Anda di halaman 1dari 95

SUMPAH PALSU PERSPEKTIF Al-QUR’AN

(Kajian Tah{lili QS. A<li-‘Imra>n/3:77)

HASIL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Studi

Pada Program Studi IlmuAl-Qur’an Dan Tafsir

Oleh:

ANNISA FADHILAH NURSYAH


NIM:17030105036

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI
KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

‫ِبْس ِم ِهللا الَّرْح َمِن الَّر ِح ْيِم‬


‫ َو ُنَص ِّلْي َو ُنَس ِّلُم َع َلى َخْيِر ْاَألَناِم‬. ‫اْلَحْم ُد ِهّلِل اَّلِذ ْي َأْنَع َم َنا ِبِنْع َم ِة ْاِإل ْيَم اِن َو ْاِإل ْس َالِم‬
‫َس ِّيِد َنا ُم َحَّمٍد َو َع َلى َاِلِه َو َص ْح ِبِه َأْج َم ِع ْيَن َأَّم ا َبْعُد‬
Puji syukur semoga senantiasa tercurahkan kehadirat Allah swt; yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan kenikmatan-Nya kepada kita. Sehingga pada

kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Sumpah

Palsu Perspektif Al-Qur’an (KajianTahlili> QS.A<li-‘Imra>n/3:77)”} Shalawat

serta salam kami kirimkan kepada baginda Rasulullah saw; sebagai tokoh

revolusioner suri tauladan bagi umat Islam yang telah merubah tatanan hidup

manusia dari kejahiliaan menjadi hikmah dan ketentraman.

Rasa syukur tiada terkira bagi penulis yang telah menyelesaikan penelitian

dan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini

tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah memberi berbagai dukungan baik

dukungan moril maupun dukungan materil serta bantuan khususnya kepada bapak

saya SYAIFUDDIN MUSTAMING S.Ag.,M.Ag yang sangat mendukung saya

dan ibu saya HELMI IRMAWATY SIRMAN S.Ag yang selalu sabar dan

memberikan dedikasinya, motivasi serta doa yang tulus sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Dengan segala ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih dan

penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Faizah Binti Awad, M.Pd. selaku Rektor IAIN Kendari yang

telah memberikan dukungan sarana dan prasarana serta kebijakan yang

mendukung penyelasaian studi penulis.

ii
2. Dr. Nurdin S.Ag, M.Pd sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin Adab,

Dan Dakwah IAIN Kendari, yang telah membina dan banyak

membimbing sehingga kami dapat menyelasaikan studi dengan baik.

3. Dr. Fatirawahidah M.Ag sebagai Ketua Program Studi Ilmu al-Qur’an

Tafsir IAIN Kendari, yang selalu memberi motivasi kepada para

mahasiswa.

4. Dr. Ni’matuz Zuhrah Lc., M.Th.I sebagai pembimbing yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis dalam penelitian ini sehingga

dapat terselesaikan tepat waktu.

5. Dr. Fatirawahidah M.Ag sebagai penguji yang telah menguji penulis

mulai dari proposal, hasil penelitian, sampai skripsi serta telah banyak

memberikan masukan dan saran yang sangat konstruktif demi

kesempurnaan penelitian ini.

6. Muh. Syahrul Mubarak S.Th.I.,M.Ag sebagai penguji yang telah

menguji penulis mulai dari proposal, hasil penelitian, sampai skripsi

serta telah banyak memberikan masukan dan saran yang sangat

konstruktif demi kesempurnaan penelitian ini.

7. Seluruh Dosen dan Staf IAIN Kendari, terkhusus Dosen dan Staf

Fakultas FUAD yang selalu memberikan ilmunya dan sangat

membantu mahasiswa dalam pelayanan dan pengurusan adminstrasi

perkuliahan

8. Kepada keluargabesar saya, mulai dari kakek saya H. Sirman Batri

paman dan bibi saya sampai dengan adik-adik saya Muhammad Rafi

Ar-Rasyid Nuryah, Muhammad Abul Hafidz Nursyah dan Muhammad

iii
Abdul Hakim Nursyah, Riska Amalia Putri Arifin, serta seluruh

keluarga penulis yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu.

Terimakasih telah memberikan dukungan yang luar biasa dalam

penyusunan skripsi.

9. Keluarga Besar Pondok Modern Darussalam Gontor terkhusus kepada

para Asatidz dan Mu’allim, Terimakasih telah mendidik saya.

10. Kepada seluruh sahabat-sahabat penulis mahasiswa angkatan 2017

khususnya Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir serta yang khusunya “

Erba Putra Diansyah S.Ag, Syawal Rasyid S.Ag, Lusy Sariani S.Ag,

Egy Misra Dewi S.Ag, Almarhum Ahsanul Amal S.Ag dan teman saya

yang berada di UNIDA Faris Naufal Lutfhi S.Ag” serta seluruh teman-

teman yang tidak sempat disebutkan satu persatu. Terima kasih telah

banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, Terimakasih

telah memberikan sumbangsih moril yang sangat luar biasa, senang

bisa bertemu dan bersahabat semoga kebersamaan kita membawa

kenangan yang indah.

11. Kepada seluruh sahabat-sahabat saya Alumni pondok modern

Darussalam Gontor Khususnya Saudara saya ID Girl Rindang, Elmi,

Ammah, Tiur, Imma, Ifa, kineng, Niskum, Rahmi, Ambo, Cyput,

Cigo, Ty Meta, Elfa, Nirma, Solehah, Zatirah, Vivi, Kak Khabbun,

Kak Rahmaniar, Uzdah, Umami, Aqila, Karmila, Krisma, Intan,

Zakiyah, Sula, oyi, dan teman teman IKPM (Ikatan Keluarga Pondok

Modern) yang telah memberikan motivasi dan sumbangsi ilmu

pengetahuan yang berguna dalam proses perkuliahan selama ini.

iv
Penulis berharap semoga bantuan dan berbagai upaya yang telah

disumbangkan kepada penulis mendapat pahala yang setimpal di sisi Allah swt;

dan tetap mendapat lindungan-Nya dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Akhirnya penulis memohon ampunan kepada Allah swt; atas segala khilaf baik

yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

18 Rabi’ul Awwal 1443 H.


Kendari, 27 Oktober 2021 M.
Penulis,

ANNISA FADHILAH NURSYAH


Nim: 17030105036

v
ABSTRAK

Nama Penyusun : Annisa Fadhilah Nursyah


NIM : 17030105036
Judul Skripsi : Sumpah Palsu Perspektif Al-Qur’an (Kajian Tah}lili> QS.
A<li ‘Imra>n/3:77)
Pembimbing : Dr. Ni’matuz Zuhrah Lc., M.Th.I

Fenomena yang kerap sering terjadi dalam kehidupan masyarakat adalah sebagian
banyak orang-orang bersumpah dengan menggunakan nama Allah swt., bahkan
menggunakan selain nama Allah swt., agar dipercaya orang, padahal sedang
berbohong. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hakikat sumpah palsu
dalam QS. A<li-Imra>n/3:77, untuk mengetahui ancaman bagi orang-orang yang
bersumpah palsu dalam QS.A<li-‘Imra>n/3:77, dan untuk mengetahui pengaruh
sumpah palsu dalam kehidupan masyarakat. Penelitian ini merupakan kajian
pustaka atau library research. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan linguistik dan pendekatan tafsir. Data primer yang digunakan
adalah QS. A<li-‘Imra>n/3:77, sedangakan data sekunder yang digunakan
meliputi kitab-kitab tafsir, kitab-kitab hadits dan kamus-kamus yang berkaitan
dengan penelitian ini serta literatur keIslaman lainnya. Adapun teknik
pengumpulan data adalah dengan mengumpulkan berbagai referensi yang
berkaitan dengan penelitian ini. Kemudian teknik analisis yang digunakan adalah
teknik/metode tah}lili>, adapun dalam menganalisis data-data tersebut penulis
menggunakan teknik interpretasi yang meliputi interpretasi tekstual dan
interpretasi kontekstual. Adapun hasil penelitian ini menemukan bahwa hakikat
dari sumpah palsu dalam QS. A<li-‘Imra>n/3:77 adalah menghalalkan sumpah
demi kepentingan dunia dan menimbulkan kesyirikan. Ancaman orang yang
melakukan sumpah palsu dalam QS. A<li-‘Imra>n/3:77 meliputi mereka tidak
mendapatkan bagian di akhirat, Allah tidak akan menyapa mereka, Allah tidak
akan memperhatikan mereka pada hari kiamat, Allah tidak akan menyucikan
mereka dan bagi mereka adzab yang pedih. Pengaruh sumpah palsu dalam
kehidupan masyarakat yaitu lalai, zalim dan sesat.

Kata Kunci: Sumpah, Palsu, QS. A<li-‘Imra>n/3:77, Tah}lili>

vi
DAFTAR IS

HALAMAN JUDUL............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
ABSTRAK............................................................................................................vii
DAFTAR ISI........................................................................................................ix
TRANSLITERASI..............................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian...................................................................8
1.4 Pengertian Judul dan Ruang Lingkup Penelitian........................................9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Relevan............................................................................................14
2.2 Pengertian Sumpah.....................................................................................18
2.3 Macam-Macam Sumpah.............................................................................19
2.3.1 Sumpah Dilihat dari Segi Bentuk.....................................................19
2.3.2 Sumpah Dilihat dari Segi Isi atau Materi.........................................21
2.4 Unsur-Unsur Sumpah.................................................................................22
2.4.1 Adat Sumpah....................................................................................22
2.4.2 Muqsam Bih......................................................................................24
2.4.3 Muqsam ‘Alaih.................................................................................24
2.5 Hukum Sumpah Palsu.................................................................................25
2.6 Dalil- Dalil yag Berkaitan dengan Sumpah................................................28
2.7 Derivasi kata Sumpah.................................................................................30
2.7.1 ‫َيِم ْيٌن‬....................................................................................................31
2.7.2 ‫َقَس م‬.....................................................................................................31
2.7.3 ‫َح َلَف‬....................................................................................................32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian...........................................................................................34
3.2 Sumber Data...............................................................................................34
3.3 Pendekatan Penelitian.................................................................................35
3.4 Teknik Pengumpulan Data.........................................................................36
3.5 Teknik Interpretasi Data.............................................................................36
BAB IV ANALISIS QS. A<LI-‘IMRA<N/3:77 TENTANG SUMPAH PALSU
4.1 Penafsiran QS. A<li-‘Imra>n/3:77.............................................................38
4.1.1 Gambaran Umum Surah...................................................................38
4.1.2 Asba>bun Nuzu>l.............................................................................42
4.1.3 Tafsir Mufrad}at...............................................................................44
4.1.4 I’ra>b................................................................................................50
4.1.5 Bala>g}ah.........................................................................................52
4.1.6 Muna>sabah......................................................................................52
4.1.7 Penafsiran.........................................................................................57

vii
4.2 Hakikat Sumpah Palsu dalam QS. A<li-‘Imra>n/#:77...............................63
4.3 Ancaman Orang yang Melakukan Sumpah Palsu dalam QS. A<<li
‘Imra>n/ 3:77.............................................................................................66
4.3.1 Mereka tidak dapat Bagian di Akhirat..............................................68
4.3.2 Allah tidak akan Menyapa Mereka...................................................68
4.3.3 Allah Tidak akan Memperhatikan Mereka di Hari Kiamat..............69
4.3.4 Allah Tidak akan Menyucikan Mereka............................................70
4.3.5 Mendapatkan Azab yang Pedih........................................................70
4.4 Pengaruh Sumpah Palsu dalam Kehidupan Masyarakat............................71
4.4.1 Lalai..................................................................................................71
4.4.2 Zalim.................................................................................................73
4.4.3 Sesat..................................................................................................74
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................76
5.2 Saran ..........................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................79

RIWAYAT HIDUP.............................................................................................84

viii
TRANSLITERASI

Transliterasi adalah pengalihan huruf dari abjad yang satu ke abjad lainnya.
Sedangkan maksud transliterasi Arab - Latin dalam proposal penelitian skripsi ini
adalah penyalinan huruf-huruf Arab dengan huruf-hurf latin serta segala
perangkatnya.
Ada beberapa sistem transliterasi Arab-Latin yang selama ini digunakan
dalam lingkungan akademik, baik di Indonesia maupun di tingkat global. Namun,
dengan sejumlah pertimbangan praktis dan akademik, tim penyusunan pedoman
mengadopsi “Pedoaman Trasliterasi Arab Latin” yang merupakan hasil keputusan
bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikandan Kebudayaan R.I.,
Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.
1. Konsonan

HurufArab Nama Huruflatin Nama


‫ا‬ Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan
‫ب‬ Ba B Be
‫ت‬ Ta T Te
‫ث‬ Ṡa Ṡ Es (dengan titik di atas)
‫ج‬ Jim J Je
Ha (dengan titik di
‫ح‬ Ḥa Ḥ
bawah)
‫خ‬ Kha Kh Ka dan Ha
‫د‬ Dal D De
‫ذ‬ Ż al Ż Zet (dengan titik di atas)
‫ر‬ Ra R Er
‫ز‬ Zai Z Zet
‫س‬ Sin S Es
‫ش‬ Syin Sy Es dan ye
Es (dengan titik di
‫ص‬ Ṣ ad Ṣ
bawah)
De (dengan titik di
‫ض‬ Ḍ ad Ḍ
bawah)
Te (dengan titik di
‫ط‬ Ṭa Ṭ
bawah)
Zet (dengan titik di
‫ظ‬ Ẓa Ẓ
bawah)
‫ع‬ ‘Ain ‘__ Apostrof terbalik
‫غ‬ Gain G Ge
‫ف‬ Fa F Ef

ix
‫ق‬ Qof Q Qi
‫ك‬ Kaf K Ka
‫ل‬ Lam L El
‫م‬ Mim M Em
‫ن‬ Nun N En
‫و‬ Wau W We
‫ه‬ Ha H Ha
‫ء‬ Hamzah __’ Apostrof
‫ي‬ Ya Y Ye

2. Vokal

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,

transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama


‫َا‬ Fatḥah A A
‫ِا‬ Kasrah I IS
‫ُا‬ Ḍamah U U

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara

harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Tanda Nama Huruf Latin Nama


َ ‫ْي‬ Fath}ah dan ya AI A dan I
َ ‫ْو‬ Fath}ah dan wau AU A dan U

Contoh:
‫َكْيَف‬ : Kaifa
‫َهْو َل‬ : Haula

3. Maddah atau Vokal Panjang

Harakatdan
Nama HurufdanTanda Nama
Huruf
A dan garis di
‫_َا‬ Fatḥah dan Alif A<
atas
Fatḥah dan Ya A dan garis di
‫_َى‬ (tanpa titik)
A<
atas
I dan garis di
‫_ِي‬ Kasrah dan Ya I>
atas

x
U dangaris di
‫_ُو‬ Ḍammah dan Wau U<
atas

Contoh:
‫َم اَت‬ : Ma>ta
‫َر َم ى‬ : Rama>
‫ِقْيَل‬ : Qi>la
4. Ta Marbu>ṭah

a. Bila mati ditulis

‫َاْلَم ِد ْيَنُةَاْلفاَِض َلُة‬ :al-Madi>nah al-Fa>ḍilah


‫َاْلِح ْك َم ُة‬ :al-H>{ikmah

b. Bila hidup ditulis


‫َر ْو َض ُةاَأْلْط َفاِل‬ :Raudah al-Aṭfa>l
‫ْط‬ ‫ْل‬
‫َزَك اُة ا ِف ِر‬ : Zaka>h al-Fit}ri

5. Syaddah (Tasydi>d)

‫َر َّبنَا‬ : Rabbana>


‫َنَّجْيَنا‬ : Najjaina>
‫َاْلَح ُّق‬ : al-H{aqq

Jika huruf ‫ى‬ ber-tasydid diakhir sebuah kata dan didahului oleh huruf
kasrah ( ‫)إّى‬, maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah (i). Contoh:
‫َع ِلٌّى‬ :‘Ali> (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)
‫َع َر ِبُّى‬ :‘Arabi> (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)

6. Kata Sandang

‫َالشْم ُس‬ :al-Syamsu (bukan asy-syamsu)


‫َالَّز ْلَز َلُة‬ :al-Zalzalah (az-zalzalah)
‫َاْلَفْلَس َفُة‬ :al-Falsafah
‫َاْلِبَالُد‬ :al-Bila>d

7. Hamzah

‫َتأُم ُرْو َن‬ :Ta’muru>na


‫َاْلَّنْو ُء‬ :al-Nau’
‫َش ْي ُء‬ :Syai‘un
‫ُأِم ْر ُت‬ :Umirtu

xi
8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan Dalam Bahasa Indonesia

‫ ِفْي ِظ َالِل ْالُقْر آن‬:Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n


‫ الُّس َّنُة َقْبَل الَّتْد ِو ْين‬: al-Sunnah Qabl al-Tadwi>n
9. Lafaẓ al-Jala>lah (‫)هللا‬

‫ِد ْينُاِهللا‬ :Di>nulla>h


‫ِباِهللِا‬ :Billa>h

Adapun ta marbu>ṭah di akhir kata yang disandarkan kepada lafẓ al-

jala>lah, ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh:

‫ ُهْم ِفي َر ْح َم ِة ِهللا‬:Hum Fi> Rah}matilla>h

10. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan seperti yang berlaku
dala EYD, diantara huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf awal

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Al-Qur’an adalah kitab Allah yang dibawa oleh malaikat Jibril kepada Nabi

Muhammad Saw. sebagai petunjuk dan panduan hidup manusia untuk meraih

keselamatan dunia dan akhirat. Secara istilah, Al-Qur’an ialah firman Allah yang

menjadi salah satu mu’jizat yang luar biasa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad

Saw. disampaikan secara mutawatir dan menjadi ibadah jika mengamalkannya

dimulai dengan surah al-Fatihah dan ditutup dengan surah al-Na>s. Allah

menurunkannya untuk menjadi undang-undang bagi umat manusia dan petunjuk serta

sebagai tanda kebenaran adanya Rasulullah Saw. (As}a>buni>, 1390, h.18).

Definisi tersebut menerangkan bahwa sebagian ciri Al-Qur’an seperti kata-

kata Allah yang mempunyai kekuatan yang sangat luar biasa, turun kepada Nabi

Muhammad Saw. yang tertulis dalam Al-Qur’an, periwayatan mutawatir, menjadi

petunjuk bagi manusia dan menjadi ibadah jika diamalkan. (Shihab,2012, h.2).

Salah satu bentuk penegasan dalam memberikan kesan kepada seseorang agar

dapat dipercaya dan diyakini kesannya disebut sumpah. Sumpah merupakan

pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan bersaksi kepada Tuhan atau kepada

sesuatu yang dianggap suci. Sumpah selalu mengaitkan diri sendiri (penyumpah)

dengan suatu perkara, dan perkara tersebut bisa berupa janji yang berujung menjadi

sebuah harapan bagi seseorang.

Seorang yang bersumpah harus bertanggung jawab atas apa yang

disumpahkannya. Sebagaimana dalam Al-Qur’an yang menyebutkan bahwa semua

1
perkataan dan perbuatan di dunia akan dicatat dan dimintai pertanggung jawaban,

firman Allah QS. Qaf/50:17-18

‫ِه ِق‬ ‫ِف ِم ٍل ِا‬ ‫ِل ِع‬ ‫ِم‬ ‫ِا‬


‫ْذ َيَتَلَّقى اْلُمَتَلِّق ِنٰي َعِن اْلَي ِنْي َو َعِن الِّش َم ا َق ْي ٌد َم ا َيْل ُظ ْن َقْو اَّل َلَد ْي َر ْيٌب‬
‫َعِتْيٌد‬
Terjemahnya:
“(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang
duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu
ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas
yang selalu hadir.” (Kemenag RI, 2010, h.748)

Ayat diatas menjelaskan bahwasanya Allah selalu mengawasi manusia dengan

menugaskan dua malaikat yang bertugas mencatat dan mengawasi perbuatan manusia

sebagai bukti sehingga mereka tidak bisa mengelaknya. Maka setiap manusia yang

mengucapkan suatu kalimat pasti ada malaikat yang senantiasa mencatat apa yang

diucapkan.

Adanya dua malaikat yaitu al-Raqi>b berarti senantiasa mengikuti dan

mengawasi, sedangkan al-‘Ati>d, yang selalu hadir dan senantiasa siap untuk

mencatat dan menyaksikan setiap perkataan dan perbuatan yang dilakukan oleh

semua manusia. Salah satu bentuk perkataan dan perbuatan yang sering kali

dilakukan dan sering pula dilupakan atau bahkan diingkari oleh manusia yaitu

bersumpah.

