Skripsi
Oleh:
SONHAJI
NIM: 1113034000129
FAKULTAS USHULUDDIN
1439 H/2017 M
KEHARMONISAN KELUARGA NABI MUHAMMAD DENGAN
ISTRINYA; ‘ĀISYAH DALAM KITAB ṢAḤĪḤ BUKHĀRĪ
Skripsi
Oleh
SONHAJI
1113034000129
Pembiming
FAKULTAS USHULUDDIN
1439 H/2017 M
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
3. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
Sonhaji
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Sidang Munaqasyah
Ketua Sekretaris
Anggota
Penguji I Penguji II
Pembimbing
Sonhaji
KEHARMONISAN KELUARGA NABI MUHAMMAD DENGAN
ISTRINYA; ‘ĀISYAH DALAM KITAB ṢAḤĪḤ BUKHĀRĪ
Keluarga yang harmonis adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin
membangun rumah tangga maupun yang sudah berumah tangga. Untuk
mewujudkannya maka diperlukan pemahaman dan pengertian dari masing-masing
pasangan. Selain itu butuh adanya panduan atau tuntunan dalam membina rumah
tangga, dalam hal ini adalah panutan bagi ummat muslim yaitu Nabi Muhammad
saw. yang mempunya salah satu istri yang berama ‘Āisyah.
Penelitian ini ingin memecahkan suatu masalah sosial yang sering timbul
di masyarakat dan dalam tiap tahunnya mengalami angka kenaikan yaitu tingkat
perceraian yang disebabkan oleh ketidakharmonisan sebuah rumah tangga.
Penelitian ini mengacu pada tuntunan hidup kita yakni nabi Muhammad saw
dalam membangun rumah tangga yang harmonis terutama bersama ‘Āisyah yang
tersebar dalam kitab hadis terutama dalam kitab sahīh bukhārī. Penelitian ini
menghimpun hadis-hadis bentuk keharmoisan nabi bersama ‘Āisyah yang terbagi
menjadi tema-tema (mauḏhū’ī) yang kemudian penulis menelusuri keberadaan
hadisnya dan memberikan penjelasan (syarah) hadis.
i
KATA PENGANTAR
Tiada untaian kata yang layak diungkapkan selain rasa syukur yang besar
kepada Allah SWT yang Maha besar atas nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian ini. Kemudian Shalawat dan Salam semoga terlimpah
kepada Nabi besar Muhammad SAW., keluarganya, para sahabatnya dan Ummat
Berkat Rahmat dan Pertolongan Allah swt. Penelitian ini akhirnya dapat
‘Āisyah Dalam Kitab Sahīh Bukhārī dan penelitian ini terselesaikan tentunya tidak
dengan hasil kerja penulis pribadi, melainkan mendapat bantuan dari berbagai pihak,
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Bapak Prof. Dr. Masri
3. Terimakasih saya ucapkan kepada Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA selaku
Ketua Program Studi Ilmu Al-Qur’ān dan Tafsir dan juga selaku Dosen
Penasehat Akademik.
4. Terima kasih pula kepada Ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd selaku
ii
5. Bapak Dr. M. Isa HA. Salam, M.Ag selaku dosen pembimbing penulisan
Skripsi yang telah meluangkan waktu dan tenaganya sehingga skripsi ini
terselesaikan. Semoga Allah swt membalas segala amal baik beliau dengan
sebaik-baiknya balasan.
6. Segenap para Dosen Ushuluddin khususnya Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir
yang telah memberikan banyak ilmu dan membantu baik prihal akademik
7. Para staf dan karyawan Ushuluddin yang telah memberikan pelayanan dengan
9. Kedua Orangtua Ayahanda Abah Saefudin dan Ibunda Yayah yang tanpa
dan Nenek juga yang selalu membantu dikala kesusahan dan teruntuk adik-
adikku tercinta Lilis Sholehah dan Naila Masarroh yang selalu memberikan
keceriaan. Semoga Allah swt menghadiahi surga untuk mereka kelak dan
10. Kepada teman-teman se-Angkatan Tafsir Hadis 2013 terutama kelas TH-D
iii
11. Keluarga Besar UICCI SULAIMANIYAH Cabang Ciputat, segenap para abi
yang telah memberikan banyak bantuan, dukungan serta motivasi kepada penulis
semoga Allah melimpahkan segala Rahmat dan kebaiakn-Nya. Tak lupa para
canda tawa dan hal bahagia terutama Kelas Anak Gerbong Joni, Reza, Faiz,
Mega, Ucen, Ojab, Ali, Anas, Asep dll kalian teman luar biasa.
12. Teman-teman KKN MENYAPA 2016. Terimakasih banyak kepada Aly, Bea,
Yuli, Bie, Toto, Iis, Alizah, Riska, Fiqi dan Sintya. Kita pernah berjuan
bersama selama 30 hari meninggalkan banyak kenangan dan hal baik. Semoga
Dan kepada semua pihak, teman-teman yang lain dimanapun kalian berada
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah membantu terselesaikannya
skripsi ini semoga dimanapun kalian berada senantiasa diberikan kesehatan dan
dilancarkan segala urusan. Penulis meminta maaf karena pasti terdapat kekurangan
dalam penulisan ini, Oleh karenanya, saran dan kritik yang membangun dari berbagai
pihak senantiasa penulis harapkan demi terciptanya penelitian yang lebih baik lagi.
Sonhaji
iv
PEDOMAN TRANSLITERASI
1. Konsonan
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin
dapat dilihat pada halaman berikut:
iv
غ Gain G Ge
ف Fa F Fa
ق Qaf Q Qi
ك Kaf K Ka
ل Lam L El
م Mim M Em
ن Nun N En
و Wau W We
ه Ha’ H Ha
ء Hamzah ’ Apostrof
ي Ya’ Y Ye
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
1) Vokal Tunggal
v
atial = ت يل aluah = ل وح
3) Vokal Panjang
Ta’ marbuṭah yang hidup atau yang mendapat harakat fatḥah, kasrah,
adalah “h”.
Contoh:
= ةح لطṬalḥah
Contoh:
vi
Transliterasi Syaddah atau Tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab
امرب
ّ : rabbanā
ل ّن : nazzala
alif-lam “”ال. Namun dalam transliterasi ini, kata sandang dibedakan atas kata
sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah dan kata sandang yang diikuti oleh
huruf qamariyah.
ّلابال : ar-rajul
ّةدىسة : as-sayyidah
vii
sesuai pula dengan bunyinya. kata sandang ditulis terpisah dengan kata
Aturan ini berlaku untuk kata sandang yang diikuti oleh huruf
Contoh:
ر ل ق ة: al-qalam
6. Hamzah
berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Bila hamzah
terletak di awal kata, hamzah tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab
ia berupa alif.
Contoh:
7. Huruf Kapital
transliterasi huruf kapital digunakan untuk awal kalimat, nama diri, dan
pada nama diri tidak menggunakan huruf kapital kecuali jika terletak di awal
kalimat. Contoh:
ى ةزغ ة : Al-Gazālī
viii
Kata Allah yang didahului dengan partikel seperti huruf jar dan huruf
Contoh:
ل لهاب: billāh
Adapun ta’ marbuṭah di akhir kata yang betemu dengan lafẓ al-jalālah,
Contoh:
Kata, istilah, dan kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah
atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau
kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan bahasa
Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi
ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata al-Qur’an dari al-
Qur’ān, Sunah dari sunnah. Kata al-Qur’an dan sunah sudah menjadi bahasa
baku Indonesia maka ditulis seperti bahasa Indonesia. Namun, bila kata-kata
tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus
Contoh:
Fī ẓilāl al-Qur’ān
ix
As-Sunnah qabl at-tadwīn
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ....................................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................ ii
PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI........................................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................................................... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah .............................................................................................. 7
C. Tinjauan Pustaka ................................................................................................................................ 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................................................... 10
E. Metodologi Penelitian .................................................................................................................... 11
F. Sistematika Penulisan .................................................................................................................... 14
x
BAB IV ANALISIS HADIS-HADIS KEHARMONISAN NABI DENGAN ‘ĀISYAH
A Menanamkan Sikap Saling Pengertian ..................................................................................... 38
B. Menjaga Komunikasi ..................................................................................................................... 44
C. Melakukan Kegiatan Bersama-sama ......................................................................................... 49
D. Bersenda Gurau Antara Suami dan Istri ................................................................................... 57
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
memahami Manhāj Nabawi yang terperinci ini karena sumber ini adalah
rujukan kedua setelah al-Qur’ān. Hadis atau Sunnah secara definitif berarti
Rasul, nabi sebagai pemimpin, nabi sebagai guru, nabi sebagai panglima
perang, nabi sebagai kepala rumah tangga dan masih banyak lagi lantaran
anugerah yang telah Allah karuniakan kepada Nabi Muhammad saw. Nabi
juga dikenal sebagai orang yang tegas lagi lemah-lembut dan bijaksana
1
Yusuf Qaradhawi, Bagaimana Memahami Hadis Nabi SAW, Terj. Muhammad al-Baqir
(Bandung, Karisma, 1993) h.21
2
Ṣubhī al-Ṣālih, Ulūm al-Ḥadits wa Mustalaḥuhu (Beirut, Dār al-Ilm lilmayin, 1988) h.3
1
2
bersama istri-istrinya sangat harmonis dan patut untuk dijadikan tolak ukur
Hal ini dibuktikan oleh sebuah data yang dikeluarkan oleh Pengadilan
3
Dr. H. Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009) h. 221
4
Pengadilan Tinggi Agama‚ Faktor Penyebab Terjadinya Perceraian Pada Pengadilan
Agama Wilayah Pengadilan Tinggi Agama Jakarta Pusat Tahun 2016 www. pa-jakartapusat.go.id
diakses tanggal 19 Oktober 2017
3
5. Ekonomi 78 Perkara
6. Tidak Ada Tanggung Jawab 195 Perkara
7. Kawin Di Bawah Umur - Perkara
8. Kekejaman Jasmani 18 Perkara
9. Kekejaman Mental 1 Perkara
10. Dihukum 18 Perkara
11. Cacat Biologis 2 Perkara
12. Politis - Perkara
13. Gangguan Pihak Ketiga 163 Perkara
14. Tidak Ada Keharmonisan 283 Perkara
15. Lain-Lain 335 Perkara
Jumlah Total 1146 Perkara
(Sumber: Pengadilan Agama Jakarta Pusat)
dan istri sangat besar dampaknya pada keutuhan rumah tangga. Hal ini
dan misi keluarga yang mulai buram, bagaimana memperbaiki situasi rumah
tangga, utamanya hubungan suami isteri sebagai central atau ujung tombak
dalam kemesraan. Untuk mewujudkan itu semua, tentu saja rumah tangga
Rasulullah SAW sebagai figur paripurna dan referensi paling ideal umat
tentang panduan hidup berkeluarga yang disuguhkan oleh nabi dalam hadis-
hadisnya seperti bersenda gurau atau agar tidak terlalu kakunya keadaan
َعَن
َالسََت غَزوََ َو وَ خَيَ ََ رَ وََف سَهَوََتا سَت رَ ف هََهت رَيحَ فكشفت نحَيَة
َله بَناتَ لَعَائَشة لعَبَ ف ال مَا هَذا يَ عَائَشة قالت بَنات وَرََى بَيَ ن هَنه ف رَسَا
جَناحَانَ مَنَ رَقاع ف ال مَا هَذا الهذَ َرَى وَسَطهَنه قالت ف رَسَ قال وَمَا هَذا الهذَ عليَهَ قالت
جَناحَانَ قال ف رَسَ لهَ جَناحَانَ قالت مَا سَعَتَ َنه لَسَليَمَان خَيََل لَا جَنَحَة قالت
َذه
َر َي ت نو اج فضحَك حَََته
َ َ َ َ
oleh nabi selain sebagai istrinya, juga diperlakukan layaknya seorang anak
karena memang Rasulullah menikah dengan ‘Āisyah dalam usia yang terpaut
sendiri agar tetap ceria dan tenang selama menjalani kehidupan rumah tangga
nabi dengan ‘Āisyah tak ayalnya seperti seorang ayah kepada anaknya.
