Anda di halaman 1dari 44

PERBANDINGAN DHABTH MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN

MUSHAF AL-QUDDUS BI AL-RASM AL-‘UTSMÂNÎ


(Kajian Mushaf Perspektif Ilmu Dhabth)
Skripsi ini Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:
Ummu Zahra Rifka Irkhamna
NIM. 16210799

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN & TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN & DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)
JAKARTA
1441 H/2020 M
PERBANDINGAN DHABTH MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN
MUSHAF AL-QUDDUS BI AL-RASM AL-‘UTSMÂNÎ
(Kajian Mushaf Perspektif Ilmu Dhabth)
Skripsi ini Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:
Ummu Zahra Rifka Irkhamna
NIM. 16210799

Pembimbing:
Drs. Arison Sani, M.A

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN & TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN & DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)
JAKARTA
1441 H/2020 M
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skirpsi dengan judul “Perbandingan Dhabth Mushaf Standar Indonesia dan


Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî (Kajian Mushaf Perspektif Ilmu
Dhabth)” yang disusun oleh Ummu Zahra Rifka Irkhamna Nomor Induk
Mahasiswa: 16210799 telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan ke sidang
munaqasyah.

Jakarta, 24 Juli 2020

Pembimbing,

Drs. Arison Sani, M.A

i
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Perbandingan Dhabth Mushaf Standar Indonesia dan


Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî (Kajian Mushaf Perspektif Ilmu
Dhabth)” oleh Ummu Zahra Rifka Irkhamna dengan NIM 16210799 telah
diujikan pada sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut
Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta pada tanggal 3 Agustus 2020. Skripsi telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S. Ag).

Jakarta, 14 Agustus 2020


Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta

Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc, M. A


Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., M. A Mamluatun Nafisah, S. Ud., M. Ag


Penguji 1, Penguji 2,

Ahmad Hawasi, M. Ag Istiqomah, M. A


Pembimbing,

Drs. Arison Sani, M. A


PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ummu Zahra Rifka Irkhamna

NIM : 16210799

Tempat/Tanggal Lahir : Banyumas, 19 April 1997

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Perbandingan Dhabth Mushaf


Standar Indonesia dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî (Kajian
Mushaf Perspektif Ilmu Dhabth)” adalah benar-benar asli karya saya kecuali
kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam
karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Bekasi, 24 Juli 2020

Ummu Zahra Rifka Irkhamna

iii
MOTTO

Never do thing by halves

(Jangan melakukan sesuatu dengan setengah-setengah)

It because the action never betray the result

(Karena usaha tidak pernah mengkhianati hasil)

     

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya


(Q.S. Al-Baqarah [2]: 286)

iv
PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

Ummi dan Abi yang selalu mencurahkan kasih sayangnya tiada henti dan tak
terhingga, selalu memotivasi, dan memberi bimbingan juga saran terbaik.

Mengajarkan untuk selalu berusaha, tawakkal, berdoa, bekerja keras, jujur,


dan segala hal yang terbaik untuk diri penulis yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu.

Adik laki-laki dan perempuan penulis yang selalu memberikan doa dan
harapan terbaik untuk penulis.

Seluruh keluarga besar penulis yang sudah mendukung dan mendoakan


penulis.

Dosen Pembimbing Bapak Drs. Arison Sani, M.A dan Dekan Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah Bapak Muhammad Ulinnuha Husnan, Lc., M.A
yang selalu memotivasi penulis dan teman-teman seperjuangan.

Teman-teman seperjuangan semester 8 angkatan 2016 khususnya fakultas


Ushuluddin dan Dakwah program studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir

Teman-teman satu kelompok bimbingan yang selalu mendukung dan


memotivasi di kala pandemi COVID-19

Untuk seluruh ulama dalam bidang Al-Qur‟an yang sangat berpengaruh


dalam penyusunan skripsi penulis

Tak lupa kepada Almamater tercinta, Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta,


Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Prodi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir

v
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Segala Puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Yang telah memberikan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya kepada seluruh makhluk-Nya. Sehingga penulis
selesai dalam menulis skripsi dengan judul PERBANDINGAN DHABTH
MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF AL-QUDDUS BI AL-
RASM AL-„UTSMÂNÎ (KAJIAN MUSHAF PERSPEKTIF ILMU
DHABTH). Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW serta keluarga dan para sahabatnya. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai
pihak penulisan ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu sudah
sepantasnya penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
berperan dalam penyusunan skripsi ini, yakni:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, M.A selaku Rektor Istitut
Ilmu Al-Qur‟an Jakarta.
2. Bapak Dr. Muhammad Ulinnuha Husnan, Lc., M.A selaku Dekan
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur‟an.
3. Bapak Drs. Arison Sani, M.A selaku Dosen Pembimbing yang penuh
kesabaran dan kearifan beliau sehingga bersedia untuk meluangkan
waktu, tenaga, dan ide pikiran untuk membimbing, mengoreksi, serta
memberi banyak saran baik dan bagus untuk penulis, sehingga,
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Seluruh dosen Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta Fakultas Ushuluddin
dan Dakwah yang telah mengenalkan penulis tentang beranega ragam
disiplin ilmu dan memberikan banyak waktunya untuk mengajar.
5. Ummi dan Abi tercinta, Wildan, Syakira, dan seluruh keluarga yang
selalu mendoakan dan mendukung penulis untuk tetap semangat

vi
6. dalam menuntut ilmu serta dukungan selama proses penyelesaian
skripsi ini.
7. Sahabat terbaik Ikrimah Rizqia dan Nurhikmatul Maulia yang selalu
memberi masukan, informasi terkait data penelitian serta hal lainnya.
Seluruh teman-teman semester 8 fakultas Ushuluddin dan Dakwah
prodi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir (IAT A) yang selalu memberi
semangat, motivasi, dan selalu berbagi cerita pengalaman ketika
menyusun skripsi di kala pandemi COVID-19 ini.
8. Teman-teman semester 8 angkatan 2016 yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu, yang selalu mendukung, membantu, dan
mendoakan penulis dalam setiap langkah penyelesaian skripsi ini.
9. Terakhir untuk semua pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung yang turut serta membantu dan memberikan informasi, data
terkait skripsi dari awal proses penelitian hingga skripsi ini dapat
terselesaikan.

Bekasi, 25 Juli 2020

Ummu Zahra Rifka Irkhamna

vii
DAFTAR ISI

Persetujuan Pembimbing ............................................................................ i


Lembar Pengesahan .................................................................................... ii
Pernyataan Penulis ..................................................................................... iii
Motto .......................................................................................................... iv
Persembahan ............................................................................................... v
Kata Pengantar ........................................................................................... vi
Daftar Isi ..................................................................................................... viii
Daftar Tabel ................................................................................................ ix
Pedoman Transliterasi ................................................................................ x
Abstrak ....................................................................................................... xvi
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Permasalahan ............................................................................... 8
1. Identifikasi Masalah ............................................................... 8
2. Pembatasan Masalah .............................................................. 9
3. Perumusan Masalah ............................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 10
E. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 11
F. Kerangka Teori ............................................................................ 15
G. Metodologi Penelitian .................................................................. 16
H. Teknik Penulisan .......................................................................... 18
I. Sistematika Penulisan ................................................................. 18

BAB II: SEJARAH PENULISAN AL-QUR‟AN DAN DHABTH

A. Sejarah Penulisan Al-Qur‟an ....................................................... 20

viii
1. Pengumpulan Al-Qur‟an pada Masa Nabi Muhammad SAW
................................................................................................ 20
2. Pengumpulan Al-Qur‟an pada Masa Abu Bakar .................. 21
3. Pembukuan Al-Qur‟an pada Masa Usman bin Affan ........... 22
B. Sejarah Dhabth Al-Qur‟an ........................................................... 25
C. Ruang Lingkup Tanda Baca (Dhabth) ........................................ 31

