Skripsi
DiajukankepadaFakultasUshuluddin
UntukMemenuhiPersyaratanMemperoleh
GelarSarjanaTheologi Islam (S.Th.I)
DisusunOleh :
Ahmad Damanhury. AR
NIM: 109034000104
FAKULTAS USHULUDIN
PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/1435 H
ABSTRAK
Islam melalui syariat yang dibawa oleh Baginda Rasulullah SAW melalui
wahyu dari Allah SWT datang dengan membawa cahaya kebenaran, berpegang
teguh kepada prinsip al-Quran dan as-Sunnah.
Perintah melaksanakan syariat merupakan salah satunya. Manusia sebagai
makhluk yang diciptakan oleh Allah untuk alam dunia ini, diberikan tugas untuk
menjalin relasi antar individu dengan Tuhannya, atau individu dengan individu,
atau dengan kelompok lainnya.
Sebagai makhluk tentu manusia di dalam dirinya dibebankan untuk
menjalin relasi tersebut sesuai dengan kadar kemampuannya. Tidaklah Allah
menciptakan suatu urusan atau beban dalam kehidupannya, melainkan sesuai
dengan kadar kemampuannya. Hal itulah yang mengantarkan manusia menjadi
makhluk yang mulia, disebabkan karena pembebanan tersebut.
Seperti yang diketahui banyak ayat yang mengatakan Allah tidak akan
membebani seseorang sesuai dengan kemampuannya. Namun kenyataannya
banyak tindakan tercela yang terjadi di dalam kehidupan ini, dengan alasan tidak
sanggup atas beban yang diterimanya. Ini semua diluar batas kemampuannya
Hal itu terlihat jelas dalam al-Quran dengan penggunaan kata taklif secara
berulang kali, dengan waktu, kondisi, dan situasi yang berbeda, hal ini sebagai
isyarat yang nyata dalam kehidupan manusia bahwasannya taklif tersebut
merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan.
Penelitian ingin mengetahui sejauh mana penggunaan kata taklif dalam al-
Quran dengan menggunakan beragam gaya bahasa, subjek (pelaku), maupun
objek (sasaran) yang berbeda, dan interpretasinya dalam tatanan masyarakat
modern sekarang ini. Apakah kebenaran al-Quran sebagai kitab shalih fi qulli
zaman wa makan terbukti secara keseluruhan, dalam hal ini semua ayat-ayatnya
mampu menyesuaikan dengan kehidupan dari zaman ke zaman atau hanya
sebagian ayat saja yang mampu menyesuaikan dengan zamannya masing-masing.
i
KATA PENGANTAR
SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, dan inayahnya kepada seluruh
alam. Berkat Rahmat dan Pertolongan-Nya, serta ketulusan hati, keikhlasan niat
dan motivasi dari berbagai pihak sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini dengan judul :“ Penggunaan Kata Taklif dalam al-
Quran “. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad saw, keluarga, sahabat, serta pengikutnya dan semoga kelak kita
mendapatkan syafa’atnya.
akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini, seakan ringan berkat bantuan dan
terutama kepada orang yang sangat istimewa dalam kehidupan penulis, yakni
ibunda tercinta Rofiqah bin Maksum, ayahanda Amiruddin bin Abd Mami, terima
kasih atas pengorbanan baik moril maupun materil, motivasi dan do’a yang selalu
Hidayatullah Jakarta.
ii
3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kultsum, MA, selaku Ketua Jurusan Tafsir Hadis, dan
4. Bapak pembimbing Dr. Moqsith Ghazali MA, dan bapak Muslih, Lc. yang
dan kesuksesannya.
Pasca Sarjana, serta tak lupa pula kepada karyawan Perpustakaan Pusat
Pusat, Perpustakaan Iman Jama Lebak Bulus, yang rela dan bersedia
iii
9. Keluarga besar penulis, kepada (Pihak Ibu), Kakek Maksum (alm) dan
Nenek Aminah (alm), kepada (Pihak Ayah), Kakek Abdul Mami (alm) dan
UIN, semoga Allah selalu memberikan yang terbaik bagi kalian dan
mengedit ulang tulisannya), dan Paman Drs. Hasyim Maksum yang terus
KH. Chowas Nuruddin (Alm) dan Nyai Hj. Ghumaesoh (Alm) tercinta.
serta KH. Ahmad Rifqi Chowas dan KH. Ahmad Syauqi Chowas dan para
telah banyak memberikan ilmu sehingga penulis bisa belajar di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
pimpinan Prof. Dr. HD. Hidayat, MA. tidak lupa pula kepada Yayasan ar-
Ridho Sawah Baru, Bintaro yang di pimpin oleh Ust. H. Bahron, MA. Tak
iv
lupa juga kepada seluruh jajaran Lembaga Pusat Ilmu Bahasa dan al-
Bastiansah Hamid beserta keluarga besarnya dan Ibu Hj. Yusmirdas, M.Pd
YS, Taufik Akbar, Zenal Muid, Agus Maulana Y, Azizah Iffah, S.Th,i,
Ayu Khairunnisa, Lia Ernawati, Nasroh, Umi Hani, Nurul Wati dan
Lainnya) ,yang sama-sama berjuang selama kuliah, aku tidak akan pernah
15. Kepada Deslina Herliani, S.Pd,i. yang selama ini selalu memotivasi,
v
16. Dan kepada teman-teman nongkrong n ngopi di BEM Fakultas dan
Jurusan Ushuluddin, PMII Fak. Ushuluddin, Tarbiyah dan Fisip, HMI Fak.
Cirebon, dan LDK yang telah banyak memberikan wawasan, motivasi dan
oleh Allah Swt dengan balasan yang lebih, dan menjadi amal kebaikan di akhirat
nanti.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
D. Metode Penelitian.................................................................. 8
DAN OBJEK
1. Nafs ................................................................................. 23
2. Muhammad ..................................................................... 28
vii
C. Kadar Nafkah Untuk Keluarga.............................................. 51
E. Jihad ...................................................................................... 62
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 69
B. Saran ..................................................................................... 70
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
ب B Be
ت T Te
ث Ts Te dan es
ج J Je
خ Kh Ka dan ha
د D Da
ر R Er
ز Z Zet
س S Es
ش Sy Es dan ye
غ Gh Ge dan ha
ف F Ef
ix
ق Q Ki
ك K Ka
ل L El
م M Em
ن N En
و W We
H Ha
ء ‘ Apostrop
Y Ye
Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti bahasa Indonesia, terdiri dari vocal
tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong. Untuk vocal tunggal
alihaksaranya adalah sebagaiberikut :
TandaVokal Arab TandaVokal Latin Keterangan
a Fathah
i Kasrah
u Dammah
Vokal Panjang(Madd)
Ketentuan alihaksara vocal panjang (madd), yang dalam bahasa arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, adalah sebagai berikut :
TandaVokal Arab TandaVokal Latin Keterangan
ـــــﺄ â a dengan topi diatas
ـــــﻲ î i dengan topi diatas
ــــــﻮ û u dengan topi diatas
x
Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam system aksara arab dilambangkan dengan huruf,
yaitu alif dan lam, dialihaksarakan menjadi huruf /i/ ,baik diikuti oleh huruf
Syamsiyah maupun Qamariyah. Contoh :al-rijâl bukan ar-rijal, al-diwân bukan
ad-diwan.
Syaddah (Tashdid).
Syaddah atau tasydid yang dalam system bahasa tulisan arab
dilambangkan dengan sebuah tanda, dalam alihaksara ini dilambangkan dengan
huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan
tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak
setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah.Misalnya yang
secara lisan berbunyi ad-darûrah, tidak ditulis “ad-darurah”, melainkan“al-
darûrah”, demikian seterusnya.
Ta Marbutah
Berkaitan dengan alihaksara ini, jika huruf ta marbutah terdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat
contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbutah tersebut diikuti
oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Akan tetapi, jika huruf ta marbutah tersebut
diikuti oleh kata benda (isim), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf
/t/ (lihat contoh 3).
Contoh :
No Kata Arab Alih Aksara
1 طريقة Tarîqah
2 الجامعة االسالمية al-jâmiah al-islâmiyah
3 وحدة الﻮجﻮد Wahdat al-wujud
Huruf kapital
Meskipun dalam tulisan arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih aksara
ini, huruf capital tersebut juga digunakan, dengan memiliki ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain
xi
yang menuliskan kalimat, huruf awal nama, tempat, nama bulan, nama diri, dan
lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama didahului oleh kata sandang, bukan
huruf awal atau kata sandangnya. Contoh : Abu Hamid al-Ghazali bukan Abu
Hamid Al-Ghazali, al-Kindi bukan Al-Kindi.
xii
BAB I
PENDAHULUAN
sebuah kitab yang di dalamnya hanya sebatas ayat, surat, terlebih-lebih masalah
juz semata. Kandungan al-Quran baik dalam hal lafal dan maknanya diyakini
memiliki esensi tersendiri. Oleh karena itu, melalui pemahaman maknanya, kita
juga tentu saja signifikansi saintifik1. Hal ini mempertegas bahwa al-Quran tidak
mementingkan aspek atau ilmu akhirat dan ilmu-ilmu ritual semata, seperti yang
selama ini diketahui, seperti: thaharah, percaya qada dan qadar, zakat, puasa,
Dengan mengacu pada makna agama (al-Quran) tersebut dan juga dalam
perenungan yang mendalam terhadap al-Quran dan al-hadits, terasa sekali sangat
sederhana jika Islam dilihat hanya dari sisi tauhid, fiqih, hadits, akhlak, tasawuf
dan seterusnya sebagaimana yang ada selama ini. Padahal, al-Quran dan hadits
sebagai sumber ajaran ternyata memuat keterangan, penjelasan dan petujuk yang
1
M. Quraisy Shihab, Lentera Hati, (Bandung: Mizan, Juli 1996), cet-VI, h. 32
2
M. Quraisy Shihab, Wawasan al-Quran Tafsir Maudhu’I Atas Berbagai Persoalan
Umat, (Bandung: Mizan, 1997), cet-V, hal. 3
1
2
Dalam konteks kajian ke-Islaman, sungguh suatu hal yang aneh jika isi al-
Quran yang sedemikian luas telah disimplifikasi menjadi hanya dalam beberapa
Kajian seperti tauhid, fiqih, hadis, tasawuf, akhlak dan seterusnya. Hal inilah yang
dalam praktik dan realitasnya menjadi kurang menarik. Fenomena ini tidak jarang
telah menyebabkan isi Kajian keislaman menjadi kering dan jauh dari persoalan
kehidupan dan bahkan menjadi bagian terdalam dari kehidupan manusia sehari-
hari. 3
kepada ajaran Allah SWT. dalam menjalankan kehidupan di muka bumi ini, baik
misi atau tugas tersebut tentu berbeda antara manusia satu dengan manusia yang
melewatkan sedikit pun yang menjadi kebutuhan setiap hambanya, bahkan hingga
hal-hal sekecil pun. Begitu pula hal-hal yang berkaitan erat dengan kebutuhan,
3
Zainuddin, Kesalehan normative dan sosiall,(UIN Malang: Prees, 2007), h.6
4
Achmad, et.al, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, (Surabaya:
Grasindo, Juli 2009), h. 46.
