Anda di halaman 1dari 41

KIKIR DALAM AL-QUR’AN

(ANALISIS SINONIMITAS TERHADAP LAFAZ AL-BUKHL,


ASY-SYUHH, DHANÎN DAN QATÛR)

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh gelar Sarjana Agama
(S. Ag)

Oleh

Hilmatus Solihah

NIM 14210576

PROGAM STUDI ILMU Al-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH INSTITUT
ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
2018 M / 1439 H
KIKIR DALAM AL-QUR’AN
(ANALISIS SINONIMITAS TERHADAP LAFAZ AL-BUKHL,
ASY-SYUHH, DHANÎN DAN QATÛR)

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh gelar Sarjana Agama
(S. Ag)

Oleh

Hilmatus Solihah

NIM 14210576

Dosen Pembimbing:

Hj. Istiqomah, MA

PROGAM STUDI ILMU Al-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH INSTITUT
ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
2018 M / 1439 H

1
2
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “KIKIR DALAM AL-QUR’AN (ANALISIS


SINONIMITAS TERHADAP LAFAZ AL-BUKHL, ASY-SYUHH,
ḌHANÎN DAN QATŪR)” yang disusun oleh Hilmatus Solihah Nomor
Induk Mahasiswa: 14210576 telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan ke
sidang munaqasyah.

Jakarta, 20 Agustus 2018


Pembimbing,

Hj. Istiqomah, S.Th.I, MA

I
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “KIKIR DALAM AL-QUR‟AN (ANALISIS


SINONIMITAS TERHADAP LAFAZ AL-BUKHL, ASY-SYUHH, DHANÎN
DAN QATÛR)” oleh Hilmatus Solihah dengan NIM 14210576 telah diujikan
pada sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-
Qur`an Jakarta pada tanggal 21 Agustus 2018. Skripsi telah diterima sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S. Ag).
Jakarta, 21 Agustus 2018
Dekan Fakultas Ushuluddin
Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta

Drs. Hj. Maria Ulfah, MA


Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Drs. Hj. Maria Ulfah, MA Dra. Rukoyah Tamami


Penguji I Penguji II

Drs. Arison Sani, MA Ahmad Hawasyi, M. Ag


Pembimbing

Hj. Istiqomah, S.Th. I, MA

II
PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Hilmatus Solihah
NIM : 14210576
Tempat/Tanggal Lahir : Cilacap, 09 Juli 1996
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “KIKIR DALAM AL-
QUR’AN (ANALISIS SINONIMITAS TERHADAP LAFAZ AL-
BUKHL, ASY-SYUHH, DHANÎN DAN QATŪR)” adalah benar-benar asli
karya saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan
kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 20 Agustus 2018

Hilmatus Sholihah

III
PERSEMBAHAN

Terima kasih penulis ucapkan kepada Abah dan Ibu yang selalu mendo„akan
penulis dan selalu memberikan kasih sayang yang tak terhingga dan selalu
menjadi penyemangat sehingga penulis bisa menyelesaikan studinya.

Terima kasih kepada seluruh dosen dan instruktur tahfizh yang selama ini
telah membimbing dan memberikan ilmunya.

Terima kasih kepada para Kyai dan Guru Pondok Pesantren Ali Maksum,
Pondok Pesantren Sunan Pandanaran

Terima kasih untuk keluargaku

IV
MOTTO

Karena Berjuang itu Harus Sabar

(Gus Dur)

V


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Swt. Tuhan Semesta Alam yang telah
mencurahkan karunia nikmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulîs dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “KIKIR DALAM AL-QUR’AN
(ANALISIS SINONIMITAS TERHADAP LAFAZ AL-BUKHL, ASY-
SYUHH, DHANÎN DAN QATŪR)”.
Shalawat serta salam semoga tercurah lîmpahkan kepada baginda Nabi
Muhammad Swt yang telah membawa risalah kepada umatnya agar
senantiasa menempuh jalan yang lurus. Semoga kita semua mendapatkan
syafa‟atnya kelak di akhirat.
Skripsi ini merupakan hasil karya tangan yang dalam penyelesaiannya
mengalami adanya berbagai kesulîtan karena keterbatasan kemampuan yang
penulis miliki, sehingga tidak pernah lepas dari adanya bantuan doa,
dukungan, bimbingan, motivasi serta saran-saran dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan kalî ini, penulîs mempersembahkan ucapan
terimakasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA. selaku Rektor Institut Ilmu Al-
Qur`an (IIQ) Jakarta.
2. Ibu Dra. Hj. Maria Ulfah, MA. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan
Dakwah Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.
3. Bapak Dr. H. M. Ulinnuha, Lc., MA. selaku Kaprodi Ilmu Al-Qur`an dan
Tafsir.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin IIQ Jakarta yang telah
menyalurkan ilmunya kepada penulîs selama masa perkulîahan penulîs.

VI
5. Seluruh Staf Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, ibu Dra. Rukoyah Tamimi
dan Ibu Suci Rahayuningsih yang telah membantu penulis dalam pembuatan
skripsi.
6. Ibu Hj. Istiqomah, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah sabar
dan berkenan memberikan saran, arahan serta ilmunya kepada penulîs.
7. Bapak Dr. KH. Ahmad Fathoni, Lc, MA selaku pengasuh pesantren
Takhassus “IIQ Jakarta” dan segenap Instruktur Tahfizh yang telah
membimbing penulîs dalam proses menghafal Al-Qur`an dari semester awal
hingga akhir.
8. Terima kasih untuk Abah Imam Mudaris dan Ibuk Mujiatun yang tak henti-
hentinya memberikan do‟a, kasih sayang serta motivasi kepada penulîs
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Paklik Abdul Aziz Sidqi dan
Bulik Sami„ah yang telah menjadi orang tua kedua yang selalu
menyemangati penulis dan membantu secara finansial dari awal penulis
kuliah hingga akhir kuliah.
10. Teruntuk semua adik-adik penulis, Azka Muhammad, Haniifah Sa„diyah,
Robi„atun Nafi„ah, Ulil Albab, Alia Nawal, dan khususnya Ayu Nasywa
yang selalu menemani dan menghibur penulis selama ini sehingga bisa
menyelesaikan skripsi ini.
11. Untuk semua keluarga penulis Bani Sunari dan Keluarga Nganjuk yang telah
banyak menyemangati dan selalu mendukung penulîs.
12. Teman-teman angkatan 2014, khususnya Ushuluddin dan IAT A, terima
kasih atas kebersamaannya.
13. Untuk Afina Putri teman terbaik yang sudah membantu mencarikan buku,
terima kasih disela kesibukannya sebagai pegawai dan mahasisiwi tingkat
akhir juga, masih menyempatkan untuk membantu mencarikan buku.

VII
14. Terima kasih juga kepada bukalapak yang selalu ada ketika penulis
kesusahan mencari referensi buku.
Penulis ucapkan permohonan maaf jika dalam penyusunan skripsi ini
terdapat sesuatu yang kurang berkenan. Karena tidak ada makhluk yang
sempurna, sempurna hanyalah milîk Allah Semata. Harapan penulis semoga
skripsi ini sampai dan dibaca oleh orang-orang yang kemudian dapat
mengamalkan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya.