، وَسَفيَان،َ عنَ مَسَعَر،َ حَدهثنا وَكَيع: قال،َ وَزهيَ رَ بَنَ حَرَب،حَدهثنا بَو بَكرَ بَنَ ََب شيَ ََة
َََنوله ثه، «كنتَ َشرَبَ وَََن حَائَض: عنَ عائَشة قالت،َ عنَ َبَيه،عن المَََدامَ بَن شرَيَح
وَََ عَرهق العَرَق،َ ف يَشرَب،النهه صَلهى هلالَ عليَهَ وَسَلهمَ ف يَضعَ فاهَ على مَوَضَع فه
َوََل » ثه ََنولهَ النهه صَلهى هلالَ عليَهَ وَسَلهمَ ف يَضعَ فاهَ على مَوَضَع فه،وَََن حَائَض
ini adalah istri Rasulullah saw. dan bukan merupakan sabda dari Rasululah
5
Abī daud Sulaiman al-Asy’at al -Sijistānī, Sunan Abī Daud, Kitab Adab, Bab Bermain dengan Anak
Perempuan, Juz 3 (Lebanon: Dār al-Kitab al-‘Alamiyah 1996) h. 288-289
6
Abdul Wahid, Senyum Indah Kanjeng Nabi (Yogyakarta: Diva Press 2016) h. 49 7
Abī al-Ḥusain Muslim b. al-Ḥajjāj al-Qusyayrī al-Naysābūrī, Ṣa ḥīḥ Muslim (Beirut: Dār
Iḥyā‘i al-Kutub al-‘Ilmiyyah 1991) h. 245
6
ideal untuk dijadikan sebagai figur seorang isteri, faktornya adalah selain
‘Āisyah adalah satu satunya isteri nabi yang dinikahi ketika masih
dakwah nabi setelah nabi wafat dan hal ini terbukti dengan banyaknya
menjadi satu tema. Karena itu penulis membuat sebuah penelitian hadis yang
8
‘Āisyah Abdurrahman Bintusy Syathi’, Istri-istri Rasulullah SAW, jilid 1terj. Chadijah
Nasution (Jakarta: Bulan Bintang, 1974) h. 65
7
ṢAḤĪḤ BUKHĀRĪ
dicari dan supaya tidak terjadi kekeliruan dalam memahami penelitian ini,
kiranya perlu ada pembatasan masalah agar tidak melebar jauh dari
segi sanadnya. Oleh karena itu, penulis merumuskan sebuah masalah yakni
C. Tinjauan Pustaka
penelusuran terhadap tema yang terkait baik dari buku, jurnal, skripsi
1. Buku “Senyum Indah Kanjeng Nabi” karya Dr. H. Abdul Wahid adalah
salah satu buku yang memuat kumpulan sikap nabi ketika bersosialisasi
8
cucunya. Dalam buku ini juga menyajikan sisi lain kehidupan Rasulallah
saat bahagia dan juga banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kisah-kisah
yang dialami oleh rasulallah saw. Namun yang membedakan buku ini
dengan penelitian penulis adalah sumber yang didapat yaitu dari kitab
hadis induk yang Enam dan juga disertai dengan kualitas hadis apakah
Surat ar-Rūm dan at-Tahrīm ayat 6 serta surat al-Anfāl ayat 28 yang
3. Buku Bilik Bilik Cinta Nabi Muhammad saw karangan Nizar Abahzah
9
Dr. Abdul Wahid, Senyum indah Kanjeng Nabi (Jakarta: Diva Press 2016)
9
bersama ‘Āisyah.10
semua istri dan juga penelitian ini lebih mendalam terutama dalam segi
10
Nizar Abahzah, Bilik-Bilik Cinta Muhammad Saw, Ter. Asy’ari Khatib (Jakarta, Zaman
2009)
10
penelitian ini berbeda adalah persoalan yang sama di atas akan dijawab
pada penelitian ini berbeda dengan beberapa tema terkait di atas yakni
disaring melalui kamus hadis seperti kitab Mu’jam dan Aṯhraf yang
Di setiap karya tulis pasti memiliki maksud dan tujuan yang ingin
dicapai. Salah satu yang penulis ingin capai dari karya ini adalah:
sang isteri.
Nabi Muhammad saw.. Penelitian ini juga diharapkan menjadi masukan bagi
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
dengan tema terkait baik itu yang bersumber dari buku-buku, thesis, skripsi,
2. Sumber data
Ada dua jenis sumber data dalam membuat penelitian yaitu data
Primer dan data Sekunder. Sumber primer yang saya gunakan dalam
rumah tangga nabi Muhammad saw dengan Siti ‘Āisyah yang terdapat
hadis Maudlū’ī dan lain sebagainya yang masih berkaitan dengan tema
3. Metode Analisis
dari kata الوضعyang memiliki arti meletakan sesuatu dalam satu tempat.
satu tema, baik lafaḏ atau hukum dan penjelasannya adalah menurut
b. Mauḏū’ī adalah penjelasan tema yang ada dalam sunnah nabi melalui
tema-tema yang diliputi oleh hadis nabi, dan kemudian disatukan baik
hadis asli, atau beberapa sumber, di mana peneliti melakukan analisis teks
ummat muslim
penelitian
10. Rumusan penelitian dengan menampilkan tema hadis pada sisi analisis
11
Ramaḏan Ishāq al-Ziyān, al-Hadīṣ al-Mauḏū’ī darasah naḏariyah (Palestin Majallah al-
Jāmi’āh al-īslamiyah 2002) juz 10 h. 212-214
12
Ramaḏan Ishāq al-Ziyān, al-Hadīṣ al-Mauḏū’ī darasah naḏariyah (Palestin Majallah al-
Jāmi’āh al-īslamiyah 2002) juz 10 h. 233-234
14
penelitian.14
atau kalimat dalam penulisan ini jika dirasa mengandung makna yang
F. Sistematika Penulisan
Sistemtika penulisan pada penelitian ini yaitu terdiri dari lima bab
judul besar kemudian setiap bab terbagi pula kepada sub-bab. Agar
penulisan pada penelitian ini lebih jelasnya akan dipaparkan di bawah ini:
13
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 31.
14
M.Subana, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah (Jakarta: Pustaka Setia, 2002), h. 17.
15
‘Āisyah, Sifat-sifat yang ada pada diri ‘Āisyah serta bagaimana perlakuan
yang harmonis baik dari sudut pandang umum maupun dari sudut
kepada ‘Āisyah semasa hidupnya yang terdapat dalam kitab sahīh bukhārī
Bab Kelima berisi Penutup yang terdiri dari dua sub-bab yakni
penelitian.
