Oleh:
Maulia Annisa
NIM: 15210668
Oleh:
Maulia Annisa
NIM: 15210668
Pembimbing:
Hj. Mutmainnah, S. Th. I, MA
MINDSET IS DOA
iv
PERSEMBAHAN
Terima kasih kepada Bapak dan Ibu yang selalu mendo‟akan di setiap
sujudnya, selalu mencurahkan kasih sayangnya.
Terima kasih kepada seluruh dosen dan instruktur tahfiz yang selama ini
telah membimbing dan memberikan ilmunya kepada kami.
v
KATA PENGANTAR
vi
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu
Al-Qur‟an Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis
selama dibangku perkuliahan penulis.
7. Staf Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, ibu Dra. Rukoyah Tamimi
dan ibu Suci Rahayuningsih yag telah membantu penulis dalam
pembuatan skripsi.
8. Ibu Hj. Muthmainnah M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah sabar dan berkenan memberikan saran, arahan serta ilmunya
kepada penulis.
9. Untuk pihak perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta,
Iman Jama, Pusat Studi Al-Qur‟an (PSQ), perpustakaan umum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang menyediakan fasilitas untuk
melakukan penelitian.
10. Terima kasih untuk Bapak dan Ibu yang selalu memberikan doa dan
kasih sayangnya serta motivasi kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Terima kasih juga penulis ucapkan teruntuk keluarga besar penulis
keluarga Ridwan Manda, yang mana telah banyak memberikan
motivasi dan doa kepada penulis
12. Untuk teman-teman penulis yang satu atap dan tempat tinggal yang
telah memberikan semangat, bertukar pikiran mengenai skripsi yang
di analisi dan juga yang telah memberikan doa kepada penulis
13. Untuk teman-teman penulis angkatan 2015, khususnya Ushuluddin
IAT A, BKKBM 2018 terima kasih atas kebersamaanya.
vii
Penulis ucapkan maaf jika dalam penyusunan skripsi ini terdapat sesuatu
yang kurang berkenan. Tidak ada yang sempurna, kesempurnaan hanya
milik Allah SWT. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat kepada yang membacanya.
Maulia Annisa
viii
DAFTAR ISI
MOTTO .......................................................................................................iv
PERSEMBAHAN ........................................................................................ v
BAB I: PENDAHULUAN
ix
BAB II: TINJAUAN UMUM TENTANG JÂHILIYAH
x
b. Metode dan Corak Penulisan Kitab ......................................67
c. Sumber dan Referensi Kitab ................................................68
d. Karakteristik dan Sistematika Penulisan ............................. 70
BAB V: PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
xi
PEDOMAN TRANSLITERASI
1. Konsonan
xii
8. د :d 23. ت :l
2. Vokal
Vokal tunggal vokal panjang vokal rangkap
Fathah :a آ:â َْي... : ai
Kasrah :i ْي: î ْو.َ.. : au
Dhammah :u و:û
3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam ) (الqamariyah
Kata sandang yang diikuti oleh alif lam ) (الqamariyah
ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:
xiii
البقرة: al-Baqarah املدينة: al-Madînah
b. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam ) (الsyamsiyah
Kata sandang yang diikuti oleh alif lam ) (الsyamsiyah
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di
depan dan sesuai dengan bunyinya.
Contoh:
ََّّالس َهاء
ُّ آَ َم َن : Âmana as-Sufahâ’u
َّالرك هع
ُّ َو : wa ar-rukka’i
xiv
d. Ta Marbûthah )(ة
الَيَةََّالْبْبػَرى
َّْ : al-Âyat al-Kubrâ.
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf capital,
akan tetpi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku
ketetuan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) bahasa
Indonesia, seperti penulisan awal kalimat, huruf awal nama
xv
tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang
berlaku EYD berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak
miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya.
Adapun untuk nama diri yang di awali kata sandang, maka
hutuf ditulis capital adalah awal nama diri, bukan kata
sandangnya. Contoh: „Alî Husan al-„Âridh, al-Asqallânî, al-
Farmawî dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Al-
Qur‟an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf
kapital. Contoh: Al-Qur‟an, Al-Baqarah, Al-Fâtihah dan
seterusnya.
xvi
ABSTRAK
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
Jâhiliyyah pada era modern ini jauh lebih buruk dari pada
ke-jâhiliyah-an masyarakat Arab yang hidup dalam zaman sebelum
empat belas abad yang lalu. Ke-jâhiliyah-an masyarakat Arab zaman
5
Muhammada Quthb, Jahilyah al-Qarn al-„Isyrin, Jahiliyah Abad Dua Puluh, h.
17
6
Abd A’la, Jahiliyah Kontemporer dan Hegemoni Nalar Kekerasan: Merajut
Islam Indonesia Membangun Peradaban Dunia, h. 4
7
Muhammad Hendra, Jahiliyah Jilid II, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), Cet I, h.
2
8
Paham yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil
9
Abd A’la, Jahiliyah Kontemporer dan Hegemoni Nalar Kekerasan: Merajut
Islam Indonesia Membangun Peradaban Dunia, h. 4
3
10
Sederhana, Belum Maju atau Kuno
11
Muhammada Quthb, Jahilyah al-Qarn al-„Isyrin, Jahiliyah Abad Dua Puluh, h.
21-22
12
Muhammad Sarbini dan Rahendra Maya,” Gagasan Pendidikan Anti Jahiliyah
dan Implementasinya”, dalam Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 8 No. 1 Februari 2019, h. 3.
4
13
Muhammada Quthb, Jahilyah al-Qarn al-„Isyrin, Jahiliyah Abad dua puluh, h.
18
14
Muhammad Fuad Abd al-Baqi, al-Mu;jam al-Mufahras li Alfazh al-Qur‟an al-
Karim, (Beirut, Dar al-Fikr, 1994), h. 184
15
Isma’il bin ‘Umar bin Katsir bin al-Qurasyi al-Bushrawi ad-Dimsyaqi, Tafsir Al-
Qur‟an al-Azhim, (Dar Thayyibatu an-Nasyr, 1999), Jilid 2, h. 145
16
Isma’il bin ‘Umar bin Katsir bin al-Qurasyi al-Bushrawi ad-Dimsyaqi, Tafsir Al-
Qur‟an al-Azhim, Jilid 6, h. 410
5
17
Sofia Ratna Awaliyah Fitri dan Tanto Aljauharie Tantowie, Nilai-Nilai
Pendidikan Karakter dalam Al-Quran Surah Al-An‟am Ayat 151-153 dan Implementasinya
dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi Analisis Terhadap Tafsir Al-Munir
Karya Wahbah Az-Zuhaili),dalam jurnal Tarbiyah al-Aulad, Vol. 1, No. 1, 2016.
