1
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UINSGD) Bandung, Jl. A.H. Nasution No. 105A, Cibiru,,
Bandung, Jawa Barat, Indonesia.; email: fitrilestari9488@gmail.com
2
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UINSGD) Bandung, Jl. A.H. Nasution No. 105A, Cibiru,,
Bandung, Jawa Barat, Indonesia.; email: Biru.muda157@Gmail.com
3
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UINSGD) Bandung, Jl. A.H. Nasution No. 105A, Cibiru,,
Bandung, Jawa Barat, Indonesia.; email: dinifadliyah04@gmail.com
Abstract: In Islamic, basically everything is permissible, except what has been determined
by Allah SWT. its forbidden. This is no exception related to food and beverage. As a
Muslims, we must be selective in choosing the food and beverages we consume. This article
discusses what is the law or what is the Islamic perspective regarding food that is plated with
gold or there is a mixture of gold in it. The research method used is a qualitative method by
examining a subject and making the researcher the key instrument. Gold that becomes food
decoration is often used in the form of powder and thin sheets of gold, one of which is often
used is a very thin gold sheet. Regarding the safety of gold leaf as part of food is still being
discussed. When examined, the gold which is the inner layer of the food has benefits, which
are very good for skin beauty to become more radiant. Therefore, the use or mixing of gold
into food is Halal and not considered as wasteful or excessive because of the benefits.
Abstrak: Dalam ajaran Islam, dijelaskan bahwa pada dasarnya segala sesuatu adalah mubah
(boleh), kecuali apa-apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. keharamannya. Hal ini tidak
terkecuali terkait dengan makanan dan minuman. Kita sebagai umat muslim harus selektif
dalam memilih makanan dan minuman yang kita konsumsi. Artikel ini membahas apa hukum
atau bagaimana pandangan islam terkait makanan yang berlapis emas atau ada campuran
emas di dalam nya. Metode penelitian yang digunakan adalam metode kualitatif dengan cara
meneliti suatu subjek dan menjadikan peneliti sebagai instrumen kunci. Emas yang menjadi
hiasan makanan sering digunakan dalam bentuk serbuk dan lembaran tipis emas, salah satu
yang sering digunakan adalah lembaran emas yang sangat tipis. Mengenai keamanan gold
leaf sebagai bagian dari makanan diakui masih menjadi perbincangan. Ketika dikaji emas
yang menjadi lapisan dalam makanan tersebut memiliki manfaat, yaitu sangat baik bagi
kecantikan kulit menjadi lebih bersinar. Maka dari itu, penggunaan atau pencampuran emas
ke dalam makanan tidaklah termasuk ke dalam hal yang halal, tidak mubazir atau israf
(berlebihan) dikarenakan adanya manfaat yang baik.
Makanan dan minuman tak pernah lepas dari kehidupan kita sebagai makhluk hidup,
sebagaimana dijelaskan Tahido (2013)
Manusia memiliki beberapa kebutuhan primer. Salah satu kebutuhan primer manusia
adalah makanan dan minuman. Hidup manusia akan terancam jika tidak makan dan
minum dalam jangka waktu tertentu. Dengan demikian pemenuhan kebutuhan
manusia terhadap makanan dan minuman berkaitan erat dengan pemeliharaan jiwa
(hifz al-nafs), pemeliharaan akal (hifz al-‘aql) dan pemeliharaan harta (hifz al-mal)
dalam maqasid al-syari’ah.
Dalam ajaran Islam, dijelaskan bahwa pada dasarnya segala sesuatu adalah mubah
(boleh), kecuali apa-apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. keharamannya. Hal ini tidak
terkecuali terkait dengan makanan dan minuman. Kita sebagai umat muslim harus selektif
dalam memilih makanan dan minuman yang kita konsumsi. Tidak hanya selektif terkait halal
dan haramnya, namun pula terkait baik dan tidak nya makanan atau minuman tersebut untuk
kita konsumsi. Pun juga dijelaskan oleh Nasution (2019)
Allah sudah menurunkan ajaran Islam dengan segala bentuknya, yang mengatur
manusia untuk berinteraksi kepada-Nya, sesama manusia maupun makhluk lainnya.