5
Hudzaifah Ismail, Tadabbur Ayat-Ayat Motivasi, (Jakarta: PT Elek Media Komputindo
Kelompok Gramedia, Februari 2010), h. 4.
3
Manusia diciptakan dan hidup di alam dunia ini dengan jalan hidupnya
yang berbeda pula dalam kehidupan sehari-hari seperti: ada hamba yang rajin
ibadah, ada yang biasa-biasa saja, bahkan ada hamba yang malas dalam
: ٧١ /(اإلسراء
)٤٨
Artinya: Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya
masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar
jalannya. (QS. Al-Isra: 84)
Seorang hamba hidup sesuai dengan kapasitas dan kadar kemampuan yang
diberikan oleh Allah untuknya7. Orang kaya diuji dengan kekayaannya, dan orang
miskin di uji dengan kemiskinannya, orang kuat diuji dengan kekuatannya, orang
lemah diuji dengan kelemahannya. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah:
Berbeda jauh dengan pengertian dan maksud ayat di atas, dewasa ini
tidak akan mendapatkan ujian, musibah atau cobaan sesuai dengan kadar
6
Sayyid Quthb, Tafsir Fî Ẕilalil Qurân, Terj. As’ad Yasin, (Jakarta: Gema Insani Press,
2002), cet.1, juz VI, h. 243.
7
M. Quraisy Shihab, Membumikan al-Quran, (Bandung: Mizan, Mei 2007), cet-XXXI,
h. 344
4
hamba pun juga berbeda-beda, hal ini tidak lepas dari faktor sekitar, seperti
budaya, etnis, bahasa, masyarakat, dan tingkah laku keseharian. Atas faktor inilah
Salah satu ajaran terpenting adalah bahwa kita selalu di uji sepanjang
hidup kita. Allah menguji keikhlasan dan keimanan kita dalam kejadian-kejadian
yang berbeda. Dia juga memberikan karunia untuk menguji hambanya apakah
kesulitan bagi kita untuk mengetahui apakah kita bersabar atau tidak.
erat oleh perubahan waktu, masa, jaman, budaya dan ilmu pengetahuan serta
SAW, untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang.
seseorang yang di dalam hatinya tidak memiliki keimanan kepada Allah SWT. ,
8
Muhammad Ash-Shayyim, Mukjizat Nabiku Muhammad SAW, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2003), cet-ke-1, hal. 17
9
Manna Khalil al-Qattan, Studi ilmu al-Quran, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa,
2004), cet-ke-1, h.13
5
serta percaya kepada-Nya, sehingga hatinya senantiasa tertutup dan dibutakan dari
kepada Allah SWT. dipelihara, tumbuh subur keimanannya, tidak memberi tempat
buat mempercayai yang lain. Hal itulah yang menjadikan jiwa mendapat sinar
serta memberikan putusan terhadap segala permasalahan, baik yang timbul pada
masa lampau maupun yang akan datang. lebih lanjut, ia juga memberikan
penjelasan yang memadai dan benar tentang hal-hal yang sebelumnya tiak
Diantara mereka ada yang muah menerima kebenaran dan ada yang sulit, ada
yang ditakirkan hidup sengsara an sebaliknya, serta ada yang dilapangkan Allah
dadanya untuk menerima cahaya Ilahi, sebaliknya ada yang dikunci mati. semua
disertai misi dan target-target tertentu bagi manusia. Demikian untuk mewujudkan
target-target yang dimaksud, maka al-Quran merasa perlu untuk menjelaskan atau
10
Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: PT Pustaka Panji Mas, 1984), juz III, h. 26
11
Muhammad Mahmud Hijazi, Fenomena Keajaiban al-Quran, (Jakarta: Gema Insani,
2010), cet-I., hal. 38-39
6
serta pemahaman pengulangan tema atau ayat-ayat yang berkaitan dengan taklif.
1. Identifikasi Masalah
berbeda?
bersifat tegas dan pasti, lantas mengapa terdapat ayat-ayat hukum yang
d. Apa maksud dan tujuan dari pengulangan yang terdapat dalam al-Quran?
kiranya penulis membatasi masalah yang akan diselesaikan dalam skripsi ini. Dari
terdapat pada poin A dan B, serta menitik beratkan pada QS. Al-Baqarah/2: 233
dan 286, QS. An-Nisa/4: 84, QS. Al-An’am/6: 152, QS. Al-‘Araf/7: 42, QS. Al-
dibahas dalam penelitian ini adalah: Penggunaan Kata Taklif Dalam al-Quran?
4. Sebagai syarat untuk mendapat gelar Sarjana pada Jurusan Tasir Hadis
Jakarta.
C. Tinjauan Pustaka
Imam Syafi’iy dan at-Thabariy pada al-Baqarah/2 :286) karya Yarsi Qomari
Anwar pada tahun 2006. Begitu pula dengan skripsi yang berjudul Eksistensi
manusia sebagai khalifah dan implikasinya terhadap taklif syariah, karya Hilwah
8
pada tahun 2003. Serta skripsi karya Iqbal Mochammad dengan judul
yang terdapat dalam al-Quran, maka posisi skripsi ini adalah menggambarkan
ayat-ayat Taklif, dalam skripsi yang berjudul “Penggunaan Kata Taklif Dalam
al-Quran”.
sebelumnya. Untuk itu penulis meneliti bagaimana penggunaan kata taklif dalam
al-Quran tersebut.
D. Metodologi Penelitian
berkaitan dengan skripsi ini, penulis melakukan penelitian dengan cara melalui
sekunder. Ada pun sumber primer yang penulis gunakan yaitu merujuk kepada
Kitab Tafsir langsung yaitu: tafsir al-Misbah, tafsir al-Maraghi, dan tafsir al-
berkaitan dengan masalah yang akan dibahas baik dari buku, jurnal, skripsi dan
lainnya.
9
2. Metode Pembahasan
Taklif. Sedangkan yang dimaksud dengan metode analisis ialah berusaha untuk
mendalam.
3. Teknik Penulisan
Ada pun teknik penulisan dalam skripsi ini, penulis mengacu pada Buku
Pedoman Akademik Penulisan Skripsai, Tesis dan Disertasi karya Tim UIN
E. Sistematika Penulisan
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan yang akan diperoleh
dari penelitian ini. Selanjutnya tinjauan pustaka atau bahan-bahan yang digunakan
subjek dan objek taklif, dimana subjek (pelaku) taklif memuat tentang term Allah
10
dan kata ganti nahnu, sedangkan objek (sasaran) taklif di dalamnya membahas
pembahasan seputar amal shalih, hak asuh anak, kadar nafkah bagi keluarga, harta
Bab keempat penutup, yang berisi uraian penutup atas penelitian ini yang
tertinggi dan nama Allah itu sendiri sudah ada di Zaman Jahiliyah, bukan saja
dikalangan Yahudi dan Nasrani melainkan dikalangan suku-suku Badui. Selain itu
ada yang mengatakan "apakah Lafadz Allah ( )اهللberasal dari perkataan orang
Arab اإللهdimana huruf hamzah dibuang, dan huruf lam yang asli bertemu dengan
huruf lam tambahan, lalu keduanya melebur menjadi satu kata dan jadilah lafadz
Allah ()اهلل.1
Di samping itu, kata itu sering terdapat dalam syair-syair dan juga nama-
nama orang di zaman pra-Islam seperti Abdullah (hamba Allah). suku-suku kafir
tertentu mempercayai suatu Tuhan yang mereka namakan Allah, dan yang mereka
percayai sebagai pencipta langit dan bumi dan pemegang pangkat tertinggi.
Sebagaimana suku-suku yang lain bahwa orang Quraisy pun sebelum mengenal
1
Abu Ja'far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), jil-1.,
hal.209
11
12
mempunyai sekutu dan suatu objek pemujaan yang jauh, sedang dalam al-Quran
(Islam) Allah tunggal tiada sekutu bagi-Nya, serta mendominasi setiap fase
keterlibatan hati dan lisan di dalam rangka mengingat keagungan dan kebesaran
halnya menyebut nama Allah dengan lisan berarti mengucap "Asmâ al Husnâ,
sekaligus memuji dan merasakan syukur kepada Allah. juga berarti memohon
sesuai dengan ketentuan syariat. Sebab seluruh perbuatan yang tidak dimulai
dengan menyebut nama Allah, berarti tidak diakui syariat. Kata Allah sendiri
merupakan isim 'alam, khusus diberikan kepada yang wajib disembah secara
disebutkan lebih dari 2679 kali dalam al-Quran. Apabila anda berkata "Allah", apa
sedangkan bila mengucapkan nama-Nya yang lain misalnya ar-Raẖ îm atau sifat-
kepemilikan-Nya. Di sisi lain tidak satu pun dapat dinamai Allah, baik secara
hakikat atau majaz, sedangkan sifat-sifat yang lain secara umum dapat dikatakan
2
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi (Mesir: Mustafa al-Babi al-Halabi,
1974), juz-I., hal 33
13
bisa disandang oleh makhluk-makhluk-Nya. Secara tegas, Tuhan Yang Maha Esa
) ٤١ : ٠٢/ (طه
Artinya: Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)
selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat
aku. (QS. Thaha: 14)
Artinya: Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada
di antara keduanya, Maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam
beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama
dengan Dia (yang patut disembah). (QS. Maryam: 65)
Ayat ini dipahami oleh para pakar al-Quran bermakna " apakah engkau
mengetahui ada sesuatu yang bernama seperti nama ini? Atau apakah engkau
mengetahui ada nama yang lebih agung dari pada nama ini? Juga dapat berarti
apakah kamu mengetahui ada sesuatu yang sama dengan Dia (yang patut
disembah)?
kesemuanya benar karena hanya Tuhan Yang Maha Esa yang wajib wujud-Nya
itu yang berhak menyandang nama tersebut, sedangkan lain-Nya tidak ada bahkan
tidak boleh. Selain itu kata Allah itu sendiri tidak terambil dari satu akar tertentu,
14
tetapi Ia adalah nama yang menunjuk pada Zat yang wajib wujud-Nya, yang
menguasai seluruh hidup dan kehidupan dan yang kepada-Nya seharusnya seluruh
Namun, ada pula yang berpendapat bahwa kata Allah asalnya adalah ()إله
Ilâh yang dibubuhi huruf alif dan lâm dan dengan demikian Allah merupakan
nama khusus disebut ulang sebanyak 111 kali dalam bentuk mufrad, ilaẖ a ini
dalam bentuk tatsniyah 2 kali dan aliẖ ah dalam bentuk jama' disebut ulang
sebanyak 34 kali, karena itu tidak dikenal bentuk jamaknya. Sedang Ilâh adalah
nama yang bersifat umum dan yang dapat berbentuk jamak (plural) ( )ألهةAlihah.