6
18
Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
2008), h. 175
19
Mafri Amri, Literarur Tafsir Indonesia, (Ciputat: Mazhab Ciputat, 2014). Cet.
Ke-2, h. 269
20
Mafri Amri, Literarur Tafsir Indonesia, h. 272
21
Atik Wartini, Corak Penafsiran M.Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah,
dalam Jurnal Studia Islamika, Vol. 1, No. 1 Juni 2014, h. 117
22
Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
2008), h. 238.
7
23
Al-Farmawi, Abdul Hayy, al-Bidayah fi at-Tafsir al-Maudhu‟i: Dirasah
Manhajiyyah Maudhu‟iyyah, Metode Tafsir Maudhu‟i dan Cara Penerapannya, terj.
Rosihin Anwar, Bandung: Pustaka Setia, Cet I, 2002, h. 37
8
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmiah
terkait permasalahan jâhiliyyah dan memberi kontribusi terhadap
pengembangan Ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Ilmu
Al-Qur’an dan Tafsir.
2. Manfaat Praktis
9
24
M. Fajrun Munawir, Relevansi Pemikiran Sayyid Qutb tentang Tafsir jâhiliyah
Bagi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Islam Kontemporer, dalam Jurnal Dakwah,
Vol. 11, No. 1, 2011.
10
25
Zulfahmi, Adat Istiadat Jahiliyah yang Terlarang (Analisis Kualitas Hadis
tentang Khamar, Judi dan Menganiaya Hewan), dalam Jurnal al-Hikmah, Vol. 16, No. 2,
12
26
Muhd Hambali bin Zulkifli, Penafsiran Kata Jahiliyah Menurut Sayyid Quthb
dalam Tafsir fi Zhilal Al-Qur‟an, (Riau, 2015)
13
27
Mahdalena Nasrun, Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Arab Jahiliyah
(Ditinjau dari Fiqh al-Hadits), dalam Jurnal al-Mabhats, Vol. 1, No. 1, 2016
14
28
N, Fathurrohman, Karakteristik Paham Jahiliyah Modern Sebagai Politik
Pemikiran dan Pengaruhnya Terhadap Keberagamaan Umat Islam, dalam Jurnal
Handayani, Vol. 7, Juni 2017
15
29
Abdul Mustaqiem, Metode Penelitian Al-Qur‟an dan Tafsir, (Yogyakarta: Idea
Press Yogyakarta, 2015), Cet I, h. 61-62
17
30
Abdul Mustaqiem, Metode Penelitian Al-Qur‟an dan Tafsir, h. 170-171
18
A. Definisi Jâhiliyyah
Kata jâhiliyyah berasal dari ja-ha-la yang memiliki arti lawan kata
„ilm atau bersikap tidak ramah, berpaling dari/menjauh (jafâ), dungu,
tolol, bodoh, atau naik dara (hamuqa). Sinonim dari kata jahala adalah
al-Khiffah (kurang berfikir), istakhffah (meremehkan), fasakha (lemah
akal atau bodoh), dafuta (bodoh atau dungu), safaha (merendahkan, ,
tolol, bodoh, atau buruk akhlaknya), ghalaza (kasar dalam perangainya).
Sedangkan antomnimya adalah al-„Ilm (pengetahuan), al-Jâmalah
(bersikap baik dan ramah).2
Oleh karena itu, kata majhal adalah derivasi dari kata jahl yang
diartikan dengan padang pasir yang tidak memiliki tanda, sehingga
1
Muhammada Quthb, Menyingkap Tabir Jahiliyah Modern, terj. Kathur Suhardi,
(Solo: Ramdhani, 1994), Cet II, h. 11
2
Louia Ma’luf, Al-Munjid, fi al-Lufhah wa al-„Alam, (Beirut: Dar al-Mashriq,
2007), h. 108
19
20
Secara terminologi asal kata jâhiliyyah berasal dari kata jâhil yang
merupakan isim fa’il atau pecahan dari kata Jahlun. Al-Jahl memiliki
3
Muhammad Ibn Makram ibn Manzhur, Lisan al-„Arab, (Beirut: Dar Shadir,
1990), Vol. XI, h. 129
4
Al-Raghib al-Asfahani, Mu‟jam Mufradat li Alfadz Al-Qur‟an, (Beirut: Dar al-
Kutub al-‘Alamiyah, 2004), h. 115
5
Al-Raghib al-Asfahani, Mu‟jam Mufradat li Alfadz Al-Qur‟an,h. 115
6
Jawad Ali, Al-Mufashshal fi Târikh al- „Arb Qabla al-Islâm, Sejarah Arab
Sebelum Islam, terj. Khalifurrahman Fath, (Ciputat: Pustaka Alfabet, 2018), Cet. I, h. 23
21
7
Syaikh Abu Bakar Muhammad Zakaria, Bangsa Arab dan Kaum Jahiliyah, terj.
Abu Umamah Arif Hidayatullah, (IslamHouse.com, 2014), h. 9
8
Syaikh Abu Bakar Muhammad Zakaria, Bangsa Arab dan Kaum Jahiliyah, h. 10-
11
9
Muhammad Hendra, Jahiliyah Jilid II, h. 1-2
10
Jalal al-Din al-Suyuthi, al-Itqan fi „Ulum Al-Qur‟an, (Beirut: Dar al-Fikr), vol. I,
h. 199
22
11
Jawad Ali, Al-Mufashshal fi Târikh al- „Arb Qabla al-Islâm, Sejarah Arab
Sebelum Islam, h. 24
12
Muhammada Quthb, Menyingkap Tabir Jahiliyah Modern, h. 12
13
Mengesakan Allah Swt dalam Ibadah
14
Segala konsep akidah dan syariat bersumber dari Allah Swt
15
N. Fathurrohman, Karakteristik Paham Jahiliyah Modern Sebagai Politik
Pemikiran dan Pengaruhnya Terhadap Keberagamaan Umat Islam, dalam Jurnal
Handayani, Vol. 7, Juni 2017, h. 64
16
Jawad Ali, Al-Mufashshal fi Târikh al- „Arb Qabla al-Islâm, Sejarah Arab
Sebelum Islam, h. 24
23
17
Muhammada Quthb, Jahilyah al-Qarn al-„Isyrin, Jahiliyah Abad Dua Puluh, h. 8
18
Jawad Ali, Al-Mufashshal fi Târikh al- „Arb Qabla al-Islâm, Sejarah Arab
Sebelum Islam, h. 26
19
Muhammada Quthb, Menyingkap Tabir Jahiliyah Modern, h. 19
24
20
Jawad Ali, Al-Mufashshal fi Târikh al- „Arb Qabla al-Islâm, Sejarah Arab
Sebelum Islam, h. 26
21
Jawad Ali, Al-Mufashshal fi Târikh al-„Arb Qabla al-Islâm, Sejarah Arab
Sebelum Islam, h. 23
22
Penelitian Ilmiah Hingga Mencapai Kebenaran yang Tepat
25
26
Majid ‘Ali Khan, Muhammad The Final Messenger, Muhammad Saw Rasul
Terakhir, terj. Fathul Umam, (Bandung: Pustaka, 1985), Cet. I, h. 26
27
Majid ‘Ali Khan, Muhammad The Final Messenger, Muhammad Saw Rasul
Terakhir, h. 26-27
28
Abul Hasan Ali al-Hasany an-Nadwy, As-Sirah An-Nabawiyyah, Riwayat Hidup
Rasulullah Saw, terj. Bey Arifin dan Yunus Ali Muhdhar, (Surabaya: Bina Ilmu, 1989), Cet.
