Anda di halaman 1dari 85

“PENDIDIKAN TOLERANSI BERAGAMA

DALAM AL-QUR’AN”

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh
Yasin Hakim
NIM 1113011000008

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/ 2019 M
1
2
3
4
ABSTRAK

Yasin Hakim (1113011000008)

“Pendidikan Toleransi Beragama dalam Al-Qur’an”

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep pendidikan toleransi


beragama dalam al-Qur’an berdasarkan dari hasil analisis dari tafsir al-Qur’an surah
al-Baqarah ayat 256, al-An’am ayat 108, al-Mumtahanah ayat 8, dan al-Kafirun
ayat 6.

Metode penelitian yang digunakan penulis adalah jenis penelitian kualitatif


melalui library research. Sumber data primer adalah al-Qur’an dan kitab-kitab tafsir
al-Qur’an yang menjelaskan surah al-Baqarah ayat 256, Al-An’am ayat 108, al-
Mumtahanah ayat 8 dan al-Kafirun ayat 6. Adapun data sekunder, yaitu dari buku-
buku yang membahas tema toleransi dalam beragama. penelitian ini menggunakan
dua metode analisis, yakni analisis metode tafsir tahlili dan analisis metode tafsir
maudhu’i.

Dalam surat al-Baqarah ayat 256, al-An’am ayat 108, al-Mumtahanah ayat
8, dan al-Kafirun ayat 6 terkandung Pendidikan toleransi antara lain menghormati
kebebasan beragama, bersikap adil kepada semua golongan, dan bertanggung jawab
dalam melaksanakan ajaran agama yang dianut.

Kata kunci: Pendidikan, Toleransi, Beragama, Al-Qur’an, Kebebasan, Keadilan,


Tanggung Jawab.

i
ii

ABSTRACT

Yasin Hakim (1113011000008)

"Religious Tolerance Education in the Qur'an"

The purpose of this study was to find out the concept of religious tolerance
education in the Qur'an based on the results of the analysis of the interpretation of
the Qur'an surah al-Baqarah verse 256, al-An'am verse 108, al-Mumtahanah verse
8, and al -Kafirun verse 6.

The research method used by the author is a type of qualitative research


through library research. Primary data sources are the Qur’an and the Qur'anic
commentaries that explain surah al-Baqarah verse 256, Al-An'am verse 108, al-
Mumtahanah verse 8 and al-Kafirun verse 6. The data secondary, namely from
books that discuss the theme of tolerance in religion. this study uses two methods
of analysis, namely the analysis of the method of the tahlili interpretation and the
analysis of the method of interpretation of the maudhu'i.

In surat al-Baqarah verse 256, al-An'am verse 108, al-Mumtahanah verse 8,


and al-Kafirun verse 6 contained Education of tolerance including respecting
religious freedom, being fair to all groups, and being responsible for carrying out
religious teachings adopted.

Keywords: Education, Tolerance, Religion, Al-Qur'an, Freedom, Justice,


Responsibility.
iii

KATA PENGANTAR

Bismillahi walhamdulillah.
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Kiranya tiada kata yang lebih pantas untuk diucapkan selain alhamdulillah,
segala puji hanya milik Allah, sebagai manifestasi rasa syukur kita kehadirat Ilahi
Rabbi yang telah menghadiahkan anugerah yang begitu mahal harganya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat salam semoga senantiasa
tercurah bagi baginda Nabi Muhammad Saw. orang yang begitu mencintai kita
sehingga di akhir hayatnya yang beliau sebut dan kenang hanyalah kita umatnya.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis sangat berterima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-


tingginya atas bantuan, dorongan, dan bimbingan dari beberapa pihak. Ucapan
terima kasih dan penghargaan tersebut diajukan kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Abdul Ghofur, MA yang senantiasa memberikan bimbingan dan
arahan yang tulus kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen beserta staff Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini.
5. Seluruh Dosen dan Karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu, pengalaman, serta membantu penyelesaian skripsi ini.
6. Kedua orang tua penulis Bapak Marjuki dan Ibu Mastiah yang senantiasa
mendidik dengan kasih sayang dan mendoakan yang terbaik untuk anaknya.
iv

7. Kakak penulis Anik Ummiyati dan keluarga yang senantiasa memberikan


dukungan dan bantuan dari awal perkuliahan hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
8. Sahabatku Muhammad Yusuf Abdullah, yang senantiasa menjadi sahabat dari
awal perkuliahan, teman satu kosan, teman dalam suka maupun duka selama
menempuh bangku perkuliahan.
9. Sahabat-sahabat dalam hari-hari yang senang maupun susah, M. Baginda
Kusuma, Fathul Musthafa, Anasrudin, Aldi Syarifullah, Rizal Aziz, Ahmad
Milki, Nur Sabilal Huda. Terimakasih telah menjadi bagian dari perjuangan
menempuh studi ini.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan PAI A angkatan 2013 dan seluruh mahasiswa/I
PAI angkatan 2013, terimakasih atas pengalamannya yang berarti.
11. Bapak Miftahus Surur dan keluarga yang senantiasa memberikan dukungan
dalam menyelesaikan studi ini.
12. Seluruh teman-teman di organisasi ekstra maupun intra kampus yang pernah
penulis ikuti selama menimba ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
13. Teman-teman di Ma’had UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Forum
Mahasiswa Bidikmisi UIN Jakarta angkatan 2013.
14. Teman-teman di Forum Alumni Madrasah TBS Jabodetabek.
15. Seluruh teman, guru, dan setiap orang yang pernah membantu penulis baik
dalam bentuk materiil maupun non-materiil, dalam bentuk doa, semangat dan
lain sebagainya.
Akhir kata tiada gading yang tak retak, penulis menyatakan sebagai manusia
yang tidak sempurna, dengan senang hati akan menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya sederhana ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Jakarta, 21 Mei 2019


Penulis

Yasin Hakim
v

DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah................................................................................. 10
C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 10
D. Rumusan Masalah ................................................................................... 11
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 11
F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 11
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Pendidikan Toleransi ............................................................................... 13
B. Beragama ................................................................................................ 23
C. Al-Qur’an ................................................................................................. 26
D. Penelitian Yang Relevan ......................................................................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek dan Waktu Penelitian .................................................................... 34
B. Pendekatan Penelitian .............................................................................. 35
C. Fokus Penelitian....................................................................................... 35
D. Sumber Data ............................................................................................ 36
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 36
F. Metode Penulisan ..................................................................................... 37

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Tafsir Surat Al-Baqarah ayat 256 ............................................................ 38
B. Tafsir Surat Al-An’am ayat 108 .............................................................. 42
vi

C. Tafsir Surat Al-Mumtahanah ayat 8 ........................................................ 46


D. Tafsir Surat Al-Kafirun ayat 6 ................................................................. 49
E. Pendidikan Toleransi dalam Beragama yang terkandung dalam Surah
al-Baqarah Ayat 256, al-An’am Ayat 108, al-Mumtahanah Ayat 8, dan
al-Kafirun Ayat 6 ..................................................................................... 51
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 58
B. Saran ........................................................................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 60
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perdamaian dan kerukunan dalam berinteraksi sosial merupakan hal yang
sangat fundamental bagi kehidupan manusia. Hal ini tidak lepas dari kebutuhan
yang sangat penting yaitu kebutuhan akan rasa aman. Dalam kehidupan
bermasyarakat ketika rasa aman tercipta, maka bisa terwujud kestabilan dalam
ekonomi, kenyamanan dalam beraktifitas, kebahagiaan dalam berkeluarga, dan
banyak hal positif lainnya.
Salah satu perkara yang memegang kunci penting dalam terciptanya
perdamaian adalah adanya kebebasan dalam beragama. Agama memiliki fungsi
yang terpenting yaitu menciptakan rasa aman dan sejahtera bagi pemeluknya. Dari
sini terlihat kaitan erat antara “iman” dan “aman”. Rasa aman tersebut diperoleh
melalui keyakinan tentang sesuainya sikap manusia dengan kehendak dan petunjuk
Tuhan. Dengan melakukan penelitian atau tanpa melakukan penelitian, pemeluk
masing-masing agama telah memiliki kebenaran-kebenaran yang dinilainya
sebagai kebenaran mutlak.1
Namun kebebasan dalam beragama juga mengalami hambatan dan kendala.
Tidak jarang kelompok agama yang dominan dalam suatu Negara-negara tertentu
melakukan tindakan-tindakan yang dalam satu hal dan yang lain menghalangi
kebebasan agama dan keyakinan kelompok agama lain. Dan hal yang sering terjadi
setelahnya adalah timbul konflik horizontal yang memicu pembantaian, perusakan,
pengusiran dan hal-hal negatif lainnya.
Kasus pembantain etnis Rohingya di Myanmar yang merupakan warga
minoritas, dan menganut agama Islam oleh etnis mayoritas yang beragama Budha
merupakan sebuah contoh adanya kasus intoleransi terhadap kebebasan beragama
dan berkeyakinan. Di Myanmar Muslim sering dianggap sebagai nasionalisme
padahal Muslim itu penganut agama, bukan bangsa tertentu. Orang-orang Budha di

1
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1996), h. 219

1
2

Myanmar menilai Muslim sebagai ancaman bagi keamanan nasional dan ancaman
bagi agama Budha," 2.
Penyerangan oleh tentara-tentara Myanmar pada Agustus 2017 merupakan satu
dari tiga pembantaian terbesar yang dilakukan pemerintahan Burma terhadap etnis
ini sejak 2012 dan 2016. Diperkirakan, sedikitnya 6.700 pengungsi Rohingya tewas
dalam kurun waktu sebulan setelah serangan yang disebut pemerintah Myanmar
sebagai “operasi pembersihan” pada Agustus 2017 lalu.3
Di Indonesia juga mungkin masih teringat peristiwa pembakaran masjid saat
perayaan Sholat Idul Fitri di Tolikara Papua pada tahun 2015, pada konflik ini
dikabarkan terdapat satu korban tewas dan puluhan luka-luka. Hal ini dipicu karena
umat Islam dan Kristen menggelar dua acara besar pada waktu yang sama dan di
tempat yang berdekatan.4
Kasus kerusuhan di Ambon tahun 1999 yang dipicu karena adanya peristiwa
sepele, dan dianggap biasa oleh masyarakat, yaitu konflik antara preman Batu
Merah yang beragama Muslim dengan supir angkot yang beragama Kristen. Yang
kemudian menyebabkan pertikaian antar kelompok agama dan suku bangsa yang
kemudian meledak menjadi kerusuhan yang besar di Ambon. Akhirnya
kerusuhanpun meluas keseluruh pulau Ambon tanpa dapat terkendali. Kota dan
desa-desa di Ambon dibakar dan diratakan dengan tanah. Kerusuhan yang berlarut-
larut itu memakan banyak korban jiwa.5
Menurut laporan KONTRAS, sejak pecahnya pertikaian di Poka, tanggal 15
Juli hingga 5 Agustus 1999, tercatat 1.349 orang korban meninggal, ratusan lainnya
luka-luka, dan 4 orang hilang. Sekitar 800 rumah dibakar habis, juga kira-kira 200

2
Budi Raharjo, “Militer Myanmar Lakukan Genosida terhadap suku Rohingya”, 2017,
(www.republika.co.id). Diakses pada tanggal 23 November 2017.
3
R. Diantina Putri, “Pembantaian Sistematis terhadap Muslim Rohingya”, 2018, (www.tirto.id).
Diakses pada 21 Januari 2018.
4
Ilham, “Ini Kronologi Pembakaran Masjid di Tolikara”, 2015, (www.nasional.republika.co.id).
Diakses pada tanggal 24 November 2017.
5
Asri Nurwendah Sari “Konflik Agama di Ambon Tahun 1999”, 2016
(www.kontensara.blogspot.com). Diakses pada tanggal 23 Januari 2018.
3

ruko habis dibakar. Kurang lebih 100.000 warga mengungsi.6 Konflik yang dimulai
pada tahun 1999 baru mereda setelah perjanjian perdamaian Malino II
ditandatangani dua pihak bertikai pada 13 Februari 2002.7 Hal ini juga menjadi
catatan kelam akan kehidupan beragama di Indonesia.
Banyak hal yang dapat menimbulkan terjadinya gesekan antar pemeluk agama,
karena sangat sensitifnya sentiment agama. Apalagi jika ditambah profokasi oleh
oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Kejadian lain yang terjadi di
Indonesia adalah intoleransi yang menimbulkan tindakan terorisme dan
radikalisme. Oknum diketahui beragama Islam dan yang diserang adalah tempat-
tempat ibadah non-muslim atau orang non-muslim itu sendiri. Beberapa kasus yang
penulis himpun diantaranya adalah kasus bom Bali I, bom Bali II, perusakan patung
Pura di Lumajang, persekusi terhadap seorang biksu, penyerangan ke jemaat gereja
dan pengeboman ke 3 gereja di Surabaya.
Tragedi yang pertama adalah kasus bom Bali I yakni terjadi pada tanggal 12
Oktober 2002. Pada saat malam minggu yang ramai akan hiruk pikuk wisatawan,
mendadak menjadi sirna karena terjadi ledakan bom di tiga lokasi dalam waktu
berdekatan, yakni di Paddi’s Pub, Sari Club di jalan legian Kuta Bali dan di dekat
kantor konsulat Amerika Serikat. Pada saat itu korban tewan mencapai 202 orang.
Sebanyak 164 orang di antaranya warga asing dari 24 negara, 38 orang lainnya
warga Indonesia 209 orang mengalami luka-luka. Dampak kerusakan hingga radius
satu kilometer dari pusat ledakan. Peristiwa ini dianggap sebagai peristiwa
terorisme terparah dalam sejarah Indonesia.8
Kelompok yang bertanggung jawab atas terjadinya Bom Bali I adalah
kelompok Jemaah Islamiyah (JI). Koordinator serangan Bom Bali I adalah Mukhlas
dan Imam Samudra. Perakit bom dalam serangan ini terdiri dari lima orang yaitu

6
Ahmad Alfalasany “Kerusuhan Ambon Maluku Berdarah”, 2018,
(www.10108120.blog.unikom.ac.id). Diakses pada tanggal 25 Januari 2018.
7
Debora Sanur Lindawaty, “Konflik Ambon: Kajian Terhadap Beberapa Akar Permasalahan Dan
Solusinya”, Jurnal Politica Vol.2, 2011, h. 273
8
Rizki Gunawan “12-10-2012:Bom Bali I renggut 202 nyawa”, 2012, (www.liputan6.com).
Diakses pada tanggal 04 Februari 2018.
4

Dr. Azhari bin Husin, Dulmatin, Umar Patek, Sarjiyo atau Sawad dan Abdul Ghoni.
Kemudian di bagian logistik terdiri dari Idris, Amrozi bin Nurhasyim dan Ali
Imron. Eksekutor yang terpilih pada serangan saat itu adalah Iqbal dan Jimi. Iqbal
adalah pelaku yang mengenakan bom rompi buatan ke dalam Paddi’s Pub. Ia
menarik tali pemicu dan meledakkan bom pertama. Sedangkan Jimi adalah pelaku
yang mengendarai mobil van ke Sari Club dan meledakkan bom di mobil tersebut.9
Tragedi kedua adalah pengeboman yang kembali terjadi di Bali pada 1 Oktober
2005. Terjadi tiga pengeboman di dua tempat berbeda, yakni satu di Kuta dan dua
di Jimbaran dengan sedikitnya 23 orang tewas dan 196 lainnya luka-luka. Bom
bunuh diri ini memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap pariwisata di
Bali. Pengeboman terjadi di 3 tempat yang berbeda yakni di kafe Nyoman, kafe
Menega dan restoran Raja’s Kuta square. Pada 10 November, Polri menyebutkan
nama dua orang yang telah diidentifikasi sebagai pelaku, yakni: Muhammad Salik
Firdaus, dari Cikijing, Majalengka, Jawa Barat sebagai pelaku peledakan di kafé
Nyoman. Misno alias Wisnu (30), dari desa Ujungmanik, kecamatan Kawunganten,
Cilacap, Jawa Tengah sebagai pelaku peledakan di kafé Menega. Kemudian pada
19 November 2005, Polri merilis seorang lagi pelaku bernama Ayib Hidayat (25),
dari Kampung Pamarikan, Ciamis, Jawa Barat yang berhasil diidentifikasi sebagai
pelaku peledakan di restoran RAJA’s.10
Penyerangan terhadap kegiatan umat beragama terjadi beberapa kali di tahun
2018. Kejadian pertama, terjadi pada hari Minggu, 11 Februari 2018, sekitar pukul
07.30 wib seorang pria bersenjata tajam (pedang) melakukan teror membabi-buta
di Gereja St Lidwina Bedog, Sleman, Yogyakarta. Saat teror itu terjadi, jemaat di
gereja tersebut sedang mengikuti kegiatan ibadah misa pagi. Pelaku kemudian

9
Shara Yosevina Simanjuntak “Analisis kerjasama bilateral Indonesia dengan Australia dalam
penanggulangan terorisme sebagai kejahatan transnasional terorganisir (2002-2005)”, Jurnal Of
International Relations, Vol.2, 2016, h.120
10
Wikipedia “Bom Bali 2005”, 2018, (www.id.wikipedia.org). diakses pada tanggal 26 Januari
2018.
5

berhasil diamankan polisi setelah sempat melawan saat hendak dihentikan


aksinya.11
Penyerangan pada pagi hari itu mengakibatkan lima korban luka. Kelimanya
terdiri dari 3 jemaat gereja, satu pastor dan seorang polisi yakni Aiptu Munir.
Kronologi kejadian menurut salah satu saksi bernama Sukatno, pagi itu dia
membantu sang pastor untuk meletakkan Injil di altar, tiba-tiba di belakang ada
gemuruh dari jemaat dan sudah ada orang yang berdarah-darah. Setelah itu,
menurut penjelasan Sukatno, pelaku yang diketahui bernama Suliono maju ke
depan para jemaat sambil membawa pedang sepanjang sekitar satu meter. Serangan
Suliono kemudian menyasar ke sang pastor yakni Romo Prier. Dia terluka pada
bagian kepala sebelah kiri, di belakang telinga. Pelaku tidak hanya menyerang para
jemaat gereja tapi juga merusak benda-benda yang ada di dalam gereja, seperti
patung dan perabot lainnya. Aksi Suliono menimbulkan kepanikan di dalam gereja.
Di tengah kekacauan akibat ulah Suliono, pihak gereja kemudian menelepon polisi.
Sekitar 10 menit kemudian, sejumlah polisi datang. Suliono kemudian dilumpuhkan
oleh pihak kepolisian dengan ditembak.12
Kejadian intoleransi dalam beragama berikutnya terjadi di Legok, Tangerang.
Yakni terjadi peristiwa persekusi warga terhadap seorang biksu yang diketahui
bernama Mulyanto Nurhalim. Kejadian ini berawal dari viralnya Sebuah video yang
menunjukkan seorang biksu sedang mebacakan surat pernyataan viral di media
sosial. Dalam video tersebut, seorang biksu menyatakan sikap bahwa ia siap pergi
meninggalkan tempat tinggal sendiri dan berjanji untuk tidak melakukan
peribadatan bersama umat Buddha di kediamannya. Video yang diunggah oleh
akun facebook Niluh Djelantik dan akun Twitter @MProjo2019 pada Sabtu, 10
Febuari 2018 itu pun sontak menjadi sorotan warganet.13