Dalam bahasa Ingris baik yang bersifat umum atau khusus, keduanya
Sedangkan kata "Tuhan" dalam bahasa Arab adalah Ilah ( )إلهdisebut ulang
sebanyak 111 kali dalam bentuk mufrad, ilaha ini dalam bentuk tatsniyah 2 kali
alif dan lâm yang dibubuhkan dalam pada kata Ilâh berfungsi menunjukan
bahwa kata yang dibubuhi itu (dalam hal ini kata Ilâh) merupakan sesuatu yang
telah dikenal dalam benak mereka adalah Tuhan Pencipta, berbeda dengan tuhan-
tuhan (alihah, bentuk jamak dari Ilâh) yang lain. Selanjutnya hamzah yang berada
antara dua lâm yang dibaca (i) pada kata ( )االلهal-Ilâh tidak dibaca lagi sehingga
berbunyi ( )اهللAllah, dan sejak itulah kata ini seakan-akan telah merupakan kata
baru yang tidak memiliki akar kata, sekaligus sejak itu pula kata Allah menjadi
nama khusus bagi pencipta dan pengatur alam raya yang wajib wujud-Nya.3
3
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Quran)
(Ciputat: Lentera Hati, 2009), cet-1, jil-1., hal.22
15
Kata "Allah" sendiri mempunyai kekhususan yang tidak dimiliki kata lain,
kekhususan berkaitan dengan rahasianya sehingga kata itulah yang dinamai Ism
Allah al-'azam (nama Allah yang paling mulia), yang bila diucapkan dalam doa,
awalnya, akan berbunyi ) (هللLillâh dalam arti milik/bagi Allah. kemudian hapus
huruf awalnya dari kata Lillâh itu akan dibaca ( )لهLahu dalam arti bagi-Nya.
Selanjutnya hapus lagi huruf awal dari kata lahu, akan terdengar dari ucapan Hû
yang berarti Dia (menunjuk Allah), dan bila ini pun dipersingkat maka akan
terdengar kata Âh yang sepintas atau pada lahirnya mengandung makna keluhan,
tetapi pada hakikatnya adalah seruan permohonan kepada Allah. karena itulah
kata Allah terucap oleh manusia sengaja atau tidak sengaja, suka atau tidak suka.4
Firman Allah:
)۹٨: ۹۹/ الزمر)....
Artinya: dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang
menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah". )QS.
Az-Zumar: 39)
Dari segi makna dapat dikemukakan bahwa kata Allah mencakup segala
jika berkata Ya Allah, semua nama-nama serta sifat-sifat-Nya telah dicakup oleh
kata tersebut. Di sisi lain jika berkata ar-Rahîm (Yang Maha Pengasih),
4
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Quran)
(Ciputat: Lentera Hati, 2009), cet-1, jil-1., hal. 21
16
sesungguhnya yang anda maksud adalah Allah, demikian juga jika berkata al-
mengganti kata Allah tersebut dengan nama-nama-Nya yang lain seperti Asyhadu
Jika menyebut nama Allah, pasti akan menjadikan hati kita tenang
:٤۹/ (الرعد
)٠٨
Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati
Allah-lah hati menjadi tenteram.(QS. Ar-Raad: 28)
Ketentraman dan ketenangan itu lahir bila anda percaya bahwa Allah
adalah penguasa Tunggal dan pengatur alam raya. Ketenangan itu akan dirasakan
memelihara segala sesuatu. Demikian itu Allah SWT. karena itu tidak heran jika
beriman agar memperbanyak zikir menyebut nama Allah, dan karena itu setiap
5
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Quran)
(Ciputat: Lentera Hati, 2009), cet-1, jil-1., hal. 24
17
Allah SWT, ada kata ganti pertama singular (anâ), dan ada kata ganti pertama
plural (nahnu), terkadang membahasakan Allah dengan kata ganti Dia (huwa), di
mana makna aslinya adalah dia laki-laki satu orang. Tetapi kita tahu bahwa Allah
SWT bukan laki-laki dan juga bukan perempuan atau banci. Kalau ternyata Al-
Quran menggunakan kata ganti Allah dengan lafadz huwa, dan bukan hiya (untuk
perempuan), sama sekali tidak berarti bahwa Allah itu laki-laki. Juga tak
terkecuali kata nahnu, yang meski secara penggunaan asal katanya untuk kata
ganti orang pertama, jamak (lebih dari satu), baik laki-laki maupun perempuan,
Sama dengan tata bahasa lainnya. Dalam ilmu bahasa arab, penggunaan
banyak istilah dan kata itu tidak selalu bermakna zahir dan apa adanya. Karena
Al-Quran adalah kitab yang penuh dengan muatan nilai sastra tingkat tinggi.
Selain kata ganti tersebut ada juga kata „antum’ yang sering digunakan untuk
menyapa lawan bicara meski hanya satu orang. Padahal makna `antum` adalah
kalian (jamak). Secara rasa bahasa, bila kita menyapa lawan bicara kita dengan
panggilan „antum’, maka ada kesan sopan dan ramah serta penghormatan
Contoh: Dalam bahasa kita ada juga penggunaan kata “Kami” tapi
hanya dia sendiri dan tidak banyak, tapi dia bilang “kami”. Lalu apakah kalimat
itu bermakna bahwa Kepala Sekolah sebenarnya ada banyak, atau hanya satu ?
Kata “kami” dalam hal ini digunakan sebagai sebuah rasa bahasa dengan tujuan
nilai kesopanan. Tapi rasa bahasa ini mungkin tidak bisa diserap oleh orang asing
yang tidak mengerti rasa bahasa atau mungkin juga karena di barat tidak lazim
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang ada pada tiap-tiap diri
hamba-Nya. Oleh karenanya bentuk penggunaan kata ganti kami bukan tanpa
alasan atau sebab begitu saja tanpa adanya maksud tertentu yang tersirat. Ada pun
maksud dari penggunaan kata ganti kami yang terdapat dalam al-Quran bertujuan
untuk:
selain peristiwa itu sendiri yang bernilai besar, Allah sendiri ingin
3. Kata ganti Tuhan (Allah) dalam al-Quran berbentuk tunggal dan jamak, itu
kata ganti tunggal 'Aku' yang dipilih, itu artinya bahwa hanya Dia, dan
tidak ada campur tangan pihak lain, yang terlibat dalam tugas penciptaan
Quran dan sebagainya, digunakan kata ganti jamak 'Kami', itu berarti
bahwa benar Dialah yang pada tingkat hakiki menurunkan rejeki, namun
8
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, al-Aqidah at-Tadmuriah (Beirut: ttp, tth), hal. 109.
20
pula mewakili seseorang yang agung. Sebagaimana dilakukan oleh sebagian raja
apabila mereka mengeluarkan keputusan atau ketetapan, maka dia berkata, “Kami
tetapkan” atau semacamnya, padahal dia yang menetapkan itu hanyalah satu
Dengan kata lain ketika Allah menggunakan kata “Kami”, pada saat itu
tempat yg lainnya dalam Al-Qur‟an, Allah ingin menegaskan bahwa semua tanda-
yang penuh dengan muatan nilai sastra tingkat tinggi, tak heran jika dalam hal ini
al-Quran pun sering terdapat perubahan dan pengulangan di sebagian ayatnya dari
segi bentuknya, yaitu penggunaan kata kerja, baik fi'il madhi atau fi'il mudhari.
21
Penggunaan kata kerja masa lampau (fi'il mâdhi) dan kata kerja masa kini (fi'il
mudha'ri) pun mengandung pemahaman yang jauh berbeda. Kata kerja masa
lampau, misalnya menunjuk kepada peristiwa yang terjadi pada masa lampau,
sedangkan kata kerja masa kini menunjuk kepada peristiwa yang terjadi secara
berulang-ulang.9
Berdasarkan kaidah yang demikian pula, maka para ulama memahami lafal
yarzuqu dalam kalimat di atas, bahwa Allah memberikan rizki kepada makhluk-
rizki itu telah menjadi perilaku-Nya secara terus menerus. Itulah sebabnya Allah
di sebut Razzâq. Dalam ayat 58 di Dzariyat
Dengan begitu dapat dimengerti bahwa Razzâq atau Râziq adalah sifat
sikap yang menetap pada dirinya. Contoh lain yang sejalan dengan ini, misalnya
kosa kata infâq. Dalam al-Quran dalam rangka mendorong umat agar berinfak
تىفقون, يىفقونdan lain-lain, tidak menggunakan isim (kata benda). Itu berarti kata
9
Al-Suyûthi, al-Itqan Fî Ulûm Quran (Beirut: Dâr al-Fikr, tth), Juz-II., hal. 322
22
berinfak harus dilakukan secara berulang kali dan berkesinambungan secara terus
menerus, misalnya Allah berfirman: مثل الذيه يىفقون أموالهم في سبيل اهلل كمثل حبة
...أوبتت سبع سىا بل. Allah tidak berkata مثل المىفقيهkarena yang dikehendaki ialah
agar mereka berinfak secara berulang-ulang dan terus menerus dan sifat mau
berinfak itu tidak perlu menyatu dalam diri mereka secara menetap. Berbeda
dengan iman, takwa, syukur dan lain-lain. Bentuk kosa kata tersebut dalam fi'il
secara berulang-ulang tapi belum merupakan sifat yang menyatu dalam diri
pelakunya, serta pemakaian kata kerja masa lampau (fi'il mudhari) pula tidak
peristiwa pada masa lampau. Pemakaian kata kerja pada masa lampau juga
bahwa peristiwa itu pasti akan terjadi, cepat atau lambat dan tidak dapat ditolak
oleh siapapun.11 Apabila suatu ayat menggunakan fiil mudhari tetapi yang
dan itu berarti kata tesebut memiliki makna yang menjadi fokus utama ayat al-
10
Nashruddin Baidan, Wawasan Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), cet-1.,
hal. 322-323
11
Nashruddin Baidan, Wawasan Ilmu Tafsir , hal. 325
12
Rachmat Syafe'I, Pengantar Ilmu Tafsir, (Bandung: Pustaka Setia, 2006) hal.,239
23
Dari uraian di atas jelaslah bahwa pemakaian satu lafal dalam al-Quran
bukan secara kebetulan, melaikan sengaja dibuat dengan sedemikian rupa agar
membawa pesan yang dimaksud dengan tepat dan mengenai sasarannya dengan
jitu dalam membingbing umat ke jalan yang benar demi memperoleh kebahagian
1. nafs
Kata nafs ( )وفسdalam bentuk mufrad disebutkan 77 kali tanpa idhâfah dan
65 kali dalam bentuk idhâfah. Kata tersebut terdapat dalam surat al-Baqarah ayat:
48, 233, 281, 286, 30, 185; surat al-Imrân ayat: 25, 28, 93; surat an-Nisa ayat: 1,
79, 83 dan lain-lain. Kata nafs dalam bentuk jamak mengikuti pola (wazan af'al)
dalam al-Quran disebutkan 184 kali, diantaranya ialah, al-Baqarah ayat: 155, an-
Kata nafs adalah bentuk mashdar. Kata ini diderivasi dari kata nafusa-
pengertian mata, jahat, jasad, darah, tubuh, semangat, hasrat, kehendak, pendapat,
kemuliaan, hawa, hisapan, mufakat, orang, ruh, tegukan, model, ruh, akal, zat, dan
esensi.15
Dari pendapat Ali Atabik, kata nafs tampaknya memiliki banyak makna.
Dengan kata lain jenis kata tersebut dapat dikatakan sebagai jenis kata musytarak
lafdhi atau sebuah kata yang memiliki banyak makna. Ar-Râghib al-Ashfahâni,
menjelaskan kata nafs dengan memberikan padanannya yaitu dengan kata rûh.
dengan ruh, tubuh, nyawa, diri seseorang, darah, niat, orang dan kehendak16.