BAB II
bin Abū Quhafah al-Quraiysī at-Taimī. Beliau diberi nama julukan ash-
shiddīqah (perempuan yang benar dan lurus), beliau juga dipanggil Ummul
Nasab dari jalur ayahnya adalah ‘Āisyah binti Abū Bakar ash-Shiddīq
bin Abī Quhafah Utsman bin ‘Amir bin Umar bin Ka’b bin Sa’ad bin Taimī
bin Murrah bin Ka’b bin Luay bin Fihr bin Mālik. Nasab ayahnya bertemu
dengan nasab Rasulullah saw. pada kakek ketujuh. Sedangkan nasab dari jalur
ibu, ‘Āisyah binti Ummu Ruman binti ‘Amir bin ‘Uwaimir bin ‘Abd Syams bin
‘Ittab bin Udzainah bin Subai’ bin Wahban bin Harits bin Ghunm bin Malik
bin Kinanah. Nasab dari jalur ibunya ini bertemu dengan nasab Rasulullah
saw. pada kakek kedua belas.15 Saudari dari bapaknya adalah bernama Asma
binti Abū Bakar, beliau mempunya kakak ipar bernama Zubair bin Awwām,
yang digelari Hawāri Rasulullah (pengikut setia Rasulullah). Kakek dari ayah
15
As-Sayyid Sulaiman an-Nadawi, ‘Āisyah r.a.: Potret Wanita Mulia (Surakarta, Insan
Kamil 2016) h. 38
17
18
yang telah masuk Islam dan mendapat gelar sahabat nabi sedangkan nenek
dari ayahnya adalah Ummu al-Khair Salma binti Sakhr juga seorang yang
telah masuk islam dan mendapat gelar kehormatan Sahabiyyah nabi saw.
Mempunyai tiga bibi mereka adalah Ummu Amir, Quraibah dan Ummu
sangat disiplin oleh Abū Bakar dan ibundanya agar kelak ‘Āisyah menjadi
wanita yang mandiri. Pernah ketika sudah dinikahi nabi, kedua orangtua
teguran dari sang ayah agar belaku menyesuaikan dengan posisi dia
sebagai istri rasul. Akan tetapi nabi justru memahami kondisi ‘Āisyah dan
jika ‘Āisyah ada maunya, maka beliau menurutinya”.17 Oleh karena itu
‘Āisyah sebenarnya istri Rasulullah yang sangat mulia dan berbeda dengan
istri-istri yang lainnya karena ‘Āisyah adalah istri yang dinikahi Nabi
16
Muhammad al-Mashri, Wanita-Wanita Mulia Sepanjang Masa (Jakarta, Katullistiwa
Press 2016) h. 87-88
17
Dr. Nizar Abahzah, Bilik-Bilik Cinta Muhammad Saw, Ter. Asy’ari Khatib (Jakarta,
Zaman 2009) h.89
19
rasulullah dan hidup dalam keberkahan, diasuh oleh manusia terbaik setelah
nabi yaitu Abū Bakar beserta istrinya, membuat dirinya mendapat didikan
yang didasari ajaran rasulallah sehingga ketika ‘Āis yah berusia 6 tahun,
rasulallah disarankan oleh sahabat yang bernama Khaulah binti Hakīm istri
dari Utsman bin Ma’ḏzun untuk meminang putri gadis dari Abū Bakar
pada bulan syawwal dua tahun setelah terjadinya perang badar, sedangkan
‘Āisyah ketika itu berusia 9 tahun.19 Terkait umur ‘Āisyah ketika dinikahi
tahun dan 9 tahun. Berdasarkan hadis nabi yang tertera dalam kitab
Saḥīḥ Bukhārī no. 3894 dan Muslim no. 1422 bahwa ketika umur 6 tahun.
َعن ، عنَ أبييهي،َ عنَ هيشام،َ حَدثنا عليي بَنَ مَسَهير،حَدثَني ف رَوَة بَنَ أيب املَغرَاءي
َنت
بي «ت زَوجََني النبي صَلَى هلالَ عليَهي وَسَلَمَ وَأَن: قالت،عائيشة رَضييَ اَّللَ عن هَا
ف وَعيكتَ ف، ف قديمَنا املَديينة ف ن زَلنا يف بََني احَاريثي بَني خَزَرَج،سيتي سينيَن
وَمَعيي،َ وَيإيَن لفيي أرَجَوحَة، ف وََف جَيَمَة فأت تَني أميي أم رَومَان،تمَرق شعَريي
18
Muhammad al- Mashri, Wanita-Wanita Mulia Sepanjang Masa (Jakarta, Kathulistiwa
Press 2016) h. 98
19
Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Utsman Ad -Dzahabī, Siyar ‘a’lam an-nubalā
(Beirut, Mu’assasah ar-risālah) Juz 2, h. 135
20
وَيإين لَنيجَ حَََت،ال أدريي مَا ترييد يب فأخَذت بييَديي حَََت أوَق فتَني عَلى بَبي الداري
ث، ث أخَذت شيَ ئ ا مينَ مَاءَ فمَسَحَت بيهي وَجَهيي وَرَأسيي،سَكنَ بَعَضَ نفسيي
، ف قلنَ عَلى اخَي وَالبَ كرََةي، فيإذا نيسَوَة مينَ النصَاري يف البَ يَتي،َأدخَلتَني الدار
ف لمَ يَرَعَني يإال رَسَول، فأصَلحَنَ مينَ شأيَن، فأسَلمَتَني يإليَهين،وَعَلى خََي طائير
وَأَن يَوَمَئيذَ بينتَ تيسَعي، فأسَلمَتَني يإليَهي،اَّللي صَلى هلالَ عَليَهي وَسَلمَ ضحى
20»سينيَن
Rasulallah shalallahu ' alaihi wa sallam menikahiku saat aku berusia enam
tahun, kemudian kami hijrah ke Madinah. Lalu singgah (tinggal) di
tempatnya kaum Bani Harits bin Khazraj “Disana aku mencukur rambutku,
setelah itu ibuku Ummu Ruman mendatangiku, sedangkan diriku pada saat itu
sedang bermain-main bersama teman sebayaku. Beliau berteriak
memanggilku, aku pun mendatanginya, aku tidak tahu apa yang diinginkan
oleh ibuku, beliau lantas menggandeng tangan saya hingga sampai di depan
pintu rumah, sampai nafasku tersengal karena cepatnya dalam berjalan,
sampai akhirnya sedikit tenang. Setelah itu ibuku menggambil sedikit air, lalu
mengusap wajah dan rambutku, kemudian membawaku masuk ke dalam
rumah”. Ketika masuk, ternyata di dalam sudah banyak wanita dari kalangan
Anshar di dalam rumah, ketika melihatku mereka mengatakan: “Kebaikan
untukmu, semoga selalu dalam barokah dan kebahagian”. Selanjutnya aku
diserahkan pada mereka oleh ibuku, yang kemudian aku didandani, dan
tidaklah aku dipertemukan bersama Rasulallah melainkan pada waktu dhuha.
Kemudian mereka menyerahkan
diriku pada beliau, sedangkan diriku pada saat itu berusia sembilan
tahun. Mengenai usia pasti pernikahan nabi dengan ‘Āisyah memang
pada usia 6 tahun dan menikahinya pada usia 9 tahun. Adapula yang
pada usia 11 tahun sehingga hal ini menurut penulis belum bisa memastikan
20
Abī ‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin al - Mughīrah al -Ja’fī al-Bukhārī,
Ṣaḥīḥ Bukhārī (Riyāḍ: Maktabah al-Rashad 2006) No. 3894 h. 528
21
kapan usia ‘Āisyah diniakhi oleh nabi. Dalam bukunya Nabia Abbott yang
yang menjadikan sanad hadis sebagai bagian pertama untuk diteliti dan jika
sanad hadis tidak memenuhi kriteria maqbul, seperti tidak dhabit atau tidak
adil, maka riwayat hadis itu mardud, dan penelitian matan tidak diperlukan
mendalam terhadap sanad dan matan pada hadis tersebut. Pertama, bahwa
21
Nabia Abbott, Aishah the Beloved of Mohammed (London, al-Saqi books 1985) h. 7
22
dapat diterima, kecuali apa-apa yang dia ceritakan setelah pindah ke Iraq”
bahkan lebih lanjut Mālik bin Anas menolak riwayat Hisham yang dicatat
dari orang-orang Iraq: ” Saya pernah dikasih tahu bahwa Malik menolak
riwayat Hisham yang dicatat dari orang-orang Iraq”.22 dalam kitab Mīzan
hadis yang sudah ia hafal banyak yang terlupakan”23 dari sini dapat
waktu itu sudah menginjak usia tua dan sangat memungkinkan bahwa
M (7 tahun) dan berada dalam satu rumah pada tahun 623 M (9 tahun), ni
masa jahiliyah yakni (pra – 610 M) dari 2 isterinya”24. Berdasarkan hal ini
pernikahan ‘Āisyah belum bisa dinyatakan benar pada usia 7 atau 9 tahun.