11
Dika Dania Kardi, “Kronologi Penyerangan Gereja St. Lindwina Bedog Sleman”, 2018,
(www.cnnindonesia.com). Diakses pada tanggal 10 November 2018.
12
Addi M Idham, “Kronologi Penyerangan Gereja Santa Lidwina di Saat Misa Berlangsung”,
2018, (www.tirto.id). Diakses pada tanggal 12 November 2018.
13
Winda, “Persekusi Biksu di Tangerang: Bagaimana Kisah Sebenarnya?”, 2018,
(www.asumsi.co). Diakses pada tanggal 30 Juni 2018.
6

Diberitakan, warga Kebon Baru RT 001, Desa Babat, Kecamatan Legok,


Kabupaten Tangerang, Banten, menolak kehadiran biksu Mulyanto Nurhalim.
Warga menuding sang biksu menyalahgunakan fungsi tempat tinggal menjadi
tempat ibadah. Menurut Kepala Satuan Reskrim Polres Tangerang Selatan AKP
Ahmad Alexander mengatakan, rumah Biksu Mulyanto memang sering dikunjungi
umat Buddha dari luar kecamatan itu, terutama pada sabtu dan minggu. Umat
Buddha datang ke sana untuk memberikan makanan kepada biksu sekaligus
meminta didoakan.14
Kepala Kepolisian Sektor Legok Ajun Komisaris Murodih mengungkapkan,
Mulyanto yang selama ini banyak berdiam diri di dalam rumahnya, selalu
diantarkan makanan oleh umatnya yang datang dari luar maupun di sekitar Legok.
kemudian, ketika ada tamu yang mengantar makanan, oleh sang biksu didoakan dan
doanya bersama-sama. Kegiatan doa bersama tersebutlah, yang membuat warga
menduga jika Mulyanto telah menyebarluaskan ajaran Buddha. Awalnya isunya
sering ada kegiatan ibadah agama Buddha dan perkumpulan umat Buddha di
kediaman saudara Mulyanto. Puncaknya, warga sekitar mendatangi kediaman
Mulyanto pada Ahad 05 Februari 2018 lalu. Warga menuding ada acara ibadah
Buddha dengan melakukan tebar ikan di lokasi danau bekas galian pasir di
Kampung Kebon Baru, Desa Babat. Warga menolak dan tidak menerima kehadiran
Biksu di Desa Babat yang dianggap akan mensyi'arkan agama Buddha atau
mengajak orang untuk masuk ke agama Buddha, demikian menurut pemaparan
Murodih. Meski demikian, melalui rapat musyawarah pimpinan kota (muspika) di
kecamatan Legok, persoalan tersebut sudah diselesaikan.15
Kejadian yang berhubungan dengan toleransi beragama berikutnya adalah
kasus perusakan tiga buah patung di Pura Mandara Giri Semeru Agung di desa
Senduro, Lumajang. Senin 19 Februari 2018, patung yang berada di pintu utama
pura rusak di bagian tangan. Satu di antaranya tertancap kapak di bagian kepala.

14
Fabian januarius Kuwado, “Penolakan Biksu di Legok Dinilai karena Warga Salah Paham soal
Simbol Agama”, 2018, (www.nasional.kompas.com). Diakses pada tanggal 30 Juni 2018.
15
Joniansyah “Cerita di Balik Video Viral Persekusi Biksu di Legok”, 2018,
(www.metro.tempo.co). Diakses pada tanggal 29 Juni 2018.
7

Tiga patung Dwarapala ini terbuat dari batu pilihan yang didatangkan langsung dari
Gunung Agung, Bali. Menurut pecalang pura, aksi perusakan baru kali pertama
terjadi.16 Pura Mandhara Giri Semeru Agung merupakan pura tertua di Indonesia.
Pura ini terletak di kaki gunung Semeru. Tepatnya di Jalan Serma Dohir,
Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Arsitektur dan tata ruang
menyerupai pura yang berada di Bali dan sekaligus dipengaruhi gaya arsitektur khas
Majapahit.17 Sampai sekarang, pelaku dan motifnya masih dalam pencarian pihak
kepolisian setempat. Hal ini juga menjadi penting karena Pura merupakan tempat
ibadah orang Hindhu, dan siapapun yang menjadi pelaku hal ini telah menodai
kerukunan dan toleransi beragama di Indonesia.
Kejadian yang menodai toleransi beragama di Indonesia sekian kalinya
terulang. Minggu pagi, 13 Mei 2018 3 Gereja di Surabaya terjadi pengeboman di
waktu yang relatif berdekatan. Kronologi kegiatan berdasarkan yang dihimpun dari
crew merdeka.com adalah sebagai berikut: pukul (06.30-07.00 wib) serangan bom
pertama terjadi di Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya,
Kecamatan Gubeng. Dalam rekaman cctv yang beredar, terlihat 2 orang sedang
berboncengan menaiki sepeda motor menuju gereja. Satu pelaku yang dibonceng
terlihat membawa ransel yang diduga berisi bom. Sejumlah saksi menyebut
serangan terjadi saat pergantian jemaat misa. Ledakan keras terdengar hingga radius
100 meter. (07.15 wib) Serangan bom kedua terjadi di Gereja Kristen Indonesia
Jalan Raya Diponegoro, Surabaya. Sejumlah saksi sempat melihat wanita bercadar
membawa dua anak balita memasuki halaman gereja. Ibu dan dua anaknya yang
berupaya masuk ke ruang kebaktian ini sempat dihalau oleh seorang sekuriti di
pintu masuk GKI Jalan Diponegoro Surabaya, sebelum kemudian ketiganya
meledakkan diri di halaman gereja. (07.53 WIB) Serangan bom ketiga terjadi di
Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno. Saksi mata menuturkan ledakan terjadi dari

16
Rio Audhitama Sihombing “Pelaku perusakan patung Pura di Lumajang masih buron”, 2018,
(www.liputan6.com). Diakses pada tanggal 15 Oktober 2018.
17
Sigit wibowo, “Usai Dilarang Bangun Pura di Bima, Pura Hindu di Lumajang Dirusak”, 2018,
(www.independensi.com). Diakses pada tanggal 16 Oktober 2018.
8

tempat parkir kendaraan. Diduga serangan bom mobil, api langsung membumbung
tinggi di lokasi kejadian.18
Pelaku diketahui bernama Dita Oepriarto, Dia berbagi tugas bersama istri dan
keempat anaknya, meledakkan ketiga bom dalam waktu selisih 30 menit.
Mengendarai mobil Avanza, Oepriarto menyerang Gereja Pantekosta pusat
Surabaya di Jalan Arjuno. Istrinya, Puji Kuswati beserta dua anak perempuan
mereka, Fadilah Sari dan Pamela Riskika bertugas meledakkan diri di Gereja
Kristen Indonesia, Jalan Diponegoro. Sementara kedua anak laki-laki Dita, Yusuf
Fadil dan Firman Halim meledakkan diri di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Jalan
Ngagel Madya.19
Berdasarkan situs pikiran-rakyat.com, jumlah korban yang meninggal ada 18
orang. Di TKP pertama di Gereja Santa Maria, Jalan Ngagel tercatat tujuh orang
meninggal dunia, dengan rincian dua dari pelaku terduga teror dan lima dari
masyarakat. Di TKP kedua GKI Jalan Diponegoro Surabaya, tiga pelaku terduga
teroris meninggal dunia dan di Gereja Pantekosta Jalan Arjuna, terdiri dari tujuh
masyarakat meninggal dunia dan satu pelaku terduga teroris yang tewas.20
Manusia adalah makhluk sosial, manusia hidup bersama orang lain. Dalam
hidup bersama, seorang manusia tidak dapat bertindak sesukanya. Perlu ada norma
yang mengatur hidup bersama. Norma meletakkan pedoman dasar untuk manusia
memainkan perannya dan berhubungan dengan sesamanya.21 Dalam hal ini norma
yang mengatur manusia dari berbagai ras, suku, agama dan antar golongan haruslah
yang bersifat universal dan objektif di tengah kemajemukan masyarakat.
Islam memiliki referensi yang sangat akurat dan fundamental mengenai
penegakan multikulturalisme. Sebab selain bersifat nushush (berdasarkan teks

18
Ramadhian Fadillah, “Ini kronologi lengkap serangan bom bunuh diri di 3 gereja Surabaya”,
2018, (www.merdeka.com). Diakses pada tanggal 03 November 2018.
19
Hasanudin Aco, “Inilah Pekerjaan Para Teroris Pelaku Bom di Surabaya”, 2018,
(www.tribunnews.com). Diakses pada tanggal 04 November 2018.
20
Deni Yudiawan, “Korban Bom Tiga Gereja di Surabaya Jadi 18 Orang”, 2018, (www.pikiran-
rakyat.com). Diakses pada tanggal 04 November 2018.
21
Tim Mitra Guru, “Ilmu pengetahuan Sosial Sosiologi untuk SMP dan MTs kelas VIII”,
(Jakarta:Erlangga, 2007), Vol.2, h. 81
9

suci). Nabi Muhammad SAW, telah mendaratkan multikulturalisme sebagai salah


satu tradisi agung sistem sosial yang dibangunnya.22
Menurut M. Quraish Shihab, Al-Qur’an secara harfiyah berarti bacaan
sempurna. Ia merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada
satu bacaanpun sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang
dapat menandingi Al-Qur’an, bacaan sempurna lagi mulia.23
Islam sangat menghargai perbedaan dan kemajemukan. Dalam salah satu ayat
Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 13:

)١٣( …‫وًب اوقاباائِ ال لِتا اع اارفُوا‬ ِ ِ ‫َيأايُّ اها الن‬


‫َّاس إ ََّّن اخلا ْقناا ُكم من ذا اك ٍر اوأُنثا ٰى او اج اع ْلناا ُك ْم ُشعُ ا‬
ُ ‫ا‬
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal-mengenal…” (Q.S Al-Hujurat:13)
Menyangkal kemajemukan, apalagi memerangi perbedaan dan kemajemukan,
adalah sebuah cara berpikir dan bertindak yang bertentangan dengan ilahi dan
karena itu bukan merupakan pengertian Islam yang benar.24
Generasi muslim pada khususnya harus lepas dari stigma teroris dan anti
toleransi seperti yang selama ini didengungkan oleh kalangan barat. Sebagaimana
dikutip dari Asep Syamsul “kelekatan Islam dengan terorisme selama ini
didengungkan oleh propaganda Amerika Serikat ketika negara ini menyusun daftar
negara sponsor terorisme internasional. Dimasukkannya Sudan, Iran, irak, Libya
dan Syiria yang notabene negara-negara Islam semakin melekatkan kesan bahwa
Islam adalah agama teroris”.25
Pendidikan Toleransi dalam beragama menjadi penting bagi keharmonisan
dalam bermasyarakat. Di dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menjelaskan
dasar-dasar norma bagaimana seseorang bersikap toleran terhadap penganut agama

22
Syahrin Harahap, “Teologi Kerukunan”, (Jakarta:prenada media, 2011) hlm,151
23
M. Quraish Shihab, “Wawasan Al-Qur’an”, (Bandung:Mizan 1996). hlm.3
24
Said Aqiel Siradj, “Islam, Ilmu dan peradaban”, dalam (ed) ”Robert B Baowollo,
“Mengggugat Tanggung jawab Agama-Agama Abrahamik bagi perdamaian Dunia”
(Yogyakarta:Kanisius, 2010), h. 146
25
Asep Syamsul M romli, “Demonologi Islam Upaya Barat membasmi kekuatan Islam”,
(Jakarta: Gema Insani, 2000), h. 43
10

lain. Pendidikan toleransi sangat penting ditanamkan kepada setiap individu


beragama sejak sekolah dasar dan mengaplikasikannya dengan teman-teman
sepergaulannya dan lingkungan pada saat itu.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka menjadi penting adanya kajian
mendalam tentang arti sebuah toleransi dalam beragama dan perumusan konsep
pendidikan toleransi dalam beragama yang bisa diterapkan baik di Indonesia
maupun di negara-negara lain di dunia. Kenyataan di atas mendorong penulis untuk
menyusun pengkajian tentang pendidikan toleransi dalam beragama dalam
penelitiannya yang berjudul “Pendidikan Toleransi Beragama dalam Al-
Qur’an”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan, maka penulis dapat
mengidentifkasikan berbagai masalah yaitu sebagai berikut :
1. Terdapat kasus-kasus intoleransi antar umat beragama di Indonesia dan
negara lain yang dilakukan oleh oknum beragama Islam maupun sebaliknya.
2. Terdapat pemeluk agama yang tidak memahami arti toleransi, sehingga
timbul oknum yang melakukan tindakan-tindakan tidak terpuji terhadap
penganut agama lain.

C. Pembatasan Masalah
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan bisa dikaji lebih mendalam,
maka penulis membatasi permasalahan ini dengan definisi operasional sebagai
berikut :
1. Pendidikan toleransi adalah hasil implementasi dari pendidikan
multikultural yang memiliki arti menginstitusionalkan sebuah filosofi
pluralisme budaya ke dalam sistem pendidikan yang didasarkan pada
prinsip-prinsip persamaan (equality), saling menghormati dan menerima,
memahami dan adanya komitmen moral untuk sebuah keadilan sosial.
2. Toleransi mempunyai 3 ruang lingkup, yakni kebebasan, keadilan dan
tanggung jawab.
11

3. Agama disini lebih khusus membahas agama dalam terminology Islam yang
memiliki arti Agama adalah ajaran tentang kewajiban dan kepatuhan
terhadap aturan, petunjuk, perintah yang diberikan Allah kepada manusia
lewat utusan-utusan-Nya, yang kemudian diajarkan kepada umatnya dengan
pendidikan dan tauladan. Karena subjek dari penelitian ini adalah tentang
sikap seorang muslim dalam melaksanakan toleransi dalam beragama.
4. Al-Qur’an dalam penelitian ini dibatasi dengan 4 ayat yang memiliki
kandungan ruang lingkup toleransi, yakni dalam surah Al-Baqarah ayat 256,
Al-An’am ayat 108, Al-Mumtahanah ayat 8, dan Al-Kafirun ayat 6.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka rumusan
permasalahan yang akan diangkat penulis adalah sebagai berikut:
Bagaimana pendidikan toleransi beragama dalam Al-Qur’an yang terdapat
pada surah al-Baqarah ayat 256, al-An’am ayat 108, Al-Mumtahanah ayat 8, dan
Al-Kafirun ayat 6.

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai
adalah untuk mengetahui konsep pendidikan toleransi dalam beragama
berdasarkan hasil analisis dari tafsir al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 256,
al-An’am ayat 108, al-Mumtahanah ayat 8, dan al-Kafirun ayat 6.

F. Manfaat Penelitian
Setelah mengetahui tujuan tersebut di atas, maka diharapkan
penelitian ini dapat dipelajari dan dikembangkan, sehingga dapat
bermanfaat baik dari segi teoritis maupun praktis sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis
a. Menambah khazanah pemikiran atau wawasan bagi ilmu pendidikan
agama Islam mengenai pendidikan toleransi dalam beragama sesuai
12

tuntunan Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 256, Al-An’am ayat 108, Al-
Mumtahanah ayat 8, dan Al-Kafirun ayat 6.
b. Menjelaskan bagaimana pandangan al-Qur’an terhadap Pendidikan
toleransi dalam beragama yang berlaku bagi kehidupan manusia sehari-
hari.

2. Manfaat Praktis
a. Berusaha memberikan edukasi tentang pendidikan toleransi dalam
beragama sesuai yang terkandung dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah
ayat 256, Al-An’am ayat 108, Al-Mumtahanah ayat 8, dan Al-Kafirun
ayat 6.
b. Bahan upaya pengembangan diri penulis maupun bagi orang yang
memerlukannya.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Toleransi
1. Arti Pendidikan
Pendidikan mempunyai banyak cakupan dan sangat berkaitan dengan
perkembangan manusia muda, mulai dari perkembangan jasmaniah dan rohaniah,
antara lain: perkembangan fisik, pikiran, perasaan, kemauan, kesehatan,
ketrampilan, sosial, hati nurani, kasih sayang.1
Pendidikan berasal dari kata asal “didik” yang menurut KBBI mempunyai
arti: memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan
kecerdasan pikiran.2 Sedangkan pendidikan secara istilah sebagaimana tertuang
dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.3
Pengertian pendidikan menurut para pakar pendidikan menurut kajian
literatur, sebagai berikut :
a. John Dewey, pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-
kecakapan fundamental, emosional ke arah alam, dan sesama manusia.
b. Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah daya dan upaya untuk
memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak agar dapat
memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang selaras
dengan alam dan masyarakatnya.4

1
Amos neolaka, landasan pendidikan: dasar pengenalan diri sendiri menuju perubahan hidup,
(Jakarta: kencana, 2017), h. 2
2
Dendy Sugono, dkk., Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008), h. 352
3
Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, BAB I pasal I
ayat I, Jakarta, 2003
4
Neolaka, op.cit, h. 11

13
14

Berdasarkan berbagai definisi pendidikan diatas, pendidikan menurut hemat


penulis adalah kegiatan proses atau kegiatan membelajarkan peserta didik untuk
mengenal dirinya sendiri dan potensi dalam dirinya, serta melatih potensi tersebut
agar dapat menjadi manusia yang lebih baik.