Allah juga telah mengatur berbagai hal terkait makanan yang dikonsumsi untuk
melestarikan kehidupan manusia. Pada dasarnya semua makanan dan minuman halal
untuk dimakan kecuali yang ditentukan keharamannya sebagaimana yang disebutkan
dalam Surah Al-Baqarah ayat 173 dan Surah Al-Maidah ayat 3. Segala makanan yang
telah ditentukan keharamannya haram untuk dimakan kecuali dalam keadaan terpaksa
boleh dimakan dengan tidak berlebihan dan dalam batas- batas tertentu. Memakan
makanan dan minuman yang halal sangat berpengaruh bagi tubuh manusia yang
memakannya.
Seiring berkembang nya jaman dan kemajuan teknologi dan dengan hal itu makanan dan
minuman pun mengikuti perkembangannya. Terkait hal ini, banyak bermunculan masalah
fiqih baru yang berhubungan tentang makanan dan minuman. Jauh sebelum itu, sejak dulu
memang selalu ditemui banyak fiqh-fiqh baru. Dengan menyebarnya Islam kepenjuru dunia,
maka Islam sendiri akhirnya menemui perbedaan dan keragaman makanan dan minuman
yang dikonsumsi di berbagai daerah. Ditambah lagi pada saat ini, di jaman yang serba cepat
dan maju maka semakin ditemui berbagai macam makanan dan minuman yang dikonsumsi
termasuk campuran dan cara makannya serta lain sebagainya. Termasuk masalah yang ada
pada judul tulisan ini, yaitu terkait pengugunaan emas atau campuran emas terhadap makanan
dalam perspektif Islam.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam tulisan ini akan dikaji apa pendapat atau
perspektif Islam terhadap makanan yang di campurkan dengan emas dalam konsumsinya.
Makanan
Makanan dalam bahasa arab yakni, at'imah. Kata At'imah merupakan jamak dari kata
tha’am yang menurut etimologi berarti segala sesuatu atau apa-apa yang bisa dimakan.
Dalam Al-Qur’an Penyebutan kata makanan yang sering dipakai adalah “akala, Adapun kata-
kata lain yang mengadopsi arti makanan dalam hadis sering di jumpai dengan kata”ghidza”.
Adapun dalam pengaklasifikasian makanan, jika ditinjau dari segi hukumnya,yakni; pertama
makanan yang di halalkan (diperbolehkan) dan kedua makanan yang diharamkan,serta
makanan yang tidak disebutkan dalam syara'. Berikut ini akan di paparkan secara terperinci
mengenai pengklasifikasian makanan (Fiqh Makanan Dan Minuman, 2015):
1) Semua jenis air atau cairan yang tidak membahayakan bagi kehidupan
manusia, baik membahayakan dari segi jasamani, akal, jiwa maupun aqidah.
2) Air atau cairan yang tidak memabukkan walupun seebelumnya pernah
memabukan seperti arak yang berubah menjadi cuka.
3) Air atau cairan bukan berupa benda yang najisatau benda suci yang terkena
najis.
4) Air atau cairan yang suci itu didapatkan dengan cara-cara yang halal yang
tidak bertentangan dengan Syari’at.
Janna, N. M., Aisma, & Arsyam, M. (2021). MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM
Konsep dasar halal dan haram dalam islam. Ddi, 1–8.
Nasution, K. B., Zuhirsyan, M., Hakim, N., Ritonga, M., Darma, M., Fauzi, E., Rahmi, A.,
Sitompul, A., Siregar, S., Hasanah, U., Tanjung, A. S., Siregar, M. Y., Fahmi, R., & Jr,
R. B. (2019). Hukum Islam Kontemporer (Dari Teori ke Implementasi Ayat-ayat
Hukum) (M. Dr. H. M. Jamil (Ed.)). SEFA BUMI PERSADA.
www.sefabumipersada.com
Tahido, Y. H. (2013). Makanan dan Minuman dalam Perspektif Hukum Islam. Tahkim, IX,
1–21.
Abdul Wahab AbdussAlam Thawilah, penerjemah Khalifurrahman Fath dan Solihin, Fikih
kuliner (Jakarta: Al-Kautsar, 2012), hlm. 523-524.
Aulia Umi. (2018). Tinjauan Maqasid Syari’ah Terhadap Makanan Yang Dihiasi Dengan
Serbuk Emas. Az Zarqo’. 10 (1), 94-96.
Faukonuri Iksir. Tinjauan Hukum Islam Tentang Makanan Yang Dilapisi Emas. Hlm 43-46.