Jakarta, 20 Agustus 2018

Hilmatus Sholihah

VIII
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii

PERNYATAAN PENULIS ......................................................................... iii

PERSEMBAHAN ........................................................................................ iv

MOTTO ........................................................................................................ v

KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

DAFTAR ISI................................................................................................. ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................. xi

ABTRAKSI ................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 8
D. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 9
E. Metode Penelitian .................................................................................... 11
F. Sistematika Penulisan .............................................................................. 13
BAB II SINONIMITAS (AL-TARĀDUF) DALAM AL-QUR’AN
A. Definisi Sinonimitas dalam Al-Qur‟an ................................................... 17
B. Sebab-Sebab Munculnya Sinonimitas .................................................... 20
C. Pandangan Ulama tentang Sinonimitas .................................................. 22
D. Ragam Sinonimitas ................................................................................. 28
E. Kaidah-kaidah Sinonimitas dalam Al-Qur`an ........................................ 30

IX
F. Cara Mengetahui Perbedaan-Perbedaan Makna ..................................... 32
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG KIKIR
A. Pengertian Kikir ...................................................................................... 35
B. Kosakata Kikir dalam Al-Qur‟an ............................................................ 37
C. Jenis-jenis Kikir ...................................................................................... 46
D. Sebab-sebab Kikir ................................................................................... 53
E. Kisah Orang Kikir ................................................................................... 55
BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN KATA AL-BUKHL, ASY-SYUHH,
DHANÎN DAN QATÛR DALAM AL- QUR’AN
A. Analisis Lafaz Bukhl beserta derivasinya ............................................... 60
B. Analisis Lafaz asy-Syuhẖ beserta derivasinya ........................................
C. Analisis Lafaz dhanîn beserta derivasinya ............................................. 74
D. Analisis Lafaz Qatûrâ beserta derivasinya ............................................. 76
E. Implikasi Kata Bukhl, asy-Syuẖ, dhanîn dan Qatûr, dalam Kehidupan di
Masyarakat ..............................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 84
B. Saran-Saran ............................................................................................. 85

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 88

X
PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin mengikuti pedoman yang diberlakukan dalam


petunjuk praktis penulisan skripsi Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta.

A. Konsonan
Huruf Huruf
No Huruf Latin No Huruf Latin
Arab Arab

1 ‫ا‬ A 14 ‫ص‬ Sh

2 ‫ب‬ B 15 ‫ض‬ Dh

3 ‫ت‬ T 16 ‫ط‬ Th

4 ‫ث‬ Ts 17 ‫ظ‬ Zh

5 ‫ج‬ J 18 ‫ع‬ „

6 ‫ح‬ H 19 ‫غ‬ Gh

7 ‫خ‬ Kh 20 ‫ف‬ F

8 ‫د‬ D 21 ‫ق‬ Q

9 ‫ذ‬ Dz 22 ‫ك‬ K

10 ‫ر‬ R 23 ‫ل‬ L

11 ‫ز‬ Z 24 ‫م‬ M

12 ‫س‬ S 25 ‫ن‬ N

13 ‫ش‬ Sy 26 ‫و‬ W

XI
No Huruf Arab Huruf Latin
27 ‫ه‬ H
28 ‫ء‬ „
29 ‫ي‬ Y

B. Vokal

Vokal Tunggal VokalPanjang VokalRangkap

Fathah :a ‫آ‬ :ȃ ْ‫ي‬...


َ : ai

Kasrah :i ‫ ي‬:ȋ ْ‫و‬...


َ : au

Dhammah :u ‫و‬: ȗ

C. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikutialif lam (‫ )ال‬qamariyah


Kata sandang yang dikutialif lam (‫ )ال‬qamariyah ditransliterasikan
sesuai dengan bunyinya. Contoh: ْ‫البقرة‬: Al-Baqarah.
b. Kata sandang yang diikutialif lam (‫ )ال‬syamsiyah
Kata sandang yang diikutialif lam (‫ )ال‬syamsiyah ditransliterasikan
sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan
bunyinya. Contoh: ‫الرجل‬: ar-rajul
c. Syaddah (Tasydȋd)
Syaddah (Tasydȋd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang
(ّ), sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,
yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydȋd.
Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydȋd yang berada di tengah

XII
kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang
diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:ْ‫َمنَّا‬
َ‫أ‬ ْ‫ اِبهللاا‬: Ȃmannabillȃhi
d. Ta’ Marbȗthah (‫)ة‬
Ta’ Marbȗthah (‫ )ة‬apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh
kata sifat (na’at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi
huruf “h”. Contoh: ‫اْلَفئا َدْةا‬: al-Af'idah
Sedangkan ta’ Marbȗthah (‫ )ة‬yang diikuti atau disambungkan
(di-washal) dengan kata benda (isim) maka dialih aksarakan menjadi

َ ٌ‫ َع ااملَة‬: „Ȃmilatun Nȃshibah


‫َْن ا‬
huruf “t”. Contoh: ٌ‫صبَْة‬

D. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapi
apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan yang
Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal kalimat,
huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain. Ketentuan
yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak
miring (italic), atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun
nama diri yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis
capital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh: „Alȋ
Hasan al-„Ȃridh. Khusus untuk penulisan kata Al-Qur`an dan nama-
nama surah menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-Qur`an, Al-Baqarah,
dan seterusnya.

XIII
ABSTRAK

Sinonimitas dalam Al-Qur`an merupakan perbincangan yang hangat


dikalangan ulama. Pasalnya banyak ulama yang meperdebatkan adanya
sinonimitas atau tidak. Sinonim merupakan makna dua kata atau lebih yang
memiliki makna satu, salah satunya lafaz yang memiliki arti kikir dalam Al-
Qur`an disebutkan empat yaitu al-bukhl, asy-Syuhẖ, dhanîn, dan qatûr.
Sedangkan penelitian ini sendiri sebelumnya belum pernah ada yang
meneliti, perbedaan dengan penelitian sebelumnya hanya terfokuskan kepada
kata bakhil saja secara umum bukan kajian bahasa. Maka dari itu ini
merupakan penelitian yang pertama.
Penelitian ini merupakan kajian pustaka, yakni penelitian yang
berkenaan dengan pengumpulan data pustaka (library research). Adapun
metodenya menggunakan metode tematik yang sesuai dengan pendekatan
bahasa. adapun langkah awal yang dilakukan penulis yaitu menentukan tema,
kemudian menetukan lafaz yang akan dianalisis, setelah itu menghimpun
ayat-ayat yang sesuai dengan lafaz yang akan dianalisis melalui mu„jam
mufahras, kemudian mencari makna lafaz dalam kamus-kamus seperti Lisan
al-‘Arâbi, yang mana metode analisis data yang digunakan adalah analisis-
deskriptif dengan mengedepankan metode induktif.
Sebagaimana dari hasil analisis yang penulis teliti bahwa antara al-
bukhl dan asy-Syuhẖ memiliki beberapa perbedaan. al-bukhl maknanya
khusus untuk melarang harta (untuk diberikan), sedangkan asy-Syuhẖ
melarang memberikan kebaikan secara umum. al-bukhl bisa bertambah,
kurang, dan diperbaharui. Sedangkan asy-Syuhẖ menancap di hati yang sulit
untuk hilang kecuali Allah berkehendak. Kemudian kata al-bukhl seseorang
akan lepas dari kepemilikannya, sedangkan dhanîn seseorang tidak lepas dari
yang diberikan. Kata Qatûr dalam Al-Qur'an memiliki makna hemat.