22
Ibn Hajar Al-`asqala’ni, Tahḏīb al-Tahḏīb (Dar Ihya al-turath al-Islami) juz 11 h.50
23
Abī Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Usmah al-dzahabī, Mīzan al-I’tidāl fī naqd al-
Rijāl (Beirut, Dār al-Ma’rifat tt) h. 301
24
Abū Ja’far Muhammad bin Jarir at-Thabarī, Tārikh al-Umam wa al-Mulūk (Beirut, Dār al-
Fikr 1979) Jilid 4 h. 50
23
ketika Nabi saw berusia 35 tahun dan usia Fatimah 5 tahun lebih tua dari
‘Āisyah 25. Berdasarkan data di atas, ‘Āisyah lahir ketika usian nabi 40
tahun. Dan jika memang nabi meminang ‘Āisyah pada usia 52 tahun maka
‘Āisyah sudah berusia 12 tahun dan menempat dalam satu bilik ketika usia
15 tahun.
dari usia ‘Āisyah yang menginjak 15 tahun. Sekaligus hal ini membantah
Hal tersebut tentu sangat salah. Oleh karean itu, tidak ada alasan absolut
menolak riwayat tsb dan lebih layak disebut sebagai mitos semata. Lebih
jauh, Qur’an menolak pernikahan gadis dan lelaki yang belum dewasa
25
Ibn Hājar al-Asqalānī, Al-isābah fī tamyizi al-sahābah (Riyadh, Maktabah al-Riyadh al-
hadits 1978) juz 4 h. 377
24
pernikahan yang ditujukan kepada gadis kecil yang masih suka bersenang-
senang dan bermain dari seorang laki-laki dewasa yang sudah berumur.26
menikahkan Nabi Muhammad saw. dengan ‘Āisyah, yang pada waktu itu
berumur enam atau tujuh tahun dan maharnya lima ratus dirham. ‘Āisyah
‘Āisyah muncul tidak hanya satu dua situasi, namun banyak situasi. Pernah
suatu malam setelah tidur dengan sang nabi, ‘Āisyah terbangun dan tiba-tiba
tak dijumpainya sang nabi yang tadi menemani. Hatinya curiga, setan
membisikan tipu daya dan mengira bahwa nabi tidur dengan istri yang lain
sedangkan malam itu adalah haknya ‘Āisyah. Ia lalu keluar, tetapi tak
kamu khawatir Allah dan Rasul-Nya akan berbuat aniaya padamu? Ini malam
nisfu Sya’ban, ‘Āisyah!”28 Namnu dibalik semua itu ‘Āisyah hidup bahagia
26
Muhammad al- Mashri, Wanita-Wanita Mulia Sepanjang Masa (Jakarta, Kathulistiwa
Press 2016) h. 99
27
Bint Syati, Isteri-isteri Rasulullah SAW., terj. MHM. al-Hamid al-Husaini, (Jakarta
;Bulan Bintang, 1974) h. 63
28
Nizar Abhzah, Bilik-bilik cinta Muhammad saw Kisah sehari-hari Rumah Tangga Nabi
(Jakarta, Zaman 2007) h. 94
25
ilmu, agama, syair dan orasi. Ia hafal lebih dari dua ribu hadis banyak
diantaranya diriwayatkan dari dirinya sendiri, yang tanpa ia hadis itu akan
ketika nabi selalu menyebut nama istrinya yang telah meninggal yaitu Siti
Khadijah dia merasa sangat cemburu. ”Tidak pernah aku merasa cemburu
menyebut dirinya.”30
Kemudian dirinya dijaga oleh Allah ta'ala dari rasa cemburu terhadap wanita
lainnya yang bersama-sama menjadi istri Nabi saw. Ini menunjukan rahmat
yang Allah turunkan kepadanya, juga pada Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam,
supaya kehidupan rumah tangga keduanya tidak keruh dan kemungkinan lain,
29
Nizar Abhzah, Bilik-bilik cinta Muhammad saw Kisah sehari-hari Rumah Tangga Nabi
(Jakarta, Zaman 2007) h. 108
30
Abī al-Ḥusain Muslim b. al-Ḥajjāj al-Qusyayrī al-Naysābūrī, Saḥīḥ Muslim Kitab
Fadha’il as-Sahabat al-Nabī No. 2435 (Beirut: Dār Iḥyā‘i al-Kutub al-‘Ilmiyyah 1991) h. 1888
26
pada istrinya yaitu sayyidatinā ‘Āisyah bahkan dalam sebuah hadis ketika
nabi ditanyakan tentang siapa orang lain yang ia cintai dari kalangan laki-
yaitu ‘Āisyah dan dari kalangan laki laki yaitu Abu Bakar kemudian Umar
ibn al-Khattāb.32
dari kalangan umatnya, demikian pula mencintai wanita terbaik dari kalangan
menjadi orang yang amat membenci Allah dan Rasul-Nya. Karena kecintaan
memberi hadiah kepada Rasulallah pada saat gilirannya ‘Āisyah, hal itu tidak
31
Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Utsman ad-Dzahabī, SIyar ‘a’lam an-nubalā
(Beirut, Mu’assasah ar-risālah, tt) Juz 2 h. 165
32
Lihat Saḥīḥ Bukhāri no. 3662 Kitab Fadha’il ashāb al-nabī, (Riyadh, Maktabah ar-
Rusyd 2006) h. 498
33
Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Utsman ad-Dzahabī, SIyar ‘a’lam an-nubalā
(Beirut, Mu’assasah ar-risālah, tt) Juz 2 h. 142
27
tergambar diberbagai kitab hadis namun yang pasti, dengan sikap lemah
hidup bersama nabi terlebih lagi menjadi suatu kehormatan besar hidup
Nabi sebagai sosok yang lemah lembut dan terhindar dari sikap
kasar apalagi terhadap para istrinya. Meninggikan derajat para istrinya dan
hal ini dinilai sangat efektif untuk menjaga perasaan istri dan membangun
Ketika itu Rasulullah Saw. berkata kepadaku, “Wahai Humaira`, apakah kamu
senang melihat mereka?” Aku menjawab, “Ya.” Maka beliau berdiri di pintu
Habasyah) waktu itu, ‘Abû al-Qāsim (Rasulullah) orang baik.’ Lalu Rasulullah
pun berdiri lagi untukku. Kemudian beliau berkata lagi, “Cukup.” Aku berkata,
suka, melainkan aku ingin para perempuan tahu kedudukan Rasulullah bagiku
dan kedudukanku dari beliau.34 Betapa pun banyak dan beratnya tanggung
jawab yang harus dipukul Sang Rasul, beliau tidak pernah lupa akan hak-hak
34
Abī Abdurrahman Ahmad bin Syuaib al-Nasā’ī, Sunan al-Kubrā li imam al-Nasā’ī
(Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Imiyah, cet. I, 1991) Jilid 5, hadits no. 8951, h. 307
28
dengan amat lembut dan penuh kasih. Tidak pernah sedikit pun beliau
duta nabi bagi kaum hawa. Banyak hal penting menyangkut agama yang
Bahkan lebih dari itu ia mengalahkann kaum laki-laki dalam hal keilmuan.
yang sulit bagi kami selaku sahabat nabi kecuali ada jawaban setelah kami
agama yang cukup besar menyangkut fikih perempuan dan bidang lainnya.
sahabat terkemuka seperti Abū hurairah, anas bin mālik dan lainnya. Dan
hadis:36
35
Nizar Abhzah, Bilik-bilik cinta Muhammad saw Kisah sehari-hari Rumah Tangga Nabi
(Jakarta, Zaman 2007) h. 108
36
As-sayidi Sulaiman an-Nadawi, ‘Āisyah r.a.: Potret Wanita Mulia (Surakarta, Insan
Kamil 2016) h. 280-281
29
5.364 hadits
hadits
Dalam kutub al-tis’ah, hampir pada semua bab terdapat hadits yang
diriwayatkan oleh ‘Āisyah. Dari 2.210 hadits yang diriwayatkan ‘Āisyah, ada
286 hadits yang tercantum dalam Shahīh Bukhārī dan Shahîh Muslim. 174
hadits.37
37 As-sayidi Sulaiman an-Nadawi, ‘Āisyah r.a.: Potret Wanita Mulia (Surakarta, Insan Kamil
2016) h. 296
BAB III
A. Keharmoisan Keluarga
adalah lingkungan sosial terdekat dari setiap individu, tempat indvidu dapat
sosial yang paling penting dalam kelompok sosial dan keluarga merupakan
Keluarga dalam bentuk yang murni merupakan suatu kesatuan sosial yang
terdiri dari suami istri dan anak-anak. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu
yang sama, dimana saja dalam satuan masyarakat manusia.39 Sedangkan dalam
kehidupan keluarga, perlu adanya nuansa atau suasana yang harmonis demi
terciptanya hubungan yang positif antara suami dan istri. Secara terminologi
Keharmonisan berasal dari kata harmonis yang berarti serasi, dan selaras.40
38
M. Asad Djalali, Keharmonisan Keluarga, Konsep Diri dan Interaksi Sosial Remaja
(Surabaya, Jurnal Psiokologi Indonesia 2014) h. 76
39
Hartomo, Amicun Aziz, Ilmu Sosial Dasar (Jakarta, Bumi Persada 1990) h. 79
40
Tim penyusun KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka 1990) h.
512
30
31
َ َ َ َ َ
َ َ
َبا بب عض ما ل لكم أنترثا لن ساء كرا ول ت عضالن ل لين آمنا ل ي أي ها
َو ََ
َ َ
َ و ت َ َ َ َ وو و َو َ َ َ ي َ و َ َ
َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ
َيتي بفاحشة مب ي نة وعاشرون بلمعروف وعاشرون بلمعروف فإن آت ي تمان إل أن
َ َ َ َو
َ َ و ََ َ َ و و و َ
وو َ َو َ َ َ َ وو
َلل
43 فَيهَ خي ر كثَري كرََتمان ف عسى أن تكرا شي ئا و عل
ََ
َ َََ و َ َََ ي َ َ َو َ َ َوو و
41
M. Asad Djalali, Keharmonisan Keluarga, Konsep Diri dan Interaksi Sosial Remaja
(Surabaya, Jurnal Psiokologi Indonesia 2014) h. 77
42
Peni Ratnawati, Keharmonisan Keluarga Antara Suami Istri Ditinjau dari Kematangan
Emosi Pada Pernikahan Usia Dini (Semarang, UNES tt) h. 158
43
Q.S An-Nahl: 19
32
istrinya44 dan hal ini sebenarnya berlaku juga untuk sang istri karna demi
memandu untuk berucap yang baik-baik dan melarang menyakiti orang lain
dengan ucapannya. Semisal yang tergambar dalam surat al-Isra ayat 23:
ََمإ ا ي ب غل
َ َ َ
ا سحإ ْدل اِبو
َ ه ْإ
َ َ ى ض قو ب ر ك أَ ت ودب ع
إل
yang indah.