ke-2, h. 7
27
29
Abul Hasan Ali al-Hasany an-Nadwy, As-Sirah An-Nabawiyyah, Riwayat Hidup
Rasulullah Saw, h. 15
30
Majid ‘Ali Khan, Muhammad The Final Messenger, Muhammad Saw Rasul
Terakhir, h. 27-28
28
yang ada di Arab tersebut berasal dari Yaman, Hirah dan Pinggiran
Syam.31
31
Syaikh Shafiyyur Rahman al-Mubarakfury, Ar-Rahiqul Makhtum Bahtsun Fis
Sirah an-Nabawiyah Ala Shahibiha Afdhalish Shalati was Salam, Sirah Nabawiyah, terj.
Kathur Suhardi, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1997), Cet I, h. 62
32
Syaikh Shafiyyur Rahman al-Mubarakfury, Ar-Rahiqul Makhtum Bahtsun Fis
Sirah an-Nabawiyah Ala Shahibiha Afdhalish Shalati was Salam, Sirah Nabawiyah, h. 63-
65
29
33
Seorang pemimpin Negara yang memerintah secara otoriter dan menindas
rakyatnya.
30
37
Muhammada Quthb, Jahilyah al-Qarn al-„Isyrin, Jahiliyah Abad dua puluh,
h. 32
38
Muhammada Quthb, Jahilyah al-Qarn al-„Isyrin, Jahiliyah Abad dua puluh,
h. 32-36
39
Muhammada Quthb, Jahilyah al-Qarn al-„Isyrin, Jahiliyah Abad dua puluh,
h. 38-89
32
40
Istilah yang pertama kali muncul antara komunitas Kristen di Eropa bagian
selatan selama Abad Kuno akhur sebagai suatu descriptor atas agama-agama selain agama
mereka sendiri
41
Muhammada Quthb, Jahilyah al-Qarn al-„Isyrin, Jahiliyah Abad dua puluh,
h. 40-41
42
Muhammada Quthb, Jahilyah al-Qarn al-„Isyrin, Jahiliyah Abad dua puluh,
h. 26
33
43
Sebuah ajaran pada suatu aliran politik atau agama secara bersistem.
44
Ebrahim el-Khouly, Lois Lamaya’ al-Faruqi dan Huessein Nasr, Islam and
Contemporary Society, Jahiliyah Modern, terj. Hamid LA Basalamah, (Bandung: Risalah,
1986), Cet. I, h. 7
45
Ebrahim el-Khouly, Lois Lamaya’ al-Faruqi dan Huessein Nasr, Islam and
Contemporary Society, Jahiliyah Modern, h. 10-11
34
C. Ciri-ciri jâhiliyyah
46
Ebrahim el-Khouly, Lois Lamaya’ al-Faruqi dan Huessein Nasr, Islam and
Contemporary Society, Jahiliyah Modern, h. 52-53
47
Zamzamy Abraham, Jahiliyah Modern, (Jakarta: 1988), h. 2
48
Muhammada Quthb, Jahilyah al-Qarn al-„Isyrin, Jahiliyah Abad Dua Puluh,
h. 56
35
Akidah adalah ajaran yang pertama yang harus tertanam di dalam diri
manusia, karena akidah yang sehat adalah akidah yang menetapkan
kedudukannya yang sebenar-benarnya bagi manusia dalam hidupnya.
Apabila akidah sudah menyimpang, maka manusia akan mengalami
keguncangan dalam hidupnya dan rusaklah hakikat kemanusiaan
manusia serta hancurlah semua perjalanan hidupnya.49
49
Muhammada Quthb, Jahilyah al-Qarn al-„Isyrin, Jahiliyah Abad Dua Puluh,
h. 56-57
50
Muhammada Quthb, Jahilyah al-Qarn al-„Isyrin, Jahiliyah Abad Dua Puluh,
h. 57
51
Muhammada Quthb, Jahilyah al-Qarn al-„Isyrin, Jahiliyah Abad Dua Puluh,
h. 58
36
Syariat dan akidah itu tidak akan bisa terpisahkan, karena apabila
tanpa keduanya iman seseorang tidak bisa berjalan dengan sempurna.
Manusia hanya mengahadapi dua pilihan, pilihan pertama adalah
mematuhi hukum Allah SWT pilihan kedua menjahukan diri dari apa
52
Muhammada Quthb, Jahilyah al-Qarn al-„Isyrin, Jahiliyah Abad Dua Puluh,
h. 58-60
37
53
Muhammada Quthb, Jahilyah al-Qarn al-„Isyrin, Jahiliyah Abad Dua Puluh,
h. 60-62
54
Muhammada Quthb, Jahilyah al-Qarn al-„Isyrin, Jahiliyah Abad Dua Puluh,
h. 62-67
55
Istilah Agama Islam yang Merujuk Kepada Setiap yang Disembah Selain Allah
38
56
Muhammada Quthb, Jahilyah al-Qarn al-„Isyrin, Jahiliyah Abad Dua Puluh,
h. 69.
39
57
Muhammada Quthb, Jahilyah al-Qarn al-„Isyrin, Jahiliyah Abad Dua Puluh,
h. 71
58
Muhammada Quthb, Menyingkap Tabir Jahiliyah Modern, h. 42
40
D. Macam-macam Jâhiliyyah
59
Muhammada Quthb, Jahilyah al-Qarn al-„Isyrin, Jahiliyah Abad Dua Puluh,
h. 71-73
60
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, Al-Masa‟il Allati Khalafa Fiha ar-Rasul
ahlul Jahiliyah,Mewaspadai 100 Perilaku Jailiyah, h. 42-46
61
Pemuja berhala
62
Syaikh Abu Bakar Muhammad Zakaria, Bangsa Arab dan Kaum Jahiliyah, terj.
