Anda di halaman 1dari 42

PERBANDINGAN PEMIKIRAN

PENDIDIKAN ISLAM HASAN AL-BANNA


DAN HAJI ABDUL MALIK KARIM
AMRULLAH (HAMKA)

TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Magister Agama (M.Ag)
Dalam Bidang Pendidikan Agama Islam

Oleh:

SUMIRIYAH
NIM: 212.8.10.086

Pembimbing :

Prof. Dr. Armai Arief, MA


DR. H. M. Ulinnuha, MA

KONSENTRASI ILMU TARBIYAH


PROGRAM STUDI ILMU AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER (S2)
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1437H/2016M
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : SUMIRIYAH
NIM : 212.8.10.086
Konsentrasi : Tarbiyah
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Tesis : Perbandingan Pemikiran Pendidikan Islam Hasan Al-
Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah
(HAMKA).

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tesis yang saya


serahkan ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, kecuali kutipan-
kutipan dan ringkasan-ringkasan yang semuanya telah saya jelaskan
sumbernya.

Jakarta, Agustus 2016


Yang membuat pernyataan

SUMIRIYAH

v
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
Tesis dengan judul “PERBANDINGAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN
ISLAM HASAN AL-BANNA DAN HAJI ABDUL MALIK KARIM
AMRULLAH (HAMKA)” oleh Sumiriyah dengan NIM: 212.8.10.086 telah
di ujikan disidang Munaqasyah Program Pasca Sarjana Institut Ilmu Al-
Qur‟an (IIQ) Jakarta pada tanggal 24 Agustus 2016. Tesis tersebut telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Agama
(M.Ag) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Direktur Pasca sarjana


Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA

Tim Penguji Tanda Tangan Tanggal

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA --------------- ------------


Ketua sidang

Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA --------------- ------------


Sekertaris

Prof. Dr. H. Artani Hasbi, MA --------------- ------------


Penguji I

Dr. Hj. Nadjmatul Faizah, SH, M. Hum --------------- ------------


Penguji II

Prof. Dr. H. Armai Arief, MA --------------- ------------


Pembimbing/Promotor I

Dr. H. M. Ulinnuha, MA --------------- ------------


Pembimbing/Promotor II

iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Assalamu’alaikum warohmatullaahi wabarokaatuh.


Setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi terhadap naskah
Tesis yang berjudul:

PERBANDINGAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM HASAN AL-


BANNA DAN HAJI ABDUL MALIK KARIM AMRULLAH (HAMKA).
Yang ditulis oleh :

Nama : SUMIRIYAH
NIM : 212.8.10.086
Fakultas : TARBIYAH

Saya berpendapat bahwa tesis tersebut dapat diajukan kepada fakultas


Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta untuk diujikan dalam sidang
munaqasyah.

Wassalamu ‘alaikum warohmatullaahi wabarokaatuh.

Jakarta: 12 Agustus 2016

Dosen Pembimbing: I Dosen Pembimbing: II

Prof. DR. H. Armai Arief, MA DR. H. M. Ulinnuha, MA

iii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat
merampungkan tesis ini dengan judul “Perbandingan Pemikiran Pendidikan
Islam Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah.
“Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada tauladan
kita Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang
lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh
alam.
Dalam penyelesaian tesis ini dibutuhkan pengorbanan dengan
ditinggalkannya aktivitas lain yang tak kalah penting untuk tetap fokus pada
penelitian agar tesis selesai sesuai target. Oleh karena itu, dari pengorbanan
dan jerih payah dalam penyelesaian tesis ini maka besar harapan agar tesis ini
dapat bermanfaat bagi siapa saja yang peduli kepada perkembangan ilmu
pengetahuan walaupun masih banyak kekurangan dan kelemahan pada tesis
ini. Pada akhirnya dalam kesempatan ini disampaikan rasa terima kasih
sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah berperan dalam
pemberian bantuan berupa arahan, bimbingan, dan dorongan yang diberikan
selama proses penyelesaian tesis ini. Oleh karena itu, diucapkan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Prof. DR. Hj.Huzaemah T. Yanggo, MA, Rektor Institut Ilmu Al-
Qur‟an Yang telah mendidik penulis selama menjadi mahasiswa di
Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ ) Jakarta.
2. DR. KH. Ahmad Munif suratmaputra, MA, Direktur Program
Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an yang telah berperan dalam
pemberian dorongan serta kebijakan akademik secara formal, disiplin,
jujur, dan serius dalam perkuliahan sehingga kebijakan ini menjadi
dasar dalam penyelesaian tesis.
3. Prof. DR. H. Armai Arief, MA. dan DR. H. M. Ulinnuha, MA.
Sebagai dosen pembimbing yang menjadi inspirasi serta telah banyak
berperan dalam pengorbanan waktu, tenaga, juga fikirannya dalam
pengarahan, bimbingan, dan pemberian dorongan sampai tesis ini
terwujud.
4. Para penguji yang sudah meluangkan waktunya. Jazakumullahu
khairan katsiran.
5. Dan semua dosen Pasca Sarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ)
Jakarta yang telah berperan dalam pemberian ilmu pengetahuan
melalui perkuliahan dan seminar, baik pemberian materi, metode,

vi
motivasi, inspirasi, dan kritikan yang menjadi pondasi ilmu
pengetahuan dalam penyelesaian tesis ini.
6. Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar (Madura) juga
pimpinan pesantren YAPINK (Bekasi), Jazakumullah khoir atas
segala motivasi dan dukungannya dalam penyelesaian tesis ini.
7. Kedua orang tua tercinta, Bapak MUHAMMAD SAMUDIN dan Ibu
SIMAH, Serta Bapak Ibu mertua Bapak H. SHOMAD dan Ibu
HOYYIMAH yang tiada hentinya memberikan doa nasehat dan
semangat agar bisa menyelesaikan tesis ini dengan baik. Keselamatan
dunia akhirat semoga selalu untuk kalian.
8. Teruntuk suami tercinta NOER KHOLIS, terimakasih yang tak
terhingga atas do'a, semangat, kasih sayang, pengorbanan dan
ketulusannya dalam mendampingi penulis. Semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan rahmat dan ridho-Nya, serta kepada ananda
tersayang SHIDQII AKHDAN MUBAAROK dan AUFA
UZLIFATUL JANNAH yang selalu memberikan keceriaan dan
senyuman, yang selalu mampu menjadi tempat beristirahat dan
melepas penat yang luar biasa. Semoga kalian menjadi anak yang
sholih & sholihah serta menjadi orang yang dibanggakan.
9. Adik-adikku MAS'UDAH dan FUTIHAH juga kedua adik iparku
MUHAMMAD SYAMSUL ARIFIN dan ABD. AZIZ atas do'a dan
semangat yang telah mereka salurkan kepada penulis semoga Allah
membalasnya yang lebih baik.
10. Teman-teman mahasiswa-mahasiswi di Program Pasca Sarjana
Institut Ilmu Al-Qur‟an baik yang seangkatan, kakak kelas, dan adik
kelas yang telah menjadi penyemangat. Kalian adalah sahabat-sahabat
yang luar biasa, ana ukhibbukum fillah, sukses selalu dalam mengejar
mimpi masing-masing.
11. Ibu Shofi dan Semua staf IIQ, satpam, yang telah banyak berperan
dalam pemberian nomer hp dosen, informasi penting, dan beberapa
bantuan lain yang sangat tak terkira nilainya bagi penyelesaian tesis
ini dari awal hingga akhir.
12. Para petugas perpustakaan Institut Ilmu Al–Qur‟an (IIQ) Jakarta,
perpustakaan Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
perpustakaan umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan
Universitas Muhammadiyah Jakarta, perpustakaan umum Iman Jama‟
Lebak Bulus Jakarta, perpustakaan STAI al-Khairat Pamekasan
Madura. Perpustakaan umum kota Pamekasan Madura, perpustakaan
Universitas 45 (UNISMA) Bekasi, perpustakaan pesantren YAPINK
Tambun Bekasi, serta perpustakaan umum kota Bekasi yang telah
berperan dalam memberikan izin dan telah menyediakan referensi

vii
yang sangat berguna dalam tesis ini. Semoga Allah membalasnya
yang lebih baik.
13. Dan kepada semua pihak yang telah begitu banyak membantu namun
tidak dapat disebutkan satu persatu karena keterbatasan halaman.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan berkah dan rahmat-Nya
bagi kita semua, terima kasih untuk bantuannya selama ini, semoga
dapat menjadi amal ibadah di hadapan-Nya. Aamiin.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan dalam
penyusunan tesis ini, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan guna perbaikan di kemudian hari. Untuk yang terakhir
kalinya, semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut diperoleh pahala
yang berlipat ganda dari Allah SWT. Serta semoga karya tulis ini bermanfaat
bagi siapa saja yang membacanya. Aamiin.

Jakarta, Agustus 2016

SUMIRIYAH
.

viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
ARAB LATIN

1. Konsonan.
Huruf arab Nama Huruf latin Nama
‫ا‬ Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan
‫ب‬ Ba B ba
‫خ‬ Ta T ta
‫ز‬ Tsa Ts te dan es
‫ج‬ Jim J je
‫ذ‬ ha h ha (dengan garis di
bawah)
‫خ‬ Kha Kh ka dan ha
‫ز‬ Dal D de
‫ش‬ dzal Dz de dan zet
‫ض‬ Ra R er
‫ظ‬ Za Z zet
‫غ‬ Sin S es
‫ؾ‬ syin Sy es dan ye
‫ص‬ shad Sh es dan ha
‫ض‬ dlad Dh de dan el
‫ط‬ thad Th te dan ha
‫ظ‬ dhad zh de dan ha
‫ع‬ „ain „ koma terbalik
diatas
‫غ‬ ghain Gh ge dan ha
‫ف‬ Fa F ef
‫ق‬ Qaf Q qi
‫ن‬ Kaf K ka
‫ي‬ Lam L el
َ Mim M em
ْ Nun N en
‫و‬ wau W we
‫ﻩ‬ Ha H ha
‫ﻻ‬ lam alif La el dan a
‫ء‬ hamzah ` apostrop
ٌ Ya Y ye

ix
2. Vocal.
a. Vocal Tunggal.
Tanda Nama Huruf latin Nama
….` fathah a a
…. kasrah i i
…. dlammah u u

b. Vocal rangkap
Tanda Nama Gabungan Huruf Nama
ٌ… fathah dan ya ai a dan i
‫و‬... fathah dan wau au a dan u
Contoh :
ُٓ‫ حؽ‬: husain
‫ ﻮﺣي‬: haula.

3. Maddah (Panjang).
Tanda Nama Huruf Latin Nama
‫ىا‬ Fathah dan alif â a dengan caping di atas
ٍ‫ى‬ ‫ْي‬ Kasrah dan ya î i dengan caping di atas
‫ى ُوى‬ Dlammah dan wau û u dengan caping di atas

4. Ta Marbuthah.
a. Ta‟ Marbuthah yang dipakai di sini dimatikan atau diberi harakah
sukun, dan transliterasinya adalah / h /.
b. Kalau kata yang berakhir dengan ta marbuthah diikuti oleh kata
yang bersandang / al /, maka kedua kata itu dipisah dan ta
marbuthah ditransliterasikan degnan / h /.
Contoh:
‫فاطّح‬ : Fâtimah.
‫ِىح اٌّىطِح‬ : Makkah al-Mukarramah.