44
Syaikh Hafidz Ali Syuaisyi, Kado Pernikahan, Terj. Abdul Rasyid Shiddiq (Jakarta,
Pustaka al-Kautsar 2007) h. 83
45
Q.S al-Isra: 23
33
Beberapa prisip yang harus ditanamkan bagi suami dan istri untuk
Termasuk dalam ibadah sosial adalah peran dan tugas mereka mengatur
bahwa manusia siapapun dia dan di tempat manapun dia berada atau
2. Menjaga Komunikasi
dari pihak suami dan istri saja, melainkan dari pihak anggota keluarga
setiap ada masalah dan problem keluarga secara transparan dan terbuka
menjaga hubungan suami istri, namun yang sering kali menggunakan nada
مل ي َءرو
46
Hardsen Julsy Imanuel Najoan, Pola Komunikasi Suami Istri Dalam Menjaga
Keharmonisan Keluarga (e-journal Acta Diurna 2014) h.6
47
Abī ‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin al-Mughīrah al-Ja’fī al-Bukhārī,
Ṣaḥīḥ Bukhārī (Riyāḍ: Maktabah al-Rashad 2006) h. 759
35
Apalagi bagi orang yang sibuk dengan pekerjaan, maka waktu untuk bersama
berasal dari kata umor yaitu you-moors yang berarti cairan-mengalir, humor
bersenda gurau antara suami dan istri dipercaya bisa menambah keharmonisan
antara keduanya terlebih berdampak baik untuk keutuhan rumah tangga. Dr.
48
Listiya Istiningtyas, Humor Dalam Kajian Psikologi Islam, Jurnal Ilmu Agama Vol. 15
No. 1 (2014) h.2
49
Teresa L. Benevin, Humor in Therapy: Expectations, Sens of Humor and Perceived
Effectiveness (Alabama, Auburn University 2010) h. 8
36
mendukung segala sesuatu yang membuat hidup ceria dan bahagia bahkan
50
Yusuf Qaradhawī, Fiqh al-Lahw wa al-Tarwīh (Terj. Dimas Hakamsyah, Jakarta,
Pustaka Al-Kautsar 2005) h. 9
51
M. Asad Djalali, Keharmonisan Keluarga, Konsep Diri Dan Interaksi Sosial Remaja
(Surabaya, Persona Jurnal Psikologi Indonesia 2014) h. 77
37
Dari beberapa faktor di atas hal yang paling sering disoroti dalam
bersama.
BAB IV
perlakuan Muhammad saw. kepada ‘Āisyah ra. yang mana setelah penulis telusuri
beragamnya perlakuan harmonis yang pernah dilakukan nabi terutama dalam kitab
Sahīh Bukhārī. Penelitian ini ditempuh menggunakan beberapa kitab kamus hadis
Mu’jām, kitab Aṯhraf dan aplikasi Maktabah al-Syamilah yang nantinya akan
dilakukan penelusuran ulang oleh penulis agar sesuai dengan kitab aslinya.
hadis baik dari kitab syarah hadis maupun buku yang lainnya. Berikut ini hadis-
38
39
«كان: قالت، عَنَ عائَشة، حَدثَن أَب: قال،َ حَدثنا هَشام: قال،َ حَدثنا يَي: قال،حَدثنا مَسَدد
،َالنَب صَلَى هلالَ عليَهَ وَسَلَمَ يَصَلَي وَأَن رَاقَدة مَعََتَضة على فَرَاشَه
»
52 َفأوَتَ رَت فَإذا أرَادَ أن يَوتَرَ أيَ قظَن
«كان النَب صَلَى هلالَ عليَهَ وَسَلَمَ يَصَلَي وَأَن رَاقَدة مَعََتَضة على:قالت
52
Abī ‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin al - Mughīrah al -Ja’fī al-Bukhārī,
Ṣaḥīḥ Bukhārī (Riyāḍ: 76
Maktabah al-Rashad 2006) No. 512 h.
53
Abī ‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin al - Mughīrah al -Ja’fī al-Bukhārī,
Ṣaḥīḥ Bukhārī (Riyāḍ : Maktabah al-Rashad 2006) No. 997 h. 136
40
حَدثنا أبَو،َ ح وَحَدثَن ممد بَنَ حَرَب،َ عنَ هَشام، حَدثَن سَليَمَان،َحَدثنا َإساعَيل
َإن كان رَسَول: قالت، عنَ عائَشة، عنَ عرَوَة،َ عنَ هَشام،َمَرَوَان يَيَ بَنَ أَب زكَرَََيء
» أيَنَ أَن غدا،َ «أيَنَ أَن اليَ وَم:َاللَ صَلَى هلالَ عليَهَ وَسَلَمَ ليَ ت عَذَرَ ف مَرَضَه
ق بَضهَ اللَ بََي سَحَرَي وََنرَي، ف لما كان يَوَمَي،اسَتَبَطاءَ لَيَ وََم عائَشة
54بَيَت وَدفَنَ ف
Dari 'Āisyah ia berkata: Ketik a Rasulullah saw dalam keadaan sakit dan
meminta udzur untuk giliran tinggal dengan isteri-isterinya (Beliau
bertanya ): " dimana aku hari ini dan dimana kesokannya? saat itu
rupanya Beliau menginginkan berlama-lama berada dalam giliran '
Āisyah radliallahu 'anha. Saat Beliau giliran di rumahku, Allah mencabut
nyawa Beliau yang berada dalam dekapan dadaku dan pangkuanku, lalu
Beliau dikebumikan di rumahku".
‘Āisyah juga pernah suatu waktu menyisir rambut nabi Muhammad
» «كنتَ أرَجَلَ رَأسَ رَسَولَ اللَ صَلَى هلالَ عليَهَ وَسَلَمَ وَأَن حَائَض:عائَشة قالت
55
54
Abī ‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin al - Mughīrah al -Ja’fī al-Bukhārī,
Ṣaḥīḥ Bukhārī (Riyāḍ: Maktabah 687
al-Rashad 2006) No. 1389 h.
55
Abī ‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin al - Mughīrah al -Ja’fī al-Bukhārī,
Ṣa ḥīḥ Bukhārī (Riyāḍ: Maktabah al-Rashad 2006) No. 295 h. 48
41
َوَسَلم
َهلال ع لي ه كان النَب صَلى: قال، عَنَ أنس،َ عَنَ حَيَد، حَدثنا ابَنَ عَلية،ي
َ َ َ ٌّ َحَدثنا عَل
،َ فأرَسَلتَ إحَدَى أمهَاتَ املَؤَمَنََيَ بصَحَفةَ فَيهَا طعَام،َعَندَ بَعَض نَسَائَه
فضَرَبَتَ الت
َََفََم ، فسَقطتَ الصحَفة فان ف لقت،النَب صَلَى هلالَ عليَهَ وَسَلَمَ ف بَيَتَهَا يَد اخادََم
ث جَعَلَ يمَََ فَيهَا الطعَامَ الَذَي كان ف،َالنَب صَلى هلالَ عَليَهَ وَسَلمَ فَلقَ الصحَفة
«غارَت أمكمَ» ث حَبَسَ اخادَمَ حَََت أَتَ بَصَحَفةَ مَنَ عَندَ الَت: وَيَقول،َالصحَفة
وَأمَسَك املَكسَورَة ف، فدفََ الصحَفة الصحَيحَة َإل الَت كسَرَت صَحَفت هَا،هَوَ ف بَيَتَهَا
56َكسَرَت بَيَتَ الَت
Dari Anas bin Malik berkata, “Suatu saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
di tempat salah seorang istrinya maka salah seorang istri beliau (yang lain)
mengirim sepiring makanan. Maka istri beliau yang beliau sedang
dirumahnyapun memukul tangan pembantu sehingga jatuhlah piring dan
pecah (sehingga makanan berhamburan). Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengumpulkan pecahan piring tersebut dan mengumpulkan makanan
yang tadinya di piring, beliau berkata, “Ibu kalian
cemburu….”
Berkata Ibnu Hajar, “Perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
“Ibu kalian cemburu” adalah udzur dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
tersebut tidak dicela, akan tetapi sikap tersebut biasa terjadi diantara seorang
56
Abī ‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin al - Mughīrah al-Ja’fī al-Bukhārī,
Ṣaḥīḥ Bukhārī (Riyāḍ: Maktabah al-Rashad 2006) No. 5225 h. 747
42
ditolak”57
Ibnu Hajar juga berkata, “Mereka (para pensyarah hadits ini) berkata
bahwasanya pada hadis ini ada isyarat untuk tidak menghukum wanita
dengan sanad yang tidak mengapa (hasan) dari ‘Āisyah secara marfu’.