Ibrahim Anis dalam Mu'jam al-Wasith memaknai kata nafs dengan kata ruh,
seperti dalam kalimat kharajat nafsuhu (ruhnya keluar) artinya ia telah mati.17
Manurut Abu Husen Ahmad bin Faris bin Zakariya kata nafs berasal dari kata
huruf nun-fa, dan sin. Kata ini mengandung pengertian bagaimana keluarnya
sesuatu yang lembut seperti, angin dan sebagainya ruh dan darah.18
seperti nafs, anfus, nufûs, tanâfasa, yatanâfasu, dan mutanâfisan. Kata nafs dalam
bentuk kata kerja hanya disebutkan dua kali. Satu dalam bentuk fi'il mâdhi, dan
yang satu dalam bentuk fi'il mudhâri. Kedua kata nafs tersebut sudah mengalami
perubahan pola (wazan) atau telah mengalami proses afiksasi yaitu tanaffasa
15
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, al-Mu'jam al-Ashri, (Yogyakarta: Pondok
Pesantren Krapyak, 1999), hal. 1932-1933., Lihat Muhammad Idris Abd al-Rauf al-Marbawi Idris
al-Marbawi, Juz-1, karya (Indonesia: Karya Insani), hal. 334
16
Ar-Raghib al-Ashfahani, Mu'jam Mufradat al-Fadl al-Quran (Beirut: Libanon, Dâr al-
Fikr, tth), hal. 522
17
Abdul Khamid Zahwan, Kamus al-Kamil: Arab-Indonesia-Arab (Maktabah wa
Mahbaah Usaha Keluarga: ttp, tth), hal.549
18
Ibrahim Anis, al-Mu'jam al-Wasith (Maktabah wa Syirkah Makhfa al-Babi al-Halabi
wa Awladuhu: ttp, 1972), cet-II, Juz-II., hal. 360
25
nafas dan bersenang diri.19 Ibn Mandhûr memaknai kata tanaffasa dengan
menyukai.21
Adapun kata nafs yang mengalami perubahan bentuk hanya satu kata yaitu
26. Secara leksikal kata tersebut merupakn bentuk ism fa'il dan fi'il mâdhi تىافس
kata itu berasal dari kata nafasa dan nafisa tetapi kata jadian tersebut terlalu jauh
Ada pula kata jamak dimana suatu benda yang berjumlah dua atau lebih.
Dalam pendekatan semantik jika sebuah kata berbentuk jamak, tetapi belum
bergabung dengan kata lain maka tetap disebut kata tunggal. Semua kata nafs
sudah bergabung dengan kata lain). Kata nafs dalam al-Quran yang menunjukan
jumlahnya lebih dari dua disebutkan sebanyak 160 kali. Al-Quran menyebutkan
dua kali dalam bentuk nufûs yang mengikuti pola bentuk jamak ( )فعولdalam
bahasa Arab seperti dalam surat at-Takwir ayat 7 dan al-Isra ayat 25; dan 158
dalam bentuk anfus mengikuti pola bentuk jamak ()أفعل. Seperti di bawah ini:
19
Abdul Khamid Zahwan, Kamus al-Kamil: Arab-Indonesia-Arab (Maktabah wa
Mahbaah Usaha Keluarga: ttp, tth), hal. 549
20
Ibn Mandzur, Lisân al-Arab (Dâr al-Ma'arif: ttp, tth), jil-VI.,hal. 237
21
Muhammad Abd al-Lathif al-Sabaki, al-Mukhtâr min Shihhah al-Lughah, hal. 533
22
Muhammad Abd al-Lathif al-Sabaki, al-Mukhtâr min Shihhah al-Lughah, hal. 533
26
)٠٦ :٤۷/(االسراء...
...
)٠۹۹:٠/(البقراة
Pada surat al-Baqarah ayat 233 dan 286 di atas kata nafs mengandung
pengertian "individu" manusia dalam arti fisik manusia dari sisi luarnya dan psikis
manusia dari sisi dalamnya. Karena secara konteks linguistik kata nafs salah satu
kata yang menjadi unsur kalimat dari dua struktur kalimat yaitu "la tukallafu
nafsun ila wus 'aha" dan struktur kalimat "la yukallifullahu nafsan ilâ wus 'aha"
kata nafs pada kedua struktur di atas berfungsi sebagai pergerakan manusia.
)٨١:١/(النساء …
'illa nafsaka". Kata nafs bermakna kewajiban dalam ayat ini, karena berkaitan
dengan asbâb an-nuzûl dan sejarah ayat ini diturunkan. Berdasarkan konteks
sejarahnya, ayat ini muncul karena merupakan perintah Allah kepada Nabi
Muhammad SAW untuk pergi berperang ke Badar kubrâ. Ayat ini berhubungan
27
)٥:٤٦٠/ )االنعام....
Makna kata nafs pada surat al-An'am ayat 152 di atas adalah bermakna
manusia dari sisi dalam dan sisi luarnya. Manusia dari sisi luarnya adalah akal dan
dari sisi luarnya adalah fisik. Kata nafs mengandung makna demikian karena
berkaitan dengan struktur kalimat sebelum dan sesudahnya, yaitu wa aufû al-kaila
kemampuan fisik.
mencakup: kata nafs konteks sejarah seperti dalam surat an-Nisa ayat 84,
maknanya adalah perintah Allah kepada Rasul untuk berperang. Selain itu kata
nafs bisa berarti budaya (tsaqâfi) seperti dalam surat al-Maidah ayat 32
Artinya: Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil,
bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena
28
orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan
dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia
seluruhnya. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang
manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia
semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul
Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian
banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas
dalam berbuat kerusakan dimuka bumi. (QS. Al-Maidah: 32)
Disadari atau tidak, wujud Tuhan (Allah) pasti dirasakan oleh jiwa
manusia baik redup, atau pun benderang. Manusia menyadari bahwa suatu ketika
dirinya akan mati. Kesadaran ini mengantarkannya pada pertanyaan apa yang
Wujud Tuhan (Allah) yang dirasakan, serta hal kematian, merupakan dua
dari sekian banyak faktor pendorong manusia untuk berhubungan dengan Tuhan
dan memperoleh informasi yang pasti. Namun, tidak semua manusia mampu
tertentu, atau untuk seluruh manusia di setiap waktu dan tempat. Mereka yang
mendapat tugas itulah yang dinamai Nabi (penyampai berita) dan Rasul (utusan
Allah).23
23
M. Quraish Syihab, Wawasan al-Quran (Tafsir Maudhu'I atas Berbagai Persoalan
Umat), (Bandung: Mizan, 1997), cet-V., hal. 41
29
seorang tokoh agung yang dilahirkan dalam lingkungan masyarakat jahiliah dan
paganis di Jazirah Arab. Dia adalah Muhammad bin „Abdullah, rasul terakhir. Al-
Quran menyebutkan secara tegas nama dua puluh lima Nabi dan Rasul 18 kali,
Allah:
sebutan yaitu Muhammad dan Ahmad. Sebutan Nabi dengan nama Muhammad
terulang 4 kali, sedangkan Ahmad hanya disebutkan satu kali. Kalau mengamati
nama Nabi Muhammad, maka sebenarnya akar katanya terambil dari kata َحَمَد,
kata itu disusun dengan 4 huruf yaitu, ẖ a, mim (sukun), mim (fathah) dan dal.
30
Ketika menghitung nama Nabi dengan Muhammad SAW terulang sampai 4 kali
sungguh ini berarti tepat dengan jumlah huruf dari akar katanya. Tapi walaupun
seperti itu Nabi Muhammad SAW. juga disebutkan dalam al-Quran dengan nama
Ahmad dan itu terulang hanya satu kali. Tepatnya 4 di tambah 1 jumlahnya 5, itu
juga berarti sesuai dengan jumlah huruf nama beliau ketika ditulis dengan bahasa
Arab yakni محمد, mim (dommah), ẖ a (fathah), mim (sukun), mim(fathah) dan dal
(sukun).24
Nama Muhammad dalam Al-Qur‟an dapat kita temui dalam 4 ayat sebagai
berikut:
)
)١١١ :۹/االعمران
Artinya: Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah
berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika Dia wafat atau
dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik
ke belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah
sedikitpun, dan Allah akan memberi Balasan kepada orang-orang yang
bersyukur.(QS. Al-Imran: 144)
24
http://infosyiah.wordpress.com/2007/04/06/nama-nabi-muhammad-saw-dalam-al-
quran/
31
Dan nama sebutan Ahmad untuk Nabi Saw dapat di baca dalam surat As-
)٦ :٥٤/ (الصف….
Artinya: dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil,
Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab
sebelumku, Yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan
(datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya
Ahmad (Muhammad)." (QS. Asy-Shaff: 6)
Baik kata Ahmad atau Muhammad sebenarnya artinya sama yaitu yang
dipuji atau terpuji. Bagaimana ketika Allah SWT memanggil Nama Nabi
Tapi Allah Swt memanggilnya dengan kata “ Wahai Nabi , Wahai Rasul , Wahai
Orang Berselimut” dan lain-lain25. Bahkan dalam Al-Qur‟an Surat an-Nur Ayat
kalau kekasihnya itu di samakan panggilannya dengan yang lain. Firman Allah:
)٥۹ : ٠١/ )النور
adalah nama yang dipilih oleh Allah untuk Rasulullah saw”. dalam tafsir al-
Amtsal disebutkan: “nama Muhammad adalah nama yang dipilih oleh Abdul
25
M. Quraish Syihab, Wawasan al-Quran (Tafsir Maudhu'I atas Berbagai Persoalan
Umat), (Bandung: Mizan, 1997), cet-V., hal. 55
33
Muthallib, kakek Rasulullah untuk beliau, sedangkan nama Ahmad adalah nama
yang dipilih oleh Aminah, ibu Rasulullah untuk beliau. Demikian juga Abu
Muhammad berasal dari kata Hamd, yang berarti pujian. Ahmad adalah orang
yang paling banyak memiliki pujian Ilahi di antara semua makhluk. Muhammad
adalah nama Rasulullah di bumi dan Ahmad adalah nama beliau di langit.
Kata Nabi dan Rasul banyak disebutkan dalam ayat-ayat al-Quran. Yang
paling banyak disebutkan untuk beliau adalah "Nabi" yakni orang yang
terangan. Sedang "Rasul" adalah seorang nabi juga memiliki tugas menyampaikan
ajaran ilahi mengajak untuk memeluk agama Ilahi. Kerasulan dan kedudukan
Oleh karena itu, kelebihan Nabi Muhammad atas nabi-nabi lainnya adalah
Allah tidak memanggil beliau dengan nama, sedangkan nabi-nabi yang lain
dipanggil dengan nama, seperti “Ya Musa! Ya Daud! Dan lain-lain. Tetapi beliau
akan kemutlakan beliau sebagai hamba. Menjadi hamba Allah secara mutlak
kesempurnaan maknawi.