5. Syaddah.
Syaddah / tasydid dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang
sama dengan huruf yang bersyaddah itu.
Contoh :
‫ َضتََٕا‬: rabbanâ .
‫َٔ َع َي‬: nazzala.

x
6. Kata Sandang.
Kata sandang “‫ ”اي‬dilambangkan dengan “al”, baik yang diikuti
dengan huruf syamsyiyah maupun yang diikuti dengan huruf
qamariyah.
Contoh:
‫اَ ْيٌ َ ْيّػُو‬: al-Syams
‫اَ ْيٌ ِح ْيىّح‬: al-Hikmah

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN .......................................................................... v
KATA PENGANTAR............................................................................... vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. xii
ABSTRAK ................................................................................................ xiv
BAB I : PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Permasalahan ................................................................................. 7
1. Identifikasi Masalah .................................................................. 7
2. Pembatasan Masalah ................................................................. 7
3. Perumusan Masalah................................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 9
D. Metodologi Penelitian ................................................................... 9
E. Telaah Pustaka............................................................................... 13
F. Sistematika Pembahasan ............................................................... 16
BAB II : BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA
TENTANG PENDIDIKAN ISLAM.
A. Riwayat Hidup Hasan Al-Banna ................................................... 17
1. Biografi Intelektualnya ............................................................ 17
2. Perjuangan dan Karyanya........................................................ 21
B. Pemikiran Tentang Pendidikan Islam ........................................... 26
1. Materi Pendidikan Islam ......................................................... 27
2. Metode Pendidikan Islam ........................................................ 36
3. Konsep Pendidikan Islam ........................................................ 44
4. Lembaga Pendidikan Islam ..................................................... 45
5. Tujuan Pendidikan Islam ......................................................... 48
6. Pendidik dan Peserta Didik ..................................................... 50
7. Evaluasi Pendidikan Islam ...................................................... 52
BAB III : BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN HAMKA (HAJI
ABDUL MALIK KARIM AMRULLAH) TENTANG
PENDIDIKAN ISLAM.
A. Riwayat Hidup Buya Hamka......................................................... 57
1. Biografi Intelektualnya ............................................................ 57
2. Perjuangan dan Karyanya........................................................ 61
B. Pemikiran Tentang Pendidikan Islam ........................................... 65
1. Materi Pendidikan Islam ......................................................... 65
2. Metode Pendidikan Islam. ....................................................... 68
xii
3. Konsep Pendidikan Islam ........................................................ 69
4. Lembaga Pendidikan Islam ..................................................... 76
5. Tujuan Pendidikan Islam ......................................................... 90
6. Pendidik dan Peserta Didik ..................................................... 94
7. Evaluasi Pendidikan Islam ...................................................... 101
BAB IV : ANALISIS KOMPARATIF PEMIKIRAN PENDIDIKAN
ISLAM HASAN AL-BANNA DAN BUYA HAMKA.
A. Persamaan Pemikiran Pendidikan Islam Hasan Al-Banna
Dan Buya Hamka .......................................................................... 105
B. Perbedaan Pemikiran Pendidikan Islam Hasan Al-Banna
Dan Buya Hamka .......................................................................... 138
C. Titik Temu Pemikiran Kedua Tokoh dengan
Sisdiknas 2003............................................................................... 144
BAB V : PENUTUP.
A. Kesimpulan.................................................................................... 151
B. Saran .............................................................................................. 152
DAFTAR PUSTAKA.
LAMPIRAN-LAMPIRAN.

xiii
ABSTRAK

Sumiriyah, NIM : 212.8.10.086 "Perbandingan Pemikiran


Pendidikan Islam Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah"
Program Pasca Sarjana (S-2) Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta.
Dari hasil penelitian terhadap Hasan Al-Banna dan Buya Hamka
terungkap pemikiran keduanya tentang komponen-komponen pendidikan
yaitu meliputi: Materi pendidikan Islam, lembaga pendidikan Islam, tujuan
pendidikan Islam, pendidik dan peserta didik, serta evaluasi pendidikan
Islam. Hasan Al-Banna dan Buya Hamka punya pandangan yang sama akan
pentingnya manusia mencari ilmu pengetahuan, pemikiran kedua tokoh
tersebut tidak terlepas dari pandangan terhadap ajaran Islam. Gambaran
pemikiran kedua tokoh mengenai materi pendidikan bahwa tauhid adalah
sebagai materi utama, pentingnya akan lembaga pendidikan formal dan non
formal, tujuan pendidikan identik dengan tujuan hidup manusia, seorang
pendidik harus menjadi qudwah dalam segala aspek kehidupan dan mengenai
evaluasi pendidikan, materi yang diujikan harus relevan dengan materi yang
diajarkan, serta menerapkan model evaluasi "muhasabah". Sedangakan
metode dan konsep pendidikan kedua tokoh tersebut punya pandangan yang
berbeda, metode Hasan Al-Banna melalui metode ketauladanan, kisah,
ceramah dan pendekatan. Sementara Hamka metode yang digunakan adalah
diskusi, karya wisata, resitasi dan eksperimen. Konsep pendidikan Hasan Al-
Banna yang diterapkan adalah pendidikan sebagai alat untuk meningkatkan
harkat dan martabat manusia yang relevan sepanjang zaman, sedangkan Buya
Hamka berpendapat bahwa konsep pendidikan harus mampu melahirkan
pribadi-pribadi yang berani berbicara benar dan mampu memperjuangkan
kebenaran.
Pemikiran Hasan Al-Banna dan Buya Hamka ada relevansinya
dengan undang-undang sisdiknas No. 20 Tahun 2003, yaitu akan perlunya
umat Islam memperoleh kesempatan belajar dan mendapatkan layanan
pendidikan, dengan tujuan membentuk manusia yang berkualitas, jujur dan
berakhlak mulia. Juga perlunya keterlibatan masyarakat dalam mengelola
pendidikan, serta pendidikan haruslah bersifat otonom dan independen.
Penelitian ini adalah penelitian tokoh, dan lazim disebut dengan studi
tokoh yang termasuk jenis penelitian kualitatif, dengan menggunakan karya-
karya Hasan Al-Banna dan Buya Hamka berupa cuplikan ceramah, naskah-
naskah lainya sebagai sumber data primer, sedangkan karya-karya orang lain
baik yang pro maupun yang kontra dijadikan sebagai sumber data sekunder,
begitu juga halnya data yang diperoleh melalui internet, bertujuan
menggambarkan dan mengungkapkan pemikiran kedua tokoh tentang
berbagai komponen- komponen pendidikan Islam, metode yang digunakan
adalah studi literatur dengan menggunakan analisis deskriptif.
xiv
ABSTRACT

Sumiriyah, NIM: 211810086 "Comparative of Islamic Education


Thought between Hasan Al-Banna and Haji Hamka " Post Graduate Program
(S-2) Institute of Qur'anic Studies Jakarta.
From the results of a study of both Hasan Al-Banna and Buya
Hamka revealed that their thought about educational components consist of:
Material of Islamic Education, Islamic educational institutions, goals of
Islamic educations, educators and learners, as well as the evaluation of
Islamic education. Both Hasan Al-Banna and Buya Hamka have the same
view of the importance of searching for knowledge, and their views can not
be separated from the view of Islamic ideology. Description of thought of
both leaders about education materials that monotheism is a main material,
the importance of formal educational institutions and non-formal one,
educational purposes is identical with the goal of human life, an educator
must be Qudwah in all aspects of life and evaluation of education, the
material that is tested must be relevant to the material that is taught, as well
as applying the "muhasabah" evaluation model. While the methods and
concepts of education both figures have a different view, the method of
Hassan al-Banna through example methods, stories, lectures and approaches.
While Hamka methods used discussions, field trips, recitation and
experiment. The education concept of Hasan Al-Banna that applied is
education as a tool to improve the human dignity that is relevant for all time,
while Buya Hamka argued that the concept of education should be able to
product persons who dare speaking the truth and can fight for the truth.
There is relevance between Hasan Al-Bana and Buya Hamka to the
Law the National Education No. 20 year 2003, about the need for Muslims
get opportunity to learn and receive education services, in order to establish
human that have quality, honesty and good character. Also the importance of
public participation in managing education, and education must be
autonomous and independent.
This research is research of a character, and commonly called the
figure studies that include the qualitative research type, by using the works of
Hasan Al-Banna and Buya Hamka as lectures trailers, other texts as the
primary data source, while the works of others either pro and contra used as
secondary data sources, as well as data obtained from internet, have aims to
describe and express both figures thought about various components of
Islamic education, the method used is the study of literature by using
descriptive analysis.

xv
‫ٍِرص اٌثحس‬

‫ؼىُِطَح‪ ،‬ضلُ اٌمُس ‪ ،211810086 :‬ايِماضٔح تُٓ اٌرفىُط اٌعٍٍّ اإلؼالٍِ "‬
‫حؽٓ اٌثٕا واٌحح عثس اٌٍّه اٌىطَُ أِط هللا " تطٔاِح اٌسضاؼاخ اٌعٍُا ( اٌّعهس عٍُ‬
‫اٌمطآْ تداوطذا )‪.‬‬
‫وِٓ ٔرائح اٌسضاؼح " حؽٓ اٌثٕا وتىَا حّىا " ظاهطج ٌٕا تأْ فىطهّا عٓ‬
‫إٌاصط اٌرطتُح ذ رًّ عًٍ ‪ِ :‬ىاز اٌرطتُح اإلؼالُِح‪ ،‬اٌّؤؼؽاخ اٌرعٍُُّح اإلؼالُِح‪،‬‬
‫واٌغطض ِٓ اٌرطتُح اإلؼالُِح‪ ،‬اٌّعٍُّٓ واٌّرعٍُّٓ‪ ،‬ووصٌه ذمُُُ اٌرطتُح اإلؼالُِح‪.‬‬
‫وضأي حؽٓ اٌثٕا وتىَا حّىا تأْ طٍة اٌعٍُ ِٓ أهُّح ٌسي إٌاغ والؼُّا عٓ اٌّعطفح‪،‬‬
‫وفىطهّا ال َفىخ عٓ وخهح اٌرطتُح اإلؼالُِح‪ ،‬وصىضج فىطهّا عٓ ِىاز اٌرطتُح هٍ‬
‫عٍُ اٌرىحُس وهى ِٓ اٌّىاز اٌطئُؽُح‪ ،‬ووصا أهُّح اٌّؤؼؽاخ اٌرعٍُُّح اٌطؼُّح وغُط‬
‫اٌطؼُّح‪ ،‬وأغطاض اٌرعٍُُّح ِرطاتمح ِع اٌهسف ِٓ حُاج اإلٔؽاْ‪ ،‬وَدة أْ َىىْ‬
‫اٌّطتٍ لسوج فٍ خُّع خىأة اٌحُاج وذمُُُ اٌرعٍُُ‪َ ،‬دة أْ ذىىْ اٌّىاز اٌرٍ َدطٌ‬
‫اذرثاضها شاخ اٌصٍح اٌّىاز اٌرٍ َرُ ذسضَؽها‪ ،‬وذطثُك ّٔىشج ذمُُُ " اٌّحاؼثح "‪.‬وٌىٓ‬
‫األؼاٌُة واٌّفاهُُ ِٓ فىطهّا ِررٍفح‪ ،‬وِٓ ططَك حؽٓ اٌثٕا ِٓ ذالي ططق ِثاٌُح‬
‫واٌمصص واٌّحاضطاخ وإٌهح‪ ،‬وططَك تىَا حّىا اٌّؽرعًّ هى ِٕال اخ‪،‬‬
‫واٌطحالخ اٌُّسأُح‪ ،‬ذالوج وذدطَثٍ‪.‬وِفهىَ اٌرطتُح " حؽٓ اٌثٕا " هى ذعٍُُ اٌرطثُمٍ‬
‫وأزاج ٌرحؽُٓ وطاِح اإلٔؽاْ اٌرٍ هٍ شاخ اٌصٍح فٍ خُّع األولاخ‪ ،‬وضأي تىَا حّىا‬
‫تأْ ِفهىَ اٌرعٍُُ التس لازضج عًٍ أداب األشراص اٌصَٓ َردطأوْ لىي اٌحمُمح‬
‫وإٌضاي ِٓ أخً اٌحمُمح‪.‬‬
‫وِٓ أفىاض "حؽٓ اٌثٕا وتىَا حّىا " عاللاخ تاٌمأىْ اٌرطتىٌ اٌىطٍٕ‪ ،‬وهٍ‬
‫حاخح اٌّؽٍُّٓ اٌصَٓ َحصٍىْ اٌفطصح ٌٍرعٍُ واٌحصىي عًٍ ذسِح اٌرعٍُ واٌرطتُح‬
‫تهسف ذ ىًُ اإلٔؽاْ اٌّرفىلُٓ‪ ،‬صازلُٓ‪ ،‬وأذالق اٌىطَّح‪ .‬وأَضا حاخح ِ اضوح‬
‫اٌّدرّع فٍ إزاضج اٌرعٍُُ‪ ،‬وَىىْ اٌرعٍُُ حطا وِؽرمثال‪.‬‬
‫وهصا اٌثحس هى تحس اٌ رصُح‪ ،‬والظَ تاؼُ " اٌسضاؼاخ اٌ رصُح " وهى ِٓ‬
‫اٌثحس إٌىعٍ‪ ،‬تاؼرعّاي اٌّؤٌفاخ " حؽٓ اٌثٕا وتىَا حّىا " ِٓ ِمطع اٌرطثح‪ ،‬ؤؽد‬
‫ِصسض اٌثُأاخ األؼاؼٍ‪ ،‬وتٕؽثح اٌّؤٌفاخ غُط حؽٓ اٌثٕا ؼىاء وأد ِىافمح أو‬
‫ِراٌفح ذؽرعًّ تّصسض اٌثُأاخ اٌثأىٌ‪ ،‬ووصٌه ِصسض اٌثُأاخ اإلَرطٔد‪ ،‬وذهسف إًٌ‬
‫اٌرصىَط واٌرعثُط عٓ أفىاضهّا فٍ عٕاصط اٌرطتُح اإلؼالُِح‪ ،‬واألؼاٌُة اٌرٍ ذؽرعًّ‬
‫هٍ اٌسضاؼح اٌرحٍٍُُح اٌىصفُح‪.‬‬

‫‪xvi‬‬
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.