َنَ أعاله
َم أن الغيَ رَاءَ ال تبَصَرَ أسَفلَ الوَادَي
“Wanita yang cemburu tidak bisa membedakan antara bagian bawah
lembah dan bagian atasnya”
wanita, para pada cemburu rasa menetapkan Allah kaka
barangsiapa yang sabar terhadap mereka, maka baginya pahala orang mati
akan sahihnya hadits ini . Para perawinya tsiqoh (terpercaya), hanya saja
Sobbah”58
عَنَ صَالَح بَن،َ حَدثنا َإبَ رَاهَيمَ بَنَ سَعَد: قال،َحَدثنا عَبَد العَزيز بَنَ عَبَدَ الل
«لقد: قالت، أن عَائَشة،َ أخبَ رََن عَرَوَة بَنَ الزبََي: قال،َ عَن ابَن شَهَاب،ك يَسَان
57
Ahmad bin Alī bin Hajar al-Asqalānī, Fath al -Bārī bisyarhi Ṣaḥīḥ Bukhārī ( Maktabah
al-Saafiyyah) Jilid 5, h. 135
58
Ahmad bin Alī bin Hajar al-Asqalānī, Fath al -Bārī bisyarhi Ṣaḥīḥ Bukhārī ( Maktabah
al-Saafiyyah) Jilid 9, h. 325
43
َ َ َ
َهللا ه ْ ل ع ملَو ي موا ى ل ع ب َ مرُ ش بحاو ي ع ل وب ف مْهر ِ وسر ِتلَ ىلى
َي
ََََ ََ ََ َ ََ يَ َ ََ ة
َي
ََ ة َ ةَ يَ َ َ ة َ َ َ ةَ َ ََ َ َ ي َ َ َ ََ ة
َ
َ َ َ
59 َ
»رَنه إلَ م ه ب عل
َ َ َ َ َ َ َ َ ََ
،هللا ه ْ ل ع م ل َو م َ ي ر ب ردائ ه ِ و س رو ِتلَ ى لى،دسلَا
َي
ََ يََ ة ة َ ََ ة
َي
َي َيََ ةَ ة َ َ َ َ َ َ َ َة َ َ ََ ة
ََ
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah berkata,
telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa’d dari Shalih bin Kaisan
dari Ibnu Syihab berkata, telah mengabarkan kepadaku ‘Urwah bin Az
Zubair bahwa ‘Āisyah berkata, “Pada suatu hari aku penah melihat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri di pintu rumahku
sedangkan budak-budak Habasyah sedang bermain di dalam Masjid.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menutupiku dengan kain
selendangnya saat aku menyaksikan permainan mereka.” Ibraim bin Al
Mundzir menambahkan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb telah
mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dari ‘Urwah dari ‘Āisyah
berkata, “Aku melihat Rasulullah menyaksikan budak-budak Habasyah
mempertunjukkan permainan tombak mereka.”
Rasa perhatian nabi terhadap istri dan keluarganya sudah sangat
jelas dan tersebar dalam hadis-hadisnya dan sudah tidak diragukan lagi
mereka)”.
Begitu sangat penting sikap perhatian antar suami dan istri dalam
ummatnya agar berlaku pengertian dalam segala kondisi yang dialami oleh
istrinya, baik dikala sakit, senang bahkan ketika istrinya cemburupun, nabi
bisa mengembalikan keceriaan istrinya.
59
Abī ‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin al-Mughīrah al-Ja’fī al-Bukhārī,
Ṣaḥīḥ Bukhārī (Riyāḍ: Maktabah al-Rashad 2006) No. 454 h. 96
44
2. Menjaga Komunikasi
sebagai berikut:
َ َ َ َ
ْ َع َ ت
َ َ : ْ ق، ب ي أ ََ َ ر أَ َو ع َم َرر:ةَ ْ ق، َ ُ َب ع
يي ة ي ة َا َدُ ةَ ي،يَم َُ ال
َ َ َ َ
ًَ ُ َام َا َدُ َ ُ َجا ب َ ف إلَ أ،ًََ إ ًَ لَ َج َ را، ِت
ََليَ َت َيَ َر َِوْ ل
ةي ة ي ة ة
َ َ َ َ
ة ق:ت ْق
َ ي،َُ َع يًَ َائ ع،ُ
َ َ يل ل60»ََ«ل إ ي قه َبر َام يَم ك َبَ َب:ْ ق
َ
ة أ َُ ؟ د
ي
Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal telah menceritakan
kepada kami Syu’bah dia berkata; telah mengabarkan kepadaku Abu
‘Imran dia berkata; saya mendengar Thalhah dari ‘Āisyah dia berkata;
saya bertanya; “Wahai Rasulullah, saya memiliki dua tetangga, lalu
manakah yang lebih aku beri hadiah terlebih dahulu?” beliau menjawab:
“Yang lebih dekat dengan pintu rumahmu.”
Salah satu perilaku yang ditunjukan oleh ‘Āisyah di atas adalah
bahwa setiap sesuatu yang tidak ia ketahui, maka ‘Āisyah akan menanyakan
langsung kepada nabi Muhammad saw. hal ini selain untuk menjawab
sebuah hukum yang belum diketahui, juga terdapat sebuah komunikasi baik
antara pasangan nabi dan ‘Āisyah dan perlakuan itu bisa menjadikan
semakin eratnya hubungan antara suami dan istri yang juga bisa
َد
َبَنَ عب أخبَ رََن شرَيك: قال،َ أخبَ رََن ممد بَنَ جَعَفر،حَدثنا سَعَيد بَنَ أَب مَرََي
بَت عَند: قال، عَن ابَن عَباس رَضَيَ اللَ عَن هَمَا،َ عَنَ كرَيَب،اللَ بَن أَب نَر
، ث رَقد، ف تحَدث رَسَول اللَ صَلى هلالَ عَليَهَ وَسَلمَ مَََ أهلَهَ سَاعَة،خَالت مَيَمَونة
{إَن ف خَلق: ف قال،َ ق عَد ف نظرَ َإل السمَاء،َف لما كان ثلث الليَل اآلخَر
َخَرَج «فصَلى ركََعَت يَ ث، ث أذن بَالل،»ف ت وَضأ وَاسََت فصَلى َإحَدى عَشرَة ركََعَة
»
61 َالصبَح فصَلى
61
Abī ‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin al - Mughīrah al -Ja’fī al-Bukhārī,
Ṣaḥīḥ Bukhārī (Riyāḍ: Maktabah 627
al-Rashad 2006) No. 4569 h.
62
Abī ‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin al - Mughīrah al -Ja’fī al-Bukhārī,
Ṣa ḥīḥ Bukhārī (Riyāḍ: Maktabah al-Rashad 2006) No. 599 h. 86
46
setelah waktu isya. Karena sesuatu yang diharamkan berlaku dalam semua
waktu. Namun jika karena ada kepentingan yang berkaitan dengan agama
yang lain dari jalan yang lain dalam (bab berbincang-bincang di malam hari
untuk menuntut ilmu) padahal hadits ini sama sekali tidak menyebutkan
tentang perbincangan di malam hari dalam rangka untuk menuntut ilmu. Ibnu
Imam Al- Bukhari pada hadits ini adalah lafal yang tercantum dalam hadits
ini dari jalan yang lain yang menunjukan secara jelas tentang hakikat samr
63
Ibn Hajar al-Asqalānī, Fath al-Bāri, Terj. Abdul Aziz Abdullah bin Bāz (Jakarta, Pustaka Azam
2007) Jilid 3, h. 465-468
47
seorang istri hendak meminta izin jika ingin keluar rumah atau aktifitas
diluar, sama seperti halnya yang pernah dituturkan oleh ‘Āisyah sebagai
berikut:
َ عن، عنَ أب يه، عنَ ه شام، حَدثنا عل ي بَنَ مَسَه ر، حَدثنا ف رَوَة بَنَ أَب املَغرَاء
َ َ َ َ َ َ َ َ
ََّي
ََإنكَ و الل : ف قال، ف رَآهَا عمَرَ ف عَرَف هَا، خَرَجَت سَوَدة بَنت زمَعَة ليَال: قالت،عائَشة
َ
،َ ف رَجَعَت َإل النَب صَلَى هلالَ عليَهَ وَسَلَمَ فذكرَت ذلَك له،سَوَدة مَا تفَي عليَ نا
َرَف ََ عَنهَ وَهَو ف،َ فأن زَل اللَ عَليَه، وََإن ف يَدَهَ لعَرَقا،وَهَوَ ف حَََرََت يَت عَشى
َ
65
» «قد أذَن اللَ لكن أن ترَجَنَ حََوَائَََكن:يَقول
Dari ‘Āisyah ia berkata; Pada suatu malam, Saudah binti Zam’ah keluar, lalu
Umar pun melihatnya dan mengenalnya, maka ia pun berkata, “Demi Allah,
sesungguhnya kamu wahai Saudah tidak akan samar bagi kami.” Maka ia
pun kembali kepada Nabi dan menuturkan hal itu pada beliau, dan saat itu
beliau berada di rumahku dan sedang makan malam, sementara di
64
Ahmad bin Alī bin Hajar al-Asqalānī, Fath al -Bārī bisyarhi Ṣaḥīḥ Bukhārī ( Maktabah
al-Saafiyyah) Jilid 1, h. 213
65
Abī ‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin al - Mughīrah al -Ja’fī al-Bukhārī,
Ṣaḥīḥ Bukhārī (Riyāḍ: Maktabah al-Rashad 2006) No. 5237 h. 748
48
، «َإن ألَعلمَ َإذا كنتَ عََن رَاضَيَة:َ قال ل رَسَول اللَ صَلى هلالَ عَليَهَ وَسَلم: قالت،عَن هَا
" أما َإذا كنتَ عََن: مَنَ أيَنَ ت عَرف ذلَك؟ ف قال:َ ف قلت:وََإذا كنتَ عَليَ غضبَ» قالت
َإب
َو ر ب ال:َ ق لت،َ وََإذا كنتَ عَليَ غضب،َ ال وَرَبَ مَمد:َ فَإنكَ ت قولََي،رَاضَيَة
َ َ
66اسَك مَا أهََرَ َإال،َ أجَلَ وَاللَ َّيَ رَسَول الل:َ ق لت:رَاهَيمَ " قالت
beliau ingin agar ‘Āisyah merasa bahwa ia tahu kapan ‘Āisyah marah
66
Abī ‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin al - Mughīrah al -Ja’fī al-Bukhārī,
Ṣaḥīḥ Bukhārī (Riyāḍ: Maktabah al-Rashad 2006) No. 5228 h. 747
49
beliau menyampaikan hal ini dengan metode canda yang membuat ‘Āisyah
penuh adab yang disertai dengan canda juga “Benar, demi Allah wahai
‘alaihi wa sallam, beliau sangat baik hubungannya dengan para istri beliau.
