang tua pasti berharap
menginginkan anak yang sholeh dan sholehah,mengabdi kepada Allah dan kepada
orangtua. Inilah kekayaan yang akan membahagiakan saat menginjak usia tua
nanti.57
Anak merupakan unsur yang terpenting dalam keluarga. Penerus generasi,
Pelanjut sejarah, ditangan mereka masa depan umat, kesadaran tentang hal ini
sangatlah penting.Dan menjadi tanggung jawab orang tua untuk memberikan
pendidikan terbaik bagi anak-anaknya. Allah SWT, telah memperingatkan orang
tua merawat anak-anak mereka dengan cara yang benar dan menumpahkan segala
perhatian yang mereka butuhkan untuk menjadi orang dewasa yang sehat dan
kuat. Pentingnya pendidikan sejak dini.

56
Tim Penterjemah dan Penafsiran Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta :
Departemen Agama RI., 1958), 28.
57
Ibid.,30.
60

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah Melaksanakan proses penelitian dari observasi,wawancara,
dokumentasi,berikut proses analisis data-data yang diperoleh, maka peneliti
mengambil beberapa kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah
penelitian sebagaimana berikut:
Bagaimana Prosesi pelaksanaan Pembacaan Surah Yusuf dan Maryam
yang dilakukan oleh masyarakat Desa Rantau Limau Manis,Kecamatan Tabir
Ilir,Kabupaten Merangin. Al-Qur‟an ialah mu‟jizat yang terbesar,kekal abadi.
Mukjizat yang pernah diberikan Allah SWT kepada Rasul-rasulnya,semenjak
Nabi Adam as. Sampai Nabi Muhammad SAW Umat Islam dan umat lainnya
dapat memegang, membaca,menghayati,memahami,mengamalkan isinya untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan keselamatan di akhirat nanti Al-Qur‟an
mencakup seluruh wahyu yang baik berupa petunjuk, perbaikan, pendidikan,
pengajaran keseluruhan budi pekerti dan undang-undangnya.
Setiap daerah mempunyai kekhasan dalam Pelaksanaan tujuh bulanan bagi
wanita yang sedang hamil. Tidak terkecuali bagi desa rantau limau manis yang
mempunyai cara tersendiri dalam pelaksanaan tujuh bulanan. Prosesi tujuh
bulanan di desa rantau limau manis memerlukan tenaga, pikiran, maupun materi
baik dalam persiapan maupun pada hari pelaksanaannya. Semua tahap-tahap
tersebut diyakini oleh masyarakat rantau limau manis untuk dilalui. Mulai dari
Pemilihan hari dan tanggal yang tepat.Prosesi acara ini diselenggarakan untuk
kehamilan anak pertama dari pasangan suami istri, ketika kehamilannya sudah
mencapai tujuh bulan. Acara ini, masyarakat rantau limau manis bukan sekedar
acara ritual yang hanya mengikuti leluhur saja, melainkan sebagai bentuk rasa
syukur atas karunia yang diberikan Allah SWT kepadanya. Selain itu juga,
sebagai pengharapan maupun Do‟a agar ibu dan calon bayi yang dikandung tetap
sehat.