XIV
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-Qur`an seratus persen berasal dari Allah, baik dari segi
lafaz maupun makna. Kemudian diwahyukan oleh Allah swt kepada
Rasul dan Nabi-Nya, melalui proses pewahyuan yang jelas yaitu
dengan urusan malaikat jibril sebagai utusan Allah untuk
menyampaikan pesan-pesan ilahiyyah, dan bukan melalui proses
pewahyuan yang lain, seperti ilham, pemberian inspirasi dalam jiwa,
melalui mimpi yang benar atau dengan cara yang lainnya.1
Al-Qur`an merupakan mukjizat terbesar yang diturunkan
kepada nabi Muhammad saw. Suatu mukjizat yang dapat dirasakan
dan disaksikan oleh umat manusia sepanjang masa, dan
kemurniannya tidak akan pernah bisa diubah oleh siapapun, karena
Allah sendiri yang menjaganya.

       


“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (QS. Al-
Hijr[15]: 9)
Iʿjâz (kemukjizatan) bermakna menetapkan kelemahan.
Kelemahan menurut pengertian umum ialah ketidakmampuan
mengerjakan sesuatu, lawan dari qudrah (potensi, power,
kemampuan). Apabila kemukijizatan muncul, maka nampaklah
kemampuan muʿjiz (sesuatu yang melemahkan). Yang dimaksud
dengan Iʿjâz dalam pembahasan ini ialah menampakkan kebenaran

1
Yusuf Qaradwi, Berinteraksi dengan Al-Qur‟an, terj. Abdul Hayyi al-
Kattani (Jakarta: Gema Insani Pres, 1999), h. 25

1
2

Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul, dengan


menampakkan kelemahan orang Arab untuk menghadapi
mukjizatnya yang abadi yaitu Al-Qur`an dan kelemahan generasi-
generasi sesudah mereka. Adapun mukizat adalah sesuatu hal luar
biasa yang disertai tantangan dan selamat dari perlawanan. Al-Qur`an
digunakan Nabi untuk menantang orang-orang Arab tetapi mereka
tidak sanggup menghadapinya, padahal mereka sedemikian tinggi
tingkat fasahah dan balâghah-nya. Hal ini tiada lain karena Al-Qur`an
adalah mukjizat.2
Salah satu aspek mu‟jizat Al-Qur`an adalah tentang bahasa.
Gaya bahasa Al-Qur`an yang khas yang tidak dapat ditiru oleh siapa
pun. Jalinan huruf-hurufnya serasi, ungkapannya sangat indah,
uslubnya manis, ayat-ayatnya teratur, dan sangat memperhatikan
situasi, dan kondisi dari berbagai macam gaya.3 Termasuk juga
bentuk kata dan kalimatnya.
Kata dan kalimat-kalimatnya yang singkat dapat menampung
sekian banyak makna, ia bagaikan berlian yang memancarkan cahaya
dari setiap sisinya.4 Setiap kata dalam Al-Qur`an memiliki makna
tersendiri, yang berbeda dengan kata lain meskipun secara tekstual
memiliki arti yang sama. Sehingga, bisa dikakatan bahwa tidak ada
sinonimitas dalam setiap kata yang ada dalam al-Qur`an.5
Menurut pendapat sebagian ahli bahasa seperti Ibnu
Khalawayh, Abu al-Hasan „Ali ibn „isa al-Rummani, Al-Fairuz Abadi

2
Mannaʿ Al-Qaṯṯân, Pengantar Studi Ilmu al-Quran, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2005), h. 323
3
Nurkholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Yayasan
Paramedian, 1992), h. 3
4
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur‟an, (Bandung: Penerbit Mizan,
1997), h. 120
5
Mahmud Saltut, Tafsir Al-Qur‟an Al-Karim, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2000), h. 786
3

dan Fakhruddin al-Razi mengatakan ada kata tertentu yang bisa


dianggap sinonim, padahal kenyataannya di dalam Al-Qur'an tidak
pernah muncul kata-kata dengan pengertian atau makna yang benar-
benar sama. Ketika Al-Qur'an menggunakan sebuah kata, maka kata
tersebut tidak dapat diganti dengan kata lain yang dalam kamus-
kamus bahasa Arab dan kitab-kitab tafsir biasa disebut dengan
sinonim.6
Sinonim-sinonim tersebut tidak selalu mempunyai arti yang
sepenuhnya sama. Kata jalasa dan qa„ada misalnya, sama-sama
diterjemahkan duduk tetapi penggunaannya berbeda. Jika lawan
bicara berdiri dan anda mengharapkannya duduk maka keliru, jika
menggunakan bentuk perintah dari kata jalasa yakni ijlis. Hal ini
dikarenakan kata ijlis digunakan untuk memerintahkan seseorang
yang sedang berbaring agar ia duduk. Seharusnya, yang diucapkan
adalah bentuk perintah dari kata qa„da yakni (uq„ud).7
Begitu juga dengan kata Bukhl, asy-Syuhẖ, Dhanîn, dan Qatûr
dalam Al-Qur‟an. Kata al-Bukhl, asy-Syuhẖ, Dhanîn, dan Qatûr
dalam Al-Qur`an mempunyai arti makna yang sama yaitu kikir. Akan
tetapi esensinya yang terkandung di dalam ayat-ayat Al-Qur`an
berbeda. Perbedaan kosakata yang digunakan menjadi salah satu
sebab terjadinya perbedaan objek-objek yang dibahas pada setiap
ayatnya. Dalam bahasa arab kikir berasal dari kata َ َ‫ َ َب َخال‬-َ‫ َ َيب َخل‬-‫ل‬
ََ ‫َب َخ‬
yang berarti terlampau hemat memakai hartanya, lokek8, pelit. Kata

6
Ahmad Mukhtar Umar „ilm al-Dalalah, (Kuwait: Maktabah al-Arûbah,
1982 M/1402 H), cet. I, h. 217
7
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur‟an (Bandung: Penerbit Mizan,
1997), h. 120
8
Sangat pelit
4

al-bukhl sering di sepadankan dengan kata asy-Syuhẖ, baik dalam Al-


Qur`an maupun hadits.9Sebagaimana firman Allah swt:

         

         

        

   


“Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap
tidak acuh dari suaminya, Maka tidak mengapa bagi
keduanya Mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya
dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun
manusia itu menurut tabiatnya kiki. dan jika kamu bergaul
dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari
nusyuz dan sikap tak acuh), Maka Sesungguhnya Allah
adalah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Kata asy-Syuhẖ pada mulanya digunakan untuk kekikiran


dalam hal harta benda, tetapi dalam ayat ini mengandung makna
kekikiran yang menjadikan seseorang enggan mengalah atau
mengorbankan sedikit haknya.10 Menurut Ibn Faris kata asy-Syuhẖ
aslinya bermakna 'melarang'. Kemudian juga bermakna 'melarang
beserta gemar melakukan'.11