BAB III: PROFIL MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF


AL-QUDDUS BI AL-RASM AL-‘UTSMÂNÎ
A. Sejarah Mushaf Standar Indonesia ................................................. 39
1. Definisi Mushaf Al­Qur‟an Standar Indonesia ........................ 39
2. Sejarah Penulisan Mushaf Al­Qur‟an Standar Indonesia ......... 40
3. Latar Belakang Penulisan Mushaf Al­Qur‟an Standar Indonesia
................................................................................................... 42
4. Identifikasi Fisiologis ............................................................... 44
B. Sejarah Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-Utsmânî ..................... 46
1. Sejarah Penulisan Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-Utsmânî ............. 46
2. Identifikasi Fisiologis ............................................................... 47

BAB IV: ANALISIS PERBEDAAN PENULISAN HARAKAT DAN


TANDA BACA DALAM MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN
MUSHAF AL-QUDDUS BI AL-RASM AL-UTSMÂNÎ
A. Persamaan dan Perbedaan Penulisan Harakat dan Tanda Baca Mushaf
Standar Indonesia dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-Utsmânî
......................................................................................................... 50
B. Faktor Penyebab Perbedaan ........................................................... 81

BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 84

ix
B. Saran ............................................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 86

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1 ........................................................................................................ 52

xi
PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi adalah penyalinal dengan penggantian huruf dari abjad satu ke


abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi di IIQ, transliterasi Arab-Latin
mengacu pada berikut ini:

1. Konsonan

‫أ‬ :a ‫ط‬ : th

‫ب‬ :n ‫ظ‬ : zh

‫ت‬ :t ‫ع‬ :„

‫ث‬ : ts ‫غ‬ : gh

‫ج‬ :j ‫ؼ‬ :f

‫ح‬ :h ‫ؽ‬ :q

‫خ‬ : kh ‫ؾ‬ :k

‫د‬ :d ‫ؿ‬ :l

‫ذ‬ : dz ‫ـ‬ :m

‫ر‬ :r ‫ف‬ :n

‫ز‬ :z ‫ك‬ :w

‫س‬ :s ‫ق‬ :h

‫ش‬ : sy ‫ء‬ :‟

‫ص‬ : sh ‫م‬ :y

‫ض‬ : dh

2. Vokal

xii
Vokal Vokal Vokal
Tunggal Panjang Rangkap

Fathah :a ‫آ‬:â ‫ ْيم‬...: ai

Kasrah :i ‫م‬:î ‫ ْيك‬...: au

Dhammah : u ‫ ك‬: ȗ

3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam (‫ )اؿ‬qamariyah

Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (‫ )اؿ‬qamariyah

ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:


‫ البقرة‬: al-Baqarah ‫ المدينة‬: al-Madînah

b. Kata Sandang yang diikuti alif lam (‫ )اؿ‬syamsiyah

Kata Sandang yang diikuti alif lam (‫ )اؿ‬syamsiyah

ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan


dan sesuai dengan bunyinya. Contoh:
‫الرجل‬ : ar-rajulu ‫السيدة‬ : as-sayyidah

‫الشمس‬ : asy-syamsu ‫الدارمى‬ : ad-Dârimî

c. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang
(‫)ﹽ‬, sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,

yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd.


Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydîd yang berada di
tengah kata, di akhir kata, ataupun yang terletak setelah kata
sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:

xiii
‫أَأمنَّن ِب ِب‬
‫ا‬ ‫َأ‬ : Âmannâ billâhi

‫الس َأ َأ ءُس‬
‫أ َأَأم َأ ُس‬ : Âmana as-Sufahâ‟u

‫إِب َّنف الَّن ِبذم‬ : Inna al-ladzîna

‫الرَأ ِب‬
‫َأك ُّر‬ : wa ar-rukka‟i

d. Ta‟ Marbȗthah (‫)ة‬


Ta‟ Marbȗthah (‫ )ة‬apabila berdiri sendiri, waqaf, atau diikuti oleh
kata sifat (na‟at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi
“h”. Contoh:
‫َأااْي فِب َأدةُس‬ : al-af‟idah

‫اا ْي َأ ِبميِّيةُس‬
‫الل ِبم َأةُس ِب‬
‫َأ‬ : al-Jâmi‟ah al-Islâmiyyah

Sedangkan Ta‟ Marbȗthah (‫ )ة‬yang diikuti atau disambungkan (di-


washal) dengan kata benda (isim), maka dialih akasarakan menjadi
huruf “t”. Contoh:
‫َأ ِبم َأةٌة َأ ٍص‬
‫ابَأةٌة‬ : Âmilatun Nâshibah

‫ُسك ْيبػ َأرل‬


‫ ااّيَأةَأ ال ُس‬: al-Âyat al-Kubrâ

4. Huruf Kapital
Sistem penulsan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapu
apabila telaj dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal
kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-
lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alim
aksaara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan
ketentuan lainnya. adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata
sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan
kata sandangnya. Contoh:
xiv
„Alî Hasan al-Âridh, al-Asqallânî, al-Farmawî, dan seterusnya.
Khusus untuk penulisan kata Al-Qur‟an dan nama-nama surahnya
menggunakan huruf kapital. Contoh:
Al-Baqarah, Al-Fâtihah, dan seterusnya.

xv
ABSTRAK

Skripsi ini terdorong dari keprihatinan penulis terhadap masyarakat


yang mayoritasnya belum banyak memahami ilmu dhabth. Ditambah dengan
kenyataan di lapangan, bahwa Mushaf Madinah sudah tersebar dan
digunkanan yang pada dasarnya memiliki tanda baca yang berbeda dengan
Mushaf Standar Indonesia. Di Indonesia, terdapat mushaf yang memiliki
kemiripan dengan Mushaf Madinah baik dari segi rasm dan tanda baca, yaitu
Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî. Mushaf ini memiliki keunikan
tersendiri dibandingan dengan Mushaf Madinah. Hal ini penting untuk
diperhatikan, karena sudah banyak masyarakat umum yang menggunakan
Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî.
Untuk itu, penulis tertarik untuk menjelaskan perbedaan dari Mushaf Standar
Indonesia dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî.
Pada penelitian ini penulis akan membahas mengenai pengertian ilmu
dhabth yang akan dipraktekkan ke dalam Mushaf Standar Indonesia dan
Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî juga disertai dengan persamaan
dan perbedaan dari keduanya. Penelitian ini memiliki persamaan dengan
penelitian sebelumnya yakni, membahas ilmu dhabth yang juga dipraktekkan
ke dalam mushaf. Namun, mushaf yang dipraktekkan tidak sama dengan
mushaf yang penulis teliti, sehingga, akan menghasilkan kesimpulan yang
berbeda.
Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan (library research) dan
internet research yang menjadikan Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Al-
Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî sebagai sumber primer. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan historis yakni, membahas tentang awal
peristiwa yang terjadi dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek,
latar belakang, dan pelaku dari peristiwa. Sedangkan, metode yang digunakan
adalah metode deskriptif-analitis yaitu, mengumpulkan data-data yang
berhubungan dengan pembahasan mengenai harakat dan tanda baca pada
kedua mushaf tersebut.
Setelah melaksanakan penelitian dan analisis pada Mushaf Standar
Indonesia dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî dapat simpulkan
bahwa, konsep bentuk harakat, sukȗn, dan syiddah pada Mushaf Standar
Indonesia dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî sama yakni,
mengikuti gagasan Khalîl bin Ahmad al-Farâhidî. Sedangkan, konsep mad
dan hamzah memiliki perbedaan pada tempat-tempat tertentu.