BAB III
DAN APLIKATIF
A. Amal Ibadah
Penyakit jiwa yang saat ini merajalela diseluruh dunia adalah karena
manusia mengabaikan kebutuhan ibadah. Jumlahnya tidak dapat kita duga, tetapi
begitu jelas dan nyata. Naluri untuk bertobat dan beribadaah termasuk salah satu
fenomena spiritual manusia yang paling purba, bertahan lama, dan paling
dimana saja manusia hidup disana pasti ditemukan jejak-jejak praktik peribadatan
disertai dzikir dan melantunkan puja-puji hingga pada puncaknya mereka larut
dalam ketundukan dan kekhusuan sakral, tenggelam dalam irama dzikir dan
mereka menyembah batu dan kayu, lalu akhirnya menyembah dzat Ajali yang
Islam sebuah kata bahasa Arab yang berarti pasrah kepada Allah SWT.
Agama yang mendatangkan kedamaian bagi umat manusia apabila mereka mau
35
36
kepastian adanya yang memberi atau melimpahkan beban kepada pihak yang
serta merta berupa tanggungan yang harus dilaksanakan dan berhubungan dengan
pemberi beban dalam hal ini Allah SWT. dan penerima (hamba), tetapi terkadang
perintah yang datang itu juga berkaitan antar sesama. Dengan kata lain taklif
disini secara tidak langsung memiliki hubungan antar manusia dengan Tuhan-Nya
(Hablum min Allah), dan hubungan antar sesama manusia (Hablum min an-Nass).
)٢۸٦: ٢/ (البقراة...
seorang tidak keluar dari tiga kemungkinan; pertama, mampu dan mudah
1
Khurshid Ahmad, Pesan Islam (Bandung: Pustaka, 1983), cet-1., hal.3
37
dilaksanakan, kedua, sebaliknya tidak mampu dia laksanakan, dan ketiga, dia
mampu melaksanakannya tapi dengan susah payah dan terasa sangat berat.2
Artinya dalam hal ini kewajiban yang diterima seseorang dari Tuhannya itu,
merupakan sesuatu yang dapat dipikul dan dilaksanakan dengan baik apabila dia
keras.
Selain itu Abu Ja'far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari dalam tafsirnya
mengatakan: orang yang membenarkan Allah dan Rasulnya, serta mengakui dan
membenarkan apa yang dibawa dan disyariatkan akan menjalankan apa yang
Allah SWT. perintahkan kepada mereka dengan menaati dan menjauhi apa yang
amal-amal kepada satu jiwa pun kecuali yang sanggup dilakukannya sehingga
tidak memberatkannya.3
muslim tak peduli dibagian dunia manapun ia hidup adalah mempraktikan ibadah
yang teratur di dalam kehidupannya.4 Ibadah itu sendiri berarti merendahkan diri
2
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, jil. 1.,
cet. 1., hal. 751
3
Abû Ja'far Muẖammad bin Jarir ath-Ṯabari, tahqiq: Ahmad Abdurraziq al-Bakri,
Muẖammad Adil Muẖammad, Muẖammad Abdul Latif Khalaf, Maẖmud Mursi Abdul Hamid,
Tafsir ath-Ṯabari (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), jil. 11., hal. 107
4
Suzanne Haneef, Islam dan Muslim (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993), cet-1., hal. 229
38
Ibadah dalam Islam itu sendiri merupakan cara untuk mensucikan jiwa dan
amal perbuatan manusia sehari-hari. Dasar ibadah ialah kenyataan bahwa manusia
adalah makhluk Allah SWT. dan karenanya juga budak Allah SWT, pencipta dan
Raja kepada siapa manusia ditakdirkan untuk kembali. Jadi berpalingnya manusia
kepada Allah SWT, dalam komuni yang intim, penuh hormat, dan dalam
semangat pengabdian serta penyerahan yang rendah hati ini disebut Ibadah.6
Allah telah memberikan peringatan kepada kita, bahwa hidup di atas dunia
ini tidak lain hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. atau dalam bahasa
Firman AllahSWT :
)١٣ :۹/ (التوبت
5
Iftitah Jafar, Konsep Ibadah dan Dakwah dalam al-Quran (Yogyakarta: Cakrawala,
2009), cet-1., hal. 103
6
Khursid Ahmad, ISLAM: Its Meaning and Message, Pesan Islam, Terj. Achsin
Mohammad (Bandung: Pustaka, 1983), hal. 126
39
gerak-gerik kita hidup di dunia ini hendaklah didikan ibadah kepada Allah SWT.
semata-mata. Supaya hidup kita lebih berharga, tidak terbuang secara percuma.
pemeluk Islam yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat, akalnya sempurna
dapat berfikir dengan baik, baligh, mumayyiz (mampu membedakan mana yang
baik dan buruk, serta dapat memahami dengan baik apa yang diterima dari lawan
bicaranya itu, maka seketika itu pula telah di kenai beban untuk melaksanakan
ibadah secara sempurna. Seluruh hukum syar'i yang berkenaan dengan perintah
atau larangan yang datang dari Allah SWT. dan Rasul-Nya wajib untuk dipatuhi
dan ditaati. Dari pengertian tersebut dapat ditarik pemahaman bahwa tidak
seorang pun boleh menyangkal bahwa dia tidak mampu, sesungguhnya Allah
individu atau kelompok untuk dapat memikul beban yang diberikannya, tanpa
harus berdalih dia tidak cukup mampu untuk menerima beban yang dihadapinya.
Oleh karena itu tidak satu pun anjuran dan perintah-Nya yang tidak
bernilai ibadah. Bahkan menurut Islam, setiap aktivitas manusia yang sesuai
7
Ahmad Thib Raya, Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk-Beluk Ibadah Dalam Islam
(Jakarta: Prenada Media, 2003)cet-1., hal. 141
40
diarahkan pada amal shalih berarti memandang materi, harta, pangkat, jabatan,
dan lainnya adalah alat untuk mencapai tujuan hidup yang diridhai Allah SWT.
Sikap demian sangat terpuji di sisi Allah SWT, karena mengikuti, patuh, dan taat
atas setiap perintah dan larangan yang diberikan-Nya. Firman Allah SWT:
) ١۸: ٢/ )البقراة …
milik manusia, tidak ada makhluk lain yang menyandang kemampuan ini,
sehingga hanya manusia sajalah yang dapat secara bebas menentukan perbuatan
dan masa depan. Hal ini karena manusia memiliki kemampuan insani yang
istimewa, kemampuan yang paling penting, yakni daya nalar yang luar biasa
Perlu diingat kewajiban-kewajiban moral yang berupa taklifi dari Tuhan adalah
mustahil jika tanpa disertai tanggung jawab. Bagaimanapun juga ia akan diminta
8
Murtadho Munṯ ahari, Perspektif Islam Tentang Manusia dan Agama, Terjemahan,
(Bandung: Mizan, 1995), cet-7., hal. 138
41
syarat mutlak dan mesti dari kewajiban moral.9 Firman Allah SWT:
)٢۸٦: ٢/ … (البقراة
Melihat ayat di atas pula al-Maraghi lebih melihat pada kemurahan atas
sifat Allah SWT. bukan karena ketidak berdayaan manusianya. Hal ini dapat
terlihat jelas dalam kitaf tafsirnya yaitu,10 "bahwa faktor penyebab tidak adanya
hukuman karena lupa dan bersalah, hal ini dikarenakan mendapat ampunan dari
Allah SWT. Dan faktor tidak adanya pembebanan kewajiban yang berat adalah,
Baik itu ibadah yang berupa lafdziyah atau pun ibadah berupa tindakan
amaliyah11 jika menilik pada pemahaman ayat di atas maka setiap tindakan yang
firman Allah
9
Ismail Raji al-Faruqi, Tauhid, terj. Rahmani Astuti (Bandung: Pustaka, 1988), cet-1.,
hal. 13
10
Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, terj.Bahrun Abu Bakar, Hery Noer
Aly, Anshori Umar Sitanggal, juz-1, 2, 3., cet-2., hal. 152
11
Ibadah lafalz adalah rangkaian kalimat dan dzikir yang diucapkan dengan lidah seperti,
hamdalah, al-Quran, dzikir dalam sujud, ruku dan tahiyat shalat, atau membaca talbiyyah
dalam ibada haji. Sedangkan ibadah amal adalah seperti ruku dan sujud dalam shalat,
wukuf di padang Arafah dan tempat-tempat suci lainnya dan thowaf. Dan kebanyakan
ibadah dalam Islam merupakan perpaduan antara ibadah lafadz dan amal seperti shalat
dan haji.
42
Dalam konsepsi Islam itu sendiri, ibadah merupakan kerangka umum bagi
setiap ajarannya. Jika ibadah dilaksanakan dengan baik, sebagai imbasnya, baik
pula kehidupan moral dan sosial seseorang. Sebaliknya jangan pernah percaya
bahwa seorang punya kehidupan moral dan sosial yang baik, sementara ibadahnya
berantakan seperti masalah kebanyakan dewasa ini yaitu: pelajar yang melakukan
tindakan criminal yang merajalela, membunuh antar sesama, dan lain sebagainya.
Jika kita melihat banyak orang melakukan ibadah, tetapi belum dapat
memunculkan sikap dan prilaku terpuji serta kebersihan jiwa, maka sebenarnya
perbuatan ibadahnya itu belum dapat dikatakan sesuai dengan ibadah dalam
pengertian sebenarnya, yaitu senantiasa mawas diri dan taqarrub kepada Allah
SWT.13
bila sebagian manusia menyerah dan berdalih, "ibadah itu tidak mudah. Hal ini
dikarenakan disatu sisi kita punya urusan menyangkut keluarga, istri, dan anak-
12
http://www.organisasi.org/1970/01/faktor-penyebab-alasan-seseorang-memakai-
menggunakan-narkoba-narkotika-zat-adiktif.htm
13
Abuddin Nata, Kajian Tematik al-Quran Tentang Fiqih dan Ibadah (Bandung:
Angkasa, 2008), cet-1., hal. 51
43
pribadi maupun dalam bermasyarakat. Akan lebih baik jika sesorang mukmin
mengerjakan sesuatu yang diperintahkan oleh Allah SWT. dan Rasulnya untuk
dibiarkan begitu saja, sehingga ia berbuat sesuai dengan hawa nafsunya serta
mengabaikan petunjuk yang telah digariskan oleh al-Quran melalui risalah Rasul
adalah keliru. Sungguh syariat Allah SWT. tidak membebani seseorang di luar
dirinya. Semua kewajiban dari Allah SWT. ada dalam kesanggupan manusia dan
kekuatannya. Dia lah yang akan membalas hamba pada hari kiamat.15
B. Menyusui Anak
Islam adalah agama yang sempurna, kesempurnaan itu dapat dilihat salah
satunya dibuktikan dengan nilai dan prinsipnya yang ditetapkan untuk mengatur
kehidupan dirinya dengan orang lain, alam sekitar dan kehidupan yang mengatur
14
Al-Ghazali, Menjadi Muslim Ideal: Meletakan Islam Sebagai Petunjuk dan Penerang
Kehidupan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), cet-2., 125-126
15
Muhammad Ali ash-Sabuny, Cahaya al-Quran Tafsir Tematik, terj, Kathur Suhardi
(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001), cet-1., hal.398
44
Pernikahan itu sendiri merupakan komitmen dua belah pihak, antara suami
dan istri untuk menjalani kehidupan bersama dengan membentuk keluarga. Untuk
membentuk keluarga maslahah perlua ada niat dan usaha dari kedua belah pihak,
anak. Dengan adanya anak berarti hubungan dan relasi dalam berkeluarga
bertambah, tidak hanya suami dan istri, tetapi juga antara orang tua dan anak.