9
Gufron A. Mas‟adi, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1996), h. 190
10
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Kesan, Pesan dan Keserasian
alQur‟an, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), vol.1, h. 68
11
M. Nûruddin al-Munajjad, al-Tarāduf fî al-Qur‟ān al-Karīm, (Damsyiq:
Dar al-Fikr, 1997), h. 189
5

Kata Asy-Syuhẖ digunakan menunjukkan sifat yang lebih kikir


dibandingkan dengan lafaz al-bukhl. Muhammad bin Ali Asy-
Syaukani mengartikan al-bukhlsebagai kikir dengan apa yang ada
pada dirinya, sedangkan asy-Syuhẖ diartikan sebagai sifat kikir dan
iri terhadap milik orang lain serta berusaha untuk memilikinya
dengan cara apapun. Menurut Imam Ar-Râghib, al-bukhl
adalahmenahan (tidak memberikan) harta yang tidak seharusnya
ditahan12, sedangkan asy-Syuhẖyaitu keadaan jiwa yang menuntut
sesuatu.
Sementara menurut Fakhruddin Ar-Razi bahwa beliau
menggandengkan sifat kikir dengan tamak. Tamak adalah usaha total
untuk memperoleh kekayaan ketika tidak ada atau ketika berlimpah.
Sedangkan al-bukhl adalah usaha total mempertahankan kekayaan
ketika kekayaan tersebut ada. Dengan kata lain tamak yaitu kesukaan
berlebihan untuk mengumpulkan dan menghasilkan harta sebanyak-
banyaknya dan bakhil yaitu kesukaan untuk mempertahankannya.13
Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa. Kata asy-Syuhẖ menunjukkan
sifat kikir yang lebih berat dari pada kata al-Bukhl. Sebagaimana
tergambar jelas dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim dari sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma, bahwa
Nabi Muhammad saw pernah bersabda:

12
Ar-Raghib al-Asfahani, Mu‟jam Mufradat li Alfaz Al-Qur'an, (Dar Allah
Fikr, 1998), h. 35
13
Amirulloh Syarbini, Maha Bisnis dengan Allah, (Jakarta: Agromedia
Pustaka, 2012), cet. I, h. 18
6

َ َ‫اّللُ َعلَْي ِه َو َسلَ َم ق‬


‫ال اتَ ُقوا‬ َ ‫صلَى‬ َِ ‫ول‬ َِ ‫َعن جابِ ِر ب ِن َعب ِد‬
َ ‫اّلل أَ َن َر ُس‬
َ ‫اّلل‬ ْ ْ َ ْ
‫ك َم ْن‬ َ َ‫الش َح أ َْهل‬ُّ ‫الش َح فَِإ َن‬ ُّ ‫ات يَ ْوَم ال ِْقيَ َام ِة َواتَ ُقوا‬
ٌ ‫ْم ظُلُ َم‬ ُّ ِ ‫الظُّل‬
َ ‫ْم فَإ َن الظل‬ َ
‫استَ َحلُّوا ََمَا ِرَم ُه ْم‬ ِ
َ ‫َكا َن قَ ْب لَ ُك ْم ََحَلَ ُه ْم َعلَى أَ ْن َس َف ُكوا د َم‬
ْ ‫اء ُه ْم َو‬
"Hati-hatilah kalian dari sifat bakhil sesungguhnya sifat ini
telah membinasakan orang-orang sebelum kalian. Yang
mendorong mereka untuk rela menumpahkan darah serta
menghalalkan segala perkara yang diharamkan ". HR Muslim
no: 2578.14
Makna kikir tidak hanya terdapat pada kata al-bukhl dan asy-
Syuhẖ saja tetapi juga terdapat dalam kata dhanîn. Seperti firman-
Nya yaitu dalam surah at-Takwîr [81]: 24.

     


“Dan Dia (Muhammad) bukanlah orang yang bakhil untuk
menerangkan yang ghaib.”

Kata dhanîn berasal dari huruf yang aslinya hanya dhod dan
nun yang mengandung makna kikir terhadap sesuatu. Kata dhanîn
dan al-bukhl menurut Ibn Faris adalah sinonim, akan tetapi dalam
ayat tersebut tidak menggunakan kata al-bukhl, karena menurut
Raghib al-Isfahani kata dhanîn dikhususkan pada kikir akan sesuatu
yang berharga, seperti kikir terhadap ilmu. Maka, jarang ditemukan
antara kedua kata itu bermakna kikir khusus untuk harta. Oleh karena
itu, kata-kata yang memiliki makna kikir sebenernya tidak
sepenuhnya sama persis maknanya, akan tetapi ada sedikit perbedaan
dalam penggunaan.15 Berangkat dari penjelasan diatas maka penulis
perlu memaparkan dari aspek mana kata-kata tersebut terjadi
perbedaan.

14
Imam Al-Ghazali, Ihya‟ Ulumiddin, terj. Moh. Zohri, (Semarng: CV.
Asy-Syifa, 1994), cet.I, h. 207
15
M. Nûruddin al-Munajjad, al-Tarāduf fî al-Qur‟ān al-Karīm, (Damsyiq:
Dar al-Fikr, 1997), h. 192
7

Kemudian penjelasan kikir dalam arti luas adalah enggan


menolong orang yang berada dalam penderitaan atau kesengsaraan.16
Kikir merupakan perbuatan yang sangat dibenci oleh Allah swt.
Orang kikir adalah termasuk golongan pecinta dunia yang berlebihan,
sehingga lupa terhadap yang maha memberi rezeki. Kecintaan
terhadap dunia menjadikan kikir, congkak17, sombong, kadang
menghalalkan segala cara untuk memenuhi keinginan dan ambisinya,
walaupun harus mencuri, mencopet, korupsi. Orang kikir lupa bahwa
semuanya itu tidak akan abadi dan juga tidak akan dibawa mati,
justru mereka takut menghadapi kematian, walaupun pada akhirnya
harus mati juga.
Sifat kikir ini juga disebabkan oleh kecintaan kepada harta.
Hal yang ditakutkan oleh orang yang cinta harta adalah kemiskinan.
Oleh karena itu, ia enggan untuk berbagi kepada sesama, karena takut
hartanya berkurang. Padahal pada hartanya itu terdapat hak-hak
orang lain yang Allah titipkan padanya.
Sifat kikir menjadi penyakit hati yang sulit diobati, bahkan
semakin hari semakin tumbuh subur. Kikir juga membuka jalan bagi
watak manusia untuk meninggalkan akhlak yang baik.18 Berbagai
realitas ini menunjukkan bahwa kikir merupakan persoalan yang
menarik untuk dibahas, karena keberadaannya yang cukup kompleks
dan sulitnya mengatasi, kemudian adanya paradoks dimana pada satu