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur‟an diturunkan melalui tiga tahapan. Pertama,
diturunkan ke Lauh al-Mahfûzh. Kedua, diturunkan ke Bait al-„Izzah
ke langit dunia pada malam al-Qadr sekaligus. Ketiga, diturunkan
berangsur-angsur menurut kejadian yang dialami Nabi Muhammad
SAW.1 Alasan Al-Qur‟an diturunkan berangsur-angsur dapat dilihat
pada Q.S. Al-Isrâ‟ [17]: 106 dan Q.S. Al-Furqân [25]: 32,2

         

“dan Al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur


agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan
Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (Q.S. Al-Isrâ‟ [17]: 106)

          

      

“berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al-Quran itu tidak


diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami
perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil
(teratur dan benar).” (Q.S. Al-Furqân [25]: 32)
Inilah dua ayat yang menjadi dasar penurunan Al-Qur‟an
secara bertahap kepada Nabi SAW. yaitu diantaranya adalah agar

1
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir, (Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2009), Ed. 3, Cet. I, h. 71
2
Anshori, Ulumul Qur‟an, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), Cet. 1, h. 58-59

1
2

dapat mengukuhkan dan meneguhkan hati Nabi SAW, agar Al-Qur‟an


mudah dihafal dan dipahami oleh kaum muslimin, agar dapat
menetapkan hukum secara bertahap, dan lain sebagainya.3

Dengan mempelajari Al-Qur‟an, manusia akan menambah


perbendaharaan ilmu pengetahuan, memperluas wawasan dan
pandangan, menemukan perspektif dan paradigma baru, serta
menemukan hal-hal yang baru pula. Lebih dalam lagi mempelajari
kandungan Al-Qur‟an dapat mendorong lebih meyakini kebenaran dan
keunikan kandungannya. Ini semua menunjukkan kebesaran Allah
Yang Maha Pengasih lagi Maha Perkasa atas segala ciptaan-Nya.4 Al-
Qur‟an memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifatnya.
Salah satu diantaranya adalah kitab yang keotentikannya dijamin oleh
Allah, dan ia adalah kitab yang selalu terpelihara. Seperti firman-Nya
dalam Q.S. Al-Hijr [15]: 9,

       


“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (Q.S. Al-Hijr [15]:
9).5
Penulisan Al-Qur‟an sudah dimulai sejak Al-Qur‟an turun
pertama kali kepada Rasulullah SAW. Namun, penulisan ini masih
belum berbentuk mushaf seperti sekarang ini, melainkan masih dalam
bentuk kepingan-kepingan tulang, pelepah-pelepah kurma, maupun
batu-batu. Para penulis wahyu yang merupakan sahabat-sahabat Nabi

3
Anshori, Ulumul Qur‟an, h. 59-62
4
Yusron Masduki, “Sejarah Turunnya Al-Qur‟an Penuh Fenomenal (Muatan Nilai-Nilai
Psikologi dalam Pendidikan)”, dalam jurnal Medina-TE, Vol. 16 No. 1 Juni 2017, h. 39
5
Muslimin, “Pembukuan dan Pemeliharaan Al-Qur‟an”, dalam jurnal Tribakti, Vol. 25
No. 2 September 2014, h. 280
3

SAW dan diangkat menjadi sekretaris diantaranya Ali bin Abi Thalib,
Mu‟awiyyah, Ubay bin Ka‟ab, dan Zaid bin Tsabit.6
Setelah Rasulullah SAW wafat, kemudian diangkatlah Abu
Bakar (w. 13 H/634 M) menjadi khalifah pertama. Pada masa ini, Al-
Qur‟an kembali dikumpulkan karena terjadinya peperangan Yamamah
yang banyak menggugurkan para qurrâ‟, yang kemudian
membangunkan semangat Umar bin Khatthab untuk mengumpulkan
dan membukukan Al-Qur‟an dan mengajukannya kepada Abu Bakar.
Pendapat ini tidak serta merta disetujui oleh Abu Bakar karena,
menurutnya perbuatan ini tidak dilakukan pada masa Nabi SAW.
Namun, Umar bin Khatthab terus mendesak Abu Bakar yang
kemudian, Allah SWT melapangkan hati Abu Bakar dan ia
menyetujuinya.7
Sepeninggal Abu Bakar, pemerintahan kembali ke Umar bin
Khaththab (w. 23 H/644 M). Suhuf pun berpindah kepadanya, sampai
meninggal dan selanjutnya disimpan oleh putrinya yang juga istri
Rasulullah SAW. Hafshah binti Umar (w. 45 H/665 M). Meskipun di
masa ini tidak ada persoalan serius tentang penulisan mushaf, namun
sempat tercatat terdapat beberapa persoalan terkait qirâ‟at Al-Qur‟an
yang akan mengalami puncaknya di masa Usman bin Affan.8
Pengumpulan mushaf terjadi kembali pada masa Khalifah
Usman bin Affan. Penyebaran Islam bertambah dan para penghafal
Al-Qur‟an pun tersebar di berbagai wilayah. Penduduk di setiap
wilayah itu pun mempelajari qirâ‟at dari qâri‟ yang dikirim kepada
mereka. Cara pembacaan qirâ‟at Al-Qur‟an yang mereka bawakan

6
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir, h. 71
7
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir, h. 72-73
8
Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan Rasm Usmani, ( tt. p.: Azza Media, 2018), Cet. I, h.
35-36
4

berbeda-beda sejalan dengan perbedaan „huruf‟ yang dengannya Al-


Qur‟an diturunkan. Ketika terjadi perang Armenia dan Azerbaijan
dengan penduduk Iraq, diantara orang yang ikut menyerbu kedua
tempat itu ialah Hudzaifah bin al-Yaman (w. 36 H/656 M). Beliau
banyak melihat perbedaan bacaan dalam membaca Al-Qur‟an.
Sebagian bacaan itu bercampur dengan kesalahan, tetapi masing-
masing tetap mempertahankan dan berpegang pada bacaannya, serta
menentang setiap orang yang menyalahi bacaannya dan bahkan
mereka saling mengkafirkan. Melihat kenyataan ini, Hudzaifah segera
menghadap Usman dan melaporkan kepadanya atas apa yang telah
dilihatnya. Para sahabat sangat memprihatinkan kenyataan ini, karena,
takut jika perbedaan itu akan menimbulkan penyimpangan dan
perubahan. Mereka bersepakat untuk menyalin lembaran-lembaran
yang pertama yang ada pada Abu Bakar dan menyatukan umat Islam
pada lembaran-lembaran itu dengan bacaan tetap pada satu huruf.9
Usman bin Affan kemudian mengirimkan utusan kepada
Hafshah binti Umar untuk meminjam mushaf Abu Bakar yang ada
padanya, dan Hafshah pun mengirimkan lembaran-lembaran itu
kepada Usman bin Affan. Lalu, Usman bin Affan memanggil Zaid bin
Tasbit, Abdullah bin al-Zubair, Said bin „Asra, dan Abdurrahman bin
Haris bin Hisyam untuk bertugas menulis serta menyalin Al-Qur‟an -
ketiga orang terakhir ini adalah orang Quraisy- lalu memerintahkan
pula agar apa yang diperselisihkan Zaid dengan ketiga orang Quraisy
itu ditulis dalam bahasa Quraisy, karena Al-Qur‟an turun dengan logat
mereka.

