TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Magister Agama (M.Ag)
Dalam Bidang Pendidikan Agama Islam
Oleh:
SUMIRIYAH
NIM: 212.8.10.086
Pembimbing :
Nama : SUMIRIYAH
NIM : 212.8.10.086
Konsentrasi : Tarbiyah
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Tesis : Perbandingan Pemikiran Pendidikan Islam Hasan Al-
Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah
(HAMKA).
SUMIRIYAH
v
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
Tesis dengan judul “PERBANDINGAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN
ISLAM HASAN AL-BANNA DAN HAJI ABDUL MALIK KARIM
AMRULLAH (HAMKA)” oleh Sumiriyah dengan NIM: 212.8.10.086 telah
di ujikan disidang Munaqasyah Program Pasca Sarjana Institut Ilmu Al-
Qur‟an (IIQ) Jakarta pada tanggal 24 Agustus 2016. Tesis tersebut telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Agama
(M.Ag) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama : SUMIRIYAH
NIM : 212.8.10.086
Fakultas : TARBIYAH
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat
merampungkan tesis ini dengan judul “Perbandingan Pemikiran Pendidikan
Islam Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah.
“Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada tauladan
kita Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang
lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh
alam.
Dalam penyelesaian tesis ini dibutuhkan pengorbanan dengan
ditinggalkannya aktivitas lain yang tak kalah penting untuk tetap fokus pada
penelitian agar tesis selesai sesuai target. Oleh karena itu, dari pengorbanan
dan jerih payah dalam penyelesaian tesis ini maka besar harapan agar tesis ini
dapat bermanfaat bagi siapa saja yang peduli kepada perkembangan ilmu
pengetahuan walaupun masih banyak kekurangan dan kelemahan pada tesis
ini. Pada akhirnya dalam kesempatan ini disampaikan rasa terima kasih
sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah berperan dalam
pemberian bantuan berupa arahan, bimbingan, dan dorongan yang diberikan
selama proses penyelesaian tesis ini. Oleh karena itu, diucapkan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Prof. DR. Hj.Huzaemah T. Yanggo, MA, Rektor Institut Ilmu Al-
Qur‟an Yang telah mendidik penulis selama menjadi mahasiswa di
Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ ) Jakarta.
2. DR. KH. Ahmad Munif suratmaputra, MA, Direktur Program
Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an yang telah berperan dalam
pemberian dorongan serta kebijakan akademik secara formal, disiplin,
jujur, dan serius dalam perkuliahan sehingga kebijakan ini menjadi
dasar dalam penyelesaian tesis.
3. Prof. DR. H. Armai Arief, MA. dan DR. H. M. Ulinnuha, MA.
Sebagai dosen pembimbing yang menjadi inspirasi serta telah banyak
berperan dalam pengorbanan waktu, tenaga, juga fikirannya dalam
pengarahan, bimbingan, dan pemberian dorongan sampai tesis ini
terwujud.
4. Para penguji yang sudah meluangkan waktunya. Jazakumullahu
khairan katsiran.
5. Dan semua dosen Pasca Sarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ)
Jakarta yang telah berperan dalam pemberian ilmu pengetahuan
melalui perkuliahan dan seminar, baik pemberian materi, metode,
vi
motivasi, inspirasi, dan kritikan yang menjadi pondasi ilmu
pengetahuan dalam penyelesaian tesis ini.
6. Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar (Madura) juga
pimpinan pesantren YAPINK (Bekasi), Jazakumullah khoir atas
segala motivasi dan dukungannya dalam penyelesaian tesis ini.
7. Kedua orang tua tercinta, Bapak MUHAMMAD SAMUDIN dan Ibu
SIMAH, Serta Bapak Ibu mertua Bapak H. SHOMAD dan Ibu
HOYYIMAH yang tiada hentinya memberikan doa nasehat dan
semangat agar bisa menyelesaikan tesis ini dengan baik. Keselamatan
dunia akhirat semoga selalu untuk kalian.
8. Teruntuk suami tercinta NOER KHOLIS, terimakasih yang tak
terhingga atas do'a, semangat, kasih sayang, pengorbanan dan
ketulusannya dalam mendampingi penulis. Semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan rahmat dan ridho-Nya, serta kepada ananda
tersayang SHIDQII AKHDAN MUBAAROK dan AUFA
UZLIFATUL JANNAH yang selalu memberikan keceriaan dan
senyuman, yang selalu mampu menjadi tempat beristirahat dan
melepas penat yang luar biasa. Semoga kalian menjadi anak yang
sholih & sholihah serta menjadi orang yang dibanggakan.
9. Adik-adikku MAS'UDAH dan FUTIHAH juga kedua adik iparku
MUHAMMAD SYAMSUL ARIFIN dan ABD. AZIZ atas do'a dan
semangat yang telah mereka salurkan kepada penulis semoga Allah
membalasnya yang lebih baik.
10. Teman-teman mahasiswa-mahasiswi di Program Pasca Sarjana
Institut Ilmu Al-Qur‟an baik yang seangkatan, kakak kelas, dan adik
kelas yang telah menjadi penyemangat. Kalian adalah sahabat-sahabat
yang luar biasa, ana ukhibbukum fillah, sukses selalu dalam mengejar
mimpi masing-masing.
11. Ibu Shofi dan Semua staf IIQ, satpam, yang telah banyak berperan
dalam pemberian nomer hp dosen, informasi penting, dan beberapa
bantuan lain yang sangat tak terkira nilainya bagi penyelesaian tesis
ini dari awal hingga akhir.
12. Para petugas perpustakaan Institut Ilmu Al–Qur‟an (IIQ) Jakarta,
perpustakaan Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
perpustakaan umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan
Universitas Muhammadiyah Jakarta, perpustakaan umum Iman Jama‟
Lebak Bulus Jakarta, perpustakaan STAI al-Khairat Pamekasan
Madura. Perpustakaan umum kota Pamekasan Madura, perpustakaan
Universitas 45 (UNISMA) Bekasi, perpustakaan pesantren YAPINK
Tambun Bekasi, serta perpustakaan umum kota Bekasi yang telah
berperan dalam memberikan izin dan telah menyediakan referensi
vii
yang sangat berguna dalam tesis ini. Semoga Allah membalasnya
yang lebih baik.