16
Ahmad Chodjim, An-Nas Segarkan Jiwa Dengan Surah Manusia,
(Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2005), cet. I, h. 181
17
Merasa dan bertindak dengan memperlihatkan diri sangat mulia (pandai,
kaya, dan sebagainya), sombong, pongah, angkuh, jumawa. Kelakuannya tersebut
menjauhkan orang darinya
18
Sayyid Mujtaba Musawi Lari, Menumpas Penyakit Hati, (Jakarta:
Lentera Baristama, 1996), cet. II, h. 152
8

sisi tingkat kereligiusitas masyarakat semakin meningkat namun di


sisi lain kikir masih melekat.
Sedangkan dalam kalangan masyarakat Kata kikir merupakan
sebuah term yang sangat popular. Bahkan tak jarang masyarakat
mengatakan kata al-bukhl atau kikir seperti kata-kata yang ringan
diucapkan ketika dihadapkan dengan seseorang yang enggan
memberi apapun itu bentuknya. Sedangkan al-bukhl berasal dari kata
bahas Arab, namun kata-kata ini tidak asing bagi masyarakat,
ternyata dalam Al-Qur'an setelah ditelusuri lebih dalam ada kata
selain kata al-bukhl yaitu asy-Syuhẖ, dhanîn, dan qatûr. Kemudian
kata-kata tersebut dipilih sebagai objek kajian pada penelitian ini,
karena penulis ingin mengeksplorasi lebih dalam mengingat kata-kata
tersebut sering dipahami secara terjemah kata saja, tanpa melihat
konteks ayat yang ada. Setelah ditelusuri lebih lanjut dalam kamus
bahasa arab yakni Lisân al-„Arab, kata-kata tersebut memang
memiliki kemiripan makna dalam konteks yang berbeda-beda.
Sehingga dapat disimpulkan sementara memiliki makna yang mirip
atau sinonim. Dengan demikian penulis merasa tertarik mengkaji
lafaz tersebut dalam al-Qur‟an. Dari uraian di atas, kajian kata
tersebut penting untuk dijelaskan lebih dalam lagi. Maka, penulis
tertarik untuk membuat skripsi dengan judul: KIKIR DALAM AL-
QUR`AN (ANALISIS SINONIMITAS TERHADAP LAFAZ AL-
BUKHL, ASY-SYUHH, DHANÎN DAN QATŪR)
B. Identifikasi masalah, Rumusan Masalah dan Pembatasan
Masalah
1. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka penulis
mengidentifikasi beberapa masalah. Pertama, ada banyak lafaz atau
9

kata dalam Al-Qur`an yang memiliki makna sama akan tetapi


berbeda kata. Kedua, seperti apa permasalahan kikir yang dianggap
sepele oleh sebagian masyarakat padahal Al-Qur`an pun sudah
menjelaskan secara detail. Ketiga, apa esensi kata Al-bukhl, asy-Syu
hẖ, Dhanîn dan Qatûr dalam Al-Qur`an.
2. Pembatasan Masalah
Penulis juga melakukan penelitian ini hanya membatasi kata-
kata yang memiliki makna kikir dalam Al-Qur`an yaitu al-bukhl, asy-
Syuhẖ, Dhanîn dan Qatûr. Penulis memilih kata tersebut karena
keempat kata tersebut memiliki konteks ang berbeda.
Kemudian pendapat ulama mengenai penafsiran terhadap
ayat-ayat yang berkitan dengan lafaz Al-bukhl, asy-Syuhẖ, Dhanîn
dan Qatûr penulis hanya membatasi Tafsir Ath-Thabari Karya Ibnu
Jarir ath-Thabari, Tafsir Al-Qur'an al-„Adzim kar a Ibnu Katsir,
Tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab dimana penulis mengambil
sesuai periode, dimulai dari periode klasik hingga periode
kontemporer.
3. Rumusan Masalah
Sebagaimana telah diuraikan dalam latar belakang masalah,
selanjutnya penulis mengidentifikasi pemasalah dan membatasi agar
tidak terlalu bertele-tele, maka untuk memperjelas permasalahan
yang akan dibahas penulis akan menyampaikan perumusan masalah
yaitu: Bagaimana perbedaan lafaz-lafaz yang bermakna kikir dalam
Al-Qur`an ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan tujuan masalah yang telah
dijelaskan di atas, berikut merupakan tujuan dari penelitian ini:
10

1. Mengetahui penggunaan kata-kata kikir dalam redaksi al-


Qur‟an
Sebagaimana tujuan di atas diharapakan penelitian ini
menghasilkan manfaat, Adapun manfaat dari penelitian ini ialah:
1. Agar bisa dijadikan sebagai salah satu syarat guna
mendapatkan gelar sarjana, dan juga bisa dijadikan sebagai
rujukan karya ilmiah.
2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran
kepada pembaca yang akan meneliti lebih dalam tentang lafaz-
lafaz yang bermakna kikir dalam al-Qur‟an.
3. Menambah keyakinan masyarakat untuk meminimalisir sifat
kikir
D. Tinjauan Pustaka
Dalam pembahasan tema pokok dalam skripsi ini, dipandang
perlu untuk memaparkan beberapa literatur yang telah membahas
atau menyinggung mengenai tema atau pokok dari penelitian dalam
skripsi ini. Sangat jarang literatur yang membahas mengenai kata al-
bukhl, asy-Syuhẖ, Dhanîn dan qatûr. Penulis belum menemukan
buku ataupun literatur yang membahas kata ini dalam bahasan
secarah utuh dan menyeluruh. Setelah melakukan penelusuran dalam
berbagai referensi, terdapat beberapa pembahasan ang memiliki
keterkaitan dengan tema. i antaran a adalah sebagai berikut
Thoha Fatahajjadbih dalam skripsinya Bakhil Dalam Al-
Qur`anyang membahas Lafaz Bakhil dalam Al-Qur‟an. alam
menuliskan skripsinya peneliti menggunakan metode tematik yang
digagas oleh al-Farmawi. Peneliti tersebut kajiannya hanya
difokuskan kepada lafaz Bakhil dan menafsirkan ayat-ayat Bakhil.
Kesimpulan dari skripsi ini peneliti mengemukakan penggunaan kata
11

Bakhil dalam Al-Qur`anselalu dimakana dengan isyarat tentang


larangan dan celaan yang semuanya terkait dengan terlenanya
kenikmatan dunia, sikap sombong, riya, membanggakan diri, dan
kufur. Kemudian, peneliti juga memberikan solusi agar tidak terkena
penyakit bakhil yaitu mengetahui hakikat harta dan menganjurkan
zakat, infak, sedekah, mengingat kematian.19
Skripsi Thoha Fatahajjadbih ini sedikit memiliki kesamaan
dengan apa yang akan dikaji oleh penulis, yaitu sama-sama
menggunakan kata Bakhil, Sedangkan penulis akan mengkaji lafaz
yang sama dengan peneliti tersebut, akan tetapi tidak di fokuskan
terhadap lafaz Bakhil saja, tetapi juga mengkaji lafaz-lafaz yang
memiliki makna yang sama dengan lafaz Bakhil yaitu lafaz asy-
Syuhẖ, Dhanîn dan qatûr. Penulis akan membahas perbedaan lafaz
tersebut dengan metode tematik dan pendekatan bahasa.
Kajian lain ada dalam Skripsi Chamim Ashari dengan judul
Kikir Menurut Pandangan Al-Qur‟an, dalam skripsi ini peneliti
membahas tentang pandangan Al-Qur`antentang kikir dan penafsiran
para mufassir terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan kikir. Dalam
skripsi tersebut, menggunakan metode tafsir maudhu‟I ang
dimaksudkan untuk mendapatkan suatu jawaban Al-Qur`antentang
suatau masalah. Kesimpulan dari skripsi ini yaitu yang menjadikan
sifat kikir manusia karena terlalu cintanya terhadap harta, padahal
harta di dunia hanya merupakan titipan. Disamping itu penyakit kikir
menjadikan kufur dan takut fakir. Skripsi ini hampir mirip dengan
skripsi yang dituliskan oleh Thoha Fatahajjadbih, sama-sama