2. Arti Toleransi
Toleransi harus dideskripsikan dengan tepat, sebab toleransi beragama yang
dilakukan dengan asal justru akan merusak agama itu sendiri. Islam sebagai ajaran
yang kaffah, tentu telah mengatur dengan sempurna batas-batas antara muslim dan
non-muslim, sebagaimana Islam mengatur batas-batas antara laki-laki dan
perempuan dan lain sebagainya.5
Dalam bahasa Inggris, toleransi berasal dari kata “tolerate” yang memliki arti
“allow somebody to do something that you disagree with or dislike”
(memperkenankan seseorang untuk melakukan sesuatu yang kamu tidak setujui
atau kamu tidak suka).6 Dalam bahasa Arab, kata “tasamuh” adalah yang paling
umum digunakan untuk arti toleran. Tasamuh berasal dari kata samhan yang
berarti mudah, memperbolehkan, berlaku lembut.7 Sedangkan menurut KBBI,
toleran adalah bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan,
membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan,
kelakuan, dsb) yg berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.8
Adapun secara terminologi, menurut UNESCO sebagai organisasi resmi PBB
dalam bidang pendidikan dan kebudayaan memberikan definisi sebagai berikut,
toleransi adalah sikap saling menghormati, saling menerima dan saling
menghargai di tengah keragaman budaya, kebebasan berekspresi dan karakter
manusia. Toleransi tersebut harus didukung oleh pengetahuan yang luas, sikap
terbuka, kebebasan berfikir dan beragama. UNESCO menambahkan toleransi

5
Ahmad Syarif Yahya, Ngaji Toleransi, (Jakarta: Kompas Gramedia, 2017), h. 1
6
Victoria Bull, “Oxford learners Pocket Dictionary” (New York, Oxford University Press,
2011), Cet. IV, h. 468
7
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wa Dzurriyah, 2010),
h.178
8
Sugono, dkk., op.cit, h. 1538
15

juga berarti sebuah sikap positif dengan cara menghargai hak orang lain dalam
rangka menggunakan kebebasan asasinya sebagai manusia.9 Dalam Islam terdapat
hadits yang berbunyi :

َّ ُ‫اَّلل احلانِ ِيفيَّة‬


ُ‫الس ْم احة‬ ِ ‫ب‬
َِّ ‫الدي ِن إِ اَل‬ ُّ ‫اح‬
‫أا‬
“Agama yang paling dicintai allah adalah yang lurus lagi toleran” (HR.
Bukhari).10
Toleransi beragama menurut Islam adalah memperbolehkan tanpa melewati
batas agama itu sendiri, yang ditetapkan oleh al-Qur’an dan hadist Nabi.11
Dari sini dapat difahami bahwa toleransi merupakan sikap untuk memberikan
hak sepenuhnya kepada orang lain untuk berpendapat atau berbuat sesuatu
berdasarkan prinsipnya tanpa mengorbankan prinsip kita sendiri. Lebih jauh,
toleransi, dalam hal ini toleransi dalam beragama, dapat dicerminkan dengan sikap
sabar dan menahan diri untuk tidak mengganggu agama atau sistem keyakinan
dan ibadah para penganut agama lain.

3. Ruang Lingkup Toleransi


Ruang lingkup toleransi terdapat dalam tiga aspek yakni tanggung jawab,
kebebasan, dan keadilan.12
a. Tanggung Jawab
Tanggung jawab menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah keadaan
wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,
dipersalahkan, diperkarakan, dsb).13 Tanggung jawab juga berarti berbuat
sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Rasulullah melalui piagam madinah telah menjamin sebuah kebebasan
kepada pemeluk agama berbeda untuk menjalankan keyakinannya sesuai

9
Zuhairi Misrawi, Al-Qur’an Kitab Toleransi, (Jakarta: Pustaka Oasis, 2010), h. 162
10
Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari,(Riyadh: Baitul Afkar, 1998), juz I, h.
31
11
Yahya, op.cit, h. 3
Muhammad Rifqi Fachrian, Toleransi Antar Umat Beragama dalam Al-Qur’an: Telaah
12

Konsep Pendidikan Islam, (Depok: Rajawali Pers, 2018) h. 22


13
Dendy Sugono, dkk., Kamus Bahasa Indonesia, op.cit, h. 1443
16

dengan ajaran masing-masing. Dalam piagam madinah pasal 25, disebutkan


bahwa antara kaum mukmin dan yahudi, pada hakikatnya adalah satu
golongan. Yahudi dan islam dipersilahkan melaksanakan ajarannya masing-
masing, dengan satu catatan bahwa di antara golongan itu jangan sampai terjadi
pertikaian antara sesama.14 Dengan adanya hal ini setiap umat beragama
bertanggung jawab terhadap perbuatan dan keyakinannya masing-masing.
Perayaan dan segala aktifitas maupun atribut masing-masing pemeluk
agama menjadi tanggung jawab agama bersangkutan. Pemaksaan untuk
mengajak bahkan menyuruh pihak lain untuk ikut serta merayakan dan
memasang segala atributnya merupakan bentuk intoleransi. Untuk itu Majelis
Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 201615, mengeluarkan fatwa tentang hal
tersebut, hal ini dilandasi dan berdasarkan sabda Nabi Muhammad Saw:

»‫ « ام ْن تا اشبَّها بِاق ْوٍم فا ُه او ِمْن ُه ْم‬:‫صلَّى هللاُ اعلاْي ِه او اسلَّ ام‬ َِّ ‫ول‬
‫اَّلل ا‬ ُ ‫ال ار ُس‬ ‫ قا ا‬،‫اع ِن ابْ ِن عُ امار‬
‫ قا ا‬:‫ال‬
“Dari Ibnu Umar, dia berkata: Rasulullah bersabda: barangsiapa yang
menyerupai suatu kaum maka ia merupakan bagian dari mereka” (HR Abu
Daud)16

b. Kebebasan
Kebebasan dalam kamus besar bahasa Indonesia berasal dari kata dasar
bebas yang memiliki arti lepas sama sekali (tidak terhalang, terganggu, dan
sebagainya sehingga dapat bergerak, berbicara, berbuat, dan sebagainya
dengan leluasa). Kebebasan adalah kemerdekaan (keadaan bebas).17
Kebebasan beragama di Indonesia dijamin oleh UUD 1945, dalam pasal
29 ayat (2) UUD 1945 menegaskan bahwa, “Negara menjamin kemerdekaan
tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk

14
M, Imdadun Rahmat, Islam Pribumi: Mendialogkan Agama, Membaca Realitas, (Jakarta:
Erlangga, 2003), h. 199
15
Fatwa MUI Nomor 56 Tahun 2016, Tentang Hukum Menggunakan Atribut Keagamaan Non-
Muslim, Jakarta, 2016
16
Abi Daud, Sunan Abi Daud, (Riyadh: Maktabah Al-Maarif, t.tt) h. 721
17
Dendy Sugono, dkk., Kamus Bahasa Indonesia, op.cit, h. 155
17

beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”. Dalam UU Nomor 39


Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia juga diatur adanya hak-hak asasi
manusia dan kewajiban dasar manusia. Pasal 22 UU Nomor 39 Tahun 1999
menegaskan bahwa:
“(1) Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu; dan (2) Negara
menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.”
Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk Indonesia ialah: Islam,
Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Khong Cu (Confusius). Agama-agama
inilah yang dipeluk hampir seluruh penduduk Indonesia. agama tersebutlah
yang mendapat fasilitas dari negara atau bantuan dari negara. Akan tetapi tidak
berarti agama-agama lain, misalnya: Yahudi, Zarazustrian, Shinto, Teosism,
dilarang di Indonesia. Mereka juga mendapat jaminan penuh seperti yang
diberikan oleh pasal 29 ayat (2) UUD 1945 dan mereka dibiarkan adanya asal
tidak melanggar peraturan perundang-undangan.18
Konsep kebebasan atau kemerdekaan dalam Islam adalah konsep yang
memandang semua manusia pada hakikatnya hanya hamba tuhan saja, sama
sekali bukanhamba sesama manusia. Hal ini berimplikasi bahwa manusia
dalam pandangan Islam mempunyai kemerdekaan dalam segala hal yang
berhubungan dengan kehidupannya. Kebebasan tersebut tidak bias diganggu
gugat baik oleh hukum publik maupun hukum Islam sekalipun. Namun
kebebasan tersebut ada batasnya misalnya dalam hukum publik manusia bebas
melakukan apa yang menjadi keinginannya, namun kebebasan tersebut
dibatasai oleh kebebasan orang lain. Demikian juga dalam Islam manusia bebas
melakukan sesuatu sejak ia lahir, namun kebebasan itu dibatasi oleh kebalighan

18
Febri Handayani, Konsep Kebebasan Beragama Menurut UUD Tahun 1945 Serta Kaitannya
Dengan Ham, 2016 (https://Media.Neliti.Com) Diakses pada tanggal 21 Januari 2019.
18

yang ia alami membuat dia berkewajiban untuk melakukan segala peraturan


yang ditentukan oleh syara’.19

c. Keadilan
Keadilan berasal dari bahasa arab “adl” yang artinya bersikap dan berlaku
dalam keseimbangan.20 Keseimbangan meliputi keseimbangan antara hak dan
kewajiban dan keserasian dengan sesama makhluk. Keadilan pada hakikatnya
adalah memperlakukan seseorang atau orang lain sesuai haknya atas kewajiban
yang telah dilakukan. Yang menjadi hak setiap orang adalah diakui dan
diperlakukan sesuai harkat dan martabatnya yang sama derajatnya di mata
Tuhan YME. Hak-hak manusia adalah hak-hak yang diperlukan manusia bagi
kelangsungan hidupnya di dalam masyarakat.21
Allah berfirman dalam QS Al-Maidah ayat 8:
ٰۖ ٍ
‫اَّللا اخبِ ٌري ِِباا‬ َّ ‫ب لِلتَّ ْق او ٰى اواتَّ ُقوا‬
َّ ‫اَّللا إِ َّن‬ ِ ِ
ُ ‫اواَل اَْي ِرامنَّ ُك ْم اشناآ ُن قا ْوم اعلا ٰى أَّاَل تا ْعدلُوا ْاعدلُوا ُه او أاقْ ار‬
)٨( ‫تا ْع املُو ان‬
“dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk tidak berlaku adil. Berlaku adillah, karena adil itu
lebih dekat kepada takwa, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS: Al-Maidah:8)
Keadilan menjadi hak semua pemeluk agama, dalam Islam, Allah tidak
melarang untuk melaksanakan kerjasama dengan non-muslim selama mereka
tidak memerangi dan mengusir muslim dari kampung halamannya.

19
M. Tolchah Hasan, Islam Dalam Perspektif Sosio Kultural, (Jakarta: Lantabora Press, 2000),
h. 145-146
20
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka
Progressif, 2007), h. 906
21
Afifa Rangkuti, “Konsep Keadilan Dalam Perspektif Islam”, Jurnal Pendidikan Islam
Tazkiya, 2017, h. 3-4
19

4. Pendidikan Toleransi
Menurut Muliadi22 pendidikan multikultural merupakan implementasi
pendidikan toleransi kehidupan beragama. Pendidikan multikultural merupakan
respons terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah, sebagaimana
tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok. Secara luas pendidikan
multikultural itu mencakup seluruh siswa tanpa membedakan kelompok-
kelompoknya seperti gender, etnik, ras, budaya, strata sosial dan agama.
Mundzier Suparta dalam bukunya Islamic multicultural education mencatat
lebih dari sepuluh definisi pendidikan multikultural, yang diantaranya adalah (a)
pendidikan multikultural adalah filosofi yang menekankan pada makna penting
legitimasi dan vitalitas keragaman etnik dan budaya dalam membentuk kehidupan
individu, kelompok maupun bangsa. (b) pendidikan multikultural adalah
menginstitusionalkan sebuah filosofi pluralisme budaya ke dalam system
pendidikan yang didasarkan pada prinsip-prinsip persamaan (equality), saling
menghormati dan menerima, memahami dan adanya komitmen moral untuk
sebuah keadilan sosial. (c) pendidikan multikultural merupakan reformasi sekolah
yang komprehensif dan pendidikan dasar untuk semua anak didik yang menentang
semua bentuk diskriminasi dan instruksi yang menindas dan hubungan antar
personal di dalam kelas dan memberikan prinsip-prinsip demokratis keadilan
sosial.23
M. Ainul Yaqin memahami pendidikan multikultural sebagai strategi
pendidikan yang diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran dengan cara
menggunakan perbedaan-perbedaan kultural yang ada pada para siswa seperti
perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, kelas sosial, ras, kemampuan dan umur
agar proses belajar menjadi mudah.24
Tujuan pendidikan dengan berbasis multikultural dapat diidentifikasi sebagai
berikut:

22
Fachrian, op.cit h. 26
23
Mundzier Suparta, Islamic Multicultural Education: Sebuah Refleksi atas pendidikan Agama
Islam di Indonesia, (Jakarta: Alghazali Center, 2008), h. 37
24
M. Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural: cross-cultural understanding untuk demokrasi
dan keadilan (Yogyakarta: Pilar Media, 2005), h. 25
20

a. memfungsikan peranan sekolah dalam memandang keberadaan siswa


beraneka ragam.
b. membantu siswa dalam membangun perlakuan positif terhadap perbedaan
kultural, ras, etnik, kelompok keagamaan.
c. memberikan ketahanan siswa dengan cara mengajar mereka dalam
mengambil keputusan dan ketrampilan sosialnya.
d. membantu peserta didik dalam membangun ketergantungan lintas budaya
dan memberi gambaran positif kepada mereka mengenai perbedaan
kelompok.25
Pendidikan multikultural yang merupakan implementasi dari pendidikan
toleransi adalah model pendidikan yang diharapkan memberi sumbangsih
terhadap penciptaan perdamaian dan upaya menanggulangi konflik yang akhir-
akhir ini marak. Sebab, nilai dasar dari pendidikan ini adalah penanaman dan
pembumian nilai toleransi, empati, simpati dan solidaritas sosial.26

5. Toleransi Nabi Muhammad SAW Dan Sahabatnya


Barangsiapa mengetahui sejarah islam, baik riwayat perjuangan Nabi
Muhammad SAW, maupun pemerintahan di zaman khalifah-khalifah islam dan
raja-raja dahulu, akan senyum melihat keramahan dan toleransi pemimpin pada
saat itu.27
Berikut adalah beberapa sikap toleransi yang ditunjukkan oleh Nabi
Muhammad SAW dan para Sahabatnya:
a. Persamaan Sosial
Rasulullah Saw berperilaku baik dan penuh kasih sayang terhadap orang-
orang kafir. Beliau menganggap seluruh manusia sebagai anak cucu Adam AS,
semua sama-sama berasal dari tanah. Merenungkan asal-usul manusia bukan

25
Rustam Ibrahim, Pendidikan Multicultural: Pengertian, Prinsip, Dan Relevansinya Dengan
Tujuan Pendidikan Islam, Jurnal Addin Vol 7 No.1, 2013, h. 145
26
Moh Yamin, Vivi Aulia, Meretas Pendidikan Toleransi, Pluralisme dan Multikulturalisme
Keniscayaan Peradaban, (Malang: Media Madani, 2011). h. 30
27
Abu Bakar Aceh, “Toleransi Nabi Muhammad Dan Para Sahabatnya” (Solo: Cv Ramadhani,
1984), h. 65
21

hanya berujung pada kesimpulan adanya persamaan setiap orang, tetapi bahkan
tersingkapnya substansi hubungan kekeluargaan antar manusia dalam konteks
penciptaan yang berawal dari sang pencipta. Inilah ladang persemaian kasih
sayang dan tumbuhnya kecintaan antar sesama, yang tentu saja lebih luhur dari
sikap toleran dan kerukunan hidup beragama.28
Rasululllah bersabda:

‫صلَّى هللاُ اعلاْي ِه او اسلَّ ام ِِف او اس ِط أ َّاَيِم التَّ ْش ِر ِيق‬ َِّ ‫ول‬ِ ‫ ح َّدثاِِن من اَِسع خطْبةا رس‬،‫ضرةا‬
‫اَّلل ا‬ ُ ‫اع ْن أِاِب نا ْ ا ا ا ْ ا ُ ا ا‬
،‫ض ال لِ اعارٍِِب اعلاى اع اج ِم ٍي‬ ْ ‫ أااَل اَل فا‬،‫اح ٌد‬ ِ ‫ وإِ َّن أاًب ُكم و‬،‫اح ٌد‬
‫ا ا ْا‬
ِ ‫ أااَل إِ َّن ربَّ ُكم و‬،‫ «َي أايُّها النَّاس‬:‫ال‬
‫ا ْا‬ ُ ‫فا اق ا ا ا‬
»‫ إََِّل ًِبلتَّ ْق اوى‬،‫اْحاار‬ ْ ‫اس اواد اعلاى أ‬
ْ ‫ اواَل أ‬،‫اس اواد‬ ْ ‫ اواَل أ‬،‫اواَل لِ اع اج ِم ٍي اعلاى اعارٍِِب‬
ْ ‫اْحاار اعلاى أ‬
Artinya:
“Dari Abi Nadhrah, bercerita kepadaku orang yang mendengarkan
Khotbah Rasulullah Saw. Di tengah hari-hari tasyriq, beliau bersabda: Wahai
manusia sekalian, ketahuilah bahwa tuhan kalian adalah satu dan ayah-ayah
kalian juga satu, ketahuilah tidak ada keutamaan bagi bangsa Arab atas
bangsa Ajam, dan bangsa Ajam atas Arab, dan tidak bagi suku berkulit merah
atas suku berkulit hitam, dan suku kulit hitam atas suku kulit merah kecuali
dengan taqwa .” 29
b. Membela Kaum Minoritas
Rasulullah Saw berulang kali menasihati kaum muslim untuk berlaku arif
dan adil terhadap non-Muslim. Beliau berkata:
ِ ‫اخ اذ ِمْنهُ اشْي ئاا بِغا ِْري ِط‬ ِِ ِ
ٍ ‫يب نا ْف‬
،‫س‬ ‫ أ ْاو أ ا‬،‫ أ ْاو اكلَّ افهُ فا ْو اق طااقاته‬،ُ‫صه‬
‫ أا ِو انْتا اق ا‬،‫«أااَل ام ْن ظالا ام ُم اعاه ادا‬
»‫يجهُ يا ْوام الْ ِقيا اام ِة‬ ِ
ُ ‫فاأا اَّن احج‬
Artinya:
“Ingatlah siapa saja yang berlaku zalim kepada muahid (Ahli Kitab yang
terikat perjanjian dengan Islam), atau memaksanya diatas kemampuannya,
atau mengambil sesuatu darinya tanpa kerelaan hati, maka aku akan
mendebatnya besok di hari kiamah.30