13. Dan kepada semua pihak yang telah begitu banyak membantu namun
tidak dapat disebutkan satu persatu karena keterbatasan halaman.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan berkah dan rahmat-Nya
bagi kita semua, terima kasih untuk bantuannya selama ini, semoga
dapat menjadi amal ibadah di hadapan-Nya. Aamiin.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan dalam
penyusunan tesis ini, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan guna perbaikan di kemudian hari. Untuk yang terakhir
kalinya, semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut diperoleh pahala
yang berlipat ganda dari Allah SWT. Serta semoga karya tulis ini bermanfaat
bagi siapa saja yang membacanya. Aamiin.
SUMIRIYAH
.
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
ARAB LATIN
1. Konsonan.
Huruf arab Nama Huruf latin Nama
ا Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan
ب Ba B ba
خ Ta T ta
ز Tsa Ts te dan es
ج Jim J je
ذ ha h ha (dengan garis di
bawah)
خ Kha Kh ka dan ha
ز Dal D de
ش dzal Dz de dan zet
ض Ra R er
ظ Za Z zet
غ Sin S es
ؾ syin Sy es dan ye
ص shad Sh es dan ha
ض dlad Dh de dan el
ط thad Th te dan ha
ظ dhad zh de dan ha
ع „ain „ koma terbalik
diatas
غ ghain Gh ge dan ha
ف Fa F ef
ق Qaf Q qi
ن Kaf K ka
ي Lam L el
َ Mim M em
ْ Nun N en
و wau W we
ﻩ Ha H ha
ﻻ lam alif La el dan a
ء hamzah ` apostrop
ٌ Ya Y ye
ix
2. Vocal.
a. Vocal Tunggal.
Tanda Nama Huruf latin Nama
….` fathah a a
…. kasrah i i
…. dlammah u u
b. Vocal rangkap
Tanda Nama Gabungan Huruf Nama
ٌ… fathah dan ya ai a dan i
و... fathah dan wau au a dan u
Contoh :
ُٓ حؽ: husain
ﻮﺣي: haula.
3. Maddah (Panjang).
Tanda Nama Huruf Latin Nama
ىا Fathah dan alif â a dengan caping di atas
ٍى ْي Kasrah dan ya î i dengan caping di atas
ى ُوى Dlammah dan wau û u dengan caping di atas
4. Ta Marbuthah.
a. Ta‟ Marbuthah yang dipakai di sini dimatikan atau diberi harakah
sukun, dan transliterasinya adalah / h /.
b. Kalau kata yang berakhir dengan ta marbuthah diikuti oleh kata
yang bersandang / al /, maka kedua kata itu dipisah dan ta
marbuthah ditransliterasikan degnan / h /.
Contoh:
فاطّح : Fâtimah.
ِىح اٌّىطِح : Makkah al-Mukarramah.
5. Syaddah.
Syaddah / tasydid dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang
sama dengan huruf yang bersyaddah itu.
Contoh :
َضتََٕا: rabbanâ .
َٔ َع َي: nazzala.
x
6. Kata Sandang.
Kata sandang “ ”ايdilambangkan dengan “al”, baik yang diikuti
dengan huruf syamsyiyah maupun yang diikuti dengan huruf
qamariyah.
Contoh:
اَ ْيٌ َ ْيّػُو: al-Syams
اَ ْيٌ ِح ْيىّح: al-Hikmah
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN .......................................................................... v
KATA PENGANTAR............................................................................... vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. xii
ABSTRAK ................................................................................................ xiv
BAB I : PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Permasalahan ................................................................................. 7
1. Identifikasi Masalah .................................................................. 7
2. Pembatasan Masalah ................................................................. 7
3. Perumusan Masalah................................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 9
D. Metodologi Penelitian ................................................................... 9
E. Telaah Pustaka............................................................................... 13
F. Sistematika Pembahasan ............................................................... 16
BAB II : BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA
TENTANG PENDIDIKAN ISLAM.
A. Riwayat Hidup Hasan Al-Banna ................................................... 17
1. Biografi Intelektualnya ............................................................ 17
2. Perjuangan dan Karyanya........................................................ 21
B. Pemikiran Tentang Pendidikan Islam ........................................... 26
1. Materi Pendidikan Islam ......................................................... 27
2. Metode Pendidikan Islam ........................................................ 36
3. Konsep Pendidikan Islam ........................................................ 44
4. Lembaga Pendidikan Islam ..................................................... 45
5. Tujuan Pendidikan Islam ......................................................... 48
6. Pendidik dan Peserta Didik ..................................................... 50
7. Evaluasi Pendidikan Islam ...................................................... 52
BAB III : BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN HAMKA (HAJI
ABDUL MALIK KARIM AMRULLAH) TENTANG
PENDIDIKAN ISLAM.
A. Riwayat Hidup Buya Hamka......................................................... 57
1. Biografi Intelektualnya ............................................................ 57
2. Perjuangan dan Karyanya........................................................ 61
B. Pemikiran Tentang Pendidikan Islam ........................................... 65
1. Materi Pendidikan Islam ......................................................... 65
2. Metode Pendidikan Islam. ....................................................... 68
xii
3. Konsep Pendidikan Islam ........................................................ 69
4. Lembaga Pendidikan Islam ..................................................... 76
5. Tujuan Pendidikan Islam ......................................................... 90
6. Pendidik dan Peserta Didik ..................................................... 94
7. Evaluasi Pendidikan Islam ...................................................... 101
BAB IV : ANALISIS KOMPARATIF PEMIKIRAN PENDIDIKAN
ISLAM HASAN AL-BANNA DAN BUYA HAMKA.
A. Persamaan Pemikiran Pendidikan Islam Hasan Al-Banna
Dan Buya Hamka .......................................................................... 105
B. Perbedaan Pemikiran Pendidikan Islam Hasan Al-Banna
Dan Buya Hamka .......................................................................... 138
C. Titik Temu Pemikiran Kedua Tokoh dengan
Sisdiknas 2003............................................................................... 144
BAB V : PENUTUP.
A. Kesimpulan.................................................................................... 151
B. Saran .............................................................................................. 152
DAFTAR PUSTAKA.
LAMPIRAN-LAMPIRAN.
xiii
ABSTRAK
xv
ٍِرص اٌثحس
ؼىُِطَح ،ضلُ اٌمُس ،211810086 :ايِماضٔح تُٓ اٌرفىُط اٌعٍٍّ اإلؼالٍِ "
حؽٓ اٌثٕا واٌحح عثس اٌٍّه اٌىطَُ أِط هللا " تطٔاِح اٌسضاؼاخ اٌعٍُا ( اٌّعهس عٍُ
اٌمطآْ تداوطذا ).