19
Thoha fatahajjadbih, “Bakhil Dalam AlQur‟an”, Skripsi, Yog akarta
UIN Sunan Kalijaga: 2013.
12

bertemakan kikir, yang berbeda dari kedua skrisi tersebut yaitu kajian
penelitiannya saja.
Kemudian kajian skripsi yang ditulis oleh Alamudin Syah
dengan judul Lafaz-lafaz yang Bermakna Keburukan Dalam
Perspektif Al-Qur`an (Analisis terhadap Lafaz Al-Syarr, Al-Fahsya‟
dan Al-Su‟. Dalam skripsinya peniliti mengkaji lafaz-lafaz yang
bermakna keburukan dalam Al-Qur`an dengan menggunakan metode
tematik. Peneliti hanya memfokuskan di tiga lafaz saja yaitu Lafaz
Al-Syarr, Al-Fahsya‟ dan Al-Su‟.
Menurutnya salah satu mukjizat Al-Qur`an yaitu mengenai
kebahasaan atau Lughah. Mengenai lafaz yang memilki makna
keburukan dalam Al-Qur`an peneliti mengungkapakan bahwa
maknanya berbeda dari segi esensi. Kemudian hasil dari penelitian
tersebut, Pertama lafaz Al-Syarr dalam Al-Qur`an memiliki arti
kemiskinan, penderitaan, suatu mudharat seperti penyakit kesulitan
hidup dan rezeki yang tertahan. Kedua, lafaz Al-Fahsya‟ dalam Al-
Qur`an memiliki maknna perbuatan zina, homoseksual, kedurhakaan
istri terhadap suaminya dan membunuh. Ketiga, lafaz Al-Su‟
memiliki makna kemaksiatan kepada Allah, memakan riba, perbuatan
syirik, perbuatan dusta, dan azab atau siksaan.
Kajian lainnya yaitu kitab at-tarâduf fi Al-Qur`an karîm karya
Muhammad Nuruddin Munajjad yang mana kitab ini membahas
tentang sinonimitas keseluruhan dan menjelaskan tentang kata-kata
yang di duga memiliki makna yang sama.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research) yaitu,
mengedepankan kajian pustaka dengan mengambil data-data
13

tertulis dari buku, jurnal, kamus, maupun berbagai literatur yang


terdapat di dalam perpustakaan.
2. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam
penelitian ini adalah metode tematik, yaitu menetapkan tema,
mengumpulkan data dengan menggunakan ayat-ayat yang berkaitan
dengan lafaz Al-bukhl, asy-Syuhẖ, Dhanîn , Qatûr dalam Al-Qur`an
untuk dianalisa melalui kitab Mu„jam Al-Mufahras Lî Al-Fâz al-
Qur‟anul Karim kar a Muhammad Fuad „Abdul Baqi. Kemudian,
mengidentifikasi makna lafaz-lafaz tersebut satu persatu dalam
kamus-kamus bahasa arab saperti yang terdapat dalam Lisân Al-
„Arabi, Mu„jam Mufrodat dan kitab-kitab tafsir. Lalu mengumpulkan
referensi-referensi yang berkaitan dengan lafaz Al-bukhl, asy-Syuhẖ,
Dhanîn, Qatûr. yang terakhir menganalisa empat kata tersebut dalam
kitab-kitab tafsir.
3. Sumber Data
Berdasarkan penulisan karya tulis ini ayat-ayat Al-Qur`an
berkaitan dengan ayat-ayat yang terdapat lafaz Al-bukhl, asy-Syuhẖ,
Dhanîn, Qatûr menjadi objek utama. Dalam penelitian ini
membutuhkan sumber data yang dapat dijadikan rujukan. Adapun
sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini terdiri
dari sumber data primer dan sumber data sekunder.
Sumber data primer yaitu yang paling utama Al-Qur`an
karim, kemudian buku-buku yang mempunyai keterkaitan dengan
pembahasan kikir. Seperti, Lisân Al-„Arabi karya Ibnu Mundzhir,
kemudian Mu„jam Al-Mufahras Lî Al-Faz al-Qur‟anul Karim karya
Muhammad Fuad „Abdul Baqi. Sumber data sekunder berupa kitab-
kitab tafsir seperti Tafsir Ath-Thabari Karya Ibnu Jarir ath-Thabari,
14

Tafsir Al-Qur'an al-„Adzim kar a Ibnu Katsir, Tafsir Al-Misbah


karya Quraish Shihab. Penulis mengambil tiga tafsir ini secara runtut
sesuai dengan periode tafsir tersebut dari mulai periode klasik hingga
kontemporer. Kemudian kitab-kitab pendukung seperti Tafsir Al-
Maraghi karya Musthofa Al-Maraghi, dan Tafsir Al-Qurthubi.
Sumber lainnya juga di dapatkan dari beberapa dokumen,
tulisana-tulisan yang dipublikasikan dalam bentuk buku, jurnal
ataupun artikel yang menguraikan pembahasan yang berkaitan
dengan yang diteliti.
4. Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis-
deskriptif dengan mengedepankan metode induktif. Deskriptif
diartikan, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambaran umum
dan bukan angka-angka. Karakteristik tersebut membuat penelitian
ini diisi kutipan-kutipan data yang digunakan untuk memberi
gambaran penyajian laporan. Adapun metode induktif diartikan,
analisa yang dilakukan sejak awal pengumpulan data sampai akhir
untuk memecahkan masalah yang dihadapi.20 Dalam analisis data
yang mana penulis mencari kata-kata yang bermakna kikir, kemudian
mencari maknanya dan menyusun outline pembahasan dalam
kerangka yang sempurna. Setelah itu mempelajari semua ayat yang
terpilih secara keseluruhan. Dan yang terakhir menyusun kesimpulan
penelitian yang dianggap sebagai jawaban Al-Qur'an terhadap
masalah yang dibahas.