67
Konflik Rumah Tangga dimata K.H Didin Hanifuddin dalam blog
http://kopmicenter.blogspot.co.id/2011/ diakses pada tanggal 11 Desember 2017
50
عَنَ عَائَشة، عَنَ عَرَوَة، عَن الزهري،َ حَدثنا ابَنَ أَب ذَئب: قال،حَدثنا آدمَ بَنَ أَب َإَّيَس
َله مَنَ قدح يَقال،َكنتَ أغتسَلَ أَن وَالنَب صَلى هلالَ عَليَهَ وَسَلمَ مَنَ َإنءَ وَاحَد « :قالت
68 »الفر ق
َ
69»َفَيه تتلَفَ أيَدَينا،َ«كنتَ أغتسَلَ أَن وَالنَبَ صَلى هلالَ عَليَهَ وَسَلمَ مَنَ َإنءَ وَاحَد
فأمَرََن أن أنزَعهَ ف ن،َ وَعلَقت درَنوكا فَيهَ تاثَيل،َصَلَى هلالَ عليَهَ وَسَلَمَ مَنَ سَفر
70»َزَعته
68
Abī ‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin al - Mughīrah al -Ja’fī al-Bukhārī,
Ṣaḥīḥ Bukhārī (Riyāḍ: 22
Maktabah al-Rashad 2006) No. 250 h.
69
Abī ‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin al - Mughīrah al -Ja’fī al-Bukhārī,
Ṣaḥīḥ Bukhārī (Riyāḍ: 22
Maktabah al-Rashad 2006) No. 261 h.
70
Abī ‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin al- Mughīrah al -Ja’fī al-Bukhārī,
Ṣaḥīḥ Bukhārī (Riyāḍ: Maktabah al-Rashad 2006) No. 5955 h. 833
51
، عَنَ عَائَشة، عَنَ عَرَوَة، عَنَ أَب بَكر بَن حَفص، حَدثنا شعَبَة: قال،َحَدثنا أبَو الوَلَيد
»َ «كنتَ أغتسَلَ أَن وَالنَب صَلَى هلالَ عليَهَ وَسَلَمَ مَنَ َإنءَ وَاحَدَ مَنَ جَنابَة:قالت
71َله عَنَ عَائَشَة مَث،َ عَنَ أبيه،وَعنَ عَبَدَ الرَحَن بَن القاسَم
Dari ‘Āisyah: Aku pernah mandi bersama dengan Nabi saw dalam satu
tempat sedangkan aku dalam keadaan junub.
َعَن ،َ عَن األسَوَد،َ عَنَ َإبَ رَاهَيم،َ عَنَ مَنصَور، حَدثنا سَفيَان: قال،حَدثنا قبَيصَة
»
72 َجَنَب كَالَن
Dari ‘Āisyah: Aku pernah mandi bersama dengan Nabi saw dalam satu
tempat sedangkan kami berdua dalam keadaan junub
Ibn Hajar al-Asqalānī berkata, “Ad -Dawudi memahami hadits ini
yaitu untuk menyatakan bolehnya seorang suami melihat aurat istrinya dan
Hibbān dari jalan Sulaiman bin Musa bahwasanya ia ditanya tentang hukum
seorang suami melihat aurat istrinya. Maka Sulaiman pun berkata, ‘Aku
pernah bertanya kepada ‘Athā tentang hal ini, ia menjawab, ‘Aku pernah
71
Abī ‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin al - Mughīrah al -Ja’fī al-Bukhārī,
Ṣaḥīḥ Bukhārī (Riyāḍ: 22
Maktabah al-Rashad 2006) No. 263 h.
72
Abī ‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin al - Mughīrah al -Ja’fī al-Bukhārī,
Ṣaḥīḥ Bukhārī (Riyāḍ: Maktabah 82
al-Rashad 2006) N0. 299 h.
73
Ahmad bin Alī bin Hajar al-Asqalānī, Fath al -Bārī bisyarhi Ṣaḥīḥ Bukhārī ( Maktabah
al-Saafiyyah) Jilid I, h. 137
52
Dalam teori kritik sebuah matan, kita harus melihat apakah hadis
hadis tersebut bisa diamalkan. Dan Hadis tersebut sama sekali tidak
bertentangan dengan Alquran. Tidak ada satu ayat pun yang melarang
untuk tidur bersama istri dalam satu selimut, meskipun dalam kondisi haid.
َ َ َ َ
َف المحيض أذى فاعتزلوا الن ساء هو المحيض قل ويسألونك عن
َ َ َ
َ َ
َ َ َ َ ََ َ َ َ َ َ َ َ ََ َ
الل أمركم فأتوهن مَن حيث ذا تطهرن يطهرنفإ ح وال ت قربوهن
ََ
ََ ََ َ َ َ َ َ َ ََ َ َ ََ َ َ ت َ َ َ َ
َ
74 َ َ َ َ َ
َ
المتطه رين وي ب َإن الل َي ب التوابي
َ َ ََ َ َ َ َ َ ََ
Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: " Haidh itu
adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri
dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka,
sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka
itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri.
Justru dalam hadis tersebut secara jelas nabi menggambarkan untuk
berlaku baik kepada istrinya walaupun sedang dalam keadaan haid, yang
mana jika melihata adat zaman jahuliyyah jika istri yang sedang haid maka
akan di jauhi selama ia haid. Perlakuan baik terhadap istri tergambar dalam
al-Qur’an berikut:
74
Qur’an Surat al-Baqarah (2 : 222)
53
َ َ َ َ
ترثوا الن ساء كرها وال أن ل لكم ال آمنوا الذين ََيأي ها
ََ َََ َ َ ََ ََ َ َ َ َ َي َ َ ََ َ
َ َ َ َ ََ َ َ
َ َ
بفاحشة َي ت ي إال أن ما آت ي تموهن عض بب ت عضلوهنلتذ هبوا
َ َ َ َ َ ََ َ َ ََ َ َ َ ََ َ
َ َ َ َ َ َ َ
ت كرهوا ف عسى أن َبلمعروف فإن كرهتم وهن مب ي نةوعاشروهن
َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ََ َ َ َ
َ َ َ ََ َ َ َي َ
Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita
dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena
hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan
kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata.
Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak
menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak
menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang
banyak.
Menurut ‘Alī bin Sultān Muhammad, pada kondisi mandi bersama
suami, seorang istri juga terkadang masih dalam kondisi yang bersyahwat
bersama suami saat mandi. Al- Tībī menjelaskan, wadah yang digunakan
Rasulullah saw. saat mandi berada di antara ‘Āisyah dan Rasulullah saw.
75
Alī bin Sultān Muhammad Abū al-Hasan Nūr al-Dīn al-Malā al-Harwī al-Qārī, Mirqāt
al- Mafātih Syarh Misykāt al-Masābīh, ( Beirut: Dār al-Fikr, 2002) Juz 2 h. 427.
54
، عَنَ عَائَشة، عَنَ عَكرمَة،َ عَنَ خَالَد،َََ حَدثنا يَزيد بَنَ زرَي: قال،حَدثنا ق ت يَ بَة
فكانت ت رَى،َ «اعتكفت مَََ رَسَولَ اللَ صَلى هلالَ عَليَهَ وَسَلمَ امَرَأة مَنَ أزوَاجَه:قالت
َََم بَيَ نا أَن: حَدثتهَ أن أم سَلمَة حَدثت هَا قالت، أن زيَ نبَ بَنتَ أَم سَلمَة،سَلمَة
76
Abī ‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin al - Mughīrah al -Ja’fī al-Bukhārī,
Ṣaḥīḥ Bukhārī (Riyāḍ: 42
Maktabah al-Rashad 2006) No. 310 h.
77
Abī ‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin al - Mughīrah al -Ja’fī al-Bukhārī,
Ṣaḥīḥ Bukhārī (Riyāḍ: Maktabah al-Rashad 2006) No. 7549 h. 1039
55
،َ فانسَللت،َ َإذ حَضت،َ مَضطََعَة ف خَيصَة،َالنَب صَلى هلالَ عَليَهَ وَسَلم
» «
فاضطََعَتَ مَعَهَ ف، فدعَان،َ نعَم:َ أنفَسَتَ ق لت: قال،فأخَذتَ ثَيَابَ حَيضت
78َاخَمَيلة
َ عن زي نب بَنت، عن أَب س لم ة، عن يَي، ح دثنا هَشام: قال،ح دثنا م ع اذ ب ن فضالة
َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ
َهلالَ عليَه وَسَل م قالت بَيَ نا أَن مَََ النَب صَلَى، عنَ أَم سَلمَة،أَب سَلمَة
َ َ
bukan sekedar suami yang biasa. Beliau adalah suami yang romantis dengan
segenap arti yang bisa diwakili oleh kata romantis. Diriwayatkan dari
78
Abī ‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin al - Mughīrah al -Ja’fī al-Bukhārī,
Ṣaḥīḥ Bukhārī (Riyāḍ: 82
Maktabah al-Rashad 2006) No. 298 h.
79
Abī ‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin al- Mughīrah al-Ja’fī al-Bukhārī,
Ṣa ḥīḥ Bukhārī (Riyāḍ: Maktabah al-Rashad 2006) No. 323 h. 51
56
yang paling mulia, paling lemah lembut, serta senang tertawa dan
paling sering bahkan hampir dilakukan bersama dengan istri yang lain
adalah makan bersama dengan para istrinya, hadis tersebut terdapat dalam
kitab sahīh muslim dan tidak ditemukan dalam kitab sahīh bukhārī
، وَسَفيَان،َ عنَ مَسَعَر،َ حَدثنا وَكَي: قاال،َ وَزهَيَ رَ بَنَ حَرَب،حَدثنا أبَو بَكرَ بَنَ أَب شيَ بَة
ث أَنولهَ النَب، «كنتَ أشرَبَ وَأَن حَائَض: عنَ عائَشة قالت،َ عنَ أبَيه،عن المَقدامَ بَن شرَيَح
وَأت عَرق العَرَق،َ ف يَشرَب،صَلَى هلالَ عليَهَ وَسَلَمَ ف يَضََ فاهَ على مَوَضَََ ف
» ث أَنولهَ النَب صَلَى هلالَ عليَهَ وَسَلَمَ ف يَضََ فاهَ على مَوَضَََ ف،وَأَن حَائَض
ini adalah istri Rasulullah saw. dan bukan merupakan sabda dari Rasululah
80
Hatta Syamsuddin LC, Muhammad The Inspiring Romance, h. 7
81
Abī al -Ḥusain Muslim b. al-Ḥajjāj al-Qusyayrī al-Naysābūrī, Ṣaḥīḥ Muslim (Beirut:
Dār 622
Iḥyā‘i al-Kutub al-‘Ilmiyyah 1991) No. 300 h.