وِٓ ٔرائح اٌسضاؼح " حؽٓ اٌثٕا وتىَا حّىا " ظاهطج ٌٕا تأْ فىطهّا عٓ
إٌاصط اٌرطتُح ذ رًّ عًٍ ِ :ىاز اٌرطتُح اإلؼالُِح ،اٌّؤؼؽاخ اٌرعٍُُّح اإلؼالُِح،
واٌغطض ِٓ اٌرطتُح اإلؼالُِح ،اٌّعٍُّٓ واٌّرعٍُّٓ ،ووصٌه ذمُُُ اٌرطتُح اإلؼالُِح.
وضأي حؽٓ اٌثٕا وتىَا حّىا تأْ طٍة اٌعٍُ ِٓ أهُّح ٌسي إٌاغ والؼُّا عٓ اٌّعطفح،
وفىطهّا ال َفىخ عٓ وخهح اٌرطتُح اإلؼالُِح ،وصىضج فىطهّا عٓ ِىاز اٌرطتُح هٍ
عٍُ اٌرىحُس وهى ِٓ اٌّىاز اٌطئُؽُح ،ووصا أهُّح اٌّؤؼؽاخ اٌرعٍُُّح اٌطؼُّح وغُط
اٌطؼُّح ،وأغطاض اٌرعٍُُّح ِرطاتمح ِع اٌهسف ِٓ حُاج اإلٔؽاْ ،وَدة أْ َىىْ
اٌّطتٍ لسوج فٍ خُّع خىأة اٌحُاج وذمُُُ اٌرعٍَُُ ،دة أْ ذىىْ اٌّىاز اٌرٍ َدطٌ
اذرثاضها شاخ اٌصٍح اٌّىاز اٌرٍ َرُ ذسضَؽها ،وذطثُك ّٔىشج ذمُُُ " اٌّحاؼثح ".وٌىٓ
األؼاٌُة واٌّفاهُُ ِٓ فىطهّا ِررٍفح ،وِٓ ططَك حؽٓ اٌثٕا ِٓ ذالي ططق ِثاٌُح
واٌمصص واٌّحاضطاخ وإٌهح ،وططَك تىَا حّىا اٌّؽرعًّ هى ِٕال اخ،
واٌطحالخ اٌُّسأُح ،ذالوج وذدطَثٍ.وِفهىَ اٌرطتُح " حؽٓ اٌثٕا " هى ذعٍُُ اٌرطثُمٍ
وأزاج ٌرحؽُٓ وطاِح اإلٔؽاْ اٌرٍ هٍ شاخ اٌصٍح فٍ خُّع األولاخ ،وضأي تىَا حّىا
تأْ ِفهىَ اٌرعٍُُ التس لازضج عًٍ أداب األشراص اٌصَٓ َردطأوْ لىي اٌحمُمح
وإٌضاي ِٓ أخً اٌحمُمح.
وِٓ أفىاض "حؽٓ اٌثٕا وتىَا حّىا " عاللاخ تاٌمأىْ اٌرطتىٌ اٌىطٍٕ ،وهٍ
حاخح اٌّؽٍُّٓ اٌصَٓ َحصٍىْ اٌفطصح ٌٍرعٍُ واٌحصىي عًٍ ذسِح اٌرعٍُ واٌرطتُح
تهسف ذ ىًُ اإلٔؽاْ اٌّرفىلُٓ ،صازلُٓ ،وأذالق اٌىطَّح .وأَضا حاخح ِ اضوح
اٌّدرّع فٍ إزاضج اٌرعٍُُ ،وَىىْ اٌرعٍُُ حطا وِؽرمثال.
وهصا اٌثحس هى تحس اٌ رصُح ،والظَ تاؼُ " اٌسضاؼاخ اٌ رصُح " وهى ِٓ
اٌثحس إٌىعٍ ،تاؼرعّاي اٌّؤٌفاخ " حؽٓ اٌثٕا وتىَا حّىا " ِٓ ِمطع اٌرطثح ،ؤؽد
ِصسض اٌثُأاخ األؼاؼٍ ،وتٕؽثح اٌّؤٌفاخ غُط حؽٓ اٌثٕا ؼىاء وأد ِىافمح أو
ِراٌفح ذؽرعًّ تّصسض اٌثُأاخ اٌثأىٌ ،ووصٌه ِصسض اٌثُأاخ اإلَرطٔد ،وذهسف إًٌ
اٌرصىَط واٌرعثُط عٓ أفىاضهّا فٍ عٕاصط اٌرطتُح اإلؼالُِح ،واألؼاٌُة اٌرٍ ذؽرعًّ
هٍ اٌسضاؼح اٌرحٍٍُُح اٌىصفُح.
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Abdul Aziz Wahhab, Anatomi Organisasi Kepemimpinan Pendidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2008), h. 227.
2
Hery Noer Aly, H. Munzier, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung
Insani, 2003), h. 111.
3
Prof. Dr. Fuad Hassan adalah Tokoh Pendidikan Indonesia. Jabatan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pernah dipegangnya pada masa pemerintahan
Presiden Soeharto. Lahir: 26 Juni 1929, Semarang Meninggal: 7 Desember 2007, Jakarta.
4
Oong Komar, Filsafat pendidikan nonformal, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006),
h. 95
5
Mutu, sifat keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki
potensi yang memancarkan kewibawaan.
6
Slamet Imam Santoso, Pendidikan di indonesia dari masa ke masa, (Jakarta: PT.
Inti Idayu Press, 1987), h. 138.
7
Muhammad Abduh adalah seorang pemikir muslim dari Mesir, dan salah satu
penggagas gerakan modernisme Islam. Meninggal: 11 Juli 1905, Iskandariyah, Mesir.
8
Kemampuan yang bersifat hafalan.
9
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan “Islam dan Umum” ( Jakarta: Bumi Aksar, 1993
), h. 29.
1
2
10
Nama lengkapnya Prof dr. M.J. (Martinus Jan) Langeveld (1.905-1.989).
11
H.M. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, ( Jakarta: CV: Pedoman Ilmu Jaya, 1999 ) h.
6-7
12
Redja Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, ( Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya ), h. 57.