Abu Umamah Arif Hidayatullah, h. 12
41
63
A. Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang), h. 24
42
64
A. Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang), h. 24
65
Muhammada Quthb, Menyingkap Tabir Jahiliyah Modern, h.56
66
Muhammada Quthb, Menyingkap Tabir Jahiliyah Modern, h.57
43
masa antara Nabi Isa as dan Nabi Muhammad SAW,67 selain itu dalam
tasfirnya al-Qurthubi juga menjelaskan yang dimaksud dengan
jâhiliyyah adalah masa sebelum Islam, yang mana zaman itu adalah
zaman ketika dilahirkannya Nabi Ibrahim as, pendapat yang lain juga
menyatakan bahwasanya zaman tersebut, berada di antara nabi Adam as
dan nabi Nuh as sedangkan Ibnu Abbas berpendapat zaman itu berada di
antara Nabi Nuh as dan Nabi Idris as.68
67
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Jami‟ al-Bayan an-Ta‟wil ayi Al-
Qur‟an, (Muassasah ar-Risalah, 2000) Jilid 7, h. 321
68
Syaikh Imam al-Qurthubi, al-Jami‟ li Ahkaam Al-Qur‟an,(Kairo: Dar al-Kutub
al-Mishriyyah, 1964) Jilid 14, h. 180
BAB III
1
Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Qur‟an, h. 174.
2
Baihaki, Studi Kitab Tafsir al-Munir Karya Wahbah al-Zuhaili dan Contoh
Penafsirannya Tentang Pernikahan Beda Agama, dalam Jurnal Analisis, Vol. 21, No. 1,
Juni 2016, h. 128
3
Faizah Ali Syibromalisi dan Juhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik dan
Kontemporer, Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), Cet I, h.
163
4
Mokhamad Sukron, Tafsir Wahbah al-Zuhaili Analisis Pendekatan, Metodologi,
dan Corak Tafsir al-Munir Terhadap Ayat Poligami, dalam Jurnal Pemikiran Keislaman dan
Kemanusiaan, Vol. 2, No. 01 April 2018, h. 262
45
46
5
Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Qur‟an, h. 174.
6
Mokhamad Sukron, Tafsir Wahbah al-Zuhaili Analisis Pendekatan, Metodologi,
dan Corak Tafsir al-Munir Terhadap Ayat Poligami, 262
7
Faizah Ali Syibromalisi dan Juhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik dan
Kontemporer, h. 163.
8
Faizah Ali Syibromalisi dan Juhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik dan
Kontemporer, h. 163-164
9
Moch. Yunus, Kajian Tafsir Munir Karya Wahbah az-Zuhayli, dalam Jurnal
Humanistika, Vol. 4, No. 2. Juni 2018, h. 58
47
10
jurusan Fiqh al-Islâmi. Beliau mengabdi selama lebih dari dua belas
tahun dan dikenal ahli dalam bidang fikih, tafsir dan Dirâsah Islâmiyah
dan memperoleh gelar Profesornya pada tahun 197511, Beliau juga
menjadi guru besar dalam disiplin hukum Islam pada salah satu
Universitas di Suriah.12
10
Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Qur‟an, h. 174.
11
Faizah Ali Syibromalisi dan Juhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik dan
Kontemporer, h. 164-165
12
Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Qur‟an, h. 174.
13
Faizah Ali Syibromalisi dan Juhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik dan
Kontemporer, h. 165
14
Baihaki, Studi Kitab Tafsir al-Munir Karya Wahbah al-Zuhaili dan Contoh
Penafsirannya Tentang Pernikahan Beda Agama, h. 129-130
48
Dunia Islam pada waktu itu berduka, karena pada hari sabtu, 08
Agustus 2015, ia menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 83 tahun.
Dunia Islam kehilangan seorang ulama kontemporer panutan dunia. 16
15
Sofia Ratna Awaliyah Fitri dan Tanto Aljauharie Tantowie, Nilai-Nilai
Pendidikan Karakter Dalam Al-Quran Surah Al-An‟am Ayat 151-153 dan Implementasinya
dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi Analisis Terhadap Tafsir Al-Munir
Karya Wahbah Az-Zuhaili), dalam Jurnal Tarbiyah al-Aulad, Vol 1, No. 1, 2016, h. 91
16
Baihaki, Studi Kitab Tafsir al-Munir Karya Wahbah al-Zuhaili dan Contoh
Penafsirannya Tentang Pernikahan Beda Agama, h. 129-130
17
Faizah Ali Syibromalisi dan Juhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik dan
Kontemporer, h. 165
49
al-Fayumi (w. 1990) bidang Ilmu Ushul Fiqh dan Musthalah Hadis, dan
Mahmud al-Rankusi bidang Ilmu Akidah dan Kalam. 18
18
Baihaki, Studi Kitab Tafsir al-Munir Karya Wahbah al-Zuhaili dan Contoh
Penafsirannya Tentang Pernikahan Beda Agama, h. 130
19
Baihaki, Studi Kitab Tafsir al-Munir Karya Wahbah al-Zuhaili dan Contoh
Penafsirannya Tentang Pernikahan Beda Agama, h. 130
20
Mokhamad Sukron, Tafsir Wahbah al-Zuhaili Analisis Pendekatan, Metodologi,
dan Corak Tafsir al-Munir Terhadap Ayat Poligami, 264
50
21
Faizah Ali Syibromalisi dan Juhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik dan
Kontemporer, h. 165-166
22
Moch. Yunus, Kajian Tafsir Munir Karya Wahbah az-Zuhayli, h. 59-61
51
23
Baihaki, Studi Kitab Tafsir al-Munir Karya Wahbah al-Zuhaili dan Contoh
Penafsirannya Tentang Pernikahan Beda Agama, h. 133
24
Mokhamad Sukron, Tafsir Wahbah al-Zuhaili Analisis Pendekatan, Metodologi,
dan Corak Tafsir al-Munir Terhadap Ayat Poligami, 264
25
Mokhamad Sukron, Tafsir Wahbah al-Zuhaili Analisis Pendekatan, Metodologi,
dan Corak Tafsir al-Munir Terhadap Ayat Poligami, 264
52
30
Al-Farmawi, Abdul Hayy, al-Bidayah fi at-Tafsir al-Maudhu‟i: Dirasah
Manhajiyyah Maudhu‟iyyah, h. 23-24
31
Moch. Yunus, Kajian Tafsir Munir Karya Wahbah az-Zuhayli, h. 62
32
Al-Farmawi, Abdul Hayy, al-Bidayah fi at-Tafsir al-Maudhu‟i: Dirasah
Manhajiyyah Maudhu‟iyyah, h. 24
33
Baihaki, Studi Kitab Tafsir al-Munir Karya Wahbah al-Zuhaili dan Contoh
Penafsirannya Tentang Pernikahan Beda Agama, h. 137-138
34
Al-Farmawi, Abdul Hayy, al-Bidayah fi at-Tafsir al-Maudhu‟i: Dirasah
Manhajiyyah Maudhu‟iyyah, h. 37
54
35
Faizah Ali Syibromalisi dan Juhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik dan
Kontemporer, h. 169
55
40
Baihaki, Studi Kitab Tafsir al-Munir Karya Wahbah al-Zuhaili dan Contoh
Penafsirannya Tentang Pernikahan Beda Agama, h. 136-137
41
Afrizal Nur, M. Quraish Shihab dan Rasionalisasi Tafsir, dalam Jurnal
Ushuluddin, Vol. 18, No. 1, Januari 2012, h. 22
42
Mafri Amri, Literatur Tafsir Indonesia, (Ciputat: Mazhab Ciputat, 2013), Cet.