57
saat Nabi Muhammad saw. saat hendak makan daging besar yang
gigitan ‘'Āisyah dihadapan 'Āisyah dengan jelas, begitu pula saat minum,
kegiatan bersama dengan istri atau suami, saling membantu satu sama lain,
kawan-kawannya sekaligus.
82
Muhammad bin ‘Abd al-Hādī al-Nawawī Abu al-Hasan Nūr al-Dīn al-Sanadī, Hāsyiyatu al-
Sanadī ‘alā Sunan Ibnu Mājah, Kifāyat al-Hājah fī Syarh Sunan Ibnu Mājah, Juz 1, h. 148.
58
حَد ث نا ممد ,أخ بَ رََن أبَو مَعَاويَة ,حَد ث نا هَشام عن أبَيَهَ عنَ عائَشة رضي هلال عنها قالت
:ك نتَ العَبَ بَلبَ ناتَ عَ ند النَب صلي هلال عليه وسلم وَكان ل صَوَاحَب يَلعَبََ مَعَي
يَ لعَبََ مَعَي83 فكان رَسَول هلال صلي هلال عليه وسلم َإذا دَخَلَ يَت قمعَنَ مَ نهَ ف يَسَربَهَن َإلَ ف
عمَارَة بَنَ غزَية ،أن ممد بَنَ َإبَ رَاهَيمَ ،حَدثهَ عنَ أَب سَلمَة بَن عبَدَ الرَحَن عنَ عائَشة
أوَ خَيَ بَ رَ رَضَيَ اللَ عَن هَا قالت قدَمَ رَسَول اللَ صَلى اللَ عَليَهَ وَسَلمَ مَنَ غزَوَةَ ت بَوك
وََف
َّيَ سَهَوََتا سَت رَ ف هَبت رَيحَ فكشفت نحَيَة السََتَ عَنَ بَناتَ لَعَائَشة لعَبَ ف قال مَا هَذا
عَائَشة قالت بَنات وَرَأى بَيَ ن هَن ف رَسَا لهَ جَناحَانَ مَنَ رَقاع ف قال مَا هَذا الَذَي أرَى
وَسَطهَن قالت ف رَسَ قال وَمَا هَذا الَذَي عَليَهَ قالت جَناحَانَ قال ف رَسَ لهَ جَناحَانَ قالت
رَأيَتَ نوَاجَذهَ84 أمَا سَعَتَ أن لَسَليَمَان خَيَال لَا أجَنَحَة قالت فضحَك حَََت
83
Abī ‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin al - Mughīrah al -Ja’fī al-Bukhārī,
Ṣaḥīḥ Bukhārī (Riyāḍ: Maktabah 868
al-Rashad 2006) No. 6130 h.
84
Abī daud Sulaiman al-Asy’at al-Sijistānī, Sunan Abī Daud, Kitab Adab, Juz 3 (Lebanon:
Dār al-Kitab al-‘Alamiyah 1996) No. 4932 h. 288-289
59
gordeng. Ketika ada angin yang bertiup, gordeng itu tersingkap hingga
juga melihat patung kuda yang mempunyai dua sayap. Beliau bertanya:
“Lalu suatu yang aku lihat di tengah-tengah boneka ini apa?” ‘Āisyah
kuda yang punya banyak sayap?” ‘Āisyah berkata, “Beliau lalu tertawa
Salah satu hadis senda gurau nabi adalah ketika ‘Āisyah berumur
Hal ini yang membuktikan bahwa terdapat rasa pengertian yang mendalam
dari sang nabi terhadap istrinya yaitu ‘Āisyah. Hadis di atas menggambaran
Keterangan hadis menurut kitab syarah ‘Aun al-Ma’būd bahwa jamak dari
dan terlihat beberapa mainan boneka milik ‘Āisyah dan kemudian nabi
nabi sudah mengetahui bahwa mainan yang ada di balik kamar ‘Āisyah
sebagai istri nabi yang sangat berat. Nabi lebih memahami kondisi dan
situasi yang dialami ‘Āisyah bahwa dia masih belia untuk menanggung
85
Menurut pensyarah, keterangan pulang dari perang khaibar adalah keterangan yang
meragukan, Lihat ‘Aun al-Ma’būd (Bait al-Ifkār ad-dauliyah) Kitab adab h. 2124
86
Abi Adburrahman Syarif al-Haq Muhammad Israf bin Amir al-Adzhīm, Aun al-Ma’būd alā
sunan abū daud (Riyadh, Bait al-Ifkār, tt) h. 2124
87
Abi Adburrahman Syarif al-Haq Muhammad Israf bin Amir al-Adzhīm, Aun al-Ma’būd alā
sunan abū daud (Riyadh, Bait al-Ifkār, tt) h. 2125
61
beban berat sebagai istri nabi. Dalam hal ini rasulullah memperlakukan
keleluasaan kepada ‘Āisyah untuk melakukan hal yang dia inginkan. Hal
ini juga didorong dengan melihat faktor psikologis dari ‘Āisyah. Bagi para
perasaan sang istri, demikian juga sebaliknya. Dalam hal ini, suasana
Rasulullah saw. telah memberikan contoh kepada kita semua tentang sikap
dimiliki nabi sebagai seorang istri, maka akan membawa dampak positif
88
Dr. H. Abdul Wahid, Senyum Indah Kanjeng Nabi (Yogyakarta, Diva Press 2016) h. 52
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian yang telah dibahas dari bab 1 sampai 4 dapat diambil
nabi bisa dicapai dengan cara yang pernah diperaktekan olehnya kepada
salah satu istrinya yaitu Siti ‘Āisyah r.a. istri yang mempunya sisi
kecemburuan yang besar ini dan justru nabi bisa memberikan perlakuan
keluarganya sangat harmonis. Maka dari itu ada beberapa faktor yang bisa
‘Āisyah, yaitu:
dengan melihat fenomena zaman sekarang yang justru suami dan istri
hubungan keluarga adalah adanya komunikasi antara suami dan istri. Dan
62
63
yang harmonis akan terasa sejuk, teduh, saling pengertian dan saling
membantu dan mendukung dalam segala hal apapun selagi hal itu
4. Melakukan hal-hal kecil semisal bercanda ria, bergurau baik dari pihak
suami maupun istri. Hal ini demi mencairkan suasana yang mungkin
antar suami, istri dan anggota keluarga sehingga pada akhirnya terbentuk
B. SARAN
ruang gerak hadis sangat luas cakupannya. Oleh karena itu selaku umat
meneliti sumber sumber hukum yang dijadikan pedoman oleh umat islam
Dampak dan faedah yang akan didapat tentu sangat besar, selain
para pengkaji ilmu pengetahuan dan para pembaca agar kiranya dapat
aktifitas nabi terutama dalam hal senda gurau demi terciptanya karya yang
Abahzah, Nizar. Bilik-Bilik Cinta Muhammad Saw, Ter. Asy’ari Khatib (Jakarta,
Zaman 2009)
Abbott, Nabia. Aishah the Beloved of Mohammed (London, al-Saqi books 1985)
Ahmad bin Alī bin Hajar al-Asqalānī, Fath al-Bārī bisyarhi Ṣaḥīḥ Bukhārī
(Maktabah al-Saafiyyah)
al-Bukhārī, Abī ‘Abdullāh Muḥammad bin Ismā’īl bin Ibrāhīm bin al-Mughīrah
al-Dzahabī, Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Utsman. Siyar ‘a’lam an-
al-Dzahabī, Abī Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Usmah. Mīzan al-I’tidāl fī
Hartomo, Amicun Aziz. Ilmu Sosial Dasar (Jakarta, Bumi Persada 1990)
Istiningtyas, Listiya. Humor Dalam Kajian Psikologi Islam, Jurnal Ilmu Agama
65
66
Najoan, Hardsen Julsy Imanuel. Pola Komunikasi Suami Istri Dalam Menjaga
al-Nasā’ī, Abī Abdurrahman Ahmad bin Syuaib. Sunan al-Kubrā li imam al-
al-Qārī, Alī bin Sultān Muhammad Abū al-Hasan Nūr al-Dīn al-Malā al-Harwī.
Mirqāt al- Mafātih Syarh Misykāt al-Masābīh, (Beirut: Dār al-Fikr, 2002)
Ṣālih, Ṣubhī. Ulūm al-Ḥadits wa Mustalaḥuhu (Beirut, Dār al-Ilm lilmayin, 1988)
al-Sanadī, Muhammad bin ‘Abd al-Hādī al-Nawawī Abu al-Hasan Nūr al-Dīn.
Syuaisyi, Hafidz Ali. Kado Pernikahan, Terj. Abdul Rasyid Shiddiq (Jakarta,
Tim penyusun KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka
1990) Wahid. Abdul, Senyum Indah Kanjeng Nabi (Yogyakarta: Diva Press 2016)
www. pa-jakartapusat.go.id
http://kopmicenter.blogspot.co.id