13
Prof. Dr. Mustopadidjaja AR, SE, MPIA adalah Guru Besar Kebijakan Publik,
STIA-LAN, RI; Fakultas Ekomomi, UI, dan UNHAS; serta Tenaga Ahli pada Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dan Sekjen KORPRI (2001-Sekarang);
Mantan: Kepala LAN-RI, 1998-2003; Sesmenko EKUIN (Maret-Juli 1998); Sesmen
PPN/Deputi Ketua BAPPENAS (1988-98); serta Direktur Overseas Training Office
BAPPENAS, 1989-97. Pokok-pokok pikiran dari tulisan ini pernah disampaikan pada
seminar "Prospektif Pemerintah Pasca Pemilu 2004" dalam rangka Dies Natalis ke-46
Universitas 17 Agustus 1945).
14
Oong Komar, Filsafat pendidikan nonformal, ( Bandung: CV. Pustaka Setia.
2006), h. 72.
15
itu mensyaratkan bahwa proses pembelajaran akan memungkinkan peserta didik
tertantang dan terangsang untuk terus belajar sampai tingkatan Joy of Discovery (kepuasan
dari suatu penemuan) tertantang untuk memecahkan masalah dengan menerapkan
pengetahuan yang diperolehnya pada kehidupan dan tertantang untuk kerjasama sehingga
timbul pada perkembangan kecerdasan dan karakter sosial (peduli dengan masyarakat)
Sudarman Danim, Agenda pembaharuan sistem pendidikan, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2006 ), h. 9-12.
3
16
Memiliki makna suatu kajian masalah yang di lakukan berdasarkan teori.
17
Hasbullah, Dasar-dasar ilmu pendidikan, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2003 ), h, 123.
18
Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam, ( Jakarta: Gema Insani, 1995 ), h.
123.
19
A. Susanto, Pemikiran pendidikan Islam, ( Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009 ), h.
65.
20
Ali „Abd al-Ḥalim Maḥmud, Wasa`il al-Tarbiyyah „inda Ikhwan al-Muslimin
(Dirasah Taḥlīliyyah Tarikhiyyah), Diterjemahkan Wahid Ahmadi (et.el.) dengan judul
“Perangkat-Perangkat Tarbiyah Ikhwanul Muslimin”, Cet. VI, ( Solo: Era Intermedia, 2001
), h. 21.
21
Sa‟id Hawa, Membina Angkatan Mujahid, ( Solo: PT. Eraadicitra Intermedia,
2010 ), h. 26.
22
Jama‟ah Amin abdul A ziz Fahmi, Al- Islam Fi Zilal Al-Isyim Li Al-Imam Hasan
Al-Banna, ( Iskandariah: Wan al-Dakwah, 1993), h.27.
4
23
Abuddin Nata, pemikiran Para Tokoh Islam, hal. 151.
24
Utsman Abdul Mu‟iz Ruslan, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin, Terj.
Salafuddin Abu Sayyid, dkk, ( Solo: Era Intermedia, 2000), h. 523.
25
Ali Abdul Halim Mahmud, ( Solo: Era Intermedia, 2001), h. 307.
26
Abdul Kholiq, Dkk, Pemikiran Pendidikan Islam, ( Semarang: Pustaka pelajar,
1999 ), h. 255.
27
Seorang guru besar pendidikan universitas tunis
28
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), hal 37
29
Pemikir pembaharuan umat Islam
30
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), hal 37
31
Edward Mortimer, Islam dan Kekuasaan, Terj. Enna Hadi dan Rahmani Astuti,
(Bandung: Mizan, 1984), h. 235.
5
menjadi tumpuan hidup baru sebuah umat. Karena itu, kebijakan tersebut
harus dibangun di atas prinsip-prinsip yang kokoh.32 Setiap bangsa
menginginkan ilmu yang bermanfaat dan produktif, akal yang matang dan
pemikiran yang cermat, semua itu diperkuat dengan akhlak yang mulia dan
jiwa yang bersih, hal tersebut bisa dilakukan dengan cara membuat kebijakan
pendidikan yang baku, memerangi buta huruf serta menyebarkan pendidikan
kesemua lapisan masyarakat.33
Hasan Al-Banna menjelaskan bahwa seorang pendidik bukan hanya
dari kalangan alumnus fakultas pendidikan atau mahasiswa yang berhasil
menyandang gelar magister atau doktor dalam bidang pendidikan, melainkan
orang-orang yang memiliki kehangatan iman, ruh yang kuat, jiwa yang suci,
motifasi yang tinggi, kreatif, perasaan yang lapang, dan mampu
mempengaruhi orang lain. Bisa jadi mereka hanya seorang mekanik biasa,
karyawan rendah, pedagang atau pekerja.34 Menurut Hasan Al-Banna bahwa
perjuangan dan pergerakan melalui pendidikan merupakan satu-satunya jalan
untuk mengubah masyarakat, membentuk pemimpin dan mewujudkan cita-
cita masyarakat Islam.35
Buya Hamka adalah sosok manusia atau aset Negara Republik
Indonesia yang multiperan. Selain sebagai ulama dan pujangga, ia juga
seorang pemikir. Diantara buah pikirannya adalah gagasan tentang
pendidikan. Pentingnya manusia mencari ilmu pengetahuan, menurut Hamka,
bukan hanya untuk membantu manusia memperoleh penghidupan yang
layak, melainkan lebih dari itu, dengan ilmu manusia akan mampu mengenal
Tuhannya, memperhalus akhlaknya, dan senantiasa berupaya mencari
keridhaan Allah.36
Buya Hamka adalah sosok yang sangat memperhatikan dunia
pendidikan, Hamka mengamati wajah pendidikan setelah Indonesia merdeka
yang jauh berubah dibandingkan pendidikan di zaman kolonial, dimana
pendidikan dapat dirasakan oleh semua kalangan anak bangsa, tiada lagi
kebanggaan pada bahasa Belanda, tetap terjalinnya hubungan pelajar dengan
keluarganya yang Islam,37 Dia juga sangat memperhatikan penyimpangan
32
Hasan Al-Banna, Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al-Banna jilid 2, (Jakarta:
Al-I‟tishom, 2012), h. 46.
33
Hasan Al-Banna, Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al-Banna jilid 4, (Jakarta:
Al-I‟tishom, 2012), h. 39-41.
34
Yusuf Qardawi, Tarbiyah Hasan Al Banna dalam Jama‟ah Al Ikhwan Al
muslimun, (Jakarta: Rabbani Press, 2005) hal. 9
35
Yusuf Qordowi, Attarbiyah al Islamiyah, Wa Madrasah Al Banna, terj Al Bustomi
Abdul Ghani, Jakarta: Bulan Bintang, 1980), hal. 11
36
Syamsul Kurniawan, Erwin Mahrus. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam.