Dalam Al-Qur’an sendiri terdapat beberapa ayat yang memberi penegasan

mengenai “Sumpah” yang difirmankan oleh Allah Swt. Seperti dalam QS. A<li

-‘Imra>n/ 3:77

2
‫ِاَّن اَّل ِذْيَن َيْش َتُر ْو َن ِبَعْه ِد الّٰل ِه َو َاَمْياِهِنْم َمَثًن ا َقِلْياًل ُاوٰۤلِٕى َك اَل َخ اَل َق ُهَلْم ىِف اٰاْلِخ َر ِة َو اَل‬
‫َذ ا َاِل‬
‫ْي‬ ‫ٌب‬ ‫َع‬ ‫ُهَل‬ ۖ ‫ُيَك ِّل ُه الّٰل ُه اَل َيْنُظ ِاَلْيِه َي َم اْلِق ٰي ِة اَل ُيَز ِّك ْيِه‬
‫ٌم‬ ‫ْم َو ْم‬ ‫ُر ْم ْو َم َو‬ ‫ُم ُم َو‬
Terjemahnya:
“Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-
sumpah mereka dengan harga murah, mereka itu tidak memperoleh bagian di
akhirat, Allah tidak akan menyapa mereka, tidak akan memperhatikan mereka
pada hari Kiamat, dan tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang
pedih.” (Kemenag RI, 2010, h.75)

Dalam QS. A<li-‘Imra>n/3:77 memberi penjelasan perihal orang-orang yang

menukar janji Allah dalam perkara kebatilan sehinggah mereka berdusta kepada

Allah Swt. yakni meinggalkannya dan meninggalkan wasiat Allah kepada mereka

didalam Kitab, berupa keimanan kepada Nabi Muhammad) dan menukar sumpah-

sumpah mereka dengan berdusta kepada Allah Swt. (yakni dengan menghalalkan

segala sesuatu yang Allah haramkan, misalnya menghalalkan harta orang lain

sehingga tidak menunaikan amanahnya), berarti telah menukar hal itu semua dengan

harga yang sangat murah (berupa harta benda dunia). Maka mereka tidak akan

mendapat (pahala) di akhirat yakni tidak mendapatkan kebaikan akhirat, surga dan

segala macam yang dijanjikan Allah kepada hambanya. (Al-Zuhaili, 2013,h. 306)

Terkait dengan QS.A<li-‘Imra>n/3:77 alasan penulis memilih ayat ini sebagai

titik fokus penelitian diantaranya karena dalam ayat tersebut terdapat 2 kata yang

saling berkaitan yaitu antara janji dan sumpah sekaligus dilihat dari sebab turun ayat

ini mengatakan bahwa ayat ini menjelaskan tentang sumpah palsu yang berkaitan

dengan titik fokus penelitian.

3
Terkait dengan hal tersebut sumpah dalam bahasa Al-Qur’an disebut dengan

beberapa penyebutan, yaitu qasam, half, yamin, atau wa’d. Menurut bahasa berarti

mulazamah yaitu suatu keharusan atau diharuskan, maksudnya adalah ketika manusia

telah melakukan sumpah, berarti ia telah mengakui atau menjanjikan suatu perkara,

sehingga mengharuskan dirinya untuk melaksanakan sumpah tersebut. (al-

Jauziyah,2001,h. 2)

Sumpah dalam bahasa Arab juga disebut aima>n yang dibahasakan sebagai

tangan beristilah sumpah, karena kebiasaan orang-orang Arab apabila bersumpah dia

memukul tangan kanan saudaranya dengan tangan kanannya dan juga menjadi

kebiasaan di Indonesia. Sumpah bertujuan untuk menegaskan sesuatu dengan

menyebut nama dan sifat Allah Swt. atau menegaskan pernyataan yang diucapkan

secara resmi dengan bersaksi kepada Allah Swt. untuk menguatkan kebenaran dan

kesungguhan. Artinya seorang manusia jika ingin menegaskan bahwa dirinya benar

dalam perkataannya atau berupaya membersihkan diri dari tuduhan fitnah yang

dialamatkan kepadanya (ghazzi, 2016).

Dewasa ini, sumpah sering kali dijadikan senjata untuk meraup simpati,

empati, dan kepercayaan masyarakat. Terlebih lagi saat seseorang hendak mengampu

kekuasaan di jajaran pemerintaan, sebagai salah satu persyaratan dalam pelantikan

mereka akan dihadapkan pada prosesi pengambilan sumpah yang dipandu oleh

pemuka masing-masing. Bagi umat islam mereka bersumpah dengan nama Allah

Swt. dan juga meletakkan mushaf al-Qur’an diatas pengakuan mereka.

Namun sumpah yang telah diambil tidak cukup untuk meredam hasrat untuk

berbuat curang, beberapa pejabat yang bersumpah untuk menjalankan tugas dan

4
jabatan dengan sebaik-sebaiknya malah melanggar sumpah tersebut. Salah satu

contoh terbaru, datang dari jajaran kementrian pemerintahan Presiden Jokowi jilid

dua, yaitu mantan Mentri Kelautan Bapak EP yang terjerat kasus korupsi perizinan

ekspor benih lobster yang berdampak pada kerugian Negara dan rusaknya moral

pengelolahan Negara dan juga dijatuhkan hukuman 5 tahun penjara serta dicabut hak

politiknya dari jabatan publik (kpk.go.id, 2019).

Manusia kerap kali menggunakan sumpah dalam janjinya untuk mencapai

sesuatu namun tidak jarang melupakan sumpah yang telah diikrarkan. Sebagaimana

beberapa kasus anggota dewan atau pemegang kekuasaan. Saat hendak mencalonkan

diri ia mengumbar janji kepada masyarakat, dan saat terpilih ia di sumpah untuk

melaksanakan tugasnya dan merealisasikan janjinya. Namun, tidak sedikit oknum

yang mengkhianati sumpahnya tanpa melaksanakan janjinya, baik ketika kampanye

maupun setelah dilantik, dan hal ini merugikan banyak pihak khususnya masyarakat-

masyarakat kecil yang telah percaya akan janji dan sumpah mereka. Padahal ketika

mereka bersumpah telah menyebut nama Allah serta meletakkan mushaf al-Qur’an

diatas pengakuannya sebagai tanda bahwa sumpah ini adalah sesuatu yang harus

dijalankan dengan baik.

Fajar Hidayanto (1993) dalam artikelnya, mengemukakan bahwa sumpah

palsu ialah perbuatan orang yang sengaja mengelabui orang lain dan dengan

sumpahnya itu ia berdusta, misalnya seseorang mengatakan “Demi Allah saya tidak

berbuat hal yang demikian”, padahal sebenarnya ia berbuat. (hal. 55)

Adapun janji menurut KBBI adalah perkataan atau ucapan yang menyatakan

kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat sesuatu, pengakuan yang terikat dengan

5
diri sendiri terhadap ketentuan yang harus ditepati. Sedangkan ingkar janji ialah suatu

bentuk perbuatan yang sangat dibenci dalam Agama Islam terlebih sangat dimurkai

oleh Allah Swt. Sebab, ingkar janji termasuk salah satu sifat dari orang munafik.

Sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukha>ri dalam kitabnya S}ahih

Bukha>ri:

‫َح َّد َثَنا ُقَتْيَب ُة ْبُن َس ِعيٍد َح َّد َثَنا ِإَمْساِعيُل ْبُن َج ْع َف ٍر َعْن َأيِب ُس َهْيٍل َن اِفِع ْبِن َم اِل ِك ْبِن‬
‫َّلِه َّل َّل ِه َّل‬ ‫ِض َّل‬ ‫ِب ِه‬ ‫ِم ٍر‬
‫َأيِب َعا َعْن َأ ي َعْن َأيِب ُه َر ْيَر َة َر َي ال ُه َعْنُه َأَّن َرُس وَل ال َص ى ال ُه َعَلْي َو َس َم‬
‫َق اَل آَي ُة اْلُم َن اِفِق َثاَل ٌث ِإَذا َح َّد َث َك َذ َب َو ِإَذا اْؤ ِمُتَن َخ اَن َو ِإَذا َو َع َد‬
)2485.‫َأْخ َلَف (البخاري‬
Artinya :
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan
kepada kami Isma'il bin Ja'far dari Abu Suhail, Nafi' bin Malik bin Abu 'Amir
dari bapaknya dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu bahwa Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda, 'Tanda-tanda munafik ada tiga; jika berbicara dusta, jika diberi
amanat dia khiyanat dan jika berjanji mengingkari".(Bukha>ri, no. 2485)
Hadis tersebut membahas perihal tanda-tanda orang munafik, yakni terbagi

menjadi tiga bagian yaitu, jika ia berbicara maka ia berbohong, jika diberi amanat dia

berkhianat dan jika berjanji ia mengingkari janjinya. Maka orang yang mengingkari

janji disebut sebagai golongan orang munafik.

Pada fenomena yang lain, peneliti kerap menemukan kejadian di daerah asal

yaitu di daerah Kab. Kolaka, seseorang yang bersumpah dengan nama Allah Swt.

Anak kecil, remaja, bahkan orang tua kerap bersumpah dengan mengatas namakan

selain Allah, yaitu orang-orang yang mereka muliakan, seperti ayah, ibu, bahkan

tidak sedikit di antara mereka rela bersumpah dengan nama tuhannya yang sudah

menjadi budaya di Indonesia, seperti contohnya “Demi Allah saya tidak mencuri”

6
tetapi sebenarnya mereka telah mencuri. Hal tersebut dianggap biasa, padahal dalam

agama sumpah palsu tidak di perbolehkan, bahkan Rasulullah Saw. memberikan

ancaman yang berat kepada orang yang bersumpah dengan sumpah palsu.

Sebagaimana hadis Rasulullah Saw. dariʻAbdullah bin ʻUmar yang

diriwayatkan oleh Abu> Da>wud dalam kitab Sunan Abu> Da>wud:

‫ِد ِه‬ ‫ِمَس‬ ‫ِإ‬ ‫ِء‬


‫َح َّدثَـ َنا َحُمَّم ُد ْبُن اْلَعَال َح َّدثَـ َنا اْبُن ْد ِر يَس َق اَل ْعُت اَحْلَس َن ْبَن ُعبَـ ْي الَّل َعْن‬
‫َس ْع ِد ْبن عبَـْيَد َة َق اَل ِمَس َع اْبُن ُعَم َر َرُج ًال ْحَيِل ُف َال َو اْلَك ْع َب ِة فَـَق اَل َل ُه اْبُن ُعَم َر ِإيِّن‬
. ‫ِمَس ْعُت َرُس وَل الَّل ِه َص َّلى الَّل ُه َعَلْي ِه َو َس َّلَم يَـ ُقوُل َمْن َح َل َف ِبَغِرْي الَّل ِه فَـ َقْد َأْش َر َك‬
) 2829. ‫( أبو داؤد‬
Artinya:
“Muḥammad bin al-Ala>’i menceritakan kepada kami >, Ibnu Idri>s
menceritakan kepada kami, berkata: aku mendengar Ḥasan bin ʻUbaidilla>h,
dari Saʻid bin ʻUbaidah berkata: Ibnu Umar mendengar seorang laki-laki
bersumpah dengan mengatakan demi Kaʻbah, maka berkata Ibnu Umar
kepadanya, sesungguhnya aku mendengar Rasululla>h Saw. bersabda:
Barangsiapa yang bersumpah selain nama Allah, maka dia telah musyrik.”
(Abu> Da>wud, no. 2829)

Berdasarkan permasalahan dan pernyataan di atas, peneliti tertarik untuk

mengangkat judul “Sumpah Palsu Perspektif Al-Qur’an (Kajian Tah}lili>

QS.A<li-‘Imra>n/3:77)”. Peneliti akan membahas bagaimana Al-Qur’an sebagai

sumber ajaran Islam menjelaskan perihal sumpah palsu.

Berdasarkan hal di atas peneliti berharap dapat membuka wawasan

masyarakat terkait sumpah palsu dan juga masyarakat tidak menganggap remeh hal

yang terkait dengan sumpah.

1.2 Rumusan Masalah

7
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang yang telah dibahas maka dapat

dirumuskan permasalahan yang hendak diteliti, yaitu:

1. Bagaimana hakikat sumpah palsu dalam QS. A<li-‘Imra>n/ 3: 77?

2. Bagaimana ancaman orang yang melakukan sumpah palsu dalam QS.

A<<li ‘Imra>n/ 3: 77?

3. Bagaimana dampak sumpah palsu dalam kehidupan manusia?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hakikat sumpah palsu dalam QS.A<li ‘Imra>n/3:77

2. Untuk mengetahui ancaman orang yang melakukan sumpah palsu dalam

QS. A<<li ‘Imra>n/ 3:77.

3. Untuk mengetahui dampak sumpah palsu dalam kehidupan masyarakat.

1.4 Manfaat Penelitian

Disamping itu, hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, baik yang

bersifat akademis, maupun praktis sebagai berikut:

1.4.1 Secara Teoritis

Diharapkan dalam penelitian ini akan menambah wawasan dalam khazanah

ilmu pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang sumpah palsu perspektif Al-

Qur’an (Studi Tah}lili> QS. a>li ‘Imra>n/3:77)

1.4.2 Secara Praktis:

8
a. Penelitian ini diharapan dapat menjadi masukan bagi pengembangan ilmu

pengetahuan yang ada di Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah

khususnya pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan masyarakat tentang

Sumpah Palsu.

c. Dapat menjadi ilmu pengetahuan tentang bahwasanya bersumpah adalah

hal yang berat dan bukan untuk disepelekan.

d. Bagi penulis, dengan adanya penelitian ini, dapat memberikan sumbangsih

dalam bidang akademisi terutama pada program studi Ilmu Al-Qur’an dan

Tafsir serta dapat menambah pemahaman masyarakat tentang sumpah

palsu.

1.5 Pengertian Judul dan Ruang Lingkup Penelitian

Untuk mendapatkan pemahaman yang jelas dalam penelitian ini, maka

terlebih dahulu penulis memberikan definisi terhadap judul yang akan dibahas, yaitu

“Sumpah Palsu Perspektif Al-Qur’an (Kajian Terhadap QS. A<li- ‘Imran/3: 77).

1.5.1 Sumpah Palsu

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Sumpah adalah pernyataan

yang diucapkan secara resmi dengan bersaksi kepada Tuhan atau kepada sesuatu yang

dianggap suci (untuk menguatkan kebenaran dan kesungguhannya dan sebagainya),

(Departemen Pendidikan Nasional, 2008, h.1388) Sedangkan palsu yang dimaksud

adalah Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Palsu adalah tidak tulen;

9
tidak sah. Dalam bahasa Inggris palsu disebut dengan false yang artinya bohong,

gadungan.

Sumpah palsu bisa juga disebut dengan sumpah Gamu>s ialah sumpah

mengenai perkara masa lampau yang sengaja berbohong untuk mengambil hak orang

lain dinamakan juga dengan yami>n al-s}abru (dirinya bersabar atas pengakuannya

yang palsu), orang yang bersumpah seperti ini, tercelup dalam dosa dan akan

dicelupkan kedalam api neraka(Tarebbi, 2017, h.10).

Sumpah palsu juga diartikan sebagai sumpah pada suatu kebatilan yaitu

sumpah seorang manusia yang mengambil harta orang lain/menukar sumpahnya

dengan mengambil harta orang lain. Dalam hal tersebut dapat dilihat bahwa dia telah

berdusta dalam sumpahnya baik sumpah itu dilakukan dengan kebulatan hati

(berniat) atau dengan tidak disengaja (tanpa niat) hanya tersirat dengan mulut tanpa

keteguhan hati.

Sumpah palsu juga diartikan sebagai sumpah yang karenanya dia yang

mengambil harta orang muslim padahal dia dusta dalam sumpahnya, sumpah itu baik

terjadi dengan kebulatan hati dan niat atau tidak, tetapi hanya tersirat dengan mulut

tanpa keteguhan hati.

Didalam Fiqh al-Sunnah diartikan sebagai sumpah bohong atau sumpah Palsu

yang digunakan untuk mengambil hak-hak, atau dengan maksud menipu dan

menghianati, termasuk dosa besar diantara dosa-dosa besar yang tidak kafarat bagi

pelaku sumpah tersebut. (Sabiq, 1999, h.12)

Sumpah palsu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kesaksian yang

diucapkan secara spontan dalam situasi yang mengharuskan seseorang melakukan

10
kesaksian tersebut demi mengambil harta dunia dengan mengatasnamakan Tuhan.

Seperti, sumpah jabatan pengampu kekuasaan yang palsu demi hal yang dinginkan,

jika harta dan tahta telah menjadi tujuan maka orang akan menghalalkan segala cara

untuk mencapai tujuannya.

1.5.2 Al-Qur’an

Menurut Muhammad ‘Ali Al-S{abuni Al-Qur’an adalah kalam Allah yang

tiada tandingnya (Mu’jizat), diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. penutup para

Nabi dan Rasul, dengan perantara malaikat Jibril ‘Alaihi al-Salam. ditulis dalam

mushaf-mushaf yang disampaikan kepada kita secara mutawatir yang diawali dengan

al-Fa>tih}ah{ dan ditutup dengan al-Na>s, serta mempelajarinya merupakan suatu

ibadah, kitab ini diturunkan untuk dipahami serta diamalkan dan sebagai pedoman

umat manusia, dimulai dengan al-Fatihah dan ditutup dengan al-Na>s. Al-Qur’an

juga sebagai undang-undang bagi umat manusia disegala penjuru dan petujuk serta

sebgai tanda atas kebesaran Rasul dan penjelasan atas kenabian dan kerasulanny, juga

sebagai hujjah/alasan yang sangat kuat di hari Kemudian dimana nanti akan

dinyatakan bahwa Al-Qur’an itu benar- benar diturunkan dari Dzat Yang Maha

Bijaksana nan Terpuji. (Al-S{abuni,1987, h.18)

1.5.3 Tah{lili>

Secara Harfiah tah{lili>/tajzi’iy berarti menjadi lepas atau terurai. Yang

dimaksud dengan Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan uaraian

tentang makna yang terkandung didalam ayat-ayat Al-Qur’an dengan mengikuti tertib

susunan atau urutan-urutan surat-surat dan ayat-ayat Al-Qur’an itu sendiri dengan

sedikit banyak melakukan analisis didalamnya. (Nata,2003, h.171)

11
Metode tah}lili> ialah menguraikan ayat yang dibahas sehinggah terperinci

dan terpisah-pisah segala aspeknya, dimulai dengan pengertian kosa kata, hubungan

kata, dan ayat dengan ayat berikutnya,dan lain-lain, lalu menuangkan segala sesuatu

yang terjangkau oleh sang penulis dari ayat tersebut, baik tersirat maupun tersurat,

dan baik dibutuhkan oleh pembacnya maupun sekedar memenuhi selera penulis

(Shihab,2012, h.1)

Menurut Abdul H{ayy Al-Farmawi Metode tah}lili> merupakan suatu

metode tafsir yang dimaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an dari

seluruh aspeknya. Di dalam tafsirnya, penafsir mengikuti runtutan ayat sebagaimana

yang telah tersusun didalam Al-Qur’an, penafsir memulai uraian dengan

mengemukakan arti kosa kata diikuti dengan penjelasan mengenai arti global ayat.

Juga mengemukakan muna>sabah (korelasi) ayat-ayat serta menjelaskan maksud

ayat-ayat tersebut satu sama lain. Begitu pula penafsr membahas mengenai saba>b

al-nuzu>l (latar belakang turunnya ayat) dan dalil-dalil yang berasal dari rasul atau

sahabat, atau pendapat para tabi’in yang kadang tercampur baur dengan pendapat

para penafsir itu sendiri dan diwarnai dengan latar belakang pendidikannya dan sering

pula bercampur baur pembahsan kebahasaan dan lainnya yang dipandang dapat

memahami nash Al-Qur’an tersebut. (Al-Farmawi,1994, h.12)

Menurut Ahmad Sholeh Sakni (2013) dalam tulisannya bahwasanya tafsir

dengan metode Tah}lili> yaitu tafsir yang berusaha untuk menjelaskan arti ayat-ayat

Al-Qur’an dari berbagai segi, berdasarkan urutan ayat atau surah dari Al-Qur’an,

dengan menonjolkan kandungan lafadz yang terdapat pada ayat tersebut, hubungan

12
ayat-ayatnya, hubungan antar surah satu dan yang lain, sebab turunya ayat tersebut

serta hadis yang berhubungan dengan ayat tersebut.

Dalam penelitian ini peneliti tidak mengangkat seluruh ayat yang berbicara

atau membahas tentang sumpah yang terdapat dalam Al-Qur’an, tetapi hanya

mengkaji QS. Ali-‘imra>n/3:77. Adapun ayat yang lainnya adalah sebagai pendukung

dan penjelas terkait penelitian tersebut.

13
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Relevan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa penelitian ini belum

pernah ditulis sebelumnya. Berdasarkan penelusuran, penulis menemukan beberapa

literatur baik berupa skripsi maupun jurnal ilmiah yang berkaitan dengan penelitian

ini.

Sejauh ini penulis menemukan 5 skripsi yang terkait dengan Sumpah dalam

Al-Qur’an antara lain sebagai berikut

1. Mazia Banita Zaharia (2020) dalam skripsinya berjudul “Penafsiran

Sumpah Allah dengan Dzat-Nya dalam Al-Qur’an” Kajian kitab Tafsir

Al-Qur’anul Majid An-Nur Karya T.M Hasb Al-S{iddi>qi> yang ditulis

oleh Mazia Banita Zaharia. Dalam skripsi tersebut membahas tentang

sumpah Allah dengan Dzat-Nya yaitu sumpah yang mengatas namakan

diri-Nya secara langsung yang terdapat di beberapa ayat dalam Al-

Qur’an. Dalam tulisan ini bahwa seluruh ayat yang menerangkan sumpah

Allah dengan Dzat-Nya menggunakan lafaz Rabb. Hasb Al-S{iddi>qi>

menafsirkan bahwa sumpah dengan menggunkan lafaz ini bermakna

Tuhan yang menguasai dan memelihara. Delapan ayat yang mengandung

sumpah Allah dengan zat-Nya tersebut juga dapat diklasifikasikan

menjadi dua bagian. Pertama, ayat-ayat yang berisi sumpah Allah yang

mengatasnamakan diriNya sendiri secara langsung, kedua ayat-ayat yang

berisi tentang perintah Allah untuk bersumpah dengan zat-Nya.