ke-2, h. 269
58
43
Saifuddin dan Wardani, Tafsir Nusantara Analisis Isu-isu Gender dalam al-
Misbah karya M. Quraish Shihab dan Tarjuman al-Mustafid karya „Abd al-Ra‟uf Singkel,
(Yogyakarta: LKiS, 2017), Cet. I, h. 41-42
44
M. Quraish Shihab, Membumikan AL-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1993), Cet. ke-4, h. 14
45
Atik Wartini, Corak Penafsiran M.Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah, dalam
Jurnal Studia Islamika, Vol. 11, No. 1, Juni 2014, h. 114
59
52
Atik Wartini, Tafsir Feminis M.Quraish Shihab Telaah Ayat-Ayat Gender dalam
Tafsir al-Misbah, dalam Jurnal Palastren, Vol. 6, No. 2, Desember 2013, h. 477-478
53
Kepala karanga (Ruang Tetap) dalam surat kabar, majalah
54
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, h. ii
55
Saifuddin dan Wardani, Tafsir Nusantara Analisis Isu-isu Gender dalam al-
Misbah karya M. Quraish Shihab dan Tarjuman al-Mustafid karya „Abd al-Ra‟uf Singkel, h.
45
62
56
Saifuddin dan Wardani, Tafsir Nusantara Analisis Isu-isu Gender dalam al-
Misbah karya M. Quraish Shihab dan Tarjuman al-Mustafid karya „Abd al-Ra‟uf Singkel, h.
45-47
57
Mambaul Ngadhimah dan Ridho Huda, Konsep Jihad Menurut M. Quraish
Shihab dalam Tafsir Al-Mishbâh dan Kaitannya dengan Materi Pendidikan Agama Islam,
dalam Jurnal Cendekia, Vol. 13, No. 1, Juni 2015, h. 4-5
58
Saifuddin dan Wardani, Tafsir Nusantara Analisis Isu-isu Gender dalam al-
Misbah karya M. Quraish Shihab dan Tarjuman al-Mustafid karya „Abd al-Ra‟uf Singkel, h.
47-53
63
59
Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Qur‟an, h. 238
60
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, h. 14-15
66
61
Atik Wartini, Corak Penafsiran M.Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah, h.
112
62
Saifuddin dan Wardani, Tafsir Nusantara Analisis Isu-isu Gender dalam al-
Misbah karya M. Quraish Shihab dan Tarjuman al-Mustafid karya „Abd al-Ra‟uf Singkel, h.
73
63
Mauluddin Anwar, Latief Siregar dan Hadi Mustofa, Cahaya, Cinta dan Canda
M.Quraish Shihab,(Tangerang: Lentera Hati, 2015), Cet I, h. 282-283
64
Mafri Amri, Literatur Tafsir Indonesia, h. 273
65
Mauluddin Anwar, Latief Siregar dan Hadi Mustofa, Cahaya, Cinta dan Canda
M.Quraish Shihab,, h. 282
67
66
Mauluddin Anwar, Latief Siregar dan Hadi Mustofa, Cahaya, Cinta dan Canda
M.Quraish Shihab, h. 282
67
Mafri Amri, Literatur Tafsir Indonesia, h. 274
68
Mauluddin Anwar, Latief Siregar dan Hadi Mustofa, Cahaya, Cinta dan Canda
M.Quraish Shihab, h. 285
69
Mafri Amri, Literatur Tafsir Indonesia, h. 284
68
70
Mafri Amri, Literatur Tafsir Indonesia, h. 282-283
71
Afrzal Nur, Tafsir al-Misbah dalam Sorotan Kritik Terhadap Karya Tafsir
M.Quraish Shihab, Cet I, h. 24-32
72
M, Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an
Vol. 1, ( Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. xviii
69
73
Afrzal Nur, Tafsir al-Misbah dalam Sorotan Kritik Terhadap Karya Tafsir
M.Quraish Shihab, Cet I, h. 35-37
70
74
Afrzal Nur, Tafsir al-Misbah dalam Sorotan Kritik Terhadap Karya Tafsir
M.Quraish Shihab, Cet I, h. 47-66
75
M, Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an
Vol. 1, h. xiv-xv
71
73
74
(hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh
(dikalahkan) di sini". Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu,
niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu
keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh". dan Allah (berbuat demikian)
untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan
apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha mengetahui isi hati.
Adapun sebab turunnya ayat tersebut diungkapkan dalam suatu
riwayat yang dikemukakan oleh Zubair, bahwasanya, pada saat perang
Uhud berlangsung, Zubair merasakan ketakutan yang luar biasa, lalu
Allah mengirimkan rasa kantuk tersebut kepada mereka, sehingga
mereka terlelap. Zubair mendengar, seakan-akan di dalam mimpinya
ucapan Mu‟tib bin Qusyair bahwasanya kita punya hak campur tangan
dalam urusan ini, kita tidak akan terkalahkan ditempat ini, lalu Zubair
menghafalkan kata-kata tersebut dan Allah menurunkan ayat tentang
kejadian ini.1
1
Jalaluddin as-Suyuthi, Asbab an-Nuzul Lubab an-Naqul fi Asbab an-Nuzul,
(Beirut: Muassasah al-Kitab ats-Qafih, 2002), Cet. I, h. 65
2
Wahbah az-Zuhaili,Tafsir al-Munir Akidah, Syariah & Manhaj, Jilid 2, h. 128
75
3
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,
Vol. 3, h. 301
4
Wahbah az-Zuhaili,Tafsir al-Munir Akidah, Syariah & Manhaj, Jilid 2, h. 128-129
76
beban berat yang dipikul oleh hati. Setelah tidur semua beban tersebut
akan berkurang.5
َّ يم بْ ِن َع ْب ِد ِ ِ ِ
ْي بْ ُنُْس َ الر ْْحَ ِن أَبُو يَ ْع ُق
َ َح َّدثَنَا ُح،وب َ َح َّدثَنَا إ ْس َحا ُق بْ ُن إبْ َراى
" غَ ِشيَ نَا:الَ َ ق،َْحة َّ أ،س
َ َن أ َََب طَل َ َ َع ْن قَ ت، َح َّدثَنَا َش ْي بَا ُن،ُُمَ َّم ٍد
ٌ َ َح َّدثَنَا أَن،اد َة
ط ِم ْن يَ ِدي ُ فَ َج َع َل َس ْي ِفي يَ ْس ُق:ال َ َ ق،ُح ٍد ِ النُّعاس وََْنن ِِف م
ُ صافّنَا يَ ْوَم أَ َ ُ َ ُ َ
) (صحيح البخاري6" ُآخ ُذه
ُ ط َو
ُ آخ ُذهُ َويَ ْس ُق
ُ َو
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim bin
„Abdur Rahman Abu Ya‟qub. Telah menceritakan keoada kami Hushain
bin Muhamaad. Telah menceritakan kepada kami Syaiban dari Qatadah.