28
Muhammad Hasan Qadrdan Qaramaliki, Al-Qur’an dan Pluralisme Agama, (Jakarta: Sadra
Press, 2011) h. 88
29
Ahmad bin hanbal, Musnad Ahmad bin hanbal, (Beirut: Al-Risalah, t.tt) h. 474
30
Abi Daud, op.cit. h. 548
22

c. Menghormati Jenazah Yahudi


Suatu hari, Rasululllah Saw duduk bersama sekumpulan sahabat. Tiba-tiba
beliau berdiri saat melihat jenazah seorang Yahudi diusung ke pemakaman.
Para sahabat berkata,

‫صلَّى هللاُ اعلاْي ِه‬ ُّ ِ‫ فا اق اام اَلاا الن‬،ٌ‫ امَّر بِناا اجنا اازة‬:‫ال‬
‫َِّب ا‬ ‫ قا ا‬،‫اَّللُ اعْن ُه اما‬ َّ ‫اع ْن اجابِ ِر بْ ِن اعْب ِد‬
َّ ‫اَّللِ ار ِض اي‬
»‫وموا‬ ِ ِ ‫ قا ا‬،‫ود ٍي‬ ِ ‫اَّللِ إِ ََّّناا ِجنازةُ ي ه‬ ‫ اَي ار ُس ا‬:‫ فا ُق ْلناا‬،‫او اسلَّ ام اوقُ ْمناا بِِه‬
ُ ‫ فا ُق‬،‫ «إ اذا ارأايْتُ ُم اجلناا ازاة‬:‫ال‬ ُ‫ا ا ا‬ َّ ‫ول‬
“Dari Jabir bin Abdullah RA berkata: melewati kepada kami sebuah
jenazah, lalu Rasulullah Saw. berdiri, dan kami berdiri bersamanya. Lalu kami
bertanya, bukankah itu jenazah Yahudi?” beliau menjawab, “kapan saja
kalian melihat jenazah, berdirilah untuk menghormatinya”.31
d. Piagam Pertama Kebebasan Berakidah
Satu lagi yang jadi kebanggaan Islam adalah penandatangan perjanjian
damai dengan pihak-pihak penentang. Semasa memerintah, Rasulullah Saw
berhasil membuat sejumlah perjanjian damai dengan musuh-musuhnya. Semua
itu menjadi pemerintahan islam, selain menerapkan pajak khusus kepada ahli
kitab, wajib menjamin hak-hak mereka, baik di bidang politik, social, budaya,
keamanan, maupun kebebasan berakidah. Perjanjian yang pertama kali diteken
beliau adalah perjanjian damai dengan Yahudi Madinah.32
e. Peduli Terhadap Minoritas
Imam Ali pada saat itu menjadi khalifah Islam, kota Anban saat itu berada
dibawah kendali peerintahan imam Ali. Warganya terdiri dari umat islam dan
yahudi. Pasukan Muawiyah pernah menyerang, menjarah barang-barang
berharga, dan merenggut kehormatan seorang wanita Yahudi disitu. Imam Ali
prihatin seraya mengatakan:
“Apabila seorang muslim mati karena mendengar berita diculiknya
seorang perempuan Yahudi di bawah pemerintahan Islam, bagiku sungguh

31
Al-Bukhari, op.cit. h. 256
32
Qaramaliki,op.cit. h. 90
23

pantas mendapatkan pujian, kemuliaan, dan balasan (di sisi Allah) daripada
mendapat hujatan”33
f. Memperbolehkan Tradisi Penganut Agama Lain
Salah satu bentuk toleransi Imam Ali RA adalah berdasarkan perkataan
beliau berikut:
“Andai saja aku duduk sebagai hakim, aku akan menghukum pengikut
taurat berdasarkan kitab taurat, para pengikut injil berdasarkan injil, dan para
pengikut zabur berdasarkan zabur, serta pengikut al-qur’an dengan al-qur’an”34

B. Beragama
1. Pengertian Agama
Kata beragama berasal dari kata “agama”. Beberapa analisis filsafat agama
maupun perbandingan agama menganggap kata ini berasal dari bahasa sansekerta,
yang dapat berarti peraturan-peraturan tradisional, ajaran, apa saja yang turun-
temurun dan ditentukan oleh adat dan kebiasaan.35 kata agama dalam terminology
Islam, sebagaimana dikutip dari buku tauhid, taqdir dan tawakkal yakni “Agama
adalah ajaran tentang kewajiban dan kepatuhan terhadap aturan, petunjuk,
perintah yang diberikan Allah kepada manusia lewat utusan-utusan-Nya, yang
kemudian diajarkan kepada umatnya dengan pendidikan dan tauladan”36. Kata
“agama” kemudian mendapatkan imbuhan berupa awalan “ber” sehingga menjadi
beragama. Kata ini mengandung arti: menganut, memeluk agama, mematuhi
segala aturan agama, dan taat kepada agama.37
Menurut Harun Nasution, ada beberapa pengertian atau definisi tentang
agama, yaitu: 1) pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan
ghaib yang harus dipatuhi. 2) pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang
menguasai manusia. 3) mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang

33
Ibid., h. 93
34
Ibid., h. 92
35
Mujadid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1996) Cet II, h.
6
36
Agus Salim, Tauhid, Taqdir Dan Tawakkal, (Jakarta: Tintamas, 1967) h.6
37
Dendy Sugono, dkk., Kamus Bahasa Indonesia, op.cit, h. 18
24

mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada pada diri manusia dan
mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia. 4) kepercayaan pada suatu
kekuatan ghaib yang menimbulkan hidup tertentu. 5) suatu system tingkah laku
yang berasal dari kekuatan ghaib. 6) pengakuan terhadap adanya kewajiban-
kewajiban yang diyakini bersumber pada kekuatan ghaib. 7) pemujaan terhadap
kekuatan ghaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap
kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia. 8) ajaran-ajaran
yang diwahyukan tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.38
Lebih jauh, Thabathaba’i menjabarkan bahwa fungsi agama yang haqq antara
lain: 1) sebagai alat kontrol. Agama sebagai pengawas dan pengontrol terhadap
perbuatan-perbuatan lahir, seperti yang dimiliki oleh hokum-hukum buatan
manusia. Agama yang sudah bersemayam dalam hati manusia bagaikan polisi
rahasia yang selalu mengikutinya kemana saja ia pergi, mencegahnya dari
tindakan yang tidak bermoral dan memaksanya berbuat baik. 2) sebagai sarana
pendorong kewajiban melakukan amar makruf nahi munkar, yang membuat
setiap individu saling mengawasi perbuatan masing-masing. 3) mengingatkan
bahwa semua perbuatan manusia diperhatikan dan dicatat, dan di akhirat akan
diperiksa secara teliti. 4) bahwa Allah adalah penguasa dan pemilik alam semesta
beserta isinya, dan Dia mengetahui serta melihat semua perbuatan yang dilakukan
manusia.39
Fenomena belakangan ini, identitas keagamaan semakin sering muncul dalam
bentuk yang dimunculkan dalam perilaku terhadap orang lain yang berkeyakinan
berbeda. Berbagai peristiwa sosial di dunia ini sering kali berhubungan dengan
identitas keagamaan. Agama merupakan keyakinan masing-masing pemeluknya.
Di dunia ini, seluruh agama mengajarkan perdamaian, adapun jika kenyataannya
masih terdapat intoleransi antar umat beragama, maka yang perlu digaris bawahi
adalah mereka yang intoleransi kebanyakan merupakan pihak atau kelompok

38
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Beberapa Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985), h. 10
39
Waryono Abdul Ghafur, Persaudaraaan Agama-Agama Millah Ibrahim Dalam Tafsir Al-
Mizan (Bandung: Mizan, 2016), h. 109
25

tertentu yang mengatasnamakan agama, dan sebenarnya mereka tidak bisa


dianggap mewakili agama tersebut.40
Menurut Thabathaba’i menyatakan agama adalah sistem yang paling baik
mengorganisasi masyarakat manusia. Kesimpulan ini didapat setelah ia
mengamati bahwa hukum non-agama hanya mengatur aspek lahiriyah saja, tidak
menanamkan sandaran mendalam pada pelakunya, sehingga pelaku dalam
melaksanakan aturan lebih karena takut pada orang lain, dari pada karena
kesadaran pentingnya melaksanakan aturan tersebut untuk dirinya.41

2. Klasifikasi Agama
Dilihat dari sumber, sifat, dan tempatnya, agama dapat diklasifikasikan atas
tiga kategori, yakni:
1) Agama wahyu dan bukan wahyu
2) Agama misionari dan bukan misionari
3) Agama ras geografis dan agama universal.
Agama wahyu adalah agama yang menghendaki iman kepada Tuhan pemberi
wahyu, kepada rasul-rasul penerima wahyu dan kepada kitab-kitab kumpulan
wahyu serta pesannya disebarkan kepada seluruh umat manusia. Sedangkan
agama bukan wahyu tidak memandang penyerahan kepada Tuhan dan menaati
aturan-aturan-Nya sebagai suatu hal yang esensial.42
Agama misionari adalah agama yang menurut ajarannya harus disebarkan
kepada seluruh umat manusia, sedangkan agama bukan misionari tidak ada
kewajiban dalam ajarannya untuk menyebarkan kepada seluruh umat. Pada
kategori ini, agama yang tampak jelas pesannya untuk disebarkan hanyalah Islam,
tetapi dalam perkembangannya para pemeluk agama lain mengubah pesannya
menjai agama misionari.43

40
Fachrian, op.cit. h. 29
41
Ghafur, op.cit, h. 111
42
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam: Paradigma Pengembangan, Manajemen
Kelembagaan, Kurikulum Hingga Strategi Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009) h.
36
43
Ibid., h. 37
26

Agama dari segi tempat berkembangnya, terdiri dari agama ras geografis dan
agama universal. Agama ras geografis atau agama lokal pada umumnya adalah
agama non semitik yang bukan bersumber dari wahyu, seperti Arya, Hindu,
Budha, Zoroaster, Sintoisme, dll. Sedangkan agama semitik lebih bersifat
universal, seperti Islam, Yahudi, dan Nasrani.44
Agama menjadi identitas bagi setiap orang yang memeluknya, setiap masing-
masing agama memiliki nilai dan ajaran yang menjadi pedoman bagi umat atau
para pemeluknya.

C. Al Qur’an
1. Pengertian Al-Qur’an

‫آن‬ ِ
Al-Qur’an secara etimologi diambil dari kata ‫ قا ارا – يا ْقاراُ – قراءاةا – اوقُ ْر ا‬yang

berarti sesuatu yang dibaca (ُ‫)الْ ام ْق ُرْوء‬, Arti ini menyiratkan anjuran kepada umat

Islam untuk membaca Al-Qur’an. Al-Qur’an juga bentuk mashdar dari (ُ‫)الْ ِقراءاة‬
yang berarti menghimpun dan mengumpulkan. Dikatakan demikian sebab seolah-
olah Al-Qur’an menghimpun beberapa huruf, kata, dan kalimat secara tertib
sehingga tersusun rapi dan benar.45
Secara terminologis, Al-Qur’an adalah firman Allah Swt. yang disampaikan
oleh malaikat Jibril dengan redaksi langsung dari Allah Swt. Kepada nabi
Muhammad Saw. dan yang diterima oleh umat islam dari generasi ke generasi
tanpa ada perubahan.46
Menurut Abdul Wahab Khallaf, Al-Qur’an ialah kalam Allah yang
diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad melalui malaikat jibril dengan
lafaz berbahasa Arab dengan makna yang benar sebagai hujah bagi Rasul, sebagai

44
Ibid., h. 37
45
Manna’ al-Qaththan, Mabahits fii ulumil Qur’an, (Riyadh: Dar Al-rasyid, t.th), h. 20
46
M. Quraish Shihahb, Sahur bersama M. Quraish Shihab di RCTI, (Bandung: Mizan 1997) h.
116
27

pedoman hidup, dianggap ibadah membacanya, dan urutannya dimulai dari surat
Al-Fatihah dan diakhiri surat An-Nas serta dijamin keasliannya.47
Al-Qur’an pertama kali diturunkan di kota Makkah tepatnya di gua Hira pada
tahun 611 M dan berakhir di Madinah pada tahun 633 M dalam rentang waktu 22
tahun beberapa bulan. Adapun tentang ayat terakhir yang diturunkan, para ulama
berbeda pendapat. Menurut Jalaluddin al-Suyuthi dalam kitabnya Al-Itqan fi Ulum
al-Qur’an, adalah ayat 281 surat al-Baqarah. Menurut Al-Suyuthi setelah ayat ini
diturunkan, Rasulullah masih hidup Sembilan malam kemudian beliau wafat pada
hari senin tanggal 03 bulan rabiul awwal. Dengan kejadian diatas maka
berakhirlah turunnya wahyu.48
Al-Qur’an juga disebut sebagai mukjizat. Hal ini, mengandung arti bahwa al-
Qur’an memiliki keistimewaan luar biasa yang tidak dapat ditandingi oleh
manusia baik yang berhubungan dengan susunan redaksinya, keindahan bahasa
dan jangkauan makna yang dikandungnya.

2. Kandungan Al-Qur’an
Secara garis besar, isi dari Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
a. Masalah Akidah
Akidah adalah masalah yang sangat prinsipil dalam kehidupan beragama.
Begitu juga dalam agama Islam. Akidah Islam adalah tauhid. Artinya percaya
terhadap keesaan Allah Swt. Oleh karena itu, Islam disebut juga agama tauhid.
Sebagaimana dalam firman Allah Swt:

)١٦٣( ‫يم‬ ِ‫الر‬


‫ح‬َّ ‫ن‬ ٰ
‫ْح‬ْ ‫الر‬
َّ ‫و‬ ‫ه‬ َّ
‫َل‬ ِ‫إ‬ ‫ه‬‫ا‬ِٰ‫اح ٌٰۖد ََّل إ‬
‫ل‬ ِ ‫وإِ ٰاَل ُكم إِٰلاه و‬
ُ ُ ‫ا ُا ا‬ ‫ا ُ ْ ٌا‬
Artinya “Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa, tidak ada Tuhan
melainkan dia yang Maha Pemurah dan Maha penyayang”. (QS: Al-Baqarah:
163).49

47
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Mesir: Maktabah al-da’wah al-islamiyah, tt), h. 23
48
Satria Effendi, M. Zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Fajar Interpratama, 2009), cet.3 h. 80
49
Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan (Jakarta: Raja Grafindo,
2013), h. 35
28

b. Masalah Ibadah
Isi Al-Quran berikutnya adalah masalah ibadah. Artinya Al-Qur’an
membahas tentang bentuk pengabdian seorang hamba kepada sang pencipta
yakni Allah Swt. Pengabdian ini meruakan wujud rasa terima kasih hamba
kepada sang Khaliq atas segala nikmat yang dianugrahkannya.
Salah satu ayat yang menyeru manusia untuk beribadah adalah:
ِ ‫اْلنس إََِّل لِي عب ُد‬ ِْ ‫وما خلا ْقت‬
)٥٦( ‫ون‬ ُ ْ ‫اجل َّن او ِْ ا ا‬ ُ ‫اا ا‬
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mangabdi kepadaku” (QS: Adz-Dzariyat : 56)50

c. Masalah Muamalat
Muamalat berasal dari bahasa Arab, muamalah yang berarti saling
berhubungan atau berinteraksi.51 Secara terminologi muamalat dapat diartikan
dengan cara berinteraksi atau berhubungan antar sesame manusia dalam
berbagai aspek kehidupan, seperti hubungan sosial, politik, ekonomi, dan
perdagangan. Dengan demikian, muamalat adalah interaksi yang bersifat
horizontal (hablun min an-nas). Adapun interaksi yang bersifat vertical
(hablun min-Allah) disebut ibadah.52
Salah satu ayat yang membicarakan tentang muamalat adalah QS Al-
Hujurat ayat 13:
ِ
‫وًب اوقاباائِ ال لتا اع اارفُوا إِ َّن أا ْكارام ُك ْم ِع ا‬
‫ند‬ ِ ِ ‫َيأايُّ اها الن‬
‫َّاس إ ََّّن اخلا ْقناا ُكم من ذا اك ٍر اوأُنثا ٰى او اج اع ْلناا ُك ْم ُشعُ ا‬
ُ ‫ا‬
)١٣( ٌ‫يم اخبِري‬ِ َّ ‫اَّللِ أاتْ اقا ُكم إِ َّن‬
ٌ ‫اَّللا اعل‬ ْ َّ
“Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal.” (QS: Al-Hujurat: 13)

50
Ibid,. h. 36
51
Munawwir, Op.Cit, H. 413
52
Anshori, op.cit., h. 38
29

d. Masalah Akhlak
Kandungan al-Qur’an yang ketiga adalah akhlak. Secara bahasa menurut
KBBI, akhlak adalah budi pekerti, tabiat, kelakuan, watak.53 Sementara itu,
Imam Al-ghazali mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah,
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.54
Salah satu ayat yang berisi pokok-pokok akhlak yang baik adalah QS: An-
Nahl: 90 berikut:
ِۙ
‫ان اوإِيتا ِاء ِذي الْ ُق ْرا َٰب اوياْن اه ٰى اع ِن الْ اف ْح اش ِاء اوالْ ُمن اك ِر اوالْبا ْغ ِي‬
ِ ‫اْلحس‬ِ
‫او ْ ْ ا‬ ‫اَّللا اَيْ ُم ُر ًِبلْ اع ْد ِل‬
َّ ‫إِ َّن‬

)٩٠( ‫ياعِظُ ُك ْم لا اعلَّ ُك ْم تا اذ َّك ُرو ان‬


“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran” (QS An-Nahl: 90)55

e. Masalah Hukum
Hukum yang dimaksud disini adalah aturan-aturan Allah Swt. yang
ditetapkan demi kepentingan dan kemashlahatan umat manusia. Banyak sekali
ayat-ayat yang menjelaskan tentang hukum suatu pebuatan dalam al-Qur’an.
Diantaranya adalah ayat al-Qur’an surat An-Nur ayat 2 yang menjelaskan
tentang hukum orang yang berzina.
ٰۖ
)٢( … ‫اح ٍد ِمْن ُه اما ِمائاةا اج ْل اد ٍة‬
ِ ‫الزِاِن فااجلِ ُدوا ُك َّل و‬
‫ا‬ ْ َّ ‫الزانِياةُ او‬
َّ
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-
tiap seorang dari keduanya seratus kali dera…” (QS. Al-Nur: 2)56