14
2. Qasam Menurut Ha>mid al-Di>n al-Fara>bi (Studi atas Kitab Im’an fi

aqsa>m al-Qur’a>n). Skripsi ini disusun oleh Arif Rijalul Fikri yang lulus

pada tahun 2013. Skripsi ini membahas tentang pendapat Al-Faraghi>

bahwa fungsi dasar dari sebuah sumpah adalah untuk memberikan bukti

(Istid}lal) dan kesaksian (Istis}ad). Begitu pula sumpah-sumpah Allah

dengan makhluknya dalam Al-Qur’an tidak lain hanyalah sebagai bukti

dan kesaksian terhadap Muqsa>m ‘alaih. Dalam memahami aqsa>m al-

Qur’a>n harus ditinjau dari aspek historis linguistik. Dari beberapa buku

dan skripsi yang diketahui penulis, penulis mengetahui bahwa belum ada

pembahasan yang menguraikan tentang sumpah manusia dalamAl-

Qur’an, maka penulis akan menguraikan tentang sumpah manusia

dalamAl-Qur’an. Hal ini menunjukkan tidak ada upaya pengulangan baik

secara langsung maupun tidak langsung. (Fikri,2013)

3. Qasam dalam Al-Qur’an (Studi Komparasi Pemikiran Ibn al-Qayyi>m al-

Jauziy>ah dan A’ishah Abdul Rahma>n binti Shati’ terhadap Ayat-ayat

Sumpah). Skripsi ini disusun oleh Muhammad Taqiyuddin yang lulus

pada tahun 2010. Penulisan ini bersifat analitis komparatif, penulis

berusaha membandingkan pemikiran dua tokoh tentang kajian Qasam

dalam Al-Qur’an. Gagasan Ibnu Qayyi>m bahwa Qasam haruslah berupa

sesuatu yang agung sehingga mendorong para mufassir untuk mencarikan

aspek keagungannya. Pemikran inilah yang kemudian direkontruksi oleh

Bint al-Syati’. Menurutnya, aqsa>m al-Qur’a>n harus dipahami sesuai

dengan ungkapanya yang berbeda-beda. Penelitian ini cukup menarik

15
dimana dapat mengakhirkan dua tokoh dari generasi yang berbeda yaitu

generasi pertengahan dan modern dengan fokus kajian yang sama namun

menghasilkan pemikiran yang berbeda. (Taqiyuddin, 2010)

4. Penelitian dilakukan oleh Sidik Ismail Azis (2018) yang berjudul

Pandangan B\intu SyathiI Tentang Qasam (Studi Kitab al-Tafsir al-

Bayani Li Al-Qur’an al-Kari>m) dengan menggunakan metode tahlili,

penelitian ini secara konseptual tentang makna ayat-ayat sumpah didalam

surat al-Balad, al-Dhuh{a dan al-‘A<diya>t, yang berada didalam Al-

Qur’an dalam kitab tafsir al-Tafsir al-Bayani Lil Qur’an al-Kari>m.

peneliti menggunakan pendekatan melalui metode tafsir audhu’i

(tematik). Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Qasam

menurut Bintu Syathi adalah Qasam Allah atas nama ciptaan-Nya

hanyalah sekedar pelengkapan retorik yang digunakan bentuk lain dari

makna asli sumpah-sumpah tersebut, untuk menarik perhatian secara

dramatis akan fenomena yang tampak. Menurut Bintu Syathi Qasam la

nafiyah didalam surat al-Balad yaitu untuk menafikannya Qasam bukan

untuk mengukuhkannya.

5. Skripsi tahun 2014 yang ditulis oleh H. Bandarsyah Simaur yang berada

diperpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung.

Berjudul Qasam Atas Nama Allah dalam Al-Qur’an studi Tafsir al-

Mara>gi. Skripsi ini membahas tentang pemikiran Mustafa al-Mara>gi

tentang ayat-ayat yang membahas mengenai Qasam atas nama Allah.

Skripsi H. Bandarsyah Simaur hanya membahas mengenai sumpah-

16
sumpah atas nama Allah, baik itu sumpah yang sungguh-sungguh maupun

sumpah dusta. Diskripsi H. Bandarsyah Simaur ini menggunakan

penafsiran tafsir Al-Maraghi. (Simaur, 2014)

Berdasarkan kajian relevan yang telah dungkapkan diatas maka dapat

disimpulakan bahwa perbedaan penilitian sebelumnya dengan penelitian ini terdapat

pada fokus permasalahan yaitu sumpah palsu, metode penelitian serta kajian ayat

yang digunakan. Penelitian sebelumnya menggunakan metode maud{u’I dan

komparasi sedangkan penelitian ini fokus menggunakan metode tah}lili> dan

mengkaji ayat QS. A<li-‘Imra>n/3:77 serta makna sumpah palsu dalam QS.

A<li-‘Imra>n/3:77. Adapun persamaanya terletak pada satu fokus permasalahan yaitu

mengenai Sumpah dalam Al-Qur’an. Maka peneliti berkesimpulan bahwa belum ada

yang membahas tentang sumpah palsu perspektif Al-Qur’an yang berfokus pada QS.

A<li-‘Imra>n/3:77. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan membahas hal tersebut.

2.2 Pengertian Sumpah

Kata “Sumpah” adalah terjemah dari bahasa arab al-h}alf,al-Qasam, dan al-

yami>n yang ke semua kata-kata ini dipergunakan dalam Al-Qur’an dan al-

Hadits(Luis,2007,h.149).

Menurut Imam Musbikin (2014) Secara bahasa sumpah berasal dari bahasa

Arab Qasam, yang bentuk jamaknya adalah aqsa>m (h.282). Lafal Qasam (sumpah)

maknanya jelas, sepadan dengan h}alf dan yami>n dalam bahasa Arab, dan memiliki

17
padanannya dalam bahasa-bahasa umum. Sumpah digunakan untuk menegaskan

berita dan kandungannya.

Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah dalam kitabnya al-Tibya>n fi aqsa>m al-

Qur’a>n yang khusus membahas “sumpah” pun tidak menjelaskan definisi Qasam

itu secara rinci seperti dijelaskannya yang dimaksud dengan sumpah ialah

menguatkannya muqsam ‘alaih isi informasi dan memastikannya.(Al-Jauziyah,1933,

h.1)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sumpah diartikan pernyataan yang

diucapkan secara resmi dengan bersaksi kepada Tuhan atau kepada sesuatu yang

dianggap suci (untuk menguatkan kebenaran dan kesungguhan) serta pernyataan

disertai tekad melakukan sesuatu untuk menguatkan kebenarannya atau berani

menderita sesuatu kalau pernyataan itu tidak benar. Bisa juga dengan janji atau ikrar

yang teguh akan menunaikan sesuatu.

Sumpah merupakan suatu hal atau kebiasaan kaum Arab dalam

berkomunikasi dan berinteraksi untuk meyakinkan lawan bicaranya (mukhatab).

Semenjak dari awal Islam, masyarakat Arab sudah akrab dengan sumpah untuk

menegaskan bahwa yang dikatakannya itu benar dan juga menjadi kebiasaan atau

budaya di Indonesia . (Zahid,2011,h. 1)

Sumpah termasuk hal-hal yang memiliki penisbatan, yaitu perilaku pelaku

yang memiliki kebebasan memilih. Ia dinisbatkan pada empat hal, yaitu: (a) orang

yang bersumpah (qa>sim), (b) yang disumpahkan (muqsam bih), (c) yang disumpahi

(muqsam ‘alaih) dan (d) tujuan sumpah. Pertama, sumpah (Qasam) adalah perbuatan

18
pelaku yang memiliki kebebasan memilih serta menegaskan sesuatu, sehingga hanya

bersumber darinya, baik itu wujud wajib, yaitu Allah Swt.

Kedua, yakni yang disumpahkan (muqsam bih), karena setiap bangsa

memiliki hal-hal yang disakralkan yang diguna`kan untuk bersumpah. Sementara itu

dalam Al-Qur’an, Allah Swt. telah bersumpah dengan lebih dari empat puluh hal

yang disumpahkan.

Ketiga, yakni yang disumpahi (muqsam ‘alaih), merupakan jawab Qasam

yang ingin diberi penegasan dan diafirmasi. Inilah yang dimaksud bahwa sumpah

adalah afirmasi dan penegasan terhadap berita. (Syubhani,2015, h.7-9)

2.3 Macam-macam Sumpah dalam Al-Qur’an

2.3.1 Sumpah dalam Segi bentuknya terbagi menjadi dua:

1. Sumpah Z|a>hir

Sumpah z\a>hir adalah sumpah yang di dalamnya disebutkan fi’il

Qasam dan muqsam bih. Dan di antaranya ada yang dihilangkan fi’il

Qasam-nya. Sebagaimana pada umumnya, karena dicukupkan dengan

huruf jar atau huruf Qasam yaitu ‚wawu‛, ‚ba‛, dan ‚ta‛, dan ada juga yang

didahului ‚la> nafy‛. Seperti firman Allah Swt.(Samirani,2007,h. 137)

Contoh QS.al-Qiya>mah/75: 1-2.

‫ٓاَل ُاْقِس ِب ِم اْلِق ٰي ِۙة ٓاَل ُاْقِس ِبالَّنْف ِس الَّلَّو ا ِة‬


‫َم‬ ‫ُم‬ ‫ُم َيْو َم َو‬
Terjemahnya:
Tidak sekali-kali, Aku bersumpah dengan hari kiamat. Dan aku
bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri).
(Kementrian Agama,2012, h.577)

19
Sebagian ulama mengatakan, ‚la‛ di dua tempat ini adalah ‚la nafy‛

untuk menafikan sesuatu yang tidak disebutkan yang sesuai dengan

konteks sumpah.

2. Sumpah Mud}mar

Sumpah Mud}mar adalah sumpah yang didalamnya tidak dijelaskan

fi’il Qasam dan tidak pula muqsam bih, tetapi ia ditunjukkan oleh‚ Lam

tauki>d‛ yang menunjukkan sebagai jawaban sumpah. Seperti firman

Allah Swt. (Qaththan,2000,h. 304)

Contoh QS. A<li-‘Imra>n/3: 186.

‫ِك ِم ِل‬ ‫ِم ِذ‬ ‫ِس ْۗم‬ ‫ِل‬


‫َلُتْبَل ُو َّن ِف َاْم َو ا ُك ْم َو َاْنُف ُك َو َلَتْس َم ُعَّن َن اَّل ْيَن ُاْو ُتوا اْل ٰت َب ْن َقْب ُك ْم‬
‫ِم‬ ‫ِا ِل ِم‬ ‫ِا‬ ‫ِث‬ ‫ِم ِذ‬
‫َو َن اَّل ْيَن َاْش َر ُك ْٓو ا َاًذى َك ْيًر اۗ َو ْن َتْص ُرِبْو ا َو َتَّتُق ْو ا َف َّن ٰذ َك ْن َع ْز‬
‫اُاْلُمْو ِر‬
Terjemahnya:
Kamu pasti akan diuji dengan hartamu dan dirimu. Dan pasti kamu
akan mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati dari
orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang
musyrik. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang
demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan. (Kemenag
RI, 2010, h.95)
2.3.2 Sumpah dilihat dari Segi Isi atau Materi

Menurut Ibn Qayyim (2001) dalam bukunya yang berjudul al-Tibyan fi>

Aqsam Al-Qur’an menjelaskan bahwa jika dilihat dari segi isi atau materi

sumpah dalam Al-Qur’an terdiri atas lima macam yaitu (h. 10-2):

1. Sumpah yang menunjukkan pada keEsaan Allah, seperti dalam QS. al-
S{affat:1-4;
‫ۙا الّٰت ِلٰي ِت ِذْك ۙا ِاَّن ِا ُك َل اِح ٌۗد‬
‫َهٰل ْم َو‬ ‫ًر‬ ‫َو الّٰۤصّٰف ِت َص ًّف ۙا َفالّٰز ِج ٰر ِت َز ْج ًر َف‬

20
Terjemahnya:
Demi (rombongan malaikat) yang berbaris bersaf-saf.Demi
(rombongan) yang mencegah dengan sungguh-sungguh. Demi
(rombongan) yang membacakan peringatan. Sungguh, Tuhanmu
benar-benar Esa.(Kementerian Agama RI,2010, h.634)

2. Sumpah yang menunjukkan kebenaran Al-Qur’an seperti dalam QS. al-

Dukha>n/44:1-3

‫ِذِر‬ ‫ٍة ِا‬ ‫ٍة‬ ‫ِك ِب ِب ِا‬


‫ٰح ۤم َو اْل ٰت اْلُم ْي َّنٓا َاْنَز ْلٰن ُه ْيِف َلْيَل ُّمٰبَر َك َّنا ُك َّنا ُمْن ْيَن‬
Terjemahnya:
Ha Mim. Demi Kitab (Al-Qur’an) yang jelas.Sesungguhnya Kami
menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah
yang memberi peringatan. (Kementerian Agama RI, 2010, h.713)

3. Sumpah yang menunjukkan kebenaran Rasul, QS. Ya>sin/36:1-3

‫ِل‬ ‫ِن ِك ِا ِم‬


‫ٰيۤس ۚ َو اْلُقْر ٰا اَحْل ْيِۙم َّنَك َل َن اْلُمْر َس ْي‬
Terjemahnya:
Ya Sin.Demi Al-Qur’an yang penuh hikmah. Sungguh, engkau
(Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul. (Kementerian
Agama RI, 2010, h.625)

4. Sumpah yang menunjukkan adanya balasan, janji, dan ancaman dalam

QS. al-Dzariyat/51:1-5

‫َو الّٰذ ِر ٰيِت َذْر ًو ۙا َف اٰحْلِم ٰل ِت ِو ْقًر ۙا َف اٰجْلِر ٰيِت ُيْس ًر ۙا َفاْلُم َقِّس ٰم ِت َاْم ًر ۙا ِاَمَّنا‬
‫َل اِد ٌۙق‬
‫ُتْو َعُد ْو َن َص‬
Terjemahnya:
Demi (angin) yang menerbangkan debu.dan awan yang
mengandung (hujan).dan (kapal-kapal) yang berlayar dengan
mudahdan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi
urusan.sungguh, apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar.
(Kementerian Agama RI, 2010, h.752)

5. Sumpah yang menunjukkan sikap manusia QS. al-Lail/92:1-4

21
‫َو ٱَّلۡی ِل ِإَذا َیۡغ َش ٰى َو ٱلَّنَه اِر ِإَذا َجَتَّلٰى َو َم ا َخ َل َق ٱلَّذ َك َر َو ٱۡل ُأنَثٰۤى ِإَّن‬
‫َس ۡع َیُك ۡم َلَشٰىَّت‬
Terjemahnya:
Demi malam apabila menutupi (cahaya siang). Demi siang apabila
terang benderang. Demi penciptaan laki-laki dan perempuan.
Sungguh, usahamu memang beraneka macam. (Kementerian
Agama RI, 2010, h.898)

2.4 Unsur-unsur Sumpah

Suatu sumpah akan selalu bersangkutan dengan adanya unsur-unsur yang

mendukung sumpah tersebut. Tanpa adanya unsu-unsur tersebut tidak dapat disebut

sebagai pernyataan sumpah. Sumpah terdiri dari tiga unsur yaitu adat qasam,

muqsam bih, dan muqsam ‘alaih. Dan bisa juga disebut dengan rukun sumpah.

(Misnawati, 2020, h. 5)

2.4.1 Adat Sumpah

Adat sumpah yaitu sighat yang digunakan untuk menunjukkan

sumpah, baik dalam bentuk fi’il maupun huruf seperti ba, ta dan waw yang

digunakan sebagai pengganti fi’il Qasam, karena Qasam sering digunakan

dalam pembicaraan. Menurut Manna` al-Qat}t}a>n, ta adalah huruf Qasam

yang jarang didapatkan dalam Al-Qur’an, demikian juga dengan pemakaian

huruf ba selalu diiringi dengan kata kerja. Huruf ba dapat diganti dengan

huruf waw apabila digunakan untuk lafaz-lafaz yang dzahir dan dapat diganti

dengan waw pada lafaz jalalah. Oleh karena Qasam sering dipergunakan

dalam suatu pembicaraan, maka diringkas, dengan menghilangkan fi’il Qasam

dan dicukupkan dengan ba.(Al-Qaththan, 2005, h. 373)

Contoh adat sumpah dengan memakai fi’il surat al-Nahl ayat 38.

22
‫َو َاْقَس ُمْو ا ِبالّٰل ِه َج ْه َد َاَمْياِهِنْۙم اَل َيْبَعُث الّٰل ُه َمْن ُمَّيْو ُۗت َبٰل ى َو ْع ًد ا َعَلْي ِه َح ًّق ا‬
‫َّو ٰلِكَّن َاْك الَّناِس اَل َل َۙن‬
‫َيْع ُمْو‬ ‫َثَر‬
Terjemahannya:
Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang
sungguhsungguh: “Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati”.
(Tidak demikian), bahkan (pasti Allah akanmembangkitnya), sebagai
suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui. (Kementerian Agama RI, 2010, h.369)

Adat sumpah yang banyak digunakan adalah waw, huruf tersebut pada

umumnya digunakan untuk sesuatu yang nyata atau bersifat indrawi dan

terdapat pada awal surat. Contoh pada QS. al-Ti>n/:1-2

‫ِس ِن‬ ‫ِۙن‬


‫َو الِّتِنْي َو الَّز ْيُتْو َو ُطْو ِر ْي ْي‬
Terjemahnya:
Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun. Demi gunung Sinai.

Dalam khazanah kearaban dan khususnya yang terkait denganAl-

Qur’an, bagian pendahuluan surat menjadi bahan kajian yang cukup penting.

Al-Suyu>thi berpendapat bahwa bagian pendahuluan suatu karya atau surat

Al-Qur’an telah melahirkan suatu kategori penilaian terhadap kualitas karya

atau surat bersangkutan yang disebut dengan husn al-ibtida`.

(Zulihafnani,2011,h.1)

2.4.2 Muqsam Bih

Muqsam bih yaitu sesuatu yang dijadikan sumpah oleh Allah. Sumpah

dalam Al-Qur’an adakalanya dengan menggunakan nama Allah dan

adakalanya menggunakan nama-nama ciptaan-Nya. Allah bersumpah dengan

zat-Nya dan mempunyai sifat-sifat khusus, atau dengan ayat-ayat-Nya yang

23
memantapkan eksistensi dari sifat-sifatNya. Dan sumpah Allah dengan

sebagian makhluk menunjukkan bahwa makhluk itu termasuk salah satu ayat-

Nya yang besar. (al-Jauziyah,2001, h.9)

Diihat dari muqsam bih maka sumpah hanya menggunakan nama atau

sesuatu yang diagungkan atau dibesarkan. Terkadang Allah bersumpah dalam

Al-Qur’an dengan menyebut diri-Nya dan Dzat-Nya dan ini hanya terdapat

pada tujuh tempat saja dalam Al-Qur’an yaitu QS. Yu>nus:53, QS. Al-

Tagabun:7, QS. Saba>: 3, QS. Maryam: 68, QS al-H{ijr:92, QS. al-Nisa>: 65,

QS. al-Ma’a>rij:40. Selain dari ayat-ayat tersebut maka Allah bersumpah

dengan dalam Al-Qur’an dengan menggunakan nama makhluk-Nya sesuai

dengan kehendaknaya.( Badr,1988,h. 46)

2.4.3 Muqsam ‘Alaih

Muqsam a’laih yaitu jawab sumpah yang merupakan pesan yang ingin

ditekankan dengan sumpah atau ucapan yang ingin diterima atau dipercaya

oleh orang yang mendengar lalu diperkuat dengan sumpah.(Qaththa>n,

2000,h. 301)

Menurut Al Mukhta>ar al-Sala>mi> menhyebutkan bahwa fi’il qasam

dan muqsam bih adalah kalimat untuk bersumpah sedangkan pada muqsam

alaih disebut dengan jawa>b qasam. (al-Salami,1999,h. 55)

Contoh QS. al-Dhuha/93:1-3 :

‫َو الُّض ٰح ۙى َو اَّلْيِل ِاَذا َس ٰج ۙى َم ا َو َّدَعَك َر ُّبَك َو َم ا َقٰل ۗى‬


Terjemahnya:

24
Demi waktu duha (ketika matahari naik sepenggalah). Dan demi malam
apabila telah sunyi. Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad)
dan tidak (pula) membencimu. (Kementerian Agama RI, 2010, h.90)
2.5 Hukum Memberikan Sumpah Palsu

Sumpah tidak sah kecuali dengan nama Allah Swt. atau dengan salah satu

nama-Nya, atau dengan salah satu sifatnya (Al-Ghazzi,2016,h.500). Larangan

bersumpah dengan selain nama Allah Swt. selain tidak sah hukumnya juga haram,

larangan ini sesuai dengan ijma’ ulama. Yang dimaksud dengan hal tersebut yaitu

sumpah tidak sah kecuali dengan nama Allah Swt. dengan Dzat Allah Swt. seperti

perkataan orang yang bersumpah “Demi Allah”, atau dengan salah satu nama-Nya

yang merupakan nama khusus untuk-Nya dan tidak digunakan untuk selain-Nya,

seperti pencipta segala makhluk, atau dengan satu sifat Dzat-Nya yang melekat pada-

Nya. Rasulullah Saw. bersabda:

‫ِض‬ ‫ِف‬
‫َح َّد َثَنا ُقَتْيَب ُة َح َّد َثَنا َلْيٌث َعْن َنا ٍع َعْن اْبِن ُعَم َر َر َي الَّل ُه َعْنُه َم `ا َأَّنُه َأْد َر َك ُعَم َر ْبَن‬
‫اَخْلَّطاِب يِف َر ْك ٍب َو ُه َو ْحَيِلُف ِبَأِبيِه َفَن اَداُه ْم َرُس وُل الَّل ِه َص َّلى الَّل ُه َعَلْي ِه َو َس َّلَم َأاَل ِإَّن‬
‫ِه‬ ‫ِل‬ ‫ِل‬ ‫ِئ‬ ‫ِل‬
‫الَّلَه َيْنَه اُك ْم َأْن ْحَت ُفوا ِبآَبا ُك ْم َفَمْن َك اَن َح ا ًف ا َفْلَيْح ْف ِبالَّل َو ِإاَّل َفْلَيْص ُم ْت‬
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan kepada kami
Laits dari Nafi' dari Ibnu Umar rad}ialla>hu 'anhuma> bahwa dia pernah
mendapati Umar ketika di atas tunggangannya bersumpah dengan nenek
moyangnya, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyeru kepada
orang-orang: "Sesungguhnya Allah melarang kalian bersumpah dengan bapak-
bapak kalian, barangsiapa bersumpah hendaknya ia bersumpah dengan nama
Allah atau kalau tidak, lebih baik ia diam. (Bukha>ri>, Jilid VIII, h.27)

Berdasarkan hadits diatas bahwasanya Rasulullah Saw. berjumpa dengan

kafilah dan Rasullah menjumpai Umar R.A sedang bersumpah dengan nama

ayahnya. Lalu Rasulullah Saw.menyerukan semua kafilah, ketahuilah bahwa Allah

25
Swt. melarang kamu sekalian bersumpah dengan nama ayah-ayah mu. Barang siapa

yang mau bersumpah, maka hendaklah dia bersumpah dengan nama Allah. Bukan lah

maksudnya itu hanya boleh bersumpah dengan Dzat Allah saja, karena berdasarkan

dalil bahwa Rasulullah Saw. Pernah bersumpah dengan selain nama Allah. Misalnya:

Demi yang membalikkan hati (tetapi maksudnya juga, Allah itu) sebagaimana yang

akan datang penjelasannya, atau kalau tidakn maka diam saja. Hadits tersebut

diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim (Mutafaq a’laih) (Muhammad,1996,h.426)

Hadits tersebut menjadi dalil atas larangan bersumpah dengan selain Allah

Swt. dan larangan itu menunjukkan haram, sebagaiamana menurut laranagan itu.