Pendidikan dapat dipandang sebagai organisasi yang memiliki
struktur tertentu dan melibatkan sejumlah orang dengan tugas melaksanakan
suatu fungsi untuk memenuhi suatu kebutuhan.1 Setiap upaya guru dalam
proses pendidikan diatur oleh tujuan tertentu, banyak tujuan yang dirumuskan
secara umum dan samar, seperti “pendidikan untuk hidup”. Tentu saja tujuan
semacam ini dapat diterima, karena setiap pendidikan mesti mempersiapkan
peserta didik untuk hidup.2
Menurut Fuad Hassan (1981)3 ada keperluan mempersiapkan manusia
yang mampu bertahan dalam kehidupannya melalui ikhtiyar pendidikan.4
Supaya seluruh kehidupan dapat menuju ke arah yang memuaskan, maka
pendidikan harus ditujukan pada menghasilkan manusia dengan kualitas dan
integritas5 yang tinggi.6
Lebih lanjut Mohammad Abduh7 salah seorang cendikiawan, ulama
maha guru universitas al-Azhar, lebih mengedepankan kemampuan rasional
dalam proses pemahaman ajaran Islam melalui pendidikan, sehingga cara-
cara belajar yang verbalistis8 dipandang tak bermakna (tak baik) sebagai
seorang pemikir pembaharuan ia memandang bahwa pendidikan harus
didasari dengan moral dan agama. Pendidikan dipandang sebagai alat yang
paling efektif.9

1
Abdul Aziz Wahhab, Anatomi Organisasi Kepemimpinan Pendidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2008), h. 227.
2
Hery Noer Aly, H. Munzier, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung
Insani, 2003), h. 111.
3
Prof. Dr. Fuad Hassan adalah Tokoh Pendidikan Indonesia. Jabatan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pernah dipegangnya pada masa pemerintahan
Presiden Soeharto. Lahir: 26 Juni 1929, Semarang Meninggal: 7 Desember 2007, Jakarta.
4
Oong Komar, Filsafat pendidikan nonformal, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006),
h. 95
5
Mutu, sifat keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki
potensi yang memancarkan kewibawaan.
6
Slamet Imam Santoso, Pendidikan di indonesia dari masa ke masa, (Jakarta: PT.
Inti Idayu Press, 1987), h. 138.
7
Muhammad Abduh adalah seorang pemikir muslim dari Mesir, dan salah satu
penggagas gerakan modernisme Islam. Meninggal: 11 Juli 1905, Iskandariyah, Mesir.
8
Kemampuan yang bersifat hafalan.
9
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan “Islam dan Umum” ( Jakarta: Bumi Aksar, 1993
), h. 29.
1
2

Pendidikan itu terjadi melalui pengaruh orang yang telah dewasa


kepada orang yang belum dewasa. Dalam hal ini Langeveld (1965)10
menegaskan bahwa tidak semua pengaruh yang datangnya dari orang dewasa
kepada orang yang belum dewasa itu dapat disebut mendidik. Sebab mungkin
saja Pengaruhnya itu tidak mengandung unsur mendidik sama sekali.
Karena itu Langeveld menggariskan bahwa sifat dari pendidikan ialah
bahwa semua usaha, pengaruh, perlindungan, serta bantuan yang diberikan
harus tertuju kepada kedewasaan anak didiknya atau dengan kata lain
membantu anak didik agar cukup cakap dalam melaksanakan tugasnya
sendiri.11 Usaha sadar dalam pendidikan adalah segala daya dan upaya
anggota masyarakat yang sekurang - kurangnya didorong oleh suatu niatan
baik, dan sempurna apabila dilakukan dalam bentuk kegiatan pengabdian diri
menyelenggarakan/melaksanakan pendidikan secara terprogram.12
Menurut Mustopadidjaja (1996)13 suatu bangsa dikatakan maju,
apabila semakin tinggi tingkat pendidikannya14 Oleh karena itu, pendidikan
diperlukan oleh manusia agar secara fungsional manusia diharapkan mampu
memiliki kecerdasan untuk menjalin kehidupan dengan bertanggung jawab,
baik secara pribadi, sosial, maupun profesional. Dalam bahasa pedagogik,
pendidikan bertujuan guna memenuhi 3 aspek, yaitu aspek kognitif, afektif
dan psikomotorik. Dari sini manusia diharapkan mampu memenuhi
kehidupan secara bahagia dan sejahtera.15

10
Nama lengkapnya Prof dr. M.J. (Martinus Jan) Langeveld (1.905-1.989).
11
H.M. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, ( Jakarta: CV: Pedoman Ilmu Jaya, 1999 ) h.
6-7
12
Redja Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, ( Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya ), h. 57.
13
Prof. Dr. Mustopadidjaja AR, SE, MPIA adalah Guru Besar Kebijakan Publik,
STIA-LAN, RI; Fakultas Ekomomi, UI, dan UNHAS; serta Tenaga Ahli pada Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dan Sekjen KORPRI (2001-Sekarang);
Mantan: Kepala LAN-RI, 1998-2003; Sesmenko EKUIN (Maret-Juli 1998); Sesmen
PPN/Deputi Ketua BAPPENAS (1988-98); serta Direktur Overseas Training Office
BAPPENAS, 1989-97. Pokok-pokok pikiran dari tulisan ini pernah disampaikan pada
seminar "Prospektif Pemerintah Pasca Pemilu 2004" dalam rangka Dies Natalis ke-46
Universitas 17 Agustus 1945).
14
Oong Komar, Filsafat pendidikan nonformal, ( Bandung: CV. Pustaka Setia.
2006), h. 72.
15
itu mensyaratkan bahwa proses pembelajaran akan memungkinkan peserta didik
tertantang dan terangsang untuk terus belajar sampai tingkatan Joy of Discovery (kepuasan
dari suatu penemuan) tertantang untuk memecahkan masalah dengan menerapkan
pengetahuan yang diperolehnya pada kehidupan dan tertantang untuk kerjasama sehingga
timbul pada perkembangan kecerdasan dan karakter sosial (peduli dengan masyarakat)
Sudarman Danim, Agenda pembaharuan sistem pendidikan, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2006 ), h. 9-12.
3

Secara teoritis16 sistem pendidikan terdiri dari komponen-komponen,


yang merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan, antara lain : Tujuan,
peserta didik, pendidikan, sarana serta lingkungan.17
Hasan Al-Banna sering menggunakan istilah pendidikan dengan At-
Tarbiyah dan ta‟lim. At-Tarbiyah adalah proses pembinaan dan
pengembangan potensi manusia melalui pemberian berbagai ilmu
pengetahuan yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agama. Seringkali pula kata
At-Tarbiyah diartikan dengan pendidikan jasmani, pendidikan akal, dan
pendidikan qalb.18 Sedangkan ta‟lim adalah proses transfer ilmu pengetahuan
agama yang menghasilkan pemahaman keagamaan yang baik pada anak
didik sehingga mampu melahirkan sifat-sifat dan sikap-sikap yang positif
(ikhlas, percaya diri, kepatuhan, pengorbanan, dan keteguhan).19
Dalam pandangan Hasan Al-Banna, pendidikan memiliki pengertian:
cara ideal dalam berinteraksi dengan fitrah manusia, baik secara langsung
(berupa kata-kata) maupun secara tidak langsung (berupa ketauladanan,
sesuai dengan sistem dan perangkatnya yang khas), untuk memproses
perubahan dalam diri manusia menuju kondisi yang lebih baik.20
Sehubungan dengan tarbiyah pendidikan dan pembinaan umat,
pencapaian cita-cita sesungguhnya memerlukan partisipasi seluruh
umat.21Pemikiran Hasan Al-Banna tentang pendidikan tidak terlepas dari
pandangannya terhadap ajaran Islam.22 Ikhwan al-Muslimin menganjurkan
lembaga pendidikan formal seperti sekolah dan lembaga pendidikan non
formal harus memberikan ciri Islam yang sangat kuat. Dalam hal ini
Maryam Jamilah mengatakan, bahwa Hasan Al-Banna, selaku pendiri
Ikhwan al-Muslimin tidak bosan-bosannya menghimbau pemerintah agar
menata kembali pendidikan yang berasaskan Islam dan memperhatikan
pentingnya penyusunan kurikulum yang berbeda antara siswa dan siswi, dan

16
Memiliki makna suatu kajian masalah yang di lakukan berdasarkan teori.
17
Hasbullah, Dasar-dasar ilmu pendidikan, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2003 ), h, 123.
18
Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam, ( Jakarta: Gema Insani, 1995 ), h.
123.
19
A. Susanto, Pemikiran pendidikan Islam, ( Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009 ), h.
65.
20
Ali „Abd al-Ḥalim Maḥmud, Wasa`il al-Tarbiyyah „inda Ikhwan al-Muslimin
(Dirasah Taḥlīliyyah Tarikhiyyah), Diterjemahkan Wahid Ahmadi (et.el.) dengan judul
“Perangkat-Perangkat Tarbiyah Ikhwanul Muslimin”, Cet. VI, ( Solo: Era Intermedia, 2001
), h. 21.
21
Sa‟id Hawa, Membina Angkatan Mujahid, ( Solo: PT. Eraadicitra Intermedia,
2010 ), h. 26.
22
Jama‟ah Amin abdul A ziz Fahmi, Al- Islam Fi Zilal Al-Isyim Li Al-Imam Hasan
Al-Banna, ( Iskandariah: Wan al-Dakwah, 1993), h.27.
4

secara khusus ia memohon agar pengajaran ilmu-ilmu eksakta tidak


dibaurkan dengan paham materealisme.23
Pendidikan ini menekankan tradisi dan kebiasaan Islami di tengah
masyarakat selain mengokohkan solidaritas umat. Melalui pencitraan anggota
ikhwan di masyarakat.24 Pendidikan sosial ini adalah merupakan salah satu
jalan guna mencapai cita-cita Hasan Al-Banna yaitu menegakkan daulah
Islamiyah.25
Sistem pendidikan yang diterapkan Hasan Al-Banna dalam madrasah
Hasan Al-Banna berbeda kontras dengan sistem pendidikan yang dibangun
oleh dasar individualis maupun sosial komonis. pendidikan Hasan Al-Banna
dalam masyarakat di dalamnya dominan ajaran-ajaran Islam, berbeda pula
dengan pendidikan muslim yang di dalamnya ide skuler turut berebut
pengaruh.
Sistem pendidikan yang dibangun Hasan Al-Banna mengacu pada
tujuan yang jelas, yang digali dari ajaran Islam kaffah bukan dari ajaran
lain.26 Dr. Fadhil Al-Jamaly27 menghimbau agar umat Islam menciptakan
sistem pendidikan yang didasari keimanan kepada Allah, karena hanya
imanlah yang menjadi dasar pendidikan yang benar.28
Pendidikan Islam yang dapat diharapkan mencapai sukses, menurut
pandangan Syaikh Sayyid Qutb29 sistem kehidupan Islam yang menanamkan
cita-cita untuk melepaskan diri dari segala bentuk pandangan oleh orang yang
kuat terhadap yang lemah, membebaskan manusia dari kebodohan dan
kemiskinan serta keterbelakangan.30
Corak pemikiran Hasan Al-Banna dipengaruhi beberapa faktor.
Faktor- faktor tersebut antara lain: Pendidikan keagamaannya yang
tradisional pada masa permulaan itu bersifat gabungan sedikit banyak dengan
pemikiran modern melalui bapaknya sendiri, Ahmad Abdurrahman al-
Banna.31
Setiap umat Islam memiliki kebijakan tentang pendidikan,
pembentukan generasi muda, dan pembangunan kader masa depan yang