Sebagaimana antara suami dan istri, relasi antara orang tua dan anak juga diatur
dalam Islam.
Adanya pengaturan kewajiban dan hak antara orang tua dan anak pada
membentuk keluarga harmonis dan bahagia. Kasih sayang antara orang tua dan
anak pada dasarnya adalah fitrah manusia, bahkan fitrah dari seluruh makhluk
hidup di Bumi ini, tidak terkecuali binatang ganas sekalipun tentu akan
mencari dan memberi nafkah kepada istri dan anaknya, sedang kasih sayang ibu
16
Tafsir al-Quran Tematik: Membangun Keluarga Harmonis (Departemen Agama RI,
2008), jil-3., cet-1., hal.115
45
kepada para ibu agar senantiasa menyusui anak-anaknya secara sempurna, yakni
dua tahun sejak kelahiran sang anak. Kedua, kewajiban ayah memberi makanan
dan pakaian kepada para ibu yang menyusui dengan cara yang baik. Ketiga,
diperbolehkannya menyapih anak sebelum dua tahun asalkan dengan kerelaan dan
merasakan kodrat ini. Pada kodrat inilah cinta kasih sayang dan perlindungan
seorang perempuan serta seorang ibu kepada anaknya terbentuk. Di dalam organ
karenanya bagi setiap perempuan yang bisa menjaga dengan baik sesuai dengan
perintah Allah SWT. dan Rasul-Nya, maka kemuliaan diri dan surga menjadi
miliknya.
Terlepas dari alasan kesehatan, anak tidak mau disusui ibunya, dan alasan
lain yang dibenarkan secara syar'i, seorang ibu harus menyusui anaknya.
Sedangkan tujuan lain yang mengandung motivasi nafsu duniawi dan syahwat,
menarik perhatian dari lawan jenis, dan lain sebagainya adalah alasan yang
Sang ibu wajib menyusukan anaknya kalau memang dia ditentukan untuk
itu, apabila tidak ada wanita lain yang mengambil alih tugas menyusui anak
tersebut atau bayi itu tidak mau menyusu kecuali kepada ibunya saja, atau sang
ayah dan bayi itu tidak memiliki harta yang cukup untuk membayar upah wanita
lain yang akan menyusukan, dan juga tidak ada wanita lain yang mau menyusukan
17
Ahmad Husain Ali Salim, Terapi al-Quran: Untuk Penyakit Fisik dan Psikis Manusia,
terj. Muhammad al-Mighwar (Jakarta: Asta Buana Sejahtera, 2006), cet-1., hal. 56
18
Zakariya Ahmad al-Barrya, Hukum Anak-Anak dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang,
1977), cet-1., hal. 43
47
Seorang ibu bertugas menyusukan anaknya dengan air susu yang terjadi
segera setelah lahirnya anak itu; karena anak itu akan menjadi kuat dan tegap
badannya dengan meminum air susu permulaan itu. Adapun pada hari-hari
berikutnya, maka si ibu tidak lagi wajib menyusukan anaknya itu, baik ia berstatus
sebagai istri yang resmi, atau pun yang telah diceraikan dan ada wanita lain yang
akan menyusuknya, maka si ibu wajib menyusukan anak itu untuk selanjutnya
sampai disapih, baik statusnya sebagai istri yang resmi ataupun yang telah
diceraikan.
Kata al-walid itu sendiri dihubungkan dengan kata yurdi'na yang terdapat
dalam ayat 233 surat al-Baqarah mengandung arti umum, yakni semua perempuan
penggunaan al-Quran berbeda dengan kata ummah yang merupakan bentuk jamak
dari kata um. Kata ummah biasanya digunakan untuk menunjukan kepada para
ibu kandung, sedangkan kata al-walid maknanya ialah para ibu, baik ibu kandung
atau bukan.20
Selain itu perempuan yang diwajibkan menyusui anaknya adalah ibu yang
telah dicerai, khususnya cerai bain dan budak. Adapun jika ibu anak itu masih
berstatus istri walau telah ditalaq secara raji', maka kewajiban memberi makan
dan pakaian adalah atas dasar hubungan suami istri, sehingga bila mereka
19
Muẖammad ibn Asyr, al-Taẖrir wâ al-Tanwir (Tunis: Dâr Sahnun Linnasy wâ al-
Tawzȋ, tth), hal.429
20
M. Qurais Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, jil-1., hal.
470
48
menyusui anaknya dengan cara mencarikan ibu susuan untuk anaknya, kecuali
Oleh karenanya bagi seorang ibu yang berkeinginan menyusui, tidak dapat
dihalangi. Hal itu merupakan salah satu haknya dan juga hak anaknya. Untuk
kebutuhan mereka yang berkaitan dengan penyusuan. Hal ini dikarenakan sudah
sumberdaya manusia yang berkualitas, generasi penerus yang lahir sebagai anak
yang cerdas berawal dari masa prenatal atau sebelum kelahiran yaitu kehamilan,
Makna ayat ini seorang istri tidak dibebani untuk bersabar dalam menerima upah
yang minim dan suami tidak dibebani untuk mengeluarkan nafkah di luar batas
dalam hal ini suami dipersilahkan untuk memilih hak menyusukan anaknya
21
Muẖammad Abduh, Tafsir al-Manar (Mesir: ttp, 1914), hal. 409-410
22
Syaikh Imam al-Quṯubi, Tafsir al-Qurṯubi, terj. Fathurrahman, Ahmad Hotib, Dudi
Rasyadi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), cet-1., jil-3., hal.349
49
meyerahkan kepada orang lain. Dalam hal ini Allah SWT. tidak memberikan
syarat upah yang tertentu, dan ada orang lain yang mau menyusukannya secara
gratis, atau dengan syarat upah lebih sedikit dari upah yang diminta oleh ibunya,
maka dalam hal ini si ibu tidak lagi diutamakan untuk menyusukan anaknya itu.
Dan tugas menyusukan diserahkan kepada wanita lain yang mau menyusukan
menyusukkan anak ialah memberi makanan yang bergizi sempurna kepada anak
yaitu, air susu wanita yang sesuai dengan si anak dalam umur seperti itu. Selain
itu kesejahteraan anak dapat diwujudkan dengan cara memberi makanan yang
bergizi, tanpa memberatkan sang ayah dengan paksaan membayar upah yang
istrinya karena hanya untuk kepentingan anak laki-lakinya, padahal istrinya tidak
menginginkan kesulitan itu.24 Jika sudah seperti ini maka sang ayahlah yang
menyusukan anak itu sama dengan pemberian nafkah, sedang pemberian nafkah
23
Zakariya Ahmad al-Barrya, Hukum Anak-Anak dalam, cet-1., hal. 46
24
Abdurraẖman Jalaluddin al-Suyuti, al-Dûr al-Manar fî tafsir al-Manâr (Beirut: Dar al-
Fikr, 1993), jil-1., hal. 681
50
mereka mempunyai anak yang telah lahir sebelum jatuh talaq atau lahir setelah
jatuh talaq dengan adanya senggama sebelum jatuhnya talaq tersebut, menyusui
anak-anak mereka sebab ibu lebih berhak dari yang lain. Dan ini bukanlah
perintah yang wajib hukumnya bagi ibu. Namun jika masih ada bapak yang masih
hidup dalam keadaan lapang, sebab ayat lain menyebutkan: " Jika kamu menemui
)٦:٦٥/(الطالق
Ayat ini menjelaskan jika kedua orang tua kesulitan memberikan upah
maka perempuan lain bisa menyusuinya, dan tidak diwajibkan bagi ibu untuk
anak-anaknya selama dua tahun". Merupakan dalil batas menyusui ketika kedua
orang tua tersebut berselisih dalam batas masa tersebut maka ditentukan batas
25
Abû Ja'far Muẖmmad bin Jarir ath-Ṯabari, tahqiq: Aẖmad Abdurraziq al-Bakri,
Muẖammad Adil Muẖammad, Muẖammad Abdul Latif Khalaf, Maẖmud Mursi Abdul Hamid,
Tafsir ath-Ṯabari, jil. 4., hal. 2
51
SWT, maka Allah SWT. menyediakan pahala dan kemuliaan bagi perempuan atau
seorang ibu yang melakukannya. Karena menyusui itu sendiri adalah tanggung
yang besar. Ini sama halnya dengan seperti rasa sakit saat haid, mengandung dan
keimanan kepada Allah SWT. Seorang muslimah yang menyusui anaknya secara
sadar pasti menjaga dirinya untuk tidak meng konsumsi makan, minum yang
Suami memiliki kewajiban yang telah Allah tetapkan dan begitu urgen,
sekaligus sebagai hak istri yang wajib untuk dipenuhi. Memberikan nafkah kepada
istri dan anak adalah merupakan salah satu kewajiban seorang suami dalam
keperluan makan, pakaian, dan perumahan serta lain-lain yang bersifat ekonomis,
juga diharuskan memberikan nafkah baik itu nafkah berupa pendapatan atau pun
52
nafkah batin kepada istri. Secara lengkap dan menyeluruh. dengan cara
)۹:٦٥/(الطالق
Artinya:Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi
nafkah dari harta yang diberikan Allah SWT. kepadanya. Allah SWT.
tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang
Allah SWT. berikan kepadanya. Allah SWT. kelak akan memberikan
kelapangan sesudah kesempitan. (QS. At-Thalaq:7)
dengan hikmah dan rahmat Allah SWT. yang menjadikan kewajiban setiap orang
sesuai dengan keadaannya, dan Dia meringankan dari orang yang kesusahan.
Sehingga dalam masalah nafkah dan yang lainnya, Allah tidak memikulkan beban
Dengan begitu hal ini mengindikasikan bahwa menafkahi istri dan anak
adalah merupakan salah satu kewajiban seorang suami dalam kehidupan rumah
tangga. Sehingga dalam mencari nafkah hendaknya sang suami tidak boleh
serta tidakboleh minta-minta kepada orang lain untuk memberi nafkah kepada
26
Tafsir Karim ar-Rahman, Majalah as-Sunnah Edisi 04, tahun 2006.
http://www.almanhaj.or.id/content/2623/slash
53
Sehingga suatu kewajiban tidak mengurangi kewajiban yang lain. Sungguh Allah
melahirkan dan menyusui. Tugas yang amat besar, karenanya sangat adil, jika
dengan baik. Dilihat dari kemampuan suami, apakah ia termasuk orang yang
dilapangkan dalam rizki ataukah tidak, ini berarti harus sesuai dengan kondisi,
menjelaskan bahwa berapa kadar nafkah, dimana sang suami hendaknya memberi
nafkah kepada istri dan anaknya yang masih kecil sesuai dengan kemampuannya.