60
61

Prosesi Pembacaan Al-Qur‟an tahap pertama yang akan dilakukan setelah


para undangan semua datang. Dalam pembacaan Al-Qur‟an terlebih dahulu
dibuka dengan mukoddimah pembuka oleh Imam atau Pemimpin menjelaskan
secara singkat tentang tujuh bulanan bagi orang yang hamil.
Dalam mukoddimahnya juga menjelaskan tentang kaitan Al-Qur‟an
dengan tujuh bulanan. Setelah itu, baru dimulai dengan pembagian surah-surah
oleh pemimpin acara kepada para pembaca.Ragam surah yang dibaca dalam acara
tujuh bulanan adalah surah yusuf dan maryam. kemudian pemimpin acara
memulai dengan membaca wasilah. Wasilah pertama kepada Nabi Muhammad
SAW,keluarga dan para saihabatnya,kedua para Nabi, Rasul, Syuhada‟, orang-
orang shaleh, para wali dan seterusnya. Ketiga kepada para leluhur yang sudah
mendahului. Keempat kepada wanita yang sedang hamil dan janinnya. Setelah itu
kemudian ustadz Sanadi menegaskan bacaan. Setelah acara Do‟a selesai,
dilanjutkan lagi istirahat. Penyelenggaraan mengeluarkan sodakoh yang berupa
minuman teh dan beberapa aneka makanan yang disiapkan. Kemudian
dilanjutkan dengan acara yang lain sampai pada acara penutupan.Apa Fungsi
Pembacaan Surah Yusuf dan Maryam dalam Tradisi Tujuh Bulanan Masyarakat
Rantau Limau Manis,Kecamatan Tabir Ilir,Kabupaten Merangin.
Sebagai kitab suci
Al-Qur‟an kitab suci dalam umat Islam, kedudukannya sebagai kitab suci,
maka masyarakat menjadikannya sebagai kehidupan sehari-hari.Firman Allah
berupa bacaan dalam lembaran-lembaran yang bertuliskan ayat-ayat atau firman-
firman Allah, kemudian dikumpulkan menjadi satu. Sebagai kitab suci,Al-Qur‟an
merupakan kitab suci yang paling baik dibaca dikalangan umat Islam. Termasuk
di masyarakat rantau limau manis yang mayoritasnya umat Islam. Al-Qur‟an
sebagai kitab suci umat Islam dan menjadi rujukan maupun pedoman hidup,
terbukti dalam acara apapun selalu dibuka dengan ayat-ayat suci Al-Qur‟an. Ini
berarti sebagai kitab suci, tanpa disadari tidak terlepas dalam kehidupan sehari-
hari dalam masyarakat, karena Al-Qur‟an selalu hadir dalam berbagai kegiatan
masyarakat muslim,termasuk membaca surah dalam Al-Qur‟an pada saat acara
62

tujuh bulanan.Perlakuan masyarakat terhadap Al-Qur‟an dalam segala hal,


memberikan gambaran bahwa Al-Qur‟an berfungsi sebagai kitab yang suci,yang
selalu disakralkan oleh masyarakat Rantau Limau Manis yang beragama Islam.
Al-Qur‟an dijadikan petunjuk dalam berbagai hal yang menyangkut kehidupan.
Termasuk penggunaan Al-Qur‟an dalam tradisi tujuh bulan. Pembacaan surah
dalam tradisi tujuh bulan merupakan cara masyarakat menghidupkan Al- Qur‟an
dalam kehidupan. Surah yang dibaca,oleh masyarakat rantau limau manis
dijadikan sebagai petunjuk. Karena dalam surah tersebut mempunyai makna bagi
masyarakat.
B. Rekomendasi
Peneliti sadari bahwa peneliti ini masih banyak kekurangan yang diperoleh
dalam proses penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti kemukakan beberapa saran
yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan.Berdasarkan pengamatan di
lapangan dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Peneliti mengenai pembacaan surah dalam tradisi tujuh bulan yang ada
masyarakat Rantau Limau Manis dalam memahami ajaran Agama.Oleh
karena itu, peneliti menyarankan bagi para peneliti yang hendak
melakukan penelitian yang sama(Pembaca surah yusuf dan Maryam dalam
tradisi tujuh bulan) disarankan melakukan penelitian secara bertahap yaitu
dengan menelusuri dan melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi terhadap tradisi tersebut.
2. Menumbuhkan semangat karena penelitian bukanlah sebagai sarana
mengadili sebuah pemaknaan dalam sebuah tradisi, melainkan untuk
memahami,memaparkan dan menjelaskan persoalan kebenaran terhadap
resepsi masyarakat terhadap ayat suci Al-Qur‟an. Demikianlah kesimpulan
dan saran yang dapat penulis sampaikan, semoga bermanfaat dan
menambahkan wawasan bagi orang yang membacanya.
63

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an

Departemen Agama RI, Tafsir Ilmu Tafsir, Madrasah Aliyah Negeri Bangko,
Derektorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam 1992-1993.
Buku