23
Abuddin Nata, pemikiran Para Tokoh Islam, hal. 151.
24
Utsman Abdul Mu‟iz Ruslan, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin, Terj.
Salafuddin Abu Sayyid, dkk, ( Solo: Era Intermedia, 2000), h. 523.
25
Ali Abdul Halim Mahmud, ( Solo: Era Intermedia, 2001), h. 307.
26
Abdul Kholiq, Dkk, Pemikiran Pendidikan Islam, ( Semarang: Pustaka pelajar,
1999 ), h. 255.
27
Seorang guru besar pendidikan universitas tunis
28
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), hal 37
29
Pemikir pembaharuan umat Islam
30
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), hal 37
31
Edward Mortimer, Islam dan Kekuasaan, Terj. Enna Hadi dan Rahmani Astuti,
(Bandung: Mizan, 1984), h. 235.
5

menjadi tumpuan hidup baru sebuah umat. Karena itu, kebijakan tersebut
harus dibangun di atas prinsip-prinsip yang kokoh.32 Setiap bangsa
menginginkan ilmu yang bermanfaat dan produktif, akal yang matang dan
pemikiran yang cermat, semua itu diperkuat dengan akhlak yang mulia dan
jiwa yang bersih, hal tersebut bisa dilakukan dengan cara membuat kebijakan
pendidikan yang baku, memerangi buta huruf serta menyebarkan pendidikan
kesemua lapisan masyarakat.33
Hasan Al-Banna menjelaskan bahwa seorang pendidik bukan hanya
dari kalangan alumnus fakultas pendidikan atau mahasiswa yang berhasil
menyandang gelar magister atau doktor dalam bidang pendidikan, melainkan
orang-orang yang memiliki kehangatan iman, ruh yang kuat, jiwa yang suci,
motifasi yang tinggi, kreatif, perasaan yang lapang, dan mampu
mempengaruhi orang lain. Bisa jadi mereka hanya seorang mekanik biasa,
karyawan rendah, pedagang atau pekerja.34 Menurut Hasan Al-Banna bahwa
perjuangan dan pergerakan melalui pendidikan merupakan satu-satunya jalan
untuk mengubah masyarakat, membentuk pemimpin dan mewujudkan cita-
cita masyarakat Islam.35
Buya Hamka adalah sosok manusia atau aset Negara Republik
Indonesia yang multiperan. Selain sebagai ulama dan pujangga, ia juga
seorang pemikir. Diantara buah pikirannya adalah gagasan tentang
pendidikan. Pentingnya manusia mencari ilmu pengetahuan, menurut Hamka,
bukan hanya untuk membantu manusia memperoleh penghidupan yang
layak, melainkan lebih dari itu, dengan ilmu manusia akan mampu mengenal
Tuhannya, memperhalus akhlaknya, dan senantiasa berupaya mencari
keridhaan Allah.36
Buya Hamka adalah sosok yang sangat memperhatikan dunia
pendidikan, Hamka mengamati wajah pendidikan setelah Indonesia merdeka
yang jauh berubah dibandingkan pendidikan di zaman kolonial, dimana
pendidikan dapat dirasakan oleh semua kalangan anak bangsa, tiada lagi
kebanggaan pada bahasa Belanda, tetap terjalinnya hubungan pelajar dengan
keluarganya yang Islam,37 Dia juga sangat memperhatikan penyimpangan

32
Hasan Al-Banna, Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al-Banna jilid 2, (Jakarta:
Al-I‟tishom, 2012), h. 46.
33
Hasan Al-Banna, Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al-Banna jilid 4, (Jakarta:
Al-I‟tishom, 2012), h. 39-41.
34
Yusuf Qardawi, Tarbiyah Hasan Al Banna dalam Jama‟ah Al Ikhwan Al
muslimun, (Jakarta: Rabbani Press, 2005) hal. 9
35
Yusuf Qordowi, Attarbiyah al Islamiyah, Wa Madrasah Al Banna, terj Al Bustomi
Abdul Ghani, Jakarta: Bulan Bintang, 1980), hal. 11
36
Syamsul Kurniawan, Erwin Mahrus. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam.
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 230
37
Hamka, Dari Hati Ke Hati, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2002), h. 111-113.
6

fakta sejarah dalam dunia pendidikan,38 Titik sentral pemikiran Hamka dalam
pendidikan Islam adalah “fitrah pendidikan tidak saja pada penalaran semata,
tetapi juga akhlakul karimah”.39
Melalui berbagai analisa yang pernah dilakukan, para peneliti berbeda
pendapat dalam memposisikan intelektualnya. Diantaranya ada yang
memposisikan sebagai sosok mufassir melalui tafsir al-Azharnya40 pertama
sekali ditulis tahun 1938; tenggelamnya kapal van der wijk, (1956) pertama
kali ditulis tahun 1939. Sejarawan melalui sejarah Islamnya,41 buku ini ditulis
pada tahun 1951 "sufi" melalui tasawuf moderatnya42 Buku ni pertama kali
diterbitkan di medan pada tahun 1939 dan sampai tahun 1987. Hamka
merupakan sosok intelektual (modernis) yang produktif. Produktifitasnya
terlihat dari karyanya yang ditulis dalam berbagai disiplin ilmu,43 Baik di
majalah, surat kabar maupun dalam bentuk buku. Orientasi kajian
produktifnya berkisar pada persoalan- persoalan keagamaan dan sosial
kemasyaakatan, seperti bidang tafsir, teologi, sastra, fiqh, sejarah Islam, dan
pendidikan.44
Melalui karya-karyanya tersebut ia mengetengahkan pemikirannya
tentang komponen pendidikan yang meliputi tujuan pendidikan Islam,
kewajiban orang tua dan guru, juga kriteria guru yang ideal, metode
pendidikan Islam, evaluasi pendidikan Islam, konsep pendidikan Islam, serta
lembaga pendidikan Islam. Komponen- komponen tersebut dapat dijadikan
acuan untuk melihat pemikirannya tentang pendidikan Islam.45 Warisan
pemikirannya tentang komponen-komponen pendidikan Islam merupakan
wacana yang sangat potensial untuk diteliti dan dikembangkan dalam rangka
memperkaya konsep pendidikan nasional. Persoalan ini menjadi cukup
penting untuk diteliti , karena bagaimanapun juga ia telah berupaya
melakukan " renovasi" terhadap sistem pendidikan umat pada waktu itu.

38
Hamka, Dari Perbendaharaan Lama, Cet. 3, (Jakarta: Pustaka Panjimas,1996), h.
10.
39
Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana,
2009), h. 31.
40
Hamka tafsir al azhar, juz 1-XXX, (jakarta : pustaka panjimas 1998) Sastrawan
melalui roman-romanya2. Hamka dibawah lindungan ka'bah (jakarta : balai pustaka, 1957),
41
Hamka, sejarah umat Islam, jilid I, II, III,IV, (Jakarta: Bulan Bintang: 1975),
42
Hamka, Tasawuf Modern, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1987).
43
Ahmad Suafi'ei Ma'arif, Peta Bumi Intelektualisme Islam Indonesia, ( Bandung:
Mizan, 1993), h.12
44
Produktifitas Hamka dalam menghasilkan karya-karya ilmiyah yg bernuansa
keIslaman diakui oleh andries teeuw, sebagaimana dikutip oleh sifes sudyarto. DS, "Hamka
realisme relegeus", dalam nasir tamara (eds.) Hamka di Mata Hati Umat, h.139
45
Hamka, Lembaga Hidup. h.203
7

Disamping itu, melalui kajian terhadap pemikirannya tentang


pendidikan Islam berupaya untuk membuktikan apakah layak ia diposisikan
sebagai tokoh dan pemikir yang pernah menyumbangkan pemikirannya bagi
kemajuan pendidikan di Indonesia.46 Menurut Hamka, sistem pendidikan
Islam yang ideal seyogyanya berorentasi pada visi keakhiratan sebagai alat
kontrol perilaku manusia, sekaligus visi kekinian dengan mengaktifkan
fungsi akal peserta didik secara maksimal. Persentuhan kedua aspek tersebut
secara harmonis dan integral akan menciptakan sosok peserta didik yang
memiliki kepribadian pari purna (insan kamil) melalui agama, dinamika akal
otak terkontrol dengan baik. Adapun melalui ilmu umum (rasional) akan
menyiapkan umat Islam agar mampu menjawab berbagai tantangan dinamika
zaman secara aktif, dinamis dan profesional.47

B. Permasalahan.
1. Identifikasi Masalah.
Hasil dari penelusuran peneliti terhadap kedua tokoh (Hasan Al-Banna
dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah) melalui karya-karyanya ataupun
hasil karya orang lain mengenai memikiran pendidikan Islamnya, maka
penulis dapat memetakan identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai
berikut:
a. Bagaimanakah Pemikiran Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik
Karim Amrullah (Hamka) tentang Pendidikan Islam?
b. Adakah persamaan dan perbedaan pemikiran Hasan Al-Banna dan
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka)?
c. Adakah relevansi Pemikiran Hasan Al-Banna dan Haji Abdul
Malik Karim Amrullah (Hamka) dengan sistem pendidikan
Nasional (Sisdiknas) 2003?
d. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan Islam di Idonesia dari hasil
Pemikiran Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah
(Hamka) tentang Pendidikan Islam?
e. Apa yang melatar belakangi Pemikiran Hasan Al-Banna dan Haji
Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) tentang Pendidikan Islam?
f. Bagaimanakah meteri pendidikan Islam menurut Hasan Al-Banna
dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka)?
g. Apa tujuan pendidikan Islam menurut Hasan Al-Banna dan Haji
Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka)?
h. Bagaimanakah pandangan Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik
Karim Amrullah (Hamka) mengenai pendidik dan peserta didik?