20
Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis, (Yogyakarta: Teras,
2011), h . 71
15

F. Sistematika Penulisan
Teknik penulisan penelitian ini merujuk pada buku Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis, Desertasi Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ)
Jakarta, yang diterbitkan oleh IIQ Press. Untuk memberikan
sistematika pembahasan yang jelas maka pada skripsi ini penulis
mencoba menguraikan isi kajian pembahasan. Adapun sistematika
pembahasan skripsi ini terdiri dari lima bab dengan uraian sebagai
berikut:
Bab Pertama, merupakan pembahasan pendahuluan yang
secara umum pembahasannya bersifat metodologis. Bab ini
memberikan gambaran singkat dan orientasi dari obyek yang akan
dibahas pada bab-bab berikutnya. Dalam bab pendahuluan ini terdiri
atas enam sub bab, Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang
masalah untuk memberikan penjelasan secara akademik, alasan
mengapa penelitian ini perlu dilakukan, hal-hal apa saja yang melatar
belakangi penelitian ini. Kemudian, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, dan perumusan masalah agar pembahasan dalam penelitian
terfokus dan memiliki batasan yang jelas. Selanjutnya, tujuan dan
kegunaan penelitian yang merupakan tujuan yang ini dicapai dalam
penelitian ini, serta memberikan manfaat kepada pembaca. Sub bab
selanjutnya, tinjauan pustaka untuk menjelaskan letak perbedaan
penelitian ini dengan penelitian lainya. Kemudian metode penelitian
yaitu untuk menjelaskan bagaimana cara yang akan di tempuh
penulis dalam melakukan penelitian. Dan yang terakhir yaitu teknik
dan sistematika penulisan.
Bab kedua, menguraikan tinjauan umum tentang sinonimitas,
dimana dalam bab ini terbagi menjadi enam sub bab. Pertama,
pengertian sinonimitas pada bagian ini penulis akan menguraikan apa
16

yang dimaksud dengan sinonimitas dalam Al-Qur‟an. Kedua, Sebab-


sebab munculnya sinonimitas. Ketiga, menjelaskan Bagaimana
pendapat ulama tentang sinonimitas. Keempat, menguraikan ragam
sinonimitas. Kelima, menguraikan kaidah-kaidah sinonimitas.
Keenam, menguraikan cara mengetahui perbedaan makna.
Bab Ketiga, menjelaskan tinjauan umum tentang kikir, dalam
bab ini dibagi menjadi tiga bagian sub bab yang pertama yaitu
menguraikan pengertian kikir baik pengertian kikir secara umum.
Sub bab yang kedua menguraiakan lafaz-lafaz yang memiliki makna
kikir dalam Al-Qur‟an. Kemudian sub bab ang ketiga aitu jenis-
jenis kikir dalam Al-Qur‟an. Sub bab yang keempat menguraikan
tentang sebab-sebab kikir, dan sub bab yang kelima menguraikan
kisah orang kikir.
Bab Keempat, dalam bab ini penulis akan menganalisis
penafsiran kata al-Bukhl, asy-Syuhẖ, dan Dhanîn, qatûr dalam Al-
Qur‟an. alam sub bab ini penulis akan menguraikan analisis lafaz
al-bukhl dalam Al-Qur`an beserta derivasiya, sub bab berikutnya
menguraikan tentang analisis lafaz asy-Syuhẖ dalam Al-Qur`an
beserta derivasinya, selanjutnya menguraikan tentang lafaz Dhanîn
dalam Al-Qur`an beserta derivasinya, menguraikan tentang lafaz
Qatûr dalam Al-Qur`an beserta derivasinya, dan sub bab yang
terakhir menguraikan hubungan lafaz Al-bukhl, asy-Syuhẖ, dan
Dhanîn dalam kehidupan di Mas arakat.
Bab Kelima, merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan
dari hasil penelitian ini dan saran.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kemudian hasil dari penelitian di atas maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa makna kikir dalam lafaz Al-Qur'an
mempunyai makna esensi yang berbeda, Berdasarkan uraian
penafsiran ayat-ayat yang berkaitan dengan lafaz al-Bukhl, asy-Syu
hẖ, Dhanîn dan Qatûr. Sehingga dapat diambil beberapa perbedaan
di antara keempat lafaz yang mengandung makna yang satu yaitu
kikir. Berikut penjelasan yang penulis simpulkan dari ayat-ayat yang
sudah di cantumkan yaitu:
1. Al-Bukhl
Lafaz Al-bukhl digunakan untuk menunjukkan akumulasi
berbagai macam kikir. seperti kikir terhadap harta, kikir terhadap
ilmu, kikir terhadap diri sendiri. Lafaz al-bukhl merupakan bentuk
sifat, tidak digunakan dalam Al-Qur`an, yang digunakan hanya
bentuk fi‘il baik madhi, mudhâri, dan bentuk mashdar. Artinya kikir
menunjukkan perbuatan yang sudah dan akan terjadi secara terus
menerus, maksudnya orang yang melakukan perbuatan kikir bisa jadi
dia tidak akan bisa berhenti, bisa juga mengurangi perbuatan kikir
Kemudian al-bukhl maknanya kusus untuk melarang harta (untuk
diberikan.
2. Asy-Syuhẖ
Lafaz asy-Syuhẖ dalam Al-Qur`an ditemukan tiga kali dalam
bentuk mashdar dan satu kali dalam bentuk jamak, yang mana
semuanya menunjukkan sifat kikir yang paling berat, karena

91
92

menancap di hati yang sulit untuk hilang kecuali Allah berkehendak.


Lafaz asy-Syuhẖ ini dikatakan lebih berat karena menunjukkan
tentang watak atau tabiat manusia yang pada umumnya memiliki sifat
kikir. Lafaz asy-Syuhẖ digunakan dalam kikir yang bersifat immateri
yang berkaitan dengan keadaan jiwa seseorang, perasaan dan keadaan
hati yang hampa. Karena pada dasarnya manusia sedari lahir sudah
diberikan watak kikir. kemudian perbuatan asy-Syuhẖ sangat
merugikan karena, perbuatannya disertai dengan kezhaliman.
3. Dhanîn
Lafaz dhanîn hanya disebutkan satu kali dalam Al-Qur`an,
lafaz ini merupakan tingkatan kikir yang paling rendah. karena
pelakunya masih memberi tapi hanya setengah-setengah. jika dhanîn
kikir dalam sesuatu yang harusnya memang diberikan (seperti ilmu),
sedangkan al-bukhl kikir dalam tindakan (barang).
4. Qatûr
Lafaz ini tidak jauh berbeda dengan lafaz asy-Syuhẖ, objek disini
bisa jadi yang Maha pemberi rizki dan pelakunya yang menerima
rizki. Artinya yang Maha pemberi rizki tidak akan bakhil jika si
penerima rizki tahu diri akan porsinya terhadap rizki.

B. Saran
Setelah melalui proses pembahasan dan kajian kata al-bukhl,
asy-Syuhẖ,dhanîn, Qatûr kiranya penulis perlu untuk mengemukakan
beberapa saran sebagai kelanjutan dari kajian penulis atas hal-hal
tersebut di atas yaitu. Pertama, perlunya penelitian yang lebih
komprehensif tentang kata tersebut salah satunya mendalami
penelitian semantik. Dimana penelitian ini sangat penting untuk
mengungkapkan makna yang sesungguhnya. Kedua, Penelitian ini
93

hanya dimaksudkan untuk mengetahui apa sebenarnya makna al-


bukhl, asy-Syuhẖ, dhanîn, Qatûr itu sendiri dan bagaimana
penafsirannya para ulama ahli tafsir. Ketiga, penelitian kajian teks ini
merupakan usaha maksimal penulis, dimana penulis menyadari
masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini.
Kiranya penulis harapkan kepada pembaca agar memberikan kritik
dan sarannya.
DAFTAR PUSTAKA

„AbdulMuhammad
Bâqî,
Fuâd, al-0X¶MDP DO-Mufahras li Alfaz al-4XU¶DQ
al-Karîm.