Demikianlah menurut pendapat ulama Hambali dan ulama Zhohiri. Kata Ibnu Abdil

Barri tidak boleh bersumpah dengan selain Allah, larangan itu sudah menjadi ijma’

ulama. (h.427)

Sumpah Palsu hukumnya haram dan para ulama telah sepakat

memasukkannya kedalam kategori dosa besar dikarenakan perilaku tersebut

merupakan tindakan yang sangat lancang kepada Allah dan akan merugikan dirinya

disebabkan sumpahnya telah disandarkan kepada Allah Swt. seperti dalam hadis.

Rasulullah Saw. bersabda:

‫ِه‬ ‫ِإ ِه‬


‫َح َّد َثيِن َحُمَّم ُد ْبُن اُحْلَس ِنْي ْبِن ْبَر ا يَم َأْخ َبَر َن ا ُعَبْي ُد الَّل ْبُن ُموَس ى َأْخ َبَر َن ا َش ْيَباُن َعْن‬
‫ِض‬ ‫ِد ِه‬ ‫ِف‬
‫َر اٍس َعْن الَّش ْعِّيِب َعْن َعْب الَّل ْبِن َعْم ٍر و َر َي الَّل ُه َعْنُه َم ا َقاَل َج اَء َأْع َر اٌّيِب ِإىَل الَّنِّيِب‬
‫َص َّلى الَّل ُه َعَلْي ِه َو َس َّلَم َفَق اَل َيا َرُس وَل الَّل ِه َم ا اْلَك َب اِئُر َقاَل اِإْل ْش َر اُك ِبالَّل ِه َقاَل َّمُث َم اَذا‬
‫َقاَل َّمُث ُعُقوُق اْلَو اِلَد ْيِن َقاَل َّمُث َم اَذا َقاَل اْلَيِم ُني اْلَغُم وُس ُقْلُت َو َم ا اْلَيِم ُني اْلَغُم وُس َقاَل‬
‫ِذ‬ ‫ِف‬ ‫ِل‬ ‫ِط‬ ‫ِذ‬
‫اَّل ي َيْق َت ُع َم اَل اْم ِر ٍئ ُمْس ٍم ُه َو يَه ا َك ا ٌب‬
Artinya:

26
Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Al Husain bin Ibrahim telah
mengabarkan kepada kami Ubaidullah bin Musa Telah mengabarkan kepada
kami Syaiban dari Firas dari Asy Sya'bi dari Abdullah bin Amru mengatakan;
Seorang arab badui menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan bertanya;
'Waya Rasulullah, apa yang dianggap dosa-dosa besar itu? ' Beliau menjawab:
"Menyekutukan Allah" 'Lantas selanjutnya apa? ' Tanyanya. Nabi menjawab:
"Mendurhakai orang tua." 'selanjutnya apa? ' Tanyanya. Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam menjawab: "Sumpah ghamus." Kami bertanya; 'apa makna ghamus? '
Beliau jawab; "maknanya sumpah palsu, dusta, yang karena sumpahnya ia bisa
menguasai harta seorang muslim, padahal sumpahnya bohong belaka."
(Bukha>ri>, Jilid IX, h.14)

Rasulullah bersabda sumpah palsu itu ialah yang karenanya diambil harta

orang muslim padahal dia dusta dengan sumpahanya, dengan kata lain menukar

sumpahnya dengan harga murah yang mana kata murah disini yaitu sesuatu yang

bersifat duniawi yang mengakibatkan siksa akhirat. Yang artinya menukarnya dengan

mengambil harta orang lain yang bukan miliknya. Orang yang bersumpah palsu dan

mengambil harta orang lain menjadi sebab masuk neraka, walaupun harta itu sedikit.

(Shihab,2012,h.118)

2.6. Dalil-dalil yang Berkaitan dengan Sumpah

2.6.1 Allah telah bersumpah dengan Dzat-Nya sendiri dalam Al-Qur’an

terdapat dalam tujuh surah:

a. QS. al-Taga>bun/64:7

‫َلُت ُثَّن َّمُث َل َنَّبُؤ َّن َمِبا َعِم ْلُتْۗم‬ ‫ۗا‬ ‫ِذ‬
‫ُت‬ ‫زََعَم اَّل ْيَن َك َف ُر ْٓو ا َاْن َّلْن ُّيْبَعُثْو ُقْل َبٰل ى َو َرْيِّب ْبَع‬
‫ّٰلِه ِس‬ ‫ِل‬
‫َو ٰذ َك َعَلى ال َي ْيٌر‬
Terjemahnya:
Orang-orang kafir mengira, bahwa mereka tidak akan dibangkitkan.
Katakanlah (Muhammad), “tidak demikian, demi Tuhanku kamu pasti
di bangkitkan, kemudian diberitakan semua yang telah kamu kerjakan.”
Dan yang demikian itu mudah bagi Allah. ( Kemenag RI, 2010, h. 814)

b. QS. Saba’/34:3

27
‫ِت ْۙم ِل‬ ‫ِت‬ ‫ِذ‬
‫َو َقاَل اَّل ْيَن َك َف ُر ْو ا اَل َتْأ ْيَنا الَّس اَعُةۗ ُقْل َبٰل ى َو َرْيِّب َلَتْأ َيَّنُك ٰع ِم اْلَغْيِۙب اَل َيْع ُزُب‬
‫ِا‬ ‫ِم ِل‬ ‫ِت ىِف‬ ‫ٍة ىِف‬ ‫ِم‬
‫َعْنُه ْثَق اُل َذَّر الَّس ٰم ٰو َو اَل اَاْلْر ِض َو ٓاَل َاْص َغُر ْن ٰذ َك َو ٓاَل َاْك َبُر اَّل ْيِف‬
‫ِكٰت ٍب ُّم ِبٍنْي‬
Terjemahnya
Dan orang-orang yang kafir berkata, “Hari Kiamat itu tidak akan datang
kepada kami.” Katakanlah, “Pasti datang, demi Tuhanku yang
mengetahui yang gaib, Kiamat itu pasti akan datang kepadamu. Tidak
ada yang tersembunyi bagi-Nya sekalipun seberat zarrah baik yang di
langit maupun yang di bumi, yang lebih kecil dari itu atau yang lebih
besar, semuanya (tertulis) dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh),”
(kemenag RI, 2010, h. 606)

c. QS. Yunus/10:53

‫ِج‬ ‫ِا‬ ‫ِا‬ ‫ْۢن ِب‬


‫َو َيْسَت ُٔـْو َنَك َاَح ٌّق ُه َو ۗ ُقْل ْي َو َر ِّب َّنه َحَلٌّق ۗ َو َم ٓا َاْنُتْم ُمِبْع ِز ْيَن‬
Terjemahnya
Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad), “Benarkah (azab
yang dijanjikan) itu?” Katakanlah, “Ya, demi Tuhanku, sesungguhnya
(azab) itu pasti benar dan kamu sekali-kali tidak dapat menghindar.”
(Kemenag RI, 2010, h 288)

d. QS. Maryam/19:68

‫َفَو َر ِّبَك َلَنْح ُش َر َّنُه ْم َو الَّش ٰي ِط َنْي َّمُث َلُنْح ِض َر َّنُه ْم َحْو َل َجَه َّنَم ِج ِثًّيا‬

Terjemahnya
Maka demi Tuhanmu, sungguh, pasti akan Kami kumpulkan mereka
bersama setan, kemudian pasti akan Kami datangkan mereka ke
sekeliling Jahanam dengan berlutut. (Kemenag RI, 2010, h. 426)

e. Al-Hijr/15:92

‫ِع‬
‫َفَو َر ِّبَك َلَنْس َٔـَلَّنُه ْم َاَمْج ْي‬
Terjemahnya

28
Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua.

(Kemenag RI, 2010, h. 362)

f. QS. al-Nisa>’/4:65

‫ِس ِه‬ ‫ِجَي‬ ‫ِف‬ ‫ِم‬


‫َفاَل َو َر ِّبَك اَل ُيْؤ ُنْو َن َح ىّٰت َحُيِّك ُمْو َك ْيَم ا َش َج َر َبْيَنُه ْم َّمُث اَل ُد ْو ا ِف َاْنُف ْم‬
‫َح َر ًج ا َّمِّما َقَض ْيَت َو ُيَس ِّلُمْو ا َتْس ِلْيًم ا‬
Terjemahnya
Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka
menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang
mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan
dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya. (Kemenag RI, 2010, h. 115)

g. QS. al-Ma’arij/70:40

‫َفٓاَل ُاْقِس ِب ِّب اْل َش اِر ِق اْل ٰغ ِر ِب ِاَّنا َلٰق ِد َۙن‬


‫ُر ْو‬ ‫َو َم‬ ‫ُم َر َم‬

Terjemahnya
Maka Aku bersumpah demi Tuhan yang mengatur tempat-tempat terbit
dan terbenamnya (matahari, bulan dan bintang), sungguh, Kami pasti
mampu. (Kemenag RI, 2010, h. 838)

2.6.2 Klasifikasi Ayat Sumpah Manusia Dalam Al-Qur’an

AYAT SUMPAH MANUSIA DALAM Al-Qur’an


KATA AYAT
QS. Al-Ma>idah/5:89
QS. Al-Taubah/9:42,56,62,74,95, dan 96
H{ALAFA
QS. Al-Muja>dalah/58:18
QS. Al-Nisa>/4:62

YAMI<N QS. Al-Maida>h/5:53


QS. al-An’a>m/6:109
QS. Al-Nah}l/16:38
QS. Al-Nu>r/24;53
QS. Fa>tir/35:42
QS. A<li-‘Imr>an/3:77

29
QS. Al-Tahri>m/66:2

QS. Al-A’ra>f/77:49
QS. Ibrahim/14:44
QS. Al-Maida>h/5:53
AQSA<M
QS. Al-Ma>idah/5:106 dan 107
QS. Al-Naml /27:49
QS. Al-Ma>idah /5: 53

WA ALLA<<HI QS.Al-An’a>m/6:23

QS.Yusu>f/12:73
QS. Yusu>f /12:85, 91, dan 9
TALLA<HI QS. al-Nah}l /16:56 dan 63
QS. al-Anbiya>’ /21: 57
QS. al-S}a>ffa>t/37:56

2.7. Derivasi Kata Sumpah Dalam Al-Qur’an

Kata sumpah terdapat beberapa sinonim atau derivasi yang disebutkan dalam

Al-Qur’an sebagai berikut:

2.7.1 Yami>n ( ‫)َيِم ْيُن‬


Aima>n adalah bentuk jamak dari “yami>n” yang secara etimologi

diartikan dengan tangan kanan, al-quwwah (kekuatan), dan al-qasam

(sumpah). Dengan demikian, pengertian al-yami>n merupakan perpaduan

dari ketiga makna tersebut yang selanjutnya digunakan untuk bersumpah.

Dikaitkan dengan kekuatan (al-quwwah), karena orang yang ingin

mengatakan atau menyatakan sesuatu dikukuhkan dengan sumpah sehingga

pernyataan itu lebih kuat sebagaimana tangan kanan lebih kuat dari pada

tangan kiri. Akan tetapi yang dimaksud disini adalah sumpah. Selain itu,

sumpah diungkapkan dengan istilah yami>n (tangan kanan), karena biasannya

30
orang yang bersumpah dengan saling berjabat tangan kanan itu.(Masduha,

2017, h. 836)

Kata aima>n atau jamak dari yami>n dalam Al-Qur’an disebut

sebanyak 59 kali. Kata “aima>n” dalam Al-Qur’an terdapat di beberapa surah

salah satunya ada pada QS.al-Baqarah/2:225 salah satu penekanan maknanya

ialah sumpah. Sedangkan penggunaan kata “yami>n” dalam Al-Qur’an

diartikan sebagai tangan kanan atau kanan saja seperti dalam QS. al-

Ankabu>t/29:48. (Al-Baqi>, 1364, h.775)

2.7.2 Qasam ( ‫)َقَس ُم‬


Kata ini merupakan bentuk masdar dari kata aqsama – yuqa>simu

yang artinya sumpah. Dalam Kamus Al-Munawwir kata sumpah yaitu ‫القَس ُم‬

Jamak dari ‫ َاْقسَاٌم‬atau ‫( َالَيِم ْيُن‬Munawwir,1997, h.1119)

Kata ini dalam gaya bahasa Al-Qur’an sebagai penegasan atau

mengukuhkan suatu pesan atau pernyataan menyebut nama Allah Swt.

Pernyataannya sebagai muqsam bih.. Kata qasama disebutkan sebanyak 29

kali di dalam Al-Qur’an (al-Baqiy, 1364,h. 545)

2.7.3 H{alfun ( ‫)َح ْلٌف‬

Kata h}alafa (‫ ) حلف‬di dalam bentuk fi’l ma>d}i (kata kerja bentuk

lampau) dan ‫ ْحَيِل ُف‬yahlifu fi’l mud}a>ri’ (kata kerja bentuk sekarang atau yang

akan datang) yang berasal dari di dalam Al-Qur’an disebut 13 kali di 5 surat,

dengan bentuk fi’l ma>d}i 1 kali dan dengan bentuk fi’l mud}a>ri’ 11 kali

serta dalam bentuk ism fa’il 1 kali. Semua kata ha}lf yang disebut di dalam

31
Al-Qur’an berarti sumpah, dan hanya konteks penggunaanya yang berbeda-

beda.kata Halaf digunakan untuk sesuatu yang negatif ataupun keraguan

dimana allah tidak memakainya. (Luis,2007, h.149)

Kata al-h}alf dalam cita rasa Arab murni lebih diarahkan pada kata

sumpah yang berkonotasi negatif dan atau bersifat keraguan. Sebagaimana

seringnya ditemukan kata ‫ فاجر حلفة‬sumpah sang pendosa, ‫( كاذبة أحلوفة‬sumpah

sang penipu), dan belum pernah terdengar ‫ة‬eee‫ر حلف‬eee‫ ب‬sumpah kebaikan.

(Boullata,2008, h.329-330) sumpah dengan kata h}alf dipergunakan Al-

Qur’an untuk menggambarkan sumpahnya orang munafik, yakni sumpah

palsu seperti ucapan orang munafik (S}ihab,207, h.274) dalam QS. At-

Taubah/9:56.

Sedangkan dalam Kamus Al-Munawwir kata ‫اْلَيِم ْيُن‬: ‫ َح ْلُف‬yang berarti

sumpah (Munawwir,1997,h.290)

Misalnya dalam QS. al-Muja>dalah/58:14

‫َاْمَل َتَر ِاىَل اَّلِذْيَن َتَو َّلْو ا َقْو ًم ا َغِض َب الّٰل ُه َعَلْيِه ْۗم َم ا ُه ْم ِّم ْنُك ْم َو اَل ِم ْنُه ْۙم َو ْحَيِلُف ْو َن َعَلى‬
‫اْلَك ِذِب َو ُه ْم َيْع َلُمْو َن‬
Terjemahnya:
Tidakkah engkau perhatikan orang-orang (munafik) yang menjadikan
suatu kaum yang telah dimurkai Allah sebagai sahabat? Orang-orang itu
bukan dari (kaum) kamu dan bukan dari (kaum) mereka. Dan mereka
bersumpah atas kebohongan, sedang mereka mengetahuinya.
(Kementerian Agama RI, 2010, h.794)

Kata halafa tertulis dalam Al-Qur’an sebanyak 14 kali dalam 6 surah.

(al-Baqiy, 1364,h. 215)

32
33
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research). Dalam

penelitian ini penulis mengumpulkan data-data literature kepustakaan yang terkait

dengan tema penelitian, seperti buku-buku, kitab-kitab tafsir, dokumen, naskah,

artikel, dan lain-lain yang mendukung dengan tema penelitian ini.

Sedangkan Kirk dan Miller (dalam Sudarto, 2000,h. 62) mendefinisikan

bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu penelitian yang secara

fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri

berhubungan dengan orang- orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya.

Substansi penelitian kepustakaan terletak pada muatannya. Artinya penelitian

ini lebih banyak menyangkut hal-hal yang bersifat teoritis, konseptual, ataupun

gagasan-gagasan, ide-ide dan sebagainya, semua itu termuat dalam bahan-bahan

tertulis seperti buku, naskah, dokumen dan sebagainya. (Baidan dan Aziz,2016,h.28)

3.2 Sumber Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua data yaitu data primer dan

data sekunder.

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah QS.

A<li- ‘Imra>>>>>n/3:77.

b. Sumber Data Sekunder

34
Sumber data sekunder yaitu sumber data pendukung berupa kitab-kitab

tafsir, kitab-kitab hadits dan kamus-kamus yang berkaitan dengan penelitian.

Sedangkan yang berhubungan dengan kitab- kitab tafsir yang digunakan ialah

Kitab-kitab tafsir klasik dan tafsir kontemporer. Diantara tafsir klasik dan

kontemporer yang digunakan penulis adalah Tafsir al- T{aba>ri> Karya Abu>

Ja’far Muhammad bin Jarir al-T{aba>ri>, Tafsir al- Munir karya Wahbah al-

Zuhaili>, Tafsir Ibnu Katsir Karya Syeikh S}afiyyurrahman al-Mubarakfuri,

Tafsir al-Qurtubi> Karya Syaikh Imam al-Qurtubi>, Tafsir Al- Misbah Karya

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Qur’an karya Syaikh Abdurrahman Bin Nashir

al-Sa’di.dan Maktabah Sya>milah yang memudahkan dalam proses

pencarian hadits maupun tafsir serta buku- buku yang berkaitan dengan tema

penelitian yang dapat didapatkan dari perpustakaan, kemudian artikel- artikel

dari internet maupun hasil penelitian yang dapat membantu penelitian ini.

3.3 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan

ilmu tafsir dan pendekatan linguistik. Pendekatan ilmu tafsir adalah pendekatan yang

menjadikan disiplin tafsir dan ilmu tafsir sebagai paradigma dan cara pandang dalam

prores penggalian ajaran Islam (Sakni, 2013). Sedangkan pendekatan linguistik

adalah pendekatan kebahasaan dalam menjelaskan maksud ayat yang terkandung

dalam Al-Qur’an. Menurut M. Quraish Shihab, akibat banyaknya orang non Arab

yang memeluk agama Islam, serta akibat kelemahan-kelemahan orang Arab sendiri di

bidang sastra, sehingga dirasakan kebutuhan untuk menjelaskan kepada mereak

tentang keistimewaan dan kedalaman Al-Qur’an di bidang ini. (Shihab, 1997, h. 97)

35
3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, tekhnik yang digunakan penulis adalah kepustakaan

(library research). Dalam pengumpulan data yaitu, mengumpulkan berbagai referensi

yang berkaitan dengan penelitian ini, berupa buku-buku , jurnal, artikel, dan data-data

pendukung lainnya. Setelah data-data telah dikumpulkan maka penulis membagi data

tersebut dibeberapa bab.