46
Hamka, Falsafah Hidup, h. 201.
47
Hamka, Tasauf Modern, h. 50.
8

2. Pembatasan Masalah.
Berdasarkan dari identifikasi masalah di atas, maka penulis
memfokuskan masalah penelitian ini pada permasalahan poin (a)
Bagaimanakah Pemikiran Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim
Amrullah (Hamka) tentang Pendidikan Islam? (b) Bagaimanakah
pelaksanaan pendidikan Islam di Idonesia dari hasil Pemikiran Hasan Al-
Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) tentang
Pendidikan Islam?penulis dalam mengambil fokus masalah ini, mengingat
luasnya permasalahan yang telah diidentifikasikan diatas, maka ruang
lingkup penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai pemikiran
Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) dalam
bidang pendidikan Islam, dalam penelitian ini yang akan dikaji tentang
pendidikan agama Islam, karena Islam menekankan bahwa pendidikan
Islam merupakan kewajiban agama, dimana proses pembelajaran sangat
bermakna bagi kehidupan manusia, juga seluruh rangkaian pelaksanaan
pendidikan merupakan ibadah kepada Allah. Serta merupakan kewajiban
individu dan kolektif. Islam memberikan derajat tinggi bagi kaum terdidik
dan juga memberikan landasan bahwa pendidikan merupakan aktivitas
sepanjang hayat, sehingga penulis melakukan pengkajian permasalahan
pada tesis ini terkait “PERBANDINGAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN
ISLAM HASAN AL-BANNA DAN HAJI ABDUL MALIK KARIM
AMRULLAH”

3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pemikiran seperti yang dikemukakan di
atas maka persoalan-persoalan penelitian tesis ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
a. Bagaimanakah Pemikiran Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik
Karim Amrullah (Hamka) tentang Pendidikan Islam?
b. Apa persamaan dan perbedaan pemikiran Hasan Al-Banna dan
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka)?
c. Bagaimana relevansinya dengan sistem pendidikan Nasional
(Sisdiknas) 2003?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Ada beberapa dari kerangka pemikiran yang dikemukakan di atas
tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam penulisan tesis ini yaitu :
a. Untuk mengetahui pemikiran pendidikan Islam Hasan Al-Banna
dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka).
9

b. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan pemikiran


pendidikan Islam Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim
Amrullah (Hamka).
c. Mendiskripsikan hasil pemikiran Hasan Al-Banna dan Haji Abdul
Malik Karim Amrullah (Hamka) mengenai pendidikan Islam dan
relevansinya dengan sistem pendidikan Nasional (Sisdiknas)
2003.
2. Manfaat Penelitian
Sekurang-kurangnya ada dua hal yang menjadi manfaat dari hasil
penelitian ini, yaitu :
a. Manfaat Secara Teoritis.
1) Untuk memberikan gambaran tentang pemikiran pendidikan
Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah
(Hamka).
2) Memberikan masukan untuk mengembangkan keilmuan
pendidik dalam pengembangan pendidikan Islam.
3) Menambah keilmuan khususnya mengenai pendidikan Islam.
b. Manfaat Secara Praktis.
1) Sebagai sumbangan informasi mengenai pentingnya
pendidikan bagi praktisi dalam membangun moral bangsa.
2) Sebagai masukan bagi para praktisi dalam mengembangkan
pendidikan.

D. Metode Penelitian.
1. Jenis Penelitian.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian literature atau penelitian
kepustakaan (Library Research),48 Sesuai dengan judul penelitian dan juga
berdasarkan rumusan permasalahan seperti yang digambarkan
sebelumnya, bahwa penelitian akan mengungkapkan pemikiran Hasan Al-
Banna dan Buya Hamka tentang komponen-komponen pendidikan Islam.
Dengan demikian dapat dideskripsikan, penelitian ini adalah penelitian
tokoh dan lazim disebut dengan studi tokoh.49
Penelitian tokoh berarti penelitian untuk mengenal lebih dekat dan
lebih dalam mengenai seorang tokoh yang menjadi objek bahasan dalam
hal ini tentang ide-ide kedua tokoh yang berkenaan dengan komponen-
komponen pendidikan Islam. Dengan demikian dapat dikatakan jenis
penelitian ini adalah jenis kualitatif. (Penelitian kualitatif adalah salah satu
48
Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996),
h. 59.
49
Arif Furchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh : Metode Penelitian Mengenai Tokoh,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), h. 9.
10

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa


ucapan/tulisan dan prilaku orang-orang yang diamati.50
Penelitian yang bersifat kualitatif ditujukan untuk menganalisis
fenomina, peristiwa, aktivitas sosial, pemikiran orang secara individual
maupun kelompok. Dalam hal ini adalah pemikiran Hasan Al-Banna dan
Buya Hamka, bertujuan menggambarkan dan menggungkapkan serta
menjelaskannya.51

2. Sumber Data.
Dalam penulisan tesis ini menggunakan dua sumber data, yaitu yang
sifatnya primer (Dharury) dan sekunder (Takmily). Data primer
merupakan karya-karya Hasan Al-Bannna dan Buya Hamka sendiri yang
bermuatan persoalan pendidikan Islam dari berbagai komponennya.
Begitu juga pemikiran kedua tokoh ini yang disampaikan di berbagai
tempat dan kesempatan yang bersifat dokumentasi.
Sedangkan data sekunder adalah karya orang lain yang berisikan
pandangan terhadap kedua tokoh dari berbagai sudut, baik yang pro
terhadap keduanya maupun yang kontra. Begitu juga dengan data yang
diperoleh melalui internet. Data sekunder ini dijadikan sebagai pendukung
data primer.
Adapun karya-karya Hasan Al-Banna yang bermuatan pemikiran
pendidkan Islam dalam berbagai aspek yang merupakan data primer di
antaraya adalah :
a. Majmu'at Rosa'il al Imam al-Syahid Hasan al Banna, Penerbit Dar
al-Dakwah al Islamiyah (1996). Karya ini memuat sejumlah
percikan pemikiran Hasan Al-Bannna seputar dakwah, sarana
untuk berdakwah, tujuan dakwah serta pembinaan individu,
keluarga dan masyarakat Islam, juga ditampilkan wasiat-wasiat
Hasan Al-Banna dalam menciptakan muslim/muslimah yang
istiqomah melalui upaya Tarbiyah (Pendidikan) yang dikenal
dengan al-Ushul al-Isyrin).
b. Hadits Tsulatsali al-Imam Syaid Hasan Al-Banna, Penerbit
Maktab al-Qur'an, karya ini berisikan ayat-ayat al-Qur'an yang
berkaitan dengan manusia, alam semesta, dan merupakan cuplikan
ceramah-ceramah beliau setiap hari selasa.

50
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, ( Jakarta : Rineka Cipta,
2008), h.1.
51
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, ( Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 60.
11

c. Memoar Hasan Al-Banna, (Terj). Penerbit Inter Media (1999).


Merupakan agenda perjalanan hidupnya dan rintangan yang
dihadapi seputar pelaksanaan dakwah.
d. Mudzakarat al-Da'wah Wa al-Daiyah, Penerbit Da al-Tauzi' al-
Islamiyah. (1996) isi pokok karya ini adalah cataan harian Hasan
Al-Banna.
e. Risalah Da'watuna Baina al-Ams Wa al-Yaum, berisikan sistem
yang termuat dalam Al-Qur'an negara Islam, faktor-faktor
keruntuhan umat, kebangkitan dan langkah-langkah penyelamatan
daulah Islamiyah.
f. Risalah al Sihab : Majalah Islamiyah Jami'ah, (1947) karya ini
berisikan pemikiran Hasan Al-Banna tentang Islam,
menggambarkan islah sebuah norma yang universal, sesuai dengan
segala kondisi.
Sedangkan karya-karya orang lain yang memuat tentang Hasan Al-
Banna dalam berbagai versi dan sudut pandang, baik yang sifatnya pro
maupun yang bersebrangan dengan pendapat tokoh ini dijadikan sebagai
sumber informasi yang sifanya sekunder dalam penulisan tesis ini.
Sementara karya-karya Buya Hamka yang menjadi sumber informasi
dalam penulisan tesis ini antara lain :
a. Tafsir al Azhar, 5 jilid, Jakarta : Pustaka Panjimas 1986.
b. Ayahku, Jakarta : Pustaka Panjimas 1982.
c. Prinsip dan Kebijakan Da‟wah Islam, Kuala Lumpur : Pustaka
Malayu Baru 1982.
d. Kenangan-kenangan Hidup, 4 jilid, Jakarta : Bulan Bintang 1979.
e. Dari Hati ke Hati, Pustaka Panjimas 2002.

3. Tekhnik Pengumpulan Data.


Secara sederhana, upaya yang dilakukan untuk memenuhi data yang
dibutuhkan itu dilakukan melalui tahapan-tahapan , yaitu tahap orientasi,
tahap ekspolarasi, dan tahap terfokus.52 terhadap teks ataupun naskah-
naskah baik berupa buku, makalah-makalah dan dokumen-dokumen
tertulis dan transkip pidato-pidato Hasan Al-Banna dan Buya Hamka
dalam berbagai forum dan kesempatan.
Tahap orientasi yaitu berupa pengumpulan data secara umum
mengenai tokoh yang diteliti dalam hal ini Hasan Al-Banna dan Buya
Hamka tentang hal-hal yang menarik diteliti semisal krakteristik dari
kedua tokoh tersebut. Akan tetapi karena kedua tokoh yang menjadi objek

52
Arif Fuchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh : Metode Penelitian Mengenai Tokoh,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), h. 47-49.
12

penelitian sudah wafat, maka sikap tersebut tidak lagi berlaku secara
normatif. Yang penting adalah tetap menjaga hubungan dengan
lingkungan dimana tokoh tersebut berasal.
Tahap eksplorasi berarti pengumpulan data secara terarah dan
terfokus, dan perlu menggali data sebatas yang diperlukan. Dalam tahapan
ekspolarasi ini perlu adanya batasan informasi pada hal-hal yang relevan
dengan fokus kajian.
Sedangkan tahap terfokus adalah penelitian secara mendalam pada
pemikiran, keberhasilan dan keunikan tokoh yang diteliti dan yang punya
pengaruh signifikan pada masyarakat. Metode yang dipakai dalam
pengumpulan data penulisan tesis ini adalah metode dokumentasi.53
Penggunaan metode ini dianggap sangat mendukung mengingat sang
tokoh yang diteliti hanya meninggalkan karya-karya yang di hasilkan
selama hidupnya. Disamping itu dengan dokumentasi dapat melacak
dokumen pribadi tokoh yang merujuk pada tulisan tangan pertama yang
bersifat deskriptif tentang pemikirannya.54

4. Analisis Data.
Pengumpulan data dalam sebuah penelitian merupakan jantung
penelitian kualitatif dan analisis data merupakan jiwanya,55 maka langkah
yang harus ditempuh setelah pengumpulan data adalah analisis data.
Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam sebuah
penelitian termasuk dalam hal ini penelitian tokoh, karena dengan analisis
itu data yang dikumpulkan dapat berguna untuk dapat memecahkan
masalah penelitian.
Analisis data itu bertujuan (1). Memecahkan masalah penelitian (2).
Memperlihatkan hubungan antara fenomena yang terjadi dalam penelitian.
(3). Memberikan jawaban hipotesis yang diajukan dalam penelitian. (4).
Bahan untuk membuat kesimpulan serta implikasi dan saran-saran yang
berguna untuk kebijakan penelitian selanjutnya.56
Dalam penulisan tesis ini yang digunakan adalah analisis isi ( content
analysis) yaitu analisis ilmiyah tentang isi pesan atau komonikasi yang

53
Arif Fuchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh : Metode Penelitian Mengenai Tokoh,
h. 50
54
Arif Fuchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh : Metode Penelitian Mengenai Tokoh,
h. 54.
55
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, ( Jakarta : Rineka Cipta,
2008), h.192.
56
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, ( Jakarta: Bumi Aksara
2004), h.30.
13

digunakan untuk menarik kesimpulan suatu pesan,57 melalui upaya


analisis itu, akan dapat menentukan rumusan dalam pemecahan
permasalahan seperti yang digambarkan pada bagian perumusan dan
pembatasan masalah. Sedangkan yang berkaitan dengan pemikiran
pendidikan Islam kedua tokoh tersebut dilakukan dengan memahami
terhadap naskah karya keduanya dan dokumen tertulis lainnya.