9
Nasruddin, “Sejarah Penulisan Al-Qur‟an (Kajian Antropologi Budaya)”, dalam jurnal
Rihlah, Vol. II No. 1 Mei 2015, h. 60-61
5

Setelah mereka menyalinnya menjadi beberapa mushaf,


Usman mengembalikan lembaran-lembaran asli itu kepada Hafshah
kemudian Usman mengirimkan salinan ke setiap wilayah dan
memerintahkan agar semua Al-Qur‟an atau mushaf lainnya dibakar.
Dan satu mushaf yang ditahan untuk disimpan di Madinah yang
dikenal dengan “mushaf al-Imâm”.10
Ibnu Jarir mengatakan berkenaan dengan apa yang telah
dilakukan oleh Usman, “Ia menyatukan umat Islam dengan satu
mushaf dan satu huruf, sedang mushaf yang lain dibakar. Dengan
demikian, segala qirâ‟at yang lain sudah dimusnahkan dan bekas-
bekasnya juga sudah tidak ada. Sudah tidak ada jalan lagi bagi orang
yang ingin membaca dengan ketujuh huruf itu dan kaum muslimin
juga telah menolak qirâ‟ah dengan huruf-huruf yang lain tanpa
mengingkari kebenarannya atau sebagian dari padanya. Hal itu demi
kebaikan kaum muslimim sendiri.11
Dalam sejarah penulisan Al­Qur‟an pada masa awal, penulisan
harakat dan tanda baca belum berbentuk seperti sekarang ini,
melainkan masih berbentuk titik bulat kecil dengan warna-warna
tertentu sesuai dengan daerah masing-masing. Seperti hitam, merah,
kuning, dan hijau.12 Dalam kitab Rasm al-Mushaf wa Naqtuh karya
al-Farmawi menyebutkan bahwa sistem pewarnaan harakat dan tanda
baca memiliki varian yang berbeda-beda berdasarkan wilayah daerah
tertentu. Seperti pada Mushaf Madinah dan Mushaf Andalus, kedua
mushaf ini memiliki perbedaan diantaranya warna hitam pada Mushaf

10
Nasruddin, “Sejarah Penulisan Al-Qur‟an (Kajian Antropologi Budaya)”, h. 61
11
Nasruddin, “Sejarah Penulisan Al-Qur‟an (Kajian Antropologi Budaya)”, h. 61-62
12
Zaenal Arifin Madzkur, “Harakat dan Tanda Baca Mushaf Al-Qur‟an Standar
Indonesia dalam Perspektif Ilmu Dhabt”, dalam Jurnal Ṣuḥuf Vol. 7 No. 1 Juni 2014, h. 4-5
6

Madinah digunakan untuk menulis huruf dan titik huruf, sedangkan


Mushaf Andalus warna hitam digunakan untuk menulis huruf saja.13
Tanda baca yang ada pada zaman para sahabat berbeda dengan
yang ada pada zaman sekarang. Harakat dan tanda baca yang kita
kenal sekarang itu seperti, fathah yang dilambangkan dengan garis
miring lurus yang terletak di atas huruf, kasrah yang dilambangkan
dengan garis miring lurus yang terletak di bawah huruf, dan dhammah
yang dilambangkan dengan wawu kecil yang terletak di atas huruf.
Hal ini dikenal dengan naqthu al­i‟râb yakni titik yang menandakan
baris huruf. Selanjutnya, ada naqthu al­i‟jâm yakni titik yang
menandakan jenis huruf seperti, ba‟ ta‟, tsa‟, dan lain sebagainya.
Walaupun harakat dan tanda baca yang telah dibuat dan juga
telah diseragamkan sekarang, perbedaan akan tetap muncul dengan
tujuan mempermudah bagi para penghafal dan pembaca Al-Qur‟an
dalam membacanya. Perbedaan tanda baca ini terjadi pada mushaf
terbitan di Indonesia yaitu Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-
„Utsmânî yang sudah hampir mirip menyerupai Mushaf Madinah baik
dalam hal rasm maupun tanda baca.
Melihat adanya keserupaan antara Mushaf Al-Quddus Bi Al-
Rasm Al-„Utsmânî dengan Mushaf Madinah baik dari segi rasm
ataupun tanda baca, sebelumnya, penulis akan menjelaskan bahwa
banyak masyarakat Indonesia yang masih belum faham bagaimana
perbedaan tanda baca antara Mushaf Al-Qur‟an yang distandarkan di
Indonesia dengan Mushaf Madinah. Mungkin, sekilas pembaca atau
pengguna Mushaf cetakan Madinah mengetahui dan sadar bahwa
penulisan tanda baca antara Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf

13
Abdul-Hayy al-Farmawi, Rasm al-Mushaf wa Naqtuhu, (Makkah: al-Maktabah al-
Makkiyah, 2004 M/1425 H), Cet. 1, hlm. 308-309.
7

Madinah berbeda. Namun, bisa jadi kepengetahuan itu tidak


berpengaruh kepada seorang pembaca untuk ingin mempelajari
perbedaan tanda baca antara Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf
Madinah yang pada hakikatnya akan berpengaruh kepada bacaan Al-
Qur‟an.
Berhubung pembahasan mengenai tanda baca pada Mushaf
Madinah telah banyak dibahas, maka, pada penelitian ini penulis
memilih Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî untuk diteliti,
karena, jika dilihat pada rasm, harakat, maupun tanda baca kedua
mushaf ini memiliki persamaan yang cukup mirip, walaupun terdapat
perbedaan yang perlu diperhatikan. Untuk itu, penulis akan
mengambil contoh ayat yang terdapat pada Mushaf Al-Quddus Bi Al-
Rasm Al-„Utsmânî, karena pada penelitian ini penulis akan fokus
membahas harakat dan tanda baca pada Mushaf Al-Quddus Bi Al-
Rasm Al-„Utsmânî. Contoh dalam Q.S. Al­An‟âm [6]: 94,
Mushaf Standar Indonesia,

Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî,

Dari kedua contoh di atas kata syurakâ‟u terlihat adanya


perbedaan tanda baca antara Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf
Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî, yakni, dalam Mushaf Al-Quddus
Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî ditulis dengan alif kecil setelah fathah,
sedangkan dalam Mushaf Standar Indonesia ditulis dengan fathah
berdiri, juga tanda mad wajib muttashîl yang berbeda, dan pada
8

Mushaf Standar Indonesia tidak terdapat tanda sifrun mustadîr,


sedangkan dalam Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî
terdapat sifrun mustadîr sebagai tanda bahwa huruf tersebut termasuk
huruf ziyâdah dan tidak dibaca. Namun, apabila seorang pembaca Al-
Qur‟an tidak mengetahui bagaimana maksud dari tanda baca tersebut
maka seorang pembaca akan membacanya dengan bacaan mad atau
bacaan panjang pada kata „û‟.
Penelitian mengenai perbedaan harakat dan tanda baca pada
Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Madinah memang sudah sering
dibahas. Untuk itu, penulis mengambil sampel dari Mushaf Al-
Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî yang juga banyak digunakan para
penghafal Al-Qur‟an. Pada permasalahan ini penulis tertarik untuk
membahas dengan melakukan penelitian dengan judul
“PERBANDINGAN DHABTH MUSHAF STANDAR
INDONESIA DAN MUSHAF AL-QUDDUS BI AL-RASM AL-
‘UTSMÂNÎ (Kajian Mushaf Perspektif Ilmu Dhabth)”.

B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, mucullah beberapa
persoalan yang perlu dibahas secara detail dan mendalam.
Diantara pembahasan yang dapat diidentifikasikan penulis adalah:
a. Banyaknya masyarakat yang masih belum mengenal tentang
kajian ilmu dhabth, maka, dari penelitian ini penulis akan
menjelaskan apa pengertian dari Ilmu Dhabth al-Qur‟an?
b. Banyak juga masyarakat yang telah menggunakan Mushaf
Madinah yang pada dasarnya memiliki perbedaan tanda baca
dengan Mushaf Standar Indonesia. Di Indonesia sendiri,
9

terdapat Mushaf yang memiliki keserupaan dengan Mushaf


Madinah yakni, Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî.
Untuk itu, penulis tertarik untuk membahas bagaimana
persamaan dan perbedaan tanda baca pada Mushaf Standar
Indonesia dengan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-
„Utsmânî?
c. Penelitian ini fokus kepada persamaan dan perbedaan dari segi
naqthu al-i‟jâm dan naqthu al-i‟râb yang merujuk pada kitab
Irsyâdu Al-Thâlibîn Ilâ Dhabti al-Kitâbi al-Mubîn karya
Muhammad Sâlim Muhaisin.