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 230
37
Hamka, Dari Hati Ke Hati, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2002), h. 111-113.
6
fakta sejarah dalam dunia pendidikan,38 Titik sentral pemikiran Hamka dalam
pendidikan Islam adalah “fitrah pendidikan tidak saja pada penalaran semata,
tetapi juga akhlakul karimah”.39
Melalui berbagai analisa yang pernah dilakukan, para peneliti berbeda
pendapat dalam memposisikan intelektualnya. Diantaranya ada yang
memposisikan sebagai sosok mufassir melalui tafsir al-Azharnya40 pertama
sekali ditulis tahun 1938; tenggelamnya kapal van der wijk, (1956) pertama
kali ditulis tahun 1939. Sejarawan melalui sejarah Islamnya,41 buku ini ditulis
pada tahun 1951 "sufi" melalui tasawuf moderatnya42 Buku ni pertama kali
diterbitkan di medan pada tahun 1939 dan sampai tahun 1987. Hamka
merupakan sosok intelektual (modernis) yang produktif. Produktifitasnya
terlihat dari karyanya yang ditulis dalam berbagai disiplin ilmu,43 Baik di
majalah, surat kabar maupun dalam bentuk buku. Orientasi kajian
produktifnya berkisar pada persoalan- persoalan keagamaan dan sosial
kemasyaakatan, seperti bidang tafsir, teologi, sastra, fiqh, sejarah Islam, dan
pendidikan.44
Melalui karya-karyanya tersebut ia mengetengahkan pemikirannya
tentang komponen pendidikan yang meliputi tujuan pendidikan Islam,
kewajiban orang tua dan guru, juga kriteria guru yang ideal, metode
pendidikan Islam, evaluasi pendidikan Islam, konsep pendidikan Islam, serta
lembaga pendidikan Islam. Komponen- komponen tersebut dapat dijadikan
acuan untuk melihat pemikirannya tentang pendidikan Islam.45 Warisan
pemikirannya tentang komponen-komponen pendidikan Islam merupakan
wacana yang sangat potensial untuk diteliti dan dikembangkan dalam rangka
memperkaya konsep pendidikan nasional. Persoalan ini menjadi cukup
penting untuk diteliti , karena bagaimanapun juga ia telah berupaya
melakukan " renovasi" terhadap sistem pendidikan umat pada waktu itu.
38
Hamka, Dari Perbendaharaan Lama, Cet. 3, (Jakarta: Pustaka Panjimas,1996), h.
10.
39
Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana,
2009), h. 31.
40
Hamka tafsir al azhar, juz 1-XXX, (jakarta : pustaka panjimas 1998) Sastrawan
melalui roman-romanya2. Hamka dibawah lindungan ka'bah (jakarta : balai pustaka, 1957),
41
Hamka, sejarah umat Islam, jilid I, II, III,IV, (Jakarta: Bulan Bintang: 1975),
42
Hamka, Tasawuf Modern, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1987).
43
Ahmad Suafi'ei Ma'arif, Peta Bumi Intelektualisme Islam Indonesia, ( Bandung:
Mizan, 1993), h.12
44
Produktifitas Hamka dalam menghasilkan karya-karya ilmiyah yg bernuansa
keIslaman diakui oleh andries teeuw, sebagaimana dikutip oleh sifes sudyarto. DS, "Hamka
realisme relegeus", dalam nasir tamara (eds.) Hamka di Mata Hati Umat, h.139
45
Hamka, Lembaga Hidup. h.203
7
B. Permasalahan.
1. Identifikasi Masalah.
Hasil dari penelusuran peneliti terhadap kedua tokoh (Hasan Al-Banna
dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah) melalui karya-karyanya ataupun
hasil karya orang lain mengenai memikiran pendidikan Islamnya, maka
penulis dapat memetakan identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai
berikut:
a. Bagaimanakah Pemikiran Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik
Karim Amrullah (Hamka) tentang Pendidikan Islam?
b. Adakah persamaan dan perbedaan pemikiran Hasan Al-Banna dan
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka)?
c. Adakah relevansi Pemikiran Hasan Al-Banna dan Haji Abdul
Malik Karim Amrullah (Hamka) dengan sistem pendidikan
Nasional (Sisdiknas) 2003?
d. Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan Islam di Idonesia dari hasil
Pemikiran Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah
(Hamka) tentang Pendidikan Islam?
e. Apa yang melatar belakangi Pemikiran Hasan Al-Banna dan Haji
Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) tentang Pendidikan Islam?
f. Bagaimanakah meteri pendidikan Islam menurut Hasan Al-Banna
dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka)?
g. Apa tujuan pendidikan Islam menurut Hasan Al-Banna dan Haji
Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka)?
h. Bagaimanakah pandangan Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik
Karim Amrullah (Hamka) mengenai pendidik dan peserta didik?
46
Hamka, Falsafah Hidup, h. 201.
47
Hamka, Tasauf Modern, h. 50.
8
2. Pembatasan Masalah.
Berdasarkan dari identifikasi masalah di atas, maka penulis
memfokuskan masalah penelitian ini pada permasalahan poin (a)
Bagaimanakah Pemikiran Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim
Amrullah (Hamka) tentang Pendidikan Islam? (b) Bagaimanakah
pelaksanaan pendidikan Islam di Idonesia dari hasil Pemikiran Hasan Al-
Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) tentang
Pendidikan Islam?penulis dalam mengambil fokus masalah ini, mengingat
luasnya permasalahan yang telah diidentifikasikan diatas, maka ruang
lingkup penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai pemikiran
Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) dalam
bidang pendidikan Islam, dalam penelitian ini yang akan dikaji tentang
pendidikan agama Islam, karena Islam menekankan bahwa pendidikan
Islam merupakan kewajiban agama, dimana proses pembelajaran sangat
bermakna bagi kehidupan manusia, juga seluruh rangkaian pelaksanaan
pendidikan merupakan ibadah kepada Allah. Serta merupakan kewajiban
individu dan kolektif. Islam memberikan derajat tinggi bagi kaum terdidik
dan juga memberikan landasan bahwa pendidikan merupakan aktivitas
sepanjang hayat, sehingga penulis melakukan pengkajian permasalahan
pada tesis ini terkait “PERBANDINGAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN
ISLAM HASAN AL-BANNA DAN HAJI ABDUL MALIK KARIM
AMRULLAH”
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pemikiran seperti yang dikemukakan di
atas maka persoalan-persoalan penelitian tesis ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
a. Bagaimanakah Pemikiran Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik
Karim Amrullah (Hamka) tentang Pendidikan Islam?
b. Apa persamaan dan perbedaan pemikiran Hasan Al-Banna dan
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka)?
c. Bagaimana relevansinya dengan sistem pendidikan Nasional
(Sisdiknas) 2003?