E. Telaah Pustaka
Telaah kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang
hubungan penelitian yang diajukan dengan penelitian sejenisnya yang pernah
dilakukan terdahulu, sehingga menghindari adanya keterulangan dalam
pengkajian materi yang akan diteliti.
Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan terhadap tesis
/disertasi yang mengulas tentang Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik
Karim Amrullah tentang pendidikannya memang tidak sedikit, tetapi yang
sifatnya komperatif penulis belum menemukan. hal ini disebabkan, karena
permasalahan pendidikan yang memang sangat penting dan tidak pernah
selesai.
Karya yang memuat pembahasan tentang Hasan Al-Banna
diantaranya ditulis oleh Saidan58 Penulis disertasi ini mengungkapkan Bahwa
Hasan Al Banna maupun Muhammad Natsir keduanya punya pandangan
yang sama bahwa pendidikan adalah upaya ikhtiyari manusia untuk
meningkatkan tarap hidup ke arah yang lebih baik.
Kajian lainya dalam bentuk tesis tentang “Dakwah Hasan Al-Banna
suatu tinjauan terhadap strategi gerakan dakwah Islam di Mesir” karya ini
ditulis oleh Rusdy Sulaiman59 telah diurai dalam tesis tersebut sebagai
pijakan bagi konsep dan strategi gerakan dakwah Hasan Al-Banna, baru
kemudian diurai strategi dakwahnya baik dakwah fardiyah maupun dakwah
jam‟iyah yaitu dakwah melalui organisasi dalam beberapa aspek seperti
agama, moral, sosial, ekonomi , politik dan pendidikan.
Sementara Moh. Hatta60 menyoroti konsep dan strategi dakwah Al
Ikhwan Al Muslimin hingga tahun 1954, dengan arti kata, karya tersebut
terkonsentrasi mengekspresikan organisasi Al Ikhwan Al Muslimin dengan

57
Neong Mudhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi 4, ( Jogjakarta : Rake
Sarasing, 2000), h. 68 .
58
Saidan ”Perbandingan Pemikiran Pendidikan Islam Antara Hasan al Banana dan
Mohammad Natsir” Disertasi, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
59
Rusdy Sulaiman ”Dakwah Hasan al Banna Suatu Tinjauan Terhadap Strategi
Gerakan Dakwah Islam di Mesir” Tesis, Jakarta: IAIN syarif hidayatullah Jakarta, 1997.
60
Moh.Hatta, ”AL Ikhwan al Muslimin Sebuah Kajian Konsep dan Srategi
Dakwah” Disertasi, Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah, 2001
14

segala aktifitasnya mulai dari konsep, strategi, dan agenda dakwah, serta
pengaruh jama‟ah tersebut dalam perkembangan Islam kontemporer di dunia
Islam.
Sedangkan karya yang memuat pembahasan tentang Haji Abdul
Malik Karim Amrullah diantaranya ditulis oleh Prof. H. Samsul Nizar dalam
disertasinya memperbincangkan dinamika intelektual dan pemikiran Hamka
tentang pendidikan Islam. sebuah disertasi corak pemikiran kalam Tafsir Al
Azhar, hasil penelitian M. Yunan Yusuf, di sini dijelaskan pemikiran kalam
Tafsir Al Azhar dan tidak banyak menyinggung tasawuf.61 Dalam kajiannya,
ada delapan persoalan teologi yang yang coba diangkat. Kedelapan teologi
yang disoroti Hamka, yaitu; kekuatan akal, fungsi wahyu, free will dan
predestinational, konsep iman, kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan,
keadilan tuhan, perbuatan tuhan, dan sifat tuhan, Dalam memahami persoalan
tersebut, dua masalah pertama, ia lebih cenderung sejalan dengan teologi
Maturidiyah Bukhara. Sementara enam masalah lainnya, ia lebih cenderung
sejalan dengan teologi mu'tazilah.62 Masih pada tokoh yang sama, Nur
Wahidin mencoba melihat corak pemikiran tasawufnya 63 dari hasil
penelitiannya dapat disimpulkan bahwa pandangan Hamka dalam tasawuf
modern, merupakan sintesa terhadap praktek umat Islam tentang ajaran
tarekat yang dipahami secara keliru, dengan "meninggalkan" syari'at. Melalui
karyanya ini, ia berupaya meluruskan pemahaman umat terhadap ajaran
agamanya, serta membangkitkan dinamika intelektual umat yang selama ini
mengalami stagnasi. Meskipun ia bukan seorang sufi sebagaimana sufinya Al
Hallaj, Rabi'ah Al-Adawiyah, dan lainnya, akan tetapi ia menerima dan
mengamalkan tasawuf sebagai jalan mendekatkan diri pada Allah.
Sementara Utang Ranuwijaya64 Mencoba mengidentifikasikan hadits-
hadits tentang perkawinan yang digunakannya dalam memperkuat tafsirnya.
Tujuh diantaranya berkualitas shohih, tiga berkualitas hasan, serta satu
berkualitas dhoif. Dalam proses pengambilan hadits ia merujuk beberapa
kitab hadits, pendekatan yang dilakukannya dalam mengambil hadits-hadits
untuk memperkuat tafsirnya terkesan sangat berhati-hati, hal tersebut dapat
dilihat dari banyaknya kitab hadits yang dipergunakan untuk memperkuat
pendapat-pendapatnya.

61
M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir al Azhar, Sebuah Telaah
Tentang Pemikiran Hamka Dalam Teologi Islam,( Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990), h.172
62
M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir al Azhar.
63
Nurwahidin, Corak Pemikiran Tasawuf Hamka, Tesis ( Jakarta: IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1995)
64
Utang Ranuwijaya, Hadits-Hadits Pada Kitab al Azhar Hamka, Disertasi (
Jakarta : UIAN Syarif Hidayatullah Jakarta 1995)
15

Selanjutnya Rahmi65 Melihat sisi lain pemikirannya, yaitu tentang


wanita menurut Rahmi, pemikirannya tentang wanita sangat bertolak
belakang dengan adat matrilinial yang dianut masyarakatnya. Ia mencoba
memahami dan memposisikan wanita sebagaimana yang telah ditetapkan
dalam al-Quran dan hadits. Hanya saja, rahmi tidak menjelaskan bagaimana
reaksi masyarakat minangkabau dalam merespon pemikirannya.
Ahmad Yani66 mengambil objek penelitian terhadap pemikirannya
dari aspek fiqh. Dalam penelitiannya, ia mengomentari pandangan Hamka
tentang aspek ibadah, mu'amalah, jinayat, dan munakahat. Terlihat bahwa
dalam memahami aspek-aspek tersebut pada umumnya ia sangat rasional,
dengan menekankan pada unsur kemaslahatan umat. Hanya saja, dalam
beberapa aspek tertentu seperti riba, bunga bank, menutup aurat bagi wanita,
dan perkawinan terlihat bahwa pandangannya sangat edialistis (tradisional).
Secara umum, penelitian ini telah mengupas seluruh pemikirannya tentang
aspek fiqih. Akan tetapi, penelitian ini tidak memaparkan reaksi sosial (umat
Islam) dalam menanggapi pemikiran-pemikirannya tentang fiqih.
Yunus Amir Hamzah,67 memfokuskan kajiannya tentang corak
romannya. Dalam kajiannya, ia mengangkat roman Hamka " Di Bawah
Lindungan Ka'bah" . Tentang novelnya ini Abdurrahman Wahid menilainya
tidak lebih hanya merupakan kisah cinta (love story) sebagai topik yang
banyak dikemukakan penulis. Hanya saja, settingnya diambil Hamka dengan
latar belakang Mekkah.68 Dan tenggelamnya kapal vander wijk. Menurut
Hamzah, roman-roman yang ditulisnya merupakan reaksi terhadap adat
istiadat yang dipegang teguh oleh masyarakatnya. Dalam kedua karyanya ini
ia mencoba meramu pemikirannya dengan menggunakan pendekatan falsafah
keagamaan, terutama tasawuf. Adapun gaya sastranya memiliki
kecendrungan terwarnai oleh gaya sastra Mamfaluthi.69 Sementara Rusydi
Hamka70 Memaparkan biografi sosok pribadinya sebagai seorang ilmuan dan
ulama'. Kajiannya banyak melihat latar belakang kehidupan sampai

65
Rahmi, Pemikiran Hamka Tentang Wanita, Tesis, ( jakarta : IAIN Syarif
Hidayatullah, 1996)
66
Ahmad Yani, Pemahaman Hamka Dalam Bidang Fiqh, Tesis ( Jakarta : IAIN
Syarif Hidayatullah, 1995)
67
Yunus Amir Hamzah, Hamka Sebagai Pujanggang Roman, (Jakarta: Puspita Sari
Indah, 1993)
68
Abdurrahman Wahid, Pesantren dan Kesusastraan Indonesia, Dalam Bunga
Rampai Pesantren, ( Jakarta: Darma Bakti 1978), h. 43.
69
Lion Agusta, " Diakhir Pemintasan Yg Rampung", Dalam Nasir Tamara ( eds),
Hamka di Mata, h. 85.
70
Rusydi Hamka, Pribadi dan Martabat Buya Prof. Dr. Hamka, Jakarta: Pustaka
Panjimas, 1983
16

terbentuknya pemikiran Hamka pada masa-masa selanjutnya. Hanya saja,


Rusydi tidak memaparkan pemikirannya tentang pendidikan.
Dari hasil penelusuran peneliti terhadap penelitian sebelumnya
berkaitan dengan kedua tokoh tersebut, Hasan Al-Banna terfokus pada
pergerakan organisasi dan politiknya, sedangkan penelitian terhadap Buya
Hamka terfokus pada kajian fiqih romantismenya.
Sedangkan penelitian ini peneliti ingin mengkaji pemikiran Hasan Al-
Banna dan Buya Hamka dari sisi pemikiran pendidikan Islamnya dan
mengkaitkan dengan kontek pendidikan di Indonesia.

F. Sistematika Pembahasan.
Dalam pembahasan tesis ini, penulis akan membagi menjadi V Bab.
Bab I. Merupakan Bab Pendahuluan yang meliputi, Latar Belakang Masalah,
Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan
Pustaka, Sistematika Penulisan.
Bab II. Mengungkapkan Biografi Hasan Al-Banna dan pemikirannya tentang
pendidikan Islam yang meliputi : Materi pendidikan agama Islam,
metode pendidikan agama Islam, konsep pendidikan agama Islam,
lembaga pendidikan agama Islam, tujuan pendidikan agama Islam,
pendidik dan peserta didik serta evaluasi pendidikan Islam.
Bab III. Mengungkapkan Biografi Haji Abdul Malik Karim Amrullah dan
pemikirannya tentang pendidikan Islam yang meliputi : Materi
pendidikan agama Islam, metode pendidikan agama Islam, konsep
pendidikan agama Islam, lembaga pendidikan agama Islam, tujuan
pendidikan agama Islam, pendidik dan peserta didik serta evaluasi
pendidikan agama Islam.
Bab IV. Membahas tentang persamaan dan perbedaan pemikiran pendidikan
Islam Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah serta
titik temu kedua tokoh dengan sisdiknas 2003.
BAB V. Merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Hasan Al-Banna dan Buya Hamka adalah dua tokoh yang berlainan
negara, dan berbeda latar belakang pendidikan, namun kondisi atau setting
sosial masyarakat yang mengitari kedua tokoh boleh dikatakan tidak jauh
berbeda.
1. Hasan Al-Banna dan Buya Hamka keduanya punya pandangan yang
sama akan pentingnya manusia mencari ilmu pengetahuan, pemikiran
kedua tokoh tersebut tidak terlepas dari pandangannya terhadap ajaran
Islam.
Setelah mengkaji dari pemikiran Hasan Al-Banna dan Buya Hamka
tentang pendidikan Islam mengenai materi Pendidikan Islam, Hasan al-
Banna dan Buya Hamka punya pandangan yang sama tentang
pentingnya menjadikan tauhid sebagai materi utama dalam kurikulum
pendidikan Islam.
Demikian juga dengan lembaga pendidikan kedua tokoh juga punya
pandangan yang sama tentang lembaga pendidikan Islam. Dalam hal ini
bahwa lembaga pendidikan Islam bertugas dan bertangung jawab dalam
melaksanakan pendidikan yaitu lembaga formal dan lembaga non
formal.
Disamping ada persamaan pandangan Hasan Al-Banna dan Buya
Hamka juga terlihat ada perbedaan dalam institusi pendidikan Islam
yang digambarkan Hasan Al-Banna. Lembaga yang dipraktekkan Hasan
Al-Banna berbeda dengan keadaan lembaga lain, dimana Hasan al-Banna
membedakan antara lembaga pendidikan putra dan putri, Ma'had Hurroh
Al-Islami diperuntukkan untuk lembaga putra sedangkan Ma'had
Ummahad Al- Mu'minin khusus untuk putri.
Selanjutnya mengenai tujuan pendidikan kedua tokoh ini juga
mempunyai pandangan yang sama bahwa mendidik umat baik melalui
pendidikan formal maupun non formal pada hakekatnya bertujuan
menjelaskan posisi manusia sebagai makhluk Allah yang tercipta untuk
menjadi ibad Allah. Sejalan dengan undang-undang sisdiknas No.20
tahun 2003, Sebagaimana pada Bab II pasal 3, bahwa "Pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab''