2. Pembatasan Masalah
Agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan menghindari
adanya penyimpangan dari tujuan penulisan, maka penulis akan
membatasi rumusan masalah tersebut dengan hal-hal seputar
Mushaf Standar Indonesia Mina dari percetakan Sygma
Exagrafika tahun 2011 dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-
„Utsmânî terbitan CV. Mubarakatan Thoyyibah di percetakan PT.
Buya Barokah. Hal ini dibutuhkan supaya masalah tidak melebar
kepada materi-materi yang tidak bersangkutan.
Penulis membahas masalah dengan merujuk kitab Irsyâdu Al-
Thâlibîn Ilâ Dhabti al-Kitâbi al-Mubîn yang meliputi harakat,
sukȗn, tasydîd, mad, isymâm, imâlah, hamzah washal, hamzah
washal yang menjadi ibtidâ‟, rasm yang dibuang, rasm yang
ditambah, dan bentuk lâm alif.

3. Rumusan Masalah
10

Berdasarkan uraian di atas, penulis akan menarik suatu rumusan


pokok masalah sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan ilmu Dhabth al-Qur‟an?
b. Bagaimana persamaan dan perbedaan tanda baca Mushaf
Standar Indonesia dengan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-
„Utsmânî?
c. Apa faktor perbedaan yang terdapat pada Mushaf Standar
Indonesia dengan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-
„Utsmânî?

C. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian atau kajian tentunya memiliki tujuan yang mendasari
penulisan tersebut. Dengan hal ini, tujuan penulisan skripsi ini adalah:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan ilmu Dhabth al-Qur‟an
2. Mendeskripsikan persamaan dan perbedaan tanda baca Mushaf
Standar Indonesia dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî
3. Mengetahui faktor perbedaan yang terdapat pada Mushaf Standar
Indonesia dengan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini:
1. Secara teoritis, penelitian ini dapat digunakan untuk memperkaya
khazanah keilmuwan Islam di bidang Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir
terutama dalam tema perbangingan antara Mushaf Standar
Indonesia dengan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi para
cendekiawan dan masyarakat serta aktivis dakwah dan diharapkan
11

hasil tulisan ini dapat dipergunakan dan dikaji lebih lanjut pada
periode berikutnya sesuai dengan perkembangan zaman.

E. Tinjauan Pustaka
Sebagaimana tujuan dari tinjauan pustaka adalah berisi tentang
kajian literatur yang relevan dengan pokok bahasan penelitian yang
akan dilakukan. Jadi, tinjauan pustaka adalah bahan pustaka yang
diulas dari buku, jurnal yang membahas tentang topik yang akan
hendak diteliti.14
Berdasarkan hal tersebut maka, peneliti akan sedikit
menguraikan tinjauan pustaka yang berkaitan dengan tema
“Perbandingan Dhabth Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Al-
Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî (Kajian Mushaf Perspektif Ilmu
Dhabth)”.
1. Skripsi yang ditulis oleh Nurul Najihah bintu Husin tahun 2018
dengan Judul “Metode Penulisan Al-Qur‟an di Ma‟had Tahfizh Al-
Qur‟an Masjid Sayyidina Ali, Melaka (Studi tentang Pemahaman
Siswa terhadap Dhabt Al-Qur‟an: Asal­Usul Titik dan Baris).
Dalam skripsi ini, Nurul Najihah mencoba membuktikan sejauh
mana pemahaman siswa Ma‟had Tahfizh Al-Qur‟an Masjid
Sayyidina Ali, Melaka mengenai ilmu dhabth. Skripsi ini memiliki
persamaan dengan penelitian yang akan penulis bahas yaitu
membahas tentang ilmu dhabth baik dari sejarah, bentuk, maupun
pengaruhnya. Namun, perbedaan skripsi ini dengan skripsi penulis
adalah objek yang Nurul Najihah teliti adalah objek lapangan yakni
praktek ilmu dhabth yang diterapkan kepada mahasiswa Ma‟had

14
J.R. Raco, Metode Penelitian Kualiatif: Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya,
(Jakarta: PT. Grasindo, 2010), h. 104
12

Tahfizh Al-Qur‟an Masjid Sayyidina Ali, Melaka. Sedangkan objek


penelitian yang akan penulis bahas adalah objek kepustakaan dan
internet research yaitu berupa praktek ilmu dhabth yang
diterapkan pada Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Al-Quddus
Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî.
2. Skripsi yang ditulis Patimah Batubara tahun 2018 dengan judul
“Proses Pemberian Titik (Nuqthah) pada Huruf-Huruf Al-Qur‟an
oleh Abû al­Aswad al­Du‟alî”. Skripsi ini membahas tentang
bentuk titik yang pertama kali dirumuskan oleh Abû al-Aswad
al­Du‟alî yang kemudian perjuangan ini dilanjut oleh kedua
muridnya Nashr bin „Âshim dan Yahya bin Ya‟mar. Perumusan
titik (naqth al­i‟rab) yang dirumuskan oleh Abû al-Aswad juga
diulas kembali oleh Khalîl bin Ahmad al-Farâhidî dan dibuat
dengan bentuk baru seperti yang ada saat ini. Persamaan dari
skripsi ini adalah sama-sama membahas tentang ilmu dhabth
dengan memaparkan bagaimana proses penulisan mushaf yang
dimulai sejak zaman Rasulullah SAW hingga masa sahabat, dan
bagaimana peran Abû al­Aswad al­Du‟alî serta proses penulisan
tanda baca yang dipelopori olehnya. Namun, perbedaan yang ada
pada penelitian Patimah Batubara dengan penelitian yang akan
penulis bahas adalah skripsi Patimah berfokus kepada sejarah
penulisan Al-Qur‟an mulai dari zaman Nabi SAW, sahabat, tabi‟in,
dan generasi seterusnya, hingga muncul berbagai model tanda baca
yang dikenal sampai sekarang dengan tujuan agar Al-Qur‟an tetap
terjaga dari kesalahan. Sedangkan, pada penelitian penulis, penulis
akan menerapkan aspek dari ilmu dhabth yang kemudian
diterapkan kepada Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Al-
Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî yang akan diteliti.
13

3. Thesis yang ditulis oleh Jumroni Ayana tahun 2016 dengan judul
“Tanda Baca dalam Al-Qur‟an (Studi Perbandingan Mushaf
Standar Indonesia dengan Mushaf Madinah)”. Skripsi ini
membahas bagaimana perkembangan penulisan Al-Qur‟an sejak
zaman Nabi SAW, sahabat, tabi‟in. Jumroni Ayana juga
menjelaskan bagaimana sejarah awal digagasnya tanda baca yang
dimulai oleh Abû al­Aswad al­Du‟alî yang kemudian dilanjut oleh
kedua muridnya, dan memulai pembaharuan pada mada Dinasti
Abbasiyah oleh Khalîl bin Ahmad al-Farâhidî (w. 170 H). Jumroni
Ayana menyimpulkan bahwa sejarah terkait tanda baca terbagi
menjadi tiga masa, pertama, pada masa Abû al­Aswad al­Du‟alî
dengan menggagas naqthu al-i‟râb, kedua, Nashir bin „Âshim
dengan Yahyâ bin Ya‟mar yang menggagas naqthu al-i‟jâm, dan
terakhir oleh Khalîl bin Ahmad al-Farâhidî yang melanjutkan
perjuangan Abû al­Aswad al­Du‟alî dengan mengubah naqthu al-
i‟râb menjadi tanda baca yang lebih dikenal pada masa sekarang.
Persamaan thesis Jumroni Ayana dengan skripsi yang akan penulis
bahas adalah membahas tentang kajian ilmu dhabth dengan
memaparkan sejarah awal ilmu dhabth ini berasal, kesalahan yang
terjadi karena ketidakadanya tanda yang dapat dibedakan dan
sistematika penulisan yang sama. Namun, perbedaan dari keduanya
adalah thesis Jumroni Ayana menerapkan kajian ilmu dhabth
kepada Mushaf Standar Indonesia dengan Mushaf Madinah,
sedangkan, skripsi yang akan penulis bahas adalah menerapkan
kajian ilmu dhabth kepada Mushaf Standar Indonesia dengan
Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî.
4. Skripsi yang disusun oleh Ahmad Bahrul Ulum tahun 2017 dengan
judul “Sejarah Pemberian Titik dan Syakal dalam Al-Qur‟an”.
14