Al-Baidawi, Nasiruddin . Tafsîr al-Baidawi al-Musamma Anwâr al-Tanzîl wa


asrâr al-Ta’wil, Jilid II. Beirut: Dar al Kutub al „Ilmiyyah, 2006.
Al-Bhukhari, Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin bardizbah,
Shahîh al-Bhukhari, Juz 7. beirut: dar al-kutub al „ilmiyah 1992.
An-Naisaburi, Imam Abi al-Husain Muslim al-Hajjaj al-Qusairy. Sahîh Muslim,
Juz I. Berut: Dar al-Kutub al-„ilmiyah, 1991.
Artikel,Imam Baihaki,Karakterstik Tradisi Tujuh Bulanan di jawa tengah sebagai
sebuah sastra lisan,2017.
Eldeeb, Ibrahim. Be a Living Qur’an; Petunjuk Praktis Penerapan ayat-ayat al-
Qur’an dalam Kehidupan Sehari-hari, terj. Faruq Zaini. Jakarta:
LenteraHati, 2009.
Hermawati, Isni, Makna Simbolik Sajen selamatan tujuh bulan.Yogyakarta :Jantra
Vol,2,no 3, 2007.
Khalil, Ahmad. Islam Koentjaraningrat. Metode-metode Penulisan Masyarakat.
Jakarta: Gramedia,1989.
Mansur, Muhammad. living Qur’an dalam Lintas Sejarah Studi al-Qur’an, dalam
Metodologi Penelitian Living Quran dan Hadis, Syahiron Syamsuddin
(ed). Yogyakarta: TH Press,2007.
Meleong, Lexy J. Metode Penulisan Kualitatif.Bandung: Remaja Rosdakarya,
1993.
Muhammad Fauzan Nasir, Qur‟an Pembacaan Tujuh Surah Pilihan Al-Qur’an
dalam tradisi mitoni/tujuh bulan,kajian Living Qur’an .2016.
Muhsin, Imam. Al-Qur‟an dan Budaya Jawa. Yogyakarta: eLSAQ Press, 2013.
Putra, Heddy Shri Ahimsa The Living Qur’an: Beberapa Perspektif Antropologi.
Jurnal WalisongoVol. 20, no 1 mei 2012.
Rafi‟uddin. Pembacaan Ayat-ayat Al-Qur’an dalam Upacara Peret Kandungani
Desa Poteran Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep Madura.
Sahiron Syamsuddin, Metodelogi Penelitian Living Qur’an dan Hadits, Dosen
Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta:2007
Sahiron Syamsuddin MA.Metodelogi Penelitian Living Qur’an dan Hadits,TH
press, 2007.
Said Agil Husin Al-Munawar,M.A.Al-Qur’an membangun Tradisi Kesalehan
Hakiki,Jakarta 2002
Saksono,Gatot dkk.,Faham Keselamatan dalam Budaya Jawa. Yogyakarta:
Ampera Utama 2012.
Sektioningsih, Muchibbah. Adopsi Ajaran Islam dalam Ritual Mitoni di Desa
Ngagel Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati. Yogyakarta: Skripsi
Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, 2009.
64

Shihab, M.Quraish dkk. Sejarah dan Ulum al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus,
2001.
Shahih Tafsir Ibnu Katsir. Pengesahan Hadits Berdasarkan Kitab-kitab Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al-Albani dan ulama Ahli Hadits lainnya disertai
Pembahasan yang Rinci dan Mudah difahami. Jakarta : Jilid 5, Januari
2018.
Syamsuddin. Kata Pengantar Metodologi Penelitian Living Qur’an dan hadis,
Ranah-ranah Penelitian dalam Studi al-Qur’an dan Hadis. Yogyakarta:
TH Press, 2007.
Winarno, Surakhmad. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar dan Metode Teknik.
Bandung: Tarsio,1990.
Yusuf, Muhammad. Living Qur’an dan Hadis. Yogyakarta: TERAS, 2007.

Hasil Wawancara

Abdul Manap,Ketua Adat Desa Rantau Limau Manis Wawancara dengan


Penulis.19 April 2019. Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
Bunyamin, Kepala Desa Rantau Limau Manis Wawancara dengan Penulis. 16
Januari 2019, Kabupaten Merangin. Rekaman Audio.
Fahrudin Hm, Penulis Budaya Sosial Budaya Masyarakat Jambi Melayu Tabir Ilir
Wawancara dengan Penulis. 13 Maret 2019. Kabupaten Merangin.
Rekaman Audio.
Leti Lestari, Warga Desa Rantau Limau Manis Wawancara dengan Penulis. 23
Februari 2019, Kabupaten Meragin. Rekaman Audio.
Rahayu Putri, Warga Desa Rantu Limau Manis Wawancara dengan Penulis. 27
Februari 2019. Kabupaten Merangin. Rekaman Audio.
Sauri, Pemuka Agama Desa Rantau Limau Manis Wawancara dengan Penulis.
20 April 2019. Kabupaten Merangin. Rekaman Audio.
Salman Sayuti, Warga Desa Rantau Limau Manis Wawancara dengan Penulis. 15
Maret 2019. Kabupaten Merangin. Rekaman Audio.