151
152

Kemudian dalam hal pendidik dan peserta didik kedua tokoh ini juga
sependapat bahwa sesesorang yang berprofesi sebagai guru haruslah
menjadi “Qudwah” dalam segala aspek kehidupannya, mengenai
evaluasi pendidikan Islam Hasan Al-Banna dan Buya Hamka punya
pandangan yang sama bahwa evaluasi bisa dilakukan secara individu
atau bisa dilakukan secara umum. Disamping itu pula kedua tokoh ini
menggemukakan bahwa yang paling urgen dalam pelaksanaan evaluasi
adalah "kejujuran".
2. Disamping adanya persamaan pandangan antara Hasan Al-Banna dan
Buya Hamka, juga terlihat perbedaan sudut pandang. Perbedaan
pemikiran Hasan al-Banna dan Buya Hamka yaitu mengenai metode
pendidikan Islam dan konsep pendidikan Islam, Menurut Hasan Al-
Banna metode pendidikan Islam harus seirama dengan konsep dan
martabat manusia sebagai kholifah fil ardh. Hasan al-Banna berpendapat
bahwa metode yang digunakan harus relevan dengan kondisi audiens.
Diantara metode yang dipraktekkan Hasan al-Banna adalah: metode
ketauladanan, metode mendidik melalui kisah-kisah, metode ceramah
dan demonstrasi, dan metode pendekatan. Lain halnya dengan Buya
Hamka, ia berpendapat agar proses pendidikan bisa terlaksana secara
afektif dan efesien maka ia mempergunakan metode diskusi, karya
wisata dan metode resitasi.
Selanjutnya dalam Konsep pendidikan Hasan Al-Banna sejalan
dengan visi dan orientasi perjuangannya. Yaitu membebaskan
masyarakat dari kebodohan. Sementara dalam pandangan Buya Hamka,
beliau memasukkan konsep pensucian jiwa yang ada dalam dunia
pendidikan yakni berkeyakinan bahwa ilmu pengetahuan itu adalah
pemberian Allah semata kepada hambanya.
3. Pemikiran pendidikan Hasan Al-Banna dan Buya Hamka ternyata ada
relevansinya dengan Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan
Nasional) No. 20 tahun 2003 bahwa boleh dikatakan mendahului
Undang-Undang tersebut.
Diantara pemikiran kedua tokoh yang ada relevansinya dengan
Undang-Undang sisdiknas itu adalah pertama, akan perlunya umat Islam
memperoleh kesempatan belajar dan mendapatkan layanan pendidikan
dengan tujuan membentuk manusia yang unggul, jujur dan berakhlak
mulia. Kedua, tentang perlunya keterlibatan masyarakat dalam
menggelola pendidikan. Ketiga, pendidikan haruslah bersifat otonom dan
independen.
B. Saran-saran.
Berdasarkan dari penelitian penulis mengajukan beberapa saran
sebagai rekomendasi kepada pihak terkait.
153

1. Membangun kesadaran pentingnya menjalani kerjasama yang terpadu


antara orang tua, guru dan masyarakat sebagai pendidik sejati yang
bertanggung jawab secara penuh atas berhasil tidaknya peserta didik
dalam mencapai tujuan pendidikan Islam.
2. Agar lembaga pendidikan Islam perlu menata ulang dan memformat
kembali sistem pendidikan dari yang sifatnya terkotak-kotak menjadi
sistem pendidikan yang menyatu seperti yang dicanangkan Hasan Al-
Banna dan Buya Hamka.
3. Diharapkan lembaga pendidikan Islam tidak hanya sebatas transfer
ilmu pengetahuan belaka, sudah saatnya mencetak generasi-generasi
yang paripurna, unggul ilmiyahnya, unggul amaliyahnya dan unggul
akhlaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kholiq, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Ktasik dan
Kontemporer, Semarang: IAIN Walisongo, 1999.
Abdullah, Abdurrahman Saleh, Tori- teori Pendidikan Berdasarkan al-
Quran, Terj. H.M.Arifin dan Zainuddin, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Abrasyi, Muhammad Athiyah al, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam,
Terj. Busthami A. Ghani dan Johar Bahri, Jakarta: Bulan Bintang
1993.
Ali Rahmina, Penitis Zaman Baru, Terj. Ilyas Hasan, Jakarta: Mizan, 1991.
Aly, Hery Noer, H. Munzier, Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Friska
Agung Insani, 2003.
----------------, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
Amin, Ahmad, Etika (Ilmu Akhlak), Terj. K.H. Farid Ma'ruf, Jakarta: Bulan
Bintang,1995.
Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta
:Ciputat Pers, 2002, h. 119.
----------------, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga
Pendidikan Islam Klasik, Bandung: Angkasa, 2004.
Arifin, Anwar, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam
Undang-undang Sisdiknas, Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama
Islam Depag, 2003.
----------------, Kapita Selekta Pendidikan "Islam dan Umum, Jakarta: Bumi
Aksar, 1993.
Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Cet. XIII; Jakarta:
Bumi Aksara, 1997.
Armando, Nina, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ikhtiar Baru, 2005.