3.5 Teknik Interpretasi Data

Teknik interpretasi data ialah suatu metode yang digunakan dalam proses

penafsiran Al-Qur’an dengan cara mengkomparasikan suatu data pokok dengan data

lengkap. Dalam hal ini peneliti memakai beberapa interpretasi, diantaranya :

a. Interpretasi Tekstual

Tekhnik interpretasi tekstual ialah interpretasi terhadap suatu ayat ataupun

matan hadis berdasarkan teks semata, baik diriwayatkan secara lafal maupun

yang diriwayatkan secara makna ataupun memperhatikan bentuk dan cakupan

makna. Tekhnik interpretasi tekstual cenderung mengabaikan latar belakang

asba>b al-Nuzu>l dalil-dalil lainnya. Pada langkah awal interpretasi ini

diperguakan untuk menggali pengertian yang terkandung pada kata, kemudian

untuk langkah selanjutnya untuk menanggai sebuah kesimpulan dalam kalimat

yang membentuk ayat yang dibahas. (Salim, 2010, h.84-85).

b. Interpretasi Kontekstual

Interpretasi kontekstual berarti cara menginterpretasikan atau memahami

ayat dengan memperhatikan asba>b al-Nuzu>l ayat serta melihat konteks

36
dimana Rasul, pelaku sejarah, peristiwa sejarah, waktu, tempat, atau bentuk,

peristiwa dan melihat dalam konteks masa kini.(Ahmad,2012, h. 113)

37
BAB IV

ANALISIS QS. A<LI-‘IMRA<N/3:77 TENTANG SUMPAH PALSU

‫ىِف ِخ ِة‬ ‫ِل ٰۤل‬ ‫ِب ِد ّٰل ِه ِهِن‬ ‫ِا َّلِذ‬


‫َّن ا ْيَن َيْش َتُر ْو َن َعْه ال َو َاَمْيا ْم َمَثًن ا َق ْياًل ُاو ِٕى َك اَل َخ اَل َق ُهَلْم اٰاْل َر َو اَل ُيَك ِّلُم ُه ُم‬
‫ْي‬
‫َذ ا َاِل‬
‫ٌب‬ ‫َع‬ ‫ُهَل‬ ۖ ‫الّٰل ُه اَل َيْنُظ ِاَلْيِه َي َم اْلِق ٰي ِة اَل ُيَز ِّك ْيِه‬
‫ٌم‬ ‫ْم َو ْم‬ ‫ُر ْم ْو َم َو‬ ‫َو‬
Terjemahnya:
“Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-
sumpah mereka dengan harga murah, mereka itu tidak memperoleh bagian di
akhirat, Allah tidak akan menyapa mereka, tidak akan memperhatikan mereka
pada hari Kiamat, dan tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang
pedih.” (Kemenag RI, 2010, h.75)
4.1 Penafsiran QS. a>li-‘Imra>n/3:77

4.1.1 Gambaran Umum Surah

Surah a>li-‘Imra>n adalah surah ketiga, surah ini termasuk surah

Madaniyah karena surah ini diturunkan di madinah artinya Rasulullah Saw

sudah hijrah dari Kota Makkah ke Kota Madinah. Jumlah ayatnya ada 200 ayat.

Surah ini turun setelah surah al-Anfa>l. (Djalaj, 1998, h. 78)

Surah a>li-‘Imra>n ini mengandung pembicaraan tentang dua sisi agama,

yaitu akidah dan syariat. Dalam hal akidah surah a>li-‘Imra>n menegaskan akan

keEsaan Allah Swt. kenabian, kebenaran al-Qur’an, bantahan terhadap keraguan

Ahli Kitab seputar al-Qur’an dan Nabi Muhammad Saw., serta pemublikasian

dan penegasan bahwasanya agama diterima di sisi Allah Swt adalah Islam,

mendebat kaum Nasrani seputar masalah Isa al-Masih dan sifat ketuhanannya

yang mereka yakini dan sikap menolak serta mendustakan risalah Islam. Surah

ini juga mengandung celaan dan kecaman terhadap mereka serta mengandung

peringatan akan bahaya tipu daya, rekayasa dan kelicikan Ahli Kitab.

38
Sedangkan tentang masalah pensyari’atan hukum, surah a>li-‘Imra>n ini

mengandung penjelasan tentang hukum syariat, seperti kewajiban haji dan jihad,

pengharaman riba, ancaman bagi orang orang yang membangkang di dalam

membayar zakat, beberapa pelajaran dan hikmah yang dipetik dari dua kejadian

peperangan, yaitu perang Badar dan Uhud, serta berbagai kecaman terhadap

berbagai sikap dan tindakan orang-orang munafik.

Kemudian surah a>li-‘Imra>n ini ditutup dengan sesuatu yang sesuai

dengan kedua sisi yang tercangkup di dalam surah ini. Di akhir surah disebutkan

ayat yang menuntut manusia untuk berfikir dan merenungi tentang kekuaasaan

Allah serta segala penciptaannya langit dan bumi,serta berbagai rahasia dan

keajaiban yang tersimpan di dalamnya. Dan juga disebutkan ayat yang member

wasiat untuk bersabar dan menguatkan kesabaran di didalam berjihad serta

mura>bat}ah (selalu bersiap siaga di perbatasan) di jalan Allah Swt. agar orang-

orang mendapatkan predikat keberuntungan. Seperti dalam QS.

a>li-‘Imra>n/3:77,

ࣖ ‫ٰٓيَاُّيَه ا اَّلِذْيَن ٰاَم ُنوا اْص ُرِبْو ا َو َص اِبُر ْو ا َو َر اِبُط ۗاْو ࣖ َو اَّتُقوا الّٰل َه َلَعَّلُك ْم ُتْف ِلُحْو َن‬
Terjemahnya:
Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan
bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.

Surah ini dinamakan “surah a>li-‘Imra>n” karena di dalam surah ini

disebutkan kisah keluarga ‘Imra>n, ayah Siti Maryam, ibu kandung Nabi Isa As.

Juga kisah tentang penyiapan diri Maryam yang dinadzarkan oleh ibunya kepada

Allah Swt. untuk beribadah, kisah tentang kemudahan rezeki yang dikaruniakan

39
kepada Maryam tatkala ia berada di mihrab, dipilih dan dilebihkannya Maryam

atas seluruh kaum wanita pada masanya dan memberinya berita gembira bahwa

dirinya akan mengandung dan melahirkan Isa As.

Surah a>li-‘Imra>n dikenal dengan sebutan al-Zahra>wa>n karena surah

ini member sinar petunjuk bagi orang yang memebacanya kepada kebenaran,

dengan cahaya makna agung yang terkandung di dalam surah tersebut, atau

dengan membaca surah ini, maka seseorang mendapat sinar sempurna kelak di

hari akhir, atau karena surah ini mengandung asma Allah swt. yang paling

Agung. Abu Daud, Ibnu Majah dan yang lainnya meriwayatkan dari Asma’ binti

Yazid bahwa Rasulullah Saw. bersabda. (Al-Zuhaili, 2003, h. 175)

‫َح َّد َثَنا ُمَس َّد ٌد َح َّد َثَنا ِعيَس ى ْبُن ُيوُن َح َّد َثَنا ُعَبْيُد الَّل ِه ْبُن َأيِب ِز َياٍد َعْن َش ْه ِر ْبِن‬
‫َس‬
‫َّلى الَّل َل ِه َّل َق اَل ا الَّل ِه‬ ‫ِت‬
‫ْس ُم‬ ‫ُه َع ْي َو َس َم‬ ‫َحْو َش ٍب َعْن َأَمْساَء ِبْن َيِز يَد َأَّن الَّنَّيِب َص‬
} ‫اَأْلْع َظُم يِف َه اَتِنْي اآْل َيَتِنْي { َو ِإُهَلُك ْم ِإَل ٌه َو اِح ٌد اَل ِإَل َه ِإاَّل ُه َو الَّر َمْحُن الَّر ِح يُم‬
[ ‫َو َفاَحِتِة ُس وَر ِة آِل ِعْم َر اَن ] ا مل الَّلُه اَل ِإَلَه ِإاَّل ُه َو اَحْلُّي اْلَق ُّيوُم‬
Artinya:
Telah menceritakan kepada Kami Musaddad, telah menceritakan kepada
Kami Isa> bin Yu>nus, telah menceritakan kepada Kami 'Ubaidullah bin
Abu Ziya>d dari Syahr bin Hausyab dari Asma`> binti Ya>zid bahwa Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Nama Allah yang paling agung ada
dalam dua ayat ini: Wa Ila>hukum Ila>hun wa>hidun La> Ila>ha Illa>
huwa al-Rahma>n al-Ra>hi>m, dan permulaan Surah A>li -'Imra>n:
Ali>f La>m Mi>m, Alla>hu la> ila>ha illa> huwa al- h}ayyu al-
qayyum." (Tirmiz\i>, no.3478 ,h. 517)

Nama lain dari surah a>li-‘Imra>n disebut juga dengan al- Ama>n, al-

Kanz, al-Mug{niyyah,dan al-Istig}far (Hawwa, 1999, h. 737). Keutamaan surah

ini sangat besar dan pahala membacanya pun sangat agung. Imam Muslim

40
meriwayatkan dari an- Nawwas bin Sam’an ia berkata, “saya mendengar

Rasulullah Saw. bersabda ”

‫ِل‬ ‫ِل‬ ‫ِد ِه‬ ‫ِإ‬


‫َح َّد َثَنا ْس َحُق ْبُن َم ْنُص وٍر َأْخ َبَر َنا َيِز يُد ْبُن َعْب َر ِّب َح َّد َثَنا اْلَو يُد ْبُن ُمْس ٍم َعْن‬
‫َحُمَّم ِد ْبِن ُمَه اِج ٍر َعْن اْلَو ِليِد ْبِن َعْب ِد الَّر َمْحِن اُجْلَر ِش ِّي َعْن ُجَبِرْي ْبِن ُنَف ٍرْي َق اَل‬
‫ِمَس ْعُت الَّنَّو اَس ْبَن ْمَسَعاَن اْلِكاَل َّيِب َيُق واُل ِمَس ْعُت الَّنَّيِب َص َّلى الَّل ُه َعَلْي ِه َو َس َّلَم َيُق وُل‬
‫ُيْؤ َتى ِب اْلُق آِن َي َم اْلِق َياَم ِة َأْه ِل ِه اَّل ِذي َك اُنوا َيْع ُل وَن ِب ِه َتْق ُد ُم ُه ُس و ُة اْلَبَق ِة‬
‫َر‬ ‫َر‬ ‫َم‬ ‫َن‬ ‫َو‬ ‫ْر ْو‬
‫َو آُل ِعْم َر اَن‬
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Mans}ur telah mengabarkan
kepada kami Yazi>d bin Abdu Rabbih telah menceritakan kepada kami Al
Walid bin Muslim dari Muhammad bin Muhajir dari Al Walid bin
Abdurrahman Al Jurasyi dari Jubair bin Nufair ia berkata, saya mendengar
An Nawwas bin Sam'an Al Kilabi berkata; Saya mendengar Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Al Qur`an akan didatangkan pada
hari kiamat bersama Ahlinya yang telah beramal dengannya, dan yang
pertama kali adalah surat Al Baqarah dan Ali Imran." (Muslim,No. 805,h.
554)
Imam Muslim juga meriwayatkan dari Abu Umamah al-Bahili, ia berkata,

“Saaya mendengar Rasulullah Saw. bersabda”

‫َح َّد َثيِن اَحْلَس ُن ْبُن َعِلٍّي اُحْلْل َو اُّيِن َح َّد َثَنا َأُب و َتْو َب َة َو ُه َو الَّر ِبيُع ْبُن َن اِفٍع َح َّد َثَنا‬
‫ِهِل‬ ‫ٍد ِمَس‬
‫ُمَعاِو َيُة َيْع يِن اْبَن َس اَّل ٍم َعْن َز ْي َأَّنُه َع َأَبا َس اَّل ٍم َيُق وُل َح َّد َثيِن َأُبو ُأَم اَم َة اْلَب ا ُّي‬
‫ِه‬ ‫ِه‬ ‫ِمَس‬
‫َقاَل ْعُت َرُس وَل الَّل َص َّلى الَّل ُه َعَلْي َو َس َّلَم َيُق وُل اْقَرُءوا اْلُق ْر آَن َفِإَّنُه َيْأيِت َيْو َم‬
‫اْلِق َياَم ِة َش ِف يًعا َأِلْص َح اِبِه اْقَرُءوا الَّز ْه َر اَو ْيِن اْلَبَق َر َة َو ُس وَر َة آِل ِعْم َر اَن َفِإَّنُه َم ا‬
‫ِف ِن ِم‬ ‫ِن‬ ‫ِن‬ ‫ِق ِة‬ ‫ِت ِن‬
‫َتْأ َي ا َيْو َم اْل َياَم َك َأَّنُه َم ا َغَم اَم َت ا َأْو َك َأَّنُه َم ا َغَياَيَت ا َأْو َك َأَّنُه َم ا ْر َق ا ْن‬
‫َطٍرْي َص َو اَّف َحُتاَّج اِن َعْن َأْص َح اِهِبَم ا اْقَرُءوا ُس وَر َة اْلَبَق َر ِة َف ِإَّن َأْخ َذ َه ا َبَر َك ٌة‬
‫َو َتْر َك َه ا َح ْسَر ٌة َو اَل َتْس َتِط يُعَه ا اْلَبَطَلُة‬

41
Artinya :
Telah menceritakan kepadaku Al Hasan bin Ali Al Hulwani telah
menceritakan kepada kami Abu Taubah ia adalah Al Rabi' bin Nafi', telah
menceritakan kepada kami Mu'awiyah yakni Ibnu Sallam, dari Zaid bahwa
ia mendengar Abu Sallam berkata, telah menceritakan kepadaku Abu
Umamah Al Bahili ia berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Bacalah Al Qur`an, karena ia akan datang
memberi syafa'at kepada para pembacanya pada hari kiamat nanti. Bacalah
Zahrawain, yakni surat Al Baqarah dan Ali Imran, karena keduanya akan
datang pada hari kiamat nanti, seperti dua tumpuk awan menaungi
pembacanya, atau seperti dua kelompok burung yang sedang terbang dalam
formasi hendak membela pembacanya. Bacalah Al Baqarah, karena dengan
membacanya akan memperoleh barokah, dan dengan tidak membacanya
akan menyebabkan penyesalan, dan pembacanya tidak dapat
dikuasai(dikalahkan) oleh tukang-tukang sihir." (Ahmad,No.254,h.5)
Dapat disimpulkan bahwa ada beberapa tema pokok yang terdapat dalam

QS. a>li-‘Imran diantaranya tentang akidah dan syariat antara lain tentang

pendidikan dalam keluarga yang diambil dari kisah keluarga ‘Imra>n dan sangat

bermanfaat untuk diterapkan bagi umat Islam yang terdapat pada ayat tiga puluh

tiga hinggah empat puluh satu, pada ayat empat puluh dua sampai dengan ayat

empat puluh empat membahas tentang kesucian Maryam, kisah tentang kelahiran

Nabi Isa As. yang terdapat pada ayat empat puluh lima sampai dengan ayat lima

puluh satu. Tentang kenabiaan dan beberapa mukjizat. (Mahmud,1994, h. 112)

4.1.2 Asbabun Nuzul

Imam Al-S}uyuti 2014 dalam kitabnya Asbabun nuzul (sebab-sebab

turunya ayat) menjelaskan sebab turunya QS. A<li-‘Imra>n/#3:77 telah

diceritakan oleh beberapa ulama hadist diantaranya yang diriwayatkan oleh Al-

Bukhari dan muslim dan selainya bahwasanya ‘Asyats bin Qais berkata, “Bahwa

dahulu antara aku dan seorang Yahudi perselisihan tentang tanah, maka aku

42
membawa permasalahan ini kepada Rasulullah Saw.,kemudian Rasulullah

berkata kepada, “Apakah engkau memiliki bukti?” saya menjawab: “Tidak”,

kemudian Rasulullah bersabda kepada orang yahudi tersebut: “Bersumpahlah”,

kemudian aku berkata: “jika ia bersumpah maka hartaku akan hilang diambil

olehnya.” Maka turunlah firman Allah, “sesungguhnya orang-orang yang

menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga

yang yang sedikit, mereka itu tidak dapat bagian (pahala) diakhirat, dan Allah

tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka

pada hari kiamat dan tidak pula akan mensucikan mereka. Bagi mereka azab

yang perih. (h. 99)

Kemudian diriwayatkan juga oleh Imam al-Bukhari dari Abdullah bin

Abi Aufa bahwasanya seseorang menjual barang daganganya di pasar, lalu ia

bersumpah atas nama Allah dengn bersumpah palsu bahwa ia telah menerima

barang dagangan tersebut dengan harga di atas harga yang ia tawarkan untuk

membujuk seorang lelaki muslim. Maka turunlah firman Allah, “Sesungguhnya

orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka

dengan harga murah,.” Al-Hafidz Ibnu hajar berkata dalam syarh al-Bukha>ri

tidak ada kontradiksi antara dua hadist ini , tetapi dapat dipahami bahwa sebab

turunya ayat ini adalah dua peristiwa sekaligus. (h. 100)

Dan diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dari Ikrimah, “Sesungguhnya ayat

ini turun pada Yahya bin Akhtab, Ka’ab bin Asyraf, dan orang-orang Yahudi

lainya yang menyembunyikan apa yang Allah turunkan di dalam Taurat

43
kemudian menggantinya dengan yang mereka inginkan dan bersumpah bahwa itu

adalah turun dari Allah.” ( h. 100)

Melihat dari beberapa riwayat di atas maka dapat disimpulkan sebab

turunnya ayat ini adalah adanya orang yang bersumpah palsu dengan menukar

janji dan sumpahnya demi mendapatkan apa yang ia inginkan yang artinya

menukar dengan mengambil harta orang lain yang bukan miliknya , mereka lebih

mengutamakan hawa nafsu daripada kehendak Allah Swt. Perilaku yang

semacam ini akan mendatangkan kemurkaan Allah Saw. dan kemurkaan itu akan

sebanding dengan tingkat pengingkaran yang dilakukan manusia. Tapi yang lebih

penting lagi, perilaku ini menjauhkan manusia dari kemurahan dan rahmat Allah

Swt. padahal di Hari Kiamat semua manusia di muka bumi ini membutuhkan

kemurahan dan rahmat dari Allah Swt.

4.1.3 Tafsir Mufradat

‫ُاوٰۤلِٕى َك اَل َخ اَل َق ُهَل ىِف اٰاْلِخ ِة‬ ‫ِاَّن اَّل ِذْيَن َيْش َتُر ْو َن ِبَعْه ِد الّٰل ِه َو َاَمْياِهِنْم َمَثًن ا َقِلْياًل‬
‫َر‬ ‫ْم‬
‫َذ ا َاِل‬ ‫ِه‬
‫ُيَز ِّك ْي ْم ۖ َو ُهَلْم َع ٌب ْيٌم‬ ‫َو اَل ُيَك ِّلُم ُه ُم الّٰل ُه َو اَل َيْنُظُر ِاَلْيِه ْم َيْو َم اْلِق ٰي َم ِة َو اَل‬
Terjemahnya:
“Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan
sumpah-sumpah mereka dengan harga murah, mereka itu tidak
memperoleh bagian di akhirat, Allah tidak akan menyapa mereka, tidak
akan memperhatikan mereka pada hari Kiamat, dan tidak akan menyucikan
mereka. Bagi mereka azab yang pedih.” (Kemenag RI, 2010, h.75)

Dalam memahami makna mufradat yang terdapat dalam QS.

a>li-‘Imra>n/3:77, penulis hanya menguraikan beberapa mufradhat yang menjadi

pokok pembahasan dalam penelitian ini. Di antaranya:

a. ‫َيْشَتُرْو ن‬

44
Kata Yasytaru>na merupakan bentuk fi’il mud}a>ri’ untuk

mudzakkar sa>lim, yang berasal dari kata –‫َيْش َتِر ي َإْش َتَر ي‬, kata ini

merupakan bentuk fi’il yang telah diberi h}arf al-Ziya>dah yaitu hamzah

diawal dan huruf ta diantara sya dan ra’. yang artinya menukar atau

mengganti (Munawwir,1997, h.716). Kata yasytaru>na di dalam al-

Qur’an disebutkan sebanyak lima kali dalam QS. al-Baqarah/2:173, QS.

a>li-‘Imra>n/3:77,187 dan 199, QS. al-Nisa>’/4:44 yang artinya menjual

belikan atau menukar (Al-Ba>qy, 1364 H., h.381).

Kata yasytaru>na yang terdapat dalam al-Qur’an kerap diartikan

dan disandingkan dengan kata tsamanan al-Qali>la yang artinya menjual

belikan sesuatu dengan harga murah seperti dalam QS. al-Baqarah/2:173

dan QS. a>li-‘Imra>n/3:77.187 dan 199.

Dalam QS. a>li-‘Imra>n/3:77, kata yasytaru>na bermakna

memperjual belikan atau menukar sesuatu atau bisa dibilang dengan

barter.

b. ‫ِبَعْهِد ِهّٰللا‬

Kata bi’ahdi dari kata ‫ َعْهٌد‬yang artinya janji sedangkan ‫ هلْلَا ِبَعْهِد‬yang

artinya dengan janji Allah apa yang diturunkan oleh Allah di dalam kitab-

Nya, berupa iman kepada Nabi Saw, dan menunaikan amanat

(Munawwir,1997, h. 981). Kata bi ‘ahdi dalam al-Qur’an disebutkan

sebanyak 13 kali yaitu dalam QS. al-Baqarah/2:27, QS.

a>li-‘Imra>n/3:77, QS. al-An’am/6:152, QS. al-a’ra>f/7:102, QS al-

45
Taubah/9:7, QS. al-Ra’d/13:20 dan 25, QS. al-Nahl/16:91 dan 95, QS. al-

Isra’/17:34, QS. T{aha/20:86, dan QS. al-Ah<zab/33:15. Kerab diartikan

sebagai janji. Sedanagkan lafaz ‫ َاْلله ِبَعْه ِد‬disebutkan sebanyak 5 kali dalam

al-Qur’an yaitu dalam QS. a>li-‘Imra>n/3:77, QS. al-An’a>m/6:152, QS.

al-Ra’d/13:20, QS. al-Nahl/16:91 dan 95 yang kerab diartikan sebagai

perjanjian dengan Allah Swt. (Ba>qy, 1364 H., h. 492).

c. ‫و‬

Huruf wawu dalam QS. a>li-‘Imra>n/3:77 berada di lima tempat.