53
Dendy Sugono, dkk., Kamus Bahasa Indonesia, op.cit, h. 28
54
Al-Ghazali, Ihya Ulum Al-Din, (Cairo: Mathba’ah al-bab Al-halabi, t.th) h.103
55
Anshori, op.cit., h. 39
56
Ibid., h. 40
30

f. Masalah Sejarah
Salah satu isi pokok Al-Qur’an adalah masalah sejarah. Kehadiran sejarah
atau kisah umat-umat terdahulu dalam Al-Qur’an dimaksudkan sebagai
pelajaran bagi umat Islam sekarang. Contohnya, nasib kaum Nabi Nuh yang
tidak taat kepada ajaran Allah Swt. pada akhirnya mereka menerima azab yang
mengerikan. Kisah ini tercantum dalam surat Al-Furqan ayat 37 berikut:
ِ‫َّاس آي ٰۖةا وأاعت ْدَّن لِلظَّالِ ِمني ع اذاًب أال‬ ِ ‫الرسل أا ْغرقْ ناهم وجع ْلن‬
‫يما‬
‫ا ا ا ا‬ ‫اه ْم للن ِ ا ا ْ ا ا‬ ُ ‫وح لَّ َّما اك َّذبُوا ُّ ُ ا ا ا ُ ْ ا ا ا ا‬
ٍ ُ‫اوقا ْوام ن‬

)٣٧(
“Dan (telah kami binasakan) kaum Nuh tatkala mereka mendustakan
rasul-rasul. Kami tenggelamkan mereka dan kami jadikan (cerita) mereka itu
pelajaran bagi manusia. Dan kami telah menyediakan bagi orang-orang zalim
adzab yang pedih” (QS. Al-Furqan:37)57

g. Masalah Dasar-Dasar Sains


Salah satu isi pokok Al-Qur’an adalah dasar-dasar sains, yakni ilmu
pengetahuan. Al-Qur’an bukan buku ilmu pengetahuan, tetapi banyak ayat-
ayat yang memberi isyarat terhadap dasar-dasar ilmu pengetahuan. Jauh
sebelum teori-teori ilmu pegetahuan dibuktikan oleh para ilmuwan. Melalui
penelitian, Al-Qur’an telah mengisyaratkan ke arah itu. Diantaranya mengenai
ilmu fisika, biologi, kimia, astronomi, geologi, dan kesehatan.
Teori ilmiah modern membuktikan bahwa bumi adalah sebagian dari gas
yang memisahkan diri dan mendingin (membeku), kemudian menjadi tempat
yang dapat dihuni manusia. Teori modern ini sesuai dengan apa yang
ditunjukkan al-Qur’an dalam surat al-Anbiya’ ayat 30 yaitu :

)٣٠( …‫اُهاا‬
ُ ‫ض اكاناتاا ارتْ اقا فا افتا ْقنا‬ ِ َّ ‫ان‬ َّ ‫ان أ‬
َّ ‫ين اك اف ُروا أ‬ ِ َّ
‫الس ام ااوات او ْاْل ْار ا‬ ‫أ ااواَلْ ياار الذ ا‬

57
Ibid., h. 41
31

“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan


bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu. Kemudian kami pisahkan
antara keduanya…” (QS. Al-Anbiya’: 30)58

3. Fungsi Al-Qur’an
Bila ditelusuri ayat-ayat yang menjelaskan tentang fungsi turunnya al-Qur’an
kepada umat manusia, maka jelaslah bahwa al-Qur’an berfungsi antara lain:
a. Sebagai petunjuk bagi umat manusia. Sebagaimana dalam ayat berikut:
ٍ ‫َّاس وب يِنا‬
ِ ‫ات ِمن ا َْل اد ٰى والْ ُفرقا‬ ِ ِِ ِ
)١٨٥( ‫ان‬ ْ ‫ا ُ ا‬ ‫ضا ان الَّذي أُن ِزال فيه الْ ُق ْرآ ُن ُه ادى للن ِ ا ا‬
‫اش ْه ُر ارام ا‬
“Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan al-
Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, penjelas dari petunjuk itu, dan
sebagai pembeda (antara yang haq dan yang bathil)…” (QS Al-Baqarah:
185)
b. Sebagai pembeda antara yang benar dan salah, yang baik dan yang buruk.
Sebagaimana dijelaskan oleh ayat berikut:
ٍ ‫اس وب يِنا‬
ِ ‫ات ِمن ا َْل اد ٰى والْ ُفرقا‬ ِ ِِ ِ
)١٨٥( ‫ان‬ ْ ‫ا ُ ا‬ ‫ضا ان الَّذي أُن ِزال فيه الْ ُق ْرآ ُن ُه ادى للنَّ ِ ا ا‬
‫اش ْه ُر ارام ا‬
“Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan al-
Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, penjelas dari petunjuk itu, dan
sebagai pembeda (antara yang haq dan yang bathil)…” (QS. Al-Baqarah:
185)
c. Sebagai penjelas, terdapat dalam surat Yusuf ayat 111 :

‫يق الَّ ِذي‬ ِِۗ ‫ُوِل ْاْلالْب‬


ِ ‫اب ما اكا ان ح ِديثا ي ْفَت ٰى وٰلا ِكن تا‬ ِ ِ ِ ‫لااق ْد اكا ان ِِف قا‬
‫صد ا‬ْ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ُ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫صص ِه ْم ع ْ اْبةٌ ْل ِ ا‬
‫ا‬
)١١١( ‫يل ُك ِل اش ْي ٍء اوُه ادى اوار ْْحاةا لِاق ْوٍم يُ ْؤِمنُو ان‬ ِ ِ
‫ني يا اديْه اوتا ْفص ا‬
‫باْ ا‬
“Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi
membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala

58
Ibid., h. 43
32

sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman” (QS.
Yusuf: 111)
d. Sebagai pengajaran yang akan membimbing manusia dalam kehidupannya
untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Yaitu terdapat dalam
ayat berikut :

ُّ ‫َّاس قا ْد اجاءاتْ ُكم َّم ْو ِعظاةٌ ِمن َّربِ ُك ْم او ِش افاءٌ لِ اما ِِف‬
ٌ‫الص ُدوِر اوُه ادى اوار ْْحاة‬ ُ ‫اَيأايُّ اها الن‬
)٥٧( ‫ني‬ِِ ِ
‫ل ْل ُم ْؤمن ا‬
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam
dada dan petunjuk bagi orang-orang yang beriman” (QS Yunus: 57)59

D. Penelitian yang Relevan


Adapun hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan
adalah sebagai berikut:
1. M. Nahdi Fahmi, dengan judul “Toleransi antar umat beragama dalam Al-
Qur’an (Kajian Tahlili QS. Al-Kafirun Ayat 1-6)”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dalam surat Al-Kafirun ayat 1-6 terdapat sebuah batasan yang
tidak boleh dilewati dalam bertoleransi yakni tentang aqidah dan ketauhidan. Islam
memberikan ketegasan sikap ideologis berupa penolakan total terhadap setiap
bentuk kesyirikan aqidah, ritual ataupun hukum di dalam agama-agama lain.60
Persamaan yang penulis kaji dengan penelitian ini adalah tentang toleransi
dalam beragama. Adapun perbedaannya, dalam penelitian saya membahas fokus
tentang bagaimana al-Qur’an dalam memberikan sebuah konsep tentang
pendidikan toleransi yang diambil dari berbagai ayat yang memiliki kaitan dengan
konsep pendidikan toleransi, dengan begitu pembahasan akan lebih komprehensif.

59
Sapiudin Shidiq, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2014), h. 29-30
60
M. Nahdi Fahmi, Toleransi antar umat beragama dalam Al-Qur’an: Kajian Tahlili QS. Al-
Kafirun Ayat 1-6, (Surabaya : IAIN Surabaya, 2013)
33

2. Fuad Hasan, dengan judul “Nilai-Nilai Pendidikan Toleransi dalam surah


Al-Kafirun (Kajian Komparatif Tafsir al-Kabir Karya Fakhr al-Din al-Razi dan
Tafsir Al-Azhar karya Hamka)”. Hasil penelitian ini menyebutkan terdapat dua
nilai-nilai pendidikan toleransi. Pertama, nilai pendidikan agama, yakni keimanan
sebagai asas kebenaran tunggal dalam beragama. Kedua, nilai pendidikan toleransi
beragama, yang memuat kebebasan menentukan pilihan agama. Pluralitas agama
sebagai realitas menjadi sumber berharga dalam membangun kerukunan.61
Persamaan yang penulis kaji dengan penelitian ini adalah tentang pendidikan
toleransi. Adapun perbedaannya, pertama adalah penelitian tersbut menggunakan
metode komparatif dalam menjelaskan objek penelitiannya, yang kedua adalah
membahas nilai-nilai yang ada pendidikan toleransi khusus dalri kandungan surah
al-Kafirun. Sedangkan, dalam penelitian saya membahas fokus tentang bagaimana
al-Qur’an dalam memberikan sebuah konsep tentang pendidikan toleransi yang
diambil dari berbagai ayat yang memiliki kaitan dengan konsep pendidikan
toleransi, dengan begitu pembahasan akan lebih komprehensif.

61
Fuad Hasan, Nilai-Nilai Pendidikan Toleransi dalam surah Al-Kafirun: Kajian Komparatif
Tafsir al-Kabir karya Fakhr al-Din al-Razi dan Tafsir Al-Azhar karya Hamka, (Yogyakarta : UIN
Sunan Kalijaga, 2014)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian


Objek penelitian ini adalah mengenai pendidikan toleransi yang terkandung
dalam ayat-ayat al-Qur’an khususnya yang terkandung dalam surah al-Baqarah ayat
256, al-An-am ayat 108, al-Mumtahanah ayat 8 dan al-Kafirun ayat 6.
Adapun pengaturan waktu penelitian penulis dimulai dari bulan September
tahun 2017 untuk pengumpulan data dari sumber-sumber tertulis yang diperoleh
dari koleksi kitab tafsir, buku-buku yang ada di perpustakaan, internet, serta sumber
lainnya yang mendukung penelitian.

B. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif
dengan menggunakan metode analisis tafsir tahlili, dan metode analisis tafsir
maudhu’i. Analisis metode tafsir tahlili, yaitu metode tafsir yang menjelaskan
kandungan ayat-ayat al-Qur’an dari seluruh aspeknya berdasarkan urutan ayat
dalam Al-Qur’an, mulai dari mengemukakan arti kosa kata, munasabah antar ayat,
antar surah, asbab al-nuzul, dan lainnya.1 Metode tafsir tahlili juga bisa disebut
metode tajzi”i yang merupakan metode tafsir yang paling tua usianya.2
Metode analisis yang kedua, adalah metode analisis tafsir maudhu’i yaitu
menjelaskan sesuatu yang berkaitan dengan topik-topik kehidupan pemikiran,
kehidupan sosial, kehidupan alam ditinjau dari sudut al-Qur’an untuk memberikan
solusi dengan menggunakan teori al-Qur’an.3
Analisis metode tahlili yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini,
adalah analisis tentang pendidikan toleransi dalam beragama yang terkandung
dalam surah al-Baqarah ayat 256, al-An’am ayat 108, al-Mumtahanah ayat 8 dan

1
Anshori, Ulumul Qur’an, (Depok: Raja Grafindo Persada, 2013) h. 208
2
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2013) h. 379
3
Anshori, op.cit, h.210

34
35

al-Kafirun ayat 6 dengan mencari sumber-sumber yang dapat menjelaskan makna


dan penafsiran dari ayat tersebut.
Adapun Analisis kedua dengan metode maudhu’i yakni untuk membahas lebih
menyeluruh tentang pendidikan toleransi dalam beragama dalam surah al-Baqarah
ayat 256, al-An’am ayat 108, al-Mumtahanah ayat 8, dan al-Kafirun ayat 6 dengan
menghimpun ayat-ayat lain yang berkaitan dengan masalah tersebut, melengkapi
topik-topik tersebut dengan hadis-hadis yang relevan dengan pokok bahasan, dan
membahas ayat-ayat tersebut secara keseluruhan sehingga dapat memecahkan
problem sosial dengan bimbingan al-Qur’an.

C. Fokus Penelitian
Berdasarkan judul, maka penulis memfokuskan pada konsep pendidikan
toleransi dalam beragama yang terkandung dalam Surah al-Baqarah ayat 256, al-
An’am ayat 108, al-Mumtahanah ayat 8 dan al-Kafirun ayat 6 yang sifatnya
mendeskripsikan dan menganalisa tentang konsep pendidikan toleransi dalam
beragama dalam Surah al-Baqarah ayat 256, Al-An’am ayat 108, al-Mumtahanah
ayat 8 dan al-Kafirun ayat 6.

D. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini berasal dari literatur-literatur yang berkaitan
dengan tema dalam penelitian ini. Sumber-sumber tersebut terdiri dari data primer,
yaitu kitab suci al-Qur’an dan kitab-kitab tafsir al-Qur’an yang menjelaskan surah
al-Baqarah ayat 256, Al-An’am ayat 108, al-Mumtahanah ayat 8 dan al-Kafirun
ayat 6 diantaranya sebagai berikut :
1. Al-Qur’an dan Terjemahannya
2. Tafsir Al-Maraghi karya Ahmad Musthafa Al-Maragi
3. Tafsir Al-Mishbah karya M. Quraish Shihab
4. Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka
5. Tafsir Al-Qurthubi karya Syekh Al-Qurthub
6. Tafsir Ibnu Katsir karya Muhammad Nasib Ar-Rifa’i
36

Adapun alasan memilih tafsir beberapa kitab tafsir tersebut yakni untuk kitab
Tafsir Al-Maraghi, Al-Mishbah, dan Al-Azhar mewakili kitab tafsir yang
kontemporer. Karena para penulis kitab tafsir tersebut berada pada abad ke 20.
Untuk Kitab Tafsir Ibnu Katsir mewakili konsep tafsir pada periode pertengahan,
dengan bentuk tafsir bil ma’tsur karena penulisnya tidak terlalu jauh masanya dari
Nabi SAW sehingga penafsirannya lebih banyak melihat hadis-hadis Nabi,
pendapat-pandapat para Sahabat, dan Tabi’in. Sedangkan untuk tafsir al-Qurthubi,
karena penulisnya yang lahir dari Cordoba4, dan berada pada abad-abad akhir
kegemilangan umat Islam di Eropa, yang dimungkinkan saat itu penulisnya sering
bersinggungan dengan komunitas non-muslim dalam kehidupannya. Karena itu,
pendapat tafsir beliau dapat kita pelajari untuk masa sekarang, terutama tentang
konsep toleransi.
Adapun data sekunder, yaitu dari buku-buku yang membahas tema toleransi
dalam beragama diantaranya:
1. Pandangan Muslim Moderat “Toleransi, Terorisme dan Oase Perdamaian”
karya Zuhairi Misrawi
2. Islam Dialogis “Akar-Akar Toleransi dalam Sejarah dan Kitab Suci” karya
Ruslani
3. Teologi Kerukunan karya Syahrin Harahap

E. Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan. Oleh karena itu teknik yang
digunakan dalam pengumpulan data adalah pengumpulan data literer yaitu bahan-
bahan pustaka yang koheren dengan objek pembahasan yang dimaksud.5 Data yang
ada dalam kepustakaan tersebut dikumpulka dan diolah dengan cara:

4
Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshori Al-Qurthubi, Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an,
(Cairo: Makatabah Al-Shafa, 2005) h. 16
5
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
1990) h. 24
37

1. Editing yaitu pemeriksaan kembali data yang diperoleh terutama dari segi
kelengkapan, kejelasan makna, dan keselarasan makna antara yang satu dengan
yang lain.
2. Organizing, yaitu mengorganisir data-data yang diperoleh dengan kerangka
yang diperlukan.
3. Penemuan hasil penelitian yaitu dengan melakukan analisis lanjutan
terhadap hasil pengorganisasian data dengan menggunakan kaidah-kaidah, teori
dan metode yang telah ditentukan sehingga diperoleh kesimpulan tertentu yang
merupakan hasil jawaban dari rumusan masalah.

F. Metode Penulisan
Secara teknis penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku Pedoman
Penulisan Skripsi Faultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Tafsir al-Qur’an
1. Surah al-Baqarah Ayat 256
a. Teks Ayat dan Terjemah Surah al-Baqarah Ayat 256
ِ ِ ِ ِ ِ ُّ ‫اَل إِ ْكراه ِِف ال ِدي ِٰۖن قاد تَّب َّني‬
‫ك‬ ْ ‫الر ْش ُد م ان الْغا ِي فا امن يا ْك ُف ْر ًِبلطَّاغُوت اويُ ْؤمن ًِب ََّّلل فا اقد‬
‫استا ْم اس ا‬ ‫اا‬ ‫اا‬
ِ ‫اَّلل اَِس‬ ِۗ ِ ِ
)٢٥٦( ‫يم‬ ‫ًِبلْعُ ْراوة الْ ُوثْ اق ٰى اَل انف ا‬
ٌ َُّ ‫ص اام اَلاا او‬
ٌ ‫يع اعل‬
Artinya: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena
itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak
akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-
Baqarah: 256)

b. Tafsir Mufradat
ِ ‫ َلاإِ ْكراه ِِف‬artinya adalah tidak ada paksaan di dalam menganut agama.1
‫الديْ ِن‬ ْ ‫اا‬
Agama merupakan sesuatu yang diyakini (‫)امل ْعتا اق ُد‬.2 perlu diperhatikan bahwa
ُ
yang dimaksud dengan tidak ada paksaan dalam menganut agama adalah
menganut akidahnya. Ini mempunyai arti bahwa ketika seseorang telah
memilih sebuah agama yang dia yakini, misalkan Islam, maka dia
berkewajiban melaksanakan perintah-perintahnya dan terancam sanksi apabila
melanggar ketetapannya.3

1
Ahmad Musthafa Almaraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Mesir: Al Halabi, t.th) juz 3. h. 15
2
Muhammad bin Ahmad Al-Qurthubi, “Al-Jami’u li ahkami al-Qu’ran”, (Beirut: Ar-risalah,
2006), Juz 4, h. 280
3
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2016), jilid 1. H. 668

38
39

‫ني‬
‫تابا َّ ا‬mempunyai arti menjadi jelaslah sesuatu secara terang benderang.