Internet
Agus Suntoyo, “Atlas Walisongo‟‟, diakses melalui alamat http://www.youtobe
.com/2011/03 Atlas Walisongo.html, tanggal 30 agustus 2012.
Suryadilaga, “Living Qur‟an‟‟, diakses melalui alamat http:// Islamlib.com/2013/
Living Qur’an. Html, tanggal 19 November 2014.

Jurnal
Imam Baihaqi, “ Karakteristik Tradisi Tujuh Bulanan di jawa Tengah‟‟. Jurnal
Arkhais.08,No.2 (2017),27-29.
65

JADWAL PENELITIAN

Penelitian ini direncanakan berlangsung selama tiga bulan, adapun tentang tahapan dan rentang waktu penelitian dapat
dilihat di bagan berikut:

November Desember Januari Februari Maret April Mei


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penulisan Draf Proposal X X

Konsultasi dg Ka.
2 Jur/Prodi dan lainnya utk
fokus penelitian X X

3 Revisi Draf Proposal X X

4
Proses Seminar Proposal x x
Revisi Draf Proposal
5
Setelah Seminar X X
Konsultasi dgn
6
Pembimbing X X

7 Koleksi Data X X X

Analisa dan Penulisan


8
Draf Awal Skripsi
Draf Awal dibaca
9
Pembimbing
66

10 Revisi Draf Awal


x x
Draf Dua Dibaca x
11
Pembimbing x
12 Refisi Draf Dua
x x
Draf Dua Revisi Dibaca
13
Pembimbing x x
14 Penulisan Draf Akhir
x x
Draf Akhir Dibaca
15
Pembimbing
16 Ujian Munaqashah
Revisi Skripsi Setelah
17
Ujian Munaqashah
18 Mengikuti Wisuda

Perlu dijelaskan bahwa jadwal ini tidak bersifat mengikat karena boleh jadi salah satu tahapan berlangsung lebih cepat atau
lebih lama.Selain itu, boleh jadi pula ada tahapan yang berlangsung bersamaan dengan tahapan lain, artinya penjadwalan kan
berlangsung secara kondisional.
67

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA


“IMPLEMENTASI PEMBACAAN SURAH YUSUF DAN MARYAM
TRADISI ORANG HAMIL TUJUH BULAN MASYARAKAT
RANTAU LIMAU MANIS, KECAMATAN TABIR ILIR,
KABUPATEN MERANGIN’’.

No JENIS DATA METODE SUMBER DATA

1. Gambaran Umum Desa -Observasi -Aparat Desa


Rantau Limau Manis -Wawancara -Sistem
-Dokumentasi Pemerintahan
-Dokumentasi
2. Sejarah Desa Rantau
Limau Manis -Wawancara -Keadaan
-Observasi Masyarakat
-Pekerjaan
Masyarakat
3. Bagaimana Prosesi -Keadaan
Pembacaan Surah Yusuf Pendidikan
dan Surah Maryam yang -Wawancara
dilakukan oleh Masyarakat LibraryResearch -Tokoh Agama
Desa Rantau Limau Manis -Tokoh Adat
Kecamatan Tabir Ilir Masyarakat dan
Kabupaten Merangin? Masyarakat

4. Apa Fungsi Pembacaan -Wawancara -Tokoh Agama


Surah Yusuf dan Surah -Dokumentasi -Tokoh Adat
Maryam dalam Tradisi -Tokoh
Tujuh Bulan Masyarakat Masyarakat
Rantau Limau Manis
Kecamatan Tabir Ilir
Kabupaten Merangin?
68

A. Panduan Observasi

No Jenis Data Objek Observasi

1. -Gambaran Umum Desa -Sistem Pemerintahan


Rantau Limau Manis -Keadaan Masyarakat
-Pekerjaan Masyarakat
-Keadaan Pendidikan
-Sistem Kepercayaan
-Budaya Masyarakat

2 -Pembagian Wilayah Desa -Nama Pedusunan dusun bukit


Rantau Limau Manis Jung,dusun Muaro Mendelang,dusun
Rantau Palembang

3. Sarana Pendidikan Desa -Madrasah Diniyyah, Sekolah Dasar


Rantau Limau Manis dan Sd I, Sd II, SLTP Hitam Ulu,SLTP 8
Sekitarnya Tabir

4. Implementasi Pembacaan -Prosesi Pelaksanaan Tujuh Bulanan


Surah Yusuf dan Maryam -Waktu dan Tempat
Tradisi Tujuh Bulanan -Pemimpin Membaca Al-Qur‟an
-Prosesi Pembacaan Al-Qur‟an
-Bentuk Kegiatan
5. Motivasi Pelaksanaan
Tujuh Bulanan dan -Memohon Berkah
Pembacaan Surah -Sebagai Bentuk rasa syukur
-Menjaga Tradisi
-Sebagai bentuk sosial budaya
Masyarakat
6. Fungsi Pembacaan Surah
Yusuf dan Maryam Tradisi -Pemaknaan Masyarakat terhadap
Tujuh Bulanan Desa Surah Yusuf dan Maryam Tradisi
Rantau Limau Manis Tujuh Bulanan
Kecamatan Tabir Ilir
Kabupaten Merangin
69