Yang pertama, wawu ‘atf yang menjadi penghubung antara kata ‘ah}di

Allah (ma’t}u>f) dengan kata ‘aima>nihim (ma’t}u>f ‘alaih). Yang

kedua, wawu ‘atf yang menjadi penghunung antara la> khala>qa

lahum fi> al-a>khirah (ma’t<}u>f ) dengan kata la> yukallimuhum

Allah ( ma’t}u>f ‘alaih ). Yang ketiga, wawu ‘atf yang menjadi

penghubung antara kata la> yanz{uru ‘ilaihim yaumul qiya>mah

(ma’t}u>f) dengan kata la> yuzakki>him (ma’t}u>f ‘alaih).

d. ‫َاْيَم اِنِهم‬

Kata aima>nihim bentuk jamak muz\akkar dari yami>n yang

secara bahasa artinya kanan dan bisa juga diartikan sebagai sumpah,

berusmpah demi Allah, namun yang dimaksud disini adalah sumpah palsu

yang mereka ucapkan atau mereka bersumpah dengan nama Allah Swt.

tetapi mereka berbohong. (Luis, 2007,h. 927). Kata yami>n dalam al-

Qur’an disebutkan sebanyak 59 kali, sedangkan dengan lafaz aima>nihim

46
disebutkan sebanyak 18 kali yang diartikan sebagai sumpah, diantaranya

dalam QS. a>li-‘Imra>n/3:77, QS. al-Ma’idah/5:53 dan 108, QS. al-

An’am/6:109 (Baqy, 1364 H, h. 775).

e. ‫َثَم ًنا َقِلْياًل‬

Kata tsamana> yang artinya harga sesuatu yang didapatkan sebagai

pembanding atas barang yang dijual, baik itu harta benda ataupun barang

komoditi. Dan segala sesuatu yang berlaku sebagai pengganti. Adapun

qali>la>n masdar dari qolla-yaqillu yang artinya sedikit atau rendah jadi

arti dari ‫ َثَم ًنا َقِلْياًل‬harga yang lebih rendah atau sedikit(Munawwir,1997,

h.157). Yang dimaksud harga yang sedikit disini yaitu harga atau ganti

yang sedikit berupa dunia yang mereka ambil dan terima, atau yang

dimaksud adalah suap. Karena uang suap meskipun jumlahnya banyak

tetap dianggap sedikit dikarenakan harta itu adalah sebab orang mendapat

siksa, harta yang didapat dengan cara yang tidak benar.

f. ‫اَل‬

Huruf la> dalam QS. a>li-‘Imra>n/3:77 disebutkan sebanyak

empat kali, la> diayat ini sebagai la> nafi>/ peniadaan yang artinya

tidak.

g. ‫َخ اَل َق َلُهْم‬

47
Kata khala>qa yang artinya mendapat keuntungan/ mendapat

bagian sedangkan kata lahum ialah d}amir jama’ muz\akkar lil al-g}hoib

yang artinya bagi mereka (Munawwir ,2007, h.364). Kata khala>qa

disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 3 kali terdapat dalam QS. al-

Baqarah/2:102 dan 200, QS. a>li-‘Imra>n/3:77. (Ba>qy,1364 H, h. 244)

Kata khala>qa lahum dalam QS. a>li-‘Imra>n/3:77 yang

dimaksud ialah tidak ada bagian sama sekali untuk mereka, tidak

mendapatkan keuntungan dari apa yang dilakukan.

h. ‫َو اَل ُيَك ِّلُم ُهُم ُهّٰللا‬

Kata yukallimuhum ialah fi’il mud}ari’ dari kallama-yukallimu yang

artinya berbicara atau berkata sedangkan hum disini ialah d}ami>r jama’

muz\akkar lil al-G{aib (Luis,2007, h.695). Kata yukallimuhum disebutkan

dalam al-Qur’an sebanyak tiga kali terdapat dalam QS. al-Baqarah/2:174,

QS. a>li-‘Imra>n/3:77 dan QS. al-A’raf/7:148 yang juga bermakana

berbicara kepada mereka.(Ba>qy,1364,h. 620)

Kalimat la> yukallimuhumu Allah dalam QS. a>li-‘Imra>n

bermakna Allah Swt. tidak berbicara kepada mereka sebagai tanda Allah

murka kepada mereka.

i. ‫َو اَل َيْنُظُر ِاَلْيِهْم‬

Kata yanz}uru ialah fi’il mud}ari’ dari kata naz}ara yang artinya

melihat. Sedangkan kata ilaihim bermakna kepada mereka(Luis,2007,h.

817). Kata yanz}uru disebutkan sebanyak sembilan kali dalam al-Qur’an

yang terdapat dalam QS. a>li-‘Imra>n/3:77, QS. al-A’ra>f/7:129, QS.

48
Yu>nus/10:43, QS. al-Kahfi/18:19, QS. al-Hajj/22:15, QS. S}ad/38:15,

QS. al-Naba>’/78:40, QS. ‘Abasa/80:24, QS. al T{a>riq/86:5. (Ba>qy>,

1364 H, h. 705)

Yang dimaksud dengan la> yanz}uru ilaihim didalam QS.

a>li-‘Imra>n/3:77 disini ialah Allah Swt. tidak akan melihat mereka yang

artinya Allah Swt tidak akan sudi merahmati mereka disebabkan Allah

Swt murka dan benci kepada mereka.

j. ‫َو اَل ُيَز ِّك ْي ِهْم‬

Kata yuzakki ialah akar kata dari zakka-yuzakki yang artinya suci

(T}ahir min al-Z}unub) (Luis, 2007, h. 303). Kata yuzakki> disebutkan

dalam al-Qur’an sebanyak lima kali terdapat dalam QS. al-Baqarah/2:129

dan 174, QS. a>li-‘Imra>n/3:77 dan 164, QS. al-Jum’ah/62:2. (Ba>qy>,

1364 H, h. 331)

Makna dari la> yuzakki>him dalam QS. a>li-Imra>n/3:77 yaitu

Allah Swt. tidak menyucikan dosa-dosa, Allah Swt. tidak memuji mereka

dan tidak pula dinyatakan suci.

k. ‫َو َلُهْم َع َذ اٌب َاِلْيٌم‬

Kata lahum disini bermakna “bagi mereka” (orang orang yang

menukar janji dan sumpah mereka dengan harga murah/sedikit),

sedangkan az\a>bun ali>m bermakna siksa yang sangat mnyakitkan,

yang dimaksud disini ialah mereka akan mendapat azab yang sangat

menyakitkan bagi yang menukar janji allah dan sumpah mereka dengan

harga yang sangat murah.

49
4.1.4 I’rab

‫ُاوٰۤلِٕى َك اَل َخ اَل َق ُهَل ىِف اٰاْلِخ ِة‬


‫َر‬ ‫ْم‬ ‫ِاَّن اَّل ِذْيَن َيْش َتُر ْو َن ِبَعْه ِد الّٰل ِه َو َاَمْياِهِنْم َمَثًن ا َقِلْياًل‬
‫ِل‬ ‫ِه‬
‫ُيَز ِّك ْي ْم ۖ َو ُهَلْم َعَذ اٌب َا ْيٌم‬ ‫َو اَل ُيَك ِّلُم ُه ُم الّٰل ُه َو اَل َيْنُظُر ِاَلْيِه ْم َيْو َم اْلِق ٰي َم ِة َو اَل‬
Terjemahnya:
“Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan
sumpah-sumpah mereka dengan harga murah, mereka itu tidak
memperoleh bagian di akhirat, Allah tidak akan menyapa mereka, tidak
akan memperhatikan mereka pada hari Kiamat, dan tidak akan menyucikan
mereka. Bagi mereka azab yang pedih.” (Kemenag RI, 2010, h.75)

Pada kalimat adapun ‫( ِاّن‬inna) adalah huruf taukid yang menshabkan isim

dan merafa’kan khobar, ‫( اَّلِذ ْيَن‬allaz\i>na) adalah isim maus}ul yang menjadi

isim nya Inna , ‫( َيْشَتُرْو َن‬yasytaru>na) adalah fi’il mud}ari’ dan wau fa>’il nya.

Adapun kalimat dari fi’il fa>’il adalah s}ilah maus}ul, ‫( ِبَعْهِد‬biahdi) adalah jar

majrur yang bergantung kepada lafal ‫( َيْش َتُرْو َن‬Yasytaruna), sedangkan ‫ِهّٰللا‬

(allahi) adalah mud}af ilaih, sedangkan kata dari Inna, isim dan khobar nya

adalah jumlah isti’nafiyah yang menunjukkan pembahasan baru. ‫( َو َاْيَم اِنِهْم‬wa

aima>nihim) dan (aimanihim) adalah At}af kepada ahdi. S|amanan adalah

maf’ul bih dari ‫( َيْشَتُرْو َن‬yasytaru>na) , dan ‫( َقِلْياًل‬qoli>lan) adalah sifat dari ‫ َثَم ًنا‬s\

amanan.
‫ٰۤل‬
‫( ُاو ِٕىَك‬Ula>ika) adalah isim isyarah yang berkedudukan sebagai mubtada’. ‫اَل‬

‫( َخ اَل َق َلُهْم ِفى اٰاْل ِخ َرِة‬La> khalaqa lahum f>i al-a>khirati), ‫( اَل‬la>) adalah huruf

nafyatun lil jinsi, dan ‫( َخ اَل َق‬khalaqah) adalah isimnya ‫( اَل‬la)>, yang di mabni

50
fathah, ‫( َلُهْم‬lahum) adalah jar majrur yang bergantung kepada khabarnya ‫( اَل‬la)>

yang dibuang, yang diperkirakan berlafal ka>inun (kana) . ‫ ِفى اٰاْل ِخ َرِة‬fi>l

a>khirati adalah jar majrur yang bergantung kepada khabar yang dibuang,

adapun jumlah dari ula>ika la> khalaqa dan setelahnya menjadi khabar dari

inna pada awal ayat. (al-Da’a>s,1425 H, h. 144)

‫( َو اَل ُيَك ِّلُم ُهُم ُهّٰللا‬Wa la> yukallimuhum allahi), ‫ َو اَل‬wa la> disini la> adalah la>

nafy dan ‫( ُيَك ِّلُم ُهُم‬yukallimu) adalah fi’il mud}ari’, dan ‫ ُهُم‬hum adalah maf’ul

bihnya, dan lafal jalalah adalah fa>’ilnya, adapun jumlah dari fi’il fa>il di

at}afkan kepada jumlah dari ‫( اَل َخ اَل َق‬la> khalaqa lahum).

‫( َو اَل َيْنُظُر ِاَلْيِهْم َيْو َم اْلِقٰي َم ِة‬Wa la> yanz}uru ilaihim yauma al-Qiyamati), wa adalah

huruf at}f sedangkan la> adalah huruf nafy, ‫( َيْنُظُر‬yanz}uru) adalah fi’il mud}ari’,

dan fa>ilnya adalah d}amir Huwa yang menunjuk kepada lafal jalalah, ‫ِاَلْيِهْم‬

(ilaihim) adalah jar majrur yang bergantung kepada ‫( َيْنُظُر‬yanz{uru), selanjutnya

‫( َيْو َم‬yauma) adalah z}araf zama>n yang bergantung pula pada lafal (yanz}uru) ,

dan ‫( اْلِقٰي َم ِة‬al-qiya>mati) adalah mud}af i’lai, ‫( َو اَل ُيَزِّك ْيِهْم‬wa la> yuzakki>him)

I’rabnya sama dengan sebelumnya yaitu laa yukallimuhum, lahum adalah khabar

muqaddam dan aza>bun adalah mubtada’ yang diakhirkan, ali>mun adalah sifat

dari aza>bun.(Mahmud,1418 H, h. 224)

51
4.1.5 Balaghah

Terdapat isti’a>rah didalam kata ‫ َيْشَتُرْو َن‬yaitu meminjamkan kata al-

Syira> ’ ( membeli) untuk mengungkapkan arti al-Istibda>l (mengganti), ‫َو اَل‬

‫ُيَك ِّلُم ُهُم ُهّٰللا‬ ungkapan majaz tentang besarnya kemarahan dan kemurkaan Allah

Swt. ‫ َو اَل َيْنُظ ُر ِاَلْيِهْم‬ungkapan majaz disini tentang penghinaan sekaligus

kemurkaan terhadap mereka (yang menukar janji dan sumpah mereka dengan

harga murah), misalnya si A tidak mau memandang si B atau si A tidak

menganggap si B. ‫ َو اَل ُيَزِّك ْيِهْم‬kalimat ini maksudnya tidak memberikan kebaikan

kepada mereka dan tidak pula memuji mereka. (al-Zuhaili, 2013, h.303)

4.1.6 Munasa>bah

Munasabah secara etimologi adalah hubungan antara dua pihak atau

lebih. Dalam Maqayis al-Lugah dikatakan bahwa kata yang terdiri dari nun, sin

dan ba’ maknanya adalah hubungan sesuatu dengan sesuatu lainnya. Di

antaranya terdapat kata nasab, yaitu hubungan dan kaitan darah seseorang

dengan orang lain. Sedangkan secara terminologi Munasa>bah adalah

pengetahuan tentang makna yang terkadung dalam perurutan pernyataan dalam

al-Qur’an (Harun, 2017, h.821)

Ulama-ulama tafsir menggunakan munasa>bah untuk dua makna. Yaitu:

pertama, hubungi antar kedekatan antara ayat atau kumpulan ayat-ayat al-Qur’an

satu dengan lainnya. Hal yang mencakup banyak ragam, diantaranya:

52
1. Hubungan kata demi kata dalam satu ayat.

2. Hubungan ayat dengan ayat sesudahnya.

3. Hubungan kandungan ayat dengan fa>s}ilah/ penutupnya.

4. Hubungan surah dengan surah berikutnya.

5. Hubungan awal surah dengan penutupnya.

6. Hubungan nama surah dengan tema utamanya.

7. Hubungan uraian akhir surah dengan uraian awal surah berikutnya

Kedua, hubungan makna antara satu ayat degan ayat lainnya, misalnya

pengkhususannya atau penetapan syarat terhadap ayat lain yang tidak bersyarat

dan lain-lain. (Shihab,2013, h.120)

Adapun muna>sabah yang penulis gunakan adalah makna yang pertama

yaitu, menghubungkan kedekatan antara ayat atau kumpulan ayat-ayat al-Qur’an

satu dengan lainnya, dengan menghubungkan surah dengan surah sebelumnya

dan sesudahnya serta menghubungkan ayat dengan ayat sesudahnya.

Adapun muna>sabah surah yaitu QS. a>li-‘Imra>n dengan surah

sebelumnya yaitu QS. al-Baqarah, antara lain:

1. Kedua surah ini sama-sama diawali dengan penyebutan kata al-

Qur’an (al-kitab) dan penjelasan tentang sikap manusia terhadap al-

Qur’an.

2. Pada QS.al-Baqarah menerangkan tentang penciptaan adam,

sedangkan pada QS. a>li-‘Imra>n menerangkan tentang penciptaam

Isa. Adapun yang menjadi persamaan di antara keduanya adalah

53
proses penciptaan keduanya sama-sama tidak melalui jalur yang

sama.

3. Pada QS. al-Baqarah menerangkan secara lebar tentang bertahan

kaum Yahudi dan mengungkapkan aib dan keburukan-keburukan

mereka serta kebiasaan mereka dalam merusak perjanjian. Sedangkan

pada QS. a>li-‘Imra>n menerangkan secara rimhkas tentang

bantahan kaum Nasrani, karena datang terakhir setelah kaum Yahudi.

4. Di akhir QS. al-Baqarah menerangkan bentuk doa yang sesuai

dengan permulaan Agama, bersinggungan dengan dasar

pensyari’atan dan penjelasan tentang kelebihan dan keistimewaan

Islam berupa sedikitnya beban perintah yang ada, menghilangkan

kesusahan dan kesempitan setamemberikan hukum-hukum yang

mudah dan ringan. Sedangkan di akhir QS. a>li-‘Imra>n

menerangkan tentang doa agar ditetapkan di atas Agama, menerima

seruan Allah Swt. kepada iman dan memohon pahala atas semua

kelak di akhirat. (al-Zuhaili, 2013,h.173-174)

Adapun uraian muna>sabah QS. a>li-‘Imra>n yang lebih spesifik pada

ayat 77, sebagai berikut:

a. Muna>sabah QS. al-Baqarah/3:77 dengan ayat sebelumnya

        

Terjemahnya:

54
(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang
dibuat)nya dan bertakwa, Maka Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertakwa.
Pada QS. a>li-‘Imra>n/3:76 menerangkan tentang orang yang

menepati janji yang telah dibuat seseorang terhadap sesama manusia

maupun terhadap Allah Swt. dan bertaqwa kepada Allah Swt. didalm

menjauhi sikap Khianat dan menipu, maka Allah Swt. mencintai dan

meridhainya, karena Allah Swt. telah memerintahkan kepada manusia di

dalam kitab-kitab suci yang diturunkan-Nya agar mereka selalu bersifat

jujur dan memenuhi janji. (al-Zuhaili,2003,h. 306).

Setelah menjelaskan hal tersebut maka QS. a>li-‘Imra>n/3:77 lebih

menekankan kepada orang-orang yang menukar janji Allah Swt. dan

sumpah mereka dengan harga yang murah yang bersifat duniawi serta

menyebutkan ancaman-ancaman bagi orang-orang yang melakukan hal

tersebut. Ayat ini secara berkesinambungan menjelaskan tentang sifat dan

karakter orang yahudi. Diantara mereka ada yang amanah dan ada yang

khianat, dan diantara mereka ada yang mengambil harta orang Non Yahudi.

Maka orang-orang yang melanggar sumpah atau janji ibarat kaum yahudi

dan adzabnya juga sama seperti sebagaimana Allah menjanjikan hukuman

kepada kaum yahudi.(T{ahir,1984,h. 289)

Adapun ayat setelahnya yaitu QS. a>li-‘Imra>n/3:78

     


        

55
           
 

Terjemahnya:
Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar
lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya
itu sebagian dari Al Kitab, Padahal ia bukan dari Al kitab dan mereka
mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah", Padahal ia
bukan dari sisi Allah. mereka berkata Dusta terhadap Allah sedang
mereka mengetahui.
Pada ayat 77 menegaskan bahwa mereka yang menukar janji yang telah

disepakatinya dengan Allah swt., baik dalam bidang kepercayaan maupun

pengamalan agama (antara lain menunaikan amanat), atau menukar sumpah-

sumpah mereka yang palsu dengan harga yang sedikit, yakni sesuatu yang

bersifat kenikmatan duniawi yang mengakibatkan siksa di akhirat, mereka

itu tidak dapat bagian sedikitpun dari kenikmatan di akhirat, bahkan bagu

mereka siksa yang pedih. Kemudian pada ayat setelahnya dilanjutkan

dengan kecaman terhadap orang yahudi yang menyatakan bahwa ada

diantara ahli kitab (orang-orang Yahudi) yang meutar mutar lidahnya

membaca al-Kitab , untuk mengganti kata dengan kata lain yang mirip

sehinggah kaum Muslim menyangka yang dibacanya itu sebagian dari

firman Allah Swt. padahal tidak sedikit pun bukan dari firman-Nya, bahkan

lebih dari pada itu. Dan ada pula dari mereka yang berdusta mengatakan

terang-terangan bahwa yang diucapkannya itu bersumber dari Allah Swt.

4.1.7 Penafsiran QS. a>li-‘Imra>n/3:77 Menurut Ulama

Untuk mengetahui makna dari sumpah palsu dalam

QS.a>li-‘Imra>n/3:77, maka penulis memasukkan penafsiran-penafsiran para

56
ulama klasik dan modern dengan tujuan unntuk mengetahui apakah terdapat

perbedaan dalam menafsirkan QS. a>li-‘Imra>n/3:77 antara ulama-ulama tafsir

klasik dan kontemporer.

‫ُاوٰۤلِٕى َك اَل َخ اَل َق ُهَل ىِف اٰاْلِخ ِة‬ ‫ِإَّن اَّل ِذْيَن َيْش َتُر ْو َن ِبَعْه ِد الّٰل ِه َو َاَمْياِهِنْم َمَثًن ا َقِلْياًل‬
‫َر‬ ‫ْم‬
‫َذ ا َاِل‬ ‫ِه‬
‫ُيَز ِّك ْي ْم ۖ َو ُهَلْم َع ٌب ْيٌم‬ ‫َو اَل ُيَك ِّلُم ُه ُم الّٰل ُه َو اَل َيْنُظُر ِاَلْيِه ْم َيْو َم اْلِق ٰي َم ِة َو اَل‬
Terjemahnya:
“Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan
sumpah-sumpah mereka dengan harga murah, mereka itu tidak
memperoleh bagian di akhirat, Allah tidak akan menyapa mereka, tidak
akan memperhatikan mereka pada hari Kiamat, dan tidak akan menyucikan
mereka. Bagi mereka azab yang pedih.” (Kemenag RI, 2010, h.75)

a. Tafsir Klasik

1. Tafsir Al-T{aba>ri

Di dalam tafsir al-T{abari>, yang dimaksud dalam QS.

a>li-‘Imra>n/3:77 adalah orang- orang yang menukar janji mereka dan

menukar sumpah-sumpah mereka dengan berdusta atas nama Allah

Saw.yaitu dengan menghalalkan segala hal yang diharamkan oleh

Allah Saw. misalnya menghalalkan harta orang lain untuk dirinyan

sehinggah tidak menunaikan amanahnya. Berarti meraka telah

menukar hal itu semua dengan harga murah ato harga yang sedikit

berupa harta benda dunia. Maka mereka tidak akan mendapatkan

kebaikan akhirat, surga, dan segala macam yang dijanjikan oleh Allah

Saw. kemudian tidak akan berkata-kata dengan perkataan yang

membuat hambanya senang, Allah Saw. tidak akan berbuat lemah

lembut kepada mereka yang melakukan hal tersebut, karena Allah

57
Saw. marah dalam artian Allah Saw. tidak akan mendengarkan

perkataanmu atau do’amu yang maksudnya Allah Saw. tidak

mengabulkan doa mereka , Allah Swt. tidak menyucikan mereka atau

Allah tidak membersihkan mereka dari dosa kekufuran, bagi mereka

azab yang pedih. (al-T{abari>, 2014, h.525-532)

2. Tafsir Al-Qurt}ubi>

Di dalam Tafsir al-Qurt}ubi> yang dimaksud dalam QS.

a>li-‘Imra>n/3:77 yaitu, pertama, para imam ibnu katsir

menyebutkannya dalam tafsir-nya 2/52-53 berkata, dari Al Asy’at bin

Qais, “ Antara diriku dengan seseorang dari kaum yahudi terdapat

sebidang tanah, namun dia mengingkari tanah itu milikku. Maka,

membawanya kepada rasulullah kepada Rasulullah. Rasulullah

bertanya kepadaku, ‘apakah kamu memiliki saksi? Aku menjawab,

Tidak. Beliau bertkata keapada orang yahudi, bersumpahlah,

lantas,orang yahudi itu pun bersumpah. Kemudian dia mengambil

harta milikku itu.