Skripsi ini membahas tentang awal sejarah pemberian tanda baca


Al-Qur‟an, yang dimulai sejak zaman Nabi SAW, para sahabat
(khulafâu al-râsyidîn), dan yang paling efektif pada zaman Ali bin
Abi Thalib. Namun, pada zaman Ali bin Abi Thalib konsep tanda
baca Al-Qur‟an belum diterapkan ke dalam Al-Qur‟an secara
langsung, melainkan ke dalam ilmu bahasa Arab yang nantinya
akan berpengaruh kepada bacaan Al-Qur‟an. Ilmu ini bernama
Nahwu yang masih dikenal hingga sekarang dan ilmu ini menjadi
landasan atau pedoman guna memahami ajaran Islam. Kemudian,
dilanjut pada masa Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan oleh Abû
al­Aswad al­Du‟alî pada masa tabi‟in yang pertama kali
merumuskan tanda baca berupa titik di atas huruf, ilmu ini bernama
naqthu al-i‟râb. Lalu, perjuangan ini dilanjut oleh kedua murid
Abû al­Aswad al­Du‟alî yakni Nashr bin „Ashim dan Yahya bin
Ya‟mur yang merumuskan tanda titik untuk membedakan antara
huruf satu dengan huruf lainnya, ilmu ini dikenal dengan naqthu al-
i‟jâm. Semakin luasnya penyebaran Islam di dunia, semakin banyak
non Arab yang masuk Islam yang juga tidak paham Bahasa Arab
secara baik dan benar, sehingga banyaknya titik yang terdapat pada
mushaf kerap kali membuat umat muslim bingung dalam
membacanya. Sehingga, dalam masalah ini Khalîl bin Ahmad al-
Farâhidî berusaha melanjutkan perjuangan Abû al­Aswad al­Du‟alî
dengan membuat harakat dan tanda baca dengan model terbaru
yang masih dipakai hingga sekarang. Persamaan skripsi Ahmad
Bahrul Ulum dengan skripsi yang akan penulis bahas adalah
membahas tentang bagaimana sejarah adanya tanda baca dengan
tujuan agar masyarakat mengetahui proses yang begitu panjang
dalam riwayat penulisan Al-Qur‟an. Namun, perbedaan skripsi
15

Ahmad Bahrul Ulum dengan skripsi penulis adalah skripsi Ahmad


hanya sebatas sejarah awal pemberian titik dan syakal dalam Al-
Qur‟an dari masa kodifikasi hingga masa Khalil bin Ahmad al-
Farahidi, sedangkan skripsi yang akan penulis bahas adalah sejarah
berikut dengan praktek atau penerapan ilmu dhabth sendiri.

F. Kerangka Teori
Ada aspek-aspek penting yang perlu diperhatikan ketika seseorang
hendak mengkaji ilmu dhabth atau biasa disebut dengan ilmu tanda
baca dalam Al-Qur‟an merupakan bagian yang tidak bisa dihindari.
Namun, terkadang praktek penerapannya pun berbeda-beda antara
mushaf satu dengan yang lainnya, sebut saja Mushaf Standar
Indonesia dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî.
Menurut Muhammad Salim Muhaisin dalam kitabnya irsyâdu al-
thâlibîn ilâ dhabti al-Kitâbi al-Mubîn mengatakan bahwa aspek dalam
kajian ilmu dhabth ada lima. Diantaranya adalah harakat, sukûn,
syiddah, mad, dan hamzah. Namun, untuk lebih spesifiknya terbagi
menjadi 11 bagian, yaitu,
1. Harakat. Tanda ini adalah tanda yang dirumuskan oleh Khalîl
bin Ahmad al-Farâhîdî berdasarkan kembangan tanda baca
yang dirumuskan oleh Abu al-Aswad al-Du‟ali. Tanda ini
terdiri dari fathah, kasrah, dhammah.
2. Tanda huruf tanwîn atau nûn sukûn dengan huruf yang jatuh
setelahnya. Pada bab ini dapat diketahui keadaan tanwîn dan
nûn sukûn ketika dibaca izhâr, idghâm, ikhfâ‟, dan iqlâb.
3. Tasydîd. Pada bab ini dapat diketahui bagaimana bentuk
tasydîd seperti yang dirumuskan oleh oleh Khalîl bin Ahmad
al-Farâhîdî.
16

4. Tanda huruf sukûn dan huruf yang jatuh setelahnya. Pada bab
ini dapat diketahui bagaimana keadaan huruf sukûn dan huruf
yang jatuh setelahnya ketika dibaca izhâr, idghâm, dan ikhfâ‟.
5. Tanda mad. Pada bab ini dapat diketahui bagaimana tanda mad
ketika dibaca mad munfashil, mad muttashil, dan mad lâzim.
Begitu pula pada mad ashlî atau mad thabi‟î.
6. Tanda hamzah qatha‟ dan tashîl. Pada bab ini akan diketahui
membahas bagaimana bentuk tanda hamzah qatha‟ dan tanda
tashîl.
7. Tanda hamzah washal dan ibtidâ‟. Pada bab ini akan diketahui
bagaimana bentuk tanda hamzah washal dan hamzah ibtidâ‟.
8. Tanda isymâm, ikhtilâs, dan imâlah. Pada bab ini akan
diketahui bagaimana tanda isymâm, ikhtilâs, dan imâlah.
9. Tanda huruf yang rasm-nya dibuang. Pada bab ini akan
diketahui bagaimana tanda huruf yang rasm-nya dibuang.
Seperti huruf illat yakni berupa, alif, waw, yâ‟, dan juga nûn.
10. Tanda huruf yang rasm-nya ditambah. Pada bab ini akan
diketahui bagaimana tanda huruf yang rasm-nya ditambah.
Seperti bentuk lingkaran bulat bundar dan lingkaran lonjong.
11. Tanda lâm alif. Pada bab ini akan diketahui bagaimana bentuk
lâm alif yang mengikuti salah satu pendapat ulama.

Maka, dari sebelas kerangka inilah yang akan penulis jadikan


parameter dalam menganalisa perbedaan antara Mushaf Standar
Indonesia dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî.

G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
17

Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan model kualitatif yang


bersifat library research dan internet research, yaitu penelitian
yang memanfaatkan sumber kepustakaan dan internet untuk
memperoleh data penelitian. Penulis juga menggunakan metode
analisis yaitu, menganalisa tentang persamaan dan perbedaan tanda
baca pada Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî dan Mushaf
Standar Indonesia.

2. Pendekatan Penelitian
Penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan historis yaitu
pendekatan yang di dalamnya membahas tentang peristiwa dengan
memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang, dan
pelaku dari peristiwa. Melalui pendekatan sejarah seseorang akan
memasuki keadaan yang sebenarnya dengan penerapan suatu
peristiwa.15 Pendekatan ini digunakan untuk melihat kembali latar
belakang penulisan Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Al-
Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî.