B. Panduan Dokumentasi

No Jenis Data Data Dokumenter

1. -Gambaran Umum Desa -Data dokumentasi Desa Rantau


Rantau Limau Manis Limau Manis

2. Sejarah Desa Rantau -Data dokumentasi tentang Sejarah


Limau Manis Desa Rantau Limau Manis

3. Bagaimana Prosesi -Data dokumentasi tentang Proses


Pembacaan Surah Yusuf Pembacaan Surah Yusuf dan
dan Surah Maryam yang Maryam
dilakukan oleh
Masyarakat Desa Rantau
Limau Manis Kecamatan
Tabir Ilir Kabupaten
Merangin
-Data dokumentasi Fungsi
4. Apa Fungsi Pembacaan Pembacaan Surah Yusuf dan
Surah Yusuf dan Surah Maryam
Maryam dalam Tradisi
Tujuh Bulan Masyarakat
Rantau Limau Manis
Kecamatan Tabir Ilir
Kabupaten Merangin
70

C. Butir-butir Wawancara

No Jenis Data Sumber Data dan Substansi


Wawancara

1. -Gambaran Umum Desa -Bisa dijelaskan letak gambaran


Rantau Limau Manis umum desa rantau limau manis?

2. Sejarah Desa Rantau -bagaimana Sejarah Desa Rantau


Limau Manis Limau Manis Kecamatan Tabir
Ilir,Kabupaten Merangin?

3. Bagaimana Prosesi -Bagaimana Proses Pembacaan


Pembacaan Surah Yusuf Surah Yusuf dan Maryam?
dan Surah Maryam yang
dilakukan oleh
Masyarakat Desa Rantau
Limau Manis Kecamatan
Tabir Ilir Kabupaten
Merangin

4. Apa Fungsi Pembacaan -Apa Fungsi bagi Masyarakat Desa


Surah Yusuf dan Surah Rantau Limau Manis tentang Surah
Maryam dalam Tradisi Yusuf dan Maryam?
Tujuh Bulan Masyarakat
Rantau Limau Manis
Kecamatan Tabir Ilir
Kabupaten Merangin
71

DOKUMENTASI

Gambar. 1 Foto Leti Lestari Ibu Hamil Tujuh Bulan Desa Rantau Limau Manis
Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten Merangin.

Gambar 2. Foto Rahayu Putri Ibu Hamil Tujuh Bulan Desa Rantau Limau Manis
Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten Merangin.
72

Gambar 3.Wawancara Foto Bersama Leti Lestari dan Asih Safitri Desa Rantau
Rantau Limau Manis Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten Merangin.

Gambar 4.Warga Mengikuti acara Tujuh Bulanan Desa Rantau Limau Manis
Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten Merangin.
73

Gambar 5. Wawancara dan Foto bersama Ibu Hamil Desa Rantau Limau Manis
Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten Merangin
74

Gambar 6. Pembukaan atau mukoddimah Acara Tujuh Bulanan yang dibacakan


Oleh Bapak Hasan Basri Warga Masyarakat Rantau Limau Manis Kecamatan
Tabir Ilir Kabupaten Merangin.
75

Gambar 7. Persiapan Hidangan Masyarakat Rantau Limau Manis

Gambar 8. Ramah Tamah Masyarakat Rantau Limau Manis Kecamatan Tabir Ilir
Kabupaten Merangin.
76
77

CURRICULUM VITAE

A. Informasi Diri
Nama : Faizah
Tempat & Tgl.Lahir : Rantau Limau Manis, 07-12-1996
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Rantau Limau Manis, RT 10, Kecamatan
Tabir Ilir,Kabupaten Merangin.

B. Riwayat Pendidikan
1. S1 Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada Tahun
2019
2. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Merangin Pada Tahun 2015
3. Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN)1 Merangin Pada Tahun 2012
4. Sekolah Dasar Negeri (SDN) No 223/VI Rantau Limau Manis Pada Tahun
2009.

Anda mungkin juga menyukai