Telah menceritakan kepada kami Anas bahwa Abu Thalhah kami
mendapati rasa kantuk yang sangat pada waktu kami dalam barisan
perang Badar, lalu Abu Thalhah berkata, sehingga pedangku terjatuh
dari taganku, lalu aku mengambilnya, lalu jatuh kembali dan kembali
aku mengambilnya.” (H.R Bukhari)
5
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,
Vol. 3, h. 302
6
Muhammad bin Isma‟il Abu‟Abdullah al-Bukhari,Shahih al-Bukhari, (Dar al-
Tahqu an-Najah, 1422 H), Juz 6, h. 38
77
Qusyair dan dua para pengikutnya.7 Mereka berkata bahwa Tuhan kami
belum menolong kami padahal Dia telah berjanji akan menolong kami.
Mereka tidak pernah melihat bahwa Allah telah banyak memberikan
pertolongan terhadap mereka.Mereka telah melupakan pertolongan
Allah. Pertolongan Allah akan diberikan kepada siapapun, dengan syarat
tidak melanggar peraturan yang telah Allah berikan.8
Persangka yang mereka berikan kepada Allah itu sangatlah tidak
benar. Sebaiknya sangkaan yang diberikan kepada Allah sangkaan yang
baik. Mereka berkata “ Seandainya Muhammad memang benar seorang
Nabi maka orang-orang kafir tidak bisa mengalahkannya. Ini adalah
perkataan orang-orang yang meyekutukan Allah.9
Golongan kedua ini menyatakan bahwa kebenaran itu adalah benar.
Mereka menyangka keberadaan Tuhan dengan sangkaan jâhiliyyah. M.
Quraish Shihab menjelaskan dalam tafsirnya bahwa sangkaan jâhiliyyah
terbesit dalam pikiran sebagian orang, termasuk yang terlibat di dalam
perang Uhud. Mereka berprasangka bahwa kemenangan akan diperoleh
tanpa usaha, cukup dengan nama Islam saja dan membawa agama yang
benar pasti akan menang. Ini adalah bentuk sangkaan jâhiliyyah yang
mengabaikan prinsip-prinsip sunnatullah, yaitu prinsip sebab akibat dan
melupakan bantuan Allah SWT. Bantuan Allah SWT akan datang
apabila sebagai umatnya selalu bersabar dan bertakwa.10
Allah menjelaskan dalam QS. Âli-Imrân [3]:125 yang berbunyi
7
Wahbah az-Zuhaili,Tafsir al-Munir Akidah, Syariah & Manhaj, Jilid 2, h. 129
8
Syaikh Muhammad Mutawally Sya‟rawi,Tafsir as-Sya‟rawi, terj. Zainal Arifin
dkk, (Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi, 2004), Jilid 2, Cet. I, h. 610
9
Wahbah az-Zuhaili,Tafsir al-Munir Akidah, Syariah & Manhaj,Jilid 2, h. 129
10
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,
Vol. 3, h. 303-304
78
Dari pernyataan di atas bahwasanya akidah yang ada dalam diri dua
kelompok tersebut benar-benar diuji oleh Allah SWT. Terlihat sangat
jelas mana yang lebih meyakini Allah dan mana yang tidak meyakini
Allah. Dari kedua kelompok tersebut dapat dilihat bahwa pertolongan
Allah tersebut akan datang kepada hamba-Nya yang benar-benar
beriman kepada mereka.
diserahkan ke Nabi Saw. Oleh karena itu, Nabi SAW berhak memberi
hukuman terhadap apa yang telah dilakukan oleh si pembunuh dan
memberi hukuman mati kepada orang tersebut. Akan tetapi Banî Nadlîr
menolak hukuman tersebut, mereka mengatakan bahwa Nabi SAW tidak
mempunyai hak utntuk menjatuhkan hukuman. Padahal, keputusan yang
telah diberikan Nabi sesuai dengan hukum yang tertulis di Taurat bahwa
jiwa harus dibalas dengan jiwa.11
11
Al-Khâzin, Lubâb al-Ta‟wîl fi Ma‟âni al-Tanzîl, (Beirut: Dar al-Kutub al-
„Ilmiyyah, 1415), Juz 2, h. 52
12
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir al-Maragi, (Semarang: Toha Putra
Semarang, 1993), Cet. ke-2, h. 245
13
Wahbah az-Zuhaili,Tafsir al-Munir Akidah, Syariah & Manha, jilid 2,h. 552
81
14
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Jami‟ al-Bayan an-Ta‟wil ayi Al-
Qur‟an, Jilid 10, h. 394
15
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,
Vol. 5, Cet. ke-5, h. 146
16
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa‟di, Tafsir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir
Kalam al-Mannan, Tafsir Al-Qur‟an Surah an-Nisa-al-An‟am, terj. Muhammad Iqbal dkk,
(Jakarta: Darul Haq, 2016), Cet. ke-4, h. 349
17
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa‟di, Tafsir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir
Kalam al-Mannan, Tafsir Al-Qur‟an Surah an-Nisa-al-An‟am, terj. Muhammad Iqbal dkk, h.
360
82
18
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,
Vol. 5, Cet. ke-5, h. 142-144
19
Abdurrahman bin Nashir as-Sa‟di, Tafsir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Klam al-
Mannan, Tafsir as-Sa‟di, terj. Muhammad Iqbal dkk, (Jakarta: Pustaka Sahifa, 2007), Jilid 2,
Cet. I, h. 359
83
Artinya: “Maka (Zat yang demikian) Itulah Allah Tuhan kamu yang
sebenarnya; Maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan
kesesatan. Maka Bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?”