Dalam perumpamaan bahasa arab seperti kata-kata telah jelaslah shubuh bagi
orang yang mempunyai dua mata.4

‫الر ْش ُد‬
ُّ mengandung makna jalan lurus. Kata ini pada akhirnya bermakna
ketepatan mengelola sesuatu serta kemantapan dan kesinambungan dalam

ketepatan itu. Kata ( ‫الر ْش ُد‬


ُّ (merupakan lawan kata dari (‫)الْغا ِي‬ yang

terjemahannya adalah jalan yang sesat.5


ِ ُ‫الطَّاغ‬berasal dari akar kata (‫)الطُّ ْغيان‬
‫وت‬ ‫ا‬ yang mempunyai arti melampaui

batas.6 Biasanya digunakan untuk yang melampaui batas dalam keburukan.


Setan, Dajjal, penyihir yang bertentangan dengan ketentuan Allah, semuanya
digelari dengan thagut.7

‫ك‬ ِ
‫ا ْستا ْم اس ا‬berarti berpegang disertai dengan upaya yang sungguh-sungguh,

bukan sekedar berpegang. Kata ٌ‫عُ ْراوة‬mempunyai arti tempat tangan memegang

tali, seperti yang digunakan pada timba guna mengambil air di sumur. ‫الْ ُوثْ اقى‬

merupakan bentuk muannats dari kata ‫ ْاْل ْاوثا ُق‬yang artinya yang sangat kokoh,

‫ص اام‬ ِ
kuat dan keras ikatannya. ‫اَل انْف ا‬ diawali dengan la nafi yang mempunyai

‫ص اام‬ ِ
arti tidak akan pernah, dan ‫انْف ا‬mempunyai arti putus atau terpecah, jadi
maksudnya menjelaskan bahwa tali yang digunakan untuk berpegang tersebut
tidak akan pernah terputus bagi orang yang berpegang kepadanya.

4
Ahmad Musthafa Almaraghi, op.cit., juz 3, h. 15
5
M. Quraish Shihab, op.cit, jilid 1, h. 669
6
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, op.cit, juz 3, h. 15
7
M. Quraish Shihab, op.cit, jilid 1, h. 670
40

c. Tafsir Ayat

Allah Swt berfirman (‫الدي ِٰۖن‬


ِ ‫“ ا)َل إِ ْكراه ِِف‬Tidak ada paksaan untuk memasuki
‫اا‬
agama” Maksudnya, janganlah kalian memaksa seseorang memeluk agama
Islam. Karena sesungguhnya dalil-dalil dan bukti-bukti itu sudah demikian
jelas dan gamblang, sehingga tidak perlu ada pemaksaan terhadap seseorang
untuk memeluknya.8 Sementara itu, Imam Ahmad Musthafa Al Maraghi
menyatakan “Tidak ada pemaksaan dalam memasuki agama islam, karena
iman itu adalah kesadaran dan ketundukan. Hal ini tidak akan terwujud
dengan pemaksaan dan keharusan. Sebab pindah agama hanya akan terwujud
dengan hidayah dan argumentasi”9. Allah menghendaki agar setiap orang
merasakan kedamaian. Agamanya dinamai Islam, yakni damai. Kedamaian
tidak dapat diraih kalau jiwa tidak damai. Paksaan menyebabkan jiwa tidak
damai sehingga tidak ada paksaan dalam menganut keyakinan agama islam.10
Sebab turun ayat tersebut adalah seorang laki-laki golongan Anshar dari
bani Salim bin Auf yang dikenal dengan nama Husain mempunyai dua anak
laki-laki yang beragama Nasrani. Sedangkan ia sendiri beragama Islam. Husain
menyatakan kepada Nabi Saw, “Apakah saya harus memaksa keduanya?
Karena sesungguhnya mereka berdua menolak untuk agama selain Nasrani”,
kemudian turunlah ayat tersebut diatas.11

‫ك ًِبلْعُ ْراوةِ الْ ُوثْ اق ٰى‬ ِ ِ ِ ِ ِ ُّ ‫قاد تَّب َّني‬


ْ ‫الر ْش ُد م ان الْغا ِي فا امن يا ْك ُف ْر ًِبلطَّاغُوت اويُ ْؤمن ًِب ََّّلل فا اقد‬
‫استا ْم اس ا‬ ‫اا‬
Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.
Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada
Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat.

8
M. Yusuf Harun, dkk, (ed) Tafsir Ibnu katsir, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2005) jilid 1, h.
515
9
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, op.cit, juz 1, h. 16
10
M. Quraish Shihab, op.cit, juz 1, h. 669
11
M. Yusuf Harun, dkk,(ed), op.cit, Jilid 1, h. 682
41

Agama Islam memberi kesempatan buat mempergunakan fikirannya yang


murni, guna mencari kebenaran. Asal orang sudi membebaskan diri daripada
hanya turut-turutan dan pengaruh hawa nafsunya, niscaya dia akan bertemu
dengan kebenaran itu. Apabila inti kebenaran sudah didapat, niscaya iman
kepada tuhan Allah mesti timbul, dan kalau iman kepada Allah telah tumbuh,
segala pengaruh yang lain, dari sekalian pelanggaran batas mesti hilang. Tetapi
suasana yang seperti ini tidak bisa dengan paksa, mesti timbul dari keinsafan
sendiri.12
Manusia diberi kebebasan beriman atau tidak beriman. Kebebasan tersebut
bukanlah bersumber dari kekuatan manusia, melainkan anugerah Allah.
Karena jika Allah menghendaki tentulah beriman semua manusia di muka
bumi seluruhnya. Ini dapat dilakukannya dengan mencabut kemampuan
manusia memilih dan menghiasi jiwa merekan hanya dengan potensi positif
saja, seperti halnya malaikat. Tetapi hal itu tidak dilakukan-Nya, karena tujuan
utama manusia diciptakan dengan diberi kebebasan adalah untuk menguji.
Allah menganugerahkan manusia potensi akal agar mereka menggunakannya
untuk memilih. Dengan alasan seperti di atas dapat disimpulkan bahwa segala
bentuk pemaksaan terhadap manusia untuk memilih suatu agama tidak
dibenarkan oleh Al-Qur’an.
Ayat ini adalah dasar fondasi Islam. Musuh-musuh Islam membuat
berbagai fitnah yang dikatakan ilmiah sifatnya bahwa Islam dimajukan dengan
pedang. Islam dituduh memaksa orang memeluk agamanya. Kalau orang
benar-benar hendak ilmiah hendaklah menilik kebenaran sesuatu dicari sumber
aslinya. Ayat inilah, Al-Baqarah 256 sumber itu, yaitu Islam menjelaskan
bahwa dalam hal agama tidak boleh ada paksaan.13
Kesimpulannya, prinsip kebebasan beragama yang menjadi jiwa al-Qur’an
tersebut tidak berarti bahwa Al-Qur’an mengakui semua agama adalah benar,
tetapi substansinya adalah bahwa keberagaman seseorang haruslah didasarkan

12
Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, (Singapura: Pustaka Nasional
Singapura, 1989), jilid 1 h. 624
13
Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, op.cit, jilid 1, h. 625
42

pada kerelaan, ketulusan hati, dan kesadaran tanpa ada paksaan dan tekanan
apa dan siapapun, karena di sisi Allah ada mekanisme pertanggung jawaban
yang akan dihadapi oleh manusia kelak di akhirat atas apa yang menjadi
pilihannya.

2. Surah al-An’am Ayat 108


a. Teks Ayat dan Terjemah Surah al-An’am Ayat 108

َّ‫ك ازيَّنَّا لِ ُك ِل أ َُّم ٍة اع املا ُه ْم ُُث‬ ِ ِۗ َِّ ‫ون‬ِ ‫واَل تاسبُّوا الَّ ِذين ي ْدعو ان ِمن د‬
‫اَّللا اع ْد اوا بِغا ِْري ِع ْل ٍم اك ٰاذل ا‬
َّ ‫اَّلل فايا ُسبُّوا‬ ُ ُ ‫اا‬ ُ ‫ا‬
)١٠٨( ‫إِ ا َٰل ارّبِِم َّم ْرِجعُ ُه ْم فايُنا بِئُ ُهم ِِباا اكانُوا يا ْع املُو ان‬
Artinya: Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka
sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan
melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat
menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah
kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu
mereka kerjakan. (QS. Al-An’am: 108)

b. Tafsir Mufradat

(‫)تا ُسبُّوا‬ terambil dari asal kata (‫ب‬


َّ ‫)س‬
‫ا‬ yaitu ucapan yang mengandung

penghinaan terhadap sesuatu, atau penisbahan suatu kekurangan atau aib


terhadapnya, baik hal itu benar demikian, lebih-lebih jika tidak benar.14 Tidak
termasuk dalam larangan ini menyebutkan kelemahan-kelemahan pandangan
atau kepercayaan orang lain, selama dikemukakan di kalangan sendiri, atau
dikemukakan dalam bahasa sopan atau dalam bentuk pertanyaan yang tidak
menyinggung.

(‫ين‬ ِ َّ
Ayat diatas selanjutnya menggunakan kata ‫)الذ ا‬ yang menunjuk pada

berhala-berhala sesembahan kau musyrikin, satu kata yang hanya digunakan


kepada makhluk berakal dan berkehendak. Agaknyakata tersebut sengaja

14
M. Quraish Shihab, op.cit, jilid 4, h. 243
43

dipilih disini menunjukkan betapa sembahan-sembahan jangan dimaki, karena


kaum musyrikin percaya bahwa berhala itu berakal dan berkehendak, demikian
menurut Al-Biqa’i.15

Kata (‫)ع ْد اوا‬


‫ ا‬dapat berarti permusuhan dan melampaui batas, dan dapat juga
diartikan lari atau tergesa-gesa. Penyebutan kata tersebut disini memberi
isyarat bahwa setiap penghinaan agama apapun itu, merupakan pelampauan

batas serta mengundang permusuhan. Kata (‫)بِغا ِْري ِع ْل ٍِۗم‬ “tanpa pengetahuan”

menunjukkan bahwa mencela agama pada hakikatnya tidak meiliki


pengetahuan. Kalau yang dihinanya agama yang haq maka kebodohannya
sangat jelas, dan bila yang dicacinya agama yang sesat, maka ia pun tidak
memiliki pengetahuan akan larangan Allah ini.16

c. Tafsir Ayat

‫اَّللا اع ْد اوا بِغا ِْري ِع ْل ٍِۗم‬ َِّ ‫ون‬


َّ ‫اَّلل فايا ُسبُّوا‬ ِ ‫واَل تاسبُّوا الَّ ِذين ي ْدعو ان ِمن د‬
ُ ُ ‫اا‬ ُ ‫ا‬
Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah
selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas
tanpa pengetahuan.
Allah berfirman, melarang terhadap Rasul-Nya, Muhammad Saw dan
orang-orang yang beriman dari mencaci ilah-ilah kaum musyrikin, meskipun
cacian itu mengandung kemashlahatan, namun hal itu menimbulkan kerusakan
yang lebih besar dari kemashlahatan itu sendiri, yaitu balasan orang-orang
musyrik dengan cacian terhadap Ilah orang-orang mukmin, padahal Allah
adalah Rabb yang tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia.17
Abdurrazzaq mengatakan dari Qatadah: ”Dahulu kaum muslimin mencaci
berhala-berhala orang-orang kafir, lalu orang-orang kafir mencaci maki Allah
secara berlebihan dan tana didasari ilmu pengetahuan, lalu Allah menurunkan

15
M. Quraish Shihab, op.cit, jilid 4, h. 243
16
Ibid, h. 244
17
M. Yusuf Harun, dkk,(ed), op.cit, Jilid 3, h. 272
44

ayat (ِ‫اَّلل‬
َّ ‫ون‬ِ ‫ي ْدعو ان ِمن د‬ ‫ين‬ ِ َّ
ُ ُ ‫ا‬ ‫“ ) اواَل تا ُسبُّوا الذ ا‬Dan janganlah kamu memaki sembahan-
sembahan yang mereka sembah selain Allah”18
Ayat ini menunjukkan bahwa maki-memaki karena perbedaan pendapat
atau pendirian tidaklah menunjukkan bahwa orang-orang yang
mengerjakannya itu adalah orang yang berilmu. Di dalam bahasa Arab
diungkapkan:

‫أالْبا ِادءُ أاظْلا ُم‬


“yang memulai lebih dahulu, itulah yang lebih dzalim”19
Ayat ini dijadikan salah satu alasan untuk menguatkan pendapat tentang

apa yang dinamai oleh penganut madzhab Malik (‫ُّالذ ِريْ اع ْة‬
َّ ‫)سد‬‫ ا‬yakni melarang
sesuatu yang dibenarkan agama agar tidak timbul sesuatu yang dilarang agama.
Atau mencegah segala macam faktor yang dapat menimbulkan kemadharatan
yang lebih besar.20
Hal itu juga didasarkan pada hadis shahih bahwasanya Rasulullah
bersabda:

‫ب أ ااًب‬ ‫الر ُج ُل اوالِ اديِْه ؟ قا ا‬


ُّ ‫ (يُ اس‬: ‫ال‬ َّ ‫ب‬ُّ ‫ف يُ اس‬ ِ ِ ِ َّ ‫(م ْلعو ٌن من س‬
‫ اَي ار ُس ْو ال هللا اواكْي ا‬: ‫ب اوال اديْه) قاالُْوا‬ ‫ا ُْ ا ْ ا‬
‫ال‬
‫ب أ ُُّمهُ) أ ْاو اك اما قا ا‬
ُّ ‫ب أ ُُّمهُ فايُ اس‬ ُّ ‫الر ُج ِل فايُ اس‬
ُّ ‫ اويُ اس‬,ُ‫ب اًباه‬ َّ
“Dilaknat orang yang mencaci-maki orang tuanya”. Para sahabat
bertanya: “Ya Rasulallah bagaimana seorang mencaci-maki orang tuanya? ”
Rasulullah menjawab: “Ia mencaci seorang ayah seseorang, maka orang
itupun mencaci ayahnya. Ia mencaci ibu seseorang, maka orang itupun
mencaci ibunya” atau sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah.21

‫ك ازيَّنَّا لِ ُك ِل أ َُّم ٍة اع املا ُه ْم‬ ِ


‫اك ٰاذل ا‬

18
Ibid, h. 272
19
Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, op.cit, jilid 3, h. 2134
20
M. Quraish Shihab, op.cit, jilid 4, h. 244
21
M. Yusuf Harun, dkk,(ed), op.cit, Jilid 3, h. 272
45

Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan


mereka.
Ayat tersebut menegaskan lagi kebiasaan jiwa di tiap-tiap golongan umat,
yaitu selalu merasa bangga dengan kelebihan dan keutamaan yang ada pada
mereka. Lantaran dihiaskan dalam hati begitu rupa, maka amal yang betul
diangkat-angkat dan ditonjolkan setinggi langit, yang sepuluh dijadikan
seratus, dan amalan yang salah dibela mati-matian supaya dipandang betul.22
Al Alusi pakar tafsir dan tasawuf beraliran Ahlussunnah wal jamaah
menulis bahwa ayat ini merupakan argumentasi yang membuktikan bahwa
Allah Swt, yang memperindah untuk orang kafir kekufurannya sebagaimana
memperindah untuk orang mukmin keimanannya.23 Pada pokoknya ayat ini
menerangkan bahwa rasa bangga dengan usaha sendiri itu adalah ditanamkan
oleh Allah sendiri dalam hati tiap-tiap ummat.24

‫ُُثَّ إِ ا َٰل ارّبِِم َّم ْرِجعُ ُه ْم فايُنا بِئُ ُهم ِِباا اكانُوا يا ْع املُو ان‬
Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia
memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.
Maksudnya, mereka akan diberikan balasan sesuai amal perbuatan mereka
tersebut, jika baik maka kebaikan pula balasannya, dan jika buruk maka
keburukan pulalah balasannya.25
Dengan demikian, ayat ini secara tegas mengajarkan kepada kaum muslim
agar dapat memelihara kesucian agamanya dan guna menciptakan rasa aman,
serta hubungan harmonis antar umat beragama. Manusia sangat mudah
terpancing emosinya bila agama dan kepercayaannya disinggung. Ini
merupakan tabiat manusia, apapun kedudukan social dan tingkat
pengetahuannya, karena agama bersemi di dalam hati penganutnya, sedangkan
hati adalah sumber emosi. Berbeda dengan pengetahuan, yang mengandalkan
akal sehat dan pikiran. Karena itu dengan mudah seseorang mengubah

22
Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, op.cit, jilid 3, h. 2136
23
M. Quraish Shihab, op.cit, jilid 4, h. 245
24
Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, op.cit, jilid 3, h. 2136
25
M. Yusuf Harun, dkk,(ed), op.cit, Jilid 3, h. 272
46

pendapat ilmiahnya, tetapi sangat sulit mengubah kepercayaannya walaupun


bukti-bukti kekeliruan kepercayaan telah ada di hadapannya.