Telah dijelaskan pada surah al-Baqarah Makna dari firman

Allah,” dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari

kiamat dan tidak mensucikan mereka.”, (QS. Al-Baqarah [2]: 174).

Kedua: Ayat tersebut dan hadist-hadist yang lain menunjukkan

bahwa ketetapan seorang hakim yang tampak tidak dapat

menghalalkan perkara yang tidak tampak dan telah diketahui jelas

kebatilannya. (h.317)

58
3. Tafsir Ibnu Kas\i>r

Di dalam tafisir Ibnu Kas\i>r yang dimaksud dalam

QS.a>li-‘Imra>n/3:77 adalah Tidak ada bagian di akhirat bagi orang-

orang yang menyelisih perjanjian dengan Allah Saw. dan menukar

sumpah mereka yang keji dengan harga sedikit dan murah, berupa

kesenangan duniawi yang fana. Mereka tidak mendapat pahala bagian

di akhirat. ( ‫) َو اَل ُيَك ِّلُم ُهُم ُهّٰللا َو اَل َيْنُظ ُر ِاَلْيِهْم َي ْو َم اْلِقٰي َم ِة َو اَل ُي َزِّك ْيِهْم ۖ َو َلُهْم َع َذ اٌب َاِلْيٌم‬

allah tidak akan berkata kepada mereka dan tidak melihat mereka pada

hari kiamat dengan kasih sayang-Nya kepada mereka. Yang dimaksud

disini yaitu,allah tidak akan mengajak bicara mereka dengan ucapan

yang lembut dan tidak akan melihat mereka dengan pandangan kasih

sayang, dan juga tudak menyucikan mereka dari berbagai dosa dan

kotoran dan bagi mereka azab yang pedih.

b. Tafsir Kontemporer

1. Tafsir Al-Muni>r

Di dalam tafsir al-Muni>r yang dimaksud dalam

QS.a>li-‘Imra>n/3:77 adalah allah memberikan balasan bagi oran-

orang yang mengingkari janji dan menghianati kesepakatan yang ia

buat, menyembunyikan apa yang diturunkan oleh Allah Saw. menjual

firman Allah Saw. mengganti hal yang baik dengan yang batil,

menukar janji allah dan sumpah mereka dengan harga yang murah,

yang harga murah disini yaitu bersifat duniawi berupa jabatan sebagai

pemimpin atau pengampu kekuasaan, uang suap, dan mengambil harta

59
orang lain dengan cara yang batil. Sebanyak apapun harga yang

mereka ambil, tetapi pada hakekatnya adalah sedikit jika dibandingkan

dengan berat dosa yang harus dipikulnya. Dengan melakukan hal

tersebut mendapatakan balasan berupa kerugian di hari akhir, tidak

mendapat kenikmatan di akhirat, Allah Saw. murka kepada mereka,

mereka tidak disucikan oleh-Nya, tidak menerima kebaikan dan

rahmat oleh-Nya, serta mereka dihinakan oleh Allah Saw. dan

mendapat siksaan yang pedih di neraka jahannam.(al-Zuhaili,2013 h.

305-306)

2. Tafsir Al-Mis}bah

Di dalam tafsir Al-Mis}bah yang dimaksud dalam QS.

a>li-‘Imra>n/3:77 yaitu Khianat mengundang lahirnya pengingkaran

janji dan kebohongan,bahkan kebohongan yang tidak jarang

dikukuhkan dengan sumpah. Karena itu orang-orang ini berbicara

tentang orang-orang yang berkhianat dan berbohong menggunakan

sumpah untuk meraih keuntungan material didunia.

Sesungguhnya orang-orang yang membeli, yakni menukar

dengan member janji yang telah disepakatinya dengan Allah, baik

dalam bidang kepercayan, maupun pengamalan agama, dan menukar

pula sumpah-sumpah mereka yang palsu,menukarnya dengan harga

yang sedikit,yakni sesuatu yang bersifat kenikmatan duniawi yang

mengakibatkan siksa di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata

yang menyenagkan dengan mereka, bahkan meremehkan dan

60
menghinanya sehingga allah juga tidak akan melihat kepada mereka

pada hari kiamat dengan penglihatan yang mengandung kasih dan

tidak pula akan menyucikan mereka, yakni tidak akan memaafkan

dosa-dosa yang telah mengotori jiwa mereka atau tidak akan memuji

mereka, tetapi mencelanya di hadapan seluruh makhluk dan

disamping semua itu dan bagi mereka siksa yang pedih akibat

kesalahan dan soda-dosa yang dilakukannya.

Di atas, penulis kemukakan bahwa janji Allah dalam ayat ini

mencakup mencakup segala macam perjanjian yang telah terjalin

antara manusia dan Allah melalui kesediaanya menganut agama atau

menyatakan diri tunduk kepadanya. Ada juga ulama yang membatasi

makna perjanjian itu dalan arti perjanjian yang terjalin melalui fitrah

manusia. Setiap orang lahir membawa fitrah keagamaan yang

terbentuk melalui penggunaan nalar yang lurus serta kalbu yang bersih

bhkan sementara ulama memahami fitrah keagamman itu terbentuk

melalui perjanjian manusia dengan Allah pada satu alam sebelum

manusia lahir di pentas bumi ini. Adalagi yang memahai perjanjian

dengan Allah itu dalam arti perjanjian para nabi dengan Allah yang

kemudian telah disampaikan oleh para nabi itu kepada masyrakat

manusia dimana mereka ditugaskan, termasuk telah disampaikan

kepada bani israil yang mengaku percaya kepada nabi musa dan Isa

AS. perjanjian tersebut yang ditegaskan oleh QS.A<li-‘Imra>n [3]:81:

Dan (ingatlah) ketikan Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “

61
sungguh apa yang aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah,

kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa

yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman

kepadanya dan menolongnya.” Allah berfirman : apakah kamu

mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu ?”

mereka menjawab: “kami mengakui.” Allah berfirman: kalau begitu

saksikanlah (wahai para nabi) dan aku menjadi saksi (pula) bersama

kamu.

3. Tafsir al-Karim al-Rahman

Di dalam tafsir al-Kari>m al-Rahma>n yang dimaksud dalam

QS. a>li-‘Imra>n/3:77 yaitu orang-orang yang menukar agama dengan

sesuatu yang bersifat duniawi kemudian mereka lebih memilih

kenikmatan yang sedikit dari dunia yang sementara dan mereka

memakai cara dalam mendapatkannya dengan sumpah-sumpah dan

janji-janji palsu yang tidak mereka penuhi, maka orang orang tersebut

ialah mereka yang akan mendapat murka Allah Saw. dan menjalani

siksa dari Nya, jauh dari pahalaNya, terhalang dari penyucian dosa

atau pembersihan diri, bahkan mereka pun bangkit pada hari kiamat

dengan bergelimang kejahatan dan dikotori oleh dosa-dosa besar.

(Abdurrahman, 1426, h. 457)

4.2 Hakikat Sumpah Palsu dalam QS. A<li-‘Imra>n/3#:77

62
‫ىِف ِخ ِة‬ ‫ِل ٰۤل‬ ‫ِب ِد ّٰلِه ِهِن‬ ‫ِإ َّلِذ‬
‫َّن ا ْيَن َيْش َتُر ْو َن َعْه ال َو َاَمْيا ْم َمَثًن ا َق ْياًل ُاو ِٕى َك اَل َخ اَل َق ُهَلْم اٰاْل َر َو اَل ُيَك ِّلُم ُه ُم‬
‫ْي‬
‫َذ ا َاِل‬
‫ٌب‬ ‫َع‬ ‫ُهَل‬ ۖ ‫الّٰل ُه اَل َيْنُظ ِاَلْيِه َي َم اْلِق ٰي ِة اَل ُيَز ِّك ْيِه‬
‫ٌم‬ ‫ْم َو ْم‬ ‫ُر ْم ْو َم َو‬ ‫َو‬
Terjemahnya:
“Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-
sumpah mereka dengan harga murah, mereka itu tidak memperoleh bagian di
akhirat, Allah tidak akan menyapa mereka, tidak akan memperhatikan mereka
pada hari Kiamat, dan tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang
pedih.” (Kemenag RI, 2010, h.75)

Di dalam al-Qur’an disebutkan bahwa orang yang bersumpah atau berjanji

harus dipertanggung jawabkan. Tanpa harus dilanggar atau di perjualbelikan dengan

harga yang lebih rendah, sebagaimana para pengampuh kekuasaaan yang memiliki

janji dan melaksanakan sumpah namun menukarnya dengan harga yang lebih murah

dengan menghalalkan segala cara untuk menggapai tujuanya.

Di dalam al-Qur’an telah dikabarkan bahwa Allah Swt., sangat menyukai

orang-orang yang menepati janji yang dibuatnya dan bertakwa kepada Allah swt.,

baginya pahala dan akan mendapatkan rahmat di sisi Allah swt. Seorang muslim juga

tidak boleh memberikan sumpah palsu untuk mengelabui orang-orang atas fakta yang

sebenarnya, terlebih bila sumpah tersebut sampai membawa nama Allah Swt.

Rasulullah saw., juga pernah menyampaikan kepada ‘Ali> bin Abi> T{a>lib agar

berhati-hati dan takutlah dengan sumpah palsu karena sesungguhnya sumpah palsu

itu dapat melenyapkan harta, menguras rezeki dan memendekkan umur.

Ayat di atas menerangkan bahwa sesungguhnya orang-orang yang menukar

janji untuk beriman kepada Nabi dan menepati amanat serta sumpah-sumpah mereka

terhadap Allah swt., dengan berbohong, mereka tidak akan memperoleh pahala di

akhirat dan Allah swt., tidak akan berbicara dengan mereka disebabkan atas

63
murkanya Allah swt., kepada mereka, dengan kata lain Allah swt., tidak akan

mengasihi mereka pada hari kiamatdan dan tidak akan membersihkan/menyucikan

mereka serta bagi mereka siksa yang pedih dan menyakitkan.

Pada dasarnya QS. A<li-‘Imra>n/3:77 ini sebelum menyebutkan orang-orang

yang menukarkan janji Allah swt., dan bersumpah palsu untuk mendapatkan

kepercayaan, terlebih dahulu menyebutkan bahwa Allah swt.,memberikan pahala bagi

orang-orang yang menepati janjinya untuk memberikan pengertian bahwa menepati

janji dan tidak mengingkarinya serta memelihara diri dari perbuatan maksiat

termasuk perbuatan yang diridhai oleh Allah swt., dan orang-orang yang menepati

janji itu akan mendapatkan rahmat dari sisi Allah swt., baik di dunia maupun di

akhirat.

Pada penggalan ayat ‫ َو َاْيَم اِنِه ْم َثَم ًنا َقِلْياًل‬yang bermakna sumpah palsu, terdapat

penafsiran yang beragam dari kalangan ulama. Keragaman pendapat tersebut tidak

terlepas dari tingkat intelektual seorang ulama, keahlian dalam suatu bidan keilmuan,

pendekatan, corak maupun metode dalam penafsiran, bahkan terkadang paham

teologi dapat mempengaruhi penafsiran seorang mufassir. Adapun ragam pendapat

tersebut sebagai berikut:

1. Al-Maturidi menjelaskan bahwa makna sumpah palsu pada ayat tersebut

ialah orang orang yang bersumpah dengan dusta padahal dia tidak

memiliki hubungan dengan yang ia sumpahkan dalam keadaan khawatir

hilangnya manfaat sumpah tersebut dan memungkinkan juga mereka

mengambil harta-harta orang lain dengan cara yang zalim, atas riwayat ini

didukung oleh hadits “barang siapa yang bersumpah atas kekuasaanya

64
untuk memutus harta orang lain yang muslim maka dia akan berjumpa

kepada Allah dalam keadaan sedang marah” (al-Maturidi,2015, h.415)

2. Al-Ragib al-As}faha>ni menjelaskan bahwa sumpah palsu merupakan

menukarkan kemanfaatan dunia dan kemanfaatan akhirat, atau

memeperoleh sesuatu dengan mengorbankan sesuatu yang lebih baik.

Maka Allah swt. menghinakan orang yang memperoleh manfaat duniawi

dengan menyandarkan kepada nama Allah Swt. Karena pemenuhan janji

adalah sebab semua kemaslahatan yang harus dilakukan sedangkan

pengingkaran adalah sebab dari kerusakan. (al-Ragib,2005,h.659)

3. Zamaksyari menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ‫ َاْيَم اِنِهْم َثَم ًنا َقِلْياًل‬ialah

sumpah mereka yang ditukarkan dengan kenikmatan dunia yang

mengakibatkan kerusakakan disekitarnya. Atau dengan memberikan

pertolongan dengan sumpah palsunya dengan harga murah , yang

dimaksud dengan harga murah disini yaitu kenikmatan dunia dari

pemimpin yang menerima suap dan semacamnya. (Zamaksyari, 1407,

h.376)

Ragam penafsiran yang telah dijelaskan oleh ulama tentang makna sumpah

palsu salam QS. A<li-‘Imra>n/3:77, tidak terdapat penafsiran yang saling

bertentangan, bahkan penulis menilai bahwa keragaman penafsiran tersebut saling

melengkapi dan mengarah kepada makna hakikat sumpah palsu yang selaras yaitu

syirik. Hakikat sumpah palsu pada ayat ini menunjukkan terhadap kesyirikan karena

pada ayat ini berbicara tentang orang-orang yang memperjualbelikan janji dan

sumpah-sumpah dengan harga yang murah, menggunakan sumpah demi mendapatkan

65
kepercayaan dari orang lain. Serta penulis juga menyimpulkan bahwa hakikat sumpah

palsu pada ayat ini adalah mereka yang menghalalkan sumpah demi kepentingan

duniawi.

4.3 Ancaman Orang yang Melakukan Sumpah Palsu dalam QS. A<<li ‘Imra>n/

3:77

‫ِإَّن اَّلِذ ْيَن َيْش َتُر ْو َن ِبَعْه ِد الّٰلِه َو َاَمْياِهِنْم َمَثًنا َقِلْياًل ُاوٰۤلِٕى َك اَل َخ اَل َق ُهَلْم ىِف اٰاْلِخ َر ِة َو اَل ُيَك ِّلُم ُه ُم الّٰل ُه َو اَل‬
‫ِل‬ ‫ِه‬ ‫ِق ِة‬ ‫ِا ِه‬
‫َيْنُظُر َلْي ْم َيْو َم اْل ٰي َم َو اَل ُيَز ِّك ْي ْم ۖ َو ُهَلْم َعَذ اٌب َا ْيٌم‬

Terjemahnya:
“Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-
sumpah mereka dengan harga murah, mereka itu tidak memperoleh bagian di
akhirat, Allah tidak akan menyapa mereka, tidak akan memperhatikan mereka
pada hari Kiamat, dan tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang
pedih.” (Kemenag RI, 2010, h.75)

Seorang muslim yang bersumpah, wajib menepati sumpahnya karena dia

bersumpah dengan nama Allah Swt. yang diagungkan. Adapun orang yang melanggar

sumpahnya maka disebut dengan sumpah palsu. Allah Swt., menyebut sumpah palsu

dengan menggunakan nama-Nya dengan istilah menukar janji Allah dan sumpah

mereka dengan harga yang lebih sedikit.

Allah Swt. menganggap orang-orang yang merusak janji dan mencurangi

amanat itu sebagai orang yang “menukar janji mereka dan sumpah-sumpah mereka

dengan harga sedikit,” yang berarti hubungan mereka dengan Allah sudah terjalin

sebelum terjalin antara mereka dan orang lain, yang berarti Allah maha mengetahui

segala apa yang dilakukakan hambanya. Dengan demikian tidak ada bagian (nasib

baik) bagi orang-orang yang semacam itu disisi Allah Swt. karena mereka telah

66
melalakukan manipulasi dan merusak janji mereka demi mendapatkan sesuatu yang

murah harganya, yag berupa kepentingan duniawi yang pantas dijauhi. Dan Allah pun

memberikan ancaman bagi orang yang melakukan hal tersebut. (Quthb, 1992, h.95)

Dalam QS.a>li-‘Imra>n/3:77 terdapat ancaman bagi orang yang melakukan

sumpah palsu diantaranya adalah:

4.3.1 Mereka Tidak Mendapatkan Bagian di Akhirat

‫ اَل َخ اَل َق َلُهْم ِفى اٰاْل ِخَر ِة‬Maksudnya yaitu Allah tidak memberikan apapun itu

bagian di Akhirat seperti tidak dapat kenikmatan di surga yang telah dijanjikan

Allah Swt. pada hambanya kecuali ia bertaqwa.

Berlakunya ancaman ini dengan tidak adanya taubat, jika dia bertaubat

maka gugurlah janji tersebut. Tetapi menurut al-Razi tidak adanya maaf bagi

mereka yang bersumpah palsu. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat QS. al-

Nisa>/4:48

            
       

Terjemahnya:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.

4.3.2 Allah Tidak Akan Menyapa Mereka

‫ َو اَل ُيَك ِّلُم ُهُم ُهّٰللا‬yang dimaksud disini bahwasanya Allah marah/murka atas

mereka, karena telah menjadi hal yang umum saat menyangkal untuk berbicara

dalam sindiran atas kemarahan. Allah Swt. mengabaikan mereka yang

melakukan hal tersebut.

67
Maksud dari kalimat ini ialah kemurkaan Allah bagi orang yang

memperjualbelikan janji Allah dan sumpah mereka dengan harga sedikit. Adapun

pendapat sebagaian ulama mengatakan bahwa ayat ini bermakna Allah tidak

akan berbicara kepada mereka dengan pembicaraan yang memudahkan mereka

dan yang bermanfaat bagi mereka.

4.3.3 Allah Tidak Akan Memperhatikan Mereka di hari Kiamat

‫ َو اَل َيْنُظُر ِاَلْيِه ْم َي ْو َم اْلِقٰي َم ِة‬untuk tidak mau melihatnya yang juga merupakan

sindiran, dan penolakan untuk melihat dalam marah maka penglihatan yang

tertolak tersebut adalah penglihatan khusus. Dan dua sindiran ini diperbolehkan

atas keduanya untuk dimaknai secara makna aslinya. (dimaknai secara aslinya

maksdunya layakanya manusia yang tidak mau berbicara apalagi melihat orang

lain ketika marah atau murka kepada orang lain itu).

Yang dimaksud dari kalimat ini ialah Allah tidak akan melihat mereka

dengan baik (Allah tidak memandang mereka dengan baik) menghilangkan

kekaguman terhadap orang tersebut dengan meninggalkan nilai- nilai kebaikan

kepada orang tersebut. Adapun ungkapan diatas ialah bentuk majaz dimana

majaz tersebut menggambarkan pandnagan Allah penilaian dan kebaikan

seseorang. Meskipun tidak ada kontak diantara Allah dan hamba-Nya. Maka dari

itu ayat ini tidak boleh diartikan sebagai memndang melalui indra penglihatan,

karena sesungguhnya Allah melihat mereka sebagaimana Allah melihat yang

lainnya. Kata memandang dalam ayat ini tidak boleh dimaknai dengan

mengarahkan mata kesisi seseorang untuk memperhatikan, karena sifat ini

termasuk sebagai sifat makhluk yang memeliki bentuk.

68
Ini menjadi dalil oleh para ulama kata naz}ara yang dibarengi dengan

kata ila itu bukan bermakna bukan melihat melalui panca indra.(Al-

Ra>zi>,2013,h. 93)

4.3.4 Allah Tidak Menyucikan Mereka

‫ َو اَل ُيَز ِّك ْيِه ْم‬bermakna tidak akan mensucikan mereka dari dosa yang telah

mereka perbuat dan tidak akan tidak akan berhenti (menghukum) atas pendosaan

mereka, karena barang siapa yang melampaui (batas) kenikmatan dalam

beragama (sampai) kepada memperjual-belikan atau menukarkan janji Allah dan

sumpah-sumpah mereka dengan harga yang murah, maka sebenarnya mereka

telah sampai kepada tujuan (puncak) tertinggi dalam berani kepada Allah, maka

bagaimana bisa mereka mengharapkan kebaikan setelah itu, dan makna daripada

itu juga membawa makna bahwa Allah tidak akan mengembangkan mereka,

dengan kata lain Allah tidak akan memperbanyak keuntungan mereka dalam

kebaikan.