Asifudin, Ahmad Janan, Mengungkit Pilar-Pilar Pendidikan Islam,


Yogyakarta: Suka Press, 2001.
Asyur, Ahmad Isa, Hadits Tsulasa, Terj. Salafuddin, Jakarta: Era
Intermedia, 2000.
Aulia, Muhammad Lili Nur, Cinta di Rumah Hasan al-Banna, Jakarta:
Puslaka Da'watuna, 2007.
Az-fahm, Jam 'ah Amin Abd, Al Islam Fii Dzilal Isyrin Li Al Imam Hasan Al
Banna, Iskandariyah: Dar Al Dakwah, 1993.
Aziz, Jum'ah Amin Abdul, Manhajul al-Imam al-Bnna:Ats-Tsawaabit wal
Mutaghayyirat, Terj. Tate Qomaruddin, Bandung: Asy-Syamil Press
& Grafika,1999.
Azra, Azzumardy, Pendidikan Islam "Tradisi dan Moderenisasi Menuju
Milinium Baru", Jakarta: Logos,1999.
Az-z, Jamaah Amin Abd, Fahm al-Islam Fii Zhilal al-Ushmi al-Isyr-n li al-
Imam Hasan al-Banna, Mesir: Dar al-Dakwah, 1997.
Banna, Hasan al, Al Mar'ah al Muslimah, Mesir: Dar al Kutb Assalafiyah,
1404H.
----------------, Al Syihab Majalah Islamiyyah Jami'ah. Edisi Pertama,
Muharrom 1367, Mesir: Al Isytirat, 1947.
----------------, Hadits Tsulatsa', Terj. Salafuddin, Jakarta: Era Intermedia,
2000
----------------, Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al-Banna, Jilid 2, Jakarta:
Al-I'tishom, 2012.
----------------, Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al-Banna, Jilid 4, Jakarta:
Al-I'tishom, 2012.
----------------, Majmu 'at Rasa ,il al-Imam al-Syahid Hasan al-Banna, Kairo:
Dar al Da'wah, 1990.
----------------, Memoir Hasan Al Banna, Terj. Salafuddin Abu Sayyid, Solo:
Intermedia,1999.
----------------, Mudzkirat al Dakwah wa al Daiyah, Kairo: Dar al Tauzi al
Islamiyah, 1996.
----------------, Risalah al-Mu'tamar al-Khamis, Dalam; Majmu'ah Rasa'il al-
Imam Asy-Syahid Hasan al Banna, Beirut: Dar al-Andalus, 1965.
----------------, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin. Terj. Anis Matta, Lc
dkk,Solo: Era Intermedia, 2002.
Basleman, Anisa, Pendidikan Orang Dewasa : Modul Diklat Calon
Widyaiswara, Jakarta: Lembaga Administrasi Indsonesia LAN/RI,
2005.
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka
Cipta, 2008.
Bayami, Muhammad Abu Al Fath Al, Al Madkholila Ilmi Ad Dakwah,
Madinah: Muassah Al Risalah,1412 h.
Buchari, M, Teknik-teknik Evaluasi Dalam Pendidikan, Bandung: Jemmars,
1980.
Danim, Sudarman, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2006.
Daradjat, Zakiyah, Kepribadian Guru, Jakarta: Bulan Bintang, 2005.
Daulay, Haidar Putra, Dinamika Pendidikan Islam di Asis Tenggara, Jakarta
: Rineka Cipta, 2009.
----------------, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di
Indonesia, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2007.
Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: Putra Sejati
Raya, 2003.
Dewey, John, Democracy And Education Fourth Edition, New York: The
Macmillan Company, 1964.
Fahl, Musthafa, Teologi Islam Modern, Surabaya: Intermedia press, 1997.
Fahmi, Jama'ah Amin abdul A ziz, Al- Islam Fi Zilal Al-Isyim Li Al-Imam
Hasan Al-Banna, Iskandariah: Wan al-Dakwah, 1993.
Faizey, John, Pendidikan di Dunia Modern, Terj. L.P. Murtini, Jakarta:
Gunung Agung,1982.
Fuchan, Arif dan Agus Maimun, Studi Tokoh : Metode Penelitian Mengenai
Tokoh, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Gazalba, Sidi, Pendidikan Ummat Islam, Jakarta: Bharatara,1970.
Ghazali, Abdul Hamid Al, Meretas Jalan Kebangkitan Islam, Solo: Era
Intermedia, 2001.
Guslin, David A, The School in Contemporary Society, Atlanta: Scott,
Foresman and Company, 1965.
Hadisupeno, Pendidikan Islam Belenggu Kekuasaan, Magelang: Pustaka
Paramadina,1999.
Hafizh, Muhammad Nur Abdul, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Terj.
Kuswandani, Bandung: al Bayan, 1998.
Hamka, Ayahku, Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1982.
----------------, Dari Hati Ke Hati, Jakarta: Pustaka Panjimas, 2002.
----------------, Dari Perbendaharaan Lama, Cet. 3, Jakarta: Pustaka
Panjimas,1996.
----------------, Dibawah Lindungan Ka'bah, Jakarta : Balai Pustaka, 1957.
----------------, Kenang-kenangan Hidup, Kuala Lumpur: Pustaka Antara,
1982.
----------------, lembaga Budi, Jakarta: Pustaka Panjimas,1983.
----------------, Lembaga Hidup, Jakarta: Pustaka Panjimas, 2001.
----------------, Prinsip dan Kebijakan Dakwah Islam, Kuala Lumpur:
Pustaka Melayu Baru,1982.
----------------, Renungan Tasauf, Jakarta: Penerbit Pustaka Panjimas, 2002.
----------------, Sejarah Umat Islam, Jilid I, II, III,IV, Jakarta: Bulan Bintang:
1975.
----------------, Tafsir al Azhar, Juz 1-XXX, Jakarta : Pustaka Panjimas 1998.
----------------, Tafsir al Azhar, Juz 6, Jakarta : Pustaka Panjimas 1998.
----------------, Tasauf Modern, Jakarta: Penerbit Pustaka Panjimas, 2003.
----------------, Tasauf Perkembangan dan Pemurniannya, Jakarta: Penerbit
Pustaka Panjimas, 1993.
Hamka, H.Rusdi, Pribadi dan Martabat Prof. Dr. Hamka, Jakarta: Pustaka
Panjimas, 1983.
Hamzah, Junus Amir, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk Dalam Polemik,
Jakarta: Megabookstre,1963.
----------------, Hamka Sebagai Pujanggang Roman, Jakarta: Puspita Sari
Indah, 1993.
Hasan, Abdullah, Tokoh-Tokoh Masyhur Dunia Islam, Surabaya: Jawara
Surabaya, 2004.
Hasan, Iqbal, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Jakarta: Bumi
Aksara 2004.
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003.
Hatta, Moh, "AL Ikhwan al Muslimin Sebuah Kajian Konsep dan Srategi
Dakwah" Disertasi, Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah, 2001.
Hawa, Sa'id, Membina Angkatan Mujahid, Solo: PT. Eradicitra Intermedia,
2010.
Henderson, Stella Van Petten, Introduction To Philosophy Off Education,
Chicago & London: The University off Chicago Press, 1964.
Herry, Mohammad, Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh Abad 20, Jakarta:
Gema Insani, 2006.
Husaini, Ishak Musa al, Ikhwan al-Muslimin, Jakarta: Graffiti Press, 2000.
Inain, Ali Kholil al, Falsafat al Tarbiyah al Islamiyah Fii al Qur'an al
Karim, Kairo : Dar al Fikr al Araby, 1980.
Jamaly, Muhammad Fadhil al, Filsafat Pendidikan dalam al-Qur'an, Terj.
Asmuni Zamakhsyari, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1995.
Jamila, Maryam, Para Mujahid Agung, Terj. Hamid Luthfi, Bandung,
Mizan, 1989.
Jundi, Anwar al, Hasan al-Banna Addaiyah al Imam Wa al-Mujaddid al-
Syahir, Bairut : Dar al-Qolam, 1978.
Jursyi, Shalaluddin, Membumikan Islam Progresif, Terj. M. Aunul Abiet
Syah, Jakarta: Paramadina. 2004.
Kholdun, Ibnu, Muqaddiamah Ibnu Khaldun, Terj. Ahmadi Thoha, Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1986.
Kholiq, Abdul, Dkk, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Ktasik dan
Kontemporer, Semarang: Pustaka Pelajar, 1999.
Kilaniy, Ismail, Fasl Ad-Din 'an Ad-Daulah, Terjh; Kathur Suhardi,
Sekularisme Memisahkan Agama dari Negara, cet. II Jakarta: al-
Kautsar, 1993.
Komar, Oong, Filsafat pendidikan nonformal, Bandung: CV. Pustaka Setia,
2006.
Kumayi, Sulaiman Al, 99Q (Kecerdasaan 99): Cara Meraih Kemenangan
dan Ketenangan Hidup Lewat Penerapan 99 Nama Allah, Jakarta:
Hikmah, 2003.
Kurniawan, Syamsu & Erwin Mahrus, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan
Islam, Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Kuthb, Muhammad Ali, Sang Anak Dalam Naungan Pendidikan Islam, Terj.
Bahrun Abu Bakar Ihsan, Bandung: CV. Diponegoro,1993.
Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan , Jakarta: Pustaka Al-Husna,
1986.
Ma'arif, Ahmad Suafi'ei, Peta Bumi Intelektualisme Islam Indonesia,
Bandung: Mizan, 1993.
Mahmud, Ali Abd Al Halim, Tarbiyah Ruhaniyah, Terj. Abd Huyyi Al
Katam, Jakarta : Gema Insane Press, 2000
----------------, Wasa`il al-Tarbiyyah 'inda Ikhwan al-Muslimin (Dirasah
Tahliliyyah Tarikhiyyah), Diterjemahkan Wahid Ahmadi (et.el.)
Dengan Judul "Perangkat-Perangkat Tarbiyah Ikhwanul Muslimin",
Cet. VI, Solo: Era Intermedia, 2001.
----------------, Ikhwanul Muslimin, Konsep Gerakan Terpadu, Jakarta: Gema
Insani Press, 1997.
Majah, Ibn, Sunan Ibn Majah, Jilid IV, Bab Do'a Rasulullah Saw., No. 3833,
Cet. I, Beirut: Dar al-Ma'rifah, 1996.
Madjid, Nurcholis, Islam, Kemodernan, Keindonesiaan, Bandung : Mizan
1987, h. 124.
Malaikat, Musthofa, Manhaj Dakwah Yusuf Qordhowi, Terj. Syamsu
Rahman, Jakarta: Pustaka al Kautsar, 2001.
Masruruh, Ninik dan Umiarso, Modernisasi Pendidikan Islam ala
Azyumardi Azra, Jogjakarta:ar-Ruzz Media, 2011.
Mash,Badr Abdurrazaq al, Hisbah Hasan al-Banna, terj. Abu Zaid, Solo:
Intermedia, 2006
Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1999.
Maunah, Binti, Perbandingan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Teras, 2011.
Mortimer, Edward, Islam dan Kekuasaan, Terj. Enna Hadi dan Rahmani
Astuti, Bandung: Mizan, 1984.
Muhajir, Neong, Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi 4, Jogjakarta: Rake
Sarasing, 2000.
----------------, Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta: Rake Sarasin,
1996.
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana,
2006.
Mulyasa, E, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosda Karya,
2005.
----------------, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008.
Mursi, Muhammad Sahid, Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah,
Jakarta; Pustaka Al-Kautsar, 2007.
Nahlawi, Abdurrahman An, Pendidikan Islam, Jakarta: Gema Insani, 1995.
Natsir, Muhammad, Kapita Selekta, Jakarta : Bulan Bintang, 1973.
Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis,
Teoritis,Praktis, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
----------------, Hamka (1908-1981) Kajian Social- Intelektual dan
Pemikiranya Tentang Pendidikan Islam, Desertasi, Jakarta: IAIN
Syarif Hidayatullah, 2001.
----------------, Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah
Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2007.
Noer, Daliar, Administrasi Islam di Indonesia, Jakarta: Rajawali, 1983.
Nurwahidin, Corak Pemikiran Tasawuf Hamka, Tesis, Jakarta: IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1995.
Prayitno, Elida, Rekonstruksi Mata Kuliah Dasar Kependidikan, Padang:
IKIP, 1990.
Purna, Assep, 101 Kisah Inspiratif, Jakarta : Gagas Media, 2011.
Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan, Teoritis dan Praktis, Bandung:
Rosda karya,1997.
Purwodarminto, WJS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Indonesia, 2002.
Qardawi, Yusuf, Tarbiyah Hasan Al Banna dalam Jama'ah Al Ikhwan Al
Muslimun, Jakarta: Rabbani Press, 2005.
----------------, Al Khasha'ish Al 'Ammah li al Islam, Kairo : Maktabah
Wahbah, 1423H.
----------------, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al-Banna, Terjh.
Bustani A.Ghani dan Zainal Abidin, Jakarta: Bulan Bintang, 1980.
----------------, Madrasah, Terj. Syamsu Rahman, Jakarta: Pustaka Al
Kautsar, 2001.
----------------, Berita Kemenangan Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1997.
Qutb, Muhammad, Sistem Pendidikan Islam, Terjh. Salaman Harun,
Bandung: al Ma'arif,1984.
Raharjo, Dawam, Intelektual Intelegensia dan Prilaku Politik Bangsa,
Bandung : Mizan, 1996
Rahmen, Ali, Ali Rahmina, Para Perintis Zaman Baru Islam, Terj. Ilyas
Hasan, Jakarta : Mizan,1991.
----------------, Pemikiran Hamka Tentang Wanita, Tesis, Jakarta : IAIN
Syarif Hidayatullah, 1996.
Ramayulis & Syamsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam, Ciputat:
Quantum Teaching, 2005.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2006.
Ranuwijaya, Utang, Hadits-Hadits Pada Kitab al Azhar Hamka, Disertasi,
Jakarta : UIAN Syarif Hidayatullah Jakarta 1995.
Roesmar, Zainuddin, Tuntunan Dakwah Dalam Masyarakat Pluralistik
Persfektif Metode Dakwah Hamka, Pekanbaru: Unri-Press, 2002.
Roqib, Moh, Ilmu Pendidikan Islam, cet I, Yogyakarta: LKIS, 2009.
Rusla, Utsman Abdul Muiz, Pendidikan Politik Ikhwal al-Muslimin, Terj.
Salafuddin, Jakarta: Era Intermedia, 2000.
Rusn, Abidin Ibnu, Pemikiran al-Ghazali Tentang Pendidikan, cet. I,
Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 1998.
Rusydi, Haji, dkk, Perjalanan Terakhir Buya Hamka, Jakarta: Pustaka
Panjimas, 1981.
Sabri, H.M. Alisuf, Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV: Pedoman Ilmu Jaya,
1999.
Said, Imam Al-Ghazali, Ideologi Kaum Fundamentalis, Pengamh Politik al-
Maududi Terhadap Gerakan Jamaah islamiyyah Trans Pakistan-
Mesir, Surabaya: Diantara, 2003
Sa'id, Rif'at, Hasan al-Banna; Mata wa Kaifa wa Li Maza, Kairo: Madbuli,
1971.
Saidan "Perbandingan Pemikiran Pendidikan Islam Antara Hasan al
Banana dan Mohammad Natsir" Disertasi, Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2011.
Santoso, Slamet Imam, Pendidikan di indonesia dari masa ke masa, Jakarta:
PT. Inti Idayu Press, 1987.
Shadily, Hassan, Ensiklopedi Umum, Yogyakarta : Kanisius, 2008.
Sholeh, Sa'aduddin As-Syahid, Al-Muamarat Didda Al-Islam, Terj.
Muhammad Thalib, Yogyakarta: Wihdah Press, 2000.
Sholehuddin, M. Sugeng, Reinventing Kepemimpinan dalam Pendidikan
Islam, Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2010.
Sihbudi, M. Riza, Islam Dunia Arab, Iran Bara Timur Tengah, Bandung:
Mizan, 1991.
Subhan, Arief, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.2012.
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Cet. II, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1998.
Sukmadinata,Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2006.
Sulaiman, Rusdy, "Dakwah Hasan al Banna Suatu Tinjauan Terhadap
Strategi Gerakan Dakwah Islam di Mesir" Tesis, Jakarta: IAIN syarif
hidayatullah Jakarta, 1997.
Sumitro, dkk, Pengantar Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: UNY Press, 2006.
Supeno, Hadi, Pendidikan Dalam Belenggu Kekuasaan, Magelang: Pustaka
Paramadinah,1999.
Susanto, A, Pemikiran pendidikan Islam, Jakarta: Sinar Grafika Offset,
2009.
Syantuh, Khalid Ahmad as, Pendidikan Anak Putri Dalam Keluarga
Muslim, Terj. Kathur Suhardi, Jakarta: Pustaka al Kaustar, 1993.
Tilaar, H.A.R, Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani
Indonesia; Strategi Rewformasi Pendidikan Nasional, Bandung :
Remaja Rosdakarya, 1999.
Ubiyati, Nur, Ilmu Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Ulum, Samsul dan Triyo Supriyatno, Tarbiyah Qur'aniyyah, Malang: UIN
Press, 2006.
Ulwan, 'Abdullah Nashih, Pendidikan Anak Dalam Islam, Cetakan ke-2,
Jaklarta: Pustaka Amani, 1999
Utsman Abdul Mu'iz Ruslan, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin, Terj.
Salafuddin Abu Sayyid, dkk, Solo: Era Intermedia, 2000.
Wahhab, Abdul Aziz, Anatomi Organisasi Kepemimpinan Pendidikan,
Bandung: Alfabeta, 2008.
Wahid, Abdurrahman, Pesantren dan Kesusastraan Indonesia, Dalam
Bunga Rampai Pesantren, Jakarta: Darma Bakti 1978.
Yani, Ahmad, Pemahaman Hamka Dalam Bidang Fiqh, Tesis, Jakarta :
IAIN Syarif Hidayatullah, 1995.
Yusuf, M. Yunan, Ensiklopedi Muhammadiyah, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005.
----------------, Corak Pemikiran Kalam Tafsir al Azhar, Sebuah Telaah
Tentang Pemikiran Hamka Dalam Teologi Islam, Jakarta: Pustaka
Panjimas, 1990.
Zaini, Syahminan, Prinsip-prinsip Dasar Konsepsi Pendidukan Islam,
Jakarta: Kalam Mulia, 1986.
Zainudin dkk, Seluk Beluk Pendidikan Dari al- Ghazali, Cet,1, Jakarta:Bumi
Aksara,1991.
Zar, Sirajuddin, Konsep Penciptaan Alam Dalam Perspektif Islam, Saind
dan al-Qur'an, Jakarta: Raja Grapindo Persada,1997.
Dikuti dari http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/01/Biografi-Hasan-Al-
Banna. html.

Anda mungkin juga menyukai