3. Surah al-Mumtahanah Ayat 8


a. Teks Ayat dan Terjemah al-Mumtahanah Ayat 8

‫وه ْم اوتُ ْق ِسطُوا إِلاْي ِه ْم‬ ِ ِ ِ ِ ِ َّ


ُ ‫ين اَلْ يُ اقاتلُوُك ْم ِِف الدي ِن اواَلْ ُُيْ ِر ُجوُكم من د اَي ِرُك ْم أان تااُّْب‬ َّ ‫ََّل ياْن اها ُك ُم‬
‫اَّللُ اع ِن الذ ا‬
)٨( ‫ني‬ ِِ ُّ ‫اَّللا ُُِي‬
َّ ‫إِ َّن‬
‫ب الْ ُم ْقسط ا‬
Artinya: Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak
(pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang berlaku adil. (QS. Al-Mumtahanah: 8)

b. Tafsir Mufradat

َّ ‫ََّل ياْن اها ُك ُم‬


ُ‫اَّلل‬ artinya: “Allah tidak melarangmu” diawali dengan ‫ ََّل‬nafi

yang mempunyai arti tidak pernah. Dan ‫ياْن اها ُك ُم‬mempunyai bentuk fi’il

mudhari’ yang menunjukkan arti sekarang dan yang akan datang. Firman Allah

(‫) اَلْ يُ اقاتِلُوُك ْم‬ “tidak memerangi kamu” menggunakan fi’il mudhari’/present

tense. Ini dipahami sebagai bermakna “mereka secara faktual sedang


memerangi kamu”.26

Kata ‫ِِِف‬yang berarti “dalam” mengandung isyarat bahwa ketika itu mitra
bicara bagaikan berada dalam wadah tersebut sehingga tidak ada dari keadaan
ِ ‫ ِ)ِف‬tidak termasuklah
ِ ‫الدي‬
mereka yang berada di luar wadah itu. Dengan kata (‫ن‬

peperangan yang yang disebabkan kepentingan duniawi yang tidak ada


hubungannya dengan agama, dan tidak termasuk pula siapapun yang secara

26
M. Quraish Shihab, op.cit, jilid 13, h. 597
47

faktual tidak memerangi umat Islam seperti suku Khuza’ah dan golongan Ahl-
Dzimmah.27

‫وه ْم‬
ُ ‫“أان تااُّْب‬untuk berbuat baik kepada mereka” maksudnya berlaku baik
terhadap mereka,28 kata ( ‫وه ْم‬
ُ ‫(تااُّْب‬terambi dari kata (‫ )بار‬yang berarti kebajikan
yang luas. Salah satu nama Allah Swt. Adalah al-Bar. Ini karena demikian luas
kebajikan-Nya. Dengan penggunaan kata tersebut oleh ayat di atas, tercermin
izin untuk melakukan aneka kebajikan bagi non-muslim selama tidak
membawa dampak negatif bagi umat Islam.29

Kata ‫“تُ ْق ِسطُوا إِلاْي ِه ْم‬serta berbuat adil kepada mereka” maksudnya adalah
untuk berbuat adil kepada mereka dengan kebaikan.30 Al Biqa’i memahami

penggunaan kata (‫ )إِلاْي ِه ْم‬kepada mereka yang dirangkaikan dengan kata (‫)تُ ْق ِسطُوا‬

itu sebagai isyarat bahwa hal yang diperintahkan ini hendaknya diantar hingga

(‫ني‬ ِِ
sampai kepada mereka.31 Kata ‫)الْ ُم ْقسط ا‬ artinya orang-orang yang berlaku

adil. Sebenarnya arti dari qisthi lebih luas dari adil. Karena adil adalah khusus
ketika hukuman saja, jangan dzalim menjatuhkan putusan, sehingga yang tidak
bersalah disalahkan juga. Qisth adalah lebih luas, mencakup pergaulan hidup.32

c. Tafsir Ayat

‫وه ْم اوتُ ْق ِسطُوا‬ ِ ِ ِ ِ ِ َّ


ُ ‫ين اَلْ يُ اقاتلُوُك ْم ِِف الدي ِن اواَلْ ُُيْ ِر ُجوُكم من د اَي ِرُك ْم أان تااُّْب‬ َّ ‫ََّل ياْن اها ُك ُم‬
‫اَّللُ اع ِن الذ ا‬
‫إِلاْي ِه ْم‬

27
Ibid, h. 597
28
M. Yusuf Harun, dkk,(ed), op.cit, Jilid 8, h. 142
29
M. Quraish Shihab, op.cit, jilid 13, h. 598
30
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, op.cit, juz 28, h. 68
31
M. Quraish Shihab, op.cit, jilid 13, h. 598
32
Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, op.cit, jilid 9, h. 7304
48

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula)
mengusir kamu dari negerimu.
Ayat tersebut dengan secara tegas menyebut bahwa Allah tidak melarang
kamu, wahai pemeluk agama Islam, pengikut nabi Muhammad Saw. untuk
berbuat baik, bergaul cara baik, dan berlaku adil dan jujur dengan golongan
lain, baik itu Yahudi atau Nasrani ataupun musyrik, selama mereka tidak
memerangi kamu, tidak memusuhi kamu atau mengusir kamu dari kampung
halamanmu. Dengan begini hendaknya disisihkan diantara perbedaan
kepercayaan dengan pergaulan sehari-hari.33
Imam Ahmad meriwayatkan, ‘Arim memberitahu kami, ‘Abdullah bin al-
mubarak memberitahu kami, Mush’ab bin Tsabit memberitahu kami, “Amir
bin Abdullah bin Az-Zubair memberitahu kami, dari ayahnya, ia bercerita:
“Qutailah pernah dating menemui puterinya Asma’ binti Abi Bakar dengan
membawa dhabb (kadal arab pemakan tumbuhan) dan minyak samin sebagai
hadiah, sedang ia seorang wanita musyrikah. Maka Asma’ pun menolak
pemberiannya itu dan memasukkan ibunya ke rumahnya. Kemudian Aisyah
bertanya kepada Rasulullah dan turunlah ayat berikut
ِ ‫اَّلل ع ِن الَّ ِذين اَل ي اقاتِلُوُكم ِِف‬
(‫الدي ِن اواَلْ ُُيْ ِر ُجوُكم ِمن ِد اَي ِرُك ْم‬ َّ . Kemudian
ْ ُْ ‫ا‬ ‫)َل ياْن اها ُك ُم َُّ ا‬
beliau menyuruh Asma’ menerima pemberian ibunya itu dan
mempersilakannya masuk (ke dalam rumah).34

‫ني‬ ِِ ُّ ‫اَّللا ُُِي‬


َّ ‫إِ َّن‬
‫ب الْ ُم ْقسط ا‬
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
Arti kata qisth lebih luas, mencakup pergaulan hidup. Tegasnya jika kita
berbaik dengan tetangga sesama Islam, maka dengan tetangga yang bukan
Islam hendaklah kita berbaik juga.35

33
Ibid, h. 7303
34
M. Yusuf Harun, dkk,(ed), op.cit, Jilid 8, h. 142
35
Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, op.cit, jilid 9 h. 7304
49

Ahli-ahli tafsir menyatakan bahwa ayat ini adalah “muhkamat” artinya


berlaku buat selama-lamanya, tidak dimansukhkan. Dalam segala zaman
hendaklah kita berbaik dan bersikap adil dan jujur kepada orang yang tidak
memusuhi kita dan tidak mengusir kita dari kampung halaman kita. Kita
diwajibkan menunjukkan budi Islam kita yang tinggi.36 Sayyid Quthub
berkomentar, ketika menafsirkan ayat diatas, bahwa Islam adalah agama damai
serta akidah cinta.37

4. Surah al-Kafirun Ayat 6


a. Teks Ayat dan Terjemah al-Kafirun Ayat 6

)٦( ‫ِل ِدي ِن‬ِ ِ


‫لا ُك ْم دينُ ُك ْم او ا‬
Artinya: Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku". (QS. Al-
Kafirun: 6)

b. Tafsir Mufradat

(‫)لا ُك ْم‬ ِ
(‫)ِل‬
Didahulukannya kata dan
‫ا‬ berfungsi menggambarkan

kekhususan, karena itu pula masing-masing agama biarlah berdiri sendiri dan
tidak perlu dicampurbaurkan.38
ِ dapat berarti agama, balasan atau kepatuhan. Sementara ulama
ِ ‫)دي‬
Kata (‫ن‬

memahami kata tersebut disini dalam arti balasan. Antara lain dengan alas an
bahwa kaum musyrikin Mekkah tidak memiliki agama. Mereka memahami
ayat di atas dalam arti masing-masing kelompok akan menerima balasan yang
sesuai. Bagi mereka ada balasannya, dan bagi Nabi pun demikian. Baik atau
buruk balasan itu diserahkan kepada tuhan.39 Disini Allah tidak mengatakan

36
Ibid h. 7304
37
M. Quraish Shihab, op.cit, jilid 13, h. 599
38
M. Quraish Shihab, op.cit, jilid 15, h. 685
39
Ibid, h. 684
50

ِِ
(‫يِن‬
ْ ‫ )د‬karena sudah cukup dengan kasrah dan karena mengikuti kaidah khath
mushaf Utsmani yang tertulis tanpa menggunakan huruf ya’ mutakallim. Sama

halnya terjadi pada firman Allah Swt di ayat lain seperti (‫)فا ُه او يا ْه ِديْ ِن‬ Asy-

Syu’ara: 78.40

c. Tafsir Ayat

‫ِل ِدي ِن‬ِ ِ


‫لا ُك ْم دينُ ُك ْم او ا‬
“Untukmu agamamu dan untukkulah agamaku”
Tafsir dari ayat tersebut adalah bagimu balasan atas perbuatanmu, dan
bagiku pembalasan atas perbuatanku.41 Ayat ini menunjukkan harus adanya
tanggung jawab dalam perbuatan yang telah dipilih oleh setiap manusia, dan
atas perbuatannya tersebutlah nanti akan mendapatkan balasan di akhirat.
Ayat diatas juga, menetapkan cara pertemuan dalam kehidupan
bermasyarakat yakni: Bagi kamu secara khusus agama kamu. Agama itu tidak
menyentuhku sedikitpun, kamu bebas mengamalkannya sesuai kepercayaan
kamu dan bagiku juga secara khusus agamaku, akupun mestinya memperoleh
kebebasan untuk melaksanakannya, dan kamu tidak akan sedikitpun disentuh
olehnya.42
Ayat ini memberi pedoman yang tegas kepada kita pengikut Nabi
Muhammad bahwasanya akidah tidaklah dapat diperdamaikan. Tauhid dan
syirik tak dapat dipertemukan. Kalau yang hak hendak dipersatukan dengan
yang bathil, amak yang bathil jugalah yang menang.
Ayat 6 diatas merupakan pengakuan eksistensi secara timbal balik, bagimu
agamamu dan bagiku agamaku. Sehingga dengan demikian masing-masing
pihak dapat melaksanakan apa yang dianggapnya benar dan baik, tanpa

40
Muhammad bin Ahmad Al-Qurthubi, op.cit, Juz 22, hlm 538
41
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, op.cit, juz 30, h. 256
42
M. Quraish Shihab, op.cit, jilid 15, h. 684
51

memutlakkan pendapat kepada orang lain tetapi sekaligus tanpa mengabaikan


keyakinan masing-masing.43
Pada awal surah Al-Kafirun menanggapi usul kaum musyrikin untuk
berkompromi dalam akidah dan kepercayaan tentang Tuhan. Usul tersebut
ditolak dan akhirnya ayat terakhir surat ini menawarkan bagaimana sebaiknya
perbedaan tersebut disikapi.44

B. Pendidikan Toleransi Beragama yang terkandung dalam Surah al-


Baqarah Ayat 256, al-An’am Ayat 108, al-Mumtahanah Ayat 8,
dan al-Kafirun Ayat 6.
Dari berbagai aspek yang terkandung dalam Surat al-Baqarah ayat 256, Al-
An’am ayat 108, Al-Mumtahanah ayat 8, dan Al-Kafirun ayat 6, hasil penelitian
yang penulis temukan tentang pendidikan toleransi dalam beragama adalah sebagai
berikut:

1. Menghormati Kebebasan dalam Beragama


Kebebasan beragama adalah kebebasan setiap orang untuk mengamalkan
agama yang menjadi keyakinannya. Kebebasan beragama akan melahirkan sikap
toleran dalam kehidupan beragama. Hal ini sebagaimana sudah termaktub dalam
pembahasan sebelumnya yakni pada surat Al-Baqarah ayat 256.
Pada hakikatnya, perbedaan merupakan karunia Allah yang sangat indah dan
mulia. Perbedaan itulah yang membuat manusia menjadi makhluk yang
diharapkan mampu mengatasi perbedaan untuk hidup toleran. Perbedaan
bukanlah ajang untuk pemaksaan. Perbedaan merupakan keniscayaan untuk saling
berbagi rasa dan wawasan sehingga mampu merajut kebersamaan dalam bingkai
ketuhanan dan kemanusiaan, dalam bingkai keagamaan dan keduniawian.45
Hal ini juga senada dengan yang disebutkan dalam surat Al-kahfi ayat: 29

43
M. Quraish Shihab, op.cit, jilid 15, h. 685
44
Ibid, h. 686
45
Zuhairi Misrawi, Al-Qur’an Kitab Toleransi, (Jakarta: Pustaka Oasis, 2010),, h. 228
52

ِِ ِ ٰۖ
‫احا اط ّبِِ ْم‬ ِ ِ ْ ‫وقُ ِل‬
‫احلا ُّق من َّربِ ُك ْم فا امن اشاءا فا ْليُ ْؤمن اوامن اشاءا فا ْليا ْك ُف ْر إِ ََّّن أ ْاعتا ْد اَّن للظَّالم ا‬
‫ني اَّن ارا أ ا‬ ‫ا‬
)٢٩( ‫ت ُم ْرتا اف اقا‬
ْ ‫اب او اساءا‬ ِ ‫سر ِادقُها وإِن يستاغِيثُوا ي غااثُوا ِِبا ٍاء اكالْم ْه ِل ي ْش ِوي الْوج ا‬
ُ ‫س الشاَّر‬
‫وه بْئ ا‬ ُُ ‫ُ ا‬ ُ ْ ‫ُا ا ا ا‬
“Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka
barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang
ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang
orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka
meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang
mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan
tempat istirahat yang paling jelek”
Dalam dunia pendidikan aplikasi dari penanaman nilai untuk membentuk
agar siswa dapat memiliki sikap menghormati kebebasan beragama contohnya
sebagai berikut:
a. Mengizinkan Untuk Berdoa Sesuai Agama Masing-Masing.
Kebebasan berkeyakinan salah satunya dapat diwujudkan dengan
memberikan kebebasan berdoa atau mengizinkan berdo’a sesuai dengan ajaran
agama masing masing termasuk ke dalam konsep toleransi menghormati
keyakinan orang lain. Landasan keyakinan di atas adalah berdasarkan
kepercayaan, bahwa tidak benar ada orang atau golongan yang berkeras
memaksakan kehendaknya sendiri kepada orang atau golongan lain. Tidak ada
orang atau golongan yang memonopoli kebenaran, dan landasan ini disertai
catatan, bahwa soal keyakinan adalah urusan pribadi masing-masing orang.
b. Saling Mengingatkan Dalam Hal Ibadah Sesuai Agama Masing-Masing.
Perhatian sekolah untuk masalah ibadah sangatlah penting, diantaranya
bagi siswa yang beragama Islam, senantiasa diwajibkan untuk sholat 5 waktu
dan melaksanakan Puasa di Bulan Ramadhan. Para guru hendaknya senantiasa
mengawasi dan mengingatkan agar para siswa tidak lalai dalam hal ibadah.
Bagi para siswa yang non-muslim juga saling menghormati ketika bulan
ramadhan. Hendaknya para guru agar melarang muridnya yang non-muslim
53

untuk makan di lingkungan belajar dan hanya diperbolehkan untuk makan di


kantin. Tujuannya untuk menghormati siswa muslim yang sedang berpuasa.
c. Ikut Bergabung Dalam Kebahagiaan Ataupun Kesedihan
Diantara salah satu sikap baik yang ditanamkan kepada siswa adalah
merasa ikut bahagia apabila terdapat temannya yang sukses, atau baru sembuh
dari sakitnya, walaupun temannya itu adalah berbeda agama dengannya. Dan
sebaliknya, turut menjenguknya ketika dia sedang sakit, atau dalam keadaan
berduka cita. Karena jalinan hubungan yang seperti ini akan mempunyai
dampak yang terkesan di dalam hati. Dengan perangai seperti itu akan tercipta
kemanusiaan yang positif dan mulia. Hal ini dengan catatan bahwa, ikut
bergabungnya siswa tersebut terkait urusan duniawi bukan urusan agama.46
d. Saling Memberikan Hadiah
Nabi Saw. telah menerima hadiah yang datang dari raja-raja Arab dan non-
Arab.beliau juga telah memakaikan baju beliau kepada Abdullah bin Ubai bin
Salul dan mengkafaninya dengan baju tersebut pada saat ia meninggal dunia,
karena dia telah memberikan baju kepada Abbas bin Abdul Muthallib pada saat
perang badar karena dia sebagai tawanan perang yang dilucuti pakaiannya,
maka Nabi Saw. membalasnya dengan itu.
Hal tersebut juga bisa dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan
sekolah, dengan saling memberi hadiah atau berbagi antara sesama murid tanpa
memandang bahwa dia berasal dari agama apa. Karena kebaikan itu untuk semua,
seperti yang sudah dicontohkan oleh Nabi Saw.

2. Bersikap Adil Kepada Semua Golongan


Pendidikan toleransi yang kedua, yakni bersikap adil kepada semua golongan,
Adil disini berlaku baik dalam hukum, sosial, ekonomi, dan sebagainya. Perintah
untuk bersikap adil ini termaktub dalam surat Al-Mumtahanah ayat 8. Sikap adil
inilah yang menuntun umat Islam dalam melaksanakan ajaran toleransi dalam
Islam.

46
Siti Rizqy Utami, Implementasi Nilai-nilai Toleransi antar umat beragama pada lembaga
pendidikan non-muslim, (Salatiga: IAIN Salatiga, 2018). H. 85-86
54

Keadilan pada hakikatnya adalah memperlakukan seseorang atau orang lain


sesuai haknya atas kewajiban yang telah dilakukan.47 Diantara ayat lain dalam Al-
Qur’an yang memerintahkan kaum muslimin untuk bersikap adil adalah surat Al-
Maidah ayat 8:
ٰۖ
‫ني ََِّّللِ ُش اه اداءا ًِبلْ ِق ْس ِط اواَل اَْي ِرامنَّ ُك ْم اشناآ ُن قا ْوٍم اعلا ٰى أَّاَل تا ْع ِدلُوا ْاع ِدلُوا‬ ِ
‫ين اآمنُوا ُكونُوا قا َّوام ا‬
ِ َّ
‫اَيأايُّ اها الذ ا‬
ٰۖ
)٨( ‫اَّللا اخبِريٌ ِِباا تا ْع املُو ان‬ َّ ‫ب لِلتَّ ْق او ٰى اواتَّ ُقوا‬
َّ ‫اَّللا إِ َّن‬ ُ ‫ُه او أاقْ ار‬
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan” (QS Al-Maidah: 8)
Menurut Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar keadilan adalah pintu terdekat
kepada taqwa sedang rasa benci membawa jauh dari Tuhan. Apabila kamu telah
menegakkan keadilan, jiwamu sendiri akan merasai kemenangan yang tiada
taranya, dan akan membawa martabatmu naik di sisi manusia dan di sisi Allah.48
Jika masyarakat Islam telah diberi karunia kekuasaan, mengatur
pemerintahan, adakah dia adil atau tidak. Selalu dikisahkan dalam al-Qur’an
bahaya yang menimpa suatu ummat karena zalimnya. Apabila yang berkuasa tidak
adil, maka yang dikuasai akan menderita dan patah hati, masa bodoh. Akhirnya
hilanglah wibawa dan kemegahan umat itu, dan mudahlah masuk kekuatan musuh
di dalamnya, dan mudahlah dirampas kemerdekaannya. Itulah ancaman siksa
dunia, dan akan datang lagi nanti di akhirat.49
Rasulullah pernah bersabda:
ِ ‫إِذاا ظُلِم أاهل‬
ِ ‫الذ َّم ِة اكانا‬
‫ت الد َّْولاةُ اد ْولاةُ الْ اع ُد ِو‬ ُْ ‫ا‬

Afifa Rangkuti, “Konsep Keadilan Dalam Perspektif Islam”, Jurnal Pendidikan Islam
47

Tazkiya, 2017, h. 3-4


48
Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, op.cit, jilid 3 h. 1643
49
Ibid h. 1644
55

“Kalau Ahli dzimmah telah dianiyaya, maka pemerintahan negeri itu adalah
musuh” (HR. Thabrani)50
Ahli dzimmah adalah pemeluk agama lain di dalam pemerintahan Islam yang
wajib dilindungi dan diperlakukan adil. Kalau keadilan kepada mereka sudah
tidak ada lagi, samalah pemerintahan begitu dengan pemerintahan musuh.
Hakikat perwujudan keadilan diantara lain meliputi:
a. Memberikan kepada setiap orang yang seharusnya diterima
b. Memberikan kepada setiap orang yang menurut aturan hukum menjadi
haknya.
c. Kebajikan untuk memberikan hasil yang telah menjadi bagiannya.
d. Persamaan pribadi
e.Pemberian kemerdekaan kepada individu untuk mengejar kemakmurannya.
f. pemberian peluang kepada setiap orang untuk mencari kebenaran.
g. memberikan sesuatu secara layak.51
Terkait dengan hal tersebut, selain dari individu sebagai subjek yang harus
berlaku adil, Negara juga memiliki peran penting untuk menjalankan
penyelenggaraan Negara, sebagaimana diamanatkan oleh konstitusinya, agar
keadilan benar-benar terwujud.