D. Metode Penelitian.
1. Jenis Penelitian.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian literature atau penelitian
kepustakaan (Library Research),48 Sesuai dengan judul penelitian dan juga
berdasarkan rumusan permasalahan seperti yang digambarkan
sebelumnya, bahwa penelitian akan mengungkapkan pemikiran Hasan Al-
Banna dan Buya Hamka tentang komponen-komponen pendidikan Islam.
Dengan demikian dapat dideskripsikan, penelitian ini adalah penelitian
tokoh dan lazim disebut dengan studi tokoh.49
Penelitian tokoh berarti penelitian untuk mengenal lebih dekat dan
lebih dalam mengenai seorang tokoh yang menjadi objek bahasan dalam
hal ini tentang ide-ide kedua tokoh yang berkenaan dengan komponen-
komponen pendidikan Islam. Dengan demikian dapat dikatakan jenis
penelitian ini adalah jenis kualitatif. (Penelitian kualitatif adalah salah satu
48
Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996),
h. 59.
49
Arif Furchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh : Metode Penelitian Mengenai Tokoh,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), h. 9.
10
2. Sumber Data.
Dalam penulisan tesis ini menggunakan dua sumber data, yaitu yang
sifatnya primer (Dharury) dan sekunder (Takmily). Data primer
merupakan karya-karya Hasan Al-Bannna dan Buya Hamka sendiri yang
bermuatan persoalan pendidikan Islam dari berbagai komponennya.
Begitu juga pemikiran kedua tokoh ini yang disampaikan di berbagai
tempat dan kesempatan yang bersifat dokumentasi.
Sedangkan data sekunder adalah karya orang lain yang berisikan
pandangan terhadap kedua tokoh dari berbagai sudut, baik yang pro
terhadap keduanya maupun yang kontra. Begitu juga dengan data yang
diperoleh melalui internet. Data sekunder ini dijadikan sebagai pendukung
data primer.
Adapun karya-karya Hasan Al-Banna yang bermuatan pemikiran
pendidkan Islam dalam berbagai aspek yang merupakan data primer di
antaraya adalah :
a. Majmu'at Rosa'il al Imam al-Syahid Hasan al Banna, Penerbit Dar
al-Dakwah al Islamiyah (1996). Karya ini memuat sejumlah
percikan pemikiran Hasan Al-Bannna seputar dakwah, sarana
untuk berdakwah, tujuan dakwah serta pembinaan individu,
keluarga dan masyarakat Islam, juga ditampilkan wasiat-wasiat
Hasan Al-Banna dalam menciptakan muslim/muslimah yang
istiqomah melalui upaya Tarbiyah (Pendidikan) yang dikenal
dengan al-Ushul al-Isyrin).
b. Hadits Tsulatsali al-Imam Syaid Hasan Al-Banna, Penerbit
Maktab al-Qur'an, karya ini berisikan ayat-ayat al-Qur'an yang
berkaitan dengan manusia, alam semesta, dan merupakan cuplikan
ceramah-ceramah beliau setiap hari selasa.
50
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, ( Jakarta : Rineka Cipta,
2008), h.1.
51
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, ( Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 60.
11
52
Arif Fuchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh : Metode Penelitian Mengenai Tokoh,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), h. 47-49.
12
penelitian sudah wafat, maka sikap tersebut tidak lagi berlaku secara
normatif. Yang penting adalah tetap menjaga hubungan dengan
lingkungan dimana tokoh tersebut berasal.
Tahap eksplorasi berarti pengumpulan data secara terarah dan
terfokus, dan perlu menggali data sebatas yang diperlukan. Dalam tahapan
ekspolarasi ini perlu adanya batasan informasi pada hal-hal yang relevan
dengan fokus kajian.
Sedangkan tahap terfokus adalah penelitian secara mendalam pada
pemikiran, keberhasilan dan keunikan tokoh yang diteliti dan yang punya
pengaruh signifikan pada masyarakat. Metode yang dipakai dalam
pengumpulan data penulisan tesis ini adalah metode dokumentasi.53
Penggunaan metode ini dianggap sangat mendukung mengingat sang
tokoh yang diteliti hanya meninggalkan karya-karya yang di hasilkan
selama hidupnya. Disamping itu dengan dokumentasi dapat melacak
dokumen pribadi tokoh yang merujuk pada tulisan tangan pertama yang
bersifat deskriptif tentang pemikirannya.54
4. Analisis Data.
Pengumpulan data dalam sebuah penelitian merupakan jantung
penelitian kualitatif dan analisis data merupakan jiwanya,55 maka langkah
yang harus ditempuh setelah pengumpulan data adalah analisis data.
Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam sebuah
penelitian termasuk dalam hal ini penelitian tokoh, karena dengan analisis
itu data yang dikumpulkan dapat berguna untuk dapat memecahkan
masalah penelitian.
Analisis data itu bertujuan (1). Memecahkan masalah penelitian (2).
Memperlihatkan hubungan antara fenomena yang terjadi dalam penelitian.
(3). Memberikan jawaban hipotesis yang diajukan dalam penelitian. (4).
Bahan untuk membuat kesimpulan serta implikasi dan saran-saran yang
berguna untuk kebijakan penelitian selanjutnya.56
Dalam penulisan tesis ini yang digunakan adalah analisis isi ( content
analysis) yaitu analisis ilmiyah tentang isi pesan atau komonikasi yang
53
Arif Fuchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh : Metode Penelitian Mengenai Tokoh,
h. 50
54
Arif Fuchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh : Metode Penelitian Mengenai Tokoh,
h. 54.
55
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, ( Jakarta : Rineka Cipta,
2008), h.192.
56
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, ( Jakarta: Bumi Aksara
2004), h.30.
13
E. Telaah Pustaka
Telaah kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang
hubungan penelitian yang diajukan dengan penelitian sejenisnya yang pernah
dilakukan terdahulu, sehingga menghindari adanya keterulangan dalam
pengkajian materi yang akan diteliti.
Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan terhadap tesis
/disertasi yang mengulas tentang Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik
Karim Amrullah tentang pendidikannya memang tidak sedikit, tetapi yang
sifatnya komperatif penulis belum menemukan. hal ini disebabkan, karena
permasalahan pendidikan yang memang sangat penting dan tidak pernah
selesai.
Karya yang memuat pembahasan tentang Hasan Al-Banna
diantaranya ditulis oleh Saidan58 Penulis disertasi ini mengungkapkan Bahwa
Hasan Al Banna maupun Muhammad Natsir keduanya punya pandangan
yang sama bahwa pendidikan adalah upaya ikhtiyari manusia untuk
meningkatkan tarap hidup ke arah yang lebih baik.
Kajian lainya dalam bentuk tesis tentang “Dakwah Hasan Al-Banna
suatu tinjauan terhadap strategi gerakan dakwah Islam di Mesir” karya ini
ditulis oleh Rusdy Sulaiman59 telah diurai dalam tesis tersebut sebagai
pijakan bagi konsep dan strategi gerakan dakwah Hasan Al-Banna, baru
kemudian diurai strategi dakwahnya baik dakwah fardiyah maupun dakwah
jam‟iyah yaitu dakwah melalui organisasi dalam beberapa aspek seperti
agama, moral, sosial, ekonomi , politik dan pendidikan.
Sementara Moh. Hatta60 menyoroti konsep dan strategi dakwah Al
Ikhwan Al Muslimin hingga tahun 1954, dengan arti kata, karya tersebut
terkonsentrasi mengekspresikan organisasi Al Ikhwan Al Muslimin dengan
57
Neong Mudhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi 4, ( Jogjakarta : Rake
Sarasing, 2000), h. 68 .
58
Saidan ”Perbandingan Pemikiran Pendidikan Islam Antara Hasan al Banana dan
Mohammad Natsir” Disertasi, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
59
Rusdy Sulaiman ”Dakwah Hasan al Banna Suatu Tinjauan Terhadap Strategi
Gerakan Dakwah Islam di Mesir” Tesis, Jakarta: IAIN syarif hidayatullah Jakarta, 1997.
60
Moh.Hatta, ”AL Ikhwan al Muslimin Sebuah Kajian Konsep dan Srategi
Dakwah” Disertasi, Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah, 2001
14
segala aktifitasnya mulai dari konsep, strategi, dan agenda dakwah, serta
pengaruh jama‟ah tersebut dalam perkembangan Islam kontemporer di dunia
Islam.
Sedangkan karya yang memuat pembahasan tentang Haji Abdul
Malik Karim Amrullah diantaranya ditulis oleh Prof. H. Samsul Nizar dalam
disertasinya memperbincangkan dinamika intelektual dan pemikiran Hamka
tentang pendidikan Islam. sebuah disertasi corak pemikiran kalam Tafsir Al
Azhar, hasil penelitian M. Yunan Yusuf, di sini dijelaskan pemikiran kalam
Tafsir Al Azhar dan tidak banyak menyinggung tasawuf.61 Dalam kajiannya,
ada delapan persoalan teologi yang yang coba diangkat. Kedelapan teologi
yang disoroti Hamka, yaitu; kekuatan akal, fungsi wahyu, free will dan
predestinational, konsep iman, kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan,
keadilan tuhan, perbuatan tuhan, dan sifat tuhan, Dalam memahami persoalan
tersebut, dua masalah pertama, ia lebih cenderung sejalan dengan teologi
Maturidiyah Bukhara. Sementara enam masalah lainnya, ia lebih cenderung
sejalan dengan teologi mu'tazilah.62 Masih pada tokoh yang sama, Nur
Wahidin mencoba melihat corak pemikiran tasawufnya 63 dari hasil
penelitiannya dapat disimpulkan bahwa pandangan Hamka dalam tasawuf
modern, merupakan sintesa terhadap praktek umat Islam tentang ajaran
tarekat yang dipahami secara keliru, dengan "meninggalkan" syari'at. Melalui
karyanya ini, ia berupaya meluruskan pemahaman umat terhadap ajaran
agamanya, serta membangkitkan dinamika intelektual umat yang selama ini
mengalami stagnasi. Meskipun ia bukan seorang sufi sebagaimana sufinya Al
Hallaj, Rabi'ah Al-Adawiyah, dan lainnya, akan tetapi ia menerima dan
mengamalkan tasawuf sebagai jalan mendekatkan diri pada Allah.
Sementara Utang Ranuwijaya64 Mencoba mengidentifikasikan hadits-
hadits tentang perkawinan yang digunakannya dalam memperkuat tafsirnya.
Tujuh diantaranya berkualitas shohih, tiga berkualitas hasan, serta satu
berkualitas dhoif. Dalam proses pengambilan hadits ia merujuk beberapa
kitab hadits, pendekatan yang dilakukannya dalam mengambil hadits-hadits
untuk memperkuat tafsirnya terkesan sangat berhati-hati, hal tersebut dapat
dilihat dari banyaknya kitab hadits yang dipergunakan untuk memperkuat
pendapat-pendapatnya.
61
M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir al Azhar, Sebuah Telaah
Tentang Pemikiran Hamka Dalam Teologi Islam,( Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990), h.172
62
M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir al Azhar.
63
Nurwahidin, Corak Pemikiran Tasawuf Hamka, Tesis ( Jakarta: IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1995)
64
Utang Ranuwijaya, Hadits-Hadits Pada Kitab al Azhar Hamka, Disertasi (
Jakarta : UIAN Syarif Hidayatullah Jakarta 1995)
15
65
Rahmi, Pemikiran Hamka Tentang Wanita, Tesis, ( jakarta : IAIN Syarif
Hidayatullah, 1996)
66
Ahmad Yani, Pemahaman Hamka Dalam Bidang Fiqh, Tesis ( Jakarta : IAIN
Syarif Hidayatullah, 1995)
67
Yunus Amir Hamzah, Hamka Sebagai Pujanggang Roman, (Jakarta: Puspita Sari
Indah, 1993)
68
Abdurrahman Wahid, Pesantren dan Kesusastraan Indonesia, Dalam Bunga
Rampai Pesantren, ( Jakarta: Darma Bakti 1978), h. 43.
69
Lion Agusta, " Diakhir Pemintasan Yg Rampung", Dalam Nasir Tamara ( eds),
Hamka di Mata, h. 85.
70
Rusydi Hamka, Pribadi dan Martabat Buya Prof. Dr. Hamka, Jakarta: Pustaka
Panjimas, 1983
16
F. Sistematika Pembahasan.
Dalam pembahasan tesis ini, penulis akan membagi menjadi V Bab.