Dalam at-Tashil lȋ ulûm at-Tanzil disebutkan, ini merupakan perintah agar tiap
berbeda sesuai dengan perbedaan status ekonomi seseorang. Allah SWT. tidak
27
Syaikh Muhammad Alî ash-Sabunî, Safwâtut Tafâsir, terj. Yasin (Jakarta: Pustaka al-
Kautsar, 2011), jil-5., cet-1., hal. 392
54
lapang, yakni mampu dan memiliki banyak rezeki, memberi nafkah istri dan
memberi sehingga anak dan istrinya itu memiliki pula kelapangan dan keluasan
maka hendaklah ia memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.28
Dalam hal ini jangan sampai ia memaksakan diri untuk nafkah itu dengan
mencari rezeki dari sesuatu yang diharamkan oleh syariat. Karena sesungguhnya
Allah SWT. tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sesuai apa
yang Allah SWT. berikan kepadanya. Karena itu hendaklah sang istri janganlah
menuntut terlalu banyak dan pertimbangkanlah keadaan suami atau bekas suami.
Firmannya, “الَ ُي َكّهِفُ اهللُ نَ ْفسًا إِالَ مَا آتاَهَاAllah tidak memikulkan beban
artinya adalah, Allah SWT. tidak akan membebani seseorang untuk menafkahi
Bila dia punya harta yang banyak maka dia membelanjakannya sesuai kadar
kekayaannya, dan bila miskin maka disesuaikan dengan itu pula. Si miskin tidak
dibebankan untuk menafkahi dengan jumlah yang sama dengan si kaya.29 Jika
suami hanya mampu memberikan nafkah hanya cukup untuk sekali makan saja,
maka hendaknya ia memberi sesuai dengan kadarnya, begitu juga jika dia mampu
28
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-, jil. 1., cet. 1.,
hal.146
29
Abû Ja'far Muẖammad bin Jarir ath-Ṯabari, tahqiq: Ansari Taslim, Muhyiddin Mas
Riḏ a, Muhammad Rana, Tafsir at-Thabari (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), cet-1., jil.25., hal197
55
mengatakan Allah SWT. tidak membebani seseorang dengan nafkah untuk orang
yang harus diberinya nafkah, baik karena hubungan kerabat maupun hubungan
rahim, kecuali menurut kadar rezeki yang diberikan Allah SWT. kepadanya.
Sehingga orang yang fakir tidak dibebani dengan beban yang dibebankan dengan
beban yang dibebankan kepada orang kaya. Allah SWT. juga menjelaskan bahwa
kesempitan itu kelapangan dan sesudah kefakiran itu kekayaan. Sebab dunia itu
keluarganya lebih besar nilainya disisi Allah SWT, Hal ini jelas betapa
30
Ahmad Musṯ afa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, terj.Bahrun Abu Bakar, Hery Noer
Aly, Anshori Umar Sitanggal (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1993), juz-4, 5, 6., cet-2., hal.
239
56
kata-kata yatim itu merujuk kepada kemiskinan dan kepapaan. Artinya mereka
yang berada dalam golongan yatim (anak yatim) memerlukan perhatian dan
pembelaan serta tanggung jawab dari kita semua agar mereka bisa belajar dengan
muslim agar memperhatikan dan memelihara anak yatim dari segi kejiwaan serta
mau peduli mengambil tanggung jawab sebagai orang tua dari sekian banyak anak
orang Islam, selain itu merupakan salah satu tindakan yang jarang dilakukan
orang. Justru masalah sosial yang ada dalam sebuah masyarakat terkait dengan
bertanggung jawab atas mereka. Anak-anak yatim ini biasanya kekurangan kasih
sayang dan bila ini tidak ditutupi, maka mereka akan menjadi anak-anak yang
Artinya: dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara
yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah
takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada
sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. (QS. Al-An'am: 152)
dengan larangan mendekati harta kaum lemah, yakni anak-anak yatim. Ini sangat
wajar karena mereka tidak dapat melindungi diri dari penganiayaan akibat
kelemahannya. Dan karena itu pula, larangan ini tidak sekedar melarang memakan
Dalam kamus bahasa Indonesia, yang disebut yatim adalah seorang anak
yang telah ditinggal mati ibu dan atau ayahnya.31 Sedangkan dalam kamus bahasa
Arab yang disebut yatim32 adalah ( من فقذ أباه ونم يبهغ مبهغ انرجالorang yang
ditinggal mati ayahnya sedang ia belum mencapai usia dewasa). Adapun seorang
yang ditinggal mati ibunya disebut al-‘aj y. Dan anak yang ditinggal mati oleh
ayah dan ibunya disebut al-lath m . Istilah yatim juga digunakan untuk binatang
bagi anak yang bapaknya meninggal dunia, sedangkan kalau yang meninggal
31
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1988), h. 1015
32
Secara bahasa kata yatim memiliki beberapa arti yaitu, khatara atau خَتَرَ أَعْيَا
(lemah/letih),ْ( إِنْ َفهَتterlepas), َ( أَبْطَأlambat), ٌ( َهمsedih), dan ْ( إِنْفِرَادkesendirian). Lihat selengkapnya
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhzar, Kamus Kontemporer Arab – Indonesia (Yogyakarta:
Yayasan Ali Maksum Ponpes Krapyak, 1996), cet-1, h. 2045
33
Luis Ma’luf, al-Munjid fî al-Lughah (Beirut: Dâr al-Mishria, 1982), cet ke-26, h. 923
58
adalah kedua orang tuanya maka anak tersebut dinamakan yatim piatu. Oleh
, ,
menyayangi anak-anak yatim kerena mereka merupakan titipan kepada umat yang
harus diberikan santunan, diurus, dan didik dengan baik, sehingga mereka dapat
sebuah hadits bahwa pada hari hisab ada sebagian orang yang akan dibangkitkan
dalam keadaan api dinyalakan di mulut mereka. Mendengar hal ini sebagian
Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa pesoalan anak yatim adalah
persoalan yang sangat besar dan setiap orang bertanggung jawab untuk menjaga
harta anak yatim dengan hati-hati dan berusaha memberikan manfaat dari harta
anak yatim itu kepadanya dan menjaga jangan sampai kita memakan harta anak
yatim.
Selain itu Allah melarang siapa saja menggunakan secara tidak sah harta
anak yatim, kecuali dengan cara yang terbaik sehingga dapat menjamin
baik itu berlanjut hingga ia, yakni anak yatim itu, mencapai kedewasaannya dan
Artinya Allah SWT. melarang mendekati harta anak yatim ketika ia masih
kecil, kecuali dengan cara yang paling baik, sampai ia menginjak dewasa, jika ia
telah dewasa hendaknya sang wali tetap mengawasinya, Allah SWT. melarang
mendekatinya dengan maksud agar berhati-hati dan menjaga harta tersebut hingga
Jadi, setiap tindakan terhadap anak yatim atau terhadap hartanya yang
tidak termasuk dalam lingkaran “yang lebih baik dan lebih bermanfaat” adalah
yatim, tetapi untuk hal-hal yang tidak baik, adalah haram. Meremehkan anak
34
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, jil. 3.,
cet. 1., hal. 734-735
60
mengulurkan tangan dalam usaha merusak harta anak yatim. Mengingat bahwa
harta termasuk barang yang menjadi kejaran semua orang dan tidak terkecuali
semua kalangan, sebagai pemenuhan syahwat dan digandrungi oleh hawa nafsu,
"Janganlah mempersulit dalam perkara ini, sebab Allah SWT. Maha Mengetahui
keadaan hamba-Nya, bahwa banyak di antara mereka yang jiwanya sempit untuk
berbuat kebaikan kepada orang lain dengan sesuatu yang tidak diwajibkan
baginya.”36
memenuhi pemberiannya kepada yang berhak (anak yatim), karena itu adalah
mengambil haknya dan tidak membebaninya dengan sesuatu yang lebih sedikit
dari yang sebenarnya ia miliki, sebab adanya hak yang berkurang dapat
menimbulkan kesempitan jiwanya. Oleh karena itu, Allah SWT. tidak memberi
35
Mahmud Syaltut, Tafsir al-Quran al-Karim: Pendekatan Syaltut dalam Menggali
Esensi al-Quran (Bandung: Diponegoro, 1990), cet-1., hal.764
36
Abu Ja'far Muhammad bin Jarir ath-Ṯabari, Tafsir ath-Ṯabari, tahqiq: Akhmad Affandi,
Benny Sarbeni, Abdul Somad (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), jil. 10., hal. 687
61
jiwanya.
Syaikh Abdul Aziz rah.a. menulis dalam tafsirnya bahwa dua jenis
kebaikan dapat dilakukan kepada anak-anak yatim. Yang pertama adalah apa yang
wajib bagi ahli waris, misalnya, menjaga harta anak-anak yatim, mengembangkan
keperluan anak itu, pakaian dan pendidikan sopan santun (akhlak). Yang kedua
bersifat umum, yaitu jangan membiarkan anak yatim dalam kesusahan, berilah
kasih sayang kepadanya. Di dalam majelis berilah tempat duduk yang terhormat.
anak sendiri, lahir dan batin. Karena apabila seorang ayah meninggal dunia,
agar ia tidak terlalu merasakan kesedihan dan duka cita yang berlatut-larut setelah
kematian ayahnya. Menurut syariat anak yatim harus dianggap sebagai keluarga
sendiri.37
yang sangat besar terhadap kondisi anak yatim, hal ini menandakan betapa
besarnya perhatian Allah SWT. kepada anak yatim dan tentunya merupakan
tuntunan yang harus dipatuhi oleh manusia. Betapapun beratnya menyantuni anak
yatim atau menyayangi, tetapi lebih berat lagi bahaya yang ditimbulkan akibat
37
Maulana Abdul Wahib, Fadhilah Sedekah , hal.161
62
bangsa secara nyata, yaitu dengan menenamkan harapan para anak yatim dimasa
kini agar dapat menuai masa depan mereka yang lebih cerah. Selain itu
Dasar 1945 yaitu. "Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara".
E. Jihad
Seperti itu jugalah sifat masyarakat dan negara yang terdiri dari banyak individu.
yang hak kepada yang batil hingga mampu menghancurkannya. Akan tetapi hal
itu tidak dapat terlaksana dengan sendirinya, kecuali melalui perjuangan. Bumi
musuh-Nya dan musuhmu pada semua yang telah disyariatkan untukmu, dan itu
adalah Islam. Kecuali apa yang telah terbebani kepadamu dari hal itu, bukan apa
yang menjadi beban pada selain dirimu. Artinya, kamu hanya mengikuti apa yang
telah kamu dapatkan, bukan apa yang telah didapat oleh orang lain, dan dengan
apa yang telah Aku bebani kepadamu, bukan apa yang Aku bebani kepara orang
عن عائشة رضي اهلل عنها انها قانت يا رسىل اهلل نري انجهاد أفضم انعمم افال نجهذ قال
38
Abû Ja'far Muhammad bin Jarir ath-Ṯabari, tahqiq: Ahmad Abdurraziq al-Bakri,
Muhammad Adil Muhammad, Muhammad Abdul Latif Khalaf, Mahmud Mursi Abdul Hamid,
Tafsir ath-Ṯabari, jil. 19., hal. 395-396
39
Al-Bukhari, Shahih Bukhari, h. 12
64
Secara etimologis, kata jihad itu sendiri berasal dari kata kerja jahada yang
kata jihad 40 kali, dan maknanya bermuara pada upaya mencurahkan seluruh
mencurahkan segala potensi dan kemampuan, baik perkataan, perbuatan, atau apa
saja yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Al-Quran menjelaskan
makna jihad dalam konteks beragam, di antaranya yang terkait dengan perjuangan
membagi jihad menjadi tiga, yaitu: jihad terhadap musuh yang tampak, jihad
dan metodenya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dan modal yang
tersedia. Jihad tidak mengenal putus asa, menyerah, kelesuan, dan pamrih.
nyawa, tenaga pikiran, emosi dan apa saja yang berkaitan dengan diri manusia.43
40
Ibnu Manẕ ûr, Lisânul Arab, (Beirut: ttp, tth), jil-3., hal. 163-164
41
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran, Jihad; Makna dan Implementasinya (Tafsir al-
Quran Tematik) (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran, 2012), jil-5., hal. 22
42
Ar-Râgib al-Asfahânì, Mu'jam Mufradat li Alfâzi Quran (Beirut: Dārul Fikr, tth), hal. 99
43
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah ,Juz-9., hal. 134-135
65
Menurut penulis ayat 84 quran surat an-Nisa di atas juga menjadi bukti
bahwa jihad tidak selalu berarti angkat senjata. Ayat ini turun ketika Nabi
Muhammad SAW. masing tinggal di Mekkah, dalam situasi umat Islam masih
sangat lemah dan belum memiliki kekuatan fisik. Namun demikian, beliau
menyentuh nalar dan kalbu, bukan dengan senjata yang melukai fisik atau
mencabut nyawa.