3. Bertanggung Jawab Terhadap Ajaran Agama Yang Dianut


Pendidikan toleransi yang ketiga, yakni bertanggung jawab terhadap ajaran
agama yang dianut, tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala
sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan,
dsb).52 Bagi seorang muslim dikenal istilah taklif yakni kewajiban melakukan
sesuatu yang di dalamnya terdapat beban atau kesulitan.53 Dari pendapat tersebut
dapat dipahami bahwa tanggung jawab adalah suatu hal yang wajib dikerjakan.

50
Sulaiman Bin Ahmad Al-Thabrani, Al-Mu’jam Al-kabir (Lahore: milat publication, 2006).
jilid 2, h. 184
51
Satjipto Raharjo, Hukum Ddalam Jagat Ketertiban, (Jakarta: UKI Press, 2006) h.56
52
Dendy Sugono, dkk., Kamus Bahasa Indonesia, op.cit, h. 1443
53
Umar Sulaiman Al-Asyqar, Fiqih Niat, (Depok: Gema Insani, 2006) h. 22
56

Seperti contoh orang Islam memiliki tanggung jawab untuk melakukan sholat 5
waktu.
Tanggung Jawab terhadap ajaran agama, terdapat dalam kutipan surat Al-
Kafirun ayat 6, yakni dalam tafsirnya dijelaskan bagi setiap orang akan
bertanggung jawab atas apa yang diperbuat. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa
toleransi menuntut adanya tanggung jawab dalam melaksanakan ajaran masing-
masing agama. Bagi muslim harus senantiasa menjalankan perintah agamanya,
begitupula pemeluk agama lain, dapat melaksanakan apa yang dianggapnya benar
dan baik, tanpa memutlakkan pendapat kepada orang lain tetapi sekaligus tanpa
mengabaikan keyakinan masing-masing.
Hal ini juga senada dengan Ayat berikut:

)٣٨( ٌ‫ت ارِهيناة‬ ِ ٍ ‫ُك ُّل نا ْف‬


ْ ‫س ِباا اك اسبا‬
“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya” (QS
Al-Muddatsir: 38)
Dalam hadis Nabi Saw. juga menyebutkan:

‫ُكلُّ ُك ْم ار ٍاع اوُكلُّ ُك ْم ام ْسئُ ْوٌل اع ْن ار ِعيَّتِ ِه‬


“Setiap kamu adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya” (HR. Bukhari)54
Dengan menanamkan sikap tanggung jawab, seseorang akan menjaga
hubungan sebaik-baiknya dengan orang lain untuk menjaga keharmonisan
bermasyarakat. Dan sebaliknya, ketika dalam hubungan masyarakat seseorang
acuh dan tidak menerapkan sikap tanggung jawab, maka akan mendapat sorotan
negatif dari orang lain.
Karakter bertanggungjawab yang dikembangkan melalui pendidikan karakter
dalam perspektif Islam dilakukan dengan empat metode antara lain:
a. Peniruan/peneladanan. Mulai dari anak-anak sampai dewasa, peniruan
diterapkan dalam pendidikan Islam. Yang paling nyata adalah bahwa setiap
muslim melakukan peneladanan kepada Rasulullah Saw.

54
Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Riyadh: Baitul Afkar, 1998). h. 1030
57

b. Trial and Error, teknik coba ralat, sebagaimana dikisahkan tentang masalah
kurma, Rasulullah meminta umatnya agar mengambil sesuatu yang lebih
bermnfaat. Selanjutnya dikuatkan dengan hadis “kalian lebih mengetahui
tentang urusan dunia kalian” (HR. Muslim)
c. Conditioning, Pengkondisian, melalui tanya jawab, pengulangan, penguatan
dalam stimulus respon.
d. Membiasakan diri berpikir dan bertanya.55

55
M. Utsman Najati, Belajar EQ dan SQ dari Sunah Nabi, (Jakarta: Himah, 2002) h.224
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
bahwa konsep pendidikan toleransi dalam beragama yang terkandung dalam Surat
Al-Baqarah ayat 256, Al-An’am ayat 108, Al-Mumtahanah ayat 8, dan Al-Kafirun
ayat 6 adalah:
Menghormati kebebasan dalam beragama, Kebebasan beragama adalah
kebebasan setiap orang untuk mengamalkan agama yang menjadi keyakinannya.
Pembiasaan sikap tersebut di lingkungan sekolah yang bisa dilakukan dengan: a)
Mengizinkan untuk berdoa sesuai agama masing-masing. b) Saling mengingatkan
dalam hal ibadah sesuai agama masing-masing. c) Ikut bergabung dalam
kebahagiaan ataupun kesedihan. d).Saling memberikan hadiah.
Bersikap adil kepada semua golongan, Hakikat perwujudan keadilan diantara
lain meliputi: a) Memberikan kepada setiap orang yang seharusnya diterima b)
Memberikan kepada setiap orang yang menurut aturan hukum menjadi haknya. c)
Kebajikan untuk memberikan hasil yang telah menjadi bagiannya, dst.
Bertanggung jawab terhadap ajaran agama yang dianut, Karakter
bertanggungjawab yang dikembangkan melalui: a) Peniruan/peneladanan b) Trial and
Error. c) Conditioning. d) Membiasakan diri berpikir dan bertanya

B. SARAN
Dari hasil penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Para guru PAI dan tokoh-tokoh agama, senantiasa memberikan nasihat-
nasihat dan pengertian akan pentingnya toleransi dan pemaknaan toleransi
secara tepat sesuai pada tempatnya.

58
59

2. Kepada semua lapisan masyarakat agar senantiasa menjaga kerukunan antar


umat beragama. Meskipun berbeda keyakinan namun ukhuwah basyariyah
dan ukhuwah wathaniyah harus senantiasa kita pegang dalam kehidupan.
60

DAFTAR PUSTAKA
Abi Daud, Sunan Abi Daud, Riyadh: Maktabah Al-Maarif, t.tt
Aceh, Abu Bakar, “Toleransi Nabi Muhammad Dan Para Sahabatnya” Solo: Cv
Ramadhani, 1984.
Aco, Hasanudin “Inilah Pekerjaan Para Teroris Pelaku Bom di Surabaya”,
www.tribunnews.com, 2018.
Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail, Shahih al-Bukhari, Riyadh: Baitul Afkar,
1998.
Alfalasany, Ahmad “Kerusuhan Ambon Maluku Berdarah”,
www.10108120.blog.unikom.ac.id, 2018 Diakses pada tanggal 25 Januari
2018
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maraghi, Mesir: Al Halabi, t.th
Al-Qaththan, Manna’, Mabahits fii ulumil Qur’an, Riyadh: Dar Al-rasyid, t.th
Al-Qurthubi, Muhammad bin Ahmad. “Al-Jami’u li ahkami al-Qu’ran”, Beirut:
Ar-risalah, 2006.
Amrullah, Abdulmalik Abdulkarim. Tafsir Al-Azhar, Singapura, Pustaka Nasional
Singapura, 1989.
Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, Jakarta: Raja
Grafindo, 2013.
Baowollo, Robert B. “Mengggugat Tanggung jawab Agama-Agama Abrahamik
bagi perdamaian Dunia” Yogyakarta: Kanisius, 2010.
Bull, Victoria. “Oxford learners Pocket Dictionary” New York: Oxford University
Press, 2011 cet. IV.
Effendi, Satria, M. Zein, Ushul Fiqh, Jakarta: Fajar Interpratama, 2009
Fachrian, Muhammad Rifqi. Toleransi Antar Umat Beragama dalam Al-Qur’an:
Telaah Konsep Pendidikan Islam, Depok: Rajawali Pers, 2018.
Fadillah, Ramadhian “Ini kronologi lengkap serangan bom bunuh diri di 3 gereja
Surabaya”, www.merdeka.com, 2018, Diakses pada tanggal 03 November 2018.
Fahmi, M. Nahdi. Toleransi antar umat beragama dalam Al-Qur’an: Kajian Tahlili
QS. Al-Kafirun Ayat 1-6, Surabaya : IAIN Surabaya, 2013
61

Fatwa MUI Nomor 56 Tahun 2016, Tentang Hukum Menggunakan Atribut


Keagamaan Non-Muslim, Jakarta, 2016.
Ghafur, Waryono Abdul. Persaudaraaan Agama-Agama Millah Ibrahim Dalam
Tafsir Al-Mizan Bandung: Mizan, 2016.
Gunawan, Rizki “12-10-2012:Bom Bali I renggut 202 nyawa”,
www.liputan6.com, 2018, Diakses pada tanggal 04 Februari 2018.
Hanbal, Ahmad bin, Musnad Ahmad bin hanbal, Beirut: Al-Risalah, t.th
Handayani, Febri. Konsep Kebebasan Beragama Menurut UUD Tahun 1945 Serta
Kaitannya Dengan Ham, https://Media.Neliti.com, 2019, Diakses pada
tanggal 21 Januari 2019.
Harahap, Syahrin. “Teologi Kerukunan”, Jakarta: prenada media, 2011.
Harun, M. Yusuf dkk, (ed) Tafsir Ibnu katsir, Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2005
Hasan, Fuad. Nilai-Nilai Pendidikan Toleransi dalam surah Al-Kafirun: Kajian
Komparatif Tafsir al-Kabir karya Fakhr al-Din al-Razi dan Tafsir Al-Azhar
karya Hamka, Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga, 2014.
Hasan, M. Tolchah Islam Dalam Perspektif Sosio Kultural, Jakarta: Lantabora
Press, 2000.
Husin al-munawar, Said Agil. “Macam-macam metode tafsir” dalam “Ulumul
Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan”, Anshori (ed), Jakarta :
Rajawali Pers, 2013.
Ibrahim, Rustam. Pendidikan Multicultural: Pengertian, Prinsip, Dan
Relevansinya Dengan Tujuan Pendidikan Islam, Jurnal Addin Vol 7 No.1,
2013.
Idham, Addi M. “Kronologi Penyerangan Gereja Santa Lidwina di Saat Misa
Berlangsung”, www.tirto.id, 2018, Diakses pada tanggal 12 November 2018.
Ilham, “Ini Kronologi Pembakaran Masjid di Tolikara”,
www.nasional.republika.co.id, 2017, Diakses pada tanggal 24 November
2017.
Joniansyah “Cerita di Balik Video Viral Persekusi Biksu di Legok”,
www.metro.tempo.co, 2018, Diakses pada tanggal 29 Juni 2018.
62

Kardi, Dika Dania “Kronologi Penyerangan Gereja St. Lindwina Bedog Sleman”,
www.cnnindonesia.com, 2018, Diakses pada tanggal 10 November 2018.
Khallaf, Abdul Wahab Ilmu Ushul Fiqh, Mesir: Maktabah al-da’wah al-islamiyah,
t.th
Kuwado, Fabian januarius “Penolakan Biksu di Legok Dinilai karena Warga Salah
Paham soal Simbol Agama”, www.nasional.kompas.com, 2018, Diakses
pada tanggal 30 Juni 2018.
Lindawaty, Debora Sanur. “Konflik Ambon: Kajian Terhadap Beberapa Akar
Permasalahan Dan Solusinya”, Jurnal Politica Vol.2, 2011.
M. Quraish Shihahb, Sahur bersama M. Quraish Shihab di RCTI, Bandung: Mizan
1997.
Maharani, Ardini, “Patung Bunda Maria pakai baju tradisional, warga India
ngamuk”, www.merdeka.com, 2019.
Manaf, Mujadid Abdul. Sejarah Agama-Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1996.
Misrawi, Zuhairi. Al-Qur’an Kitab Toleransi, Jakarta: Pustaka Oasis, 2010.
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam: Paradigma Pengembangan,
Manajemen Kelembagaan, Kurikulum Hingga Strategi Pembelajaran
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009.
Muhammad Al-Ghazali, Abu Hamid Ihya Ulum Al-Din, Cairo: Mathba’ah al-bab
Al-halabi, t.th
Mulyono, Ari, Jurnal The 5th Urecol proceeding, Yogyakarta: UAD Yogyakarta,
2017.
Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawwir: Kamus Arab Indonesia, Yogyakarta:
Pustaka Progressif, 2007.
Musthafa, Ahmad Anwar Misteri Lisan karena lidah dapat menjerumuskan ke
neraka atau memasukkan ke surga, Jakarta, Mirqat: 2000
Najati, M. Utsman, Belajar EQ dan SQ dari Sunah Nabi, Jakarta: Himah, 2002
Nasution, Harun. Islam Ditinjau Dari Beberapa Aspeknya, Jakarta: UI Press, 1985
Neolaka, Amos. Landasan Pendidikan: dasar pengenalan diri sendiri menuju
perubahan hidup, Jakarta: Kencana, 2017.
63

Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional,


BAB I pasal I ayat I, Jakarta, 2003.
Putri, R. Diantina. “Pembantaian Sistematis terhadap Muslim Rohingya”,
www.tirto.id, 2018.
Qaramaliki, Muhammad Hasan Qadrdan. Al-Qur’an dan Pluralisme Agama,
Jakarta: Sadra Press, 2011.
Raharjo, Budi. “Militer Myanmar Lakukan Genosida terhadap suku Rohingya”,
www.republika.co.id, 2017.
Raharjo, Satjipto, Hukum Dalam Jagat Ketertiban, Jakarta: UKI Press, 2006
Rahmat, M, Imdadun. Islam Pribumi: Mendialogkan Agama, Membaca Realitas,
Jakarta: Erlangga, 2003.
Rangkuti, Afifa. “Konsep Keadilan Dalam Perspektif Islam”, Jurnal Pendidikan
Islam Tazkiya, 2017.
Salim, Agus, Tauhid, Taqdir Dan Tawakkal, Jakarta: Tintamas, 1967.
Sari, Asri Nurwendah. “Konflik Agama di Ambon Tahun 1999”,
www.kontensara.blogspot.com, 2018.
Shidiq, Sapiudin. Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana, 2014.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
Jakarta: Lentera Hati, 2016.
Shihab, M. Quraish. “Wawasan Al-Qur’an”, Bandung: Mizan 1996.
Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1996
Sihombing, Rio Audhitama “Pelaku perusakan patung Pura di Lumajang masih
buron”, www.liputan6.com, 2018
Simanjuntak, Shara Yosevina “Analisis kerjasama bilateral Indonesia dengan
Australia dalam penanggulangan terorisme sebagai kejahatan transnasional
terorganisir (2002-2005)”, Jurnal Of International Relations, Vol.2, 2016.
Sugono, Dendy dkk. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
Sulaiman Bin Ahmad, Al-Thabrani, Al-Mu’jam Al-kabir, Lahore, Milat
publication, 2006.
Sulaiman, Umar Al-Asyqar, Fiqih Niat, Depok: Gema Insani, 2006
64

Suma, Muhammad Amin. Ulumul Qur’an, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2013.
Suparta, Mundzier. Islamic Multicultural Education: Sebuah Refleksi atas
pendidikan Agama Islam di Indonesia, Jakarta: Alghazali Center, 2008.
Syamsul, Asep dan M romli, “Demonologi Islam Upaya Barat membasmi kekuatan
Islam”, Jakarta: Gema Insani, 2000.
Tim Mitra Guru, “Ilmu pengetahuan Sosial Sosiologi untuk SMP dan MTs kelas
VIII”, Jakarta: Erlangga, 2007.
Utami, Siti Rizqy, Implementasi Nilai-Nilai Toleransi antar umat beragama pada
lembaga pendidikan non-muslim, (Salatiga: IAIN Salatiga, 2018)
Wibowo, Sigit. “Usai Dilarang Bangun Pura di Bima, Pura Hindu di Lumajang
Dirusak”, www.independensi.com, 2018.
Wikipedia “Bom Bali 2005”, www.id.wikipedia.org, 2018.
Winda, “Persekusi Biksu di Tangerang: Bagaimana Kisah Sebenarnya?”,
www.asumsi.co, 2018.
Yahya, Ahmad Syarif. Ngaji Toleransi, Jakarta: Kompas Gramedia, 2017.
Yamin, Moh. dan Vivi Aulia, Meretas Pendidikan Toleransi, Pluralisme dan
Multikulturalisme Keniscayaan Peradaban, Malang: Media Madani, 2011.
Yaqin, M. Ainul. Pendidikan Multikultural: cross-cultural understanding untuk
demokrasi dan keadilan, Yogyakarta: Pilar Media, 2005.
Yudiawan, Deni “Korban Bom Tiga Gereja di Surabaya Jadi 18 Orang”,
www.pikiran-rakyat.com, 2018.
Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wa
Dzurriyah, 2010.
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74

Anda mungkin juga menyukai