Abdul Mustaqim, “Mempertimbangkan Metod


Syahrur”, dalam Sahiron Hermeneutika Syamsuddin
al-4XU¶DQ
Mazhab Yogya, Yogyakarta: Islamica, 2003.

Abdullah asy-Syaqawi, Syaikh Amin, „kikir sif


Islam House, 2014

Abdurrahman, Āisyah al-,¶MD] DO-Bayani fî al-4XU¶DQ :D 0DQDLO 1DIL¶ ELQ


al-Azraq, Kairo: Dâr Al-Ma`rif, 1971.

Abiraja, Suhendi, Setan Skak Mat! Strategi Menghadapi Setan, Bandung:


Mizan Pustaka, 2008.

Abqary, Ridwan, 99 Kisah Menakjubkan Dalam Al-Qur'an, Bandung, Mizan


Bunaya Kreativ, 2009.

Ath-Thabari, Abû Ja‟far Muhammad binterj.Jarîr,


Tafsir ath-Thabari,
Akhmad Affandi dan Amir Hamzah Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.

fahânî, Al-Râghib, 0XµMDP0XIUDGkWOL$OIkܲ al-4XU¶kQ Beirut: Dâr al-


al-Aṣ
Fikr, 2008.

al-Askari, Abu Hilal, al-Furuq fi al-Lughah, Beirut: Dar al-Afaq al-Jadidah,


1973.

al-Ghazali, Imam, ,K\D¶ 8OXPLGGLQ, terj. Moh. Zohri, Semarang: CV. Asy-
Syifa, 1994.

al-Hafidz, Ahsin W, Kamus Ilmu Al-Qur'an, Jakarta: Amzah, 2006.

„Abd
Al-Mubarak,-Husain, al
Fiqh al-Lugah, Bagdad: Jami‟ah
-Basrah, a
1986.

Badruddin, Syaikh Imad Zaki, Tafsir Wanita, Terj. Samson Rahman, Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2003.

95
96

Chaer, Abdul, Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2007.

Chodjim, Ahmad, An-Nas Segarkan Jiwa Dengan Surah Manusia, Jakarta:


Serambi Ilmu Semesta, 2005.

Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Tafsirnya, Jakarta: DEPAG RI, 2008.

Fathi as-Sayyid Nada,Ensiklopedia Abdul Adab„Aziz,


Islam Menurut Al-
Qur'an dan as-Sunnah, Terj. Abu Ihsan al-Atsari, Bogor: Pustaka
Imam asy-Syafi„i.

Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: PT. Pustaka Panjimas, 1986.

Harun, Salman, Kaidah-Kaidah Tafsir, Jakarta: QAF, 2017.

Kepustakaan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka


Phoenix, 2007.

Lari, Sayyid Mujtaba Musawi, Menumpas Penyakit Hati, Jakarta: Lentera


Baristama, 1996.

Madjid, Nurkholis, Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Yayasan


Paramedian, 1992.

ur, Ibnu, /LVƗQDO-µ$UDE,


Manẓ Kairo: Dār al 1996.
-Ma‟ārif,

Maraghi, Ahmad Musthofa, Terjemah Tafsir al-Maraghi, Terj. K. Anshori


Umar Sitanggal at. all, Semarang: Thoha Putra, 1992.

Mas‟adi, ad,
Gufron Ahm
Ensiklopedia Islam Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1996.

Millah,, Aang Saeful, Kunci Rezeki, Jakarta: Penerbit Republika, 2008.


Muhammad, Muslih, Kecerdasan Emosi Menurut Al-Qur'an, Terj. Emiel
Threeska, Jakarta:Akbar Media, 2010.

Munajjad, M. Nûruddin, al-7DUƗGXI Iv DO-4XU¶ƗQ DO-.DUƯP Baina al-


Mazāriyah -Tatbīqwa al

Munawwir, Ahmad Warson, Al-munawwir Kamus Arab-Indonesia,


Surabaya: Pustaka Progesif, 1997.
97

Nata, Abudin at. all, Ensiklopedia islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,
1999.

Nuh, Sayyid Muhammad, Penyebab Gagalnya Dakwah, Jakarta: Gema


Insani Press, 1998.

Pateda, Mansoer, Semantik Leksikal, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001.

Qaradawi, Yusuf, Berinteraksi dengan Al-4XU¶DQ terj. Abdul Hayyi al-


Kattani, Jakarta: Gema Insani Pres, 1999.

Qaṯṯân, Manna,
Pengantar Studi Ilmu al-Quran, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2005.

Qudamah, Ibnu, Mukhtashar Minhajul Qashidin, terj. Izzudin karimi,


Jakarta: Darul Haq, 2014.

Ar-Rabi‟, Muhammad Abdurrahman, Anekdot Orang-orang kikir, Terj.


Luqman Junaidi, Bandung; Pustaka Hidayah, 2003.
Saltut, Mahmud, Tafsir Al-Qur‟an -Karim,Al Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2000.

Shihab, M. Quraish, Mukjizat Al-4XU¶DQBandung: Penerbit Mizan, 1997.

_____________ _, Tafsir al-Misbah: Kesan, Pesan dan Keserasian


DO4XU¶DQ, Jakarta: Lentera Hati, 2000.

_______________, Kaidah Tafsir, Tangerang: Lentera Hati, 2013.

Taimiyah, Syaikh Islam Ibnu, Tazkiyatun Nafs, Jakarta: Darus Sunnah Press,
2010.

Takruri, Nawwaf, Dahsyatnya Jihad Harta, Terj. Asep Sobari dan Henry
Sholahuddin, Jakarta: Gema Insani, 2007.

Tanzeh, Ahmad, Metodologi Penelitian Praktis, Yogyakarta: Teras, 2011.

Thoha fatahajjadbih,
%DNKLO 'DODP $O4XU¶DQ”,“ Skripsi, Yogyak
Sunan Kalijaga: 2013.

Umar, Ahmad Mukhtar,


ilm al-Dalalah, „
Kuwait: Maktabah al-Arûbah, 1982
M/1402 H.
98

Watt, W. Montgomery, Pengantar Studi Al-4XU¶DQ Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada, 1995.

Ya‟qub, Emil 0DXV€µDKµ8O€PDO-Lughah


Bâdi‟, al-µ$UDEL\\DK, Beirut: Dâr
al-Kutub al-„Ilmiyah, 2006

Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: PT. Hidakarya Agung,


2010.

Az-Zuhaili, Wahbah, Tafsir al-munir, Terj. Abdul Hayyie al-Kattanie,


Mujiburrahman Subadi, dan Muhammad Mukhlisin, Jakarta: Gema
Insani, 2016.

Jurnal Al-Bayan, Vol. 9 No. 2 Desember 2017,

Jurnal Episteme Pengembangan Ilmu Keislaman, Vol. 9 No. 1 Juni 2014

Jurnal de Jure Syariah dan Hukum, vol 7, no 1 juni 2015

Jurnal Linguistik vol. 21 no. 1 juni 2017

Jurnal Mutawatir Keilmuwan vol. 5 no 1 Juni 2015, h. 145

Anda mungkin juga menyukai