Allah SWT memiliki kebenaran yang mutlak dan memberi hidayah
kecuali mengikuti yang batil dan mengantarkan kepada kesesatan.20
……
20
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an
Vol. 5, h. 396
21
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa‟di, Tafsir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir
Kalam al-Mannan, Tafsir Al-Qur‟an Surah an-Nisa-al-An‟am, h. 341
84
22
Abdul Bari, Jahiliyyah Dalam Al-Qur‟an Kajian Atas Penafsiran Sayyid Quthb
dalam Tafsir fi Zhilal Al-Qur‟an, tidak dipulikasikan, Tesis (UIN Jakarta, 2005), h.
23
Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1992), Jilid VI, h. 272
24
Wahbah az-Zuhaili,Tafsir al-Munir Akidah, Syariah & Manhaj,Juz 5, h. 221
85
Dalam ayat ini Allah SWT melarang istri-istri Nabi SAW untuk
beringkah laku seperti wanita-wanita jâhiliyyah yang dahulu, yaitu yang
berlenggak-lenggok, berhias, menampakkan perhiasan dan
86
25
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Jami‟ al-Bayan an-Ta‟wil ayi Al-
Qur‟an, Jilid, 20, h. 259
26
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,
Vol. 10, Cet. ke-5, h. 142-144
27
Wahbah az-Zuhaili,Tafsir al-Munir Akidah, Syariah & Manhaj,Juz 11, h. 7
87
terdahulu.28
28
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Jami‟ al-Bayan an-Ta‟wil ayi Al-
Qur‟an, Jilid 20, h. 260
29
Syaikh Imam al-Qurthubi, al-Jami‟ li Ahkaam Al-Qur‟an, Jilid, 12, h. 309
30
Syaikh Imam al-Qurthubi, al-Jami‟ li Ahkaam Al-Qur‟an, Jilid 14, h. 179
88
Kata تبرجن
ّ dan تبرجdiambil dari kata برجyang artinya tampak atau
meninggi. Dari sini kata tersebut dipahami dalam arti kejelasan dan
keterbukaan. Salah satu contoh larangan bertabarruj adalah larangan
yang menampakkan perhiasan. Maksudnya adalah larangan biasanya
tidak dilakukan oleh wanita yang baik-baik, wanita yang baik tidak akan
berdandan secara berlebihan dan berjalan dengan berlenggak lenggok
atau memperlihatakan auratnya kecuali kepada suaminya. Karena apabila
31
Syaikh Imam al-Qurthubi, al-Jami‟ li Ahkaam Al-Qur‟an, Jilid 14, h. 180
32
Fakhruddin Al-Razi, Mafâtih al-Ghayîb, terj. Yunal Isra, (Beiru: Dar al-Fikr,
1981), Juz 15, h. 210
89
33
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,
Vol. 10, Cet. ke-5, h. 142-144
34
M. Quraish Shihab, Ensiklopedi Al-Qur‟an: Kajian Kosakata, (Jakarta: Lentera
Hati, 2007), h. 970
35
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,
Vol. 10, h. 465-466
90
36
Isma‟il bin „Umar bin Katsir bin al-Qurasyi al-Bushrawi ad-Dimsyaqi, Tafsir Al-
Qur‟an al-Azhim, Jilid 6, h. 410
37
Wahbah az-Zuhaili,Tafsir al-Munir Akidah, Syariah & Manhaj, Juz. 11, h. 10
38
Hamka, Tafsir al-Azhar, Jilid XXII, h. 272
91
tangan dan kaki mereka juga sering diwarnai dengan pacar. Alis mereka
pun dicabut dan pipi mereka dimerahkan.39
39
M. Quraish Shihab, Jilbab, Pakaian Wanita Muslimah, (Jakarta: Lentera Hati,
2004), h. 37
92
Adapun yang dapat dilihat di zaman sekarang ini, banyak wanita yang
tidak sadar dengan tingkah laku yang mereka lakukan, baik itu tutur kata,
pakaian, dan pergaulan yang semakin bebas. Pergaulan antara laki-laki
dan wanita yang secara bebas, sehingga memperlihatkan bagian-bagian
tubuh yang tersembunyi, sehingga terjadi penyimpangan seks dan
lainnya. Ini adalah salah satu contoh yang sangat menyesatkan. Akibat
pergaulan yang semakin bebas membuat penyimpangan seks yang
merajalela. Sehingga banyaknya kasus-kasus yang tidak baik didengar.
Perbuatan ini terjadi karena kurangnya keimanan yang ada pada diri
manusia dan pengetahuan agama mengenai batasan-batasan seorang
wanita. Para wanita pada zaman jâhiliyyah dan zaman sekarang tidak ada
bedanya. Dengan mudahnya memperlihatkan leher, rambut, bahkan
memberikan kehormatannya kepada lelaki yang bukan suaminya.
40
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,
Vol. 8, h. 526-527
93
41
Muhammad bin „Isa bin Saurah bin Musa bin ad-Dhahak, at-Tirmidzi, Sunan at-
Tirmidzi,(Beirut: Dar al-Gharib al Islamiyyah, 1998), juz 2, h. 467
94
،ص ََل ِِتَا ِِف ُح ْج َرِِتَا ِ َ ْ «ص ََلةُ الْمرأَةِ ِِف ب يتِها أَف:ال
َ ض ُل م ْن َ َْ َْ َ َ َ ق،َو َسلَّ َم
)ص ََل ِِتَا ِِف بَ ْيتِ َها» (سنن ابو داود ِ َ ْوص ََلتُها ِِف ََمْ َد ِعها أَف
َ ض ُل م ْن َ َ َ َ
42
42
Abu Dawud Sulaiman, Sunan Abu Dawud, (Beirut: ), Juz 1, h. 156
43
Wahbah az-Zuhaili,Tafsir al-Munir Akidah, Syariah & Manhaj, Juz 11, h. 10
95
44
M. Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur‟an: Kajian Kosa Kata, h. 970
96
tubuh
4. Menampakkan perhiasan Menggunakan wewangian secara
berlebihan
5. Menggunakan kerudung di Wanita yang menggunakan
atas kepala, tanpa diikat ke pakaian, pakaian tersebut
bagian leher menyerupai pakaian laki-laki
6. Wanita yang menggunakan
pakaian syuhrah, yakni pakaian
yang modelnya berbeda dengan
pakaian wanita pada umumnya,
dengan tujuan untuk
membanggakan diri dan popular.