Dan Allah tidak akan memuliakan atau pun tidak memuji mereka sebagai

mana allah memuji para kekasihnya yang suci. Adapun Tazkiyah disni

bermakana suatu pujian Allah terhadap hamba-Nya. Tazkiyah Allah kepada

hambanya ada dua yang pertama bisa saja terkadang disampaikan melalui

malaikat sebagaiaman dalam QS. Al-Rad:23 dan QS. al-Anbiya>’:103 dan kedua

terkadang juga Allah langsung yang memuji hamba-Nya sebagaimana disebutkan

dalam QS. al-Taubah:112 dan QS. Ya>si>n:58 (Al-Ra>zi>,2013,h. 93)

4.3.5 Mendapatkan Azab Yang Pedih

69
‫ َو َلُهْم َع َذ اٌب َاِلْيٌم‬yang artinya mereka aka mendapatkan siksa dari-Nya, jauh

dari pahalanya, bahkan mereka mendapatkan azab yang sangat pedih bagi yang

menukar janji Allah dan sumpah- sumpah mereka dengan harga yang sedikit.

(T{ahir, 1984, h. 289-290)

4.4 Dampak Sumpah Palsu dalam Kehidupan Masyarakat

Bersumpah kini menjadi hal yang biasa dilakukan oleh sebagian banyak di

kalangan masyarakat. Bahkan sebagian besar anak-anak kecil pun begitu mudah

mengucapkan kata-kata sumpah ini. Kata sumpah ini keluar bagitu saja tanpa

memikirkan akibat dan dampak buruk apabila sumpah ini tidaklah benar. Adapun di

antara dampak sumpah palsu dalam kehidupan masyarakat yaitu sebagai berikut:

4.4.1 Lalai

Sifat-sifat kelemahan dari manusia yaitu manusia banyak dicela. Al-

Qur’an mencela manusia disebabkan atas kelalaian manusia akan

kemanusiaannya, kesalahan manusia dalam mempersepsi dirinya, dan kebodohan

manusia dalam memanfaatkan potensi fitrahnya sebagai khalifah Allah swt., di

muka bumi ini. Manusia dicela karena kebanyakan dari mereka tidak mau

melihat kebelakang (akibatnya), tidak mau memahami atau tidak mencoba untuk

memahami tujuan hidup jangka panjang sebagai makhluk yang diberi dan

bersedia menerima amanah. Sebagaimana yang dijelaskan dalam QS.

al-A’raf/7:179

70
          
         
         
 

Terjemahnya:
dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan
dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-
tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang
yang lalai. (Kementerian Agama RI, 2010, h.233)

Ayat di atas menerangkan bahwa kebanyakan jin dan manusia diciptakan

untuk neraka jahannam, di mana mereka memiliki hati namun tidak digunakan

untuk mengambil pelajaran/memahami, memiliki mata namun tidak digunakan

untuk melihat begitu pula dengan telinga yang tidak digunakan untuk mendengar

maka mereka diumpamakan dengan binatang ternak yang berada dalam

kesesatan, bahkan mereka disebut sebagai orang-orang yang lalai.

Dalam hal ini, manusia tidak memanfaatkan potensi hati dan akal

(Nafsinsani), sesungguhnya hanya sampai pada posisi pemanfaatan nafs hewani

(nafsu dan pancaindera), sehingga pada kondisi ini, hakikatnya manusia sama

seperti hewan yang mengalami kebodohan, karena peran akal dan hati tidak

berfungsi. Wujud nyata dari kebodohan tersebut, terlihat melalui tindakan yang

tidak rasional salah satunya seperti kurangnya kesadaran akan kejujuran.

(Saifuddin, 2006, h.118-119)

71
Oleh karena itu, akibat dari kelalain manusia yang begitu mudahnya

bersumpah palsu tanpa memikirkan akibat yang akan diterima, orang-orang yang

melakukan sumpah palsu tidak menggunakan hatinya dalam memahami ayat-

ayat Allah swt., tidak menggunakan matanya dalam melihat kekuasaan Allah

swt., dan tidak menggunakan telinganya dalam mendengarkan ayat-ayat Allah

swt., yang mengancam orang-orang yang bersumpah palsu, maka mereka

termasuk orang-orang lalai yang tidak dapat mengenali/membedakan yang baik

dan buruk.

4.4.2 Zalim

Tindakan kezaliman merupakan pelanggaran terhadap ketentuan-

ketentuan Ilahi. Dalam pandangan Al-Qur’an, segala bentuk kezaliman adalah

dilarang, karena perbuatan tersebut akan merugikan manusia sendiri dalam artian

diri pribadi dan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Di

samping itu, kezaliman bertentangan dengan fitrah dasar manusia seperti yang

dijelaskan Al-Qur’an. (Maizuddin, 2014, h.73)

Salah satu unsur terpenting dalam perbuatan zalim yaitu perbuatan

melampaui batas. Banyak perbuatan-perbuatan yang disebut sebagai zalim akibat

dari perbuatan melampui batas yang telah ditentukan Allah swt., salah satunya

adalah bersumpah palsu. Orang-orang yang mudah bersumpah akan tetapi

disertai dengan kebohongan demi mendapatkan kepercayaan, merupakan

perbuatan yang melampaui batas.

Oleh karena itu, orang-orang yang mudah bersumpah palsu merupakan

orang-orang zalim yang telah menzalimi diri sendiri dan masyarakat yang

72
terkena sumpah palsu, sehingga dapat menimbulkan rasa benci/dendam dan

hilangnya kepercayaan dari masyarakat.

4.4.3 Sesat

Sesat berasal dari bahasa Arab yaitu fi’il atau kata kerja “d}alla-

yud}illu” yang mempunyai bentuk lain yaitu d}alal adalah masdar atau kata

abstrak. Kata d}alal dalam bahasa Indonesia bermakna “sesat” yang merupakan

antonim dari mendapat petunjuk, atau dalam bahasa arab yaitu ihtada>, yang

artinya lagi yaitu penyimpangan/ menyimpang dari jalan agama, batil, dan keluar

dali jalan yang benar. (Ridha, 1367 H, h. 68)

Keengganan untuk memfungsikan potensi fitrah kemanusiaannya, yang

telah diberikan Allah swt., kepada jalan kebaikan menunjukkan mereka berada

dalam kondisi yang sangat kritis ditinjau dari aspek kemanusiaannya. Potensi

yang ada pada manusia merupakan keutamaan yang telah dianugerahkan Allah

swt., kepadanya. Bila potensi itu tidak difungsikan dengan benar, maka mereka

akan terjerumus kepada kehinaan yang paling rendah. (Rahmat, 2007, h.64-65)

Oleh karena itu, orang-orang yang melakukan sumpah palsu tidak

memfungsikan fitrah kemanusiaanya dengan dengan baik. Orang-orang yang

tidak memfungsikan fitrahnya seperti hewan ternak bahkan lebih sesat,

sebagaimana firman Allah swt dalam QS. Al-A’ra>f/7:179

          


          
          

73
Terjemahnya:
dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan
dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-
tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang
yang lalai. (Kementerian Agama RI, 2010, h.233)

Mereka dinyatakan lebih sesat dari hewan ternak karena hewan biasanya

berbuat mengikuti fitrah kehewanannya dan tidak pernah malampauinya. Hewan

dalam bertindak selalu mengikuti fitrah sunnatullah yang telah ditetapkan Allah

swt kepada hewan, bila hewan yang senantiasa mengikuti fitrahnya, sementara

itu hewan tidak memiliki potensi intelektual untuk berfikir, maka manusia yang

tidak mau memfungsikan fitrahnya dengan baik sedangkan ia memiliki

kemampuan berfikir, dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk,

jelas dikatakan lebih sesat dari hewan.

74
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari beberapa hal yang telah penulis tuangkan di atas, maka penulis dapat

merangkum dan menympulkan dari pembahasan tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Hakekat Sumpah Palsu dalam QS. a>li-‘Imra>n/3:77 adalah sumpah

yang diucapkan oleh seseorang dengan menyebut nama Allah Swt.

Sumpah mereka yang ditukarkan dengan harga murah yakni yang bersifat

duniawi yang mengakibatkan siksa di akhirat.

2. Ancaman bagi orang yang melakukan sumpah palsu dalam QS.

A<<li-‘Imra>n/ 3:77 sebagai berikut:

a. Mereka tidak mendapatkan bagian di akhirat yaitu Allah tidak

memberikan apapun itu bagian di Akhirat seperti tidak dapat

kenikmatan di surga yang telah dijanjikan Allah Swt.

b. Allah tidak akan menyapa mereka yaitu Allah marah/murka atas

mereka, Allah Swt. mengabaikan mereka yang melakukan hal tersebut.

c. Allah tidak akan memperhatikan mereka pada hari kiamat, yang

dimaksud yaitu Allah tidak akan melihat kebaikan mereka di akhirat

nanti.

d. Allah tidak akan menyucikan mereka, yang dimaksud yaitu Allah

tidak akan mensucikan mereka dari dosa yang telah mereka perbuat

dan tidak akan tidak akan berhenti (menghukum) atas pendosaan

mereka.

75
e. Bagi mereka adzab yang pedih yang artinya mereka akan mendapatkan

siksa dari-Nya, jauh dari pahalanya.

3. Dampak sumpah palsu dalam kehidupan masyarakat seperti mereka Lalai

atas apa yang dihadapannya, mereke zalim atas diri mereka sendiri serta

pada masyarakat yang terkena sumpah palsu, sehingga dapat

menimbulkan rasa benci/dendam dan hilangnya kepercayaan dari

masyarakat dan yang terakhir yaitu sesat akan jalan yang benar.

5.2 Saran

Sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir dalam memahami

al-Qur’an maka perlu memiliki pengetahuan yang mumpuni dalam mengkaji Ilmu al-

Qur’an dan Tafsirnya. Sehingga dapat memudahkan dalam memahami dan mengkaji

al-Qur’an dengan baik dan benar.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis merasa kesulitan dalam mencari

referensi yang berkaitan dengan penelitian ini. Oleh karena itu, diharapkan dari pihak

IAIN Kendari kembali meninjau dan mempertimbangkan apa-apa saja yang kurang

dan yang sangat diperlukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu al-Qur’an dan

Tafsir. Sehingga dalam mencari berbagai referensi tidak merasa kesulitan dan

mahasiswa akan lebih mudah dalam proses penyelesaiannya.

Setelah penyusunan skripsi ini selesai, penulis sangat menyadari bahwa setiap

penelitian tidak akan lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penelitian

ini tidak dapat dikatakan selesai, sehingga dapat dikaji ulang lebih dalam lagi, agar

dapat menyempurnakan penelitian ini.

76
Demikianlah kesimpulan dan saran-saran yang telah penulis paparkan, semoga

dapat bermanfaat baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain yang

membacanya.

77
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Al-Baqiy, Muhammad Fuad. Al-Mu’jam al-mufarras Li al-fa>dzi al-Qur’a>n


Al-Kari>m. Al-Qohiroh: Darul Kitab Misriyah. 1363.

Abdurrahman, Bin Nashir as-sa’di. Tafsir Al-Qur’an. Dar Ibn al-Jauzi.KSA. 1426 H
Cet II.

Amir ‘Abd al-‘Aziz, Dirasat fi ‘Ulum al-Qur’a>n (Beirut: Dar al-Furqan, 1403
H/1983 M), 10.

Amru Ghozali, Moh.Alwy. Janji Antar Manusia Dalam Al-Qur’an(Kajian Tafsir


Tematik): Ponorogo.2020.

Azis, Sidik Ismail Abdul. Pandangan Bintu syathi Tentang Qasam (Studi Kitab al-
Tafsir al-Bayani Lil Qur’an al-Karim). Lampung: UIN Raden Intan
Lampung. 2018 M/1439 H.

Baidan, N., & Aziz, E. Metodologi Khusus Penelitian Tafsir. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.2016.

Badr, al Di>n Muhammad Bin’Abdulah al Zarkasyi. Al Burha>n fi> ‘Ulu>m al-


Qur’a>n. Cet.1. Beiru>t: Da>r al Fikr. Jilif 3. 1988 M.

Boullata, Issa J. I’ja>z Al-Qur’an al-Kari>m Abra al-Tarikh. terj. BachrumB.


cet.1;Jakarta;Lentera Hati. 2008.

Al-Da’a>s, Ahmad Ubaid. I’ra>b al-Qur’a>n al-Kari>m, Damasky, Da>r al-Muni>r


dan Da>r al-Fara>bi>. 1425 H

Djalalj, Abdul. Ulumul Qur’an Edisi Lengkap. Surabaya. Dunia Ilmu. 1998.

Elhany, Hemlan. Metode Tafsir Tahlili dan Mud}u’i. JURNAL Institut Agama Islam
Negeri Metro Lampung. 2018.

Al-Farmawi, ‘Abdul H>{avy. Metode Tafsir Maudhu’i. Jakarta:PT RajaGrafindo


Persada.1994.

Fikri, Arif Rijalul. Qasam Menurut Ha>mid al-Di>n al-Fara>bi ( Studi atas Kitab
Imam fi> Aqsa>m al-Qur’a>n).

Ghazzi, i. a. (2016). Fathul Qarib . DKI JAKARTA: PUSTAKA AZZAM.

Harun, Salman. Kaidah-Kaidah Tafsir (Jakarta,PT.Qaf Media Keativa,2017)

78
Hawwa, Sa’id. Al-Asa>s Fi> Al-Tafsir. Jilid III. Mesir,Da>r al-Sala>m,1999

Hosen,Muhammad Nadratuzzaman. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Janji (wa’ad).


Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah.2004.

Https://www.kpk.go.id/id/berita/siaran-pers/1952-KPK-tahan-dua-tersangka-suap-
kasus-ekspor-benih-lobster.

Https://www.kompas.id/baca/opini/2020/12/03/korupsi-perikanan-dan-dampaknya/.

Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim, Al-Tibyan Fi> Aqsa>m Al-Qur’an ,Kairo penerbit


Hija>zi>,1933M/ 1325 H.

Kementrian Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahanya. Surabaya: Pustaka Agung


Harapan. 2010.

Luis, al- Munjid fi} al-Lug}}{ho Wa al-a’la>m (Beyrouth, Dar elmachrq,2007).

Mahmud, Ali Abd al-Hali>m. Silsilah al-Tarbiyah al-Isla>miyah Fi> al-Qur’a>n al-
Kari>m, Al-Tarbiyah al-Isla>miyah Fi> Surah a>li-‘Imra>n. (Mesir, Da>r
al-Tauzi’ wa al-Nasyr, 1994)

Mahmud, Bin Abdul Rahim S}afi. Al-jadwal fi> I’rab al-Qur’a>n al-Kari>m.
Beirut. Muassasatul al-ima>n. 1418H.

Maizuddin. Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Kezaliman. Fakultas


Ushuluddin UIN Al-Raniry: Aceh. 2014.

Masduha, Al-Faazh Buku Pintar Memahami Kata-Kata Dalam Al-Qur’an,


Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, 2007

Al-Maturidi, Abu al-Mansur. Takwilatu Ahli Sunnah Tafsir Al-Maturidi. Beirut. Da>r
al Kutub Al Ilmiah 2005

Misnawati, AQSAM Al-Qur’an GAYA BAHASA Al-Qur’an DALAM PENYEMPAIAN


PESAN. Universitas Islam Negeri Ar- Raniry Banda Aceh. Indonesia. 2020.

Muhammad Abubakar,Terjemahan Subulussalam,(Surabaya, al ikhlas,1996) 426.

Munawwir,Ahmad Warson. Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Yogyakarta.


Pustaka Progressif,1997).

Musbikin, Imam. Mutiara Al-Qur’an. Cet. I; Jawa Timur: Jaya Star Nine. 2014.

79
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005).

Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Cet.8 Jakarta:PT Raja Grafindo


Persada,2003.

Al-Qaththan,Syaikh Manna. Terj.Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Jakarta. Pustaka


al-Kautsar. 2005.

Al-Qaththan, Manna bin Khalil, Maba>hits Fi> ‘Ulum al-Qur’a>n . Riya>dh:


Maktabah al-Ma’a>rif li al-Nasyr wa al Tawzi>’. Jilid 1. 2000 M.

Al- Qut}ubi>, Syaikh Imam. Al-J>ami’ Liah{ka>m al-Qur’an. Jakarta: Pustaka


Azzam. 2012

Quthb, Sayyid. Fi> Z}ila>l al-Qur’a>n dibawah Naungan Al-Qur’an, Beirut:


Da>rusy-Syuruq. 1992

Al-Ragib, al-As}fahani. Tafsir Al-Ragib al-Asfahani. Riyadh. Da>r al-Wat}an, 2003

Al-Ra>zi>, Fakhruddin. Al-Tafsi>r al-Kabi<r (Mafa>ti>h al-G}aib). Beirut:Da>r al-


Kutub al-Ilmiyah. 2013.

Ridha, M. Rasyid. Tafsir Al-Qur’an Al-Hakim. Beirut: Da>r Al-Ma’rifah. 1367 H.

Al-S{a>bu>ni>, Muhammad A’li>. Pengantar Study Al-Qur’an. Bandung: Al-


Ma’arif. 1987.

Sa>biq, al-Sayyid. Fiqh al-Sunnah, Juz IV. Cet. III; al-Qa>hirah: Da>r al-Fath. 1999.

Sakni, A. s. Model Pendekatan Tafsir dalam Kajian Islam. JIA/Desember


2013/Th.XIV/Nomor 2, 70.

Al-Salami, Muhammad al-Mukhtar, Al-Qasam fi al-Lughah wa fi al-Qur’a>n. Cet. I.


Beirut: Da>r al-Gharb al-Isla>m, 1999M.

Salim,Abd. Muin. Metodologi Ilmu Tafsir. Yogyakarta. Teras cet. III. April. 2010.

Al- Samirani, Fa>dhil S{a>lih. Ma’a>ni al-Nah{wi. Cet.I. Beirut: Da>r Ih{ya>’ al
Tura>ts al’ Arabiy. Jilid 4. 2007 M .

Shihab, Muhammad Quraish, al- Misbah.Tangerang: Lentera Hati.2012.

---------, Muhammad Quraish. Kaidah Tafsir. Tangerang: Lentera Hati.2013.

---------, Muhammad Quraish. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan. 1997.

80
---------, Muhammad Quraish. Ensiklopedia al-Qur’an: kajian Kosa Kata. Jilid 1, cet.
I. Jakarta: Lentera Hati. 2013.

---------, Muhammad Quraish, Kaidah Tafsir. Syarat, Ketentuan dan Aturan Yang
Patut Anda Ketahui dalam Memahami Ayat-Ayat al-Qur’an. Tangerang:
Lentera Hati. 2013

Simaur, H. Bandarsyah. Qasam Atas Nama Allah dalam Al-Qur’an Studi al-Maraghi.
Lampung :UIN Raden Intan Lampung. 2014.

Sudarto.Metodologi Penelitian Filasafat. Jakarta: Raja Grafindo.2000.

Syubhani, Ja’far. Sumpah-sumpah dalam Al-Qur’an. Cet. I; Jakarta: Nur al-Huda,


2015.

Al-T}aba>ri>, Jarir. Jami’ al-Baya>n an Ta’wil Ayi al-Qur’a>n. Jakarta: Pustaka


Azzam. 2014

Taqitudi, Muh. Qasam Dalam Al-Qur’an (Studi Komparasi Pemikiran Ibn al-Qayyim
al-Jauziyyah dan ‘Aisyah Abdurrahman Bint al-Sya>t}hi terhadap Ayat-ayat
Sumpah). Yogyakarta: Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2010.

Tarebbi, Suardi. Hadis-Hadis Tentang Larangan Bersumpah Selain Dari Nama Allah
SWT. (Studi Kritik dan Analisis Hadis). Makassar: UIN Alauddin Makassar.
2017.

Thahir, Muhammad Ibnu ‘Asyur, Tafsir Al-Tahrir wa Al-Tanwir. Jilid 3.(Tunis: al-
Daar al-Tunisiyah Li al-Nasyr, 1984).

Zahid, Moh, Makna Dan Pesan Penguat Sumpah Allah Dalam Surah-Surah Pendek,
2011.

Al-Zamaksyary, Al-Haqa>iqi ‘an Haqa>iqi G{awa>midi al-Tanzi>li. Beirut: Da>r


al-Kutub al-Arabi. 1407 H

Al-Zuhaili, Wahbah. Tafsir al-Munir. Aqidah, Syari’ah dan Manh}aj. Damaskus:


Da>rul Fikr. 2015.

Zulihafnani. Rahasia Sumpah Allah dalam Al-Qur’an. Aceh:Jurnal substansia Vol.12


No.1. 2011.

81
RIWAYAT HIDUP

A. DATA IDENTITAS DIRI


1. Nama Lengkap : Annisa Fadhilah Nursyah
2. NIM : 17030105036

82
3. Tempat, Tanggal Lahir : Makassar, 12-01-1999
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Perguruan Tinggi : Institut Agama Islam Negeri Kendari
7. Fakultas/Program Studi: FUAD/Ilmu Al-Qur’a>n dan Tafsir
8. Alamat : Jaln. Lasandara, Mandonga
9. Organisasi : IKPM Cabang Kendari
10. Motto : Inna Ma’a Al-‘Usri Yusra

B. DATA KELUARGA
1. Nama Orang Tua
a. Ayah : Syaifuddin Mustaming S.Ag., M.Ag
b. Ibu : Helmi Irmawati Sirman S.Ag
2. Data Saudara Kandung
a. Kakak :-
b. Adik Ke-I : Muhammad Rafi Ar-Rasyid Nursyah
c. Adik Ke-2 : Muhammad Abdul Hafidz Nursyah
d. Adik Ke-3 : Muhammad Abdul Hakim Nursyah
C. RIWATAT PENDIDIKAN
1. SDN 1 Lamokato (2004-2010)
2. Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 4 Kendari (2010-2016)

Kendari. 27 Oktober 2021 M.


Penulis,

ANNISA FADHILAH NURSYAH


NIM.17030105036

83

Anda mungkin juga menyukai