3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam meneliti proposal ini ada dua,
meliputi data primer dan data sekunder,
a. Data primer, ialah data yang bersumber dari kitab pokok kajian
dari penelitian ini, yakni Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-
„Utsmânî dan Mushaf Standar Indonesia.
b. Data sekunder, ialah data yang bersumber dari kitab lainnya
yang mendukung, yakni kitab Irsyâdu al-Thâlibîn ilâ Dhabt al-

15
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), Cet. ke-21, h.
48
18

Kitâb al-Mubîn, buku-buku ulumul qur‟an, dan buku-buku lain


yang terkait dengan tema pembahasan penulis, serta ditambah
dengan jurnal, skripsi, dan artikel skripsi dan disertasi yang
dianggap penting untuk dikutip yang bisa mendukung dan
menambah pembahasan yang terkait.

4. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini
adalah teknik kepustakaan yakni teknik dengan mengumpulkan
data-data atau bahan-bahan yang berasal dari buku, jurnal, skripsi,
thesis, artikel, media internet, dan yang lainnya yang berkaitan
dengan penelitian ini.

5. Metode Analisis Data


Metode yang digunakan penulis untuk menganalisis data dalam
penelitian ini adalah metode Deskriptif-Analitis, yaitu
mengumpulkan data-data yang berhubungan objek penelitian. Baik
itu berupa buku, jurnal, majalah, artikel, skripsi, thesis, media
internet dan lain sebagainya.

H. Teknik Penulisan
Adapun teknik dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman
kepada buku “Penulisan Proposal dan Skripsi Institut Ilmu Al-Qur‟an
(IIQ)” yang diterbitkan oleh LPPI IIQ Jakarta Tahun 2017.
Merupakan pedoman penulisan karya ilmiah mahasiswi IIQ Jakarta.

I. Sistematika Penulisan
19

Bab pertama yaitu pendahuluan, bab ini berisi tentang latar


belakang, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi
penelitian, teknik penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab kedua, bab ini berisi tentang sejarah penulisan Al-Qur‟an
dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW hingga pembukuan pada
masa Usman bin Affan dan sejarah ditetapkannya dhabth atau tanda
baca Al-Qur‟an.
Bab ketiga, bab ini berisi tentang profil Mushaf Standar
Indonesia dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî.
Bab keempat yaitu berupa analisis persamaan dan perbedaan
penulisan berdasarkan aspek dhabth Al-Qur‟an pada Mushaf Standar
Indonedia dan Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî.
Bab kelima yaitu penutup, bab ini berisi kesimpulan dari bab-
bab sebelumnya, serta saran-saran yang akan diberikan penulis.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan dan pemaparan analisis di atas, maka penulis mencoba
untuk menyimpulkan sebagai berikut:
1. Ilmu dhabth adalah ilmu yang mempelajari tentang simbol dan
tanda pada huruf-huruf Al-Qur‟an yang dibuat untuk
mempermudah para pembaca sehingga terhindar dari kesalahan.
Tanda-tanda itu meliputi harakat, sukȗn, tasydîd, mad, dan
hamzah, dan lain sebagainya.
2. Perbedaan yang terdapat dalam Mushaf Standar Indonesia dan
Mushaf Al-Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî dilihat dari segi
naqthu al-i‟jâm dan naqthu al-i‟râb terdapat 17 perbedaan
diantaranya, tanwîn tarkîb, tanwîn tatâbu‟, setelah tanwîn berupa
‫ ؿ ـ ف ر‬, setelah tanwîn berupa ‫ك م‬, setelah tanwîn berupa huruf

ikhfâ‟, setelah tanwîn berupa hamzah washal namun dipisah oleh


waqaf ‫ق ى‬, tanda sukûn tidak diikuti tasydîd, tanpa tanda sukûn

diikuti tasydîd, tanpa tanda sukûn tanpa tasydîd, tanda mad wâjib
muttashîl, tanda mad thabi‟î, tanda hamzah washal, tanda hamzah
ibtidâ‟, tanda tashîl, tanda imâlah, tanda isymâm, dan lafzhu al-
jalâlah (Lafazh Allah).
3. Penelitian antara Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Al-
Quddus Bi Al-Rasm Al-„Utsmânî ini merujuk pada kitab Irsyâdu
Al-Thâlibîn Ilâ Dhabti al-Kitâbi al-Mubîn karya Muhammad
Sâlim Muhaisin dan ditemukan persamaan pada naqthu al-i‟jâm
dan naqthu al-i‟râb diantaranya, harakat, sukûn, tanda mad jâiz
munfashil, tanda baca iqlâb, tanda tasydîd, tanda hamzah qatha‟,
84
85

dan tanda lâm alif. Sedangkan perbedaannya naqthu al-i‟râb


lainnya sebanyak 17 perbedaan yang telah disebutkan
sebelumnya.

B. Saran
Sesungguhnya tak ada makhluk yang sempurna di dunia ini,
karena kesempurnaan hanya milik Allah. Untuk itu, penulis menyadari
bahwa kajian ilmu dhabth yang penulis bahas masih banyak
kekurangan dan masih perlu adanya kajian kembali dari pemaparan
yang penulis sajikan. Penulis juga menyadari bahwa masih banyak hal
yang perlu disempurnakan dari penelitian ini, dan juga masih banyak
referensi yang harus dicari dan ditelaah kembali karena keterbatasan
situsai dan kondisi saat ini. Penulis berharap agar kajian ini tidak
berhenti sampai disini melainkan adanya suatu perkembangan yang
akan dibahas pada generasi selanjutnya.
Untuk para penghafal Al-Qur‟an ilmu dhabth adalah ilmu yang
sangat penting untuk dipelajari. Karena, dari sinilah penulis dan
teman-teman penghafal dapat menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an dengan
mudah tanpa adanya kesalahan dan memiliki sanad yang in syâ Allah
sampai kepada Rasulullah SAW.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur‟an Al-Karim Mina Al-Qur‟an Tilawah
Al-Quddus Al-Qur‟an Terjemah Bi Rosm Utsmani Juzz 1-15 dan Juzz 16-30
Abdurrauf, Pengenalan, Penulisan, dan Tanda Baca Huruf Arab, tt.p: t.p, t.t.
Al-Akrat, Abdu al-Tawwâb Mursî Hasan, Al-Dhabtu Al-Mushafî, Kairo:
Maktabah al-Adâb, 2008
„Abdul „Al al-Thahthawi, Ahmad, 150 Kisah „Uthman bin „Affan, dari 150
Qishah min Hayati „Uthman bin „Affan oleh Tubagus Kesa Purwasandy,
Bandung: Mizania, 2016
„Amr Utsmân bin Saîd al-Dânî, Abȗ, Al-Muhkam fî Naqthi al-Mashâhif,
Damaskus: Dar al-Fikr, 1997
Anshori, Ulumul Qur‟an, Jakarta: Rajawali Pers. Cet. 1. 2013
Arifin, Zaenal, dkk, Sejarah Penulisan Mushaf Al­Qur‟an Standar Indonesia,
Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al­Qur‟an Balitbang dan Diklat
Kementrian Agama RI, Cet. 2, 2013
Ayana, Jumroni ,“Tanda Baca dalam Al-Qur‟an (Studi Perbandingan Mushaf
Al-Qur‟an Indonesia dengan Mushaf Madinah)”, Tesis, Tangerang
Selatan: IIQ Jakarta, 2016
Bahrul Ulum, Ahmad , “Sejarah Pemberian Titik dan Syakal dalam Al-
Qur‟an”, Skripsi, Bandung: UIN Sunan Gunung Djati, 2017
Al-Farmawi, Abdul-Hayy, Rasm al-Mushaf wa Naqtuhu, Makkah:
al-Maktabah al-Makkiyah. Cet. 1, 2004
Fathoni, Ahmad , Metode Maisura, Tangerang Selatan: Yayasan Bengkel
Metode Maisura, Edisi X, 2017
Fattah al-Qadhi, Abdul, Tarikh al-Mushaf al-Syarif, tt.p..: Maktabah al-, t.t
Hisyami, Risâlât „Ilmi Dhabthi al-Qu‟ân li Hâl al-Musykilah al-Hadîtsah Mâ
fî Rasm al-Mushafi al-‟Utsmâni, Banda Aceh: Ar-Rijal Publisher, 2012
Hudaeni, Deni, at.all., Tanya Jawab tentang Mushaf Al-Qur‟an Standar
Indonesia dan Layanan Pentashihan, Jakarta: Lajnah Pentashihah
Mushaf Al-Qur‟an, 2019