7. Wanita yang menggunakan
make up atau dandan secara
berlebihan
8. Wanita berjalan berlanggak-
lenggok, agar dilihat oleh laki-
laki
SAW memerintahkan kepada Ali bin Abi Thalib menulis lafadz بسم هللا
45
Wahbah az-Zuhaili,at-Tafsir al-Wasith, terj. Muhtadi dkk, (Depok: Gema Insani),
Jilid 3, Cet I, h. 477
46
Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Aisae at-Tafâsir li al-Kalâmi al-Aliyyi al-
Kabir, Tafsir Al-Qur‟an al-Aisar, terj. Fityan Amaliy dan Edi Suwanto, (Jakarta: Darus
Sunnah, 2009), Jilid 6, Cet. I, h. 886
99
Kesombong yang ada pada diri kaum Quraish ini akibat mereka
mengikuti hawa nafsu, ini adalah salah satu sifat yang menjadi ciri khas
orang-orang Arab pra-Islam. Sifat tersebut membuat mereka tidak
menerima ajaran dari Allah SWT maupun Rasul-Nya. Mereka merasa
bahwa diri merekalah yang layak untuk mendapatkan wahyu bukan
Rasulullah SAW. Sifat seperti inilah yang disebit sebagai al-ẖamiyyah
al-jâhiliyyah. Selain itu, jika kaum Quraish mengizinkan Nabi dan para
sahabat untuk masuk ke Makkah dan berziarah ke Ka‟bah itu tidak akan
merugikan mereka. Namun, pikiran mereka telah dikuasai oleh sifat
tersebut sehingga mereka mengikuti hawa nafsu mereka.
47
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,
Vol. 12, h. 553
48
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,
Vol. 12, h. 554
100
49
Wahbah az-Zuhaili,Tafsir al-Munir Akidah, Syariah & Manhaj, juz 25, h. 198
101
Hukum jâhiliyyah yang terjadi sebelum Islam dan setelah Islam atau
modern hampir memiliki kesamaan dalam contohnya, yang mana hukum
jâhiliyyah pra Islam dan setelah Islam sama-sama menetapkan hukum
berdasarkan hawa nafsu tersendiri. Selain itu, hukum pra Islam juga
menggunakan hukum diskriminatif baik terhadap kaum lemah, terhadap
orang-orang yang berada dalam satu golongan yang sama dan perlakuan
102
Perbedaan yang signifikan dari kedua mufasir tersebut adalah dari sisi
pemikirannya, dalam menfasirkan ayat-ayat yang telah di jelaskan di
atas, Wahbah az-Zuhailî masih merujuk kepada riwayat-riwayat
mengenai permasalahan jâhiliyyah kemudian menambahkan
pendapatnya terkait permasalahan tersebut dan berbeda dengan M.
Quraish Shihab lebih tegas dalam menjelaskan pendapatnya sendiri.
PENUTUP
A. Kesimpulan
105
106
pada jâhiliyyah modern hanya berlaku untuk kaum yang lemah dan
orang-orang yang berada dalam komunitas yang sama. Sedangkan
hukum jâhiliyyah pra-Islam menggunakan hukum diskriminatif tidak
hanya kepada kaum lemah malainkan juga terhadap wanita dan budak
lainnya.
B. Saran
Ali, Jawad, Al-Mufashshal fi Târikh al- ‘Arb Qabla al-Islâm, Sejarah Arab
Sebelum Islam, terj. Khalifurrahman Fath, Ciputat: Pustaka Alvabet,
Cet. I, 2018
Amri, Mafri, Literarur Tafsir Indonesia, Ciputat: Mazhab Ciputat, 2014. Cet.
ke- II
Anwar, Mauluddin, Latief Siregar dan Hadi Mustofa, Cahaya, Cinta dan
Canda M.Quraish Shihab, Tangerang: Lentera Hati, Cet I, 2015
Ad-Dimsyaqi, Isma‟il bin „Umar bin Katsir bin al-Qurasyi al-Bushrawi ad-
Dimsyaqi, Tafsir Al-Qur’an al-Azhim, (Dar Thayyibatu an-Nasyr,
1999)
Al-Faruqi, Ebrahim el-Khouly, Lois Lamaya‟ dan Huessein Nasr, Islam and
Contemporary Society, Jahiliyah Modern, terj. Hamid LA Basalamah,
Bandung: Risalah, Cet. I, 1986
109
110
Al-Jazairi Syaikh Abu Bakar Jabir, Aisae at-Tafâsir li al-Kalâmi al-Aliyyi al-
Kabir, Tafsir Al-Qur‟an al-Aisar, Jilid 6, terj. Fityan Amaliy dan Edi
Suwanto, Jakarta: Darus Sunnah, Cet. I, 2009
Al-Mubarak, Syaikh Shafiyyur, Tafsir Ibnu Katsir, terj. Abu Ihsan al-Atsari,
Jilid 7, Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2006
At-Tirmidzi, Muhammad bin „Isa bin Saurah bin Musa bin ad-Dhahak,
Sunan at-Tirmidzi juz 2,Beirut: Dar al-Gharib al Islamiyyah, 1998
Ath-Thabari, Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir, Jami’ al-Bayan an-Ta’wil ayi
Al-Qur’an, (Muassasah ar-Risalah, 2000)
Baihaki, Studi Kitab Tafsir al-Munir Karya Wahbah al-Zuhaili dan Contoh
Penafsirannya Tentang Pernikahan Beda Agama, dalam Jurnal
Analisis, Vol. 21, No. 1, Juni 2016
Hamka, Tafsir al-Azhar, Jilid VI, Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1992
Khan, Majid „Ali, Muhammad The Final Messenger, Muhammad Saw Rasul
Terakhir, terj. Fathul Umam, Bandung: Pustaka, Cet. I, 1985
Muhammad Ibn Makram ibn Manzhur, Lisan al-‘Arab, (Beirut: Dar Shadir,
1990), Vol. XI, h. 129
Saifuddin dan Wardani, Tafsir Nusantara Analisis Isu-isu Gender dalam al-
Misbah karya M. Quraish Shihab dan Tarjuman al-Mustafid karya
‘Abd al-Ra’uf Singkel, Yogyakarta: LKiS, Cet. I, 2017
Syibromalisi, Faizah Ali dan Juhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik
dan Kontemporer, Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Cet I, 2011
114
Wahab, Syaikh Muhammad bin Abdul, Al-Masa’il Allati Khalafa Fiha ar-
Rasul ahlul Jahiliyah,Mewaspadai 100 Perilaku Jailiyah, terj. Abu
Okasha, Surabaya: Fitrah Mandiri Sejahtera, Cet 1, 2005
Yunus, Moch., Kajian Tafsir Munir Karya Wahbah az-Zuhayli, dalam Jurnal
Humanistika, Vol. 4, No. 2. Juni 2018
Zakaria, Syaikh Abu Bakar Muhammad, Bangsa Arab dan Kaum Jahiliyah,
terj. Abu Umamah Arif Hidayatullah, IslamHouse.com, 2014