Seperti diketahui ada satu kalimat yang sering kita dengar dalam bahasan
Allah SWT. Ini dapat kita jumpai dalam firman Allah SWT:
beruntung,” Allah SWT. meminta umat Islam untuk memerangi musuh mereka,
yaitu orang kafir dan musyrik44 yang keluar dari jalan Allah SWT. Dari kalangan
44
Musyrik:Yaitu orang yang menjadikan bagi Allah sekutu atau tandingan atau meyakini
adanya wujud Tuhan selain Allah.kafir bermakna orang yang ingkar,yang tidak beriman (tidak
percaya) atau tidak beragama Islam. Musyrik adalah orang yang mempersekutukan Allah,
mengaku akan adanya Tuhan selain Allah atau menyamakan sesuatu dengan Allah. Perbuatan itu
disebut musyrik. Syrik adalah perbuatan dosa yang paling besar, kerana itu kita harus menjauhi
perbuatanyangmenjerumuskankepadasyrik.(QS.Luqman:31) sedangkan Kafir ialah Orang yang
tidak beriman dan tidak beragama Islam. Dengan kata lain orang kafir adalah orang yang tidak
mahu memperhatikan serta menolak terhadap segala hukum Allah atau hukum Islam disampaikan
melalui para Rasul (Muhammad saw) atau para penyampai dakwah/risalah. Perbuatan yang
semacaminidisebutdengankufur(QS.AlMaidah:73)lihatselengkapnyahttp://islamwiki.blogspot.com/2
010/08/musyrik-munafik-fasik-kafir-dan-murtad.html
66
muslim tidak sedikit yang menyempitkan makna jihad hanya pada batas perang,
mereka secara paksa kepada pemerintahan kaum Muslimin45. Pada hal jelas-jelas
)۹۸:٢٢/…(الحج
Artinya: Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad yang
sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak
menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (QS. Al-Hajj: 78)
keamanan dalam beragama, baik musuh yang datangnya dari luar (setan, orang
kafir, orang munafik, dan fasik), diri dan yang datang dari diri sendiri (hawa
besar.46
Jadi itulah mengapa jihad harus menunjukan kepada suatu konsep yang
lebih komprehensif, dimana salah satu sisinya adalah berjuang di jalan Allah
SWT. melalui penggunaan senjata. Namun, bila jihad dipahami dengan pengertian
sempit yang telah sebutkan di atas, oleh al-Quran dibatasi pada saat-saat tertentu
45
http://id.wikipedia.org/wiki/pengertian.jihad diakses pada tanggal 15 Februari pukul
15.30
46
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Ẕilalil Quran, diterjemahkan oleh As’ad Yasin. (Jakarta: Gema
Insani Press, 2002), cet-1., jil. 8.,hal. 151
67
sempit inilah yang secara keliru dianggap sebagai ciri utama jihad yang
yang memandang Islam sebagai teroris, penuh dengan kekerasan dan mengartikan
Oleh karenanya jika kita mau menyikapi secara bijak, maka hendaknya
tidak sekali-kali menganggap bahwa jihad itu harus selalu dipahami dengan
jihad harus disesuaikan dengan porsi yang tepat dan dilakukan sesuai dengan
kondisi serta keadaan yang ada di lingkungan sekitar. Artinya pelaksanaan jihad
kekerasan.
jihad yang sering disalah fahami oleh kalangan umat Islam dan non muslim serta
daya, usaha dan kekuatan secara sungguh-sungguh untuk melawan suatu objek
yang tercela dalam rangka menegakkan agama Allah SWT. dalam koridor
47
Yusuf Qaradhawi, Kita dan Barat: Menjawab Berbagai Pertanyaan yang Menyudutkan
Islam, Penerjemah Arif Munandar Riswanto dan Yadi Saeful Hidayat (Jakarta: Pustaka al Kautsar,
2007), h. 71
48
Quraish Shihab, Wawasan al-Qur'an (, Cet. 3, h. 284
49
Abdurrahman Wahid, Islam tanpa Kekerasan (Yogyakarta: LkiS, 2000), cet. 2, h. 10
68
bangsa dan antar negara yang bermartabat itulah al-Qur'an menganjurkan jihad
Jadi, jelaslah bahwa dimensi jihad dalam Islam amat luas, dan bukan
semata perang fisik. Allah SWT. mewajibkan kaum muslim berperang demi
mempertahankan diri, agama, dan tanah air, berjuang dengan harta dan nyawa,
karena yang demikian itu adalah suatu perbuatan yang baik, menguntungkan di
dunia, dan membahagiakan di akhirat. Kewajiban jihad dalam arti perang hanya
dapat digugurkan oleh berbagai halangan yang dibolehkan syariat, seperti sakit,
usia lanjut, dan cacat fisik. Tujuan jihad dalam islam adalah meninggikan kalimat
Allah SWT. dan menghapuskan kezaliman yang dilakukan oleh orang-orang yang
memusuhi Islam.
BAB IV
A. Kesimpulan
Setelah memaparkan seluruh hal yang berkaitan dengan penggunaan kata taklif,
manusia mengandung taklif. Dimana taklif itu sendiri tidak bersifat kaku atau
mengikat, artinya taklif tersebut dulu hingga sekarang masih tetap berlaku
ketetapan hukumnya. Hal ini menunjukan taklif tersebut sesuai dengan situasi,
kondisi zaman, dan masyarakat. Melihat al-Quran menggunakan kata taklif secara
berulang-ulang dalam setiap ayat dan surat yang berbeda. Itu semua terjadi tidak
lepas karena objek yang dituju berbeda-beda situasi dan kondisinya, selain itu
maksud yang ingin disampaikannya pun lain. Selain itu terdapat beberapa poin
1) Taklif yang Allah SWT. bebankan kepada manusia itu bersifat dinamis.
mukallaf alami, hal itu terlihat dari banyaknya ayat berkenaan dengan
2) Dalam penggunaannya kata taklif melibatkan berbagai pihak yang ada, hal
3) Penggunaan kata taklif dalam al-Quran semuanya dalam bentuk kata kerja
69
70
B. Saran
Kajian ‘taklif’ merupakan sebuah kajian penting dan menarik, hal ini karena
sidikit orang yang memahaminya. Padahal taklif itu sendiri disadari atau tidak
sudah menjadi bagian dari kehidupan sejak dalam kandungan hingga ajal
menjemput. Kajian ini dimaksudkan agar kita mengetahui lebih jelas konsep taklif
lebih bijaksana.
dikarenakan dalam penulisannya kajian mengenai taklif dirasa sangat luas, hingga
jual beli, pendidikan, dll. Oleh karenanya penulis berharap kajian ini tidak
SWT. masih memberikan nikmatnya yang mulia, untuk melanjutkan studi S.2.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT. lah saya menyandarkan diri dan
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
______________, ISLAM: Its Meaning and Message, Pesan Islam, Terj. Achsin
Mohammad, Bandung: Pustaka, 1983
al-Asfahānì, Ar-Rāgib, Mu'jam Mufradat li Alfâzi Quran, Beirut: Dârul Fikr, tth
al-Bantani, Al-Syekh Nawawi, Marah Labid, Beirut: Dâr al-Fiker, 1980, jil-1
al-Faruqi, Ismail Raji, Tauhid, terj. Rahmani Astuti, Bandung: Pustaka, 1988, cet-
1
Ali Salim, Ahmad Husain, Terapi al-Quran: Untuk Penyakit Fisik dan Psikis
Manusia, terj. Muhammad al-Mighwar Jakarta: Asta Buana Sejahtera,
2006, cet-1
71
72
al-Maraghi, Ahmad Musṯ afa, Tafsir al-Maraghi, terj. Drs. Anwar Rasyidi, et.al.,
Semarang: Toha Putra, 1989, cet-1.
Al-Qattan, Manna’ Khalil, Studi ilmu al-Quran. Bogor: Pustaka Litera Antar
Nusa, 2004.
al-Qurṯ ubi, Syaikh Imam, Tafsir al-QurTubi al-Jami lî ahkam Quran, Jakarta:
Pustaka Azzam, 2008, jil. 10., cet. 1
al-Sabaki, Muhammad Abd al-Lathif, al-Mukhtâr min Shihhah al-Lughah, ttp, tth
Asyr, Muhammad ibn, al-Tahrir wa al-Tanwir, Tunis: Dar Sahnun Linnasy wa al-
Tawzi, tth
ath-Ṯ abari, Abû Ja'far Muhammad bin Jarir, tahqiq: Aẖ mad Abdurraziq al-Bakri,
Muẖ ammad Adil Muhammad, Muhammad Abdul Latif Khalaf, Mahmud
Mursi Abdul Hamid, Tafsir ath-Tabari, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, jil.
19
Haneef, Suzanne, Islam dan Muslim, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993, cet-1
73
Luis Ma’luf, al-Munjid fî al-Lughah, Beirut: Dâr al-Misria, 1982, cet ke-26
Nata, Abuddin, Kajian Tematik al-Quran Tentang Fiqih dan Ibadah, Bandung:
Angkasa, 2008, cet-1
Qutb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Quran, terj As'ad Yasin, et.al, Jakarta: Gema
Insani, 2004, cet-1., jil-8
Raya, Ahmad Thib, Mulia, Siti Musdah, Menyelami Seluk-Beluk Ibadah Dalam
Islam, Jakarta: Prenada Media, 2003, cet-1
Taimiyyah, Ibn, al-Furqon Baina al-Haq wa al-Bathil, Dâr Ihyat al-Turots al-
I'rabi, tth
http://www.organisasi.org/1970/01/faktor-penyebab-alasan-seseorang-memakai-
menggunakan-narkoba-narkotika-zat-adiktif.htm
Sumber: http://adiabdullah.wordpress.com/2008/12/02/kata-aku-dan-kami-dalam-