86
87

Ilyas, Yunahar, Kuliah Ulumul Qur‟an, Yogyakarta: Itqan Publishing, Cet. 1,


2013
Madzkur, Zainal Arifin, Perbedaan Rasm Usmani, ttp: Azza Media, Cet. I,
2018
Muhaisin, Muhammad Salim, Irsyâdu al-Thâlibîn ilâ Dhabt al-Kitâb al-
Mubîn, Kairo: Dar al-Muhaisin, 2002
Mukarromah, Oom, Ulumul Qur‟an, Jakarta: Rajawali Pers, Cet. 1, 2013
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam, Jakarta: Rajawali Press, Cet. ke-21,
2014
Raco, J.R.. Metode Penelitian Kualiatif: Jenis, Karakteristik, dan
Keunggulannya, Jakarta: PT. Grasindo, 2010
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.
Semarang: Pustaka Rizki Putra. Ed. 3. Cet. I. 2009
Suwayd, Ayman Rusydi, al-Tajwîd al-Mushawwar, Jilid 1, Damaskus:
Maktabah Ibnu al-Jazary, Cet. 2, 2011
Al-Suyuthi, Studi Al-Qur‟an Komprehensif, terj. dari al-Itqan fi Ulumil
Qur‟an oleh Tim Editor Indiva, Surakarta: Indiva Pustaka, Cet. 1, 2008
Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Pedoman Pentashihan Mushaf
Al-Qur‟an, Jakarta Timur: LPMQ Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama, 2019
Zaihtâr, Ahmad Muhammad Abû, Al-Sabîl ilâ Dhabti Kalimât Al-Tanzîl,
Kuwait: t.p, 2009
Jurnal Medina-TE, Vol. 16 No. 1 Juni 2017
Jurnal Tribakti, Vol. 25 No. 2 September 2014
Jurnal Rihlah, Vol. II No. 1 Mei 2015
Jurnal Ṣuḥuf Vol. 7 No. 1 Juni 2014
Jurnal Ilmu Sejarah, Vol. 2 No. 2 2018
Jurnal Qof, Vol. 1 No. 1 Januari 2017
Jurnal Ulunnuha, Vol. 6 No. 2 Desember 2017
88

Jurnal Al Murabbi, Vol. 2 No. 2 Januari 2016


Jurnal Adabiyyât, Vol. 1 No. 1 Juni 2017
Jurnal At-Tibyan, Vol. 1 No. 1 Januari-Juni 2016
Jurnal Studi Islam, Vol. 6 No. 6 Oktober 2015
Jurnal Ṣuḥuf, Vol. 4 No. 1 2011
Jurnal Lektur, Vol. 3 No. 5 2005
Jurnal Nun, Vol. 3 No. 1 2017
Majalah al-Buhȗts al-Dirâsât al-Qur‟âniyyah, No. 7 Tahun 4
Agus Sasongko, “Sejarah Pemberian Tanda Baca dan Tajwid”,
https://republika.co.id/berita/p6a89n313/sejarah-pemberian-tanda-baca-
dan-tajwid diakses pada tanggal 24 April 2020 Pukul 21.34 WIB
Ahmad Baiquni, “Tak Banyak yang Tahu, Begini Sejarah Al­Qur‟an Cetak
Indonesia”, https://www.dream.co.id/orbit/mushaf-alquran-indonesia-
dalam-lintasan-sejarah-171116v.html diakses pada tanggal 06 Mei 2020
Pukul 10.04 WIB
Ali Akbar, “Mushaf Cetakan Abdullah bin Afif, Cirebon, 1933­1957”,
http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/05/mushaf-cetakan-abdullah-
bin-afif.html#more diakses pada tanggal 06 Mei 2020 Pukul 10.45 WIB
_____, “Mushaf Cetakan Penerbit Al­Ma‟arif, Bandung, 1950­an”,
http://quran-nusantara.blogspot.com/2012/09/penerbit-al-maarif-
bandung.html#more diakses pada tanggal 06 Mei 2020 Pukul 11.09 WIB
_____, “Qur‟an Cetakan Singapura, 1868”, http://quran-
nusantara.blogspot.com/2012/09/mushaf-cetakan-singapura.html diakses
pada tanggal 06 Mei 2020 Pukul 10.24 WIB
_____, “Qur‟an Kudus, Qur‟an dari Turki”, http://quran-
nusantara.blogspot.com/2013/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html diakses
pada tanggal 20 Juni 2020 Pukul 19.18
Fathurrohman, “Abul Aswad Ad-Duali, Sang Peletak Tanda Baca Al-
Qur‟an”, https://muslimobsession.com/abul-aswad-ad-duali-sang-peletak-
tanda-baca-al-quran/2/ diakses pada tanggal 18 April 2020 Pukul 15.08
89

Fina Izzatul Muna, “Menelisik Sejarah dan Karakteristik Mushaf Al-Qur‟an


Pojok Menara Kudus”, http://almunawwirkomplekq.com/menelisik-
sejarah-dan-karakteristik-mushaf-al-quran-pojok-menara-kudus/ diakses
pada tanggal 21 Juni 2020 Pukul 07.34
Imam Muttaqien Muslim, “Bid‟ah Hasanah: Asal-Usul Tanda Baca Al-
Qur‟an”, https://alif.id/read/imm/bidah-hasanah-tanda-baca-alquran-
b217755p/ diakses pada tanggal 21 April 2020 Pukul 15.10 WIB
Rizal Mubit, “Sejarah Pemberian Titik dan Harakat pada Huruf Al-Qur‟an”,
https://islami.co/sejarah-pemberian-titik-dan-harakat-pada-huruf-al-
quran/ diakses pada tanggal 24 April 2020 Pukul 11.15 WIB
Zulfan Afdhilla, “Sejarah Pemberian Tanda Baca pada Al-Qur‟an (Dhabtil
Qur‟an)”, http://www.zulfanafdhilla.com/2017/10/sejarah-pemberian-
tanda-baca-pada-al.html diakses pada tanggal 23 April 2020 Pukul 13.52
WIB
Zunnayana Fairuz, “Ilmu Dhabti Al-Qur‟an dan Sejarah Perkembangannya”,
http://goresanpenayana.blogspot.com/2013/10/ilmu-dhabti-al-quran.html
diakses pada tanggal 21 April 2020 Pukul 14.21 WIB
CURRICULUM VINTAE
Nama Lengkap : Ummu Zahra Rifka Irkhamna
Tempat/Tanggal Lahir: : Banyumas, 19 April 1997
Nama Ayah : Aminudin
Nama Ibu : Zulfatun Nadifah
Alamat : Villa Bekasi Indah 2 Jl. Jasmin 6 Blok J8/3
Tambun Selatan - Bekasi
No. Hp : 0895330261626

Email : zahrarifka19@gmail.com /
rifkairkhamna19@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN
2001-2003 : TK Islam Al-Fath 2
2003-2009 : SDIT Al-Fidaa
2009-2012 : SMPIT Fathan Mubina
2012-2016 : MA Al-Hikmah 2 Benda
2016-2020 : Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta

Anda mungkin juga menyukai