Bab I. Merupakan Bab Pendahuluan yang meliputi, Latar Belakang Masalah,
Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan
Pustaka, Sistematika Penulisan.
Bab II. Mengungkapkan Biografi Hasan Al-Banna dan pemikirannya tentang
pendidikan Islam yang meliputi : Materi pendidikan agama Islam,
metode pendidikan agama Islam, konsep pendidikan agama Islam,
lembaga pendidikan agama Islam, tujuan pendidikan agama Islam,
pendidik dan peserta didik serta evaluasi pendidikan Islam.
Bab III. Mengungkapkan Biografi Haji Abdul Malik Karim Amrullah dan
pemikirannya tentang pendidikan Islam yang meliputi : Materi
pendidikan agama Islam, metode pendidikan agama Islam, konsep
pendidikan agama Islam, lembaga pendidikan agama Islam, tujuan
pendidikan agama Islam, pendidik dan peserta didik serta evaluasi
pendidikan agama Islam.
Bab IV. Membahas tentang persamaan dan perbedaan pemikiran pendidikan
Islam Hasan Al-Banna dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah serta
titik temu kedua tokoh dengan sisdiknas 2003.
BAB V. Merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Hasan Al-Banna dan Buya Hamka adalah dua tokoh yang berlainan
negara, dan berbeda latar belakang pendidikan, namun kondisi atau setting
sosial masyarakat yang mengitari kedua tokoh boleh dikatakan tidak jauh
berbeda.
1. Hasan Al-Banna dan Buya Hamka keduanya punya pandangan yang
sama akan pentingnya manusia mencari ilmu pengetahuan, pemikiran
kedua tokoh tersebut tidak terlepas dari pandangannya terhadap ajaran
Islam.
Setelah mengkaji dari pemikiran Hasan Al-Banna dan Buya Hamka
tentang pendidikan Islam mengenai materi Pendidikan Islam, Hasan al-
Banna dan Buya Hamka punya pandangan yang sama tentang
pentingnya menjadikan tauhid sebagai materi utama dalam kurikulum
pendidikan Islam.
Demikian juga dengan lembaga pendidikan kedua tokoh juga punya
pandangan yang sama tentang lembaga pendidikan Islam. Dalam hal ini
bahwa lembaga pendidikan Islam bertugas dan bertangung jawab dalam
melaksanakan pendidikan yaitu lembaga formal dan lembaga non
formal.
Disamping ada persamaan pandangan Hasan Al-Banna dan Buya
Hamka juga terlihat ada perbedaan dalam institusi pendidikan Islam
yang digambarkan Hasan Al-Banna. Lembaga yang dipraktekkan Hasan
Al-Banna berbeda dengan keadaan lembaga lain, dimana Hasan al-Banna
membedakan antara lembaga pendidikan putra dan putri, Ma'had Hurroh
Al-Islami diperuntukkan untuk lembaga putra sedangkan Ma'had
Ummahad Al- Mu'minin khusus untuk putri.
Selanjutnya mengenai tujuan pendidikan kedua tokoh ini juga
mempunyai pandangan yang sama bahwa mendidik umat baik melalui
pendidikan formal maupun non formal pada hakekatnya bertujuan
menjelaskan posisi manusia sebagai makhluk Allah yang tercipta untuk
menjadi ibad Allah. Sejalan dengan undang-undang sisdiknas No.20
tahun 2003, Sebagaimana pada Bab II pasal 3, bahwa "Pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab''
151
152
Kemudian dalam hal pendidik dan peserta didik kedua tokoh ini juga
sependapat bahwa sesesorang yang berprofesi sebagai guru haruslah
menjadi “Qudwah” dalam segala aspek kehidupannya, mengenai
evaluasi pendidikan Islam Hasan Al-Banna dan Buya Hamka punya
pandangan yang sama bahwa evaluasi bisa dilakukan secara individu
atau bisa dilakukan secara umum. Disamping itu pula kedua tokoh ini
menggemukakan bahwa yang paling urgen dalam pelaksanaan evaluasi
adalah "kejujuran".
2. Disamping adanya persamaan pandangan antara Hasan Al-Banna dan
Buya Hamka, juga terlihat perbedaan sudut pandang. Perbedaan
pemikiran Hasan al-Banna dan Buya Hamka yaitu mengenai metode
pendidikan Islam dan konsep pendidikan Islam, Menurut Hasan Al-
Banna metode pendidikan Islam harus seirama dengan konsep dan
martabat manusia sebagai kholifah fil ardh. Hasan al-Banna berpendapat
bahwa metode yang digunakan harus relevan dengan kondisi audiens.
Diantara metode yang dipraktekkan Hasan al-Banna adalah: metode
ketauladanan, metode mendidik melalui kisah-kisah, metode ceramah
dan demonstrasi, dan metode pendekatan. Lain halnya dengan Buya
Hamka, ia berpendapat agar proses pendidikan bisa terlaksana secara
afektif dan efesien maka ia mempergunakan metode diskusi, karya
wisata dan metode resitasi.
Selanjutnya dalam Konsep pendidikan Hasan Al-Banna sejalan
dengan visi dan orientasi perjuangannya. Yaitu membebaskan
masyarakat dari kebodohan. Sementara dalam pandangan Buya Hamka,
beliau memasukkan konsep pensucian jiwa yang ada dalam dunia
pendidikan yakni berkeyakinan bahwa ilmu pengetahuan itu adalah
pemberian Allah semata kepada hambanya.
3. Pemikiran pendidikan Hasan Al-Banna dan Buya Hamka ternyata ada
relevansinya dengan Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan
Nasional) No. 20 tahun 2003 bahwa boleh dikatakan mendahului
Undang-Undang tersebut.
Diantara pemikiran kedua tokoh yang ada relevansinya dengan
Undang-Undang sisdiknas itu adalah pertama, akan perlunya umat Islam
memperoleh kesempatan belajar dan mendapatkan layanan pendidikan
dengan tujuan membentuk manusia yang unggul, jujur dan berakhlak
mulia. Kedua, tentang perlunya keterlibatan masyarakat dalam
menggelola pendidikan. Ketiga, pendidikan haruslah bersifat otonom dan
independen.
B. Saran-saran.
Berdasarkan dari penelitian penulis mengajukan beberapa saran
sebagai rekomendasi kepada pihak terkait.
153